pencemaran logam berat dalam sedimen di muara sungai
TRANSCRIPT
-
ANCAMAN DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LOGAM BERAT
DI KAWASAN ESTUARIA
Yudha Arie Wibowo
Mahasiswa Program Studi Oseanografi Universitas Hang Tuah Surabaya
Email : [email protected]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah kedaulatan Indonesia yang meliputi tiga kawasan, yakni kawasan
laut, pesisir, dan daratan merupakan kawasan yang menyimpan berbagai potensi
kekayaan alam yang melimpah dan memerlukan banyak daya dan upaya agar tetap
terjaga keberlangsungan dan kelestariannya.
Dari semua kawasan tersebut, kawasan pesisir merupakan salah satu
wilayah yang perlu diperhatikan karena kawasan ini merupakan wilayah yang
menjadi pintu masuk dan keluarnya berbagai macam yang berasal baik dari laut
maupun darat, khususnya kawasan estuari yang menjadi jalur bagi laju pergerakan
sedimen dari darat dan laut.
Gambar 1. Estuari merupakan wilayah yang rawan mengalami pencemaran.
Semakin cepatnya pergerakan sedimen khususnya yang berasal dari arah
daratan menuju laut disebabkan oleh semakin tingginya aktifitas masyarakat mapun
industri yang lebih memilih membuang limbah kegiatan mereka menuju sungai-
-
sungai yang secara tidak disadari bahwa limbah yang mereka buang akan
mencemari perairan, khususnya wilayah estuaria atau muara.
Apalagi perkembangan dunia industri yang makin berkembang menuntut
berbagai pihak untuk membangun banyak industri untuk menopang perekonomian
mereka. Dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan pesisir dan laut,
beberapa industri yang dimaksud adalah industri pertanian, elektronik, cat, dan
bahkan pertambangan emas dan lain sebagainya. Beberapa industri tersebut
membuang limbah-limbah hasil kegiatan mereka melalui sungai yang secara
langsung mengarah ke kawasan estuaria.
Gambar 2. Pencemaran laut oleh limbah industri.
Dari sekian banyak jenis pencemaran lingkungan pesisir dan laut, logam
berat merupakan salah satu pencemaran yang sangat berbahaya apabila tidak
dilakukan pengendalian dan penanganan yang serius. Karena sifatnya yang tidak
mudah diuraikan sehingga jika dibiarkan secara terus menerus maka akan
terakumulasi dan akan mencemari area estuaria serta laut secara luas.
Berdasarkan kondisi itu maka perlu untuk dilakukan tindakan sebaik mungkin
agar pencemaran logam berat tersebut tidak berlangsung lebih jauh. Salah satu cara
adalah dengan mengetahui penyebab dan ancaman serta bagaimana melakukan
pengendalian terhadap keberadaan logam berat tersebut. Dengan begitu baik
keberlangsungan kegiatan masyarakat dan industri tetap berjalan serta yang paling
utama agar kelestarian lingkungan baik darat dan laut juga tetap terjaga.
-
1.2 Rumusan Masalah
Adapun untuk permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah :
- Jenis-jenis logam berat apa saja yang dapat mencemari kawasan estuaria ?
- Apakah yang menjadi dampak serius dari pencemaran logam berat di
kawasan estuaria ?
- Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam melakukan pengendalian
pencemaran logam berat di kawasan estuaria ?
1.3 Tujuan
Berdasarkana persoalan yang diangkat, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis logam berat yang dapat
mencemari lingkungan estuaria. Lalu, mengetahui seperti apa dampak yang
diakibatkan oleh pencemaran logam berat di kawasan tersebut. Dan yang terakhir
adalah menentukan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan penanganan dan
pengendalian pencemaran logam berat, khususnya di kawasan estuaria.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Perairan oleh Logam Berat
Romimohtarto (1991), menyatakan bahwa pencemaran laut merupakan suatu
keadaan dimana suatu zat atau energi beserta unsur-unsur yang lain yang
diintrodusir ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alamiah dalam kadar tertentu sehingga menyebabkan terjadinya perubahan yang
mengakibatkan lingkungan laut tersebut tidak berfungsi seperti semula dalam arti
kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayatinya.
Gambar 3. Tumpahan minyak sebagai salah satu pencemaran laut.
Secara umun jenis-jenis limbah, khususnya yang berasal dari industri dapat
digolongkan menjadi 5 macam, yaitu bahan-bahan organik yang terlarut, anorganik
termasuk unsur-unsur hara, organik yang tidak terlarut, arnorganik yang tidak
terlarut, dan bahan radioaktif.
Logam sendiri merupakan bahan atau zat murni organik dan anorganik yang berasal
dari kerak bumi. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi ke
lapisan tanah, ke makhluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap dan akhirnya
kembali ke kerak bumi lagi (Darmono. 1995).
Sedangkan logam berat menurut Connell dan Miller (1995), merupakan suatu logam
dengan berat jenis lebih besar dari 5 gr/cm3 dan mempunyai nilai atom lebih besar
dari 21 dan terletak di bagian tingah daftar periodik. Memiliki karakter yang lunak,
berkilau, daya hantar panas dan listrik yang tinggi, bersifat kimiawi, yaitu sebagai
-
dasar pembentukan reaksi dengan asam. Palar (2004) menambahkan, bahwa
apabila akumulasi logam berat yang masuk ke dalam tubuh berlebihan maka akan
menjadi racun bagi tubuh.
Gambar 4. Mercury salah satu kandungan logam berat dalam laut.
2.3 Sedimentasi Laut
Hutabarat (1985), menyatakan bahwa seluruh permukaan dasar laut yang ditutupi
oleh partikel-partikel sedimen adalah hasil dari proses pengendapan yang
berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka jutaan tahun yang silam.
Dalam proses pengendapan tersebut terdapat dua pembagian, yakni sedimen dan
sedimentasi. Bhatt (1978), mendefinisikan sedimen sebagai lepasnya puing-puing
endapan padat pada permukaan bumi yang dapat terkandung dalam udara, air, atau
es di bawah kondisi normal. Sedangkan sedimentasi merupakan proses yang
meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan dari sedimen itu sendiri.
Di laut proses sedimentasi ini berasal dari sedimen laut yang mengalami erosi
material, yang meliputi fragmen batuan dengan berbagai ukuran dan bentuk serta
buangan limbah-limbah yang berasal dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai,
es yang mencair, atau aliran bawah tanah yang menuju laut.
2.4 Kawasan Estuaria
Kawasan estuaria menurut Pickard (1967) di definisikan sebagai kawasan perairan
yang semi-tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan
salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kawasan ini merupakan daerah
-
yang sangat rawan terhadap pencemaran terutama pada daerah-daerah yang dekat
dengan perkotaan karena seringkali kawasan estuaria akan menjadi tempat
pembuang limbah utama dari sumber-sumber pembuangan besar yang berasal dari
perkotaan. Akibatnya, limbah-limbah berbahaya tersebut akan terendapkan dan
mengalami sedimentasi dibeberapa bagian di kawasan muaara atau estuaria.
Gambar 5. Mangrove merupakan bagian dari ekosistem estuaria.
-
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sumber Pencemaran Laut oleh Logam Berat
Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa pencemaran laut merupakan
persoalan lingkungan hidup yang perlu dilakukan pemantauan sumber dan
dampaknya terhadap ekosistem, terutama ekosistem laut dan pesisir. Dalam
pencemaran laut digunakan kombinasi komponen fisika dan biologi agar dapat
menggambarkan secara utuh mengenai kondisi kualitas lingkungan hidup tersebut.
Salah satu sumber pencemaran laut adalah limbah industri yang
mengandung logam berat yang secara sengaja maupun tidak dibuang ke laut.
Umumnya logam berat pada suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan
ada yang berupa unsur cair, misalnya merkuri (Hg), timbal (Pb), kadium (Cd), dan
lain sebagainya. Dalam badan perairan, logam biasanya berada dalam bentuk ion-
ion, baik tunggal maupun berpasangan.
Gambar 6. Skema proses alamiah pencemaran laut.
Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa sumber pencemaran laut oleh
logam berat antara lain adalah :
-
Kadium (Cd) yang merupakan logam lunak berwarna putih perak dan mudah
teroksidasi oleh udara bebas dan gas ammonia (NH3) (Palar. 2004). Di laut Cd akan
mengendap karena senyawa sulfitnya sulit terlarutkan (Bryan.1976). Sumber kadium
ini biasa berasal dari limbah pertambangan timah dan seng, air bilasan
elektroplating, endapan sampah, dan industri logam non ferrous. Dalam
penggunaannya, kadium dipakai sebagai penyeimbang dan pewarna pada plastik
dan pelapisan logam.
Senyawa lainnya adalah Timbal (Pb) yang secara luas tersebar pada batuan
dan lapisan kerak bumi (Clark. 1986). Logam ini terdapat di perairan baik secara
alamiah ataupun sebagai dampak dari aktifitas manusia. Dalam dunia industri timbal
digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus elektron untuk produksi
baterai. Selain itu, timbal dimanfaatkan sebagai zat tambahan bahan bakar dan
pigmen timbal dalam cat yang merupakan penyebab utama peningkatan kadar Pb di
lingkungan (Darmono.1995).
Merkuri (Hg) merupakan senyawa lain yang juga banyak terkandung di
dalam laut. Merkuri merupakan cairan berwarna perak yang biasa dikenal juga
dengan nama hydragyros. Senyawa ini merupakan konduktor yang baik karena
memiliki ketahanan listrik yang rendah serta mudah tercampur dengan logam
lainnya. Selain itu merkuri dan komponen-komponennya bersifat toksik terhadap
semua makhluk hidup. Senyawa ini banyak dipakai dalam pembuatan cat, baterai,
komponen listrik, ekstraksi emas dan perak, anti karat, dan industri kimia lainnya.
Effendi (2003), menyatakan bahwa kadar Hg yang diperbolehkan dalam perairan
tidak boleh lebih dari 0,3 g/liter.
Secara luas masih banyak sumber logam berat lainnya yang terdapat dalam
perairan dan berpotensi mencemarinnya. Akumulasi yang melebihi batas yang
dibolehkan akan merubah fungsi lingkungan dan dapat membahayakan berbagai
ekosistem disana, dalam hal ini adalah ekosistem estuaria.
-
3.2 Dampak Pencemaran Logam Berat di Kawasan Estuaria
Merujuk penjelasan sebagian besar literatur dan pembahasan sebelumnya,
akumulasi yang berlebihan dari logam berat di perairan akan berdampak buruk
terhadap berbagai kehidupan disana. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan
baku mutu yang menjadi acuan kadar logam berat yang dibolehkan (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria baku mutu kadar loham berat dalam air laut (MenKLH. 2004)
Sebagai contoh Palar (2004), menjelaskan konsentrasi Pb yang mencapai
188 mg/liter dalam air laut dapat membunuh ikan. BPOM sendiri membatasi, bahwa
kandungan logam berat Pb maksimum dapa sumberdaya perikanan dan olahannya
adalah sebesar 2,0 ppm saja. Seperti diketahui bahwa kawasan estuaria terdapat
ekosistem mangrove merupakan area tempat dimana ikan-ikan berkumpul disana
untuk melakukan proses pemijahan dan tempat bagi ikan-ikan muda berkembang
biak. Tentu kandungan logam berat yang berlebihan akan berdampak buruk bagi
kondisi perikanan disana. Selain perairan yang tercemar, sumberdaya perikananpun
juga akan ikut terkontaminasi logam berat.
Dampak berikutnya yang disebabkan oleh peningkatan logam berat ini
adalah tercemarnya sedimen yang tersebar dihampir seluruh kawasan estuaria.
Seperti diketahui bersama bahwa sedimen merupakan tempat dimana tumbuhan
dan hewan tinggal di sana. Sebagian besar daerah pesisir, termasuk estuaria,
didominasi oleh substrat lunak. Substrat tersebut berasal dari sedimen yang terbawa
oleh sungai menuju perairan pesisir dan terendapkan di dasarnya.
Pada saat industri yang berlokasi di pinggiran sungai membuang limbah
maka akan terbawa oleh aliran sungai menuju perairan dan akan mengalami
pengendapan di kawasan muara sungai. Hal tersebut mengakibatkan konsentrasi
-
bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Dan hasilnya, logam berat yang
terendapkan akan terdispersi dan akan diserap oleh organisme yang hidup di
perairan tersebut. Jika terus dibiarkan maka akan berdampak pada penurunan
kualitas perairan, tercemarnya sedimen , dan terkontaminasinya berbagai tumbuhan
dan biota di sana.
3.3 Pengendalian Pencemaran Logam Berat di Kawasan Estuaria
Pencemaran yang terjadi di kawasan estuaria yang dianggap sebagai zona
transisi sangatlah membahayakan, terutama bagi kehidupan biota dan tumbuhan di
sana. Melihat betapa rawannya kawasan tersebut akan ancaman pencemaran oleh
logam berat maka perlu dilakukan upaya yang bersifat mengendalikan keberadaan
logam berat tersebut.
Gamba 7. Upaya rehabilitasi vegetasi mangrove.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melakukan rehabilitasi dan
konservasi terhadap ekosistem mangrove. Seperti diketahui bersama bahwa
ekosistem mangrove merupakan ekosistem utama di kawasan pesisir. Sebab,
keberadaannya yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis. Selain itu fungsinya juga
yang dapat menyerap akumulasi logam berat yang terdapat di air maupun di
sedimen menjadikan ekosistem mangrove mempunyai peran penting dalam
pengendalian limbah logam berat. Darmiyati (1995) juga menyatakan bahwa
vegetasi mangrove mempunyai kemampuan menyerapa bahan pollutan, termasuk
logam berat. Saepulloh (1995) membuktikan, bahwa pada daun Avicennia marina
ditemukan akumulasi Pb sebesar 15 ppm, Cd 0,5 ppm, dan Ni 2,4 ppm.
-
Melihat fakta tersebut maka pemanfaatan mangrove di kawasan estuaria
sangatlah perlu untuk dilakukan karena limbah-limbah logam berat yang mengalir
melalui sungai menuju muara akan tertampung di area tumbuhnya mangrove ini.
Apablagi variasi logam berat yang semakin beragam membuat perairan akan
semakin teracam oleh pencemaran logam berat. Oleh karena itu, upaya rehabilitasi
dan konservasi lahan mangrove perlu ditingkatkan secara terus-menerus karena
volume masuknya limbah logam berat ini bertambah setiap harinya dan semakin
meningkat.
-
BAB IV
KESIMPULAN
Merujuk pada pembahasan dan penjelasan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
Pertama, secara umum banyak jenis logam berat yang berasal dari limbah
industri yang berpotensi mencemari perairan, khususnya kawasan estuari. Dari
semua jenis logam berat tersebut, beberapa jenis yang paling sering ditemukan
adalah Kadium (Cd), Timbal (Pb), dan Merkuri (Hg).
Kedua, meski keberadaan senyawa tersebut pasti ada di dalam laut namun
Kementerian Lingkungan Hidup telah menetapkan kadar yang diperboleh dalam air.
Karena kadar yang melebihi batas yang dibolehkan akan menyebabkan kerusakan
fungsi ekologi dan mengakibatkan kematian berbagai macam kehidupan, termasuk
tumbuhan dan biota di sana. Selain itu, terkontaminasi berbagai sumberdaya
perikanan oleh logam berat juga akan mengancam para konsumen-konsumen yang
mengkonsumsi ikan-ikan tersebut.
Ketiga, dalam upaya pengendalian pencemaran logam berat di kawasan
estuaria keberadaan ekosistem mangrove mempunyai peran yang sangat penting.
Fungsinya yang dapat menyerap berbagai pollutan seperti logam berat menjadi
salah satu alasan perlunya dilakukan rehabilitasi dan konservasi lahan mangrove
agar tetap terjaga dan berkembang lebih luas lagi. Peningkatan pollutan logam berat
dari sungai yang memang sulit dikendalikan menjadi alasan untuk tetap
mengembangkan ekosistem mangrove agar lebih membantu dalam pengendalian
pencemaran logam berat tersebut.
-
DAFTAR PUSTAKA
Dandy Apriadi, 2005. Kandungan Logam Berat Hg, Pb, dan Cr Pada Air, Sedimen
dan Kerang Hijau (Perna viridis L) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Bogor.
Ahmad, M Rungkuti , 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb Pada
Air dan Sedimen di Perairan Pulau Panggang Pramuka Kepulauan Seribu,
Jakarta. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Bogor.
Erma, S. & Syarifuddin, L. Distribusi Kuantitatif Logam Berat Pb, Cd, dan Cu Da-
lam Sedimen di Sekitar Perairan Laut Dangkal Pulau Sumbawa. Prodi Kimia
Pascasarjana dan Prodi Kimia FMIPA Univ. Hasanudin. Makassar.
Edi M., Rudi Laksmono, Dewi Aprianti, 2011. Fungsi Mangrove Sebagai Pengen
dali Pencemaran Logam Berat. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN Vet-
eran Jatim. Surabaya.
Cecep K, 2009. Pengelolaan Sistem Mangrove Secara Terpadu. Dept. Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Wiwik H. Winarsih. Pengembangan Potensi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
di Jawa Timur. Peneliti Balitbang Prov. Jatim. Surabaya.
Indarto H. Supriyadi, 1996. Mengenal Sedimen Laut dalam Majalah Semi - Ilmiah.
Balitbang Sumberdaya Laut P2O-LIPI. Ambon.