pendidikan humanis paulo freire dalam perspektif...

111
PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Dwi Larasati NIM. 11160110000058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Dwi Larasati

NIM. 11160110000058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Dwi Larasati

Tempat/Tgl.Lahir : Napal Putih, 19 Juni 1998

NIM : 11160110000058

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif

Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing : Dr. Akhmad Sodiq., M. Ag

NIP : 19710709 199803 1 00 1

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah

Jakarta, 10 Maret 2020

Mahasiswa Ybs.

Dwi Larasati

NIM. 11160110000058

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi : 01

Hal :1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Page 3: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Dwi Larasati

NIM. 11160110000058

Menyetujui,

Dosen Pembimbingan Skripsi

Dr. Akhmad Sodiq., M. Ag

NIP. 19710709 199803 1 00 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 4: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif

Pendidikan Islam” disusun oleh Dwi Larasati NIM. 11160110000058, Program

Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 10 Maret 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dr. Akhmad Sodiq., M. Ag

NIP. 19710709 199803 1 00 1

Page 5: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu
Page 6: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

ii

ABSTRAK

Dwi Larasati (11160110000058), “Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam

Perspektif Pendidikan Islam”

Kata Kunci: Pemikiran, Humanistik, Pendidikan Islam, Paulo Freire

Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia

mampu memahami proses pembelajaran secara kritis berlandaskan kerangka filosofis

tujuan hidupnya sebagai manusia hal ini pula yang dipertegas oleh Paulo Freire.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan humanis menurut Paulo

Freire dan bagaimana Pendidikan humanis Paulo Freire dalam perspektif pendidikan

Islam. Dengan menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research),

penelitian ini memerlukan dokumen yang cukup banyak seperti buku, artikel, jurnal,

dan dokumen lainnya. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data

primer (data pokok) dan data sekunder (data penunjang atau pendukung). Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Pendidikan humanis Paulo Freire

mempunyai corak kesamaan ide dengan konsep pendidikan Islam secara khusus yaitu

pendidikan sebagai wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang

membebaskan. Pendidikan humanis dan pendidikan Islam, memiliki relevansi dalam

orientasi dan proses pendidikan, sama-sama sangat menekankan humanisasi dan

pembebasan sebagai orientasi pendidikan, serta menempatkan peserta didik dan

pendidik sama-sama sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Perbedaannya

adalah bahwa cakupan pendidikan Islam lebih luas dikarenakan mampu

menintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum.

Page 7: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

iii

ABSTRACT

Dwi Larasati (11160110000058), “ Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam

Perspektif Pendidikan Islam”

Keywords: Thought, Humanist, Islamic Education, Paulo Freire

Humanist education teaches how learners as humans are able to understand the

learning process critically based on the philosophical framework of his life as a human

being. This is also reinforced by Paulo Freire. This study aims to determine the

concept of humanist education according to Paulo Freire and how Paulo Freire's

humanist education is in the perspective of Islamic education. By using this type of

library research, this research requires quite a number of documents such as books,

articles, journals, and other documents. The data sources in this study were obtained

from primary data (primary data) and secondary data (supporting or supporting data).

The analytical method used in this research is qualitative analysis.

From the results of this research note that Paulo Freire's humanist education

has a similarity of ideas with the concept of Islamic education specifically, education

as forum for developing the potential of free learners. Humanist education and Islamic

education, having relevance in orientation and the educational process, both

emphasize humanization and liberation as educational orientations, and place students

and educators alike as subjects in the teaching and learning process. The difference is

that the scope of Islamic education is broader because it is able to integrate religious

and general science.

Page 8: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sebagaimana

kita telah diberikan nikmat Iman dan Islam, serta nikmat sehat sebagai bentuk kasih

sayang-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul

“Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam” dapat

terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, beserta sahabanya.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Dalam menyelesaikan skripsi

ini tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang dialami oleh penulis dan berkat

kesungguhan hati, kerja keras dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, maka

penulis dapat menjalani kesulitan tersebut. Maka atas tersusunnya skripsi ini, dengan

segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk serta

dukungan terutama kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan, kemudahan, serta nikmat yang

luar biasa kepada penulis.

2. Orang tua penulis, Ibunda Sinem S.pd dan Ayahanda Saidi Awal yang tersayang,

yang selalu mendoakan serta menjadi semangat bagi penulis dalam mengejar cita-

cita.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Bapak Drs, Abdul Haris, M.Ag dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag selaku ketua

dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Page 9: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

v

6. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M.A, selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktunya, memberikan ilmunya, banyak membantu dalam

pengerjaan skripsi, dan selalu memberikan nasihat-nasihat kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Noor, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

membantu dan selalu memberikan masukan selama studi, serta yang sealu

meluangkan waktunya untuk penulis pada saat meminta arahan selama pengerjaan

skripsi.

8. Kakak tersayang Ageng Septa Rini S.STM,M.KM, Adik tersayang Tri Dara

Februa Luki dan Hanif Radhitya Farhan yang tidak pernah bosan menyemangati

penulis dan selalu membantu selama masa studi.

9. K.H. Irham Hasymi Lc, M.pd dan Umi Eka Susanti S.Ag, Umi Musliha, Umi

Rismawati Afnan, Umi Dwi Rahmiati, dan seluruh guru di Pondok Pesantren Al-

hasanah Bengkulu yang tak pernah henti memberikan nasihat hingga saat ini.

10. Om Bagus, Mbak Wie, Kak Mamduh, serta seluruh Wali Dosen ahfi BBC

Motivator School, selaku guru spiritual di Kahfi BBC Motivator School yang tidak

akan pernah membiarkan anak didiknya kehausan ditengah banyaknya telaga.

11. Seluruh keluarga Kahfi BBC Motivator School terkhusus angkatan 18 yang selalu

memberikan motivasi untuk tetap bertahan dalam keadaan rapuh.

12. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2016 yang selalu memberikan bantuan

dalam keadaan apapun.

13. Sahabat fillah Hilma Ayunina, Popy Ermaliani, Hunafa Ulfitriyah dan Putri Pedine

(HILAPONADIN) yang selalu menciptakan tawa serta kebahagiaan dalam

kehidupan sehingga penat yang dirasa pada saat pengerjaan skripsi mampu

diringankan oleh canda tawa mereka.

14. Sahabat Terbaik Nayla Elfasya, Siti Himdatul Akmal, Zurriyatina, Lasmiyati, dan

kak Andillah Utami, menjadi tempat terbaik untuk penulis bertukar pikiran.

Page 10: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

vi

15. Sahabat tercinta Eri Rizqi Rachmawati, Ulfha Afrilani, Siti Mariah Ulfa, Siti

Marwah Ulfa, Ayu Lestari, Lilo Mayawati, Siti Aisyah, Sutriyani, Mira Hartati,

dan seluruh sahabat yang menemani penulis selama masa studi 6 tahun di Pondok

Pesantren Al-hasanah Bngkulu, yang sampai saat ini selalu melantunkan doa

dalam kelancaran penulis mengerjakan skripsi

16. As’ad Kholilullah, yang selalu membantu penulis, yang selalu ada ketika

dibutuhkan, yang selalu menyemangati tanpa henti, dan yang setia menemani pada

saat masa pengerjaan skripsi.

17. Tunjung Magenta S.pd yang tidak pernah bosan menjawab pertanyaan penulis

berkaitan dengan skripsi.

18. Senat Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi

penyemangat penulis agar bisa belajar membagi waktu dengan baik.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan

rahmat Allah SWT. dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Page 11: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 12

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 12

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 12

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13

F. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 13

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 14

A. PENDIDIKAN HUMANIS .......................................................................... 14

1. Pengertian Pendidikan .............................................................................. 14

2. Pengertian Humanis .................................................................................. 17

3. Pengertian Pendidikan Humanis ............................................................... 18

4. Dasar dan Tujuan Pendidikan Humanis ................................................... 22

5. Ciri-ciri pendidikan Humanis ................................................................... 25

6. Landasan Pendidikan Humanis ................................................................ 25

B. Pendidikan Islam .......................................................................................... 27

1. Pegertian Pendidikan Islam ...................................................................... 27

2. Dasar Pendidikan Islam ............................................................................ 30

3. Tujuan Pendidikan Islam .......................................................................... 33

4. Ciri- ciri Pendidikan Islam. ...................................................................... 36

5. Komponen Pendidikan Islam .................................................................... 36

C. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 44

A. Objek dan Waktu Penelitian ......................................................................... 44

B. Metode Penelitian ......................................................................................... 44

C. Fokus Penelitian ........................................................................................... 45

Page 12: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

viii

D. Sumber Data ................................................................................................. 45

E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 46

BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 48

A. Biografi Paulo Freire .................................................................................... 48

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan Paulo Freire .................. 48

2. Karya-karya Paulo Freire .......................................................................... 52

B. Pembahasan .................................................................................................. 53

1. Pemikiran Pendidikan Paulo Freire .......................................................... 53

2. Humanisme dan Pendidikan Pembebasan Paulo Freire ........................... 55

3. Tujuan Pendidikan Humanis Paulo Freire ................................................ 59

4. Konsep Kesadaran Paulo Freire ............................................................... 61

5. Islam Sebagai Spirit Pembebasan ............................................................. 63

6. Konsep Pendidikan Islam ......................................................................... 64

7. Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspketif Pendidikan Islam ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 81

A. Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 81

B. Saran ............................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 84

Page 13: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi memberikan dampak pada perubahan kondisi yang ada di

masyarakat, terutama dikalangan masyarakat Indonesia, mulai dari pola pikir

dan tingkah laku yang sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi zaman.

Dampak positif dari globalisasi terjadinya perubahan tata nilai dan sikap,

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kehidupan yang

lebih baik. Sedangkan dampak negatifnya adalah pola hidup konsumtif, sikap

individualis gaya hidup yang kebarat-baratan serta kesenjangan sosial.1

Adapun bentuk lain dari dampak negatifnya globalisasi adalah

penurunan kualitas moral bangsa, dapat kita lihat banyaknya bermunculan

kasus-kasus yang tidak sesuai dengan nilai-nilai norma yang hidup dalam

masyarakat, seperti: maraknya pencurian, terjadinya kasus pembunuhan, serta

kasus-kasus kenakalan remaja berupa tawuran, kurangnya sopan santun dan

penyalahgunaan narkoba terutama yang terjadi dikalangan pelajar.2

Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa pendidikan kita belum

mampu membangun karakter bangsa. Karakter tidak dapat dilepaskan dari

peran pendidikan yang ada di Indonesia. Proses pendidikan telah membentuk

struktur bangunan pemikiran seseorang hingga terbangun struktur

kepribadian. Struktur masyarakat menentukan pola pikir dan pola perilaku

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan memiliki

kontribusi yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada,

karena mereka semua adalah produk dari

1 Nurhaida, M. Insya Musa, Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia,

Jurnal Pesona Dasar, Vol.3, No.3, Apil 2015, hal. 1

2 Machful Indra Kurniawan, Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak

Sekolah Dasar, Jurnal Pedagogia, Volume. 4, No.1, Februari 2015, hal. 41

Page 14: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

2

proses pendidikan. Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana kualitas

pendidikannya.3

Pendidikan merupakan transfomasi ilmu pengetahuan, budaya,

sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu generasi agar dapat

ditransformasikan kepada generasi berikutnya. Pendidikan tidak hanya

transformasi ilmu melainkan sudah berada dalam wilayah transformasi budaya

dan nilai yang berkembang dalam masyarakat. Pendidikan dalam makna

demikian jauh lebih luas cakupannya dibandingkan dengan pengertian yang

hanya merupakan transformasi ilmu. Pendidikan mengarahkan manusia pada

perwujudan budaya yang mengarah pada kebaikan dan pengembangan

masyarakat.4

Pendidikan dalam pandangan Umdirah (1990) tumbuh bersamaan

dengan munculnya manusia dimuka bumi. Pendidikan adalah kehidupan dan

kehidupan memerlukan pendidikan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa

pendidikan merupakan kebutuhan hakiki bagi kelangsungan hidup manusia,

karena manusia tidak akan bisa hidup secara wajar tanpa adanya proses

pendidikan.5

Pendidikan merupakan masalah esensial dalam kehidupan manusia.

Pendidikan menentukan baik atau buruknya sumber daya manusia. Jika

pendidikan yang diperoleh seseorang memiliki kualitas yang baik, maka baik

juga sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, desain pendidikan

selayaknya dipersiapkan secara matang sehingga hasil yang dicapai pun

memuaskan

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional Indonesia,

peletak dasar yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi

sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan

berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kekuatan,batin,karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak) dalam taman siswa.

3 Hibana, Sodiq A, dkk, Pengembangan Pendidikan Humanis Religius di Madrasah, Jurnal

Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Volume 3, No 1, Juni 2015, hal. 20

4 Uci Sanusi dan Rudi Ahmad Suryadi, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana ,2018), hal. 1

5 Ibid., hal.1

Page 15: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

3

Tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan

kesempurnaan idup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik,

selaras dengan dunianya”.6

Untuk mempertegas pentingnya pendidikan bagi umat manusia,

khususnya bangsa Indonesia secara subtansional telah disebutkan dalam

pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alenia keempat,

yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” selanjutnya lebih rinci didalam bab XII

Pasal 31 UUD RI tahun 1945 sebagai berikut;

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya

3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh undang-

undang.

4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dai

anggaran pendapatan dan belanja negara untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.

5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Berdasakan uraian di atas berarti antara manusia dan pendidikan tidak

dapat dipisahkan. Adanya manusia secara otomatis membawa adanya

pendidikan. Manusia tidak mungkin dapat hidup layak tanpa adanya pendidikan.

Demikian juga pendidikan tidak akan dapat dijalankan tanpa adanya manusia.

Keberadaan pendidikan diduna ini sangat urgen, sehingga mutlak adanya. Oleh

karena itu dikeluarga, masyarakat, dan bangsa pada umumnya tidak lepas dari

pendidikan.7

6 Syafril dan Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 30

7 Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2018), hal. 63-64

Page 16: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

4

Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan untuk berkembang menjadi

lebih baik. Kebutuhan serta keinginan tersebut selalu diupayakan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan pendidikan. Sangat

disayangkan, apabila pendidikan lebih cenderung dan dominan menggunakan

gaya pendidikan bercerita. Ketimbang gaya pendidikan kritis seperti dialog,

diskusi, debat dan problem solving, yang sejatinya akan membawa perubahan

positif dalam liku hidup manusia sehari-hari.

Indonesia sebagai negara berdaulat memiliki tujuan pendidikan

tersendiri yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, sehat,cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab serta upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah

kedewasaan. Pendidikan adalah suatu bertanggung jawab secara susila.8

Tujuan pendidikan selain membina intelektualitas, mengembangkan

ketrampilan atau membina manusia seutuhnya yng didalamnya juga membina

tanggung jawab yang bersangkutan sebagai manusia ciptaan Allah yang

mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Allah dan masyarakat sehingga

terbina suatu suasana dan hubungan yang harmonis diantara masyarakat yang

berbudaya.9

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah ialah

dengan cara menciptakan proses pembelajaran yang baik. Berbagai konsep dan

wawasan baru tentang proses belajar mengajar disekolah telah muncul dan

berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta

anak didik yang mampu membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan

berkembang.10

8 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisas, (Jakarta: Animage, 2019), hal. 16

9 Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal. 218

10 Mohammad Muchlis Solichin, Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Agama Islam, Jurnal Studi Islam, Vol.5, No. 1, Juni 2018. hal. 2

Page 17: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

5

Di era modern ini semakin hari kita digerogoti oleh semangat

kapitalisme barat yang merasuk dan menjadikan kita orang-orang yang

tersubyek. Kita bukan lagi menjadi diri kita, melainkan kita hanya menjadi

representasi dari ambisi dan keserakahan pemilik modal. Semangat kapitalisme

tersebut telah menggejala di segala segi, termasuk pendidikan.

Selama ini, praktek pendidikan yang terjadi lebih nampak sebagai

doktrin atau alat hegemoni bagi kelas penguasa. Dimana peserta didik senantiasa

di-driill dan dilatih untuk menjadi penurut. Dalam konteks ini, pendidikan tidak

lagi menjadi proses pendewasaan manusia, melainkan alat sebuah sistem

penindasan. Bila kondisi pendidikan demikian, maka pendidikan sama sekali

menafikan keberadaan peserta didik sebagai seorang manusia yang memiliki

potensi untuk berfikir dan memiliki kesadaran, yang mengakibatkan peserta

didik tidak mempunyai kesadaran untuk maju.11

Pendidikan merupakan proses humanisasi atau biasa disebut dengan

proses pemanusiaan manusia. Proses ini tidak sekedar yang bersifat fisik, akan

tetapi menyangkut seluruh dimensi dan potensi yang ada pada diri dan realitas

yang mengitarinya. hakikat pendidikan adalah proses memanusiakan anak

manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka

adalah manusia yang kreatif yang terwujud di dalam budayanya

Konsep pendidikan humanis tidak bisa dipisahkan dari makna kata

humanis itu sendiri sebagai kata sifatnya. Lorenz Bagus menggambarkan bahwa

kata humanis paling tidak dapat digambarkan sebagai salah satu karakteristik

yang dimiliki oleh aliran dalam filsafat yang bertujuan menghidupkan rasa

kemanusiaan dengan pergaulan yang lebih menghargai sisi kemanusiaan itu

sendiri. Pendidikan humanis pada dasanya merupakan suatu respon pendidikan

terhadap sisi kemanusiaan manusia mengingat manusia pada dasarnya disebut

11 Hanif Dhakiri, Paulo Freire Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Pena, 2000), hal. 4

Page 18: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

6

sebagai makhluk pedagogik yang dapat diartikan sebagai makluk yang dapat

mengajar sekaligus diajar.12

Pembelajaran humanis memandang manusia sebagai subyek yang bebas

merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggung jawab penuh

atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendidikan yang

humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama

adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi dan

antar kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan

pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih

antara mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif

tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta, hati yang penuh

pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal

relationship).13

Sistem Pendidikan di seluruh dunia memiliki pola-pola pendidikan yang

berbeda sesuai dengan karakteristik masyarakat di negara tersebut. Adapun

konsep pendidikan menurut Paulo Freire, yaitu tokoh pendidikan brasil dan

teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia. Ada beberapa tema sentral

dalam konsep pendidikan pembebas dalam pemikiran Paulo Freire yaitu

humanisasi.14

Melihat kenyataan yang ada, para pemikir pendidikan berusaha

mengagas pemikiran tentang pendidikan bagi harkat kemanusiaan, dalam hal ini

muncullah sosok Pendidikan humanis yaitu Paulo Freire. Hakikat utama yang

diperjuangkan Paulo Freire dalam pendidikan adalah membangkitkan kesadaran

kritis sebagai prasyarat proses humanisasi atau memanusiakan manusia.

12 Abd. Rasyid , Pendidikan Humanis dalam Pandangan Paulo Freire, Jurnal Ekspose,

Volume 17, Nomor 1, Januari – Juni 2018, hal. 517

13 Abd. Qodir, Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Jurnal

Pedagogik, Vol. 04, No. 02, Juli-Desember 2017, hal. 193

14 Tukiman Taruna, Analisi Organisasi dan Pola-pola Pendidikan, (Semarang: UKS, 2017), hal.

82-83

Page 19: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

7

Kunci pokoknya adalah konsientisasi atau pembangkitan kesadaran

kritis. Seperti halnya pendidikan yang diusung oleh Paulo Freire yaitu

pendidikan kaum tertindas, dijalankan dengan kemurah-hatian otentik,

kedermawanan humanis (bukan humanitarian), menampilkan diri sebagai

pendidikan manusia. Begitulah proses pendidikan humanis yang seharusnya.15

Paulo Freire menyebutkan bahwa pendidikan lama itu adalah pendidikan

dengan system bank. Dalam pendidikan itu guru merupakan subyek yang

memiliki pengetahuan yang diidikan kepada murid. Murid adalah wadah atau

suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu murid hanya sebagai objek

belaka. Sangat jelas dalam pendidikan semacam itu, bagi Freire tidak terjadi

komunikasi yang sebenarnya antara guru dan murid. Praktik pendidikan

semacam itu mencerminkan penindasan yang tejadi di masyarakat sekaligus

memperkuat struktur-struktur yang menindas.16

Peserta didik telah menjadi obyek demi kepentingan ideologi, politik,

industri dan bisnis. Salah satu contoh paling nyata adalah asumsi bahwa apa

yang diajarkan jauh lebih penting dari siapa yang diajar. Prestasi pendidik juga

diukur dari nilai yang didapat peserta didiknya. Pendidik sebagai pendidik tidak

mampu menghentikan dehumanisasi ini karena pendidik sendiri terjebak

sebagai obyek dalam sistem pendidikan nasional. Makin jarang dijumpai

pendidik yang (humanis) mengajar dengan cinta kasih.

Pendidik yang memberikan sepenuh waktu dan hidupnya untuk

kesejahteraan hidup peserta didiknya. Pendidik yang merasa gembira ketika

peserta didiknya berhasil dan pendidik yang merasa bersedih ketika

menyaksikan peserta didiknya gagal dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Pendidik yang demikian hanya akan lahir dalam suasana pembentukan yang

memang mengedepankan aspek pemanusiaan dan pembudayaan.

15 Khusnul Mualim, Gagasan Pemikiran Humanistik Dalam Pendidikan, Journal Of Basic

Education, Vol. 01, No. 02 Januari-Juni 2017, hal. 4

16 Ibid., hal. 84

Page 20: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

8

Dalam memilih nilai manusia harus memilih nilai yang berharga yaitu

nilai-nilai kemanusiaan untuk menjadi manusia yang seutuhnya dan dengan

nilai proses pendidikan manusia bisa menjadi manusia seutuhnya. Namun

hingga saat ini pendidikan belum mampu mencapai titik idealnya yakni

memanusiakan manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Maka dari itu dalam

dunia pendidikan diperlukan sebuah paradigma humanis yaitu sebuah

paradigma yang memandang manusia sebagai manusia yaitu makhluk ciptaan

Allah dengan fitrah-fitrahnya atau potensi tertentu.17

Proses penyadaran yang mengarah sekaligus memproduksi suatu konsep

pembebasan yang dinamis agar tercipta iklim kemanusiaan yang lebih utuh.

Pendidik dan peserta didik ditempatkan dalam posisi belajar bersama (learning

together), keduanya berinteraksi dalam memberikan informasi pengetahuan

secara horizontal tanpa adanya perendahan martabat salah satunya. Karenanya,

seorang pendidi kharus menjadi fasilitator dan partner belajar yang baik dalam

proses pendidikan guna tercapainya sebuah kesadaran diri peserta didik sebagai

manusia yang multipotensi.

Konsep pendidikan humanis harus praktis dalam proses pendidikan. Jika

tidak maka percuma sebuah konsep dibuat. Dalam implementasinya, seorang

pendidik harus menjadi qudwah atau teladan yang baik, dengan

mengedepankan cinta dan kasih sayang dalam proses mengajar. Pendidik harus

mampu memunculkan rasa empati, mampu memberi motivasi, menumbuhkan

sikap toleransi, memposisikan sebagai teman belajar, menciptakan suasana

belajar dialogis, mampu mengkombinasikan antara perasaan (keinginan peserta

didik) dengan bahan pengajaran, dan Pendidik dengan segala kerendahan hati

dituntut transparan atas segala kekurangan.18

Untuk tujuan itu, pendidikan ini mendorong para pendidik dan peserta

didik untuk menjadi subyek dari proses pendidikan dengan membuang

17 Ali Maksum dan Luluk Yunan, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post

Modern, (Yogyakarta: Ircisod,2015), hal. 187

18 Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis Dan Implementasinya Dalam Proses Belajar

Mengajar , Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan, Vol 01, No 01, 2019, hal. 71-72

Page 21: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

9

ototarianisme serta intelektualisme yang mengasingkan. Hasil yang diharapkan

dari pendidikan hadap masalah dari perspektif Freire ini adalah peserta didik

diharapkan tidak demikian saja menerima keberadaannya, tetapi berani untuk

secara kritis mempertanyakan keberadaannya, bahkan mengubahnya.

Pendidikan hadap-masalah dianggap berhasil ketika murid tidak menjadi

penghafal informasi, tetapi ketika ia tahu dengan kritis informasi yang

dimilikinya, apa kaitan informasi itu dengan dirinya, serta bagaimana

memanfaatkannya untuk melakukan suatu perubahan.

Pendidikan Islam di Indonesia sangat terkait erat dengan kegiatan

dakwah Islamiyah yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist namun keduanya

belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu fenomena

konflik, kekerasan, kehidupan dewasa ini yang diakibatkan karena rendahnya

interaksi manusia.19

Secara harfiah, Islam berasal dari bahasa Arab salima, yang antara lain

berarti to be safe (terpelihara), and sound (dan terjaga), unharmed (tidak celaka),

safe (terjaga). Islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan Tuhan

kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul, Demikian

definisi agama Islam yang dikemukakan oleh Harun Nasution. Selanjutnya,

dalam ajaran Islam senantiasa mengarahkan manusia pada akhlak yang baik

(akhlaq mahmudah) dan menjauhi akhlak yang buruk (akhlaq mazmumah).20

Berangkat dari pernyataan tersebutlah maka, seharusnya agama Islam

menjadi spirit manusia dalam melakukan hal-hal baik seperti tolongmenolong,

tenggang rasa, mencintai sesama, mencintai perdamaian, hidup rukun, bukan

malah sebaliknya. Untuk menjawab berbagai macam permasalahan tersebut

ilmu pendidikan islam menawarkan pendekatan normative perenialis dalam

19 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 1

20 Rinaldi Datunsolang, Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Islam, Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam, Volume 5, Nomor 1, Februari 2017, hal. 141

Page 22: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

10

membangun dan mengembangkan konsep pendidikannya. Yang dapat dimaknai

sebagai pengalaman dari ayat Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30

لقخ ها ل ت بدخيل لخ فطر الناس علي خ التخ فا فخطرت الل فاقخم وجهك لخلدخينخ حنخي

خ ذلخك الدخين القيخم ولكخن اكث ر الناسخ ل ي علمون – ٣٠ الل

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah, tetaplah terhadap fitrah Allah yang telah menciptakan kamu

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)

agama yang lurus , tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Ilmu pendidikan islam juga meliputi seluruh aspek atau dimensi manusia

yaitu akal, fisik, akhlak, agama, jiwa, estetika dan kemasyarakatan. Oleh karena

itu pendidikan islam sedikit atau banyak memiliki kaitan dengan disiplin ilmu

yang membahas semua dimensi manusia.

Pendidikan Islam seperti cara yang dijalankan, Maka hanya akan

melahirkan peserta didik yang hanya mampu mengerti dan memahami sesuatu

pada dataran teks dan konteks, namun belum mampu menjawab problem dan

mengatasi yang mereka hadapi sendiri, oleh karena pendidikan tidak melahirkan

produk yang diajarkan untuk memecahkan persoalan dalam kehidupannya.

Untuk mencapai, maka pendidikan bukan sekedar menekankan kepada

teks dan konteks semata, tetapi mulai sekarang hendaknya pendidik dan

lembaga pendidikan Islam, mulai mengarahkan kepada materinya kepada

kontekstual dari tantangan kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik

setelah mereka keluar dari pendidikannya.21

Orientasi pendidikan mestinya tidak sekedar untuk memenuhi pangsa

pasar tenaga kerja, tetapi lebih dari itu, sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan, penanaman nilai-nilai dan pengalaman, pengembangan

ketrampilan, kebudayaan peserta didik. Kemampun mengartikulasikan

21 Mulyadi, Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Bagi Pewarna Peradaban, Jurnal Madania,

Volume 2, No. 1, tahun 2012, hal. 47

Page 23: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

11

pendidikan Islam yang membebaskan dalam konsep yang jelas menjadi

keharusan, mengingat Islam bukan agama yang statis melainkan sistem nilai

yang dinamis, humanis dan transformatif. Kehadiran konsep pendidikan

pemebebasan sangat relevan bagi khazanah pendidikan Islam, penyebabnya

adalah, Islam mempunyai potensi sebagai agama pembebas, hal ini dapat dilihat

pada ajaran-ajaran Islam yang revolusioner, seperti ajaran tentang keadilan, anti

diskriminasi, pluralisme, perlindungan terhadap yang lemah dan anti kekerasan.

Dari sinilah pendidikan kritis hadir untuk membangkitkan kesadaran

masyarakat untuk peduli dan kritis terhadap segala persoalan yang terjadi dalam

lingkungan mereka. Freire mengharapkan pendidikan kritis bisa membenahi

carut-marut kehidupan bangsa terutama pendidikan. Bagi Freire, selaku tokoh

penggagas pendidikan kritis, Pendidikan haruslah berorientasi kepada

pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.

Pengenalan akan realitas bagi Freire tidak hanya bersifat objektif atau

subjektif, tapi harus kedua-duanya secara sinergis. Sehingga dapat dikatakan

bahwa pendidikan kritis pada dasarnya merupakan salah satu paham dalam

pendidikan yang mengutamakan pemberdayaan peserta didik agar dapat berfikir

kreatif, mandiri, dan produktif yang dapat membangun diri dan masyarakatnya.

Selain itu, Islam sebagai agama besar mempunyai pengikut yang harus

diselamatkan dari kehancuran, karena kaum penindas kian hari semakin

bertambah. Selanjutya, Menggali dan mengembangkan paradigma pendidikan

Islam yang membebaskan dalam menyiapkan generasi Islam di masa depan.

Kehadiran pendidikan humanis adalah solusi terhadap hilangnya nilai-nilai

kemanusiaan dalam proses pendidikan.

Paulo Freire dalam konsep pendidikannya lebih menekankan pada

pembentukan kesadaran kritis, dan dalam prespektif pendidikan Islam sama

sekali tidak bertentangan bahkan bersifat integratif, karena Islam memberikan

penghargaan terhadap manusia secara wajar, mengutamakan kemanusiaan,

menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadailan. Dengan demikian,

Pendidikan sudah saatnya perlu dikembangkan dengan nalar kritis agar dapat

membangun peradaban baru yang memberikan kebebasan secara lebih tegas,

Page 24: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

12

Peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek yang memiliki peran

sendiri, dapat mengatur kegiatannya sendiri, bukan sebagai objek yang

segalanya ditentukan oleh pendidik. Model pendidikan ini menghargai potensi

yang ada pada setiap individu, artinya potensi-potensi individual seorang peserta

didik tidak dimatikan dengan berbagai bentuk penyeragaman dan sanksi-sanksi,

akan tetapi dibiarkan tumbuh berkembang secara manusiawi.

Untuk itu dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam”

B. Identifikasi Masalah

1. Pendidikan yang kaku sehingga membuat siswa tidak berpikir kreatif

2. Pendidikan tidak hanya terpaku didalam ruangan saja tetapi dimanapun

tempat bisa untuk mengetahui sesuatu yang baru

3. Pendidikan bukan hanya ranah kognitif saja tetapi juga mementingkan

afektif siswa

4. Antara pendidik dan siswa masing-masing belum mengetahui bagaimana

mengimplementasikan konsep humanis Paulo Freire

5. Pendidikan humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas dalam

penelitian ini penulis membatasi masalah berupa Pendidikan Humanis Paulo

Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam . dengan fokus membahas pengertian

pendidikan, pengertian humanis, pengertian pendidikan islam, dan pendidikan

humanis Paulo Freire terhadap pendidikan islam.

D. Rumusan Masalah

Adapun berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas

maka dapat dirumuskan pokok-pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini

sebagai berikut;

1. Bagaimana Pendidikan Humanis Menurut Paulo Freire?

2. Bagaimana Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Persepktif Pendidikan

Islam?

Page 25: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

13

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui;

a. Konsep pendidikan humanis menurut Paulo Freire

b. Pendidikan humanis Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam

F. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritik yaitu sebagai berikut;

Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan pendidikan, untuk kemajuan pendidikan secara umum dan

pendidikan islam secara khusu

b. Secara praktis , yaitu sebagai berikut;

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

dalam pengembangan ilmu pengetahuan

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

untuk merumuskan kembali konsep pendidikan humanis

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi bagi semua

kalangan pemerhati pendidikan, khusunya dalam upaya pengkajian

secara lebih komperhensif dan serius terhadap konsep-konsep

pendidikan humanis.

Page 26: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENDIDIKAN HUMANIS

1. Pengertian Pendidikan

Secara Bahasa pendidikan berasal dari Bahasa yunani, pedagogy, yang

mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah dianta oleh

seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan

paedagogos. Dalam Bahasa romawipendidikan diistilahkan sebagai educate

yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada didalam. Dalam Bahasa inggris

pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih

intelektual.1

Kata education yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan

pendidikan merupakan kata benda turunan dari kata kerja Bahasa latin educare.

Bisa jadi secara etimologis kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang

berbeda, yaitu kata educare, berati menjinakkan dan educere yang berarti

keluar dari.2

Pendidikan nasional pada Bab I pasal I dikemukakan, bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaa aktif

Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Pendidikan dalam KBBI diartikan sebagai proses perubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pegajaran dan pelatihan. Adapun dalam KBBI terbitan balai

pustaka menjelaskan bahwa, kata pendidik berasal dari kata dasar didik, yang

1 Abdul Kadir, Ahmad Fauzi, dkk, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2014), hal. 59

2 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 53

3 Amos Neolaka dan Grace Amialia, Landasan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 15

Page 27: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

15

artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.4

Pendidikan yang dirumuskan dalam The International Standard

Classification Of Education (ISCE)-UNESCO adalah “Education As

Organized and sustained communication designed to bring about learning”

pendidikan adalah komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang

untuk menumbuhkan belajar. Dengan demikian hasil pendidikan yang

berwujud proses adalah kegiatan belajar yang ditampilkan oleh peserta didik

dan lulusan lembaga pendidikan.5

Menurut Richey istilah pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas

dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah, suatu aktivitas sosial yang

memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang sehingga memberikan

orientasi kepada kita bahwa pendidikan selalu saling berhubungan dengan

proses pendidikan formal dan informal di luar sekolah.6

Menurut Lodge bahwa hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah

proses hidup dan kehidupan yang berjalan bersama, tidak terpisah satu sama

lain karena berlangsung didalam dan oleh proses masyarakat, sehingga

sekurang-kurangnya tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan.

Jadi pendidikan meliputi seluruh umat manusia, sepanjang sejarah dan

sepanjang hidup manusia.7

Aliet Noorhayati Sutrisno dalam bukunya Telaah Filsafat Pendidikan,

mengungkapkan beberapa pengertian pendidikan diantaranya;

a. Pendidikan dari segi Bahasa bersal dari kata dasar didik, dan di beri awalan

men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan

memberi latihan. Pendidikan sebagai kata benda, brarti proses perubahan

sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

4 Ibid., hal. 15

5 Imtima, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Imperial Bakti Utama, 2007), hal. 19

6 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 124

7 Ibid., hal. 126

Page 28: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

16

b. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbng seseorang.

c. Pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin)

baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntunan agar

anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan

bertindak, serta percaya diri dengan dengan penuh rasa tanggung jawab

dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.

d. Pendidikan disebut juga dengan istilah attarbiyah, at-ta’lim, dan at-tadib.

Kata at-tarbiyah sebangun dengan kata ar-rabb, rabbayani, nurabbi,

rabbiyyun, dan rabban Merupakan pertumbuhan dan perkembangan.8

Al-jauhari mengatakan pendidikan adalah tarbiyah, dengan memberi

makna memelihara dan mengasuh. Apabila istilah attarbiyah diidentikkan

dengan bentuk madhinya rabbayani (Q.S Al-Isra’:24) dan bentuk mudhari’nya

(Q.S As-syu’ara: 18) Almarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung,

memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan

menjinakkan, seseorang disebut Rabbani jika mendidik manusia dengan ilmu

pengetahuan dari sekecil-kecilnya sampai menuju yang lebih tinggi.9

Muhammad Naquib Al-Attas medefinisikan pendidikan sebagai At-

ta’lim yaitu proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar.

Menurutnya jika istilah ta’lim disamakan dengan istilah tarbiyah, ta’lim

mempunyai makna pengenalan tempat segala sesuatu, sehingga maknanya

menjadi lebih universal daripada istilah tarbiyah, karena kata tarbiyah tidak

meliputi segi pengetahuan hanya mengacu pada kondisi eksternal.10

Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses

yang berlangsung didalam sekolah, suatu aktivitas sosial yang memungkinkan

masyarakat tetap ada dan berkembang sehingga memberikan orientasi kepada

kita bahwa pendidikan selalu saling berhubungan dengan proses pendidikan

formal dan informal diluar sekolah dan usaha pendewasaan manusia seutuhnya

8 Aliet Noorhayati Sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakart: Deepublish, 2014), hal. 12-

13.

9 Ibid., 14

10 Ibid., 14

Page 29: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

17

(lahir dan batin) baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti

tuntunan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara,

dan bertindak, serta percaya diri dengan dengan penuh rasa tanggung jawab

dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Humanis

Humanisasi berasal dari kata yunani, humanitas berarti makhluk. Dalam

Bahasa Inggris human berarti manusia, humane berarti peramah, orang

penyayang, humanism berarti peri kemanusiaan. Humanisasi (insaniyyah)

artinya memanusiakan manusia yang mana dalam pengertian ini humanis

diartikan sebagai sebuah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa

perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.11

Kata humanis dalam kamus ilmiah popular berarti suatu doktrin yang

menekankan pada kepentingan-kepentingan manusia dan ideal. Dalam

pengertian lain humanis adalah orang yang mendambakan dan

memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan

asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama manusia.12

Dalam istilah psikologi kata humanis berarti membantu manusia

mengekpresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensiny secara

utuh.13 Humanisme adalah salah satu istilah dalam sejarah intelektual yang

sering digunakan dalam berbagai bidang, khusunya filsafat, pendidikan dan

literatur. Kenyataan ini menjelaskan berbagai macam makna yang dimiliki oleh

atau dibeikan kepada istilah ini humanisme ini memiliki unsur-unsur kesamaan

yang berkaitan dengan konsern dan nilai-nilai kemanusiaan yang biasanya

dimaksud untuk mengangkat harkat dan martabat manusia.14

Humanisme, penumbuhan rasa kemanusiaan. Proses kemanusiaan yang

harus ditumbuhkan sejak seorang anak berada di bangku pendidikan awal.

11 Yeti Dwi Herti, Nilai-nilai Pendidikan Humanis dalam Surah An-Nisa Ayat 63, Jurnal

Kependidikan, Vol. 7, No. 1, Mei 2019. hal. 158

12 Yushinta Eka Farida, Humanisme dalam Pendidikan Islam, jurnal tarbawi , Vol.12, N0.1 Januari-

Juni 2015, hal.108

13 Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 23

14 Thomas Hidya Tjaya, Humanisme dan Skolastisisme, (Yogyakarta: Kanisus, 2004), hal. 17

Page 30: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

18

Humanisme berarti memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan,

ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia dengan melawan 3 hal

yaitu dehumanisasi (Objektivasi teknologis, ekonimo, budaya atau negara),

agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas), loneliness (privatisasi,

individuasi).15

Humanisme berarti menganggap individu rasional sebagai nilai

tertinggi, menganggap individu sebagai sumber nilai terakhir, dan mengabdi

pada pemupukan perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu

secara rasional dan juga dapat diartikan sebagai cara hidup berdasarkan

kemampuan-kemampuan manusia dan sumber-sumber masyarakat dan alam.

3. Pengertian Pendidikan Humanis

Secara umum pendidikan bertujuan membantu manusia untuk

mendapatkan eksistensi kemanusiaannya secara utuh. Oleh sebab itu sebagai

mahluk yang diberikan akal untuk berpikir, pendidikan tentu akan menjadi

jalan bagi manusia dalam upaya untuk memaksimalkan potensi yang di

berikan. Wawasan humanisme dalam pendidikan mengusung prinsip

pemberdayaan tiap manusia sebagai individu yang bebas untuk

mengembangkan potensinya.16

Pendidikan merupakan sebuah proses dialektika manusia untuk

mengembangkan kemampuan akal pikirnya, menerapkan ilmu pengetahuan

dalam menjawab problem-problem sosial, serta mencari hipotesa-hipotesa

baru yang kontekstual terhadap perkembangan manusia dan zaman. Sebuah

institusi dalam dunia pendidikan yang bernama sekolah adalah salah satu

faktor pendorong ke arah kemajuan menuju masyarakat yang sejahtera secara

ekonomi, berdaulat.

Pendidikan humanis adalah pendidikan yang memanusiakan manusia

yaitu menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dengan memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa tanpa tertekan atapun merasa

15 Asep Suraya Maulana, Analisis Kritis Permasalahan Humanisasi Ilmu Agama, Jurnal Islamic

Studies, Vol.4, No.1 2018, hal. 53

16 Saifullah Idris dan Tabrani, Realitas Konsep Pendidikan Humanis Dalam Konteks Pendidikan

Islam, Jurnal Edukasi Bimbingan Konseling, 2017, hal. 100-103

Page 31: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

19

tidak nyaman. Dalam kata lain bahwa pendidikan humanis ini mengutamakan

kepentingan manusia sebagai seseorang yang yang senantiasa harus

mendapatkan segala haknya sebagai manusia yang merdeka.17

Pendidikan humanis bermakna menekankan pentingnya pelestarian

eksistensi manusia dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih

berbudaya, sebagai manusia yang utuh dan berkembang. Konsep ajaran

humanis menjelaskan bahwa peserta didik merupakan pelaku yang aktif dalam

merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Pendidikan

humanis sebagai pemikiran pendidikan dari dua aliran yaitu, progresivisme

dan kooperatif.18

Penerapan teori humanis dalam ranah pendidikan, sebagaimana

pandangan Gage dan Berliner terdapat beberapa prinsip dasar dari pendekatan

humanistik yang bisa diterapakan untuk mengembangkan pendidikan,

diantaranya:

a. Peserta didik akan belajar dengan baik, apa yang ia inginkan dan perlu ia

ketahui. Saat ia telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa

dan mengapa sesuatu penting untuknya, sesuai dengan kemampuan yang

ada, kemudian untuk mengarahkan perilakunya untuk mencapai hal-hal

yang diinginkan. Peserta didik akan belajar dengan lebih mudah dan cepat.

Sebagian besar pendidik dan ahli teori belajar akan setuju dengan dengan

pernyataan ini, meskipun mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa

tepatnya yang menjadi motivasi peserta didik tersebut.

b. Mengetahui bagaimana cara belajar, ini lebih penting dari pada

membutuhkan banyak pengetahuan. Dalam dunia sosial dewasa ini,

keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dan berganti

dengan begitu sangat cepat, pandangan ini banyak dirasakan diantara

kalangan pendidik atau guru, terutama datang dari sudut pandang kognitif.

17 Afif Badawi Trisanta, Implementasi Pendidikan Humanis di SMA Negeri 6 Yogyakarta, Jurnal

Kebijakan Pendidikan, Vol. VI 2017, hal. 221

18 Zainul Arifin, Nilai Pendidikan Humanis-Religius, Jurnal An-Nuha, Vol.1, N0.2 Desember 2014,

hal. 64

Page 32: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

20

c. Evaluasi diri, ini adalah satu-satunya evaluasi untuk pekerjaan bagi peserta

didik. Penekanannya adalah fokus kepada perkembangan internal dan

regulasi diri. Terkait dengan konteks ini, banyak tenaga pengajar yang

sepakat bahwa model evaluasi ini adalah hal yang penting, mereka juga

akan mengawal bahwa ini adalah sebuah kebutuhan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menghadapi dunia

eksternal. Pertemuan dengan pengharapan eksternal seperti ini

menghadapkan pertentangan pada sebagian besar teori humanistik.

d. Perasaan, ia adalah sama penting dengan kenyataan. Banyak tugas

dari pandangan humanistik seakan menvalidasi poin ini dan dalam satu

area, pendidik yang berorientasi humanistik membuat sumbangan yang

berarti untuk dasar pengetahuan yang ada.

e. Murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak

mengancam. lni adalah salah satu area dimana seorang pendidik

humanistik telah memiliki dampak dalam praktik pendidikan. Orientasi

yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak mengancam baik

secara psikologis, emosional dan fisik.19

Dalam konteks islam, pendidikan humanis bersumber dari misi utama

kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu memberikan rahmat dan kebaikan bagi

seluruh alam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Saba’/34:28

يا ونذ ي را ولك نا اكث را الناس ا لا وما ا ارسلنكا ا لا كافةا ل لناس ا بش ي علمونا -٢

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS.

Saba’/34:28) Konsep nilai humanis yang dimaksud di dalam Islam adalah

memanusiakan manusia sesuai dengan perannya sebagai khalifah di bumi.

Humanisme merupakan ungkapan dari sekumpulan nilai Ilahiah yang ada

dalam diri manusia yang merupakan petunjuk agama dalam kebudayaan dan

19 Subaidi, Konsep Pendidikan Islam Dengan Paradigma Humanis, Jurnal Tarbawi, Vol. II. No. 2,

Jull - Desember 2014, hal 12-13

Page 33: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

21

moral manusia, yang tidak berhasil dibuktikan adanya oleh ideologi modern

akibat pengingkaran mereka terhadap agama.20

Paulo Freire, seorang pakar pendidikan dari Brazil yang disebut orang

sebagai tokoh multicontinental, berhasil melihat fenomena pendidikan sebagai

sasaran kritik pedasnya dalam karyanya yang terkenal Pendidikan Kaum

Tertindas. Meurut Freire, pendidikan yang dimulai dengan kepentingan

egoistis kaum penindas dan menjadikan kaum tertindas sebagai objek

humanitarianisme mereka, justru memperhaturkan dan menjelmakan

penindasan itu sendiri.21

Paulo Freire menyebutkan bahwa pendidikan lama itu adalah

pendidikan dengan system bank. Dalam pendidikan itu guru merupakan

subyek yang memiliki pengetahuan yang diberikan kepada murid. Murid

adalah wadah atau suatu tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu murid

hanya sebagai objek belaka. Sangat jelas dalam pendidikan semacam itu, bagi

Freire tidak terjadi komunikasi yang sebenarnya antara guru dan murid. Prakik

pendidikan semacam itu mencerminkan penindasan yang tejadi di masyarakat

sekaligus memperkuat struktur-struktur yang menindas.22

Untuk mengganti system pendidikan seperti itu Freire menyebutkan

mempunyai alternatif yaitu system baru yang dinamakan “problem-posing

education” atau “pendidikan terhadap masalah” yang memungkinkan

konsientisasi, guru dan murid bersama-sama menjadi subyek yang disatukan

oleh obyek yang sama. Tidak ada lagi yang memikirkan dan yang tinggal

menelan, tetap mereka berpikir bersama. Guru dan murid harus secara

serempak menjadi murid dan guru, begitulah system pendidikan humanis.23

Dari definisi pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan suatu proses pengembangan diri manusia agar berkembang sesuai

20 Hamam Burhanuddin, Konsep Pendidikan Nilai Humanis Dalam Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan

Islam, Volume 3 nomor 1, edisi Januari – Juni 2018, hal. 62

21 Baharuddin, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2017), hal.14

22 Tukiman Taruna, Analisi Organisasi dan Pola-pola Pendidikan, (Semarang: UKS, 2017), hal.

84

23 Ibid., hal. 84

Page 34: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

22

dengan koderatnya yang terdari dari jasmani, akal dan hati dengan tujuan

mengembangkan pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup.

Sedangan istilah humanis berasal dari kata latin “humanus” yang

mempunyai akar kata homo yang mempunyai makna manusia. Sehingga kata

humanus dapat diartikan sebagai sifat manusiawi atau sesuai sesuai dengan

kodrat manusia.. Dengan demikian, Kata humanis mempunyai makna segala

sesuatu yang menyangkut tentang kemanusiaan.

Dari dua definisi diatas “pendidikan dan humanis” dapat disimpulkan

bahwa pendidikan humanis adalah proses pengembangan diri manusia

seutuhnya. Dalam artian, pendidikan merupakan proses untuk menjadikan

manusia sebagaimana manusia yang sebenarnya yang mempunyai koderat

jasmani, akal dan hati. Pendidikan harus menggunakan pendekatan

kemanusiaan agar tercipta manusia yang utuh dengan segala potensinya.

Dalam paradigma humanis, manusia di pandang sebagai makhluk Tuhan yang

memiliki fitrah-fitrah tertentu yang harus dikembangkan secara optimal. Fitrah

manusia ini hanya bisa dikembangkan melalui pendidikan yang benar-benar

memanusiakan manusia.

4. Dasar dan Tujuan Pendidikan Humanis

a. Dasar Pendidikan Humanis

Dalam pendidikan humanis, yang melandasi dan mendasarinya adalah

kesamaan kedudukan manusia. Ibi berarti bahwa manusia satu dengan manusia

lainnya adalah sama, tidak ada yang sempurna, memilki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing. Hal ini sebagaimana yang disebutkan didalam

Al-Qur’an surat Al-Hujurat: 13

لا ل ت عارف واا ا نا ي ها الناسا ا نا خلقنكما م نا ذكر ا وان ثى وجعلنكما شعوبا وق باى ي اكرمكما ع ندا الل ا ات قىكمااا نا اللا عل يمرا خب يرا - ١٣

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Page 35: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

23

Dari pemaparan ayat diatas apabila ditarik kedalam frame pendidikan

maka ayat diatas mengandung suatu proses pendidikan humanis yang sangat

mulia sekali. Dari sinilah nilai-nilai pendidikan akan terlihat bilamana konsep

yang telah ada didalam Al-Qur’an telah dijelaskan, hal ini sesuai dengan salah

satu tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menjadikan manusia sebagai

makhluk yang senantiasa merdeka, bebas, dihargai dan dijunjung tinggi

martabatnya.

Menurut Paulo Freire, tujuan pendidikan yang humanis adalah untuk

mencari ilmu pengetahuan guna memenuhi hasrat dan keinginan peserta didik

dan Pendidik dengan kesadaran untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru.

Kesadaran manusia dibentuk melalui pendidikan dan aksi-aksi budaya yang

membebaskan.

Klaim pendidikan sebagai sebuah praktek pembebasan yang ditujukan

untuk mengkaji ilmu baru, hal ini tidak akan tercapai jika perlakuan terhadap

kesadaran manusia sama seperti perlakuan pendidikan yang dominatif. Freire

menegaskan, Pendidik yang humanis harus tepat dalam memahami hubungan

dalam kesadaran manusia antara manusia dan dunia. Dengan demikian Freire

menekankan akan tujuan pendidikan untuk membentuk kesadaran manusia

guna menciptakan ilmu pengetahuan baru.24

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa tujuan pendidikan humanis

adalah supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup peserta didik, yaitu

selaras dengan kodratnya, serasi dengan adat-istiadat, dinamis,

memperhatikan sejarah bangsa dan membuka diri pada pergaulan dengan

kebudayaan lain.

Sedangkan Hamalik merinci tujuan pendidikan humanis sebagai

berikut;

a. Mengembangkan pengalaman dan seluruh potensi anak didik melalui

pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.

b. Mengembangkan aktualisasi diri dan kepribadian anak didik.

24 Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis dan Implementasinya dalam Proses Belajar Mengajar,

Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan, Vol. 01, No. 01, Februari 2019, hal. 63

Page 36: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

24

c. Mengembangkan keterampilan-ketreampilan dasar seperti aspek

akademik, pribadi, hubungan antar insani, komunikasi dan ekonomi yang

dibutuhkan dalam kehidupan bersama.

d. Melibatkan anak didik dalam kegiatan pendidikan.

e. Menghayati pentingnya perasaan manusiawi dan menggunakan nilai-nilai

dan persepsi personal sebagai faktorfaktor yang terintegrasi dalam proses

pendidikan.

f. Mengembangkan suasana belajar yang kondusif dengan cara menciptakan

suasana belajar yang memberikan tantangan, menumbuhkan pemahaman,

bersifat mendukung serta bebas dari kecemasan.

g. Mengembangakan rasa hormat pada orang lain dan keterampilan

menyelesaikan konflik dalam kehidupan bermasyarakat.25

Adapun tujuan dari pendidikan humanis dalam perspektif psikologi

aalah adalah:

a. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan

pengalaman dan program untuk memperkembangkan keunikan potensi

siswa

b. Memudahkan aktualisasi diri siswa

c. Memperkuat perolehan ketrampilandasar (akademik, pribadi, antarpribadi,

komunikasi dan ekonomi)

d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya

e. Mengenal pentingnya persaan manusia, nilai, dan persepsi dalam proses

pendidikan

f. Mengembangkan susasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti,

mendukung, menyenangkan, serta bebas dari ancaman

g. Mengembangkan siswa masalah ketulusan, respek, dan menghargai orang

lain, dan terampil dalam menyelasaikan konflik.26

25 Ibid., hal. 63-64

26 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grafindo, 1989), hal. 181-182

Page 37: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

25

5. Ciri-ciri pendidikan Humanis

Ciri pendidikan humanis bisa dikembalikan pada konsep tentang

manusia, yakni sebagai pribadi yang mandiri dengan kodrat rohani. Dengan ini

ditunjukkan bahwa pembentukan manusia berkeahlian saja tidak cukup tetapi

juga harus bermoral.27 Adapun ciri pendidikan humanis lainnya adalah bahwa

manusia akan semakin paham atas tugas kemanusiaannya dan berguna bagi

manusia lainnya.28

Menurut ahmad Bahruddin ciri-ciri pendidikan yang humanis sebagai

berikut;

a. Membebaskan, selalu dilandasi semangat membebaskan dan semangat

perubahan kearah yang lebih baik. Membebaskan berarti keluar dari

belenggu legal formalistic yang selama ini menjadikan pendidikan tidak

kritis dan tidak kreatif. Sedangkan semangat perubahan telah diartikan pada

kesatuan proses pembelajaran.

b. Adanya semangat keberpihakan, maksudnya adalah pendidikan dan

pengetahuan adalah hak sesame manusia.

c. Adanya kerja sama, maksudnya metodologi yang dibangun selalu

didasarkan kerja sama dalam proses pembelajaran, tidak ada sekat dalam

proses pembelajaran, juga tidak ada dikotomi guru dan murid semua

berproses secara partisifatif

d. System evaluasi berpusat pada subyek didik, karena keberhasilan

pembelajaran adalah ketika subyek didik menemukan dirinya

berkemampuan mengevaluasi dirinya sehingga bermanfaat bagi orang lain.

6. Landasan Pendidikan Humanis

Dalam konsep pendidikan humanis ini, bila ditelusuri terdapat tiga aliran

pendidikan yang dijadikan pendekatan atau sebagai paradigma/landasan

pendidikan nya sebagai berikut;

27 Sudiarja, Budi subanar, dkk, Karya Lengkap Diryakaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2018), hal. 11

28 Sudiarja, Negara Minus Nurani (Jakarta: Kompas, 2009), hal. 175

Page 38: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

26

a. Aliran Progresivisme.

Aliran progresivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan

yang berkembang dengan pesat pada permulaan abad ke-20 dan sangat

berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan. Progresivisme sebagai teori

pendidikan muncul sebagai reaksi yang nyata terhadap pendidikan

tradisional, yang menekankan pada metode-metode pengajaran formal,

mental belajar, dan literatur-literatur klasik. Karena progresivisme sendiri

selalu berhubungan dengan pengertian the liberal road to cultural, yakni

liberal bersifat fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap

terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan

pengalaman.

b. Aliran Konstruktivisme.

Konstruktivisme dikemukakan pertama kali oleh Giambatista dan

kemudian diperkenalkan oleh Mark Baldwin serta dikembangkan lebih

lanjut oleh Jean Piaget. Dalam teori pendidikan ini, secara ontologis,

heterogenitas yang menjadi dasar pandangan tentang realitas, yang

membuat paradigma konstruktivisme menjadi dinamis. Disini, individu

dipandang sebagai makhluk yang otonom dan mandiri. Dalam hal ini,

belajar menjadi bersifat demokratis sesuai dengan kebutuhan minat dan

diferensiasi individu. Disini anak diperlakukan sesuai dengan kemampuan

bakat dan minat sehingga kegiatan belajar itu dirasakan sebagai sesuatu

yang menyenangkan, karena anak akan berkembang sesuai dengan gerak

dinamikanya masing-masing

c. Aliran Eksistensialisme.

Eksistensialisme pada hakikatnya merupakan aliran filsafat yang

bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan

keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini

dikembangkan oleh Kierkegaard, dan Sartre. Eksistensialisme lahir sebagai

reaksi terhadap dua aliran yang memiliki pandangan ekstrem, yaitu

materialisme, yang memandang manusia sebagai obyek dan materi sebagai

Page 39: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

27

keseluruhan manusia, dan idealisme, yang dikembangkan Hegel, yang

memandang manusia sebagai subyek kesadaran dengan terlalu

meremehkan eksistensi yang kongkret manusia, mengutamakan idea yang

sifatnya umum, serta menjunjung aspek kesadaran yang sangat berlebihan

sehingga seluruh manusia tergantung dari berpikir.29

B. Pendidikan Islam

1. Pegertian Pendidikan Islam

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang

menentukan eksistensi dua perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena

penddikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta

menstransformasi nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya

sebagai generasi penerus.

Demikian juga halnya dengan peranan pendidikan Islam dikalangan

umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam

untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada generasi penerusnya sehingga

dapat berfungsi dan berkembang dimasyarakat.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-

nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta

dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Manusia

harus dididik melalui proses Pendidikan Islam, yang berarti sistem pendidikan

yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin

kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai

dan mewarnai corak kepribadiannya.30

Adapun pegertian Pendidikan Islam dari Segi Bahasa adalah sebagai

berikut:

a. Al- Tarbiyah

Tabiyah bersal dari kata rabaa, yarbu tarbiyatan yang memiliki

makna tambah (zad) dan berkembang (numu). Maka al-tarbiyah dapat

29 Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis Dan Implementasinya Dalam Proses Belajar Mengajar,

Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan, Vol. 01, No. 01, Februari 2019, hal. 64-65

30 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 7

Page 40: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

28

berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri

peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Pengertian

ini didasarkan atas QS. Ar-Rum ayat 39:

تما م نا زكوة ا تر يدونا ا اموال ا الناس ا فلا ي رب وا ع ندا الل اا وما ا ات ي تما م نا ر با ل يب وا ا ف وما ا ات ي كا هما المضع فونا - ٣٩ ى

وجها الل ا فاول

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia

bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah

pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang

kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang

berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya)”.

Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan proses

menambahkan, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu (potensi)

yang terdapat pada peserta didik baik secara psikis, fisik,spiritual maupun

sosial.

b. Al- Ta’lim

Kata ta’lim yang jamaknya ta’alim atau asal katanya yaitu ‘allam,

yu’allimu, ta’liman. Dengan demikian kata al-ta’lim menunjukkan sebuah

proses pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan.

c. Al- Tahdzib

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau

menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik

atau terpelihara dengan baik.

d. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti tame

(menjinakkan), train (latihan), dan regulate (mengatur). Dalam pendidikan

ar-riyadah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia.

e. Al- Tadris

Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang

berarti pengajaran atau mengajarkan. Yaitu menyampaikan ilmu

Page 41: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

29

pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan

menimbulkan perubahan pada dirinya.31

Pendidikan islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan

pengertian pendidikan secara umum. Beberapa pakar pendidikan islam

memberikan rumusan pendidikan islam, diantaranya Zakiah Dradjat,

mendefinisikan bahwa pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan Iman dan

pendidikan amal. Dan karena ajaran islam berisi ajaran tentang sikap dan

tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan

hidup bersama, maka pendidikan islam adalaha pendidikan individu dan

pendidikan masyarakat.32

Muhamad Quthb dalam salah satu bukunya mengenai pendidikan

Islam, Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah, menyatakan bahwa pendidikan

merupakan pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, ruhani dan

jasmaninya, ahlak dan ketrampilannya serta segala aktivitasnya, baik aktivitas

individu maupun social dan lingkungannya berdasarkan nilai-nilai moral

islam.33

Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan

manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup,

baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi

masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.34

Secara umum pendidikan islam sebagai usaha untuk membimbing dan

mengembagkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam

memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia. Dan diharapkan ia

31 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7-21

32 Rudi Ahmad Suryadi dan Uci Sanusi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

hal. 7-8

33 Ibid., hal. 9

34 M. Fathi Halimi, Pendekatan Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam, Jurnal Rausyan

Fikr, Vol. 14, No. 1, Maret 2018, hal. 136

Page 42: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

30

dapat melaksanakan pengabdian kepada Allah sebagai seorang seniman yang

baik dan berakhlak.35

Suatu pendidikan yang melatih perasan murid-murid dengan cara

sebegitu rupa sehingga didalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan

pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka dipengaruhi

sekali dengan nilai spiritualitas dan semangat kesadaran akan nilai etis Islam

itulah yang disebut dengan pendidikan Islam.36

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah usaha untuk membimbing menuju pertumbuhan kepribadian

peserta didik secara supaya peserta didik hidup sesuai dengan ajaran islam,

pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan

pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual, maupun fisiknya, guna

keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan

nilai-nilai ajaran islam.

Pendidikan islam dengan paradigma humanis, tidak hanya melihat

bahwa pendidikan itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata lewat pendidikan

intelek dan kecerdasan, melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang

manusia dan hakekat eksistensinya. Pendidikan Islam sebagai suatu pranata

sosial, juga sangat terkait dengan paradigma Islam terkait dengan hakikat

keberadaan (eksistensi) manusia. Sehingga eksistensi pendidikan merupakan

sarana vital dalam upaya menumbuh kembangkan daya kreatifitas peserta

didik, melestarikan nilai-nilai ilahiah dan insaniyah, serta membekali anak

didik yang produktif yang memungkinkan peserta didik dapat hidup sesuai

dengan perkembangan lingkungan dimana ia berada.

2. Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan atau tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar

sesuatu itu berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan adalah pondasi yang menjadi

35 Jalaluddin, Teolgi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 78-79

36 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2014), hal. .9

Page 43: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

31

bangunan itu. Adapun dasar ideal pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan As-

Sunnah.

a. Al-Qur’an

Menurut Abdul Wahab Khallaf Al-Qur’an ialah kalam Allah yang

diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril

dengan lafadz berbahasa arab dengan makna yang benar sebagai hujjah

bagi Rasul, sebagai pedoman hidup, danggap ibadah membacanya dan

urutannya dari surat Al-fatihah sampai An-Nas serta dijamin keasliannya.37

Ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua

prinsip yaitu keimanan dan syaria’ah. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali

turun adalah berkenaan dengan masalah keimanan juga pendidikan. Allah

berfirman dalam Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5

ارب كاالذ ىاخلق سم رااب اخلاا١-ا ق نسانام ناعلق ٢-قاال ا رااوربكاالكرم لقلم اا٣-ا ق اي علماا٤-الذ ىاعلماب نساناماال ٥- علماال

(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3)

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,(4) Yang mengajar

(manusia) dengan pena.(5) Dia mengajarkan manusia apa yang

tidak diketahuinya.

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Tuhan berkata

hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari

segumpal darah). Selanjutnya unruk memperkokoh keyakinan dan

memeliharanya agar tidak luntur hendaknya melaksanakan pendidikan dan

pengajaran.38

Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi

manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat

universal. Ajarannya mencangkup ilmu pengetahuan bagi pengembangan

kebudayaan umat manusia dan merupakan sumber pendidikan yang

terlengkap, baik pendidikan tentang alam semesta, kemasyarakatan

(sosial), moral (akhlaq), maupun spiritual (kerohanian), serta jasmani.

37 Sapiudun Shidiq, Ushul Fikh, (Jakarta: Kencana, 2014) hal. 27

38 Nik Haryanti, Op.Cit., hal. 19

Page 44: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

32

Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-

Qur’an, terutama dalam melaksanakan pendidikan Islam, akan mampu

mengarahkan manusia bersifat dinamis dan kreatif, serta mampu

menciptakan dan mengantarkan outputnya mencapai nilai-nilai ubudiyah

pada khaliknya, serta mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam

kehidupan dunia maupun akhirat. Pendidikan Islam yang ideal adalah yang

sepenuhnya mengacu pada pada nilai-nilai dasar Al-Qur’an, hal ini

diperlukan dalam sebuah pendidikan, yaitu mencakup Sejarah Pendidikan

Islam dan nilai-nilai normative pendidikan.

b. Al-Sunnah

Al-Sunnah menurut istilah syara’ adalah sesuatu yang datang dari

Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan

(taqrir).39 Atau dalam artian lain merupakan jalan atau cara yang pernah

dicontohkan Nabi Muhmmad SAW. Nabi sebagai sumber yang menjadi

acuan (suri tauladan) bagi manusia dalam seluruh aktifitas kehidupannya,

sekaligus sebagai petunjuk (pedoman) bagi kemaslahatan hidup manusia

dalam semua aspeknya.

Dari sini dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi hadist Nabi

sebagai sumber pendidikan Islam yang utama setelah Al-Qur’an.

Eksistensinya merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisi

keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak terdapat

dalam Al-Qur’an, tapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut secara

terperinci. Dalam pendidikan Islam, sunnah (hadist) Nabi saw, mempunyai

dua fungsi yaitu: (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang tepat

dalam al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat di dalamnya; (2)

menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama para

sahabatnya, seperti bagaimana memperlakukan anak, dan pendidikan

keimanan.

Kesemuanya ini dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi

melaksanakan proses belajar mengajar, metode yang digunakan sehingga

39 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikh, (Semarang: Thoha Putra, 1994), hal. 40

Page 45: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

33

dalam waktu singkat mampu diserap oleh para sahabat. Kharisma

merupakan syarat pribadi yang harus ada pada diri seorang pendidik.

Kesemua itu merupakan figur yang ada pada Nabi yang kemudian menjadi

modal bagi seluruh aktivitas manusia.

c. Ijtihad

Ijtihad berarti usaha keras dan bersungguh-sungguh yang dilakukan

oleh para ulama untuk menetapkan hukum suatu perkara atau ketetapan atas

persoalan tertentu, dari sini dapat diketahui bahwa ijtihad pada dasarnya

merupakan proses penggalian menetapkan hukum syari’ah yang dilakukan

oleh para mujtahid muslim, dengan menggunakan pendekatan nalar dan

pendekatan lainnya, seperti Qiyas, Maslahah al-Mursalah, Urf dan

sebagainya.40

Ijtihad mempunyai arti penting di bidang pendidikan, dimana

pendidikan Islam merupakan sarana untuk membangun pranata sosial dan

kebudayaan manusia. Indikasi ini memberikan arti bahwa maju mundurnya

atau sanggup tidaknya kebudayaan manusia berkembang secara dinamis,

sangat ditentukan dari dinamika sistem pendidikan yang dilaksanakan.

Dengan demikian ijtihad pendidikan Islam juga pada prinsipnya harus tetap

mengacu kepada nilai-nilai al-Qur’an dan Hadist (as-Sunnah).

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan islam secara universal adalah, bahwa pendidikan harus

ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian

manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa, akal, pikiran, perasaan,

dan fisik manusia. Dengan demikian pendidikan harus mengupayakan

tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual,

fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa baik secara perorangan ataupun

kelompok, dan mendorong tumbuhnya aspek tersebut agar mencapai kebaikan

dan kesempurnaan.41

40 Satria Effendy, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 245

41 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 62

Page 46: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

34

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany mencoba memperjelas tujuan

pendidikan Islam dengan membaginya dalam tiga jenis, yaitu;

a. Tujuan individual, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian

individu dan pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya. Tujuan ini

menyangkut perubahan yang diinginkan pada tingkah laku peserta

didik, aktivitas, dan pencapaiannya, pertumbuhan kepribadian, dan

persiapan peserta didik di dalam menjalani kehidupannya di dunia dan

di akhirat.

b. Tujuan sosial, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial

peserta didik secara keseluruhan. Tujuan ini menyangkut perubahan-

perubahan yang dikehendaki bagi pertumbuhan, memperkaya

pengalaman, dan kemajuan peserta didik dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat.

c. Tujuan profesional, yaitu tujuan yang berkaitan dengan peserta didik

sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai suatu aktivitas

di antara aktivitas-aktivitas yang ada di dalam masyarakat.42

Ulama ahli pendidikan islam dari semua lapisan masyarakat islam,

berdiskusi dengan para ahli pendidikan umum, dan telah berhasil

merumuskan tujuan pendidikan islam adalah menanamkan takwa dan

akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia

yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran islam.43

Dari beberapa tujuan pendidikan islam, penulis menyimpulkan

bahwa tujuan pendidikan islam ini secara terpadu dan terarah diusahakan

agar dapat mencapai tujuan akhir pendidikan islam yaitu menggerakkan

manusia agar menjadi khalifah Allah dimuka bumi dengan sebaik-baiknya

yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengelola bumi sesuai

dengan kehendak Allah, mengarahkan manusia agar berakhlak mulia,

sehingga ia tidak menyalah gunakan fungsi kekhalifahannya, membina dan

42 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2014), hal. 87-88

43 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 29

Page 47: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

35

mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya sehingga ia memiliki

ilmu, akhlak dan ketrampilan yang semua ini dapat digunakan guna

mendukung tugas pengabdian dan kekhalifannya dan dapat mengarahkan

manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Sehingga Pada hakikatnya tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya

manusia yang baik yaitu manusa yang beribadah kepada Allah dalam

rangka pelaksanaan fungsi kekhalifannya.

4. Ciri- ciri Pendidikan Islam.

a. Sistem Pendidikan Islam Merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist

b. System pendidikan islam memiliki jika tujuan akhir, prinsip

kepemimpinan, kebijaksanaan strategis, pengorganisasian dan system

manajemen penyelengara pendidikan berbasis pada serta dikendalikan

dengan ketentuan-ketentuan menurut al-ahkam al-khamsah

c. Visi misi, strategi, kepemimpinan pada tingkat penanggung jawab tertinggi

dari lembaga penyelenggara merujuk dan menjunjung tinggi ajaran islam,

baik dinyatakan secara eksplisit maupun tidak tentang ayat Al-Qur’an dan

hadist.

d. Tugas-tugas fungsional pengelolaan tingkat operasional sehari-hari

terhadap keseluruhan atau persatu dimensi dari system pendidikan itu,

dipraktekkan dengan menjunjung tinggi ajaran islam yang diunggulkan

secara kompetetif baik yang dinyatakan secara eksplisit mapun secara

implisit44

5. Komponen Pendidikan Islam

Dalam pendidikan islam memiliki komponen-komponen yang saling

berhubungan satu sama lain sesuai fungsinya masing-masing. komponen-

komponen tersebut merupakan pembentuk suatu pendidikan islam. Jika

komponen-komponen tersebut terjalin kerjasama yang baik maa akan

menghasilkan hasil yang maksimal. Adapun komponen-komponen pendidikan

islam sebagai berikut:

44 Hary Priatna Sanusi, Beberapa Ciri Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 11

No.1, 2013, hal.71-74

Page 48: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

36

a. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan pada hakikatnya akan selalu berhubungan erat

dengan kondisi sosio-kultural di mana pendidikan dilaksanakan. Tujuan

pendidikan merupakan perwujudan dari nilai-nilai ideal masyarakat yang

ditentukan oleh dasar dan pandangan hidup manusia, sehingga perbedaan

pandangan hidup ini dapat menyebabkan perbedaan tujuan pendidikan.45

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan.

Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam secara

keseluruhan, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian

seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil”, yaitu manusia yang

utuh jasmani maupun rohani dan bertaqwa kepada Allah SWT.46

Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada tujuan dan tugas

manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal. Juga harus

memperhatikan sifat-sifat dasar manusia yang oleh Allah dibekali berbagai

macam fitrah, untuk itu, pola pendidikan Islam harus mampu membimbing,

mengembangkan potensi kreatif peserta didik (fitrah) insaniyah tersebut

secara maksimal sesuai kapasitas yang dimilikinya, bukan malah

menghambat atau bahkan mematikan potensi yang dimiliki peserta didik.

Serta berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman, tuntutan ini berupa

pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan

masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya.

Sehingga tiap individu mampu berkomunikasi dengan baik terhadap

manusia lainnya sehingga menjadi pribadi yang senantiasa bertaqwa

kepada Allah SWT, dan mencapai kehidupan sukses di dunia dan di akhirat.

b. Tenaga Pendidik

45 Baharuddin, Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2017), hal. 170-

171

46 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 29

Page 49: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

37

Tenaga pendidik atau guru itu sendiri merupakan pihak yang

melaksanakan pendidikan. Sesuai dengan maknanya yang khas, guru

merupakan kreator tunggal yang senantiasa dinamis. Fungsi pendidik ini

terutama ditengah komunitas anak didiknya, menempati posisi yang lebih

baik dari segi kapasitas intelektual, keterampilan maupun aspek

kematangan humanisasinya.

Karena guru harus selalu megetahui karakter murid, berusaha

meningkatkan keahlian murid baik dalam bidang yang diajarkan maupun

dalam cara mengajarkannya dan guru harus mengamalkan ilmunya dan

tidak berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.47

Pendidik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, termasuk

pendidikan Islam. Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya

mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),

kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa), agar mencapai tingkat

kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaan

(baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun abd) sesuai dengan nilai-nilai

ajaran Islam.48

Menurut penulis pendidik atau guru adalah orang yang

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat

derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki

manusia (peserta didik). Ketika guru hadir bersama-sama peserta didik di

sekolah, di dalam jiwanya harus tertanam niat untuk mendidik peserta didik

agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sikap dan

watak yang baik, cakap dan terampil, bersusila dan berakhlak mulia.

Karena pendidik adalah seorang yang tidak hanya menyampaikan isi

pelajaran, namun juga substansi nilai yang ada di dalamnya. Pendidik

47 Ibid., hal. 181

48 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hal. 116.

Page 50: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

38

selain bertugas melakukan transfer of knowladge, juga sebagai motivator

dan fasilitator dalam proses pembelajaran.

Guru bertugas menuangkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik

dan memberikan motivasi agar semua peserta didiknya bersemangat

mencari, menggali, dan mengembangkan ilmu. Guru pun berkewajiban

membentuk mentalitas peserta didik dengan tuntutan agama. Guru bukan

hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak peserta didik. Tetapi

juga harus membina watak dan jiwanya. Sedang dalam prosesnya guru

tidak boleh memandang siswa sebagai makhluk yang sama di segala hal.

Sebaliknya, guru memandang anak didik sebagai makhluk individual

dengan segala perbedaannya

c. Peserta didik

Peserta didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Para

pendidik selalu berhubungan dengan peserta didik, tetapi setalh tugas

pendidik selesai peserta didik dituntut mengamalkan ilmu dalam kehidupan

bermasyarakat. Peserta didik dituntut hidup mandiri, mampu

menyelesaikan tugas-tugasnya dengan kemmapuan yang ia miliki.49

Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki

sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Karena fitrah

manusia tidak berkembang dengan sendirinya, karena itu manusia perlu

mengembangkan melalui pendidikan maupun lingkungan.

Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada

fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,

pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri peserta didik yang perlu

bimbingan dari pendidik. Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah

makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan

pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan

49 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 88-89

Page 51: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

39

bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju titik optimal

kemampuan fitrahnya.50

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus bisa

memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan.

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik

adalah. Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyi

dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tdak boleh disamakan

dengan orang dewasa. Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan

meuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin.51

d. Evaluasi pendidikan Islam

Evaluasi berarti suatu proses penilaian terhadap kemajuan dan

perkembangan pendidikan, terutama peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dengan evaluasi ini maka suatu kegiatan dapat diketahui

kemajuannya, serta diketahui pula tingkat keberhasilan seorang pendidik

dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan yang

dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana

prasarana, lingkungan dan lain sebagainya.52

Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman

peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak

peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain

itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa di antara peserta didik

yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat.

Tujuan evaluasi bukan peserta didik saja, tetapi bertujuan

mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-

sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan

50 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga Kisah Luqman,

(Bandung: Marja, 2007), hal. 88

51 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hal. 105

52 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 307

Page 52: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

40

Islam. Secara prinsipil, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan

Islam adalah untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap

materi pembelajaran, baik aspek kognitif, psikomotorik, afektif. Kajian

evaluasi dalam pendidikan Islam, tidak hanya berkonsentrasi pada aspek

kognitif, tetapi justru dibutuhkan keseimbangan yang terpadu antara iman,

ilmu dan amal.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Tunjung Magenta, Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan Islam Perspektif

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jakarta, 2019. Pendidikan Humanistik memandang bahwa perkembangan

Afektif lebih penting untuk didahulukan dibanding dengan kognitif siswa

dalam proses pendidikan. Yang ditekankan dalam pendidikan humanistik disini

adalah sisi kemanusiaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Syed Muhammad

Naquib Al-Attas mengenai humanistik dalam Pendidikan Islam. Dengan

menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), penelitian ini

memerlukan dokumen yang cukup banyak seperti buku,artikel, jurnal, dan

dokumen lainnya untuk memperdalam judul yang penulis ambil. Adapun

sumber data yang diperoleh dari data primer (data pokok) dan data sekunder

(data penunjang atau pendukung). Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Adapun persamaan penelitian ini dengan apa yang saya bahas adalah

sama-sama membahas tentang humanis dalam pendidikan, dan perbedaannya

adalah dari segi kajian teori bab II penelitian ini langsung membahas tentang

humanis bukan pendidikan, tokoh yang dibahas dalam penelitian ini adalah

Naquin Al-attas, sedangkan tokoh yang saya bahas adalah Paulo Freire, adapun

berbedaan lainnya adalah penelitian ini mengangkat tokoh muslim sedangkan

yang saya bahas tokoh barat.

2. Intan Ayu Eko Putri, Konsep Pendidikan Humanistik Ki Hajar Dewantara

dalam pandangan Islam, Tesis IAIN Walisongo,Walisongo, 2012. Metode

Page 53: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

41

penelitian yang digunakan adalah Libraryresearch dengan pendekatan Historis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran humanistik Ki Hajar

Dewantara dalam pendidikan yaitu dengan memposisikan pendidikan sebagai

penuntun. Maksudnya menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pemikiran pendidikan humanistik menurut Ki Hadjar Dewantara

meliputi: a) pengakuan terhadap keberadaan fitrah manusia. b) humanisasi

pendidikan, c) memandang pendidik sebagai seorang yang mempunyai

kemampuan untuk memberi arahan atau tuntutan juga menjadi fasilitator dan

motivator bagi peserta didik. d) memandang peserta didik sebagai makhluk

yang memiliki potensi untuk memahami diri sendiri menurut kodratnya.

Perbedaan dengan skripsi yang ditulis oleh penulis adalah Al-Attas lebih

mengedepankan sikap atau Ta’dib. Untuk hal mengenai manusia memiliki

persamaan seperti pengakuan terhadap fitrah manusia.

Adapun persamaan penelitian ini dengan apa yang saya bahas adalah

sama-sama membahas tentang humanis dalam pendidikan, dan perbedaannya

adalah pada tokoh yang dibahas, dalam penelitian ini adalah Ki Hajar

Dewantara, sedangkan tokoh yang saya bahas adalah Paulo Freire, adapun

berbedaan lainnya adalah penelitian ini mengangkat tokoh muslim sedangkan

yang saya bahas tokoh barat.

3. Amiruddin, Pendidikan Humanis dalam Perspektif Paulo Freire dan Tan

Malaka, jurnal Kariman, Volume 01, No. 01, Tahun 2015. Pendidikan

humanis memandang manusia sebagai makhluk mulia yang harus

dikembangkan sesuai dengan koderatnya. Prinsip pendidikan harus

diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan

hidupnya. Sementara itu, pendidikan yang diselenggarakan oleh penjajah di

Brazil dan Indonesia semasa hidup Paulo Freire dan Tan Malaka dirasa masih

jauh dari ruh pendidikan yang semestinya.

Page 54: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

42

Pendidikan dijadikan sebagai alat penindasan yang pada akhirnya

hanya mampu melahirkan penindas-penindas baru. Aksi pembungkaman

(culture of silence) masif diterapkan penjajah untuk melanggengkan

kekuasaannya. Kondisi itulah yang ditentang oleh Paulo Freire dan Tan Malaka

dengan memunculkan konsep pendidikan yang menempatkan manusia sebagai

ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Paulo Freire dan Tan Malaka

memiliki kesamaan pandangan terkait orientasi pendidikan humanis, yaitu:

penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia, keadilan sosial dan

penerapan pendidikan harus berbasis realitas.

Adapun persamaan dengan apa yang saya bahas adalah dalam

penelitian ini sama-sama membahas tentang humanis dalam pendidikan.

Perbedaannya terdapat pada tokoh yang dibahas yaitu dalam penelitian ini

terdapat dua tokoh yaitu Paulo Freire dan Tan Malaka, sedangkan yang saya

bahas hanya pemikiran humanis Paulo Freire saja.

4. Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis dan Implementasinya dalam Proses

Belajar Mengajar, Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan,

Vol 01, No 01, Bln Feb, Thn 2019, Hal 62-72 . Pendidikan humanis harus

praksis dalam proses belajar mengajar. Maka dalam implementasinya, seorang

pendidik harus menjadi qudwah atau teladan yang baik, dengan

mengedepankan cinta dan kasih sayang dalam proses mengajar.

Pendidik harus mampu memunculkan rasa empati, mampu memberi

motivasi, menumbuhkan sikap toleransi, memposisikan sebagai teman belajar,

menciptakan suasana belajar dialogis, mampu mengkombinasikan antara

perasaan (keinginan peserta didik) dengan bahan pengajaran, dan Pendidik

dengan segala kerendahan hati dituntut transparan atas segala kekurangan.

Sehingga tercipta pola komunikasi multiarah (ways traffic communication)

yang baik antara pendidik dan peserta didik.

Persamaan dengan apa yang saya teliti adalah sama-sama membahas

tentang humanis dalam pendidikan, perbedaannya adalah dalam penelitian ini

Page 55: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

43

lebih mengedepankan bagaimana sifat humanis terhadap pendidik dan teman

belajar. Sedangkan dalam penelitian saya objeknya hanya guru dan murid saja

5. Rinaldi Datunsolang, Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Islam

(Studi Pemikiran Paulo Freire), Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume

5, Nomor 1 : Februari 2017 . Perubahan paradigma pendidikan Islam dari

otoriter ke paradigma demokratis, tertutup ke keterbukaan, doktriner ke

partisipatoris. Perombakan paradigmatik tidak bisa ditawar lagi, mengingat

kompleksitas problem umat semakin meningkat. Adanya sinkrionisasi antara

lembaga-lembaga pendidikan Islam dengan lingkungan masyarakat dimana

pendidikan yang berorientasi pembebasan dapat tercapai.

Masyarakat perlu membudayakan tradisi kritis, dialog, keterbukaan,

semangat pluralisme dan praktek-praktek yang menyentuh problem-problem

kaum tertindas. Baik secara politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Tentu

dengan pendekatan kultural akan sangat berarti dalam mencerahkan rakyat

dalam program penyadaran dan pemberdayaan bukan pemaksaan. Setidaknya

kegelisahan akan model pendidikan dewasa ini yang hanya berorientasi

knowledge ansich dan kurang memepertimbangkan pada nilai (value) dapat

teratasi. Mengingat kebutuhan manusia yang berpihak pada nilai, tidak sekedar

kepentingan sesaat sangat diharapkan dalam melakukan tugas-tugas liberatif

atau pemberdayaan masyarakat.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan apa yang saya bahas adalah

penelitian ini hanya membahas point-point nya saja, seperti apa itu pendidikan

pembebasan, apa itu pendidikan islam tetapi tidak dibahas apa saja persamaan

dan perbedaan antara pemikiran pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan

Islam.

Page 56: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah Pendidikan Humanis Paulo

Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam. Adapun Tempat penelitian yang

dilakukan penulis ialah di Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

perpustakaan-perpustakaan lain. Waktu pengumpulan data terkait penelitian

dan proses penulisan dimulai pada tanggal 10 Oktober- 5 Maret 2020.

B. Metode Penelitian

Metode berasal dari kata yunani yaitu methodos artinya jalan atau

cara. Metode merupakan cara untuk memahami objek yang menjadi sarana

ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah kerja, meneliti,

mengkaji, dan menganilisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau

kesimpulan.1 Sedangkan metode penelitian adalah cara ilmiah yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan lain

sehingga nantinya dapat digunakan untuk menemukan dan memecahkan

masalah yang diajukan.2

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan riset kepustakaan

(Library research). Riset pustaka yaitu penelusuran dan pemanfaatan sumber

perpustakaan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian

dengan rangkaian yang berkaitan dengan kegiatan dalam metode data

pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian yang

dibutuhkan.3

1 Kuncoro Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hal. 7

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 6.

3 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal. 3

Page 57: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

45

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatiif adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivita sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran individual

serta secara secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi ini

digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah

pada penyimpulan.4

Jenis riset ini diambil dengan dasar data-data dilapangan sudah ada

didalam buku-buku ataupun terbitan-terbitan terdahulu, yang dikumpulkan

oleh orang-orang lain. Atau kemungkinan data-data kepustakaan itu sudah

tidak ada lagi dilapangan karena dimakan oleh situasi perubahan yang terjadi.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah mempersempit masalah, sehingga peneliti mampu

mengetahui secara mendalam apa yang menjadi fokusnya dalam penelitian di

lapangan. Penelitian tersebut diselidiki secara menyeluruh dan secara khusus

serta dalam bagian yang mendukung atau menambah kejelasan makna dalam

situasi di lapangan. Setelah mengetahui dan memahami secara mendalam dan

menyeluruh dari apa yang terjadi dilapangan kemudian menghasilkan

hipotesis atau teori baru dari apa yang terjadi di lapangan.5

Berdasarkan penjelasan mengenai fokus penelitian di atas, maka penulis

memfokuskan penelitian ini dengan membatasi permasalahan mengenai

Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam.

D. Sumber Data

Dalam prosedur pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa literatur sebagai sumber data, yang terdiri dari sumber data primer

dan sumber data sekunder. Sebagai sumber data primer peneliti merujuk pada

buku-buku berikut:

4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.

60

5 Muri Yususf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2014), hal. 367

Page 58: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

46

1. Pedagogy of The Oppressed, terjemahan edisi Indonesia berjudul

Pendidikan Kaum Tertindas.

2. Education: The Practice of freedom, terjemahan edisi Indonesia berjudul

Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan.

3. Educacao Como Pratica de Liberdade, terjemahan edisi Indonesia

berjudul Pendidikan yang membebaskan.

4. The Politics of Education: Culture, Power and Liberation, terjemahan

edisi Indonesia berjudul Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan

Sedang sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh yang secara

tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap

informasi mengenai penelitian ini. Diantara buku sekunder dalam penelitian

ini adalah:

1. Pendidikan Humanistik, karya Drs. H. Baharuddin, M.Pdi.

2. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata.

3. Ilmu Pendidikan Islam, Karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata.

4. Ilmu Pendidikan Islam, Karya Prof. Dr. Hj. Zakia Dardajat,

5. Humanisme dan Skolastisisme, karya Thomas Hidya Tjaya

6. Dasar-dasar Pendidikan, Abdul Kadir, Ahmad Fauzi,dkk,

7. Landasan Pendidikan Amos Neolaka dan Grace Amialia,

8. Telaah Filsafat Pendidikan , Aliet Noorhayati Sutrisno.

9. Ilmu Pendidikan Islam , karya Arifin.

10. dan jurnal-jurnal, serta buku-buku lainnya yang berhubungan dengan

pendidikan humanis Paulo Freire dan Pendidikan Islam.

E. Prosedur Penelitian

Dalam proses penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan

kegiatan yang sangat penting.6 Terkait proses pengumpulan data, peneliti

mengambil prosedur penelitian berupa:

6 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 266

Page 59: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

47

1. Tahap persiapan dan perencanaan, adalah tahap dimana penulis mulai

membuat perumuan masalah dan pembatasan masalah

2. Tahap pelaksanaan, adalah tahap dimana penulis mulai mengumpulkan

referensi yang akan digunakan yang berkenaan dengan topik yang dibahas

3. Tahap penyelesaian, adalah tahap dimana penulis mengakhiri

pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang penulis

butuhkan berkenaan dengan topik yang dibahas.

Selain dari prosedur di atas, peneliti juga menguraikan langkah-

langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian kepustakaan, yaitu:

1. Menyiapkan alat perlengkapan. Dalam penelitian kepustakaan tidak

memerlukan perlengkapan yang banyak, cukup mempersiapkan alat tulis

dan kertas kecil yang difungsikan untuk menulis catatan penelitian.

2. Menyusun biblografi kerja. Biblografi kerja merupakan catatan tentang

sumber data primer yang digunakan dalam kegiatan penelitia. Sumber

data tersebut, tentu saja berasal dari buku-buku koleksi perpustakaan.

3. Mengatur waktu. Dalam penelitian kepustakaan, peneliti dituntut untuk

dapat mengatur waktu sebaik mungkin.

4. Membaca dan membuat catatan penelitian. Bahan sumber penelitian yang

berupa teks-teks bacaan harus dicari, dikumpulkan, dan diklasifikasi

berdasarkan koleksi, judul, topik dan sub topik, sesuai dengan topik

penelitin yang dilakukan.

Page 60: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Paulo Freire

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan Paulo Freire

Sosok Paulo Freire oleh khalayak lebih dikenal sebagai seorang

pendidik yang memiliki perhatian serius terhadap masalah-masalah sosial

terutama mengenai fakta multikultural. Anggapannya bahwa pendidikan

multikultural sangat penting karena faktanya bahwa di hampir semua negara

dunia pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari fakta multikultural. Karena

pendidikan multicultural menjadi bagian dari proses pembaharuan

kebudayaan dengan terlebih dahulu melalui upaya penyadaran.

Paulo Reglus Neves Freire lebih sering di panggil Paulo Freire, dan

dalam penelititan ini akan sering disebut Freire, lahir pada tanggal 19

September 1921 di Recife, sebuah kota kecil di daratan Amerika Latin. Kota

Recife adalah adalah salah satu pusat kemiskinan dan keterbelakangan di

kawasan Brazilia bagian Timur Laut.1

Dengan penuh hormat dan cinta, dia meceritakan tentang kedua orang

tuanya. Ayahnya bernama Joaquim Temistocles Freire, adalah seorang

anggota polisi militer di Purnambuco yang berasal dari Rio Grande do Norte.

Dia pengikut aliran kebatinan tanpa menjadi anggota dari agama resmi. Ia

sangat baik dalam bersikap, dan mampu untuk mencintai.2

Ibunya bernama Edultrus Neves Freire, berasal dari Pernambuco,

yang menganut agama katolik, ia sangat lembut, adil dan baik budi. Kedua

orang tuanyalah yang dengan contoh dan cinta mengajarkan kepada Paulo

Freire untuk menghargai dialog dan menghormati pendapat orang lain. Ketika

1 Rinaldi Datunsolang, Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Islam (Studi Pemikiran

Paulo Freire), Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 5, Nomor 1, Februari 2017, hal. 134

2 Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 257

Page 61: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

49

krisi ekonomi Amerika Serikat 1929 mulai melanda Brazil, orang tuanya

mengalami kesulitan finansial sehingga Freire terpaksa belajar mengerti apa

artinya menjadi lapar bagi seorang anak sekolah. Pada 1931, keluarga Freire

terpaksa pindah ke Jabtao. Ayahnya meninggal ditempat itu.3

Kemisikanan dan ketertinggalan penduduk masyarakat Recife telah

melahirkan berbagai pemikiran pendidikan Freire yang berhaluan pada moral

kemanusiaan. Sejak saat itu pula, Freire memutuskan untuk berjuangan

melawan kelaparan. Freire mengingkan agar orang lain tidak ada yang

merasakan penderitaan karena kelaparan seperti yang ia alami.

Krisis ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan dan ketertinggalan

itu tidak lepas dari kondisi Brazil yang hidup dalam bayang-bayang pengaruh

feodalisme. Masa-masa itu nyaris tidak ada ekpresi masyarakat yang

mengemuka. Masyarakat seakan dibungkam, baik dari pemikiran ataupun

akses ekonomi. Status sosial yang mengemuka pada saat itu hanya ada dua

yaitu tuan dan budak. Menurut istilah Freire keadaan tersebut disebut sebagai

“The Culture of Silence” atau kebudayaan bisu. Suatu kebudayaan yang

merupakan ciri utama dari keterbelakangan masyarakat-masyarakat dunia

ketiga.4

Pada tahun 1931, ayah Freire meninggal dunia. Pada saat itu usia

Freire menginjak sepuluh tahun. Tepatnya pada usia 13 tahun Freire

menginjakkan kakinya di bangku sekolah, hingga ahirnya dapat melanjutkan

studinya di Universitas Recife dan mengambil fakultas hukum. Pada jenjang

studi berikut, Freire mengambil disiplin ilmu yang berbeda dengan studi

awalnya, yaitu filsafat pendidikan. pada tahun 1959 meraih gelar doktor di

3 Abudin Nata, Ibid., hal. 257

4 Amiruddin, Pendidikan Humanis dalam Perspektif Paulo Freire Dan Tan Malaka , jurnal

Kariman, Volume 01, No. 01, 2015, hal. 22-23

Page 62: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

50

bidang sejarah dan filsafat pendidikan, yang juga merupakan saat pertama

Freire mengemukakan pikirannya tentang filsafat pendidikan.5

Tahun 1959 dijadikan sebagai tahun awal munculnya ide-ide

mengenai pendidikan melalui kajian disertasinya di Universitas Recipe. Paulo

Freire pun juga pernah menjalani kehidupannya di balik jeruji besi setelah

beberapa gagasan pemikirannya dinilai sering menentang kebijakan

pemerintah. Setelah bebas dari penjara ia kemudian meninggalkan negeri

tempat kelahirannya memilih pergi ke Chili. Di Negara ini dirinya bergabung

dengan salah satu organisasi besar dunia yaitu Unesco. Ibarat gayung

bersambut, wadah inipun dinilai cukup tepat untuk mengembangkan

gagasannya yang selalu berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.6

Setelah menikah dengan Elza Maia Costa Oliveira –seorang guru dari

Recife- tahun 1944, mulai tumbuh minatnya mendalami buku-buku

pendidikan (filsafat pendidikan dan sosiologi pendidikan) melebihi buku-

buku tentang hukum. Walau begitu, ilmu hukumknya tetap berjasa. Berkat

ijazah hukum, ia dapat menjabat Direktur Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, sebuah Lembanga Pelayanan Sosial di Pernambuco. Bekerja di

lembaga sosial membuatnya sering berkontak secara langsung dengan orang-

orang miskin kota. Pengalaman ini kelak juga ikut mempengaruhi filosofi

pendidikannya.7

Tahun 1961 Joao Goulart menggantikan Janio Quadros sebagai

presiden Brazilia. Di masa presiden baru ini gerakan kaum petani dan kaum

budayawan melakukan kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran dan kemampuan baca tulis supaya rakyat dapat berpartisipasi aktif

di bidang politik. Freire sendiri mengembangkan program literasi (melek

5 Muhammad Hanif Dakhiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan, (Jakarta : Pena, 2000), hal.

18.

6 Supriyanto, Paulo Freire: Biografi Sosial Intelektual Modernisme Pendidikan, Jurnal Al-

Ta’dib, Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2013, hal. 101

7 Dennis E. Collins, SJ, Paulo Freire: His Life, Works and Though, (New York: Paulist Press,

1977), hal. 6

Page 63: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

51

huruf) bagi ribuan petani di daerah Recife dari Juni 1963 sampai Maret 1964.

Program ini disambut dengan antusias besar oleh rakyat Brazilia. Ia

menggunakan metode conscientization (konsientasi: penyadaran) untuk

membangkitkan kesadaran rakyat atas realitas yang menindas mereka, dan

bangkitnya kesadaran rakyat menimpulkan dampak terhadap perubahan

sosial. Tetapi kesadaran rakyat ini sekaligus membuat khawatir pihak militer

dan tuan tanah.8

Pada tahun 1964 pikiran-pikiran Freire dianggap membahayakan

eksistensi pemerintah, bahkan freire dituduh oleh pemerintah Brazil

melakukan tindakan subversif. Akhirnya konflik tersebut membuat Paulo

Freire di jebloskan ke dalam penjara selama tujuh puluh hari dan menjadi

pesakitan karena diinterogasi berulang-ulang.

Keluar dari penjara Paulo Freire langsung diusir dari negerinya. Ia

lantas memutuskan untuk pindah ke Chili. Selama lima tahun berada di Chili

Paulo Freire terlibat dalam program pemberantasan buta huruf yang

diselenggarakan oleh pemerintah Chili sampai akhirnya menarik perhatian

dunai internasional. UNESCO mengakui bahwa Chili merupakan salah satu

bangsa di dunia yang berhasil mengatasi masalah pendidikan dasar. Dan

sampai akhirnya Paulo Freire ditarik ke UNECSO untuk bekerja dalam

bidang pendidikan. di sinilah kemudian sosok Paulo Freire mulai menarik

perhatian.9

Dari gambaran singkat tersebut, perjalanan hidup Paulo Freire dapat

disimpulkan bahwa kepribadian dan bangunan teori-teori pendidikan Paulo

Freire salah satunya dikonstruksi dari konteks zaman dan kenyataan obyektif

yang melingkupinya. Paulo Freire yang hidupnya selalu diakrabi oleh

kesulitankesulitan hidup dan penindasan oleh negara, dengan sendirinya

8 Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan, Terj. Alois A. Nugroho, (Jakarta:

Gramedia, 1984), hal. 30

9 Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, (Yogyakarta; Resis Book, 2006), hal.

18

Page 64: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

52

menjadikannya seorang teoritisi yang berpraksis. Paulo Freire melahirkan

gagasan-gagasan pengetahuan yang juga turun langsung ke lapangan

perjuangan membela kaum buta huruf di Brazil teraleniasi oleh proses

hegemoni kesadaran yang telah melahirkan “kebudayaan bisu”.

2. Karya-karya Paulo Freire

Paulo Freire telah menulis berbagai buku dan makalah dalam bahasa

Portugis dan spanyol. Beberapa karyanya yang telah diterbitkan diantaranya

adalah:

a. Pedagogy of The Oppressed, terjemahan edisi Indonesia berjudul

Pendidikan Kaum Tertindas.

b. Cultural Action For Freedom, terjemahan edisi Indonesia berjudul Aksi

Kultural Untuk Pembebasan.

c. Education For Critical Consciousness, terjemahan edisi Indonesia

berjudul Pendidikan Untuk Kesadaran Kritis.

d. Education: The Practice of freedom, terjemahan edisi Indonesia berjudul

Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan.

e. The Politics of Education: Culture, Power and Liberation, terjemahan

edisi Indonesia berjudul Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan

f. Educacao Como Pratica de Liberdade, terjemahan edisi Indonesia

berjudul Pendidikan yang membebaskan.

g. Pedagogy in Process: The Letters to Guinea-Bissau, terjemahan edisi

Indonesia berjudul Pendidikan Sebagai Proses.

h. Pedagogy of The Heart, terjemahan edisi Indonesia berjudul Pedagogy

Hati

i. Pedagogy of The Hope, terjemahan edisi Indonesia berjudul Pedagogy

Pengharapan.

Page 65: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

53

B. Pembahasan

1. Pemikiran Pendidikan Paulo Freire

Secara umum pemikiran Paulo Freire adalah humanisasi, yakni

pendidikan yang diarahkan pada usaha membantu masyarakat. Terutama

kaum yang tertindas, dan pendidikan yang memberdayakan dan bertolak dari

kepentingan masyarakat, bukan pendidikan yang didasarkan atas kemauan

penguasa.

Adapun pemikiran pendidikan Paulo Freire dapat dikemukakan sebagai

berikut:

Pertama, dari segi titik tolaknya, bahwa pendidikan kaum tertindas

harus diciptakan bersama dengan dan bukan untuk kaum tertindas dalam

perjuangan memulihkan kembali kemanusiaan yang telah dirampas.

Pendidikan kaum tertindas harus memperjuangkan melawan penindasan

dalam situasi di mana dunia dan manusia berada dalam interaksi. Oleh karena

itu dalam perjuangan ini diperlukan praksis yang merupakan sebuah proses

interkasi antara refleksi dan aksi. Salah satu faktor terpenting dalam gerakan

pembebasan adalah perkembangan kesadaran.10

Kedua, dari segi sistemnya, bahwa pendidikan system lama yaitu

system bank harus diubah menjadi system yang seimbang, egaliter dan adil,

yaitu system yang memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta didik

untuk ikut serta menentukan arah program pendidikan. Dalam pendidikan

system bank itu guru merupakan subjek yang memiliki pengetahuan yang

diberikan kepada murid. Murid adalah wadah arau suatu tempat deposit

belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata-mata merupakan objek.

Sangat jelas dalam sistem tersebut tidak terjadi komunikasi yang sebenarnya

antara guru dan murid. Praktik pendidikan yang semacam itu mencerminkan

penindasan yang terjadi di masyarakat sekaligus memperkuat struktur yang

menindas.11

10 Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 265 11 Ibid., 265.

Page 66: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

54

Pendidikan system bank antara lain ditandai oleh keadaan sebagai

berikut:

a. Guru mengajar, murid belajar.

b. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa.

c. Guru berpikir sedangkan murid dipikirkan.

d. Guru menentukan peraturan, sedang murid diatur.

e. Guru memilih dan melaksanakan pilihannya, sedangkan murid

menyetujuimya.

f. Guru bercerita, sedang murid mendengarkan.

g. Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan

gurunya.

h. Guru memilih bahan dan isi peajaran, sedangkan murid tanpa diminta

pendapatnya, menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.

i. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan

kewenangan jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan

muridnya.

j. Guru adalah subjek dan murid adalah objek belaka.

Untuk mengetahui sistem bank tersebut Paulo Fraire mengajukan

alternatif system baru yang dinamakan problem posing education atau

pendidikan hadap masalah. Guru dan murid sama-sama menjadi objek yang

sama. Mereka berpikir bersama, guru dan murid secara serempak menjadi

guru dan murid.

Dengan pendidikan humanis diharapkan mampu membuat peserta

didik menuju proses berpikir bebas dan kreatif, karena model pendidikan ini

menghargai potensi yang ada pada setiap individu. Peserta didik harus

ditempatkan sebagai pusat (center) dari aktivitas pendidikan dan

pembelajaran. Pendidik merupakan fasilitator, pembimbing yang menjadi

mitra didik peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran

Ketiga, dari segi metodenya, pendidikan menggunakan menggunakan

metode dialog, menurut Paulo Freire, bahwa dialog sebagai unsur pendidikan

kaum tertindas yang pada intinya adalah kata. Menurutnya, kata mempunyai

Page 67: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

55

dua dimensi yaitu refleksi dan aksi yang berada dalam interaksi radikal.

Tanpa refleksi hanya akan terjadi aktivisme, tanpa aksi hanya akan terjadi

verbalisme.12

Pemikiran pendidikan Paulo Freire ingin menjadikan pendidikan

sebagai alat atau sarana untuk membebaskan masyarakat dari kepentingan

kelompok elit yang menginginkan masyarakat menjadi objek

kepentingannya, sehingga terjadi kesenjangan antara kaum elit dan

masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dilihat adanya keinginan mengubah

istilah pendidikan untuk masyarakat menajadi pendidikan dengan

masayarakat.

2. Humanisme dan Pendidikan Pembebasan Paulo Freire

Pemikiran Freire mengenai humanisme yakni pendidikan yang

diarahkan pada usaha membantu masyarakat, upaya memanusiakan manusia,

terutama kaum yang tertindas dan pendidikan yang memberdayakan dan

bertolak dari kepentingan masyarakat, bukan pendidikan yang didasarkan

atas kemauan penguasa.

Gagasan dan corak pemikirannya in bertolak dari permasalahan

pendidikan yang dihadapi masyarakat brazil pada waktu itu. Yaitu pendidikan

yang berpihak pada kaum yang mampu. Secara spesifik humanisme Freire

lebih mengarah kepada kata “pembebasan” yakni bebas dari ketertindasan

dan keterbelengguan dari apapun yang membuat manusia menjadi tidak bebas

untuk melakukan apa yang dikehendainya. 13

pendidikan humanis seperti yang digambarkan oleh Paulo Freire

harus mampu mengaktifkan potensi dasar manusia dengan konsep yag lebih

humanis. Kesadaran diri, kemauan bebas, serta kreativitas peserta didik harus

dikembangkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang

memanusiakan manusia harus mampu mengembangkan kreativitas peserta

12 Ibid., hal. 267.

13 Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), hal. 51

Page 68: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

56

didik secara maksimal. Pendidikan adalah sebuah investasi sumber daya

manusia. Jika pendidikan yang diperoleh seseorang memiliki kualitas yang

mumpuni, maka baik juga sumber daya manusia yang dimilikinya. Karena

itu, desain pendidikan selayaknya dipersiapkan secara matang sehingga hasil

yang dicapai pun memuaskan.14

Hal yang tidak boleh dilupakan dalam konsep pendidikan humanis

sehingga bisa mendukung apa yang dicita-citakan oleh Paulo Freire terkait

dengan konsep pendidikan humanisnya adalah bagaimana mendudukkan

pendidikan tersebut sebagai jalan dalam penguatan sisi normativitas-teologis

peserta didik untuk mengenl Tuhannya.

Setiap rangkaian belajar mengajar harusnya ditempatkan sebagai

pengkayaan pengalaman kebertuhanan. Pendidikan bukanlah sosialisasi atau

internalisasi pengetahuan dan keberagaman pendidik, tetapi bagaimana

peserta didik mengalami sendiri keber-Tuhanan-nya. Ketaqwaan dan

keshalehan bukanlah sikap dan perilaku yang datang secara mendadak, tetapi

melalui sebuah tahap penyadaran yang harus dilakukan sepanjang hayat

karena itu, pendidikan tidak lain sebagai proses penyadaran diri atas realitas

universum.15

Pemikiran pendidikan Paulo Freire yang berhaluan pada kemanusiaan

dengan kritik perlawan terhadap ketidakadilan merupakan tempaan dari

situasi dan kondisi sosial yang melingkupinya sejak kecil. Corak pendidikan

Paulo Freire tertuang dalam konsep pendidikan kaum tertindas. Menurut

pengamatan Paulo Freire, pendidikan yang berlangsung di negaranya

sangtlah jauh dari ruh tujuan pendidikan yang seharusnya yaitu menjadikan

peserta didik memahami diri dan kondisi realitas sosialnya sehingga

14 A. Syafi’i Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana, 1991), hal. 15

15 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hal. 180-188

Page 69: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

57

terciptalah manusia yang benar-benar manusia yang mempunyai moral

kehidupan.

Pendidikan yang diterapkan oleh kaum penindas tak akan mampu

melahirkan manusia yang seutuhnya. Cetusan pendidikan ini hanya akan

melahirkan penindas-penindas baru yang siap mengeksploitasi kehidupan

umat manusia. Bagi kaum penindas, peserta didik tak lebih dari sekadar

barang yang boleh dimanfaatkan kapan dan dimana saja. Bagi penindas hanya

ada dua kehidupan yaitu kenyamanan bagi kaum penindas dan kenistaan bagi

kaum tertindas.16

Bagi Paulo Freire pendidikan yang mempertegas dan memperjelas

arah pendidikan yang membebaskan dan memerdekakan, yaitu sebuah upaya

pemberdayaan masyarakat tertindas menuju sebuah paradigma kritis dan

trasformatif dalam mewujudkan sebuah kebebasan sebagai hak asasi setiap

manusia.17 Dengan demikian jelaslah, bahwa pendidikan harus mampu

menjadikan manusia yang bebas dari intimedasi dan hegemoni sehingga

terciptalah manusia yang bebas sebagai wujud dari hak asasi setiap manusia.

Di samping itu, Paulo Freire aktif mengkritisi proses dehumanisasi

pendidikan yang harus segera digantikan dengan proses humanisasi

pendidikan. Humanisasi pendidikan dianggapnya sebagai satu-satunya jalan

dalam mewujudkan pendidikan humanis yang pada gilirannya akan

membebaskan peserta didik dari penindasan terstruktur yang disebut

pendidikan. Dalam perspektif ini, dia melihat bahwa pendidikan telah jauh

dari semangat pembebasan dan cenderung tidak humanis.18

Lebih lanjut, Paulo Freire berpandangan bahwa dalam upaya

menerapkan pendidikan humanis, peserta didik sebagai manusia harus

16 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, terj:tim redaksi (Jakarta: LP3ES, 2008), hal. 33

17 Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Kihajar

Dewantara, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 145.

18 Hasanuddin Wahid, Arti Lapar bagi Anak Sekolah, dalam Saiful Arif, PemikiranPemikiran

Revolusioner, (Malang: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 154

Page 70: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

58

diajarkan tujuan hidupnya secara holistik-komprehensif. Ada perbedaan

antara manusia dengan binatang dalam hal tujuan hidup. Binatang mungkin

cukup beradaptasi dengan alam sementara manusia memiliki fungsi

memanusiakan alam dengan proses transformasi. Dalam konteks ini,

pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia

mampu memahami proses pembelajaran secara kritis berlandaskan kerangka

filosofis tujuan hidupnya sebagai manusia.19

Humanisasi adalah fitrah manusia yang harus diperjuangkan. Fitrah

itulah yang sering diabaikan oleh kaum penindas. Manusia bebas adalah

manusia yang berkembang sesuai dengan fitrahnya. Menurut Freire, manusia

bebas adalah manusia sejati, yaitu manusia merdeka yang bisa menjadi subjek

bukan objek yang menerima perlakuan dari orang lain. Manusia sejati adalah

manusia yang sadar untuk bertindak mengatasi dunia dan realitas yang

menindas.

Pada hakikatnya manusia mampu memahami keadaan dirinya dan

lingkungannya dengan berbekal pikiran dan dengan tindakan akan mampu

merubah situasi yang tidak selaras dengan jalan pikirnya. Jika seseorang

hanya pasrah bahkan tanpa perlawanan menghadapi situasi itu maka ia sedang

tidak manusiawi. Ketika kaum tertindas dengan kesadaran dirinya mampu

membebaskan dirinya sendiri dari segala bentuk penindasan maka saat itu

terjadilah yang namanya pembebasan.

Dari ulasan diatas dapat diketahui bahwa muara tujuan pendidikan

yang diinginkan oleh Paulo Freire adalah untuk menciptakan manusia yang

memiliki kesadaran kritis sehingga tercipta manusia-manusia yang merdeka

dan tumbuh sesuai dengan koderatnya. Setelah manusia tumbuh sesuai

dengan fitrahnya, maka dapat dipastikan akan bisa mengatasi permasalahan

diri dan lingkungannya.

19 Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), hal. 82-84

Page 71: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

59

3. Tujuan Pendidikan Humanis Paulo Freire

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan.

Tujuan utama pendidikan menurut Freire adalah conscientizacao,

konsientisasi, penyadaran. Yaitu peningkatan menuju kesadaran kritis

sebagai fase kesadaran tertinggi. Kata konsientisasi berasal dari bahasa Brazil

conscientizacao, suatu proses di mana manusia berpartisipasi secara kritis

dalam aksi perubahan, tidak seharusnya dipahami sebagai manipulasi kaum

idealis. Bahkan jika visi kita mengenai konsientasi bersifat dialogis, bukan

subjektif atau mekanistik, maka kita tidak dapat memberi label pada

kesadaran ini dengan sebuah peran yang tidak dimilikinya, yakni peran untuk

melakukan perubahan terhadap dunia.20

Pendidikan humanis Paulo Freire bertujuan untuk membangun

kesadaran masyarakat yang selama ini terjebak pada bentuk kesadaran magis

atau kesadaran naif yang selama ini telah menenggelamkan mereka pada

dominasi kekuasaan serta membuat masyarakat bersikap fatalis terhadap

realitas yang dihadapi. Dan berupaya mengarahkan masyarakat pada

tumbuhnya kesadaran kritis, sehingga masyarakat tidak akan lagi terbenam

pada proses sejarah. Melainkan menjadikan masyarakat menjadi pelaku aktif

dan kritis dalam menentukan perubahan nasibnya sendiri. karena pendidikan

kritis berusaha menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik terlibat

dalam proses pembelajaran menuju arah yang lebih baik.

Pendidikan humanis berupaya mengarahkan masyarakat pada

tumbuhnya kesadaran kritis, sehingga masyarakat tidak akan lagi terbenam

pada proses sejarah melainkan menjadikan masyarakat menjadi pelaku aktif

dan kritis dalam menentukan perubahan nasibnya sendiri. karena pendidikan

kritis berusaha menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik terlibat

dalam proses pembelajaran menuju arah yang lebih baik.

Secara lebih rinci, tujuan pendidikan kritis dapat dijabarkan sebagai

berikut:

20 Ibid., hal. 187

Page 72: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

60

a. Peserta didik sepenuhnya berperan sebagai subyek dalam proses belajar

mengajar

b. Peserta didik dapat lebih mandiri dalam menghadapi masalah dan

menyelesaikannya, tanpa harus tunduk pada relasi kekuasaan yang

menindas dalam bentuk apapun, baik berbentuk pengetahuan maupun

kebenaran yang menguasainya.

c. Peserta didik mendapatkan kemerdekaan dalam menentukan takdir

hidupnya sesuai dengan potensi yang dia miliki tanpa harus tunduk pada

realitas pasar di lapangan dengan mengubah atau membuat potensi lain di

dalam dirinya.

d. Peserta didik dapat lebih apresiatif terhadap perbedaan, tidak mudah

menyalahkan pandangan orang di luar dirinya dengan membenarkan

pandangan dirinya.

e. Peserta didik berani membicarakan masalah-masalah lingkungan dan

turun tangan dalam lingkungan tersebut.21

f. Guru tidak lagi monoton “mendoktrin” dan “mendikte” peserta didik

dengan pengetahuan yang ada, tetapi menempatkan diri sebagai teman

dialog peserta didik.

g. Memahami betul keadaan peserta didik dan lingkungannya.

h. Peserta didik dapat lebih mandiri dalam menghadapi masalah dan

menyelesaikannya, tanpa harus tunduk pada relasi kekuasaan yang

menindas dalam bentuk apapun, baik berbentuk pengetahuan maupun

kebenaran yang menguasainya.

i. Peserta didik mendapatkan kemerdekaan dalam menentukan takdir

hidupnya sesuai dengan potensi yang dia miliki tanpa harus tunduk pada

realitas pasar di lapangan dengan mengubah atau membuat potensi lain di

dalam dirinya.

j. Peserta didik dapat lebih apresiatif terhadap perbedaan, tidak mudah

menyalahkan pandangan orang di luar dirinya dengan membenarkan

pandangan dirinya.

k. Peserta didik berani membicarakan masalah-masalah lingkungan dan

turun tangan dalam lingkungan tersebut.

l. Guru tidak lagi monoton “mendoktrin” dan “mendikte” peserta didik

dengan pengetahuan yang ada, tetapi menempatkan diri sebagai teman

dialog peserta didik.22

21 Muhammad Karim, Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2009), hal. 211-212.

22 Ibid., hal. 211-212.

Page 73: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

61

Berdasakan tujuan pendidikan humanis di atas, penulis

menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan humanis Paulo Freire adalah

untuk mencari ilmu pengetahuan guna memenuhi hasrat dan keinginan

peserta didik dan Pendidik dengan kesadaran untuk menciptakan ilmu

pengetahuan baru. Kesadaran manusia dibentuk melalui pendidikan dan aksi-

aksi budaya yang membebaskan. Klaim pendidikan sebagai sebuah praktek

pembebasan yang ditujukan untuk mengkaji ilmu baru, hal ini tidak akan

tercapai jika perlakuan terhadap kesadaran manusia sama seperti perlakuan

pendidikan yang dominatif. Paulo Freire menegaskan, Pendidik yang

humanis harus tepat dalam memahami hubungan dalam kesadaran manusia

antara manusia dan dunia. Dengan demikian Paulo Freire menekankan akan

tujuan pendidikan untuk membentuk kesadaran manusia guna menciptakan

ilmu pengetahuan baru.

Tujuan pendidikan yang membebaskan pada hakekatnya adalah fitrah

yang sejalan-dengan hukum-hukum alam. Setiap orang berupaya menjadi

manusia sejati yang harus harus terwujud melalui dunia pendidikan. Lembaga

pendidikan sebagai wahana pengembangan ilmu dalam arti luas. Ilmu dapat

berkembang dengan pesat dalam dunia pendidikan dengan beragam

perbedaan baik itu interdisipliner, multidisipliner dan transdisipliner dalam

kerangka akademik.

Dengan demikain dunia akademik semakin kaya khazanah keilmuan

dari perbedaan tersebut. Pengkayaan keilmuan tersebut lahir dari kebebasan

dan pembebasan berfikir. Tujuan pembebasan bermuara pada peningkatan

pada daya kreativitas berfikir yang lebih produktif. Dunia pendidikan sendiri

harus banyak melatih tentang kebebasan. Murid harus bebas dan aman supaya

dapat belajar bagaimana berfikir kritis sekaligus toleran terhadap setiap

perbedaan.

4. Konsep Kesadaran Paulo Freire

Kesadaran diri dewasa ini menjadi wacana yang telah ditinggalkan.

Hal itu disebabkan oleh masuknya manusia kedalam era globalisasi yang

menonjolkan akal semata dalam proses kehidupan. Padahal tema kesadaran

Page 74: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

62

adalah merupakan hal penting bagi manusia. Melihat kesadaran menjadi

bagian terpenting bagi manusia, sebab itulah titik fokus pemahaman

mengenai kesadaran akan berpengaruh pada pemahaman tentang hakikat

pendidikan konsientisasinya Paulo Freire.

Namun demikian, Bagi penganut mazhab Freirean, hakekat

pendidikan adalah demi membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat

proses humanisasi atau memanusiakan manusia. Kunci bagi proses

pendidikan ialah “konsientisasi” atau proses pembangkitan kesadaran kritis.

Dalam pandangan Paulo Freire pendidikan tidak lain adalah proses

pemanusiaan manusia kembali atau menjadikan manusia yang utuh.

Sementara itu dalam Islam pendidikan adalah untuk menjadikan

manusia khalifah sebagaimana Firman Allah swt dalam surah Al-baqarah

ayat 30, berikut ini:

ها ها من ي فسد في فة قال وا اتعل في جاعل ف الرض خلي كةان ى واذ قال ربك للمل

اعلم ما ل ت علم ون – ٣٠ ونن ن سبح بمدك ون قدس لك قال انء ويسفك الدما

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat

“aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata “apakah

Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan

darah disana, sedang kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan

nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh, Aku mengetahui apa yang

tidak kamu ketahui”

Ayat di atas memiliki makna yang relevan dengan pendidikan dalam

Islam, bahwa manusia mestilah menjadi pemimpin di muka bumi. Kemudian

dari pada itu, Freire merumuskan pendidikan sebagai suatu latihan kebebasan,

tindakan mengetahui, pendekatan kritis terhadap realitas, serta dorongan

untuk merubahnya.

Konsientisasi adalah perkembangan kesadaran kritis yang dicapai

melalui praktik pendidikan yang dialogis seta berkaitan dengan tanggung

jawab sosial dan politik. Tujuanya ialah membentuk sikap kritis masyarakat.

Sikap kritis ini diharapkan menuntun mereka dalam mewujudkan tranformasi

dunia. Pendidikan Islam pun demikian halnya, dalam prosesnya

Page 75: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

63

menginginkan kesadaran terbentuk bagi peserta didik. Sebab Islam menjadi

spirit dalam tindakan pendidikan

5. Islam Sebagai Spirit Pembebasan

Secara harfiah, Islam berasal dari bahas Arab salima, yang antara lain

berarti to be safe (terpelihara), and sound (dan terjaga), unharmed (tidak

celaka), safe (terjaga). Islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan

Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul,

Demikian definisi agama Islam yang dikemukakan oleh Harun Nasution.23

Salah satu ayat yang menaruh perhatian besar pada pembebasan

manusia ialah tampak dalam firman Allah surat Al-‘Araf ayat 157.

مكت وب عنده م ف الت ور ىة ي الذي يد ونه الذين ي تبع ون الرس ول النب ال مث ى ل ل م الطيب ت وي رم عليهم الب ىه م عن الم نكر وي يل يم ر ه م بلمعر وف وي ن ه والن

وعزر وه ونصر وه وات ب ع وا ويضع عن ه م اصره م والغل ل الت كانت عليهم فالذين ا من وا بهك ه م الم فلح ون - ١٥٧ ى

ا ول الن ور الذي ا نزل معه

“Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada

di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan

melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan

bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka

segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan

belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang

beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti

cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka

itulah orang-orang yang beruntung”.

Ayat ini tampak secara jelas upaya pembebasan manusia, bahwa

Allah swt. memerintahkan kepada Nabi Muhamad SAW, untuk melepaskan

umat manusia dari belenggu-belenggu dan kekuatan tirani lainnya. Di sini

betapa Islam bukan sekedar agama formal, tetapi juga risalah yang sangat

23 Sofya, zulkarnaen suleman, Metodologi Studi Islam Kontemporer, (Gorontalo: Sultan Amai

Pres, 2013), hal. 9

Page 76: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

64

agung bagi transformasi sosial dan tantangan bagi kepentingn-kepentingan

pribadi.

Berdasarkan beberapa penyataan di atas, dapat dikatakan bahwa

Islam mampu melakukan terobosan yang mengarah pada kondisi

pembebasan, namun tetap menyatu pada agama. Kalau diteliti secara

seksama, sebenarnya terdapat dua pengaruh pokok yang sangat erat

hubungannya yang menunjukan bahwa antar Islam dengan pendidikan tidak

bisa di pisah-pisahkan dan keduanya ini dapat dijadikan kaca mata untuk

melihat mengapa Islam begitu berjaya dimasa lalu.

Ketika Islam dilihat sebagai upaya pembebasan manusia, melalui

pendidikan maka terdapat dua konteks pemaknaan yaitu: pertama,

pendidikan harus dipahami dalam posisinya secara demokratis, yakni

pelaksana pendidikan harus dilakukan secara demokratis, terbuka dan

dialogis. Kedua, pendidikan Islam sebagsi proses alih nilai-nilai ke-Islaman

atau transfer of Islamic value.

Kata kunci dari nilai-nilai ke-Islaman itu adalah Tauhid yang

menujukan pada pengertian bahwa tidak ada penghambatan kepada selain

Allah swt, bebas dari belenggu kebadanan dan kerohanian. Islam sebagai

sistem tauhid inilah yang merupakan sistem normative dasar ontologisme

bagi pengembangan landasan aksiologis Islam dan sebagai landasan

epistemologis (Islam sebagai sistem pengetahuan) kalau dengan kata kunci

ini, Islam secara transparan menghendaki dan menciptakan persamaan, maka

pendidikan Islam harus dipahami sebagai proses pembebasan manusia untuk

tidak merasa ada diskriminasi tertentu dengan orang atau kelompok lain,

dikuasai ditindas ataupun diperbudak.

6. Konsep Pendidikan Islam

Secara etimologi, pendidikan adalah usaha membina dan

mengembangkan pribadi manusia baik aspek rohani maupun jasmani yang

berlangsung secara bertahap. Dan diharapkan melalui pendidikan dapat

terbentuk kepribadian yang utuh sebagai manusia individual, sosial, dan

hamba Tuhan yang mengabdi kepada-Nya. Definisi pendidikan Islam yang

diberikan oleh para tokoh pendidikan Islam sangatlah beragam, baik

Page 77: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

65

pengertian secara umum, maupun definisi pendidikan secara khusus

perspektif tokoh pendidikan Islam. Namun, untuk mempermudah dalam

mendefinisikan pendidikan islam kita dapat melacak secara linguistik kata

pendidikan tersebut.

pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan

internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui

pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual,

maupun fisiknya, guna keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala

aspeknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Sehingga eksistensi

pendidikan merupakan sarana vital dalam upaya menumbuh kembangkan

daya kreatifitas peserta didik, melestarikan nilai-nilai ilahiah dan insaniyah,

serta membekali anak didik yang produktif yang memungkinkan peserta

didik dapat hidup sesuai dengan perkembangan lingkungan dimana ia

berada.24

Pendidik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, termasuk

pendidikan Islam. Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya

mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),

kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa), agar mencapai tingkat

kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaan (baik

sebagai khalifah fi al-ardh maupun abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam.25

Pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan

yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan

kemampuan dasar yang dimiliki manusia (peserta didik). Ketika guru hadir

bersama-sama peserta didik di sekolah, di dalam jiwanya harus tertanam niat

untuk mendidik peserta didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan,

mempunyai sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil, bersusila dan

24 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura, 2008), hal. 36

25 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hal. 116

Page 78: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

66

berakhlak mulia. Karena pendidik adalah seorang yang tidak hanya

menyampaikan isi pelajaran, namun juga substansi nilai yang ada di

dalamnya. Pendidik selain bertugas melakukan transfer of knowladge, juga

sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran.26

Guru bertugas menuangkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik

dan memberikan motivasi agar semua peserta didiknya bersemangat mencari,

menggali, dan mengembangkan ilmu. Guru pun berkewajiban membentuk

mentalitas peserta didik dengan tuntutan agama. Guru bukan hanya

menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak peserta didik. Tetapi juga harus

membina watak dan jiwanya. Sedang dalam prosesnya guru tidak boleh

memandang siswa sebagai makhluk yang sama di segala hal. Sebaliknya,

guru memandang anak didik sebagai makhluk individual dengan segala

perbedaannya.

Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki

sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Karena fitrah

manusia tidak berkembang dengan sendirinya, karena itu manusia perlu

mengembangkan melalui pendidikan maupun lingkungan.27 Peserta didik

secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan

perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan

perkembangan merupakan ciri peserta didik yang perlu bimbingan dari

pendidik. Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang

sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut

fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan

yang konsisten menuju titik optimal kemampuan fitrahnya.

Pendidikan Islam memahami peserta didik atas dasar pendekatan

terhadap hakikat kejadian manusia yang menempatkannya selaku makhluk

Allah yang mulia yang mempunyai fitrah. Dalam pandangan yang lebih

26 Ibid., hal. 120

27 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga Kisah Luqman,

(Bandung: Marja, 2007), hal. 88

Page 79: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

67

modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran

pendidikan sebagaimana disebut di atas, melainkan juga harus diperlakukan

sebagai subyek pendidikan.28

Subjek pendidikan adalah orang yang berkenaan langsung dengan

proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta didik. Peserta didik

yaitu pihak yang merupakan subjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini

disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah

untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang dicita-

citakan.

Pendekatan dalam metode pendidikan Islam dinyatakan dalam Al-Qur’an

menggunakan sistem multi approach yang meliputi antara lain:

a. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar

(fitrah) atau bakat agama.

b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau

berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.

c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk

bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya

mempengaruhi proses pendidikan.

d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan

afektif yang harus ditumbuhkembangkan.

Berdasarkan multi approach tersebut, penggunaan metode harus

dipandang secara komprehensif terhadap anak. Karena peserta didik tidak

saja dipandang dari segi perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagi

aspek yang mempengaruhinya.29 metode pendidikan Islam sangat

menghormati hak kebebasan peserta didik serta menekankan kebebasan

peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog (dalam batas-batas

kesopanan dan hormat-menghormati).

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu

28 Abudidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal. 131

29 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura, 2008), hal. 41

Page 80: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

68

pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan

pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual, maupun fisiknya, guna

keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan

nilai-nilai ajaran islam. Sehingga eksistensi pendidikan merupakan sarana

vital dalam upaya menumbuh kembangkan daya kreatifitas peserta didik,

melestarikan nilai-nilai ilahiah dan insaniyah, serta membekali anak didik

yang produktif yang memungkinkan peserta didik dapat hidup sesuai dengan

perkembangan lingkungan dimana ia berada.

7. Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspketif Pendidikan Islam

Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai

manusia mampu memahami proses pembelajaran secara kritis berlandaskan

kerangka filosofis tujuan hidupnya sebagai manusia hal ini pula yang

dipertegas oleh Paulo Freire bahwa ada atribut yang melekat pada diri

manusia yang kemudian membedakannya dengan binatang, yaitu kesadaran

diri, kemauan bebas, dan kreativitas.30

Pendidikan humanis merupakan tanggapan dan kritik

terhadap praktik pendidikan tradisional. Ciri pendidikan tradisional yang

ditolak kalangan humanis adalah: guru otoriter, pengajaran menekankan

buku teks, siswa pasif hanya mengingat informasi dari guru, ruang belajar

terbatas di kelas yang terasing dari kehidupan nyata dan menggunakan

hukuman fisik dan menakut-nakuti siswa untuk membangun kedisiplinan.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa peserta didik adalah individu

sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan manusia

secara psikologis dan sosial, artinya pada diri individu untuk tumbuh dan

berkembang, dibentuk dan dipengaruhi dari dua ranah, yaitu:

a. Potensi diri yang dimiliki secara kodrati, peserta didik dilahirkan dengan

berbagai kemampuan seperti emosional, kecerdasan, bakat, dan unsur

psikologis yang lain. Peserta didik mempunyai keinginan untuk

30 Paulo Freire, Pedagogi Pengharapan: Menghayati Kembali Pedagogi Kaum Tertindas, terj.

A.Widya Martaya, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 66

Page 81: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

69

mengeksplorasi dan mengembangkan potensi dirinya. Bakat eksplorasi

pada peserta didik akan membuahkan kreasi-kreasi baru dalam suasana

kebebasan, karena tanpa kebebasan tidak mungkin berkembang

kemampuan yang kreatif. Dengan demikian, proses pendidikan yang

bersifat otoriter dan membatasi kebebasan peserta didik, maka kreatifitas

peserta didik tidak akan berkembang.31

b. Ranah sosial dengan berbagai realitasnya, yang memiliki peran sebagai

proses pendidikan, sekaligus merupakan ruang reproduksi sosial terhadap

individu, yang menjadikan keberadaan individu dalam hidup dan

kehidupan sosial menjadi lebih bermakna. Pandangan tersebut,

memberikan pemahaman bahwa kebermaknaan individu dalam realitas

sosial tidak dapat dilepaskan dari proses pendidikan yang berakar pada

nilai-nilai moral, tatanan budaya dan agama, yang berlangsung baik di

dalam lingkungan hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa,

sebagai proses pencerdasan dan humanisasi.

Hakikat sebuah pendidikan adalah pembebasan atau humanisasi, yaitu

upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat

manusia sebagai salah satu landasannya. Manusia adalah makhluk otonom

yang memiliki kehendak, kemauan, keinginan, dan lain seterusnya yang pasti

berbeda dengan manusia yang lain.

Manusia tidak dapat dipaksakan untuk mengikuti kehendak dari pihak

luar agar mengikutinya karena ini bertentangan dengan hak otonom manusia

sebagai mahluk yang bebas dari segala bentuk pengekangan diri. Ia steril dari

semua bentuk pengukungan kebebasan hidup manusia sebagai makhluk

otonom. Dengan kata lain, manusia adalah subyek atau pribadi yang memiliki

hak cipta, rasa, dan karsa yang mengerti dan menyadari keberadaannya, yang

dapat mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya serta memiliki budi,

31 H.A.R. Tilaar, Rian Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.

63-66.

Page 82: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

70

kehendak serta dorongan untuk mengembangkan pribadinya menjadi lebih

baik.32

Pendidikan dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan kodrat

yang ada pada peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya. Dalam pendidikan, tidak memakai istilah paksaan, serta

selalu menjaga kelangsungan hidup batin anak dan mengamati agar anak

dapat tumbuh dan berkembang menurut kodratnya.

Paulo Freire mengungkapkan bahwa sejak lahir peserta didik sudah

membawa pengetahuan awal. Pengetahuan yang dimiliki peserta didik ini

merupakan dasar untuk membangun serta memahami pengetahuan

selanjutnya. Menurut Paulo Freire pendidik adalah fasilitator dan partner

dalam proses pendidikan dalam rangka mencapai sebuah penyadaran diri

sebagai manusia. Guru tidak lagi monoton “mendoktrin” dan “mendikte”

murid dengan pengetahuan yang dipelajarinya, tetapi lebih meminta kepada

muridnya untuk mengembangkan sesuatu yang bermakna bagi

pengembangan pribadinya dari bahan yang dipelajarinya.

Secara filosofis tanggung jawab guru (pendidik) yang menempatkan

diri sebagai teman dialog siswa lebih besar dari pada guru yang hanya

memindahkan informasi yang harus diingat oleh siswa. Guru dan murid

adalah makhluk yang belum sempurna dan keduanya harus belajar satu sama

lain dalam proses pendidikan. Proses ini bukan berarti bahwa guru harus

menolak perannya sebagai figur yang melaksanakan proses belajar. Namun

proses tersebut didasarkan pada dialog kritis dan penciptaan pengetahuan

bersama.

Dengan konsep pendidikan humanis diharapkan mampu membuat

peserta didik menuju proses berpikir bebas dan kreatif, karena model

32 Moh Yamin, Menggugat Pendidikan di Indonesia: Belajar dari Paolo Freire dan Ki Hajar

Dewantara (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2009), hal. 12

Page 83: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

71

pendidikan ini menghargai potensi yang ada pada setiap individu.33 Artinya

potensi-potensi individual seorang peserta didik tidak dimatikan dengan

berbagai bentuk penyeragaman dan sanksi-sanksi, akan tetapi dibiarkan

tumbuh berkembang secara manusiawi. Dalam pendidikan kritis, peserta

didik harus ditempatkan sebagai pusat (center) dari aktivitas pendidikan dan

pembelajaran. Pendidik merupakan fasilitator, pembimbing yang menjadi

mitra didik peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran.

Konsep humanisme adalah memanusiakan manusia sesuai dengan

perannya sebagai khalifah di bumi ini. Manusia memiliki potensi unik pada

ranah biologis, sosial, intelektual dan spritual, yang sangat potensial untuk

dikembangkan oleh dan melalui proses pendidikan. Pendidikan dipandang

sebagai bantuan kepada anak atau siswa supaya menjadi manusiawi. Mereka

dapat mengaktualisasikan diri dengan cara menemukan dan mengembangkan

jati diri dan potensinya secara optimal sehingga menjadi manusia yang

sesungguhnya.34

Apa yang digambarkan oleh Paulo Freire di atas memberikan suatu

landasan teoretis sekaligus praktis dalam pengembangan pendidikan humanis

dimana manusia yang dianggap sebagai ciptaan yang khas sebagaimana telah

diilustrasikan dalam Al-Qur’an sebagai “ahsan taqwim” memiliki potensi

yang perlu untuk terus dikembangkan karena dalam dirinya melekat potensi

yang berbeda dengan binatang itu sendiri.

Hal yang menarik untuk dicermati dalam Al-Qur’an dimana manusia

yang dikatakan sebagai ciptaan yang khas karena dianugerahkan dengan

pendengaran, penglihatan, serta rasa seperti yang termaktub dalam QS.al-

A’raaf (7): 179

33 Mustofa Rembangi, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di

Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal.27

34 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group2008), hal. 53.

Page 84: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

72

ل ول م اعي نس ل م ق ل وب ل ي فقه ون با ن الن وال ولقد ذرأن لهنم كثي ا م

م ك ه ىك كالن عام بل ه م اضل ا ول ى

ول م ا ذان ل يسمع ون با ا ول

ي بصر ون با

الغ فل ون–١٧٩ “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan

jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya

untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi)

tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),

dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak,

bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”

Ayat ini tampak secara jelas upaya pembebasan manusia, bahwa

Allah swt. memerintahkan kepada Nabi Muhamad saw. untuk melepaskan

umat manusia dari belenggu-belenggu dan kekuatan tirani lainnya. Di sini

betapa Islam bukan sekedar agama formal, tetapi juga risalah yang sangat

agung bagi transformasi sosial dan tantangan bagi kepentingn-kepentingan

pribadi Islam adalah Agama protes, oposisi dan revolusi. Baginya Islam

memiliki makna ganda, pertama, Islam sebagai ketundukan, yang

diberlakukan oleh kekuatan politik kelas atas, dan kedua Islam sebagai

revolusi, yang diberlakukan oleh mayoritas yang tidak berkuasa dan kelas

miskin.

Dalam perspektif Islam, pendidikan sesuai fitrah manusia sangat

mutlak dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi fungsi, peran, dan

eksistensi fitrah kemanusiaannya. Pendidikan dalam pandangan para pemikir

muslim adalah pemenuhan jati diri atau esensi kemanusiaan dihadapan

Tuhan. Pada konteks ini pendidikan dalam perspektif Islam, lebih pada

pemeliharaan, pemanfaatan, dan pengembangan fitrah kemanusiaan,

sehingga pendidikan Islam identik dengan proses pengembangan yang

Page 85: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

73

bertujuan membangkitkan dan mengaktifkan potensi-potensi yang dimiliki

manusia.35

Hal ini senada dengan karakterstik paradigma pendidikan humanis

yang berorientasi mewujudkan segenap potensi-potensi dasar yang dimiliki

oleh manusia secara maksimal demi tercapainya cita-cita yang ideal. Dimana

pendidikan kritis bertolak belakang dengan paradigma pendidikan

konservatif, yang cenderung menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk

melegitimasi sistem sosial, politik, dan budaya (ideologi dominan) yang ada

di masyarakat dan telah mengenyampingkan peran kemampuan potensi nalar

dan kreasi peserta didik.

Pendidikan Islam membentuk keberanian moral bagi setiap peserta

didik untuk senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi semua

manusia dan sebaliknya menghindari perbuatan-perbuatan maksiat yang

merugikan orang lain. Keberanian ini merupakan dorongan dari iman dan

akhlak yang berakar pada wahyu Tuhan, sehingga manusia selalu

melancarkan " 'amr al- ma'ruf nahyi 'an al-munkar", sebagi bentuk kreatifitas

manusia baik ia sebagai 'abdullah maupun khalifatullah yang mana di

dalamnya tercermin kehidupan yang mandiri, terbebaskan dari rasa takut

demi kesejahteraan, keadilan dan perwujudan kemanusiaan.36

Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Ali lmran: 104:

هون عن الم نكر نك م ا مة يدع ون ال الي ويم ر ون بلمعر وف وي ن ولتك ن مك ه م الم فلح ون - ١٠٤ ى

وا ول

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

35 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura, 2008), hal. 36

36 Subaidi , Konsep Pendidikan Islam Dengan Paradigma Humanis, Jurnal Tarbawi, Vol. II, No.

2. Juli – Desember, 2014, hal. 17

Page 86: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

74

Proses pembelajaran semacam ini, akan menumbuhkan mental

kemandirian daya kritis peserta didik. Dalam konteks pendidik dan peserta

didik tersebut, paradigma kritis akan menjadi sebuah pendekatan humanistik-

tauhidik dalam proses pembelajaran yang membentuk manusia (pendidik dan

peserta didik) menjadi diri yang memiliki independensi akal, dengan

mengacu pada nilai-nilai Islami, sehingga mampu mengembangkan dan

mengamalkan pengetahuannya secara praktis dengan dilandasi kesadaran dan

tanggung jawab.

Pengakuan terhadap potensi peserta didik tersebut, berarti

mengupayakan kebebasan peserta didik untuk memiliki daya kretivitas yang

termanifestasikan dalam bentuk aktivitas yang memerankan dirinya sebagai

subjek dalam pencarian pengetahuan. Hal tersebut mencerminkan kebebasan

manusia untuk berfikir dan bertindak, sehingga menjadi manusia yang

berkesadaran, kreatif, dan inovatif serta mandiri

Kebebasan dalam pandangan pendidikan Islam yang perlu digaris

bawahi adalah masih adanya keterikatan dengan norma-norma dan pesan-

pesan llahiyah baik yang terangkum dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah.

Jadi, yang dimaksud dengan humanisasi pendidikan Islam dalam penulisan

ini adalah penerapan konsep humanisme dalam pendidikan Islam secara ril

sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan digambarkan

oleh Allah SWT. Allah SWT, berfirman dalam Q.S Al-Imran ayat 159:

ولو ك نت فظا غليظ القلب لن فضوا من حولك ن الل لنت ل م فبما رحة م فاعف عن ه م واست غفر ل م وشاوره م ف المر فاذا عزمت ف ت وكل على الل

ب الم ت وكلي - ١٥٩ ان الل ي "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya".

Page 87: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

75

Konsep pendidikan Islam juga sangat menentang keras pola

pendidikan liberal, yang disebut oleh Freire dengan pola pendidikan “gaya

bank”. Peserta didik bukanlah saran investasi yang akan dipetik hasilnya.

Selain pola pendidikan dalam pendidikan Islam, juga bukan ajang

indoktrinasi untuk melegitimasi dan melanggengkan struktur sosial politik,

dan ekonomi yang menindas. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi,

pendidikan Islam dalam pembahasan ini, mengutip dari salah satu batasan

pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah tarbiyah al-muslimin

dan tarbiyah ‘inda al- muslimin.37

Humanisme yang dimaksud dalam Islam adalah memanusiakan

manusia sesuai dengan perannya sebagai khalifah di bumi ini. Begitu

tingginya derajat manusia, maka dalam pandangan Islam, manusia harus

menggunakan potensi yang diberikan Allah kepadanya untuk

mengembangkan dirinya baik dengan panca inderanya, akal maupun hatinya

sehingga benar-benar menjadi manusia seutuhnya.

Sebagaimana keterangan di atas pada hakikatnya agama Islam sejalan

dengan fitrah manusia yang bertujuan untuk mengaktualisasikan keberadaan

manusia, secara otomatis, ini akan memberikan pandangan dasar bagi

pendidikan Islam. Artinya, dengan menggunakan pemaknaan agama Islam

yang memiliki visi dan misi kemanusiaan (humanis) secara jelas dan sesuai

dengan keberadaan fitrah manusia. Dari ilustrasi yang demikian ini, akan

memberikan paradigma pendidikan Islam yang sejalan dengan paradigma

agama.

Dalam konsep pendidikan humanis, nalar dan kesadaran manusia

bukanlah sebuah wadah kosong yang pasif dan siap diisi oleh pengetahuan,

nilai, dan norma yang telah diangap mapan. Melainkan, nalar dan kesadaran

manusia yang idealnya timbul sebagai hasrat dan potensi yang harus

37 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 36

Page 88: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

76

dituangkan dalam perwujudan kritis, aktif, kreatif, serta progresif dalam

mendorong lahirnya proses transformasi sosial.

Dari pemaparan di atas, maka kita dapat menarik benang merah antara

proses pembelajaran dalam konsep pendidikan humanis dan konsep

pendidikan Islam pada proses pembelajaran peserta didik dan pendidik sama-

sama berposisi sebagai subjek yang bersama-sama menjadi pelaku aktif,

sedangkan objek dari pembelajaran adalah ilmu pengetahuan yang akan dikaji

bersama. Penerapan pendidikan humanis, dapat kita jadikan inspirasi dan

acuan dalam mengembangkan pendidikan Islam.

Pendidikan humanis adalah suatu proses pendidikan yang hendak

“memanusiakan” kembali manusia dan diharapkan mampu membuat peserta

didik menuju proses berpikir bebas dan kreatif, karena model pendidikan ini

menghargai potensi yang ada pada setiap individu, Freire berasumsi bahwa

pendidikan dapat digunakan sebagai alat pembebasan yang meletakkan

manusia pada fitrah kemanusiaanya, konsep pendidikan humanis didasarkan

pada pandangan bahwa antara peserta didik dan pendidik sama-sama subjek

dalam proses belajar mengajar, dan yang menjadi objek adalah materi atau

ilmu yang dikaji bersama.

Pendidikan humanis Paulo Freire mempunyai corak kesamaan ide

dengan konsep pendidikan Islam secara khusus yaitu pendidikan sebagai

wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang membebaskan.

Pendidikan humanis dan pendidikan Islam, memiliki relevansi dalam

orientasi dan proses pendidikan, sama-sama sangat menekankan humanisasi

dan pembebasan sebagai orientasi pendidikan, serta menempatkan peserta

didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek dalam proses belajar mengajar.

Pendidikan kritis yang ditawarkan Freire memberikan inspirasi

tentang muatan yang seharusnya ada dalam pendidikan, alur berfikir Freire

sangat relevan dengan pandangan pendidikan Islam. Islam sebagai sebuah

agama yang telah mengajarkan adanya penghargaan terhadap terhadap

eksistensi manusia yang merupakan makhluk beradab, berfikir, dan memiliki

Page 89: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

77

kesadaran jauh sebelum Freire ada. Dalam konteks inilah Islam memandang

penting kedudukan manusia dalam proses pembentukan yang tidak lain

merupakan aktualisasi dimensi manusia yang berupa fitrah. Pendidikan Islam

memiliki nilai positif dan konstruktif dalam mendidik peserta didik menjadi

mandiri dan mampu mengembangkan potensinya secara optimal.

Paulo Freire dalam konsep pendidikannya lebih menekankan pada

pembentukan kesadaran kritis, dan dalam prespektif pendidikan Islam sama

sekali tidak bertentangan bahkan bersifat integratif, karena Islam memberikan

penghargaan terhadap manusia secara wajar, mengutamakan kemanusiaan,

menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadailan. Dengan demikian,

pendekatan-pendekatan yang dipakai Paulo Freire dalam konsep

pendidikannya bukan tidak mungkin memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai

yang terkandung dalam pendidikan Islam.

Al-Qur`an sangat memperhatikan tentang humanisme atau

memanusiakan manusia, hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat al-

Qur`an yang menjelaskan tentang manusia dari mulai penciptaan, potensi

yang dimilikinya, perannya di muka bumi ini dan ditinggikannya derajat

manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya, tetapi

humanisasi yang diterapkan dalam al-Qur`an tidak meninggalkan peran

manusia di bumi ini sebagai hamba yang diwajibkan untuk mengabdi kepada

khaliknya.

Adapun konsep pendidikan Islam humanis yang terdapat di dalam al-

Qur`an adalah; pertama, pendidikan merupakan salah satu aktifitas yang

bertujuan mencari ridha Allah, kedua, adanya perbandingan antara

pengetahuan agama dan pengetahuan umum, ketiga, kebebasan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan, dan keempat, mengkaji ilmu

pengetahuan yang membumi sehingga dapat diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari gambaran pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa hal yang

dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan

Page 90: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

78

menempatkan dunia pendidikan Islam pada peran yang semestinya yakni

memanusiakan manusia atau humanisasi sekaligus menata ulang paradigma

pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-progresif, yakni:

a. Menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan (talab al-ilm) di

bawah frame work agama. Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa

dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam, di mana tujuan akhir dari seluruh

aktifitas tersebut adalah upaya menegakkan agama dan mencari ridla

Allah.

b. Adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan

pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu

faktor utama dari marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah

kecenderungan untuk lebih menitik beratkan pada kajian agama dan tidak

memberikan porsi yang berimbang pada pengembangan ilmu non-agama.

c. Perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan

pengembangan keilmuan secara maksimal.

d. Mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi.

Artinya, strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi lingkungan di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan.

Selain itu, materi-materi yang diberikan juga disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada materi yang applicable

dan memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan strategi

ini diharapkan pendidikan Islam akan mampu menghasilkan sumber daya

yang benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman dan peka

terhadap lingkungan.

Dari pemaparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Pemikiran

Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam

terdapat beberapa persamaan dan perbedaan, sebagaimana sajian tabel

berikut;

Page 91: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

79

PERSAMAAN

Konsep Pendidikan Humanis Paulo

Freire

Konsep Pendidikan Islam

1. Pendidikan humanis hadir

untuk membangkitkan

kesadaran masyarakat agar

peduli dan kritis terhadap

segala persoalan yang terjadi

dalam lingkungan mereka.

2. Metode penerapan konsep

pendidikan humanis Paulo

Freire didasarkan pada

pandangan bahwa antara

pendidik dan peserta didik

sama-sama subjek dalam

proses belajar mengajar, dan

yang menjadi objek adalah

materi atau ilmu yang dikaji

bersama.

3. Pendidikan adalah wadah

yang menampung potensi

peserta didik.

4. Memiliki pandangan bahwa

manusia lahir dengan fitrah-

fitrah tertentu yang dapat

dikembangkan melalui

pendidikan humanis

5. Konsep pendidikan

mengarah kepembebasan,

tidak menindas.

1. Pendidikan Islam

mengajarkan adanya

penghargaan terhadap

eksistensi manusia yang

merupakan makhluk

beradab, berpikir, dan

memiliki kesadaran

2. Metode penerapan

pendidikan Islam

didasarkan pada

pandangan bahwa antara

pendidik dan peserta didik

sama-sama subjek dalam

proses belajar mengajar,

dan yang menjadi objek

adalah materi atau ilmu

yang dikaji bersama.

3. Pendidikan adalah wadah

yang menampung potensi

peserta didik

4. Memiliki pandangan

bahwa manusia lahir

dengan fitrah-fitrah

tertentu yang dapat

dikembangkan melalui

pendidikan humanis

5. Islam mengajarkan untuk

tidak menindas

Page 92: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

80

PERBEDAAN

Konsep Pendidikan Humanis

Paulo Freire

Konsep Pendidikan Islam

1. Pendidikan tidak lain

hanyalah proses

humanisasi saja, yaitu

memanusiakan manusia.

2. Konsep pendidikan atas

dasar kemanusiaan yang

mengarah pada

humanisasi yaitu

penyadaran.

3. Hanya sebatas tentang

nilai-nilai psikologi

4. Konsep pendidikan Paulo

Freire tidak berlandaskan

agama.

5. Tidak membawa agama

untuk dijadikan sebagai

solusi permasalahan

rakyat

1. Pendidikan adalah salah satu

proses untuk menjadikan

manusia khalifah di bumi

dan membentuk menjadi

insan kamil.

2. Konsep pendidikan Islam

secara prinsip diletakkan

pada dasar-dasar ajaran

islam, yaitu fitrah manusia

sebagai makhluk pedagogik.

3. Pendidikan islam mampu

mengintegrasikan ilmu

agama dan ilmu umum.

4. Konsep pendidikan islam

melandasi pendidikannya

dengan agama

5. membawa agama untuk

dijadikan sebagai solusi

permasalahan rakyat.

Page 93: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dan Saran

Setelah menelaah Konsep Pendidikan Humanis Paulo Freire dalam

Perspektif Pendidikan Islam, maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan

humanis adalah suatu proses pendidikan yang hendak “memanusiakan” kembali

manusia dan diharapkan mampu membuat peserta didik menuju proses berpikir

bebas dan kreatif, karena model pendidikan ini menghargai potensi yang ada

pada setiap individu. Metode penerapan paradigma pendidikan humanis

didasarkan pada pandangan bahwa antara peserta didik dan pendidik sama-sama

subjek dalam proses belajar mengajar, dan yang menjadi objek adalah materi

atau ilmu yang dikaji bersama.

Pendidikan humanis Paulo Freire mempunyai corak kesamaan ide

dengan konsep pendidikan Islam secara khusus yaitu pendidikan sebagi wadah

untuk mengembangkan potensi peserta didik yang membebaskan. Pendidikan

humanis dan pendidikan Islam, memiliki relevansi dalam orientasi dan proses

pendidikan. Pendidikan humanis dan pendidikan Islam sama-sama sangat

menekankan humanisasi dan pembebasan sebagai orientasi pendidikan, serta

menempatkan peserta didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek dalam

proses belajar mengajar.

Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan yang utuh

dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama lain. Jadi pendidikan

dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan aktivitas manusia yang terbentuk dari

bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai

tujuan akhir pendidikan.

Page 94: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

82

B. Saran

Dari hasil kesimpulan, penulis memberikan saran-saran yang bersifat

konstruktif bagi dunia pendidikan. Setelah melakukan penelitian Pendidikan

Humanis Paulo Freire dalam Perspektif Pendidikan Islam maka penulis akan

menyumbangkan beberapa saran antara lain untuk:

1. Tokoh atau Pemikir Muslim

a. Konsep pendidikan humanis Paulo Freire tidak semuanya bertentangan

dengan konsep Islam. Sehingga, konsep pendidikan humanis Paulo

Freire yang sesuai bisa dijadikan sebuah khazanah bagi kaum muslim

agar tidak ragu untuk dapar dijadikan sebagai referensi dalam bidang

pendidikan Islam.

2. Pendidik

a. Bagi para pendidik, patut untuk lebih mempertimbangkan bagaimana

mengembangkan potensi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan Islam

untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan sebuah alternatif dalam

pemberantasan dehumanisasi.

b. Pendidik harus memahami peran dan tanggung jawabnya dengan

menerapkan nilai-nilai pendidikan humanis.

c. Dalam belajar hendaknya menngunakan model pembelajaran

disesuaikan dengan perkembangan ana

d. Pendidik tidak boleh memandang status sosial, ekonomi, suku, agama,

dalam pendidikan agar tidak terjadinya diskriminasi

e. Pendidik hendaklah memiliki sifat yang terbuka terhadap peserta

sehingga tidak membuat peserta didik tertekan

f. Pendidik hendaklah memiliki sifat yang menerima agar peserta didik

berani dalam menyampaikan pemikirannya.

Page 95: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

83

3. Peneliti selanjutnya

a. Mengingat masih banyaknya naskah kepustakaan yang mengajarkan

tentang pendidikan humanis, maka perlu dilakukan penelitian yang

intensif oleh para peneliti.

b. Kumpulkan sebanyak-banyaknya bahan bacaan terkait judul penelitian

ini guna untuk menambah wawasan dan memperbanyak sudut pandang.

Akhirnya, dengan mengucapkan Al-hamdu lillahi rabbil’alamin

penelitan ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini membawa manfaat

untuk menambah pengetahuan dan pengembangan khazanah keislaman,

amin.

Page 96: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

84

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nurwadjah. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga Kisah

Luqma. Bandung: Marja, 2007

Amir, Jusuf. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani, 1995

Amiruddin. Pendidikan Humanis dalam Perspektif Paulo Freire Dan Tan Malaka.

jurnal Kariman. Volume 01, No. 01, 2015

Amirudin, Noor. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2018

Anwar, Muhammad. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017

Arif, Arifudin. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kultura, 2008

Arifin, Zainul. Nilai Pendidikan Humanis-Religius. Jurnal An-Nuha. Vol.1, N0.2

Desember 2014

Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Baharuddin, Pendidikan Humanistik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2017

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Burhanuddin, Hamam. Konsep Pendidikan Nilai Humanis Dalam Al-Qur’an. Jurnal

Pendidikan Islam. Volume 3 nomor 1, edisi Januari – Juni 2018

Dakhiri, Muhammad Hanif. Paulo Freire, Islam dan Pembebasan. Jakarta : Pena,

2000

Darajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Darmadi, Hamid. Pengantar Pendidikan Era Globalisas,. Jakarta: Animage, 2019

Page 97: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

85

Datunsolang, Rinaldi. Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Islam

(Studi Pemikiran Paulo Freire). Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Volume 5, Nomor 1, Februari 2017

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 1989

Effendy, Satria. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana, 2012

Farida, Yushinta Eka. Humanisme dalam Pendidikan Islam. jurnal tarbawi. Vol.12,

No.1 Januari-Juni 2015

Freire, Paulo. Pedagogi Pengharapan: Menghayati Kembali Pedagogi Kaum

Tertindas, terj. A.Widya Martaya. Yogyakarta: Kanisius, 2001

Freire, Paulo. Pendidikan Kaum Tertindas. terj:tim redaksi Jakarta: LP3ES, 2008

Freire, Paulo. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. Terj. Alois A. Nugroho.

Jakarta: Gramedia, 1984

Freire, Paulo. Politik Pendidikan: Kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan,

Penerjemah Agung Prihantoro dan Fuad Arif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007

Halimi, M. Fathi. Pendekatan Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam, Jurnal

Rausyan Fikr, Vol. 14, No. 1, Maret 2018

Haryanti, Nik. Ilmu Pendidikan Islam. Malang: Gunung Samudra, 2014

Herti, Yeti Dwi. Nilai-nilai Pendidikan Humanis dalam Surah An-Nisa Ayat 63.

Jurnal Kependidikan. Vol. 7, No. 1, Mei 2019

Hibana, Sodiq A, dkk. Pengembangan Pendidikan Humanis Religius di Madrasah.

Page 98: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

86

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. Volume 3, No 1, Juni

2015

Idris, Saifullah dan Tabrani. Realitas Konsep Pendidikan Humanis Dalam Konteks

Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi Bimbingan Konseling. 2017

Imtima. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bakti Utama, 2007

Jalaluddin. Teolgi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

Kadir, Abdul Ahmad Fauzi,dkk. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2014

Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2009

Kesuma, Dharma Teguh Ibrahim. Struktur Fundamental Paedagogik. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011

Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fikh. Semarang: Thoha Putra, 1994

Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo, 2007

Ma’arif, A. Syafi’i. Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta.

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991

Maksum, Ali dan Luluk Yunan. Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern

dan Post Modern. Yogyakarta: Ircisod,2015

Maulana, Asep Suraya. Analisis Kritis Permasalahan Humanisasi Ilmu Agama.

Jurnal Islamic Studies. Vol.4, No.1, 2018

Mualim, Khusnul. Gagasan Pemikiran Humanistik Dalam Pendidikan. Journal Of

Basic Education. Vol. 01, No. 02 Januari-Juni 2017

Page 99: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

87

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008

Mujib, Abdul Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2014

Mulkhan, Abdul Munir. Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002

Mulyadi. Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Bagi Pewarna Peradaban. Jurnal

Madania. Volume 2, No. 1, tahun 2012

Murtiningsih, Siti. Pendidikan Seabagai Alat Perlawanan. Yogyakarta; Resis Book,

2006

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Neolaka, Amos dan Grace Amialia. Landasan Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017

Qodir, Abd. Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Jurnal Pedagogik. Vol. 04, No. 02, Juli-Desember 2017

Rasyid, Abd. Pendidikan Humanis dalam Pandangan Paulo Freire. Jurnal Ekspose.

Volume 17, Nomor 1, Januari – Juni 2018

Rembangi, Mustofa. Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan

Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras, 2008

Sanusi, Uci dan Rudi Ahmad Suryadi. Imu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana ,2018

Page 100: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

88

Sanusi, Hary Priatna. Beberapa Ciri Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Agama

Islam. Vol. 11 No.1, 2013

Shidiq, Sapiudun. Ushul Fikh. Jakarta: Kencana, 2014

SJ, Dennis E. Collins. Paulo Freire: His Life, Works and Though. New York: Paulist

Press, 1977

Sofya, zulkarnaen suleman. Metodologi Studi Islam Kontemporer. Gorontalo: Sultan

Amai Pres, 2013

Solichin, Mohammad Muchlis. Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam

Pendidikan Agama Islam. Jurnal Studi Islam. Vol.5, No. 1, Juni 2018

Subaidi. Konsep Pendidikan Islam dengan Paradigma Humanis. Jurnal Tarbawi. Vol.

II, No. 2. Juli – Desember, 2014

Sudiarja, Budi subanar, dkk. Karya Lengkap Diryakaya. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2018

Sudiarja. Negara Minus Nurani. Jakarta: Kompas, 2009

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta. Ar-ruzz Media, 2014

Supriyanto. Paulo Freire: Biografi Sosial Intelektual Modernisme Pendidikan. Jurnal

Al-Ta’dib. Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2013

Suryadi Rudi Ahmad. dan Uci Sanusi, Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Deepublish, 2018

Sutrisno, Aliet Noorhayati. Telaah Filsafat Pendidikan. Yogyakart: Deepublish, 2014

Page 101: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

89

Syafril dan Zelhendri. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017

Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005

Taruna, Tukiman. Analisi Organisasi dan Pola-pola Pendidikan. Semarang: UKS,

2017

Tilaar, H.A.R. Rian Nugroho. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009

Tjaya, Thomas Hidya. Humanisme dan Skolastisisme. Yogyakarta: Kanisus, 2004

Trisanta, Afif Badawi. Implementasi Pendidikan Humanis di SMA Negeri 6

Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Pendidikan. Vol. VI 2017

Wade, Carole dan Carol Tavris. Psikologi. Jakarta: Erlangga, 2014

Wahid, Hasanuddin. Arti Lapar bagi Anak Sekolah, dalam Saiful Arif,

PemikiranPemikiran Revolusioner. Malang: Pustaka Pelajar, 2003

Yamin, Moh. Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan

Kihajar Dewantara. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009

Zaini, Nur. Konsep Pendidikan Humanis dan Implementasinya dalam Proses Belajar

Mengajar. Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan. Vol. 01,

No. 01, Februari 2019

Page 102: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

95

95

LEMBAR UJI REFERENSI SKRIPSI

Nama : Dwi Larasati

Dosen Pembimbing : Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag

(Lembar Uji Referensi ini, telah disetujui. Ciputat, 05 Mei 2020

Dr. Akhmad Sodiq ., M.Ag)

No.

Footnote

BAB I

Referensi Buku

1

Nurhaida, M. Insya Musa, Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi

Kehidupan Bangsa Indonesia, Jurnal Pesona Dasar, Vol.3, No.3, Apil

2015, hal. 1

2

Machful Indra Kurniawan, Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana

Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar, Jurnal Pedagogia, Volume.

4, No.1, Februari 2015 hal. 41

3

Hibana, Sodiq A, dkk, Pengembangan Pendidikan Humanis Religius di

Madrasah, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi,

Volume 3, No 1, Juni 2015. hal. 20

4 & 5 Uci Sanusi dan Rudi Ahmad Suryadi, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta:

Kencana ,2018) hal. 1

6 Syafril dan Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2017) hal. 30

7 Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2018)

hal. 63-64

8 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisas, (Jakarta:

Animage, 2019) hal. 16

9 Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani,

1995) hal. 218

Page 103: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

96

10

Mohammad Muchlis Solichin, Teori Belajar Humanistik dan

Aplikasinya dalam Pendidikan Agama Islam, Jurnal Studi Islam, Vol.5,

No. 1, Juni 2018. hal. 2

11 Hanif Dhakiri, Paulo Freire Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Pena,

2000) hal. 4

12 Abd. Rasyid, Pendidikan Humanis dalam Pandangan Paulo Freire,

Jurnal Ekspose, Volume 17, Nomor 1, Januari – Juni 2018, hal. 517

13

Abd. Qodir, Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa, Jurnal Pedagogik, Vol. 04, No. 02, Juli-Desember 2017,

hal. 193

14 Tukiman Taruna, Analisi Organisasi dan Pola-pola Pendidikan,

(Semarang: UKS, 2017) hal. 82-83

15 & 16

Khusnul Mualim, Gagasan Pemikiran Humanistik Dalam Pendidikan,

Journal Of Basic Education, Vol. 01, No. 02 Januari-Juni 2017, hal. 4

& 84

17 Ali Maksum dan Luluk Yunan, Paradigma Pendidikan Universal di

Era Modern dan Post Modern, (Yogyakarta: Ircisod,2015) hal. 187

18

Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis Dan Implementasinya Dalam

Proses Belajar Mengajar, Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan

Pengembangan, Vol 01, No 01, 2019, hal. 71-72

19 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hal.

1

20

Rinaldi Datunsolang, Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif

Islam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 5, Nomor 1,

Februari 2017 hal.141

21

Mulyadi, Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Bagi Pewarna

Peradaban, Jurnal Madania, Volume 2, No. 1, tahun 2012, hal. 47

BAB II

Page 104: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

97

1 Abdul Kadir, Ahmad Fauzi,dkk, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2014) hal. 59

2 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Grasindo, 2007) hal.

53

3 & 4 Amos Neolaka dan Grace Amialia, Landasan Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2017) hal. 15

5 Imtima, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Imperial Bakti

Utama, 2007) hal.19

6 & 7 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017) hal.

124 & 126

8-10 Aliet Noorhayati Sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakart:

Deepublish, 2014), hal. 12-14

11 Yeti Dwi Herti, Nilai-nilai Pendidikan Humanis dalam Surah An-Nisa

Ayat 63, Jurnal Kependidikan, Vol. 7, No. 1, Mei 2019, hal.158

12 Yushinta Eka Farida, Humanisme dalam Pendidikan Islam, jurnal

tarbawi , Vol.12, N0.1 Januari-Juni 2015, hal. 108

13 Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2014)

hal. 23

14 Thomas Hidya Tjaya, Humanisme dan Skolastisisme, (Yogyakarta:

Kanisus, 2004) hal. 17

15 Asep Suraya Maulana, Analisis Kritis Permasalahan Humanisasi Ilmu

Agama, Jurnal Islamic Studies, Vol.4, No.1 2018, hal. 53

16

Saifullah Idris dan Tabrani, Realitas Konsep Pendidikan Humanis

Dalam Konteks Pendidikan Islam, Jurnal Edukasi Bimbingan

Konseling, 2017

17

Afif Badawi Trisanta, Implementasi Pendidikan Humanis di SMA

Negeri 6 Yogyakarta, Jurnal Kebijakan Pendidikan, Vol. VI 2017, hal.

100-103

Page 105: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

98

18 Zainul Arifin, Nilai Pendidikan Humanis-Religius, Jurnal An-Nuha,

Vol.1, N0.2 Desember 2014, hal. 221

19 Subaidi, Konsep Pendidikan Islam Dengan Paradigma Humanis, Jurnal

Tarbawi, Vol. II. No. 2, Jull - Desember 2014, hal. 64

20

Hamam Burhanuddin, Konsep Pendidikan Nilai Humanis Dalam Al-

Qur’an, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3 nomor 1, edisi Januari –

Juni 2018, hal. 62

21 Baharuddin, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,

2017) hal. 14

22 & 23 Tukiman Taruna, Analisi Organisasi dan Pola-pola Pendidikan,

(Semarang: UKS, 2017) hal. 84

24 & 25

Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis dan Implementasinya dalam

Proses Belajar Mengajar, Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan

Pengembangan, Vol. 01, No. 01, Februari 2019, hal. 63-64

26 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grafindo,

1989) hal. 181-182

27 Sudiarja, Budi subanar, dkk, Karya Lengkap Diryakaya (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2018 ), hal. 11

28 Sudiarja, Negara Minus Nurani (Jakarta: Kompas, 2009), hal. 175

29

Nur Zaini, Konsep Pendidikan Humanis Dan Implementasinya Dalam

Proses Belajar Mengajar, Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan

Pengembangan, Vol. 01, No. 01, Februari 2019, hal. 64-65

30 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 7

31 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7-

21

32 & 33 Rudi Ahmad Suryadi dan Uci Sanusi, Ilmu Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 7-9

34 M. Fathi Halimi, Pendekatan Humanisme dalam Perspektif Pendidikan

Islam, Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 14, No. 1, Maret 2018, hal. 136

Page 106: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

99

35 Jalaluddin, Teolgi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002), hal. 78-79

36 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2014),

hal. .9

37 Sapiudun Shidiq, Ushul Fikh, (Jakarta: Kencana, 2014) hal. 27

38 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2014),

hal. 19

39 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikh, (Semarang: Thoha Putra,

1994), hal. 40

40 Satria Effendy, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 245

41 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.

62

42 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media,

2014), hal. 87-88

43 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 29

44 Hary Priatna Sanusi, Beberapa Ciri Pendidikan Islam, Jurnal

Pendidikan Agama Islam Vol. 11 No.1, 2013, hal.71-74

45 Baharuddin, Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-ruzz

media, 2017), hal. 170-171

46 & 47 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

hal. 29 & 181

48 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006),

hal. 116.

49 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,

2009), hal. 88-89

50 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat

Hingga Kisah Luqman, (Bandung: Marja, 2007), hal. 88

51 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:

Kencana, 2014), hal. 105

Page 107: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

100

52 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.

307

BAB III

1 Kuncoro Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT

Gramedia, 1989), hal. 7

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 32008), hal. 6

3 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008), hal. 3

4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2011), hal. 60

5 Muri Yususf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hal. 367

6

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2013), hal. 266

BAB IV

1

Rinaldi Datunsolang, Konsep Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif

Islam (Studi Pemikiran Paulo Freire), Jurnal Manajemen Pendidikan

Islam, Volume 5, Nomor 1, Februari 2017, hal. 134

2 & 3 Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2012), hal. 257

4 Amiruddin, Pendidikan Humanis dalam Perspektif Paulo Freire Dan Tan

Malaka, jurnal Kariman, Volume 01, No. 01, 2015, hal. 22-23

5 Muhammad Hanif Dakhiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan,

(Jakarta: Pena, 2000), hal. 18.

Page 108: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

101

6

Supriyanto, Paulo Freire: Biografi Sosial Intelektual Modernisme

Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2013, hal.

101

7 Dennis E. Collins, SJ, Paulo Freire: His Life, Works and Though, (New

York: Paulist Press, 1977), hal. 6

8 Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan, Terj. Alois A.

Nugroho, (Jakarta: Gramedia, 1984), hal. 30

9 Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, (Yogyakarta;

Resis Book, 2006), hal. 18

10, 11 &

12

Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2012), hal. 265-267

13 Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, kekuasaan dan

pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 51

14 A. Syafi’i Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan

Fakta, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991), hal. 15

15

Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem

Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hal. 180-

188

16 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, terj:tim redaksi (Jakarta:

LP3ES, 2008), hal. 33

17

Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo

Freire dan Kihajar Dewantara, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),

hal. 145.

18

Hasanuddin Wahid, Arti Lapar bagi Anak Sekolah, dalam Saiful Arif,

PemikiranPemikiran Revolusioner, (Malang: Pustaka Pelajar, 2003), hal.

154

19 & 20 Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 82-84 & 187

Page 109: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

102

21-22 Muhammad Karim, Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,

2009), hal. 211-212.

23 Sofya, zulkarnaen suleman, Metodologi Studi Islam Kontemporer,

(Gorontalo: Sultan Amai Pres, 2013), hal. 9

24 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura,

2008), hal. 36

25 & 26 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006),

hal. 116 & 120

27 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat

Hingga Kisah Luqman, (Bandung: Marja, 2007), hal. 88

28 Abudidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2005), hal. 131

29 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura,

2008), hal. 41

30

Paulo Freire, Pedagogi Pengharapan: Menghayati Kembali Pedagogi

Kaum Tertindas, terj. A.Widya Martaya, (Yogyakarta: Kanisius, 2001),

hal. 66

31 H.A.R. Tilaar, Rian Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), hal. 63-66.

32

Moh Yamin, Menggugat Pendidikan di Indonesia: Belajar dari Paolo

Freire dan Ki Hajar Dewantara (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2009), hal.

12

33

Mustofa Rembangi, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis

Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi,

(Yogyakarta: Teras, 2008), hal.27

34 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group2008), hal. 53

35 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura,

2008), hal. 36

Page 110: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

103

36 Subaidi , Konsep Pendidikan Islam Dengan Paradigma Humanis,

Jurnal Tarbawi, Vol. II, No. 2. Juli – Desember, 2014, hal. 17

37

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), hal. 36

Page 111: PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Pendidikan humanis mengajarkan bagaimana peserta didik sebagai manusia mampu

BIODATA PENULIS

Dwi Larasati, lahir di Bengkulu, 19 Juni 1998.

Penulis tinggal di provinsi Banten tepatnya di

Tangerang Selatan. Penulis memulai Pendidikan di

TK Harapan Bunda Bengkulu pada tahun 2003.

Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Dasar

pada tahun 2004-2010 di SDN O1 Napal Putih.

Penulis melanjutkan Pendidikan ketingkat

Madrasah Tsanawiyah (2010) dan Madrasah Aliyah

(2013) di Pondok Modern Al-Hasanah Bengkulu. Setelah lulus MA Penulis

melanjutkan kuliah S1 pada tahun 2016 di Universitan Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, mengambil program studi Pendidikan Agama Islam, dan kuliah

D4 di Kampus Kahfi BBC Motivator School pada tahun 2016. Selama mengikuti

masa perkuliahan ada banyak hal yang telah penulis dapatkan terutama dalam hal

organisasi. Adapun organisasi yang penulis ikuti adalah HMJ PAI dan SEMA FITK,

selain itu penulis aktif dalam berbagai acara di Kampus Kahfi BBC Motivator School.