pengolahan sampah kota pekanbaru

35
Pengolahan Sampah Kota Pekanbaru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan masalah klasik yang terlihat sepele. Walaupun, terlihat sepele akan tetapi sampah dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia maupun kelestarian alam. Kebiasaan membuang sampah sembarangan baik di jalan, sungai atau di tempat- tempat lain menunjukkan bahwa sampah masih menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung teselesaikan sampai sekarang. Banyaknya aktivitas di perkotaan banyak menghasilkan limbah padat berupa sampah. Sampah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang mudah diuraikan dalam proses alami. Terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak diperbaharui seperti botol kaca, kaleng dan plastik, atau yang diuraikan dalam jangka waktu yang relatif lama seperti kayu, tulang dan kertas (Suprihatin,et al, 1996 dalam Ika, 2006). Peningkatan aktivitas perkotaan yang berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi semakin tinggi. Konsumsi yang tinggi juga mengakibatkan semakin tingginya produksi sampah. Pertambahan sampah di perkotaan tidak dibarengi dengan adanya suatu sistem pengolahan sampah yang baik, sehigga

Upload: neneng-adriani

Post on 05-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

pengolahan sampah kota pekanbaru

TRANSCRIPT

Pengolahan Sampah Kota Pekanbaru

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSampah merupakan masalah klasik yang terlihat sepele. Walaupun, terlihat sepele akan tetapi sampah dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia maupun kelestarian alam. Kebiasaan membuang sampah sembarangan baik di jalan, sungai atau di tempat-tempat lain menunjukkan bahwa sampah masih menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung teselesaikan sampai sekarang.

Banyaknya aktivitas di perkotaan banyak menghasilkan limbah padat berupa sampah. Sampah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang mudah diuraikan dalam proses alami. Terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak diperbaharui seperti botol kaca, kaleng dan plastik, atau yang diuraikan dalam jangka waktu yang relatif lama seperti kayu, tulang dan kertas (Suprihatin,et al, 1996 dalam Ika, 2006).

Peningkatan aktivitas perkotaan yang berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi semakin tinggi. Konsumsi yang tinggi juga mengakibatkan semakin tingginya produksi sampah. Pertambahan sampah di perkotaan tidak dibarengi dengan adanya suatu sistem pengolahan sampah yang baik, sehigga selain kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, terjadi juga penumpukan sampah.

Tumpukan sampah yang tidak diolah dengan baik,merupakan sumber bibit-bibit penyakit dan mengakibatkan polusi udara. Pembuangan sampah di sembarang tempat terutama seperti di sungai atau selokan dapat mengakibatkan air tersumbat sehinngga ketika hujan datang tidak jarang terjadi banjir yang kita sebut dengan banjir bandang.

Pengelolaan sampah saat ini hanya sebatas 3P (pengumpulan,pengangkutan dan pembuangan). Padahal sampah-sampah tersebut dapat dimafaatkan agar lebih bernilai guna dengan menjadikan sampah-sampah organik menjadi kompos atau dengan melakukan daur ulang sampah-sampah anorganik. Sehingga sampah tidak lagi menjadi sumber penyakit dan berdampak negatif bagi lingkungan melainkan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, terdapat beberapa permasalahan utama yang akan dikaji dalam makalah ini, antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana komposisi sampah perkotaan bogor?

2. Apakah dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah perkotaan yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara sembarangan?

3. Bagaimanakah sistem pengelolaan sampah perkotaan yang baik agar tidak memberikan dampak negatif bagi alam dan manusia serta pemanfaatannya?

1.3 TujuanBerdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam makalah ini, maka ada beberapa tujaun yang ingin dicapai, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan komposisi sampah perkotaan

2. Menjelaskan dampak negatif apa yang ditimbulkan oleh sampah perkotaan yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang sembarangan terhadap lingkungan dan manusia.

3. Menjelaskan bagaimana sistem pengelolaan sampah perkotaan yang baik

4. Menjelaskan .bagaimana pemanfaatan sampah perkotaan agar lebih memiliki nilai guna.

1.4 ManfaatMakalah ini diharapkan dapat menambah kemampuan penulis untuk menulis dan menambah pengetahuan penulis, makalah ini juga dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan diantaranya:

1. Akademis. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, informasi atau literature bagi kegiatan-kegiatan penulisan ilmiah yang terkait dengan pengelolaan sampah perkotaan

2. Masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengaruh positif bagi masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan.

3. Pemerintah. Makalah ini dapat berguna sebagai rujukan dalam membuat kebijakan dalam prengelolaan sampah perkotaan sehingga tercipta lingkungan perkotaan yang sehat dan lestari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian SampahSampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari:1. Rumah tangga2. kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.3. fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah sakit, klinik, puskesmas4. fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman, jalan,5. Industri6. hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai, danau, pantai.Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian :1. Sampah Organiksampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran dll.2. Sampah AnorganikSampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol, tas plsti. Dan botol kalengKertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.2.1 Dampak Sampah bagi Manusia dan lingkunganSudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.1. Dampak bagi kesehatanLokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.2. Dampak Terhadap LingkunganCairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.2.3 Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian, misalnya, dengan menerapkan Prinsip 4R, yaitu:1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.2. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut.4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.Selain itu, untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ), saat ini mulai dikembangkan penggunaan pupuk organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya kian melambung. Penggunaan kompos telah terbukti mampu mempertahankan kualitas unsur hara tanah, meningkatkan waktu retensi air dalam tanah, serta mampu memelihara mikroorganisme alami tanah yang ikut berperan dalam proses adsorpsi humus oleh tanaman.Penggunaan kompos sebagai produk pengolahan sampah organik juga harus diikuti dengan kebijakan dan strategi yang mendukung. Pemberian insentif bagi para petani yang hendak mengaplikasikan pertanian organik dengan menggunakan pupuk kompos, akan mendorong petani lainnya untuk menjalankan sistem pertanian organik. Kelangkaan dan makin membubungnya harga pupuk kimia saat ini, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan sistem pertanian organik.2.4 Peran Pemerintah dalam Menangani SampahDari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan adanya campur tangan dari Pemerintah.Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan. Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan pelaksanaan pengelolaan sampah.]Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional. Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi :1. Penetapan instrumen kebijakan:a. instrumen regulasi: penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang-undang dan hukum yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkunganb. instrumen ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangibeban penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif) danpemberlakuan pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, sertamelakukan uji dampak lingkunganc. Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai kembali (re-use), dan mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti (replace);d. Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan;e. Pengembangan teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah:2. Penetapan kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah;a. penetapan lokasi pengolahan akhir sampah;b. luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir sampah;c. penetapan lahan penyangga.2.5 Kompos, Alternatif Problem SampahSampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Pengomposan dapat mengendalikan bahaya pencemaran yang mungkin terjadi dan menghasilkan keuntungan.Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan.Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah. Pengomposan dapat dilakukan secara bersih dan tanpa menghasilkan kegaduhan di dalam maupun di luar ruangan.Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa digunakan Activator Kompos seperti Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Keunggulan dari proses pengomposan antara lain teknologinya yang sederhana, biaya penanganan yang relatif rendah, serta dapat menangani sampah dalam jumlah yang banyak (tergantung luasan lahan).Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.2.6 Ciri-ciri SampahSoewedo (1983) mengungkapkan beberapa ciri-ciri sampah, yaitu:

1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.

2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada harganya.

3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

2.7 Penggolongan SampahSoewedo (1983) menggolongkan sampah menjadi beberapa golongan. Adapun penggolongannya yaitu sebagai berikut, berdasarkan asalnya (sampah dari kegiatan rumah tangga, sampah dari kegiatan industry/pabrik, sampah dari kegiatan perdagangan,sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil pembangunan, dan sampah jalan raya), berdasarkan komposisinya (sampah yang seragam, dan sampah yang tidak seragam), berdasarkan bentuknya (padatan, cairan, gas), berdasarkan lokasinya (sampah kota dan sampah daerah), berdasarkan proses terjadinya (sampah alami dan sampah non alami), berdasarkan sifatnya (organik dan anorganik), dan berdasarkan jenisnya (sampah makanan, sampah kebun/pekarangan, sampah kertas, sampah plastik,kertas, kulit, kain, kayu, logam, gelas dan keramik, abu dan debu). Wied (1998) menggolongkan sampah ke dalam empat kelompok, antara lain:

1. Human excreta yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (faeces) dan air kencing (urine).

2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga. Contonya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan diterjen.

3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga yang disebut selama ini dengan sampah. Contohnhya panci bekas, botol bekas, kertas bekas, atau barang-barang lain yang kerap kali dilihat menggunung di tempat-tempat sampah.

4. Industrial waste yaitu bahan-bahan buangan dari sisa proses Industri. Contohnya whey, pulp, kulit biji sawit dan lainnya.

2.8 Pemanfaatan SampahLimbah padat dan pemanfaatanya (Wardhana, 1995 dalam Ika, 2006)

1. Kertas dapat dimanfaatkan menjadi pulp untuk kertas, cardboard, dan produk-produk kertas lainnya. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Diinsenerasi sebagai penghasil panas.

2. Bahan organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Diinserensi sebagai penghasil panas.

3. Tekstil/ pakaian bekas dapat dimanfaatkan dengan menghancurkannya sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Disumbangkan kepada yang memerlukan.

4. Gelas dapat dimanfaatkan dengan membersihkannya dan dipakai lagi. Dihancurkan sebagai bahan gelas yang baru. Dihancurkan dan dicampur aspal untuk pengeras jalan. Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen.

5. Logam dapat dimanfaatkan dengan dicor untuk pembuatan logam baru yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.atau dapat langsung digunakan bila keadaan baik dan memungkinkan.

6. Karet, kulit, plastik dapat dimanfaatkan dengan dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi dan isolasi

BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Komposisi Sampah PerkotaanSetiap bidang tertentu memiliki pengertian yang berbeda terhadap kata sampah. Seorang ibu rumah tangga yang selalu berkecimpung didapur akan mengatakan sampah itu sisa-sisa makanan, bungkus plastik, kaleng, kertas,daun pembungkus. Bagi para peternak sampah berupa sisa-sisa makanan dan kotoran hewan. Terdapat perbedaan yang dimaksud sampah antara pedagang dan ibu rumah tangga. Sehingga sampah sulit untuk diartikan dengan rangkain kata yang defenitif agar mendapatkan gambaran yang jelas.

Terdapat beberapa ciri yang sama yang membarikan defenisi terhadap sampah. Walaupun dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan bidang pekerjaannya. Soewedo (1983) mengungkapkan beberapa ciri-ciri sampah, yaitu:

1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.

2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada harganya.

3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

Sehingga secara definitif dapat diartikan sampah adalah sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik diambil bagian utamanya, pengolahan yang sudah tidak ada manfaatnya dan dapat menimbulkan pencemaran atau gangguan pada lingkungan.

Sampah dalam bahasa inggrisnya waste diartikan sebagai zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi baik yang berasal dari rumahtangga maupun pabrik sebagai sisa industri. Secara lebih lanjut Wied (1998) menggolongkannya ke dalam empat kelompok, antara lain:

1. Human excreta yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (faeces) dan air kencing (urine).

2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga. Contonya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan diterjen.

3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga yang disebut selama ini dengan sampah. Contohnhya panci bekas, botol bekas, kertas bekas, atau barang-barang lain yang kerap kali dilihat menggunung di tempat-tempat sampah.

4. Industrial waste yaitu bahan-bahan buangan dari sisa proses Industri. Contohnya whey, pulp, kulit biji sawit dan lainnya.

Soewedo (1983) menggolongkan sampah menjadi beberapa golongan. Adapun penggolongannya yaitu sebagai berikut, berdasarkan asalnya ( sampah dari kegiatan rumah tangga, sampah dari kegiatan industry/pabrik, sampah dari kegiatan perdagangan,sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil pembangunan, dan sampah jalan raya), berdasarkan komposisinya (sampah yang seragam, dan sampah yang tidak seragam), berdasarkan bentuknya (padatan, cairan, gas), berdasarkan lokasinya (sampah kota dan sampah daerah ), berdasarkan proses terjadinya (sampah alami dan sampah non alami), berdasarkan sifatnya (organik dan anorganik), dan berdasarkan jenisnya (sampah makanan, sampah kebun/pekarangan, sampah kertas, sampah plastik,kertas, kulit, kain, kayu, logam, gelas dan keramik, abu dan debu).

Sampah kota terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik (Butler, 2002 dalam Ika, 2006). Sampah kota terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organic yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikrobia Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastic,besi dan logam-logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikrobia (Hadiwiyoto, 1983)

Perkembangan sampah di kota yang maju dengan kota yang sedang berkembang berbeda. Pada tabel 1 disajikan komposisi sampah umumya dengan variasi bobot yang memungkinkan (J.S. JERIS and R.REGAN, 1975:247 dalam Hadiwiyoto, 1983:26. )

Tabel 1. Komposisi Umum Sampah Kota Tahun 1975

KomposisiBobot

Serat kasar41-61%

Lemak3-9%

Abu ( mineral)4-20%

Air30-60%

Ammonia0,5-1,4 mg/g sampah

Senyawa nitrogen organic4,8-14 mg/g sampah

Total nitrogen7-17 mg/g sampah

Protein3,1-9,3 %

PH5-8

Sumber : J.S. JERIS and R.REGAN, 1975:247 dalam Hadiwiyoto, 1983:26.

3.2. Dampak Negatif Sampah Perkotaan yang Tidak Dikelola dengan Baik dan Dibuang Sembarangan Terhadap Lingkungan dan ManusiaSeiring dengan pertambahan penduduk yang meningkat dengan cepat dan berkembangnya Industri di perkotaan memberikan dampak positif maupunn negative. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah peningkatan produksi sampah. Namun, peningkatan sampah tidak diseimbangkan dengan adanya suatu sistem pengelolaan yang baik yang menyebabkan adanya penumpukan sampah seperti dapat dilihat pada gambar 1. Tumpukan sampah merupakan sumber penyakit karena dapatt mendatangkan tikus dan serangga (lalat, lipas, kecoa, nyamuk, kutu dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit.

Lalat dapat menjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang menyebabkan diare karena dengan mudah dapat hinggap di makanan atau peralatan makan. Tikus diketahui dapat membawa penyakit seperti tipus, leptospirosis, salmonellosis, pes dan lain-lain. Nyamuk akan beranak-pinak di air yang tidak bergerak disekitar sampah yang tercecer dan dapat menyebabkan malaria bahkan demam berdarah.

Sampah yang tidak diolah dengan baik ini juga akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan pencemaran. Kelestarian lingkungan dan pencemaran merupakan dua hal yang selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Membuang sampah sembarangan pada sungai atau pada selokan dapat mengakibatkan bencana alam berupa banjir. embuang sampah sembarangan pada sungai atau pada selokan dapat mengakibatkan bencana alam berupa banjir.

Sampah yang menyangkut di selokan lama kelamaan akan semakin bertambah banyak sehingga dapat menghalang kelancaran air. Apabila terjadi hujan, air meluap dan keluar dari selokan dan terjadilah banjir.

Banjir tidak hanya dapat merusak jalan dnan menyebabkan kemacetan tetapi juga membawa kotoran, kuman dan bibit penyakit yang berasal dari air selokan masuk ke dalam rumah. Banjir berkaitan dengan rusaknya kelestarian lingkungan karena pencemaran air.

Sampah industri di perkotaan dapat memberikan mendampak negatif secara langsung berupa pencemaran lingkungan yaitu udara, air dan daratan (wardhana, 2001). Dampak dari pencemaran udara bukan hanya terjadinya gangguan pernapasan tetapi dapat juga menyebabkan terjadinya kerusakan ozon dan efek rumah kaca.

Hadiwiyoto juga mengungkapkan beberapa gangguan yang ditimbulkan oleh sampah, yaitu kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah karena dalam perombakan senyawa sampah membutuhkan oksigen sehingga dapat mengganggu ekologi daerah disekitar sampah. Secara estetika, sampah tidaklah sesuatu pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.

Bagaimanakah sampah harus diperlakukan agar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif seperti yang sudah dipaparkan. Hal ini yang akan di bahas di dalam sub bab berikutnya tentang bagaimana sampah perkotaan dikelola agar bernilai guna.

3.3. Sistem pengelolaan sampah perkotaanPenanganan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berdampak terhadap lingkungan. Penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama dalam penanganan sampah adalah pengumpulan sampah (Hadiwiyoto, 1983).

Pengumpulan sampah sudah menjadi salah satu kebiasaan bagi setiap rumah tangga, sebelum sampah diangkut oleh petugas kebersihan. Sampah-sampah dikumpulkan dalam berbagai jenis tempat seperti kaleng bekas, plastik bekas, ada juga yang menggunakan bak yang semen sebagai tempat sampah yang permanen.

Di kota-kota, untuk memudahkan pengumpulan sampah digunakan tempat-tempat sampah berupa bak sampah, tong sampah, dan kotak-kotak sampah. Sampah-sampah yang sudah dikumpulkan akan diangkut ke tempat pembuangan atau pemanfaatan sampah.

Tahap yang selanjutnya yaitu tahap pemisahan dimana terjadi penggolongan sampah untuk memisahkan jenis-jenis sampah. Pemisahan ini perlu dilakukan terutama bagi sampah yang akan mengalami pembakaran. Akan tetapi, untuk sampah yang akan ditimbun.

pemisahan ini tidak begitu perlu untuk dikerjakan. Pemisahan sampah hendaknya dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama memisahkan antara sampah yang organic dengan sampah anorganik. Tahap kedua yaitu memisahkannya lagi berdasarkan jenisnya menurut keperluan (Hadiwiyoto,1983).

Membakar sampah sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat karena dinilai praktis. Namun, pembakaran yang asal-asalan menghasilkan asap yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan dan mengotori udara sisa sampah yang belum terbakar dengan sempurna. Pembakaran yang baik dilakukan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Proses pembakaran di dalam instalasi pembakaran (insenerator) perlu memperhatikan beberapa hal (Hadiyato, 1983), yaitu karakteristik sampah, besarnya energy yang diperlukan, jumlah udara yang diperlukan,hasil pembakaran, suhu pembakaran, desain incinerator, gudang penyimpanan sampah, preparasi, cemaran.Tahap yang terakhir adalah pembuangan sampah yaitu menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. dalam pengelolaan sampah terdapat kelebihan dan kelemahan serta resiko teknis teknologi pengelolaan sampah (Moenir,1983 dalam Ika, 2006) yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan Serta Resiko Teknis Teknologi Pengolahan Sampah

Jenis teknologiMekanisme pengelolaanKelebihanKelemahanResiko teknis

IncenerationSampah yang dibakar pada suhu yang sangat tinggiSampah terbakar habis-Biaya investasi sangat mahal

-Penggunaan mesin yang sesuai standar (tidak boleh melebihi kapasitas)

-Sampah yang mengandung cairan dapat menyebabkan kerusakan mesin

-Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis seringkali tidak dapat dicapai sehingga pembakaran menghasilkan pencemaran.

Pengolahan sampah dengan cara ini menimbulkan polusi udara yang tinggi.

KomposKompos adalah hasil pemecahan biokimia dari zat organic dalam sampah yang dapat mempengaruhi karakteristik tanah. Proses pemecahan kompos disebabkan oleh mikroorganisme dan tipe mikroflora pada suhu yang sama dengan suhu sampah tersebut.Merupakan pengelolaan sampah yang bersifat zero waste dan menghasilkan pupuk komposMemerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi komposKarena butuh yang lama, ada kemungkinan terjadi antrian sampah, hal ini menyebabkan polusi

ATAD (Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion)Teknologi ATAD (Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion) menggunakan bakteri aerobic yang responsive pada suhu tertentu untuk memproses sampah organic menjadi pupuk dalam bentuk pellet (padat) dan cair. Teknologi ini sebenarnnya adalah untuk pengolahan air limbahMerupakan pengelolaan sampah yang bersifat zero waste sekaligus mengolah air limbahInvestasi yang dilakukan cukup tinggi dan perlu ada uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di IndonesiaBelum diketahui

Open dumpingSampah dibuang pada daerah lembah atau cekungan tanpa ada pengolahan lebih lanjutTidak membutuhkan biaya pengolahan sampahSampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana mestinyaMenyebabkan sampah terus menumpuk polusi udara, air dan tanah

Sanitary landfillPada metoda ini sampah dibuang ke daerah parit, daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga macam cara yaitu metoda Area, metoda trench, dan metoda depression- Merupakan cara yang paling murah

- Tidak ada pemisahan sampah

- Investasi masih rendah- Memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota besar tidak memungkinkan

-Pengoperasian harus sesuai dengan standar

-Menimbulkan gas metana yang berbahayaJika tidak ada perawan secara periodic akan berubah menjadi open dumping

Pengepakan

(Balling method)Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan ditekan dengan kekuatan + 2000psi sehingga menyerupai balokSampah dapat digunakan sebagai penimbun jalan atau penimbun limbah lembah terkontrol-Biaya investasi yang cukup mahal

-Jika tidak digunakan sebagai penimpun akan menyebabkan penumpukan sampah (walaupun sudah dilakukan pengepakan)Cairan sampah yang keluar pada saat pengepakan kemungkinan dapat mencemari air tanh

Sumber: Moenir, 1983 dalam Ika, 2006

3.4. Pemanfaatan SampahBerbagai jenis sampah padat seperti kertas, bahan organik, tekstil, gelas, logam dan karet dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Sampah-sampah yang masih dapat diolah kembali, dipungut dan dikumpulkan. Limbah padat dan pemanfaatanya (Wardhana, 1995 dalam Ika, 2006)

1. Kertas dapat dimanfaatkan menjadi pulp untuk kertas, cardboard, dan produk-produk kertas lainnya. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Diinsenerasi sebagai penghasil panas.

2. Bahan organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Diinserensi sebagai penghasil panas.

3. Tekstil/ pakaian bekas dapat dimanfaatkan dengan menghancurkannya sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Disumbangkan kepada yang memerlukan.

4. Gelas dapat dimanfaatkan dengan membersihkannya dan dipakai lagi. Dihancurkan sebagai bahan gelas yang baru. Dihancurkan dan dicampur aspal untuk pengeras jalan. Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen.

5. Logam dapat dimanfaatkan dengan dicor untuk pembuatan logam baru yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.atau dapat langsung digunakan bila keadaan baik dan memungkinkan.

6. Karet, kulit, plastik dapat dimanfaatkan dengan dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi dan isolasi

Lapangan pekerjaan dapat diciptakan pada pengelolaan sampah terpadu (usaha sampingan pemulung untuk mengklasifikasikan sampah, usaha penggemukan ternak, industri kecil pembuatan pupuk organik dan pakan ternak, industri daur ulang logam, kertas plasti). Sistem pertanian organik merupakan salah satu alternatif pemanfaatan sampah organik karena sampah organik dapat dijadikan kompos yang berperan sebagai pupuk organik dalam pertanian organik.

Menurut hadiwiyoto (1983:29) sampah dapat dimanfaatkan untuk biogas, alkohol dan kompos. Biogas banyak dibuat dari sampah hasilpeternakan, yaitu dari sisa-sisa makanan ternak dan kotoran hewan. Tetapi biogas pada prinsipnya dapat dibuat dari segala jenis sampah organik. Biogas merupakan sumber energi yang sangat menguntungkan bagi rumah tangga dapat digunakan untuk memasak, sumber penerangan atau diubah menjadi sumber tenaga listrik.

Metanol dan etanol pada dasarnya adalah senyawa yang tergolong alkohol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sampah banyak mengandung selulosa yang berarti merupakan sumber karbon, hidrogen dan oksigen. Melalui pembakaran sampah akan dihasilkan gas-gas antara lain antara lain karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen, uap air, dan metana. Gas karbon monoksida dan gas hidrogen selanjutnya dapat dipisahkan kemudian dikonversikan menjadi metanol.

Kompos menurut Apriadji (1998) adalah pupuk alami yang terbuat dari bahan hijaun dan bahan organik yang sengaja ditambahkan untuk mempergiat proses pembusukan misalnya kotoran ternak. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983) kompos adalah hasil proses pengomposan, yaitu suatu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikrobia, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteria tanah

Pertanian Organik muncul kerena adanya pencemaran lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Pertanian Organik merupkan sistem pertanian yang menekankan pentingnya bahan organik sebagai pengganti pupuk kimia dan pestisida yang bersifat merusak lingkungan. Sampah kota dan kotoran ternak dapat menjadi alternatif pupuk organik dengan mengolahnya menjadi kompos.

Bali merupakan salah satu pulau yang telah melakukan pengolahan sampah dengan melakukan pemanfaatan sampah . Proses penyadaran masyarakat dan advokasi kebijakan pemerintah untuk memperbaiki proses pengelolaan sampah ini menjadi program pertama bagi Yayasan Wisnu yang terletak di Bali. Awalnya dengan mempelajari karakteristik sampahyang dihasilkan warga denpasar kemudian bekerja sama dengan salah satu hotel untuk menjadi pihak pengelola sampahnya. Sampah-sampah tersebut dimanfaatkan seperti sisa makanan langsung dijual ke peternak babi, botol (platik dan kaca), kaleng, aluminium, kardus, dijual ke pengumpul untuk diolah disurabaya, kertas didaur ulang sendiri oleh Yayasan Wisnu sedangkan sisa kebun dan sampah organik yang tidak terpakai dibikin kompos, dan dijual kembali ke hotel.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1. KesimpulanSampah perkotaan yang semakin bertambah seiring dengan pertambahan industri dan jumlah penduduk perkotaan dapat memperikan dampak yang negatif apabila tidak dikelola dengan baik. Pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan merupakan dampak negatif dari sampah perkotaan yang terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan sampah yang baik ketika sampah dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjadi lapangan kerja seperti usaha daur ulang, mebuat kompos, alkohol atau biogas.

4.2 SaranPeningkatan sampah di perkotaan adalah masalah yang serius karena apabila tidak dilakukan pengelolaan yang baik akan berakibat buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKAApriadji, Wied Harry. 1998. Memproses Sampah. Penebar Swadaya : Jakarta.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. PENANGANAN dan PEMANFAATAN SAMPAH. Yayasan Indayu : Jakarta

Nugroho, Asad. 2004. BERAWAL DARI MENGELOLA SAMPAH. PIRAMEDIA: Jakarta.

Mustika, Ika.