pencemaran lingkungan dan kesehatan
TRANSCRIPT
PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
Asuhan Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST,.M.Kes
Disusun Oleh
1. Lianatul Munjiah NIM H1E114013
2. Muhammad Rizkiannur NIM H1E114235
3. Selvia Risanti NIM H1E114219
4. Zhuairina Yuliansari NIM H1E114217
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena limpahan rahmat, karunia,
hidayah, inayah dan maghfirah-Nya, makalah kami yang berjudul: “Pencemaran
Lingkungan dan Kesehatan”, ini dapat kami selesaikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
pengerjaan makalah ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung
Mangkurat.
3. Bapak Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
4. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku Dekan I Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
5. Ibu Maya Amalia, M.Eng selaku Dekan II Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
6. Bapak Nurhakim, ST.MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
7. Bapak Dr. Rony Ridwan ST.MT selaku kepala prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
8. Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST,.M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan
Lingkungan.
9. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
10.Semua Pihak yang telah membantu Penulisan makalah ini.
Kami merasa dalam pembuatan makalah ini sangat jauh dari sempurna, sehingga
diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Banjarbaru, Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar isi . .............................................................................................................. ii
Bab I ....... .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 1
Bab II ...... .............................................................................................................. 2
2.1 Tinjauan Teoritis .............................................................................................. 2
2.2 Tinjauan Empirik ............................................................................................. 23
Bab III ..... .............................................................................................................. 44
Soal dan Jawaban ................................................................................................... 49
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 55
Indeks
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena salah satunya menyangkut kesehatan dalam kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke
lingkungan yang lebih luas. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera
kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara
perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global,
penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus
mengetahui jenis-jenis pencemaran lingkungan berdasarkan tempat terjadinya
pencemaran, bahan pencemar dan tingkat pencemaran, indikator pencemar lingkungan,
dampak pencemaran terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat dan upaya-upaya
penanggulangan pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam hal ini kami menyusun makalah yang mengambil tema “Pencemaran
Lingkungan dan kesehatan” agar kita dapat mengetahui darimana pencemaran
lingkungan itu dan hubungannya dengan kesehatan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pencemaran lingkungan berdasarkan tempat terjadinya
pencemaran, berdasarkan tempat terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran.
2. Untuk mengetahui indikator pencemaran lingkungan.
3. Untuk mengetahui dampak pencemaran terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya penanggulangan pencemaran lingkungan.
2
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan Teoritis
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk dengan manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam,
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.
Lingkungan hidup tersusun oleh faktor abiotik, biotik dan budaya, ketiganya merupakan
satu kesatuan yang berinteraksi satu sama lainnya serta saling mempengaruhi dan
membutuhkan, sehingga kerusakan pada salah satu faktor akan berpengaruh pada faktor
lainnya. Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup memiliki dampak positif dan negatif
yang akan timbul secara bersamaan. Pengelolaan sumber daya yang berlebihan oleh
manusia akan berdampak penurunan mutu lingkungan dan manfaat lingkungan itu
sendiri. Oleh karena itu, kegiatan penanggulangan dan pelestarian lingkungan perlu
dilakukan agar dapat mengembalikan lingkungan pada keadaan yang kurang baik
menjadi lebih baik, dan dapat meminimalisir pencemaran lingkungan [6].
Pencemaran lingkungsan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat
energy, atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga mutu kualitas lingkungan turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai kegunaannya.
Definisi ini sesuai dengan pengertian pencemaran lingkungan yang tertera pada undang-
undang pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 4 Tahun 1982. Bahan pencemar disebut
dengan polutan, syarat suatu bahan disebut polutan apabila keadaannya dapat
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Hal ini dapat terjadi jika dalam kondisi :
(1) jumlahnya melebihi normal (2) berada dalam waktu yang tidak tepat, dan (3) berada
pada tempat yang tidak tepat. Jenis-jenis pencemaran lingkungan : (1) pencemaran udara
(2) pencemaran air (3) pencemaran daratan [3].
3
2.1.1 Macam-Macam Pencemaran Lingkungan
2.1.1.2 Pencemaran Berdasarkan Tempat Terjadinya
2.1.1.2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan kompisisi udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup
lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia,hewan dan tumbuhan yang ada. Udara
merupakan campuran beberapa macam gas yang bandinganya tidak tetap, tergantung pada
keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Didalam udara terdapat gas
oksigen yang digunakan untuk bernafas, gas karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultra violet. Gas-gas lain yang juga terdapat
dalam udara antara lain gas mulia, nitrogen, hydrogen, methane, belerang dioksida, ammonia
dan lain lain. Perubahan susunan udara dari keadaan normalnya, akan menggangu kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan yang ada [3]. Ada pun beberapa penyebab pencemaran udara,
yaitu : gas karbon dioksida(CO2), gas belerang oksida(SO), gas belerang dioksida(SO2), gas
khloro fluoro karbon(CFC), gas karbon monoksida(CO), dan asap rokok [1].
2.1.1.2.2 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lainnya ke dalam
lingkungan perairan, sehingga kualitas (mutu) air terganggu. air merupakan kebutuhan yang
utama bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. air yang relatif bersih sangat di
dambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industry
dan untuk kebrsihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan sebagainya. Akan
tetapi keberadaan air yang relatif bersih sudah sulit di dapatkan, karena pencemaran air
terjadi dimana-mana. Air sudah banyak tercemar oleh berbagai macam limbah hasil kegiatan
manusia, baik limbah rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainya [3]. Penyebab dari pencemaran air bias dari limbah-limbah yang di buang ke sungai
atau air, limbah-limbah tersebut dibedakan menjadi 3, yaitu : limbah industry, limbah rumah
4
tangga, dan limbah pertanian. Adapun juga penangkapan ikan dengan racun dapat
menurunkan tingkat sumber daya perairan [1].
2.1.1.2.3 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam suatu
areal tanah. Akibatnya, dapat mengubah atau mempengaruhi keseimbangan ekologis di areal
tersebut. Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman juga sebagai faktor produksi
pertanian tanah yang mengandung unsur hara dan air. Pencemaran tanah dapat terjadi karena
beberapa hal berikut : (1) pencemaran secara langsung (2) dapat terjadi melalui media air,
dan udara [15]. Pada pencemaran tanah kebanyakan disebabkan oleh sampah-sampah dari
rumah tangga, dari pasar, industri-industri, kegiatan pertanian, maupun kegiatan dari
peternakan [1]
2.1.1.3 Pencemaran Berdasarkan Macam Bahan pencemaran
Menurut bahan pencemarnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pencemaran kimiawi : Gas CO2, bahan logam berat (Hg, Pb, As Cd, Cr, Ni),
bahan radioaktif, sisa deterjen, minyak, pupuk anorganik.
2. Pencemaran biologi : berbagai macam mikroorganisme, antara lain : coli,
Entamoeba coli, Salmonellat hyposa.
3. Pencemaran fisik : Logam, botol, kaleng, kaca, plastic, karet.
2.1.1.4 Berdasarkan Tingkat Pencemaran
Menurut tempat pencemarannya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pencemaran ringan : pencemaran yang mulai menimbulkan gangguan ekosistem lain.
Contohnya : Pencemaran asap kendaraan bermotor.
2. Pencemaran berat : Pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.
Contohnya : Pencemaran saat kejadian Minamata di Jepang
3. Pencemaran akut : Pencemaran yang dapat mematikan hanya dalam waktu seketika.
5
Contohnya : pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil
tertutup, pencemaran radioaktif serta pencemaran racun ikan [1].
2.1.2 Indikator Pencemaran Lingkungan
2.1.2.1 Indikator Pencemar Air
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan hidup manusia dimuka bumi. Kegunaan air
secara konvensional, contohnya yaitu air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk
mengairi sawah atau pengairan pertanian, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di
sungai maupun di laut. Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan
teknologi. Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah
industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan
pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama
dengan kualitas air lingkungan. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan tercemar yaitu
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan rasa, bau, dan warna air
Secara alami air yang jernih, transparan, segar dan tidak berbau merupakan
indikator air yang bagus dan layak konsumsi. Namun, bahan buangan dan air limbah,
baik limbah padat maupun limbah cair dari suatu kegiatan industri seringkali larut di
dalam air dan menyebabkan air menjadi tercemar sehingga akan terjadi perubahan
warna pada air. Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam bahan
buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air
tetap terlihat jernih.
Bau yang timbul pada air lingkungan secara mutlak merupakan salah satu
tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Bau dan rasa merupakan
sifat air yang sulit untuk diukur, tetapi bisa diidentifikasi seperti bau gas, bau busuk,
rasa pahit, ataupun rasa asam. Bau yang keluar dari dalam air bisa berasal dari bahan
buangan dan air limbah dari kegiatan industri atau dapat berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Mikroba di dalam air akan
6
mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi
bahan yang mudah menguap dan berbau. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal
dari garam-garam yang terlarut yang berarti juga ada pelarutan ion-ion logam yang
dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air juga dapat
mengakibatkan perubahan pH air.
2. Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, Bahan buangan dan air
limbah hasil dari suatu kegiatan industri yang dibuang ke perairan seperti sungai akan
mengubah pH air yang akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme atau biota
di dalam air. Suatu sampel diukur berdasarkan skala pH yang dapat menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut. Air normal yang memenuhi syarat
memiliki kisaran pH antara 6,5-7,5. Air yang bersifat asam mempunyai pH lebih kecil
dari pH normal dan air yang bersifat basa mempunyai pH lebih besar dari pH normal.
Air yang terlalu asam atau terlalu basa akan bersifat korosif dan kemungkinan akan
sulit untuk diolah [17].
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos
semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
7
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. 4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air,
sementara adanya asamasam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman
suatu perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mahida (1986) menyatakan
bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH
perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari
unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik
banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah.
3. Adanya mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan yang
dibuang ke air lingkungan. Apabila bahan buangan yang harus didegradasi cukup
banyak, maka mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang-biakan
mikroorganisme kemungkinan mikroba patogen iku berkembang-biak pula. Mikroba
patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit yang bisa berawal dari
industri pengolahan bahan makanan yang berpotensi terjadinya perkembang-biakan
mikroorganisme.
8
4. Adanya perubahan suhu air
Pada umumnya suatu proses dari kegiatan industri akan menimbulkan reaksi
panas atau panas dari gerakan mesin. Agar panas tersebut hilang, maka dilakukanlah
proses pendinginan air karena air pendingin akan mengambil panas yang terjadi dan
kemudian air panas dibuang ke lingkungan. Apabila air panas tersebut dibuang ke
sungai atau danau maka sungai tersebut akan menjadi panas. Sehingga suhu menjadi
naik dan mengganggu ekosistem perairan atau biota air karena ekosistem perairan
sangat peka terhadap perubahan suhu air penyebabnya kadar oksigen yang terlarut
dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Semakin tinggi kenaikan suhu
air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
5. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan
industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat ini
apabila larut sempurna maka akan mengendap didasar sungai. Sedangkan yang dapat
larut sebagian akan menjadi koloidal. Sinar matahari sangat diperlukan oleh
mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintetis. Namun, adanya endapan dan
koloidal yang melayang di dalam air yang menghalangi masuknya sinar matahari ke
dalam lapisan air menyebabkan proses fotosintetis tidak dapat berlangsung.
Akibatnya, kehidupan mikroorganisme akan terganggu.
Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan
organik, maka mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air,
akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih
sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan
berkurang sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.
Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk proses degradasi biokimia disebut dengan
Biological Oxygen Demand (BOD). Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut
di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah
terjadi. Cara yang dapat ditempuh, yaitu dengan uji :
9
1. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Kalium Bichromat (K2Cr2O7)
digunakan sebagai sumber oksigen. Dalam hal ini bahan buangan organik akan
dioksidasi oleh Kalium Bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion
Chrom. Makin banyak jumlah Kalium Bichromat yang dipakai pada reaksi
oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini menunjukkan bahwa
air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Berdasarkan
kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam
menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara
biologis maupun yang tidak.
2. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme di dalam
air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di
dalam air lingkungan tersebut. Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan
tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung
mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar
oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol,
kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah
mikroorganismenya juga relatif sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya,
maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. Ada beberapa
jenis ikan yang tidak dapat hidup dengan kadar oksigen dibawah 4 ppm.
Tabel 2.1 Standar BOD untuk Penentuan Kualitas Air
Kondisi Umum Air B.O.D
Sangat bersih 1 ppm
Bersih 2 ppm
Agak bersih 3 ppm
Diragukan kebersihannya 4 ppm
Tidak bersih 5 ppm
Sumber : Tresna, 2000
10
Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan
organik disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen, disebut bakteri anaerobik. Gas NH3 adalah penyebab bau
busuk pada air lingkungan yang tercemar oleh bahan buangan organik.
Apabila kandungan oksigen dalam air lingkungan menurun, maka
kemempuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik akan menurun
pula. Kemudian bakteri anaerobic akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan
buangan tersebut. Hasil pemecahan bahan buangan oleh mikroorganime yang
memerlukan oksigen (kondisis aerobik) dan tanpa oksigen (kondisi anaerobik),
hasilnya akan berbeda. Hasil pemecahan pada kondisi anaerobic berbeu tidak enak.
Seperti , berbau amis, anyir, dan berbau busuk. Jadi, sebaiknya air lingkungan yang
aerobik jangan sampai berubah menjadi anaerobik.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan
Pembakaran batubara adalah salah satu sumber yang dapat menaikkan
radioaktivitas lingkungan. Zat radioaktif sendiri dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis dan menimbulkan efek secara langsung ataupun efek tertunda
apabila tidak ditangani dengan baik dan benar. Walaupun secara alamiah
radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi, namun kita tidak boleh
menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang secara sembarangan bahan
sisa radioaktif ke lingkungan.
2.1.2.2 Indikator Pencemar Udara
Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup
untuk hidup secara optimal. Oleh karena itu, tumbuhan dapat digunakan sebagai bioindikator
yang akan menunjukan perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan akan memberikan reaksi
sebagai dampak perubahan kondisi lingkungan yang akan memberikan informasi tentang
perubahan dan tingkat pencemaran lingkungan [10]. Indikator yang paling baik dalam
menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah dengan cara mengukur atau memeriksa
11
konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap, serta partikel-partikel debu diudara,dan
parameter-parameter lain yaitu sebagai berikut :
1. Gas Sulfur Dioksida
Gas sulfur dioksida merupakan gas pencemar diudara yang konsentrasinya
paling tinggi di daerah kawasan industri dan daerah perkotaan. Gas ini dihasilkan dari
sisa-sisa pembakaran batubara dan bahan bakar minyak.
2. Indeks Asap
Cara penggunaan indeks asap (smoke atau sciling index), yaitu : sampel udara
disaring dengan sejenis kertas (paper tape) dan diukur densitasnya dengan alat
fotoelektrik meter. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan Coh Units per 1000
linear feet dari sampel udara. Indeks asap bergantung pada perubahan iklim.
3. Partikel Debu
Partikel-partikel debu dan arang dari hasil pembakaran sampah dan industri
merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat
pencemaran udara. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan milligram atau
mikrogram partikel per meter kubik udara.
4. Parameter Lain Indikator Pencemaran Udara
Berikut beberapa parameter lain yang dapat digunakan untuk menentukan
derajat pencemaran udara yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
1. Karbon Monoksida
Karbon monoksida digunakan sebagai indikator pencemar udara yang
diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor.
2. Oksidan (O3)
Oksidan, misalnya ozon (O3) yang dihasilkan akibat kerja sinar matahari
terhadap asap pembuangan kendaraan bermotor di kota-kota besar.
3. Nitrogen oksida
Nitrogen oksida adalah gas yang dihasilkan akibat kegiatan manusia maupun
proses alam, seperti aktivitas gunung berapi.
12
4. Timah hitam atau timbal
Digunakan sebagai bahan untuk menambah kekuatan dan kecepatan mobil dan
biasanya ditambah ke dalam bahan bakar bensin
[5].
Pada umumnya, pencemaran udara dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil
yang tidak sempurna. Misalnya, pembakaran batu bara, gasolin, minyak dan kayu. Polutan
gas yang masuk ke udara mungkin berasal dari aktivitas manusia atau terjadi secara alami.
Polutan gas ini meliputi karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida dan timah.
a. Gas HzS.
Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari
pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan CO2.
Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat racun,
merupakan hash pembakaran yang tidak sempurna dari bahan buangan mobil dan
mesin letup. Peningkatan konsentrasi karbon monoksida dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Sumber polusi karbon monoksida
Kegiatan persentasi
Industri 6,8 %
Pembakaran 10,3 %
Tempat buangan (semprotan kimia) 12,3 %
transportasi 70,6 %
Gas CO2 dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat
mengganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di bumi
dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan global di
bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah kaca.
13
c. Partikel SOZ dan NO2.
Kedua partikel ini dilepaskan ke udara ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil
dan pelelehan bijih logam. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair
membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu
pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga
dapat mengganggu kesehatan.
Peningkatan konsentrasi sulfur di atmosfer dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia, terutama menyebabkan penyakit bronkhitis, pneumonia,
dan gagal jantung. Partikel – partikel tersebut biasanya sulit dibersihkan jika sudah
mencapai alveoli sehingga menyebabkan iritasi dan gangguan pertukaran gas.
Nitrogen dioksida Nitrogen oksida memainkan peranan penting dalam penyusunan
jelaga fotokimia.
Nitrogen oksida dihasilkan dari gas buangan kendaraan bermotor. Peroksiasil nitrat
yang dibentuk dalam jelaga sering menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru.
d. Batu bara yang mengandung sulfur
Melalui pembakaran akan menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida bersama
dengan udara serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam
ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan
asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang,
dan benih.
e. Timah Timah dapat ditemukan di udara,
Air dan makanan yang kita makan. Keracunan timah dapat terjadi jika timah
terakumulasi di dalam tubuh dalam periode yang lama. Dalam konsentrasi tinggi,
timah dapat menyebabkan tubuh kehilangan kontrol terhadap tangan dan kaki, kram,
koma dan kematian. Pembakaran kendaraan bermotor menghasilkan lebih dari 80 %
timah di udara. Timah yang ditambahkan ke bensin adalah timah tetraetil (TEL). Di
daerah pedesaan, kandungan timah di udara yang berasal dari kegiatan manusia
14
sekitar 20%, sedangkan di kota besar lebih dari 50 %. Orang yang bekerja
memperbaiki kendaraan bermotor di ruang tertutup, dalam darahnya akan
mengandung konsentrasi timah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang bekerja
di ruangan terbuka.
Tabel Konsentrasi Timah dalam Darah Manusia
Jenis pekerjaan Konsentrasi timah
(mg per 100 ml darah)
Pekerja kantor 19
Polisi 21
Pengantar surat (pos) 23
Juru parkir 34
Mekanik garasi 38
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir.
Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi.
materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada
manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat
menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3
polutan per m3 udara. [2]
2.1.2.3 Indikator Pencemar Tanah
Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini :
Pencemaran kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan
radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
Pencemaran biologi: mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba
coli,Salmonella thyposa.
Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
15
Indikator Pencemaran, meliputi :
1. Indikator Fisik : Meliputi pengukuran tentang warna tanah, kedalaman lapisan
atas tanah, kepadatan tanah, tekstur tanah, dan endapan pada tanah.
2. Indikator Kimia: Kandungan senyawa kimia organik, pH,keasaman, Kadar
logam, dan logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan radioaktif, pestisida,
detergen, minyak, pupuk anorganik.
3. Indikator Biologi: Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan
mikroorganismeyang peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan
tertentu. mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, Salmonella
thyposa. Organisme yang tahan akan tetap hidup. Cacing Tubifex (cacingmerah)
merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik dilingkungan
yang kaya bahan organik, meskipun species hewan yang lain telah mati. Ini
berarti keberadaan cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya
pencemaran1zat organic. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran
dikenal sebagai indikator biologis.[1]
Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta proses dan
karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai perubahan dalam tanah (USDA,
1996). Secara lebih spesifik Doran dan Parkin (1994) menyatakan bahwa indikator
kualitas tanah harus memenuhi kriteria:
a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi modeling.
b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh para
pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai kualitas tanah
yang bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.
[16].
16
2.1.3 Dampak Pencemaran Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
2.1.3.1 Dampak Pencemaran Udara
Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh
Negara-negara industry. Akibat yang ditimbulkan oleh pencememara udara ternyata sangat
merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan
manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman,
bangunan gedung dan lain sebagainya. Dampak pencemaran udara yang diakibatkan oleh
masing-masing komponen pencemar udara.
1. Dampak pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak
berwarna. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi
tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan juga dapat menimbulkan
kematian.
2. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx)
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam, yaitu gas nitrogen monoksida (NO) dan
gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Organ tubuh yang paling peka
tehadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang tekontaminasi oleh gas
NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan
kematiannya. Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya
Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata
terasa pedih dan berair.
3. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Ada dua macam gas belerang oksida
(SOx), yaitu SO2 dan SO3. Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah
menjadi asam tersebut menyerang selaput lender pada hidung, tenggorokan, dan saluran
nafas yang lain sampai ke paru-paru.
4. Dampak pencemaran Hidrokarbon (HC)
17
Pencemaran udara oleh hidrokarbon (HC) dapat berasal dari HC yang berupa gas
apabila HC tersebut termasuk suku rendah, atau dari yang berupa cairan apabila HC
termasuk suku sedang, dan dapat pula dari yang berupa padatan apabila HC tersebut
termasuk suku tinggi. Sebenarnya HC dalam jumlah sedikit tidak begitu membahayakan
kesehatan manusia, walaupun HC juga bersifat toksik. Namun kalau HC berada di udara
dalam jumlah banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka sifat toksiknya
akan meningkat. Sifat toksik HC akan lebih tinggi kalau bukan bahan pencemar gas,
cairan dan padatan.
5. Dampak pencemar partikel
Partikel-partikel tersebut sangat merugikan manusia. Pada umumnya udara yang telah
tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam peyakit saluran pernafasan
atau pneumoconiosis. Pneunmoconiosis adalah penyakit saluran pernafasan yang di
sebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru.
Beberapa jenis Pneunmoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industry dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan
Beriliosis.
2.1.3.3 Dampak Pencemaran Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air telah
tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir
semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari mikroorganisme sampai
dengan mamalia. Tanpa air tiada kehidupan di muka bumi ini. Kerugian yang dapat terjadi
disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa :
1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi
Air yang tidak bermanfaat lagi akibat pencemaran air merupakan kerugian yang
terasa secara langsung oleh manusia. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa:
- Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga
- Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri
- Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian
2. Air menjadi penyebab penyakit
18
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen
pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran
air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi
karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi penyebab berbagai macam
penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemar air ini dapat berupa :
A. Penyakir menular
Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai macam sebab, antara
lain karena alasan-alasan berikut ini:
Air merupakan tempat berkembang-biaknya mikroorganisme, termasuk mikroba
patogen.
Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih, sedangkan air
bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia dan lingkungannya tidak
terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit.
Beberapa penyakit yang dapat menular :
1. Hepatitis A
2. Polliomyelitis
3. Cholera
4. Typus Abdominalis
5. Dysentri Amoeba
6. Ascariasis
7. Trachoma
8. Scabies
B. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular tetap merupakan bahaya besar karena dapat menyebabkan
kematian. Penyakit tidak menular dapat muncul terutama karena air lingkungantelah
tercemar oleh senyawa anorganik yang dihasilkan oleh industri yang banyak menggunakan
unsur logam. Selain itu senyawa organic pun bisa menyebabkan penyakit yang tidak
menular. Pembuangan limbah industri secara sembarangan ke lingkungan sangat merugikan
manusia karena dapat menimbulkan penyakit atau keracunan yang mengakibatkan cacat dan
19
kematian. Dari sekian banyak zat yang dapat menimbulkan keracunan atau penyakit menular,
inilah beberapa penyakit tersebut :
1. Keracunan cadmium
2. Keracunan kobalt
3. Keracunan air raksa
4. Keracunan bahan insektisida
2.1.3.4 Dampak Pencemaran Daratan ( Tanah )
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah berbentuk padat yang
dibuang atau dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Tempat pengumpulan ini dapat
bersifat sementara dan dapat pula bersifat tetap. oleh karena itu, tempat pengumpulan limbah
padat ini sudah ditentukan maka seharusnya sudah pula diperhatikan kemungkinan
dampaknya. Dampak pencemaran daratan (tenah) tergantung pada komposisi limbah padat
yang dibuang serta jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran daratan dapat berupa :
1. Dampak langsung
Dampak pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan oleh manusia adalah
dampak dari pembuangan limbah padat organic yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan
juga dari kegiatan limbah industry olahan bahan makanan.
2. Dampak tak langsung
Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan (tanah) adalah dampak yang dirasakan
oleh manusia melalui media lain yang ditimbulkan akibat pencemaran daratan (tanah). Jadi
media lain inilah yang merupakan dampak langsung akibat pencemaran daratan tersebut
yang selanjutnya memberikan dampak kepada manusia. Contoh dampak tak langsung adalah
berkembang biaknya nyamuk. Hal ini antara lain disebabkan karena limbah padat yang
dibuang bisa menjadi barang nyamuk. Limbah padat yang berupa kaleng, ban, dan lain-
lainnya, bila hujan dapat berisi air yang kemudian menjadi tempat nyamuk bertelur dan
berkembang biak. Baik tikus, lalat dan nyamuk adalah binatang yang dapat menimbulkan
penyakit menular bagi manusia. Penyakit menular yang ditimbulkan dengan perantaraan
tikus, lalat dan nyamuk adalah penyakit pest, kaki gajah (filariasis), malaria dan demam
berdarah. (Wisnu, 2001)
20
Saktiyono (2006) menyatakan Dari dampak-dampak yang telah diterangkan
menunjukkan bahwa pencemaran akan menurunkan kualitas lingkungan atau ekosistem.
Akibatnya, timbul berbagai gangguan terhadap makhluk hidup yang ada dalam lingkungan
itu, termasuk manusia. Bahan-bahan pencemar biasanya menunjukkan bermacam-macam
tingkat peracunan (toksisitas). Beberapa bahan pencemar dapar bersifat racun dan mematikan
berbagai makhluk hidup dalam waktu yang relatif cepat. Akan tetapi, beberapa bahan
pencemar bersifat lebih ringan dan hanya menyebabkan gangguan terhadap makhluk hidup.
Pembakaran bahan bakar minyak bumi, batubara, dan kebakaran hutan baik karena perbuatan
manusia atau secara alami menyebabkan kenaikan kadar karbon dioksida dalam atmosfer.
Gas ini juga dihasilakn dari bermacam-macam pembakaran. Semakin banyak terbentuk
karbon dioksida. Kemudian karbon dioksida akan terkumpul di atmosfer bumi. Dalam
jumlah yang banyak diatmosfer , gas karbon dioksida menghalangi pantulan panas dari bumi
ke atmosfer. Jadi, panas akan dipantulkan kembali ke bumi sehingga permukaan bumi
menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut efek rumah kaca (green house effect). Selain
karbon dioksida, gas lain yang juga menimbulkan efek rumah kaca adalah metana dan CFC.
Metana antara lain dikeluarkan oleh hewan memamah biak sebagai hasil metabolisme. Efek
rumah kaca dapat menaikkan suhu udara secara global sehingga dapat mengubah pola iklim
di seluruh dunia. Bila peristiwa ini terjadi, akibat yang ditimbulkan dapat mencairkan es
dikutub. Bila es mencair maka permukaan laut akan naik. Keadaan ini mempengaruhi
keseimbangan ekologis sehinggan menbahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Akibat pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida nitrogen dan oksida belerang
dalam jumlah banyak menyebabkan terjadinya hujan asam. Kemudian bila hujan atau salju
turun ke bumi maka terjadilah hujan atau salju yang bersifat asam. Bila pencemaran hujan
asam terjadi terus menerus (dalam waktu yang lama) menyebabkan tanah, sungai danau, dan
perairan tawar menjadi asam. Akibatnya, akan merusak tumbuh-tumbuhan, mematikan
mikroorganisme tanah dan biota yang hidup di air tawar. Bila ini terjadi terus-menerus
akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia sendiri.
21
2.1.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Menurut Wisnu (2001) usaha untuk menanggulangi pencemaran ada 2, yaitu :
1. Penanggulangan secara Non-teknis
Penanggulangan secara non-teknis yaitu usaha atau cara untuk menanggulangi
pencemaran lingkungan dengan cara membuat peraturan perundangan-undangan agar
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri
dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.
a. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
PIL adalah gambaran awal kegiatan yang akan diusulkan. PIL diberikan sebelum
melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Berdasarkan
penyajian informasi lingkungan ini dapat menentukan dilaksanakan atau tidak
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) yang diusulkan. Secara umum
PIL memuat tentang:
Kegiatan yang diusulkan
Kondisi lingkungan yang akan dianalisa
Dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan yang diusulkan serta tindakan
yang direncanakan untuk mengendalikannya
b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
AMDAL adalah pembahasan tentang beberapa masalah rencana kegiatan yang
diusulkan. AMDAL bertujuan untuk memperkirakan dampak yang mungkin terjadi
sebagai akibat dari suatu kegiatan atau proyek pembangunan yang direncanakan. Hal
yang harus diketahui sebelum melakukan AMDAL yaitu perencanaan kegiatan dan
keadaan lingkungan sebelum ada kegiatan. Hal tersebut harus diketahui untuk
menjadi patokan mengukur pencemaran yang akan terjadi dan untuk
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah ada kegiatan. Hasil yang ideal akan
didapatkan jika tidak terjadi dampak pencemaran lingkungan, dampak tersebut
hendaknya dampak positif. Artinya, kegiatan tersebut dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat sekitar.
22
c. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi dilakukan agar jika terjadi
pencemaran lingkungan dari kegiatan dapat dipantau dengan cepat dan
penanggulangannya dapat dilakukan secara terpadu, serta daya dukung alam
lingkungannya tetap terjamin bagi kelangsungan hidup manusia. Perencanaan
kawasan yang baik harus mempunyai surat ijin kegiatan industri dan teknologi untuk
menerapkan peraturan perundangan-undangan yang telah berlaku.
d. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
Pengaturan dan pengawasan kegiatan dilakukan agar persyaratan keselamatan kerja
dan keselamatan lingkungan dapat dipenuhi dengan baik sehingga kemungkinan
terjadinya pencemaran lingkungan dapat diminimalkan. Sebagai contoh
ditetapkannya UU No. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup, penetapan peraturan menteri kesehatan RI nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 september 1990 tentang persyaratan kualitas
air minum, surat keputusan menteri negara KLH nomor KEP-03/MENKLH/H/1991
tanggal 1 pebruari 1991 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
e. Menanamkan Perilaku Disiplin
Perilaku disiplin sangat penting karena dengan disiplin kita dapat menjaga
lingkungan dengan baik. Kata disiplin mudah diucapkan namun sulit dilakukan bagi
orang yang tidak terbiasa melakukannya. Misalnya budaya membuang sampah
disungai. Sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai manusia untuk menjaga
lingkungan sekitar. Segenap lapisan masyarakat dituntut untuk berdisiplin, tidak
membuang limbah sembarangan yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
Penanaman perilaku disiplin hendaknya ditanamkan sejak dini kepada penerus
bangsa.
2. Penanggulangan Secara Teknis
Penanggulangan secara teknis adalah lanjutan dari penanggulangan secara non-teknis.
Kriteria yang digunakan untuk memilih dan menentukan cara yang akan digunakan dalam
penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut :
23
Mengutamakan keselamatan lingkungan
Teknologinya telah dikuasai dengan baik
Secara teknis dan ekonomis dapat diperanggungjawabkan.
Berdasarkan kriteria diatas diperoleh beberapa cara penanggulangan secara teknis sebagai
berikut :
a. Mengubah Proses
Mengubah proses bertujuan untuk menghindari pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh bahan buangan (limbah) yang berupa zat-zat kimia. Sebagai contoh
pada industri pengolahan bahan nuklir. Untuk mendapatkan unsur uranium dari batuan
uranium digunakan serangkaian proses yang melibatkan penggunaan zat kimia.
Pemakaian zat kimia dapat mencemari lingkungan. Sebagai ganti zat kimia, telah
dipikirkan pemakaian bakteri tertentu untuk memecah batuan uranium yang tidak
membahayakan lingkungan.
b. Mengganti Sumber Energi
Sumber energi yang biasa digunakan pada kegiatan industri dan teknologi adalah
bahan bakar fosil, baik minyak maupun batu bara. Pemakaian bahan bakar fosil dapat
menimbulkan pencemaran udara berupa gas SO2, NO2, H2S dan lain sebagainya. Hal
ini dapat dikuragi dengan bahan bakar LNG (Liquified Natural Gases) yang
menghasilkan gas buangan yang lebih bersih. Contoh dengan memanfaatkan sumber
panas bumi, namun tidak semua tempat ada sumber panas bumi (geotermal). Kalaupun
ada mungkin tidak memadai untuk keperluan industri dan teknologi. Cara lain adalah
dengan pemakaian energi nuklir pada Pusat Statistik Tenaga Nuklir (PLTN). Bahan
bakar fosil menimbulkan pencemaran udara dan persediaan di dunia makin menipis
dan suatu saat akan habis.
c. Mengelola limbah
Secara umum tingkatan proses pengolahan limbah sebagai berikut:
1) Pengolahan Awal (Primary Waste Treatment)
Bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik dipisahkan dan ditampung,
dan pada tahap ini juga dilakukan pemisahan bahan buangan yang bisa didaur
ulang dan tidak bisa didaur ulang. Bahan buangan berupa limbah cair, limbah
24
ditampung dulu pada suatu bak besar dan didiamkan beberapa waktu sampai
kotoran mengendap atau mengapung sehingga dapat dipisahkan. Bila sudah
didapatkan cairan yang “bersih” maka cairan tersebut dapat dibuang kelingkungan
dan telah memenuhi syarat baku mutu limbah cair yang telah ditentukan. Bila
bahan buangan belum “bersih” maka pengolahan dilanjutkan ke proses
selanjutnya.
2) Pengolahan Lanjutan (Secondary Waste Treatment)
Limbah buangan yang belum “bersih” ditambahkan mikroorganisme untuk
mendegradasi bahan buangan (terutama bahan buangan organik), agar BOD untuk
mikroorganisme dapat dipenuhi dengan baik, pada proses ini dialirkan udara untuk
mencukupi kebutuhan oksigen. Oksigen yang cukup akan membentu mempercepat
degradasi oleh mikroorganisme. Pada proses dilakukan pengendapan jika
diperlukan pemisahan antara cairan dan padatan yang larut atau melayang.
Penambahan zat kimia dilakukan untuk membantu proses pengendapan. Namun
penambahan zat kimia tidak boleh mengakibatkan masalah pada akhir
pembuangan.
3) Pengolahan Akhir (Advanced Waste Treatment)
Pada proses akhir ini diharapkan limbah sudah “bersih” sehingga dapat dibuang
kelingkungan. Namun, biasanya masih terdapat bahan kimia berbahaya yang
terlarut dan dapat mencemari lingkungan. Bahan kimia bahaya yang terlarut dapat
dikurangi dengan menambahkan karbon aktif untuk mengadsorpsi bahan bahaya
sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Cara lain dapat dilakukan dengan
memakai mesin penukar yang dimasukkan ke dalam air limbah yang belum
“bersih” untuk menangkap bahan-bahan terlarut.
d. Menambah Alat bantu
Beberapa alat bantu yang digunakan untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan antar lain:
1) Filter Udara
Filter udara untuk menangkap abu atau partikel yang keluar pada cerobong atau
stack, agar hanya udara bersih yang keluar dari cerobong. Filter udara harus slalu
25
dikontrol, kalau sudah penuh dengan abu/debu harus segera diganti dengan yang
baru.
2) Pengendap Siklon
Pengendap siklon atau Cyclone Seperators adalah pengendap debu/abu yang ikut
dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja
pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan
yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel
yang relatif “berat” akan jatuh kebawah. Ukuran partikel/debu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5u-40u. Makin besar ukuran debu makin
cepat pertikel diendapkan.
3) Filter Basah
Prinsip kerja filter basah (scrubbers/wet collectors) adalah membersihkan udara
yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara
yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan
air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik bisa digabungkan dengan prinsip pengendap siklon dinamakan
pengendap siklon filter basah.
4) Pengendap Sistem Gravitasi
Alat ini digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya
relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja pengendap sistem gravitasi
adalah mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan ssecara tiba-tiba (speed drop),
zarah akan jatuh terkumpul dibawah akibat gaya gravitasi. Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alatnya.
5) Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik diguanakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air.
Alat ini dapat membersihkan udara dengan cepat dan udara yang keluar dari alat
ini sudah relatif bersih. Alat ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25-100 kv. Alat ini berupa tabung silinder, dindingnya diberi
26
muatan positif sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
cukup besar akan menimbulkan corona discharge di daerah sekitar pusat silinder.
Hal ini menyebabkan udara kotor mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion
negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan
menuju elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
1.2 Tinjauan Empirik
1.2.1 Pencemaran Lingkungan
Perkembangan teknologi dan industri dapat berdampak positif atau negatif bagi
kehidupan manusia. Dampak positif (menguntungkan), yaitu dampak yang diharapkan dalam
rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Dampak negatif (merugikan), yaitu
dampak yang dapat menurunkan kualitas/kenyamanan hidup. Dampak ini tidak diharapkan
karena menimbulkan masalah yang harus diatasi, yaitu masalah kerusakan atau pencemaran
lingkungan.
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat
merubah keadaan keseimbangan pada daur materi dalam lingkungan (keseimbangan
lingkungan) baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga dapat mengganggu
kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan meliputi pencemaran udara, pencemaran
air, dan pencemaran tanah (daratan). Lingkungan dapat tercemar karena:
1) Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada
kecepatan masuknya senyawa pengganti.
2) Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia.
3) Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada
kecepatan pengambilannya.
4) Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan.
27
b. Indikator Pencemar Udara
Jenis-jenis tumbuhan indikator pencemaran udara
Menurut Andika (2011), jenis-jenis tumbuhan bioindikator pencemaran udara antara lain
adalah dari spesies Bryophyta, Lichen, dan tumbuhan tingkat tinggi. Pemantauan
pencemaran udara dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikatornya bergantung pada
jenis skema yang digunakan, metode yang dipilih, dan jenis tumbuhan yang digunakan.
A. lichen dapat dijadikan sebagai tumbuhan indikator untuk pencemaran udara dari
kendaraan bermotor. Lichen adalah simbiosis alga jamur. Tumbuh menyebar dan
berkoloni pada pepohonan maupun bebatuan. Lichen mengandung klorofil dan
Lichen disebut juga lumut kerak. Penggunaan tumbuhan lumut kerak (lichen) sebagai
indikator polusi udara yaitu Lichen tidak dapat tumbuh di tempat di daerah yang
tercemar polutan. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah lichen pada batang
pepohonan di sepanjang jalan raya sedikit. Sedangkan pada batang pepohonan di
lingkungan sekolah banyak ditumbuhi tanaman lumut kerak (Lichen). Hal ini di
karenakan pada daerah di sepanjang jalan raya yang dilalui banyak kendaraan
bermotor itu mengandung polutan yang dihasilkan oleh sisa pembakaran bahan bakar
kendaraan bermotor. Jadi, liken dapat digunakan sebagai indikator polusi udara
dengan cara membandingkan jumlah tumbuhan lumut kerak (Lichen) yang terdapat
pada batang pepohonan di daerah yang berbeda. Semakin sedikit lichen yang tumbuh
pada pepohonan di suatu lingkungan, maka tingkat polusi di lingkungan tersebut
tinggi. Dan sebaliknya, semakin banyak lichen yang tumbuh, maka tingkat polusi di
lingkungan tersebut rendah
B. Tanaman bioindikator yang lain yang dapat digunakan adalah tanaman bayam
(Amaranthus sp) sebagai bioindikator dari SO2
dan tanaman bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa) sebagai bioindikator dari NOx. Dalam kondisi yang normal, udara
ambien menyediakan komponen-komponen udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bagi tumbuhan. Komponen-komponen udara
tersebut meliputi nitrogen, oksigen, karbondioksida dan sulfur. Akan tetapi apabila
kualitas udara ambien memburuk atau tercemar, maka tumbuhan akan menunjukkan
2 respon terhadap keberadaan pencemaran udara tersebut yaitu respon makrokopis
28
dan respon mikrokopis. Respon tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai indikator
dari adanya pencemaran udara.
C. Tumbuhan tingkat tinggi Bioindikator tumbuhan telah digunakan untuk menunjukkan
kualitas udara dalam bidang dan daerah tertentu sehingga dapat memberikan
informasi yang unik untuk kualitas udara ambien dalam wilayah tertentu tersebut.
Metode yang paling umum dilakukan apabila menggunakan tumbuhan tingkat tinggi
sebagai indikator dalam biomonitoring kualitas udara adalah dengan melihat adanya
luka daun. Luka daun yang terlihat biasanya tidak spesifik dan dapat mengindikasikan
berbagai tekanan pada tanaman. Sebagai contohnya adalah seperti yang dikemukakan
oleh Mangkoedihardjo dan Samudro (2010) dimana tanaman tembakau yang dapat
digunakan sebagai indikator dari polutan pencemar SOx dan NOx. Apabila tanaman
tembakau terpapar SOx yang melebihi baku mutu (0,01 μg m-3
) maka warna daun
tembakau berubah dari hijau menjadi kuning. Dan apabila terpapar NOx yang
melebihi baku mutu (0,01 μg m-3
), maka daun tembakau akan bernoktah cokelat.
d. Indikator Pencemar Air
M. Rizqon (2013 :2) menyatakan bahwa hasil limbah yang dikeluarkan oleh industri
pengolahan ikan di kecamatan Muncar didominasi oleh limbah cair yang berupa minyak ikan
dan darah ikan, sedangkan untuk limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pengolahan
ikan tersebut berupa kotoran ikan, jeroan ikan, kepala, dan sisa daging. Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyono dan Yudo (2008) di Kecamatan Muncar
menemukan bahwa dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh Industri pengolahan ikan
mengandung Nitrat (NO¬3-), Pospat (PO4), Sulfida (H2S), Amoniak (NH3-N), klorin bebas
(Cl2) dan minyak lemak. Serta berdasarkan parameter BOD dan COD juga memiliki
kandungan yang cukup tinggi. Pembuangan limbah dari pabrik industri pengolahan ikan ke
sungai menjadi penyebab utama tercemarnya kondisi lingkungan di daerah Muncar. Kondisi
sungai yang kotor dan berbau menjadi salah satu indikator bahwa daerah tersebut sudah
mengalami pencemaran. Hal ini terlihat dari kondisi sungai yang alirannya lambat sehingga
air dari sungai dapat mencemari air sumur di kawasan pemukiman penduduk.
29
Alaerts dan Santika (1994) menyatakan bahwa Faecal coliform merupakan bakteri petunjuk
adanya pencemaran tinja yang paling efisien, karena Faecal coliform hanya dan selalu
terdapat dalam tinja manusia. Jika bakteri tersebut terdapat dalam perairan maka dapat
dikatakan perairan tersebut telah tercemar dan tidak dapat dijadikan sebagai sumber air
minum. Bakteri coliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati disebut dengan
koliform non fecal. Keberadaan dari species indicator seperti Chironomus sp., Scatella sp.,
dan Branchiura sowerbyi juga merupakan indicator dari kualitas perairan yang tercemar. Hal
ini didasarkan dari makroinvertebara indikator untuk menilai kualitas air oleh modifikasi dari
Trihadiningrum dkk. (1998) dalam Asra (2009)..
Asra (2009 :25) menyatakan penyebab tercemarnya danau Arang-Arang Kabupaten Muaro
Jambi dikarenakan adanya aktifitas perkebunan kelapa sawit oleh beberapa perusahaan dalam
skala besar di sekitar danau tersebut. Kegiatan pembukaan lahan menyebabkan terbawanya
bahan padatan terlarut (suspended solid) sebagai produk proses erosi pada saat hujan turun.
Partikel hasil erosi yang tersuspensi menyebabkan peningkatan konsentrasi kekeruhan yang
akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan , sehinggga intensitas
fotosintesis akan berkurang yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan phytoplankton.
Dalam jala-jala makanan di perairan, phytoplankton tersebut berperan sebagai produsen
primer yang berperan sebagai penyedia makanan bagi kelompok konsumen seperti benthos.
Disamping itu kegiatan pemupukan dan penyemprotan pestisida pada lokasi perkebunan,
juga menyumbang bahan pencemar pada lokasi ini yang secara langsung dapat
mempengaruhi komunitas makrozoobenthos di danau.
e. Daur Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat disebabkan karena ulah manusia dan pada akhirnya
dampaknya juga akan dirasakan oleh manusia, baik secara langsung maupun tak
langsung.
30
Sumber pencemar
Pencemaran pencemaran pencemaran
Udara air tanah/daratan
Tumbuhan hewan manusia
Gambar diagram daur pencemaran lingkungan.
1. Pencemaran Udara
Udara akan tercemar jika ada bahan-bahan atau zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya.
a. Penyebab Pencemaran Udara
1) Faktor internal (secara alamiah), misalnya:
- debu beterbangan oleh tiupan angin
- abu atau debu dan gas-gas volkanik dari letusan gunung berapi
- proses pembusukan sampah
2) Faktor eksternal (karena ulah manusia), misalnya:
- pembakaran bahan bakar fosil
- debu atau serbuk dari kegiatan industri
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
31
b. Sumber Pencemar Udara
- transportasi
- industri
- pembuangan sampah
- pembakaran stasioner, dan lain-lain
c. Komponen Pencemar Udara
- Karbon monoksida (CO)
- Oksida nitrogen (NOx)
- Oksida belerang (SOx)
- Hidrokarbon
- Partikel (particulate), dan lain-lain
d. Dampak Pencemaran Udara
1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal
konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 -
15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara lain:
- Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai
kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara
metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 → O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO → COHb (karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Kadar CO : Waktu kontak : Dampaknya bagi tubuh :
≤ 100 ppm sebentar dianggap aman
± 30 ppm 8 jam menimbulkan pusing dan mual
± 1000 ppm 1 jam pusing dan kulit berubah kemerah-merahan
± 1300 ppm 1 jam kulit jadi merah tua dan rasa pusing yang
> 1300 ppm 1 jam Hebat
lebih hebat sampai kematian
32
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang
lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun, gangguan pada sistem
kardiovaskular, serangan jantung, sampai dengan kematian.
- Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya
tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan.
2. Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)
Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat,
berwarna coklat kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO.
Organ yang paling peka paru-paru, jika terkena NO2 akan membengkak
sehingga sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi
mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan
kelumpuhan. NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2.
Oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan
daun, bila konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan
daun), sehingga fotosintesis terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat
menurunkan kemampuan fotosintesis 60 – 70 %. Di udara oksida nitrogen
dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat menyebabkan
iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan
menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog).
3. Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)
SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama
batubara. Gas buang lebih banyak mengandung SO2 dibanding SO3. Dengan
oksigen dari udara SO2 menghasilkan SO3: SO2 + O2 → SO3
Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO3 sangat reaktif.
Dengan uap air dari udara:
SO2 + H2O → H2SO3
SO3 + H2O → H2SO4
33
Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan
hujan asam.
- Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintik-
bintik pada daun. Jika paparan lama daun menjadi berguguran.
- Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah
menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan
saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan
iritasi tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2
ppm, atau 6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang
yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami
kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu
udara rendah. Pada paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada
selaput lendir yang diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan),
kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 - 12
ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat menyebabkan
hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker.
- Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung
warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan
SOx menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat
pengkaratan.
4. Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon
Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi
menimbulkan peristiwa pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai
hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur
dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak
(droplet). Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal
menjadi debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2
mengahsilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO
dan O3 disebut kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak
tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur
34
bahan lain toksitasnya akan meningkat.
Berikut ini adalah toksitas benzena dan toluena:
Konsentrasi Pengaruhnya terhadap tubuh:
Benzena (ppm):
100 iritasi terhadap mukosa
3 000 lemas (0,5 - 1 jam)
7 500 paralysys (0,5 -1 jam)
20 000 kematian (5 - 10 menit)
Toluena (ppm):
200 pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam.
600
gangguan syaraf, dapat diikuti kematian jika
waktu kontak lama.
5. Dampak Pencemaran oleh Partikel
Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis) antara lain:
- Penyakit silikosis
Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat terjadi pada
daerah pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang
mengerjakan besi (mengikir/menggerinda), penambangan bijih besi, timah
putih dan batubara. Bila sudah parah penyakit ini dapat diikuti hipertropi
jantung sebelah kanan yang mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
- Penyakit asbestosis
Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai silikat terutama
magnesium silikat). Dapat terjadi di daerah pabrik/industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik yang beratap
asbes, dan lain-lain.
- Penyakit Bisinosis
Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada daerah pabrik
35
pemintalan kapas/tekstil, pembuatan kasur atau jok kursi. Penyakit ini dapat
diikuti bronkitis kronis.
- Penyakit antrakosis
Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah tambang
batubara, penggunaan batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), kapal
laut bertenaga batubara, pekerja boiler pada PLTU bertenaga batubara.
- Penyakit Beriliosis
Disebabkan oleh debu logam berilium yang dapat berupa logam murni,
oksida, sulfat, atau halogenida. Dapat terjadi pada daerah industri logam
campur berilium-tembaga, pabrik fluoresen, pabrik pembuat tabung radio,
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
6. Dampak Pencemaran yang Lain
- Pemakaian insektisida dapat menyebabkan cocarcinogenik.
- Efek rumah kaca dapat merusakkan lapisan ozon, sehingga sinar ultra
violet tidak tersaring. Dapat menyebabkan kanker kulit, suhu bumi naik
sehingga tidak nyaman, es kutub mencair sehingga permukaan laut naik.
2. Pencemaran Air
Jika terjadi penyimpangan dari keadaan normalnya dapat dikatakan air sudah
tercemar. Pada keadaan normal:
- Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2, debu.
- Air mata air mengandung mineral Na, Mg, Ca, Fe, O2.
- Air mengandung bakteri/mikroorganisme lain.
- Air murni tanpa mineral tidak enak/segar.
Dalam industri air digunakan untuk: air proses, air pendingin, air utilitas dan sanitasi,
air ketel uap penggerak turbin, dan lain-lain. Air yang telah digunakan untuk industri
tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat mencemari lingkungan,
maka terlebih dahulu harus diolah agar sama dengan kualitas air lingkungan. Proses
daur ulang air limbah (Water Treatment Recycle Process) adalah salah satu syarat
36
yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.
a. Pengamatan indikator dan pencemaran air:
- Indikator secara fisis: kejernihan/kekeruhan, perubahan suhu, rasa, dan warna.
- Indikator secara kimiawi: zat kimia terlarut, radioaktivitas, perubahan pH.
- Indikator secara biologis: berdasar mikroorganisme yang ada (ada tidaknya
bakteri patogen)
b. Komponen Pencemar air
Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik, anorganik,
olahan bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas.
1) Bahan buangan padat/butiran.
- Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna. Larutan
pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam
air, fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen terlarut
berkurang dan akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dalam
air.
- Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar air,
menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan di
dasar air, sehingga jumlah ikan berkurang.
- Pembentukan koloidal yang melayang dalam air menyebabkan keruh
dan menghalangi sinar matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah
oksigen terlarut berkurang sehingga mempengaruhi kehidupan dalam
air.
2) Bahan buangan organik.
Berupa limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh mikroorganisme.
Menyebabkan jumlah mikroorganisme bertambah dan tumbuh bakteri
patogen yang merugikan. Limbah ini dapat diproses menjadi pupuk/kompos.
3) Bahan buangan anorganik.
Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh
mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air.
Limbah ini berasal dari industri yang melibatkan unsur logam Pb, As, Cd, Hg,
37
Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia, elektronika, elektroplating.
Ion logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan korosi
pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti
tangki/bejana air, ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat
racun sehingga air tidak dapat untuk minum.
4) Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik).
Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk sehingga air mengandung
mikroorganisme dan bakteri patogen.
5) Bahan buangan cairan berminyak.
Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air. Jika
mengandung senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh
mikroorganisme dalam waktu lama. Bahan ini mengganggu karena:
a. Menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air.
b. Menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu.
c. Ikan di permukaan dan burung air terganggu, bulu burung lengket dan tak
bisa mengembang.
d. Air tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti
benzena, dan senyawa toluena.
6) Bahan buangan zat kimia, misalnya:
a. Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini
mengganggu lingkungan karena:
- Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat menaikkan pH
menjadi 10,5 - 11.
- Bahan antiseptik yang ditambahkan akan dapat
membunuh/mengganggu mikroorganisme.
- Sebagian jenis sabun/deterjen tak dapat terdegradasi.
b. Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak dapat/sulit
terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun). Insektisida sering
dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga permukaan air akan
38
tertutupi minyak.
7) Zat pewarna. Bersifat racun dan cocarcinogenik (merangsang/penyebab
tumbuhnya kangker) dan dapat mempengaruhi kandungan oksigen dan pH
dalam air. Zat warna mengandung senyawa kimia berbahaya chromogen dan
auxsochrome.
8) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk air
minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak dipakai enzym.
Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi menghasilkan
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil peruraian protein dan
senyawa amin). Populasi mikroorganisme akan bertambah dan
memungkinkan berkembangbiaknya bakteri patogen yang berbahaya.
9) Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang
(pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan,
industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak sel
tubuh dan genetik.
c. Dampak/kerugian pencemaran air:
1) Air tidak bermanfaat lagi untuk keperluan rumah tangga, industri maupun
pertanian.
2) Air menjadi penyebab timbulnya penyakit. Air tercemar oleh limbah organik
terutama dari bahan makanan merupakan tempat subur berkembangbiaknya
mikroorganisme. Mikroorganisme merugikan yang dapat menyebabkan penyakit
menular melalui air antara lain virus diare, hepatitis A, bakteri, metazoa dan
protozoa. Penyakit tidak menular/keracunan ditimbulkan oleh air yang tercemar
oleh senyawa anorganik/ion logam.
• Keracunan ion logam Cd.
Ion Cd dapat berasal dari industri yang memakai logam Cd dalam proses
produksinya misalnya industri elektroplating, pipa plastik PVC (Cd sebagai
stabilisator), hasil samping penambangan logam (timah hitam, seng), industri
obat-obatan (sudah tak banyak dipakai). Keracunan ion Cd dapat
39
mempengaruhi otot polos, pembuluh darah (mengakibatkan tekanan darah
tinggi dan gagal jantung), dan merusak ginjal. Kasus keracunan ion Cd pernah
menimpa penduduk Toyama, Jepang. Penduduk banyak yang sakit pinggang
bertahun-tahun semakin parah, pelunakan tulang punggung dan menjadi
rapuh, dan kematian karena gagal ginjal. Penyebabnya beras yang dimakan
mengandung Cd ± 1,6 ppm, karena tanaman padi diairi dengan air tercemar
ion Cd dari limbah industri seng dan timah hitam.
• Keracunan ion logam Co.
Pada industri Co dipakai sebagai stabilisator, pada pabrik bir dulu dipakai
untuk menstabilkan busa bir agar bagus. Untuk proses pembentukan butir
darah merah, tubuh memerlukan Co dalam jumlah sedikit melalui vitamin B12
yang dimakan. Bila memakan makanan yang mengandung Co 150 ppm akan
merusak kelenjar gondok (kekurangan kelenjar gondok). Jika keracunan Co
sel darah merah akan berubah, tekanan darah tinggi, pergelangan kaki
membengkak (oedema), gagal jantung terutama pada anak yang baru tumbuh.
Kasus keracunan Co pernah terjadi di Nebraska dan Ohama. Penduduk
mengalami kelainan pada otot jantung primer karena gemar minum bir yang
proses pembuatannya menggunakan Co. Di Kanada penduduk menderita gagal
jantung disertai gejala sesak napas, batuk-batuk, sakit disekitar jantung dan
lambung, dan kondisi badan lemah.
• Keracunan ion logam Hg.
Industri yang menggunakan Hg misalnya untuk proses produksi pada pabrik
plastik, campuran bahan antiseptik pada sabun dan kosmetik, amalgam pada
penambal gigi, dan fungisida. Gejala keracunan ion Hg adalah: sakit kepala,
sukar menelan, penglihatan jadi kabur, daya dengar menurun, bagian kaki dan
tangan terasa tebal, mulut terasa tersumbat logam, gusi membengkak disertai
diare, kondisi tubuh melemah dan kematian, ibu mengandung melahirkan bayi
cacat. Kasus keracunan Hg pernah terjadi di Minamata, penduduk banyak
yang menjadi cacat, meninggal, dan bayi lahir cacat. Penyebabnya ikan laut
yang dimakan mengandung Hg sekitar 27 - 102 ppm, karena tercemari limbah
40
pabrik plastik. Kasus lain di Niigata, banyak yang cacat dan meninggal karena
mengkonsumsi ikan yang mengandung Hg sekitar 5 - 20 ppm.
• Keracunan insektisida.
Gejalanya kepala pusing, mual, tremor, kerusakan organ seperti hati dan
ginjal. Akumulasi sedikit demi sedikit menyebabkan penyakit tertunda
(delayed effect) dalam bentuk kangker kulit, paru-paru, dan hati, karena
insektisida bersifat cocarcinogenic.
3. Pencemaran Tanah/Daratan
Tanah/daratan dapat mengalami pencemaran jika ada bahan asing baik bersifat organik
maupun anorganik yang berada di permukaan tanah yang menyebabkan tanah menjadi rusak
dan tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, baik untuk pertanian,
peternakan, kehutanan, maupun untuk pemukiman.
a. Komposisi tanah
Komposisi tanah terdiri dari udara 25 %, air 25 %, bahan organik 5 %,
dan bahan mineral 45 %. Bahan organik dalam tanah (seperti karbohidrat, protein
dan lemak) merupakan persediaan makanan bagi mikroorganisme dan tumbuhan.
Senyawa organik yang kompleks tak dapat secara langsung dimanfaatkan
tumbuhan. Senyawa ini dipecahkan oleh organisme dalam tanah (antara lain
serangga, cacing tanah, nematoda, sikaki seribu, algae, dan mikroorganisme
seperti fungi dan bakteri) menjadi bentuk yang lebih sederhana. Air akan
melarutkan bentuk -bentuk sederhana itu dan membawanya sampai ke tumbuhan
melalui akar. Unsur/nutrisi yang diperlukan tumbuhan meliputi makronutrisi
(yaitu 9 unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi C, H, O, N, P, K, Ca,
Mg, dan S) dan mikronutrisi (unsur yang lain). Unsur C, H, dan O digunakan
untuk mensintesis karbohidrat, lemak , protein, lilin, selulosa, dan senyawa
kompleks lainnya. Unsur N, P, dan S untuk membentuk molekul protein. Unsur
lain yang jumlahnya tidak begitu banyak berperan dalam metabolisme pada
tumbuhan.
b. Penyebab Pencemaran Tanah
• Faktor internal, yaitu peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi yang
41
memuntahkan debu, pasir, batu, dan bahan volkanik lain yang menutupi dan
merusak daratan/permukaan tanah.
• Faktor eksternal, yaitu karena ulah dan aktivitas manusia. Limbah yang
dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia disebut anthropogenic pollutans.
c. Komponen Pencemar Tanah
Meliputi kertas 4 %, limbah bahan makanan 21 %, gelas 12 %, besi 10 %, plastik
5 %, kayu 5 %, karet dan kulit 3 %, kain/serat tekstil 2 %, aluminium dan logam
lain 1 %. Perbandingan bahan organik dan anorganik 70 % : 30 %. Bahan organik
akan terdegradasi oleh mikroorganisme, bahan anorganik tidak/susah
terdegradasi. Bahan anorganik berbahaya misalnya bahan kimia beracun yang
dibuang bersama limbah industri, limbah pertambangan seperti logam berat dan
logam radioaktif. Bila air membawa limbah mengalir ke sungai, danau atau
sawah maka tanah akan teraliri, sehingga akan terkontaminasi bahan-bahan
kimia. Tanah menjadi jelek dan tumbuhan atau binatang air akan menderita.
Bahan-bahan itu akan terkontaminasi dalam tumbuhan dan hewan, dan akhirnya
akan sampai pada manusia.
d. Dampak Pencemaran Tanah
• Dampak langsung, seperti bau, merusak pandangan, kotor dan kumuh.
• Dampak tak langsung, seperti menjadi tempat berkembangnya nyamuk, lalat,
tikus, bakteri, dan lain-lain, sehingga menjadi perantara atau penyebab
penyakit pest, kaki gajah (filiariasis), malaria, demam berdarah, dan lain-lain.
• Menurut Joseph dan Agung (2014) penanggulangan dapat dilakukan dengan
pendekatan lingkungan dan pendekatan teknologi. Pendekatan lingkungan
dilakukan untuk menata lingkungan agar terhindar dari kerugian yang
ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Pendekatan teknologi dilakukan
pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki dengan suatu alat. Teknologi
untuk dampak pada daratan adalah pengadaan pompa air untuk lahan
pertanian dan perbaikan saluran irigasi. Monitoring kualitas air dengan
menggunakan alat sensor pemantau air serta penelitian dengan laboraturium
kualitas air sungai, air laut dan air tanah secara berkala agar perubahan yang
42
terjadi pada kualitas air dapat terpantau dengan jelas dan apabila terdapat
perbubahan dari keadaan standar baku mutu, makan dapat dilakukan usaha
agar kembali ke keadaan normal. Kemudian dilakukan pengadaan IPAL,
kondisi air sungai yang bermuara ke air laut tercemar oleh limbah domestik
(limbah rumah tangga) karena penduduk melakukan pembuangan langsung ke
sungai. Cara yang harus dilakukan untuk mendukung IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) diantaranya adalah adanya sistem pembuangan dan
sistem sanitasi. Alat Pemantau Kualitas Udara untuk mengetahui tingkat
pencemaran udara, mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara,
menentukan program pengelolaan kualitas udara serta nantinya data yang di
dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang dapat
dilihat di Public Data Display yang di letakkan di Jalan Raya dan dilakukan
penghijauan disisi jalan raya.
2.3 Hasil dan Pembahasan
Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan
industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan dari
kebakaran hutan. gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer Bumi. Jika jumlahnya
sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari Bumi ke
atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke Bumi. Akibatnya,
suhu di Bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green
house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek rumah kaca adalah
CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal dari pembusukan
kotoran hewan.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara
global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan global ini,
pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik,sebagai akibat
mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan
tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan
makhluk hidup, termasuk dan khususnya manusia.
43
Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan
asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan bukan hanya
pencemaran udara tetapi juga pencemaran tanah, danau, atau air selain itu sungai
juga dapat menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia.
Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan
penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada
dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan terhadap
kesehatan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan agar tidak berdampak pada kesehatan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran
airnya terhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk. Sampah
yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat
berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, bisa meyebabkan banjir
pada musim hujan.
Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah
tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-
sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi
kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat di
daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.
44
2. Penanggulangan limbah industri
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia,
sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi
bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang
mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak
mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari
keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari
limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat.
3. Penanggulangan pencemaran udara
Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor dan
asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian
bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif bahan bakar
yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik. Selain itu, dilakukan
usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang layak
beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan terhadap asap buangan dan
knalpot kendaraan bermotor.
45
4. Diadakan penghijauan di kota-kota besar
Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya jalur
hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap kendaraan
bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi
pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke atmosfer.
4. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai
Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian. Namun,
di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk ke
perairan. Eutrofikai merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh
pupuk buatan yang masuk ke perairan.
Begitu juga dengan penggunaan obat anti hama tanaman. Jika
penggunaannya melebihi dosis yang ditetapkan akan menimbulkan pencemaran.
Selain dapat mencemari lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya
organisme tertentu yang dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang
membantu penyerbukan tanaman. Pemberantasan hama secara biologis
merupakan salah satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan
kerusakan ekosistem pertanian.
6. Pengurangan pemakaian CFC
46
Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar
seratus tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi
penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan
penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga
dapat mengurangi pemanasan global.
Dewasa ini, tingkah laku manusia dengan sikap semena-mena terhadap
lingkungan sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Selain
mengeksploitasi alam secara serakah, manusia juga telah meracuni alam ini
dengan berbagai jenis sampahnya. Padahal selain dapat merugikan alam hal yang
di lakukan manusia tersebut juga berpengaruh pada kesehatan manusia.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran lingkungan terjadi karena ulah manusia itu sendiri yang tidak
dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik. Pencemaran
lingkungan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu ; (1) Pencemaran Udara, (2)
Pencemaran Air, dan (3) Penmcemaran Tanah.
2. Dampak pencemaran lingkungan khususnya bagi kesehatan manusia yaitu
akan berdampak pada tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran
yang dilakukan, maka kekebalan tubuh manusia yang berada di sekitar daerah
pencemaran akan menurun sehingga tidak jarang manusia saat ini sering
terkena penyakit seperti penyakit kulit, penyakit kanker, dan lain-lain.
3. Pmenanganan pencemaran lingkungan dilakukan dengan Remediasi dan
bioremediasi, yaitu membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Untuk
pencemaran udara yaitu mengurangi kendaraan-kendaraan yang cenderung
menggunakan bahan bakar yang dapat menyebabkan polusi udara.
4. Pemanasan global yang terjadi saat ini adalah akibat dari perbuatan kita
sendiri. Sebagai manusia kita tidak dapat menjaga dengan baik tempat dimana
kita hidup. Jika kita tidak sadar akan dampak yang terjadi nanti, maka
kehidupan di Bumi ini akan terancam. Untuk mengatasinya, telah dilakukan
beberapa penangulangan. Penanggulangan ini akan efektif bila semua pihak
turut serta untuk melakukannya.
48
3.2 Saran
1. Selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep
keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat
lingkungan mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan
tercipta lingkungan yang sehat.
2. Pemanasan global ini dapat di kurangi jika kita menanamkan rasa cinta kepada
Bumi ini.
3. Kita harus menjaga dan melestarikan bumi, demi kelangsungan kehidupan di
masa yang akan dating.
4. Kita harus bisa mengaplikasikan upaya-upaya untuk meminimalisir pencemaran
lingkungan.
49
SOAL KESEHATAN LINGKUNGAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
1. Berdasarkan tingkat pencemar. Apa contoh dari Pencemaran ringan. . .
a. Pencemaran radioaktif
b. Pencemaran gas kendaraan bermotor
c. Pencemaran Minamata di Jepang
d. pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang didalam mobil tertutup
e. semua jawaban a,b,c dan d benar
Penjelasan :
Pencemaran ringan adalah pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan
ekosistem lain, yang salah satu contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2. mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa
merupakan bahan pencemar berdasarkan. . .
a. Pencemaran Kimiawi
b. Pencemaran Fisik
c. Pencemaran Biologi
d. Pencemaran Suara
e. Pencemaran lingkungan
Penjelasan :
Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini,
a. Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan radioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
b. Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
c. Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
d. Pencemaran Suara : kebisingan.
50
3. Indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu kasus pencemaran
adalah…
a. Mengukur atau memeriksa konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap, serta
partikel-partikel debu diudara,dan parameter-parameter lain.
b. Memantau radiokativitas lingkungan baik di daerah perkotaan dan pedesaan.
c. Mengukur pencemaran dan aktivitas lingkungan dengan menggunakan
thermometer.
d. Menunggu beberapa tahun pada lingkungan yang mudah tercemar.
e. Melihat situasi dan kondisi yang dapat di ukur.
Penjelasan :
Indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah
dengan cara mengukur atau memeriksa konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap,
serta partikel-partikel debu diudara,dan parameter-parameter lain.
4. Salah satu yang bukan indikator yang harus dipenuhi kualitas tanah adalah. . .
a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi modeling.
b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh para
pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai kualitas
tanah yang bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis udara.
Penjelasan :
Semua jawaban benar kecuali pilihan (e. Sedapat mungkin merupakan komponen
basis udara) karena basis yang benar seharusnya adalah tanah.
5. Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen merupakan indikator atau tanda bahwa
dapat terjadi pencemaran. . .
a. Air
51
b. Udara
c. Tanah
d. Suara
e. Lingkungan
Penjelasan :
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan tercemar yaitu adanya perubahan atau tanda
yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan rasa, bau, dan warna air
2. Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
3. Adanya mikroorganisme
4. Adanya perubahan suhu air
5. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan
6. Apa dampak dari pencemaran gas Karbon Monoksida (CO)…
a. Menyebabkan gangguan kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
b. Menyebabkan iritasi pada mata.
c. Menyebabkan gangguan pada sistem pernafasannya.
d. Menyebabkan berbagai macam peyakit saluran pernafasan.
Penjelasan : Karena gas CO bersifat racun, dan pada gas CO yang masuk dalam peredaraan
daran akan menggantikan posisi oksigen dalam berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam
darah, gas CO akhirnya mudah masuk ke dalam jantung, otak dan organ vital penunjang
kehidupan manusia lainnya. Sehingga akibatnya bagi kesehatan sangat fatal.
7.Penyakit apa yang disebabkan oleh keracunan ion logam Cd…
a. Tekanan darah tinggi.
b. Pergelangan kaki membengkak (oedema).
c. Gagalan jantung.
d. Melahirkan bayi dalam keadaan cacat.
52
e. Kerusakan organ seperti hati dan ginjal.
Penjelasan : karena elemen pada ion Cd beresiko tinggi terhadap pembuluh darah.
Cd berpangaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada
tubuh khususnya hati dan ginjal. Pada kon-sentrasi rendah Cd berefek terhadap gangguan
pada paru-paru. Cd lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan logam berat
lainnya seperti timbal. Logam Cd berga-bung dengan Pb dan merkuri sebagai the big three
heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada manusia.
8. Apa saja yang diamati dari indikator fisis…
a. Kejernihan/kekeruhan, perubahan suhu, rasa, dan warna.
b. Zat kimia terlarut, radioaktivitas, perubahan pH.
c. Berdasar mikroorganisme yang ada
d. Radioaktivitas, dan perubahan pH.
e. Perubahan suhu, dan zat kimia terlarut
Penjelasan : Karena indikator fisis merupakan metode pengamatan yang mengamati fisik dari
air yang tercemar.
9. Disebabkan oleh apa, penyakit bisinosis…
a. Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas.
b. Disebabkan oleh debu/serat asbes.
c. Disebabkan oleh debu batubara.
d. Disebabkan oleh debu/serat kapas.
e. Disebabkan oleh debu logam berilium.
Penjelasan : Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-
paru.
10. Apa saja komponen pencemar air…
a. Bahan buangan cairan berminyak.
53
b. Bahan buangan zat kimia seperti sabun.
c. Aluminium dan logam lain
d. Zat radioaktif
e. jawaban A, B, dan D benar
Penjelasan : Karena pada jawaban C merupakan komponen pencemaran tanah.
54
DAFTAR PUSTAKA
(1) Anonim. 2009. Pencemaran Lingkungan.
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/polusi-pencemaran-lingkungan.html
Diakses pada tanggal 19 April 2015
(2) Anonim, 2009. Pencemaran Udara.
https://cicibio2.wordpress.com/ii-macam-pencemaran/1-menurut-tempat-
terjadinya/a-pencemaran-udara/1-pendalaman-materi/
Diakses pada tanggal 28 Maret 2015
(3) Arya, Wisnu. 2009. Dampak Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Andi Publisher
(4) Asra, Revis. 2009. Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologi Dari Kualitas Air Di
Sungai
Kumpeh Dan Danau Arang-Arang Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Jurnal
Artikel Ilmiah (online). Volume 2. No.1
http://online-journal.unja.ac.id/index.php/biospecies/.../464.pdf
Diakses 28 Maret 2015
(5) Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
(6) Daryanto. 2009. Masalah Pencemaran. Bandung : Tarsito
55
(7) Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
(8) Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali Press,
Jakarta.
(9) Mangkoedihardjo,S dan Samudro,G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Graha Ilmu :
Yogjakarta
(10) Kovacs, M. 1992. Indicators in Environmental Protection. Ellis Horwood. New York
(11) Rizqon, M. dkk. 2013. Pengaruh Pencemaran Limbah Cair Industri Pengolahan Ikan
Terhadap Kualitas Air Tanah Di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Jurnal Ilmiah. (online).
http://jurnal-online.um.ac.id/.../artikel/artikelA57825B317E..pdf
Diakses 28 Maret 2015
(12) Saktiyono. 2006. Biologi. Bandung :Esis.
(13) Santika, Alaerts, G dan Sri Sumestri. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
(14) Sastrawijaya, Tresna A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
(15) Sastrawijaya, Tresna, A. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta
56
(16) Universitas Sumatera Utara. 2010. Kualitas Tanah.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada tanggal 19 April 2015
(17) Wardhana Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
(18) Wijaya, Andika. Penggunaan Tumbuhan Sebagai Bioindikator Dalam Pemantauan
Pencemaran
Udara. Jurnal Ilmiah. (online).
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17195-Paper-594142.pdf
Diakses 28 Maret 2015
57
INDEKS
A
Advanced Waste Treatment, 22
Almarantus SP, 25
Ammonia, 3
Anthropogenik Pollutans, 38
Antrakosis, 14, 32
Asbetosis, 14, 32
Ascariasis, 16
Augsochrome, 35
B
Belerang Dioksida, 3, 14
Beriliosis, 14, 32
Bisinosis, 14, 32
BOD, 9
Bryophyta, 24
C
Cadmium, 16
CFC, 3, 17, 43
Chironomus SP, 26
Chlolera, 15
Chorona Discharge, 23
Chromogen, 35
CO2, 3, 9, 12, 17, 39, 40, 42
CO, 3, 13
Cobalt, 16
Cocarcinogenik, 32, 35, 37
COD, 9
Cyclone Seperators, 22
D
Delayed Effect, 37
Dysentri Amoeba, 16
E
Entamoeba Coli, 4, 12
Escherichia Coli, 12
Eutrofikasi, 42
F
Faecal Coliform, 26
Filariasis, 17, 39
G
58
Geothermal, 21
Green House Effect, 17, 40
H
H2O, 9
H2S, 20
Hepatitis A, 15, 36
Hidrokarbon, 14
Hydrogen, 3
K
Koliform Non Fecal, 26
Khlorofil, 3
L
Lichen, 24
Liquifid Natural Gases, 21
M
Malaria, 39
Metajoa, 36
Methane, 3
Mirabilis Zalapa, 25
N
Nitrogen, 3
NOx, 11, 13
NO2 , 13, 14, 20
O
Oedema, 36
Ozon, 3, 11
P
Peroxy Acetyl Nitrates, 30, 31
Photo Chemistry Smoge, 30, 31
Pneumoconiosis, 14
Poliomyelistis, 15
Primary Waste Treatment, 21
Protozoa, 36
S
Salmonellat Hyposa, 4, 12
Scatella SP, 26
Schabies, 16
Scrubbers/Wet Collectors, 22
Secondary Waste Treatment, 21
Silikosis, 14, 31
SOx, 14
59
Sulfur Dioksida, 11, 20
T
Toksisitas, 17
Trachoma, 16
Typhus Abdominalis, 16
U
Ultraviolet, 3