pendekatan cbsa

23
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS NAMA : SYAVIRA A. ALATAS KELAS : S2C NPM : 201212579049 FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 2013

Upload: vira-alattas

Post on 26-Oct-2015

161 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

NAMA : SYAVIRA A. ALATAS

KELAS : S2C

NPM : 201212579049

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2013

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan CBSA ............................................................................... 4

B. Kadar CBSA ....................................................................................... 6

C. Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA .............................................. 7

D. Penerapan CBSA ................................................................................ 9

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil SDN Menteng 01 ...................................................................... 11

B. Visi SDN Menteng 01 ......................................................................... 11

C. Misi SDN Menteng 01 ........................................................................ 11

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penerapan Pendekatan CBSA di SDN Menteng 01 .............................. 13

B. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Menteng 01 ............. 15

C. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Siswa SDN Menteng 01 ........... 17

ii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Masa Orientasi Siswa .......................................................................... 13

Gambar 2. Workshop Peningkatan Kualitas Guru ................................................. 14

Gambar 3. Kegiatan Belajar Mengajar .................................................................. 15

Gambar 4. Kegiatan Gemar Membaca .................................................................. 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan nasioanl telah

mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan

2006. Hal tersebut merupakan suatu hal yan logis dikarenakan terdapatnya perubahan pada

sistem politik, sosial budaya, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

mayarakat berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, kurikulum sebagai seperangkat rencana

pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

terjadi di masyarakat. Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 - KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 - KBK

(Kurikulum Berbasis Kompetensi). Kurikulum 2006 yang berlaku saat ini merupakan

kurikulum yang memberikan kekuasaan kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan

yang mana tugas utamanya dipegang oleh masing-masing guru. Sehingga guru benar-benar

digerakkan menjadi manusia yang professional.

Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya

menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan

instruksional dan juga menguasai serta memahami materi yang akan diajarkan agar siswa

memahami apa yang akan diajarkan. Namun guru bukanlah satu-satunya sumber informasi

dalam belajar dan bukan semata-mata berfungsi sebagai pengajar, siswa juga ikut terlibat

dalam memperoleh dan memproses informasi tersebut sehingga mereka dapat memperoleh

pengetahuan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti inilah yang dapat menciptakan siswa

belajar aktif karena penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam penguasaan

atau pencapaian suatu kompetensi dengan penyampaian pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi.

Upaya dalam pembaruan pendidikan dan pembelajaran yang menuntut keterlibatan

siswa terhadap bahan yang akan dipelajarinya seperti yang telah disampaikan di atas dikenal

dengan sebutan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual

dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar yang maksimal, baik

dalam ranah kognitif, efektif, maupun psikomotor.

2

CBSA menjadi suatu pendekatan yang terdapat pada kurikulum yang berlaku guna

menuntun siswa mencapai tujuan pendidikan jangka panjang. Sebagaimana terdapat dalam

Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, Sistem

Pendidikan Nasional harus dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga Negara

Republik Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan

kemampuan dasar yang meliputi, keterampilan berbahasa (membaca), menulis dan berhitung

(calistung) serta menggunakan bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara

untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh

sebab itu peningkatan keterampilan dasar siswa harus menjadi prioritas utama dan perlu

didukung dengan pendekatan CBSA sejak duduk dibangku sekolah dasar khususnya dalam

memperoleh keterampilan berbahasa Indonesia.

Dari dasar pemikiran tersebut di atas, saya tertarik untuk mengetahui lebih jauh

mengenai penerapan pendekatan CBSA pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam upaya

peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia siswa sekolah dasar khususnya Sekolah Dasar

Negeri (SDN) Menteng 01 Pagi dan menyusun makalah dengan judul “Pendekatan Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Negeri (SDN) Menteng 01”.

B. Rumusan Masalah

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa segi mendasar yang

harus dibenahi, salah satu diantara aspek yang penting ialah, keterampilan berbahasa

(membaca) sebab keterampilan tersebut merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap

warga negara. Agar permasalahan tidak terlampau luas, berikut adalah rumusan masalah yang

akan kita bahas:

1. Apakah pendekatan CBSA telah diterapkan dalam KBM di SDN Menteng 01?

2. Bagaimana strategi pendekatan CBSA dalam upaya peningkatan keterampilan

berbahasa Indonesia pada SDN Menteng 01?

3. Apakah pendekatan CBSA berpengaruh terhadap peningkatkan pembelajaran

kosakata siswa SDN Menteng 01?

3

C. Tujuan

Kita menyadari rendahnya tingkat keterampilan membaca siswa memiliki dampak

yang besar terhadap kualitas hasil belajar. Maka dari itu, saya mempunyai tujuan-tujuan

kenapa saya membuat makalah ini. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peran serta siswa dan guru dalam penerapan pendekatan CBSA di

lingkungan SDN Menteng 01.

2. Mengetahui strategi pembelajaran bahasa Indonesia dalam peningkatan

keterampilan berbahasa siswa SDN Menteng 01.

3. Mengetahui kontribusi kosakata terhadap keterampilan berbahasa Indonesia siswa

SDN Menteng 01.

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan CBSA

Sejak dulu cara mengajar guru di kelas atau yang lebih dikenal dengan istilah metode

mengajar selalu menjadi topik pembicaraan. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal

dalam dunia pendidikan atau pembelajaran yang semakin berkembang maka yang menjadi

pertanyaan adalah, apakah metode itu? Pada umumnya metode lebih cenderung disebut

sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang juga berarti

“pendekatan” dan di dalam kata pendekatan ada unsur psikis seperti halnya yang ada pada

proses belajar mengajar. Sementara konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dalam

bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) adalah salah satu cara yang dapat

membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Melalui proses kognitif tersebut,

pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip yang mana untuk saat ini masih

rendah dan belum terprogram, akan tetapi dengan CBSA diharapakn para pembelajar dapat

melatih diri mereka dan semakin berkembang.

Dari pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan CBSA

adalah salah satu cara pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian keterlibatan

intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan melibatkan fisik siswa

apabila diperlukan. Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan

ditanah air, konsep CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh. Pada dasarnya

CBSA adalah melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna terhadap pengalaman

pembelajaran. Dengan dituntun oleh azas “tut wuri handayani” pengendalian kegiatan belajar

haruslah didasari pembentukan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat.

Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan

kebutuhan sekaligus keharusan dalam upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional

yang bertujuan sistem pembelajaran efektif. Siswa dipandang dari dua sisi yang berkaitan,

yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek

dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-

keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensi

lainnya. Siswa sebagai objek dipandan sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina,

diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran

5

harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misalnya melalui

suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan

perkembangan siswa bersangkutan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan

keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA

dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui

penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media

pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar di sesuaikan dengan minat dim

pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan

pengendapan sehingga hasil belajar berkaitan dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua

unsur pribadi siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual, pengindran, fisik dan

sebagainya.

CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya

secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan. Keaktifan guru

dilakukan pada tahap-tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut

pembelajaran. Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada

siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif

belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beberapa

kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, ialah:

1. Menyiapkan lembaran kerja;

2. Menyusun tugas bersama siswa;

3. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;

4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat

kesulitan;

5. Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;

6. Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;

7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat;

8. Menyalurkan bakat dan minat siswa;

9. Mengamati setiap aktivitas siswa.

Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan

pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun

6

tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya Guru

bertindak sebagai guru inquiry, dan fasilitator.

B. Kadar CBSA

Kadar CBSA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan dan

keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya

keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya.

Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar,

maka berarti semakin rendah kadar CBSA tersebut. Kadar CBSA itu dalam rangka sistem

belajar mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai berikut :

1. Pada tingkat masukan, ditandai oleh:

a) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai

dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki

sebagai baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.

b) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran,

yang menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.

c) Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan

pembelajaran.

d) Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan

digunakan sebagai alat bantu belajar.

e) Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk

melakukan kegiatan belajar.

2. Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:

a) Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan

personal dalam proses belajar.

b) Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat,

memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur

kemandirian yang cukup tinggi.

c) Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang

serasi, selaras dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.

7

d) Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk

memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasikan

lingkungan belajar itu, baik secara individual maupun secara kelompok.

e) Keterlibatan siswa dalam mencari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya

guna dan tepat guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang

telah mereka rumuskan sendiri.

f) Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas

pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan dan berupaya menjawabnya sendiri,

menilai jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama

berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut.

3. Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:

a) Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.

b) Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi

instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.

c) Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan

dengan hasil belajar.

d) Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil belajar dan

pembelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu

proses belajar mengajar, dan bila mungkin di klasifikasikan menjadi: kadar tinggi, kadar

sedang, dan kadar rendah. Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat menonjol,

namun tidak berarti keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru

sebagai fasilitator belajar, maka kadar CBSA yang diinginkan tak mungkin tercapai. Guru

tetap bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang mampu mengundang /

menantang siswa untuk belajar.

C. Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA

Pembelajaran berdasarkan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk menjamin

kadar CBSA yang tinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar siswa pada

tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh indikator-

indikator sebagai berikut:

1. Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi.

8

Para siswa berperan serta secara aktif dan bersikap responsif dalam proses

pembelajaran. Siswa tidak tinggal diam hanya menunggu stimuli yang disampaikan

oleh guru, melainkan berperan aktif menentukan stimuli misalnya merumuskan suatu

masalah dan mencari jawaban sendiri (responsif) atas masalah tersebut. Pada waktu

guru menyajikan suatu topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan materi yang

terkandung didalamnya. Kedua contoh tersebut sebagai tanda bahwa siswa berperan

serta dalam proses pembelajaran.

2. Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas.

Pada dasarnya sejak disusunnya perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat

diaktifkan peran sertanya. Siswa dapat mengajukan usul dan minat tugas yang

diinginkannya dengan asumsi bahwa tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya.

Pada waktu pembuatan tugas, siswa melaksanakan kegiatan kelompok atau dengan

belajar mandiri. Pada waktu penilaian tugas (hasil pekerjaannya), siswa hendaknya

aktif menilai tugas-tugas temannya dan hasil kerjanya sendiri dalam bentuk menilai

dirinya sendiri (self evaluation). Hal ini menunjukan, bahwa tersedia berbagai

kemungkinan dimana siswa dapat berperan aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas yang

dikondisikan dalam pembelajaran.

3. Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor guru.

Guru hendaknya menyadari tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai, baik dalam arti

efek instruksional maupun efek pengiring, dan memiliki wawasan dan penguasaan

yang memadai tentang bermacam-macam stategi belajar mengajar yang dimanfaatkan

untuk mencapai tujuan belajar. Sudah tentu penguasaan teknik yang mantap juga

merupakan persyaratan sebelum seorang guru bisa secara kreatif merancang dan

menginformasikan program belajar mengajar.

4. Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam setiap strategi dan metode mengajar.

Penggunaan metode mengajar, secara berfariasi dapat memberikan peluang penerapan

CBSA dengan kadar yang tinggi. Namun demikian, pemilihan metode tersebut tetap

harus ditandasi oleh tujuan yang hendak dicapai, bahan pelajaran yang hendak

dipelajari, kondisi subjek belajar itu sendiri (motivasi, pengalaman awal, kondisi

kesehatan, keadaan mental, dan lain-lain), serta penguasaan guru terhadap metode

tersebut. Dengan demikian, keaktifan siswa belajar tetap terarah, terbimbing, dan

diharapkan mencapai hasil secara optimal.

9

5. Penyediaan media dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap diperlukan.

Agar tercipta lingkungan belajar yang menantang dan merangsang serta

meningkatkan kegiatan belajar siswa pengetahuan dan keterampilan dalam bidang

kemediaan dan teknologi hardware sangat diisyaratkan. Media dan alat merupakan

alat bantu bagi siswa kendatipun mereka diminta untuk memilih dan

menggunakannya sendiri sesuai dengan aktivitas belajarnya.

6. Keaktifan belajar berdasarkan CBSA menimbulkan kesulitan balajar pada siswa.

Itu sebabnya, bimbingan dan pembelajaran remedial pada waktu tertentu diperlukan

untuk membantu siswa bersangkutan, sehingga kecepatan belajar dan penyelesaian

tugas-tugas tetap terus berlangsung menyertai rekan-rekannya yang tidak mendapat

kesulitan.

7. Kondisi lingkungan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran berdasarkan CBSA.

Pengaturan, dan pembinaan lingkungan ini perlu mendapat dari pihak guru melalui

kerja sama dengan guru-guru lainnya serta para siswa sendiri. Termasuk dalam

lingkungan kelas juga suasana disiplin kelas yang baik.

D. Penerapan CBSA

Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik:

1. Pemanfaatan waktu luang

Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukanya kegiatan

belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari,

dan menilai penguasaan bahan sendiri. Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan

secara saksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam

menunjang keberhasilan belajar di sekolah.

2. Pembelajaran Individual

Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik

perbedaan individu tiap siswa. Guru dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-

tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing,

dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan

10

belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki

kemampuan, minat bakat yang sama.

3. Belajar kelompok

Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya

dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi

terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing

anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan

sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan yang

lainya.

4. Bertanya jawab

Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara

kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi

setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-

pertanyaan timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya.

Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau distributor, dan dianggap perlu guru

melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.

5. Belajar Inquiry / discovery (belajar mandiri)

Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya

memecahkan masalah, merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji

hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam

konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru

hanya mengarah membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa

melakukan kegiatan inquirynya.

6. Pengajaran unit

Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-

tahap kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yaitu tahap pendahuluan

dimana siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal, tahap pengembangan

dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendiri informasi selanjumya

menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik, dan tahap kegiatan kulminasi

(puncak) dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan laporan dan tindak

lanjut.

11

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil SDN Menteng 01

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Menteng 01 Pagi yang juga dikenal sebagai SDN

Besuki ini merupakan sebuah sekolah umum asal Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta

Pusat. Sekolah ini didirikan pada tahun 1934 oleh Carpentier Alting Stichting Nassau School

(CAS) dari Pemerintahan Kolonial Belanda dan hanya disediakan untuk anak-anak Belanda

dan bangsawan Indonesia. Pemerintah Indonesia mengambil alih administrasi sekolah pada

tahun 1962, dan kemudian dijalankan oleh Yayasan Raden Saleh.

Banyak di antara bekas siswa asal sekolah ini seperti Bambang Trihatmodjo,

putra Soeharto, cucu dari Hamzah Haz dan Try Sutrisno dan juga Presiden Amerika

Serikat Barack Obama juga pernah menghabiskan empat tahun untuk sekolah disini. Saat

Obama mengumumkan pencalonannya sebagai presiden Amerika Serikat pada bulan Januari

2007 sekolah ini telah menarik perhatian media yang mengirimkan banyak wartawan media

untuk meliput, termasuk Chicago Tribune, MSNBC, bahkan BBC.

B. Visi SDN Menteng 01

Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki jiwa nasionalisme serta mampu bersaing baik secara nasional maupun

internasional.

C. Misi SDN Menteng 01

1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran yang optimal.

3. Meningkatkan kemampuan profesional guru.

4. Meningkatkan pelayanan terhadap siswa.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan rasa nasionalisme.

6. Meningkatkan kualitas guru dan siswa yang berbudaya lokal, berwawasan

global, dan berprestasi secara internasional.

12

BAB IV

PEMBAHASAN

Keterampilan berbahasa menduduki peranan penting dalam kegiatan komunikasi,

mengekspresikan diri, berintregasi dan beradaptasi serta sebagai alat untuk berpikir. Dengan

meningkatnya keterampilan berbahasa, sedikit demi sedikit penuturannya akan dapat

memperbaiki gagasan tentang bagaimana seharusnya proporsi bahasa diungkapkan. Hal ini

memang sangat penting karena merupakan modal dasar bagi siswa untuk memperoleh ilmu.

Keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas dalam

membaca kosakata yang dimilikinya yang merupakan awal atau kemampuan mengenal suatu

ide dalam bentuk lambang. Dalam hal ini lambang bunyi merupakan tingkat membaca dasar,

perlu dibenahi dan diupayakan sedemikian rupa karena merupakan awal keterampilan

membaca yang dipakai untuk melangkah ketingkat keterampilan berbahasa yang berikutnya.

Kosakata merupakan komponen bahasa yang berperan dalam keterampilan menyimak

menulis berbicara dan membaca. Pada dasarnya, kegiatan membaca dimulai dari penguasaan

kosakata. Upaya meningkatkan keterampilan membaca, harus dimulai dari peningkatan

penguasaan kosakata. Penguasaan kosakata secara kuantitas dan kualitas merupakan kunci

keterampilan berbahasa.

Secara umum di sekolah-sekolah, diduga kuat bahwa tingkat keterampilan membaca

siswa masih relatif rendah, ini dibuktikan kondisi di beberapa sekolah dasar di Indonesia

tersebut nilai rata-rata dibawah kriteria. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa sering

kesulitan mengakses informasi yang diterimanya. Dengan rendahnya tingkat keterampilan

membaca, proses pembelajaran sering mengalami hambatan sehingga tujuan pembelajaran

tidak tercapai secara optimal. Untuk itu peningkatkan keterampilan membaca siswa harus

menjadi prioritas utama dan perlu didukung dengan pendekatan yang dapat mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dalam bab ini saya akan memaparkan mengenai penerapan pendekatan CBSA dalam

KBM di lingkungan SDN Menteng 01, pengaruhnya terhadap keterampilan berbahasa dan

penguasaan kosakata Bahasa Indonesia siswa serta strategi yang digunakan dalam penerapan

pendekatan CBSA tersebut.

13

A. Penerapan Pendekatan CBSA di SDN Menteng 01

Menerapkan pendekatan CBSA secara menyeluruh dan tegas memang cukup sulit,

karena dalam kondisi apapun baik ditinjau dari perbedaan kurun waktu, sudut pandang

teoritis, sasaran, serta isi dan bentuk serta metode pembelajaran seorang siswa pastilah

mengandung unsur keaktifan yang berbeda-beda. Ada keaktifan siswa yang mudah dan ada

pula yang sulit diamati dan diukur, hal inilah yang membuat guru terkadang sulit untuk

menentukan tolak ukur, penggolongan dan pembuatan konsep CBSA di lingkungan Sekolah.

Namun dengan usaha-usaha yang dapat mengoptimalisasikan kegiatan belajar siswa dan

aktivitas belajar siswa yang tidak sekedar mudah diamati dan diukur seperti kegiatan motoris

tetapi lebih kepada keaktifan mental secara emosional pendekatan CBSA dapat diterapkan

dengan baik di SDN Menteng 01.

Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan pengamatan serta pengarahan yang

dilakukan sejak duduk di bangku kelas satu yang dikenal dengan masa orientasi siswa. Guru

dapat mengukur seberapa jauh partisipasi siswa dalam menjalani KBM. Jika siswa dirasa

belum mampu dalam hal ini guru dapat membimbing siswa dan berdialog untuk

mengarahkannya.

Gambar 1.

Masa Orientasi Siswa

Penerapan CBSA di SDN Menteng 01 merupakan tantangan bagi guru, siswa, dan

pihak-pihak lain dan menuntut kerja keras dan penuh kerjasama semua pihak yang terlibat

dalam penyelenggara sekolah. Memang perlu diakui adanya pergeseran peran guru yang

semula berperan informatif – direktif kemudian berperan sebagai fasilisator – orginisator

14

hingga siswa dapat mandiri serta bertanggung jawab atas dirinya tidak mudah. Oleh karena

itu, untuk mendukung pendekatan CBSA kualitas guru harus ditingkatkan.

Gambar 2.

Workshop Peningkatan Kualitas Guru

Dalam praktik KBM para guru diharuskan untuk memperhatikan serta membimbing

keutuhan perkembangan diri siswa dan untuk dapat menjalankan fungsinya dalam

mencerdaskan generasi penerus bangsa, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan

formal berupaya untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan segala potensi yang ada demi

terciptanya iklim pendidikan berkualitas. Salah satu diantaranya adalah dengan pemanfaatan

media teknologi informasi (internet) dalam kegiatan pembelajaran. Manfaat internet dalam

kegiatan pembelajaran di SDN Menteng 01 dapat diaplikasikan dalam kegiatan berikut :

1. Mengembangkan dan memperkaya materi pelajaran.

2. Saran belajar online.

3. Sarana komunikasi antara sekolah dengan orang tua.

Maka dari itu muatan materi pelajaran yang disampaikan para guru SDN Menteng 01

tidak hanya terpaku pada buku pegangan yang ada, dengan pendekatan CBSA guru dapat

mengembangkan materi pelajaran dengan memanfaatkan media internet untuk memperkaya

wawasan siswanya. Guru bisa mencari materi pelajaran dalam bentuk tulisan, gambar, audio,

maupun audio visual untuk memperkaya kompetensi siswanya jika telah mencapak

kompetensi dasar yang ditargetkan pada kurikulum. Bahkan melalui situs tertentu guru dapat

melakukan kegiatan berbagi file / dokumen materi pelajaran.

15

Gambar 3.

Kegiatan Belajar Mengajar

B. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Menteng 01

Keterampilan berbahasa, khususnya di tingkat awal merupakan hal yang sangat

penting karena akan menjadi dasar pengembangan keterampilan berbahasa selanjutnya.

Menyadari pentingnya hal tersebut maka perlu diupayakan suatu strategi pengajaran dengan

pendekatan CBSA yang dapat diterapkan dalam KBM seperti :

1. Keaktifan. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia dapat diperoleh dengan

mengumpulan kata-kata mutiara, pribahasa, membuat karangan ataupun kliping.

2. Pemusatan Perhatian. Dengan meningkatkan minat, memberi rangsangan yang

kuat, saran positif dan lain sebagainya untuk menarik kembali perhatian siswa.

3. Peragaan. Dengan cara membacakan puisi ataupun dongeng yang menggunakan

media gambar sebagai perantara.

16

Keterampilan berbahasa melalui pendekatan CBSA kiranya dapat dilaksanakan

dengan cara yang fleksibel (dapat dilakukan kapan saja dimana saja siswa ingin belajar serta

dengan topik apa saja yang diminati siswa). Salah satu strategi pembelajaran bahasa

Indonesia di SDN Menteng 01 diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan belajar yang

relevan sepeti kegiatan gemar membaca untuk melatih membaca siswa-siswanya.

Gambar 4.

Kegiatan Gemar Membaca

Keterampilan berbahasa melalui pendekatan CBSA ini lebih sesuai digunakan untuk

pengajaran individual, kelompok kecil maupun kelompok besar. Untuk KBM di dalam kelas

dapat menggunakan strategi ini bila ada penyeragaman pengalaman siswa yang dapat

dilakukan melalui pengelompokan berdasarkan minat mapun latar belakang pengalamannya.

Oleh sebab itu sebelum menggunakan strategi ini guru sebaiknya melakukan pengamatan

mengenai penggunaan bahasa Indonesia melalui pengajaran membaca awal.

17

C. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Siswa SDN Menteng 01

Tingkat keterampilan berbahasa yang dimulai dengan pengenalan kosakata,

pemahaman kosakatan dan penggunaan kosakata dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia sangat disenangi siswa, lebih mudah siswa mengekspresikan kemampuannya

melalui bahasa sendiri. Kosakata itu sendiri dapat diartikan pembendaharaan kata atau kata-

kata yang disusun dan diberikan penjelasan.

Dikarenakan unsur bahasa yang paling penting adalah dengan kata atau kosakata

semakin banyak kosakata yang dikuasai maka akan melancarkan siswa dalam berfikir, untuk

itu diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah banyak. Meskipun mampu memahami arti

suatu kata dan menggunakannya dalam suatu teks kalimat, namun jika tidak menguasai

kosakata yang benar maka dapat dikatakan belum menguasai keterampilan berbahasa.

Melalui pendekatan CBSA keterampilan berbahasa di SDN Menteng 01 mengalami

peningkatan. Hal itu ditandai dengan kemampuan siswa dalam berbahasa secara tuntas,

dalam arti membaca kata dengan segala macam rangkaian huruf yang menyusunnya, baik

dalam konteks frase, klausa, kalimat, maupun dalam konteks wancana yang lebih panjang

lewat latihan-latihan yang diberikan.

Dengan demikian upaya meningkatkan keterampilan berbahasa melalui kegiatan

gemar membaca memperoleh hasil yang baik sebagai salah satu pendekatan CBSA, sehingga

dapat dikatkan bahwa:

1. Keterampilan berbahasa siswa dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.

2. Kedalaman pengalaman siswa terhadap sesuatu akan mempengaruhi mudah dan

sulitnya untuk membaca.

3. Pengalaman akan hal-hal yang konkrit lebih memudahkan siswa dalam membaca.

4. Belajar yang didasarkan pada keterampilan berbahasa siswa berbuat belajar tanpa

beban, sehingga kemungkinan berhasil akan sangat tinggi.

5. Membaca dengan cara ini ternyata membuat siswa mampu menghubung-

hubungkan pengalamannya dalam rangkaian yang logis dan sistematis serta

menunjukan kreatifitas bahasa daya kritis siswa yang semakin meningkat.

6. Siswa ternyata dapat belajar secara efesien dalam satu kesempatan.

18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Melalui pendekatanCBSA, pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap nilai

dapat dipadukan dalam kegiatan belajar-mengajar.

2. Melalui pendekatan CBSA perbedaan pengembangan berbagai aspek dapat

ditangani lebih baik dalam kegiatan belajar-mengajar.

3. Melalui pendekatan CBSA fisik, mental dan perasaan peserta didik terlibat dalam

proses belajar- mengajar dan sangat membantu perkembangan kehidupan peserta

didik seutuhnya.

4. Dengan pendekatan CBSA guru tidak lagi hanya menuangkan semua informasi

yang dimilikinya kepada siswa. Tetapi disini guru memberikan bimbingan kepada

siswa untuk menemukan fakta dan informasi kemudian mengolah dan

mengembangkannya. Dengan cara begitu siswa akan cepat berkembang dan maju

di dalam belajarnya.

5. Siswa lebih menghayati hal-hal yang dipelajari melalui percobaan ataupun

praktek langsung, melalui pengalaman terhadap kenyataan langsung

dilingkungannya, melalui perlakuan terhadap benda-benda nyata, melalui

kegiatan membaca dan menyimak atau melalui penugasan dan melakukan

kegiatan tertentu.

B. Saran

Tingkat keaktifan guru dalam menerapkan pendekatan CBSA masih dikatakan cukup

dikarenakan dalam penerapannya masih terdapat guru yang belum memahami dengan benar

pendekatan CBSA sehingga membiarkan siswa belajar sendiri atau mengerjakan tugas yang

telah diberikannya sementara guru bersantai- santai yang pada akhirnya siswa pun menjadi

terlantar tanpa bimbingan gurunya. Oleh sebab itu kemampuan profesional guru dalam

mengajar dengan pendekatan CBSA harus terus ditingkatkan, salah satunya melalui

kelompok kerja guru yang membahas teori pedoman serta simulasi mengajar.

19

DAFTAR PUSTAKA

Badarudin (2011), Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran, http://ayahalby.wordpress.com

Blog (2013), Berita Terbaru, http://www.sdnmenteng01.com

Kawankita (2012), Pendekatan Pengajaran Membaca, http://yudhoshare.blogspot.com

Media Pendidikan (2011), Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan di Indonesia,

http://blog.tp.ac.id

Nisya Ulmiah (2013), Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), http://nisyadiaries28.blogspot.com

Wikipedia (2013), SDN Menteng 01, http://id.wikipedia.org