penuntun praktikum biokimia veteriner

44
PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER Oleh: AGUS SAPUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2015

Upload: ronyartokapida

Post on 18-Feb-2016

165 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Biokimia Veteriner merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang diberikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana dan terbagi menjadi Biokimia Veteriner I dan II yang di berikan di semester ganjil dan genap. Biokimia Veteriner diberikan tanpa praktikum sedangkan Biokimia Veteriner II terdiri dari dua SKS kuliah dan satu SKS praktikum.Penuntun praktikum Biokimia Veteriner ini disusun berdasarkan pada percobaan yang disesuaikan dengan materi kuliah Biokimia Veteriner I dan II. Isi penuntun praktikum terdiri atas ikatan hidrogen; kristalisasi air dalam sel, transport membran, analisis karbohidrat, aktivitas enzim amilase, fermentasi alkohol, denaturasi protein dan analisis protein, serta DNAPenulis berharap penuntun praktikum ini dapat digunakan sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan praktikum dan membantu memahami materi kuliah Biokimia Veteriner I dan II.Akhir kata, penulis menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penuntun praktikum ini, saran serta kritik sangat diharapkan

TRANSCRIPT

Page 1: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER

Oleh: AGUS SAPUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2015

Page 2: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

PRAKATA

Biokimia Veteriner merupakan salah satu mata kuliah

wajib bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang diberikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana dan

terbagi menjadi Biokimia Veteriner I dan II yang di berikan di

semester ganjil dan genap. Biokimia Veteriner diberikan tanpa

praktikum sedangkan Biokimia Veteriner II terdiri dari dua SKS

kuliah dan satu SKS praktikum.

Penuntun praktikum Biokimia Veteriner ini disusun

berdasarkan pada percobaan yang disesuaikan dengan materi

kuliah Biokimia Veteriner I dan II. Isi penuntun praktikum terdiri

atas ikatan hidrogen; kristalisasi air dalam sel, transport membran,

analisis karbohidrat, aktivitas enzim amilase, fermentasi alkohol,

denaturasi protein dan analisis protein, serta DNA

Penulis berharap penuntun praktikum ini dapat digunakan

sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan praktikum dan

membantu memahami materi kuliah Biokimia Veteriner I dan II.

Akhir kata, penulis menyadari akan kekurangan yang

terdapat dalam penuntun praktikum ini, saran serta kritik sangat

diharapkan

Kupang, September 2015

Agus Saputra

Page 3: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

DAFTAR ISI

Halaman PRAKATA ....................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .................................................... Error! Bookmark not defined.

TATA TERTIB PRAKTIKUM ........................ Error! Bookmark not defined.

IKATAN HIDROGEN: KRISTALISASI AIR DALAM SEL Error! Bookmark not defined.

TRANSPORT MEMBRAN ............................................................................ 5

ANALISIS KARBOHIDRAT ....................................................................... 11

AKTIVITAS ENZIM AMILASE ................................................................. 15

FERMENTASI ALKOHOL .......................................................................... 22

DENATURASI PROTEIN DAN ANALISIS PROTEIN ............................ 26

DNA ............................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

Page 4: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Lima menit sebelum praktikum, praktikan harus sudah siap

di depan ruang praktikum dengan berpakaian rapi (baju

berkerah dan sepatu tertutup) dan sudah memakai jas

laboratorium.

2. Bahan praktikum yang akan dikerjakan harus sudah

dipelajari, disiapkan rencana kerja pada sebuah buku tulis

disertai skema pembagian waktu kerja yang jelas.

3. Data pengamatan dan catatan lain mengenai jalannya

praktikum dicatat pada buku tulis.

4. Laporan dibuat pada bagian khusus untuk laporan yang

disediakan. Laporan dibuat pada saat praktikum

berlangsung.

5. Praktikan diharuskan membawa lap

6. Alat-alat gelas yang disediakan di atas meja praktikum

menjadi tanggung jawab praktikan, apabila terdapat alat

yang pecah atau hilang maka praktikan harus sudah

menggantinya pada waktu yang ditentukan.

7. Harus diusahakan ketenangan dan kebersihan selama

praktikum berlangsung.

8. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruang

praktikum sebelum waktu praktikum habis, tanpa seizin

Page 5: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

dan sebelum pemeriksaan alat-alat oleh asisten yang

bertugas.

9. Praktikum harus selalu dihadiri. Jika berhalangan secara

sah, praktikan dapat meminta waktu lain kepada

Dosen/PJP, sedapat mungkin pada hari-hari sebelum

mengerjakan praktikum berikutnya.

Page 6: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

IKATAN HIDROGEN:

KRISTALISASI AIR DALAM SEL

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat

menjelaskan manfaat dan peranan air dalam sistem tubuh makhluk

hidup khususnya sel.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan terjadinya

pembentukan ikatan hidrogen antar molekul air (kristalisasi air),

kristalisasi air dalam sel darah merah, dan pengaruh gliserol

terhadap kristalisasi air dalam sel darah merah

.

LATAR BELAKANG

Ikatan hidrogen adalah salah satu gaya tarik menarik antar

molekul yang terjadi antara dua muatan listrik yang berlawanan.

Ikatan ini terjadi antara atom hidrogen dari molekul yang satu

dengan molekul lain yang memiliki atom N, O, dan F. Ikatan

hidrogen terdapat atau terjadi pada berbagai jenis molekul, baik

molekul sederhana seperti antar molekul air, ataupun molekul

kompleks seperti pada struktur protein, asam nukleat, lipid, dan

sebagainya

Page 7: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

Air dapat ditemukan dalam tiga wujud zat yaitu padat, cair,

dan gas. Struktur wujud padat adalah struktur dengan susunan

teratur dan wujud cair dengan susunan tidak teratur. Kristal es

memiliki ikatan hidrogen yang teratur, jika es mencair (entropi

naik) maka sebagian ikatan hidrogen akan terputus, sebaliknya jika

air membeku atau mengkristal maka ikatan hidrogen akan

terbentuk secara teratur sehingga bobot jenis es lebih rendah

daripada bobot jenis air dengan perkataan lain volume es lebih

besar daripada volume air.

Air memegang peranan dalam proses kehidupan, karena

hampir seluruh bentuk kehidupan memerlukan air untuk hidup dan

bertahan hidup. Sebagian besar komposisi dari makhluk hidup

seperti manusia dan hewan tersusun oleh molekul air.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan pada percobaan adalah

aquades, darah, heparin, gliserol, gelas ukur 100 mL, kaca

pembesar, vial, kaca obyek, mikroskop, pipet hematokrit, jarum

suntik, dan kaleng minuman bekas

Page 8: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

METODA

1. Pembentukan Ikatan Hidrogen pada Kristalisasi Air

1. Sediakan dua buah kaleng kosong bekas minuman, masing-

masing diisi penuh dengan aquades, ukur volume air dengan

gelas ukur 100 mL

2. Isi kembali kedua kaleng tersebut penuh dengan aquadest

lalu dibekukan dengan memasukkannya ke dalam freezer

3. Setelah air membeku atau mengkristal, kristal es dicairkan

dan kaleng dikosongkan lagi

4. Isi kembali kaleng penuh dengan air aquades, ukur lagi

volume air dengan gelas ukur

5. Bandingkan volume kaleng setelah air dibekukan dan

sebelum dibekukan, perbedaan volume disebabkan oleh

terbentuknya ikatan hidrogen

2. Kristalisasi Air dalam Sel Darah Merah

1. Siapkan sampel darah dengan menggunakan jarum suntik

sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam vial yang

telah diberikan 0,2 mg heparin

2. Celupkan ujung pipet hematokrit ke dalam sampel darah

3. Atur agar sampel darah berada di tengah pipet hematokrit

lalu ukur panjang sampel darah di dalam pipet hematokrit

4. Masukkan kedua pipet hematokrit ke dalam freezer

Page 9: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

5. Setelah sampel darah membeku segera ukur panjang sampel

darah beku di dalam pipet hematokrit

6. Perbedaan panjang sampel darah beku dan sampel darah

yang belum dibekukan menunjukkan terbentuknya ikatan

hidrogen

7. Biarkan sampel darah yang telah dibekukan mencair

8. Siapkan dua buah kaca objek yang bersih

9. Teteskan sampel darah tersebut pada kaca objek dan amati di

bawah mikroskop atau video loupe, bandingkan dengan sel

darah merah yang tidak dibekukan

3. Pengaruh Gliserol terhadap Kristalisasi Air dalam Sel

Darah Merah

1. Lalukan seperti pada percobaan 2.1, lalu tambahkan gliserol

sebanyak 0,10 mL, setelah itu dilakukan seperti butir 2.2

sampai dengan 2.9

2. Bandingkan hasil yang diperoleh pada percobaan 3 dengan

hasil percobaan 1 dan 2

Pertanyaan Praktikum

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan hidrogen

2. Gambarkan bagian-bagian dari sel secara umum

Page 10: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

TRANSPORT MEMBRAN

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat

menjelaskan proses osmosis yang terjadi dalam berbagai sistem

tubuh.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari konsep

dialisis pada larutan garam dan mengamati proses osmosis pada sel

darah merah

LATAR BELAKANG

Tubuh manusia mengandung air dengan jumlah terbesar

dibandingkan dengan senyawa lainnya, yaitu mencapai 70%. Air

dalam tubuh tidak berupa air murni melainkan mengandung

berbagai zat terlarut di dalamnya, misalnya ion-ion, organel sel,

enzim, dan lain sebagainya. Kesetimbangan cairan dan komponen

di dalam sel dijaga sedemikian rupa agar tetap dalam kondisi yang

stabil dengan berbagai mekanisme, diantaranya adalah osmosis,

difusi, dan dialisis.

Difusi adalah peristiwa perpindahan (pergerakan) zat

terlarut dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer

sehingga mencapai kondisi setimbang. Proses difusi dapat terjadi

Page 11: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

melalui membran pemisah ataupun tidak. Dialisis adalah difusi

melalui suatu membran semipermeabel yang memisahkan molekul

dan ion kecil dengan molekul dan ion besar. Kemampuan suatu

molekul untuk berdifusi melalui membran semipermeabel

tergantung dari ukuran dan bentuk ion/molekul itu sendiri; selain

itu juga tergantung kepada pori-pori yag dimiliki oleh membran

semipermeabel itu sendiri. Prinsip dialisis ini dipakai pada mesin

pencuci ginjal yang dapat melewatkan darah pasien melalui suatu

tabung membran dialisis. Pada saat darah mengalir melalui

membran tersebut, maka partikel-partikel produk sisa tubuh

bergerak, melalui difusi dari darah ke cairan di luar membran.

Darah yang bersih akan kembali ke tubuh.

Osmosis adalah perpindahan air dari larutan yang memiliki

kemurnian air lebih tinggi ke larutan yang kemurnian airnya lebih

rendah, atau dengan kata lain dari larutan encer ke larutan yang

lebih pekat. Tekanan osmosis suatu larutan adalah tekanan yang

harus diberikan kepada larutan tersebut untuk mencegah terjadinya

pergerakan/perpindahan air, tekanan osmosis ini sebanding dengan

konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Larutan yang memiliki

konsentrasi 1 M memiliki tekanan osmosis sebesar 22.4 atm.

Sel dalam tubuh (misalnya sel darah merah) akan

mengalami kerusakan bila ditempatkan pada kondisi tekanan

osmosis yang tidak sesuai. Untuk mencegah terjadinya

perpindahan air dari atau ke luar sel, sel harus menjaga tekanan

Page 12: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

osmosis antara di luar dengan di dalam sel sama. Beberapa jenis

sel mencegah efek tekanan osmosis ini dengan melindungi sel

menggunakan dinding sel yang kaku, sehingga dapat bertahan

dengan adanya perbedaan tekanan osmosis.

Membran plasma dari sel darah merah (SDM) sangat

permeabel dengan molekul air tetapi tidak permeabel untuk garam.

Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan isotonik akan

tetap berukuran dan berbentuk seperti semula. Sel darah merah

yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonik akan bengkak dan

pada akhirnya pecah melepaskan Hb. Hal ini disebabkan air akan

ke dalam sel lebih cepat dari yang keluar. Fenomena ini disebut

sebagai hemolisis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam

larutan yang hipertonik akan mengkerut dan tampak ada tonjolan-

tonjolan atau tepian yang tak beraturan, peristiwa ini dikenal

dengan istilah krenasi.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan pada percobaan adalah

NaCl 5%, pati 2%, iodin 1%, AgNO3 1%, darah segar, aquades,

membran dialisis, gelas piala, benang, mikroskop, kaca obyek,

tabung reaksi

Page 13: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

METODA

1. Diálisis

1. Larutan Pati 2% (b/v) sebanyak 5 ml ditambah dengan 5 ml

NaCl 5% (b/v) di dalam gelas piala, campuran diaduk sampai

homogen.

2. Membran diálisis sepanjang 7 cm disiapkan dengan cara

mengikat salah satu ujungnya dengan tali.

3. Membran diálisis diisi dengan campuran Pati-NaCl hinggá

hampir penuh.

4. Lalu ujung yang masih terbuka diikat juga.

5. Kantung dialisis berisi campuran Pati-NaCl dimasukkan ke

dalam gelas piala berisi akuades selama kurang lebih 60

menit

6. Setelah 60 menit, ambil masing-masing 2 ml cairan dari luar

kantung dialisis lalu masukkan ke dalam 2 tabung reaksi

berbeda (tabung 1 dan 2), kemudian tambahkan pada tabung

1 larutan iodin 1% sebanyak 10 tetes, dan tambahkan 10 tetes

AgNO3 1% pada tabung 2.

7. Ambil masing-masing 2 ml cairan dari dalam kantung

dialisis lalu masukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda

(tabung 3 dan 4), kemudian tambahkan pada tabung 3 iodin

1% sebanyak 10 tetes, dan tambahkan 10 tetes AgNO3 pada

tabung 4.

Page 14: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

2. Uji iod dan klorida

1. Enam buah tabung reaksi disiapkan dan diberi nomor 1-6.

2. Tabung 1 dan 2 diisi dengan H2O.

3. Tabung 3 dan 4 siisi dengan NaCl 5%.

4. Tabung 5 dan 6 diisi dengan larutan pati 1% masing-masing

2 ml.

5. Tabung 1, 3, dan 5 ditambah dengan AgNO3 1% sebanyak 10

tetes.

6. Tabung 2, 4, dan 6 ditambah dengan pereaksi iodin 1%

sebanyak 10 tetes.

7. Semua tabung diaduk dan catat perubahan warna yang

dihasilkan dan bandingkan dengan hasil pada percobaan 1.

3. Osmosis

1. Sebanyak 5 ml NaCl 0.1%, 0.85%, dan 5% dimasukkan ke

dalam 3 tabung reaksi yang berbeda.

2. Kemudian tambahkan sebanyak 5 tetes darah segar secara

perlahan, biarkan selama sekitar 5 menit dan jangan diaduk.

3. Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung

reaksi secara langsung.

4. Ambil 1 tetes larutan dari masing-masing tabung dan pindkan

pada kaca objek, lalu amati dengan mikroskop perbesaran 10

dan 40 kali.

Page 15: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

Pertanyaan Praktikum

1. Gambarkan bentuk membran dan komponen penyusunnya

2. Jelaskan dengan singkat kegunaan AgNO3 dan pereaksi iodin

pada percobaan ini

3. Jelaskan yang dimaksud dengan larutan isotonic, hipotonik,

dan hipertonik

Page 16: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

ANALISIS KARBOHIDRAT

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa akan dapat

melakukan analisis karbohidrat dan mengidentifikasi jenis-jenis

karbohidrat

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk menganalisis

karbohidrat secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi

Molisch, Benedict, dan Iodin. Di samping itu juga untuk

mengetahui gula pereduksi, dan karbohidrat kompleks

LATAR BELAKANG

Karbohidrat merupakan biomolekul yang berupa

polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton. Fungsi utama

karbohidrat adalah sebagai sumber energi bagi makhluk hidup

terutama manusia dan hewan, selain itu karbohidrat juga berperan

dalam pembentuk struktur, misalnya sebagai komponen utama

dinding sel tumbuhan (selulosa) dan dinding sel bakteri

(peptidoglikan). Karbohidrat disimpan dalam bentuk pati (pada

tumbuhan) dan glikogen (pada hewan). Berdasarkan jumlah

Page 17: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

monomer penyusunnya, karbohidrat dibagi menjadi monosakarida,

disakarida, dan polisakarida.

Monosakarida merupakan karbohidrat yang hanya memiliki

satu monomer, contohnya adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

Disakarida merupakan karbohidrat yang mengandung 2 monomer,

contohnya adalah maltosa (glukosa-glukosa), sukrosa (glukosa-

fruktosa), dan laktosa (glukosa-galaktosa). Sedangkan polisakarida

adalah karbohidrat yang tersusun atas lebih dari 2 monomer,

contohnya pati, glikogen, kitin, dan selulosa.

Karbohidrat dalam suatu sampel dapat diketahui

keberadaan dan jumlahnya menggunakan berbagai teknik analisis,

misalnya dengan metode Molisch (identifikasi karbohidrat

kualitatif umum), Anthrone (identifikasi karbohidrat secara

kuantitatif), Benedict (identifikasi gula pereduksi), iodin

(identifikasi polisakarida), dan osazon (identifikasi bentuk

molekul).

Metode Anthrone didasarkan atas terhidrasinya karbohidrat

oleh asam sulfat pekat dalam pereaksi Anthrone membentuk

furfural-furfural, kemudian furfural-furfural ini bereaksi dengan

Anthrone membentuk kompleks berwarna biru yang intensitas

warnanya sebanding dengan konsentrasinya. Uji iodin dilakukan

untuk mendeteksi adanya polisakarida seperti pada pati. Pereaksi

iodin jika bereaksi dengan struktur heliks amilosa yang ada pada

pati akan menghasilkan warna biru pekat. Uji Benedict digunakan

Page 18: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

untuk mendeteksi adanya gula dengan gugus aldehid atau keton

bebas (gula pereduksi). Gula pereduksi terdiri dari semua

monosakarida dan diskarida kecuali sukrosa. Hasil positif pada uji

Benedict bila larutan berubah warna menjadi biru pekat

kemerahan. Ini menunjukkan adanya gula pereduksi, semakin

banyak warna merah yang muncul (hingga membentuk endapan

merah bata) menunjukkan konsentrasi gula pereduksi semakin

besar. Hasil negatif diperoleh jika warna hasil uji sampel berwarna

biru, sama seperti warna hasil uji pada blanko (akuades)

Pada percobaan ini, akan dilakukan penentuan konsentrasi

karbohidrat yang terdapat pada beberapa bahan berkarbohidrat

tinggi, yakni tepung beras, tepung terigu, gula pasir, dan fruktosa.

Selain itu juga akan dilakukan uji Molisch, Bendedict dan Iodin

terhadap semua sampel tersebut. Dari percoban ini, kita akan

mengetahui kandungan karbohidrat dalam masing-masing bahan

tersebut, karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi, dan

karbohidrat kompleks yang mengandung amilosa.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan pada percobaan adalah

tepung beras, tepung terigu, gula pasir (sukrosa), glukosa, fruktosa,

madu, pereaksi Benedict, pereaksi Iodin, pereaksi Molisch,

Page 19: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

spektrofotometer UV-Vis, hot plate, timbangan, pipet, labu takar,

dan pengaduk

METODA

1. Uji kualitatif gula pereduksi dengan pereaksi Benedict

1. Masukkan 8 tetes sampel yang akan diuji ke dalam tabung

reaksi

2. Tambahkan pereaksi Benedict sebanyak 2.5 mL lalu aduk

3. Panaskan pada air mendidih selama 3 menit dan dinginkan

dengan air mengalir

4. Amati perubahan warna yang terjadi. Blanko disiapkan

dengan mengganti sampel dengan akuades.

2. Uji karbohidrat kompleks dengan pereaksi iod

1. Teteskan 3 tetes larutan sampel ke dalam papan uji/tabung

reaksi

2. Tambahkan pereaksi iodin sebanyak 2 tetes lalu aduk

3. Amati perubahan warna yang terjadi

Pertanyaan Praktikum

1. Berdasarkan pembagian/kelompok karbohidrat, sebutkan

contoh setiap jenis karbohidrat

Page 20: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

2. Jika ke dalam susu dan tepung terigu masing-masing

ditambahkan pereaksi Benedict dan Iodin, jelaskan dengan

singkat hasil apa yang anda akan peroleh

Page 21: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

AKTIVITAS ENZIM AMILASE

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat

menjelaskan sifat-sifat enzim khususnya enzim amilase

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat dan zat

penyusun saliva, serta mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap

aktivitas enzim amilase saliva.

LATAR BELAKANG

Enzim (biokatalis) adalah senyawa biologis yang dapat

mempercepat suatu reaksi kimia dan akan dihasilkan kembali pada

akhir reaksi. Kata “Enzim” berasal dari bahasa Yunani, yakni “en”

(di dalam) dan “zyme” (ragi). Penelitian tentang enzim pada

awalnya dilakukan terhadap fermentasi pada alkohol yang

menggunakan ragi sebagai bahan “pembantu”. Para peneliti sekitar

pada tahun 1878 itu mengetahui bahwa ada sesuatu di dalam ragi

yang dapat meningkatkan kecepatan fermentasi ini. Kemudian

penelitian tentang komposisi enzim ini sendiri dilakukan oleh

James Sumner pada tahun 1926 menggunakan urease dari ginjal.

Enzim memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Page 22: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

1. Mempercepat reaksi; kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh

enzim dapat meningkat hingga 106 - 10

12 kali dibandingkan

reaksi yang sama tanpa katalis.

2. Bekerja pada kondisi sedang; Reaksi yang dikatalisis enzim

terjadi pada kondisi yang relatif netral, yakni pada suhu

dibawah 100ºC, pada tekanan atmosfir, dan umumnya pada

pH yang relatif netral. Hal ini berbanding terbalik dengan

reaksi yang dikatalisis secara kimiawi, yakni membutuhkan

suhu, tekanan, dan pH yang cukup ekstrim.

3. Reaksi lebih spesifik; Enzim mempercepat reaksi spesifik

terhadap subsrat atau jenis substrat tertentu saja. Selain itu,

reaksi yang dikatalisis oleh enzim jarang sekali

menghasilkan produk sampingan.

4. Kemampuan untuk diregulasi. Reaksi enzimatis dapat

dikontrol baik dengan mengatur konsentrasi substrat dan

produk, penaikkan atau penurunan suhu maupun pH, serta

dengan menggunakan suatu inhibitor.

Saliva adalah suatu cairan berbusa, yang dihasilkan di

dalam mulut manusia dan beberapa hewan. Fungsi saliva adalah

untuk: melumasi makanan agar lebih mudah dicerna dan ditelan;

menghancurkan makanan yang terjebak dalam rongga/sela gigi;

melindungi makanan dari bakteri yang dapat menyebabkan

kebusukan; melindungi gigi, lidah, dan organ lainnya di dalam

Page 23: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

mulut; dan memberi rasa pada makanan. Saliva juga mengandung

enzim amilase, lipase, dan beberapa enzim lainnya yang bertugas

melakukan pencernaan awal pada makanan.

Jumlah saliva yang dihasilkan oleh manusia sehat masih

menjadi perdebatan, diperkirakan jumlahnya antara 0.75 liter

hingga 1.50 liter setiap hari. Namun, secara umum, para pakar

sepakat bahwa di saat tidur produksi saliva menurun drastis,

bahkan hingga tidak ada sama sekali. Saliva manusia terdiri atas

98% air yang mengandung berbagai macam zat penting, seperti

elektrolit, mukus (mukopolisakarida dan glikoprotein), senyawa

antibakteri (tiosianat, hidrogen peroksida, dan IgA), dan beberapa

enzim (α-amilase, lisozim, lipase, dll). Elektrolit yang terdapat di

dalam saliva diantaranya adalah natrium (2-21 mmol/L), kalium

(10-36 mmol/L), kalsium (1.2-2.8 mmol/L), magnesium (0.08-0.5

mmol), klorida (5-40 mmol/L), bikarbonat (25 mmol/L), dan fosfat

(1.4-39 mmol/L).

Agen antibakteri seperti IgA, laktoferin, dan peroksidase

dapat membantu membersihkan luka dan mencegah kontaminasi

lebih luas dengan menyingkirkan zat-zat seperi kotoran dan debu.

Senyawa Opiorfin yang dapat mengilangkan rasa sakit juga

terdapat di dalam saliva manusia. Namun, mulut (baik hewan

maupun manusia) merupakan habitat berbagai jenis bakteri, dan

sebagian diantaranya bersifat patogen, misalnya herpes. Di dalam

setiap 1 mL saliva kurang lebih terdapat 8 juta sel manusia dan 500

Page 24: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

juta sel bakteri. Hasil metabolisme bakteri berupa asam organik,

amino, dan tiol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada mulut.

Gigitan oleh hewan bahkan manusia harus ditangani dengan serius

untuk menghindari terjadinya infeksi. Penelitian terkini

menunjukkan bahwa saliva unggas merupakan sampel yang lebih

baik untuk mengindikasikan keberadaan virus Avian influenza

dibandingkan dengan feses yang banyak digunakan sebelumnya.

Amilase adalah enzim yang memecah pati menjadi

karbohidrat yang lebih sederhana, dan juga disebut ptialin. Amilase

pada saliva berperan mencerna makanan bersama dengan enzim

lainnya di dalam saliva. Amilase juga dihasilkan dari pankreas

yang fungsinya juga sama dengan amilase saliva. Amilase saliva

dan pankreas merupakan jenis α-amilase. Enzim α-amilase (EC

3.2.1.1) atau dikenal juga dengan 1,4-α-D-glucan

glucanohydrolase (glycogenase) merupakan enzim glikosida

hidrolase. Enzim ini tidak dapat bekerja tanpa adanya ion kalsium

(Ca2+

), sehingga digolongkan ke dalam jenis metaloenzim kalsium

(calcium metalloenzyme). Enzim ini menyerang secara acak ikatan

lurus 1,4-α-D-glikosida pada pati. Ia akan memecah amilosa

menjadi maltotriosa dan maltosa; dan memecah amilopektin

menjadi maltosa, glukosa, dan beberapa dekstrin (amylodextrin,

erythrodextrin, achrodextrin). Enzim ini bekerja lebih cepat

dibandingkan dengan β-amilase. Amilase saliva biasanya bekerja

optimum pada pH 5.6 - 6.9 dan suhu 37 ºC.

Page 25: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

Dalam percobaan ini, pati akan direaksikan dengan amilase

saliva pada berbagai kondisi pH dan suhu inkubasi. Hasil

percobaan ini akan menunjukkan pada pH dan suhu berapa amilase

saliva bekerja optimum menghidrolisis pati. Hal ini ditandai

dengan semakin berkurangnya pati dan semakin banyaknya hasil

hidrolisis pati. Untuk mengetahui kemampuan amilase saliva

dalam menghidrolisis pati, maka dilakukan uji iodin dan uji

Benedict.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan pada percobaan adalah

asam asetat 1%, fenol red, pereaksi Biuret, pereaksi Molisch, pati

1%, pereaksi Benedict, HCl 0.1 M, asam asetat 0.1 M, NaHCO3

0.1 M, es batu, aquades, glass wol, lakmus merah dan biru, pH

universal, kertas saring, gelas piala, dan tabung reaksi.

METODA

Persiapan sampel

1. Bersihkan rongga mulut dan berkumur hingga kotoran dalam

mulut hilang .

2. Kunyah sepotong kertas saring yang dibasahi sedikit asam

asetat encer (untuk merangsang sekresi saliva).

3. Kumpulkan saliva sampai ± 25 mL

Page 26: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

4. Saring dengan glass wool.

1. Sifat dan susunan saliva

1. Uji keasaman saliva dengan kertas lakmus, fenol red, dan pH

universal

2. Uji terhadap Bradford (Protein), dan Mollisch/Benedict

(Karbohidrat)

2. Pengaruh suhu pada aktivitas amilase saliva

1. Empat buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL

saliva dan 2 mL akuades lalu kocok.

2. Siapkan 2 tabung reaksi (tabung A dan B) sebagai

pembanding, tabung A diisi dengan 4 mL akuades dan

tabung B diisi dengan 2 mL saliva dan 2 mL akuades.

3. Tabung 1 diletakan pada penangas es bersuhu 4 °C; tabung 2

dan A pada suhu 25 °C (kamar); tabung 3 pada suhu 37 °C

(suhu tubuh) dan tabung 4 dan B pada suhu 100 °C (air

mendidih) selama 10 menit.

4. Tambahkan pada setiap tabung 2 mL larutan kanji/pati 1%

5. Kocok dan letakkan pada masing-masing kondisi suhu

selama 20 menit.

6. Uji larutan tersebut dengan uji iodium dan uji Benedict.

Page 27: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

3. Pengaruh pH pada aktivitas saliva

1. Siapkan empat tabung reaksi dan masing-masing isi dengan 2

mL HCl 0.1 M (tabung 1), 2 mL asam asetat 0.1 M (tabung

2), 2 mL akuades (tabung 3), dan 2 mL Na-karbonat 0.1%

(tabung 4).

2. Tambahkan pada setiap tabung 2 mL larutan kanji/pati 1%

dan 2 mL saliva.

3. Kocok dengan baik dan letakkan pada penangas air 37 °C

selama 15 menit.

4. Uji larutan tersebut dengan uji iodium dan uji Benedict.

Pertanyaan Praktikum

1. Jelaskan yang dimaksud dengan enzim

2. Jika ke dalam sampel putih telur ayam ditambahkan saliva

lalu dibiarkan dan diuji dengan pereaksi Benedict, menurut

pendapat anda hasil apa yang akan peroleh. Jelaskan dengan

singkat

Page 28: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

FERMENTASI ALKOHOL

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa akan dapat

menjelaskan proses fermentasi serta mampu melakukan

pengukuran produk fermentasi dengan tehnik sederhana

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati dan

membandingkan hasil fermentasi dari sampel beberapa

jenis/kelompok karbohidrat

LATAR BELAKANG

Katabolisme adalah proses pemecahan senyawa kompleks

yang berenersi tinggi seperti glukosa menjadi senyawa yang lebih

sederhana dan berenersi lebih rendah seperti CO2 serta H2O.

Contoh katabolisme adalah fermentasi dan respirasi.

Dalam praktikum ini, kita akan melakukan proses fermentasi yaitu

suatu sekuens reaksi kimia dan diawali dengan glikolisis. Akan

tetapi pada fermentasi tidak melibatkan transpor elektron yang

berbeda dengan respirasi aerob. Molekul piruvat yang dihasilkan

pada glikolisis dikonversi menjadi molekul organik yang berbeda

tergantung tipe sel yang mengalami reaksi fermentasi. Sel ragi

Page 29: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

dapat membentuk etanol dan CO2. Dalam percobaan ini, kita

memakai ragi roti. Ada bakteri yang dapat membentuk asam

asetat untuk membuat cuka. Pada mamalia, kerja yang berat

membutuhkan oksigen yang lebih besar daripada kemampuan

darah memberi persediaannya, sel otot merubah piruvat menjadi

asam laktat dan penumpukkannya menimbulkan rasa sakit.

Katabolisme hasil fermentasi glukosa menghasilkan ATP dalam

jumlah lebih sedikit dibandingkan respirasi molekul glukosa. Ragi

Saccharomyces adalah strain untuk pembentuk ATP secara

anaerob. Produk samping dari reaksi ini adalah alkohol dan CO2.

C6H12O6 + 2ADP + 2Pi 2(CH3CH2OH) + 2CO2 + 2 ATP.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan adalah

glukosa 10%, fruktosa 10%, sukrosa 10%, susu, dektrosa 10%, ragi

4%, aquades, tabung fermentasi, penangas air, kapas, penggaris,

timer, dan gelas piala

METODA

1. Sebanyak 10 ml larutan glukosa 10%, fruktosa 10%,

sukrosa 10%, susu 10%, pati 10%, dan akuades

dimasukkan pada 6 gelas piala kecil yang berbeda.

Page 30: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

2. Kemudian pada masing-masing gelas piala ditambahkan

ragi 4% sebanyak 5 ml dan diaduk.

3. Campuran tersebut dimasukkan pada masing-masing

tabung fermentasi hingga mencapai setengah volume

bagian tabung yang terbuka.

4. Ujung tabung yang terbuka ditutup dengan kapas.

5. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 ºC.

6. Ukurlah rongga udara yang terbentuk pada bagian tertutup

tabung fermentasi setiap 15 menit sampai menit ke 90.

Tabel. Pengamatan pembentukan gas CO2

No

Tabung Percobaan

Tinggi rongga udara yang terbentuk

(cm)

Volume

yang terisi

gas

(V=πr2.h)

(ml)

15’ 30’ 45’ 60’ 75’ 90’

1 10% glukosa +

4% ragi segar

2 10% sukrosa +

4% ragi segar

4 10 % susu +

4% ragi segar

5 10% pati + 4%

ragi segar

6 H2O + 4% ragi

segar

Page 31: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

Keterangan:

V = Volume gas CO2 yang dihasilkan

r = jari-jari lingkar dalam tabung

h = tinggi rongga udara yang terbentuk

π = 22/7 atau 3,14

Pertanyaan Praktikum

1. Jelaskan yang dimaksud dengan dengan proses fermentasi

2. Jika ke dalam tabung fermentasi dimasukkan sampel

karbohidrat berupa tepung beras kemudian ditambahkan

ragi, menurut anda apakah akan terjadi fermentasi?. Jika

YA, apakah akan dihasilkan CO2 dengan jumlah yang

banyak?. Jelaskan dengan singkat

Page 32: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

DENATURASI PROTEIN DAN ANALISIS PROTEIN

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat

menjelaskan sifat-sifat protein dan mampu melakukan analisis

penentuan kadar protein

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati dan

mempelajari tentang denaturasi protein dalam putih telur melalui

berbagai perlakuan; dan menentukan konsentrasi protein pada

suatu sampel menggunakan metode Bradford.

LATAR BELAKANG

Protein merupakan biomolekul berukuran besar, tersusun

atas sejumlah L-α-asam amino yang dihubungkan dengan ikatan

peptida, dan membentuk struktur tiga dimensi yang tertentu

(konformasi asli). Struktur tiga dimensi protein dipertahankan

berada pada bentuk alaminya oleh interaksi antara gugus fungsi

asam amino dari satu molekul terhadap molekul lainnya. Interaksi

yang terdapat pada struktur protein diantaranya adalah ikatan

hidrogen, interaksi hidrofobik, interaksi ionik, interaksi van der

Waals, dan ikatan disulfida. Protein bisa mengalami denaturasi dan

kehilangan aktivitas biologisnya apabila struktur 3 dimensi protein

Page 33: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

rusak/berubah. Hal ini dapat disebabkan oleh terganggunya

interaksi antara asam-asam amino penyusun protein oleh senyawa

tertentu, misalnya dengan perlakuan panas, pH yang tidak sesuai,

penambahan garam, logam berat, ataupun pelarut organik.

Denaturasi protein ada yang bersifat permanen (irreversible) dan

ada juga yang bersifat sementara (reversible).

Protein merupakan biomolekul terbanyak yang menyusun

tubuh manusia dan hewan. Di dalam tubuh, protein memiliki

fungsi yang sangat bervariasi, diantaranya adalah sebagai struktur

pembangun tubuh (rambut, kuku, tulang, otot), enzim, dan

antibodi. Keberadaan protein dalam suatu sampel dapat diketahui

baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Saat ini, teknik analisis

protein telah berkembang sangat pesat, seperti: teknik

spektrofotometri (Biuret, Lowry, Coomassie Blue, dan

Bicinchoninic Acid); SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate-

Polyacrylamide Gel Electrophoresis); ELISA (Enzyme Link

Immunosorbent Assay); dan Western Blotting.

Metode untuk menentukan konsentrasi protein secara

kuantitatif umumnya dilakukan dengan cara kolorimetri atau

spektrofotometri. Berbagai metode telah dikenal seperti metode

Biuret, Lowry, Coomassie Blue, dan BCA. Pemilihan metode

analisis harus disesuaikan dengan beberapa hal, seperti: jenis

sampel yang akan dianalisis, sensitivitas yang diinginkan,

ketersediaan bahan atau pereaksi, waktu yang dibutuhkan, dan

Page 34: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

keahlian operator. Pada percobaan ini akan dilakukan pengukuran

konsentrasi protein secara sederhana dari suatu sampel dengan

metode Biuret dan Coomassie blue.

Metode Biuret adalah metode yang didasarkan atas

interaksi antara pereaksi ion Cu++

dalam suasana basa dengan

ikatan peptida pada protein membentuk kompleks berwarna biru

yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasinya. Kelebihan

metode Biuret diantaranya adalah bahan yang digunakan relatif

umum dan mudah diperoleh, dan analisisnya cepat. Namun metode

ini kurang sensitif dengan kemampuan analisis antara 1-20 mg,

sehingga pada umumnya hanya digunakan untuk penentuan protein

yang konsentrasinya relatif besar.

Metode Bradford didasarkan atas interaksi antara protein

dengan pewarna Coomassie Blue yang membentuk senyawa

kompleks berwarna biru. Iintensitas warna yang dihasilkan

sebanding dengan konsentrasinya. Metode ini dapat digunakan

untuk analisis berbagai sampel protein dan cukup sensitif dengan

kisaran sensitivitas 10-100 µg protein. Metode ini memiliki

beberapa kelebihan, seperti: analisisnya cepat, lebih akurat jika

dibanding dengan metode Biuret dan Lowry, dan relatif sedikit

kontaminan. Adapun kekurangan metode ini adalah harga

pereaksinya yang relatif lebih mahal.

Page 35: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan adalah

putih telur, NaCl 5%, NaHCO3 5%, jus lemon, etanol 70%, AgNO3

5%, bovine serum albumin (BSA) 1 mg/mL, pereaksi Bradford,

aquades, hot plate, vortex, spektrofotometer UV-Vis, kuvet,

timbangan, pipet, gelas piala, dan tabung reaksi

METODA

1. Denaturasi protein

1. Panaskan 300 mL air dalam gelas piala di atas penangas air

atau bunsen sampai mendidih.

2. Pecahkan beberapa butir telur ayam, pisahkan dan

kumpulkan bagian putihnya ke dalam gelas piala.

3. Sediakan 6 buah tabung reaksi dan beri label Masing-

masing tabung reaksi diisi dengan 5 mL putih telur dengan

hati-hati.

4. Tempatkan tabung reaksi nomor 1 dalam penangas air

selama 5 menit.

5. Tambahkan 5 ml NaCl 5% pada tabung reaksi no.2

kemudian aduk hingga homogen.

6. Tambahkan 5 ml NaHCO3 5% pada tabung reaksi no.3

kemudian aduk hingga homogen.

Page 36: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

7. Tambahkan 5 ml jus lemon pada tabung reaksi no.4

kemudian aduk hingga homogen.

8. Tambahkan 5 ml alkohol 70% pada tabung reaksi no.5

kemudian aduk hingga homogen.

9. Tambahkan 5 ml AgNO3 5% pada tabung reaksi no.6

kemudian aduk hingga homogen.

10. Catat hasil praktikum seperti pada tabel berikut:

Tabel data pengamatan denaturasi potein

Tabung

Reaksi

Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Pemanasan (air mendidih)

2 Senyawa ionik (NaCl)

3 Basa (NaHCO3ˉ)

4 Asam (Jus lemon)

5 Senyawa organik

(Alkohol)

6 Logam berat (AgNO3)

Page 37: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

2. Penentuan konsentrasi protein metode Bradford

1. Buatlah sederetan larutan standar BSA dengan konsentrasi

sebagai berikut.

No.

Tabung

Vol. BSA 1 mg/mL

(mL)

Vol. Air

(mL)

[Protein]

(mg/ml)

1 8 2 0.8

2 6 4 0.6

3 4 6 0.4

4 3 7 0.3

5 2 8 0.2

6 1 9 0.1

2. Pipet masing-masing sebanyak 0.1 mL dari larutan standard

dan pindahkan ke dalam 6 tabung reaksi yang bersih

3. Pipet juga 0.1 mL air destilata ke dalam tabung reaksi

sebagai blanko.

4. Pipet masing-masing putih telur yang telah diencerkan 50

kali dan 250 kali sebanyak 0.1 mL dan masukkan ke dalam

tabung reaksi yang bersih. Beri tanda pada setiap tabung

reaksi. (sebagai sampel)

5. Pipet 5 mL pereaksi Bradford, tambahkan ke dalam

masing-masing tabung reaksi (blanko, standar, dan

sampel), lalu dikocok.

Page 38: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

6. Setelah 2 menit, ukur absorbansi larutan pada panjang

gelombang 590 nm dan usahakan semua pengukuran

dilakukan dalam waktu sebelum satu jam.

7. Gunakan kurva standar protein untuk menentukan

konsentrasi protein putih telur total sesudah dan sebelum

diencerkan.

Pertanyaan Praktikum

1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi denaturasi

protein

2. Sebutkan empat struktur protein beserta contoh molekulnya

Page 39: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

DNA

SASARAN BELAJAR

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa akan dapat

melakukan ekstraksi DNA dari berbagai jenis sampel

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengekstraksi DNA

dari tanaman dan hewan

LATAR BELAKANG

Asam nukleat adalah molekul berukuran besar yang

tersusun atas rantai monomer nukleotida yang dihubungkan

dengan ikatan fosfodiester, dan pertama kali ditemukan oleh

Friedrich Miescher pada tahun 1871. Nukleotida sendiri

merupakan gabungan antara gula (ribulosa), basa nitrogen (Urasil,

Timin, Sitosin, Adenin, Guanin), dan fosfat. Asam nukleat

bertugas membawa informasi genetik atau membentuk struktur di

dalam sel. Asam nukleat terdiri dari DNA (deoxirobonucleic acid)

dan RNA (ribonucleic acid) dan terdapat di semua jenis makhluk

hidup, termasuk juga virus.

Asam nukleat umumnya berada dalam bentuk utas tunggal

maupun utas ganda. Utas ganda pada asam nukleat mengandung

Page 40: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

dua utas tunggal asam nukleat yang dihubungkan dengan ikatan

hidrogen antara basa-basa nitrogennya, contohnya adalah DNA.

RNA pada umumnya hanya terdiri atas satu utas tunggal, namun

utas tunggal tersebut dapat melipatkan diri membentuk utas ganda.

RNA terdiri dari 4 jenis yaitu: mRNA (messenger RNA) berperan

sebagai cetakan pada saat sintesis protein; rRNA (ribosomal RNA

berperan sebagai penyusun struktur ribosom), tRNA (transfer RNA

berfungsi membawa asam amino yang akan disusun menjadi

protein ketika translasi; dan ribozim berperan sebagai enzim.

Deoxyribonucleic acid (DNA) atau asam deoksiribonukleat

adalah suatu asam nukleat yang biasanya berbentuk double helix

(heliks ganda) yang mengandung informasi genetik untuk

perkembangan sel. DNA berbentuk heliks ganda (pilinan ganda),

antiparalel, dan komplementer. Pada sel eukariot, DNA berlokasi

di dalam nukleus (ada membran inti), sedangkan pada sel

prokariot, DNA terletak dalam suatu selubung nukleus (tanpa

membran inti). Dalam ekstraksi DNA ada tiga tahap mendasar

yang harus dilakukan yaitu melisiskan sel untuk melepaskan

nukleus. Bila ada nukleus maka harus di ‘buka’ untuk

melepaskan/mengeluarkan DNA. Selanjutnya DNA harus

diproteksi dari enzim yang akan menghancurkannya oleh karena

itu setelah DNA dilepas harus segera dipresipitasi dengan alkohol.

Agar DNA dapat diekstraksi, maka dinding sel, membran

sel, dan membran inti harus dipecah. Hal ini dapat dilakukan

Page 41: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

dengan cara mekanik maupun kimia. Secara mekanik, dinding sel,

membran sel, dan membran inti dapat dipecah dengan cara digerus

menggunakan mortar ataupun blender, selain itu perlakuan beku

leleh (freeze thowing) juga dapat dilakukan untuk mempercepat

perusakan dinding sel. Larutan garam dan deterjen berfungsi

merusak dinding sel, membran sel, dan membran inti secara kimia.

Larutan garam akan merusak sel melalui perbedaan tekanan

osmosis antara di dalam dan diluar sel, sedangkan larutan deterjen

merusak sel dengan cara mengganggu kestabilan struktur membran

yang berupa fosfolipid, deterjen akan mengikat fosfolipid dari

membran sel dan melarutkannya dalam air.

Penggunaan enzim dilakukan untuk membersihkan/

melepaskan protein histon yang melekat pada DNA, dalam hal ini

memakai enzim papain yang terdapat dalam pelunak daging atau

buah pepaya. Alkohol kemudian digunakan untuk mengekstraksi

DNA. DNA akan terpresipitasi melayang pada fase etanol dan

memisahkan diri dari komponen sel lain yang terendapkan di

bagian fase air.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan adalah

buah pisang, hati ayam, NaCl, deterjen 15%, etanol, getah pepaya,

Page 42: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

aquades, mortar, saringan, gelas piala, pengaduk, tabung reaksi,

dan pipet

METODA

1. Ekstraksi DNA dari pisang

1. Dalam blender, campur 1 buah pisang, 1 gram garam dapur

(NaCl), dan 100 mL air dingin, lalu hancurkan sampai

homogen.

2. Saring jus pisang dengan kain blacu ke dalam gelas piala

yang diletakkan dalam penangas es.

3. Tambahkan 20 mL larutan deterjen 15% (b/v) ke dalam 50

mL jus yang telah disaring dan aduk perlahan, kemudian

diamkan selama 15 menit.

4. Masukkan masing-masing 5 mL jus pisang ke dalam 2

tabung reaksi berbeda dan tambahkan sedikit pelunak daging

pada salah satu tabung, diamkan selama 2 menit.

5. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin melalui dinding tabung

ke dalam kedua tabung reaksi tersebut.

6. Biarkan tabung reaksi di dalam penangas es selama 30

hingga 60 menit dan perhatikan presipitasi DNA akan keluar

ke lapisan etanol seperti benang atau gumpalan awan putih.

Page 43: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

2. Ekstrasi DNA dari hati ayam

1. Hati ayam yang telah dibekukan ditimbang sebanyak 10

gram dan digerus menggunakan mortar bersama dengan 1

gram NaCl dan es batu yang telah dihancurkan.

2. Tambahkan dengan air dingin sebanyak 100 mL ke dalam

hasil gerusan, kemudian saring menggunakan kain blacu ke

dalam gelas piala.

3. Sebanyak 50 mL hasil penyaringan di atas, ditambah dengan

20 mL larutan deterjen 15% (b/v), aduk perlahan dan

diamkan selama 15 menit.

4. Pindahkan masing-masing 5 ml campuran di atas ke dalam 2

buah tabung reaksi berbeda (endapan jangan sampai terikut),

lalu tambahkan sedikit pelunak daging pada salah satu tabung

reaksi, diamkan selama 2 menit.

5. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin dari sisi tabung dan

tunggu selama 30 hingga 60 menit

Pertanyaan Praktikum

1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang DNA

2. Sebutkan perbedaan DNA dan RNA

Page 44: Penuntun Praktikum Biokimia Veteriner

DAFTAR PUSTAKA

1. Sajuthi D, Adijuwana H, Sulistiyani. 2010. Penuntun

Praktikum Biokimia Reproduksi. IPB Bogor

2. Suparto I R, Praira W, Saputra A. 2014. Penuntun Praktikum

Kimia Biologis. IPB Bogor

3. Adijuwana H, 2000. Penuntun Praktikum Analisis

Instrumental. IPB Bogor

4. Nelson D L, Cox M M. 2008. Lehninger: Principles of

Biochemistry. New York