penerapan teknologi tepat guna untuk mengoptimalkan produksi garam rakyat di desa tanjakan

12
TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN Disusun oleh : Nama : Punky Kusuma Damayanti NIM : 12/331188/PN/12650 Prodi : Teknologi Hasil Perikanan FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Upload: adesiska

Post on 16-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Pembuatan garam

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Disusun oleh :Nama: Punky Kusuma DamayantiNIM: 12/331188/PN/12650Prodi: Teknologi Hasil Perikanan

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014

Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu

Produksi garam di Indonesia memang sangat tergantung pada cuaca, seperti pada tahun 2009 di kabupaten Indramayu dengan luas lahan produktif seluas 1.533 ha dapat menghasilkan 103.662,10 ton atau sekitar 5,6% dari total produksi garam di Indonesia, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan garam di Jawa Barat Kabupaten Indramayu menyumbang sebesar 19,5 % pertahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu).Biasanya pada musim kemarau para petambak garam di Desa Tanjakan mulai menggarap lahannya pada bulan Juni. Mereka mulai menguras, mengeringkan dan membersihkan tambak-tambak mereka guna mempersiapkan lahan untuk proses pembuatan garam. Pada bulan Juli tambak-tambak mulai diisi dengan air laut dan memulai proses peminihan garam selama 1 1,5 bulan. Pada bulan Agustus November mereka mulai memanen garam.Iklim yang tidak menentu akibat dari pemanasan gobal sehingga di Indonesia terjadi hujan sepanjang tahun. Hal ini sangat berdampak pada pemenuhan kebutuhan garam dikarenakan produksi garam di Indonesia sangat tergantung dari panas matahari, sehingga pada tahun 2010 terjadi penurunan produksi garam lokal bahkan di beberapa daerah para petambak tidak memproduksi garam dan menyebabkan kelangkaan garam, sehingga pemerintah melakukan impor garam dari Australia dan India yang note bene bermutu lebih baik.Salah satu program unggulan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2011 yang akan digunakan guna mendukung mengimplementasikan Konsep Minapolitan di Indonesia. Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) KKP telah mengalokasikan anggaran yang akan di distribusikan kepada 40 kabupaten/kota di sebanyak 10 provinsi untuk menyiapkan 32.000 hektar lahan tambak garam baru (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat).Menteri KKP Fadel Muhammad mengemukakan, melalui PUGAR diharapkan pada tahun 2011 impor garam dapat dikurangi. Komponen kegiatan yang diberikan kepada masyarakat melalui program PUGAR yakni penyususnan rencana rinci pemberdayaan tingkat desa, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM petambak garam, fasilitas kemitraan , dan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLM).Dengan adanya Program Minapolitan Garam diharapkan produksi garam lokal semakin meningkat dan dapat mengurangi masuknya garam impor dari luar. Tetapi tidak lupa diharapkan pemerintah melakukan program untuk meningkatkan produksi garam tidak hanya dengan memperluas lahan dengan membuka lahan-lahan baru tetapi lebih di fokuskan pada memanfaatkan lahan yang sudah ada dengan meningkatkan dan mengoptimalkan produksinya sehingga tidak banyak berdampak pada penurunan fungsi ekologis yang berakibat pada biota-biota suatu wilayah.30 Januari 2013Rezha Adviana Refrial dan Theissen KhadafiIlmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

MATERI PENYULUHANPenerapan Teknologi Tepat Guna untuk Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten IndramayuLatar BelakangIndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda sehingga menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di dalam lautannya terkandung berbagai kekayaan alam lainnya seperti ikan laut, rumput laut, mineral garam terlarut, mutiara serta tambang minyak bumi. Namun, kekayaan alam Indonesia yang melimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan dan diolah secara optimal. Indonesia masih membutuhkan impor produk tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut telah tersedia secara melimpah di bumi Indonesia.Salah satu contohnya adalah produksi garam. Produksi garam merupakan salah satu isu nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan panjang pesisir pantainya yang mencapai 81.000 km (Wikipedia, update 7-9-2010) merupakan potensi yang tinggi untuk menghasilkan produksi garam dalam jumlah besar. Beberapa pulau yang terkenal dengan produksi garamnya antara lain Madura dan NTT. Namun kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan garam nasional, Indonesia masih harus melakukan impor garam. Indonesia masih harus mengimpor garam dari negara tetangga, Australia. Jika ditinjau dari panjang pantai, Australia hanya memiliki garis pantai sekitar 5.000 km, jauh lebih kecil daripada garis pantai Indonesia. Data dari kementrian perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun 2009, produksi garam nasional mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih rendah dari kebutuhan garam nasional yang mencapai sebesar 2.865.600 ton per tahun. Sedangkan tahun 2010, produksi garam nasional diperkirakan hanya sebesar dua persen dari total kebutuhan garam nasional. Rendahnya produksi ini disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi sehingga sangat mempengaruhi proses produksi nasional yang sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana, yaitu pengeringan yang hanya bergantung pada sinar matahari.Permasalahan produksi garam nasional lainnya seperti kualitas garam yang dihasilkan dari produksi dalam negeri masih kalah bersaing dengan garam impor. Petani garam masih sangat memegang teguh proses sederhana yang ada dan belum mengetahui tentang peranan IPTEK dalam pengembangan kualitas dan kuantitas produksi garam. Jika kita melakukan studi komparasi dengan produksi garam di luar negeri seperti USA, Cina dan Australia. Negara-negara tersebut telah mengkolaborasikan IPTEK ke dalam bagian proses produksinya, sehingga dengan potensi alam yang lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia, namun mereka dapat menghasilkan garam dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.Cara pengolahan garam di Indonesia cenderung masih konvensional dan bergantung terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di negara ini masih menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan membutuhkan waktu 10 15 hari. Proses pengolahan garam yang membutuhkan waktu lama dan terlalu bergantung terhadap sinar matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu kondisinya, membuat garam hasil produksi dalam negeri tidak sebanding dengan permintaan masyarakat. Selain itu, garam hasil produksi dalam negara yang hanya dijemur, kualitasnya masih jauh di bawah negara negara yang dengan teknologi canggihnya dapat menghasilkan garam dalam waktu cepat namun dengan kualitas yang baik.Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk mewujudkan program pemerintah untuk melakukan swasembada garam konsumsi pada tahun 2012 dan garam industri pada tahun 2015 adalah dengan mencari suatu teknologi (aplikasi IPTEK) yang dapat mempercepat proses produksi garam, mulai melepaskan kebergantungan terhadap kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang berkualitas dan dapat bersaing dengan garam impor. Pengembangan konsep teknologi sederhana ini dapat menjadi sebuah solusi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi garam nasional yang mendukung program swasembada garam nasional.TujuanTujuan yang diharapkan dari penulisan gagasan Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia antara lain : Meningkatkan nilai manfaat dari potensi kekayaan alam di Indonesia khususnya kekayaan pesisir pantai untuk produksi garam nasional dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sederhana. Berkontribusi untuk mewujudkan program swasembada garam nasional.Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia

Inovasi gagasan produksi garam yang diajukan dalam konsep bisnis ini adalah peningkatan nilai tambah proses produksi secara kuantitatif dan kualitatif dengan penerapan teknologi pemanas dan penerapan konsep kimia sederhana. Proses produksi tidak lagi bergantung pada sinar matahari yang saat ini tidak lagi dapat diperkirakan, namun menggunakan tungku pemanas untuk menguapkan air dari kristal garam yang terlarut. Jika pada proses produksi garam tradisional yang menggunakan sinar matahari dibutuhkan waktu produksi sekitar 10-15 hari dalam 1 kali operasi. Maka dengan penggunaan tungku pemanas, proses produksinya beberapa kali lebih cepat. Operasional produksi pabrik ini rencananya dijalankan setiap hari yaitu jam 07.30-16.00 dengan istirahat jam 12.00-13.00.Penjelasan alur proses produksi sebagai berikut Bahan baku air laut dengan volume tertentu akan dialirkan sesuai dengan kapasitas volume tungku pemanas I. Bahan baku air laut tadi akan dideteksi jumlah volumenya dan nilai kesadahannya secara uji titrasi sederhana. Sehingga bisa ditentukan jumlah reagen yang diperlukan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan ion Mg2+, sehingga kedua ion tadi akan terendapkan lebih dahulu dan dipisahkan. Larutan garam (air laut) yang telah dipisahkan dari endapan Mg dan Ca, dipanaskan sehingga seluruh pelarut air menguap dan tersisa endapan kristal garam NaCl yang kemungkinan masih mengandung ion-ion pengotor. Kristal garam NaCl yang telah terbentuk diayak sehingga bentuk dan ukuran kristalnya lebih kecil dan halus, proses ini untuk memperluas permukaan kristal NaCl dan mempermudah pemisahan garam NaCl dari pengotor-pengotor yang terjebak diantara butiran kristal. Kemudian dicuci dengan air kembali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Air yang digunakan berasal dari air hasil kondensasi proses awal yaitu penguapan air laut. Kemudian larutan garam jenuh diuapkan kembali dengan pemanasan sehingga terbentuk kembali kristal garam dengan kualitas yang lebih baik (proses rekristalisasi) Garam NaCl yang terbentuk kemudian diolah selanjutnya sesuai kebutuhan menjadi garam dapur atau garam industry

Pihak yang DilibatkanGagasan ini harapannya dapat diimplementasikan menjadi sebuah bisnis atau usaha pabrik produksi garam. Tentunya skala pabrik yang dapat dirangcang dengan gagasan ini yaitu skala menengah hingga skala besar. Gagasan ini cukup sulit untuk diimplementasikan pada skala usaha skala kecil rumah tangga. Pihak yang berperan penting untuk implementasi gagasan ini adalah investor untuk menanamkan atau memberikan pinjaman modal. Manfaat atau dampak yang dapat diperoleh investor sesuai perannya antara lain adalah berkontribusi dalam program pemerintah mewujudkan swasembada garam. Media investasi dengan prospek pengembangan yang potensial ke depannya serta membantu dalam melahirkan teknopreneurship di Indonesia. Investor tidak selalu berasal dari pihak swasta, tetapi juga bisa dari pihak pemerintah khususnya dalam hal iniKementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki peran dalam pengembangan proses produksi garam dalam negeri. Sebuah pabrik akan membutuhkan tenaga untuk mengerjakan proses produksi, distribusi, promosi, bahkan administrasi. Tentunya ini akan banyak menyerap tenaga kerja yang akan diutamakan berasal dari warga sekitar. Para petani garam yang sebelumnya memproduksi garam secara tradisional dapat dipekerjakan di bagian produksi. Ibu-ibu rumah tangga dapat dimanfaatkan tenaganya di bidang pengemasan. Karena bisnis ini merupakan bisnis skala besar dan garam akan dihasilkan dalam jumlah besar, tentunya akan semakin banyak pula ibu-ibu yang dapat dipekerjakan. Remaja daerah setempat dapat dipekerjakan dibagian administrasi dan promosi. Dengan begitu banyaknya lahan pekerjaan yang dibuka, secara tidak langsung, keberadaan pabrik garam ini akan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah industri. Pemerintah setempat pun akan terlibat, karena pabrik ini juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Koordinasi dengan pemerintah setempat sangat diperlukan dalam kelancaran produksi dan legalitas usaha.KESIMPULANGagasan produksi garam ini memanfaatkan teknologi tungku pemanas untuk meningkatkan kuantitas garam yang dihasilkan dan mengimplemetasikan proses pemisahan pengotor dari mineral garam untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Gagasan ini dapat diimplementasikan melalui perancanangan dan pembangunan sebuah pabrik dengan penerapan gagasan yang diajukan.

DAFTAR PUSTAKAPurbani, D. 2001. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat riset wilayah laut dan sumberdaya nonhayati. JakartaLee,J.D. 1981. Concise Inorganic Chemistry, Mc Graw Hill Company. New York.