pengaruh profitabilitas, leverage, ownership …eprints.perbanas.ac.id/2737/1/artikel ilmiah.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, OWNERSHIP
RETENTION DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
CHOIRUN NISHAK
NIM : 2013310082
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
2017
1
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, OWNERSHIP
RETENTION DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING
Choirun Nishak
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Joicenda Nahumury
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of profitability, leverage, ownership retention and firm
size on intellectual capital disclosure on company with Initial Public Offering in Indonesia
Stock Exchange 2012-2015. This study using purposive sampling method to obtain a sample,
so based on criteria the sample obtained in this study were 73 companies. Data analysis
method used is multiple regression analysis. The results of this study indicate that
profitability has significant effect on intellectual capital disclosure, while leverage,
ownership retention and firm size has no significant effect on intellectual capital disclosure.
Keywords : Intellectual Capital Disclosure, Profitability, Leverage, Ownership Retention
and Firm Size
PENDAHULUAN
Di era globalisasi kini persaingan pasar
semakin ketat seiring dengan
perkembangan teknologi yang serba
digital, hal inilah yang menuntut
perusahaan untuk mengubah strategi dalam
menjalankan bisnisnya agar dapat
mempertahankan eksistensi dan posisinya
di pasar. Perusahaan dapat mengubah
strategi bisnis yang semula didasarkan
pada tenaga kerja (labor-based business)
menuju bisnis berdasarkan pengetahuan
(knowledge based business), dengan
karakteristik utama ilmu pengetahuan
(Marisanti dan Endang, 2012). Ilmu
pengetahuan ini nantinya berguna dalam
proses menciptakan nilai perusahaan yang
semula dari pemanfaatan aset berwujud
bergeser menjadi pemanfaatan aset tidak
berwujud yaitu modal intelektual
(intellectual capital) yang melekat dalam
keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman (Purnomisidhi, 2005 dalam
Suci dan Agus, 2015). Intellectual capital
ini juga merupakan faktor penyebab sukses
yang penting dalam kajian strategi
organisasi dan strategi pembangunan, hal
ini dinyatakan oleh Suprayitno (2015)
dalam situs kompasiana.com.
Fenomena intellectual capital di
Indonesia mulai muncul seiring dengan
hadirnya PSAK No. 19 (Revisi 2009)
tentang aset tidak berwujud, meskipun hal
itu tidak disebutkan secara eksplisit (Ni
Made dan Dewa, 2016). Di Indonesia juga
2
masih belum ada standar yang menetapkan
item-item apa saja yang termasuk dalam
aset tidak berwujud yang harus dilaporkan
secara mandatory ataupun voluntary.
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak banyak
yang mengungkapkan informasi mengenai
intellectual capital karena tidak adanya
kewajiban atau standar yang mengatur hal
tersebut, sehingga intellectual capital kini
mendapatkan cukup perhatian dari
berbagai kalangan terutama bagi para
akuntan (Kadek dan Maria, 2016).
Keadaan inilah yang akhirnya menuntut
banyak peneliti untuk lebih mencari
informasi mengenai bagaimana cara
mengukur, mengidentifikasi dan
menyajikan pengungkapan intellectual
capital dalam laporan tahunan suatu
perusahaan.
Penelitian sebelumnya telah meneliti
praktik intellectual capital disclosure
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Djoko dan Mari (2010)
menyebutkan bahwa tingkat intellectual
capital disclosure hanya 34,5 persen dari
total 25 item intellectual capital. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
perusahaan Indonesia dalam
mengungkapkan informasi mengenai
intellectual capital masih rendah,
sedangkan pengungkapan intellectual
capital ini merupakan salah satu informasi
yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang nantinya akan berguna
bagi para stakeholders.
Subjek penelitian ini adalah
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2015.
Berdasarkan infomasi yang diperoleh dari
situs ekbis.sindonews.com, jumlah
perusahaan IPO pada tahun 2013
merupakan jumlah terbanyak dalam 15
tahun terakhir, sehingga hal itu membuat
perusahaan yang melakukan IPO menarik
untuk diteliti dalam penelitian yang
mengambil topik mengenai intellectual
capital disclosure. Menurut Ni Made dan
Dewa (2016) pengungkapan intellectual
capital dapat berguna sebagai alat
pemasaran, sehingga perusahaan yang
melakukan IPO dapat mengungkapkan
intellectual capital untuk menambah daya
tarik perusahaan.
Penelitian ini dilakukan karena
adanya ketidak konsistenan hasil penelitian
terdahulu (research gap), sehingga peneliti
ingin menguji kembali faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan intellectual
capital. Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti mengambil judul penelitian
“Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Ownership Retention dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Intellectual
Capital Disclosure Pada Perusahaan
yang Melakukan Initial Public
Offering”.
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Sinyal merupakan suatu cara dari berbagai
jenis perusahaan untuk membedakan diri
dengan perusahaan lainnya (Spence,
1973). Brigham dan Houston (2011:186)
menyatakan bahwa sinyal merupakan
suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen perusahaan guna memberikan
petunjuk kepada para investor mengenai
bagaimana cara pandang manajemen
terhadap prospek perusahaan.
Perusahaan yang melakukan
pengungkapan intellectual capital
berharap dapat menyampaikan sinyal good
news kepada pihak eksternal, sehingga
pihak eksternal dapat mengetahui bahwa
perusahaan sedang melakukan investasi
dalam bentuk intellectual capital yang
nantinya akan meningkatkan nilai
perusahaan dan dapat berpengaruh
terhadap reputasi perusahaan (Marisanti
dan Endang, 2012).
Pengaruh Profitabilitas terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas perusahaan yang semakin
3
tinggi dapat menunjukkan bahwa
kemampuan finansial perusahaan semakin
baik, sehingga perusahaan cenderung
mengungkapkan informasi lain kepada
publik. Informasi yang dapat diungkapkan
salah satunya mengenai intellectual capital
yang diharapkan akan memberikan value
pada perusahaan, maka dengan semakin
besar dukungan finansial perusahaan akan
semakin memperbesar tingkat intellectual
capital disclosure. Menurut Ullmann
(1985); Haniffa dan Cooke (2005) dalam
Djoko dan Mari (2010) profitabilitas
memiliki pengaruh yang positif terhadap
pengungkapan perusahaan artinya semakin
tinggi profitabilitas perusahaan maka
semakin banyak intellectual capital
disclosure.
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure pada
perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Leverage terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Leverage digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya. Perusahaan yang memiliki
tingkat hutang atau rasio leverage yang
tinggi, akan semakin dituntut untuk
menyediakan informasi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya risiko atas hutang yang
tinggi tersebut, sehingga keterbukaan
informasi sangat dibutuhkan baik
informasi keuangan maupun informasi non
keuangan berupa intellectual capital
disclosure. Intellectual capital disclosure
dapat mengurangi adanya asimetri
informasi, sehingga dana yang diberikan
dapat dialokasikan secara jelas dengan
kata lain terdapat suatu jaminan atas dana
yang telah diberikan oleh pihak eksternal
(Suci dan Agus, 2015).
H2 : Leverage berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure pada
perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Ownership Retention terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Ownership retention merupakan besarnya
proporsi saham yang dipertahankan oleh
perusahaan setelah melakukan IPO.
Perusahaan yang memiliki tingkat
ownership retention yang tinggi dapat
memberikan sinyal bagi pasar mengenai
kualitas perusahaan. Besarnya proporsi
saham yang dipertahankan oleh
perusahaan dapat memberi keyakinan yang
lebih bagi para stakeholders, sehingga
perusahaan yang memiliki ownership
retention yang tinggi lebih cenderung
memberikan pengungkapan yang lebih
besar salah satunya dengan pengungkapan
intellectual capital untuk mendukung
kualitas perusahaannya. Singh dan Zahn
(2008) menyatakan bahwa manajemen
perusahaan yang memiliki ketertarikan
untuk mempertahankan kepemilikan
saham (ownership retention) akan lebih
banyak mengungkapkan informasi
mengenai intellectual capital yang
dimiliki.
H3 : Ownership retention berpengaruh
terhadap intellectual capital
disclosure pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Ukuran perusahaan merupakan skala yang
menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Perusahaan yang berukuran
besar cenderung lebih mendapat perhatian
dari pihak eksternal, sehingga tuntutan
dalam keterbukaan informasi juga semakin
tinggi. Perusahaan besar dianggap lebih
mampu untuk mengungkapan informasi
yang lebih banyak apabila dibandingkan
dengan perusahaan yang berukuran kecil,
sehingga hal yang rasional jika perusahaan
yang berukuran besar mengungkapkan
intellectual capital perusahaannya yang
diharapkan berguna untuk mengurangi
kesenjangan informasi dan memenuhi
harapan pihak eksternal. Penelitian Djoko
dan Mari (2010), Hana, et al. (2016) serta
4
PROF
Intellectual Capital
Disclosure (ICD)
LEV
OWR
SIZE
Bidaki dan Hejazi (2014) membuktikan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap intellectual capital
disclosure pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia.
Kerangka pemikiran yang melandasi
penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian kuantitatif dimana penelitian
dilakukan dengan menguji hipotesis yang
telah ditentukan. Berdasarkan jenis data,
penelitian ini termasuk pada penelitian
arsip (archival research). Penelitian arsip
merupakan penelitian terhadap fakta yang
tertulis atau berupa arsip data. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder dengan dokumentasi berupa
laporan prospektus, laporan keuangan dan
annual report perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2012-2015 yang diperoleh melalui
Indonesia Stock Exchange (IDX) dan
website perusahaan.
Batasan Penelitian
Terdapat beberapa batasan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Variabel dependen penelitian ini adalah
Intellectual Capital Disclosure (ICD).
2. Subjek penelitian adalah perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia.
3. Periode penelitian selama empat
periode, yaitu tahun 2012-2015.
Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu
variabel dependen (Y) dan variabel
independen (X). Variabel dependen adalah
Intellectual Capital Disclosure (ICD) serta
variabel independen adalah Profitabilitas
(X1), Leverage (X2), Ownership Retention
(X3) dan Ukuran Perusahaan (X4).
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Intellectual Capital Disclosure
Menurut Bukh (2013) dalam Hana, et al.
(2016) intellectual capital disclosure
merupakan suatu informasi berharga bagi
investor yang dapat membantu untuk
mengurangi ketidakpastian tentang
prospek masa depan dan dapat
memudahkan dalam penilaian akurasi
perusahaan. Tingkat intellectual capital
disclosure diukur menggunakan angka
indeks (ICD Index).
Score = (Ʃdi/M) x 100%
5
Keterangan :
Score = Variabel dependen indeks
pengungkapan intellectual
capital (ICD Index)
di = 1 jika item diungkapkan dalam
annual report; 0 jika item tidak
diungkapkan dalam annual
report
M = Total jumlah item yang diukur
(25 item)
Item intellectual capital yang
digunakan merujuk pada versi Sveiby
(1997), yaitu internal structure, external
structure dan employee competence yang
dimodifikasi oleh Bambang (2005) untuk
mengakomodasikan hasil-hasil proyek
FASB (2001) sehingga menyisakan 25
atribut yang terdiri dari sembilan atribut
internal structures, sepuluh atribut
external structures dan enam atribut
employee competence.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu (Mamduh dan
Abdul, 2007:83). Profitabilitas diukur
menggunakan rasio Return on Total Asset
(ROA), dimana rasio ini membandingkan
laba bersih yang diperoleh dengan total
aset perusahaan (Mamduh dan Abdul,
2007:83).
ROA = Aset Total
Bersih Laba
Leverage
Leverage merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya
(Mamduh dan Abdul, 2007:81). Menurut
Kadek dan Maria (2016) leverage diukur
dengan formula berikut :
DER = Ekuitas Total
Hutang Total
Ownership Retention
Ownership retention merupakan besarnya
saham yang dipertahankan oleh
perusahaan setelah melakukan Initial
Public Offering (IPO) (Kadek dan Maria,
2016). Menurut Downes dan Heinkel
(1982); Feltham, Hughes, dan Simunic
(1991) dalam Fan (2006) ownership
retention diukur dengan jumlah lembar
saham baru yang dikeluarkan oleh pemilik
sebelumnya dibagi total jumlah saham
yang dikeluarkan setelah IPO, yang
diformulasikan sebagai berikut :
OWR = Nafter
Nsecondary - Nbefore
Keterangan :
Nbefore = Jumlah lembar saham
yang beredar sebelum IPO
Nsecondary = Jumlah lembar saham
yang diterbitkan saat IPO
Nafter = Jumlah lembar saham
yang diterbitkan setelah
IPO
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Pada penelitian ini ukuran
perusahaan dilihat dari total aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Menurut Lina
(2013), ukuran perusahaan dapat diukur
dengan :
Ukuran perusahaan = Log natural Total
Aset
Populasi Sampel dan Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012 sampai
2015. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode purposive
sampling. Oleh karena itu terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015
yang mempublikasikan laporan
keuangan dan annual report
perusahaan.
2. Perusahaan yang mempublikasikan
laporan prospektus.
6
3. Perusahaan yang memiliki tanggal tutup
buku 31 Desember.
4. Perusahaan yang menyatakan satuan
mata uang rupiah (Rp) sebagai infomasi
moneter.
Teknik Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran data
penelitian yang dilihat dari nilai minimum,
maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi baik variabel dependen maupun
variabel independen penelitian ini.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah model regresi, variabel dependen
dan variabel independen mempunyai
distribusi normal. Penelitian ini
menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Kriteria yang
digunakan adalah :
a. Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov >
0,05 maka data residual berdistribusi
normal
b. Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov ≤
0,05 maka data residual tidak
berdistribusi normal
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antar variabel
independen. Model regresi dikatakan baik
apabila tidak ada korelasi di antara
variabel independen (Imam, 2016:103).
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Apabila nilai tolerance ≤ 0,10 atau
nilai VIF ≥ 10, maka disimpulkan bahwa
ada multikolinieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam regresi linear terdapat
adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Imam, 2016:107). Ada
tidaknya autokorelasi, dapat dideteksi
menggunakan alat analisis Run Test.
Apabila probabilitas signifikansinya > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam (2016:134) uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah terdapat adanya
ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain dalam
suatu model regresi. Uji Glejser digunakan
dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas. Model regresi
tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas apabila nilai
probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5 persen.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengukur hubungan antara dua variabel
atau lebih. Selain itu, analisis regresi
berganda juga digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Uji Hipotesis
Uji F (Uji Model)
Uji F menunjukkan apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen
(Imam, 2016:96). Tujuan uji F ini adalah
untuk mengetahui apakah model regresi fit
atau tidak.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan
untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan
variasi variabel dependen (Imam,
2016:95). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Apabila nilai
mendekati satu maka variabel-variabel
independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk
7
memprediksi variasi variabel dependen
(Imam, 2016:95).
Uji Statistik T
Uji statistik T digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Imam, 2016:97). Uji statistik T
pada dasarnya menunjukkan apakah
apakah ada pengaruh yang nyata secara
parsial antara variabel dependen dengan
variabel independen.
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan
metode untuk menganalisa data kuantitatif
guna memperoleh gambaran data
penelitian. Berikut ialah penjelasan
analisis statistik deskriptif atas masing-
masing variabel dengan melihat nilai
minimum, maksimum, rata-rata (mean)
dan standar deviasi :
Tabel 1
Analisis Statistik Deskriptif
Variabel N Min Max Mean Std. Deviation
ICD 73 0,080 0,640 0,29260 0,123446
PROF 73 -0,048 0,266 0,06534 0,062536
LEV 73 0,082 8,352 1,57727 1,834293
OWR 73 -0,400 0,900 0,52677 0,235970
SIZE 73 136.591.915.013 29.112.193.000.000 3.157.320.674.058 4.180.972.398.613
Sumber : Data diolah
1. Intellectual Capital Disclosure (ICD)
Nilai minimun sebesar 0,080 atau 8 persen,
nilai maksimum sebesar 0,640 atau 64
persen, nilai rata-rata (mean) sebesar
0,29260 dan nilai standar deviasi sebesar
0,123446. Nilai standar deviasi lebih kecil
dari nilai rata-rata yang berarti tingkat
sebaran data intellectual capital disclosure
terbilang kecil atau bersifat homogen.
Nilai minimum sebesar 8 persen dari
73 sampel tersebut dimiliki oleh PT.
Nirvana Development Tbk (NIRO) pada
tahun 2012, PT. Saraswati Griya Lestari
Tbk (HOTL) pada tahun 2013 dan PT.
Victoria Investama Tbk (VICO) pada
tahun 2013, hal ini menunjukkan bahwa
ketiga perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang paling sedikit
mengungkapkan item intellectual capital
pada annual report perusahaannya.
Sedangkan nilai maksimum sebesar 64
persen dimiliki oleh PT. Blue Bird Tbk
(BIRD) dan PT. Anabatic Technologies
Tbk (ATIC), yang berarti kedua
perusahaan tersebut paling banyak
mengungkapkan item intellectual capital
pada annual report perusahaannya. Nilai
rata-rata (mean) dari ICD sebesar 0,29260
dan nilai standar deviasi sebesar 0,123446.
Secara keseluruhan item yang paling
banyak diungkapkan dari 25 item adalah
financial contracts, item tersebut
mengenai hubungan antara perusahaan dan
investor serta bank atau lembaga keuangan
lainnya. Rendahnya pengungkapan
intellectual capital dapat disebabkan
karena dibutuhkannya biaya yang cukup
besar untuk melakukan pengungkapan
tersebut. Kemungkinan lainnya yaitu dapat
dikarenakan bahwa informasi tersebut
menyangkut rahasia perusahaan, sehingga
perusahaan memutuskan untuk tidak
mengungkapkannya.
2. Profitabilitas
Nilai minimum profitabilitas sebesar -
0,048 atau -4,8 persen, nilai tersebut
dimiliki oleh PT. Graha Layar Prima Tbk
(BLTZ). Profitabilitas bernilai negatif
karena pada tahun 2014 perusahaan
tersebut mengalami kerugian sedangkan
nilai maksimum sebesar 0,266 atau 26,6
8
persen dimiliki oleh PT. Inti Bangun
Sejahtera Tbk (IBST). Nilai rata-rata
(mean) dari profitabilitas sebesar 0,065405
dan nilai standar deviasi sebesar
0,0637072. Nilai standar deviasi lebih
kecil dari nilai rata-rata yang berarti
tingkat sebaran data profitabilitas terbilang
kecil atau bersifat homogen.
3. Leverage
Rata-rata perusahaan yang melakukan IPO
mempunyai tingkat leverage sebesar
1,57727 dan nilai standar deviasi sebesar
1,834293. Nilai standar deviasi lebih besar
dari nilai rata-rata berarti tingkat sebaran
data leverage terbilang besar atau bersifat
heterogen.
PT. Victoria Investama Tbk (VICO)
merupakan perusahaan dengan tingkat
leverage terendah sebesar 0,082 atau 8,2
persen selama tahun pengamatan, hal ini
berarti hanya sebagian kecil ekuitas
perusahaan yang dimiliki dibiayai oleh
hutang. Tingkat leverage tertinggi sebesar
8,352 atau 835,2 persen dimiliki oleh PT.
Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) di tahun
2015, sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan membiayai seluruh ekuitasnya
dengan hutang.
4. Ownership Retention
Nilai minimum ownership retention
sebesar -0,400 atau -40 persen, nilai
tersebut dimiliki oleh PT. Magna Finance
Tbk (MGNA) sedangkan nilai maksimum
sebesar 0,900 atau 90 persen dimiliki oleh
PT. Link Net Tbk (LINK). Nilai rata-rata
(mean) dari ownership retention sebesar
0,52677 dan nilai standar deviasi sebesar
0,235970. Nilai standar deviasi lebih kecil
dari nilai rata-rata yang berarti tingkat
sebaran data ownership retention terbilang
kecil atau bersifat homogen.
Perusahaan yang memiliki tingkat
ownership retention terendah, dapat
dikatakan bahwa perusahaan tidak
mempertahankan jumlah kepemilikan
saham yang telah dimiliki. Sedangkan
perusahaan yang memiliki tingkat
ownership retention tertinggi, dapat
dikatakan bahwa perusahaan lebih memilih
untuk mempertahankan jumlah
kepemilikan saham setelah IPO di pasar
perdana.
5. Ukuran Perusahaan
Nilai rata-rata (mean) total aset perusahaan
yang melakukan IPO sebesar Rp.
3.157.320.674.058 dengan standar deviasi
sebesar Rp. 4.180.972.398.613. Nilai
standar deviasi lebih besar dari nilai rata-
rata berarti tingkat sebaran data ukuran
perusahaan terbilang besar atau bersifat
heterogen.
Besar atau kecilnya suatu perusahaan
dilihat dari total aset yang dimilikinya.
Nilai maksimum dimiliki oleh PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
(BJTM), artinya perusahaan tersebut
adalah perusahaan terbesar yang
melakukan IPO dengan total aset sebesar
Rp. 29.112.193.000.000. Nilai minimum
sebesar Rp. 136.591.915.013, dimiliki oleh
PT. Mitra Komunikasi Nusantara Tbk
(MKNT) atau merupakan perusahaan
terkecil diantara perusahaan yang
melakukan IPO sepanjang periode
pengamatan.
Uji Normalitas
Data residual dinyatakan berdistribusi
normal Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov
> 0,05. Signifikansi Kolmogorov-Smirnov
= 0,200 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data residual model regresi
berdistribusi normal.
Tabel 2
Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 73
Test Statistic 0,078
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Sumber : Data diolah
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antar variabel independen
(Imam, 2016:103).
9
Tabel 3
Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF
PROF 0,590 1,694
LEV 0,660 1,514
OWR 0,744 1,345
SIZE 0,884 1,132
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 3 diperoleh nilai
tolerance untuk semua variabel lebih dari
0,10 dan nilai VIF kurang dari sepuluh,
jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam regresi linear terdapat
adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Imam, 2016:107).
Tabel 4
Uji Autokorelasi
Unstandardized
Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,907
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4 diperoleh nilai
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,907, nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah terdapat adanya
ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain dalam
suatu model regresi (Imam, 2016:134).
Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
Model Sig.
(Constant) 0,814
PROF 0,259
LEV 0,088
OWR 0,120
SIZE 0,592
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa tidak ada variabel yang memiliki
nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini
berarti bahwa tidak ada heteroskedastisitas
dalam model regresi.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengukur hubungan antara dua variabel
atau lebih. Selain itu analisis regresi
berganda juga digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Tabel 6
Analisis Regresi Berganda
Variabel B Sig.
(Constant) -1,354 0,037
PROF 0,086 0,049
LEV 0,018 0,239
OWR -0,139 0,229
SIZE 0,033 0,151
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 6 didapatkan
persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut :
Y = -1,354 + 0,086PROF + 0,018LEV -
0,139OWR + 0,033SIZE + e
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan
bahwa :
a. Konstanta (α) sebesar -1,354
memperlihatkan bahwa variabel
independen dianggap konstan, maka
intellectual capital disclosure akan
berkurang sebesar 1,354.
b. Koefisien regresi profitabilitas (X1)
sebesar 0,086 memperlihatkan bahwa
setiap penambahan profitabilitas
sebesar satu satuan dan jika variabel
lainnya dianggap konstan, maka
intellectual capital disclosure akan
bertambah sebesar 0,086.
c. Koefisien regresi leverage (X2) sebesar
0,018 memperlihatkan bahwa setiap
penambahan leverage jika variabel
lainnya dianggap konstan, maka
intellectual capital disclosure akan
bertambah sebesar 0,018.
d. Koefisien regresi ownership retention
(X3) sebesar -0,139 memperlihatkan
10
bahwa setiap penambahan ownership
retention jika variabel lainnya dianggap
konstan, maka intellectual capital
disclosure akan berkurang sebesar
0,139.
e. Koefisien regresi ukuran perusahaan
(X4) sebesar 0,033 memperlihatkan
bahwa setiap penambahan ukuran
perusahaan jika variabel lainnya
dianggap konstan, maka intellectual
capital disclosure akan bertambah
sebesar 0,033.
f. “e” menunjukkan variabel pengganggu
diluar variabel profitabilitas, leverage,
ownership retention dan ukuran
perusahaan.
Uji F (Uji Model)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
model regresi fit atau tidak.
Tabel 7
Uji F
Model F Sig.
1 1,608 0,182
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 7 diperoleh nilai F
sebesar 1,608 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,182. Hal ini dapat dituliskan
0,182 lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima yang berarti menunjukkan bahwa
model regresi tidak fit
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan
untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan
variasi variabel dependen.
Tabel 8
Koefisien Determinasi (R2)
Model Adjusted R
Square
1 0,033
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa
nilai adjusted R square sebesar 0,033. Hal
ini menunjukkan bahwa sebesar 3,3 persen
variabel independen yang terdiri dari
profitabilitas, leverage, ownership
retention dan ukuran perusahaan mampu
menjelaskan variabel intellectual capital
disclosure sedangkan sisanya sebesar 96,7
persen dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel independen yang diteliti.
Uji Statistik T
Uji statistik T digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
Tabel 9
Uji Statistik T
t Sig.
(Constant) -2,126 0,037
PROF 2,007 0,049
LEV 1,188 0,239
OWR -1,214 0,229
SIZE 1,452 0,151
Sumber : Data diolah
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dilakukan untuk
menguji pengaruh profitabilitas terhadap
intellectual capital disclosure.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui nilai T
sebesar 2,007 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,049. Tingkat signifikansi sebesar
0,049 lebih kecil dari 0,05 yang berarti
profitabilitas berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure, sehingga H1
diterima.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dilakukan untuk
menguji pengaruh leverage terhadap
intellectual capital disclosure.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui nilai T
sebesar 1,188 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,239. Tingkat signifikansi sebesar
0,239 lebih besar dari 0,05 yang berarti
leverage tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure, sehingga H2
ditolak.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dilakukan untuk
menguji pengaruh ownership retention
terhadap intellectual capital disclosure.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui nilai T
sebesar -1,214 dengan nilai signifikansi
11
sebesar 0,229. Tingkat signifikansi sebesar
0,229 lebih besar dari 0,05 yang berarti
ownership retention tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure,
sehingga H3 ditolak.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat dilakukan untuk
menguji pengaruh ukuran perusahaan
terhadap intellectual capital disclosure.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui nilai T
sebesar 1,452 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,151. Tingkat signifikansi sebesar
0,151 lebih besar dari 0,05 yang berarti
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure,
sehingga H4 ditolak.
Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Profitabilitas yang positif akan
memberikan sinyal yang positif pula
kepada pasar dalam hal ini stakeholders
(Suci dan Agus, 2015). Semakin tinggi
profitabilitas yang dihasilkan
menunjukkan kemampuan finansial
perusahaan semakin baik, sehingga
perusahaan cenderung mengungkapkan
informasi lain kepada publik.
Hasil pengujian Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh terhadap intellectual capital
disclosure. Hal ini berarti profitabilitas
yang dihasilkan mempengaruhi luasnya
pengungkapan intellectual capital oleh
perusahaan. Seperti halnya pada PT.
Intermedia Capital Indonesia Tbk (MDIA)
yang memiliki nilai profitabilitas tinggi,
mengungkapkan intellectual capitalnya
sebesar 32 persen, dimana nilai tersebut
lebih tinggi dari nilai rata-rata sebesar
29,26 persen. Artinya perusahaan yang
memiliki laba tinggi akan memberikan
informasi yang tinggi pula. Hal ini dapat
terjadi karena kemampuan finansial
perusahaan semakin baik, sehingga
perusahaan cenderung mengungkapkan
informasi lain kepada publik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terlepas dari tinggi
atau rendahnya profitabilitas, tidak
menghalangi perusahaan untuk
mengungkapkan informasi intellectual
capitalnya. Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas tinggi melakukan
pengungkapan intellectual capital sebagai
upaya untuk mempertahankan investor
yang sudah ada dan/atau bahkan menarik
calon investor untuk berinvestasi, terlebih
lagi ditunjang dengan kondisi finansial
yang bagus maka perusahaan
berkesempatan untuk lebih luas
mengungkapkan intellectual capitalnya.
Begitu pula sebaliknya, perusahaan dengan
tingkat profitabilitas rendah melakukan
pengungkapan mengenai intellectual
capital sebagai upaya untuk menarik
investor bagi perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Rima (2016) dan Hana, et al.
(2016) bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap intellectual capital
disclosure. Namun, bertentangan dengan
hasil penelitian Bidaki dan Hejazi (2014)
yang menyatakan bahwa pengungkapan
intellectual capital dipengaruhi oleh
tingkat profitabilitas.
2. Pengaruh Leverage terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Perusahaan dengan tingkat hutang yang
tinggi harus memenuhi informasi yang
dibutuhkan oleh stakeholders, karena hal
itu dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan stakeholders terhadap
perusahaan (Suci dan Agus, 2015).
Tingkat leverage yang tinggi menuntut
perusahaan untuk melakukan keterbukaan
informasi baik dalam informasi keuangan
maupun non keuangan berupa intellectual
capital disclosure.
Hasil pengujian Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel leverage
tidak berpengaruh terhadap intellectual
capital disclosure. Hal ini berarti bahwa
tingkat leverage yang dimiliki tidak
mempengaruhi luasnya pengungkapan
intellectual capital. Pada analisis statistik
deskriptif memperlihatkan bahwa nilai
rata-rata leverage perusahaan yang
melakukan IPO melebihi angka 100
12
persen, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang melakukan IPO memiliki
jumlah hutang yang lebih besar daripada
jumlah ekuitasnya. Tingginya leverage
tersebut tidak mempengaruhi perusahaan
untuk mengungkapkan informasi
mengenai intellectual capital. Hal ini
disebabkan karena pihak manajemen ingin
kinerjanya dinilai baik dan menjaga
reputasi perusahaan, sehingga terkadang
pihak manajemen memberikan informasi
yang tidak benar atau tidak lengkap kepada
stakeholder ataupun pihak eksternal ketika
perusahaan memiliki tingkat leverage yang
tinggi. Perusahaan dengan tingkat leverage
tinggi akan lebih berhati-hati dalam
melakukan suatu kegiatan, seperti halnya
dalam melakukan suatu pengungkapan
yang membutuhkan biaya yang cukup
besar. Mengingat tingginya tingkat
leverage tersebut, perusahaan akan
mengurangi biaya pengungkapan dan
tingkat pengungkapannya agar tidak
menjadi sorotan, sehingga kurang
optimalnya pengelolaan leverage tidak
banyak diketahui oleh stakeholders
maupun pihak eksternal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Ahmadi (2012) dan Hana, et al.
(2016) bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure.
Namun, hasil penelitian ini bertentangan
dengan hasil penelitian Suci dan Agus
(2015) serta Kadek dan Maria (2016).
3. Pengaruh Ownership Retention
terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Perusahaan yang memiliki tingkat
ownership retention tinggi dapat
memberikan sinyal bagi pasar mengenai
kualitas perusahaan, sehingga dengan
besarnya proporsi saham yang
dipertahankan tersebut perusahaan dapat
memberi keyakinan yang lebih bagi para
stakeholders. Menurut Gonedes (1978)
dalam Singh dan Zahn (2008) ownership
retention juga digunakan oleh Manajer
perusahaan IPO sebagai tanda untuk
melengkapi pengungkapan sukarela
(intellectual capital).
Hasil pengujian Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel ownership
retention tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure. Artinya luas
tidaknya pengungkapan informasi
intellectual capital tidak dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya tingkat kepemilikan
saham yang dipertahankan oleh
perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini
dimungkinkan karena perusahaan
beranggapan bahwa mereka tidak perlu
melakukan pengungkapan informasi lain
salah satunya mengenai intellectual capital
guna meningkatkan kualitasnya.
Perusahaan akan melakukan suatu
pertimbangan ketika akan melakukan suatu
pengungkapan, apabila manfaat yang
diperoleh tidak atau kurang dapat memberi
value added bagi perusahaan maka
perusahaan akan memilih untuk tidak
mengungkapkan.
Berdasarkan temuan ini menunjukkan
bahwa penelitian ini bertentangan dengan
hasil penelitian Kadek dan Maria (2016)
yang menyatakan bahwa ownership
retention berpengaruh secara positif
signifikan terhadap intellectual capital
disclosure.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Perusahaan yang berukuran besar
cenderung lebih mendapat perhatian dari
pihak eksternal, sehingga tuntutan dalam
keterbukaan informasi juga semakin
tinggi. Perusahaan besar dianggap lebih
mampu untuk mengungkapan informasi
yang lebih banyak apabila dibandingkan
dengan perusahaan yang berukuran kecil.
Hasil pengujian Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure. Artinya
besar kecilnya perusahaan tidak
mempengaruhi perusahaan yang
melakukan IPO untuk mengungkapkan
intellectual capital yang dimilikinya. Hal
13
ini disebabkan oleh kurang mampunya
perusahaan dalam memaksimalkan
intellectual capital yang dimiliki sehingga
perusahaan memutuskan untuk tidak
mengungkapkan intellectual capital.
Selain itu, alasan lain dapat disebabkan
karena perusahaan tidak ingin memberikan
sinyal kepada kompetitornya mengenai
intellectual capital yang dimiliki, dimana
ketika perusahaan memiliki karyawan
(employees) dengan pengetahuan,
kemampuan serta keterampilan inovasi
yang baik dapat membuat perusahaan
kompetitor tertarik untuk merekrut
karyawan tersebut. Untuk menghindari hal
itu perusahaan memutuskan untuk
mengurangi luas pengungkapannya, guna
menyimpan ataupun merahasiakan
intellectual capital yang nantinya dapat
meningkatkan kualitas dan
mengembangkan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Suci dan Agus (2015) serta
Ahmadi (2012) bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap intellectual
capital disclosure. Namun, hasil penelitian
ini bertentangan dengan hasil penelitian
Djoko dan Mari (2010), Hana, et al. (2016)
serta Bidaki dan Hejazi (2014).
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Profitabilitas berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure.
Perusahaan yang memiliki laba tinggi
akan memberikan informasi yang tinggi
pula. Hal ini dapat terjadi karena
kemampuan finansial perusahaan
semakin baik, sehingga perusahaan
cenderung mengungkapkan informasi
lain kepada publik.
2. Leverage tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure. Hal ini
dikarenakan pihak manajemen ingin
kinerjanya dinilai baik, sehingga
terkadang memberikan informasi yang
tidak benar atau tidak lengkap kepada
stakeholder ataupun pihak eksternal
ketika perusahaan memiliki tingkat
leverage yang tinggi.
3. Ownership retention tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure.
Hal ini dikarenakan perusahaan
beranggapan bahwa tidak perlu
melakukan pengungkapan intellectual
capital guna meningkatkan kualitasnya,
dimana ketika melakukan suatu
pengungkapan perusahaan akan
mempertimbangankan manfaat apa
yang diperolehnya.
4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure.
Hal ini disebabkan karena perusahaan
tidak ingin memberikan sinyal kepada
kompetitornya mengenai intellectual
capital yang dimiliki.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan diantaranya sebagai berikut :
1. Terdapat unsur subjektivitas peneliti
dalam menentukan pengungkapan
intellectual capital, sehingga nilai
intellectual capital disclosure dari satu
perusahaan yang sama akan memiliki
nilai pengungkapan yang berbeda
antara penelitian yang satu dengan yang
lain.
2. Kemampuan variabel independen untuk
menjelaskan variasi variabel dependen
dalam penelitian ini hanya sebesar 3,3
persen, sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain diluar penelitian ini.
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti diharapkan untuk melakukan
pengukuran yang sebaik-baiknya
mengenai intellectual capital
disclosure, karena pengukuran tentang
intellectual capital disclosure diukur
menggunakan presepsi individu yang
hasil nilainya berbeda dengan
14
pengukuran variabel yang lain. Peneliti
juga dapat melakukan crosscheck
dengan peneliti lain terhadap item
intellectual capital yang diungkapkan,
sehingga dapat dilakukan konfirmasi
hasil secara lebih maksimal.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambahkan variabel lain diluar
variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, sehingga dapat diketahui
faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi intellectual capital
disclosure. Peneliti selanjutnya dapat
menambahkan variabel seperti umur
perusahaan, tipe industri dan tipe
auditor.
DAFTAR RUJUKAN
Bambang Purnomoshidi. 2005. Analisis
Empiris Terhadap Determinan Praktik
Pengungkapan Modal Intelektual Pada
Perusahaan Publik di BEJ. TEMA
(Telaah Ekonomi, Manajemen, dan
Akuntansi) 6(2).
Bidaki, S. dan Hejazi, Rezvan. 2014. Stock
Exchange: Intellectual Capital
Disclosure and Profitability.
International Journal of Education and
Applied Sciences, Vol. 1, No. 7, 343-
349.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.
2011. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi 11. Penerjemahan Ali
Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba
Empat.
Bukh, P., Nielsen, C., Gormsen, P. and
Mouritsen, J. 2005. Disclosure of
Information on Intellectual Capital in
Danish IPO Prospectus. Accounting,
Auditing and Accountability Journal,
Vol. 18, pp. 713-732.
Djoko Suhardjanto dan Mari Wardhani.
2010. Praktik Intellectual Capital
Disclosure Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia, 14(1).
Fan, Qintao. 2006. Earnings Management
and Ownership Retention for Initial
Public Offering Firms: Theory and
Evidence. The Accounting Review, 82
(1), pp: 27-64.
Hana Febriani, Bambang Setyobudi Irianto
dan Triani Arofah. 2016. Analysis of
the Factors Influence Intellectual
Capital Disclosure (Empirical Study on
Property and Real Estate Company
Listed in the Indonesian Stock
Exchange on 2012-2014). Available at
SSRN 2745253.
Imam Ghozali. 2016. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Kadek Sintya Kumala dan Maria M. Ratna
Sari. 2016. Pengaruh Ownership
Retention, Leverage, Tipe Auditor,
Jenis Industri Terhadap Pengungkapan
Intellectual Capital. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 14(1), 1-18.
Lina. 2013. Faktor-Faktor Penentu
Pengungkapan Modal Intelektual.
Media Riset Akuntansi. 3 (1), h: 48-64.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim.
2007. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Marisanti M. dan Endang Kiswara. 2012.
Analisis Hubungan Profitabilitas
Terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital. Diponegoro Journal of
Accounting, 1(1), 537-545.
Ni Made Ari Astuti dan Dewa Gede
Wirama. 2016. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Tipe Industri, dan
Intensitas Research and Development
pada Pengungkapan Modal Intelektual.
E-Jurnal Akuntansi, 15(1), 522-548.
Singh, Inderpal dan Zahn, der Mictchell.
2008. Determinants of Intelectual
Capital Disclosure in Prospectuses of
Initial Public Offering. Accounting and
Bussines Research. Vol.38: 409-431.
Suci Yuli Priyanti dan Agus Wahyudin.
2015. Determinan Pengungkapan
Modal Intelektual Berdasarkan Variabel
Keuangan Dan Non Keuangan.
Accounting Analysis Journal, 4(2).
15
Spence, Michael. 1973. Market Signaling.
The Quertely Journal of Economics,
Vol. 87 No.3, Pp.355-374
Thresya Stephani dan Etna Nur Afri
Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Intellectual
Capital Disclosure (ICD). Journal of
Accounting and Auditing, 7(2), 111-
121.
http://www.kompasiana.com (Diakses 29
Maret 2016)
http://www.ekbis.sindonews.com (Diakses
10 Oktober 2016)