penuntun praktikum mata kuliah analisis zat gizi …
TRANSCRIPT
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
1/67
PENUNTUN PRAKTIKUM
MATA KULIAH ANALISIS ZAT GIZI MAKRO
GIZ 232 – 3(2-3)
TIM PENYUSUN:
ENY PALUPI AHMAD SULAEMAN FAISAL ANWAR
PROGRAM S1 ILMU GIZI – DEPARTEMENGIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
2/67
Buku penuntun praktikum ini khusus digunakan di lingkungan Program Sarjana Ilmu Gizi
Fakultas Ekologi Manusia – Institut Pertanian Bogor
Dilarang memperbanyak tanpa izin
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
3/67
Daftar Isi
Jadwal praktikum Mata Kuliah AZG Makro Pembagian waktu praktikum per kelas praktikum Kata pengantar Tata tertib praktikum AZG Makro
1 Pengenalan alat-alat gelas dan instrumen-instrumen untuk analisis zat gizi 10
1.1 Alat-alat gelas di Laboratorium kimia
1.2 Alat-alat lain yang perlu dikenali dan dipahami
1.3 Instrument analisis
1.4 Tugas dan pertanyaan
2 Latihan pengambilan contoh 19
2.1 Pendahuluan
2.2 Bahan dan alat
2.3 Prosedur kerja
2.4 Pertanyaan pre-lab
3 Analisis kadar air metode gravimetri 35
3.1 Pendahuluan
3.2 Prinsip analisis
3.3 Bahan dan alat
3.4 Prosedur kerja
3.5 Pertanyaan pre-lab
4 Analisis kadar abu metode gravimetri 38
4.1 Pendahuluan
4.2 Prinsip analisis
4.3 Bahan dan alat
4.4 Prosedur kerja
4.5 Pertanyaan pre-lab
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
4/67
5 Analisis kadar air metode ekstraksi 41
5.1 Pendahuluan
5.2 Prinsip analisis
5.3 Bahan dan alat
5.4 Prosedur kerja
5.5 Pertanyaan pre-lab
6 Analisis kadar protein metode kjeldahl 46
6.1 Pendahuluan
6.2 Prinsip analisis
6.3 Bahan dan alat
6.4 Prosedur kerja
6.5 Pertanyaan pre-lab
7 Analisis kadar lemak metode soxhlet 51
7.1 Prinsip analisis
7.2 Bahan dan alat
7.3 Prosedur kerja
7.4 Pertanyaan pre-lab
8 Analisis kadar serat metode enzimatis gravimetri 55
8.1 Prinsip analisis
8.2 Bahan dan alat
8.3 Prosedur kerja
8.4 Pertanyaan pre-lab
9 Analisis kadar gula metode luff schrool 61
9.1 Prinsip analisis
9.2 Bahan dan alat
9.3 Prosedur kerja
9.4 Pertanyaan pre-lab
Daftar pustaka 67
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
5/67
Jadwal praktikum Mata Kuliah AZG Makro
Pertemuan ke- Pokok ajaran
1
Pendahuluan, pembagian kelompok, dan tata tertib praktikum
2
Pengenalan alat-alat gelas dan instrumen-instrumen untuk analisis
zat gizi
3
Latihan pengambilan contoh (sampling)
4
Analisis kadar air dan abu metode gravimetri
5
Analisis kadar air metode ekstraksi
6 dan 7
Analisis kadar protein metode kjeldahl
UTS
8
Analisis kadar lemak metode soxhlet
9, 10, 11
Analisis kadar serat metode enzimatis gravimetrik
12
Analisis kadar gula metode luff schrool
13
Studi kasus analisis zat gizi makro
14
Ujian praktikum
UAS
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
6/67
Pembagian waktu praktikum per kelas
praktikum
Waktu praktikum
Kelas praktikum Tempat praktikum
Rabu,13.00-16.00 Kelas P1
Laboratorium Kimia &Analisis Makanan
Kelas P2
Laboratorium Biokimia Gizi
Kamis, 13.00-16.00 Kelas P3
Laboratorium Kimia & Analisis Makanan
Kelas P4
Laboratorium Biokimia Gizi
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
7/67
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya
kami dapat menyelesaikan buku penuntun praktikum Mata Kuliah Analisis Zat Gizi Makro ini.
Buku penuntun ini disusun untuk memudahkan mahasiswa program Sarjana Ilmu Gizi,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, juga
mungkin pihak lain, dalam mempelajari, melaksanakan dan mengembangkan praktikum
Analisis Zat Gizi Makro. Buku panduan ini disusun sejalan dengan Mata Kuliah Analisis Zat
Gizi Makro, program Sarjana Ilmu Gizi. Dengan pengadaan praktikum Analisis Zat Gizi Makro
ini, mahasiswa diharapkan menjadi lebih mudah dalam mempelajari, memahami, dan
menguasai teknik-teknik analisis zat-zat gizi makroyang terstandarisasi secara internasional,
baik teknik yang tradisional maupun yang modern.
Tak ada gading yang tak retak. Kritikan dan saran dalam rangka perbaikan buku panduan ini
akan sangat diharapkan.
Semoga bermanfaat.
Tim penyusun
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
8/67
Tata tertib praktikum AZG Makro
1. Komponen nilai praktikum AZG Makro terdiri dari: nilai kerja (25%), nilai kuis (25%),
nilai laporan (25%), dan nilai ujian praktikum (25%)
2. Setiap peserta praktikum AZG Makro (praktikan) harus memiliki buku penuntun
praktikum AZG Makro
3. Setiap praktikan harus menyiapkan satu buku khusus untuk buku kerja praktikum
AZG Makro
4. Sebelum acara praktikum, setiap praktikan harus sudah membaca dan mempelajari
penuntun praktikum AZG Makro
5. Sebelum acara praktikum, setiap praktikan harus menuliskan tujuan praktikum hari
itu, membuat rencana kerja yang akan dilakukan pada praktikum hari itu, dan
mengerjakan pertanyaan pre-lab di dalam buku kerja. Salah menyiapkan materi
praktikum atau hanya menyiapkan sebagian maka nilai kerja pada hari itu = 50
6. Setiap praktikan harus membawa masker, sarung tangan bersih, kaca mata
pelindung, label, lap bersih, spidol permanen, alkohol, tissue, korek api, plastik
kiloan, dan obat pribadi bagi yang mempunyai penyakit khusus
7. Praktikan harus bersepatu tertutup, menutupi seluruh badan kaki
8. Praktikan harus sudah siap di depan laboratorium 5 menit sebelum praktikum
dimulai
9. Sebelum diabsen, praktikan harus sudah memakai jas laboratorium dengan rapih
disertai name tag, bersepatu tertutup, merapihkan rambut/jilbab, membawa buku
kerja, alat tulis, dan perlengkapan praktikum
10. Perlengkapan selain yang diperlukan selama praktikum harus disimpan dengan rapih
di dalam tas dan tertutup
11. Apabila belum memenuhi ketentuan tersebut di atas, praktikan dilarang masuk
laboratorium dan mengikuti praktikum, serta nilai kerja pada hari itu = 50
12. Hadir tepat waktu dalam setiap acara praktikum
Keterlambatan:
- 5 – 10 menit nilai kuis = 0 (NOL)
- 10 – 15 menit nilai kuis = 0 (NOL) dan nilai kerja = 50
- > 15menit nilai kerja = 25 dan tetap harus mengikuti praktikum
- > 30 menit nilai kerja = 0 (NOL) dan tetap harus mengikuti praktikum
13. Menyimpan tas dan benda-benda lain yang tidak diperlukan pada tempat yang telah
disediakan. Tidak diperkenankan menyimpan tas di atas meja laboratorium.
14. Mengenakan jas laboratorium selama bekerja di dalam laboratorium, untuk
melindungi badan dan pakaian dari zat-zat kimia, zat-zat warna dan zat-zat lain yang
berbahaya.
15. Setiap acara praktikum dimulai dengan penjelasan singkat dari dosen/asisten
mengenai apa-apa yang akan dilakukan. Praktikum tidak boleh dimulai sebelum
penjelasan diberikan. Hal-hal yang tidak dimengerti harus ditanyakan pada
dosen/asisten yang bersangkutan.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
9/67
16. Menggunakan larutan dan bahan-bahan kimia seefisien mungkin, sesuai dengan
buku panduan praktikum
17. Setiap praktikan harus menjaga ketenangan, kenyamanan, dan kebersihan selama
praktikum berlangsung
18. Pada saat praktikum berlangsung, berlaku tata tertib:
- Tidak boleh keluar masuk laboratorium tanpa seizin dosen/asisten
- Tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan
praktikum
- Tidak boleh makan, minum, atau merokok di dalam ruang laboratorium
- Tidak boleh berbicara keras
- Tidak boleh berfoto
- Tidak boleh membuat kegaduhan
- Praktikan yang melanggar ketentuan tersebut diatas nilai kerja = 10
19. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan laboratorium pada jam praktikum
20. Penggunaan laboratorium diluar jam praktikum harus seizin dan sepengetahuan
penanggung jawab praktikum (dosen/asisten) dan pengelola laboratorium
Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB, serta ditemani minimal satu orang
dosen/asisten/laboran
21. Data pengamatan dan catatan penting lain yang berhubungan dengan praktikum
dicatat pada buku kerja praktikum AZG Makro
22. Setiap selesai praktikum, semua alat-alat yang sudah digunakan harus dicuci dengan
bersih, dikeringkan (dilap) dan disimpan ke tempat semula
23. Setiap selesai praktikum, semua bahan-bahan yang masih bisa digunakan harus
disimpan ke tempat semula
24. Setiap selesai praktikum, meja, sink dan lantai harus selalu dibersihkan dari bahan-
bahan dan alat-alat yang sudah digunakan. Sampah dibuang ke tempat sampah yang
telah disediakan. Pel dan tempat sampah dikembalikan pada tempatnya
25. Alat-alat yang digunakan selama praktikum menjadi tanggung jawab praktikan,
apabila alat-alat tersebut pecah, rusak, atau hilang maka praktikan harus
menggantinya dengan alat yang berspesifikasi sama, paling lambat satu pekan
setelah kerusakan/kehilangan alat tersebut. Apabila melanggar ketentuan ini maka
nilai kerja = 20
26. Selesai praktikum, dosen/asisten/laboran akan memeriksa semua kebersihan
laboratorium dan keutuhan alat, praktikan dilarang meninggalkan laboratorium
sebelum pemeriksaan selesai
27. Praktikan yang tidak memenuhi ketentuan di atas akan dikenai sanksi nilai kerja = 20
28. Setiap hasil kerja praktikum dibahas dan dilaporkan dalam laporan praktikum AZG
Makro yang dikerjakan perkelompok sesuai dengan format yang ditentukan
29. Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat satu pekan setelah praktikum
berlangsung, apabila terlambat mengumpulkan laporan maka nilai laporan = 25
30. Praktikum harus dihadiri 100%. Apabila kehadiran kurang dari 100% dengan tanpa
mengurus surat izin dan tugas pengganti maka praktikan dilarang mengikuti ujian
praktikum dan nilai ujian praktikum = 0
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
10/67
1 Pengenalan alat-alat gelas dan instrumen-instrumen untuk analisis zat gizi
1.1 Alat – alat gelas di Laboratorium kimia
1.1.1 PIPET
Pipet golongan A: sangat teliti ± 0,02 dan ± 0,04 ml berturut-turut untuk pipet 2, 25 dan 50
ml. Pipet ini sangat teliti terutama yang disertai sertifikasi kalibrasi.
Pipet golongan B: kurang teliti, namun cukup memuaskan untuk hampir semua keperluan
terutama apabila telah dikalibrasi oleh pemakai.
Cara kalibrasi: isilah pipet dengan air suling pada suhu kamar, kemudian tuangkan ke dalam
sebuah botol yang telah ditimbang. Botol ditutup dan ditimbang kembali. Dengan hati-hati
catatlah suhu air. Selanjutnya hitunglah kapasitas pipet dari hubungan volume dengan berat
air pada berbagai suhu. Bila suhu cairan yang dipipet sangat berbeda dengan suhu kalibrasi
maka penyimpangan nyata yang akan terjadi.
Pipet golongan D: Pipet untuk memindahkan: Pipet ini diberi symbol D (delivery) dan berupa
pipet gondok (pipet volumetrik).
Pipet berskala (pipet Mohr, graduated pipette)
Pipet ini berupa tabung gelas dengan diameter yang seragam dengan tanda pembagian
volume yang sama sepanjang tabung. Interval diantara tanda-tanda kalibrasi tergantung
pada ukuran pipet. Pipet ini digunakan untuk mengukur cairan dengan volume yang
bervariasi. Pipet berskala dapat berupa jenis blow out dan jenis non blow out. Jenis blow out
mempunyai suatu ground glass circle (yang dapat dirasakan dengan jari) pada ujung atas
dari pipet. Sejumlah larutan akan tertahan pada ujung atas dari ”non blow out” pipet dan
jangan tiup cairan ini keluar.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
11/67
Mikropipet
Pipet ini mempunyai luas per unit volume lebih kecil dari pipet pada umumnya, tidak
terdapat lekukan tajam yang dapat menghalangi pengosongan pipet dan batang pipet
berupa kapiler. Pipet ini sering digunakan apabila bahan hanya tersedia dalam jumlah yang
sangat kecil. Pipet ini sering digunakan untuk mengukur darah atau serum. Cairan kental
seperti darah menggunakan pipet tipe Ostwald Folin. Pada pipet biasa, darah tertinggal pada
dinding dan ujung pipet sehingga volume yang dipindahkan kurang dari yang dikehendaki.
Penyimpangan volume tersebut sangat signifikan dengan jumlah besaran 0.1 ml.
Microsyringe
Pipet ini juga sering digunakan dalam analisis kimia terutama untuk memindahkan cairan
dalam jumlah kecil.
1.1.2 BURET
Buret digunakan untuk memindahkan/mengalirkan cairan dengan teliti dan digunakan pada
titrasi volumetrik. Buret juga digunakan untuk mengeluarkan cairan dengan volume
sembarang tetapi tepat. Sumbat keran (cerat) dapat terbuat dari gelas ataupun dari teflon.
Cerat dari Teflon tidak memerlukan pelicin, tetapi sumbat gelas harus dilumasi dengan
sedikit pelumas cerat (yang tidak terbuat dari silikon).
Mikroburet merupakan buret dengan ukuran 1,2 dan 5 ml biasa digunakan pada analisis
kimia dan dapat dikalibrasi dengan cara yang sama dengan pipet. Buret dengan kapasitas
tersebut mempunyai ujung yang sempit sehingga tiap tetes yang mengalir mempunyai
volume yang kecil. Penyimpangan/kesalahan dua tetes (0.1 ml) pada titrasi volumetrik yang
menggunakan 20 ml tidak terlalu besar pengaruhnya akan tetapi pada titrasi 1 ml kesalahan
tersebut cukup besar pengaruhnya.
1.1.3 GELAS UKUR
Gelas ukur digunakan untuk mengukur cairan secara tidak sangat tepat, sehingga
menggunakannya pun tidak perlu dicoba dengan sangat teliti. Alat ini tidak boleh digunakan
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
12/67
sebagai pengganti pipet atau pun buret karena alat ini tidak memindahkan volume tertentu
akan tetapi hanya mengukur. Walaupun demikian, gelas ukur dapat digunakan untuk
mengukur/memindahkan volume dalam jumlah relatif besar apabila ketelitian tidak
dipentingkan. Gelas ukur sering disalahgunakan sehingga mendapat julukan “pipet
mahasiswa yang malas” (the lazy student pipette).
1.1.4 LABU TAKAR
Labu takar digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dengan volume
tertentu atau untuk mengencerkan suatu larutan sehingga konsentrasi yang baru juga
diketahui dengan seteliti-telitinya. Labu takar dikalibrasi untuk volume tertentu pada suhu
tertentu, biasanya 200C. Labu yang baik mempunyai leher yang sempit dengan suatu garis
tipis terlukis melingkari leher. Garis ini memungkinkan penyesuaian permukaan cairan
dengan teliti dan menghindarkan kesalahan paralaks.
Cara kalibrasi: Timbang labu kosong, isi dengan air suling pada suhu kamar dan timbang lagi.
Volume yang ada dalam labu kemudian dihitung dengan cara yang telah dikemukakan.
Alat gelas lainnya yang harus tersedia di suatu laboratorium analisis
1. Gelas piala
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Corong pemisah
5. Macam-macam filter/krus
saringan
6. Cawan porselen
7. Pinggan porselen
8. Labu kjeldahl
9. Labu lemak
10. Botol timbang
11. Soxhlet
12. Labu destilasi
13. Gelas penutup
14. Eksikator
15. Botol semprot
16. Mortar dan pastel
17. Tabung reaksi
18. Tabung sentrifuse
19. Kuvet/sel
20. Magnetic stirrer
21. Pendingin tegak
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
13/67
1.2 Pencucian alat-alat gelas
Agar analisis dapat dilakukan dengan teliti maka pencucian alat-alat gelas harus dilakukan
dengan baik dan benar. Alat yang telah digunakan sebaiknya segera direndam dalam air
hangat yang mengandung sabun atau detergen dan kemudian dibersihkan di bawah aliran
air dan selanjutnya dibilas dengan air suling. Sabun atau detergen yang berlebihan harus
dihindari karena dapat mengganggu beberapa analisis. Alat-alat yang kotor untuk pertama
kali harus dibersihkan dari lemak dengan kain yang direndam dalam kloroform atau benzena
lalu selanjutnya direndam semalam dalam asam kromat. Alat-alat yang sangat kotor dapat
dibersihkan dengan merendamnya dalam suatu campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat apabila penggunaan asam kromat tidak efektif. Semua sisa-sisa pembersih selanjutnya
dihilangkan dengan cara mencuci alat-alat tersebut di bawah aliran air berulang kali diikuti
beberapa kali pencucian dengan air suling. Alat-alat yang akan digunakan untuk analisis
mineral direndam dalam larutan asam nitrat 3 N. Kemudian, dicuci di air mengalir dan
selanjutnya dibilas air suling. Alat-alat gelas biasa kemudian dikeringkan dalam oven, namun
untuk alat-alat gelas volumetrik sebaiknya tidak dipanaskan akan tetapi dibilas dengan
sejumlah kecil alkohol kemudian eter dan akhirnya dikeringkan dengan aliran udara hangat.
1.3 Penggunaan alat-alat gelas
PIPET GONDOK
Cucilah pipet dengan sedikit larutan yang digunakan beberapa kali dan selanjutnya diisi
dengan larutan tersebut sampai melewati tanda tera. Bersihkan ujung pipet dengan sobekan
kertas saring secara hati-hati. Kemudian, turunkan cairan sampai meniskus cairan mencapai
tanda tera. Biarkan cairan menetas ke dalam wadah yang sesuai dengan alirannya
menyentuh dinding wadah. Setelah aliran berhenti, baru ujung pipet diangkat. Pada ujung
cairan mungkin masih tertinggal sedikit cairan dan jangan meniup cairan keluar.
PIPET MOHR
Seperti pada pipet gondok, terlebih dahulu pipet dicuci dengan cairan yang digunakan.
Setelah itu cairan dihisap dan kemudian dicatat meniskus awalnya. Cairan dikeluarkan
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
14/67
dengan membiarkan turun dari tanda kalibrasi yang satu ke yang lain. Dalam memipet cairan
sebesar 0.9 ml lebih baik menggunakan pipet berskala 1 ml dibandingkan dengan pipet 10
ml. Sebagian pipet berskala dikalibrasi sedemikian rupa sehingga sedikit cairan tertinggal
pada ujungnya dan sisa ini tidak boleh ditiup. Namun untuk beberapa pipet serologi
mempunyai suatu “ground glass band” pada bagian atasnya sehingga dalam hal ini tetes
terakhir cairan harus ditiup untuk ketelitian pengukuran.
Perhatian:
Bahan-bahan kimia yang “caustic” dan toxic jangan dipipet dengan mulut namun gunakan
propipet, pengisap karet (rubber bulbs) atau alat lainnya.
BURET
Sebelum digunakan, buret harus bersih secara kimia (“chemically clean”). Cerat (stopcock)
tidak keras. Kira-kira 5 - 10 ml larutan dimasukkan ke dalam buret dan buret diputar-putar
beberapa kali lalu cairan dikeluarkan. Proses ini diulang beberapa kali. Kemudian, buret diisi
dan digunakan. Sebelum mengeluarkan cairan dari buret, harus diperiksa bahwa lubang
cerat terisi dengan cairan yang akan diambil. Pada saat mencatat letak meniskus cairan
dalam buret, harus diusahakan agar mata setinggi meniskus dan lingkaran tera yang terdekat
pada meniskus harus kelihatan sebagai garis lurus. Sebelum mencatat, harus ditunggu
supaya cairan yang menempel pada dinding dalam telah turun. Setelah digunakan, larutan
dalam buret harus dibuang dan buretnya dibilas dengan air suling. Apabila tidak digunakan
maka diisi dengan air suling untuk mencegah masuknya debu.
MIKROBURET
Mikroburet mempunyai diameter kecil dan cairan sebaiknya diberi waktu untuk menetes
sampai tanda yang dikehendaki sebelum dilaksanakan pembacaan. Sepeti halnya pipet,
cairan yang tertinggal pada ujung buret sebaiknya dikeluarkan dengan cara menyentuhkan
ujung ini dengan dinding wadah.
Perhatian:
Gelembung udara harus dihilangkan baik dari pipet maupun buret. Disamping itu suhu dari
larutan dapat mempengaruhi volume. Jangan meninggalkan larutan dalam buret untuk
waktu yang lama. Larutan alkali tidak boleh dibiarkan lama di dalam buret karena dapat
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
15/67
menyerang gelas dan menyebabkan cerat “membeku” sehingga buret tidak dapat digunakan
lagi.
GELAS UKUR
Gelas ukur yang telah bersih dipegang dengan tangan dan ibu jari menunjuk batas volume
yang dikehendaki. Gelas ukur diangkat sehingga batas tersebut setinggi mata. Cairan yang
akan diukur dituangkan kedalamnya sampai meniskusnya mencapai batas tersebut.
LABU TAKAR
Labu takar yang akan digunakan harus sudah bersih secara kimia. Zat padat (yang ditimbang
dengan neraca analitik) atau cairan (yang dipipet) dimasukkan kedalam labu takar, lalu
ditambahkan pelarut sehingga hampir mencapai tanda tera. Semua zat padat yang telah
larut diperiksa. Dinding dalam yang berada di atas tanda tera dikeringkan dengan potongan
kertas saring (jangan mengenai cairan) dan penambahan pelarut diteruskan dengan sangat
hati-hati (diteteskan dengan pipet) sampai meniskus mencapai lingkaran tera dan tidak
membasahi dinding di atas tanda tera. Labu ditutup, lalu isinya dikocok dengan
membalikkan labu dan memutar untuk beberapa waktu.
Perhatian :
Apabila zat tersebut sulit larut maka sebelumnya suspensi harus dipanaskan dalam wadah
(gelas piala) dan dibiarkan dingin sampai suhu ruang sebelum dipindahkan ke dalam labu
ukur. Larutan di dalam labu takar tidak boleh dipanaskan di dalam labu, meskipun labu
terbuat dari gelas pyrex. Labu volumetrik yang dipanaskan akan menjadi labu biasa dan tidak
lagi menjadi labu volumetrik. Oleh karena itu, labu volumetrik tidak dapat dikeringkan di
dalam oven. Larutan alkali dapat menyebabkan penyumbat gelas “membeku” maka larutan
alkali sama sekali tidak boleh disimpan dalam botol yang dilengkapi sumbat seperti ini.
1.4 Alat – alat lain yang perlu dikenali dan dipahami
1. Macam-macam timbangan dan kegunaannya
2. pH meter
3. Ruang asam
4. Oven
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
16/67
5. Tanur
6. Magnetic stirrer
7. Pembakar gas
8. Lemari pendingin
9. Sentrifuse
10. Pemanas listrik
11. Penangas air (water bath)
1.5 Instrumen analisis
1. Kolorimeter
2. UV-Vis Spektrofotometer
3. Atomic Absorption Spectrophotometer
4. Fluoro Spectrophotometer
5. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
6. Gas chromatography
7. Thin layer Chromatography
8. Bomb Calorimeter
9. Fibertec
10. Dietary Fiber Apparatus
1.4 Tugas dan pertanyaan
A. Alat-alat Gelas
1. Gambarkan dan sebutkan nama-nama alat gelas volumetrik serta kegunaannya!
2. Gambar dan sebutkan kegunaan alat-alat gelas lainnya seperti di atas!
3. Lakukan percobaan penggunaan alat-alat tersebut menurut cara yang benar!
4. Terangkan hal-hal penting yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat tersebut!
5. Buatlah larutan dengan konsentrasi tertentu dalam satuan persen, molar (M),
normal (N) dan molal!
6. Buat pengenceran larutan tersebut sesuai yang dikehendaki.!
B. Penggunaan Timbangan
1. Gambarlah jenis-jenis timbangan dan sensitifitasnya!
2. Kapankah kita menggunakan timbangan-timbangan tersebut?
3. Bagaimanakah prosedur penimbangan yang baik?
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
17/67
4. Timbanglah 25 ml air suling dalam tiap neraca yang tersedia dimulai dari neraca
kasar sampai neraca analitik beberapa kali!
5. Manakah yang memberi ketelitian paling besar (BJ air = 1 g/ml)?
Kesalahan – kesalahan dalam Pengukuran Volume
Kelompok A: Gelas ukur 50 ml, gelas ukur 100 ml
Kelompok B: Gelas ukur 250 ml, gelas ukur 1000 ml
Kelompok C: Buret 50 ml
Kelompok D: Pipet volume 25 ml
Tujuan:
1. Menunjukkan kemampuan masing-masing alat yang berhubungan dengan ketepatan
pengukurannya.
2. Memberikan kemampuan menentukan kesalahan baik dalam praktikum maupun
dalam tahap perhitungan.
Bahan dan Alat - alat
1. Gelas ukur 50 ml, gelas ukur 100 ml
2. Gelas ukur 250 ml, gelas ukur 1000 ml
3. Buret 50 ml
4. Air suling
5. Pipet 25 ml
6. Timbangan ± 0.01 g
7. Gelas piala
Prosedur percobaan
1. Siapkan alat-alat yang akan diuji dan gunakan alat yang sama untuk setiap
pengujian.
2. Cuci dengan asam pencuci dan bilas sampai bersih dnegan air dan keringkan.
3. Ambil gelas piala yang bersih dan kering lalu timbang beratnya.
4. Pilih salah satu alat saja dari kelompok A dan ukurlah 25 ml air dengan alat itu.
5. Masukkan air ke dalam gelas piala tersebut dan timbang berapa beratnya sekarang.
Hitung berat airnya.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
18/67
6. Lakukan cara ini berulang-ulang yaitu mengukur 25 ml dan menimbangnya untuk
alat yang sama sampai sepuluh kali pengukuran tiap satu alat.
7. Demikian pula dilakukan selanjutnya untuk alat-alat dari kelompok B, C, D.
8. Supaya jumlah pengamatan mencapai 20 kali untuk tiap alat yang sama maka
dikumpulkan dari dua kelompok.
Perhitungan:
1. BJ air diperkirakan = 1 g/ml pada suhu kamar, yaitu berat = volume
2. Hitung harga x, yaitu jumlah seluruh berat air dari satu pengujian ketepatan satu alat
yang sama dibagi N kali pengamatan
x = ∑ x / N (volume rata-rata)
3. Hitung simpangan masing-masing pengamatan yaitu volume tiap pengamatan
dikurangi volume rata-rata
d = | x – x |
4. Hitung simpangan rata-rata d = ∑ | x – x | /N = ∑d/N
5. Hitung kesalahan kalibrasi masing-masing alat
= x – 25.00 ml
Pertanyaan
1. Alat manakah yang memberi ketidakpastian pengukuran yang terkecil?
2. Alat manakah yang memberi kesalahan kalibrasi terkecil?
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
19/67
2 Latihan pengambilan contoh (sampling)
Sampel: Tepung terigu
2.1 Pendahuluan
Data hasil analisis yang akurat sangat tergantung kepada apakah kita bisa memperoleh satu
sampel yang mewakili dan mengubah sampel tersebut ke dalam bentuk yang dapat
dianalisis. Hal ini terjadi karena setiap komponen memiliki keunikan dan karakteristik dalam
komponen yang dianalisis sehingga diperlukan pemahaman dalam memilih metode yang
tepat untuk pengambilan sampel yang dianalisis. Untuk mengambil keputusan dan tindakan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis kimia yang menentukan komposisi atau
karakteristik dari produk pangan, seseorang harus melakukan perhitungan yang benar untuk
dapat menginterpretasikan data secara benar.
Sampling merupakan cara memperoleh satu bagian (porsi) atau contoh yang mewakili
keseluruhan populasi. Jumlah total di mana satu contoh diambil disebut populasi. Teknik
sampling yang benar membantu memastikan bahwa pengukuran kualitas sampel
merupakan estimasi yang tepat dan teliti dari populasi. Dengan sampling perkiraan mutu
dapat diperoleh lebih cepat, lebih sedikit biaya, waktu dan personil dari pada harus
mengukur keseluruhan populasi. Satu sampel hanyalah satu perkiraan (estimasi) dari nilai
populasi sebenarnya, namun dengan teknik sampling yang benar, hal ini dapat menjadi
estimasi yang sangat tepat. Satu sampel laboratorium untuk analisis bisa beragam ukuran
atau besarnya. Instruksi sampling untuk tiap produk pangan bisa berbeda – beda sesuai
tujuan dari analisis apakah untuk mengetahui kompisisi kimia/zat gizi, residu pestisida,
kontaminan kimia, pathogen, bahan tambahan pangan, pengawet dan perlakuan pangan
atau produk hasil iradiasi.
A. Macam – macam sampel
a. Berdasarkan karakteristik bahan pangan:
1. Contoh yang sudah terpisah secara individu, misalnya: telur, buah, sayuran
2. Contoh yang merupakan bagian/potongan, misalnya: tanaman, daging, ikan
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
20/67
3. Contoh yang merupakan bagian yang diambil dari wadah besar, misalnya:
karung goni, tangki susu.
b. Berdasarkan kemajemukan sampel:
1. Contoh tunggal: contoh yang pengambilannya dilakukan tanpa ulangan,
disebabkan contoh tersebut tidak dibudidayakan dan dikonsumsi hanya sewaktu
– waktu. Data hasil analisis hanya diperlukan sebagai informasi pada daerah
terbatas.
2. Contoh tunggal komposit: contoh suatu bahan pangan yang diperoleh dari
berbagai daerah, misalnya pisang ambon. Hasil analisis komposisi zat gizi dapat
mewakili golongan contoh tersebut.
3. Golongan contoh komposit ganda: contoh makanan mentah atau terolah yang
merupakan campuran dari berbagai bahan pangan.
B. Definisi terkait sampling
1. Sampel/contoh: sejumlah tertentu barang atau bahan yang berasal dari suatu populasi,
diambil menggunakan metode tertentu dan digunakan sebagai wakil dari populasi.
2. Lot: kumpulan barang atau bahan yang bersifat homogeny dan dapat diwakili oleh satu
contoh.
3. Ukuran sampel/contoh: banyak contoh yang diambil dari suatu populasi
4. Unit: Smallest discrete portion in a lot, to be withdrawn to form whole or part of sample
5. Petugas pengambil contoh: Person trained in sampling procedures and authorised by
appropriate authorities to take samples
6. Sampel laporatorium: contoh yang dibawa ke laboratorium untuk keperluan pengujian.
7. Sampel Analitik: Material prepared for analysis from laboratory sample by separation of
portion to be analysed.
8. Porsi Analitik: Representative quantity of material removed from analytical sample.
9. Sample registration (label with text):
Karantina number
Date of acceptance
Project number
Department of destination for analysis
Jenis sampel
Storage condition (coloured dot)
Code for sample preparation
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
21/67
10. Original sample: Sample delivered by sample administration Department.
11. Rest sample: Part of original or laboratory sample that is stored for possible repeat
analysis.
12. Contra sample: Sometimes samples are taken twice to check.
13. Remainder sample: Part of sample that is left of original after filling jars.
14. Code for sample preparation: Refers to proceedings of sample before delivered to
laboratory.
C. Pengambilan dan pengiriman sampel
1. Penyiapan lot untuk sampling
Untuk kepentingan sampling, lot harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
pengambilan contoh dapat dilakukan tanpa halangan dan tiap lot harus disampling secara
terpisah. Lot yang akan disampling harus seragam, yaitu sama dalam hal pengirim, brand
name, varietas, pendaan pada kemasan, dsb. Petugas pengambil contoh (PPC) harus
mencatat setiap informasi berkaitan dengan kondisi dan lingkungan sekeliling lot yang
mempunyai sangkut paut dengan hasil analisis laboratorium pada suatu form Pengiriman
Sampling Produk Makanan.
2. Peralatan sampling
a. Kontainer sampel: untuk semua tujuan sampling, gunakan wadah yang bersih, kering,
steril, dan tahan bocor dimana kapasitasnya cukup untuk contoh yang diinginkan.
b. Instrumen untuk membuka kemasan makanan: gunting atau pisau steril diperlukan
untuk membuka paket yang besar dari produk makanan termasuk buah dan sayuran
segar untuk tujuan sampling mikrobiologis.
c. Alat sampling: bila mensampling untuk tujuan mikrobiologis, skup steril, sendok, trier
atau garpu dapat digunakan untuk mengambil contoh. Gunting steril atau pisau mungkin
diperlukan untuk memotong bagian dari produk besar.
d. Sarung tangan steril disposable: untuk tujuan analisis mikrobiologis, sampling harus
dilakukan dengan sarung tangan steril sekali buang, untuk mendeteksi iradiasi bahan
tambahan pangan, pengawet/treatment lainnya, jangan gunakan sarung tangan steril
yang mengandung tepung talk karena dapat mengganggu pengujian laboratorium.
e. Kontainer pengiriman: ditujukan untuk mewadahi dan transportasi contoh yang telah
didinginkan/dibekukan untuk pengujian pestisida.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
22/67
f. Pendingin (coolants): container plastik yang diisi dengan refrigerant diperlukan untuk
menjadikan unit contoh tetap dingin. Dry ice diperlukan untuk menjaga contoh beku
tetap beku.
3. Memilih sampel
a. Sampling harus dilakukan sedemikian rupa sehingga contoh dapat mewakili semua
karakteristik dari lot contoh harus diambil secara acak, yaitu dari berbagai lokasi (atas,
tengah, bawah).
b. Kontainer yang terbuka, pecah, atau rusak yang tidak refresentatif dari lot tidak boleh
disampling.
c. Untuk tujuan sampling mikrobiologis, PPC (Petugas Pengambil Contoh) tidak boleh
mensampling produk yg telah melewati tanggal “gunakan sebelum”/ “terbaik sebelum”
(kadaluwarsa).
d. Sampel harus dikumpulkan sedemikian rupa sehingga dapat diuji sebelum tanggal
kadaluwarsa.
e. Jika memungkinkan, untuk produk buah dan sayuran segar PPC (Petugas Pengambil
Contoh) harus mengambil sampel yang 5 hari sebelum tanggal kadaluwarsa produk.
f. Jika memungkinkan, sampel harus dikumpulkan dari produk yang telah dikemas
(prepackaged product) yang akan dibeli oleh konsumen.
g. Produk dalam jumlah besar (curah), sampel dapat dikumpulkan langsung dari packing
line atau container curah, tetapi sampel harus dikumpulkan pada akhir line sebelum
pengemasan. Pengambilan contoh sebaiknya diambil langsung dari kontainer yang
belum ditutup.
h. Jangan mengumpulkan contoh dari “cull bin” karena mereka kemungkinan tidak
melewati tahap penyiapan dan pengepakan.
i. Untuk produk biji-bijian, gunakan alat khusus untuk melakukan sampling biji-bijian yang
dapat memperkecil ukuran sampel.
4. Ukuran sampel yang harus diambil
a. Jumlah sampel yang diambil harus diperhatikan sehingga benar-benar mewakili.
b. Ukuran sampel tergantung kepada uji-uji laboratorium yang akan dilakukan, contoh:
Untuk sumber kalori: 1 - 2 kg, kecuali untuk contoh yang ukurannya besar
disesuaikan dengan beratnya.
Untuk sayuran dan buah-buahan 1 - 2 kg,
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
23/67
Untuk bahan hewani (daging, telur. susu, ikan) sekitar 0.5 - 1 kg.
5. Tahapan pengambilan sampel
a. PPC atau inspektor harus memakai baju yang bersih untuk mengurangi resiko
kontaminasi contoh tak terduga.
b. Petugas harus mencuci tangan mereka sebelum melakukan sampling suatu lot.
c. Hanya inspector terlatih yang harus mengumpulkan contoh
d. Contoh harus diambil secara random, yaitu dari berbagai lokasi (atas, tengah dan
bawah).
e. Bila mensampling kontainer master, pilihlah jumlah kontainer master yang dikehendaki,
secara acak, dan dari masing - masing kontainer master ini, pilihlah paket acak dalam
kontainer master.
f. Hati-hati jangan terlalu penuh memuat container sampel.
g. Kontainer sampel harus diseal dengan aman setelah pengisian sehingga tidak dapat
bocor atau terkontaminasi selama penanganan normal. Sebaiknya sampel dikemas
dobel untuk menahan kebocoran.
h. Pengemasan sampel harus dilakukan langsung di tempat untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi. Jangan kemas lagi produk yang telah dikemas.
i. Untuk mempertahankan keutuhan produk, sampel harus dipak dengan baik
6. Penandaan dan informasi sampel
a. Sampel harus segera diberi tanda pengenal dengan nomor contoh.
b. Segera tempelkan label pada kontainer contoh atau gunakan tape penanda untuk
menandai nomor contoh.
c. Penandaan harus dapat dibaca dan permanent. Jangan gunakan pena tinta pada
kontainer contoh plastik karena tintanya dapat berpenetrasi ke dalam kontainer.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
24/67
d. Dalam pengambilan atau pengiriman contoh, lengkapi dengan informasi yang rinci untuk
mencegah terjadinya kekeliruan, memberikan pemahaman serta dapat memberikan
informasi yang jelas mengenai contoh yang dianalisis.
Contoh informasi yang mungkin harus dicantumkan:
1. Kode contoh (nomor dan kode contoh, tanggal pengambilan dan diterima di tempat
pencatatan atau laboratorium.
2. Nama contoh: nama setempat atau nama sinonim dengandaerah lain, nama ilmiah
(genus, spesies, cultivar)
3. Tempat/wilayah contoh diperoleh (nama desa, kecamatan, provinsi, lautan, dataran
rendah, dataran tinggi, pekarangan, perladangan daerah irigasi dan dari warung,
pasar, pasar swalayan, pinggir jalan, restoran, pabrik dan sebagainya.
4. Cara contoh diperoleh (dibeli, diterima dari daerah, lembaga swasta /pemerintah
dan lain-lain)
5. Bentuk bagian contoh yang diterima:
asal nabati (seluruh bagian, bagian akar, batang, daun, buah, dan lain-lain)
asal hewani (seluruh bagian tubuh, bagian kaki, sayap,hati, otak, ginjal, dan lain-
lain.
6. Keadaan fisik contoh:
Segar, layu, mentah, matang, atau terialu matang.
Tekstur (keras/lunak), bau (harum/busuk), warna, dll.
Terolah: padat, berkuah, bumbu-bumbu, dalam cairan, (garam, cuka, sirup),
berat per unit, jumlah satuan per bungkus.
7. Cara contoh dikonsumsi (seluruh bagian atau yg dapat dimakan saja).
8. Label (bila contoh berlabel, catat yang tertera dlm label selengkapnya).
Khusus: makanan untuk golongan masyarakat tertentu (diabetes, hipertensi, dll)
Umum:
a. Catat nomor kode produk, tgl produksi, tgl kadaluwarsa.
b. Berat contoh, berat keseluruhan, berat/unit, jumlah/unit.
c. Zat gizi yg tertera dlm label (termasuk bahan kimiadan pengawet yg
ditambahkan)
d. Kemasan (botol, plastik, dan sebagainya).
9. Harga (per biji, bungkus, satuan berat atau per porsi)
10. Transportasi: contoh diterima ditempat, dan cara pengirimannya
11. Gambar atau foto: bila diperlukan
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
25/67
12. Nama pencatat
7. Penyimpanan dan transportasi sampel
a. Kondisi contoh harus dijaga dan dipertahankan komposisinya jangan sampai berubah
sebelum analisis dilakukan.
b. Contoh harus dikemas sedemikian rupa misalnya dengan dibungkus menggunakan
plastik tebal atau wadah khusus dan dimasukkan dalam peti atau termos berisi es balok
atau es kering.
c. Contoh harus dikirim secepat mungkin ke laboratorium dan segera setelah sampai di
laboratorium dimasukkan kedalam freezer (suhu di bawah -20oC).
d. Penyimpanan dan transportasi contoh laboratorium harus dilakukan dalam kondisi yang
dapat menghindarkan dari setiap perubahan dalam produk.
8. Temperatur pengiriman sampel
Kesalahan temperatur dapat meningkatkan kecepatan kerusakan produk. Untuk uji
mikrobiologi, dapat menyebabkan replikasi atau kematian mikroorganisme target pengujian
sehingga hasil analisis menjadi tidak valid.
1. Residu pestisida, kontaminan kimia, BTP, pengawet, treatment, iradiasi.
Contoh harus dipertahankan pada suhu yang tepat sehingga saat tiba di laboratorium dapat
tercegah dari kerusakan produk. Penyimpanan bisa dengan cara refrigerasi, jika produk
sangat mudah rusak atau menjadi terlalu matang. Penyimpanan beku bisa mencegah
kerusakan (deteriorisasi) lebih lanjut.
2. Irradiasi
Contoh harus dipertahankan pada suhu tepat untuk mencegah deteriorisasi/kerusakan
produk. Contoh dapat direfrigerasi, tetapi tidak dapat dibekukan, terutama jika produk
sangat mudah rusak.
3. Mikrobiologi
Semua contoh harus direfrigerasi, yaitu, dijaga pada suhu 0-5oC. Contoh tidak boleh
dibekukan. Lab dapat menolak untuk menganalisis contoh yang mereka anggap
mencurigakan, dan atau contoh yang mereka percaya telah disimpan pada temperatur yang
tidak tepat selama pengiriman. Contoh yang telah direfrigerasi yang tiba di laboratorium
dengan temperatur antara 5 dan 7oC dapat dianalisis atas kebijakan laboratorium. Tetapi
contoh yang tiba di laboratorium dengan temperatur di atas 7oC tidak akan dianalisis.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
26/67
9. Pengiriman sampel
Sebelum menempatkan contoh dalam wadah/kontainer pengiriman, pastikan bahwa
masing-masing contoh telah diberi identitas dengan benar dengan satu nomor contoh.
Letakkan laporan sampling dalam amplop yang diberi cap di luar kontainer pengiriman/di
dalam kantong plastik dalam kontainer pengiriman. Pastikan bahwa kontainer pengiriman
diberi label dan diseal dengan baik. Beri tanda pada kontainer pengiriman pernyataan
berikut: “MUDAH RUSAK, TANGANI HATI-HATI”.
Kirimkan kontainer dengan alat transportasi yang tepat. Informasikan pada
pembawa mengenai perlunya refrigerasi dan adanya dry ice, jika digunakan. Contoh harus
dikirimkan dalam waktu yang telah diperhitungkan. Jika contoh akan dikirimkan pada akhir
pekan dan tidak akan ada orang di lab yang akan menerimanya, simpan contoh pada
temperatur penyimpanan yang tepat di tempat kerja, dan kirimkan pada dini hari.
D. Metode pengambilan contoh/sampel
Ada 2 (dua) metode dalam pengambilan contoh, yaitu metode lotere dan metode
kendaraan. Metode lotere digunakan untuk memilih contoh dari populasi yang bentuknya
terkemas, sedangkan metode kendaraan digunakan untuk memilih contoh dari populasi
yang berbentuk curah
1) Metode lotere
Menggunakan Potongan Kertas
1. Apabila kita memiliki lot barang sebanyak 36 kotak dan ingin mengambil 6 kotak
sebagai contoh.
2. Siapkan potongan-potongan kertas berukuran sama sebanyak ukuran lot. Beri
nomor sesuai dengan ukuran lot (N) dalam hal ini 1 sampai 36.
3. Masukkan kertas-kertas tersebut dalam sebuah kotak.
4. Kocok kertas-kertas berisi angka-angka tersebut.
5. Ambil secarik kertas dan catat nomor yang keluar.
6. Kembalikan kertas tersebut ke dalam kotak, kocok kembali dan ulang prosedur ini
sampai terpilih 6 nomor yang berbeda. Cara ini disebut acak karena masing-masing
nomor mempunyai peluang yang sama untuk terpilih, dengan catatan bahwa
sesudah pengambilan nomor, kertas harus dikembalikan lagi ke dalam kotaknya.
Menggunakan Tabel Acak
1. Apabila ukuran lot sebesar 300 kotak dan diambil contoh sebanyak 20 kotak.
2. Beri nomor urut setiap kemasan atau unit, misalnya 1, 2, 3 dst >300.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
27/67
3. Karena jumlah kemasan seluruhnya terdiri dari 3 digit (200), maka dibutuhkan suatu
bilangan acak yang terdiri dari 3 angka acak dalam 3 kolom berurutan yang terpilih,
untuk setiap kemasan yang akan diambil sebagai contoh.
4. Untuk menentukan titik awal, tunjuk secara acak (misalnya dengan pensil) suatu
angka pada halaman pertama tabel acak, dalam hal ini misalnya menunjuk pada
baris 48 kolom 10. Pada baris 48 catat 4 angka mulai pada kolom 10 ke kanan (kolom
10, 11, 12, 13) yaitu 3203. Dua angka pertama untuk nomor baris dan dua angka
berikutnya untuk nomor kolom titik awal. Sebagai titik awal terpilih baris 32 dan
kolom 3.
5. Catatlah masing-masing 3 angka mulai dari titik awal ke arah kanan sebanyak 20
pasang. Diperoleh angka 592, ini lebih besar dari 300 sehingga tidak digunakan.
Berikutnya angka yang tidak lebih besar dari 300 adalah: 126, 236, 163, 189, 278.
Kemudian karena tinggal 2 angka, pembacaan dilanjutkan ke baris selanjutnya (baris
33) dan agar mudah ambil ke arah kiri maka diperoleh angka 70, 210, …dan
seterusnya sampai diperoleh 20 pasang angka yang berbeda. Unit-unit dengan
nomor terambil dipilih sebagai contoh.
2) Metode Kendaraan
Pengambilan contoh secara acak dapat pula dilakukan pada produk lepas (curah)
berupa biji-bijian yang umumnya dibawa di dalam kontainer atau palka kapal, dan
harus diambil menggunakan alat khusus. Diagram metode pengambilan contoh kendaraan
dapat dilihat pada Gambar 1.
Contoh yang diambil dari suatu kendaraan harus terdiri dari paling sedikit 5 cuplikan
(probes) yang diambil dari titik-titik sebagai berikut:
a. Pada titik tengah palka.
b. 1-1.5 m dari pintu/dinding belakang palka dan 0.5 m ke arah dalam dari satu sisi palka.
c. 1-1.5 m dari ujung yang sama dari palka, tetapi 0.5 m dari sisi yang berlawanan seperti
pada pengambilan contoh (2) dan (5) seperti pada pegambilan contoh (2) dan (3) tetapi
dari ujung dan sisi palka yang berlawanan.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
28/67
Metode ini dapat pula diterapkan pada produk yang dikemas, apabila pengambilan contoh
dilakukan langsung di dalam kendaraan, biasanya di pelabuhan.
2.2 Bahan dan alat
Sampel : Tepung terigu
2.3 Prosedur kerja
1. Persiapan peralatan dan sarana pengambilan contoh:
Peralatan pengambilan contoh (misal sarung tangan, sekop, vakum, dsb)
Wadah contoh (misal kantong plastic, kantong alumunium foil)
Sarana pengiriman (misal wadah pendingin, wadah beku)
Sarana identifikasi (misal label, spidol, bollpoint, lem)
2. Prosedur pengambilan contoh
Kemasan contoh dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: kemasan kamba (curah), kemasan
besar (karung/peti besar) dan kemasan kecil (biasanya kurang dari 5 kg per kemasan
primer). Sistem pengambilan contoh untuk ketiga jenis kemasan tersebut berbeda. Jumlah
contoh untuk masing – masing mengikuti Tabel 1.
2.1 Pengambilan contoh kemasan curah
Pengambilan contoh yang kemasannya berbentuk curah mengikuti prosedur berdasarkan
SNI Pengambilan Contoh Padatan. Sedangkan penentuan titik – titik pengambilan contohnya
mengikuti metode pengambilan contoh acak metode kendaraan.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
29/67
Prosedur pengambilan contoh adalah sebagai berikut.
1. Ambil contoh dari suatu kendaraan yang terdiri dari paling sedikit 5 (lima) cuplikan
2. Masing – masing titik diambil minimal 1 kg atau minimal 5 unit.
3. Seluruh contoh dicampur dan diambil mengikuti Tabel 1.
4. Pisahkan contoh untuk tiap pengujian yang berbeda dengan penanganan yang
bersifat khusus, tergentung jenis uji yang akan dilakukan.
2.2 Pengambilan contoh kemasan besar
Pengambilan contoh dengan kemasan besar mengikuti prosedur berdasarkan SNI
Pengambilan Contoh Padatan. Penentuan titik pengambilan contoh (peti yang akan
dijadikan contoh) berdasarkan metode pengambilan contoh acak, baik lotere menggunakan
potongan kertas maupun Tabel acak.
2.3 Prosedur pengambilan contoh kemasan kecil
2.3.1 Produk tanpa kemasan sekunder
Prosedur pengambilan contoh untuk menentukan status penerimaan dan penolakan,
secara umum mengacu pada Codex AQL 6.5. Jika prosedur Codex diambil secara utuh
maka prosedur pengujian menjadi sangat mahal karena semua contoh harus diuji satu
per satu untuk menentukan status penerimaan atau penolakan. Namun jika pengujian
dapat dilakukan dengan cepat, maka metode Codex AQL 6.5 dapat dilakukan secara
penuh. Prosedur untuk pengambilan contoh mengikuti Codex (Tabel 5. Sampling Plan
1).Penentuan titik pengambilan berdasarkan Metode Kendaraan. Misal ada lot dengan
jumlah kemasan sebanyak 6000 buah, masing-masing kemasan beratnya 3 kg. Maka
prosedur pengambilan contohnya adalah sebagai berikut:
1. Ambil 13 kemasan (lihat Tabel 5.) dari posisi yang sesuai dengan Metode Kendaraan.
2. Buka kemasan, ambil dari masing-masing kemasan sebanyak 1 kg (minimal 5 unit)
3. Seluruh contoh dicampur dan diambil mengikuti Tabel 1.
4. Pisahkan contoh untuk tiap pengujian yang berbeda dengan penanganan yang bersifat
khusus, tergantung jenis uji yang akan dilakukan.
5. Contoh yang tidak terpakai dikembalikan lagi.
2.3.2 Produk dengan kemasan sekunder
Prosedur untuk pengambilan contoh merupakan perpaduan antara SNI
Pengambilan Contoh Padatan dan Codex AQL 6.5. Misal ada lot dengan jumlah kemasan
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
30/67
sekunder sebanyak 300 peti. Masing-masing peti berisi 20 kemasan primer (total
kemasan primer sebanyak 6000 buah), masing-masing kemasan beratnya 3 kg.
Berdasarkan SNI (lihat Tabel 3 dan 4), jumlah contoh primer yang harus diambil
adalah 200 kemasan, yang berasal dari 20 peti (masing-masing peti diambil 10 buah
kemasan primer). Sedangkan menurut Codex AQL 6.5 contoh yang harus diambil adalah
13 buah. Maka prosedur pengambilan contohnya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan 20 peti dengan Metode Acak.
2. Buka peti dan dari tiap peti diambil 10 kemasan.
3. 200 kemasan dicampur dan diambil 13 kemasan dengan Metode Acak.
4. Dari tiap kemasan diambil sebanyak 1 kg (minimal 5 unit)
5. Seluruh contoh dicampur dan diambil mengikuti Tabel 1.
6. Pisahkan contoh untuk tiap pengujian yang berbeda dengan penanganan yang
bersifat khusus, tergantung jenis uji yang akan dilakukan.
7. Contoh yang tidak terpakai dikembalikan lagi
2.4 Identifikasi Contoh
1. Beri label wadah unit contoh sesudah contoh diambil. Tempelkan label dengan
baik untuk menghindari lepasnya label selama penanganan atau pengangkutan.
2. Beri nomor setiap wadah untuk contoh atau tuliskan kode contoh pada label.
Kode dimaksudkan supaya identitas contoh tidak diketahui oleh laboratorium
pengujian. Kode pada label harus sama dengan kode pada laporan.
3. Jika unit contoh diambil dari kemasan yang besar seperti kotak karton, tulis
identitas karton pada label contoh untuk memberi peluang pengujian kembali
contoh yang sama.
4. Label dapat berupa kertas berperekat atau bahan lain yang tidak mungkin
diganti isinya tanpa merusaknya. Tulis identitas label dengan tanggal, nomor
contoh dan orang yang mengumpulkan contoh. Jika dikehendaki lebih dari satu
contoh, perlakuan setiap unit contoh harus sama.
Pen
un
tun
Pra
ktik
um
AZG
Mak
ro
31/67
2.5 Pelaporan
Setelah pengambilan dan pengiriman contoh, dibuat laporan pengambilan
contoh dengan menggunakan Form 1.
Nama petugas :
Nomor Reg.petugas :
No.urut pengambilan contoh :
Nama pemohon :
Alamat :
Nama laboratorium penguji :
Alamat :
Identifikasi contoh :
Tanggal pengambilan contoh :
Nama contoh/kode :
Tujuan pengambilan contoh :
Kondisi contoh :
Suhu pada saat pengambilan contoh :
Jumlah contoh :
Tempat pengambilan contoh :
Kemasan contoh :
Identitas alat angkut :
Metode pengambilan contoh :
Catatan pengambilan contoh :
Petugas pengambil contoh,
(Tanda tangan PPC)
Penerima contoh
(Tanda tangan petugas administrasi laboratorium yang dituju)