pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa universitas klabat

50
1 BAB I PENDAHULUAN Masalah Penelitian dan Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun,sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun (Wijaya;2009). Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Tugas-tugas perkembangan pada

Upload: french-ohoiner

Post on 02-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

1

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah Penelitian dan Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang

menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut WHO batasan usia

remaja adalah 12 sampai 24 tahun,sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi

Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang

belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun (Wijaya;2009). Dalam peri-

ode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial.

Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja

sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih

cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimban-

gan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas in-

telektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mu-

dah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan

perilaku. (IDAI;2008).

Stres itu sendiri merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis aki-

bat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti bahwa

seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami su-

atu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan-tuntutan yang berasal dari

dalam diri dan lingkungan (Rathus & Nevid, 2002).

Page 2: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

2

Stres juga adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan

tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi.

Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan

yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif

atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penye-

bab tertentu (Isaacs, 2004).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan men-

tal/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menje-

laskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa re-

spons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani

pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu

sistem (WHO,2003; 158). Stres yang melebihi pada tahap tertentu sekiranya tidak

dikawal akan mewujudkan pelbagai masalah kepada setiap individu (Romas dan

Sharma, 2004). Serta stres yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi yaitu apa-

bila sense of control atau kemampuan untuk mengatasi stres pada seseorang kurang

baik (Durand;2006). Stress dapat terjadi pada siapa saja, salah satunya terjadi pada

mahasiswa (Fitriana, 2007).

Penderita stres sekarang ini semakin banyak, pernyataan dari Dr Ratna

Mardiyati dokter jiwa dari Rumah Sakit Soeharto Heerdjan, sekitar 1,33 juta

penduduk DKI Jakarta diperkirakan mengalami gangguan kesehatan mental atau

stres. Gangguan stres itu disebabkan berbagai hal, terutama karena masalah pekerjaan

dan tata ruang kota yang buruk di DKI Jakarta. Angka tersebut mencapai 14% dari

total penduduk dengan tingkat stres akut (stres berat) mencapai 1-3%. Data Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan jumlah penduduk DKI

Page 3: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

3

Jakarta saat ini mencapai 9,5 juta jiwa. Jumlah penduduk yang stres mencapai 1,33

juta (14 persen dari 9,5 juta), sementara stres berat mencapai 95.000-285.000 orang

(1-3 persen dari 9,5 juta) (Suara Pembaruan Daily. Kejiwaan Warga Jakarta. 2009. ).

Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat

penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebar dalam 27 jenis. 27 jenis tersebut

diantaranya termasuk penyandang psikotik. Di Jawa Tengah tercatat 704.000 orang

mengalami ganguan kejiwaan, dan dari jumlah tersebut sekitar 96.000 diantaranya

didiagnosa telah menderita kegilaan, 608.000 orang mengalami stres. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 3 per mil dari sekitar 32 juta penduduk

di Jawa Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil lainnya menderita stres. Jumlah

tersebut jika dipersentasekan, maka jumlahnya mencapai sekitar 2,2 persen dari total

penduduk Jawa Tengah.Data tersebut menunjukkan bahwa stres bersifat universally,

yaitu semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda

atau diversity. Stres sering terjadi pada orang yang bekerja dan pada situasi

perkuliahan (Pedak M ; 2009).

Relaksasi dapat digunakan untuk menurunkan stres karena relaksasi

merupakan keterampilan coping yang aktif bila digunakan untuk mengajar individu

tentang kapan dan bagaimana menerapkan teknik relaksasi didalam kondisi dimana

individu yang bersangkutan mengalami kecemasan. Goldfried dan Trier (Nursalim

dkk, 2005) menunjukan efektifitas latihan yang disajikan sebagai self control coping

skill. Penelitian tersebut menunjukan bahwa subyek yang diberi latihan relaksasi yang

disajikan sebagai active coping skill secara signifikan melanjutkan pengurangan

kecemasan yang lebih besar daripada subyek yang diberi latihan yang disajiakan

sebagai prosedur otomatis untuk mengurangi kecemasan.

Page 4: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

4

Melalui latihan relaksasi lansia dilatih untuk memunculkan respon relaksasi

sehingga mencapai keadaan tenang. Respon relaksasi ini terjadi melalui penurunan

bermakna dari kebutuhan zat oksigen oleh tubuh, yang selanjutnya aliran darah akan

lancar, neurotransmiter penenang akan dilepaskan, sistem saraf akan bekerja secara

baik otot-otot tubuh yang relaks menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Pur-

wanto, 2007).

Menurut National Safety Council (2004), untuk mengembalikan tubuh Ke

kondisi yang tenang atau hemostasis harus di lakukan sesuatu agar dapat menurunkan

rangsangan yang ditangkap oleh panca indra melalui penggunan tehnik relaksasi,

salah satu bentuk tehnik relaksasi yang dapat digunakan adalah tehnik relaksasiper-

nafasandiafragma.

Berdasarkan fakta-fakta yang sudah disebutkan sebelumnya maka peneliti

tertarik untuk mengetahui “Pengaruh Terapi Relaksasi Pernapasan Diafragma

terhadap Stres pada Mahasiswa Tingkat III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Klabat 2013”

Pernyataan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang di kemukakan, maka perumusan masalah

dalam penulisan ini adalah

1. Apa ada pengaruh signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress pada mahasiswa?

2. Apa ada perbedaan antara kelompok terapi dan kelompok kontrol terhadap

stres pada mahasiswa?

Page 5: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

5

3. Apa ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika jenis kelamin di ikut sertakan?

4. Apa ada hubungan signifikan terapi rrelaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika lingkungan di ikut sertakan?

5. Apa ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika umur di ikut sertakan?

Tujuan Penelitian

Setelah meninjau latar belakang masalah serta pernyataan masalah, maka disusun tu-

juan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi apa ada pengaruh signifikan terapi relaksasi pernapasan

diafragma terhadap stress pada mahasiswa?

2. Menjelaskan apa ada perbedaan antara kelompok terapi dan kelompok kontrol

terhadap stres pada mahasiswa?

3. Mendeskipsikan apa ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan

diafragma terhadap stress jika jenis kelamin di ikut sertakan?

4. Mendeskripsikan apa ada hubungan signifikan terapi rrelaksasi pernapasan

diafragma terhadap stress jika lingkungan di ikut sertakan?

5. Mendeskripsikan apa ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan

diafragma terhadap stress jika umur di ikut sertakan?

Kegunaan Penelitian

Page 6: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

6

Penelitian ini dilakukan dengan kegunaan tertentu, kegunaan ini dibagi dalam

beberapa bagian yaitu:

Bagi Praktek Keperawatan

Dengan harapan menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan terlebeih

khusus kepada perawat dalam memberikan upaya kesehatan, untuk penanganan non-

farmakologi pada mahasiswa atau klien yang mengalami gangguan dalam mengatasi

masalah sehari-harinya (stress).

Bagi Institusi

Untuk memberikan bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama menge-

nai hubungan dan pengaruh relaksasi pernapasan diafragma terhadap stres, dan seba-

gai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat.

Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat mengetahui hubungan dan pengaruh relaksasi pena-

pasan diafragma terhadap stres, serta dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat

tentang pengobatan alternatif murah, mudah dijangkau, dan ekonomis.

Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang

diperoleh selama proses perkuliahan. Dan ini merupakan pengalaman yang berharga

bagi peneliti, yang merupakan penelitian eksperimental. Serta dapat memenuhi tutu-

tan berupa pengumpulan tugas akhir dari mata kuliah research

Page 7: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

7

Cakupan dan Batasan dalam Penelitian

Peneliti memilih responden yang akan di teliti mahasiswa makan yang akan

menjadi cakupan adalah mahasiswa : laki-laki dan perempuan yang belum kawin den-

gan batasan usia meliputi 15-24 tahun yang mengalami masalah dalam mengatasi

stress di perkuliah dan batasan kepada laki-laki dan perempuan yang tidak berkuliah

dan umur di atas 24 tahun dan belum menikah.

Definisi Istilah-Istilah yang Digunakan Dalam Penelitian

Terapi relaksasi pernapasan diafragma

Pernafasan diafragma adalah salah satu teknik relaksasi yang di yakini bisa

menyembuhkan berbagai penyakit dari sesak nafas hingga kanker, lewat kemampuan-

nya memperlancar peredaran darah (Lilik, 2006).

stres

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan men-

tal/beban kehidupan) (Romas dan Sharma, 2004).

Mahasiswa

Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang

ditempuhnya secara mantap, dimana didalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat

di pengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataan di antara

mahasiswa ada yang sudah bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemaha-

siswaan (Ganda, 2004).

Homeostatis

Page 8: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

8

Homeostatis adalah keadaan dimana respon tubuh menyeimbangkan seluruh

sistem yang mengalami gangguan atau abnormal yang dapat di toleransi. (Resha,

2010).

Page 9: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

9

BAB .2

TINJAUAN PUSTAKA

Terapi pernapasan

Bernapas adalah bagian yang sangat penting dari aktivitas makhluk hidup.

Tanpa bernapas, manusia akan mati. Pernapsan dibagi dua pernapsan dada dan perna-

pasan perut tau difragma.

Pernapasan dada berlangsung dalam 2 tahap, yaitu : Inspirasi, terjadi bila otot

antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat, volume rongga dada

membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya menjadi lebih kecil

dari udara atmosfer, sehingga udara masuk. Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang

rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan tertarik ke posisi semula, volume rongga

dada mengecil, tekanan udara rongga dada meningkat, tekanan udara dalam paru-paru

lebih tinggi dari udara atmosfer, akibatnya udara keluar.

Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu : Inspirasi, terjadi bila

otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar mengakibatkan volume rongga dada

membesar sehingga tekanan udaranya mengecil dan diikuti paru-paru yang mengem-

bang mengakibatkan tekanan udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan

udara masuk. Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding

perut berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan

rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat se-

hingga udara dalam paru-paru keluar.

Page 10: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

10

senam pernapasan dapat memberikan pelayanan, pendidikan dan pelatihan

senam penyembuhan dengan pola olah napas, olah gerak, dan olah batin serta peman-

faatan energi kehidupan untuk kesembuhan orang lain. Sumber energi utama yang

dibutuhkan dalam kehidupan manusia adalah udara/oksigen, sebab tanpa oksigen

manusia pasti mati. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. En-

ergi hanya bisa dirubah dari bentuk satu kebentuk yang lain. Energi adalah kemam-

puan untuk melakukan kerja, (O2 + Karbohidrat + Lemak – Sistem Metabolisme –

ATP = Energi = Kerja). Dari hukum-hukum tersebut di tambah kajian ilmu olahraga

maka dapat diseimpulkan bahwa ilmu olah pernapasan adalah suatu tata cara men-

gatur sistem pernapasan dengan disertai tata konsentrasi, tata gerak, fisik untuk men-

gubah energi udara menjadi energi tertentu yang bermanfaat. Dengan suatu metode

yang tepat dan benar energi udara dapat diubah menjadi energi kesehatan, penyem-

buhan, daya tahan, peningkatan vitalitas kerja, konsentrasi dan kekuatan batin, tenaga

dalam dan fungsi pernapasan (Santosa Giriwijoyo, 2006).

Fungsi senam pernapasan dapat memberikan manfaat yang lebih besar, aman, nya-

man dan memperbaiki kualitas hidup seluruh karena senam pernapasan merupakan

suatu bentuk olahraga yang gerakannya tidak begitu berat (relaks), tapi dapat menye-

babkan energi atau tenaga banyak berkurang. Senam pernapasan merupakan olahraga

yang intensitas dan frekuensinya yang tepat bagi orang yangmengalami stress se-

hingga dengan latihan olahraga senam pernapasan diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengendalikan dan mengurangi stress yang dialami.

Terapi pernapasan dilakukan dengan latihan pernapasan duduk dan perna-

pasan bergerak. Latihan napas pada posisi duduk merupakan pengambilan posisi den-

Page 11: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

11

gan tenang agar mencapai ketenangan yang mendalam, untuk memacu otak men-

jalankan fungsi secara maksimal karena otak merupakan komando tertinggi bagi

tubuh. pelaksanaan, sebagai berikut :

a. Letakan kedua telapak tangan didepan dada, tarik napas perlahan-lahan dan diikuti

tarikan kedua telapak tangan perlahan-lahan kesamping sampai otot dada terulur

kebelakang lakukan sampai 7 kali.

b. Sama seperti diatas meletakan kedua telapak tangan didepan dada, tetapi dalam

menarik napas dan menarik tangan repetisinya lebih cepat sekali tarik sekali frekuensi

pernapasan. Pernapasan bergerak adalah pengolahan pernapasan yang dilakukan

bersamaan dengan melakukan gerak. Untuk tingkat dasar dengan 4 gerakan, tiap jurus

gerakannya dengan intensitas tinggi kira-kira 2 menit. Pada awal gerakan, napas di-

tarik sebanyak mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan dibawa perut

sambil menggesek telapak kaki setengah lingkaran dengan gerakan memutar pada po-

sisi tiap penjuru, seiring seirama dengan gerakan tangan. Untuk I kali menekan dan

menahan napas minimal dilakukan pada tiap penjuru, setelah itu napas dikeluarkan,

juga melalui hidung. Setelah semua keempat arah 8 penjuru dilakukan kemudian atur

napas dengan tarik dan keluar napas 2 atau 3 kali, lalu dilanjutkan dengan latihan

tingkat lanjut. Intensitas dalam latihan pernapasan ini terdiri dari 2-4-2 yaitu dua

menit dengan latihan keras diikuti dengan empat menit latihan ringan dengan durasi

selama 30 menit dan frekuensi 3 kali seminggu. Kekhususan di dalam latihan perna-

pasan adalah: waktu mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif, sedan-

gkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara pasif. Mengeluarkan napas melalui

mulut seperti sewaktu meniup lilin atau bersiul, pelanpelan, dengan mengkempiskan

Page 12: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

12

dinding perut. Sewaktu inspirasi, dinding perut relaks (pasif) dan udara masuk ke

paru-paru melalui hidung.

Pada latihan pernapasan merupakan alternatif sarana untuk memperoleh kese-

hatan yang diharapkan bisa mengefektifkan semua organ dalam tubuh secara optimal

dengan olah napas dan olah fisik secara teratur, sehingga hasil metabolisme tubuh dan

energi penggerak untuk melakukan aktivitas menjadi lebih besar dan berguna untuk

menangkal penyakit

(Wisnu Wardoyo, 2003).

Latihan pernapasan telah banyak dikenal dan mempunyai efek penyembuhan dan

amat bermanfaat bagi fungsi korteks serebri, organ abdominal dan untuk pengen-

dalian diri. Di dalam suatu system pernapasan pada waktu frekuensi pernapasan

menurun maka

kapasitas tidal dan kapasitas vital akan meningkat. Pada meditasi terjadi relaksasi

sempurna dari otot-otot tertentu dan kunci utama keberhasilan senam pernapasan

adalah keteraturan dan kepatuhan melakukan senam tersebut (Laurentia Mihardja,

http://digilib.litbang.depkes.go.id).

Ada beberapa fungsi terapi pernapasan adalah:

a. Mengatur keseimbangan seluruh fungsi organ tubuh

b. Meningkatkan daya tahan terhadap suatu penyakit

c. Memulihkan organ tubuh yang mengalami disfungsional.

d. Mengatur keseimbangan cairan tubuh, aktivitas hormaon, aktivitas enzim, dan laju

metabolisme.

e. Mempelancar peredaran darah secara sistemik.

f. Meningkatkan kemampuan gerak tubuh.

Page 13: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

13

g. Meningkatkan ketenangan batin dan percaya diri.

h. Defensive (pertahanan diri)

Menurut Lilik(2006), pernafasan diafragma adalah Salah satu teknik relaksasi

yang diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit Dari sesak nafas hingga kanker

lewat kemampuannya memperlancar peredaran darah. Pernafasan diafragma menurut

National Safety Council(2004), saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termu-

dah. Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan tindakan

yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu, Menurut

Smektzer&Bare(2001,dikutipdari Jayanti2010), Tehnik relaksasi pernafasan di-

afragma dapat meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencega-

han telektasi paru, meningkatkan fisiensi batuk, mengurangi stres, baik stress fisik

maupun emosional, seperti menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Oksigen

Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi 20%

dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh

kerak bumi yang padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur lain

untuk membentuk oksida. Oksigen sangat penting untuk manusia, hewan dan

tumbuhan.

Stress

Page 14: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

14

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan

koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye,

menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa

mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons

tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu

(Isaacs, 2004).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial

(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara

bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas

berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif

terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu

dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO,

2003; 158).

Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001 di kutip oleh SURYANI

Desember 2007) menyatakan

bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami

gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan

tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia

disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan

penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula

disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai

konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan

Page 15: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

15

eustres.

Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme

respons stres (Papero, 1997 di kutip oleh SURYANI Desember 2007):

1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor

yang mengurangi intensitas respons stres.

2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons

stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat

diprediksi.

3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat

ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.

4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat

ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.

TIPE KEPRIBADIAN YANG RENTAN TERKENA STRES

1) Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).

2) Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah

(emosional).

3) Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan

(over confidence)

4) Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.

5) Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).

6) Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).

7) Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.

8) Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesagesa.

Page 16: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

16

9) Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan

bila tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan.

10) Tidak mudah dipengaruh, kaku (tidak fleksibel).

11) Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.

12) Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

TAHAPAN STRES

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya

sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan

sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (1979 di kutip oleh SURYANI Desember 2007)

dalam penelitiannya terdapat

dalam Hawari (2001 di kutip oleh SURYANI Desember 2007) membagi tahapan-

tahapan stres sebagai berikut :

Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat

bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak

sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih

dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

Page 17: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

17

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi

cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat

yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhankeluhan

yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres

tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang

seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3)

Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut

tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari

biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa

tegang; 7) Tidak bisa santai.

Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan

lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang

air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3)

Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur

(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa

oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

Page 18: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

18

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi

dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah

suplai energi yang mengalami defisit.

Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari

saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula

menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4)

Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)

Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;

Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan

ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan mental

yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2)

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan

sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder);

4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung

dan panik.

Stres Tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang

Page 19: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

19

mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU,

meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan

kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1)

Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap); 3)

Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga

untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka

keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-

keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai

akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Jenis Stres

1.    Quick dan Quick (1984 di kutip oleh Ibrahim. 2009) mengkategorikan jenis stres

menjadi dua, yaitu:

a.    Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan

juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

b.   Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,

dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan

juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran

(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan

kematian.

2.    Dua jenis stres menurut Holahan (1981 di kutip oleh Ibrahim. 2009) yaitu:

Page 20: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

20

a.    Systemic stres yang didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai

respon non fisik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Selye

mengidentifikasikan 3 tahap respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh

stres, Yng diistilahkan General Adaption Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah

alarm reaction. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh, tahap kedua adalah

resistance atau adaptasi dan tahap ketiga adalah exhaustion atau kelelahan.

b.   Psychological stress.

Yang di ambil penulis adalah stress eustress dengan tahapan stress 1-3.

Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut

atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut

sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu.

Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat adminis-

tratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang

lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.

Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal

dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60

tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang

dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004). Yang menjadi umur dari responden adalah

yang berumur 18 – 25 tahun yang tergolong dewasa muda.

homeostatis

Page 21: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

21

Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua

sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua

kebutuhan dari tubuh.

Kerangka konseptual

Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt memperta-

hankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh mempertahankan

keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi sehat atau sakit.

Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep “Healt care system”

yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan

kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara

fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayana adalah komunitas.

Serta Betty Newman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari

konsep holistic dan pendekatan system terbuka.

Paradigma konseptual

Independent

variable

Dependent variable

stress

Page 22: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

22

Hipotesis

Ho1 : tidak ada pengaruh signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress pada mahasiswa

Ho2 : tidak ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika jenis kelamin di ikut sertakan

Ho3 : tidak ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika lingkungan di ikut sertakan

Ho4 : tidak ada hubungan signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress jika umur di ikut sertakan

Moderate variable:

Umur

Page 23: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

23

BAB . 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat

suatu yang masuk akal, mememahmi peraturan dan memprediksikan keadaan di

waktu yang akan datang ( nursulam. 2001 dalam setiadi, 2007).

Pada bab ini akan dibahas mengenai desain penelitian dan penggunaan

statistic dalam proses analisa data, subjek dalam penelitian , sampling dan subjek

alokasi, setting , pengumpulan data, pertimbangan etika dalam penelitian , prosedur

pengumpulan data, dan alur perencanaan pengumpulan data.

Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental design

( eksperimen semu) dimana rancangan ini merupakan bentuk desain eksperimen yang

lebih baik validitas internalnya dan lebih lemah dari tru ekpesrimental desain, peneliti

menggunakan Quasi experimental design untuk melihat anatar pre test dan psot test.

Peneliti mengambil Quasi experimental design karena tidak memenuhi standar dalam

penulisan true experimental design yaitu memiliki replikasi atau pengulangan,

randomnisasi dan control karena Quasi experimental design hanya mengambil 2

faktor replikasi dan control tetapi randomnisasi tidak karena Quasi experimental

Page 24: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

24

design memilih respeonden sesuai dengan yang peniliti mau. Informasi dan data

penelitian ini dikumpulkan melalui pemberian kuesioner.

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian pengarahan

dan pembelajaran mengenai cara melakukan pernapasan diafragma sebagai variable

bebas dan stress sebagai variable terikat, umur, gender, lingkungan sebagai variable

moderator.

Untuk menjawab pernyataan masalah pertama tentang apakah ada pengaruh

hubungan antara terapi pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa tingkat

3 Universitas Klabat 2013.

Ho1 : tidak ada pengaruh signifikan terapi relaksasi pernapasan diafragma terhadap

stress pada mahasiswa mahasiswa tingkat 3 Universitas Klabat 2013 dengan

menggunakan analisa statistic pearson bi-serial. Metode ini menggunakan rumus:

R×ý = m1−m0

sdt√ pq

R ²×ý = pq (m1−m 0)

sd ² t

Keterangan :

Rxy : korelasi point biserial

mi-m0 : mean jenjang 1 dan 2

sdt : simpangan deviasi total

p : proporsi (n/N)

q: 1-p

Page 25: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

25

paired t-test akan digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan

antara hasil pre-test dan hasil post test dalam pemberian terapi pernapasan terhadap

stress. Metode ini mempunyai rumus :

t= dsd

√n

dimana nilai sd di peroleh dari ; sd= √Ê (d 1−d )n−i

keterangan :

d = different

sd= standar devisiasi

n= ukuran sampel

tolak ho bila angka signifikan ≤ 0.05

sedangkan untuk menjawab pernyataan nomor 2,3, dan 4 dapat di gunakan ANOVA

unutk melihat perbedaan lebih dari dua kelompok ( supranto, 2004) dengan

menggunakan rumus:

F= ragam ant ar kelompokragam dalamkelompok

Subjek partisipan dalam penelitian.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (notoatmodjo,

1993 dalam setiadi, 2007). Subjek partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang memliki criteria:

Memiliki umur di rentang usia 18 tahun sampai 24 tahun

Dengan memiliki masalah stress eustress dengan tahapan stress 1-3.

Page 26: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

26

Sampling dan subjek alokasi

Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistikyang berhubungan

dengan pengambilan sebagian dari populasi. Suatu unit pengambilan sampel addalah

unsure atau seperangkat unsure yang dipertimbangkan untuk dipilih didalam berbagai

langkah pengambilan sampel. Pruposive Sampling adalah teknik penentuan sampel

untuk tujuan tertentu saja ini teknik pemilihan sampel yang di pilih peneliti. Dengan

jumlah sampel 40 mahasiswa tingkat 3 Universitas Klabat yang mana secara

keseluruhan berjumlah 140 mahasiswa . Dalam penelitian ini jumlah partisipan

diambil berdasarkan criteria yang ada dan dicapai dalam waktu kurun waktu satu

minggu.

Lokasi penelitian

Universitas Klabat adalah salah satu universitas swasta di Minahasa Utara,

provinsi Sulawesi Utara yang lebih tepatnya berada di Airmadidi dan Universitas

Klabat (UNKLAB) dikenal sebagai sekolah berasrama atau boarding school.

UNKLAB memiliki 6 gedung asrama dimana daya tampung hanya sekitar 900 lebih

orang. Jumlah mahasiswa saat ini, ketika Semester I, TA 2011–2012 mulai adalah

3059 mahasiswa. Penelitian lebih khusus di fakultas Ilmu keperawatan yang menjadi

salah satu fakultas yang ada di Universitas Klabat. Mahasiswa fakultas ilmu

keperawatan.terdiri dari tingkat 1,2,3, dan 4 dan memliki jumlah perempuan dan laki-

laki adalah 758 mahasiswa.

Page 27: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

27

Pengumpulan data

Alat mekanikal

Kuisioner adalah alat ukur dalam penelitian ini. Dimana yang ukur adalah

tingkat stress mahasiswa fakultas Ilmu keperawatan , Universitas Klabat.

Print adalah alat untuk mengopi kusioner dalam penelitian dan hl-hal yang di

butuhkan dalam penelitian ini.

Pena adalah alat untuk mengisi kuisioner dalam penelitian dan hl-hal yang di

butuhkan dalam penelitian ini.

Jam adalah alat untuk mengukur lama terapi pernapasan difragma terhadap

mahasisawa Faklutas ilmu keperawatan Tingkat 3.

Prosedur

Minta ijin

Meminta ijin Persetujuan proposal penelitian dan dalam melakukan penelitian

harus meminta ijin kepada Dekan dan Ketua jurusan fakultas ilmu Keperawatan

selaku penanggung jawab dalam penelitian dan selaku pimpinan dari lokasi yang

menjadi tempat penelitian ini.

Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam melakukan terapi ini di mulai dengan di jalankan informed

consent atau surat persetujuan dimana yang akan menjadi responden akan

menandatangani berarti responden siap mengikuti setiap instruksi dalam kelancaran

terapi pernapasan ini. Kemudian responden akan di berikan pre –test , di ikuti dengan

perlakuan selama 7 hari dan setelah itu di lakukan post- test.

Page 28: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

28

Pertimbangan etika

Berhubungan dengan responden yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

manusia maka di perlukan perhatian khusus dalam etika penelitian. Dimana

responden mempunyai hak untuk mengetahui keuntungan, kerugian, tujan prosedur,

prosedur, hak dalam menolak dan menerima pelaksanaan dari terapi pernapasan

difragma.

Serta memperhatikan setiap perbedaan pendapat serta budaya,suku, agama,

dan ras yang berbeda dari satu dengan yang lain dari yang menjadi responden.

Prosedur pengumpulan data.

Pengumpulan data di mulai dari di lakukan pre-test untuk mengukur seberapa

besar tingkat stress responden kemudian di lakukan perlakuan atau di lakukan

pelaksanaan terapi pernapasan diafragma kepada responden selama 1 minggu dan di

akhir terapi di lakukan post test untuk mengeathu seberapa besar pengaruh terapi

pernapasan dalam mengurangi tingkat stress mahasiswa.

Pre-test hanya dilakukan dalam 1 jam pada tanggal 15 desember 2013,

perlakuan di lakukan selama satu minggu setelah di lakukan pre-test yaitu pada

tanggal 16 desember sampai tanggal 22 desember 2013. Setelah mendapat hasilnya

akan dilakukan pengolahan data secara statitistik dengan menggunakan aplikasi SPSS

Page 29: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

29

Alur perencanan pengumpulan data

Persetujuan proposal

Membuat surat tebusan:

Kepada Dekan dan Ketua

jurusan fakultas Ilmu

Pemilihan sampel

Memberikan informed con sent

kepada responden

Berikan pre-test pada hari

pertama

Dilakukan terapi pernapsan pada

pagi , siang dam sore hari selama

Di hari terakhir dilakukan post-

test

Page 30: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

30

DAFTAR PUSTAKA

BukuDurand V Mark, Barlow David H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal:340-48Wijaya Awi Muliadi. 2009. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.

http://www.infodokterku.com. Di unduh pada tanggal 26 Maret 2010

Rathus, S. A. & Nevid, J. S. Psychology and The Challenge of Life:Adjustment in The

New Millenium. Eight Edition. Danver: John Willey & Sons, Inc. 2002

Fitriana, D. S. Hubungan Antara Toleransi Stress Dengan Indeks Prestasi Pada Ma-

hasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unuversitas Islam Indonesia Semester 2

Angkatan 2004. Jogjakarta: FK UII Jogjakarta. 2007.

Suara Pembaruan Daily. Kejiwaan Warga Jakarta. 2009. Diakses tanggal 5 Oktober 2011. http://202.169.46.231/

Pedak M. Metode Super Nol Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah. 2009

Nursalim, Mochamad dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa Uneversity

Press

Purwanto. S. (2007). Terapi Insomnia. Diakses dari http//klinis.woedpress.com

Page 31: pengaruh pernapasan diafragma terhadap stress pada mahasiswa Universitas klabat

31

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/05/jenis-pernafasan-dan-mekanisme-

pertukaran-gas/

http://pamuncar.blogspot.com/2012/06/definisi-peran-dan-fungsi-

mahasiswa.html