penuntun praktikum teknologi beton

99
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA

Upload: gitote

Post on 04-Sep-2015

345 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

beton

TRANSCRIPT

1

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS CENDERAWASIHJAYAPURA

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa sehingga buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton ini dapat selesai.Buku ini disusun untuk mempersiapkan pembimbingan praktikum mahasiswa dalam mata kuliah Teknologi Beton pada semester V di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih Jayapura.Isi buku ini telah diusahakan agar sesuai dengan beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia pada saat ini, antara lain Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, dan Konsep Pedoman Beton 1989. Akan tetapi, karena keterbatasan yang dimiliki penulis maka Buku ini masih jauh dari memuaskan, oleh karena itu saran dan kritik perbaikan akan diterima dengan senang hati.Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya pembuatan buku petunjuk praktikum ini.

Jayapura, Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATAiDAFTAR ISIiiTATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI BETONviPENGANTARviiPETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETONviiiI.PEMERIKSAAN KADAR AIR PASIR11. 1.Pendahuluan11. 2.Alat11. 3.Pelaksanaan11. 4.Hitungan2LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN KADAR AIR PASIR3II.PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR42. 1.Pendahuluan42. 2.Tujuan42. 3.Alat.42. 4.Benda Uji42. 5.Pelaksanaan42. 6.Cara Hitungan52. 7.Laporan5LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR6III.PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT73. 1.Pendahuluan.73. 2.Alat73. 3.Benda uji73. 4.Pelaksanaan.73. 5.Hitungan83. 6.Laporan8LAPORAN SEMENTARA A. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR (AGREGAT HALUS)9LAPORAN SEMENTARA B. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL (AGREGAT KASAR)10LAPORAN SEMENTARA C. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL (AGREGAT KASAR)11IV.ANALISIS GRADASI PASIR124. 1.Pendahuluan.124. 2.Alat.124. 3.Benda Uji.124. 4.Pelaksanaan.124. 5.Laporan.13LAPORAN SEMENTARA ANALISIS GRADASI PASIR14LAPORAN SEMENTARA ANALIS GRADASI PASIR15V.PEMERIKSAAN KANDUNGAN ORGANIS DALAM PASIR165. 1.Pendahuluan165. 2.Alat165. 3.Benda uji165. 4.Pelaksanaan165. 5.Laporan16LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN KANDUNGAN ORGANIS DALAM PASIR17VI.PEMERIKSAAN BUTIR-BUTIR YANG LEWAT AYAKAN NOMOR 200186. 1.Pendahuluan186. 2.Alat186. 3.Benda uji186. 4.Pelaksanaan186. 5.Hitungan196. 6.Laporan19VII.PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR207. 1.Pendahuluan207. 2.Alat207. 3.Pelaksaan207. 4.Hitungan20LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR PADA PASIR21VIII.PEMERIKSAAN BAGIAN YANG MUDAH LEPAS DARI BATUAN (AGREGAT)228. 1.Pendahuluan228. 2.Alat228. 3.Benda uji228. 4.Pelaksanaan228. 5.Hitungan238. 6.Laporan23IX.PEMERIKSAAN BERAT JENIS KERIKIL249. 1.Pendahuluan249. 2.Tujuan249. 3.Alat.249. 4.Benda uji249. 5.Pelaksanaan249. 6.Hitungan249. 7.Laporan25LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN BERAT JENIS KERIKIL26X.PEMERIKSAAN KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES2710. 1.Pendahuluan2710. 2.Alat2710. 3.Benda Uji2710. 4.Pelaksanaan2810. 5.Hitungan2810. 6.Laporan28LAPORAN SEMENTARA X . PEMERIKSAAN KETAHANAN AUSAN KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES29XI.PEMERIKSAAN KEKERASAN AGREGATDENGAN BEJANA TEKAN RUDELOFF3011. 1.Pendahuluan3011. 2.Alat3011. 3.Benda uji3011. 4.Pelaksanaan3011. 5.Hitungan30LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN KEKERASAN AGREGAT DENGAN BEJANA RUDELOFF31XII.PEMERIKSAAN PENGARUH KANDUNGAN ZAT ORGANIS PADA KEKUATAN MORTAR3212. 1.Pendahuluan3212. 2.Alat3212. 3.Pelaksanaan3212. 4.Pembuatan mortar3312. 5.Meja alir3312. 6.Pencetakan benda uji3412. 7.Peralatan bidang permukaan benda uji3412. 8.Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan3412. 9.Hitungan3512. 10.Laporan35XIII.UJI KUAT TARIK BELAH SILINDER BETON3613. 1.Pendahuluan3613. 2.Alat-alat3613. 3.Cara Pelaksanaan3613. 4.Cara Penghitungan3713. 5.Laporan37LAPORAN SEMENTARA UJI TARIK BELAH SILINDER BETON38XIV.CARA PENGADUKAN BETON3914. 1.Pendahuluan3914. 2.Pengukuran3914. 3.Pencatatan3914. 4.Cara penimbangan3914. 5.Cara Pegadukan39LAPORAN SEMENTARA CARA PENGADUKAN BETON40XV.PEMERIKSAAN SLUMP BETON SEGAR4115. 1.Umum4115. 2.Cetakan4115. 3.Benda uji4115. 4.Pelaksanaan4115. 5.Laporan42LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN SLUMP42XVI.PEMERIKSAAN BERAT SATUAN BETON SEGAR4316. 1.Alat4316. 2.Pelaksanaan4316. 3.Hitungan4316. 4.Laporan45LAPORAN SEMENTARA BERAT SATUAN BETON SEGAR46XVII.PEMBUATAN SAMPEL SILINDER4717. 1.Cetakan silinder4717. 2.Cara pencetakan4717. 3.Penyimpanan Benda Uji48LAPORAN SEMENTARA PEMBUATAN SILINDER BETON49XVIII.PEMERIKSAAN BLEEDING BETON SEGAR5018. 1.Pendahuluan5018. 2.Alat5018. 3.Benda Uji5018. 4.Hitungan5018. 5.Laporan51LAPORAN SEMENTARA PEMERIKSAAN BLEEDING BETON52XIX.PEMERIKSAAN KANDUNGAN UDARA DALAM BETON SEGAR5319. 1.Pendahuluan5319. 2.Alat5319. 3.Alat Kalibrasi5319. 4.Cara Pelaksanaan5419. 5.Laporan54XX.UJI TEKAN SILINDER BETON5520. 1.Pendahuluan.5520. 2.Benda Uji5520. 3.Alat.5520. 4.Cara Pelaksanaan.5520. 5.Laporan56LAPORAN SEMENTARA UJI TEKAN SILINDER BETON57XXI.PENGARUH BENTUK BENDA UJI PADA KUAT TEKAN BETON5821. 1.Pendahuluan5821. 2.Bahan dasar5921. 3.Alat5921. 4.Cara pelaksanaan5921. 5.Laporan5921. 6.Diskusi59DAFTAR PUSTAKA60

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI BETON

1. Semua peserta praktikum harus mentaati semua tata tertib, dan bersikap sopan di Laboratorium Bahan Bangunan.2. Semua peserta praktikum harus mengikuti semua kegiatan praktikum, termasuk penjelasan umu sebelum praktikum dimulai.3. Peserta praktikum yang dating terlambat sampai 15 menit dianggap hadir, terlambat lebih dari 15 menit dianggap tidak hadir, walaupun boleh mengikuti praktikum.4. Peserta praktikum yang hadir kurang dari 75 persen dari jumlah seluruh praktikum akan dinyatakan tidak lulus dan hanya dapat mengulang pada periode praktikum berikutnya.5. Penyelesaian pekerjaan praktikum merupakan tanggung jawab masing-masing mahasiswa. Setiap mahasiswa harus membuat laporan praktikum sendiri-sendiri, adapun adanya kelompok hanyalah untuk memudahkan pelaksanaan praktikumnya saja.6. Setiap peserta harus sudah mempunyai buku petunjuk praktikum ini pada waktu penjelasan umum diberikan.7. Setiap peserta praktikum harus mengisi laporan sementara yang ada didalam buku petunjuk praktikum ini dan ditandatangani oleh asisten/pengawas/laboran.8. Setiap kelompok harus mengisi satu laporan kelompok yang telah tersedia di laboratorium dan tidak boleh dibawa pulang/dipinjam.

Jayapura,Lab. Beton,JTS. FT. UNCENPenyusun,

Wika Matana Nion

PENGANTAR

Perancangan maupun spesifikasi yang disiapkan oleh perencana tampaknya kurang begitu berguna, akan tetapi hal ini ternyata penting setelah kita dihadapkan pada usaha untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan atau industri konstruksi, mesin-mesin atau alat-alat lain. Hasil proses perancangan biasanya berakhir dengan persoalan pemakaian jenis bahan. Sifat-sifat bahan itu harus betul-betul diketahui dengan baik dan harus selalu dikontrol dalam perancangan untuk menghasilkan suatu kombinasi yang tampak cukup baik, awet dan murah. Lagi pula, para perancang harus mempunyai pegetahuan yang baik terhadap sifat-sifat bahan teknik sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh struktur yang paling murah, akan tetapi dapat memberi pelayanan yang baik. Nilai-nilai yang dimiliki oleh bahan antalain kekakuan, kekuatan, dan bobot merupakan nilai-nilai yang harus ditetapkan sebelum perancang menggunakannya untuk dasar hitungan. Setelah jenis bahan yang cocok ditetapkan dan ditetapkan pula spesifikasinya kemudian perancang menjadi perlu memperhatikan cara-cara pengujian bahan, untuk dapat memastikan bahwa bahan-bahan yang dipakai telah cukup sesuai mutunya akan tetapi tidak terlalu mahal.Mempelajari teori dan hasil pengujian merupakan dua hal yang penting dalam mempelajari bahan-bahan. Buku ini terutama bagi mahasiswa yang bermaksud bekerja pada penerapan pemakaian bahan-bahan yang sedang berkembang, bukan untuk para ahli bangunan, ahli fisika atau ahli metalurgi yang tertarik pada hal-hal tentang teori bahan, sifat bahan dan kemungkinan pemakaian bahan pada masa yang akan datang. Dalam mempelajari sifat-sifat bahan diperlukan pengujian sifat fisika bahan. Walaupun teori tentang sifat fisika bahan dan pengetahuan tentang mikrostruktur dapat memperjelas pengertian tentang sifat-sifat bahan, penguji terhadap bahan tetap diperlukan untuk mengetahui aifat-sifat bahan yang dipakai atau yang diprodukssi oleh pabrik. Dengan demikian cara-cara mengamati dan mencatat selama pengujian maupun cara pengujian itu sendiri merupakan tujuan pokok dari buku ini. Hal ini karena sebagian besar para pelaksana dan pimpinan pabrik telah berpendapat bahwa sebagian pekerjaannya termasuk dalam bidang pengetahuan sifat-sifat bahan dan cara pengujian bahan, sehingga termasuk dalam kurikulum teknik sipil.

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON

Tujuan dari buku pengujian bahan teknik ini yaitu memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang :a. Contoh-contoh hasil pengujian secara empiris maupun secara teori tentang sifat-sifat bahan teknik, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat bahan tersebut.b. Kemungkinan melakukan pengujian bahan-bahan dengan alat-alat yang ada untuk memperoleh sifat-sifat bahan dengan cara pengujian yang merusak atau yang tidak merusak.c. Cara-cara perancangan dan pemakaian hasil pengujian.d. Pemakaian bahan-bahan standard.e. Cara membuat hasil-hasil pengujian bahan sehingga dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai.Dalam pelaksanaannya sebaiknya dilakukan dengan pembagian waktu sebanyak 1 jam penjelasan dan 2 jam praktikum. Penjelasan materi praktikum sebaiknya tidak lebih dari 1 jam, dan kemudian diteruskan praktikum. Sebelum penjelasan seyogyanya mahasiswa membaca materinya terlebih dahulu sehingga lebih mudah menerimanya waktu kuliah berlangsung.Mahasiswa sebaiknya dibagi menjadi beberapa kelompok yang jumlahnya tergantung besar kelas maupun ukuran ruang laboratorium. Satu kelompok dapat terdiri atas 2 sampai 5 mahasiswa tergantung pada jenis mata praktikumnya. Setiap mahasiswa harus aktif bekerja didalam kelompok.Suatu hal yang menunjukkan bahwa laboratorium terawat dengan baik bahwa alat-alatnya selalu bersih dan ditaruh pada tempatnya bila sedang tidak dipakai. Mahasiswa harus menyadari bahwa alat-alat laboratorium hanya dipinjamkan kepadanya hanya untuk praktikum/pengujian saja. Oleh karena itu perlu diadakan peraturan sebagai berikut.a. Pelajari cara-cara melakukan praktikum sebelum praktikum dilakukan.b. Pakailah alat hanya apabila mahasiswa telah jelas cara pemakaiannya. Bila belum jelas tanyakan kepada asisten atau pegawai laboratorium yang sedang membantu.c. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang bersistem.d. Selesai melakukan praktikum/pengujian, bersihkan semua alat yang telah dipakai dan kembalikan pada tempat semula atau pada tempat yang ditentukan oleh asisten/pegawai laboratorium.e. Bersihkan pula tempat melakukan praktikum, antara lain meja praktikum dan lantai.Data (banyak) adalah suatu besaran yang dikumpulkan selam pengujian dan diperlukan untuk melukiskan sifat-sifat bahan yang diperiksa atau menganalisis suatu konstanta bahan. Ada 2 macam bentuk data yang dapat diperoleh dari hasil pengujian, yaitu data angkawi(digital data) dan data menerus(continuous data).Data angkawi diperoleh apabila nilai-nilai suatu besaran dibaca dan dicatat pada suatu selang (interval) besaran lain yang tetap. Data menerus dapat diperoleh dengan cara pengambaran dalam suatu diagram dengan perekan X Y ( X Y Plotter) atau dengan alat rekam magnit. Dengan semakin populernya alat-alat listrik, pengambilan data menerus ini menjadi semakin banyak pula karena bila pengambilan data diolakuakn dengan angkawi memerlukan banyak sekali data. Lagi pula cara pengambilan data ini tidak menjemukan karena dapat langsung menjadidata gambar, tidak lagi memerlukan tenaga penempatan titik data untuk penggambarannya menjadi suatu diagram.Perencanaan cara pengambilan data dalam suatu pengujian merupakan seni tersendiri. Usaha tersebut sangat tergantung pada tingkat ketelitian maupun keruwetan dari cara pengujian yang telah dibakukan, atau cara pengujian yang telah dikembangkan. Langkah pertama adalah berdasrkan pengalaman yang lalu dapat ditetapkan detailnya., misalnya suatu nilai tertentu, atau dari penerapan suatu rumus tertentu, sehingga suatu nilai dapat diperkirakan besarnya. Langkah kedua adalah menetapkan alat pencatat data yang akan dipakai. Langkah ketiga adalah menetapkan suatu selang tertentu yang sesuai dengan alat pencatat terpilih tersebut. Penetapan besar dan selang pengambilan suatu data tergantung pada alat dan cara penggambaran hasilnya dalam kertas gambar. Misalnya dari pengalaman yang lalu dapat diperkirakan besar beban dan lendutan pada saat patah, juga regangan pada saat hancur, atau besaran nilai-nilai yang lain. Selama pengujian, semua data harus dicatat secara teliti dan rapi.Besaran data yang diperoleh sebaiknya dikontrol dengan cara hitungan mekanika bahan dan hasilnya jangan menyimpang terlalu jauh. Sebagai contoh bila yang diukur adalah beban maksimum pada silinder beton maka dapat dihitung dengan rumus fc = (4.Pmaks) / ( .d 2), sehingga dengan mengetahui nilai factor-air-semen dan umur beton tersebut maka secara kasar dapat diperkirakan pula beban maksimum yang akan dicapai. Demikian pula dengan memperkirakan nilai modulus elastisitas betonnya dapat diperkirakan pula besar regangan maksimum yang akan terjadi.Peralatan terutama alat umur yang dipakai sebaiknya alat yang mempunyai kapasitas dan kepekaan cukup. Pada umumnya suatu alat mempunyai kepekaan sebesar sekitar satu per beberapa ratus atau satu per beberapa ribu kali kapasitas maksimumnya. Alat ukur yang amat teliti kepekaan itu dapat sampai nilai yang jauh lebih kecil lagi.Pada beberapa pengujian bahan secara mekanis suatu besaran diukur pada suatu selang tertentu terhadap besaran lain yang tetap. Misalnya pengukuran beban diukur pada selang regangan yang tetap, atau regangan diukur pada selang beban yang tetap. Penentuan nilai selang itu tergantung pada keperluan, dan tidak perlu sama selama pengujian berlangsung. Misalnya pada pengujian bahan daktail, pada awalnya sebaiknya menggunakan cara pengukuran regangan pada suatu selang beban yang terjadi, akan tetapi setelah bahannya memasuki tahap leleh pengukuran dilakukan terhadap beban pada selang regangan yang terjadi.Jumlah data yang diperlukan harus cukup. Misalnya untuk dapat menggambarkan suatu diagram yang berupa garis lurus jumlah data dapat hanya beberapa atau belasan saja. Jumlah data dapat hanya satu saja apabila yang dipelukan misalnya hanya nilai maksimum tegangan (tegangan patah). Untuk memperoleh sebuah diagram kurva yang baik, misalnya kurva tegangan-regangan dari benda uji baja struktur yang dibebani tarik, beberapa puluh data diperlukan. Untuk membuat suatu kurva pengambilan data tidak harus pada selang beban, regangan, waktu atau besaran lain yang sama. Selang pembacaan yang besar dapat dipakai pada permulaan pengujian apabila tegangan pada beban yang kecil bukan merupakan hal yang penting. Pada hal lain, selang pembacaan semakin besar selama proses pengujian berlangsung, misalnya bila meerupakan selang waktu dan yang diukur adalah suatu besaran yang berkurang dengan bertambahnya waktu, misalnya pada pengukuran rangkak (creep), atau apabila sifat-sifat kekuatan bahan inelastik menyebabkan perubahan yang lebih kecil pada perubahan tegangan atau beban dari suatu penambahan lendutan yang sama akibat penambahan lendutan.Sebelum pelaksanaan pengujian dilakukan, sebuah formolir data harus disiapkan. Persiapan dan pemakaian formulir data tersebut bertujuan untuk memberi kemudahan, kelengkapan dan kerapian. Oleh karena itu formulir data harus berisi semua hal-hal yang harus perlu dicatat karena data tersebut sulit (malahan tidak mungkin) untuk didapat lagi apabila benda uji telah terlanjur diuji. Bila suatu kelompok data diperlukan, urut-urutan pengujian maupun pengambilan data harus direncanakan dengan baik sehingga jumlah data yang terkumpul dapat mencapai jumlah yang cukup.Selama pengujian berlangsung, setiap data harus dicatat segera. Selain kerapian merupakan hal yang penting, factor yang penting lain ialah kejelasan dan kelengkapan data. Cara pembetulan data yang salah harus dilakukan dengan cara mencoret data yang salah, kemudian menulis yang baru didekatnya, jangan menghapus data yang salah. Hal ini kadang-kadang pada akhirnya ternyata data yang pertama yang benar, bukan yang terbaru.Hasil-hasil pengujian kadang-kadang disajikan dalam bentuk diagram/grafik. Evaluasi atas beberapa konstanta bahan diperoleh dari diagram tersebut.Gambar-gambar hasil pengujian harus rapi dan mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Diagram harus dibuat diatas kertas putih atau kertas millimeter. Untuk keperluan kerapian sebaiknya diagram ditulis dengan pensil dulu, kemudian ditebali dengan tinta. Judul atau keterangan lain didekat diagram harus ditulis dengan huruf cetak, jangan dengan huruf latin.Bila data yang diperoleh berupa titik-titik yang diukur dari 2 besaran yang selalu meningkat dari kecil ke besar (misalnya beban dan lendutan), pasti akan tejadi kesalahan (kekurangan tepatan) terhadap data yang benar. Untuk setiap data tunggal (dalam bahasa Inggris data berarti jamak, datum berarti tunggal, dalam bahasa Indonesia karena tidak mengenal perubahan kata dari tunggal ke jamak maka data berarti tunggal) kesalahan itu merupakan gabungan dari kesalahan alat dan kemungkinan kesalahan baca. Oleh karena itu apabila dari semua data yang diperoleh kemudian dilukiskan dalam gambar, dan lalu ditarik suatu garis patah-patah yang melewati semua titik data akan diperoleh suatu kurva aneh. Hal yang lalu dilakukan dan dianggap paling baik adalah mengambil suatu garis (lurus atau lengkung/kurva) dari nilai rata-rata data-data tersebut. Nilai data tunggal kemudian tidak pernah dipakai lagi.Membuat kurva dari sejumlah data tersebut (curve fitting) merupakan suatu seni tersendiri. Pengaruh dari kesalahan masing-masing data harus dihilangkan, akan tetapi kurva yang dibuat tidak boleh terlalu umum sehingga menghilangkan sifat bentuk kurvanya (pada umumnya data-data tersebut mempunyai kecenderungan untuk membelok/lurus pada pengujian bahan yang sama). Suatu kesulitan biasanya apabila didapatkan data yang agak keluar dari kurva, biasanya akan timbul suatu pertanyaan : data itu data yang benar atau data yang salah? Untuk menjawab pertanyaan seperti itu memang diperlukan pengetahuan tentang sifat bentuk kurva dari bahan tersebut. Misalnya pada awal beban berupa garis lurus dan pada akhir berupa gaaris lengkung.Sebagian besar data yang diperoleh merupakan suatu nilai dengan ketelitian tertentu. Berbeda dengan pada persoalan hitungan yang hanya menggunakan bilangan bulat, pengukuran dalam hal ini hanya mendapat suatu nilai perkiraan dari nilai yang benar. Beberapa bentuk telah banyak dipakai untuk menyatakan kebenaran pengukuran dari pengujian. Bentuk-bentuk tersebut tampaknya memang membuat hasil lebih teliti, akan tetapi sering pula menjadi agak kabur dalam pelaksanaannya. Bentuk-bentuk yang dimaksud diatas yaitu :a. Ketelitian (accurary).b. Kecermatan (kecermatan).c. Kepekaan (sensitivity).d. Kepercayaan/keandalan (reliability)Perbedaan antara lain yang terukur dan nilai yang benar dapat menghasilkan suatu kesalahan. Kesalahan itu disebabkan oleh adanya kekurang sempurnaan alat, pembacaan yang kecil sehingga lebih kecil dari pada kemampuan mata, pembulatan pembacaan karena keterbatasan pembagian skala, pengaruh perubahan temperature, kelembaban udara dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan itu dianggap menjadi suatu kesalahan yang bersistem(systematic errors), yaitu bahwa semua data dianggap berkecenderungan untuk berada disekitar data yang sebenarnya, dan mempunyai kesalahan yang acak, yaitu bahwa data-data tersebut diharapkan tersebar diatas dan dibawah data yang sebenarnya.Angka-angka yang ditulis dalam data sebaiknya dihubungkan dengan ketelitian pengukuran selama pengujian dan dari pembualatan menjadi angka-angka yang mudah. Bila beban, luas, dan sebagainya diukur terhadap 3 angka ketelitian, maka pengukuran dalam 4 angka atau lebih akan memberikan lebih teliti akan tetapi sebenarnya kurang perlu. Perlu dijelaskan disini bahwa tingkat ketelitian terantung pada jumlah angka yang dihitung dari angka terkiri yang bukan nol sampai angka yang paling kanan. Misalnya data 123,4 dan data 0,000001234 berati 4 angka, mempunyai tingkat ketelitian yang sama. (Jadi bukan jumlah angka dibelakang koma !!!).Sebagian besar waktu mahasiswa biasanya dipakai untuk membuat laporan tertulis dari pada pekerjaan yang lain. Penulisan laporan teknik termasuk misalnya, laporan praktikum, laporan pengawasan, laporan studi lapangan dan laporan kerja praktek. Susunan dan cara kerja yang rapi merupakan syarat utama dalam memperoleh hasil laporan yang baik. Kiranya belum ada format laporan pengujian/praktikum yang dianggap paling baik dan disukai oleh peneliti.Tiga bentuk laporan praktikum dibawah ini mungkin baik untuk dijadikan pedoman pembuatan laporan.a. Laporan sementara. Laporan ini berisi data-data yang diperoleh selama praktikum (bahan dan hasil), sedikit hitungan, macam alat, dan kesimpulan sementara.b. Laporan akhir. Laporan ini berupa uraian singkat tujuan, alat dan cara pengujian, hasil-hasil (dilampiri laporan sementara, table, diagram/grafik), pembahasan singkat dan kesimpulan.Untuk pembuatan laporan sementara sebaiknya mengikuti format yang tersedia, adapun untuk pembuatan laporan akhir formatnya sulit ditetapkan karena tergantung pada macam praktikum dan bentuknya berupa karangan bebas. Bagian yang penting pada laporan akhir ini ialah memberi gambaran kepada pembaca dalam hal :a. Apakah mahasiswa sudah jelas latar belakang teorinya.b. Apakah mahasiswa sudah tahu alat dan cara pengujiannya.c. Apakah mahasiswa sudah tahu cara menghitung hasilnya.d. Apakah praktikum dilakukan sesuai standard yang berlaku.e. Apakah mahasiswa tahu cara penyimpulannya.

Beberapa petunjuk berikut hendaknya diikuti bila membuat laporan.a. Tulislah laporan praktikum dengan tangan dan tulisan mudah dibaca.b. Laporan hendaknya dibuat rapi.c. Pada sampul diberi tulisan tentang : jenis mata praktikum, nama jurusan, fakultas dan universitas, dan tanggal praktikum, sebagaimana lampiran 1.1 (setiap mata praktikum dibuat satu bendel laporan akhir).d. Pada halaman pertama sesudah sampul diberi tulisan yang sama dengan sampul, kemudian ditambah dengan nama pemeriksa, tanggal pemeriksaan dan nilai, seperti terlihat pada lampiran 1.2 .e. Setiap halaman diberi nomor halaman.f. Pakailah susunan bahasa yang baik dan sederhana, jangan menggunakan kalimat yang panjang, agar mudah diketahui maksudnya.g. Gunakan singkatan ukuran dalam setiap laporan teknik, jangan tulis kepanjangannya, yaitu kg, mm, cm3, gb., dan sebagainya.h. Berilah nomor urut dan nama pada gambar dan table. Nomor dan nama tersebut ditulis di bawah gambar, akan tetapi untuk table nomor dan nama ditulis di atas tabelnya.i. Pada gambar diagram tulislah data-data dalam bentuk lingkaran kecil, segi-empat kecil atau bentuk yang lain, janganlah untuk menggambar data dipakai titik, karena sulit dilihat mata.j. Beberapa keterangan dapat pula ditulis disekitar gambar, misalnya sketsa benda uji, sketsa cara pengujian atau hitungan sederhana.

Contoh Halaman Pertama Setiap Mata Praktikum :

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

Oleh

ttd

(nama mahasiswa)NIM

Kelompok :

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS CENDERAWASIH(tgl praktikum)

Dikumpulkan: (tgl..) Penerima:

Nilai:

60

PEMERIKSAAN KADAR AIR PASIR

PendahuluanYang dimaksud dengan kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering dinyatakan dalam persen.

Standard :SNI 03-1971-1990SK SNI M 11-1989-F

Tujuan :Pemeriksaan kadar air pasir ini bertujuan untuk memperoleh angka persentase dari kadar air yang dikandung oleh pasir.Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan :a. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.b. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

Alata. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gramb. Tungku pemanas dengan temperature sekitar 105oC.c. Nampan yang dangkald. Sendok pengaduk`e. Piring yang dapat dipanaskanf. Kerucut terpancung (Konus) uji jenuh kering muka

Pelaksanaana. Pasir contoh diambil kira-kira seberat 2000 gram (bila pasir sekitar 4000 gram tergantung diameternya), kemudian ditebarkan ke dalam nampan.b. Timbang berat nampan ( W1 )c. Masukkan benda uji ke dalam nampan lalu timbang ( W2 )d. Hitung berat benda uji ( W3 = W2 W1 )e. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (1105)o C sampai berat tetapf. Timbang dan catat benda uji beserta nampan ( W4 )g. Berat benda uji kering oven ( W5 = W4 W1 )

Untuk kadar air pada kondisi SSDa. Pasir dipanasi secara perlahan-lahan dan sambil diaduk. Bila diperkirakan pasir telah mencapai keadaan jenuh-kering-muka diuji dengan konus. Pengujian dilakukan setelah pasir dingin kembali, sehingga dalam pelaksanaan ini perlu dilakukan dengan beberapa kali agar pasir tidak terlalu kering. Kemudian apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa pasir dalam keadaan jenuh-kering-muka pasir itu ditimbang (W6).b. Pemeriksaan keadaan jenuh-kering-muka dilakukan dengan memasukkan pasir ke dalam kerucut terpancung dan dipadatkan dengan penumbuk 25 kali dengan tinggi jatuh 5 cm. Kerucut diangkat. Pasir jenuh-kering-muka akan runtuh akan tetapi bentuknya masih tampak seperti kerucut (tidak rusak sama sekali).c. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (1105)o C sampai berat tetapd. Timbang dan catat benda uji beserta nampan ( W4 )

HitunganKriteria kadar air pasir biasanya dilakukan dengan salah satu dari kedua cara berikut yaitu :

a. Dengan dasar kadar air pasir jenuh-kering-muka :

b. Dengan dasar pasir-kering :

Dengan :W3 = berat pasir yang diperiksa kadar airnyaW6 = berat pasir jenuh-kering-mukaW5= berat pasir kering oven

LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN KADAR AIR PASIR

BAHANPasir jenuh kering muka, asal : ..................................................ALAT a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.b. Tungku pemanas dengan temperatur sekitar 105oC.c. Nampan yang dangkal.d. Sendok pengaduk.e. Piring yang dapat dipanaskan.f. Kerucut terpancung (Konus) uji jenuh kering muka

Hasil Pemeriksaaan(Dibuat dua contoh benda uji/dua kali pengujian)

UraianContoh 1 (gram)Contoh 2 (gram)

Berat Sampel Pasir

Berat Pasir SSD

Berat Pasir Oven

Kandungan air: ................. gram : ............... gramKadar air : (kandungan air/berat kering): ................. gram : ............... gram

SEBELUM DIMASUKKAN TUNGKU SESUDAH KELUAR DARI TUNGKU

Hari, tgl: .................................Hari, tgl: .................................Mulai pkl: .... WIB s/d .... WIBMulai pkl: .... WIB s/d .... WIBKelompok nomor :Kelompok nomor :

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

PendahuluanPasir mempunyai sifat-sifat tersendiri terhadap beratnya, yang tergantung pada tingkat kepadatan, bentuk butiran maupun tingkat kebasahannya. Oleh karena itu untuk pasir dikenal berat jenis, berat satuan, berat jenis semu, maupun berat jenis jenuh-kering-muka.

TujuanTujuan pemeriksaan ini ialah untuk memperoleh berat jenis, berat jenuh-kering-muka dan berat jenis semu pasir.

Alat.a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.b. Piknometer dengan kapasitas 500 mL.c. Kerucut terpancung (konus), dengan diameter bagian atas 40 mm, diameter bagian bawah 90 mm, dan tinggi 75 mm.d. Batang tumbuk, berat 340 gram dengan diameter ujung tumbuk 25 mm.e. Tungku pengering, dengan suhu sekitar 105oC.f. Air Suling.g. Desikator.

Benda UjiPasir yang butir-butirnya lewat ayakan lubang 4,80 mm sebanyak 1000 gram.

Pelaksanaana. Keringkan pasir dalam tungku dengan suhu sekitar 105oC sampai beratnya tetap.b. Rendam pasir dalam air sekitar 24 jam.c. Buanglah air perendam dengan hati-hati, jangan sampai butiran pasir ikut terbuang. Tebarkan pasir di atas talam, keringkan di udara panas sambil dibolak-balik sehingga tercapai keadaan jenuh-kering-muka.Pemeriksaan keadaan jenuh-kering-muka dilakukan dengan memasukkan pasir ke dalam kerucut terpancung dan dipadatkan dengan penumbuk 25 kali dengan tinggi jatuh 5 cm. Kerucut diangkat. Pasir jenuh-kering-muka akan runtuh akan tetapi bentuknya masih tampak seperti kerucut (tidak rusak sama sekali).d. Masukkan pasir yang jenuh-kering-muka tersebut ke dalam piknometer sebanyak sekitar 500 gram (W0). Masukkan pula air suling sampai sekitar 90% penuh. Putar dan e. gulingkan piknometer untuk mengeluarkan gelembung udara yang terperangkap di antara butir-butir pasirnya. Pengeluaran gelembung udara dapat dilakukan dengan bantuan alat pompa hampa udara atau dengan memanasi piknometer.f. Tambahkan air ke dalam piknometer sampai tanda batas dan catat temperatur air, kemudian timbang piknometer yang berisi pasir dan air itu sampai ketelitian 0,1 gram (W1).g. Keluarkan pasir dari dalam piknometer, kemudian keringkan dengan tungku sampai beratnya tetap (W2). Penimbangan dilakukan setelah pasir didinginkan dalam desikator terlebih dahulu.h. Timbang piknometer berisi penuh air (W3) dan catat pula temperaturnya.

Cara Hitungan

Keterangan:W0 = berat pasir pada keadaan jenuh-kering-muka.W1 = berat piknometer berisi pasir dan airW2 = berat pasir setelah keringW3 = berat piknometer berisi air.

LaporanLaporan berisi berat piknometer berisi pasir dan air, berat pasirsetelah kering, berat piknometer berisi air, berat jenis, berat jenis jenuh-kering-muka, berat jenis semu, dan penyerapan air.

LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIRPasir asal: ...........................................

Tabel 2. 1 Hasil Pemeriksaan :Contoh 1Contoh 2Rata-rata

Berat piknometer berisi pasir dan airBerat pasir setelah keringBerat piknometer berisi air.Berat pasir keadaan jenuh-kering-muka

Tabel 2. 2. Hasil hitungan :Contoh 1Contoh 2Rata-rata

Berat jenisBerat jenis kering-muka jenuhPenyerapan air (jenuh-kering-muka)

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT

Pendahuluan.Perbandingan antara berat dan volume agregat termasuk pori-pori antar butirnya biasanya disebut berat volume atau berat satuan.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat satua pasir atau kerikil.

Alata. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat benda uji.b. Nampan cukup besar.c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat, panjang 60 cm dan diameter 15 mm dan ujungnya bulat.d. Mistar perata.e. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Ukuran batuan dan ukuran bejana yang sesuaiBatuan :Ukuran butir maksimalBejana :Diameter bejana, mmTinggi bejana, mmVolume, liter12,7

152,4154,92,83225,4

203,2292,19,43538,1

254,0279,414,458

Benda ujiPasir kering tungku sebanyak sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas bejana yang sesuai dengan tabel 3.1.

Pelaksanaan.1. Berat satuan gembur/lepas.a. Timbang berat bejana (W1)b. Masukkan pasir ke dalam bejana, dengan hati-hati agar tidak ada butiran yang keluar.c. Ratakan permukaan pasir sehingga rata dengan bagian atas bejana dengan menggunakan mistar dan perata.d. Timbang berat bejana berisi pasir tersebut.2. Berat satuan padata. Timbang berat bejan (W1).b. Masukkan pasir atau kerikil ke dalam bejana dalam tiga lapis sama tebal. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat pemadat sebanayak 25 tusukan secara rata. Setiap tusukan tidak boleh sampai kelapisan sebelumnya.c. Ratakan permukaan benda uji sehingga rata dengan bagian atas bejana dengan menggunakan mistar perata.d. Timbang berat bejana berisi pasir (W2).

Hitungan

LaporanLaporan berupa hasil hitungan berat satuan dalam kg/dm3.

LAPORAN SEMENTARAA. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR (AGREGAT HALUS)

BENDA UJI

Pasir asal : ...................................................... (dalam keadaan SSD)

ALAT/MESIN

a. Timbangan dengan ketelitian sampai 1 gram.b. Nampan cukup besar.c. Mistar perata.d. Bejana silinder baja yang kuat, berbentuk silinder dengan :Diameter: ......................... mmTinggi : ......................... mm(untuk pasir, ukuran silinder minimum d = 152,44 dan h = 154,9 mm)

HASIL PENGUJIAN

Berat bejana kosong: ............................. gramBerat bejana berisi air: ............................. gramVolume bejana (berat air): ............................. cm3Berat bejana berisi pasir SSD: ............................. gram

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

LAPORAN SEMENTARAB. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL (AGREGAT KASAR)

BENDA UJI

Kerikil asal: .................................................. (dalam keadaan SSD)

ALAT/MESIN

a. Timbangan dengan ketelitian sampai 1 gram.b. Nampan cukup besar.c. Mistar perata.d. Bejana silinder baja yang kuat, berbentuk silinder dengan :Diameter: ......................... mmTinggi : ......................... mm

HASIL PENGUJIAN

Berat bejana kosong: ............................. gramBerat bejana berisi air: ............................. gramVolume bejana (berat air): ............................. cm3Berat bejana berisi kerikil SSD: ............................. gram

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

LAPORAN SEMENTARAC. PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL (AGREGAT KASAR)

BENDA UJI

Kerikil asal: ................................................ (dalam keadaan SSD)Kerikil asal/batu pecah asal: ................................................ (dalam keadaan SSD)Berat Kerikil: ............................. gram,

ALAT/MESIN

a. Timbangan dengan ketelitian sampai 1 gram untuk pasir, 10 gram untuk kerikil/batu pecah.b. Nampan cukup besar.c. Mistar perata.d. Bejana silinder baja yang kuat, berbentuk silinder dengan :Diameter: ......................... mmTinggi : ......................... mm(untuk kerikil/batu pecah diameter maksimum 40 mm, ukuran silinder minimum d = 254,0mm dan h = 279,4 mm)

HASIL PENGUJIAN

Perbandingan berat pasir dan kerikil/batu pecah = 1 : .............Berat bejana kosong: ............................. gramBerat bejana berisi air: ............................. gramVolume bejana (berat air): ............................. cm3Berat bejana berisi Kerikil SSD: ............................. gram

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

ANALISIS GRADASI PASIR

Pendahuluan.Analisa gradasi (pemeriksaan gradasi) pasir berikut ini menguraikan langkah-langkah untuk menganalisa distribusi ukuran butir (gradasi) pasir dengan alat ayakan.

Alat.a. Timbangan, dengan ketelitian di bawah 0,1% dari berat benda yang ditimbang.b. Alat pembagi (sample splitter)c. Tungku (oven) dengan ukuran yang cocok dan dapat menjaga temperatur di antara 100oC dan 110oC.d. Mesin penggetar ayakan, bila ada baik, tetapi bila tidak ada tidak mengapa karena dapat dilakukan dengan tangan.e. Satu set ayakan, yang terdiri dari ayakan dengan lubang 4,80mm; 2,40mm; 1,20mm; 0,60mm; 0,30mm dan 0,15mm. Lubang ayakan berbentuk lubang bujur sangkar.f. Diameter ayakan sebaiknya tidak lebih besar dari 20cm.g. Tempat menampung pasir, dan sikat untuk membersihkan ayakan.

Benda Uji.Pasir yang akan diuji dengan ayakan ini harus telah dicampur dengan baik, dan sebagai hasil pengurangan jumlah pasir dengan alat pembagi atau cara dibagi empat. Seluruh bagian pasir yang keluar dari hasil alat pembagi harus diperiksa, adapun bila pembagiannya dengan cara dibagi empat pasir yang diperiksa ialah dua bagian pasir berlawanan arah sebagai dua contoh. Pasir sebelum dimasukkan ke dalam alat pembagi harus agak basah agar tidak ada debu yang hilang atau terbang.Berat pasir diperkirakan apabila setelah kering akan mempunyai berat yang mendekati 1000 gram.

Pelaksanaan.a. Pasir yang akan diuji/diperiksa dikeringkan dalam tungku dengan panas antara 100oC dan 110oC sampai beratnya konstan.b. Susun ayakan menurut susunan dengan lubang ayakan yang terbesar ditaruh paling atas kemudian lubang yang lebih kecil di bawahnya.c. Masukkan pasir contoh ke dalam ayakan yang paling atas.d. Susunan ayakan ditaruh di atas alat penggetar atau diayak dengan tangan. Pada umumnya, penggetaran dilakukan selama 10 menit.e. Pasir yang tertinggal di dalam masing-masing ayakan dipindahkan ke tempat/bejana lain atau kertas. Agar tidak ada pasir yang tertinggal dalam ayakan maka ayakan harus dibersihkan dengan sikat lembut. Pasir itu kemudian ditimbang. Penimbangan sebaiknya dilakukan secara kumulatif, yaitu dari butir pasir yang kasar dahulu, kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang lebih halus, sampai semua pasir tertimbang. Catat berat pasir pada setiap kali penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada pasir yang hilang.Laporan.Laporan meliputi : a. Jumlah kumulatif persentase butir-butir yang tertinggal pada masing-masing lubang ayakan.b. Persentase butir-butir yang tinggal pada masing-masing lubang ayakan.c. Jumlah kumulatif persentase butir-butir yang lewat pada masing-masing lubang ayakan.d. Angka persentase butir yang lewat/tinggal sebaiknya dalam bilangan bulat, tidak perlu sampai di belakang koma.e. Nilai modulus halus butir pasir.f. Gambar diagram gradasi pasir.

Catatan :Tabel 4. 1 Nomor Ayakan Dan Ukuran LubangNomor20010050301684

Lubang, mm0,0740,1490,2970,5951,192,384,76

LAPORAN SEMENTARAANALISIS GRADASI PASIR

Asal pasir : ........................................................

Tabel 4. 2 Analisa Gradasi PasirLubang ayakan (mm)Berat tinggal(gr)Persen tinggal (%)Persen kumulatif (%)Persen kumulatif lewat ayakan (%)

4,802,401,200,600,300,15sisa

Jumlah

Modulus halus butir = ............................... / 100 = ......................

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

LAPORAN SEMENTARAANALIS GRADASI PASIR

Gambar gradasi pasir

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN KANDUNGAN ORGANIS DALAM PASIR

PendahuluanPemeriksaan ini merupakan cara perkiraan untuk menetapkan adanya kotoran organis yang melekat pada pasir alam, yang akan mengurangi mutu mortel atau beton yang dibuat.Warna gelap yang terjadi pada hasil pemeriksaan ini bukanlah berarti bahwa pasir tidak dapat dipakai untuk adukan, karena kadang-kadang ada zat yang berwarna gelap, misalnya arang atau mangaan. Pada prinsipnya pemeriksaan ini untuk menetapkan apakah pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan atau tidak, misalnya keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan pasir ini.

Alata. Botol gelas tidak berwarna yang mempunyai tutup dari karet, atau yang lain, yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan volume sekitar 350 mL.b. Warna standar.c. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97 bagian berat air suling.

Benda ujiPasir dengan volume 130 mL

Pelaksanaana. Benda uji (pasir) dimasukkan ke dalam botol.b. Tambahkan larutan NaOH 3%, dan setelah dikocok isinya harus mencapai 200 mL.c. Tutuplah botol itu, kemudian kocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk dan kemudian diamkan selama 24 jam.d. Setelah 24 jam bendingkan warna cairan di atas pasir dengan warna standar.

LaporanLaporan warna cairan yang tampak di atas pasir, dengan lebih muda, sama atau lebih tua daripada warna standar.

LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN KANDUNGAN ORGANIS DALAM PASIR

Benda UjiPasir asal : ....................................................Volume : 130 ml.

Dimasukkan dalam larutan NaOH 3% sehingga setelah dikocok sekitar 200 ml. Kocoklah kuat-kuat sampai betul-betul teraduk, lalu diamkan selama + 24 jam.

Isian berikut ini diisi dan ditandatangani hari ini.

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

Isian berikut ini diisi setelah pasir didiamkan selama + 24 jam.Hasil Pengujian :Warna air di atas pasir lebih muda/lebih tua ) daripada warna standar (coret salah satu yang tidak perlu).

Kesimpulan :Berdasarkan kandungan zat organis ini pasir memenuhi/tidak memenuhi ) persyaratan PUBI-1982 pasal 11 (coret salah satu)

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN BUTIR-BUTIR YANG LEWAT AYAKAN NOMOR 200

PendahuluanPemeriksaan ini merupakan cara cepat untuk menetapkan perkiraan jumlah butir yang lebih kecil daripada ayakan nomor 200 (0,074 mm)

Alata. Ayakan nomor 16 (lubang 1,19 mm) dan nomor 200.b. Nampan yang cukup besar sehingga cukup untuk merendam pasir/kerikil dan mengguncang-guncangnya tanpa tumpah.c. Tungku pemanas dengan temperatur sekitar 105oC.d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat pasir contoh.e. Nampan cukup besar untuk mengeringkan pasir/kerikil.

Benda ujiPasir/kerikil dengan berat minimum yang sesuai dengan tabel 6.1.

Tabel 6.1. Berat minimum agregatUkuran maksimum agregatBerat minimum

Sampai 4,80 mm9,60 mm19,10 mm38,00 mm500 gram1000 gram1500 gram2500 gram

Pelaksanaana. Masukkan pasir/kerikil yang akan diperiksa kira-kira 1,25 kali berat yang tercantum dalan table 6.1, ke dalam tungku pemanas dengan temperatur sekitar 105oC.b. Ambil pasir/kerikil setelah beratnya tetap, dan timbanglah seberat yang sesuai dengan tabel 6.1. (W1)c. Masukkan pasir/kerikil ke dalam talam pencuci, kemudian masukkan pula air secukupnya sampai pasir/kerikil terendam semua.d. Guncang-guncangkan nampan pencuci, kemudian tuangkan air cucian ke dalam ayakan nomor 16 dan 200. butir-butir yang besar dijaga jangan sampai ikut masuk ke ayakan (untuk menjaga ayakan agar tidak rusak).e. Masukkan air yang baru dan ulangi langkah (d) sampai air cucian tampak jernih.f. Masukkan kembali butir-butir yang tertinggal pada ayakan nomor 16 maupun 200 ke dalam nampan. Masukkan semua pasir/kerikil yang telah dicuci ke dalam tungku untuk dikeringkan kembali.g. Setelah pasir/kerikil kering (beratnya tetap) timbang kembali (W2).

Hitungan

LaporanButiran yang lewat ayakan nomor 200 dinyatakan dalam persen.

PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR(sebagai ganti cara di depan jika tidak ada ayakan nomor 200)

PendahuluanPemeriksaan kandungan lumpur ini merupakan cara untuk menetapkan besar kandungan tanah liat dan slit dalam pasir secara cepat.

AlatGelas ukur kaca tak berwarna dengan tutup, ukuran kira-kira 1000 cc.

Pelaksaana. Gelas ukur diisi dengan pasir sampai kira-kira 450 cc kemudian ditambahkan air sampai kira-kira dua kalinya.b. Gelas ukur kemudian dikocok-kocok (bagian atas ditutup rapat) kemudian didiankan selama + 1 jam.c. Catat endapan (bukan pasir) yang berada di atas pasir, berapa cc.

HitunganBanyak endapan di atas pasir, secara kasar dapat dinyatakan bahwa 10 cc endapan ekivalen dengan 1 persen berat lumpur yang terkandung di dalam pasir.

LAPORAN PRAKTIKUMPEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR PADA PASIR

BENDA UJI:Pasir asal:............................................

HASIL PENGUJIAN :Cara volume endapan ekivalen.Volume endapan lumpur sekitar = ........................... ccKandungan lumpur dalam pasir sekitar = ......................... cc = ............... %Cara dengan ayakan nomor 200 (lubang 0,074 mm)Berat pasir kering tungku semula : .......................... gram (W1)Masukkan pasir yang telah dicuci dan diayak ke dalam tungku selama beberapa hari sampai beratnya tetap.Isi dan tanda tanganilah isian di bawah ini sekarang, adapun yang bagian bawah diisi setelah pasir yang dicuci telah kering tungku.

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

Isian berikut ini diisi setelah pasir yang dicuci kering tungku.Pasir kering tungku tanggal: ..............................................Lama pengeringan dalam tungku: .............................................. hari.Berat pasir kering tungku setelah dicuci : .............................. gram (W2)Kandungan lumpur = { (W1 W2) / W1 } x 100 % = .............................. %

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN BAGIAN YANG MUDAH LEPAS DARI BATUAN (AGREGAT)

PendahuluanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperkirakan bagian yang mudah lepas dari kerikil / pasir yang diperoleh dari alam.

Alata. Timbangan dengan ketelitian 0,1 persen dari berat uji.b. Nampan yang ukuran dan bentuknya cukup baik untuk menebarkan batuan sehingga menjadi lapisan tipis dan cukup dalam untuk merendam butiran batuan yang terbesar.c. Tungku pemanas, dengan temperatur tetap sekitar 105oC.d. Ayakan dengan susunan sesuai standar.

Benda ujia. Kerikil/pasir contoh yang dalam pengangkutannya harus hati-hati jangan sampai butir-butirnya yang lunak berlepasan.b. Untuk pasir harus butir-butirnya lebih besar daripada 1,20 mm dan beratnya lebih dari 100 gram.c. Untuk kerikil dibagi menjadi beberapa ukuran, menurut ukuran ayakan sebagai berikut : 4,80mm ; 9,60mm ; 19,0mm ; 38,0mm dan yang lebih besar. Berat dari masing-masing contoh dari masing-masing ukuran ditetapkan sebagai tabel 10.1 berikut.d. Batuan untuk contoh ini harus terdiri dari bahan-bahan yang tetap tinggal sesudah dicuci sampai butiran yang terkecil menurut ayat b dan c di atas.

Tabel 8.1. Berat minimum batuan kerikil.Ukuran butir, mmBerat minimum, gram

4,80 9,609,60 19,019,0 38,0Lebih 38,01.0002.0003.0005.000

e. Campuran antara pasir dan kerikil harus dipisahkan dengan ayakan lubang 4,80 mm.

Pelaksanaana. Masukkan benda uji ke dalam tungku pemanas pada temperatur 105oC sampai beratnya tetap. Catat berat batuan.b. Taburkan batuan ke dalam nampan (menjadi lapisan tipis) dan masukkan air sehingga semua butiran terendam air. Diamkan selama sekitar 24 jam.c. Setelah 24 jam batuan dikeluarkan dan mulai diuji. Butiran dikatakan sebagai lepas bila berubah lunak dan menjadi pecah oleh remasan tangan. Semua butir diremas agar bagian yang lunak pecah menjadi kecil.d. Setelah semua butir diremas kemudian dicuci di atas ayakan dengan susunan ayakan sebagai Tabel 8.2.

Tabel 8.2. Ukuran butir dan lubang ayakan pencuci.Ukuran butir, mmLubang ayakan pencuci, mm

Pasir4,80 9,609,60 19,019,0 38,0lebih 38,00,602,404,804,804,80

e. Batuan yang tertahan di atas ayakan kemudian dikeringkan dalam tungku pada temperatur 105oC sampai beratnya tetap. Ukurlah berat batuan tersebut setelah kering.

HitunganJumlah bagian yang mudah lepas dari batuan dinyatakan dalam persen dengan ketelitian sampai 0,1 % dengan rumus sebagai berikut :

Dengan : A = berat benda uji sebelum diuji, gramB = berat benda uji setelah diuji, gram

LaporanLaporan berupa persentase berat bagian yang lepas.

PEMERIKSAAN BERAT JENIS KERIKIL

PendahuluanKerikil mempunyai sifat-sifat tersendiri terhadap beratnya, yang tergantung pada kekasaran permukaan, bentuk butiran maupun tingkat kebasahannya. Oleh karena itu untuk kerikil dikenal berat jenis, berat satuan, maupun berat jenis jenuh kering-muka.

TujuanTujuan pemeriksaan ini ialah untuk memperoleh berat jenis, dan berat jenis kerikil jenuh kering-muka.

Alat.a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat kerikil.b. Tungku pengering, dengan suhu sekitar 105oC.c. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm dengan kapasitas kira-kira 5 kg.d. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.

Benda ujiKerikil yang butir-butirnya tertahan pada ayakan 4,80 mm sebanyak 5.000 gram.

Pelaksanaana. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau kotoran yang ada pada butir-butir kerikil.b. Masukkan kerikil ke dalam tungku pada temperatur 105oC sampai beratnya tetap.c. Dinginkan benda uji sampai pada temperatur kamar (kira-kira 3 jam), kemudian timbanglah dengan ketelitian 0,5 gram (W1)d. Rendamlah benda uji dalam temperatur kamar selama lebih kurang 24 jam.e. Ambil benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang (kering muka jenuh). Untuk butiran yang besar pengeringan dengan lap itu harus dilakukan satu persatu.f. Timbang kerikil yang sudah kering-muka jenuh itu (W2).g. Masukkan butir-butir kerikil ke dalam keranjang kawat, gerakkan batuannya agar udara yang tersekap keluar, kemudian timbang. Catatlah beratnya di dalam air itu (W3).

Hitungan

Keterangan :W1 = berat kerikil kering tungkuW2 = berat kerikil pada keadaan kering-muka jenuh,W3 = berat kerikil di dalam air

Laporan

Laporan berisi berat jenis, berat jenis kering-muka jenuh, dan penyerapan air.

LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN BERAT JENIS KERIKIL

Kerikil asal: ....................................

Tabel 9. 1 Hasil pemeriksaan :Contoh 1Contoh 2Rata-rata

Berat kerikil setelah dikeringkanBerat kerikil di bawah airBerat kerikil keadaan jenuh kering-muka

Tabel 9. 2 Hasil hitungan :Contoh 1Contoh 2Rata-rata

Berat jenisBerat jenis jenuh-kering-mukaPenyerapan air (%)

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES

10. 1. PendahuluanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahan ausan kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles.Pemeriksaan keausan kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, dan memberikan pula kemungkinan terjadinya pecah butir-butir kerikil selama pemupukan, pemindahan maupun selama pengangkutan. Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Pada umumnya kerikil disyaratkan bagian yang hancur tidak boleh lebih dari 10% setelah putaran yang ke-100, dan tidak boleh lebih dari 40% setelah putaran yang ke-500.Keausan yang diperoleh berupa perbandingan antara berat bahan yang aus (lewat lubang ayakan nomor 12) dan berat semula, dalam persen.

Alata. Mesin los Anglesb. Mesin ini terdiri dari silinder baja yang tertutup pada kedua sisinya, dengan diameter 71 cm, panjang 50 cm. Silinder bertumpu pada sumbu horisontal tempat silinder itu berputar. Terdapat lubang untuk memasukkan benda uji, dan ujungnya terpasang rapat sedemikian rupa sehingga permukaan bagian dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder tersebut terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm.c. Ayakan2 nomor 12 dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm, 25,4 mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,35 mm, 4,75 mm dan 2,36 mm.d. Timbangan, dengan ketinggian 5 gram.e. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara 390 gram sampai 445 gram.f. Tungku pemanas yang dapat memanasi pada temperatur 105 derajat celcius.

Benda Ujia. Berat dan gradasi benda uji (yang sudah dikeringkan dalam tungku hingga beratnya tetap) sesuai tabel 10.1.b. Jumlah dan berat bola-bola baja yang sesuai untuk gradasi benda uji pada tabel 10.1. harus seperti yang tercantum dalam tabel 10.2.

Tabel 10.1. Berat dan gradasi benda uji.

Tabel 10.2 . Jumlah dan berat bola-bola baja.

Pelaksanaana. Masukkan benda uji dan bola-bola baja ke dalam mesin Los Angeles.b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, sebanyak 100 putaran.c. Selesai putaran yang ke-100, keluarkan benda uji dari dalam mesin kemudian taruhlah diatas ayakan nomor 12. Kemuadian butiran yang tertinggal diatas ayakan nomor 12 tadi ditimbang.d. Masukkan butiran kerikil yang tertinggal diatas ayakan nomor 12 tersebut ke dalam mesin Los Angeles dan putar mesin sebanyak 400 kali (jadi dengan putaran yang pertama berjumlah 500 kali).e. Keluarkan benda uji dan taruh diatas ayakan nomor 12. Butir-butir yang tertinggal diatas ayakan ditimbang.

Hitungan

Dengan : W1= berat benda uji sebelum diuji, gram.W2= berat benda uji setelah diputar 100 kali dan yang tertinggal diatas ayakan nomor 12, gram.

Dengan : W1 = berat benda uji sebelum diuji, gram.W3 = berat benda uji setelah diputar 500 kali dan yang tertinggal di atas ayakan nomor 12, gram.

LaporanLaporan berupa nilai keausan dalam persen.LAPORAN SEMENTARAX . PEMERIKSAAN KETAHANAN AUSAN KERIKILDENGAN MESIN LOS ANGELES

Bahan: Kerikil / batu pecah dari ...........................................................Tabel 10. 3. Gradasi : A / B / C (lingkaran yang sesuai)Lubang ayakan, mmBerat benda uji, gram

LewatTertinggalGradasi AGradasi BGradasi C

38,125,41.250

25,419,051.250

19,0512,71.2502.500

12,79,511.2502.500

9,516,352.500

6,354,752.500

Jumlah berat benda uji5.0005.0005.000

Jumlah bola12118

Berat semua bola, gram5.000 254.584 253.330 20

Berat benda uji semula (W1)= ....................... gramBerat benda uji sesudah 100 kali putaran (W2)= ....................... gramBerat benda uji sesudah 500 kali putaran (W3)= ....................... gramKeausan I= [(W1 W2) / W1] x 100 %= ....................... %Keausan II= [(W1 W3) / W1] x 100 %= ....................... %

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN KEKERASAN AGREGATDENGAN BEJANA TEKAN RUDELOFF

PendahuluanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan kerikil alam/batu pecah untuk digunakan sebagai fondasi pengeras jalan dan agregat beton dengan menggunakan bejana tekan Rudeloff. Pemeriksaan kekerasan agregat dengan cara ini memberi gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan hancur agregat. Kekerasan agregat berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Pada umumnya agregat untuk beton disyaratkan bagian yang hancur (menjadi bubuk) tidak boleh lebih dari 22 persen untuk fraksi A, 24 persen untuk fraksi B, (tentang fraksi-fraksi lihat bat 11.3 .).Pembubukan yang diperoleh yaitu berupa bagian yang hilang (menembus ayakan 2 mm) dalam persen berat semula.

Alata. Bejana Rudeloff berbentuk silinder dari bejana dengan garis tengah bagian dalam 11,8 cm, tinggi 40 cm, lengkap dengan stempel dan dasarnya.b. Mesin tekan dengankapasitas 40 ton.c. Ayakan dengan mata ayakan 30, 19,2 , 9,6 dan 2,0 mm.d. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 10 gram.

Benda ujiBenda uji berupa batu pecah atau kerikil alam dengan besar butir lebih kecil dari 30 mm, yaitu :1) Fraksi A, antara 30 19,2 mm sebanyak 1,1 liter.2) Fraksi B, antara 19,2 9,6 mm sebanyak 1,1 liter.

PelaksanaanMasing-masing fraksi (fraksi A dan fraksi B) dikerjakan seperti berikut.a. Keringkan benda uji sampai beratnya tetap dan timbang.b. Masukkan benda uji kedalam silinder Rudeloff yang bergaris tengah 11,8 cm, sebanyak 1,1 liter.c. Pasangkan stempel penekannya, tempatkan silinder ini di dalam mesin tekan. Bebani stempel penekan dengan tekanan sebesar 20 ton yang dicapai dalam waktu 1,5 menit, kemudian tahan beban ini sampai 0,5 menit, lalu kembalikan beban ke nol.d. Keluarkan benda uji dari bejana Rodeloff dan ayaklah dengan ayakan 2 mm.e. Timbang benda uji yang tidak lewat ayakan 2 mm tersebut.

Hitungan

Dengan : W1 = berat benda uji sebelum diuji, gram.W2 = berat benda uji yang tidak lewat ayakan 2 mm setelah diuji, gram.LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN KEKERASAN AGREGAT DENGAN BEJANA RUDELOFF

Benda ujiKerikil/batu pecah asal: Fraksi : A / B (lingkari yang sesuai)(Kerikil/batu pecah dalam keadaan kering tungku)AlatTungku pemanas/pengering batuan.Timbangan dengan ketelitian 1 gram.Bejana Rudeloff, diameter bagian dalam : . mm, dalam : . mm.Ayakan dengan lubang 2 mm.(sketsa bejana Rudeloff dan stempelnya dibuat dibalik halaman ini)Hasil pengujian A. Sebelum pengujian Berat kerikil/batu pecah semula: .. kgBerat kerikil/batu pecah yang tidak masuk bejana: .. kgBerat kerikil/batu pecah yang masuk bejana: .. kgB. Sesudah pengujian Berat kerikil/batu pecah yang tertinggal diatas 2 mm: .. kgBerat kerikil/batu pecah yang lewat ayakan 2 mm: .. kgC. Hitungan

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN PENGARUH KANDUNGAN ZAT ORGANIS PADA KEKUATAN MORTAR

PendahuluanPemeriksaan ini meliputi cara untuk menetapkan sifat-sifat mortar yang dibuat dari pasir beton dengan uji tekan pada benda uji yang dibuat dari sebuah mortar dengan kelecakan (consistency) yang plastis dan diukur pada factor air semen yang sama. Pemeriksaan ini juga meliputi pengukuran pengaruh pada kekuatan mortar dari kandungan organic sesuai dengan bab pemeriksaan kotoran organic pada pasir.

Alata) Meja alir (flow table).b) Pemadat (tamper), dengan penampang lintang 1,25 cm x 2,50 cm dan panjang 15 cm. Bagian ujung rata dan tegak lurus terhadap sumbu batang.c) Batang baja pemadat, diameter 10 mm panjang 30 cm, yang salah satu ujungnya dibulatkan.d) Cetoke) Cetakan berbentuk kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm atau silinder dengan diameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Cetakan ini harus tidak menyerap air, kedap air dan tidak berubah bentuk selama pencetakan benda uji.

Pelaksanaana) Pasir yang akan dibandingkan pada cara pemeriksaan ini terhadap pasir yang sama tetapi telah direndam dan dicuci dengan larutan 3 persen sodium hidroksida dan diaduk dalam air. Usaha itu harus diulangi sampai beberapa kali untuk memperoleh pasir yang tercuci, yaitu yang warna sesudah diuji warna lebih muda dari pada warna standard.Sejumlah pasir yang tidak maupun yang telah dicuci harus dicuci dahulu diatas ayakan nomor 200 (0,075 mm) agar pasir bebas dari debu maupun kandungan organik yang dapat hilang bila dicuci. Keringkan dan pisahkan antara pasir yang belum dicuci dan yang sudah dicuci. Perendaman dan pencucian dengan sodium hidroksida harus sedemikian sehingga sedikit sekali butir-butir pasir yang kecil yang hilang. Pasir yang telah dicuci juga harus dikontrol juga dengan phenolphthalein atau litmus untuk memastikan bahwa semua sodium hodroksida telah tidak ada lagi didalam pasir sebelum pasir dicampurkan sebagai bahan mortar. Gradasi pasir untuk mortar itu harus dibuat sebagai table 12. 1 .b) Kekuatan mortar yang dibanding ialah pada umur 7 hari dan 28 hari.c) Cetak adukan mortar yang dari pasir yang dicuci maupun yang tidak dicuci pada hari yang sama.d) Buatlah dari setiap adukan sebanyak 6 benda uji kubus atau 6 benda uji silinder, masing-masing adukan dengan pasir yang dicuci maupun yang tidak dicuci.e) Benda uji pada umur 7 hari sebanyak 3 buah, sedangkan sisanya yang 3 buah diuji pada umur 28 hari.

Tabel 12. 1 . Gradasi pasirLubang ayakan, mmTinggal, persen

4,800

2,4015

1,2015

0,6025

0,3024

0,1516

0,0755

Pembuatan mortarMasukkan semen dan air dengan berat masing-masing 600 grm dan 360 ml kedalam tempat pengadukan, dan tunggu sekitar 1 menit untuk member kesempatan semen menghisap air. Aduk campuran itu dengan alat pengaduk (sendok).Masukkan sedikit demi sedikit kedalam adukan semen air tadi sejumlah pasir kering muka jenuh yang telah diketahui beratnya, sampai adukan mempunyai kelecakan yang cukup. Kelecakan dianggap cukup bila diuji dengan meja alir diperoleh nilai antara 95 dan 105.

Meja alirMeja alir (flow table) dipakai untuk menguji kelecakan adukan mortar. Sebelum dimulai, pertama-tama secara hati-hati sekalah bagian atas meja alir samai kering dan bersih, kemudian taruhlah corong ditengah-tengahnya. Segera setelah adukan dianggap cukup, masukkan kedalam corong sampai setebal kira-kira 2,5 cm dan padatkan dengan pemadat (temper) sebanyak 20 kali. Tekanan pemadat itu hanya sekedarnya saja agar dapat memastikan bahwa mortar telah rata mengisi corong. Isikan lagi mortar kedalam corong seperti pada lapisan pertama, begitu pula cara pemadatannya. Ratakan bagian atas mortar sehingga rata dengan bagian atas corong, dengan mata pisau yang tajam. Cara memotongnya sambil digeser-geser seperti gergaji. Bersihkan bagian atas meja alir disekitar corong dari air maupun tetesan mortar. Angkat corong lurus keatas setelah 1 menit. Segera jatuh-jatuhkan meja alir dengan ketinggian kira-kira 12 mm sebanyak 10 kali dalam waktu 6 detik. Nilai alir yang diperoleh ialah penambahan rata-rata diameter dari mortar, dinyatakan dalam persen terhadap diameter awal. Pengukuran harus dilakukan paling sedikit terhadap 4 diameter yang kira-kira bersudut sama.Apabila ternyata nilai alir mortar terlalu besar, kembalikan mortar kedalam bejana aduk untuk ditambah pasir dan diaduk kembali. Setelah dianggap telah teraduk rata, kemudian diuji lagi dengan meja alir. Bila lebih 2 kali percobaan untuk mendapat nilai alir antara 95 dan 105 tidak berhasil, maka buanglah adukan mortar tadi, dan buatlah dengan mortar yang baru.Hitunglah berat pasir yang dipakai dengan car mengurangi berat pasir tersedia dengan berat pasir tersisa.

Pencetakan benda ujiSegera setelah pemeriksaan kelecakan denga meja alir selesai dilakukan, isikan mortar kedalam cetakan kubus. Bila cetakan silinder yang dipilih, lakukan pengisian mortar dalam 3 lapis, dan bila cetakan kubus yang dipilih lakukan pengisian itu dalam 2 lapis. Setiap lapis dilakukan penusukan dengan batang baja pemadat sebanyak 25 kali. Setelah masing-masing lapis telah selesai dilakukan (3 lapis untuk silinder dan 2 lapis untuk kubus) kemudian penuhi cetakan dengan mortar sampai tumpah, dan taruhlah cetakan ditempat yang benar-benar lembab. Setelah kira-kira 3 jam atau 4 jam kemudian ratakan permukaan mortar dengan pisau sehingga rata dengan permukaan atas cetakan, kemudian tutuplah dengan lembar kaca atau plastic. 24 jam setelah pencetakan dilakukan, buka cetakan dan ambil benda uji untuk disimpan didalam air atau diudara lembab sampai saat pengujian dilakukan. Untuk menghindari kesalahan/kekeliruan benda uji dikemudian hari, berilah tanda pada setiap benda uji, misalnya nomor atau hari/tanggal pencetakan dan sebagainya.

Peralatan bidang permukaan benda ujiSebelum benda uji yang berupa silinder diuji kuat tekannya, permukaan bagian atas silinder harus diratakan (capping) terlebih dahulu, sehingga selain permukaan itu rata juga mempunyai kemiringan terhadap sumbu silinder yang tidak lebih dari 1. Bahan yang dipakai untuk meratakan permukaan tersebut maupun tebal lapis perata itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalir keluar atau pecah ketika ditekan sewaktu pengujian. Biasanya dipakai adukan gips atau campuran pasir silica dengan belerang (sulfur compound), lihat bab peralatan permukaan silinder untuk pengujian kuat tekan.Apabila benda uji berupa kubus, peralatan itu tidak diperlukan karena arah pembebanan dapat dilakukan dari samping, yaitu arah pembebanan tegak lurus dengan arah pencetakannya.

Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekana) Ambil benda uji dari tempat penyimpanan kira-kira 24 jam sebelum diuji, dan tutuplah dengan kain basah.b) Keringkan dan bersihkan permukaan benda uji, terutama permukaan yang akan menempel dengan permukaan mesin. Control keretaan permukaan tersebut dengan sebuah lembaran pengontrol (feeler gage), apakah permukaan mempunyai kerataan dibawah 0,05 mm atau lebih. Permukaan dengan kerataan lebih dari 0,05 mm akan menghasilkan nilai kuat tekan yang jauh lebih rendah dari pada permukaan yang benar-benar rata. Oleh karena itu, permukaan yang menempel permukaan benda uji harus sangat bersih dari kotoran atau butiran pasir yang biasanya tertempel pada benda uji. Permukaan yang sangat tidak rata harus diratakan (dengan digerenda) atau kalau sulit lebih baik hasilnya tidak diperhitungkan.c) Benda uji hendaknya berada ditengah-tengah mesin uji. Lakukan pengujian secara pelan-pelan, hindarkan terjadinya beban secara mendadak. Pada mesin uji dengan gerakan ulir sekrup (the screw type) kecepatan gerak kepala mesin uji sekitar 1,27 mm/menit adapun bila dipakai mesin hidrolis kenaikan tegangan berkisar antara 1,5 sampai 0,35 MPa/detik.

Hitungana) Kuat tekan mortar dihitung dengan cara membagi besar beban tekan maksimum dengan luas tampang silinder atau tampang kubus yang tegak lurus arah pentekanan.b) Sebagai ukuran pengaruh adanya kandungan zat organik dalam pasir terhadap kekuatan mortar dinyatakan dengan kuat tekan mortar rata-rata yang dibuat dari pasir yang tidak dicuci dengan sodium hidroksida dibagi denga kuat tekan mortar yang dibuat dengan pasir yang sama tetapi dicuci dengan sodium hidroksida.

LaporanLaporan memuat kuat tekan mortar dengan pasir yang dicuci dan yang tidak dicuci denga sodium hidroksida, dan perbandingan dalam persen.Bila pasir yang tidak dicuci menghasilkan kekuatan mortar kurang dari 95 persen dari kekuatan yang telah dicuci maka pasir tersebut sebaiknya tidak dipakai untuk bahan pembuat mortar atau beton.

UJI KUAT TARIK BELAH SILINDER BETON

PendahuluanMaksud dari pengujian kuat tarik belah silinder beton ini ialah untuk memperoleh nilai kuat tarik beton dengan cara penguyjian belah benda uji silindere beton dengan menggunakan mesin uji desak. Pengujian kuat tarik beton dengan cara ini lebih banyak dilakukan daripada pengujian langsung dengan mesin uji tarik beton, karena kesulitan dalam pelaksanaan dan adanya tegangan sekunder yang selalu timbul ditempat pegangan.

Alat-alata. Kaliper.b. Penggaris baja, untuk membuat garis yang melalui tengah-tengah diameter dan garis sejajar sumbu pada kedua ujung garis tengah tersebut. c. Plat tumpuan, sebanyak 2 buah, dengan panjang minimum 300 mm.d. Plat tipis kayu, ukuran 4 mm x 25 mm x 300 mm sebanyak 2 buah .e. Mesin uji desak beton.

Cara Pelaksanaana. Gambarlah garis diameter pada kedua ujung silinder yang satu sama lain sejajar dan kemudian buatlah garis yang menghubungkan ke dua ujung garis diameter tersebut. Periksa apakah kedua garis yang sejajar sumbu silinder tersebut berada benar-benar pada kedua sisinya.b. Ukur diameter silinder sampai ketelitian 0,2 mm. Pengukuran dilakukan pada dekat kedua ujung silinder dan ditengah-tengah silinder dengan arah pengukuran sama dengan arah pembebanan. Dari hasil ketiga pengukuran silinder itu kemudian diambil rata-ratanya.c. Ukur panjang silinder sampai ketelitian 2 mm. Pengukuran diambil nilai rata-rata dari dua hasil pengukuran panjang silinder pada kedua sisi yang menempel pada blok desak mesinnya.d. Taruhlah plat tipis kayu di atas blok mesin desak yang bawah, dengan melalui pusat diameter bloknya, lihat gb.13.1e. Taruh benda uji silinder di atas plat tipis kayu, dengan garis diameter vertical. Perhatikan apakah silinder telah benar-benar terletak semuanya di atas plat tipis kayu. f. Taruh plat tipis kayu yang satunya diatas silinder beton.g. Periksa sekali lagi, apakah kedudukan silinder telah berada diantara dua blok mesin secara sentris dan semua plat tipis kayu berada sejajar dengan sumbu silinder.

Gambar 13. 1. Penampang Beton

Terapkan beban pada silinder secara menerus dan tidak boleh secara mendadak. Kecepatan pembebanan dibuat antara 50 kN dan 100 kN tiap menit ( tiap menit sekitar 7 Mpa tegangan tarik belah tiap menit ) . Pembebanan dilakukan sampai beton tersebut pecah.h. Catat beban maksimum,gambarkan sketsa bentuk pecah beton, kenampakan bidang pecah beton,perkirakan berapa persen kerikil yang pecah dari bidang pecah itu.

Cara PenghitunganKuat tarik beton dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dengan : f = tegangan tarik belah maksimum, MPa (kg/cm2)P = beban maksimum, N (kg)L = panjang silinder, mm (cm)D = diameter silinder, mm (cm)Catatan : Kuat tarik beton dengan cara uji belah silinder ini menghasilkan nilai kuat tarik sekitar 15% lebih tinggi daripada kuat tarikyang dilakukan dengan cara vtarik langsung.

LaporanHitunglah kuat tarik belah beton, dan sertakan pula keadaan beton setelah pecah.

LAPORAN SEMENTARAUJI TARIK BELAH SILINDER BETON

Pembuatan benda uji:Semen: .. kgPasir: .. kgKerikil: .. kgAir: .. kgFaktor air semen : ...Dibuat tanggal: Umur: .. hari

Benda uji : Diameter : ...mm Panjang: ...mm

Beban maksimum: kN (kg)

Sketsa benda uji setelah pecah :

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

CARA PENGADUKAN BETON

PendahuluanPada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar pembuat campuran beton dengan mesin pengaduk.

PengukuranSemen Portland dan batuan ( pasir dan kerikil ) diukur secara teliti dengan beratnya /ditimbang, adapun air dapat dengan berat maupun dengan volumenya ( gelas ukur ).

PencatatanSuatu formulir data yang jelas yang memuat jumlah bahan yang akan dicampur harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dimulai dari pasir yang halus ( apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi beberapa kelompok ) kemudian ditambah dengan batuan yang berdiameter lebih besar ( penimbangan dilakukan secara kumulatif ).Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbneda banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan apabila pasir dan kerikil ditimbang sendiri-sendiri.

Cara penimbangana) Sebelum ditimbang batuan harus kering udara. Timbang batuan dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0,1 kg. Batuan diisikan kedalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya cukup untuk setengah atau semua batuan ( pasir dan kerikil ). Bejana itu kemudian ditimbang.b) Berat kumulatif batuan harus dikontrol sebelum bejana diisi dengan kelompok batuan yang berbutir lebih besar.c) Timbang semen Portland dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0,005 kg.d) Karena sebagai dasar perbandingan campuran dipakai agregat dalam keadaan jenuh kering-muka, maka berat agregat didalam adukan harus dikurangi dengan jumlah air yang diserap oleh agregat selama pengadukan. Jumlah air yang diserap itu umumnya dianggap sama dengan air yang diresap agregat apabila batuan kering udara direndam dalam air selama 30 menit.

Cara Pegadukana) Masukan air sekitar 0,8 kali yang dibutuhkan kemudian masukan agregat campuran (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, sambil mesin aduk diputar. Kemudian masukkan semen di atasnya, kemudian diaduk lagi.b) Sambil mesin aduk diputar, masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang dibutuhkan masuk adukan semua.c) Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.d) Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dari mesin aduk dan dicampur dalam bejana yang cukup besar. Bejana itu harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila nanti dituangkan ke dalam cetakan. e) Bila hasil adukan ini akan digunakan untuk pengujian beton, maka pencetakan silinder/kubus harus segera dilakukan setelah selesai pengadukan.

LAPORAN SEMENTARACARA PENGADUKAN BETON

Isilah table di bawah ini berdasarkan hasil hitungan anda sebelumnya !

KEBUTUHAN BAHAN-BAHAN UNTUK SATU ADUKAN ( kira-kira 80 kg )

BahanMerk / AsalBerat, grB. Satuan

Air..

Semen..

Pasir..

Kerikil..

Jumlah gr

Faktor air semen = ..Slam (1)= .. cmSlam (2)= .. cmRata-rata= ..cm

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN SLUMP BETON SEGAR

UmumKelecakan (consistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam (slump). Dengan pemeriksaan slam yang dipakai sebagai tolok ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan beton.

CetakanBeton segar yang diperiksa dibentuk menjadi berbentuk sebagai kerucut terpancung, dengan diameter dasar 20 cm, diameter bagian atas 10cm, dan tinggi 30 cm. Untuk membentuk seperti itu diperlukan cetakan berbentuk corong yang tanpa tutup di bagian bawah maupun di bagian atas,dan bentuknya harus baik ( sumbu corong tegak lurus dengan lingkaran bawah maupun lingkaran atas ).

Benda ujiBenda uji berupa beton segar harus dapat mewakili beton segar yang akan diperiksa.Cara pengambilan contoh dapat dipelajari dalam bab pengambilan contoh beton segar. Khusus untuk beton dengan diameter kerikil maksimum lebih besar dari 38 mm maka butiran yang lebih besar daripada 38 mm harus dikeluarkan lebih dahulu dengan ayakan basah.

Pelaksanaana) Basahi corong cetakan dan kemudian taruhlah di tempat yang rata, basah, tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong dilakukan.b) Corong cetakan diisi dalam 3 lapis, masing-masing sekitar sepertiga volume corong. Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm, 15 cm dan 30 cm.Setiap kalibeton segar diisikan ke dalam cetakan, cetok/sendok digerakkan mengelilingi bagian ujung atas-dalam corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang merata. Setiap lapis beton segar di tusuk dengan batang baja diameter 16 mm panjang 60 cm dan ujungnya dibulatkan, sebanyak 25 kali. Penusukan harus merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh sampai masuk ke dalam lapisan sebelumnya.c) Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton segar dimasukkan lagi ke bagian atas, dan diratakan sehingga rata dengan sisi atas cetakan, kemudian alas di sekitar corong dibersihkan dari beton segar yang tercecer.d) Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.e) Pengukuran nilai slam dilakukan dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan menaruh cetakan corong di samping beton segar dan menaruh penggaris /batang baja diatasnya sampai diatas beton segarnya.f) Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak,yaitu bentuk kerucutnya hilang sama sekali, meluncur dan bila demikian maka nilai slam tidak dapat diukur (hasil pengukuran tidak benar)sehingga benda uji harus diulang. Beton yang mempunyaiperbandingan yang baik, mempunyai kecelakaan yang baik,akan menampakkan penurunan bagian atas secara pelan-pelan dan bentuk kerucut semula tidak hilang.

LaporanLaporan berisi besar nilai slam dengan ketelitian sampai 0,5 cm.

LAPORAN SEMENTARAPEMERIKSAAN SLAM

Tanggal pengujian : . / . / . Pukul : s.d..Bahan beton segarBahanMerk/asalBerat/Volume

Semen gr

Pasir gr

Kerikil gr

Air gr

Hasil pemeriksaan slam :Pemeriksaan I: . cmPemeriksaan II : . cmRata-rata: . cmSketsa beton segar waktu diukur slamnya :

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMERIKSAAN BERAT SATUAN BETON SEGAR

AlatAlat untuk menetapkan berat satuan beton segar ini berupa sebuah bejana silinder yang ukuran minimumnya tergantung besar butir maksimum kerikil yang dibuat, sebagaimana terlihat pada table 16.1.

Tabel 16.1. Volume minimum bejana dan ketelitian tibanganBesar butir maksimum(mm)Volume minimumBejana, cm3Ketelitiantimbangan

Sampai 3823010

7546025

10070050

150930100

Pelaksanaana) Pemeriksaan harus selekas mungkin setelah adukan beton slesai di aduk.b) Bejana harus dibasahi terlebih dahulu dan kelebihan beton segar yang menempel pada bejana harus dibersihkan dengan kain basah.c) Bejana diisi dalam 2 lapis, yang tiap lapisan kira0kira separuhnya volume bejana. Harus diusahakan sedemikian rupa sehingga beton segar yang dimasukkan bejana dapat mewakili beton segar keseluruhan, terutama apabila besar butir maksimum lebih besar dari pada 40 mm. Pada beton segar dengan diameter lebih maksimum150 mm harus diusahakan agar di dalam bejana juga terdapat butiran kerikil dan batuan yang besar. Setiap lapisan harus digetarkan secukupnya untuk mengeluarkan udara dari bagian bawah butir-butir yang besar atau rongga-rongga udara. Apabila penggetar yang ditusukkan ke dalam beton tidak dapat dilakukan (tidak tersedia) maka penggetaran dapat dilakukan dengan menggetarkan bejana. Penggetaran lapisan bagian atas tidak boleh memasuki lapisan bagian bawah lebih dalam dari 25 mm.d) Selesai digetarkan, kemudian permukaan atasnya diratakan dengan permukaan atas bejana dengan batang baja atau penggaris baja. Kelebihan beton segar yang menempel pada sisi bejana harus dibersihkan dengan kain basah. e) Bejana tang berisi beton segar ditimbang, dengan ketelitian sampai yang tertera pada table 16.1.

Hitungana) Berat satuan beton segar dihitung dengan cara membagi berat bersih beton segar dengan volume bejana, kg/m3. b) Volume bagian padat ( butir ) bahan dasar beton didalam satuan adukan beton dihitung dengan cara membagi berat bahan dasar yang dipakai pada setiap adukan dengan berat jenis bahan itu sendiri. Volume keseluruhan ( padat dan rongga ) bahan dasar beton dihitung dengan membagi berat bahan dasar yang dipakai pada setiap adukan dengan berat-satuan bahan itu sendiri.

Contoh : hitungan tentang volume bahan beton dapat dilihat pada table 16.2. berikut. Kebutuhan bahan untuk setiap 1 m3 beton segar dapat dihitung dengan kebutuhan bahan tiap adukan dibagi jumlah volume tiap adukan, yaitu 0,471+ Va pada tabel 16.2. atau dengan tabel 16.3.

Tabel 16.2. Volume bahan tiap adukan beton.Bahan(1)Berat (Kg)(2)B.J(3)B.Sat (Kg/m3)(4)Volume (m3)(5)Vol. tot (m3)(6)

Air76110000,0760,076

Semen1283,1512500,0410,102

Pasir3472,6515500,1310,224

Kerikil6022,7015800,2230,381

Udara-Va

Jumlah1.1530,471+Va

Keterangan : (1) Kolom 5 dihitung dari kolom 2 dibagi kolom 3(2) Kolom 6 dihitung dari kolom 2 dibagi kolom 4(3) Vol. tot pada kolom 6 ialah volume takaran bahan beton bila akan dipakai perbandingan volume, bukan perbandingan berat.(4) Bila kandungan udara sebanyak 2 persen, maka volume adukan sebesar 0.471 + 0.02 . 0.471 = 0,480 m3.

Tabel 16.3. Berat dan volume bahan tiap m3 beton.( bila kandungan udara 2 persen )Bahan

(1)BeratPeradukan Kg(2)Vol. totPeradukan M3(3)BeratPer m3 beton Kg(4)Vol. totPer m3 beton M3(5)

Air760,0761580,158

Semen1280,1022660,212

Pasir3470,2247220,466

Kerikil6020,38112530,793

Udara-

Jumlah1.1532399

Keterangan :Volume beton segar tiap adukan 0,471 + 2% = 0,480 m3Kolom (2) dan (3) dikutip dari tabel 16.1.Kolom (4) : kolom (2) dibagi 0,480 Kolom (5) : kolom (3) dibagi 0,480Vol. tot= Volume bahan beton termasuk rongganya.Dari tabel tersebut dapat dihitung kebutuhan bahan dasar pada setiap adukan, baik dengan berat atau volume lepas. Volume udara ialah selisih antara volume beton segar dalam adukan dan jumlah volume padat bahan campuran.Misalnya : Berat satuan beton segar dari hasil pemeriksaan = A kg/m3Volume beton segar dalam satu adukan :

Volume udara tiap adukan :

C = B Jumlah volume padat bahan.

CATATANVolume beton (setelah mengeras, bukan beton segar lagi) di lapangan umumnya sekitar 98 % dari volume beton segarnya. Pengurangan volume beton tersebut, antara lain disebabkan karena :

(a) Pengurangan volume antara campuran semen dan air selama proses hidrasi.(b) Pengurangan volume akibat tekanan beton segar itu sendiri.(c) Pengurangan jumlah udara selama proses pangangkutan, pemadatan dan penggetaran .(d) Pengurangan volume akibat blending.(e) Pengurangan volume akibat susutan pengeringan / pengerasan.

LaporanLaporan memuat besar dan ukuran bejana yang dipakai, berat beton segar, dan berat satuan beton segar.

LAPORAN SEMENTARABERAT SATUAN BETON SEGAR

BahanMerk/asalBerat, kgB. Satuan

Air

Semen

Pasir

Kerikil

Jumlah: ... kg

Bejana : Berat kosong: . kg. = ADiameter dalam: . Mm.Tinggi bag. Dalam: . dm3 = B

Bejana berisi beton segar : Berat: .. kg. = C

Berat beton segar : C A = kg. = D

Berat satuan beton segar: D / B = kg / dm3

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( .................................. )

PEMBUATAN SAMPEL SILINDER

Cetakan silinderPada umumnya cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, terbuat dari besi/baja sebagai tampak pada Gb.17.1. Tabung silinder itu terdiri atas dua bagian setengah lingkaran dan bagian dasar, yang dapat dilekatkan maupun dilepas dengan sekrup. Perhatian harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar pada waktu pencetakan tidak terjadi pengeluaran air dari tempat sambungan tersebut. Bagian dalam cetakan diberi minyak atau vaselin sebelum dipakai agar beton yang tercetak tidak melekat pada cetakan.

Cara pencetakan17.2.1. Pemadatan dengan tangana) Untuk cetakan silinder ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, maupun diameter 200 mm tinggi 400 mm pengisian adukan beton dilakukan dalam 3 lapis yang tiap lapisnya kira-kira bervolume sama. b) Pengisian dengan cetak dilakukan ke bagian tepi silinder agar diperoleh beton yang simetri menurut sumbunya ( keruntuhan timbunan beton dari tepi ke tengah).c) Tiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang baja penusuk yang berdiameter 16 mm dan panjang 60 cm sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan merata kesemua permukaan lapisan dengan kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan. d) Setelah lapis ketiga selesai ditusuk, penuhi penuhi bagian atas cetakan dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga permukaan atas adukan beton rata dengan bagian atas cetakan.e) Pindahkan cetakan ke ruangan yang lembab.

17.2.2. Pemadatan dengan alat getara) Untuk pencetakan silinder yang pemadatanya dilakukan dengan alat getar, pengisian adukan beton dilakukan dalam 2 lapis dengan masing-masing lapis kira-kira bervolume sama. b) Tiap lapis dipadatkan dengan cara memasukkan alat getar ( diameter sekitar 25 mm dan frekuensi 10.000 getaran per menit ) kedalam lapisan beton segar. Pada lapisan pertama, penusukan alat getar harus dijaga jangan sampai mengenai dasar cetakan, adapun pada lapisan kedua penusukan alat getar sampai memasuki lapisan pertama sedalam kira-kira 25 mm.c) Lama penggetaran tergantung pada nilai kelacakan adukan betonnya maupun kemampuan alat getarnya. Sebagai gambaran dapat dilakukan 3 kali getaran dengan lama 3 atau 4 detik pada tiap lapis. Penggetaran dapat dianggap cukup apabila pada permukaan beton segar sudah tampak suatu lapisan air.d) Pengisian dengan cetak dilakukan ke bagian tepi silinder agar diperoleh beton yang simetri menurut sumbunya ( keruntuhan timbunan beton dari tepi ke tengah). Cetakan jangan diisi terlalu penuh dengan adukan agar jangan sampai mortelnya jatuh ke luar dan kerikilnya masuk ke silinder pada saat digetarkan.e) Selesai penggetaran lapisan kedua, sedikit beton segar ditambahkan dipermukaan dan sedikit dicampur dengan lapisan permukaan beton, kemudia diratakan dengan batang perata agar rata dengan batang perata agar rata dengan permukaan cetakan.f) Pindahkan cetakan kedalam ruangan lembab.

Penyimpanan Benda Ujia) Benda uji silinder harus dikeluarkan dari cetakan setelah 18 jam sampai 24 jam sejak percetakan. b) Bersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, beri tanda/sandi agar tidak keliru dengan benda uji yang lain, dan timbanglah.c) Kembalikan benda ke dalam ruangan lembab atau tempat penyimpanan yang lain.d) Bila pembuatan silinder dilakukan di lapangan tempat penuangan beton dikerjakan, setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan rapat (misalnya kertas kedap air ) dan dihindarkan dari sinar panas matahari langsung.

Gb.17.1. Cetakan Selinder

LAPORAN SEMENTARAPEMBUATAN SILINDER BETON

BahanMerk/asalBerat/Volume

Air..lt

Semen...kg

Pasir.......kg

Kerikilkg

F.a.s: ..Slump: .. cmDicetak tgl : .. Pkl:.. Sebanyak : . bh

Oleh : .Tanda tangan: ..

Dikeluarkan tgl . .Pk. ..Berat no.1: .. kgTanda/sandi: .Berat no.2: .. kgTanda/sandi: .Berat no.3: .. kgTanda/sandi: .Berat no.4: .. kgTanda/sandi: .Berat no.5: .. kgTanda/sandi: .

Hari / tanggal praktikum: ................................. Kelompok: .................Nama Praktikan: ................................. No. Mhs : ..................

Asisten/Laboran, Mahasiswa

( ................................... ) ( ..................