peran sejarah dalam era globalisasi
DESCRIPTION
PERAN SEJARAH DALAM ERA GLOBALISASI. Oleh: D r . H. Yat Rospia Brata, Drs., M.Si. ONE DAY SEMINAR PROGRAM STUDI PEND. SEJARAH FKIP UNIGAL 201 1. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
PERAN SEJARAH DALAM ERA GLOBALISASI
Oleh:Dr. H. Yat Rospia Brata, Drs., M.Si.
ONE DAY SEMINAR PROGRAM STUDI PEND. SEJARAH FKIP UNIGAL
2011
Abad milenium (abad 21) ditandai dgn revolusi iptek yang berakselerasi dari manual ke digital, efektif, efissien, sehingga mampu menyatukan berbagai data dan informasi yang berbeda dalam sebuah saluran yang mudah digunakan.
Karakteristik Abad Millennium
milenium century
globalisasiinclusive
free states frontier
Globalisasi
Globalisasi: suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, interdependensi, saling mempengaruhi, dan mampu melintasi batas negara, sehingga peran dan batas-batas negara semakin memudar.
inclusiveKeterbukaan: kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan melihat sesuatu secara jernih. Dalam situasi ini manusia bisa melihat dengan jelas dan pikiran yang tenang melalui rambu rambu hukum dan sosial.
Keterbukaan yang kebablasan
Tanpa batas (barrier free)
Trend Globalisasi
Persamaan hak
Globalisasi merupakan abad kompetisi, yang bisa di menangkan jika mampu memanfaatkan iptek, namun bila hanya mengandalkan integritas tanpa profesionalitas, hasilnya hanya menjadi follower, bukan trensetter
Trend globalisasi• human right• Termasuk hak pend. tanpa
stratifikasi sos ekonomi
Dampak Globalisasi• Kompetisi penguasaan iptek,
mampu atau teralienasi
(58) AL MUJAADILAH: 11 Hai orang-orang yang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
counter (1) ->religi
counter (2) > SejarahSejarah memiliki peran strategis dan urgensi tinggi
melalui upaya perekaman kembali fakta-fakta masa lalu yang sarat makna sebagai peristiwa yang berkesinambungan dan penuh dengan pesan-pesan yang tersirat (cryptical massage) di setiap fakta sejarah tersebut.
10 MEGATRENT GLOBAL MILENIUM (Nisbet, 1997)
Global economic booming (maraknya sistem perekonomian global)
Renaissance of art (“pencerahan” dalam seni)
Free market sosialism (sosialisme pasar bebas)
global life style and cultural nationalism (Gaya hidup global dan nasionalisme kultural)
Privatisation (Swastanisasi)
The Pacific rised (Kebangkitan tepi Pasifik)
Woman leadership era (Dasawarsa kepemimpinan wanita)
Biology era (Abad biologi)
(Milenium religous rised) Kebangkitan agama milenium
(individual golden era) Kejayaan individu
Peter Senge (1994)
• perubahan dari detail complexity ke dinamic complexity, sehingga inter-polasi menjadi sulit, perubahan terjadi sangat mendadak dan tidak menentu
Rossabeth Moss Kanter (1994)
• Masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai dan pemikiran cosmopolitan dan setiap pelakunya di setiap bidang termasuk bidang pendidikan dituntut memiliki; concept, competence, conection, dan confidance
Kesejahteraan materi, efisiensi waktu, penguasaan informasi, hasil pengembangan sain dan teknologi, akan menjadi bumerang atau tidak berarti bila tidak didasari nilai, etika, dan moral kuat.
penguasaan sain dan
teknologi tinggi
pemahaman dan penguasaan nilai dan moral kokoh
Nilai, etika, dan moral senantiasa hadir dalam ranah sejarah
Acuan nilai
Tata nilai bersifat kompleks dan berjenjang:
nilai ideal
nilai instrumental
nilai operasional
Jenjang Nilai:
•pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan ideal
•otonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi, kreatifitas, daya saing, estetika, kearifan, moral, harkat, martabat, dan kebanggaan.
instrumental
•kerja keras, sportifitas, kesiapan bersaing, kerjasama, dan disiplin diri
operasional
NILAI-NILAI MORAL YANG PERLU
DIBELAJARKAN:Rasa hormat
(respect)
Tangung jawab
(responsibility)
honesty (kejujuran)
prudence (kehatia-hatian)
tolerance (toleransi)
fairness (keterbukaan
)
self-dicipline (disiplin diri)
helpfulness (ketulusan membantu)
courage (keteguhan
hati)
6 aspek dalam komponen moral feeling (perasaan moral)
1. Conscience (kata hati /nurani) memiliki dua sisi; kognitif (penget ttg apa yang benar) dan sisi emosi (perasaan wajib berbuat kebenaran)
2). Self esteem (harga diri), jika mengukur harga diri sendiri berarti menilai diri sendiri, jika menilai diri sendiri berarti hormat pada diri sendiri
3). Empaty (kemampuan untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain, atau seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain dan dilakukan orang lain
4). Loving the good (cinta pada kebaikan); merupakan bentuk tertinggi dari karakter, termasuk menjadi tertaarik dgn kebaikan sejati. Jika orang cinta dengan kebaikan maka mereka akan berbuat baik dan meiliki moralitas
5). Self control (kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri) dan berfungsi untuk mengekang kesenangan diri sendiri
6). Humility (kerendahan diri): kebaikan moral yang terkadang dilupakan atau diabaikan, padahal merupakan bagian penting dari karakter yang baik
Peran sejarah dalam kehidupan global
Secara terminologis, istilah sejarah diambil dari bahasa Arab, syajarotun hayyun (pohon kehidupan) yang mengilustrasikan pendekatan lebih analogis sebagai gambaran pertumbuhan peradaban manusia yang senantiasa berkembang secara berkesinambungan, sehingga untuk dapat menangkap makna, pelajaran, atau pesan-pesan sejarah yang penuh perlambang (ibroh) di dalamnya, diperlukan kemampuan pemahaman yang baik (ulil albab). (Q.S. 12: 111).
Dalam sejarah ditelaah pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan manusia dalam masyarakat pada masa lampau untuk dapat memahami hakikat manusia itu sendiri sehingga memperoleh berbagai pengertian bagaimana seharusnya situasi yang terjadi untuk saat ini.
Kehadiran manusia di muka bumi ini selalu membawa perubahan-perubahan yang mendasar, dengan demikian maka dimulailah sejarah, dunia diubah menurut pola kehidupan kebudayaan masing-masing melalui aspek biologis, psikologis, dan sosiologis.
Ibn Khaldun (1332-1406) mengemukakan, bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia atau peradaban manusia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, yang disebabkan oleh watak manusia itu sendiri.
segala sesuatu yang baru, selalu mengemukakan persoalan-persoalan, dan dalam setiap situasi yang dihadapi maka manusia selalu mencari keseimbangan psikologis (homeostatis).
Selain itu secara sosiologis dalam berinteraksi, manusia selalu berhadapan dengan persoalan asosiasi, adaptasi, kompetisi, atau konflik sebagai wujud dinamis sosial budaya.
Dalam pencarian homeostatis guna menumbuhkan tingkah laku kultural, dapat dilakukan melalui refleksi spontan (instinktif) yang terjadi secara alamiah (kodrati) dan melalui refleksi kondisional (edukatif) yang dilakukan dengan pembelajaran.
Pembelajaran dimaksud lebih menyangkut ranah humaniora sebagai upaya mengimbangi percepatan laju ilmu pengetahuan dan teknologi pada era global, dengan mengedepankan peran pendidikan sejarah sebagai pengalaman nyata (actual experiences) yang merupakan bentuk kreatifitas kebudayaan umat manusia yang terus berlangsung hingga saat ini, sehingga pada gilirannya akan tercipta pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning) melalui pembelajaran teknohumanistik.
ayat-ayat al qur’an menyangkut pendidikan
(96) AL’ ALAQ: 1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Hadist tentang pentingnya pendidikan
Mencari ilmu wajib hukumnya bagi umat muslimin dan muslimah
Carilah ilmu walau ke negeri Chin
MEANINGFUL LEARNING
MEMANUSIAKAN MANUSIA (HUMANITIES)
kekeluargaan
Kebaikan hati
empatiCinta kasih
apresiatif
Penciptaan manusia sebagai subyek sejarah dengan tugas sebagai khalifah (QS. 2: 30) adalah untuk menciptakan sejarah di bumi dengan rumusan rahmatan lil ‘alamin dalam ukuran waktu yang bukan fragmental, melainkan terus berkesinambungan (sustainable) dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya.
Dengan demikian dalam jaman secanggih apapun maka peran sejarah tidak bisa diabaikan begitu saja bila tidak mau kembali ke abad Jahiliyyah, terjebak dalam kondisi moral hazard….. Wallohu alam bisowwab….
Terimakasih, Wassalam