penerapan model pendidikan matematika realistik...

157
PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SDN PERUMNAS BUMI KELAPADUA KAB. TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh MAULIDYA NOOR IZZATI NIM 109018300039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: buinhan

Post on 18-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS VA SDN PERUMNAS BUMI

KELAPADUA KAB. TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

MAULIDYA NOOR IZZATI

NIM 109018300039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS VA SDN PERUMNAS BUMI

KELAPADUA KAB. TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Maulidya Noor Izzati

NIM 109018300039

Yang Mengesahkan, Dosen Pembimbing:

Otong Suhyanto, M.Si

NIP. 19681104 199903 1 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 3: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

i

Page 4: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

ii

Page 5: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

iii

SURAT PENYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maulidya Noor Izzati

NIM : 109018300039

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Alamat : JL. Dayung IC No.06 RT.01/06 Kelapa Dua, Tangerang

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Model Pendidikan Matematika

Realistik Indonseia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang adalah benar hasil karya sendiri di

bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Otong Suhyanto, M. Si

NIP : 19681104 199903 1 001

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, Desember 2013

Yang Menyatakan

Maulidya Noor Izzati

NIM. 109018300039

Page 6: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

iv

ABSTRAK

Maulidya Noor Izzati (NIM: 109018300039). Penerapan Model Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar matematika

siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pendidikan matematika

realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini dilakukan di SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

kelas (PTK). Kegiatan PTK dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan model PMRI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini

dapat dilihat dari persentase aktivitas diskusi siswa pada siklus I dan siklus II

sebesar 87.5%, aktivitas bekerja sama dengan teman satu kelompok 87.5% pada

siklus I dan 93.75% pada siklus II. Pada siklus I dan II aktivitas belajar siswa

tergolong dalam kategori sangat baik. Selain itu, penerapan model PMRI dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui

tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa

mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal ini menunjukan adanya

peningakatan hasil belajar siswa sebesar 16.2%.

Kata Kunci: Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Hasil

Belajar

Page 7: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

v

ABSTRACT

Maulidya Noor Izzati (NIM: 109018300039). The Implementation of

Indonesian Model Realistic Mathematics Education To Improve Learning

Outcomes of Students in Grade VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.

Tangerang.

This study aims to describe students mathematics learning activity and to

improve the outcomes of the learning through a model of Indonesian Realistic

Mathematics Education (PMRI). This research was conducted in SDN Perumnas

Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, using a classroom action research method

(CAR). The classroom action research method activities are carried out in four

stages, namely planning, action, observation, and reflection. The results showed

that the application of the model PMRI can enhance students learning activities,

this can be seen from the discussion activity percentage of students in the first

cycle and second cycle which amounted to 87.5%, activities in collaboration with

a group of friends 87.5% in the first cycle and 93.75% in the second cycle. In the

first and second cycles of learning activities of students classified in the excellent

category. In addition, the application of this PMRI model can improve the student

learning outcomes. This increase can be seen through the mastery level of student

learning. In the first cycle reaches the level of mastery learning students and

67.6% in the second cycle reaches 83.8%. This shows an increase in student

learning outcomes by 16.2%.

Keywords: Indonesian model Realistic Mathematics Education (PMRI), Learning

Outcomes

Page 8: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya. Hanya dengan rahmat dan pertolongan-Nya segala daya dan upaya

manusia dalam berusaha dapat mencapai hasil yang diinginkannya.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat manusia, Nabi

Muhammad SAW, sebagai peletak dasar-dasar pendidikan anak dengan penuh

akhlak al-karimah dan menjadikan mereka makhluk yang harus dimuliakan dan

disempurnakan perilaku dan potensinya.

Apa yang penulis uraikan dalam pembahasan skripsi ini merupakan hasil

maksimal yang dapat penulis capai. Namun demikian, sebagai manusia yang

penuh kekurangan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum bisa dikatakan

sebagai karya yang sempurna. Tapi, inilah yang dapat penulis persembahkan

sebagai pemenuhan tugas dan wujud tanggung jawab keilmuan dari penulis.

Selesainya skripsi ini tak lepas dari adanya bantuan pihak, baik langsung

maupun tidak langsung, moril maupun materil. Untuk itu, dalam kesempatan ini,

penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

3. Otong Suhyanto, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

skripsi ini, yang telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktunya

bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi

penulis.

5. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

vii

yang telah membantu penulis dalam mencari referensi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Muchid. AF, S.Ag, selaku Kepala SDN Perumnas Bumi Kelapadua yang

telah memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang

7. Itar Sutarsih, S.PdSD, selaku guru kelas VA yang telah membimbing dan

membantu penulis dalam melakukan penelitian di SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang.

8. Ayahanda tercinta Tabroni, S.Sos, dan ibunda tercinta Sarmi, yang tak

pernah berhenti mendo’akan dan memberi motivasi serta bantuan moril

maupun materil kepada penulis dengan tulus dan ikhlas.

9. Kakak tersayang Fauzan Afdhila dan adik tersayang Ayunda Indarwulan,

yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku tercinta, Mia Zainab, S.Pd, Nova Ghinayatul Fuadhah,

S.Pd, Yasmine Raguan, S.Pd, Mela Regina, Asrotun, Devi Kurnia Amalia,

S.Pd, Dewi Anjani, Ahmad Surur, Yanita Puspita Sari, yang telah

memberikan banyak bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 yang telah

memberikan motivasi dan dorongan besar bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berdoa semoga

Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh, amin.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

Maulidya Noor Izzati

Page 10: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

viii

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ....................................... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ..................................................... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 5

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik ....................................................................... 7

1. Konsep Belajar dan Hasil Belajar ........................................ 7

a. Konsep Belajar ................................................................. 7

b. Hasil Belajar ..................................................................... 11

2. Konsep Pembelajaran Matematika ....................................... 14

a. Pengertian Matematika ..................................................... 14

b. Pembelajaran Matematika di SD ....................................... 15

c. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD ................ 16

3. Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) ................................................................................. 17

a. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) ............................................................ 17

Page 11: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

ix

b. Karakteristik Model Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI)............................................. 20

c. Prinsip-prinsip Model Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI)............................................. 21

d. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

di SD ............................................................................... 23

e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 24

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ....................... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 26

C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 27

D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ................. 29

1. Metodologi Penelitian ............................................................ 29

2. Rancangan Sikulus Penelitian ................................................ 30

C. Subjek Penelitian ........................................................................ 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................ 33

E. Tahapan Intervensi Tindakan ..................................................... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .............................. 34

G. Data dan Sumber Data ............................................................... 35

H. Instrumen Pengumpul Data ........................................................ 36

1. Lembar Pedoman Observasi .................................................. 36

2. Tes Hasil Belajar .................................................................... 37

3. Catatan Lapangan ................................................................... 39

I. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 40

1. Observasi ................................................................................ 40

2. Tes .......................................................................................... 40

3. Catatan lapangan .................................................................... 40

Page 12: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

x

4. Studi Dokumentasi ................................................................. 41

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ......................................... 41

K. Ananlisis Data dan Interpretasi Data .......................................... 42

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...................................... 44

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPETASI HASIL ANALISIS

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ................................. 45

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I .............................................. 45

a. Tahap Perencanaan ........................................................... 46

b. Tahap Pelaksanaan ........................................................... 46

c. Tahap Observasi ............................................................... 55

d. Tahap Refleksi .................................................................. 59

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ............................................ 61

a. Tahap Perencanaan ........................................................... 61

b. Tahap Pelaksanaan ........................................................... 62

c. Tahap Observasi ............................................................... 71

d. Tahap Refleksi .................................................................. 76

B. Analisis Data .............................................................................. 78

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ................................................ 79

D. Pembahasan ................................................................................ 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Keimpulan .................................................................................. 85

B. Saran ........................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-ksi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa ................ 36

Tabel 3.2 Kisi-ksi Instrumen Observasi Aktivitas Mengajar Guru .............. 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I ......................................... 38

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Teas Akhir Siklus II ...................................... 39

Tabel 3.5 Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi

Aktivitas Siswa dan Guru .............................................................. 43

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model

PMRI Siklus I .............................................................................. 56

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model

PMRI Siklus I ............................................................................... 57

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus I ....................... 58

Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I .................................................................. 60

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model

PMRI Siklus II .............................................................................. 72

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model

PMRI Siklus II .............................................................................. 73

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus II ..................... 75

Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II ................................................................. 77

Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI ............ 79

Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI ......... 80

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II ........................... 82

Page 14: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Matematisasi Horizontal dan Vertikal .............................. 18

Gambar 3.1 Siklus Penellitian Tindakan Kelas ................................................ 32

Gambar 4.1 Siswa Menunjukan Waktu Dengan Menggunakan Jam Analog .. 50

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I ........................................ 55

Gambar 4.3 Siswa Melakukan Pengukuran Panjang Benda ............................ 63

Gambar 4.4 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Dengan Menggunakan

Tangga Satuan Panjang ................................................................ 64

Gambar 4.5 Siswa Melengkapi Catatan Lomba Lari ....................................... 67

Gambar 4.6 Siswa Berdiskusi Menemukan Penyelesaian masalah ................. 70

Gambar 4.7 Diagram Histogram Aktivitas Belajar Siswa dengan

Model PMRI ................................................................................. 80

Gambar 4.8 Diagram Histogram Aktivitas Mengajar Guru dengan

Model PMRI ................................................................................. 81

Gambar 4.9 Diagram Histogram Hasil Belajar Siswa dengan

Model PMRI ................................................................................. 82

Page 15: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Siklus II)

Lampiran 3 Contoh Jawaban Siswa

Lampiran 4 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I

Lampiran 5 Instrumen Tes Akhir Siklus I

Lampiran 6 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I

Lampiran 7 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II

Lampiran 8 Instrumen Tes Akhir Siklus II

Lampiran 9 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 14 Nilai Ulangan Siswa Sebelum Penelitian

Lampiran 15 Hasil Tes Akhir Siklus I

Lampiran 16 Hasil Tes Akhir Siklus II

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II

Lampiran 21 Peningakatan Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 22 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru

Lampiran 23 Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Lampiran 24 Lembar Uji Referensi

Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 27 Surat Keterangan Penelitian

Page 16: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya matematika dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK

menuntut adanya pengembangan pemahaman matematika pada setiap

individu. Proses pengembangan pemahaman matematika dapat dilakukan

sejak indivdu tersebut ada pada jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan

tingkat tinggi. Namun pada kenyataannya, dilapangan masih banyak ditemui

siswa yang tidak menyukai matematika. Bagi mereka matematika merupakan

suatu mata pelajaran yang sulit dan sukar untuk dimengerti, sehingga

mengakibatkan kurangnya antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti

pelajaran matematika. Disamping itu, akibat nyata lain dari minimnya

antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika adalah

masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Mengingat

matematika merupakan pelajaran wajib bagi siswa tingkat sekolah dasar

kelas I sampai kelas VI dan merupakan salah satu mata pelajaran yang

diujikan dalam UASBN, maka matematika perlu mendapatkan perhatian

khusus bagi seorang pendidik.

Salah satu karakteristik matematika adalah sebagai studi dengan objek

kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini tentu dirasa sulit untuk dicerna

siswa, terutama pada tingkat sekolah dasar yang masih berada dalam tahap

operasional konkret. Guru perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep-

konsep matematika pada siswa. Di satu sisi siswa SD pola berpikirnya masih

terbatas pada benda-benda nyata, sedangkan di sisi lain objek-objek pada

konsep matematika bersifat abstrak. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran

matematika di SD haruslah disesuaikan dengan kegidupan siswa. Kegiatan

pembelajaran matematika yang tidak terkait dengan konteks kehidupan siswa

akan dirasa kurang bermakna, kurang menarik, dan sulit di pahami siswa.

Page 17: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

2

Selama ini kegiatan pembelajaran yang mendominasi kelas-kelas

matematika adalah pada penekanan transfer ilmu dan latihan. Guru

mendominasi kegiatan di kelas dan berfungsi sebagai sumber belajar utama.

Guru menyajikan pengetahuan dan konsep matematika kepada siswa, siswa

memperhatikan penjelasan guru dan contoh yang diberikan , kemudian siswa

ditugaskan untuk menyelsaikan soal-soal sejenis yang diberikan guru.

Kegiatan pembelajaran matematika hanya berkutat pada hal-hal tersebut.

Pembelajaran matematika masih jarang dikaitkan dengan konteks kehidupan

siswa sehari-hari. Pembelajaran semacam ini dirasakan kurang

memperhatikan aktivitas, interaksi dan pengkonstruksian pengetahuan oleh

siswa, sehingga timbul berbagai anggapan negatif siswa terhadapa pelajaran

matematika.

Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antar

konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari adalah model

pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Dalam PMRI, dunia nyata

dijadikan sebagai sumber pemunculan konsep matematika dan aplikasi dari

konsep matematika. Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam PMRI

adalah sebagai sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran. Kemudian

dengan bantuan dan atau tanpa bantuan guru, para siswa diharapkan mampu

menemukan konsep atau pengertian-pengertian matematika melalui

permasalahan kontekstual. Dalam pembelajaran siswa dituntut terlibat aktif,

mampu menjelaskan dan mengungkapkan alasan terhadap solusi yang

diperoleh. Peranan guru dalam PMRI adalah sebagai fasilitator dan motivator.

Dengan PMRI diharapkan mampu mengakrabkan matematika dengan

lingkungan siswa, melalui pengaitan konsep-konsep atau prinsip-prinsip

matematika dengan pengalaman sehari-hari siswa, sehingga siswa lebih

mudah mengingat konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika yang ia pelajari.

Bahkan siswa juga akan lebih terbiasa untuk mengaplikasikan konsep atau

prinsip matematika tersebut dalam menyelesaikan soal maupun permasalahan

matematis dalam kehidupannya sehari-hari.

Page 18: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

3

Pada proses pembelajaran matematika di SDN Perumnas Bumi Kelapadua

Kab. Tangerang khususnya siswa kelas VA menunjukan masih rendahnya

hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari hasil

UTS semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, dengan nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) matematika 65, hanya 15 siswa yang mampu mencapai nilai

KKM atau mencapai 41% dan 22 siswa lainnya belum mencapai KKM atau

mencapai 59%, begitu pula dilihat dari rata-rata nilai siswa sebesar 48.6.

Selain itu, kegiatan pembelajaran matematika di kelas jarang dikaitkan

dengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa masih sering

mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahn matematika yang

berkaitan kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran matematika

yang berorientasi pada kehidupan siswa sehari-hari adalah pembelajaran

dengan model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Berpijak pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka kiranya

perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK), dalam hal ini penulis

mengangkat judul “Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

1. Berdasarkan latar bealakang masalah di atas, maka identifikasi area dalam

penelitian ini adalah :

a) Pembelajaran matematika siswa belum berorientasi pada pembelajaran

yang bermakna sehingga hasil belajar matematika masih rendah.

b) Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu

guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center).

Page 19: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

4

c) Model pembelajaran matematika yang diterapkan masih menggunakan

model pembelajaran yang menekankan pada pengerjaan soal-soal

latihan atau drill and practice.

2. Fokus penelitian pada penelitian ini adalah :

a) Peningkatan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas VA

SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang, terutama pada

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

b) Peningkatan hasil belajar matematika pada siswa kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang.

c) Penggunaan model pendidikan matematika realistik Indonesia dalam

pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada :

1. Penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia pada

penelitian ini dibatasi pada materi pengukuran waktu, jarak dan

kecepatan pada kelas V.

2. Model pendidikan matematika realistik Indonesia yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran matematika yang

memanfaatkan permasalahan kontekstual sebagai jembatan bagi siswa

dalam memahami konsep matematika dengan menggunakan model-

model matematika yang dibangun sendiri oleh siswa.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada ranah

kognitif pada aspek pemahaman dan penerapan dilihat dari nilai rata-

rata kelas dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran

matematika.

Page 20: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

5

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan di atas,

maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagimana aktivitas belajar matematika melalui penerapan model

pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada siswa kelas

VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang?

2. Apakah penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia

(PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas

VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelituan ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar matematika melalui penerapan

model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada siswa

kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pendidikan matematika

realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.

Tangerang.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Diharapkan akan membantu mempermudah guru dalam mengerjakan

atau menyampaikan materi matematika dan untuk menambah literatur

guru tentang pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran.

2. Bagi siswa

Page 21: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

6

Untuk belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran

matematika tanpa rasa jenuh. Siswa juga diharapkan mampu

meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran di kelas dan

memahami konsep matematika dengan mengaitkan pelajaran matematika

dengan kehidupan sehari-hari.

3. Bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah

sekaligus sebagai kerangkan acuan dalam mengembangkan hal-hal yang

berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil

belajar siswa.

4. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di

sekolah dan sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam

mengimplementasikan model pendidikan matematika realistik Indonesia

(PMRI) di lapangan secara langsung.

Page 22: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

7

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Konsep Belajar dan Hasil Belajar

a. Konsep Belajar

Sebagian besar proses perkembangan berlangsung selama kegiatan

belajar. Belajar selalu identik dengan perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah pada yang lebih baik

atau pun yang kurang baik. Hal lain yang juga berkaitan dengan belajar

adalah pengalaman dalam bentuk interaksi dengan orang lain maupun

lingkungan sekitar.

Adapun pengertian belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai

kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, dan

dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi

ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya.1 Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia,

belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan seseorang dalam

memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan tingkah laku

yang disebabkan oleh pengalaman . Pengalaman yang dimaksud adalah

dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru,

perubahan sikap, kebiasaan, peningkatan keterampilan, kesanggupan

menghargai, adanya perkembangan sikap-sikap sosial, emosional.

1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h. 21

Page 23: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

8

Dalam hal ini banyak ahli yang memberikan pendapat yang berbeda-

beda mengenai pengertian belajar.

1) Menurut Cronbach

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.”2

2) Menurut Hilgard

“Learning is the process by which an activity originates or is changed

through training procedures (wheter in a laboratory or in a natural

environment) as distinguished from change by factors not attributable to

training.”3

3) Menurut Harold Spears

“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction.”4

4) Menurut Witherington

“Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikankan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.”5

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seorang individu

untuk membentuk suatu perubahan pada dirinya baik berupa perubahan

pengetahuan, keterampilan, sikap, atau perilaku. Perubahan yang terjadi

dapat berupa penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan,

penambahan informasi, pengetahuan, atau keterampilan yang telah ada, dan

2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 231.

3 Ibid., h. 232.

4 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 54.

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 155.

Page 24: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

9

reduksi atau penghulangan sifat kepribadian atau perilaku tertentu yang

tidak dikehendaki.

Berdasarkan definisi-definisi belajar yang ada maka belajar sebagai

suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-cirinya sebagai berikut:6

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar baik actual maupun potensial

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan

sengaja.

Dengan kata lain, belajar adalah kegiatan mental/psikis yang terjadi

dalam diri siswa secara sadar dan aktif sehingga terjadi perubahan perilaku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan

lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan belajar berkaitan

dengan adanya perubahan atau pembentukan tingakah laku tertentu sesuai

dengan yang diharapkan. Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar

yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanya mungkin terjadi dalam

proses belajar disekolah. Lebih lanjut Winarno mengungkapkan tujuan

belajar disekolah adalah untuk mencapai :7

1) Pengumpulan pengetahuan

2) Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan

3) Pembentukan sikap dan perbuatan

Dalam dunia pendidikan masa kini, tujuan pendidikan tersebut lebih

dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom, yaitu

6 Alisuf Sabri, Op.Cit., h. 56.

7 Ibid., h. 58.

Page 25: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

10

pencapaian tujuan belajar dalam tiga ranah, kognitif (intelegensi), afektif

(emosional), dan psikomotorik (keterampilan).

Adapun keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik faktor-faktor dari dalam diri individu maupun faktor-faktor

lingkungan.

1) Faktor-faktor dalam diri individu

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar, faktor-

faktor dalam diri siswa memegang peranan yang paling menentukan, baik

itu faktor fisiologis maupun psikologis.

Pertama, faktor fisiologis atau aspek jasmaniah yang mencakup

kondisi dan kesehatan jasmani dari individu tersebut, seperti kesehatan

yang prima, tidak dalam keadaan lelah, kondisi fisik yang menyangkut

kelengkapan dan kesehatan panca indra. Kedua, faktor psikologis

mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, social,

psikomotor, serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Setiap individu

memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, maka sudah tentu

perbedaan tersebut berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Diantara

faktor psikologis yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan

hasil belajar menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya adalah minat,

kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.8

8 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.

107.

Page 26: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

11

2) Faktor-faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

mencakup keluarga, suasana lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.9

Pertama, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama

dalam pendidikan yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar

pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Kedua, suasana lingkungan

rumah di pemukiman padat dan kurang tertata dan pemukiman yang jarang

dan tertata akan memberikan pengaruh yang berbeda pada proses dan hasil

belajar individu. Ketiga, lingkungan sekolah meliputi lingkungan fisik

seperti kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar, sumber

belajar, media belajar dan sebagainya. Selain itu lingkungan sekolah juga

menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya. Keempat,

lingkungan masyarakat tempat individu berada juga memberikan pengaruh

terhadap semangat dan aktivitas belajarnya.

Belajar adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam diri individu yang

dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan untuk

memperoleh hasil berupa perubahan tingkah laku dalam bentuk

penambahan pengetahuan, pembentukan kepribadian atau penguasaan

keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri individu

dan lingkungannya.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.10

9 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 163.

10 Ibid., h. 102.

Page 27: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

12

Pencapaiaian hasil belajar seseorang dapat dilihat dari adanya perubahan

perilaku seseorang, baik dalam bentuk penguasaan konsep dan

pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik.

Sebagaian besar kegiatan atau perilaku yang ditunjukan seseorang

merupakan hasil belajar, secara formal maupun nonformal.

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan

cita-cita. Sejalan dengan pendapat Howard Kingsley, Benyamin Bloom

membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik.11

Dalam sistem pendidikan nasional,

rumusan tujuan belajar baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional

menggunakan klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang

mengarah pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif mengarahkan pada hasil belajar intelektual, ranah afektif

mengarahkan pada hasil belajar berupa sikap dan perilaku, dan psikomotor

mengarahkan pada hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan

bertindak. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif adalah yang paling

banyak dinilai oleh pada guru disekolah karena ranah kognitif berkaitan

erat dengan kemampuan siswa dalam menguasai dan memahami bahan

pengajaran.

Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik dari diri siswa maupun dari luar diri siswa.

Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam

membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Di samping

itu, dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

maka akan dapat mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan

bagi siswa sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h.

22.

Page 28: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

13

agar siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan

belajar.12

Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, jelas bahwa berbagai faktor

yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik bersumber dari diri

siswa maupun dari luar diri siswa. Salah satu faktor dari luar diri siswa

yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor lingkungan

sekolah, di antaranya penggunaan model pembelajaran yang digunakan

oleh guru saat mengajar.

Setiap aktivitas belajar yang dilakukan siswa diharapkan akan

menghasilkan suatu manfaat atau pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil

dari kegiatan pembelajaran. Hasil dari kegiatan belajar tersebut dapat

diukur melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun oleh guru-guru

yang bersangkutan. Untuk setiap mata pelajaran pada setiap semester

minimal dilakukan satu tes hasil belajar.

Hasil belajar merupakan implikasi dari kegiatan belajar yang dilakukan

individu yang terlihat dari adanya perubahan perilaku individu tersebut

dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar yang

diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar disekolah tentunya meliputi

ketiga aspek tersebut, akan tetapi aspek kognitif seringkali menjadi yang

lebih diutamakan karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

pemahaman pengetahuan.

12

Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, Op.Cit, h. 108.

Page 29: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

14

2. Konsep Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Istilah “matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau

manthenein” yang artinya “belajar”. Berdasarkan kata asalnya, maka kata

“matematika” berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir

(bernalar).

Beberapa ahli mengungkapkan definisi mengenai matematika antara

lain :

1) Menurut Russefendi

“Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana

dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya beralku secara umum,

karena itulah matematika disebut ilmu deduktif.”13

2) Menurut Reys dkk

“Matematika adalah tela’ah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau

pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.”14

3) Menurut Bourne

“Matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan penekanannya

pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif

dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi

dengan lingkngannya.”15

13

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), h.

4.

14 Ibid., h. 4.

15 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h.19.

Page 30: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

15

Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa matematika adalah ilmu

yang memiliki banyak cabang sehingga tidak dapat disimpulkan secara

sederhana. Matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar

munculnya beberapa disiplin ilmu baru dan perkembangan teknologi

modern. Matematika merupakan pengetahuan eksak, konsep matematika

tidak cukup hanya dihafalkan tetapi harus difahami melalui suatu proses

berpikir dan memecahkan maslaah matematika.

b. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki, dan menggunakan

simbol yang memiliki arti yang padat, selain itu matematika merupakan

ilmu dengan objek abstrak. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan

mental anak usia SD yang berada pada usia sekitar 7 sampai 12 tahun.

Mengacu pada teori perkembangan Piaget, anak usia sekitar ini masih

berpikir pada tahap operasional konkrit artinya siswa SD belum berfikir

formal. Ciri-ciri anak pada usia ini adalah belum dapat memahami sesuatu

yang bersifat abstrak, proses berpikirnya masih bersifat konkrit dengan

bantuan benda-benda yang nyata. Oleh karena itu, dalam pembelajaran

matematika di SD guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk

menghubungkan antara dunia anak yang masih berpikir konkrit dengan

matematika yang bersifat abstrak.

Pembelajaran matematika yang dipelajari siswa SD diharapkan dapat

digunakan siswa untuk kepentingan hidupnya sehari-hari, dalam

kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis,

sistematis, kritis, dan cermat, dan akhirnya dapat digunakan untuk

mempelajari ilmu yang lain. Pada dasarnya pembelajarn matematika di

sekolah tidak hanya mengerjakan soal-soal seperti yang banyak terjadi di

sekolah-sekolah saat ini, dimana siswa dianggap sebagai mekanik yang

mampu mengerjakan banyak soal tanpa memahami nilai-nilai esensi dari

matematika. Seharusnya pembelajaran matematika mampu melatih siswa

Page 31: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

16

untuk mengkomunikasikan gagasannya dan menyampaikan alasan secara

matematik kemudian mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika

kedalam kehidupan sehari-hari.

c. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak bisa terlepas dari sifat-

sifat matematika yang abstrak, sedangkan sifat perkembangan intelektual

siswa SD masih berada pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan beberapa karakteristik pembelajarn matematika di

sekolah sebagai berikut :16

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Metode spiral dalam pembelajaran matematika merupakan metode

dimana pembelajaran mengenai suatu konsep atau topik selalu dikaitkan

atau dihubungkan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari

sebelumnya. Konsep sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat

mempelajari dan memahami konsep selanjutnya. Konsep baru yang

dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari konsep sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap

Materi matematika diajarkan secara bertahap yaitu dari konsep-konsep

sederhana menuju konsep yang lebih sulit, pembelajaran dimulai dari

konsep yang konkrit, semi konkrit, dan akhirnya pada konsep yang

abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun sesuai dengan tahap

perkembengan psikologis siswa maka pada pembelajaran matematika di

SD digunakan pendekatan induktif.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya

tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang

lainnya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran bermakna merupakan cara mengajarkan materi

pembelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam

pembelajaran matematika yang bermakna, aturan-aturan, dalil-dalil, dan

16

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Op.Cit, h. 25.

Page 32: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

17

sifat-sifat tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi ditemukan sendiri oleh

siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD yang kemudian

dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan dengan objek abstrak,

sedangkan siswa pada jenjang sekolah dasar masih berada pada tahap

berfikir konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD harus

disesuaikan dengan karakteristik siswa SD dengan menciptakan kegaiatan

pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa dan

memanfaatkan benda-benda konkrit dalam membantu siswa membentuk

konsep matematika.

3. Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

a. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI)

Istilah matematika realistik semula muncul dalam pendidikan

matematika di negeri Belanda yang dikenal dengan nama Realistic

Mathematics Education (RME). Model pendidikan ini merupakan reaksi

terhadap pendidikan matematika modern (new math) di Amerika dan

pendidikan matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai

“mechanistic mathematics education”.

Model pendidikan ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa

matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan

realitas. Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang

sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan

matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan

kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention)

matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.17

17

Supinah, dkk. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam

Melaksanakan KTSP, (Yogyakarta: P4TKM, 2008), h. 14.

Page 33: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

18

Treffers membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan

horizontal. Digambarkan oleh Gravemeijer (1994) sebagai proses

penemuan kembali (reinvention process), seperti ditunjukkan gambar

berikut.18

Gambar 2.1

Proses Matematisasi Horizontal dan Vertikal

Pada matematisasi horizontal, proses pembelajaran dimulai dari soal-

soal kontekstual, siswa mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol

yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses

ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin

berbeda dengan orang lain.bagian ini disebut juga dengan matematika

informal. Sedangkan dalam matematisasi vertikal, juga dimulai dari soal-

soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang diharapkan siswa dapat

menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Bagian ini

disebut dengan matematika formal.

18

Ibid., hal. 15

Page 34: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

19

Pada dasarnya, Realistic Mathematics Education (RME) atau di

Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) adalah suatu teori yang telah dikembangkan khusus untuk

perkembangan pendidikan matematika. Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan model

pendidikan matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa

sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika. siswa

tidak belajar konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa

membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang

diketuinya. PMRI memberi kesempatan siswa mengkonstruksi sendiri

konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang diketahuinya. Dari

sesuatu yang diketahui, siswa melakukan, berbuat, mengerjakan,

menginterpretasikan, dan semacamnya, yang akhirnya siswa memahami

konsep matematika.19

PMRI menggunakan permasalahan realistik yang ada disekitar siswa

sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga

sebagai sumber untuk belajar, sedangkan pada pendidikan matematika

mekanistik permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk aplikasi

suatu konsep matematika sehingga sering juga disebut sebagai kesimpulan

atau penutup dari proses pembelajaran. Jadi, PMRI diawali dari fenomena

atau permasalahan yang ada disekitar siswa, kemudian siswa dengan

bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan dan

megkonstruksikan konsep sendiri.

19

Husen Windayana, “Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal

Pendidikan Dasar, No. 8, 2007, h. 2.

Page 35: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

20

b. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) memiliki

karakteristik sebagai berikut.

1) Menggunakan Masalah Kontekstual

Kegiatan pembelajaran matematika diawali dengan masalah

kontekstual, sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman

dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara langsung.

Masalah kontekstual dalam PMRI memiliki beberapa fungsi, antara

lain:

a) membantu siswa dalam menggunakan konsep matematika,

b) membentuk model dasar matematika dalam mendukung pola pikir

siswa bermatematika,

c) memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika,

d) melatih kemampuan siswa dalam menerapkan matematika pada

situasi nyata.

2) Menggunakan Model-model

Istilah model berkaitan dengan model matematika yang dibangun

sendiri oleh siswa. Ketika siswa menghadapi permasalahan kontekstual,

siswa akan menggunakan strategi-strategi pemecahan untuk

mereperesentasikan permasalahn kontekstual menjadi permasalahn

matematik, repersentasi inilah yang disebut model matematika. bentuk

model matematika dapat berupa lambang-lambang matematika, simbol,

grafik, skema, diagaram, dan manipulasi alajabar. Model matematika

digunakan siswa sebagai jembatan untuk mengantarkan mereka dari

matematika informal informal (matematisasi horizontal) ke matematika

formal (matematisasi vertikal).

3) Menggunakan Produksi dan Konstruksi Model

Proses produksi dan konstruksi model dilakukan sendiri oleh

siswa secara bebas dengan bimbingan guru. Siswa diberikan

Page 36: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

21

kesempatan untuk mengembangkan berbagai strategi informal yang

dapat mengarahkan pada pengkonstruksian berbagai prosedur untuk

memecahkan masalah. Strategi informal siswa yang berupa prosedur

pemecahan masalah kontestual tersebut dijadikan sebagai sumber

inpirasi dalam pengkonstruksian pengetahuan matematika formal.

4) Interaktif

Dalam PMRI, interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran

baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru

merupakan bagian yang sangat penting. Bentuk interaksi yang akan

terjadi dalam proses pembelajaran dapat berupa negosiasi, penjelasan,

setuju dan tidak setuju, pertanyaan, dan sebagainya. Bentuk intersksi ini

dapat digunakan siswa dalam memperbaiki atau memperbaharui model-

model yang telah mereka konstruksikan. Sedangkan bagi guru dapat

digunakan untuk menuntun siswa pada konsep matematika formal yang

akan diperkenalkan.

5) Interwinment

Interwinment adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika,

hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, atau keterakitan

antara matematika dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya keterkaitan

antara konsep penjumlahan dengan pengurangan, penjumlahan dengan

perkalian, atau perkalian dengan pembagian.

c. Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Dalam pelaksanaan PMRI terdapat prinsip-prinsip yang harus

diketahui. Gravemeijer (1994) mengungkapkan tiga prinsip RME yaitu,

yaitu Guided re-invention, Didactical Phenomenology dan Self-delevoped

Model.20

20

Supinah, dkk. Modul Matematika SD Program BERMUTU, Strategi Pembelajaran Matematika

Sekolah Dasar, (Sleman: P4TK Matematika, 2009), h. 72.

Page 37: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

22

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Terbimbing

PMRI memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

matematisasi dengan masalah kontekstual dengan bantuan dari guru.

Siswa ditantang untuk bekerja secara aktif dalam memgkonstruksi

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran matemtika

tidak dimulai dari pemberian sifat-sifat atau definisi atau teorema dan

selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh, tetapi dimulai dengan

pemberian masalah yang bersifat kontekstual dengan kehidupan siswa,

kemudian melalui aktivitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat atau

definisi atau teorema oleh siswa sendiri. Prinsip reinvention menuntut

siswa untuk belajar dengan doing mathematics sehingga siswa dapat

mempelajari matematika secara aktif dan bermakna.

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Pembelajaran matematika cenderung berorientasi pada pemberian

informasi dan penggunaan matematika yang sudah siap pakai untuk

memecahkan masalah. PMRI mencoba untuk merubah paradigma

tersebut dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk

mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa memecahkan

masalah dengan caranya sendiri. Dalam proses memecahkan masalah

tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematisasi

horizontal dan matematisasi vertikal. Proses matematisasi horizontal-

vertikal ini diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah

memahami matematika dengan objek abstrak. Dalam proses

memecahkan masalah siswa dibiasakan untuk berpikir bebas dan berani

berpendapat, karena setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam

memecahkan masalah yang diberikan atau bahkan berbeda dengan

pemikiran guru tetapi cara itu benar dan hasilnya benar. Hal tersebut

merupakan suatu fenomena didaktik. Dengan memperhatikan fenomena

didaktik yang terjadi di dalam kelas, maka akan terbentuk kegiatan

pembelajaran yang tidak berpusat pada guru (teacher centered)

melainkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

3) Self-developed Models atau Model yang Dibangun Sendiri oleh Siswa

Pada saat siswa menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan

guru, maka siswa akan mengembangkan suatu model matematika dari

permasalahan tersebut. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh

siswa, baik dalam proses matematisai horizontal maupun matematisasi

vertikal. Kebebasan diberikan siswa untuk memecahkan masalah secara

mandiri atau kelompok, dan dengan sendirinya akan memungkinkan

munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.

Page 38: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

23

Soedjadi mengungkapkan, dalam pembelajaran matematika realistik

diharapkan terjadi urutan “situasi nyata” → “model dari situasi itu” → “

model ke arah formal” → “pengetahuan formal”. Menurutnya, inilah yang

disebut “button up” dan merupakan prinsip PMRI yang disebut “Self-

developed Models”.21

d. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD

Pada Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Bab 1 tentang Standar

Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan

melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.22

Jika ditinjau dari

sudut pandang PMRI, ketiga macam proses tersebut merupakan

karakteristik dari PMR. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penerapan

PMR dalam proses pembelajaran matematika di sekolah sejalan dengan

kurikulum, terlebih lagi pada jenjang sekolah dasar dimana usia siswa

yang masih berada pada tahap operasional konkret.

Kegiatan eksplorasi merupakan fokus dari karakteristik PMRI yang

pertama, yaitu penggunaan masalah kontekstual. Kegiatan elaborasi

merupakan fokus dari karakteristik PMRI yaitu, penggunaan model. Pada

tahap ini siswa juga diarahkan dalam produksi dan konstruksi model yang

dilakukan oleh siswa sendiri. Kegiatan konfirmasi merupakan fokus pada

karakteristik PMRI yaitu, Interaksi. Pada tahap ini gagasan siswa tidak

hanya dikomunikasikan ke siswa lain tetapi juga dapat dikembangkan

berdasarkan tanggapan dari siswa lain. Karakter interaktivisme pada tahap

elaborasi ini memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dalam

mengembangkan strategi dan membangun konsep matematika.

21

Ibid., h. 74.

22 Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran

Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 28.

Page 39: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

24

Kesamaan karakteristik antara kurikulum Indonesia dengan model

PMRI memiliki potensi yang besar dalam usaha pengembangan

kemampuan matematika pada siswa SD.

e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Langkah-langkah pembelajaran dengan model PMRI adalah sebagai

berikut:23

1) Mengkondisikan siswa untuk belajar. Guru mengkondisikan siswa

untuk belajar dengan menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin

dicapai, memotivasi siswa, mengingatkan materi prasyarat yang harus

dimiliki siswa, dan mempersiapkan kelengkapan belajar/alat peraga

yang diperlukan dalam pembelajaran.

2) Mengajukan masalah kontekstual. Guru mengawali pembelajaran

dengan pengajuan masalah kontekstual yang dimasksudkan untuk

memicu terjadinya penemuan kembali (re-invention) matematika oleh

siswa. Masalah kontekstual yang diajukan guru hendaknya masalah

yang memberi peluang untuk memunculkan berbagai strategi

pemecahan masalah oleh siswa. Pada tahap ini terjadi proses

matematisasi horizontal.

3) Membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Dalam

memahami masalah, mungkin masih ada siswa yang mengalami

kesulitan. Guru sebagai fasilitator hanya memberikan petunjuk

seperlunya terhadap bagian-bagian situasi dan kondisi masalah (soal)

yang belum dipahami siswa. Dengan demikiann terdapat kesatuan

pemahaman terhadap masalah kontekstual. Guru juga meminta siswa

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan

bahasa mereka sendiri. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi

horizontal.

4) Meminta siswa menyajikan penyelesaian masalah. Siswa secara

individu atau kelompok menyelesaikan masalah kontekstual yang

diajukan guru dengan cara mereka sendiri, sehingga sangat mungkin

terjadi perbedaan dalam penyelesaian masalah antara siswa satu dengan

siswa lainnya. Dalam proses ini guru mengamti dan memotivasi siswa

dalam memperoleh penyelesaian soal. Pada tahap ini siswa dibimbing

untuk melakukan “re-invention” atau menemukan kemabali

23

Warli, Pembelajaran Matematika Realistik Materi Geometri Kelas IV, 2008. h. 6

Page 40: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

25

ide/konsep/definisi matematika. pada tahap ini juga siswa diarahkan

untul menggunakan model-model, gambar, simbol, skema, atau

diagram yang dikembangkan sendiri oleh siswa sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliknya untuk memudahkan mereka

menyelesaikan masalah. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi

horizontal.

5) Membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah. Guru

memberikan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk

membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok,

selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan di depan kelas. Guru

sebagai fasilitator dan moderator mengarahkan siswa berdiskusi dan

membimbing siswa sehingga diperoleh jawaban yang benar. Pada tahap

ini akan tampak penggunaan ide atau kontribusi siswa sebagai upaya

untuk mengaktifkan siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru , dan siswa dengan sarana prasarana.

Pada tahap ini terjadi proses matematisasi vertikal.

6) Bernegosiasi. Berdasarkan hasil diskusi kelompok atau diskusi kelas

yang telah dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik

kesimpulan tentang suatu konsep/teorema/prinsip matematika yang

terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Pada tahap

ini terjadi proses matematisasi vertikal.

f. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI)

Terdapat beberapa kelebihan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) antara lain:24

1) PMRI merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya

bagi siswa.

2) PMRI merupakan pembelajaran yang mengajarkan siswa bahwa

matematika adalah sustu bidang kajian ilmu yang dikonstruksi dan

dikembangakan sendiri oleh siswa.

3) PMRI merupakan pembelajaran yang menekankan pada cara

penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak

harus sama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Setiap orang

bisa menemukan atau menggunakan caranya sendiri-sendiri.

Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu

24

Ibid., h. 8.

Page 41: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

26

dengan yang lain akan diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat

seseuai dengan tujuan dari proses penyelesaian soal atau masalah

tersebut.

4) PMRI merupakan pembelajaran yang mengutamakan proses. Untuk

mempelajari matematika siswa harus menjalani proses itu dan berusaha

untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan

guru. Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses itu pembelajaran

yang bermakna tidak akan terjadi.

Sedangkan beberapa kelemahan PMRI yang merupakan tantangan yang

harus dihadapi guru dalam pelaksanaan PMRI antara lain :

1) Upaya mengimplementasikan PMRI membutuhkan banyak perubahan

paradigma bagi guru, siswa, peranan sosial, peranan konteks, dan

peranan alat peraga.

2) Pencarian soal atau masalah kontekstual yang memenuhi syarat-syarat

yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak mudah

untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih

karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-

macam cara.

3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk

menyelesaikan soal merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh

guru.

4) Proses pembangunan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-soal

kontekstual, proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal

juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan

mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa

membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali konsep-konsep

matematika tertentu.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan antara lain:

1. Suci Hartati (2008) melakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa

kelas IV A SD Muhammadiyah Karangwaru. Dari hasil penelitiannya

membuktikan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat

Page 42: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

27

mengoptimalkan hasil belajar, aktivitas siswa dan respon siswa terhadap

pembelajaran.25

2. Muhammad Amin Fauzi (2008) melakukan penelitian eksperimen semu

(Quasi Eksperimen) terhadapt siswa kelas Iva dan kelas IVb SDN 060857

Medan. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa Pembelajaran

Matematika Realistik (PMR) lebih efektif dibandingkan dengan

pemelajaran konvensional dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa.26

3. Ana Rohmawati (2010) melakukan penelitian tindakan kelas terhadap

siswa kelas VII SMP Negeri 10 Malang. Dari hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.27

C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan

Dalam proses pembelajaran matematika di SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang selama ini didominasi oleh guru, artinya kegiatan

pembelajaran masih berpusat pada guru, sedangkan siswa masih kurang

terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya menyampaikan

informasi suatu konsep, memberikan contoh soal, kemudian siswa diberikan

banyak soal latihan untuk mengaplikasikan konsep yang diberikan. Hal

tersebut menyebabkan kondisi siswa SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.

Tangerang, khususnya siswa kelas VA cendenrung pasif dan cepat merasa

25

Suci Hartati, “Optimalisasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Matematika Realistik

Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Karangwaru”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008, tidak dipublikasikan.

26 Muhammad Amin Fauzi, “Efektivitas Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Kompetensi

dan dan Berkonteks Lokal Topik Pembagian di SDN 060857”, Skripsi pada Universitas Negeri

Medan, Medan, 2008, tidak diterbitkan.

27 Ana Rohmawati, “Penerapan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi

Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 10 Malang”, Skripsi pada Universitas

Negeri Malang, Malang, 2010, tidak dipublikasikan.

Page 43: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

28

jenuh karena hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan guru. Kegiatan

pembelajaran matematika di kelas jarang dikaitkan dengan pengalaman

kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa masih sering meangalami

kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahan matematika yang berkaitan

kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran matematika yang

berorientasi pada kehidupan siswa sehari-hari adalah pembelajaran dengan

model pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI).

Pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) merupakan model

pembelajaran matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa

sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika dengan

memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar siswa. Siswa tidak belajar

konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun

sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketahui dan

dilakukan langsung oleh siswa. PMRI memberi kesempatan siswa

mengkonstruksi sendiri konsep-konsep matematika melalui suatu

permasalahan yang bersifat kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Diharapkan dengan penerapan model PMRI dalam proses pembelajaran

matematika di kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang

dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran matematika.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori yang telah dijabarkan,

maka disimpulkan hipotesis tindakan sebagai berikut :

“Dengan menerapkan model pendidikan matematika realistik Indonesia

(PMRI) maka akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang pada mata pelajaran matematika.”

Page 44: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas V A SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada

semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Tempat penelitian ini diambil karena

jarak yang dekat dengan lokasi peneliti, dan kepala sekolah serta dewan guru

memberi apresiasi yang baik terhadap penelitian ini.

B. Metodologi Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama.1 Menurut Suhardjono Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya.2 Kegiatan PTK

berfokus pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, penelitian ini

dirancang dan dilakukan sendiri oleh peneliti yang berkolaboratif bersama

guru di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dalam

pembelajaran sehingga kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian ini bermula dari permasalahan praktis yang terjadi di dalam

kelas dimana peneliti sebagai pengelola pembelajaran, kemudian hasil

penelitian tersebut direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang

1 Suharsismi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 3.

2 Ibid., h. 58.

Page 45: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

30

menunjang. Dalam melakukan PTK, terdapat beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan, yaitu:3

a. Inkuiri reflektif. PTK berawal dari permasalahan pembelajaran yang

real terjadi di kelas. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalah

yang spesifik dan kontekstual sehingga tidak merisaukan

kerepresentatifan sampel dan generalisasi.

b. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat

dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi harus berkolaborasi dengan guru

dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan PTK, sampai

penyusunan laporan hasil penelitian.

c. Reflektif. Penelitian tindakan kelas menekankan pada proses refleksi

terhadap proses dan hasil penelitian. PTK secara terus menerus

bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan,

peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari

pelaksanaan sebuah tindakan untuk dimanfaatkan dalam memperbaiki

proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.

2. Rancangan Siklus Penelitian

Rancangan Penelitian adalah terjemahan dari research design, artinya

rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi

untuk menajawab permasalahan penelitian.4 Dalam penelitian ini, peneliti

menyusun rancangan penelitian dengan sistem siklus yang terdiri dari 4 - 5

pertemuan setiap satu siklus. Siklus akan selalu berlanjut sampai

mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Siklus pada PTK merupakan

siklus yang berulang sesuai dengan kebutuhan, tidak terbatas harus satu atau

dua kali. Siklus akan selalu berulang jika permasalahan yang dihadapi belum

terselesaikan, namun siklus akan berhenti jika permasalahan kelas yang dikaji

telah terselesaikan.

3 Ibid., h. 110.

4 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h.59

Page 46: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

31

Suharsimi Arikunto mengemukakan empat tahapan yang lazim dilalui

dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: (a) Perencanaan, (b) Tindakan, (c)

Pengamatan, (d) Refleksi.5

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan atau rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan karakteristik model

PMRI.

2) Membuat lembar observasi: untuk melihat bagaimana aktivitas

belajar siswa dan aktivitas mengajar guru di kelas ketika model

PMRI dilaksanakan pada mata pelajaran matematika.

3) Membuat media pembelajaran yang diperlukan dalam rangka

membantu siswa memahami konsep-konsep matematika dengan

baik.

4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi yang

disampaikan telah dikuasai oleh siswa.

b. Tindakan (Acting)

Pada tahapan tindakan (acting) merupakan implementasi dan

pelaksanaan isi rancangan sekenario pembelajaran yang telah

direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran matematika menggunakan

tindakan di kelas dengan menerapkan model PMRI.

5 Ibid., h. 16.

Page 47: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

32

c. Pengamatan (Observation)

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dibuat. Proses observasi dilakukan dalam kelas selama melaksanakan

tindakan dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan

model PMRI. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan

dari perilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.

d. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi

dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki dan dijadikan pedoman dalam

merencanakan siklus berikutnya.

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

SIKLUS

SELANJUTNYA

Page 48: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

33

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang, dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang yang

terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Subjek penelitian

yang dipilih adalah keseluruhan populasi siswa pada kelas tersebut.

D. Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian berperan sebagai pengumpul data,

penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian, peneliti juga berperan sebagai

pemberi tindakan. Peneliti berperan sebagai pengajar yang membuat

rancangan kegiatan pembelajaran sekaligus melakukan kegiatan pembelajaran

selama kegiatan penelitian. Sedangkan kehadiran kolaborator adalah untuk

membantu peneliti membuat rancangan kegiatan pembelajaran, melakukan

refleksi dan menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus

selanjutnya, selain itu kolaborator juga berperan sebagai observer yang

melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peneliti dalam melakukan

proses pembelajaran matematika dengan model PMRI dan mengamati

aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Dalam pelakasnaan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu

menyusun tahapan-tahapan dalam melakukan intervensi tindakan di kelas.

Tahap I : Peneliti bersama guru kelas berkolaborasi dalam menyiapkan

semua rancangan pembelajaran, menetapkan materi pokok dan

materi pendukung lainnya untuk menyusun alat evaluasi,

menentukan media sebagai penunjang proses pembelajaran.

Page 49: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

34

Tahap II : Peneliti bersama guru kelas berkolaborasi dalam

melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan sekaligus

melakukan pengamatan baik pada aktivitas belajar siswa

maupun aktivitas mengajar guru. Semua kejadian yang terjadi

dalam proses pembelajaran dicatat dalam format catatan

lapangan.

Tahap III : Peneliti bersama guru kelas berkolaborasi dalam mencatat

semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran untuk

digunakan sebagai sumber dan pengolahan data.

Tahap IV : Peneliti bersama guru kelas menggunakan data yang telah

terkumpul untuk mendapatkan gambaran tentang hasil

tindakan yang telah dilakukan kemudian data tersebut

dipadukan dan dianalisis. Disetiap akhir siklus dilakukan

penilaian akhir siklus, selanjutnya peneliti dan kolaborator

melakukan diskusi untuk mengevaluasi proses pembelajaran

yang telah dilakukan serta untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan pada setiap pembelajaran sehingga bisa diperbaiki

pada siklus selanjutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Untuk mengetahui tingkat pencapaian atau ketuntasan penelitian dalam

suatu siklus, maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa indikator

keberhasilan yang diharapkan sebagai hasil dari pemberian tindakan dalam

penelitian dan dijadikan sebagai pedoman ketuntasan penelitian dalam suatu

siklus.

1. Jika pada akhir siklus diperoleh data yang menunjukan minimal 80%

siswa mencapai nilai KKM.

2. Jika pada akhir siklus terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa.

Page 50: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

35

Suatu siklus penelitian dikatakan tuntas apabila indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan diatas telah tercapai. Namun jika hanya salah satu

indikator yang tercapai maka dapat disimpulkan siklus penelitian tersebut

tidak tuntas dan harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

G. Data dan Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta/angka. Sumber

data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang

dipakai untuk suatu keperluan.6

Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data kuantitaif.

1. Data Kualitatif berupa hasil observasi selama proses pembelajaran,

hasil catatan lapangan terhadap pembelajaran matematika dengan

model PMRI, dan hasil dokumentasi.

2. Data kuantitatif berupa hasil pekerjaan siswa (LKS dan PR), hasil tes

setiap akhir siklus.

Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek

dimana data diperoleh.7 Sumber data menunjukan asal informasi, maka data

harus diperoleh dari sumber yang tepat, jika data yang diperoleh tidak tepat

dapat mengakibatkan data yang dikumpulkan tidak relevan dengan masalah

yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas, dan

peneliti.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), h. 96.

7 Ibid., h. 107

Page 51: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

36

H. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrumen utama dimana peneliti

menjadi orang yang mengumpulkan data pada penelitian tindakan kelas.

Instrumen pendukung lainnya adalah:

1. Lembar Pedoman Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti, untuk mengumpulkan data

mengenai aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru di kelas

selama kegiatan pembelajaran matematika dengan model PMRI.

Pengamatan dilakukan oleh guru kelas selaku kolaborator dan observer

dalam kegiatan penelitian ini.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Fokus

Penelitian Dimensi Indikator

No. Butir

Soal

Penerapan

Pendidikan

Matematika

Realistik

Indonesia

(PMRI) pada

Pembelajaran

Matematika

1. Kegitan

Awal

1. Merespon pertanyaan yang

diajukan guru 1

2. Kegiatan

Inti

1. Menyelesaikan masalah

kontekstual yang diajukan 2, 3

2. Interaksi dalam proses

pembelajaran

4, 5, 6, 7,

8, 9, 10

3. Kegiatan

Penutup

1. Melakukan refleksi

mengenai materi yang

sudah dipejari

11, 12

2. Mengerjakan tugas/posttest 13

Page 52: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

37

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Fokus

Penelitian Dimensi Indikator

No. Butir

Soal

Penerapan

Pendidikan

Matematika

Realistik

Indonesia

(PMRI) pada

Pembelajaran

Matematika

1. Kegiatan

Awal

1. Melakukan apersepsi 1

2. Menyampaikan tujuan

pelajaran yang ingin

dicapai

2

2. Kegiatan

Inti

1. Mengawali pembelajaran

dengan mengajukan masalah

kontekstual

3

2. Membimbing siswa dalam

menyelesaikan masalah

kontekstual yang diajukan

4, 5

3. Menggunakan metode

pembelajaran yang

mengaktifkan siswa

6, 7, 8, 9

4. Menggunakan media/alat

peraga yang menunjang

proses pembelajaran

10, 11

3. Kegiatan

Penutup

1. Melakukan refleksi

mengenai materi yang sudah

dipejari

12

2. Melakukan penilaian 13

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan instrumen yang disususn oleh peneliti

untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan mengetahui serta menilai

sejauhmana pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa mengenai

konsep yang telah diajarkan dengan pemberian tindakan tertentu. Pada

Page 53: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

38

penelitian ini tindakan yang diberikan adalah berupa pembelajaran

matematika dengan model PMRI.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I

No Indikator Aspek No.

Soal C2 C3

1 Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore

dan malam √ 11

2 Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam √ 1

3 Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam √ 4

4 Mengubah waktu dari notasi 24 jam

menjadi notasi 12 jam √ 2

5 Mengubah waktu dari notasi 12 jam

menjadi notasi 24 jam √ 7

6 Menggambar jam dengan notasi waktu

tertentu √ 10

7 Menentukan kesetaraan antar satuan waktu

(jam, menit, dan detik) √ 12

8 Menentukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾

jam √ 3

9 Mengubah jam ke menit dan detik, dan

sebaliknya √ 5

10 Melakukan penjumlahan satuan waktu √ 8

11 Melakukan pengurangan satuan waktu √ 6

12 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan satuan waktu √ 9

Page 54: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

39

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I

No Indikator Aspek No.

Soal C2 C3

1 Mengukur panjang benda √ 11

2 Melakukan konversi satuan panjang √ 1

3 Menyelesaikan operasi hitung satuan

panjang √ 4

4

Membandingkan kecepatan lari siswa

dengan membandingkan waktu tempuh

jika jarak lintasannya sama

√ 2

5

Membandingkan kecepatan lari siswa

dengan membandingkan jarak lintasan jika

waktu tempuhnya sama

√ 7

6 Mengukur waktu, jarak, dan kecepatan √ 10

7 Menyelesaikan operasi hitung satuan

kecepatan √ 12

8 Memecahkan masalah yang berkaitan

dengan waktu √ 3

9 Memecahkan masalah yang berkaitan

dengan jarak √ 5

10 Memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kecepatan √ 8

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan instrumen yang digunakan peneliti untuk

mendeskripsikan informasi yang rinci dan kejadian menarik selama proses

pembelajaran yang mungkin terlewat dalam observasi untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model PMRI.

Page 55: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

40

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid pada suatu penelitian, maka teknik

pengumpulan data sangat menentukan kualitas penelitian tersebut dengan

kecermatan dalam memilih dan menyusun, maka teknik pengumpulan data ini

akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah yang valid.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi atau Pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung.8 Kegiatan yang dimaksud dalam

penelitian ini berupa aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar

guru dalam proses pembelajaran matematika dengan model PMRI.

2. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengumpulan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.9 Tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif yang dibuat

peneliti berdasarkan pada bahan ajar dan tujuan khusus yang telah di

dirumuskan peneliti. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengukur kemampuan kognitif siswa dan dilaksanakan pada setiap

akhir siklus untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil

belajar siswa terhadap materi yang telah disampaikan melalui

penerapan model PMRI.

3. Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data berupa

catatan deskriptif tentang apa yang terjadi dalam pembelajaran

mencakup kesan dan penafsiran yang bersifat subjektif.

8 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012) h. 220.

9 Suharsismi Arikunto, Op.Cit., h. 193.

Page 56: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

41

4. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang dipilih harus

sesuai dengan tujuan dan fokus masalah yang diteliti.10

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka perlu

dilakukan pemeriksaan keterpercayaan data atau temuan yang telah diperoleh.

Pemeriksaan keabsahan atau keterpercayaan data atau hasil temuan dalam

penelitian tindakan ini akan menggunakan triangulasi. Triangulasi diartikan

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.11

Dengan melakukan

triangulasi peneliti memeriksa keterpercayaan atau keabsahan data dengan

mengecek data dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber

data. Triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keterpercayaan data

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Triangulasi teknik, yaitu pengumpulan data dari sumber yang sama

dengan menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini

sumber data yang dimaksud adalah siswa, sedangkan teknik yang

digunakan untuk memperoleh data tersebut dengan menggunakan

teknik observasi, tes hasil belajar, dan catatan lapangan.

2. Teknik member check, yaitu memeriksa kembali data-data yang telah

terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian, maupun

kelengkapannya.

3. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

10

Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit., h. 222.

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta cv, 2011) h.

241.

Page 57: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

42

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis data adalah kegiatan mencermati, menguraikan, mengaitkan

setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar, dan hasil

pembelajaran untuk memperoleh simpulan tenatng keberhasilan tindakan

pernaikan pembelajaran.12 Analisis data dilakukan setelah semua data yang

diperlukan terkumpul dan dilakukan setiap kali setelah pemberian suatu

tindakan atau satu siklus berakhir.

1. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar

guru melalui model PMRI dianalisis untuk memberikan gambaran

pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model PMRI. Analisis

data observasi adalah sebagai berikut :

a. untuk setiap aspek yang diamati diberi skor sesuai dengan pedoman

penskoran pada kisi-kisi lembar observasi yang telah dibuat

b. menghitung skor total yang telah diperoleh setelah keterlaksanaan

pembelajaran. Skor total yang telah diperoleh tersebut dihitung

persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:13

Keterangan :

P = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

= Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

12

Muhadi, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Shira Media, 2011), h. 140

13Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),

h, 43.

Page 58: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

43

Tabel 3.5

Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas

Siswa dan Guru

Persentase Rata-rata Kategori

76% - 100% Sangat Baik

51 – 75% Baik

26% - 50 Cukup

< 25% Kurang

2. Analisis Hasil Tes Belajar

Data hasil tes akhir siklus di analisis untuk mengetahui gambaran

hasil belajar siswa melalui penarapan model PMRI yang dilihat dari

tingkat pencapaian ketuntasan belajar mengacu pada KKM sebesar 65.

Pemberian tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila

tingkat ketuntasan siswa mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Rumus

yang digunakan yaitu:

Sedangkan Stringer mengemukakan beberapa teknik

menginterpretasikan hasil analisis data sebagai berikut:14

1. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan dapat

berkenaan dengan perbedaan antara hasil analisis, peyebab, aplikasi

dan implikasi dari hasil analisis;

2. Hubungkan temuan dengan pengalaman pribadi. Temuan hasil analisis

dapat dikaitkan dengan pengalaman pribadi peneliti;

3. Minta nasihat dari teman yang kritis. Meminta nasihat kepada teman

yang memiliki pandangan kritis apabila mengalami kesulitan;

4. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur; 14

Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit., h. 157

Page 59: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

44

5. Kembalikan pada teori. Menghubungkan kembali teori yang relevan

dengan hasil analisis yang telah diperoleh.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Model pendidikan matematika realistik Indonesia adalah sebuat model

pembelajaran yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai

jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika dengan

memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar siswa. siswa tidak belajar

konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun

sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketuhaui

dan dilakukan langsung oleh siswa. Berdasarkan teori yang telah diuraikan

diharapkan penerapan model PMRI dapat membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajarnya.

Selain dalam aspek peningkatan hasil belajar masih banyak aspek lain

yang dapat dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya dengan

memanfaatkan model PMRI diantaranya aspek pemecahan masalah,

koneksi matematika, kemampuan komunikasi matematika dan sebagainya.

Page 60: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

45

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan

Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas

yang dilaksanakan di SDN Perumn Bumi Kelapa Dua Tangerang pada

kelas VA dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-

laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus,

dimana setiap siklus terdiri dari empat pertemuan pemberian tindakan dan

satu kali pertemuan pemberian tes akhir siklus. Pada setiap pertemuan

dilaksanakan dalam alokasi waktu 2x35menit. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini pada setiap siklusnya melalui empat tahapan yaitu, tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh data-data yang

berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas VA dengan menerapkan model PMRI pada

pembelajaran matematika.

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan selama empat kali pertemuan

pembelajaran yang dimulai pada tanggal 18 Oktober 2013 sampai 25

Oktober 2013 dan diakhiri pada tanggal 26 Oktober 2013 dengan

memberikan tes akhir siklus I kepada siswa. Dalam pelaksanaan siklus I

kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi.

Page 61: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

46

a. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksankan kegiatan penelitian, terlebih dahulu

peneliti membuat perencanaan tindakan yang disesuaikan dengan

permasalahan yang telah teridentifikasi. Perencanaan tindakan ini

meliputi : 1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata

pelajaran matematika dengan menentukan materi waktu sebagai

fokus pembelajaran dan penekanan langkah-langkah pembelajaran

sesuai dengan model PMRI; 2) menyiapkan bahan ajar dan lembar

kerja siswa serta media/alat yang dapat menunjang proses

pembelajaran; 3) menyusun instrumen observasi aktivitas belajar

siswa dan aktivitas mengajar guru sebagai pedoman observer dan

peneliti dalam melakukan kegiatan pengamatan selama proses

pembelajaran: 4) menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan

kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan penelitian, kegiatan

pembelajaran disesuaikan dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti dan mendapat

persetujuan dari observer. Pelaksanaan tindakan penelitian

dilakukan dalam empat kali pertemuan pemberian tindakan, dan

satu kali pertemuan tes akhir siklus I yang dilakukan selama 2x35

menit atau 2 jam pelajaran. Rincian pelaksanaan tindakan

penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Jumat

tanggal 18 Oktober 2013 dimulai pada pukul 10.00 – 11.10 WIB.

Sebelum memulai pembelajaran Ibu Itar selaku guru kelas terlebih

dahulu mengenalkan peneliti kepada siswa kelas VA sebagai guru

yang akan mengajar pelajaran matematika, kemudian

mempersilahkan peneliti memulai kegiatan pembelajaran. Peneliti

Page 62: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

47

memulai kegiatan pembelajaran dengan mengkondisikan kelas

agar siswa siap menerima pelajaran yang akan disampaikan,

kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan “pukul berapa kalian bangun tidur? Pukul berapa

kalian berangkat sekolah? Pukul berapa kalian pulang sekolah?

Dan pukul berapa kalian tidur malam?”. Pada pertemuan awal

siswa terlihat masih malu-malu dan ragu-ragu untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan guru, namun ada satu siswa yang berani

menjawab pertanyaan guru. Kemudian siswa menjawab

pertanyaan guru “saya bangun pukul lima pagi, berangkat sekolah

pukul setengah tujuh, pulang sekolah pukul dua belas, dan tidur

malam pukul sembilan malam.” Kemudian guru meminta siswa

lain memberikan tepuk tangan kepada siswa yang berani

menjawab pertanyaan guru dan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, guru mengajukan sebuah masalah kontekstual dengan

bertanya “apa kalian pernah memperhatikan tanda-tanda apa yang

menunjukan waktu pagi, siang, sore dan malam?”. Sama seperti

pertanyaan sebelumnya, kebanyakan siswa hanya terdiam dan

ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan guru hanya satu atau dua

siswa yang berani mengemukakan pendapatnya. Kemudian guru

membagikan kartu bergambar kepada siswa yang menunjukan

waktu pagi, siang, sore, dan malam. Guru meminta siswa untuk

memperhatikan gambar pada kartu yang didapatnya dan

menentukan gambar tersebut menunjukan waktu pagi, siang sore,

atau malam kemudian menempelkan pada kolom yang telah dibuat

guru. Setelah siswa menempelkan kartu bergambar sesuai dengan

waktunya, guru memberikan penjelasan tentang pembagian waktu

dan tanda-tandanya berdasarkan gambar, kemudian guru

menjelaskan penulisan waktu dengan notasi jam 24an dan 12an.

Page 63: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

48

Agar siswa lebih bisa membedakan penulisan waktu dengan notasi

jam 24an dan 12an, guru membentuk siswa kedalam 8 kelompok

diskusi yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Setelah

siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru membagikan

LKS dan menjelaskan tugas yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok.

Kegiatan berikutnya adalah guru membacakan cerita pertama

yang didalamnya terdapat waktu-waktu tertentu yang harus

didiskusikan siswa untuk dituliskan dengan menggunakan notasi

jam 24an. Setelah selesai membacakan cerita pertama, guru

melanjutkan cerita kedua dan meminta siswa berdiskusi untuk

menuliskan waktu dengan notasi jam 12an. Pada pertemuan

pertama ada beberapa kelompok yang tidak bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan.

Setelah selesai membacakan cerita dan siswa telah selesai

berdiskusi untuk menentukan penulisan waktu yang tepat dengan

notasi jam 24an dan 12an, guru meminta perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Namun tidak ada

kelompok yang berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya,

oleh karena itu guru menunjuk kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi. Pada saat perwakilan satu

kelompok mempresentasikan hasil diskusinya siswa lain hanya

diam dan tidak memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang

disampaikan.

Setelah memberikan penjelasan tentang hasil diskusi, guru

bertanya kepada siswa “apakah masih ada yang belum

dimengerti?” tetapi siswa hanya diam dan menundukan kepala.

Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan

pekerjaan rumah kepada siswa, dan bersama-sama siswa

menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini. Kegiatan

pembelajaran diakhiri dengan membaca doa.

Page 64: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

49

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 19 Oktober

2013 dimulai pukul 08.00 – 09.10. Kegiatan pembelajaran diawali

dengan membaca doa dan mengabsen kehadiran siswa, guru pun

mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti kegiatan

pembelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari pada

pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini terlihat beberapa siswa

yang berani menanggapi pertanyaan yang diajukan guru.

Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai hari ini.

Sebelum memasuki kegiatan inti, guru meminta siswa untuk

membentuk kelompok belajar dengan cara berhitung dari satu

sampai tujuh dari siswa yang duduk paling depan sampai siswa

yang duduk paling belakang. Setelah selesai berhitung siswa

diminta berkumpul dengan siswa lain yang menyebutkan angka

yang sama. Siswa terlihat bingung ketika guru membagikan jam

analog dan jam digital pada setiap kelompok, kemudian guru

menjelaskan bahwa hari ini kita akan belajar sambil bermain kuis

tim dan menjelaskan peraturan permainannya. Siswa diminta

mengubah waktu yang ada pada soal, dari notasi jam 24an menjadi

jam 12 menggunkan jam analog dan dari notasi jam 12an menjadi

jam 24an menggunakan jam digital. Penggunaan jam analog dan

jam digital dimaksudkan agar siswa dapat lebih memahami

perbedaan antara notasi jam 24an dan 12an dengan cara merubah

waktu pada jam secara langsung. Siswa diberikan waktu

berdiskusi dengan teman kelompoknya sebelum menjawab

pertanyaan. Guru pun memulai kuis tim dengan membacakan soal

yang harus dijawab siswa secara rebutan.

Page 65: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

50

Gambar 4.1

Siswa Menunjukan Waktu dengan Menggunakan Jam

Analog

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa lain untuk

menentukan apakah jawaban yang diberikan oleh satu kelompok itu

benar atau salah. Setelah semua soal selesai dijawab, guru

membacakan hasil akhir perolehan skor dan memberikan reward

kepada kelompok dengan skor tertinggi.

Dengan kelompok diskusi yang sama guru membagikan LKS

kepada setiap kelompok untuk menggambarkan jam dengan notasi

waktu tertentu. Guru membebaskan siswa untuk menggambar jam

dalam bentuk apapun dan tidak membatasi pada penggunaan jam

analog. Sementara siswa bekerja sama dengan teman satu

kelompoknya, guru berkeliling memperhatikan kegiatan diskusi

siswa. Guru memperhatikan ada beberapa kelompok yang

menggambar jam dengan jam digital sementara kelompok lainnya

hanya terpaku pada jam analog. Setelah selesai berdiskusi, guru

meminta siswa mengumpulkan LKS.

Kemudian guru memberikan penguatan terkait materi yang

disampaikan pada hari ini tentang mengubah waktu dari notasi jam

24an menjadi jam 12an atau sebaliknya. Guru memberikan

Page 66: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

51

kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum

dipahami, tetapi siswa hanya terdiam. Karena tidak ada siswa yang

ingin bertanya, guru mengajak siswa menyimpulkan kegiatan

pembelajaran hari ini. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru

membagikan soal evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara

individu, dan terlihat dari hasil jawaban evaluasi masih banyak

siswa yang keliru dalam mengubah penulisan waktu dengan notasi

jam 24an dan jam 12an.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22

Oktober 2013. Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 09.30 –

10.40, sebelum memulai pembelajaran guru mengkondisikan kelas

agar siswa siap mengikuti pembelajaran dengan bertanya “apa

kabar semua?” dan siswa menjawab “Alhamdulillah, luar biasa,

Allahu Akbar”. Kemudian guru melakukan apersepsi untuk

mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan

hari ini dengan bertanya “berapa lama sih waktu istirahat kalian di

sekolah?”. Beberapa siswa terlihat mengacungkan tangan untuk

menjawab pertanyaan guru, tetapi hanya siswa yang itu-itu saja

yang berani menanggapi pertanyaan guru. Ketika guru memberikan

kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan guru,

mereka hanya terdiam dan menundukan kepala. Selanjutnya guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini.

Kegiatan selanjutnya guru membentuk siswa kedalam

beberapa kelompok diskusi dengan cara yang sama seperti

pertemuan sebelumnya, yaitu siswa berhitung dari angka dari 1

sampai 7 tetapi pada pertemuan ini dimulai dari siswa yang duduk

paling belakang sampai siswa yang duduk paling depan. Setelah

siswa berkumpul dengan teman satu kelompoknya guru

Page 67: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

52

membagikan LKS dan jam analog kepada setiap kelompok dan

menjelaskan tugas yang harus didiskusikan setiap kelompok, yaitu

menentukan kesetaraan waktu antar satuan jam, menit, dan detik,

menentukan waktu dalam bentuk ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam dengan

menggunakan jam analog. Selama siswa berdiskusi, guru

berkeliling memperhatikan kegiatan diskusi siswa dan memberikan

bimbingan siswa dalam meneyelesaikan masalah. Pada saat

kegiatan diskusi masih ada siswa yang tidak berpartisipasi dalam

kelompoknya dan bercanda mengganggu kelompok lain.

Setelah selesai berdiskusi guru bertanya adakah kelompok

yang berani mempresentasikan hasil diskusinya tanpa harus

ditunjuk guru. Dari tujuh kelompok diskusi, dua kelompok

mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya tanpa

ditunjuk guru, sedangkan kelompok lain masih belum berani

mengajukan diri. Diantara dua kelompok yang mempresentasikan

hasil diskusinya guru memberikaan kesempatan kepada siswa dari

kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi

yang disampaikan, tetapi hanya sedikit siswa yang berani bertanya,

menanggapi atau mengungkapkan pendapatnya mengenai hasil

diskusi yang dipresentasikan di depan kelas. Kemudian guru

meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan kepada

kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusinya di depan

kelas juga pada siswa yang berani bertanya atau menanggapi hasil

presentasi.

Selanjutnya guru memberikan penjelasan mengenai kesetaraan

waktu dan menunjukan waktu dalam bentuk ¼ jam, ½ jam, dan ¾

jam dengan jam analog. Terlihat beberapa siswa masih bingung

dengan bentuk waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam dan kembali

bertanya guru, pertanyaan tersebut tidak langsung guru jawab

tetapi guru tanyakan kembali kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan temannya. Karena tidak ada siswa yang berani

Page 68: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

53

menjawab pertanyaan temannya, maka guru menunjuk siswa yang

dianggap sudah mengerti untuk menjelaskan kembali di depan

kelas. Siswa tersebut memberikan penjelasan dengan

menggambarkan jam yang menunjukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan

¾ jam di papan tulis.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25

Oktober 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. Kegiatan pembelajaran

diawali dengan melakukan apersepsi terkait materi yang

disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan

materi yang akan disampaikan hari ini. Guru pun menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini. Kemudian guru

bertanya kepada siswa “apabila Danar pulang sekolah pukul 13.00

dan satu jam kemudian Danar tidur siang, pukul berapakah Danar

tidur siang?” kebanyakn siswa menjawab secara bersamaan, tetapi

guru meminta siswa yang berani menjawab untuk mengacungkan

tangan. Pada pertemuan ini siswa terlihat sudah aktif dan berani

untuk menjawab pertanyaan guru, kemudian guru menunjuk secara

acak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjelaskan

jawabannya di papan tulis. Setelah beberapa pertanyaan guru

sampaikan dan dijawab oleh siswa dengan caranya masing-masing,

guru memberikan penjelasan tentang konsep penjumlahan dan

pengurangan satuan waktu dengan menggunakan jam analog dan

jam digital.

Selanjutnya guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok

diskusi kemudian membagikan lembar kerja kelompok siswa dan

menugaskan siswa untuk mendiskusikan penyelesaian masalah

yang ada pada lembar kerja yang dibagikan. Selama kegiatan

diskusi berlangsung, guru berkeliling memperhatikan proses

diskusi dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang

Page 69: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

54

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang ada pada

lembar kerja. Beberapa kelompok terlihat kurang bekerja sama

dalam kelompok, karena hanya dua atau tiga orang yang berdiskusi

sedangkan anggota lainnya bercanda atau malah mengobrol dengan

anggota kelompok lain.

Setelah selesai berdiskusi, guru bertanya kelompok berapa

yang mau mempresentasikan hasil diskusinya. Tanpa bertanya dua

kali, beberapa kelompok mengajukan diri untuk mempresentasikan

hasil diskusinya. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok

lain yang belum mempresentasikan hasil diskusinya untuk

menanggapi hasil diskusi yang disampaikan di depan. Pada

pertemuan keempat ini terlihat beberapa siswa yang sebelumnya

tidak pernah bertanya atau menanggapi hasil diskusi mulai

mengacungkan tangan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya.

Setelah kegiatan presentasi hasil diskusi selesai, guru

mengarahkan siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

hasil penyelesaian masalah untuk memperoleh jawaban yang benar

dan bersama siswa menarik kesimpulan tentang penyelesaian

masalah yang ada pada lembar kerja. Selanjutnya guru melakukan

konfirmasi dengan memberikan penguatan tentang konsep

penjumlahan dan pengurangan satuan waktu dan bertanya jawab

dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami.

5) Pertemuan Kelima

Pada pertemuan kelima diadakan tes akhir siklus I yang

dilaksanakan pada hari Sabtu 26 Oktober 2013. Materi yang

diujikan pada tes akhir siklus I ini adalah tentang pembagian

waktu, notasi jam 24an dan 12an, kesetaraan waktu dan operasi

hitung satuan waktu. Pada pertemuan sebelumnya siswa telah

diberitahu bahwa hari ini akan dilakukan tes akhir siklus I, maka

ketika guru memasuki kelas siswa terlihat masih mempelajari

Page 70: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

55

materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru mengkondisikan kelas dengan

bertanya “apa kalian sudah siap?” ada siswa yang menjawab sudah

siap namun ada siswa yang menjawab belum siap. Guru pun

meminta siswa untuk menyimpan semua catatan dan bukunya di

dalam tas dan mulai membagikan soal tes akhir siklus kepada

siswa. Tes akhir siklus I dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul

09.30. Kegiatan tes akhir siklus I berjalan lancar walaupun masih

ada beberapa siswa yang terlihat bertanya kepada teman sebangku

atau teman dibelakangnya, guru pun mengingatkannya untuk

mengerjakan tes secara mandiri tanpa harus bertanya kepada

temannya.

Gambar 4.2

Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I

c. Tahap Observasi

Tahap kegiatan observasi dilakukan selama proses pelaksanaan

tindakan oleh Ibu Itar selaku guru kelas VA yang bertindak sebagai

observer dalam penelitian ini. Kegiatan observasi dilakukan

dengan menggunakan lembar instrumen observasi aktivitas belajar

siswa dan lembar aktivitas mengajar guru yang terdiri dari 13 butir

pada setiap lembar instrumen. Data hasil observasi aktivitas

belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel

4.1 dan tabel 4.2.

Page 71: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

56

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Dengan Menggunakan

Model PMRI Siklus I

No Indikator/Aspek yang

dinilai

Skor

Jumlah

Rata-

rata

(%)

Pert

1

Pert

2

Pert

3

Pert

4

1 Menanggapi pertanyaan

yang diajukan guru 2 3 3 4 12 75

2

Menggunakan model

matematika dalam

menyelesaiakan masalah

kontekstual yang diberikan

guru

3 3 3 3 12 75

3

Mendiskusikan masalah

yang diajukan untuk

menemukan

penyelesaiannya dengan

teman satu kelompok

3 3 4 4 14 87.5

4 Bekerja sama dengan teman

satu kelompok 3 4 4 3 14 87.5

5 Antusias mengikuti proses

pembelajaran 3 3 4 4 14 87.5

6 Bertanya pada saat proses

pembelajaran 1 1 2 2 6 37.5

7 Menanggapi pertanyaan

dari siswa lain 1 1 2 2 6 37.5

8 Berani mengungkapkan

pendapat 1 1 2 2 6 37.5

9 Mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas 2 2 3 3 10 62.5

10 Menanggapi hasil presentasi

kelompok lain 2 2 2 2 8 50

11 Memperhatikan penjelasan

guru 3 3 3 4 13 81.25

12

Bersama guru

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari

3 3 4 4 14 87.5

13 Mengerjakan tugas/latihan

yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

Jumlah 20 32 39 40 141

Rata-rata (%) 57.7 61.5 75 76.9

Rata-rata Keseluruhan 67.8%

Tabel 4.2

Page 72: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

57

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Dengan Model

PMRI Siklus I

No Indikator/Aspek yang dinilai

Skor

Jumlah

Rata-

rata

(%)

Pert

1

Pert

2

Pert

3

Pert

4

1 Melakukan apersepsi 2 3 3 4 11 68.75

2

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak

dicapai

3 2 3 3 11 68.75

3

Mengajukan masalah

kontekstual untuk mengawali

pembelajaran

2 3 3 3 11 68.75

4

Mengarahkan siswa untuk

menyelesaikan masalah

kontekstual dengan

menggunakan model-model

matematika

2 3 3 3 11 68.75

5

Memfasilitasi siswa untuk

membandingkan dan

mendiskusikan penyelesaian

masalah yang ditemukan

3 3 3 4 13 81.25

6 Melaksanakan pembelajaran

yang mengaktifkan siswa 3 3 3 3 12 75

7 Memfasilitasi adanya interaksi

antara siswa dengan siswa 3 3 2 3 11 68.75

8 Memfasilitasi adanya interaksi

antara siswa dengan guru 3 3 2 3 11 68.75

9 Memotivasi siswa untuk

bertanya 2 2 2 2 8 50

10

Menggunakan media/alat

peraga yang menunjang proses

pembelajaran

3 2 3 3 11 68.75

11

Melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media

pembelajaran

3 3 3 3 12 75

12 Melakukan refleksi kegiatan

pembelajaran bersama siswa 3 3 4 4 14 87.5

13

Melakukan penilaian sesuai

dengan kompetensi yang

hendak dicapai

2 3 3 3 11 68.75

Jumlah 35 35 37 40 147

Rata-rata (%) 67.3 67.3 71.2 76.9

Rata-rata Keseluruhan 70.7%

Page 73: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

58

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran matematika belum optimal, masih terdapat

beberapa kekurangan yaitu siswa masih belum aktif untuk

bertanya, menanggapi pertanyaan siswa lain dan mengungkapkan

pendapatnya. Hal ini terlihat dari presentasenya sebesar 37.5%.

selain itu siswa masih belum terbiasa untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok di depan kelas sehingga saat diminta

mempresentasikan hasil diskusinya di depa kelas siswa masih

malu-malu.

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada proses

pembelajaran matematika pada siklus I sudah cukup baik, hal ini

dapat dilihat dari persentase setiap itemnya. Tetapi masih terdapat

beberapa item yang menujukan aktivitas mengajar guru dikelas

masih rendah, yaitu guru kurang mampu memberikan motivasi

kepada siswa untuk bertanya sehingga berakibat pada kurangnya

aktivitas siswa untuk bertanya, menanggapi pertanyaan, ataupun

mengemukakan pendapat.

Adapun hasil tes belajar akhir siklus I tentang materi waktu dengan

menggunakan model PMRI adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Belajar Siswa Dengan Model PMRI Siklus I

Nilai tertinggi 97

Nilai terendah 50

Rata-rata nilai siswa 68

Jumlah siswa yang tuntas 67.6%

Jumlah siswa yang belum tuntas 32.4%

Dari tabel diatas menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih

rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat pada tabel dari 37

siswa hanya 25 siswa yang mencapai KKM atau mencapai 67.6%

dan 12 siswa lainnya belum mencapai KKM atau mencapai 32.4%.

Sedangkan hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah 80%

Page 74: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

59

siswa mencapai nilai KKM yaitu 65 pada tes akhir siklus. Hal ini

menunjukan bahwa penelitian pada siklus I belum memenuhi

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelas data

hasil tes akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran 15.

d. Tahap Refleksi

Tahapan refleksi dilakukan setelah melewati tahap pelaksanaan

tindakan dan tahap observasi. Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk

mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I sudah

mencapai keberhasilannya atau belum, selain itu hasil kegiatan

refleksi dapat dijadikan acuan peneliti dalam merancang

perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya untuk meningkatkan

hasil yang diharapkan dan tidak mengulang kesalahan yang sama

pada siklus sebelumnya. Selanjutnya peneliti bersama observer

melakukan refleksi dengan menggunakan data-data yang telah

diperoleh selama proses pembelajaran.

Setelah peneliti dan observer berdiskusi dengan menggunakan

data-data yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan tindakan dan

observasi, diketahui 32.4% siswa belum mencapai KKM dan

67.6% siswa lainnya sudah mencapai KKM. Artinya 32.4% atau

sebanyak 12 siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang sudah

ditetapkan yaitu KKM sebesar 65, sedangkan 67.6% atau 25 siswa

lainnya sudah mencapai ketuntasan belajar sesuai yang diharapkan.

Tetapi indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan pada

penelitian ini adalah 80% siswa mencapai nilai KKM, namun

hanya 67.6% siswa yang mencapai KKM berdasarkan hasil tes

akhir siklus I.

Selain itu berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa

dan aktivitas mengajar guru masih terlihat adanya kekurangan.

Dalam proses pembelajaran pada siklus I siswa masih belum berani

untuk bertanya, mengungkapkan pendapatnya, dan menanggapi

Page 75: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

60

pertanyaan atau hasil presentasi dari kelompok lain. Hal ini terlihat

dari persentase ketiga aktivitas tersebut hanya mencapai 37.5%.

Pada aktivitas guru terlihat guru kurang memotvasi siswa untuk

bertanya segingga menyebabkan siswa pasif dalam mengajukan

pertanyaan. Adapun hasil refleksi siklus I dapat dilihat pada tabel

4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Refleksi Siklus I

No Kekurangan Solusi

1 Siswa masih belum berani

bertanya pada saat proses

pembelajaran

Guru memberikan reward berupa

tambahan poin atau hadiah lainnya

kepada siswa yang berani bertanya,

menanggapi pertanyaan atau

mengungkapkan pendapatnya 2 Siswa belum aktif dalam

menanggapi pertanyaan yang

diajukan oleh siswa lainnya

3 Siswa belum berani

mengungkapkan pendapatnya

saat proses pembelajaran

4 Siswa belum aktif menanggapi

hasil presentasi yang

disampaikan kelompok lain

Guru melakukan pengaturan giliran

untuk kelompok yang bertanya atau

menanggapi hasil presentasi kelompok

lain

5 Guru kurang memberikan

motivasi kepada siswa untuk

berani bertanya selama proses

pembelajaran

Guru memotivasi siswa untuk berani

bertanya tanpa merasa takut salah dan

memberikan reward kepada siswa

yang berani bertanya

6 Rata-rata nilai siswa sebesar 68

Penyampaian materi dilakukan

secara perlahan dengan menggunakan

masalah-masalah kontekstual yang

dekat dengan kehidupan siswa sehari-

hari dan memanfaatkan media/alat

belajar yang ada disekitar siswa;

Guru membimbing siswa

melakukan kegiatan pengamatan

secara langsung;

Membentuk kelompok belajar yang

heterogen dengan menggabungkan

siswa yang pandai dengan siswa yang

kurang pandai agar terjadi proses peer

teaching dalam kegiatan diskusi dan

memotivasi siswa agar terlibat aktif

dalam setiap kegiatan diskusi

7

67.6% siswa atau 25 orang siswa

mencapai KKM

8 32.4% siswa atau 12 orang

siswa belum mencapai KKM

Page 76: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

61

Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa penelitian

pada siklus I belum berhasil karena belum memenuhi indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan dan masih terdapat kekurangan

serta hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pelaksanaan

tindakan. Oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan pada siklus II

dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana yang telah

dipaparkan di atas.

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan selama empat kali pertemuan

pembelajaran yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 2013 sampai 8

November 2013 dan diakhiri pada tanggal 9 November 2013 dengan

memberikan ujian akhir siklus II kepada siswa. Dalam pelaksanaan

siklus II kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksankan kegiatan penelitian, terlebih dahulu

peneliti membuat perencanaan tindakan dengan mengacu pada

hasil refleksi pada siklus I. Perencanaan tindakan ini meliputi : 1)

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran

matematika dengan menentukan materi jarak dan kecepatan

sebagai fokus pembelajaran dan penekanan langkah-langkah

pembelajaran sesuai dengan model PMRI; 2) menyiapkan bahan

ajar dan lembar kerja siswa serta media/alat yang dapat menunjang

proses pembelajaran; 3) menyusun instrumen observasi aktivitas

belajar siswa dan aktivitas mengajar guru sebagai pedoman

observer dan peneliti dalam melakukan kegiatan pengamatan

selama proses pembelajaran: 4) menyiapkan kamera untuk

mendokumentasikan kegiatan yang terjadi selama proses

pembelajaran.

Page 77: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

62

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pertemuan keenam

Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Selasa 29 Oktober

2013 dimulai pukul 09.30 – 10.40. Kegiatan pembelajaran diawali

mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti kegiatan

pembelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

mereview materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan

sebelumnya dan melakukan tanya jawab untuk mengetahui

kemampuan awal siswa terkait materi yang akan disampaikan hari

ini. Pada pertemuan ini terlihat siswa mulai berani menanggapi

pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini.

Sebelum memasuki kegiatan inti pada pembelajaran hari ini,

guru membagi siswa menjadi delapan kelompok diskusi secara

acak dengan menggabungkan siswa yang pandai dengan siswa

yang kurang pandai. Setelah siswa berkumpul dengan anggota

kelompoknya, guru membagikan lembar kerja dengan daftar

beberapa benda yang harus di ukur oleh siswa menggunakan

penggaris. Guru menginstruksikan siswa untuk membagi tugas

dengan anggota kelompok lainnya. Setelah memahami penjelasan

tugas yang disampaikan guru dan membagi tugas dengan anggota

kelompoknya, siswa mulai mengukur panjang benda-benda yang

ada di sekita kelas seperti papan tulis, meja, lemari, spidol dan

lainnya. Sementara siswa melakukan pengamatan dan pengukuran

benda-benda guru memperhatikan kegiatan siswa dan terlihat

semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan ini.

Page 78: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

63

Gambar 4.3

Siswa Melakukan Pengukuran Panjang Benda

Setelah selesai melakukan pengukuran dan siswa kembali

berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru

mendemonstrasikan cara konversi satuan panjang dengan

menggunakan pita sepanjang ½ meter dan diubah kedalam satuan

centimeter dengan menggunakan potongan pita sepanjang 1 cm.

Guru menempelkan potongan pita 1 cm dibawah pita sepanjang ½

meter hingga sama panjang. Dapat dilihat oleh siswa bahwa pita

dengan panjang ½ meter sama dengan 50 pita dengan panjang 1

cm, jadi ½ meter artinya sama dengan 50 cm. dari contoh konversi

tersebut, guru mengingatkan siswa dengan model tangga satuan

panjang yang telah dipelajari siswa pada kelas IV dan

menghubungakan contoh konversi yang disampaikan guru dengan

model tangga satuan panjang. Setelah dirasa cukup penjelasan

yang diberikan, guru meminta siswa mengkonversi panjang benda

yang telah mereka ukur sesuai dengan yang ada pada LKS.

Dalam menyelesaikan soal konversi satuan panjang siswa

terlihat masih mengalami kebingungan dan mulai bertanya kepada

guru. Guru pun menghampiri setiap kelompok untuk memberikan

bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan masalah konversi

satuan panjang. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru memanggil

Page 79: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

64

kelompok secara acak untuk mempresntasikan hasil diskusinya

dan tanpa saling tunjuk atau malu-malu siswa perkelompok maju

ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Gambar 4.4

Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dengan

Menggunakan Tangga Satuan Panjang

Dari hasil presentasi yang disampaikan setiap kelompok masih

terdapat beberapa perdedaan jawaban terutama pada soal

pengukuran panjang benda. Kemudian guru dengan bantuan siswa

mengukur kembali benda-benda yang ada pada daftar untuk

memperoleh hasil yang tepat dan kembali memberikan penjelasan

mengenai cara konversi satuan panjang dan operasi hitung satuan

panjang.

Setelah memberikan penguatan terkait materi yang telah

disampaikan, guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa

yang masih belum mengerti. Banyak siswa yang mengacungkan

tangan ingin bertanya, karena pada awal pertemuan guru

menyampaikan akan memberikan reward bagi siswa yang berani

bertanya atau menanggapi pertanyaan temannya. Selesai kegiatan

tanya-jawab, guru mengajak siswa menyimpulkan kegiatan

Page 80: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

65

pembelajaran hari ini dan mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan salam.

2) Pertemuan Ketujuh

Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 1

November 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. guru mengawali

pembelajaran dengan mengkondisikan kelas agar siap mengikuti

kegiatan pembelajaran, dilanjutkan dengan melakukan apersepsi

dan penyampaian tujuan pembelajran yang akan dicapai hari ini.

Pembentukan kelompok diskusi pada pertemuan ini guru

meminta siswa menyebutkan kata “tak tik tuk dang ding dung der

dut” setiap siswa menyebutkan satu suku kata. Kemudian siswa

diminta berkumpul dengan siswa lain yang menyebutkan kata

yang sama. Setelah berkumpul dengan anggota kelompoknya guru

membagikan lembar kerja dan bola kepada setiap siswa kemudian

menjelaskan tugas yang harus dilakukan setiap kelompok, yaitu

menghitung kecepatan bola yang menggelinding di atas meja.

Kemudian guru bertanya “apa saja yang perlu kita ketahui untuk

menghitung kecepatan bola tersebut?” kebanyakan siswa hanya

diam karena belum mengetahui konsep kecepatan, tetapi ada

beberapa siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan tepat.

Selanjutnya guru memberikan penjelasan tahapan yang harus

dilakukan setiap kelompok untuk menghitung kecepatan bola

tersebut. Setelah memahami penjelasan guru, siswa mulai bekerja

sama dengan anggota kelompoknya untuk menghitung kecepatan

bola.

Sementara itu guru berkeliling untuk membantu siswa

menghitung waktu bola menggelinding dari ujung kanan sampai

ujung kiri meja. Setelah data yang dibutuhkan diperoleh guru

meminta siswa menghitung kecepatan bola tersebut dan berdiskusi

Page 81: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

66

untuk membuat diagram hubungan antara waktu, jarak dan

kecepatan.

Selanjutnya guru memberikan penjelasan tentang operasi

hitung satuan kecepatan dan menugaskan siswa dengan kelompok

yang sama untuk menyelesaikan soal tentang operasi hitung satuan

panjang. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta kelompok yang

selesai pertama untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan

kelas dan dilanjutkan dengan kelompok lainnya.

Kemudian guru memberikan kesempatan bertanya kepada

siswa dan siswa terlihat semakin aktif dan berani untuk

mengajukan pertanyaan ataupun menanggapi pertanyaan dari

temannya dengan adanya motivasi pemberian reward dari guru.

kegiatan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan hasil

kegiatan pembelajaran hari ini kemudian menutup kegiatan

pembelajaran dengan doa.

3) Pertemuan Kedelapan

Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2

November 2013 dimulai pukul 08.00 – 09.10. Guru mengawali

pembelajaran dengan mengkondiskan kelas agar siswa siap

mengikuti kegiatan pembelejaran dan dilanjutkan dengan

melakukan apersesi dengan mengajukan pertanyaan “siapa yang

ingat apa yang kita pelajari kemarin?” beberapa siswa menjawab

dengan berbagai macam jawaban bahkan ada siswa yang

mendeskripsikan kegiatan pembelajaran kemarin namun ada juga

siswa yang menjawab secara singkat padat dan jelas. Selanjutnya

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari

ini.

Kemudian guru meminta siswa berhitung dari satu sampai

tujuh dimulai dari siswa yang duduk paling depan dan diakhiri

siswa yang duduk paling belakang untuk membentuk kelompok

Page 82: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

67

diskusi. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menguji konsentarsi

siswa. Setelah siswa selesai berhitung dan berkumpul bersama

siswa lain yang menyebutkan angka yang sama, guru membagikan

lembar kerja dan menjelaskan kegiatan pengamatan yang akan

siswa lakukan pada pertemuan ini.

Kegiatan lomba lari pada pertemuan ini dimaksudkan agar

siswa memahami konsep jarak dan kecepatan berdasarkan apa

yang ia alami sendiri. Selanjutnya guru meminta pelari pertama

dari setiap kelompok untuk bersiap di garis start, dan siswa yang

bertugas mengukur waktu bersiap di garis finish. Pada hitungan

ketiga pelari pertama mulai berlari menuju garis finish dengan

jarak yang sama. Setelah pelari pertama sampai digaris finish guru

bertanya kepada siswa yang bertugsa mengukur waktu berapa

waktu yang di peroleh oleh setiap pelari dan menugaskan siswa

lain untuk untuk mncatat hasil perolehan waktunya.

Kemudian lomba lari dilanjutkan dengan pelari kedua, pelari

kedua diminta berlari selama 3 detik dan siswa yang bertugas

mengukur jarak linatasan mengukur berapa jarak pelari kedua dari

garis start smpe titik berhentinya ketika telah berlari selama 3 detik

kemudian mencatatnya pada LKS yang diberikan guru. Setelah

menyelesaikan kegiatan lomba lari dan mnelengkapi catatan, guru

membimbing siswa untuk kembali ke dalam kelas.

Gambar 4.5

Siswa Melengkapi Catatan Lomba Lari

Page 83: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

68

Selanjutnya siswa setiap kelompok diminta menuliskan waktu

dan jarak yang di tempuh oleh pelari pertama dan kedua pada tabel

yang ada dipapan tulis. Kemudian guru meminta siswa berdiskusi

dengan anggota kelompoknya untuk menentukan pemenang pada

lomba lari pertama dan kedua berdasarkan perolehan waktu dan

jarak yang di tempuh dan memberikan alasannya dengan membuat

hubungan antara waktu, jarak, dan kecepatan. Guru memfasilitasi

kegiatan diskusi siswa dengan berkeliling dan memberikan

bantuan dan arahan-arahan dalam menyelesaikan masalah yang

ada.

Setelah siswa selesai berdiskusi guru menunjuk secara acak

kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya. Terlihat

adanya perbedaan-perbedaan hasil diskusi yang disampaikan pada

kegiatan presentasi, ada beberapa kelompok yang sudah

memahami hubungan waktu, jarak, dan kecepatan namun masih

ada kelompok yang belum memahaminya. Oleh karena itu, setelah

semua kelomok mempresentasikan hasil diskusinya guru

membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah yang

tepat dan memberikan penjelasan tentang hubungan waktu, jarak,

dan kecepatan.

Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk

bertanya dengan memberikan reward kepada siswa yang berani

bertanya, banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk pura-

pura bertanya agar mendapatkan reward tersebut, tetapi guru

hanya memberikan reward kepada siswa yang benar-benar

mengajukan pertanyaan mengenai hal yang belum dipahaminya

dari kegiatan yang telah dilakukan hari ini. Sebelum mengakhiri

kegiatan pembelajaran guru memberikan penguatan terkait konsep

jarak dan kecepatan dan bersama siswa menyimpulkan kegiatan

pembelajaran hari ini.

Page 84: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

69

4) Pertemuan Kesembilan

Pertemuan kesembilan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8

November 2013 dimulai pukul 10.00 – 11.10. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa untuk siap

mengikuti kegiatan pembelajara, kemudian guru melakukan

apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait materi yangtelah

disampaikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan

dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran hari ini.

Siswa meminta guru untuk membentuk kelompok dengan

menyebutkan kata-kata “tak tik tuk dang ding dung der dut”,

kemudian setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya

yang menyebutkan kata yang sama guru membagikan lembar kerja

dan menjelaskan tugas yang harus didiskusikan siswa. Pada

pertemuan ini guru membacakan cerita tentang si kelinci sombong

dan kura-kura dan dari cerita itu setiap kelompok diminta untuk

menemukan penyelesaian masalah dari pertanyaan-pertanyaan

yang ada pada LKS. Kemudian guru membacakan cerita dan siswa

menyimak cerita guru sambil sesekali tertawa kareana gerak dan

mimik yang ditimbulkan guru dalam membaca cerita. Setelah

membacakan cerita sebanyak dua kali, guru menugaskan siswa

untuk mulai berdiskusi menentukan penyelasaian masalah. Selama

proses diskusi guru berkeliling dan mengarahkan siswa untuk

menggunakan model matematika seperti diagram hubungan

kecepatan yang kemarin telah di pelajari.

Page 85: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

70

Gambar 4.6

Siswa Berdiskusi Menemukan Penyelesaian Masalah

Setelah selesai secara acak guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dari hasil

presentasi yang disampaikan setiap kelompok, terlihat siswa lebih

mudah memahami konsep jarak, waktu dan kecepatan dengan

diagram hubungan yang telah disepakati bersama pada pertemuan

sebelumnya. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil

diskusinya dengan caranya masing-masing, guru membimbing

siswa untuk menentukan jawaban yang tepat dari permasalahan

tersebut.

Selanjutnya guru memberikan penguatan terkait materi yang

telah disampaikan pada pertemuan hari ini, dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal yang belum

dipahaminya. Pertanyaan yang diajukan siswa tidak langsung

dijawab oleh guru, tetapi guru lemparkan lagi kepada siswa

lainnya untuk menanggapi pertanyaan yang disampaikan

temannya.

Kegiatan pembelajaran berakhir tepat ketika bel pulang

sekolah berbunyi. Guru mengingatkan lagi pesan moral yang

terdapat pada cerita si kelinci sombong dan kura-kura, dan

memberitahu siswa bahwa pertemuan besok akan diadakan tes

Page 86: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

71

akhir yang kedua maka siswa diminta untuk mempelajari kembali

materi yang telah disampaikann. Kemudian kegiatan pembelajaran

ditutup dengan doa.

5) Pertemuan Kesepuluh

Pada pertemuan kesepuluh diadakan tes akhir siklus II yang

dilaksanakan pada hari Sabtu 9 November 2013. Materi yang

diujikan pada tes akhir siklus II ini adalah tentang jarak dan

kecepatan. Pada pertemuan sebelumnya siswa telah diberitahu

bahwa hari ini akan dilakukan tes akhir siklus II, maka ketika guru

memasuki kelas siswa terlihat masih mempelajari materi-materi

yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian

guru mengkondisikan kelas dengan bertanya “apa kalian sudah

siap?” beberapa siswa menjawab sudah siap namun beberapa

siswa lain yang menjawab belum siap. Guru pun meminta siswa

untuk menyimpan semua catatan dan bukunya di dalam tas dan

mulai membagikan soal tes akhir siklus kepada siswa. Tes akhir

siklus II dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 09.30. Kegiatan

tes akhir siklus II berjalan lancar dan terlihat siswa lebih percaya

diri mengerjakan soal-soal yang diberikan guru secara mandiri

dibandingkan dengan pada saat tes akhir siklus I.

c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Itar selaku observer

selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas

mengajar guru. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan

aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Page 87: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

72

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model

PMRI Siklus II

No Indikator/Aspek yang

dinilai

Skor

Jumlah

Rata-

rata

(%) Pert

1

Pert

2

Pert

3

Pert

4

1 Menanggapi pertanyaan

yang diajukan guru 3 4 3 3 13 81.25

2

Menggunakan model

matematika dalam

menyelesaiakan masalah

kontekstual yang diberikan

guru

3 3 3 3 12 75

3

Mendiskusikan masalah

yang diajukan untuk

menemukan

penyelesaiannya dengan

teman satu kelompok

4 3 4 3 14 87.5

4 Bekerja sama dengan teman

satu kelompok 4 3 4 4 15 93.75

5 Antusias mengikuti proses

pembelajaran 4 4 4 3 15 93.75

6 Bertanya pada saat proses

pembelajaran 3 3 3 3 12 75

7 Menanggapi pertanyaan dari

siswa lain 3 3 3 3 12 75

8 Berani mengungkapkan

pendapat 3 3 3 3 12 75

9 Mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas 4 4 3 4 15 93.75

10 Menanggapi hasil presentasi

kelompok lain 3 3 3 3 12 75

11 Memperhatikan penjelasan

guru 3 3 4 3 13 81.25

12

Bersama guru

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari

3 4 4 4 15 93.75

13 Mengerjakan tugas/latihan

yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

Jumlah 42 42 44 44 172

Rata-rata (%) 80.8 80.8 84.6 84.6

Rata-rata Keseluruhan 82.7%

Page 88: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

73

Tabel 4.6

Hasil Obesrvasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Model

PMRI Siklus II

No Indikator/Aspek yang dinilai

Skor

Jumlah

Rata-

rata

(%) Pert

1

Pert

2

Pert

3

Pert

4

1 Melakukan apersepsi 3 3 3 4 13 81.25

2

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak

dicapai

3 3 3 3 12 75

3

Mengajukan masalah

kontekstual untuk mengawali

pembelajaran

3 4 3 4 14 87.5

4

Mengarahkan siswa untuk

menyelesaikan masalah

kontekstual dengan

menggunakan model-model

matematika

3 3 4 4 14 87.5

5

Memfasilitasi siswa untuk

membandingkan dan

mendiskusikan penyelesaian

masalah yang ditemukan

3 4 3 3 13 81.25

6 Melaksanakan pembelajaran

yang mengaktifkan siswa 4 4 4 3 15 93.75

7 Memfasilitasi adanya interaksi

antara siswa dengan siswa 4 4 3 4 15 93.75

8 Memfasilitasi adanya interaksi

antara siswa dengan guru 3 3 4 4 14 87.5

9 Memotivasi siswa untuk

bertanya 3 3 3 3 12 75

10

Menggunakan media/alat

peraga yang menunjang proses

pembelajaran

3 3 4 3 13 81.25

11

Melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media

pembelajaran

4 4 4 3 15 93.75

12 Melakukan refleksi kegiatan

pembelajaran bersama siswa 3 3 3 3 12 75

13

Melakukan penilaian sesuai

dengan kompetensi yang

hendak dicapai

3 3 3 4 13 81.25

Jumlah 42 44 44 45 175

Rata-rata (%) 80.8 84.6 84.6 86.5

Rata-rata Keseluruhan 84.1 %

Page 89: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

74

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa pada proses pelaksanaan tindakan

siklus II siswa sudah mengalami peningkatan dalam aktivitas

belajar siswa. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil observasi

aktivitas belajar siswa pada siklus II, antara lain:

1. Siswa semakin bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran

matematika dengan menggunakan model PMRI karena siswa

terlibat langsung dalam menemukan konsep suatu materi dengan

memanfaatkan media/alat belajar yang ada disekitar mereka;

2. Hampir semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok karena mereka merasa termotivasi dan tertantang

untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, terlebih dengan

guru membentuk kelompok diskusi yang menggabungkan siswa

yang pandai dan siswa yang kurang pandai;

3. Siswa semakin berani untuk bertanya, mengungkapkan

pendapat, dan menanggappi pertanyaan atau hasil diskusi

kelompok lain dengan adanya pemberian reward;

4. Siswa terbiasa dengan kegiatan mempresentasikan hasil diskusi

kelompok, tanpa harus ditunjuk oleh guru setiap kelompok

mengajukan diri untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya

terlebih dahulu.

Berdasarkan tabel 4.6 aktivitas mengajar guru mengalami

peningkatan yang optimal. Guru semakin baik dalam menciptakan

suasana belajar yan mengaktifkan siswa, selain itu terdapat

peningkatan pada kegiatan guru memotivsi siswa untuk bertanya

yang mengakibatkan adanya peningkatan pada aktivitas bertanya

siswa.

Page 90: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

75

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tes akhir siklus II yang

dilakukan setelah pemberian tindakan pada siswa mengenai materi

jarak dan kecepatan dengan menggunakan model PMRI. Adapun hasil

tes akhir siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Belajar Siswa Dengan Model PMRI Siklus II

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 55.5

Rata-rata nilai siswa 73

Jumlah siswa yang tuntas 83.8%

Jumlah siswa yang belum tuntas 16.2%

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan hasil

belajar siswa. Rata-rata nilai siswa pada tes akhir siklus II

mencapai 73 sedangkan pada tes akhir siklus I hanya mencapai 68.

Selain itu adanya peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM,

pada tes akhir siklus II dari 37 siswa sebanyak 31 siswa yang

mencapai nilai KKM atau mencapai 83.8% dan hanya 6 siswa yang

belum mencapai KKM atau mencapai 16.2%. Hal ini menunjukan

bahwa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan sebelumnya, yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM.

Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa pada siklus II dapat

dilihat pada lampiran 16.

Page 91: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

76

d. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan

yang dilakukan pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan

penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari hasil refleksi yang diperoleh menunjukan adanya perbaikan

dan peningkatan hasil pada siklus II. Hal ini terlihat dari adanya

peningkatan pada aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru

serta peningakatn hasil belajar siswa pada tes akhir siklus II yang telah

mencapai target indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil refleksi, penelitian pada siklus II dikatakan sudah

berhasil karena sudah memenuhi dua indikator keberhasilan tindakan

yang telah ditetapkan, yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM dan

adanya peningakatn aktivitas belajar siswa, maka pemberian tindakan

pada penelitian diakhiri pada siklus II. Berdasarkan diskusi peneliti

dengan observer dengan memperhatikan data-data yang telah

diperoleh maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 92: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

77

Tabel 4.8

Hasil Refleksi Siklus II

No Hasil Refleksi Siklus II

1 Guru mampu menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan siswa

dengan memanfaatkan media/alat belajar yang ada di sekitar siswa

dan melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan konsep

materi yang akan dipelari

2 Penggunakaan masalah kontekstual yang ada pada keseharian siswa

mampu memotivasi san membuat siswa merasa tertantang untuk

menemukan penyelesaiannya.

3 Kegiatan diskusi yang dilakukan pada setiap pertemuan dapat

memotivasi siswa untuk bekerja sama dan terlibat secara aktif dalam

kelompoknya untuk menemukan penyelesaian dari masalah yang

diberikan guru

4 Penggunaan masalah dan model kontekstual yang diterapkan guru

pada pembelajaran matematika memudahkan siswa untuk memahami

materi yang disampaikan

5 Siswa terbiasa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di

depan kelas dan berdiskusi dengan kelompok lain untuk memperoleh

jawaban yang tepat dari permasalahan yang didiskusikan

6 Guru telah mampu memotivasi siswa untuk berani bertanya,

mengungkapkan pendapatnya, dan menanggapi pertanyaan dari siswa

lain ataupun hasil diskusi kelompok lain.

7 Dengan motivasi pemberian reward siswa menjadi lebih berani untuk

bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menanggapi pertanyaan dari

siswa lainnya

8 Rata-rata nilai siswa berdasarkan tes akhir siklus II sebesar 73

meningkat dari hasil tes akhir siklus I dengan rata-rata nilai siswa

sebesar 68

9 31 siswa mencapai nilai KKM pada tes akhir siklus II atau mencapai

83.8%

10 6 siswa belum mencapai nilai KKM pada tes akhir siklus II atau

mencapai 16.2%

Page 93: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

78

B. Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, data

tersebut berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa, hasil observasi

aktivitas mengajar guru, tes hasil belajar siswa, dan catatan lapangan

mengenai kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran.

Hasil data yang diperoleh dari pengumpulan data dengan teknik

observasi adalah sebagi berikut:

1. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada suklis I diperoleh rata-rata

persentase sebesar 67.8% sedangakan pada siklus II diperoleh rata-

rata persentase sebesar 82.7%. Hal ini menunjukan adanya

peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran

matematika dengan menggunakan model PMRI.

2. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I diperoleh rata-

rata persentase sebesar 70.7% dan pada siklus II diperoleh rata-rata

persentase sebesar 84.1%. Hal ini pun menunjukan adanya

peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu

meningakatkan aktivitas belajar siswa.

Sedangkan hasil data yang diperoleh dari pengumpulan data dengan

teknik tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. Perolehan nilai rata-rata siswa pada tes akhir siklus I sebesar 71.5 dan

pada tes akhir siklus II sebesar 75.6. Hal ini menunjukan adanya

peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan

menggunakan model PMRI.

2. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 70.3%

sedangkan pada siklus II mencapai 86.5%. Pada siklus I tingkat

ketuntasan belajar siswa belum mencapai target yang ditetapkan

peneliti, namun pada siklus II terjadi peningkatan tingkat ketuntasan

siswa hingga mencapai 86.5%.

Page 94: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

79

C. Interpretasi Hasil Analisis Data

Dari hasil analisis data yang dilakukan maka diperoleh informasi

bahwa pada pelaksanaan siklus I dari hasil observasi yang dilakukan

selama proses pembelajaran menunjukan hasil belajar dan aktivitas belajar

siswa masih rendah dan belum optimal. Namun terjadi peningkatan pada

hasil belajar dan aktivitas belajar siswa setelah dilakukan perbaikan-

perbaikan pada siklus II. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman bagi observer dalam

melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas

mengajar guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang

diperoleh dari lembar observasi digunakan peneliti dan observer

sebagai bahan untuk melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan

yang telah dilakukan dan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan

pada siklus selanjutnya. Hasil observasi yang diperoleh pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI

Data Siklus I Siklus II

Rata-rata Persentase

Aktivitas Belajar Siswa 67.8% 82.7%

Berdasarkan tabel 4.9 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa

dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pendidikan

matematika realistik Indonesia dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang

selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelas data peningkatan

persentase aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 21.

Page 95: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

80

Adapun persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II

disajikan dalam diagram berikut:

Gambar 4.7

Diagram Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI

Sedangkan hasil observasi aktivitas mengajar guru yang diperoleh

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Persentase Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI

Data Siklus I Siklus II

Rata-rata Persentase

Aktivitas Belajar Siswa 70.7% 84.1%

Berdasarkan tabel 4.10 terjadi peningkatan aktivitas mengajar guru

dari siklus I ke siklus II sebesar 13.5%. Hal ini menunjukan bahwa

guru mengalami perbaikan dalam menciptakan kegiatan pembelajaran

matematika dengan menerapkan model pendidikan matematika

Page 96: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

81

realistik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi Kelapadua Kab.

Tangerang. Untuk lebih jelas data peningkatan persentase aktivitas

mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 22. Adapun persentase

aktivitas mengajar guru pada siklus I dan siklus II disajikan dalam

diagram berikut:

Gambar 4.8

Diagram Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang

dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk

mengukur peningkatan hasil belajar matematika siswa yang berkaitan

materi waktu, jarak dan kecepatan. Adapun hasil belajar pada setiap tes

akhir siklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 97: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

82

Tabel 4.11

Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Data Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai Secara Klasikal 71.5 75.6

Persentase Ketuntasan Belajar 70.3% 86.5%

Dari tabel 4.8 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa

dari siklus I ke siklus II baik dari perolehan nilai rata-rata siswa

maupun tingkat ketuntasan belajarsiswa. Peningkatan peningkatan

persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah

sebesar 16.2%. Peningkatan hasil belajar ini menunjukan tercapainya

indikator keberhasilan tindakan yaitu 80% siswa mencapai nilai KKM

sebesar 65. Untuk lebih jelas data peningkatan hasil belajar siswa dari

siklus I ke siklus II dapat dilihat pada lampiran 23. Adapun persentase

ketuntasan belajar siswa tersaji dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 4.8

Diagram Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI

Page 98: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

83

D. Pembahasan

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pendidikan

metematika realistik Indonesia telah menunjukan hasil yang cukup efektif

dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika di kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang. Hal ini terlihat dari adanya

peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model

pendidikan matematika realistik Indonesia, karena dalam proses

pembelajaran siswa di bimbing untuk menemukan konsep tentang suatu

materi secara mandiri. Penemuan dan pembentukan konsep ini difasilitasi

dengan menggunakan permasalahan kontekstual yang ada disekitar dan

keseharian siswa dan penggunaan model matematika. Kegiatan diskusi

kelompok yang dilakukan dalam setiap pertemuan membuat siswa terbiasa

untuk bekerja sama dengan siswa lain, berani mengemukakan pendapat,

dan mendiskusikan suatu permasalahan untuk menemukan

penyelesaiannya. Selain itu siswa dituntut untuk berani mempresentasikan

hasil diskusi kelompok di depan siswa lainnya. Hal ini terbukti

berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan pada

siklus I mencapai 67.8% dan mengalami peningkatan pada siklus II

menjadi 82.7%

Sejalan dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan

model pendidikan matematika realistik Indonesia, hal serupa terjadi pada

tes hasil belajar siswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil tes akhir siklus I

diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 71.5 dan terjadi peningkatan pada

tes akhir siklus II dengan diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 75.6.

Selain peningakatn rata-rata nilai siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa

juga mengalami peningkatan sebesar 16.2%. Pada siklus I tingkat

ketuntatasn siswa mencapai 70.3% dan pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 86.5%. Begitu pula dilihat dari catatan lapangan yang

diperoleh selama proses pemberian tindakan dengan model pendidikan

matematika realistik Indonesia di kelas VA SDN Perumnas Buni

Page 99: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

84

Kelapadua Kab. Tangerang menunjukan adanya peningkatan aktivitas

belajar siswa

Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil observasi, tes

hasil belajar siswa, dan catatan lapangan bahwa penerapan model

pendidikan matematika realistik Indonesia dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab. Tangerang.

Page 100: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

85

Bab V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan, maka

penulis menyimpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar matematika siswa kelas VA SDN Perumnas Bumi

Kelapadua Kab.Tangerang dengan penerapan model PMRI menunjukan

adanya perubahan yang signifikan, terlihat adanya peningakatan

persentase aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15%.

Melalui penerapan model PMRI siswa diarahkan untuk berdiskusi dan

bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam menemukan

penyelesaian masalah kontektual yang diberikan dengan menggunakan

model-model matematika yang dibentuk oleh siswa. Hasil diskusi

kelompok siswa kemudian dipresentasikan dan dibandingkan dengan

kelompok lain untuk menemukan konsep matematika. Kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan model PMRI dapat meningkatkan

antusiasme siswa mengikuti pembelajaran matematika, siswa merasa

tertantang untuk menemukan penyelesaian masalah yang diberikan guru

sehingga siswa terlibat aktif dalam setiap aktivitas pembelajaran di

kelas.

2. Penerapan model PMRI dalam pembelajaran matematika dapat

meningakatkan hasil belajar matematika siswa kelas VA SDN

Perumnas Bumi Kelapadua Kab.Tangerang. Hal ini terlihat dari

peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 16.2% dengan

persentase ketuntasan siswa pada siklus I mencapai 70.3% dan siklus

II mencapai 86.5%.

Page 101: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

86

B. Saran

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilaksanakan, maka penelitian ini

dapat memberikan saran sebagai berikut :mudah dimengert siswa

1. Pembelajaran matematika dengan model PMRI cukup baik dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dengan demikian model PMRI

memiliki potensi yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran

matematika di SD

2. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut yang meneliti aspek daya

matematis lainnya dengan model PMRI seperti tentang koneksi

matematika, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah.

Page 102: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Pustaka Setia, 1997.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Fathani, Abdul Halim. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyajarta: Ar-Ruzz

Media, 2009.

Fauzi, Muhammad Amin. Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis

Kompetensi dan Berbasis Lokal Topik Pembagian di SDN 060857, 2008.

http://eprints.umk.ac.id/1758/8/ABSTRAK.pdf. (Di akses pada 16

Januari 2013).

Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006.

Hartati, Suci. Optimalisasi Pembelajaran Matematika Dengan menggunakan

Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV SD

Muhammadiyah Karangwaru, 2008. http://digilib.uin-suka.ac.id/1271/ .

(Di akses pada 15 Januari 2013).

Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media, 2011.

Rohmawati, Ana. Penerapan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIIC SMP

Negeri 10 Malang, 2010.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=46112. (Di akses

pada 15 Januari 2013).

Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2011.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1989.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta cv, 2011.

Page 103: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Supinah, dkk. Modul Matematika SD Program BERMUTU, Strategi

Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Sleman: P4TK Matematika,

2009.

Supinah, dkk. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: P4TK Matematika, 2008.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung:

UPI Press, 2006.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012.

Warli. Jurnal Pemebelajaran Matematika Realistik Materi Geometri Kelas IV,

2008. http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/public

/JURNAL-WARLI-4.pdf. (Di akses pada 19 Januari 2013).

Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Windayana, Husen. Jurnal Pendidikan Dasar, Pembelajaran Matematika

Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan

Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar, 2007.

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_8

Oktober_2007/Pembelajaran_Matematika_Realistik_dalam_Meningkatk

an_Kemampuan_Berpikir_Logis,Kreatif,_dan_Kritis,_Serta_Komunikasi

_MatematikSiswa_Sekolah_Dasar.PDF. (Di akses Pada 15 Januari 2013).

Page 104: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Nama Sekolah : SDN Perumnas Bumi Kelapa Dua

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V / I

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1x pertemuan)

Standar Kompetensi

2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

2.1 Menuliskan tanda waktu dengan meggunakan notasi 24 jam

Indikator

1. Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam

2. Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam

3. Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam

2. Siswa dapat menuliskan waktu dengan notasi 24 jam

3. Siswa dapat menuliskan waktu dengan notasi 12 jam

Lampiran 1

Page 105: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Materi Pokok :

1. Pembagian waktu pagi, siang, sore, dan malam.

2. Penulisan waktu dengan notasi 24 jam.

3. Penulisan waktu dengan notasi 12 jam.

Metode Pembelajaran : tanya jawab, index card match, diskusi kelompok.

Langkah – langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Mengucap salam dan mengkondisikan

kelas, serta menyiapkan materi dan

media pembelajaran

Menjawab salam dan bersiap

mengikuti pembelajaran

matematika

Disiplin

2. Melakukan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan terkait materi

yang akan di bahas untuk mengetahui

kemampuan awal siswa

Menanggapi pertanyaan yang

diajukan oleh guru

Rasa ingin tahu

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

Mendengarkan penjelasan dari

guru

Menghargai

B. Kegiatan Inti

B.1 Eksplorasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Mengajukan masalah kontekstual

dengan bertanya apa saja yang

menunjukan waktu pagi, siang, sore,

dan malam

Menanggapi pertanyaan yang

diberikaan guru tentang tanda

yang menunjukan waktu pagi,

siang, sore, dan malam

Komunikatif

kritis

2. Kemudian guru membagikan kartu

bergambar waktu pagi, siang, sore, dan

malam kepada siswa dan menugaskan

siswa menempelkan gambar tersebut

Menempelkan gambar yang

diberikan guru sesuai dengan

waktunya pada kolom yang sudah

disediakan guru

Kritis

Komunikatif

Page 106: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

sesuai dengan waktunya

3. Membagi siswa menjadi 6 kelompok

dan membagikan LKS untuk

dikerjakan siswa secara berkelompok

Mengikuti instruksi guru

membuat 6 kelompok.

Menghargai

4. Menjelaskan tugas kelompok yaitu

untuk menuliskan waktu-waktu tertentu

yang disebutkan guru dalam cerita

dengan menggunakan notasi waktu 24

jam dan 12 jam

Menyimak penjelasan tugas

kelompok yang harus

didiskusikan.

Menghargai

B.2 Elaborasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Membacakan cerita dan menugaskan

setiap kelompok berdiskusi untuk

menentukan penulisan waktu yang

tepat sesuai dengan yang ada dalam

cerita

Berdiskusi dengan teman

kelompoknya untuk menentukan

penulisan waktu yang tepat sesuai

dengan yang ada dalam cerita

Kerja sama

Komunikatif

2. Meminta perwakilan beberapa

kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya

Menunjuk perwakilan

kelompoknya untuk

mempresentasikan hasil diskusi

Berani

Percaya diri

3. Melakukan tanya jawab dengan siswa

terkait hasil presentasi yang

disampaikan siswa

Melakukan tanya jawab dan

memberikan tanggapan mengenai

hasil presentasi yang disampaikan

kelompok lain.

Aktif

Komunikatif

4. Memberikan reward pada kelompok

yang telah mempresentasikan hasil

diskusinya dengan tujuan memotivasi

kelompok lainnya

Menerima reward dan

memberikan reward pada

kelompok lain yang telah

mempresentasikan hasil

diskusinya

Saling

menghargai

Kompetisi

5. Meberikan penjelasan secara singkat

dan meluruskan kesalahan-kesalahan

pemahaman yang terjadi selama

kegiatan diskusi dengan menggunakan

alat peraga yang telah disiapkan

Menyimak penjelsan yang

diberikan guru dan memberikan

tanggapan.

Menghargai

Page 107: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

B.3 Konfirmasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Memberikan penguatan yang terkait

dengan materi pembelajaran

Menyimak penjelasan guru Menghargi

2. Melakukan tanya jawab dengan siswa

tentang materi yang belum dipahami

siswa

Melakukan tanya jawab dengan

siswa tentang materi yang belum

dipahami

Aktif

Komunikatif

3. Bersama-sama siswa menyimpulkan

kegiatan pembelajaran

Bersama guru menyimpulkan

kegiatan pembelajaran

Komunikatif

C. Kegiatan Akhir

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

1. Memberikan post test kepada siswa Mengerjakan post test yang

diberikan guru

Jujur

Tanggung jawab

2. Mengakhiri kegiatan pebelajaran

dengan berdoa dan mengucapkan

salam

Bersama dengan guru berdoa dan

menjawab salam, sebelum

mengakhiri kegiatan

pembelajaran

Religius

Disipin

3. Memberikan peguatan secara

kontekstual dan pesan-pesan moral

Menyimak penjelasan yang

diberikan guru

Menghargai

Media Pembelajaran : kartu bergambar, jam analog, jam digital, LKS

Sumber Belajar : Buku paket kelas V SD semester I

Page 108: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Penilaian

No. Indikator Tenik

Penilaian

Bentuk

Penilaian

Nomor

Soal

Skoring

1. Mengidentifikasi waktu pagi,

siang, sore, dan malam Tes

Individu

Uraian

Terbatas 1 40

2. Menuliskan waktu dengan

notasi 24 jam Tes

Individu

Uraian

Terbatas 2 30

3. Menuliskan waktu dengan

notasi 12 jam Tes

Individu

Uraian

Terbatas 3 30

Tangerang, 18 Oktober 2013

Observer, Peneliti,

(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD)

NIP. 19610526 198109 2 003

(Maulidya Noor Izzati)

NIM. 109018300039

Mengetahui,

Kepala Sekolah

( H. Muchid. AF, S.Ag)

NIP. 19550424 1983 1 002

Page 109: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Cerita A

Penulisan waktu dengan notasi 24 jam

Simaklah cerita berikut, lalu diskusikan dengan teman kelompokmu penulisan waktu dengan

notasi 24 jam yang ada pada cerita ini!

Libur lebaran tahun ini aku dan keluargaku mudik ke kampung halamanku di Jogja.

Mudik kali ini, aku dan keluargaku memilih untuk naik mobil pribadi, jadi sudah sejak malam

hari kami mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa mudik, tidak lupa oleh-oleh

untuk kakek dan nenek dikampung. Kami berangkat dari Jakarta pagi harinya pukul enam pagi

agar tidak terjebak macet di jalan. Sekitar pukul dua belas siang kami beristirahat di rest area

yang ada di pinggir tol daerah Cileunyi Bandung untuk merenggangkan badan dan melaksanakan

shalat dzuhur dan ashar dengan cara di jama’. Setelah selesai shalat dan beristirahat kami

melanjutkan perjalanan kami menuju Jogja. Hatiku senang sekali karena akan bertemu kakek dan

nenek yang sudah lama tidak aku temui, banyak yang ingin aku ceritakan pada kakek dan nenek.

Tidak terasa aku tertidur dan ketika bangun hari sudah mulai sore, jamku menunjukan pukul lima

sore. Kami sudah sampai di daerah Karang Pucung, Ayahku segera mencari masjid terdekat

karena waktu berbuka puasa akan segera tiba. Pukul lima lewat lima puluh lima adzan maghrib

berkumandang dan kami pun segera berbuka puasa dan melaksanakan shalat maghrib. Namun

ternyata ayah memberitahu kami untuk menunggu waktu isya dan melaksanakan shalat tarawih

di masjid itu. Setelah shalat tarawih selesai, sekitar pukul sembilan malam kami melanjutkan

perjalanan kami menuju Jogja. Walaupun hari sudah malam tetapi jalanan tetap macet, mungkin

karena sekarang banyak yang mudik yah. Lagi-lagi aku tertidur selama perjalanan dan ketika aku

terbangun sudah pukul sebelas malam, kami sudah sampai di daerah Banyumas tapi tetap saja

jalanan ramai dan macet. Pukul tiga lewat tiga puluh aku dibangunkan ibuku, kami berhenti di

rumah makan di daerah Purworejo untuk sahur. Setelah shalat subuh, kami melanjutkan

perjalanan dari Purworejo pukul lima lewat dua puluh lima pagi hari. Udara diluar dingin sekali,

sepertinya kami akan segera sampai dikampung halaman. Pukul delapan pagi kami sampai di

kota Jogjakarta dan masih butuh beberapa jam lagi untuk sampai ke rumah kakek dan nenek.

Aah sudah lama sekali aku tidak pulang kampung, dan akhirnya pukul sembilan lewat tiga puluh

pagi kami tiba dirumah kakek dan nenek di Wonosari dan mereka menyambut kedatangan kami

dengan suka cita.

Page 110: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Cerita B

Penulisan waktu dengan notasi 12 jam

Simaklah cerita berikut, lalu diskusikan dengan teman kelompokmu penulisan waktu dengan

notasi 12 jam yang ada pada cerita ini!

Dita adalah seorang siswi kelas 5 SDN Bina Bangsa, setiap hari Ia bangun pukul lima pagi,

kemudian Ia shalat subuh. Setelah shalat subuh, Dita mandi dan bersiap pergi ke sekolah.

Sebelum pergi sekolah Dita sarapan bersama ayah, ibu, dan kakaknya. Setelah selesai sarapan,

Dita dan kakaknya pergi sekolah bersama-sama pukul setengah tujuh pagi. Dita sampai di

sekolah pukul tujuh tepat dan Ia tidak pernah terlambat sampai di sekolah. Selama disekolah Dita

mengikuti pelajaran dengan baik, Dita termasuk anak yang pintar karena Ia mendapat peringkat

dikelasnya. Pukul dua belas siang bel sekolah pun berbunyi menandakan waktu belajar sudah

selesai, siswa-siswi bersiap pulang sekolah. Sepulang sekolah Dita langsung menuju rumah dan

tiba pukul setengah satu siang. Sesampainya di rumah, Dita mengganti seragam sekolahnya

dengan pakaian rumah, menyimpan tas dan peralatan sekolah pada tempatnya, kemudian shalat

dzuhur dan dilanjutkan dengan makan siang bersama ibu. Setelah selesai makan Dita membantu

ibu mencuci piring yang dipakainya untuk makan. Selesai membantu ibu merapikan meja makan,

Dita kembali ke kamarnya untuk tidur siang sampai pukul setengah tiga sore. Ibu

memperbolehkan Dita bermain sore hari apabila Dita sudah shalat ashar. Dita bermain bersama

teman-temannya ditaman dekat rumah sampai pukul setengah lima sore tanpa harus dipanggil

Ibu untuk pulang. Setelah selesai bermain Dita mandi dan membantu ibu menyiapkan makan

malam. Ketika adzan maghrib terdengar Dita melaksanakan shalat berjamaah bersama ayah, ibu

dan kakaknya kemudian membaca Al-Quran sampai pukul tujuh malam dan dilanjutkan shalat

isya. Pukul setengah delapan malam Dita makan malam bersama keluarganya, setalah itu Dita

belajar malam bersama ibu dan kakaknya, Ia memeriksa apakah ada PR yang belum Ia kerjakan

dan menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari. Dan pukul sembilan malam Dita bersiap tidur

agar tidak bangun kesiangan esok harinya.

Page 111: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lembar Kerja Kelompok Siswa

Nama Kelompok : ……………………………………

Nama Anggota Kelompok : 1. …………………………………

2. …………………………………

3. …………………………………

4. …………………………………

5. …………………………………

Kelas : ……………………………………

Hari/Tanggal : ………../……..…………………..

Dengarkanlah cerita yang dibacakan ibu guru, kemudian isilah titik-titik dengan waktu yang

disebutkan dalam cerita!

a. Waktu dengan notasi 24 jam

Nilai

….. ….. ….. …..

….. …..

….. …..

….. …..

Page 112: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

b. Waktu dengan notasi 12 jam

….. ….. ….. …..

….. …..

….. …..

….. …..

Page 113: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Tugas Individu

Nama : __________________________________________

Kelas : __________________________________________

Hari/Tanggal : __________________________________________

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat…!

1. Sebutkanlah kegiatan yang kamu lakukan pada waktu pagi hari, siang hari, dan malam

hari! Masing-masing 2 kegiatan!

2. Isilah titik-titik berikut sesuai dengan waktu yang ditunjukkan dengan notasi 24 jam!

3. Isilah titik-titik berikut sesuai dengan waktu yang ditunjukkan dengan notasi 12 jam!

Nilai

Page 114: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Nama Sekolah : SDN Perum Bumi Kelapa Dua

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V / I

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1x pertemuan)

Standar Kompetensi

2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan

Indikator

1. Mengukur panjang benda

2. Melakukan konversi satuan panjang

3. Menyelesaikan operasi hitung satuan panjang

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengukur panjang benda

2. Siswa dapat melakukan konversi satuan panjang

3. Siswa dapat menyelesaikan operasi hitung satuan panjang

Lampiran 2

Page 115: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Materi Pokok : satuan panjang, dan opreasi hitung satuan panjang

Model Pembelajaran : Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Metode Pembelajaran : Pengamatan, diskusi kelompok, tanya jawab

Langkah – langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Mengucap salam dan mengkondisikan

kondisi kelas, serta menyiapkan materi

dan media pembelajaran

Menjawab salam dan bersiap

memulai pembelajaran

disiplin

2. Melakukan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan terkait materi

yang akan di bahas untuk mengetahui

kemampuan awal siswa

Menanggapi pertanyaan yang

diajukan oleh guru

Rasa ingin tahu

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

Mendengarkan penjelasan dari

guru

Menghargai

B. Kegiatan Inti

B.1 Eksplorasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Memmbagi siswa menjadi 8 kelompok

dan membagikan LKS yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok

Mengikuti instruksi guru

membentuk 8 kelompok

Aktif

2. Menjelaskan tugas yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok,

yaitu mengukur panjang benda yang

telah ditentukan dengan menggunakan

mistar atau meteran

Menyimak penjelasan tugas yang

harus diselesaikan dan mulai

membagi tugas dengan teman satu

kelompok

Menghargai

3. Mengawasi dan memfasilitasi kegiatan

siswa mengukur panjang benda

Mengukur panjang benda dan

mencatat hasilnya pada LKS yang

diberikan guru

Aktif

Page 116: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

4. Mendemonstrasikan contoh konversi

satuan panjang dengan menggunakan

pita 0.5 meter diubah menjadi satuan

cm dengan potongan pita 1 cm

kemudian menghubungkannya dengan

penggunaan model tangga satuan

panjang

Memperhatikan guru

mendemonstrasikan contoh

konversi satuan panjang

Menghargai

5. Menugaskan siswa untuk mengkorvesi

satuan panjang benda yang telah diukur

Berdiskusi dengan teman satu

kelompok untuk mengkonversi

satuan jarak benda yang sudah

diukur

Kerjasama

Teliti

B.2 Elaborasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Setelah siswa selesai mengkonversi

satuan panjang benda yang telah

diukur, siswa diminta untuk

melanjutkan tugasnya tentang operasi

satuan panjang

Melanjutkan diskusi untuk

menyelesaikan operasi hitung

satuan panjang

Kerja sama

teliti

2. Setelah siswa selesai mengerjakan

LKS, guru meminta beberapa

perwakilan siswa mempresentasikan

hasil diskusi mereka

Menunjuk perwakilan

kelompoknya untuk

mempresentasikan hasil diskusi

Berani

Percaya diri

3. Melakukan tanya jawab dengan

kelompok lain secara bergilir terkait

hasil presentasi yang disampaikan

siswa

Melakukan tanya jawab dan

memberikan tanggapan mengenai

hasil presentasi yang telah

disampaikan

Aktif

Komunikatif

4. Meberikan penjelasan secara singkat

dan meluruskan kesalahan-kesalahan

pemahaman yang terjadi selama

kegiatan diskusi dengan menggunakan

alat peraga yang telah disiapkan

Menyimak penjelasan yang

diberikan guru dan memberikan

tanggapan.

Menghargai

Page 117: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

B.3 Konfirmasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Memberikan penguatan yang terkait

dengan materi pembelajaran

Menyimak penjelasan guru Menghargi

2. Memotivasi siswa untuk berani

bertanya hal yang belum dipahaminya

dengan pemberian reward

Melakukan tanya jawab dengan

guru dan siswa lain tentang materi

yang belum dipahami

Aktif

Komunikatif

3. Bersama-sama siswa menyimpulkan

kegiatan pembelajaran

Bersama guru menyimpulkan

kegiatan pembelajaran

Komunikatif

C. Kegiatan Akhir

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai

Karakter

1. Mengakhiri kegiatan pebelajaran

dengan berdoa dan mengucapkan

salam

Bersama dengan guru berdoa dan

menjawab salam, sebelum

mengakhiri kegiatan pembelajaran

Religius

Disipin

2. Memberikan peguatan secara

kontekstual dan pesan-pesan moral

Menyimak penjelasan yang

diberikan guru

Menghargai

Media Pembelajaran : mistar, meteran, pita

Sumber Belajar : Buku paket kelas V SD semester I

Page 118: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Penilaian

No. Indikator Tenik

Penilaian

Bentuk

Penilaian

Nomor

Soal

Skoring

1. Mengukur panjang benda Tes

Kelompok

Uraian

Terbatas 1 20

2. Melakukan konversi satuan

panjang Tes

Kelompok

Uraian

Terbatas 2 20

3. Menyelesaikan operasi hitung

satuan panjang Tes

Kelompok

Uraian

Terbatas 3 10

Tangerang, 29 Oktober 2013

Observer, Peneliti,

(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD)

NIP. 19610526 198109 2 003

(Maulidya Noor Izzati)

NIM. 1091018300039

Mengetahui,

Kepala Sekolah

(H. Muchid. AF, S.Ag)

NIP. 19550424 1983 1 002

Page 119: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lembar Kerja Kelompok Siswa

Nama Kelompok : ____________________________

Nama Anggota Kelompok : 1. __________________________

2. __________________________

3. __________________________

4. __________________________

5. __________________________

Kelas : ____________________________

Hari/Tanggal : ____________________________

1. Kalian sudah membawa mistar atau meteran kan…? Ayo, sekarang kalian ukur panjang-

pang benda berikut..!

a. Papan tulis = ……… cm

b. Meja = …….. cm

c. Pintu = ……. cm

d. Lemari = ……. Cm

e. Buku matematika = ……. cm

f. Penghapus papan tulis = ……. Cm

g. Jendela = ….. cm

h. Ubin = …… cm

i. Spidol = ….. cm

2. Setelah menyelesaikan soal nomor 1, berdiskusilah dengan teman kelompok untuk

mengubah satuan panjang benda-benda yang sudah kalian ukur menjadi satuan panjang

berikut.

Nilai

Lampiran 3

Page 120: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

a. Papan tulis = ……… km

b. Meja = …….. dam

c. Pintu = ……. m

d. Lemari = ……. km

e. Buku matematika = ……. mm

f. Penghapus papan tulis = ……. hm

g. Jendela = ….. dm

h. Ubin = …… m

i. Spidol = ….. mm

3. Nah, sekarang coba kalian selesaikan soal-soal berikut!

a. 12 dm + 15 dam = … dm

b. 12 km + 100 m = … cm

c. 67 hm – 4 km = … hm

d. 49 dm – 1.200 mm = … cm

e. 15 m x 5 m = … dam

Masih ingat tangga

satuan panjang kan?

Selamat

mengerjakan

Page 121: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 122: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 123: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 4

Kisi-kisi Tes Akhir Siklus 1 Penelitian Tidakan Kelas

Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V / I

Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Indikator Aspek Bentuk

Soal

Nomor

Soal C2 C3

2.1 Menuliskan tanda waktu

dengan menggunakan notasi

24 jam

Mengidentifikasi waktu pagi, siang, sore, dan malam √ Uraian 11

Menuliskan waktu dengan notasi 24 jam √ Uraian 1

Menuliskan waktu dengan notasi 12 jam √ Uraian 4

Mengubah waktu dari notasi 24 jam menjadi notasi 12 jam √ Uraian 2

Mengubah waktu dari notasi 12 jam menjadi 24 jam √ Uraian 7

Menggambar jam dengan notasi waktu tertentu √ Uraian 10

2.2 Melakukan operasi

hitung satuan waktu

Menentukan kesetaraan antar satuan waktu (jam, menit, dan

detik)

√ Uraian 12

Menentukan waktu ¼ jam, ½ jam, dan ¾ jam √ Uraian 3

Mengubah jam ke menit dan detik, dan sebaliknya √ Uraian 5

Melakukan penjumlahan satuan waktu √ Uraian 8

Melakukan pengurangan satuan waktu √ Uraian 6

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu √ Uraian 9

Page 124: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

LLaammppiirraann 55

NNaammaa :: __________________________________________________________________________

KKeellaass :: __________________________________________________________________________

MMaattaa PPeellaajjaarraann :: __________________________________________________________________________

Kerjakanlah soal-soal dibawah ini!

1. Perhatikanlah gambar jam berikut!

Penulisan waktu dengan notasi 24 jam adalah pukul ….

sore

2. Ubahlah penulisan waktu berikut dengan notasi 12 jam!

a. Pukul 22.00 =

b. Pukul 16.30 =

3. Setengah jam yang lalu Ayah berangkat ke kantor. Jika sekarang pukul 08.00,

maka Ayah berangkat pukul ….

4. Tuliskan waktu yang ditunjukan pada jam-jam berikut dalam notasi 12 jam!

a. Setiap hari Senin dan rabu Alya mengikuti bimbingan belajar pukul tiga

sore.

b. Pukul 8 malam Ibu selalu mematikan televise karena waktunya kami

belajar.

5. Pada kegiatan lari marathon minggu lalu, Fikri sampai di garis

finish setelah berlari selama 105 menit.

Artinya fikri telah berlari selama … jam … menit.

Nilai

Page 125: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

2.45 siang

9.15 malam

6. 6 jam 29 menit 35 detik

4 jam 45 menit 18 detik –

… jam … menit … detik

7. Perhatikan jam dibawah ini!

Ubahlah penulisan waktu dengan notasi 24 jam!

a. b.

8. 3 jam 23 menit 17 detik

4 jam 49 menit 39 detik +

... jam … menit … detik

9. Menurut jadwal keberangkatan, kereta api

Parahyangan dari Jakarta ke Bandung

berangkat pukul 06.15 dan tiba di Bandung

pukul 08.55. Akan tetapi karena terjadi suatu

kerusakan, kereta api Parahyangan mengalami keberangkatan selama 49

menit.

a. Pukul berapa kereta api Parahyangan berangkat dari Jakarta?

b. Pukul berapa kereta api Parahyangan tiba di Bandung?

10. Riza berangkat sekolah pukul 6.30 pagi dan sampai di sekolah pukul6.45

pagi. Pukul 07.00 bel sekolah berbunyi, semua siswa masuk ke kelas

masing-masing untuk mengkuti kegiatan pembelajaran. Pukul 12.15 bel

pulang sekolah berbunyi, Riza bersiap pulang ke rumah bersama teman-

temannya.

Gambarlah jam yang sesuai dengan waktu yang ada pada cerita di atas!

Page 126: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

11. Buatlah jadwal kegiatan sehari-harimu dari pagi, siang, sore, dan malam

pada tabel dibawah ini!

No Pukul Kegiatan Keterangan

Waktu

1 05.00 – 05.15 Bangun tidur dan shalat subuh Pagi hari

12. Perhatikan jam disamping!

Dari angka 12 sampai angka 5, jarum panjang pada

jam disamping melewati …. menit = …. detik.

Selamat mengerjakan………

Good luck!!

Page 127: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 6

Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I

No Jawaban Skor

1 Pukul 15.00 ………………………………………...……… 1 1

2

a. Pukul 10.00 ………………………………………….... 0.5

Pukul 10.00 malam ………...………...………………... 1

b. Pukul 4.30 …………………………………..………… 0.5

Pukul 4.30 sore ……………………………………...…. 1

2

3 Pukul 08.00 – 30 menit = ……………………………..… 0.5

= Pukul 07.30 ………………….. 0.5 1

4

a. Pukul 3.00 ……………………………………..………. 0.5

Pukul 3.00 sore ………………………………………... 1

b. Pukul 8.00 ……………………………………………... 0.5

Pukul 8.00 malam ……………………………………... 1

2

5 105 menit = 1 jam ………...………………………..…….. 0.5

= 1 jam 45 menit ……………………………… 0.5 1

6

6 jam 29 menit 35 detik

4 jam 45 menit 18 detik –

35 detik - 18 detik = 17 detik ……….…...………. 0.5

(60 + 29) menit - 45 menit = 44 menit …………………… 0.5

(6 – 1) jam – 4 jam = 1 jam ………………………. 0.5

1.5

7 a. Pukul 14.45 ……………………………………………. 1

b. Pukul 21.15 ……………………………………………. 1 2

8

3 jam 23 menit 17 detik

4 jam 49 menit 39 detik +

17 detik + 39 detik = 56 detik ………………………..…. 0.5

23 menit + 49 menit = 72 menit

= 72 menit – 60 menit

= 12 menit ……..…………………… 0.5

3 jam + 4 jam = 7 jam

= 7 jam + 1 jam

= 8 jam ………….……..……………. 0.5

1.5

Page 128: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

9

a. Waktu berangkat

Pukul 06.15 + 49 menit = Pukul 07.04 ………………... 0.5

b. Waktu tiba

Lama perjalanan = 08.55 – 06.15

= 2 jam 40 menit ………….............… 0.5

Waktu tiba = Pukul 07.04 + 2 jam 40 menit ………...… 0.5

= Pukul 09.44 ……………………………... 0.5

2

10

a.

……………………….. 0.5

c.

………………………….… 0.5 2

b.

……………………..… 0.5

d.

…………………………….. 0.5

11

1 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

2 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

3 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

4 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

5 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

6 kegiatan ……………………………………….……...… 0.5

3

12 25 menit ………………………………………………..… 0.5

= 1500 detik ……………………………………. 0.5 1

Skor Maksimal 20

Page 129: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 7

Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II Penelitian Tidakan Kelas

Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V / I

Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Indikator Aspek Bentuk

Soal

Nomor

Soal C2 C3

2.4 Mengenal satuan

jarak dan kecepatan

Mengukur panjang benda √ Uraian 10

Melakukan konversi satuan panjang √ Uraian 1

Menyelesaikan operasi hitung satuan panjang √ Uraian 6

Membandingkan kecepatan lari siswa dengan membandingkan waktu

tempuh jika jarak lintasannya sama.

√ Uraian 3

Membandingkan kecepatan lari siswa dengan membandingkan jarak

lintasan jika waktu tempuhnya sama

√ Uraian 9

2.5 Menyelesaikan

masalah yang berkaitan

dengan waktu, jarak, dan

kecepatan

Mengukur waktu, jarak, dan kecepatan √ Uraian 8

Menyelesaikan operasi hitung satuan kecepatan √ Uraian 2

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan waktu √ Uraian 5

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak √ Uraian 7

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan kecepatan √ Uraian 4

Page 130: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 8

NNaammaa :: __________________________________________________________________________

KKeellaass :: __________________________________________________________________________

MMaattaa PPeellaajjaarraann :: __________________________________________________________________________

Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan teliti!

1. a. 9300 mm = …. dam

b. 4,5 km = ….. m

2. a. 18 km/jam = ….. m/detik

b. 2 km/jam + 5 hm/jam = ….. dam/jam

3. Raya dan Davi mengikuti lomba lari dengan jarak yang harus ditempuh

sepanjang 450 meter. Jika Raya berlari selama 75 menit dan Davi 90

menit, berapakah kecepatan lari Raya dan Davi dan siapakah yang akan

mencapai garis finish terlebih dahulu?

4. Sebuah kereta api berangkat dari stasiun A pukul 08.00. Kereta tersebut

sampai di stasiun B pukul 13.00. Apabila jarak antara kedua stasiun

tersebut 1200 hm, berapa km/jam-kah kecepatan kereta api tersebut?

5. Pak Yanto melakukan perjalanan dari Solo ke Surabaya dengan

menggunakan sepeda motor selama 6 jam 35 menit. Jika Pak Yanto

sampai di Surabaya pukul 20.58, pukul berapa Pak Yanto berangkat dari

Solo?

6. a. 50 mm + 13 hm = ….. m

b. 27 hm + 13 dam – 9 m = ….. dam

Nilai

Page 131: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

7. Pak Rudi memiliki bambu sepanjang 5 meter. Bambu tersebut akan

dipotong-potong untuk dijadikan obor dengan panjang 75 cm. Berapa

banyakkah potongan bambu yang akan dijadikan obor dan berapa siswa

bambu Pak Rudi?

8. Sebuah bus melaju dengan kecepatan 120km/jam. Jika bus tersebut telah

melaju selama 90 menit, berapa Km-kah jarak yang telah ditempuh bus

terserbut?

9. Rafa dan Indri berangkat sekolah pukul 06.30 dan tiba pukul 07.00. Jika

jarak rumah Rafa ke sekolah adalah 270 meter dan jarak rumah Indri ke

sekolah adalah 330 meter, maka berapakah kecepatan berjalan Rafa dan

Indri agar merekasampai disekolah tepat waktu ?

10. Ukurlah panjang benda dibawah ini!

a. b.

Selamat Mengerjakan…… ^^

Page 132: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 9

Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II

No Jawaban Skor

1

a. 9300 mm = 9300 : 10.000 ………………………….…… 0.5

= 0,93 dam ……………………………........… 0.5

b. 4,5 km = 4,5 x 1000 …………………………………..… 0.5

= 450 m ……………………………………….… 0.5

2

2

a. 18 km/jam = … m/detik

= ……………........................ 0.5

= 5 m/ detik ……………….……………... 0.5

b. 2 km/jam + 5 hm/jam = … dam/jam

= 200 dam/jam ..………………. 0.5

= 50 dam/jam + …….………….. 0.5

= 250 dam/jam …….………….. 0.5

2.5

3

Kecepatan Raya = 450 meter : 75 menit …………………… 0.5

= 6 meter/menit …………………………... 0.5

Kecepatan Davi = 450 meter : 90 menit …………………… 0.5

= 5 meter/menit …………………………... 0.5

Jadi, Pemenangnya adalah Raya …………………………… 0.5

2.5

4

Waktu = 13.00 – 08.00 = 5 jam ……………………………. 0.5

Jarak = 1200 hm = 120 km ……………………………….. 0.5

Kecepatan = jarak : waktu

= 120 km : 5 jam ……………………………….. 0.5

= 24 km/jam ……………………………………. 0.5

2

Page 133: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

5 Pukul 20.58 – 6 jam 35 menit = …………………………… 0.5

= Pukul 14.23 ……………… 0.5 1

6

a. 50 mm + 13 hm = … m

50 mm = 50 : 1000 = 0.05 m

13 hm = 13 x 100 = 130 m + ……………………… 0.5

= 130.05 m ……………………….… 0.5

b. 27 hm + 13 dam – 9 m = … dam

27 hm = 27 x 10 = 270 dam

13 dam = 13 x 1 = 13 dam + ………………………. 0.5

= 283 dam …………………………. 0.5

9 m = 9 : 10 = 0.9 dam –

= 281.1 dam …………………………. 0.5

2,5

7

a. Panjang bambu 5 meter = 500 cm ………………………. 0.5

dipotong, 500 cm : 75 cm = 6 potong bambu …………… 1

sisa bambu Pak Rudi adalah 50 cm …….……………..… 0.5

2

8

Kecepatan = 120 km/jam

Waktu = 90 menit = 1 ½ jam = 3/2 jam ……………….. 0.5

Jarak = kec x waktu

= 120 km/jam x 3 jam ………………………… 0.5

2

= 180 km ……………………………………….. 0.5

1,5

9

Waktu perjalanan = 07.00 – 06.30 = 30 menit ……………. 0.5

Kec Rafa = jarak : waktu …………………………………... 0.5

= 270 meter : 30 menit …………………………... 0.5

= 9 menit/meter ………………………………….. 0.5

Kec Indri = jarak : waktu

= 330 meter : 30 menit ………………………...… 0.5

= 11 meter/ menit ………………………………... 0.5

3

Page 134: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

10 a. 5 cm ……………………………………………………... 0.5

b. 7 cm ……………………………………………………... 0.5 1

Skor Maksimal 20

Page 135: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 10

Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Petunjuk

1. Bacalah dengan dengan teliti setiap pernyataan, kemudian jawablah dengan

jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Berilah tanda checklist (√) untuk jawaban yang tepat berdasarkan keadaan

yang sebenarnya.

Keterangan pilihan jawaban:

1 = kurang 3 = baik

2 = cukup 4 = sangat baik

No Indikator/Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru

2. Menggunakan model matematika dalam menyelesaikan masalah

kontekstual yang diajukan guru

3. Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan

penyelesaiannya dengan teman satu kelompok

4. Bekerja sama dengan teman satu kelompok

5. Antusias mengikuti proses pembelajaran

6. Bertanya pada saat proses pembelajaran

7. Menanggapi pertanyaan dari siswa lain

8. Berani mengemukakan pendapat

9. Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

10. Menanggapi hasil presentasi kelompok lain

11. Memperhatikan penjelasan dari guru

12. Bersama guru menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari

13. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru

Mengetahui,

Observer

(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD)

NIP. 19610526 198109 2 0003

Page 136: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 11

Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Petunjuk

1. Bacalah dengan dengan teliti setiap pernyataan, kemudian jawablah dengan

jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Berilah tanda checklist (√) untuk jawaban yang tepat berdasarkan keadaan

yang sebenarnya.

Keterangan pilihan jawaban:

1 = kurang 3 = baik

2 = cukup 4 = sangat baik

No Indikator/Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Melakukan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai

3. Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran

4. Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual

dengan menggunakan model-model matematika

5. Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

penyelesaian masalah yang telah ditemukan

6. Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa

7. Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa

8. Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dan guru

9. Memotivasi siswa untuk bertanya

10. Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses

pembelajaran

11. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajara

12. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa

13. Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak

dicapai

Mengetahui,

Observer

(Hj. Itar Sutarsih, S.PdSD)

NIP. 19610526 198109 2 0003

Page 137: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 12

Catatan Lapangan PTK Siklus I

Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Pertemuan 1 (1 Oktober 2013)

Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan

dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan masalah kontestual yang

dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pada saat siswa ditugaskan

membuat kelompok masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

menertibkan, karena siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok dikelas.

Namun setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing mereka

mulai berdiskusi dengan baik. Pada saat presentasi di depan kelas siswa masih

merasa malu dan masih kurang aktif dalam bertanya, mengajukan pendapat,

maupun menanggapi hasil presentasi kelompok lain. Setelah selesai

penyampaian materi, guru kolaborator memberikan masukan agar tidak usah

terlalu panjang dalam penyampaian apersepsi karena akan memakan waktu

untuk menjelaskan materi inti

Pertemuan 2 ( 4 Oktober 2013)

Pada pertemuan kedua materi yang disampaikan tentang waktu dengan

notasi jam 24an dan jam 12an. Guru menugaskan siswa membuat kelompok

diskusi dan pada hari kedua tidak membutuhkan waktu selama hari pertama untuk

siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan jam

analog dan jam digital pada setiap kelompok agar siswa dapat secara langsung

menentukan waktu dengan notasi jam 24an dan jam 12an. Pada saat diskusi masih

terdapat beberapa kelompok yang masih belum memahami perbedaan waktu

dengan notasi jam 24an dan notasi jam 12an, kemudian guru menghampiri

kelompok tersebut dan memberikan contoh notasi jam 24an dan jam 12an dengan

Page 138: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

menggunakan jam analog yang telah dibagikan. Pada saat presentasi di depan

kelas masih ada beberapa siswa yang merasa malu sehingga suaranya tidak terlalu

terdengar siswa yang duduk dibelakang. Ketika guru menanyakan kepada siswa

siapa yang ingin bertanya atau memberikan tanggapan, kebanyakan siswa

menundukan kepala dan diam karena tidak berani mengemukakan pendapatnya,

hanya 1-3 orang siswa yang berani bertanya atau menanggapi hasil presentasi

kelompok lain.

Pertemuan 3 ( 5 Oktober 2013)

Pada pertemuan ketiga materi yang disampaikan adalah tentang kesetaraan

waktu. Pada saat diskusi, beberapa kelompok siswa masih mengalami kesulitan

dalam menemukan konsep ¼jam, ½jam, dan ¾jam, kemudian guru berkeliling

mengamati kegiatan diskusi siswa dan memberikan bantuan untuk menentukan

waktu ¼jam, ½jam, dan ¾jam dengan menggunakan jam analog. Pada

pertemuan ketiga beberapa orang siswa sudah berani untuk mengajukan

pertanyaan dan menanggapi pertanyaan yang diajukan siswa lain maupun

pertanyaan dari guru. Setelah selesai jam belajar, guru kolaborator memberikan

saran agar anggota kelompok diskusi dibuat secara heterogen, menggabungkan

siswa yang pandai dengan siswa yang masih kurang secara seimbang agar

terjadi proses peer teaching antara siswa.

Pertemuan 4 (18 Oktober 2013)

Pada pertemuan keempat guru membentuk kelompok diskusi secara

heteregon mengikuti saran yang diberikan guru kolaborator. Kegiatan diskusi

kelompok siswa berjalan secara aktif, dan pada saat presentasi di depan kelas

siswa tidak lagi malu-malu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan

kelas. Siswa yang bertanya dan menanggapi hasil presentasi kelompok lain di

depan kelas adalah siswa yang sama dengan siswa yang bertanya pada pertemuan

sebelumnya, jadi hanya siswa yang itu-itu saja yang berani berani bertanya dan

menanggapi pertanyaan atau hasil presentasi.

Page 139: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 13

Catatan Lapangan PTK Siklus II

Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Pertemuan 6 (29 Oktober 2013)

Pada pertemuan keenam siswa mulai berani menanggapi pertanyaan yang

diajukan guru ketika memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi. Materi

yang disampaikan pada pertemuan ini adalah tentang satuan panjang untuk

mengenalkan siswa pada konsep jarak. Guru mengajak siswa untuk melakukan

pengamatan secara langsung dengan mengukur benda-benda yang ada disekitar

kelasnya. Sebelum memulai pengamatan guru meminta siswa berbagi tugas

dengan anggota kelompoknya. Selama proses pengamatan hamper semua siswa

bekerja sama dengan anggota kelompoknya, tetapi masih ada beberapa siswa yang

tidak mau membantu teman kelompoknya dan hanya berkeliling kelas. Setelah

selesai melakukan pengukuran benda, siswa kembali ke tempat duduknya dan

memperhatikan guru mendemonstrasikan cara konversi satuan panjang. Ada

beberapa siswa yang terlihat masih bingung menyelsaikan soal tentang konversi

satuan panjang dan bertanya kepada guru. Ketika guru menunjuk kelompok secara

acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya, tanpa malu-malu dan saling

tunjuk dua anggota kelompok tersebut maju untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Dari beberapa kelompok terdapat hasil yang berbeda, kemudian guru

bersama siswa mengukur kembali benda-benda yang ada dalam daftar untuk

memperoleh hasil yang tepat.

Page 140: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Pertemuan 7 ( 1 November 2013)

Pada pertemuan ini guru membentuk kelompok siswa dengan cara siswa

menyebutkan kata “tak tik tuk dang ding dung der dut”, cara ini digunakan guru

untuk mengumpulkan konsentrasi siswa untuk siap mengikuti pembelajaran

matematika. Pertemuan kali ini guru mengajak siswa untuk menghitung kecepatan

sebuah bola yang menggelinding di atas meja. Kebanyakan siswa masih belum

memahami konsep kecepatan, kemudian guru menjelaskan tahapan yang harus

dilakukan setiap kelompok untuk dapat menghitung kecepatan bola tersebut.

Setelah siswa menghitung kecepatan bola, setiap kelompok membuat

diagram/skema hubungan antara waktu, jarak, dan kecepatan dengan versi

kelompoknya masing-masing. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa

menarik kesimpulan untuk menentukan diagram/skema mana yang paling mudah

untuk di ingat. Pada pertemuan ini siswa lebih berani untuk bertanya atau

menanggapi hasil presentasi kelompok lain, karena pada awal pertemuan guru

member informasi bahwa siswa yang bertanya akan mendapatkan reward di akhir

pertemuan.

Pertemuan 8 ( 2 November 2013)

Pada pertemuan ini guru menggali kemampuan awal siswa dengan

mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari kemarin dan siswa

menjawab dengan berbagai macam jawaban yang intinya adalah tentang

hubungan dan cara menghitung kecepatan. Sebelum memulai kegiatan, guru

mengingatkan siswa akan ada reward di akhir pembelajaran bagi siswa yang

bertanya, mengajukan pendapat, atau menanggapi pertanyaan/presentasi siswa

lain. Pertemuan ini siswa kembali diajak untuk menghitung kecepatan dengan

kegiatan lomba lari. Guru mengajak siswa menuju lapangan sekolah untuk

memulai kegiatan lomba lari, namun beberapa siswa terlihat menyalahgunakan

ajakan guru belajar diluar kelas dengan bermain dengan siswa lain. Setelah guru

menegurnya mereka kembali bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Dari

hasil lomba lari siswa diminta untuk menentukan kecepatan pelari tersebut. Ketika

melakukan presentasi hasil diskusi guru melakukan giliran bagi kelompok yang

Page 141: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

menanggapi hasil resentasi yang disampaikan. Terdapat beberapa perbedaan dari

tanya jawab hasil presentasi, kemudian guru membimbing siswa menemukan hasil

yang tepat dari perbedaan-perbedaan tersebut. Pemberian reward pada akhir

pembelajaran efektif untuk membuat siswa mau mengajukan pendapat ataupun

bertanya.

Pertemuan 9 (8 November 2013)

Pada pertemuan kesembilan guru membacakan cerita yang berkaitan tentang

permasalahan waktu, jarak, dan kecepatan. Siswa secara berkelompok

menyelesaikan permasalahan waktu, jarak, dan kecepatan berdasarkan cerita yang

dibacakan guru. Setelah dua kali pertemuan kemarin siswa mempelajari tentang

konsep kecepatan, pada pertemuan ini siswa terlihat tidak mengalami kesulitan

dalam menemukan penyelsaian masalah yang diberikan. Hanya ada beberapa

siswa yang bertanya untuk memperjelas masalah yang diberikan, namun sebelum

guru menjawab, guru melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain untuk

menjawab dan beberapa siswa berebut untuk menanggapi pertanyaan temannya.

Pada kegiatan presentasi, masih dilakukan giliran untuk kelompok lain

menanggapi presentasi yang disampaikan. Pada akhir pertemuan guru membuka

kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya, banyak siswa yang mengangkat

tangan untuk bertanya, tetapi banyak pula siswa yang bertanya asal-asalan hanya

untuk mendapatkan reward dari guru. Guru hanya memberikan reward bagi siswa

yang bertanya dan menganggapi pertanyaan secara benar dan serius.

Page 142: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 14

Hasil Ulangan Siswa Sebelum Penelitian

Responden Nilai Responden Nilai

S.01 10 S.20 70

S.02 77 S.21 66

S.03 80 S.22 90

S.04 30 S.23 23

S.05 20 S.24 40

S.06 10 S.25 23

S.07 10 S.26 56

S.08 66 S.27 50

S.09 30 S.28 70

S.10 77 S.29 60

S.11 47 S.30 70

S.12 40 S.31 66

S.13 87 S.32 13

S.14 83 S.33 13

S.15 13 S.34 53

S.16 87 S.35 70

S.17 20 S.36 90

S.18 30 S.37 30

S.19 30 Jumlah 1800

Rata-rata Nilai Siswa

= 48.6

Nilai Tertinggi = 90

Nilai Terendah = 10

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

= 41%

Page 143: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 15

Hasil Tes Akhir Siklus I

Responden Nilai Tes Siklus I Responden Nilai Tes Siklus I

S.01 70 S.20 90

S.02 87.5 S.21 67.5

S.03 77.5 S.22 95

S.04 60 S.23 77.5

S.05 62.5 S.24 72.5

S.06 50 S.25 60

S.07 67.5 S.26 65

S.08 70 S.27 80

S.09 65 S.28 60

S.10 65 S.29 75

S.11 87.5 S.30 90

S.12 57.5 S.31 62.5

S.13 97.5 S.32 65

S.14 70 S.33 70

S.15 62.5 S.34 70

S.16 95 S.35 62.5

S.17 60 S.36 82.5

S.18 70 S.37 60

S.19 77.5 Jumlah 2647.5

Rata-rata Nilai Siswa

= 71.5

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

= 67.6%

Nilai Tertinggi = 97.5

Nilai Terendah = 50

Page 144: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 16

Hasil Tes Akhir Siklus II

Responden Nilai Tes Siklus II Responden Nilai Tes Siklus II

S.01 72.5 S.20 85

S.02 87.5 S.21 70

S.03 80 S.22 90

S.04 67.5 S.23 75

S.05 62.5 S.24 82.5

S.06 57.5 S.25 65

S.07 70 S.26 75

S.08 80 S.27 82.5

S.09 72.5 S.28 65

S.10 75 S.29 70

S.11 92.5 S.30 75

S.12 62.5 S.31 67.5

S.13 95 S.32 75

S.14 95 S.33 72.5

S.15 60 S.34 77.5

S.16 97.5 S.35 70

S.17 70 S.36 85

S.18 77.5 S.37 62.5

S.19 72.5 Jumlah 2797.5

Rata-rata Nilai Siswa

= 75.6

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

= 86.5%

Nilai Tertinggi = 97.5

Nilai Terendah = 57.5

Page 145: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 17

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Indikator/Aspek yang dinilai Skor

Jumlah Rata-rata

Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 (%)

1 Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru 2 3 3 4 12 75

2 Menggunakan model matematika dalam menyelesaiakan

masalah kontekstual yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

3 Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan

penyelesaiannya dengan teman satu kelompok 3 3 4 4 14 87.5

4 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 3 4 4 3 14 87.5

5 Antusias mengikuti proses pembelajaran 3 3 4 4 14 87.5

6 Bertanya pada saat proses pembelajaran 1 1 2 2 6 37.5

7 Menanggapi pertanyaan dari siswa lain 1 1 2 2 6 37.5

8 Berani mengungkapkan pendapat 1 1 2 2 6 37.5

9 Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas 2 2 3 3 10 62.5

10 Menanggapi hasil presentasi kelompok lain 2 2 2 2 8 50

11 Memperhatikan penjelasan guru 3 3 3 4 13 81.25

12 Bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari 3 3 4 4 14 87.5

13 Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

Jumlah 30 32 39 40 141 881.25

Rata-rata (%) 57.7 61.5 75.0 76.9 67.8

Page 146: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 18

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Indikator/Aspek yang dinilai Skor

Jumlah Rata-rata

Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 (%)

1 Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru 3 3 3 4 13 81.25

2 Menggunakan model matematika dalam menyelesaiakan

masalah kontekstual yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

3 Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk menemukan

penyelesaiannya dengan teman satu kelompok 3 3 4 4 14 87.5

4 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 4 3 4 4 15 93.75

5 Antusias mengikuti proses pembelajaran 4 4 4 3 15 93.75

6 Bertanya pada saat proses pembelajaran 3 3 3 3 12 75

7 Menanggapi pertanyaan dari siswa lain 3 3 3 3 12 75

8 Berani mengungkapkan pendapat 3 3 3 3 12 75

9 Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas 4 4 3 4 15 93.75

10 Menanggapi hasil presentasi kelompok lain 3 3 3 3 12 75

11 Memperhatikan penjelasan guru 3 3 4 3 13 81.25

12 Bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari 3 4 4 4 15 93.75

13 Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru 3 3 3 3 12 75

Jumlah 42 42 44 44 172 1075

Rata-rata (%) 80.8 80.8 84.6 84.6 82.7

Page 147: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 19

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

No. Indikator/Aspek yang dinilai Skor

Jumlah Rata-rata

Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 (%)

1 Melakukan apersepsi 2 3 3 3 11 68.75

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 3 2 3 3 11 68.75

3 Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran 3 2 3 3 11 68.75

4 Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan

menggunakan model-model matematika 2 3 3 3 11 68.75

5 Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

penyelesaian masalah yang ditemukan 3 3 3 4 13 81.25

6 Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa 3 3 3 3 12 75

7 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa 3 3 2 3 11 68.75

8 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan guru 3 3 2 3 11 68.75

9 Memotivasi siswa untuk bertanya 2 2 2 2 8 50

10 Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran 3 2 3 3 11 68.75

11 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran 3 3 3 3 12 75

12 Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa 3 3 4 4 14 87.5

13 Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai 2 3 3 3 11 68.75

Jumlah 35 35 37 40 147 918.75

Rata-rata (%) 67.3 67.3 71.2 76.9 70.7

Page 148: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 20

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II

No. Indikator/Aspek yang dinilai Skor

Jumlah Rata-rata

Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 (%)

1 Melakukan apersepsi 3 3 3 4 13 81.25

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 3 3 3 3 12 75

3 Mengajukan masalah kontekstual untuk mengawali pembelajaran 3 4 3 4 14 87.5

4 Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan

menggunakan model-model matematika 3 3 4 4 14 87.5

5 Memfasilitasi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

penyelesaian masalah yang ditemukan 3 4 3 3 13 81.25

6 Melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa 4 4 4 3 15 93.75

7 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan siswa 4 4 3 4 15 93.75

8 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa dengan guru 3 3 4 4 14 87.5

9 Memotivasi siswa untuk bertanya 3 3 3 3 12 75

10 Menggunakan media/alat peraga yang menunjang proses pembelajaran 3 3 4 3 13 81.25

11 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran 4 4 4 3 15 93.75

12 Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama siswa 3 3 3 3 12 75

13 Melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai 3 3 3 4 13 81.25

Jumlah 42 44 44 45 175 1093.75

Rata-rata (%) 80.8 84.6 84.6 86.5 84.1

Page 149: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 21

Peningakatan Aktivitas Belajar Siswa dengan Model PMRI

No Indikator/Aspek yang dinilai

Rata-rata Rata-rata

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

1 Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru 75 81.25

2

Menggunakan model matematika dalam

menyelesaiakan masalah kontekstual yang

diberikan guru

75 75

3 Mendiskusikan masalah yang diajukan untuk

menemukan penyelesaiannya dengan teman satu

kelompok

87.5 87.5

4 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 87.5 93.75

5 Antusias mengikuti proses pembelajaran 87.5 93.75

6 Bertanya pada saat proses pembelajaran 37.5 75

7 Menanggapi pertanyaan dari siswa lain 37.5 75

8 Berani mengungkapkan pendapat 37.5 75

9 Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas 62.5 93.75

10 Menanggapi hasil presentasi kelompok lain 50 75

11 Memperhatikan penjelasan guru 81.25 81.25

12 Bersama guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari 87.5 93.75

13 Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru 75 75

Jumlah 881.25 1075

Rata-rata (%) 67.8 82.7

Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa

= X siklus II – X siklus I

= 82.7% - 67.8%

= 14.9% ~15%

Page 150: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 22

Peningakatan Aktivitas Mengajar Guru dengan Model PMRI

No Indikator/Aspek yang dinilai

Rata-rata Rata-rata

Siklus I

(%) Siklus II

(%)

1 Melakukan apersepsi 68.75 81.25

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai 68.75 75

3 Mengajukan masalah kontekstual untuk

mengawali pembelajaran 68.75 87.5

4

Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan

masalah kontekstual dengan menggunakan

model-model matematika

68.75 87.5

5

Memfasilitasi siswa untuk membandingkan

dan mendiskusikan penyelesaian masalah

yang ditemukan

81.25 81.25

6 Melaksanakan pembelajaran yang

mengaktifkan siswa 75 93.75

7 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa

dengan siswa 68.75 93.75

8 Memfasilitasi adanya interaksi antara siswa

dengan guru 68.75 87.5

9 Memotivasi siswa untuk bertanya 50 75

10 Menggunakan media/alat peraga yang

menunjang proses pembelajaran 68.75 81.25

11 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

pembelajaran 75 93.75

12 Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

bersama siswa 87.5 75

13 Melakukan penilaian sesuai dengan

kompetensi yang hendak dicapai 68.75 81.25

Jumlah 918.75 1093.75

Rata-rata (%) 70.7 84.1

Peningkatan Persentase Aktivitas Mengajar Guru

= X siklus II – X siklus I

= 84.1% - 70.7%

= 13.5%

Page 151: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal

Lampiran 23

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI

Data Siklus I Siklus II

Rata-rata nilai 71.5 75.6

Jumlah siswa tuntas 26 siswa 32 siswa

Jumlah siswa belum tuntas 11 siswa 5 siswa

Prosentase ketuntasan siswa 70.3% 86.5%

Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

= X siklus II – X siklus I

= 86.5% - 70.3%

=16.2%

Page 152: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 153: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 154: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 155: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 156: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal
Page 157: PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24901/1/Maulidya... · mencapai 67.6% dan pada siklus II mencapai 83.8%. Hal