penatalaksanaan hipotiroid

12
Penegakan Diagnosis Hipotiroid Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabila ditemukan : 1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid. 2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis. 3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis autoimun kronis. Kegagalan produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan kadar T4 serum, sedangkan penurunan kadar T3 baru terjadi pada hipotiroidisme berat. Pada hipotiroidisme primer ditemukan penurunan kadar T4 sedangkan TSH serum meningkat. Pada hipotiroidisme sentral , disamping kadar T4 serum rendah, terdapat kadar TSH yang rendah atau normal. Untuk membedakan hipotiroidisme sekunder dengan tersier diperlukan pemeriksaan TRH. Diagnosis hipotiroidisme dipastikan oleh adanya peningkatan kadar TSH serum. Apabila kadar TSH meningkat akan tetapi kadar FT4 normal, keadaan itu disebut hipotiroidisme sub klinik . Biasanya peningkatan kadar TSH pada hipotiroidisme subklinik berkisar antara 5-10 mU/L sehingga disebut juga hipotiroidisme ringan. Kadar T3 biasanya dalam batas normal,

Upload: iyuzaim02

Post on 28-Nov-2015

384 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

menjelaakan penatalaksannann tidoir

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan Hipotiroid

Penegakan Diagnosis Hipotiroid

Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabila

ditemukan :

1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.

2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan

risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.

3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis

autoimun kronis. Kegagalan produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan kadar T4

serum, sedangkan penurunan kadar T3 baru terjadi pada hipotiroidisme berat. Pada

hipotiroidisme primer ditemukan penurunan kadar T4 sedangkan TSH serum meningkat.

Pada hipotiroidisme sentral , disamping kadar T4 serum rendah, terdapat kadar TSH yang

rendah atau normal. Untuk membedakan hipotiroidisme sekunder dengan tersier

diperlukan pemeriksaan TRH.

Diagnosis hipotiroidisme dipastikan oleh adanya peningkatan kadar TSH serum. Apabila

kadar TSH meningkat akan tetapi kadar FT4 normal, keadaan itu disebut hipotiroidisme

sub klinik . Biasanya peningkatan kadar TSH pada hipotiroidisme subklinik berkisar

antara 5-10 mU/L sehingga disebut juga hipotiroidisme ringan. Kadar T3 biasanya dalam

batas normal, sehingga pemeriksaan kadar T3 serum tidak membantu untuk menegakkan

diagnosis hipotiroidisme. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada algoritma dibawah ini.

Page 2: Penatalaksanaan Hipotiroid

Penatalaksanaan Hipotiroid

1. Terapi levotiroksin oral pada hipotiroidisme ringan dan sedang

Para ahli dibidang tiroidologi setuju bahwa levotiroksin merupakan obat pilihan untuk

pengobatan hipotiroidisme. Levotiroksin bertindak sebagai reservoir untuk hormon tiroid

aktif (T3). Penyerapan levotiroksin oral sekitar 80% bila diminum pada perut kosong.

Obat-obat dan makanan tertentu dapat mengganggu bioavailabilitas dari levotiroksin

melalui berbagai mekanisme. Obat ini termasuk kalsium karbonat, garam besi,

aluminium, dan antasida yang mengandung magnesium. Dengan bertindak sebagai pro-

hormon, levotiroksin tidak menghalangi komponen lain dari aksis tiroid, sehingga

memungkinkan bagi deiodinasi enzim untuk berfungsi dengan baik.

Terapi hipotiroidisme dengan levotiroksin bertujuan untuk menghilangkan gejala klinis

serta mencapai atau mempertahankan kadar TSH pada paruh bawah rentang kadar TSH

normal atau sekitar 0,4-2,5 mU/L. Namun bila pasien telah merasa nyaman dengan kadar

TSH pada paruh atas rentang kadar TSH normal, dosis levotiroksin dapat dilanjutkan.

Page 3: Penatalaksanaan Hipotiroid

Secara umum dengan dosis levotiroksin 1,6 gr/kgBB/hari (100-125 mg/hari) dapat

mencapai keadaan yang eutiroid.

Pemberian dosis levotiroksin dosis pengganti harus berhati-hati pada pasien

hipotiroidisme usia lanjut (> 60 tahun) atau pada pasien-pasien dengan penyakit jantung

iskemik. Pada keadaan tersebut pemberian dosis levotiroksin dimulai dengan dosis kecil

(12,5 atau 25 mg/hari) yang dapat ditingkatkan tiap 3-6 minggu sampai tercapai keadaan

eutiroid (start low go slow). Dengan cara terapi tersebut ukuran-ukuran membaiknya

fungsi tiroid dan kardiovaskuler dapat diprediksi.

2. Terapi hormon tiroid parenteral pada pasien hipotiroidisme berat atau pada operasi

Emergensi Pasien hipotiroidisme mungkin memerlukan jalur alternatif yang lain untuk

memasukkan levotiroksin untuk mengembalikan ke keadaan eutiroid pada waktu

perioperatif. Karena penyerapan levotiroksin oral tidak sesempurna intravena, maka dosis

levotiroksin intravena harus dikurangi sekitar 20% sampai 40%. Terapi levotiroksin

intravena memiliki efektifitas yang sama dengan obat oral, tetapi tidak semua dari klinis

hipotiroidisme ini dapat diperbaikinya.

Pada pasien dengan hipotiroidisme berat namun memerlukan tindakan operasi segera,

maka diberikan suplementasi levotiroksin dan steroid intravena. Awalnya dosis

levotiroksin intravena diberikan loading dose 300-400 μg dilanjutkan 50 μg perhari.

Sayangnya preparat levotiroksin intravena belum tersedia di Indonesia. Pemberian

anestesi lokal pun dapat memberikan efek penekanan yang berlebihan terhadap produksi

hormon tiroid. Sehingga diperlukan keadaan hipotiroidisme ringan atau yang sudah

terkontrol untuk dapat dilakukan tindakan pada gigi. Untuk hipotiroidisme berat dapat

dilakukan tindakan gigi yang elektif menunggu keadaannya menjadi eutiroid kembali.

Atau dapat juga dilakukan dengan memberikan dosis yang minimum terhadap obat

anestesi yang diberikan

3. Terapi tambahan lainnya

Keadaan insuffisiensi adrenal yang hadir bersamaan dengan hipotiroidisme yang berat

mungkin akan bermanifestasi dengan hipotensi, penurunan berat badan, yang dapat

diterapi dengan steroid atau kortisol bila diperlukan.

Pemberian steroid tidak diperlukan apabila sebelum onset koma tidak didapatkan

gangguan fungsi adrenal. Namun apabila status adrenalnya tidak diketahui maka

Page 4: Penatalaksanaan Hipotiroid

sebaiknya dilakukan tes stimulasi cosyntropin. Setelah itu diberikan hidrokortison 100

mg intravena dilanjutkan dengan 4 x 50 mg dan dilakukan tapering dosis sampai total 7

hari. Apabila setelah itu diketahui konsentrasi kortisol plasma > 30 gr/dl atau hasil tes

stimulasi cosyntropin dalam batas normal, maka pemberian steroid dapat dihentikan.

Penatalaksanaan Hipertiroid

Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat

kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam dosis

besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar

tiroid. Pada paper ini akan dibahas tentang obat antitiroid yang merupakan salah satu cara

untuk menghambat produksi hormon tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara

menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin)

sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga

mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan

untuk :

1 mempertahankan remisi pada straumadengan tirotoksikkosis

2 mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif

3 menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).

Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole,

Karbimazol

Propiltiourasil (PTU)

Nama generik : Propiltiourasil

Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)

Indikasi : hipertiroidisme

Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen

tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.

Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg

Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis

terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk

hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900

mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk

Page 5: Penatalaksanaan Hipotiroid

orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)

Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada

kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.

Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari

iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)

Resiko khusus : .

Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan

hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee,

2006).

Methimazole

Nama generik : methimazole

Nama dagang : Tapazole

Indikasi : agent antitiroid

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.

Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg

Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2

mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.

Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat

60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.

Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.

Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan

myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)

Karbimazole

Nama generik : Karbimazole

Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).

Indikasi : hipertiroidisme

Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan

masa menyusui.

Bentuk sediaan : tablet 5 mg

Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan

Page 6: Penatalaksanaan Hipotiroid

menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.

Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan

tiroksin 50 -150 mg.

Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.

Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada

kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.

Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa

menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et

al, 2006).

Tiamazole

Nama generik : Tiamazole

Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).

Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.

Kontraindikasi : hipersensitivitas

Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg

Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari;

kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid

normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10

mg/hari.

Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar

ludah.

Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.

Penegakan Diagnosis Hipertiroid

1) Anamnesis

Gambaran klinik hipertiroid dapat ringan dengan keluhan-keluhan yangsulit dibedakan dari reaksi kecemasan, tetapi dapat berat sampai mengancam jiwapenderita karena timbulnya hiperpireksia, gangguan sirkulasi dan kolaps. Keluhanutama biasanya berupa salah satu dari meningkatnya nervositas, berdebar-debaratau kelelahan. Dari penelitian pada sekelompok penderita didapatkan 10 gejalayang menonjol yaitu:NervositasKelelahan atau kelemahan otot-otot

Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik Diare atau sering buang air besar

Page 7: Penatalaksanaan Hipotiroid

Intoleransi terhadap udara panasKeringat berlebihanPerubahan pola menstruasiTremorBerdebar-debarPenonjolan mata dan leherGejala-gejala hipertiroid ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampaibeberapa tahun sebelum penderita berobat ke dokter, bahkan sering seorangpenderita tidak menyadari penyakitnya.Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambaran yang khas yaitu : seorangpenderita tegang disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-tandapada mata, telapak tangan basah dan hangat, tremor, oncholisis, vitiligo,pembesaran leher, nadi yang cepat, aritmia, tekanan nadi yang tinggi danpemendekan waktu refleks Achilles. Atas dasar tanda-tanda klinis tersebutsebenarnya suatu diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan2) Pemeriksaan FisikA. InspeksiPemeriksa berada di depan penderita. Penderita sedikit duduk dengankepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m.sternokleidomastoideus relaksasi sehingga kelenjar tiroid mudahdievaluasi. Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikanbeberapa komponen berikut:Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, atau ismus Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler.Jumlah: uninodusa atau multinodusaBentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa nodulerlokalGerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannyaikut bergerak .Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakanB. PalpasiPasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan.Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi: Perluasan dan tepiGerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trakea dan kelenjarnyaKonsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekanHubungan dengan m. sternokleidomastoideus (tiroid letaknya lebihdalam dari musculus ini)Limfonodi dan jaringan sekitarnya

Page 8: Penatalaksanaan Hipotiroid