pengaruh pemberian ekstrak daun · pdf filepengaruh pemberian ekstrak daun binahong (anredera...

76
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II TIKUS Sprague dawley Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: MUHAMMAD FADLI FAJRIANSYAH NIM: 1113103000051 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: doanthuan

Post on 03-Mar-2018

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP

KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

TIKUS Sprague dawley

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

MUHAMMAD FADLI FAJRIANSYAH

NIM: 1113103000051

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

ii

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

iii

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

iv

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

berserta keluarga dan sahabatnya.

Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akan

terasa sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter dan seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama saya

menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

3. Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro, M.Biomed selaku

pembimbing yang selalu menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Kedua orang tua saya Drs. AH Rahman dan Sudarmi, S.Tr.Keb yang selalu

memberikan pengorbanan, dukungan, do’a, dan limpahan kasih sayang selama

hidup saya. Juga kedua adik saya Shafira Choirur Ramadhania dan Fahira

Aulia Maharani yang senantiasa memberikan do’a, semangat, dan motivasi

agar saya meraih cita-cita menjadi seorang dokter.

5. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan beasiswa untuk

menyelesaikan studi di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Nurlaely Mida, S.Si, M.Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab Lab.

Animal House, Dr. Endah Wulandari, M.Biomed selaku penanggung jawab

Lab. Biokimia, Ibu Silviana Fitria Nasution, M.Biomed selaku penanggung

jawab Lab. Parasitologi, dan Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku

penanggung jawab Lab. Histologi yang telah memberikan izin untuk

menggunakan laboratorium dalam penelitian ini.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

vi

7. Mbak Din, Mbak Ai, Mbak Novi, Mas Rachmadi, Mbak Rani selaku laboran

yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

8. Teman-teman penelitian Binahong, Wildana Aqila Dzakiy, Riski Bastanta

Ginting, Raissa Pramudya Wardhani, dan Alfi Alfina yang telah mencurahkan

waktu, tenaga dan pikirannya selama dua tahun terakhir untuk menyelesaikan

penelitian ini.

9. Kak Audi Fikri Aulia, dkk yang telah memberikan inspirasi dan bantuan dalam

penelitian ini.

10. Kak Tri Bayu Purnama, S.K.M., Kak Chandra Perdana, S.K.M., dan Septia

Putri Arofi, PSKM 2013 yang telah membantu memberikan masukan dalam

pengolahan data dalam penelitian ini.

11. Fahmi Fahrurrozi dan teman-teman PSKPD 2013, SJD 2013-2014 beserta

kakak dan adik tingkat yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada

saya.

12. Bapak Satpam dan OB FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang selalu

membukakan pagar dan dengan sabar menunggu hingga larut malam hingga

kami selesai menggunakan laboratorium.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu.

Saya menyadari sepenuhnya penelitian ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan

kritik dan saran untuk penelitian ini agar lebih baik.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi

saya pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, 15 November 2016

Penulis

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

vii

ABSTRAK

Muhammad Fadli Fajriansyah. Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Kepadatan

Kolagen pada Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague dawley. 2016

Pendahuluan: Luka bakar masih menjadi masalah kesehatan global, dimana

kejadian paling banyak terjadi di negara berkembang dan hampir setengahnya

terjadi di Asia Tenggara. Daun Binahong banyak dimanfaatkan masyarakat

Indonesia untuk mengobati luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Stennis)

terhadap kepadatan kolagen pada luka bakar derajat II tikus Sprague dawley.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental. Subjek penelitian

adalah tikus galur Sprague dawley. Tikus sebanyak 25 ekor dibagi ke dalam 5

kelompok perlakuan. Kelompok P1 diberikan salep ekstrak daun Binahong 40%,

P2 diberikan suspensi oral daun Binahong 100mg/kgbb/hari, P3 diberikan

kombinasi salep ekstrak daun Binahong 40% dan suspensi oral daun Binahong

100mg/kgbb/hari, P4 diberikan silver sulfadiazine, dan P5 diberikan basis salep.

Luka bakar dibuat dengan menempelkan pelat besi 4x2 cm pada kulit tikus selama

30 detik. Parameter yang dilihat adalah rerata kepadatan kolagen. Hasil: Kepadatan

kolagen paling tinggi terdapat pada kelompok P1, berturut-turut diikuti oleh P2 dan

P3. Pada hasil uji Krusskal-Wallis didapatkan nilai p=0.037 (p<0.05). Simpulan:

Salep ekstrak daun Binahong berpengaruh secara bermakna terhadap kepadatan

kolagen pada luka bakar derajat II tikus Sprague dawley.

Kata Kunci: Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), luka bakar,

penyembuhan luka, kolagen.

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

viii

ABSTRACT

Muhammad Fadli Fajriansyah. Medical Education and Profession

Department, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The Effects of Binahong Leaf

Extract (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) on Collagen Density in The

Second Degree Burn of Sprague dawley Rats. 2016

Background: Burns were a global health problem, the majority of these occured in

development countries and almost half occured in the South-East Asia Region.

Indonesian people used Binahong leaf to treat wounds. This study aimed to

determine the effects of Binahong leaf extract (Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis) on collagen density in the second degree burn of Sprague dawley rats.

Method: This study used experimental design. The subject was Sprague dawley

rats. Twenty five rats divided into 5 treatment groups. The group P1 was treated

with 40% Binahong leaf extract ointment, P2 with 100mg/kg/day Binahong leaf

extract oral suspension, P3 with both ointment and oral suspension, P4 with silver

sulfadiazine cream, P5 with ointment base. The burn was made by attaching 4x2

cm metal plate on the rat’s skin for 30 seconds. The parameter was collagen density.

Result: The highest collagen density is in the group P1, followed by P2 and P3.

The Krusskal-Wallis test results value of p=0.037 (p<0.05). Conclusion: Binahong

leaf extract oinment has significant effect on collagen density in the second degree

burn of Sprague dawley rats.

Keyword: Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), burns, wound

healing, collagen.

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ……………..……….………………………..… ii

LEMBAR PERSETUJUAN ….………..………………………….………… iii

LEMBAR PENGESAHAN .…………..……………………….………….… iv

KATA PENGANTAR ……..………….……………………..……………… v

ABSTRAK ………………...…………..…………………………..….……… vii

DAFTAR ISI ………………………….…….……………………...………... ix

DAFTAR GAMBAR ……………….…………….…………………...…….. xii

DAFTAR TABEL .………………….…………………………...…...……… xiv

DAFTAR GRAFIK ……..…….…………………………………..………… xv

DAFTAR LAMPIRAN …....…………………………………..…….……… xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ...………………………………………....……… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………...…..…….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………….….…….……... 2

1.3 Hipotesis ...……………………………………..…………………… 3

1.4 Tujuan Penelitian ………………………….……………………….. 3

1.4.1 Tujuan Umum …………………….…………………………... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ……………….…………………….…………. 3

1.5 Manfaat Penelitian …………….…………………….……………... 3

1.5.1 Bagi Peneliti ………….…………………..…………………… 3

1.5.2 Bagi Institusi …….…………………………………….……… 4

1.5.3 Bagi Keilmuan …………………………………….….………. 4

1.5.4 Bagi Sosial …………………………………….….…………... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………......... 5

2.1 Sistem Integumen …………………………….……..……………... 5

2.2 Lapisan Kulit ..................................................................................... 6

2.2.1 Epidermis ………………………….………………………….. 7

2.2.2 Dermis………………………..…………………………….….. 9

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

x

2.3 Luka Bakar ………………….……………………..………..……… 10

2.3.1 Epidemiologi ……….…………………………......................... 11

2.3.2 Klasifikasi …….……………………………………………..… 11

2.3.3 Patofisiologi ……………………………….……..……………. 16

2.3.4 Tatalaksana ………….…………………….……………..……. 17

2.4 Penyembuhan Luka ……………………….…………………..……. 19

2.5 Kolagen ……………………………….…………………………..... 23

2.6 Binahong ……………………...….…………………………….…... 26

2.7 Ekstraksi dan Ekstrak ……….……………........................................ 28

2.8 Sediaan Obat ………………………………………………..……… 28

2.9 Tikus Sprague dawley …………..…………………………….....…. 30

2.10 Kerangka Teori ................................................................................. 32

2.11 Kerangka Konsep ………………………….…………….………... 32

2.12 Definisi Operasional ………………….………………………....... 33

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ……………...………….………... 34

3.1 Desain Penelitian …………………………………………………... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………….….……………....... 34

3.3 Populasi Penelitian ……………………….…………………............ 34

3.3.1 Populasi Target ………….…….………………………………. 34

3.3.2 Populasi Terjangkau ……..……………………………………. 34

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi …………………………..…………… 34

3.5 Besar Sampel ……………………………………..………………… 34

3.6 Identifikasi Variabel ………………………..………………………. 35

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ……………..…………………………… 35

3.7.1 Alat Penelitian ………………..……………………………….. 35

3.7.2 Bahan penelitian ………..……………………………….…….. 36

3.8 Penyediaan Daun Binahong ……..…...……………………...……... 36

3.9 Determinasi Binahong …….…………………………………...…… 36

3.10 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong …..…..……………….…….... 37

3.11 Pembuatan Salep dan Suspensi Ekstrak Daun Binahong ….……… 37

3.12 Pembuatan Luka Bakar …………...………………….…………… 37

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xi

3.13 Pengobatan ……………………………………..……………...….. 38

3.14 Pembuatan Preparat Histopatologi Kulit …….………..…….…..... 38

3.15 Pengamatan Histopatologi ……………………….….………......... 39

3.16 Manajemen Analisis Data ………………….………………..….… 39

3.17 Etika Penelitian ……………………….………………………...… 40

3.18 Alur Kerja Penelitian …………….……………………………….. 41

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………...…….……...………... 42

4.1 Hasil ……………………………………...….………....................... 42

4.2 Pembahasan …………………………..………................................. 45

4.3 Keterbatasan Penelitian ………….…………………………............ 47

BAB 5. PENUTUP ……………...…..………………...................................... 48

5.1 Kesimpulan …………..……………………...………………........... 48

5.2 Saran …………..………….……………........................................... 48

DAFTAR PUSTAKA …………………………….……………………......... 49

LAMPIRAN ………………………………….………………........................ 53

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Histologi Kulit …………………………………...…..……….. 7

Gambar 2.2 Derajat Luka Bakar …………………………...........…………. 13

Gambar 2.3 Rule of Nines .............................................................................. 14

Gambar 2.4 Lund and Browder Chart ………………..……………….…… 15

Gambar 2.5 Zona pada Luka Bakar ………………..….…………………… 16

Gambar 2.6 Struktur Biokimia Silver Sulfadiazine ………..…………...….. 19

Gambar 2.7 Tahapan dalam Penyembuhan Luka ………...........….……….. 20

Gambar 2.8 Penyembuhan Luka Primer dan Sekunder ................................. 23

Gambar 2.9 Gambaran Serat Kolagen ……………………...……………… 24

Gambar 2.10 Daun Binahong …………………….…………………………. 27

Gambar 2.11 Proses Penyerapan Obat Topikal ………......................…...….. 29

Gambar 4.1 Gambaran Histopatologi Luka Bakar Derajat II …..………..… 42

Gambar 4.2 Kepadatan Kolagen ……………………………..…………….. 43

Gambar 6.1 Prosedur Pewarnaan Mallory Trichrome ……………...…….... 53

Gambar 6.2 Surat Determinasi Tanaman Binahong ……..………………… 54

Gambar 6.3 Surat Ekstraksi Daun Binahong ………………………………. 55

Gambar 6.4 Surat Keterangan Kesehatan Hewan ………………………….. 56

Gambar 6.5 Ekstrak Kental Daun Binahong ………………………..……… 57

Gambar 6.6 Proses Freezedrying ………………………………..…………. 57

Gambar 6.7 Ekstrak Kering Daun Binahong ………………………………. 57

Gambar 6.8 Pembuatan Salep …………………………..………………….. 57

Gambar 6.9 Ekstrak Oral Daun Binahong …………………………………. 57

Gambar 6.10 Penimbangan Berat Tikus …………………………..………… 57

Gambar 6.11 Proses Pencukuran Bulu Tikus …………………………..…… 58

Gambar 6.12 Anastesi Menggunakan Eter ………………………..………… 58

Gambar 6.13 Pemanasan Plat Besi …………………………….….………… 58

Gambar 6.14 Pembuatan Luka Bakar …………………….………................. 58

Gambar 6.15 Pengolesan Salep ……………………….…………………….. 58

Gambar 6.16 Proses Pemberian Ekstrak Oral ……..………………………… 58

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xiii

Gambar 6.17 Eksisi Luka …………………….……………………………... 59

Gambar 6.18 Fiksasi Jaringan dengan Larutan Formalin 10% …….……….. 59

Gambar 6.19 Preparat Histopatologi ………………………….…………….. 59

Gambar 6.20 Pengamatan Preparat Histopatologi ………..…………………. 59

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Vehikulum Sediaan Topikal ……………………… 30

Tabel 4.1 Hasil Uji Krusskal-Wallis ………………………………..…… 44

Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney ……………………………..……….. 45

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Rerata Kepadatan Kolagen ……………….……..……………. 44

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Prosedur Pewarnaan Mallory Trichrome ……………...…….... 53

Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman Binahong ...…..…………………. 54

Lampiran 3 Hasil Ekstraksi Daun Binahong ………………………………. 55

Lampiran 4 Keterangan Kesehatan Tikus …………………………………. 56

Lampiran 5 Proses Penelitian …………………………………………..….. 57

Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis ……………………………….…….… 60

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh yang sangat penting untuk melindungi tubuh

dari dunia luar. Jika terjadi gangguan integritas pada kulit akibat luka ataupun

cedera, maka sangat penting untuk dilakukan upaya penyembuhan. Luka bakar

adalah luka yang ditimbulkan akibat cedera panas, radiasi, radioaktif, elektrik,

gesekan, ataupun kontak dengan bahan kimia. Luka bakar memiliki angka

morbiditas dan mortalitas yang tinggi di masyarakat.1,2

Menurut WHO, luka bakar masih menjadi masalah kesehatan global,

diperkirakan terdapat 265.000 jumlah kematian yang terjadi per tahun akibat luka

bakar, dimana kejadian paling banyak terjadi di negara berkembang dan hampir

setengahnya terjadi di Asia Tenggara. Pada negara maju, angka kejadian luka bakar

menurun. Angka kematian anak akibat luka bakar tujuh kali lebih tinggi pada

negara berkembang dibandingkan negara maju. Berdasarkan RISKESDAS (Riset

Kesehatan Dasar) pada tahun 2013, cedera akibat terbakar memiliki prevalensi

sebanyak 0,7%, tertinggi terjadi di Papua dan terendah di Kalimantan Timur, paling

banyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Pada penelitian Martina (2013), hasil

analisa data rekam medis pasien yang dirawat di Unit Luka Bakar RSCM antara

Januari 2011 – Desember 2012 terdapat angka mortalitas sebanyak 27,6%.

Keterangan lebih rinci penyebab luka bakar pada pasien meninggal yakni api

(78%), listrik (14%), air panas (4%), kimia (3%), dan metal (1%). Hampir semua

luka bakar yang dirawat merupakan deep dermal (Derajat II) dan full thickness

Derajat III).1,3,4

Luka adalah diskontinuitas suatu jaringan, salah satunya bisa terjadi pada

kulit. Hal ini bisa terjadi akibat kecelakaan ataupun pembedahan. Penyembuhan

luka merupakan respon tubuh untuk memperbaiki luka. Proses yang terjadi dalam

penyembuhan luka sangat kompleks, namun umumnya terjadi secara teratur.

Tahapannya adalah inflamasi, migrasi-proliferasi, dan remodelling. Pada tahap

migrasi-proliferasi terdapat proliferasi dan aktivasi fibroblas yang akan mensintesis

kolagen. Sintesis kolagen sangat penting untuk pengembangan kekuatan pada

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

2

tempat terjadinya luka. Kolagen sebagai jaringan ikat diperlukan untuk kembali

membangun struktur jaringan kulit.5,6

Pertolongan awal yang biasa dilakukan terhadap luka bakar pada umumnya

adalah menghentikan proses luka bakar, menjauhkan dari sumber penyebab,

mendinginkan dengan air mengalir dan meminum obat pereda nyeri, kemudian luka

bakar ditutup dengan dressing. Luka bakar juga diberikan silver sulfadiazine

sebagai profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi.7

Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman adat-istiadat,

sudah sejak lama masyarakatnya menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat

tradisional, bahkan hal tersebut masih terjadi secara turun-temurun hingga

sekarang. Namun, masih sedikitnya penelitian yang diadakan untuk melihat efek

sebenarnya dari obat tradisional tersebut membuat potensi dari obat-obatan herbal

di Indonesia kurang maksimal pemanfaatannya. Salah satunya adalah Binahong

dengan nama latin Anredera cordifolia (Tenore) Steenis, digunakan untuk

mengobati luka, termasuk luka bakar. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dan

menyebar sampai ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hampir seluruh bagian

dari tanaman Binahong memiliki manfaat untuk dijadikan obat. Namun masyarakat

lebih sering memanfaatkan daunnya untuk mengobati luka. Manfaat Binahong

sendiri antara lain sebagai anti-inflamasi, antibiotik, analgesik, dan antioksidan.

Dari hasil penelitian Tomayahu (2014) didapatkan bahwa Binahong mengandung

saponin, flavonoid, dan alkaloid. Saponin yang diberikan secara topikal dapat

menstimulus pembentukan serat kolagen yang berperan dalam penyembuhan luka.

Aulia (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun

Binahong terhadap pembentukan granulasi pada luka bakar derajat II tikus Sprague

dawley, didapatkan hasil kepadatan kolagen yang lebih baik pada pemberian silver

sulfadiazine dibandingkan salep daun binahong konsentrasi 40%. 8,9,10,11

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian ekstrak daun Binahong terhadap kepadatan kolagen pada luka

bakar derajat II tikus Sprague dawley. Penelitian ini menggunakan Ekstrak daun

Binahong yang diberikan secara oral dan topikal.

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat

diambil pada penelitian ini adalah apakah ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) memiliki pengaruh terhadap kepadatan kolagen pada

luka bakar derajat II tikus Sprague dawley?

1.3 Hipotesis

Ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) memiliki

pengaruh dalam meningkatkan kepadatan kolagen pada luka bakar derajat II tikus

Sprague dawley.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Stennis) terhadap kepadatan kolagen pada

luka bakar derajat II tikus Sprague dawley.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui pengaruh ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap kepadatan kolagen pada luka bakar

derajat II tikus Sprague dawley yang diberikan:

Salep ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 40% secara topikal.

Suspensi ekstrak daun binahong dengan dosis 100mg/kgBB/hari

secara oral.

Kombinasi salep ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 40%

secara topikal dan suspensi ekstrak daun binahong dengan dosis

100mg/kgBB/hari secara oral.

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menjadi sarjana kedokteran.

Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian eksperimental

bidang histopatologi.

Menambah pengetahuan mengenai manfaat pemberian ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap kepadatan

kolagen pada luka bakar derajat II tikus Sparague dawley.

1.5.2 Bagi Institusi

Memajukan PSKPD FKIK UIN Jakarta dalam penelitian bidang

histopatologi.

Menambah literatur dalam penelitian bidang histopatologi.

Penerapan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian.

1.5.3 Bagi Keilmuan

Menjadi bahan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan

penelitian yang menggunakan daun binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis).

1.5.4 Bagi Sosial

Menambah informasi mengenai pengaruh daun binahong terhadap

luka bakar derajat II.

Menjadi terapi alternatif pengobatan luka bakar secara herbal.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Integumen

Kulit dikenal juga sebagai lapisan kutaneus atau integumen. Kulit dan

derivatnya membentuk sistem integumen. Pada manusia, derivat kulit termasuk

kuku, rambut, dan beberapa jenis kelenjar keringat dan sebasea. Kulit melapisi

lapisan terluar dari tubuh dan juga merupakan organ tunggal terbesar dan terberat.

Berat kulit bisa mencapai 15-20% dari berat badan total dan luas permukaannya

berkisar 1,5-2 m2 pada orang dewasa. Ketebalan kulit yang paling tipis 0,5 mm pada

kelopak mata hingga yang paling tebal pada telapak kaki 4,0 mm.12,13

Kulit utamanya berfungsi sebagai sawar mekanis antara lingkungan

eksternal dan jaringan dibawahnya, namun kulit juga berperan dalam mekanisme

pertahanan dan memiliki fungsi penting lainnya. Fungsi spesifik dari kulit terbagi

menjadi lima kategori umum:

1. Protektif

Kulit memiliki sawar fisik yaitu epitel berlapis gepeng dengan lapisan

tanduk yang melindungi permukaan tubuh terhadap rangsang termal, abrasi

mekanik, dan patogen ataupun mikroorganisme asing. Jika terdapat patogen asing

yang menginvasi kulit, maka sel imun yang terdapat di kulit akan teraktivasi dan

respon imun meningkat. Karena adanya lapisan glikolipid di antara sel-sel stratum

granulosum epidermis, kulit menjadi impermeable terhadap air sehingga air akan

sulit untuk keluar ataupun masuk melewati kulit. Melanosit yang menghasilkan

pigmen melanin pada kulit juga berperan dalam melindungi sel-sel dari radiasi sinar

ultraviolet.14,15

2. Sensorik

Kulit merupakan organ sensorik yang berperan sebagai indera peraba.

Adanya reseptor sensorik membuat kulit dapat memantau lingkungan dan

mekanoreseptor dengan lokasi yang spesifik membuat tubuh dapat melakukan

interaksi dengan objek fisik. Pada kulit terdapat banyak ujung saraf sensorik yang

berespon terhadap suhu (panas dan dingin), sentuhan, nyeri, dan tekanan.14,15

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

6

3. Ekskresi

Pada kulit terdapat kelenjar keringat yang berfungsi untuk mengeluarkan

keringat. Keringat tebentuk dari air, larutan garam, urea, dan produk sisa yang

mengandung nitrogen.14,15

4. Termoregulatorik

Sebagian besar organ dalam tubuh menghasilkan panas atau kalor.

kemudian panas ini dihantarkan ke kulit untuk dibuang ke lingkungan eksternal.

Secara fisika panas dikeluarkan melalui mekanisme radiasi, konduksi, konveksi,

dan evaporasi. Vasodilatasi pembuluh darah ke kulit memaksimalkan aliran darah

yang membawa panas tubuh, sehinggga dapat lebih cepat dikeluarkan. Jika suhu

lingkungan rendah, maka panas tubuh akan dipertahankan melalui vasokonstriksi

pembuluh darah sehingga aliran darah ke kulit menurun. Mekanisme lainnya yaitu

dengan cara berkeringat.14,15,16

5. Metabolik

Sel-sel pada kulit dapat melakukan proses sintesis vitamin D. 7-

Dehidrokolesterol mengalami reaksi nonenzimatik jika terpajan sinar ultraviolet,

yang menghasilkan provitamin D. Selanjutnya, Provitamin D menjalani reaksi

lanjutan dalam beberapa jam sehingga terbentuklah Kolekalsiferol yang biasa

disebut sebagai vitamin D untuk diserap ke dalam aliran darah. Vitamin D sangat

diperlukan untuk mengatur penyerapan kalsium dan pembentukan tulang, serta

homeostasis. Kelebihan elektrolit dalam tubuh dapat dihilangkan melalui

pembentukan keringat pada kulit. Lapisan subkutan menjadi tempat untuk

penyimpanan energi dalam bentuk lemak. 14,15,17

2.2 Lapisan Kulit

Kulit memiliki dua lapisan yakni epidermis dan dermis. Epidermis sebagai

lapisan atas atau yang paling luar, sel-selnya berasal dari ektoderm permukaan.

Sedangkan dermis adalah lapisan dibawahnya atau yang lebih dalam, berasal dari

mesenkim.12

Hipodermis atau jaringan subkutan adalah lapisan di bawah dermis.

Hipodermis berupa jaringan ikat longgar yang mengandung banyak adiposit.

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

7

Hipodermis mengikat kulit secara longgar dengan organ yang lebih dalam seperti

otot dan tulang yang dibatasi dengan fasia.15

Gambar 2.1 Histologi Kulit

(Sumber: Leslie P. Gartner, Color Textbook of Histology 3rd Ed, 2007)

2.2.1 Epidermis

Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng berkeratin yang

disebut keratinosit. Ada tiga tipe sel lain yang ditemukan, seperti melanosit, sel

Langerhans, dan sel Merkel. Lapisan epidermis diperbaharui setiap 15-30 hari,

dipengaruhi usia, bagian tubuh, dan faktor lain.12

Sembilan puluh persen dari epidermis adalah keratinosit yang tersusun dari

4-5 lapis dan memproduksi keratin. Keratin adalah protein fibrosa yang keras dan

memproteksi kulit dari gesekan, panas, bahan kimia, dan mikroorganisme.

Keratinosit juga memproduksi granul lamela yang bersifat kedap air sehingga

mencegah air dan material lain keluar atau masuk melewati kulit. Melanosit

menyusun 8% dari epidermis. Melanosit memproduksi melanin, pigmen berwarna

kuning kemerahan atau coklat kehitaman yang berkontribusi dalam mewarnai kulit

dan menyerap sinar ultraviolet. Sel Langerhans, disebut juga sel dendritik epidermis

berasal dari sumsum tulang belakang. Berfungsi dalam memberikan respon imun

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

8

terhadap mikroorganisme yang menginvasi kulit. Sel Merkel, jumlahnya sedikit

pada epidermis, berlokasi di lapisan terdalam dari epidermis. Fungsinya sebagai

reseptor sensorik berupa sentuhan.12

Epidermis memiliki lima lapisan, diurutkan dari yang paling dalam yakni:

Stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan

stratum korneum. Terdapat juga stratum korneum yang lepas disebut dengan

stratum disjungtum, namun tidak termasuk lapisan epidermis.14

a. Stratum Basale

Lapisan ini merupakan lapisan terdalam dari epidermis. Berbatasan

langsung dengan dermis. Terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik.

Pada plasmalema basal terdapat hemidesmosom yang membantu mengikat sel-sel

pada lamina basal dan juga terhadap satu sel dengan yang lainnya bersama-sama.

Aktivitas mitosis lapisan ini sangat tinggi, karena bertanggung jawab dalam

memproduksi sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Keratinosit pada stratum

basale mengandung filamen keratin intermediet berdiameter 10 nm, ketika sel

berpindah ke atas, maka jumlah dan tipe filamen keratin juga akan bertambah.12,14,15

b. Stratum Spinosum

Stratum spinosum merupakan lapisan yang paling tebal, tersusun hingga

mencapai 8-10 lapisan. Terdiri dari dari sel-sel kuboid atau agak gepeng dengan inti

di tengah dengan nukleolus dan sitoplasma yang aktif memproduksi filamen

keratin. Pada lapisan ini ada sel yang masih aktif bermitosis, letaknya diatas stratum

basale, zona ini bisa disebut sebagai stratum germinativum. Filamen keratin

membentuk berkas, disebut sebagai tonofibril yang akan berkonvergensi dan

bertaut pada sejumlah desmosom sehingga sel dapat terhubung dan terikat satu

sama lain. Sitoplasma dari sel ditarik oleh tonofibril dari kedua sisi di setiap

desmosom sehingga membentuk gambaran duri kecil di permukaan sel, inilah

alasan lapisan ini disebut sebagai stratum spinosum. Epidermis yang rawan

mengalami tekanan dan gesekan memiliki stratum spinosum yang lebih tebal dan

lebih banyak tonofibril serta desmosom. Contohnya kulit telapak kaki.12,14,15

c. Stratum Granulosum

Stratum granulosum disebut juga sebagai lapisan granular. Stratum

granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang mengalami diferensiasi

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

9

terminal. Nukleus dan organel lain mulai mengalami degenerasi karena sel mulai

menjauh dari sumber nutrisi. Walaupun keratin sudah tidak diproduksi lagi, sel-sel

pada lapisan ini semakin jelas terlihat karena organel yang mengalami regresi.

Sitoplasma dari sel berisikan massa basofilik intens yang disebut keratohialin.

Gambaran khas yang hanya telihat pada mikroskop elektron adalah granula lamella

berselubung membran, berbentuk lonjong, dan mengandung banyak lamel yang

dibentuk oleh berbagai lipid. Granula lamella mengalami eksositosis dan

mengeluarkan isinya ke dalam ruang antarsel pada stratum granulosum. Materi

yang kaya lipid tersebut membentuk lembaran-lembaran yang melapisi sel. lapisan

ini bersifat kedap air dan mencegah material asing masuk ke kulit. Apabila nukleus

telah hilang selama masa apoptosis, keratinosit tidak akan dapat melakukan

metabolisme, sehingga sel-sel akan mati.12,14,15

d. Stratum Lusidum

Lapisan ini hanya dijumpai pada kulit tebal seperti telapak tangan dan

telapak kaki. Terdiri dari 4-6 lapisan tipis yang bening. Nukleus dan Organel pada

keratinosit telah menghilang, hampir sepenuhnya sitoplasma terisi filamen keratin

padat. Hal tersebut memungkinkan kulit menjadi lebih keras.12,14,15

e. Stratum Korneum

Terdiri atas 15-30 lapisan sel gepeng berkeratin tak berinti dengan

sitoplasma yang dipenuhi keratin. Sel-sel ini adalah proses final dari diferensiasi

keratinosit. Sel pada tiap lapisan saling timpang tindih dengan sel yang lainnya

seperti sisik pada ular. Pada lapisan terluar ini, sel terus mengalami degradasi dan

digantikan oleh sel yang berada dibawahnya. Lapisan tebal sel mati pada stratum

korneum melindungi lapisan yang berada dibawahnya dari cedera dan infeksi

mikroorganisme patogen. Paparan yang terus-menerus pada kulit akan menstimulus

peningkatan produksi keratinosit dan sisntesis keratin yang akan membentuk callus,

penebalan tidak normal dari stratum korneum.12,14,15

2.2.2 Dermis

Dermis merupakan jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

mengikatnya pada hipodermis atau jaringan subkutan. Ketebalannya bervariasi,

tebal maksimum terdapat pada punggung yaitu 4 mm. Epidermis dan dermis

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

10

dipisahkan oleh membrana basalis yang jelas. Tersusun atas jaringan ikat longgar

seperti kolagen dan elastin, sehingga mampu melakukan peregangan dengan baik.

Terdapat beberapa jenis sel yang ada di dermis, fibroblas, makrofag, dan sedikit sel

lemak yang posisinya berdekatan dengan hipodermis. Pembuluh darah, saraf,

kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan juga folikel rambut juga terdapat pada

lapisan dermis.12

Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak tegas, lapisan

papilar yang lebih superfisial dan lapisan retikular yang lebih profundal.12

1. Stratum Papillare

Lapisan ini membentuk tonjolan-tonjolan ke arah atas yaitu papillae, yang

saling menjalin dengan evaginasi epidermis, disebut cristae cutis (Epidermal ridge).

Fibril penambat dari kolagen tipe VII menyelip ke dalam lamina basal dan mengikat

dermis pada epidermis dari lapisan ini. Semua papillae mengandung capillary loops

(Pembuluh darah). Pada beberapa papillae juga terdapat reseptor taktil yang disebut

badan Meissner yang sensitif terhadap sentuhan dan ujung saraf bebas.12,14,15

2. Stratum Reticulare

Stratum reticulare menempel pada subkutan, lebih tebal namun selnya lebih

sedikit dibandingkan stratum papillare. Tersusun atas serat jaringan ikat padat yang

tidak teratur seperti kolagen tipe I, sebaran fibroblas, dan juga sel lain seperti

makrofag. Beberapa adiposit dapat ditemukan pada lapisan paling dalam. Pada

lapisan ini juga terdapat serat elastin. Ruang antara serat kolagen dan elastin diisi

oleh proteoglikan yang kaya akan dermatan sulfat. Kombinasi antara kedua serat

tersebut membuat daerah retikular memiliki kemampuan ekstensibilitas (meregang)

dan elastisitas (kembali ke bentuk semula setelah meregang).12,14,15

2.3 Luka Bakar

Luka bakar adalah rusaknya kulit dan atau jaringan sekitarnya oleh energi

termal, kimia, listrik, atau radiasi. Tidak seperti jenis trauma yang lain, luka bakar

dapat dinilai secara kuantitas dengan menghitung luas permukaan tubuh yang

terkena. Walaupun luka bakar menjadi hal yang biasa terjadi pada masyarakat,

namun para dokter bedah masih merasa kesulitan dalam menangani pasien dengan

luka bakar yang berat.2,7

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

11

2.3.1 Epidemiologi

Sekitar 1,1 juta orang di Amerika Serikat mendapatkan luka bakar yang

cukup serius sehingga perlu perawatan medis, diantaranya 45 ribu perlu dirawat di

rumah sakit dan 4.500 pasien meninggal dunia. Sejak tahun 1971, angka kejadian

luka bakar meningkat, tetapi angka kematiannya menurun lebih dari 40%. Pada

tahun 1980, angka kematian luka bakar dengan BSA (Body Surface Area) 50% pada

dewasa muda adalah 50%, namun menurun menjadi <10% pada tahun 2005. Tahun

1995, luka bakar dengan BSA 80-90% yang angka harapan hidupnya <10%, di

tahun 2005 lebih dari 50% pasien mengalami perbaikan. Peningkatan ini adalah

hasil dari manajemen penanganan luka bakar yang baik mulai dari resusitasi, teknik

pembedahan, kontrol infeksi, dan dukungan nutrisi yang cukup.18,19

Berdasarkan data dari RSCM pada tahun 2011-2012 terdapat 275 pasien

luka bakar yang dirawat, angka kematian mencapai 76 jiwa (27,6%), penyebab

pasien dirawat paling banyak adalah api (78%), listrik (14%), air panas (4%), zat

kimia (3%), dan metal (%). Penyebab kematiannya adalah septikemia (42%),

kegagalan multi-organ (31%), SIRS (18%), dan ARDS (9%).1

2.3.2 Klasifikasi

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, mulai dari

penyebab, derajat kedalaman, dan luasnya luka bakar.

1. Berdasarkan Penyebab19

Scald Burns

Luka bakar lepuh, biasanya berasal dari air panas, luka bakar yang paling

banyak terjadi pada masyarakat. Air pada suhu 60ºC menghasilkan luka bakar

yang dalam dalam waktu tiga detik, jika suhu 69ºC, akan terjadi hanya dalam

waktu satu detik. Luka bakar dari minyak panas yang biasanya bersuhu 200ºC

dapat mengenai seluruh lapisan kulit. Daerah kulit yang terpapar air panas

saat menggunakan baju dapat menghasilkan luka bakar yang lebih dalam

dibandingkan kulit yang secara langsung terkena paparan.

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

12

Flame Burns

Api adalah penyebab paling banyak kedua pada luka bakar. Pasien yang

terkena api saat masih menggunakan pakaian sangat jarang yang tidak

mendapatkan luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit.

Flash Burns

Ledakan dari gas natural, propana, butana, distalasi petroleum, alkohol, atau

cairan pembakaran lain dapat menyebabkan panas yang tinggi secara cepat.

Luka bakar akan mengenai seluruh bagian tubuh yang terpapar, daerah yang

paling dekat dengan sumber akan menjadi lebih parah. Luka bakar yang

dihasilkan biasanya tidak dalam, bergantung dengan tingkat ledakan. Pakaian

akan memproteksi daerah tubuh yang terkena paparan.

Contact Burns

Luka bakar kontak disebabkan oleh kontak dengan besi, plastik, kaca, atau

batu yang panas. Kedalamannya dapat bervariasi. Pipa knalpot sepeda motor

mengakibatkan luka bakar pada bagian medial tungkai bawah yang walaupun

kecil, membutuhkan eksisi dan grafting. Tidak jarang luka bakar kontak

menyebabkan luka bakar derajat IV, khususnya pada korban yang tidak

berespon dengan cepat dan terkena material peleburan.

2. Berdasarkan Derajat Kedalaman20

Derajat I (Epidermal)

Luka bakar hanya mengenai epidermis, tampak pucat bila ditekan,

kemerahan, tidak terdapat bula, dan terasa nyeri. Sembuh dalam waktu 7 hari.

Tidak terjadi pembentukan eskar.

Derajat II (Superficial partial thickness)

Luka bakar mengenai epidermis dan dermis superfisial, tampak pucat bila

ditekan, bisa terdapat bula, terasa sangat nyeri, Sembuh secara spontan dalam

14 hari. Terdapat resiko rendah hingga sedang terbentuk eskar.

Derajat II (Deep partial thickness)

Luka bakar mengenai epidermis dan epidermis retikular dalam. Tampak tidak

pucat jika ditekan, terdapat bula yang besar, bisa sangat nyeri atau sensasi

kulit menurun. Sembuh dalam 21 hari. Terdapat resiko sedang hingga tinggi

terbentuk eskar.

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

13

Derajat III (Full Thickness)

Mengenai epidermis dan seluruh dermis. Dapat berwarna merah muda, hitam,

ataupun merah cherry. tidk ada sensasi dan tanpa kapasitas penyembuhan,

diperlukan pembedahan. Tidak akan sembuh secara spontan. Pasti terbentuk

eskar.

Derajat IV

Luka bakar mencapai jaringan lemak subkutan, otot, bahkan sampai tulang.

Tampak terbakar hangus, tidak ada sensasi dan tanpa kapasitas penyembuhan.

Tidak akan sembuh secara spontan. Diperlukan fasciotomy atau amputasi.

Gambar 2.2 Derajat Luka Bakar

(Sumber: Saad M. AlQahtani, Burn Management in Orthopaedic Trauma, 2014)

3. Berdasarkan Luas7

Permukaan Palmar

Menggunakan area permukaan palmar (termasuk jari-jari) secara kasar

merupakan 0,8% dari total LPT (Luas Permukaan Tubuh). Luka bakar kecil

dihitung <15% LPT, luka bakar besar dihitung >85% LPT. Untuk ukuran

medium, tidak dapat dihitung secara akurat.

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

14

Wallace Rule of Nines

Gambar 2.3 Rule of Nines

(Sumber: John Fildes, Advanced traumatic Life Support for Doctors 8th Ed,

2008)

Lebih sering digunakan pada dewasa, yaitu area tubuh dibagi berdasarkan

area 9%. Seluruh permukaan lengan masing-masing 9%, batang tubuh

anterior dan posterior masing-masing 18%, kepala dan leher 9%, seluruh

ekstremitas bawah masing-masing 18%, serta area genital 1%. Perbedaannya

pada anak karena ukuran kepala relatif sama besar dengan tubuh maka

persentase kepala 18%, sedangkan ekstremitas bawah masing-masing 14%,

dan genital tidak dihitung.

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

15

Bagan Lund and Browder

Gambar 2.4 Lund and Browder Chart

(Sumber: Steven E. Greer, Handbook of Plastic Surgery, 2004)

Lebih spesifik, dapat digunakan pada bentuk tubuh dan usia yang bervariasi,

termasuk pada anak.-anak.

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

16

2.3.3 Patofisiologi

Luka bakar menyebabkan respon lokal dan sistemik.21,22

1. Respon Lokal

Gambar 2.5 Zona pada Luka Bakar

(Sumber: Shehan Hettiaratchy, ABC of Burns, 2004)

Zona Koagulasi

Zona dengan tingkat keparahan maksimum, terjadi kehilangan jaringan yang

irreversibel akibat koagulasi protein

Zona Stasis

Terdapat area hipoperfusi yang masih bisa diselamatkan. Merupakan target

dilakukannya resusitasi untuk meningkatkan perfusi sehingga kerusakan baru

yang irreversibel dapat dicegah. Keadaan lain yang dapat merusak area ini

seperti hipotensi berkelanjutan, infeksi, ataupun edema.

Zona Hiperemia

Pada zona ini perfusi jaringan meningkat, jaringan akan membaik kecuali

terjadi sepsis berat atau hipoperfusi berkepanjangan.

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

17

2. Respon Sistemik

Jika luka bakar mencapai 15-20% LPT, terjadi pelepasan sitokin dan mediator

inflamasi pada lesi yang memberikan efek secara sistemik.

Perubahan Kardiovaskuler

Permeabilitas kapiler akan meningkat dan melepaskan protein dari

intravaskular ke interstisial. Terjadi vasokonstriksi arteri perifer & splanknik.

TNF-α yang dilepaskan akan membuat kontraksi jantung menurun. Keadaan

diperberat dengan hilangnya cairan melalui luka bakar, sehingga terjadi

hipotensi sistemik dan terjadilah hipoperfusi organ.

Perubahan Respiratorik

Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, pada keadaan yang berat

dapat terjadi Respiratory Distress Syndrome.

Perubahan Metabolik

Basal Metabolic Rate meningkat hingga tiga kali lipat. Keadaan tersebut

diperberat dengan hipoperfusi splanknik, dibutuhkan nutrisi secara enteral

untuk mengurangi katabolisme dan menjaga keutuhan usus.

Perubahan Imunologis

Terjadi Down Regulation tidak spesifik pada sistem imun, baik selular

maupun humoral.

2.3.4 Tata Laksana

Penanganan awal pada pasien luka bakar secara garis besar dilakukan

Survei Primer dan Survei Sekunder.23

1. Survei Primer

A. Airway

Lihat tanda terjadinya cedera saluran napas. Luka bakar pada faring dapat

mengakibatkan edema saluran napas atas, proteksi secara cepat pada saluran

napas sangat penting untuk dilakukan seperti intubasi. Manifestasi klinis

cedera saluran napas ini biasanya belum muncul dalam waktu 24 jam. Jika

hasil X-ray terlihat cedera paru dan terjadi perubahan analisa gas darah,

dipertimbangkan untuk dilakukan pemberian jalan napas secara pembedahan.

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

18

B. Breathing

Jika terdapat hipoksia, maka kemungkinan terjadi cedera inhalasi, ventilasi

inadekuat akibat luka bakar yang ada di dada, atau trauma torax yang tidak

ada hubungannya dengan luka bakar. Pemberian oksigen dengan atau tanpa

intubasi harus segera dikerjakan. X-ray dan analisa gas darah menjadi

pemeriksaan penunjang yang dipakai untuk mengevaluasi status pernapasan

pasien.

C. Circulation

Pasien dengan luka bakar membutuhkan 2-4 mL/KgBB cairan Ringer laktat

dikalikan persentase LPT yang terkena luka bakar derajat II dan III selama 24

jam untuk menjaga sirkulasi darah yang adekuat dan memberikan perfusi

yang baik ke ginjal. Untuk memantau keberhasilan dari resusitasi maka urin

output dijadikan indikator, pada dewasa sebanyak 1 mL/KgBB/jam dan anak

0,5 mL/KgBB/jam.

D. Disability

Dilihat tanda-tanda penurunan kesadaran akibat terjadinya hipoksia ataupun

syok hipovolemik.

2. Survei Sekunder

Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, pemeriksaan penunjang,

perawatan luka, pemasangan nasogastric tube, pemberian analgesik dan

antibiotik profilaksis, serta pastikan pasien telah mendapatkan imunisasi tetanus.

Manajemen perawatan luka bakar adalah sebagai berikut:24

1. Luka bakar harus steril, fokus perawatan adalah pada percepatan penyembuhan

dan pencegahan infeksi

2. Pada semua kasus diberikan profilaksis tetanus

3. Debridement semua bula, kecuali pada luka bakar yang kecil. Lakukan eksisi

pada jaringan nekrotik

4. Setelah debridement, bersihkan luka bakar dengan 0,25% solutio chlorhexidine,

0,1% solutio cimetidine, atau antiseptik lain berbahan dasar air

5. Jangan gunakan solutio alkohol

6. Lakukan penggosokan secara gentle untuk melepaskan jaringan nekrotik.

Kemudian berikan lapisan tipis krim antibiotik (Silver sulfadiazine)

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

19

7. Balutkan kasa kering pada luka bakar untuk mencegah paparan terhadap

lingkungan luar

Gambar 2.6 Struktur Biokimia Silver Sulfadiazine

(Sumber: USA Food and Drug Administration, Silvadene® Cream, 2013)

Silver sulfadiazine masuk ke dalam golongan sulfonamid, memiliki aktivitas

antimikroba. Berefek pada bakteri Gram negatif dan juga Gram positif, serta sama

efektifnya untuk jamur. Bekerja pada membran dan dinding sel bakteri. Digunakan

sebagai antibiotik topikal untuk mencegah dan mengobati sepsis pada luka bakar

derajat II dan derajat III. Dilaporkan terjadi neutropenia pada beberapa pasien yang

diberikan silver sulfadiazine. Pemberiannya harus dalam kondisi luka yang steril

dan diaplikasikan 2 kali/hari dengan ketebalan 1/16 inchi.25

2.4 Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka umumnya teratur dan terjadi secara kompleks.

Ringkasan dari prosesnya adalah sebagai berikut:5

Terjadi proses inflamasi akut oleh jejas yang didapat

Regenerasi sel parenkim (jika mungkin terjadi)

Migrasi dan proliferasi sel parenkim dan jaringan ikat

Produksi protein maktriks ekstraselular

Remodelling parenkim untuk mengembalikan fungsi jaringan

Remodelling jaringan ikat untuk memperoleh kekuatan

Penjabaran dari proses penyembuhan luka terbagi ke dalam tiga fase.

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

20

Gambar 2.7 Tahapan dalam Penyembuhan Luka

(Sumber: Stanley L. Robbins, Pathologic Basis of Desease 8th Ed, 2010)

1. Fase Inflamasi

Fase ini terjadi segera setelah luka terbentuk. Terjadi perubahan vaskular

yang akan meningkatkan aliran pembuluh darah dan permeabilitas vaskular.

Vasodilatasi arteriol akan menyebabkan terjadinya perubahan warna kulit menjadi

kemerahan dan juga teraba lebih hangat. Permeabilitas yang meningkat

mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular, sel

darah merah akan lebih terkonsentrasi sehingga terjadi peningkatan viskositas darah

dan juga perlambatan sirkulasi. Tubuh akan mengirim leukosit ke tempat terjadinya

luka dan akan berakumulasi di sepanjang permukaan endotel vaskular, kemudian

menyelip melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan interstisial untuk

membersihkan mikoorganisme patogen dan juga mulai mengurai jaringan

nekrotik.5,26

2. Fase Proliferasi

Dalam 3-5 hari, muncul jaringan khusus yang penting dalam proses

penyembuhan luka, disebut sebagai jaringan granulasi. Gambaran makroskopisnya

berwarna merah muda, lembut, dan bergranula. Pada gambaran mikroskopis terlihat

proliferasi fibroblas dan neo-vaskular yang berdinding tipis di dalam matriks

ekstrasel yang longgar. Pembuluh darah dibentuk melalui proses neovaskularisasi,

dimana pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya mengeluarkan tunas kapiler

yang akan menjadi pembuluh darah baru. Faktor yang menginduksi terjadinya hal

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

21

ini adalah bFGF dan VEGF. Pada fase ini juga terjadi proses fibrosis, terjadinya

emigrasi dan proliferasi fibroblas ke tempat terjadinya luka dan juga deposisi pada

matriks ekstrasel. Faktor yang berperan yakni PDGF, bFGF, dan TGF-β. Ketika

luka berangsur pulih, fibroblas yang berproliferasi dan juga pembuluh darah baru

akan berkurang. Sintesis kolagen oleh fibroblas dimulai pada hari ke-3 hingga ke-

5 dan berlanjut sampai beberapa minggu tergantung ukuran besar luka. Sintesis

kolagen sendiri diinduksi oleh faktor pertumbuhan PDGF, bFGF, TGF-β dan IL-1

serta TNF yang diekskresikan oleh leukosit dan fibroblas.5

3. Fase Maturasi

Saat jaringan parut matang, terjadi regresi pembuluh darah yang akan

mengubah jaringan granulasi menjadi jaringan parut yang pucat dan avaskular.

Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut terjadi akibat proses

remodelling matriks ekstrasel. Hasil akhir dari proses ini adalah terjadinya

keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstrasel. Degradasi kolagen

dan komponen matriks ekstrasel lainnya diatur oleh metaloproteinase. kolagenase

interstisial akan memecah kolagen fibril tipe I, II, dan III, gelatinase memecah

kolagen amorf dan fibronektin, stromelysin memecah berbagai unsur pokok matriks

ekstrasel, termasuk proteoglikan, laminin, fibronektin, dan kolagen amorf.5

Mekanisme dalam penyembuhan luka terbagi menjadi dua macam,

bergantung dari luasnya luka yang terbentuk.

1. Penyembuhan Primer5,26

Proses ini bisa disebut juga sebagai healing by first intention. Luka yang

terjadi hanya menyebabkan robekan fokal, kematian epitel dan jaringan ikat relatif

lebih sedikit sehingga regenerasi epitel lebih banyak terjadi dibandingkan proses

fibrosis. Ruangan sempit yang terbentuk pada luka segera terisi oleh bekuan fibrin,

pada daerah permukaan yang relatif kering membentuk keropeng yang akan

menutupi dan melindungi area penyembuhan.

Kurang lebih terjadi dalam waktu 24 jam pasca terluka, neutrofil muncul

pada tepi luka, migrasi ke bekuan fibrin. Sel basal pada epidermis mulai

menunjukkan aktivitas mitosis. Dalam waktu 24-48 jam, epitel pada dari kedua tepi

luka mulai bermigrasi dan berproliferasi di sepanjang dermis, dan mendepositkan

komponen membran basalis. Epitel tersebut bertemu di garis tengah keropeng dan

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

22

menghasilkan lapisan epitel tipis yang tidak putus. Di hari ketiga, neutrofil sebagian

besar digantikan oleh makrofag, jaringan granulasi secara bertahap mengisi ruang

luka. Timbul serat kolagen pada tepi luka, tetapi mengarah ke atas. Proliferasi epitel

berlanjut dan membuat epidermis semakin menebal. Pada hari kelima, akibat

jaringan granulasi yang banyak mengisi ruang luka, neovaskularisasi meningkat.

Serat kolagen menjadi lebih banyak dan mulai menjembatani luka dari tepi ke tepi.

Epidermis kembali seperti sedia kala. Ketika proses penyembuhan luka mencapai

dua minggu, deposit kolagen dan aktivitas fibroblas masih berlanjut. Aktivitas

inflamasi dan neovaskularisasi sudah amat berkurang. Di akhir bulan pertama,

terbentuklah jaringan parut pada dermis yang ditutupi oleh epidermis yang normal.

2. Penyembuhan Sekunder5,26

Jika luka yang terbentuk lebih luas dan tidak bisa didekatkan antar tepi luka

selama proses penyembuhan, maka keadaannya disebut healing by second

intention. Proses penyembuhannya relatif sama dengan penyembuhan primer,

namun terbentuk jaringan granulasi yang lebih besar untuk mengisi ruang kosong

yang terbentuk dan menyediakan kerangka pertumbuhan sebagai tempat epitel

kembali tumbuh, massa jaringan parut yang terbentukpun akan menjadi lebih besar.

Proses yang diperlukan lebih lama dibandingkan penyembuhan primer. Pada

penyembuhan ini, akan terjadi fenomena kontraksi luka. Adanya aktivitas

miofibroblas, fibroblas yang mempunyai gambaran sel otot polos kontraktil yang

struktural dan fungsional dicurigai terlibat dalam fenomena tersebut.

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

23

Gambar 2.8 Penyembuhan Luka Primer (Kanan) dan Penyembuhan Luka

Sekunder (Kiri)

(Sumber: Stanley L. Robbins, Pathologic Basis of Desease 8th Ed, 2010)

2.5 Kolagen

Kolagen merupakan protein fibrosa (berserat) terbanyak dan membentuk

30% massa protein dalam tubuh manusia. Protein fibrosa lainnya adalah keratin dan

miosin. Kulit memperoleh kekuatan dan kelenturannya dari jalinan serat kolagen

dan keratin yang saling bersilangan. Kolagen mengandung sekitar 33% glisin dan

21% prolin. Prekursor kolagen, tropokolagen adalah suatu tripel heliks yang terdiri

dari tiga rantai polipeptida yang saling menjalin membentuk struktur mirip tambang

dengan daya regang yang besar. Masing-masing rantai polipeptida mengandung

1000 residu amino. Ketiga rantai polipeptida disatukan oleh ikatan hidrogen. Serat

kolagen berdiameter berkisar antara 20-90 nm dan panjangnya dapat mencapai

beberapa mikrometer.27,28

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

24

Gambar 2.9 Gambaran Serat Kolagen

(Sumber: Wolfgang Kuehnel, Color Atlas of Cytology, Histology, and

Microscopic Anatomy 4th Ed, 2003)

Serat kolagen berwarna merah muda pada pewarnaan hematoxylin eosin,

berwarna biru pada pewarnaan Mallory trichrome, berwarna hijau-biru atau hijau

pada pewarnaan Masson trichrome dan Gomori trichrome.15

Tipe kolagen ditandai dengan angka Romawi.15,27,29,30

a. Kolagen tipe I

Memiliki berat molekul 300 nm

Berserat nonargirofilik, pada pewarnaan Picro Sirius Red gambaran tebal dan

birefringen (cahaya terpolarisasi karena perbedaan indeks bias) yang kuat

Ditemukan di sebagian besar jaringan ikat, termasuk kulit, tulang, dan dentin

gigi

Berfungsi untuk menahan regangan

b. Kolagen tipe II

Berat molekul sebesar 300 nm

Tampak seperti gumpalan fibril longgar, birefringen (cahaya terpolarisasi

karena perbedaan indeks bias)

Ditemukan pada tulang rawan dan vitreous humor

Berfungsi dalam menahan regangan

c. Kolagen tipe III

Serat besifat argirofilik, halus

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

25

Ditemukan pada kulit, otot, pembuluh darah, sering bersama dengan tipe I

Berfungsi dalam memelihara struktur organ yang dapat meregang

d. Kolagen tipe IV

Gambaran jejaring ikatan silang dua dimensi

Pada mikroskop tidak tampak, terdeteksi dengan imunositokimia

Terdapat pada semua membran basal

Sebagai penunjang struktur halus

e. Kolagen tipe V

Memiliki molekul 390 nm

Pada gambaran, sering membentuk serat bersama dengan tipe I

Ditemukan pada jaringan fetal, kulit, tulang, plasenta

Berperan dalam membantu fungsi kolagen tipe I

f. Kolagen tipe VI

Berat molekul >95

Terdapat pada lamina basal

g. Kolagen tipe VII

Domain globular 450 nm pada tiap ujungnya

Tidak tampak pada mikroskop, dideteksi dengan imunositokimia

Terdapat pada epitel

Berfungsi dalam menambatkan lamina basal epitel kulit pada stroma

dibawahnya

h. Kolagen tipe VIII

Berbentuk poligonal

Ditemukan pada membran basal dan endotel

Berfungsi dalam menahan tekanan

i. Kolagen tipe IX

Panjang molekul 200 nm

Tidak tampak terlihat jika menggunakan mikroskop, terlihat dengan

imunositokimia

Terdapat pada tulang rawan dan korpus vitreus

Berfungsi bersamaan dengan kolagen tipe II

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

26

j. Kolagen tipe X

Ditemukan pada lempeng epifisis

Berperan dalam proses osifikasi endokondral

k. Kolagen tipe XI

Panjang molekul 300 nm

Berserat kecil

Terdapat pada tulang rawan

Membantu fungsi kolagen tipe I

l. Kolagen tipe XII

Berinteraksi dengan kolagen tipe I

Terdapat pada embrio dan kulit

2.6 Binahong

Binahong, atau Anredera cordifolia (Tenore) Steenis adalah tanaman obat

yang berasal dari Tiongkok dengan nama asli dheng san chi. Tumbuh baik di

dataran tinggi maupun dataran rendah. Berbagai pengalaman pada masyarakat,

binahong dapat dimanfaatkan dalam membantu penyembuhan penyakit-penyakit.8

Tanaman binahong memiliki batang yang lunak, bentuknya silindris, saling

membelit satu sama lain. Warna batangnya merah, permukaannya halus. Jenis

bunga majemuk, tertata rapi menyerupai tandan dengan tangkai yang panjang.

Mahkota bunga berwarna krem keputihan dengan jumlah kelopak sebanyak lima

helai, beraroma khas. Daun binahong memiliki ciri berdaun tunggal, tangkainya

pendek, tersusus berselang-seling, berwarna hijau. Bentuk daunnya menyerupai

hati. Panjang daun berkisar 5-10 cm dan lebarnya 3-7 cm. Ujung daun meruncing,

permukaannya licin.31

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

27

Gambar 2.10 Daun Binahong

(Sumber: BPOM. Taksonomi: Koleksi Obat, Tanaman Obat Citeureup)

Berikut adalah klasifikasi dari binahong atau Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis.

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub-kelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

Bahan aktif yang terkandung dalam daun binahong adalah flavonoid,

saponin, triterpen, dan coumarin.32

Flavonoid memiliki kemampuan khusus untuk mengikat dan mencegah

kerusakan dari kolagen. Flavonoid dapat menstimulus aktivitas dari fibroblas yang

akan mensintesis kolagen. Saponin berperan dalam meningkatkan jumlah kolagen

tipe IV pada dermo-epidermal junction. Triterpen dapat menginduksi migrasi dan

proliferasi keratinosit dan fibroblas serta deposisi kolagen. Coumarin memiliki efek

bakteriostatik dan aktivitas antitumor.33,34,35,36

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

28

2.7 Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi adalah membuat komponen-komponen kimia dalam sampel atau

simplisia ditarik oleh pelarut kimia yang cocok. Hasil ekstraksi berupa ekstrak.

Salah satu metode ekstraksi yang sering digunakan yaitu maserasi. Pada metode

masesari, serbuk simplisia direndam dalam cairan pengekstrak. Cairan pengekstrak

akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif,

kemudian zat aktif tersebut akan terlarut. Simplisia dan cairan pengekstrak

dicampurkan dalam wadah kemudian ditutup rapat, lalu dikocok secara berulang

sehingga memungkinkan cairan pengekstrak masuk ke seluruh permukaan

simplisia. Proses maserasi harus terlindung dari cahaya matahari langsung untuk

mencegah katalisasi. Waktu yang diperlukan adalah 5 hari.37

Freezedrying merupakan metode untuk mengeringkan pangan. Simplisia

dibekukan pada suhu -40ºC, kemudian dikeringkan dengan cara divakum pada

ruangan vakum dengan tekanan 0,036 psi. Suhu ruangan dinaikkan secara

terkontrol hingga mencapai 38ºC dan terjadilah proses sublimasi. Air yang

tersublimasi disedot sehingga didapatkan ekstrak kering.38

2.8 Sediaan Obat

Farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh, mencakup proses absorbsi

(A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme dan ekskresi

adalah proses eliminasi obat. Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari

tempat pemberian ke dalam pembuluh darah. Tempat pemberian mulai dari saluran

cerna (mulut hingga rektum), kulit, paru, otot, dan lainnya.39

Pada cara pemberian secara oral, absorbsi utama terjadi di usus halus karena

memiliki luas permukaan untuk terjadinya absorbsi yang sangat luas, yakni 200 m2.

Sebagian besar obat diabsorbsi secara difusi pasif, sebagai barrier untuk

absorbsinya adalah membran sel epitel yang merupakan lipid bilayer. Molekul obat

harus memiliki kelarutan lemak untuk dapat melintasi barrier tersebut. Kecepatan

difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak dari obat tersebut. Salah

satu sediaan oral dalam pengobatan adalah suspensi oral. Suspensi oral merupakan

sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair

yang ditujukan untuk penggunaan oral.39

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

29

Gambar 2.11 Proses Penyerapan Obat Topikal

(Sumber: Laurence L. Brunton, Goodman and Gilman’s: The Pharmacological

Basis of Therapeutics 12th Ed, 2011)

Pada kulit, hal terpenting dalam penyerapan obat adalah gradien konsentrasi

yang akan membuat obat masuk ke dalam lapisan kulit melewati stratum korneum

sebagai lapisan barrier. Karakteristik dari obat topikal harus memiliki massa

molekul yang rendah (600 Da), kelarutan yang baik antara minyak dan air, dan

koefisien partisi yang tinggi terhadap vehikulum (zat pembawa) sehingga obat akan

lebih mudah terpisah dari vehikulum dan diserap masuk melewati stratum korneum.

Pada permukaan kulit yang lembab, obat akan lebih banyak diserap. Penetrasi dari

obat bergantung pada ketebalan stratum korneum, penetrasi terjadi lebih tinggi pada

kulit wajah, daerah lipatan dan juga perineum.40

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

30

Perbedaan Vehikulum

Krim Salep Gel Lotion

Basis Fisik Emulsi minyak

dalam air

Air dalam

minyak

Emulsi water-

soluble

Solution-

dissolved

Media Pelarut >31% air

(hingga 80%) <25% air

Mengandung

water- soluble

polyethylene

glycol

Aqua atau

alkohol

Keuntungan

Farmakologis

Obat

terkonsentrasi

pada

permukaan

kulit

Lapisan

minyak akan

memproteksi

kulit

Obat akan

terkonsentrasi

setelah

evaporasi

vehikulum

-

Keuntungan

bagi Pasien

Dapat

menyebar dan

dihilangkan

dengan mudah

Menyebar

dengan mudah,

memperlambat

evaporasi air,

memberikan

efek dingin

Tidak

berwarna,

tampilan

jernih, tidak

berminyak

Residu sedikit

pada kulit

kepala

Lokasi Pada

Tubuh

Hampir semua

bagian tubuh

Hindari bagian

lipatan

Baik untuk

kulit kepala

dan daerah

berambut

lainnya

Diterima

dengan baik

pada kulit

kepala

Kerugian Butuh bahan

pengawet

Berminyak

hingga sangat

berminyak

Butuh bahan

pengawet

Alkohol tinggi

dapat membuat

kulit kering

-

Tabel 2.1 Perbedaan Vehikulum Sediaan Topikal

(Sumber: Laurence L. Brunton, Goodman and Gilman’s: The Pharmacological

Basis of Therapeutics 12th Ed, 2011)

2.9 Sprague dawley

Tikus Sprague dawley adalah tikus putih outbred (genotipe tidak identik)

yang paling banyak digunakan dalam penelitian biomedis, tikus galur lainnya yakni

Wistar dan Long evans. Tikus Sprague dawley paling banyak digunakan karena

harganya relatif tidak mahal dan mudah dipelihara karena ketenangan dan

kejinakannya. Dalam penggunaannya sebagai hewan coba, tikus haruslah sudah

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

31

tersertifikasi. Tikus yang telah tersertifikasi diharapkan dapat mempermudah

peneliti untuk mendapatkan hewan percobaan yang dibutuhkan. Kriteria dalam

menentukan hewan percobaan antara lain kontrol makan, kontrol kesehatan, rekam

perkawinan, jenis, umur, berat tubuh, jenis kelamin, dan silsilah genetik.41,42

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

32

2.10 Kerangka Teori

2.11 Kerangka Konsep

Ekstrak daun

Binahong

Coumarin Saponin Flavonoid Triterpen

Bahan aktif

Peningkatan

kepadatan kolagen

Perbaikan luka

lebih cepat

Luka bakar derajat II

tikus Sprague dawley

Salep ekstrak daun

Binahong konsentrasi

40%

Suspensi ekstrak daun

binahong dosis 100

mg/kgBB/hari

Salep ekstrak daun

Binahong konsentrasi

40% dan suspensi

ekstrak daun binahong

dosis 100

mg/kgBB/hari

Peningkatan kepadatan

kolagen

Stimulus

aktivitas

fibroblas

Meningkatkan

kolagen tipe IV

pada dermo-

epidermal

junction

Menginduksi

migrasi dan

proliferasi

fibroblas serta

deposisi

kolagen

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

33

2.12 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1 Kepadatan

Kolagen

Ketebalan serat

kolagen yang berwarna

biru muda hingga tua

pada foto preparat

Mallory Trichrome

Mikroskop

Olympus

BX41

Program

Adobe

Photoshop

6.0

Serapan

warna biru

dengan

satuan

pixel

Numerik

2 Salep

Ekstrak

Daun

Binahong

40%

Salep yang terbuat dari

ekstrak daun binahong

dan pelarut etanol 96%

dengan konsentrasi

40%

- - Kategorik

3

Suspensi

Ekstrak

Binahong

dosis

100mg/kgB

B/hari

Ekstrak daun binahong

dan pelarut etanol 96%

dengan dosis

100mg/kgBB/hari

yang dilarutkan dalam

Na-CMC

- - Kategorik

4 Kontrol

Positif

Perlakuan yang

diberikan pengobatan

standar yaitu salep

silver sulfadiazine 2

kali sehari

-

- Kategorik

5 Kontrol

Negatif

Perlakuan yang tanpa

diberikan bahan aktif

yaitu basis salep 2 kali

sehari

- - Kategorik

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain deskriptif

analitik melalui evaluasi histopatologis untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak

daun Anredera cordifolia (Tenore) Steenis terhadap kepadatan kolagen pada luka

bakar derajat II.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di laboratorium biokimia, laboratorium

histologi, laboratorium parasitologi, dan laboratiorium animal house. Dilaksanakan

pada bulan Feburari-Juni 2016.

3.3 Populasi Penelitian

Tikus Sprague dawley jantan dari tempat budidaya hewan coba IRATco

Bogor dengan usia 12-14 minggu dan berat 150-250 gram.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi:

Tikus Sprague dawley jantan dari tempat budidaya hewan coba IRATco

Bogor dengan usia 12-14 minggu, berat 150-250 gram, dan tidak mengalami

gangguan kesehatan.

2. Kriteria Eksklusi:

Tikus yang terdapat kelainan pada kulit punggung.

3.5 Besar Sampel

Penelitian menggunakan rumus Federer:43

(n-1) (t-1) ≥ 15

dengan n= Jumlah sampel dan t= jumlah kelompok

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

35

Karena dalam penelitian ini menggunakan lima kelompok, maka:

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) (4) ≥ 15

(n-1) ≥ 15/4

n - 1 ≥ 3,75

n ≥ 4,75 (dibulatkan = 5)

Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan bahwa untuk lima kelompok

perlakuan dibutuhkan minimal 5 sampel yaitu 5 ekor tikus Sprague dawley.

3.6 Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen:

Salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40% dan suspensi ekstrak daun

binahong dosis 100mg/kgBB/hari.

2. Variabel Dependen:

Kepadatan kolagen.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat Penelitian

1. Pelat besi ukuran 4x2 cm

2. Toples anastesi

3. Kapas

4. Kandang tikus dan sekam

5. Sabun dan alat pembersih kandang tikus

6. Tempat makan dan minum tikus

7. Collar neck

8. Mesin dan krim pencukur

9. Timbangan elektronik

10. Timbangan analitik

11. Lumpang dan alu

12. Oven

13. Magnetic stirrer

14. Kuas

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

36

15. Sonde dan spuit 1 cc

16. Kompor dan panci

17. Termometer

18. Stopwatch

19. Minor set

20. Gunting dan pinset

21. Sarung tangan dan masker

22. Plastik Zipperbag

23. Karton dan spidol

24. Mikroskop Olympus CX 41, Personal Computer, dan DVD-RW

3.7.2 Bahan penelitian

1. Ekstrak daun Binahong dengan pelarut etanol 95%

2. Adeps lanae

3. Vaselin album

4. Aquades

5. Na-CMC

6. Formalin

7. Makanan dan minuman tikus

8. Eter

3.8 Penyediaan Daun Binahong

Daun binahong dibeli dari penjual daun binahong di desa Kopo, Cisarua,

Bogor. Daun binahong yang digunakan adalah daun binahong kering seberat 535

gram. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses ekstraksi.

3.9 Determinasi Binahong

Tanaman utuh pohon binahong dibawa ke LIPI (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia) Cibinong, Kabupaten Bogor. Dilakukan determinasi untuk

mengetahui secara pasti spesies dari tanaman tersebut.

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

37

3.10 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong

Pembuatan ekstrak dilakukan di BALITRO (Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat) dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.

Didapatkan ekstrak kental 88 gram.

Kemudian ekstrak kental tersebut dibawa ke BATAN (Badan Tenaga Nuklir

Indonesia) untuk dilakukan proses freezedrying guna mendapatkan ekstrak kering

seberat 18 gram.

3.11 Pembuatan Salep dan Suspensi Ekstrak Daun Binahong

1. Salep

Hal pertama yang dilakukan adalah membuat basis salep. Pembuatan basis salep

mengikuti formulasi standar dasar salep menurut Goeswin (2006):44

R/ Adeps lanae 15 gram

Vaselin album 85 gram

m.f. ung 100 gram

Setelah basis salep selesai dibuat, selanjutnya membuat sediaan salep daun

binahong konsentrasi 40% sebanyak 37.5 gram.

R/ Ekstrak daun binahong 15 gram

Basis salep 22.7 gram

m.f. ung 37.5 gram

2. Suspensi

Pembuatan suspensi ekstrak daun binahong dengan membuat pelarut Na-CMC

1% dengan cara mencampurkan Na-CMC sebanyak 1 gram dalam aquades 100

ml dengan menggunakan magnetic stirrer. Kemudian ekstrak daun binahong

seberat 10 mg dilarutkan dengan pelarut Na-CMC 1% yang telah dibuat.45

3.12 Pembuatan Luka Bakar

Mula-mula tikus dianastesi dengan menggunakan eter. Area punggung tikus

dicukur dengan mesin pencukur dan dioleskan dengan Veet™, diamkan selama 5

menit. Kemudian dibersihkan dengan kapas alkohol. Setelah itu pelat besi ukuran

4x2 cm dipanaskan dalam air bersuhu 98ºC selama 5 menit. Pelat besi ditempelkan

pada punggung tikus yang sudah dihilangkan rambutnya secara horizontal, lama

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

38

pemaparan pelat besi adalah 30 detik. Tekanan pada saat penempelan pelat besi

pada masing-masing tikus adalah sebesar 10 Newton.46

3.13 Pengobatan

Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberikan salep ekstrak daun Binahong 40% dua

kali sehari secara topikal11

Kelompok Perlakuan 2 (P2) diberikan suspensi ekstrak daun Binahong dosis

100mg/KgBB/hari satu kali sehari secara oral47

Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberikan salep ekstrak daun Binahong 40% dua

kali sehari secara topical dan suspensi ekstrak daun Binahong dosis

100mg/KgBB/hari satu kali sehari secara oral11,47

Kelompok Kontrol Positif (P4) diberikan krim silver sulfadiazine dua kali

sehari11

Kelompok Kontrol Negatif (P5) diberikan basis salep dua kali sehari11

Pada perlakuan yang diberikan suspensi ekstrak daun Binahong dosis

100mg/KgBB/hari secara oral, pemberian dilakukan dengan menggunakan

sonde.

3.14 Pembuatan Preparat Histopatologi Kulit

Pada hari ke-6 dilakukan terminasi untuk mengambil jaringan kulit yang

terkena luka bakar pada tikus, sebelumnya hewan dianastesi sampai detak jantung

tidak teraba dan warna mata yang merah berubah menjadi putih.

Jaringan kulit dimasukkan dalam larutan formalin 10%, dibawa ke

laboratorium Cito, Depok untuk dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan

Mallory Trichrome.

Pewarnaan Mallory Trichrome bertujuan untuk mengindetifikasi kolagen,

serat elastin, otot, mukosa usus, sel pada kelenjar pituitari, dan retikulum. Kolagen

terwarna biru, retikulum biru, mukosa dengan corakan biru, serat elastin merah

muda, kuning muda atau tak terwarnai, otot merah, sel alpha merah, sel beta biru,

dan nukleus merah. Bahan yang dibutuhkan adalah sediaan preparat setebal 4-6 μm

yang menempel pada paraffin.

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

39

Prosedur pewarnaan Mallory Trichrome diawali dengan deparafinisasi,

pembilasan sebanyak 2 kali, kemudian perendaman, lalu immersi sebanyak 3 kali,

setelah itu dibilas kembali. Langkah selanjutnya adalah dehidrasi dan pembersihan.

Setelah pembersihan selesai dilakukan, preparat ditutup dengan cover.

3.15 Pengamatan Histopatologi

Preparat histopatologi yang sudah jadi diamati dengan menggunakan

mikroskop Olympus BX41 yang dilengkapi aplikasi DP2-BSW dengan perbesaran

lensa objektif 40x dan difoto sebanyak 10 lapang pandang besar per preparat. Hasil

foto kemudian disimpan.

Kepadatan kolagen dihitung secara kuantitatif dengan mengukur serapan

warna RGB (Red, Green, Blue) dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop

CS 6.0.

Langkah pengukuran kepadatan kolagen dengan menggunakan aplikasi Adobe

Photoshop CS 6.0 adalah sebagai berikut:

1. Buka aplikasi Adobe Photoshop CS 6.0

2. Buka file foto yang sudah disimpan melalui menu file dan submenu open, atau

shortcut Ctrl+O

3. Klik magic wound tool yang berada di fitur sebelah kiri

4. Tempatkan kursor pada daerah foto yang akan dihilangkan, misalkan warna

merah dan ungu yang menggambarkan epitel

5. Klik menu edit, kemudian pilih submenu cut atau shortcut Ctrl+X. Warna yang

sudah ditandai tadi akan hilang, lakukan sampai yang tersisa adalah warna biru

atau hijau

6. Setelah itu, klik menu window, pilih submenu histogram. Klik blue, akan

terdapat data berupa nilai mean. Nilai tersebut adalah rata-rata ketebalan

kepadatan kolagen yang dihitung berdasarkan jumlah pixel pada foto

3.16 Manajemen Analisis Data

Setelah dilakukan perhitungan nilai ketebalan kepadatan kolagen pada

masing-masing kelompok, data tersebut diolah menggunakan aplikasi SPSS versi

16.0. Karena penelitian ini merupakan analitik numerik yang tidak berpasangan,

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

40

serta jumlah kelompoknya lebih dari dua, maka dilakukan uji Krusskal-Wallis

karena distribusi data normal dan varian tidak homogen.

3.17 Etika Penelitian

Hewan coba sebanyak 32 ekor tikus diaklimatisasi selama satu minggu

sebelum diberikan perlakuan. Tikus tersebut ditempatkan pada kandang yang

diberikan alas sekam, sekam diganti tiga hari sekali. Dalam satu kandang diisi oleh

dua tikus yang diberikan sekat dibagian tengah sebagai pemisah. Makanan dan

minuman diberikan secara adlibitum. Hewan coba diaklimatisasikan terlebih

dahulu selama satu minggu sebelum diberikan perlakuan. Sebelum dilakukan

pembuatan luka bakar dan proses terminasi, hewan coba dibius terlebih dahulu.

Setelah dilakukan terminasi, hewan coba yang telah diambil jaringan kulitnya

dikuburkan dengan layak.

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

41

3.18 Alur Kerja Penelitian

Pembelian daun

Binahong

Aklimatisasi

selama 1 minggu

Pembuatan sediaan

salep dan suspensi

Ekstraksi

Determinasi

Pembelian tikus

Sprague dawley

Rambut pada

punggung dicukur

Pembuatan luka

bakar

1

Diberikan salep 2

kali sehari

2

Diberikan suspensi

1 kali sehari

3

Diberikan salep 2 kali

sehari dan suspensi 1

kali sehari

Perlakuan diberikan

selama 5 hari

Terminasi di hari ke-6

Pembuatan preparat

histopatologi

Pengamatan preparat

histopatologi

Manajemen analisis

data

Penulisan laporan

penelitan

Dibuat sediaan HE

untuk konfirmasi luka

bakar derajat II

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan luka bakar dengan cara

memanaskan pelat besi ukuran 4x2 cm dalam air bersuhu 98ºC selama 5 menit,

kemudian pelat besi ditempelkan pada kulit punggung selama 30 detik. Rambut

pada kulit punggung sebelumnya telah dihilangkan menggunakan mesin cukur dan

krim perontok rambut. Tikus yang telah mendapatkan luka bakar dilakukan

terminasi dan eksisi pada kulit punggung yang terkena luka bakar untuk

mengonfirmasi kedalaman luka bakar. Kulit tersebut lalu dibuat sediaan

hitopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Pada hasil pengamatan

menggunakan mikroskop didapatkan bahwa luka bakar yang terbentuk adalah luka

bakar derajat II karena telah melewati lapisan epidermis dan mencapai lapisan

dermis.

Gambar 4.1 Gambaran Histopatologi Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague

dawley dengan Pajanan Pelat Besi 30 Detik

Luka bakar kemudian diberikan perlakuan sesuai masing-masing kelompok

selama lima hari dan dilakukan terminasi pada hari keenam untuk diambil kulitnya.

Kulit yang didapatkan lalu dibuat sediaan prepapat dengan menggunakan

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

43

pewarnaan Mallory Trichrome untuk melihat kepadatan kolagen pada masing-

masing kelompok.

Berikut adalah gambaran mikroskopik kepadatan kolagen pada luka bakar

derajat II tikus Sprague dawley dengan pajanan pelat besi 30 detik yang telah

diberikan perlakuan. Tampak serat kolagen yang berwarna biru.

Gambar 4.2 Kepadatan Kolagen (P1) Perlakuan I; (P2) Perlakuan 2; (P3)

Perlakuan 3; (P4) Kontrol Positif; (P5) Kontrol Negatif; (Keterangan: Tanda

panah menunjukkan kolagen yang lebih padat dibandingkan sekitarnya, pulasan

kolagen yang berwarna biru muda relatif lebih longgar, sedangkan kolagen yang

berwarna biru tua relatif lebih padat)

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

44

Pada penelitian ini, data dari kepadatan kolagen dianalisis secara qualitatif dengan

mengukur serapan warna biru pada foto preparat menggunakan aplikasi Adobe

Photoshop CS 6.0. Satuan yang digunakan adalah pixel. Hasil pengukuran

kemudian dirata-ratakan pada masing-masing kelompok.

Grafik 4.1 Rerata Kepadatan Kolagen

Berdasarkan tabel dan grafik diatas, didapatkan bahwa perlakuan 1 yaitu

kelompok yang diberikan salep ekstrak daun binahong 40% memiliki kolagen yang

paling tebal dengan rerata 203.022 pixel. Diikuti berturut-turut oleh perlakuan 2,

perlakuan 3, kemudian kontrol negatif. Hasil paling rendah terdapat pada kontrol

positif atau kelompok yang diberikan krim silver sulfadiazine.

Data tersebut kemudian dianalisis, namun sebelumnya dilakukan uji

normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan

Levene’s Test. Pada uji normalitas didapatkan nilai p = 0.589 (p>0.05)

menunjukkan bahwa distribusi data pada penelitian ini normal. Dilanjutkan uji

homogenitas, didapatkan nilai p<0.05 sehingga data bersifat heterogen atau tidak

homogen. Setelah itu data dianalisis menggunakan uji stastistik non-parametrik

metode Krusskal-Wallis.

Kelompok N Mean Rank P Value

Perlakuan 1 5 22.00 0.037

Perlakuan 2 5 13.00

Perlakuan 3 5 11.40

Kontrol Positif 5 9.40

Kontrol Negatif 5 9.20

Tabel 4.1 Hasil Uji Krusskal-Wallis

203.022

185.417 183.601179.338 179.923

165

170

175

180

185

190

195

200

205

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Kontrol Positif Kontrol Negatif

Pix

el

Kelompok

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

45

Pada uji Krusskal-Wallis didapatkan bahwa nilai p = 0.037 (p<0.05) yang

artinya minimal terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan bermakna.

Selanjutnya untuk menilai lebih spesifik kelompok mana saja yang memiliki

perbedaan bermakna dilakukan analisis post hoc yaitu uji Mann-Whitney.

Kelompok Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Kontrol + Kontrol -

Perlakuan 1 - 0.016 0.028 0.028 0.009

Perlakuan 2 0.016 - 0.602 0.602 0.175

Perlakuan 3 0.028 0.602 - 0.602 0.602

Kontrol + 0.028 0.602 0.602 - 0.602

Kontrol - 0.009 0.175 0.602 0.602 -

Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney

Berdasarkan uji post hoc, nilai berbeda bermakna ditunjukan dengan nilai

p<0,05 sehingga didapatkan bahwa hanya perlakuan 1 yang memiliki perbedaan

bermakna terhadap kelompok lain.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan rerata kepadatan kolagen, kelompok perlakuan 1 (pemberian

salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40%) memiliki nilai yang paling tinggi

dibandingkan kelompok lain. Hal ini berbeda dengan penelitian Aulia (2014) yang

melakukan uji efek salep ekstrak daun Binahong pada proses penyembuhan luka

bakar. Hasil yang didapat pada konsentrasi ektrak 40% memiliki nilai yang lebih

rendah dibandingkan silver sulfadiazine sebagai kontrol positif. Persada (2009)

juga meneliti mengenai tingkat kesembuhan luka bakar derajat II yang diberikan

sediaan tumbuk topikal daun Binahong, didapatkan hasil yang lebih baik

dibandingkan hidrogel secara makroskopik, namun tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada gambaran mikroskopik.46,48

Daun Binahong memiliki berbagai zat aktif, salah satunya adalah saponin.

Saponin berperan dalam pembentukan kolagen. Rizqah (2007) menyebutkan bahwa

saponin menghambat kerja enzim siklooksigenase dengan cara mengkatalisis reaksi

aram arakidonat menjadi senyawa endoperoksidase. Siklooksigenase berperan

dalam pembentukan prostaglandin. Karena kerjanya dihambat, maka pembentukan

prostaglandin akan menurun sehingga reaksi radang menjadi lebih singkat dan

mempercepat proses penyembuhan dengan peningkatan kolagenisasi.49

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

46

Kandungan aktif lain yang terdapat dalam daun Binahong adalah flavonoid.

Flavonoid memiliki aktivitas antiinflamasi layaknya saponin dengan menghambat

siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga sel radang yang bermigrasi ke daerah

luka menjadi lebih sedikit, sehingga reaksi inflamasi menjadi lebih singkat dan

kemampuan proliferatif TGF-β tidak terhambat. TGF-β berperan dalam stimulus

migrasi dan proliferasi fibroblas. Fibroblas akan mensintesis kolagen yang akan

menunjang struktur dari daerah yang mengalami proses penyembuhan luka.

Sumartiningsih (2009) meneliti tentang efek Binahong yang diberikan secara oral

terhadap hematoma, didapatkan hasil adanya gambaran fibroblas sebagai produsen

kolagen pada hari ketiga pemberian, ia menyimpulkan bahwa terjadinya

peningkatan jumlah fibroblas disebabkan oleh flavonoid.50,51

Pada kelompok perlakuan 2 dan perlakuan 3 hasil yang didapatkan tidak

sebaik kelompok perlakuan 1. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh penyerapan obat

secara oral dan juga dosis minimal obat oral yang diperlukan untuk terjadinya efek

terapeutik. Yu K (2012) menjelaskan bahwa saponin diserap dengan buruk pada

sistem saluran cerna, hal ini dikarenakan oleh massa molekul yang besar (>500 Da),

ikatan yang kuat dengan hidrogen (>12), dan juga fleksibilitas molekul yang tinggi

(>10) yang mengakibatkan permeabilitas membran yang tidak baik. Faktor lain dari

buruknya bioavailabilitas saponin yaitu diekskresi dengan cepat oleh empedu.52

Pada kelompok kontrol positif, kepadatan kolagen adalah yang paling

rendah dibandingkan kelompok lain. Diketahui bahwa silver sulfadiazine

menurunkan efek dari salep collagenase. Salep collagenase berfungsi dalam

membersihkan dan mempersiapkan lingkungan yang baik untuk penyembuhan

luka. Collagenase adalah enzim yang berperan memecah struktur kolagen dalam

bentuk tripel heliks. Silver sulfadazine juga dapat memperlambat proses kontraksi

luka.53,54

Pada kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan basis salep yakni

campuran adeps lanae dan vaselin album, hasil yang didapatkan lebih baik

dibandingkan kontrol positif. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat kelembaban

yang tinggi akibat pengolesan basis salep yang terlalu banyak. Basis salep memiliki

kandungan air sebanyak 25% dan minyak 75%, kandungan minyak dalam basis

salep merekat kuat ke kulit sehingga dapat melindungi kulit dari paparan zat luar

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

47

dan juga mencegah evaporasi air ke lingkungan. Kelembababan yang tinggi dapat

meningkatkan proses penyembuhan luka.39,55

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Tidak menghitung luas luka bakar secara makroskopik dan

mendeskripsikan perubahan manifestasi klinisnya per hari

2. Tidak memberikan ukuran yang sama besar pada pengolesan salep ekstrak

daun binahong, silver sulfadiazine, dan basis salep

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

48

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) memiliki

pengaruh terhadap kepadatan kolagen pada luka bakar derajat II tikus

Sprague dawley.

2. Kepadatan kolagen paling tinggi terdapat pada kelompok P1 (Salep ekstrak

daun binahong konsentrasi 40%), diikuti oleh P2 (Suspensi oral ekstrak

daun binahong dosis 100mg/kgbb/hari), kemudian P3 (Kombinasi salep

ekstrak daun binahong konsentrasi 40% dan suspensi oral ekstrak daun

binahong dosis 100mg/kgbb/hari).

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya yang menggunakan binahong sebagai perlakuan

terhadap luka bakar diharapkan dapat:

1. Menghitung luas luka bakar secara makroskopik mulai dari awal hingga

akhir dan juga mendeskripsikan manifestasi klinis per hari

2. Memberikan ukuran yang sama besar pada perlakuan salep, silver

sulfadiazine, dan basis salep

3. Menambah kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apa-apa

4. Melakukan penelitian daun binahong yang diberikan secara oral dengan

dosis yang bervariasi

5. Melakukan penelitian dengan menggunakan bagian lain dari tanaman

binahong berupa batang, umbi, daun, maupun buah

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

49

DAFTAR PUSTAKA

1. Martina, N. Wardhana, A. Mortality Analysis of Adult Burn Patients. Jakarta:

Jurnal Plastik Rekonstruksi; 2013. p. 96-100

2. WHO | Burns [Internet]. 2016 [cited 31 October 2016]. Available from:

http://www.who.int/violence_injury_prevention/other_injury/burns/en/

3. World Health Organization. Burns [Internet]. 2016 [cited 31 October 2016].

Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/

4. Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI; 2013.

5. Cotran, Ramzi S. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7, Volume 1. Jakarta:

EGC; 2013.

6. Cameron, Alex Et. Al. Burn Wound Management: A Surgical Perspective.

South Australia: Women’s and Children’s Health Research Institule; 2010. p.

35-40

7. Syamsuhidajat, R. Jong, William de. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:

EGC; 2005.

8. Bargumono. 33 Tanaman TOKA. Yogyakarta: Leutikaprio; 2013. h.1-2.

9. Tomayahu, RT. Identifikasi Senyawa Aktif dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. 2014.

10. Napanggala, A. Effect of Jatropha’s (Jatropha curcas L.) Sap Topically in The

Level on White Rats Sprague dawley Strain. Lampung: Uinversitas Lampung;

2014.

11. Aulia, Audi Fikri. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada

Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague dawley. Jakarta: FKIK UIN Jakarta;

2014.

12. Tortora, Gerard J. Derricson, Bryan. Principles of Anatomy & Physiology 13th

Edition. Asia: John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd; 2011. p. 154-159.

13. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:

EGC; 2011. p. 485-487

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

50

14. Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional

Edisi 11. Jakarta: EGC; 2012. h. 222-226

15. Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas Edisi 12.

Jakarta: EGC; 2012. h. 309-316

16. Guyton, Arthur C. Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta: EGC; 2012. h.936-939

17. Murray, Robert K. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: EGC; 2013. h. 42-43. h.

466. h. 562-565

18. Thorne, Sharles H. Grabb & Smith’s Plastic Surgery 6th Edition. Philadephia:

Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 132-139

19. Barret-Nerin, Juan P. Principles and Practice of Burn Surgery. New York:

Marcel Dekker; 2005.

20. AlQahtani, Saad M. Burn Management in Orthopaedic Trauma. Quebec:

McGill University Health Center; 2014. p. 1-13

21. Hetiaratchy, Shehan. Dziewulski, Peter. ABC of Burns. USA

22. Greer, Steven E. Handbook of Plastic Surgery. New York; Marcel Dekker;

2004.

23. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life

Support for Doctors Eight Edition. Chicago: American College of Surgeons;

2008. p. 212-218

24. WHO. Management of Burns. WHO Surgical Care at The District Hospital;

2003. p. 5

25. USA Food and Drug Administration. Silvadene® Cream. USA: FDA; 2013

26. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC; 1995

27. Marks, Dawn B. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.

Jakarta: EGC; 2013. h. 91-92

28. Katili, Abubakar Sidik. Struktur dan Fungsi Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu

Volume 2; 2009. h. 19-27

29. Hessle, Helena. Type VI Collagen. California; The Journal of Biology

Chemistry; 1984. p. 3955-3961

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

51

30. Sutmuller, M. Collagen Types VIII and X, Two Non-Fibrillar, Short-Chain

Collagens. Structure Homologies, Functions and Involvement in Pathology.

Leiden: Histol Histopathol; 1997. p. 577-566

31. BPOM. Taksonomi: Koleksi Obat, Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: BPOM

RI. h.10

32. Ratna, D. Phytochemical and Biological Screening of Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis Leaves using Artemia salina (Brine Shrimp Test). The 2nd

Penang International Conference for Young Chemists; 2008.

33. Stipcevic, Tamara. Effect of Different Flavonoid on Collagen Synthesis in

Human Fibroblasts. Plant Food Hum Nutr; 2006.

34. Bonte, Frederic. Saponin or Sapogenol Composition for Increasing Collagen

IV Synthesis. 2003.

35. Agra, Lain C. Triterpenes with Healing Activity: A Systematic Review. Journal

of Dermatologist Treatment; 2015.

36. Rohini, K. Therapeutic Role of Coumarins and Coumarin-Related Compounds.

Bedong: AIMST University; 2014.

37. Istiqomah. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap

Piperin Buah Cabe Jawa. Jakarta: UIN Jakarta; 2013.

38. Hariyadi, P. Freeze Drying Technology: for Better Quality & Flavor of Dried

Product. Foodreview Indonesia; 2013.

39. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2012.

40. Brunton, Laurence L. Goodman and Gilman’s: The Pharmacological Basis of

Therapeutics 12th Edition. China: McGraw-Hill Company; 2011.

41. Conn, P. Michael. Source Book of Models for Biomedical Research. New

Jersey: Springer Science & Business Media; 2008.

42. Widiartini, Wiwik. Pengembangan Usaha Produksi Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Tersertifikasi dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Hewan

Laboratorium. Semarang: FK UNDIP.

43. Federer, WT. Experimental Design: Theory and Application. New Delhi:

Oxford and IBH Publishing; 1967.

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

52

44. Goeswin, Agoes. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan.

Bandung: ITB; 2008.

45. Wijayani, Arum. Karakterisasi Karbomeksil Selulosa (CMC) dari Eceng

Gondok (Echornia crassipes (Mart) Solms). Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya; 2005. p. 228-231

46. El-Sayed, Yaseer S. Time Course of Histomorphologic Features during

Chronic Burn Wound Healing. Damanhour: Damanhour University; 2016.

47. Lidinilla, Nida Ghania. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat

dalam Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi dengan Kafeina. Jakarta:

FKIK UIN Jakarta; 2014.

48. Persada, AN. The Second Degree Burns Healing Rate Comparison between

Topical Mashed Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis and Hydrogel

on White Rats. Lampung: Universitas Lampung; 2009.

49. Rizqah, Nafiatur. Ketebalan Kolagen Jaringan Granulasi Pasca Pencabutan

Gigi Tikus Wistar Jantan Pada Pemberian Seduhan Mahkota Dewa (Phaleria

papuana Warb. Var. Wichannii (Val.) Back). Jember: FKG Universitas Jember;

2007.

50. Ridha, Dzu Asfiatun. Pengaruh Getah Jarak Pagar (Jatropha Curcas L)

Terhadap Penyembuhan Luka Pada Tikus (Rattus Norvegcus) Strain Wistar

(In Vivo). Surakarta: FKG UMS; 2016.

51. Sumartiningsih, Sri. The Effect of Binahong to Hematoma. International

Journal of Medical, Health, Biomedical, Bioengineering and Pharmaceutical

Engineering; 2011.

52. Yu, K. Absorption, Disposition, and Pharmacokinetics of Saponins From

Chinese Medicinal Herbs What Do We Know and What Do We Need to Know

More?. Curr Drug Metab; 2012.

53. Ogbru, Omudome. Silver Sulfadiazine (Silvadene, SSD, SSD AF,

Thermazene). FDA; 2016.

54. Muller, MJ. Retardation of Wound Healing by Silver Suladiazine is Reversed

by Aloe Vera and Nystatin. Pubmed; 2003.

55. Kerstein. The Scientific Basic of Healing. Adv Wound Care; 1997.

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

53

LAMPIRAN

Lampiran 1

Prosedur Pewarnaan Mallory Trichrome

Gambar 6.1 Prosedur Pewarnaan Mallory Trichrome

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

54

Lampiran 2

Hasil Determinasi Tanaman Binahong

Gambar 6.2 Surat Determinasi Tanaman Binahong

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

55

Lampiran 3

Hasil Ekstraksi Daun Binahong

Gambar 6.3 Surat Ekstraksi Daun Binahong

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

56

Lampiran 4

Keterangan Kesehatan Tikus Sprague dawley

Gambar 6.4 Surat Keterangan Kesehatan Hewan

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

57

Lampiran 5

Proses Penelitian

Gambar 6.5 Ekstrak Kental Daun

Binahong

Gambar 6.6 Proses Freezedrying

Gambar 6.7 Ekstrak Kering Daun

Binahong

Gambar 6.8 Pembuatan Salep

Gambar 6.9 Ekstrak Oral Daun

Binahong

Gambar 6.10 Penimbangan Berat

Tikus

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

58

Gambar 6.11 Proses Pencukuran Bulu

Tikus

Gambar 6.12 Anastesi Menggunakan

Eter

Gambar 6.13 Pemanasan Plat Besi

Gambar 6.14 Pembuatan Luka Bakar

Gambar 6.15 Pengolesan Salep

Gambar 6.16 Proses Pemberian

Ekstrak Oral

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

59

Gambar 6.17 Eksisi Luka

Gambar 6.18 Fiksasi Jaringan dengan

Larutan Formalin 10%

Gambar 6.19 Preparat Histopatologi

Gambar 6.20 Pengamatan Preparat

Histopatologi

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN  · PDF filePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA BAKAR DERAJAT II

60

Lampiran 6

Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas:

Nama : Muhammad Fadli Fajriansyah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 23 Oktober 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Permai 2 Kenanga II Lintas, RT.04 No.05, Kel.

Batu Urip, Kec. Lubuklinggau Utara II, Kota

Lubuklinggau, Sumatera Selatan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

2000-2001 : TK Baitul ‘Ala Lubuklinggau

2001-2007 : SD Negeri 49 Lubuklinggau

2007-2010 : SMP Negeri 1 Lubuklinggau

2010-2013 : MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau

2013-sekarang : PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta