penegakan hukum disiplin anggota polisi republik …

21
104 PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERNMENT Oleh : Gusti Ayu Kade Komalasari, SH,MH Dr. Ni Ketut Wiratny, SH, MH AA. Gde Putra Arjawa, SH, MH Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta, Jalan Ken Arok Nomor 12 Denpasar ([email protected], wiratny,@gmail.com, [email protected]) Abstract, The Republic of Indonesia National Police (Polri) as one of the institutions that carry out the public service function is required to be able to provide the best service to the community by displaying professional and reliable unity performance in their fields. The Criminal Procedure Code, gives a role to the National Police of the Republic of Indonesia to carry out the tasks of investigation and investigation of criminal acts (generally) without limitation of the power of the nature as long as it is included in the scope of public law. Based on the descriptions in the background, the problem above, the problems that can be formulated in this study are: How is the Law Enforcement of Polri's Discipline in Realizing Good Governance and Clean Governance, What obstacles are faced by Polri's Discipline Enforcement in realizing Good Governance and clean governance The theory used to analyze the problems of the Law State Theory, Hirarkhi Theory Legal Norms, Authority Theory, Law Enforcement Theorem, Government Concepts and Clean Government This type of research is normative legal research supported by empirical legal research. The approach used by the author is the Law approach (Statute approach), legal concept analysis approach (analytical & conseptual approach), comparative approach. Sources of Primary Legal Materials and secondary legal materials, namely materials that provide an explanation of primary legal materials, such as the results of seminars or other scientific meetings, Secondary legal material is the Legal Material Collection Technique carried out by a card system (collecting system) material both legislation, documents, library materials and other research results related to the subject matter. Processing techniques and legal material analysis, carried out qualitatively, legal materials are collected and analyzed descriptively (in parallel and coherently) in the form of description. Conceptual law enforcement and law enforcement as a process is realized with an indicator that the factors that influence the implementation of disciplinary law enforcement by Polri are guided by: Law enforcement / personal rules, infrastructure facilities that need to be held for disciplinary law enforcement processes for police members in cultural factors, Constraints - constraints faced by Polri Discipline Enforcement in realizing Good Governance and Clean Governance. The police are expected to behave and behave in a consistent manner with the vision, mission, code of ethics built by the Indonesian National Police. In its implementation there is still the interference of state officials, the political elite towards the implementation of Polri's duties so as to influence the disciplinary members of the National Police. Keywords: Polri Law and Discipline Enforcement Abstrak, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai salah satu institusi yang mengemban fungsi pelayanan publik dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dengan menampilkan kinerja kesatuan yang profesional dan handal di bidangnya. KUHAP, memberikan peran kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

104

PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA

DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERNMENT

Oleh :

Gusti Ayu Kade Komalasari, SH,MH

Dr. Ni Ketut Wiratny, SH, MH

AA. Gde Putra Arjawa, SH, MH

Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta, Jalan Ken Arok Nomor 12 Denpasar

([email protected], wiratny,@gmail.com, [email protected])

Abstract, The Republic of Indonesia National Police (Polri) as one of the institutions that

carry out the public service function is required to be able to provide the best service to the

community by displaying professional and reliable unity performance in their fields. The

Criminal Procedure Code, gives a role to the National Police of the Republic of Indonesia

to carry out the tasks of investigation and investigation of criminal acts (generally) without

limitation of the power of the nature as long as it is included in the scope of public law.

Based on the descriptions in the background, the problem above, the problems that can be

formulated in this study are: How is the Law Enforcement of Polri's Discipline in Realizing

Good Governance and Clean Governance, What obstacles are faced by Polri's Discipline

Enforcement in realizing Good Governance and clean governance The theory used to

analyze the problems of the Law State Theory, Hirarkhi Theory Legal Norms, Authority

Theory, Law Enforcement Theorem, Government Concepts and Clean Government

This type of research is normative legal research supported by empirical legal

research. The approach used by the author is the Law approach (Statute approach), legal

concept analysis approach (analytical & conseptual approach), comparative approach.

Sources of Primary Legal Materials and secondary legal materials, namely materials that

provide an explanation of primary legal materials, such as the results of seminars or other

scientific meetings, Secondary legal material is the Legal Material Collection Technique

carried out by a card system (collecting system) material both legislation, documents,

library materials and other research results related to the subject matter. Processing

techniques and legal material analysis, carried out qualitatively, legal materials are

collected and analyzed descriptively (in parallel and coherently) in the form of description.

Conceptual law enforcement and law enforcement as a process is realized with an

indicator that the factors that influence the implementation of disciplinary law enforcement

by Polri are guided by: Law enforcement / personal rules, infrastructure facilities that need

to be held for disciplinary law enforcement processes for police members in cultural

factors, Constraints - constraints faced by Polri Discipline Enforcement in realizing Good

Governance and Clean Governance. The police are expected to behave and behave in a

consistent manner with the vision, mission, code of ethics built by the Indonesian National

Police. In its implementation there is still the interference of state officials, the political

elite towards the implementation of Polri's duties so as to influence the disciplinary

members of the National Police.

Keywords: Polri Law and Discipline Enforcement

Abstrak, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai salah satu institusi yang

mengemban fungsi pelayanan publik dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang

terbaik kepada masyarakat dengan menampilkan kinerja kesatuan yang profesional dan

handal di bidangnya. KUHAP, memberikan peran kepada Kepolisian Negara

Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

Page 2: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

105

(secara umum) tanpa batasan lingkungan kuasa sepanjang masih termasuk dalam

lingkup hukum publik, sehingga pada dasarnya Polri oleh KUHAP diberi kewenangan

untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang, masalah di atas, maka

permasalahan yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah

Penegakan Hukum Disiplin Polri dalam Dalam mewujudkan Good Governance dan clean

Governance, Kendala-kendala apa yang dihadapi Penegakan Disiplin Polri dalam

mewujudkan Good Governance dan clean Governance Adapun teori yang dipakai

menganalisis permasalahan Teori Negara Hukum, Teori Hirarkhi Norma Hukum, Teori

Kewenangan, Teor Penegakkan Hukum, Konsep Goverment dan Clean Goverment

Jenis penelitian yaitu penelitian hukum normatif ditunjang penelitian hukum empiris.,

pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan Undang-undang (Statute

approach), pendekatan analisis konsep hukum (analitical & conseptual approach),

pendekatan perbandingan (comparative approach). Sumber Bahan Hukum Primer dan

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, Bahan hukum sekunder

adalah Teknik Pengumpulan Bahan Hukum dilakukan dengan sistem kartu (card

sistem) yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan baik peraturan Perundang-

undangan,dokumen-dokumen, bahan pustaka dan hasil penelitian lainnya yang terkait

dengan pokok permasalahan. Teknik Pengolahan dan analisis bahan hukum , dilakukan

secara kualitatif,Bahan hukum yang dikumpulkan dan di analisis secara deskriptif

(secararuntun dan runtut) dalam bentuk uraian.

Penegakan hukum secara konsepsional maupun penegakan hukum sebagai suatu

proses terwujud dengan indikator bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

penegakan hukum disiplin anggota Polri berpedoman pada : Aturan Penegak

hukum/personal, Sarana prasarana yang perlu diadakan untuk proses penegakan hukum

disiplin anggota Polri factor budaya, Kendala-kendala yang dihadapi Penegakan Disiplin

Polri dalam mewujudkan Good Governance dan clean Governance. Polisi diharapkan

bersikap dan berprilaku yang konsisiten dengan visi, misi, kode etik yang dibangun oleh

Polri Dalam pelaksanaannya masih ada interpensi pejabat negara, elit politik terhadap

pelaksanaan tugas Polri sehingga mempengaruhi penegak hukum disiplin anggota Polri.

Kata Kunci : Penegakan Hukum dan Disiplin Polri

BABI PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum,

hal ini dinyatakan dengan tegas dalam

penjelasan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945

bahwa “Negara Republik Indonesia

berdasar atas hukum “(rechstaat)”, tidak

berdasar atas kekuasaan belaka

(machstaat). Cita-cita yang telah di

rumuskan para pendiri kenegaraan dalam

konsep “Indonesia adalah negara

hukum”, mengandung arti, bahwa dalam

hubungan antara hukum dan kekuasaan,

bahwa kekuasaan tunduk pada hukum

sebagai kunci kestabilan politik dalam

masyarakat. Dalam negara hukum,

hukum merupakan tiang utama dalam

menggerakkan sendi-sendi kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Ciri utama dari suatu negara

hukum terletak pada kecendrunganya

untuk menilai tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh masyarakat dengan dasar

peraturan-peraturan hukum.

Pembicaraan mengenai hukum selalu

berkaitan dengan masalah penegakan

hukum (law enforcement) dalam

pengertian luas juga merupakan

penegakan keadilan. Apabila

dikongkritkan lagi, akan terarah pada

aparat penegak hukum khususnya

Page 3: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

105

POLRI mengemban tugas yang luas,

kompleks. Sebagai penegak hukum,

merupakan komandan dalam

melaksanakan amanat undang-undang

dalam menegakkan ketertiban, dan

keamanan masyarakat. Sebagai

pelaksana undang-undang, Polisi

mempunyai fungsi yang unik dan rumit

karena dalam menjalankan tugas di

tengah masyarakat, cenderung mandiri

berbeda dengan Tentara, selalu dalam

kelompok dipimpin komandan sebagai

penanggung jawab dengan medan

tempur yang jelas dan cukup waktu

mengatur strategi.

Dalam era modern, Polisi adalah

suatu pranata sipil yang mengatur tata

tertib (orde) dan hukum, Polisi dalam

lingkungan pengadilan bertugas sebagai

penyidik. Dalam tugasnya dia mencari

keterangan-keterangan dari berbagai

sumber dan keterangan saksi. Tumbuh

dan berkembangnya POLRI tidak lepas

dari sejarah perjuangan kemerdekaan

Republik Indonesia sejak Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, POLRI telah

dihadapkan pada tugas-tugas yang unik

dan kompleks. Selain menata keamanan

dan ketertiban masyarakat di masa

perang, POLRI juga terlibat langsung

dalam pertempuran melawan penjajah

dan berbagai operasi militer bersama-

sama kesatuan bersenjata yang lain.

Keadaan seperti ini dilakukan oleh

POLRI karena POLRI lahir sebagai satu-

satunya kesatuan bersenjata lengkap.

Tugas kepolisiaan Negara Republik

Indonesia yang makin meningkat dan

berorientasi kepada masyarakat yang

dilayaninya secara universal tugas polisi

ada dua, yaitu menegakkan hukum dan

memelihara ketertiban umum.

Tugas pertama mengandung

pengertian represif atau tugas terbatas

yang dibatasi oleh Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), tugas

yang kedua mengandung pengertian

preventif atau tugas mengayomi adalah

tugas yang luas tanpa batas, boleh

melakukan apa saja asal keamanan

terjaga dan tidak melanggar hukum itu

sendiri.

Kepolisian Negara

Republik Indonesia (POLRI) sebagai

salah satu institusi yang mengemban

fungsi pelayanan publik dituntut untuk

mampu memberikan pelayanan yang

terbaik kepada masyarakat dengan

menampilkan kinerja kesatuan yang

profesional dan handal di bidangnya.

Undang-Undang Nomor 2 tahun

2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Pasal 13 disebutkan

bahwa Polri memiliki tugas pokok yaitu

memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum serta

memberikan perlindungan, pengayoman

dan pelayananmasyarakat

Dalam era reformasi tugas Polri

semakin berat sehingga tugas

memberikan pelayanan kepada masyara

kat semakin sulit dilaksanakan. Selain

itu, adanya sikap kritis dari masyarakat

terhadap kinerja Polri, serta tidak kalah

pentingnya perubahan struktural Polri

yang dulunya merupakan bagian

dari institusi militer yang tergabung

dalam ABRI dan sekarang berdiri sendiri

sehingga banyak harapan dari

masyarakat agar Polri mampu

membangun postur yang ideal sebagai

polisi yang berwatak sipil dan mampu

menjadi tulang punggung bangsa dalam

menangani permasalahan kamtibmas.

Sejak resmi memisahkan diri

dari Tentara Nasional Indonesia (TNI)

sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor

2 Tahun 1999 dan TAP MPR Nomor 6

Tahun 2000 tentang pemisahan Polri dari

TNI, yang diperkuat juga oleh TAP MPR

Nomor 7 Tahun 2000 mengenai Peran

TNI dan Polri Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Polri berusaha

membangun image sekaligus paradigma

baru. Image Polri yang semula

militeristik dan cenderung represif

berangsur-angsur mulai berubah dengan

paradigma barunya sebagai pelindung,

pengayom, dan pelayan masyarakat (to

serve and protect). Namun disadari

Page 4: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

106

tidaklah mudah melakukan perubahan

terhadap budaya militeristik serta

paradigma alat negara yang sudah

mengakar dalam tubuh Polri. 1

Pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat terkandung dalam tugas-

tugas penegakan hukum yang dilakukan

oleh Polri dalam hal ini dilaksanakan

oleh fungsi Reserse Kriminal. Pasal 14

ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor

2 tahun 2002, di sebutkan bahwa dalam

melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian

Negara Republik Indonesia bertugas

melakukan penyelidikan dan penyidikan

terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan

peraturan perundang-undangan

lainnya.

Penegakkan hukum dalam rangka

menciptakan keamanan dan

ketertiban dilakukan secara bersama-

sama dalam suatu Sistem Peradilan

Pidana (SPP) yang merupakan suatu

proses panjang dan melibatkan banyak

unsur di dalamnya. Sistem Peradilan

Pidana sebagai suatu sistem di dalamnya

terkandung beberapa subsistem yang

meliputi subsistem kepolisian (sebagai

penyidik), subsistem kejaksaan sebagai

penuntut umum, subsistem kehakiman

sebagai hakim, dan subsistem lembaga

pemasyarakatan sebagai subsistem

rehabilitasi.

Keempat subsistem di atas baru

bisa berjalan secara baik apabila semua

saling berinteraksi dan bekerjasama

dalam rangka mencapai satu tujuan yaitu

mencari kebenaran dan keadilan materiil

sebagaimana jiwa dan semangat Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP). Sebagai hukum acara pidana

dalam kerangka penegakan hukum

pidana, KUHAP merupakan acuan

umum yang harus di jadikan pegangan

1 Sancipto Rahardjo, Membangun

Polisi Sipil Perspektif Hukum, Sosial &

Kemasyarakatan, Penerbit Buku Kompas,

Jakarta, 2007, hal 75

bagi semua yang terlibat dalam proses

bekerjanya Sistem Peradilan Pidana

dalam rangka mencapai satu tujuan

bersama.

Undang-Undang Nomor 8 tahun

1981 tentang KUHAP, memberikan

peran kepada Kepolisian Negara

Republik Indonesia untuk melaksanakan

tugas penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana (secara umum) tanpa

batasan lingkungan kuasa sepanjang

masih termasuk dalam lingkup hukum

publik, sehingga pada dasarnya Polri

oleh KUHAP diberi kewenangan

untuk melakukan penyelidikan dan

penyidikan terhadap semua tindak

pidana, walaupun KUHAP juga

memberikan kewenangan kepada PPNS

tertentu untuk melakukan

penyidikan sesuai dengan wewenang

khusus yang diberikan oleh undang-

undang yang menjadi dasar hukumnya

masing-masing.

Indonesia menganut sistem

penegakan hukum terpadu (Integrated

Criminal Justice System) merupakan

legal spirit dari KUHAP. Keterpaduan

tersebut secara filosofis adalah suatu

instrumen untuk mewujudkan tujuan

nasional dari bangsa Indonesia yang telah

dirumuskan oleh The Founding

Father dalam UUD 1945, yaitu

melindungi masyarakat (social

defence) dalam rangka mencapai

kesejahteraan sosial (social

welfare).2

Dalam sistem penegakan hukum

terpadu berdasarkan KUHAP yang kita

miliki selama ini menganut asas division

of function atau sistem kompartemen,

yang memisahkan secara tegas tugas dan

kewenangan penyidikan penuntutan dan

permeriksaan di sidang pengadilan serta

pelaksanaan putusan dan penetapan

pengadilan yang terintegrasi, menuju

2 Romli Atmasasmita, Sistem

Peradilan Pidana ; Perspektif

Eksistensialisme dan Abilisionisme, Cet II

revisi, Bina Cipta, Bandung, 1996, hal 9-10.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

107

kepada sistem peradilan pidana terpadu

(integrated criminal justice

system), tetapi di dalam praktek belum

memunculkan sinergi antar institusi

terkait.3

Penegakan hukum di Indonesia,

terutama di mulai dari tahap penyidikan,

mengatur wewenang penyidikan untuk

terjadinya suatu keterpaduan dalam

pelaksanaannya. Akhirnya yang terlihat

adalah saling rebut perkara antara

instansi yang merasa diberi wewenang

oleh undang-undang sehingga

masyarakat sering menjadi korban

sebagai pencari keadilan akibat

kesalahan penegakan hukum dan

mengakibatkakan hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap keberadaan

lembaga peradilan.

Dalam melaksanakan penegakan

hukum, apabila kalangan aparat penegak

hukum tidak mampu memperlihatkan

kemampuannya, maka masyarakat akan

mencari jalan keluar yang lain atau apa

yang disebut Alternative Dispute

Resolution (ADR). Pandangan

masyarakat yang radikal akan

menghakimi masalah yang muncul

sehingga akan terjadi suatu keadaan yang

kacau (chaos) karena tidak melalui suatu

jalur hukum yang sudah ada, hal ini

terjadi karena mereka menganggap

lembaga peradilan sudah tidak dipercaya

lagi.

Proses penyidikan merupakan

tahap yang paling krusial dalam Sistem

Peradilan Pidana, dimana tugas

penyidikan yang di bebankan kepada

Polri sangat kompleks, selain sebagai

penyidik juga sebagai pengawas serta

sebagai koordinator bagi penyidik PPNS.

Kompleksitas tugas penyidik Polri

semakin bertambah seiring dengan

bergulirnya reformasi di segala bidang

kehidupan di Indonesia. Penyidik

dituntut untuk berhasil mengungkap

semua perkara yang terindikasi telah

melanggar hukum yang ditanganinya.

3 Ibid

Disamping itu penyidik juga

dituntut untuk tidak melanggar Hak

Asasi Manusia (HAM) dalam melakukan

penyidikan terhadap seseorang yang di

duga melakukan tindak pidana.

Tantangan lain yang dihadapi oleh

penyidik Polri bukan saja berasal dari

keberhasilan meneruskan suatu perkara

ke pengadilan melalui kejaksaan, tetapi

juga kemungkinan akan dituntut oleh

pihak tersangka dan keluarganya melalui

gugatan pra-peradilan karena kesalahan

penyidik Polri itu sendiri.

Kegiatan penyidikan merupakan

suatu rangkaian kegiatan

penindakan/upaya paksa, pemeriksaan,

penyelesaian dan penyerahan berkas

perkara. Kenyataan dilapangan

berdasarkan penelitian awal (observasi)

oleh penulis terutama di wilayah hukum

Polres Singaraja yang dijadikan wilayah

penelitian dalam penulisan tesis ini,

pelaksanaan penyidikan tersebut tidak

dapat berjalan sebagaimana yang telah di

atur dalam KUHAP sehingga

menimbulkan berbagai macam

permasalahan pada saat proses

penyidikan sedang berlangsung.

Permasalahan-permasalahan yang

timbul dalam proses penyidikan oleh

pihak kepolisian adalah Penyelesaian

perkara (crime clearance) yang

dilaporkan oleh masyarakat dalam

penyelesaian tindak pidana adalah

penyelesaian perkara yang telah

dinyatakan lengkap oleh pihak kejaksaan

(P-21) dan disertai dengan penyerahan

tersangka bersama barang bukti. Hal ini

menunjukan bahwa kinerja aparat

kepolisian khususnya penyidik dalam

penangangan tindak pidana masih perlu

mendapapat perhatian, disamping itu ada

indikasi yang sulit dibuktikan secara

hukum “Budaya 86” yaitu upaya-upaya

penyalahgunaan wewenang penyelidikan

dan penyidikan dengan maksud dan

tujuan tertentu demi

Page 6: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

108

kepentingan pribadi penyidik maupun

penyidik pembantu.

Berbagai mekanisme dalam

menjalankan budaya dimaksud secara

turun temurun diperoleh oleh para

penyidik maupun penyidik pembantu

dari penyidik maupun penyidik

pembantu lainnya yang lebih senior

(lebih dahulu berdinas di fungsi

Reskrim). Walaupun terkesan layakny

a sebuah “hidden

curriculum” yang diturunkan dari satu

generasi penyidik

maupun penyidik pembantu ke genera

si penyidik maupun penyidik pembantu

berikutnya. Adanya kasus yang di sidik

oleh polisi tidak di selesaikan

berdasarkan urut-urutan proses yang

berlaku dalam sistem peradilan pidana,

Kasus yang diselesaikan berdasarkan tata

urutan yang telah ditentukan hanyalah

kasus-kasus yang sudah terlanjur

diketahui oleh masyarakat melalui media

masa atau kasus perhatian masyarakat

yang ditunjukan melalui aksi dan reaksi

yang ditandang mendapati dengan suatu

ancaman/tuntutan melalui unjuk rasa

atau demonstrasi. Sebaliknya pada

kasus-kasus yang tidak mendapat

perhatian dari masyarakat sering

diselesaikan oleh polisi dengan jalan

damai atau dengan pembayaran sejumlah

uang sebagai ganti kerugian pada pihak

korban .

Dalam proses damai ini baik polisi

maupun korban masing-masing

mengambil inisiatif untuk menyelesaikan

secara diam-diam, yang akhirnya perkara

tersebut akan dihentikan oleh Penyidik

dalam hal ini untuk menutup suatu

perkara secara damai. Dalam hal

penangguhan penahanan, polisi

menetapkan sejumlah uang sebagai

jaminan atas penangguhan penahanan

yang besarannya di sesuaikan dengan

ketentuan.

Dengan kondisi-kondisi yang

dikemukakan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa proses penyidikan yang

dilakukan oleh penyidik Polri

menghadapi suatu permasalahan yang

begitu kompleks, sehingga dalam

pelaksanaannya sulit untuk berjalan

dengan baik dan akan menimbulkan

dampak negatif bagi bekerjanya suatu

sistem peradilan pidana dalam

menciptakan proses hukum sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dalam

latar belakang, masalah di atas, maka

permasalahan yang dapat di rumuskan

dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah Penegakan Hukum

Disiplin Polri dalam Dalam mewujudkan

Good Governance dan clean

Governance

1.3 Metode Penelitian

a) Jenis Penelitian, Pada

dasarnya bahwa ilmu hukum

itu mengenal dua jenis

penelitian yaitu penelitian

hukum normatif dan penelitian

hukum empiris. Penelitian

hukum normatif adalah suatu

penelitian dimana sumber atau

bahan utamanya atau bahan

hukum primernya adalah

berupa ketentuan Peraturan

Perundang-undangan, UUD

1945, Undang-Undang No 2

Tahun 2002 Tentang Tentang

Kepolisian, Undang-Undang

No. 28 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme,

KUHAP, Undang-Undang No

8 Tahun 1981 dan Peraturan

Pemerintah dan peraturan

pelaksana lainnya.

b) Pendekatan Masalah,

Pendekatan masalah yang akan

dipergunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan dengan

konsep hukum, pendekatan

ketentuan Peraturan

Perundang-undangan,

peraturan kebijakan yang

Page 7: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

109

terkait dengan permasalahan

dan pembahasan khususnya

untuk penelitian hukum, selain

pendekatan yang bersifat

kualitatif, pendekatan yang

digunakan oleh penulis adalah

pendekatan Undang-undang

(Statute approach),

pendekatan analisis konsep

hukum (analitical &

conseptual approach),

pendekatan perbandingan

(comparative approach).

Pendekatan Undang-undang

dilakukan dengan menelaah

semua Undang-Undang dan

regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang

ditangani. Pendekatan analisis

konsep hukum dilakukan

dengan menelusuri tentang

keberadaan hubungan antara

peraturan perundang-undangan

yang terkait antara satu dengan

yang lainnya, sedangkan

pendekatan komparatif

dilakukan dengan

membandingkan Undang-

undang yang berhubungan

penegakan hukum

c) Sumber Bahan Hukum

Sumber hukum dalam

penelitian ini adalah : Bahan

Bahan Hukum Primer, Bahan

hukum sekunder, dan Bahan

Hukum terrsier.

d) Teknik Pengumpulan Bahan

Hukum, Dalam hal ini

dilakukan dengan sistem kartu

(card sistem) yaitu dengan

mengumpulkan bahan-bahan

baik peraturan Perundang-

undangan,dokumen-dokumen,

bahan pustaka dan hasil

penelitian lainnya yang terkait

dengan pokok permasalahan.

4 Muhammad Imaduddin

Abdulrahim dalam tulisannya yang berjudul

e) Teknik Pengolahan dan

Analisis Bahan Hukum.

Analisis Pengolahan dan

analisis bahan hukum,

dilakukan secara kualitatif,

Bahan hukum yang

dikumpulkan dan di analisis

secara deskriptif (secara runtun

dan runtut) dalam bentuk

uraian.berarti usaha

pemecahannya yang dilakukan

dengan upaya yang didasarkan

pada pengukuran yang

memecahkan objek penelitian

ke dalam unsur-unsur tertentu,

untuk kemudian ditarik

BAB II TINJAUAN UMUM

PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN

ANGGOTA POLRI

2.1. Pengertian Profesi Kepolisian

Profesi menurut keiser adalah sikap

hidup berupa keadilan untuk

memberikan pelayanan professional

terhadap masyarakat dengan penuh

ketertiban dan keahlian sebagai

pelayanan dalam rangka melaksanakan

tugas berupa kewajiban terhadap

masyarakat Polri adalah ; aparat penegak

hukum yang bertanggung jawab atas

ketertiban umum, keselamatan dan

keamanan masyarakat.

Para ahli belum mempunyai kata

sepakat mengenai definisi profesi sebab

tidak ada suatu standar (yang telah

disepakati) pekerjaan/ tugas yang

bagaimanakah yang disebut sebagai

profesi. Muhammad Imaduddin

Abdulrahim mengemukakan bahwa

profesionalisme biasanya dipahami

sebagai suatu kualitas, yang wajib

dimiliki setiap eksekutif yang baik. Di

dalamnya terkandung beberapa ciri,

yaitu4.

a) Memiliki ketrampilan tinggi

dalam suatu bidang, serta

kemahiran dalam

mempergunakan peralatan

Profesionalisme dalam Islam pada Jurnal

Ulumul Quran No 2, Vol. IV Tahun 1993

Page 8: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

110

tertentu yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugas yang

bersangkutan dengan bidang

tadi.

b) Memiliki ilmu dan pengalaman

serta kecerdasan dalam

menganalisa suatu masalah dan

peka dalam membaca situasi,

cepat dan tepat serta cermat

dalam mengambil keputusan

terbaik atas dasar kepekaannya

kemampuan mengantisipasi

perkembangan lingkungannya.

c) Memiliki sikap mandiri

berdasarkan keyakinan akan

kemampuan pribadi serta

terbuka menyimak dan

menghargai pendapat orang

lain, namun cermat dalam

memilih yang terbaik bagi diri

kita dan perkembangan

pribadinya.

2.2 Pengertian Disiplin Dalam Profesi

Kepolisian

Pengertian Disiplin berasal dari

bahasa latin Discipline, yang berarti

instruksi. MenurutPeraturan Pemerintah

Nomor 2 tahun 2003, Disiplin adalah

ketaatan dan kepatuhan yangsungguh-

sungguh terhadap peraturandisiplin

anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia5 .Disiplin dapat didefinisikan

sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh dan taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku, baik

yang tertulis maupun tidak tertulis serta

sanggup menjalankannya dan tidak

mengelak untuk menerima sanksi-

sanksinya apabila ia melanggar tugas dan

wewenang yang diberikan kepadanya6.

Pendapat lain merumuskan bahwa

disiplin adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan dan

norma-norma sosial yang berlaku.

5 Peraturan Pemerintah Tentang

Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia. PP. No. 2

Kesadaran adalah sikap seseorang yang

secara sukarela menaati semua peraturan

dan sadar akan tugas dan tanggung

jawabnya, kesediaan adalah suatu sikap,

tingkah laku, dan peraturan perusahaan,

baik yang tertulis maupun tidak.

BAB III PENEGAKAN HUKUM

DISIPLIN ANGGOTA POLRI

DALAM PERSPEKTIF GOOD

GOVERNANCE DAN CLEAN

GOVERNMENT.

3.1 Pelaksanaan dan Dampak

Penjatuhan Sidang Hukuman

Disiplin.

Anggota Polri sebagai objek

dalam penegakan hukum mempunyai

tujuan untuk memperbaiki dan

mendidik anggota Polri yang

melakukan pelanggaran disiplin.

Kegiatan atau usaha yang bertujuan

untuk menciptakan warga masyarakat

termasuk anggota Polri untuk mentaati

peraturan atau hukum. Pelaksanaan

sidang disiplin dapat dikelompokkan :

1. Ankum tidak menepati tengang

waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya Berkas Perkara

Pelanggaran Disiplin (BPPD) dari

Provos Polri untuk melaksanakan

sidang disiplin terhadap terperiksa,

sebagimana yang telah diatur dalam

Kep Kapolri No. Pol :

Kep/44/IX/2004 tanggal 30

September 2004 tentang tata cara

sidang disiplin

2. Anggota Polri yang bertindak

sebagai penuntut perkara dalam

sidang disiplin, tidak memiliki

banyak pengetahuan tentang hukum

dan peraturan perundang-undangan

lainya yang terkait dengan perkara

yang sedang diperiksa, sehingga

tidak mampu berbuat banyak dalam

Tahun 2003, 1 Januari 2003, LN No. 2

Pasal. 1 (2) 6 Sastrohadiwiryo,Siswanto,2001,

Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi

Aksara : Jakarta. hal, 291

Page 9: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

111

mengajukan pertanyaan, tuntutan

serta pertimbangan kepada

pimpinan sidang disiplin.

3. Anggota Polri yang bertindak

sebagai penunutut perkara dalam

sidang disiplin, tidak banyak

memahami posisi kasus ynag sedang

diperika sehingga tidak mampu

membuktikan dalam sidang disiplin

atas perbuatan terperiksa.

4. Anggota Polri yang bertindak

sebagai pendamping terperiksa telah

memanfaatkan kelemahan-

kelemahan yang ada dalam PP RI

No. Tahun 2003 dan Kep Kapolri

No. Pol: Kep/43/IX/2004 tangal 30

September 2004.

Penjatuhan Sanksi Hukuman Disiplin.

a. Ankum cenderung

menjatuhkan sanksi

hukuman disiplin yang

paling ringan bahkan

membebaskan terperiksa

sehingga tidak memilki efek

jera bagi terperiksa dan daya

cegah bagi anggota Polri

lainya untuk tidak

melakukan pelanggaran

disiplin.

b. Ankum dalam menjatuhkan

sanksi hukum disiplin,

cenderung subyektif karena

disamping terpaksa sebagai

anggota bawahanya yang

mempunyai hubungan

emosional kuat, juga

memungkinkan dilakukan

karena jenis sanksi

hukuman disiplin

sebagaimana yang diatur

dalam pasal 9 PP RI No. 2

tahun 2003 dan pasal 14

Kep Kapolri No. Pol:

Kep/43/IX/2004 tanggal 30

September 2004, tidak

secara tegas menyebutkan

jenis sanksi untuk setiap

bentuk pelanggaran disiplin

yang tercantum dalam pasal

3. Pasal 4, pasal 5, dan pasal

6 PP RI No.2 tahun 2003

tentang peraturan disiplin

nggota Polri.

c. Penjatuhan hukuman oleh

Ankum sering subyektif

saat Terperiksa melakukan

pelanggaran dengan Ankum

saat terperiksa dalam

persiadangan disiplin

sebagai dampak dari

pemutasian anggota Polri

yang belum menuntaskan

perkaranya.

d. Tanpa melaui sidang

disiplin, terhadapa anggota

Polri yang nyata-nyata telah

melakukan pelanggaran

disiplin tertentu yang

sifatnya memberatkan,

meresahkan masyarakat dan

berdampak pada turunya

citra Polri, Ankum

mengambil keputusan yang

berbentuk sanksi hukuman

disiplin sebagaimana

tersebut dala pasal 9 PP RI

No. 2 tahun 2003 dan pasal

14 Kep Kapolri No. Pol :

Kep/43/IX/2004 tanggal 30

September 2004.

e. Terlambatnya pelaporan

atau bahkan tidak

disampaikan tembusan surat

keputusan hukum disiplin

terperiksa kepada pejabat

Polri yang berkepentingan

dalam hal pengembangan

karir anggota Polri yang

bersangkutan.

f. Sanksi hukum disiplin yang

telah dijatuhkan, tidak

diketahui oleh masyarakat

luas terutam pihak korban

karena tidak diberitahukan

secara tertulis,

menimbulkan kesanksian

bagi masyarakat atas proses

penegakan hukum peraturan

disiplin anggota Polri.

Page 10: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

112

Dampak Good Governance

dan Clean Government. terhadap

perilaku dan sikap mental anggota Polri

untuk membina, menegakan dan

memelihara tata tertib anggota Polri

sangat diharapkan, dengan indikator :

Dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara :

a. Masih ada yang mencari

keuntungan pribadi denga

merugikan kepentingan negara.

b. Masih ada sebagian anggota

Polri yang kurang mampu

menyimpan rahasia jabatan

dengan sebaik-baiknya.

c. Masih ada yang melangar HAM.

d. Kurang mentaati peraturan

perundang-undangan.

e. Masih ada yang bersikap dan

berprilaku tidak santun

terhadap masyarakat dan

berpakaian tidak rapi dan

pantas.

f. Bertindak sebagai pelindung di

empat perjudian, prostitusi dan

tempat hiburan atau sebagai

penagih hutang.

g. Menjadi makelar perkara

h. Menelantarkan keluarga

i. Masih ada anggota yang mengikuti

aliran yang dapat menimbulkan

perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa

Dalam pelaksanaan tugas :

a. Tidak mentaati sumpah janji

anggota Polri atau sumpah dan

janji jabatan.

b. Melaksanakan tugas kurang

penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

c. Kurang respon terhadap laporan

atau pengaduan masyarakat.

d. Kurang memberi contoh dan

teladan terhadap bawahan.

e. Tidak mentaati ketentuan jam

kerja.

f. Menghindarkan tanggung jawab

dinas.

g. Kurang bertindak adil dan

bijaksana terhadap bawahanya.

h. Menguasai barang dinas dan

barang bukti untuk kepentingan

pribadi.

i. Membuat opini negatif tentang

rekan sekerja, pimpinan, dan

atau kesatuan.

j. Diskriminatif dalam pelaksanaan

tugas.

k. Rekayasa dan manipulasi

perkara.

l. Berpihak dalam dalam perkara

pidana yang ditangani.

m. Menyalahgunakan wewenang.

n. Melakukan pungutan tidak sah.

o. Meresahkan dan merugikan

masyarakat

Dampaknya Good Governance

dan clean Goverentment di

Internal Polri

a. Polri sebagai sub sistem dari

pemerintah tentu segala

pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya adalah dalam

rangka menjabarkan dan

mendukung terwujudnya

progam pemerintah

termasuk good governance

dan clean goverentment

yaitu tata kelola pemerintah

yang baik dan pemerintah

yang bersih.

Page 11: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

113

b. Dengan melihat dampak

dari kondisi penegakan

hukum disiplin anggota

Polri saat ini dengan wujud

perilaku, sikap mental dan

moral yang masih negatif

tersebut adalah merupakan

suatu hal yang mustahil dan

merupakan bertolak

belakang suatu keadaan

yang kontra produktif bagi

terwujudnya Good

Governance dan clean

Government di Internal

Polri.

c. Oleh karenanya untuk

mewujudkan Good

Governance dan clean

Government di Internal

Polri diperlukan individu-

individu Polri yang disiplin

dalam mengawasi

organisasi Polri agar

memperoleh individu-

individu yang berdisiplin

yaitu individu yang taat dan

patuh secara sungguh-

sungguh terhadap peraturan

disiplin anggota Polri

diperlukan penegakan

hukum disiplin anggota

Polri secara konsisten dan

konsekuen yang pada

ahirnya akan memantapkan

citra Polri sebagaimana

paradigma baru Polri yaitu

polisi yang berwatak sipil

dan dekat dengan

masyarakatnya.

3.2 Penegakan Hukum Disiplin

Anggota Polri Dalam

Mewujudkan Good Governance

dan Clean Government.

Inti dan arti dari penegakan

hukum secara konsepsional terletak

pada kegiatan menyerasikan hubungan

nilai-nilai yang terjabarkan dalam

kaidah - kaidah dan mengejawantah

dalam sikap dan tindak untuk

menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup. Sedangkan untuk penegakan

hukum sebagai suatu proses pada

hakikatnya merupakan penerapan

diskresi menyangkut membuat

keputusan yang tidak secara ketat diatur

oleh kaidah hukum, akan tetapi

mempunyai unsur penilaian pribadi

(Wayne Lafvre 1964). Oleh karena itu

untuk menghasilkan tegaknya hukum

termasuk dalam hal ini tegaknya hukum

disiplin anggota Polri, maka penegakan

hukum secara konsepsional maupun

penegakan hukum sebagai suatu proses

haruslah terwujud dengan indikator

bahwa faktor - faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum

disiplin anggota Polri berpedoman pada

:

a. Aturan Hukum.

Undang-undang atau aturan

hukum merupakan pedoman, pegangan

serta titik awal dari proses penegakan

hukum yang tujuannya adalah agar

aturan hukum tersebut mempunyai

dampak positif haruslah mencakup

beberapa azas seperti tidak berlaku

surut, undang-undang yang dibuat

penguasa lebih tinggi berkedudukan

lebih tinggi, aturan hukum yang bersifat

khusus menyampingkan yang bersifat

umum, aturan hukum yang berlaku

belakangan membatalkan yang

terdahulu, aturan hukum tidak dapat

diganggu gugat dan aturan hukum

merupakan suatu sarana untuk

mencapai kesejahteraan spiritual dan

material bagi masyarakat maupun

pribadi melalui pelestarian ataupun

pembaharuan. Oleh karenanya dalam

penegakan hukum peraturan disiplin

anggota Polri pun aturan hukum

disiplinnya juga harus mencerminkan

azas-azas tersebut di atas dalam arti:

1) Substansi atau materi aturan

hukum disiplin anggota Polri

harus mencerminkan persoalan

secara tepat yaitu dapat dipahami

dengan mudah, tidak boleh ada

Page 12: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

114

pertentangan internal antar pasal-

pasal, tidak boleh bertentangan

dengan aturan yang lebih tinggi.

2) Rumusannya secara jelas, tegas

dan pengecualian terhadap

aturan yang lain harus dilakukan

secara terbatas dan proporsional.

3) Harus memuat sanksi yang e q u

i va l e n atau setara dengan

kepentingan hukum yang

dilanggar.

b. Aparat Penegak Hukum Disiplin

Aparat penegak hukum adalah

manusia yang akan menerapkan hukum

disiplin anggota Pori dalam hal ini

Provos Polri sebagai satuan fungsi yang

bertugas membantu Pimpinan untuk

membina dan menegakkan disiplin

serta memelihara tata tertib kehidupan

anggota Polri serta Pimpinan / Ankum

atau atasan yang berhak menghukum

adalah atasan yang karena jabatannya

diberi kewenangan menjatuhkan

hukuman disiplin kepada bawahan

yang dipimpinnya. Faktor aparat dalam

konteks penegakan hukum adalah

sangat penting, seorang ahli hukum

Belanda berucap "beri aku hakim yang

baik, jaksa yang baik, serta polisi yang

baik maka dengan hukum yang buruk

sekalipun akan memperoleh hasil yang

lebih baik". Maka profil aparat yang

dibutuhkan dalam rangka penegakan

hukum disiplin anggota Polri adalah :

1) Aparat yang menguasasi

hukum.

2) Memiliki keterampilan teknis

yuridis.

3) Berintegritas.

4) Profesional.

5) Bersih, memiliki komitmen

pada keadilan, serta berani

dan disipilin.

6) Bahwa aparat penegak

hukum disiplin tersebut di

atas perlu disokong oleh

policy organisasi yang

kondusif seperti : adanya

program peningkatan

keahlian yang terus menerus,

adanya sinkronisasi

penugasan dengan keahlian

sehingga dapat menjalankan

wewenangnya secara tepat,

tidak adanya intervensi

kekuasaan yang dapat

mengganggu tugas yang

sedang dilaksanakan, jaminan

penghasilan yang memadai,

serta tersedianya sistem

monitoring yang efektif untuk

memantau setiap langkah

pelaksanaan tugas.

c. Sarana dan Fasilitas.

Aspek yang tidak kalah

pentingnya dalam penegakan

hukum disiplin anggota Polri adalah

aspek sarana dan fasilitas meliputi

peralatan yang memadai, keuangan

yang cukup, apakah sarana dan

fasilitas yang ada sudah sesuai

dengan yang dibutuhkan dan masih

dapat dipakai, apakah sarana yang

ada telah digunakan secara efektif

dan sarana apa yang perlu diadakan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka

sarana dan fasilitas yang perlu

diadakan untuk proses penegakan

hukum disiplin anggota Polri adalah

:

1) Alat transportasi dan alat

komunikasi.

2) Alat deteksi.

3) Ruang kerja yang kondusif.

4) Peralatan administrasi yang

memadai.

5) Komputer dan internet yang

memiliki program dan

jaringan luas.

6) Sarana pustaka hukum

sebagai bahan referensi bagi

para penyidik Provos.

7) Dana yang cukup seperti

a) Terpenuhinya hak-hak

anggota mulai dari gaji

sampai dengan

tunjangan jabatan atau

pun fungsional.

Page 13: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

115

b) Tidak adanya

pembebanan finansial

kepada para penegak

hukum disiplin anggota

Polri.

c) Tersedianya anggaran

yang cukup atau

memadai mulai dari

penyelidikan Provos,

pemeriksaan, Provos

sampai pada kegiatan

penjatuhan hukuman

disiplin oleh Ankum.

d) Faktor Budaya.

Dewasa ini dalam pembangunan

kultur Kepolisian dituntut untuk

melakukan perubahan dan militeristik

menjadi perilaku yang mencerminkan

Polisi Sipil, demokratis, menjunjung

tinggi supremasi hukum dan

menjunjung tinggi HAM. Polisi

dituntut untuk memenuhi harapan

masyarakat, mengaplikasikan arah dan

tujuan demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat secara

proporsional serta membangun,

kemitraan antara polisi dengan

masyarakat sehingga fungsi kepolisian

harus dapat mencerminkan semangat

aparatur negara yang baik, tertib dan

berdisipiin. Sebagaimana paradigma

baru Polri dalam landasan teori selain

itu juga dilandasi dari nilai-nilai

reformasi Polri mulai dari keunggulan,

integritas, akuntabilitas, transparansi

dan berkelanjutan. Oleh karenanya

untuk menghasilkan fungsi Kepolisian

dengan cerminan tersebut di atas tentu

perlu didahului dengan :

1) Pembangunan kultur individu

Kepolisian.

Di kalangan Kepolisian di

berbagai negara telah mencoba

membangun empat lapisan kultur

polisi yaitu

a) Membangun mentalitas

dasar bahwa masyarakat

dengan polisi adalah

mitra, namun tetap tegas

dalam menegakkan

hukum.

b) memadai, serta

tersedianya sistem

monitoring yang efektif

untuk memantau setiap

langkah pelaksanaan

tugas.

2) Pembangunan kultur

organisasi Kepolisian.

Keanekaragaman latar

belakang kultur setiap individu

polisi sebagaimana polisi di

negara Indonesia

mencerminkan adanya

berbagai perbedaan kultur

individu tersebut, hal ini

berdampak pada warna kultur

pluralistik namun harmonisasi

harus dikembangkan sehingga

akan bermuara dalam

pelaksanaan tugas yang efektif.

Demikian juga dalam

pengambilan keputusan yang

berakar dari masing-masing

anggota polisi perlu diarahkan

kepada kultur organisasi polisi

yang mengacu pada visi, dan

misinya. Polisi dan masyarakat

yang demokratis,

pemolisiannya mengacu pada

prinsip-prinsip demokratis,

yaitu antara lain : berdasarkan

supremasi hukum, memberikan

jaminan dan perlindungan hak

asasi manusia, transparan,

bertanggung jawab kepada

publik, berorientasi kepada

masyarakat, serta adanya

pembatasan dan pengawasan

kewenangan polisi. Untuk itu

perlu membangun komitmen

kebersamaan seluruh personel

polisi untuk menegakan

supremasi hukum melalui:

Page 14: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

116

a) Keteladanan seluruh

pemimpin dalam

organisasi Kepolisian

secara berjenjang.

b) Membangun rasa

kebanggaan sebagai

anggota Kepolisian

secara terus-menerus

sehingga tumbuh

kasadaran akan

pentingya kebanggaan

terhadap profesi

Kepolisian tersebut.

c) Membangun kemitraan

dengan masyarakat,

tolak ukurnya adalah

bahwa sosok polisi sipil

dan demokratis dalam

menegakan hukum dan

hak asasi manusia telah

dirasakan oleh

masyarakat. Institusi

polisi memiliki

keberanian membuka

diri untuk menerima

masukan dari

masyarakat dan

menindaklanjutinya

demi kepentingan

masyarakat sebagai

stake holders.

d) Sosialisasi kepada

masyarakat tentang

sistem pengawasan

Internal Polri

diantaranya

implementasi penegakan

hukum disiplin anggota

Polri sehingga

masyarakat diharapkan

ikut secara aktif

memonitor, mengawasi

bahkan melaporkan bila

ada pelanggaran disiplin

anggota Polri guna

tegaknya disiplin

anggota Polri.

Dengan terjadinya peningkatan

mulai dari aturan hukumnya, aparat

penegak hukum (Penyidik) sampai

dengan budaya Kepolisian diharapkan

ke depan akan terjadi perubahan,

peningkatan ataupun perbaikan dalam

pelaksanaan penyidikan sebagai berikut

:

1) Kegiatan penyelidikan tidak

lagi dilakukan secara

bersamaan waktunya

dengan kegiatan

pemeriksaan dalam rangka

penyidikan.

2) Pemanggilan terhadap saksi

anggota Polri dapat dihadiri

tepat waktu karena antara

Ankum dengan Provos Polri

saling mendukung.

3) Pemeriksaan terhadap

saksi-saksi tetap dilakukan

terlebih dahulu kemudian

disusul dengan pemeriksaan

terhadap anggota Polri yang

diduga telah melakukan

pelanggaran disiplin

walaupun terhadap kasus

pelanggaran tertentu yang

memerlukan percepatan

pemeriksaan dan pelaporan

kepada pimpinan.

4) Penyidik Provos Polri

memahami dan mengerti PP

RI No. 2 Tahun

2003,Tentang Peraturan

Disiplin Anggota Polri,

sehingga dapat mengetahui

saat kapan pelanggaran

disiplin tersebut terjadi dan

selanjutnya dapat

menerapkan pasal dengan

tepat atas pelanggaran

disiplin tersebut.

5) Penyidik Provos Polri

memiliki banyak referensi

hukum dan perundang-

undangan, baik yang

berlaku umum maupun

yang berlaku khusus di

internal Polri.

6) Diharapkan ada

kewenangan pihak Penyidik

Provos Polri untuk

Page 15: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

117

melakukan upaya paksa

dalam rangka penyidikan

perkara pelanggaran

disiplin terhadap terpaksa

yang nyata-nyata telah

melakukan pelanggaran

disiplin tertentu yang

sifatnya memberatkan,

melalui deregulasi PP RI

No. 2 Tahun 2003 maupun

Kep Kapolri No. Pol.:

Kep/43/IX/2004 tanggal 30

September 2004, untuk

kecepatan penuntasan

penyidikan pelanggaran

peraturan disiplin.

7) Para Ankum / Atasan

terperiksa dapat sepenuhnya

memberikan atensi terhadap

pelaksanaan penyidikan

yang dilakukan oleh Provos

Polri, tidak timbul lagi

perbedaan persepsi yang

berujung pada

disharmonisasi hubungan

kerja yang kurang kondusif.

8) Proses penyelesaian

pemeriksaan saksi dan

terperiksa sampai dengan

penyerahan berkas perkara

pelanggaran disiplin

(BPPD) Terperiksa kepada

Ankum dapat berjalan cepat

dan tepat waktu untuk

pelaksanaan sidang disiplin.

9) Tidak lagi terjadi mutasi ke

kesatuan lain terhadap

anggota Polri yang sedang

dalam proses pemeriksaan

penyidik Provos Polri,

sejalan dengan Kep Kapolri

No.Pol. : Kep / 828 / XI /

2004 tanggal 1 November

2004 tentang pedoman

administrasi pemberhentian

sementara dari jabatan dinas

Polri.

10) Perkembangan proses

penyidikan perkara

pelanggaran disiplin,

anggota Polri

dipublikasikan secara luas

kepada masyarakat

terutama kepada pihak

pelapor

Dengan demikian maka dalam

rangka tegaknya hukum disiplin,

diharapkan anggota Polri dapat

berpartisipasi aktif dengan bentuk sikap

dan perilaku :

1. Taat terhadap peraturan dan

perundang-undangan yang

berlaku termasuk terhadap

peraturan hukum disiplin

anggota Polri.

2. Mentaati sumpah janji

anggota Polri atau sumpah

dan janji jabatan.

3. Melaksanakan tugas dengan

penuh kesadaran dan

tanggung jawab.

4. Mampu memberi contoh

dan menjadi teladan

terhadap bawahan.

5. Tidak menyalahgunakan

wewenang yang ada pada

dirinya.

6. Mentaati ketentuan-

ketentuan jam kerja.

7. Bertindak adil dan bijaksana

terhadap bawahannya.

4.3. Kendala-kendala Penegakan

Disiplin Polri dalam

mewujudkan Good Governance

dan clean Governance

Penegak hukum atau aparat

seyogyanya merupakan golongan

panutan dan memberi keteladanan yang

baik dalam masyarakat, dalam hal ini

termasuk anggota Polri sebagai objek

dari hukum disiplin anggota Polri,

tetapi yang terjadi dewasa ini dirasakan

terdapat beberapa kelemahan pada

Provos Polri, Pimpinan ataupun Ankum

sebagai aparat penegak hukum dalam

menerapkan disiplin anggota Polri,

dapat diklasifikasikan antara lain:

Page 16: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

118

a.BidangSosialBudaya

1) Krisis kebudayaan yang

bersumber pada longarnya nilai-

nilai dan moralitas,

menimbulkan gejala kerapuhan

tentang persatuan dan kesatuan

bangsa, kebebasan dan

kerukunan umat beragama

berubah drastis yang rentan

terhadap disintegrasi.

2) Tindakan korektif tentang

kebijakan nasional terhadap

pemerintahan yang lalu (Orde

Baru) dilakukan secara sporadis

oleh masyarakat seperti

penduduk tanah-tanah

perkebunan, penjarahan

kekayaan hutan, perlawanan atas

dominasi ekonomi, main hakim

sendiri dan pengerusakan /

pembakaran kantor pemerintah /

Polri telah mewarnai era

reformasi.

3) Kemampuan ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk mendukung

modernisasi belum dikuasai

secara merata.

4) Lambannya pemulihan ekonomi

pemerintah berakibat

kesejahteraan anggota Polri

belum dirasakan, memicu

tumbuhnya tindakan hukum

melanggar hukum anggota Polri.

5) Masih ada anggota legislatif

yang skeptif dan vocal

menyuarakan tentang

ketidakmampuan Polri dalam

melaksanakan tugasnya sebagai

penegak hukum, pemelihara

Kamtibmas serta pelindung,

pengayom dan pelayan

masyarakat, karena adanya

kepentingan politik yang

memboncengi.

6) Adanya usaha istansi pemerintah

tertentu yang mengatas namakan

kepentingan masyarakat untuk

menempatkan institusi Polri

dibawah suatu departemen

tertentu

Faktor kebudayaan bersatu padu

dengan faktor masyarakat karena

kebudayaan (sistem) hukum pada

dasarnya mencakup nilai-nilai

mendasari hukum yang berlaku. Nilai-

nilai yang merupakan konsepsi-

konsepsi abstrak mengenai apa yang

dianggap baik (sehingga dianuti), dan

apa yang dianggap buruk (sehingga

dihindari). Rumusan budaya dalam

organisasi Polri seperti yang

terkandung dalam Tribrata ternyata

belum terlalu efektif secara oprasional

dalam kehidupan Polisi sehari-hari,

karena kalimat pendek dan padat

menjadi sekedar rumus matematis yang

abstrak, tanpa pengembangan budaya

secara terarah dan mengakar kepada

kejidupan organsasi. Maka manusia

seperti Polisi tidak dapat diharapkan

bersikap dan berprilaku yang konsisiten

dengan visi, misi, kode etik yang

dibangun oleh Polri. Terlihat masih

adanya sebagian individu- individu

Polri yang bergaya feodal, munafik,

tidak bertanggung jawab dan

sebagainya

Masih banyak pandangan negatif

terhadap Polri dari pejabat negara, elit

politik, pejabat publik maupun

masyarakat sehingga respon kepada

Polri juga negatif walaupun langkah

reformasi telah dilakukan oleh

organisasi Polri. Masih adanya

interpensi pejabat negara, elit politik

terhadap pelaksanaan tugas Polri

mempengaruhi penegak hukum disiplin

anggota Polri.Lembaga Kompolnas

belum sepenuhnya berfungsi dengan

baik karena produk kinerjanya baru

sebatas pemberian saran kepada

Presiden tentang tugas pokok, fungsi

dan peranan Polri. Masih ada LSM

yang bersifat skeptic atas pelaksanaan

tugas Polri khusunya dalam penegakan

hukum.Tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap Polri masih

rendah takut berurusan dengan Polri,

sebagi akibat persepsi masa lampau

Page 17: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

119

119

dimana Polri dalam mengahadapi

masyarakat lebih menonjolkan

kekerasan yang pada akhirnya kurang

peduli untuk melakukan pengawasan

dan enggan mengadukan tindakan

negatif anggota Polri, kalaupun

mengadukan akan tetapi enggan

memberikan kesaksian sehingga

kesulitan dalam melakukan

penyidikannya. Pemanfaatan media

masa dalam menyebarluaskan

informasi yang berlebihan dan

menyudutkan masih adanya KKN

dalam tubuh Polri.

b. Hukum dan HAM

1) Peranan politik hukum yang

termuat dalam UUD 1945

masih belum menjadi blue print

dari Pembangunan hukum

nasional, terbukti dengan

munculnya berbagai RUU yang

tumpang tindih, tidak

memperhatikan sinkronisasi

dan harmonisasi dengan

berbagai produk Peraturan

Perundang-undangan yang

telah ada.

2) Kurangnya daya inovatif para

penegak hukum disiplin

anggota Polri seperti perlunya

sosialisasi peraturan disiplin

anggota Polri di kalangan

masayarakat dengan maksud

tumbuhnya partisipasi aktif

masyarakat dalam penegakan

hukum disiplin anggota Polri

juga masih relative rendah.

3) Peraturan perundang-undangan

tentang pelaksanaan penegakan

hukum disiplin Anggota Polri

masih ada aturan hukumnya

yang tidak jelas dan tegas,

multi tafsir sehingga

menimbulkan ketidak pastian

hukum dan keadilan, akibatnya

penerapan hukumnya relatif

sering bersifat subyektif.

4) Masih ada di antara Pimpinan

satuan selaku Ankum yang

belum sepenuhnya

memberikan atensi atas

pelaksanaan tugas penegakan

hukum disiplin anggota Polri

termasuk kepada petugas

Provos Polri.

5) Tingkat pemahaman dan

penerapan aturan hukum oleh

Penyildik Provos Polri dalam

penyidikan perkara

pelanggaran disiplin masih

rendah.

6) Tingkat disiplin, kesadaran dan

kepatuhan Anggota Polri

atasperaturan disiplin yang

mengikat dan berlaku baginya

masih relatif rendah sehingga

pelanggaran disiplin tetap

terjadi.

7) Masih banyak campur tangan,

intervensi dari Para pejabat

Polri dalam pelaksanaan

penegakan hukum disiplin

anggota Polri sehingga hasil

dari penegakan hukum yang

dicapai masih relatif subyektif.

8) Penegakan hukum disiplin

anggota Polri sering terkesan

kurang transparan.

Kendala-kendala lain

yang dihadapi Penegakan

Disiplin Polri dalam

mewujudkan Good

Governance dan clean

Governance. Polisi bersikap

dan berprilaku belum

konsisiten dengan visi, misi,

kode etik yang dibangun oleh

Polri Dalam pelaksanaannya

masih ada interpensi pejabat

negara, elit politik terhadap

pelaksanaan tugas Polri

sehingga mempengaruhi

penegak hukum disiplin

anggota Polri. Lembaga

Kompolnas belum sepenuhnya

berfungsi dengan baik karena

produk kinerjanya baru sebatas

pemberian saran tentang tugas

pokok, fungsi dan peranan

Page 18: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

120

120

Polri. Sebagi akibat persepsi

masa lampau Polri dalam

mengahadapi masyarakat lebih

menonjolkan kekerasan yang

pada akhirnya kurang peduli

untuk melakukan pengawasan

dan enggan mengadukan

tindakan negatif anggota Polri.

BAB IV KESIMPULAN

Penegakan hukum secara

konsepsional maupun penegakan

hukum sebagai suatu proses terwujud

dengan indikator bahwa faktor - faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan

penegakan hukum disiplin anggota

Polri berpedoman pada :

a) Aturan Hukum atau materi

aturan hukum disiplin anggota

Polri harus mencerminkan

persoalan secara tepat yaitu

dapat dipahami dengan mudah,

tidak boleh ada pertentangan

internal antar pasal-pasal, tidak

boleh bertentangan dengan

aturan yang lebih

tinggi.Rumusannya secara

jelas, tegas dan pengecualian

terhadap aturan yang lain harus

dilakukan secara terbatas dan

proporsional. Harus memuat

sanksi yang e q u i va l e n atau

setara dengan kepentingan

hukum yang dilanggar.

b) Penegak hukum/personal,

aparat yang dibutuhkan dalam

rangka penegakan hukum

disiplin anggota Polri adalah

:Aparat yang menguasasi

hukum, Memiliki keterampilan

teknis yuridis, berintegritas,

profesional, bersih, memiliki

komitmen pada keadilan, serta

berani dan disipilin.

c) Sarana prasarana yang perlu

diadakan untuk proses

penegakan hukum disiplin

anggota Polri adalah :Alat

transportasi dan alat

komunikasi, Alat deteksi.

Ruang kerja yang kondusif,

Peralatan administrasi yang

memadai, Komputer dan

internet yang memiliki

program dan jaringan luas,

Sarana pustaka hukum sebagai

bahan referensi bagi para

penyidik Provos.

d) factor budaya, polisi yang baik

dengan hukum yang buruk

sekalipun akan memperoleh

hasil yang lebih baik". Maka

profil pembangunan kultur

Kepolisian dituntut untuk

melakukan perubahan yang

mencerminkan Polisi Sipil,

demokratis, menjunjung tinggi

supremasi hukum dan

menjunjung nilai-nilai

reformasi Polri mulai dari

keunggulan, integritas,

akuntabilitas, transparansi .

Daftar pustaka

Agus Wijayanto, 2010. Tesis : Strategi

Penegakan Hukum Disiplin

Anggota Polri guna mewujudkan

Good governance dan Clean

government Di internal polri

Dalam rangka memantapkan

citra Polri. Semarang

Abdul Rohim, 2008, Pengertian

Etika Profesi serta

Profesionalisme, (online) ,

https://csagboyz.wordpress.com,

Achmad Ali, 2009, Menguak Teori

Hukum (Legal Theory) dan

Teori Peradilan

(JudicialPrudence) Termasuk

Interpretasi Undang-undang

(Legisprudence), Kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum

dan Penetitian Hukum, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

121

121

Abu Daud Busro dan Abu Bakar Busro,

1983, Azas-Azas Hukum

Tata Negara. Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Andreas Fockema, 1983, Kamus Istilah

Hukum Belanda-Indonesia,

Penerjemah Saleh

Adiwinata, Cet. Pertama,

Bina Cipta, Bandung

Budi Rizki Husin,2016, Sistem

Peradilan Pidana di Indonesia, Snar

Grafika.

Bagir Manan, 2000, Arogansi MPR,

dalam Harian Republik, Rabu, 9 April.

Bagir Manan, 2000, Wewenang Provinsi,

Kabupaten dan Kota dalam

Rangka Otonomi Daerah,

makalah pada seminar

nasional, Fakultas Hukum

Unpad, Bandung.

MM Billah, 2007, Membalik Kuasa

Negara Ke Kendali

Rakyat, Pusat Studi

Pengembangan

Kawasan, Jakarta.

Budi Rizki Husin, 2016, Sistem

Peradilan Pidana di

Indonesia, Sinar Grafika, cet.

Peratama.

...................., Politik Hukum Otonomi

Sepanjang Peraturan

Perundang-Undangan

Pemerintah Daerah,

Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

Finer Samuel Edward, 1995,Comparing

Constitutions, Clandorn

Press, Oxport

Ganie Rochman, 2000, Good

Governance, Prinsip

Komponen dan

Penerapannya dalam Hak

Asasi Manusia

(Penyelenggaraan Negara

Yang Baik, Penerbit

KOMNAS HAM, Jakarta.

Han Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni,

Dasar-Dasar Ilmu Hukum

Normatif sebagai Ilmu

Hukum Empirik-

Deskriptif, Rimdi Press,

Jakarta,

...................., General Theory of Law and

State, Translate by Anders

Wedberg, Russel & Russel,

New York

Hasibuan,2000, Malayu Manajemen

Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara

:Jakarta

Joko Widodo, 2001, Good Covernance

telaah dan Dimensi

Akuntabilitas Birokrasi

pada Era Desentralisasi

dan Otonomi Daerah

Candikia

Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar

filsafatYogyakartaPenerbit

Kanisisus

Kunarto,2001, Perilaku Organisasi

Polri, Cipta Manunggal,

Jakarta, 2001

Lalolo Kirana Loina, 2003, Indikator

Alat Ukur Prinsip

Akuntabilitas, Transparansi

dan Partisipasi, Jakarta

badan Perencanaa

Pembangunan Nasional

M. Hadjon, 1997, Tentang Wewenang,

Dalam Yuridika, nomor 5 dan 6

Marjanne Termoshuizen, 2004, The

Concept Rule of Law, dalam

JENDERA, Jurnal Hukum :

Page 20: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

122

122

Rule of Law, edisi 3 Tahun

II,

JH Rapar, 1988, Filsafat Politik Plato,

Rajawali Press, Jakarta.

Padmo Wahyono, 1989, Pembangunan

Hukum di Indonesia, Ind-Hill, Jakarta.

Prajudi Atmosudirjo, 1981, Hukum

Administrasi Negara,

Cetakan IV, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Philipus M. Hadjon,2005, dkk,

Pengantar Hukum

Administrasi Negara

Indonesia (Introduction to

the Indonesia

Administrative Law), Cet.

I. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta

........................., 1985, Pengertian-

Pengertian Dasar

Tentang Tindak

Pemerintahan (bestuur

handeling)Djumali,

Surabaya.

Romli Atmasasmita, 1996, Sistem

Peradilan Pidana ;

Perspektif Eksistensialisme

dan Abilisionisme, Cet II

revisi, Bina

Cipta, Bandung,

Sancipto Rahardjo 2007, Membangun

Polisi Sipil Perspektif

Hukum, Sosial &

Kemasyarakatan, Penerbit

Buku Kompas, Jakarta.

Smith Stanley de Brazier, Rodney, 1994,

Constitutional and

Administrative Law,

ad.London Penguin Book.

Soeprapto, Maria Farida Indrati, 1998,

Ilmu Perundang-Undangan

Dasar dan

Pembentukannya, Kanisius,

Yogyakarta.

Syaukani, et.al., 2002, Otonomi Daerah

Negara Kesatuan, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Siti Tananjoel Tarki Soejardjono, 1994,

Onrechtmatige

Vergunning Als

Onrechtmatige Gebruik

van Een Vergunning

zander Als

Onrechtmatigeaaad,dimu

at dalam kumpulan hasil

terjemahan PTUN,

Jakarta,

Sedarmayanti., 2007, Good Governance

dan Good Corporate

Governance. Mandar

Maju, Bandung.

Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-faktor

yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum, PT

Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji,

1990, Penelitian Hukum

Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Rajawali Press,

Jakarta.

Sastrohadiwiryo,Siswanto,2001,

Manajemen Tenaga Kerja

Indonesia. Bumi Aksara :

Jakarta

Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar

Penelitian Hukum,

Universitas Indonesia,

Jakarta

Sidi Gazalba, 1981, Sistematika Filsfat

Buku IV, Jakarta, Bulan

Bintang,

Page 21: PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLISI REPUBLIK …

123

123

E. Utrecht, 1980, Pengantar Hukum

Administrasi Negara

Indonesia, cet.IV,

Universitas Padjadjaran,

Bandung.

Wildan Suyuti Mustofa, 2004, Kode Etik,

Etika Profesi dan

Tanggung Hakim,

Jakarta, Mahkamah

Agung RI

Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian

di Indonesia Citra Bakti Jakarta