pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukansumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidakdirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuaidengan kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional.

Upload: yenny-fitria

Post on 02-Jan-2016

2.665 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

AUDIT 2

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor

selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan

waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya,

auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap

keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab

ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika

dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin

dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukansumberdaya

yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidakdirancang untuk

memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuaidengan kondisinya.

Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut.

Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang

ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara

menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara

demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional.

Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan

auditordapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang

minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

permasalahannya, yaitu :

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Akademik

Makalah yang berjudul “Audit Sampling Terhadap Pengujian atas

Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi” ini, penulis buat untuk

memenuhi tugas Pemeriksaan Akuntansi II yang diberikan oleh Tim Dosen pada awal

semester V pembelajaran subjek tersebut.

Page 2: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

1.3.2 Tujuan Material

Dengan pembuatan makalah yang berjudul “Audit Sampling Terhadap

Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi” ini, kami

selaku tim penulis dapat memahami materi lebih mendalam dan dapat memberikan

penjelasan tentang materi ini, dan bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat

memberikan informasi kepada pembaca mengenai pembahasaan dalam makalah ini.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin diberikan dan diperolah penulis dari penulisan makalah ini

adalah untuk memberikan informasi tentang materi Audit Sampling terhadap pengujian

atas pengujian serta perancangan program pengujian substabtifnya.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan

dengan membaca dan mempelajari sejumlah buku, mengumpulkan data-data dari buku-

buku dan situs-situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Page 3: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Sampel Statistik dan Nonstatistik harus Dilaksanakan dengan

Benar agar Diterima Menurut Standar Audit Berlaku Umum.

2.2 Perbandingan Pengambilan Sampel Audit untuk Pengujian Perincian

Saldo, Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas

transaksi, dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh

auditor.

Jenis pengendalian Apa yang Diukurnya

Pengujian pengendalian Keefektifan operasi pengendalian internal

Pengujian substantive atas

transaksi

Keefektifan pengendalian

Kebenaran moneter transaksi dalam sistem

akuntansi

Pengujian atas rincian saldo Apakah jumlah dolar saldo akun mengandung

salah saji yang memadai

Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas

transaksi:

Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup rendah.

Untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian dan karenanya mengurangi

pengujian atas rincian saldo.

Untuk perusahaan publik, guna menyimpulkan bahwa pengendalian telah beroperasi

secara efektif demi tujuan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Auditor jarang menggunakan pengujian tingkat keterjadian (rate of occurrence)

tidak seperti pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam

pengujian perincian saldo. Auditor menggunakan metode pengambilan sampel yang

menghasilkan nilai rupiah.Terdapat 3 jenis metode utama dalam pengambilan sampel

yang digunakan untuk menghitung salah saji nilai rupiah dalam saldo akun,yaitu :

pengambilan sampel nonstatistik, pengambilan sampel unit moneter (monetary unit

sampling), dan pengambilan samper variabel (variables sampling).

Page 4: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

2.3 Pengambilan Sampel Nonstatistik

Ada 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk pengujian atas

rincian saldo, dimana selaras dengan 14 langkah yang digunakan untuk pengujian

pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, walaupun tujuannya berbeda.

Langkah-Sampling Audit untuk

Pengujian atas Rincian Saldo

Langkah- Sampling Audit untuk

Pengujian Pengendalian dan

Pengujian Substantif atas Transaksi

Merencanakan Sampel

1. Menyatakan tujuan pengujian audit.

2. Memutuskan apakah sampling audit

dapat diterapkan.

3. Mendefinisikan populasi.

4. Mendefinisikan populasi.

5. Mendefinisikan unit sampling.

6. Menetapkan salah saji yang dapat

ditoleransi.

7. Menetapkan risiko yang dapat

diterima atas penerimaan yang

salah.

8. Mengestimasi salah saji dalam

populasi.

9. Menentukan ukuran sampel awal.

Merencanakan Sampel

1. Menyatakan tujuan pengujian audit.

2. Memutuskan apakah sampling audit

dapat diterapkan.

3. Mendefinisikan atribut dan kondisi

pengecualian.

4. Mendefinisikan populasi.

5. Mendefinisikan unit sampling.

6. Menetapkan tingkat pengecualian

yang dapat ditoleransi.

7. Menetapkan risiko yang dapat

diterima atas penilaian risiko

pengendalian yang terlalu rendah

(ARACR).

8. Mengestimasi tingkat pengecualian

populasi.

9. Menentukan ukuran sampel awal.

Memilih Sampel dan Melaksanakan

Prosedur Audit

10. Memilih sampel.

11. Melakukan prosedur audit.

Memilih Sampel dan Melaksanakan

Prosedur Audit

10. Memilih sampel.

11. Melakukan prosedur audit.

Mengevaluasi Hasil

12. Menggeneralisasi dari sampel ke

Mengevaluasi Hasil

12. Menggeneralisasi dari sampel ke

Page 5: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

populasi.

13. Menganalisis salah saji.

14. Memutuskan akseptabilitas populasi.

populasi.

13. Menganalisis pengecualian.

14. Memutuskan akseptabilitas populasi.

Menetapkan Tujuan Pengujian Audit

Auditor mengambil sampel dalam pengujian perincian saldo untuk menentukan apakah

saldo akun yang sedang diaudit disajikan dengan wajar. Auditor akan melakukan

pengujian perincian saldo untuk menetapkan apakah saldo telah salah saji secara

material. Biasanya salah saji yang dapat diterima menunjukkan adanya salah saji yang

material.

Menentukan Adanya Pengambilan Sampel

Seperti yang disebutkan bahwa Pengambilan sampel audit diberlakukan jika auditor

ingin mengambil kesimpulan tentang populasi berdasarkan sebuah sampel.. Meskipun

auditor biasanya mengambil sampel dari banyak akun, dalam beberapa situasi

pengambilan sampel tidak diberlakukan.

Sama halnya jika auditor membuat verifikasi tambahan aset tetap lalu menemukan

banyak tambahan kecil dan terdapat pembelian sebuah bangunan gedung, maka auditor

dapat memutuskan untuk mengabaikan bagian-bagian kecil secara keseluruhan.

Menetapkan Salah Saji

Karena pengambilan sampel audit dalam pengujian perincian saldo mengukur salah saji

nilai moneter, maka salah saji terjadi ketika sampel tidak disajikan dengan benar.

Dalam audit piutang dagang, salah saji yang dilakukan klien terhadap saldo pelanggan

yang termasuk dalam sampel auditor merupakan salah saji.

Menetapkan Populasi

populasi ditetapkan sebagai bagian dari penyrsunan populasi uang tercatat (recorded

rupiah populatiore) dalam pengujian perincian saldo.

Kebanyakan populasi akuntansi yang akan dilibatkan oleh auditor tersebut memiliki

nilai uang

yang besar. Auditor akan mengevaluasi apakah populasi tercatat tersebut kurang saji

atau lebih saji.

Page 6: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Pengambilan Sampel Bertingkat Dalam kebanyakan populasi, auditor memisahkan

populasi tersebut menjadi dua atau lebih subpopulasi sebelum memberlakukan

pengambilan sampel audit. Tindakan ini disebut pengambilan sampel bertingkat,dimana

setiap subpopulasi disebut stratum. Dengan pengambilan

sampel bertingkat, auditor dapat mengutamakan beberapa subpopulasi tertentu dan

mengabaikan yang lainnya. Dalam sebagian besar situasi pengambilan sampel audit,

termasuk dalam konfirmasi piutang dagang, auditor akan berfokus pada jumlah uang

tercatat yang lebih besar sehingga mereka menentukan setiap stratum berdasarkan

besar kecilnya jumlah uang tercatat.

Menetapkan Unit Pengambilan Sampel

Untuk pengambilan sampel audit nonstatistik dalam pengujian perincian saldo, unit

pengambilan sampelnya merupakan komponen utama dari saldo akun. Auditor dapat

menggunakan jumlah sampel sebagai populasi tercatat untuk menguji seluruh tujuan

audit, kecuali kelengkapan. Jika auditor merasa perlu memenuhi tujuan kelengkapan,

maka mereka harus memilih sampel dari sumber yang berbeda.

Menelapkan Salah Saji yang Dapat Dilerima

untuk menentukan jumlah sampel dan mengevaluasi hasil pengambilan sampel

nonstatistik Auditor menggunakan salah saji yang dapat diterima. Pertama auditor

membuat penentuan awal tentang materialitas dan menggunakan jumlah yang

ditetapkan atas salah saji yang dapat diterima untuk setiap akun. Jumlah sampel yang

dibutuhkan bertambah seiring dengan berkurangnya jumlah salah saji yang dapat

diterima untuk saldo akun atau kelompok transaksi.

Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Kesalahan

Risiko yang dapat diterima atas kesalahan penerimaan (acceptable risk of incorrect

acceptance l ARlA) adalah jumlah risiko yang diambil auditor atas penerimaan bahwa

saldo tersebut benar ketika salah saji yang terjadi melebihi jumlah yang diterima. ARIA

mengukur kepastian yang diinginkan auditor terhadap suatu saldo akun. Untuk tingkat

kepastian yang lebih tinggi dalam audit atas saldo, auditor akan menetapkan ARIA

lebih rendah. (Perlu dicatat bahwa ARIA setara dengan ARACR [acceptable risk of

accessing control risk too low / risiko yang diterima jika risiko pengendalian terlalu

rendah] untuk pengullan pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.) Seperti

Page 7: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

halnya ARACR, ARIA dapat ditetapkan secara kuantitatif (misalnya 5 % atau 10 %)

atau kualitatif (seperti rendah, menengah, atau tinggi).

Terdapat hubungan terbalik antara ARIA dengan jumlah sampel yang disyaratkan. Jika,

misalnya, auditor mengurangi ARIA dari l0% ke 5%, maka jumlah sampel yang

dibutuhkan akan bertambah. Sebaliknya, jika auditor tidak mau mengambil risiko

terlalu besar, maka jumlah sampel harus diperbesar.

Faktor penting yang memengaruhi keputusan auditor tentang ARIA adalah risiko

pengendalian yang ditetapkan dalam model risiko audit. Ketika pengendalian internal

efektif, maka risiko pengendalian dapat dikurangi, sehingga auditor dapat

meningkatkan ARIA. Hal ini yang kemudian akan mengurangi jumlah sampel yang

dibutuhkan dalam pengujian atas akun terkait.

Sebagai tambahan terhadap risiko pengendalian, ARIA secara langsung dipengaruhi

oleh risiko audit yang diterima dan secara terbalik dipengaruhi oleh pengujian

substantif lainnya yang telah dilaksanakan (atau direncanakan) untuk saldo akun. Jika

auditor mengurangi risiko audit yang diterima, maka mereka harus

mengurangi ARIA. fika prosedur analitis mengindikasikan bahwa saldo akun disajikan

secara wajar, maka ARIA dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, prosedur analitis

merupakan bukti pendukung bagi saldo akun, yang berarti bahwa auditor dapat

mengurangi jumlah sampel dalam pengujian perincian saldo untuk mendapatkan

tingkat risiko audit yang dapat diterima. Kesimpulan yang sama juga berlaku bagi

hubungan antara pengujian substantif atas transaksi, ARIA, dan jumlah sampel untuk

pengujian perincian saldo.

Mengestimasi Salah Saji dalam populasi

Auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien dan

dengan mengevaluasi risiko bawaan (inherent rlsk), dengan mempertimbangkan hasil

pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis

yang telah dilaksanakan. Jumlah sampel yang

direncanakan bertambah ketika jumlah ekspektasi salah saji dalam populasi mendekati

tingkat salah saji yang dapat diterima.

Menentukan Jumlah Sampel Awal

auditor menentukan jumlah sampel awal beberapa factor yang telah dibahas ketika

melakukan pengambilan sampel nonstatistik. Untuk membantu auditor menentukan

Page 8: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

jumlah sampel, mereka perlu mengikuti panduan yang ditetapkan perusahaan atau dari

sumber lainnya.

Ketika auditor menggunakan pengambilan sampel bertingkat, mereka harus

mengalokasikan jumlah sampel ke seluruh stratum, khususnya mengalokasikan porsi

sampel yang lebih besar kepada jumlah populasi yang lebih besar.

Memilih Sampel

Melakukan Prosedur Audit

Membuat Generalisasi dari Sampel ke Populasidan Menentukan Keberterimaan

(Acceptability) Populasi

Auditor harus membuat generalisasi dari sampel ke populasi dengan:

1. Memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi.

2. mempertimbangkan kesalahan pengambilan sampel (sampling error) dan risiko

pengambilan sampel (ARIA).

Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi Qtoint estimate). Titik estimasi

dapat dihitung dengan beberapa cara, namun pendekatan yang paling umum adalah

dengan mengasumsikan bahwa salah saji dalam populasi yang belum diaudit adalah

proporsional untuk salah saji pada sampel. Perhitungan harus dilakukan

untuk setiap stratum kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji

dalam sampel.

Menganalisis Salah Saji

semua salah saji dihasilkan dari kesalahan klien dalam mencatat barang yang

dikembalikan. Auditor akan menentukan mengapa salah saji jenis ini sering terjadi,

implikasi salah saji terhadap area audit yang lain, potensi dampak yang terjadi pada

laporan keuangano dan pengaruhnya pada operasi perusahaan. Pendekatan yang sama

dilakukan untuk semua salah saji yang terjadi. Auditor harus melakukan analisis salah

saji untuk menentukan apakah diperlukan modifikasi atas model risiko audit. jika

auditor berkesimpulan bahwa kesalahan pencatatan pengembalian barang dagangan

terjadi karena lemahnya pengendalian internal, maka mungkin perlu untuk

Page 9: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

mengevaluasi kembali risiko pengendalian. Hal ini bisa saja menyebabkan auditor

mengurangi ARIA,

yang akan menambah jumlah sampel. revisi atas model audit risiko harus dilakukan

sangat hati-hati karena model ditujukan terutama untuk perencanaan, bukan evaluasi

hasil.

Tindakan yang Harus Dilakukan Jika Populasi Ditolak

Ketika auditor rnenyimpulkan bahwa salah saji dalam populasi mungkin lebih besar

dari salah saji yang dapat diterima (setelah mempertimbangkan kesalahan pengambilan

sampel), maka populasi dengan demikian tidak dapat diterima. Pada saat itu, auditor

harus melakukan beberapa hal.

Tidak Melakukan Apa-apa Sampai Penguiian atas Audil Lain Selesai. Pada akhirnya

auditor harus mengevaluasi apakah keseluruhan laporan keuangan salah saji secara

material.

Memperluas Pengujian Audit pada Area Tertentu. Jika analisis salah saji

mengindikasikan bahwasalah saji terbesarterjadipadaareatertentu, makaperlu dilakukan

audit tambahan pada area permasalahan tersebut.

evaluasi terhadap penyebab salah saji dalam sampel harus dilakukan dengan hati-hati

sebelum pengambilan kesimpulan karena permasalahan bisa saja terjadi pada lebih dari

satu area.

Menambah Jumlah Sampel. Ketika auditor menambah jumlah sampel, kesalahan

pengambilan sampel dikurangi jika tingkat salah saji pada sampel yang diperluas,

jumlah nominalnya, dan kecenderungannya sama dengan sampel sebelumnya. oleh

karena itu, penambahan jumlah sampel dapat memenuhi persyaratan auditor atas

salah saji yang dapat diterima.

Menyesuaikan Saldo Akun. Ketika auditor menyimpulkan bahwa suatu saldo akun

salah saji secara material, klien mungkin ingin menyesuaikan nilai buku berdasarkan

hasil sampel.

Meminta Klien untuk Memperbaiki Populasi. Dalam beberapa kasus, pencatatan klien

sangat tidak memadai sehingga memerlukan pembetulan di seluruh populasi sebelum

audit diselesaikan. Ketika klien mengubah penilaian pada beberapa bagian dari

populasi, maka hasilnya harus diaudit lagi.

Menolak Memberikan Pernyataan Tanpa Syarat. Jika auditor meyakini bahwa jumlah

yang tercatat dalam akun tidak disajikan dengan wajar, maka perlu untuk mengikuti

Page 10: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

setidaknya satu dari alternatif awal atau melakukan laporan audit dengan cara yang

tepat.

2.4 Pengambilan Sampel Unit Moneter

Pengambilan sampel unit moneter merupakan inovasi dalam metodologi pengambilan

sampel statistikyang dikembangkan khusus untuk auditor. Pengambilan sampel unit

moneter (monetary unit sampling/MUS) merupakan metode pengambilan sampel

statistik yang paling umum untuk pengujian perincian saldo karena prosesnya cukup

sederhana namun hasilnya dapat dinyatakan dalam rupiah (atau mata uang lain). MUS

dapat disebut juga pengambilan sampel unit rupiah, pengambilan sampel nilai moneter

kumulatif, dan pengambilan sampel dengan proporsi probabilitas.

Perbedaan antara MUS dengan Pengambilan Sampel Nonstatistik

MUS sama dengan penggunaan pengambilan sampel nonstatistik, Dari 14langkah,

seluruhnya dilakukan untuk MUS, meskipun ada yang dilakukan dengan carayang

berbeda. Pemahaman atas perbedaan tersebut merupakan kunci dari pemahaman MUS.

Delinisi dari Unit Pengambilan Sampel sebagai Nilai Uang lndividu. Ciri khas yang

menonjol dari MUS adalah bahwa pengambilan unit sampel ditentukan sebagai nilai

uang individu dalam suatu saldo akun. Nama metode statistik dan pengambilan sampel

atas unit moneter dihasilkan dari adanya ciri khas tersebut.

Berfokus pada nilai uang individu sebagai unit sampel, MUS secara otomatis

menekankan pada unit fisik dengan saldo tercatat yang lebih besar

Ukuran Populasi Berupa Populasi uang yang Tercatat. Metode pemilihan sampel

dalam MUS, tidak dapat mengevaluasi kemungkinan tidak tercatatnya bagian-bagian

dalam populasi. Diasumsikan bahwa MUS digunakan untuk mengevaluasi apakah

persediaan disajikan secara wajar. MUS tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi

apakah persediaan tertentu sebenarnya ada tetapi belum diperhitungkan. Jika tujuan

kelengkapan merupakan hal yang penting dalam pengujian audit, maka biasanya tujuan

tersebut harus dipenuhi secara terpisah dalam pengujian MUS.

Setiap Akun Menggunakan Penilaian Awal Materialitas, dan Bukan salah saji yang

Diterima. Aspek unik lainnya dari MUS adalah penilaian awal materialitas yang secara

langsung menentukan jumlah salah saji yang dapat diterima untuk proses audit setiap

akun. Teknik pengambilan sampel lainnya mensyaratkan auditor untuk menentukan

Page 11: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

salah saji yang dapat diterima terhadap setiap akun dengan mengalokasikan penilaian

awal terhadap materialitas. Hal ini tidak perlu dilakukan jika menggunakan MUS.

Jumlah Sampel Ditentukan Menggunakan Rumus Statistik. Proses ini dilakukan

secara terperinci setelah kita membahas 14 langkah pengambilan sampel untuk MUS.

Aturan Keputusan Formal Digunakan untuk Menentukan Keberterimaan

Populasi. Peraturan yang digunakan untuk MUS sama dengan yang digunakan dalam

pengambilan sampel nonstatistik, tetapi sebenarnya cukup berbeda.

Pemilihan Sampel Dilakukan Menggunakan PPS. Sampel unit moneter dipilih

menggunakan proporsi probabilitas pemilihan jumlah sampel (probability proportional

to size (PPS) sample selection). Sampel PPS bisa didapatkan menggunakan peranti

lunak komputer, tabel angka acak, atau teknik pengambilan sampel yang sistematis.

Metode statistik untuk mengevaluasi sampel unit moneter memperbolehkan adanya

pencantuman satu unit fisik dalam sampel lebih dari satu kali.

Satu masalah dalam pemilihan sampel ppS adalah bahwa bagian populasi dengan saldo

tercatat nol tidak mungkin dipilih menggunakan PPS, meskipun mungkin terjadi salah

saji. sama halnya dengan saldo kecil yang salah saji secara signifikan, kecil

kemungkinannya untuk dimasukkan dalam sampel. Masalah ini dapat diatasi dengan

melakukan pengujian audit khusus untuk saldo nol atau saldo kecil, dengan asumsi

bahwa saldo akun tersebut memiliki kepentingan yang besar.

Masalah lain dalam PPS adalah ketidakmampuannya memasukkan saldo negatif dalam

sampel (unit moneter) ppS, misalnya saldo kredit dalam piutang dagang. Saldo negatif

dalam pemilihan sampel ppS dapat diabaikan dan pengujiannya dapat dilakukan dengan

cara lain.. Salah satu alternatifnya adalah dengan memperlakukan saldo negative

tersebut sebagai saldo positif dan menambahkannya pada jumlah unit moneter yang

sedang diuji. Meskipun demikian, har ini dapat mempersulit proses evaluasi.

Generalisasi sampel ke popurasi Menggunakan Teknik MUS oleh Auditor

Berapapun metode pengambilan sampel yang dipilih, auditor tetap harus melakukan

generalisasi dari sampel ke populasi dengan (1) memproyeksikan salah saji dari hasil

sampel ke populasi dan (2) menentukan kesalahan pengambilan sampelnya. Terdapat 4

aspek dalam menggunakan MUS, yaitu:

1. Tabel pengambilan sampel atribut digunakan untuk menghitung hasilnya

2. Hasil atribut harus dikonversikan ke dalam mata uang. MUS memperkirakan jumlah

uang yang salah saji dalam populasi, bukan persentase populasi yang salah saji.

Page 12: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

3. Auditor harus membuat asumsi tentang persentase salah saji untuk setiap bagian

populasi yang salah saji. Dengan asumsi ini, auditor dapat menggunakan tabel

pengambilan sampel atribut untuk mengestimasi jumlah salah saji.

4. Hasil statistik yang didapatkan dengan menggunakan MUS disebut batas salah saji

(misstatement bounds). Batas salah saji ini mengestimasi kemungkinan tertinggi dari

lebih saji (batas salah saji atas) dan kemungkinan tertinggi dari kurang saji (batas

salah saji bawah) pada ARIA tertentu. Auditor menghitung keduanya, baik batas

salah saji atas maupun bawah.

Generalisasi dari sampel ke populasi merupakan rangkah terakhir yang penting

dilakukan. Generalisasi akan berbeda jika auditor tidak menemukan salah saji dalam

sampel untuk dibandingkan. Dua kondisi berikut akan mengevaluasi tindakan

generalisasi.

1. Generalisasi dari Sampel ke Populasi Ketika Salah Saji Tidak Ditemukan dengan

Menggunakan MUS.

2. Generalisasi Ketika Salah Saji Ditemukan

1. Generalisasi dari Sampel ke Populasi Ketika Salah Saji Tidak Ditemukan den

gan Menggunakan MUS.

Asumsikan bahwa auditor mengonfirmasi suatu populasi pitang dagang atas kebenaran

nilai moneternya. Total Populasi adalah Rp 1.200.000 dan sampelnya menggunakan

100 konfirmasi. Selama audit, seluruh salah saji ditemukan dalam sampel. Auditor ingin

menentukan jumlah maksimum dari lebih saji atau kurang saji yang dapat muncul

dalam populasi meskipun salah saji tidak ditemukan dalam sampel. Hal ini disebut

batas saalah saji atas (upper misstatement bound) dan batas salah saji bawah (lower

misutatement bound). Berikut 3 contoh asumsi yang dibuat untuk mengilustrasikan hal

tersebut:

Asumsi 1 Jumlah lebih saji adalah 100%;Jumlah kurang saji adalah 100%; batas salah

saji pada ARIA 5% adalah:

Batas salah saji atas= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Batas salah saji bawah=Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Diasumsikan bahwa, secara rata-rata, bagian populasi ini telah salah saji sebesar total

uang dari nilai tercatat. Oleh karena batas salah saji adalah 3%, maka nilai salah saji

Page 13: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

mungkin tidak melebihi Rp 36.000.000 (3% dari total uang tercatat dalam populasi).

Jika seluruh jumlah ternyata lebih saji, maka terdapat lebih saji sebesar Rp 36.000.000.

Jika seluruhnya kurang saji, maka terdapat kurang saji sebesar Rp 36.000.000.

Asumsi 100% salah saji tersebut sebenarnya sangat konservatif, terutama untuk lebih

saji. Asumsikan tingkat pengecualian populasi aktual adalah 3%. Di bawah ini

merupakan dua kondisi yang muncul sebelum nilai Rp 36.000.000 secara tepat

menunjukkan jumlah lebih saji yang sebenarnya.

1. Seluruh jumlah harus lebih saji. Saling hapus (offsetting) akan mengurangi jumlah

salah saji.

2. Seluruh bagian populasi yang salah saji harus 100% salah saji. Oleh karena itu

tidak mungkin, misalnya, salah saji sebesar Rp 226.000 dicatat sebesar Rp 262.000.

Berarti hanya ada 13,7% salah saji (262.000-226.000= 36.000) lebih saji;

36.000/262.000 = 13,7%).

Asumsi 2 Jumlah lebih saji adalah 10%; jumlah kurang saji adalah 10%; batas salah saji

pada ARIA 5% yaitu:

Batas atas salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Batas bawah salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Asumsinya adalah bahwa, secara rata-rata, bagian-bagian yang salah saji tidak melebihi

10%. Jika seluruh bagian telah salah saji pada satu arah, maka batas salah saji adalah

+Rp 3.600.000 dan –Rp 3.600.000. Perubahan asumsi salah saji dari 100% menjadi

10% secara signifikan memengaruhi batas salah saji. Dampaknya secara langsung

adalah pada nilai perubahannya.

Asumsi 3 Jumlah lebih saji adalah 20%; jumlah kurang saji adalah 200%; batas salah

saji pada ARIA 5% yaitu:

Batas atas salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Batas bawah salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000

Alasan dari persentase yang lebih besar atas kurang saji tersebut adalah potensi

terjadinya salah saji lebih besar dalam bentuk persentase. Misalnya, piutang dagang

tercatat pada Rp 20.000 yang seharusnya dicatat sebesar Rp 200.000 sehingga kurang

saji sebesar 900% [(200.000-20.000)/20.000], sementara yang lainnya tercatat sebesar

Page 14: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Rp 200.000 yang seharusnya dicatat sebesar Rp 20.000 sehingga lebih saji sebesar 90%

[(200.000- 20.000)/200.000].

Bagian yang terdiri atas jumlah kurang saji yang lebih besar memiliki nilai tercatat

lebih kecil sebagai hasil dari salah saji tersebut. Konsekuensinya, karena mekanisme

dari MUS, hanya sedikit di antaranya yang akan terpilih dalam sampel. Oleh karena

alasan ini, beberapa auditor memilih sampel tambahan dari saldo kecil untuk menambah

jumlah sampel, saat jumlah kurang saji menjadi perhatian dalam audit.

Persentase yang Tepat dalam Asumsi Salah Saji.Asumsi yang tepat untuk keseluruhan

persentase salah saji dalam populasi yang mengandung salah saji merupakan keputusan

auditor. Dalam situasi tersebut, auditor harus menetapkan persentase tersebut

berdasarkan penilaian profesional. Bila sebaiknya, tidak terdapat informasi yang

menyakinkan, maka perlu mengasumsikan jumlah 100% baik untuk lebih saji maupun

kurang saji, kecuali jika tidak terdapat salah saji dalam hasil sampel. Pendekatan ini

termasuk konservatif, tetapi lebih mudah untuk dijustifikasi dibandingkan asumsi lain.

Batas atas dan batas bawah salah saji lebih tepat disebut batas salah saji (dalam MUS)

dibandingkan kecenderungan salah saji maksimum atau pun batas keyakinan

(confidence limit). Alasannya adalah luasnya penggunaaan asumsi konservatif tersebut.

Jika tidak dinyatakan sebaliknya, maka asumsi salah saji 100% digunakan dalam bab

ini dan sebagai bahan permasalahan.

2. Generalisasi Ketika Salah Saji Ditemukan

Sejauh ini, kita telah mengasumsikan sampel yang tidak mengandung salah saji. Apa

yang terjadi jika salah saji ditemukan? Kita akan menggunakan contoh pada bagian

sebelumnya, tetapi dengan mengasumsikan ada 5 salah saji. Salah saji ditunjukkan pada

tabel 15-5

            Keempat aspek generalisasi dari sampel ke populasi yang kita bahas sebelumnya

masih diterapkan, tetapi penggunaannya dimodifikasi sebagai berikut:

1. Jumlah lebih saji dan kurang saji dibuat terpisah kemudian digabungkan. Pertama,

batas atas dan atas bawah salah saji dihitung secara terpisah untuk memperoleh

jumlah lebih saji dan kurang saji. Kemudian, titik estimasi lebih saji dan kurang saji

dihitung. Titik estimasi untuk kurang saji digunakan untuk mengurangi batas atas

salah saji awal, dan titik estimasi lebih saji digunakan untuk mengurangi batas salah

Page 15: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

saji awal. Metode dan alasan dari perhitungan ini akan diilustrasikan menggunakan

empat nilai lebih saji dan satu nilai kurang saji pada Tabel 15-5.

2. Perbedaan asumsi salah saji dibuat untuk setiap salah saji, termasuk salah saji

nol. Ketika tidak terdapat salah saji dalam sampel, asumsi diperlukan untuk

persentase rata-rata salah saji atas populasi yang salah saji. Batas salah saji yang

dihitung menunjukkan beberapa asumsi yang berbeda. Ketika salah saji ditemukan,

auditor dapat menggunakan informasi sampel tersedia dalam menentukan batas-batas

salah saji. Asumsi salah saji masih diperlukan, tetapi dapat dimodifikasi berdasarkan

data salah saji aktual.

Jika salah saji ditemukan, maka 100% asumsi untuk seluruh salah saji tidak hanya

konservatif, tetapi juga tidak konsisten dengan hasil sampel. Asumsi yang umum

diterapkan, dan salah satunya diikuti dalam buku ini, adalah bahwa salah saji aktual

dapat mewakili salah saji populasi. Asumsi ini mensyaratkan auditor untuk

menghitung presentase setiap sampel yang salah saji (salah saji/jumlah tercatat) dan

menerapkan persentase tersebut ke populasi. Perhitungan persentase untuk setiap

salah saji ditunjukkan dalam kolom terakhir pada Tabel 15-5. Dijelaskan secara

singkat, asumsi salah saji masih diperlukan untuk porsi salah saji nol dari hasil yang

dihitung. Untuk contoh ini, 100% asumsi salah saji digunakan untuk porsi salah saji

nol, baik untuk batas lebih saji maupun kurang saji.

3. Auditor harus setuju dengan lapisan (layer) tingkat pengecualian atas yang

diperhitungkan/ computed upper exception rate (CUER) dari tabel pengambilan

sampel atribut. Auditor harus melakukan ini karena perbedaan asumsi salah saji yang

muncul di setiap salah saji. Lapisan tersebut dihitung dengan menentukan CUER

dari setiap tabel salah saji kemudian menghitung setiap lapisannya. Tabel 15-6

menunjukkan lapisan dalam tabel sampel atribut untuk contoh yang ada. (Lapisan

ditentukan dengan membaca tabel untuk setiap jumlah sampel 100, dari 0 sampai 4

kolom pengecualian).

4. Asumsi salah saji harus dihubungkan untuk setiap lapisan. Metode paling umum

dalam menghubungkan asumsi salah saji dengan lapisan adalah mengaitkan

persentase salah saji pada jumlah uang terbesar dengan lapisan tertinggi. Tabel 15-7

menunjukkan hubungan tersebut. Sebagai contoh, salah saji rata-rata terbesar adalah

0,671 untuk pelanggan 9816. Salah saji ini berhubungan dengan faktor lapisan

0,0017, lapisan tertinggi di mana salah saji ditemukan.

Page 16: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Porsi dari batas atas presisi yang berhubungan dengan lapisan salah saji nol memiliki

asumsi salah saji yang masih konservatif, yaitu 100%. Tabel 15-7 menunjukkan

perhitungan batas salah saji sebelum mempertimbangkan berapa jumlah yang saling-

hapus. Batas salah saji atas dihitung seolah-seolah tidak terdapat jumlah kurang saji,

dan batas salah saji bawah dihitung seolah-olah tidak terdapat jumlah lebih saji.

Kebanyakan pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif saat terjadi

saling-hapus. Jika jumlah kurang saji ditemukan, maka cukup logis dan masuk akal

bahwa atas untuk jumlah lebih saji seharusnya lebih rendah dari yang sebenarnya, tidak

perlu ada sejumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya. Penyesuaian batas

untuk jumlah saling-hapus dibuat sebagai berikut.

1. Titik estimasi atas salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji.

2. Setiap batas dikurangi oleh titik estimasi yang berlawanan.

Titik estimasi untuk lebih saji dihitung dengan mengalikan rata-rata jumlah lebih saji

dalam unit mata uang yang diaudit dikalikan dengan nilai tercatat. Pendekatan serupa

digunakan untuk titik estimasi pada kurang saji. Contoh sebelumnya menunjukkan

jumlah kurang saji sebesar 3% per Rp 1.000 per unit untuk sampel sejumlah 100. Titik

estimasi kurang saji adalah Rp 360.000 (0,03/100,000 x Rp 1.200.000). Dengan cara

yang sama, titik estimasi lebih saji adalah Rp 9.086.000 [(0,671 + 0,07 +0,016 +

0,0002)/100 x Rp 1.200.000.000].

Batas awal sebesar Rp 51.220.000 dikurangi dengan estimasi jumlah kurang saji

yang paling mungkin terjadi sebesar Rp 360.000 ke batas yang disesuaikan sebesar

Rp 50.860.000.

Batas bawah awal sebesar Rp 36.612.000 dikurangi dengan estimasi jumlah lebih

saji yang paling mungkin terjadi sebesar Rp 9.086.000 ke batas yang disesuaikan

sebesar Rp 27.526.000.

Dengan mengikuti metodologi dan asumsi yang ada, auditor menyimpulkan bahwa

terdapat 5% risiko dimana piutang dagang lebih saji sebesar lebih dari Rp 50.860.000

atau kurang saji lebih dari Rp 27.526.000.

Perlu dicatat bahwa jika terdapat asumsi salah saji yang berubah, maka batas salah saji

juga berubah. Metode yang digunakan untuk menyesuaikan batas atas untuk jumlah

yang saling-hapus hanya salah satu dari beberapa metode yang digunakan. Metode yang

diilustrasikan disini diambil dari Leslie, teitlebaum, an Anderson.

Tabel 15-9 menunjukan tujuh langkah yang dilakukan dalam perhitungan penyesuaian

batas salah saji untuk pengambilan sampel mata uang jika terjadi saling hapus.

Page 17: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Perhitungan batas salah saji atas yang telah disesuaikan terhadap empat lebih saji di

Tabel 15-5 digunakan sebagai ilustrasi.

Menentukan Keberterimaan Populasi Menggunakan MUS

Setelah batas salah saji dihitung, auditor harus memutuskan apakah populasi dapat

diterima.Terdapat aturan pengambilan keputusan untuk tindakan tersebut. Aturan

pengambilan keputusanuntuk MUS adalah: lika baik batas salah saji bawah (Iower

misstatement bounds / LMB) maupun batas salah saji atas (upper misstatement bounds /

UMB) terletak di antara jumlah kurang sajidan lebih saji yang dapat diterima, maka

dapat disimpulkan bahwa salah saji nilai buku tidak material. lika tidak, maka salah saji

tersebut material.

Aturan tersebut diilustrasikan dalam Figur 15-3. Auditor harus memutuskan bahwa

LMB dan UMB pada situasi 1 dan 2 letaknya di antara batas kurang saji dan lebih saji

yang dapat diterima. Untuk situasi 3,4, dan 5 baik LMB maupun UMB, atau keduanya,

melebihi salah saji yang diterima. Oleh karena itu, nilai buku populasi akan ditolak.

Diasumsikan bahwa auditor memiliki suatu set jumlah salah saji yang dapat diterima

untuk piutang dagang Rp 40.000.000 (lebih saji atau kurang saji). Seperti yang

disampaikan sebelumnya, auditor memilih 100 sampel, menemukan 5 salah saji, dan

menghitung batas bawah sebesar Rp 27.526.000 dan batas atas Rp 50.860.000.

Penerapan keputusan ini membuat auditor berkesimpulan bahwa populasi tidak boleh

diterima karena batas salah saji atas melebihi salah saji yang dapat diterima sebesar Rp

40.000.000.

Tindakan yang Dilakukan Jika Populasi Ditolak

Jika salah satu atau kedua batas salah saji berada di luar batas salah saji yang dapat

diterima dan dianggap tidak bisa diterima, maka auditor menghadapi beberapa pilihan.

Hal ini sama dengan yang didiskusikan dalam pengambilan sampel nonstatistik.

Menentukan Sampel Menggunakan MUS

Metode yang digunakan untukmenentukan jumlah sampel MUS sama denganyang

digunakan dalam unit fisik pengambilan sampel atribut, yaitu menggunakan tabel

pengambilan sampelatribut.Terdapat lima hal yang diperlukan untuk menghitung

jumlah sampel menggunakan MUS.

Page 18: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Materialitas Penilaian awal tentang materialitas secara normal berbasis pada jumlah

salah saji yang dapat diterima yang digunakan. Jika salah saji dalam pengujian non-

MUS diperkirakan terjadi, maka salah saji yang dapat diterima merupakan materialitas

dikurangi jumlah tersebut. Salah saji yang dapat diterima bisa berbeda untuk kurang saji

atau lebih saji.

Asumsi Persentase Rata-Rata Salah Saji untuk Populasi yang Mengandung Salah

Saji.Sekali lagi,  bisa terdapat perbedaan asumsi untuk batas atas dan batas bawah. Hal

ini juga merupakan penilaian auditor. Hal ini sebaiknya didasarkan pada pengetahuan

auditor atasklien dan pengalaman masa lalu, dan jika kurang dari 100% yang

digunakan, maka asumsi harus kuat.

Risiko yang Dapat Diterima atas Kesalahan Penerimaan. ARIA merupakan

penilaiandari auditor dan biasanya dicapai dengan bantuan model risiko audit.

Nilai Populasi Tercatat Nilai uang dari populasi diambil dari pencatatan klien.

Estimasi Tingkat Pengecualian Populasi. Secara normal, estimasi tingkat

pengecualian populasi untuk MUS adalah nol, karena MUS kebanyakan digunakan saat

tidak terjadi salah saji, atau hanya sedikit yang diperkirakan terjadi. Ketika salah saji

diperkirakan terjadi, total uang dari ekspektasi salah saji populasi diestimasi dan

dicerminkan dalam presentase jumlah populasi tercatat. Dalam contoh ini, diperkirakan

terdapat salah saji sebesar Rp 20.000.000. Jumlah ini ekuivalen dengan 4% tingkat

pengecualian. Agar konservatif, digunakan ekspektasi tingkat pengecualian sebesar 5%.

Oleh karena hanya satu sampel yang diambil untuk lebih saji dan salah saji, maka yang

lebih besar dari kedua jumlah sampel yang dihitung akan digunakan, dalam hal ini

adalah 149. Dalam mengaudit sampel, jika auditor menemukan adanya salah saji, maka

batas bawah akan melebihi batas batas yang dapat diterima karena jumlah sampel

tersebut didasarkan pada tidak adanya ekspektasi salah saji. Sebaliknya, sejumlah lebih

saji bisa saja ditemukan sebelum batas atas yang dapat diterima dilampaui. Saat

menghadapi temuan salah saji yang tidak diekspektasikan yang dapat mengakibatkan

populasi ditolak, auditor dapat berjaga-berjaga dengan menambah jumlah sampel diatas

jumlah yang ditemukan dalam tabel. Dalam ilustrasi ini, auditor dapat menggunakan

jumlah sampel 200 bukan 149.

Hubungan antara Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel MUS

Model risiko audit untuk perencanaan sebelumnya telah diperkenalkan pada bab

sebelumnya dan dibahas pada bab berikutnya sebagai berikut.

Page 19: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

MUS digunakan dalam melakukan pengujian atas perincian saldo. Oleh karenanya,

auditor perlu memahami hubungan antara ketiga faktor independen dalam model risiko

audit, prosedur analitis, dan pengujian substantif dengan jumlah sampel untuk

pengujian atas perincian saldo.

Tabel 15-2 menunjukkan bahwa empat dari kelima faktor (risiko pengendalian,

pengujian substantif atas transaksi, risiko audit yang dapat diterima, dan prosedur

analitis substantif) memengaruhi ARIA. ARIA ini lah yang kemudian menentukan

jumlah sampel yang direncanakan. Faktor lainnya, yaitu risiko yang tidak terhindarkan,

memengaruhi tingkat pengecualian estimasi populasi secara langsung.

Pemakaian Sampel Unit Moneter dalam Audit

Empat alasan mengapa MUS menarik bagi auditor.

1. MUS secara otomatis meningkatkan kecenderungan dalam pemilihan jumlah uang

yang besar dalam populasi yang diaudit.

2. MUS dapat mengurangi biaya pengujian audit karena beberapa sampel diuji

sekaligus.

3. MUS mudah diterapkan

4. MUS lebih menghasilkan inferensi statistik dibandingkan nonstatistik

Namun MUS juga memiliki kekurangan,yaitu :

1. Total batas salah saji yang dihasilkan saat ditemukan salah saji mungkin terlalu

tinggi sehingga tidak dapat digunakan auditor.

2. Sulit dalam memilih sampel PPS dari populasi besar tanpa bantuan komputer.

2.5 Pengambilan Sampel Variabel

Pengambilan sampel variabel merupakan metode statistik yang digunakan oleh auditor.

Pengambilan sampel variabel dan nonstatistik untukpengujian perincian saldo memiliki

tujuan yang sama, yaitu untuk mengukur salah saji dalam saldo. Untuk sampel

nonstatistik, ketika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melebihi jumlah yang

dapat diterima, mereka menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan.

Beberapa teknikpengambilan sampel terdiri atas klasifikasi metode umum yang disebut

pengambilan sampel variabel : estimasi perbedaan, estimasi rasio, dan estimasi rata-

rata per unit.

Page 20: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Perbedaan antara Pengambilan Sampel Variabel dan Nonstatistik

Penggunaan metode variabel memiliki banyak kesamaan dengan sampel nonstatistik. 14

langkah yang dibahas dalam sampel nonstatistik juga harus dilakukan untuk metode

variabel, dan kebanyakan sama. Beberapa perbedaan antara pengambilan sampel

variabel dan nonstatistik akan dibahas setelah pembahasan distribusi pengambilan

sampel.

Distribusi Pengambilan Sampel

Untuk memahami alasan dan cara auditor menggunakan metode pengambilan sampel

variabel dalam audit, Anda perlu memahami terlebih dahulu distribusi pengambilan

sampel dan pengaruhnya terhadap keputusan statistik auditor. Auditor tidak mengetahui

nilai rata-rata salah saji dalam populasi, distribusi jumlah salah saji, atau nilai yang

diaudit. Karekteristik populasi ini harus diestimasidalam sampel, yang tentunya

merupakan tujuan dari pengujian audit.

Inferensi statistik

Secara alami jika sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi,audit aktual, auditor

tidak mengetahui karakteristiki populasi itu danbiasanya hanya satu sampel yang akan

diambil dari populasibersangkutan. Akan tetapi pengetahuan mengenai distribusi

samplingakan memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atauinferensi

statistik (statistical inferences), mengenai populasi.

Metode variabel

Auditor menggunakan proses inferensi statistik sebelumnya bagisemua metode

sampling variabel. Setiap metode dibedakan menurutapa yang sedang diukur. Ketiga

variabel itu antara lain: Estimasi perbedaan, Estimasi rasio, Estimasi rata-rata per unit.

Metode statistik sentratifikasi Perhitungan dilakukan bagi setiap strata dan kemudian

digabungmenjadi satu estimasi populasi secara keseluruhan untuk intervalkeyakinan

populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secarastatistik. Stratifikasi dapat

diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio,dan rata-rata per unit, tetapi paling sering

digunakan dengan estimasirata-rata per unit.

Page 21: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Risiko sampling Untuk sampling variabel, auditor menggunakan ARIA serta risiko

yangdapat diterima atas penolakan yang salah (Acceptable Risk of IncorrectRejection =

ARIR). Jadi penting untuk memahami perbedaan diantarkeduanya dan penggunaan

kedua risiko tersebut.

Page 22: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

BAB III

KESIMPULAN

 

Sampling Audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,

maupun pengujian subtantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur

pengujian yang berupa voucing, tracing, dan konfirmasi.

Sampling dipergunakan kalau waktu dan biaya tidak memungkinkan untuk memeriksa

seluruh transaksi/kejadian dalam suatu populasi. Populasi adalah seluruh item yang harus

diperiksa. Subset dari populasi disebut denganistilah sampel. Sampling dipergunakan untuk

menginferensi karakteristik daripopulasi. Keuntungan dari sampling itu sendiri adalah:

1. Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga.

2. Kecepatan mendapatkan informasi (up date).

3. Ruang lingkup (cakupan) lebih luas.

4. Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam.

5. Pekerjaan lapangan lebih mudah disbanding cara sensus.