pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP
DIRI TERHADAP SIKAP RELIGIUS PADA REMAJA DI DESA
BANJARREJO 38 B KECAMATAN BATANGHARI
LAMPUNG TIMUR
TESIS
Disusun oleh:
Siti Nur Aisah (21160110000015)
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
v
ABSTRAK
SITI NUR AISAH (NIM: 21160110000015). Pengaruh Konformitas Teman
Sebaya dan Konsep Diri Terhadap Sikap Religius Pada Remaja Di Desa
Banjarrejo 38 B Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh konformitas
teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius pada remaja. Penelitian ini
dilakukan pada remaja yang berada di desa Banjarrejo, dan merupakan
penelitian mix method, sedangkan desain penelitian ini menggunakan Sequential
Explonatory yaitu dengan melakukan pengumpulan dan analisis data kuantitatif
pada tahap pertama, kemudian diikuti dengan pengumpulan dan analisis data
kualitatif pada tahap kedua. Tekhnik pengumpulan datanya menggunakan
angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, koefisien determinasi ditunjukkan oleh R
Square = 0,526 yang mengandung makna bahwa 52,6 % variabilitas variabel
sikap religius dapat dijelaskan oleh konformitas teman sebaya (X1), sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius remaja sebesar 52,6 %, sedangkan sisanya 47,7 % dipengaruhi oleh
faktor lain. Koefisien determinasi ditunjukkan oleh R Square = 0,632 yang
mengandung makna bahwa 63,2 % variabilitas variabel sikap religius dapat
dijelaskan oleh konsep diri (X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
konsep diri terhadap sikap religius remaja sebesar 63,2 %, sedangkan sisanya
38,6 % dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan, koefisien korelasi ganda
(Ry.12) = 0,797 dan Fhit (Fchange) = 41,885 serta p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho
ditolak. Dengan demikian, koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y
adalah berarti atau signifikan. Sedangakn koefisisen determinasi ditunjukkan
oleh R Square = 0,636 yang mengandung makna bahwa 63,6 % variabilitas
variabel sikap religius dapat dijelaskan oleh konformitas teman sebaya (X1) dan
konsep diri (X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konformitas
teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama terhadap sikap religius
remaja sebesar 63,6 % dan 36,4 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi adalah remaja
yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur, dalam
segi konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius dikatakan
kurang baik, sehingga perlunya penanaman sikap-sikap positif pada diri remaja,
agar tercapai konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius
yang baik.
Kata kunci : Konformitas Teman Sebaya, Konsep Diri dan Sikap Religius
vi
ABSTRACT
SITI NUR AISAH (STUDENT ID: 21160110000015). The Effect of Peer
Conformity and Self-Concept on Religious Attitudes in Adolescents in
Banjarejo Village 38 B Batanghari District, East Lampung Regency.
The aim of this research is to find out the drived of peer conformity and
self-concept on religious attitudes in adolescents. The research was conducted on
adolescents in Banjarrejo village and was a mixed method research. The design of
this study was by using a sequential explanatory by collecting and analysing
quantitative data in the first stage followed by collecting and analysing qualitative
data at a later stage. The data were gained through several techniques, i.e.
questionnaire, interviews, observation, and documentations.
Based on the result of the study, the determination coefficient was indicated
by R Square = 0.526 which implied that 52.6% of the variability of religious
attitude variable can be explained by peer conformity (X1), so it can be concluded
that the influence of peer conformity on adolescent religious attitudes was 52.6%,
while the remaining 47.4% was influenced by other factors. The determination
coefficient shown by R Square = 0.636 implied that 63.6% variability of the
variable religious attitude can be explained by self-concept (X2), so it can be
concluded that the effect of self-concept on adolescent religious attitudes was
63.6%, while the remaining 46.4% was influenced by other factors. While the
multiple correlation coefficient (Ry.12) = 0.797 and Fhit (Fchange) = 41,885, and p-
value = 0,000 <0.05 or Ho was rejected. Thus, multiple correlation coefficients
between X1 and X2 with Y were meaningful or significant. While the coefficient of
determination shown by R Square = 0.636 implied that 63.6% of the variability of
the variable religious attitudes can be explained by peer conformity (X1) and self-
concept (X2), so it can be concluded that the influence of peer conformity and self-
concept together towards adolescent religious attitudes of 63.6% and 36.4% were
influenced by other factors.
Based on the results of the observations, interviews, and documentations, it
can be concluded that adolescents who are in Banjarrejo 38 B village Batanghari
sub-district, East Lampung, in terms of peer conformity and self-concept towards
religious attitudes are said to be poor, so it is necessary to be exposed by positive
attitudes, to achieve peer conformity and self-concept of good religious attitudes.
Keywords: Peer Conformity, Self-Concept, and Religious Attitudes
vii
ملخص
(. أثر امتثال األقران ومفهوم الذات يف املوقف الديين لدى 51101111111112سيت نور آسية )رقم القيد : باتاجنهاري مديرية المبونج الشرقية. يحب 83املراىقني يف قرية باجنارجيو
امتثال األقران ومفهوم الذات يف املوقف الديين لدى املراىقني. عن أثر ذلك اثباتيهدف ىذا البحث وقد مت تناول ىذا البحث للمراىقني يف قرية باجنارجيو، وىو حبث مندمج من املدخلني الكمي والنوعي. وأما التصميم الذي تناولو ىذا البحث فهوالتصميم التمهيدي التتابعي. ويتم ىذا التصميم من خالل مجع البيانات الكمية وحتليلها يف املرحلة األوىل ويليها مجع البيانات النوعية وحتليلهايف املرحلة الثانية. وأما أساليب مجع البيانات
فتستخدم االستفتاءات، واملقابلة الشخصية، واملالحظة املباشرة، والدراسة الوثائقية. مربع بلغت Rوبناء على البحث الذي أجرتو الباحثة، وجدت أن قيمة معامل التمييز اليت أشارت إليها
. ومن x1)% من متغري املوقف الدينييمكن أن يفسريىا امتثال األقران ) 6،22، وىذه القيمة تدل علىأن0,526%، وأما ما بقي من 2,62حصلت على Y))مث ميكناالستنتاج منها أن نسبة أثر امتثال األقران يف املوقف الديين
x2)) مربع ملتغري مفهوم الذات Rفيتأثر بغريه من العوامل. وقيمة معامل التمييز اليت أشارت إليها 47,7%% من متغري املوقف الديين ميكن أن يفسريه مفهوم الذات 63,2% وىذه القيمة تدل على أن 63,2بلغت
((x2 ما %. وأما 63,2أن نسبة أثر مفهوم الذات يف املوقف الديين حصلت على . ومن مث ميكن االستنتاج منها= احلسايبFو 0,797= (Ry12فيتأثر بالعوامل األخرى. وقيمة معامل االرتباط الثنائي)% 36,81بقى من
هلا عالقة YوX2وx1لذلك فمعامل االرتباط بني مرفوضة. H0أو P =1،12 >1،111وقيمة 41,885، وىذه القيمة تدل على أن 0,636 مربع بلغت, Rوجدت أن قيمة معامل التمييز اليت أشارت إليها إجيابية. و
حىت ) x2)) و مفهوم الذات x1)ميكن أن يفسريه امتثال األقران )Y)% من متغري املوقف الديين ) 63,6حصلت على Y))املوقف الديينيف x2)) و مفهوم الذات x1))ميكناالستنتاج منها أن نسبة أثر امتثال األقران
% فيتأثر بغريه من العوامل.36,4%، وأماما بقي من63,6وبناء على املالحظة واملقابلة والدراسة التوثيقية استنتجت الباحثة أن مدىامتثال األقران ومفهوم الذات
. فقد أصبح غرس القيم لدى املراىقني يف قرية باجنارجيو باتاجنهاري المبونج الشرقية ميكن أن يعتربه غري جيد .اإلجيابية للمراىقني فيها ضروريامن أجل حتسني امتثاهلم لألقران ومفهومهم الذايت
الكلمات األساسية: امتثال األقران، مفهوم الذات، الموقف الديني
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
TS Te dan es ث
J Je ج
H Ha dengan garis bawah ح
KH Ka dan Ha خ
D De د
DZ De dan Zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
SY Es dan Ye ش
S Es dengan garis bawah ص
D De dengan garis bawah ض
T Te dengan garis bawah ط
Z Zet dengan garis bawah ظ
‘ عKoma terblik diatas
hadap kanan
GH Ge dan Ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
ix
M Em م
N En ن
H Ha ه
W We و
A Apostrof ء
Y Ye ي
B. Vokal
Tanda vokal arab Tanda vocal latin Keterangan
A Fathah أ
I Kasrah إ
U Dammah أ
Ai A dan i أ ي
Au A dan u أ و
C. Vocal Panjang
Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan
A A dengan topi diatas آ
I I dengan topi diatas إ ي
U U dengan topi diatas أ و
D. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf لا ,
dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyah maupun
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh : Al-Syamsu bukan Asy-
Syamsu dan Al-Zalzalah bukan Az-Zalzalah.
E. Syaddah/ Tasydid
Syaddah/ tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan , dalam
alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyah yang
x
didahului kata sandang. Misalnya kata ملنوا tidak ditulis An-naum melainkan
Al-naum.
F. Ta’ Marbutah
Ta’ marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)
dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata
benda (isim) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi (t). Contoh :
No Kata arab Alih Aksara
Yaumal Qiyamah ي و م ال ق ي ام ة 1
2 Wahuda Warohmah
ل و ج و داحد ة و 3 Wahdat Alwujud
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Dzat yang Maha Pengasih
dan Penyayang yang telah memberikan sedikit dari keilmuan-Nya yang sangat
luas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pengaruh
Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri Terhadap Sikap Religius Remaja”
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam pada program
Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada manusia yang
menjadi pusat keilmuan dunia akhirat serta penuntun umat. Yakni Nabi
Muhammad SAW. Harapan dan do’a penulis semoga Tesis ini menjadi bagian
dari Khazanah keilmuan dalam kategori pendidikan islam di masa mendatang.
Dengan selesainya penyusunan tesis ini, penulis sampaikan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan izin dan motivasi untuk melanjutkan studi pada
program Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan dorongan terus semangat dalam menggarap
tesis ini.
3. Dr. Sapiudin Shiddiq, M.Ag. Ketua Prodi Magister Pendidikan Agama Islam
FITK yang telah memicu dan memacu penulis, agar dapat menyelesaikan
studi dengan baik.
4. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. Pembimbing dalam penulisan tesis ini
yang telah memberikan arahan keilmuan dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran sehingga tesis ini menjadi bermutu, berbobot dan akhirnya bisa
selesai.
5. Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd. Pembimbing dalam penulisan tesis ini yang
telah memberikan konsep metodologi yang baik sehingga alur dan
metodologi dalam tesis ini menjadi sistematis dan teruji secara statistik
6. SG. Puspito, S.IP Kepala desa 38 B Banjarrejo Kec. Batanghari Kab.
Lampung Timur yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian serta
memberikan segala yang peneliti butuhkan.
7. Orang tua dan keluarga. Ayahanda Yani, S.Pd. dan Ibunda Suparni, serta
Adinda Icha yang sudah memberikan dorongan, nasihat serta do’a yang tak
pernah lepas dalam setiap sujudnya, demi kelancaran terlaksananya
penelitian ini.
xii
8. Agus Suwanto, S.Pd.I. Suami yang selalu mendukung, memberikan semangat
dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
9. Teman-teman MPAI angkatan 2016 yang membantu memberikan saran dan
kritik dalam penyelesaian tesis ini.
10. Muslikh Amrulloh, S.Pd. Staf Magister FITK yang telah membantu
menyiapkan segala keperluan persyaratan dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak terkait. Semoga
karya ilmiah ini menjadi permulaan yang baik untuk pribadi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya untuk terus mencari dan menggali ilmu
pengetahuan sampai akhir hayat.
Jakarta, 14 Desember 2018
Siti Nur Aisah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ..................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 7
B. Permasalahan Penelitian ....................................................................... 7
1. Identifikasi masalah ........................................................................ 8
2. Pembatasan Masalah ...................................................................... 8
3. Perumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 9
A. Religius ................................................................................................ 9
1. Pengertian Religius ......................................................................... 9
2. Fungsi Religius ................................................................................ 12
3. Dimensi-dimensi Religius ............................................................... 13
4. Macam-macam Sikap Religius ........................................................ 15
B. Konformitas Teman Sebaya ................................................................. 21
1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya .......................................... 21
2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya ....................................... 25
3. Mencegah Kenakalan Teman Sebaya ............................................. 28
xiii
C. Konsep Diri .......................................................................................... 31
1. Pengertian Konsep Diri .................................................................... 31
2. Dimensi Konsep Diri ....................................................................... 32
3. Peranan Konsep Diri ........................................................................ 37
4. Perkembangan Konsep Diri ............................................................. 38
5. Karakteristik Kepribadian ................................................................ 41
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ............................. 44
D. Penelitian Terdahulu Relevan............................................................... 46
E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 54
F. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 57
A. Desain dan Prosedur Penelitian ............................................................ 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 58
C. Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel ......................... 59
D. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................. 61
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 63
F. Kalibrasi Instrumen penelitian ............................................................ 70
G. Tekhnik Analisa Data ........................................................................... 82
H. Hipotesis Statistik ................................................................................. 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 88
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 88
1. Data hasil penelitian ........................................................................ 88
2. Pengujian Persyaratan Analisis Data ............................................... 97
3. Pengujian Hipotesis Statistik ........................................................... 103
4. Hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi .............................. 115
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 116
C. Kritik Teoritid dengan Teori Temuan .................................................. 119
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 120
BAB V PENUUTP .............................................................................................. 123
A. Kesimpulan .......................................................................................... 123
B. Implikasi .............................................................................................. 123
C. Saran ..................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 127
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Prasurvey .................................................................................. 6
Tabel 2.1 Tingkat Religius Dalam Masyarakat ................................................. 10
Tabel 2.2 Gambaran Konsep Diri ...................................................................... 35
Tabel 2.3 Alasan Mengapa Perasaan Dalam Tabel Timbul Berapa % .............. 36
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................ 58
Tabel 3.2 Jumlah Populasi ................................................................................. 59
Tabel 3.3 Jumlah Sampel dari Masing-masing Dusun ...................................... 60
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Teman Sebaya .............................. 64
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri ....................................................... 66
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Sikap Religius ................................................... 69
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Konformitas Teman Sebaya .............. 72
Tabel 3.8 Hasil Uji Validita Instrumen Konsep Diri ......................................... 75
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instruemn Sikap Religius .................................... 77
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konformitas Teman Sebaya ........... 80
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri .................................... 81
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Religius ................................ 82
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Konformitas Teman Sebaya .............. 88
Tabel 4.2 Statistika Konformitas Teman Sebaaya ............................................. 89
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Konsep Diri ........................................ 91
Tabel 4.4 Statistika Konsep Diri ........................................................................ 92
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Religius................................................... 94
Tabel 4.6 Statistika Sikap Religius .................................................................... 95
Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Konformitas Teman
Sebaya ................................................................................................ 97
Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Konsep Diri ....................... 98
Tabel 4.9 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Sikap Religius ................... 99
Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 ata Variabel Y ................................ 100
Tabel 4.11 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 atas Variabel Y .............................. 101
Tabel 4.12 Test Homogenity Of Variances ......................................................... 102
Tabel 4.13 Persamaan Regresi Y atas X1 ............................................................. 103
Tabel 4.14 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 .................................... 104
Tabel 4.15 Koefisien Korelasi X1 atas Y .............................................................. 105
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ................................................. 105
Tabel 4.17 Persamaan Regresi Y atas X2 .............................................................. 107
Tabel 4.18 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 .................................... 107
Tabel 4.19 Koefisien Korelasi X2 atas Y .............................................................. 108
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ................................................. 109
Tabel 4.21 Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 .................................................. 110
Tabel 4.22 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ........................ 111
Tabel 4.23 Koefisien Korelasi X1 dan X2 atas Y .................................................. 112
Tabel 4.24 Koefisien Determinasi X1 dan X2 terhadap Y .................................... 113
Tabel 4.25 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ............................................... 114
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkungan Yang Kondusif Bagi Perkkembangan Kesadaran Remaja ... 62
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 56
Gambar 4.3 Histogram Konformitas Teman Sebaya ..................................................... 90
Gambar 4.4 Histogram Konsep Diri ............................................................................. 93
Gambar 4.5 Histogram Sikap Religius ......................................................................... 96
Gambar 4.6 Koefisien Determinasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ............................. 114
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 133
Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian ............................................................... 134
Lampiran 3 Monografi Desa Banjarrejo .......................................................... 135
Lampiran 4 Angket Konformitas Teman Sebaya ............................................ 141
Lampiran 5 Angket Konsep Diri ...................................................................... 146
Lampiran 6 Angket Sikap Religius .................................................................. 151
Lampiran 7 Pedoman Wawancara ................................................................... 155
Lampiran 8 Pedoman Observasi ...................................................................... 156
Lampiran 9 Pedoman Dokumentasi ................................................................. 158
Lampiran 10 Uji Validitas Angket ................................................................... 159
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Angket ............................................................... 176
Lampiran 12 Hasil Penyebaran Angket Konformitas Teman Sebaya ............. 182
Lampiran 13 Hasil Penyebaran Angket Konsep Diri ...................................... 192
Lampiran 14 Hasil Penyebaran Angket Sikap Religius ................................... 200
Lampiran 15 Hasil Wawancara ........................................................................ 210
Lampiran 16 Hasil Observasi........................................................................... 216
Lampiran 17 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 218
Lampiran 18 Dokumentasi Pada Saat Penelitian ............................................. 219
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bertambahnya usia manusia dengan seiring waktu, akan semakin
berkembang intelektualitas dan kematangan psikologis pada manusia tersebut.
Namun, sebelum mencapai kematangan itu ada beberapa tahap yang paling
menentukan jati diri yaitu pada saat memasuki usia remaja.
Dilihat dari aspek perkembangannya, siswa SLTP dan SLTA pada
umumnya berada pada masa remaja yang terentang dari masa remaja awal
sampai dengan masa remaja akhir. Dalam menghadapi badai perkembangan
banyak remaja yang berhasil mengatasi berbagai rintangan. Mereka menjadikan
rintangan dan berbagai kegagalan sebagai peluang dan tantangan untuk tetap
bangkit meraih keberhasilan, membentuk kelompok sebaya untuk saling
menguatkan, dan pada akhirnya berhasil melaksanakan tugas-tugas
perkembangan secara wajar. Di pihak lain, banyak pula remaja yang gagal dan
kandas terhempas ke dalam berbagai tingkah laku menyimpang yang tidak
sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang dituntutkan kepadanya. Badai
perkembangan dihayati sebagai suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan,
dan mereka larut dalam kegagalan. Seringkali kelompok individu ini juga larut
dalam aktivitas kelompok sebaya yang kurang positif.
Usia remaja merupakan peralihan dari masa anak ke masa dewasa untuk
itu banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan ketika orang tua memiliki
anak yang sudah mencapai masa ini, karena anak memiliki rasa ingin tahu
lebih tinggi sehingga bimbang untuk mengatur waktu dalam hidupnya. Kadang
berpikir positif kadang negatif. Pikiran nya pun tidak menentu belum pandai
dalam bertindak, seperti dalam sikap religius, remaja masih mempunyai rasa
ragu dalam menjalankan aktivitasnya sebagai seorang muslim jadi tingkat
religiusnya masih rendah karena keinginan untuk beribadahnya masih kurang,
sehingga keluarga sangat berperan dalam membentuk kehidupan anak agar
lebih baik.
Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar
mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar,
membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang
memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang
sehat, mereka mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang
lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara konstruktif
terhadap kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan jiwa agama pada seseorang dimulai pada umur 0-6 tahun
yaitu balita dan taman kanak-kanak, umur 7-12 tahun yaitu masa sekolah
dasar/ anak, umur 13-21 tahun yaitu masa SLTP dan SMA/Remaja (Pubercen),
umur 22-25 tahun yaitu masa Adolescense, umur 24-45 tahun yaitu masa
2
dewasa (Adulth), umur 46-70 tahun yaitu masa tua (Lansia).Tumanggor
(2014:99).
Keluarga merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi
perkembangan anak. Meskipun demikian perkembangan anak juga sangat
dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi
dengan teman sebaya.
Berdasarkan fenomena yang ada remaja lebih mementingkan keinginan
bersama dengan teman-temannya seperti main bersama pergi besama sehingga
sulit terkontrol kereligiusannya. Beberapa remaja memiliki akhak dan aqidah
yang baik dalam bermasyarakat tetapi beberapa remaja belum memiliki
kepribadian yang baik dalam bermasyarakat. Untuk itu perlunya penanaman
sikap religius kepada remaja agar terlihat konsep dirinya apakah positif atau
negatif ketika berteman. Seperti halnya kedekatan remaja dengan teman sebaya
sering menjadi kekhawatiran para orang tua atau guru. Mereka merasa takut
kehilangan pengaruh pada anak mereka dan digantikan dengan pengaruh teman
sebaya. Karena selain sumber informasi, teman sebaya seringkali menjadi
acuan dalam berperilaku sehingga perilaku teman sebaya sering diikuti oleh
remaja. Untuk memperoleh penerimaan atau pengakuan remaja dalam
melakukan identifikasi dan melakukan perilaku yang sama dengan kelompok
sebayanya yang disebut konformitas. Dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi
pada remaja, bentuk konformitas remaja terhadap kelompok sebaya diantaranya
dari cara berpakaian, cara berbicara, dan berperilaku sosial lainnya. Dengan
demikian teman sebaya mempunyai peran penting bagi remaja. Remaja sering
menempatkan teman sebaya sebagai posisi prioritas apabila dibandingkan
dengan orang tua atau guru dalam menyatakan kesetiaannya. Roros
widianingsih (2009:97).
Robert E Slavin (2011:107) mengatakan bahwa perkembangan remaja
dimulai dengan masa pubertas.
Periode ini merupakan pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun
masa pubertas merupakan periode singkat yang berada pada masa akhir anak-
anak dan permulaan masa remaja. Kriteria yang sering digunakan untuk
menentukan masa pubertas adalah haid yang pertama kali pada anak
perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
Seseorang yang memiliki pemahaman agama akan melaksanakan ajaran
agama dengan penuh keikhlasan semata-mata hanya kepada Allah. Dalam
penanaman ajaran-ajaran agama pada usia remaja sangat penting. Karena pada
usia remaja ini banyak terjadi kegoncangan atau ketidakstabilan dalam
beragama. Kadang-kadang mereka tekun dalam beribadah, tetapi pada waktu
lain mereka enggan melaksanakannya. Oleh karena itu, sebaiknya mereka
diberi bimbingan agama agar menjadi pedoman hidup baginya agar terarah
konsep diri yang tertanam dihati mereka.
Menurut Taylor dalam Robert E Slavin (2011:122) konsep diri dapat
mempengaruhi persepsi individu tentang lingkungan sekitar dan perilakunya,
bahwa perkembangan konsep diri dan percaya diri yang positif akan
3
berpengaruh positif terhadap perkembangan sosial dan sebaliknya. Allah swt
berfirman dalam QS. Ar Ra’d ayat 11:
.... ..... Artinya: ...“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”....
(QS. Ar Ra’d ayat:11).
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa konsep diri bukan merupakan
faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk
dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam
berinteraksi ini setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang
diberikan tersebut akan menjadi cermin bagi individu untuk menilai dan
memandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena suatu proses
umpan balik dari individu lain.
Seseorang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan
konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal,
akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara
negatif) atau menyalahkan orang lain. Sedangkan, Remaja yang memiliki
konsep diri positif akan mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun
dari luar dirinya. Sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri negatif kurang
mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri
dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain dalam memutuskan sesuatu.
Ketika bermasyarakat tidak jarang remaja yang memiliki konsep diri
negatif mereka cenderung ragu dalam bertindak mereka kurang percaya diri
sehingga mengandalkan opini dari orang lain seperti dalam pertemanan mereka
cenderung lebih percaya diri jika melakukan sesuatu berdasarkan pendapat
teman-teman sebayanya padahal tidak selalu pendapat mereka menuju hal
positif kadang juga negatif. Untuk itu pertemanan sangat berpengaruh dalam
membentuk kepribadian anak pada masa remaja, seperti pembentukan sikap
religius di kalangan remaja. Karena ketika anak-anak memasuki masa remaja
perubahan hakikat persahabatan juga terjadi.
Sifat-sifat kepribadian ini bukanlah bawaan, tetapi diperoleh dari
pegalaman hidup yang diajarkan dan ditanamkan oleh ahli pendidikan. Tidak
seperti tingkah laku hewan, tingkah laku manusia tidak banyak dikendalikan
oleh instink, tetapi banyak dikendalikan oleh sikap, pendapat dan nama yang
hidup dalam masyarakat ditambah dengan pengalaman yang diperoleh
bertahun-tahun. Semua ini membentuk sifat-sifat pribadi dan mempengaruhi
pikiran dan tingkah laku seseorang. Keturunan memainkan peranan yang tidak
begitu penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Walaupun idak ada
seorangpun juga yang bertanggung jawab penuh atas sifat-sifat pribadinya
4
karena orang lain membantu membentuk sifat-sifatnya, tapi setiap orang punya
kesempatan untuk merubah sifat-sifat ini untuk memperoleh suatu tingkat
kesadaran yang lebih tinggi.
Pertemanan negatif di kalangan remaja juga terjadi di negara-negara
tertentu seperti yang dikemukakan oleh Thomas Lickoma remaja yang
menganiaya teman sebaya mereka tidak hanya menyakiti orang lain, mereka
juga mengubah bentuk karakter sendiri. Bagi anak-anak yang selalu menjadi
korban pelecehan oleh teman-teman sebaya mereka, bertemu dan bermain
merupakan pengalaman yang menyedihkan.
Thomas Lickoma (2012:214) mengatakan pada tahun 2000 sebuah
penelitian tentang penembakan di sekolah yang dilakukan oleh U.S Secret
Service mendapati bahwa dua-pertiga pelaku penembakan tersebut telah merasa
dianiaya, dijahili, diancam, diserang, atau dilukai oleh orang lain. Para korban
kenakalan teman sebaya lainnya berisiko melakukan bunuh diri seorang ibu
berkata demikian:
“Putri saya yang cantik dan manis, duduk di kelas tujuh, tidak memiliki
teman. Ia makan sendirian di kafetaria, ia berjalan sendirian di lorong. Ia
mengatakannya, ia itu seperti hantu. Ia tidak tahu kesalahan apa yang telah
diperbuatnya. Tidak pernah diucapkan lagi, ia merasa depresi dan mengatakan
kalau semalam ingin bunuh diri. Saya dan suami saya tidak tahu lagi apa yang
harus diperbuat”.
Jauh lebih luas intimidasi klasik (anak yang lebik kuat menakali anak yang
lebih lemah) adalah kenakalan emosional setiap hari menjahili, mengejek,
bergosip, menyebarkan desas-desus, dan melakukan pengeluaran atau
penolakan.
Dalam survei diseluruh Amerika Serikat yang dilakukan pada hampir
70.000 siswa kelas enam hingga dua belas, hanya 37 persen responden yang
mengatakan “para siswa di sekolah saya saling menunjukkan rasa hormat satu
sama lain”. Permasalahan yang sedang terjadi dikebanyakan sekolah ini
sekarang merupakan suatu kebudayaan teman sebaya di mana ketiadaan rasa
hormat dan kejahatan menjadi normanya. Sekolah tidak memiliki kewajiban
moral yang lebih tinggi bagi para siswa dan orang tua nya selain melakukan
segala sesuatu yang mereka mampu untuk mencegah kenakalan teman sebaya
dan menciptakan kebudayaan berbuat baik dan saling menghormati.
Sebuah kekeliruan yang lazim bahwa teman sebaya selalu memberikan
pengaruh buruk terhadap seseorang karena faktanya tidak selalu demikian.
Banyak teman sebaya yang mendorong kualitas yang baik seperti kejujuran,
keadilan, kerjasama dan kehidupan yang bersih dari obat-obatan terlarang.
Berdasarkan hasil prasurvey, penelitian ini difokuskan pada remaja awal
dan akhir yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur, dengan jumlah remaja 507 terdiri dari laki laki dan
perempuan. Dari beberapa remaja tersebut memiliki sikap religius yang
berbeda-beda.
5
Hasil wawancara dengan beberapa orang tua remaja di desa tersebut bahwa
sikap religius yang dimiliki remaja masih kurang dikarenakan beberapa hal
yaitu: remaja susah diarahkan untuk berubah menjadi pribadi muslim yang lebih
baik seperti membaca Al-Qur’an setelah melaksanakan shalat maghrib,
memakai kerudung ketika hendak keluar rumah, dan shalat maghrib berjama’ah
di masjid.
Orang tua lain mengatakan bahwa remaja yang memiliki nilai religius baik,
dikarenakan dari kecil sudah diarahkan oleh orang tuanya untuk selalu berbuat
kebaikan dan menanamkan nilai-nilai agama.
Seorang remaja mengatakan bahwa orang tuanya sibuk bekerja, dia jarang
diperintah untuk melaksanakan shalat 5 waktu dan dengan sendirinya pun
terbiasa untuk meninggalkan shalat 5 waktu. Dapat saya simpulkan anak yang
memiliki orang tua dengan kondisi tersebut kurang mendapatkan pendidikan
agama didalam keluarga. Hasil wawancara dengan Bapak Dwi Santoso dan
Bapak Tugiyanto (orang tua remaja) dan fikri (remaja) pada tanggal 11
November 2017.
Konsep diri (keinginan diri sendiri) berbeda-beda, ada remaja yang
memiliki konsep diri positif dan negatif, untuk konsep diri positif remaja
memiliki kesadaran yang baik pada diri sendiri tanpa diperintah oleh orang
tuanya, seperti terbiasa melaksanakan shalat maghrib berjama’ah di masjid,
tetapi remaja terlihat lebih banyak yang mengikuti keinginan atau pendapat dari
gengnya jadi jika sepakat shalat berjama’ah ke masjid berangkat semua dan
sebaliknya. Hasil wawancara dengan Bapak Supriyadi (orang tua remaja) pada
tanggal 13 November 2017.
Dalam bergaul remaja lebih mementingkan konsep diri, sehingga remaja
lebih mengutamakan keinginan diri sendiri dari pada mengikuti keinginan orang
lain, tetapi ada juga beberapa remaja yang memiliki konsep diri negatif mereka
cenderung bimbang dalam mengikuti keinginan diri sendiri karena tidak
memiliki rasa percaya diri sehingga lebih mengikuti keinginan orang lain dalam
bertindak, jadi mereka lebih mengikuti keinginan teman-teman satu geng atau
teman dekatnya dalam mengambil tindakan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti terlihat beberapa
remaja sering mengunjungi dan berkumpul di rumah salah satu temannya pada
waktu tertentu untuk mengerjakan PR, merencanakan sesuatu, mencari tugas
bersama dan berisik bersama. Begitupun setiap pulang sekolah remaja selalu
mengunjungi rumah temannya tersebut sampai tiba maghrib dan sangat berisik
mereka beramai-ramai datang dan saling bercanda sehingga mengganggu warga
sekitar. Nampak terlihat bahwa akhlak dan aqidah dikalangan remaja kurang
baik, karena sudah seharusnya sepulang sekolah remaja langsung menuju rumah
masing-masing. Beberapa remaja kerap mengikuti acara pengajian ibu-ibu,
terlihat bahwa beberapa remaja khusyu’ karena berada disamping ibunya
namun, sebagian remaja yang duduk saling bersampingan terlihat mengobrol
dan bermain handphone. Untuk itu teman sebaya sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi tidak semua teman sebaya berpengaruh negatif
6
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan maka
diperoleh data sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel. 1.1
Hasil Pra Survei Tentang Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Dan
Konsep Diri terhadap Sikap Religius Pada Remaja Di Desa Banjarrejo 38 B
Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur.
No Nama Konformitas
teman sebaya
Konsep
diri
Sikap
Religius
1 Fikri √ - -
2 Vito √ √ √
3 Aziz √ √ -
4 Samba √ - -
5 Ayu √ √ √
6 Jeni √ - √
7 Ambar √ - -
8 Amanda - - √
9 Nisa √ - √
10 Rio - √ -
11 Hana √ - -
12 Salwa √ √ √
13 Alenda √ √ √
14 Nabila √ - -
15 Wisnu - √ √
16 Rendi - √ √
17 Ade - - √
18 Sania √ √ √
19 Zaki √ - √
20 Alin √ √ √
21 Kevin √ - √
22 Galih √ √ √
23 Tirta - - -
24 Nosa - √ √
25 Dila √ - √
26 Novi √ - √
27 Yoga √ - -
28 Furqon - √ √
29 Dayat √ - -
30 Sifa - √ √
Keterangan Baik Kurang Cukup
7
Berdasarkan hasil pra survei yang diperoleh dari wawancara dengan orang
tua remaja dan wawancara dengan remaja serta observasi yaitu pada tanggal 11
dan 13 November 2017 di desa Banjarrejo 38 B Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur diperoleh hasil seperti tabel di atas. Diketahui
bahwa sikap religius remaja tergolong kurang, dikarenakan remaja kurang
memiliki sikap religius dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan konformitas
teman sebaya tergolong baik, dilihat dari segi pertemanan mereka sering
berkumpul dirumah salah seorang teman untuk mengerjakan PR, merencanakan
sesuatu, mencari tugas bersama dan berisik bersama ada hal positif dan
negatifnya, tetapi konsep diri pada remaja masih tergolong kurang, dikarenakan
remaja lebih banyak mengikuti keinginan teman sebayanya dibandingkan
dengan keinginan diri sendiri, mereka lebih percaya diri jika bersama teman-
teman satu geng mereka dalam bertindak.
Berdasarkan uraian di atas penelitian tentang Pengaruh Konformitas
Teman Sebaya Dan Konsep Diri Terhadap Sikap Religius Remaja Awal Desa
Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur layak untuk dilakukan.
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
a. Anak susah diarahkan untuk berubah menjadi pribadi muslim yang lebih
baik seperti membaca Al-Qur’an setelah melaksanakan shalat maghrib dan
memakai kerudung ketika hendak keluar rumah.
b. Beberapa remaja sudah terbiasa meninggalkan shalat 5 waktu tanpa
ditegur oleh orang tuanya.
c. Kurangnya pendidikan agama di dalam keluarga.
d. Beberapa remaja cenderung mengikuti keinginan teman sebayanya dalam
bertindak negatif.
e. Beberapa remaja sering mengunjungi rumah salah satu temannya ketika
pulang sekolah, seharusnya pulang dari sekolah remaja langsung menuju
ke rumah masing-masing. Ini merupakan pertemanan yang negatif
f. Kurangnya kesadaran remaja dalam menanamkan sikap religius.
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimunculkan agar penelitian yang dilakukan
penulis menjadi terfokus pada persoalan yang diteliti, oleh sebab itu penulis
membatasinya pada variabel:
a. Kelompok pertemanan remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B
b. Rasa percaya diri pada remaja dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
berada di desa Banjarrejo 38 B
c. Sikap religius pada remaja dalam kehidupan sehari-hari yang berada di
desa Banjarrejo 38 B
8
3. Perumusan Masalah
a. Apakah terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius pada remaja?
b. Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap sikap religius pada
remaja?
c. Apakah terdapat pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri
secara bersama-sama terhadap sikap religius pada remaja?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja
konsep dan teori serta filsafat yang terkait dengan konformitas teman
sebaya, konsep diri dan sikap religius pada remaja.
b. Secara terapan penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang pentingnya konformitas teman sebya, konsep diri dan sikap
religius pada remaja, sehingga pihak yang terkait seperti orang tua, guru,
keluarga dan masyarakat dapat membantu kehidupan remaja agar menjadi
lebih baik .
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk menjadi bahan kajian
para akademis untuk mengkritisi hasil penelitian atau meneliti bagian yang
bisa diteliti dan menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Secara terapan penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu, wawasan
dan sebagai pengalaman bagi peneliti sesuai dengan disiplin ilmu,
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca
sehingga karya tulis ini dapat diaplikasikan dalam mendidik putra putrinya
agar berperilaku baik sesuai dengan ajaran islam.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Religius
1. Pengertian Religius
Menurut Atang Abdul Hakim (2004:4) religius adalah sikap hidup
seseorang berdasarkan pada nilai-nilai yang diyakininya.
Menurut Gazalba religius berasal dari kata religi, dalam bahasa latin
“religio” akar katanya adalah “religure” yang berarti meningkat. Dengan
demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya
memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat
seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannnya dengan Tuhan,
sesama manusia dan alam sekitarnya. Gufron dkk (2010:17).
Agus Bustanudin (2006:6) berpendapat bahwa religius adalah perilaku
manusia, nilai, moral hukum dan sebagainya.
Sedangkan dalam perspektif islam religius merupakan perbuatan
melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun dalam
rangka beribadah kepada Allah. Djamaludin Ancok dan Suroso F (2001:72).
Menurut Johnson dalam Herlina Yustati (2014:24) religius adalah sejauh
mana individu berkomitmen untuk agama dan mengakui agamanya dan
ajaran-ajarannya, sehingga sikap dan perilaku individu mencerminkan
komitmen ini, sejauh mana seseorang menganut nilai-nilai agamanya,
keyakinan dan praktik serta menggunakan keyakinan dan mempraktekannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dugaannya adalah bahwa orang yang sangat
religius akan menjalani kehdupan dunia melalui pemahaman agamnya dalam
hidupnya.
Emmons (2005) menggambarkan bahwa agama dan spiritualitas
memberikan rasa makna dalam hidup dan menekankan bahwa upaya agama
dan spiritual tampaknya memiliki potensi untuk dibangun tujuan dan sistem
nilai yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
religius merupakan sikap yang dimilki oleh setiap individu sebagai rasa
percaya akan adanya Allah yang harus mereka yakini.
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam
dalam lubuk hati manusia sebagai lubuk nature. Religi tidak hanya
menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut
keseluruhan diri ppribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan
kedalam keesaan Tuhan. Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar
manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.
Mahmud (2018:87).
10
Menurut Syed Nizar Hussaini Hamdani tingkatan religiusitas muslim
diukur berdasarkan pengetahuan agama dan praktek terhadap pengetahuan
agama tersebut. Tingkatan religiusitas dibagi kedalam tiga kategori yaitu
yang mempercayai agama, tingkatan munafik, dan tingkatan tidak
mempercayai agama. Tingkatan religiusitas tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.1
Tingkat religiusitas dalam masyarakat dan masyarakat muslim
Dalam Masyarakat Dalam Masyarakat Muslim
Believer
Sangat Religius Muttaqin
Mukmin
Lahir dan bathin
sholeh
Sholeh
Religius Moderat Muslim Setiap orang yang
menerima islam
secara lisan
Kurang Freligius Fasiq
Fajir
Pendusta agama
lahir dan batin tidak
baik
Hypocrit Munafik Oportunis
Non Believer Kafir Tidak memeluk
agama islam
Muslim yang sangat religius adalah muslim yang memiliki sikap positif,
berperilaku baik, praktek keagamaan yang sangat baik, jujur dalam semua
urusan, memiliki kepribadian yang bisa diandalkan. Muslim yang religiusnya
moderat adalah mereka yang dikenal sebagai muslim yang menerima doktrin
islam bertindak sesuai ajaran islam, mematuhi sebagian ajaran islam, namun
tidak mematuhi sebagian ajaran islam yang lainnya. Muslim yang kurang
religius adalah yang mengaku beragama islam, kadang-kadang menjalankan
ajaran islam, tetapi tidak jujur, dan sering melanggar syariah. Herlina Yustiati
(2014:32).
Jalaluddin (2005:107) mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan
memiliki perilaku religius jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
b. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam perilaku dan tingkah laku.
c. Berperilaku positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha
untuk mempelajari dan mendalami pemahaman keagamaan.
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan tanggung jawab
diri hingga sikap religiusitas merupakan realisasi dari sikap hidup.
11
e. Bersikap lebih terbuka dan wawasan lebih luas.
f. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didsarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas
pertimbangan hati nurani.
g. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
h. Terlihat adanya hubungan antara sikap religiusitas dengan kehidupan
sosial,sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial sudah
berkembang.
Beberapa tokoh berpendapat bahwa perasaan keagamaan sudah mulai
timbul pada masa anak kecil, ia mulai bertanya-tanya tentang Tuhan. Agama
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia religius
adalah manusia yang struktur mental secara keseluruhan dan secara tetap
diarahkan kepada pencipta nilai mutlak, memuaskan dan tertinggi yaitu
Tuhan. Manusia membutuhkan agama untuk memenuhi kebutuhan rohani
serta mendapatkan ketentraman dikala mereka mendekatkan diri dan
mengabdi kepada yang maha kuasa. Jalaludin Rahmat (2005:107). Allah
berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 208:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa agama merupakan benteng bagi umat
islam, dan sudah seharusnya sebagai umat islam kita beribadah kepada Allah
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Sedangkan bagi remaja agama memiliki arti yang sama pentingnya
dengan moral. Sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullota, agama
memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu
membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku
dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada
didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi
remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. H Mubin dan Ani Cahyadi
(2006:87). Oleh karena itu guna mengatasi berbagai persoalan yang terjadi
pada pendidikan agama dalam upaya menanamkan nilai-nilai religius
memerlukan berbagai pendekatan, strategi, dan metode pengajaran yang
berbeda dengan pendekatan pelajaran yang lain. Berbagai pendekatan,
12
strategi, dan metode pengajaran yang digunakan tidak hanya berpengaruh
pada peningkatan penguasaan materi tentang ajaran agama semata tetapi juga
pada penanaman komitmen beragama yang dapat membentuk perilaku, sikap,
hidup, dan gaya hidup individu serta kelompok sosial yang sesuai dengan
nilai-nilai agama. Manan Sodiq (2017:212).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap religius pada
remaja merupakan keyakinan atau kerpercayaan individu terhadap ajaran
agama yang berasal dari hati nurani pribadi seorang remaja yang
diaplikasikan dalam bentuk komitmen beribadah dan pengamalan nilai-nilai
hidup sehari-hari. Sehingga untuk mengetahui, mengamati, menganalisa
tentang kondsi religius remaja yang akan diteliti, maka akan diambil ciri-ciri
seseorang dikatakan memiliki perilaku religius.
2. Fungsi religius
Fungsi religius bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama.
Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupakan kebutuhan
alamiah. Adapun fungsi agama bagi manusia menurut Jalaludin (2004:50)
meliputi:
a. Fungsi edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara
yuridis berfungsi menyeluruh dan melarang. Kedua unsur ini mempunyai
latar belakang yang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi lebih baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran agama
masing-masing.
b. Fungsi penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang
diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada
penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu: dunia dan
akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu mengajarkan para penganutnya
melalui pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada
Tuhan.
c. Fungsi perdamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah
akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar
telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian atau penebusan dosa.
d. Fungsi pengawasan sosial
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat
batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara
kelompok.
13
e. Fungsi pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan bahkan
kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada
beberapa agama rasa persaudaraan itu bahakan dapat mengalahkan rasa
kebangsaan.
f. Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja di suruh bekerja
secara rutin dalam pola yang sama akan tetapi juga untuk melakukan
inovasi dan penemuan baru.
g. Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya,
kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluk
kadangkala mampu merubah kesetiaannya kepada adat atau norma
kehidupan yang dianut sebelumnya.
h. Fungsi sublimatif
Ajaran agama mengkhususkan segala usaha manusia bukan saja yang
bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala
usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama,
bila dilakukan atas nilai yang tulus, karena untuk Allah merupakan ibadah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari religius
adalah sebagai edukatif yaitu ajaran yang mereka anut harus dipatuhi,
penyelamat yaitu keselamatan yang diberikan Allah untuk umatnya yang
patuh yaitu alam akhirat kelak, pengawasan sosial yaitu pemeluk agama
sudah memiliki keterikatan batin dengan sendirinya kepada agama yang
mereka anut, pemupuk rasa solidaritas yaitu agama memberikan
solidaritas yang tinggi maka akan saling bersaudara dan bersatu antara
umat bergama dan lain sebagainya.
3. Dimensi-dimensi religius
Konteks religius dalam agama Islam menurut Glock & Stark dalam
Ancok dan Suroso (2011:77), ada lima macam dimensi religius, yaitu:
a. Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan kepercayaan
dimana para penganut diharapkan akan taat. Dalam konteks ajaran islam
dimensi ini menyangkut keyakinan terhadap rukun iman, kepercayaan
14
seseorang terhadap kebenaran agamanya, dan keyakinan masalah ghaib
yang diajarkan agamanya.
b. Dimensi praktek agama (the realistic dimension)
Dimensi ritual yaitu aspek yang mengukur sejauh mana seseorang
melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut. Misalnya pergi
ketempat ibadah, berdo‟a, berpuasa, dan lain-lain.
Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa
peribadatan yang berbentuk upacara keagamaan. Pengertian lain
mengemukakan bahwa ritual merupakan pengulangan sikap yang benar
dan pasti. Perilaku seperti ini dalam islam dikenal dengan istilah mahdah
yaitu meliputi sholat, puasa, haji, zakat dan kegiatan lain yang berupa
ritual. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal
yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen pada agama yang
dianut.
c. Dimensi penghayatan (the experiental dimension)
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
mengandung pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan
dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman dan
perasaan dekat dengan Allah, perasaan nikmat dalam menjalankan ibadah,
dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah dalam
kehidupan mereka.
d. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap ajaran-ajaran agamanya.
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang yang beragama paling
tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar
keyakinan, kitab suci dan tradisi.
e. Dimensi pengalaman dan konsekuensi(the consequential dimension)
Dimensi ini mengacu identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan,
praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari rutinitas sehari-hari.
Dimensi ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk
merealisasikan ajaran-ajaran dan lebih mengarah pada hubungan manusia
tersebut dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari yang
berlandaskan pada etika dan spiritual agama yang dianutnya. Pada
hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek sosial.
Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain, menolong sesama dan
menjaga lingkungan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi religius
terdiri dari 5 aspek yaitu keyakinan yang merupakan ketaatan seorang
penganut agama yang senantiasa yakin dengan agama yang dianut, praktek
agama yaitu seorang muslim menjalankan kewajibannya sebagai seorang
muslim dalam prakteknya seperti menjalankan shalat, berpuasa, dan hal-hal
kegamaan yang lainnya, penghayatan yaitu setiap individu merasa menikmati
15
dalam setiap ibadahnya dan merasa dekat dengan Allah mereka merasa
nyaman dalam melakukan ibadahnya , pengetahuan agama yaitu sejauh mana
mereka paham akan ajaran-ajaran yang ada didalam agamanya, serta
pengalaman dan konsekuensi yaitu saling menghargai, menghormati dan
tolong menolong antar sesama. Kelima dimensi ini merupakan satu kesatuan
yang saling terkait satu sama lain dalam memahami religius.
4. Macam-macam sikap religius
Sikap religius yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Shalat
Shalat menurut bahasa artinya do‟a, sedangkan mneurut istilah suatu
amalan yang tersusun dari perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri salam dengan syarat rukun yang telah
ditentukan sebagai pembuktian pengabdian seorang hamba dihadapan
Allah SWT. Labib MZ (2010:34).
Syarat-syarat shalat:
1) Beragama islam
2) Sudah baligh dan berakal
3) Suci dari hadas
4) Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat
5) Menutup aurat
6) Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat
7) Menghadap kiblat
8) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah
Rukun shalat:
1) Niat
2) Takbiratul ikhram
3) Berdiri tegak bagi yang berkuasaketika shalat fardhu. Boleh sambil
duduk atau berbaring bagi yang sakit
4) Membaca surat al Fatihah pada tiap raka‟at
5) Tuma‟ninah
6) Membaca tasyahud akhir
7) Membaca sholawat nabi pada tasyahud akhir
8) Membaca salam
9) Tertib
Sunah-sunah dalam sholat dibagi kedalam dua bagian yaitu:
Sunah Ab‟ad:
1) Duduk tasyahud awal
2) Membca tasyahud awal
3) Membaca sholawat Nabi pada tasyahud awal
4) Membaca sholawat keluarga Nabi Muhammad pada tasyahud awal
5) Membaca do‟a qunut pada shalat subuh dan shalat witir pada
pertengahan bulan ramadhan sampai akhir
16
Sunah Hai‟at:
1) Mengangkat dua tangan ketika takbiratul ikhram, ruku‟, dan ketika
bangkit dari ruku‟.
2) Bersendekap dengan meletakkan tangan pada pergelangan tangan kiri.
3) Membaca do‟a iftitah
4) Membaca ta‟awudz ketika akan membaca Al-Fathihah
5) Membaca amin sesudah membaca Al- Fatiah
6) Membaca ayat/surat Al-Qur‟an sesudah membaca Al-Fatihah pada
raka‟at pertama dan kedua
7) Menyaringkan bacaan Al-Fatihah dan ayat/surat pada raka‟at pertama
dan kedua dalam shalat maghrib, isya‟ dan shubuh
8) Membaca Allahu Akbar pada tiap gerakan turun naik shalat
9) Membaca tasbih ketika ruku‟ dan sujud
10) Membaca Sami‟allahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku‟ lalu
dilanjutkan dengan membaca Rabbana lakal hamdu dan seterusnya
ketika i‟tidal
11) Meletakkan dua tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan
akhir dengan membentangkan jari tangan kiri serta menggenggamkan
jari tangan kanan kecuali jari telunjuk diisyaratkan
12) Duduk iftirosyi pada semua duduk dalama shalat
13) Duduk tawaruq ketika duduk tasyahud akhir
14) Membaca salam untuk yang kedua kalinya
15) Berpaling ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan salam. Rifa‟i
(2010:33).
b. Berpuasa
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala
sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak
bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Sulaiman (2012:220)
Syarat sah puasa:
1) Islam
2) Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik)
3) Sudi dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan).
Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib
mengkhodo‟ (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
4) Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasapada
dua hari raya dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji)
Rukun puasa:
1) Niat, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan.
2) Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari.
17
Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada bulan Ramadhan
adalah sebagai berikut :
1) Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa
2) Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia
wajib mengqada puasa yang ditinggalkan itu.
3) Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya,
atau karena memang lemah fisiknya, bukan karena tuanya.
4) Orang hamil dan menyusui anak
Hal-hal yang diperbolehkan ketika berpuasa:
1) Memakai celak dan meneteskan obat ke dalam mata
2) Mencium, bagi orang yang sanggup menahan dan menguasai syahwat
atau nafsu seksualnya
3) Berbekam, yaitu mengeluarkan darah dari bagian kepala
4) Berkumur-kumur dan memasukkan air ke rongga hidung dengan syarat
tidak berlebih-lebihan
Hal-hal yang membatalkan puasa yaitu: Sulaiman Rasjid (1994:230)
1) Makan dan minum yang disengaja maupun tidak.
2) Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam.
3) Bersetubuh.
4) Keluar darah haid dan nifas.
5) Mengeluarkan mani dengan sengaja
6) Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
7) Murtad (keluar dari islam)
Hikmah Puasa
1) Melatih mental
2) Melatih kedisiplinan (taat pada aturan)
3) Memupuk kepedulian dan kepekaan sosial. Supiana (2001:94)
c. Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah kegiatan melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan, mengeja dan melafalkan apa yang tertulis atau
mencernanya dalam hati. Hermawan (2011:143).
Menurut ulama ushul fiqih Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang
dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya
merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf dari surat al fatihah dan ditutup
dengan surat An Nas. Rachmat Syafe‟i (2010:51)
Jadi membaca Al-Qur‟an adalah kesanggupan anak untuk dapat
melisankan atau melafalkan apa yang tertulis di dalam kitab suci Al-
Qur‟an dengan benar sesuai tajwid, dan makhrarijul hurufnya.
Umat islam dalam membaca Al-Qur‟an tentunya atas dasar yang
kuat. Hadits yang memerintahkan untuk membaca Al-Qur‟an adalah
sebagai berikut:
18
مامة قال :سمعت رسولهللا يقول:اقرؤالقران فا نـهياتي يومالقيامة عن ابيا شفيعاالصحابه )رواه مسلم(
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a, ia berkata, Saya
mendengar Rasulullah saw, bersabda, Bacalah Al Qur’an karena ia akan
datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at kepada ahli-ahlinya.
( HR. Muslim).
Dalam Hadits diatas dijelaskan bahwa seseorang diperintahkan untuk
membaca Al-Qur‟an, karena dengan membaca Al-qur‟an kita bisa
mendapat belaan atau pahala besok pada hari kiamat.
Al-Qur‟an dapat memberikan ketenangan jiwa bagi yang
membacanya dan inilah yang menunjukkan bahwa Al-Qur‟an merupakan
obat penyakit yang ada di dalam jiwanya. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Al-Quran Surat Yunus/10: 57:
Artinya :“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada mu pelajaran (Al
Qur’an) dari Tuhan mu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada,
dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (Q.S. Yunus/10: 57)
Segala perbuatan manusia memerlukan etika dan adab untuk
melakukannya, apalagi membaca Al-Quran. Oleh karena itu ada beberapa
adab dan tatacara yang harus diperhatikan, sebelum dan disaat membaca
Al-Qur‟an agar bacaan Al-Qur‟an bermanfaat. Adab tersebut dibagi
menjadi dua macam yaitu adab lahiriyah dan adab batiniah.
1) Adab lahiriyah, diantaranya:
a) Dalam keadaan bersuci
b) Memilih tempat yang pantas dan suci
c) Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
d) Membaca ta‟awudz
e) Membaca dengan tartil
f) Memperindah suara. Departemen Agama Republik Indonesia
(2007:537)
2) Adab batiniah diantaranya:
a) Membaca dengan ikhlas
b) Membaca dengan khusyu‟ dan khudlu‟. Majid Khon (2011:41)
19
d. Akhlak
Secara bahasa, akhlak berasal dari kata khuluqun yang artinya
perangai, tabiat, adat. Menurut Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib
Al-Akhlaq, mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui
pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan Imam Ghazali dalam kitabnya
Ihya „Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah
laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya dengan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Muhammad Alim
(2006:151).
Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga
telah terjadi kepribadiannya. Allah SWT berfirman dalam QS. An Nisa
ayat 36:
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri. (QS. An-nisa: 36)
Mempelajari ilmu akhlak akan membuahkan hikmah yang besar
bagi yang mempelajarinya, antara lain:
1) Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk.
Sesorang akan selalu berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si
garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang
tercela yang dimurkai oleh Allah.
2) Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan
juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup
20
yang lurus dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat
bagi sesama manusia.
3) Kebutuhan primer dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga
sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang
baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan.
Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.
4) Kerukunan antar tetangga
Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang
baik, dengan jalan mengindahkan kode etik bertetangga. Muhammad
Alim (2006:152).
Pembagian akhlak yaitu:
1) Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
a) Bersifat sabar
b) Bersifat benar (istiqamah)
c) Memelihara amanah
d) Bersifat kasih saying
e) Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
f) Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
g) Bersifat malu
h) Memelihara kesucian diri (Al-„Ifafah)
i) Bersifat berani
j) Bersifat adil
k) Menepati janji
2) Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
a) Sifat dengki
b) Sifat iri hati
c) Sifat angkuh (sombong)
d) Sifat riya
e) Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu
sendiri
f) Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g) Mengurangkan timbangan
h) Berzina
i) Membunuh
Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling
mencintai dan saling menyayangi. Sedangkan akhlak tercela
menjadikan sling benci, hasud, dan permusuhan. Laksana biji yang baik
akan menghasilkan panen yang baik. Muhammad Alim (2006:160).
Aksiologi (kegunaan) religiusitas dalam kehidupan umum membuat
manusia bertaqwa khusus remaja termasuk bidang pengendalian etika,
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan fisiknya, jiwanya, sosialnya dan
ibadahnya.
21
B. Konformitas Teman Sebaya
1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya
Myers menjelaskan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau
kepercayaan agar selaras dengan orang lain. Konformitas tidak hanya sekedar
bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi
berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak. Sehingga konformitas
adalah bertindak atau berpikir yang berbeda dari tindakan dan pikiran yang
biasa dilakukan jika sendiri. Myers (2012: 252).
Menurut Chialdini & Gold-Stein dalam Taylor dkk (2009:253)
menjelaskan bahwa konformitas adalah tendensi untk mengubah keyakinan
atau perilaku agar sesuai dengan perilaku orang lain. Kebanyakan remaja
dianggap bebas memilih sendiri baju dan gaya rambutnya akan tetapi orang
lebih dering suka mengenakan baju seperti orang laindalam kelompok sosial
merekadan karenanya mengikuti tren busana terbaru.
Menurut Baron dan Byrne (2005:206) mengatakan bahwa konformitas
remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma
kelompok. acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur
cara remaja berperilaku. Sehingga konformitas terjadi dimana individu
mengubah perilaku dirinya dengan menganut pada norma sosial yang ada,
menerima ide-ide atau aturan yang menunjukkan bagaimana individu harus
berperilaku. Baron & Byrne (2005: 331).
Menurut Sarwono (2002:182) perilaku konformitas terhadap kelompok
yang dilakukan individu adalah perilaku menyamakan diri dengan orang lain
yang didorong oleh keinginan sendiri dengan tujuan untuk bisa diterima
dalam kelompok yang diinginkan.
Davidoof (1991:124) menyatakan bahwa konformitas adalah perubahan
perilaku dan sikap sebagai akibat dari tekanan (nyata atau tidak nyata).
Myera (2008:203) menyatakan bahwa konformitas merupakan
perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari
kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan
kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun keterasingan.
Soekanto (2009:82) mengartikan konformitas sebagai proses
penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan
nilai-nilai masyarakat.
Tamara F. Mangleburg dkk (2004:102) Kami mendefinisikan teman
sebaya sebagai rekan dalam kelompok usia dan lingkaran ke remaja dan
teman - teman sebagai kelompok penting teman dekat.
Santrock (2002:219) berpendapat bahwa teman sebaya adalah
anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan
yang kurang lebih sama, dan peran terpenting dari teman sebaya adalah:
a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.
b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.
c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.
22
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
konformitas teman sebaya adalah perubahan perilaku seseorang terhadap
kelompoknya berupa peniruan sikap, kerjasama, solidaritas dan persaingan
agar dapat diterima sebagai anggota kelompok dan menghindari
ketidaksamaan atau keterkucilan. Karena dengan berteman, seseorang dapat
merasa lebih aman, secara tidak langsung seorang teman akan melindungi
temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008:113) hubungan dengan teman
sebaya terutama persahabatan karib memiliki sejumlah peran penting dalam
perkembangan pribadi dan sosial remaja. Pertama-tama hubungan
pertemanan menjadi suatu medan pembelajaran dan pelatihan berbagai
ketrampilan sosial bagi para remaja, termasuk kerjasama, kompromi, kendali
emosional, dan penyelesaian konflik.
Dalam masyarakat (terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan
interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.
Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilaia agama (akhlak baik), maka anak remaja cenderung akan
berakhlak baik. Namun apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang
baik, melanggar norma-norma agama, maka anak cenderung akan
terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut. Hal ini akan
terjadi apabila anak atau remaja kurang mendapatkan bimbingan agama
dalam keluarganya. Mengenai dominannya pengaruh kelompok teman
sepergaulan ini.
Hurlock mengemukakan bahwa standar atau aturan-aturan geng
(kelompok bermain) memberikan pengaruh kepada pandangan moral dan
tingkah laku para anggotanya. Corak perilaku remaja merupakan cermin atau
corak perilaku warga masyarakat (orang dewasa) pada umumnya. Oleh
karena itu dapat dikemukakan bahwa kualitas perkembangan kesadaran
beragama bagi anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau pribadi
orang dewasa. Kualitas pribadi atau pribadi orang dewasa yang kondusif bagi
perkembangan kesadaran beragama remaja adalah :
1) Taat melaksanakan kewajiban beragama seperti ibadah ritual, menjalin
persaudaraan, saling menolong dan bersikap jujur.
2) Mengindari diri dari sikap dan perilaku yang dilarang agama, seperti sikap
permusuhan, saling curiga, munafik, mengambil hak orang lain, mencuri,
dan perilaku maksiat. Syamsul Yusuf (2008:141).
Masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam pencapaian
identitas diri, dimana seorang remaja cenderung terlihat dalam pertemanan
sebaya atau peer group sebagai kelompok sosial atau kelompok referen.
Remaja senantiasa mengikatkan diri pada suatu kelompok, karena suatu
kelompok memiliki tuntutan yang harus dipeuhi oleh setiap remaja yang
ingin bergabung. Perilaku seperti itu merupakan ekspresi perasaan yang ingin
diterima oleh lingkungan sosialnya atau merupakan pantulan “gengsi” agar
diterima oleh pihak lain terutama teman sebaya. Idham Perdana (2017:196).
23
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas
teman sebaya itu penting dilakukan dalam hal positif seperti melindungi
teman, belajar bersama, saling bertukar informasi dan bekerja sama. Namun
ada beberapa konformitas teman sebaya yang menimbulkan hal negatif,
seperti mengucilkan kelompok lainnya, bertindak kriminal, tidak menghargai
pendapat orang lain. Inilah yang harus dihindarkan tetapi tidak semua
konformitas teman sebaya berperilaku negatif. Kembali kepada orang tua
yang memberikan pendidikan agama didalam keluarga. Oleh karena itu orang
tua memiliki peranan penting dalam membina akhlak anak-anaknya.
Teman sebaya atau peers adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat
kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting
dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya
individu menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang
kemampuan mereka. Remaja menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah
dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari
apa yang remaja lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam
keluarga karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda
(bukan sebaya). Santrock, (2004 : 287).
Gladding (1995:113-114) mengungkapkan bahwa dalam interaksi teman
sebaya memungkinkan terjadinya proses identifikasi, kerjasama dan proses
kolaborasi. Proses-proses tersebut akan mewarnai proses pembentukan
tingkah laku yang khas pada remaja. Persahabatan di antara teman sebaya
memiliki arti penting bagi remaja. Menurut Gottman & Parker (Santrock,
2009 : 339), persahabatan memiliki enam fungsi yaitu:
1. Keakraban (companionship)
Persahabatan memungkinkan remaja bermain dan beraktivitas secara
kolaboratif serta menghabiskan waktu bersama teman bermain, atau
teman yang sudah dikenal baik.
2. Stimulasi
Persahabatan memungkinkan remaja memperoleh informasi yang
menarik, dan menyenangkan.
3. Dukungan fisik
Persahabatan memungkinkan remaja memperoleh berbagai kesempatan,
sumber-sumber dan bantuan.
4. Dukungan Ego
Persahabatan memberikan peluang kepada remaja untuk memperoleh
dukungan, dorongan dan umpan balik dari teman sebaya, yang
kesemuanya itu membantu remaja mempertahankan perasaan bahwa
dirinya adalah individu yang kompeten, menarik dan berguna.
5. Perbandingan sosial
Persahabatan memungkinkan remaja memperoleh informasi tentang
dalam hal apa ia merasa sama seperti remaja lainnya, dan di mana dia
merasa berbeda.
24
6. Intimasi dan afeksi
Persahabatan memungkinkan remaja memperoleh suatu kehangatan,
kedekatan hubungan, membangun hubungan yang saling mempercayai
dengan sebaya lainnya. Dari hal-hal yang demikian keterbukaan diri akan
terjadi.
Penelitian yang dilakukan Willard Hartup (1996, 2000, 2001; Hartup &
Abecassiss, 2002 dalam Santrock (2004:352) selama tiga dekade
menunjukkan bahwa sahabat dapat menjadi sumber-sumber kognitif dan
emosi sejak masa kanak-kanak sampai dengan masa tua. Sahabat dapat
memperkuat harga diri dan perasaan bahagia. Sejalan dengan hasil penelitian
tersebut, Cowie and Wellace (2000:8) juga menemukan bahwa dukungan
teman sebaya banyak membantu atau memberikan keuntungan kepada anak-
anak yang memiliki problem sosial dan problem keluarga, dapat membantu
memperbaiki iklim sekolah, serta memberikan pelatihan keterampilan sosial.
Berndt (1999) mengakui bahwa tidak semua teman dapat memberikan
keuntungan bagi perkembangan. Perkembangan individu akan terbantu
apabila anak memiliki teman yang secara sosial terampil dan bersifat
suportif. Sedangkan teman-teman yang suka memaksakan kehendak dan
banyak menimbulkan konflik akan menghambat perkembangan (Santrock,
2004:352).
Konformitas terhadap pengaruh teman sebaya dapat berdampak positif
dan negatif. Beberapa tingkah laku konformitas negatif antara lain
menggunakan kata-kata jorok, mencuri, tindakan perusakan (vandalize), serta
mempermainkan orang tua dan guru. Skala popularitas dikembangkan untuk
membedakan perasaan yang mendesak atau ditekan untuk melakukan hal-hal
dari melakukan hal-hal tertentu agar dipandang populer dengan teman.
Karena tekanan teman sebaya dan kebutuhan untuk menjadi populer saling
berkaitan untuk diterima oleh kelompok teman sebaya yang sama. (Darcy A.
Santor, 2000:166).
Namun demikian, tidak semua konformitas terhadap kelompok sebaya
berisi tingkah laku negatif. Konformitas terhadap teman sebaya mengandung
keinginan untuk terlibat dalam dunia kelompok sebaya seperti berpakaian
sama dengan teman, dan menghabiskan sebagian waktunya bersama anggota
kelompok. Tingkah laku konformitas yang positif terhadap teman sebaya
antara lain bersama-sama teman sebaya mengumpulkan dana untuk
kepentingan kemanusiaan. Santrock (2004:415).
Memperhatikan pentingnya peran teman sebaya, pengembangan
lingkungan teman sebaya yang positif merupakan cara efektif yang dapat
ditempuh untuk mendukung perkembangan remaja. Dalam kaitannya dengan
keuntungan remaja memiliki kelompok teman sebaya yang positif, Laursen
(2005:138) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya yang positif
memungkinkan remaja merasa diterima, memungkinkan remaja melakukan
katarsis, serta memungkinkan remaja menguji nilai-nilai baru dan
pandangan-pandangan baru. Lebih lanjut Laursen menegaskan bahwa
25
kelompok teman sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada remaja
untuk membantu orang lain, dan mendorong remaja untuk mengembangkan
jaringan kerja untuk saling memberikan dorongan positif. Interaksi di antara
teman sebaya dapat digunakan untuk membentuk makna dan persepsi serta
solusi-solusi baru. Budaya teman sebaya yang positif memberikan
kesempatan kepada remaja untuk menguji keefektivan komunikasi, tingkah
laku, persepsi, dan nilai-nilai yang mereka miliki. Budaya teman sebaya yang
positif sangat membantu remaja untuk memahami bahwa dia tidak sendirian
dalam menghadapi berbagai tantangan. Budaya teman sebaya yang positif
dapat digunakan untuk membantu mengubah tingkah laku dan nilai-nilai
remaja.
2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya
Davidoff (1991:316) menyatakan bahwa aspek-aspek konformitas, antara
lain:
a. Kerelaan dan penerimaan
Seseorang melakukan sesuatu atas dasar kesadarannya sendiri tanpa
dipaksa orang lain, seperti belajar dan mengerjakan tugas.
b. Kerelaan tanpa penerimaan
Seseorang rela melakukan sesuatu tetapi sebenarnya orang tersebut kurang
dapat menerima hal tersebut.
c. Penerimaan tanpa kerelaan
Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya
tetapi orang tersebut enggan melakukannya.
d. Tanpa kerelaan atau tanpa penerimaan
Seseorang tidak rela dan tidak mau menerima sesuatu yang ditujukan
kepadanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek dari
konformitas teman sebaya ada 4 yaitu kerelaan atau penerimaan yang
merupakan aturan dalam pertemanan sebaya, kerelaan tanpa penerimaan
yaitu dalam pertemanan sebaya harus merelakan berbagi waktu dan
pengalaman untuk teman sebayanya walaupun kadang tidak rela,
penerimaan tanpa kerelaan yaitu menerima pendapat atau anggota baru
walaupun kadang hati tidak mau, tanpa kerelaan atau tanpa kerelaan yaitu
tidak pernah rela dan menerima setiap opsi yang diberikan dari gengnya.
Penelitian dari Asch (Sears dkk, 2002:176) mengemukakan bila
individu dihadapkan pada pendapat yang telah disepakati oleh anggota-
anggota lainnya, tekanan yang dihasilkan oleh pihak mayoritas akan
mampu menimbulkan konformitas. Adapun aspek-aspek konformitas adalah:
1) Distorsi persepsi, adalah proses yang didahului dengan penginderaan,
yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah
proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang
ia dengar, dan sebagainya. Pada kondisi ini remaja dengan sengaja telah
26
dibelokkan oleh mayoritas kelompok. Remaja merasa bahwa persepsi
mayoritas adalah persepsi yang benar.
2) Distorsi tindakan, pada kondisi ini individu lebih mementingkan tuntutan
kelompok daripada keinginan individu itu sendiri. Remaja tunduk pada
kemauan kelompok karena merasa dituntut atau ditekan untuk tidak
berbeda dengan kelompok.
3) Distorsi penilaian, pada kondisi ini remaja akan mengalami evaluasi
kelompok, sehingga keyakinan pada remaja tersebut dihadapkan pada
keyakinan kelompok. Umumnya pada kondisi ini remaja kurang meyakini
penilaiannya sendiri dan cenderung mengikuti penilaian kelompok.
Hurlock (1991:165) mengungkapkan bahwa ketika remaja memiliki
keinginan untuk menjadi individu yang mandiri maka ia akan mencoba untuk
menjauhkan diri dari pengaruh kelompoknya. Hal ini disebabkan karena
dengan adanya konformitas terhadap teman sebayanya, kebebasan
seseorang untuk mengeluarkan pikirannya serta kebebasan untuk
mengerjakan sesuatu hal yang dianggapnya baik menjadi terhambat.
Konformitas teman sebaya merupakan kecenderungan untuk melakukan
tingkah laku yang sesuai dengan norma kelompok, yang dilakukan untuk
menghindari celaan sosial, walaupun perilaku tersebut berbeda dengan
keyakinan sendiri. Konformitas sering kali bersifat adaptif karena sebagai
makhluk sosial individu memang perlu menyesuaikan diri terhadap orang
lain. Sering kali orang yang konform karena mereka mempercayai informasi
yanng mereka peroleh dari orang lain merupakan inormative influence
(pengaruh informatif) dan mengikuti informasi tersebut karena mereka takut
dianggap sebagai orang yang menyimpang. Sears (199l:103)
Alasan lain dari konformitas adalah keinginan agar individu diterima
secara sosial yang dinamakan normative influence (pengaruh normatif).
Individu sebgai anggota kelompok sering kali ingin agar diterima
dilingkungan sosialnya, menyukai serta memperlakukannya dengan baik.
Penolakan itu juga alasan orang yang konformitas juga ingin menghindari
penolakan, pelecehan, atau ejekan oleh lingkungan sosialnya. Pengaruh
normatif terjadi ketika anggota kelompok mengubah perilaku untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar
diterima secara sosial. Taylor (2009:259)
Menurut Myers (2012:103) terdapat dua bentuk konformitas yang
dimunclkan oleh setiap individu pada umumnya yakni:
a) Menurut (compliance) merupakan bentuk konformitas yang dilakukan
individu dengan cara mengubah perilakunya di depan publik agar sesuai
dengan tekanan kelompok, tetapi secara diam-diam tidak mengubah
pendapat pribadinya. Keseragaman perilaku yang ditunjukkan pada
konformitas bentuk menurut (compliance) dilakukan individu untuk
mendapatkan hadiah, pujian, rasa penerimaan, serta menghindari hukuman
dari kelompok.
27
b) Penerimaan (acceptance) merupakan bentuk konformitas yang dilakukan
individu dengan cara menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun
perilakunya di depan publik dengan norma atau tekanan kelompok.
Perubahan keyakinan maupun perilaku individu terjadi apabila dirinya
sungguh-sungguh percaya bahwa kelompok memiliki opini atau perilaku
yang benar. Kurangnya informasi yang didapat individu menyebabkan
individu melakukan konformitas penerimaan (acceptance). Karena
individu melakukan atas dasar keinginan untuk berbuat benar.
Aspek-aspek konformitas Menurut Sears (1991: 81) dalam bukunya
psikologi sosial aspekaspek yang terdapat pada konformitas adalah:
(1) Kepercayaan terhadap kelompok
Kepercayaan individu terhadap kelompok disebabkan karena individu
tersebut berpendapat bahwa kelompok selalu benar. Individu akan
mengikuti apa pun yang dilakukan oleh kelompok tanpa memperdulikan
pendapatnya sendiri karena keterbatasan informasi yang dimilikinya.
Konformitas akan semakin meningkat ketika individu tidak mempunyai
informasi yang dimiliki kelompok. Semakin besar kepercayaan individu
terhadap kelompo sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar
pula kemungkinan untuk menyesuaikan iri terhadap kelompok.
(2) Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri
Kepercayaan yang tinggi individu terhadap penilaiannya sendiri akan
menurunkan tingkat konformitas karena kelompok bukan merupakan
sumber informasi yang unggul lagi. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat
keyakinan orang terseut pada kemampuannya sendiri untuk
menampilkan suatu reaksi. Konformitas akan menurun jika seseorang
merasa lebih menguasai dan lebih tahu akan suatu persoalan.
(3) Rasa takut terhadap celaan sosial
Alasan utama konformitas adalah demi memperoleh penerimaan oleh
kelompok sosial atau menghindari celaan kelompok sosial.
(4) Takut menjadi orang yang menyimpang
Faktor yang mendasari perilaku konformitas hampir dalam situasi sosial
adalah rasa takut akan dianggap sebagai orang yang menyimpang. Setiap
individu sering kali tidak mau dilihat berbeda dari kelompok sosialnya,
individu seringkali ingin diterima dan disukai oleh lingkungan sosialnya.
Seringkali individu khawatir jika memiliki paham yang berbeda dengan
kelompok sosialnya, karena hal itu akan menyebabkan subjek dikucilkan
dan diasingkan dari kelompok. Maka dari itu individu cenderung
menyesuaikan diri untuk menghindari akibat-akibat semacam itu.
(5) Ketaatan atau kepatuhan
Tekanan sosial merupakan salah satu cara untuk membuat oang rela
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan.
28
Konformitas merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh para
remaja agar bisa diterima didalam kelompok teman sebayanya. Namun
dengan adanya konformitas menyebabkan seseorang menjadi tergantung
kepada kelompoknya.
3. Mencegah kenakalan teman sebaya
a. Awali dengan disiplin berbasis karakter
Strategi pertama dalam mencegah kenakalan teman sebaya adala disiplin
berbasis karakter. Seluruh strategi disiplin yang membantu anak-anak
mengembangkan rasa hormat terhadap aturan dan hak-hak yang lain akan
membantu menahan tindakan intimidasi. Suatu bagian penting atau
esensial dari disiplin berbasis karakter adalah penegakan yang
mempertahankan akuntabilitas para siswa terhadap aturan melalui
konsekuensi yang adil dan tegas. Terhadap tindakan intimidasi, kontrak
perilaku sering kali terbukti berhasil. Misalnya sebuah kontrak dapat
menyatakan, “saya tidak akan memukul atau menyakiti orang lain. Jika
saya melakukannya, saya akan memanggil orang tua saya dan melaporkan
apa yang saya lakukan”.
b. Membangun Komunitas Kelas
Strategi sentral dalam mencegah kenakalan teman sebaya adalah
menciptakan suatu pemahaman komunitas yang kuat didalam setiap kelas.
Hal ini diawali dengan membantu para siswa memahami bagaimana
keadaan kelas mereka. Undian tepat duduk, mengubah tempat duduk
anak-anak secara teratur, merupakan cara sederhana untuk melakukannya
c. Lakukan pujian tanpa nama
Mark Twain pernah berkata demikian, “ aku dapat hidup selama dua bulan
dengan satu pujian yang manis”. Rick ansfield seorang guru kelas lima di
New York, menyimpan pujian mengalir dalam ruang kelas melalui
aktivitas “pujian tanpa nama (Anonymous Compliment) “ yang beliau
lakukan.
1) Masing-masing siswa menarik nama seorang teman dari dalam
mangkuk.
2) Sebelum akhir minggu masing-masing siswa menuliskan satu puian
tentang teman yang bersangkutan dalam selembar kertas,
menunjukannya kepada guru yang bersangkutan, dan dengan
persetujuan guru tersebut, menaruhnya dalam kotak pujian.
3) Pada hari jumat guru yang bersangkutan memuat pujian tersebut
dipapan buletin disamping nama anggota kelas.
d. Merayakan kebaikan
Kami merayakan apa yang kami nilai. Kelas dan sekolah yang peduli
tentang kebaikan menemukan cara untuk mengenali dan menghargainya.
e. Membangun ikatan melalui sahabat kelas
Banyak sekolah mengembangkan sebuah komunitas yang peduli dengan
menggunkan “sahabat kelas” untuk menciptakan hubungan yang
29
bermanfaat antara anak-anak yang besar dengan anak-anak yang kecil.
Hubungan ini berkembang seiring berjalannya waktu kearah pencapaian
kehidupan sekolah terrasa seperti keluarga.
Menurut kepala sekolah Bob Storrier, yang memanfaatkan ini secara
ekstensif disekolah dasar Enders Road di Manilius New York, “
Hubungan ini memberikan anak-anak yang lebih tua semacam
pemahaman akan tanggung jawab dan anak-anak yang lebih muda merasa
aman. Thomas Lickoma (2012:217).
Beberapa hal di atas dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja
yang sering terjadi pada saat ini. karena pertemanan sebaya memiliki
pengaruh dalam perkembangan anak, pertemanan positiflah yang harus
dipertahankan.
Selain mencegah ada beberapa faktor yang mempengaruhi konformitas
teman sebaya Menurut Baron & Byrne (2005l: 57) ada empat faktor yang
perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi konformitas yaitu:
1) Kohesitas (cohesiveness) adalah tingkat ketertarikan yang dirasakan oleh
individu terhadap suatu kelompok. Semakin tinggi tingkat ketertarikan
individu terhadap suatu kelompok maka semakin tinggi pula konformitas
yang dilakukan.
2) Ukuran kelompok yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Asch (dalam
Baron, 2005) mengemukakan bahwa konformitas akan meningkat sejalan
dengan bertambahnya kelompok. Semakin besar suatu kelompok maka
semakin besar pula kecenderungan konformitas, bahkan walaupun hal
tersebut bertentangan dengan keinginan diri individu tersebut.
3) Norma sosial deskriptif atau himbauan adalah norma yang menetapkan
apa yang harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak
diterima pada situasi tertentu oleh sebagian besar orang. Norma deskriptif
atau himbauan dilakukan sebagian besar orang pada situasi tertentu. d.
Norma sosial injungtif atau perintah adalah norma yang menetapkan apa
yang harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima
pada situasi tertentu.
Ikut-ikutan atau yang disebut dengan konformitas sama halnya dengan
orang tidak mempunyai pendirian dan hal tersebut dapat dikatakan sebagai
orang munafik. Diantara tanda-tanda orang munafik yaitu tidak mempunyai
satu kepribadian dan identitasyang kokoh dan mandiri. Di lingkungan
manapun ia akan menyesuaikan diri dengan warna lingkungan tersebut.
Ketika di kalangan orang mukmin ia akan menunjukkan keimanan dan
kebersamaan. Dan ketika ia berada dikalangan musuh-musuh agama ia dan
umat serta pemimpin islam, maka ia pun akan bersatu suara dengan mereka
dan berbicara tentang hal-hal yang anti orang-orang beriman.
30
Untuk menarik perhatian mereka ia pun menertawakan serta
melecehkan kaum mukmin. Allah berfirman Q.S Al Baqarah ayat 14 :
Artinya: Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami
sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al Qur‟an dan
Terjemahannya, Kementrian Agama RI, Hal: 3)
Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar jangan sampai tertipu oleh
sikap lahir seseorang. Siapapun yang mengaku sebagai orang beriman,
janganlah kita menerima begitu saja serta memperlakukannya sebagai
seorang muslim. Tetapi hendaknya kita lihat terlebih dahulu dengan siapa ia
bergaul dan siapa teman-teman dekatnya. Adalah hal yang tak dapat diterima,
bahwa seseorang beriman tetapi juga besahabat baik dengan musuh-musuh
agama. Iman tak dapat bercampur dengan sikap bersahabat dan berdamai
dengan musuh-musuh agama. Ayat tersebut mengungkap tiga point pelajaran
yang dapat dipetik adalah:
a. Setan, tidak terbatas pada setan yang merupakan makhluk halus. Manusia
pun dapat menjadi penyebab tersesatnya orang lain dapat disebut sebagai
setan. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari manusia yang seperti itu.
b. Rencana rahasia, pertemuan secara sembunyi-sembunyi anti pemerintahan
Islam, menunjukkan tidak adanya keberania menyatakan akidah dan
keyakinan. Kemunafikan yang selalu menghina dan melecehkan ahli iman.
Mereka manusia pengecut dan tak memiliki mental yang lurus.
c. Munafikin adalah kaki tangan musuh yang ada di dalam masyarakat. Di
depan musuh, merekan mengatakan: Inna ma‟akum sesungguhnya kami
bersama kalian, bukan bersama orang-orang mukmin.
Aksiologi (kegunaan) konformitas teman sebaya yaitu menjadi jenjang
nilai-nilai kehidupan bersama yang layak (normal, sehat dan wajar).
31
C. Konsep Diri
1. Pengertian konsep diri
Bong & Clark (dalam Mclnerney & Mclnerney 2006: 501) mengatakan
“Self-concept is a broader construct because it embrances a range of
descriptive and evaluative inferences, with their ensuring affective
reactions”. Konsep diri merupakan konstruk luas karena mencakup
kesimpulan deskriptif dan evaluatif, disertai reaksi afektif. Konsep diri
dikategorikan atas dua dimensi, yaitu dimensi fisik dan psikologis.
Calhoun & Acocella (1995: 66) menyebut konsep diri sebagai ramalan
yang dipersiapkan untuk diri sendiri. Konsep diri merupakan gambaran
mental yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan, dan
penilaian terhadap diri sendiri. Konsep diri demikian disebut sebagai
gambaran dan pandangan seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Menurut Agustian (2006:138) konsep diri bukan merupakan faktor
bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan
terdiferensiasi berubah seiring bertambahnya waktu, dan tidak sama
komposisinya pada kelompok yang berbeda.
Clara R Pudjijogyanti (1991:2) berpendapat bahwa konsep diri adalah
hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri.
Menurut Jalaludin Rakhmat (1996:99) konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang diri anak sendiri (persepsi diri). Persepsi diri tersebut dapat
bersifat sosial, fisik, dan psikologis yang diperoleh dari pengalaman
berinteraksi dengan orang lain.
Seperti dikemukakan oleh Rogers dalam Hall dan Lindzey (1985) bahwa
konsep kepribadian yang paling utama adalah diri. Diri (self) berisi ide-ide,
persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang mencakup kesadaran diri sendiri.
Mulyana (2000:7).Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri
kita dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat orang lain
tentang diri kita. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang
dimiliki seseorang dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau
evaluasi orang lain mengenai diri orang tersebut. Individu akan mengetahui
bahwa dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain
mengenai dirinya. Sebaliknya, individu akan tidak tahu bagaimana ia
dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan
maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung,
individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu
meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak,
dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Hurlock (1990:58) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
32
William D. Brooks, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105).
Centi (1993:9) konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep
diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri kita sendiri dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
William james, Konsep diri adalah penilaian tentang diri kita (the I : diri
yang sadar dan aktif & the Me : diri yang menjadi objek renungan kita.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
merupakan penilaian terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang ada
dalam dirinya untuk menghadapi berbagai situasi.
2. Dimensi Konsep Diri
Menurut (Hurlock,1999:237) mengemukakan bahwa konsep diri
memiliki dua dimensi, yaitu :
a. Fisik
Dimensi ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai
penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting tubuh, dan
perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan
fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik adalah daya
tarik dan penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu dengan
penampilan yang menarik cenderung mendapatkan sikap sosial yang
menyenangkan dan penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang akan
menimbulkan konsep diri yang positif bagi individu.
b. Psikologis
Dimensi ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya,
seperti rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan dan
ketidakmampuannya. Sebagai contoh penilaian mengenai kemampuan
dan ketidakmampuan diri akan mempengaruhi rasa percaya diri dan harga
dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan rasa
percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan tidak
mampu akan merasa negatif diri sehingga cenderung terjadi penurunan
harga diri.
Ahli lain, yaitu Taylor (Rakhmat, 2005:100) mengemukakan bahwa
konsep diri terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif dan
komponen afektif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu
tentang keadaan dirinya, misalnya “saya anak bodoh” atau “saya anak nakal”.
Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan
memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri (self picture) tersebut
akan membentuk citra diri (self image). Komponen afektif merupakan
penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan membentuk
penerimaan terhadap diri (self acceptance) serta harga diri (self estem)
individu. Misalnya “saya wanita muda yang belum menikah dengan profesi
psikolog dan peneliti” diteruskan dengan penilaian “saya puas senang dengan
33
keadaan saya, karena saya mempunyai kedudukan baik di masyarakat”, maka
dapat dikatakan bahwa saya menilai diri saya baik, saya menerima diri saya,
dan saya mempunyai harga diri positif.
Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (Ghufron&Riswanti, 2010:
17-18) memiliki tiga dimensi, yaitu :
1) Dimensi pengetahuan, merupakan pengetahuan individu mengenai diri dan
gambarannya yang berarti bahwa dalam aspek kognitif individu yang
bersangkutan mendapat informasi mengenai keadaan dirinya. Seperti
nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, dsb.
2) Dimensi pengharapan, harapan individu di masa mendatang yang disebut
juga diri ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk menuju ke
masa depan. Rogers (Calhoun, 1995:71) menyatakan pada saat kita
mempunyai satu set pandangan tentang siapa kita, kita juga mempunyai
satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa
dimasa mendatang.
3) Dimensi penilaian terhadap diri sendiri yang merupakan perbandingan
antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan menghasilkan harga
diri (self esteem). Eipsten (Calhoun, 1995:71) menyatakan dimensi ketiga
dari konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Kita
berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari,
mengukur apakah kita bertentangan dengan (1) “saya-dapat-menjadi apa”,
yaitu pengharapan kita bagi kita sendiri, dan (2) “saya-seharusnyamenjadi
apa”, yaitu standar kita bagi diri sendiri.
Dari teori dimensi konsep diri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
dimensi konsep diri terdiri dari pengetahuan atau pemahaman terhadap diri
sendiri, dimana kita bisa mengenal beberapa daftar dalam diri kita contohnya
adalah usia, jenis kelamin, suku dan pekerjaan, dimensi selanjutnya yaitu
bagaimana kita menghargai diri sendiri atau berharap sesuatu yang kita
inginkan dalam diri kita di masa depan, dimensi ketiga adalah bagaimana kita
menilai atau mengevaluasi diri kita, dimana kita bisa mengukur suatu standar
yang tepat bagi diri kita.
Konsep diri sebagai gambaran atau pengetahuan tentang diri sendiri
mencakup diri jasmaniah, diri sosial, dan diri spiritual. James percaya bahwa
ketiga jenis konsep diri itu merupakan konstruk yang bersifat hierarkis dan
menempatkan konsep diri jasmaniah sebagai basis, kemudian konsep diri
sosial dan konsep diri spiritual. Hattie menggolongkan konsep diri atas 2
kategori utama yaitu konsep diri umum dan konsep diri khusus. Konsep diri
khusus mencakup konsep diri akademik, konsep diri sosial, dan prestasi diri.
Konsep diri akademik mencakup kemampuan akademik, prestasi akademik
dan konsep diri berkelas. Konsep diri sosial termasuk konsep diri dalam
hubungannya dengan teman sebaya dan keluarga. Presentasi diri mencakup
kepercayaan diri dan penampilan fisik. (Syamsul Bachri Thalib 2010:123)
34
Beberapa tokoh berpendapat bahwa perasaan keagamaan sudah mulai
timbul pada masa anak kecil, ia mulai bertanya-tanya tentang Tuhan. H.M
Arifin mengutip berbagai pendapat tokoh dari Barat tentang hal ini, sebagai
berikut:
a. Prof. R. Casimir: bahwa permulaan timbulnya hidup keagamaan dalam
pribadi anak bersamaan dengan timbulnya rasa “aku” nya (umur 3 tahyn),
dan pada saat itu harus dikenalkan kata-kata tentang Tuhan kepadanya.
b. Dorothy Wilson : bahwa anak-anak dalam umur 3 tahun telah mempunyai
kesadaran tentang ketuhanan, meskipun bentuk kesadarannya masih
sederhana.
c. Arnold Gessel dalam penyeldikannya menemukan bahwa anak umur 4
tahun telah mulai timbul perhatiannya tentang Tuhan, maka ia selalu
menanyakan hal itu kepada orang tuanya. Pada umur 6 tahun telah
mempunyai pengertian tentang Tuhan sebagai pencipta alam, binatang,
dan segala sesuatu yang indah. H. Mubin (2006: 87).
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT, adalah
dianugerahi fitrah perasaan dan kemampuan untuk mengenal Allah dan
melakukan ajarannya. Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk
kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada
Allah yang direflesikan kedalam peribadatan kepadanya, baik yang bersifat
habluminallah maupun habluminannas. Perkembangan agama seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1) Faktor pembawaan (internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah bahwa manusia
mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homoreligius). Manusia
memiliki fitrah untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan
baik memberikan sesuatu yang bermanfaat maupun yang mudharat.
Keyakinan bahwa manusia itu mempunyai fitrah atau kepercayaan kepada
Tuhan didasarkan kepada firman Allah dalam QS. Al A‟raf ayat 172:
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
35
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)".
2) Faktor lingkungan (eksternal)
1) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh
karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak
sangatlah dominan. Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah beragama anak.
Oleh karena itu sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam
kandungan orang tua seyogyanya lebih meningkatkan amal ibadahnya
kepada Allah SWT, seperti melaksanakan shalat wajib dan sunnah,
berdo‟a, berdzikir, membaca Al-Qur‟an dan memberi sedekah.
2) Sekolah
Menurut Hurlock pengaruh sekolah terhadap perkembangan
kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substansi
dari keluarga dan guru-guru substansi dari orang tua. Dalam kaitannya
dengan upaya mengembangkan fitrah beragama para siswa, maka
sekolah terutama guru agama mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan
ibadah, dan sikap apresiasif terhadap ajaran agama. Syamsul Yusuf
(2008:138).
Tabel. 2.2
Gambaran tentang konsep diri menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2002:75)
Gambaran tentang diri
Hubungan antar pribadi
Ibu-
anak
Ayah-
anak
Teman
akrab
1 Perasaan positif (bahagia,
dicintai, nyaman, santai) 27 21 36
2 Perasaan negatif (marah,
terpojok, tidak bahagia, dingin,
tidak nyaman, berontak)
20 25 3
3 Keterbukaan (bermain, bebas,
mau bicara)
14 10 27
36
Tabel. 2.3
Alasan Mengapa Perasaan Dalam Tabel 2.1 timbul (%)
Alasam
Hubungan antar pribadi
Ibu-
anak
Ayah-
anak
Teman
akrab
1 Reaksi: sebab dia ingin saya
begitu, sebab saya tidak mau
susah-susah
51 58 12
2 Perasaan: sebab saya suka dan
menghargai dia
27 23 17
3 Interaksi: sebab biasanya kita
begitu sebab dia dan saya
saling menyukai
8 14 29
4 Kepribadian: sebab begitulah
saya
6 3 12
5 Penerimaan: sebab dia bisa
mengerti saya
8 2 35
Dari tabel 2.1 jelas bahwa perasaan positif tehadap teman lebih besar
dari pada ibu atau ayah. Demikian pula perasaan keterbukaan. Sebaliknya
perasaan negatif justru lebih benar pada orang tua. Adapun sebabnya adalah
karena tabel 2.2 hubungan dengan teman lebih berdasarkan penerimaan ,
interaksi dan kepribadian. Sedangkan dalam hubungan orang tua, walaupun
ada unsur perasaan suka dan menghargai (hal mana merupakan kenyataan
yang tidak bisa dihindari)hubungan dengan orang tua lebih didasarkan pada
reaksi. Jadi remaja menurut saja karena begitulah keinginan orang tua dan
saya tidak mau susah-susah. Agar hubungan aorang tua dan anak bisa lebih
meningkat orang tua perlu lebih memperhatikan aspek perasaan, penerimaan,
kepribadian dan interaksi itu sendiri. Akan tetapi dalam kenyataannya,
banyak orang tua yang lebih menekankan pencapaian prestasi sekolah, nilai
akademik atau IQ yang tinggi. Inilah yang menyebabkan anak tidak bisa
menemukan dirinya sendiri dan harus menurut semata-mata kepada kemauan
orang tua. Sarwono (2002:76).
Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman,
interpretasi dari lingkungan, maupun penilaian orang lain. Remaja yang
memiliki konsep diri positif, akan mampu mengatasi dirinya memperhatikan
dunia luar, dan mempunyai kemampuan untuk berinteraksi sosial. Dengan
adanya religius, nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mengisi
kekosongan batin pada diri remaja. Sehingga selanjutnya remaja dapat
menentukan pilihan perilaku yang tepat sesuai dengan norma dan ajaran
agama, serta dapat menghindari perilaku yang menyimpang, karena agama
merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk mementukan
konsep dirinya, begitupun dengan faktor internal dan eksternal sangat
37
berpengaruh dalam menentukan konsep diri remaja apakah positif atau
negatif.
3. Peranan Konsep Diri
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku
individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh
perilaku.
Ada tiga alasan menurut Clara R. Pudjijogyanti (1991:4) yang dapat
menjelaskan peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku.
a. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan
batin (inner consistency). Alasan ini berpangkal dari pendapat bahwa pada
dasarnya individu berusaha mempertahankan keselarasan batinnya.
Apabila timbul perasaan, pikiran atau persepsi yang tidak seimbang atau
saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidak selarasan tersebut individu
akan merubah tingkah lakunya.
b. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya.
Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu
dengan yang lainnya karena masing-masing individu mempunyai sikap
dan pandangan yang berbeda-beda.
c. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Menurut beberapa ahli
pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Seperti yang
dikemukakan oleh Mc Candless bahwa konsep diri merupakan
seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang merujuk kepada
harapan-harapan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas peranan konsep diri terbagi kedalam 3 aspek
yaitu konsep diri mempertahankan keselarasan batin apabila timbul perasaan
yang tidak seimbang dalam dirinya, sikap dan pandangan individu memiliki
pengaruh dalam menafsirkan pandangan individu tersebut, dan keinginan
dirinya sendiri yang akan menentukan harapannya.
Menurut Syamsul Yusuf (2008:127) konsep diri dapat juga diartikan
sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan penyesuaian
tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri. Yaitu
meliputi hal-hal berikut:
1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku ,
konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau cepat/lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3) Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan
sebagainya) yang bersifat positif, negatif, ambivalen (ragu-ragu).
38
4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan seperti mudah tidaknya tersinggung , marah,
sedih, atau putus asa).
5) Responbilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
6) Sosiobilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal disposisi seperti ini tampak pada dalam sifat pribadi yang
tertutup dan terbuka dan kemampuan komunikasi dengan orang lain.
Fits (dalam Agustrian 2006: 141) menjabarkan konsep diri secara lebih
rinci, pandangan diri ini ada lima kategori, yaitu:
a) Diri fisik, yaitu pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan,
penampilan diri dan gerak motoriknya.
b) Diri keluarga, yaitu pandangan dan penilaian seseorang sebagai anggota
keluarga.
c) Diri pribadi, yaitu bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya
dan bagaimana dirinya sendiri.
d) Diri moral etik, yaitu bagaimana perasaan seseorang mengenai
hubungannya dengan Tuhan dan perilakunya mengenai hal yang dianggap
baik dan buruk.
e) Diri sosial, yaitu bagaimana seseorang dalam melakukan interaksi
sosialnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah pandangan dan penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri yang meliputi diri fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri
moral-etik dan juga diri sosial yang diperoleh melalui proses interaksi
dengan lingkungan secara terus-menerus dan terdiferensiasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konsep diri memiliki
peranan penting untuk menyesuaikan diri ketika berada di dalam lingkungan
masyarakat, untuk itu kita harus memmperhatikan hal-hal yang ada pada diri
kita yaitu: karakter, temperamen, sikap, stabillitas emosional, responbilitas
dan sosiobilitas. Dan juga memiliki pandangan diri yaitu diri fisik, diri
keluarga, diri pribadi, diri moral etik dan diri sosial.
4. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian
apa pun terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri
merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi
dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara
berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri
berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu,
39
perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat.
Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari tubuhnya dan
lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Menurut Handry M dan Heyes (1995:26) setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif.
a. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan
primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi
menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan
dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Kontak
dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan
diri. Tanpa stimulasi dari kemampuan motorik dan penginderaan,
perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan.
Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan
oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra
tubuh.
b. Anak Usia Bermain
Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan
keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan
dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak usia
bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan
locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.
c. Usia pra sekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan
sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai
apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga
menjadi penghargaan diri. Keluarga sangat penting untuk pembentukan
konsep diri anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan
penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan
bekerja keras untuk mengatasinya.
d. Anak usia sekolah
Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman
sebaya dan guru. Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan
menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial
dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat,
rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan
ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan
tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna
anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
40
e. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang
maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke
dalam diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan
orang lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra
tubuh. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang sering dihadapkan kepada ketidakpastian.
Remaja atau diartikan pula sebagai adolescence adalah masa perkembagan
dari masa naka-naka menuju masa dewasa yang mencakup perkembangan
biologis, kognitif, dan sosial emosional. Santrock J.W (1995:26)
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting.
Pengalaman yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja
untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak
dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan
berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapakan rasa
identitas.
f. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus
terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih.
Adalah periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan
dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini
konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan
penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai
berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang
dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
g. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak,
kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi
sebagai akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan
dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat
mengganggu konsep diri. Tahun usia tengah sering merupakan waktu
untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan
kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia dewasa
tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk
kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
h. Lansia
Perubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan
fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri
selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa
lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau
kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan
rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia
41
membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia
mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahai bahwa konsep diri bukanlah sifat
yang dibawa sejak lahir melainkan faktor bentukan dari setiap individu pada
pengalaman hidupnya. Konsep diri terus berkembang sepanjang hidup
manusia dari bayi sampai lansia.
5. Karakteristik Kepribadian
Salah satu kunci dari kepribadian adalah “penyesuaian (adjusment)”.
Menurut Alexander A. Schneiders (1964) penyesuaian itu dapat diartikan
sebagai suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (normal) lingkungan.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang
dihadapi, ternyata tidak semua individu maupun menampilkannya secara
wajar, normal atau sehat (well adjusment), diantara mereka banyak juga yang
mengalami tidak sehat (maladjusment).
E.B Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau
kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut:
a. Mampu menilai diri secara realistik
Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai dirinya sebagaimana
apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya/kelemahannya, yang
menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan
kemampuan.
b. Mampu menilai situasi secara realistik
Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi
secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang diperolehnya)
secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi
sombong, angkuh atau mengalami”superiority complex”, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya.
Apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi,
tetapi dengan sikap optimistik (penuh harapan).
d. Menerima tanggung jawab
Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia
mempunyai keyakinan terhadapkemampuannya untuk mengatasi masalah-
masalah kehidupan yang dihadapinya.
e. Kemandirian (autonomi)
Individu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
42
diriserta menyesuaikan diri secarakonstruktifdengan norma yang berlaku
dilingkungannya
f. Penerimaan sosial
Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktifdalam
kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabatdalam berhubungan dengan
orang lain.
g. Berbahagia
Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan.
Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktorachivement (pencapaian
prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (perasaan
dicintai atau disayangi orang lain).
Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik
seperti dibawah ini:
1. Mudah marah (tersinggung)
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
muda atau terhadap binang (hewan)
5. Ketidakmampuan untuk enghindar dari perilakumenyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum
6. Mempunyai kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/mencemooh orang lain
10. Sulit tidur
11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing kepala
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan
15. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan
Oleh karena kelainan kepribadian itu berkembang pada umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai upaya
pencegahan(preventif), seyogyanya pihak keluarga, sekolah, dan pemerintah
perlu senantiasa bekerja sama untuk menciptakan iklim lingkungan yang
memfasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak untu mengembangkan
potensi atau tugas-tugas perkmbangan secara optimal. Syamsu Yusuf LN
(2008:130).
Kelainan kepribadian itu berkembang pada umumnya disebabkan oleh
faktor lingkungan yang kurang baik,dapat dijelaskan pada tabel sebagai
berikut:
43
KELUARGA
SEKOLAH
MASYARAKAT
Gambar 2.1
Lingkungan yang kondusif
Bagi perkembangan kesadaran beragama pada remaja
Masalah dalam kesadaran beragama ini adalah problema keimanan ,
yaitu masalah proses perkembangan keimanan dan konflik keyakinan dengan
situasi kehidupan sosial budaya yang dihadapi seperti ekonomi, politik, dan
hubungan sosial.
Konsep diri sebagai cara pandang dan persepsi seseorang terhadap
dirinya sendiri yang bersifat subyektif dan sekaligus obyektif memiliki tiga
komponen utama (Gunawan 2004:18). Ketiga komponen ini yang
membentuk dan sekaligus menentukan konsep diri seseorang tersebut yakni:
1) Diri Ideal (Self Ideal) Diri ideal menentukan sebagian besar kehidupan
seseorang. Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan
pertumbuhan karakter serta kepribadian. Diri ideal merupakan gabungan
dari semua kualitas dan ciri kepribadian orang yang sangat dikagumi. Diri
ideal merupakan harapan dan cita-cita yang diimpikan oleh setiap orang.
Diri ideal menurut Calhoun & Acocella (1995: 71) adalah kemungkinan
seseorang menjadi apa di masa mendatang. Dalam hal ini adalah harapan
dan cita-cita santri pada saat sekarang dan masa mendatang.
2) Citra Diri (Self Image) Citra diri adalah cara seseorang melihat diri sendiri
dan berpikir mengenai dirinya sekarang/saat ini. Seseorang akan
cenderung bertindak dan berperilaku sesuai dengan citra diri atau
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Citra diri ini menurut
Calhoun & Acocella (1995: 67) berkaitan dengan apa yang diketahui
seseorang tentang dirinya sendiri. Seorang santri dengan identitas dan
Memberikan pengajaran,
bimbingan, pembiasaan,
keteladanan dalam
beribadah dan
berakhlakul karimah, dan
menciptakan situasi
kehidupan yang
memperlihatkan nilai-
nilaiatau ajaran agama ,
serta membershkan
lingkungan dari
kemunkaran dan
kemaksiatan.
Remaja yang
saleh (pola pikir
sikap dan
perilaku sesuai
dengan ajaran
agama)
44
statusnya disertai kondisi diri dan kemampuannya akan terus bertindak
dan berperilaku sesuai dengan yang dipikirkan tentang dirinya.
3) Harga Diri (Self Esteem) Harga diri merupakan komponen yang bersifat
emosional dan merupakan komponen yang paling penting dalam
menentukan sikap dan kepribadian seseorang. Harga diri merupakan kunci
untuk mencapai keberhasilan hidup. Harga diri di sini adalah wujud dari
sebuah penilaian atau evaluasi yang dilakukan seseorang sebagai pribadi
yang mampu dan memiliki daya upaya dalam menghadapi tantangan-
tantangan hidup yang mendasar dan layak untuk hidup bahagia. Konponen
ini berkaitan dengan penilaian seseorang terhadap diri sendiri tantang
gambaran siapa dirinya dan harapannya menjadi apa yang seharusnya di
masa mendatang. Dalam hal ini, seorang santri menilai dan mengevaluasi
sejauh mana harapan dan kondisi dirinya secara riel dalam pengambilan
sikap.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Menurut Syamsul Yusuf (2008:128) Konsep diri dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan seperti
(fisik,sosial, kebudayaan, spiritual).
a. Fisik, faktor fisik yang dipandang mempengaruhi konsep diri adalah
postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik
atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), kebutuhan tubuh
(utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
b. Intelegensi, tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi konsep diri
individu yang tingkat intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang
rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Keluarga, suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang harmonis dan agamis, maka cenderung mempunyai konsep
diri yang positif. Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang broken home, maka konsep dirinya cenderung mengalami
kelainan dalam penyesuaian dirinya.
d. Teman sebaya, setelah masuk sekolah anak mulai bergaul dengan teman
sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia
mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau
prilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya.
e. Kebudayaan, setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku)
memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau
kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian
setiap anggotanya baik yang menyangkut cara berpikir , bersikap atau cara
berperilaku.
45
Alex Sobur (2003:518) mengutip pernyataan William D. Brooks
menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
seseorang, yaitu:
1) Self appraisal – viewing self as an object
Istilah ini berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri
mencakup kesan-kesan yang diberikan kepada dirinya. Ia menjadikan
dirinya sebagai obyek dalam komunikasi dan sekaligus memberikan
penilaian terhadap dirinya. Misalnya, santri memperhatikan dan menilai
seberapa jauh penampilan diri, kemampuan dan kecenderungan
kepribadiannya.
2) Reaction and respone of others
Seseorang dalam memandang dirinya juga tidak hanya dipengaruhi oleh
pandangan dirinya terhadap diri sendiri, namun juga dipengaruhi oleh
reaksi dan respon dari orang lain melalui interaksi yang
berkesinambungan. Penilaian dilakukan seseorang berdasarkan pandangan
orang lain terhadap dirinya. Misalnya, seorang santri akan cenderung
menghilangkan sikap dan perilaku negatifnya apabila teman-teman se
kelilingnya menilai bahwa perbuatan itu tidak tepat.
3) Roles you play – role taking
Seseorang memandang dirinya berdasarkan suatu keharusan dalam
memainkan peran tertentu yang harus dilakukan. Peran ini berkaitan
dengan sistem nilai yang diakui dan dilaksanakan oleh kelompok dimana
individu berada, sehingga dia harus ikut memainkan peran tersebut.
Misalnya, seorang santri diajarkan untuk selalu hidup sederhana dan
menampilkan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat beragama, maka
di manapun dia akan memainkan peran tersebut sebagai bagian dari
dirinya.
4) Reference groups
Kelompok rujukan merupakan kelompok yang individu menjadi anggota
di dalamnya. Jika kelompok ini dianggap penting, dalam arti mereka dapat
menilai dan bereaksi pada individu, hal ini akan menjadi kekuatan untuk
menentukan konsep diri seseorang. Misalnya, seorang santri
berpenampilan sederhana dan berkopiyah sebagaimana kelompok
masyarakat yang menjadikannya sebagai identitas santri
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
terbentuk berdasarkan beberapa faktor diantaranya adalah fisik sangat
mempengaruhi konsep diri seperti postur tubuh langsing, gemuk pendek,
tinggi, cantik atau tidak cantik, kemudian intelegensi individu juga sangat
mempengaruhi kosepe diri karena individu yang memiliki intelegensi normal
akan mudah menyesuaikan diri dalam lingkungannya, selanjutnya keluarga
memiliki peranan penting dalam mengembangkan konsep diri anak, teman
sebaya dan kebudayaan.
Aksiologi (kegunaan) dari konsep diri yaitu membentuk acuan tentang
kemandirian dalam berilmu, beragama dan bertingkah laku.
46
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti lain, yang dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain :
1. Bayu Mardi Saputro (2012) dengan judul hubungan antara konformitas
terhadap teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan pada remaja .
Berdasarkan hasil analisis data dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan
kenakalan pada remaja dengan rxy 0.66. Dengan demikian hipotesis dalam
penelitian ini dapat diterima, artinya semakin tinggi konformitas teman
sebaya maka akan semakin tinggi pula kecenderungan kenakalan pada
remaja, sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka
akan semakin rendah pula kecenderungan kenakalan pada remaja.
Konformitas terhadap teman sebaya dalam penelitian ini mampu memberikan
sumbangan sebesar 44,4% terhadap kecenderungan kenakalan pada remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan kenakalan pada
subyek berada dalam kategori sedang, namun hal ini tetap menandakan
adanya kecenderungan kenakalan pada subyek ketika berada di lingkungan
teman sebaya atau lingkungan di luar keluarganya.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat
pada judul yang membahas tentang konformitas teman sebaya dan subyek
yang diteliti adalah remaja, sedangkan perbedaannya adalah terdapat pada
penelitiannya yaitu tempat, waktu dan permasalahan yang dihadapi. Jika
penelitian relevan meneliti tentang kenakalan remaja, peneliti meneliti
tentang sikap religius pada remaja.
2. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia yang berjudul Hubungan Harga Diri
dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja karya Novi
Wahyu Hidayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara harga diri, konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Dengan
kontribusi pengaruh variabel harga diri dan variabel konformitas teman
sebaya terhadap kenakalan remaja adalah sebesar 73,4 %, sedangkan 26,6
dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hasil analisis hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara harga diri dengan
kenakalan remaja tidak signifikan. Menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kenakalan remaja. Hasil
analisis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat
signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas teman sebaya maka
kenakalan remaja juga akan semakin tinggi.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat
pada judul yang membahas tentang konformitas teman sebaya, namun
perbedaan pada judul adalah peneliti membahas tentang konformitas dan
47
konsep diri terhadap sikap religius, sedangkan penelitian terdahulu yang
relevan membahas tentang harga diri dan konformitas terhadap kenakalan
remaja. Subyek yang diteliti adalah sama yaitu remaja, sedangkan untuk
tempat, waktu dan permasalahan yang dihadapi berbeda. Jika penelitian
relevan meneliti tentang kenakalan remaja, peneliti meneliti tentang sikap
religius pada remaja.
3. Uswatun Hasanah (2007) Hubungan antara Interaksi Teman Sebaya dan
Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada remaja putri.
Berdasarkan hasil analisis data dapat dinyatakan bahwa kecenderungan
remaja untuk berperilaku konsumtif diduga terkait dengan karakteristik
psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat kebutuhan untuk
penyesuaian dengan kelompok teman sebaya dan konsep diri yang dimiliki.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik analisis regresi dua
prediktor, dari 50 subjek penelitian menghasilkan koefisien korelasi R =
0,474 dan F regresi = 6,800, p = 0,003 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan ada
hubungan yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dan konsep
diri dengan perilaku konsumtif. Hasil analisis rx1y = 0,377 dengan p < 0,01;
menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi
teman sebaya dengan perilaku konsumtif, dengan demikian semakin tinggi
interaksi dengan teman sebaya maka semakin tinggi perilaku konsumtifnya
dan sebaliknya, sumbangan efektif interaksi teman sebaya terhadap perilaku
konsumtif sebesar 14,214%.Berdasarkan hasil analisis data telah dilakukan
maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat
signifikan antara interaksi teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku
konsumtif.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat
pada judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti
adalah remaja, namun penelitian relevan hanya remaja putri saja yang
dijadikan subjek penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah terdapat pada
penelitiannya yaitu tempat, waktu dan permasalahan yang dihadapi. Jika
penelitian relevan meneliti tentang perilaku yang konsumtif pada remaja
putri, peneliti meneliti tentang sikap religius pada remaja putra dan putri.
4. Hendra Yan (2017) Pengaruh komunikasi keluarga, guru pendidikan agama
Islam dan teman sebaya terhadap etika komunikasi Islam.
Berdasarkan hasil analisis data dapat dinyatakan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Komunikasi keluarga, komunikasi guru pendidikan
agama Islam dan komunikasi teman sebaya secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama mempengaruhi etika komunikasi Islam siswa. Diantara
ketiga faktor tersebut, komunikasi keluarga memiliki kontribusi yang lebih
besar (0,398%) dari komunikasi guru pendidikan agama Islam (0,302%) dan
komunikasi teman sebaya (0,218,%) dalam mempengaruhi etika komunikasi
Islam Siswa. Pengaruh ketiga variabel bebas secara bersama-sama terhadap
etika komunikasi Islam siswa adalah sebesar (50,9%), sisanya sebesar 49,1%
dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: Komunikasi keluarga, komunikasi
48
guru pen didikan agama Islam, komunikasi teman sebaya, etika komunikasi
Islam siswa.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja, namun penelitian relevan dilakukan disekolah dan berinteraksi
dengan guru sedangkan penelitian yang peneliti lakukan diadakan
dilingkungan masyarakat. Sehingga permasalahannyapun berbedaa serta
temapt dan waktu dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang
komunikasi keluarga, teman dan guru dalam mempengaruhi komunikasi
islam, peneliti meneliti tentang konformitas teman sebaya dan konsep diri
dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
5. Jurnal Internasional yang berjudul Kekerasan Dalam Pacaran Pada Siswa
Ditinjjau dari Konformitas Teman Sebaya dan Efektifitas Komunikasi dalam
Keluarga karya Anna Dian Savitri, S.Psi, M.Si, Psikolog, Fitria
Linayaningsih S.Psi, M.Si, Psikolog, dan L. Rini Sugiarti S.Psi, M.Si,
Psikolog. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas
teman sebaya dan efektifitas komunikasi orang tua dengan kekerasan dalam
pacaran pada remaja. Penelitian dilakukan pada 70 siswi SMAN X
Semarang yang sudah memiliki pacar. Berdasarkan analisis penelitian
diketahui bahwa korelasi konformitas dengan KDP sebesar 0,424, sedangkan
korelasi efektifitas dengan KDP sebesar 0,381 selain itu didapatkan data juga
bahwa subyek yang mengalami kekerasan verbal sebanyak 13,5%, subyek
yang mengalami kekerasan seksual sebanyak 42,7%, subyek yang mengalami
kekerasan fisik sebanyak 42,7%. Berdasarkan penggalian informasi terhadap
subyek yang mengalami KDP rata-rata masih banyak yang belum memahami
bentuk KDP secara verbal, karena mereka cenderung menganggap KDP
verbal apabila dimarahi, dibentak, diancam, dan dilarang melakukan ini itu.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas konformitas teman sebaya dan subyek yang diteliti
adalah remaja, namun penelitian relevan ini meneliti remaja putri sedangkan
penelitian saya yang diteliti adalah remaja putra dan putri. Tempat penelitian
pada penelitian relevan ini adalah disekolah sedangkan saya dilingkungan
masyarakat. Sehingga permasalahannyapun berbedaa serta tempat dan waktu
dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang kekerasan dalam
pacaran pada remaja yang ditinjau dari segi konformitas teman sebaya,
peneliti meneliti tentang konformitas teman sebaya dan konsep diri dalam
meningkatkan sikap religius pada remaja.
6. Jurnal Agama dan Kesehatan karya Itai Ivtzan, Christine P. L. Chan, Hannah
E. Gardner dan Kiran Prashar yang berjudul Menghubungkan Agama dan
Spiritualitas dengan Psikologis Kesejahteraan: Memeriksa aktualisasi diri,
Artinya Dalam Inisiatif Pertumbuhan Hidup Dan Pribadi. Penelitian ini
menerangkan bahwa sebagian besar menunjukkan bahwa agama dan
spiritualitas memiliki korelasi positif untuk kesejahteraan psikologis. Studi
ini berusaha untuk menggambarkan dua konstruksi dan mengelompokkan
49
peserta ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan tingkat
agama yang diukur keterlibatan dan spiritualitas. Kelompok-kelompok itu
kemudian diberi skor terhadap langkah-langkah spesifik kesejahteraan.
Sebanyak 205 peserta dari berbagai afiliasi dan agama kelompok-kelompok
direkrut dari berbagai lembaga keagamaan dan pertemuan spiritual. Dengan
demikian, hasil ini mengkonfirmasi pentingnya spiritualitas pada jiwa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada permasalahan
yang menjelaskan tentang bahwa agama dan spiritualitas memiliki korelasi
positif untuk kesejahteraan psikologis, sedangkan penelitian saya
menjelaskan tentang konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap
sikap religius. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah
tentangsikap keagamaan.
7. Jurnal Pemuda dan Remaja yang berjudul Mengukur Tekanan Sebaya,
Popularitas, dan Kesesuaian pada Remaja Laki-Laki dan Perempuan:
Memprediksi Kinerja Sekolah, Sikap Seksual,dan Penyalahgunaan Zat, karya
Darcy A. Santor, Deanna Messervey dan Vivek Kusumakar. Banyak remaja
yang efisien, dan beberapa studi telah membedakan tekanan teman sebaya
dari konstruk terkait secara teoritis, seperti kesesuaian atau keinginan
menjadi populer. Kami mengembangkan dan memvalidasi ukuran pendek
dari tekanan teman sebaya, konformitas teman sebaya, dan popularitas dalam
sampel (n = 148) remaja laki-laki dan anak perempuan di kelas 11 sampai 13.
Hasil menunjukkan bahwa semua tindakan dibangun untuk studi secara
internal konsisten. Meskipun semua ukuran tekanan teman sebaya, sayang,
dan popularitas saling terkait, tekanan teman sebaya dan konformitas teman
sebaya prediktor yang lebih kuat tentang perilaku berisiko dari pada ukuran
yang menilai popularitas, secara umum konformitas, atau disforia. Temuan
menunjukkan bahwa tekanan teman sebaya dan kesesuaian teman sebaya
berpotensi. faktor risiko yang lebih besar daripada kebutuhan untuk menjadi
populer, dan bahwa kedua tekanan teman sebaya dan konformitas teman
sebaya dapat diukur dengan skala pendek yang cocok untuk skala besar
pengujian.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja, namun penelitian relevan dilakukan disekolah dan berinteraksi
dengan guru sedangkan penelitian yang peneliti lakukan diadakan
dilingkungan masyarakat. Sehingga permasalahannyapun berbedaa serta
temapt dan waktu dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang
tekanan sebaya dalam popularitas, peneliti meneliti tentang konformitas
teman sebaya dan konsep diri dalam meningkatkan sikap religius pada
remaja.
8. Jurnal Ritel yang berjudul Berbelanja dengan kerentanan teman dan remaja
terhadap pengaruh teman sebaya karya Tamara F. Mangleburg, Patricia M.
Doney dan Terry Bristol. Dalam tulisan ini, kami meneliti fenomena belanja
remaja dengan teman, khususnya, apakah berbelanja dengan teman dapat
50
meningkatkan sikap remaja terhadap ritel dan kecenderungan mereka untuk
berbelanja lebih saat berbelanja dengan teman. Kami juga memeriksa
mengapa remaja berbelanja dengan teman. Secara khusus, kami
menghubungkan pengetahuan teman dan usia remaja terhadap kerentanan
remaja terhadap pengaruh informasi dan normatif dari teman-teman.
Kerentanan terhadap pengaruh teman sebaya kemudian terkait dengan
berbagai hal aspek belanja remaja, seperti frekuensi dan kenikmatan
berbelanja dengan teman, yang pada gilirannya terkait dengan sentimen
terhadap ritel dan kecenderungan pengeluaran. Dengan pengecualian
kerentanan terhadap pengaruh normatif, hasil didasarkan pada data dari
sampel siswa sekolah menengah umumnya mendukung model.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja. Namun, permasalahannya berbedaa serta tempat dan waktu dalam
penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang berbelanja dapat
mempengaruhi teman sebaya, peneliti meneliti tentang konformitas teman
sebaya dan konsep diri dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
9. Jurnal Psikologis Pandangan Interaksionis Simbolik tentang Konsep-Diri:
Melalui Kaca yang Terlihat Gelap. J. Sidney Shrauger and Thomas J.
Schoeneman. Penelitian tentang hubungan antara persepsi diri dan evaluasi
dari orang lain ditinjau. Studi tentang interaksi naturalistik menunjukkan
bahwa persepsi diri orang setuju secara substansial dengan cara mereka
memandang diri mereka sebagai dilihat oleh orang lain. Namun, tidak ada
kesepakatan yang konsisten antara persepsi diri orang dan bagaimana mereka
sebenarnya dilihat oleh orang lain. Tidak ada indikasi yang jelas bahwa
evaluasi diri dipengaruhi oleh umpan balik yang diterima dari orang lain
dalam situasi yang terjadi secara alami. Ketika umpan balik dari orang lain
dimanipulasi secara eksperimental, persepsi diri biasanya berubah. Namun,
keterbatasan metodologis seperti validitas eksternal yang dipertanyakan dan
karakteristik permintaan yang kuat dari situasi eksperimental yang digunakan
membuat signifikansi temuan ini tidak jelas. Bukti yang tersedia diperiksa
dalam suatu kerangka kerja yang mempertimbangkan transmisi, pemrosesan,
dan evaluasi penilaian dari orang lain. Cara lain dimana interaksi dapat
mempengaruhi persepsi diri selain dari umpan balik evaluatif langsung
dipertimbangkan.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas konsep diri. Tempat penelitian pada penelitian relevan
ini dilingkungan masyarakat. Sehingga permasalahannyapun berbedaa serta
tempat dan waktu dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang
hubungan antara persepsi diri dan evaluasi dari orang lain ditinjau, peneliti
meneliti tentang konsep diri dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
10. Jurnal Perkembangan Anak yang berjudul Kesesuaian dengan Tekanan
Sebaya pada Anak-anak Prasekolah, karya Daniel B. M. Haun dan Michael
Tomasello. Baik orang dewasa maupun remaja sering menyesuaikan perilaku
51
dan pendapat mereka dengan kelompok sebaya, bahkan ketika mereka diri
sendiri lebih tahu. Studi saat ini menyelidiki fenomena ini dalam 24
kelompok 4 anak antara 4; 2 dan 4; 9 tahun. Anak-anak sering membuat
penilaian mereka sesuai dengan 3 teman sebayanya, yang telah penilaian
publik yang keliru tetapi dengan suara bulat tepat di depan mereka. Penelitian
lanjutan dengan 18 kelompok yang terdiri dari 4 orang anak-anak antara 4; 0
dan 4; 6 tahun mengungkapkan bahwa anak-anak tidak mengubah penilaian
'nyata' mereka atas situasi, tetapi hanya ekspresi publik mereka tentang hal
itu. Anak-anak prasekolah tunduk pada tekanan teman sebaya, yang
menunjukkan sikap terhadap teman sebaya sebagai kelompok referensi sosial
utama sudah selama tahun-tahun prasekolah.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas pertemanan sebaya. Subyek yang diteliti adalah anak-
anak prasekolah sedangkan penelitian saya subyeknya adalah remaja. Tempat
penelitian pada penelitian relevan ini adalah disekolah sedangkan saya
dilingkungan masyarakat. Sehingga permasalahannyapun berbedaa serta
tempat dan waktu dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang
tekanan sebaya pada anak-anak prasekolah, peneliti meneliti tentang
konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
11. Jurnal Penelitian Kenyamanan karya Linda L. Caldwell dan Nancy Darling
yang berjudul Konteks Waktu Luang, Kontrol Orang Tua, dan Perlawanan
terhadap Teman Tekanan sebagai Prediktor Pesta Remaja dan Penggunaan
Zat: Suatu Perspektif Ekologis. Menggunakan model ekologi kami
mengeksplorasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap jumlah tersebut
waktu yang dihabiskan remaja untuk berpesta dan menggunakan narkoba.
Pelajaran ini berasal dari analisis data sekunder pada data laporan diri yang
dikumpulkan pada sampel siswa dari sembilan sekolah menengah. Dari
sekitar 9.000 siswa yang hadir Ent selama administrasi kuesioner, sekitar
8.000 menyediakan data yang dapat digunakan untuk pelajaran ini. Analisis
regresi berganda menyarankan bahwa jika remaja dipersepsikan tingkat
pemantauan orang tua yang rendah dan terkait dengan rekan-rekan yang
menggunakan sub-pendirian, mereka lebih cenderung menggunakan zat
sendiri. Hasilnya juga menyarankan bahwa menghabiskan waktu dalam
pengaturan sosial yang tidak terstruktur meramalkan penggunaan kuda-kuda,
tetapi proses ini dimediasi dengan menangkis. Selanjutnya remaja yang
menghabiskan waktu di lingkungan sosial yang tidak terstruktur
menghabiskan lebih banyak waktu berpesta, tetapi hanya jika teman-teman
mereka dianggap menghargai pesta dan pengguna narkoba.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja, dan dilakukan di lingkungan masyarakat atau sosial. Sedangkan
permasalahannyapun berbeda serta tempat dan waktu dalam penelitian. Jika
penelitian relevan meneliti tentang mengontrol kegiatan buruk remaja
52
dilingkunagn sosial seperti berpesta narkoba, peneliti meneliti tentang
konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
12. Jurnal Pemuda & Masyarakat yang berjudul Analisis Kelas Laten dari
Konformitas Teman Sebaya: Siapa yang Menghasilkan untuk Tekanan dan
Mengapa? Karya Paul A. Kosten, Lawrence M. Scheier dan Jerry L. Grenard.
Penelitian ini menggunakan analisis kelas laten untuk memeriksa tipologi
teman sebaya. Dalam sampel komunitas siswa sekolah menengah. Siswa
merespons 31 item menilai berbagai segi disposisi kesesuaian. Yang paling
model pelit menghasilkan tiga kelas yang berbeda secara kualitatif yang
berbeda Fered atas dasar kesesuaian dengan kegiatan rekreasi, perilaku
menyimpangiors, kesesuaian gaya, dan perbandingan sosial. Disarankan
perbandingan gender proporsi kelas yang relatif stabil untuk pria dan wanita
tetapi juga signifikan perbedaan parameter dalam tes invariansi pengukuran
untuk kelas laten in-dicator. Model regresi logistik multinomial yang
memprediksi keanggotaan kelas dari kovariat tambahan dan risiko
psikososial menunjukkan bahwa dibandingkan dengan konformis ringan
penyimpangan menyesuaikan pemuda lebih cenderung menjadi Putih,
memiliki harga diri yang rendah, menahan diri dari menggunakan
keterampilan koping adaptif, dan menjadi lebih cemas secara sosial. Pemuda
yang menyesuaikan diri secara sosial lebih mungkin laki-laki, Putih, dan
memiliki harga diri rendah. Temuan dibahas terkait dengan klasifikasi
definisi kesesuaian dan perannya sebagai fenomena perkembangan.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja. Penelitian dilakukan di sekolah sedang penelitian saya dilakukan di
lingkungan masyarakat atau sosial. Sedangkan permasalahannyapun berbeda
serta tempat dan waktu dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti
tentang siapa yang menghasilkan tekanan apakah pria atau wanita ketika
bergaul, peneliti meneliti tentang konformitas teman sebaya dalam
meningkatkan sikap religius pada remaja.
13. Jurnal Remaja yang berjudul Perkembangan Identitas Sebagai Penyangga
Perilaku Risiko Remaja dalam Konteks Tekanan dan Kontrol Kelompok
Sebaya karya Tara M. Dumas, Wendy E. Ellis, dan David A. Wolfe. Kami
memeriksa perkembangan identitas sebagai moderator dari hubungan antara
peer group tekanan dan kontrol dan keterlibatan remaja dalam perilaku
berisiko. Peserta (n 1⁄4 1070; Mage 1⁄4 15,45 tahun) menyelesaikan ukuran
laporan diri dari eksplorasi identitas, the sejauh mana mereka telah
menjelajahi berbagai nilai, kepercayaan, dan tujuan yang relevan, dan
komitmen identitas, sejauh mana mereka telah mengamankan identitas
pribadi. Partisipasi-celana lebih lanjut melaporkan frekuensi perilaku berisiko
mereka (penggunaan narkoba dan umum penyimpangan) dan mengalami
tekanan dan kontrol kelompok sebaya. Hasilnya menegaskan hal itu
komitmen identitas adalah penyangga penggunaan zat dan eksplorasi
identitas adalah penyangga penyimpangan umum dalam kelompok sebaya
53
yang lebih menekan. Dalam kelompok sebaya yang lebih mengontrol, remaja
dengan komitmen identitas yang lebih besar terlibat dalam perilaku berisiko
lebih rendah dibandingkan remaja dengan komitmen identitas. Dengan
demikian, pengembangan identitas mungkin menjadi target yang tepat untuk
dicegah efek negatif dari tekanan teman sebaya pada remaja berisiko tinggi.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja. Penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat atau sosial.
Sedangkan permasalahannyapun berbeda serta tempat dan waktu dalam
penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang siapa tekanan yang berada
dalam kelompok pertemanan pada usia yang sama, peneliti meneliti tentang
konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
14. Jurnal Remaja yang berjudul Konformitas Teman Sebaya Dalam Perspektif
Multikultural karya Ranni Rahmayanthi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan profil kesesuaian rekan berdasarkan perspektif
multikultur. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 76 siswa sekolah
menengah atas dari 32 siswa laki-laki dan 44 siswa perempuan. Pendekatan
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian
menggunakan survei cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah
kesesuaian skala teman sebaya. Data dianalisis menggunakan analisis Mann-
Whitney U dengan skor 702,5 dan a nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,414. Karena probabilitas signifikansi 0,987> 0,05, hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesesuaian teman sebaya pada
siswa laki-laki dan perempuan mahasiswa. Berdasarkan hasil dan diskusi di
atas maka simpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan
konformitas antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa
perempuan. Konformitas sering terjadi di usia remaja, mengingat pada tahap
perkembangan remaja cendrung berkelompok. Peran sekolah sangat
diperlukan dalam mengontrol perilku remaja dalam hal ini perilaku Ranni
Rahmayanthi Z 80 konformitas. Konformitas dapat dikembangkan ke arah
yang positif, baik itu melalui pembelajaran, kegiatan di dalam maupun di
luar kelas. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
terdapat pada judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang
diteliti adalah remaja. Penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat atau
sosial. Sedangkan permasalahannyapun berbeda serta tempat dan waktu
dalam penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang konformitas teman
sebaya dalam perspektif multikultural pada usia yang sama, peneliti meneliti
tentang konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada
remaja.
15. Jurnal penelitian pendidikan indonesia yang berjudul Hubungan Harga Diri
Dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja karya Novi
Wahyu Hidayati IKIP PGRI Pontianak, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara harga diri, konformitas teman
sebaya dengan kenakalan remaja. Metode penelitian deskriptif. Subjek
54
penelitian adalah remaja siswa Sekolah Menengah Atas sejumlah 159 orang.
Instrument pengumpulan data menggunakan skala harga diri, skala
konformitas teman sebaya dan skala kenakalan remaja. Hasil penelitian
menunjukkan adanya korelasi antara harga diri, konformitas teman sebaya
dengan kenakalan remaja. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi
antara harga diri, konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
harga diri, konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Dengan
kontribusi pengaruh variabel harga diri dan variabel konformitas teman
sebaya terhadap kenakalan remaja adalah sebesar 73.4%, sedangkan 26.6%
dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hasil analisis hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara harga diri dengan
kenakalan remaja tidak siginifikan. Menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kenakalan remaja.Hasil
analisis hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
dan sangat signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan
remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas teman
sebaya maka kenakalan remaja juga akan semakin tinggi. Persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada judul yang
membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah remaja.
Penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat atau sosial. Sedangkan
permasalahannyapun berbeda serta tempat dan waktu dalam penelitian. Jika
penelitian relevan meneliti tentang siapa tekanan yang berada dalam
kelompok pertemanan pada usia yang sama, peneliti meneliti tentang
konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada remaja.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada
judul yang membahas tentang teman sebaya dan subyek yang diteliti adalah
remaja. Penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat atau sosial.
Sedangkan permasalahannyapun berbeda serta tempat dan waktu dalam
penelitian. Jika penelitian relevan meneliti tentang hubungan harga diri dan
konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja, peneliti meneliti
tentang konformitas teman sebaya dalam meningkatkan sikap religius pada
remaja.
E. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Sikap Religius
Remaja
Teman sebaya sangat berperan di dalam kehidupan remaja. Remaja
sangat bergantung kepada teman sebayanya karena mereka merasa nyaman
dalam menjalin sebuah pertemanan.
Hubungan dengan teman sebaya terutama persahabatan karib memiliki
sejumlah peran penting dalam perkembangan pribadi dan sosial remaja,
terutama dalam menentukan sikap religius remaja, karena konformitas
teman sebaya merupakan perubahan perilaku seseorang terhadap
55
kelompoknya berupa peniruan sikap, kerjasama, solidaritas dan persaingan
agar dapat diterima sebagai anggota kelompok dan menghindari
ketidaksamaan atau keterkucilan. Dengan berteman, seseorang dapat
merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan
melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya.
Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan
untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan
ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.
Pertemanan sebaya ada yang berpengaruh positif ada juga yang berpengaruh
negatif. Dalam segi kereligiusan remaja terlihat bahwa konformitas teman
sebaya memiliki pengaruh diantarnya banyak remaja yang lebih
mementingkan keinginan teman sebaya dibandingkan dengan keinginan diri
sendiri karena sudah terlalu terikat dengan geng maka apapun yang mereka
lakukan untuk bersama, baik itu positif ataupun negatif. Seperti di desa
Banjarrejo 38 B pertemanan sebaya sangatlah diminati oleh remajanya
mereka selalu berbondong-bondong beramai-ramai dalam segi apapun.
Dalam segi religius pun seperti itu. Dalam hal shalat berjama‟ah, pengajian,
serta berpakaian mereka selalu kompak. Untuk itu pertemanan sangat
berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak pada masa remaja, seperti
pembentukan sikap religius.
2. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Sikap Religius Remaja
Remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghadapi
tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya remaja yang
memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa
kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan
opini dari orang lain dalam memutuskan sesuatu. Jadi konsep diri sangat
berperan dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan remaja serta sangat
mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat. Dalam sikap religiusnya
tidak jarang remaja yang memiliki konsep diri negatif mereka cenderung
ragu dalam bertindak mereka kurang percaya diri sehingga mengandalkan
opini dari orang lain seperti dalam pertemanan mereka cenderung lebih
percaya diri jika melakukan sesuatu berdasarkan pendapat teman-teman
sebayanya padahal tidak selalu pendapat mereka menuju hal positif kadang
juga negatif. Sehingga dalam melakukan hal baik pun mereka masih ragu
apabila yang memiliki konsep diri negatif, berbeda dengan remaja yang
memiliki konsep diri positif mereka akan selalu percaya diri dalam
menjalankan kegiatan di masyarakat seperti adzan di masjid, shalat
berjama‟ah, mengikuti kegiatan risma, dan lain sebagainya.
3. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri Terhadap
Sikap Religius Pada Remaja
Teman sebaya sangat berperan di dalam kehidupan remaja, dan remaja
sangat bergantung kepada teman sebayanya karena mereka merasa nyaman
dalam menjalin sebuah pertemanan. Sedangkan, konsep diri sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan remaja serta sangat
56
mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat. Konformitas teman
sebaya dan konsep diri sama-sama berperan dalam meningkatkan
kereligiusan pada remaja. Konformitas teman sebaya dan konsep diri saling
memberikan pengaruh terhadap sikap religius seperti karena berteman
remaja menjadi giat untuk beribadah tetapi ada sebagian remaja yang giat
dalam beribadah karena keinginan diri sendiri yang kuat. Jadi konformitas
teman sebaya dan konsep diri bersama-sama mepengaruhi sikap religius
pada remaja.
Berdasarkan tinjauan teori, penelitian terdahulu, dan hubungan antar
variabel maka dapat disusun suatu kerangka berpikir dalam penelitian ini untuk
memperjelas pemahaman diatas. Selanjutnya akan disajikan dalam gambar
berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai
berikut:
1. Konformitas teman sebaya terhadap sikap religius pada remaja adalah
signifikan
2. Konsep diri terhadap sikap religius pada remaja adalah signifikan
3. Konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius pada
remaja adalah signifikan.
Sikap religius (Y)
1. Sholat
2. Berpuasa
3. Membaca Al-Qur‟an
4. Akhlak
Konformitas teman sebaya
(X1)
1. Keakraban
2. Stimulasi
3. Dukungan fisik
4. Dukungan Ego
5. Perbandingan sosial
6. Intimasi dan afeksi
Konsep diri (X2)
1. Fisik
2. Psikologis
3. Pengetahuan
4. Pengharapan
5. Penilaian terhadap diri
sendiri
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian mix method, yaitu suatu langkah
penelitian dengan menggabungkan dua bentuk pendekatan dalam penelitian
yaitu kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:404) mix method
adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan
antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-
sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliabel dan objektif.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa, metode penelitian kombinasi adalah
metode penelitian yang menggunakan dua metode yaitu metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan dalam suatu kegiatan penelitian
sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan menyeluruh.
Desain penelitian ini menggunakan Sequential Explonatory. Model
penelitian Sequential Explonatory Design dicirikan dengan melakukan
pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti
dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua, guna
memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama .
Sugiyono (2011: 409).
Penelitian ini didesain untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
antara variabel independent (bebas) dengan variabel dependent (terikat) dalam
populasi. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu: konformitas teman
sebaya dan konsep diri, sedangakan variabel terikatnya adalah sikap religius. .
Pengaruh antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan desain sebagai
berikut:
Catatan :
X1 : Konformitas teman sebaya
X2 : Konsep Diri
Y : Sikap Religius
: Pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap
religius remaja awal.
X1
Y
X2
58
59
C. Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertenttu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2010:61).
Suharsimi Arikunto (2010:173) mengatkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.
Dengan demikian populasi merupakan bagian terbesar dari sampel.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja
yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur
yang terdiri dari 507 remaja yang terbagi kedalam 8 dusun. Adapun rincian
populasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.2
Data tentang jumlah populasi remaja di desa Banjarrejo 38
Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur
No Dusun Jumlah Remaja
1
2
3
4
5
6
7
8
Dusun 1
Dusun 2
Dusun 3
Dusun 4
Dusun 5
Dusun 6
Dusun 7
Dusun 8
58
77
75
65
68
50
68
49
Jumlah 507
Sumber: Dokumentasi remaja di desa Banjarrejo 38 B
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara tertentu
yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa
mewakili populasi. M. Iqbal Hasan (2003:84).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian
atau sekelompok dari sesuatu yang akan diteliti dan sudah mewakili semua
populasi. Kemudian untuk menentukan berapa banyak sampel yang akan
diteliti, penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010:134)
yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, dan apabila jumlah
subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Berdasarkan pendapat di atas, sampel dalam penelitian ini adalah 10%
dari 507 remaja. Sehingga, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
51 remaja.
60
Tabel. 3.3
Jumlah sampel dari masing-masing dusun
Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur
No Dusun Jumlah Remaja % Hasil Pembulatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Dusun 1
Dusun 2
Dusun 3
Dusun 4
Dusun 5
Dusun 6
Dusun 7
Dusun 8
58
77
75
65
68
50
68
49
10%
10%
10%
10%
10%
10%
10%
10%
5,8
7,7
7,5
6
6,8
5
6,8
4,9
6
8
7
6
7
5
7
5
Jumlah 507 51
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara
umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Adapun prosedur dan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan probability/random sampling.
Random sampling adalah proses pemilihan sampel dengan seluruh anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Masing-masing
anggota pada populasi tersebut memiliki kemungkinan (probabilitas) yang
sama untuk terpilih. Kountur (2007:147). Langkah-langkah pengambilan
sampel yaitu sebagai berikut:
a. Populasi dibagi-bagi dalam beberapa lapisan, yang terdiri dari 8 dusun
yaitu dusun 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.
b. Pada setiap dusun semua populasi mendapatkan peluang yang sama untuk
menjadi sampel.
c. Pengambilan sampel dalam setiap lapisan atau dusun, semua nama masuk
ke dalam cangkir undian, kemudian dikocok dan disetiap dusunnya di
ambil 10 % lalu nama yang keluar maka itu yang menjadi sampel atau
responden dalam penelitian ini.
Demikianlah langkah-langkah pengambilan sampel yang dilakukan
peneliti dengan menggunakan probability/random sampling yaitu proses
pemilihan sampel dengan seluruh anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih.
61
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Angket
Arikunto (2010:194) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Menurut jenisnya angket
ada dua macam yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Angket
langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya, Angket tidak langsung
yaitu rensponden menjawab tentang orang lain.
Dengan demikan, Angket langsung merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan kepada responden yang memberikan keleluasaan kepada
responden untuk memberikan pendapat sesuai dengan keinginan mereka.
Sedangkan angket tidak langsung merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada responden dan sudah ada jawabannya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan angket tidak langsung.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data melalui penyebaran
instrumen angket/kuesioner model skala Likert, yang diberikan kepada
responden yaitu remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 b Kec. Batanghari
Kab. Lampung Timur sebanyak 51 remaja. Ketiga instrumen yang dirancang
tersebut terdiri dari :
1) Variabel terikat yaitu sikap religius (Y)
2) Variabel bebas yaitu konformitas teman sebaya (X1)
3) Variabel konsep diri (X2)
Untuk mendukung data penelitian peneliti juga menggunakan metode
pendukung yaitu metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
2. Wawancara/Interview
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewee). Sudijono (2009:301). Dalam wawancara dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Wawancara bebas (unguided interview) yaitu pewawancara bebas
menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan.
b. Wawancara terpimpin (duided interview) yaitu interview yang dilakukan
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksud dengan interview berstruktur.
c. Wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan
wawancara terpimpin. Edi Kusnadi (2008: 97).
Jenis wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bebas
terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara
62
terpimpin. Dimana pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan.
Teknik ini, ditujukan kepada beberapa orang tua dan remaja untuk
mengetahui sikap religius remaja.
3. Metode Observasi
Menurut Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Nurul Zuriah (2009:173).
Metode observasi sebagai alat pengumpulan data, dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Observasi partisipan
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
b. Observasi non partisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktifitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi
nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. Sugiyono (2012:145)
Observasi yang digunakan untuk mendapatkan data tentang sikap
religius remaja didesa Banjarrejo 38 B Lampung Timur Observasi partisipan
yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati.
4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Suharsimi Arikunto
(2002:86).
Berdasarkan pendapat di atas peneliti berpendapat bahwa metode
dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari sumber tertulis.
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah
singkat desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur seperti :
jumlah penduduk, struktur organisasi, dan dokumen mengenai konformitas
teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius pada remaja.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dsimpulkan bahwa metode yang
digunakan untuk pengumpulan data ada 4 yaitu angket,wawancara, observasi
dan dokumentasi. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang
konformitas teman sebaya, konsep diri dan sikap religius, kemudian
wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang
diperoleh dari penyebaran angket.
63
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri atas tiga jenis yaitu instrumen untuk
mengukur sikap religius remaja, instrumen untuk mengukur konformitas teman
sebaya dan instrumen untuk mengukur konsep diri. Ketiga jenis instrumen
tersebut berbentuk angket dengan menggunakan skala Likert. Penjelasan ketiga
instrumen tersebut sebagai berikut:
1. Konfromitas Teman Sebaya
a. Definisi konseptual
Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini adalah suatu perubahan
perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari
kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan
kelompok. Teman sebaya sebagai rekan dalam kelompok usia dan
lingkaran ke remaja dan teman - teman sebagai kelompok penting teman
dekat. Perubahan perilaku seseorang terhadap kelompoknya berupa
peniruan sikap, kerjasama, solidaritas dan persaingan agar dapat diterima
sebagai anggota kelompok dan menghindari ketidaksamaan atau
keterkucilan. Karena dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih
aman, secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya
dari apapun yang dapat membahayakan temannya.
b. Definisi operasional
Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini adalah skor total yang
diperoleh responden dalam menjawab pernyataan berdasarkan pada
pengembangan kisi-kisi instrumen konformitas teman sebaya yang dapat
diukur melalui indikator sebagai berikut:
1) Keakraban
2) Stimulasi
3) Dukungan fisik
4) Dukungan Ego
5) Perbandingan sosial
c. Kisi-kisi instrumen
Pernyataan-pernyataan dalam mengukur konformitas teman sebaya
menggunakan skala Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering
(SS), Sering (S), Jarang (J), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP).
Masing-masing pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk
pernyataan yang bersifat positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai
berikut:
SS = 5
S = 4
JR = 3
J = 2
TP = 1
64
Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut:
SS = 1
S = 2
JR = 3
J = 4
TP = 5
Kisi-kisi instrumen penelitian variabel konformitas teman sebaya,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Teman Sebaya
Variabel
Penelitian Indikator Nomor item Jumlah
Variabel (X1)
Konformitas
teman sebaya
(Santrock,
2009 : 339)
1. Keakraban
Persahabatan memungkinkan remaja
bermain dan beraktivitas secara
kolaboratif serta menghabiskan waktu
bersama teman bermain, atau teman
yang sudah dikenal baik.
2. Stimulasi
Persahabatan memungkinkan remaja
memperoleh informasi yang menarik,
dan menyenangkan.
3. Dukungan fisik
Persahabatan memungkinkan remaja
memperoleh berbagai kesempatan,
sumber-sumber dan bantuan.
4. Dukungan Ego
Persahabatan memberikan peluang
kepada remaja untuk memperoleh
dukungan, dorongan dan umpan balik
dari teman sebaya, yang kesemuanya
itu membantu remaja mempertahankan
perasaan bahwa dirinya adalah individu
yang kompeten, menarik dan berguna.
5. Perbandingan sosial
Persahabatan memungkinkan remaja
memperoleh informasi tentang dalam
hal apa ia merasa sama seperti remaja
lainnya, dan di mana dia merasa
1, 6, 15, 23,32
3, 5, 17,34
22,27,29,35,36,
37
9,11,16,28,31,3,
38,39
2, 4, 8, 10, 12,
14, 18, 19, 20,
24, 25, 26, 30,
5
4
6
8
13
65
berbeda.
6. Intimasi dan afeksi
Persahabatan memungkinkan remaja
memperoleh suatu kehangatan,
kedekatan hubungan, membangun
hubungan yang saling mempercayai
dengan sebaya lainnya. Dari hal-hal
yang demikian keterbukaan diri akan
terjadi.
7, 13, 21,40
4
Jumlah 40
2. Konsep Diri
a. Definisi Konseptual
Konsep diri dalam penelitian ini adalah suatu penilaian terhadap diri
sendiri mengenai kemampuan yang ada dalam dirinya untuk menghadapi
berbagai situasi. Konsep diri dapat mempengaruhi persepsi individu
tentang lingkungan sekitar dan perilakunya, bahwa perkembangan konsep
diri dan percaya diri yang positif akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan sosial dan sebaliknya.
b. Definisi operasional
Konsep diri dalam penelitian ini adalah skor total ang diperoleh responden
dalam menjawab pertanyaan berdasarkan pada pengembangan kisi-kisi
instrumen konsep diri yang dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
1) Fisik
2) Intelegensi
3) Keluarga
4) Teman Sebaya
5) Kebudayaan
c. Kisi-kisi instrumen
Pernyataan-pernyataan dalam mengukur konsep diri menggunakan skala
Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S),
Jarang (J), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing
pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk pernyataan yang bersifat
positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai berikut:
SS = 5
S = 4
JR = 3
J = 2
TP = 1
66
Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut:
SS = 1
S = 2
JR = 3
J = 4
TP = 5
Kisi-kisi instrumen penelitian variabel sikap religius, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri
Variabel
Penelitian Indikator Nomor item Jumlah
Variabel (X2)
Konsep Diri
1. Fisik
Dimensi ini meliputi sejumlah
konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, kesesuaian
dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi
dihadapan orang lain yang
disebabkan oleh keadaan fisiknya.
Hal penting yang berkaitan dengan
keadaan fisik adalah daya tarik dan
penampilan tubuh di hadapan orang
lain. Individu dengan penampilan
yang menarik cenderung
mendapatkan sikap sosial yang
menyenangkan dan penerimaan
sosial dari lingkungan sekitar yang
akan menimbulkan konsep diri yang
positif bagi individu.
2. Psikologis
Dimensi ini meliputi penilaian
individu terhadap keadaan psikis
dirinya, seperti rasa percaya diri,
1,2,3,4,5,6,7
8,9,10,11,12,31,
32,34,35,36,38,
7
13
67
harga diri, serta kemampuan dan
ketidakmampuannya. Sebagai
contoh penilaian mengenai
kemampuan dan ketidakmampuan
diri akan mempengaruhi rasa
percaya diri dan harga dirinya.
Individu yang merasa mampu akan
mengalami peningkatan rasa percaya
diri dan harga diri, sedangkan
individu dengan perasaan tidak
mampu akan merasa negatif diri
sehingga cenderung terjadi
penurunan harga diri.
3. Pengetahuan
Dimensi ini merupakan pengetahuan
individu mengenai diri dan
gambarannya yang berarti bahwa
dalam aspek kognitif individu yang
bersangkutan mendapat informasi
mengenai keadaan dirinya. Seperti
nama, usia, jenis kelamin, suku
bangsa, dsb. Hurlock,1999:237
4. Pengharapan
Dimensi harapan individu di masa
mendatang yang disebut juga diri
ideal, yaitu kekuatan yang
mendorong individu untuk menuju
ke masa depan. Rogers (Calhoun,
1995:71) menyatakan pada saat kita
mempunyai satu set pandangan
tentang siapa kita, kita juga
mempunyai satu set pandangan lain
yaitu tentang kemungkinan kita
menjadi apa dimasa mendatang.
5. Penilaian terhadap diri sendiri
Dimensi ini merupakan
perbandingan antara pengharapan
diri dengan standar diri yang akan
39,40
22,23,24,25
13,14,15,16,18,1
9,20,26,33
17,21,27,28,29,
30,37
4
8
7
68
menghasilkan harga diri (self
esteem). Eipsten (Calhoun, 1995:71)
menyatakan dimensi ketiga dari
konsep diri adalah penilaian kita
terhadap diri sendiri. Kita
berkedudukan sebagai penilai
tentang diri kita sendiri setiap hari,
mengukur apakah kita bertentangan
dengan (1) “saya-dapat-menjadi
apa”, yaitu pengharapan kita bagi
kita sendiri, dan (2) “saya-
seharusnyamenjadi apa”, yaitu
standar kita bagi diri sendiri.
Jumlah 40
3. Sikap Religius
a. Definisi konseptual
Sikap religius dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran jiwa remaja
dalam menanamkan sikap religius dalam kehidupan sehari-hari baik
berada didalam rumah maupun diluar rumah. Sejauh mana individu
berkomitmen untuk agama dan mengakui agamanya dan ajaran-ajarannya,
sehingga sikap dan perilaku individu mencerminkan komitmen ini, sejauh
mana seseorang menganut nilai-nilai agamanya, keyakinan dan praktik
serta menggunakan keyakinan dan mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dugaannya adalah bahwa orang yang sangat religius akan
menjalani kehdupan dunia melalui pemahaman agamnya dalam hidupnya.
b. Definisi operasional
Sikap religius dalam penelitian ini adalah skor total ang diperoleh
responden dalam menjawab pertanyaan berdasarkan pada pengembangan
kisi-kisi instrumen sikap religius yang dapat diukur melalui indikator
sebagai berikut:
1) Shalat
2) Berpuasa
3) Membaca Al-Qur’an
4) Akhlak
c. Kisi-kisi instrumen
Pernyataan-pernyataan dalam mengukur sikap religius menggunakan skala
Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S),
Jarang (J), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing
69
pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk pernyataan yang bersifat
positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai berikut:
SS = 5
S = 4
JR = 3
J = 2
TP = 1
Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut:
SS = 1
S = 2
JR = 3
J = 4
TP = 5
Kisi-kisi instrumen penelitian variabel sikap religius, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Sikap Religius
Variabel
Penelitian Indikator Nomor item Jumlah
Variabel (Y)
Sikap
Religius
1. Shalat
Amalan yang tersusun dari
perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul
ikhram dan diakhiri salam
dengan syarat rukun yang telah
ditentukan sebagai pembuktian
pengabdian seorang hamba
dihadapan Allah SWT. Labib
MZ (2010:34).
2. Berpuasa
a) Melatih mental
b) Melatih kedisiplinan (taat
pada aturan)
c) Memupuk kepedulian dan
kepekaan sosial. Supiana
(2001:94)
1,2,3,4,5,6,32,38,39
7,10, 12,
8,9,11,31
13,14
9
9
70
3. Membaca Al-Qur’an
a) Dalam keadaan bersuci
b) Memilih tempat yang
pantas dan suci
c) Menghadap kiblat dan
berpakaian sopan
d) Membaca tajwid yang benar
e) Membaca dengan tartil
f) Membaca dengan ikhlas
g) Membaca dengan khusyu’
dan khudlu’. Majid Khon
(2011:41)
4. Akhlak
a) Bersifat sabar
b) Bersifat benar (istiqamah)
c) Memelihara amanah
d) Bersifat kasih sayang
e) Bersifat hemat (harta
benda, tenaga, waktu)
d) Sifat angkuh (sombong)
Muhammad Alim
(2006:152).
22
21
19
17
16,19,20
15, 18
23,40
25,27,34,35
29,33,37
36
30
24, 26,28
8
14
Jumlah 40
.
F. Kalibrasi Instrumen penelitian
Instrumen penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian.
Instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Karena data
yang dikumpulkan melalui instrumen akan digunakan dalam menjawab
hipotesis penelitian.
Menurut Arikunto (2007:123) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam peneltian ini terdiri
dari instrumen konformitas teman sebaya, konsep diri dan sikap religius yang
berupa angket dengan model skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Sugiyono (2008:93).
71
Angket dalam penelitian ini menggunakan lima options atau lima jawaban.
Cara responden menjawab pernyataan dengan memberikan ceklis pada salah
satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
1. Uji coba instrumen
Instrumen penelitian yang telah dibuat terlebih dahulu dilakukan uji
coba isntrumen untuk mengetahui layak atau tidaknya isntrumen penelitian
yang digunakan. Insrumen dari masing-masing variabel variabel bebas yaitu
konformitas teman sebaya (X1), konsep diri (X2) dan variabel terikat yaitu
sikap religius (Y), dilakukan uji coba kepada remaja awal yang tidak
termasuk ke dalam sampel penelitian, yang digunakan untuk menguji valditas
dan reliabilitas instrumen.
2. Uji Validitas Instrumen
Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasi uji coba
instrumen yaitu validitas butir pernyataan dengan menggunakan koefisien
korelasi Product Moment. Untuk menguji validitas butir instrumen, dilakukan
uji coba instrumen kepada 30 orang remaja diluar sampel penelitian.
Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korleasi Product
Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir instrumen dengan
skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan.
Jika nilai rhitung > rtabel maka item tersebut valid. Sugiyono (2008:126).
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Product moment
2222
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
rxy : Angka Indeks korelasi “r” product moment
N : Number of cases
XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y
X : Jumlah seluruh skor X
Y : Jumlah seluruh skor Y.
a. Konformitas Teman Sebaya
Uji validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah
disusun dan dapat dikatakan valid, jika instrumen dapat mengukur sesuatu
dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen konformitas teman
sebaya disusun berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan
sehingga menghasilkan sebanyak 40 pernyataan. Untuk menguji validitas
72
butir instrumen, dilakukan uji coba instrumen kepada 30 orang remaja
diluar sampel penelitian.
Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi
Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir
instrumen dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan.
Jika nilai rhitung > rtabel maka item tersebut valid. Sugiyono (2008:126).
Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi uji
validitas item yang dilakukan dengan menggunakan software spss. Dalam
hal ini setiap item akan dihitung relasinya dengan skor total variabel. Agar
penelitian ini lebih teliti sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r).
Hasil perhitungan rhitung dicocokkan dengan harga rtabel pada taraf
signifikan 0,05, n = 30 yaitu 0.361. Jika r hitung > r tabel berarti butir soal
tersebut dinyatakan valid.
Hasil uji validitas instrumen konformitas teman sebaya yang telah
peneliti lakukan terdapat pada tabel seperti berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Vaiabel Konformitas Teman Sebaya
No r tabel r hitung Keterangan
1 0,361 0,302393 Tidak Valid
2 0,361 0,260094 Tidak Valid
3 0,361 0,659604 Valid
4 0,361 0,409643 Valid
5 0,361 0,68065 Valid
6 0,361 0,567753 Valid
7 0,361 0,423507 Valid
8 0,361 0,568965 Valid
9 0,361 0,432038 Valid
10 0,361 0,117397 Tidak Valid
11 0,361 0,680008 Valid
12 0,361 0,630161 Valid
13 0,361 0,534494 Valid
14 0,361 0,677168 Valid
73
15 0,361 0,297127 Tidak Valid
16 0,361 0,308893 Tidak Valid
17 0,361 0,348037 Tidak Valid
18 0,361 0,565866 Valid
19 0,361 0,429191 Valid
20 0,361 0,463669 Valid
21 0,361 0,302393 Tidak Valid
22 0,361 0,659604 Valid
23 0,361 0,68065 Valid
24 0,361 0,423507 Valid
25 0,361 0,432038 Valid
26 0,361 0,680008 Valid
27 0,361 0,534494 Valid
28 0,361 0,297127 Tidak Valid
29 0,361 0,372357 Valid
30 0,361 0,595827 Valid
31 0,361 0,280665 Tidak Valid
32 0,361 0,296307 Tidak Valid
33 0,361 0,636858 Valid
34 0,361 0,344509 Tidak Valid
35 0,361 0,41399 Valid
36 0,361 0,422833 Valid
37 0,361 0,414821 Valid
38 0,361 0,448362 Valid
39 0,361 0,065592 Tidak Valid
40 0,361 0,459401 Valid
74
Setelah melakukan uji coba instrumen konformitas teman sebaya
maka diketahui bahwa, hasil pengujian validitas dari 40 butir pernyataan
instrumen variabel konformitas teman sebaya didapatkan 28 butir
pernyataan yang valid yaitu nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11 ,12, 13, 14, 18, 19,
20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 33, 35, 36, 37, 38, 40 dan 12 pernyataan
yang tidak valid yaitu nomor 1, 2, 10 ,15 ,16 ,17 ,21 ,28 ,31 ,32 ,34 ,39.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa soal-soal yang valid
tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data pada sampel
kelompok penelitian, karena telah memenuhi syarat untuk melakukan
penelitian, sehingga soal-soal tersebut dapat digunakan sebagai penelitian.
b. Konsep Diri
Uji validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah
disusun dan dapat dikatakan valid, jika instrumen dapat mengukur sesuatu
dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen konsep diri disusun
berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan sebanyak 40 pernyataan. Untuk menguji validitas butir
instrumen, dilakukan uji coba instrumen kepada 30 orang remaja diluar
sampel penelitian.
Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi
Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir
instrumen dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan.
Jika nilai rhitung > rtabel maka item tersebut valid. Sugiyono (2008:126).
Untuk menghitung validitas butir pernyataan digunakan rumus korelasi uji
validitas item yang dilakukan dengan menggunakan software spss. Dalam
hal ini setiap item akan dihitung relasinya dengan skor total variabel. Agar
penelitian ini lebih teliti sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r).
Hasil perhitungan rhitung dicocokkan dengan harga rtabel pada taraf
signifikan 0,05, n= 30 yaitu 0.361. Jika r hitung > r tabel berarti butir soal
tersebut dinyatakan valid.
Hasil uji validitas instrumen konsep diri yang telah peneliti lakukan
terdapat pada tabel seperti berikut:
75
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri
No r tabel r hitung Keterangan
1 0,361 0,412221 Valid
2 0,361 0,528678 Valid
3 0,361 0,71059 Valid
4 0,361 0,284717 Tidak Valid
5 0,361 0,477151 Valid
6 0,361 0,37526 Valid
7 0,361 0,323413 Tidak Valid
8 0,361 0,268094 Tidak Valid
9 0,361 0,220011 Tidak Valid
10 0,361 0,022745 Tidak Valid
11 0,361 0,430199 Valid
12 0,361 0,195901 Tidak Valid
13 0,361 0,561672 Valid
14 0,361 0,48394 Valid
15 0,361 0,412221 Valid
16 0,361 0,361529 Valid
17 0,361 0,40412 Valid
18 0,361 0,430199 Valid
19 0,361 0,561672 Valid
20 0,361 0,412221 Valid
21 0,361 0,71059 Valid
22 0,361 0,477151 Valid
23 0,361 0,344112 Tidak Valid
24 0,361 0,40412 Valid
25 0,361 0,392267 Valid
76
26 0,361 0,454736 Valid
27 0,361 0,429591 Valid
28 0,361 0,400136 Valid
29 0,361 0,397408 Valid
30 0,361 0,378028 Valid
31 0,361 0,388877 Valid
32 0,361 0,388649 Valid
33 0,361 0,725001 Valid
34 0,361 0,303488 Tidak Valid
35 0,361 0,486001 Valid
36 0,361 0,384643 Valid
37 0,361 0,377702 Valid
38 0,361 0,352977 Tidak Valid
39 0,361 0,426986 Valid
40 0,361 0,075335 Tidak Valid
Setelah melakukan uji coba instrumen konsep diri maka diketahui
bahwa, hasil pengujian validitas dari 40 butir pernyataan instrumen
variabel konformitas teman sebaya didapatkan 32 butir pernyataan yang
valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39 dan 8 pernyataan
yang tidak valid, yaitu nomor 4, 7, 8, 9, 10, 12, 23, 34, 40.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa soal-soal yang valid
tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data pada sampel
kelompok penelitian, karena telah memenuhi syarat untuk melakukan
penelitian, sehingga soal-soal tersebut dapat digunakan sebagai penelitian.
c. Sikap Religius
Uji validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah
disusun dan dapat dikatakan valid, jika instrumen dapat mengukur sesuatu
dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen sikap religius disusun
berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan sebanyak 40 pernyataan. Untuk menguji validitas butir
77
instrumen, dilakukan uji coba instrumen kepada 30 orang remaja diluar
sampel penelitian.
Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi
Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir
instrumen dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan.
Jika nilai rhitung > rtabel maka item tersebut valid. Sugiyono (2008:126).
Untuk menghitung validitas butir pernyataan digunakan rumus korelasi uji
validitas item yang dilakukan dengan menggunakan software spss. Dalam
hal ini setiap item akan dihitung relasinya dengan skor total variabel. Agar
penelitian ini lebih teliti sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r).
Hasil perhitungan rhitung dicocokkan dengan harga rtabel pada taraf
signifikan 0,05, n= 30 yaitu 0.361. Jika r hitung > r tabel berarti butir soal
tersebut dinyatakan valid.
Hasil uji validitas instrumen sikap religius yang telah peneliti
lakukan terdapat pada tabel seperti berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Religius
No r tabel r hitung Keterangan
1 0,361 0,348634 Tidak Valid
2 0,361 0,220351 Tidak Valid
3 0,361 0,613755 Valid
4 0,361 0,42105 Valid
5 0,361 0,548081 Valid
6 0,361 0,41991 Valid
7 0,361 0,337722 Tidak Valid
8 0,361 0,441249 Valid
9 0,361 0,623655 Valid
10 0,361 0,399565 Valid
11 0,361 0,614619 Valid
12 0,361 0,504931 Valid
13 0,361 0,600967 Valid
14 0,361 0,68131 Valid
15 0,361 0,381185 Valid
78
16 0,361 0,252358 Tidak Valid
17 0,361 0,264203 Tidak Valid
18 0,361 0,601186 Valid
19 0,361 0,536675 Valid
20 0,361 0,345564 Tidak Valid
21 0,361 0,341303 Tidak Valid
22 0,361 0,56899 Valid
23 0,361 0,400967 Valid
24 0,361 0,426213 Valid
25 0,361 0,49511 Valid
26 0,361 0,558481 Valid
27 0,361 0,414354 Valid
28 0,361 0,520611 Valid
29 0,361 0,357829 Tidak Valid
30 0,361 0,569326 Valid
31 0,361 0,29537 Tidak Valid
32 0,361 0,287152 Tidak Valid
33 0,361 0,430546 Valid
34 0,361 0,158597 Tidak Valid
35 0,361 0,365022 Valid
36 0,361 0,474519 Valid
37 0,361 0,470104 Valid
38 0,361 0,381753 Valid
39 0,361 0,386011 Valid
40 0,361 0,479851 Valid
Setelah melakukan uji coba instrumen sikap religius maka diketahu
bahwa, hasil pengujian validitas dari 40 butir pernyataan instrumen
variabel konformitas teman sebaya didapatkan 29 butir pernyataan yang
valid, yaitu nomor 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 22, 23, 24,
79
25, 26, 27, 28, 30, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40 dan 11 pernyataan yang tidak
valid, yaitu nomor 1, 2, 7, 16, 17, 20, 21, 29, 31, 32, 34.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa soal-soal yang valid
tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data pada sampel
kelompok penelitian, karena telah memenuhi syarat untuk melakukan
penelitian, sehingga soal-soal tersebut dapat digunakan sebagai penelitian.
3. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat kemampuan hasil dari dua
pengukuran terhadap hasil yang sama. Untuk menentukan instrumen
dinyatakan reliable atau tidak, maka dilakukan dengan membandingkan
koefisien reliabilitas (r11) dengan 0,7.
Menurut Sudjono (2003:209) bila r11 > 0,7 berarti instrumen tersebut
telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliabel), jika hasil perhitungan
ternyata r11 > 0,7, maka instrumen dianggap reliable (ajeg, konstan),
sebaliknya jika r11 < 0,7 maka dianggap tidak reliabel. Rumus Alpha
Croncbach yang digunakan :
r 11 =
(
∑
)
Keterangan :
r 11 = Nilai reabilitas
∑ Jumlah varians skor tiap-tiap item
= Varians total
k = Jumlah item
a. Konformitas Teman Sebaya
Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya yaitu
untuk membuktikan instrumen yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan
reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrumen
sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Uji reliabilitas ini menggunaakan rumus Alpha Cronbach.
Arikunto (2010: 196). Untuk menyatakan instrumen reliabel atau tidak,
maka dilakukan dengan membandingkan koefisien reliabilitas (rii) dengan
0,7.
Menurut Sudijono jika ralpha positif dan lebih besar dai batas minimal
0,700 berarti berarti soal memiliki reliabel yang tinggi. Jika ralpha negatif
atau ralpha lebih kecil dari batas minimal 0,700 berarti tes tersebut memiliki
reliabilitas rendah. Selanjutnya 40 pernyataan dilanjutkan uji reliabilitas.
Dari uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konfromitas teman sebaya
sebesar 0,901.
80
Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung lebih besar dari batas
minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan pengujian reliabilitas menggunakan SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Konformitas Teman Sebaya
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.901 40
Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konfromitas
teman sebaya sebesar 0,901. Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung
lebih besar dari batas minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang
tinggi. Oleh karena soal dinyatakan valid dan reliabel maka soal tersebut
sudah layak untuk disebarkan kepada responden untuk mengadakan
penelitian. Selanjutnya data lengkap validitas butir soal variabel
konformitas teman sebaya dapat dilihat pada lampiran.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jika suatu data sudah
valid dan reliabel, maka sudah jelas keabsahan dan kualitas dari suatu data
tersebut. Pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan relibilitas,
maka langkah selanjutnya data tersebut dapat kembali diujikan pada uji
prasyarat di tahap selanjutnya.
b. Konsep Diri
Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya yaitu
untuk membuktikan instrumen yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan
reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrumen
sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Uji reliabilitas ini menggunaakan rumus Alpha Cronbach.
Arikunto (2010: 196). Untuk menyatakan instrumen reliabel atau tidak,
maka dilakukan dengan membandingkan koefisien reliabilitas (rii) dengan
0,7.
Menurut Sudijono jika ralpha positif dan lebih besar dai batas minimal
0,700 berarti berarti soal memiliki reliabel yang tinggi. Jika ralpha negatif
atau ralpha lebih kecil dari batas minimal 0,700 berarti tes tersebut memiliki
reliabilitas rendah. Selanjutnya 40 pernyataan dilanjutkan uji reliabilitas.
Dari uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konsep diri sebesar 0,867.
81
Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung lebih besar dari batas
minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan pengujian reliabilitas menggunakan SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 3.11
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.867 40
Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konfromitas
teman sebaya sebesar 0,867. Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung
lebih besar dari batas minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang
tinggi. Oleh karena soal dinyatakan valid dan reliabel maka soal tersebut
sudah layak untuk disebarkan kepada responden untuk mengadakan
penelitian. Selanjutnya data lengkap validitas butir soal variabel konsep
diri dapat dilihat pada lampiran.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jika suatu data sudah
valid dan reliabel, maka sudah jelas keabsahan dan kualitas dari suatu data
tersebut. Pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan relibilitas,
maka langkah selanjutnya data tersebut dapat kembali diujikan pada uji
prasyarat di tahap selanjutnya.
c. Sikap Religius
Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya yaitu
untuk membuktikan instrumen yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan
reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrumen
sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Uji reliabilitas ini menggunaakan rumus Alpha Cronbach.
Arikunto (2010: 196). Untuk menyatakan instrumen reliabel atau tidak,
maka dilakukan dengan membandingkan koefisien reliabilitas (rii) dengan
0,7.
Menurut Sudijono jika ralpha positif dan lebih besar dai batas minimal
0,700 berarti berarti soal memiliki reliabel yang tinggi. Jika ralpha negatif
atau ralpha lebih kecil dari batas minimal 0,700 berarti tes tersebut memiliki
reliabilitas rendah. Selanjutnya 40 pernyataan dilanjutkan uji reliabilitas.
Dari uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konsep diri sebesar 0,884.
82
Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung lebih besar dari batas
minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan pengujian reliabilitas menggunakan SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 3.12
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Religius
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 39
Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh rhitung variabel konfromitas
teman sebaya sebesar 0,884. Menurut indeks reliabilitas jka nilai r hitung
lebih besar dari batas minimal 0,700 berarti tes memiliki reliabilitas yang
tinggi. Oleh karena soal dinyatakan valid dan reliabel maka soal tersebut
sudah layak untuk disebarkan kepada responden untuk mengadakan
penelitian. Selanjutnya data lengkap validitas butir soal variabel konsep
diri dapat dilihat pada lampiran.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jika suatu data sudah
valid dan reliabel, maka sudah jelas keabsahan dan kualitas dari suatu data
tersebut. Pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan relibilitas,
maka langkah selanjutnya data tersebut dapat kembali diujikan pada uji
prasyarat di tahap selanjutnya.
G. Tekhnik Analisa Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, perlu dilakukan analisa data. Tahapan
analisis data meliputi:
1. Mendeskripsikan data (rata-rata, standar deviasi, modus, median, daftar
distribusi frekuensi dan histogram)
2. Melakukan uji persyaratan analisis data (uji normalitas, uji homogenitas, uji
linearitas)
3. Pengujian hipotesis.
a. Mendeskripsikan data
1) Rata-rata
Nilai rata-rata dapat dirumuskan dengan :
= ∑
∑
83
2) Standar deviasi
Sandar deviasi atau penyimpangan standar didasarkan pada konsep
penyimpangan yang diakarkan dari rata-rata. Rumus standar deviasi
adalah sebagai berikut:
s = √∑
Keterangan :
S = standar populasi deviasi
Xl = Rata-rata dari populasi
n = banyak data populasi ataupun sebuah sampel
f = frekuensi
3) Modus
Modus adalah nilai pada tabel distribusi frekuensi yang kemunculannya
tertinggi
4) Median
Median adalah merupakan indeks dari kecenderungan terpusat (central
tendency), jika sebuah angka menempati posisi tengah dalam tiap
distribusi yang telah diurutkan.
5) Daftar distribusi frekuensi dan histogram
Histogram dibangun oleh baris-baris yang lebarnya saling
bersinggungan antar interval kategori variabel dan tingginya
menyatakan frekuensi. (Arikunto dan Safrudin. 2013 . 111-115).
b. Uji persyaratan analisis data
Uji persyaratan analisis data dilakukan sebagai persyaratan dalam
melakukan uji hipotesis dengan uji analisis varians (anava) dua jalan
dengan faktorial 2x2 pada statistik parametrik. Untuk data dari hasil
pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep dirir terhadap sikap
religius remaja digunakan uji persyaratan datanya adalah uji normalitas,
uji homogenitas, uji linieritas.
1) Uji Normalitas
Uji normlitas data bertujuan untuk melihat sampel-sampel yang
diambil mempunyai data yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang sering digunakan dalam program SPSS yaitu uji
kolmogorov-smirnov yaitu untuk mengetahui apakah data sampel yang
diperoleh dari populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Adapun dasar pengambilan keputusan kolmogorov-smirnov
sebagai berikut:
84
Jika sig > 0,05 maka berdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka maka data tidak berdistribusi normal.(Siregar 256)
Bentuk hipotesis dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho= data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1= data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Dalam pengajuan hipotesis kriteria untuk menolak atau menerima
ho berdasarkan p-value adalah sebagai berikut:
Jika p-value < a maka ho ditolak
Jika p-value < a maka ho diterima
Dalam program SPSS digunakan istilah significance disingkat sig
untuk p-value dengan kata lain p-value = sig.
2) Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi adalah sama atau tidak. Asumsi yang mendasari dalam
analisis varian (ANOVA) adalaha bahwa varian dari populasi adalah
sama dengan menggunakan uji levene statistic pada SPSS.
Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data
adalah sama. Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
Jika sig > 0,05 maka data homogen
Jika sig < 0,05 maka maka data tidak homogen
3) Uji linieritas
Uji linieritas data bertujuan untuk mengetahui apkah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Hasil
uji lineritas digubakan untuk menguji linear atau tidaknya data yang
dianalisis yaitu variable independen terhadap variabek dependen.
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan test for linearity pada taraf
siginifikasi 0,05.
Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika
signifikasi (deviation for linearity) lebih dari 0,05 dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka data linier
Jika sig < 0,05 maka maka data tidak linier
c. Pengujian Statistik
1) Analisis regresi linier
Regresi linier bertujuan untk menganalisis ketergantungan satu
variabel terikat (Y) terhadap sejumlah variabe bebas (X), atau untuk
mengetahui pengaruh beberapa variabel X terhadap variabel Y
85
digunakan metode Analisis Regreso Linier. Hasan (2004:74), dengan
persamaan umum sebagai berikut:
a. Model Regresi : Y = 2+ 1 X1+ 2 X2 + (populasi)
b. Fungsi Regresi : = b0 + b1 X1 +b2 X2 (sampel)
Keterangan :
b0 = Intersep
b1 = koefisien variabel X1
b2 = koefisien variabel X2
Y = Sikap religius
X1 = Konformitas teman sebaya
X2 = konsep diri
2) Analisis korelasi berganda
Kuat tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y
dihitung dengan analisis statistik koefisien korelasi berganda (R),
dengan rumus sebagai berikut:
R2 = Sum of Squares Regression
Sum of Squares Total
= jumlah kuadrat rata rata regresi
Jumlah kuadrat rata-rata total
Nilai koefisien berganda bekisar antara 0 (nol) sampai dengan 1.
Bila dua variabel mempunyai nilai R = 0, berarti dua variabel tersebut
tidak terdapat hubungan. Sedangkan bila dua variabel mempunyai nilai
R =1, maka dua variabel tersebut terdapat hubungan yang sempurna.
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara
dua variabel yang dilambangkan dengan tanda (+ dan -) pada nilai
koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang searah, artinya bila
nilai variabel yang satu naik maka nilai variabel yang lainnya juga naik.
Sedangka nilai tanda (-) pada nilai koefisisen korelasi menunjukkan
hubungan yang berlawanan arah, artinya apabila nilai variabel yang
satu naik maka nilai variabel yang lain akan turun dan sebaliknya.
3) Uji hipotesis parsial melalui uji t (Uji atas Koefisien Korelasi
Berganda)
Nilai signifikasi koefisisen korelasi berganda dapat diuji dengan
kriteria t-test, yaitu nilai t hitung dibandingkan dengan nilai tabel.
Adapun rumus untuk mencari t hitung dari koefisien linier berganda
adalah sebagai berikut: : Priyatno (2011:252).
t hitung = √
√
86
Keterangan :
t = nilai signifikan koefisisen korelsi berganda
n = jumlah responden (sampel)
k = jumlah variabel
r = koefisisen korelasi
Ketentuan untuk masing-masing nilai t yaitu :
a. Bila nilai thitung > nilai ttabel, maka hipotesis penelitian ditolak. Artinya
terdapat hubungan linier antara variabel bebas X dan variabel terikat
Y signifikan.
b. Bila nilai thitung < nilai ttabel, maka hipotesis penelitian diterima.
Artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel bebas X dan
variabel terikat Y signifikan.
4) Uji Hipotesis Simultan Melalui Uji F Anava (Uji Atas Koefisisen
Regeresi Linier Berganda )
Uji F digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel bergantung. Tingkat signifikansi
koefisisen regresi linier berganda, diketahui dengan uji F, yaitu
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Untuk mengetahui nilai Fhitung
untuk regresi linier berganda dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Fhitung = Rata-rata kuadrat Regresi
Rata-rata kuadrat Residual
Ketentuan untuk masing-masing nilai F adalah sebagai berikut:
a. Bila Fhitung > Ftabel maka hipotesis penelitian diterima, artinya
koefissien b dalam persamaan regresi linier berganda adalah tidak
sama dengan nol. Sehingga persamaan garis regresi linier tersebut
adaah benar/diterima.
b. Bila Fhitung < Ftabel maka hipotesis penelitian ditolak, artinya
koefisisen b dalam persamaan regeresi linier berganda adalah sama
dengan nol, sehingga persamaan garis regresi linier tersebut adalah
tidak diterima atau ditolak. Atau dapat dikatakan bahwa variabel
bebas X tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat Y. Masyhudzulhak (2011:91).
87
H. Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan di atas, maka hipotesis
statistik dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. H0 = β1 < 0
H1 = β1 > 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius remaja
H1 = terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap religius
remaja
2. H0 = β2 < 0
H1 = β2 > 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konsep diri terhadap sikap religius remaja
H1 = terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap religius
remaja
3. H0 = β1 = β2 = atau β1 - β2 = 0
H1 = β1 - β2 ≠ 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri
bersama-sama terhadap sikap religius remaja
H1 = terdapat pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri bersama-
sama terhadap sikap religius remaja
Keterangan:
β1 = koefisisen regresi konformitas teman sebaya
β2 = koefisien regresi konsep diri
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Penelitian
1. Data hasil penelitian
Pada penelitian ini penulis akan melakukan uji analisis deskriptif pada
setiap variabel dengan menggunakan SPSS. Adapun variabel yang akan
diteliti yaitu: Konformitas Teman Sebaya (X1), Konsep Diri (X2) dan Sikap
Religius (Y). Data penelitian diperoleh dari remaja yang berada di desa
Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur, dengan jumlah
responden 51 remaja dan akan dibagikan angket sebagai alat pengumpul
datanya. Data yang diperoleh dari angket tersebut kemudian dilakukan
tabulasi data untuk memudahkan dalam pengolahan data yang tujuannya
lebih pada penggambaran dari masing-masing variabel, baik variabel bebas
maupun variabel terikat, disamping itu juga disajikan tabel distribusi
frekuensi, tabel statistik deskriptif dan histogram. Sebelum dilakukan uji
hipotesis, penulis melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji linieritas
dan uji homogenitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:
a. Konformitas Teman Sebaya
Skor variabel konformitas teman sebaya dikumpulkan melalui
metode angket dengan skala Likert yang terdiri dari 40 butir pernyataan.
Deskripsi analisis variabel konformitas teman sebaya diperoleh skor
maksimum 167 dan skor minimum 93.
Skor variabel konformitas teman sebaya jika disajikan pada tabel
distibusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Konformitas Teman Sebaya
NO Kelas Interval Frekuensi Absolut
(f)
Frekuensi
Relatif (%)
1 93-102 3 6 %
2 103-112 10 19 %
3 113-122 17 33 %
4 123-132 8 15 %
5 133-142 3 7 %
6 143-152 2 4 %
7 153-162 5 10 %
8 163-172 3 6 %
Jumlah 51 100 % Sumber: Data primer yang diolah pada tanggal 22 Agustus 2018
89
Analisa pada tabel di atas menggambarkan tentang data kelompok
dari variabel konformitas teman sebaya (X1), dapat terlihat skor terendah
dari konformitas teman sebaya sebesar 93, sedangkan skor tertingginya
adalah 167. Skor-skor tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji
deskriptif data. diketahui pada frekuensi absolut bahwa terdapat 6
responden yang skornya berada pada interval paling tinggi yaitu 163-172,
dan terdapat 3 responden pada frekuensi absolut yang skornya berada pada
interval paling rendah yaitu 93-102.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil data
menggambarkan data penelitian dari variabel konformitas teman sebaya
dengan responden sebanyak 51 dan 40 soal angket yang disebarkan.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, diperoleh hasil
statistik deskriptif dari variabel konformitas teman sebaya seperti tampak
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistika Konformitas Teman Sebaya
N Valid 51
Missing 0
Mean 125.4118
Std. Error of Mean 2.68302
Median 121.0000
Mode 121.00
Std. Deviation 19.16056
Variance 367.127
Range 74.00
Minimum 93.00
Maximum 167.00
Sum 6396.00
Sumber:Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22
Agustus 2018
Hasil statistik deskriptif variabel konformitas teman sebaya pada
tabel Statistika Konformitas Teman Sebaya diterangkan bahwa terdapat
jumlah responden 51 remaja yang mengisi angket dengan nila rata-rata
(mean) = 125,4118; nilai titik tengah (median) = 121,000; nilai yang
sering muncul (mode) = 121,00; simpangan baku (standar deviation) =
19,16056; tingkat penyebaran data konformitas teman sebaya remaja
(variance) = 367,127; rentangan (range) = 74; skor minimum = 93; skor
maksimum = 167. Sedangkan skor keseluruhan berjumlah 6396.
90
Dari tabel analisis statistik deskriptif data di atas, dapat disimpulkan
bahwa : Mean (rata-rata) konformitas teman sebaya sebanyak 125,4118
dengan standar error sebesar 2.68302.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif variabel konformitas teman
sebaya diperoleh histogram skor konformitas teman sebaya dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Histogram Konformitas Teman Sebaya
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22 Agustus
2018
Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor konformitas
teman sebaya terletak pada satu bagian histogram yang sama dan memiliki
nilai tengah dari tabel distribusi frekuensi adalah 125,41.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data konformitas teman
sebaya ini diprediksikan berdistribusi normal dan ditunjukkan dengan
histogram yang cenderung berbentuk simetris.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
bahwasanya remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari
Kab. Lampung Timur memiliki pertemanan yang baik dalam kehidupan
91
sehari-hari tetapi jika dikaitkan dengan sikap religius masih kurang
diminati karena mereka sering berkumpul dalam melakukan aktivitas
sosial, sehingga perlunya penanaman sikap religius pada diri remaja agar
konformitas teman sebaya dapat memberikan dampak positif terhadap
sikap religius dalam kehidupan sehari-hari.
b. Konsep Diri
Skor variabel konsep diri dikumpulkan melalui metode angket
dengan skala Likert yang terdiri dari 40 butir pernyataan. Deskripsi
analisis variabel konsep diri diperoleh skor maksimum 175 dan skor
minimum 83.
Skor variabel konformitas teman sebaya jika disajikan pada tabel
distibusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Konsep Diri
NO Kelas Interval Frekuensi Absolut
(f)
Frekuensi
Relatif (%)
1 83-94 3 6 %
2 95-106 6 12 %
3 107-118 16 31 %
4 119-130 9 17 %
5 131-142 5 10 %
6 143-154 2 4 %
7 155-166 3 6 %
8 167-178 7 14%
Jumlah 51 100 % Sumber: Data primer yang diolah pada tanggal 22 Agustus 2018
Analisa pada tabel di atas menggambarkan tentang data kelompok
dari variabel Konsep Diri (X2), dapat terlihat skor terendah dari konsep
diri sebesar 83, sedangkan skor tertingginya adalah 178. Skor-skor
tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji deskriptif data. diketahui
pada frekuensi absolut bahwa terdapat 3 responden yang skornya berada
pada interval paling tinggi yaitu 83-94, dan terdapat 7 responden pada
frekuensi absolut yang skornya berada pada interval paling rendah yaitu
167-178.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil data
menggambarkan data penelitian dari variabel konsep diri dengan
responden sebanyak 51 dan 40 soal angket yang disebarkan.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, diperoleh hasil
statistik deskriptif dari variabel konsep diri seperti tampak pada tabel
sebagai berikut:
92
Tabel 4.4
Statistika Konsep Diri
N Valid 51
Missing 0
Mean 126.4510
Std. Error of Mean 3.45734
Median 119.0000
Mode 112.00a
Std. Deviation 24.69033
Variance 609.613
Range 92.00
Minimum 83.00
Maximum 175.00
Sum 6449.00
Sumber:Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22
Agustus 2018
Hasil statistik deskiptif variabel konsep diri pada tabel Statistika
Konsep Diri, diterangkan bahwa tedapat jumlah responden 51 remaja yang
mengisi angket dengan nilai rata-rata (mean) = 126.4510; nilai titik tengah
(median) = 119.; nilai yang sering muncul (mode) = 112; simpangan baku
(standar deviation) = 24.69033; tingkat penyebaran data konsep diri
remaja (variance) = 609.613; rentangan (range) = 92; skor minimum = 83;
skor maksimum = 175. Sedangkan skor keseluruhan berjumlah 6449.
Dari tabel analisis statistik deskriptif data di atas, dapat disimpulkan
bahwa : Mean (rata-rata) konformitas teman sebaya sebanyak 126.4510
dengan standar error sebesar 3.45734.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dari variabel konsep diri
diperoleh histogram skor konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:
93
Gambar 4.2
Histogram Konsep Diri
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22 Agustus
2018
Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor konformitas
teman sebaya terletak pada satu bagian histogram yang sama dan memiliki
nilai tengah dari tabel distribusi frekuensi adalah 126,45.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data konformitas teman
sebaya ini diprediksikan berdistribusi normal dan ditunjukkan dengan
histogram yang cenderung berbentuk simetris.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
bahwasanya remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari
Kab. Lampung Timur memiliki konsep diri yang baik dalam kehidupan
sehari-hari tetapi sebagian remaja belum memiliki konsep diri yang baik
dalam kehidupan sehari-hari, jika dikaitkan dengan sikap religius masih
kurang diminati karena mereka lebih percaya diri jika bersama teman-
94
teman mereka dalam mengambil sebuah keputusan begitupun dengan
sikap religius mereka lebih percaya diri jika mengerjakan sikap religius
bersama dengan teman-teman mereka. Sehingga konsep diri pada diri
remaja dikatakan kurang baik, untuk itu perlunya penananaman konsep
diri yang baik atau positif pada remaja agar mereka dapat menerapkan
sikap religius dalam kehidupan sehari-hari.
c. Sikap Religius
Skor variabel sikap religius dikumpulkan melalui metode angket
dengan skala Likert yang terdiri dari 40 butir pernyataan. Deskripsi
analisis variabel sikap religius diperoleh skor maksimum 170 dan skor
minimum 103.
Skor variabel konformitas teman sebaya jika disajikan pada tabel
distibusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Sikap Religius
NO Kelas Interval Frekuensi Absolut
(f)
Frekuensi
Relatif (%)
1 103-111 7 13 %
2 112-120 10 20 %
3 121-129 10 20 %
4 130-138 9 17 %
5 139-147 5 10 %
6 148-156 4 8 %
7 157-165 2 4 %
8 166-174 4 8 %
Jumlah 51 100 % Sumber: Data primer yang diolah pada tanggal 22 Agustus 2018
Analisa pada tabel di atas menggambarkan tentang data kelompok
dari variabel sikap religius (Y), dapat terlihat skor terendah dari sikap
religius sebesar 103, sedangkan skor tertingginya adalah 174. Skor-skor
tersebut diperoleh dari hasil data penelitian uji deskriptif data. diketahui
pada frekuensi absolut bahwa terdapat 7 responden yang skornya berada
pada interval paling tinggi yaitu 103-111, dan terdapat 4 responden pada
frekuensi absolut yang skornya berada pada interval paling rendah yaitu
166-17.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil data
menggambarkan data penelitian dari variabel sikap religius dengan
responden sebanyak 51 dan 40 soal angket yang disebarkan.
95
Berdasarkan distribusi frekuensi diatas diperoleh hasil statistik
deskriptif dari variabel sikap religius seperti tampak pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Statistika Sikap Religius
N Valid 51
Missing 0
Mean 131.0392
Std. Error of Mean 2.61758
Median 128.0000
Mode 117.00
Std. Deviation 18.69327
Variance 349.438
Range 67.00
Minimum 103.00
Maximum 170.00
Sum 6683.00
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22 Agustus
2018
Hasil statistik deskriptif variabel sikap religius pada tabel Statistika
Sikap Religius, diterangkan bahwa tedapat jumlah responden 51 remaja
yang mengisi angket dengan nila rata-rata (mean) = 131,0392; nilai titik
tengah (median) = 128; nilai yang sering muncul (mode) = 117;
simpangan baku (standar deviation) = 18.69327 tingkat penyebaran data
sikap religius remaja (variance) = 349,438 rentangan (range) = 67; skor
minimum = 103; skor maksimum = 170. Sedangkan skor keseluruhan
berjumlah 6683.
Dari tabel analisis statistik deskriptif data di atas, dapat disimpulkan
bahwa : Mean (rata-rata) konformitas teman sebaya sebanyak 125,4118
dengan standar error sebesar 2.68302.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas diperoleh histogram skor
sikap religius dapat dilihat pada gambar berikut ini:
96
Gambar 4.3
Histogram Sikap Religius
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 22 Agustus
2018
Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor konformitas
teman sebaya terletak pada satu bagian histogram yang sama dan memiliki
nilai tengah dari tabel distribusi frekuensi adalah 125,41. Fakta ini
menunjukkan bahwa data konformitas teman sebaya ini diprediksikan
berdistribusi normal dan ditunjukkan dengan histogram yang cenderung
berbentuk simetris.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data konformitas teman
sebaya ini diprediksikan berdistribusi normal dan ditunjukkan dengan
histogram yang cenderung berbentuk simetris.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
bahwasanya remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari
Kab. Lampung Timur memiliki pertemanan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari tetapi jika dikaitkan dengan sikap religius masih kurang
diminati karena mereka sering berkumpul dalam melakukan aktivitas
sosial, sehingga perlunya penanaman sikap religius pada diri remaja agar
97
konformitas teman sebaya dapat memberikan dampak positif terhadap
sikap religius dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dengan konsep diri,
jika dikaitkan dengan sikap religius masih kurang diminati karena mereka
lebih percaya diri jika bersama teman-teman mereka dalam mengambil
sebuah keputusan begitupun dengan sikap religius mereka lebih percaya
diri jika mengerjakan sikap religius bersama dengan teman-teman mereka.
Sehingga konsep diri pada diri remaja dikatakan kurang baik, untuk itu
perlunya penananaman konsep diri yang baik atau positif pada remaja agar
mereka dapat menerapkan sikap religius dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengujian Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat sampel-sampel yang
diambil mempunyai data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
data yang digunakan dalam program SPSS yaitu uji Kolmogorov-Smirnov,
uji ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang
akan dianalisis. Dengan jumlah sampel sebanyak 51 responden. Kriteria
uji normalitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka data tersebut
berdistribusi normal. Dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka
data tersebut tidak berdistribusi normal. Bentuk hipotesis uji normalitas
adalah sebagai berikut:
1) Hasil Uji Normalitas Variabel Konformitas Teman Sebaya (X1)
Hasil perhitungan uji normalitas setelah melakukan pengujian
data menggunakan SPSS, untuk variabel konformitas teman sebaya
(X1) tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 51
Normal Parametersa,,b
Mean 125.4118
Std. Deviation 19.16056
Most Extreme
Differences
Absolute .179
Positive .179
Negative -.098
Kolmogorov-Smirnov Z 1.280
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 29 Agustus
2018
98
Berdasarkan perhitungan uji normalitas menggunakan SPSS,
untuk variabel konformitas teman sebaya (X1), diperoleh harga statistic
untuk Kolmogorov Smirnov sebesar 1,280 dan Sig atau p-value = 0,075
> 0,05, kriteria uji normalitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka
data tersebut berdistribusi normal, dengan demikian data pada variabel
konformitas teman sebaya menunjukkan bahwa Sig atau p-value =
0,075 lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa variabel konformitas
teman sebaya yang telah diujikan menggunakan SPSS berdistribusi
normal karena telah memenuhi persyaratan analisis data. Selanjutnya
data yang telah diujikan normalitas, akan diujikan kembali pada tahap
pengujian linieritas, data yang sudah berdistribusi normalsudah tentu
data tersebuttelah memenuhi persyaratan analisis data penelitian.
2) Hasil Uji Normalitas Variabel Konsep Diri (X2)
Hasil perhitungan uji normalitas setelah melakukan pengujian
data menggunakan SPSS, untuk variabel konsep diri (X2) tampak pada
tabel berikut:
Tabel 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 51
Normal Parametersa,,b
Mean 126.4510
Std. Deviation 24.69033
Most Extreme
Differences
Absolute .176
Positive .176
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z 1.254
Asymp. Sig. (2-tailed) .086
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 29 Agustus
2018
Berdasarkan perhitungan uji normalitas setelah melakukan
pengujian data menggunakan SPSS untuk variabel konsep diri (X2),
diperoleh harga statistic untuk Kolmogorov Smirnov sebesar 1,254 dan
Sig atau p-value = 0,86 > 0,05, kriteria uji normalitas adalah jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, dengan
99
demikian data pada variabel konsep diri menunjukkan bahwa Sig atau
p-value = 0,86 lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri
yang telah diujikan menggunakan SPSS berdistribusi normal karena
telah memenuhi persyaratan analisis data. Selanjutnya data yang telah
diujikan normalitas, akan diujikan kembali pada tahap pengujian
linieritas, data yang sudah berdistribusi normal sudah tentu data
tersebut telah memenuhi persyaratan analisis data penelitian.
3) Hasil Uji Normalitas Variabel Sikap Religius (Y)
Hasil perhitungan uji normalitas setelah melakukan pengujian
data menggunakan SPSS, untuk variabel sikap religius (Y) tampak
pada tabel berikut:
Tabel 4.9
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 51
Normal Parametersa,,b
Mean 131.0392
Std. Deviation 18.69327
Most Extreme
Differences
Absolute .117
Positive .117
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .836
Asymp. Sig. (2-tailed) .487
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 29 Agustus
2018
Berdasarkan perhitungan uji normalitas setelah melakukan
pengujian data menggunakan SPSS, untuk variabel sikap religius (Y),
diperoleh harga statistic untuk Kolmogorov Smirnov sebesar 0,836 dan Sig
atau p-value = 0,487 > 0,05, kriteria uji normalitas adalah jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, dengan
demikian data pada variabel sikap religius menunjukkan bahwa Sig atau p-
value = 0,487 lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa variabel konformitas
teman sebaya yang telah diujikan menggunakan SPSS berdistribusi normal
karena telah memenuhi persyaratan analisis data. Selanjutnya data yang
telah diujikan normalitas, akan diujikan kembali pada tahap pengujian
100
linieritas, data yang sudah berdistribusi normalsudah tentu data
tersebuttelah memenuhi persyaratan analisis data penelitian.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas data bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Hasil uji
linieritas digunakan untuk menguji linier atau tidaknya data yang
dianalisis yaitu variable independen terhadap variabel dependen.
Pengujian apada SPSS versi 20 dengan menggunakan test for linearity
pada taraf siginifikasi 0,05. Dua variabel dikatan mempunyai hubungan
yang linier jika signifikasi (deviation for linearity) lebih dari 0,05 dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka data linier
Jika sig < 0,05 maka maka data tidak linier
Hasil uji linieritas digunakan untuk menguji linier tidaknya data
yang dianalisis yaitu variabel bebas terhadap variabel terikat.
1) Uji linieritas X1 atas Y
Hasil uji linieritas data variabel Konformitas Teman Sebaya (X1)
atas data variabel Sikap Religius (Y) tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji linieritas Variabel X1 atas Variabel Y
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Sikap Religius *
Konformitas
Teman Sebaya
Between
Groups
(Combined) 14920.288 30 497.343 3.898 .001
Linearity 9182.808 1 9182.808 71.97
6
.000
Deviation from
Linearity
5737.480 29 197.844 1.551 .155
Within Groups 2551.633 20 127.582
Total 17471.922 50
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 31 Agustus 2018
Hipotesis statistik :
H0 : Y = α + Βx (regresi linier)
H1 :Y ≠ α + Βx (regresi tidak linier)
101
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan test for linearity
pada taraf siginifikasi 0,05. Dua variabel dikatan mempunyai hubungan
yang linier jika signifikasi (deviation for linearity) lebih dari 0,05.
Berdasarkan pengujian melalui SPSS diketahuhi bahwa hasil uji
linieritas data variabel Konformitas Teman Sebaya (X1) atas data
variabel Sikap Religius (Y), diperoleh dari baris Deviation from
Linearity, yaitu Fhit = 1,551 dengan p-value = 0,155 > 0,05. Hal ini
berarti Ho diterima atau persamaan regresi Sikap Religius (Y) atas
Konformitas Teman Sebaya (X1) adalah linier atau berupa garis linier.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data-data yang tersaji
dalam penelitian ini yaitu variabel konformitas teman sebaya atas
variabel sikap religius adalah data-data yang telah memenuhi syarat
linieritas dan dapat dianalisis lebih lanjut sebagai data peneliti yang
sah.
2) Uji linieritas X2 atas Y
Hasil uji linieritas data variabel Konsep Diri (X2) atas data
variabel Sikap Religius (Y) tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji linieritas Variabel X2 atas Variabel Y
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Sikap Religius *
Konsep Diri
Between
Groups
(Combined) 16687.088 38 439.134 6.714 .001
Linearity 11049.625 1 11049.625 168.947 .000
Deviation
from
Linearity
5637.463 37 152.364 2.330 .059
Within Groups 784.833 12 65.403
Total 17471.922 50
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 31 Agustus 2018
Hipotesis statistik :
H0 : Y = α + Βx (regresi linier)
H1 :Y ≠ α + Βx (regresi tidak linier)
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan test for linearity
pada taraf siginifikasi 0,05. Dua variabel dikatan mempunyai hubungan
yang linier jika signifikasi (deviation for linearity) lebih dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji linieritas data variabel Konsep Diri (X2)
atas data variabel Sikap Religius (Y), diperoleh dari baris Deviation
102
from Linearity, yaitu Fhit = 2,330 dengan p-value = 0,059 > 0,05. Hal
ini berarti Ho diterima atau persamaan regresi Sikap Religius (Y) atas
Konsep Diri (X2) adalah linier atau berupa garis linier.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data-data yang tersaji
dalam penelitian ini yaitu variabel konformitas teman sebaya atas
variabel sikap religius adalah data-data yang telah memenuhi syarat
linieritas dan dapat dianalisis lebih lanjut sebagai data peneliti yang
sah.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah antar populasi
bersifat homogen. Sebagai kriteria pengujian jika nilai signifikansi > 0,05 ,
maka data dikatakan varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka data homogen
Jika sig < 0,05 maka data tidak homogen
Berdasarkan perhitungan melalui SPSS diperoleh ringkasan hasil
perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.12
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.743 2 150 .068
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 2 September 2018
Berdasarkan perhitungan melalui SPSS diperoleh hasil analisis pada
tabel Test Of Homogenity Of Variances, yaitu F= 2,743: df 1= 2, dan p-
value = 0,068 > 0,05. Karena sig > 0,05 maka data homogen, dengan
demikian data dari ketiga variabel Konformitas Teman Sebaya (X1) dan
Konsep Diri (X2) terhadap Sikap Religius (Y) adalah homogen.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data-data yang tersaji
dalam penelitian ini yaitu variabel konformitas teman sebaya atas variabel
sikap religius adalah data-data yang telah memenuhi syarat linieritas dan
dapat dianalisis lebih lanjut sebagai data peneliti yang sah.
103
3. Pengujian Hipotesis Statistik
a. Uji Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini
mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 = β1 < 0
H1 = β1 > 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius remaja awal
H1 = terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius remaja awal
2) Membuat Persamaan Regresi
Rumus persamaan regresi antara variabel konformitas teman
sebaya terhadap sikap religius adalah Ŷ = a+ bX1. Setelah melakukan
perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil seperti
berikut :
Tabel 4.13
Persamaan Regresi Y atas X1
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 42.337 12.176 3.477 .001
Konformitas
Teman
Sebaya
.707 .096 .725 7.368 .000
a. Dependent Variable: Sikap Religius Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 6 September 2018
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi
Sikap Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X1) adalah Ŷ =
42,337+0,706
Hasil analisis seperti yang disajikan pada tabel menunjukkan
harga statistik untuk koefisien variabel X1 yaitu thit = 7,368 dan p-value
= 0,000/2 = 0 < 0,05 (uji pihak kanan), atau H0 diolak, yang bermakna
bahwa konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap
sikap religius.
104
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap
religius.
3) Menguji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1
Keberartian persamaan regresi didasarkan pada perhitungan
menggunakan SPSS, maka hasil uji keberartian persamaan regresi
Sikap Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X1) diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14
Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 9182.808 1 9182.808 54.283 .000a
Residual 8289.113 49 169.166
Total 17471.922 50
a. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya
b. Dependent Variable: Sikap Religius Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 6 September 2018
Berdasarkan hasil uji keberartian persamaan regresi Sikap
Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X1) yang disajikan pada
tabel ANOVA diatas diperoleh, harga statistik F, kolom ke 5 yaitu Fhit =
54,283 dan p-value = 0,000 < 0,005 atau hal ini berarti Ho ditolak.
Artinya terdapat pengaruh linier variabel konformitas teman sebaya
terhadap sikap religius pada remaja.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap
religius.
4) Menghitung Korelasi
a) Koefisien Korelasi X1 atas Y
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai
koefisien korelasi Konformitas Teman Sebaya (X1) terhadap Sikap
Religius (Y) sebagai berikut:
105
Tabel 4.15
Koefisien Korelasi X1 atas Y
Correlations
Control Variables
Konformitas
Teman Sebaya
Sikap
Religius
Konsep
Diri
Konformitas
Teman Sebaya
Correlation 1.000 .270
Significance (1-tailed) . .029
Df 0 48
Sikap Religius Correlation .270 1.000
Significance (1-tailed) .029 .
Df 48 0
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 6 September 2018
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh
hasil koefisien korelasi Konformitas Teman Sebaya (X1) terhadap
Sikap Religius (Y) yang terdapat pada tabel diatas yaitu diperoleh
(ry2.1) = 0,270 dan p-value = 0,029 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan
demikian, koefisien korelasi antara Konformitas Teman Sebaya (X1 )
dan Sikap Religius (Y) adalah signifikan.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap
religius.
b) Menghitung Nilai Determinasi
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai
determinasi variabel Konformitas Teman Sebaya (X1) terhadap
variabel Sikap Religius (Y) sebagai berikut:
Tabel 4.16
Koefisien Determinasi X1 terhadap Y
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .725a .526 .516 13.00637 .526 54.283 1 49 .000
a. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 6 September 2018
106
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS
diperoleh nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh R
Square = 0,526 yang mengandung makna bahwa 52,6 % variabel
sikap religius (Y) dapat dijelaskan oleh konformitas teman sebaya
(X1), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konformitas
teman sebaya terhadap sikap religius remaja sebesar 52,6 %,
sedangkan sisanya 47,4 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap
religius pada remaja mencapai 52,6 %.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
bahwasanya remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec.
Batanghari Kab. Lampung Timur Peningkatan sikap religius sangat
berpengaruh terhadap konformitas teman sebaya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini akan menjadi catatan khusus bagi orang tua
untuk mengarahkan bahwa memilih teman sebaya yang baik sangat
penting bagi remaja, karena masa remaja merupakan masa yang
penting dalam pencapaian identitas diri. Untuk itu teman sebaya
yang baik akan memberikan pengaruh yang baik.
b. Uji Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini
mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 = β2 < 0
H1 = β2 > 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konsep diri terhadap sikap religius
remaja awal
H1 = terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap
religius remaja awal
2) Membuat Persamaan Regresi
Rumus persamaan regresi antara variabel konformitas teman
sebaya terhadap sikap religius adalah Ŷ = a+ bX2. Perhitungan dengan
bantuan SPSS diperoleh hasil seperti berikut :
107
Tabel 4.17
Persamaan Regresi Y atas X2
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 54.904 8.446 6.501 .000
Konsep Diri .602 .066 .795 9.182 .000
a. Dependent Variable: Sikap Religius Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh persamaan regresi
Sikap Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X2) adalah Ŷ =
54.904+0, 602
Hasil analisis seperti disajikan pada tabel persamaan regresi
Sikap Religius (Y) atas Konsep Diri (X2) menunjukkan bahwa harga
statistik untuk koefisien variabel Konsep Diri (X2) yaitu thit = 9,182 dan
p-value = 0,000/2 = 0 < 0,05 (uji pihak kanan), atau H0 diolak, yang
bermakna konsep diri berpengaruh positif terhadap sikap religius.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius.
3) Menguji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1
Keberartian persamaan regresi setelah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji keberartian persamaan
regresi Sekap Religius (Y) atas Konsep Diri (X2) tampak seperti tabel
berikut:
Tabel 4.18
Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11049.625 1 11049.625 84.305 .000a
Residual 6422.297 49 131.067
Total 17471.922 50
a. Predictors: (Constant), Konsep Diri
b. Dependent Variable: Sikap Religius Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
108
Berdasarkan hasil uji keberartian persamaan regresi Sikap
Religius (Y) atas Konsep Diri (X2) yang disajikan pada tabel ANOVA
diatas diperoleh, harga statistik F, kolom ke 5 yaitu Fhit = 84.305dan p-
value = 0,000 < 0,005 atau hal ini berarti Ho ditolak. Artinya terdapat
pengaruh linier variabel konsep diri terhadap sikap religius remaja.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius.
4) Menghitung Korelasi
a) Koefisien Korelasi X2 atas Y
Hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan
SPSS diperoleh nilai korelasi Konsep Diri (X2) terhadap Sikap
Religius (Y) sebagai berikut:
Tabel 4.19
Koefisien Korelasi X2 atas Y
Correlations
Control Variables
Sikap
Religius Konsep Diri
Konformitas Teman
Sebaya
Sikap Religius Correlation 1.000 .482
Significance
(1-tailed)
. .000
Df 0 48
Konsep Diri Correlation .482 1.000
Significance
(1-tailed)
.000 .
Df 48 0
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh
hasil koefisien korelasi Konsep Diri (X2) terhadap Sikap Religius
(Y) yang terdapat pada tabel diatas yaitu diperoleh (ry2) = 0,190 dan
p-value = 0,000 < 0,05 atau H0 ditolak. Dengan demikian, koefisien
korelasi antara X2 dan Y adalah signifikan.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius.
109
b) Menghitung Nilai Determinasi
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS nilai determinasi
variabel konsep diri (X2) terhadap variabel sikap religius (Y) sebagai
berikut:
Tabel 4.20
Koefisien Determinasi X2 terhadap Y
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .795a .632 .625 11.44846 .632 84.305 1 49 .000
a. Predictors: (Constant), Konsep Diri
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh
nilai koefisien determinasi konsep diri (X2) terhadap sikap religius
(Y) yang ditunjukkan oleh R Square = 0,632 yang mengandung
makna bahwa 63,2% % variabilitas variabel sikap religius dapat
dijelaskan oleh konsep diri (X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh konsep diri terhadap sikap religius remaja sebesar 63,2 %,
sedangkan sisanya 36,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius pada
remaja mencapai 63,2 %.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
bahwasanya remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari
Kab. Lampung Timur Konsep diri berpengaruh terhadap sikap religius
dalam kehidupan sehari-hari, karena konsep diri merupakan penilaian
terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang ada dalam dirinya dalam
menghadapi sesuatu. Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak
lahir. Oleh karena kelainan kepribadian itu berkembang pada umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai upaya
pencegahan (preventif), untuk itu orang tua harus mengarahkan hal-hal
positif pada anak agar menjadi pribadi yang baik dengan kosnep dirinya.
Remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu mengatasi
kehidupannya dan melakukan hal-hal positif tanpa diperintah mereka
menyadari akan pentingnya sikap religius. Sebaliknya remaja yang
110
memiliki konsep diri yang kurang baik akan menjadikan remaja pribadi
yang kurang baik.
c. Uji Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini
mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 = β1 = β2 = atau β1 - β2 = 0
H1 = β1 - β2 ≠ 0
Artinya :
H0 = tidak terdapat pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri
bersama-sama terhadap sikap religius remaja awal
H1= terdapat pengaruh konformitas teman sebaya dan konsep diri
bersama-sama terhadap sikap religius remaja awal
Keterangan:
β1 = koefisisen regresi konformitas teman sebaya
β2 = koefisien regresi konsep diri
2) Membuat Persamaan Regresi
Rumus persamaan regresi antara variabel konformitas teman sebaya
terhadap sikap religius adalah Ŷ = a+ bX1 + bX2. Perhitungan dengan
bantuan SPSS diperoleh hasil seperti berikut :
Tabel 4.21
Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 50.312 10.981 4.582 .000
Konsep Diri .523 .137 .690 3.810 .000
Konformitas
Teman Sebaya
.117 .177 .120 .660 .512
a. Dependent Variable: Sikap Religius Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
111
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh persamaan regresi
Sikap Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X1) dan Konsep
Diri (X2) adalah Ŷ = 50.312+0,523+0,117
Hasil analisis persamaan regresi Sikap Religius (Y) atas
Konformitas Teman Sebaya (X1) dan Konsep Diri (X2) seperti yang
disajikan pada tabel menunjukkan harga statistik untuk koefisien
variabel X1 yaitu thit = 0,660 dan p-value = 0,512/2 = 0,256 > 0,05 (uji
pihak kanan), atau Ha ditolak, yang bermakna konformitas teman
sebaya tidak berpengaruh positif terhadap sikap religius. Selanjutnya
harga statistik untuk koefisien variabel X2 yaitu thitung = 3810 dan p-
value = 0,000/2 = 0,00 > 0,05 (uji pihak kanan), atau Ho ditolak, yang
bermakna konsep diri berpengaruh positif terhadap sikap religius.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius.
3) Menguji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2
Keberartian persamaan regressi Sikap Religius (Y) atas Konformitas
Teman Sebaya (X1) dan Konsep Diri (X2) didasarkan pada hasil
perhitungan dengan SPSS tampak seperti tabel berikut:
Tabel 4.22
Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11107.361 2 5553.681 41.885 .000a
Residual 6364.560 48 132.595
Total 17471.922 50
a. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya, Konsep Diri
b. Dependent Variable: Sikap Religius
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan hasil analisis uji keberartian persamaan regressi
Sikap Religius (Y) atas Konformitas Teman Sebaya (X1) dan Konsep
Diri (X2) yang disajikan pada tabel ANOVA diatas diperoleh, harga
statistik F, kolom ke 5 yaitu Fhit = 41.885dan p-value = 0,000 < 0,005
atau hal ini berarti Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh linier variabel
konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius
remaja. Hal ini juga bermakna terdapat pengaruh secara bersama-sama
112
(simultan) konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap
religius.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh
terhadap sikap religius.
4) Menghitung Korelasi
a) Koefisien Korelasi X1 dan X2 atas Y
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS nilai korelasi
Konsep Diri (X2) terhadap Sikap Religius (Y) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.23
Koefisien Korelasi X1 dan X2 atas Y
Correlations
Konsep
Diri
Sikap
Religius
Konformitas
Teman Sebaya
Konsep Diri Pearson Correlation 1 .795**
.877**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 51 51 51
Sikap Religius Pearson Correlation .795**
1 .725**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 51 51 51
Konformitas Teman
Sebaya
Pearson Correlation .877**
.725**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 51 51 51
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS nilai
korelasi Konformitas Teman Sebaya (X1) dan Konsep Diri (X2)
terhadap Sikap Religius (Y) pada tabel diatas diperoleh (ry1.2) = 0, 877
dan p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian,
koefisien korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y adalah signifikan.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh
terhadap sikap religius.
c) Menghitung Nilai Determinasi
113
Hasil perhitungan dengan SPSS nilai determinasi variabel Konformitas
Teman Sebaya (X1) dan Konsep Diri (X2) terhadap Sikap Religius (Y)
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.24
Koefisien Determinasi X1 dan X2 terhadap Y
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .797a .636 .621 11.51499 .636 41.885 2 48 .000
a. Predictors: (Constant), Konformitas Teman Sebaya, Konsep Diri
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan aplikasi SPSS pada tanggal 7 September 2018
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS nilai
koefisien determinasi Konformitas Teman Sebaya (X1) dan Konsep Diri
(X2) terhadap Sikap Religius (Y) pada tabel diatas. Terlihat pada baris
pertama bahwa koefisien korelasi ganda (Ry.12) = 0,797dan Fhit (Fchange) =
41.885, serta p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian,
koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y adalah berarti atau
signifikan. Sedangakn koefisisen determinasi ditunjukkan oleh R Square =
0,636 yang mengandung makna bahwa 63,6 % variabilitas variabel sikap
religius dapat dijelaskan oleh konformitas teman sebaya (X1) dan konsep diri
(X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konformitas teman sebaya
dan konsep diri secara bersama-sama terhadap sikap religius remaja sebesar
63,6 % dan 36,4 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan
perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil konformitas teman
sebaya dan konsep diri secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap
sikap religius pada remaja mencapai 63,6 %.
Hasil wawancara, observasi dan dokumentasi bahwasanya remaja yang
berada di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur
Konformitas teman sebaya dan konsep diri berpengaruh terhadap sikap
religius dalam kehidupan sehari-hari. Teman sebaya sangat berperan di dalam
kehidupan remaja, dan remaja sangat bergantung kepada teman sebayanya
karena mereka merasa nyaman dalam menjalin sebuah pertemanan.
Sedangkan, konsep diri sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam
masyarakat. Konformitas teman sebaya dan konsep diri sama-sama berperan
dalam meningkatkan kereligiusan pada remaja. Konformitas teman sebaya
114
dan konsep diri saling memberikan pengaruh terhadap sikap religius seperti
karena berteman remaja menjadi giat untuk beribadah tetapi ada sebagian
remaja yang giat dalam beribadah karena keinginan diri sendiri yang kuat.
Jadi konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh
terhadap remaja. Sebagai orang tua agar senantiasa mengarahkan untuk
berteman dengan kelompok sosial yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan
mengarahkan agar berperilaku dan berkomitmen beragama dalam membentuk
perilaku yang baik sesuai dengan konsep diri yang positif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai pengujian hipotesis, dapat
dirangkum sebagaimana berikut:
a. Seluruh Ha yang diajukan dalam penelitian ini diterima pada a = 0.05
sebagaimana dtunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.25
Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Persamaan regresi Nilai Sig Keterangan
Hipotesis 1 Ŷ = 42,337+0,706 .000 Signifikan
Hipotesis 2 Ŷ = 54,904+0,602 .000 Signifikan
Hipotesis 3 Ŷ = 50,312+0,523+0,117 .000 Signifikan
Sumber: Data primer rangkuman hasil pengujian hipotesis yang diolah pada tanggal 7 September
2018
b. Berdasarkan perhitungan determinasi dapat digambarkan model
determinasi variabel penelitian sebagaimana berikut:
Gambar 4.4
Koefisien Determinasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y
0,526
0,636
0,632
X1
X2
Y
115
4. Hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi
Tahap awal sebelum peneliti memutuskan untuk mewawancarai
seseorang atau informan adalah melakukan observasi. Dengan adanya
observasi membuat peneliti lebih mengetahui objek dan keadaan remaja.
Observasi yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang sikap
religius remaja di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab. Lampung
Timur adalah observasi partisipan yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari remaja yang sedang diamati.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa
keadaan remaja di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur
tergolong kurang baik. Namun desa ini terlihat tentram, aman dan nyaman,
karena memiliki banyak kegiatan positif, diantaranya kegiatan bapak-bapak,
ibu-ibu dan kegiatan remaja. Jika dikaitkan dengan remaja yang ada di desa
tersebut maka dapat dijelaskan bahwa sebagian remaja memiliki keinginan
yang baik dalam menjalankan sikap keagamaannya seperti memiliki perilaku
yang baik dalam bergaul dan menjalankan ibadah yang sudah semestinya
dijalankan oleh umat beragama. Namun tidak semua remaja melakukannya
untuk itu perlunya penanaman sikap religius pada remaja agar dapat tercapai
sikap religius yang lebih baik pada remaja. Seperti orang tua mengarahkan
ke hal-hal positif untuk anak-anaknya yaitu mulai menjalankan shalat 5
waktu, membaca Al-Qur’an, memakai jilbab ketika hendak keluar rumah
bagi remaja perempuan, mengikuti acara pengajian ibu-ibu, mengikuti
kegiatan risma yang diadakan di desa.
Selanjutnya, wawancara yang akan peneliti gunakan melanjutkan
penelitian. Jenis wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara
terpimpin. Dimana pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan. Teknik ini, ditujukan
kepada beberapa orang tua remaja untuk mengetahui pengaruh konformitas
teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius remaja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua remaja di desa
Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur bahwasanya remaja yang
terhubung dalam kelompok pertemanan pada usia yang sama tidak selalu
berperilaku buruk. Mereka cenderung melakukan hal-hal yang baik seperti
sering berkumpul dirumah salah seorang teman untuk mengerjakan PR,
merencanakan sesuatu, mencari tugas bersama dan berisik bersama ada hal
positif dan negatifnya. Orang tua dari remaja mengatakan bahwa remaja lebih
suka melakukan hal-hal yang baik ketika bersama dengan kelompok
pertemanannya. Seperti mengerjakan tugas kelompok, menghadiri rapat
risma dan kegiatan sosial (mengikuti perlombaan 17 agustus, membagikan
takjil dibulan ramadhan dan biasanya mereka mengadakan kegiatan sosial
pengumpulan dana jika ada daerah yang terkena musibah serta membutuhkan
bantuan, lalu sebagian remaja juga ikut berpartisipasi membagikan sembako
116
ke warga yang kurang mampu karena di desa tersebut memiliki yayasan yang
bernama Najma Saida yang merupakan komunitas ikhlas masyarakat
indonesia yang ingin beramal. Terlihat bahwa remaja memiliki akhlak dan
perilaku yang baik karena kerap mengikuti kegiatan mulia yang berada di
desa tersebut.
Namun jika dikaitkan dengan segi kereligiusan terlihat kurang baik
dikarenakan remaja jarang mendatangi kegiatan islami yang berada didesa
secara bersama dengan kelompok pertemanannya, seperti mengahadiri
pengajian ibu-ibu bagi remaja putri dan melaksanakan shalat berjama’ah di
masjid bagi remaja putra, mungkin saja ada faktor lain yang mempengaruhi
dan disini tidak peneliti gunakan untuk melakukan penelitian. Sedangkan
konsep diri pada remaja tidak selalu sama. Berdasarkan hasil wawancara
bersama orang tua remaja bahwasanya anak saya selalu memiliki rasa
percaya diri dalam mengembangkan bakatnya dan alhamdulillah selalu
melaksanakan ibadah sesuai syariat islam karna dari kecil sudah saya
bimbing dan biasakan untuk melakukan hal-hal baik terutama dalam segi
keagamaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat saya pahami bahwasanya
remaja yang memiliki konsep diri baik atau keinginan diri sendiri baik
mempunyai sikap keagamaan yang baik juga.
Kemudian peneliti melanjutkan mencari data-data yang dapat
digunakan untuk penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh
data tentang sejarah singkat desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Kab.
Lampung Timur, jumlah penduduk, struktur organisasi, dan dokumen
mengenai konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius.
Berdasarkan hasil dokumentasi maka diperoleh beberapa data yang
dapat digunakan sebagai pendukung penelitian diantaranya adalah dokumen
tentang sejarah berdirinya desa, data visi, misi dan tujuan desa, data struktur
organisasi desa, data jumlah penduduk, data jumlah remaja, data sarana dan
prasarana, data kegiatan desa, dan bukti-bukti pada saat peneliti melakukan
penelitian.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Melakukan interpretasi hasil analisis penelitian yaitu melakukan
penafsiran terhadap hasil pengujian hipotesis. Walaupun hasil analisis statistik
itu sendiri sudah merupakan suatu kesimpulan, tetapi belum memadai tanpa ada
interpretasi yang dikaitkan dengan rumusan permasalahan. Interpretasi dan
pembahasan terhadap hasil pengujian data penelitian mengikuti perumusan
masalah dan tujuan penelitian serta hipotesis.
Pertama, Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap religius. Hal ini
dibuktikan dengan hasil hipotesis pengolahan data SPSS yaitu koefisien variabel
X1 yaitu thit = 7,368 dan p-value = 0,000/2 = 0 < 0,05 (uji pihak kanan), atau H0 diolak, yang bermakna konformitas teman sebaya berpengaruh positif terhadap
117
sikap religius. Sedangkan koefisien determinasi ditunjukkan oleh R Square =
0,526 yang mengandung makna bahwa 52,6 % variabel sikap religius dapat
dijelaskan oleh konformitas teman sebaya (X1), sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengaruh konformitas teman sebaya terhadap sikap religius remaja
sebesar 52,6 %, sedangkan sisanya 47,4 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Teman sebaya sangat berperan di dalam kehidupan remaja. Remaja sangat
bergantung kepada teman sebayanya karena mereka merasa nyaman dalam
menjalin sebuah pertemanan. Hubungan dengan teman sebaya terutama
persahabatan karib memiliki sejumlah peran penting dalam perkembangan
pribadi dan sosial remaja, terutama dalam menentukan sikap religius remaja,
karena konformitas teman sebaya merupakan perubahan perilaku seseorang
terhadap kelompoknya berupa peniruan sikap, kerjasama, solidaritas dan
persaingan agar dapat diterima sebagai anggota kelompok dan menghindari
ketidaksamaan atau keterkucilan. Pertemanan sebaya ada yang berpengaruh
positif ada juga yang berpengaruh negatif. Dalam segi kereligiusan remaja
terlihat bahwa konformitas teman sebaya memiliki pengaruh diantarnya banyak
remaja yang lebih mementingkan keinginan teman sebaya dibandingkan dengan
keinginan diri sendiri karena sudah terlalu terikat dengan geng maka apapun
yang mereka lakukan untuk bersama, baik itu positif ataupun negatif. Seperti di
desa Banjarrejo 38 B pertemanan sebaya sangatlah diminati oleh remajanya
mereka selalu berbondong-bondong beramai-ramai dalam segi apapun.
Konformitas teman sebaya dapat memberikan pengaruh positif dalam sikap
relgius (keagamaan).
Kedua, Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa
konsep driri memberikan pengaruh terhadap sikap religius. Hhal ini dibuktikan
dengan hasil hipotesis pengolahan data SPSS yaitu variabel X2 yaitu thit = 9,182
dan p-value = 0,000/2 = 0 < 0,05 (uji pihak kanan), atau H0 diolak, yang
bermakna konsep diri berpengaruh positif terhadap sikap religius. Sedangkan
koefisien determinasi ditunjukkan oleh R Square = 0,632 yang mengandung
makna bahwa 63,2 % variabilitas variabel sikap religius dapat dijelaskan oleh
konsep diri (X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsep diri
terhadap sikap religius remaja sebesar 63,2 %, sedangkan sisanya 36,8 %
dipengaruhi oleh faktor lain.
Remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghadapi tuntutan
dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya remaja yang memiliki
konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin
dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain
dalam memutuskan sesuatu. Jadi konsep diri sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan dan kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya
dalam masyarakat. Dalam sikap religiusnya tidak jarang remaja yang memiliki
konsep diri negatif mereka cenderung ragu dalam bertindak mereka kurang
percaya diri sehingga mengandalkan opini dari orang lain seperti dalam
pertemanan mereka cenderung lebih percaya diri jika melakukan sesuatu
118
berdasarkan pendapat teman-teman sebayanya padahal tidak selalu pendapat
mereka menuju hal positif kadang juga negatif. Sehingga dalam melakukan hal
baik pun mereka masih ragu apabila yang memiliki konsep diri negatif, Namun
remaja yang berada di desa Banjarrejo 39 B memiliki konsep diri positif mereka
percaya diri dalam menjalankan kegiatan religius yang ada di masyarakat seperti
adzan di masjid, shalat berjama’ah, mengikuti kegiatan risma, dan lain
sebagainya. Sehingga konsep diri dapat meningkatkan sikap religius pada
remaja.
Ketiga, Dari hasil analisis pada tabel correlations diperoleh (ry1.2) = 0, 877
dan p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian, koefisien
korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y adalah signifikan. Artinya terdapat
pengaruh linier variabel konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap
sikap religius remaja. Hal ini juga bermakna terdapat pengaruh secara bersama-
sama (simultan) konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap
religius. Dengan demikian, koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y
adalah berarti atau signifikan. Sedangkan korelasi ganda (Ry.12) = 0,797dan Fhit
(Fchange) = 41.885, serta p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan
demikian, koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y adalah berarti
atau signifikan. Sedangakn koefisisen determinasi ditunjukkan oleh R Square =
0,636 yang mengandung makna bahwa 63,6 % variabilitas variabel sikap
religius dapat dijelaskan oleh konformitas teman sebaya (X1) dan konsep diri
(X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konformitas teman sebaya
dan konsep diri secara bersama-sama terhadap sikap religius remaja sebesar 63,6
% dan 36,4 % dipengaruhi oleh faktor lain. Ini menandakan bahwa pertemanan
dalam usia yang sama harus memberikan dampak positif agar dapat
mengerjakan hal-hal positif dalam segi sosial dan keagamaan serta keinginan
diri sendri yang dimiliki remaja harus bersifat postitif agar kegiatan yang
positiflah yang selalu dikerjakan baik dalam segi sosial atau pun keagamaan.
Sehingga konfromitas teman sebaya dan konsep diri dapat memberikan
pengaruh/ meningkatkan sikap religius pada remaja.
Keempat, berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang
peneliti lakukan terlihat bahwa keadaan remaja di desa Banjarrejo 38 B Kec.
Batanghari Lampung Timur tergolong kurang baik, dikarenakaakan sebagian
remaja memiliki keinginan yang baik dalam menjalankan sikap keagamaannya
seperti memiliki perilaku yang baik dalam bergaul dan menjalankan ibadah yang
sudah semestinya dijalankan oleh umat beragama. Namun tidak semua remaja
melakukannya untuk itu perlunya penanaman sikap religius pada remaja agar
dapat tercapai sikap religius yang lebih baik pada remaja. Seperti orang tua
mengarahkan ke hal-hal positif untuk anak-anaknya yaitu mulai menjalankan
shalat 5 waktu, membaca Al-Qur’an, memakai jilbab ketika hendak keluar
rumah bagi remaja perempuan, mengikuti acara pengajian ibu-ibu, mengikuti
kegiatan risma yang diadakan di desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
orang tua remaja di desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur
119
bahwasanya remaja yang terhubung dalam kelompok pertemanan pada usia
yang sama tidak selalu berperilaku buruk. Mereka cenderung melakukan hal-hal
yang baik seperti sering berkumpul dirumah salah seorang teman untuk
mengerjakan PR, merencanakan sesuatu, mencari tugas bersama dan berisik
bersama ada hal positif dan negatifnya. Orang tua dari remaja mengatakan
bahwa remaja lebih suka melakukan hal-hal yang baik ketika bersama dengan
kelompok pertemanannya. Seperti mengerjakan tugas kelompok, menghadiri
rapat risma dan kegiatan sosial (mengikuti perlombaan 17 agustus, membagikan
takjil dibulan ramadhan dan biasanya mereka mengadakan kegiatan sosial
pengumpulan dana jika ada daerah yang terkena musibah serta membutuhkan
bantuan, lalu sebagian remaja juga ikut berpartisipasi membagikan sembako ke
warga yang kurang mampu karena di desa tersebut memiliki yayasan yang
bernama Najma Saida yang merupakan komunitas ikhlas masyarakat indonesia
yang ingin beramal. Terlihat bahwa remaja memiliki akhlak dan perilaku yang
baik karena kerap mengikuti kegiatan mulia yang berada di desa tersebut.
Namun jika dikaitkan dengan segi kereligiusan terlihat kurang baik dikarenakan
remaja jarang mendatangi kegiatan islami yang berada didesa secara bersama
dengan kelompok pertemanannya, seperti mengahadiri pengajian ibu-ibu bagi
remaja putri dan melaksanakan shalat berjama’ah di masjid bagi remaja putra,
mungkin saja ada faktor lain yang mempengaruhi dan disini tidak peneliti
gunakan untuk melakukan penelitian. Sedangkan konsep diri pada remaja tidak
selalu sama. Kemudian peneliti melanjutkan mencari data-data yang dapat
digunakan untuk penelitian.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi bahwasanya
remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B dalam segi konformitas teman
sebaya dan konsep diri terhadap sikap religus pada remaja kurang baik, sehingga
perlunya penanaman sikap-sikap positif pada remaja agar tercapai konformitas
teman sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius yang baik pada remaja.
C. Kritik Teoritis dengan Teori Temuan
Uraian berikut dapat menjelaskan hasil temuan-temuan penelitian yaitu:
1. Konformitas Teman sebaya
Peningkatan sikap religius sangat berpengaruh terhadap konformitas
teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menjadi catatan
khusus bagi orang tua untuk mengarahkan bahwa memilih teman sebaya
yang baik sangat penting bagi remaja, karena masa remaja merupakan masa
yang penting dalam pencapaian identitas diri. Untuk itu teman sebaya yang
baik akan memberikan pengaruh yang baik. Dibuktikan dengan hasil
penelitian bahwa konformitas teman sebaya terhadap sikap religius
berpengaruh sebesar 52,6%, berdasar dengan indikator keakraban, stimulasi,
dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, intimasi dan afeksi yang
dilakukan oleh pertemanan dalam kelompok usia yang sama. Sebaliknya
teman sebaya yang kurang baik dapat memberikan pengaruh buruk bagi
120
remaja untuk menjadi pribadi yang kurang baik Hal ini mengindikasikan
bahwa konformitas teman sebaya penting dilakukan dalam hal positif, dan
untuk mendapatkan sikap religius yang baik pada remaja harus memilih
teman yang baik dalam segi religiusnya Penjelasan ini sebagai penguat teori
yang diungkapkan oleh Santrock (2004:415). Sedangkan sisanya 47,4 %
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak peneliti gunakan sebagai indikator
dalam melakukan penelitian ini namun dijadikan sebagai temuan. Faktor
tersebut diantaranya adalah rasa takut terhadap penyimpangan. Berdasarkan
teori dari Sears, D.O. Psikologi Sosial. Jakarta:Erlangga. 2004.
2. Konsep Diri
Konsep diri berpengaruh terhadap sikap religius dalam kehidupan sehari-hari,
karena konsep diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri mengenai
kemampuan yang ada dalam dirinya dalam menghadapi sesuatu. Konsep diri
bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Oleh karena kelainan kepribadian
itu berkembang pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang
kurang baik, maka sebagai upaya pencegahan (preventif), untuk itu orang tua
harus mengarahkan hal-hal positif pada anak agar menjadi pribadi yang baik
dengan kosnep dirinya. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan
mampu mengatasi kehidupannya dan melakukan hal-hal positif tanpa
diperintah mereka menyadari akan pentingnya sikap religius. Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis dijelaskan bahwa terdapat pengaruh antara konsep
diri terhadap sikap religius, yaitu sebesar 63,6 %, berdasar dengan indikator
fisik, intelegensi, keluarga, teman sebaya dan kebudayaan, yang dilakukan
oleh setiap remaja. Sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri yang
kurang baik akan menjadikan remaja pribadi yang kurang baik. Dan sudah
seharusnya sebagai orang tua harus menciptakan iklim lingkungan yang
memfasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak untuk mengembangkan
potensi atau tugas-tugas sebagai seorang muslim yang optimal sehingga
konsep diri yang psoitif yang tertanam pada diri remaja. Penjelasan ini
sebagai penguat teori yang diungkapkan oleh Syamsu Yusuf LN (2008:130).
Sedangkan sisanya 36,4 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak peneliti
gunakan sebagai indikator dalam melakukan penelitian ini namun dijadikan
sebagai temuan. Faktor tersebut diantaranya adalah status kesehatan
individu tentang kegagalan. Berdasarkan teori dari Stuart, Gail Wiscarz.
Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. 1998.
3. Sikap Religius
Konformitas teman sebaya dan konsep diri berpengaruh terhadap sikap
religius dalam kehidupan sehari-hari. Teman sebaya sangat berperan di dalam
kehidupan remaja, dan remaja sangat bergantung kepada teman sebayanya
karena mereka merasa nyaman dalam menjalin sebuah pertemanan.
Sedangkan, konsep diri sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam
masyarakat. Konformitas teman sebaya dan konsep diri sama-sama berperan
121
dalam meningkatkan kereligiusan pada remaja. Konformitas teman sebaya
dan konsep diri saling memberikan pengaruh terhadap sikap religius seperti
karena berteman remaja menjadi giat untuk beribadah tetapi ada sebagian
remaja yang giat dalam beribadah karena keinginan diri sendiri yang kuat.
Jadi konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh
terhadap remaja sebesar 63,2%, dengan indikator sikap religius adalah shalat,
berpuasa, membaca Al-Qur’an, dan akhlak. Sebagai orang tua agar
senantiasa mengarahkan untuk berteman dengan kelompok sosial yang sesuai
dengan nilai-nilai agama dan mengarahkan agar berperilaku dan berkomitmen
beragama dalam membentuk perilaku yang baik sesuai dengan konsep diri
yang positif. Penjelasan ini sebagai penguat teori yang diungkapkan oleh
Manan Sodiq (2017:212). Sendangkan sisanya 38,9 % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak peneliti gunakan sebagai indikator dalam penelitian
ini, namun digunakan sebagai temuan diantaranya adalah bermanfaat bagi
Orang Lain dan kedisiplinan. Berdasarkan teori dari Ary Ginanjar, Agustian.
Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui
Ihsan. Jakarta: ARGA, 2003, hal. 249
D. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian telah diawasi dikontrol agar hasil dapat diterima
kebenarannya, teruji secara klinis dan ilmiah sesuai dengan prosedur dan tujuan
yang ingin dicapai. Untuk itu telah dilakukan berbagai proses mulai dari
populasi, penarikan sampel, penyusunan instrumen, uji coba instrumen,
pengambilan data, analisis dan deskripsi hasil. Namun upaya-upaya yang
dilakukan tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan kelemahan, walaupun
peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisrnya.
Penyebabnya karena keterbatasan penlitian yang ada.
Adapun keterbatasan dan kekurangan yang peneliti sadari dan rasakan dari
penelitian ini diantaranya:
1. Keterbatasan waktu dalam penelitian antara bulan juli sampai agustus
Disamping itu peneliti hanya melibatkan satu desa saja yaitu desa Banjarrejo
38 B Kec. Batanghari Lampung Timur. Oleh karena itu hasil penemuan-
penemuan dari penelitian ini hanya berlaku secara terbatas pada satu desa
saja, dan belum tentu meperoleh hasil yang sama jika dilakukan penelitian
pada tempat yang lain.
2. Penelitian ini hanya meneliti konformitas teman sebaya dan konsep diri pada
remaja sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya pengaruh dari varabel-
variabel seperti dorongan orang tua.
3. Penelitian ini menggunakan angketdalam memperoleh data penelitian,
dimana pilihan jawabannya pun terbatas oleh lima alternatif jawaban,tidak
menutup kemungkinan ada alternatif jawaban lain dari responden sebagai
penjelasan dari pernyataan penelitian.
122
4. Meskipun data hasil penelitian ini telah diujikan validitas dan reliabilitas,
namun masih ada kelemahan-kelemahan dalam pengisian angket seperti soal
yang sulit dipahami dan jawaban yang tidak jujur dalam pengisian angket.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori dan analisis regresi yang telah dikemukakan,
serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada latar
belakang masalah, maka dapat disimpulkan bahwa:
Konformitas teman sebaya terhadap sikap religius pada remaja signifikan
dan berarti, yang artinya terdapat pengaruh antara konformitas teman sebaya
terhadap sikap religius pada remaja. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya berpengaruh terhadap
sikap religius mencapai 52,6%.
Konsep diri terhadap sikap religius pada remaja signifikan dan berarti, yang
artinya terdapat pengaruh antara konsep diri terhadap sikap religius pada remaja.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsep diri
berpengaruh terhadap sikap religius mencapai 63,6 %
Konformitas teman sebaya dan konsep diri secara bersama-sama terhadap
sikap religius pada remaja signifikan dan berarti, yang artinya terdapat pengaruh
secara bersama-sama antara konformitas teman sebaya dan konsep diri terhadap
sikap religius pada remaja. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya dan konsep diri berpengaruh
terhadap sikap religius mencapai 63,2 %
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi bahwasanya
remaja yang berada di desa Banjarrejo 38 B dalam segi konformitas teman
sebaya dan konsep diri terhadap sikap religius pada remaja kurang baik,
sehingga perlunya penanaman sikap-sikap positif pada remaja untuk
meningkatkan sikap religius, agar tercapai konformitas teman sebaya dan
konsep diri terhadap sikap religius yang baik pada remaja.
B. Implikasi
1. Peningkatan sikap religius sangat berpengaruh terhadap konformitas teman
sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menjadi catatan khusus
bagi orang tua untuk mengarahkan bahwa memilih teman sebaya yang baik
sangat penting bagi remaja, karena masa remaja merupakan masa yang
penting dalam pencapaian identitas diri. Untuk itu teman sebaya yang baik
akan memberikan pengaruh yang baik. Dibuktikan dengan hasil penelitian
bahwa konformitas teman sebaya terhadap sikap religius berpengaruh
sebesar 52,6%. Sebaliknya teman sebaya yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh buruk bagi remaja untuk menjadi pribadi yang kurang
baik Hal ini mengindikasikan bahwa konformitas teman sebaya penting
dilakukan dalam hal positif, dan untuk mendapatkan sikap religius yang
baik pada remaja harus memilih teman yang baik dalam segi religiusnya
124
Penjelasan ini sebagai penguat teori yang diungkapkan oleh Santrock
(2004:415).
2. Konsep diri berpengaruh terhadap sikap religius dalam kehidupan sehari-hari,
karena konsep diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri mengenai
kemampuan yang ada dalam dirinya dalam menghadapi sesuatu. Konsep diri
bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Oleh karena kelainan kepribadian
itu berkembang pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang
kurang baik, maka sebagai upaya pencegahan (preventif), untuk itu orang tua
harus mengarahkan hal-hal positif pada anak agar menjadi pribadi yang baik
dengan kosnep dirinya. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan
mampu mengatasi kehidupannya dan melakukan hal-hal positif tanpa
diperintah mereka menyadari akan pentingnya sikap religius. Sebaliknya
remaja yang memiliki konsep diri yang kurang baik akan menjadikan remaja
pribadi yang kurang baik. Dan sudah seharusnya sebagai orang tua harus
menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atau memberi kemudahan
kepada anak untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas sebagai seorang
muslim yang optimal sehingga konsep diri yang psoitif yang tertanam pada
diri remaja. Penjelasan ini sebagai penguat teori yang diungkapkan oleh
Syamsu Yusuf LN (2008:130).
3. Konformitas teman sebaya dan konsep diri berpengaruh terhadap sikap
religius dalam kehidupan sehari-hari. Teman sebaya sangat berperan di dalam
kehidupan remaja, dan remaja sangat bergantung kepada teman sebayanya
karena mereka merasa nyaman dalam menjalin sebuah pertemanan.
Sedangkan, konsep diri sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam
masyarakat. Konformitas teman sebaya dan konsep diri sama-sama berperan
dalam meningkatkan kereligiusan pada remaja. Konformitas teman sebaya
dan konsep diri saling memberikan pengaruh terhadap sikap religius seperti
karena berteman remaja menjadi giat untuk beribadah tetapi ada sebagian
remaja yang giat dalam beribadah karena keinginan diri sendiri yang kuat.
Jadi konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh
terhadap remaja. Sebagai orang tua agar senantiasa mengarahkan untuk
berteman dengan kelompok sosial yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan
mengarahkan agar berperilaku dan berkomitmen beragama dalam membentuk
perilaku yang baik sesuai dengan konsep diri yang positif. Penjelasan ini
sebagai penguat teori yang diungkapkan oleh Manan Sodiq (2017:212)
C. Saran
Untuk remaja:
1. Konformitas teman sebaya berpengaruh teradap sikap religius dalam
keidupan sehari-hari. Sehingga pilihlah teman yang mengajak pada hal-hal
positif agar tercipta sikap religius dalam kehidupan sehari-hari, karena sikap
yang positif yang harus dipertahankan, seperti menjalankan ibadah bersama
125
dan mengikuti kegiatan kegamaan bersama agar terciptalah konformitas
teman sebaya yang baik dalam sikap sikap religius
2. Konsep diri berpengaruh terhadap sikap religius dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga perlunya penanaman sikap yang baik di dalam diri seseorang agar
berpresepsi positif terhadap dirinya sendiri sehingga mampu menjalankan
tugasnya sebagai seorang muslim dengan menjalankan sikap religius,
sehingga tercipta keinginan yang baik, seperti keinginan untuk melakukan
shalat tepat pada waktunya dan membaca Al-Qur’an.
3. Konformitas teman sebaya dan konsep diri berpengaruh terhadap sikap
religius dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pertemanan dan keinginan
positif yang harus ditanamkan agar tercipta sikap religius yang baik bagi
remaja. Agar sikap religus dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti mengikuti kegiatan pengajian ibu-ibu atau bapak-bapak, mengikuti
kegiatan risma, dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar di TPA.
Untuk orang tua:
1. Konformitas teman sebaya berpengaruh terhadap sikap religius dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga sebagai orang tua hendaknya lebih
memberikan perhatian kepada remaja agar dapat memilih teman yang
mengarahkan kepada kebaikan agar memiliki perilaku yang baik dalam dan
menanamkan sikap religius dalam kehidupan sehari-hari, seperti
membiasakan memakai jilbab ketika hendak keluar rumah bagi remaja
perempuan dan membiasakan menyapa dengan mengucap salam ketika
bertemu kerabat/teman dijalan serta mengunjungi acara-acara islami yang
diadakan di lingkungan
2. Konsep diri berpengaruh terhadap sikap religius dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga sebagai orang tua sudah seharusnya menanamkan sikap yang baik
pada anak-anak mereka sejak dini agar senantiasa terbiasa menjalankan
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti selalu mengingatkan untuk
menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim seperti sholat lima waktu dan
berpuasa pada bulan ramadhan serta membaca Al-Qur’an.
3. Konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh terhadap
sikap religius dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebagai orang tua selalu
memberikan nasehat kepada puta-putrinya agar dapat memilih teman dan
menjalankan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, dan menegur
jika melakukan kesalahan, seperti perbaiki, jangan diulangi dan tetap
semangat.
Untuk Desa:
1. Konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap religius.
Sehingga warga senantiasa mempertahankan kegiatan-kegiatan positif yang
telah ada pada desa tersebut, seperti pengajian, risma dan TPA.
2. Konsep diri memberikan pengaruh terhadap sikap religius. Sehingga
senantiasa warga menggerakan kegiatan bergotong-royong dalam
membangun apapun agar desa dan warganya maju bersama, seperti
menghadiri rapat risma, mengikuti perlombaan 17 agustus, membagikan
126
takjil dibulan ramadhan dan mengadakan kegiatan sosial pengumpulan dana
jika ada daerah yang terkena musibah serta membutuhkan bantuan,
kemudian sikut berpartisipasi membagikan sembako ke warga yang kurang
mampu.
3. Konformitas teman sebaya dan konsep diri memberikan pengaruh terhadap
sikap religius. Sehingga warga dan masyarakat agar selalu mendukung
kegiatan positif yang diadakan di desa untuk mendongkrak para remaja agar
dapat berpartisipasi dalam melakukan kebaikan demi terciptanya remaja
yang baik dan berakhlakul karimah.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang dan Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2004.
Agustian, H. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: Aditama. 2006.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2006.
Alex, Sobur. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 2003.
Ancok, Djamaludin dan Suroso, F. Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problem-
problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.
Arikunto, Suharsimi. Metodologi Research. Jakarta: Fakultas Psikologi Ugra. 2002.
-------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
Baron, R.A & Byne D. Psikologi Sosial. Alih Bahasa: Ratna Djuwita, Mellania
Meiti Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta. Kararta: Erlangga. 2005.
Chalchoun & Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan hubungan
Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang PRESS. 1995.
Cowie, H. dan Wallace, P. Peer Support in Action: From Bystanding to Standing
By. London :Sage Publications.2000.
Davidoff L. Psikologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gunung Agung. 1991.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:
CV Penerbit Diponegoro. 2007.
E Slavin, Robert. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks. 2011.
Ellis Ormrod, Jeanne. Educational Psychology Developing Learners (Psikologi
Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang). Hak terjemahan
bahasa indonesia: Erlangga 14 desember 2008.
Glading, S.T. Group Work : A Counseling Specialty. Englewood Cliffs : Prentice-
hal. 1995.
128
Gufron. dkk. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Arruz Media. 2010.
Gunawan A.W. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia. 2004.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : Remaja
Rosdakarya. 2011.
Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Diterjemahkan oleh istiwindayanti dan Soedjarwo. Jakarta:
Erlangga. 2002.
Jamaludin Mahfuzh, Syaikh M. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta:
Pustaka Al Kautsar. 2001.
Kadir. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2015.
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at Keanehan Membaca Alquran Qira’at
Ashim dari Hafash. Jakarta: Amzah. 2011.
Kusnadi, Edi . Metodologi Penelitian Aplikasi. Ramayana Press dan STAIN Metro.
2008.
Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis. Jakarta : Lembgaa
Manajemen PPM. 2007.
Lickoma, Thomas. Character Matters (Persoalan Karakter)Bagaimana Membantu
Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan
Penting lainnya. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Mclenerney . Educational Psychology Constructing Learning. Australia: Pearson
Education Autralia. 2006.
Mubin, H dan Cahyadi, Ani. Psikologi Perkembangan. Ciputat: Ciputat Press
Group. 2006.
Myera dan David G. Social Psychology (9th ed.).New York: McGraw-Hill. 2008.
Myers, D.G. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2012.
129
MZ. Labib dan Sanihiyyah MZ, T.M. Pedoman Shalat Lengkap. Tuban:
Amanah.2010.
Naim, Ngainun. Character Building. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. 2012.
Pudjijogyanti, Clara R. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta : Arcan. 1991.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2007.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1996.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2012.
Rifa’i Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha
Putra.2010.
Sabiq, Sayyid. Fiqih sunnah Jilid 2. Jakarta:Pena Pundi Aksara. 2006.
Santrock J. Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Edisi V. Jakarta: Erlangga. 2002.
-------. Life-Span Development. Twelfth Edition. Boston : McGraw-Hill
Companies. 2009.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2002.
-------. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka. 2002.
Sei. H.DTt. Tombak Alam. Ilmu Tajwid. Jakarta : Amzah. 2009.
Sears, D.O., Fredman, J.L., Peplau, L.A. Psikologi Sosial Alih Bahasa: Michael
Adriyanto. Jakarta: Erlangga. 1991.
Singarimbun, Nasri dan Efendi, Sofyan. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES. 2000
.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2009.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru
Algensindo. 2011.
130
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta .
2012.
-------. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta. 2016.
-------. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2013.
-------. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2010.
Supiana dkk. Materi Pendidikan Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001
Syafe’i, Rahcmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung : CV Pustaka Setia. 2010.
Taylor E.Shelley, Leticia A. Peplau, David O. Sears. Psikologi Sosial. Jakarta:
Kencana. 2009.
Thalib, Syamsul Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta : Kencana. 2010.
Tumanggor, Rusmin. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
2014.
Yustati, Herlina. Religiusitas dan Konsumerisme Mahasiswa Muslim. Ciputat:
Cinta Buku Media. 2014.
Yusuf, Syamsul. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rema
Rosdakarya. 2008.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. 2009.
131 JURNAL
Anna Dian Savitri, Fitria Linayaningsih, L. Rini Sugiarti. “Kekerasan Dalam
Pacaran Pada Siswa Ditinjjau dari Konformitas Teman Sebaya dan
Efektifitas Komunikasi dalam Keluarga”, Jurnal Dinamika SOSBUD ISSN
1410-9859 No 2 Vol 17 (2015), h. 41-47.
Daniel B. M. Haun dan Michael Tomasello. “Kesesuaian dengan Tekanan Sebaya
pada Anak-anak Prasekolah”, Jurnal Perkembangan Anak No 6 Vol 82
(2011), h. 1759–1767.
Darcy A. Santor, Deanna Messervey, dan Vivek Kusumakar. “Mengukur Tekanan
Sebaya, Popularitas, dan Kesesuaian pada Remaja Laki-Laki dan
Perempuan: Memprediksi Kinerja Sekolah, Sikap Seksual, dan
Penyalahgunaan Zat”, Jurnal Remaja dan Remaja, No 2 Volume 29 (2000),
hal. 166-182.
Dian Savitri, Anna dkk. “Kekerasan dalam Pacaran Pada Siswa SMA Ditinjau
Dari Konformitas Teman Sebaya Dan Evektivitas Komunikasi Dalam
Keluarga”. J DINAMIKA SOSBUD, ISSN 1410-9859 No 2 (2015) Volume
17, hal. 41-47.
Idham Perdana, Putra. “Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku konsumtif membeli pakaian pada mahasiswi angkatan 2016 fakultas
psikologi universitas diponegoro”, Jurnal Empati, No 4 Volume 6 (Oktober,
2017), hal. 195-208.
Itai Ivtzan, Christine P. L. Chan, Hannah E. Gardner & Kiran Prashar.
“Menghubungkan Agama dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan
Psikologis: Memeriksa Aktualisasi diri, Makna dalam Kehidupan, dan
Inisiatif Pertumbuhan Pribadi”, Journal of Religion and Health ISSN 0022-
4197, No 1 Vol 48 (2009) hal. 1-17.
L. Caldwell dan Nancy Darling . “Konteks Waktu Luang, Kontrol Orang Tua, dan
Perlawanan terhadap Teman Tekanan sebagai Prediktor Pesta Remaja dan
Penggunaan Zat: Suatu Perspektif Ekologis”, Jurnal Penelitian Kenyamanan
No. 1 Vol. 31 (1999), h. 57-77.
Laursen, E.K. “Rather Than Fixing Kids - Build Positive Peer Cultures.
Reclaiming Children and Youth”, ProQuest Education Journals, No 14
Volume 3 (2005), h. 137 – 142.
Mahmud, Teuku.“Kemampuan Menentukan Nilai-Nilai Religius Pada Novel
Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirezy Oleh
Mahasiswa PBSID Semester I Stkip Bina Bangsa Getsempena”, Jurnal
Metamorfosa, No 1 Volume 6 ( Januari, 2018), hal. 83-94.
132
Manan, Abdul latif dan Kuntoro, Sodiq A.“Penanaman Nilai-Nilai Religius di
Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara
Barat”, Jurnal Pembangunan Pendidikan:Aplikasi dan Pondasi, No 2 Volume
5 (Desember 2017), hal. 210-222.
Paul A. Kosten, Lawrence M. Scheier dan Jerry L. Grenard. “Analisis Kelas Laten
dari Konformitas Teman Sebaya:Siapa yang Menghasilkan untuk Tekanan
dan Mengapa?”, Jurnal Pemuda dan Masyarakat, No.4 Vol.45 (2012), h.
565-590.
Roros Widianingsih, Tati dan Abdul Rahman, Agus. “Hubugan Konformitas
Terhadap Kelompok Dengan Kedisiplinan Siswa di Sekolah Pada Siswa
Kelas Ii Smu YKM Tanjung Sari Sumedang”, Jurnal ilmiah psikolgi
pendidikan dan perkembangan, No 1 Volume 1 (2009), h. 97-100.
Tamara F. Mangleburg, Patricia M. Doney, Terry Bristol. “Berbelanja dengan
teman dan kerentanan remaja terhadap pengaruh teman sebaya”. Jurnal
Ritel, Volume 80 (2004), hal. 101-116.
Tara M. Dumas a, Wendy E. Ellis dan David A. Wolfe. “Perkembangan Identitas
Sebagai Penyangga Perilaku Risiko Remaja dalam Konteks Tekanan dan
Kontrol Kelompok Sebaya”, Jurnal Remaja, Vol, 35 (2012), h.917-927.
Wulandari, Nuraini.“Pengaruh Konformitas Dan Pemahaman Agama Terhadap
Perilaku Seksual Pada Siswa Man 2 Samarinda”, eJournal Psikologi, No 2
Volume 2 (2014), hal. 123-126.
135
MONOGRAFI
DESA BANJARREJO
KECAMATAN BATANGHARI
KUBUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2018
136
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
KECAMATAN BATANGHARI
DESA BANJARREJO
Profil Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur 1. Sejarah Singkat Desa
Desa BANJARREJO di buka masa pejajah Belanda pada tanggal 05
April 1940 dan pada waktu itu sepanjang kita memandang hanyalah hutan
belantara yang nampak dalam pandangan seseorang.
Seiring dengan nyanyian burung dan suara binatang buas, pada hari dan
tanggal itu juga terlihat dengan langkah yang pasti semangat yang membara
demi memperjuangkan nasib ingin menambah keadaan yang ada, maka
datanglah serombongan angkatan orang-orang kolonisasi dari Jawa Tengah
yang masing-masing berasal dari Temanggung sebanyak 30 Kepala Keluarga
dari Kabupaten Kutoarjo sebanyak 31 KK dan berasal dari daerah Istimewa
Jogjakarta sebanyak 31 KK yang mana semuanya dipimpin oleh Bpk. Joyo
Diwiryo. Melihat keadaan yang belum ada rumah satupun maka rombongan
tersebut di tampung di sebuah bedeng. Satu tahun waktu telah berlalu
rombongan kolonisasi dari Jawa tersebut bekerja keras melalang buana di
tengah hutan belantara, maka dengan tekat yang tinggi di sertai rasa
persatuan ke gotong royongan yang di pimpinan Bpk. Joyo Diwiryo, sehinga
rakyat merasa tentram, damai dan aman.
Selanjutnya pada jaman penjajah Jepang pada tahun 1942 Masehi
datanglah Rombongan transmigasi yang berasal dari Jawa Tengan sebanyak
50 Kepala Keluaraga, rombongan tersebut ditempatkan dipedukuhan yang
dipimpin oleh bapak bayang Sastro Rejo, warga berada pada pedukuhan
tersebut hanya selama 3 tahun, selama tiga tahun terjadi suatu wabah
penyakit, sehingga banyak warga pada saat itu meninggal dunia, sehingga
sisa dari warga yang masih hidup berpindah tempat mengosongkan
pedukuhan tersebut.
Perang Belanda terjadi pada tahun 1947 dan pada jaman belanda di Desa
BANJARREJO terdapat perpindahan Markas besar TNI yang berasal dari
Metro dan markas pada saat itu di pimpin oleh Bpk. Letnan Kolonel Harun
Sumarto.
137
2. Urutan Susunan Pemerintahan Desa Banjarrejo
NO
NAMA
JABATAN
MASA JABATAN
1 SASTRO PAWIRO KEPALA KAMPUNG 1940 S/D 1941
2 BURHAM KEPALA KAMPUNG 1942 S/D 1943
3 SASTRO REJO KEPALA KAMPUNG 1943 S/D 1946
4 SASTRO KERTO UTOMO KEPALA KAMPUNG 1946 S/D 1949
5 MARTO KEPALA DESA 1949 S/D 1960
6 PARWOTO Pj. KEPALA DESA 1960 S/D 1961
7 SUKARDI KEPALA DESA 1961 S/D 1965
8 PARWOTO Pj KEPALA DESA 1968 S/D 1968
9 SUEB AMIN NASIR KEPALA DESA 1968 S/D 1987
10 SODIKUN Pj KEPALA DESA 1987 S/D 1988
11 NGADIRIN KEPALA DESA 1988 S/D 1999
12 SUKIMIN Pj KEPALA DESA 1997 S/D 1999
13 NGDIRIN KEPALA DESA 1999 S/D 2004
14 TARMUJI Pj KEPALA DESA 2005 S/D 2008
15 SURYANTO KEPALA DESA 2008 S/D 2012
16 SUJIYANTO Pj KEPALA DESA 2012 S/D 2013
17 SUGENG Pj KEPALA DESA 2013 S/D 2014
18 MISRO RIYADI KEPALA DESA 2014 S/D 2014
19 RIYANTO Pj KEPALA DESA 2014 S/D 2015
20 TARMUJI Pj KEPALA DESA 2015 S/D 2015
138
21 RIYANTO KEPALA DESA 2015 S/D Sekarang
3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur
4. Peta Desa Banjarrejo
Gambar 4.2
Peta Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur
Kepala Desa
SG. Puspito, SIP
BPD
Drs.Tugiharton, MM
LPM
Budi Pranata Jati Sekertaris
Ahmad Asrori, SH
K.Perencanaan
Awan Nurfatwa S
K. Umum
Oktora Teguh Riyadi
K. Keuangan
Anjar Suprayogi, SE
K.Kemasyarakatan
Damar Aryadi,A.Md
K. Pembangunan dan Pemberdayaan
Musa Adiyanto
K.Pemerintahan
Agung Taufik, M.Pd
Kadus 1
Arif Munadi
Kadus 2
Satino
Kadus 3
Supriyono
Kadus 4
Prawito
Kadus 8
M. Idris
Kadus 5
Suwito
Kadus 6
Triyono
Kadus 7
Suranto
139
5. VISI DESA “TERWUJUDNYA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA YANG
SEJAHTERA DAN MEMPU MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP PADA
TAHUN 2022”
6. MISI DESA a. Melaksanakan dan meningkatkan program pembangunan pertanian serta
pemanfaatan tehnologi tepat guna bagi masyarakat.
b. Meningkatkan kwalitas dan daya saing dibidang pengetahuan masyarakat.
c. Menciptakan rasa aman dalam berusaha dan bekerja serta berkehidupan
bermasyarakat.
d. Melaksanakan perbaikan penunjang perekonomian masyarakat.
e. Melaksanakan pelayanan yang prima kepada seluruh lapisan masyarakat
oleh segenap aparatur pemerintahan desa
7. TUJUAN DESA “MENJADI DESA YANG MAMPU BERSWASEMBADA PANGAN
DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG MAKMUR DAN
SEJAHTERA”
7. Monografi Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung Timur
a. Desa / Kelurahan : BANJARREJO
b. Nomor Kode : 2009
c. Kecamatan : BATANG HARI
d. Kabupaten : LAMPUNG TIMUR
e. Propinsi : LAMPUNG
8. Keadaan Data Bulan : Januari, Tahun 2018
a. Bidang Pemerintahan
1) Letak
Secara geografis Desa BANJARREJO terletak di sebelah barat Ibu
Kota Kecamatan merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten
Lampung Timur dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 4 Km dan dari
Ibu Kota Kabupaten 30 Km , sedangkan dari Ibu Kota Propinsi sekitar
60 Km dengan batas-batas wilayahnya sbb :
a) Sebelah Utara : Kel Yosodadi Kecamatan Metro Timur
b) Sebelah Timur : Desa Bumiharjo Dan Desa Adirejo
c) Sebelah Selatan : Kel Tejoagung Dan Desa Sumberrejo
d) Sebelah Barat : Kel Tejo Agung Dan Kel. Iring Mulyo
2) Luas
Luas Wilayah Desa BANJARREJO 425.02 Ha di Kecamatan
Batanghari. yang terdiri dari :
a) Sawah : 186 Ha
b) Pekarangan : 239 Ha
3) Kondisi Geografis
a) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 16 M
140
b) Banyaknya curah hujan : 6,85 Mm /Th
c) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah
d) Suhu udara rata-rata : 23oC s/d 31
oC
4) Orbitasi (Jarak dari pusat pemerintahan Desa / Kelurahan)
a) Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan : 6 Km
b) Jarak dari ibu kota Kabupaten : 30 Km
c) Jarak dari Ibu kota Propinsi : 60 Km
d) Jarak dari Ibu kota Negara : 500 Km
5) Kependudukan
a) Jenis Kelamin
(1) Laki-laki : 3.896 Orang
(2) Perempuan : 3.908 Orang
(3) WNI - laki-laki : 3.896 Orang
(4) WNI Perempuan : 3.908 Orang
b) Jumlah Penduduk menurut agama / penghayat terhadap Tuhan Yang
Maha Esa :
(1) Islam : 7.561 Orang
(2) Kristen : 35 Orang
(3) Katholik : 190 Orang
(4) Hindu : 8 Orang
(5) Budha : 10 Orang
c) Jumlah Penduduk menurut tingkat Pendidikan :
(1) Taman Kanak-kanak : 253 Orang
(2) Sekolah Dasar : 413 Orang
(3) SMP/SLTP : 339 Orang
(4) SMA/SLTA : 304 Orang
(5) Akademi/D1-D3 : 13 Orang
(6) Sarjana (S1-S3) : 237 Orang
6) Pendidikan
a) PAUD : 4 Gedung
b) SD : 3 Gedung
c) SLTP : 1 Gedung
d) SLTA : 3 Gedung
e) Institut/Sekolah Tinggi/Universitas : 3 Gedung
f) Pondok Pesantren : 2 Gedung
141
ANGKET KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Petunjuk pengisian!
1. Tulislah nama dan alamat pada kolom yang telah
disediakan
2. Dibawah ini terdapat 5 pilihan jawaban, yaitu:
a. Sangat sering
b. Sering
c. Jarang
d. Sangat jarang
e. Tidak pernah
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan jujur dan objektif
sesuai dengan keadaan anda, dengan cara memeberi tanda
ceklis (√) pada salah satu jawaban yang anda pilih.
4. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi
dan tidak ada pengaruh terhadap apapun.
5. Atas kesediaannya untuk mengisis instrumen ini, kami
ucapkan terima kasih.
No Butir Pernyataan
Alternatif
Jawaban
1 Menurut pendapat saya
kelompok yang paling benar Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
2 Menurut saya apa yang
dilakukan oleh teman-teman
dalam kelompok tidak harus
dituruti
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
3 Saya bertingkah laku sesuai
aturan kelompok Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
4 Saya tidak perlu ikut
membantu menyelesaikan
persoalan yang terjadi dalam
kelompok saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
6 Saya bersedia untuk mengikuti
apa yang diterapkan teman-
teman dalam kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
142
7 Saya sering merencanakan
bersama teman kelompok
ketika ada yang ulang tahun
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
8 Saya sering berbeda pendapat
dengan teman-teman
kelompok saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
9 Demi pertemanan dan
persahabatan saya
menjalankan apa yang teman-
teman sarankan kepada saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
10 Saya tidak perlu harus
mengikuti semua kegiatan
teman dalam kelompok saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
11 Saya tetap mengikuti pendapat
kelompok meskipun pendapat
saya berbeda dengan
keputusan kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
12 Saya tidak akan ikut-ikutan
dengan apa yang dilakukan
teman-teman meskipun
Sangat sering
Sering
Jarang
mereka memaksa saya Sangat jarang
Tidak pernah
13 Saya merasa tenang bersama
teman-teman kelompok Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
14 Karena percaya diri saya yang
tinggi, maka saya tidak akan
menuruti saran dan pendapat
teman-teman kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
15 Saya membatalkan rencana
belajar saya, karena teman-
teman kelompok saya
mengajak pergi
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
16 Saya menolak ajakan teman-
teman untuk pergi Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
17 Saya dapat emahami pendapat
teman-teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
143
18 Menurut saya aturan dalam
kelompok tidak penting bagi
keputusan saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
19 Saya merasa tidak senang
menjadi anggota kelompok Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
20 Saya tidak peduli dengan
rencana-rencana yang dibuat
oleh teman-teman kelompok
saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
21 Saya merasa terabaikan
apabila tidak mengikuti
kegiatan yang diputuskan oleh
kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
22 Saya merasa kurang percaya
diri mengikuti kelompok Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
23 Saya berusaha mengikuti pola
pikir teman-teman dalam
kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
24 Saya merasa tidak perlu untuk
mengikuti segala trend yang
disenangi teman-teman dalam
kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
25 Saya mengikuti segala
informasi yang terjadi dalam
kelompok untuk evaluasi
terhadap tujuan kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
26 Saya tidak setuju dengan
pendapat kelompok jika
bertentangan dengan pendapat
saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
27 Saya termasuk orang yang
selalu mengikuti peraturan
kelompok
Sangat sering
Sering
Jarang
Tidak pernah
28 Saya merasa tidak perlu
berteman dengan teman-teman
kelompok setiap hari
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
144
29 Dalam memilih kegiatan saya
banyak meminta pendapat
teman-teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
30 Saya berani menentang
pendapat dalam kelompok
meskipun nanti akhirnya
dikucilkan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
31 Saya lebih suka menyendiri
bila ada masalah daripada
berbaur dengan teman yang
lain
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
32 Saya mampu bersosialisasi dan
menjalin hubungan baik
dengan warga sekitar rumah
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
33 Saya suka memberi ide-ide
terhadap tugas letika teman
saya bingung
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
34 saya senang terhadap teman
yang suka mengkritik Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
35 Teman-teman suka mengejek
penampilan saya sehingga saya
merasa minder dan mau
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
36 Setiap ada tugas kelompok
saya saya jarang punya ide
yang bisa saya ungkapkan ke
teman-teman
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
37 Saya tidak malu saat berteman
dengan lawan jenis Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
38 Saya tidak akan menolong
teman yang membutuhkan
bantuan apabila dia tidak
meminta
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
39 Saya tidak menyukai teman
yang suka mengkritik orang
lain
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
145
40 Saya ingin menjadi orang yang
disegani diantara teman yang
lain
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
Banjarrejo, ............................
Responden
146
ANGKET KONSEP DIRI
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Petunjuk pengisian!
1. Tulislah nama dan alamat pada kolom yang telah
disediakan
2. Dibawah ini terdapat 5 pilihan jawaban, yaitu:
a. Sangat sering
b. Sering
c. Jarang
d. Sangat jarang
e. Tidak pernah
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan jujur dan objektif
sesuai dengan keadaan anda, dengan cara memeberi tanda
ceklis (√) pada salah satu jawaban yang anda pilih.
4. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi
dan tidak ada pengaruh terhadap apapun.
5. Atas kesediaannya untuk mengisis instrumen ini, kami
ucapkan terima kasih.
No Butir Pernyataan Alternatif Jawaban
1 Saya berpikir bahwa tinggi
badan saya tidak sesuai dengan
yang saya inginkan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
2 Saya rasa penampilan saya
disukai oleh banyak orang Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
3 Sayaberpikir bahwa ingin
disukai oleh semua teman-
teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
4 Saya bangga sebagai seorang
remaja putri Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
5 Saya merasa bahwa penampilan
saya hari ini tidak menarik Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
6 Saya berpikir bahwa tidak ada
hal yang istimewa pada diri saya Sangat sering
Sering
147
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
7 Saya berusaha mengembangkan
bakat yang saya miliki Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
8 Saya merasa memiliki prestasi
yang baik disekolah Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
9 Saya merasa bahwa orang lain
lebih pintar daripada saya Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
10 Saya berusaha menyelesaikan
tugas tanpa bantuan dari orang
lain
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
11 Saya suka mempelajari hal yang
baru untuk menambah wawasan
saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
12 Saya merasa kepintaran saya
dibutuhkan oleh orang lain Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
13 Saya mudah bergaul dengan
siapapun Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
14 Saya termasuk yang populer
diantara teman-teman saya Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
15 Saya merasa teman-teman selalu
mendukung ketika saya
menjalankan sesuatu
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
16 Saya merasa teman-teman tidak
mau bergaul dengan saya Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
17 Saya lebih mementingkan
kepentingan bersama dari pada
kepentingan saya sendiri
Sangat sering
Sering
Jarang
148
Sangat jarang
Tidak pernah
18 Ketika ada pr saya lebih suka
mengerjakannya sendiri Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
19 Setiap hari minggu saya belajar
kelompok bersama teman-teman
saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
20 Ketika bulan puasa acara bukber
bersama teman-teman
meningkat padat daripada
bukber bersama keluarga
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
21 Saya merasa bahwa hidup saya
bergantung kepada orang lain Sangat sering
Sering
Jarang
Tidak pernah
22 Saya tidak percaya diri jika
pergi tidak ditemani oleh
orangtua saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
23 Ibu saya menelepon ketika saya
pergi bersama teman-teman dan Sangat sering
Sering
pulang tidak tepat waktu Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
24 Saya membutuhkan orang tua
ketika saya sakit Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
25 Saya merasa malu ketika diantar
sekolah oleh orangtua saya Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
26 Saya lebih suka menyendiri bila
ada masalah daraipada berbaur
dengan teman-teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
27 Saya aktif mengikuti kegiatan
ektrakulikuler disekolah Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
28 Saya mengikuti kegiatan sosial
yang diadakan didesa rumah
saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
149
Tidak pernah
29 Saya bertanggung jawab atas
apa yang telah saya lakukan Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
30 Lomba desa pada acara 17an
telah di mulai, saya sangat
senang mengikuti perlombaan
tersebut karena akan
mendapatkan banyak hadiah
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
31 Saya merasa percaya diri ketika
mau mengungkapkan pendapat Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
32 Saya dapat mengambil
keputusan berdasarkan
pertimbangan yang matang
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
33 Karena saya jarang belajar, saya
sering mencontek tugas sekolah
teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
34 Saya yakin kealau belajar
dengan giat maka, saya akan Sangat sering
Sering
memperoleh nilai yang bagus Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
35 Saya merasa mempunyai
pendirian yang berubah-ubah Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
36 Saya selalu mencoba bersabar
dan bersyukur terhadap ujian
Tuhan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
37 Saya kurang termotivasi untuk
mempelajari agama sebagai
pedoman hidup
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
38 Saya merasa sering malas untk
melaksanakan ibadah Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
39 Saya merasa nyaman menjadi
diri sendiri Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
150
40 Saya mempunyai bakat dan
minat yang sesuai dengan cita
cita saya.
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
Banjarrejo, ............................
Responden
151
ANGKET SIKAP RELIGIUS
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Petunjuk pengisian!
1. Tulislah nama dan alamat pada kolom yang telah
disediakan
2. Dibawah ini terdapat 5 pilihan jawaban, yaitu:
a. Sangat sering
b. Sering
c. Jarang
d. Sangat jarang
e. Tidak pernah
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan jujur dan objektif
sesuai dengan keadaan anda, dengan cara memeberi tanda
ceklis (√) pada salah satu jawaban yang anda pilih.
4. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi
dan tidak ada pengaruh terhadap apapun.
5. Atas kesediaannya untuk mengisis instrumen ini, kami
ucapkan terima kasih.
No Butir Pertanyaan Alternatif Jawaban
1 Saya menjalankan shalat 5
waktu Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
2 Sebelum berangkat kesekolah
saya selalu melaksanakan shalat
dhuha terlebih dahulu
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
3 Waktu shalat maghrib tiba dan
saya tetap menonton tv Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
4 Ketika disekolah melaksanakan
shalat dzhuhur berjama’ah saya
berpura-pura mensturasi agar
tidak melaksanakan shalat
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
5 Ketika bulan ramadhan tiba saya
selalu melaksanakan shalat
tarawih berjama’ah dan disela-
sela sholat saya selalu
mengobrol bersama teman saya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
6 Setelah melaksanakan shalat
shubuh saya tertidur diatas Sangat sering
Sering
152
sajadah Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
7 Ketika bulan ramadhan datang
saya selalu bersemangat untuk
menjalankan ibadah puasa
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
8 Saya berpuasa ketika berada
didalam rumah tetapi makan dan
minum ketika diluar rumah agar
tidak dilihat oleh orang tua
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
9 Saya mengganti puasa yang
saya tinggalkan dibulan
ramadhan pada hari lain sesuai
dengan yang saya tinggalkan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
10 Ketika melaksanakan ibadah
puasa saya bersama teman-
teman membicarakan keburukan
orang lain
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
11 Saya berpuasa dihari arafah dan
tarwiyah setiap bulan haji Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
12 Ketika ingin mencapai sesuatu
saya berdo’a kepada Allah dan
bernadzar untuk berpuasa
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
13 Saya tinggal dipesantren dan
melaksanakan sahur bersama
untuk melaksanakan puasa
sunah
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
14 Saya bersama dengan teman-
teman membagikan takjil untuk
berbuka puasa dipinggir jalan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
15 Ketika membaca Al-Qur’an
saya bersikap khusyuk agar
mendapatkan pahala dari Allah
SWT
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
16 Saya bersikap ikhlas karena
Allah ketika membaca Al-
Qur’an bukan karena ingin
mendapat pujian atau pamer
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
17 Membaca Al-Qur’an dengan
tajwid yang benar Sangat sering
Sering
Jarang
153
Sangat jarang
Tidak pernah
18 Membaca Al-Qur’an hati saya
menjadi tenang Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
19 Membaca Al-Qur’an ketika
diperintah oleh orangtua Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
20 Setelah melaksanakan shalat
subuh saya membaca Al-Qur’an
5 ayat
Sangat sering
Sering
Jarang
Tidak pernah
21 Setelah belajar malam saya
menambah jam pelajaran untuk
membaca dan mempelajari Al-
Qur’an
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
22 Ketika bulan ramadhan tiba saya
ingin menghatamkan Al-Qur’an
dengan membaca Al-Qur’an
setelah melaksanakan shalat 5
waktu
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
23 Sebelum berangkat kesekolah
saya membantu ibu untuk Sangat sering
Sering
menyelesaikan pekerjaan rumah Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
24 Ketika tamu datang saya pura-
pura tidur dan tidak
membukakan pintu rumah
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
25 Pada sore hari saya dan teman-
teman mengaji di TPA Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
26 Guru ngaji menjelaskan
pelajaran sementara saya sibuk
mengobrol dengan teman dan
ketika diberi pertanyaan saya
tidak dapat menjawabnya
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
27 Pada hari minggu saya
membersihkan masjid bersama
teman-teman, setelah itu
bermain bersama sampai siang
hari
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
28 Ketika mengaji guru merasa
kerepotan mengatasi murid
kelas awal berkelahi sedangkan
saya dari kelas atas membiarkan
dan tidak menghiraukan
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
154
Tidak pernah
29 Ketika diperintah untuk
melaksankan shalat saya segera
mengambil wudhu dan
melaksanakan shalat
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
30 Ketika TPA mendapatkan
undangan perlombaan antar
TPA saya terpilih menjadi salah
satu peserta lomba dan saya
menolak karena takut
Sangat sering
Sering
Jarang
Sangat jarang
Tidak pernah
31 Saya membicarakan orang lain
ketika sedang berpuasa
32 Orang tua saya selalu
membimbing dalam
melaksanakan ibadah shalat
33 Orang tua saya selalu
mengajarkan ketaqwaan kepada
Allah SWT, sehingga harus
menjalankan perintahNya dan
menjauhi laranganNya
34 Pendidikan agama islam
mengajarkan kamu untuk tolong
menolong dalam berbuat
kebaikan
35 Orang tua mengajarkan tidak
hanya beribadah saja, namun
juga mengajarkan peduli
terhadap sesama
36 Saya selalu menghargai orang
lain
37 Ketika bepergian saya selalu
berpamitan dan mengucapkan
salam kepada kedua orangtua
38 Ketika akan ujian saya selalu
shalat tahajud dan shalat dhuha
serta berdoa kepada Allah
39 Saya tidak melaksanakan shalat
karena sakit
40 Saya selalu ikhlas dalam
membantu orang lain
Banjarrejo, ............................
Responden
155
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Penelitian : Pengaruh Konformitas Teman Sebaya
dan Konsep diri Terhadap Sikap Religius
Tempat Penelitian : Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari
Lampung Timur
Tanggal Pelaksanaan
Wawancara
:
Subyek Wawancara :
Nama Informan :
Jabatan Informan :
Pertanyaan Wawancara
1. Kegiatan keagamaan apa yang dilakukan di desa ini?
2. Adakah kegiatan keagamaan khusus untuk remaja di desa ini?
3. Apakah anak bapak/ibu selalu diperintah ketika hendak melaksanakan shalat
5 waktu?
4. Bagaimanakah cara bergaul anak bapak/ibu ?
5. Apakah bapak/ ibu selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh
anak bapak/ibu?
6. Kegiatan islami apa sajakah yang dilakukan anak bapak/ibu ketika dirumah?
7. Apakah bapak/ibu mengetahui perilaku anak anda ketika bersama dengan
teman-temannya?
8. Adakah kendala yang dihadapi ketika bapak/ ibu mengurus anak dirumah?
9. Apakah anak bapak/ ibu kerap mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan apa
saja yang mereka adakan?
10. Apakah anak bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari?
156
PEDOMAN OBSERVASI
NO Indikator Uraian Observasi Ada Tidak
ada
1 Profil Desa a. Sejarah
b. Susunan Pengurus
c. Susunan Organisasi
d. Sarana dan Prasarana
e. Data Jumlah Penduduk
2 Kegiatan
Harian Desa
a. Kegiatan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing
b. Ronda malam warga desa untuk
bersama-sama menjaga keamanan di
lingkungan sekitar
c. Menegur tetangga ketika berpapasan di
jalan dengan nada yang ramah dan
senyum yang tulus
3 Kegiatan
Sosial Desa
a. Kerja bakti membersihkan selokan dan
jalanan yang dilaksanakan di setiap
desa
b. Penyuluhan bahaya penyalahgunaan
obat-obatan terlarang narkoba dan
psikotoprika oleh kepala lingkungan
yang bekerja sama dengan dinas
kesehatan
c. Berpartisipasi dalam rangka
menyambut peringatan hari
kemerdekaan 17an
d. Mengadakan rapat RT di balai desa
untuk membahas perbaikan jalan yang
mengalami kerusakan
e. Kegiatan PKK untuk menjaga
hubungan baik sesama anggota warga
daerah tertentu
f. Acara perayaan apapun dari tetangga
baik itu pernikahan, ulang tahun, pesta
ucapan syukur, dan bentuk undangan
acara lainnya.
g. Penyuluhan mengenai kesehatan terkait
penggunaan air bersih yang
diselenggarakan oleh puskesmas
h. Pengadaan posyandu
i. Penyuluhan mengenai program
Keluarga Berencana.
157
j. Datang melayat ketika ada tetangga
yang mengalami peristiwa duka
k. Menjenguk tetangga yang sakit
l. Pengadaan arisan ibu rumah tangga
sedaerah yang selain bermanfaat secara
ekonomi, juga bisa menjadi ajang
saling mengenal satu dengan yang lain.
m. Lomba kebersihan yang diadakan oleh
kelurahan membuat warga RT maupun
RW mau tidak mau bergotong royong
untuk bersama-sama membersihkan
kawasannya masing-masing.
4 Perlunya
pembinaan
akhlak
a. Rendahnya taraf pendidikan keluarga
b. Keadaan keluarga yang tdak stabil
(broken home)
c. Orang tua yang kurang memperhatikan
d. Lingkungan setempat kurang baik
e. Kurang berhati-hati dalam berteman
f. Keadaan ekonomi keluarga
g. Kurangnya kesadaran remaja
h. Adanya tekhnologi internet
5 Kegiatan
Keagamaan
a. Pengajian yang diadakan oleh bapak
bapak
b. Pengajian yang diadakan oleh ibu-ibu
c. Pengajian yang diadakan oleh risma
d. Tadarus Al-Qur’an yang dilaksanakan
dimasjid
e. Sholat jum’at bagi kaum muslim
f. Sholat berjama’ah dimasjid bagi kaum
muslim
g. Pembinaan kegamaan kepada risma
dan ibu ibu pengajian
158
PEDOMAN DOKUMENTASI
Uraian Dokumentasi Ada Tidak
1. Data tentang sejarah
berdirinya desa
2. Data visi, misi dan tujuan desa
3. Data struktur orgsnisasi desa
4. Data penduduk
5. Data sarana dan prasarana
6. Data kegiatan desa
7. Bukti penelitian
159
UJI VALIDITAS ANGKET KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
Responden Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5 4 3 5 5 5 2 3 2 3 4 2
2 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4
3 3 3 2 3 2 3 3 3 5 3 4 4
4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
5 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 4 4
6 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4
7 5 4 5 4 4 4 3 3 4 5 2 4
8 3 4 3 3 2 3 3 3 3 5 2 2
9 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4
10 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 4 4
11 5 5 4 3 5 5 3 5 4 5 5 3
12 5 4 3 5 4 4 3 3 4 5 4 4
13 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5
14 4 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4
15 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5
16 3 5 5 3 3 5 4 4 4 2 4 5
17 3 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 3
18 3 4 3 3 2 3 3 3 3 5 2 2
19 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
160
20 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4
21 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 4
22 3 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5
23 4 3 4 5 5 4 3 5 4 5 5 5
24 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4
25 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4
26 3 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 4
27 3 4 3 3 2 3 3 4 3 5 2 2
28 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
29 5 4 5 3 5 3 3 5 4 4 4 4
30 4 4 2 4 4 3 4 4 2 2 3 2
r hitung 0,302393 0,260094 0,659604 0,409643 0,68065 0,567753 0,423507 0,568965 0,432038 0,117397 0,680008 0,630161
r tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Keterangan TV TV V V V V V V V TV V V
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
2 3 4 5 4 2 5 3 5 3 5 2 2
5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 5 5 4
3 3 4 3 4 4 2 4 3 2 2 3 5
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
2 2 2 2 4 4 2 2 5 3 4 5 5
5 5 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4
161
2 4 4 4 4 4 2 4 5 5 4 3 4
4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3
5 3 4 3 4 3 3 3 5 3 4 4 4
3 4 2 2 4 4 8 2 5 3 4 5 5
3 5 4 3 5 4 5 5 5 4 5 3 4
3 5 4 3 4 5 5 2 5 3 4 3 4
5 5 4 5 5 4 3 4 3 5 4 5 4
5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5
4 4 4 3 5 5 4 5 4 3 4 5 4
5 4 4 5 5 4 3 5 3 5 3 4 4
5 5 3 5 5 4 3 3 3 4 5 5 4
4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3
3 4 4 3 4 5 3 4 4 3 4 4 4
4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 4 4
5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 3 4 5
3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 5 3 4
5 5 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4
5 3 4 3 4 3 3 3 5 3 4 4 4
5 5 4 5 5 4 3 4 3 4 5 5 4
4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
162
3 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 3 4
2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 2
0,534494 0,677168 0,297127 0,308893 0,348037 0,565866 0,429191 0,463669 0,302393 0,659604 0,68065 0,423507 0,432038
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V V V V V V V TV V V V V
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
4 2 4 2 4 5 4 3 5 5
5 5 4 4 5 4 3 3 4 5
4 3 4 4 2 3 3 2 3 2
4 5 4 4 4 4 4 4 5 5
4 2 2 4 2 3 4 3 4 4
4 5 4 4 5 5 4 5 5 4
2 2 4 4 2 4 4 5 4 4
2 4 4 4 3 3 4 3 3 2
4 5 4 4 3 5 5 3 5 4
4 3 2 4 5 3 4 3 4 4
5 3 4 5 5 5 5 4 3 5
4 3 4 4 5 5 4 3 5 4
5 5 4 5 3 3 4 5 4 4
4 5 4 5 4 4 5 5 3 4
4 4 4 5 4 4 5 3 5 4
163
4 5 4 5 3 3 5 3 3 2
4 5 3 5 3 4 4 3 5 5
2 4 4 4 3 4 3 2 2 3
4 3 4 4 3 4 4 4 5 4
5 4 4 4 5 2 5 3 4 5
5 5 5 4 5 4 5 5 4 4
4 4 5 4 5 4 5 5 4 3
5 3 4 5 4 5 3 3 2 3
4 5 4 4 5 3 5 3 4 4
4 5 4 4 3 5 5 3 4 5
4 5 4 5 3 5 5 4 5 3
2 4 4 4 3 2 5 3 4 3
4 5 4 4 4 4 3 5 5 5
4 3 4 4 5 5 4 5 4 4
3 2 3 4 3 5 4 3 4 5
0,680008 0,534494 0,297127 0,372357 0,595827 0,280665 0,296307 0,636858 0,344509 0,41399
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V TV V V TV TV V V V
36 37 38 39 40
5 2 3 2 3
4 5 4 4 4
164
1 3 3 5 3
5 4 4 4 4
4 5 4 5 3
5 4 4 4 4
4 3 3 4 5
3 3 3 3 5
4 4 4 4 4
4 1 4 5 3
5 3 5 4 5
4 3 3 4 5
4 5 4 4 5
5 4 4 5 4
4 5 4 4 5
5 4 2 4 2
4 5 5 4 4
5 4 3 4 4
4 4 5 4 4
5 4 2 2 4
4 4 5 4 4
4 2 2 4 4
5 2 4 4 4
4 4 5 4 4
165
5 4 3 2 4
4 5 3 4 5
4 4 3 4 4
4 5 5 4 5
5 4 5 4 5
4 1 4 4 1
0,422833 0,414821 0,448362 0,065592 0,459401
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V V TV V
166
UJI VALIDITAS ANGKET KONSEP DIRI
Responden Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 4 4 4 5 5 5 3 3 2 3 4 4
2 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4
3 3 4 4 4 2 5 5 3 5 3 4 5
4 5 3 5 3 4 3 4 4 4 4 5 4
5 4 4 2 3 3 3 5 4 5 3 2 3
6 2 3 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3
7 2 3 2 4 2 2 3 3 4 5 4 5
8 3 3 3 2 3 3 3 3 3 5 2 3
9 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
10 3 5 5 4 3 5 5 4 5 3 2 5
11 2 2 2 4 4 2 3 5 4 5 3 4
12 4 5 5 4 4 3 3 5 4 5 5 5
13 4 3 4 3 3 2 5 4 4 5 2 5
14 4 5 5 4 3 3 4 4 5 4 4 4
15 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5 2 4
16 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 5 2
17 3 3 4 3 3 3 5 4 4 3 3 2
18 2 3 3 4 4 4 3 3 3 5 2 5
19 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 4 3
167
20 3 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4
21 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 5
22 4 2 3 4 1 2 4 4 5 4 3 3
23 4 3 4 5 4 4 3 5 4 5 3 4
24 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4
26 3 4 4 5 2 4 5 4 4 3 4 5
27 2 4 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5
28 3 3 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4
29 2 2 4 4 2 4 3 5 4 4 4 4
30 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4
r hitung 0,412221 0,528678 0,71059 0,284717 0,477151 0,37526 0,323413 0,268094 0,220011 0,022745 0,430199 0,195901
r tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Keterangan V V V V V V TV TV TV TV V TV
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5
4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 4 5 3 4
5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4
3 1 4 2 2 2 3 4 2 3 5 2 3 4
4 3 2 4 5 5 4 2 4 5 4 5 4 4
168
4 4 2 3 2 4 4 2 2 2 3 2 3 2
2 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 2 2
3 4 4 4 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4
5 4 3 4 4 2 5 3 5 3 4 4 4 4
4 2 2 4 4 3 4 2 2 4 5 4 5 5
3 4 4 3 4 5 3 4 5 4 5 4 5 4
4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 5 5
5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 3 4
5 5 4 5 4 2 5 4 5 4 4 4 4 4
3 1 3 2 3 5 3 3 4 4 4 3 2 4
2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 4 2 2 4
2 3 2 4 4 2 2 2 3 4 2 4 3 2
5 4 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4
4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 5
2 1 4 2 3 3 2 4 4 4 3 3 3 5
4 4 4 5 3 3 4 4 3 1 2 3 4 4
3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 5
2 2 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4
4 4 3 5 3 4 4 3 4 2 2 3 5 4
4 5 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4
4 5 2 4 4 5 4 2 2 4 3 4 4 2
4 4 3 5 3 4 4 3 5 3 3 3 5 4
169
2 2 2 5 5 4 2 2 4 2 4 5 3 4
2 4 4 3 4 2 2 4 4 2 3 4 5 3
0,561672 0,48394 0,412221 0,361529 0,40412 0,430199 0,561672 0,412221 0,71059 0,477151 0,344112 0,40412 0,392267 0,454736
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V V V V V V V V V V V V V
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
3 4 4 5 4 4 4 5 5 5 3 3 2 3
5 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4
3 4 4 2 3 4 4 4 2 5 5 3 5 3
5 4 5 4 5 3 5 3 4 3 4 4 4 4
2 2 4 2 4 4 2 3 3 3 5 4 5 3
5 4 4 5 2 3 4 5 5 4 4 4 4 4
2 4 2 2 2 3 2 4 2 2 3 3 4 5
4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 5
5 4 4 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4
3 5 4 8 3 5 5 4 3 5 5 4 5 3
3 4 5 5 2 2 2 4 4 2 3 5 4 5
3 4 4 5 4 5 5 4 4 3 3 5 4 5
5 4 5 3 4 3 4 3 3 2 5 4 4 5
5 5 5 4 4 5 5 4 3 3 4 4 5 4
4 4 5 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5
170
5 4 5 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 5
5 3 5 3 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5
4 4 4 3 4 2 4 5 3 4 3 4 4 2
3 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4
4 4 4 5 2 3 5 2 3 4 2 2 4 2
5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5
4 5 4 5 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2
4 4 5 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 3
5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 3
5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 5 4 8
5 4 5 3 2 4 5 4 5 5 3 4 5 5
4 4 4 3 5 4 5 4 5 4 3 4 4 5
5 4 4 4 4 3 3 3 5 5 5 2 5 3
3 4 3 5 2 3 4 4 3 4 5 1 1 4
2 3 4 3 4 4 4 4 4 1 1 2 2 4
0,429591 0,400136 0,397408 0,378028 0,388877 0,388649 0,725001 0,303488 0,486001 0,384643 0,377702
0,352
977
0,4269
86
0,0753
35
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V V V V V V TV V V V TV V TV
171
UJI VALIDITAS ANGKET SIKAP RELIGIUS
Responden Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 3 4 3 4 4 5 2 3 3 4 3 4 4
2 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4
3 3 4 3 5 3 3 3 3 3 4 3 5 3
4 3 5 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 5
5 3 5 3 3 1 4 5 4 3 4 3 3 1
6 5 4 3 3 3 5 4 4 5 4 3 3 3
7 5 3 3 5 4 4 3 3 5 3 3 5 4
8 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 2
9 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4
10 5 4 2 5 4 4 5 4 5 4 2 5 4
11 4 5 5 4 2 5 3 5 4 5 5 4 2
12 4 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 4
13 3 3 5 1 4 4 3 4 3 3 5 1 4
14 4 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5
15 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4
16 3 5 5 3 3 5 4 4 4 5 4 5 5
17 3 4 4 4 5 3 5 4 4 5 4 3 5
18 3 4 3 3 2 3 3 3 3 5 2 2 4
19 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
172
20 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4
21 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 4 5
22 3 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5 4
23 4 3 4 5 5 4 3 5 4 5 5 5 3
24 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5
25 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
26 3 4 4 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5
27 3 4 3 3 2 3 3 4 3 5 2 2 4
28 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5
29 5 4 5 3 5 3 3 5 4 4 4 4 3
30 4 4 2 3 4 3 4 4 2 1 3 2 2
r hitung 0,348634 0,220351 0,613755 0,42105 0,548081 0,41991 0,337722 0,441249 0,623655 0,399565 0,614619 0,504931 0,600967
r tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Keterangan TV TV V V V V TV V V V V V V
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
3` 4 5 4 2 5 3 2 3 2 2 2 3 4
5 4 4 4 5 5 4 2 3 5 5 4 4 3
3 4 3 4 4 2 4 3 2 2 3 5 3 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5
2 2 2 4 4 2 2 2 3 4 5 5 3 5
5 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4
173
4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 3 4 5 3
4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4
3 4 3 4 3 3 3 5 3 4 4 4 4 4
4 2 2 4 4 8 2 5 3 4 5 5 5 4
5 4 3 5 4 5 5 5 4 5 3 4 4 5
5 4 3 4 5 5 2 5 3 4 3 4 4 5
5 4 5 5 4 3 4 3 5 4 5 4 3 3
5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5
4 4 3 5 5 3 4 3 4 4 5 4 4 4
4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5
5 3 5 5 4 3 4 3 5 3 5 4 4 5
4 4 3 4 3 3 5 4 4 5 3 3 2 4
4 4 3 4 5 3 5 3 3 1 4 4 4 3
4 4 5 4 5 5 4 5 3 3 4 4 5 4
5 5 4 4 4 5 3 3 5 4 4 4 5 5
4 5 5 4 5 4 4 4 3 2 4 5 4 4
4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 3
5 4 3 4 5 5 4 2 5 4 4 4 4 5
3 4 3 4 3 4 5 4 4 2 4 4 4 5
5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5
4 4 3 4 3 3 3 2 1 4 3 3 2 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5
174
5 4 5 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4 3
3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2
0,68131 0,381185 0,252358 0,264203 0,601186 0,536675 0,345564 0,341303 0,56899 0,400967 0,426213 0,49511 0,558481 0,414354
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V TV TV V V TV V V V V V V V
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
3 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3 3 4
4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3
3 5 3 3 4 3 5 3 3 3 1 3 4
4 4 5 3 5 4 4 5 5 4 4 3 5
3 3 1 3 5 3 3 1 4 3 2 2 4
3 3 3 5 4 3 3 3 5 4 4 5 4
3 5 4 5 3 3 5 4 4 3 3 2 3
2 3 2 4 4 2 3 2 3 3 3 4 1
2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3
2 5 4 5 4 2 5 4 4 5 4 5 4
5 4 2 4 5 5 4 2 5 3 5 4 5
5 5 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 5
5 1 4 3 3 5 1 4 4 3 4 3 3
4 5 4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 4
4 5 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5
175
4 5 3 2 3 2 2 2 3 4 3 4 4
3 5 3 2 3 5 5 4 4 3 4 4 4
4 4 3 3 2 2 3 5 3 4 3 5 3
4 4 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5
4 4 5 2 3 4 5 5 3 5 3 3 5
5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 3
5 4 5 4 5 4 3 4 5 3 3 5 4
4 5 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2
4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 4
4 4 3 5 3 4 5 5 5 4 2 5 4
4 5 3 5 4 5 3 4 4 5 5 4 2
4 4 3 5 3 4 3 4 4 5 5 5 4
4 4 4 3 5 4 5 4 3 3 5 1 5
4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4
3 4 3 3 4 4 5 4 4 2 4 1 1
0,520611 0,357829 0,569326 0,29537 0,287152 0,430546 0,158597 0,365022 0,474519 0,470104 0,381753 0,386011 0,479851
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
V V V TV TV V TV V V V V V V
176
UJI RELIABILITAS VARIABEL KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.901 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Soal 1 153.2667 246.271 .252 .901
Soal 2 153.2000 249.476 .226 .901
Soal 3 153.6333 235.482 .625 .895
Soal 4 153.2333 244.047 .366 .899
Soal 5 153.3667 233.206 .645 .895
Soal 6 153.3000 240.631 .534 .897
Soal 7 153.4667 243.499 .380 .899
Soal 8 153.4333 244.254 .545 .898
Soal 9 153.4000 244.248 .393 .899
Soal 10 153.3667 251.275 .059 .904
Soal 11 153.4333 235.495 .648 .895
Soal 12 153.5667 235.978 .593 .896
177
Soal 13 153.4000 236.179 .482 .898
Soal 14 153.1333 236.326 .647 .895
Soal 15 153.4667 248.326 .261 .900
Soal 16 153.6333 245.137 .251 .901
Soal 17 153.0667 249.099 .323 .900
Soal 18 153.3333 240.299 .531 .897
Soal 19 153.4333 237.840 .359 .900
Soal 20 153.7000 241.528 .418 .899
Soal 21 153.2667 246.271 .252 .901
Soal 22 153.6333 235.482 .625 .895
Soal 23 153.3667 233.206 .645 .895
Soal 24 153.4667 243.499 .380 .899
Soal 25 153.4000 244.248 .393 .899
Soal 26 153.4333 235.495 .648 .895
Soal 27 153.4000 236.179 .482 .898
Soal 28 153.4667 248.326 .261 .900
Soal 29 153.1333 247.016 .339 .900
Soal 30 153.5667 235.220 .551 .896
Soal 31 153.3667 246.447 .226 .901
Soal 32 153.1000 247.541 .254 .901
Soal 33 153.7333 235.168 .599 .896
Soal 34 153.3000 244.907 .294 .900
Soal 35 153.4000 242.317 .363 .899
Soal 36 153.1000 243.541 .379 .899
Soal 37 153.6667 239.954 .352 .900
Soal 38 153.6000 241.283 .399 .899
Soal 39 153.4333 252.875 .018 .903
Soal 40 153.3333 240.920 .411 .899
178
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KONSEP DIRI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.867 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Soal 1 146.0667 225.926 .365 .863
Soal 2 145.8667 222.671 .487 .861
Soal 3 145.5333 216.326 .678 .857
Soal 4 145.5000 228.948 .231 .866
Soal 5 146.0333 221.413 .421 .862
Soal 6 145.8333 225.316 .317 .864
Soal 7 145.4000 229.076 .279 .865
Soal 8 145.4333 231.633 .234 .866
Soal 9 145.4333 231.564 .175 .866
Soal 10 145.4333 236.116 -.038 .871
179
Soal 11 145.8667 223.223 .373 .863
Soal 12 145.4000 231.421 .141 .867
Soal 13 145.8667 219.016 .513 .860
Soal 14 145.9000 218.852 .418 .862
Soal 15 146.0667 225.926 .365 .863
Soal 16 145.5667 226.599 .308 .864
Soal 17 145.7000 226.217 .357 .863
Soal 18 145.8667 223.223 .373 .863
Soal 19 145.8667 219.016 .513 .860
Soal 20 146.0667 225.926 .365 .863
Soal 21 145.5333 216.326 .678 .857
Soal 22 146.0333 221.413 .421 .862
Soal 23 145.7667 227.289 .292 .865
Soal 24 145.7000 226.217 .357 .863
Soal 25 145.7000 224.976 .336 .864
Soal 26 145.5000 224.328 .407 .863
Soal 27 145.4000 223.145 .371 .863
Soal 28 145.3667 228.723 .366 .864
Soal 29 145.2000 228.234 .360 .864
Soal 30 145.5000 222.534 .302 .865
Soal 31 145.8667 224.878 .331 .864
Soal 32 145.7333 225.375 .334 .864
Soal 33 145.4333 215.357 .693 .856
Soal 34 145.5333 228.326 .249 .865
Soal 35 145.6667 222.230 .435 .862
Soal 36 145.8333 224.075 .321 .864
Soal 37 145.5667 223.909 .311 .865
Soal 38 145.7333 226.754 .299 .865
Soal 39 145.5000 223.845 .372 .863
Soal 40 145.3333 234.575 -.007 .873
180
UJI RELIABILITAS VARIABEL SIKAP RELIGIUS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.884 39
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SOAL 1 146.1667 234.833 .301 .883
SOAL 2 145.8333 238.420 .196 .884
SOAL3 146.3667 224.999 .559 .878
SOAL 4 146.0667 230.202 .390 .881
SOAL 5 146.3000 225.252 .500 .879
SOAL 6 145.9667 232.930 .396 .881
SOAL 7 146.2000 234.993 .288 .883
SOAL 8 146.1000 235.610 .407 .882
SOAL 9 146.1333 229.085 .594 .879
SOAL 10 145.8333 231.799 .348 .882
181
SOAL 11 146.3333 224.782 .570 .878
SOAL 12 146.1667 226.489 .478 .879
SOAL 13 146.1667 223.454 .559 .878
SOAL 15 146.1000 235.403 .341 .882
SOAL 16 146.3000 235.872 .195 .885
SOAL 17 145.7333 239.375 .229 .883
SOAL 18 146.0000 228.966 .552 .879
SOAL 19 146.0667 222.961 .485 .879
SOAL 20 146.2333 234.116 .285 .883
SOAL 21 146.3667 232.654 .276 .883
SOAL 22 146.2667 225.099 .509 .879
SOAL 23 146.3667 230.585 .318 .883
SOAL 24 146.1000 232.507 .370 .881
SOAL 25 146.0667 231.926 .457 .880
SOAL 26 146.1333 229.085 .524 .879
SOAL 27 145.8667 232.189 .375 .881
SOAL 28 146.2667 229.651 .469 .880
SOAL 29 145.8667 233.499 .324 .882
SOAL 30 146.3667 225.826 .530 .878
SOAL 31 146.2333 234.806 .235 .884
SOAL 32 146.0667 235.237 .241 .884
SOAL 33 146.3667 229.964 .361 .882
SOAL 34 146.1667 238.282 .109 .886
SOAL 35 146.2333 232.530 .313 .883
SOAL 36 146.1000 232.369 .424 .881
SOAL 37 146.2000 230.234 .416 .881
SOAL 38 146.3667 232.792 .307 .883
SOAL 39 146.2333 230.185 .317 .883
SOAL 40 146.3000 226.769 .437 .880
182
Butir Soal Konformitas Teman Sebaya
No Nama Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Febri Fitriana 5 2 4 3 2 4 2 4 3 3 2
2 Tri Ayu Ningsih 3 3 5 3 3 4 4 2 5 3 3
3 Falah 3 2 2 5 2 3 5 3 3 2 2
4 Safitri Handayani 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2
5 Imelda Dwi Ivanka 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2
6 Ananda Fidianti 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2
7 Lianda Okta Y 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 3
8 Anggi Yustriyani 3 3 2 5 1 3 1 2 2 5 1
9 Tri Yuliana 3 3 2 5 1 2 3 3 2 3 2
10 Guntur Purnomo 1 3 2 5 1 2 4 2 3 2 3
11 Rendi Pranata 1 3 1 5 1 2 4 3 3 2 3
12 Angga 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
13 Redo Rasta Pratama 2 3 2 4 2 2 2 2 2 4 3
14 Heri Jaya Saputra 1 1 1 4 1 2 5 5 1 3 2
15 Syifa Sufatma 2 2 1 5 2 3 3 4 2 3 2
16 Deva Tri Wahyu Saputra 2 1 2 3 1 3 3 1 2 3 1
17 R Iqbal P 1 3 3 2 3 1 4 4 3 1 4
18 Ahmad Samba Wijaya 3 3 5 4 1 5 5 1 5 4 2
19 Gilang Andre Hansyah 2 2 2 2 2 1 3 2 2 5 2
20 M Dafa Eka Saputra 2 3 2 5 2 2 3 2 2 5 2
183
21 Chandra Dwi Astuti 1 3 1 3 2 2 2 3 2 3 3
22 Naufal Taufiqur Rahman 3 3 1 5 5 5 5 5 1 5 3
23 Novita Andryyani 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3
24 Wahyu Pratiwi 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1
25 Rifa'at Rajendra
Ramadhani 2 5 5 2 1 4 5 3 3 4 3
26 F Shoibul Akbar 2 5 2 5 3 2 3 5 2 5 3
27 Diah Ayu Anzar Wati 4 3 2 5 1 3 3 2 2 3 2
28 Muhammad Nur Aziz 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 1
29 Yoga Zakha Pratama 2 3 5 3 2 3 2 2 3 5 2
30 Furqon Shadanna 3 3 3 4 2 2 2 1 2 3 1
31 Ridho Habibi Pratama 3 3 2 4 2 1 3 3 4 4 4
32 Vemas Tirta Permana 3 3 5 3 2 3 3 2 2 3 2
33 Sania Akhsanti 2 2 5 5 2 1 1 2 3 3 3
34 Bayati Cahya Arafah 1 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3
35 Firda Baiti Nazah 2 2 2 5 2 2 3 3 2 3 2
36 M Andri Saputra 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2
37 Jeni Alfita Nada 3 4 3 4 4 5 2 3 3 4 4
38 Novita Fadila 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 5
39 Linda Hermi Sefitri 3 4 3 5 3 3 3 3 3 4 4
40 Fatwa Alenda 3 5 4 4 5 5 4 4 3 5 4
41 Rendi Prayoga 3 5 3 5 1 4 5 4 3 4 4
42 Jihan Nabila Khusna 5 4 3 3 3 5 4 4 5 4 4
43 Nanda Dea Saputri 5 3 3 5 4 4 3 3 5 3 2
184
44 Tasya Aulia 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 2
45 Juan Prasetyo 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4
46 Novi Dian Meilani 5 4 2 5 4 4 5 4 5 4 4
47 Galih Dian Rukmana 4 5 5 4 2 5 3 5 4 5 5
48 M Zaki Ramadhan 4 5 5 5 4 4 3 3 4 5 4
49 Kurniasih Fitri Maulinda 3 3 5 3 4 4 3 4 3 3 5
50 Vito Danan Jaya 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
51 Roit Hidayatulloh 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5 4
R Hitung 0,626751 0,618844 0,473213 0,287038 0,631504 0,707221 0,445 0,578744 0,636801 0,445369 0,691536
R Tabel 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V V V V V V
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2
5 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 1 4
2 4 5 2 2 2 5 2 4 5 3 2 1
3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 2 3
3 1 5 3 3 3 3 5 3 3 3 2 3
3 2 5 3 3 2 3 5 3 3 3 2 3
3 2 5 3 3 2 3 5 3 2 3 3 3
3 2 5 3 3 2 5 5 5 5 3 2 3
3 2 3 3 4 3 5 5 5 4 4 1 1
185
3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 2 2
3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 3
3 2 3 3 4 2 2 4 5 2 3 2 1
3 1 5 5 5 3 5 5 5 3 5 4 5
4 2 5 2 4 2 3 5 4 2 4 2 4
2 1 5 3 5 3 3 5 5 5 5 5 4
4 2 3 4 3 2 4 3 1 4 2 3 3
2 5 3 5 2 4 2 2 1 2 2 4 4
2 1 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2
5 1 5 5 5 3 5 5 5 5 3 1 3
1 2 3 3 3 2 4 5 3 2 5 2 2
1 1 4 1 2 4 3 5 3 1 2 1 4
3 1 3 2 5 2 4 5 3 4 3 2 3
3 1 5 5 3 2 4 5 5 4 5 2 1
4 2 5 4 3 4 5 1 4 5 3 4 4
2 1 5 5 2 2 3 5 5 3 3 2 5
2 2 4 3 3 2 4 5 5 3 4 1 2
3 1 3 3 3 2 5 3 5 5 3 2 3
3 2 4 3 2 2 5 4 5 2 4 2 3
2 1 5 2 1 2 2 1 3 5 2 1 1
3 1 5 2 4 1 5 5 5 3 4 3 3
5 1 3 3 2 2 5 5 5 2 3 1 3
186
1 4 5 5 2 1 4 3 5 1 5 1 3
2 2 4 3 2 3 5 4 4 3 2 3 2
3 1 5 5 2 1 5 5 5 3 5 1 3
2 1 4 3 4 2 3 4 5 5 5 2 3
2 2 5 4 3 4 5 5 3 4 3 5 3
4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 3 4
4 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 2 4
4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
4 2 2 2 2 4 4 5 5 4 4 2 2
4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 5 5 4
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
2 4 4 4 3 4 2 5 3 4 3 3 3
4 5 3 4 3 4 3 5 3 4 3 3 3
4 3 4 2 2 4 4 4 5 4 4 8 2
3 3 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 3
4 3 5 4 3 4 5 5 5 5 4 3 5
5 5 5 4 5 5 4 5 4 3 4 5 4
4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 5 3
5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 4
0,601878 0,6203 0,320816 0,351801 0,28976 0,783447 0,272804 0,279952 0,253292 0,277193 0,430559 0,566774 0,457922
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V TV V TV V V V V
187
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
2 4 4 3 3 5 5 2 4 3 2
3 2 3 3 3 3 3 3 5 3 3
2 3 1 2 2 2 3 2 2 5 2
2 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2
3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2
2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2
2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2
1 3 3 5 1 5 3 3 2 5 1
2 5 2 4 2 5 3 3 2 5 1
3 3 3 5 2 5 1 3 2 5 1
2 4 2 3 3 3 1 3 1 5 1
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
2 3 4 3 2 5 2 3 2 4 2
3 5 1 5 2 5 1 1 1 4 1
2 5 2 5 2 5 2 2 1 5 2
4 3 2 5 5 2 2 1 2 3 1
1 2 3 2 4 4 1 3 3 2 3
3 3 3 4 3 1 3 3 5 4 1
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
2 5 1 5 2 5 2 3 2 5 2
2 2 2 4 1 3 5 2 4 3 2
4 1 4 4 3 1 3 3 5 3 3
188
2 3 1 3 2 3 3 2 2 5 2
2 5 1 5 2 4 2 3 2 4 2
4 2 3 3 1 4 3 3 2 3 2
4 5 1 5 1 2 3 3 2 3 2
1 3 3 5 2 2 3 4 2 3 2
2 3 1 5 3 5 3 3 2 5 1
2 4 3 5 2 2 3 3 2 5 1
1 3 2 3 1 2 1 3 2 5 1
1 5 1 5 2 5 1 3 1 5 1
2 5 3 3 5 2 2 2 2 2 2
1 3 1 3 1 1 2 3 2 4 2
2 3 2 5 2 3 1 1 1 4 1
1 3 1 5 3 5 2 2 1 5 2
3 5 1 5 5 3 2 1 2 3 1
3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3
2 3 5 3 4 4 3 3 5 4 1
3 2 2 3 5 3 2 2 2 5 2
4 4 5 4 4 3 2 3 2 5 2
2 3 4 5 5 3 1 3 1 3 2
5 5 4 4 4 5 3 3 1 5 5
4 5 4 3 4 5 1 3 2 4 2
3 3 2 3 3 4 2 2 1 3 1
5 3 4 4 4 4 2 5 5 5 1
189
5 3 4 5 5 5 2 5 2 5 3
5 5 3 5 4 5 4 3 2 5 5
4 4 3 3 4 5 3 3 2 3 2
4 4 5 4 4 5 2 3 5 5 2
4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 2
4 4 5 4 4 5 3 3 2 4 5
0,723312 0,285817 0,641491 0,146723 0,57328 0,471343 0,471343 0,409932 0,305182 0,276976 0,493465
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V TV V V V V V V V
36 37 38 39 40
5 3 5 3 2
3 3 2 5 5
1 3 5 2 2
2 2 4 4 1
2 5 5 2 1
2 5 2 5 3
4 3 5 5 1
3 3 2 5 2
2 3 5 3 2
3 5 3 4 2
3 3 4 4 2
190
3 3 5 3 2
2 2 5 5 2
1 1 4 4 2
2 2 2 5 2
2 3 2 3 2
3 4 5 4 4
4 3 4 4 4
3 4 3 5 3
3 5 4 4 5
4 2 5 3 3
4 4 2 5 3
3 5 3 3 2
2 2 5 5 3
2 3 4 3 3
4 3 2 5 3
2 2 3 2 3
3 1 2 4 5
2 3 3 5 3
2 4 2 5 2
2 4 3 3 2
2 3 2 2 2
2 2 5 2 4
2 5 5 1 3
191
3 3 4 2 3
3 3 4 2 3
1 4 5 3 1
5 5 4 5 4
1 3 2 2 5
2 3 2 2 5
2 2 3 2 3
5 5 2 1 5
2 3 5 2 2
1 2 2 5 3
4 5 3 3 4
2 3 5 2 5
3 3 5 2 3
3 2 4 2 3
3 5 5 3 5
2 5 5 2 3
5 4 3 4 4
0,335322 0,27352 0,028651 -0,23885 0,523271
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V TV TV V
192
Butir Soal Konsep Diri
No Nama Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Febri Fitriana 2 3 3 2 3 4 1 3 3 2 3
2 Tri Ayu Ningsih 3 3 3 3 4 5 3 2 3 3 1
3 Falah 5 2 5 3 3 5 2 3 4 3 2
4 Safitri Handayani 5 2 3 1 3 4 2 1 3 1 2
5 Imelda Dwi Ivanka 2 4 3 2 3 3 1 2 3 3 2
6 Ananda Fidianti 1 3 2 1 2 3 2 2 2 3 3
7 Lianda Okta Y 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 3
8 Anggi Yustriyani 3 3 2 4 1 3 1 2 2 5 1
9 Tri Yuliana 5 2 3 2 3 5 3 2 1 2 1
10 Guntur Purnomo 4 2 2 4 3 4 2 2 3 3 2
11 Rendi Pranata 2 3 2 4 3 4 1 2 1 3 2
12 Angga 3 2 3 5 2 2 1 3 1 2 3
13 Redo Rasta Pratama 5 3 5 5 4 3 3 3 2 3 3
14 Heri Jaya Saputra 5 5 3 5 5 5 2 5 5 2 3
15 Syifa Sufatma 5 2 5 5 4 5 2 3 2 4 3
16 Deva Tri Wahyu Saputra 2 2 2 3 1 3 3 3 1 1 2
17 R Iqbal P 3 3 1 3 1 3 1 2 2 2 3
18 Ahmad Samba Wijaya 5 2 3 5 3 5 4 3 1 4 5
19 Gilang Andre Hansyah 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 3
20 M Dafa Eka Saputra 2 3 3 2 5 5 2 2 1 1 2
193
21 Chandra Dwi Astuti 3 2 2 1 3 3 1 2 2 2 1
22 Naufal Taufiqur Rahman 2 2 3 4 3 3 2 3 3 4 3
23 Novita Andryyani 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 1
24 Wahyu Pratiwi 4 2 2 2 3 3 1 2 3 1 1
25 Rifa'at Rajendra
Ramadhani 2 4 5 2 1 4 5 2 3 4 3
26 F Shoibul Akbar 2 3 1 3 5 3 1 2 3 3 2
27 Diah Ayu Anzar Wati 2 3 2 1 2 2 1 3 2 4 3
28 Muhammad Nur Aziz 3 2 2 5 3 3 1 2 2 2 1
29 Yoga Zakha Pratama 4 2 3 5 5 5 1 3 2 2 2
30 Furqon Shadanna 5 1 1 5 4 1 3 2 1 1 2
31 Ridho Habibi Pratama 3 2 3 5 3 3 2 3 3 3 1
32 Vemas Tirta Permana 2 3 3 5 5 5 2 5 2 2 3
33 Sania Akhsanti 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1
34 Bayati Cahya Arafah 1 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3
35 Firda Baiti Nazah 1 3 2 1 2 5 1 1 2 1 1
36 M Andri Saputra 2 2 2 5 3 3 2 2 2 3 2
37 Jeni Alfita Nada 5 4 3 5 5 5 2 3 2 3 4
38 Novita Fadila 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5
39 Linda Hermi Sefitri 3 3 2 3 2 3 3 3 5 3 4
40 Fatwa Alenda 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4
41 Rendi Prayoga 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 4
42 Jihan Nabila Khusna 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4
43 Nanda Dea Saputri 5 4 5 4 4 4 3 3 4 5 2
194
44 Tasya Aulia 3 4 3 3 2 3 3 3 3 5 2
45 Juan Prasetyo 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4
46 Novi Dian Meilani 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 4
47 Galih Dian Rukmana 5 5 4 3 5 5 3 5 4 5 5
48 M Zaki Ramadhan 5 4 3 5 4 4 3 3 4 5 4
49 Kurniasih Fitri Maulinda 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5
50 Vito Danan Jaya 4 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4
51 Roit Hidayatulloh 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4
R Hitung 0,155293 0,641894 0,321234 0,228954 0,213529 0,08961 0,534276 0,603535 0,556761 0,553468 0,764833
R tabel 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
TV V V TV TV TV V V V V V
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 4 2 2 5
2 3 4 4 2 2 1 3 3 5 3 2 1 5
3 3 4 2 5 2 3 3 3 5 5 4 2 3
2 2 2 2 5 2 2 3 3 5 5 3 3 5
3 3 3 2 5 2 3 3 3 2 4 3 1 5
3 2 3 2 5 3 2 3 3 5 5 3 1 3
3 2 3 3 5 3 3 3 2 5 5 3 1 3
3 2 5 3 3 2 5 5 5 5 3 3 3 1
2 2 3 2 4 2 3 3 1 3 4 3 3 3
195
2 2 3 3 4 2 4 4 2 5 3 4 1 5
3 3 3 2 4 3 3 5 3 3 3 2 3 3
3 1 2 2 4 2 4 4 2 2 3 3 1 5
3 2 5 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 5
5 1 5 2 5 3 1 5 3 5 5 5 1 5
3 2 3 3 5 2 4 5 2 3 4 2 2 3
5 4 4 3 2 1 3 5 5 5 4 2 3 2
1 1 3 2 4 1 2 2 3 2 2 2 1 3
3 2 1 5 5 1 1 5 2 2 5 1 4 4
3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 5
5 5 5 3 5 3 1 3 3 5 3 5 1 5
3 1 1 1 1 1 3 4 2 2 4 2 1 5
3 3 4 3 1 2 2 2 3 3 2 2 5 4
1 2 2 2 3 2 2 3 2 4 3 1 1 1
2 1 3 1 5 2 2 2 4 5 3 4 1 1
4 2 5 4 3 4 5 1 4 5 3 4 4 4
3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 1 3
3 2 3 2 4 2 4 3 4 3 1 2 5 1
3 1 2 3 5 1 2 3 2 5 5 3 1 3
4 3 4 2 5 2 3 4 3 4 2 2 1 3
2 1 3 2 1 2 1 3 1 2 1 5 2 2
3 3 3 3 4 1 2 4 3 3 4 5 1 3
5 3 5 2 5 2 2 3 2 5 5 3 2 5
196
1 3 1 3 3 2 1 2 1 5 2 1 1 5
2 2 4 3 2 3 5 4 2 3 2 3 2 2
1 2 3 3 5 2 1 3 2 5 2 1 1 5
2 3 2 1 5 5 2 2 1 2 3 5 5 3
2 2 3` 4 5 4 2 5 3 5 3 5 2 2
4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 5 5 4
4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 2 2 3 5
4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
4 2 2 2 2 4 4 2 2 5 3 4 5 5
4 5 5 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4
4 2 4 4 4 4 4 2 4 5 5 4 3 4
2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3
4 5 3 4 3 4 3 3 3 5 3 4 4 4
4 3 4 2 2 4 4 8 2 5 3 4 5 5
3 3 5 4 3 5 4 5 5 5 4 5 3 4
4 3 5 4 3 4 5 5 2 5 3 4 3 4
5 5 5 4 5 5 4 3 4 3 5 4 5 4
4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5
5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 3 4 5 4
0,410076 0,38365 0,376474 0,4534 -0,15609 0,604642 0,441426 0,244121 0,390881 0,064922 0,006999 0,319513 0,49364 0,168749
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V TV V V TV V V TV V V
197
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 2 2 2 2 3 3 5 3 4 2 5 1 5
3 3 2 2 1 1 3 2 5 3 5 2 5 3 4
3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 4 5
3 3 2 1 3 1 2 4 5 4 3 1 5 1 3
3 1 3 3 4 3 3 3 4 5 5 2 5 3 4
2 3 3 3 2 3 3 3 5 3 4 2 5 1 3
2 3 3 3 3 3 3 2 5 3 5 2 4 2 3
3 3 5 1 5 2 5 5 2 3 2 1 3 2 3
3 4 3 1 4 1 3 5 5 3 5 1 5 1 4
2 2 2 2 2 1 3 4 5 3 3 1 5 2 5
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 3 2 2 3 3 2 5 2 5 1 4 4 3
3 3 2 2 3 2 3 4 5 4 4 2 4 3 5
5 5 1 1 1 4 3 2 5 2 2 1 5 5 5
2 4 3 2 2 3 4 2 5 4 5 4 4 5 3
2 2 2 4 3 2 2 3 4 4 4 4 5 3 2
2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 2
4 3 3 1 1 2 1 4 4 4 1 2 2 3 3
2 3 3 2 2 3 3 5 5 2 5 2 5 2 3
5 1 2 1 1 1 2 5 5 5 2 1 1 3 5
2 1 2 1 3 1 3 3 5 4 5 1 5 2 4
5 1 2 3 3 4 4 3 3 3 1 2 1 3 3
198
2 2 2 1 1 2 3 4 4 4 5 1 4 1 5
5 5 2 2 2 1 3 3 5 5 5 1 5 2 5
2 3 3 1 4 4 4 4 5 4 3 1 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 1 5 5 3
2 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 1 3 1 3
3 3 1 2 1 1 1 3 5 3 3 1 3 1 5
2 1 3 2 3 1 2 4 5 3 5 1 5 2 3
2 1 3 3 4 2 3 5 5 3 5 4 3 5 5
3 2 2 2 2 3 4 4 5 4 3 2 4 3 3
2 3 5 1 2 2 3 5 5 2 5 1 1 2 5
1 1 3 2 3 3 2 2 2 3 5 1 5 1 2
3 2 5 2 3 2 3 4 2 2 4 2 3 1 2
3 1 3 1 3 2 3 2 1 3 5 1 3 1 3
5 4 5 1 3 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2
4 2 4 4 5 4 3 2 3 4 5 4 4 5 3
5 5 4 4 5 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4
4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4
4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4
4 2 2 4 2 4 4 2 3 2 5 4 4 3 5
4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 5 4
2 2 4 4 2 2 4 2 4 4 5 4 4 2 4
2 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 3 3 3
4 5 4 4 3 4 4 5 3 4 3 4 5 3 3
199
4 3 2 4 8 4 4 3 4 5 5 4 4 8 2
5 3 4 5 5 5 3 3 5 4 3 5 4 5 5
4 3 4 4 5 4 4 3 5 4 5 4 5 5 2
5 5 4 5 3 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4
4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5
4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5
0,371659 0,347166 0,284446 0,681778 0,442279 0,67732 0,587389 0,210352 0,294271 0,348411 -
0,02306 0,735422 0,181661 0,584903 0,235815
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V V TV V V TV V TV V TV
200
Butir Soal Sikap Religius
No Nama Soal Angket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Febri Fitriana 2 3 3 5 3 4 2 5 1 5 4
2 Tri Ayu Ningsih 1 3 2 5 3 5 2 5 3 4 4
3 Falah 2 3 4 3 3 3 2 4 4 5 4
4 Safitri Handayani 1 2 4 5 4 3 1 5 1 3 3
5 Imelda Dwi Ivanka 3 3 3 4 5 5 2 5 3 4 3
6 Ananda Fidianti 3 3 3 5 3 4 2 5 1 3 2
7 Lianda Okta Y 3 3 2 5 3 5 2 4 2 3 2
8 Anggi Yustriyani 2 5 5 2 3 2 1 3 2 3 1
9 Tri Yuliana 1 3 5 5 3 5 1 5 1 4 2
10 Guntur Purnomo 1 3 4 5 3 3 1 5 2 5 3
11 Rendi Pranata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 Angga 3 3 2 5 2 5 1 4 4 3 5
13 Redo Rasta Pratama 2 3 4 5 4 4 2 4 3 5 3
14 Heri Jaya Saputra 4 3 2 5 2 2 1 5 5 5 3
15 Syifa Sufatma 3 4 2 5 4 5 4 4 5 3 5
16 Deva Tri Wahyu Saputra 2 2 3 4 4 4 4 5 3 2 2
17 R Iqbal P 3 3 4 2 3 2 3 3 4 2 4
18 Ahmad Samba Wijaya 2 1 4 4 4 1 2 2 3 3 4
19 Gilang Andre Hansyah 3 3 5 5 2 5 2 5 2 3 2
20 M Dafa Eka Saputra 1 2 5 5 5 2 1 1 3 5 3
201
21 Chandra Dwi Astuti 1 3 3 5 4 5 1 5 2 4 1
22 Naufal Taufiqur Rahman 4 4 3 3 3 1 2 1 3 3 3
23 Novita Andryyani 2 3 4 4 4 5 1 4 1 5 2
24 Wahyu Pratiwi 1 3 3 5 5 5 1 5 2 5 1
25 Rifa'at Rajendra
Ramadhani 4 4 4 5 4 3 1 3 3 3 3
26 F Shoibul Akbar 3 3 3 3 3 5 1 5 5 3 3
27 Diah Ayu Anzar Wati 3 3 3 5 5 5 1 3 1 3 3
28 Muhammad Nur Aziz 1 1 3 5 3 3 1 3 1 5 1
29 Yoga Zakha Pratama 1 2 4 5 3 5 1 5 2 3 1
30 Furqon Shadanna 2 3 5 5 3 5 4 3 5 5 2
31 Ridho Habibi Pratama 3 4 4 5 4 3 2 4 3 3 1
32 Vemas Tirta Permana 2 3 5 5 2 5 1 1 2 5 3
33 Sania Akhsanti 3 2 2 2 3 5 1 5 1 2 3
34 Bayati Cahya Arafah 2 3 4 2 2 4 2 3 1 2 2
35 Firda Baiti Nazah 2 3 2 1 3 5 1 3 1 3 3
36 M Andri Saputra 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2
37 Jeni Alfita Nada 4 3 2 3 4 5 4 4 5 3 4
38 Novita Fadila 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4 5
39 Linda Hermi Sefitri 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4
40 Fatwa Alenda 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
41 Rendi Prayoga 4 4 2 3 2 5 4 4 3 5 4
42 Jihan Nabila Khusna 4 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4
43 Nanda Dea Saputri 2 4 2 4 4 5 4 4 2 4 2
202
44 Tasya Aulia 2 2 4 4 4 3 4 3 3 3 2
45 Juan Prasetyo 4 4 5 3 4 3 4 5 3 3 4
46 Novi Dian Meilani 4 4 3 4 5 5 4 4 8 2 4
47 Galih Dian Rukmana 5 3 3 5 4 3 5 4 5 5 5
48 M Zaki Ramadhan 4 4 3 5 4 5 4 5 5 2 4
49 Kurniasih Fitri Maulinda 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5
50 Vito Danan Jaya 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4
51 Roit Hidayatulloh 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4
R Hitung 0,726144 0,63614 0,03274 0,289291 0,344485 0,285015 0,70777 0,281064 0,569161 0,207606 0,664913
R Tabel 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V V V V TV V
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3 5 4 2 2 3 1 3 3 4 1 1 5 3
3 5 4 2 1 2 1 5 3 4 2 3 4 4
3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 5 3
3 3 1 5 3 2 2 3 3 4 2 1 4 4
3 5 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 5 3
3 5 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3
3 5 5 2 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3
2 3 3 2 5 2 3 2 3 5 2 2 1 5
2 5 3 2 1 2 2 5 3 3 3 1 4 3
203
2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 5 4 5 5 3 1 3 5 4 3 3 5 3
3 3 3 2 1 2 2 5 3 3 3 3 5 3
1 3 2 2 5 3 1 1 4 3 5 3 3 5
5 5 5 3 3 3 2 2 5 5 5 5 5 2
2 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2
2 4 4 4 4 3 2 2 1 3 4 4 2 3
3 3 2 2 2 3 3 1 4 5 1 1 3 3
2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2
2 2 3 1 3 1 1 5 3 2 2 2 5 1
3 5 5 5 1 1 2 1 5 3 3 2 3 5
4 5 3 2 2 5 4 3 3 2 4 2 5 5
1 5 4 1 1 2 1 5 3 2 3 3 5 3
2 5 4 1 1 2 1 5 3 2 2 1 5 2
1 5 3 1 2 3 1 4 3 1 5 2 3 4
3 5 5 3 5 3 2 3 5 3 3 4 5 2
3 5 4 2 1 3 1 3 2 3 2 2 3 5
3 4 3 1 1 3 2 2 3 3 3 2 3 2
2 3 4 1 1 1 1 5 2 2 1 1 4 2
2 5 3 3 1 3 2 5 3 3 2 2 2 3
1 5 4 3 1 2 2 3 3 3 1 3 5 1
3 5 5 2 5 3 2 2 3 3 3 3 3 3
204
4 5 5 4 2 3 2 3 2 2 1 1 5 2
3 5 4 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
4 5 5 1 1 3 2 3 3 3 2 1 2 2
1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 5 5
3 3 3` 4 5 4 3 5 3 5 4 3 5 3
4 3 5 4 4 4 3 5 4 4 3 3 4 5
4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 3 2 5 2
4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
4 5 2 2 2 4 4 2 2 5 4 3 4 4
4 5 5 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 4
4 2 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4
2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2
4 5 3 4 3 3 3 3 3 5 5 3 5 4
4 3 4 2 2 4 4 8 2 5 4 3 4 4
3 5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5
4 3 3 4 3 4 5 5 2 5 4 3 5 4
5 5 5 4 5 5 4 3 4 3 4 5 4 4
4 5 5 4 3 3 4 4 5 4 5 5 5 4
5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 5 3 4 4
0,688571 0,324066 0,485681 0,574937 0,357215 0,639175 0,642445 0,355498 0,498975 0,539127 0,646026 0,624547 0,410687 0,396292
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V V V V V V V V V
205
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
5 4 3 2 5 2 3 3 5 3
2 4 3 2 3 1 3 2 5 3
3 3 3 2 3 2 3 4 3 3
3 3 3 1 2 1 2 4 5 4
3 4 4 3 3 3 3 3 4 5
5 4 3 3 3 3 3 3 5 3
5 4 3 3 3 3 3 2 5 3
3 1 2 2 1 2 5 5 2 3
3 5 5 3 4 1 3 5 5 3
3 3 3 3 3 1 3 4 5 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 5 2 3 3 3 2 5 2
4 3 4 2 3 2 3 4 5 4
2 3 2 3 5 4 3 2 5 2
2 5 3 3 3 3 4 2 5 4
2 3 5 5 5 2 2 3 4 4
2 1 3 2 2 3 3 4 2 3
3 3 3 3 3 2 1 4 4 4
3 3 5 1 5 3 3 5 5 2
5 3 5 1 5 1 2 5 5 5
2 2 3 5 5 1 3 3 5 4
5 4 5 2 2 4 4 3 3 3
206
5 4 5 1 3 2 3 4 4 4
5 2 2 1 5 1 3 3 5 5
1 5 4 1 2 4 4 4 5 4
4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
5 5 5 2 5 3 4 3 5 5
3 2 5 2 3 1 5 3 5 3
4 2 4 1 3 1 2 4 5 3
5 3 5 1 4 2 3 5 5 3
3 3 2 2 4 3 4 4 5 4
2 2 3 2 3 2 3 5 5 2
5 4 4 2 5 3 2 2 2 3
3 4 2 2 2 2 3 4 2 2
5 4 4 2 5 2 3 2 1 3
4 4 3 3 4 1 3 3 2 2
5 2 3 3 3 4 3 2 3 4
4 5 4 4 4 5 4 3 5 4
3 3 3 5 3 4 4 3 3 1
5 4 4 4 4 4 4 5 5 4
4 5 4 5 5 3 5 3 3 4
5 4 4 4 4 2 5 5 5 4
4 3 3 4 5 2 1 3 3 3
3 3 3 3 5 2 5 5 3 4
4 4 4 4 4 3 5 3 3 3
207
4 5 4 5 3 3 2 3 4 3
5 3 5 4 5 3 2 3 4 4
4 3 3 4 5 2 3 2 5 5
4 5 4 4 5 2 5 5 3 4
4 4 5 5 4 4 4 2 3 5
4 5 5 4 5 3 5 3 5 4
0,298999 0,500235 0,282238 0,595529 0,283404 0,474207 0,349306 -0,13783 0,155064 0,318092
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V V V V V V TV TV V
36 37 38 39 40
4 3 5 4 2
4 3 5 4 2
4 3 3 3 2
3 3 3 1 5
3 3 5 4 2
2 3 5 4 2
2 3 5 5 2
1 2 3 3 2
2 2 5 3 2
3 2 3 3 2
3 3 3 3 3
208
5 4 5 4 5
3 3 3 3 2
3 1 3 2 2
5 5 5 5 3
2 2 3 2 2
4 2 4 4 4
4 3 3 2 2
2 2 2 3 2
3 2 2 3 1
1 3 5 5 5
3 4 5 3 2
2 1 5 4 1
1 2 5 4 1
3 1 5 3 1
3 3 5 5 3
3 3 5 4 2
1 3 4 3 1
3 3 4 1 1
5 3 4 2 3
3 3 3 3 3
3 3 4 2 1
3 3 3 3 3
3 4 3 3 3
209
3 4 4 3 3
2 3 5 2 2
5 3 3 3 1
2 3 3 3 2
3 3 3 3 3
3 5 4 3 3
5 3 3 3 3
1 4 3 5 3
2 5 5 5 5
2 2 3 2 2
2 1 3 4 4
5 4 5 1 5
3 3 3 2 3
5 3 2 2 2
4 5 3 3 2
3 3 5 4 2
5 3 5 3 3
0,338816 0,460059 0,137672 0,274728 0,319015
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
V V TV V V
210
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Penelitian : Pengaruh Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri
Terhadap Sikap Religus Pada Remaja
Temapt Penelitian : Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung
Timur
Tanggal dan Waktu
Pelaksanaan Wawancara
: Jum’at 10 Agustus 2018
Subyek Wawancara : Orang Tua Remaja
Nama Informan : Ibu Sulasmi
Jabatan Informan : Warga Desa
Pertanyaan Wawancara
1. Kegiatan keagamaan apa yang dilakukan di desa ini?
Jawab: Kegiatan keagamaan yang dilakukan di desa ini banyak sekali diantaranya
pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, risma dan TPA.
2. Adakah kegiatan keagamaan khusus untuk remaja di desa ini?
Jawab: Ada, kegiatan yang diadakan oleh risma seperti kegiatan rutin halaqah yang
dilakukan dimasjid.
3. Apakah anak bapak/ ibu selalu diperintah ketika hendak melaksanakan shalat 5 waktu?
Jawab: Iya, selalu saya perintah dan ingatkan karena jika dibiarkan akan shalat diakhir
waktu ataupun tidak melaksanakan shalat.
4. Bagaimanakah cara bergaul anak bapak/ibu ?
Jawab: Menurut saya, anak saya merupakan anak yang mematuhi orang tua, dan selalu
bergaul dengan sewajarnya tidak pernah membantah jika ingin pergi bersama teman-
temannya namun, orang tua tidak mengizinkan.
5. Apakah bapak/ ibu selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak
bapak/ibu?
Jawab: Iya, saya selalu mengawasi ketika berada dirumah apa saja kegiatan yang
dilakukan oleh anak saya agar melakukan hal-hal yang bermanfaat tidak hanya tidur
apalagi ketika libur. Saya ingin mengajarkan kemandirian jadi selalu saya perintah untuk
melakukan hal-hal kecil seperti membantu orang tuanya.
6. Kegiatan islami apa sajakah yang dilakukan anak bapak/ibu ketika dirumah?
211
Jawab: Saya selalu mengingatkan untuk mengerjakan shalat 5 waktu dan membaca Al-
Qur’an minimal satu ayat setiap harinya.
7. Apakah bapak/ibu mengetahui perilaku anak anda ketika bersama dengan teman-
temannya?
Jawab: Iya, karena banyak yang menceritakan bahwa anak saya alhamdulillah anak yang
sopan ketika bermain kerumah teman-temannya dan mereka sering berkumpul dirumah
salah seorang teman untuk mengerjakan PR, merencanakan sesuatu dan lain sebagainya.
8. Adakah kendala yang dihadapi ketika bapak/ ibu mengurus anak dirumah?
Jawab: Kendalanya hanya saja anak saya agak pemalas untuk itu saya harus lebih
perhatian dan tegas dalam membimbingnya.
9. Apakah anak bapak/ ibu kerap mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan apa saja yang
mereka adakan?
Jawab: Iya, biasanya mereka mengadakan kegiatan sosial pengumpulan dana jika ada
daerah yang terkena musibah dan membutuhkan bantuan, dan juga ikut berpartisipasi
membagikan sembako ke warga yang kurang mampu karena didesa kami memiliki
yayasan yang bernama najma saida yang merupakan komunitas ikhlas masyarakat
indonesia
10. Apakah anak bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab: Dalam kehidupan sehari-hari anak saya berperilaku dengan baik taat dan hormat
terhadap kedua orangtua nya seperti selalu berpamitan ketika hendak ke sekolah dan
pergi kemanapun, dan dirumah juga sering membantu karena saya kan berjualan.
212
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Penelitian : Pengaruh Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri
Terhadap Sikap Religus Pada Remaja
Temapt Penelitian : Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung
Timur
Tanggal dan Waktu
Pelaksanaan Wawancara
: Sabtu, 11 Agustus 2018
Subyek Wawancara : Orang Tua Remaja
Nama Informan : Ibu Sumiyati
Jabatan Informan : Warga Desa
Pertanyaan Penelitian
1. Kegiatan keagamaan apa yang dilakukan di desa ini?
Jawab: Kegiatan keagamaan yang dilakukan di desa ini pengajian ibu-ibu, pengajian
bapak-bapak, sholat berjama’ah dimasjid
2. Adakah kegiatan keagamaan khusus untuk remaja di desa ini?
Jawab: Ada, kegiatan yang diadakan oleh risma seperti pmengadakan pengajian ketika
memasuki tahun baru islam, mengadakan tadarus Al-Qur’an ketika bulan puasa, dan
mengadakan acara buka bersama ketika bulan puasa, serta kegiatan rutin halaqah yang
dilakukan dimasjid walaupun tidak semua remaja mengikuti, tapi alhamdulillah kegiatan
tersebut berjalan.
3. Apakah anak bapak/ ibu selalu diperintah ketika hendak melaksanakan shalat 5 waktu?
Jawab: Iya, selalu saya perintah apalagi kalau waktu shalat shubuh susah sekali untuk
dibangunkan.
4. Bagaimanakah cara bergaul anak bapak/ibu ?
Jawab: Menurut saya, anak saya selalu bergaul dengan orang-orang yang baik dan tidak
pernah ada masalah dalam pergaulannya.
5. Apakah bapak/ ibu selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak
bapak/ibu?
Jawab: Iya, saya selalu mengawasi karena jika dibiarkan anak bisa bisa saya dibohongi
oleh anak saya, izinnya kerja kelompok ternyata main.
6. Kegiatan islami apa sajakah yang dilakukan anak bapak/ibu ketika dirumah?
213
Jawab: Mengerjakan shalat 5 waktu, membaca Al-Qur’an dan puasa sunah senin kamis
tapi untuk puasanya masih jarang dilakukan.
7. Apakah bapak/ibu mengetahui perilaku anak anda ketika bersama dengan teman-
temannya?
Jawab: Sejauh ini yang saya lihat anak saya bergaul dengan baik bersama dengan teman-
temannya karna tidak pernah ada masalah apapun dia selalu menjaga kepercayaan yang
saya berikan.
8. Adakah kendala yang dihadapi ketika bapak/ ibu mengurus anak dirumah?
Jawab: Kendalanya hanya satu anak saya termasuk dalam kategori yang melow sehingga
tidak dapat dimarahi. Untuk itu saya selalu menasehatinya dengan lembut, jika kadang-
kadang dia malas.
9. Apakah anak bapak/ ibu kerap mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan apa saja yang
mereka adakan?
Jawab: Iya, anak saya sangat suka mengikuti kegiatan sosial yang diadakan didesa.
Kegiatan yang dia ikuti biasanya kegiatan sosial pengumpulan dana jika ada daerah yang
terkena musibah dan membutuhkan bantuan, dan juga ikut berpartisipasi membagikan
sembako ke warga yang kurang mampu karena didesa kami memiliki yayasan yang
bernama najma saida yang merupakan komunitas ikhlas masyarakat indonesia
10. Apakah anak bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab: Setau saya anak saya memiliki akhlak yang baik, karena dia termasuk anak yang
pendiam tidak banyak bicara ketika diperintah langsung melaksanakan.
214
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Penelitian : Pengaruh Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri
Terhadap Sikap Religus Pada Remaja
Temapt Penelitian : Desa Banjarrejo 38 B Kec. Batanghari Lampung
Timur
Tanggal dan Waktu
Pelaksanaan Wawancara
: Selasa, 14 Agustus 2018
Subyek Wawancara : Orang Tua Remaja
Nama Informan : Bapak Triyono
Jabatan Informan : Ketua RT
Pertanyaan Wawancara
1. Kegiatan keagamaan apa yang dilakukan di desa ini?
Jawab: Kegiatan keagamaan yang dilakukan di desa ini pengajian ibu-ibu, pengajian
bapak-bapak, kegiatan TPA pada sore hari, latihan hadroh untuk ibu-ibu.
2. Adakah kegiatan keagamaan khusus untuk remaja di desa ini?
Jawab: Kalau didusun ini rismanya belum berjalan dengan baik mbak, ini masih mauk
dibentuk lagi. Sebenernya banyak remajanya tetapi minatnya seperti kurang.
3. Apakah anak bapak/ ibu selalu diperintah ketika hendak melaksanakan shalat 5 waktu?
Jawab: Iya, selalu saya perintah
4. Bagaimanakah cara bergaul anak bapak/ibu ?
Jawab: Menurut saya, cara bergaul anak-anak remaja di didesa ini baik karna saya melihat
banyak hal positifnya dari kegiatan yang mereka lakukan.
5. Apakah bapak/ ibu selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak
bapak/ibu?
Jawab: Iya, saya selalu mengawasi setiap kegiatan yang anak saya lakukan baik dirumah
ataupun diluar rumah.
6. Kegiatan islami apa sajakah yang dilakukan anak bapak/ibu ketika dirumah?
Jawab: Mengerjakan shalat 5 waktu.
7. Apakah bapak/ibu mengetahui perilaku anak anda ketika bersama dengan teman-
temannya?
215
Jawab: Saya melihat bahwa anak saya berperilaku baik ketika berada bersama dengan
teman-temannya dia tidak mudah terpengaruh dan ikut-ikutan dengan tindakan negatif
yang dilakukan oleh teman-temannya, karena saya selalu mengingatkan akan hal-hal
positif.
8. Adakah kendala yang dihadapi ketika bapak/ ibu mengurus anak dirumah?
Jawab: Tidak ada kendala apapun karna saya merasa cocok-cocok saja dengan keadaan
kami dirumah.
9. Apakah anak bapak/ ibu kerap mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan apa saja yang
mereka adakan?
Jawab: Iya, anak saya sangat suka mengikuti kegiatan sosial yang diadakan didesa.
Kegiatan yang dia ikuti biasanya kegiatan sosial pengumpulan dana jika ada daerah yang
terkena musibah dan membutuhkan bantuan, dan juga ikut berpartisipasi membagikan
sembako ke warga yang kurang mampu karena didesa kami memiliki yayasan yang
bernama najma saida yang merupakan komunitas ikhlas masyarakat indonesia
10. Apakah anak bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab: Anak saya tergolong anak yang baik ketika berada dirumah maupun diluar
rumah. Kalaupun terkadang suka tidak disiplin tetapi masih sewajarnya saja.
216
PEDOMAN OBSERVASI
NO Indikator Uraian Observasi Ada Tidak
ada
1 Profil Desa a. Sejarah
b. Susunan Pengurus
c. Susunan Organisasi
d. Sarana dan Prasarana
e. Data Jumlah Penduduk
2 Kegiatan
Harian Desa
a. Kegiatan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing
b. Ronda malam warga desa untuk
bersama-sama menjaga keamanan di
lingkungan sekitar
c. Menegur tetangga ketika berpapasan di
jalan dengan nada yang ramah dan
senyum yang tulus
3 Kegiatan
Sosial Desa
a. Kerja bakti membersihkan selokan dan
jalanan yang dilaksanakan di setiap
desa
b. Penyuluhan bahaya penyalahgunaan
obat-obatan terlarang narkoba dan
psikotoprika oleh kepala lingkungan
yang bekerja sama dengan dinas
kesehatan
c. Berpartisipasi dalam rangka
menyambut peringatan hari
kemerdekaan 17an
d. Mengadakan rapat RT di balai desa
untuk membahas perbaikan jalan yang
mengalami kerusakan
e. Kegiatan PKK untuk menjaga
hubungan baik sesama anggota warga
daerah tertentu
f. Acara perayaan apapun dari tetangga
baik itu pernikahan, ulang tahun, pesta
ucapan syukur, dan bentuk undangan
acara lainnya.
g. Penyuluhan mengenai kesehatan terkait
penggunaan air bersih yang
diselenggarakan oleh puskesmas
h. Pengadaan posyandu
i. Penyuluhan mengenai program
Keluarga Berencana.
217
j. Datang melayat ketika ada tetangga
yang mengalami peristiwa duka
k. Menjenguk tetangga yang sakit
l. Pengadaan arisan ibu rumah tangga
sedaerah yang selain bermanfaat secara
ekonomi, juga bisa menjadi ajang
saling mengenal satu dengan yang lain.
m. Lomba kebersihan yang diadakan oleh
kelurahan membuat warga RT maupun
RW mau tidak mau bergotong royong
untuk bersama-sama membersihkan
kawasannya masing-masing.
4 Perlunya
pembinaan
akhlak
a. Rendahnya taraf pendidikan keluarga
b. Keadaan keluarga yang tdak stabil
(broken home)
c. Orang tua yang kurang memperhatikan
d. Lingkungan setempat kurang baik
e. Kurang berhati-hati dalam berteman
f. Keadaan ekonomi keluarga
g. Kurangnya kesadaran remaja
h. Adanya tekhnologi internet
5 Kegiatan
Keagamaan
a. Pengajian yang diadakan oleh bapak
bapak
b. Pengajian yang diadakan oleh ibu-ibu
c. Pengajian yang diadakan oleh risma
d. Tadarus Al-Qur’an yang dilaksanakan
dimasjid
e. Sholat jum’at bagi kaum muslim
f. Sholat berjama’ah dimasjid bagi kaum
muslim
g. Pembinaan kegamaan kepada risma
dan ibu ibu pengajian
218
PEDOMAN DOKUMENTASI
Uraian Dokumentasi Ada Tidak
1. Data tentang sejarah
berdirinya desa
2. Data visi, misi dan tujuan desa
3. Data struktur orgsnisasi desa
4. Data penduduk
5. Data sarana dan prasarana
6. Data kegiatan desa
7. Bukti penelitian
219
DOKUMENTASI PENYEBARAN ANGKET
220
221
222
223
224
Foto bersama Bapak Kepala Desa Banjarrejo 38 B
Foto bersama orang tua remaja