penuntun praktikum mikrobiologi pertanian

27
P MIK IR. ANAK A JURUSAN/PRO FAKULTAS PE PENUNTUN PRAKTIKUM KROBIOLOGI PERTANIAN OLEH : AGUNG NGURAH GEDE SUWASTIKA, OGRAM STUDI AGROEKOTEK ERTANIAN UNIVERSITAS UD 2016 M.P. KNOLOGI DAYANA

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

PENUNTUN PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI PERTANIAN

IR. ANAK AGUNG NGURAH GEDE

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

OLEH :

IR. ANAK AGUNG NGURAH GEDE SUWASTIKA, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

2016

SUWASTIKA, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS UDAYANA

Page 2: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

ii

PRAKATA

Buku penuntun Praktikun Mikrobiologi Pertanian ini disusun untuk memudahkan

mahasiswa yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Pertanian dalam melaksanakan

praktikum di laboratorium. Buku ini memuat sebagian kecil dari aspek-aspek penting

mikrobiologi pertanian. Pada tahap awal diberikan tata tertib di dalam laboratorium untuk

memperlancar proses pelaksanaan praktikum dan keamanan, serta keselamatan kerja di dalam

laboratorium. Juga diuraikan cara sterilisasi bahan dan alat, yang merupakan kunci

keberhasilan kerja di laboratorium dalam bidang mikrobiologi pertanian. Metode utama

dalam praktikum ini adalah pembuatan MOL dan uji kualitas laruta MOL, diantaranya isolasi

jamur dan bakteri di laboratorium, juga diberikan materi pengujian aktivitas antibakteri

terhadap bakteri. Setelah pelaksanaan praktikum ini, mahasiswa memiliki kemampuan

mendeskripsikan berbagai jenis jamur dan bakteri berdasarkan sifat dan ciri-cirinya dan aspek

mikrobiologi yang menguntungkan dan merugikan dalam bidang pertanian

Penulis menyadari bahwa buku penuntun praktikum ini masih sangat sederhana dan

perlu disempurnakan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan buku ini sangat

diharapkan.

Penulis

Page 3: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA………………………………………………………………………………. DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

Hal. ii

iii TATA TERTIB DALAM LABORATORIUM…………………………………………. iv I. PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1 II. STERILISASI PERALATAN LAB DAN BAHAN…………………………….. 3

2.1. Sterilisasi Secara Fisik……………………………………………………… 3

2.1.1 Pemanasan Basah atau Metode Panas Lembab (dengan Autoclave)……. 3

2.1.2 Pemanasan Kering (dengan Oven)……………………………………….. 3

2.2 Sterilisasi Secara Kimia…………………………………………………….. 4

III PEMBUATAN SERI PENGENCERAN........................................................... 6

IV PENETAPAN POPULASI TOTAL MIKROORGANISME TANAH............... 8

V PENETAPAN POPULASI JAMUR.................................................................. 10

VI. ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI PATOGEN DI LABORATORIUM……… 12

VII. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DENGAN METODE SUMUR DIFUSI….. 20

VIII PEMBUATAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)………….. 21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 23

Page 4: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

iv

TATA TERTIB DALAM LABORATORIUM

Melaksanakan pekerjaan membiakan jasad renik secara murni pada media biakan

harus bekerja secara teliti, cermat dan dalam keadaan bersih, baik mengenai alat-alat yang

dipergunakan atau tempat kita bekerja. Mengingat akan hal tersebut di atas maka para

mahasiswa harus mengusahakan untuk sekecil mungkin timbulnya kotoran yang dapat

mengganggu kelancaran atau menggagalkan sama sekali pekerjaan pemurnian jasad renik

tersebut. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :

I. Sebelum Bekerja

1. Tangan harus dicuci bersih dengan sabun

2. Pakaian cukup bersih (bila mungkin pergunakan jas laboratorium)

3. Buku serta barang – barang lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan di

laboratorium supaya dijauhkan dari tempat pekerjaan atau jangan dibawa masuk

ruangan.

4. Meja tempat bekerja dibersihkan dengan alkohol 90 %

5. Jendela dan pintu sebaiknya dalam keadaan tertutup. Dan ruangan jangan terlalu

penuh oleh mahasiswa

6. Bahan yang mengandung jasad renik untuk keperluan penelitian, sebaiknya disimpan

dalam tempat yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.

II. Waktu Bekerja

1. Jangan berbicara yang tidak perlu dengan teman dan dilarang merokok, makan atau

minum di dalam laboratorium

2. Bekerjalah dengan tenang, cermat dan hati–hati

III. Sesudah Bekerja

1. Simpanlah alat – alat serta bahan–bahan yang diperlukan dalam praktikum pada

tempat yang telah ditentukan

2. Alat–alat yang berisi biakan murni disimpan dalam almari khusus yang sudah

dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 90 %

3. Jangan sekali–kali membuka tutup tempat biakan yang telah tidak dipergunakan lagi

(sebelum disterilkan) agar jangan sampai mengotori udara dalam ruangan

4. Bahan–bahan yang tidak dipakai, sebelum dibuang harus direbus dulu, dan biakan

dibuang pada keranjang sampah.

Page 5: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN

Kebanyakan bakteri merupakan saprofit fakultatif dan dapat dibiakan pada media nutrisi

buatan. Bakteri secara umum dapat berbentuk rod, spherical, spiral atau filamentous,

berukuran 0.6 sampai 3.5 µm dan beberapa bakteri dapat bergerak dengan bantuan flagella

yang dimilikinya. Perkembangbiakan bakteri umumnya adalah melalui pembelahan sel dengan

kecepatan yang tinggi mengikuti pola kuadratik, yang dapat meningkatkan jumlah populasi

bakteri dalam periode yang sangat singkat. Sebagai struktur pertahanan, beberapa bakteri

membentuk spora, yaitu pada kelompok Bacillus maupun membentuk konidia pada bakteri-

bakteri berbentuk filamentous.

Mempelajari bakteri tidak lepas dengan pelaksanaan isolasi dan identifikasi. Metode

isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari jaringan tanaman atau dari tanah adalah

dengan cara menggunakan media tumbuh buatan selektif. Media selektif mengandung nutrisi

yang merangsang pertumbuhan bakteri tertentu dan sekaligus juga dapat menghambat

pertumbuhan bakteri jenis lain. Untuk mengidentifikasi bakteri secara positif biasanya

membutuhkan lebih dari satu pembiakan pada media selektif, karena untuk mendapatkan hanya

satu jenis bakteri yang tumbuh pada media selektif jarang didapatkan. Sebelumnya, identifikasi

cepat dan pembedaan genus bakteri dilakukan dengan mengekstraksi dan membandingkan

struktur asam lemak yang terdapat pada membran sel bakteri yang disebut analisis profil asam

lemak. Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk membran protein, enzim serta isoenzim pada

membran sel bakteri.

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta

lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan

pergerakan. Umumnya media biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,

nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen, serta unsur-unsur lainnya. Dalam bahan dasar

medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, dan vitamin.

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, diperoleh

dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah, agar digunakan sebagai

pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45 C.

Media biakan yang diperlukan oleh cendawan umumnya berbeda dengan media biakan bakteri.

Page 6: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

2

Sebagian besar cendawan tumbuh dengan baik pada medium yang kaya dengan karbohidrat dan

mempunyai pH sekitar 5. Bakteri pada umumnya berkembang dengan baik pada medium yang

kaya dengan protein dan pH sekitar 7.

Medium buatan Mikroba (bakteri, jamur) dapat diisolasi dari berbagai tempat, misalnya

dari sampah-sampah, buah busuk, sisa makanan yang sudah basi, tanah, air comberan, air

sungai, maupun tempat pembuangan limbah. Untuk mengisolasi bakteri, kita harus biakkan

terlebih dahulu di cawan Petri yang berisi zat makanan atau medium. Hampir semua mikroba

dapat tumbuh pada media ini dan media ini digunakan hampir semua untuk isolasi mikroba.

Media Potato dextrose agar PY

terdiri dari :

Kentang = 200 gram

Dextrose = 20 gram

Aquadest = 1 liter

Peptone = 1 gram

Yeast Extract = 1 gram

Agar = 15 gram

Kentang yang telah dikupas kulitnya lalu dicuci kemudian dipotong kecil-kecil (1 –2

cm). Selanjutnya kentang direbus dengan aquadest sampai empuk, selanjutnya rebusan

diangkat dan disaring dengan kain saring, air saringan ditakar kembali dijadikan 1 liter.

Kemudian Dextrose, Peptone, Yeast Extract dan Agar-Agar dimasukkan dalam larutan tersebut

dan dipanaskan sampai mendidih (10-15 menit). selanjutnya larutan tersebut dimasukkan dalam

Test Tube atau Erlenmeyer dan kemudian disterilkan dalam Autoclave pada suhu 121 0C,

tekanan 1 atm selama 20 menit.

Page 7: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

3

II. STERILISASI PERALATAN LAB DAN BAHAN

Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang Mikrobiologi harus dalam

keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan. Setiap proses

baik fisik, kimia, dan mekanik yang membunuh semua organisme di dalam suatu benda,

terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi. Beberapa ratus tahun yang lalu, bangsa

arab telah mengenal bahwa membakar luka dengan logam yang membara dapat mencegah

infeksi. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium

tersebut beberapa jam, dengan cara itu matilah semua mikroba. Cara demikian dipakai oleh

Spallanzani untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis. Metode Sterilisasi dapat

dilakukan secara fisik dan dan dengan cara kimia.

2.1. Sterilisasi Secara Fisik

Cara ini dapat dipakai apabila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah

akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini dengan memakai

panas (thermal kill). Cara kerja dari panas tersebut, bahwa panas membunuh mikroba karena

mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan membran sel. Panas kering membunuh

bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas

basah. Hal ini dibuktikan dengan memasukkan biakan mikroba dalam air mendidih akan cepat

dimatikan dari pada dipanasi secara kering.

2.1.1 Pemanasan Basah atau Metode Panas Lembab (dengan Autoclave)

Alat ini serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Autoclave memiliki

suatu ruangan yang mampu menahan tekanan di atas 1 atm. Dalam alat ini yang mensterilkan

adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu, setelah air di dalam tangki

mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna

mendesak keluar semua udara di dalamnya. Bila masih ada udara yang tersisa, maka udara ini

akan menambah tekanan di dalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam

ruang tersebut. Setelah bahan-bahan/ alat-alat yang akan disteril masuk dalam Autoclave, pintu

Autoclav ditutup rapat selanjutnya kran pada pipa uap dibuka dan temperatur akan terus akan

naik sampai 121 C. Biasanya Autoclave sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu

Page 8: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

4

tersebut tekanan yang ada 1 atmosfer per 1 cm2. Penghitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai

semenjak termometer pada Autoclave menunjukkan 121C. Setelah cukup waktu, Autoclave

tidak boleh dibuka sekonyong-konyong agar isi botol yang ada dalam Autoclave tidak meluap,

sebaiknya kita menunggu sampai manometer menunjukkan angka 0.

Cara kerja Metode Panas Lembab

1. Tuangkan air secukupnya ke dalam autoklaf.

2. Masukkan peralatan dan bahan-bahan yang akan disterilkan ke dalam autoklaf dan ditata

sedemikian rupa agar terdapat cukup ruang bagi peredaran udara/uap di dalam autoklaf.

3. Tutup autoklaf dengan cara memasukkan tabung pengeluaran gas ke dalam saluran pengarah

pada dinding dalam autoklaf, diikuti dengan mempertemukan masing-masing baut pengunci

luar pada tepi autoklaf dan penutupnya.

4. Angkat masing-masing baut pengunci dan kencangkan setiap mur pada arah diagonal secara

bersamaan sampai seluruh mur tertutup rapat.

5. Panaskan autoklaf dan buka pengatur klep pengaman.

6. Setelah terdengar suara mendesis yang menunjukkan uap keluar dengan deras, tutup

kembali klep pengaman sehingga tekanan dalam tabung autoklaf meningkat.

7. Bila tekanan 15 psi telah tercapai (suhu sekitar 121 oC) pertahankan tekanan selama 20

menit dengan mengatur besarnya api pemanasan.

8. Pada akhir proses sterilisasi, matikan pemanas dan tunggu sampai tekanan ke mbali 0,

kemudian buka katup pengaman untuk mengeluarkan sisa-sisa uap air yang tersisa di dalam

autoklaf.

9. Setelah dingin, kendurkan mur-mur dan buka tutup autoklaf serta keluarkan peralatan dan

bahan-bahan yang disterilisasi.

10. Buang sisa air yang ada di dalam autoklaf, kemudian keringkan dan tutup kembali autoklaf.

2.1.2 Pemanasan Kering (dengan Oven)

Sterilisasi ini dengan menggunakan udara panas. Alat-alat yang disterilkan ditempatkan

dalam oven dimana suhunya dapat mencapai 160-180 C. Caranya adalah dengan memanaskan

udara dalam oven tersebut dengan listrik. Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik

panas basah, maka waktu yang diperlukan lebih lama pada sterilisasi cara ini baik dipergunakan

untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti cawan Petri, pipet, dan tabung reaksi.

Page 9: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

5

Cara kerja Metode Panas Kering

1. Tempatkan peralatan (cawan petri dan pipet) yang akan disterilkan di dalam oven.

2. Nyalakan oven dan atur suhu pada 160 oC.

3. Matikan oven setelah suhu 160 oC dipertahankan selama 2 jam.

4. Setelah dingin, pindahkan peralatan yang diterilkan ke dalam wadah penyimpanan.

2.2 Sterilisasi Secara Kimia

Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.

Umumnya isopropyl alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang

sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya

disinfeksinya. Dengan atau tanpa yodium, isopropyl alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi

terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini

terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.

Page 10: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

6

III. PEMBUATAN SERI PENGENCERAN

3.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa terampil membuat larutan fisiologis dan suspensi tanah dengan metode seri

pengenceran sesuai keperluan.

3.2. Pendahuluan

Populasi mikroorganisme di dalam tanah sangat tinggi sehingga tahap pengenceran

tanah perlu dilakukan dalam penetapan jumlah populasi mikroorganisme tanah. Pengenceran

tanah dilakukan dengan menggunakan suatu larutan yang memiliki konsentrasi dengan tekanan

osmosis yang sama dengan tekanan osmosis di dalam sel mikroorganisme umumnya. Larutan

yang biasa digunakan adalah larutan fisiologis dengan komposisi 0,85 % NaCl dalam aquadest.

Tingkat pengenceran ditentukan sesuai dengan perkiraan jumlah mikroorganisme di

dalam tanah yang akan dihitung. Umumnya tingkat pengenceran yang dilakukan adalah 10 x

sampai diperoleh suspensi tanah yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang

memungkinkan untuk dihitung. Semakin tinggi jumlah mikroorganisme di dalam tanah,

semakin tinggi tingkat pengenceran yang diperlukan. Pada penghitungan jumlah total

mikroorganisme tanah dengan cawan tuang, pengambilan sampel umumnya dimulai dari

tingkat pengenceran 108 – 1010 apabila jumlah total mikroorganisme diperkirakan mencapai

1012 satuan pembentuk koloni per gram tanah.

3.3. Peralatan dan Bahan :

Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet dan lampu bunsen

Larutan fisiologis , alkohol, dan spiritus

3.4. Prosedur:

1. Masukkan secara aseptik 10 g tanah kapasitas lapang ke dalam 90 mL larutan

fisiologis dalam erlenmeyer 250 mL yang sudah steril sehingga diperoleh

suspensi tanah dengan konsentrasi 10-1

2. Kocok selama 15 menit pada shaker mekanis

3. Pipet secara aseptik 1 mL suspensi tanah dari kepekatan 10-1 ke dalam 9 mL

larutan fisiologis dalam tabung reaksi sehingga diperoleh suspensi dengan

kepekatan 10-2

Page 11: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

7

4. Kocok secara merata suspensi tanah tersebut kemudian pipet secara aseptik 1

mL suspensi tanah dari kepekatan 10-2 ke dalam 9 mL larutan fisiologis dalam

tabung reaksi sehingga diperoleh suspensi dengan kepekatan 10-3

5. lakukan seri pengenceran tersebut sampai diperoleh kepekatan terakhir sebesar

10-10 (Gambar 1.)

Gambar 1. Tahap Pembuatan Seri Pengenceran Tanah

Page 12: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

8

IV. PENETAPAN POPULASI TOTAL MIKROORGANISME TANAH

4.1 Kompetensi dasar

Mahasiswa terampil mengerjakan metode cawan tuang untuk penetapan populasi

mikroorganisme tanah dan dapat membandingkan populasi total mikroorganisme tanah dengan

status yang berbeda.

4.2 Pendahuluan

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme dalam beragam populasi.

Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam menjaga status kesuburan tanah dan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Beberapa kelompok mikroorganisme sangat

menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman sedangkan sebagian lagi dapat merugikan atau

tidak berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme sangat berperan dalam

menentukan kesuburan tanah, karena sebagian di antaranya bertanggung jawab terhadap

perombakan bahan organik, siklus unsur hara, dan perbaikan fisik tanah.

Jumlah mikroorganisme tanah tergantung pada kapasitas ekologi lingkungannya.

Populasi mikroorganisme tanah biasanya lebih tinggi pada tanah-tanah yang kaya akan bahan

organik. Pada tanah-tanah yang subur, populasi mikroorganisme dapat mencapai 109 per gram

tanah. Terkadang tanah-tanah yang memiliki status kesuburan yang sangat berbeda ,

mempunyai jumlah populasi mikroorganisme hampir sama, sehingga populasi mikroorganisme

hanya dapat digunakan sebagai penduga status kesuburan tanah.

Penetapan populasi mikroorganisme tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Cara yang umum digunakan adalah penghitungan secara tidak langsung dengan metode cawan

tuang yang relatif mudah, cepat dan tidak memerlukan peralatan dan biaya yang mahal. Media

yang digunakan mampu sebagai media tumbuh bagi sebagian besar mikroorganisme yang

hidup di dalam tanah. Kelemahan metode cawan tuang adalah tidak semua mikroorganisme

dapat ditumbuhkan dengan metode tersebut.

4.3. Peralatan dan Bahan :

Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet dan lampu bunsen

Larutan fisiologis, media Bacto Agar (lampiran 2.), alkohol dan spiritus

Page 13: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

9

4.4. Prosedur : 1. Siapkan seri pengenceran tanah/MOL sampai tingkat pengenceran 10-9

2. Pipet masing-masing 1 ml suspensi dari tingkat 10-7 – 10-9 ke dalam cawan petri

steril.

3. Berikan kode pada masing-masing cawan petri dengan mencantumkan nama

kelompok, jenis tanah, media tumbuh, tanggal inkubasi dan tingkat pengenceran

4. Tuangkan media bacto agar yang sudah dicairkan (suhu ± 45 oC) kemudian

putar cawan petri masing-masing 3 x searah dan berlawanan arah dengan jarum

jam

5. Biarkan media agar memadat kemudian inkubasikan cawan petri selama 7 hari

dalam kondisi terbalik untuk menghindari pengembunan di permukaan media

agar.

6. Cata jumlah koloni yang tumbuh dan hitung jumlah total populasi

mikroorganisme tanah dengan rumus :

Jumlah Total Mikroorganisme = {(P1: 100 )+ (P2 : 10)+(P3)} x 10 -9 x (100 + KA) 3 100

(spk/g tanah) Keterangan :

spk : satuan pembentuk koloni P1 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran I (10-7) P2 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran II (10-8) P3 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran III (10-9) KA : kadar air tana

Page 14: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

10

V. PENETAPAN POPULASI JAMUR.

5.1. Kompetensi Dasar

1. Mengenalkan morfologi visual jamur kepada mahasiswa

2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam penetapan populasi jamur

dalam tanah dengan metode cawan tuang.

5.2. Pendahunuan

Jamur merupakan mikroorganisme kedua kelompok terbanyak di dalam tanah setelah

bakteri. Akan tetapi, biomassa jamur mendominasi total biomassa mikroorganisme di dalam

tanah, yaitu sekitar 70% dari total biomassa mikroorganisme tanah. Jamur memegang peranan

penting dalam perombakan bahan organik. Jamur merupakan kelompok mikroorganisme yang

aktif dalam tahap pertama perombakan bahan organik, pembentukan agregai tanah, tetapi

sejumlah jamur juga tergolong patogen.

Morfologi jamur berbeda dengan bakteri dan aktinomiseles. Jamur dicirikan oleh

jalinan hifa yang biasanya berwarna putih. Hifa tersebut ada yang bersekat dan ada yang tidak.

Beberapa kelompok jamur mampu membentuk spora sebagai salah satu organ dalam

perkembangbiakan.

Penghitungan populasi jamur di dalam tanah umumnya dilakukan dengan metode

cawan tuang walaupun hasilnya kurang memuaskan. Salah satu kelemahan metode tersebut

adalah sulit membedakan koloni yang berasal dari spora dengan koloni yang tumbuh dari hifa.

Populasi jamur di dalam tanah jauh lebih rendah dibandingkan bakteri, selain itu

pertumbuhan jamur biasanya lebih lambat. Oleh karena itu, dalam penghitungan populasi jamur

dengan menerapkan metode cawan tuang, media tumbuh yang digunakan diupayakan secara

selektif mampu mendukung pertumbuhan jamur sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri.

Pertumbuhan bakteri di dalam media jamur biasanya dihambat dengan menambahkan senyawa

antibiotik tertentu, misalnya bengal rose dan oxgal atau dengan menurunkan pH media menjadi

sekitar 4,5.

5.3. Peralatan dan Bahan.

Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaam pratikum ini adalah erlenmeyer, tabung

reaksi, pipet, cawan petri, dan lampu bunsen. Bahan yang digunakan adalah larutan fisiologis,

media Martin Agar (Lampiran 3), alkohol dan spiritus.

Page 15: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

11

5.4. Prosedur.

1. Siapkan seri pengenceran tanah/MOL sampai tingkat 10-6

2. Pipet masing-masing 1 mL suspensi dari tingkat pengenceran 10-4 10-6 ke dalam cawan petri

steril.

3. Berikan kode pada masing-masing cawan petri dengan mencantumkan : nama kelompok,

jenis tanah, media tumbuh, tanggal inkubasi dan tingkat pengenceran.

1. Tuangkan media Marlin Agar yang sudah dicairkan (suhu ± 45oC) kemudian putar cawan

petri masing-masing 3 kali searah dan berlawanan arah dengan jarum jam.

4. Biarkan media agar memadat kemudian inkubasikan cawan petri selama 7 hari dalam

kondisi terbalik untuk menghindari pengembunan dipermukaan media agar.

5. Catat jumlah koloni jamur yang tumbuh dengan ciri-ciri hifa panjang berwarna putih dan

hitung jumlah total populasi jamur dengan rumus :

=

100

10010

3

10:100: 6321 KAxx

PPP

Keterangan : spk : satuan pembentuk koloni P1 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran I (10-4) P2 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran II (10-5) P3 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran III(10-6) KA : kadar air tanah

5.5. Hasil Pengamatan .

Jumlah total mikroorganisme (spk/g tanah)

Page 16: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

12

VI. ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI PATOGEN DI LABORATORIUM

6.1. Kompetensi Dasar

1. Mengenalkan morfologi visual jamur dan bakteri patogen kepada mahasiswa

2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam mengisolasi jamur dan

bakteri patogen.

6.2. Pendahuluan

Setelah pengambilan spesimen untuk koleksi, spesimen-spesimen sebaiknya segera di

pilah-pilah berdasarkan kelompok-kelompok utamanya. Prioritas perlu diberikan kepada

spesimen yang cepat membusuk, seperti spesimen-spesimen yang patogennya harus segera

diisolasi dari jaringan tanaman. Contoh-contoh lainnya yang tidak kena pengaruh yang

merugikan bila dibiarkan sesaat misalnya jamur karat dan jamur api, dapat dikeringkan di

dalam alat pengepres tanaman, kemudian dibekukan pada suhu -20C selama 7 hari dan

diperiksa kemudian.

Bakteri dan jamur patogen seringkali harus diisolasi dan dikulturkan dari spesimen

tanaman berpenyakit sebelum dapat diidentifikasi. Patogen yang dapat tumbuh saprobik

(parasit fakultatif atau nekrotrof) umumnya dapat ditumbuhkan dalam kultur, walaupun

beberapa di antaranya memerlukan perlakuan khusus. Isolasi jamur dari material tanaman

biasanya dilakukan dengan cara menaruh sepotong kecil jaringan ke dalam media agar-agar

yang cocok, misalnya agar-agar air dalam cawan Petri steril. Spora yang diambil secara

langsung dari tubuh buah dengan menggunakan jarum steril juga dapat diletakkan di atas

permukaan agar-agar.

Banyak jamur dan bakteri saprobik tumbuh pada atau mengkontaminasi jaringan

tanaman sebagai pengkoloni sekunder luka penyakit. Oleh karena itu, penting sekali untuk

berhati-hati ketika menggunakan teknik steril guna menghindari terjadinya kontaminasi.

Sterilisasi permukaan jaringan yang dipotong seringkali diperlukan untuk menghilangkan

mikroorganisme saprobik yang biasanya tumbuh di permukaan tanaman.

Bersihkan permukaan tanaman yang akan dikerjakan, dengan kertas tisu atau kapas

yang telah dibasahi dengan etanol 70% dan biarkan mengering. Permukaan yang halus, keras,

dan tidak berpori, misalnya kaca adalah yang terbaik untuk membuat irisan material tanaman.

Page 17: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

13

Pinset dan pisau skalpel disterilisasi dengan cara mencelupkannya ke dalam etanol 95% dan

melewatkannya dengan hati-hati di atas nyala api. Peralatan sebaiknya tidak dibiarkan terlalu

lama di atas nyala api, karena akan rusak. Alkohol sangat mudah terbakar dan perlu sangat hati-

hati dengan peralatan nyala api di dekat wadah berisi alkohol. Ose untuk inokulasi disterilkan

dengan cara memanaskannya sampai merah dalam nyala api yang panas. Jarum harus dibiarkan

sampai dingin sebelum digunakan.

Sterilisasi permukaan material tanaman yang sakit menghilangkan saprob dan

memungkinkan bakteri atau jamur patogen untuk tumbuh tanpa gangguan bila material

dilapiskan pada agar-agar. Etanol (70%) yang digunakan untuk menyeka permukaan atau

merendam dapat mensterilkan seluruh permukaan. Tidak diperlukan pencucian pasca

perlakuan, karena dapat tanpa dibakar atau dibiarkan menguap.

Natrium hipoklorit cair juga banyak digunakan dan sangat efektif sebagai desinfektan.

Pemutih komersial mengandung 10–14% klorin tersedia. Ini biasanya digunakan pada

pengenceran 10% (mengandung 1–1,4% klorin tersedia) dengan waktu pencelupan 1–5 menit.

Larutan ini sebaiknya disimpan di dalam lemari es, karena kemampuannya akan hilang bila

disimpan lama. Larutan encer yang baru sebaiknya dibuat lagi setiap 2–3 minggu. Kelemahan

larutan hipoklorit adalah memiliki bau yang menyengat, meninggalkan residu, dan merusak

pakaian jika terkena tumpahannya.

Prosedur yang tepat yang dipilih untuk isolasi bakteri dan jamur patogen bergantung

kepada sifat dasar material tanaman inang dan patogen itu sendiri.

6.3 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengisolasi bakteri dan jamur dari buah dan sayuran

yang busuk dan untuk menguji aktivitas antibakteri Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%,

dan Detergent.

6.4 Alat dan Bahan

Pisau scalpel, Cawan petri, Lampu bunsen, Korek api, Cork borer, Tabung reaksi,

Spatula, Alkohol 70 %, Air steril, Jarum Ose, Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan

Detergent.

Page 18: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

14

6.5. Isolasi Jamur

Prosedur dasar untuk mengisolasi jamur patogen dari jaringan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Cucilah contoh jaringan di bawah air leding yang mengalir untuk menghilangkan tanah,

debu, dan kontaminan lainnya;

2. Bila contoh terlalu banyak ditumbuhi saprob, sekalah dengan etanol 70%. Hal ini

dianjurkan untuk mensterilkan permukaan jaringan kayu yang sakit;

3. Irislah jaringan dari tepi utama luka yang berbatasan dengan jaringan yang sehat;

4. Letakkan irisan-irisan jaringan ke dalam larutan natrium hipoklorit 1% atau etanol 70%.

Hal ini perlu disesuaikan bergantung kepada sifat jaringan, karena misalnya, beberapa

jaringan daun sangat berpori dan mungkin dapat mengabsorbsi cukup banyak larutan

sterilan untuk dapat mematikan patogen. Waktu pencelupan untuk sterilisasi biasanya

antara 1–5 menit;

5. Keluarkan irisan-irisan jaringan dari larutan untuk mensterilisasi dan cucilah dengan

cara memindahkannya sebentar ke dalam air suling steril. Kemudian irisan-irisan

tersebut sebaiknya dikeringkan di atas kertas saring steril, apabila memungkinkan,

dilakukan di udara yang disaring dalam ruang isolasi (laminar flow), sebelum mengiris

potongan jaringan kecil (kira-kira 2 mm x 2 mm) yang dilapiskan pada agar-agar air

leding atau agar-agar dekstrosa kentang. Pengeringan penting, karena menghambat

pertumbuhan bakteri kontaminan. Ketika melapiskan potongan jaringan pada media

agar-agar, tutup cawan Petri sebaiknya diangkat dan ditaruh kembali dengan hati-hati

untuk menghindari masuknya kontaminan yang berasal dari udara;

6. Cawan isolasi sebaiknya diinkubasi dengan posisi terbalik untuk mencegah kondensasi

uap air pada permukaan agar-agar. Kebanyakan jamur patogen tumbuh dengan baik

pada suhu 25°C;

7. Kultur murni dapat diperoleh dari koloni yang berasal dari spora tunggal atau dari ujung

hifa yang terdapat pada pelat isolasi awal. Kultur spora tunggal dapat dibuat dengan

menyiapkan suspensi spora dalam air suling steril dan disebarkan di atas agar-agar air

leding atau media lain yang sesuai. Pelat-pelat ini kemudian diinkubasikan di dalam

ruang gelap pada suhu kamar selama 24 jam. Selanjutnya pelat-pelat itu diperiksa di

bawah mikroskop stereo dan spora-spora tunggal yang berkecambah pada sepotong

kecil agar- agar dipindahkan dengan jarum inokulasi ke media yang sesuai;

Page 19: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

15

8. Prosedur tersebut di atas dapat dimodifikasi sesuai dengan pengalaman atau mengikuti

petunjuk yang tercantum dalam pustaka.

Dari daun

Pilihlah daun dengan bilur baru, karena jamurnya dalam keadaan paling aktif. Secara

hati-hati, irislah potongan kecil jaringan dari bagian tepi bilur dengan gunting atau skalpel

steril. Sterilisasi permukaan material daun biasanya perlu dilakukan, 1–3 menit dalam larutan

natrium hipoklorit 10%, dilanjutkan dengan pembilasan dengan air steril. Selanjutnya,

potongan-potongan daun ditaruh pada permukaan agar-agar dengan menggunakan pinset steril.

Dari batang

Bila terdapat bilur yang dalam atau bilur di bagian dalam jaringan pembuluh, contoh

dapat diambil dari jaringan bagian dalam untuk menghindari diperlukannya sterilisasi

permukaan. Contoh dibelah membujur dari bagian yang sehat ke arah bagian yang sakit dengan

menggunakan pisau yang telah dibakar atau dengan alat lain yang sesuai untuk material

berkayu.

Dengan menggunakan skalpel steril, pindahkan jaringan-jaringan dengan hati-hati dari

tepi utama luka ke permukaan bagian dalam yang baru disingkap. Dengan menggunakan pinset

steril pindahkan potongan jaringan yang panjangnya 3–5 mm ke cawan Petri yang berisi media

agar-agar air leding atau media agar-agar lain yang sesuai. Pada batang yang tipis, biasanya

bilur terbatas pada jaringan luar, atau tidaklah mungkin untuk mengambil contoh jaringan

bagian dalam. Dalam hal ini, potongan-potongan kecil jaringan sebaiknya diambil dari tepi

bilur dengan menggunakan skalpel steril, permukaan disterilkan (1–3 menit dalam natrium

hipoklorit 10%), dicuci dengan air steril, dan disimpan pada permukaan agar-agar.

Dari akar

Cucilah akar-akar yang kecil dan halus untuk menghilangkan tanah yang berlebihan,

kemudian taruhlah di dalam mangkuk yang bagian dasarnya rata atau cawan Petri berisi 2–3 cm

air, sehingga bagian akar yang berpenyakit mudah dilihat. Pisahkan akar-akar itu dengan

skalpel atau sepasang pinset. Selanjutnya, potonglah bagian akar yang mengarah ke tepi

luka/bilur (sebaiknya panjangnya sekitar 5 mm) dengan menggunakan skalpel atau gunting

Page 20: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

16

steril. Sterilisasi permukaan juga dapat dilakukan sebentar, tetapi dengan material yang halus

seperti itu, cara pencucian yang lama mungkin yang terbaik. Hal ini dapat dilakukan dengan

menaruh potongan-potongan akar dalam saringan yang halus di bawah air leding bersih yang

mengalir secara perlahan selama 30–90 menit. Selanjutnya, dengan menggunakan skalpel atau

sepasang pinset steril, pindahkan potongan akar ke cawan Petri yang berisi media, dengan

menaruh potongan-potongan ke dalam permukaan agar-agar.

Teknik pengenceran

Jamur mungkin dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun dan

bunga, dengan cara mencucinya, diikuti dengan melakukan satu seri pengenceran untuk

mendapatkan koloni tunggal pada media agar-agar yang sesuai. Media yang kaya hara harus

dihindari, karena menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan mengorbankan

sporulasi. Antibiotik seperti streptomisin sulfat sebaiknya juga ditambahkan ke dalam media

agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri.

Satu seri pengenceran dalam air steril dapat disiapkan dengan mencuci sedikit tanah

atau material tanaman yang telah ditumbuk halus atau disaring yang dicampur rata dalam 10 ml

air steril dalam botol McCartney yang berukuran 20 mL. Pipet steril kemudian digunakan untuk

memindahkan 1 mL suspensi ini ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL air steril. Pipet steril

yang baru digunakan untuk mengaduk dan memindahkan 1 ml suspensi ini ke tabung kedua

yang berisi 9 mL air steril.

Proses ini berlanjut sampai jumlah pengenceran yang diinginkan telah siap. Sebagian

kecil hasil pengenceran terakhir dipindahkan ke dalam cawan Petri steril berisi agar-agar dan

disebarkan dengan menggunakan batang gelas steril. Cawan Petri itu lalu diinkubasikan sampai

koloni-koloni jamur mulai tampak. Koloni-koloni itu harus segera disubkulturkan ke media

agar-agar yang sesuai sebelum mereka mulai tumbuh saling menutupi satu sama lain.

Page 21: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

17

6.6 Isolasi Bakteri

Jika bakteri merupakan patogen utama, sel-sel bakteri dapat ditemukan dalam jumlah

besar bila material dipisahkan dari bagian tepi bilur yang sedang berkembang atau jaringan

pembuluh yang berubah warna. Prosedur dasar untuk menemukan adanya dan mengisolasi

bakteri patogen dari jaringan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Cucilah contoh jaringan dengan air leding yang mengalir untuk menghilangkan tanah di

permukaan, debu, dan kontaminan lainnya. Bila material tanaman asal belum ditangani

secara berlebihan, maka sterilisasi permukaan tidak diperlukan. Sterilisasi tidak

diinginkan, terutama untuk material yang hampir kering atau sudah kering. Hal ini

karena zat sterilan cepat menembus jaringan, yang dapat mematikan semua bakteri

secara efektif. Jika diperlukan, pencelupan singkat dalam larutan natrium hipoklorit 1%

sudah cukup untuk mensterilkan sebagian besar material. Setelah perlakuan tersebut,

contoh sebaiknya dibilas dengan air steril.

2. Buatlah irisan yang bersih dari potongan jaringan yang dipilih dari batas antara jaringan

yang sakit dan yang sehat, kemudian taruhlah ke dalam setetes air steril pada kaca

obyek yang telah dilewatkan di atas nyala api. Jaringan- jaringan tanaman yang lebih

tebal, setelah ditaruh pada kaca obyek, sebaiknya dipisah-pisah sebelum dilakukan

pengamatan mikroskopik. Tutuplah perlahan-lahan dengan kaca penutup yang telah

dilewatkan di atas nyala api dan segera amati dengan mikroskop fase kontras pada

perbesaran kira-kira 400x. Menurunkan kondensor atau menutup diafragma bawah

pentas mungkin perlu dilakukan untuk melihat sel-sel bakteri. Gumpalan bakteri akan

mengalir dari bagian tepi potongan, jika bilur itu disebabkan oleh bakteri. Harus hati-

hati agar tidak keliru dalam membedakan material seperti lateks, plastid, atau butir pati

dengan bakteri. Jika aliran bakteri dari tepi potongan jaringan terlihat, kaca penutup

dapat dipindahkan dan satu ose penuh suspensi digoreskan pada media agar-agar yang

sesuai. Kadang-kadang perlu membiarkan jaringan tanaman di dalam air selama

beberapa jam agar cukup banyak sel bakteri keluar dari jaringan, sebelum

menggoreskan suspensi pada media isolasi.

3. Penggoresan sebaiknya dilakukan dengan ose platina yang dibuat dari kawat platina 24

SWG dengan menggosokkan ose yang penuh suspensi pada permukaan cawan agar-

agar. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Cara pertama adalah dengan

Page 22: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

18

membuat pola berbiku-biku pada kuadran cawan mulai dari tepi. Kuadran-kuadran

berikutnya sebaiknya digoresi masing-masing menutupi kuadran yang terakhir pada

bagian tepinya (Gambar A). Setiap kali sebelum penggoresan, ose sebaiknya dilewatkan

di atas nyala api dan didinginkan dengan menyentuhkannya pada permukaan agar-agar.

Cara kedua adalah menggoreskan satu ose penuh suspensi pada seluruh permukaan

cawan dengan cara menggerakkannya perlahan-lahan dari bagian atas ke bawah dan

pada waktu yang sama menggerakkannya secara cepat dari satu tepi cawan ke tepi yang

lain. Tujuan cara-cara ini adalah untuk memperoleh individu-individu koloni bakteri

yang terpisah dengan baik.

4. Media yang digunakan harus sesuai untuk pertumbuhan patogen yang dicurigai. Setelah

dituangi agar-agar, cawan media isolasi sebaiknya dikeringkan dengan cara membalik

tutup cawan, dan menopang bagian bawahnya pada tepi tutup yang dibalik selama 24

jam dalam inkubator yang bersih atau dengan cara membuka tutup-tutup cawan media

di dalam lemari alir udara (laminar flow) selama 30 menit. Hal ini perlu dilakukan

dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi udara pada agar-agar.

5. Cawan berisi isolat sebaiknya diinkubasi dalam posisi terbalik untuk menghindari

terjadinya kondensasi uap air pada permukaan agar-agar. Kebanyakan bakteri patogen

tanaman tumbuh baik pada suhu 25–28°C.

6. Buatlah modifikasi prosedur di atas berdasarkan pengalaman atau seperti yang

tercantum dalam pustaka.

Page 23: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

19

Gambar 2. Cawan goresan isolasi bakteri yang memperlihatkan: 1. Inokulasi massa dari suspensi sel. 2. Goresan permulaan dari inokulasi massa dengan menggunakan ose yang dilewatkan nyala api dan didinginkan. 3. Goresan kedua. 4. Goresan ketiga, koloni-koloni tunggal seharusnya tumbuh di areal ini.

Setelah penggoresan, cawan diinkubasi pada suhu ruangan dan diperiksa setiap hari

selama 4–5 hari atau sampai dengan 10–14 hari jika patogen yang dicurigai tumbuhnya lambat.

Apabila diagnosis dilakukan berdasarkan gejala, patogen yang diharapkan seringkali dapat

langsung dikenal dan dibuat sub-kulturnya, walaupun bakteri-bakteri lain juga ada di dalam

cawan. Dengan spesimen yang baik dari tanaman yang berpenyakit dan potongan-potongan

jaringan yang dipilih dengan baik, seringkali patogen tersebut merupakan satu-satunya

organisme yang ditemukan. Bila lebih dari satu tipe koloni yang tumbuh, kerapatan relatif dari

masing-masing tipe seharusnya dicatat. Organisme yang paling sering diisolasi, terutama jika

diperoleh dari lokasi yang berbeda, perlu diperiksa kembali, kecuali jika dapat langsung dikenal

sebagai saprofit. Pembuatan subkultur hanya dapat dilakukan pada koloni yang terpisah dengan

baik, dan sebaiknya pada agar-agar miring dari media yang sama.

Metode isolasi lainnya mirip dengan yang digunakan untuk jamur. Potongan-potongan

jaringan terinfeksi diletakkan secara langsung pada media agar-agar, dan pertumbuhan bakteri

terjadi di sekitar potongan jaringan. Jika terdapat saprob, maka pertumbuhan mikrob besar

kemungkinannya sebagian besar terdiri atas saprob, sehingga patogen yang tumbuhnya lamban

akan hilang. Dengan alasan ini, maka metode ini sebaiknya hanya dapat digunakan jika metode

pengenceran dianggap tidak sesuai.

1

2

3

4

Page 24: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

20

VII. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DENGAN

METODE SUMUR DIFUSI

Pengujian dilakukan dengan menguji aktivitas antibakteri antibiotika Levofloxacin,

Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent (Sunlight, Dettol, dll) terhadap bakteri yang diisolasi

dari buah dan sayuran yang busuk. Petri yang telah berisi 10 ml media PDA dan 1000 µl

suspensi bakteri dibiarkan memadat. Setelah padat sumur difusi dibuat masing-masing

sebanyak 2 buah pada setiap Petri dengan menggunakan cork borer. Setiap sumur difusi diisi

dengan 20 µl antibiotika Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent diinkubasi

selama 24 jam. Setelah 24 jam, kita bisa mengetahui apakah antibiotika Levofloxacin, Natrium

Hipocloride 1%, dan Detergent bersifat antibakteri. Apabila di sekitar sumur difusi terdapat

zona bening maka hal ini berarti bahwa zat yang kita gunakan bersifat antibakteri. Menurut

Ardiansyah (2005), jika zona bening ≥ 20 mm (daya hambat sangat kuat), 10–20 mm (daya

hambat kuat), 5-10 mm (daya hambat sedang), dan < 5 mm (daya hambat kurang atau lemah).

Gambar 3. Pengaruh Antibiotika Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent

terhadap Pertumbuhan Bakteri.

Page 25: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

21

VIII. PEMBUATAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL

(MOL)

8.1. Kompetensi Dasar

1. Mengenalkan cara pembuatan MOL dari berbagai bahan dasar kepada mahasiswa

2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa menetapkan sifat biologi larutan

MOL

8.2. Pendahuluan

Pembuatan mikroorganisme lokal (MOL), dapat diperoleh dari bongkol pisang, limbah

sayur atau buah, nasi basi, rebung bambu, pangkal batang rumput gajah dan daun gamal, serta

limbah organik lainnya. Bahan ini dihancurkan dengan blender kemudian direndam dalam air

kelapa selama 14-21 hari sehingga terbentuk stater Mol yang banyak mengandung mikroba

perombak. Air kelapa merupakan sumber mineral sedangkan bonggol pisang, limbah sayur atau

buah, rebung, rumput gajah atau daun gamal sebagai sumber hara dan energi, serta mikroba

stater pembuatan bio urine dan kompos. Mikroba starter (MOL) diperoleh dengan cara

memfermentasikan bahan-bahan tersebut di atas dalam jerigen tertutup berisi 10 Liter air

kelapa dimasukkan cincangan bahan MOL seberat 2500 gram, kemudian botol ditutup dan di

inkubasi selama 2 minggu sambil dikocok setiap hari. Setelah itu akan tampak bahan MOL

hancur. Selanjutnya larutan diambil dan disaring untuk mendapatkan cairan bening yang akan

digunakan sebagai starter pembuatan kompos.

8.3 Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jeriken, botol air mineral besar dan

tanggung, selang plastik, pisau,timbangan, sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya air

kelapa, daun intaran, daun salam, daun lamtoro, daun pahitan, buah-buahan dan sayuran busuk,

gula aren/pasir, terasi, taoge,dan air.

8.4 . Prosedur

1. Tumbuk/cincang bahan dasar MOL (daun intaran, daun salam, daun lamtoro, daun pahitan,

buah-buahan dan sayuran busuk)

2. Masukkan sebanyak 200 g bahan dasar MOL ke dalam 1 liter air kelapa dalam botol air

mineral

Page 26: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

22

3. Tambahkan masing masing 100 g gula, terasi dan taoge ke dalam larutan di atas, kocok

merata, kemudian tutup botol dan dihubungkan dengan botol yang sudah berisi air

secukupnya menggunakan selang plastik kecil.

4. Inkubasi selama dua mimggu sambil dikocok dan diamati sifat fisik MOL setiap hari.

5. Tentukan jumlah populasi total jasad mikro, populasi bakteri, populasi jamur dan rasio C/N

larutan MOL.

Gambar 4. Larutan MOL sudah siap difermentasikan (Suwastika dkk., 2013)

A.A.N.G.Suwastika, 2013

Page 27: PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

23

DAFTAR PUSTAKA

Anas,I. 1989. Petunjuk Praktikum. Biologi Tanah dalam Praktek. Depdikbud Dirjen Dikti PAU Bioteknologi IPB, Bogor. Barker, K. 1998. At The Bench, A Laboratory Navigator. Cold Spring Harbor Laboratory

Press, New York. Barrow, G.I. & R.K.A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s, Manual for the Identification of

Medical Bacteria. Cambridge University Press, New York. Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice : A Self Instructional Laboratory Course. Harper

Collins Publisher Inc., New York. Hadiutomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia, Jakarta. Juhnke, M. E., Mathre, D. E., and Sands, D. C. 1987. Identification and characterization of

rhizospherecompetent bacteria of wheat, Appl. Environ. Microbiol., 53, 2793,. Subadiyasa, N.N; A.A.N.G. Suwastika; A.A. I. Kesumadewi; N. N. Soniari;N.W. S.Sutari; I W.

D. Atmaja, . 2013. Panduan Blok Praktikum (Teknologi Biologi Tanah Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Berkelanjutan). Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Postgate, J. R. 1969. Viable counts and viability, in Methods in Microbiology, Vol. 1, Norris,

F. N. and Ribbons, D. W., Eds., Academic Press, New York, 611. Suwastika, A.A.N.G.;K. Khalimi.; T.A Fabiola; & N.W.S.Sutari. 2012. Penuntun Praktikum

Mikrobiologi Pertanian. Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Suwastika, A.A.N.G.; N.W.S. Sutari; A.A.A.A.S. Sunari; N.N.Soniari; & I W.D. Atmaja.

2013. Pengolahan Limbah Pertanian dan Kerajinan menjadi Pupuk Organik Berkualitas di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Udayana Mengabdi. Journal of Community Services. Vol. 12. No.1.