penyakit palpebra

31
BLEFARITIS A. Definisi Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. B. Patofisiologi Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan, kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat

Upload: fitrisiarahma

Post on 25-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

penyakit mata pada palpebra

TRANSCRIPT

Page 1: penyakit palpebra

BLEFARITIS

A. Definisi

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi

pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak

atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.

Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar

di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri

yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.

B. Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata.

Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan,

kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin

bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat

ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar

meibom.

C. Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan

kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan

kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman

streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal

bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.

Page 2: penyakit palpebra

Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu:

1. Blefaritis anterior: mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat

melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan

seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan

Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis

atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik (non-ulseratif) umumnya

bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.

2. Blefaritis posterior: mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak

mata yang lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah

kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan

blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis

seboroik).

D. Klasifikasi

1. Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka

pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid

dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan

kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan

manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom

(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.

2. Blefaritis Seboroik

Blefaritis seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50

Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya

adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meibom, air mata berbusa pada kantus

lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat

terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.

Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar

penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan

membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas

lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan

dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten,

keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.

Page 3: penyakit palpebra

3. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau

krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan

terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang

mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang

berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh

jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada

blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo

palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya

mengakibatkan perdarahan.

Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi

kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai

dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada

blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.

4. Blefaritis Ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat

infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna

kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan

mengeluarkan dfarah di sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama

yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan

disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih

lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan

rontok (madarosis).

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada

blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.

Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila

ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi

roboransia.

Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak

folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan

Page 4: penyakit palpebra

kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan

parut yang juga dapat berakibat trikiasis.

5. Blefaritis angularis

Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi

kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai

sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis

disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.

Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat.

Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan

menyumbat duktus lakrimal.

6. Meibomianitis

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan

tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu

pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam

berulang kali disertai antibiotik lokal.

E. Gejala dan Tanda

Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak,

sakit, eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan

konjungtivitis dan keratitis. Gejala lainnya ialah:

1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk

sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.

2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.

Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi

pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.

3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa

terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika

keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata

mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.

Tanda:

- Skuama pada tepi kelopak

Page 5: penyakit palpebra

- Jumlah bulu mata berkurang

- Obstruksi dan sumbatan duktus meibom

- Sekresi Meibom keruh

- Injeksi pada tepi kelopak

- Abnormalitas film air mata

F. Penatalaksanaan

Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk

mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan

sampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri

kadang diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide)

atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis

seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan

mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.

G. Komplikasi

Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis,

hordeolum, kalazoin, dan madarosis.

H. Prognosis

Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan terapi.

Page 6: penyakit palpebra

HORDEOLUM

A. Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang

terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan

hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss

atau Moll.

Gb I. Hordeolum eksterna

Gb II. Hordeolum interna

B. Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

C. Faktor Resiko

1. Penyakit kronik.

2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.

4. Diabetes

5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.

Page 7: penyakit palpebra

6. Riwayat hordeolum sebelumnya

7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

D. Patofisiologi

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau

Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di

dalam tarsus.

Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan

jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.

E. Gejala dan Tanda

Gejala:

- Pembengkakan

← -  Rasa nyeri pada kelopak mata

← -  Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

← -  Riwayat penyakit yang sama

Tanda:

- Eritema

- Edema

← -  Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

← -  Seperti gambaran abses kecil

←F. Penatalaksanaan

Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.

Penatalaksanaan secara umum ialah sebagai berikut:

1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu

drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo

yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat

proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.

3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi

yang lebih serius.

4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi

Page 8: penyakit palpebra

penyebab infeksi.

5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.

Penatalaksanaan medikamentosa:

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada

perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.

1. Antibiotik topikal.

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-

10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum

eksterna dan

hordeolum interna ringan.

2. Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakteriemia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular.Pada kasus hordeolum internum

dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau

dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin

atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari

selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

Pembedahan:

Dilakukan bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur

pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.Pada

insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes

mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum

dan dilakukan insisi yang bila:

← -  Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada

margo palpebra.

← -  Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.Setelah

dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan

meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.

Page 9: penyakit palpebra

KALAZION

A. Definisi

Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada

kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat

keras dan tidak nyeri.

B. Patofisiologi

Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim

bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya

memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi.

Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk

kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi

radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun

demikian, hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang

terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial.

Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran

kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.

C. Etiologi

Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium

kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea,

Page 10: penyakit palpebra

blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor

stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.

D. Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra

baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan,

perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau,

karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah

kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari

saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom.

Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan

keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan

jernih berminyak.

Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di

kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa

kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi,

hidung, dan kulit palpebra.

E. Diagnosis Banding

- Karsinoma sel basal pada palpebra

- Blefaritis

- Selulitis pada orbita

- Konjungtivitis bakterialis

- Komplikasi akibat lensa kontak

- Dakrioadenitis, dakriosistitits

- Dermatitis atopik

- Dermatitits kontak

- Kista dermoid pada orbita

- Floppy Eyelid Syndrome

- Hemangioma kapiler

- Hemangioma kavernosa

- Herpes simpleks

Page 11: penyakit palpebra

- Herpes zoster

- Hordeolum

- Juvenile xanthogranuloma

- Sarkoma Kaposi

- Tumor glandula lakrimalis

- Melanoma konjungtiva

- Moluskum kontagiosum

- Kelainan kongenital duktus lakrimalis

- Obstruksi duktus lakrimalis

- Neurofibromatosis

- Papiloma

- Psoriasis

- Ptosis

- Karsinoma kelenjar sebasea

- Gigitan serangga

- Trikiasis

- Tuberkulosis

- Tumor orbita

- Xanthelasma

F. Penatalaksanaan

Perawatan Medis:

Page 12: penyakit palpebra

Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan secara

konservatif seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid topikal

ringan biasanya dapat berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus, pembedahan

hanya dilakukan bila pengobatan selama berminggu-minggu tidak membuahkan hasil.

Sebagian besar kalazion berhubungan dengan kalazion lain yang berlokasi di bagian

yang lebih dalam dari palpebra. Isi dari kalazion marginalis murni akan menyatu bila

2 buah kapas didorong ke arah tepi palpebra dari kedua sisinya. Jika isi kalazion tidak

daapt dikeluarkan, lakukan insisi distal kalazion dan isinya dikerok.

Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna)

meliputi pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus

mungkin diperlukan insisi dan drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase atau

kerokan yang berlebihan dapat memperluas infeksi dengan rusaknya jaringan. Steriod

topikal diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi peradangan kronis yang dapat

menimbulkan sikatrik.

Perawatan Pembedahan:

 Drainase dilakukan melalui tindakan insisi dan kuretase transkonjungtival.

Sebelumnya diberikan anestesi lokal infiltrasi, atau dapat juga dengan

menggunakan anestesi topikal berbentuk krim untuk mengurangi rasa nyeri

pada pasien anak-anak.

 Gunakan klem kalazion untuk membalikkan kelopak mata dan untuk

mengontrol perdarahan. Lakukan insisi vertikal dengan pisau tajam, tidak

kurang dari 2-3 mm dari tepi palpebra. Hindari perforasi pada kulit. Kerok isi

kalazion, termasuk batas kantongnya. Lakukan penekanan selama beberapa

menit untuk menghentikan perdarahan. Balut luka selama beberapa jam .

 Jika sebelumnya pernah dilakukan drainase eksternal, maka dianjurkan

pendekatan eksternal. Buat insisi horisontal, sedikitnya 3 mm dari tepi

palpebra pada daerah lesi. Jangan sampai melukai jarinagn yang sehat. Setelah

perdarahan berhenti, lakukan penjahitan yang sesuai. Penyatuan yang baik

antara kulit dan konjungtiva memerlukan perencanaan yang baik mengenai

lokasi sayatan guna mencegah pembentukan fistula. Kauterisasi dengan fenol

atau asam trikloroasetat setelah insisi dan drainase dapat mencegah terjadinya

kembali kalazion.

Page 13: penyakit palpebra

 Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion yang

mengalami fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar,

termasuk pengangkatan sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus

disayat dengan hati-hati agar tidak terjadi deformitas luas pada palpebra,

sehingga memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa meninggalkan celah.

 Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5

mg/mL) daapt diberikan dan diulang dalam 2-7 hari.

Konsul:

Konsul kepada dermatologis mungkin dapat berguna untuk membantu

mengatasi rosasea serta disfungsi sebasea.

Aktivitas:

Kebiasaan sehari-hari seperti tidur cukup, pajanan sinar matahari tidak terlalu

sering, olah raga, dan udara segar mungkin dapat bermanfaat bagi kesehatan dan

kebersihan kulit dan kelenjar-kelenjar yang terdaapt pada palpebra. Stress sering

dikaitkan dengan kejadian kalazion berulang, meskipun peranannya sebagai penyebab

belum dapat dibuktikan.

Medikamentosa:

Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, dapat

diberikan tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah Doksisiklin

tablet 100 mg/minggu selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan

biokimiawi, yaitu pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan

produksi asam lemak rantai panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut

kelenjar. Meskipun nampak bernanah, antibiotik topikal tidak berguna pada kondisi

ini, karena kalazion tidak infeksius. Tetrasiklin sistemik dapat berguna. Namun

pemberian tetes mata lokal malah akan dapat menyebabkan dermatitis kontak

daripada membantu. Steroid topikal daapt sangat membantu untuk mengurangi

peradanagn dan mengurangi edema, membantu proses drainase.

Antibiotik, tidak memiliki indikasi untuk pengobatan infeksinya. Efek yang

signifikan dapat diperoleh dengan pemberian jangka panjang tetrasiklin dosis rendah.

Kortikosteroid, memiliki sifat anti inflamasi namun dapat menyebabkan efek

metabolik.

G. Komplikasi

Page 14: penyakit palpebra

Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan,

trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Diperlukan biopsi untuk menyingkirkan adalnya

kalazion yang rekuren/berulang. Ingatkan petugas patologi anatomi untuk

memperhatikan adanya tanda-tanda karsinoma sel sebasea. Pada penderita kalazion

dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion

yang didrainase secar tidak sempurna dapat megakibatkan timbulnya massa besar

terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau kulit.

H. Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.

Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat

drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat

mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.

LASERASI PALPEBRA

A. Definisi

Berbagai mekanisme trauma seperti kecelakaan mobil, perkelahian,

gigitan binatang, dan berbagai mekanisme lain dapat merusak kelopak mata

dan sistem drainase air mata. Sedangakan yang disebut sebagai laserasi

kelopak mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat benda tajam

yang mengakibatkan luka robek/laserasi.

B. Klasifikasi

Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan

lokasi:

Untuk pasien muda (tight lids)

o Small - 25-35%

o Medium - 35-45%

o Large - > 55%

Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)

o Small - 35-45%

Page 15: penyakit palpebra

o Medium - 45-55%

o Large - > 65%

Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah kelopak

mata atas. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan. Jika

margin kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin

graft mungkin sudah cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah

harus mengembalikan integritas dari margin kelopak mata.

C. Patofisiologi

a. Trauma Tumpul

Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma

tumpul. Pasien membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan

fundus dengan pupil yang dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan

yang terkain kelainan intraokular. CT scan di perlukan untuk mengetahui

adanya fraktur.

Echimosis dan edema akibat trauma tumpul

b. Trauma Benda Tajam

Pengetahuan yang mendetail tentang anatomi palpebra membantu

dokter ahli bedah untuk memperbaiki trauma tajam palpebra. Secara

umum, penanganan trauma tajam palpebra tergantung kedalaman dan

lokasi cedera.

Page 16: penyakit palpebra

c. Laserasi yang Tidak Melibatkan Margo Palpebra

Laserasi pada palpebra superficial hanya terdapat pada kulit dan otot

orbicularis biasanya hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja. Untuk

menghindari sikatrik yang tidak di kehendaki, harus mengikuti prinsip

dasar tindakan bedah plastik. Hal ini termasuk debridemant luka yang

sifatnya konservatif, menggunakan benang dengan ukuran yang kecil.

Menyatukan tepi luka sesegera mungkin dan melakukan pengangkatan

jahitan. Adanya lemak orbita di dalam luka menyatakan bahwa septum

orbita telah terkena. Bila terdapat benda asing di daerah superfisial harus

dicari sebelum laserasi pada palbebra di jahit. Melakukan irigasi untuk

menghilangkan kontaminasi material di dalam luka. Prolaps lemak orbita

pada palpebra superior merupakan indikasi untuk melakukan eksplorasi,

laserasi pada otot levator atau aponeurosis harus dengan hati-hati

melakukan perbaikan untuk menghindari ptosis post operasi.

Laserasi palpebra tanpa melibatkan margo palpebra

d. Laserasi pada Margo Palpebra

Laserasi pada margo palpebra memerlukan jahitan untuk menghindari

tepi luka yang tidak baik. Banyak teknik – teknik sudah diperkenalkan tapi

pada prinsip pentingnya adalah aproksimasi tarsal harus dibuat dalam

garis lurus.

Page 17: penyakit palpebra

Laserasi pada margo palpebra

e. Trauma pada Jaringan Lunak Kantus

Trauma pada medial atau lateral kantus pada umumnya disebabkan

oleh adanya tarikan horizontal pada palpebra menyebabkan avulsi dari

palpebra pada titik lemah medius atau lateral dari tendon kantus. Avulsi

dari tendon kantus medial harus dicurigai bila terjadi di sekitar medial

tendon kantus dan telekantus. Harus diperhatikan juga posterior dari

tendon sampai dengan posterior kelenjar lakrimalis. Penanganan avulsi

dari tendon medial kantus tergantung pada jenis avulsinya. Jika pada

bagian atas atau bagian bawah terjadi avulsi tetapi pada bagian posterior

masih intake avulsi dapat di jahit. Jika terdapat avulsi pada posterior tetapi

tidak ada fracture pada nasoorbital tendon yang mengalami avulsi harus di

lakukan wirering melalui lubang kecil di dalam kelenjar lakrimal ipisi

lateral posterior. Jika avulsi tendon disertai dengan fraktur nasoorbital,

wirering transnasal atau platting diperlukan setelah reduksi dari fraktur.

f. Gigitan Anjing dan Manusia

Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing atau

manusia. Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secara

menyeluruh, avulsi kantus, laserasi kanalikulus paling sering terjadi.

Trauma pada wajah dan intracranial mungkin dapat terjadi terutama pada

bayi.

Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera dilakukan dan

kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies harus dipikirkan serta

memerlukan observasi, direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.

Page 18: penyakit palpebra

Laserasi akibat gigitan anjing

g. Luka Bakar pada Palpebra

Pada umumnya luka bakar pada palpebra terjadi pada pasien-pasien

yang mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengan

keadaan setengah sadar atau di bawah pengaruh sedatif yang berat dan

memerlukan perlindungan pada mata untuk mencegah ekspose kornea,

ulserasi dan infeksi. Pemberian antibiotik tetes dan salep serta pelembab.

Evaluasi secara rutin pada palpebra merupakan penanganan dini pada

pasien-pasien tersebut.

D. Penatalaksanaan

a) Stabilisasi Sistemik

Evaluasi luka periorbital dimulai setelah pasien trauma telah stabil dan

cedera yang mengancam hidup ditangani. Peran dokter mata dalam evaluasi dan

manajemen adalah sangat penting - harus ada komunikasi yang baik antara tim

trauma dan dokter mata.

b) Riwayat Penyakit

Sebuah riwayat penyakit yang lengkap diperoleh untuk menentukan waktu

kejadian dan mekanisme cedera. Untuk anak-anak, harus dipertimbangkan

kemungkinan adanya kekerasan pada anak sebagai penyebab cedera mata dan

periorbital. Adanya anamnesa tentang partikel proyektil berkecepatan tinggi

Page 19: penyakit palpebra

mungkin memerlukan studi pencitraan yang tepat untuk menentukan adanya benda

asing intraokuler atau intraorbital. Gigitan hewan dan gigitan manusia harus diberi

perhatian khusus dan dikelola sesuai dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pada

bagian yang cedera diperiksa dengan hati-hati untuk setiap jaringan yang hilang,

dan setiap jaringan yang teramputasi yang ditemukan di lokasi kejadian diawetkan

dan ditempatkan pada es secepat mungkin. Dalam kebanyakan kasus jaringan ini

dapat dijahit kembali ke lokasi anatomi yang tepat.

c) Pemeriksaan Oftalmologi

Penilaian ketajaman visual adalah wajib dan dilakukan sebelum setiap upaya

rekonstruksi. Periksa keadaan pupil, jika didapatkan kerusakan relatif pada afferent

pupillary, potensi hasil visual akan buruk dan harus didiskusikan dengan pasien

sebelum dilakukan bedah rekonstruksi. Otot-otot luar mata dievaluasi dan jika

didapatkan adanya diplopia harus tercatat sebelum operasi. Pemeriksaan eksternal

meliputi penilaian lengkap tulang tulang wajah, dengan penekanan khusus pada

wilayah periorbital. Palpasi yang jelas menunjukkan adanya krepitasi, atau unstable

bone memerlukan evaluasi radiologi. Pengukuran baseline proyeksi bola mata

didokumentasikan dengan exophthalmometry Hertel karena enophthalmos

merupakan sequela lambat yang umum terjadi pada trauma orbital. Posisi kelopak

mata, fungsi otot orbicularis, dan setiap bukti lagophthalmos dicatat. Pengukuran

jarak intercanthal dan evaluasi integritas dari tendon canthal juga dilakukan, karena

dapat terjadi dehiscence tendon traumatis dan telecanthus.

d) Evaluasi Laboratorium dan Radiografi

Biasanya, evaluasi laboratorium yang tepat dilakukan oleh tim ruang gawat

darurat. Hitung darah lengkap dan analisis kimia serum seringkali diperlukan untuk

tujuan anestesi. Pemeriksaan faal hemostasis dapat membantu dalam kasus-kasus

tertentu, dan pemeriksaan kimia darah untuk alkohol dan zat-zat beracun lainnya

diperlukan dalam beberapa kasus. Ketika kecurigaan klinis patah tulang orbital

tinggi, pencitraan yang sesuai dengan orbita, terutama computed tomography, harus

diusulkan. Ultrasonografi bola mata, otot luar mata, saraf optik, dan orbita kadang-

kadang bisa menjadi pemeriksaan tambahan yang penting.

e) Profilaksis Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan hal yang utama. Data riwayat imunisasi

tetanus lengkap harus diperoleh dan akan dilakukan manajemen yang tepat pada

pasien tidak mendapat imunisasi atau tidak tahu tentang riwayat imunisasinya. Jika

Page 20: penyakit palpebra

diketahui atau dicurigai adanya gigitan hewan, semua informasi tentang bagian

yang cedera , pemilik hewan, dan setiap perilaku hewan yang abnormal harus

diperoleh dan departemen perawatan hewan setempat diberitahu. Ikuti protokol

standar rabies.

Gigitan kucing, dan bahkan luka yang disebabkan oleh cakar kucing,

merupakan resiko tinggi infeksi. Profilaksis yang sesuai termasuk penisilin VK

(phenoxymethylpenicillin) 500mg sehari selama 5-7hari. Pada pasien alergi

penisilin maka dapat diberikan tetrasiklin. Luka gigitan manusia memerlukan

pemberian antibiotik yang tepat, seperti penisilin.

f) Timing of Repair

Waktu perbaikan ini ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap upaya harus

dilakukan untuk merekonstruksi jaringan terluka sesegera mungkin setelah

pasien telah sepenuhnya dievaluasi dan data pemeriksaan penunjang tambahan

telah diperoleh. Jika terpaksa dilakukan penundaan perbaikan, maka penting

untuk selalu menjaga jaringan agar selalu dalam kondisi lembab.

Penatalaksanaan trauma palpebra termasuk :

Menggali riwayat

Mencatat ketajaman penglihatan

Mengevaluasi bola mata

Mengetahui secara detail tentang palpebra & anatomi mata.

Memastikan posisi yang terbaik dalam penanganan

E. Komplikasi

a) Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan margin

palpebra, dapat berupa:

Epifora kronis

Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial

Exposure keratitis

Abrasi kornea berulang

Entropion/ ektropion sikatrikal

b) Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi penutupan

luka, dapat berupa:

Jaringan parut

Fibrosis

Page 21: penyakit palpebra

Deformitas palpebra sikatrikal

c) Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena penutupan luka

yang tertunda.

d) Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.

F. Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan

palpebra serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.