pengertian pht dan hubungannya dengan gap

41
PENGERTIAN PHT DAN HUBUNGANNYA DENGAN GAP A. Pendahuluan Teknologi pengendalian hama dengan mengandalkan pestisida, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi masalah hama tanaman. Bahkan penggunaan pestisida bisa berdampak buruk bagi manusia, jasad bukan sasaran dan lingkungan hidup. Kenyataan tersebut menggugah kesadaran akan kebutuhan pengendalian yang baru, yang dapat mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida. Pendekatan pengendalian baru yang dikembangkan ialah pengendalian hama terpadu (PHT). Konsepsi PHT semula diartikan secara terbatas sebagai kombinasi pengendalian hama secara hayati dan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida. Tetapi teknik pengendalian kemudian dikembangkan dengan memadukan semua metode pengendalian hama yang dikenal. Termasuk didalamnya pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi dan pengendalian hama lainnya. Dengan cara ini, diharapkan ketergantungan petani terhadap pestisida dapat dikurangi. Pada awal permulaan perkenalan PHT “Integrated Control” (Pemberantasan Integrasi) yang

Upload: pratiwi-noviayanti

Post on 26-Jun-2015

1.303 views

Category:

Documents


58 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

PENGERTIAN PHT DAN HUBUNGANNYA DENGAN GAP

A. Pendahuluan

Teknologi pengendalian hama dengan mengandalkan pestisida, ternyata

tidak selamanya mampu mengatasi masalah hama tanaman. Bahkan

penggunaan pestisida bisa berdampak buruk bagi manusia, jasad bukan

sasaran dan lingkungan hidup. Kenyataan tersebut menggugah kesadaran

akan kebutuhan pengendalian yang baru, yang dapat mengurangi dampak

negatif  penggunaan pestisida. Pendekatan pengendalian baru yang

dikembangkan ialah pengendalian hama terpadu (PHT).

Konsepsi PHT semula diartikan secara terbatas sebagai kombinasi

pengendalian hama secara hayati dan pengendalian hama secara kimiawi

menggunakan pestisida. Tetapi teknik pengendalian kemudian dikembangkan

dengan memadukan semua metode pengendalian hama yang dikenal.

Termasuk didalamnya pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik,

pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian hayati,  pengendalian

kimiawi dan pengendalian hama lainnya. Dengan cara ini, diharapkan

ketergantungan petani terhadap pestisida dapat dikurangi.

Pada awal permulaan perkenalan PHT “Integrated Control”

(Pemberantasan Integrasi) yang didefinisikan sebagai pemberantasan hama

terapan yang mengkombinasikan pemberantasan hayati dengan

pemberantasan kimiawi. Kemudian definisi ini diperluas, yaitu mencakup

prinsip-prinsip ekologi dan semua taktik-taktik yang mungkin dapat

dipergunakan. Begitu banyak definisi tenatang PHT (Pengelolaan Hama

Terpadu), antara lain:

- Menurut Smith dan Reynods (1966), PHT adalah sistem pengelolaan

populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang

sesuai secara kompatibel untuk mengurangi populasi hama dan

mempertahankan tetap di bawah atasMenurut Smith dan Reynods (1966),

PHT adalah sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua

teknik pengendalian yang sesuai secara kompatibel untuk mengurangi

Page 2: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

populasi hama dan mempertahankan tetap di bawah ara kerusakan

ekonomi. PHT yang dimaksud disini adalah suatu pendekatan ekologi

yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan

memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel

dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.

- Menurut Bottrel (1979), PHT adalah pemilihan, perpaduan dan penerapan

pengendalian hama yang yang didasarkan pada perhitungan dan

pendugaan konsekuensi-konsekuensi ekonomi, ekologi dan sosiologi.

- Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), PHT sebagai suatu

pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan

dinamika populasi spesies hama, memanfaatkan semua teknik dan metode

pengendalian yang sesuai dan sekompatibel mungkin serta mengakibatkan

kerusakan atau kehilangan hasil yang secara ekonomi tidak dapat diterima.

Pengertian Hama disini yang dimaksud tidak hanya sekelompok

serangga atau kelompok binatang-binatang lain tetapi juga berlaku untuk

semua organisme perusak atau pengganggu tanaman termasuk penyakit

tumbuhan dan gulma tanaman (Untung, 2006)

B. Ruang Lingkup, Batasan, dan Sifat Dasar Pengelolaan Hama Terpadu

a. Ruang Lingkup Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)

Pengelolaan Hama terpadu (PHT) adalah suatu cara pendekatan,

cara berfikir atau falsafah pengendalian hama yang didasarkan pada

pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan

agroekosistem yang bertanggung jawab. Meliputi pengelolaan OPT,

pengelolaan lingkungan, pemanfaatan semua teknik yang kompatibel, dan

populasi OPT di bawah ambang ekonomi. Pengelolaan OPT disini

merupakan pengelolaan segala jenis OPT, tidak hanya hama tetapi juga

penyakit dan gulma. Pengendalian OPT juga diselaraskan dengan

pengelolaan lingkungan di lahan tempat OPT bersarang. Kedua

pengendalian ini memanfaatkan semua teknik yang kompatibel dan

memiliki hubungan satu dengan lainnya sehingga pengendalian dapat lebih

optimal. Pengendalian dilakukan saat populasi OPT masih berada di

Page 3: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

bawah ambang ekonomi dan belum bisa dikatakan memberi kerugian

secara ekonomi.

Penerapan sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) memiliki

beberapa ruang lingkup kegiatan yaitu meliputi:

1. Pengelolaan OPT

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama,

penyakit dan gulma dikelola secara terpadu secara bersamaan dengan

memanfaatkan semua teknik yang kompatibel untuk mencegah

membesarnya serta mengurangi populasi OPT yang ada di lahan.

2. Pengelolaan Tanaman

PHT juga meliputi pengelolaan tanaman. Dengan mengelola

tanaman, misalnya seperti pertanaman bergilir, tumpang sari dan

polikultur, OPT akan lebih mudah dikelola dan dikendalikan.

3. Pengelolaan Ekosistem

Pengelolaan OPT dan tanaman juga termasuk dalam

pengelolaan ekosistem di lahan pertanian. Mengatur dan

mengendalikan OPT dengan mengelola ekosistem tempat OPT

bernaung dan mendapatkan makanan akan lebih mengefektifkan

pengendalian.

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) memiliki beberapa asas-asas,

yaitu:

1. Memperhatikan semua OPT yang penting (key pest)

2. Mengendalikan populasi OPT agar di bawah Ambang Ekonomi

3. Menggunakan berbagai cara yang kompatibel

4. Selalu didasari pertimbangan ekologi

b. Batasan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)

Banyak ahli memberikan batasan tentang PHT secara beragam,

tetapi pada dasarnya mengandung prinsip yang sama. Smith (1978)

menyatakan PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat multidisplin

untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam

teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi

Page 4: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

pengelolaan.  Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT adalah pemilihan

secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama, yang dapat

menjamin hasil yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi

dan sosiologi. Sedangkan Kenmore (1989) memberikan definisi singkat

PHT sebagai perpaduan yang terbaik. Yang dimaksud perpaduan terbaik

ialah menggunakan berbagai metode pengendalian hama secara

kompatibel. Sehingga melalui penerapan PHT, diharapkan kerusakan yang

ditimbulkan hama tidak merugikan secara ekonomi, sekaligus menghindari

kerugian bagi manusia, binatang, tanaman dan lingkungan.

c. Sifat Dasar Pengendalian Hama Terpadu

Sifat dasar pengendalian hama terpadu berbeda dengan

pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak

dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan,

pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian

populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan

kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan

pembatasan (containment). Program PHT mengakui bahwa ada suatu

jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap

kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya

invidu serangga atau binatang kemungkinan berguna bagi manusia.

Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan 

harus diberantas,  tidak sesuai dengan prinsip PHT.

Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara

multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian

yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu,

seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas

tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin

dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan.

Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak

menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna,

Page 5: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

hewan, dan manusia, baik sekarang  maupun pada masa yang akan datang.

C. Hubungan PHT Dengan GAP

GAP merupakan praktek budidaya hortikultura yang menganut kaidah-

kaidah budidaya yang baik yang sesuai dengan tuntutan perkembangan

teknologi dan keinginan konsumen. Dalam GAP tercakup penerapan teknologi

yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan

pekerja, pencegahan penularan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan

prinsip traceability (dapat ditelusuri). Dengan demikian, penerapan GAP akan

mampu memenuhi tuntutan konsumen yang menginginkan produk yang

bermutu baik dan aman dikonsumsi.

GAP dapat diaplikasikan dalam rentang waktu dan daerah yang luas

terhadap sistem pertanian dengan skala yang berbeda. GAP digunakan dalam

sistem pertanian berkelanjutan yang mencakup PHT, pengelolaan hara

terpadu, pengelolaan gulma terpadu, pengelolaan irigasi terpadu, dan

pemeliharaan (conservation) lahan pertanian. Penerapan PHT diperlukan

dalam sistem produksi pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, GAP harus

memiliki empat prinsip utama:

1. Penghematan dan ketepatan produksi untuk ketahanan pangan (food

security), keamanan pangan (food safety), dan pangan bergizi (food

quality).

2. Berkelanjutan dan bersifat menambah (enhance) sumber daya alam.

3. Pemeliharaan kelangsungan usaha pertanian (farming enterprise) dan

mendukung kehidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihoods).

4. Kelayakan dengan budaya dan kebutuhan suatu masyarakat (social

demands).

Aspek yang akan disentuh oleh elemen GAP di bidang “perhamaan”

adalah proteksi tanaman. Hal ini membutuhkan strategi pengelolaan risiko,

yang mencakup penggunaan tanaman tahan hama dan penyakit, rotasi

tanaman pangan dengan pakan ternak, ledakan penyakit pada tanaman peka,

dan penggunaan bahan kimia seminimal mungkin untuk mengendalikan

gulma, hama, dan penyakit dengan mengikuti konsep PHT. GAP akan

Page 6: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

menjangkau beberapa aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian hama

sebagai berikut:

1. Penggunaan varietas tahan dalam proses pelepasan beruntun

(sequencetial), asosiasi, dan kultur teknis untuk mencegah perkembangan

hama dan penyakit.

2. Pemeliharaan keseimbangan biologi antara hama dan penyakit dengan

musuh alami.

3. Adopsi praktek pengendalian menggunakan bahan organik bila

memungkinkan.

4. Penggunaan teknik pendugaan hama dan penyakit bila telah tersedia.

5. Pengkajian semua metode yang memungkinkan, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang, terhadap sistem produksi dan

implikasinya terhadap lingkungan guna meminimalkan pemakaian bahan

kimia pertanian, khususnya dalam meningkatkan adopsi teknologi PHT.

6. Penyimpanan dan penggunaan bahan kimia yang sesuai dan teregistrasi

untuk individu tanaman serta waktu, dan interval penggunaan sebelum

panen.

7. Pengamanan penyimpanan bahan kimia dan hanya digunakan oleh

personel yang sudah terlatih dan memiliki pengetahuan (knowledgeable

persons).

8. Pengamanan peralatan yang digunakan untuk mengatasi bahan kimia

dengan meningkatkan keamanan dan pemeliharaan standar.

9. Pemeliharaan catatan secara akurat terhadap insektisida yang dipakai.

D. Hubungan PHT Dengan Pasar Bebas

Menjelang era perdagangan bebas semua negara terutama negara-

negara berkembang ingin memasukkan produk pertaniaannya di pasar global

khususnya di negara-negara maju yang konsumennya memiliki daya beli

tinggi. Namun untuk memasuki pasar global banyak persyaratan yang harus

dipeuhi oleh produsen pertanian dari negara-negara berkembang, dalam

persaingan mereka dengan para produsen dari negara-negara berkembang

lainnya dan produsen domestik dari negara-negara industri sendiri. Karena

Page 7: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

pasar global saat ini sudah dikuasai oeh konsumen hijau yaitu konsumen sadar

lingkungan, maka persyaratan lingkungan sudah merupakan persyaratan

minimal yang harus dipenuhi oleh suatu komoditi pertanian untuk dapat

menembus pasar global.

Seiring dengan makin tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan dan kesehatan, maka saat ini telah dikembangkan suatu model

alernatif yang lebih aman dan menjanjikan yaitu dengan sistem pertanian

organik. Tujuan utama pertanian organik adalah mengembangkan kegiatan

produksi berkelanjutan serta harmonis dengan lingkungan (Agriculture, Food

and Rural Revitalization, 2002) yang mengenalkan suatu ekosistem kehidupan

yang komplek, dimana tanah merupakan ekosistem kehidupan yang dinamis.

Dengan demikian pengelolaan hama terpadu sangat berperan dalam

menghasilkan produk organik.

Pasar Internasional telah mensyaratkan “label ekologi (eco-labelling)”

untuk berbagai jenis komoditas, yang harus diproduksi dengan proses ramah

lingkungan. Produk tersebut dinamakan produk yang “eko-efisien atau produk

bersih“ (Untung, 1996). Dalam era globalisasi, pasar sayuran organik sangat

terbuka dan saat ini Australia telah mengekspor sayuran organik ke pasar

Amerika dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman dan Prancis serta

beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Malaysia (McCoy, 2001).

Keadaan ini juga dimanfaatkan oleh negara Asia seperti Thailand yang sejak

tahun 1995 telah mengeluarkan standarisasi dan sertifikasi produk organik

(ACT, 2001).

Label lingkungan atau ekolabel merupakan suatu label yang

ditempelkan atau disertakan pada suatu produk yang berbentuk benda atau

jasa yang menyatakan bahwa produk tersebut dihasilkan dan diproses dengan

menggunakan pendekatan dan teknik yang tidak membahayakan lingkungan

hidup dan kesehatan manusia, termasuk tidak menimbulkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup. Sebagai atribut lingkungan, label lingkungan

dapat berbentuk pernyataan atau deklarasi berwawasan lingkungan yang

Page 8: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

berupa label, simbol, pernyataan atau grafik yang ditempelkan pada produk

atau disertakan dalam bentuk buletin teknik, reklame, dll.

Ekolabel mempunyai beberapa tujuan antara lain:

1. Menyediakan dan memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada

konsumen tentang bagaimana suatu produk dihasilkan, apakah memang

berwawasan lingkungan, 

2. Membantu konsumen dalam mengambil keputusan dalam membeli suatu

produk yang berwawasan lingkungan, 

3. Meningkatkan kinerja perusahaan/unit produksi penghasil produk dalam

pengelolaan lingkungan hidup, 

4. Memasyarakatkan dan mendorong dunia industri untuk menerapkan

proses produksi berwawasan lingkungan, 

5. Membangkitkan difensiasi harga antara produk ekolabel dengan produk

yang tidak didaftarkan untuk memperoleh ekolabel atau produk yang tidak

berekolabel, 

6. Memberikan keuntungan kompetitif dan akses ke pasar yang lebih besar

bagi produk-produk yang berekolabel

Meskipun ada Negara industri yang mempersyaratkan ekolabel, tetapi

pada dasarnya ekolabel bersifat sukarela, tanpa ada persyarataan dari

pemerintah. Ekolabel adalah sarana atau instrument yang disediakan bagi

konsumen “hijau” untuk menentukan pilihannya. Karena itu penggunaan label

lingkungan harus didasarkan pada informasi yang akurat, teruji dan tidak

curang sehingga dapat mendorong berjalannya mekanisme peningkatan

pengelolaan lingkungan hidup yang digerakkan oleh mekanisme pasar. Akan

tetapi ekolabel ini belum ada dan diterapkan di Indonesia.

Beberapa prinsip yang harus diikuti dalam pengembangan ekolabel:

a. Label lingkungan harus akurat, teruji (verifiable), relevan dan benar 

b. Pihak yang membuat pernyataan/label harus menyediakan informasi yang

relevan mengenai kinerja lingkungan produsen yang bersangkutan 

c. Label lingkungan harus disusun berdasarkan metode-metode ilmiah yang

komprehensif dan menyeluruh 

Page 9: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

d. Informasi mengenai proses dan metodologi yang digunakan dalam

memberikan label lingkungan harus diketahui oleh konsumen 

e. Label lingkungan harus memasukkan dan mencakup daur hidup atau “life-

cycle” produk atau jasa. Daur hidup produk/jasa merupakan tahap-tahap

pembuatan produk/jasa yang saling terkait sejak pengambilan dari sumber

daya alam/hayati sampai pembuangan akhir 

f. Label lingkungan seharusnya tidak menimbulkan pembatasan perdagangan

yang tidak adil atau membuat diskriminasi perlakuan antara produk/jasa

domestik dan yang berasal dari luar negeri 

g. Standar dan kriteria yang digunakan dalam pemberian ekolabel harus

dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan konsensus dengan

mengikutsertakan semua pihak yang terkait dan tertarik (stakeholder).

Bagi negara-negara berkembang sistem ekolabel dapat memberikan

peluang untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan atau peluang

lingkungan, dan peluang ekonomi karena peningkatan daya saing dan akses ke

pasar global. Dengan demikian melalui penerapan ekolabel kedua tujuan yaitu

ekonomi dan ekologi dapat dicapai melalui mekanisme pasar. Walaupun

begitu, di Indonesia dengan budaya konsumtif masyarakatnya tidak peduli

tentang adanya ekolabel pada produk pertanian karena kebanyakan tingkat

kesejahteraan masyarakat di Indonesia rendah.

Tidak adanya kepedulian akan adanya ekolabel dan produk organik

disebabkan karena kebanyakan masyarakat menganggap produk organik

biayanya mahal dan tidak terjangkau. Padahal pelopor pertanian organik

Fusanobu Fukuoka sudah membuktikan bahwa pertanian organik tidak mahal

karena biaya produksi untuk pestisida dan pupuk kimia ditekan sekecil

mungkin. Pengaplikasiannya pada awalnya memang tidak begitu berpengaruh

tetapi lama kelamaan produksi tanaman menjadi lebih tinggi dan biaya

produksinya menjadi lebih rendah.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terutama

masyarakat konsumen akan produk-produk pertanian yang bebas residu

pestisida maka melalui pendekatan PHT dihasilkan produk-produk yang akan

Page 10: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

mempunyai daya saing pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk-

produk pertanian konvensional. Pengetatan batas maksimum residu pestisida

yang diberlakukan oleh negara-negara importir jelas akan mengharuskan kita

untuk menerapkan PHT, tidak hanya pada tanaman pangan tetapi juga pada

tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, teh, kopi, kakao, lada, dan tebu.

Untuk kurun waktu yang tidak lama lagi PHT akan mendatangkan keuntungan

ekonomis dan manfaat ekologis bagi masyarakat petani pada umumnya.

E. Hubungan PHT dengan Food Safety

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian khususnya untuk

mengendalikan hama yang menyerang tanaman di persemaian dan tanaman

muda saat ini masih menimbulkan dilema. Penggunaan pestisida khususnya

pestisida sintetis/kimia memang memberikan keuntungan secara ekonomis,

namun memberikan kerugian diantaranya: Residu yang tertinggal tidak hanya

pada tanaman, tapi juga air, tanah dan udara, Penggunaan terus- menerus akan

mengakibatkan efek resistensi dan ressistensi berbagai jenis hama.

Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan

nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health

Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang

yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena

racun pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap

tahunnya (Miller, 2004). Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat

memicu terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam

Environmental Health Perspctive menemukan adanya kaitan kuat antara

pencemaran DDT pada masa muda dengan menderita kanker payudara pada

masa tuanya (Barbara and Mary, 2007). Menurut NRDC (Natural Resources

Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa

kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak

awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang

dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan

bahwa resiko terkena penyakit parkinson meningkat sampai 70% pada orang

Page 11: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah

(Ascherio et al., 2006).

Aspek keselamatan, kesehatan, dan lingkungan pada keseluruhan

proses produksi sampai pemasaran dinilai dengan International

Standardization Organization (ISO) yang dikenal dengan pendekatan sistem

mutu dan keamanan pangan, termasuk di dalamnya Sistem Manajemen ISO

9000 tentang Manajemen Mutu, ISO 14000 tentang Manajemen Lingkungan,

dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tentang Sistem

Manajemen Keamanan Pangan. Produk yang berkualitas harus memiliki

empat kriteria yaitu: (1) memenuhi sifat keindraan (sensory properties) yang

meliputi rasa, penampilan, bau, dan warna; (2) memenuhi nilai nutrisi

(nutritional value) yang menyangkut isi nutrisi, vitamin, dan tidak terdapat hal

yang tidak diinginkan seperti zat yang menimbulkan alergi; (3) menenuhi

kualitas kesehatan (hygienic quality) yang menyangkut kebersihan, kesegaran,

tidak ada serangga, tidak menjijikkan; dan (4) memenuhi aspek keamanan

pangan (food safety) yang menyangkut tidak adanya mikroorganisme

penyebab penyakit, tidak berisi zat toksik seperti pestisida, logam berat,

mikotoksin, dan tidak ada tipuan (Frost 2001).

PHT merupakan sistem yang mendukung dalam pengambilan

keputusan untuk memilih dan menggunakan taktik pengendalian hama, satu

cara atau lebih yang dikoordinasi secara harmonis dalam satu strategi

manajemen, dengan dasar analisa biaya dan keuntungan yang berpatokan pada

kepentingan produsen, masyarakat dan lingkungan (Kogan, 1998). Sementara

Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama

dan 72 % agen pengendali hayati serta merusak lingkungan di sekitar

tanaman. Oleh sebab itu perlindungan tanaman melalui PHT lebih ramah

lingkungan dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi lingkungan

ataupun manusia pada produk hasil pertanian sehingga lebih terjamin.

Page 12: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

F. Regulasi PHT

Sebagai bagian dari sistem pengelolaan ekosistem berkelanjutan secara

global telah disepakati bahwa Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau

Integrated Pest Management merupakan komponen integral dari Sistem

Pertanian Berkelanjutan. Menurut UU No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya

Tanaman dan PP No. 5/1996 tentang Perlindungan Tanaman, PHT merupakan

kebijakan nasional perlindungan tanaman di Indonesia. Dilihat dari aspek

teknologi, PHT merupakan perpaduan berbagai teknologi pengendalian hama

yang dapat menekan populasi hama sehingga tidak mengakibatkan kerugian

ekonomi bagi petani. Menurut UU. No.12 Tahun 1992 penggunaan pestisida

dalam sistem PHT merupakan alternatif terakhir. Tujuan utama PHT tidak

hanya mengendalikan populasi hama tetapi juga meningkatkan produksi dan

kualitas produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani.

Cara dan metode yang digunakan adalah dengan memadukan teknik-teknik

pengendalian hama secara kompatibel serta tidak membahayakan kesehatan

manusia dan lingkungan hidup.

Perlindungan tanaman dilaksanakan sesuai dengan sistem

Pengendalian Hama Terpadu (PHT), menggunakan sarana dan cara yang tidak

mengganggu kesehatan manusia, serta tidak menimbulkan gangguan dan

kerusakan lingkungan hidup. Sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian

Nomor 61/Permentan/OT.169/11/2006 menetapkan bahwa GAP (Good

Agriculture Practices) sebagai pedoman Budidaya dalam proses produksi dan

penanganan pasca panen. Mengingat bahwa GAP mencakup PHT dalam usaha

perlindungan tanaman sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1992.

G. UU Budidaya Tanaman

Dasar hukum penerapan dan pengembangan PHT di Indonesia adalah

intruksi Presiden No.3 Tahun 1986 dan UU No.12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman pada pasal 20 sampai pasal 27. Berikut ini adalah kutipan

dari pasal tersebut:

Page 13: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

Pasal 20

1. Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama

terpadu

2. Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah.

Pasal 21

Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan

melalui kegiatan berupa :

a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan

tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik

Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.

Pasal 22

1. Dalam pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21, setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan sarana

dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam

keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya

alam dan/atau lingkungan hidup.

2. Ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Pasal 23

Setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang dimasukkan

ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan

dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan

karantina tumbuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 24

1. Setiap orang atau badan hukum yang memiliki atau menguasai tanaman

harus melaporkan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan pada

tanamannya kepada pejabat yang berwenang dan yang bersangkutan harus

Page 14: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

mengendalikannya.

2. Apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), merupakan eksplosi, Pemerintah bertanggung

jawab menanggulanginya bersama masyarakat.

Pasal 25

1. Pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya eradikasi

terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya

organisme pengganggu tumbuhan.

2. Eradikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan apabila

organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan

mengancam keselamatan tanaman secara meluas.

Pasal 26

1. Kepada pemilik yang tanaman dan/atau benda lainnya dimusnahkan dalam

rangka eradikasi dapat diberikan kompensasi.

2. Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan hanya atas

tanaman dan/atau benda lainnya yang tidak terserang organisme

pengganggu tumbuhan tetapi harus dimusnahkan dalam rangka eradikasi.

Pasal 27

Ketentuan mengenai pengendalian dan eradikasi organisme pengganggu

tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 butir b dan butir c serta

ketentuan mengenai kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

Berikut adalah beberapa cuplikan Peraturan Presiden No. 6 tahun 1995

Pasal 2

1. Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pra tanam, masa

pertumbuhan tanaman, dan atau masa pasca panen.

2. Perlindungan tanaman pada masa pra tanam sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penyiapan lahan atau media tumbuh

lainnya sampai dengan penanaman.

3. Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penanaman sampai dengan

Page 15: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

panen. *24905

4. Perlindungan tanaman pada masa pasca panen sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilaksanakan sejak sesudah panen sampai dengan hasilnya

siap dipasarkan.

Pasal 3

1. Perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem pengendalian hama

terpadu.

2. Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

melalui tindakan:

a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan

tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara

Republik Indonesia;

b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.

Pasal 4

Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara

yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan

manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam dan atau

lingkungan hidup.

Pasal 8

Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan

memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam

satu kesatuan.

Pasal 9

1. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan melalui

tindakan pemantauan dan pengamatan terhadap organisme pengganggu

tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya serta

perkiraan terjadinya serangan organisme pengganggu tumbuhan.

2. Apabila dari hasil pemantauan dan pengamatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diperkirakan akan timbul kerugian, maka dilakukan

tindakan pengendalian terhadap organisme pengganggu tumbuhan dengan

Page 16: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

memperhatikan faktor ekologi, sosial dan efisiensi.

Pasal 10

1. Tindakan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan

baik dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan organisme

pengganggu tumbuhan.

2. Tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan

dengan:

a. Cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu

b. Cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik

manusia

c. Cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam;

d. Cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme

pengganggu tumbuhan

e. Cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme

pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman

f. Cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan atau

g. Cara lain sesuai perkembangan teknologi.

3. Pelaksanaan tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis

yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 11

1. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan oleh:

a. perorangan atau badan hukum yang memiliki dan/atau menguasai

tanaman

b. Kelompok dalam masyarakat yang dibentuk untuk mengendalikan

organisme pengganggu tumbuhan

c. Pemerintah.

2. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan oleh Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c terutama dilakukan apabila

terjadi eksplosi.

3. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan oleh perorangan atau

Page 17: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

badan hukum dan kelompok masyarakat serta pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan pedoman yang

ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 12

Sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dalam rangka

perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berupa:

a. Alat dan mesin

b. Musuh alami

c. Pestisida.

Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlindungan

tanaman yang baik adalah dengan sistem pengendalian hama terpadu.

Pelaksanaan hama terpadu yang dianjurkan adalah

1. Pengendalian masuknya OPT di dalam area wilayah Republik Indonesia

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

2. Eradikasi OPT (tindakan pemusnahan terhadap tanaman, OPT dan benda

lain yang menyebabkan tersebarnya OPT di lokasi tertentu)

Untuk pelaksanaannya dilarang menggunakan cara atau sarana yang

dapat mengganggu kesehatan, mengancam kesehatan manusia, menimbulkan

gangguan dan kerusakan sumber daya alam atau lingkungan hidup. Apabila

dalam budidaya tanaman tersebut diperlukan adanya suatu tindakan eradikasi

dan tanaman tersebuut milik masyarakat, maka pemerintah akan melakukan

kompensasi pada pemilik tanaman tersebut. Tanaman yang dapat kompensasi

disini adalah tanaman dan/atau benda lainnya yang tidak terserang organisme

pengganggu tumbuhan tetapi harus dimusnahkan dalam rangka eradikasi.

Eradikasi ini sendiri memiliki kekuatan hukum sehingga bila memang harus

dilakukan eradikasi harus diberikan ganti rugi bagi petani yang lahannya akan

di eradikasi.

Perlindungan tanaman dilakukan dari awal budidaya tanaman hingga

akhir yaitu pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman, dan atau masa

pasca panen. Tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

dilaksanakan dengan:

Page 18: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

a. Cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu

b. Cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik

manusia

c. Cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam;

d. Cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu

tumbuhan

e. Cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme

pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman

f. Cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan atau

g. Cara lain sesuai perkembangan teknologi.

Sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dalam rangka

perlindungan tanaman berupa:

a. Alat dan mesin

b. Musuh alami

c. Pestisida

serta Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1995 tentang perlindungan Tanaman.

H. SNI pangan organik

Indonesia telah memiliki standar yang mengatur tentang pangan

organik yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6729-2002 tentang Sistem

Pangan Organik. SNI Sistem Pangan Organik mengadopsi seluruh materi

dalam dokumen standar CAC/GL 32 – 1999, Guidelines for the production,

processing, labeling and marketing of organically produced foods dan

dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia, ke dalam bahasa Indonesia.

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan

terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem

secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup,

berkualitas, dan berkelanjutan. Dalam prakteknya, pertanian organik

dilakukan dengan cara, antara lain:

Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =

genetically modified organisms). Walaupun begitu disebut pertanian

organik juga karena cara budidayanya yang organik dan tidak

Page 19: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

menggunakan bahan kimia sehingga sebenarnya tidak masalah bahan

tanam/ bibit hasil rekayasa genetika asalkan sudah terlebih dahulu melalui

pengujian yang ketat.

Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma,

hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi

tanaman.

Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan

pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan

dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan

batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.

Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam

makanan ternak.

Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian

organik meliputi:

Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga

meningkatkan kesehatan masyarakat;

Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;

Meningkatnya pendapatan petani;

Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;

Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka

panjang;

Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;

Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di

perdesaan.

Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan.

Dengan demikian, pertanian organik akan meningkatkan ketahanan

pangan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan

hidup.

Tujuan pengaturan dalam SNI 01-6729-2002 adalah:

a) untuk melindungi konsumen dari manipulasi atau penipuan bahan

tanaman/benih/bibit ternak dan produk pangan organik di pasar;

Page 20: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

b) untuk melindungi produsen pangan organik dari penipuan bahan

tanaman/benih/bibit ternak produk pertanian lain yang diaku sebagai

produk organik;

c) untuk memberikan pedoman dan acuan kepada pedagang/pengecer bahan

tanaman/benih/bibit ternak dan produk pangan organik dari produsen

kepada konsumen;

d) untuk memberikan jaminan bahwa seluruh tahapan produksi, penyiapan,

penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran dapat diperiksa dan sesuai

dengan standar ini;

e) untuk harmonisasi dalam pengaturan sistem produksi, sertifikasi,

identifikasi dan pelabelan produk pangan organik;

f) untuk menyediakan standar pangan organik yang diakui secara nasional

dan juga berlaku untuk tujuan ekspor; dan;

g) untuk memelihara serta mengembangkan sistem pertanian organik di

Indonesia sehingga menyumbang terhadap pelestarian ekologi lokal dan

global.

SNI 01-6729-2002 menetapkan prinsip-prinsip produksi pangan

organik berupa tanaman, ternak dan lebah di lahan pertanian, penyiapan,

penyimpanan, pengangkutan, pelabelan dan pemasaran, serta menyediakan

ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk

penyuburan dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta

bahan aditif dan bahan pembantu pengolahan pangan.

Selain itu SNI 01-6729-2002 juga menetapkan sistem inspeksi dan

sertifikasi, ketentuan tentang impor produk dari luar negeri dan persyaratan-

persyaratan tentang pengkajian ulang ketentuan-ketentuan dalam SNI itu

sendiri.

SNI 01-6729-2002 dapat diterapkan pada produksi pangan sebagai

berikut:

a. Tanaman dan produk segar tanaman serta produk pangan segar dan produk

pangan olahan, ternak dan produk peternakan

Page 21: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

b. Produk olahan tanaman dan ternak untuk tujuan konsumsi manusia yang

dihasilkan dari butir (a) di atas.

Produk import dari luar negeri yang masuk ke Indonesia biasanya

sudah memiliki sertifikat, sudah melalui pengujian ada tidaknya pestisida dan

berbagai pengujian lainnya. Selain itu sebelum mengimport produk tentunya

sesama pihak antara yang akan mengimpor dan mengekspor produk sudah

saling mengujungi dan mengawasi satu dengan lainnya.

Terdapat 2 (dua) jenis input yang nyata-nyata dilarang dalam sistem

pangan organik yaitu bahan kimia sintetis dan bahan/bibit/produk GMO

(genetically modified organism).

Bahan kimia sintetis dilarang digunakan dalam sistem pertanian

organik, mencakup pada proses budidaya dan pengolahan hasil hingga pada

sistem perdagangannya. Bahan yang dilarang, dibatasi dan diperbolehkan

dalam sistem pertanian organik dimuat dalam Nasional List. GMO adalah

definisi untuk organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil

rekayasa/modifikasi genetika dan produknya, diproduksi melalui teknik

dimana bahan genetika telah diubah dengan cara-cara yang tidak alami.

Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk:

rekombinasi DNA, fusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi,

penghilangan dan penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak

termasuk organisme yang dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi,

transduksi dan hibridisasi. Seluruh bahan dan/atau produk yang dihasilkan

dengan rekayasa genetika/modifikasi genetik (GEO/GMO) adalah tidak sesuai

dengan prinsip-prinsip produksi organik (baik budidaya, proses manufaktur

atau pengolahannya).

Pelabelan adalah pencantuman/pemasangan segala bentuk tulisan,

cetakan atau gambar yang ada pada label yang menyertai produk pangan,yang

berisi keterangan identitas produk tersebut atau dipajang dekat dengan produk

pangan, termasuk yang digunakan untuk tujuan promosi penjualan atau

pembuangannya. Pemasangan label logo organik hanya dapat dilakukan

setelah produk itu dinyatakan “organik” (disertifikasi organik) oleh lembaga

Page 22: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

sertifikasi yang terakreditasi. Namun demikian, produsen dapat menyatakan

(claim) bahwa produknya organik asalkan tidak mencantumkan logo organik

dimaksud. Hal ini berdasarkan prinsip pernyataan diri (self claim), pernyataan

pihak kedua (second parties) dan sistem penjaminan partisipatif (participatory

guarantee system).

Sistem inspeksi dan sertifikasi digunakan untuk memverifikasi

pelabelan dan pengakuan terhadap pangan yang diproduksi secara organik.

Produk – produk yang diimpor dapat dipasarkan bila otoritas kompeten atau

yang mewakilinya di Negara pengekspor telah menerbitkan sertifikasi inspeksi

yang menyatakan bahwa barang – barang yang dinyatakan dalam sertifikasi

dihasilkan melalui system produksi, penyiapan, pemasaran dan inspeksi

dengan menerapkan peraturan yang ada.

I. Kesimpulan

Ruang Lingkup Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) meliputi beberapa

kegiatan antara lain: Identifikasi PHT, Pencegahan PHT, Pengendalian PHT,

Pemberantasan PHT, Penanggulangan pasca pengendalian PHT. Batasan

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu mengendalikan populasi hama secara

berkelanjutan agar tidak merugikan secara ekonomis maupun lingkungan.

GAP merupakan praktek budidaya hortikultura yang menganut kaidah-

kaidah budidaya yang baik yang sesuai dengan tuntutan perkembangan

teknologi dan keinginan konsumen. Dalam GAP tercakup penerapan teknologi

yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan

pekerja, pencegahan penularan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan

prinsip traceability (dapat ditelusuri). GAP digunakan dalam sistem pertanian

berkelanjutan yang mencakup PHT, pengelolaan hara terpadu, pengelolaan

gulma terpadu, pengelolaan irigasi terpadu, dan pemeliharaan (conservation)

lahan pertanian. Penerapan PHT diperlukan dalam sistem produksi pertanian

berkelanjutan.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terutama

masyarakat konsumen akan produk-produk pertanian yang bebas residu

pestisida maka melalui pendekatan PHT dihasilkan produk-produk yang akan

Page 23: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

mempunyai daya saing pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk-

produk pertanian konvensional. Untuk kurun waktu yang tidak lama lagi PHT

akan mendatangkan keuntungan ekonomis dan manfaat ekologis bagi

masyarakat petani pada umumnya.

Pestisida sebagai bahan peracun termasuk bahan pencemar yang

berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Oleh karena sifatnya yang

persisten di lingkungan, yang menjadikan masalah dilingkungan.Residu

pestisida telah dapat dideteksi di dalam tanah, air minum, air sungai, air

sumur, udara. Residu juga terdapat di makanan yang sehari-hari kita

konsumsi seperti sayura dan buah. Dengan penerapan PHT penggunaan

pestisida dapat ditekan sekecil-kecilnya. Karena dalam PHT terdapat konsep

bahwa tidak menggunakan racun untuk mengendalikan hama tersebut, namun

menggunakan bahan-bahan hayati maupun alami yang residunya tidak

membahayakan pada manusia, lingkungan dan mahluk hidup lainnya.

Standar yang mengatur tentang pangan organik di Indonesia adalah

Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan

Organik. SNI Sistem Pangan Organik mengadopsi seluruh materi dalam

dokumen standar CAC/GL 32 – 1999, Guidelines for the production,

processing, labeling and marketing of organically produced foods dan

dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia, ke dalam bahasa Indonesia.

SNI 01-6729-2002 menetapkan prinsip-prinsip produksi pangan

organik berupa tanaman, ternak dan lebah di lahan pertanian, penyiapan,

penyimpanan, pengangkutan, pelabelan dan pemasaran, serta menyediakan

ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk

penyuburan dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta

bahan aditif dan bahan pembantu pengolahan pangan.

Page 24: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu.

usitani.wordpress.com. Diakses tanggal 10 September 2010.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan

Organik.

Bottrel, D.G. 1979. Integrated Pest Management. Council of Environ. Quality.

Washington D.C.

Deere, C. 1999. Ecolabelling and Sustainable Fisheries. IUCN. Washington D.C.

and FAO Rome.

Efendi, B. S. 2009. Strategi Pengendalian Hama TerpaduTanaman Padi dalam

Persepektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices).

Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(1): 65-78.

Kenmore, P.E. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7).

IRRI. Manila. Philippines.

Mahespatih, A. D. Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Memenuhi Persyaratan

Perdagangan Global. www.facebook.com/topic.php?uid=74563951417

&topic=9610. Diakses tanggal 17 September 2010.

Maulana, A. 2010. Pestisida Organik (Nabati).

http://worldplant.multiply.com/journal/item/24/Pertanian_Organik_Pestisi

da_Nabati. Diakses tanggal 17 September 2010.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.160/11/2006 Tentang

Pedoman Budidaya Buah Yang Baik (Good Agriculture Practices).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 Tentang

Perlindungan Tanaman.

Presiden RI. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 Tentang : Sistem Budidaya

Tanaman. Sumber: LN 1992/46; TLN NO. 3478.

Sarjan, M. 2004. Pengelolaan Hama Terpadu (Pertarungan Antara Teknologi

Konvensional Versus Modern) Dalam Rangka Pencapaian Produksi

Pertanian Secara Kuantitatif dan Kualitatif. http://fp.unram.ac.id. Diakses

tanggal 17 September 2010.

Page 25: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

Smith, R.F.1978. Distory and Complexity of Integrated Pest Management. In: Pest

Control Strategis. S.H. Smith and D. Pimentel (Ed.). Acad. Press. New

York.

Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press.

Yogyakarta.

Page 26: Pengertian Pht Dan Hubungannya Dengan Gap

PHT

REKONSTRUKSI PENGERTIAN PHT DAN

HUBUNGANNYA DENGAN GAP

Disusun oleh :

Nama : Pratiwi Noviayanti

NIM : H 0708137

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010