peran sektor pertanian terhadap perekonomian …

139
PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Hanna Nur Amalina 11140920000056 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1442 H

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG

PROVINSI JAWA TENGAH

Skripsi

Hanna Nur Amalina

11140920000056

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1442 H

Page 2: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG

PROVINSI JAWA TENGAH

Hanna Nur Amalina

11140920000056

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1442 H

Page 3: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian

Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah” telah diuji dan dinyatakan lulus

dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 11 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Akhmad Mahbubi, M.M., Ph.D. Rizki Adi Puspita Sari, M.M.

NIP. 19811106 201101 1 001 NIP. 19780329 200701 2 015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si. Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si.

NIP. 19620308 198903 2 001 NIP. 19700209 201411 1 001

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua

Program Studi Agribisnis

Nashrul Hakiem, M.T., Ph.D. Akhmad Mahbubi, M.M., Ph.D.

NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19811106 201101 1 001

Page 4: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …
Page 5: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Hanna Nur Amalina

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Rembang, 9 Mei 1996

Domisili : Jl. Bonjol No.33 03/07 Kelurahan

Pondok Karya, Kecamatan Pondok

Aren, Kota Tangerang Selatan,

Banten, 15225

Asal : Jl. Kartini gang Kulit No. 18

02/03, Sawahan, Rembang, Jawa

Tengah 59215

Telepon : 081294817780

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2001-2003 TK YKM NU Rembang Tamat

2003-2008 SDN Kutoharjo IV Rembang Tamat

2006-2011 Madrasah Diniyah An-Nawawiyah Rembang Tamat

2009-2011 MTS Mu’allimin Mu’allimat Rembang Tamat

2011-2014 MA NU Banat Kudus Tamat

2014-2021 Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tamat

PENGALAMAN ORGANISASI

2014-2016

2014-2016

2015-2016

Anggota LSO Ilalang (Jurnalistik) Jurusan Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi

Anggota LSO Seni Suara Agribisnis

Anggota Departemen Keorganisasian HMJ Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Page 6: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

ii

2015-2016

2015-2017

2015-2017

Kepala Departemen Keorganisasian HMJ Agribisnis Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Sekretaris LSO Saman Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah

MPA Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi

Pertanian Indonesia

Page 7: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

iii

RINGKASAN

Hanna Nur Amalina, Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Rembang Provinsi Jawa Tengah. Di bawah Bimbingan Siti Rochaeni dan Iwan

Aminudin.

Pembangunan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting sehingga

perlu kebijakan perencanaan yang matang Pengelolaan perekonomian merupakan

tugas dan tanggung jawab masing-masing daerah termasuk Kabupaten Rembang.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat di daerah tersebut dengan

mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada Untuk mendukung

perkembangan dan peningkatan ekonomi perlu diketahui sektor dan komoditas

unggulan apa saja yang memiliki potensi serta daya saing untuk dikembangkan

sehingga dapat dijadikan prioritas utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten

Rembang.

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis posisi sektor pertanian,

pertumbuhan serta daya saing subsektor pertanian terhadap perekonomian di

Kabupaten Rembang periode 2015-2019. 2) Menganalisis Komoditas pertanian

yang dapat dijadikan komoditas unggulan di Kabupaten Rembang. 3) Menganalisis

posisi komoditas unggulan pertanian dalam perekonomian Kabupaten Rembang

pada masa mendatang.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa nilai produksi komoditas

Kabupaten Rembang periode 2015-2019 dan data produksi komoditas Provinsi

Jawa Tengah periode 2015-2019, dengan hanya mengkhususkan komoditas

subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan dan

subsektor peternakan. Untuk mengetahui posisi, pertumbuhan dan daya saing

subsektor pertanian dengan menggunakan metode analisis Shift-share. Sedangkan

untuk mengetahui komoditas pertanian unggulan dan posisi komoditas ungulan

pada masa mendatang dengan menggunakan metode analisis Location Quotient dan

Dynamic Location Quotient.

Kata Kunci : Subsektor pertanian, komoditas unggulan pertanian, Shift-share,

Location Quotient dan Dynamic Location

Page 8: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat. Penyusunan skripsi

yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Rembang Provinsi Jawa Tengah” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak pihak yang telah

membantu dalam proses penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi

penulis, yaitu kepada :

1. Orang Tua tercinta dan Kakak Tercinta, serta seluruh keluarga besar yang

tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dukungan, semangat serta

motivasi kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.

Iwan Aminudin, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing II atas setiap

bimbingan, arahan, saran, motivasi, waktu, dan pemikiran yang telah

diberikan disela-sela kesibukan Ibu dan Bapak dengan tulus dan ikhlas

hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph.D selaku dosen penguji sekaligus

selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP,

MM, selaku dosen penguji sekaligus Sekretaris Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat

disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran yang diberikan dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

Page 9: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

v

5. Teman-teman Agribisnis yang selalu memberikan support dan informasi

dalam mengerjakan penelitian penulis. Semoga Allah SWT memudahkan

langkah kita menuju kebaikan. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Mei 2021

Penulis

Page 10: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 15

2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ............................................. 15

2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................. 18

2.3 Pembangunan Pertanian.......................................................................... 21

2.4 Pertanian dan Perannya dalam Pembangunan Perekonomian ................ 22

2.5 Pengembangan sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan

Ekonomi Daerah .................................................................................... 28

2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34

2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 42

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 42

3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 42

3.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................... 43

Page 11: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

vii

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 43

3.4.1 Analisis Shift-Share ..................................................................... 44

3.4.2 Analisis Location Quotient .......................................................... 48

3.4.3 Analisis Dynamic Location Quotient ........................................... 50

3.4.2 Gabungan LQ dan DLQ ............................................................... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 53

4.1 Kondisi Alam .......................................................................................... 53

4.2 Kondisi Penduduk ................................................................................... 56

4.3 Kondisi Pertanian.................................................................................... 58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 61

5.1 Posisi Subsektor, Pertumbuhan dan Daya Saing di Kabupaten Rembang

Periode 2015-2019 ................................................................................. 61

5.1.1 Analisis Shift-Share ..................................................................... 61

5.1.2 Pergeseran Bersih ........................................................................ 64

5.2 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabuaten Rembang Periode

2015-2019 .............................................................................................. 65

5.2.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ...................................... 66

5.2.2 Komoditas Unggulan Hortikultura .............................................. 70

5.2.3 Komoditas Unggulan Perkebunan ................................................ 73

5.2.4 Komoditas Unggulan Peternakan ................................................. 76

5.3 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Dimasa

Mendatang ............................................................................................. 79

5.3.1 Analisis DLQ ............................................................................... 79

5.3.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Dimasa

Mendatang ....................................................................... 80

5.3.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura Dimasa Mendatang . 82

5.3.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan Dimasa Mendatang .. 85

5.3.1.4 Komoditas Unggulan Peternakan Dimasa Mendatang ... 88

Page 12: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

viii

5.3.2 Gabungan Analisis LQ dan DLQ ................................................ 90

5.3.2.1 Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ........... 90

5.3.2.2 Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura ................... 91

5.3.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan .................... 93

5.3.2.4 Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan ...................... 94

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 95

6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 95

6.2 Saran ....................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

LAMPIRAN ........................................................................................................ 100

Page 13: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2015 - 2019 ..................................................................... 3

2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Rembang Tahun 2019

(juta) ................................................................................................................. 6

3. Tipologi Sektor Berdasarkan Nilai LQ dan DLQ .......................................... 51

4. Tinggi Wilayah dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Rembang ........................................................................................................ 54

5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di

Kabupaten Rembang ...................................................................................... 57

6. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten

Rembang Tahun 2020 .................................................................................... 58

7. Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Subsektor Pertanian Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019 ........................................................................... 62

8. Perhitungan Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Subsektor Pertanian

Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ........................................................ 64

9. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2019 ...... 70

10. Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan .......................................... 90

11. Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura .................................................. 91

12. Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan ................................................... 93

13. Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan .................................................... 94

Page 14: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Penduduk Kabupaten Rembang Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2019 .......................................... 8

2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019 ............................................................................. 9

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 41

4. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2015-

2019 ................................................................................................................ 67

5. Kontribusi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 69

6. Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 71

7. Kontribusi Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019 ...................................................................................................... 73

8. Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 . 74

9. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019 ...................................................................................................... 75

10. Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 .. 77

11. Kontribusi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019 ...................................................................................................... 78

12. Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019 ...................................................................................................... 81

13. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 83

14. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Buah Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 84

Page 15: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

xi

15. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Biofarmaka Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 85

16. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019 ...................................................................................................... 87

17. Produksi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun 2015-

2019 ................................................................................................................ 89

Page 16: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

xii

LAMPIRAN

Halaman

1. Persentase Kontribusi PDRB Seluruh Kabupaten/Kota (Persen) ................ 101

2. Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ............ 102

3. Produksi Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 .......... 105

4. Perhitungan Pij, Rij, Rin, Dan Rn Analisis Shift Share Tahun 2015-2019 . 107

5. Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 . 110

6. Pergeseran Bersih Shift Share Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ...... 113

7. Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 .............. 116

8. Perhitungan Analisis DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ........... 119

9. Gabungan Analisis LQ dan DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019. 122

Page 17: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah terciptanya pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan pembangunan. Agar dapat tercapainya sasaran

pembangunan tersebut, diperlukan perencanaan dan strategi pembangunan

ekonomi yang baik. Umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat

dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki daerah tersebut

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kegiatan atau aktifitas ekonomi mengalami

perubahan atau perkembangan dari setiap waktu yang panjang. Pertumbuhan

ekonomi juga dapat dilihat dengan mengukur tingkat angka Produk Domestik Bruto

(PDRB) dari tahun ke tahun (Sukirno, 2006 : 423)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang

diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Pertumbuhan

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastuktur ekonomi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang

di hasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Sukirno, 2004 :

34)

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat di daerah

tersebut dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara

Page 18: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

2

optimal untuk merangsang pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting sehingga perlu

kebijakan perencanaan yang matang dalam meningkatkan kinerja serta menjamin

keterkaitan konsestensi antara perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan secara efisien dan efektif.

Kebijkan utama yang perlu dilakukan dalam pembangunan ekonomi daerah

adalah dengan mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan

daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Potensi wilayah satu

dengan wilayah lain sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan

kegiatan sektor ekonomi yang dominan.

Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Indonesia dengan

keadaaan geografis yang beragam antar daerahnya tentunya berdampak pula

terhadap keadaan perekonomiannya. Penyumbang terbesar pembentukan PDRB di

Jawa Tengah pada tahun 2019 berasal dari Kota Semarang dengan angka mencapai

140 juta rupiah. Namun ketimpangan juga terjadi dengan masih banyaknya

kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi kabupaten termiskin dengan hanya

meberikan sumbangan PDRB dibawah 15 juta rupiah. Berikut data PDRB Jawa

Tengah secara lebih lengkap :

Page 19: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

3

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019

(Juta Rupiah)

No Kabupaten/kota 2015 2016 2017 2018 2019

Kabupaten

1. Cilacap 88.357,61 92.858,65 95.254,59 98.159,05 100.445,73

2. Banyumas 31.164,88 33.051,05 35.147,31 37.414,50 39.779,32

3. Purbalingga 14.130,61 14.816,43 15.612,29 16.458,71 17.387,94

4. Banjarnegara 12.266,05 12.932,88 13.663,27 14.438,15 15.246,87

5. Kebumen 16.115,55 16.923,72 17.794,79 18.777,05 19.825,06

6. Purworejo 10.862,65 11.421,55 12.023,76 12.670,38 13.360,77

7. Wonosobo 11.334,08 11.941,20 12.436,05 13.065,84 13.798,84

8. Magelang 18.864,65 19.882,24 20.974,80 22.082,80 23.253,15

9. Boyolali 18.170,38 19.139,36 20.248,85 21.406,27 22.681,10

10. Klaten 22.558,98 23.725,74 24.993,10 26.360,65 27.829,65

11. Sukoharjo 21.612,08 22.847,98 24.163,94 25.564,07 27.076,44

12. Wonogiri 16.977,20 17.869,15 18.866,64 19.837,02 20.856,21

13. Karanganyar 21.286,29 22.436,29 23.731,95 25.150,28 26.641,19

14. Sragen 21.390,87 22.625,82 23.977,21 25.356,46 26.853,06

15. Grobogan 15.962,62 16.682,63 17.659,25 18.688,57 19.692,61

16. Blora 12.882,59 15.914,66 16.866,64 17.609,72 18.322,13

17. Rembang 10.850,27 11.423,01 12.220,17 12.939,88 13.612,55

18. Pati 24.770,33 26.130,21 27.612,45 29.192,48 30.902,90

19. Kudus 65.029,94 66.679,58 68.821,16 71.048,97 73.249,69

20. Jepara 17.210,37 18.080,63 19.055,34 20.170,26 21.384,28

21. Demak 14.913,00 15.672,48 16.584,12 17.479,88 18.417,01

22. Semarang 28.768,33 30.292,47 32.002,98 33.855,68 35.747,01

23. Temanggung 12.489,39 13.116,36 13.776,25 14.483,26 15.214,06

24. Kendal 24.762,33 26.139,41 27.649,78 29.245,66 30.908,49

25. Batang 12.328,24 12.948,19 13.667,08 14.448,63 15.226,89

26. Pekalongan 13.234,56 13.921,65 14.679,13 15.525,05 16.356,35

27. Pemalang 14.673,70 15.469,80 16.336,98 17.268,89 18.270,19

28. Tegal 19.999,48 21.182,92 22.322,10 23.552,55 24.866,73

29. Brebes 26.572,83 27.930,99 29.509,21 31.050,89 32.869,15

Kota

1. Magelang 5.247,34 5.521,53 5.820,53 6.138,62 6.472,54

2. Surakarta 28.453,49 29.975,87 31.685,48 33.506,22 35.443,18

3. Salatiga 7.759,18 8.168,24 8.624,24 9.127,75 9.664,50

4. Semarang 109.110,69 115.542,56 123.279,89 131.317,63 140.326,26

5. Pekalongan 6.043,10 6.367,27 6.706,28 7.087,92 7.477,43

6. Tegal 8.953,88 9.445,03 10.006,94 10.594,34 11.205,32

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020

Page 20: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

4

Dari data Tabel 1, diketahui bahwa PDRB Provinsi Jawa Tengah pada

periode tahun 2015 - 2019 memiliki nilai yang berbeda disetiap kabupaten/kota.

Sebagai perbandingan, total PDRB 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2019 sebesar 992.105,79 juta rupiah dengan nilai rata-rata PDRB

sebesar 28.345,88 juta rupiah. Artinya dari tabel diatas dapat diketahui hanya ada 9

kabupaten/kota di Jawa Tengah yang PDRB nya diatas rata-rata dan 26

kabupaten/kota lainnya nilai PDRB berada dibawah rata-rata. Kota Semarang

dengan PDRB sebesar 140.326,26 juta rupiah turut berkontribusi sebesar 13,78 %

terhadap total PDRB se-Jawa Tengah dan menjadikan Semarang sebagai kota

dengan PDRB tertinggi. Selanjutnya peringkat tertinggi dibawah Kota Semarang

adalah Kabupaten Cilacap dengan PDRB sebesar 100.445,73 juta rupiah (8,76%)

dan Kabupaten Kudus 73.249,69 juta rupiah (8,23%) yang berada pada posisi ketiga

tertinggi. Posisi keempat dan kelima dengan jarak PDRB yang cukup jauh ditempati

oleh Kabupaten Banyumas 39.779,32 juta rupiah (3,92%) dan Kabupaten Semarang

dengan nilai PDRB 35.747,01 juta rupiah (3,65%).

Jika dilihat dari Tabel 1, tiga peringkat dengan nilai PDRB terendah

berdasarkan kota yaitu Kota Magelang dengan nilai PDRB 6.472,54 juta rupiah

(0,65%), Kota Pekalongan 7.477,43 juta rupiah (0,79%) dan Kota Salatiga sebesar

9.664,50 juta rupiah (0,97%). Sedangkan jika melihat nilai PDRB terendah

berdasarkan wilayah Kabupaten, tiga peringkat terendah ditempati oleh Kabupaten

Purworejo dengan PDRB sebesar 13.360,77 juta rupiah (1,37%), menyusul

peringkat setelahnya yaitu Kabupaten Rembang dengan nilai PDRB 13.612,55 juta

rupiah (1,39%) dan Kabupaten Wonosobo dengan nilai PDRB sebesar 13.798,84

Page 21: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

5

juta rupiah (1,40 %). Persentase kontribusi PDRB tiap kabupaten atau kota secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah adalah

Kabupaten Rembang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, kabupaten

dengan luas 103.570 ha ini merupakan kabupaten yang cukup luas dibandingkan

dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. dan terdiri dari 14

kecamatan serta 294 desa. Akan tetapi kabupaten yang terletak di timur laut Jawa

dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur ini termasuk dalam enam

Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB yang rendah, yang artinya Kabupaten

Rembang termasuk kedalam kabupaten termiskin di Jawa Tengah.

Data BPS, perekonomian Kabupaten Rembang menurut PDRB tahun Dasar

2010 ditopang oleh 17 sektor berdasarkan lapangan usaha. Sektor pertanian di

Kabupaten Rembang menjadi sektor yang paling dominan jika dibandingkan

dengan sektor lainnya. Sektor ini memiliki peranan penting dan strategis bukan saja

terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar

terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan serta perekonomian regional.

Besarnya nilai PDRB dan kontribusi masing-masing lapangan usaha

terhadap PDRB Kabupaten Rembang secara terperinci dapat dilihat pada tabel 2.

Page 22: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

6

Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Rembang Tahun 2019 (juta)

Lapangan Usaha PDRB ADHK

2019 (%)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.301,21 25,02

2. Pertambangan dan Penggalian 491,37 4,21

3. Industri Pengolahan 3.151,23 23,10

4. Pengadaan Listrik dan Gas 12,35 0,07

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur

Ulang 6,43 0,04

6. Konstruksi 1.106,70 7,94

7. Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil &

Sepeda Motor 1.911,12 13,37

8. Transportasi dan Pergudangan 577,83 3,60

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 470,61 3,13

10. Informasi dan Komunikasi 235,63 1,20

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 507,48 4,15

12. Real Estate 138,61 0,87

13. Jasa Perusahaan 43,29 0,30

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 458,80 3,00

15. Jasa Pendidikan 712,01 6,00

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 182,55 1,34

17. Jasa lainnya 305,33 2,06

PDRB Kab. Rembang 13.612,55 100

Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2020

Total PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Rembang tahun 2019

sebesar 13.612,55 juta rupiah yang dihasilkan dari 17 lapangan usaha. Dapat dilihat

bahwa ada tiga lapangan usaha yang memberikan sumbangan terbesar terhadap

PDRB Kabupaten Rembang, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

memberikan kontribusi 25,02% atau setara dengan 3,301,21 juta rupiah, sektor

industri pengolahan memberikan kontribusi 23, 10% dan lapangan usaha

Page 23: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

7

Perdaganagn besar, ecer dan reparasi mobil motor 13,37%. Keempat belas lapangan

usaha lainnya memberikan kontribusi tidak lebih dari 5% bahkan ada empat

lapangan usaha yang berkontribusi kurang dari 1% yaitu lapangan usaha real estate

0,83%, jasa perusahaan 0,30%, pengadaan listrik dan gas 0,07% serta pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang 0,04%.

Selain menjadi sektor dominan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

ini ternyata menjadi gantungan hidup penduduk Kabupaten Rembang. Sektor ini

masih menjadi lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja penduduk di Kabupaten

Rembang. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi

juga memberikan andil yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup

masyarakat dan pemberantasan kemiskinan, sumber pendapatan, serta

perekonomian regional.

Peranan pertanian di dalam pembangunan ekonomi yaitu pertama,

menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian

meningkat. Kedua, meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan

demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier. Ketiga,

menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang bagi

pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus-menerus. Keempat,

meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.

Kelima,memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan, 2014 : 362).

Menurut data BPS Kabupaten Rembang di tahun 2019 penduduk yang

berusia 15 tahun keatas berjumlah 494.973 jiwa. Sebanyak 333.916 jiwa merupakan

angkatan kerja sedangkan 161.057 jiwa tergolong bukan angkatan kerja.

Page 24: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

8

Berdasarkan lapangan pekerjaan pada tahun 2019 penduduk usia 15 tahun keatas

yang termasuk golongan angkatan kerja berjumlah sebanyak 324.318 jiwa.

Diantaranya menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan sebanyak 30% atau 95.221 jiwa. Selanjutnya diikuti

sektor perdagangan besar/eceran, usaha rumah makan dan hotel sebesar 68.724

jiwa, sektor industri pengolahan sebesar 58.571 jiwa, sektor jasa sebesar 46.555 dan

sektor lainnya 57.817 jiwa. Secara lengkap persebaran lapangan kerja dapat dilihat

pada gambar 1 berikut :

Gambar 1. Penduduk Kabupaten Rembang Berusia 15 Tahun Keatas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2019

Sumber : BPS Kabupaten Rembang 2018

1.2 Rumusan Masalah

Seiring dengan perkembangan sektor perekonomian lainnya, presentase

kontribusi sektor pertanian Kabupaten Rembang dalam lima tahun terakhir yaitu

18%

22%

30%

12%

18%

Industri Pengolahan

Perdagangan Besar, Ecer,Rumah Makan dan Hotel

Pertanian, Perhutanan,Perburuan dan Perikanan

Jasa Kemasyarakatan

Lainnya

Page 25: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

9

2015 – 2019 terus mengalami fluktuasi. Bahkan pada dua tahun terakhir

menunjukan persentase yang semakin menurun. Pertumbuhan positif terjadi pada

tahun 2015 dengan pertumbuhan 4,16%, kemudian tahun 2015 mengalami

penurunan yang sangat signifikan dengan angka 1,85%. Pada tahun 2017 sektor ini

menunjukkan angka pertumbuhan tertinggi 5,82%. Namun pada tahun selanjutnya

mengalami kenaikan berturut-turut yaitu 1,8% dan 3,87%. Gambaran pertumbuhan

sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dapat dilihat pada gambar 2 :

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kabupaten Rembang Tahun 2015 - 2019

Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020

Kondisi tersebut jika terus berlanjut akan mengancam perekonomian

Kabupaten Rembang mengingat sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menjadi sektor dominan dan penyerap lapangan pekerjaan terbesar yang artinya

sebagian besar penduduk Kabupaten Rembang mengandalkan pendapatan di sektor

tersebut. Kondisi ini juga dapat menjadikan Rembang akan terus menjadi kabupaten

tertinggal dan termiskin di Provinsi Jawa Tengah, yang nantinya akan berdampak

pada menurunnya kesejahteraan penduduk Kabupaten Rembang.

Sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi lapangan usaha yang

penting dalam penyumbang PDRB di Kabupaten Rembang. Ada beberapa hal yang

membuat sektor pertanian menjadi penting, diantaranya yaitu potensi sumber daya

4,161,85

5,82

1,8

-3,492015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan Sektor Pertanian (%)

Page 26: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

10

alam yang besar dan beragam di Kabupaten Rembang yang terdiri dari 14

kecamatan dengan kondisi geografis yang berbeda antara daerah satu dengan

lainnya sehingga memungkinkan keberagaman komoditas yang dihasilkan. Selain

juga letaknya yang berada di pesisir dan dilalui oleh jalur Pantura atau Pantai Utara

Jawa sehingga Kabupaten ini juga unggul dalam usaha perikanannya.

Potensi sumber daya alam Kabupaten Rembang menurut hasil Sensus

Ekonomi 2016, memiliki keunggulan produksi komoditas diantaranya meliputi:

Kabupaten Rembang menjadi produsen tebu terbesar ke-2 setelah Kabupaten

Kudus, Kabupaten Rembang menjadi produsen tembakau rajang terbesar dalam

wilayah eks Karesidenan Pati, Kabupaten Rembang menjadi produsen ubi kayu

terbesar ke-3 setelah Kabupaten Pati dan Jepara, Kabupaten Rembang menjadi

produsen perikanan tangkap terbesar dalam wilayah eks Karesidenan Pati dan

Kabupaten Rembang menjadi produsen garam terbesar ke-2 setelah Pati dalam eks

Karesidenan Pati, sekaligus sebagai produsen ke-5 terbesar nasional. (BPS, 2016).

Suatu daerah dapat mengembangkan komoditas yang bisa menjadi

unggulan atau andalan dalam meningkatkan pembangunan disuatu daerah.

Komoditas unggulan ini perlu ditentukan oleh suatu daerah karena setiap daerah

mempunyai karakter yang berbeda baik dari sisi kesuburan lahan, letak

geogerafisnya, sumber daya manusia, serta sarana dan prasaran yang ada. Sehingga

tidak semua komoditas yang ada disuatu daerah dapat dijadikan komoditas

unggulan atau andalan. Perbedaan inilah yang membawak corak pembangunan dan

penerapan kebijakan diterapkan berbeda. Pembangunan pertanian sebagai sektor

Page 27: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

11

pemimpin dalam pembangunan ekonomi nasional didukung oleh pembangunan

subsektor-subsektor pertanian.

Identifikasi dan klasifikasi subsektor pertanian diperlukan untuk

memberikan gambaran subsektor mana yang aktifitasnya menjadi unggulan atau

basis perekonomian, potensial, sedang berkembang atau bahkan mana saja yang

tertinggal, sehingga dapat dilakukan penentuan subsektor prioritas. Pemerintah

daerah perlu membuat strategi pembangunan berdasarkan prioritas ini agar

kebijakan pembangunan pertanian di daerah dapat berjalan dengan optimal.

Keunggulan Kabupaten Rembang dalam beberapa indikator di atas

menyiratkan bahwa secara tidak langsung Kabupaten Rembang memiliki potensi

yang tidak kalah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Rembang sebetulnya memiliki peluang untuk dapat bersaing di masa

depan jika potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Dengan kata lain,

Dimasa yang akan datang diharapkan wilayah tersebut akan mengalami

perkembangan yang positif sehingga dapat memperbaiki pendapatan

masyarakatnya, meningkatkan taraf hidup serta menekan angka kemiskinan. Untuk

mendukung perkembangan dan peningkatan ekonomi perlu diketahui sektor dan

komoditas unggulan apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga

dapat dijadikan prioritas utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten

Rembang. Dengan mempertimbangkan upaya tersebut, maka perlu diadakan suatu

penelitian mengenai “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian

Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah”

Page 28: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

12

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana posisi, pertumbuhan dan daya saing subsektor pertanian

terhadap perekonomian di Kabupaten Rembang?

2. Komoditas pertanian apakah yang dapat dijadikan komoditas unggulan di

Kabupaten Rembang?

3. Bagaimana posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten Rembang pada

masa mendatang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis posisi, pertumbuhan dan daya saing subsektor

pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Rembang.

2. Untuk menganalisis komoditas unggulan pertanian Kabupaten Rembang.

3. Untuk menganalisis posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten

Rembang pada masa mendatang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

Page 29: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

13

1. Bagi pemerintah Kabupaten Rembang, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi informasi serta bahan masukan dan pertimbangan dalam

perencanaan pembangunan daerah.

2. Bagi pembaca penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan

serta dapat dijadikan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya

atau penelitian dengan topik yang sejenis.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai wujud mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi

Agribisnis. Selain juga sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

pertanian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Rembang yang termasuk salah

satu kabupaten yang menjadi kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Rembang dengan

pembatasan hanya menganalisis selama kurun waktu lima periode terakhir yaitu

tahun 2015 – 2019. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki tiga

subsektor yaitu Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian;

Subsektor Kehutanan dan Penebangan Kayu, serta Subsektor Perikanan.

Pada penelitian ini, ruang lingkup hanya mencakup subsektor Pertanian,

peternakan, perburuan dan jasa perikanan, yang didalamnya terpecah lagi menjadi

lima, yaitu tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan jasa

Page 30: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

14

pertanian. Analisis dilakukan terhadap nilai produksi komoditas pada tiap-tiap

subsektornya.

Penelitian ini berfokus pada analisis posisi dan laju pertumbuhan subsektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan terhadap pertumbuhan

ekonomi dengan pendekatan menggunakan analisis shift share dan menganalisis

komoditas-komoditas potensial atau unggulan pada setiap subsektornya dengan

menggunakan pendekatan Location Question. Serta menganalisis posisi komoditas

unggulan pada masa mendatang dengan menggunakan analisis Dynamic Location

Quetion.

Page 31: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Adisasmita (2005:28) pembangunan adalah perubahan spontan dan

terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti

situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Dalam konteks pembangunan,

menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara

berpikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya

pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu

terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta

terhindar dari tindakan sewenang-wenang.

Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu

proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa

pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-

menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih

baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus

berlangsung dalam jangka panjang.

Todaro dan Smith (2003) dalam Arsyad (2010:11) menyatakan bahwa

keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok

yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (sustenance). (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat

Page 32: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

16

sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih

(freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai

aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek ekonomi saja.

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

suatu negara dalam ragka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi

pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang

yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi

mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu.

2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita

3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka

panjang.

4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (ekonomi, politik, hukum,

sosial dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek

yaitu aspek perbaikan di bidang aturan main (role of the games) baik aturan

formal maupun informal, dan organisasi yang mengimplementasikan aturan

main tersebut.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu

proses agar pola berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam

Page 33: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

17

pembagunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat

diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan

kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan

ke tahap pembangunan berikutnya.

Jhingan (Kuznet, 1995: 51) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini

tumbuh sesuai kemajuan tehnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologi

yang diperlukan. Defenisi ini memiliki tiga komponen, yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus

menerus persediaan barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan kemampuan dalam

menyediakan aneka macam barang penduduk.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manuasia dapat dimanfaatkan

secara tepat.

Adisasmita (2011:26) mengemukakan definisi lain dari pertumbuhan

ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis

tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah atau negara.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kegiatan perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. karena

Page 34: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

18

suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi adalah untuk menghasilkan output,

maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap

faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa

riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun

sebeliumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan

bila pendapatan riil pemerintah dan masyarakat pada tahun tertentu lebih besar

daripada pendapaatn riil pemerintah dan masyarakat pada tahun sebelumnya.

2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan intervensi pemerintah, baik

secara nasional maupun secara regional untuk mendorong proses pembangunan

daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting untuk menerapkan teori dan

konsep guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan

penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah

yang terbelakang. Semua ini adalah untuk meningkatkan proses pembangunan

daerah dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakat mengolah sumberdaya-sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

Page 35: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

19

kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah tersebut (Arsyad,

2016:121)

Pembangunan daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup

pembentukan intuisi-intuisi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk manghasilkan produk dan jasa

yang lebih baik, indentifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan

masyarakatnya harus secara bersama sama mengambil inisiatif pembangunan

daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan

dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada harus mampu menaksir

potensi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah.

Ada beberapa teori untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu

daerah, pertama teori basis ekonomi. Teori ini menyatakaan bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan barang dan jasa dari luar daerah. proses produksi di sektor industri suatu

daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan

bahan baku dan outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi,

peningkatan pendapatan perkapita melalui penciptaan peluang kerja di daerah

Page 36: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

20

tersebut. Kedua, teori kawasan. Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau

pengembangan kawasan yang dianggap paling tepat disuatu daerah. Inti pemikiran

dari teori ini didasarkan pada sifat nasional pengusaha/perusahaan yang cenderung

mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin. Ketiga,

teori daya tarik industry. Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia

sering dipertanyakan jenis-jenis industri apa yang tepat untuk dikembangkan atau

industri unggulan. (Adisasmita, 2011:21)

Selanjutnya Arsyad (1999) mengemukakan pendapatnya yakni: Pertama,

perusahaan harus mengembangkan pekerjaan ysng sesuai dengan kondisi penduduk

daerah. Kedua, pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru, Ketiga,

keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan. Keempat,

pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi.

Menurut Safi’i (2007) paradigma baru strategi pembangunan ekonomi

daerah mencakup beberapa hal berikut, yaitu:

1. Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah

bersangkutan, serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan

pembangunan.

2. Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata

melainkan keberhasilannya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial,

politik, hukum, budaya, birokrasi dan lainnya.

Page 37: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

21

3. Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan

yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih

cepat.

2.3 Pembangunan Pertanian

Secara umum dikemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan

untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi an

memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun masar luar negeri. Ini dilakukan

melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu

meningkatkan dan menganekaragamkan hsil, meningkatkan mutu dan derajat

pengolahan produksi dan menunjang pembangunan wilayah (Kamaludin, 1998).

Menurut Hasbullah (2009), pembangunan pertanian diketahui bahwa

menyumbang devisa negara dan disaat krisis, pertanian mampu bertahan sebagai

penguat eknomi Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian sebaiknya

menjadi kunci utama pembangunan ekonomi Indonesia disaat situaasi krisis global

saat ini dan pembangunan yang akan datang. Pembangunan pertanian Indonesia

kedepan sebaiknya mempunyai ketertarikan, keberlanjutan, dan pengawasan yang

dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan pertanian bertujuan pada

pembangunan petani yang dapat dicirikan dengan kemandirian petani.

Menurut Sutrisno (2002), ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi

krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola piker dari para perencana

pembangunan. Di negara-negara yang sedang berkembang apabila semula

Page 38: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

22

industrialisasi diandalkan menjadi suatu model pembangunan yang akan mampu

memecahkan masalah keterbelakangan negara-negara yang sedang berkembang.

Setelah krisis menimpa negara-negara tersebut, pembangunan sektor pertanian akan

menjadi harapan baru dalam pembangunan di setiap negara.

2.4 Pertanian dan Peranannya dalam Pembangunan Perekonomian

Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang

termasuk didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga

kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50 persen mata pencaharian

masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat

penting untuk dikembangkan di negara kita.

Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai

budidaya penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan

pertanian dapat menghasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan

kebutuhan hidup manusia.

Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup

pembudidayaan tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola

dibidang peternakan seperti merawat dan membudidayakan hewan ternak yang

bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam, bebek,

angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan

ini merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian (Bukhori, 2014).

Page 39: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

23

Sektor pertanian terdiri atas beberapa subsektor (BPS, 2020) mencakup

pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan,

serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.

a. Tanaman pangan

Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas

bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan

meliputi padi, palawija, serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel,

jawawut, jelai, gandum, dll). Keseluruhan komoditas di atas masuk ke

dalam golongan tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat panen

atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup

kategori pertanian. Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian

tanaman pangan antara lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG),

jagung dalam wujud pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.

b. Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan

tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi

tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu

tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk

satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi

tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan dan

pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu

kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman

Page 40: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

24

hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buahbuahan, tanaman

biofarmaka, dan tanaman hias.

c. Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan

tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun

oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha

perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan

kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan

diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat

(kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa, kelapa

sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete,

dan sebagainya.

d. Peternakan

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang

menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan

ungags dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan

diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan

peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun

unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan

susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah

sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras),

Page 41: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

25

ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur

ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.

e. Jasa Pertanian dan Perburuan

Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa

pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa

liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh

perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang

khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman

pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan).

Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat

pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut

ditanggung oleh yang memberikan jasa.

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian sangat penting

karena sebagian besar penduduk negara-negara miskin menggantungkan hidupnya

pada sektor tersebut. Disisi lain, sektor pertanian juga dapat digunakan sebagai

sumber modal yang utama bagi pertumbuhan ekonomi. Modal berasal dari

tabungan yang diinvestasikan dan tabungan berasal dari pendapatan. Di negara-

negara miskin, pangsa pendapatan pertanian terhadap produk nasional mencapai 50

persen.

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi (Wiratmo,

1992:223) adalah antara lain :

a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian.

Page 42: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

26

b. Sektor pertanian merupakan sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan

pangan di negara yang sedang berkembang.

c. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja yang

sangat besar untuk menunjang pembangunan.

d. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber modal yang utama

dalam pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara sedang berkembang.

e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor

modern di negara sedang berkembang.

A.T. Mosher (1965) dalam Arsyad (2010:411) menganalisis syarat-syarat

pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangan dengan baik. Mosher

mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua, yaitu syarat

mutlak dan syarat pelancar. Menurut Mosher, ada lima hal yang harus tersedia

(mutlak) dalam pembangunan pertanian. Jika salah satu syarat tidak tersedia, maka

terhentilah pembangunan pertanian atau mungkin pertanian akan dapat berjalan

namun statis. Kelima syarat mutlak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Adanya pasar untuk hasil usahatani. Pembangunan pertanian akan

meningkatkan produksi atas hasil-hasil usahatani. Maka didalam

memasarkan hasil-hasil produksi pertanian diperlukan adanya pasar,

permintaan (demand), sistem pemasaran, dan kepercayaan petani pada

system pemasaran tersebut.

b. Teknologi yang senantiasa berkembang. Meningkatnya produksi

pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik baru didalam

usahatani. Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani, termasuk

Page 43: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

27

didalamnya bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara

tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Selain juga benih,

pupuk, obat-obatan pemberantas hama, alat-alat, sumber-sumber tenaga,

juga termasuk berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani agar

dapat menggunakan tenaga dan tanah mereka sebaik mungkin.

c. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. Sebagian

besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian

memerlukan penggunan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus

oleh petani. Diantaranya bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama,

makanan dan obat ternak. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua

faktor diatas tersedia di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak

untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin akan

menggunakannya.

d. Adanya perangsang produksi bagi petani. Teknologi yang telah maju,

pasar yang mudah dan tersedianya bahan baku dan alat-alat produksi,

kesemuanya memberikan kesempatan kepada petani untuk dapat

meningkatkan produksinya. Akan tetapi semuanya kesempatan tersebut

akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Oleh karenanya harus ada perangsang

yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya. Faktor

perangsang tersebut adalah harga hasil produksi yang menguntungkan,

pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang

ingin dibeli oleh petani.

Page 44: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

28

e. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Tanpa tersedianya

sarana pengangkutan yang efisen dan murah, maka keempat syarat mutlak

lainnya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena produksi pertanian harus

tersebar dengan baik.

2.5 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan

Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan

potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan

inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan

untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi

(Arsyad, 2016:121)

Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan,

baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada

lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu

bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup

nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor

di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh

wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001:83).

Page 45: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

29

Menurut Arifin dan Rachbini (2001:45) ada syarat agar suatu sektor tertentu

menjadi sektor prioritas, yaitu :

a. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan

yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari

efek permintaan tersebut.

b. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi

produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.

c. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor

yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

d. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh

terhadap sektor-sektor lainnya.

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih

cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor

pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan

tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi (technological progress).

penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi

sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Arifin dan Rachbini,

2001:67).

Sejalan dengan bergulirnya otonomi daerah, setiap kewenangan menjadi

tanggung jawab suatu daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya

dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya alam maupun

sumberdaya manusia. Dengan demikian kecenderungan untuk mengalokasi

Page 46: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

30

sumberdaya alam berupa komoditas unggulan, dapat menjadi motor penggerak

pembangunan suatu daerah.

Menurut Setiyanto dan Irawan (2016:62), komoditas unggulan merupakan

komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu

wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara

teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan

(pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan

kondisi sosial budaya setempat)

Ambardi dan Prihawantoro (2002:29), kriteria komoditas unggulan suatu

daerah adalah:

a. Komoditas uggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover)

pembangunan perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,

pendapatan maupun pengeluaran.

b. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang

yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

c. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah

lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk,

biaya produksi, kuaitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.

d. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik

dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan

baku di daerah sendiri tidak tersedia sama sekali).

Page 47: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

31

e. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat,

terutama melalui inovasi teknologi.

f. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara

optimal sesuai dengan skala produksinya.

g. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari

fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Disaat komoditas

unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan

lainnya harus mempu menggantikannya.

h. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

i. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk

dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan

peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

j. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian

sumberdaya dan lingkungan.

Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi

unggulan yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman

bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah

tersebut. Oleh karena itu, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dijadikan

acuan dalam mempersiapkan strategi pengembangan ekonomi yang ada di daerah

(Sjafrizal : 2008:234)

Page 48: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

32

a. Strategi Berbasis Keuntungan Kompetitif Daerah

Pada era otonomi, masing-masing daerah diberikan kebebasan untuk

menentukan arah dan strategi pembangunan daerahnya sesuai dengan

potensi yang dimiliki. Prinsip keuntungan kompetitif (Competitive

Advantage) sebagaimana yang dimaksud oleh Michael E. Porter (1990)

didasarkan pada unsur kreatifitas, teknologi dan kualitas manusia yang

dikombinasikan menjadi suatu kegiatan usaha. Sehingga produk-produk

yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing yang tinggi

karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah yang

bersangkutan. Dengan demikian dapat saja terjadi suatu daerah yang tidak

mempunyai kandungan sumberdaya alam yang memadai, dapat

berkembang pesat karena kelebihannya dari segi kreatifitas, teknologi dan

kualitas sumberdaya manusia.

b. Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan

Salah satu bentuk kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah

dengan pengembangan komoditi unggulan. Dalam hal ini, masing-masing

daerah didorong untuk mengembangkan satu atau dua komoditi utama yang

mempunyai potensi cukup besar dan mempunyai daya saing yang tinggi

sesuai dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang

bersangkutan. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era

otonomi daerah tetapi juga penting dalam era globalisasi untuk menghadapi

persaingan ditingkat global.

c. Peningkatan Kemampuan Teknologi Daerah

Page 49: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

33

Peningkatan kemampuan teknologi merupakan unsur penting untuk

pengembangan ekonomi daerah karena kemampuan teknologi merupakan

unsur penting untuk dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi

yang telah ada serta merangsang munculnya penemuan produk baru.

Peningkatan kemampuan teknologi daerah ditentukan oleh dua

unsur penting. Pertama, pengembangan pendidikan tinggi karena dengan

cara demikian pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

dapat diwujudkan. Melalui pengembangan IPTEK di daerah, kemampuan

untuk meningkatkan teknologi akan dapat pula difasilitasi. Kedua,

pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and

Development) karena dengan cara demikian inovasi dan penemuan produk-

produk baru akan dapat didorong. Sedangkan pengembangan inovasi dan

produk baru tersebut merupakan bentuk utama dari pengembangan

teknologi daerah.

d. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Daerah

Pengembangan kemampuan teknologi daerah hanya akan

dimungkinkan bilamana kualitas sumberdaya manusia daerah sudah cukup

tinggi. Dalam hal ini, pengembangan pendidikan dan kesehatan masyarakat

di daerah merupakan dua program strategis yang sangat menentukan dan

perlu terus dilanjutkan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

daerah. Upaya pengembangan pendidikan tersebut perlu menekankan pada

3 hal pokok yaitu : (1) Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pendidik, (2)

Page 50: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

34

Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan, dan (3) Perubahan

manajemen pendidikan.

e. Pengembangan Kewirausahaan Daerah

Seandainya suatu daerah mempunyai potensi pengembangan

ekonomi yang cukup besar dan didukung oleh kualitas sumberdaya manusia

dan teknologi produksi yang sudah cukup baik, akan tetapi bila para

pengusaha dan masyarakat tidak mempunyai kemampuan kewirausahaan,

maka pengembangan kegiatan ekonomi akan sukar diwujudkan. Hanya

dengan kewirausahaan yang cukup tinggi semua potensi ekonomi yang ada

akan dapat diwujudkan menjadi kegiatan produksi melalui keberanian para

pengusaha untuk melakukan investasi dan menanggung resiko. Karena itu

tidaklah salah Benjamin Higgins dan Donald J. Savoie (1995) mengatakan

bahwa kewirausahaan (enterpreneurship) meupakan salah satu faktor kunci

untuk menggerakkan proses pembangunan daerah.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peranan sektor tertentu terhadap perekonomian suatu

daerah sudah banyak yang meneliti sebelumnya. Hasil yang terdapat pada beberapa

penelitian baik berupa skripsi maupun jurnal yang dijadikan dasar pertimbangan

dan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

Syarif (2017) penelitan tentang “Analisis Penentuan Komoditas Unggulan

Sektor Pertanian di Kabupaten Mamuju Tahun 2011-2015”. Metode yang

Page 51: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

35

digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisis Location

Quotient dan Shift Share. Hasil penelitian dengan LQ menunjukkan bahwa

komoditas pertanian yang menjadi unggulan ialah padi ladang, jagung, kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, sawi, kacang panjang, cabe besar, kangkung,

durian, jambu air, jeruk, nangka, rambutan, papaya, kelapa sawit, kakao, kelapa,

ayam kampung, sapi, budidaya laut dan kayu gergajian. Berdasarkan analisis Shift

Share menunjukkan bahwa komoditas unggulan pertanian mengalami perubahan

dari komoditas subsektor tanaman pangan menjadi komoditas subsektor

perkebunan. Dimana pergeserannya didominasi oleh komoditas kelapa sawit.

Tanjung (2017) tentang “Kontribusi Subsektor Perkebunan Terhadap

Perekonomian Daerah: Studi Kasus Di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kontribusi subsektor perkebunan terhadap

perekonomian Jawa Timur periode 2010-2015. Penelitian ini menggunakan analisis

location quotient dan shift share. Hasil menunjukkan bahwa hanya tebu dan

tembakau yang menjadi komoditas unggulan baik pada konteks luas areal dan

produksi. Tembakau merupakan komoditas paling unggul sedangkan pala

merupakan komoditas paling tidak unggul. Perkebunan merupakan sub sektor non

unggulan serta tidak selalu memiliki pertumbuhan proporsional dan daya saing

yang cepat. Namun, perkebunan Jawa Timur merupakan sub sektor yang tergolong

progresif yang berarti berkontribusi secara baik terhadap perekonomian Jawa

Timur.

Abdurrahman (2019) penelitian tentang “Kontribusi Sektor Pertanian dan

Rumusan Prioritas dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Wonosobo

Page 52: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

36

(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)”. Hasil penelitian dengan

menggunakan LQ dapat diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor

unggulan. Sedangkan analisis shift share pada sektor pertanian menunjukkan

pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik. Pada sub sektor

yang menjadi unggulan adalah sub sektor Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura

Semusim, Hortikultura Tahunan, Perkebunan, Peternakan, Jasa Pertanian dan

Perburuan, Kehutanan serta Perikanan.

Sofyan (2014) melakukan penelitian “Analisis Komoditas Unggulan

Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Pemalang”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui komoditas unggulan pertanian tanaman pangan dan daya saing wilayah

di Kabupaten Pemalang. Hasil penelitian komoditas unggulan meliputi keunggulan

komparatif metode analisis Locationt Quotient dan keunggulan kompetitif dengan

analisis Revenue Cost. Hasil analisis LQ menunjukan bahwa tanaman padi memiliki

penyebaran wilayah paling luas yang meliputi Kecamatan Randudongkal,

Pemalang, Taman, Petarukan, Ampelgading, Comal, dan Kecamatan Ulujami.

Sedangkan metode RC sebagai salah satu pendekatan model pengujian keuntungan

cabang usahatani menunjukkan bahwa seluruh komoditas tanaman pangan

memiliki keunggulan kompetitif karena nilai RC > 1.Nilai RC tertinggi untuk

komoditas tanaman pangan adalah tanaman padi. Dilihat dari keunggulan

komparatif dan kompetitif berdasarkan pada nilai tertinggi diperoleh kesimpulan

bahwa tanaman padi adalah komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten

Pemalang. Keragaan daya saing wilayah dengan metode Penskalaan dan juga

memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif dipengaruhi oleh dukungan

Page 53: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

37

sumber daya alam, profil tumbuh tanaman, pola tanam, nilai ekonomi produksi, dan

topografi suatu wilayah.

Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari dan Ayuningtyas (2018) tentang

“Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian dalam mendukung Kawasan

Agropolitan, Studi kasus: Kabupaten Pasaleman, kabupaten Cirebon”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian di Kecamatan

Pasaleman dalam mendukung peran Kecamatan Pasaleman sebagai kawasan

agropolitan. Tahapan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mempelajari konsep

kawasan agropolitan, mengidentifikasi metode-metode penentuan komoditas

unggulan wilayah, mengidentifikasi komoditas unggulan di Kecamatan Pasaleman,

dan menentukan peran Kecamatan Pasaleman terhadap sistem Kawasan

Agropolitan Ciledug. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

adalah data sekunder dan data primer dari kuesioner petani di Kecamatan

Pasaleman dengan metode Slovin untuk pengambilan sampel. Untuk

mengidentifikasi komoditas unggul pertanian di Kecamatan Pasaleman, digunakan

empat metode analisis, yang terdiri dari: perhitungan Location Quotient,

produktivitas pertanian, produksi pertanian, dan laba atau profit tiap komoditas.

Jika ditinjau dari segi produksi dan produktivitas, sektor unggul pertanian di

Kecamatan Pasaleman adalah tebu. Namun jika dilihat dari hasil perhitungan LQ,

sektor yang menempati urutan pertama di Kecamatan Pasaleman adalah pepaya.

Implikasi dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk strategi pemerintah

daerah dan petani di Kecamatan Pasaleman dalam mengembangkan komoditas

unggulan di wilayah tersebut

Page 54: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

38

Penelitian Fauzia (2019) tentang “Analisis Komoditas Unggulan Pertanian

di Kabupaten Banjar” dengan metode analisis Location Quotient dan Shift Share.

Hasil penelitian dalam periode 2013 – 2017 tersebut menunjukan komoditi

pertanian yang menjadi basis di sebagian kecamatan di Kabupaten Banjar untuk

subsektor tanaman pangan dengan komoditi unggulan yaitu padi sawah, padi

ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang, hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

Subsektor holtikultura buah-buahan dengan komoditi unggulan yaitu alpukat,

belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jeruk siam/keprok, jeruk besar,

mangga, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun,

melinjo, petai dan jengkol. Subsektor holtikultura sayur-sayuran dengan komoditi

unggulan yaitu kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, buncis,

ketimun, kangkung, bayam dan semangka. Subsektor perkebunan dengan komoditi

unggulan yaitu kelapa dalam, kelapa sawit, kopi, lada, jambu mete, sagu/rumbia,

kemiri, pinang, kapuk, kenanga dan aren. Subsektor peternakan dengan komoditi

unggulan yaitu sapi, kuda, kerbau, ayam pedaging dan itik. Subsektor perikanan

dengan komoditi unggulan yaitu perikanan darat dan budidaya.

2.7 Kerangka Pemikiran Operasional

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang menjadi

penyumbang PDRB terbesar bagi Kabupaten Rembang setiap tahunnya. Pada

tahun 2019, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB

Kabupaten Rembang, yaitu sebesar 3,301,21 juta rupiah atau setara dengan 25,02%

total pendapatan PDRB Kabupaten Rembang.

Page 55: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

39

Selain menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB kabupaten, menurut

data BPS Kabupaten Rembang di tahun 2019 sejumlah 324.318 jiwa penduduk usia

15 tahun keatass yang termasuk golongan angkatan kerja, sebanyak 30% atau

95.221 jiwa tersebut menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan. Itulah alasan mengapa sektor pertanian

menjadi sektor paling penting dalam pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten

Rembang. Atas pertimbangan tersebut, perlu juga adanya kebijakan untuk

menentukan sub sektor unggulan dan non unggulan dalam perencanaan

pembangunan daerah khusus nya di sektor pertanian, sehingga potensi yang ada di

Kabupaten Rembang dapat dikembangkan secara lebih maksimal.

Berdasarkan susunan yang terdiri dari 17 lapangan usaha, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan terdiri dari beberapa sektor yaitu sektor

pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, sektor kehutanan dan

penebangan kayu, serta sektor perikanan. Sektor Pertanian, peternakan, perburuan

dan jasa pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu: subsektor tanaman pangan,

subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan, dan subsektor

peternakan, serta subsektor jasa pertanian dan perburuan. Analisis untuk

mengatahui perubahan struktur sektoral maka akan dihitung dengan menggunakan

alat analisis Shift-Share sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan daya saing tiap

subsektor per tahunnya. Sedangkan untuk mengetahui komoditas dari tiap-tiap

subsektor mana sajakah yang menjadi subsektor unggulan atau basis dan lokal atau

non basis maka akan dianalisis menggunakan Location Quotient (LQ) dan juga

Page 56: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

40

untuk mengetahui gambaran daya saing komoditas dimasa mendatang dengan

menggunakan analisis Dynamic Location Quotient.

Secara skematis penetapan komoditas unggulan sektor pertanian serta

perubahan struktur subsektor pertanian, maka dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:

Page 57: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

41

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perekonomian Kabupaten Rembang

Sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan yang mempunyai subsektor :

1. Subsektor Tanaman Pangan

2. Subsektor Hortikultura

3. Subsektor Perkebunan

4. Subsektor Peternakan

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

(PDRB berdasarkan 17 Lapangan Usaha)

Peran Sektor Pertanian Dalam

Perekonomian Di Kabupaten Rembang

Komoditas Basis

dan Non Basis

Posisi dan laju

Subsektor Reposisi

Komoditas

Analisis Dynamic

Location Quotient Analisis Shift-Share

Analisis Location

Quotient

Page 58: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah pada

bulan Maret - Februari 2021. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dipilih secara

sengaja dengan alasan memperhatikan ketimpangan nilai Produk Domestik

Regional Bruto yang menjadikan Kabupaten Rembang menjadi daerah dengan

pendapatan PDRB terendah dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan

merupakan data sekunder yang berbentuk cross section (data silang) yaitu nilai

produksi komodittas menurut subsektor dan time series (data deret waktu) selama

rentang waktu lima tahun antara tahun 2015 hingga tahun 2019. Data Sekunder

adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan

kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, Mudrajat ; 2001). Adapun data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Nilai produksi komoditas subsektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2015 – 2019 yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa

Tengah dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

b. Nilai produksi komoditas subsektor pertanian Kabupaten Rembang tahun

2015 – 2019 yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Rembang dan BAPPEDA.

Page 59: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

43

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:224)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan pada penelitian yaitu dengan menggunakan

metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

diteliti. Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar maupun karya-karya dari

seseorang (Sugiyono, 2017:240). Dokumentasi memiliki kelebihan yaitu metode ini

menghemat waktu karena dapat dilihat secara langsung sekaligus mencatatnya,

tidak perlu pengantar orang lain, tidak menimbulkan kecurigaan, dan dapat

mengetahui data yang telah berlalu. Data yang didapatkan dalam penelitian

selanjutnya diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2016.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Selanjutnya untuk menganalisis pembangunan ekonomi daerah terdapat

beberapa alat analisis yang dapat digunakan Tulus (1999) yang terdiri dari :

Pertama, analisis Shift-Share, oleh banyak peneliti ekonomi regional bahwa

analisis shift-share dianggap sebagai teknik yang sangat baik untuk menganalisis

perubahan struktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasioal. Dengan

pendekatan analisis shift-share ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja

Page 60: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

44

perekonomian suaru daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih

besar (regional/nasional).

Kedua, adalah Location Quotient (LQ) adalah suatu teknik yang digunakan

untuk memperluas metode analisis. Sebaliknya shift-share yaitu untuk mengukur

konsentrasi suatu kegiatan ekonomi atau sektor disuatu daerah dengan cara

membandingkan peranan dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan dari

kegiatan ekonomi/sektor yang sama pada tingkat nasional (Adisasmita, 2011:22)

Ketiga, adalah Dynamic Location Quotient (DLQ). Teknik analisis

Dynamic Location Quotient atau DLQ prinsipnya hampi sama dengan LQ, hanya

saja perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan komoditas. Teknik

ini untuk mengatasi kelemahan analisis LQ yang hanya dapat melihat peranan

komoditas dalam kurun waktu tertentu, namun DLQ dapat memprediksikan dimasa

yang akan datang.

3.4.1 Analisis Shift Share

Analisis shift-share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan struktural ekonomi daerah yang dalam penelitian ini

diwakilkan oleh Kabupaten Rembang, dibandingkan dengan perekonomian tingkat

atas yaitu Provinsi Jawa Tengah.. Kegunaan analisis ini adalah untuk melihat

perkembangan suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya dan melihat

perbandingan laju pertumbuhan sektor suatu daerah dibandingkan laju

pertumbuhan nasional.

Page 61: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

45

a. Perhitungan Analisis Shift Share

Analisis Shift Share menggunakan 3 komponen yang berhubungan satu

dengan yang lainnya, yaitu :

1. Pertumbuhan Regional (PR)

Pertumbuhan Regional digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau

pergeserann struktur ekonomi suatu daerah dengan melihat nilai produksi daerah

pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan

ekonomi daerah diatasnya (provinsi). Dengan kata lain PS menunjukkan bagaimana

pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap perekonomian daerah.

2. Pertumbuhan Proporsional (PP)

Merupakan indikator yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu

sektor tertentu di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di provinsi. Pengukuran

ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian daerah berkonsentrasi

pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang

dijadikan acuan.

3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

Merupakan indikator yang memberikan penjelasan atau informasi dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian

yang ada di tingkat yang lebih atas atau provinsi. Disebut juga keunggulan

kompetitif atau pertumbuhan wilayah.

Page 62: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

46

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Dij = PRij + PSij + PPWij

PRij = Pij . Ra

PSij = Pij . (Ri – Ra)

PPWij = Pij . (ri – Ri)

Keterangan :

i = komoditas yang diteliti

j = Variabel penelitian yang diteliti yaitu kabupaten Rembang

Pij = Nilai Produksi komoditas i di Kabupaten Rembang pada tahun dasar

P*ij = Nilai Produksi komoditas i di Kabupaten Rembang pada tahun akhir

Pin = Nilai Produksi komoditas i di Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar

P*in = Nilai Produksi komoditas i di Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir

Pn = Total Nilai Produksi Komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada

tahun awal

P*n = Total Nilai Produksi Komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada

tahun akhir

Dimana rij, rin, dan rn mewakili laju pertumbuhan daerah Kabupaten

Rembang dan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah yang masing-masing

didefinisikan sebagai berikut :

ri = (P*ij – Pij) / Pij

Ri = (P*in – Pin) / Pin

Ra = (P*n – Pn) / Pn

Page 63: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

47

Masing-masing pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai berikut :

rn = Total laju pertumbuhan komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada

tahun dasar

rin = Total laju pertumbuhan pertanian komoditas i Provinsi Jawa Tengah pada

tahun dasar

rij = Total laju pertumbuhan pertanian komoditas i Kabupaten Rembang pada

tahun dasar

b. Menghitung Pergeseran Bersih

Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah

dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi pertumbuhan komoditas sektor pertanian. Pergeseran bersih

komoditas pertanian i pada wilayah j (Kabupaten Rembang) dapat dirumuskan

sebagai berikut :

PBij = Psij + Dsij

Dimana :

PBij = Pergeseran bersih komoditas i pada wilayah j (Kabupaten Rembang)

PSij = Komponen pertumbuhan porposional wilayah komoditas i pada wilayah j

(Kabupaten Rembang)

DSij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas i pada wilayah j

(Kabupaten Rembang)

Page 64: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

48

Apabila PBij > 0, maka pertumbuhan komoditas i pada wilayah j termasuk

ke dalam kelompok maju. Sedangkan jika PBij < 0, maka pertumbuhan komoditas

i pada wilayah j termasuk lamban.

3.4.2 Analisis Location Quotient

Penelitian ini menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Analisis

LQ merupakan indikator sederhana yang dapat menunjukkan kekuatan peranan

suatu komoditas dalam suatu daerah bawah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan

peranan komoditas yang sama dalam suatu daerah atas yang lebih luas (provinsi).

Dengan metode LQ ini dapat diketahui sektor apa saja yang menjadi unggulan atau

sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Rembang dibandingkan dengan

dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Rumusnya adalah sebagai

berikut (Tarigan, 2005:82)

LQ = 𝑿𝒊𝒓/𝑿𝒓

𝑿𝒊𝒏/𝑿𝒏

Dimana :

Xir = Jumlah produksi komoditas i sektor regional (Kabupaten Rembang)

Xr = Total produksi komoditas sektor regional (Kabupaten Rembang)

Xin = Jumlah produksi komoditas i sektor nasional (Provinsi Jawa Tengah)

Xn = Total produksi komoditas sektor nasional (Provinsi Jawa Tengah)

Apabila nilai LQ > 1 artinya peran komoditas i di daerah regional itu lebih

besar daripada peranan komoditas itu secara nasional. Sehingga komoditas tersebut

Page 65: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

49

dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan atau basis, atau dapat disimpulkan

bahwa peranan komoditas i dalam perekonomian di Kabupaten Rembang lebih

menonjol daripada komoditas tersebut di Provinsi Jawa Tengah.

Sebaliknya jika nilai LQ<1 maka suatu komoditas tersebut dikategorikan

sebagai komoditas lokal atau komoditas non basis karena peranan komoditas

tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang lebih kecil nilainya daripada

komoditas tersebut di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan jika nilai LQ=1 maka

terjadi keseimbangan peranan komoditas kabupaten dibanding dengan komoditas

di Provinsi.

Kelemahan LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, yang artinya

memberikan gambaran pada satu titik waktu saja. Itu berarti bahwa komoditas yang

unggul pada tahun ini belum tentu unggul pada tahun yang akan datang. Sebaliknya

bisa saja komoditas yang belum unggul pada saat ini akan unggul di masa

mendatang. Reposisi demikian dapat terjadi tergantung pada laju pertumbuhan

setiap komoditas wilayah regional (kabupaten) dibandingkan laju pertumbuhan

sektor itu di wilayah nasional (provinsi). Komoditas di regional yang laju

pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan komoditas wilayah

nasional, sekalipun sektor ini unggul sekarang, namun jika keadaan tidak berubah

suatu ketika akan kalah bersaing dengan daerah lain. Sebaliknya komoditas di

wilayah regional yang bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan laju komoditas

wilayah nasional, sekalipun belum merupakan komoditas unggulan sekarang,

kemudian hari dapat diharapkan menjadi komoditas unggul.

Page 66: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

50

3.4.3 Analisis Dynamic Location Quotient

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah variasi lain dari metode Location

Quotient untuk mengatasi kelemahannya. Metode ini memberikan gambaran posisi

sektor dimasa yang akan datang. DLQ prinsipnya hampi sama dengan LQ, hanya

saja perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan komoditas yang

dinotasikan dengan gij dan gi yang merupkan interprestasi dari laju pertumbuhan

komoditas sektor pertanian di wilayah regional, sedangkan notasi Gi dan G

merupakan notasi yang menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan komoditas sektor

pertanian di wilayah nasional. Menurut Suyatno (2000) Rumus yang digunakan

adalah :

DLQ = (𝟏+𝒈𝒊𝒋)/(𝟏+𝒈𝒋)

(𝟏+𝑮𝒊)/(𝟏+𝑮). 𝒕

Keterangan

gij = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas i di Kabupaten

Rembang

gj = Rata-rata laju pertumbuhan total produksi komoditas di Kabupaten

Rembang

Gi = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas i di Provinsi Jawa

Tengah

G = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas di Provinsi Jawa Tengah

t = Jumlah tahun analisis

Untuk menghitung laju pertumbuhan, dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Page 67: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

51

G = 𝑷𝑫𝑹𝑩𝟏−𝑷𝑫𝑹𝑩𝟎

𝑷𝑫𝑹𝑩𝟎 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan

PDRB1 = Nilai produksi komoditas suatu tahun

PDRB0 = Nilai produksi komoditas tahun sebelumnya

Jika nilai DLQ>1 artinya komoditas tersebut masih dapat diharapkan

sebagai komoditas unggulan pada masa yang akan datang. Sebaliknya jika nilai

DLQ<1 maka komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi komoditas

unggulan atau komoditas basis pada masa mendatang

3.4.4 Analisis Gabungan LQ dan DLQ

Analisis gabungan dari LQ dan DLQ dimaksudkan untuk dapat mengetahui

terjadinya pergeseran atau reposisi yang dialami komoditas serta menilai prospek

keberadaan komoditas tersebut pada masa yang akan datang. Berikut merupakan

tabel silang tipolgi prospek pengembangan basis ekonomi dengan kriteria sebagai

berikut :

Tabel 3. Tipologi Sektor Berdasarkan Nilai LQ dan DLQ

DLQ > 1 DLQ < 1

LQ > 1 Tipe I

Basis, Prospektif

Tipe III

Basis, Tidak Prospektif

LQ < 1 Tipe II

Non Basis, Prospektif

Tipe IV

Non Basis, Tidak Prospektif

Page 68: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

52

Berikut merupakan penjelasan dari klasifikasi tipologi prospek

pengembangan basis ekonomi :

1. Tipe I, memiliki arti bahwa suatu sektor/komoditas tetap menjadi basis dan

diharapkan masih menjadi basis atau unggulan dimasa yang akan datang.

2. Tipe II, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas tidak termasuk

sektor basis atau unggulan, akan tetapi sektor atau komoditas tersebut telah

berkembang pesat sehingga dapat diandalkan dimasa yang akan datang.

3. Tipe III, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas termasuk dalam

basis atau unggulan, akan tetapi sektor atau komoditas tersebut mengalami

reposisi dan menurun perannya, sehingga tidak dapat diharapkan menjadi

basis atau unggulan pada masa yang akan datang.

4. .Tipe IV, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas tergolong sektor

non basis atau non unggulan, dan mengalami reposisi dan menurun

perannya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian

wilayah pada masa yang akan datang.

Page 69: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG

4.1 Kondisi Alam

Secara astronomis, Kabupaten Rembang terletak antara 6* 30’ - 7* 06’

Lintang Selatan dan antara 111* 00’ - 111* 30’ Bujur Timur. Kabupaten Rembang

merupakan kabupaten paling timur di Provinsi Jawa Tengah dan terletak di Pantai

Utara Jawa Tengah. Kabupaten Rembang berbatasan dengan beberapa kabupaten

lain di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten

Rembang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Blora

Sebelah Barat : Kabupaten Pati

Sebelah Timur : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur

Kabupaten Rembang terbagi menjadi 14 Kecamatan yang dibagi lagi atas

287 desa dan 7 kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 1.035,70 km2,

Kabupaten Rembang merupakan wilayah Kabupaten yang cukup luas dibandingkan

dengan Kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang

memiliki luas terbesar adalah kecamatan Sale dengan luas 10,53% dari total luas

wilayah kabupaten Rembang. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah

Kecamatan Sluke dengan luas 3,67% dari total luas keseluruhan Kabupaten

Rembang.

Sebagian besar (56,83 persen) wilayah Kabupaten Rembang merupakan

dataran rendah yang terletak di bagian utara Kabupaten Rembang, sedangkan di

Page 70: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

54

bagian selatan relatif lebih tinggi. Di Kabupaten Rembang terdapat empat

Kecamatan dengan ketinggian lebih dari 700 mdpl, yaitu Kecamatan Sedan,

Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sluke. Sedangkan untuk

Kecamatan dengan wilayah terendah adalah Kecamatan Kaliori dengan ketinggian

0-25 mdpl.

Tabel 4. Tinggi Wilayah dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di

Kabupaten Rembang

No. Kecamatan Tinggi Wilayah

(mdpl)

Luas Wilayah

(km2)

Persentase

(%)

1. Sumber 100-200 78,20 7,55

2. Bulu 300-400 101,10 9,76

3. Gunem 600-700 84,74 8,18

4. Sale 600-700 109,02 10,53

5. Sarang 50-100 93,83 9,06

6. Sedan >700 86,35 8,34

7. Pamotan 100-200 80,60 7,78

8. Sulang 100-200 84,81 8,19

9. Kaliori 0-25 61,17 5,91

10. Rembang 25-50 61,55 5,94

11. Pancur >700 43,01 4,15

12. Kragan >700 67,18 6,49

13. Sluke >700 38,02 3,67

14. Lasem 600-700 46,12 4,45

Total 1.035,70 100

Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020

Wilayah Kabupaten Rembang memiliki jenis iklim tropis dengan suhu

maksimum tahunan sebesar 33°C dan suhu rata-rata 23°C. Bulan basah di

Kabupaten Rembang terjadi selama sampai 5 bulan setiap tahunnya, sedangkan

selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering.

Sementara itu, untuk curah hujan pada tahun 2020 paling tinggi terjadipada

bulan April 2020 dengan rata-rata mencapai 290 mm. Sedangkan wilayah dengan

Page 71: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

55

curah hujan paling tinggi selama tahun 2020 adalah Kecamatan Bulu, mencapai

1.933 mm. Tingginya curah hujan yang terjadi di Kecamatan Bulu ini dikarenakan

selama tahun 2020, Kecamatan Bulu mengalami jumlah hari hujan paling tinggi,

sebanyak 116 hari.

Secara menyeluruh wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah

pertanian yang relatif subur, kecuali di daerah pegunungan yang terdapat di sebelah

timur bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang, dapat dijelaskan dari jenis tanah

yang terdapat di wilayah Kabupaten Rembang meliputi:

1. Tanah Alluvial Yaitu tanah yang beraneka sifatnya, dengan warna kelabu,

coklat hitam mempunyai produktivitas yang sangat rendah sampai tinggi,

berasal dari sedimentasi sungai di dataran utara tengah dan sedikit di

wilayah pantai sebelah timur, meliputi 10 % dari luas wilayah Kabupaten

Rembang dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan permukiman.

2. Tanah Regosol Yaitu tanah yang netral sampai asam dengan warna putih,

coklat kekuningkuningan, coklat, kelabu, meliputi 5 % dari luas wilayah

Kabupaten Rembang yang terdapat di sebagian besar pantai utara. Tanah

jenis ini berasal dari sedimentasi pasir pantai, digunakan terutama untuk

pertanian dan perkebunan.

3. Tanah Grumosol Yaitu tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai

hitam, produktivitasnya dari rendah sampai sedang. Jenis tanah ini

menduduki luas kedua atau sebesar 32% dari luas wilayah Kabupaten

Rembang, terletak di bagian selatan dan biasanya digunakan untuk tanah

pertanian dan perkebunan.

Page 72: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

56

4. Tanah Mediteran Merah Kuning Yaitu tanah yang agak netral, berwarna

merah sampai coklat dengan produktivitas sedang sampai tinggi, meliputi

kurang lebih 45 % dari seluruh wilayah Kabupaten Rembang. Jenis tanah

ini terletak dibagian timur dari pantai sampai masuk ke selatan dan biasanya

digunakan untuk tanah sawah, tegalan, kebun buah dan padang rumput.

Kabupaten Rembang memiliki kandungan tanah Andosol dan

endapan/deposit bahan tambang antara lain: batu kapur, batu bara muda,

Clay, Dolomit, Tras, Pasir Kwarsa, Fosfat dan sebagainya yang jumlahnya

berkisar 8% dari luas wilayah Kabupaten Rembang yang menjadi potensi

daerah di bidang pertambangan dan bahan galian. Potensi yang cukup besar

tersebut maka pabrik semen Indonesia telah membuka usaha di Kabupaten

Rembang.

4.2 Kondisi Penduduk

Kabupaten Rembang mempunyai kepadatan peduduk pada tahun 2020 623

jiwa/km2 berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, dibandingkan dengan proyeksi

penduduk tahun sebelumnya, penduduk Rembang mengalami pertumbuhan sebesar

1,12 persen. Pertumbuhan penduduk terbesar ada di Kecamatan Pamotan diikuti

Kecamatan Sumber masing-masing sebesar 7,42 persen dan 4,26 persen.

Page 73: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

57

Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kabupaten Rembang

Kecamatan Penduduk (Ribu) Laju Pertumbuhan (%)

Sumber 36,80 4,26

Bulu 28,02 4,02

Gunem 24,26 -0,35

Sale 38,92 1,51

Sarang 62,89 -4,75

Sedan 55,26 0,19

Pamotan 49,75 7,42

Sulang 39,12 -0,92

Kaliori 42,21 1,60

Rembang 91,91 -0,81

Pancur 30,81 3,64

Kragan 65,50 2,48

Sluke 29,51 3,96

Lasem 50,38 0,58

Rembang 645,33 1,12

Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020

Penduduk Kabupaten Rembang tahun 2020 sebanyak 645.333 jiwa yang

terdiri atas 324.593 jiwa penduduk laki-laki dan 320.740 jiwa penduduk

perempuan. Penduduk di Kabupaten Rembang didominasi penduduk dengan

kelompok umur antara 30-34 tahun dengan jumlah 51.689 jiwa, sedangkan

penduduk dengan kelompok umur antara 70-74 tahun merupakan penduduk dengan

jumlah terkecil yaitu sebanyak 13.664 jiwa.

Page 74: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

58

Tabel 6. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Rembang Tahun 2020

Kelompok Umur Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

0-4 24.169 23 128 47 297

5-9 22.783 21.594 44.377

10-14 23.658 21.941 45.599

15-19 25.410 23.691 49.101

20-24 25.373 23.949 49.322

25-29 25.342 24.610 49.952

30-34 25.706 25.983 51.689

35-39 24.696 24.390 49.086

40-44 25.421 25.283 50.704

45-49 23.392 23.111 46.503

50-54 21.183 21.298 42.481

55-59 18.701 18.845 37.546

60-64 15.438 15.846 31.284

65-69 11.397 11.265 22.662

70-74 6.538 7.126 13.664

75+ 5.386 8.680 14.066

Rembang 324.593 320.740 645.333

Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020

4.3 Kondisi Pertanian

Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor

perkebunan, subsektor perikanan, sub sektor peternakan. Sektor pertanian

merupakan sektor yang mampu memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB

Kabupaten Rembang di bandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Adapun

produksi dari komoditi-komoditi yang di hasilkan di Kabupaten Rembang dari

setiap sub sektor yaitu:

Page 75: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

59

a. Tanaman Pangan.

Tanaman pangan adalah tanaman yang berfungsi sebagai sumber

karbohidrat utama bagi masyarakat. Tanaman ini terbagi menjadi padi dan

palawija. Padi dibagi lagi menjadi padi sawah dan padi ladang, sedangkan

palawija sendiri terbagi menjadi jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang

hijau dan kacamg tanah..

b. Hortikultura

Subsektor hortikultura di Kabupaten Rembang terdiri dari kategori sayuran

yang meliputi bawang merah, bayam, cabe besar, cabe rawit, jamur, kacang

panjang, kangkung, melinjo, mentimun, petai, sawi, terong, tomat, Buah-

buahan terdiri dari alpukat, belimbing, blewah, duku, durian, jambu air,

jambu biji, jeruk besar, jeruk siam, mangga, melon, mengkudu, nangka,

nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, semangka, sirsak, sukun.

Kategori biofarmaka atau obat-obatan yaitu jahe, kencur, kunyit, laos,

lempuyang, sambiloto, temuireng, temukunci dan temulawak.

c. Perkebunan

Subsektor perkebunan di Kabupaten Rembang terdiri dari komoditas

cengkeh, jambu mete, kapuk, kelapa, kobi robusta, siwalan tebu tembakau

rajang dan wijen. Komoditas ini merupakan tanaman semusim dan tahunan

yang ditanam oleh rakyat dan perusahaan perkebunan milik negara atau

perhutani.

Page 76: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

60

d. Peternakan

Subsektor peternakan di Kabupaten Rembang dibedakan atas tiga jenis yaitu

ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari kerbau, kuda,

dan sapi potong. Ternak kecil terdiri dari domba dan kambing. Sedangkan

ternak ungags yaitu ayam kampung/ayam buras, ayam pedaging, ayam

petelur dan itik.

Page 77: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

61

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Posisi Subsektor, Pertumbuhan dan Daya Saing di Kabupaten

Rembang Periode 2015-2019

5.1.1 Analisis Shift Share

Pertumbuhan sub sektor pertanian wilayah Kabupaten Rembang

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah beberapa komponen

pertumbuhan wilayah, seperti Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan

Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Apabila ketiga

komponen tersebut memilki nilai positif, maka laju pertumbuhan subsektor dalam

sektor pertanian di Kabupaten Rembang mengalami peningkatan.

a. Pengaruh Pertumbuhan Komoditas Pertanian Regional (PRij)

Pertumbuhan Regional (PR) didapatkan dari rasio total produksi subsektor

pertanian Provinsi Jawa Tengah (Ra) dikalikan dengan produksi subsektor

pertanian Kabupaten Rembang pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij).

Berdasarkan analisis shift Share maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut:

Jika PR memiliki nilai positif maka artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa

Tengah berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten Rembang. Jika

PR memiliki nilai negatif maka artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa

Tengah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten

Rembang.

Page 78: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

62

Berdasarkan hasil perhitungan shift-share, perkembangan subsektor dan

komoditi pertanian secara keseluruhan (Dij) Kabupaten Rembang tahun 2015-2019

adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Subsektor Pertanian

Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019

No KOMODITAS PRij PPij PPWij Dij

A Tanaman Pangan -55817,77 -490281,70 -676565,81 -1222665

B Hortikultura 152710,97 3670423,46 13686689,6 17509824

C Perkebunan -3828,05 247452,23 957816,64 1201441

D Peternakan 1414084,37 2613848,55 -4755664 -727731

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Hasil perhitungan dari Tabel 7 diketahui bahwa terdapat dua subsektor yang

bernilai positif yaitu subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Artinya

pertumbuhan kedua subsektor tersebut di Kabupaten Rembang dipengaruhi secara

positif oleh perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan atau pertumbuhan

subsektor pertanian Provinsi Jawa Tengah selama tahun pengamatan yaitu tahun

2015-2019 mampu menambah nilai produksi komoditas pertanian Kabupaten

Rembang sebesar 152.710,97 ton untuk subsektor hortikultura dan sebesar 1.414.084,37

ton produksi pada subsektor peternakan.

Sementara subsektor tanaman pangan memiliki nilai PR -55.817,77 ton dan

subsektor perkebunan memiliki nilai -3.828,05 ton. Kedua subsektor memiliki nilai

negatif yang artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa Tengah tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten Rembang.

b. Pengaruh Pertumbuhan Proporsional (PPij)

Pertumbuhan proporsional adalah hasil dari selisih rasio produksi subsektor

pertanian Provinsi Jawa Tengah (Ri) dan rasio total produksi subsektor Jawa

Page 79: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

63

Tengah (Ra) dikalikan dengan produksi subsektor pertanian Kabupaten Rembang

pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij) Berdasarkan analisis shift Share

maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika Proporsional Shift atau bauran

industri memiliki nilai positif maka artinya subsektor pertanian tumbuh dengan

cepat. Jika Proporsional Shift memiliki nilai negatif maka artinya subsektor

pertanian tumbuh lambat.

Hasil perhitungan dari Tabel 7, diketahui terdapat tiga subsektor yang

memiliki nilai PP positif, yang artinya ketiga sektor tersebut pertumbuhannya cepat.

Subsektor tersebut adalah hortikultura dengan nilai PP 3.670.423,46 ton, subsektor

perkebunan dengan nilai PP 247.452,23 dan subsektor peternakan dengan nilai

2.613.848,55. Sedangkan subsektor tanaman pangan memiliki PP -490.281,70 yang

artinya subsektor tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang lambat.

c. Pengaruh Keunggulan Kompetitif atau Pangsa Wilayah (PPWij)

Pangsa wilayah adalah hasil dari selisih rasio produksi subsektor pertanian

Kabupaten Rembang (ri) dan rasio produksi subsektor pertanian Provinsi Jawa

Tengah (Ri) dikalikan dengan produksi subsektor pertanian Kabupaten Rembang

pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij). Berdasarkan analisis Shift Share

maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika PPW bernilai positif maka

subsektor pertanian di Kabupaten Rembang tersebut mempunyai daya saing yang

baik pada subsektor Provinsi Jawa Tengah. Sebaliknya jika PPW bernilai negatif

maka subsektor pertanian di Kabupaten Rembang mempunyai daya saing yang

kurang baik.

Page 80: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

64

Hasil perhitungan dari Tabel 7, diketahui bahwa terdapat dua subsektor yang

memiliki nilai PPW positif, yaitu subsektor hortikultura dengan nilai PPW

13.686.689,6 ton dan subsektor perkebunan sebesar 957.816,64 ton. Artinya kedua

subsektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif atau dapat bersaing dengan

wilayah lain pada subsektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah.

Sedangkan subsektor tanaman pangan memiliki nilai PPW -676.565,81 ton

dan subsektor peternakan sebesar -4.755.664 ton. Kedua subsektor memiliki nilai

negatif yang artinya subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan memiliki

daya saing yang kurang baik atau tidak kompetitif.

5.1.2 Pergeseran Bersih

Berdasarkan perhitungan Shift Share pergeseran bersih subsektor yang

memiliki nilai PB>0 adalah subsektor hortikultura dengan nilai PB 17.357.113 ton

dan subsektor perkebunan dengan nilai PB 1.205.268,87 ton. Kedua subsektor

tersebut memiliki nilai pergeseran bersih positif yang artinya pertumbuhan

subsektor ini memiliki pertumbuhan yang cepat. Hasil analisis pergeseran bersih

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Subsektor

Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019

No Komoditas PP PPW Pbij Keterangan

A Tanaman Pangan -490281,70 -676565,81 -1166847,5 Lambat

B Hortikultura 3670423,46 13686689,6 17357113 Cepat

C Perkebunan 247452,33 957816,64 1205268,87 Cepat

D Peternakan 2613848,55 -4755664 -21411816 Lambat

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Page 81: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

65

Subsektor tanaman pangan memiliki nilai PB -1.166.847,5 ton yang artinya

pertumbuhan subsector ini lambat. Sedangkan pada subsektor peternakan memiliki

nilai PB -21.411.816. Artinya subsektor ini juga pertumbuhannya lambat.

Termasuk juga didalamnya komoditas-komoditasnya memiliki nilai PB<0 atau

dapat diartikan mengalami pertumbuhan yang lambat. Hasil analisis pergeseran

bersih secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.

5.2 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Periode

2015-2019

Komoditas basis atau unggulan dapat diartikan sebagai komoditas yang

memiliki potensi strategis untuk dikembangkan di sebuah wilayah atau daerah yang

memiliki keunggulan pada sumber daya alam. Analisis Location Quotient

digunakan untuk melihat komoditas apa saja yang menjadi unggulan di Kabupaten

Rembang. Berdasarkan perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai LQ>1 yang

menunjukkan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas basis. Jika nilai

perhitungan LQ<1 maka komoditas tersebut bukan menjadi unggulan atau

komoditas non basis. Sedangkan jika LQ=1 maka komoditas tersebut hanya mampu

memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri.

Sektor pertanian di kabupaten Rembang memiliki beberapa subsektor dan

komoditas, namun hanya ada beberapa komoditas saja yang menjadi unggulan atau

basis atau yang mempunyai nilai LQ>1. Indikator utama yang digunakan dalam

perhitungan ini adalah nilai produksi dari setiap komoditas. Komoditas-komoditas

yang tergolong kedalam unggulan atau basis, memiliki pengaruh atau kontribusi

positif terhadap perekonomian. Peran komoditas tersebut dalam perekonomian

Page 82: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

66

Kabupaten Rembang lebih besar daripada peranan komoditas tersebut dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Segi produksi, komoditas unggulan mampu

mencukupi kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang, sehingga Kabupaten

Rembang tidak memerlukan biaya untuk mengimpor kebutuhan dari luar

wilayahnya. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, komoditas unggulan atau

basis ini bahkan mampu mengekspor produksinya keluar wilayah Kabupaten

Rembang dan memiliki kemampuan bersaing dengan komoditas sejenis di wilayah

nasional.

Analisis Location Quotient ini dilakukan dengan membandingkan jumlah

produksi (ton) komoditas pada subsektor tanaman pangan di Kabupaten Rembang

dengan jumlah produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam

kurun tahun 2015-2019.

5.2.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat bertahan hidup.

Oleh sebab itu, ketersediaan pangan harus selalu diupayakan agar kebutuhan

pangan masyarakat dapat terpenuhi. Subsektor tanaman pangan menjadi salah satu

subsektor yang sangat penting karena tanaman pangan merupakan sumber bahan

pangan utama sebagai sumber energi bagi kehidupan manusia. Suatu wilayah dapat

dikatakan berhasil salah satunya karena dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri,

tidak mengimpor dari wilayah lain.

Komoditas subsektor tanaman pangan Kabupaten Rembang terdiri dari

tujuh komoditas utama. Yaitu Jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, padi,

Page 83: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

67

ubi kayu dan ubi jalar. Namun tidak semua komoditas menjadi komoditas unggulan.

Adapun komoditas unggulan atau basis pada subsektor tanaman pangan dapat

dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019

Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)

Menurut hasil LQ, komoditas unggulan di Kabupaten Rembang yaitu

komoditas jagung dengan nilai LQ 1,59, komoditas Kedelai nilai LQ adalah 1,21

dan LQ Komoditas Ubi kayu sebesar 1,09. Komoditas Jagung, Kedelai dan Ubi

kayu merupakan komoditas dengan nilai LQ>1 yang berarti bahwa ketiga

komoditas tersebut merupakan komoditas basis atau unggulan. Kontribusi ketiga

komoditas tersebut dalam subsektor tanaman pangan Kabupaten Rembang lebih

besar dari kontribusi subsektor tanaman pangan yang sama dalam Provinsi Jawa

Tengah. Artinya komoditas-komoditas tersebut berkontribusi positif terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang, memiliki keunggulan komparatif dan

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Rembang bahkan dapat

1,59

1,21

1,09

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

Jagung Kedelai Ubi Kayu

LQ Basis

Page 84: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

68

mengekspor produksinya keluar wilayah. Kontribusi komoditas jagung dan ubi

kayu selama lima periode terakhir mengalami fluktuatif. Pada tahun awal kontribusi

jagung sebesar 3,5% yang kemudian turun menjadi 3,3% pada tahun 2016.

Selanjutnya pada 2017 mengalami kenaikan kontribusi tertinggi sebesar 4%, dan

kembali mengalami fluktuasi pada dua tahun berikutnya yaitu sebesar 3,2% dan

3,3%. Kontribusi komoditas ubi kayu selama lima periode juga mengalami

fluktuasi. Mulai tahun awal 2015 kontribusi komoditas ubi kayu adalah sebesar

2,9% kemudian naik menjadi 3,3% pada tahun 2016. Pada tiga tahun selanjutnya

kontribusi terus mengalami penurunan yaitu sebesar 2,4%, 18% dan terakhir pada

tahun 2019 sebesar 1,7%, Namun kondisi ini tetap bisa menjadikan komoditas

jagung dan ubi kayu sebagai komoditas basis atau unggulan. Berkebalikan dengan

kontribusi komoditas jagung dan ubi kayu yang mengalami fluktuasi setiap

tahunnya, komoditas kedelai terus mengalami peningkatan. Pada tahun awal 2015

kontribusi kedelai sebesar 2,7% yang kemudian mengalami penurunan menjadi

1,4% ditahun 2016. Namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan kontribusi

menjadi 1,9%, pada tahun selanjutnya 2,1% dan kontribusi tertinggi terjadi pada

tahun 2019 yaitu sebesar 4,6%. Kontribusi komoditas tanaman pangan unggulan

atau basis dapat dilihat pada gambar 5.

Page 85: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

69

Gambar 5. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Distanbun Provinsi Jawa Tengah,2021 (diolah)

Komoditas Padi sebagai penyedia beras, tidak menjadi komoditas unggulan

karena nilai rata-rata LQ hanya sebesar 0,86. Namun berdasarkan data tahun

terakhir, kebutuhan masyarakat Rembang akan beras masih dapat terpenuhi, yang

artinya Kabupaten Rembang masih mampu memenuhi kebutuhan beras dari

produksinya sendiri dan belum memerlukan impor beras untuk mencukupi

kebutuhan hidup masyarakatnya. Kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten

Rembang dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

3,5

3,3

4

3,2 3,3

2,7

1,4

1,9 2

,1

4,6

2,9

3,3

2,4

1,8

1,7

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

Kontribusi Tanaman Pangan

Jagung

Kedelai

Ubi Kayu

Page 86: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

70

Tabel 9. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Rembang Tahun

2019

No Komoditas Ketersediaan

(Ton)

Kebutuhan

(Ton)

Kebutuhan

Perbulan (Ton)

1. Jagung 116.364 2.077 173

2. Kedelai 2.948 1447 120

3. Padi 161.773 53.145 4.429

4. Ubi Kayu 15.618 5.377 448

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang

Namun sebaliknya metode LQ didapatkan hasil bahwa ada empat komoditas

tanaman pangan yang bukan merupakan komoditas basis atau nilai LQ<1, yaitu

komoditas Kacang Hijau (LQ 0,58), Kacang Tanah (LQ 0,55), Padi (LQ 0,86) dan

Ubi Jalar. Komoditas-komoditas tersebut memiliki LQ<1 yang artinya komoditas

tersebut tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang memiliki kontribusi

yang kecil terhadap perekonomian, bukan komoditas potensial dan produksinya

hanya mampu memenuhi kebutuhan ditingkat daerah saja, sehingga tidak memiliki

keunggulan komparatif dan tidak dapat diekspor keluar wilayah (Lampiran 7).

5.2.2 Komoditas Unggulan Hortikultura

Hortikultura merupakan salah satu subsektor dari pertanian yang dapat

dibedakan lagi menjadi kelompok tanaman buah-buahan, tanaman sayur, tanaman

biofarmaka atau obat-obatan dan tanaman hias. Hanya ada dua kelompok

hortikultura yang menjadi unggulan di Kabupaten Rembang, yaitu buah-buahan

dan biofarmaka. Hortikultura sayur-sayuran produksinya memang kecil, karena

tidak banyak petani yang membudidayakan tanaman tersebut. Sedangkan

Page 87: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

71

hortikultura tanaman hias tidak dibudidayakan di Kabupaten Rembang, artinya

tidak ada petani dan lahan budidaya tanaman hias.

Subsektor hortikultura Kabupaten Rembang terdiri dari empat puluh empat

komoditas. Namun berdasarkan analisis Location Quotient, hanya terdapat dua

belas komoditas yang teridentifikasi menjadi komoditas unggulan atau basis yaitu

blewah, jahe, kencur, kunyit, laos, mangga, melon, pisang, sawo, sirsak, sukun dan

temukunci. Komoditas-komoditas tersebut mempunyai LQ > 1 atau artinya

berperan positif bagi perekonomian kabupaten Rembang daripada Provinsi Jawa

Tengah. Adapun hasil komoditas unggulan pada subsektor hortikultura dapat dilihat

pada gambar 6 berikut ini :

Gambar 6. Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019

Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)

Gambar 6 menunjukkan komoditas unggulan hortikultura dalam kurun

waktu tahun 2011- 2019. Menurut hasil LQ, komoditas unggulan hortikultura

berasal dari kelompok buah-buahan dan bofarmaka. Komoditas unggulan

1,6

1,95

1,84

1,95

1,19

3,39

2,32

1,3

2,262,64

1,45

1,39

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

LQ Basis

Page 88: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

72

hortikultura kategori buah-buahan di Kabupaten Rembang yaitu blewah dengan

nilai LQ 1,60, mangga (LQ 3,39) melon (LQ 2,32), pisang (LQ 1,3), sawo (2,26),

sirsak (LQ 2,64) dan sukun (LQ 1,45).

Mangga merupakan komoditas dengan nilai LQ tertinggi karena memang

Kabupaten Rembang merupakan wilayah penghasil mangga terbesar di Provinsi

Jawa Tengah, utamanya mangga jenis arumanis. Total produksi mangga di Jawa

Tengah tahun 2019 sebesar 485,04 ribu ton sedangkan Kabupaten Rembang 79,97

ribu ton atau berkontribusi sebesar 16,49%. Komoditas sirsak dengan LQ terbesar

kedua memiliki rata-rata kontribusi lima tahun terakhir sebesar 14,17%, komoditas

melon berkontribusi 13,34%, komoditas sawo berkontribusi 12,84%. Selanjutnya

komoditas blewah 17,70% dan sukun berkontribusi sebesar 8,42%. Komoditas

unggulan hortikultura kelompok buah-buahan terakhir yaitu pisang dengan nilai LQ

1,30. Pada tahun 2019 produksi komoditas pisang di Jawa Tengah sebesar 621,54

ribu ton. Kabupaten Rembang juga menjadi kabupaten penghasil pisang ketiga

terbesar dengan kontribusi sebesar 5,86% setelah Kabupaten Demak.

Komoditas unggulan hortikultura kategori biofarmaka atau tanaman obat-

obatan yaitu jahe dengan nilai LQ sebesar 1,95; kencur 1, 84; kunyit 1,95; laos 1,19

dan temukunci 1,39. Kelima komoditas ini telah mampu memenuhi kebutuhan di

wilayah Rembang. Bahkan komoditas kunyit dan temukuci menjadi komoditas

kedua terbesar di Provinsi Jawa Tengah dengan kontribusinya sebesar 13,9% dan

19,7%. Kontribusi komoditas hortikultura unggulan atau basis dapat dilihat pada

gambar 7.

Page 89: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

73

Gambar 7. Kontribusi Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)

Sebanyak tiga puluh dua komoditas tergolong kedalam komoditas non basis

atau mempunyai nilai LQ<1, yaitu alpukat, bawang merah, bayam, belimbing, cabe

besar, cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jamur, jeruk besar, jeruk siam,

kacang panjang, kangkung, lempuyang, melinjo, mengkudu, mentimun, nangka,

nanas, petai, petsai/sawi, pepaya, rambutan, salak, semangka, sambiloto, terong,

tomat, temuireng dan temulawak. Komoditas tersebut berperan kecil bagi

perekonomian Kabupaten Rembang. Hasil nilai analisis Location Quotient secara

rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.

5.2.3 Komoditas Unggulan Perkebunan

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan jumlah produksi (ton)

komoditas pada subsektor perkebunan di Kabupaten Rembang dengan jumlah

produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun tahun

2,8

44

,57

6,1

9

4,2

5

4,6

7

11

,82

10

,57

10

,53

7,4

6 13

,67

12

,55

12

,85

15

7,3

8

5,8

412

,35

12

,6

9,1

1

6,9

8 13

,86

10

,9

9,9

6

9,6

3,0

7

2,7

3

16

,68

33

,95

22

,49

11

,56

16

,49

13

,2 16

,15

17

,67

10

,44

9,2

3

10

,37

7,8

6

6,6

1

6,1

5,8

6

13

,4 15

,62

13

,95

10

,19

11

,03

14

,18

13

,56

11

,61

16

,48

15

,02

9,9 10

,82

10

,37

7,3

3,7

2,5

8

3,3

8

4,2 4,7

7

19

,71

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

Kontribusi Komoditas Hortikultura

Blewah Jahe Kencur Kunyit Laos Mangga

Melon Pisang Sawo Sirsak Sukun Temukunci

Page 90: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

74

2015-2019. Adapun hasil perhitungan nilai LQ komoditas unggulan pada subsektor

perkebunan dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019

Sumber : Data Analisis LQ, 2021 (diolah)

Perkebunan kabupaten Rembang terdiri dari sepuluh komoditas. Menurut

hasil LQ, komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Rembang adalah

komoditas siwalan dengan nilai LQ sebesar 9,05; Tebu (Kristal) 1,31; Tebu

(Tumbu) sebesar 3,73; Tembakau Rajang sebesar 1,41 dan Wijen sebesar 7,78.

Kelima komoditas perkebunan tersebut berkontribusi positif terhadap Kabupaten

Rembang, telah mampu mencukupi kebutuhan, bahkan surplus atau dapat

mengekpor produksinya ke wilayah lain diluar Kabupaten Rembang dan

mempunyai keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan komoditas lain diluar

Kabupaten Rembang. Kontribusi komoditas perkebunan unggulan atau basis dapat

dilihat pada gambar 9:

1,31

3,73

1,41

7,78

9,05

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tebu (Kristal) Tebu (Tumbu) Tembakau Ranjang Wijen Siwalan

LQ Basis

Page 91: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

75

Gambar 9. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Distanbun Provinsi Jawa Tengah,2021 (diolah)

Komoditas Siwalan dan Wijen menjadi komoditas dengan nilai LQ terbesar.

Kedua komoditas ini menempati produksi terbesar se-Provinsi Jawa Tengah.

Komoditas siwalan atau pohon Lontar merupakan komoditas dengan nilai LQ

terbesar dalam subsektor perkebunan, karena memang tumbuhan ini banyak

ditemukan di kabupaten Rembang, utamanya di Kecamatan Sulang. Produksinya

juga menjadi terbesar atau bahkan mendominasi di Provinsi Jawa Tengah. Menurut

data Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, hanya ada tiga

kota/kabupaten yang memproduksi komoditas siwalan, yaitu Kabupaten Rembang,

Kabupaten Demak dan Kota Semarang. Kabupaten Rembang yang memiliki rata-

rata kontribusi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 98,87%. Sama halnya

dengan siwalan, komoditas wijen menjadi unggulan Kabupaten Rembang dengan

rata-rata kontribusi terhadap Jawa Tengah sebesar 86,45%.

Komoditas tebu tumbu atau tebu gula merah memiliki nilai LQ yang juga

cukup besar dengan rata-rata kontribusi selama lima tahun terakhir sebesar 40,89%

99

,27

99

,18

99

,98

98

,5

98

,41

11

,44

13

,91

14

,18

16

,03

16

,71

38

,11

42

,48

47

,84

34

,36

41

,68

7,7

6

20

,4

19

,23

15

,83

15

,62

58

,7

91

,66

93

,02

97

,44

91

,43

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

Kontribusi Komoditas Perkebunan

Siwalan

Tebu Kristal

Tebu Tumbu

Tembakau

Wijen

Page 92: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

76

dan menjadikan Kabupaten Rembang sebagai penghasil tebu tumbu terbesar kedua

di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Kudus. Kabupaten Rembang juga

merupakan wilayah penghasil tembakau rajang kedua terbesar di Provinsi Jawa

Tengah, setelah Kabupaten Temanggung dengan nilai kontribusi pada tahun 2015

sebesar 7,76%, tahun 2016 sebesar 20,4%, tahun 2017 sebesar 19,23%, tahun 2018

sebesar 15,83% dan pada tahun 2019 sebesar 15,62% atau kontribusi rata-rata

selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 15,77%. Komoditas unggulan kelima

perkebunan yaitu tebu kristal dengan rata-rata kontribusi 14,45%. Produksi

komoditas gula kristal mendapat urutan ketiga terbesar setelah Kabupate Pati dan

Kabupaten Sragen.

Sebaliknya nilai LQ<1 didapatkan hasil bahwa ada lima komoditas, yaitu

cengkeh (LQ 0,09), jambu mete (LQ 0,14), kapuk (LQ 0,33), kelapa (LQ 0,22) dan

kopi robusta (LQ 0,02). Komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas non

basis yang artinya komoditas tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang

memiliki kontribusi yang kecil, bukan komoditas potensial dan produksinya hanya

mampu memenuhi kebutuhan ditingkat daerah, sehingga tidak memiliki

keunggulan komparatif dan tidak dapat diekspor keluar wilayah. Nilai analisis

Location Quotient secara rinci dapat dilihat pada (Lampiran 7).

5.2.4 Komoditas Unggulan Peternakan

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan jumlah produksi (ekor)

komoditas pada subsektor peternakan di Kabupaten Rembang dengan jumlah

produksi (ekor) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun tahun

Page 93: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

77

2015-2019. Adapun hasil perhitungan nilai LQ pada subsektor peternakan dapat

dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019

Sumber : Data Analisis LQ. 2021 (diolah)

Menurut hasil LQ, komoditas unggulan peternakan di Kabupaten Rembang

adalah domba dengan nilai LQ sebesar 7,93; nilai LQ kambing sebesar 4,76; kuda

5,11; sapi potong 9,14; ayam kampung sebesar 1,94 dan itik dengan nilai LQ 2,37.

Keenam komoditas peternakan tersebut telah mampu mencukupi kebutuhan di

Kabupaten Rembang, bahkan surplus atau dapat mengekpor produksinya ke

wilayah lain diluar Kabupaten Rembang dan mempunyai keunggulan kompetitif

untuk bersaing dengan komoditas lain diluar Kabupaten Rembang. Kontribusi

keenam komoditas tersebut terhadap Provinsi Jawa Tengah juga cenderung stabil

selama kurun waktu lima tahun. Komoditas sapi potong dengan nilai LQ tertinggi

berkontribusi selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 7,75% menjadikan

Kabupaten Rembang sebagai salah satu wilayah sumber bibit sapi peranakan

7,92

4,75

5,11

9,14

1,94

2,37

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Domba Kambing Kuda Sapi Potong Ayam Kampung Itik

LQ Basis

Page 94: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

78

ongole di Provinsi Jawa Tengah. Komoditas domba memiliki rata-rata kontribusi

6,72%, komoditas kuda memiliki rata-rata kontribusi 39,70% merupakan tertinggi

di Provinsi Jawa Tengah, komoditas kambing dengan rata-rata 4,04%, komoditas

itik rata-rata 2,03% dan komoditas ayam kampung memiliki rata-rata kontribusi

sebesar 1,72%. Kelima komoditas memliki kontribusi fluktuatif, namun komoditas

kuda dan itik nilai kontribusinya terus mengalami penurunan. Tetapi hal tersebut

tetap menjadikan kedua komoditas tersebut menjadi komoditas unggulan.

Kontribusi komoditas peternakan unggulan atau basis dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kontribusi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : BPS Kabupaten Rembang, (diolah)

Sebanyak tiga komoditas yang tergolong kedalam komoditas non unggulan

atau mempunyai nilai LQ<1, yaitu kerbau (LQ 0,38), ayam pedaging (0,58) dan

ayam petelur (0,73). Komoditas tersebut berperan kecil bagi perekonomian

6,6

8

6,6

7

6,6

6

6,6

7

6,6

8

3,9 4 4 4,2 4,3

40 41

41

38

37

7,8

7,8

7,8

7,6 7,7

1,7

4

1,7

2

2,1

2,1

0,92

,6

2 1,9

1,8

1,8

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

Kontribusi Komoditas Peternakan

Domba

Kambing

Kuda

Sapi Potong

Ayam Kampung

Itik

Page 95: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

79

Kabupaten Rembang dan tidak memiliki keunggulan komparatif. Nilai analisis

Location Quotient secara rinci dapat dilihat pada (Lampiran 7).

Komoditas yang menjadi unggulan atau basis di Kabupaten Rembang dapat

menjadi sumber pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Rembang. Komoditas

tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan masyarakat di kabupaten

Rembang tetapi dapat juga diekspor keluar daerah. Penjualan keluar daerah inilah

akan menghasilkan pendapatan bagi Kabupaten Rembang. Peningkatan pendapatan

dari komoditas unggulan juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan

komodias yang tidak unggulan agar menjadi unggulan. Oleh karena itu komoditas

yang menjadi unggulan atau basis inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten

Rembang. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan, terutama dalam proses

pertukaran komoditas antar daerah.

5.3 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Dimasa

Mendatang

5.3.1 Analisis Dynamic Location Quotient

Analisis Dynamic Location Quotient atau DLQ Analisis Dynamic Location

Quotient sebenarnya sama dengan LQ, letak perbedaannya terdapat pada

perbandingan yang menekankan pada rata-rata laju pertumbuhan komoditas sektor

pertanian di Kabupaten Rembang dengan rata-rata laju pertumbuhan komoditas

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil perhitungan DLQ

nantinya akan menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas pertanian

tersebut dapat diharapkan menjadi komoditas unggulan di masa yang akan datang

sedangkan jika nilai DLQ<1 artinya komoditas tersebut tidak dapat diharapkan

Page 96: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

80

menjadi komoditas unggulan di masa yang akan datang. Berikut hasil perhitungan

analisis DLQ komoditas sektor pertanian Kabupaten Rembang tahun 2015-2019:

5.3.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Dimasa Mendatang

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan rata-rata laju pertumbuhan

produksi (ton) komoditas pada subsektor tanaman pangan di Kabupaten Rembang

dengan rata-rata laju pertumbuhan produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi

Jawa Tengah dalam kurun tahun 2015-2019.

Hasil dari perhitungan analisis DLQ komoditas subsektor tanaman pangan

yang menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas dapat diharapkan menjadi

komoditas unggulan dimasa yang akan datang. Komoditas tersebut adalah jagung

(DLQ 1,24), dan kedelai (DLQ 2,00).

Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan

dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan

pada masa mendatang yaitu jagung, kedelai memiliki trend yang fluktuatif.

Komoditas jagung pada tahun awal memiliki nilai produksi sebesar 111.145 ton dan

pada tahun berikutnya mengalami kenaikan produksi menjadi 119.341 ton. Pada

tahun 2017 mengalami penurunan produksi menjadi 144.212 ton. Namun dua tahun

berikutnya secara berturut-turut terus mengalami peningkatan produksi menjadi

110.918 ton pada tahun 2018 dan 116.364 ton pada tahun 2019. Komoditas kedelai

juga menunjukkan trend yang fluktuatuf. Produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar

3.544 ton dan mengalami penurunan produksi pada tahun berikutnya menjadi 1.619

ton. Namun pada periode 2017-2018 mengalami peningkatan produksi sebesar

Page 97: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

81

2.036 ton dan 3.434 ton. Pada tahun akhir 2019 kembali mengalami penurunan

produksi menjadi 2.948 ton. Produksi kedelai pada tahun akhir yang lebih kecil

dibanding dengan tahun awal tidak menjadikan komoditas ini menjadi sektor non

potensial. Karena nilai DLQ masih menunjukkan bahwa komoditas kedelai masih

bisa diharapkan menjadi komoditas unggulan dimasa mendatang.

Gambar 12. Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)

Sedangkan lima komoditas lainnya yaitu kacang hijau (DLQ 0,56), kacang

tanah (DLQ 0,31), padi (DLQ 0,91), ubi jalar (DLQ 0,53) dan ubi kayu (0,78) tidak

dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa mendatang, karena nilai produksinya

yang stagnan atau terus mengalami penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi

kebutuhan lokal atau kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu

untuk ekspor produksinya ke daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ

perkebunan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Tanaman Pangan

Jagung

Kedelai

Page 98: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

82

5.3.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura Dimasa Mendatang

Hasil perhitungan analisis DLQ hortikultura diketahui bahwa sebanyak

empat belas komoditas menghasilkan nilai DLQ>1. Komoditas unggulan

hortikultura kelompok sayuran adalah bayam (DLQ 1,08), kangkung (DLQ 1,60),

dan terong (DLQ 1,10). Nilai produksi yang terus meningkat merupakan salah satu

faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan dimasa mendatang.

Komoditas bayam dan kangkung menunjukkan produksi yang terus meningkat.

Nilai produksi bayam pada tahun awal sebesar 77 ton, meningkat menjadi 161 ton

pada tahun 2016, selanjutnya mengalami peningkatan produksi hingga pada tahun

akhir 2019 nilai produksi komoditas bayam mencapai 307 ton. Komoditas unggulan

kedua yaitu terong, pada tahun 2015 memiliki nilai produksi 139 ton, tahun

selanjutnya sebesar 296 ton, lalu mengalami penurunan di tahun 2017 menjadi 281

ton. Namun dua tahun berikutnya mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 521

ton dan 985 ton. Sedangkan komoditas kangkung, menunjukkan nilai produksi

yang fluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan.

Page 99: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

83

Gambar 13. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)

Komoditas unggulan hortikultura kelompok buah terdiri dari blewah (DLQ

1,22), mangga (DLQ 1,68), mengkudu (1,00), nangka (DLQ 1,03), pisang (DLQ

1,68), sawo (DLQ 1,02), sirsak (DLQ 1,50). Nilai produksi komoditas-komoditas

tersebut fluktuatif, namun kebanyakan menurun di dua tahun terakhir seperti pada

komoditas nangka, sawo dan sirsak. Komoditas mangga yang juga mengalami

produksi yang tidak menentu, namun pada dua tahun terakhir mengalami kenaikan

produksi, sama seperti komoditas mengkudu. Sementara komoditas pisang, nilai

produksinya terus mengalami penurunan dari tahun awal hingga tahun terakhir.

0

200

400

600

800

1000

1200

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Hortikultura Sayuran

Bayam

Kangkung

Terong

Page 100: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

84

Gambar 14. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Buah Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)

Komoditas unggulan hortikultura kelompok biofarmaka atau tanaman obat

adalah jahe (DLQ 1,45), kunyit (DLQ 1,80), temuireng (DLQ 1,96) dan temukunci

(DLQ 2,61). Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan

dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan

pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, yaitu jahe,

kunyit, dan temuireng. Sedangkan komoditas temukunci mengalami peningkatan

produksi setiap tahunnya.

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Hortikultura Buah

Blewah

Mangga

Mengkudu

Nangka

Pisang

Sawo

Sirsak

Page 101: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

85

Gambar 15. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Biofarmaka

Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang,

(diolah)

Sebanyak tiga puluh empat komoditas tidak dapat diharapkan menjadi

unggulan dimasa mendatang yaitu alpukat, bawang merah, belimbing, cabe besar,

cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk besar, jeruk siam/keprok,

kacang panjang, kencur, laos, melinjo, melon, nanas, petai, pepaya, rambutan,

salak, sukun, tomat dan temulawak tidak dapat diharapkan menjadi unggulan

dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus mengalami

penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau kebutuhan

wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor produksinya ke

daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ perkebunan secara lebih

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

5.3.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan Dimasa Mendatang

Hasil dari perhitungan DLQ terdapat sebanyak lima komoditas subsektor

perkebunan yang menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas dapat

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Hortikultura Biofarmaka

Jahe

Kunyit

Temuireng

Temukunci

Page 102: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

86

diharapkan menjadi komoditas unggulan dimasa yang akan datang. Komoditas

tersebut adalah siwalan (9,32), tebu kristal (1,19), tebu tumbu (3,23) tembakau

Rajang (DLQ 1,59) dan wijen (DLQ 1,28).

Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan

dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan

pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, namun

cenderung meningkat yaitu komoditas siwalan, tebu kristal, tembakau Rajang dan

wijen. Komoditas siwalan pada tahun 2015 sebesar 856 ton, menigkat menjadi 957

ton pada tahun 2016. Kemudian mengalami penurunan di tahun selanjutnya

menjadi 779 ton. Produksi komoditas siwalan pada tahun akhir yaitu 2019 sebesar

930 ton. Komoditas kedua yaitu tebu kristal memiliki nilai produksi pada tahun

2015 sebesar 28.816 ton, meningkat menjadi 29.468 ton pada tahun selanjutnya.

Pada tahun 2017 sempat mengalami penurunan produksi menjadi 28.778 ton.

Namun selanjutnya dua tahun berturut-turut mengalami kenaikan produksi sebesar

29.934 ton di tahun 2018 dan 30.540 ton pada tahun 2019. Sedangkan produksi

komoditas tembakau rajang menunjukkan trend yang terus meningkat setiap

tahunnya. Pada tahun awal produksinya mencapai 2.804 ton, tahun kedua sebesar

5.100 ton, tahun ketiga sebesar 6.763 ton, tahun keempat produksinya sebesar 6.830

ton, dan pada tahun terakhir atau tahun 2019 mencapai 8.048 ton. Komoditas

terakhir yaitu wijen juga mengalami fluktuasi namun cenderung menurun. Pada

tahun awal produksinya sebesar 27 ton, lalu dua tahun selanjutnya mengalami

peningkatan secara berturut-turut sebesar 33 ton dan 40 ton. Namun pada dua tahun

Page 103: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

87

selanjutnya juga mengalami penurunan menjadi 38 ton dan 32 ton pada tahun akhir

atau tahun 2019.

Gambar 16. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)

Komoditas yang tidak dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa

mendatang atau nilai DLQ<1 adalah komoditas cengkeh (DLQ 0,33), jambu mete

(DLQ 0,10), kapuk (DLQ 0,50), kelapa (DLQ 0,84) dan kopi robusta dengan nilai

DLQ 0,09. Kelima komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi unggulan

dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus mengalami

penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau kebutuhan

wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor produksinya ke

daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ perkebunan secara lebih

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Perkebunan

Siwalan

Tebu Tumbu

Tebu Kristal

Tembakau Rajang

Wijen

Page 104: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

88

5.3.1.4 Komoditas Unggulan Peternakan Dimasa Mendatang

Hasil perhitungan nilai DLQ pada subsektor peternakan yaitu dari sembilan

komoditas subsektor peternakan, hampir semua menghasilkan nilai DLQ>1 atau

komoditas dapat diharapkan menjadi komoditas basis dimasa yang akan datang.

Komoditas tersebut adalah domba (DLQ 1,42), kambing (1,53), kuda (DLQ 1,29),

sapi potong (DLQ 1,41), ayam kampung (DLQ 1,62), ayam pedaging (1,55) dan

itik (DLQ 1,03).

Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan

dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan

pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, namun

cenderung meningkat yaitu komoditas ayam pedaging. Pada tahun awal populasi

ayam pedaging sebesar 757.500 ekor, menurun pada tahun 2016 menjadi 723.180

ekor. Dua tahun berikutnya mengalami kenaikan berturut-turut menjadi 731.500

ekor dan 1655.000 ekor, namun kembali mengalami penurunan di tahun terakhir

yaitu 742.000 ekor. Komoditas domba, kambing dan ayam kampung menunjukkan

trend yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. komoditas kambing pada

tahun awal populasinya sebesar 158.990 ekor, meningkat pada tahun 2016 menjadi

162.090 ekor. Sempat mengalami penurunan populasi di tahun 2017, namun pada

tahun 2018 hingga 2019 mengalami kenaikan kembali. Komoditas ayam kampung

selama lima tahun dengan nilai populasi secara berturut-turut yaitu sebesar 709.051

ekor, 723.180 ekor, 862.238 ekor, 866.997 ekor, dan 880.001 ekor pada tahun

terakhir 2019. Sementara komoditas itik dan kuda populasinya semakin berkurang

setiap tahunnya. Pada tahun 2015 populasi kuda sebesar 5.129 ekor, tahun 2016

Page 105: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

89

sebesar 5000 ekor, tahun 2017 sebesar 4847 ekor, tahun 2018 sebesar 4.060 ekor

dan tahun terakhir yaitu 3.564 ekor. Namun penurunan populasi ini tidak

menjadikan kuda sebagai komoditas non basis dimasa mendatang, karena pada

tingkat nasional, trend populasi kuda juga mengalami penurunan setiap tahunnya.

Gambar 17. Produksi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)

Komoditas yang tidak dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa

mendatang atau nilai DLQ<1 adalah komoditas kerbau (DLQ 0,65) dan ayam

petelur (DLQ 0,72). Kedua komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi

unggulan dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus

mengalami penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau

kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor

produksinya ke daerah luar Kabupaten Rembang.Hasil analisis DLQ peternakan

secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

1000000

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Peternakan

Domba

Kambing

Sapi Potong

Itik

Kuda

Ayam Pedaging

Ayam Kampung

Page 106: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

90

5.3.2 Analisis LQ dan DLQ

Gabungan analisis LQ dan DLQ didasarkan pada penggabungan hasil LQ

dan DLQ dengan mempunyai empat kriteria yang dapat digunakan untuk membaca

hasil analisis gabungan tersebut. Hasil penggabungan kedua analisis akan

ditemukan adanya reposisi dari komoditas sektor pertanian. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia atau KBBI reposisi dapat diartikan dengan penempatan ke posisi

yang berbeda atau baru, yang dalam hal ini reposisi berupa perubahan dari

komoditas basis komoditas nonbasis, dan komoditas nonbasis menjadi komoditas

basis di masa yang akan datang. Hasil dari gabungan LQ dan DLQ dipetakan

menjadi empat golongan yaitu Tipe I, Tipe II, Tipe III dan Tipe IV.

5.3.2.1 Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan

Tabel 10. Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan

DLQ > 1 DLQ < 1

LQ > 1 Tipe I

Komoditas Jagung dan Kedelai

Tipe II

Komoditas Ubi Kayu

LQ < 1

Tipe III

-

Tipe IV

Komoditas Kacang Hijau,

Kacang Tanah, Padi dan Ubi

Jalar

Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)

Diketahui hasil Tabel 10, terdapat hasil perhitungan gabungan LQ dan DLQ

komoditas pada subsektor tanaman pangan yang menghasilkan nilai LQ>1 dan

DLQ>1 atau tergolong tipe I artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi,

tetap menjadi sektor basis dan menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang

baik. Komoditas tersebut adalah jagung dan kedelai. Hasil perhitungan LQ>1 dan

Page 107: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

91

DLQ<1 atau tergolong tipe II yaitu pada komoditas ubi kayu yang artinya

komoditas tersebut mengalami reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki

prospek yang baik.

Sedangkan golongan tipe IV jika nilai LQ<1 dan DLQ<1 seperti pada

komoditas padi, kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar, komoditas tersebut tidak

mengalami reposisi atau posisinya dimasa sekarang maupun masa depan tidak

dapat menjadi komoditas unggulan. Nilai analisis gabungan LQ dan DLQ secara

lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.

5.3.2.2 Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura

Tabel 11. Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura

DLQ > 1 DLQ < 1

LQ > 1

Tipe I

Komoditas blewah, jahe,

kunyit, manga, pisang, sawo,

sirsak dan temukunci

Tipe II

Komoditas kencur, laos, melon,

dan sukun

LQ < 1

Tipe III

Komoditas bayam, kangkung,

mengkudu, nangka, terong,

temuireng

Tipe IV

Komoditas alpukat, bawang

merah, belimbing, cabe besar,

cabe rawit, duku, durian, jambu

air, jambu biji, jeruk besar,

jeruk siam, kacang panjang,

lempuyang, melinjo,

mentimun, nanas, petai, petsai,

papaya, rambutan, salak,

semangka, sambiloto, tomat

dan temulawak

Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)

Tabel 11 adalah analisis gabungan LQ dan DLQ komoditas pada subsektor

hortikultura yang menghasilkan nilai LQ>1 dan DLQ>1 atau golongan tipe I yang

Page 108: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

92

artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan

menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik dimasa mendatang.

Komoditas tersebut adalah Komoditas blewah, jahe, kunyit, manga, pisang, sawo,

sirsak dan temukunci. Hasil perhitungan tipe II atau LQ>1 dan DLQ<1 pada

Komoditas kencur, laos, melon, dan sukun artinya komoditas tersebut mengalami

reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki prospek yang baik dimasa

mendatang.

Tipe III yaitu apabila nilai LQ<1 dan DLQ>1 atau komoditas tersebut

mengalami reposisi dari komoditas non basis namun dimasa mendatang memiliki

prospektif yang bagus. Komoditas tersebut adalah komoditas bayam, kangkung,

mengkudu, nangka, terong, temuireng. Sedangkan golongan tipe IV jika nilai LQ<1

dan DLQ<1 seperti pada komoditas alpukat, bawang merah, belimbing, cabe besar,

cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk besar, jeruk siam, kacang

panjang, lempuyang, melinjo, mentimun, nanas, petai, petsai, papaya, rambutan,

salak, semangka, sambiloto, tomat dan temulawak. Komoditas tersebut tidak

mengalami reposisi atau posisinya baik dimasa sekarang maupun masa depan tidak

dapat menjadi komoditas unggulan. Hasil analisis gabungan nilai LQ dan DLQ

secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.

Page 109: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

93

5.3.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan

Tabel 12. Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan

DLQ > 1 DLQ < 1

LQ > 1

Tipe I

Komoditas Siwalan, tebu

tumbu, tebu kristal, tembakau

rajang dan wijen.

Tipe II

-

LQ < 1

Tipe III

-

Tipe IV

Komoditas cengkeh, jambu

mete, kapuk, kelapa dan kopi

robusta

Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)

Tabel 12 yaitu gabungan LQ dan DLQ komoditas pada subsektor

perkebunan yang tergolong tipe I atau menghasilkan nilai LQ>1 dan DLQ>1 yang

artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan

menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik. Komoditas tersebut adalah

siwalan, tebu tumbu, tebu kristal, tembakau rajang dan wijen. Artinya komoditas

tersebut mengalami reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki prospek yang

baik pada masa mendatang.

Nilai LQ<1 dan DLQ<1 atau tipe IV seperti pada komoditas cengkeh, jambu

mete, kapuk, kelapa dan kopi robusta, komoditas tersebut tidak mengalami reposisi

atau posisinya baik dimasa sekarang maupun masa depan tidak dapat menjadi

komoditas unggulan. Komoditas tipe IV yaitu cengkeh, jambu mete kapuk, kelapa

dan kopi robusta. Hasil analisis gabungan nilai LQ dan DLQ secara lebih lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 9.

Page 110: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

94

5.3.2.4 Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan

Tabel 13. Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan

DLQ > 1 DLQ < 1

LQ > 1

Tipe I

Komoditas domba, kambing,

kuda, sapi potong, ayam

kampung dan itik

Tipe II

-

LQ < 1

Tipe III

Komoditas kerbau dan ayam

pedaging.

Tipe IV

Komoditas Ayam petelur

Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)

Hasil dari gabungan analisis LQ dan DLQ komoditas pada subsektor

peternakan yang menghasilkan tipe I atau nilai LQ>1 dan DLQ>1 yang artinya

komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan

menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik. Komoditas tersebut adalah

domba, kambing, kuda, sapi potong, ayam kampung dan itik.

Golongan tipe III jika nilai LQ<1 dan DLQ>1 komoditas tersebut

mengalami reposisi dari komoditas non basis namun dimasa mendatang memiliki

prospektif yang bagus. Komoditas tersebut adalah komoditas kerbau, ayam

pedaging. Hasil dari gabungan analisis nilai LQ<1 dan DLQ<1 yang artinya

komoditas tersebut tetap menjadi sektor non basis baik dimasa sekarang maupun

masa mendatang yaitu komoditas ayam petelur. Hasil analisis gabungan LQ dan

DLQ secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.

Page 111: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

95

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisis shift share masing-masing subsektor pertanian

memiliki pertumbuhan dan daya saing yang berbeda-beda. Subsektor

tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang lambat (PP negatif). Sektor ini

memiliki daya saing (PPW) yang juga negatif. Jika dilihat nilai pergeseran

bersih (PB) subsektor ini memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

Subsektor hortikultura memiliki pertumbuhan (PP) dan daya saing (PPW)

yang bernilai positif. Sehingga nilai pergeseran bersih memiliki

pertumbuhan yang progresif. Subsektor perkebunan memiliki pertumbuhan

serta daya saing bernilai positif, sehingga nilai pergeseran bersih juga

menunjukkan pertumbuhan yang cepat atau progresif. Sedangkan subsektor

peternakan memiliki nilai pertumbuhan (PP) positif, namun daya saingnya

bernilai negative. Jika dilihat nilai pergeseran bersihnya memiliki

pertumbuhan yang lambat.

2. Perhitungan dengan menggunakan analisis Location Quotient atau LQ,

terdapat beberapa komoditas basis atau unggulan pada masing-masing

subsektor pertanian di Kabupaten Rembang, yaitu pada subsektor tanaman

pangan terdiri dari komoditas jagung, kedelai dan ubi kayu. Pada subsektor

hortikultura terdapat sebanyak dua belas komoditas basis atau komoditas

Page 112: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

96

unggulan yaitu blewah, jahe, kencur, kunyit, laos, manga, melon, pisang,

sawo, sirsak, sukun dan temukunci. Selanjutnya komoditas unggulan pada

subsektor perkebunan sebanyak lima komoditas terdiri dari siwalan, tebu

kristal, tebu tumbu, tembakau Rajang dan wijen. Adapun pada subsektor

peternakan terdiri dari komoditas domba, kambing, kuda, sapi potong, ayam

kampung dan itik.

3. Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis Dynamic Location

Quotient (LQ) dan Gabungan analisis LQ dan DLQ ditemukan beberapa

komoditas yang mengalami perubahan atau reposisi dari komoditas basis

menjadi komoditas non basis, atau kebalikannya dari komoditas non basis

menjadi komoditas basis. Komoditas yang diprediksi akan tetap menjadi

komoditas basis atau unggulan dimasa mendatang, yaitu pada subsektor

tanaman pangan terdapat komoditas jagung dan kedelai; subsektor

hortikultura terdapat komoditas blewah, jahe, kunyit, manga, pisang, sawo,

sirsak dan temukunci. Selanjutnya pada subsektor perkebunan, komoditas

yang tetap menjadi basis dimasa mendatang adalah siwalan, tebu tumbu,

tebu kristal, tembakau rajang dan wijen. Pada subsektor peternakan yang

menjadi komoditas basis adalah domba, kambing, kuda, sapi potong ayam

kampung dan itik.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang sekiranya dapat menjadi

pertimbangan dan masukan adalah sebagai berikut :

Page 113: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

97

1. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang agar lebih memprioritaskan sektor

serta komoditas yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing

yang tinggi seperti komoditas jagung, mangga, sirsak, siwalan, tembakau

Rajang dan sapi potong, karena memiliki peluang dan sangat potensial untuk

dikembangkan. Upaya atau kebijakan yang dapat dilakukan seperti

membentuk agroindustri atau agropolitan guna mengoptimalkan

pengembangan kawasan sentra komoditas unggulan.

2. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang diharapkan lebih memperhatikan

dan menjaga komoditas yang sudah menjadi unggulan Kabupaten, agar

keberadaan atau posisinya dapat dipertahankan dan tidak bergeser atau

menurun sehingga daerah tidak kehilangan komoditas unggulannya. Upaya

seperti penambahan luas lahan dan memberikan tambahan bantuan

permodalan, diharapkan dapat menambah dan memaksimalkan

produktivitas.

3. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang agar memberikan dorongan dengan

upaya seperti penambahan dan perbaikan infrastruktur, serta penyuluhan

kepada petani agar dapat mendorong sektor atau komoditas yang memiliki

pertumbuhan dan daya saing yang lambat sehingga dimasa mendatang dapat

menjadi sektor atau komoditas yang dapat diandalkan bagi perekonomian

daerah.

4. Sebaiknya diadakan penelitian lanjutan dengan kriterian lain seperti luas

lahan, serapan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi, serta dengan metode

analisis yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Page 114: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Faisal. 2019. Kontribusi Sektor Pertanian dan Rumusan Prioritas

dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Wonosobo

(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis). [Skripsi]. Jakarta

: Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha

Ilmu

_____. 2011. Pembiayaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : Graha Ilmu

Alkaf, Ilham. 2015. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Cilacap periode 2002-2013. [Skripsi]. Jakarta : Program Studi Agribisnis

UIN Syarif Hidayatullah

Ambardi, Urbanus dan Prihawantoro, Socia. 2002. Pengembangan Wilayah dan

Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat Kebijakan Teknologi dan Pengembangan

Wilayah

Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : UPP STIM YPKN

_____. 2016. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Yogyakarta : BPFE

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga

Fauzia, Ulfa; Adyatma; Arisanty. Analisis Komoditas Unggulan Pertanian di

Kabupaten Banjar. Jurnal Pendidikan Geografi. 6 (2) : 1-11. doi:

10.20527/jpg.v6i2.7564

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : CV. ANDI

Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi). Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Kuznet, Simon. 1995. Economic Growth and Income Inequality. The American

Economic Review

Novitasari, F dan Ayuningtyas, RV. 2018. Identifikasi Komoditas Unggulan

Pertanian dalam mendukung Kawasan Agropolitan, Studi kasus:

Kabupaten Pasaleman, kabupaten Cirebon. Journal of Regional and Rural

Development Planning. 2(3) : 218-227. doi: 10.29244/jp2wd.2018.2.3218-

227.

Page 115: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

99

Rachbini. 2001. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.

Grasindo

Safi’i. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Malang :

Averroes Press

Sari, S.R. 2018. Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Struktur Ekonomi Di

Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Jurnal AGRISEP. 17 (2) : 175-186.

doi: 10.31186/jagrisep.17.2.175-186

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang : Baduose Media

Sofyan, Rakhman; Harianto; Aji, Ananta. Analisis Komoditas Unggulan

PertanianTanaman Pangan Kabupaten Pemalang. Journal Geo Image. 3

(1). doi: 10.15294/geoimage.v3i1.4314

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Jakarta : LPE UI

Suyatno, Suyono. 2000. Teori Basis Ekonomi. Yogyakarta : BPFE

Syarif, Nurdiani. 2017. Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian

di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 – 2015. [Skripsi]. Makassar : Program

Studi Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar.

Tambunan. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia : Teori dan Penemuan

Empiris. Jakarta : Salemba Empat

Tanjung, Indah Pertiwi. 2017. Kontribusi sub sektor Perkebunan Terhadap

Perekonomian Daerah : Studi Kasus di Provinsi Jawa Timur. [Skripsi].

Jakarta : Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi

Aksara

Wiratmo, Masykur. 1992. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Media Widya

Mandala.

Page 116: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

100

LAMPIRAN

Page 117: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

101

Lampiran 1 Persentase Kontribusi PDRB Seluruh Kabupaten/Kota (Persen)

No Kabupaten/Kota 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Kabupaten

1. Cilacap 9,11 8,87 8,66 8,39 8,76

2. Banyumas 3,87 3,89 3,94 3,96 3,92

3. Purbalingga 1,84 1,83 1,83 1,83 1,83

4. Banjarnegara 1,58 1,58 1,58 1,59 1,58

5. Kebumen 2,06 2,05 2,05 2,05 2,05

6. Purworejo 1,38 1,38 1,37 1,37 1,38

7. Wonosobo 1,41 1,39 1,38 1,39 1,39

8. Magelang 2,41 2,40 2,39 2.39 1,40

9. Boyolali 2,37 2,38 2,39 2,40 2,39

10. Klaten 2,91 2,92 2,92 2,92 2,92

11. Sukoharjo 2,68 2,70 2,70 2,71 2,70

12. Wonogiri 2,15 2,14 2,14 2,13 2,14

13. Karanganyar 2,68 2,69 2,70 2,72 2,70

14. Sragen 2,74 2,77 2,77 2,78 2,77

15. Grobogan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

16. Blora 1,84 1,87 1,94 1,91 1,89

17. Rembang 1,37 1,39 1,40 1,39 1,39

18. Pati 3,12 3,14 3,15 3,16 3,14

19. Kudus 8,29 8,29 8,21 8,12 8,23

20. Jepara 2,20 2,20 2,21 2,22 2,21

21. Demak 1,93 1,93 1,93 1,92 1,93

22. Semarang 3,64 3,64 3,65 3,66 3,65

23. Temanggung 1,61 1,60 1,60 1,59 1,60

24. Kendal 3,11 3,12 3,12 3,12 3,12

25. Batang 1,59 1,59 1,59 1,58 1,59

26. Pekalongan 1,68 1,68 1,68 1,68 1,68

27. Pemalang 1,86 1,87 1,87 1,87 1,87

28. Tegal 2,58 2,58 2,58 2,59 2,58

29. Brebes 3,45 3,41 3,39 3,39 3,41

Kota

1. Magelang 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65

2. Surakarta 3,48 3,50 3,50 3,53 3,50

3. Salatiga 0,97 0,97 0,97 0,98 0,97

4. Semarang 13,53 13,68 13,84 14,07 13,78

5. Pekalongan 0,78 0,79 0,80 0,80 0,79

6. Tegal 1,10 1,11 1,11 1,12 1,11

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2019)

Page 118: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

102

Lampiran 2 Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-

2019 (Ton)

No SUBSEKTOR 2015 2016 2017 2018 2019

A Tanaman Pangan 483.940 393.960 466.473 392.492 335.006

1. Jagung 111145 119341 144212 110918 116364

2. Kacang Hijau 2238 1393 1010 1006 1035

3. Kacang Tanah 2303 1671 1340 581 365

4. Kedelai 3544 1619 2036 3434 2948

5. Padi gkg 256221 152801 239262 228866 161773

6. Ubi Jalar 2197 864 2185 1926 1903

7. Ubi Kayu 106292 116271 76428 45761 50618

B Hortikultura 1568113 1908898 1558831 1116892 1337246

1. Alpukat 56 381 408 563 795

2. Bawang Merah 2558 1880 2066 1372 972

3. Bayam 77 161 163 203 307

4. Belimbing 3249 3456 2759 3144 3440

5. Blewah 3315 10115 935 3515 334

6. Cabe Besar 12546 5782 6117 2216 848

7. Cabe Rawit 13953 12878 9489 5753 1709

8. Duku / Langsat 2745 1427 1573 1180 218

9. Durian 7039 9513 5433 5222 3289

10. Jahe 4765 5121 4779 2925 3702

11. Jambu Air 10435 10291 16014 8349 6032

12. Jambu Biji 24892 44255 30858 19930 15122

13. Jamur 6446 3382 1680 4705 2358

14. Jeruk Besar 16 76 91 118 42

15. Jeruk Siam 1312 918 1474 1127 135

16. Kacang Panjang 820 598 454 366 183

17. Kangkung 939 1078 825 757 1043

18. Kencur 1100 1117 1137 539 517

19. Kunyit 3528 3479 2543 1798 3251

20. Laos 1422 1454 1513 577 488

21. Lempuyang 46 41 40 45 38

22. Mangga 661802 1136034 874809 512710 799697

Page 119: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

103

23. Melinjo 317 274 213 129 114

24. Melon 55129 54169 37635 26640 25059

25. Mengkudu 25 36 14 15 18

26. Mentimun 1514 379 1115 1381 423

27. Nangka 50697 32452 67334 64212 36063

28. Nanas 1483 405 279 72 110

29. Petai 481 642 548 540 452

30. Petsai / Sawi 403 841 1904 394 141

31. Pepaya 17233 15534 13166 11115 12440

32. Pisang 603475 464993 398036 374285 364300

33. Rambutan 5129 8618 9183 4897 1200

34. Salak 396 546 850 432 19

35. Sawo 16702 19887 18622 14088 14265

36. Semangka 14200 19762 10060 2934 11151

37. Sirsak 10599 9663 8114 14932 14395

38. Sukun 25390 25488 24526 21900 10412

39. Sambiloto 0.01 0,01 0,01 0,01 0,02

40. Terong 139 296 281 521 985

41. Tomat 1371 1266 1626 1098 951

42. Temu Ireng 92 60 71 88 41

43. Temu Kunci 24 36 35 36 140

44. Temulawak 235 144 59 69 47

C Perkebunan 51198 54750 55660 56801 58584

1.Cengkeh 23 21 99 101 430

2. Jambu Mete 104 100 190 209 180

3. Kapuk 290 287 384 405 364

4. Kelapa 4039 4214 3982 4207 3941

5. Kopi Robusta 16 17 59 65 59

6. Siwalan 856 957 779 979 930

7. Tebu (Kristal) 28816 29468 28778 29934 30540

8. Tebu (Tumbu) 14223 14553 14586 14033 14060

9. Tembakau

Rajang 2804 5100 6763 6830 8048

10. Wijen 27 33 40 38 32

D. Peternakan 2.048.849 2.007.926 2.154.432 3.092.015 2.193.464

Page 120: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

104

1. Domba 156725 157771 157681 160369 162773

2. Kambing 158990 162090 161794 163894 166352

3. Kerbau 211 215 199 198 188

4. kuda 5129 5000 4847 4060 3564

5. Sapi Potong 128122 130625 132388 134602 136756

6. Ayam kampung 709051 723180 862238 866997 880001

7. Ayam Pedaging 757500 726000 731500 1655000 742000

8. Ayam Petelur 3700 4600 5450 8600 3425

9. Itik 129421 98445 98335 98295 98405

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, 2020

Page 121: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

105

Lampiran 3 Produksi Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-

2019 (Ton)

No SUBSEKTOR 2015 2016 2017 2018 2019

A Tanaman Pangan 18.633.485 19.059.899 18.578.084 17.000.867 16.484.294

1. Jagung 3212391 3574330 3577507 3414906 3459646

2. Kacang Hijau 98992 89123 123229 125060 99495 3. Kacang Tanah 109204 105338 91234 86603 74605 4. Kedelai 129794 112157 105553 166195 64334 5. Padi 11360199 11473161 11396629 10499588 9655654 6. Ubi Jalar 151312 169079 145068 152056 139709

7. Ubi Kayu 3571593 3536711 3138864 2556459 2990851

B Hortikultura 26248419 22709199 25830113 27325407 28804626

1. Alpukat 310433 331230 365281 445218 601450 2. Bawang Merah 471169 546685 476337 445586 481889 3. Bayam 8646 9406 9616 10941 10982

4. Blewah 116838 22696 15087 82705 49821

5. Cabe Besar 168411 164980 195571 171796 164906 6. Cabe Rawit 149990 151061 148139 141770 148750 8. Duku / Langsat 180320 123376 52491 225026 145650 9. Durian 1024507 749689 913853 1432270 1729390 10. Jahe 40302 48422 45353 39199 27071

11. Jambu Air 199238 213805 229461 248948 269079

12. Jambu Biji 480500 608020 528052 637159 624174 13. Jamur 410478 453329 545348 443144 479805 14. Jaeruk Besar 172024 149737 131963 167400 179514 15. Jeruk Siam 214259 211437 182608 460824 346991 16. Kacang Panjang 28503 25108 41655 33958 24311

17. Kangkung 30627 27923 30096 27530 27467

18. Kencur 8765 8691 7581 7299 8854 19. Kunyit 28574 27612 27908 25748 23457 20. Laos 13056 14594 15769 18766 17847 21. Lempuyang 2903 2794 3166 2104 1333 22. Mangga 3966363 3345964 3890188 4434872 4850413

23. Melinjo 42303 40316 46009 51213 50865

24. Melon 417734 335416 213012 255226 271481 25. Mengkudu 825 448 460 723 822 26. Mentimun 23381 20961 24270 29234 30742 27. Nangka 1049138 1005487 1172956 1418218 1484317

Page 122: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

106

28. Nanas 2010388 1024254 859381 2028228 1736054 29. Petai 72757 58567 65215 92497 92998 30. Petsai / Sawi 80428 84697 75111 88740 98325

31. Pepaya 1037433 1390280 1366588 1028616 1774086 32. Pisang 5817821 5916486 6020194 6138696 6215355 33. Rambutan 1505192 819765 1036021 1337398 1080037 34. Salak 4714628 3547701 5763611 4168697 4829487 35. Sawo 124695 127308 133482 138203 129264 36. Semangka 749915 600133 677136 576174 730376

37. Sirsak 74704 71236 69892 90559 95809 38. Sukun 256468 235422 236351 300038 281589 39. Sambiloto 163 278 280 339 129 40. Terong 36196 28981 31203 36255 43331 41. Tomat 62405 61586 71772 90402 81710 42. Temuireng 3758 2534 2543 2009 1306

43. Temukunci 931 1065 830 754 710 44. Temulawak 10044 6928 8192 5861 6614

C Perkebunan 562210 489127 463257 489423 520350

1.Cengkeh 6434 6274 5064 7447 40640 2.Jambu Mete 11224 8921 8638 10093 13374

3.Kapuk 22459 9539 8918 7753 7336 4. Kelapa 177376 177431 157850 171889 168409 5. Kopi 18505 14921 13373 20520 21609

6. Siwalan 863 964 787 994 945

7. Tebu (Kristal ) 251862 211787 202928 186732 182736 8. Tebu (Tumbu) 37321 34255 30487 40835 33731

9. Tembakau 36120 24999 35169 43121 51535 10. Wijen 46 36 43 39 35

D Peternakan 201.757.474 257.405.889 258.598.502 271.281.372 341.007.409

1. Domba 2304131 2340940 2385475 2389721 2409518 2. Kambing 4069797 4066654 4107224 3937013 3972760

3. Kerbau 64913 63973 62996 62054 61220 4. kuda 12550 12075 11747 10643 9679 5. Sapi Potong 1642578 1674573 1710769 1751765 1769186 6. Ayam kampung 40717554 41976727 41960085 40633383 95343176 7. Ayam Pedaging 126102734 180484258 180634329 194317555 208587824 8. Ayam Petelur 21865087 21832857 22570890 22847528 23457066

9. Itik 4978130 4953832 5154987 5331710 5396980

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020

Page 123: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

107

Lampiran 4. Perhitungan Pij, Rij, Rin, Dan Rn Analisis Shift Share Kabupaten

Rembang Tahun 2015-2019

No SUBSEKTOR Pij rij rin Rn

A Tanaman Pangan 483940

1. Jagung 111145 0,05 0,08 -0,12

2. Kacang Hijau 2238 -0,54 0,01 -0,12

3. Kacang Tanah 3544 -0,84 -0,32 -0,12

4. Kedelai 256221 -0,17 -0,50 -0,12

5. Padi gkg 2197 -0,37 -0,15 -0,12

6. Ubi Jalar 106292 -0,13 -0,08 -0,12

7. Ubi Kayu 483940 -0,52 -0,16 -0,12

B Hortikultura

1. Alpukat 56 13,20 0,94 0,10

2. Bawang Merah 2.558 -0,62 0,02 0,10

3. Bayam 77 2,99 0,27 0,10

4. Belimbing 3.249 0,06 0,19 0,10

5. Blewah 3.315 -0,90 -0,57 0,10

6. Cabe Besar 12.564 -0,93 -0,02 0,10

7. Cabe Rawit 13.953 -0,88 -0,01 0,10

8. Duku/Langsat 2.745 -0,92 -0,19 0,10

9. Durian 7.039 -0,53 0,69 0,10

10. Jahe 4.765 -0,22 -0,33 0,10

11. Jambu Air 10.435 -0,42 0,35 0,10

12. JAmbu Biji 24.892 -0,39 0,30 0,10

13. Jamur 6.446 -0,63 0,17 0,10

14, Jeruk Besar 16 1.63 0,04 0,10

15. Jeruk Siam/Keprok 1.312 -0,90 0,62 0,10

16. Kacang Panjang 820 -0,78 -0,15 0,10

17. Kangkung 939 0,11 -0,10 0,10

18. Kencur 1100 -0,53 0,01 0,10

19. Kunyit 3.528 -0,08 -0,18 0,10

20. Laos/Lengkuas 1.442 -0,66 0,37 0,10

21. Lempuyang 46 -0,17 -0,54 0,10

22. Mangga 661.802 0,21 0,22 0,10

Page 124: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

108

23. Melinjo 317 -0,64 0,20 0,10

24. Melon 55.129 -0,55 -0,35 0,10

25. Mengkudu/Pace 25 -0,28 0,00 0,10

26. Mentimun 1.514 -0,72 0,31 0,10

27. Nangka 50.697 -0,29 0,41 0,10

28. Nanas 1.483 -0,93 -0,14 0,10

29. Petai 481 -0,06 0,28 0,10

30. Petsai/sawi 403 -0,65 0,22 0,10

31. Pepaya 12.233 -0,28 0,13 0,10

32. Pisang 603.475 -0,40 0,07 0,10

33. Rambutan 5.129 -0,77 -0,28 0,10

34. Salak 396 -0,95 0,02 0,10

35. Sawo 16.702 -0,15 0,04 0,10

36. Semangka 14.200 -0,21 -0,03 0,10

37. Sirsak 10.599 0,36 0,28 0,10

38. Sukun 25.390 -0,59 0,10 0,10

39. Sambiloto 0,01 0,38 -0,21 0,10

40. Terong 139 6,09 0,20 0,10

41. Tomat 1.371 -0,31 0,31 0,10

42. Temuireng 92 -0,55 -0,65 0,10

43. Temukunci 24 4,83 -0,24 0,10

44. Temulawak 235 -0,80 -0,34 0,10

D Perkebunan

1. Cengkeh 23 17,30 5,32 -0,07

2. Jambu Mete 104 0,73 0,19 -0,07

3. Kapuk 290 0,26 -0,67 -0,07

4. Kelapa 4.039 -0,02 -0,05 -0,07

5. Kopi Robusta 16 2,69 0,17 -0,07

6. Siwalan 957 -0,03 -0,02 -0,07

7. Tebu (Kristal) 28.816 0,06 -0,27 -0,07

8. Tebu (Tumbu) 14.223 -0,01 -0,10 -0,07

9. Tembakau Rajang 2.804 1,87 -0,43 -0,07

10. Wijen 27 0,19 -0,24 -0,07

E. Peternakan

Page 125: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

109

1. Domba 156.725 0,04 0,05 0,69

2. Kambing 158.990 0,05 -0,02 0,69

3. Kerbau 211 -0,11 -0,06 0,69

4. kuda 5.129 -0,31 -0,23 0,69

5. Sapi Potong 128.122 0,07 0,08 0,69

6. Ayam kampung 709.051 0,24 1,34 0,69

7. Ayam Pedaging 757.500 -0,02 0,65 0,69

8. Ayam Petelur 3.700 -0,07 0,07 0,69

9. Itik 129.421 -0,24 0,08 0,69

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Page 126: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

110

Lampiran 5. Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Rembang Tahun

2015-2019

No KOMODITAS NSij

Pij * rn

PSij

Pij * (rin-rn)

DSij

Pij * (rij-rin)

SSij

NSij+PSij+DSij

A Tanaman Pangan

1. Jagung -12819,49 21374,23 -3335,74 5219

2. Kacang Hijau -258,13 269,50 -1214,37 -1203

3. Kacang Tanah -265,63 -464,03 -1208,34 -1938

4. Kedelai -408,77 -1378,61 1191,37 -596

5. Padi gkg -29552,60 -8892,17 -56003,23 -94448

6. Ubi Jalar -253,40 84,93 -125,53 -294

7. Ubi Kayu -12259,75 -5023,36 -38390,89 -55674

B Hortikultura

1. Alpukat 5,45 47,04 686,50 739

2. Bawang Merah 249,11 -190,91 -1644,20 -1586

3. Bayam 7,50 13,31 209,20 230

4. Belimbing 316,40 299,17 -424,57 191

5. Blewah 322,83 -2224,28 -1079,55 -2981

6. Cabe Besar 1223,55 -1485,03 -11454,52 -11716

7. Cabe Rawit 1358,82 -1474,17 -12128,65 -12244

8. Duku/Langsat 267,32 -795,10 -1999,22 -2527

9. Durian 685,49 4157,49 -8592,98 -3750

10. Jahe 464,04 -2028,37 501,33 -1063

11. Jambu Air 1016,21 2641,68 -8060,89 -4403

12. JAmbu Biji 2424,11 5018,83 -17212,94 -9770

13. Jamur 627,74 460,94 -5176,69 -4088

14, Jeruk Besar 1,56 -0,86 25,30 26

15. Jeruk

Siam/Keprok 127,77 685,01 -1989,78 -1177

16. Kacang Panjang 79,86 -200,46 -516,40 -637

17. Kangkung 91,44 -188,33 200,88 104

18. Kencur 107,12 -95,95 -594,17 -583

19. Kunyit 343,57 -975,37 354,79 -277

20. Laos/Lengkuas 138,48 383,33 -1455,81 -934

21. Lempuyang 4,48 -29,36 16,88 -8

Page 127: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

111

22. Mangga 64449,71 83057,23 -9611,94 137895

23. Melinjo 30,87 33,29 -267,16 -203

24. Melon 5368,75 -24669,98 -10768,77 -30070

25. Mengkudu/Pace 2,43 -2,53 -6,91 -7

26. Mentimun 147,44 329,21 -1567,65 -1091

27. Nangka 4937,14 16091,81 -35662,95 -14634

28. Nanas 144,42 -346,79 -1170,63 -1373

29. Petai 46,84 86,97 -162,81 -29

30. Petsai/sawi 39,25 50,43 -351,68 -262

31. Pepaya 1678,24 591,73 -7062,97 -4793

32. Pisang 58769,52 -17533,84 -280410,68 -239175

33. Rambutan 499,49 -1948,22 -2480,27 -3929

34. Salak 38,56 -28,92 -386,65 -377

35. Sawo 1626,53 -1014,54 -3048,98 -2437

36. Semangka 1382,87 -1752,85 -2679,02 -3049

37. Sirsak 1032,19 1962,19 801,62 3796

38. Sukun 2472,61 14,34 -17464,95 -14978

39. Sambiloto 0,00 0,00 0,01 0,005

40. Terong 13,54 13,86 818,60 846

41. Tomat 133,52 290,60 -844,12 -420

42. Temuireng 8,96 -68,99 9,03 -51

43. Temukunci 2,34 -8,03 121,70 116

44. Temulawak 22,89 -103,14 -107,75 -188

C Perkebunan

1. Cengkeh -1,72 123,99 284,72 407

2. Jambu Mete -7,76 27,68 56,08 76

3. Kapuk -21,64 -173,63 269,27 74

4. Kelapa -301,40 97,21 106,19 -98

5. Kopi Robusta -1,19 3,88 40,32 43

6. Siwalan -71,41 52,55 -8,14 -27

7. Tebu (Kristal) -2150,32 -5758,52 9632,83 1724

8. Tebu (Tumbu) -1061,35 -306,79 1205,15 -163

9. Tembakau Rajang -209,24 1405,91 4047,33 5244

10. Wijen -2,01 -4,44 11,46 5

Page 128: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

112

D Peternakan

1. Domba 108169,21 -101000,87 -1120,33 6048

2. Kambing 109732,48 -113523,31 11152,83 7362

3. Kerbau 145,63 -157,63 -11,00 -23

4. kuda 3539,96 -4713,29 -391,66 -1565

5. Sapi Potong 88427,85 -78552,36 -1241,49 8634

6. Ayam kampung 489376,20 461868,37 -780294,56 170950

7. Ayam Pedaging 522814,96 -27326,45 -510988,51 -15500

8. Ayam Petelur 2553,68 -2284,29 -544,39 -275

9. Itik 89324,40 -78435,18 -41905,23 -31016

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Page 129: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

113

Lampiran 6. Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019

No Komoditas Mij Cij Pbij Keterangan

Pij*(rin-rn) Pij*(rij-rin) Mij+Cij

A Tanaman Pangan

1. Jagung 21374,23 -3335,74 18038,49 Cepat

2. Kacang Hijau 269,50 -1214,37 -944,87 Lambat

3. Kacang Tanah -464,03 -1208,34 -1672,37 Lambat

4. Kedelai -1378,61 1191,37 -187,23 Lambat

5. Padi gkg -8892,17 -56003,23 -64895,40 Lambat

6. Ubi Jalar 84,93 -125,53 -40,60 Lambat

7. Ubi Kayu -5023,36 -38390,89 -43414,25 Lambat

B Hortikultura

1. Alpukat 47,04 686,50 733,55 Cepat

2. Bawang Merah -190,91 -1644,20 -1835,11 Lambat

3. Bayam 13,31 209,20 222,50 Cepat

4. Belimbing 299,17 -424,57 -125,40 Lambat

5. Blewah -2224,28 -1079,55 -3303,83 Lambat

6. Cabe Besar -1485,03 -11454,52 -12939,55 Lambat

7. Cabe Rawit -1474,17 -12128,65 -13602,82 Lambat

8. Duku/Langsat -795,10 -1999,22 -2794,32 Lambat

9. Durian 4157,49 -8592,98 -4435,49 Lambat

10. Jahe -2028,37 501,33 -1527,04 Lambat

11. Jambu Air 2641,68 -8060,89 -5419,21 Lambat

12. JAmbu Biji 5018,83 -17212,94 -12194,11 Lambat

13. Jamur 460,94 -5176,69 -4715,74 Lambat

14, Jeruk Besar -0,86 25,30 24,44 Cepat

15. Jeruk Siam/Keprok 685,01 -1989,78 -1304,77 Lambat

16. Kacang Panjang -200,46 -516,40 -716,86 Lambat

17. Kangkung -188,33 200,88 12,56 Cepat

18. Kencur -95,95 -594,17 -690,12 Lambat

19. Kunyit -975,37 354,79 -620,57 Lambat

20. Laos/Lengkuas 383,33 -1455,81 -1072,48 Lambat

21. Lempuyang -29,36 16,88 -12,48 Lambat

Page 130: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

114

22. Mangga 83057,23 -9611,94 73445,29 Cepat

23. Melinjo 33,29 -267,16 -233,87 Lambat

24. Melon -24669,98 -10768,77 -35438,75 Lambat

25. Mengkudu/Pace -2,53 -6,91 -9,43 Lambat

26. Mentimun 329,21 -1567,65 -1238,44 Lambat

27. Nangka 16091,81 -35662,95 -19571,14 Lambat

28. Nanas -346,79 -1170,63 -1517,42 Lambat

29. Petai 86,97 -162,81 -75,84 Lambat

30. Petsai/sawi 50,43 -351,68 -301,25 Lambat

31. Pepaya 591,73 -7062,97 -6471,24 Lambat

32. Pisang -17533,84 -280410,68 -297944,52 Lambat

33. Rambutan -1948,22 -2480,27 -4428,49 Lambat

34. Salak -28,92 -386,65 -415,56 Lambat

35. Sawo -1014,54 -3048,98 -4063,53 Lambat

36. Semangka -1752,85 -2679,02 -4431,87 Lambat

37. Sirsak 1962,19 801,62 2763,81 Cepat

38. Sukun 14,34 -17464,95 -17450,61 Lambat

39. Sambiloto 0,00 0,01 0,00 Lambat

40. Terong 13,86 818,60 832,46 Cepat

41. Tomat 290,60 -844,12 -553,52 Lambat

42. Temuireng -68,99 9,03 -59,96 Lambat

43. Temukunci -8,03 121,70 113,66 Cepat

44. Temulawak -103,14 -107,75 -210,89 Lambat

0,00 -383577,96 -383577,96

C Perkebunan

1. Cengkeh 123,99 284,72 408,72 Cepat

2. Jambu Mete 27,68 56,08 83,76 Cepat

3. Kapuk -173,63 269,27 95,64 Cepat

4. Kelapa 97,21 106,19 203,40 Cepat

5. Kopi Robusta 3,88 40,32 44,19 Cepat

6. Siwalan 52,55 -8,14 44,41 Cepat

7. Tebu (Kristal) -5758,52 9632,83 3874,32 Cepat

8. Tebu (Tumbu) -306,79 1205,15 898,35 Cepat

9. Tembakau Rajang 1405,91 4047,33 5453,24 Cepat

10. Wijen -4,44 11,46 7,01 Cepat

Page 131: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

115

D Peternakan

1. Domba -101000,87 -1120,33 -102121,21 Lambat

2. Kambing -113523,31 11152,83 -102370,48 Lambat

3. Kerbau -157,63 -11,00 -168,63 Lambat

4. kuda -4713,29 -391,66 -5104,96 Lambat

5. Sapi Potong -78552,36 -1241,49 -79793,85 Lambat

6. Ayam kampung 461868,37 -780294,56 -318426,20 Lambat

7. Ayam Pedaging -27326,45 -510988,51 -538314,96 Lambat

8. Ayam Petelur -2284,29 -544,39 -2828,68 Lambat

9. Itik -78435,18 -41905,23 -120340,40 Lambat

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Page 132: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

116

Lampiran 7. Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019

No Komoditas Nilai LQ Rata-

rata Ket.

2015 2016 2017 2018 2019

A Tanaman

Pangan

1. Jagung 1,33 1,58 1,61 1,54 1,87 1,59 Basis

2. Kacang Hijau 0,87 0,74 0,33 0,38 0,58 0,58 Non Basis

3. Kacang Tanah 0,81 0,75 0,59 0,32 0,27 0,55 Non Basis

4. Kedelai 1,05 0,68 0,77 0,98 2,55 1,21 Basis

5. Padi 0,87 0,63 0,84 1,03 0,93 0,86 Non Basis

6. Ubi Jalar 0,56 0,24 0,60 0,60 0,76 0,55 Non Basis

7. Ubi Kayu 1,15 1,55 0,97 0,85 0,94 1,09 Basis

B Hortikultura

1. Alpukat 0,003 0,01 0,02 0,03 0,03 0,02 Non Basis

2. Bawang Merah 0,09 0,04 0,07 0,08 0,04 0,06 Non Basis

3. Bayam 0,15 0,20 0,28 0,45 0,60 0,34 Non Basis

4. Belimbing 0,41 0,44 0,46 0,53 0,47 0,46 Non Basis

5. Blewah 0,47 5,30 1,03 1,04 0,14 1,60 Basis

6. Cabe Besar 1,25 0,42 0,52 0,32 0,11 0,52 Non Basis

7. Cabe Rawit 1,56 1,01 1,06 0,99 0,25 0,97 Non Basis

8. Duku/Langsat 0,25 0,14 0,50 0,13 0,03 0,21 Non Basis

9. Durian 0,12 0,15 0,10 0,09 0,04 0,10 Non Basis

10. Jahe 1,98 1,26 1,75 1,83 2,95 1,95 Basis

11. Jambu Air 0,88 0,57 1,16 0,82 0,48 0,78 Non Basis

12. Jambu Biji 0,87 0,87 0,97 0,77 0,52 0,80 Non Basis

13. Jamur 0,26 0,09 0,05 0,26 0,11 0,15 Non Basis

14. Jeruk Besar 0,002 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 Non Basis

15. Jeruk Siam 0,10 0,05 0,13 0,06 0,01 0,07 Non Basis

16. Kacang Panjang 0,48 0,28 0,18 0,26 0,16 0,27 Non Basis

17. Kangkung 0,51 0,46 0,45 0,67 0,82 0,58 Non Basis

18. Kencur 2,10 1,53 2,49 1,81 1,26 1,84 Basis

19. Kunyit 2,07 1,50 1,51 1,71 2,99 1,95 Basis

20. Laos/Lengkuas 1,82 1,19 1,59 0,75 0,59 1,19 Basis

21. Lempuyang 0,27 0,17 0,21 0,52 0,61 0,36 Non Basis

Page 133: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

117

22. Mangga 2,79 4,04 3,73 2,83 3,55 3,39 Basis

23. Melinjo 0,13 0,08 0,08 0,06 0,05 0,08 Non Basis

24. Melon 2,21 1,92 2,93 2,55 1,99 2,32 Basis

25. Mengkudu/Pace 0,51 0,96 0,50 0,51 0,47 0,59 Non Basis

26. Mentimun 1,08 0,22 0,76 1,16 0,30 0,70 Non Basis

27. Nangka 0,81 0,38 0,95 1,11 0,52 0,76 Non Basis

28. Nanas 0,01 0,005 0,01 0,001 0,001 0,005 Non Basis

29. Petai 0,11 0,13 0,14 0,14 0,10 0,13 Non Basis

30. Petsai/Sawi 0,08 0,12 0,42 0,11 0,03 0,15 Non Basis

31. Pepaya 0,28 0,13 0,16 0,26 0,23 0,21 Non Basis

32. Pisang 1,74 0,93 1,10 1,49 1,26 1,30 Basis

33. Rambutan 0,06 0,13 0,15 0,11 0,02 0,09 Non Basis

34. Salak 0,001 0,002 0,002 0,003 0,000 0,002 Non Basis

35. Sawo 2,24 1,86 2,31 2,49 2,38 2,26 Basis

36. Semangka 0,32 0,39 0,25 0,12 0,33 0,28 Non Basis

37. Sirsak 2,37 1,61 1,92 4,03 3,24 2,64 Basis

38. Sukun 1,66 1,29 1,72 1,79 0,80 1,45 Basis

39. Sambiloto 0,001 0,001 0,001 0,001 0,003 0,001 Non Basis

40. Terong 0,06 0,12 0,15 0,35 0,49 0,24 Non Basis

41. Tomat 0,37 0,24 0,38 0,30 0,25 0,31 Non Basis

42. Temuireng 0,41 0,28 0,46 1,07 0,68 0,58 Non Basis

43. Temukunci 0,43 0,40 0,70 1,17 4,25 1,39 Basis

44. Temulawak 0,39 0,20 0,12 0,29 0,15 0,23 Non Basis

C Perkebunan

1. Cengkeh 0,04 0,03 0,16 0,12 0,09 0,09 Non Basis

2. Jambu Mete 0,10 0,10 0,18 0,18 0,12 0,14 Non Basis

3. Kapuk 0,14 0,27 0,36 0,45 0,44 0,33 Non Basis

4. Kelapa 0,25 0,21 0,21 0,21 0,21 0,22 Non Basis

5. Kopi Robusta 0,01 0,01 0,04 0,03 0,02 0,02 Non Basis

6. Siwalan 10,89 8,87 8,24 8,49 8,74 9,05 Basis

7. Tebu (Kristal) 1,26 1,24 1,18 1,38 1,48 1,31 Basis

8. Tebu (Tumbu) 4,18 3,80 3,98 2,96 3,70 3,73 Basis

9. Tembakau

Rajang

0,85 1,82 1,60 1,36 1,39 1,41 Basis

10. Wijen 6,45 8,19 7,74 8,40 8,12 7,78 Basis

Page 134: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

118

D Peternakan

1. Domba 6,65 8,64 7,93 5,89 10,50 7,92 Basis

2. Kambing 3,82 5,11 4,73 3,65 6,51 4,76 Basis

3. Kerbau 0,32 0,43 0,38 0,28 0,48 0,38 Non Basis

4. Kuda 4,24 6,08 5,53 3,47 6,25 5,11 Basis

5. Sapi Potong 7,63 10,00 9,29 6,74 12,02 9,14 Basis

6. Ayam kampung 1,74 2,21 2,47 1,87 1,43 1,94 Basis

7. Ayam Pedaging 0,59 0,52 0,49 0,75 0,55 0,58 Non Basis

8. Ayam Petelur 0,02 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 Non Basis

9. Itik 2,54 2,55 2,29 1,62 2,83 2,37 Basis

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah

Page 135: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

119

Lampiran 8. Perhitungan Analisis DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-

2019

No Komoditas Gij Gi A B DLQ Ket

(a/b)t

A Tanaman Pangan

1. Jagung 0,03 0,02 1,11 1,05 1,24 Basis

2. Kacang Hijau -0,16 0,02 0,91 1,05 0,56 Non Basis

3. Kacang Tanah -0,35 -0,09 0,70 0,94 0,31 Non Basis

4. Kedelai 0,06 -0,06 1,15 0,97 2,00 Basis

5. Padi -0,04 0,03 1,04 1,06 0,91 Non Basis

6. Ubi Jalar -0,20 -0,01 0,87 1,02 0,53 Non Basis

7. Ubi Kayu -0,14 -0,03 0,94 0,99 0,78 Non Basis

B Hortikultura

1. Alpukat -0,67 0,18 0,33 1,15 0,01 Non Basis

2. Bawang Merah -0,20 0,01 0,81 0,98 0,46 Non Basis

3. Bayam 0,04 0,06 1,05 1,03 1,08 Basis

4. Belimbing 0,02 0,08 1,04 1,05 0,96 Non Basis

5. Blewah 0,75 0,74 1,77 1,69 1,22 Basis

6. Cabe Besar -0,43 0,00 0,57 0,97 0,12 Non Basis

7. Cabe Rawit -0,36 0,00 0,65 0,97 0,20 Non Basis

8. Duku/Langsat -0,36 0,51 0,65 1,47 0,04 Non Basis

9. Durian -0,12 0,18 0,89 1,15 0,36 Non Basis

10. Jahe -0,03 -0,08 0,98 0,90 1,45 Basis

11. Jambu Air -0,05 0,08 0,96 1,05 0,70 Non Basis

12. Jambu Biji -0,03 0,08 0,98 1,05 0,77 Non Basis

13. Jamur 0,01 0,28 1,02 1,24 0,46 Non Basis

14. Jeruk Besar -0,44 0,02 0,57 0,99 0,03 Non Basis

15. Jeruk Siam -0,20 0,28 0,81 1,25 0,18 Non Basis

16. Kacang Panjang -0,30 0,02 0,71 0,99 0,26 Non Basis

17. Kangkung 0,05 -0,02 1,07 0,95 1,60 Basis

18. Kencur -0,13 0,01 0,88 0,98 0,64 Non Basis

19. Kunyit 0,06 -0,05 1,07 0,93 1,80 Basis

20. Laos/Lengkuas -0,18 0,08 0,83 1,05 0,39 Non Basis

21. Lempuyang -0,04 0,15 0,97 1,12 0,57 Non Basis

Page 136: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

120

22. Mangga 0,16 0,06 1,17 1,03 1,68 Basis

23. Melinjo -0,22 0,05 0,79 1,02 0,36 Non Basis

24. Melon -0,17 -0,08 0,84 0,90 0,77 Non Basis

25. Mengkudu/Pace 0,03 0,07 1,04 1,04 1,00 Basis

26. Mentimun 0,08 0,08 1,09 1,15 0,83 Non Basis

27. Nangka 0,06 0,10 1,07 1,06 1,03 Basis

28. Nanas -0,31 0,14 0,70 1,11 0,15 Non Basis

29. Petai 0,00 0,09 1,02 1,06 0,86 Non Basis

30. Petsai/Sawi -0,23 0,06 0,78 1,03 0,33 Non Basis

31. Pepaya -0,07 0,05 0,94 1,02 0,71 Non Basis

32. Pisang 0,11 0,02 1,12 0,99 1,68 Basis

33. Rambutan -0,12 -0,04 0,89 0,94 0,82 Non Basis

34. Salak -0,13 0,06 0,88 1,04 0,53 Non Basis

35. Sawo -0,03 0,01 0,99 0,98 1,02 Basis

36. Semangka -0,15 0,01 0,86 0,98 0,59 Basis

37. Sirsak 0,14 0,07 1,15 1,04 1,50 Basis

38. Sukun -0,17 0,03 0,84 1,00 0,50 Non Basis

39. Sambiloto -0,61 0,08 0,40 1,05 0,02 Non Basis

40. Terong 0,04 0,06 1,05 1,03 1,10 Basis

41. Tomat -0,06 0,08 0,95 1,05 0,67 Non Basis

42. Temuireng -0,11 -0,22 0,90 0,76 1,96 Basis

43. Temukunci 0,15 -0,06 1,17 0,92 2,61 Basis

44. Temulawak -0,29 -0,07 0,72 0,90 0,41 Non Basis

C Perkebunan

1. Cengkeh 0,73 1,18 1,67 2,21 0,33 Non Basis

2. Jambu Mete 0,21 1,06 1,17 2,09 0,10 Non Basis

3. Kapuk 0,07 0,21 1,03 1,23 0,50 Non Basis

4. Kelapa 0,00 -0,01 0,96 1,01 0,84 Non Basis

5. Kopi Robusta 0,02 0,78 0,99 1,81 0,09 Non Basis

6. Siwalan 0,91 0,04 1,85 1,06 9,32 Basis

7. Tebu (Kristal) 0,01 -0,08 0,98 0,94 1,19 Basis

8. Tebu (Tumbu) 0,004 -0,01 0,96 1,01 3,23 Basis

9. Tembakau Rajang 0,33 0,13 1,29 1,15 1,59 Basis

10. Wijen 0,06 -0,05 1,02 0,96 1,28 Basis

Page 137: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

121

D Peternakan

1. Domba 0,01 0,01 0,96 0,88 1,42 Basis

2. Kambing 0,01 -0,01 0,96 0,87 1,53 Basis

3. Kerbau -0,19 -0,01 0,77 0,86 0,65 Non Basis

4. Kuda -0,09 -0,06 0,87 0,82 1,29 Basis

5. Sapi Potong 0,02 0,02 0,97 0,89 1,41 Basis

6. Ayam kampung 0,06 0,34 1,01 1,17 1,56 Basis

7. Ayam Pedaging 0,17 0,15 1,11 1,00 1,55 Basis

8. Ayam Petelur -0,09 0,08 0,87 0,94 0,72 Non Basis

9. Itik -0,06 0,02 0,90 0,89 1,03 Basis

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

Page 138: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

122

Lampiran 9. Hasil Gabungan Analisis LQ Dan DLQ Kabupaten Rembang

Tahun 2015-2019

No Komoditas LQ DLQ Ket.

A Tanaman Pangan

1 Jagung 1,59 1,24 Basis, Prospektif

2 Kacang Hijau 0,58 0,56 Non Basis, Tidak Prospektif

3 Kacang Tanah 0,55 0,31 Non Basis, Tidak Prospektif

4 Kedelai 1,21 2,00 Basis, Prospektif

5 Padi 0,86 0,91 Non Basis, Tidak Prospektif

6 Ubi Jalar 0,55 0,53 Non Basis, Non Prospektif

7 Ubi Kayu 1,09 0,78 Basis, Tidak Prospektif

B Hortikultura

1. Alpukat 0,02 0,01 Non Basis. Tidak Prospektif

2. Bawang Merah 0,06 0,46 Non Basis. Tidak Prospektif

3. Bayam 0,34 1,08 Non Basis, Prospektif

4. Belimbing 0,46 0,96 Non Basis. Tidak Prospektif

5. Blewah 1,60 1,22 Basis, Prospektif

6. Cabe Besar 0,52 0,12 Non Basis. Tidak Prospektif

7. Cabe Rawit 0,97 0,20 Non Basis. Tidak Prospektif

8. Duku/Langsat 0,21 0,04 Non Basis. Tidak Prospektif

9. Durian 0,10 0,36 Non Basis. Tidak Prospektif

10. Jahe 1,95 1,45 Basis, Prospektif

11. Jambu Air 0,78 0,70 Non Basis. Tidak Prospektif

12. Jambu Biji 0,80 0,77 Non Basis. Tidak Prospektif

13. Jamur 0,15 0,46 Non Basis, Tidak Prospektif

14. Jeruk Besar 0,01 0,03 Non Basis. Tidak Prospektif

15. Jeruk Siam 0,07 0,18 Non Basis. Tidak Prospektif

16. Kacang Panjang 0,27 0,26 Non Basis. Tidak Prospektif

17. Kangkung 0,58 1,60 Non Basis, Prospektif

18. Kencur 1,84 0,64 Basis, Tidak Prospektif

19. Kunyit 1,95 1,80 Basis, Prospektif

20. Laos/Lengkuas 1,19 0,39 Basis, Tidak Prospektif

21. Lempuyang 0,36 0,57 Non Basis, Tidak Prospektif

22. Mangga 3,39 1,68 Basis, Prospektif

23. Melinjo 0,08 0,36 Non Basis. Tidak Prospektif

24. Melon 2,32 0,77 Basis, Tidak Prospektif

25. Mengkudu/Pace 0,59 1,00 Non Basis, Prospektif

26. Mentimun 0,70 0,83 Non Basis, Tidak Prospektif

27. Nangka 0,76 1,03 Non Basis, Prospektif

Page 139: PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …

123

Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)

28. Nanas 0,005 0,15 Non Basis. Tidak Prospektif

29. Petai 0,13 0,86 Non Basis. Tidak Prospektif

30. Petsai/Sawi 0,15 0,33 Non Basis, Tidak Prospektif

31. Pepaya 0,21 0,71 Non Basis. Tidak Prospektif

32. Pisang 1,30 1,68 Basis, Prospektif

33. Rambutan 0,09 0,82 Non Basis. Tidak Prospektif

34. Salak 0,002 0,53 Non Basis. Tidak Prospektif

35. Sawo 2,26 1,02 Basis, Prospektif

36. Semangka 0,28 0,59 Non Basis, Tidak Prospektif

37. Sirsak 2,64 1,50 Basis, Prospektif

38. Sukun 1,45 0,50 Basis, Tidak Prospektif

39. Sambiloto 0,001 0,02 Non Basis, Tidak Prospektif

40. Terong 0,24 1,10 Non Basis, Prospektif

41. Tomat 0,31 0,67 Non Basis. Tidak Prospektif

42. Temuireng 0,58 1,96 Non Basis, Prospektif

43. Temukunci 1,39 2,61 Basis, Prospektif

44. Temulawak 0,23 0,41 Non Basis. Tidak Prospektif

C Perkebunan

1. Cengkeh 0,09 0,33 Non Basis, Tidak Prospektif

2. Jambu Mete 0,14 0,10 Non Basis, Tidak Prospektif

3. Kapuk 0,33 0,50 Non Basis, Tidak Prospektif

4. Kelapa 0,22 0,84 Non Basis, Tidak Prospektif

5. Kopi Robusta 0,02 0,09 Non Basis, Tidak Prospektif

6. Siwalan 9,05 9,32 Basis, Prospektif

7. Tebu (Kristal) 1,31 1,19 Basis, Prospektif

8. Tebu (Tumbu) 3,73 3,23 Basis, Prospektif

9. Tembakau Rajang 1,41 1,59 Basis, Prospektif

10. Wijen 7,78 1,28 Basis, Prospektif

D Peternakan

1. Domba 1,93 1,42 Basis, Prospektif

2. Kambing 4,77 1,53 Basis, Prospektif

3. Kerbau 0,38 0,65 Non Basis, Tidak Prospektif

4. kuda 5,11 1,29 Basis, Prospektif

5. Sapi Potong 9,15 1,41 Basis, Prospektif

6. Ayam kampung 1,94 1,56 Basis, Prospektif

7. Ayam Pedaging 0,58 1,55 Non Basis, Prospektif

8. Ayam Petelur 0,03 0,72 Non Basis, Tidak Prospektif

9. Itik 2,37 1,03 Basis, Prospektif