pengintegrasian pengurangan resiko bencana

39
Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Dalam Pelajaran Penjasorkes SD/MI Oleh: Husaini, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Indonesia adalah negara yang paling rawan terhadap ancaman bencana seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi. Dan bencana yang paling mengkhawatirkan adalah bencana tsunami yang memiliki risiko tertinggi terhadap sekitar 5,4 juta orang seperti yang dilansir BBC Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.Untuk mengurangi resiko kebencanaan Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bekerjasama dengan Disaster Risk Reduction Aceh (DRR-A) atau Pengurangan Risiko Bencana Aceh merupakan program kerjasama antara United Nations Development Programme (UNDP) mengimplementasikan sebuah program yaitu Integrasi Materi Kebencanaan ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi Aceh. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan. Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyatukan, menggabungkan dan menggabungkan pengatahuan, sikap dan ketrampilan tentang penguarangan resiko bencana baik sebelum terjadi bencana, saat sedang terjadi bencana maupun setelah terjadi bencana melalui penguasaan materi, fakta, konsep,

Upload: fei-shal

Post on 05-Aug-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB)Dalam Pelajaran Penjasorkes SD/MI

Oleh: Husaini, S.Pd, M.Pd

ABSTRAK

Indonesia  adalah negara yang paling rawan terhadap ancaman bencana seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi. Dan bencana yang paling mengkhawatirkan adalah bencana tsunami yang memiliki risiko tertinggi terhadap sekitar 5,4 juta orang seperti yang dilansir BBC Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.Untuk mengurangi resiko kebencanaan Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bekerjasama dengan Disaster Risk Reduction Aceh (DRR-A) atau Pengurangan Risiko Bencana Aceh merupakan program kerjasama antara United Nations Development Programme (UNDP) mengimplementasikan sebuah program yaitu Integrasi Materi Kebencanaan ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi Aceh. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan. Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyatukan, menggabungkan dan menggabungkan pengatahuan, sikap dan ketrampilan tentang penguarangan resiko bencana baik sebelum terjadi bencana, saat sedang terjadi bencana maupun setelah terjadi bencana melalui penguasaan materi, fakta, konsep, prinsip, prosedur, sikap dan nilai, proses pengintegrasian melalui pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan materi Kebencanaan, Penyususnan Silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan amelaksanakan pembelajaran sesuai dengan Standar Proses Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007.

Kata Kunci : Bencana , terintegrasi , Mata Pelajaran SD/MI

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau

dengan luas daratan 1.922.750 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Berdasarkan

letak astronomisnya, Indonesia terletak di antara 60LU - 110LS dan 950BT –

Page 2: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

1410BT yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Secara geologis, wilayah

Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan

Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur.

Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki

gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi. Daryono. (2011).

Prediksi dan Gejala Awal Tsunami. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (diakses

pada tanggal 20 April 2011).

Berdasarkan data  yang dikeluarkan oleh Badan  Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB) untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana  (UN-

ISDR) bahwa Indonesia  adalah negara yang paling rawan terhadap ancaman

bencana seperti bahaya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi.

Dan bencana yang paling mengkhawatirkan adalah bencana tsunami yang

memiliki risiko tertinggi terhadap sekitar 5,4 juta orang seperti yang dilansir BBC

Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng

Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.

Pada saat tertentu lempeng ini akan bergeser patah yang menimbulkan

gempa bumi dan selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat

menghasilkan tsunami selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia

juga merupakan jalur  Cincin Api Pasifik, yang merupakan jalur rangkaian gunung

api aktif di dunia. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih

240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona kegempaan dan

gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau

Page 3: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat

banyak, terutama anak-anak yang juga memiliki potensi kerentanan yang cukup

tinggi menjadi korban bencana. Wikipedia. “Gempa Bumi”

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi. diakses tanggal 14 Desember 2011.

Pada umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor goelogi

(gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorology

(banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan) bencana akibat faktor biologi

(wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta

kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir,

pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik

antar manusia akibat ulah perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi,

religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari

situasi bencana pada suatu daerah konflik.

Provinsi Aceh pada khususnya merupakan daerah yang rawan terjadi

bencana, hal ini disebabkan karena wilayah provinsi Aceh yang terdiri dari

gugusan pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan yang terhampar luas. Aceh

sebagai salah satu daerah yang pernah mengalami bencana dahsyat gempa yang

disusul tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 telah menghancurkan

harta benda dan ratusan ribu jiwa melayang (yang paling banyak adalah usia anak-

anak). Peristiwa tersebut termasuk salah satu peristiwa terdahsyat yang pernah

terjadi di dunia. Ratusan ribu jiwa melayang hal ini disebabkan karena masyarakat

Page 4: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

Aceh belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebencanaan, sehingga

tidak punya sikap tanggap menghadapi kebencanaan.

Oleh sebab itu, untuk mengurangi resiko kebencanaan di masa yang akan

datang, Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bekerjasama

dengan Disaster Risk Reduction Aceh (DRR-A) atau Pengurangan Risiko Bencana

Aceh merupakan program kerjasama antara United Nations Development

Programme (UNDP). Mengimplementasikan sebuah program yaitu Integrasi

Materi Kebencanaan ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi

Aceh.

B. Bencana

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana menyebutkan bahwa: Bencana adalah suatu

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Oleh karena itu, maka tidak semua peristiwa/kejadian alam

dikatakan sebagai bencana alam.

Sementara pengertian “Bencana alam” menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, “bencana” adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan)

kesusahan, kerugian, atau penderitaan (KBBI, 2001: 31). Bencana alam terjadi

Page 5: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

karena satu penyebab (monocausal) atau banyak penyebab (multicausal), tetapi

umumnya selalu mengakibatkan banyak dampak (multi effects). Pada tataran

tertentu yang repetitif, bencana alam melibatkan manusia sebagai penyebabnya.

Bencana seperti ini digolongkan sebagai bencana antropogen atau man initiated

disaster.

Terkait relasi konseptual antara bencana dan alam, terdapat teori bahwa

bencana alam selalu melibatkan ”alam”. Disebut “alam” atau “alami” karena

dianggap tidak ada campur tangan manusia yang menjadi penyebabnya. Tsunami

atau gempa bumi dapat disebut bencana alam karena keterlibatan manusia tidak

terlihat secara langsung. Namun, bencana yang lain, seperti banjir, tanah longsor,

kabut asap, atau semburan lumpur panas, tidak lagi layak disebut bencana alam

karena faktor manusia jauh lebih dominan sebagai penyebab (langsung maupun

tak langsung). Intinya, jika ditarik pada hukum kausalitas, manusia mau tidak mau

menjadi salah satu faktor determinan yang tidak boleh diabaikan.

Jadi bencana alam dapat dikatakan adalah konsekwensi dari kombinasi

aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah

longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang

baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam

bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang

dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari

bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan:

"bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".

Page 6: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana

alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah

tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena

peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan

manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya

sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai

peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat

manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)

serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan

memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki

ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana

merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.

Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah

penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang

cukup.

Untuk mengetahui kapan bencana alam akan terjadi merupakan pekerjaan

yang sulit. Hal ini dikarenakan bencana alam dapat  terjadi secara tiba-tiba di mana

pun dan kapan pun. Oleh karena itu, penting dilakukan pemantauan risiko bencana

dan sistem peringatan dini (early warning system) yang berfungsi sebagai “alarm”

darurat jika sewaktu-waktu bencana alam datang secara tak terduga. Selain itu

Page 7: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

penting juga dilakukan usaha pengurangan risiko bencana yang melibatkan anak

usia sekolah sehingga pada situasi bencana anak-anak lebih banyak tahu apa yang

harus dilakukan.

Dalam Modul  Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana yang diterbitkan

Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), disebutkan bentuk kerentanan yang

dapat terjadi pada anak-anak antara lain:

1. Korban Jiwa lebih banyak terjadi pada anak-anak karena kemampuan anak-

anak menyelamatkan diri dan pengalaman menghadapi situasi darurat bencana

minim.

2. Tidak adanya sistem database terpilah khusus data anak-anak pada situasi

darurat khususnya data anak yang menjadi korban, mengungsi, hilang, dan lain-

lain sehingga sistem bantuan dan penanganan dilakukan secara general.

3. Trauma psikologis berkepanjangan yang dialami anak-anak tanpa adanya

penanganan yang baik.

4. Child Trafficking anak-anak yang terpisah dari lingkungan  keluarga dan  anak-

anak dari  keluarga yang terkena bencana dapat  menjadi sasaran perekrutan

untuk berbagai tujuan yang sifatnya eksploitatif.

5. Anak-anak kehilangan akses pendidikan karena  hancurnya fasilitas pendidikan

dan sumber  perekonomian  keluarga.

6. Munculnya kasus gizi buruk yang dapat berujung pada kematian anak di

pengungsian karena kekurangan bahan makanan dan tidak adanya sistem

penanganan kesehatan yang memadai.

Page 8: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

7. Usaha pengurangan risiko bencana minim keterlibatan anak sehingga pada

situasi bencana anak-anak lebih banyak menjadi korban.

Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah konsep dan praktek mengurangi

risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-

faktor penyebab bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap

ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan

lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiap-siagaan terhadap kejadian

yang merugikan. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain:

1. Memasukkan pengetahuan tentang PRB sebagai bagian yang relevan dalam

kurikulum pendidikan di semua tingkat baik melalui jalur formal maupun jalur

informal.

2. Melaksanakan penjajakan risiko tingkat lokal dan program kesiap-siagaan

terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan.

3. Melaksanakan program pembelajaran tentang cara cara meminimalkan resiko

bencana disekolah-sekolah.

4. Mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang PRB dengan

sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang bangunan,

penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan

sebagainya.

5. Mengembangkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan

mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk

meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi menghadapi bencana.

Page 9: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

6. Memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan

pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan.

7. Melaksanakan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian

tak terpisahkan dari  pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko

bencana.

Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,

yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan

tradisional dan modern kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari

ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda, tetapi tidak bisa

dipisahkan aksinya, yaitu (1) pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan (2)

keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-

anak dari bencana alam.

Memasukkan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum

sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di

lingkungan siswa dan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dapat dimulai dari

sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini para siswa, para guru, para pemimpin

masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang

risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat,

organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/internasional, sektor

swasta dan publik dapat berpartisipasi secara aktif.

Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh dijadikan alasan

untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara

Page 10: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah

sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran

pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran pokok, muatan lokal, dan

ekstrakurikuler serta pengembangan diri.

C. Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran

Pengintegrasian menurut kamus Bahasa Indonesia adalah kata dasar Integrasi

yaitu penggabungan, penyatuan, pembauran, marger, dan pelaburan. Sedangkan

mengintegrasikan adalah mengumpulkan, memadukan, menggabungkan dan

menyatukan. http://www.artikata.com/arti-365871-mengintegrasikan.html (diakses

tanggal 1 Juli 2012). Maka Pengintegrasian PRB dalam pembelajaran merupakan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyatukan, menggabungkan

dan menggabungkan pengatahuan, sikap dan ketrampilan tentang penguarangan

resiko bencana baik sebelum terjadi bencana, saat sedang terjadi bencana maupun

setelah terjadi bencana melalui penguasaan materi, fakta, konsep, prinsip,

prosedur, sikap dan nilai. Hal ini dapat diberikan pengertian sebagai berikut:

1. Materi fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran,

meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat.

2. Materi konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang

bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,

hakekat, inti /isi dan sebagainya. Materi konsep ini pada materi pembelajaran

pendidikan PRB contohnya adalah pengertian gempa bumi dan proses

terjadinya tsunami.

Page 11: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

3. Materi prinsip, berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,

meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan

antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4. Materi prosedur, meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan

dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Materi

prosedur ini pada pembelajaran pendidikan PRB contohnya adalah prosedur

penyelamatan diri ketika terjadi ge mpa dan tsunami.

5. Materi sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai

kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan

bekerja, dsb. Materi sikap atau nilai ini pada materi pembelajaran pendidikan

PRB contohnya adalah sikap yang harus dikembangkan dalam menjaga

keselamatan lingkungan.

Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah usaha sadar dan

terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam

upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta

tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari pendidikan bencana,

bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi

mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak

dan mengambil bagian sekuat tenaga dari upaya untuk pengurangan risiko

bencana.

Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebagai berikut:

1. Menumbuh kembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.

Page 12: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

2. Menumbuh kembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.

3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang

kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan

prilaku dan motivasi.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan

pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.

5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara

individu maupun kolektif.

6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.

7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.

8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali

komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan

karena terjadinya bencana.

9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan

mendadak.

Pengintegarasian PRB dalan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) bisa dilaksanakan dengan memasukkan dalam muatan lokal, terintegrasi

dalam mata pelajaran atau pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Hal ini disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Pengintegrasian

materi pembelajaran pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran dapat dilakukan

terhadap mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum (Standar Isi) yang

Page 13: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

wajib dilaksanakan di sekolah atau pun mata pelajaran tambahan sebagai mata

pelajaran pokok.

Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan

pengetahuan,  keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka

memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. Materi

pembelajaran pendidikan PRB dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebelum bencana,

ketika bencana, dan sesaat atau setelah bencana. Materi pembelajaran ketiga fase

tersebut disusun berdasarkan jenis bencana yang terjadi, seperti Gempa Bumi,

Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran, Angin Topan, Banjir Bandang,

Gunung Api, Komflik Sosial dan Wabah Penyakit.

Untuk dapat melaksanakan Pengintegrasian PRB kedalam pembelajaran

diperlukan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Kegiatan ini diawali dengan

penyusunan Bahan Ajar, Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar,

Pengembangan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kerja Siswa ( LKS) dan Lembar Evaluasi ( LE).

Realisasi kegiatan terintegrasi pengirangan resiko bencana dalam

pembelajaran di SD/MI diawali dengan melakukan pelatihan pelatih (TOT) untuk

fasilitator tingkat provinsi, pelatihan pelatih (TOT) tingkat

Kabupaten/Kotamadya, melakukan pelatihan Pelatih (TOT) pada tingkat Gugus

sekolah, melatih para guru untuk mengintegrasikan kebencanaan kedalam mata

pelajaran sesuai dengan potensi bencana kabupaten/Kotamadya masing-masing.

Melakukan Monitoring dan Evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas, melakukan

Page 14: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

cerdas cermat, lomba buletin siswa bicara bencana, Menyusun Standar Oprsional

Prosedur (SOP) Pengurangan Resiko Bencana (PRB) pada tingkat sekolah

dasar/madrasah ibtidaiyah serta melakukan simulasi perngurangan resiko

bencana disekolah yang melibatkan warga sekolah, komite sekolah dan warga

masyarakat.

Pengintegrasian materi pembelajaran Pendidikan PRB ke dalam mata

pelajaran pokok dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Terintergrasi

dengan Materi Kebencanaan Jenjang Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

mulai dari Kelas I Semester 1 sampai dengan Kelas VI Semester 2 dari

berbagai mata pelajaran.

2. Mengembangkan Silabus Tematik mulai dari Kelas I Semester 1 sampai

dengan Kelas III Semester 2 dari berbagai mata pelajaran dengan tema dan

berbagai materi kebencanaan, dan menegembangkan silabus mata pelajaran

mulai dari Kelas IV semster I sampai Kelas VI semester II. dari berbagai mata

pelajaran dan berbagai materi kebencanaan.

3. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menyusun

Lembar Kerja Siswa (LKS), Menyusun Lembar Evaluasi (LE) sesuai dengan

indikator pencapaian dan Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

standar Proses Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 yaitu : Kegiatan Awal,

Kegiatan Inti (Eksplorasi, Elaborasi, dan Komfirmasi), dan Kegiatan Akhir

.

Page 15: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

D. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih kurang 17.000 buah

pulau dengan luas daratan 1.922.750 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.

Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia terletak di antara 60 LU - 110 LS dan

950 BT – 1410 BT yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Secara geologis, wilayah

Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan

Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur.

Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki

gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi.

Bencana Alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu

peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas

manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen

keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan

struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada

kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman

bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang

berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan

manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya,

pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya

bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian

juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang

Page 16: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang

berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Kesiapsiagaan Pengurangan Resiko Bencanan (PRB) di masa yang akan

datang salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu Integrasi Materi Kebencanaan

ke dalam mata pelajaran pada tingkat SD/MI di Provinsi Aceh khususnya dan di

Indonesia pada umumnya. Kegiatan ini diawali dengan penyusunan Bahan Ajar,

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar, Pengembangan Silabus,

RPP, LKS, LE.

Realisasi kegiatan terintegrasi pernguranagn resiko bencana dalam

pembelajaran di SD/MI diawali dengan melakukan pelatihan pelatih (TOT) untuk

fasilitator tingkat provinsi, pelatihan pelatih (TOT) tingkat Kabupaten/Kotamadya,

melakukan pelatihan Pelatih (TOT) pada tingkat Gugus sekolah, melatih para guru

untuk mengintegrasikan kebencanaan kedalam mata pelajaran sesuai dengan

potensi bencana kabupaten/Kotamadya masing-masing. Melakukan Monitoring

dan Evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas, melakukan cerdas cermat, lomba

buletin siswa bicara bencana, Menyusun Standar Oprsional Prosedur (SOP)

Pengurangan Resiko Bencana (PRB) pada tingkat sekolah dasar/madrasah

ibtidaiyah serta melakukan simulasi perngurangan resiko bencana disekolah yang

melibatkan warga sekolah, komite sekolah dan warga masyarakat dengan

demikian penguarangan resiko bencana terhadap para siswa di SD/MI dapat

tercapai.

Page 17: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

Daftar Pustaka:

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tahun (2001), “bencana” adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2007 Tentang standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar)

Marga Suraya, Mudhari. (2009). Modul PRB Tsunami. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Mukhlis. (2009). Buku Panduan Integrasi Materi Kebencanaan Matpel SD dan MI. Banda Aceh: Dinas Pendidikan Aceh & ADEF.

Husaini, dkk, Panduan Pengintegrasian Materi Kebencanaan Kedalam

Pembelajaran Tematik Kelas I,II, dan III Pada Jenjang Sekolah Dasar Dan

Madrasah Ibtidaiyah, (Penerbit: Dinas pendidikan Provinsi Aceh dan UNDP,

Juli 2010

M. Ikhsan Shiddieqy. (2009). Gejala Alam Bila Akan Ada Gempa/ Tsunami http://www.wetlands.org/WatchRead/tabid/56/mod/1570/articleType/ArticleView/articleId/2552/Poster--Gejala-tsunami.aspx. (diakses pada tanggal 26 Juli 2011).

Wikipedia. “Gempa Bumi”.http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi. Diakses tanggal 14 Desember 2011.

Defenisi arti kata Mengintegrasikan. http://www.artikata.com/arti-365871-mengintegrasikan.html (diakses tanggal 1 Juli 2012).

Page 18: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana
Page 19: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

Contoh: PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TERINTERGRASI MATERI PENGURANGAN RESIKO BENCANA (PRB) JENJANG

No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan

Gempa bumi

Tsunami Banjir Longsor Gunung Api

Angin Topan

KonflikSosial

Wabah Penyakit

1 Diri Sendiri

Satu PenjasOrkes

5. .Menerapkan budaya hidup sehat

5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit

V

2 Diri Sendiri

Satu PenjasOrkes

5. .Menerapkan budaya hidup sehat

5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit

V

3 Kegemaran Satu PenjasOrkes

1.1 Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya

1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri.

1.2. Memutar, mengayun, ataupun menekuk dalam permainan sederhana serta nilai sportiviutas, kerjasama, toleransi, dan percaya diri

* * V

*

4 Peristiwa Satu Penjasorkes

10. Mempraktikkan dasar-dasar pengenalan air dan nilai yang terkandung di dalamnya.

12. Menerapkan budaya hidup sehat

10.1 mempraktikkan aktivitas dasar di air.

12.2 Mengenal makanan sehat

*

* V

*

*

V

5 Kesehatan Dua Penjas 12. Menerapkan budaya 12.2 Menjaga kebersihan * √

Lampiran: 1

Page 20: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan

Gempa bumi

Tsunami Banjir Longsor Gunung Api

Angin Topan

KonflikSosial

Wabah Penyakit

orkes hidup sehat lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas

6 Kesehatan Tiga Penjasorkes

Mempraktikkan1. Berbagai

kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

1.1 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana,serta aturan dan kerjasama

* √ * *

7 Kesehatan Tiga Penjasorkes

5. Menerapkan budaya hidup sehat

5.1 Menjaga kebersihan pakaian * * * √

8 Peristiwa Tiga Penjasorkes

6. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

6.1 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai lawan atau diri sendiri

* * * * √

Peristiwa Tiga Penjas orkes

10. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya dada, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

10.3 Mengkombinasikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya dada dan nilai kebersihan

* √

9 Tiga Penjasorkes

12. Menerapkan budaya hidup sehat

12.1 Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan influenza

* * √

Page 21: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

No. Tema Kelas Mapel Standar Kompetensi Kompetensi DasarJenis Kebencanaan

Gempa bumi

Tsunami Banjir Longsor Gunung Api

Angin Topan

KonflikSosial

Wabah Penyakit

9 Empat PenjasOrkes

7. Mempraktikkan latihan kebugaran yang lebih kompleks untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

7.1 Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih daya tahan dan kekuatan dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran

V V * *

Page 22: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

SILABUS TEMATIK

NAMA SEKOLAH : SD/MITEMA : Kegiatan KEBENCANAAN : Tsunami KELAS/SEMESTER : III/1

MapelStandar

KompetensiKompetensi

DasarMateri Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Indikator PenilaianAlokasi Waktu

Alat dan Sumber

Penjas-orkes

1. Mempraktik-kan berbagai kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

1.1 Memprak-tikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerjasama

Atletik (pola gerak jalan dan lari)

Melakukan jalan ke segala arah dalam permainan sederhana

Melakukan lari ke segala arah dalam permainan sederhana menuju titik aman (Simulasi Tsunami)

Melakukan kombinasi lari dan jalan ke arah evakuasi dalam permainan sederhana menuju titik aman (Simulasi Tsunami)

1.1.1Melakukan kombinasi gerak jalan dan lari ke segala arah dalam permainan sederhana

Tes:Unjuk Kerja

Non Tes:Observasi

2x35 menit

Alat; - Peluit - Bendera

Start - Pita Garis

Finish- Rambu–

Rambu

Sumber :Buku Paket

Lampiran: 2

Page 23: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana
Page 24: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Tematik)

Tema : KegiatanKebencanaan : TsunamiKelas/Semester : III/1Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (Pertemuan Ke I)

I. Standar Kompetensi:Penjasorkes : 1. Mempraktikkan berbagai kombinasi gerak dasar

melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

II. Kompetensi Dasar :Penjasorkes :1.1 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak

jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerja sama

III. Indikator :Penjasorkes : 1.1.1. Melakukan kombinasi gerakan jalan dan lari ke

segala arah dalam permainan sederhana

IV. Tujuan Pembelajaran :Penjasorkes : Siswa dapat melakukan kombinasi gerakan jalan dan

lari kesegala arah dalam permainan sederhana.

V. Materi Pembelajaran :Penjasorkes : Atletik (Pola gerak dasar jalan dan Lari)

VI. Metode Pelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Penugasan, Demontrasi

VII. Langkah – Langkah Pembelajaran

No Uraian Kegiatan Pembelajaran PengelolaanWaktu Siswa

1 Kegiatan Awal : Mengkodisikan Kelas Permainan hitam hijau Pembagian Kelompok

2’4’4’

KlasikalKlasikal

Klasikal

Lampiran: 3

Page 25: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

2 Kegiatan Inti : Melakukan jalan kesegala arah dalam

permainan sederhana (Ular Makan Ekornya)

Melakukan lari dalam permainan kucing masuk lorong

Melakukan lari kesegala arah dalam permainan sederhana menuju tempat aman (simulasi tsunami)

Melakukan kombinasi lari dan jalan kesegala arah evakuasi dalam permainan sederhana ke titik aman (Simulasi Tsunami)

10’

10’

15’

15’

Individu

Individu

Individu

Individu

3 Kegiatan Akhir : Bernyanyi bersama (berkebun) Menyampaikan pesan moral Repleksi

5’3’2’

KlasikalKlasikalKlasikal

VIII. Penilaian : Penilaian Proses Tes Performance

IX. Alat / Sumber : Sumber : Buku Penunjang Alat :

Peluit Bendera Star Tiang Bendera Rambu- rambu penunjuk arah

Mengetahui: ....................., ................. 2010 Kepala SD/MI N .... Guru Kelas

.......................... ...................................

Page 26: Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana

NIP. NIP.