penuntun praktikum patologi klinik blok 14

31
1 PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA BLOK 14 HEMATOLOGI DAN LIMFATIK NAMA : Ashita Hulwah Adwirianny NPM : 04101401073 SEMESTER : V

Upload: aliqprasetiyo

Post on 10-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

Page 1: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

1

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BLOK 14HEMATOLOGI DAN LIMFATIK

NAMA : Ashita Hulwah AdwiriannyNPM : 04101401073SEMESTER : V

BAGIAN PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

PALEMBANG2012

Page 2: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

2

A. FLEBOTOMI

1. Flebotomi VenaPada orang dewasa biasanya dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti (daerah lipatan siku) misalnya v. mediana cubiti. Pada bayi dapat dipakai vena jugularis superficialis atau darah dari sinus sagittalis superior.Cara:

a. bersihkanlah kulit tempat darah akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan biarkanlah sampai menjadi kering lagi.

b. Pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas di sebelah atas tempat yang akan diambil darahnya dan mintalah orang itu mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu terlalu erat, secukupnya saja untuk menonjolkan vena agar terlihat.

c. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak

d. Tusuklah kulit sampai jarum masuk ke dalam lumen vena kemudian lepaskan atau renggangkan pembendungan. Secara perlahan-lahan tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat

e. Lepaskan pembendungan jika masih terpasangf. Taruhlah kapas steril di atas tempat tusukan dan tariklah jarum dengan gerakan searahg. Mintalah orang tersebut untuk menekan tempat tusukan tersebut dengan kapas tadi

hingga darah tidak keluar lagih. Lepaskan jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan) darah ke dalam

wadah atau tabung yang tersedia melalui dindingnya secara perlahan-lahan, hindarilah jangan sampai terjadi buih

2. Flebotomi KapilerPada orang dewasa darah kapiler diambil di ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi dan anak kecil boleh juga diambil di tumit atau ibu jari kaki.

a. Bersihkanlah daerah yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering lagi

b. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang

c. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Bila memakai anak daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan sampai menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan.

d. Buanglah tetes darah pertama yang keluar dengan menggunakan kapas, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

Page 3: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

3

B. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

Prinsip: Darah ditambah asam (HCL 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.

Bahan pemeriksaan:Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA.

Alat dan reagen:1. Hemoglobinometer Sahli2. HCL 0,1 N3. aquadest.

Cara pengambilan darah kapiler (perifer): Ujung jari atau lateral tumit (untuk bayi) didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% Biarkan kering Tusuk dengan lanset ± 3 mm, penusukan tegak lurus dengan garis kulit Darah yang pertama keluar (tanpa ditekan) dibersihkan dengan kapas kering steril

Cara kerja:1. Masukkan 5 tetesHCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli2. Isap 20 ml darah dengan pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar

pipet.3. Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang sudah

berisikan HCl 0,1 N.4. Bilas darah dalam pipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan HCl 0,1 N

beberapa kali.5. Biarkan 4 menit agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin.6. Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali

menembahkan aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar (pembanding).

7. Hasil harus dibaca dalam waktu 5 menit8. Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl)

Kerugian metode ini:

Page 4: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

4

1. Kurang teliti, kesalahannya besar.2. Warna asam hematin yang terbentuk tak stabil.3. Warna standar dapat berubah dalam beberapa bulan.4. Tabung yang dipakai tidak selalu sama isinya.5. Kalibrasi pada tabung sangat rapat6. Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja,

sudah menyebabkan kesalahan besar.

Syarat-syarat:1. Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli, kolom darah tidak boleh berisi

gelembung-gelembung udara.2. pemeriksaan dilakukan dalam kamar yang terang/cahaya siang hari.

Membersihkan alat-alat:1. sesudah dipakai, alat dicuci dengan air lalu dibilas dengan aquadest kemudian

keringkan dengan kain yang tersedia.2. pipet dibersihkan berturut-turut dengan:

a. aquadestb. asetonc. ether atau alkohol

3. keringkan dengan air pengering4. alat dalam keadaan bersih diserahkan kembali kepada asisten.

Hasil Praktikum: Hb = 11,0 gr/dl (ket: wanita, 19 tahun, sedang menstruasi)

Interpretasi:

Hasil Praktikum Nilai Normal Interpretasi11,0 gr/dl 12-16 gr/dl Anemia

Pembahasan:

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus,anemia dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik hipokrom, anemia makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah diketahui ada anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan morfologi eritrosit rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut. Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka

Page 5: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

5

keadaan ini disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan, yang dapat terjadi perlahan-lahan selama jangka waktu yang panjang, dan sering dapat tidak terdeteksi. Ini semacam pendarahan kronis umumnya hasil dari berikut ini:

Gastrointestinal kondisi seperti bisul , wasir , gastritis (radang lambung ), dan kanker Penggunaan obat anti-inflamasi obat (NSAID) seperti aspirin atau ibuprofen, yang dapat

menyebabkan bisul dan gastritis Menstruasi dan melahirkan pada wanita, terutama jika perdarahan menstruasi yang

berlebihan dan jika ada kehamilan kembar

Pada praktikum ini, sample darah diambil dari wanita yang sedang menstruasi. Dan perdarahan akibat menstruasi yang dialaminya cukup besar. Oleh karena itu, jumlah darah yang hilang akibat menstruasi juga cukup besar, maka kadar hemoglobin juga akan menurun.

C. Menghitung Sel-Sel Darah

1.Menghitung Jumlah RBC (Eritrosit)

Alat-alat:1. alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:2. kapas - kamar hitung3. hemolet - kaca penutup4. Cairan Hayem atau Gower - pipet eritrosit 5. mikroskop - pipet karet

Cara:1. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah

yang melekat di ujung luar pipet.2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101, sambil

memutar-mutar pipetnya, lepaskan karetnya.3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam

kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.5. Hitung di bawah mikroskop dengan:

Kamar hitung Improved Neubauer:Eritrosit : dengan HPF dalam 80 kotak kecil atau dalam 5 x 16 kotak kecil dan

hasilnya dikalikan dengan 10.000 (4 angka 0)

Page 6: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

6

Hasil Praktikum: ………………………………………………………………………..

Interpretasi: ………………………………………………………………………………

Pembahasan: ………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………….

2. Menghitung Jumlah W BC ( Leukosit )

Alat-alat:1. alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:2. kapas - kamar hitung3. hemolet - kaca penutup4. Cairan Turk - pipet leukosit 5. mikroskop - pipet karet

Cara:1. Isap darah kapiler dengan pipet leukosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah

yang melekat di ujung luar pipet.2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Turk sampai tanda 11, sambil memutar-mutar pipetnya,

lepaskan karetnya.3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam

kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.5. Hitung di bawah mikroskop dengan:

Kamar hitung Improved Neubauer:Leukosit : dengan HPF dalam 64 kotak kecil atau dalam 4 x 16 kotak kecil dan

hasilnya dikalikan dengan 50

Hasil Praktikum: Jumlah sel darah putih yang dapat didentifikasi adalah 9 sel.

Interpretasi: T = 10 cm1 bilik sedang :

Page 7: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

7

14

×14

×1

10= 1

160

64 bilik sedang :

64 ×1

160= 64

160

1 mm3 : 16064

×20=50

Terdapat 9 sel maka jumlah leukosit yang berhasil diidentifikasi adalah

9 sel x 50 = 450 sel

Nilai Normal Hasil Praktikum Interpretasi7000-10000 450 Leukopenia

Pembahasan: Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit ( plasmanya bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil ) dan leukosit agranulosit ( plasmanya tidak bergranula = limfosit, monosit ). Leukosit dibentuk dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikuloendotelium. Tugas utama leukosit adalah ”memakan” kuman penyakit dan benda-benda asing lain, seperti bakteri yang ada di dalam tubuh. Oleh sebab itu, leukosit dikenal sebagai fagosit. Selain itu, leukosit khususnya limfosit dapat melemahkan bakteri atau zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Kadang-kadang leukosit juga sebagai alat pengangkut lemak sehingga leukosit lebih banyak terdapat di dalam pembuluh kil dan pembuluh limfa.

Jumlah leukosit normal adalah 7000-10000. Jumlah leukosit yang abnormal dapat menyebabkan leukositosis dan leukositopenia. Leukositosis adalah keadaan dengan jumlah sel darah putih dalam darah meningkat, melebihi nilai normal. Leukositosis merupakan sebuah sinyal dari adanya infeksi atau penyakit dlm tubuh. Leukositosis juga dapat terjadi karena produksi leukosit yang berlebihan. Sedangkan leukositopenia merupakan keadaan diamana jumlah leukosit kurnag dari normal. Leukositopenia dapat terjadi karena kemoterapi, terapi radiasi, leukemia (sel-sel ganas membanjiri sumsum tulang), myelofibrosis dan anemia aplastik (kegagalan putih dan penciptaan sel darah merah, bersama dengan produksi trombosit miskin). Selain itu, leucopenia dapat juga terjadi akibat mengonsumsi obat-obatan.

Dalam praktikum ini, sel darah putih yang berhasil diidentifikasi hanya 9 sel. Sehingga didapatkan jumlah sel darah putih yang ada adalah 450. Jumlah ini sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai normal leukosit (7000-10000). Leukopenia dapat terjadi tidak hanya karena paparan sinar radiasi, kemoterapi, penyakit tertentu dan konsumsi obat-obatan tertentu. Leukopenia pada praktikum ini dapat terjadi karena kesalahan dalam praktikum ini. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum ini adalah:

o Kesalahan perhitungan jumlah sel dalam preparat

o Kesalahan mengidentifikasi leukosit dan bukan leukosit

Page 8: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

8

o Kesalahan mengidentifikasi bidang hitung

Kesalahan-kesalahan tersebut yang mungkin menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah leukosit dalam praktikum ini.

D. LED (Laju Endap Darah)

a. Cara Wintrobe

1. Dengan memakai pipet Wintrobe masukkanlah darah yang telah dicampur dengan antikoagulan ke dalam tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm. Jagalah jangan sampai terjadi gelembung hawa atau busa.

2. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus selama 60 menit3. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai

laju endap darah

b. Cara Westergreen

1. Isaplah 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% yang steril dalam spuit yang steril juga2. Lakukanlah pungsi vena dengan spuit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga

mendapatkan campuran sebanyak 2,0 ml3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-naik4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis bertanda 0 mm, kemudian

biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak Westergreen selama 60 menit5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai

laju endap darah

Sangat penting untuk menaruh pipet atau tabung laju endap darah dalam sikap tegak-lurus benar karena selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah.

Hasil Praktikum: LED dengan menggunakan metode Westergreen : 2 mm/jamLED dengan menggunakan metode Wintrobe : 0,2 mm/jam ≈ 0 mm/jam

Interpretasi:

a. Metode Westergren:

Nilai Normal Hasil Praktikum InterpretasiPria : 0-15 mm/jamWanita : 0-20 mm/jam

2 mm/jam Normal

b. Metode Wintrobe:

Page 9: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

9

Nilai Normal Hasil Praktikum InterpretasiPria : 0-10Wanita : 0-15

0 mm/jam Normal

Pembahasan:

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.

Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. LED dapat meningkat karena :

o Faktor Eritrosit

•    Jumlah eritrosit kurang dari normal•    Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED ↑.

o Faktor Plasma

•    Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux→ LED ↑.•    Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis

o Faktor Teknik Pemeriksaan

•    Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED ↑.

Page 10: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

10

•    Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20 ̊ C) akan mempercepat pengendapan→ LED ↑.

LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

a. Metode WestergrenProses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux – sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Dengan menggunakan metode Westergren, bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe. LED juga dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Semakin tua seseorang, LED orang tersebut semakin tinggi. Dewasa (Metode Westergren):•    Pria <  50 tahun      =  kurang dari 15 mm/jam•    Pria >  50 tahun      =  kurang dari 20 mm/jam•    Wanita < 50 tahun  =  kurang dari 20 mm/jam•    Wanita > 50 tahun  =  kurang dari  30 mm/jamAnak-anak (Metode Westergren):•    Baru lahir                                 = 0 – 2 mm/jam•    Baru lahir sampai masa puber  = 3 – 13 mm/jam

Dalam praktikum ini, darah yang diambil adalah sample darah yang telah tersedia di laboratorium. Sehingga, tidak diketahui nama, jenis kelamin dan usia dari pemilik darah tersebut. Namun, LED sample darah (dengan metode Westergren) menunjukkan nilai 2 mm/jam. Nilai ini masuk ke dalam range nilai normal untuk kedua jenis kelamin.

b. Metode WintrobeBerbeda dengan metode Westergren, hasil normal LED darah dengan menggunakan metode wintrobe adalah:Pria : 0-10Wanita : 0-15Sebenarnya, perhitungan LED dengan menggunakan metode Wintrobe dan Westergren tidak terlalu berbeda jauh hasilnya. Namun, dalam praktikum ini terdapat perbedaan hasil antara LED Wintrobe dan Westergren. Hal ini disebabkan karena sample darah yang diambil untuk metode Wintrobe berbeda dengan sample darah untuk metode Westergren. Kebanyakan orang lebih memilih metode Westergren daripada metode Wintrobe. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakn metode Wintrobe, peningkatan LED tidak dapat dilihat dan kurang meyakinkan. Selain itu,International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.

E. Hematokrit

Page 11: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

11

a. Makrometode menurut Wintrobe1. Tabung Wintrobe yang sudah dipakai pada (b) diputar selama 10 menit dengan

kecepatan 3000 rpm2. Perhatikan: - berapa hematokrit

- buffy coat- plasma untuk icterus index

b. Mikrometode1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit

dengan darah2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api ( atau dengan bahan penutup khusus)3. Masukkan tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang mencapai kecepatan

besar, yaitu lebih dari 16.000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit).4. Pusinglah selama 3-5 menit5. Bacalah hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus

Hasil Praktikum: Hematokrit = 47%

Interpretasi: Nilai Normal Hasil Praktikum Interpretasi

Pria: 40%-54%Wanita: 36%-47%

47% Normal

Pembahasan:Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah

persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada

Page 12: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

12

kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.

Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.

Masalah Klinis

Penurunan kadar : kehilangan darah akut, anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ, mieloma multipel, sirosis hati, malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum, ulkus peptikum, gagal, ginjal kronis, kehamilan, SLE. Pengaruh obat : antineoplastik, antibiotik (kloramfenikol, penisilin), obat radioaktif.

Peningkatan kadar : dehidrasi/hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis, emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia, pembedahan, luka bakar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Jika sampel darah diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intra-vena, nilai hematokrit cenderung rendah karena terjadi hemodilusi.

Pemasangan tali turniket yang terlalu lama berpotensi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa meningkat.

Pengambilan darah kapiler : tusukan kurang dalam sehingga volume yang diperoleh sedikit dan darah harus diperas-peras keluar, kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat dalam bekerja.

Pada praktikum ini, walaupun jenis kelamin dari pemilik sample darah yang diuji tidak diketahui, namun, angka 47% masih termasuk normal baik untuk wanita maupun pria.

MENILAI INDEKS ERITROSIT (MCV, MCH, MCHC)

M.C. Values : Nilai Eritrosit Rata-rata

Memberi ket. Tentang : ukuran rata-rata eritrosit & banyaknya Hb per eritrosit.

Nilai yang banyak dipakai ialah :1. MCV (Mean Corpuscular Volume) = VER (Volume Eritrosit Rata-rata)

Page 13: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

Ht

Hb

HbHt

13

Vol. rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan femtoliter (fL)

2. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) = HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata) Banyaknya Hb per eritrosit, disebut dengan pikogram (pg)

3. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) =KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata) =Kadar Hb yang didapat pereritrosit, dinyatakan dengan persen (%)

Cara Perhitungan N.E.R

VER = x 10 = ……………femtoliter (fL)

HER = x 10 = ……………pikogram (pg)

KHER = x 100 = ……………persen (%)

Nilai normal untuk VER = 82 – 92 fLHER = 27 – 31 pgKHER = 32 – 37 %

Pembahasan:Pada praktikum kali ini, perhitungan indeks eritrosit (MCV,MCH dan MCHC) tidak dapat dilakukan, karena sample darah yang diambil untuk menghitung Hemoglobin dan Hematokrit berbeda.

F. MEMBUAT PREPARAT APUS DARAHAlat-alat:1. alkohol 70% 9. Wright stain 17, gelas ukur 10 cc2. kapas 10. pipet tetes 6 buah3. hemolet 11. sol buffer4. kaca objek 12. kertas saring5. rak pengecatan 13. mikroskop6. methyl alkohol 14. minyak imersi7. Giemsa stain 15. xylol8. aquadest 16. kain pembersih

Cara membuat preparat apus:1. Sediakan beberapa kaca benda yang bersih di atas meja (bersihkan dengan alkohol) lalu

keringkan dengan kain.2. Ambillah darah kapiler (ujung jari dan hemolet di-disinfeksi terlebih dulu).3. Buatlah sediaan yang cukup tipis, tunjukkan kepada asisten apakah sudah memenuhi

syarat.

Page 14: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

14

4. Sediaan yang memenuhi syarat dikeringkan di udara lalu diwarnai.

a. Pengecatan menurut Giemsa1. fiksasi dengan metil alkohol 3-5 menit2. bilasi dengan aquadest3. encerkan Giemsa stain 1 cc menjadi 10 cc dengan aquadest4. cat dengan (3) selama 30 menit5. cat dibuang, dibilasi dengan aquadest lalu dengan air mengalir.

b. Pengecatan menurut Wright1. Ratakan 10 tetes Wright stain di atas sediaan, biarkan 2-3 menit, kalau akan mengering

tetesi lagi catnya.2. Tambahkan tetesan sol buffer yang sama jumlahnya dengan tetesan Wright yang

dipakai sampai rata bercampur dengan (1), biarkan 5-10 menit. Warna hijau mengkilat menunjukkan pengecatan telah cukup.

3. Siram dengan aquadest 30 detik lalu siram dengan air mengalir4. Keringkan miring di udara pada kertas saring

Page 15: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

15

Pemeriksaan Sediaan:1. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaan lemah (10 x /LPF) untuk melihat apakah

pengecatan memuaskan:a. bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.b. bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilasi aquadest.c. bila nukeus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula eosinofil

ter-cat kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda, berarti pengecatan sempurna

2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah sediaan dan pengecatan sudah memenuhi syarat.

3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:o nama penderita

o tanggal pembuatan

o nama sediaan lalu diserahkan kepada asisten.

Page 16: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

16

Pembahasan (beserta hasil hitung jenis leukosit, lebih baik jika dilengkapi gambar):

Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti tripanosoma, mikrofilaria dan lainnya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan pemeriksaan yang baik. Kriteria preparat darah apus yang baik:

o lebar dan panjangnya tidak memenuhi kaca objek

o secara gradual, penyebarannya berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah ekor

o ujung/ekornya tidak berbentuk bendera robek

o tidak berlubang-lubang karena bekas lemak madih diatas kaga benda

o tidak terputus-putus karena ragu-ragu

o tidak terlalu tebal (karena pergeseran yang sangat kecil)

o tidak terlalu tipis (karena sudut pergeseran yang terlalu besar)

o Pengecatan yang baik

Morfologi preparat apus:o Kepala: bagian dimana darah diletakkan sebelum dihapus

o Ekor: bagian ujung preparat atau akhir apusan

o Badan: bagian tengah antara kepala dan ekor

Gambar preparat apus dari hasil praktikum:

Page 17: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

17

G. MENGUKUR BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN)H. MENGUKUR CLOTING TIME (WAKTU PEMBEKUAN)I. FRAGILITET KAPILER ( TES TOURNIQUET)J. GOLONGAN DARAH

Alat-alat:1. Alkohol 70%2. Kapas3. Hemolet4. Kertas Saring5. Semprit 5 cc

6. Tabung serologis7. Kain Pengering8. Tensimeter9. Stetoskop10. Stopwatch

(G) Mengukur Waktu Perdarahan1. Cara Ivy

a. Bersihkanlah bagian volar lengan bawah dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi

b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan ata dan pompalah sampai tekanan 40 mmHg. Selama percobaan berlangsung tekanan tetap setinggi itu

c. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lanset darah pada satu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 mm dalamnya.

d. Jika terlihat darah mulai keluar, jalankanlah stopwatche. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong kertas saring,

jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah.f. Catatlah waktu darah tidak dapat diisap lagi.

2. Cara Duke

a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.b. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset darah sedalam 2 mmc. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6

Page 18: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

18

Hasil Praktikum:

a. Cara IvyLaki-laki, 19 tahun 6 tetes selama 3 menit.

b. Cara DukePraktikum ini tidak dilakukan.

Interpretasi: a. Cara Ivy

Nilai Normal Hasil Praktikum Interpretasi1-7 menit 3 menit Normal

Pembahasan: Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan

lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi.

Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan.

Pada praktikum ini, waktu perdarahan yang dialami hanya 3 menit dan merupakan lingkup normal untuk waktu perdarahan dengan metode Ivy. Adapun beberapa kesalahan dan factor yang mungkin dapat terjadi yang mempengaruhi hasil temuan laboratorium, yaitu:

Metode yang digunakan; teknik yang tidak tepat – bila terjadi luka pungsi yang mungkin lebih dalam daripada yang seharusnya. Bila tetesan darah ditekan paksa pada permukaan kertas dan tidak menunggu tetesan darah benar-benar terisap dengan sendirinya pada kertas penghisap, hal ini dapat merusak partikel fibrin sehingga memperlama perdarahan.

Obat aspirin dan antikoagulan dapat memperlama perdarahan

(H) Mengukur waktu pembekuan1. Sediakan dalam rak 3 tabung berdiameter 7-8 mm2. Lakukanlah punksi vena dengan semprit 5 atau 10 ml; pada saat darah kelihatan masuk

dalam semprit, jalankanlah stopwatch (catatlah waktu itu). Isaplah 5 ml darah.3. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah perlahan-lahan kira-kira 1 ml darah ke

dalam tiap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.

Page 19: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

19

4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan. Dalam tindakan itu jagalah jangan sampai tabung lain terganggu.

5. Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik juga terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktu ini.

6. Tindakan sama dilakukan berturut-turut ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua dan ketiga. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai ½ menit

Hasil Praktikum: Tabung I : 9 menit 30 detikTabung II: 10 menitTabung III: 9 menit 30 detik

Rata-rata : 9 menit 40 detik ≈ 9 menit 30 detik

Interpretasi: Nilai Normal Hasil Praktikum Interpretasi9- 15 menit 9 menit 30 detik Normal

Pembahasan: Test waktu pembekuan digunakan u ntuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan

darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.

Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Pada percobaan dalam praktikum, praktikan menghitung waktu pendarahan menggunakan stopwatch.

Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai berbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Pada penderita hemofilia darah sukar sekali membeku. Hemofilia, yaitu penyakit yang mengakibatkan darah sukar membeku. Jika si penderita mengalami luka ringan, dapat mengakibatkan pendarahan yang serius. Dalam praktikum yang ini, Waktu pembekuan darah yaitu 9 menit 30 detik.

Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah serta mencegah perdarahan. Kekurangn vitamin K bisa meningkatkan risiko perdarahan tidak terkontrol. Vitamin K mengontrol proses pembekuan darah karena berkaitan langsung dengan prothrombin, plasma protein yang diubah menjadi thrombin selama proses pembekuan darah. Thrombin ini

Page 20: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

20

selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin, protein yang tidak larut air yang akan memampatkan pengentalan darah. Jika tidak ada vitamin K maka prothrombin tidak akan terbentuk. Kekurangan prothombin akan mengurangi jumlah thrombin yang sangat bereperan dalam proses pembekuan darah. Kekurang thrombin akan meningkatkan kecenderungan tubuh mengalami perdarahan jika mengalami luka.

(I) Fragilitet Kapiler1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan di

tengah-tengah nilai sistolik dan diastolik.2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit.3. Lepaskanlah ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi.4. Carilah adanya dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran

bergaris tengah kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Hasil Praktikum: Jumlah ptekie yang tampak setelah ditahan di 100mmHg selama 5 menit adalah lebih dari 10 ptekie. Probandus adalah seorang wanita, 19 tahun, baru selesai menstruasi dan memiliki resiko terkena DBD.

Interpretasi: Nilai Normal Hasil Praktikum Interpretasi

Kurang dari 10 ptekie Lebih dari 10 (sangat banyak) trombositopenia

Pembahasan:

Ptekie yang muncul pada praktikum ini, dapat terjadi karena 3 hal (factor resiko), yaitu:c. Kurang vitamin Cd. Menstruasie. DBD

(J). PENENTUAN GOLONGAN DARAH

Cara dengan kaca objek:

Page 21: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

21

1. Taruhlah di sebelah kiri kaca objek 1 tetes serum anti-A dan di sebelah kanan 1 tetes serum Anti-B. Dianjurkan menggunakan serum Anti-A,B juga di sampingnya untuk mendapatkan subgrup A yang lemah yang tidak bereaksi dengan serum Anti-A. Kaca objek yang dipakai harus bersih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah karena pencemaran akan menyebabkan aglutinasi palsu

2. Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi. Darah yang dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena.

3. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran4. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata dan pastikan juga dengan menggunakan

mikroskop

Tafsiran hasil: (+ aglutinasi)Anti-A Anti-B Anti-A,B Golongan Darah- - - O+ - + A- + + B+ + + AB

Hasil Praktikum: Anti A (+)Anti B (-)Anti AB (+)Rhesus (+)Interpretasi:

Anti A Anti B Anti AB Rhesus Golongan Darah+ - + + A Rh +

Pembahasan: Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau

tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebapkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+

Page 22: Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

22

adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.

Pada praktikum ini, golongan darah yang teridentifikasi adalah golongan darah A Rhesus positif. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.