pencemaran tanah

36
1. Soal a. Pengertian pencemaran tanah, kenapa terjadi, dampaknya, dan cara pencegahannya. Pencemaran tanah adalah suatu keadaan dimana produk -produk buatan manusia yang berasal dari bahan- bahan kimia masuk ke dalam tanah dan mencemari tanah tersebut dari keadaan alaminya. Pencemaran tanah ini biasanya terjadi karena adanya tumpahan atau kebocoran dari suatu bahan kimia industri atau limbah cair, seperti penggunaan pestisida yang berlebihan, meresapnya air tanah yang sudah tercemar dengan limbah, kecelakaan transportasi (baik di darat laut dan udara), air limbah dari perindustrian, serta sampah-sampah yang dibuang secara timbunan (illegal dumping). Zat-zat kimia berbahaya dan beracun yang mencemari permukaan tanah, maka zat-zat tersebut akan menguap, tersapu air hujan dan akan masuk ke dalam tanah. Jika zat-zat beracun tersebut sudah berada di dalam tanah dan mengendap, itu akan sangat berbahaya bagi manusia apabila bersentuhan langsung dengan tanah tersebut dan juga akan mencemari air tanah dan udara disekitarnya. Pencemaran tanah yang paling banyak terjadi adalah dari aktivitas rumah tangga, antara lain pencemaran tersebut berasal dari sampah, limbah cair rumah tangga, tinja, oli bekas,cat, dan lain-lain. Sampah yang berasal dari rumah tangga sebelum diangkut oleh truk pengangkut sampah biasanya ditimbun terlebih dahulu. Pada musim hujan seperti sekarang ini, timbunan sampah yang terkena air hujan akan menyebabkan sampah tersebut busuk. Air hujan yang terkena sampah busuk akan menyebabkan lindi (air sampah) dan baunya juga sangat menyengat. Timbunan sampah yang telah menutupi permukaan tanah, maka tanah tersebut tidak akan bisa dimanfaatkan lagi. Sampah-sampah anorganik yang tidak terdegradasi menyebabkan lapisan tanah sulit ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus juga oleh air, sehingga mineral-mineral dan air yang terkandung dalam tanah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tumbuhan dan tanah juga akan kehilangan kesuburan serta mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah juga akan menghilang. Itulah yangmenyebabkan tanaman sulit tumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya akan mati. Beberapa pencemar seperti tinja, oli bekas, dan cat, yang telah mengkontaminasi tanah juga akan membuat tanah menjadi tidak sehat dengan kata lain unsur hara dari tanah tersebut sangat

Upload: ardiajus

Post on 29-Dec-2015

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENCEMARAN TANAH

1. Soal

a. Pengertian pencemaran tanah, kenapa terjadi, dampaknya, dan cara pencegahannya.

Pencemaran tanah adalah suatu keadaan dimana produk -produk buatan manusia yang berasal dari bahan- bahan kimia masuk ke dalam tanah dan mencemari tanah tersebut dari keadaan alaminya. Pencemaran tanah ini biasanya terjadi karena adanya tumpahan atau kebocoran dari suatu bahan kimia industri atau limbah cair, seperti penggunaan pestisida yang berlebihan, meresapnya air tanah yang sudah tercemar dengan limbah, kecelakaan transportasi (baik di darat laut dan udara), air limbah dari perindustrian, serta sampah-sampah yang dibuang secara timbunan (illegal dumping). Zat-zat kimia berbahaya dan beracun yang mencemari permukaan tanah, maka zat-zat tersebut akan menguap, tersapu air hujan dan akan masuk ke dalam tanah. Jika zat-zat beracun tersebut sudah berada di dalam tanah dan mengendap, itu akan sangat berbahaya bagi manusia apabila bersentuhan langsung dengan tanah tersebut dan juga akan mencemari air tanah dan udara disekitarnya. Pencemaran tanah yang paling banyak terjadi adalah dari aktivitas rumah tangga, antara lain pencemaran tersebut berasal dari sampah, limbah cair rumah tangga, tinja, oli bekas,cat, dan lain-lain. Sampah yang berasal dari rumah tangga sebelum diangkut oleh truk pengangkut sampah biasanya ditimbun terlebih dahulu. Pada musim hujan seperti sekarang ini, timbunan sampah yang terkena air hujan akan menyebabkan sampah tersebut busuk. Air hujan yang terkena sampah busuk akan menyebabkan lindi (air sampah) dan baunya juga sangat menyengat. Timbunan sampah yang telah menutupi permukaan tanah, maka tanah tersebut tidak akan bisa dimanfaatkan lagi. Sampah-sampah anorganik yang tidak terdegradasi menyebabkan lapisan tanah sulit ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus juga oleh air, sehingga mineral-mineral dan air yang terkandung dalam tanah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tumbuhan dan tanah juga akan kehilangan kesuburan serta mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah juga akan menghilang. Itulah yangmenyebabkan tanaman sulit tumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya akan mati. Beberapa pencemar seperti tinja, oli bekas, dan cat, yang telah mengkontaminasi tanah juga akan membuat tanah menjadi tidak sehat dengan kata lain unsur hara dari tanah tersebut sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Inilah yang dikatakan sebagai pencemaran tanah. Selain pada aktivitas rumah tangga, aktivitas pertanian juga mengakibatkan pencemaran tanah. Penggunaan pupuk secara terus-menerus dan berlebihan akan membuat struktur tanah menjadi berubah dan tingkat kesuburan tanah menjadi berkurang. Jika itu terjadi maka tanah tersebut hanya bisa ditanami oleh tanaman tertentu saja. Selain pupuk, pestisida juga berperan besar di dalam pencemaran tanah. Banyak yang beranggapan bahwa semakin banyak pestisida, maka akan semakin hilang hama di tanaman tersebut. Itu salah, karena semakin banyak banyak pestisida yang digunakan maka organisme di dalam tanah juga akan mati seiring dengan matinya hama tanaman.

Dampak -dampak yang ditimbulkan dari pencemaran tanah antara lain :

a. Pada Kesehatan,

Dampaknya sangat berbahaya tergantung dari jenis polutan yang masuk ke dalam tubuh dan berapa lama paparan terkena polusi. Beberapa jenis polutan yang sangat berbahaya antara lain dari jenis Kromium, beberapa jenis pestisida, dan herbisida yang merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Selain itu Timbal juga sangat berbahaya bagi anak -anak, karena dapat mengakibatkan kerusakan otak dan kerusakan ginjal. Untuk jenis benzena pada konsentrasi tertentudan jika mendapatkan paparan kronis (paparan terus-menerus) maka akan mengakibatkan Leukimia. Selain Timbal, Merkuri (Air Raksa) dan Siklodiena juga menyebabkan kerusakan

Page 2: PENCEMARAN TANAH

ginjal, dan beberapa tidak dapat diobati. Selain menyebabkan kerusakan ginjal, Siklodiena juga terkait pada penyakit keracunan hati,termasuk PCB. Yang menyebabkan gangguna pada saraf otot adalah Organofospat dan Karmabat. Klorin yang banyak terdapat di dalam pelarut juga dapat merangsang perubahan dalam hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Gejala-gejala jaringan yang nampak jika terkena paparan dari polutan penyebab pencemaran tanah adalah sakit kepala, letih, iritasi mata. Jika dalam dosis yang besar terkontaminasi polutan tersebut maka akan mengakibatkan kematian.

b. Pada Ekosistem, pencemaran tanah dalam dosis rendah pun akan menyebabkan perubahan pada ekosistem. Perubahan ekosistem yang minimal dari polutan yang mengkontaminasi tanah akan menyebabkan perubahan metabolisme dari organism yang hidup di tanah seperti miroorganisme endemik dan antropoda walaupun dengan dosis rendah. Akibatnya, putusnya rantai makanan karena musnahnya spesies primer dari rantai makanan terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Efek -efek yang terlihat pada saat ini adalah dari konsentrasi DDT pada burung yang menyebabkan rapuhnya cangkang telur, yang akan meningkatkan kematian anakannya, serta yang paling barbahaya adalah hilangnya atau punahnya spesies tersebut. Untuk bidang pertanian, perubahan metabolisme tanaman juga akan menurunkan kualitas hasil pertanian. Dampak lanjutannya adalah tanaman sudah tidak bisa menahan lapisan tanah dari erosi. Polutan yang mencemari tanah mempunyai waktu paruh yang lama, jadi bahan- bahan kimia derivatif akan bermunculan dari polutan pencemar tanah utama. Beberapa penanganan bisa dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya pencemaran tanah yang terjadi. Salah satunya adalah dengan memisahkan sampah-sampah yang terbuat dari bahan organik dengan bahan yang bukan organik. Akan lebih baik jika di setiap rumah tangga sebelum membuang sampah yang akan diangkut oleh truk sampah bisa memisahkan antara sampah organik dan anorganik, tetapi penting juga adanya sosialisasi dan pembelajaran untuk setiap masyarakat agar bisa memisahkan sampah-sampah organik dan anorganik, jika hanya dirumah tangga saja, para pengangkut sampah jika sudah sampai di TPA akan mencampur –adukkan lagi sampah-sampah tersebut. Sampah-sampah organik bisa di jadikan bahan urugan tanah dan ditutup lagi dengan tanah, agar tanah tersebut menjadi subur dan dibisa dipakai lagi, seperti kompos. Untuk kotoran hewan bisa dijadikan sebagai biogas, dan lain sebagainya. Jadi yang terjadi ditanah adalah bukanlah pencemaran melainkan terjadinya proses pembusukan organik secara alami. Sampah anorganik yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, bisa dijadikan bahan daur ulang dan itu adalah penanganan yang paling baik. Untuk bidang pertanian kurangilah penggunaan pupuk sintetik dan penggunaan pestisida. Untuk bidang perindustrian, limbah-limbah yang dihasilkan oleh setiap industri haruslah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai ataupun ke laut. Kurangi juga penggunaan bahan yang terbuat dari plastik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Bahan plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus kemasan berbagai macam, oleh karena itu cobalah untuk mengganti kemasan plastik tersebut dengan daun pisang atau daun jatiyang lebih ramah lingkungan.

Beberapa langkah yang digunakan untuk mencegah ataupun menangani pencemaran tanah antara lain

1. Remediasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menangani pencemaran permukaan tanah. Adapun remediasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu in- situ (on -site) dan ex- situ(off -site). In-situ (on-site) adalah pembersihan pencemaran permukaan tanah di lokasi, dari segi biaya dan penanganan

Page 3: PENCEMARAN TANAH

metode ini adalah yang paling murah dan paling mudah yang terdiri dari pembersihan,venting (injeksi), bioremediasi. Pembersihan ex- situ (off -site) adalah meliputi penggalian tanah yang tercemar dan diangkut menuju ke daerah yang aman,setelah berada di daerah yang aman kemudian tanah tersebut disimpan di dalam bak yang kedap, dan zat pembersihnya kemudian dipompakan menuju ke tanah yang tercemar dan zat pencemarnya akan keluar dan limbah tersebut setelah keluar akan diolah sesuai dengan pengolahan air limbah. Pembersihan off -site ini jauh lebih mahal dan lebih rumit.

2. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Tujuan dari bioremediasi ini adalah dimasukkannya bakteri atupun jamur agar zat -zat yang menjadi pencemar di dalam tanah bisa pecah atau terdegradasi menjadi zat-zat yang kurang berbahaya dan menjadi tidak berbahaya, seperti karbon dioksida dan air.

3. Fitoremediasi adalah sama pengertiannya dengan bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah yang dicemari oleh logam-logam berat, pestisida, senyawa organik yang beracun dalam tanah atau air dengan bantuan tanaman atau disebut dengan hiperakumulator plant. Keunggulan dari tanaman hiperakumulator plant ini adalah mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm Mn, Zn, Ni; menyerap lebihdari 1.000 ppm untuk Cu dan Se; dan menyarap lebih dari 100 ppm untuk Cd, Cr, Pb,dan Co

c. Mana yang lebih baik, proses pencegahan ataukah proses penanggulangan dari pencemaran tanah, atau kombinasi keduanya.

Kita menyadari bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan adalah dua upaya yang saling berkaitan, dimana upaya pencegahan dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran, dan upaya penanggulangan dilakukan jika sudah terjadi pencemaran. Upaya dari pencegahan adalah upaya yang paling baik, karena seperti kata pepatah “mencegah lebih baik dari pada mengobati”, pencemaran apapun bias tidak terjadi kalau kita semua bisa mencegah hal itu terjadi, apabila sudah terlanjur terjadi pencemaran mau tidak mau kita harus menggunakan upaya penanggulangan agar pencemaran tersebut tidak menjadi besar dan berbahaya. Kaitan inilah yang menyebabkan dua upaya tersebut saling mengisi dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

Adapun langkah-langkah dari dua upaya diatas, yaitu :

1. Upaya Pencegahan pada prinsipnya adalah mencegah sesuatu yang buruk agar tidak terjadi, dalam hal ini adalah pencemaran tanah. Oleh karena itu dapat dilakukan dengan mengurangi/mencegah terjadinya bahan tercemar, seperti :

Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme bisa menguburnya dalam

tanah dan dapat juga diolah menjadi bahan pupuk kompos. Untuk mengurangi bau busuk

dari gas-gas proses pembusukkan dari sampah organik, bisa dilakukan penguburan di

dalam tanah yang berlapis-lapis.

Sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dapat dilakukan

upaya daur ulang, dimana membuat sampah anorganik menjadi bahan-bahan yang

menarik seperti boneka, tas, dan lain-lain. Untuk bahan plastik,usahakan jangan dibuang

Page 4: PENCEMARAN TANAH

sembarangan karena plastik tidak dapat hancur di dalam tanah dan tidak dapat diuraikan

oleh mikroorganisme. Sampah-sampah plastik dapat dikumpulkan di suatu tempat dan

diolah agar tidak mencemari tanah.

Limbah-limbah dari perindustrian yang biasa membuang limbahnya ke sungai ataupun ke

laut, diharapkan sebelum membuang limbah yang mengandung logam berat dan beracun

agar mengolah limbah tersebut terlebih dahulu dengan proses pemurnian.

Sampah zat radioaktif yang mempunyai waktu paruh yang sangat lama agar disimpan di

dalam sumur atau tangki-tangki dahulu, sampai zat tersebut tidak berbahaya lagi. Setelah

itu dibuang di tempat yang jauh dari pemukiman ataupun ke dalam dasar laut yang paling

dalam.

Penggunaan pupuk dan pestisida juga jangan terlalu berlebihan dan digunakan sesuai

dengan kadar aturan yang berlaku.

Usahakan memakai ataupun membuang deterjen berupa senyawa organik, agar dapat

diuraikan oleh mikroorganisme.

2. Upaya Penanggulangan akan dilakukan apabila upaya pencegahan sudahtidak dapat dilakukan

lagi. Pada prinsipnya upaya penanggulangan mengolah bahan tercemar yang mencemari tanah

agar menjadi bahan yang bermanfaat. Dengan upaya penanggulangan diharapkan tanah menjadi

alami sebagaimana mestinya, tanahnya menjadi subur dan cocok untuk ditanami tanaman lagi,

mikroorganime yang terdapat di dalam tanah juga menjadi tambah banyak dan yang paling

penting bahwa tanah tersebut sudah tidak berbahaya lagi bagi kesehatan manusia. Adapaun

langkah- langkan penanggulangan antara lain dengan cara :

Sampah- sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup

banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau

dilakukan daur ulang menjadi barang-barang lain yang bermanfaat,misal dijadikan

mainan anak -anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan keset atau

kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang,

plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang

sampah.

Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu- batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal)

yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara

berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak

menyebabkan banjir, melainkan tetap berada ditempat sekitar rumah dan tersaring.

Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali

sebagai air bersih.

Page 5: PENCEMARAN TANAH

2. Soal

A. Bioremediasi berkaitan dengan mikroorganisme dan kenapa bioremediasi dapat menanggulangi pencemaran tanah.

Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau “remediate” yang artinya menyelesaikan

masalah. Artinya secara umum bioremediasi dimaksudkan penggunaan mikroorganisme yang dapat

menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan

dari tanah seperti logam berat dan zat beracun agar lingkungan menjadi bersih dan kembali alami.

Mikroorganisme yang hidup di tanah ataupun di air tanan dapat “memakan”atau menguraikan bahan

kimia tertentu, misalnya berbagai jenis minyak. Mikroorganisme dapat mengubah bahan kimia ini

menjadi zat yang tidak berbahaya seperti air dan gas CO2. Bakteri yang secara spesifik menggunakan

karbon dari hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber makanannya disebut sebagai bakteri petrofilik.

Bakteri inilah yang memegang peranan penting dalam bioremediasi lingkungan yang tercemar limbah

minyak bumi.

Bagaimana bioremediasi ini dilakukan adalah dengan mengutamakan faktor mikroorganisme yang

dapat menguraikan zat-zat beracun dari tanah agar lingkungan kembali bersih dan alami. Mikroorganisme

dapat hidup sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar yang ideal seperti suhu, pH, nutrient, dan jumlah

oksigen. Pada umumnya bioremediasi menggunakan mikroorganisme lokal. Umumnya di daerah yang

tercemar jumlah mikroorganisme yang ada tidaklah mencukupi untuk terjadinya bioproses secara

alamiah. Di dalam teknologi bioremediasi dikenal dengan adanya dua proses stimulasi pertumbuhan

mikroorganisme, yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi. Biostimulasi adalah memperbanyak dan

mempercepat pertumbuhan mikroba yang sudah ada di daerah tercemar dengan cara memberikan

lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrient dan oksigen. Jika jumlah mikroba

yang ada sangat sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi sehingga

bioproses dapat dimulai. Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari

lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium diperbanyak dan

kembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses. Penambahan mikroba dengan cara ini disebut

sebagai bioaugmentasi.

Kondisi lingkungan yang memadai akan membantu mikroba tumbuh, berkembang dan “memakan”

polutan tersebut. Sebaliknya jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan

lambat atau mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar.

Dengan demikian, perencanaan teknis (engineering design) yang benar memegang peranan penting untuk

mendapatkan proses bioremediasi yang efektif. Bioremediasi sangat aman untuk digunakan karena

menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah). Mikroba ini adalah mikroba

yang tidak berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Bioremediasi juga dikatakan aman karena tidak

Page 6: PENCEMARAN TANAH

menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya. Nutrien yang digunakan untuk membantu

pertumbuhan mikroba adalah pupuk yang digunakan dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena

bioremediasi mengubah bahan kimia berbahaya menjadi air dan gas tidak berbahaya (CO2), maka

senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya. Teknologi bioremediasi banyak digunakan pada pencemaran

di tanah karena beberapa keuntungan menggunakan proses alamiah/bioproses. Tanah atau air tanah yang

tercemar dapat dipulihkan ditempat tanpa harus mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan

proses pengangkatan polutan.

B. Perbedaan, kelebihan, dan kelemahan dari teknik Composting,Biopile, dan Land Farming.

a. Teknik Composting.Proses pencampur -adukan dari bahan- bahan yang tercemar dengan bahan organik padat yang relatif

mudah tercampur dan diletakkan membentuk suatu tumpukan. Bahan- bahan dari organik padat yang

dicampurkan boleh berupa limbah pertanian, sampah organik, ataupun limbah gergaji. Kadang juga

untuk mempercepat perombakan ditambahkan pupuk N, P, dan nutrien anorganik lainnya. Bahan

tersebut diatas setelah dicampur biasanya diletakkan membentuk suatu tumpukan dan memanjang

yang biasa disebut dengan “windrow”. Selain diletakkan secara windrow, bisa juga diletakkan dalam

wadah yang besar dan impermiabel dan diberikan aerasi metode ini khusus unguk bahan tercemar

yang beracun dan berbahaya. Aerasi diberikan melalui metode pengadukan secara mekanis, dimana

tumpukan dibolak - balik menggunakan alat yang khusus untuk memberikan aerasi. Selain itu juga

harus tetap dijaga adalah kelembaban zat tercampur tersebut. Setelah diinkubasikan terjadi

pertumbuhan mikroba, dan suhu tumpukan meningkat mencapai 50 -60ᵒC. Meningkatnya suhu dapat

meningkatkan perombakan bahan oleh mikroba. Pada proses composting ini juga bisa dioptimalkan

dengan cara menambahkan mikroba yang telah terbukti mampu menguraikan kontaminan.

Page 7: PENCEMARAN TANAH

b. Teknik Biopile

Merupakan salah satu pengembangan dari teknik composting. Teknik biopile ini merupakan salah

satu teknik bioremediasi ex-situ yang dilakukan dipermukaan tanah. Teknik biopile ini juga bisa

disebut dengan aerated compost pile. Aerated compost pile merupakan aerasi yang terjadi pada

pengkomposan secara alami. Proses Biopile sendiri menggunakan pompa untuk menginjeksikan

oksigen ke dalam tumpukkan tanah tercemar yang diolah. Proses biodegradasi dipercepat dengan

optimasi pasokan oksigen, pemberian nutrien dan mikroorganisme serta pengaturan kelembaban.

Teknik Biopile ini sangat mirip dengan Teknik Land Farming, dilihat dari penanggulangan lahan

tercemar. Kemiripannya dilihat dari teknik pemberian aerasi, land farming diberikan dengan cara

membolak - balik tanah dengan cara dibajak, sedangkan biopile diberikan menggunakan peralatan.

Pada biopile ada dua cara pemberian aerasi. Pertama dengan pompa penghisap untuk memasukkan

oksigen dari udara ke lapisan tanah, dan yang kedua menggunakan blower untuk menginjeksikan

udara ke dalam tanah Teknik Land Farming.

c. Teknik ketiga adalah teknik land farming yang merupakan salah satu dari teknik bioremediasi.

Teknik land farming ini juga biasa disebut dengan Land Treatment atau Land Application. Teknik

ini adalah salah satu cara dimana proses bioremediasi dilakukan dipermukaan tanah. Tetapi proses

land farming ini memerlukan kondisi aerob, bisa dilakukan dengan metode in-situ ataupun dengan

metode ex-situ. Teknik land farming ini merupakan teknik yang sangat sederhana dan yang paling

lama digunakan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk teknik land farming ini adalah

kondisi lingkungan, sarana, pelaksanaan, sasaran dan biaya. Tanah tercemar untuk lokasi penerapan,

tanah hendaknya memiliki konduktivitas hidrolik sedang seperti lanau (loam) atau lanau

kelempungan (loamy clay). Jika diterapkan pada tanah lempung dengan kondisi tanah dengan

kandungan clay lebih dari 70% maka akan sulit untuk digunakan. Ini disebabkan karena sifat

lempung jika terkena air akan mengeras. Kegiatan land farming dapat dilakukan secara ex-situ

maupun in-situ. Namun bila letak tanah tercemar jauh diatas muka air (water table) maka land

farming dapat dilakukan secara in-situ.

3. Mekanisme bioremediasi logam berat yang beracun menjadi tidak beracun di dalam tanah.

Dari jurnal “Bioremediasi Logam Timbal (Pb) Dalam Tanah Terkontaminasi Limbah Sludge Industri

Kertas Proses Deinking ”

Industri Kertas dengan proses deinking adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah padat yang

diklasifikasikan sebagai limbah B3. Pada umumnya limbah padat tersebut mengandung logam Pb, Cr, Cu,

Ni, Zn, Cd dan Hg yang berasal dari tinta yang larut dalam air limbah (Gottsching et. al, 2000).

Page 8: PENCEMARAN TANAH

Masalahyang seringkali muncul pada saat ini adalah tercemarnya tanah oleh bahan berbahaya dan

beracun (B3). Tanah terkontaminasi limbah proses deinking mengandung logam berat Cd sebesar 2,30

mg/kg ; Ni : 16,2 dan Pb : 22 mg/kg (Hardiani, 2008) cukup tinggi dibandingkan dengan persyaratan

logam dalam tanah tidak berbahaya (Cd 0,08 dan Ni 0,4 mg/kg), sedangkan untuk Pb sebesar 20 mg/kg

(Alloway, 1995). Mengacu kepada karakteristik tersebut bahwa kandungan logam Pb cukup besar

dibandingkan dengan logam lainnya. Logam Pb termasuk logam berat yang dikategori ke dalam bahan

berbahaya dan beracun (B3).Jumlah logam Pb dalam tanah dapat menggambarkan kondisi tanah telah

terjadi kontaminasi atau tidak terkontaminasi. Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan

masalah, karena akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam tidak mengalami

transformasi (persistent), sehingga menyimpan potensi keracunan yang laten (Notodarmojo, 2005).

Keberadaan logam berat dalam tanah perlu mendapatkan perhatian yang serius karena tiga hal,meliputi:

1) bersifat racun dan berpotensi karsinogenik; 2) logam dalam tanah pada umumnya bersifat mobile 3)

mempunyai sifat akumulatif dalam tubuh manusia (Notodarmojo, 2005).

Di dalam tubuh manusia, logam Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan

hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil logam Pb dieksresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat

oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan

rambut(Widowati, 2008). Salah satu pilihan untuk mengatasi masalah kontaminasi oleh logam Pb adalah

bioremediasi menggunakan mikroba (Suhendrayatna, 2001). Tindakan remediasi perlu dilakukan agar

lahan yang tercemar dapat digunakan kembali untuk berbagai kegiatan secara aman.

Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan agar teknologi bioremediasi yang menggunakan mikroba

dapat digunakan sebagai metode pemulihan tanah terkontaminasi logam Pb dapat dijadikan sebagai

alternatif pengembangan teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan. Kemampuan mikroba tersebut

dapat dijadikan sebagai informasi bagi industri pulp dan kertas untuk memecahkan permasalahan

pemulihan pembuangan limbah padat yang mengandung logam Pb Secara umum hasil analisis total

logam dalam limbah sludge dan tanah terkontaminasi limbah sludge proses deinking menunjukkan bahwa

parameter logam Cd, Ni, Cr, Zn, Pb dan Cu cukup tinggi dibandingkan dengan persyaratan logam dalam

tanah tidak berbahaya. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel (1) Konsentrasi logam berat dalam

tanah terkontaminasi lebih tinggi dibandingkan dengan limbah sludge, terutama logam Cu, Cr dan Zn,

sedangkan logam Pb tidak tersedia data persyaratan menurut AMEG. Nilai tersebut melebihi nilai

maksimal tanah tidak berbahaya menurut AMEG, sehingga dianggap berbahaya bagi manusia atau

populasi biologis. Dari hasil analisis karakteristik tanah terkontaminasi menunjukkan bahwa logam Pb

sebesar 63,1 mg/kg dan menurut batasan kadar beracun yang masih bias ditoleransi oleh hewan ternak

sebesar 10-30 mg/kg, oleh karena itu perlu adanya remediasi logam Pb dalam tanah yang terkontaminasi

limbah padat proses deinking di industri kertas

Page 9: PENCEMARAN TANAH

Tabel (1) Hasil Analisis Logam Berat

Proses bioremediasi tanah terkontaminasi logam Pb dari limbah pada tindustri kertas proses deinking

telah menggunakan aktivitas mikroba sebagai sumber energi, sumber karbon atau aseptor elektron untuk

metabolism hidupnya. Masuknya bakteri pada ukuran populasi tertentu terutama bakteri yang adaptif dan

resisten terhadap lahan terpolusi, dapat mengikat logam berat karena mikroba memproduksi protein

permukaan yang mampu mengikat logam berat.

Keberhasilan bioremediasi adalah mengubah logam aktif dalam tanah terkontaminasi menjadi tidak aktif

oleh aktivitas mikroba, dengan melalui analisis fraksinasi dengan cara ekstraksi berurutan. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya peningkatan kandungan logam dalam fase residual dan menurunnya

kandungan logam dalam fase tertukarkan. Analisis fraksinasi dengan cara ekstraksi berurutan digunakan

secara tidak langsung untuk mengkaji mobilitas potensialdan ketersediaan logam dalam tanah. Fraksi

kation yang teradsobsi pada permukaan logam Pb di dalam tanah menentukan sifat aktif maupun tidak

aktif logam dalam tanah. Tujuan dari bioremediasi tanah terkontaminasi logam Pb adalah mereduksi

logam Pb aktif dalam tanah menjadi tidak aktif (Huang et al.,2005). Germination index (GI) adalah

parameter yang sangat sensitive yang digunakan untuk mengevaluasi toksisitas suatu tanaman terhadap

bahan tertentu. GI dihitung dengan cara mengombinasikan kecambahan biji relatif dengan perpanjangan

akar relatif. Menurut Zucconi et al., 1981 dalam Gao et al., 2010 menyatakan jika Germination index di

atas 80% maka tanah dapat dikatakan bebasdari senyawa yang bersifat toksik bagi tanaman.

Tanah terkontaminasi logam Pb dapat dipulihkan dengan proses bioremediasi. Hal ini ditunjukkan dari

kemampuan mikroba untuk mengubah logam, terlihat dari penurunan koefisien distribusi fase tertukarkan

dan peningkatan fase residual. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan inokulum 10% (v/w)

dengan waktu inkubasi 40 hari. Mikroba konsorsium dari campuran PG 65-06 (A) : PG 97-02 (B) : MR

1.12-05 (C) dan A1 (D) dengan perbandingan 1:1:1:1 mempunyai kemampuan untuk meremediasi tanah

Page 10: PENCEMARAN TANAH

terkontaminasi logam berat Pb dari limbah padat industri kertas proses deinking. Keberhasilan proses

bioremediasi ditunjukkan dengan adanya penurunan logam Pb pada fase tertukarkan seiring dengan

meningkatnya logam Pb pada fase residu oleh adanya aktifitas mikroba, artinya mengubah sifat logam

yang semula aktif menjadi tidak aktif, terlihat dari kandungan logam Pb dalam fase tertukarkan semula

sebesar 19,36 mg/kg berkurang menjadi 15,91 mg/kg dan ada fase residual terjadi peningkatan kandungan

logam Pb yang semula 7,77mg/kg menjadi 17,00 mg/ kg atau menurunnya koefisien distribusi sebesar

21% dalam fase tertukarkan dan meningkatnya koefisien distribusi sebesar 146%dalam fase residual.

Nilai germination index (GI) pada kisaran 84,3- 136,7% berarti tanah yang telah diremediasi tidak lagi

mengandung material yang bersifat toksik pada tanaman. Dari jurnal “Pemanfaatan Bakteri Pereduksi

Sulfat Untuk Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batu Bara” Indonesia memegang peranan yang sangat

penting dalam industri batubaradan mineral dunia. Tahun 2005 Indonesia menduduki peringkat ke- 2

sebagai negara pengekspor batubara uap. Untuk pertambangan mineral, Indonesia merupakan negara

penghasil timah peringkat ke-2, tembaga peringkat ke-3, nikel peringkat ke-4 dan emas peringkat ke-8

dunia (Gautama, 2007). Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling

berlawanan,sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Sebagai

sumber kemakmuran sudah tidak diragukan lagi bahwa sektor ini merupakan salah satu tulang punggung

pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, praktek pertambangan terbuka

(open pit mining) yang paling banyak diterapkan pada penambangan batubara dapat mengubah iklim

mikro dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit batubara disingkirkan. Permasalahan yang

paling berat akibat penambangan terbuka adalah terjadinya fenomena acid mine drainage (AMD) atau

acid rock drainage (ARD) akibat teroksidasinya mineral bersulfur (Untung, 1993) dengan ditandai

berubahnya warna air menjadi merah jingga. AMD akan memberikan serangkaian dampak yang saling

berkaitan, yaitu menurunnya pH, ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah terganggu, serta

kelarutan unsur -unsur mikro yang umumnya merupakan unsur logam meningkat (Marschner, 1995;

Havlinet al., 1999).

Hasil penelitian Widyati (2006) menunjukkan bahwa kandungan sulfat pada tanah bekas tambang

batubara PT. Bukit Asam di Sumatera Selatan mencapai 60.000 ppm, pH 2,8 dan kandungan logam-

logam jauh di atas ambang batas untuk air bersih. Kualitas lingkungan perairan yang demikian dapat

mengganggu kesehatan manusia dan kehidupan lainnya. Disamping itu, kondisi tanah yang demikian

degraded, mengakibatkan kegiatan revegetasi memerlukan biaya yang mahal.

Dengan demikian masalah yang harus diatasi terlebih dahulu dalam mengendalikan AMD adalah

memperbaiki kondisi tanah. Salah satu metode yangramah lingkungan adalah bioremediasi, yaitu suatu

proses dengan menggunakan mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau ensim yang dihasilkan untuk

mengembalikan kondisi lingkungan dengan cara mengeliminasi kontaminan (Wilkipedia, 2006).

Page 11: PENCEMARAN TANAH

Kelompok mikrobaa yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah bekas tambang batubara

adalah bakteri pereduksi sulfat (BPS). Dalam aktivitas metabolismenya BPS dapat mereduksi sulfat

menjadi H2S.Gas ini akan segera berikatan dengan logam-logam yang banyak terdapat pada lahan bekas

tambang dan dipresipitasikan dalam bentuk logam sulfida yang reduktif (Hards and Higgins, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan BPS yang diisolasi dari limbah industri kertas

untuk menurunkan kadar sulfat padalahan bekas tambang batubara.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada perlakuan yang tidak diinokulasi dengan BPS konsentrasi

sulfat dalam larutan tersebut relatif tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada perlakuan yang

diinokulasi dengan BPS terjadi penurunan dari konsentrasi sulfat sebesar 48.400 ppm pada hari ke 0

menjadi 9.300 ppm pada hari ke-20 setelah inkubasi. Pada percobaan ini BPS mulai menurunkan sulfat

setelah hari ke-5 inkubasi. Penurunan konsentrasi sulfat pada penelitian ini karena BPS dapat

menggunakan sulfat sebagai akseptor elektron untuk aktivitas metabolismenya (Higgins et al., 2003).

Karena sulfat menerima elektron maka senyawa ini akan mengalami reduksi menjadi sulfida sehingga

konsentrasinya dalam kultur tersebut mengalami penurunan. Ujicoba pemanfaatan BPS juga dilakukan

untuk menurunkan kandungan sulfat pada tanah bekas tambang batubara. Hasil pengukuran perubahan

kadar sulfat pada tanah bekas tambang batubara oleh aktivitas BPS .Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa perlakuan bioremediasi dengan BPS dapat menurunkan konsentrasi sulfat dalam tanah bekas

tambang batubara secara signifikan (P<0,05), dengan efisiensi 91,28% dibanding kontrol.

Kemampuan BPS dalam menurunkan kandungan sulfat sehingga dapat meningkatkan pH tanah bekas

tambang batubara ini sangat bermanfaat pada kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang batubara.

Peningkatan pH yang dicapai hampir mendekati netral (6,66) sehingga sangat baik untuk mendukung

pertumbuhan tanaman revegetasi maupun kehidupan biota lainnya.

Bakteri pereduksi sulfat (BPS) efektif digunakan dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang

batubara dengan waktu inkubasi 20 hari. Aktivitas BPS dapat menurunkan konsentrasi sulfat pada tanah

bekas tambang batubara dengan efisiensi 89,76% dalam waktu inkubasi 20 hari. Penurunan sulfat

tersebut dapat meningkatkan pH tanah bekas tambang batubara dari 4,15menjadi 6,66 dalam waktu yang

sama. Nilai pH tersebut merupakan pH yang ideal untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman, sehingga

bioremediasi tanah dengan BPS akan sangat membantu kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang

batubara.

Page 12: PENCEMARAN TANAH

Dari jurnal “Penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan Tercemar Limbah Minyak Bumi”

Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan limbah berupa lumpur minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu kontaminan minyak bumi yang sulit diurai adalah senyawaan hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun. Akibatnya, ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu (Karwati, 2009). Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa- senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan kimiawi. Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar dibandingkan dengan kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara alami. Akibatnya, zat pencemar akan terakumulasi sehingga dibutuhkan campur tangan manusia dengan teknologi yang ada untuk mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2006). Selain itu, Atlas (1981) dalam Nugroho (2006) juga menjelaskan bahwa banyak senyawa-senyawa organik yang terbentuk di alam dapat didegradasi oleh mikroorganisme bila kondisi lingkungan menunjang proses degradasi, sehingga pencemaran lingkungan oleh polutan- polutan organik tersebut dapat dengan sendirinya dipulihkan. Namun pada beberapa lokasi terdapat senyawa organik alami yang resisten terhadap biodegradasi sehingga senyawa tersebut akan terakumulasi di dalam tanah. Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan,efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Melalui teknnologi ini diharapkan dapat mereduksi minyak buangan yang ada dan mendapatkan produk samping dari aktivitas tersebut (Udiharto et al.,1995). Bioremediasi merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengolah kontaminan, yaitu dengan memanfaatkan mikroba, tanaman, enzim tanaman atau enzim mikroba (Gunalan, 1996).Pada penelitian ini diharapkan hasil degradasi Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) lebih besar dari pada penelitian diatas. Penelitian ini akan dikaji proses bioremediasi limbah lumpur minyak bumi dengan biokompos menggunakan teknik landfarming pada skala laboratorium. Teknik landfarming adalah teknik bioremediasi ex situ yang memanfaatkan tanah sebagai mediadan menanami tanaman. Salah satu tanaman yang digunakan adalah rumput gajah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumacher) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrisi. Tanaman ini mampu beradaptasi terhadap polutan dengan konsentrasi tinggi dan dapat juga memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanamanlain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008 dalamAmbriyanto, 2010).Hasil penelitian menunjukan bahwa pada keadaan awal pH masih berkisaran 7,25 - 8,25 (Gambar 2). Hal ini sesuai dengan pH optimum karenamenurut Nghia (2007) pH optimum untuk biodegradasi berada kisaran antara 6 dan 8. Namun setelah diberi perlakuan, pH mengalami perubahan penurunan nilai pH yang menunjukan bahwa mikroorganisme beraktivitas. Kebanyakan bakteri tumbuh pada pH netral atau sedikit alkali. pH berpengaruh pada fungsi seluler mikroorganisme, transport membran, dan keseimbangan reaksi (Cookson,1990 dalam Sugoro, 2002). Berdasarkan hasil analisis, pada umumnya semua perlakuan mengalami penurunan nilai pH. Penurunan nilai pH tersebut diduga disebabkan oleh aktivitas konsorsium bakteri yang membentuk metabolit-metabolit asam. Biodegradasi alkana yang terdapat dalam minyak bumi akan membentuk alkohol dan selanjutnya menjadi asam lemak. Asam lemak hasil degradasi alkana akan dioksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat dan asam propionate sehingga dapat menurunkan nilai pH medium (Rosenberg, E., Legmann,R.,Kushmaro, A., Taube, R., dan Ron, E.Z. 1992 dalam Nugroho, 2006). Kandungan air sangat penting untuk aktivitas metabolik dari mikoba pada limbah minyak bumi karena mikroba akan hidup aktif di interfase antara minyak dan air (Udiharto, 1996).

Page 13: PENCEMARAN TANAH

Kelembaban berkisar antara 50 - 80% kapasitas penyangga air merupakan kelembaban ideal untuk berlangsungnya aktivitas mikroba (Santosa, 1999).Secara umum pemberian biokompos memberikan pengaruh yang signifikan terhadap % WHC. Hal ini karena biokompos mengandung mikroorganisme pendegradasi minyak bumi. Pada sampel A1 mengalami kenaikan lebih kecil dibandingkan dengan A2. Hal ini disebabkan sampel A1merupakan kontrol yang hanya ditanami dengan rumput gajah dan tanpainokulan. Rumput gajah dan mikroba indigen tidak mampu mendegradasisenyawa organik secara cepat yang terdapat dalam tanah. Minyak bumimenyelimuti tanah dan masuk ke dalam pori - pori tanah sehingga air tidak dapatterjerap oleh tanah karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar.Adanya perbedaan sifat ini menyebabkan air tidak akan terjerap oleh tanah yangsudah dipenuhi dengan minyak.Biodegradasi hidrokarbon alifatik biasanya terjadi pada kondisi aerob.Tahap awal degradasi hidrokarbon secara aerob adalah memasukkan molekuloksigen ke dalam hidrokarbon oleh enzim oksigenase (Nugroho, 2009). Menurut R.M. Atlas, and R. Bartha (1992) dalam Nugroho (2009) Jalur degradasi alkanayang paling umum adalah oksidasi rantai terminal (Gambar 4.5). Alkanadioksidasi menjadi alkohol dan selanjutnya menjadi asam lemak (Cookson,1995 dalam Nugroho, 2009).Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik,kadar abu suatu bahan tergantung bahan dan cara pengabuannya (Sudarmadji etal., 1996). Data gambar 4.6, menunjukan terjadi perubahan kadar abu yangnyata antara keadaan sebelum dan setelah fermentasi degradatif dari limbahlumpur minyak bumi. Hasil statistik anova menunjukan bahwa kadar abu diantara keenam perlakuan berbeda nyata (P ≤ 0,05), ini menunjukan bahwa pemberian biokompos memberikan pengaruh yang signifikan berupa peningkatankadar abu di akhir perlakuan.Tanaman melepaskan eskudat di rizosfer kemungkinan untuk kebutuhansebagai sumber karbon untuk mikroba (Bowen and Rovira, 1991 dalam Nwoko,2010). Eskudat yang dikeluarkan berupa gula, pati, dan asam- asam organik yangdapat dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber karbon. Akibatnya, mikrobarizosfer dapat meningkatkan kesehatan tanaman dengan menstimulasi pertumbuhan akar melalui produksi pengatur pertumbuhan tanaman,meningkatkan penyerapan mineral dan air (Nwoko, 2010). Tanaman merangsangseluruh proses dengan terlebih dahulu, melepaskan senyawa karbon untuk memfasilitasi populasi mikroba yang lebih tinggi disekitar daerah akar. Kedua,tanaman melepaskan senyawa yang dari akar khusus yang dapat menyebabkangen mikroba yang terlibat dalam degradasi atau bertindak sebagai co - metabolituntuk memfasilitasi degradasi mikroba (Olson et al., 2003. Leigh et al., 2002 dalam Nwoko, 2010).Berdasarkan hasil penelitian multi fungsi biokompos dalam rehabilitasilahan tercemar limbah lumpur minyak bumi dapat disimpulkan sebagai berikut :Penambahan kompos dan urea dapat meningkatkan efisiensi degradasi TPH dandiperoleh hubungan positif antara jumlah penambahan kompos dan ureaterhadap tingkat degradasi TPH, Komposisi medium terbaik dalam mendegradasiTPH adalah perlakuan C2 (100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100 g beratkering biokompos, 9 g urea, rasio C/N = 5) dengan tingkat degradasi 91,15%, Faktor lingkungan yang menghasilkan kondisi optimal ini dicapai padaremediasi diperoleh melalui kondisi awal pH 8,25; kadar air 49,97%; WHC101,64%; dan kadar abu 63,76% dan kondisi akhir pH 6,25; kadar air 55,04%;kadar abu 73,39%; dan WHC 124,11%.

Page 14: PENCEMARAN TANAH

4. Soal Mekanisme fitoremediasi dapat mencegah dan menanggulangi pencemaran pada tanah.

Dari jurnal “Fitoremediasi Radionuklida 134 Cs Dalam Tanah MenggunakanTanaman Bayam (Amaranthus sp.)”

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu berkembang sesuai dengankebutuhan hidup manusia, dimana tujuan akhir dari perkembangan IPTEK tersebutadalah mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk mencapaitujuan tersebut diharapkan tidak ada dampak negatif bagi manusia khususnya danlingkungan hidup pada umumnya. Jika ada dampak negatif, maka harus diusahakanseminimal mungkin. Salah satu dampak negatif dari berkembangnya IPTEK adalah pencemaranlingkungan, baik itu pencemaran udara, air maupun tanah. Bila terjadi pencemaran didalam suatu komponen lingkungan, maka pertama -tama akan terjadi akumulasi zat pencemar (polutan) pada komponen lingkungan tersebut lalu polutan akan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Pencemaran lingkungan dapat menurunkan kualitaslingkungan. Apabila kualitas lingkungan menurun dan melewati ambang batas makadapat memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia, hewan dantumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu metode pemulihan kualitas lingkungan yang tercemar adalahmenggunakan teknik fitoremediasi. Teknik fitoremediasi didefinisikan sebagaiteknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan zat pencemar dalam tanahatau air dengan menggunakan bantuan tanaman. Teknik fitoremediasi merupakanmetode biokonsentrasi bahan berbahaya (polutan) dalam tanah dan air sertamerupakan teknologi pemulihan kualitas lingkungan tercemar yang ramahlingkungan dan murah Teknik fitoremediasi sering dikembangkan untuk pemulihan kualitaslingkungan yang tercemar logam berat seperti Pb, Zn, Au dan pencemar dalam bentuk radioaktif seperti Cs. Tanaman yang dipakai sebagai fitoremediator misalnya tanaman Sawi.

Pada makalah ini ditampilkan hasil penelitian fitoremediasi radionuklida 134 Cs dalam tanah menggunakan tanaman bayam dan pengaruh penambahan EDTA(Ethylene Diaminete Traacetic Acid) pada proses pelepasan radionuklida 134 Cs dalam partikel tanah dan yang diserap oleh tanaman bayam. Perlu diketahui bahwa radionuklida 134 Cs merupakan radionuklida hasil fisi maupun aktivasi dari proses pemanfaatan reaktor nuklir. Radionuklida 134 Cs yang dipakai dalam penelitian iniadalah radinuklida hasil aktivasi. Radionuklida134 Cs merupakan salah saturadionuklida yang dapat terlepas ke lingkungan, memancarkan radiasi gamma sertamempunyai waktu paro 2,05 tahun. Penelitian fitoremediasi radionuklida 134 Cs dalam tanah dilakukan denganmenggunakan tanaman bayam, dengan tujuan untuk melihat kemampuan tanaman bayam dalam menyerap dan memindahkan radionuklida 134 Cs dari dalam tanah ketanaman bayam serta kemungkinannya sebagai fitoremediator radionuklida 134 Cs dalam tanah. Cesium mempunyai sifat yang sama dengan kalium, yaitu larut dalamair dan mudah diserap oleh tanaman. Tanaman yang telah menyerap dan mengakumulasi radionuklida 134 Cs daridalam tanah dapat diperlakukan sebagai limbah radioaktif padat yang lebih mudahdalam pengelolaannya. Tekstur tanah liat memiliki ikatan yang sangat kuat dengan unsur lain yangterkandung di dalam tanah tersebut. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanamanadalah tanah dengan komposisi yang seimbang antara pasir, debu dan liat. Olehkarena itu, untuk memaksimalkan agar radionuklida

134 Cs yang terikat dalam tanahtersebut lepas dari partikel tanah maka ke dalam tanah penelitian ditambahkan EDTAsebanyak 0,25 mg/polibag yang dilarutkan dengan air sebanyak 150 ml setiap

Page 15: PENCEMARAN TANAH

1minggu sebelum sampling. Dengan penambahan EDTA ini diharapkan radionuklida 134 Cs banyak yang lepas dari partikel tanah dan mengisi rongga udara atau air dalamtanah serta banyak yang diserap oleh akar tanaman bayam EDTA (Ethylene Diaminete Traacetic Acid) memiliki sifat tidak berwarna,larut dalam air, bersifat pengkelat yang muncul dari kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan ion logam dan beberapa unsur radioaktif sehinggadimanfaatkan dalam melepaskan Cesium yang semula terikat dengan partikel tanah.

Setelah dilakukan penumbuhan dan pemeliharaan tanaman bayam padamedia penelitian serta pengambilan (pemanenan) dan preparasi sampel tanaman bayam beserta tanahnya, maka dilakukan perhitungan konsentrasi radionuklida 134 Cs yang tersisa dalam media penelitian dan yang berpindah dari tanah ke tanaman bayam. Hasil perhitungan konsentrasi radionuklida 134 Cs yang tersisa dalam tanah polibag (media penelitian). Pada awal penelitian terlihat ada kenaikan konsentrasihingga melebihi konsentrasi awal, hal ini mungkin disebabkan radionuklida 134 Cs belum bercampur secara homogen dengan tanah, hingga konsentrasi radionuklida 134 Cs dalam tanah tiap polibag juga tidak homogen. Disamping itu mungkindisebabkan juga akibat penyerapan tanaman bayam yang berbeda - beda sesuai denganmetabolisme individu tanaman. Penurunan konsentrasi radionuklida 134 Cs dalam tanah diakibatkan karenaadanya perpindahan radionuklida 134 Cs dari tanah ke tanaman bayam akibat diserapoleh akar tanaman, kemudian diakumulasi dalam akar, batang dan daun tanaman bayam. serta karena faktor peluruhan fisik radionuklida 134 Cs. Konsentrasiradionuklida 134 Cs dalam tanah penelitian akan menurun sejalan makin tumbuhnyatanaman bayam. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman bayam mampumenyerap, memindahkan dan mengakumulasi radionuklida

134 Cs dari dalam tanahyang dikontaminasi dengan 134 Cs.Penyerapan dan akumulasi maksimumradionuklida 134 Cs dari dalam tanah oleh tanaman bayam terjadi pada hari ke–7,dengan nilai faktor transfer radionuklida 134 Cs dari tanah ke tanaman bayam sebesar 34,80 dan nilai faktor transfer radionuklida 134 Cs dari tanah yang ditambah EDTA ketanaman bayam sebesar 43,58.Berdasarkan nilai faktor transfer yang diperoleh dapatdisimpulkan bahwa konsentrasi total radionuklida 134 Cs dalam tanah yang berpindahke tanaman bayam lebih kecil dibandingkan konsentrasi total radionuklida 134 Csdalam tanah yang ditambah EDTA. Hal ini berarti penambahan EDTA berpengaruh pada proses pelepasan 134 Cs dari partikel tanah. Nilai faktor transfer yang diperolehlebih besar dari 1 sehingga tanaman bayam dapat dipertimbangkan sebagaifitoremediator tanah yang terkontaminasi dengan radionuklida Cs.

Dari jurnal “Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) MenggunakanTanaman Akar Wangi ( Vetiver zizanioides )”

Pada awalnya, logam yang terpendam dalam perut bumi tidak berbahaya.Karena semakin banyaknya kegiatan pertambangan mengakibatkan logam-logam tersebut muncul kepermukaan, apabila terurai di alam mengakibatkan suatu ancaman bagi lingkungan itu sendiri. Logam merkuri atau yang dikenal air raksa merupakansalah satu logam berat tersebar luas di alam. Semakin banyaknya kegiatan pertambangan, semakin banyak pula dampak yang di rasakan oleh manusia ataupunlingkungan itu sendiri. Contohnya penambangan emas adanya proses penggalian bahan tambang dan proses pengolahan hasil galian tambang. Pada proses pengolahanhasil galian tambang dipergunakannya merkuri untuk pemisahan biji emas dengantanah/batuan.

Page 16: PENCEMARAN TANAH

Merkuri (Hg) merupakan zat yang mudah menguap yang terbentuk sebagaifraksi halus, unsur, jejak, dan ion seharusnya diwaspadai apabila terakumulasi dalam jumlah tertentu karena berdampak merugikan bagi lingkungan hidup. Apabila ketikasuatu zat pencemar yang berbahaya telah mencemari permukaan tanah dan menguapkemudian terbawa air hujan dan meresap kedalam tanah maka akan mencemari air tanah.

Tindakan pemulihan perlu dilakukan agar tanah yang tercemar dapat digunakankembali dengan aman. Banyak teknologi yang digunakan untuk remediasi tanah yangtercemar logam berat. Salah satunya adalah fitoremediasi, yaitu penggunaantumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi(Alam, 2009). Pada penelitian ini tanaman yang akan dimanfaatkan untuk prosesremediasi adalah tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides). Tanaman akar wangidiindikasikan dapat meremediasi logam berat (termasuk Hg) karena merupakantanaman (Alam, 2009). Dengan dilakukannya proses fitoremediasi ini diharapkandapat memulihkan kualitas lahan bekas pembuangan sampah lebih cepat disbanding tanpa proses tersebut dan sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan yangmelibatkan keragaman biotik.

Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi.Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan,termasuk manusia. Beberapa logam berat lainnya adalah magnesium (Mg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), dan besi (Fe). Air raksa(Hg) sangat diperlukan untuk pertumbuhan kehidupan biologis,tetapi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh karena itu, keberadaan logam berat perlu mendapat pengawasan, terutama dari segi jumlah kandungannya di dalam air (Noviardi drr., 2007). Air raksa dalam kondisi temperatur kamar berbentuk zat cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960).Merkuri (Hg) merupakan zat yang mudah menguap yang terbentuk sebagai fraksi halus, unsur, jejak, dan ion seharusnya diwaspadai apabila terakumulasi dalam jumlah tertentu karena berdampak merugikan bagi lingkunganhidup. Apabila ketika suatu zat pencemar yang berbahaya telah mencemari permukaan tanah dan menguap kemudian terbawa air hujan dan meresap kedalam tanah maka akan mencemari air tanah.

Setiap tanaman memiliki perbedaan sensivitas terhadap logam berat dan memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam berat.Kemampuan penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagimenjadi tiga proses, yaitu Mangkoedihardjo, 2005; Gosh dan Singh, 2005):

Penyerapan presipitat logam berat oleh akar. Presipitat polutan merkuri(Hg2+) dalam tanah diimobilisasi oleh akar tanaman dengan cara diakumulasi, diadsorpsi pada permukaan akar dan diendapkan dalam zona akar. Proses inilah yang kemudian disebut fitostabilisasi. Dari akar ini, merkuri (Hg2+) ditranslokasikan menuju ke arah organ- organ lain seperti batang dan daun yang disebut proses fitoekstrasi (Wang, 2004).

Lokalisasi logam berat pada bagian jaringan tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metaboolisme tumbuhan tersebut.. Pada masing-masing organ, polutan yang diserap segera diuraikan melalui proses metabolism tumbuhan secara enzimatik. Proses ini disebut fitodegradasi. Enzim yang berperan pada proses ini biasanya adalah dehaloganases,oxygenases, dan reductases.

Karena merupakan benda cair sehingga merkuri dengan mudah meresap kedalam tanah. Tanah yang mengandung 50 % pori- pori yang terisi air dan udara lebihmempermudah merkuri yang merupakan benda cair untuk bereaksi ke dalam tanah.Sumber pencemaran merkuri berasal dari penggunaan pupuk pestisida, penambanganemas, dan limbah industry yang mengandung merkuri, dimana apabila masuk

Page 17: PENCEMARAN TANAH

kedalam air tanah, kemudaia air tanah mengalir masuk menuju ke perairan dengansystem. permeabilitas tanah. Merkuri mudah bereaksi dengan unsur yang ada dalam tanah dan air dan membentuk HgCl (merkurianorganik). Apabila merkuri ini lebih dari tingkatan itu dapat menghancurkan organik dalam tanah dan nitrogen dalam mineral tanah. Tanah mengandung CO2 dengankesuburan tanah NH2 dan NaOH. Merkuri dapat bereaksi dengan nitrogen tanah membentuk methyl mercury Hg(NO2)3. Methyl merkuri dapat terendap dengan skala waktu yang cukup lama di dalam tanah karena merkuri stabil dan tidak dapat dipisahkan bahkan dicampurkan dengan zat lain.

Page 18: PENCEMARAN TANAH
Page 19: PENCEMARAN TANAH
Page 20: PENCEMARAN TANAH
Page 21: PENCEMARAN TANAH

5. Proses terjadinya hujan asam, mengapa hujan asam mencemari tanah, metode penanggulangan pencemaran tanah akibat hujanasam, alasan metode yang mana yang paling efektif.

Pengertian hujan asam adalah segala macam hujan di bawah pH (derajatkeasaman) 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karenakarbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagaiasam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantumelarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun 1972. Iamenguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di bagianutara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwaterjadinya deposisi asam. Deposisi asam terdiri dari dua jenis, yaitu deposisi

Page 22: PENCEMARAN TANAH

keringdan deposisi basah. Deposisi kering adalah peristiwa terkenanya benda dan molekulhidup oleh asam yang ada dalam udara. Hal ini bisa terjadi di daerah perkotaan,karena adanya pencemaran udara dari lalu lintas yang berat dan daerah yanglangsung terkena udara yang tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.Deposisi kering biasanya terjadi di tempat dekat sumber pencemaran. Sedangkandeposisi basah ialah turunnya dalam bentuk hujan. Seperti halnya SO2, 50% NOx dalam atmosfer adalah alamiah dan 50%antrofogenik. Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NOx sehingga di negara dengan industri maju NOx yang antrofogenik lebih besar dari pada yangalamiah. Emisi NOx dalam tahun 1980 diperkirakan sebesar 9,2 juta ton di Eropa,19,3 juta ton di Amerika Serikat, dan 1,8 juta ton di Kanada. Instalasi pembangkitlistrik dan kendaraan bermotor merupakan sumber utama NOx. NOx berasal jugadari aktivitas jasad renik tanah, di mana untuk kehidupannya menggunakan senyawaorganik yang mengandung N. Oksida N itu merupakan hasil sampingan dari aktivitas jasad renik tersebut.

Pupuk N dalam tanah yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami perombakan kimia fisik dan biologi yang menghasilkan oksida N. Semakin banyak digunakan pupuk N, semakin tinggi pula produksi oksida tersebut. Sebagian darioksida N tersebut di udara berubah menjadi asam nitrat. Sumber asam nitrat yanglain ialah amonia (NH3). NH3sebenarnya bersifat basa, tetapi keberadaannya diudara menetralisasi asam dengan pembentukan garam (NH)2dan NH4 NO3 kemudian dioksidasi menjadi asam nitrat. Sumber utama NH3 ialah pertanian dan peternakan, yaitu pupuk dan kotoran ternak.

Proses terjadinya hujan asam secara alami hujan asam dapat terjadi akibatsemburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akantetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian(terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa anginhingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdepositke tanah. Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting diRepublik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya.Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telahmerusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik iniumumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energy Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi. Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non- belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran methanol menghasilkan dua sampai lima kali formal dehide dari pada pembakaran bensin. Zatini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker).

Page 23: PENCEMARAN TANAH

Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran

Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara biasanya dicuci untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida(sampai 50-90% (Soemarwoto, 1992).

Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%. Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dansuhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksidengan belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara. Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buangselanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O)membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping prosesFGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.

Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi,2000. Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah dicerobong asap dengan absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengancara ini 70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk. Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam,gipsum yang dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan.Sebagai bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapisdinding (wall boards).

Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisihendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan.Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal

Page 24: PENCEMARAN TANAH

transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutuemisi, baik di industri maupun transportasi