peran dan fungsi ibu rumah tangga dalam ranah … sosial...peran dan fungsi ibu rumah tangga dalam...

25
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 21 PERAN DAN FUNGSI IBU RUMAH TANGGA DALAM RANAH ”PENDIDIKAN KARAKTER ANAK-ANAK” SEBAGAI GENERASI PENERUS FX. Sudjatmoko 1 Bambang Martin Baru 2 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun Abstract : ”Children character education” is afield of famili role and function, espesially for housewives in society . That every family has developed history also find the form itself, so priciple and implementation process of character education for children that born in family environment is particular concerned family of childrenstic, cannot be detached family characteristic. Those characteristic cannot be detached from reality when developed family start from defferent characteristic between husband (man) and wife (woman) and attach each other to deal-agreement known hosehold. Based on observation result that researcher did on field regarding children character education in families, more of facts are founded that; 1. Dealy education in most of family, in general housewive have more role compare to fathers; 2. In term of closeness and affection, children are closer with mother than to their father; 3. Most of children needs can be fulfilled by mothers efforts; 4. Those condition, occur whether for housewife that work as well as for pure housewife; and 5. Most of fathers “acknowledge” that condition as reality , with various reason and consideration. Keyword: The role and function, housewives, character education, the next generation A. Pendahuluan Merunut tentang karakter (watak) manusia secara umum, tidak dapat dilepaskan dari keadaan dan kenyataan yang tampak ketika terjadi interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, ter-utama dalam artian individual. Interaksi antar manusia, merupakan acuan pokok bagi siapapun diri ma-nusia yang terlibat di dalamnya secara individu, sehingga terjadi dan/atau timbul saling memahami atau-pun mengerti antara satu terhadap yang lainnya. Karakter (watak) yang saling berbeda tersebut, bukan menjadi 21 id a 21 yang menyebabkan saling menjauh tetapi sebaliknya menjadi rangsangan dan mendorong setiap individu untuk dapat mengenal di antara mereka melalui keterlibatan di dalam interaksi. Keadaan dan kenyataan seperti itu, adalah

Upload: phamduong

Post on 29-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 21

PERAN DAN FUNGSI IBU RUMAH TANGGA

DALAM RANAH ”PENDIDIKAN KARAKTER ANAK-ANAK”

SEBAGAI GENERASI PENERUS

FX. Sudjatmoko

1

Bambang Martin Baru2

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun

Abstract :

”Children character education” is afield of famili role and function, espesially for

housewives in society . That every family has developed history also find the form itself, so

priciple and implementation process of character education for children that born in family

environment is particular concerned family of childrenstic, cannot be detached family

characteristic. Those characteristic cannot be detached from reality when developed family

start from defferent characteristic between husband (man) and wife (woman) and attach

each other to deal-agreement known hosehold. Based on observation result that

researcher did on field regarding children character education in families, more of facts

are founded that; 1. Dealy education in most of family, in general housewive have more

role compare to fathers; 2. In term of closeness and affection, children are closer with

mother than to their father; 3. Most of children needs can be fulfilled by mothers efforts; 4.

Those condition, occur whether for housewife that work as well as for pure housewife; and

5. Most of fathers “acknowledge” that condition as reality , with various reason and

consideration.

Keyword: The role and function, housewives, character education, the next generation

A. Pendahuluan

Merunut tentang karakter (watak)

manusia secara umum, tidak dapat

dilepaskan dari keadaan dan kenyataan

yang tampak ketika terjadi interaksi antara

manusia yang satu dengan manusia yang

lain, ter-utama dalam artian individual.

Interaksi antar manusia, merupakan acuan

pokok bagi siapapun diri ma-nusia yang

terlibat di dalamnya secara individu,

sehingga terjadi dan/atau timbul saling

memahami atau-pun mengerti antara satu

terhadap yang lainnya. Karakter (watak)

yang saling berbeda tersebut, bukan

menjadi 21 id a 21 yang menyebabkan

saling menjauh tetapi sebaliknya menjadi

rangsangan dan mendorong setiap individu

untuk dapat mengenal di antara mereka

melalui keterlibatan di dalam interaksi.

Keadaan dan kenyataan seperti itu, adalah

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 18

sebuah peristiwa alamiah, dalam hal mana,

disadari dan/atau tidak di-sadari setiap

individu manusia memiliki karakter

(watak)-nya sendiri sejak dirinya terlahir

di dunia yang dikenal sebagai “bawaan

lahir”. Berangkat dari pernyataan

demikian, sangat sering terdengar adanya

ung-kapan yang menyatakan “bahwa jika

seseorang bertemu dengan seseorang yang

lain, hal itu mencermin-kan pertemuan

antar karakter (watak)”.

B. Landasan Teori

Tidak mungkin dan/atau tidak dapat

dihindari bahwa pengaruh lingkungan

merupakan peristiwa-peristiwa yang selalu

terjadi sebagai fenomena sosial-

kemasyarakatan yang berpengaruh

terhadap pola in-teraksi antar individu

manusia yang terlibat di dalamnya.

Berdasar kepada keadaan seperti itu,

pelak-sanaan “pendidikan karakter anak-

anak” sebagai generasi penerus secara

umum berlaku di dalam karak-teristik

keluarga-keluarga, bagi terbentuknya sikap

dan/atau perilaku setiap individu anak-

anak (laki-laki ataupun wanita) antara satu

terhadap yang lainnya, merupakan

pekerjaan dan tugas bersama antar warga

masyarakat sebagai langkah pematangan

karakter anak-anak melalui pergaulan

sehari-hari hingga mereka beranjak dan

menjadi dewasa, dengan terbentuknya

kepribadian masyarakat sebagai ujud nilai,

harapan, dan kepercayaan.

1. Kajian yang pernah dilakukan

Berkaitan dengan persoalan itu,

keadaan dan kenyataan tersebut juga

menggelayut di dalam be-nak para ibu

rumah tangga, selaku pemegang peran dan

fungsi pada ranah “pendidikan karakter

anak-anak” tidak terpisah dari persoalan

umum yang ju-ga harus mendapat

perhatian tersendiri. Dalam hal ini,

perkembangan peran dan fungsi ibu rumah

ta-ngga telah memberi warna bagi

hubungan-hubu-ngan sosial-

kemasyarakatan di berbagai lini kehi-

dupan sebagaimana karakteristik keluarga-

keluar-ga, melalui kegiatan-kegiatan yang

berpeluang untukberaktualisasi diri di

dalam masyarakat. Arti-nya, bahwa

kemajuan yang dapat dicapai secara umum

di dalam masyarakat tidak lepas dari peran

dan fungsi ibu rumah tangga dalam ranah

“pendi-dikan karakter anak-anak”

dimaksud.

Secara lebih luas peristiwa hubungan

demikian, berlangsung di dalam

masyarakat sebagai interaksi antara

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 19

manusia dengan lingkungannya, dan tidak

mungkin dapat dihindarkan dari

digunakannya enerji yang terujudkan pada

tindakan tertentu, baik secara individu

maupun secara bersama-sama oleh

manusia, dalam hal mana, seluruhnya

tergantung kepada apa, mengapa, dan

bagaimana tindakan di-maksud

dilaksanakan. Dapat dipahami bahwa di

dalam menganalisis secara perspektif

tentang apa, mengapa, dan bagaimana

manusia menen-tukan keputusan untuk

melakukan tindakan, … manusia memiliki

kehendak kompleks yang me-lekat di

dalam hidupnya … melalui berbagai ke-

giatan atau aktivitas yang mereka lakukan

… . Meskipun lekatan tersebut menjadi

hak manu-sia, tetapi … kegiatan atau

aktivitas yang dila-kukan menjadi tidak

sama (FX. Sudjatmoko, 2009).

Dengan karakteristik keluarga-

keluarga, setiap individu manusia memiliki

identitasnya masing-masing, sebagai

bagian dari kelompok tertentu (ke-luarga

dan/atau kekerabatan), memiliki peran, po-

sisi, dan fungsi tertentu sehingga

kemampuan me-lakukan adaptasi serta

adopsi dari setiap individu terhadap

terpaan yang datang pada diri mereka me-

rupakan kekuatan tersendiri, sesuai dengan

karak-teristik keluarga dari mana individu

berasal dan tentunya kerakter pribadi

masing-masing.

2. Kajian pustaka tentang

perkembangan peran dan fungsi

ibu rumah tangga

Setiap individu manusia memiliki

kemampuan dalam mengambil keputusan

untuk setiap saat me-nyesuaikan diri

terhadap individu manusia yang la-in di

dalam berinteraksi, melalui cara-cara dan

ke-mampuan berpikir, menggunakan akal

budi, dan menyatakan kehendak maka

langkah menyesuaikan diri menjadi nilai-

nilai kehidupan sosial-kemasya-rakatan

yang tidak mungkin dapat dihindari oleh

setiap individu manapun. Keadaan seperti

itu, dida-sarkan pengetahuan bahwa sejak

dilahirkan sampai akhir hayatnya, manusia

berada di dalam keadaan “bebas” sebagai

individu, dan tidak dapat diganggu gugat

oleh siapapun sekalipun oleh masyarakat,

bahkan oleh negara. Keadaan bebas

tersebut, tidak dapat diimplementasikan

secara bebas karena manusia dipertemukan

kepada kenyataan berlakunya norma-

norma, kaidah dan nilai yang harus dihor-

mati serta dipatuh-taati. Artinya, bahwa

manusia sebagai warga masyarakat

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 20

memiliki kewajiban-ke-wajiban yang

harus dilakukan selama hidupnya, dan

dengan demikian di sepanjang hidupnya

manu-sia harus mampu memanfaatkan

pengetahuannya melalui pola-pola yang

dipahami sebagai prinsip-prinsip hidup.

Peran dan fungsi ibu rumah tangga,

yang paling menonjol adalah di dalam

kegiatan-kegiatan sektor domestik atau

keluarga sebagai ikatan dalam lem-baga

perkawinan, dalam mana, peran dan fungsi

ibu rumah tangga salah satu di antaranya

yaitu; me-ngasuh dan mendidik anak-anak.

Proses dan prose-dur yang berlaku di

dalam kehidupan sosial-kema-syarakatan,

dijalankan melalui berbagai kegiatan yang

berlangsung secara berkelanjutan di dalam

lingkungan keluarga. Senyampang dengan

itu, pro-ses pembentukan karakter secara

individu berdasar-kan sikap dan/atau

perilaku di dalam rangkaian ke-giatan-

kegiatan yang berlangsung, sebagaimana

ka-rakteristik keluarga tatkala ditemukan

persoalan-persoalan yang menimbulkan

hambatan dan/atau kendala bagi

kelangsungan kegiatan dimana indivi-du

tersebut terlibat. Dengan demikian,

kemampuan (berani dan bersedia)

didukung karakter yang dimi-liki oleh

setiap individu manusia selaku warga ma-

syarakat niscaya memiliki identitas pribadi

dan/ atau kelompok masing-masing di

dalam lapisan dan tingkatan sosial-

kemasyarakatan. Berdasarkan ke-giatan-

kegiatan, pemikiran-pemikiran, dan pe-

ngalaman-pengalaman manusia di dalam

inter-aksinya dengan lingkungan

merupakan keku-atan yang mendukung

manusia untuk berhim-pun dan

bekerjasama guna mewujudkan kehen-dak

kompleks (keinginan, harapan, cita-cita,

idam-idaman, impian, tuntutan, kebutuhan,

ke-pentingan, dan tujuan) di dalam hidup.

… ma-nusia dapat bekerjasama dengan

sesamanya merupakan perwujudan

terbentuknya masyara-kat (FX.

Sudjatmoko, 2009).

Ketersediaan manusia menyerahkan

sebagian hak dan kewajibannya kepada

masyarakat, memi-liki arti bahwa

masyarakat berwenang mengatur sisi-sisi

kehidupan manusia sebagai individu dan

sosial, dengan pemahaman bahwa

pengaturan ter-sebut bertujuan untuk

mewujud-nyatakan kehendak kompleks

(keinginan, harapan, impian, idam-idam-

an, cita-cita, tuntutan, kebutuhan,

kepentingan, dan tujuan). Keadaan

tersebut, memberikan jaminan ba-gi

terciptanya keseimbangan hak dan

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 21

kewajiban dan keteraturan hubungan-

hubungan yang terjadi di dalam

masyarakat dapat terjaga, pada hal mana,

menghormati, mentaati dan mematuhi

norma-nor-ma, kaidah dan nilai yang

berlaku di dalam masya-rakat juga

memiliki arti menghormati, mentaati dan

mematuhi diri sendiri sebagaimana

kemampuan manusia untuk berhimpun dan

bekerjasama.

3. Studi kepustakaan tentang

karakteristik (perwa-takan)

keluarga

Karakteristik (perwatakan) keluarga,

merupa-kan ciri khas bagi kesepakatan dan

keterikatan su-atu lembaga perkawinan

yang melibatkan dua orang berlawanan

jenis (laki-laki dan wanita) untuk hidup

bersama di dalam mahligai rumah tangga.

Sebagai akibat logis dari padanya, kedua

belah pi-hak terlibat di dalam upaya

melepaskan diri dari keterbatasan-

keterbatasan karakter (watak) masing-

masing, melibatkan cara berpikir dan

cakrawala pe-mikiran bagi terciptanya

kesesuaian prinsip-prinsip yang bersifat

individu ke dalam sifat kebersamaan.

Dengan demikian, tidak hanya

mengetahui sebagai koqnisi belaka tetapi

juga memahami dan mengerti tentang apa,

bagaimana, mengapa, dan kemana se-gala

sesuatu yang ada dan/atau terjadi itu berpe-

ngaruh serta bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Bahwa suatu masyarakat dengan

segala keleng-kapan kultur … telah

menegaskan keberlang-sungan … norma-

norma karakter atau ciri-ciri pembawaan,

personalitas, dan corak-corak ke-

lembagaan …, demi preservasi situasi-

situasinya agar tetap menentu, terarah dan

terkendali. Segala ganjaran atau

penghargaan dan sanksi-sanksi yang

berlaku dalam masyarakat itu men-dorong

demikian besar gerakan-gerakan masya-

rakat agar menerima dan mentaati norma-

nor-ma kebiasaannya … perilaku tetap

tidak me-nyimpang dari peraturan-

peraturan hidup … (G. Kartasapoetra dan

LJB. Kreimers, 1987).

Terbentuknya mahligai rumah

tangga selain merupakan kekuatan yang

tercipta oleh adanya ke-sepakatan dari dua

pihak yang terlibat (suami-istri), juga

merupakan pertautan dua karakter yang

ber-beda baik asal-usul maupun

kemampuan cara ber-fikir masing-masing.

Kendati demikian, kelengkap-an kultur

sebagaimana diutarakan menjadi pema-

haman yang bersifat melengkapi,

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 22

mengingat bahwa masyarakat merupakan

basis nilai-nilai yang harus mendapat porsi

perhatian di dalam upaya mengen-dalikan

bahtera rumah tangga dan perilaku tidak

menyimpang dari peraturan-peraturan

hidup.

Sebagai salah satu akibat dari

padanya, ialah ter-bentuknya hubungan-

hubungan kekeluargaan yang cenderung

kepada sikap-sikap saling berkeinginan

untuk menciptakan kepribadian dalam

kebersama-an. Artinya, dalam berbagai

kesempatan dapat sa-ling bertemu dan

berdialog antara individu yang satu dengan

individu yang lainnya di dalam keluar ga

dan/atau kelompok kekerabatan. Keadaan

seper-ti itu, merupakan kebutuhan yang

tidak mungkin ditinggalkan meski disadari

bahwa setiap individu memiliki peran,

posisi, dan fungsi masing-masing di dalam

keluarga, namun terdapat kesadaran ada-

nya saling membutuhkan.

Di dalam setiap keluarga, kebiasaan

merupakan karakteristik sebagai ciri khas

dan tidak mudah ba-gi individu yang

berasal dari suatu keluarga ter-sebut dapat

berubah atau merubahnya. Kenyataan itu,

merupakan suatu hal yang wajar terjadi

meng-ingat hubungan saling pengaruh-

mempengaruhi tidak mungkin dihindarkan

selama proses sosial di dalam keluarga

berlangsung. Interaksi sosial meru-pakan

kebutuhan yang tidak terelakkan bagi ang-

gota keluarga, sehingga saling

menyesuaikan diri antar individu di dalam

keluarga disadari atau tidak disadari harus

berlaku. …, interaksi sosial ber-langsung

secara terus-menerus sehingga terjadi

saling pengertian, saling memahami, dan

saling mengenal antara individu yang satu

dengan in-dividu yang lainnya secara

realistis. Dengan fungsinya tersebut,

pendidikan sangat mungkin menghasilkan

interaksi sosial yang bersifat aso-siatif

(kooperatif - konflik) maupun bersifat di-

sosiatif (kompetitif - konflik), pada hal

mana, sifat seperti itu wajar terjadi

mengingat setiap individu memiliki latar

belakang, kemampuan dan kemauan,

pengalaman dan tujuan yang va-riatif (FX.

Sudjatmoko, 2009).

Interaksi sosial yang terbentuk di

dalam kelu-arga, dapat dilihat dari

kepatuh-taatan mereka ter-hadap nilai dan

norma yang berlaku bagi masing-masing

individu, melalui kegiatan-kegiatan yang

dilakukan. Hal itu, dilakukan secara apa

adanya (wajar) dengan tujuan untuk

memelihara keteratur-an hubungan-

hubungan baik secara internal mau-pun

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 23

secara eksternal, di lingkungan sosial-

kema-syarakatan dimana keluarga tersebut

berada.

Jadi, keluarga merupakan pertautan

erat antara kemauan dengan interaksi

sosial yang tidak dapat dipisahkan

meskipun keduanya memiliki arti dan

peran yang sama sekali berbeda, namun

kenyataan seperti itu merupakan dua unsur

yang membentuk karakteristik keluarga.

Di satu sisi, kemauan seba-gai dorongan

keinginan pada setiap individu manu-sia di

dalam proses pembentukan dan merealisasi

diri. Di lain sisi, interaksi sosial

merupakan upaya yang dilakukan setiap

individu bagi terciptanya ke-selarasan

antara kepentingan individu dengan ke

pentingan bersama, sebagai sebuah

keluarga. Ma-nusia itu harus mengadakan

pengaturan diri (regulasi diri) terhadap

badan dan kehidupan psikisnya, manusia

harus membatasi diri, harus mengatur dan

menguasai diri … Dengan demi-kian akan

tercipta dunia manusia yang teratur, dalam

mana dia dapat membatasi diri, yaitu;

secara individual dengan kemauannya, dan

secara kolektif dengan norma-norma

sosial, konvensi hukum (Kartini Kartono,

1990).

4. Studi kepustakaan tentang

pendidikan karakter anak

Berpijak pada kajian terkait dengan

karakteris-tik setiap keluarga yang tumbuh

dan berkembang di dalam masyarakat,

sebagai ciri khas masing-masing tidak

terlepas dari kesepakatan dan persetujuan

an-tara laki-laki dengan wanita yang saling

berbeda, bersedia untuk bersatu serta

menjalin ikatan hubu-ngan mereka,

melalui lembaga perkawinan. De-ngan

tertautan antara kemauan yang satu

terhadap kemuauan yang lainnya, diikuti

tuntutan bagi ter-ciptanya keseimbangan di

dalam interaksi sosial se-bagai sebuah

keluarga, maka saling menyesuaikan diri

merupakan proses sosial yang berlangsung

se-cara terus-menerus.

Untuk itu, ketika mereka masih

menyandang se-butan sebagai anak-anak

sangat memerlukan bim-bingan dan arahan

oleh orang-orang dewasa yang terdekat di

sekitarnya, terutama oleh orangtua me-

lalui pendidikan yang menjadi kewajiban

untuk mengupayakan dan mewujud-

nyatakannya. Keluar-ga merupakan inti

dan awal bagi berlangsungnya pendidikan

karakter anak-anak, sebelum menyadari

dan memahami tentang keberadaan serta

siapa diri mereka sebenarnya. Guna

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 24

menumbuh-kembang-kan karakter

manusia, pendidikan merupakan wahana

dan sarana utama di dalam kehidupan

manusia yang juga menentukan tinggi-

rendah-nya kualitas hidup manusia dan

kehidupan di dalam pergaulan dengan

sesamanya. … pem-bentukan karakter

(watak) manusia, pendidik-an merupakan

landasan utama yang tidak da-pat

diabaikan oleh manusia sendiri. …

manusia dapat mengembangkan gagasan

atau ide serta mereduksinya menjadi

prinsip-prinsip kehidup-an pribadi masing-

masing individu (FX. Sudjat-moko, 2004).

Pendidikan di lingkungan keluarga

melalui bimbingan dan arahan oleh

orangtua, merupakan pokok utama

sebelum seseorang mengarungi kehi-dupan

yang lebih luas dan kompleks, serta berin-

teraksi dengan individu-individu dari

lingkungan keluarga yang lainnya di dalam

masyarakat. Karak-ter (watak) individu

seseorang tidak dapat dilepas-kan dari latar

belakang keluarga dan lingkungan so-sial-

kemasyarakatan yang membentuknya di

dalam interaksi sosial yang berlangsung

terus-menerus. Pendidikan berperan dalam

kerangka pembentukan sikap dan rasa

tanggung jawab, serta merupakan langkah

pengenalan seseorang terhadap lingkung-

annya, semenjak dari kecil sampai

seseorang me-ngenal dirinya sendiri.

Selanjutnya, mengenai peran dan

fungsi ibu ru-mah tangga di dalam ranah

“pendidikan karakter anak-anak” sebagai

generasi penerus merupakan kenyataan

yang tidak dapat disangkal keadaannya.

Anak-anak memiliki sifat dan kebiasaan

yang sama sekali berbeda, tentunya dapat

disadari oleh orang-tua di dalam

perjalanan pelaksanaan pendidikan di

lingkungan keluarga, pada hal mana,

perbedaan-perbedaan seperti itu dapat

menjadi pemicu mun-culnya kendala tetapi

sebaliknya dapat juga men-jadi pendorong

bagi terciptanya kemudahan-kemu-dahan.

Artinya, bahwa di dalam keluarga-

keluarga dilingkungan sosial-

kemasyarakatan ditemukan adanya;

pertama pendidikan sehari-hari di dalam

kebanyakan keluarga, secara umum para

ibu rumah tangga lebih berperan jika

dibandingkan dengan pe-ran para bapak;

kedua di dalam hal kedekatan dan kasih-

sayang, anak-anak lebih dekat dengan ibu

da-ripada kedekatan dengan bapak mereka;

ketiga se-bagian besar dari keperluan

anak-anak dapat tercu-kupi oleh upaya-

upaya yang dilakukan para ibu; keempat

keadaan seperti itu, berlaku baik bagi ibu

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 25

rumah tangga yang bekerja maupun murni

sebagai ibu rumah tangga; dan kelima

sebagian besar para bapak pada

“mengakui” bahwa keadaan seperti itu

sebagai kenyataan, dengan berbagai alasan

dan per-timbangan.

Setiap keluarga memiliki sejarah

terbangun serta terbentuknya sendiri,

sehingga prinsip dan proses penerapan

pendidikan karakter bagi anak-anak

yang terlahir di dalam lingkungan keluarga

meru-pakan karakteristik (perwatakan)

khas keluarga yang bersangkutan.

Mengenai “pendidikan karakter anak-

anak” sebagai ranah peran dan fungsi

keluar-ga-keluarga, utamanya bagi para

ibu rumah tangga di dalam masyarakat,

baik secara phisik maupun secara psikhis

merupakan keadaan yang bersifat naluriah

dan berkelanjutan. Karakter atau watak

manusia di dalam proses penumbuh-

kembang-annya, diperlukan langkah-

langkah pendidikan sebagai wahana dan

sarana utama … Berawal dari lingkungan

keluarga, pendidikan berlang-sung dalam

bentuk-bentuk bimbingan dan pem-binaan

dasar oleh orangtua kepada anak-anak

selaku individu, sebagai bekal yang harus

be-nar-benar diresapi … (FX. Sudjatmoko

dan Bam-bang Martin Baru, 2012).

Bimbingan dan pembinaan dari

lingkungan ke-luarga, terbentuknya

karakter atau watak secara in-dividu

sebagai warga masyarakat tidak dapat dile-

paskan dari latar belakang serta

lingkungan masya-rakat yang

mempengaruhi dan membentuknya. Ka-

rakter atau watak juga menentukan tinggi,

sedang, dan/atau rendahnya kualitas

kepribadian individu seseorang di dalam

kehidupan sehari-hari di ling-kungan

sosial-kemasyarakatan dimana seseorang

berada.

Kenyataan demikian, merupakan

petunjuk atau gambaran tentang

kesanggupan individu seseorang di dalam

bersikap serta berperilaku selama yang

bersangkutan terlibat pada setiap kegiatan

yang berlangsung di lingkungan sosial-

masyarakat, sehi-ngga dapat diketahui juga

tentang kemampuan un-tuk

bertanggungjawab terhadap lingkungan

dan ter-hadap diri sendiri. Untuk itu,

pendidikan karakter bagi anak-anak (laki-

laki - wanita), juga menjadi gambaran

terkait dengan karakteristik keluarga dari

mana seseorang secara individu tersebut

berasal, baik dalam bersikap dan/atau

berperilaku, menen-tukan keputusan,

bertindak, maupun bertanggung-jawab

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 26

terhadap keterlibatan seseorang di dalam

se-tiap kegiatan yang berlangsung.

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Mengenai jenis penelitian, peneliti

mengguna-kan jenis diskriptif, yaitu

sebuah proses dan prose-dur yang

bertujuan memberikan gambaran, melu-

kiskan, dan/atau menjelaskan keadaan

terkait de-ngan subyek atau obyek

penelitian secara sistema-tis, aktual, dan

akurat. Berikut peneliti kemukakan

bebarapa pendapat yang berhubungan

dengan pene-litian diskriptif, seperti

berikut.

Hadari Nawawi, di dalam bukunya

yang ber-judul “Metode Penelitian Bidang

Sosial” menya-takan bahwa “ … penelitian

diskriptif adalah prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan kea-daan

subyek atau obyek penelitian” (Hadari Na-

wawi, 2001). Selanjutnya, Moh. Nasir di

dalam bukunya yang berjudul “Metodologi

Penelitian” memberikan penjelasan bahwa

“ … suatu metode penelitian status

kelompok manusia dalam sua-tu proses,

kondisi sistem pemikiran dan kelas

peristiwa pada saat sekarang serta

tujuannya adalah membuat diskripsi atau

gambaran atau lukisan sistematis, aktual,

akurat mengenai fak-ta-fakta, sifat-sifat,

serta hubungan antara feno-mena yang

diselidiki” (Moh. Nasir, 1988).

2. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel dan indikator penelitian,

sangat berarti bagi proses pelaksanaan

penelitian karena tanpa adanya variabel

dan indikator maka penelitian tidak dapat

terlaksana secara baik, sedangkan

munculnya variabel dan indikator

penelitian memberi kemu-dahan-

kemudahan kepada peneliti di dalam

pelak-sanaan penelitian, utamanya

pembahasan terhadap data, fakta,

fenomena, dan gejala yang berhasil di-

himpun (pengolahan dan analisa). Dalam

persoalan ini, Suharsimi Arikunto melalui

buku yang berjudul “Prosedur Penelitian

suatu Pendekatan Prak-tek” menyatakan

bahwa “ … variabel adalah gejala yang

bervariasi yang menjadi obyek pe-nelitian,

sedangkan yang dimaksud dengan in-

dikator adalah pemecahan-pemecahan dari

pa-da variabel atau sub variabel yang

merupakan kategori-kategori data dalam

penelitian, katego-ri-kategori data ini dapat

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 27

diartikan sebagai in-dikator variabel”

(Suharsimi Arikunto, 1992).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu va-riabel bebas dan variabel terikat,

dan yang menjadi variabel bebas adalah;

Peran dan fungsi ibu ru-mah tangga,

dengan indikator variabel seperti ber-ikut.

A. Indikator: Peran ibu rumah tangga; a)

Ke-mampuan menyelesaikan pekerjaan

sehari-hari di dalam lingkungan keluarga;

b) Kemampuan me-nyelesaikan

permasalahan yang muncul di dalam

lingkungan keluarga; c) Kemampuan

menyesuai-kan diri di dalam pergaulan

sehari-hari secara indi-vidu di lingkungan

sosial terdekat (saudara, famili, tetangga,

pekerjaan, organisasi); dan d) Kemampu-

an melakukan kegiatan yang berlangsung

di ling-kungan keluarga, pada umumnya.

B. Indikator: Fungsi ibu rumah tangga; a)

Keterlibatan ibu ru-mah tangga di dalam

kegiatan internal keluarga se-bagai ujud

interaksi sosial di dalam kehidupan se-

hari-hari; b) Keterlibatan kaum wanita di

dalam ke-giatan interal keluarga sebagai

sarana dan wahana pergaulan kekerabatan;

c) Keterlibatan ibu rumah tangga di dalam

kegiatan di lingkungan sosial-ke-

masyarakatan dimana keluarga yang

bersangkutan berada; dan d) Keterlibatan

ibu rumah tangga di dalam kegiatan terkait

pendidikan karakter anak-anak sebagai

generasi penerus.

Variabel terikat adalah; Pendidikan

karakter anak-anak sebagai generasi

penerus, dengan in-dikator variabel seperti

berikut. A. Indikator: Seca-ra phisik; a)

Perkembangan dan peningkatan kese-hatan

anak-anak dari waktu ke waktu, dan

menda-pat pengakuan seutuhnya oleh

masyarakat; b) Ber-sedia melakukan

kegiatan-kegiatan di lingkungan keluarga,

sebagaimana bimbingan dan binaan ibu

mereka tanpa adanya rasa terpaksa; dan c)

Keterli-batan anak-anak di dalam kegiatan

sosial-kemasya-rakatan sesuai dengan

kepatuh-taatan terhadap tata nilai yang

berlaku. B. Indikator: Secara psikhis; a)

Kemampuan untuk berlaku disiplin di

dalam men-jalankan tugas yang diberikan

oleh orangtua, seba-gai kepatuh-taatan

terkait dengan terbentuknya ke-biasaan

menuju kepada jiwa suka bekerja; b) Ke-

mampuan untuk memberi pertolongan

kepada sesa-ma teman dengan harapan

anak-anak memiliki ke-pekaan dan/atau

kepedulian terhadap lingkungan

sekitarnya; c) Kemampuan untuk saling

mengerti terhadap keturunan-sekandung di

dalam lingkung-an internal keluarga; dan

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 28

d) Kemampuan untuk sa-ling mengerti

terhadap teman sepergaulan di ling-kungan

eksternal keluarga.

3. Populasi dan Sampel

Di dalam penelitian ini, yang

menjadi sasaran penelitian dalam rangka

menghimpun data dan in-formasi

penelitian atau dikenal dengan sebutan po-

pulasi sebagai keseluruhan subyek

penelitian ada-lah warga masyarakat.

Berkaitan dengan persoalan ini, Sugiyono

melalui buku yang berjudul “Metode

Penelitian Administrasi”, mengungkapkan

bahwa populasi adalah “ … wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kwantitas dan

karakteristik tertentu yang dite-tapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemu-dian

ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2001).

Ber-dasarkan pernyataan tersebut,

populasi penelitian di dalam penelitian ini

adalah para ibu rumah tangga di wilayah

Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang

secara administratif pemerintahan terbagi

ke dalam 9 (sembilan) wilayah kelurahan,

yaitu; 1. Kelurahan Kartoharjo; 2.

Kelurahan Kelun; 3. Ke-lurahan

Pilangbango; 4. Kelurahan Kojo; 5. Kelu-

rahan Oro Oro Ombo; 6. Kelurahan

Sukosari; 7. Kelurahan Tawangrejo; 8.

Kelurahan Kanigoro Selo; dan 9.

Kelurahan Rejomulyo.

Selanjutnya, jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin memiliki

perbandingan 48% penduduk la-ki-laki dan

52% penduduk wanita, sehingga setelah

dilakukan perhitungan ditemukan bahwa

jumlah penduduk laki-laki sebanyak;

48/100 x 50.180 jiwa = 24.086 (duapuluh

empat ribu delapanpuluh enam) jiwa, serta

penduduk wanita sebesar 52/100 x 50.180

jiwa = 26.094 (duapuluh enam ribu sem-

bilanpuluh empat) jiwa, sehingga terdapat

selisih antara jumlah penduduk wanita

dengan laki-laki se-besar 2.008 jiwa.

Cakupan wilayah penelitian meliputi 9

(sembi-lan) kelurahan yang berada di

kecamatan Karto-harjo kota Madiun, maka

ditetapkan sampel pene-litian berdasarkan

“purposive sampling” yang me-liputi;

1. Kel. Kelun, sebanyak : 15 orang

2. Kel. Tawangrejo, sebanyak: 15 orang

3. Kel. Kartoharjo, sebanyak : 15 orang

Jumlah : 45 orang

Berdasarkan populasi sebagaimana

terungkap, maka peneliti menentukan

sampel penelitian yang tidak lain adalah

para ibu rumah tangga yang mene tap

(penduduk) di kecamatan Kartoharjo kota

Ma-diun, sebanyak 45 (empatpuluh lima)

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 29

orang yang bertempat tinggal di 3 (tiga)

kelurahan wilayah ke-camatan Kartoharjo.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Di dalam penelitian, data primer

dapat ditemu-kan dan dihimpun melalui

sumber pertama atau responden

penelitian secara langsung di lapangan

penelitian, pada hal mana, Hadari

Nawawi dan Martini Nawawi

menjelaskan bahwa data primer

merupakan “ … data autentik atau data

langsung dari tangan pertama tentang

masalah yang di-ungkapkan” (Hadari

Nawawi dan Martini Nawa-wi, 1990).

Untuk itu, data variabel yang diteliti di-

peroleh melalui kuesioner atau angket

yang disusun berdasarkan skala ordinal.

b. Data Sekunder

Seperti umumnya penelitian yang

dilakukan, selain memerlukan data

primer juga tidak dapat meninggalkan

data sekunder yang berasal dari re-

ferensi, seperti; buku-buku literatur,

thesis atau skripsi, laporan-laporan

penelitian, dokumen-doku-men, surat

khabar, majalah, bulletin, dan terbitan

lainnya dengan relevansi terhadap

masalah pene-litian yang memadai guna

mendukung penyelesaian penelitian,

serta wawancara dengan pihak-pihak

terkait.

c. Studi Kepustakaan

Guna mendapat dan menghimpun

data akurat serta informasi aktual

berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial

dan bersangkut paut dengan persoalan

peran dan fungsi ibu rumah tangga

secara umum, keterlibatan di dalam

kegiatan, karakteristik keluar-ga, dan

sosial-kemasyarakatan.

d. Tehnik Pengumpulan Data

Selanjutnya, tehnik yang

mendukung upaya mencari,

menemukan, dan menghimpun data

dapat dikemukakan seperti berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner, di dalam proses

penelitian merupa-kan tehnik

dan/atau cara yang digunakan

peneliti untuk mencari, menemukan,

dan menghimpun data akurat dan

informasi aktual secara langsung

dalam bentuk serangkaian

pernyataan dan/atau pertanyaan yang

disampaikan kepada para responden.

Tujuan-nya adalah untuk

mengungkap pengetahuan dan/ atau

keyakinan pribadi responden

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 30

berdasarkan self-report atau laporan

tentang diri-sendiri yang ber-kaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

b. Dokumentasi

Tehnik pengumpulan data

berikutnya adalah dokumentasi,

digunakan sebagai melengkapi anali-

sa data penelitian, baik berupa hasil

penelitian ter-dahulu, literatur,

dan/atau catatan-catatan lain yang

memiliki relevansi dengan proses

penelitian yang dilakukan di

lapangan penelitian. Sebagai pernya-

taan pendukungnya adalah bahwa

dokumentasi me-rupakan “ … cara

mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, terutama berupa

arsip-ar-sip dan termasuk juga buku-

buku tentang pen-dapat, teori, dalil

atau hukum-hukum dan lain-lain

yang berhubungan dengan

penyelidikan” (Hadari Nawawi,

2001).

c. Observasi

Tehnik pengumpulan data

yang digunakan pe-neliti selanjutnya

adalah observasi, yaitu dengan

melakukan pengamatan yang diikuti

pencatatan ter kait keperluan

terhadap data penelitian. Untuk itu,

hasil-hasil sementara dari

pengamatan dicatat seca-ra berurutan

serta saling terkait karena data akurat

tentang unsur dan/atau elemen dari

subyek ataupun obyek penelitian

harus diperlakukan secara obyek-tif

dan netral. Mengenai hal ini,

observasi dinyata-kan sebagai “ …

studi yang disengaja dan sis-tematis

tentang fenomen sosial dan gejala-

gejala kompleks dalam po-la-pola

kultural-kultural tertentu” (Kartini

Kar-tono, 1996).

d. Pengolahan dan Analisa Data

una menyajikan penjelasan

terkait hasil pene-litian, maka langkah

awal yang harus ditempuh oleh peneliti

adalah pengolahan data (penggolong-

an, pembandingan, pengujian,

penyusunan nilai bobot), kemudian

setelahnya dilakukan analisa data

terkait dengan penginterpretasian sesuai

dengan proses pengumpulan data, yaitu

menitik-beratkan penggunaan tehnik

kuesioner.

Perlu ditetapkan bahwa kategori

jawaban yang kelak menjadi pilihan

para responden terdapat 3 (tiga)

kategori, bertujuan menetapkan range

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 31

(jarak jangkauan) dengan variasi skor

seperti berikut.

a. Skor 3 (tiga) menunjukkan pada

kategori a, klasifikasi baik.

b. Skor 2 (dua) menunjukkan pada

kategori b, klasifikasi cukup.

c. Skor 1 (satu) menunjukkan pada

kategori c, klasifikasi kurang.

Berdasarkan skala ukur seperti

itu, data disaji-kan dalam bentuk

tabulasi dengan muatan kategori

jawaban pilihan bagi para responden

dengan tujuan untuk mempermudah di

dalam menganalisa serta

menginterpretrasikan data. Perolehan

nilai rata-rata dan skor variabel

penelitian melalui perhitungan-

perhitungan, dari jumlah ke-seluruhan

skor indikator yang ada di dalam setiap

variabel penelitian, sehingga diketahui

besaran interval pada setiap responden

yang diklasifikasi berdasar besar-

kecilnya hasil perhitungan.

Senyampang dengan hasil perhitungan

itu, dapat diketahui posisi setiap

responden bahwa yang bersangkutan

termasuk pada klasifikasi yang mana

sesuai dengan besar-kecilnya hasil

perhitungan (interval). Penentuan

klasifikasi besar-kecilnya interval

tersebut, digunakan rumusan berikut.

Lebar interval

Jarak pengukuran (R)

i = __________________

Jarak interval (I)

Keterangan:

i : lebar interval

R :angka tertinggi dari pengukuran

dikurangi angka terendah dari

pengukuran

I : jumlah interval (Sutrisno Hadi,

1981)

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Sajian dan Analisa Data Penelitian

Memperhatikan data akurat dan

informasi aktu-al yang berhasi peneliti

himpun, baik data maupun informasi

variabel bebas serta variabel terikat di

dalam penelitian maka berikut paparan

data dan analisanya secara rinci. Adapun

rincian sajian dan analisa data tersebut,

adalah seperti berikut.

Memperhatikan paparan data yang

tertabulasi di dalam indikator variabel

bebas (peran ibu rumah tangga dan fungsi

ibu rumah tangga) berdasarkan rincian

yang terangkai melalui kuesioner

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 32

berbentuk pernyataan dan/atau pertanyaan

penelitian, sesuai dengan data yang

terhimpun melalui jumlah pilihan jawaban

pada katagori jawaban oleh responden pe-

nelitian sebanyak 45 (empatpuluh lima)

orang. Ber-dasarkan data yang tertabulasi,

telah dilakukan ana-lisa data secara umum

terhadap keadaan setiap ta-bel terkait

dengan pilihan jawaban pada setiap kata-

gori jawaban yang tersedia di dalam

pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian

yang diajukan oleh peneliti kepada

responden penelitian dimaksud.

1. Data Variabel Bebas

Mengenai pemahaman terhadap

data berdasar-kan analisa secara umum

sebagaimana terurai-rin-cikan

sebelumnya, maka pertama sekali

dilakukan kajian bagi variabel bebas ini

melalui data terkait berdasarkan

kepada; a) Data yang telah terhimpun

dan dilakukan penggolongan,

perbandingan, pengo-lahan, dan

simpulan data terkait; b) Perbandingan

antar responden penelitian sebagaimana

terungkap di dalam menentukan

distribusi masing-masing ni-lai (skor)

yang dimiliki oleh setiap responden

pene-litian, berada pada posisi

sebagaimana nilai (skor) tersebut; c)

Menetapkan skala ukur sesuai dengan

range (jangkauan) untuk kepentingan

penetapan ni-lai (skor), baik nilai (skor)

rata-rata indikator vari-abel maupun

total nilai (skor) rata-rata variabelnya;

dan d) Hasil penghitungan nilai (skor)

masing-masing responden penelitian

yang diklasifikasikan sesuai dengan

tinggi-rendahnya penghitungan yang

diperoleh.

Variabel bebas menunjukkan bahwa

dari 45 (empatpuluh lima) orang responden

penelitian, total nilai (skor) masing-masing

responden penelitian sa-ngat bervariasi,

dalam hal mana, nilai (skor) teren-dah

adalah sebesar 54 dan nilai (skor) tertinggi

se-besar 72. Dengan demikian, dapat

diperhitungkan distribusi nilai (skor) dan

untuk mengetahui posisi setiap responden

penelitian berdasarkan total nilai (skor)

masing-masing berdasarkan hasil akhir

penghitungannya.

Adapun penghitungan jarak interval

nilai (skor) dan klasifikasi sesuai dengan

tinggi-rendahnya nilai (skor) yang dimiliki

oleh setiap responden peneli-tian,

dilakukan dengan menggunakan rumus ber-

ikut.

Jarak Pengukuran (R)

i = Jumlah Interval (I)

i = Lebar Interval

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 33

R = Nilai (skor) tertinggi dikurangi nilai

(skor)

terendah

I = Jarak Interval

Dengan demikian, dapat dilakukan

penghitung-an terkait jarak interval masing-

masing nilai (skor) berdasarkan kepada 3 (tiga)

jenis katagori jawaban pada pernyataan

dan/atau pertanyaan penelitian, maka dapat

dilakukan penghitungan lebar interval-nya,

seperti berikut.

72,5 – 53,5 18

i = = = 6 3 3

Berdasarkan lebar interval sebagaimana

hasil akhir penghitungan jarak interval

tersebut, maka dapat diketahui klasifikasi

masing-masing respon-den penelitian ke dalam

3 (tiga) kategori, yaitu;

a. Katagori baik = 66 – 72

b. Katagori sedang = 60 – 65

c. Katagori kurang = 54 – 59

Setelah diketahui besaran range

atau jarak in-terval, maka dapat diketahui

distribusi nilai (skor) masing-masing

responden penelitian dan termasuk pada

katagori yang mana, berikut diuraikan berda-

sarkan tabel distribusi berikut.

Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi variabel

bebas

Klasifikasi Frekwensi Prosentase

a. Baik (66-72) b. Sedang (60-65)

c. Kurang (54-59)

34 8

3

75,56 17,78

6,66

Jumlah 45 100,00

Sumber: Data variabel bebas yang diolah

Berdasarkan data klasifikasi nilai (skor)

yang ada di dalam tabel, diketahui bahwa dari

sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang

responden penelitian terdistribusi kepada

sebanyak 34 (tigapuluh empat) orang

responden penelitian atau sebesar 75,56%

berada pada klasifikasi baik. Sementara itu,

klasifi-kasi sedang terdistribusi kepada

sebanyak 8 (dela-pan) orang responden

penelitian atau sebesar 17,78%. Sedangkan

untuk klasifikasi kurang, ter-disitribusi kepada

sebanyak 3 (tiga) orang respon-den penelitian

atau sebesar 6,66%.

Berdasarkan klasifikasi nilai (skor) dan distri-

businya sebagaimana termuat di dalam tabel,

me-nunjukkan bahwa variabel bebas terkait

Peran dan Fungsi Ibu Rumah Tangga, telah

dinyatakan de-ngan klasifikasi baik

berdasarkan prosentase yang terbaca yaitu dari

sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang

responden penelitian, sebagian besar dari pa-

danya yakni sebanyak 34 (tigapuluh empat)

orang atau sebesar 75,56% termasuk pada

klasifikasi baik tersebut. Variabel bebas

tentang peran dan fungsi ibu ru-mah tangga

yang peneliti kemukakan, merupakan kajian

terhadap keadaan setiap tabulasi data yang

tersaji secara statistik deskriptif sebagaimana

ada-nya, yaitu melalui proses sistematis dalam

melacak dan/atau mengatur hasil-hasil

pengamatan, kuesi-oner, dokumentasi, serta

informasi-informasi akurat lain yang

terhimpun.

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 34

Berdasarkan bahasan singkat seperti itu,

hasil akhir dari interpretasi data pada variabel

bebas telah dikemukakan, yaitu; a) Klasi-

fikasi baik, dengan jarak interval 6 (enam)

dike-tahui melalui jumlah nilai (skor) antara

66 – 72, dan diperoleh sebanyak 34 (tigapuluh

empat) orang responden penelitian atau

sebesar 75,56% dengan rincian domisili

masing-masing; b) Klasifikasi se-dang,

berdasarkan jumlah nilai (skor) antara 60 – 65

didapati sebanyak 8 (delapan) orang responden

penelitian atau sebesar 17,78% serta rincian

domi-sili masing-masing; dan c) Klasifikasi

kurang, de-ngan jumlah nilai (skor) 54 – 59,

diketemukan se-banyak 3 (tiga) orang

responden penelitian atau se-besar 6,66%

diikuti rincian domisili masing-ma-sing.

2. Data Variabel Terikat

Data variabel terikat menjadi pokok

perhatian dengan proses atau alur

pemikiran yang kurang-le-bih sama. Pada

proses atau alur data yang termuat di dalam

setiap tabel, analisa data secara umum se-

suai dengan keadaan terkait dengan pilihan

jawab-an pada setiap katagori jawaban

yang tersedia di dalam pernyataan dan/atau

pertanyaan penelitian yang diajukan.

Mengenai alur pemikiran dimaksud,

berdasarkan kepada; a) Data yang telah

terhimpun dan dilakukan penggolongan,

perbandingan, pengo-lahan, dan simpulan

data terkait; b) Perbandingan antar

responden penelitian sebagaimana

terungkap di dalam menentukan distribusi

masing-masing ni-lai (skor) yang dimiliki

oleh setiap responden pene-litian, berada

pada posisi sebagaimana nilai (skor)

tersebut; c) Menetapkan skala ukur sesuai

dengan range (jangkauan) untuk

kepentingan penetapan ni-lai (skor), baik

nilai (skor) rata-rata indikator vari-abel

maupun total nilai (skor) rata-rata

variabelnya; dan d) Hasil penghitungan

nilai (skor) masing-ma-sing responden

penelitian yang diklasifikasikan se-suai

dengan tinggi-rendahnya penghitungan

yang diperoleh.

Berdasarkan tampilan data variabel

terikat terse-but, dapat diketahui bahwa

total nilai (skor) ma-sing-masing responden

penelitian adalah bervariasi yaitu total nilai

(skor) terendah sebesar 40 dan total nilai

(skor) tertinggi sebesar 63. Selanjutnya,

untuk penghitungan range (lebar) interval

guna menen-tukan klasifikasi masing-

masing responden peneli-tian dan

distribusinya digunakan rumus statistik

deskriptif sebagaimana digunakan pada

data varia-bel bebas, seperti berikut.

Jarak pengukuran (R)

i = Jumlah interval (I)

i = Lebar interval

R = Nilai (skor) tertinggi dikurangi nilai (skor) terendah

I = Jarak interval

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 35

Memperhatikan rumusan seperti itu,

maka da-pat diperhitungkan jarak interval

antar nilai (skor) yang dicapai oleh masing-

masing responden pene-litian, berdasarkan

klasifikasi dan distribusi nilai (skor)

sebagaimana tertuang di dalam tabel data pa-

da variabel terikat.

63,5 – 39,5 24 i = = = 8

3 3

Dengan penghitungan lebar interval

yang te-lah dilakukan seperti pada rumus

statistik deskriptif tersebut, diketemukan

bahwa lebar interval adalah sebesar 8.

Selanjutnya, berdasarkan lebar interval yang

demikian maka dapat ditentukan klasifikasi

responden penelitian (baik, sedang, rendah)

beserta distribusinya, sebagai berikut.

a. Klasifikasi baik = 56 – 63

b. Klasifikasi sedang = 48 – 55

c. Klasifikasi kurang = 40 – 47

Setelah penetapan distribusi nilai (skor)

berda-sarkan 3 (tiga) klasifikasi (baik, sedang,

rendah) maka dapat diketengahkan distribusi

masing-ma-sing klasifikasi terkait posisi

responden penelitian di dalam data variabel

terikat ini. Adapun distribusi nilai (skor)

berdasarkan klasifikasinya, dapat diper-hatikan

pada tampilan data berikut.

Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi variabel

terikat

Klasifikasi Frekwensi Prosentase

a. Baik (56- 39 86,67

63)

b. Sedang (48-

55)

c. Kurang (40-

47)

-

6

00,00

13,33

Jumlah 45 100,00

Sumber: data variabel terikat yang diolah

Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi

sebagai-mana termuat di dalam tabel,

menunjukkan bahwa variabel terikat yang

membahas tentang Pendidikan Karakter Anak

sebagai generasi penerus, telah di-nyatakan

dengan klasifikasi baik berdasarkan pro-

sentase yang terbaca yaitu dari sebanyak 45

(em-patpuluh lima) orang responden

penelitian, sebagi-an yaitu sebanyak 39

(tigapuluh sembilan) orang atau sebesar

86,67% terklasifikasi baik.

Variabel terikat yang membahas tentang

Pendi-dikan Karakter Anak sebagai generasi

penerus se-perti dikemukakan, merupakan

kajian terhadap ke-adaan setiap tabulasi data

yang tersaji secara statis- tik deskriptif

sebagaimana adanya, yaitu melalui proses

sistematis dalam melacak dan/atau mengatur

hasil-hasil pengamatan, kuesioner,

dokumentasi, serta informasi-informasi akurat

lain yang terhim-pun. Melalui bahasan seperti

itu, hasil akhir dari variabel terikat berdasarkan

hasil penghitungan; a) Klasifikasi baik, dengan

jarak interval 8 (delapan) diketahui melalui

jumlah nilai (skor) antara 56 – 63, dan

diperoleh sebanyak 39 (tigapuluh sembilan)

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 36

orang responden penelitian atau sebesar

86,67% dengan rincian domisili masing-

masing; b) Klasifi-kasi sedang, berdasarkan

jumlah nilai (skor) antara 48 – 55 tidak

didapati seorangpun responden pene-litian atau

sebesar 00,00% yang terklasifikasi seba-

gaimana dimuat di dalam tabel; dan c)

Klasifikasi kurang, dengan jumlah nilai (skor)

40 – 47 dike-temukan sebanyak 6 (enam)

orang responden pene-litian atau sebesar

13,33% diikuti rincian domisili.

Perbandingan analisa data Variabel

Bebas de-ngan Variabel Terikat Setelah alur

pembahasan pada varibel bebas dan variabel

terikat sebagaimana diutarakan sebelum-nya,

lembaran berikut peneliti coba bahas menge-

nai perbandingan antara data yang termasuk ke

da-lam variabel bebas dengan data yang

terliput pada variabel terikat.

Hubungan data variabel bebas dengan

variabel terikat

Klasifikasi

Variabel Bebas Variabel Terikat

Frekwensi Prosentase Frekwensi Prosentase

a. Baik

b. Sedang

c. Kurang

34

8

3

75,56

17,78

6,66

39

-

6

86,67

00,00

13,33

Jumlah 45 100,00 45 100,00

Sumber: data variabel

bebas dan terikat yang diolah

Memperhatikan data di dalam tabel

tersebut, pertama-tama peneliti ungkapkan

data yang me-nunjuk pada klasifikasi dan

distribusi nilai (skor), sebagai hasil

penghitungan nilai (skor) tersebut ber-

dasarkan jarak interval yaitu sebesar 6 (enam)

de-ngan ditemukannya klasifikasi masing-

masing (ba-ik, sedang, kurang), serta

distribusinya kepada res-ponden penelitian

yang menjadi gambaran data va-riabel bebas.

Untuk klasifikasi baik ditunjukkan

berdasarkan rentang nilai (skor) antara 66 – 72

dengan jarak interval 6 (enam), terdistribusi

kepada sebanyak 34 (tigapuluh empat) orang

responden pe-nelitian atau 75,56% dari

sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang

responden penelitian. Pada klasifikasi yang

sama (baik), dengan rentang nilai (skor) an-

tara 56 – 63 dengan jarak interval 8 (delapan)

diketemukan distribusinya kepada sebanyak 39

(ti-gapuluh sembilan) orang responden

penelitian atau sebesar 86,67%, termuat pada

data variabel terikat.

Sementara itu responden penelitian

dengan kla-sifikasi sedang, pada variabel

bebas terdistribusi kepada sebanyak 8

(delapan) orang responden pe-nelitian atau

sebesar 17,78%, dengan rentang nilai (skor)

antara 60 – 65 berdasarkan jarak interval 6

(enam). Kemudian, klasifikasi yang sama pada

data variabel terikat dengan rentang nilai

(skor) antara 48 – 55 berdasarkan jarak

interval 8 (delapan), tidak seorangpun

responden penelitian atau sebesar 00,00%

yang terdistribusi klasifikasi sedang.

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 37

Sementara itu, untuk klasifikasi sedang dengan

rentang nilai (skor) antara 60 – 65 berdasarkan

jarak interval 6 (enam), terdistribusi kepada

seba-nyak 8 (delapan) orang responden

penelitian atau sebesar 17,78% pada variabel

bebas tidak berpe-ngaruh kepada klasifikasi

sedang pada data variabel terikat, dalam hal

mana, rentang nilai (skor) antara 48 – 55

dengan jarak interval 8 (delapan) ternyata

tidak terdapat distribusinya kepada seorangpun

res-ponden penelitian atau sebesar 00,00%.

Artinya, bahwa pertautan antara kemampuan

dengan penge-tahuan ibu-ibu rumah tangga di

dalam mengelola kehidupan rumah tangga,

baik di lingkungan in-ternal maupun di

lingkungan eksternal keluarga da-pat

memberikan pemahaman tentang apa,

mengapa, dan bagaimana memilah dan

memilih sikap dan/ atau perilaku yang

disampaikan dan menjadi con-toh bagi anak-

anak.

Berdasarkan ulasan singkat

sebagaimana me-ngemuka, dapat diartikan

bahwa Peran dan Fungsi Ibu Rumah Tangga di

dalam ranah “Pendidikan Karakter Anak”

sebagai generasi penerus, memiliki kekuatan

strategis bagi terbentuknya karakteristik di

lingkungan internal keluarga. Setiap

karakteristik keluarga yang tercermin melalui

karakter anak-anak (laki-laki - wanita) yang

diperlihatkan oleh sikap dan/atau perilaku

mereka di dalam pergaulan sehari-hari di

lingkungan eksternal keluarga, berda-sarkan

kepatuh-taatan terhadap tata nilai yang ber-

laku di setiap lingkungan.

E. Penutup

Memperhatikan pembahasan dan/atau

kajian yang telah diungkap dari bab ke bab

terkait peran dan fungsi ibu rumah tangga di

dalam ranah “pendidikan karakter anak”

sebagai generasi penerus, dapat dike-

tengahkan beberapa pokok pikiran sebagai

hasil penelitian, di dalam kurun waktu 6

(enam) bulan terakhir.

Mengenai pokok-pokok pikiran

dimaksud, tertuang ke dalam simpulan dan

jika mungkin diberikan saran-saran yang

dirasa perlu untuk diungkapkan (nomor 13, 15,

19, 20, dan 23) menjadi pedoman bagi ibu-ibu

rumah tangga di da-lam memilah dan

memilih antara kemampuan dekaitan dengan

pendidikan secara phisik tersebut, dapat

diketahui berdasarkan hasil data pada vari-abel

terikat dan menyatakan, bahwa klasifikasi baik

dengan rentang nilai (skor) antara 56 – 63 dan

jarak interval 8 (delapan), diketemukan

distribusinya ke-pada sebanyak 39 (tigapuluh

sembilan) orang res-ponden penelitian atau

sebesar 86,67%. Kemudian, klasifikasi sedang

dengan rentang nilai (skor) an-tara 48 – 55 dan

jarak interval 8 (delapan), tidak se-orangpun

responden penelitian atau sebesar 00,00%

yang terdistribusi. Sedangkan pada klasifikasi

ku-rang, rentang nilai (skor) antara 40 – 47

dan jarak interval 8 (delapan) didapati

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 38

sebanyak 6 (enam) orang responden penelitian

atau sebesar 13,33%, dari sebanyak 45

(empatpuluh lima) orang respon-den

penelitian.

Dari segi psikis, para responden

penelitian yang berkaitan dengan sebanyak 12

(duabelas) pernyata-an dan/atau pertanyaan

penelitian yang diajukan 34 – 45 (kuesioner

terlampir), terdapat sebanyak 4 (empat) buah

pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian

pokok (nomor 35, 36, 37, dan 38) yang ber-

pengaruh terhadap ibu-ibu rumah tangga di

dalam menentukan pilihan jawaban mereka.

Hal demiki-an, menunjukkan bahwa sikap

dan/atau perilaku le-bih mengedepan sebagai

pemberian contoh, pada hal mana, ibu

(bersama bapak) selaku orangtua me-rupakan

figur percontohan bagi anak-anak (laki-laki-

wanita), dan pendidikan dilaksanakan dengan

berpegang kepada prinsip-prinsip asuh, asah,

asih secara wajar dan sesuai dengan azas

kepatutan. Ke-adaan demikian, secara utuh

dapat diperhatikan melalui hasil kajian pada

data variabel terikat seba-gaimana terungkap

sebelumnya, yaitu klasifikasi baik dengan

rentang nilai (skor) antara 56 – 63 dan jarak

interval 8 (delapan), diketemukan distribusi-

nya kepada sebanyak 39 (tigapuluh sembilan)

orang responden penelitian atau sebesar

86,67%. Kemudian, klasifikasi sedang dengan

rentang nilai (skor) antara 48 – 55 dan jarak

interval 8 (delapan), tidak seorangpun

responden penelitian atau sebesar 00,00%

yang terdistribusi. Sedangkan pada klasifi-kasi

kurang, rentang nilai (skor) antara 40 – 47 dan

jarak interval 8 (delapan), didapati adanya

distribu-si kepada 6 (enam) orang responden

penelitian atau sebesar 13,33%, dari sebanyak

45 (empat puluh lima) orang responden

penelitian.

Peristiwa demikian berlaku, mengingat

bahwa mengarungi hidup berumah tangga

merupakan perjalanan yang panjang sehingga

pengaturan di dalam bersikap dan/atau

berperilaku sangat diperlukan, dalam hal

mana, proses pembentukan karakteristik

keluarga selalu mengalami pasang-surut.

Keadaan seperti itu dapat diketahui secara

lengkap melalui hasil data pada variabel bebas

yang menyatakan bahwa untuk klasifikasi baik

ditunjukkan melalui rentang nilai (skor) antara

66 – 72 dengan jarak interval 6 (enam),

terdistribusi kepada sebanyak 34 (tigapuluh

empat) orang responden penelitian atau

75,56%. Untuk klasifikasi sedang, terdistribusi

kepada seba-nyak 8 (delapan) orang responden

penelitian atau sebesar 17,78%, dengan

rentang nilai (skor) antara 60 – 65 berdasarkan

jarak interval 6 (enam). Se-lanjutnya,

klasifikasi kurang untuk rentang nilai (skor)

antara 54 – 59 dengan jarak interval 6 (enam)

ditemukan distribusinya kepada sebanyak 3

(tiga) orang responden penelitian atau sebesar

6,66%, dari sebanyak 45 (empatpuluh lima)

orang responden penelitian.

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 39

a. Variabel Terikat: Pendidikan Karakter

Anak sebagai generasi penerus

b. Dari segi phisik, ibu-ibu rumah tangga

(yang bekerja dan murni) selaku responden

penelitian berkaitan dengan 9 (sembilan)

pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian

25 – 33 (kuesioner terlam-pir), ditemukan

lebih dari separuhnya yaitu seba-nyak 5

(lima) buah pernyataan dan/atau pertanyaan

penelitian yang diajukan (nomor 25, 26, 27,

28, dan 29), merupakan kekuatan

pendukung di dalam membandingkan

antara kemampuan dengan penge-tahuan

yang dimiliki. Ibu-ibu rumah tangga

dengan pengalaman selama berumah

tangga benar-benar memahami tentang

pembinaan lingkungan internal keluarga,

terutama kemampuan untuk mengajarkan

kepada anak-anak (laki-laki - wanita) di

dalam me-ngerjakan dan menyelesaikan

berbagai pekerjaan rumah tangga, dari yang

sederhana kepada kebiasa-an-kebiasaan

hingga anak-anak dewasa kelak. Ber-

Hubungan Data antara Variabel Bebas

dengan Variabel Terikat.

Hubungan kedua variabel (bebas -

terikat) me-rupakan dua kekuatan yang saling

mempengaruhi, pada hal mana, peran dan

fungsi ibu rumah tangga sebagai variabel

bebas menunjukkan sebuah gam-baran terkait

kemampuan dan pengetahuan yang mereka

miliki telah menjadi andalan bagi upaya-upaya

di dalam mengelola kehidupan internal dan/

atau eksternal lingkungan keluarga. Hal itu,

diperli-hatkan pada klasifikasi baik (66 – 72)

dengan dis-tribusinya kepada sebanyak 34

(tigapuluh empat) orang responden penelitian

atau sebesar 75,56% dengan jarak interval 6

(enam), dari sebanyak 45 (empatpuluh lima)

orang responden penelitian. Ke-adaan

demikian, terlihat kaitan erat terhadap vari-

abel terikat yakni pendidikan karakter anak

sebagai generasi penerus, bahwa upaya-upaya

yang dilaku-kan oleh ibu-ibu rumah tangga di

dalam memben-tuk karakteristik keluarga

(bersama suami) telah memperlihatkan

hasilnya. Dengan klasifikasi baik (56 – 63)

yang terdistribusi kepada sebanyak 39

(tigapuluh sembilan) orang responden

penelitian atau sebesar 86,67%, dan jarak

intervalnya 8 (de-lapan) berarti pertautan

antara kemampuan dengan pengetahuan

merupakan kekuatan pendukung bagi ibu-ibu

rumah tangga bagi berprosesnya pemben-

tukan dan pendidikan karakter anak-anak

(laki-laki - wanita).

Memperhatikan hubungan data antara

variabel bebas dengan variabel terikat,

diberikan gambaran bahwa dukungan yang

terlihat pada klasifikasi baik sebanyak 34

(tigapuluh empat) orang ibu rumah tangga

selaku responden penelitian atau sebesar

75,56%, dukungan pada klasifikasi sedang

seba-nyak 8 (delapan) orang responden

penelitian atau sebesar 17,78%, dan dukungan

pada klasifikasi ku-rang sebanyak 3 (tiga)

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 40

orang responden penelitian atau sebesar

6,66%, di dalam variabel bebas dari sebanyak

45 (empatpuluh lima) orang responden

penelitian. Data tersebut memiliki

keseimbangan dalam hubungannya dengan

data variabel terikat secara siqnifikan, yaitu

ditunjukkan melalui dukungan pada klasifikasi

baik sebanyak 39 (tigapuluh sembilan) orang

responden penelitian atau sebesar 86,67%,

kemudian dukungan pada klasifikasi se-dang

tidak ditemukan tidak ditemukan seorangpun

tidak ditemukan seorangpun responden

penelitian atau sebesar 00,00% termasuk di

dalamnya. Setelah dilakukan penelusuran,

diketahui bahwa dari 8 (de-lapan) orang

responden dengan klasifikasi sedang,

sebagiannya yakni sebanyak 5 (lima) orang

respon-den penelitian atau sebesar 62,50%

berada pada klasifikasi baik, dan sebanyak 3

(tiga) orang res-ponden penelitian atau sebesar

37,50% berada pada klasifikasi kurang.

responden penelitian atau sebesar 00,00%,

sedang-kan dukungan pada klasifikasi kurang

ditemukan sebanyak 6 (enam) orang

responden penelitian atau sebesar 13,33%.

Selanjutnya, di dalam klasifikasi sedang yang

termuat pada data variabel bebas seba-nyak 8

(delapan) orang responden penelitian atau

sebesar 17,78%, terjadi sebaliknya pada data

vari-abel terikat yang menunjukkan klasifikasi

sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur:

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian:

suatu pendekatan praktek, edisi

revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Kartasapoetra, G. dan LJB. Kreimers,

Sosiologi Umum, Bina Aksara, Jakarta,

1987.

Khotifah, Yuliati, Wahyudi Siswanto dan

Leya Cattleya (penyunting), Kebijakan

dan Penganggaran Pendidikan Dasar

Responsif Gender, seri panduan

pengarusutamaan gender bidang pen

didikan, Buku 2, Dinas Pendidikan Jawa

Timur, Surabaya, 2007.

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset

So sial, Mandar Maju, Bandung, 1996.

…...., Kenakalan Remaja Patologi Sosial

2, edisi I, Raja Grafindo Persada, Ja

karta, 2006.

Linton, Ralph, Latar Belakang Kebudayaan

dari Kepribadian, penerjemah Fuad

Hasan, PT. Usaha Penerbit Jaya Sakti,

Jakarta, tt.

Mano, Manasse, Metode Penelitian Sosial,

PAUIS-UI, Jakarta, tt.

Nasir, Mochamad, Metodologi Penelitian,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang

Sosi al, cetakan kelima, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, 1991.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi,

PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

2008.

VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 41

Soekanto, Surjono, Sosiologi; suatu

pengantar, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 1990.

Sugiyono, Eri Wibowo, Statistika Penelitian,

Alfa beta, Bandung, 2001.

Sujadi, Firman, ST. dan Nursanti Riandini,

Menge nal Tehnologi Informasi dan

Komunikasi, Shakti Sasdiluhung,

Bandung; dan Bee Media, Jakarta,

2008.

Sutrisno, Hadi, Statistik Jilid 1, Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, 2003.

Zaman, Badrus, dkk., Partisipasi Politik

Perempu an dalam Proses Pembuatan

Kebijakan Publik di Daerah Jawa

Timur, Yayasan Cakrawala Ti mur,

Surabaya, tt.

Penelitian:

Sudjatmoko, FX. dan Bambang Martin Baru,

Iden tifikasi Faktor Budaya Jawa dan

Implikasinya terhadap Peran Gender

Wanita dalam Pembangunan di

Kabupaten Madiun Jawa Timur,

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departe men Pendidikan Nasional,

Jakarta, 2009.

Sudjatmoko, FX., Pola Interaksi Sosial Kaum

Wa nita dalam Perspektif Pergaulan

Bebas Remaja Putri dan Pengaruhnya

terhadap Persepsi Masyarakat, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Merdeka, Madiun, 2012.