pentingnya kompetensi guru dalam...

16
PENTINGNYA KOMPETENSI GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SD (SEKOLAH DASAR) Awaliana Nur Annisa’ Rohmawati Fakultas Ilmu Pendidikan/ Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak: Pembelajaran adalah suatu kondisi dimana didalamnya terdapat kegiatan yang melibatkan antara guru dan siswa, dimana guru bertanggung jawab untuk membelajarkan atau mengajar yang disesuaikan dengan siswanya dan lingkungannya serta disesuaikan dengan keadaan siswanya agar siswa tersebut terdorong untuk belajar. Dimana dalam pembelajaran di SD harus menyenangkan, agar siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak merasa bosan dan pada akhirnya mereka akan mengikuti pembelajaran dengan antusias dan pembelajaran yang dilaksanakan akan terkesan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenagkan tersebut harus ada dukungan dari pihak guru. Yaitu dengan guru yang diharuskan untuk memiliki empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Sehingga penulisan jurnal ini bertujuan untuk memaparkan tentang pentingnya kompetensi guru dalam pembelajaran di SD. Kemudian dengan penulisan jurnal ini diharapkan semua guru yang ada di Indonesia dapat menyadari betapa pentingnya kompetensi guru itu. Sehingga dengan kesadaran tersebut, mereka diharapkan dapat mempunyai dan meningkatkan empat kompetensi guru. Kata Kunci : Pembelajaran, Guru, Kompetensi Guru Abstract: Learning is a condition in which there are activities involving teachers and students in which teachers are responsible for teaching or teaching that is tailored to their students and the environment and tailored to the circumstances of their students to encourage them to learn. Where in the elementary school learning should be fun, so that students in learning do not feel bored and in the end they will follow the learning with enthusiasm and learning that will be impressed. That is, teachers are required to have four teacher competencies: pedagogic competence, professional competence, social competence, and personality competence. So the writing of this journal aims to explain about the importance of teacher competence in learning in elementary school Then with the writing of this journal is expected all teachers in Indonesia can realize how important the competence gunu it. so with such awareness, they are expected to have and improve the four teacher competencies. Keyword: Learning, Teachers, Teacher Competencies PENDAHULUAN Salah satu indikator negara maju adalah jika system dan praktek guruannya bermutu. Sementara itu, guruan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang dapat menciptakan pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan berhasil manakala kegiatan yang berlangsung di sekolah itu mampu memfasilitasi siswa dalam proses transfer of value dalam konteks pembentukan karakter bangsa (nation character building) sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum resmi. Namun demikian, tidak semua guru

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENTINGNYA KOMPETENSI GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI

SD (SEKOLAH DASAR)

Awaliana Nur Annisa’ Rohmawati

Fakultas Ilmu Pendidikan/ Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected]

Abstrak: Pembelajaran adalah suatu kondisi dimana didalamnya terdapat kegiatan yang

melibatkan antara guru dan siswa, dimana guru bertanggung jawab untuk membelajarkan

atau mengajar yang disesuaikan dengan siswanya dan lingkungannya serta disesuaikan

dengan keadaan siswanya agar siswa tersebut terdorong untuk belajar. Dimana dalam

pembelajaran di SD harus menyenangkan, agar siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak

merasa bosan dan pada akhirnya mereka akan mengikuti pembelajaran dengan antusias dan

pembelajaran yang dilaksanakan akan terkesan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang

menyenagkan tersebut harus ada dukungan dari pihak guru. Yaitu dengan guru yang

diharuskan untuk memiliki empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Sehingga penulisan jurnal ini

bertujuan untuk memaparkan tentang pentingnya kompetensi guru dalam pembelajaran di

SD. Kemudian dengan penulisan jurnal ini diharapkan semua guru yang ada di Indonesia

dapat menyadari betapa pentingnya kompetensi guru itu. Sehingga dengan kesadaran

tersebut, mereka diharapkan dapat mempunyai dan meningkatkan empat kompetensi guru.

Kata Kunci : Pembelajaran, Guru, Kompetensi Guru

Abstract: Learning is a condition in which there are activities involving teachers and students

in which teachers are responsible for teaching or teaching that is tailored to their students and

the environment and tailored to the circumstances of their students to encourage them to

learn. Where in the elementary school learning should be fun, so that students in learning do

not feel bored and in the end they will follow the learning with enthusiasm and learning that

will be impressed. That is, teachers are required to have four teacher competencies:

pedagogic competence, professional competence, social competence, and personality

competence. So the writing of this journal aims to explain about the importance of teacher

competence in learning in elementary school Then with the writing of this journal is expected

all teachers in Indonesia can realize how important the competence gunu it. so with such

awareness, they are expected to have and improve the four teacher competencies.

Keyword: Learning, Teachers, Teacher Competencies

PENDAHULUAN

Salah satu indikator negara maju adalah

jika system dan praktek guruannya

bermutu. Sementara itu, guruan yang

bermutu sangat tergantung pada

keberadaan guru yang bermutu, yakni guru

yang dapat menciptakan pembelajaran

yang baik.

Pembelajaran dikatakan berhasil

manakala kegiatan yang berlangsung di

sekolah itu mampu memfasilitasi siswa

dalam proses transfer of value dalam

konteks pembentukan karakter bangsa

(nation character building) sebagaimana

yang tercantum dalam kurikulum resmi.

Namun demikian, tidak semua guru

mampu mengembangkan dan

melaksanakan pembelajaran tersebut.

Padahal, kegiatan pembelajaran

merupakan faktor determinan bagi

keberhasilan dan mutu lulusan. (Anik

Ghufron, 2017)

Oleh karena itu, dalam

mewujudkan pembelajaran yang baik

dibutuhkan guru yang

berkompeten(mempunyai kompetensi).

Kompetensi yang harus dikuasai oleh

seorang guru tersebut yakni, kompetensi

pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi

professional, dan kompetensi kepribadian.

Dimana dalam prakteknya guru diminta

tidak hanya menguasai kompetensi

tersebut, tetapi juga diminta untuk

meningkatkan kompetensi tersebut sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Guru yang berkompeten akan

melaksanakan tugas belajar mengajar di

kelas penuh semangat dan menyenangkan,

serta penuh makna, murid selalu

mendapatkan hal baru setiap kali masuk

kelas untuk belajar. Murid tidak akan

pernah bosan untuk belajar di kelas karena

gurunya berkompeten. Pada akhirnya, guru

kompeten akan melahirkan murid-murid

yang rajin belajar karena mereka mencintai

proses pembelajaran dan memahami arti

penting belajar bagi masa depan. (Jejen

Musfah, 2011: 20)

Namun dalam kenyataannya masih

banyak guru yang berkompeten rendah.

Contohnya, yang pertama yang berkaitan

dengan kompetensi pedagogik, dalam

pelaksanaan pembelajaran banyak guru

yang tidak menyesuaikan pembelajaran

yang dibuatnya dengan keadaan, minta

bakat, potensi, dan karakteristik siswa

yang ada. Sehingga proses

pembelajarannya akan “hambar” dan

mungkin pembelajaran yang disampaikan

oleh guru tidak dapat diserap oleh anak.

Sehingga anak akan mengalami

berkesulitan dalam belajar. Sehingga anak

akan cepat merasa bosan dan tidak mau

mendengarkan penjelasan pembelajaran

dari guru. yang kedua berkaitan dengan

kompetensi kepribadian, dimana masih

banyak guru dalam pembelajaran yang

tidak mencerminkan perilaku dan akhlak

yang mulia. Seperti berkata kasar pada

anak ketika sedang terpancing emosinya

dan melakukan tindakan kasar seperti

menjewer dan memuluk siswanya. Yang

ketiga dalam kaitangnya dengan

kompetensi Profesional, dimana masih

banyak guru yang tidak professional

dengan tugasnya. Seperti malas

memberikan pengajaran pada siswanya di

kelas dan malah memilih untuk mengobrol

di kantor dengan guru lain dan hanya

memberikan tugas tanpa ada dampingan

dari guru tersebut. yang keempat dalam

kaitannya dengan kompetensi social,

dimana guru kurang bisa melakukan

interaksi dan tidak bisa membangun

komunikasi dengan siswanya. Sehingga

tidak heran apabila dala pembelajaran

banyak mis komunikasinya.

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Guru

Guru adalah pendidik yang berada di

lingkungan sekolah. Sementara itu, guru

menurut Langeveld adalah orang yang

dengan sengaja membantu orang lain

untuk mencapai kedewasaan. Dalam

bahasa Undang-Undang Nomor 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20,

maka tugas guru adalah: (a)

Merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi

hasil pembelajaran, (b) meningkatkan dan

mengembangkan kualifikasi akademik

dan kompetensi secara berkelanjutan

sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni., (c)

bertindak objektif dan tidak diskriminatif

atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, susku, ras, dan kondisi fisik

tertentu, atau latar belakang keluarga, dan

status social ekonomi peserta didik dalam

pembelajaran, (d) menjunjung tinggi

peraturan perundang-undangan, hukum,

dank ode etik guru, serta nilai-nilai agama

dan etika (Siswoyo, 2013)

Guru memiliki kedudukan yang

sangat penting di lingkungan sekolah

terutama di dalam kelas, seperti

mengembangkan potensi siswa,

menyiapkan, menetukan, dan

mengembangkan pembelajaran,

mengatur kelas dan membimbing

siswa kearah yang baik. Namun perlu

diketahui, bahwa menjadi seorang guru

tidak cukup sekedar untuk memenuhi

panggilan jiwa, tetapi juga

memerlukan seperangkat keterampilan

dan kemampuan khusus dalam bentuk

menguasai kompetensi guru, sesuai

dengan kualifikasi jenis dan jenjang

guruan jalur sekolah tempatnya

bekerja. (J, 2016)

Guru memegang peran utama

dalam pembangunan guruan,

khususnya yang diselenggarakan

secara formal di sekolah. Guru juga

sangat menentukan keberhasilan siswa,

terutama yang berkaitan dengan proses

pembelajaran. Guru merupakan

komponen yang paling berpengaruh

terhadap terciptanya proses dan hasil

guruan yang berkualitas. Upaya

perbaikan apapun yang dilakukan

untuk meningkatkan kualitas guruan

tidak akan memberikan sumbangan

yang signifikan tanpa di dukung oleh

guru yang profesional dan berkualitas.

Dengan kata lain, perbaikan kualitas

pendidikan harus berpangkal dari guru

dan berujung pada guru pula. (E.

Mulyasa, 2009: 5)

1.2 Kompetensi Guru

Menurut Munsyi, kompetensi mengacu

pada kemampuan melaksanakan

sesuatu yang diperoleh melalui

pendidikan. Kompetensi menunjuk

kepada performance dan perbuatan

yang rasional untuk memenuhi

spesifikasi tertentu dalam

melaksanakan tugas-tugas

kependidikan. Dikatakan rasional

karena mempunyai arah dan tujuan.

Performance merupakan perilaku nyata

dalam arti tidak hanya diamati, tetapi

juga meliputi perihal yang tidak

tampak. (Uno, 2011)

Sedangkan menurut Badan Nasional

Sertifikasi Profesi, kompetensi adalah

suatu kemampuan menguasai dan

menerapkan pengetahuan,

keterampilan/ keahlian, dan sikap kerja

tertentu di tempat kerja sesuai dengan

kinerja yang dipersyaratkan. (Ahmad,

2009)

Sehingga dapat dikatakan bahwa

kompetensi guru adalah pengetahuan,

keterampilan, perilaku yang harus

dimiliki oleh seorang guru dalam

proses pembelajaran berlangsung atau

dalam meaksanakan tugasnya. Oleh

karena hal tersebut, untuk menjadi

seorang guru atau guru diharuskan

untuk mempunyai 4 kompetensi guru

sesui dalam Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen. Pada pasal 10 undang-undang

tersebut disebutkan bahwa kompetensi

guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi

social, dan kompetensi professional

yang diperoleh melalui guruan profesi.

(Siswoyo, 2013)

Kompetensi yang dimiliki oleh

setiap guru akan menunjukkan kualitas

guru yang sebenarnya. Kompetensi

tersebut akan terwujud dalam bentuk

penguasaan pengetahuan, keterampilan

maupun sikap profesional dalam

menjalankan fungsi sebagai guru.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa kompetensi

guru berkaitan dengan

profesionalisme, yaitu guru yang

profesional adalah guru yang

kompeten (berkemampuan). Karena

itu, kompetensi profesionalisme guru

dapat diartikan sebagai kemampuan

dan kewenangan guru dalam

menjalankan profesi keguruannya

dengan kemampuan tinggi.

Profesionalisme seorang guru

merupakan suatu keharusan dalam

mewujudkan sekolah berbasis

pengetahuan, yaitu pemahaman

tentang pembelajaran, kurikulum, dan

perkembangan manusia termasuk gaya

belajar. (Tuti, 2013)

Kompetensi Pedagogik

Secara etimologis, kata pedagogi berasal

dari kata bahasa Yunani, paedos dan

agogos (paedos = anak dan agoge =

mengantar dan membimbing). Karena itu

pedagogi berarti membimbing anak. Tugas

membimbing ini melekat dalam tugas

seorang guru atau orang tua. karena itu

pedagogi berarti segala usaha yang

dilakukan oleh pendidik untuk

membmbing anak muda menjadi manusia

yang dewasa dan matang. (Payong, 2011)

Dalam Standar Nasional Guruan,

penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi

kompetensi pedagogic adalah

kemampuan mengelola pembelajaran

siswa yang meliputi pemahaman

terhadap siswa, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan siswa

untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Dalam RPP

tentang Guru dikemukakan bahwa:

Kompetensi pedagogic merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran siswa meliputi hal-hal:

1) Pemahaman wawasan atau

landasan keguruan

2) Pemahaman terhadap siswa

3) Pengembangan kurikulum/ silabus

4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis

6) Pemanfataan teknologi

pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar (EHB)

8) Pengembangan siswa untuk

mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya (Mulyasa,

2007)

Sehingga dapat disimpulakan dalam

kompetensi pedagogik ini guru harus

mempunyai kompetensi Pedagogic yaitu

seni dalam mengajarkan dan mendidik

siswa atau siswa dalam proses

pembelajaran. Sehingga seorang guru

diharapkan mempunyai seni mengajar dan

mampu m engajarkan siswa dengan baik.

Baik disini dalam arti perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi sudah ditata

sedemikian rupa, sehingga proses

pembelajaran berlangsung dengan baik

dan tidak menyimpang. hendaknya

sebelum pembelajaran dimulai guru harus

sudah membuat, menyiapkan, dan

mempelajari rencanaan pembelajarannya.

Dimana dalam rencana pembelajaran

tersebut harus mempertimbangkan

beberapa aspek. Seperti, gaya belajar anak,

karakteristik anak, potensi anak. Sehingga

semua anak dalam satu kelas mendapatkan

jatahnya dengan rata dan dapat memahami

apa yang disampaikan oleh gurunya

dengan gaya belajar mereka yang

berbeda-beda yang sudah difasilitasi oleh

gurunya. Selain itu, dalam melaksanakan

pembelajarannya juga sesui dengan

perencanaan yang sudah dibuat, seperti

sesuai dengan silabus dan RPP yang telah

dikembangkannya.

Kompetensi Kepribadian

Menjadi seorang guru harus memiliki

kompetensi kepribadian, yang berkaitan

dengan kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa; menjadi teladan bagi siswa ,

dan berakhlak mulia; serta berbagai

kompetensi kepribadian lainnya yang

melekat pada diri tenaga guru. Berikut

kompetensi kepribadian yang harus

dimiliki olah guru:

1) Pribadi yang Disiplin

2) Pribadi yang Jujur dan Adil

3) Pribadi Berakhlak Mulia

4) Pribadi Teladan

5) Pribadi yang Mantap

6) Pribadi yang Stabil

7) Pribadi Dewasa

8) Pribadi yang Arif dan Penyabar

9) Pribadi Berwibawa

10) Pribadi yang memiliki rasa Percaya

Diri (Gunawan, 2012)

Sehingga penulis dapat

menyimpulakan bahwa dalam

kompetensi kepribadian ini seorang

guru harus memiliki kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif, serta

dapat menjadi teladhan bagi siswanya.

Seperti yang dikemukakan Ki Hajar

Dewantara, “ Ing Ngarsa Sung Tulada,

Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani ” yang artinya di depan

seorang guru memberikan teladan, di

tengah menciptakan ide, dari belakang

seorang guru memberikan motivasi.

Jadi, seharusnya guru di sekolahan

baik dalam pembelajaran maupun di

luar pembelajaran dan di luar

sekolahan harus memberi contoh yang

baik kepada siswanya. Seperti

berperilaku sopan dengan sesama guru

dan murid, menggunakan kata-kata dan

bahasa yang.

halus, tidak pernah melakukan kekerasan,

berakhlak mulia ( jujur dan rajin beribadah

), mentaati peraturan sekolah ( tertib dan

disiplin ), dan dapat menjaga sikap. Selain

itu guru juga dapat memberi motivasi

secara terus menerus kepada siswa untuk

belajar dan berkarya dan tidak malah terus

mencaci maki dan mendiskriminasikan

anak atau siswa yang selalu mendapatkan

nilai jelek di kelasnya.

Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional sebagaimana yang

diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah

No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Guruan terkait penguasaan

terhadap struktur keilmuan dari mata

pelajaran yang diasuh secara luas dan

mendalam, sehingga dapat membantu guru

membimbing siswa untuk menguasai

pengetahuan atau keterampilan secara

optimal. Secara lebih spesifik menurut

Permendiknas No. 16/ 2007, standar

kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima

kompetensi inti yakni:

1) Menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran

yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi,

dan kompetensi dasar mata

pelajaran atau bidang

pengembangan yang diampu

3) Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara

kreatif

4) Mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif

5) Memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan

mengembangkan diri. (Payong,

2011)

Sehingga seorang guru dalam

kompetensi ini seharusnya dapat

menguasai materi yang akan diajarkan

kepada siswa dengan baik dan dapat

mengemas materi tersebut dengan

memperhatikan atau mengaitkan dalam

kehidupan sehari-hari, menggaitkan

dengan pelajaran yang lain, dan juga dapat

menggunakan Ilmu Teknologi dalam

pembelajarannya dengan baik serta dalam

pembelajarannya memuat nilai dan budaya

nasional. Selain itu, tugas dan tanggung

jawab seorang guru juga diperlukan dalam

kompetensi professional ini tentunya.

Seperti, dalam proses pembelajaran guru

bertanggung jawab memberi pengajaran

dan bertanggung jawab dengan apa yang ia

ajarkan kepada ssiswanya. Selain itu, guru

juga harus melaksanakan tugasnya yaitu

mengajar, bukan hanya memberikan tugas

kepada siswa dan ditinggal mengobrol

dengan guru lai di kantor.

Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Guruan,

penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud

dengan kompetensi social adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan siswa, dan

masyarakat sekitar. Dimana kompetensi ini

meliputi :

1) berkomunikasi secara lisan, tulisan,

dan/atau secara isyarat

2) menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara

fungsional

3) bergaul secara efektif dengan

siswa, sesama guru, tenaga

keguruan, orang tua/ wali siswa;

dan

4) bergaul secara santun dengan

masyarakat di sekitar tempat kerja

dan di lingkungan tempat

tinggalnya.

Guru adalah makhluk social yang

dalam kehidupannya tidak bisa terlepas

dari kehidupan social masyarakat dan

lingkungannya. Oleh karena itu, guru

dituntut untuk memiliki kompetensi social

yang memadai, terutama dalam kaitannya

dengan pendidikan, yang tidak terbatas

pada pembelajaran di sekolah tetapi juga

pada pendidikan yang terjadi dan

berlangsung di masyarakat. (Mulyasa,

2007)

Sehingga guru dalam kompetensi

sosial ini diharuskan untuk menguasai

berbagai macam komunikasi, seperti

komunikasi lewat tulisan, lisan, dan

isyarat. Dimana penggunaan komunikasi

secara lisan seperti pada pembuatan aturan

tata tertib sekolah maupun tata tertib di

dalam kealas yang biasanya di tempel di

dinding. Dalam aturan tata tertib sekolah

dan di dalam kelas tersebut dituliskan di

sebuah kertas dimana dalam kertas

tersebut terdapat poin-poin yang harus

ditaati oleh semua siswa maupun warga

sekolahan lainnya. Sehingga dalam

pembuatan peraturan tersebut pemilihan

kata sangat diperhatikan dan harus

disesuaikan dengan pemahaman anak di

Sekolah Dasar. Karena jika peraturan

sekolah dibuat dengan pemilihan kata yang

tidak sesuai dengan pemahaman anak atau

bahasanya terlalu tinngi untuk anak, maka

akan membingungkan anak dan

menimbulkan berbagai pertanyaan.

Selanjutnya untuk komunikasi secara lisan

sudah jelas, seperti berbicara, guru sedang

menjelaskan, dan presentasi siswa. dalam

hal lisan pun guru diminta untuk berhati-

hati dalam pemilihan kata, agar anak dapat

memahami isi pelajaran yang telah

diterangkan. Yang terakhir yaitu

berkomunikasi secara atau menggunakan

isyarat. Seperti pada saat berkomunikasi

dengan anak berkebutuhan khusus, guru

harus pandai-pandai memberikan

penjelasan ketika menjelaskan pelajaran

dengan anak berkebutuhan khusus. Selain

itu penggunaan bahasa isyarat digunakan

ketika pembelajaran berlangsung, tiba-tiba

susana kelas berubah menjadi rame, maka

guru dapat memberikan dengan

menggedorkan penghapus atau tuding ke

papan tulis yang menandakan semua siswa

diminta untuk tenang kembali. Dalam

membuat bahasa isyarat juga harus

diperhatikan gerakan tangan atau gerakan-

gerakan lain yang dapat memiliki makna

atau maksud ganda, sehingga tidak

menimbulkan kesalahan pengertian.

Selain menguasai komunikasi, guru juga

diminta untuk dapat menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional. Maksudnya, guru harus dapat

menggunakan TIK sesuai dengan porsinya

(kalau dalam pembelajaran mengharuskan

menggunakan TIK seperti penayangan

video, menampilkan gambar-gambar yang

mendukung pembelajaran). Namun ketika

dalam kelas dan seharusnya guru tidak

menggunakan TIK namun guru

menggunakan TIK seperti bermain

Handphone, itu tidak diperbolehkan.

1.3 Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pembelajaran

Pada hakikatnya mengajar bukan

sekedar menyampaikan materi

pelajaran, tetapi juga proses mengatur

lingkungan supaya siswa belajar.

Makna mengajar tersebut sering

diistilahkan dengan pembelajaran.

(Hamruni, 2012)Pembelajaran adalah

upaya untuk membelajarkan siswa.

Secara implisit dalam pembelajaran

terdapat kegiatan memilih,

menetapkan, mengembangkan metode

untuk mencapai hasil pembelajaran

yang diinginkan. Pemilihan,

penetapan, dan pengembangan metode

didasarkan pada kondisi pembelajaran

yang ada. (Budiyartati, 2014)

Menurut Knirk dan Gustafson,

pembelajaran merupakan suatu proses

yang sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dalam hal ini pembelajaran tidak

terjadi seketika, melainkan sudah

melalui tahapan perancangan

pembelajaran. Proses pembelajaran

aktivitasnya dalam bentuk interaksi

belajar mengajar dalam suasana

interaksi edukatif, yaitu interaksi yang

sadar akan tujuan, artinya interaksi

yang telah dicanangkan untuk suatu

tujuan tertentu setidaknya adalah

pencapaian tujuan interuksional atau

tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan pada satuan pelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang

diprogramkan guru merupakan

kegiatan integralistik antara guruan

dengan siswa. kegiatan pembelajaran

secara metodologis berakar dari pihak

guru yaitu guru, dan kegiatan belajar

secara pedagogis berakar dari pihak

siswa. (Lefudin, 2014)

Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu kondisi dimana

didalamnya terdapat kegiatan yang

melibatkan antara guru dan siswa,

dimana guru bertanggungjawab untuk

membelajarkan atau mengajar yang

disesuaikan dengan siswanya dan

lingkungannya serta disesuaikan

dengan keadaan siswanya agar siswa

tersebut terdorong untuk belajar. Oleh

karena hal tersebut, untuk mewujudkan

pembelajaran yang sempurna

dibutuhkan guru yang memiliki

kompetensi yang sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 Tentang Guru dan Dosen. Yaitu

ada empat kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru, diantaranya

kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi social, dan

kompetensi professional.

Prinsip –prinsip pembelajaran

diantaranya:

a. Pembelajaran sebagai usaha

memperoleh perubahan perilaku.

Maksudnya, seorang siswa yang

sudah mengalami pembelajara

perilakunya akan berubah.

b. Hasil pembelajaran ditandai

dengan perubahan perilaku secara

keseluruhan.

Jadi dengan mengalami

pembelajaran, seseorang akan

mengalami perubahan perilaku

pada semua aspek, baik

kognitifnya, afektifnya, maupun

psikomotornya.

c. Pembelajaran merupakan suatu

proses.

Pembelajaran merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan

tidak putus-putus. Dimana dalam

pembelajaran tersebut terjadi

tahapan-tahapan aktivitas yang

sistematis dan terarah. Jadi

pembelajaran bukan sesuatu yang

statis (tetap), tetapi merupakan

suatu rangkaian aktivitas-aktivitas

yang dinamais dan saling

berkaitan.

d. Proses pembelajaran terjadi karena

adanya sesuatu yang mendorong

dan ada sesuatu tujuan yang

hendak dicapai

Sesuatu terjadi karena adanya

dorongan, tanpa adanya dorongan

sesuatu tersebut tidak akan pernah

terjadi. Contoh makan, hal tersebut

terjadi karena adanya dorongan

dari dalam diri yaitu lapar.

Demikian pula dengan

pembelajaran, pembelajaran terjadi

juga karena adanya suatu

dorongan, yaitu kebutuhan yang

harus dipuaskan, dan ada tujuan

yang ingin dicapai.

e. Pembelajaran merupakan bentuk

pengalaman

Pengalaman pada dasarnya adalah

kehidupan melalui situasi yang

nyata dengan tujuan tertentu.

Pembelajaran merupakan bentuk

interaksi individu dengan

lingkungannya sehingga banyak

memberikan pengalaman pada

situasi nyata. Perubahan perilaku

yang diperoleh dari pembelajaran,

pada dasarnya merupakan

pengalaman.

(Lefudin, 2014)

Pembelajaran di Sekolah Dasar

Menurut Peraturan Pemerintah No.

19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “

proses pembelajaran pada satuan

guruan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang,

memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, memberikan

ruang gerak yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan

kemadirian sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik,

serta psikologi siswa ”

Pembelajaran yang

menyenangkan merupakan salah

satu model dalam pembelajaran

yang mendukung pengembangan

berpikir kreatif dan menciptakan

suasana belajar yang

menyenangkan. Dengan adanya

model-model pembelajaran yang

dapat menyenangkan dan menarik

perhatian anak, diharapkan anak

merasa senang dan bahagia (enjoy)

dalam mengikuti aktivitas. Lebih

jauh lagi, anak dapat

mengembangkan kreativitasnya

dalam mengembangkan

pengetahuan, sikap, nilai, dan

perilaku yang bertanggung jawab

terhadap lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian,

pembelajaranyang diberikan guru

dapat mencapai sasaran sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

Indikator pembelajaran

menyenangkan adalah:

a. Perhatian

penuh/tercurah/terfokus,

konsentrasi tinggi, antusias,

serius, semangat, menarik minat,

lupa waktu.

b. Berani mencoba/melakukan

sesuatu, mempertanyakan

sesuatu, tidak merasa takut

melakukan sesuatu, bebas

mencari obyek.

c. Ekspresi wajah membahagiakan,

bernyanyi, bertepuk tangan,

senang, ceria/gembira,

terlibat dengan asyik.

Dalam rangka menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan,

beberapa hal yang harus dilakukan

oleh guru antara lain:

a. Menyapa siswa dengan ramah

dan bersemangat

Menciptakan awal yang

berkesan adalah penting karena

akan mempengaruhi proses

selanjutnya. Jika awalnya baik,

menarik, dan memikat, maka

proses pembelajaran akan lebih

hidup dan menggairahkan. Oleh

karena itu selalu awali kegiatan

pembelajaran dengan memberikan

sapaan hangat kepada peserta

didik. Karena sapaan hangat dan

raut wajah cerah memantulkan

energi positif yang dapat

mempengaruhi semangat peserta

didik.

b. Menciptakan suasana rileks

Ciptakanlah lingkungan

yang releks, yaitu dengan

menciptakan lingkungan yang

nyaman. Oleh karena itu aturlah

posisi tempat duduk secara berkala

sesuai keinginan peserta didik.

Selain itu, ciptakanlah suasana

kelas dimana peserta didik tidak

takut melakukan kesalahan.

c. Memotivasi siswa

Motivasi adalah sebuah

konsep utama dalam banyak teori

pembelajaran. Motivasi ini

sangatlah dikaitkan dengan

dorongan, perhatian, kecemasan,

dan umpan balik/penguatan.

Adanya dorongan dalam diri

individu untuk belajar bukan hanya

tumbuh dari dirinya secara

langsung, tetapi bisa saja karena

rangsangan dari luar, misalnya

berupa stimulus model

pembelajaran yang menarik

memungkinkan respon yang baik

dari diri peserta didik yang akan

belajar. Respon yang baik tersebut,

akan berubah menjadi sebuah

motivasi yang tumbuh dalam

dirinya, sehingga ia merasa

terdorong untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan penuh

perhatian dan antusias. (Trinova,

2012)

Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

yang menyenangkan sangat perlu

diterapkan di SD. Karena,

pembelajaran yang menyenangkan

tersebut dapat menarik perhatian

siswa. Sehingga, saat pembelajaran

berlangsung siswa akan merasa

tertarik untuk mengikuti dan tidak

akan pernah merasa bosan.

Sehingga anak akan cepat dan

mudah menyerap materi yang di

ajarkan oleh gurunya. Selain itu,

pembelajaran yang menyenagkan

tidak membuat anak takut,

sehingga suasana tersebut akan

mendorong anak untuk berani

bertanya, mencoba, dan

mengemukakan pendapat. Dengan

demikian pembelajaran yang

menyenangkan dan berkesan akan

menarik minat siswa untuk terlibat

secaara aktif, sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai

maksimal. Selain itu anak – anak

pada usia Sekolah Dasar memiliki

karakteristik yang berbeda dengan

anak – anak yang usianya lebih

muda, salah satunya mereka senang

bermain. Untuk itu pembelajaran

yang menyenangkan akan

memenuhi kebutuhan wajib mereka

yaitu bermain dan belajar.

Selain hal tersebut, saat

membelajarkan sebuah materi

kepada anak SD seharusnya

menggunakan media yang menarik

dan nyata, gambar-gambar

pendukung. Karena anak pada usia

7 sampai 11 tahun termasuk dalam

tahap operasional konkrit (menurut

Jean Piaget). Dimana pada tahap

ini, anak sudah cukup matang

untuk menggunakan pemikiran

logika atau operasi, tetapi hanya

untuk objek fisik yang ada saat ini.

Tanpa objek fisik di hadapan

mereka, anak-anak akan pada tahap

operasional konkrit masih

mengalami kesulitan besar dalam

menyelesaikan tugas-tugas logika.

(Ibda, 2015)

1.4 Pentingnya Kompetensi Guru

Kompetensi guru dalam proses

pembelajaran sangat menentukan

kemajuan akademik dan nonakademik

anak didik, dan kemampuan guru

dalam proses pembelajaran merupakan

salah satu pilar utama peningkatan

mutu guruan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Guruan, baik

lembaga guruan formal maupun

nonformal, harus memiliki guru yang

memenuhi kompetensi dasar guru,

yaitu kompetensi pedagogis,

kepribadian, sosial, dan profesional.

Keempat kompetensi dasar tersebut

disesuaikan dengan tujuan dan

kebutuhan dari masing-masing

lembaga guruan nonformal.

(Ajisuksmo, 2015)

Pentingnya Kompetensi Pedagogik

Guru

Upaya perbaikan apapun yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas

guruan tidak akan memberikan

sumbangan yang signifikan tanpa

didukung oleh guru yang professional

dan berkualitas serta memiliki

kapabilitas kompetensi pedagogik yang

baik. (Sumiarsi, 2015)

Peningkatan kompetensi

pedagogik guru akan menghindarkan

kegiatan pembelajaran bersifat

monoton, tidak disukai siswa dan

membuat siswa kehilangan minat serta

daya serap dan konsentrasi belajarnya.

Kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan yang berkaitan dengan

pemahaman siswa dan pengelola

pembelajaran yang mendidik dan

dialogis. Hal ini berhubungan erat

dengan keputusan siswa untuk belajar

lebih giat dan bermakna kepada guru

bersangkutan lantaran pengalaman

belajar yang berkesan. Beberapa

manfaat kompetensi pedagogik bagi

siswa sebagai berikut;

Pertama, jika guru dapat

memahami siswa dengan

memanfaatkan prinsip perkembangan

kognitif siswa maka:

1. Siswa dapat terpenuhi rasa

ingin tahu nya. Karena itu

guru harus dapat

membangkitkan dan

mengelola rasa ingin tahu

anak dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

2. Siswa memiliki keberanian

berpendapat dan

kemampuan menyelesaikan

masalah. Maka guru harus

mampu mendesain metode

pengajarannya yang

membuat siswa aktif

berpendapat atau menjawab

ragam soal/ permasalahan

pengetahuan lengkap

dengan alasannya.

3. Siswa merasa gembira

dalam kegiatan belajarnya.

Guru harus menghargai

imajinsi siswa, rasa humor

serta keberbakatan yang

dimiliki siswa, walaupun

siswa memiliki kelemahan

pada satu atau berbagai

mata pelajaran.

Kedua, jika guru dapat memahami

prinsip –prinsip perkembangan

kepribadian siswa dan

memanfaatkannya maka;

1. Siswa memiliki kepribadian

mantap dan memiliki rasa

percaya diri. Seorang guru

harus dapat mengakui dan

menerima setiap keunikan

dan perbedaan setiap

siswanya tanpa dibeda-

bedakan baik lantaran

prestasi atau latar belakang

lainnya.

2. Siswa memiliki sopan

santun dan taat pada

peraturan. Guru harus dapat

menjadi teladan dalam

berperilaku baik dalam

ucapan dan tindakan.

3. Siswa tumbuh jiwa

kepemimpinannya dan

mudah beradaptasi. Guru

dituntut dapat menciptakan

suasana kondusif dalam

kegiatan pembelajaran guna

memebangun keberanian

dan kemampuan nyata

siswa dalam

mengekspresikan prestasi

yang dimiliki setiap siswa.

(Saryati, 2014)

Pentingnya Kompetensi

Kepribadian Guru

Guru adalah sosok figur sentral

yang “mempola” siswa.

Keberhasilan suatu pembelajaran

atau proses guruan juga sangat

ditentukan oleh faktor guru. Maka

guru yang memiliki kepribadian

baik akan banyak berpengaruh baik

pula terhadap perkembangan siswa,

terutama mental dan spiritualnya.

Salah satu sifat anak didik adalah

mencontoh apa yang di lakukan

oleh orang dewasa, termasuk

mencontoh pribadi guru yang akan

membentuk kepribadiannya.

(Gunawan, 2012)

Oleh karena itu, guru dalam

mrencanakan dan melaksanakan

pembelajaran harus bisa atau dapat

menerapkan (Ki Hajar Dewantara),

“ Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing

Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani ”. yang mempuanyai

makna di depan guru menjadi

panutan atau tauladan/contoh.

Seperti dalam menjelaskan sebuah

materi guru harus bersikap sopan

baik dalam perkataannya dan

tingkah lakunya. maksudnya guru

menggunakan kata-kata yang baik

dalam menjelaskan sebuah materi.

sedangkan baik dalam perbuatan

atau tingkah laku, maksudnya guru

tidak merespon anak yang

menjawab salah dengan kekerasan,

seperti memukul atau menjewer

siswanya. Ing Madya Mangun

Karsa berarti di tengah guru

menjadi penjalar atau penyeimbang

sepantara. Sedangkan Tut Wuri

Handayani mengandung makna di

belakang guru member dorongan

kepada siswanya.

Selain guru memberikan

tauladan atau memberikan contoh

mengenai perilaku dan akhlak yang

baik kepada siswanya, seperti guru

selalu berpakaian sesuai dengan

ketentuan aturan yang telah

ditetapkan baik dari pemerintah

maupun dari sekolahan. kemudian

contoh yang nyata, jika dalam

sekolahan ada peraturan “Jangan

membuang sampah sembarangan”,

guru harus memberikan contoh

kepada siswanya untuk membuang

sampah di tempat sampah. Tidak

guru hanya menyuruh dan

menyuruh siswanya untuk mentaati

peraturan, sedangkan gurunya

malah mengingkari peraturannya.

Selain itu dalam kaitannya waktu,

jika ingin mengajarkan anak

mengenai kedisiplinan, maka guru

harus selalu ontime baik ke

sekolahnya maupun datang ke

kelasnya. Sehingga jangan sampai

guru malah terlambat ke sekolahan

dan juga terlambat masuk kelas,

karena hal tersebut akan

menanamkan mainset kepada anak

“bahwa guru saja boleh terlambat,

maka kitapun juga boleh

terlambat”. Selain memberi

tauladan kepada siswanya, guru

juga bisa menanamkan guruan

karakter kepada siswanya dengan

memasukkan nilai-nilai karakter ke

dalam materi yang akan

dibelajarkan. Guruan karakter

sebaiknya dilakukan sejak dini.

Perwujudannya melalui guruan

yang paling dasar yaitu sekolah

dasar. Sekolah Dasar mempunyai

peran strategis dalam menanam

dan mengembangkan karakter

kepada siswa. Implementasinya

dengan memasukan guruan

karakter ke dalam kurikulum

sekolah dasar. (Ali Mustadi, 2015)

Kemudian dalam

pengimplementasian kompetensi

kepribadian pada pembelajaran di

SD (Sekolah Dasar) harus dapat

atau mampu mengendalikan diri

dan hawa nafsunya. Dalam

mengehadapi banyak anak dan

dimana setiap anak mempunyai

perbedaan. Simana perbedaan itu,

bisa dalam gaya belajar,

karakteristik siswa, sifat, latar

belakang, kecerdasan, guru harus

dapat mengontrol diri dan harus

dapat menyesuaikan dengan

keadaan atau situasi dan kondisi

seorang anak.

Pentingnya Kompetensi Sosial

Guru

Kompetensi sosial guru dapat

mempengaruhi motivasi belajar

siswa karena sebagai seorang guru

harus mampu menjadi motivator, di

samping menjadi motivator guru

juga harus mampu menjadi

insvirasi bagi siswa. (Iskandar,

2017) Motivasi belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan Implementasi

kompetensi sosial guru yaitu: a.

motivasi siswa dapat ditingkatkan

melalui keteladanan guru b.

motivasi siswa dapat ditingkatkan

melalui sikap guru. (Iskandar,

2017)

Dimana dalam memotivasi

siswanya guru harus menggunakan

kata-kata yang baik dan benar.

Selain itu, untuk memudahkan guru

memotivasi siswa, guru harus

menjalin kehangatan dengan

siswanya seperti dapat

berkomunikasi dengan baik. Selain

guru memotivasi dan member

inspirasi kepada siswa, guru dalam

kompetensi social ini diharapkan

dapat menjalin komunikasi dengan

siswanya di dalam kelas pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

Hal tersebut sangat penting bagi

kemajuan belajar siswa, karena

guru yang dapat mengakrabpi

siswanya akan membuat siswa

merasa lebih dekat dengan

gurunya, kemudian nantinya siswa

akan merasa nyaman dengan guru

tersebut dan merasa tidak takut saat

akan menyampaikan pendapatnya

mengenai sesuatu dan pada saat

ingin bertanya mengenai materi

yang kurang dipahami. Sehingga

akan tercipta suasana yang hangat

di dalam kelas karena kebersamaan

antara mereka (guru dengan murid)

yang terjalin dengan adanya

komunikasi yang aktif dari

keduanya. Sehingga hal tersebut

juga akan menghindari adanya

miss komunikasi anatara guru dan

siswa dalam pembelajaran. Karena

mereka saling mengerti satu sama

lainnya. Kemudian kompetensi

sosial ini juga sangat penting dalam

memahami masalah-masalah yang

sedang dihadapi siswanya atau

dapat memahami situasi dan

kondisi siswanya yang sedng

terjadi. Jadi dengan adanya jalinan

komunikasi yang erat antara guru

dengan murid, guru akan lebih

mudah menanyai siswanya yang

sedang menghadapi masalah.

Sedangkan dari siswapun juga

tidak merasa canggung ketika

mencurahkan atau menceritakan

mengenai masalah yang sedang

dihadapinya. Sehingga dengan

terciptanya tinggi hubungan

tersebut sangat membantu siswa

dalam menyelesaikan masalahnya

dan kembali focus dengan kegiatan

pembelajaran yang akan di

ikutinya.

Pentingnya Kompetensi

Profesional Guru

Guru perlu menyampaikan materi

pembelajaran secara tersusun dan

sistematik, menggunakan bahasa

yang jelas dan mudah, memberi

informasi yang jelas serta memberi

contoh-contoh yang saling

berkaitan, memberi penekanan

kepada materi pembelajaran dan

mengaitkan pelajaran itu dengan

pengetahuan dan pengalaman siswa

dan menggunakan alat bantu

pembelajaran untuk membantu

dalam menjelaskan sesuatu konsep.

(Supardi, 2014)

Guru yang memenuhi

kriteria profesional inilah yang

akan mampu menjalankan fungsi

utamanya secara efektif dan efisien

untuk mewujudkan proses guruan

dan pembelajaran demi mencapai

tujuan guruan nasional, yakni

berkembangnya potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk memenuhi kriteria

profesional itu, guru harus

menjalani profesionalisasi atau

proses menuju derajat profesional

yang sesungguhnya secara terus

menerus, termasuk kompetensi

dalam mengelola kelas.

Hal serupa juga

dikemukakan oleh Salman

Rusydie, sebagai seorang guru

profesional yang memiliki keahlian

dalam mendidik apabila mampu

memenuhi beberapa kriteria:

a. Memiliki kemampuan

intelektual yang memadai,

terutama berkaitan dengan materi

pelajaran yang di ampu. Hal ini

menuntut guru untuk mempelajari

banyak hal yang terkait dengan

materi yang akan diajarkannya,

sehingga sumber pengajaran yang

digunakan tidak terbatas pada buku

panduan saja.

b. Memiliki kemampuan

memahami visi dan misi guruan.

Sehingga dengan visi dan misi

tersebut, seorang guru dapat

membuat skala prioritas dan

bekerja dengan terarah. Artinya,

seorang guru harus memahami

bahwa mengajar bukan hanya

persoalan rutinitas dan kehadiran di

dalam kelas.

c. Memiliki keahlian dalam

mentransfer ilmu pengetahuan atau

menguasai metodologi

pembelajaran dengan baik. Hal ini

penting dimiliki oleh masing-

masing guru agar sesuatu yang

mereka ajarkan benar-benar tepat

sasaran dan efektif.

d. Memiliki pemahaman

yang baik tentang konsep

perkembangan siswa. Sehingga,

dengan konsep tersebut guru dapat

menilai tingkat keberhasilan siswa

dalam mengajar, kendala-kendala

yang dihadapi, dan cara memberi

solusi yang tepat.

e. Memiliki kemampuan

mengorganisasi siswa sehingga

kegiatan belajar benar-benar

efektif. Siswa yang tidak

terorganisir dengan baik saat

mereka belajar akan menyebabkan

problem tersendiri, terutama

berkenaan dengan cara siswa

menerima pelajaran dari guru.

f. Memiliki kreativitas dan

seni dalam mendidik, sehingga

kegiatan belajar dapat diikuti oleh

siswa dengan

menyenangkan.(Rusydie, 2012)

Jika seorang guru tidak

mempunyai kompetensi

Profesional daenga kriteria seperti

diatas , maka proses pembelajaran

yang berlangsung tidak akan

mempunyai makna. Sehingga

nantinya siswa tidak akan

merespon pembelajaran yang

berlangsung dengan baik.

PENUTUP

Kompetensi guru yang meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional sangat penting

untuk dimiliki oleh seorang guru dalam

proses pebelajaran di sekolahan. Karena,

kompetensi guru dalam proses

pembelajaran sangat menentukan

kemajuan akademik dan nonakademik

siswa dan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran merupakan salah satu pilar

utama peningkatan mutu guruan. Seperti

dengan guru yang selalu menggunakan

model yang berbeda pada setiap

pembelajaran dan menata kelas menjadi

lebih menarik akan membuat siswa

antusias dan merasa nyaman dalam proses

pembelajaran, dengan kompetensi sosial

guru dapat menciptakan hubungan dengan

siswanya, masyarakat, dan warga

sekolahan lainnya dengan baik. Kemudian

dengan adanya kompetensi kepribadian,

guru dapat memberikan tauladan, baik

berupa perkataan maupun perbuatan.

Sedangkan dalam kompetensi professional

guru diharapkan dapat menjalankan

profesinya sesuai dengan tugas dan

tanggung jawabnya secara professional.

Sehingga dalam pembelajaranpun siswa

tidak ditelantarkan. Maksudnya siswa tetap

diberi pengajaran dan didampingi saat

belajar. Sehingga keempat hal tersebut

secara tidak langsung akan menentukan

kemajuan akademik dan nonakademik

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. F. (2009). Integrated Human

Resources Development Berdasarkan

Pendekatan CB-HRM, TB-HRM, CBT,

dan CPD. Jakarta: PT Grasindo.

Ajisuksmo, L. F. (2015). Keterkaitan

Antara Moral Knowing, Moral

Feeling, Dan Moral Behavior Pada

Empat Kompetensi Dasar Guru . 213.

Anik Ghufron, C. A. (2017).

Pengembangan Pembelajaran

Berbasis Nilai-Nilai Budaya

Yogyakarta Di Sekolah Dasar . 309.

Budiyartati, S. (2014). Problematika

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Yogyakarta: CV Budi Utama.

Gunawan, C. R. (2012). Pengembangan

Kompetensi Kepribadian Guru:

Menjadi Guru yang Dicintai dan

Diteladani oleh Siswa. Bandung:

Penerbit Nuansa Cendekia .

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran.

Yogyakarta: Insan Madani.

Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif:

Teori Jean Piaget. 34.

Iskandar, S. d. (2017). Implementasi

Kompetensi Sosial Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa. 61.

Iskandar, S. d. (2017). Implementasi

Kompetensi Sosial Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa. 62.

J, H. (2016). Implementasi Kompetensi

Profesionalisme Guru Dalam

Pengembangan Kinerja Pembelajaran

. 78.

Lefudin. (2014). Belajar dan

Pembelajaran Dilengkapai dengan

Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan

Pembelajaran dan Metode

Pembelajaran. Yogyakarta: CV Budi

Utama.

Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi Dan

Sertifikasi Guru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Payong, M. R. (2011). Sertifikasi Profesi

Guru. Jakarta Barat: PT Indeks.

Rusydie, S. (2012). Tuntunan menjadi

Guru Favorit. Jakarta: Flash Book.

Saryati. (2014). Upaya Peningkatan

Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Dasar. 677-678.

SETYAWAN, Wawan Wahyu;

MUSTADI, Ali. PENGEMBANGAN

SSP TEMATIK-INTEGRATIF

UNTUK MEMBANGUN

KARAKTER DISIPLIN DAN

KREATIF SISWA KELAS I SD.

Jurnal Prima Edukasia, [S.l.], v. 3, n.

1, p. 108-119, jan. 2015. ISSN 2460-

9927. Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php

/jpe/article/view/4072/3525>. Date

accessed: 23 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v3i

1.4072.

Siswoyo, D. (2013). Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

Sumiarsi, N. (2015). Analisis Kompetensi

Pedagogik dan Pengembangan

Pembelajaran Guru SD Negeri 041

Tarakan. 99.

Supardi. (2014). Kinerja Guru. Jakarta:

rajawali Press.

Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan

Bermain Menyenangkan Bagi Peserta

Didik. 212.

Tuti, D. S. (2013). Implementasi

Kompetensi Profesional Guru Dalam

Pembelajaran Di Sekolah Dasar

Gugus II Kecamatan Turi. 2.

Uno, H. B. (2011). Profesi Kependidikan.

Jakarta: PT Bumi Aksara.