pengaruh sustainability report terhadap nilai ...digilib.unila.ac.id/61585/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Tesis)
Oleh
VIRGORIA DWI PUJININGSIH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
PENGARUH SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP NILAIPERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
OlehVirgoria Dwi Pujiningsih
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi dalam laporanberkelanjutan (sustainability report) terhadap nilai perusahaan dengan GoodCorporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Penelitian inidilakukan pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) danCorporate Governance Perception Index (CGPI) yang diselenggarakan olehIndonesian Institute for Corporate Governance (IICG) bekerja sama denganmajalah SWA dari tahun 2012-2017. Perusahaan yang melaporkan SustainabilityReport dari tahun 2012-2017, secara terpisah ataupun yang dilaporkan dalamannual report dan melaporkan annual report dari tahun 2012-2018. Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini berjumlah 67 peusahaan. Dalam penelitian inimenggunakan Analis regresi linier berganda dengan moderating regressionanalysis (MRA). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Good CorperateGovernance yang diproksikan dengan CGPI tidak mampu memperkuat hubunganantara informasi dimensi lingkungan dan informasi dimensi sosial dalamsustainability report terhadap nilai perusahaan namun memperlemah hubunganantara informasi sustainability report dengan nilai perusahaan. Good CorperateGovernance hanya mampu memperkuat hubungan antara informasi dimensiekonomi dalam sustainability report dengan nilai perusahaan yang diproksikandengan Price to Book Value (PBV), hal ini menunjukkan penerapan GoodCorporate Governance yang baik akan meningkatkan transparansi perusahaansehingga berdampak pada peningkatan kepercayaan investor dan kinerja keuangan.Investor masih berfokus pada kinerja keuangan dalam mengambilan keputusanberinvestasi, belum merespon positif akan pentingnya peran sustainability reportberdampingan dengan finanacial report. Meskipun perusahaan telah memilikiGood Corporate Governance yang tinggi, namun hal itu tidak menjamin nilaiperusahaan bisa mengalami peningkatan jika perusahaan itu sendiri tidakmenerapkan sustainability yang baik.
Kata kunci: sustainability report, nilai perusahaan, good corporate governance,Corporate Governance Perception Index (CGPI)
ABSTRACT
THE EFFECT OF SUSTAINABILITY REPORT ON FIRM VALUE WITHGOOD CORPORATE GOVERNANCE AS A MODERATING VARIABLE
By
Virgoria Dwi Pujiningsih
This study aims to determine the effect of information in sustainability reports onthe firm value with Good Corporate Governance (GCG) as a moderating variable.This research was conducted on companies listed on the Indonesia StockExchange (IDX) and the Corporate Governance Perception Index (CGPI) held bythe Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) in collaboration withSWA magazine from 2012-2017. Companies that report Sustainability Reportsfrom 2012-2017, separately or reported in the annual report and report the annualreport from 2012-2018. The sample used in this study amounted to 67 companies.In this study using multiple linear regression analyst with moderating regressionanalysis (MRA. The results in this study indicate that Good Corperate Governancewhich is proxied by CGPI is not able to strengthen the relationship betweenenvironmental dimension information, and social dimension information insustainability reports to firm value but weakens the relationship betweensustainability report information and company value. Good Corperate Governanceis only able to strengthen the relationship between economic dimensioninformation in sustainability reports with company value proxied by Price to BookValue (PBV), this shows that the application of good corporate governance willincrease company transparency so that it will have an impact on increasinginvestor confidence and financial performance . Investors are still focusing onfinancial performance in making investment decisions, not yet respondingpositively to the importance of the sustainability report's role alongside thefinancial report. Even though the company already has high Good CorporateGovernance, it does not guarantee the value of the company can increase if thecompany itself does not implement good sustainability.
Keywords: sustainability report, firm value, good corporate governance,Corporate Governance Perception Index (CGPI)
PENGARUH SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP NILAIPERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Oleh
VIRGORIA DWI PUJININGSIH
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER ILMU AKUNTANSI
Pada
Program Studi Magister Ilmu AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Virgoria Dwi Pujiningsih, dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 September 1975,
sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Djoko Parjio dan Ibu Sri Suhartati MZ.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1988 di SDN 3
Taman Fajar, Purbolinggo, Lampung Timur. Selanjutnya Sekolah Menengah
Tingkat Pertama diselesaikan oleh penulis di SMPN I Purbolinggo, Lampung
Timur pada tahun 1991 dan kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Tingkat Atas di SMA Negeri Kotagajah pada tahun 1994. Pada tahun
1997 penulis mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan, di Akademi
Perawatan Depkes Tanjungkarang yang sekarang berubah menjadi Jurusan
Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang.
Pada tahun 2016, penulis menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Jurusan Teknik
Informatika IBI Darmajaya dan mendapatkan gelar Sarjana Komputer. Tahun
2017, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana pada Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Pada hari Selasa, tanggal 28 Januari 2020, penulis dinyatakan lulus dalam ujian
tesis, dengan bergelar Magister Akuntansi.
MOTTO
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku
(QS. Al-Baqarah Ayat 152)
“If you are tired, rest for a while, don’t give up”
“Terlalu memperdulikan apa yang orang pikirkan dan kau akan selalu
menjadi tahanan mereka.”
( Lao Tzu)
“Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah. Jika tak bisa, maka ubahlah
cara pandangmu tentangnya.”
(Maya Angelou)
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku
persembahkan karya ini untuk orang-orang yang sangat berarti dalam
hidupku : kedua Orang Tuaku, Suamiku, dan Anak-Anakku, semoga kita
selalu bersama sampai Jannah-Nya kelak . Aamiin
Almamater Tercinta
Universitas Lampung
i
SAN WACANA
Bismillahirohmannirrahim.
Puji dan syukur atas karunia dan kehendak Allah SWT dengan kemurahan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh
Sustainability Report terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate
Governance sebagai Variabel Pemoderasi ” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan, dukungan serta bimbingan
dari berbagi pihak baik moril maupun materil. Sehingga dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria. M.S. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
ii
4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Universitas Lampung sekaligus selaku Anggota
Penguji terima kasih atas motivasi dan dukungan yang telah diberikan selama
ini hingga terselesaikannya tesis ini dengan baik.
5. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt. selaku Pembimbing I. Terima
kasih atas waktu, saran, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan
selama ini hingga terselesaikannya tesis ini dengan baik.
6. Bapak Dr. Usep Syaipudin, S.E., M.S.Ak. selaku Pembimbing II. Terima
kasih atas waktu, saran, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan
selama ini hingga terselesaikannya tesis ini dengan baik.
7. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si.,CA.,Akt. selaku Penguji Utama
yang telah memberikan bimbingan dan saran atas penyelesaian tesis ini.
8. Seluruh dosen Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung yang telah membimbing dan memberikan
ilmunya kepada penulis selama menempuh studi.
9. Mas Andri Kasrani, S.Pd. dan seluruh staf Program Studi Magister Ilmu
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu penulis selama bergabung bersama civitas akademika
Universitas Lampung.
10. Suami dan anak-anakku tercinta. Aa, Alwan, Akhdan, terima kasih banyak
atas semangat, motivasi, kasih sayang, doa, dukungan, dan pengertiannya
selama ini yang tiada henti, you all my everything.
iii
11. Ibuku dan mbakku tersayang serta keponakan-keponakanku (Daffa, Aul, dan
Faiz). Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini, love you all so
much.
12. Adikku Rita Pebriani terima kasih telah memberikan semangat, bantuan, dan
dukungannya. Selalu setia menemani dalam proses bimbingan, seminar hasil
sampai dengan ujian sehingga terselesainya tesis ini.
13. Ibu El dan Tina, terima kasih atas dukungannya dan selalu sabar mendengar
cerita-cerita yang terkadang tanpa bobot serta problem solvingnya dalam
penyelesaian studi.
14. Pak Ropil, Bang Maryadi, dan Aristo (Ario) selaku rekan kerja di Instalasi
Pemeliharaan dan Perbaikan Saspras Poltekkes Tanjungkarang yang telah
memberikan support dan pengertiannya dalam menyelesaikan tesis ini.
15. Rekan-rekan seperjuanganku diakhir masa studi : Wahyu Elsa Putri,S.E.,
M.S.Ak, Dewi Puspita, S.E., M.S.Ak., Eman Sulaiman, S.E., M.S.Ak., dan
Lukmanul Hakim Rusdi, CA, CPA, M.S.Ak. dan seluruh teman-teman
Magister Ilmu Akuntansi 2017 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini, semoga
silahturahmi kita selalu terjaga.
16. Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan yang diberikan.
Semoga Tuhan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi Bapak, Ibu dan
saudara-saudari sekalian.
iv
Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan
akan memberikan suatu sumbangsih bagi Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 28 Januari 2020
Virgoria Dwi Pujiningsih
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................DAFTAR TABEL................................................................................................DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................................
2.1.1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) .......................................2.1.2. Teori Sinyal (Sinyaling Theory) ...................................................2.1.3. Teori Legitiminasi (Legitiminacy Theory) ....................................2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory) ......................................................2.1.5. Corporate Governance Perseption Index (CGPI) ........................2.1.6. Sustainability Report ....................................................................2.1.7. Nilai Perusahaan ...........................................................................2.1.8. Good Corporate Governance (GCG)............................................
2.2. Penelitian Terdahulu..................................................................................2.3. Kerangka Pemikiran..................................................................................2.4. Pengembangan Hipotesis...........................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1. Populasi dan Sampel Data Penelitian .......................................................3.2. Data Penelitian .........................................................................................
3.2.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................3.2.3. Operasional Variabel.....................................................................
3.3. Pengujian Data ..........................................................................................3.3.1. Uji Asumsi Klasik.........................................................................3.3.2. Metode Analisis Data....................................................................3.3.3. Pengujian Hipotesis.......................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Deskripsi Data ..........................................................................................4.2. Hasil Analisis Data....................................................................................4.3. Hasil Pengujian Hipotesis..........................................................................4.4. Pembahasan...............................................................................................
iiiiiv
19
10
111114161820232526293435
495050405156566060
64657382
ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan ...................................................................................................5.2. Keterbatasan .............................................................................................5.3. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
9799
100
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Pemeringkatan CGPI (majalah SWA)....................................
Tabel 3.1 Darbin Watson Test : Pengambilan Keputusan.....................................
Tabel 4.1 Pemilihan Sampel..................................................................................
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif.................................................................................
Tabel 4.3 Uji Normalitas.......................................................................................
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas.............................................................................
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi....................................................................................
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi dan Determinasi Persamaan I..................................
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi dan Determinasi Persamaan II.................................
Tabel 4.8 Hasil Uji F Persamaan I.........................................................................
Tabel 4.9 Hasil Uji F Persamaan II.......................................................................
Tabel 4.10 Hasil Uji t Persamaan I........................................................................
Tabel 4.11 Hasil Uji t Persamaam II.....................................................................
iiiiiv
19
10
111114161820232526293435
495050405156566060
6465
23
59
65
66
70
71
73
74
74
76
77
78
79
iv
DAFTAR GAMBAR
Ganbar 1.1 Perkembangan Jumlah Pelaporan Sustainability Report tahun 2006-
2016......................................................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran..........................................................................
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedatisitas..............................................................
iiiiiv
19
10
111114161820232526293435
495050405156566060
64
7382
9799
100
3
34
72
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Pelaporan Sustainability Report
Tahun 2006-2016....................................................................3
Gambar 2,1 Kerangka Pemikiran............................................................... 34
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedatisitas .................................................. 72
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sustainability Report atau laporan keberlanjutan merupakan bentuk laporan
yang diterbitkan oleh suatu perusahaan untuk mengungkapkan (disclose) atau
mengomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan mengenai kinerja
lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik (LST) secara akuntabel. Global
Reporting Initiative (GRI) mendefinisikan sustainability report sebagai praktik
dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan sebagai tanggung
jawab kepada seluruh stakeholders mengenai kinerja organisasi dalam
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, sustainability report akan
menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan
dan dampak sosial.
Sustainability report disusun dengan menggunakan sebuah acuan atau dasar yaitu
Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan oleh Global
Reporting Initiative (GRI) yang disesuaikan dengan karakteristik usaha sebuah
perusahaan. Prinsip ketepatan (Accuracy), menyeluruh (Completeness), serta
2
reliabilitas (Reliability) diperlukan untuk menampilkan informasi dalam laporan
keberlanjutan. GRI merupakan sebuah organisasi non-profit yang
mempromosikan keberlanjutan ekonomi. GRI menghasilkan standar yang umum
digunakan perusahaan di dunia untuk pelaporan keberlanjutan (Global Reporting
Initiative, 2017).
Tujuan dari sustainabilility report adalah untuk mengomunikasikan komitmen
dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan kepada para pemangku
kepentingan serta masyarakat luas secara transparan. Juga untuk menjaga
akuntabilitas perusahaan terhadap pemangku kepentingan (stakeholders),
berdasarkan tujuan kinerja perusahaan menuju pembangunan yang
berkelanjutan. Sustainability report bagi investor dapat digunakan sebagai alat
kontrol atas pencapaian kinerja perusahaan kepada stakeholder dalam menjaga
kinerja sosial dan lingkungan disekitar perusahaan. (Puspitandari dan Septiani,
2017). Melalui laporan ini para pemangku kepentingan bisa mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dan terbuka mengenai segala kegiatan pembangunan
berkelanjutan yang telah dilakukan oleh perusahaan.
Perkembangan sustainabilily report di Indonesia menunjukkan tren yang positif.
Sejak tahun 2006 laporan ini sudah menjadi perhatian perusahaan di Indonesia
sebagai suatu laporan yang mampu memberikan pengungkapan untuk elemen dan
informasi yang belum tercakup, baik pada Annual Report maupun Financial
Statement. Jumlah perusahaan yang membuat laporan sustainability setiap
3
tahunnya semakin bertambah. Tetapi apabila dibandingkan antara jumlah
perusahaan yang mengeluarkan sustainability report dengan Emiten pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) masih terhitung sedikit. Sampai dengan tahun 2016 baru
sebanyak 52 Emiten yang melakukan publikasi sustainability report.
(farizhabib.wordpress.com,2017). Sustainability report merupakan salah satu
mekanisme pelaporan non kuantitatif yang semakin berkembang. Namun
sustainability report ini masih bersifat sukarela (voluntary), sehingga belum
semua entitas bisnis melakukan pelaporan ini.
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Pelaporan Sustainability Report Tahun 2006 – 2016
Sumber : farizhabib.wodpress.com (2017)
Perkembangan sustainability perusahaan di Indonesia salah satunya didorong
oleh adanya pemberian penghargaan tahunan atas sustainability report yang
diinisiasi oleh lembaga National Center for Sustanaibility Reporting (NCSR)
(Tarigan dan Samuel, 2014). NCSR merupakan organisasi pendiri Indonesia
Sustainability Reporting Award (ISRA) yang merupakan penghargaan bagi
perusahaan-perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan telah mengungkapkannya benar dan transparan pada laporan
4
berkelanjutan (sustainability report) perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan
tidak cukup dilihat dari keberhasilan disisi keuangan, tapi perusahaan juga
dituntut untuk memberikan keberhasilannya diluar konteks keuangan dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan secara menyeluruh. Saat ini untuk
mengukur keberhasilan perusahaan menggunakan ukuran nilai (value)
perusahaan, dan ini tidak cukup diungkapkan hanya dengan melihat keberhasilan
disisi keuangan saja, melainkan nilai (value) perusahaan perlu juga dilihat dari sisi
non keuangan. (https://majalahcsr.id/)
Pemerintah Indonesia pada tahun 2007 telah mengeluarkan undang-undang
tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang mewajibkan suatu
perusahaan melakukan tanggung jawab sosial sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas aktivitas perusahaan. Aktivitas tersebut juga perlu
dilaporkan melalui laporan tanggung jawab sosial yang disajikan dalam Annual
Report. Perusahaan dapat menyajikan laporan pertanggungjawabannya melalui
Sustainability Report sebagai laporan yang terpisah dari Annual Report.
Sustainability Report dapat dijadikan sebagai bentuk transparansi perusahaan
dalam mengungkapkan informasi dampak aktivitasnya. Sustainability report
sebagai suatu laporan mampu memberikan pengungkapan untuk elemen dan
informasi yang belum tercakup baik pada Annual Report maupun Financial
Statement.
5
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin serius terhadap penyampaian laporan non
keuangan berupa sustainability report ini dengan dirilisnya Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan nomor 51 /Pojk.03/2017 tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik,
yang mewajibkan perusahaan finansial dan perusahaan yang sudah masuk bursa
saham untuk menyerahkan sustainability report tahunan yang disusun secara
terpisah dari laporan tahunan atau sebagai bagian yang tidak terpisah dari laporan
tahunan. Hal ini menunjukan bahwa tuntutan pelaporan perusahaan semakin luas
dan kompleks. Perusahaan di era modern tidak bisa menafikkan permintaan
investor terhadap berbagai laporan non keuangan yang perannya semakin penting
dalam menilai kesinambungan bisnis.
Majalahcsr.id, sebagai media yang aktif dalam mengampanyekan tanggung jawab
sosial dan bisnis berkelanjutan di Indonesia mengadakan kegiatan diskusi publik
Indonesia Sustainability Corner dengan tema “Meningkatkan Nilai Perusahaan
melalui Sustainability Reporting”. Sustainability report membantu perusahaan
mendapatkan positioning yang lebih baik diantara kompetitornya sehingga
reputasinya meningkat, juga karena brand perusahaan menjadi dikenal sebagai
perusahaan yang kegiatan tanggung jawab sosialnya baik. Hal tersebut akan
meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong inverstor untuk berinvestasi,
yang kemudian akan meningkatkan nilai perusahaan. (https://swa.co.id/).
6
Pada penelitian Suryono dan Prastiwi (2011), salah satu manfaat dari
sustainability report adalah dapat membantu membangun ketertarikan para
pemegang saham dengan visi jangka panjang dan membantu mendemonstrasikan
bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang terkait dengan isu sosial dan
lingkungan. Sustainability report dianggap penting karena mampu menunjukkan
transparansi kepada stakeholders yang dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan, sehingga nilai perusahaan juga dapat meningkat
(Astuti dan Juwenah, 2017).
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi dan meningkatkan kepercayaan pasar, tidak
hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan
dimasa mendatang. Reilly dan Brown (2012) menyatakan bahwa harga pasar akan
menyesuaikan dengan informasi yang tersedia. Penyesuaian tersebut dapat over
adjust atau under adjust dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
keputusan beli dan menjual oleh investor atas informasi yang diterima dalam
rangka memaksimalkan keuntungannya.
Penilaian pasar yang efisien dapat ditinjau melalui dua hal yaitu dari ada atau
lengkapnya ketersediaan informasi maupun adanya pengambilan keputusan atau
tindakan oleh investor atas informasi yang diperolehnya, Jogiyanto (2009).
Sehingga investor akan bertindak secara rasional dalam pengambilan keputusan
7
investasi. Nilai reputasi saham meningkat hanya ketika tindakan perusahaan
dinilai menunjukkan adanya tanggung jawab sosial. Seringkali perusahaan
menggunakan sustainability report sebagai alat untuk meningkatkan reputasi
perusahaan sehingga berimbas pada meningkatnya nilai perusahaan (Fatchan dan
Trisnawati, 2016).
Pengungkapan sustainability report mampu mengurangi asymmetry information
yang terjadi antara manajer dan investor sehingga meningkatkan nilai perusahaan
(Lo dan Sheu, 2007; Schadewitz dan Niskala, 2010, dalam Sari et al, 2017),
Jensen & Sandström (2011) menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat
dimaksimalkan dengan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan seluruh
stakeholder. Penelitian dengan subjek perusahaaan di Finlandia mengungkapkan
bahwa sustainability reporting yang dilaporkan melalui GRI Guidelines memiliki
relevansi dan menjadi suatu faktor yang penting dalam menjelaskan nilai
perusahaan (Schadewitz & Niskala, 2010).
Peneltian mengenai sustainability report sudah banyak dilakukan di Indonesia.
Beberapa penelitian terdahulu antara lain yang diakukan oleh Latifah dan Luhur
(2017) menghasilkan bahwa sustainability report berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan dan didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al (2017) yang menghasilkan sustainability report (aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial) secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Kuzey dan Uyar
8
(2017), pengungkapan sustainability report berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan Fatchan dan Trisnawati (2016) dalam
penelitiannya juga mengungkapkan bahwa variabel sustainability report (SR)
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Sari dan Gunawan
(2015) yang menghasilkan bahwa sustainbility report tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sejati dan Prastiwi (2015) yang menyatakan bahwa sustainability reporting
berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari berbagai hasil
penelitian tersebut menujukan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hasil
penelitian yang tidak konsisten di atas, maka penelitian ini mengembangkan dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sejati dan Prastiwi (2015) dengan
menambahkan faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi hubungan antara
sustainability report dengan nilai perusahan.
Penelitian ini mengganti pengukuran variabel dengan menggunakan GRI4 dan
Price to Book Value (PBV), PBV menggambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti
pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukkan seberapa
jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan (www.kajianpustaka.com). Faktor lain yang
akan ditambahkan pada penelitian ini adalah Good Corporate Governance
9
(GCG) sebagai pemoderasi. Hal ini didasari oleh teori dan penelitian terdahulu
bahwa GCG merupakan seperangkat peraturan yang mengatur, mengelola dan
mengawasi hubungan antara para pengelola perusahaan dengan stakeholders
disuatu perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas GCG menunjukan
peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan
kualitas GCG, cenderung menunjukan penurunan pada penilaian pasar (Cheung,
2011). Dengan demikian, penerapan GCG dipercaya dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Purnamawati et al (2017) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
mekanisme GCG dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hal di atas , maka penulis
akan melakukan penelitian tentang “PENGARUH SUSTAINABILITY REPORT
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI”.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah informasi dalam sustainability report berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2. Apakah informasi dimensi ekonomi dalam sustainability report berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
10
3. Apakah informasi dimensi lingkungan dalam sustainability report
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4. Apakah informasi dimensi sosial dalam sustainability report berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
5. Apakah Good Corporate Governance memiliki pengaruh sebagai variabel
pemoderasi dalam hubungan antara informasi dalam sustainability report,
informasi dimensi ekonomi, dimensi lingkungan, dan dimensi sosial dalam
sustainability report terhadap nilai perusahaan.
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas , maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh informasi dalam sustainability report terhadap nilai
perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh informasi dimensi ekonomi dalam sustainability report
terhadap nilai perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh informasi dimensi lingkungan dalam sustainability
report terhadap nilai perusahaan.
3. Mengetahui pengaruh informasi dimensi sosial dalam sustainability report
terhadap nilai perusahaan.
4. Mengetahui pengaruh Good Corporate Governance sebagai variabel
pemoderasi dalam hubungan antara informasi sustainability report, infornasi
dimensi ekonomi, dimensi lingkungan, dan dimensi sosial dalam
sustainability report terhadap nilai perusahaan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Menurut Ghazali dan Chariri (2007), Teori Stakeholder merupakan teori yang
menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada
seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Kelompok stakeholder inilah
yang menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam
mengungkap atau tidak suatu informasi di dalam laporan perusahaan tersebut.
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen
perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-
aktivitas yang dilakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul
bagi stakeholder.
Pengertian stakeholders dapat dijelaskan berdasarkan pengklasifikasiannya.
Kasali (2005) mengklasifikasikan stakeholder menjadi beberapa jenis yaitu;
stakeholders internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders internal adalah
12
stakeholders yang berada dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan,
manajer dan pemegang saham , sedangkan penyalur atau pemasok, konsumen atau
pelanggan, masyarakat dan pemerintah termasuk dalam stakeholders eksternal
karena stakeholders ini berada diluar lingkungan organisasi. Pengklasifikasian
stakeholders lainnya adalah Stakeholders primer, stakeholders sekunder, dan
stakeholders marjinal. Stakeholders primer merupakan stakeholders yang harus
diperhatikan oleh perusahaan dan stakeholders sekunder merupakan stakeholders
kurang penting, sedangkan stakeholders marjinal merupakan stakeholders yang
sering diabaikan oleh perusahaan (Hadi 2011).
Meskipun stakeholder theory mampu memperluas perspektif pengelolaan
perusahaan dan menjelaskan dengan jelas hubungan antara perusahaan
dengan stakeholder, teori ini memiliki kelemahan. Gray et al (1997) mengatakan
bahwa kelemahan dari stakeholder theory terletak pada fokus teori tersebut yang
hanya tertuju pada cara-cara yang digunakan perusahaan dalam
mengatur stakeholder-nya. Perusahaan hanya diarahkan untuk
mengidentifikasi stakeholder yang dianggap penting dan berpengaruh, dan
perhatian perusahaan akan diarahkan pada stakeholder yang dianggap bermanfaat
bagi perusahaan. Mereka yakin bahwa stakeholder theory mengabaikan pengaruh
masyarakat luas (society as a whole) terhadap penyediaan informasi dalam
pelaporan keuangan (Ghozali dan Chariri, 2007).
13
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori stakeholder merupakan suatu
teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas
dari adanya peranan stakeholder, baik dari internal maupun eksternal dengan
berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari setiap stakeholder yang
ada. Sustainability report dapat menjadi strategi perusahaan untuk memenuhi
kepentingan dari para stakeholder akan informasi non keuangan perusahaan
terkait dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari adanya aktivitas
perusahaan. Semakin baik pengungkapan sustainbility oleh perusahaan akan
membuat stakeholder memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas
segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan mencapai laba
yang diharapkan
Pada penelitian pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan
perusahaan merupakan dialog antara perusahaan dengan stakeholder nya dan
menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mengubah
persepsi dan ekspektasi (Adam dan McNicholas 2007). Pengungkapan tersebut
dilakukan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi para
stakeholder serta mendapatkan dukungan dari para stakeholder demi
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Semakin baik pengungkapan sustainability
yang dilakukan oleh perusahaan maka stakeholder akan semakin memberikan
dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja dan mencapai laba yang diharapkan perusahaan.
14
2.1.2. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan
yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara
lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung
untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan,
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari
biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah. Signalling theory menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi
investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun
keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat
15
waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi.
Menurut Hartono (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar
(investor, kreditor). Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan,
16
laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
Para investor membutuhkan berbagai informasi terkait dengan aktivitas
perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena tumbuh
kembang perusahaan bergantung pada dukungan dari para investor -nya, maka
perusahaan akan berusaha untuk memberikan berbagai informasi yang bermanfaat
bagi investor dalam mengambil keputusan. Pengungkapan informasi pada
perusahaan ada yang sifatnya wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Salah
satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang pesat saat ini yaitu
sustainability report. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Widianto dkk
(2011), melalui sustainability report perusahaan dapat memberikan informasi
yang lebih dari cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya
terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan.
2.1.3. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi (legitimacy theory) berfokus pada interaksi antara perusahaan
dengan masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari
masyarakat sehingga harus memperhatikan norma-norma sosial masyarakat,
karena kesesuaian dengan norma sosial dapat membuat perusahaan semakin
legitimate. Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang
penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan
17
nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori
legitimasi adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat,
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan Sethi
(1973) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial, yaitu : “semua
institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui
kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, yang kelangsungan hidup
pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan
kepada masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada
kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.”
Teori legitimasi mendorong perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan
kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Laporan aktivitas tanggung jawab
sosial dan lingkungan perusahan yang dituangkan dalam sustainability report
dapat digunakan oleh perusahaan untuk membuktikan bahwa perusahaan telah
menjalankan tanggung jawab sosial. Hal ini sebagai upaya agar keberadaan
organisasi dapat diterima oleh masyarakat. Legitimasi dari masyarakat merupakan
salah satu sumber daya operasional yang penting bagi perusahaan.
18
2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan corporate governance yang
ada di perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Agar hubungan ini
dapat berjalan dengan baik, pemilik akan mendelegasikan otoritas pengambilan
keputusan kepada manajer. Teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi yaitu
asumsi mengenai sifat dasar manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi
informasi (Eisenhard, 1989). Asumsi sifat dasar manusia menekankan bahwa
manusia sering mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki
pemikiran terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
manusia senantiasa menghindari resiko (risk averter).
Dalam rangka memahami konsep Good Corporate Governance (GCG), maka
digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan
merupakan hubungan antara dua pihak dengan salah satu pihak menjadi agent dan
pihak yang lain bertindak sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda, 2000).
Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusa kepada agent tersebut. (Waryanto, (2010).
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam
hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen
karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal,
19
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori Agensi mampu
menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi
dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan
kepentingannya terhadap perusahaan (Ibrahim, 2007 dalam Aziz, 2014).
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal), namun demikian manajer juga
menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
yang masing -masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002 dan Waryanto, 2010 dalam
Aziz 2014).
Selain itu, teori agensi juga menjelaskan mengenai masalah asimetri informasi
(information asymmetric). Manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai
informasi yang lebih lengkap mengenai internal perusahaan dan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Namun, informasi yang disampaikan terkadang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai
asimetri informasi (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Asimetri antara
manajemen (agent) dengan pemilik atau pemegang saham (principal) dapat
20
memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan oportunis
seperti manajemen laba (earnings management) untuk memaksimalkan
kepentingan pribadinya sehingga dapat merugikan para pemegang saham.
Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan
pada teori agensi. Penerapan konsep corporate governance diharapkan
memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan
pemilik (pemegang saham), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak
akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen sehingga dapat
meminimumkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan
sehingga perusahaan menjadi sehat. Semakin sehat perusahaan semakin dapat
memahami makna strategis dari pengungkapan informasi dan apa yang
dibutuhkan stakeholder secara luas, salah satunya informasi yang diungkapkan
dalam sustainability report.
2.1.5. Corporate Gorverance Perseption Index (CGPI)
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) berdiri pada tanggal 2
Juni 2000 atas prakarsa Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), praktisi dan
profesional, serta tokoh masyarakat yang memiliki visi dan kepedulian terhadap
masa depan Indonesia yang lebih baik. Tujuan membentuk IICG adalah untuk
memasyarakatkan konsep corporate governance dan manfaat penerapan prinsi-
prinsip GCG seluas-luasnya dalam rangka mendorong terciptanya dunia usaha
Indonesia yang beretika dan bermartabat. Wujud kontribusi IICG tersebut
21
dicanangkan dalam empat kegiatan utama, yaitu: (1) Penelitian dan
Pemeringkatan, (2) Pendidikan dan Pelatihan, (3) Publikasi dan Promosi, serta (4)
Penilaian dan Pengembangan.
Salah satu program yang terus menerus dilaksanakan IICG sejak tahun 2001
hingga sekarang adalah Corporate Governance Perception Index (CGPI), yaitu
program riset dan pemeringkatan penerapan good corporate governance (GCG)
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang
mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate
governance (CG) dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking sebagai
upaya perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement).
Program CGPI yang diselenggarakan IICG setiap tahunnya merupakan program
yang bersifat sukarela (voluntary), selektif, dan elektif. Keikutsertaan perusahaan
dalam CGPI merupakan sebuah pilihan (elektif) secara sukarela (voluntary) tanpa
didasari oleh dorongan memenuhi aturan (mandatory) dan mempertimbangkan
kesiapan internal perusahaan (selektif) dalam memutuskan berpartisipasi
mengikuti CGPI berdasarkan tema penilaian. IICG sebagai lembaga masyarakat
yang independen mengundang partisipasi perusahaan pada CGPI dalam bentuk
himbauan (voluntary) kepada beberapa perusahaan yang sudah diwajibkan
menerapkan GCG ataupun belum (selektif) melalui penetapan tema khusus
penilaian CGPI (elektif).
22
Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, 2012) yang
menyatakan bahwa : Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah
pemeringkatan penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan
meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance (CG) melalui
perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan melakukan
evaluasi dan studi banding (benchmarking). Menurut Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG), CGPI (Corporate Governance Perception Index)
(2012) menggunakan empat tahapan penilaian sebagai persyaratan penilaian wajib
diikuti oleh peserta CGPI. Empat tahapan tersebut yaitu :
a. Self Assessment
Tahap pengisian kuisioner Self Assessment terkait penerapan GCG. Tahapan ini
melibatkan seluruh organ dan anggota perusahaan serta para pihak yang
berkepentingan lainnya (stakeholder) dalam memberikan tanggapan terhadap
implementasi GCG di perusahaan.
b. Kelengkapan
Tahap penelusuran kelengkapan dokumen dan bukti yang mendukung penerapan
GCG. Kelengkapan dokumen mempersyaratkan pemenuhan dokumen terkait
penerapan GCG dan praktik bisnis yang beretika serta kelengkapan sistem yang
berlaku di perusahaaan.
c. Penyusunan Makalah dan Presentasi
23
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan tentang kebijakan
dan kegiatan perusahaan terkait GCG dalam bentuk makalah dengan
memperhatikan sistematika penyusunan yang telah ditentukan.
d. Observasi
Tahap klarifikasi dan konfirmasi data dan informasi seputar penilaian melalui
diskusi dan kunjungan ke perusahaan. Diskusi observasi melibatkan Dewan
Komisaris, Direksi, dan pimpinan manajerial perusahaan
Hasil CGPI berupa indeks persepsi CG yang menjelaskan kualitas penerapan
GCG di perusahaan peserta CGPI berdasarkan pemanfaatan pengetahuan dan
diklasifikasikan menurut kategorisasi pemeringkatan yaitu sangat terpercaya,
terpercaya dan cukup terpercaya. Level terpercaya CGPI dapat ditunjukan pada
tabel berikut :
Tabel 2.1. Kategori pemeringkatan CGPI
Skor Level Terpercaya
85-100 Sangat Terpercaya
70-84 Terpercaya
55-69 Cukup Terpercaya
Sumber : http://swa.co.id
2.1.6. Sustainability Report
Sustainability report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington (dalam
Tarigan dan Semuel, 2014), sustainability report berarti laporan yang memuat
tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang
24
terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan
perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance).
Saat ini implementasi sustainability report di Indonesia didukung oleh aturan
pemerintah seperti Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) Nomor 40 Tahun
2007. Salah satu manfaat dari sustainability report adalah dapat membantu
membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang dan
membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang
terkait dengan isu sosial dan lingkungan (Ilham Nuryana Fatchan, 2016)
Pelaporan di dalam sustainability report atau di kenal dengan triple bottom line
dibagi menjadi tiga komponen (Wibisono, 2007) yaitu:
1) Kinerja ekonomi (economic performance) = profit
Melaporkan pengukuran-pengukuran tradisional mengenai kinerja keuangan, dan
mungkin tambahan statistik yang berhubungan dengan kinerja ekonomi seperti
pangsa pasar produk atau informasi tentang pengembangan produk baru.
2) Kinerja lingkungan (environmental performance) = planet
Melaporkan dampak dari produk, jasa dan proses perusahaan terhadap
lingkungan, komponen dari triple bottom line ini dapat melaporkan pelepasan
polutan ke udara dan air publik, utilisasi sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (Renewable) dan tidak dapat diperbaharui (Nonrenewable), dan
pengelolaan sumber daya alam oleh perusahaan.
3) Kinerja sosial (social performance) = people
Melaporkan pengukuran-pengukuran kinerja yang berhubungan dengan
kesejahteraan karyawan, seperti tingkat kecelakaan karyawan, program-program
25
kepelatihan, dan statistik mengenai penerimaan karyawan. Kategori ini juga
melaporkan pengukuran kinerja sosial lainnya seperti kontribusi amal, dan
aktivitas-aktivitas perusahaan dalam membentuk kebijakan publik lokal, nasional,
dan internasional.
2.1.7. Nilai Perusahaan
Menurut Sartono (2010), nilai perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan
sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Adanya kelebihan nilai jual diatas
nilai likuidasi adalah nilai dari organisasi manajemen yang menjalankan
perusahaan itu dan menurut Fakhrudin dan Sopian (2001) nilai perusahaan
merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Menurut Noerirawan (2012), nilai perusahaan merupakan kondisi
yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama
beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini.
Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. (dalam
Herumuningsih dan Wardani, 2009).
Sri Rahayu (2010) dalam Amanti (2012) menyatakan bahwa nilai perusahaan juga
dapat menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola
kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang
diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai
perusahaannya. Samuel (2000) dalam Nurela dan Islahuddin (2008) juga
26
menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau yang dikenal juga sebagai firm
value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan.
2.1.8. Good Corporate Governance (GCG)
Istilah Corporate Governance pertama kali dicetuskan pada Cadbury Committee
di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan yang kemudian
dikenal sebagai Cadbury Report. Cadbury Report (1992) mendefinisikan
Corporate Governance sebagai: “The system by which organisations are
directed and controlled”.
Praktik Tata Kelola (Governance) merupakan bentuk pembenahan yang dilakukan
setiap entitas bisnis baik swasta maupun pemerintah yang dicanangkan
pemerintah untuk merubah pandangan bisnis yang selama ini telah dijalankan.
Corporate Governance dilatarbelakangi oleh konsep pemisahan antara
kepemilikan para pemegang saham dan pengendalian para manajemen dalam
perusahaan. Hal ini dikembangkan dalam teori agensi di tahun 1970-an yang
mengatakan bahwa Dewan Komisaris secara rasional akan bertindak bagi
kepentingan mereka, dan bukan dengan bijaksana dan adil bertindak bagi
kepentingan para pemegang saham. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
checks and balances untuk mencegah potensi penyalahgunaan kekuasaan (Tricker,
1994).
27
Corporate governance merupakan mekanisme admnistratif yang mengatur
hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang
saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholder) yang lain. Hubungan-
hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan
sistem insentif sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan-
tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan” (Wahyudi Prakarsa, 2000). Tata
kelola (governance) secara konsep maupun praktik, merupakan sebuah perubahan
yang perlu dicermati oleh korporasi sebagai lingkungan eksternal yang harus
diadaptasi (internalisasi), dijadikan acuan dan pedoman (sistem), diperhatikan dan
menjadi arah perkembangan masa depan (strategi) serta menjadi bagian dari
organisasi yang mempengaruhi cara dan gaya organisasi (budaya) dalam
mengambil keputusan dan menempatkan diri di pasar dan industrinya.
Secara teoritis, penerapan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena
dengan penerapan GCG yang baik dapat mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri
sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan tingkat
kepercayaan para investor (Newell dan Wilson 2002). Menurut FCGI (2001),
tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Ada beberapa manfaat yang
dapat diambil dari penerapan GCG, antara lain meningkatkan kinerja perusahaan,
mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada
akhirnya akan meningkatkan corporate value, mengembalikan kepercayaan
28
investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia, pemegang saham
akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan
Shareholders’s value dan deviden, dan mencegah tindak kecurangan perusahaan.
Menurut KNKG (2006), ada lima prinsip dasar GCG, yaitu:
a. Transparansi (Transparency), untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitaas (Accountability), Perusahaan harus mampu untuk
bertanggungjawab atas kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan
c. Responbilitas (Responsibility),
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai
good corporate citizen.
29
d. Independensi (Independency), untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing bagian
dalam perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Menurut Monks (2003) dalam Kaihatu (2006) mekanisme corporate governance
mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh manajer ketika terjadi pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian. Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan
mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi (Walsh dan
Seward, 1990).
2.2. Penelitian Terdahulu
Penulis Judul dan
Industri
Lokasi/Sumber Variabel Hasil
Puspitandari
dan Septiani
(2017)
Pengaruh
Sustainability
Report
Disclousure
Terhadap Kinerja
Perbankan
Diponegoro
Journal Of
Accounting,
Volume 6, Nomor
3, Tahun 2017,
HalamaN 1-12
ISSN (Online)
2337-3806
Dependen :
ROA
Independen:
Sustainsbilit
y Report,
Kinerja
Ekonomi,
Kinerja
Lingkungan,
dan Kinerja
Sosial
1. Sustainability
report memiliki
hubungan
dengan ROA
2. Kinerja
Ekonomi
memiliki
hubungan
dengan ROA
3. Kinerja
Lingkugan
memiliki
hubungan
dengan ROA
4. Kinerja Sosial
memiliki
hubungan
30
dengan ROA
Latifah dan
Luhur (2017)
Pengaruh
Pengungkapan
Sustainability
Report Terhadap
Nilai Perusahaan
dengan
Profitabilitas
Sebagai
Pemoderasi
Jurnal Akuntansi
dan Bisnis
Vol.17, No. 1,
Februari 2017:13-
18
www.jab.fe.uns.ac.i
d
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Indepernden
:
Sustainabilit
y Report
Moderating :
Profitabilitas
1. Penungkapan
sustainability
report
berpengaruh
signnfikan
terhadap nilai
perusahaan
2. Profitabilitas
sebagai
pemoderasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nila
perusahaan
Sari et al
(2017)
Sustainability
Report dan Nilai
Perusahaan di
bursa Efek
Indonesia
Jurnal Spread-April
2017, Volume 7
Nomor I
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Sustainabilit
y report
1. Sustainability
report (aspek
ekonomi,
lingkungan, dan
sosial) secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
2. Penungkapan
aspek ekonomi
dalam
sustainability
report
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
3. Pengungkapan
aspek
lingkungan
dalam
sustainability
report tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
4. Pengungkapan
aspek sosial
dalam
sustainability
report tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
31
Gunawan dan
Mayangsari
(2015)
Pengaruh
Sustainability
Reporting
Terhadap Nilai
Perusahaan
dengan Ivestment
Opportunity Set
sebagai Variabel
Moderating
e-Journal
Akuntansi Trisakti
Volume 3 Nomor
1, Februari 2016,
Hal 1012
ISSN : 2339-0832
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Sustainabilit
y report
Moderating :
Investment
Oppoutunity
Set (IOS)
1. Sustainbility
report tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
(ditolak)
2. IOS memiliki
pengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan
Sejati dan
Prastiwi (2015)
Pengaruh
Pengungkapan
Sustainability
Report Terhadap
Kinerja dan Nilai
Perusahaan
Diponegoro
Journal Of
Accounting,
Volume 4, Nomor
1, Tahun 2017,
Halaman 1-12
ISSN (Online)
2337-3806
Dependen :
ROA dan
Tobin’s Q
Independen
Sustainabilit
y Report,
Penungkapa
n Kinerja
Ekonomi,
Pengungkap
an kinerja
Lingkungan,
Pengungkap
an Kinerja
LIngkungan
1. Pengungkapan
Sustainability
report
berpengaruh
positif terhadap
kinerja
keuangan
2. pengungkapan
Sustainability
Report
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
dinyatakan
ditolak
3. Penungkapan
aspek ekonomi
dalam
sustainability
report
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
4. Pengungkapan
aspek
lingkungan
dalam
sustainability
report tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
5. Pengungkapan
aspek sosial
dalam
sustainability
report tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
32
Kurniawan et
al (2018)
Penungkapan
Sustainability
Report dan Nilai
Perusahaan :
Studi Empiris di
Indonesia dan
Singapura
Kompartemen :
Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Maret
2018, Volume
XIV, No. I, 1-20
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Pengungkap
an
Sustainabilit
y report
kategori
ekonomi
Independen :
Pengungkap
an
Sustainabilit
y report
kategori
ekonomi
Independen :
Pengungkap
an
Sustainabilit
y report
kategori
lingkungan
Independen :
Pengungkap
an
Sustainabilit
y report
kategori
sosial
1. Pengungkapan
sustainability
report kategori
ekonomi
berpegaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
di Indonesia
2. Pengungkapan
sustainability
report kategori
Lingkungan
berpegaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
di Indonesia
dinyatakan
ditolak
3. Pengungkapan
sustainability
report kategori
sosial
berpegaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
di Indonesia
dinyatakan
ditolak
4. Terdapat
perbedaan luas
pengungkapsan
sustainability
report antara
Indonesia dan
Singapura
nyatakan ditolak
Natalia &
Tarigan (2014)
Pengaruh
Sustainability
Reporting
terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Publik dari Sisi
Profitabilitas
Ratio
Business
Accounting Review
Vol. 2, No. 1
Dependen :
Profitabilitas
Independen :
Sustaianabili
ty Reporting
kinerja
ekonomi
Sustaianabili
ty Reporting
kinerja
lingkungan
Sustaianabili
ty Reporting
kinerja
sosial
1. Kinerja ekonomi
berhubungan
hegatif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan dari
sisi profitabilitas
ratio
2. Kinerja
lingkungan
berhubungan
positif namun
tidak signifikan
terhadap kinerja
keuangan dari
sisi profitabilitas
ratio
3. Kinerja sosial
berhubungan
33
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan dari
sisi profitabilitas
ratio
Santoso (2017) Pengaruh Good
Corporate
Governance
Terhadap Nilai
Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan
senagai Variabel
Intervening
Prosiding Seminar
Nasinal dan Call
For Paper Ekonom
dan Bisnis
(SNAPER-EBIS
2017) – Jember,
27-28 Oktober
2017 (hal 67-77)
ISBN : 978-602-
5617-01-0
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Good
Corporate
Governance
Variabel
Intervening :
Kinerja
Keuangan
1. Good Corporate
Governance
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
2. Terdapat
hubungan salig
berkaitan antara
Good Corporate
Governance,
Kinerja
Keuangan dan
juga nilai
perusahaan .
Purnamawati et
al (2017)
Good Corporate
Governance dan
Pengaruhnya
Terhadap Nilai
Perusahaan
Melalui
Corporate Social
Responsibility
Disclosure
Jurnal Keuangan
dan Perbakan,
21(2):276-286,
2017
Nationally
Accredited :
No.040/P/2014
http://jurnal.unmer.
ac.id/index.php/jkd
p
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Good
Corporate
Govenace
(kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional)
CSR
Disclusure
1. Terdapat
hubungan yang
positif dan
signifikan antara
mekanisme
GCG dengan
nilai peusahaan
2. Hubungan antara
luas
pengungkapan
CSR dengan
nilai perusahaan
ditemukan hasil
yang tidak
signifikan
3. Luas
pengungkapan
CSR berhasil
memoderasi
hubungan antara
kepemilikan
manajerial
dengan kinerja
perusahaan.
4. Luas
pengungkapan
CSR tidak
berhasil
memoderasi
hubungan antara
kepemilikan
institusional
dengan nilai
perusahaan.
34
Fatchan dan
Trisnawati
(2016)
Pengaruh Good
Corporate
Governance pada
Hubungan
Antara
Sustainability
Report dan Nilai
Peusahaan
Riset Akuntansi
dan Keuangan,
I(1), 2016
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen :
Sustainabilit
y report
Moderating
Good
Corporate
Governance
1. sustainability
report
berpengaruh dan
secara statistic
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
2. Good Corporate
Governance
tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
3. Good Corporate
Governance
tidak
berpengaruh
terhadap
hubungan antara
sustainability
report dan nilai
perusahaan
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Nilai Perusahaan (PBV)
(Y1)
Good Corporate Governance (X5)
Sustainability Report (X1) :
Sustainability Report Dimensi Ekonomi (X2)
Sustainability Report Dimensi Lingkungan (X3)
Sustainability Report Dimensi Sosial(X4)
35
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Informasi dalam Sustainability Report terhadap Nilai
Perusahaan
Meningkatkan nilai perusahaan adalah tujuan dari setiap perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang
saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada
perusahaan tersebut (Haruman, 2007 dalam Sejati & Prastiwi, 2015).
Sustainability report menjadi alat bukti bahwa perusahaan juga bertanggung
jawab atas kepentingan stakeholder nya. Salah satu manfaat dari sustainability
report adalah dapat membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi
jangka panjang dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai
perusahaan yang terkait dengan isu sosial dan lingkungan. Pengungkapan kinerja
lingkungan, sosial dan ekonomi didalam sustainability report atau dalam laporan
tahunan adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, resposibilitas, dan
transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholder lainnya.
Transparansi pengelolaan perusahaan, baik dalam bentuk tingkat ketidaktaatan
pengungkapan informasi wajib maupun tingkat pengungkapan informasi sukarela
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, karena pengungkapan
informasi terbukti memberi manfaat positif bagi investor yaitu dalam bentuk
terjadinya peningkatkan nilai perusahaan (Hapsoro, 2009 ). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Latifah dan Luhur (2017) menyatakan bahwa pengungkapan
sustainability report berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan hasil
36
penelitian tersebut mendukung penelitian Kuzey and Uyar (2017) yang
menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainability)
apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan
hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan ekonomi, lingkungan, dan masyarakat (Latifah dan Luhur, 2017).
Guidry dan Patten (2010) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat kualitas
pengungkapan sustainability report yang tinggi memiliki reaksi pasar yang lebih
positif dibandingkan kualitas pengungkapan yang rendah. Nilai reputasi saham
meningkat hanya ketika tindakan perusahaan dinilai menunjukkan adanya
tanggung jawab sosial. Sehingga seringkali perusahaan menggunakan
sustainability report digunakan sebagai alat untuk meningkatkan reputasi
perusahaan yang berimbas pada meningkatnya nilai perusahaan.
Teori sinyal menjelaskan tentang sinyal yang sengaja dikeluarkan oleh perusahaan
dengan profit yang tinggi, dengan harapan bahwa pasar mampu membedakan
perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Sinyal ini berkaitan dengan
pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan. Semakin tinggi
profit yang diperoleh perusahaan maka nilai perusahaan juga semakin tinggi
karena diminati oleh para investor. Sustainability report digunakan manajer
sebagai sinyal profitabilitas perusahaan kepada para investor dan untuk membantu
37
mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen. Jadi perusahaan yang
lebih baik akan semakin terbuka dan transparan dalam melaporkan informasi
tentang perusahaannya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2017) dinyatakan bahwa
sustainability report (aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial) secara bersama-
sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan hasil penelitian Bukhori dan
Sopian (2017) juga menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial secara simultan berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian
Fatchan dan Trisnawati (2016) yang menyimpulkan bahwa sustainability report
berpengaruh dan secara statistik signifikan terhadap nilai perusahaan, serta
didukung juga dengan hasil penelitian Hafni dan Priantinah (2018) yang
menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Informasi dalam Sustainability Report berpengaruh positif terhadap
nilai Perusahaan
2.4.2. Pengaruh Informasi Dimensi Ekonomi dalam Sustainability Report
terhadap Nilai Perusahaan
Para investor sebelum melakukan investasi selalu mempertimbangkan hal yang
berkaitan dengan keuntungaan dan ketidakpastian atau resiko yang akan dihadapi.
38
Sehingga tidak mudah bagi investor untuk memutuskan saham mana yang akan
dipilih dari sekian banyak saham yang tercatat di pasar modal. Oleh karena itu,
investor membutuhkan transparansi informasi mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Dengan adanya pengungkapan kinerja ekonomi sebagai salah satu
bentuk transparansi perusahaan kepada investor, akan dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata para investor dan menarik minat untuk berinvestasi pada
saham perusahaan. Hal ini secara langsung akan menjaga hubungan bahwa
kinerja ekonomi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Cahyandito (2010) menyatakan bahwa pengungkapan kinerja ekonomi dalam
sustainability report akan meningkatkan kepercayaan stakeholder dan investor
yang akan meningkatkan image perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan
dalam hal profitabilitas. Meningkatnya kinerja keuangan akan meningkatkan nilai
perusahaan dalam pasar bursa. Para investor akan memilih menanamkan
sahamnya pada perusahaan yang memiliki kinerja ekonomi yang baik. Penelitian
yang dipublikasikan oleh Ernst & Young (2013) menyatakan bahwa investor lebih
memilih untuk berinvestasi di organisasi yang transparan dalam hal keakuratan
peramalan dan analisis, serta informasi yang diberikan memiliki asimetri lebih
rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyandito (2010) mengungkapkan
bahwa pelaporan kinerja ekonomi dalam sustainability report akan meningkatkan
transparansi perusahaan yang berdampak pada peningkatan kepercayaan investor
dan kinerja keuangan. Hasil penelitian Kurniawan et al (2018) menyatakan bahwa
39
pengungkapan sustainability report kategori ekonomi berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan signalling theory erat kaitanya dengan ketersedian informasi.
Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi para
investor, laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari analisis fundamental
perusahaan. Pemeringkatan perusahaan yang telah go public lazimnya didasarkan
pada analisis rasio keuangan ini. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah
interpretasi terhadap laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen.
Penggunaan teori signalling, informasi berupa ROA atau tingkat pengembalian
terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan.
Dengan demikian jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para
investor. Karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang
berupa surat berharga atau saham. Permintaan saham yang banyak maka akan
membuat harga saham meningkat. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai
perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Informasi Dimensi Ekonomi dalam Sustainability Report berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
40
2.4.3. Pengaruh Informasi Dimensi Lingkungan dalam Sustainability Report
terhadap Nilai Perusahaan
Pengungkapan kinerja lingkungan bertujuan untuk memberikan informasi yang
relevan dan akurat mengenai kinerja lingkungan perusahaan kepada stakeholder.
Perlu diungkapkan sustainability report untuk menjawab tuntutan dari para
stakeholder yang ingin mengetahui kinerja perusahaan yang peduli akan
lingkungan yang selanjutnya akan merespon positif dan meningkatkan
kepercayaan investor sehingga akan memberikan pendanaan bagi perusahaan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Puspitandari dan Septiani (2017)
menyatakan bahwa kinerja lingkugan memiliki hubungan dengan ROA dan
didukung oleh penelitian Bukhori dan Sopian (2017) bahwa secara parsial
pengungkapan kinerja lingkungan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. ROA memberikan pengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
profitabilitas akan meningkatkan kepercayaan investor yang akhirnya akan
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi. Hal ini akam membuat harga
saham menjadi tinggi yang artinya nilai perusahaan pun semakin tinggi.
Almilia dan Wijayanto (2007) dalam Rustiarini (2010) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon
positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan
memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan
dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham.
41
Sedangkan Falichin (2011) menyatakan bahwa perusahaan mengharapkan
investor akan bereaksi positif terhadap itikad baik yang dilakukan perusahaan
kepada lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Jusmarni (2016) menyatkan bahwa kinerja
lingkungan berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan dari sisi
market value ratio. Market value yang tinggi disatu sisi akan mencerminkan
kenaikan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi
dapat diasumsikan akan memberikan imbal balik yang kompetitif kepada investor
di masa mendatang (Garbo, 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Informasi Dimensi Lingkungan dalam Sustainability Report
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.4.4. Pengaruh Informasi Dimensi Sosial dalam Sustainability Report
terhadap Nilai Perusahaan
Kinerja sosial perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam
sustainability report. Kinerja sosial mengidentifikasi aspek-aspek kinerja meliputi
Labor Practices, Human Rights, Society and Product Responsibility (GRI, 2011).
Pengungkapan informasi dimensi kinerja sosial akan berdampak pada persepsi
stakeholder tentang perlakuan perusahaan terhadap sumber daya manusia di
sekitarnya. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya membutuhkan sumber daya
42
manusia yang handal, kompetitif, kreatif dan efektif dalam mengelola asset
perusahaan.
Pengungkapan kinerja sosial digunakan untuk menarik minat stakeholder bekerja
sama dengan perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Natalia dan Tarigan (2014) yang menyatakan bahwa kinerja sosial berhubungan
positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan dari sisi profitabilitas ratio. Dan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba maka akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvetasi. Nilai perusahaan akan
terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainability) apabila perusahaan
memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup karena
keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
ekonomi, lingkungan, dan masyarakat (latifah dan Luhur, 2017).
Perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial yang baik akan mendapatkan
apresiasi positif dari stakeholder, sehingga perusahaan dapat meningkatkan
penjualan dan mengurangi biaya yang berujung pada meningkatnya profit
perusahaan (Dean, 1998; Eduardus & Juniarti, 2016). Selain itu, perusahaan juga
akan mendapat banyak keuntungan seperti kesetiaan pelanggan, serta kepercayaan
dari kreditor dan investor. Hal ini akan memicu keuangan perusahaan menjadi
lebih baik sehingga laba perusahaan meningkat dan akan diikuti oleh kenaikan
ROA perusahaan di tahun berikutnya (Husnan dan Pamudji, 2013). Perusahaan
publik yang melakukan aktifitas tanggung jawab sosial akan dinilai oleh
43
shareholder bahwa perusahaan telah berhasil meningkatkan efesiensi operasional
dan juga berfokus pada keberlanjutan perusahaan, sehingga perusahaan
berpeluang untuk mendapatkan kenaikan harga saham dan meningkatnya juga
nilai perusahaan (Ajide & Aderemi, 2014 dalam Eduardus & Juniarti, 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Informasi Dimensi Sosial dalam Sustainability Report berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
2.4.5. Pengaruh Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi
dalam Hubungan antara informasi dalam Sustainability Report, informasi
dimensi ekonomi, dimensi lingkungan dan dimensi sosial dalam Sustainability
Report dengan nilai perusahaan.
Sustainability report dan Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat
dipisahkan dari teori agensi dan legitimasi. Dalam konsep GCG perspektif
hubungan keagenan tidak dapat dipisahkan. Teori keagenan merupakan dasar
yang digunakan untuk memahami corporate governance Teori keagenan adalah
suatu hubungan yang berdasarkan pada kontrak yang terjadi antar anggota-
anggota dalam perusahaan, yakni antara pemilik dan agen sebagai pelaku utama
(Jensen & Meckling, 1976 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Selain itu, teori
agensi juga menjelaskan mengenai masalah asimetri informasi (information
asymmetric). Manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai informasi yang
44
lebih lengkap mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Menurut Hartono (2008), informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku
pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik
(good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut
sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar
(investor, kreditor). Namun, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri
informasi (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Asimetri antara manajemen (agent)
45
dengan pemilik atau pemegang saham (principal) dapat memberikan kesempatan
bagi manajer untuk melakukan tindakan oportunis seperti manajemen laba
(earnings management) untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya sehingga
dapat merugikan para pemegang saham.
Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan
pada teori agensi. Penerapan konsep corporate governance diharapkan
memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan
pemilik (pemegang saham), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak
akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen sehingga dapat
meminimumkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan
sehingga perusahaan menjadi sehat. Good Corporate Governance adalah sistem
yang menjadi dasar suatu proses, mekanisme dalam mengelola perusahaan yang
baik berdasarkan peraturan, perundang-undangan dan etika berusaha agar timbul
kepercayaan terhadap perusahaan dengan menciptakan iklim usaha yang sehat
yang dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang serta
pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan (stakeholder) (Putri &
Ulupui, 2017). GCG akan meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan dan
meningkatkan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham sekaligus
memaksimalkan nilai pemegang saham atau pemangku kepentingan lainnya
(Krenn, 2016).
46
Selanjutnya Ghazali dan Chariri (2007) dalam Untoro dan Zulaikha (2013)
menyatakan bahwa teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara
perusahaan dengan masyarakat. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan
berada di tengah-tengah masyarakat dan atas keberadaannya tersebut maka
perusahaan harus dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat pada
perusahaan tersebut berada, sehingga terjadi hubungan yang harmonis diantara
keduanya. Legitimasi dalam dunia bisnis dapat diwujudkan dengan berbagai cara.
Salah satu cara yang paling umum yang digunakan dalam dunia bisnis adalah
dengan mengungkapkan pelaporan kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan
(sustainability report). Dengan penerapan good corporate governance yang baik
maka akan meningkatkan kualitas sustainability report perusahaan sehingga
dipercaya sebagai alat untuk mengurangi asimetri informasi antara manajer dan
investor yang berkaitan dengan mengungkapkan dampak sosial dan lingkungan
perusahaan Cho, et al (2014).
Perusahaan yang melaksanakan praktik corporate governance yang baik akan
memberikan laporan keuangan yang berkualitas kepada investor sehingga
kredibilitas laporan keuangan tersebut meningkat. Kredibilitas laporan keuangan
yang meningkat akan meningkatkan kepercayaan investor sehingga harga saham
juga meningkat. Oleh karena itu, dapat diprediksi bahwa semakin baik praktik
corporate governance yang diterapkan oleh suatu perusahaan semakin tinggi nilai
perusahaan (Fatchan dan Trisnawati, 2016). Penelitian Santoso (2017)
menyatakan bahwa jika Good Corporate Governance perusahaan berjalan dengan
47
baik maka akan meningkatan kinerja keuangan sehingga dengan meningkatknya
kinerja keuangan akan membuat nilai perusahaan juga semakin baik, sehingga
akan menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya kepada
perusahaan.
Utomo (2000) menyatakan bahwa praktik dan pengungkapan tanggung jawab
sosial merupakan konsekuensi logis dari implementasi konsep GCG. Penerapan
tanggung jawab sosial merupakan salah satu gambaran dari kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan. Semakin baik tata kelola perusahaan, semakin
tinggi pula pengungkapan sosial yang dilakukan sehingga nilai perusahaan yang
dicapai akan semakin tinggi. Mekanisme dan struktur governance di perusahaan
dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung praktik dan pengungkapan
tanggung jawab sosial karena dapat mengurangi asimetri informasi yang apabila
terjadi dapat menimbulkan moral hazard. Dengan demikian mekanisme GCG
akan bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga
menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholders. Dalam Astuti dan Juwenah,
(2017) menyatakan bahwa nilai perusahaan dilihat dari seberapa jauh respon
investor terhadap saham perusahaan. Investor akan memilih perusahaan yang
tidak hanya berorientasi keuntungan saja tetapi perusahaan yang melakukan
tanggung jawab sosial dan lingkungan demi pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan adanya tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan oleh perusahaan
perusahaan berperan dalam penerapan good corporate governance.
48
Implementasi tanggung jawab sosial merupakan salah satu wujud pelaksanaan
prinsip GCG. Melalui penerapan GCG perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan kinerjanya, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan tanggung
jawab sosial juga mengalami peningkatan. Semakin baik manajemen dalam
mengelola perusahaan menyebabkan pengungkapan tanggung jawab sosial
semakin baik, sehingga nilai perusahaan semakin tinggi (Retno, 2017). Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wijaya dan Wirawati, (2019)
menunjukkan bahwa GCG mampu memperkuat hubungan antara CSR dan nilai
perusahaan.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H5a : Good Corporate Governance memperkuat hubungan antara informasi
dalam Sustainability Report dengan nilai perusahaan
H5b : Good Corporate Governance memperkuat hubungan antara informasi
dimensi ekonomi dalam Sustainability Report dengan nilai perusahaan
H5c : Good Corporate Governance memperkuat hubungan antara informasi
dimensi lingkungan dalam Sustainability Report dengan nilai
perusahaan
H5d : Good Corporate Governance memperkuat hubungan antara Informasi
dimensi sosial dalam Sustainability Report dengan nilai perusahaan
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Data Penelitian
Pendekatan yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk kuantitatif yaitu data perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan perusahaan yang terdaftar pada Corporate Gorvernance
Perseption Index (CGPI) dengan data diperoleh melalui www.idx.go.id dan Data
Corporate Gorvernance Perseption Index (CGPI) diperoleh dari majalah SWA
yang mempublikasikan peringkat CGPI serta website dari masing-masing
perusahaan.. Data yang diambil dalam penelitian ini menggunaan metode
purposive sampling dengan kreteria :
1. Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan CGPI yang
diselenggarakan oleh IICG bekerja sama dengan majalah SWA dari tahun
2012-2017.
50
2. Perusahaan yang melaporkan annual report dari tahun 2012-2018.
3. Perusahaan yang melaporkan laporan berkelanjutan (sustainability report)
dari tahun 2012-2017, secara terpisah ataupun yang dilaporkan dalam annual
report.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data Penelitian
ini diambil dari laporan tahunan (annual report), laporan berkelanjutan
(sustainability report) dan CGPI yang sudah dipublikasikan sehingga
penggunaan data sekunder mampu memberikan penghematan waktu dan biaya
dibandingkan dengan penggunaan data primer.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melakukan pengumpulan
data secara online. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa laporan
tahunan (annual report), laporan berkelanjutan (sustainability report), CGPI
tahun 2012 s.d. 2017. Data tersebut diperoleh dengan mengunjungi website
masing-masing perusahaan, website Bursa Efek Indonesia dan majalah SWA,
IICG.
51
3.2.3. Operasional Variabel
3.2.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Price to Book Value (PBV) sebagai
proxi nilai perusahaan. Nilai perusahaan disimbolkan dengan (Y2). Salah satu
alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan
menggunakan Price to Book Value (PBV). Menurut Prayitno dalam Afzal (2012)
Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya
akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukan seberapa jauh suatu
perusahaan mampu menciptkan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah
modal yang diinvestasikan. PBV juga dapat berarti rasio yang menunjukan apakah
harga saham yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalaued (di
bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin dan Hadianto).
Menurut Fakhruddin & Hadianto dalam Pinem dan Rachmawati (2015)
menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi
pada saat saham diperdagangkan dipasar.
Pada penelitian ini nilai perusahaan dihitung dengan t+1, yatu untuk perhitungan
pengungkapan sustainnability report dan good corporate governance ditahun t,
maka PBV dihitung pada tahun t+1. Hal ini dikarenakan pengungkapan
52
sustainability report dan good corporate governance dianggap akan
mempengaruhi nilai perusahaan ditahun berikutnya merujuk pada penelitian
Latifah dan Luhur (2017).
Secara sistematis PBV dapat dihitung dengan rumus :
PBV = Harga pasar perlembar saham
Nilai buku per lember saham
3.2.3.2. Variabel Independen (X)
Pengukuran Sustainability Report yang digunakan adalah pengukuran berdasarkan
indeks GRI yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI).
Sustainability report memiliki 3 aspek kinerja, yaitu kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan. Ketiga aspek ini menggambarkan bagaimana bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholder terhadap kinerja ekonomi,
sosial dan lingkungan ketika perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya.
Standar GRI mencakup semua konsep dan pengungkapan utama dari Pedoman
GRI G4, ditingkatkan dengan struktur yang lebih fleksibel, persyaratan yang lebih
jelas, dan bahasa yang lebih sederhana (www.coursehero.com) Dalam penelitian
ini variabel independen yaitu Sustainability report akan diukur dengan
menggunakan Sustainability Report Disclosure Index (SRDI). Informasi
mengenai Sustainability Report Disclosure Index (SRDI) yang akan digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan General Reporting Initiatives (GRI) G4 yaitu
53
Economic, Environmental,and Social. dan merujuk pada penelitian Kurniawan et
al (2017), Kusuma dan Priantinah (2018), dan penelitian Bukhori dan Sopian
(2017), dengan pengukuran sebagai berikut :
3.2,3.2.1. Sustainability Report
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan dibagi menjadi 91 item yang
diharapkan diungkapkan berdasarkan GRI G4. Perhitungan SRDI dilakukan
dengan memberikan skor 1 jika satu item diungkapkan, skor 0 jika item tidak
diungkapkan. Setelah pemberian skor untuk semua item dilakukan, maka skor
tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh total skor tiap perusahaan. Rumus
perhitungan Sustainability Report Disclosure Index (SRDI) adalah :
SRDI = Total skor yang diungkapkan
Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
3.2.3.2.2. Dimensi Ekonomi
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan dibagi 9 item yang diharapkan
diungkapkan berdasarkan GRI G4 khusus aspek ekonomi. Dari 9 item tersebut
kemudian akan diberikan skor 1 jika item diungkapkan dan skor 0 jika item tidak
diungkapkan. Setelah pemberian skor untuk semua item dilakukan, maka skor
tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh total skor tiap perusahaan.
54
Rumus perhitungan Ecnomic Disclosure Index (EcDI) adalah :
EcDI = Total skor yang diungkapkan
Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
3.2.3.2.3. Dimensi Lingkungan
Pengukuran Pengungkapan Kinerja Lingkungan dalam penelitian ini sesuai
dengan SRDI khusus untuk aspek Environtment, terdapat 34 item. Dari 34 item
tersebut kemudian akan diberikan skor 1 jika item diungkapkan dan skor 0 jika
item tidak diungkapkan. Setelah pemberian skor untuk semua item dilakukan,
maka skor tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh total skor tiap
perusahaan.
Rumus perhitungan Environmental Disclosure Index (EnDI) adalah :
EnDI = Total skor yang diungkapkan
Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
3.2.3.2.4. Dimensi Sosial
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan dibagi 48 item yang diharapkan
diungkapkan berdasarkan GRI G4 khusus aspek sosial. Dari item - item tersebut
kemudian akan diberikan skor 1 jika item diungkapkan dan skor 0 jika item tidak
diungkapkan. Setelah pemberian skor untuk semua item dilakukan, maka skor
tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh total skor tiap perusahaan.
55
Rumus perhitungan Social Disclosure Index (SoDI) adalah :
SoDI = Total skor yang diungkapkan
Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
Pengukuran yang digunakan pada masing-masing variabel independen di atas
adalah Criteria Global Reporting Initiative G4 (GRI G4) Guidelines yaitu
standard atau pedoman yang digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan
berkelanjutan (Sustainability Report). Informasi yang dilaporkan harus secara
spesifik, dan berfokus pada kriteria dari GRI G4. Kriteria dalam GRI G4 yang
harus diungkapkan perusahaan dalam laporan berkelanjutan secara komplek yang
bersifat narasi dan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya pada setiap kreteria
sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap penilaian dan
memerlukan analisis yang mendalam untuk menggambarkan kondisi yang
sebenarnya.
Sedangkan pada penelitian ini dibatasi pada telaah dokumentasi atas item-item
yang ada dalam laporan keberlanjutan. Pada penelitian ini hanya memberikan skor
dari 0-1, skor 1 untuk setiap item GRI G4 yang diungkapkan dan skor 0 untuk
setiap item GRI G4 yang tidak diungkapkan, tidak memperhitungkan tingkat
pengungkapan.
56
3.2.3.3. Variabel Pemoderasi
Pengukuran Good Corporate Governance (GCG) merupakan variabel pemoderasi
dalam penelitian ini, yang disimbolkan dengan (X5). Menurut Supriyatno (2000),
The Indonesian Institute For Corporate Governance mendefinisikan Good
Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stockholders yang lain.
Pengukuran Good Corporate Governance (GCG) pada penelitian ini
menggunakan Corporate Governance Preception Index (GCPI). CGPI
merupakan sebuah hasil riset yang dilakukan oleh Indonesia The Indonesian
Institute For Corporate Governance (IICG) bekerja sama dengan majalah SWA
untuk mengukur tingkat Corporate Governance yang diterapkan di perusahaan
Indonesia.
3.3. Pengujian Data
3.3.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
57
3.3.1.1. Uji Heteroskedatisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaknyamanan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah
dengan melihat grafik sccatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu
SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan
tidak menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Model yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
3.3.1.2. Uji Multikolineritas
Menurut Ghozali (2016;103) pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Pengujian multikolinearitas adalah pengujian yang mempunyai
tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel independen. Efek dari multikolinearitas ini adalah menyebabkan
tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar, akibatnya
ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel.
Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen
yang dipengaruhi dengan variabel dependen. Untuk menemukan ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai
58
variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas
yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan
menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai
adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10.
3.3.1.3. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016) uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila variabel tidak berdistribusi
secara normal maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Uji normalitas
data dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov
yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikan di atas 0,05 maka data terdistribusi
normal. Sedangkan jika hasil One Sample Kolmogorov Smirnov menunjukkan
nilai signifikan dibawah 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
3.3.1.4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2012) uji autokerelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan residual pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
59
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Metode pengujian menggunakana uji Durbin Watson (DW test).
Tabel 3.2 Durbin Watson test : pengambilan keputusan
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Kriteria
pengujian dengan hipotesis tidak ada autokorelasi adalah sebagai berikut, Menurut
Ghozali (2011) kriteria pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:
Bila nilai DW terletak antara batas atas upper bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada
autokorelasi positif
Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil daipada no, berarti ada autokorelasi negative.
Bila nila DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Hipotesi Nol Kriteria Keterangan
Tidak ada autokorelasi
positif
d<dl
d>dl
dl≤d≤du
Menolak H0
Tidak Menolak H0
Pengujian tidak meyakinkan
Tidak ada autokorelasi
negative
d>4-dl
d<4-du
4-du≤d≤4-dl
Menolak H0
Tidak menolak H0
Pengujian tidak meyakinkan
Tidak ada autokorelasi
negative atau Positif
d<dl
d>4-dl
du<d<4-du
4-du≤d≤4-dl
Menolak H0
Menolak H0
Tidak menolak H0
Pengujian tidak meyakinkan
60
3.3.2. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk menguji
kelima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dan untuk mengetahui
pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya akan dianalisis menggunakan
Software SPSS 20.0.
3.3.3. Pengujian Hipotesis
3.3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda dengan Moderating Regresion Analysis (MRA)
untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh Sustainability Report Dimensi
Ekonomi, Sustainability Report Dimensi Lingkungan dan Sustainability Report
Dimensi Sosial dengan nilai perusahaan (price to book value) serta apakah
variabel good corporate governance mampu memoderasi pengaruh Sustainability
Report Dimensi Ekonomi, Sustainability Report Dimensi Lingkungan dan
Sustainability Report Dimensi Sosial terhadap sebagai variabel dependennya
yaitu nilai perusahaan.
Uji interaksi atau yang sering disebut dengan Moderating Regresion Analysis
(MRA) merupakan aplikasi linier berganda yang persamaam regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen)
(Ghozali, 2011).
61
Model dari regresi linier berganda dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
PBVt+1 = a + β1SRDIt + β2EcDIt + β3EnDIt + β4SoDIt + β5CGPIt +
β6SRDIt*CGPIt + β7EcDIt
*CGPIt + β8EnDIt
*CGPIt + β9SoDIt
*CGPIt + e
Keterangan :
PBV = Price to Book Value (PBV) tahun t+1
a = Konstanta
β1- β9 = Koefisien regresi model
SRDIt = Sustainability Report Disclosure Index tahun t
EcDIt = Informasi Dimensi Ekonomi dalam Sustainability Report tahun t
EnDIt = Informasi Dimensi Lingkungan dalam Sustainability Report
tahun t
SoDIt = Informasi Dimensi Sosial dalam Sustainability Report tahun t
β4CGPIt = Good Corporate Perseption Index tahun t
SRDIt*CGPIt = Interaksi antara Informasi Dimensi Ekonomi dalam Sustainability
Report tahun t dengan Good Corporate Perseption Index tahun t
EcDIt*CGPIt = Interaksi antara Informasi Dimensi Ekonomi dalam Sustainability
Report tahun t dengan Good Corporate Perseption Index tahun t
EnDIt*CGPIt = Interaksi antara Informasi Dimensi Lingkungan dalam
Sustainability Report tahun t dengan Good Corporate Perseption Index tahun t
SoDIIt*CGPIt = Interaksi antara Informasi Dimensi Sosial dalam Sustainability
Report tahun t dengan Good Corporate Perseption Index tahun t
e = error term model (variable residual)
62
Uji hipotesis dilakukan melalui :
3.3.3.1.1. Koefisien Korelasi Regresi
Koefisien korelasi regresi digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variabel independen dengan variabel depeden pada persamaan pertama dan
persamaan kedua adalah kuat, sedang, atau lemah (Ghozali, 2011)
3.3.3.1.2. Koefisien Determinasi (R² )
Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel – variabel dependen (Ghozali, 2016). Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemapuan variabel–
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel–variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2016).
3.3.3.1.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2016), uji F disini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
bebas (independen) secara bersama–sama berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen). Prosedur yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (n
- k), n : jumlah pengamatan dan k : jumlah variabel.
b. Kriteria keputusan :
1. Uji Kecocokan model ditolak jika α > 0,05
2. Uji Kecocokan model diterma jika α < 0,05
63
3.3.3.1.4. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen (Ghozali, 2012). Signifikan atau tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilihat dari nilai
probabilitas (nilai sig) dari t masing-masing variabel independen pada taraf uji
α=5%. Kesimpulan Ho diterima apabila nilai sig lebih besar dari 0,05 dan Ho
ditolak apabila nilai sig lebih kecil dari 0,05.
3.3.3.1.5. Analisis Regresi Moderasi (Moderating Regresion Analysis)
Penelitian ini terdiri dari empat variabel independen, satu variabel dependen, dan
satu variabel moderasi. Karena itulah digunakan moderating regression analysis
(MRA). Tujuan dari analisisis ini adalah untuk mengetahui variabel moderasi
akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Analisis regresi yang digunakan dalam penilitian ini adalah
adalah regresi linier berganda dengan Moderating Regresion Analysis (MRA)
untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh SR terhadap nilai perusahaan
serta apakah variabel GCG mampu memoderasi pengaruh SR dengan nilai
perusahaan (Ghozali, 2011).
97
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
Hipotesis pertama (H1) diterima variabel Sustainability Report berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis kedua (H2) ditolak.
Informasi dimensi ekonomi dalam Sustainability Report berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis ketiga (H3) ditolak bahwa
Informasi dimensi lingkungan dalam Sustainability Report berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis keempat (H4) ditolak
bahwa Informasi dimensi sosial dalam Sustainability Report berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis kelima a (H5a) ditolak bahwa Good Corporate Governace tidak
memperkuat hubungan antara informasi sustainability dengan nilai perusahaan.
Hipotesis kelima b (H5b) diterima bahwa Good Corporate Governance
memperkuat hubungan antara informasi dimensi ekonomi dalam Sustainability
Report dengan nilai perusahaan. Hipotesis kelima c (H5c) ditolak bahwa Good
Corporate Governance tidak memperkuat hubungan antara informasi dimensi
98
lingkungan dalam Sustainability Report dengan nilai perusahaan. Hipotesis
kelima d (H5d) ditolak bahwa Good Corporate Governance tidak memperkuat
hubungan antara informasi dimensi sosial dalam Sustainability Report dengan
nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Good Corporate
Govenance (GCG) tidak mampu memperkuat hubungan informasi dimensi
lingkungan dan informasi dimensi sosial dalam sustainability report terhadap
nilai perusahaan namun memperlemah hubungan informasi sustainability report
terhadap nilai perusahaan. GCG hanya mampu memperkuat hubungan antara
informasi dimensi ekonomi dalam sustainability report terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan memiliki tujuan utama, yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian ini, perusahaan harus lebih meningkatkan penerapan
maupun pengungkapan agar nilai perusahaan menjadi semakin meningkat.
Meskipun perusahaan telah memiliki Good Corporate Governance yang tinggi,
namun hal itu tidak menjamin nilai perusahaan bisa mengalami peningkatan jika
perusahaan itu sendiri tidak menerapkan sustainability yang baik.
Pada penelitian ini rata-rata nilai pengungkapan infornasi Sustainability Report,
informasi dimensi ekonomi, informasi dimensi lingkungan dan infornasi dimensi
sosial dalam Sustainability Report yang diukur dengan Sustainability Report
Disclosure (SRDI) masih kurang dari satu, hal ini menunjukkan perusahaan
belum sepenuhnya mengungkapkan semua item yang sesuai dengan criteria
Global Reporting Initiative G4 (GRI G4) Guidelines yang berdampak pada
99
berkurangnya kepercayaan stakeholders yang dapat mempengaruhi investor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi.
5.2. Keterbatasan
Keterbatasan perusahaan yang terdaftar pada BEI yang mengikuti Program CGPI
yang diselenggarakan IICG setiap tahunnya, IICG merupakan program yang
bersifat sukarela (voluntary), selektif, dan elektif.
Criteria Global Reporting Initiative G4 (GRI G4) Guidelines yang terdiri dari
kategori ekonomi, kategori lingkungan dan kategori sosial, memberikan informasi
tentang kontribusi positif atau negatif organisasi bagi pembangunan berkelanjutan
sehingga Informasi yang dilaporkan harus secara spesifik, pada laporan
sustainability report perusahaan belum mengungkapkan semua kreteria dari GRI
G4 pada laporan berkelanjutan, hanya berfokus pada beberapa kreteria. Kreteria
dalam GRI G4 yang diungkapkan perusahaan dalam laporan berkelanjutan
belum seacara komplek dan belum bersifat narasi yang mengkaitkan satu
kreterian dengan kreteria yang lainnya sehingga menimbulkan persepsi yang
berbeda terhadap penilaian.
Penilaian pengungkapkan Sustainability Report dalam laporan berkelanjutan atau
dengan hanya memberikan skor 0 dan 1 terhadap item-item pada GRI G4. Skor 0
untuk item yang tidak diungkapkan, skor 1 untuk item yang diungkapkan tetapi
100
tidak menilai seberapa luas informasi yang diungkapkan dan serta tidak menilai
keterkaitan antara kreteria yang satu dengan yang lainnya.
5.3. Saran
Bagi penelitian selanjutnya, peneliti dapat menambah atau menggunakan variabel
pemoderasi lainnya yang diprediksi akan memperkuat hubungan pengungkapan
Sustainability Report dengan nilai perusahaan dan menggunakan alat ukur lainnya
dalam menilai pengungkapkan Sustainability Report dalam laporan berkelanjutan
atau dengan memberikan skor 0-2 terhadap item-item pada GRI G4. Skor 0 untuk
item yang tidak diungkapkan, skor 1 untuk item yang diungkapkan tetapi tidak
lengkap dan skor 2 untuk item yang diungkapkan lengkap/sempurna/sangat baik
sehingga membuat kontribusi penelitian lebih baik.
Bagi perusahaan untuk menggunakan semua kreteria dari GRI G4 pada laporan
berkelanjutan, jangan hanya berfokus pada beberapa kreteria. Kreteria dalam GRI
G4 harus diungkapkan perusahaan dalam laporan berkelanjutan secara komplek
yang bersifat narasi dan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Bagi investor untuk merespon positif akan pentingnya peran sustainability report
berdampingan dengan finanacial report. Penilaian kinerja perusahaan tidak
cukup dilihat dari keberhasilan disisi keuangan, tapi perusahaan juga dituntut
untuk memberikan keberhasilannya diluar konteks keuangan dalam rangka
meningkatkan nilai perusahaan secara menyeluruh.