pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai bappeda

97
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PEGAWAI DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN KARANG TUMARITIS SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan oleh GANDARA GANDARI NPM. 11111111111111111111 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS 2014

Upload: harry-d-fauzi

Post on 11-Oct-2015

155 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM tentang pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai BAPPEDA

TRANSCRIPT

  • PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PEGAWAI DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN

    KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh

    GANDARA GANDARI NPM. 11111111111111111111

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS

    2014

  • 2

    ABSTRAK

    GANDARA GANDARI (11111111111111111111) Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Pegawai Di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Bentang Baranang Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Kecamatan Mande Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) komitmen organisasi di Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis, (2) pengaruh motivasi kerja di Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis, dan (3) Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi di Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Motivasi kerja dan kepuasan nasabah menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) Motivasi kerja pegawai pada Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis berada pada tingkat yang sedang atau kualitasnya cukup baik dengan persentasi sebesar 79,44%. (2) Komitmen organisasi pada Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis tergambar dalam keadaan cukup baik yang ditunjukkan dengan tanggapan responden sebesar 77,51%. (3) Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi pada Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung (3,873) yang lebih besar daripada nilai ttabel (1,671) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 60. (4) Motivasi kerja berpengaruh sebesar 18,70 % terhadap Komitmen organisasi pada Badan Pengembangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). Sedangkan sisanya sebesar 81,30 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Berkembangnya demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan ber-

    negara serta adanya komitmen nasional untuk mewujudkan tata kelola

    pemerintahan yang baik (good governance), mendorong pemerintah untuk

    memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah. Pemerintah

    memberikan kewenangan melalui pelaksanaan desentralisasi dan otonomi

    daerah. Desentralisasi dan otonomi daerah dibutuhkan untuk menumbuhkan

    prakarsa daerah sekaligus memfasilitasi aspirasi daerah sesuai dengan

    keanekaragaman kondisi masing-masing daerah. Konsekuensi dari pelaksana-

    an desentralisasi dan otonomi daerah tersebut adalah Pemerintah Daerah harus

    dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan.

    Salah satu aspek penting dalam upaya peningkatan kinerja Pemerintah

    Daerah adalah melalui kebijakan perencanaan pembangunan daerah yang

    berkualitas dan berkesinambungan. Undang-undang Nomor 2 tahun 2004

    menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional maupun daerah

    terdiri dari perencanaan pembangunan jangka panjang, perencanaan

    pembangunan jangka menengah dan perencanaan pembangunan tahunan.

    Pemahaman penyelenggaraan pemerintahan yang efektif adalah ketika suatu

    pemerintahan dapat dengan cepat dan tepat mencapai sasaran yang diinginkan.

  • 4

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang

    Tumaritis merupakan lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Daerah

    Tingkat II Kabupaten Karang Tumaritis. Sebagai lembaga teknis pemerintah

    Bappeda dituntut untuk memberikan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan

    perencanaan pembangunan daerah. Untuk mencapai efektivitas dalam

    melaksanakan tugas, pegawai perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap

    tugas dan organisasi. Komitmen pegawai terhadap organisasi akan

    meningkatkan tanggung jawab dan kesungguhan pegawai dalam

    melaksanakan tugas. Pegawai dengan komitmen kerja yang tinggi akan

    bekerja sepenuh hati dan akan berjuang demi kemajuan organisasi, karena

    mereka sadar telah menjadi bagian dari organisasi.

    Fungsi dan peran Bappeda sebagai lembaga teknis daerah yang ber-

    tanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan sebagaimana diamanat-

    kan dalam pasal 14, ayat (1), Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah, bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi

    kewenangan pemerintah daerah adalah urusan perencanaan dan pengendalian

    pembangunan.1 Kewenangan perencanaan pengendalian tersebut kemudian

    dipertegas kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang

    Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

    Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Bappeda sebagai salah satu

    lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah

    1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 14, ayat (1)

  • 5

    mengemban tiga urusan yang wajib dilaksanakan, yaitu urusan penataan

    ruang, perencanaan pembangunan dan urusan statistik.

    Untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan Bappeda harus

    memiliki keunggulan kompetitif yang hanya akan diperoleh dari sumber daya

    manusia yang produktif, inovatif, kreatif selalu bersemangat dan loyal.

    Sumber daya manusia organisasi atau pegawai yang memenuhi kriteria seperti

    itu hanya akan dimiliki melalui peningkatan komitmen pegawai terhadap

    organisasi. Komitmen organisasi seorang pegawai dengan pegawai lain

    memiliki tingkat yang berbeda. Membina dan mengembangkan sumber daya

    manusia serta menjaga komitmen pegawai merupakan kewajiban organisasi.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Umum dan

    Kepegawaian dan penelitian pendahuluan di dapatkan hasil sebagai berikut

    Tabel 1.1

    Hasil Prasurvey mengenai Komitmen Organisasi

    STS TS R ST SS No. Dimensi

    f N f N f N f N f N Total Skor

    Skor Ideal %

    1 Afektif - - 5 10 1 3 9 36 - - 49 75 65

    2 Berkelanjutan - - 7 14 6 18 2 8 - - 40 75 53

    3 Normatif - - 6 12 4 12 5 20 - - 44 75 59

    Jumlah 133 225 59

    f: Frekuensi N: Frekuensi x Skor Jumlah Responden: 15 org Jml pertanyaan = 3

    Skor Ideal = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden Sumber: Data yang diolah

    Dari Tabel 1.1 diatas menunjukkan hasil kuisioner mengenai variabel

    komitmen organisasi. Komitmen afektif sebesar 53% dari skor ideal.

  • 6

    Komitmen berkelanjutan sebesar 59% dan keterlibatan komitmen normatif

    sebesar 65%. Jumlah akumulasi seluruh item pernyataan adalah 133 atau 59%

    dari skor ideal 225 menunjukkan bahwa komitmen organisasi pegawai

    Bappeda Kabupaten Karang Tumaritis berada pada kriteria sedang.

    Kondisi sebagian pegawai di Bappeda yang tidak mentaati jam kerja,

    baik jam masuk maupun jam pulang kerja dalam rutinitas kerja, diindikasikan

    menjadi masalah indikator keterlibatan pegawai terhadap organisasi. Hal

    tersebut menyebabkan komunikasi dan penanganan pekerjaan tidak bisa

    berjalan dengan baik dan berpengaruh terhadap jalannya proses kerja

    organisasi. Komitmen terhadap organisasi tidak ditunjukan oleh pegawai

    bappeda dengan mengabdikan diri pada organisasi karena secara rasional

    Pegawai Bappeda merasa organisasi hanya bermanfaat bagi kebutuhan

    ekonomi. Fenomena ini mengindikasikan kurangnya rasa memiliki pegawai

    secara emosional terhadap organisasi sebagai bagian dari hidupnya. Pegawai

    cenderung akan meninggalkan pekerjaan saat ini apabila diberikan pilihan

    pekerjaan yang lebih baik di luar organisasi. Hal ini mengindikasikan

    kesetiaan pegawai terhadap organisasi belum optimal.

    Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu

    kekuasaan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut

    motivasi. Bila seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga

    untuk mewujudkan apa yang diinginkannya.

  • 7

    Tabel 1.2

    Hasil Prasurvey mengenai Motivasi

    STS TS R ST SS No. Dimensi

    f N f N f N f N f N Total Skor

    Skor Ideal %

    1 Keinginan Berprestasi - - 5 10 4 12 6 24 - - 46 75 61

    2 Keinginan memiliki kekuasaan

    1 1 6 12 3 6 4 16 1 5 45 75 60

    3 Keinginan menjalin hubungan

    3 3 2 6 3 9 5 20 1 5 43 75 57

    Jumlah 134 225 59,6

    f: Frekuensi N: Frekuensi x Skor Jumlah Responden: 15 org Jml pertanyaan = 3

    Skor Ideal = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden Sumber: Data yang diolah

    Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa tingkat motivasi pegawai

    untuk berprestasi adalah 61%. Motivasi pegawai untuk memiliki kekuaaan

    dalam hal ini wewenang untuk memerintah dan mempengaruhi pegawai lain

    sebesar 60% dan dorongan untuk menjalin hubungan dengan pegawai lain

    dalam bentuk kerja sama maupun persahabatan senilai 57%. Jumlah

    akumulasi dari total skor senilai 134 dari skor ideal 225 atau sebesar 59,6%.

    Hasil tersebut menunjukkan tingkat motivasi pegawai Bappeda Kabupaten

    Karang Tumaritis masuk pada kriteria sedang.

    Pegawai Bappeda tidak termotivasi untuk memberikan kinerja optimal

    karena kebutuhan pengakuan akan prestasi kerja tidak terpenuhi. Pegawai

    menunjukkan sikap terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

    dengan tidak antusias. Pekerjaan yang tidak menantang dan cenderung

  • 8

    monoton serta tidak adanya penghargaan terhadap kinerja apabila melebihi

    standar kerja, menyebabkan pegawai tidak terdorong untuk mencurahkan

    segala upaya yang dimilikinya pada pekerjaan. Pekerjaan cenderung monoton

    dan tidak menimbulkan tantangan bagi Bappeda muncul akibat dari adanya

    standar kerja yang ditetapkan oleh instansi, sehingga pegawai tidak memiliki

    ruang untuk menunjukkan kreativitasnya dalam melaksanakan pekerjaan. Pada

    dasarnya Bappeda merupakan lembaga teknis yang membantu Walikota untuk

    melaksanakan program pembangunan daerah di bidang perencanaan.

    Pilihan lain bagi pegawai untuk dapat menunjukkan prestasi kerjanya

    di Bappeda adalah dengan menjadi pejabat fungsional. Jabatan fungsional

    merupakan pilihan karir bagi karyawan untuk memenuhi kebutuhan akan

    pengakuan prestasi dan kekuasaan. Seorang pegawai dengan jabatan

    fungsional memiliki kesempatan naik pangkat lebih cepat dibandingkan

    dengan jabatan struktural. Kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional

    didasarkan pada pemenuhan angka kredit. Angka kredit merupakan suatu

    penilaian kinerja berdasarkan pada kegiatan yang dilakukan pejabat

    fungsional. Dalam organisasi Bappeda tidak terlalu banyak pegawai yang

    memilih jabatan fungsional sebagai pilihan karir. Berbeda dengan jabatan

    fungsional guru yang dapat memenuhi angka kredit dengan mengajar, pegawai

    Bappeda perlu melaksanakan kegiatan dalam bidang perencanaan dan

    memerlukan waktu yang lama. Jika pegawai jabatan fungsional tidak dapat

    memenuhi angka kredit dalam jangka waktu yang ditentukan, pegawai

    tersebut akan dikembali-kan kepada jabatan strukturalnya.

  • 9

    Pegawai lebih mencari jalan aman dalam bekerja karena menurut

    pandangannya jabatan struktural maupun fungsional itu sama saja. Pada

    umumnya dalam diri seorang pegawai ada hal penting dan dapat memberikan

    motivasi atau dorongan, yaitu kepuasan kerja. Kepuasan kerja dibentuk oleh

    imbal jasa yang diberikan pada anggota organisasi atau pegawai yang telah

    memberikan kontribusi pada organisasi.2 Besar kecilnya imbal jasa yang

    diberikan seharusnya didasarkan pada kontribusi pemikiran dan kekuatan

    anggota organisasi.

    Selain permasalahan motivasi yang telah dijelaskan sebelumnya,

    indikator lain yang terindikasikan terdapat masalah adalah kebutuhan akan

    kekuasaan. Kenaikan pangkat PNS bersifat reguler. Setiap empat tahun sekali

    PNS secara otomatis akan mengalami kenaikan pangkat terlepas dari yang

    bersangkutan mampu menunjukkan kinerja yang istimewa atau tidak sama

    sekali. Pola kenaikan pangkat yang diterapkan sesungguhnya telah menyalahi

    aturan pasal 12 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa

    pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem

    karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Kenaikan pangkat yang

    tidak didasarkan pada kinerja menekan pegawai untuk tidak berusaha lebih

    dari standar kerja. Tinggi atau rendahnya kinerja tidak akan mempengaruhi

    kenaikan pangkat dimana dengan naiknya pangkat mendorong naiknya

    penghasilan yang diterima pegawai.

    2 Haryanto, Budi. 2008. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen

    Organisasi di Kalangan Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Jurnal Emisi Vol. 1 No. 1.

  • 10

    Kesesuaian pegawai dengan pekerjaannya merupakan faktor yang

    perlu diperhatikan. Pekerjaan yang monoton dan rutin menimbulkan

    kejenuhan pada pegawai. Kejenuhan ini akan berakibat pada semakin

    besarnya kemungkinan pegawai untuk mengundurkan diri. Walaupun

    komitmen yang diberikan kepada organisasi baik, namun hal itu di akibatkan

    oleh ikatan kerja pegawai. Kenaikan pangkat yang lama juga diindikasikan

    berdampak terhadap kepuasan kerja pegawai di Bappeda. Kenaikan pangkat

    yang tidak berdasarkan pada kinerja diindikasikan menimbulkan perasaan

    tidak puas pada diri pegawai Bappeda karena ketidaksesuaian pengorbanan

    yang diberikan pegawai dengan balas jasa yang diberikan organisasi.

    Komitmen yang belum optimal diindikasikan disebabkan oleh

    ketidakpuasan kerja dan motivasi kerja rendah. Hal tersebut terjadi karena tiap

    individu dalam organisasi tidak menyadari akan pentingnya hal-hal tersebut.

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian

    mengenai Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai

    di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang pemasalahan yang di atas, dapat

    diidentifikasi sejumlah permasalahan yang di antaranya dapat dirumuskan

    dalam kalimat pertanyaan berikut ini.

  • 11

    1. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi

    pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

    Kabupaten Karang Tumaritis?

    2. Seberapa besar motivasi kerja dapat memberikan pengaruh terhadap

    komitmen organisasi pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, penelitian bertujuan

    ingin mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

    1. Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai di Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    2. Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai

    di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten

    Karang Tumaritis.

    D. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan penelitian ini diajukan guna menjelaskan mengenai manfaat

    dan kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian baik menurut

    kegunaan teoritis maupun praktis. Penelitian ini dilakukan dengan

    harapan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

  • 12

    1. Kegunaan Praktis

    Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    masukan dalam mengkaji penerapan manajemen sumber daya

    manusia, terutama memberikan gambaran yang berkaitan dengan motivasi

    kerja dan kepuasan kerja serta pengaruhnya terhadap komitmen organisasi

    pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota

    Bandung.

    2. Kegunaan Teoretis

    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

    pengembangan teori mengenai motivasi kerja, kepuasan kerja dan

    komitmen organisasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

    sebagai bahan masukan dan kajian bagi perkembangan teori dan ilmu

    pengetahuan di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya

    mengenai motivasi kerja dan kepuasan kerja untuk memelihara

    komitmen organisasi pegawai. Hasil penelitian ini juga diharapkan

    dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian sejenis selanjutnya.

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    Setiap organisasi pasti menginginkan dapat mencapai tujuan

    yang telah ditetapkannya. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya

    suatu organisasi harus dijalankan dengan baik. Berjalannya suatu

  • 13

    organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh adanya pegawai.

    Pegawai menduduki kedudukan stratejik dibandingkan dengan sumber-

    sumber daya yang lain. Pegawai yang mengalokasikan dan mengelola

    sumber-sumber daya dalam organisasi.

    Pengelolaan dan pengalokasian tersebut dilakukan untuk mencapai

    tujuan, inovasi dan peningkatan kualitas organisasi.Untuk mendorong

    pegawai mengerahkan kemampuan optimalnya dalam kinerja. Kunci

    dalam motivasi kerja ialah intensitas, arah dan ketekunan hasil dari proses

    motivasi kerja yang difokuskan. Intensitas menyangkut pada seberapa

    kerasnya seorang pegawai berusaha. Intensitas yang tinggi tidak akan

    membawa hasil yang diinginkan kecuali jika upaya tersebut diarahkan

    pada pencapaian tujuan organisasi. Upaya yang diarahkan dengan

    konsisten menuju pencapaian tujuan organisasi akan menghasilkan

    ketekunan. Ketekunan merupakan ukuran seberapa lama pegawai dapat

    mempertahankan usahanya.

    Kebutuhan pegawai yang terpenuhi akan menciptakan suatu ke-

    puasan kerja pegawai. Kepuasan yang baik akan berpengaruh terhadap

    komitmen organisasi pegawai. Komitmen organisasi terbangun akibat

    dari kepuasan kerja yang dirasakan pegawai. Kepuasan kerja pegawai

    dipengaruhi oleh harapan kerja pegawai yang terpenuhi. Dengan

    komitmen terhadap organisasi, pegawai akan merasa penting untuk

    ikut terlibat dalam kegiatan organisasi. Keterlibatan pegawai yang me-

  • 14

    miliki komitmen organisasi tinggi akan membantu poses pencapaian

    tujuan.

    Schein (dalam Asad, 1986) mengartikan organisasi sebagai

    koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai

    suatu maksud atau tujuan bersama melalui serangkaian wewenang dan

    tanggung jawab. Mulai dari orang yang paling sederhana hingga yang

    paling kompleks seperti misalnya organisasi-organisasi, masyarakat dan

    negara sekalipun. Masing-masing individu dalam organisasi akan

    mengadakan interaksi, saling bergantung dan membutuhkan satu sama

    lain.3 Scott mengartikan organisasi sebagai suatu mekanisme yang

    mempunyai tujuan akhir yang hendak dicapai serta memiliki kemampuan

    untuk memaksimalkan semangat kerja para anggotanya.4 Jadi, organisasi

    adalah sistem saling mempengaruhi antara orang dalam kelompok yang

    bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

    Allen dan Meyer5 mengemukakan tiga komponen model komitmen

    organisasi.

    1) Affective commitment, merupakan keikatan emosional, identifikasi dan

    keterlibatan dalam suatu organisasi. Anggota menetap dalam suatu

    organisasi berdasarkan kesesuaian dengan pemikiran , tujuan, serta

    nilai organisasi. Komitmen ini muncul dan berkembang oleh dorongan 3 Asad, Moh. Produktivitas Kerja Karyawan. ED 4. (Yogyakarta : Liberti. 2003) p. 64 4 Muhyadi. 2007. Analisis pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasi dalam

    mempengaruhi Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Administrasi UNDIP). Semarang. Tesis. Program Pascasarjana UNDIP.

    5 Allen, N. J. & Meyer, J. P. (1993). Organizational commitment: Evidence of career stage effects? Journal of Business Research. 26. 49-61, p. 48

  • 15

    adanya kenyamanan, keamanan, dan manfaat lain yang dirasakan

    dalam suatu organisasi tempat anggota bekerja.

    2) Continuance commitment, komitmen anggota yang didasarkan pada

    pertimbangan tentang apa yang yang harus dikorbankan bila akan

    meninggalkan organisasi. Pertimbangan ini di dasarkan pada biaya

    yang akan ditanggung bila anggota keluar dari organisasi. Anggota

    memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena menganggap

    sebagai suatu pemenuhan kebutuhan dan juga ada tidaknya peluang

    pekerjaan di luar organisasi. Anggota akan cenderung memiliki daya

    tahan atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan

    akibat keluar organisasi semakin tinggi.

    3) Normative commitment, keyakinan individu tentang tanggungjawab

    moral terhadap organisasi. Individu tetap tinggal pada suatu organisasi

    karena merasa wajib untuk loyal kepada organisasi tersebut. Sesuatu

    yang mendorong anggota untuk tetap berada dan memberikan

    sumbangan pada keberadaan suatau organisasi, baik itu materi maupun

    non-materi, adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang

    akan merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan sesuatu.

    Berdasarkan bebrapa pendapatpara ahli di atas selaku penulis

    dalam penelitian ini akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh

    Allen dan Meyer bahwa komitmen organisasi memiliki tiga komponen

    penting, yaitu: afektif, normatif dan continuance. Ketiga komponen

    tersebut dapat merefleksikan pengertian komitmen organisasi secara

  • 16

    lengkap dan juga memang komponen ini lebih banyak bisa

    menggambarkan dari variabel komitmen organisasi.

    Ada beberapa pandangan mengenai motivasi. Pandangan pertama

    menyatakan bahwa motivasi berkaitan dengan: (1) arah dari perilaku

    individu; (2) kekuatan tanggapan yaitu usaha pada saat seseorang

    menentukan arah dari suatu tindakan; dan (3) keteguhan perilaku yaitu

    berapa lama seseorang akan mempertahankan perilaku tertentu. Pandangan

    kedua menyarankan agar analisis motivasi fokus pada faktor-faktor yang

    membangkitkan dan mengarahkan perilaku. Pandangan ketiga

    menekankan pada aspek kelangsungan arah tujuan dari motivasi, dan

    pandangan keempat menyatakan bahwa motivasi berkaitan dengan

    bagaimana perilaku dimulai, digiatkan, dipertahankan, diarahkan, dan

    dihentikan. Salah satu kesimpulan dari berbagai pandangan tersebut adalah

    bahwa motivasi berhubungan dengan perilaku dan produktivitas kerja.6

    Setiap orang tidak bisa melepaskan dirinya dari berbagai macam

    kebutuhan.7 Teori hirarki kebutuhan dari A. Maslow atau Maslows need

    hierarchy theory menjelaskan bahwa setiap individu di tempat kerjanya

    dimotivasi oleh adanya suatu keinginan untuk memuaskan sejumlah

    kebutuhannya. Teori Maslow berdasarkan pada tiga asumsi pokok yaitu8:

    6 Gibson, J. L, J. Ivancevich, M. & Donelly, J. H. Organisasi. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa

    Djakarsih. (Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara. 2007) p. 183 7 Asad. Op.Cit. p. 87 8 Maslow, Abraham. Motivation and Personality. Third Edition. (New York: Addison Wesley

    Longman, Inc. 1987) p. 116

  • 17

    1) Kebutuhan/needs manusia tersusun dalam suatu hierarchy dimulai

    dari hiraraki kebutuhan yang paling bawah/dasar sampai ke hirarki

    kebutuhan yang kompleks/paling tinggi.

    2) Keinginan untuk memenuhi kebutuhan/needs dapat mempengaruhi

    perilaku seseorang, kebutuhan yang belum terpuaskan akan

    menggerakkan perilakunya. Kebutuhan yang sudah terpuaskan

    tidak dapat berfungsi sebagai motivator.

    3) Kebutuhan yang hierarchynya lebih tinggi berfungsi sebagai

    motivator jika kebutuhan yang hierarchynya lebih rendah sudah

    terpuaskan secara minimal.

    Berdasarkan pemikiran di atas, disusun kerangka pemikiran sebagai

    berikut.

    Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

    2. Hipotesis Penelitian

    Uji hipotesis penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan

    penelitian secara komprehensif, yaitu besarnya Pengaruh Motivasi Kerja

    terhadap Komitmen Organisasi Pegawai di Badan Perencanaan

    Motivasi kerja: 1. Kebutuhan akan Prestasi 2. Kebutuhan akan

    Kekuasaan 3. Kebutuhan akan

    hubungan. (Maslow dalam Asad, 2000)

    Komitmen Organisasi 1. Komitmen Afektif 2. Komitmen Berkelanjutan 3. Komitmen Normatif. (Allen, N. J. & Meyer, J. P., 1993)

  • 18

    Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis ditentukan

    oleh variabel motivasi kerja yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan

    kekuasaan, dan kebutuhan akan hubungan, serta variabel komitmen

    organisasi yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen

    normatif.

    Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

    HO = Tidak terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen

    organisasi pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA = Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi

    pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Komitmen

    Organisasi Pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang

    ada dalam penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang

    ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan

    pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.

  • 19

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel

    sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan

    dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan

    validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam

    menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan

    menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta

    generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian

    kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian

    akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik

    analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini

    lebih memberikan makna dalam hubungan-nya dengan penafsiran angka

    statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan

    bagaimana penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang

    bagaimana. Dalam penelitian tentang Pengaruh Motivasi Kerja terhadap

    Komitmen Organisasi Pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode

    deskriptif verifikasi dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun

    mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil

    sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

    pengumpul data yang pokok.9 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan

    bahwa menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam

    9 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3

  • 20

    penelitian asosiatif.10 Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari

    pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) Penerapan Ilmu Administrasi dan

    (2) Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen

    ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang

    akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,

    informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus

    penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian

    di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

    terutama ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.11

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari

    dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai

    risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi

    lain yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi

    dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

    instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan,

    serta dokumen lain yang relevan dengan fokus penelitian.

    10 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) p. 11 11 Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005) p. 328

  • 21

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada

    responden sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah

    angket yang disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang

    ditentukan untuk penelitian. Pemilihan dengan model angket ini

    didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki waktu untuk

    menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang

    diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian

    yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai

    kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk

    mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.3 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

  • 22

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Raya

    Bandung No. 65 Sadewata Karang Tumaritis, Tlp.(0263) 280645. Penelitian

    ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan Februari 2014 sampai

    dengan bulan Juli 2014. Rincian pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan

    melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Febr 2014 Maret 2014

    April 2014

    Mei 2014

    Juni 2014

    Juli 2014

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

    H. Sistematika Penulisan

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

  • 23

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    motivasi kerja pegawai dan komitmen organisasi pegawai.

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan

    berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 24

    BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    A. Motivasi Kerja

    1. Pengertian Motivasi Kerja

    Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (alih bahasa Djakarsih,

    2007:103). Motivasi adalah kekuatan dalam diri seseorang yang mampu

    mendorongnya melakukan sesuatu yang menimbulkan dan mengarahkan

    perilaku. Robbins dan Judge (alih bahasa Diana Angelica dkk., 2008:223)

    mengemukakan: Motivasi kerja merupakan proses yang menghasilkan

    suatu intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai

    suatu tujuan. Kunci dalam motivasi kerja ialah ketiga unsur hasil dari

    proses motivasi kerja yang difokuskan.

    Intensitas menyangkut pada seberapa kerasnya seorang pegawai

    berusaha. Intensitas yang tinggi tidak akan membawa hasil yang

    diinginkan kecuali jika upaya tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan

    organisasi. Upaya yang diarahkan dengan konsisten menuju pencapaian

    tujuan organisasi akan menghasilkan ketekunan. Ketekunan merupakan

    ukuran seberapa lama pegawai dapat mempertahankan usahanya.

    Mangkunegara (2005:14) berpendapat bahwa: Motivasi kerja

    diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja

  • 25

    (situation) dilingkungan organisasinya. Faktor motivasi kerja terdiri dari

    dua indikator yaitu sikap dan situasi.

    Sikap dapat diartikan sebagai status mental seseorang dan sikap

    dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata dan tingkat

    intensitas yang berbeda. Situasi dapat diartikan sebagai suasana yang dapat

    menentukan sikap pegawai tersebut. Perilaku pegawai banyak dipengaruhi

    definisi situasi, apabila pegawai mendefinisikan sesuatu sebagai hal nyata,

    maka konsekuensinya menjadi nyata.

    Dari beberapa pengertian diatas menunjukkan bahwa motivasi

    kerja ialah dorongan dalam diri pegawai yang menghasilkan suatu sikap

    untuk mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mencapai tujuan

    organisasi dalam upaya memenuhi beberapa kebutuhan individual.

    Terdapat beberapa teori yang menggambarkan konsep-konsep motivasi

    kerja.

    2. Teori-teori Motivasi kerja

    Robbins dan Judge (alih bahasa Diana Angelica dkk., 2008:223)

    menyebutkan bahwa teori motivasi kerja terbagi atas dua kelompok

    berdasarkan kurun waktu pengembangan konsep motivasi kerja. Dua

    kelompok teori tersebut adalah teori awal dan teori kontemporer. Beberapa

    teori motivasi kerja awal yang berkembang adalah:

  • 26

    a. Teori Hierarki Kebutuhan

    Abraham Maslow mengemukakan bahwa dalam diri pegawai

    terdapat lima jenjang kebutuhan, yaitu:

    1) Psikologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan

    tempat tinggal), kebutuhan biologis dan lainnya.

    2) Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap

    kerugian fisik maupun emosional.

    3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima dengan baik

    dan persahabatan

    4) Penghargaan: mencakup faktor rasa hormat eksternal seperti status,

    pengakuan dan perhatian.

    5) Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi apa yang diinginkan

    mencakup pertumbuhan, mencapai potensi yang dimiliki dan

    pemenuhan kepuasan diri.

    Setiap kebutuhan yang telah dipuaskan, kebutuhan berikutnya

    akan menjadi lebih dominan. Teori ini menjelaskan bahwa ketika salah

    satu bagian dari tingkat kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan itu tidak

    lagi memotivasi kerja pegawai. Maslow memisahkan kelima

    kebutuhan tersebut menjadi dua bagian.

    Kebutuhan psikologis dan kebutuhan akan keamanan

    digambarkan sebagai kebutuhan tingkat rendah. Sedangkan kebutuhan

    sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri termasuk

  • 27

    dalam kebutuhan tingkat tinggi. Perbedaan antara kedua tingkat

    tersebut berdasarkan pada bagaimana kebutuhan tersebut terpuaskan.

    Kebutuhan tingkat tinggi terpenuhi secara internal atau oleh individu

    sendiri. Berbeda dengan kebutuhan tingkat tinggi, kebutuhan tingkat

    rendah dapat terpenuhi secara eksternal yaitu dengan upah, kontrak

    kerja dan masa kerja.

    b. Teori X dan Y

    Teori X dan Y menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua

    pandangan berbeda mengenai pegawai. Dalam diri pegawai terdapat

    sisi negatif yang ditandai dengan Teori X dan sisi positif yang ditandai

    dengan Teori Y. Teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor ini

    menyimpulkan bahwa pengelompokan sisi negatif dan positif

    pandangan pegawai didasarkan pada pengandaian-pengandaian

    perilaku pegawai.

    Menurut Teori X, terdapat empat pengandaian yang mewakili

    perilaku negatif pegawai, yaitu:

    1) Dalam diri pegawai tertanam suatu perasaan tidak menyukai kerja

    dan bila memungkinkan dia akan mencoba untuk menghindari

    pekerjaan tersebut.

    2) Untuk memunculkan rasa suka terhadap pekerjaannya pegawai

    harus dipaksa, diawasi atau diancam dengan hukuman tertentu.

  • 28

    3) Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari

    pengarahan formal bila memungkinkan.

    4) Kebanyakan pegawai menaruh keamanan di atas semua faktor lain

    yang dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukkan sedikit ambisi.

    Berbeda dengan pandangan negatif di atas, pengandaian Teori

    Y atau sisi positif diandaikan dalam empat daftar sebagai berikut:

    1) Pegawai dapat memandang kerja sama secara wajar seperti

    istirahat atau bermain.

    2) Pegawai akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri

    jika mereka komitmen pada sasaran.

    3) Rata-rata pegawai dapat belajar untuk menerima, bahkan

    mengusahakan dan bertanggung jawab.

    4) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif tersebar luas

    dalam populasi dan tidak hanya milik dari mereka yang berada

    dalam posisi manajemen.

    McGregor mengusulkan agar dapat lebih valid dalam

    pengandaian teori pandangan mengenai pegawai, ide-ide seperti

    pengambilan keputusan partisipatif, pekerjaan yang bertanggung jawab

    serta menantang dan hubungan kelompok yang baik sebagai

    pendekatan-pendekatan yang akan memaksimalkan motivasi kerja

    seorang pegawai.

  • 29

    Beberapa teori di atas merupakan teori-teori awal dalam

    munculnya konsep-konsep motivasi kerja. Selain teori awal yang telah

    disebutkan, terdapat beberapa teori kontemporer. Teori kontemporer

    tersebut diantaranya ialah sebagai berikut (Suwatno, 2011:176):

    a. Teori ERG

    Teori yang dikembangkan oleh Clayton Alderfer telah

    mengerjakan ulang teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Teori

    ini mengelompokan kelima kebutuhan dalam hierarki Maslow kedalam

    tiga kelompok kebutuhan inti. Kebutuhan inti tersebut adalah

    Existence (eksistensi), Relatedness (hubungan) dan Growth

    (pertumbuhan), maka disebut dengan teori ERG.

    Kelompok eksistensi berisi kebutuhan dasar dalam teori

    Maslow seperti kebutuhan psikologis dan keamanan. Kelompok

    hubungan ialah hasrat yag dimiliki pegawai untuk memelihara

    hubungan antarpribadi. Hubungan sosial termasuk dalam kelompok

    ini. Kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri merupakan hasrat

    intrinsik untuk perkembangan diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut

    termasuk dalam kelompok pertumbuhan.

    Selain menggantikan hierarki lima kebutuhan, teori ERG

    memiliki beberapa perbedaan dengan teori Maslow. Teori ERG

    memperlihatkan bahwa teori ini dapat beroperasi sekaligus lebih dari

    satu kebutuhan dan jika kepuasan dari suatu kebutuhan tingkat lebih

  • 30

    tinggi tertahan, hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih rendah

    meningkat.

    Teori ERG berargumen bahwa kebutuhan tingkat lebih rendah

    yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan

    tingkat lebih tinggi, tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai

    motivator sekaligus halangan dalam mencoba memuaskan kebutuhan

    tingkat lebih tinggi dapat menghasilkan pengaruh terhadap kebutuhan

    tingkat lebih rendah.

    b. Teori Kebutuhan McClelland

    Teori kebutuhan ini di kemukakan oleh David McClelland.

    Fokus dalam terori ini adalah pada tiga kebutuhan, yaitu Achievement

    (prestasi), Power (kekuasaan) dan Affiliation (pertalian). Kebutuhan

    akan prestasi mendorong pegawai untuk mampu lebih unggul dan

    berprestasi lebih dari standar dan dapat bekerja keras untuk sukses.

    Kebutuhan akan kekuasan berhubungan dengan bagaimana pegawai

    lain dapat mengikuti kehendak pegawai yang lainnya tanpa paksaaan.

    Kebutuhan afiliasi merupakan hasrat untuk hubungan antarpibadi yang

    ramah dan akrab.

    Kebutuhan akan prestasi (nAch- need for Achivement) dimiliki

    oleh individu dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi. Pegawai

    lebih menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi,

    umpan balik dan suatu resiko dengan derajat menengah. Kebutuhan

  • 31

    (nPow-need of Power) adalah hasrat untuk mempunyai dampak,

    berpengaruh dan mengendalikan orang lain. Pegawai denga nPow yang

    tinggi lebih menikmati beban kerja dan ditempatkan dalam situasi

    kompetitif serta berorientasi pada jabatan. Kebutuhan ketiga (nAff-

    need for Affiliation) merupakan hasrat untuk disukai dengan diterima

    baik oleh orang lain. Pegawai dengan motif afiliasi tinggi lebih

    menyukai situasi kooperatif dan sangat menginginkan hubungan yang

    melibatkan derajat pemahaman timbal balik yang tinggi.

    Perkembangan teori-teori tersebut dipengaruhi oleh kemajuan

    teknik penelitian. Pada hakikatnya motivasi kerja merupakan suatu

    proses dalam membuat seseorang berusaha untuk mencapai atau

    menjadi yang diinginkannya.

    3. Penelitian Terdahulu mengenai Motivasi Kerja

    Penelitian mengenai motivasi kerja telah banyak dilakukan, baik

    dalam organisasi perusahaan maupun instansi pemerintah. Secara umum

    telah banyak penelitian yang menggunakan berbagai indikator dalam

    mengukur motivasi. Penelitian yang dilakukan Prabu (2005) mengenai

    motivasi dan kepuasan kerja di BKKBN Muara Enim menggunakan empat

    indikator untuk mengukur motivasi. Indikator yang digunakan dalam

    mengukur motivasi adalah lingkungan kerja, tingkat pendidikan, keinginan

    dan harapan pribadi serta kebutuhan pegawai.

  • 32

    Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyanto dan

    Hardaya (2009) mengenai pengaruh motivasi, kepuasan kerja dan

    komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai di Dinas Kertrans Provinsi

    Daerah Yogyakarta membagi motivasi menjadi dua dimensi yaitu internal

    dan eksternal. Faktor eksternal (karakteristik organisasi) diukur dengan

    menggunakan indikator lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat

    kompensasi, supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status

    dan tanggung jawab. Faktor internal (karakteristik pribadi) dapat diukur

    dengan menggunakan indikator tingkat kematangan pribadi, tingkat

    pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan kelelahan dan

    kebosanan.

    Dalam penelitian Devi (2009) indikator seperti ketertarikan pada

    tugas, efisiensi, evaluasi, uang atau penghargaan dan menghindari

    hukuman dari atasan digunakan untuk mengukur motivasi. Penelitian

    tersebut dilakukan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja dan

    motivasi terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi sebagai

    variabel intervening. Karyawan outsourcing PT. Semeru Karya Buana

    Semarang menjadi objek penelitian tersebut.

    Dalam penelitian Nuraeni (20110) mengenai pengaruh motivasi,

    kompetensi dan komimen terhadap kinerja dosen perguruan tinggi swasta

    di Kopertis Wilayah II Palembang, untuk mengukur motivasi kerja

    digunakan empat belas indikator yang diambil yang dibagi ke dalam tiga

    dimensi. Dimensi kebutuhan akan prestasi indikator yang digunakan

  • 33

    adalah berorientasi pada tujuan, berorientasi pada masa depan, tanggung

    jawab, berani mengambil resiko, kesempatan untuk belajar, dan

    pemanfaatan waktu. Dimensi kebutuhan akan kekuasaan dapat diukur

    dengan menggunakan indikator keinginan untuk menolong, kemampuan

    untuk meyakinkan orang, tingkat mobilitas vertikal dan keinginan untuk

    memberi perintah. Untuk dimensi kebutuhan akan hubungan dengan orang

    lain pengukuran dapat menggunakan indikator tingkat kesukaan dalam

    bekerja sama, demokratif, tidak suka menyendiri dan suka bersahabat

    (Nuraeni,2011).

    Motivasi berbeda dengan kepuasan kerja terletak pada dimana

    individu memposisikan tujuan. Memahami kepuasan kerja dapat dimulai

    dengan mempelajari definisi kepuasan kerja

    B. Komitmen Organisasi

    1. Pengertian Komitmen Organisasi

    Pengalokasian sumber daya manusia tidak bisa dipandang mudah.

    Pegawai yang dimiliki organisasi harus memiliki rasa kepemilikan

    terhadap organisasi tempatnya bekerja. Selain rasa memiliki, sikap dan

    loyalitas pegawai terhadap organisasi berpengaruh terhadap dedikasi

    pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. dedikasi

    tinggi serta loyalitas yang kuat dari pegawai akan menimbulkan komitmen

    pegawai terhadap organisasi.

    Oei (2010:244) berpendapat:

  • 34

    Komitmen organisasi (organizational commitment) adalah kekuatan relatif pengenalan pada keterlibatan dari dalam diri seorang individu dalam organisasi tertentu. Komitmen merupakan dedikasi atau pengabdian seseorang terhadap pekerjaannya dan ia memandangnya sebagai kebutuhan dan sangat penting dalam hidupnya. Komitmen mencerminkan keinginan pegawai untuk selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan di organisasinya.

    Pegawai yang memiliki komitmen organisasi tinggi akan dapat

    terlihat dari prestasi kerjanya. Hal ini dibuktikan dengan keinginan yang

    kuat dari pegawai untuk terlibat dalam kegiatan organisasi. Keterlibatan

    pegawai dalam kegiatan organisasi mencerminkan dedikasi pegawai dalam

    membantu organisasi mencapai tujuannya.

    Robbins dan Judge (alih bahasa Diana Angelica dkk., 2008:92)

    mendefinisikan komitmen organiasasi sebagai berikut.

    Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan di mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Keterlibatan kerja yang tinggi merupakan berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus sedangkan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang mempekerjakannya.

    Sementara Noe, Hollenbeck, Gerhart dan Wright (alih bahasa

    David Wijaya, 2011:20) mengemukakan bahwa komitmen organisasi

    adalah tingkat sampai di mana seorang pegawai mengidentifikasi dirinya

    sendiri dengan organisasi dan berkemauan melakukan upaya keras demi

    kepentingan organisasi itu.

    Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa komitmen

    organisasi merupakan tingkat kekerapan identifikasi dan keterikatan

    individu terhadap organisasi yang dimasukinya, dimana karakteristik

  • 35

    komitmen organisasi antara lain adalah loyalitas seseorang terhadap

    organisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi,

    kesuaian antara tujuan seseorang dengan tujuan organisasi.

    2. Teori-teori Komitmen Organisasi

    Sumber daya manusia dalam organisasi atau yang kita kenal

    dengan pegawai, perlu memiliki komitmen terhadap organisasi yang kuat.

    Sejauh mana keterlibatan kerja pegawai dalam organisasi dapat diukur dari

    seberapa besar komitmen organisasi yang dimiliki pegawai. Terdapat tiga

    indikator dalam mengukur komitmen organisasi pegawai (Kaswan,

    2012:294), sebagai berikut:

    a. Rasa memiliki (a sense of belonging)

    b. Rasa bergairah terhadap pekerjaannya

    c. Kepemilikan terhadap organisasi (ownership)

    Pegawai dapat memiliki berbagai sikap, tetapi dalam penelitian

    ini berfokus pada sikap pegawai sebagai anggota organisasi. Sikap yang

    berkaitan dengan pekerjaan ini membuka jalan evaluasi positif atau

    negatif yang dipegang para pegawai mengenai aspek-aspek dari

    lingkungan kerjanya. Indikator-indikator komitmen organisasi yang dapat

    dilihat pada pegawai (Mangkuprawira, 2011:247) adalah :

    a. Komitmen pegawai untuk membantu mencapai visi, misi dan tujuan

    organisasi.

  • 36

    b. Melaksanakan pekerjaan dengan prosedur kerja yang sesuai dengan

    standar yang ditetapkan organisasi.

    c. Memiliki komitmen dalam mengembangkan mutu sumber daya

    pegawai yang bersangkutan dan mutu produk.

    d. Berkomitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara

    efektif dan efeisien.

    e. Komitmen pegawai untuk berdedikasi pada organisasi secara kritis dan

    rasional.

    Dalam mengukur tingkat komitmen pegawai terhadap

    organisasinya terdapat tiga komponen dasar dalam komitmen organisasi

    (Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica dkk., 2008:101), yaitu:

    1) Affective Organizational Commitment (AOC)

    Affective organizational commitment atau komitmen afektif adalah

    bagian komitmen organisasi yang lebih menekankan pada sejauh mana

    pegawai mengenal dan melibatkan diri dalam pencapaian tujuan

    organisasi. Komitmen afefktif merupakan tingkat dimana individu

    terkait secara psikologis terhadap organisasi melalui perasaan loyal,

    kasih sayang dan memiliki perasaan cinta terhadap organisasi.

    2) Continuance Organizational Commitment (COC)

    Continuance Organizational Commitment atau sering juga disebut

    komitmen kontinyu/rasional merupakan bagian komitmen organisasi

    dimana karyawan akan bertahan atau meninggalkan organisasi karena

  • 37

    melihat adanya pertimbangan rasional mengenai keuntungan untuk

    tetap bertahan dalam organisasi. Komitmen kontinyu merupakan

    perasaan cinta pada organisasi karena pegawai menghargai besarnya

    biaya yang dikorbankan seandainya ia meninggalkan organisasi.

    3) Normative Organizational Commitment (NOC)

    Normative Organizational Commitment atau komitmen normatif

    adalah satu bagian dari komitmen organisasi dimana karyawan

    bertahan dalam organisasi karena adanya ikatan emosional terhadap

    organisasi. Komitmen normatif merupakan refleksi dari perasaan wajib

    pegawai untuk tetap bertahan di organisasi.

    Anggota organisasi yang loyalitas dan kesetiaannya tinggi terhadap

    organisasi akan mempunyai keinginan yang tinggi terhadap organisasi dan

    membuat organisasi menjadi sukses. Makin kuat pengenalan dan

    keterlibatan individu dengan organisasi akan mempunyai komitmen yang

    tinggi. Seseorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang

    berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi

    baik melalui ketidakhadiran atau pengunduran diri.

    Keterlibatan pegawai terhadap organisasi didorong oleh rasa puas

    pegawai terhadap organisasi. Penilaian seorang pegawai terhadap puas

    atau tidak puas akan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit

    dari sejumlah unsur pekerjaan yang berbeda satu sama lainnya. Pegawai

    yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung bertahan dalam

  • 38

    organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran

    pegawai untuk keluar.

    Persepsi pegawai terhadap alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan

    menciptakan tingkat keluar masuk pegawai karena individu memilih

    keluar dari organisasi dengan harapan hasil yang lebih memuaskan di

    tempat lain (Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica dkk.,

    2008:109). Pegawai dengan kepuasan kerja yang tinggi akan merasa

    senang dan bahagia dalam melakukan pekerjaannya dan hal tersebut akan

    menciptakan komitmen pegawai terhadap organisasi.

    Pada prinsipnya seorang pegawai termotivasi untuk melaksanakan

    tugas-tugasnya tergantung pada kuatnya motif yang mempengaruhinya.

    Pegawai adalah manusia dan manusia adalah makhluk yang memiliki

    kebuthan dalam yang sangat banyak. Kebutuhan-kebutuhan ini

    membangkitkan motif yang mendasari aktivitas individu. Seseorang yang

    memiliki kebutuhan untuk berprestasi akan mempunyai keinginan untuk

    mencapai keberhasilan dalam organisasi.

    Motivasi berprestasi dapat diartikan keinginan dan kesungguhan

    seorang pegawai untuk mengerjakan tanggung jawab dengan baik serta

    berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja (Mangkunegara, 2005:103).

    Komitmen organisasi ditunjukkan oleh pegawai melalui keinginannya

    untuk dapat berprestasi di organiasi. Organisasi perlu menjaga komitmen

    pegawai dengan memberikan penghargaan berupa penghargaan dan

    kesempatan promosi. Pemberian penghargaan dan kesempatan promosi

  • 39

    dapat mendorong keinginan pegawai untuk tetap berkomitmen terhadap

    organisasi serta menjadi motif bagi pegawai untuk mengarahkan arah

    dalam menyalurkan intensitas upayanya melalui ketekunan dalam bekerja.

    Dengan terpenuhinya motif pegawai dalam mencapai prestasi kerja maka

    komitmen organisasi pegawai akan meningkat.

    3. Penelitian Terdahulu mengenai Komitmen Organisasi

    Dalam penelitian yang dilakukan Andini (2006) mengenai analisis

    pengaruh kepuasan gaji, kepuasan kerja, komitmen organisasi terhadap

    turnover intention menggunakan tiga indikator untuk mengukur komitmen

    organisasi pegawai. Indikator dalam penelitian yang dilakukan di Rumah

    Sakit Roemanni Muhammadiyah Semarang adalah loyalitas terhadap

    organisasi, kesetiaan terhadap organisasi dan kesesuaian tujuan.

    Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Noordin, Omar,

    Sehan dan Idrus (2010) mengenai Organizational Commitment and

    Employees Innovative Behavior, Study in Retail Sector (komitmen

    organisasi dan perilaku inovatif pegawai, studi pada sektor ritel) komitmen

    organisasi dibagi atas tiga dimensi dengan sepuluh indikator. Sejalan

    dengan penelitian yang dilakukan Jafri (2010) mengenai Organizational

    Climate and Its Influence on Organizational Commitment (iklim

    organisasi dan pengaruhnya terhadap komitmen organisasi) komitmen

    organisasi terdiri dari dimensi komitmen afektif, dimensi komitmen

    berkelanjutan dan dimensi komitmen normatif .

  • 40

    Untuk dimensi komitmen afektif diukur menggunakan indikator

    keinginan pegawai menghabiskan sisa hidupnya untuk mengembangkan

    karir di organisasi, rasa menikmati ketika berdiskusi dengan orang lain

    tentang organisasi, dan merasakan masalah organisasi sebagai masalah

    pribadi. Indikator merasa berat untuk menginggalkan organisasi, merasa

    terganggu dalam hidup apabila keluar dari pekerjaan sekarang, pegawai

    merasa organisasi telah mengeluarkan banyak biaya untuk membuatnya

    bertahan di organisasi dan pegawai merasa saat ini bertahan di organisasi

    adalah suatu tujuan digunakan dalam mengukur komitmen berkelanjutan.

    Komitmen normatif diukur dengan menggunakan indikator yaitu

    menurut pegawai bertahan di organisasi adalah terbaik untuk karirnya,

    pegawai merasa memiliki nilai ketika setia kepada satu organisasi dan

    pegawai berfikir bahwa diluar organisasi terlalu banyak yang berpindah-

    pindah kerja. Tiga dimensi yang diuraikan diatas diadaptasi oleh penelitian

    Nuraeni (2011) dengan menggunakan indikator berbeda. Penelitian

    tersebut mengenai pengaruh motivasi, kompetensi dan komimen terhadap

    kinerja dosen perguruan tinggi swasta di Kopertis Wilayah II Palembang.

    Untuk mengukur komitmen afektif indikator yang digunakan adalah rasa

    percaya pegawai terhadap instansi, kepercayaan secara emosional dalam

    hubungan dengan instansi, pegawai menganggap organisasi sebagai bagian

    dari hidupnya dan keikhlasan pegawai dalam menghabisakan masa

    hidupnya untk bekerja di instansi.

  • 41

    Komitmen berkelanjutan diukur menggunakan kecintaan pegawai

    terhadap instansi karena secara rasional bermanfaat dari segi psikologis

    maupun ekonomi, pegawai lebih suka bertahan dalam instansi, pegawai

    mau mengorbankan milik pribadi apabila menunda pekerjaan, ketertarikan

    pegawai pada pekerjaan yang ada dan pegawai akan merasa terganggu

    hidupnya jika meninggalkan pekerjaan saat ini. Indikator untuk mengukur

    komitmen normatif adalah tingkat kesetiaan pegawai pada organisasi,

    pegawai merasa bahagia bekerja di organisasi, kebanggaan pegawai dalam

    bekerja di organisasi dan perasaan memiliki organisasi.

    C. Dimensi dan Indikator Penelitian

    Berdasarkan uraian diatas indikator-indikator yang digunakan dalam

    penelitian ini mengadaptasi dari teori dan penelitian yang telah dilakukan oleh

    peneliti lain sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel

    dalam penelitian mengenai pengaruh kepuasan kerja dan motivasi kerja

    terhadap komitmen organisasi pegawai di Bappeda ini diuraikan sebagai

    berikut:

    1. Variabel Motivasi Kerja

    Dalam mengukur variabel motivasi kerja, penelitian ini

    mengadaptasi indikator yang digunakan dalam penelitian Nuraeni (2011).

    Motivasi kerja dibagi kedalam tiga dimensi dengan empat belas indikator

    yaitu:

  • 42

    a. Dimensi Kebutuhan Akan Prestasi

    Kebutuhan akan prestasi diukur dengan menggunakan enam indikator

    yaitu:

    - Dorongan untuk mencapai tujuan

    - Dorongan untuk memenuhi keinginan di masa depan

    - Dorongan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan

    - Dorongan untuk mengambil resiko dalam pekerjaan

    - Dorongan untuk memanfaatkan kesempatan belajar dalam bekerja

    - Keinginan untuk lebih banyak memanfaatkan waktu untuk bekerja

    b. Dimensi Kebutuhan Akan Kekuasaan

    Kebutuhan akan kekuasaan diukur dengan menggunakan empat

    indikator yaitu:

    - Dorongan untuk membantu rekan kerja yang lain dalam

    mengerjakan tugasnya

    - Keinginan untuk dapat mempengaruhi pegawai lain

    - Dorongan untuk banyak beraktivitas dengan bawahan atau atasan

    - Keinginan untuk memerintah

    c. Dimensi Kebutuhan Akan Hubungan

    Kebutuhan akan hubungan diukur dengan menggunakan empat

    indikator yaitu:

  • 43

    - Dorongan untuk bekerja sama dengan pegawai lainnya

    - Dorongan untuk mengambil keputusan bersama dalam kelompok

    kerja

    - Keinginan untuk berkumpul dan berkelompok

    - Dorongan untuk menjalin persahabatan dengan rekan kerja

    2. Variabel Komitmen Organisasi

    Dalam mengukur variabel komitmen organisasi, penelitian ini

    mengadaptasi indikator yang digunakan dalam penelitian Nuraeni (2011)

    komitmen organisasi dibagi kedalam tiga dimensi dengan tiga belas

    indikator yaitu:

    a. Dimensi Komitmen Afektif

    Komitmen afektif diukur dengan menggunakan empat indikator

    penelitian yaitu:

    - Rasa senang pegawai untuk menghabiskan sisa masa kerjanya

    untuk berkarir di organisasi saat ini

    - Rasa percaya pegawai secara emosional terhadap organisasi

    - Perasaan pegawai bahwa organisasi merupakan bagian dari

    hidupnya

    - Kesediaan pegawai untuk mengabdikan hidupnya kepada

    organisasi.

  • 44

    b. Dimensi Komitmen Berkelanjutan

    Komitmen berkelanjutan diukur menggunakan lima indikator

    penelitian yaitu:

    - Kecintaan pegawai kepada organisasi karena secara rasional

    bermanfaat baik dari segi psikologis dan ekonomi

    - Keinginan bertahan dengan pekerjaannya (jabatan)

    - Kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi jika menunda

    pekerjaan

    - Ketertarikan pegawai pada pekerjaan yang ada

    - Perasaan terganggu dalam hidup bila meninggalkan pekerjaan yang

    sekarang

    c. Dimensi Komitmen Normatif

    Komitmen normatif diukur dengan menggunakan empat indikator

    penelitian yaitu:

    - Kesetiaan terhadap organisasi

    - Kebahagiaan dalam bekerja

    - Kebanggaan bekerja di organisasi

    - Rasa memiliki organisasi

    Indikator-indikator dari variabel penelitian yang diuraikan di

    atas akan dituangkan dalam pernyataan kuisioner. Kuisioner penelitian

  • 45

    akan diuji terlebih dahulu untuk mengukur validitas dan

    reliabilitasnya. Hasil dari kuisioner akan dianalisis menggunakan

    metode statistik dan diuji hipotesisi penelitiaannya. Berdasarkan hasil

    dari oleh data kuisioner tersebut dapat dideskripsikan hubungan antar

    variabel mengenai motivasi kerja dan kepuasan kerja serta

    pengaruhnya kepada komitmen organisasi pegawai di Bappeda

    Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 46

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Bappeda Kabupaten Karang Tumaritis adalah salah satu lembaga

    teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karang Tumaritis. Awal mula

    pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi

    Jawa Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan

    Daerah (Bappemda) Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan

    Perancang Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang

    Pembangunan Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan

    pertama di Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan

    SK Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.

    Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun

    1974, sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur, baru

    kemudian dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden

    tersebut, lahirlah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau

    Bappeda Tingkat I dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II

    atau Bappeda Tingkat II.

  • 47

    Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun

    1980, yaitu:

    1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan

    adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan

    pembangunan regional;

    2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan

    pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,

    terarah, dan terpadu.

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana

    penyelenggaraan pemerintahan daerah. Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung

    jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Bappeda Kabupaten Karang

    Tumaritis beralamat di Jl. Raya Bandung No. 65 Sadewata Karang

    Tumaritis.

    Visi

    Terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas,

    partisipatif, akuntabel, berorientasi kinerja, dan mendorong pertumbuhan

    wilayah yang serasi, seimbang, serta sinergis

    Misi

    1. Meningkatkan kinerja, efisiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi

    Bappeda;

  • 48

    2. Mengembangkan sistem perencanaan pembangunan daerah yang efektif

    dan berorientasi maju;

    3. Meningkatkan fungsi evaluasi kinerja pembangunan guna mewujudkan

    pebangunan daerah yang berorientasi perbaikan dan perubahan;

    4. Menguatkan kelembagaan perencanaan pembangunan daerah yang

    melibatkan Bappeda, organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya,

    akademisi, serta pemangku kepentingan lainnya.

    Tugas & Fungsi

    Bappeda mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan

    pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan dan penelitian

    pembangunan daerah serta penyiapan bahan perumusan kebijakan umum

    pemerintahan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. :

    1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan, penelitian dan pembinaan

    penyusunan rencana serta penyiapan bahan perumusan kebijakan umum

    pemerintah daerah di bidang pembangunan daerah sesuai dengan

    ketentuan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan dan penelitian pembangunan

    daerah sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan, penelitian dan

    pembinaan penyusunan rencana serta penyiapan bahan perumusan

    kebijakan umum pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan dan/atau

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  • 49

    4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

    fungsinya.

    Bagan Struktur BAPPEDA Kabupaten Karang Tumaritis adalah sebagai

    berikut.

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Variabel penelitian merupakan suatu hal dalam bentuk apapun yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

    tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:58). Variabel

    penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

    adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel

    terikat dengan simbol (X).

  • 50

    Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

    yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dengan simbol (Y). Pada

    penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi variabel bebas yaitu

    Motivasi Kerja (X) serta Komitmen Organisasi (Y) merupakan variabel

    terikat. Variabel-variabel tersebut sebagai berikut.

    1. Motivasi Kerja (X)

    Motivasi kerja adalah kekuatan dalam diri seseorang yang mampu

    mendorongnya melakukan sesuatu yang menimbulkan dan mengarahkan

    perilaku. (Gibson, Ivancevich dan Donelly alih bahasa Djarkasih, 2007:103)

    2. Komitmen Organisasi (Y)

    Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan di mana seorang pegawai

    memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat

    memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Keterlibatan kerja yang tinggi

    merupakan berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus

    sedangkan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan pada

    organisasi yang mempekerjakannya (Robbins dan Judge alih bahasa Diana

    Angelica dkk., 2008:100).

    Untuk lebih memberikan gambaran terhadap hasil penelitian, maka perlu

    dibuat operasionalisasi variabel.

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

    Motivasi Kerja (X)

    Kebutuhan Akan Prestasi

    Dorongan untuk mecapai suatu tujuan

    Tingkat dorongan untuk mencapai suatu

    Ordinal MK 1

  • 51

    Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Item tujuan

    Dorongan untuk memenuhi keinginna di masa depan

    Tingkat dorongan untuk memenuhi keinginan di masa depan

    Ordinal MK 2

    Dorongan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan

    Tingkat dorongan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaaan

    Ordinal MK 3

    Dorongan untuk mengambil risiko dalam pekerjaan

    Tingkat dorongan untuk mengambil resiko dalam pekerjaan

    Ordinal MK 4

    Dorongan untuk memanfaatkan kesempatan belajar dalam bekerja

    Tingkat dorongan untuk memanfaatkan kesempatan belajar dalam bekerja

    Ordinal MK 5

    Keinginan untuk lebih banyak memanfaatkan waktu bekerja

    Tingkat keinginan untuk lebih banyak memanfatkan waktu untuk bekerja

    Ordinal MK 6

    Dorongan untuk membantu rekan kerja yang lain dalam mengerjakan tugasnya

    Tingkat dorongan untuk membantu rekan kerja yang lain dalam mengerjakan tugasnya

    Ordinal MK 7

    Keinginan untuk mempengaruhi pegawai lain

    Tingkat keinginan untuk mempengaruhi pegawai lain

    Ordinal MK 8

    Motivasi kerja adalah kekuatan dalam diri seseorang yang mampu men-dorongnya melakukan sesuatu yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku. (Gibson, Ivancevich & Donelly alih bahasa Djarkasih, 2007:103)

    Kebutuhan Akan Kekuasaan

    Dorongan untuk banyak beraktivitas dengan bawahan atau atasan

    Tingkat dorongan untuk banyak beraktivitas dengan bawahan atau atasan

    Ordinal MK 9

  • 52

    Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Item Keinginan untuk memerintah

    Tingkat keinginan untuk memerintah

    Ordinal MK 10

    Dorongan untuk bekerja sama dengan pegawai lainnya

    Tingkat dorongan untuk bekerja sama dengan pegawai lainnya

    Ordinal MK 11

    Dorongan untuk mengambil keputusan bersama dalam kelompok terja

    Tingkat dorongan untuk mengambil keputusan bersama dalam kelompok kerja

    Ordinal MK 12

    Dorongan untuk berkumpul dan berkelompok

    Tingkat keinginan untuk berkumpul dan berkelompok

    Ordinal MK 13

    Kebutuhan akan hubungan

    Dorongan untuk menjalin persahabatan dengan rekan kerja

    Tingkat dorongan untuk menjalin persahabatan dengan rekan kerja

    Ordinal MK 14

    Rasa senang pegawai untuk menghabiskan sisa masa kerjanya untuk berkarir di organiasi saat ini

    Tingkat rasa senang pegawai untuk menghabiskan sisa masa kerjanya untuk berkarir di organiasi saat ini

    Ordinal KO 1

    Rasa percaya pegawai secara emosional terhadap organisasi

    Tingkat rasa percaya pegawai secara emosional terhadap organisasi

    Ordinal KO 2

    Perasaan pegawai bahwa organisasi merupakan bagian dari hidupnya

    Tingkat perasaan pegawai bahwa organisasi merupakan bagian dari hidupnya

    Ordinal KO 3

    Komitmen Organisasi (Y) Komitmen orga-nisasi sebagai suatu keadaan di mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuan-nya, serta berniat memelihara keang-gotaan dalam orga-nisasi itu. Ke-terlibatan kerja yang tinggi merupakan berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus sedangkan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan pada

    Komitmen Afektif

    Kesediaan pegawai untuk mengabdikan

    Tingkat kesediaan pegawai untuk

    Ordinal KO 4

  • 53

    Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Item hidupnya kepada organisasi

    mengabdikan hidupnya kepada organisasi

    Kecintaan pegawai kepada organisasi karena secara rasional bermanfaat baik dari segi psikologis dan ekonomi

    Tingkat kecintaan pegawai kepada organisasi karena secara rasional bermanfaat baik dari segi psikologis dan ekonomi

    Ordinal KO 5

    Keinginan bertahan dengan pekerjaannya (jabatan)

    Tingkat keinginan bertahan dengan pekerjaannya (jabatan)

    Ordinal KO 6

    Keinginan bertahan dengan pekerjaannya (jabatan)

    Tingkat kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi jika menunda pekerjaan

    Ordinal KO 7

    Ketertarikan pegawai pada pekerjaan yang ada

    Tingkat ketertarikan pegawai pada pekerjaan yang ada

    Ordinal KO 8

    Komitmen Kontinyu

    Perasaan terganggu dalam hidup bila meninggalkan pekerjaan yang sekarang

    Tingkat perasaan terganggu dalam hidup bila meninggalkan pekerjaan yang sekarang

    Ordinal KO 9

    Kesetiaan terhadap organisasi

    Tingkat kesetiaan terhadap organisasi

    Ordinal KO 10

    Kebahagian dalam bekerja

    Tingkat kebahagian dalam bekerja

    Ordinal KO 11

    Kebanggaan bekerja di organisasi

    Tingkat kebanggaan bekerja di organisasi

    Ordinal KO 12

    organisasi yang mempekerjakannya.

    Robbins dan Judge (alih bahasa Diana Angelica dkk., 2008:92)

    Komitmen Normatif

    Rasa memiliki Tingkat rasa Ordinal KO

  • 54

    Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Item organisasi memiliki

    organisasi 13

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

    subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

    oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

    2010:115). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai Bappeda

    Kabupaten Karang Tumaritis yang berjumlah 67 orang.

    Tabel 3.2

    Sebaran responden berdasarkan jabatan pegawai

    No. Jabatan Pegawai Jumlah Persentase 1. Jabatan Struktural 21 org 31,34% 2. Pegawai Administrasi 40 org 59,70% 3. Pegawai Pelaksana 6 org 8,96% Jumlah 67 org 100%

    Tabel 3.2 diatas menunjukkan sebaran jumlah populasi berdasarkan

    jabatan pegawai. Untuk jabatan struktural terdiri dari 21 orang atau 31,34%

    dari jumlah populasi. Jabatan pegawai administrasi sebanyak 40 orang

    pegawai atau 59,70% dari 67 orang dan pegawai pelaksana 8,96% dari jumlah

    keseluruhan populasi sejumlah 6 orang pegawai.

    2. Sampel Penelitian

    Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

    dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan

  • 55

    diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

    harus betul-betul representatif atau mewakili (Sugiyono, 2010:116). Apabila

    subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga

    penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah

    subjeknya lebih dari 100 maka diambil antara 10% - 20% atau 20% - 30%

    atau lebih (Arikunto, 2005:107).

    Berdasarkan pendapat tersebut penelitian ini merupakan penelitian

    populasi karena jumlah populasi dibawah 100 orang responden yaitu 85 orang.

    Penentuan responden dipilih dengan menggunakan teknik nonprobability

    sampling yang memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau

    anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan metode sampling

    jenuh. Sampling jenuh atau istilah lain dari sensus adalah dimana semua

    anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2010:66).

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat

    digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009:69).

    Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

    pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya:

    1. Data primer

    Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan survei langsung ke

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang

    Tumaritis sebagai objek penelitian. Tujuan penelitian lapangan ini adalah

  • 56

    untuk memperoleh data akurat. Adapun data yang diperoleh dengan cara

    penelitian meliputi:

    a. Wawancara

    Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari pengamatan

    langsung ke lapangan dengan mengadakan tanya jawab kepada objek

    penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

    pegawai Bappeda Kabupaten Karang Tumaritis dengan Jabatan Kabag.

    Umum dan Kepegawaian dan Pengadministrasian Program.

    b. Observasi

    Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di

    lokasi penelitian yaitu Kantor Bappeda Kabupaten Karang Tumaritis.

    c. Kuisioner

    Kuisioner merupakan alat pengumpulan data dengan cara membuat

    daftar pertanyaan atau pernyataan yang kemudian disebarkan kepada

    responden secara langsung sehingga hasil pengisiannya akan lebih

    jelas dan akurat. Daftar pertanyaan atau pernyataan dibuat untuk

    mendapatkan tanggapan responden mengenai gambaran umum,

    perhatian dan pendapat responden terhadap pengaruh motivasi kerja

    dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pegawai di Bappeda

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    2. Data Sekunder

  • 57

    Data ini merupakan data pendukung yang berhubungan dengan penelitian.

    Data sekunder dapat diperoleh dari:

    a. Sejarah, literatur dan profil Bappeda Kabupaten Karang Tumaritis

    b. Buku-buku yang berhubungan dengan variabel penelitian

    c. Jurnal dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik

    permasalahan yang diteliti.

    E. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122) dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

  • 58

    z z z z z

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

    pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan

    ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya

    adalah sebagai berikut.

    1) Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

    masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

    dan subaspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

    2) Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

    penulisan butir-butir pertanyaan.

    3) Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

    instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

    4) Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk men-

    dapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi,

    lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

    5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan

    untuk mengukur valid tidaknya instrumen itu.

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100

  • 59

    a) Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik r Product

    Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria

    validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika

    koefesien rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi = 0,05. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

    rxy = ( )( )

    ( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn X - XYn Y

    Keterangan:

    rxy : Koefisien korelasi

    n : jumlah responden

    X : Jumlah skor setiap item

    Y : Jumlah skor total seluruh item

    (X)2 : Kuadrat jumlah skor item X

    X2 : Jumlah kuadrat skor item X

    (Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y

    (X)2 : Jumlah kuadrat skor item Y

    b) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir

    pernyataan yang valid (sahih).

    c) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

    koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach.

  • 60

    =

    2

    iS

    2Si11k

    k

    Keterangan :

    = nilai koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    Si2 = mean kuadrat kesalahan Si2 = varians total

    Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan

    dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dan N = 31

    (Lihat lampiran Tabel Nilai-nilai r Product Moment).

    Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus

    memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan

    (realiability). Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang

    digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu

    diujicobakan guna mengetahui kesahihan dan keterandalan instrumen

    tersebut. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

    apa yang diinginkan. Reliabilitas adalah indeks yang mampu

    menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di-percaya atau

    dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

    Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian itu valid jika

    terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

    sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

  • 61

    3. Uji Asumsi Klasik

    a) Uji Normalitas Distribusi Data

    Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa

    data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan

    pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan

    berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normali-tas merupakan syarat

    penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data

    residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka

    kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji

    dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal.

    Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada pe-nelitian

    ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan

    keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang

    berdistribusi normal. Untuk data yang banyak, data diasumsikan

    mendekati distribusi normal dengan syarat data > 100.

    b) Uji Asumsi Heteroskedastisitas

    Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah

    harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu

    pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastisitas

    dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara

    variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias

  • 62

    keasalahan statistik atau p-value > ( = 0,05) atau nonsignifikan,

    maka diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastisitas.

    c) Uji Asumsi Autokorelasi

    Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan

    menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal

    ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

    Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini adalah

    sebagai berikut.

    (1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

    (2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).

    (3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan

    dU.

    (4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian mem-

    bandingkannya dengan nilai d pada daerah berikut.

    1 dL dU 4-dL 4-dU 4

    4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

    Autokorelasi (+)

    Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi

    Tidak meyakinkan

    Autokorelasi (-)

    Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat

    disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai

    d berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh

    gambar di atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan

    transformasi melalui transformasi p = 1 d/2 (d= nilai Durbin-

  • 63

    Watson). Untuk menghindari data pertama yang hilang, maka data

    pertama ditransformasikan melalui perkalian dengan (1-p2).

    4. Uji Regresi Sederhana

    Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali

    dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

    distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

    regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian

    asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.

    = a + bX + e

    Keterangan:

    Y : komitmen organisasi pegawai

    X : motivasi kerja

    a : konstanta

    b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

    e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

    5. Pengujian Hipotesis

    Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi

    yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di

    atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk

    melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat

    dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan

    secara umum untuk populasi penelitian.

  • 64

    Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

    pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 , maka

    digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

    berikut.

    Hipotesis statistik yang daijukan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    HO : i = 0 Tidak terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen

    organisasi pegawai pada Badan Perencanaan dan

    Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karang

    Tumaritis.