penanggulangan sakit kepala vaskuler
TRANSCRIPT
PENANGGULANGAN SAKIT KEPALA VASKULER (MIGRAIN)
PENANGGULANGAN SAKIT KEPALA VASKULER (MIGRAIN)
Definisi dan Etiologi
Definisi
Sakit kepala karena gangguan vascular (pembuluh darah)
Etiologi
Ada beberapa jenis sakit kepala karena gangguan pembuluh darah.
Migrain adalah sakit kepala yang terjadi secara periodik karena terhambatnya aliran darah ke
otak. Lebih sering terjadi pada perempuan sekitar 20 – 30 % dari populadi . Pada umumnya
penyakit dimulai dari umur 20 – 30 tahun dan bila mulai pada umur setelah 50 tahun disebabkan
oleh hormon, serta factor keturunan.
Hipertensi adalah sakit kepala karena hipertensi, gangguan ginjal, dan jantung.
Sakit kepala berhubungan dengan gejala histamin, lebih sering terjadi pada pria.
Sakit kepala lain penyebabnya meliputi polusi udara, infeksi, ketergantungan terhadap alcohol,
morfin, keracunan, ensefalitis (radang otak).
.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
Migrain dapat menyerang separug atau keseluruhan kepala, sering mual dan muntah, lebih
senang di tempat gelap dan sunyi, menyerang selama 1 – 3 hari. Hasil laboratorium meliputi
sinar X, scan otak, EEG dan uji kesehatan
Hipertensi, sakit kepala disebabkan hipertensi, gangguan ginjal dan jantung. Hasil laboratorium
teknan darah, uji darah, dan fungsi ginjal.
Sakit kepala karena histamin mempunyai gejala sering bangun pada malam hari, ssakit kepala
parah selama 1 – 2 jam.
Sakit kepala karena polutan atau toksin adalah kondisi kronis kambuhan dan tidak dapat
diobati dengan obat kovensional. Uji laboratorium zat penyebab, uji darah dan urin.
Prognosis (perjalanan penyakit)
Prognosis
Pada umumnya, migdrain dan sakit kepala karena histamin adalah kondisi kronis dari kambuhan
dan tidak dapat diobati dengan obat konvensional, rasa nyeri dapat melemahkan dan
menyebabkan banyak kematian. Pengobatan untuk pencegahan dengan ergotamin dan analgetik
narkotik.
Sakit kepala karena hipertensi, pencegahan dengan menjaga naiknya tekanan darah.
Sakit kepala karena polutan atau toksin, hindari polutan dan toksin.
Sebaiknya pengobatan migrain dan sakit kepala dilakukan dengan obat metabolit atau obat
tradisional.
Diagnosis lain
Sakit kepala bukan gangguan pembuluh darah.
Tumor otak
Hemangioma
Sakit kepala digolongkan menjadi dua jenis: sakit kepala primer dan sekunder. Pada sakit kepala primer, rasa sakit itu sendirilah penyakitnya. Sakit kepala sekunder disebabkan oleh masalah medis lain.
1. Sakit kepala primer.
Stres, cuaca atau ketidakseimbangan hormon dapat memicu sakit kepala primer, yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Ada dua jenis utama sakit kepala primer, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot (myogenik) dan pelebaran pembuluh darah (vaskular).
Sakit kepala myogenik disebabkan oleh ketegangan otot wajah, leher dan kepala. Sakit kepala ini merupakan jenis yang paling umum. Prevalensi tahunan sakit kepala myogenik adalah 74%, jauh lebih tinggi daripada untuk semua jenis sakit kepala lainnya. Perempuan 40% lebih sering terkena sakit kepala ini dibandingkan laki-laki.
Sakit kepala myogenik ditandai dengan tekanan di kedua sisi kepala dengan tingkat ringan sampai sedang dan tidak bertambah sakit bila melakukan aktivitas fisik rutin. Sakit kepala ini juga tidak menyebabkan mual, muntah atau lebih peka terhadap cahaya dan suara.
Sakit kepala vaskular disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) otak yang menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan nyeri. Jenis sakit kepala ini yang paling umum adalah migren. Migren adalah sakit kepala berulang, yang banyak terjadi pada wanita, terutama menjelang menstruasi. Migren ditandai dengan sakit parah pada satu atau kedua sisi kepala, yang berlangsung selama minimal 12 jam. Jenis sakit kepala ini disertai hilangnya nafsu makan, mual dan muntah. Pada beberapa orang, migren juga ditandai dengan peningkatan kepekaan terhadap cahaya dan suara keras. Oleh karena itu, mereka biasanya ingin beristirahat di kamar yang gelap, tenang dan sejuk.
Jenis sakit kepala vaskular lain adalah sakit kepala klaster (cluster). Sakit kepala klaster terjadi berulang kali setiap hari pada waktu yang sama selama beberapa hari atau minggu dan kemudian mereda. Serangan sakit kepala klaster bisa berulang hingga berkali-kali dalam setahun. Rasa sakit umumnya meningkat perlahan-lahan dan menjadi sangat parah dalam beberapa menit, dan kemudian menghilang dalam satu sampai tiga jam. Lebih dari satu kali serangan sakit kepala dapat terjadi dalam sehari.
Sakit kepala klaster umumya berkembang dari wilayah sekitar mata dan menyebar ke seluruh wajah. Mata yang dipengaruhi oleh sakit kepala ini biasanya menjadi merah dan basah dan lubang hidung di sisi yang sama pada wajah sering menjadi meler dan tersumbat. Salah satu perbedaan utama antara klaster dan migren adalah penderita sakit kepala klaster biasanya merasa lebih baik jika bergerak.
2. Sakit kepala Sekunder
Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh influenza, radang sinus, tekanan darah tinggi, stroke ringan/stroke berat, cedera kepala, tumor otak, gangguan metabolisme (mis. diabetes dan
penyakit tiroid), gangguan saraf mata, sakit gigi, dll. Efek samping obat dan masalah psikologis juga dapat mengakibatkan sakit kepala. Dengan terapi yang tepat atas penyakit yang mendasari, biasanya sakit kepala akan menghilang.
Kapan harus ke dokter?
Segeralah memeriksakan diri ke dokter jika Anda merasakan gangguan berikut:
sakit kepala parah dan tiba-tiba sakit kepala sakit yang terasa seperti menyengat dan menusuk-nusuk sakit kepala terparah yang pernah Anda rasakan sakit kepala yang terus-menerus dan memburuk sakit kepala yang terasa setelah mengalami cedera kepala sakit kepala disertai leher kaku, kejang, muntah parah, semakin parah saat membungkuk
atau membuat bingung.
Sakit Kepala Vaskular
Sakit kepala Vaskular.Dasar pemikiran sakit kepala vaskuler adalah karena adanya fungsi abnormal dari pembuluh darah otak.Tipe sakit kepala vaskuler yang paling sering ,dijumpai adalah migrain. Tipe lain yang tidak umunya dijumpai adlah sakit kepala toksik dank luster headache.Sakit kepala kluster adalah sakit kepala vaskuler yang paling jarang ditemukan.Sakit kepala ini menyerang beberapa kali dalam rangkaian yang cepat. Sakit kepala cluster lebih sering terjadi pada pria dan sangat menyakitkan.
Sakit kepala vaskuler lainnya adalah sakit kepala toksik yang biasanya diakrenakan demam yang meyertai suatu penyakit yan akut.Beberap penyakit diketahui menyebabkan sakit kepala toksis seperti campak, gondongan, radang paru, dan amandel.Zat-zat kimia toksik yang masuk kedalam tubuh juga dapat menyebabkan sakit kepala toksik.Misalnya insektisida, bahn-bahan kmia pelarut alcohol dan beberapa cairan pembersih rumah tangga .Pengobatan sakit kepala toksik ini adalah dengan menentukan dan menghilangkan penyebab sakit kepala tersebut.
Sakit Kepala Intrakranial Perdarahan otak (brain hemorrahage) adalah tipe stroke yang disebabkan oleh arteri dalam otak yang pecah dan menyebabkan perdarahan local pada jaringan-jaringan sekelilingnya. Perdarahan ini membunuh sel-sel otak.
Hemo(Yunani) artinya darah Hemorrahage secara harafiah berarti meledaknya darah terus-menerus.Perdarahan oatak disebut juga cerebal hemorrhages, intracerebral hemorrhages yang mencakup pada kira-kira 13% kasus stroke.
Sakit kepala jenis ini adalah disebabkan adanya perdarahan intracranial atau perdarahan di dalam tulang tengkorak.
Perdarahan bisa terjadi di dalam otak atau disekiling otak:- Perdarahan yang terjadi dalam otak disebut perdarahan intraserebral.- Perdarahan diantara otak dan rongga subarachnoid disebut perdarahan subarachnoid.
Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak dan menyebabkan sakit kepala yang luar biasa.Ruang didalam tulang tenglorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya tekanan danhal ini sangat berbahaya.
Ketika darah dari trauma mengiritasi jaringan-jaringan otak, ia menyebabkan pembengkakan.Ini dikenal sebagai cerebral edema. Darah yang bersatu terkumpul ke dalam massa yang disebut hematoma.Kondisi-kondisi ini meningkatkan tekanan pada jaringan otak yang berdekatan, dan itu mengurangi aliran darah yang vital dan membunuh sel-sel otak.
Cedera kepala merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada pendetita perdarahan intracranial yang berusia dibawah 50 tahun.Penyebab lainnya adalah malformasi arteriovenosa , yaitu kelainan antomis didalam arteri atau vena didalam atau disekitar otak.
Kelainan bawaan pembuluh darah ini baru diketahui keberadannya jika telah menimbulkan gejala.Perdarahan dari malformasi arterivenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan kematian,dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda.
Kadang dinding pembuluh darah mejadi lemah dan menonjol tang disebut dengan pelebaran pembuluh darah (Aneurisma) .Dinding aneurisma yang tipis bisa pecah dan menyebabkab perdarahan.Aneurisma di dalam otak merupakan penyebab dari perdarahan intracranial, yang bisa menyebabkan stroke hemoragik (stroke karena perdarahan).
Gejala-gejala dari perdarahan otak (brain hemorahage) dapat berbeda-beda. Mereka tergantung pada lokasi perdarahan. Keparahn perdarahan dan jumlah jaringan yang terpengaruh.Gejala-gejala mungkin berkembang secara tiba-tiba atau melalui waktu.Mereka mungkin memburuk secara progresif atau Nampak secara tiba-tiba.
Perdarahan otak (brain hemorrhage) merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan harus ke unit gawat darurat segera. Gejala-gejalanya meliputi:-Sakit kepala parah yang tiba-tiba -Serangan-serangan dengan tidak ada sejarah serangan sebelumnya. -Kelamahan pada lengan atau tungkai -Mual dan muntah -Kesiaosiagaan yang berkurang ,kelesuan-Perubahan-oerubahan pada penglihatan -Kesemutan atau mati rasa-Kesulitan berbicara atau mengerti pembicaraan -Kesulitan menelan
Sebagian besar manusia pernah mengalami sakit kepala, mulai dari balita hingga manula. Pemicu atau penyebab sakit kepala ini pun sangat beragam. Tingkah laku para pemimpin yang katanya terhormat pun bisa menyebabkan sakit kepala, iya kan? heheheh…
Mengenal jenis dan pemicu sakit kepala penting diketahui untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kalau anda membiarkan sakit kepala yang anda derita (mungkin menurut anda penyakit kepala biasa), syukur kalau memang sakit kepala biasa, tapi bagaimana kalau sakit kepala yang anda derita ternyata gejala-gejala penyakit yang sangat serius, bisa berakibat fatal loh, misalnya stroke, pendarahan otak, koma atau bahkan kematian.
Terinspirasi oleh sakit kepala yang saya alami dan semangat berbagi, maka terciptalah artikel ini.
Tadi malam kepalaku sakit lagi, pelipis berdenyut-denyut T_T Kira-kira 30 menit sebelumnya saya makan sop daging sapi. Sebenarnya sudah lama saya curiga dan menjadikan daging sebagai tersangka penyebab sakit kepala yang saya derita, karena hampir setiap selesai mengkonsumsi daging, sakit di kepala kambuh. Namun bukti-bukti belum cukup untuk menjadikan daging sebagai terdakwa (baca: pemicu). Penyelidikan pun terus berlanjut.
Saya mendatangi dan mengeksplorasi perpustakaan dunia untuk mengetahui seluk-beluk sakit kepala, teringat nasihat orang tua kita bahwa untuk mencari solusi suatu permasalahan mulailah dari mencaritahu akar permasalahan.
Akhirnya saya berhasil menangkap jenis kasus, para terdakwa penyebab sakit kepala dan tips penanganannya. Dari sini saya mengetahui ternyata dugaan saya benar bahwa daging adalah salah satu pemicu sakit kepala.
Jenis Kasus, Pemicu dan Tips Penanganan
Berdasarkan sumber penyebabnya, secara garis besar sakit kepala terbagi atas 2 yaitu:
1. Sakit Kepala Primer (SKP)2. Sakit Kepala Sekunder (SKS).
SKP yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh faktor eksternal tubuh, misalnya pengaruh suhu lingkungan dan kelelahan. Terbagi atas SKP Ringan dan SKP Berat.
SKS disebabkan oleh faktor internal atau masalah struktural biologis di bagian leher dan kepala misalnya faktor genetis (keturunan) dan penyakit tertentu (Neurobiological Disorder), misalnya kanker otak, pendarahan otak, meningitis dan encepalis.
Sakit Kepala Primer
Ada dua jenis utama sakit kepala primer, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot (Miogenik) dan pelebaran pembuluh darah (Vaskular).
Sakit Kepala Miogenik
Tipe sakit kepala yang paling umum, biasanya tidak bersifat permanen, relatif mudah diatasi.
Gejala-gejalanya: Rasa sakit, perasaan ketat atau tertekan yang menyebar di kepala, leher dan pundak, kadang-kadang diikuti hilangnya nafsu makan, tidak bertambah sakit bila melakukan aktivitas fisik rutin, tidak disertai rasa mual dan tidak sensitif terhadap cahaya.
Pemicu: Stres, depresi, aktivitas fisik yang berat seperti olahraga, perubahan suhu lingkungan, dehidrasi, bau yang menyengat, aksesoris kepala misalnya headband yang terlalu ketat, postur tubuh saat kerja, makanan diantaranya: keju, es krim, cokelat, kopi dan daging olahan, melewati/mengabaikan jam makan, merokok, kafein, gula.Tips Penanganan: Catat (deskripsikan) rasa sakit kepala yang diderita, waktu dan lamanya rasa sakit, ingat-ingat aktivitas yang dilakukan sebelum terjadinya sakit kepala. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Pijat atau terapi fisik,2. Menggerak-gerakkan badan3. Minum air putih4. Medikasi dengan obat-obatan ringan penghilang rasa sakit (perhatikan
jumlah/dosis yang dianjurkan) misalnya acetaminophen, aspirin, ibuprofen,
Sakit Kepala VaskularSakit kepala jenis ini disebabkan oleh dinamika pergerakan pembuluh darah otak yang menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan nyeri. Jenis sakit kepala ini diantaranya Migren dan Klaster.MigrenGejala-gejalanya: sakit kepala berulang, yang banyak terjadi pada wanita, terutama menjelang menstruasi. Migren ditandai dengan sakit parah pada satu atau kedua sisi kepala, yang berlangsung selama minimal 12 jam. Jenis sakit kepala ini disertai hilangnya nafsu makan, mual dan muntah. Pada beberapa orang, migren juga ditandai dengan peningkatan kepekaan terhadap cahaya dan suara keras. Oleh karena itu, mereka biasanya ingin beristirahat di kamar yang gelap, tenang dan sejuk.Penyebab migren belum diketahui secara pasti, namun diduga karena faktor genetis dan lingkungan.
Pemicu: Perubahan hormon, makanan tertentu seperti keju yang telah lama disimpan, cokelat, pemanis aspartame, berlebihan mengkonsumsi kafein, monosodium glutamate (MSG), mngabaikan jam makan dan berpuasa juga dapat memicu migrain.
Tips Penanganan: Hindari faktor pemicu, obat-obatn penghilang rasa sakit dapat membantu meringankan rasa sakit
Klaster
Sakit kepala cluster adalah satu dari tipe sakit kepala yang paling menyakitkan. Sakit kepala terjadi berulang kali setiap hari pada waktu yang sama selama beberapa hari atau minggu dan kemudian mereda. Serangan sakit kepala klaster bisa berulang hingga berkali-kali dalam setahun. Rasa sakit umumnya meningkat perlahan-lahan dan menjadi sangat parah dalam beberapa menit,
dan kemudian menghilang dalam satu sampai tiga jam. Lebih dari satu kali serangan sakit kepala dapat terjadi dalam sehari.
Jenis Sakit Kepala Klaster umumya berkembang dari wilayah sekitar mata dan menyebar ke seluruh wajah. Mata yang dipengaruhi oleh sakit kepala ini biasanya menjadi merah dan basah dan lubang hidung di sisi yang sama pada wajah sering menjadi meler dan tersumbat.
Sakit kepala klaster menyerang dengan cepat, biasanya tanpa peringatan.
Tanda dan gejala khusus:
1. Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi dapat merambat pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak.
2. Sakit pada satu sisi3. Kegelisahan4. Keluar air mata secara berlebihan5. Mata merah sebagai efek samping6. Lendir atau basah pada lubang hisung sebagai efek samping pada wajah7. Berkeringat, kulit pucat pada wajah8. Bengkak di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah9. Ukuran pupil yang mengecil10. Kelopak mata yang layu
Pemicu: Penyebab pasti sakit kepala klaster tidak diketahui, tetapi ketidak normalan pada hypothalamus sepertinya berperan. Serangan klaster terjadi seperti rutinitas harian, dan siklus periode klaster sering mengikuti musim dalam setahun. Pola ini menunjukkan Jam Biologis tubuh terlibat.Tips Penanganan: Dikarenakan penyebab sakit kepala klaster tidak diketahui, anda tidak dapat mencegah kejadian pertamanya. Pencegahan dapat menolong mengurangi risiko dan tingkat keparahan serangan dan risiko peningkatan sakit kepala. Pencegahan dengan pengobatan medis dapat juga meningkatkan efektifitas pengobatan medis akut.Sebagai tambahan, anda dapat mengurangi risiko terkena serangan dengan menghindari nikotin dan alkohol, yang sering mempercepat sakit kepala cluster.
Sakit Kepala Sekunder
Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh influenza, radang sinus, tekanan darah tinggi, stroke ringan/stroke berat, cedera kepala, tumor otak, gangguan metabolisme (mis. diabetes dan penyakit tiroid), gangguan saraf mata, sakit gigi, dll. Efek samping obat dan masalah psikologis juga dapat mengakibatkan sakit kepala.
Dibawah ini merupakan gejala-gejala SKS yang harus diperhatikan dan memerlukan penanganan yang intensif dari kalangan medis/dokter:
1. Sakit kepala parah dan tiba-tiba
2. Sakit kepala yang terasa seperti menyengat dan menusuk-nusuk3. Sakit kepala terparah yang pernah Anda rasakan4. Sakit kepala yang terus-menerus dan memburuk5. Sakit kepala yang terasa setelah mengalami cedera kepala6. Sakit kepala disertai leher kaku, kejang, mual, muntah parah, semakin parah saat
membungkuk atau membuat bingung.
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien. Salah satu keluhan tersebut adalah
“nyeri kepala sebelah” atau yang dikenal 30-40 % penduduk USA pernah mengalami nyerisebagai
migren. kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan migraine menduduki
peringkat nomor satu.1
Migren merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai dari anak-anak sampai dewasa,
akan tetapi jarang setelah umur 40 tahun. Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4% dari
anak-anak menderita migren. Dua perseratus dari kunjungan baru di unit rawat jalan penyakit saraf
menderita nyeri kepala migren. 2
Migren merupakan nyeri kepala primer. Nyeri kepala biasanya terasa berdenyut di satu sisi kepala
(unilateral) dengan intensitas sedang sampai berat dan bertambah dengan aktivitas. Dapat disertai mual
dan atau muntah atau fonofobia dan fotofobia Banyaknya dan frekuensi serangan sangat beraneka-
ragam, dari tiap hari sampai satu serangan per minggu atau bulan.1
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi akibat adanya hiperaktivitas
impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran
pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan). Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan
timbulnya nyeri dan gejala lain, seperti mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula
migrain yang diderita. Faktor genetik umumnya sangat berperan pada timbulnya migren.
Nyeri kepala ini merupakan penyakit yang sering menyebabkan disabilitas, di lain pihak sampai saat ini
tampaknya belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan migren kecuali hanya usaha
mengendalikan serangan nyeri kepala ini. Diagnosis yang akurat, memberi penerangan mengenai
penyakitnya, berusaha menenangkan pasien serta memberi perhatian dan mengajak pasien bekerja
sama dalam mengenal gejala dini dan gejala migren pada umumnya serta tindakan penanggulangannya
merupakan bagian dari penatalaksanaan migren yang dapat menurunkan angka morbiditas pasien.1
BAB II
II. 1 DEFINISI
Migren adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral, berdenyut dan
frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam.2,3,5Blau mengusulkan definisi migren
sebagai berikut nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung 2-72 jam dan bebas nyeri antara
serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual atau gastrointestinal atau
keduanya.2
Angka kejadian
Migren dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya jarang terjadi setelah berumur
lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migren dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara,
umumnya berkisar antara 5 – 6 % dari populasi. Di Indonesia belum ada data secara kongkret. Pada
wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita hamil tidak luput dari
serangan migren, pada umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester I.
II. 2 KLASIFIKASI
Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS):
1. Migrain tanpa aura (common migraine)- Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-
kurangnya 10 kali serangan. Pada anak-anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat berlangsung 2-48
jam.
- Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik berikut ini:
Kuafitas berdenyutLokasi unilateral••
Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.•
Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.•
- Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul:
Mual dan atau muntah•
Fotofobia dan fonofobia- Minimal terdapat satu dari berikut:•
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.•
Riwayat• dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
2. Migrain dengan aura (classic migraine)
- Terdiri dari empat fase yaitu: fase prodromal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase postdromal.
- Aura dengan minimal 2 serangan
- Terdapat minimal 3 dari 4 karakteristik sebagai berikut :
• Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal (mis: vertigo, tinitus, penurunan
pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia, parestesia, paresis,
penurunan kesadaran)• Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau lebih gejala
aura terjadi bersama-sama• Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari
satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
• Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang-
kadang dapat terjadi sebelum aura.
- Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.•
Riwayat• dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
3. Migraine with prolonged aura
- Memenuhi kriteria migren dengan aura tetapi aura terjadi selama lebih dari 60 menit dan kurang dari 7
hari.
4. Basilar migraine (menggantikan basilar artery migraine)
- Memenuhi kriteria migren dengan aura dengan dua atau lebih gejala aura sebagai berikut: vertigo,
tinnitus, penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia,
parestesia bilateral, paresis bilateralda penurunan derajat kesadaran.
5. Migraine aura without headache (menggantikan migraine equivalent atau achepalic migraine)
- Memenuhi kriteria migren dengan aura tetepi tanpa disertai nyeri kepala
6. Benign paroxysmal vertigo of childhood- Episode disekuilibrium, cemas, seringkali nystagmus atau
muntah yang timbul secara sporadis dalam waktu singkat.
- Pemeriksaan neurologis normal.
- Pemeriksaan EEG normal
7. Migrainous infraction (menggantikan complicated migraine)
- Telah memenuhi kriteria migren dengan aura.
- Serangan yang terjadi sama persis dengan serangan yang sebelumnya, akan tetapi defisit neurologis
tidak sembuh sempurna dalam 7 hari dan atau pada pemeriksaan neuroimaging didapatkan infark
iskemik di daerah yang sesuai- Penyebab infark yang lain disingkirkan dengan pemeriksaan yang
memadai.
8. Migren oftalmoplegik dengan ciri-ciri:
• Migren yang dicirikan oleh serangan berulang-ulang yang berhubungan dengan paresis
• Tidak ada kelainan organik.
• Paresis pada saraf otak ke III, IV, VI
9. Migren hemiplegic familial
- migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang sama seperti migren aura dan
sekurang-kurangnya seorang keluarga terdekat memiliki riwayat migren yang sama
10. Migren retinal dengan ciri-ciri:
• Terjadi berulang kali dalam bentuk buta tidak lebih dari 1 jam.• Gangguan okuler dan vaskuler tidak
dijumpai.
11. Migren yang berhubungan dengan intrakranial dengan ciri-ciri:
• Gangguan intrakranial berhubungan dengan awitan secara temporal.
• Aura dan lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan jenis lesi intrakranial.
Aura ialah gejala fokal neurologi yang komplek dan dapat timbul sebelum, pada saat atau setelah
serangan nyeri kepala
II. 3 ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, di duga sebagai gangguan
neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan avikasi sistem trigeminal-vaskular, sehingga
migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migren yaitu:
1. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan meningkat saat masa
menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan migren pada saat menstruasi.
Istilah ‘menstrual migraine’ sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua
hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen dalam darah menjadi biang
keladi terjadinya migren.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi.
Kafein dalam jumlah sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam
dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala
3. Puasa dan terlambat makan
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi pelepasan hormon yang
berhubungan dengan stress dan penurunan kadar gula darah. Hal ini menyebabkan penderita migren
tidak dianjurkan untuk berpuasa dalam jangka waktu yang lama.
4. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.
Cokelat dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya migren, namun hal ini dibantah oleh
beberapa studi lainnya yang mengatakan tidak ada hubungan antara cokelat dan sakit kepala migren.
Anggur merah dipercaya sebagai pencetus terjadinya migren, namun belum ada cukup bukti yang
mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migren. Tiramin (bahan kimia yang terdapat
dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan terjadinya migren, tetapi tidak terdapat
bukti jika mengkonsumsi tiramin dalam jumlah kecil akan menurunkan frekuensi serangan migren.
Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah,
berkeringat dan berdebar debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong.
Fenomena ini biasa disebut Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan yang banyak
dijumpai pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam
jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
5. Cahaya kilat atau berkelip.
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan menyebabkan
sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita migren yang memiliki
kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal. Sinar matahari, televisi dan lampu disko
dilaporkan sebagai sumber cahaya yang menjadi faktor pencetus migren.6. Psikis baik pada peristiwa
duka ataupun pada peristiwa bahagia (stress)
7. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga tengah malam, sangat
erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini
akan sangat membantu untuk mengurangi frekuensi timbulnya migren. Tidur yang baik juga dilaporkan
dapat memperpendek durasi serangan migren.
8. Faktor herediter
9. Faktor kepribadian
II. 4 GEJALA DAN TANDA
1. Jenis nyeri kepala berdenyut-denyut adalah khas untuk menunjukan nyeri kepala vaskuler, selain itu
terasa tertusuk-tusuk atau kepala mau pecah.
2. Migren merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 – 20 jam tetapi tidak lebih dari 72
jam.3. Puncak nyeri 1-2 jam setelah awitan dan berlangsung 6 – 36 jam.
4. Waktu terjadinya migren dapat muncul sewaktu-waktu baik siang maupun malam, tetapi sering kali
mulai pada pagi hari.
5. Lokasi migren sering bersifat unilateral (satu sisi) biasanya pada daerah frontal, temporal, namun
suatu saat dapat menyeluruh.
6. Nyeri berdenyut dari migren sering ditutupi oleh perasaan nyeri yang bersifat terus menerus.
7. Gejala yang menyertai migren adalaho Mual, muntah, dan anoreksia.
o Gejala visual baik yang positif dan negatif.
o Gejala hemiferik.
1. Hemiparesis
2. Parestesia
3. Gangguan berbahasa.
4. Gangguan batang otak:
1. Vertigo
2. Disartria3. Ataksia4. Diplopia
5. Kuandriparesis
8. Aktivitas bekerja memperberat terjadinya migren.
9. Migren mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya dan tidur.
Migren merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala. Secara umum terdapat 4 fase
gejala, meskipun tak semua penderita migren mengalami keempat fase ini. Keempat fase tersebut
adalah : fase prodromal, aura, serangan, dan postdromal.
A. Fase Prodromal
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat mendahului serangan migren. Fase
ini dapat berlangsung selama beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya antara
lain:
o Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang berlebihan), banyak bicara
(talkativeness), sensitif / iritabel, gelisah, rasa mengantuk atau malas.
o Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia & fonofobia), sulit berkonsentrasi,
menguap berlebihan, sensitif terhadap bau (hiperosmia)
o Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau nafsu makan meningkat, merasa
dingin, haus, merasa lamban, sering buang air kecil.
B. Aura
Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren. Secara visual, aura dinyatakan dalam
bentuk positif atau negatif. Penderita migren dapat mengalami kedua jenis aura secara bersamaan.Aura
positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu bentuk berpendar yang menutupi tepi lapangan
pengelihatan. Fenomena ini disebut juga sebagai scintillating scotoma (scotoma = defek lapang
pandang). Skotoma ini dapat membesar dan akhirnya menutupi seluruh lapang pandang. Aura positif
dapat pula berbentuk seperti garis-garis zig-zag, atau bintang-bintang.
Aura negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-bintik hitam yang menutupi lapangan
pengelihatannya. Dapat pula berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang pandang daerah kedua sisi
menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang terfokus hanya pada bagian tengah (seolah-
seolah melihat melalui lorong).
Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan timbulnya aura. Gejala-gejala ini
umumnya: gangguan bicara; kesemutan; rasa baal; rasa lemah pada lengan dan tungkai bawah;
gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang; dan kebingungan (confusion).
C. Fase Serangan
Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung antara 4-72 jam. Migren yang disertai aura
disebut sebagai migren klasik. Sedangkan migren tanpa disertai aura merupakan migren umum
(common migraine). Gejala-gejala yang umum adalah:
1. Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau ditusuk-tusuk. Nyeri kadang-kadang
dapat menyebar sampai terasa di seluruh bagian kepala
2. Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
3. Mual, kadang disertai muntah
4. Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi
5. Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan
6. Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan fonofobia)
7. Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
8. Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang berkembang secara bertahap selama
lebih dari 4 menit. Nyeri kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang bersamaan.
D. Fase Postdromal
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana pasien dapat merasa kelelahan
(exhausted) dan perasaan seperti berkabut.
II. 5 PATOFISIOLOGI
Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular). Sekarang
diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan
atas tiga percobaan binatang2:1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas
(spreading depression dari Leao)
Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren klasik. Leao
pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang meluas timbul akibat
reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah
gelombang yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan. Perjalanan dan
meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita melempar batu ke dalam air. Kecepatan
perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang
berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan aura pada migren klasik.
Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan pengukuran aliran
darah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu serangan migren klasik, mereka
menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan
kecepatan yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka mengambil kesimpulan bahwa
penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan adalah akibat dari depresi yang meluas.
Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi terdapat juga
perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada manusia, dan aliran
darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala aura. Meskipun demikian, eksperimen
perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak primer di otak dan kelainan
vaskular adalah sekunder.
2. Sistem trigemino-vaskular
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P (SP), neurokinin-A
(NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).
Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRP menimbulkan pelebaran
pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-
ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan pelebaran pembuluh darah sesisi.
Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasma meningkat. Dulu kita mengira
bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase aura. Pemikiran
sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalui sistem trigemino-vaskular yang menyebabkan
rasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-serotonin misalnva cyproheptadine
(Periactin®) dan pizotifen (Sandomigran®, Mosegor®) bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren.
3. lnti-inti syaraf di batang otak
Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan dengan reseptor-
reseptor serotonin dan noradrenalin. Juga dengan
pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan sumsum tulang daerah leher yang letaknya lebih
rendah. Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak sesisi dan
vasodilatasi pembuluh darah di luar otak. Selain itu terdapat penekanan reseptor-reseptor nyeri yang
letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher. Teori ini menerangkan vasokonstriksi pembuluh
darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan
berdenyut.
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor
ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari
ketegangan, makanan tertentu, misalnya buah jeruk, pisang, coklat, keju, minuman yang mengandung
alkohol, sosis yang ada bahan pengawetnya. Lain-lain faktor pencetus seperti hawa terlalu panas, terik
matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan, bau atau suara yang tak menyenangkan. Faktor
intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada wanita yang nyeri kepalanya berhubungan dengan hari
tertentu siklus haid. Dikatakan bahwa migren menstruasi ini jarang terdapat, hanya didapatkan pada 3
dari 600-700 penderita. Pemberian pil KB dan waktu menopause sering mempengaruhi serangan
migren.
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di batang
otak (chemoreseptor trigger zone/ CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan
fotofobia. Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia kortikal dan
mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura7.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:
1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang menyilaukan, suara
bising, makanan,
3. Bau-bau yang tajam,
4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan" internal
(perubahan hormonal),
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator, atau angiografi.
II. 6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk pemeriksaan penyakit kelenjar
gondok, anemia atau infeksi yang dapat menyebabkan sakit kepala. Kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan sken otak seperti computed tomographic scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging
(MRI) untuk menepis gangguan otak yang serius. Jika dicurigai adanya aneurisma pembuluh darah otak,
perlu dilakukan pemeriksaan angiogram.
Untuk mendiagnosis migren tidak selalu mudah, terutama pada pasien-pasien yang memiliki gejala yang
tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG) dilakukan untuk mengukur aktivitas kerja otak. EEG ini dapat
mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak dapat menunjukkan secara tepat masalah yang
menyebabkan suatu sakit kepala.
Termografi, suatu teknik percobaan yang sedang dikembangkan untuk mendiagnosis sakit kepala dan
menjanjikan untuk menjadi alat klinis yang berguna dikemudian hari. Pada termografi, sebuah kamera
infra merah akan mengubah temperatur kulit menjadi suatu gambar yang berwarna atau suatu
termogram dengan berbagai warna yang berbeda sebagai akibat tingkat pemanasan yang berbeda.
Temperatur kulit ini dipengaruhi oleh aliran darah. Para saintis menemukan termogram pada pasien-
pasien yang menderita sakit kepala menunjukkan pola panas yang berbeda sangat menyolok dari
mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami sakit kepala.
II. 7 DIAGNOSIS
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis migren. Untuk menentukan sakit kepala yang
diklasifikasikan sebagai migren adalah setelah dilakukan pencatatan riwayat penyakit (anamnesis) dan
pemeriksaan fisik yang lengkap. Dokter akan menanyakan penderita mengenai gejala-gejala yang
dialaminya. Misalnya berapa sering sakit kepala terjadi, lokasi nyeri kepala, lamanya dan gejala lainnya
yang timbul sebelum, selama atau setelah sakit kepala tersebut.
Perlu suatu catatan harian yang mencatat karakteristik dari sakit kepala tersebut yang dihubungkan
dengan gaya hidup, diet, menstruasi dan penggunaan obat.
BAB III
III. 1 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas mengurangi faktor resiko, terapi farmaka dengan
memakai obat dan terapi nonfarmaka. Terapi farmaka dibagi atas dua kelompok yaitu terapi abortif
(terapi akut) dan terapi preventif (terapi pencegahan), walau pada terapi nonfarmaka juga dapat
bertujuan untuk abortif dan pencegahan. Terapi abortif merupakan pengobatan pada saat serangan
akut yang bertujuan untuk meredakan serangan nyeri dan disabilitas pada saat itu dan menghentikan
progresivitas. Pada terapi preventif atau profilaksis migrain terutama bertujuan untuk mengurangi
frekwensi, durasi dan beratnya nyeri kepala.1,4
1. Mengurangi faktor risiko/pencetus
- Stres dan kecemasan
- Kurang atau telalu banyak tidur, perubahan jadwal seperti jetlag.
- Hipoglikemia (terlambat makan)
- Kelelahan
- Perubahan hormonal seperti haid, obat hormonal
dapat dilakukan dengan menghentikan pil KB atau obat-obat pengganti estrogenKadar estrogen yang
berfluktuasi
- Diet
• Menghindari makanan tertentu cukup membantu pada 25-30% penderita migrain. Secara umum,
makanan yang harus dihindari adalah: MSG, beberapa minuman beralkohol (anggur merah, prot, sherry,
scotch, bourbon), keju (Colby, Roquefort, Brie, Gruyere, cheddar, bleu, mozzarella, Parmesan, Boursault,
Romano), coklat, dan aspartame.
Diet dilakukan selama 1• bulan. Apabila setelah 1 bulan gejala tidak membaik, berarti modifikasi diet
tidak bermanfaat. Apabila makanan menjadi pencetus gejala, maka jenis makanan tersebut harus
diidentifikasi dengan cara menambahkan satu jenis makanan sampai gejala muncul. Sebaiknya dibuat
diari makanan selama mengidentifikasi makanan apa yang menjadi pencetus migrain, karena beberapa
jenis makanan dapat langsung menimbulkan gejala (anggur merah, MSG), sementara makanan lain baru
menimbulkan gejala setelah 1 hari (coklat, keju).2
2. Terapi farmaka migrain
Terapi Abortif
Pada terapi abortif dapat diberikan analgesia nonspesifik yaitu analgesia yang dapat diberikan pada
kasus nyeri lain selain nyeri kepala, dan atau analgesia spesifik yang hanya bekerja sebagai analgesia
nyeri kepala. Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi memakai analgesia nonspesifik masih dapat
menolong pada migrain dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang. Pada kasus sedang sampai berat
atau berespons buruk dengan OAINS pemberian analgesia spesifik lebih bermanfaat.
Domperidon atau metoklopramid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri kepala atau
bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal. Fase prodromal migrain dihubungkan dengan
gangguan pada hipotalamus melalui neurotransmiter dopamin dan serotonin. Pemberian antiemetik
akan membantu penyerapan lambung di samping meredakan gejala penyerta seperti mual dan muntah.
Kemungkinan timbulnya efek samping antiemetik seperti sedasi dan parkinsonism pada orang tua patut
diperhatikan.
Analgesik nonspesifik
Yang termasuk analgesia nonspesifik adalah asetaminofen (parasetamol), aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS). Pada umumnya pemberian analgesia opioid dihindari. Beberapa obat OAINS yang
telah diteliti diberikan pada migrain antara lain adalah:
- Diklofenak.
- Ketorolak.
- Ketoprofen.
- Indometasin.
- Ibuprofen.
- Naproksen.
- Golongan fenamat.
Ketorolak IM membantu pasien dengan mual atau muntah yang berat. Kombinasi antara asetaminofen
dengan aspirin atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat menambah efek analgetik, dan
dengan dosis masing-masing obat yang lebih rendah diharapkan akan mengurangi efek samping obat.
Mekanisme kerja OAINS pada umumnya terutama menghambat enzim siklooksigenase sehingga sintesa
prostaglandin dihambat.1
Pasien diminta meminum obatnya begitu serangan migrain terasa. Dosis obat harus adekuat baik secara
obat tunggal atau kombinasi. Apabila satu OAINS tidak efektif dapat dicoba OAINS yang lain. Efek
samping pemberian OAINS perlu dipahami untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pada wanita
hamil hindari pemberian OAINS setelah minggu ke 32 kehamilan. Pada migrain anak dapat diberikan
asetaminofen atau ibuprofen.
Analgesik spesifik
Yang termasuk analgesik spesifik yang sering digunakan adalah ergotamin, dihidroergotamin (DHE) dan
golongan triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1, terutama mengaktivasi
reseptor 5HT I B / 1 D. Di samping itu ergotamin dan DHE juga berikatan dengan reseptor 5-HT2, α1dan
α 2- nonadrenergik dan dopamin.1
Analgesik spesifik dapat diberikan pada migrain dengan nyeri sedang sampai berat. Pertimbangan harga
kadang menjadi penghambat dipakainya analgesia spesifik ini, walaupun golongan ini merupakan pilihan
sebagai antimigren. Ergot lebih murah dibanding golongan triptan tetapi efek sampingnya lebih besar.
Penyebab lain yang menjadi penghambat adalah preparat ini di Indonesia hanya tersedia dalam bentuk
oral dan dari golongan triptan hanya ada sumatriptan. Ergotamin dan DHE diberikan pada migrain
sedang sampai berat apabila analgesia nonspesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
Dosis dan cara pemberian ergotamin dan DHE harus diperhatikan. Kombinasi ergotamin dengan kafein
bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamin selain sebagai analgesik pula. Hindari pada kehamilan,
hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit pembuluh perifer
(hati-hati pada pasien > 40 tahun) serta gagal ginjal, gagal hati dan sepsis. Efek samping yang mungkin
timbul antara lain mual, dizziness, parestesia, kramp abdominal. Ergotamin biasanya diberikan pada
episode serangan tunggal. Dosis dibatasi tidak melebihi 10 mg/minggu.1
Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotofobia dan fonofobia sehingga memperbaiki disabilitas
pasien. Diberikan pada migrain berat atau pasien yang tidak memberikan respon dengan analgesia
nonspesifik dengan atau tanpa kombinasi. Dosis awal sumatriptan adalah 50 mg dengan dosis maksimal
dalam 24 jam 200 mg. Kontra indikasi antara lain adalah pasien, yang berisiko penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler, hipertensi yang tidak terkontrol, migrain tipe basiler. Efek samping berupa
dizziness, heaviness, mengantuk, nyeri dada non kardial, disforia.
Golongan triptan generasi kedua (zolmitriptan, eletriptan, naratriptan, rizatriptan) yang tidak ada di
Indonesia sebenarnya mempunyai respons yang lebih baik, rekurensi nyeri kepala yang lebih rendah dan
lebih dapat ditoleransi.
Nama obat CaraPemberian
Sumatriptan 6 mg SC
Rizatriptan 10 mg oral
Eletriptan 80 mg oral
Zolmitriptan 5 mg oral
Eletriptan 40 mg oral
Sumatriptan 20 mg intranasal
Sumatriptan 100mg oral
Rizatriptan 2,5 mg oral
Zolmitriptan 2,5 mg oral
Sumatriptan 50 mg oral
Naratriptan 2,5 mg oral
Eletriptan 20 mg oral ….
Tabel 1. Analgesik triptan pada migraine
III. 2 TERAPI PROFILAKSIS
Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak. Pengobatan dapat
diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut) atau jangka panjang (kronis). Terapi
episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala dikenal dengan baik sehingga dapat diberikan
analgesia sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek berguna apabila pasien akan terkena faktor risiko
yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti pada migrain menstrual. Terapi preventif kronis
akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil
patokan minimal dua sampai tiga bulan.
- Indikasi:
Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan•
Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan•
Penyakit sangat mengganggu kuafitas/gaya hidup penderita.•
Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat ditoleransi terhadap terapi abortif.•
Kecenderungan pemakaian obat yang berlebih pada terapi• abortif.
- Terapi profilaksis lini pertama: calcium channel blocker (verapamil), antidepresan trisiklik
(nortriptyline), dan beta blocker (propanolol)
- Terapi profilaksis lini kedua: methysergide, asam valproat, asetazolamid.
- Mekanisme kerja obat-obat tersebut tidak seluruhnya dimengerti. Diduga obat tersebut menghambat
pelepasan neuropeptida ke dalam pembuluh darah dural melalui efek antagonis pada reseptor 5-HT2.
Satu jenis obat profilaksis tidak lebih efektif daripada obat yang lain. oleh karena itu, bila tidak ada
kontraindikasi, verapamil lebih sering digunakan pada awal terapi karena efek sampingnya paling
minimal dibandingkan yang lain.
- Apabila dizziness tidak dapat dikontrol dengan satu obat, gunakan jenis obat yang lain. Bila dizziness
sudah terkontrol, obat diberikan terus menerus selama minimal 1 tahun (kecuali methysergide yang
memerlukan interval bebas obat selama 3-4 minggu pada bulan ke-6 terapi). Obat dapat diberikan ulang
pada tahun berikutnya apabila dizziness muncul lagi setelah terapi dihentikan.
Nama obat ____Dosis____
Propranolol 40-240 mg/hari
Nadolol 20-160 mg/ hari
Metoprolol 50-100 mg/ hari
Timolol 20-60 mg/ hari
Atenolol 50-100 mg/ hari
Amitriptilin 10-200 mg/ hari
Nortriptilin 10-150 mg/ hari
Fluoksetin 10-80 mg/ hari
Mirtazapin 15-45 mg/ hari
Valproat 500-1500 mg/ hari
Topiramat 50-200 mg/ hari
Gabapentin 900-3600 mg/ hari
Verapamil 80-640 mg/hari
Flunarizin 5-1 0 mg/hari
Nimodipin 30-60 mg qid___
Tabel 2. Terapi farmaka pencegahan migrain
Terapi nonfarmaka
Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren, terapi nonfarmaka tidak bisa dilupakan.
Pada kehamilan terapi nonfarmaka bahkan diutamakan. Terapi nonfarmaka dimulai dengan edukasi dan
menenangkan pasien (reassurance). Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres
dingin. Menghindari faktor pencetus mungkin merupakan terapi pencegahan yang murah.
Intervensi terapi perilaku (behaviour) sangat berperan dalam mengatasi nyeri kepala yang meliputi
terapi cognitive-behaviour, terapi relaksasi serta terapi biofeedback dengan memakai alat
elektromiografi atau memakai suhu kulit atau pulsasi arteri temporalis. Olahraga terarah yang teratur
dan meningkat secara bertahap umumnya sangat membantu. Beberapa penulis mengusulkan terapi
alternatif lain seperti meditasi, hipnosis, akupunktur dan fitofarmaka. Pada migrain menstrual dapat
dianjurkan mengurangi garam dan retensi cairan.
KESIMPULAN
1. Migren merupakan nyeri kepala primer dengan serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik
lokasi unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam dan
diperberat dengan aktifitas.
2. Klasifikasi migrain menurut International Headache Society (HIS):
- Migrain tanpa aura (common migraine)
- Migrain dengan aura (classic migraine)
- Migraine with prolonged aura
- Basilar migraine (menggantikan basilar artery migraine)
- Migraine aura without headache (menggantikan migraine equivalent atau achepalic migraine)
- Benign paroxysmal vertigo of childhood
- Migrainous infraction (menggantikan complicated migraine)
- Migren hemiplegic familial
- Migren oftalmoplegik
- Migren retinal
- Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
3. Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas:
a. Mengurangi faktor resiko,
b. Terapi farmaka dengan memakai obat.
c. Terapi nonfarmaka.
Terapi farmaka dibagi atas dua kelompok yaitu terapi abortif (terapi akut) dan terapi preventif (terapi
pencegahan). Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren, terapi nonfarmaka tidak bisa
dilupakan. Bahkan pada kehamilan terapi nonfarmaka diutamakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli H. A. 2006. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala Migrain. Dalam Kumpulan Makalah
Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press.
Surabaya.
2. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
3. Dahlem M., Podoll K. 2007. Migraine Headache.
http://www.migraine-aura.com/content/e27892/index_en.html
4. Purnomo H. 2006. Migrainous Vertigo. Dalam Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.
5. Benson AG, Robbins W. 2006. Migraine Associated Vertigo.
http.www.emedicine.com/ent/topic727.htm
6. Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri Kepala Migren dan Tension Type
Headeche Di Kotamadya Medan, Neurona, Vol 22 No. 2
7. Wibowo S., Gofir A. 2001. Farmakologi dalam Neurologi. Salemba Medika. Jakarta.
Pendahuluan
Pada kebanyakan kasus nyeri pada sakit kepala, walaupun pada keadaan berat, bukanlah
akibat dari penyakit yang mendasarinya. Pada kenyataannya, kebanyakan sakit kepala adalah
hanya sakit kepala saja, dimana sakit kepala tidaklah disebabkan oleh suatu kondisi medik
spesifik. Termasuk diantaranya adalah migraine, sakit kepala tipe tension dan cluster headache.
Cluster headache adalah suatu cara penggambaran mengenai sifat lebih daripada
keparahan nyeri yang dirasakan. Suatu gambaran dari serangan cluster headache adalah bahwa
serangan tersebut terjadi dengan suatu pola siklus yang berkelompok sehingga, dinamakan
cluster headache. Penderitaan dari serangan yang sering, dari apa yang diketahui sebagai periode
cluster dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, diikuti dengan periode
remisi ketika serangan sakit kepala berhenti seluruhnya. Meskipun polanya bervariasi satu orang
terhadap yang lain, kebanyakan orang mengalami satu atau dua periode cluster dalam satu tahun.
Selama remisi, tidak ada sakit kepala yanga terjadi beberapa bulan sampai terkadang beberapa
tahun.
Cluster headache adalah salah satu tipe sakit kepala yang sangat menyakitkan. Untungnya
cluster headache sangat jarang, hanya terjadi satu persen dari seluruh penduduk di Amerika.
Kondisi tersebut lebih sering terjadi pada pria. Cluster headache dapat terjadi pada semua umur
namun yang paling sering antara dewasa muda dan usia pertengahan.
Meskipun serangan cluster headache adalah sangat menyakitkan, namun tidak
mengancam jiwa. Beberapa pengobatan tersedia untuk menolong untuk membuat serangan
menjadi lebih singkat dan tidak terlalu parah. Sebagai tambahan obat-obat preventif dapat
menolong mengurangi jumlah serangan sakit kepala. (1)
Serangan dimulai mendadak, rasa nyeri biasanya dibelakang atau di sekitar salah satu
mata dan sangat berat. Mata dan hidung pada sisi yang sama rasa nyeri dirasakan bisa menjadi
kemerahan, bengkak dan berair. Cluster headache juga menyebabkan kegelisahan, sakit kepala
ini dapat menakutkan penderita dan keluarganya. (3)
Definisi
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan yang jelas dan
berulang dari suatu nyeri periorbital unilateral yang mendadak dan parah. (2)
Patofisiologi
Patofisiologi dari cluster headache belum sepenuhnya dimengerti. Periodisitasnya
dikaitkan dengan pengaruh hormon pada hipotalamus (terutama nukleus suprachiasmatik). Baru-
baru ini neuroimaging fungsional dengan positron emision tomografi (PET) dan pencitraan
anatomis dengan morfometri voxel-base telah mengidentifikasikan bagian posterior dari
substansia grisea dari hipotalamus sebagai area kunci dasar kerusakan pada cluster headache.
Nyeri pada cluster headache diperkirakan dihasilkan pada tingkat kompleks
perikarotid/sinus kavernosus. Daerah ini menerima impuls simpatis dan parasimpatis dari batang
otak, mungkin memperantarai terjadinya fenomena otonom pada saat serangan. Peranan pasti
dari faktor-faktor imunologis dan vasoregulator, sebagaimana pengaruh hipoksemia dan
hipokapnia pada cluster headache masih kontroversial. (2)
Penyebab
Penyebab cluster headache masih belum diketahui. Cluster headache sepertinya tidak berkaitan
dengan penyakit lainnya pada otak. (3)
Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, international headache
society telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe :
1. Episodik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu
sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya.
2. Kronik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun
dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua
minggu. (1)
Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe kronik. Cluster
headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan episodik atau dapat
berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit kepala sebelumnya. Beberapa
orang mengalami fase episodik dan kronik secara bergantian.
Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk menjelaskan karakter
utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat keluarga dengan cluster headache pada
penderita, yang berarti ada kemungkinan faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat
bekerja sama menyebabkan cluster headache. (1)
Pemicu Cluster Headache
Tidak seperti migraine dan sakit kepala tipe tension, cluster headache umumnya tidak
berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormonal atau stress. Namun pada
beberapa orang dengan cluster headache adalah merupakan peminum berat dan perokok berat.
Setelah periode cluster dimulai, konsumsi alkohol dapat memicu sakit kepala yang sangat parah
dalam beberapa menit. Untuk alasan ini banyak orang dengan cluster headache menjauhkan diri
dari alkohol selama periode cluster. Pemicu lainnya adalah penggunaan obat-obatan seperti
nitrogliserin, yang digunakan pada pasien dengan penyakit jantung.
Permulaan periode cluster seringkali setelah terganggunya pola tidur yang normal, seperti
pada saat liburan atau ketika memulai pekerjaan baru atau jam kerja yang baru. Beberapa orang
dengan cluster headache juga mengalami apnea pada saat tidur, suatu kondisi dimana terjadinya
kolaps sementara pada dinding tenggorokan sehingga menyumbat jalan nafas berulang kali pada
saat tidur. (1)
Peningkatan Sensitivitas dari Jalur Saraf
Nyeri yang sangat pada cluster headache berpusat di belakang atau di sekitar mata, di
suatu daerah yang dipersarafi oleh nervus trigeminus, suatu jalur nyeri utama. Rangsangan pada
saraf ini menghasilkan reaksi abnormal dari arteri yang menyuplai darah ke kepala. Pembuluh
darah itu akan berdilatasi dan menyebabkan nyeri.
Beberapa gejala dari cluster headache seperti mata berair, hidung tersumbat dan atau
berair, serta kelopak mata yang sulit diangkat melibatkan sistem saraf otonom. Saraf yang
merupakan bagian dari sistem ini membentuk suatu jalur pada dasar otak. Ketika saraf
trigeminus di aktivasi, menyebabkan nyeri pada mata, sistem saraf otonom juga diaktivasi
dengan apa yang disebut refleks trigeminal otonom. Para peneliti percaya bahwa masih ada
proses yang belum diketahui yang melibatkan peradangan atau aktivitas pembuluh darah
abnormal pada daerah ini yang mungkin terlibat menyebabkan sakit kepala. (1)
Fungsi Abnormal dari Hipotalamus
Serangan cluster biasanya terjadi dengan pengaturan seperti jam 24 jam sehari. Siklus
periode cluster seringkali mengikuti pola musim dalam satu tahun. Pola ini menunjukkan bahwa
jam biologis tubuh ikut terlibat. Pada manusia jam biologis terletak pada hipotalamus yang
berada jauh di dalam otak. Dari banyak fungsi hipotalamus, bagian ini mengontrol siklus tidur
bangun dan irama internal lainnya. Kelainan hipotalamus mungkin dapat menjelaskan adanya
pengaturan waktu dan siklus pada cluster headache. Penelitian telah menemukan peningkatan
aktivitas di dalam hipotalamus selama terjadinya cluster headache. Peningkatan aktivitas ini
tidak ditemukan pada orang-orang dengan sakit kepala lainnya seperti migraine.
Penelitian juga menemukan bahwa orang-orang yang mempunyai tingkat hormon tertentu
yang abnormal, termasuk melatonin dan testoteron, kadar hormon tersebut meningkat pada
periode cluster. Perubahan hormon-hormon tersebut dipercayai karena ada masalah pada
hipotalamus. Peneliti lainnya menemukan bahwa orang-orang dengan cluster headache
mempunyai hipotalamus yang lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki cluster headache.
Namun masih belum diketahui mengapa bisa terjadi kelainan-kelainan semacam itu. (1)
Tanda dan Gejala
Cluster headache menyerang dengan cepat, biasanya tanpa peringatan. Dalam hitungan
menit nyeri yang sangat menyiksa berkembang. Rasa nyeri tersebut biasanya berkembang pada
sisi kepala yang sama pada periode cluster, dan terkadang sakit kepala menetap pada sisi tersebut
seumur hidup pasien. Jarang sekali rasa nyeri berpindah ke sisi lain kepala pada periode cluster
selanjutnya. Jauh lebih jarang lagi rasa nyeri berpindah-pindah setiap kali terjadi serangan.
Rasa nyeri pada cluster headache seringkali digambarkan sebagai suatu nyeri yang tajam,
menusuk, atau seperti terbakar. Orang-orang dengan kondisi ini mengatakan bahwa rasa sakitnya
seperti suatu alat pengorek yang panas ditusukkan pada mata atau seperti mata di dorong keluar
dari tempatnya. (1)
Gelisah
Orang-orang dengan cluster headache tampak gelisah, cenderung untuk melangkah
bolak-balik atau duduk sambil menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang
untuk mengurangi rasa sakit. Mereka mungkin dapat menekan tangannya pada mata atau kepala
atau meletakkan es ataupun kompres hangat pada daerah yang sakit. Berlawanan dengan orang-
orang dengan migraine, orang-orang dengan cluster headache biasanya menghindari untuk
berbaring pada masa serangan karena sepertinya posisi ini hanya menambah rasa sakit.
Banyak orang dengan cluster headache memilih untuk sendirian. Mereka mungkin tetap
berada di luar rumah bahkan pada cuaca yang sangat dingin, selama masa serangan. Mereka
mungkin berteriak, membenturkan kepala ke dinding atau melukai dirinya sendiri untuk
mengalihkan perhatian dari sakit yang tidak tertahankan. Beberapa orang menyatakan
pengurangan rasa sakit dengan berlatih, seperti lari di tempat atau melakukan shit-up atau push-
up. (1)
Mata Berair dan Hidung Tersumbat
Cluster headache selalu dipicu oleh respon sistem saraf otonom. Sistem ini mengontrol
banyak aktivitas vital tanpa disadari dan kita tidak harus memikirkan apa yang dilakukannya.
Contohnya, sistem saraf otonom mengatur tekanan darah, denyut jantung, keringat dan suhu
tubuh. Respon tersering sistem otonom pada cluster headache adalah keluarnya air mata
berlebihan dan mata merah pada sisi yang sakit.
Tanda dan gejala lainnya yang mungkin bersamaan dengan cluster headache antara lain :
a. Lubang hidung tersumbat atau berair pada sisi kepala yang terserang.
b. Kemerahan pada muka.
c. Bengkak di sekitar mata pada sisi wajah yang terkena.
d. Ukuran pupil mengecil.
e. Kelopak mata sulit untuk dibuka.
Tanda dan gejala tersebut hanya terjadi selama masa serangan. Namun demikina pada
beberapa orang kelopak mata yang sulit ditutup dan mengecilnya ukuran pupil tetap ada lama
setelah periode serangan. Beberapa gejala-gejala seperti migraine termasuk mual, fotofobia dan
fonofobia, serta aura dapat terjadi pada cluster headache.
Karakteristik Periode Cluster
Suatu periode cluster umumnya berlangsung antara 2 sampai 12 minggu. Periode cluster
kronik dapat berlanjut lebih dari satu tahun. Tanggal permulaan dan jangka waktu dari tiap-tiap
periode cluster seringkali dengan sangat mengagumkan konsisten dari waktu ke waktu. Untuk
kebanyakan orang, periode cluster dapat terjadi musiman, sperti tiap kali musim semi atau tiap
kali musim gugur. Adalah biasa untuk cluster bermula segera setelah salah satu titik balik
matahari. Seiring dengan waktu periode cluster dapat menjadi lebih sering, lebih sulit untuk
diramalkan, dan lebih lama.
Selama periode cluster, sakit kepala biasanya terjadi tiap hari, terkadang beberapa kali
sehari. Suatu serangan tunggal rata-rata berlangsung 45 sampai 90 menit. Serangan terjadi pada
waktu yang sama dalam tiap 24 jam. Serangan pada malam hari lebih sering daripada siang hari,
seringkali berlangsung 90 menit sampai 3 jam setelah tertidur. Waktu tersering terjadinya
serangan adalah antara jam satu sampai jam dua pagi, antara jam satu sampai jam tiga siang dan
sekitar jam sembilan malam.
Cluster headache dapat menakutkan penderita serta orang-orang di sekitarnya. Serangan
yang sangat membuat lemah sepertinya tak tertahankan. Namun nyerinya seringkali hilang
mendadak sebagaimana ia di mulai, dengan intensitas yang menurun secara cepat. Setelah
serangan, kebanyakan orang bebas sepenuhnya dari rasa sakit namun mengalami kelelahan.
Kesembuhan sementara selama periode cluster dapat berlangsung beberapa jam sampai sehari
penuh sebelum serangan selanjutnya. (1)
Diagnosis
Cluster headache mempunyai ciri khas tipe nyeri dan pola serangan. Suatu diagnosis
tergantung kepada gambaran dari serangan, termasuk nyeri, lokasi dan keparahan sakit kepala,
dan gejala-gejala lainnya yang terkait. Frekuensi dan lama waktu terjadinya sakit kepala juga
merupakan faktor yang penting. (1)
Keterlibatan fenomena otonom yang jelas adalah sangat penting pada cluster headache.
Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah rinorea dan hidung tersumbat ipsilateral, lakrimasi,
hiperemi pada konjungtiva, diaforesis pada wajah, edema pada palpebra dan sindrom Horner
parsial atau komplit, takikardia juga sering ditemukan. (2)
Pemeriksaan neurologis dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda dari cluster
headache. Terkadang pupil terlihat lebih kecil atau palpebra terjatuh bahkan diantara serangan.
Cluster headache adalah suatu diagnosis klinis, pada kasus-kasus yang jarang lesi
struktural dapat menyerupai gejala-gejala dari cluster headache, menegaskan perlunya
pemeriksaan neuroimaging. Uji yang dilakukan adalah CT- Scan dan MRI. (1,2)
Diagnosis Banding
Anisocoria
Atypical Facial Pain
Basilar Artery Thrombosis
Brainstem Gliomas
Cavernous Sinus Syndromes
Chronic Paroxysmal Hemicrania
Craniopharyngioma
Headache: Pediatric Perspective
Intracranial Hemorrhage
Migraine Headache
Migraine Variants
Pituitary Tumors
Postherpetic Neuralgia
Subarachnoid Hemorrhage
Temporomandibular Joint Syndrome
Tolosa-Hunt Syndrome
Trigeminal Neuralgia (2)
Terapi
Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari pengobatan adalah
menolong menurunkan keparahan nyeri dan memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat
yang digunakan untuk cluster headache dapat dibagi menjadi obat-obat simtomatik dan
profilaktik. Obta-obat simtomatik bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri
setelah terjadi serangan cluster headache, sedangkan obat-obat profilaktik digunakan untuk
mengurangi frekuensi dan intensitas eksaserbasi sakit kepala.
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat pengobatan simtomatik harus
mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya menggunakan
injeksi atau inhaler daripada tablet per oral. (1,2)
Pengobatan simtomatik termasuk :
1. Oksigen. Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7
liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-orang yang
menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari
penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15
menit. Kerugian utama dari penggunaan oksdigen ini adalah pasien harus membawa-
bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara ini menjadi
tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang oksigen mungkin hanya
menunda daripada menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan kembali.
2. Sumatriptan. Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine,
juga efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungkan dengan
penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih
perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya.
3. Ergotamin. Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di
pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena
bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek
samping terutama mual, serta hati-hati pada penderita dengan riwayat hipertensi.
4. Obat-obat anestesi lokal. Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf
menjadi kurang permeabel terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan
penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra
nasal dapat digunakan secara efektif pada serangan cluster headache. Namun harus
berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien dengan hipoksia, depresi pernafasan, atau
bradikardi. (1,2)
Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan. Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache
telah dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini
untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan mengatur
sensitisasi di pusat nyeri.
2. Kortikosteroid. Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster
headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selam
beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada
cluster headache masih belum diketahui. (2)
Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache kronik yang
tidak merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada orang-orang yang memiliki
kontraindikasi pada obat-obatan yang digunakan. Seseorang yang akan mengalami pembedahan
hanyalah yang mengalami serangan pada satu sisi kepal saja karena operasi ini hanya bisa
dilakukan satu kali. Orang-orang yang mengalami serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke
sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi.
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster headache.
Prosedur yang dilakukan adalah merusak jalur saraf yang bertanggungjawab terhadap nyeri.
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio frekuensi
pericutaneus, gangliorhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah terbukti berhasil mengobati cluster
headache. Namun demikian terjadi efek samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan
sensoris pada kornea dan anestesia dolorosa.
Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering digunakan karena
kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda perangsang dengan
menggunakan penunjuk jalan stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian
menunjukkan bahwa perangsangan hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang parah
memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak ada efek samping yang signifikan. (1,2)
Pencegahan
Karena penyebab dari cluster headache masih belum diketahui dengan pasti kita belum
bisa mencegah terjadinya serangan pertama. Namun kita dapat mencegah sakit kepala ulangan
yang lebih berat. Penggunaan obat-obat preventif jangka panjang lebih menguntungkan dari yang
jangka pendek. Obat-obat preventif jangka panjang antara lain adalah penghambat kanal kalsium
dan kanal karbonat. Sedangakan yang jangka pendek termasuk diantaranya adalah kortikosteroid,
ergotamin dan obat-obat anestesi lokal. (1,2,3)
Menghindari alkohol dan nikotin dan faktor resiko lainnya dapat membantu mengurangi
terjadinya serangan. (1,2)
Prognosis
80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk mengalami serangan
berulang.
Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4 sampai13 %
penderita.
Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada cluster
headache tipe episodik.
Umumnya cluster headache adalah masalah seumur hidup.
Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster headache tipe
episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cluster Headache Available at : www.mayoclinic/disease_&
_condition/topic/cluster_headache.htm
2. Cluster Headache Available at : www.emedicine/topic209.htm
3. Cluster Headache Available at : www.familydoctor.org