pendekatan kognitif

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi kognitif adalah jenis psikoterapi yang di kembangkan oleh Aaron Beck. Ia adalah seorang psikiate dengan latar belakang psikoanalis. Ia mengajar di University of Pennsylvania Medical School dan memimpin Center for Cognitive Therapy. Ia berjasa menyumbangkan secara sukarela dalam pengembangan terapi kognitif untuk menyembuhkan bagi gagasan kedaan jiwa, terutama depresi. Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, derektif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut membentu dunianya. Pikiran manusia memberi gambaran tentang rangkaian kejadian di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya, seorang menderita ansietas karena mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya. Dalam hal seperti ini, terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala prilaku dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kongnitifnya yang ada. Terapi dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar berpikir lebih realistis dan sesuai sehingga dengan ii

Upload: kanthi-rubiyati

Post on 11-Jul-2016

62 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Kognitif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi kognitif adalah jenis psikoterapi yang di kembangkan oleh Aaron Beck. Ia

adalah seorang psikiate dengan latar belakang psikoanalis. Ia mengajar di University

of  Pennsylvania Medical School dan memimpin Center for Cognitive Therapy. Ia berjasa

menyumbangkan secara sukarela dalam pengembangan terapi kognitif untuk menyembuhkan

bagi gagasan kedaan jiwa, terutama depresi.

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,

derektif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam

kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek

(keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh

bagaimana seseorang tersebut membentu dunianya. Pikiran manusia memberi gambaran

tentang rangkaian kejadian di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau

menyimpang, berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya, seorang menderita ansietas

karena mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya.

Dalam hal seperti ini, terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi,

memperbaiki gejala prilaku dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek

kongnitifnya yang ada. Terapi dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar

berpikir lebih realistis dan sesuai sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau

mengurangi gejala yang berlebihan.

Dari latar belakang diatas penulis akan membahas lebih lanjut mengenai pendekatan

kognitif dalam konseling yang meliputi terapi rasional-emotif dan terapi realitas. Penulis akan

menjelaskan konsep dasar terapi, tujuan konseling, proses dan teknik-teknik yang dilakukan

dalam konseling hingga peran konselor dalam proses terapi sesuai dengan pendekatan

kognitif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah yang dimaksud dengan pendekatan kognitif dalam proses konseling?

2) Bagaimana terapi rasional-emotif oleh Albert Ellis dapat menyelesaikan masalah

klien dalam proses konseling?

ii

Page 2: Pendekatan Kognitif

3) Bagaimana terapi realitas oleh William Glasser dapat menyelesaikan masalah klien

dalam proses konseling?

C. Tujuan

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling, penulisan makalah

inijuga memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam pendekatan dalam proses konseling,

terutama pendekatan kognitif.

2) Mahasiswa dapat memahami bagaimana proses terapi rasional-emotif dan terapi

realitas dapat berguna dalam menyelesaikan masalah klien.

3) Dengan mengetahui proses dan peran konselor dalam terapi rasional-emotif dan

terapi realitas diharapkan mahasiswa dapat menjadi konselor yang baik, dan

menerapkan ilmu yang sudah didapat dari makalah ini dengan sebaik-baiknya.

ii

Page 3: Pendekatan Kognitif

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Kognitif

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,

direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam

kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek

(keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang sebagian besar ditentukan oleh bagaimana

seseorang tersebut membentuk dunianya. Jadi bagaimana seseorang berpikir, menentukan

bagaimana perasaan dan reaksinya. Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang

rangkaian kejadian di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau

menyimpang berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya seorang menderita ansietas

karena mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya.

Terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala perilaku

manusia dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada.

Terapis dengan pendekatan kognitif mengajakan pada pasien atau klien agar berpikir lebih

realistik dan sesuasi sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau mengurangi gejala

berkelainan yang ada.terapi kognitif-behaviouristik mendasarkan penggabungan antara tiga

pendekatan terhadap manusia, yakni pendekatan biomedik, intrapsikik dan lingkungan.

Terapi kognitif-behaviouristik ini mendasarkan pada tiga dasar pokok, yaitu:

1) Aktivitas kognitif mempengaruhi perilaku

2) Aktivitas kognitif dapat dipantau dan diubah-ubah

3) Perubahan perilaku yang dikehendaki dapat dilakukan melalui perubahan kognitif.

Salah satu tokoh yang banyak membicarakan mengenai pendektan kognitif

behaviouristik ialah Meichenbaum. Ia terkenal dengan pengubahan perilaku kognitif

(cognitive behaviour modification, CBM), teknik yang antara lain mempergunakan terapi

menginstruksi diri-sendiri (self instructional therapy) yang pada hakikatnya adalah bentuk

dari menstruktur kembali aspek kognitif. Menurut Meinchenbaum, pernyataan terhadap diri-

sendiri sama pengaruhnya dengan pernyataan yang dibuat orang lain terhadap dirinya.

Perubahan perilaku terjadi melalui proses yang melibatkan interaksi dari berbicara dalam

pikiran (inner speech), struktur kognitif dan perilaku yang terjadi dengan saling berkaitan,

yakni:

Tahap pertama adalah pengamatan terhadap diri sendiri, proses di mana orang belajar

bagaimana melihat perilakunya sendiri. Dialog internal yang terjadi ditandai oleh penilaian

ii

Page 4: Pendekatan Kognitif

negatif terhadap keadaannya. Kesulitan dapat terjadi kalau orang yang bersangkutan tidak

mau “mendengarkan” apa yang ada sebagai kenyataan dan mendengarnya sendiri. Jadi agar

terjadi perubahan konstruktif, perlu melepaskan diri pada pikiran-pikiran yang negatif.

Tahap kedua ditandai dengan dimulainya dialog internal yang baru. Melalui

hubungannya denga terapis, pasien menyadari akan perilakunya yang melampaui dan mulai

melihat kemungkinan-kemungkinan perubahan pada aspek-aspek perilakunya, baik yang

kognitif maupun yang afektif. Kalau pada pasien ada kemungkinan terjadi perubahan, dialog

yang terjadi di dalam dirinya akan memprakarsai terbentuknya rangkaian perilaku yang

mengarah ke hilangnya perilaku manusia. Perubahan dialog internal pada pasien terjadi

melalui terapi yang dilakukan oleh terapis dengan pendekatan-pendekatan tertentu.

Tahap ketiga adalah tahap di mana pasien diajarkan bagaimana ia mempergunakan

keterampilannya secara lebih efektif yang diperlukan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Pada pasien akan terjadi proses penstrukturan kembali, menghilangkan pikiran-pikiran

negatif dan dengan bantuan yang dibentuk oleh terapis, sedikit demi sedikit menstruktur pola

kognitif yang baru yang sesuai dengan lingkungannya dan tidak menimbulkan kegoncangan

atau persoalan.kemantapan dalam pola kognitif yang baru, sangat teergantung dari bagaimana

proses dialog internal yang terjadi di dalam diri pasien. Karena sasarannya lebih

mengutamakan pada perubahan yang terjadi secara langsung terhadap perilaku yang nyata,

maka meskipun banyak kesamaan dengan terapi kognitif behaviouristik (cognitive

behaviouristic therapy, CBT) pada adasarnya ada perbedaan. Terapi kognitif behaviouristik

yang menitikberatkan pada perubahan yang terjadi pada aspek kognitif dengan keyakinan

akan diikuti oleh perubahan pada perilakunya, dengan demikian lebih luas dari pada

pengubahan kognitif-behaviouristik (CBM).

Tujuan Konseling

Mengahapus / menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan

dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik :

a) diinginkan oleh klien

b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut

c) klien dapat mencapai tujuan tersebut

d) dirumuskan secara spesifik

Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan / merumuskan tujuan-

tujuan khusus konseling.

ii

Page 5: Pendekatan Kognitif

Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses

belajar tersebut.

Konselor aktif :

1) Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat

membantu pemecahannya atu tidak

2) Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,

khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling

3) Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

Deskripsi langkah-langkah konseling :

1) Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika

perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya,

kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku

penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk

mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment

diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih

sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.

2) Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun

dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien

b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil

konseling

c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien: (a)

apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien; (b)

apakah tujuan itu realistik; (c) kemungkinan manfaatnya; dan (d) kemungkinan

kerugiannya; (e) Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan

konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan,

mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.

ii

Page 6: Pendekatan Kognitif

3) Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling

yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan

konseling.

4) Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan

konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan

tujuan konseling.

5) Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki

dan meingkatkan proses konseling.

B. Terapi Rasional-Emotif Albert Ellis

Diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis yang lahir pada tanggal 27 September

1913 di Pittsburgh, Pennsylvania, yang kemudian dibesarkan di New York. Ellis adalah

alumnus City University of New York dalam bidang Business Administration dan setelah itu

baru mengikuti pendidikan psikologi klinis pada tahun 1942 di Columbia University dan

memperoleh gelar doktornya pada tahun 1947. Sebelumnya ia menjadi pengarang dengan

status bebas dan banyak menulis buku maupun artikel, terutama mengenai seksualitas,

disamping pernah pula sebagai manajer personalia.

Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan

berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada

pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.

Pandangan Ellis (1980) terhadap konsep manusia adalah:

1) Manusia mengkondisioning diri sendiri terhadap munculnya perasaan mengganggu

pribadinya.

2) Kecenderungan biologisnya sama halnya dengan kecenderungan kultural untuk

berpikir salah dan tidak ada gunanya, berakibat mengecewakan diri sendiri.

3) Kemanusiaannya yang unik menemukan dan menciptakan keyakinan yang salah

dan mengganggu, sama halnya dengan kecenderungan mengecewakan dirinya

sendiri karena gangguan-gangguannya.

4) Kemampuannya yang luar biasa untuk mengubah proses-proses kognitif, emosi

dan perilaku, memungkinkan dapat:

a) Memilih reaksi yang berbeda dengan yang biasanya dilakukan

b) Menolak mengecewakan diri sendiri terhadap hampir semua hal yang mungkin

terjadi

ii

Page 7: Pendekatan Kognitif

c) Melatih diri-sendiri agar secarasetengah otomatis mempertahankan gangguan

sedikit mungkin sepanjang hidupnya.

Konsep Dasar

Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir

rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan

efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu

itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh

evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan

psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan

irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat

personal, dan irasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang

diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan

tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan

cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang

tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara

berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta

menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari

konsep-konsep kunci teori Albert Ellis, ada tiga pilar yang membangun tingkah laku

individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).

Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar

individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap

orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi

calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu

terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang

rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief

atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang

tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak

rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk

akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.

ii

Page 8: Pendekatan Kognitif

Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat

atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam

hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat

langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk

keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah

adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.

Ciri-ciri berpikir irasional:

a) tidak dapat dibuktikan

b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang

sebenarnya tidak perlu

c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional:

a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan

dan imajinasi

b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain;

c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang

diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

Indikator keyakinan irasional:

a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang

lain dari segala sesuatu yang dikerjakan;

b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan

kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum;

c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana

yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh

manusia dalam hidupnya;

d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha

untuk mengahadapi dan menanganinya;

e) penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa

individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan

penderitaan emosional tersebut;

ii

Page 9: Pendekatan Kognitif

f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan

individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang;

g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu

yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai

manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan

penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

Tujuan Konseling

Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta

pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang

rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-

actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang

positif.

Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti

rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.

Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan

pendekatan rasional-emotif:

Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan

diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai

dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event)

pada saat yang lalu.

Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa

apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional

terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.

Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai

pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional

kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.

Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal:

1) minat kepada diri sendiri

2) minat sosial

3) pengarahan diri

4) toleransi terhadap pihak lain

5) fleksibel

6) menerima ketidakpastian

ii

Page 10: Pendekatan Kognitif

7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya

8) penerimaan diri

9) berani mengambil risiko

10) menerima kenyataan.

Deskripsi Proses Konseling

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang

bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah

laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan

klien.

Tugas konselor menunjukkan bahwa:

a) masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang

tidak rasional

b) usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab

permulaan.

Operasionalisasi tugas konselor:

a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan

penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara

langsung

b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara

berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya

sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah

yang menyebabkan hambatan emosional pada klien

c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya

d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan

“menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1) Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif

membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.

2) Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada

aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.

3) Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga

memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber

ii

Page 11: Pendekatan Kognitif

gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang

mendasari gangguan tersebut.

4) Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya

menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

Teknik Konseling

Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat

kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik

dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

1) Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk

secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.

Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

2) Bermain peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-

perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa

sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran

tertentu.

3) Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu

dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang

negatif.

Teknik-teknik Behavioristik

1) Reinforcement

Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis

dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).

eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang

irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.

Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan

menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

2) Social modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini

dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan

ii

Page 12: Pendekatan Kognitif

cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan

menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah

tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

Teknik-teknik Kognitif

1) Home work assigments

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,

membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut

pola tingkah laku yang diharapkan.

Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau

menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis,

mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek

kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas

yang diberikan

Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien

dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor

Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap

tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan

diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

2) Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-

tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru

model-model sosial.

Maksud utama teknik latihan asertif adalah:

a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang

berhubungan dengan emosinya

b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri

tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain

c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri

d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif

yang cocok untuk diri sendiri.

C. Terapi Realitas William Glaser

ii

Page 13: Pendekatan Kognitif

Dilahirkan pada tahun 1925 dan pada umur yang masih sangat muda, yakni 19 tahun ia

lulus sebagai insinyur kimia dari Case Institute of Technology. Glasser kemudian mengikuti

pendidikan di Case Western Reverse University dan pada umur 23 tahun ia memperoleh gelar

master dalam bidang psikologi-klinis. Dari universitas yang sama, pada umur 28 tahun

Glasser lulus sebagai dokter. Ketika masih menjalani tugas-tugas praktek di bidang psikiatri

untuk mengakhiri pendidikannya sebagai dokter, ia menyadari bahwa psikoterapi tradisional,

yakni psikoanalisis ternyata tidak memuaskan bahkan mengecewakannya. Ia mendapat

dukungan dari penyelianya, yakni G.L. Harrington yang dikemudian hari ternyata banyak

mempengaruhi konsep pemikirannya. Pada tahun 1956, Glasser bertindak sebagai konsultan

psikiatri pada Ventura School for Girls, suatu lembaga yang dikelola oleh State of California,

sebagai tempat perawatan bagi remaja wanita yang mengalami gangguan kenakalan serius.

Terapi realitas bertitik-tolak pada paham bahwa manusia memiliki perilakunya sendiri

dan karena itu ia bertanggung jawab, bukan hanya terhadap apa yang dilakukan, tetapi juga

terhadap apa yang ia pikir maka terapi realitas bertujuan untuk memberikan kemungkinan

dan kesempatan kepada pasien agar ia bisa mengembangkan dengan pendekatan psikoanalisis

yang menghindari pembicaraan mengenai sesuatu yang salah, yang tidak enak, agar tidak

menambah konflik internal yang tidak terseleesaikan seperti rasa bersalah (feeling guilty).

Konsep Dasar

Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis,

relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan

oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan membina

kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung

jawab kepada konseli yang bersangkutan. Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat

dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak

perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan

adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.

William Glasser adalah tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya,

bahwa tentang hakikat manusia adalah:

1) Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh

kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam

kepribadiannnya.

ii

Page 14: Pendekatan Kognitif

2) Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai

pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi

seorang individu yang sukses.

3) Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha

membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri

Ciri-Ciri Terapi Realitas

1) Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah

perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.

2) Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh

optimisme.

3) Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang

sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku

masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman

yang berharga.

4) Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor

dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat

diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh

konseli.

5) Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku

tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab

dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan

bermakna dan disadarinya.

6) Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami

kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin

yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.

7) Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan

bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

Tujuan Terapi

1) Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan

dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

ii

Page 15: Pendekatan Kognitif

2) Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko

yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan

pertumbuhannya.

3) Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

4) Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang

sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu

untuk mengubahnya sendiri.

5) Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

Proses Konseling (Terapi)

Konselor berperan sebagai:

1) Motivator, yang mendorong konseli untuk:

b) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun

harapan yang ingin dicapainya

c) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien

tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat

menyulitkandirinya sendiri.

2) Penyalur tanggung jawab, sehingga:

a) keputusan terakhir berada di tangan konseli

b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai

perilakunya sendiri.

3) Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah

laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli

bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak

dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.

4) Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai pengalaman

dalam mencapai harapannya.

5) Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas

kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat

dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.

Teknik-Teknik dalam Konseling

1) Menggunakan role playing dengan konseli

ii

Page 16: Pendekatan Kognitif

2) Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks

3) Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu

diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan

keberadaan klien.

4) Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.

5) Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat

mendidik.

6) Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya

7) Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk

mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.

8) Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

BAB III

PENUTUP

ii

Page 17: Pendekatan Kognitif

A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa di dalam melaksanakan

proses bimbingan dan konseling seorang konselor memiliki tanggung jawab yang besar,

sepertihalnya dipaparkan di bab pembahasan di atas bahwa di dalam untuk dapat

menyelesaikan permasalahan yang di alami oleh klien seorang konselor harus memiliki

teknik-teknik yang digunakan mulai sejak awal pertemuan hingga akhir penyelesaianmasalah.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa di dalam proses penyelesaian permasalahan

yang dialami klien, memiliki banyak sekali teknik-teknik yang dapat digunakan, sehingga

banyak alternatif-alternatif ketika gagal di dalam penggunaan satu teknik, bisa diganti dengan

penggunaan teknik yang lain.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas penulis memberikan saran kepada para konselor, ataupun

seorang guru pembimbing agar dapat menguasai teknik-teknik di dalam proses bimbingan

dan konseling karena hal tersebut akan lebih mempermudah di dalam memperoleh informasi

dari klien serta di dalam mengajak klien untuk mempercayai apa-apa yang dikatakan oleh

konselor.

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 18: Pendekatan Kognitif

Indrawati, Erdina. 2011. Psikologi Konseling. Jakarta: Inti Prima.

http://nurhalimahzakki.wordpress.com/2013/04/29/teknik-teknik-dalam-konseling/

http://fatimahnooor.blogspot.com/2013/03/teori-konseling-realitas.html

DAFTAR ISI

ii

Page 19: Pendekatan Kognitif

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Kognitif 3

B. Terapi Rasional-Emotif Albert Ellis 6

C. Terapi Rasionalitas William Glasser 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 17

B. Saran 17

Daftar Pustaka 18

Tugas Psikologi Konseling

ii

Page 20: Pendekatan Kognitif

TUJUAN DAN FUNGSI KONSELOR DALAM PENDEKATAN KOGNITIF

DISUSUN OLEH:

NO. NAMA NIM

1 Ratna Fitriana 1124090285

2 Nadya Ayu Hapsari 1124090306

3 Diah Amalia Oktaviani 1124090310

4 Zahra Mutiah Rianza 1124090313

5 Ziskie Maharani 1124090328

6 Puspita Anggraeny 1124090331

7 Miftahussa’adah 1124090351

8 Shaviera Indar Dhanty 1124090372

Dosen : Ibu Erdina Indrawati

Jam Kuliah : Jumat, 07.50 – 10.20 (AC6001)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA

2014

KATA PENGANTAR

ii

Page 21: Pendekatan Kognitif

Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas mata kuliah Psikologi Konseling ini

dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “TUJUAN DAN FUNGSI KONSELOR DALAM

PENDEKATAN KOGNITIF ini membahas tentang apa yang dimaksud dengan pendekatan

kognitif dalam proses konseling termasuk juga di dalamnya terdapat terapi rasional-emotif

Albert Ellis dan terapi realitas William Glasser.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun

saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,

dorongan dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.

Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen mata kuliah Psikologi Konseling, Ibu Erdina Indrawati yang telah memberikan

tugas serta membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini.

2. Teman–teman yang telah membantu mengatasi masalah yang saya hadapi dalam

menyusun makalah ini serta dukungan moril yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat

menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga kedepannya bisa

lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para

pembaca.

Jakarta, April 2014

Penulis

ii