penelitian mengenai pemberian tunjangan profesi … filelaporan hasil penelitian penelitian mengenai...

74
LAPORAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN MENGENAI PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA GURU SD, SMP, SMU DAN SMK DI KOTA MEDAN Oleh Tim Peneliti Balitbang Kota Medan BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MEDAN 2011

Upload: hoangthu

Post on 22-Aug-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENELITIAN MENGENAI PEMBERIAN

TUNJANGAN PROFESI TERHADAP

KINERJA GURU SD, SMP, SMU DAN SMK DI

KOTA MEDAN

Oleh

Tim Peneliti

Balitbang Kota Medan

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KOTA MEDAN

2011

ABSTRAKSI

Program sertifikasi guru diharapkan pemerintah dapat mengatasi permasalahan

kualitas pendidikan. Melalui program sertifikasi diharapkan kinerja guru akan

meningkat. Tunjangan profesi pendidik (TPP) merupakan bentuk tunjangan yang

diberikan kepada guru agar dapat meningkatkan kinerja profesinya. Setelah program

sertifikasi guru dilakukan sejak tahun 2006 maka perlu dilakukan evaluasi untuk

mengetahui pakah program tersebut dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.

Karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pemberian tunjangan

sertifikasi terhadap kinerja gurudan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang

dihadapi guru dalam meningkatkan kinerjanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP dan SMA/SMK di

Kota Medan yang sudah lulus program sertifikasi. Sampel penelitian sebanyak 283

orang guru yang diambil secara proporsional random sampling. Data dalam penelitian

berupa kinerja guru. Data tersebut dikumpulkan melalui angket dan wawancara

mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Analisis Data Untuk guru SD diperoleh hasil yang signifikan dengan nilai t hitung

sebesar 7,314 pada signifikansi sebesar 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan

sertifikasi untuk guru SD berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

kinerja guru-guru SD

2. Analisis Data kelompok guru SMP menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,267 pada

signifikansi sebesar 0,001. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk SMP

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru SMP

3. Untuk kelompok SMA/SMK diperoleh hasil signifikan dengan tingkat t hitung

6,692 dan tingkat signifikansi 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk

guru SMA/SMK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-

guru SMA/SMK.

4. Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi,pengembangan

profesi dan pendukung profesi untuk SD, SMP dan SMA/SMK hasilnya adalah

signifikan dengan tingkat t hitung 2,648 dan signifikansi sebesar 0,009. Yang

berarti bahwa tunjangan sertifikasi berpengaruh secara signifikan untuk

peningkatan kinerja guru-guru di Kota Medan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ABSTRAKSI

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah ……………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………… 5

1.5 Kerangka Berfikir ………………………………………………… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Sertifikasi Guru ………………………………………………. 7

2.2 Kinerja Guru ………………………………………………… 20

2.3 Guru Yang Profesional ………………………………………………… 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………………. 26

3.2 Sumber Dana ………………………………………………… 26

3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………… 26

3.4 Variabel Penelitian ………………………………………………… 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 27

3.6 Teknik Analisis Data ………………………………………………… 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………… 28

4.2 Pembahasan ………………………………………………… 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 42

5.2 Saran ………………………………………………… 42

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 44

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Guru di kota Medan yang telah Disertifikasi.....……….. 4

Tabel 2 Hasil Analisis Data Unsur A……………………………………. 29

Tabel 3 Hasil Analisis Data Unsur B…………………………………….. 30

Tabel 4 Hasil Analisis Data Unsur C…………………………………….. 31

Tabel 5 Hasil Analisis Korelasi Kinerja Guru Sebelum dan Sesudah Sertifikasi 32

Tabel 6 Hasil Analisis Data Sampel Total……………………………….. 32

Tabel 7 Hasil Analisis Korelasi untuk kesepuluh Indikator Kinerja Guru… 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia

pada era globalisasi sekarang, karena melalui proses pendidikan tersebut, manusia akan

memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Melalui pendidikan,

manusia akan mengalami beberapa perubahan setidaknya perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu, perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, lebih mapan dalam

kehidupan dan perubahan menuju peradaban yang lebih maju sesuai perkembangan

ilmu pengetahuan dan tuntutan lingkungan.

Pendidikan dipandang juga sebagai bentuk investasi bagi suatu bangsa. Melalui

pendidikan kualitas sumber daya manusia terbangun setingkat dengan mutu pendidikan

tersebut. Pembangunan dalam bidang pendidikan tidak boleh berhenti selama tujuan

pendidikan belum tercapai seutuhnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No

20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah pusat dan

pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi

setiap warganya. Hal ini tentunya memerlukan upaya terus menerus dan serius dari

pemerintah.

Namun cita-cita mewujudkan pendidikan bermutu tersebut tidaklah mudah,

pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Keterpurukan mutu pendidikan di

Indonesia seperti dinyatakan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural

Organization (UNESCO) PBB. Menurutnya, peringkat Indonesia dalam bidang

pendidikan tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Selain itu, hasil

penelitian United Nations Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang

Indeks Pengembangan Manusia (IPM), menunjukkan bahwa Indonesia berada pada

peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti. Bila dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian tersebut, Indonesia berada pada

peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam penentuan

komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan bangsa atau

pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya

manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah.

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen

mutu guru. Mengingat bahwa salah satu aspek dari proses pendidikan adalah kegiatan

pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan dari peran dan fungsi guru, sehingga dalam

upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran agar mampu

menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Rendahnya profesionalitas guru di

Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru dalam mengajar. Data Balitbang Depdiknas

Tahun 2008, menunjukkan bahwa guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik

negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%, sedangkan guru SMP Negeri 54,12%,

guru SMP Swasta 60,99%, guru SMA Negeri 65,29%, guru SMA Swasta 64,73%, dan

untuk guru SMK Negeri 55,91 %, guru SMK Swasta 58,26 %. Data ini menunjukkan

bahwa secara kualifikasi akademik yang mencakup tingkat pendidikan guru dan latar

belakang pendidikan, ternyata masih terdapat permasalahan dan tentunya belum

menguatkan pemberlakuan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen

Agar dapat mengajar secara lebih efektif, guru harus senantiasa meningkatkan

kemampuan profesional serta mutu mengajarnya, dan untuk mencapai hasil

pembelajaran yang optimal, guru harus mampu mendesain proses pembelajaran dengan

baik, karenanya harus didesain perencanaan pembelajaran yang sistematis dan aplikatif.

Seperti yang disampaikan oleh Majid (2007) bahwa “perencanaan pembelajaran yang

sistematis dan aplikatif baru dapat diwujudkan manakala guru mempunyai sejumlah

kompetensi”. Sedangkan sesuai PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Pasal 28, bahwa “Pendidik merupakan agen pembelajaran yang harus

memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadiaan,

profesional, dan sosial”. Pemenuhan persyaratan penguasaan keempat kompetensi

tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sebagai bukti bahwa persyaratan

tersebut telah dipenuhi, guru harus memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh setelah

lulus uji kompetensi. Uji kompetensi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua cara

yaitu : 1) penilaian portofolio dan 2) melalui jalur pendidikan.

Arti pentingnya kinerja guru sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan

mutu pendidikan. Karenanya, upaya peningkatan kinerja guru merupakan salah satu

solusi guna mengatasi permasalahan rendahnya kualitas pendidikan. Sesuai dengan

pendapat Liwes (1999: 54) yang menyatakan bahwa “Guru yang profesional

merupakan salah satu jaminan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar yang lebih

efektif, dan dengan kualitas guru maka proses belajar-mengajar diharapkan akan

berhasil secara optimal”. Dari pandangan tersebut, jelaslah bawa keberadaan guru

dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting dan dominan terutama dalam

proses transformasi pengetahuan kepada siswa. Namun peningkatan kinerja guru tidak

terlepas dari pengaruh sejumlah kompensasi yang termuat dalam sertifikasi.

Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah

memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai, namun sebagai

akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan

pendidikan kekinian, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan

kompetensinya secara dinamis. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan

kompetensi guru tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,

namun yang lebih penting adalah kemampuan diri untuk terus menerus melakukan

peningkatan kelayakan kompetensi. Sementara pendapat lain disampaikan oleh

Sergiovanni (dalam Mantja, 2002) yang menegaskan bahwa teachers are expected to

put their knowledge to work to demonstrate they can do the job. Finally, professional

are expected to engage in a life long commitment to self improvement. Self

improvement is the will-grow competency area. Pernyataan Sergiovanni tersebut

memberikan petunjuk bahwa asumsi profesionalisme guru pasca sertifikasi seyogianya

menjadi dasar bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan perbaikan

diri dalam rangka meningkatkan kompetensi. Peningkatan kompetensi atas dorongan

komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya.

Komitmen untuk meningkatkan keefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian

tujuan program, yaitu program pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan

output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk

mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka proses-proses

perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program

pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan kekinian.

Penjelasan di atas mengindikasikan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi

manajemen sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi guru meningkatkan

profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan

melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi.

Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi mutu

pendidikan yang rendah ini adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Pemerintah

telah melakukan uji kompetensi untuk menentukan guru yang professional. Uji

kompetensi ini dikenal dengan sertifkasi guru. Pemerintah berharap melalui sertifikasi

guru akan dapat meningkatkan kinerja mereka sehingga juga akan berdampak terhadap

peningkatkan prestasi siswa.

Data yang dikumpulkan dari Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon UNIMED,

diketahui bahwa jumlah guru yang sudah mengikuti uji kompetensi sejak tahun 2006

sampai dengan tahun 2009 seperti dipaparkan pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1

Jumlah Guru di Kota Medan yang Telah Disertifikasi

Tahun 2006 s/d 2009

NO TINGKAT T A H U N

2006 2007 2008 2009

1 SD N 106 318 513 379

2 SLTP N 59 225 658 226

3 SLTA N - 419 874 194

Sumber: Hasil Analisis Unit PLPG Unimed 2009. www.unimed.ac.id

Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik tersebut telah memperoleh

tunjangan profesi. Dan tunjangan profesi tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kinerja mereka. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap

faktor-faktor yang menjadi permasalahan yang berhubungan dengan rendahnya kualitas

pendidikan pasca dilakukannya program sertifikasi guru .

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak pemberian tunjangan profesi terhadap kinerja guru di Kota

Medan ?.

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam meningkatkan kinerja ?.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dampak pemberian tunjangan sertifikasi terhadap kinerja

guru di Kota Medan

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam

meningkatkan kinerjanya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi guru terutama berhubungan dengan peran dan tanggung

jawabnya dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik

2. Masukan bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan

kualitas kinerja guru dalam membentuk dan menghasilkan peserta didik yang

berkualitas

3. Masukan bagi instansi terkait sehubungan dengan masih adanya beberapa

hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan kualitas kinerjanya.

1.5. Kerangka Berfikir

Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan, salah

satu diantaranya adalah variabel pendidik (guru). Salah satu penyebab rendahnya mutu

pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya mutu guru ini

berkaitan erat dengan rendahnya kesejahteraan guru. Seiring dengan kondisi ini

pemerintah berupaya mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah

dengan mengadakan sertifikasi.

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat

pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar

profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam

bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas

pengalaman profeisonal guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen

yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman

mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan

pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam

forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan

penghargaan yang relevan.

Guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik berhak pula mendapat

tunjangan profesi. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 16

disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif

berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD

adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Oleh karena itu setelah guru

memperoleh tunjangan profesi kualitas/kinerja guru yang bersangkutan meningkat

secara siginifikan yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

U n s u r A

a) Kualifikasi Akademik

b) Pengalaman mengajar

c) Perencanaan dan

pelaksanaan

pembelajaran

U n s u r B

a) Pendidikan dan

pelatihan

b) Penilaian dari atasan

dan pengawas

c) Prestasi akademik

d) Karya pengembangan

profesi

U n s u r C

a) Keikutsertaan dalam

forum ilmiah

b) Pengalaman

Organisasi

c) Penghargaan yang

relevan dgn bidang

pendidikan

Kinerja

Guru

Sebelum Sertifikasi

U n s u r A

a) Kualifikasi Akademik

b) Pengalaman mengajar

c) Perencanaan dan

pelaksanaan

pembelajaran

U n s u r B

a) Pendidikan dan

pelatihan

b) Penilaian dari atasan

dan pengawas

c) Prestasi akademik

d) Karya pengembangan

profesi

U n s u r C

a) Keikutsertaan dalam

forum ilmiah

b) Pengalaman

Organisasi

c) Penghargaan yang

relevan dgn bidang

pendidikan

Kinerja

Guru

Setelah Sertifikasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.

Menurut Kunandar (2007: 79) sertifikasi guru adalah ”Proses untuk memberikan

sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar

kompetensi”. Dari pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa sertifikat pendidik

diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Sementara itu,

dalam UU No.14 tahun 2005 disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian

sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen. Selanjutnya Pasal 1 ayat (12) menyatakan

bahwa sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru sebagai tenaga profesional. Ada dua alasan yang mendasar mengapa

sertifikasi perlu dilakukan pada profesi guru. Pertama, meningkatkan kualitas guru dan

kompetensi guru. Kedua, meningkatkan kesejahteraan dan jaminan finansial secara

layak sebagai profesi. Adapun targetnya adalah terciptanya kualitas pendidikan.

Peningkatan kualifikasi dimaksudkan agar guru yang bersangkutan layak untuk

menjadi guru yang profesional. Guru profesional merupakan syarat untuk menciptakan

praktik pendidikan yang berkualitas. Guru yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti

program sertifikasi untuk mendapat sertifikat pendidik.

Tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya

diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Kunandar (2007: 79)

mengemukakan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk:

1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional;

2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;

3. Meningkatkan martabat guru;

4. Meningkatkan profesionalitas guru.

Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru gencar dilakukan, sertifikasi guru

adalah salah satunya. Program sertifikasi ternyata cukup ampuh untuk membangkitkan

profesionalisme guru. Adanya program sertifikasi guru menumbuhkan motivasi guru

untuk lebih meningkatkan profesionalismenya. Hal itu dapat dilihat dari maraknya

kegiatan seminar, lokakarya, simposium sampai diklat pelatihan yang banyak dihadiri

atau diikuti oleh guru, baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas swasta

dan negeri.

Sebelum program sertifikasi didengungkan pemerintah, sangat jarang guru yang

mengikuti kegiatan tersebut di atas. Tetapi sekarang banyak guru yang semangat

meneruskan jenjang pendidikan dengan mengikuti program penyetaraan. Dengan

antusiasme melakukan kegiatan tersebut, seorang guru diharapkan akan menjadi guru

yang lebih profesional. Karena dengan mengikuti program penyetaraan dan kegiatan

ilmiah, guru dapat meningkatkan intelektualitas dalam mengajar anak didiknya.

Namun, uji sertifikasi hanyalah sekedar penyaringan. Setelah disaring, guru

mempunyai tugas berat untuk mengemban amanat mengajar secara lebih demokratis,

manusiawi, dan transformatif. Komitmen dan semangat guru dalam memfasilitatori

peserta didik menjadi tantangan tersendiri bagi guru.

Setelah lulus sertifikasi, guru juga akan mendapat tunjangan profesi. Dengan

mendapatkan tunjangan profesi, diharapkan kesejahteraan guru dapat naik dengan

sendirinya. Namun kenyataannya, ada saja guru yang tidak menjunjung profesionalitas

dalam mengajar. Hal ini tentu menjadi faktor penyebab tidak meningkatnya prestasi

belajar siswa.

Permendiknas No. 10 Tahun 2009 tentang sertifikasi guru menyatakan bahwa

sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh

sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut lebih dikenal dengan program sertifikasi

guru. Uji kompetensi ini dilakukan untuk memperoleh sertifikat pendidik dan dilakukan

dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi

guru. Komponen-komponen portofolio tersebut mencakup :

1. Kualifikasi akademik

2. Pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan peningkatan

kompetensi

3. Pengalaman mengajar

4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

5. Penilaian dari atasan dan pengawas

6. Prestasi akademik

7. Karya pengembangan profesi

8. Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah

9. Pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial

10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Berikut ini akan dipaparkan setiap komponen dari sepuluh komponen tersebut

di atas.

1. Kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru yang

diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan pada saat yang bersangkutan

mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun non-gelar

(D-IV), baik di dalam maupun di luar negeri. Khusus untuk perserta sertifikasi

yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-IV sesuai Ketentuan Peralihan

Pasal 66 PP 74 Tahun 2008, komponen kualifikasi akademik adalah ijazah

pendidikan terakhir berupa ijazah atau sertifikat diploma.

2. Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah

diikuti selama menjadi guru, kepala sekolah, dan setelah diangkat dalam jabatan

pengawas dalam rangka pengembangan dan/ atau peningkatan kompetensi selama

melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Workshop/lokakarya

yang sekurang-kurangnya dilaksanakan 8 jam dan menghasilkan karya dapat

dikategorikan ke dalam komponen ini. Bukti fisik komponen pendidikan dan

pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam yang dikeluarkan oleh lembaga

penyelenggara. Bukti fisik untuk workshop/lokakarya berupa sertifikat/piagam

disertai hasil karya. Workshop/lokakarya tanpa melampirkan hasil karya (produk),

meskipun pada sertifikat/piagam telah mencantumkan daftar materi dan alokasi

waktu, tidak dapat dikategorikan ke dalam komponen pendidikan dan pelatihan

(dimasukkan ke dalam keikutsertaan dalam forum ilmiah). Komponen pendidikan

dan pelatihan hanya dinilai untuk kategori relevan (R) dan kurang relevan (KR),

sedangkan yang tidak relevan (TR) tidak dinilai. Relevan apabila materi diklat

secara langsung meningkatkan kompetensi supervisi akademik, kompetensi

supervisi manajerial, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan

pengembangan, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional guru; kurang

relevan apabila materi diklat mendukung kinerja professional guru dan/atau guru

yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Tidak relevan apabila

materi diklat tidak mendukung kinerja professional guru dan/atau guru yang

diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan

3. Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru, kepala sekolah, dan/atau

dalam jabatan pengawas satuan pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan

formal. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat

keputusan, surat tugas, atau surat keterangan dari lembaga berwenang (pemerintah,

pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan). Apabila

bukti fisik berupa surat keterangan dari satuan pendidikan tempat dahulu bertugas

maka harus dikuatkan dengan bukti pendukung, antara lain (membimbing siswa,

membina ekstra kurikuler, dll.) pada saat guru yang bersangkutan bertugas di

sekolah tersebut.

4. Perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran bagi peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam

jabatan pengawas berupa rencana program kepengawasan dan perencanaan

pembelajaran. Rencana program kepengawasan terdiri atas (1) rencana

kepengawasan akademik (RKA), dan (2) rencana kepengawasan manajerial

(RKM). Kedua dokumen tersebut, yaitu RKA dan RKM sekurang-kurangnya

memuat: aspek kepengawasan, tujuan kepengawasan, indikator keberhasilan,

teknik kepengawasan, skenario kegiatan kepengawasan, penilaian dan instrument,

dan rencana tindak lanjut. Bukti fisik rencana program kepengawasan berupa: tiga

rencana kepengawasan akademik pada aspek yang berbeda, dan dua rencana

kepengawasan manajerial pada aspek yang berbeda.

Bukti fisik perencanaan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP/RP/SP) hasil karya guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang

bersangkutan sebanyak tiga satuan untuk kompetensi dasar/mata pelajaran yang

berbeda. Bukti fisik ini dinilai oleh assessor dengan menggunakan format yang

tercantum dalam bagian II.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun sesuai dengan format yang

berlaku dan sekurang-kurangnya memuat perumusan kompetensi, pemilihan dan

pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario

pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.

Pelaksanaan pembelajaran bagi peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam

jabatan pengawas berupa kinerja pengawas dalam melaksanakan tugas

kepengawasan yang meliputi pemantauan, penilaian, dan pembinaan dalam bidang

akademik dan manajerial pada sekolah binaannya. Bukti fisik komponen ini

berupa laporan pelaksanaan program kepengawasan akademik dan manajerial satu

tahun terakhir, yang sekurang-kurangnya memuat: aspek, tujuan,

pendekatan/metode, hasil dan pembahasan, simpulan, dan rekomendasi lanjut.

Sistematika laporan pelaksanaan program kepengawasan meliputi: (1)

pendahuluan, yang terdiri atas (a) latar belakang, (b) aspek, (c) tujuan; (2)

pendekatan dan metode, yang terdiri atas (a) teknik pengawasan dan (b) skenario;

(3) hasil pengawasan, yang terdiri atas (a) hasil pengawasan, dan (b) pembahasan

hasil; dan (4) simpulan dan rekomendasi, yang terdiri (a) simpulan, dan (b)

rekomendasi tindak lanjut. Bukti fisik ini dinilai oleh assessor dengan

menggunakan format penilaian yang tercantum dalam bagian II.

5. Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian kompetensi kepribadian dan

sosial peserta sertifikasi guru. Peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam jabatan

pengawas penilainya adalah kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

Aspek yang dinilai meliputi (1) ketaatan menjalankan ajaran agama, (2) tanggung

jawab, (3) kejujuran, (4) kedisiplinan, (5) keteladanan, (6) etos kerja, (7) inovasi

dan kreativitas, (8) kemampuan menerima kritik dan saran, (9) kemampuan

berkomunikasi, dan (10) kemampuan bekerjasama. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan Format Penilaian Atasan yang tercantum pada Bagian II.

6. Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya

sebagai pendidik dan agen pembelajaran, kepala sekolah, dan/atau setelah diangkat

dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang mendapat pengakuan dari

lembaga/ panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi sebagai berikut.

a. Lomba karya akademik, yaitu juara lomba akademik atau karya bidang

keahlian/bidang tugas, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

nasional, maupun internasional

b. Karya monumental dibidang pendidikan atau nonkependidikan adalah karya

yang bersifat inovatif (belum ada sebelumnya) dan bermanfaat bagi masyarakat

(minimal tingkat kabupaten/kota).

c. Sertifikat keahlian/keterampilan tertentu pada guru SMK dan guru olahraga, dan

capaian skor TOEFL yang masih berlaku.

d. Pembimbingan teman sejawat, yaitu melaksanakan tugas sebagai instruktur,

guru inti, tutor, pembimbingan guru junior, dan pamong PPL calon guru yang

dilakukan oleh peserta sertifikasi selama yang bersangkutan bertugas sebagai

guru.

e. Pembimbingan siswa sampai mencapai juara (juara I,II, atau III) atau tidak

mencapai juara sesuai dengan bidang studi/keahliannya.

Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan disertai

bukti relevan yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

7. Karya pengembangan profesi adalah hasil karya dan/ atau aktivitas dalam

pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran, kepala sekolah,

dan/atau setelah diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang

menunjukkan adanya upaya pengembangan profesi.

Komponen ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional;

b. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/ majalah yang tidak terakreditasi,

terakreditasi, dan internasional;

c. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal;

d. Penulis soal EBTANAS/UN/UASDA selama bertugas sebagai guru;

e. Modul diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1

(satu) semester yang dihasilkan selama bertugas sebagai guru;

f. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya yang dihasilkan selama bertugas

sebagai guru;

g. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok); dan

h. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis,

sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan bidang

tugasnya.

Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa sertifikat/piagam/surat keterangan

dari pejabat yang berwenang yang disertai dengan bukti fisik yang dapat berupa

buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan bukti fisik

lain yang relevan yang telah disahkan oleh atasan langsung. Untuk bukti fisik

laporan penelitian selain disahkan oleh atasan langsung juga harus diketahui oleh

kepala UPTD untuk guru SD dan oleh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota

untuk guru SMP/SMA/SMK.

8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi peserta sertifikasi dalam

forum ilmiah (seminar, semiloka, symposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis

forum ilmiah lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,

atau internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah, pembahas, moderator,

maupun sebagai peserta. Komponen dibedakan kedalam kategori relevan (R) dan

tidak relevan (TR). Relevan apabila tema/materi forum ilmiah mendukung kinerja

professional, baik sebagai guru, kepala sekolah, maupun pengawas satuan

pendidikan. Tidak relevan apabila tema/materi forum ilmiah tidak mendukung

kinerja professional, baik sebagai guru, kepala sekolah, maupun pengawas satuan

pendidikan; contoh guru bidang studi Bahasa Indonesia mengikuti seminar

ketahanan pangan di Indonesia. Bukti fisik keikutsertaan dalam forum ilmiah

berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber/pemakalah, dan sertifikat/

piagam bagi moderator/peserta.

9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial adalah keikutsertaan

peserta sertifikasi menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial

pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional atau

internasional, dan /atau mendapat tugas tambahan. Pengurus organisasi di bidang

kependidikan antara lain: Pengurus Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS),

Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS), Kelompok Kerja Pengawas

Sekolah (KKPS), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Ikatan Sarjana

Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI),

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Ikatan Sarjana

Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI), Asosiasi Pendidikan Khusus

Indonesia (APKHIN), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Asosiasi

Kepala Sekolah Indonesia (AKSI), dan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia

(APSI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua RW, ketua

LMD/BPD, dan Pembina kegiatan keagamaan (takmir masjid, pembina gereja,

dll). Mendapat tugas tambahan antara lain: koordinator pengawas, kepala sekolah,

wakil kepala sekolah, pembantu kepala sekolah, kepala urusan, ketua jurusan,

ketua program keahlian, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio,

kepala klinik rehabilitasi, wali kelas (guru kelas SD/TK), dan kegiatan ekstra

kurikuler (pramuka, drumband, madding, karya ilmiah remaja-KIR, dll), tidak

termasuk kepanitiaan. Bukti fisik komponen ini adalah foto kopi surat keputusan

atau surat keterangan.

10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan yang

diperoleh guru atas dedikasinya dalam pelaksanaan tugas sebagai pendidik

dan/atau bertugas di Daerah Khusus dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama

waktu, hasil, lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik pada

tingkat satuan pendidikan, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi, nasional, maupun internasional. Contoh penghargaan yang dapat dinilai

antara lain tingkat nasional: Satyalencana Karya Satya 10 tahun, 20 tahun, dan 30

tahun; tingkat provinsi /kabupaten /kota/ kecamatan/ kelurahan/ satuan pendidikan

: penghargaan guru favorit/guru inovatif, dan penghargaan lain sesuai dengan

kekhasan daerah/penyelenggara. Contoh penghargaan yang tidak dinilai antara lain

penghargaan panitia pemilu (KPPS), penghargaan dari partai, penghargaan KB

lestari. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan

yang dikeluarkan oleh pihak berwenang

Komponen-komponen tersebut di atas sesungguhnya akan menggambarkan

kompetensi guru, yang secara garis besar mencakup empat jenis kompetensi, yaitu (1)

kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4)

kompetensi kepribadian.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menentukan, bahwa

peningkatan kesejahteraan guru besarnya dapat mencapai lebih dari dua kali lipat

penghasilan guru saat ini. Pasal 15 ayat (1) dalam UU tersebut juga menentukan bahwa,

guru akan mendapatkan kesejahteraan profesi yang berasal dari berapa sumber finansial

antara lain: gaji pokok, tunjangan gaji, tunjangan fungsional, tunjangan profesi,

tunjangan khusus dan dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai

guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Hal ini mengingat

betapa besar tugas dan peran yang harus diemban oleh seorang guru.

Muslich (2007: 47) mengemukakan bahwa “Landasan pelaksanaan sertifikasi

antara lain: Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru

Dalam Jabatan yang ditetapkan tanggal 4 Mei 2007” .

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika guru mengikuti

sertifikasi, tujuan utamanya bukanlah untuk mendapatkan tunjangan profesi semata,

melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki

kompetensi. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna

memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar

untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi akan

membawa dampak positif, yaitu meningkatnya kualitas guru.

Langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan

kualitas guru sesuai dengan kompetensi keguruannya. Dalam UU guru ada beberapa hal

yang dapat dikelompokan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas atau mutu guru

antara lain: (1) sertifikasi guru, (2) pembaharuan sertifikat, (3) beberapa fasilitas untuk

memajukan diri (4) sarjana nonpendidikan dapat menjadi guru. Semua guru harus

mempunyai sertifikat profesi guru, sebagai standar kompetensi guru.

Sertifikasi guru jangan dipandang sebagai satu-satunya jalan atau sebagai satu-

satunya alat ukur mutu guru. Sebab sertifikasi guru belum tentu menjamin peningkatan

kualitas guru. Maka, birokrasi dalam hal ini pemerintah jangan hanya memikirkan agar

guru dapat disertifikasi dan dipaksa menjadi baik secara ”instan” dengan mengabaikan

kondisi guru. Sebab, jika kesiapan para guru dan lingkungan kerja guru tidak

mendukung penggunaan maksimal kompetensinya, kesejahteraan guru kurang layak,

maka sulit diharapkan perubahan dapat terjadi. Secara makro hal ini disebabkan

karena secara nasional maupun lokal guru tidak ditempatkan sebagai SDM yang

strategis untuk melakukan perubahan. Disamping kualitas guru yang masih rendah,

mereka juga masih dibayar rendah.

Dari hasil riset lapangan, banyak guru mengatakan bahwa sertifikasi profesi

guru sangat baik dan dapat mengangkat derajat dan wibawa para guru di Indonesia.

Tetapi, dalam penerapannya ada hal yang perlu diperhatikan yaitu : (1) kebanyakan

guru di Indonesia setelah menjadi pengajar tidak memperdalam pengetahuannya.

Artinya, banyak guru kita masih rendah dalam kompetensi pengajaran, (2) harus

dipertimbangkan model yang bagaimana yang tepat untuk guru-guru di Indonesia, dan

kesiapan para guru untuk disertifikasi, (3) perlu dilakukan pelatihan-pelatihan sebelum

sertifikasi dilaksanakan dan perlu dipikirkan tindak lanjut bagi guru yang tidak lolos

sertifikasi, (4) apabila kebijakan sertifikasi tersebut dilakukan secara ”mentah” dan

”instan”, tanpa sosialisasi dan pelatihan-pelatihan akan merugikan para guru yang

sudah cukup lama mengabdi.

Pandangan lain diperoleh dari para guru, yaitu penghargaan terhadap guru

belum sebanding dengan beberapa profesi lain (seperti profesi dokter, dan lain-lain).

Hal ini menjadi permasalahan mendasar bagi profesi guru itu sendiri, yaitu: Pertama,

persoalan yang mendasar adalah kebanyakan guru yang belum memenuhi kualifikasi

minimal untuk mengajar, baik dari segi ilmu maupun keterampilan. Kedua,

penghasilan guru yang kurang memadai apabila dibandingkan dengan penghasilan

profesi lain dan hal ini berimbas pada profesi guru itu sendiri kurang diminati. Profesi

guru tidak lebih dari sebuah pekerjaan ”terpaksa” dilakukan ketika tidak mampu

menemukan pekerjaan lain yang ”lebih baik”. Sebagai contoh saja, seorang guru akan

segera berpindah pada pekerjaan lain, ketika mendapatkan kesempatan bekerja di

tempat lain yang menjanjikan dan memberikan fasilitas serta penghasilan yang lebih

memadai. Menurut mereka, hanya - ”segelintir” – guru yang menyenangi dan menekuni

profesinya karena memiliki sumber pengahsilan lain.

Ketiga, banyak guru yang tidak memiliki standar kualifikasi yang dituntut oleh

masyarakat. Menurut mereka, bahwa seorang guru – berbeda dengan profesi dokter,

akuntan, dan pengacara – sangat banyak bekerja dengan mengandalkan keterampilan

berelasi. Guru banyak dituntut untuk bekerja dalam suatu tim kerja, berinteraksi secara

intensif setiap hari dengan siswa dan berkomunikasi dengan orang tua siswa. Keempat,

guru kurang dihargai, karena pekerjaan yang diembannya dianggap kurang

membutuhkan keterampilan yang sangat khusus dan memerlukan waktu yang cukup

lama untuk menjadi profesional.

Para guru mengatakan apabila program sertifikasi ini dapat secara langsung

menjawab persoalan-persoalan di atas, akan membuat profesi guru menjadi baik,

pekerjaan guru akan menjadi sebuah profesi yang menarik dan dikejar orang. Tetapi,

tampaknya program tersebut tidak akan sanggup menjawab beberapa persoalan

mendasar dari profesi guru itu sendiri. Maka kritik yang disampaikan mereka, apabila

yang dipercaya sebagai perancang program ini adalah sejumlah universitas eks IKIP,

ini menjadi pertanyaan, mengapa mereka yang tidak berhasil mengangkat martabat

guru dan bahkan merubah IKIP menjadi universitas, kenapa dijadikan dan dilibatkan

dalam penyusun program nasional yang sedemikian penting?.

Mengenai sasaran sertifikasi guru, dilaksanakan untuk semua guru, baik guru

lama maupun calon guru. Bagi guru yang lama perlu diberikan pelatihan-pelatihan

profesi keguruan baru dilakukan ujian sertifikasi. Bagi calon guru yang berkualifikasi

Sarjana kependidikan perlu mengikuti program sertifikasi guru dengan menempuh

beberapa mata kuliah dalam kurikulum S1 kependidikan atau yang SKS-nya belum

setara dengan kurikulum program sertifikasi. Sedangkan bagi calon guru yang

berkualifikasi sarjana atau Diploma non-kependidikan wajib menempuh program

sertifikat guru dengan mengambil seluruh kurikulum program sertifikat guru.

Agar sertifikasi itu sungguh bermutu, ujian profesi keguruan harus objektif,

bebas dari ”kkn”, dan ”suap”. Katakan saja, bila guru dan calon guru dalam ujian

sertifikasi memang terbukti tidak kompeten dan tidak lulus, tidak mendapatkan

sertifikat (Paul Suparno, KR:15/11/2005:10). Kemudian guru tersebut, ”diparkirkan”

atau diistirahatkan sementara untuk mengikuti pelatihan kompetensi keguruan dan

kemudian diuji kembali. Dengan demikian, keobjektifan dalam penilaian sangat

penting, sehingga tidak terjadi orang mendapatkan sertifikat dengan cara membeli,

koneksi atau ”koncoisme”. ”Bila hal ini terjadi, maka mutu guru tetap tidak terjamin

dan pendidikan tetap terpuruk” (Paul Suparno, KR:15/11/2005:10).

Selain itu, agar sertifikasi itu sungguh menunjukkan kemampuan dan

keterampilan guru dalam mengajar dengan segala kompetensi yang dimiliki. ”Badan

sertifikasi” guru sungguh harus objektif untuk menguji dan menilai sertifikasi guru.

Tapi pertanyaan mendasar yang dikemukakan Paul Suparno di atas, apakah badan

tersebut benar-benar ”objektif” untuk menguji kompetensi dan sertifikasi. Pertanyaan,

lembaga mana yang dapat ditunjuk secara ”objektif” untuk diberikan kualifikasi

melakukan sertifikasi dan uji kompetensi guru? Maka, untuk menguji kompetensi dan

sertifikasi, diperlukan suatu ”lembaga” atau ”badan independen” yang akan menilai

kompetensi guru. Perhatikan, kritik yang disampaikan para guru di atas, ”apabila

sejumlah universitas eks IKIP dipercaya sebagai perancang program ini,

dipertanyakan”. Kritik para guru tersebut, perlu menjadi pertimbangan untuk

menunjuk lembaga penyelenggaran uji sertifikasi.

Aspek sertifikasi guru yang akan diuji adalah mengacu pada kompetensi dasar

yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi profesional, persolan, kepribadian, dan

sosial. Pertama, kompetensi profesional, aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan

kemampuan mengajar, meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, penyusunan program

perbaikan dan pengayaan, kemampuan dalam membimbing dan konseling.

Kemampuan dalam bidang keilmuan, terkait dengan keluasan dan kedalaman ilmu

pengetahuan dan teknologi yang akan ditransformasikan kepada peserta didik,

pemahaman terhadap wawasan pendidikan, dan kemampuan memahami kebijakan-

kebijakan pendidikan. Kedua, kompetensi persolan, aspek pada kompetensi ini

berkaitan dengan aktualisasi diri dan menekuni profesi, jujur, beriman, bermoral, peka,

luwes, humanis, berwawasan luas, berpikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar

sepanjang hayat. Ketiga, kompetensi kepribadian, aspek pada kompetensi ini berkait

dengan kondisi guru sebagai individu yang berkepribadian yang utuh, mantap, dewasa,

berwibawa, berbudi luhur, anggun, bermoral, serta penuh keteladanan. Keempat,

kompetensi sosial, aspek pada kompetensi ini berkait dengan kemampuan

berkomunikasi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama pendidik dan

tenaga kependidikan, kemampuan menyelesaikan masalah, dan mengabdi pada

kepentingan masyarakat.

Proses sertifikasi para guru sebaiknya ditangani oleh lembaga atau badan

independen yang kompetensi dan objektif. Katakan saja, Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK) yang merupakan lembaga pendidikan tinggi yang

mengembangkan ilmu pendidikan dan keguruan, memiliki kewenangan dan

pengalaman pengadaan tenaga kependidikan, serta memiliki sumber daya manusia yang

kompeten di bidang kependidikan dan non kependidikan. Lembaga tersebut harus

didukung dengan berbagai sarana kependidikan, seperti Sekolah Laboratorium, Pusat

Sumber Belajar, Praktek Pengalaman Lapangan, dan Pusat Penelitian Kependidikan.

Uji kompetensi dan sertifikasi harus dilakukan secara ”by proses” dan bukan ”instan”.

Katakan saja, dari pengamatan di lapangan tentang uji dan evaluasi pendidikan dan

pembelajaran, biasanya kita terpaku pada hasil pembelajaran dan mengabaikan proses

pelaksanaan secara ”holistik”.

Contoh terdekat, adalah Ujian Akhir Nasional (UAN) bagi siswa-siswa yang

menuai protes dan bahkan merenggut beberapa nyawa siswa karena kecewa. Maka,

apabila uji kompetensi dan sertifikasi guru juga pelaksanaan seperti itu dan aspek-

aspek kompetensi hanya diujikan dengan sistem tes saja, ”apalagi yang kurang atau

tidak objektif”, maka hal itu tentu belum menjamin kepastian tingkat kompetensi dan

sertifikasi sebagai profesi guru. Agar sertifikasi itu dapat menunjukkan kemampuan

dan keterampilan guru dalam mengajar, maka uji kompetensi dan sertifikasi harus

dilakukan secara ”by proses”. Artinya, bagi para guru yang berasal dari ”fakultas

keguruan” sebelum diuji perlu disegarkan kembali pada aspek ”materi keilmuan”,

”keterampilan dan strategi mengajar”. Sedangkan bagi guru-guru yang berasal dari

nonkependiddikan, sebelum uji kompetensi dan sertifikasi, perlu dilakukan pelatihan

atau mengambil pendidikan profesi keguruan dengan bobot sejumlah 36 – 40 sks.

Aspek materi keguruan, yang dipelajari : Ilmu Pendidikan atau Landasan Pendidikan,

Metode dan Strategi Pembelajaran, Psikologi Perkembangan, Perencanaan

Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Psikologi Belajar, Media Pembelajaran,

Bimbingan dan Konseling, Komunikasi Pendidikan, Profesi Keguruan, Telaah

Pengembangan Kurikulum, Penelitian dan Evalusi Sistem Pendidikan, serta Praktek

Pengenalan Lapangan (PPL). Setelah itu baru dilakukan uji profesi atau kompetensi

dan sertifikasi. Apabila proses ini dilakukan secara terencana, sistimatik, dan objektif,

serta terhindar atau bebas dari KKN, ”suap” atau dengan cara ”membeli sertifikat”,

maka mutu keilmuan guru dikemudian hari akan meningkat dan kualitas serta

kompetensi guru dapat dipertanggungjawabkan.

Catatan akhir sebagai sebuah renungan, sertifikasi dan kompetensi itu penting,

tetapi pendidikan lebih dari itu. Pendidikan pascamodern tidak lagi mono-sentralistik.

Pusat-pusat pengembangan dapat saja berada di mana-mana (J.Bismoko, KR,

3/12/2005). Katakan saja, sumber ilmu pengetahuan yang selama ini dianggap terpusat

pada institusi pendidikan formal yang konvensional, mungkin saja akan tergeser.

Sebab, sumber ilmu pengetahuan akan tersebar di mana-mana dan setiap orang akan

dengan mudah memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan kerena diperoleh melalui

sarana ”internet” dan ”media informasi” lainnya. Paradigma ini dikenal dikenal

sebagai distributed intelligence (distributed knowledge). Dengan paradigma ini,

tampaknya fungsi guru/dosen/lembaga pendidikan akan beralih dari sebuah sumber

ilmu pengetahuan menjadi mediator dari ilmu pengetahuan (Hujair AH. Sanaky, 2004:

94). Hal ini, menunjukan bahwa di masa depan sekolah akan berubah dari format kelas

menjadi sekolah bersama dalam satu kota, sekolah bersama dalam satu negara, bahkan

bersama di dunia atau sekolah global (Purwanto, http://www.pustekkom).

2.2 Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu

organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan

memberikan hasil yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

keahliannya. Kinerja guru adalah perilaku yang berhubungan dengan kerja

guru.(Anoraga:1998). Kerja merupakan kebutuhan seseorang, kebutuhan tersebut

bermacam-macam, berkembang dan berubah, dan bahkan sering tidak disadari oleh

pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapainya dan orang

tersebut berharap dengan melaksanakan pekerjaannya akan membawa ke keadaan yang

lebih baik dan memuaskan.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegara:2001) . Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan

bahwa kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi

kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan

guru dalam tugas keguruannya. Kinerja seorang guru tercermin dari kemampuannya

mencapai prasyarat-prasyarat tertentu yang telah ditetapkan atau dijadikan standar.

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan kemampuannya

menjalankan tugas pada proses pembelajaran yang mencakup aspek perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.

Kinerja guru yang tinggi tentunya menjadi impian bagi para guru.Namun dalam

realitanya untuk mencapai kinerja guru yang tinggi sebagian guru kesulitan untuk

mencapainya, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sebagian guru yang kesulitan

merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Masih ada

guru yang kesulitan dalam mengelola kelas, monoton dalam penggunaan metode,

sumber belajar dan media pembelajaran. Selain itu masih ada guru melakukan evaluasi

hasil pembelajaran yang belum objektif.

Sulistyorini (2001:69) mengatakan bahwa: “Kinerja adalah hasil tingkat

keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya serta kemampuan untuk mencapai kemajuan dan standar yang telah

ditetapkan”.

Sedangkan menurut Smith (dalam Rusman, 2009:318) mengatakan bahwa:

“Kinerja adalah performance is output derives from processes, human or otherwise,

yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan”. Berdasarkan pendapat ahli

di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah tingkat kemampuan seseorang

dalam menjalankan tugasnya yang dapat diukur dari tingkat pencapaian hasilnya.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil

belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Hasil dari pelaksanaan tugas guru dapat

diistilahkan dengan kinerja guru.

Menurut Suharsaputra, (2009, 19 Agustus 2010) pada hakikatnya “Kinerja guru

adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”.

Menurut Rusman (2009:354) kinerja atau unjuk kinerja dalam konteks profesi

guru mengatakan bahwa: “Kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran/KBM dan melakukan penilaian hasil belajar”.

Dari pengertian kinerja yang dijelaskan tersebut maka pengertian kinerja guru

adalah tingkat kemampuan guru dalam pelaksanaan suatu tugas kegiatan yang meliputi

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM dan melakukan penilaian

hasil belajar sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan

apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kinerja guru ini dapat diukur dengan sepuluh komponen yaitu: (1). Kualifikasi

akademik, (2). Pendidikan dan pelatihan,(3) Pengalaman mengajar,(4) Perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran,(5) Penilaian dari atasan dan pengawas, (6) Prestasi

akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9)

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (10) Penghargaan yang

relevan dengan bidang pendidikan

Standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas dalam menjalankan

tugasnya. Menurut Sulistyorini (2001:55) menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari

beberapa indikator yang meliputi: “(1) unjuk kerja, (2) penguasaan materi, (3)

penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) penguasaan cara-cara

penyesuaian diri, dan (5) kepribadian untuk melaksanakan kualitas dengan baik”.

Dengan demikian, seorang guru dikatakan berkompeten jika guru tersebut

memiliki kecakapan profesional keguruan yang ditandai dengan keahliannya yang

selaras dengan tuntutan bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Berkaitan

dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan keguruan dalam

proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,

melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan penilaian kinerja.

Penilaian kinerja dengan pendekatan yang berpusat pada pelaksanaan tugas, dilakukan

dengan cara menilai perilaku pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Dengan kata lain penilaian hasil, tetapi tidak difokuskan langsung pada kuantitas dan

kualitas hasil yang dicapainya, yang dilakukan adalah bagaimana tugas-tugas dilakukan

dan membandingkan perilaku seseorang dengan teman sekerja, cara

mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. Penilaian kinerja dijadikan

sebagai feedback bagi perbaikan kinerja selanjutnya.

2.3 Guru Yang Profesional

Merujuk UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai

berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

2. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab,

3. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,

4. Memiliki jaminan perlindungan hukum,

5. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

Dengan demikian jelaslah bahwa guru bukanlah perkerjaan ”sambilan”, tetapi

seorang intelektual yang harus menyesuaikan diri dengan situasi dan persoalan yang

dihadapi. Apabila pendidikan di Indonesia ini ingin maju dan berhasil, maka memang

para guru, yang menjadi ujung tombaknya harus sungguh profesional, baik dalam

bidang keahliannya (kompetensi), dalam bidang pendampingan, dan dalam

kehidupannya yang dapat dicontoh oleh sisiwa (Paul Suparno,2005).

Guru yang professional adalah guru yang menguasai empat kompetensi seperti

diamanatkan dalam UU No.14 tahun 2005. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat

tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai

dengan pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disebutkan

bahwa kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh

tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai

profesi.

Guru perlu melakukan beberapa usaha yang dilakukan untuk membangun

kompetensi : Pertama, guru harus memiliki rasa tidak puas dengan keadaan atau dengan

apa yang telah diperoleh, terutama sekali dalam bidang usaha mengajar. Kedua, guru

harus dapat memahami anak sebagai pribadi yang unik, yang satu sama lain memiliki

kekuatan dan kecerdasannya masing-masing. Ketiga, sebagai guru dituntut untuk

menjadi pribadi yang fleksibel dan terbuka. Fleksibel menghadapi situasi yang selalu

maju dalam dunia pendidikan. Keempat, guru harus merasa terpanggil untuk menekuni

profesinya sebagai guru, dan bukan pekerjaan ”sambilan”. Rasa terpanggil dengan

profesi guru, (David Hansen dalam Paul Suparno,2005), mengungkapkan bahwa

menjadi guru adalah panggilan hidup. Menurutnya, ada dua segi dalam panggilan,

yaitu : Pekerjaan itu membantu mengembangkan orang lain (ada unsur sosial), dan

pekerjaan itu juga mengembangkan dan memenuhi diri kita sebagai pribadi.

Jelas pekerjaan guru terlibat dengan suatu pekerjaan yang mempunyai arti dan nilai

sosial, yaitu berguna bagi perkembangan orang lain. Dalam pekerjaan guru, sangat

jelas bahwa mereka melakukan sesuatu pekerjaan yang berguna bagi perkembangan

hidup anak-anak, di lingkungan sekolah dan bahkan menyarakat dimana mereka

tinggal. Dengan menjalankan tugas sebagai guru yang baik, dengan membantu anak-

anak berkembang dalam semua aspek kehidupan, seorang guru semakin merasa hidup

berarti, semakin menemukan identitas dirinya, semakin merasakan kepuasan batin yang

mendalam (Paul Suparno,2005).

Apakah cukup idealisme bagi seorang guru yang profesional. Guru haruslah

berusaha untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi kompetensinya. Guru harus

selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: memahami tuntutan standar

profesi, jika ingin meningkatkan profesionalismenya, mencapai kualifikasi dan

kompetensi yang dipersyaratkan, membina jaringan kerja atau networking, yang akan

memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya, mengembangkan

etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada

pengguna pendidikan. Guru, memberikan pelayanan prima kepada pengguna

pendidikan: siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Tugas guru, termasuk

pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik.

Maka, guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik,

guru harus berusaha mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam

pemanfaatan teknologi komunikasi agar tidak ketinggalan atau “gaptek” (gagap

teknologi) dalam kemampuannya mengelola pembelajaran (Purwanto,2003). Maka,

sikap yang harus senantiasa dipupuk dan dimiliki guru adalah menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, kesediaan untuk mengenal profesinya, mau belajar dengan

meluangkan waktu untuk menjadi guru dan bukan pekerjaan sambilan.

Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem

pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggungjawab (UU No.14Th.2005:psl.6). Profesi guru

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut: Memiliki bakat, minat, penggalian jiwa, dan idealisme. Memiliki

komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimaman, ketaqwaan, dan akhlak

mulia. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugas. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh

penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesional, dan

memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan fungsi keprofesionalan guru (UU No.14 Th.2005:psl.7).

Esensi perlindungan hukum jabatan profesi guru dan dosen dimaksud untuk : (1)

memberikan jaminan kepastian bagi peserta didik, orang tua dan masyarakat untuk

mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu, (2) memberikan jaminan pada

tersedianya calon guru dan dosen yang profesional karena jabatan guru dan dosen akan

kembali dihormati dan dihargai secara layak, (3) memberikan jaminan bahwa

jabatan/pekerjaan guru dan dosen akan menjadi jabatan yang menarik dan kompetitif,

(4) memberikan jaminan bahwa para guru dan dosen akan memiliki motivasi kerja yang

tinggi dalam melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, (5) meningkatkan

kesadaran dan tanggungjawab profesionalitas guru dan dosen dalam bekerja dengan

terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi profesionalitasnya, (6) memberikan

jaminan perlindungan hukum bagi guru dan dosen untuk memperoleh hak-haknya

sebagai pengemban profesi yang tidak saja layak secara manusiawi, tetapi juga sesuai

dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya, (7) memberikan jaminan

perlindungan hukum bagi guru dan dosen dalam menghadapi ancaman dan/atau

tindakan yang tidak manusia dari peserta didik, orang tua/wali siswa, dan anggota

masyarakat, dan (8) menjamin kesetaraan semua satuan pendidikan antara satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (UU Guru dan Dosen No.14Tahun

2005).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Mei s/d Agustus 2011.

Lokasi dari penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri (SD), Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMP) dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) dan Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri (SMK) di Kota Medan.

3.2 Sumber Dana

Dana dalam penelitian ini berasal dari APBD Kota Medan dengan Nomor DPA

1.20.06.08.01.5.2

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP, SMA dan SMK

Negeri yang telah lulus sertifikasi dan telah dibayarkan tunjangan profesinya dalam

rentang waktu tahun 2007 sebanyak 962 orang.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 283 orang

Penarikan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling.Ukuran

sampel dari populasi ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

� � �

1 � ���

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran Populasi

ne2

= persen kelonggaran ketidakteliitian 5% (Umar 2004)

dengan demikian

� � 962

1 � 962�0,05��

� � 283 �����

Pengambilan sampel untuk setiap kelasnya dihitung dengan menggunakan rumus:

��� � ���

��� � ���

Dimana:

JSB = Jumlah sampel bagian

JPB = Jumlah Populasi bagian

JST = Jumlah sampel total

JPT = Jumlah populasi total

3.4 Variabel Penelitian.

Variabel penelitian ini adalah kinerja guru SD,SMP,SMA/SMK di Kota Medan.

Indikator dari variabel ini adalah: (1). Kualifikasi akademik, (2). Pendidikan dan

pelatihan, (3) Pengalaman mengajar, (4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

(5) Penilaian dari atasan dan pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya

pengembangan profesi, (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) Pengalaman

organisasi dibidang kependidikan dan sosial, (10) Penghargaan yang relevan dengan

bidang pendidikan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan instrumen angket dan wawancara yang mendalam

kepada guru dan kepala sekolah.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan

menggunakan uji t. pengolahan data menggunakan program SPSS versi 17.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Deskriptif Statistik untuk masing-masing variabel secara keseluruhan akan

disajikan berikut ini. Adapun hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat di

lampiran. Dalam analisis data, sepuluh indikator variabel dikelompokkan menjadi 3

yaitu:

A. Unsur kualifikasi akademik dan tugas pokok :

(1). Kualifikasi akademik,

(2). Pengalaman Mengajar

(3). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

B. Unsur Pengembangan Profesi :

(1) Pendidikan dan pelatihan

(2) Penilaian dari atasan dan pengawas,

(3) Prestasi akademik,

(4) Karya pengembangan profesi,

C. Unsur Pendukung Profesi :

(1) Keikutsertaan dalam forum ilmiah,

(2) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial,

(3) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Hasil analisis data untuk masing-masing kelompok baik kelompok berdasarkan

indikator variabel penelitian maupun kelompok berdasarkan strata sampel, yaitu guru

SD, Guru SMP dan Guru SLTA (SMA dan SMK) akan dipaparkan sebagai berikut :

A. Unsur Kualifikasi Akademik dan Tugas Pokok

Hasil analisis statistik unsur kualifikasi akademik dan tugas pokok melalui uji

korelasi dengan sampel guru yang dibagi menurut strata pendidikan ( SD, SMP dan

SMA/SMK ) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini .

Tabel 2. Hasil Analisis Data Unsur A

Sampel rxy r2

t Sig.

Guru SD 0,386 0,149 4,011 0,000

Guru SMP 0,275 0,076 2,103 0,040

Guru SMA/SMK 0,576 0,332 7,335 0,000

berdasarkan tabel tersebut di atas, diketahui bahwa untuk sampel guru SD nilai

koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,386 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,9%..

Sedangkan nilai t hitung sebesar 4,011 dengan signifikansi sebesar 0,000.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru Sekolah Dasar (SD) dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 47.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP nilai koefisien korelasi (rxy)

sebesar 0,275 dan nilai determinasi r2 sebesar 7,6%.. Sedangkan nilai t hitung sebesar

2,103 dengan signifikansi sebesar 0,040.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dilihat pada Lampiran 5

halaman 51.

Sedangkan untuk sampel guru SMA/SMK, sesuai Tabel 2 tersebut diketahui bahwa

nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,576 dan nilai determinasi r2 sebesar 33,2%.

Sedangkan nilai t hitung sebesar 7,355 dengan signifikansi sebesar 0,000.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 55.

B. Unsur Pengembangan Profesi

Unsur pengembangan profesi meliputi Pendidikan dan pelatihan, Penilaian dari

atasan dan pengawas, Prestasi akademik dan Karya pengembangan profesi. Hasil

Analisis data untuk masing-masing kelompok guru SD, Guru SMP dan Guru SLTA

(SMA dan SMK) akan dipaparkan melalui tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Analisis Data Unsur B

Sampel rxy r2 t Sig.

Guru SD 0,143 0,020 1,382 0,170

Guru SMP 0,070 0,005 0,518 0,606

Guru SMA/SMK 0,247 0,061 2,664 0,009

Dari tabel 3 diatas untuk sampel guru Sekolah Dasar (SD) diketahui bahwa nilai

koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,143 dan nilai determinasi r2 sebesar 2%. Sedangkan

nilai t hitung sebesar 1,382 dengan signifikansi sebesar 0,170.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 48

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP nilai koefisien

korelasi (rxy) sebesar 0,070 dan nilai determinasi r2 sebesar 0,5%.. Sedangkan nilai t

hitung sebesar 0,518 dengan signifikansi sebesar 0,606.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dilihat pada Lampiran 6

halaman 52.

Sedangkan untuk sampel guru SMA/SMK, tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai

koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,247 dan nilai determinasi r2 sebesar 6,2%.. Sedangkan

nilai t hitung sebesar 2,664 dengan signifikansi sebesar 0,009.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 56.

C. Unsur Pendukung Profesi

Unsur pendukung profesi meliputi : Keikutsertaan dalam forum ilmiah,

pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial dan Penghargaan yang

relevan dengan bidang pendidikan. Hasil Analisis data untuk masing-masing kelompok

guru SD, Guru SMP dan Guru SLTA (SMA dan SMK) pada unsur ini akan dipaparkan

melalui tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Analisis Data Unsur C

Sampel rxy r2

t Sig.

Guru SD 0,410 0,169 4,318 0,000

Guru SMP 0,377 0,142 2,991 0,004

Guru SMA/SMK 0,319 0,102 3,512 0,001

Berdasarkan tabel tersebut di atas untuk sampel guru Sekolah Dasar (SD),

diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,410 dan nilai determinasi r2

sebesar 16,9%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 4,318 dengan signifikansi sebesar

0,000.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 49.

Sedangkan untuk sampel guru SMP diketahui bahwa nilai koefisien korelasi

(rxy) sebesar 0,377 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,2%. Sedangkan nilai t hitung

sebesar 2,991 dengan signifikansi sebesar 0,004.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dilihat pada Lampiran 7

halaman 53.

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SMA/SMK) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,319

dan nilai determinasi r2 sebesar 10,2%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,152 dengan

signifikansi sebesar 0,001.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 57.

Selain itu dilakukan juga analisis secara keseluruhan berdasarkan sepuluh

indikator variabel kinerja guru. Hasil analisis kinerja guru tersebut disajikan melalui

table 5 di bawah ini :

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Kinerja Guru Sebelum dan Sesudah Sertifikasi

Sampel rxy r2 t Sig.

Guru SD 0,052 0,003 0,449 0,619

Guru SMP 0,236 0,056 1,784 0,080

Guru SMA/SMK 0,231 0,053 4,477 0,015

Berdasarkan tabel tersebut di atas analisis secara keseluruhan untuk kelompok

guru SD diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,052 dan nilai determinasi r2

sebesar 3 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 0,499 dengan signifikansi sebesar 0,619.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 50.

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP diketahui

bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,236 dan nilai determinasi r2 sebesar 5,6 %.

Sedangkan nilai t hitung sebesar 1,784 dengan signifikansi sebesar 0,080.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dilihat pada Lampiran 8

halaman 54.

Sedangkan untuk sampel guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/SMK) diketahui

bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,231 dan nilai determinasi r2 sebesar 5,3 %.

Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,477 dengan signifikansi sebesar 0,015.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan

sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 58.

Selain menganalisis secara parsial atau berdasarkan unsur kualifikasi guru

menurut strata sekolah, penelitian ini juga menganalisis secara simultan tiap-tiap unsur

untuk seluruh sampel. Hasil analisis data tersebut selanjutnya dipaparkan melalui tabel

di bawah ini:

Tabel 6. Hasil Analisis Data Sampel Total

Unsur rxy r2 t Sig.

A 0,414 0,171 7,314 0,000

B 0,199 0,040 3,267 0,001

C 0,384 0,147 6,692 0,000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua unsur yang diteliti yaitu

unsur A nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,414 dan nilai determinasi r2 sebesar 17,1

%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 7,314 dengan signifikansi sebesar 0,000.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur A

dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 59.

Sementara itu, hasil analisis untuk unsur B nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar

0,199 dan nilai determinasi r2 sebesar 4 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,267

dengan signifikansi sebesar 0,001.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur B

dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 60.

Selanjutnya hasil analisis untuk unsur C nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar

0,384 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,7 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 6,692

dengan signifikansi sebesar 0,000

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur C

dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 61.

Sementara itu hasil analisis data kesepuluh indikator kinerja guru untuk seluruh

sampel (guru SD, SMP dan SMA/SMK) disajikan pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi untuk Kesepuluh Indikator Kinerja Guru

Sampel rxy r2 t Sig.

Guru SD, SMP

dan SMA/SMK 0,612 0,026 2,684 0,009

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan baik dari segi

kualifikasi, pengembangan profesi dan pendukung profesi, analisis data menunjukkan

nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,162 dan nilai determinasi r2 sebesar 2,6 %.

Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,648 dengan signifikansi sebesar 0,009.

Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi kesepuluh

indikator kinerja guru dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 62.

4.2 Pembahasan

Hasil analisis untuk sampel guru SD untuk unsur kualifikasi dan tugas pokok

dengan item penilaiannya yakni a) kualifikasi akademik, b) pengalaman mengajar dan

c) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar

4,011 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

korelasi yang signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelihatan ada

dampak program sertifikasi guru terhadap peningkatan kinerja.

Demikian halnya dengan sampel guru SMP dan guru SMA/SMK yang

ditunjukkan oleh nilai t hitung masing-masing sebesar 7,355 dengan signifikansi

sebesar 0,000 untuk guru SMA/SMK dan nilai t hitung sebesar 2,103 dengan

signifikansi sebesar 0,040 untuk guru SMP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada

perubahan yang signifikan pada guru SMP maupun SMA/SMK sebelum dan sesudah

sertifikasi.

Hasil analisis untuk Unsur Pengembangan Profesi yang meliputi : Pendidikan

dan pelatihan, Penilaian dari atasan dan pengawas, Prestasi akademik, dan Karya

pengembangan profesi ditunjukkan nilai t hitung sebesar 2,664 dengan signifikansi

sebesar 0,009 untuk guru SMA/SMK, 0,518 dengan signifikansi sebesar 0,606 untuk

guru SMP dan 1,382 dengan signifikansi sebesar 0,170 untuk guru SD. Hasil ini

mengindikasikan bahwa pengembangan profesi guru sebagian pendukung

profesionalisme guru hanya dilakukan pada kelompok guru SMA/SMK. Pada konteks

ini, diduga bahwa tingkat pendidikan guru SMA/SMK yang sebagian besar

berpendidikan strata satu (Sarjana) merupakan faktor penentu kemampuan guru dalam

pengembangan profesi. Hasil ini jelas sangat berbeda dengan tingkat pendidikan guru

SD yang sebagian besar SPG dan D II serta guru SMP yang rata-rata sarjana muda dan

D III.

Hasil analisis untuk unsur Pendukung Profesi yang meliputi : (1) Keikutsertaan

dalam forum ilmiah, (2) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan

(3) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan, menghasilkan nilai yang

sangat signifikan, dengan nilai t hitung sebesar 4.318 dengan signifikansi sebesar 0,000

untuk Guru SD, nilai t hitung sebesar 2,991dengan signifikansi sebesar 0,004 untuk

Guru SMP dan nilai t hitung sebesar 3,512 dengan signifikansi sebesar 0,001 untuk

Guru SMA/SMK. Hasil ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata guru sebelum dan

sesudah dilakukannya program sertifikasi yang cenderung meningkat. Meningkatnya

aktivitas guru dalam unsur ini juga ditunjukkan dengan makin tingginya mobilitas guru

untuk mengikuti seminar pendidikan, pemberdayaan MGMP, asosiasi profesi dan

aktivitas kompetisi guru berprestasi.

Hasil Analisis secara keseluruhan untuk kelompok SD diperoleh t hitung

sebesar 0,499 dengan signifikansi 0,619, untuk kelompok SMP diperoleh hasil t hitung

sebesar 1,784 dengan signifikansi sebesar 0,080 dan untuk kelompok SMA/SMK

diperoleh t hitung 2,477 dengan tingkat signifikansi 0,015.

Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa tampak perbandingan kinerja guru

SD sebelum dan setelah lulus sertifikasi dimana rata-rata kinerja guru pasca sertifikasi

justru mengalami penurunan dibandingkan sebelum sertifikasi. Kondisi ini menuntut

agar dilakukan evaluasi terhadap program sertifikasi guru untuk melihat apakah sesuai

dengan yang direncanakan atau tidak. Disamping itu perlu ada pola pembinaan yang

terpadu dan berkelanjutan kepada guru-guru yang telah lulus sertifikasi. Lebih jauhnya,

diperlukan badan atau lembaga independen yang mampu mengawasi program

sertifikasi guru ini mulai dari proses pelaksanaan sertifikasi sampai kepada pembinaan

guru pasca-sertifikasi

Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi, pengembangan

profesi dan pendukung profesi hasilnya adalah signifikan dengan tingkat t hitung 2,648

dan signifikansi sebesar 0,009 artinya bahwa terdapat peningkatan kinerja guru

sebelum dan sesudah lulus sertifikasi. Dengan demikian hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa guru memahami arti penting sertifikasi bagi guru sebagai upaya

peningkatan kualitas pendidikan selain tentunya meningkatkan derajat kesejahteraan

guru, terdapat peningkatan terhadap kegiatan-kegiatan yang menunjang kinerja guru,

program sertifikasi profesi guru memberikan dampak efektif dalam meningkatkan

kompetensi atau kinerja guru.

Selain hasil analisis tersebut di atas, data yang dikumpulkan melalui kuesioner

terbuka maupun hasil wawancara mendalam mengindikasikan bahwa program

sertifikasi guru memiliki dampak samping adanya kecemburuan sosial dari guru yang

belum sertifikasi, banyaknya beban administratif yang harus dikerjakan oleh guru dan

kepala sekolah, iklim dan budaya sekolah mendukung sepenuhnya upaya peningkatan

kinerja pasca sertifikasi. Beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam memenuhi

program sertifikasi ini antara lain :

1. Fasilitas

Fasilitas dalam konteks ini adalah sarana dan prasarana penunjang pendidikan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Setiap satuan pendidikan wajib

memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,

buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang

kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang

kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat

bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Beberapa Peraturan yang

digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan untuk melengkapi sarana

dan prasarana adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan

Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

2. Program Pendampingan untuk Pengembangan profesi

Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan pengembangan profesi guru meliputi : (1)

mengikuti pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan

keprofesian dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Berkaitan dengan program

Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah, maka penulisan karya ilmiah adalah salah satu

dari kegiatan pengembangan profesi guru. Kegiatan pengembangan profesi adalah

kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran

dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada

umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya.

Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu

guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan

untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya

sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya,

diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya.

Dalam kaitannya dengan program bimbingan penulisan karya ilmiah, maka

penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan salah satu kegiatan

pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi sebenarnya

merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan guru untuk

meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.

Untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan

dengan baik dan benar diberikan angka kredit. Angka kredit adalah angka yang

diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang guru

dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang dipergunakan sebagai salah satu

syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan guru. Penetapan

Angka Kredit adalah penetapan hasil penilaian prestasi kerja guru yang telah

memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan/pangkat yang ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang. Sementara ini untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke

golongan IV/b ke atas seorang guru dipersyaratkan untuk mengumpulkan angka

kredit dari bidang kegiatan pengembangan profesi guru minimal sebesar 12 point.

Bidang pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan;

2. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan;

3. Menciptakan karya seni;

4. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan;

5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

3. Kurangnya Forum diskusi untuk pengembangan profesi

Standar nasional pendidikan mengisyaratkan, bahwa proses pembelajaran pada

suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena setiap satuan

pendidikan hendaknya melakukan perencanaan, proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

Tuntutan proses pembelajaran tersebut menuntut guru untuk selalu

mengembangkan diri agar dapat memenuhi terlaksananya proses pembelajaran secara

maksimal. Dilain pihak kegiatan pembelajaran di lapangan masih menemui masalah

dan hambatan. Atas dasar pemikiran tersebut, maka bagi guru dibutuhkan wadah yang

dapat menginventarisasikan masalah dan hambatan tersebut.

Forum MGMP merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dan hambatan

guru dalam proses pembelajaran, dimana dalam MGMP berusaha untuk saling berbagi

pengalaman, pengetahuan dan terus berefleksi/berdiskusi. Kontribusi nyata kegiatan

MGMP yang telah dirasakan pada guru adalah sebagai berikut :

1. Membuat Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah salah satu modal pokok yang harus dibuat dan

dikembangkan oleh guru. Perangkat pembelajaran yang baik akan mendorong

proses pembelajaran yang baik pula. Tugas profesi guru yang meliputi

perencanaan, pelakasanaan/proses, dan evaluasi yang kemudian diwujudkan dalam

perangkat pembelajaran akan lebih baik dan berkembang apabila dibahas dan

didiskusikan dalam forum MGMP. Perangkat pembelajaran itu meliputi :

1. Program Tahunan dan Program Semester

2. Analisis Materi Pelajaran

3. Rencana Pengajaran

4. Evaluasi

2. Membuat Alat Peraga yang sesuai dengan Materi

Alat peraga yang dirumuskan disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga guru

menjadi tidak terpaku pada satu alat peraga saja, tetapi , makin banyak alat peraga

yang dapat diintroduksikan untuk pembelajaran

3. Memanfaatkan Isu-isu Baru di Media Masa

Dengan berkembangnya alat komunikasi mendorong percepatan dalam memperoleh

informasi yang aktual dan up to date. Isu-isu baru yang muncul itu dapat

didiskusikan dalam MGMP yang selanjutnya dijadikan sarana untuk memotivasi

siswa.

4. Mendorong Siswa Berkreasi

Salah satu hasil yang dapat dilaksanakan di sekolah dari kegiatan MGMP adalah

dari hasil tukar pendapat dengan peserta dapat memunculkan wawasan dan

pandangan yang lebih segar, sehingga dapat diterapkan di sekolah. Dengan

mendorong siswa untuk lebih inisiatif dan kreatif, misalnya mendorong siswa untuk

menulis, melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, dan sebagainya.

5. Penerbitan

Kerjasama antara MGMP dengan lembaga penerbitan dengan memproduksi LKS

yang dapat dipakai dalam satu kabupaten.

6. Mendorong Percaya Diri

Berbagai hal yang dapat dilakukan setelah mengikuti MGMP adalah

berkembangnya rasa percaya diri dengan terus berkarya, berdiskusi dan berproses.

MGMP sebagai salah satu alternatif peningkatan profesionalisme guru memberikan

kontribusi yang signifikan dalam proses pengajaran. Dari contoh-contoh kontribusi

nyata MGMP dalam pembelajaran perlu kiranya dikelola dengan mengerahkan seluruh

komponen pendidikan. Agar MGMP mampu menjadi alternatif dalam meningkatkan

profesionalisme guru menurut hemat penulis terdapat sistem MGMP yang efektif dan

efesien. Dengan memperhatikan langkah-langkah pemecahan permasalahan melalui

diskusi dalam wadah MGMP, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menemukan latar belakang masalah

2. Mengidentifikasi masalah

3. Pembahasan masalah

4. Perumusan masalah

5. Mencari alternatif pemecahan masalah

6. Memilih alternatif pemecahan yang paling baik

7. Menentukan langkah-langkah kegiatan

Sedangkan pada tahapan pelaksanaan ada beberapa komponen yang mestinya

dirumuskan oleh peserta MGMP, yaitu :

1. Pendalaman materi pelajaran

2. Analisis materi pelajaran

3. Menyususn program pengajaran, baik Progran Tahunan maupun Program

Semester

4. Menyusun persiapan mengajar

5. Menyiapkan media pendidikan

6. Melasanakan program

7. Mengevaluasi pelakasanaan program

8. Menyusun evaluasi materi pelajaran

9. Menganalisis hasil evaluasi

10. Menyusun progam MGMP selanjutnya.

Oleh karena mengingat pentingnya MGMP dalam meningkatkan mutu dan kemampuan

guru, maka perlu beberapa pengembangan yang kiranya dapat dilaksanakan, yaitu :

1. Pengembangan Program yang Variatif

Program-program MGMP perlu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi

sebuah kegiatan yang menarik, menantang dan merangsang guru untuk

mengembangkan karirnya. Hendaknya dipilih program pelatihan yang mampu

mendorong berkembangnya kreatifitas guru dalam kinerjanya.

2. Desentralisasi

Wewenang melaksanakan MGMP hendaknya diserahkan pada kreatifitas guru

dilapangan. Oleh karena itu wewenang pusat terhadap pelaksanaan MGMP

hendaknya dikurangi, mengingat apa yang selama ini diproyeksikan oleh pusat

telah menyebabkan terpasungnya pelaksanaan-pelaksanaan tugas dilapangan, sebab

guru hanya melakukan apa yang sudah ditentukan.

3. Kembangkan Antusiasme Guru

Antusiasme guru perlu dikembangkan. Seorang guru perlu memiliki motivasi

pribadi yang mendorong melakukan sesuatu. Terdapat beberapa motivasi yang

harus dimiliki oleh seorang guru antara lain :

a. Menunjukkan kemauan yang keras dalam menyajikan bahan keilmuan

b. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat

c. Memberikan kesadaran kepada siswa bahwa sekolah bukan merupakan

penekanan, tetapi agar mereka memiliki intensitas untuk belajar dan

menyelesaikan tugas-tugas.

d. Demokratisasi Pendidikan

Tantangan masa depan muncul seiring dengan dinamika kehidupan bangsa sebaga

dampak globalisasi menuntut adanya format pendidikan yang dibangun dalam sistem

yang demokratis. Demokratisasi pendidkan akan mendorong menculnya partisipasi

sukarela, keswasembadaan, kemadirian. Oleh karena itu program-program yang

disusun dalam MGMP sudah selayaknya melibatkan guru atau peserta MGMP.

1. MGMP Mandiri

Salah satu kendala yang cukup penting adalah bahwa selama ini MGMP tak dapat

berjalan mandiri, ini terjadi karena berbagai kebutuhan bergantung pada

pemerintah. Para pelaksana dilapangan tidak leluasa dalam mengembangkan

kreatifitas. Sudah saatnya dipikirkan MGMP mandiri, yang mampu membiayai

berbagai kegiatan.

2. Efektifitas MGMP

Suara minor tentang kurang efektifnya MGMP perlu dikaji lebih jauh. Salah satu

kendala yang banyak dialami oleh guru adalah banyaknya beban mengajar dan

kondisi sekolah yang tidak mendukung.

3. Kerjasama dengan pihak Luar

Selama ini berbagai kegiatan MGMP mampu menghasilkan produk-produk yang

dapat dimanfaatkan untuk kerjasama dengan pihak luar, baik itu hasil penelitian,

pengembangan kreatifitas, alat peraga, dan sejenisnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka yang menjadi kesimpulan

dalam penelitian ini adalah :

5. Analisis secara keseluruhan untuk guru SD diperoleh hasil yang signifikan dengan

nilai t hitung sebesar 7,314 pada signifikansi sebesar 0,000 . Yang berarti bahwa

tunjangan sertifikasi untuk guru SD berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan kinerja guru-guru SD.

6. Untuk kelompok SMP diperoleh hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar

3,267 pada signifikansi sebesar 0,001. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi

untuk SMP berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru

SMP.

7. Untuk kelompok SMA/SMK diperoleh hasil signifikan dengan tingkat t hitung

6,692 dan tingkat signifikansi 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk

guru SMA/SMK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-

guru SMA/SMK.

8. Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi,pengembangan

profesi dan pendukung profesi untuk SD, SMP dan SMA/SMK hasilnya adalah

signifikan dengan tingkat t hitung 2,648 dan signifikansi sebesar 0,009. Yang

berarti bahwa tunjangan sertifikasi berpengaruh secara signifikan untuk

peningkatan kinerja guru-guru di Kota Medan.

5.2 Saran

a) Bagi Guru

1) Meningkatkan kualifikasi akademis melalui pendidikan lanjutan

2) Lebih intensif dalam mengeksplorasi model-model pembelajaran yang

sifatnya inovatif.

3) Pemanfaatan media dalam pembelajaran

4) Partisipasi dalam forum-forum di Unimed

b) Bagi Sekolah

1) Mengupayakan fasilitas sesuai dengan kebutuhan minimal proses

pembelajaran (standar minimal)

2) Pemberdayaan kelompok guru (KKG dan MGMP)

c) Bagi Instansi Terkait

1) Menciptakan iklim yang dapat mendorong berkembangnya profesionalisme

guru dengan memfasilitasi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan

2) Mengupayakan pemenuhan standar minimal pendidikan

3) Melakukan program revitalisasi KKG dan MGMP

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 1998. Psikologi Kerja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharmini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta: Rhineka Cipta.

Bismoko. J. Harian Kedaulatan Rakyat. Edisi 3 Desember 2005

Dirjen LPMP SUMUT. 2007. Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi. Medan.

Irianto, Agus. 2006. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Predana

Media.

Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Listiyono, Agus. Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://www.kompas. Akses 27 Juli

2011

Majid. Abdul, 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru). Bandung. Remaja Rosdakarya

Mangkunegara,Anwar. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mantja. 2002. Metode Penelitian Survei. Jakarta. PT Pustaka LP3ES

Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. 2007. Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Persada

Pusrwanto. Profesionalisme Guru. http://www.pustekkom. Akses 27 Juli 2011

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Rajawali Press. Jakarta

Sanaki, Hujair AH, 2004. Tantangan Pendidikan Islam di Era Reformasi (Pergeseran

Pendidikan Islam di Indonesia Pada Era Reformasi). Jurnal studi Islam

MUKADIMAH. Kopertis Wilayah III No.16 TH X/2004, Yogyakarta.

Sanusi, Liwes. 1999. Manajemen Pengembangan Mutu. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo

Persada.

Sehertian, Piet dan Ida Aleida. 1990. Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Program Inservice Education. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sudjana. 2006. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suharsaputra. Uhar. Manajemen Pengetahuan Lembaga Pendidikan.

http://uharsputra.wordpress.com/artikel/manajemen-pengetahuan/

Sulistyorini. 2001. Hubungan Antara ketrampilan Manajerian kepala Sekolah dan

Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Jurnal Ilmu Pendidikan No. 28 (1) 62-

70

Suparno, Paul. Harian Kedaulatan Rakyat. 15 Nopember 2005

Trianto, dkk. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,

Kompetensi dan Kesejahteraan. Surabaya: Prestasi Pustaka.

No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan.

No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. PT Gramedia Pustaka,

Jakarta

Yamin, Martinis. 2009. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung

Persada Press.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-

Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Permendiknas No 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Permendiknas No 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Kepmendiknas No 045/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi

http://www.id.wikipedia/wiki/guru (diakses 22 Maret 2010).

http://sertifikasiguru.org/uploads/File/panduan/faq01.pdf (diakses 27 Juli 2011)

http://www.sanaky.com/materi/KOMPETENSI-SERTIFIKASI%20GURU.pdf (diakses

27 Juli 2011)

http://www.puslitjaknov.org/data/docs/2010/makalah_kelompok/kel7/61_186_Cut_Ain

al_Mardhiah_Presentation_bapeda.pdf (diakses 27 Juli 2011)

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mbs_0606309_chapter5.pdf (diakses 27 Juli

2011)

Lampiran 1

SEKOLAH DASAR :

A�A

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,386(a) ,149 ,140 114,72367

a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 211698,765 1 211698,765 16,085 ,000(a)

Residual 1210859,788 92 13161,519

Total 1422558,553 93

a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -262,405 179,471 -1,462 ,147

X_A 1,440 ,359 ,386 4,011 ,000

a Dependent Variable: Y_

Lampiran 2

SEKOLAH DASAR :

B�B

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,143(a) ,020 ,010 58,78974

a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6603,716 1 6603,716 1,911 ,170(a)

Residual 317973,486 92 3456,234

Total 324577,202 93

a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 46,580 13,248 3,516 ,001

X_B ,105 ,076 ,143 1,382 ,170

a Dependent Variable: Y_B

Lampiran 3

SEKOLAH DASAR :

C�C

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,410(a) ,169 ,159 33,81706

a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 21321,041 1 21321,041 18,644 ,000(a)

Residual 105210,618 92 1143,594

Total 126531,660 93

a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 1,293 6,642 ,195 ,846

X_C ,500 ,116 ,410 4,318 ,000

a Dependent Variable: Y_C

Lampiran 4

SEKOLAH DASAR :

TOTAL�TOTAL

Model Summary Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,052(a) ,003 -,008 139,83288

a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4872,356 1 4872,356 ,249 ,619(a)

Residual 1798897,601 92 19553,235

Total 1803769,957 93

a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 497,271 96,737 5,140 ,000

X_ABC ,068 ,136 ,052 ,499 ,619

a Dependent Variable: Y_ABC

Lampiran 5

SMP

A�A

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,275(a) ,076 ,059 112,37491

a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 55868,040 1 55868,040 4,424 ,040(a)

Residual 681918,514 54 12628,121

Total 737786,554 55

a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -110,981 282,160 -,393 ,696

X_A 1,191 ,566 ,275 2,103 ,040

a Dependent Variable: Y_A

Lampiran 6

SMP

B�B

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,070(a) ,005 -,013 63,70565

a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1089,772 1 1089,772 ,269 ,606(a)

Residual 219154,156 54 4058,410

Total 220243,929 55

a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 36,792 22,412 1,642 ,106

X_B ,082 ,158 ,070 ,518 ,606

a Dependent Variable: Y_B

Lampiran 7

SMP

C�C

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,377(a) ,142 ,126 13,88237

a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1723,616 1 1723,616 8,944 ,004(a)

Residual 10406,884 54 192,720

Total 12130,500 55

a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 3,959 3,063 1,293 ,202

X_C ,256 ,086 ,377 2,991 ,004

a Dependent Variable: Y_C

Lampiran 8

SMP

TOTAL�TOTAL

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,236(a) ,056 ,038 134,55009

a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 57602,614 1 57602,614 3,182 ,080(a)

Residual 977601,226 54 18103,726

Total 1035203,839 55

a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 259,930 158,286 1,642 ,106

X_ABC ,427 ,239 ,236 1,784 ,080

a Dependent Variable: Y_ABC

Lampiran 9

SMA

A�A

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,576(a) ,332 ,326 65,15653

a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 229651,005 1 229651,005 54,094 ,000(a)

Residual 462745,770 109 4245,374

Total 692396,775 110

a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -114,401 78,065 -1,465 ,146

X_A 1,161 ,158 ,576 7,355 ,000

a Dependent Variable: Y_A

Lampiran 10

SMA

B�B

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,247(a) ,061 ,052 93,82817

a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 62459,086 1 62459,086 7,095 ,009(a)

Residual 959606,013 109 8803,725

Total 1022065,099 110

a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 20,105 18,923 1,062 ,290

X_B ,287 ,108 ,247 2,664 ,009

a Dependent Variable: Y_B

Lampiran 11

SMA

C�C

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,319(a) ,102 ,093 33,78471

a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14079,056 1 14079,056 12,335 ,001(a)

Residual 124413,286 109 1141,406

Total 138492,342 110

a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 5,310 5,667 ,937 ,351

X_C ,378 ,108 ,319 3,512 ,001

a Dependent Variable: Y_C

Lampiran 12

SMA

TOTAL�TOTAL

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,231(a) ,053 ,045 131,29721

a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 105786,511 1 105786,511 6,136 ,015(a)

Residual 1879046,426 109 17238,958

Total 1984832,937 110

a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 359,466 75,629 4,753 ,000

X_ABC ,267 ,108 ,231 2,477 ,015

a Dependent Variable: Y_ABC

Lampiran 13

ANALISIS KESELURUHAN :

TA�TA

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,414(a) ,171 ,168 95,99751

a Predictors: (Constant), X_TA ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 492968,921 1 492968,921 53,493 ,000(a)

Residual 2386820,305 259 9215,522

Total 2879789,226 260

a Predictors: (Constant), X_TA b Dependent Variable: Y_TA Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -159,552 85,226 -1,872 ,062

X_TA 1,253 ,171 ,414 7,314 ,000

a Dependent Variable: Y_TA

Lampiran 14

ANALISIS KESELURUHAN :

TB�TB

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,199(a) ,040 ,036 76,51098

a Predictors: (Constant), X_TB ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 62489,231 1 62489,231 10,675 ,001(a)

Residual 1516167,858 259 5853,930

Total 1578657,088 260

a Predictors: (Constant), X_TB b Dependent Variable: Y_TB Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 30,154 10,372 2,907 ,004

X_TB ,201 ,061 ,199 3,267 ,001

a Dependent Variable: Y_TB

Lampiran 15

ANALISIS KESELURUHAN :

TC�TC

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,384(a) ,147 ,144 30,60873

a Predictors: (Constant), X_TC ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 41956,146 1 41956,146 44,782 ,000(a)

Residual 242655,648 259 936,894

Total 284611,793 260

a Predictors: (Constant), X_TC b Dependent Variable: Y_TC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 2,703 3,315 ,815 ,416

X_TC ,432 ,065 ,384 6,692 ,000

a Dependent Variable: Y_TC

Lampiran 16

ANALISIS KESELURUHAN :

TABC�TABC

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2

1 ,162(a) ,026 ,023 134,67324

a Predictors: (Constant), X_TABC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 400,289 54,807 7,304 ,000

X_TABC ,208 ,079 ,162 2,648 ,009

a Dependent Variable: Y_TABC Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 400,289 54,807 7,304 ,000

X_TABC ,208 ,079 ,162 2,648 ,009

a Dependent Variable: Y_TABC

Lembaran kuesioner untuk Kepala Sekolah

Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada

skor (1,2,3,4,5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

1 = sangat tidak baik

2 = tidak baik

3 = kurang baik

4 = baik

5 = sangat baik

Nama guru yang dinilai : …………………………………………..

Nama sekolah : ……………………………I……………..

No Indikator/Aspek yang diamati Skor

I PRA PEMBELAJARAN

1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5

2 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5

II KEGIATAN INITI PEMBELAJARAN

A Penguasaaan materi pembelajaran

3 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5

4 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4 5

5 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki

belajar dan karakteristik siswa

1 2 3 4 5

6 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5

B Pendekatan /strategi pembelajaran

7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan

yang akan dicapai dan karakteristik siswa

1 2 3 4 5

8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

9 Menguasai kelas 1 2 3 4 5

10 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5

11 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif

1 2 3 4 5

12 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang

direncanakan

1 2 3 4 5

C Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

13 Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 5

14 Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5

15 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5

D Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

16 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 5

17 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 1 2 3 4 5

No Indikator/Aspek yang diamati

18 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 1 2 3 4 5

E Penilaian proses dan hasil belajar

19 Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 5

20 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 1 2 3 4 5

F

21 Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan

benar

1 2 3 4 5

22 Menyampaikan pesan dengan kompetensi (tujuan) 1 2 3 4 5

III Penutup

23 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa

1 2 3 4 5

24 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau

kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan

1 2 3 4 5

Dengan ini menyatakan bahwa penilaian yang saya lakukan sesuai dengan

kondisi peserta yang sebenarnya

………………….,………….. 2011

Penilai,

(………………………..)

NIP.

Lembaran kuesioner untuk guru

Nama guru : ……………………………………..

Asal Sekolah : ……………………………………..

1. Kualifikasi pendidikan Bapak/Ibu/Sdra/I saat ini setelah lulus sertifikasi :

a. S1 b. S2 c. S3

2. Pendidikan dan pelatihan yang anda ikuti setelah lulus sertifikasi :

No JENIS PENDIDIKAN DAN

LATIHAN

TINGKAT Lama

(hari)

Ket

Inter

nasio

nal

Nas Prov Kab/

kota

Kec

3. Pengalaman Bapak/ibu mengajar sampai saat ini = ………… tahun

4. Apakah Bapak/ibu membuat perencanaan pembelajaran dengan komponen sbb :

1.Perumusan Tujuan Pembelajaran (Ya/Tidak)

2.Memilih materi ajar yang relevan dengan kompetensi (Ya/Tidak)

3.Pengorganisasian materi ajar (Ya/Tidak)

4.Media dan sumber belajar (Ya/Tidak)

5. Kejelasan skenario pembelajaran (Ya/Tidak)

6. Kerincian skenario pembelajaran (Ya/Tidak)

7. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran (Ya/Tidak)

8. Kelengkapan instrumen penilaian pembelajaran (Ya/Tidak)

5. Prestasi akademik yang Bapak/ibu peroleh dalam hal lomba dan karya akademik setelah

lulus sertifikasi :

No Jenis Prestasi dan Lomba

karya akademik

TINGKAT Jua

ra

Ket

Interna

sional

Nasio

nal

Prov Kab/

Kota

Kec

6,.Pembimbingan teman sejawat dan siswa yang Bapak/ibu lakukan setelah lulus sertifikasi :

No Jenis Pembimbiungan

teman sejawat/siswa

TINGKAT Ket

Internasiona

l

Nas Prov Kab/

Kota

Kec

1 Instruktur :

a.

b

2 Pamong PPL calon guiru Diisi dengan jumlah orang

a.

b.

c.

d.

e

3 Guru inti/tutor/pemandu Diisi dengan periode kegiatan

4 Membimbing siswa dalam

berbagai lomba (mencapai

juara I,II dan III)

TINGKAT

Interna

sional

Nas Prov Kab Kec Ket

7.Karya Pengembangan Provesi yang Bapak/ibu hasilkan setelah lulus sertifikasi :

Jenis Judul Publikasi

Buku a

b

c

d

Artikel a

b

c

Reviewer

buku,penyunting

jurnal dll

Modul dicetak

local (Kab/Kota)

a.

b.

c.

Diktat a.

b.

c.

Media/alat

pembelajaran

a.

b.

c.

Laporan

Penelitian bidang

Pendidikan

a.

b.

c.

d.

8. Keikutsertaan Bapak/ibu dalam forum ilmiah setelah lulus sertifikasi :

No Jenis Forum Ilmiah Peran serta

sebagai

TINGKAT

Internas Nas Prov Kab/Kota Kec

Pengalaman menjadi pengurus organisasi di bidang kependidikan dan social

a). Pengurus organisasi di bidang kependidikan dan social

Tingkat Organisasi Jenis Organisasi

Kependidikan Sosial

Internasional

Nasional

Provinsi

Kabupaten/Kota

Kecamatan

Desa/Kelurahan

b) Tugas Tambahan

Tugas Tambahan Tahun …….s/d………

Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah/pembantu kepala

sekolah/ketua urusan/ketua jurusan/kepala

lab/kepala bengkel/kepala klinik rehabilitasi/wakil

kelas)

Pembina kegiatan ekstra kurikuler

(pramuka,drumband,madding,KIR,DSB)

9. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Tingkat Tahun

Internasional

Nasional

Provinsi

Kabuapten/Kota

Kecamatan

Keluarahan/satuan pendidikan

Melaksanakan tugas di daerah khusus

10. Hambatan-hambatan utama yang Bapak/ibu alami dalam meningkatkan kinerja sebagai

guru :

a. Manajemen sekolah yang kurang mendukung

b. Kemampuan saya yang kurang memadai

c. Kurangnya fasilitas yang tersedia di sekolah

d. Minimnya kesejahteraan guru

e. …………………………………………………

f. …………………………………………………