penuntun praktikum dasar-dasar kimia analitik...

50
PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325) Tim Penyusun : TIM KIMIA ANALITIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016

Upload: lyduong

Post on 06-Mar-2019

340 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

PENUNTUN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

(KIM6325)

Tim Penyusun :

TIM KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2016

Page 2: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan

penulisan Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik ini dapat terselesaikan dengan

baik dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan kepada suri tauladan

kita, Nabi Muhammad SAW.

Selama melakukan penyusunan dan penulisan penuntun ini, penulis banyak

menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan dan

dukungan dosen, orang tua, dan terutama adalah ridho Allah SWT. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak

yang telah turut memberikan andil dan membantu penulis hingga selesainya penyusunan

dan penulisan laporan lengkap ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penuntun ini masih banyak menampilkan

kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

bagi perbaikan makalah ini dan menjadi masukan yang sangat berguna pada kesempatan

berikutnya.

Dan akhirnya, semoga penuntun ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat

memberi sumbangsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

kemaslahatan umat dan alam.

Kendari, Agustus 2016

Tim Penyusun

Page 3: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

1

PERCOBAAN I

PENERAAN VOLUMETRI

A. Tujuan : Melakukan peneraan terhadap buret, labu takar dan pipet volum.

B. Teori

Alat-alat laboratorium pada umumnya sebelum digunakan dalam analisis

maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi misalnya

pengerjaan-pengerjaan volumetri alat-alat gelas yang ada teranya harus ditera

terlebih dahulu pada suhu dan tekanan saat pengukuran dilakukan. Ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Kerapatan air bervariasi terhadap perubahan suhu

b. Volume wadah dari suatu bahan gels bervariasi terhadap perubahan suhu

c. Air yang mengisi suatu wadah ditimbang di udara.

Suatu alat misalnya labu takar volume satu liter pada suhu tertentu, namun pada

suhu yang lain tidak akan sama dengan volume awal. Karena suhu yang pasti

sebagai suhu standar harus diputuskan bagi peralatan gelas volumetrik. Bureau of

Standart di amerika serikat telah menetapkan suhu 20o C sebagai suhu standar

bagi peralatan gelas volumetrik. Jadi peralatan volumetric yang terkalibrasi

mempunyai volume standar pada suhu 20 C, jika pemakaian gelas tersebut pada

suhu diatas atau dibawah suhu 20o C mempunyai lebih dan kurang dari volume

sebenarnya.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. Pipet volum 10,25 mL

b. Buret 50 mL

c. Labu Takar 50, 100 mL

d. Erlenmeyer 250 mL

e. Draiyer ( pengering)

f. Kerta Tissu

g. Statif dan Klem

h. Filler

i. Timbangan Anlitik

Akuades

Page 4: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

2

D. Prosedur Kegiatan

1. Peneraan pipet volume

a. Siapkan pipet volume yang bersih dan kering kemudian isilah dengan

akuades sampai tanda teranya

b. Keluarkan isi airnya perlahan-lahan dan tampung erlenmeyer yang bersih

dan kering dan beratnya telah diketahui

c. Timbang erlenmeyer berisi air tersebut dan tentukan berat airnya (berat air

diudara)

d. Tentukan volume air pada suhu tersebut (Vt)

e. Tentukan volume air (V0) atau volume kalibrasi

2. Peneraan buret

Langkah-langkah peneraan buret sama dengan pipet seukuran tetapi harus

ditentukan pada skala yang berurutan misalnya 10, 20 ,30 40 dan 50 mL.

Kemudian ditentukan terlebih dahulu nilai beratnya.

3. Peneraan Labu Takar

a. Siapkan labu takar yang kosong dan bersih serta kering

b. Timbanglah labu takar cacat bertanya

c. Isi labu takar tersebut dengan akuades sampai tanda tera

d. Tentukan berat air diudara (Berat labu takar isi – berat labu kosong)

e. Tentukan volume air pada suhu kerja (Vt)

f. Tentukan volume sesungguhnya (V0)

g. Bandingkan Vo dengan batas toleransi (bila lebih besar berarti tidak layak

dan volume yang dipakai dasar pertimbanganya adalah Vo)

E. Perhitungan

Wo = wt + 0,0012 Wt

Bj t –

Wt

8,4

Page 5: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

3

Vt = Wt

Bj (t)

Vo = Vt + 0,000025 Vt (to-t)

Untuk buret

b. β…€ Vti βˆ’Vtr (Voi βˆ’Vor

β…€ vti βˆ’Vtr 2

Recovery = 100% (bila B = 1)

% Penyimpanan = (b-1) x 100%

Keterangan :

Wo = Berat air diudara

Wt = Berat air pada suhu penimbangan (suhu kerja)

Bj(t) = Berat jenis air pada suhu kerja (t)

Vt = Volume sesungguhnya

To = 20oC

Vti = Vt pada volume pengukuran ke I (misalnya Vt = 2,5 mL,

maka vti = 2.5 mL)

Vtr = Vt rata-rata

Voi = Vo pada pengukuran ke i

Vor = Vo rata-rata

Batas toleransi peralatan volumetrik (Burue of Standar Spesification)

Kapasitas

(mL) Buret (mL)

Pipet volum

(mL)

Labu takar

isi (mL)

Pipet ukur

(mL)

Labu takar

tuang (mL)

2

5

10

25 atau 30

50

100

200

500

1000

-

0,01

0,02

0,03

0,05

0,10

-

-

-

0,006

0,01

0,02

0,03

0,05

0,08

0,10

-

-

-

-

-

0,03

0,05

0,08

0,10

0,15

0,30

0,01

0,02

0,03

0,05

0,08

0,15

-

-

-

-

-

-

0,05

0,10

0,15

0,20

0,30

0,50

Page 6: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

4

PERCOBAAN II

UJI KATION

A. Tujuan : Menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji

spesifik

B. Teori

Pada dasarnya metode analisis kimia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu

zat atau campuran zat yang belmu diketahui zatnya

2. Analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah

zat tertentu yang ada didalam suatu sampel

Analisis kuantitatif memiliki dua aspek penting yaitu : pemisahan dan

identifikasi, kedua aspek ini didasarioleh kelarutan, sifat penguapan dan

ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik menentukan kecenderungan dari

kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat, sulfat dan garam-garam lainya

dari logam.

Prosedur yang pertama kali yang digunakan untuk mengujji suatu zat yang tidak

diketahui adalah membuat sampel yang dianalisis dalam bentuk cairan.

Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji terhadap ion-ion yang

mungkin ada. Sebelum mengidentifikasi berbagai kosentrasi dalam suatu

campuran ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses

pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut,

kemudian diakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan didentifikasi. Uji

spesifik dilakukan dengan menambahkan pereaksi yang akan memberikan

larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion

tertentu.

Page 7: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

5

Analisis Kation

Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik

dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke dalam sub

golongan dan komponen-komponenya. Pemisahan dalam golongan ke dalam sub

golongan dan komponen-komponenya, Pemisahan dala golongan didasarkan

pada perbedaan sifat-sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang

akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainya. Misalnya

penambahan HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan

mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+

) ion perak (Ag+) dan ion raksa

(Hg+). Setelah ion-ion ini diendapkan dan dipisahkan maka ion-ion lain yang ada

dalam larutan tersebut dapat diendapkan penambahan H2S dalam suasana asam.

Setalah endapan dipisahkan , perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu

memugkinkan terpisahnya golongan lain. Umumnya penggolongan kation

didasarkan atas perbedaan kelarutan kation-kation tersebut dalam klorida, sulfide

dan karbonat.

Jadi dalam analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam 5

golongan (golongan I – golongan ) berdasarkan sifat-sifat terhadap beberapa

pereaksi antara lain asam khlorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan

ammonium karbona.

Analisis Anion

Setelah selesai dilakukan pengujian terhadap kation, barulah dilakukan pengujian

terhadap anion. Pengujian terhadap anion relative lebih sederhana karena

gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat

diabaikan).

Page 8: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

6

C. Uji Spesifik

Kation-kation

Langkah Pengujian Kation Ag+

1. Setetes larutan sampel ditambah setetes HCl 2 M, terbentuk endapan putih

AgCl, cuci dengan H2O larutaan endapan dengan (NH)4CO3 2M.

2. Setetes larutan sampel ditambah setetes KBr 1 M, terbentuk endapan putih

kuning (Kuning AgBr).

Langkah Pengujian Kation Pb2+

1. Setetes larutan contoh ditambah setetes K2CrO4 1M, terbentuk endapan

kuning PbCrO4 yang larut dalam NaOh 2M.

2. Setetes larutan sampel ditambah setetes H2SO4 2M dan setetes alcohol,

terbentuk endapan putih PbSC4.

Langkah Pengujian Kation Hg2+

1. Setetes larutan sampel ditotolkan pada kertas saring kemdian ditambahkan

setetes SnCl2 dan setetes aniline, terbentuk noda hitam dariHg.

2. Setetes larutan sampel ditotolkan pada sekeping tembaga berlapis dengan Hg

(abu-abu), jika digosok dengan kertas saring akan berkilat.

Langkah Pengujian Kation Cu2+

1. Larutan sampel diteteskan pada kertas saring, kemudian ditambahkan setetes

benzoinoxim. Kertas saring lalu dikenakan pada uap NH3, warna biru

menandakan adanya Cu.

2. Setetes larutan contoh ditambah setetes HCl 2M, kemudian setetes

K4Fe(CN)6, terbentuk endapan merah coklat Cu2Fe(CN)6.

Page 9: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

7

Langkah Pengujian Kation Bi3+

1. Sepotong kertas saring dibasahi dengan setetes pereaksi chinchonine KI,

kemudian ditotolkan setetes larutan sampel. Noda jingga merah

mendandakan adanya Bi.

2. Setetes larutan sampel ditambah setetes NaOH 2M, kemudian setetes

Na2SnO2, terbentuk endapan coklat hitam dari Bi.

Langkah Pengujian Kation As3+

Reaksi Gutzeit :

1. Sebanyak 5 tetes larutan sampel ditambah 10 tetes NaOH 6M dan beberapa

potong kecil A1 dalam suatu tabung reaksi. Pada mulut tabung diletakkan

sepotong kertas yang dibasahi HgCl2, terbentuk warna jingga/coklat.

2. Sebanyak 5 tetes larutan sampel ditambah 10 tetes H2O2 3% dan panaskan

hingga H2O2 semua hilang, kemudian tambahkan 5 tetes HNO3 pekat dan 10

tetes pereaksi Molibdet-endapan putih.

Langkah Pengujian Kation Sb3+

1. Sebanyak 2 tetes larutan sempel ditambah 2 tetes reagen rhodamin dan

beberapa hablur KNO2. Aduk dengan batang pengaduk panas, terbentuk

warna merah ungu.

2. Sebanyak 5 tetes larutan sampel ditambah 10 tetes NaOAc 6M dan sebutir

Na2S2O3. Panaskan di ats penangas air 3 atau 5 menit, terbentuk warna

merah.

Langkah Pengujian Kation Sn3+

1. Sebanyak 3 tetes larutan sampel ditambah setetes larutan HgCl2, terbentuk

endapan putih.

2. Sepotong kertas saring dibubuhi setetes larutn cacotheline 1 tetes larutan

sampel terbentuk warna merah/ungu.

Page 10: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

8

Langkah Pengujian Kation Fe3+

1. Sebanyak 1 atau 2 tetes larutan ditambah 1 tetes larutan KSCN, terbentuk

warna merah darah.

2. Sebanyak 1 atau 2 tetes laurtan sampel ditambah 1 tetes K4Fe(CN)6,

terbentuk warna biru.

Langkah Pengujian Kation Mn2+

Sebanyak 1 atau 2 tetes larutan sampel ditambahkan 5 tetes larutan HNO3 6 M,

kemudian sedikit KIO4, NaBiO3 atau PbO2 lalu dipanaskan terbentuk warna

ungu.

Langkah Pengujian Kation Al3+

1. Sebanyak 5 tetes larutan sampel ditambah 2 tetes larutan NH4Oac 6M

ditambah 3 tetes pereaksi aluminium. Panaskan 5 menit kemudian tambahkan

(NH4)2CO3 sampai larutan basa. Tambahkan lagi 3 tetes pereaksi, terbentuk

warna merah.

2. Reaksi Morin

Sebanyak 1 atau 2 tetes larutan sampel ditambah 3 tetes larutan pereaksi

morine, terjadi fluorosensi hijau.

Langkah Pengujian Kation Cr3+

sebagai CrO42-

1. Sebanyak 1 tetes larutan Na2CrO4 ditambah 1 tetes larutan AgNO3, terbentuk

endapan merah.

2. Sebanyak 1 tetes larutan Na2CrO4 ditambah 1 tetes Pb asetat, terbentuk

endapan kuning.

Langkah Pengujian Kation Ni2+

Setetes larutan sampel ditambah setetes NaOAc 2M dan setetes dimetilglikosim,

terbentuk endapan merah.

Page 11: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

9

Langkah Pengujian Kation Co2+

1. Sebanyak 2 tetes larutan sampel ditambah sedikit KSCN padat dan setetes

amilalkohol, kemudian diaduk. Warna biru pada amilalkohol menandakan

adanya Co. Kemudian encerkan dan lihat perubahan warnanya.

2. Sebanyak 2 tetes larutan sampel ditambah setetes HCl 2M, 2 tetes prediksi.

Ξ±-nitroso, Ξ²-napthol dan 3 tetes CHCl3, aduk. Warna merah menandakan Co.

Langkah Pengujian Kation Zn2+

1. Larutan sampel ditambah setetes . endapan putih menandakan adanya Zn

2. Setelah larutan sampel ditambah setetes K2Hg(SCN)4. Endapan putih

menandakan adanya Zn.

Langkah Pengujian Kation Ca2+

1. Sebanyak 1 tetes larutan sampel yang ditambahkan sedikit Na-

dihydrokxitartarat padat, aduk terbentuk larutan putih kuning.

2. Setetes larutan sampel ditambah setetes (NH4)2C2Os terbentuk endapan

putih

3. Reaksi nyala

Langkah Pengujian Kation Ba2+

1. Sebanyak satu tetes larutan sampel dibubuhi pada kertas Rdodizonat,

ditambah 1 tetes HCl 0,5 M, terbentuk warna merah

2. Sebanyak satu tetes larutan sampel ditambahi 1 tetes HOAc 2 M, ditambah

K2CrO4 terbentuk endapan kuning

3. Reaksi nyala

Langkah Pengujian Kation Sr2+

1. Sebanyak 1 tetes larutan sampel dibubuhi pada kertas Rdodizonat, ditambah

1 tetes K2CrO4 1 M terbentuk warna merah.

2. Reaksi nyala

Page 12: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

10

Langkah Pengujian Kation Mg2+

1. Sebanyak 1 tetes larutan sampel ditambah 1 tetes pereaksi magneson 1 dan 5

tetes NaOh 1 M, terbentuk endapan biru

2. Sebanyak 2 tetes larutan contoh ditambahi 2 tetes NH4Cl 2 M dan beberapa

tetes NH4OH hingga bersifat basa, kemudian ditambahi dua tetes Na2HPO4

terbentuk endapan putih (jika tidak keluar endapan dinding tabung reaksi

dikerok-kerok dengan batang pengaduk.

3. Sebanyak 1 tetes larutan sampel ditambahi 1 tetes pereaksi titan yelow

ditambahi 1 tetes NaOH 2 M, terbentuk endapan merah.

Langkah Pengujian Kation K+

1. Sebanyak 1 tetes larutan sampel ditambahi 1 tetes pereaksi Na2Co(NO3)6

pekat, terbentuk endapan kuning

2. Sebanyak 1 tetes larutan sampel dibubuhi pada kertas saring ditambah 1 tetes

pereaksi dipikrilamina, terbentuk noda merah jingga yang tak hilang dengan

penambahan setetes NaCl 2 M.

3. Reaksi nyala dengan kaca kobalt.

Langkah Pengujian Kation Na+

1. Sebanyak 1 tetes larutan sampel dibubuhi 1 tetes pereaksi ZnUO2 asetat

(dalam kamar asam ), terbentuk endapan kuning. Hablur dilihat dengan

mikroskop

2. Reaksi nyala

Langkah Pengujian Kation NH4+

1. Sedikit zat padat dipanaskan dengan 0,5 mL NaOH 6 M dalam tabung reaksi.

Cium bau yang keluar, letakan sepotong kertas lakmus merah yang basah

diatas mulut tabung raksi. Amati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus

2. Sepotong kertas saring yang telah dicelupkan dengan pereaksi Nesler menjadi

kuning

Page 13: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

11

PERCOBAAN III

UJI ANION

A. : Identifikasi anion secara kuantitatif

B. Teori

Pengujian anion dilakukan setalah dilakukan uji kation, pengujian terhadap anion

relatif lebih sederhana karena ganggunan-gangguan ion-ion lain yang ada dalam

larutan minimal (dapat diabaikan).

Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :

Golongan sulfat : SO42-

, CO32-

, Cr2O42-

, AsO43-

, AsO33-

, PO43-

, SO32-

, BO33-

Anion-anion ini mengendap dengan Ba2+

dalam suasana basa

Golongan Halida : Cl-, Br, I, S2-

Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3)

Golongan nitrat : NO3, NO2, CH3COO-

C. Uji spesifik

Anion-anion :

Pada uji ini sampel dididihkan dengan larutan jenuh Na2CO3, semua logam ion

mengendap sebagai karbonat dan flitrat atau ekstrak soda (ES) dipakai untuk

pengujian.

Kelompok sulfat larutan ES diasamkan dengan HCl kemudian ditambahkan

larutan BaCl2. Endapan putih disaring dan filtrat ditambahkan brom,

kemungkinan kembali endapan putih, saring lagi, dan tambahkan NaOAc dapat

terbentuk endapan kuning, reaksi pengenalnya :

Langkah pengujian Anion SO42-

Endapan BaSO4 dilebur dengan Na2CO3 kemudian dilarutkan dalam asam dan

direaksikan dengan ion PB(ll), terjadi endapan putih PbSO4.

Page 14: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

12

Langkah pengujian Anion PO43-

Tiga tetes larutan sampel ditambahkan 2 tetes HNO3 6 M ditambah tiga tetes

pereaksi ammonium molibdat, panaskan, terbentuk endapan kuning.

Langkah pengujian Anion BO33-

1. Setetes larutan sampel dibubuhkan pada kertas cucumine, keringkan pada

+100oC, ditambahkan 1 tetes NaOH 1 % terbentuk noda hijau kehitaman.

2. Lima tetes larutan sampel ditambah tiga tetes asam sulfat pekat dalam cawan

penguap, ditambah 15 tetes metilalkohol kemudian dibakar, terbentuk api

dengan pinggirnya hijau.

Kelompok halogenida, larutan ES diasamkan dengan asam nitrat kemudian

direaksikan dengan larutan perak nitrat. Terbentuk endapan perak halogenida,

yang setelah dicuci direaksikan dengan larutan ammonium karbonat. AgCl akan

larut sedangkan AgBr tetap tinggal sebagai endapan. Endapan ini diredukasi

dengan logam Zn dan asam sulfat, akan dihasilkan asam HBr dan Hl.

Reaksi pengenalan :

Langkah pengujian Anion Cl-

1. Pada larutan kompleks ((Ag(NH3)2)+ ditambahkan padatan KBr, terbentuk

endapan AgBr.

2. Satu tetes larutan sampel ditmbahkan 2 tetes AgNO3 dan 1 tetes HNO3 2 M,

terbentuk endapan putih. Endapan disentrifuga, dicuci, kemudian

ditambahkan 10 tetes (NH4)2CO3 endapan larut kembali. Larutan dibagi dua:

a. Ditambah 1 tetes KBr 1 M, terbentuk endapan kuning.

b. Ditambah HNO3 6 M hingga bersifat asam (dilakukan dalam lemari asam)

terbentuk endapan putih.

Page 15: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

13

Langkah pengujian Anion Br

1. Jika hasil uji pendahuluan menunjukan adanya iodida, maka ion ini harus

dihilangkan dahulu dengan cara oksidasi dengan Fe(lll). Pada sisa larutan

ditambahkan asam sulfat dan MnO4-

dan sedikit CCl4, larutan berwarna

coklat

2. Satu tetes larutan sampel ditambah 2 tetes AgNO3 ditambah 1 tetes HNO3,

terbentuk endapan warna kuning muda, selanjutnya ditambahkan 10 tetes

(NH4)2CO3, endapan tidak larut.

3. Tiga tetes larutan sampel ditambahkan 5 tetes CHCl3 ditambah tiga tetes

KMnO4 1 M ditambah tiga tetes asam sulfat 3 M, kocok dan kelebihan

KMnO4 dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes H2O2 10% dibiarkan

5 menit kemudian ditambah setetes FeCl3 0,1M, warna merah darah

menandakan adanya NO2

Langkah pengujian Anion OAc-

Larutan direaksikan dengan asam sulfat dan dipanaskan, bau khas asam cuka.

Dapat juga dilakukan dengan padatan yang digerus dengan KHSO4 , bau cuka

khas asam cuka.

Langkah pengujian Anion SCN-

Satu tetes larutan SCN- ditambah satu tetes FeCl3, terbentuk warna merah darah.

Page 16: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

14

PERCOBAAN IV

ANALISIS GRAVIMETRI

Pendahuluan

Analisis gafimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dengan penimbangan

berat zat setelah diperlukan sedemikian rupa sehingga zat tersebut diketahui rumus

molekul dengan pasti dan berada dalam keadaan stabil. Komponen yang akan

ditentukan diubah suatu endapan yang stabil dan selanjutnya dapat diubah menjadi

bentuk senyawa yang mudah untuk ditimbang. Penentuan suatu zat dengan cara

gravimetri umumnya dilakukan dengan reaksi kimia

aA + bB AaBb

dimana senyawa yang dihasilkan mempunyai kelarutna yang kecil dalam pelarut

yang digunakan. Senyawa ini dipisahkan dari larutanya dengan caa penyaringan

kemudian dikeringkan dan dipijarkan. Selama pemijaran, bentuk asli dapat berubah

menjadi senyawa lain tetapi komposisinya diketahui kemudian ditentukan kadarnya.

Sebagai contoh ion kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat, tetapi setelah

dipijarkan dapat ditimbang sebagai CaC2O4 atau sebagai CaCO3 atau sebagai CaO

tergantung pada kondisi pemijranya

Agar analisis dapat berlangsung dengan baik, harus dipenuhi beberapa syarat

antara lain :

a. Proses pemisahan harus sempurna dan sisa analit (zat yang akan ditentukan) yang

tertinggal dalam larutan cukup sedikit untuk dapat diabaikan dengan kata lain

harus kuantitatif

b. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dalam larutanya

c. Zat yang akan ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometri tertentu dan

harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut.

Page 17: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

15

Stoikiometri

Suatu analisis berat endapan yang diperoleh dihitung jumlah atau banyaknya

analit yang diinginkan, sehingga untuk menhitung itu perlu faktor kimia atau faktor

grafimetri yaitu jumlah gram analit per satu gram endapan atau dapat juga dikatakan

sebagai angka banding banyaknya analit setara dengan banyaknya endapan yng

diperoleh, misalnya pada endapan BaSO4, faktor kimia BaO adala BaO/BaSO4 yaitu

berat 1 mol BaO dibandingkan berat 1 mol BaSO4.

Persentase analit dalam contoh dapat dihitung :

%A = π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π΄π‘›π‘Žπ‘™π‘–π‘‘

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ πΆπ‘œπ‘›π‘‘π‘œ 𝑕 π‘₯ 100%

Berat analit = factor gravimetric x berat endapan, maka

%A = πΉπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘£π‘–π‘šπ‘’π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘ π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘› (π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Ž 𝑕 π‘π‘’π‘šπ‘–π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› )

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ πΆπ‘œπ‘›π‘‘π‘œ 𝑕 π‘₯ 100%

1. Penentuan Air Kristal BaCl2.XH2O

A. Tujuan : Untuk menentukan jumlah mol air kristal yang terikt dalam suatu

senyawa

B. Teori

Suatu pemanasan dan pemijaran hingga 800 – 900oC maka molekul air yang

terikat akan dilepaskan menurut persmaan reaksi :

BaCl2.XH2O BaCl2 + X H2O

800 – 900oC

Jika BaCl2.XH2O sebelum dipanaskan ditimbang dengan berat tertentu, maka

setelah pemijaran beratnya akan berkurang. Kehilangan sejumlah berat H2O.

Page 18: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

16

C. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan :

a. Oven pemijar

b. Cawan porselen

c. Gegep (penjepit besi)

d. Eksikator

e. Neraaca Analitik

2. Bahan yang digunakan

BaCl2.XH2O

D. Prosedur

1. Panaskan cawan porselen selama beberapa menit, dinginkan dalam

eksikator, kemudian timbag.

2. Timbang zat yang akan ditentukan air kristalnya kira-kira 1 – 1,5 gram ke

dalam cawan porselelin yang telah diketahui beratnya.

3. Cawan porselen yang berisi zat tersebut dipanaskan dan dipijarkan,

didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang.

4. Perlakuan ini diulang beberapa kali hingga diperoleh bobot tetap

(konstan).

E. Perhitungan

Berat cawan kosong = a gram

Berat cawan + Sampel = b gram

Berat cawan + Sampel setelah pemijaran = (b – a) gram

BM BaCl2 = 208

Mol BaCl2.XH2O = π‘βˆ’π‘Ž π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

BaCl 2.XH 2O

Mol BaCl2 = (c – a) gram/BM BaCl2

(b – a) gram/BM BaCl2.XH2O = (c – a) gram/BM BaCl2

(b – a) gram /(208 + 18x) = (c – a) gram/208

X dapat dihitung.

Page 19: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

17

2. Penentuan Kadar Besi Sebagai Besi Oksida

A. Tujuan : Untuk menentukan kadar besi dalam suatu sampel secara

gravimetric.

B. Teori

Larutan garam besi dapat mengendap sebagai besi (III) hidroksida suatu

larutan amonia.

Fe3+

+ NH4OH Fe(OH)3 + 3NH4+

Setelah pemenasan dan pemijaran, Fe(OH)3 membentuk oksida besi. Apabila

garam besi tersebut masih dalam bentuk ferro, maka terlebih dahulu diubah

menjadi bentuk ferri seluruhnya dengan zat pengoksid, misalnya dipanaskan

dengan asam nitrat kemudian diendapkan sebagai hidroksidanya dengan

penambahan NH4OH.

C. Alat dan Bahan

Alat yang Digunakan Bahan yang Digunakan

a. Cawan Porselen

b. Kertas Saring

c. Gelas Piala 400 mL

d. Gelas Ukur 25 mL

e. Corong Pisah

f. Erlenmeyer

g. Gegep (penjepit)

h. Tungku Pemijar

i. Penangas Air

j. Botol Timbang

k. Eksikator

l. Neraca Analitik

a. HCl Pekat

b. HNO3

c. Larutan Ammonium

(1 : 1)

d. Larutan Ammonium

Sulfat

Page 20: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

18

D. Prosedur

1. Timbang dengan teliti garam besi (II) sulfat sebanya + 1,0 gram.

2. Masukkan ke dalam gelas 400 mL dan dilarutkan dengan 50 mL air dan

10 mL HCl (1 : 1).

3. Tambahkan 1 – 2 mL HNO3 pekat, kemudian didihkan selam 3 – 5 menit.

4. Encerkan larutan dengan 200 mL, panaskan perlahan-lahan. Larutan

ditetesi dengan ammonia (1 : 1). Bila endapan yang terjadi warna hijau

maka tambahkan lagi HNO3 Pekat 1 – 2 mL, didihkan selama 2 menit.

5. Tetesi larutan ammonia encer (1 : 1) hingga terbentuk endapan berwarna

coklat dan semua besi diendapkan (larutan tetap jernih jika diteteskan

ammonia, tidak terbentuk lagi endapat atau larutan berbau amoniak).

6. Endapan dituangkan melalui kertas saring.

7. Cuci endapan dengan larutan ammonia nitrat 1% panaskan beberapa kali

hingga bebas dari zat lain.

8. Endapan dimasukkan dalam cawan porselen yang telah diketahui

beratnya.

9. Panaskan dengan api kecil pijarkan, dinginkan dalam eksikator, kemudian

ditimbang.

10. Ulangi pekerjaan tersebut hingga diperoleh berat konstan (tetap).

E. Perhitungan

%Fe = π‘“π‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘£π‘–π‘šπ‘’π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘ π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘› (π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Ž 𝑕 π‘π‘’π‘šπ‘–π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› )

π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ x 100%

Page 21: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

19

3. Penentuan Kadar Sulfat sebagai Barium Sulfat

A. Tujuan : Untuk menentukan kadar sulfat dalam sampel sebagai Gravimetric

B. Teori

Larutan garam diasamkan dengan HCl, lalu dipanaskan, selanjutnya dengan

perlahan-lahan ditambahkan BaCl2 (5%) hingga barium sulfat mengendap.

SO42-

+ Ba2+

BaSO4

Endapan BaSO4 disaring dan dibilas dengan air, kertas saring dihilangkan

dengan pembakara dan pemijaran. Endapan dikeringkan, ditimbang.

Pekerjaan ini diulang sampai diperoleh bobot konstan.

C. Alat dan Bahan

Alat yang Digunakan Bahan yang Digunakan

a. Cawan Porselen

b. Kertas Saring

c. Gelas Piala 400 mL

d. Gelas Ukur 25 mL

e. Corong Pisah

f. Erlenmeyer

g. Gegep (penjepit)

h. Tungku Pemijar

i. Penangas Air

j. Eksikator

k. Batang Pengaduk

a. HCl Pekat

b. Larutan BaCl2

c. Aquades

D. Prosedur

1. Timbang dengan teliti garam sulfat sebanyak + 0,3 gram, masukkan ke

dalam gels piala 400 mL yang dilengkapi dengan batang pengaduk gelas

dan gelas arloji.

2. Larutkan dengan 25 mL aquades, tambahkan 0,5 mL HCl pekat lalu

diencerkan hingga volume menjadi 200 mL.

3. Didihkan dan tetesi dengan larutan BaCl2 sebanyak 10 – 12 mL ke dalam

larutan melalui buret atau pipet sambil dikocok terus.

4. Biarkan mengendap selama 1 – 2 menit, ujilah filtratnya dengan BaCl2

untuk mengetahui apakah pengendapan sempurna.

Page 22: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

20

5. Bila timbul endapan lagi, tambahkan 3 mL BaCl2 lalu ujilah seperti di

atas sampai BaCl2 berlebih.

6. Panaska dalam penangas air selama 1 jam, agar pengendapan sempurna,

juga volumenya tidak kurang dari 150 mL (bila perlu tambahkan

aquades). Bilas tutupnya/gelas arloji ke dalam gelas piala.

7. Uji lagi apakah pengendapan sudah sempurna, jika tidak terbentuk

endapan lagi, saringlah.

8. Pindahkan endapan secara kuantitatif ke dalam kertas saring dan cucilah

dengan air panas kira-kira 10 kali, pencucian sempurna apabila 5 mL air

cucian ditambah 2 tetes AgNO3 tidak timbul kelarutan.

9. Lipat kertas saring hingga menutup endapan kemudian masukkan dalam

cawan porselin yang telah diketahui beratnya.

10. Panaskan kertas saring berisi endapan, kemudian pijarkan.

11. Jika endapan telah menjadi putih, tetesi dengan H2SO4 pekat sebanyak 1

tetes, pijarkan lagi selama 155 menit.

12. Dinginkan dalam eksikator, kemudian timbang.

13. Ulangi lagi pemijaran (10 menit) hingga menghasilkan penimbangan yang

beratya tetap.

14. Tentukan kada sulfatnya.

E. Perhitungan :

%Sulfat = πΉπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘£π‘–π‘šπ‘’π‘‘π‘Ÿ 𝑖𝑐 π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘› (π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Ž 𝑕 π‘π‘’π‘šπ‘–π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› )

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ x 100%

Page 23: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

21

PERCOBAAN V

AISIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

Pendahuluan

Analisis volumetrik atau titrimetri merupakan suatu analisis dengan

pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan

untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan).

aA + tT Hasil

dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T (titran)

titran merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang disebut

larutan baku atau larutan standar, larutan ini juga disebut titran baku. Dengan titrasi

dimaksudkan proses pengerjaan di mana titran baku secara perlahan dan teratur

ditambahkan melalui buret ke dalam larutan analit untuk mencapai titik ekivalen.

Titik ekivalen titrasi tercapai pada saat jumlah titran yang ditambahkan ekivalen

dengan jumlah analit alam larutan. Selain itu juga dikenal juga titik aakhir titrasi yaitu

saat terjadi perubahan warna indikator. Selisih antara titik ekivalen titrasi dan titik

akhir titrasi dikenal sebagai kesalahan titrasi. Untuk mengetahui proses titrasi

berakhir, biasnya digunakan zat petunjuk indikator. Dengan pemakain indikator yang

tepat dapat memperkecil kesalaan dalam melakukan titrasi.

Dalam analisis volumetric, reaksi yang terjadi antara titran dan titrand (analit)

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Reaksi harus sederhana, mudah dituliskan dengan suatu persamaan reaksi. Analitt

harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan titran.

b. Reaksi harus dapat terjadi dengan cepat (bila perlu tambahkan katalisator atau

suhu tinggi).

c. Saat titik ekivalen, harus terjadi perubahan fisik maupun sifat kimia dalam larutan

cukup nampak.

d. Indikator harus dapat memberikan perubahan warna dan struktur yang jelas pada

saat tercapainya titik akhir.

Page 24: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

22

Dengan menggunakan rumus kesetaraan kimia (V1.M1 = V2.M2), dan

konsentrasi larutan standar diketahui, maka banyaknya analit yang terdapat dalam

volume tertentu dapat dihitung. Dalam proses titrasi seringkali diperlukan

penambahan sejumlah titran berlebih sehingga melampaui titik akhir, selanjutnya

kelebihan titran dititirasi kembali dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.

Proses titrasi demikian dikenal dengan titrasi balik, misalnya pada penentuan kloridan

dengan cara volhard, pada pengendapan klorida perak nitrat ditambahkan berlebih.

Ag+ + Cl

- AgCl(p)

Kelebihan perak dititrasi kembali dengan larutan standar kalium tiosianat.

Ag+ + SCN AgSCN(p)

Pembagian dala analisis volumtric

1. Asidimetri : Titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisa

dari asam lemah, larutan standarnya asam.

2. Alkalimetri : Titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam

terhidrolisa dari basa lemah

3. Titrasi reduksi oksidasi (redoks) : suatu proses titrasi yang dapat

mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron antara

zat-zat yang saling bereaksi

4. Titrasi pengendapan :Suatu proses titasi yang dapat mengakibatkan

terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi

5. Titrasi pembentukan kompleks : Suatu proses titrasi yang dapat

mengakibatkan terbentuknya senyawa kompleks dari zat-zat yang saling

bereaksi.

Page 25: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

23

I. Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida

A. Tujuan : untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel

B. Teori

Asam atau basa kuat dapat dititrasi dengan basa/asam kuat, sampai terjadinya

titik ekivalen (jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa). Titrasi biasanya

merupakan larutan elektrolit kuat NaOH dan HCl. Jika HA merupakan asam

yang akan ditentukan dan BOD adalah titik baku, maka reaksi yang terjadi :

Ha + OH A + H2O

BOH + H3O B+ + 2H2O

C. Alat dan bahan

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. Gelas piala 250, 1000 mL

b. Gelas ukur 50 mL

c. Pipet ukur 50 mL

d. Buret

e. Batang pengaduk

a. Kalium biftalat

b. Alkohol 16 %

c. Indikator fenoftalin 0,15

%(100 mg fenoftalin

dilarutkan dalam 10 mL

alkohol kemudian

ditambahkan 10 mL akuades

d. Larutan NaOH 0,1 N

Kira-kira 4 gram NaOH dilarutkan sedikit demi sedikit kedalam gelas piala satu

liter yang berisi sebagian air suling, aduk dan setelah larut cukupkan volumenya

sampai atu liter dengan air suling kemudian dibakukan (distandarisasi).

Standarisasi larutan NaOH dengan kalium biftalat.

Timbang kira-kira 0,5 gram kalium biftalat yang telah dikeringkan (+ jam pada

suhu 110oC). Larutan dalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan indikator PP 1-2

tetes, kemudian melalui buret titrasi dengan larutan NaOH yang akan dibakukan

Page 26: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

24

sampai larutan tepat berwarna merah mudah. Catat volume NaOH yang

digunakan. Dilakukan triplo

Perhitungan : V1 . N1 = V2 . N2

Mek biftalat = mek NaOH

Misalnya : kalium biftalat 510 mg, mr = 204,2

Volume NaOH 0,1 N = 20,5 mL

510/204,2 mek = (20,5 x N2)mek

N2 = 510 /204,2 x 20,5

= 0,1218 N

D. Prosedur

1. Pipet 10 mL larutan asam aseat yang akan ditentukan kadarnya kedalam labu

ukur 100 Ml, encerkan dengan akuades sampai tanda garis. Pipet 25 mL

larutan ini dn masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan 2 -3 tetes indikator fenoftalin

3. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai warna merah mudah

terbentuk

4. Catat volume NaOH yang akan digunakan

5. Lakukan triplo

6. Hitung kadar asam asetat dalam sampel

E. Perhitungan

Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

BE ; CH3COOH = 60

Misalnya : Volume NaOH 0,1 N yang diperlukan = A mL

Dalam 10 mL sampel asam terdapat :

100/25 x A mL x NNaOH x 60 = 100/10 B mg

Dalam 100 mL asam cuka = 100 /10 mg

Kadar asam cuka = 100/10 x B/100 mg

= Cgram dalam 100 mL

= C % (b/v)

Page 27: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

25

II. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran

A. Tujuan : Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran

B. Teori

Kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu campuran dapat ditentukan dengan

jalan titrasi dengan larutan HCl berdasarkan reaksi sebagai berikut :

Karbonat:

Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl

Bikarbonat ;

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan Baha yang digunakan

Pipet volume 25 mL

Erlenmeyer 250 mL

Labu ukur 250 mL

Gelas piala 250 mL

Buret 50 mL

Botol timbang

Labu semprot

HCl 0,1 N

Na2CO3

Indikator PP

Indokator metyl orange (Mo)

D. Prosedur

1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

a. Cara menghitung

Bahan Baku HCl 37 % (αΏ₯ = 1,19 g/mL)

Berat 1 mL HCl = (0,37 x 1,19 g/mL) = a gram

Misalnya HCl yang akan dibuat sebanyak 500 mL, maka

500 mL HCl 0,1 N = (0,1 x 500) mek

Page 28: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

26

= 50 mek

= 50 mmol

= (50 x 36,5) mg x 1000 gram/mg

Jadi untuk membuat 500 mL HCl 0,1 N diperlukan HCl 37 % ( αΏ₯

= 1,19 g/mL) adalah b gram/a gram x 1 mL = c mL

b. Pipet larutan HCl 37 % (αΏ₯ = 1,19 g/mL) sebanyak c ml (hasil

perhitungan kedalam labu takar 500 mL. Encerkan dengan akuades

sampai tanda garis. Kocok dengan hati-hati sampai homogen.

c. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan NaCO3

1. Timbang NaCO3 sebanyak 100 mg dilarutkan dengan 10 mL

akuades

2. Tambahkan 2 -3 tetes indikator metil jingga

3. Titrasi dengan HCl hingga warna berubah menjadi merah mudah

yang konstan

Perhitungan :

Volume HCl yang digunakan = p mL

Berat NaCO3 yang dihitung = Q mg

Mek HCl = mek Na2CO3

Mek HCl = P x NHCl, maka

Berat zat (mg) Na2CO3 = mek Na2CO3 x BE Na2CO3

Mek Na2CO3 = mg Na2CO3 (Q) /BE Na2CO3 (Q)

BE Na2CO3 = Β½ x 106 = 53

NHCl = mg NaCO3 (Q)/P (mL) x 53

Page 29: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

27

2. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran

a. Timbangan campurn karbonat dan bikarbonat sebanyak 100 mg

b. Larutan dengan 100 mL akuades, tetesi indikator PP kemudian dititrasi

dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi tak

berwarna, misalnya diperlukan x mL

c. Lanjutkan titrasi setelah larutan tersebut ditetesi indikator MO sampai

terjadi warna jingga kemerah jambu

d. Catat volume HCl 0,1 N yang diperlukan misalnya y mL

Perhitungan :

Reaksi ;

Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl x mL HCl 0,1 N

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2 x mL HCl 0,1 N

Bikarbonat dalam sampel = (y-x) mL HCl 0,1 N

Karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,1 N

% karbonat = (2x) mL x NHCl x BE Na2CO3/ berat sampel

% bikarbonat = (x-y) mL x NHCl x Be NaHCO3 / berat sampel.

Page 30: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

28

PERCOBAAN VI

TITRASI REDOKS

A. Oksidimetri (titrasi permanganometri)

Pada titrasi oksidimetri, proses yang terjadi merupakan reaksi oksidasi reduksi.

Pada proses oksidimetri, zat oksidasidator sebagai larutan baku dan zat yang

ditentukan kadarnya bersifat sebagai reduktor,

Dalam analisis oksidasi-reduksi, kosentrasi larutan biasanya dinyatakan dalam

normalitas. Normalitas dinyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter

larutan mengoksidasi Β½ gram atom oksigen atau

Berat ekivalen = π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘šπ‘œπ‘™π‘’π‘˜π‘’π‘™ /π‘–π‘œπ‘›

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž 𝑕 π‘’π‘™π‘’π‘˜π‘‘π‘Ÿπ‘œπ‘› π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘ π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘™π‘’π‘π‘Žπ‘ 

Dalam golongan in termasuk peniteran-peniteran kalium permanganat (KMnO4)

kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan telah digunakan secara luas,

mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator,karena larutan KMnO4

mempunyai warna tersendiri.

Permanganat dalam mengalami reaksi yang bermacam-macam, karena Mn dapat

berada dalam keadaan dengan biloks +2, +3, +4, +6 dan +7

Reaksi dalam suasana asam : MnO4- + 8H

+ +5e Mn

2+ + 4 H2O

Dalam suasan basa : MnO4- + 4H

+ +3e MnO2

+ + 2H2O

Reaksi yang paling banyak dijumpai dilaboratorium adalah raksi yangberlangsung

dalam suasana sangat asam.

Larutan standar KMnO4 0,1

1 mol MnO4- + 4H

+ +3e Mn

2+ + 4 H2O 0,1 N

Reaksi dalam suasana asam : MnO4- + 8H

+ +5e Mn

2+ + 4 H2O

1mol KMnO4 memerlukan 5e,sehingga berat molekulnya KMnO4 = 1/5 BM

Pembuatan larutan standar KMnO4 0,1 N

Page 31: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

29

Timbang kira-kira 1,6 gram KMnO4 pada gelas arloji , masukkan dalam gelas

piala + 1 liter. Tambahkan akuades 500 mL, tutup dengan gelas arloji. Dididihkan

selama menjadi (ll). Titik akhir titrasi terjadi apabila terbentuk warna merah yang

konstan

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

a. Pipet volume 25 mL

b. Erlenmeyer 250 mL

c. Gelas ukur 50 mL

d. Gelas piala 250 mL

e. Buret 25 mL

f. botol timbang

g. Termometer 100oC

2. Bahan yang digunakan

a. KMnO4 0,1 N

b. H2SO4

c. Akuades

C. Prosedur

1. Timbang dengan teliti 700 mg FeSO4. 7 H2O, masukkan dalam

erlenmeyer dan larutkan dalam 25 mL akuades dingin yang telah

dididihkan

2. Asamkan dengan 25 mL asam sulfat 4N kemudian dititrasi dengan

KMnO4 0,1 N

3. Lakukan triplo

Page 32: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

30

D. Perhitungan

Kadar Fe = (V x N) KMnO4 x BE Fe / berat sampel x 100 %

B. Reduktometri

Yang dimaksud dalam golongan adalah penitraan dengan zat iod (iodimetri) atau

ion dengan tio (iodometri) zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititasi

dengan iod

H2SO3 + I2 + H2O H2SO4 + 2HI

Zat-zat yang bersifat pengoksida dalam larutan asam membebaskan ion dn KI

2FeCl3 + 2KI 2FeCl2 + 2KCl + I2

Kemudian iod yang terbentuk dititer dengan tio

I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Kelebihan iod menyebabkan larutan berwarna kuning, akan tetapi selalu

dipergunakan larutan kanji sebagai penunjuk, kanji dan iod menghasilkan warna

biru, pada peniteraan iod dengan tio, larutan kanji baru ditambahkan bila sebagian

besar iod telah bereaksi (warna coklat telah berubah menjadi kuning). Dengan

demikian penambahan tio dari permulaan peniteraan sampai akhir, hendaknya

dilakukan tetes demi tetes.

Terdapat banyak oksidator yang dapat bereaksi sempurna dengan ion iodide,

misalnya ion besi (III) dan ion Cu (II) berlebih ditambah terhadap oksidator yang

ditentukan, kemudian iodium yang dilepaskan dititrasi dengan larutan standar

natrium tiosulfat.

Bobot setara dengan tio adalah sebagai berikut :

Na2S2O3 = I2 = 2H

1 gram setara iod = Β½ g mol

1 gram setara tio = 1 gram mol

Pembuatan larutan standar Na2S2O3 0,1 N

Page 33: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

31

Larutan Na2S2O3 0,1 N dibuat dengan melarutkan kira-kira 25 gram Na2S2O3

dalam akuades yang telah dididihkan dan sudah dingin dalam labu ukur 1 liter.

Tambahkan 0,2 gram Na2S2O3, encerkan sampai tanda garis.

Standarisasi larutan standar Na2S2O3

Timbang teliti 150 mg KIO3 yang telah dikeringkan pada suhu 120oC selama 1

jam, lakukan dengan 25 mL air yang telah dipanaskan dan didinginkan dalam

Erlenmeyer asah. Tambahkan 10 mL H2SO4 1N 2 gram KI, tutup dan kocok smpai

reaksi sempurna. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 yang akan dibakukan sampai

berwarna kuning muda, tambahkan 2 mL indikator kanji, lalu titrasi sampai warna

biru hilang. Lakukan 3x penentuan. Perhitungan : BE KIO3 = 1/6 BM

Pembuatan larutan indikator Kanji

0,5 gram amylum dilarutkan dalam air, didihkan dan encerkan sampai 100 mL.

Penentuan Ion Cu (II) dalam CuSO4

A. Tujuan : Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu

campuran.

B. Teori

Ion tembaga (II) direduksi secara tidak langsung oleh Na2S2O3 melalui

pembentukan iodium, hasil oksidasi ion iodide oleh oksidator tersebut.

2CuSO4 + 4KI 2CuI2 + 2K2SO4

2CuSO4 + 4KI Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI

Reaksi tersebut dapat digunakan untuk menentukan iodium atau menentukan

kadar suatu zat secara tidak langsung.

Page 34: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

32

C. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

a. Pipet volume 25 mL

b. Erlenmeyer 250 mL

c. 4 gelas ukur 10 mL

d. Gelas piala 100 mL, 250, 1000 mL

e. Buret 25 mL

f. Batang pengaduk

2. Bahan yang digunakan

a. Larutan Na2S2O3 1N

b. Indikator amylum 0,5%

c. H2SO4 1N

d. Kalium Iodide

D. Prosedur

1. Timbang + 2 gram CuSO4.5H2O, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL

dan larutkan dengan akuades sampai tanda garis.

2. Pipet 25 mL larutan tersebut, masukkan dalam Erlenmeyer bertutup asah.

3. Tambahhkan 10 mL H2SO4 1N dan 2 gram KI

4. Tutup Erlenmeyer dan kocok selama 10 menit, diamkan sampai reaksi

sempurna pada tempat yang gelap. Titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 1N

sampai larutan berwarna kuning muda.

5. Tambahkan 2 mL indikator kanji dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru

tetap hilang. Lakukan triplo.

Page 35: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

33

E. Perrhitungan

2Cu2+

+ 4I- 2CuI2

2CuI2 Cu2I2 + I2

I2 + 2 Na2S2O3 NaS4O6 + 2e-

2 mol S2O32-

mol elektron 2 έ‘

BE = BM

Kadar Cu fp (V x N) Na2S2O3 x BE Cu/Berat sampel x 100%

Page 36: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

34

PERCOBAAN VI

TITRASI PENGENDAPAN

Penentuan Kadar Khlorida dengan Cara Volvard

A. Tujuan : Menentukan kadar khlorida dalam sampel dengan cara volvard

B. Teori

Penentuan kadar ion khlorida secara titrasi langsung dalam suasana asam kuat,

dalam hal ini, khlorida diendapkan dengan AgNO3 berlebih.

Kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan standar tiosianat dengan

menggunakan indikator ion Fe3+

. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh terbentuknya

senyawa kompleks berwrna merah.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Pipet volume 25 mL

b. Erlenmeyer 250 mL

c. Labu ukur 100 mL

d. Gelas ukur 5 mL, 25 mL, 50 mL

e. Gelas piala 250, 100 mL

f. Buret

2. Bahan yang digunakan

a. AgNO3 0,1 N

b. NH4CNS 0,1 N

c. Fe (III) ammonium sulfat

d. HNO3 encer

Page 37: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

35

D. Prosedur

1. Timbang dengan teliti 1,0 gram garam dapur dan larutkan dengan akuades

dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.

2. Pipet 25 mL larutan encer tersebut, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL

dan tambahkan 5 mL HNO3 6N

3. Titrasi dengan AgNO3 0,1 N perlahan-lahan sambil dikocok hingga terbentuk

endapan. Saring endapan yang terbentuk secara kuantitatif.

4. Bilas dan cuci endapan dengan 3 x 10 mL HNO3 encer.

5. Filtrasi dikumpulkan, tambahkan 1 – 2 mL indikator larutan feri ammonium

sulfat 40% kemudian titrasi kelebihan AgNO3 dengan larutan standar

NH4CNS 0,1N sampai timbul warna merah yang tetap.

6. Hitung kadar NaCl dalam sampel, lalukan triplo.

E. Perhitungan

Kadar NaCl =

100

25 𝑉 π‘₯ 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂 3βˆ’ 𝑉π‘₯𝑁 𝑁𝐻4𝐢𝑁𝑆 π‘₯ 𝐡𝐸 π‘π‘ŽπΆπ‘™

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ x 100%

Penentuan Kadar Bromida dalam sampel dengan cara fajans

A. Tujuan : Menentukan kadar bromide dalam sampel dengan cara fajans

B. Teori

Jika suatu larutan khlorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, maka endapan

perak khlorida akan mengadsorpsi ion Cl- (suatu endapan mempunyai

kecenderungan untuk mengadsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan

adsorpsi pertama dan akan mengikat lapisan adsorpsi kedua yang muatannya

berlawanan.

Mekanisme kerja dari indikator adsorpsi adalah bahwa pada titik ekivalen,

indikator akan diadsorpsi oleh endapan dan selama proses penyerapan itu

terjadi perubahan warna dari indikator. Sebagai indikator dapat digunakan

golongan fluorosein setelah titik ekivalen tercapai, ion Ag+ terdapat dalam

keadaan berlebihan dan ion Ag+ ini menjadi lapisan adsorpsi pertama dan ion

NO3- dan ditandai dengan warna merah muda dari senyawa kompleks antara

Page 38: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

36

ion fluorosein dan ion perak yang terbentuk pada permukaan setelah

kelebihan ion perak.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. Pipet ukur 25 mL

b. Erlenmeyer

c. Labu ukur 100 mL

d. Gelas piala 250 mL

e. Buret 25 mL

a. KBr

b. Fluorosein 0,1%

c. AgNO3 0,1N

D. Prosedur

1. Timbang dengan teliti 1,2 gram KBr dan larutkan dengan akuades dalam

labu ukur 100 mL sampai tanda garis..

2. Pipet 25 mL larutan tersebut, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan

ditambahkan 1 tetes larutan fluorosein.

3. Titrasi dengan AgNO3 0,1N sambil dikocok dengan agak kuat sampai

timbul warna merah muda pada permukaan endapan.

4. Ulangi pekerjaana 3x

E. Perhitungan

Kadar Bromida =

100

25π‘₯ 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 π‘₯ 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 π‘₯ 𝐡𝐸 πΎπ΅π‘Ÿ

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ x 100%

Page 39: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

37

PERCOBAAN VIII

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Penentuan Kalsuium.

A. Tujuan : Menentukan kadar kalsium secara kompleksometri

B. Teori

Pada penetapan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri umumnya digunakan

komplekson III (EDTA) sebagai zat pembentuk khelat, dimana EDTA bereaksi

dengan ion yang polyvalent seperti Al3+

, Bi2+

, Ca2+

, Cu2+

, membentuk kompleks

khelat yang stabil dan larut dalam air. Bila asetilen diamin tetra asetat :

Diberi simbol H4Y, maka reaksi ionisasi dari EDTA dapat dituliskan sebagai

berikut :

H4Y H+ + H3Y

- pKa = 2,07

H3Y- H

+ + H2Y

2- pKa = 2,75

H2Y2-

H+ + HY

3- pKa = 6,24

HY3-

H+ + H

4- pKa = 10,3

Terbentuknya Y4-

, HY3-

, H2Y2-

, dan H3Y- tergantung pH.

Perubahan warna indikaor logam yang terikat dengan logam dan warna indikator

bebas. Indikator logam membentuk suatu kompleks dengan logam yang

mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikator itu sendiri, bila stabilitas

kompleks logam indikator lebih kecil daripada kompleks logam-kompleksonat

(logam-EDTA).

Page 40: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

38

Mn+ + Yu MNn-u

M2+ + Hind2- Mind + H+

Mind + H2Y2- MY- + Hind2- + H+

Merah Biru

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Pipet ukur 25 mL

b. Erlenmeyer 250 mL

c. Labu ukur 100 mL

d. Gelas Piala 250 mL

e. Buret 25 mL

2. Bahan yang digunakan

a. NaCl

b. NH4Cl

c. NH4OH pekat

d. ZnSO4.7H2O

e. Eriochrom Black T

f. Komplekson III 0,05M (garam dinatrium dari EDTA)

Pembuatan larutan Na-EDTA (Komplekson III) 0,05M

Timbang + 18,65 gram komplekson III yang telah dikeringkan selama 2 jam

(140oC). Larutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL, encerkan mL,

encerkan sampai tanda garis.

Standarisasi komplekson III dengan ZnSO4.7H2O larutkan dengan akuades

dalam labu ukur 100 mL. Encerkan sampai tanda garis kemudian pipet 25 mL,

tambahkan 5 mL buffer ammoniak pH = 10 (17,5 gr NH4Cl ditambah 142,5

mL NH4OH pekat, encerkan dengan akuades sampai 250 mL) dan 50 mg

indikator eriochrim Black T (10 mg eriochrom Black T dicampurkan dengan 1

gram NaCl). Titrasi dengan larutan komplekson III yang akan distandarisasi.

Hitung molaritas larutan komplekson.

Page 41: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

39

D. Prosedur

1. Pipet 25 mL larutan yang mengandung 0,01 M Ca2+

, tambahkan 25 mL air

suling.

2. Tambahkan 5 mL dapar ammonia (pH = 10)

3. Tambahkan 50 mg indicator eriochrom Black T

4. Titrasi dengan EDTA 0,05 M (komplekson III) sambil dikocok kuat-kuat

sampai larutan tepat berubah menjadi biru.

5. Hitung kadar Ca dalam sampel.

E. Perhitungan

Kadar Kalsium = π‘šπΏ 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘₯ 𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 𝐡𝐸 πΆπ‘Ž π‘₯

π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ x 100%

Page 42: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

40

PERCOBAAN IX

TITRASI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Penetapan besi (lll)dengan EDTA

A. Tujuan : Menentukan titik akhir dari suatu titrasi dengan cara spektrofotometri

B. Teori

Pada titrasi dengan cara fotometri ,kepada larutan cuplikan yang akan

ditetapkan kadarnya ditambahkan larutan zat penitrasi sedikit demi sedikit.Setiap

kali dilakukan penambahan zat penitrasi itu, absorbans (A) larutan di ukur pada

panjang gelombang tertentu. Timbulnya atau lenyapnya zat-zat penyerap sebagai

akibat dari suatu reaksi selama titrasi akan menghasilkan suatu perubahan

absorbansi (A) yang lancar sebagai fungsi dari kosentrasi. Berubahnya A dengan

kosentrasi ini bila dialurkan (diplot) akan menghasilkan dua garis lurus (linear)

yang akan berpotongan tepat pada titik ekivalensi. Kurva titrasi fotometri

bentuknya menyerupai bentuk kurva titrasi konduktrometri dan amperometri,

dmana daya hantar larutan dan arah berubah secara linear dengan kosentrasi.

Pemilihan panjang gelombang yang akan dipakai selama titrasi meminta

sedikit perhatian, oleh karena didalam larutanya terdapat paling sedikit tiga

komponen yang dapat dilakukan penyerapan yaitu zat yang akan dititrasi, zat

penitrasi dan zat hasil titrasi. Biasanya di pilih panjang gelombang di mana hanya

sala satu komponen cahaya yang melakukan penerapan. Agar suatu titrasi

fotometri berhasil dengan baik komponen yang di ukur absorbansinya harus

mentaati hukum lambert – Beer.

Page 43: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

41

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan adalah :

a. Spektrofotometer UV-Vis

b. Pipet ukur 10 mL

c. Mikro buret 10 mL dengan statif

d. Magnet stirrer dan bor

e. Labu ukur 50 mL

f. Labu ukur 250 mL

g. Corong

h. Gelas piala 250 mL

i. Gelas ukur 10 mL

j. Tabung penetes

2. Bahan-bahan yang digunakan adalah :

a. Larutan Fe (lll) 0,05 M

b. Buffer asam asetat dan natrium asetat

c. Larutan EDTA 0,1 M

d. Larutan asam salisilat 6 % dalam aseton

e. Kertas PH

D. Prosedur

1. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Pemilihan panjang gelombang untuk titrasi fotometri besi (III) dengan EDTA

dilakukan berdasarkan spektrum serapan larutan sebelum dan sesudah titik

akhir. Kedua spektrum serapan itu diperoleh sebagai berikut :

a. Pipet 10 mL Fe(III) kedalam labu ukur 50 mL dan diencerkan sampai

tepat 50 mL

b. Pipet 10 mL laruan kedalam labu ukur 200 ml, tambahkan 2 mL larutan

6% asam sasilat dalam aseton dan buffet asetat. Encerkan sampai 200mL.

c. Tentukan spektrum serapan larutan ini dengan spektrofotometer (400-600

nm)

Page 44: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

42

d. Kepada volume tertentu (misalnya 10 atau 25 mL) larutn Fe(III) sasilat

dari nomor b diatas dalam gelas kimia kecil tambahkan larutan EDTA

hingga warna ungu hilang dan sesudah itu tambahkan lagi larutan EDTA

berlebih

e. Tentukan spektrum serapan larutan ini (400-600 nm)

f. Alurkan kedua spektrum itu pada satu grafik yang sama (dalam skala yang

sama). Panjang gelombang optimum untuk melakukan titrasi fotometri Fe

salisilat dengan EDTA adalah panjang gelombang dimana selisih antara

harga-harga absorbansi kedua larutan paling besarnya nilainyA

2. Titrasi fotometri besi (III) dengan EDTA

a. Pipet 10 mL Fe(III) kedalam gelas kimia 250 mL

b. Tambahkan 10 mL larutan buffer asam asetat tambah Na- asetat (Ph = 4)

dan kira-kir 150 mL air, PH larutan = 1,7 -2,3

c. Tambahkan 1 mL larutan 6 % asam sasilat dan aseton

d. Tambahkan 4 mL standar EDTA dari mikro buret (catat volume yang

tepat

e. Aduk selama 30 detik dengan pengaduk magnet

f. Tuang sebahagian larutan itu kedalam kuvet alat spektronik 20 dan ukur

panjang gelombangnya yanh telah diketemukan (antara 500-530nm)

g. Kembalikan larutan ini dari kuvet kedalam gelas kimia semula

h. Tambahkan lagi 0,4 mL larutan standar EDTA (diukur dengan tepat ) dari

mikrometer

i. Aduk selama 30 detik dengan pengaduk magnet

j. Bilas tabung kuvet spektronik 20 (yang telah digunakan) dengan larutan

diatas. Larutan bekas pembilas dikembalikan lagi dalam gelas kimia (yang

berisi larutan yang dititrasi) aduk sebentar

k. Tuangkan sebagian larutan yang dititrasi itu kedalam kuvet yang telh

dibilas

Page 45: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

43

l. Periksa terlebih dahulu penunjukan 0% T dan 100% oleh jarum penunjuk

skala alat spektronik 20, kemudian ukur absorbansi larutanya. Catat

pembacaan A

m. Tuang kembali larutan dari kuvet kedalam gelas kimia yang berisi larutan

yang dititrasi

n. Ulangi pekerjaan h sampai m itu paling sedikit dua kali lagi, tiap kali

dengan 0,2 mL larutan standar EDTA dari mikroburet

o. Jika warna ungu dari larutan yang dititrasi telah hilang sama sekali dan

warna larutan menjadi kuning muda (berarti titik ekivalen sudah

dilampaui lakukan lagi seperti pekerjaan seperti pada h sampai dengan m,

tiga atau empat kali lagi, tiga kali dengan penambahan 0,5 mL larutan

standar EDTA dari mikroburet

p. Catat semua hasil pengamatan dan lakukan koreksi untuk bertambahnya

volume terhadap nilai-nilai A yang dibaca

q. Alurkan nilai-nilai A yang telah dikoreksi itu pada kertas grafik terhadap

volume larutan EDTA

r. Tentuk titik ekivalensi titrasi dari titik poting bahagian-bahagian kurva

yang lurus

s. Hitung kosentrasi (M) larutan Fe(III) yang dititrasi

E. Perhitungan

Kosentrasi dapat diperoleh dengan memplotkan absorbansi sampel pada grafik

yang telah dibuat di atas

Page 46: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

44

PERCOBAAN X

PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

A. Tujuan : Menentukan kadar besi pada sampel air secara spektrofotometri

B. Teori

1. Penentuan kadar besi

Dalam larutan besi (II) dapat bereaksi dengan o-fenoftalin dengan membentuk

senyawa yang berwarna jingga, warna ini cukup stabil dalam kondisi asam PH

2,9, dalam besi (III) haruslah besi ini direduksi dengan hidroksi ammonium

klorida atau dengan hidrokinon

2. Spektrofotometri

Sinar yang melewati suatu larutan akan diserap oleh senyawa-senyawa dalam

larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap terganrung pada jenis senyawa

yang ada, kosentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut, makin tinggi

kosentrasisuatu senyawa dalam larutan makin banyak sinar yang diserap.

Hubungan antara kosentrasi, panjang larutan dan jumlah sinar yang diserp

diberikan dalam hukum Lambert – Beer sebagai berikut ;

A = log l0/l = a b c

Di mana : A = Absorbansi

Io = Intesitas sinar mula-mula

I = Intensitas sinar setelah melewati larutan

a = absortivitas

b = tebal larutan

Page 47: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

45

c = Kosentrasi

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Spektronik 20 D

b. Labu takar 100 mL 6 buah

c. Pipet ukur 10 mL

d. Gelas piala 250 mL

2. Bahan yang digunakan

a. 0-fenoftalin 0,0025% 50 mL

b. Hidroksilamin klorida 10 % 50 mL

c. Larutan baku Fe(II) 50 mg/L = 50 ppm, 10 mL

D. Prosedur

1. Persiapkan deretan larutan standar

a. Ukur 0,2 mL larutan Fe(II) baku kedalam labu takar 100 mL

b. Tambahkan 1 tetes Na asetat 0,2 M, 5 mL,hidroksilamin klorida 10% dan

5 mL o-fenoftalin 0,25%

c. Encerkan sampai tepat 10 mL, kocok (homogenkan) biarkan selama 1 jam

d. Cara sama diatas, dibuat larutan Fe(II) fenoftalin dengn 0,4 mL, 0,6 mL,

0,8 mL, 1 mL larutan Fe(II) baku

e. Buat larutan blanko dengan cara yang sama di atas, tetapi tidak

mengandung larutan Fe(II) baku

f. Dengan menggunakan spektronik 20 D tentukan panjang gelombang

serapan maksimum (antara 480-520) nm)

g. Buat kurva kalibrasi dengan menggunakan program exel (mikrosoft

office) atau pada kertas milimeter, hubungan antara harga absorbans

terhadap kosentrasi

Tentukan persamaan garis, slop, intersep dan nilai r.

Page 48: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

46

2. Pengerjaan cuplikan

a. Ambil 100 mL sampel air dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas

piala 250 mL

b. Masukkan 4 tetes larutan HCl 1 M dan uapkan sampai tinggal Ǡ‑ 25 mL

c. Setelah dingin pindahkan kedalam labu takar 100 mL

d. Tambahkan berturut-turut : 30 tete larutan Na asetat 0,2M, mL

hidroksilamin khlorida 10% dan 5 mL fenantrolin 0,25%. Encerkan

sampai 100 mL.

e. Kocok dengan baik (homogen) dan biarkan selama 1 jam, kemudian ukur

nilai absorbansinya pada panjang gelombang maksimal.

E. Perhitungan

Konsentrasi dapat diperoleh dengan memplotkan absorban sampel pada grafik

yang telah dibuat di atas. Cara Penggunaan Alat Spektronik 20 D.

1. Hubungan staker dari alat dengan tegangan stabil (stabilisator)

2. Nyalakan/hidupkan alat dengan memutar knob I (kiri depan) ke kanan dan

biarkan selama 15 menit.

3. Pilih panjang gelombang yang dipakai dengan menggunakan knob kontrol

panjang gelombang (atas kanan).

4. Nolkan jaru penunjuk (0%T) dengan menekan knob I

5. Masukkan larutan blanko (pembanding) ke tempat sel dan atur jarum hingga

menunjuk 100%T atau A = 0,00 dengan menggunakan knob II (kanan depan).

6. Keluarkan larutan blanko dan masukkan larutan sampel ke dalam tempat sel,

baca dan catat %T atau absorban yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

7. Ulangi pekerjaan di atas untuk pengukuran absorbansi larutan selanjutnya.

Page 49: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

47

DAFTAR PUSTAKA

Asnawati, 1994, Analisis Kimia Kualitatif dan Kuantitatif secara Konvensional. Lab

Kimia Analitik, Jurusan Kimia FMIPA UNHAS, Ujung Pandang.

Basset J., et al., 1985. Vogels Teksbook of Quantitative Inorganic Analysis 4th

Ed.

Logman Group.

Day, RA dan Underwood, A.L., 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Terjemahan

Soendono, edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.

Jurusan Kimia FMIPA, ITB. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik.

Kolthogg, J.M., dan Stenger, V.A., 1974. Volumetric Analysis, Titration Methods,

vol. 2. John Wiley & Sons, New York.

Laboratorium Kimia Analitik, 1994. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Jurusan

Kimia FMIPA UNHAS. Ujung Pandang.

Roy, M., 1994. Spectronic 20 series Spektrophotometer. Operator and manual.

Skoog, D.A., dan West, D.M., 1982. Fundamental of Analitical Chemistry, 4th

Ed.,

Holt Sounders Japan.

Page 50: PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK (KIM6325)fmipa.uho.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2018/02/Penuntun...maupun pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi

48

LAPORAN SEMENTARA

Judul/Percobaan :

Tanggal Muli :

Tanggal :

Nama :

Stambuk :

Kelompok :

Hasil Pengamatan :

a. Data Pengamatan

b. Reaksi-reaksi

c. Perhitugan

Kesimpuan

Asisten

Ttd

(Nama Asisten)