penambahan glukomanan pada formulasi mi … · 1 diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi...

77
PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI BERINDEKS GLIKEMIK RENDAH BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT (TERIGU, PATI GARUT, DAN KEDELAI) SONIA ROSSELINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: hatuong

Post on 10-Mar-2019

281 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI

BERINDEKS GLIKEMIK RENDAH BERBASIS TEPUNG

KOMPOSIT (TERIGU, PATI GARUT, DAN KEDELAI)

SONIA ROSSELINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 3: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penambahan

Glukomanan pada Formulasi Mi Berindeks Glikemik Rendah Berbasis Tepung

Komposit (Terigu, Pati Garut, dan Kedelai) adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Sonia Rosselini

NIM I14090023

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja yang terkait.

Page 4: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 5: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

ABSTRAK

SONIA ROSSELINI. Penambahan Glukomanan pada Formulasi Mi Berindeks

Glikemik Rendah Berbasis Tepung Komposit (Terigu, Pati Garut, dan Kedelai).

Dibimbing oleh CLARA MELIYANTI KUSHARTO dan TIURMA SINAGA.

Pengembangan pangan pokok berindeks glikemik rendah akan mampu

menyumbang kebutuhan energi namun lambat dalam meningkatkan kadar glukosa

darah yang bermanfaat pada penatalaksanaan penyakit metabolik. Penelitian ini

bertujuan mengembangkan mi berindeks glikemik rendah berbasis tepung

komposit (terigu, pati garut, dan kedelai) dengan penambahan glukomanan.

Penelitian dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor pada Juli-Desember 2013.

Tahapannya yaitu pembuatan tepung kedelai, pengujian komposisi bahan baku,

formulasi mi, pengujian organoleptik, pengujian sifat fisik dan komposisi mi,

serta pengujian indeks glikemik. Penelitian ini telah berhasil mengembangkan mi

berindeks glikemik rendah berbasis tepung komposit (50% terigu, 30% pati garut,

dan 20% kedelai) melalui penambahan glukomanan pada taraf 1.5% dengan nilai

indeks glikemik 53.90±19.81.

Kata kunci: mi, tepung komposit, indeks glikemik

ABSTRACT

SONIA ROSSELINI. The Addition of Glucomannan on Low Glycemic Index

Noodle Formulation Base on Composite Flour (Wheat Flour, Arrowroot Starch,

and Soybean Flour). Supervised by CLARA MELIYANTI KUSHARTO and

TIURMA SINAGA.

Development of staple food having low glycemic index will be able to

contribute energy need but raising blood glucose slowly that has benefit on

metabolic disease treatment. This research aims to develop low glycemic index

noodle base on composite flour (wheat flour, arrowroot starch, and soybean flour)

by addition of glucomannan flour. The research was conducted at Bogor

Agricultural University on July-December 2013. The steps were soy flour making,

the composition of raw materials assay, noodle formulation, sensory evaluation,

noodle physical properties and compositions assay, as well as glycemic index

testing. This research has successfully developed low glycemic index noodle base

on composit flour (50% wheat flour, 30% arrowroot starch, and 20% soybean

flour) through addition of 1.5% glucomannan with the 53.90±19.81 glycemic

index value.

Keywords: noodle, composite flour, glycemic index

Page 6: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 7: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Gizi Masyarakat pada

Departemen Gizi Masyarakat

PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI

BERINDEKS GLIKEMIK RENDAH BERBASIS TEPUNG

KOMPOSIT (TERIGU, PATI GARUT, DAN KEDELAI)

SONIA ROSSELINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 9: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

Judul Skripsi : Penambahan Glukomanan pada Formulasi Mi Berindeks Glikemik

Rendah Berbasis Tepung Komposit (Terigu, Pati Garut, dan

Kedelai)

Nama : Sonia Rosselini

NIM : I14090023

Disetujui oleh

Prof Dr drh Clara M. Kusharto, MSc

Pembimbing I

Dr Tiurma Sinaga, MFSA

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 11: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwasanya

penulisan skripsi dan studi penulis telah selesai dilaksanakan dengan baik. Indeks

glikemik dan pengembangan produk berbasis pangan lokal merupakan dua fokus

utama pada skripsi ini. Dengan demikian, penelitian ini menggabungkan aspek

processing pangan dengan evaluasi nilai gizi.

Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada Prof Dr drh Clara

M. Kusharto, MSc dan Dr Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pembimbing, Prof

Dr Ir Hardinsyah, MS selaku dosen pemandu seminar, dan Dr Rimbawan selaku

dosen penguji. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tentunya penulis

sampaikan kepada keluarga tercinta yang selalu menjadi tim sejati yaitu Ayahanda

Slamet Hariono, Ibunda Yulini, dan adik tersayang Sonata Khrisna Deva.

Ucapan terima kasih selanjutnya adalah kepada Program Indofood Riset

Nugraha 2013/2014 yang telah mensponsori penelitian ini, dr Karina Rahmadia

Ekawidyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi penanggungjawab uji indeks

glikemik, rekan-rekan seluruh subyek pengujian indeks glikemik, Beasiswa

Bantuan Mahasiswa yang telah memberi tunjangan studi, para teknisi dan laboran

(Ir Titi Riani, MBiomed; Mashudi, STP yang senantiasa menjadi guru penulis;

dan Pak Junaedi), para sahabat di laboratorium (Kak Rahmi, Kak Yudi, Dini,

Anggar, dll), rekan-rekan Gizi Masyarakat (Uthu, Rini, Fithri, Ruroh, Rieska,

Grevi, Soni, dll) dan Kost Pondok Dinar (Yuli, Annisya, dll), serta berbagai pihak

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skipsi ini bermanfaat sesuai dengan harapan yang penulis

sampaikan didalamnya. Penulis senantiasa menyambut kritik dan masukan yang

membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

Sonia Rosselini

Page 12: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 13: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 3

Alat 3

Prosedur 3

Rancangan Percobaan 9

Pengolahan dan Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Pembuatan Tepung Kedelai 10

Komposisi Bahan Baku 10

Formulasi Mi Kering 12

Karakteristik Organoleptik dan Penentuan Produk Terpilih 15

Sifat Fisik dan Komposisi Mi 18

Indeks dan Beban Glikemik Mi 21

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 31

RIWAYAT HIDUP 60

Page 14: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

DAFTAR TABEL

1 Proporsi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mi kering 5 2 Formulasi tepung komposit 6 3 Formulasi mi berbasis tepung komposit dengan penambahan

glukomanan 6 4 Komposisi bahan baku 11

5 Hasil pengujian rating mutu hedonik dan hedonik formulasi komposit 14

6 Hasil pengujian rating mutu hedonik dan hedonik dan penerimaan formulasi

komposit dengan penambahan glukomanan 16

7 Hasil analisis tabulasi silang mutu hedonik dan hedonik mi 17

8 Sifat fisik dan komposisi mi 18

9 Indeks dan beban glikemik mi 20

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan

Famuwera 2008) 4 2 Prosedur pembuatan mi kering berindeks glikemik rendah berbasis

tepung komposit 5 3 Ilustrasi incremental area under curve (Brouns et al. 2005) 9 4 Bahan baku formulasi 10 5 Mi basah mentah keluar dari ekstruder 13 6 Mi basah matang setelah dikukus 13 7 Mi kering 13

8 Rata-rata respon glikemik pangan subyek 21 9 Struktur molekul glukomanan (Ling et al. 2013) 22

10 Viskositas larutan glukomanan dengan konsentrasi yang berbeda

selama 80 menit (Akesowan 2008) 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur uji fisik dan komposisi makanan 31 2 Perhitungan takaran saji mi 34 3 Formulir pengujian organoleptik rating mutu hedonik dan hedonik 35

4 Penjelasan sebelum persetujuan subyek indeks glikemik 37

5 Persetujuan setelah penjelasan subyek indeks glikemik 39 6 Surat lolos kaji etik (ethical approval) 40 7 Perhitungan porsi pangan pada pengujian indeks glikemik 41

8 Contoh perhitungan luas area di bawah kurva dan indeks glikemik 42 9 Karakteristik fisik dan klinis subyek indeks glikemik 44

10 Sebaran nilai indeks dan beban glikemik subyek 45 11 Kadar glukosa subyek untuk glukosa standar 47

12 Kadar glukosa darah subyek untuk mi A 47

Page 15: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

13 Kadar glukosa darah subyek untuk mi B 48 14 Hasil pengujian sifat fisik serta komposisi bahan baku dan mi 49 15 Hasil analisis statistik sifat organoleptik mi 53 16 Hasil analisis statistik perbedaan antar perlakuan pada sifat fisik dan

komposisi mi 56 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi 58

Page 16: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 17: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sindrom metabolik, yaitu sekumpulan risiko penyakit jantung koroner dan

diabetes membuat transisi epidemiologi akan penyakit yang mendominasi angka

kematian di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun (1991-2000) (Djaja et al.

2003). Tingginya kejadian penyakit metabolik yang merupakan dampak jangka

panjang dari gaya hidup membuat masyarakat semakin menaruh perhatian akan

kesehatan, termasuk dalam hal pangan. Konsumen memberikan dua dimensi

terhadap kesehatan, yaitu makan secara sehat dan menghindari makanan yang

tidak sehat. Dimensi pertama sangat terkait dengan berbagai faktor dari makanan

yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan dan gizi (Brunso et al. 2002).

Salah satu prinsip diet sehat dalam penatalaksanaan sindrom metabolik

adalah pengaturan konsumsi jenis karbohidrat melalui indeks glikemik. Indeks

glikemik merupakan sistem peringkat makanan menurut efeknya (immediate

effect) terhadap kenaikan kadar glukosa darah (Jenkins et al. 1981).

Pengembangan pangan pokok berindeks glikemik rendah akan mampu

menyumbang kebutuhan energi namun meningkatkan kadar glukosa darah secara

perlahan. Sebuah meta-analisis yang dilakukan Opperman et al. (2004)

mendukung bukti bahwa pangan berindeks glikemik rendah dapat menurunkan

total kolesterol dan meningkatkan kontrol metabolik pada pasien diabetes.

Mi merupakan salah satu pangan pokok masyarakat Indonesia yang

menempati proporsi konsumsi terigu tertinggi yaitu sebesar 50% (Hou 2010).

Bentuk mi yang memiliki masa simpan yang baik adalah mi kering.

Pengembangan mi kering berindeks glikemik rendah dapat dilakukan melalui

pengendalian faktor yang dapat mempengaruhi respon glikemik rendah pada basis

komposit bahan pangan lokal terhadap terigu. Faktor pengendali respon glikemik

pada penelitian ini adalah tepung glukomanan adapun pangan lokal yang

berpotensi sebagai bahan komposit terhadap terigu adalah pati garut.

Glukomanan merupakan serat larut air yang berasal dari umbi porang/iles-

iles (Amorphophallus onchophyllus). European Food Safety Authority (EFSA)

(2010) menyebutkan bahwa pemberian glukomanan sebesar 1-5 gram per hari

berefek positif pada fungsi saluran cerna, pengontrolan glikemik, pengaturan berat

badan, dan level kolesterol. Iles-iles adalah tanaman umbi golongan Araceae asli

Indonesia yang secara alami banyak tumbuh liar di hutan-hutan Pulau Jawa.

Pemanfaatan terhadap tanaman ini sebagian besar masih terbatas pada produk chip

kering yang diekspor ke luar negeri (Sa’id dan Rahayu 2009). Penambahan

glukomanan pada formulasi produk untuk menghasilkan pangan fungsional

diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah potensi lokal iles-iles dan produk

pangan tersebut.

Berdasarkan penelitian Suriani (2008), diketahui bahwa pati garut

cenderung memiliki viskositas yang tinggi. Karakter ini sejalan dengan salah satu

karakter pati yang baik untuk bahan baku mi menurut Chen et al. (2003).

Kandungan protein pati garut yang rendah akan dikompensasi melalui proporsi

tepung kedelai. Lebih lanjut, basis komposit yang terdiri atas serealia, umbi-

umbian, dan kacang-kacangan akan memiliki nilai tambah diversifikasi pangan.

Page 18: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

2

Diversifikasi memiliki dua manfaat utama yaitu meningkatkan status gizi

penduduk melalui asupan gizi yang beragam dan mencegah ketergantungan

terhadap suatu komoditas pangan (Almatsier 2002).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan mi kering berindeks

glikemik rendah berbasis tepung komposit (terigu, pati garut, dan kedelai) dengan

penambahan glukomanan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari pembuatan tepung kedelai

2. Menguji dan mempelajari komposisi (proksimat dan total serat makanan)

bahan baku

3. Mempelajari pembuatan dan formulasi mi kering berbasis tepung komposit

(terigu, pati garut, dan kedelai) dengan dan tanpa penambahan glukomanan

4. Menguji dan mempelajari mutu hedonik (warna, kecerahan, aroma langu,

aroma umbi, rasa manis, rasa asin, aftertaste, serta tekstur kekenyalan dan

kekerasan menggunakan tangan dan gigit) mi kering berbasis tepung komposit

dengan dan tanpa penambahan glukomanan serta menentukan produk terpilih

melalui pengujian rating hedonik dan pertimbangan peneliti

5. Menguji dan mempelajari sifat fisik (waktu rehidrasi optimum, kehilangan

padatan akibat pemasakan, dan elongasi) serta komposisi (proksimat dan total

serat makanan) mi kering berbasis tepung komposit terpilih dengan dan tanpa

penambahan glukomanan

6. Menguji dan mempelajari indeks dan beban glikemik mi kering berbasis

tepung komposit terpilih dengan dan tanpa penambahan glukomanan

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

pengembangan produk mi berbasis tepung komposit berindeks glikemik rendah

kepada berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) diantaranya adalah

akademisi, masyarakat, pemerintah, dan industri.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Desember 2013. Pembuatan tepung

kedelai dan formulasi mi dilakukan di Laboratorium SEAFAST Center, Institut

Pertanian Bogor (IPB). Pengujian organoleptik rating mutu hedonik dan hedonik

dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan, Departemen Gizi Masyarakat,

Page 19: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

3

IPB. Pengujian fisik dilakukan di Laboratorium Kimia dan Analisis Bahan

Makanan, Departemen Gizi Masyarakat, IPB dan Laboratorium Pengawasan

Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB. Pengujian komposisi

makanan dilakukan di Laboratorium Kimia dan Analisis Bahan Makanan,

Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Pengujian indeks glikemik dilakukan di Klinik

Konsultasi Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, IPB.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan tepung kedelai dan

formulasi terdiri atas kedelai, tepung terigu, pati garut, tepung glukomanan, air,

garam, guar gum, asam sitrat, natrium tripolifosfat, natrium karbonat, dan kalium

karbonat. Tepung terigu yang digunakan merupakan tepung terigu merk X yang

memiliki kandungan protein tertinggi diantara 3 jenis terigu di pasaran. Pati garut

yang digunakan merupakan pati garut merk Y yang diperoleh dari sentra produksi

tepung dan pati umbi-umbian di Bantul Yogyakarta. Sebagian besar garut

(Marantha arundianacea L.) untuk produksi pati garut bervarietas banana, jenis

Sumbawa, dan umur panen 8 bulan.

Tepung glukomanan merk Z yang digunakan diperoleh dari Inasea

Enterprise Makassar. Spesifikasinya yaitu berwarna putih gading/ putih cahaya,

kadar glukomanan >90% (bk), viskositas (1% larutan) >35 000 Cps, dan pH

tingkat 1% 7. Spesifikasi tersebut menempatkan tepung glukomanan dalam

kategori purified top grade flour menurut Ministry of Agriculture of People’s

Republic of China (2002a) dengan spesifikasi berwarna putih, viskositas ≥32 000,

dan kadar glukomanan basis kering ≥90%. Bahan-bahan kimia yang digunakan

untuk pengujian komposisi makanan merupakan bahan-bahan yang lazim terdapat

di laboratorium kimia. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian indeks

glikemik adalah glukosa standar, strip glukosa, dan alkohol swap.

Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan tepung kedelai adalah cabinet

dryer, disc mil, dan ayakan 100 mesh. Alat-alat yang digunakan untuk formulasi

terdiri atas hand mixer, steaming box, multifunctional noodle machine merk MS9,

dan kipás angin. Alat yang digunakan untuk pengujian fisik terdiri atas Tensile

Strength Tester dan alat-alat gelas. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian

komposisi makanan merupakan alat-alat yang lazim digunakan di laboratorium

kimia. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian indeks glikemik terdiri atas

finger-prick cappilary blood dan glukometer merk One Touch Ultra.

Prosedur

Pembuatan Tepung Kedelai

Pembuatan tepung kedelai dapat dilihat pada Gambar 1. Pati garut tidak

dibuat oleh peneliti karena produk komersial sudah memiliki kehalusan dan

penampakan fisik yang baik yaitu cukup putih dan lolos ayakan 100 mesh. Tepung

Page 20: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

4

adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara penggilingan atau penepungan.

Pada proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara diremuk yaitu

ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling. Sementara itu, pati diperoleh

melalui proses ekstraksi dengan cara pengepresan pengendapan (Richana dan

Sumari 2004).

Pengujian Komposisi Bahan Baku

Pengujian komposisi yang dilakukan terhadap tepung kedelai dan pati garut

meliputi pengujian proksimat dan total serat makanan adapun pada tepung

glukomanan hanya kadar air, lemak, dan total serat makanan. Prosedur pengujian

dapat dilihat pada Lampiran 1. Komposisi tepung terigu berupa protein, lemak,

dan karbohidrat by difference diperoleh dari Informasi Nilai Gizi kemasan adapun

air dan abu diperoleh dari Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2006 tepung

terigu sebagai bahan makanan. Komposisi tepung glukomanan berupa abu,

protein, dan karbohidrat by difference diperoleh dari Food Composition Database,

Department of Food and Nutrition, Sugiyama Joakuen University (2000).

Formulasi Mi Kering

Proporsi bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi mi dapat dilihat

pada Tabel 1. Proporsi bahan-bahan selain tepung komposit merupakan presentase

terhadap tepung komposit. Modifikasi dilakukan terhadap basis tepung dan air

adapun proporsi bahan tambahan pangan mengadopsi dari Simanjuntak (2001).

Kadar air optimum diperoleh berdasarkan trial and error sementara tepung

diperoleh melalui formulasi. Pada pembuatan mi berbasis pati, kadar air yang

Kedelai utuh

Sortasi

Perendaman dengan Na2CO3 0.5% selama 16 jam

Perebusan pada suhu 100oC selama 10 menit

Pengeringan dengan cabinet dryer pada suhu 70-80oC selama 10 jam

Penggilingan dengan disc mill

Pengayakan 100 mesh

Tepung kedelai

Gambar 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji

dan Famuwera 2008)

Page 21: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

5

digunakan lebih banyak dari mi berbasis protein yaitu sekitar 66-70% (Chansri et

al. 2005). Berdasarkan trial and error, jumlah air optimum untuk formulasi

sebesar 52% yang terdiri atas 45% air untuk pembentukan binder (adonan pengikat

berupa pati yang sudah tergelatinisasi) bersama dengan pati garut dan 7% air

Tabel 1 Proporsi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mi kering

No Bahan Jumlah

(%)

Bahan utama

1 Tepung komposit 100.00

2 Air (% dari tepung komposit) 52.00

Bahan tambahan (% dari tepung komposit)

3 Garam 1.00

4 Guar gum 1.00

5 Asam sitrat 2.00

6 Natrium tripolifosfat 2.00

7 Natrium karbonat 0.94

8 Kalium karbonat 0.56

Pencampuran 10 menit

Ekstrusi 2 kali (dengan

penekanan menggunakan balok

kayu)

Pengukusan selama 15

menit

Pencetakan adonan

Mi kering berbasis tepung komposit

(terigu, pati garut, dan kedelai)

Gelatinisasi

Pengeringan dengan kipas angin selama 48 jam

10% pati

garut

Natrium

tripolifosfat Garam 45%

air

Terigu

Tepung

kedelai

Sisa pati

garut

garut Guar

gum

Asam sitrat

Natrium

karbonat

Kalium

karbonat

7% air

Gambar 2 Prosedur pembuatan mi kering berindeks glikemik rendah berbasis

tepung komposit

Page 22: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

6

tambahan pada saat pencampuran. Prosedur pembuatan mi mengadopsi dari Hou

(2010) dan Chansri et al. (2005) dengan prinsip modifikasi pencampuran dan

pengeringan. Diagram alir prosedur tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Formulasi mi terdiri atas formulasi tepung komposit dan formulasi tepung

komposit dengan penambahan glukomanan. Hasil studi Nasution (2005) mengenai

formulasi mi kering dari tepung terigu dengan tepung rumput laut yang diperkaya

dengan kacang kedelai menunjukkan bahwa adonan dengan proporsi tepung terigu

di bawah 50% menghasilkan adonan yang tidak dapat dicetak. Sementara itu,

Widaningrum et al. (2005) melakukan subtitusi tepung garut terhadap formulasi

mi basah sebesar 20%. Proporsi tepung kedelai mempertimbangkan kadar protein

mínimum untuk mi kering berdasarkan SNI 01-2974-1996 mi kering sebesar 8%.

Perlakuan sebanyak 9 komposit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Formulasi tepung komposit

Jenis Komposit Formulasi Tepung Komposit (%)

Tepung Terigu Pati Garut Tepung Kedelai

1 50 20 30

2 50 25 25

3 50 30 20

4 60 10 30

5 60 20 20

6 60 30 10

7 70 10 20

8 70 15 15

9 70 20 10

Tabel 3 Formulasi mi berbasis tepung komposit dengan penambahan glukomanan

Formula Taraf Konsentrasi

Glukomanan (%)

1 0.50

2 0.75

3 1.00

4 1.25

5 1.50

Penambahan tepung glukomanan mengadopsi anjuran EFSA (2010) dengan

mempertimbangkan taraf maksimal yang teksturnya dapat diterima konsumen dan

frekuensi pangan pokok dalam sehari yaitu 2-3 kali. Formulasi konsentrasi

glukomanan pada formulasi mi dapat dilihat pada Tabel 3. Penambahan

glukomanan di atas 1.5% menyebabkan mi memiliki volume yang besar akibat

kemampuan penyerapan air yang tinggi oleh glukomanan. Diduga, produk mi

tersebut juga tidak akan memiliki elongasi yang lebih baik karena terhalangnya

penyerapan air pada terigu (Husniati dan Devi 2013). Basis yang ditetapkan

peneliti adalah sebesar 100 gram tepung komposit yang dikonversi menjadi 100

gram mi kering (Lampiran 2). Hal ini mendasari ditetapkannya taraf bawah

sebesar 0.5% dimana jika dalam satu hari konsumen mengonsumsi 2-3 kali mi

Page 23: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

7

sebagai pangan pokok, maka sudah dapat memenuhi batas bawah yang dianjurkan

EFSA.

Pengujian Organoleptik Rating Mutu Hedonik dan Hedonik

Formula terpilih ditentukan melalui pengujian rating hedonik dan

pertimbangan peneliti. Pada formulasi tepung komposit, pertimbangan peneliti

yaitu proporsi tepung terigu terendah dan pati garut tertinggi adapun pada

formulasi tepung komposit dengan penambahan glukomanan yaitu konsentrasi

tepung glukomanan tertinggi. Mi direhidrasi sesuai dengan waktu rehidrasi

optimum. Mi terpilih pada formulasi tepung komposit disebut mi A sementara

pada formulasi tepung komposit dengan penambahan glukomanan disebut mi B.

Panelis merupakan panelis semi terlatih berjumlah 30 orang dengan

mempertimbangkan unit percobaan yang mampu diuji oleh panelis. Pada formulasi

jenis komposit, panelis berjumlah 90 orang dengan jumlah unit percobaan pada

setiap panelis sebesar 6 unit. Pada formulasi komposit dengan penambahan

glukomanan, panelis yang digunakan berjumlah 60 orang dengan unit percobaan

pada setiap panelis sebesar 5 unit. Penjelasan mengenai teknis pengujian

organoleptik dapat dilihat pada kuisioner pengujian organoleptik pada Lampiran 3.

Penilaian hedonik untuk memilih formula terbaik diturunkan menjadi

presentase penerimaan panelis terhadap atribut keseluruhan jika tidak diperoleh

perbedaan yang nyata pada rata-rata penilaian hedonik panelis antar produk

(Dubost et al. 2002). Atribut keseluruhan diperoleh melalui pembobotan terhadap

masing-masing atribut. Menurut Muhandri (2011), parameter elongasi dan

kehilangan padatan akibat pemasakan merupakan parameter mutu utama mi,

dimana keduanya merupakan bagian dari atribut tekstur. Dengan demikian, bobot

skor atribut tekstur merupakan yang tertinggi, yaitu 0.5. Selain itu, atribut testur

adalah atribut yang terbanyak diturunkan dalam penilaian mutu hedonik, yaitu

tekstur menggunakan tangan dan gigit dimana masing-masing dijabarkan lagi

menjadi kekerasan dan kekenyalan.

Atribut warna dan aroma mendapatkan bobot skor tertinggi kedua dimana

masing-masing adalah 0.2. Warna merupakan aspek fisik yang diperhatikan

pertama kali adapun aroma penting untuk diperhatikan terkait dengan

keheterogenan bahan yang berpotensi untuk menimbulkan aroma yang tidak

disukai, seperti langu. Warna dijabarkan menjadi 2 atribut pada mutu hedonik,

yaitu warna dan kecerahan. Adapun aroma yang dimaksud pada mutu hedonik

adalah aroma langu. Atribut yang mendapat bobot skor terkecil adalah rasa yaitu

0.1. Hal ini dikarenakan atribut rasa merupakan atribut yang relatif paling mudah

untuk dimodifikasi. Atribut rasa dijabarkan menjadi rasa manis dan asin serta

aftertaste. Rasa manis dan asin dapat dimodifikasi dengan penambahan garam

sementara aftertaste dengan pemberian bumbu ketika disajikan.

Pengujian Sifat Fisik dan Komposisi Mi

Pengujian sifat fisik yang dilakukan meliputi waktu rehidrasi, kehilangan

padatan akibat pemasakan-KPAP (cooking loss), dan elongasi (modifikasi Tan et

al. 2009). Waktu rehidrasi merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu produk

untuk menyerap air kembali setelah mengalami proses pengeringan. Kehilangan

padatan akibat pemasakan adalah banyaknya padatan dalam mi yang terurai ke

dalam air selama proses pemasakan. Elongasi adalah pertambahan panjang

Page 24: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

8

maksimum mi ketika mengalami tarikan sebelum putus. KPAP dan elongasi

merupakan parameter mutu utama mi yang tergantung pada kekokohan mi

(Muhandri 2011). Pengujian komposisi yang dilakukan meliputi pengujian

proksimat (AOAC 2007) dan kadar serat makanan (AOAC 2009). Pengujian sifat

fisik dan komposisi mi dapat dilihat pada Lampiran 1. Kandungan energi diperoleh

dari penjumlahan kandungan energi pada protein, lemak, dan karbohidrat by

difference (%bb).

Pengujian Indeks dan Beban Glikemik Mi

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan subyek (informed consent)

dan surat keterangan lolos kaji etik penelitian (ethical approval) dari Komite Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penjelasan

sebelum persetujuan (PSP) subyek, informed consent, dan surat keterangan lolos

kaji etik dapat dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.

Subyek penentuan indeks glikemik mi berjumlah 10 orang sesuai dengan

anjuran BPOM (2011) yang terdiri atas 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

Kriteria inklusinya yaitu berumur 18-30 tahun, memiliki indeks massa tubuh

(IMT) normal (18.5–22.9 kg/m2), tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dan

memiliki kadar glukosa darah puasa normal (60-100 mg/dL), tidak mengalami

gangguan pencernaan (Brouns et al. 2005), tidak menggunakan obat-obatan (Lee

et al. 2009), tidak merokok (Frati et al. 1996), serta tidak minum minuman

beralkohol (Soh dan Miller 1999). Adapun kriteria eksklusinya yaitu subyek dalam

keadaan tidak sehat, baik berdasarkan diagnosis dokter (Lee et al. 2009) maupun

secara subyektif oleh panelis atau peneliti; mengonsumsi pangan yang berefek

diuretik (kopi dan teh); memiliki alergi terhadap terigu; dan stres.

Rangkaian pengujian indeks glikemik terdiri atas perekrutan dan pemilihan

subyek serta pengujian indeks glikemik pangan yaitu pangan standar berupa

glukosa murni pada minggu pertama, mi A pada minggu kedua, dan mi B pada

minggu ketiga. Jeda antara pangan adalah 4-7 hari. Pangan yang diberikan setara

dengan 50 gram karbohidrat tersedia (available carbohydrate) yang dikoreksi

dengan nilai kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) mi. Nilai KPAP

menjadi koreksi agar jumlah karbohidrat tersedia mi matang tidak berkurang

akibat pemasakan. Karbohidrat tersedia dalam pangan dimana merupakan fraksi

yang tersedia untuk penyerapan di usus kecil (Foster-Powell 2002) dilakukan

dengan memasukkan kadar total serat makanan sebagai faktor koreksi dalam

karbohidrat by difference. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Prosedur penentuan indeks glikemik mengacu pada Brouns et al. (2005)

yaitu sebagai berikut.

a Subyek menjalani puasa penuh (kecuali air) semalam selama minimal 10 jam.

b Contoh darah subyek pada akhir puasa (disebut menit ke-0) diambil sebanyak

±50 μL dengan menggunakan finger-prick capillary blood dan diukur kadar

glukosanya.

c Pangan diberikan kepada subyek. Perhitungan dimulai ketika tegukan pertama

pada larutan glukosa standar dan gigitan pertama pada mi. Glukosa standar

dilarutkan dalam 240 ml air dan dihabiskan dalam waktu maksimal 5 menit

adapun mi yang telah dimasak sesuai waktu rehidrasi optimum dihabiskan

dalam waktu maksimal 14 menit.

Page 25: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

9

Gambar 3 Ilustrasi incremental area under curve (Brouns et

al. 2005)

d Contoh darah subyek diambil kembali pada setiap 15 menit pada jam pertama

kemudian setiap 30 menit pada jam kedua dan diukur kadar glukosanya.

e Kadar glukosa darah dan waktu diplot pada grafik.

f Luas daerah dibawah kurva dihitung dengan metode perhitungan luas bangun

incremental area under curve (I-AUC). Ilustrasi I-AUC ditampilkan pada

Gambar 3.

g Indeks glikemik kedua mi pada setiap subyek merupakan perbandingan luas I-

AUC antara mi dengan glukosa standar. Contoh perhitungannya dapat dilihat

pada Lampiran 8.

h Indeks glikemik kedua mi merupakan rata-rata indeks glikemik 10 orang

subyek.

i Beban glikemik diperoleh dari perhitungan indeks glikemik dikalikan dengan

karbohidrat tersedia dalam satu takaran saji (100 gram mi mentah) yang

dikurangi dengan KPAP-nya.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan dua ulangan. Pada kedua

formulasi, model rancangannya adalah sebagai berikut.

Yij = µ + αi + εij

Keterangan:

Yij : nilai pengamatan pada jenis komposit/ konsentrasi tepung glukomanan

ke-i dan ulangan ke-j

i : jenis komposit/ konsentrasi tepung glukomanan

α : pengaruh jenis komposit/ formula ke-i

j : ulangan ke-j (1 dan 2)

µ : rataan umum

εij : pengaruh acak yang menyebar normal (0,σ2)

Pengolahan dan Analisis Data

Keseluruhan data diolah dalam piranti lunak Microsoft Excel untuk

mendapatkan rata-rata nilai dan standar deviasinya (rata-rata±SD) kemudian

dilanjutkan dengan pengujian statistik menggunakan Statistical Programme for

Social Science (SPSS) 16.0 for Windows 2007. Perbedaan antara perlakuan pada

Page 26: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi
Page 27: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

11

membentuk gel ketika tersedia air dalam perut dan usus halus sehingga

memperlambat pengosongan perut, mempercepat waktu transit di usus halus serta

mengendalikan penyerapan glukosa dalam darah dan nilai indeks glikemik bahan

pangan (Lunn dan Buttriss 2007). Komposisi bahan baku tersebut disajikan pada

Tabel 4. Berdasarkan kandungan lemak, protein, dan seratnya, diduga tepung

kedelai merupakan bahan baku yang dapat berperan dalam pengendalian respon

glikemik rendah pada basis tepung komposit.

Tabel 2 Komposisi bahan baku

Jenis Zat Gizi Terigu Pati

Garut

Tepung

Kedelai

Gluko

manan

Air (%bb) ≤14.51 14.07 5.89 9.77

Abu (%bk) ≤0.601 0.41 4.27 5.96

3

Protein (%bk) 13.852 1.15 40.44 3.19

3

Lemak (%bk) 1.152 0.41 26.95 0.66

Karbohidrat by difference (%bk) 85.412 98.03 28.34 90.74

3

Serat makanan tidak larut (%bk) 0.09 7.62 8.87

Serat makanan larut (%bk) 0.68 4.84 74.95

Total serat makanan (%bk) 2.771 0.77 12.46 83.82

1SNI 01-3751-2006

2Informasi Nilai Gizi kemasan

3Department of Food and Nutrition, Department of Food and Nutrition, Sugiyama Joakuen

University (2000)

Kadar air pati garut sedikit lebih tinggi dibandingkan pada penelitian

Maulani et al. (2012) dengan umur panen yang sama (8 bulan) yaitu sebesar

12.11%. Namun kadar air ini masih memenuhi persyaratan kadar air pati garut

untuk komersial yaitu di bawah 18% (Pudjiono 1998). Sebaliknya, kadar abu,

protein, lemak, karbohidrat, dan total serat makanannya lebih rendah yaitu masing-

masing sebesar 0.83% (bk), 1.74% (bk), 1.50% (bk), 94.88% (bk), dan 1.06% (bk).

Diduga hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak seragamnya varietas

dan umur panen umbi serta perbedaan lama dan metode pengeringan. Rendemen

pati garut tertinggi diperoleh pada umbi dengan umur panen 9 bulan yaitu sebesar

18.33% sehingga diduga dapat mempengaruhi pemilihan produsen dalam skala

produksi.

Kadar proksimat tepung kedelai mendekati nilai menurut Balai Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) (2007) yaitu kadar air 9%, abu

5.06% (bk), protein 39.45% (bk), lemak 22.63% (bk), dan karbohidrat by

difference 32.86% (bk). Kadar air yang lebih rendah ini dikaitkan dengan kualitas

yang lebih baik karena kadar air bahan pangan menentukan daya terima,

kesegaran, dan daya tahan bahan pangan (Winarno 2008). Sementara itu, kadar

protein yang tidak jauh berbeda dengan nilai Balitbangkes (2007) diharapkan

dapat memenuhi batas minimum kadar protein mi kering menurut SNI 01-2974-

1996. Kadar serat tepung kedelai lebih tinggi dari Department of Food and

Nutrition, Sugiyama Joakuen University (2000) sebesar 9.60% (bk) karena kacang

kedelai yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kedelai yang tidak

dibuang kulitnya. Kulit memiliki proporsi sebesar 9% dari bobot biji dan memiliki

kandungan serat makanan sebesar 87.00% (bb) (Blasi et al. 2000; Balitbangkes

1995).

Page 28: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

12

Kadar air tepung glukomanan sebesar 9.77% mendukung kategori utama

menurut Ministry of Agriculture of People’s Republic of China (2002a) dengan

kadar air maksimal 11%. Sementara itu, kadar serat makanan larut yang lebih

rendah dari kadar glukomanan menurut informasi produsen diduga disebabkan

oleh tidak sensitifnya metode uji. Uji serat makanan enzimatis hanya

mengandalkan kemampuan etanol dalam mengandapkan gugus pektat sementara

uji kadar glukomanan memerlukan mekanisme deasetilisasi (Huang et al. 2002).

Formulasi Mi Kering

Bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan mi adalah tepung, air, dan

bahan tambahan pangan (BTP) berupa larutan abu, garam, natrium tripolifosfat,

asam sitrat, dan hidrokoloid. Natrium tripolifosfat digunakan sebagai pengikat air

agar air adonan tidak menguap sehingga adonan tidak mengalami

pengerasan/kekeringan di permukaan sebelum proses pembentukan lembaran mi

serta untuk meningkatkan kehalusan tekstur dan kekenyalan mi. Natrium dan

kalium karbonat yang sering disebut larutan alkali atau abu berfungsi

mempercepat pengikatan gluten serta meningkatkan elastisitas, fleksibilitas,

kehalusan tekstur, dan sifat kenyal. Senyawa-senyawa ini bila dipanaskan akan

melepaskan CO2 yang akan mengakibatkan pengembangan adonan.

Hidrokoloid yaitu guar gum ditambahkan untuk meningkatkan karakteristik

liat dan mempersatukan adonan sehingga menjadikan bentuk lembaran mi yang

lebih halus. Asam sitrat digunakan untuk menurunkan pH agar akivitas fenolase

dalam tepung terhambat. Garam dapur berfungsi sebagai sebagai pengikat gluten

selama proses pencampuran sehingga adonan sedikit mengembang, memberi rasa

pada mi, serta menghambat aktivitas protease dan amilase sehingga pasta tidak

lengket dan tidak mengembang secara berlebihan (Astawan 1999; Simanjuntak

2001).

Mi yang dikembangkan pada penelitian ini tidak sepenuhnya memenuhi

kriteria mi berbasis pati menurut Ministry of Agriculture of People Republic of

China (2002b) dengan kadar pati minimal 75% (bb). Kadar pati mi jika

diasumsikan sama dengan karbohidrat tersedia adalah sebesar 63.97% (bb) pada

mi A dan 62.75% (bb) pada mi B. Namun berdasarkan trial and error, diketahui

bahwa proses pembuatan mi pada penelitian ini lebih mengandalkan sifat

fungsional pati yaitu penyerapan air, gelatinisasi yang terjadi di suhu tinggi, dan

retrogradasi (Tam et al. 2004). Pembuatan mi dengan pencampuran langsung dan

pengeringan oven seperti mi terigu akan menghasilkan tekstur mi putus-putus.

Gelatinisasi adalah peristiwa hilangnya sifat birefringence (kemampuan

menyerap cahaya) granula pati akibat penambahan air secara berlebihan dan

pemanasan pada waktu dan suhu tertentu. Penambahan air dan pemanasan secara

berlebihan tersebut membuat granula pati membengkak dan tidak dapat kembali ke

kondisi semula. Pada proses gelatinisasi terjadi proses perusakan ikatan hidrogen

intermolekuler, pembengkakan granula pati, serta peningkatan kelarutan yang

diikuti dengan peningkatan viskositas (Ubwa et al. 2012). Pembentukan binder

(adonan pengikat) merupakan tahapan yang bertujuan untuk menggelatinisasi

sebagian adonan pati pada suhu tinggi (Chansri et al. 2005).

Page 29: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

13

Gambar 5 Mi basah mentah keluar dari ekstruder

Gambar 6 Mi basah matang setelah dikukus

Gambar 7 Mi kering

Retrogradasi merupakan perubahan amilosa dari bentuk amorf ke bentuk

kristalin. Retrogradasi terjadi apabila ikatan hidrogen dan gugus hidroksil molekul

amilosa-amilopektin yang berdekatan saling berikatan dalam bentuk pasta ketika

pati yang telah digelatinisasi didiamkan beberapa lama (Zaidul et al. 2007). Salah

satu cara penerapan pengeringannya adalah dengan menggunakan kipas angin.

Berdasarkan trial and error, diperoleh waktu minimum pengeringan selama

minimal 2 hari, modifikasi dari Hou (2010) selama 6-18 jam pada cabinet yang

tertutup. Pati garut memiliki beberapa karakter yang baik untuk pembuatan mi menurut

Chen et al. (2003) dan Tam et al. (2004). Karakteristik tersebut yaitu viskositas yang

tinggi pada suhu dingin dan cenderung dipertahankan selama pemanasan, kandungan

amilosa yang relatif tinggi, serta cepat mengalami retrogradasi atau berada pada tipe

gelatinisasi 3 (Vamadevan et al. 2013). Mi yang dihasilkan dari pati dengan karakter

tersebut memiliki kualitas KPAP yang rendah, untaian yang kuat dan kompak, elastis,

serta kelengketan yang rendah (Ahmad 2009). Menurut Suriani (2008), pati garut

Page 30: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

14

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

War

Kec

Lan

Ras

Aft

Ker

TK

en T

Ker

GK

en G

1 (

T5

0, G

20

, K

30

)1.9

83.5

54.4

03.7

34.3

84.1

54.3

24.4

04.1

83.5

24.1

33.7

74.4

24.4

176.6

7

2 (

T5

0, G

25

, K

25

)2.5

03.6

24.7

73.6

84.3

54.0

34.3

84.4

04.0

73.8

33.9

83.7

74.6

84.6

186.6

7

3 (

T5

0, G

30

, K

20

)4.0

03.5

55.0

24.3

74.4

23.7

74.4

34.6

84.4

34.0

34.3

23.8

84.9

74.8

491.6

7

4 (

T6

0, G

10

, K

30

)3.0

03.9

24.8

83.6

74.3

83.8

74.2

54.1

24.5

14.0

24.3

33.9

04.2

34.3

878.3

3

5 (

T6

0, G

20

, K

20

)4.0

03.4

74.1

53.8

24.4

24.0

24.3

34.3

84.4

54.0

84.5

24.0

84.4

24.3

680.0

0

6 (

T6

0, G

30

, K

10

)1.5

03.6

74.5

73.7

04.3

83.9

54.5

04.3

84.3

34.2

74.3

34.5

04.5

54.5

086.6

7

7 (

T7

0, G

10

, K

20

) 1.5

04.2

75.0

73.8

34.3

23.8

74.4

54.6

04.4

23.9

04.3

84.1

84.7

74.7

288.3

3

8 (

T7

0, G

15

, K

15

)2.5

03.8

74.8

33.5

84.3

73.9

34.2

84.5

54.0

54.1

04.3

54.1

34.7

54.6

785.0

0

9 (

T7

0, G

20

, K

10

)2.5

03.6

83.8

23.7

34.2

04.0

34.5

84.5

84.3

73.9

34.2

04.1

54.3

34.2

076.6

7

p*

0.0

53

0.4

65

0.0

51

0.5

11

0.9

72

0.6

91

0.2

73

0.6

71

0.2

86

0.2

98

0.5

87

0.0

49

0.0

90

0.0

70

0.2

16

Kete

ran

gan

:

Jen

is K

om

po

sit

:G

: P

ati

Garu

tK

: T

ep

un

g K

ed

ela

i

Nilai skala

mu

tu m

utu

hed

on

ik (M

hed

):

Warn

a (

War)

:1 =

Ku

nin

g k

eco

kla

tan

4 =

Ku

nin

g m

ud

a7 =

San

gat

pu

tih

Kecera

han

(K

ec)

:4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

cera

h

Aro

ma lan

gu

(L

an

) :

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lem

ah

Rasa m

an

is (

Ras)

:4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

man

is

Aft

ert

ast

e (

Aft

):

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lem

ah

Kekera

san

men

gg

un

akan

tan

gan

(K

er

T)

dan

kekera

san

gig

it (

Ker

G)

:4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lun

ak

Keken

yala

n m

en

gg

un

akan

tan

gan

(K

Tan

) d

an

keken

yala

n g

igit

(K

en

G)

:1 =

San

gat

tid

ak k

en

yal

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

ken

yal

Nilai skala

hed

on

ik (

Hed

):

1 =

San

gat

tid

ak s

uka

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

su

ka

Pen

:

Pen

eri

maan

1 =

San

gat

kera

s

1 =

San

gat

ku

at

1 =

San

gat

asin

Ras

a

M H

edH

edM

Hed

Hed

*S

ig. p

ad

a <

0.0

5 (

') d

an

san

gat

sig

. p

ad

a <

0.0

1 (

")

1 =

San

gat

pu

cat

1 =

San

gat

ku

at

T: T

eri

gu

Rat

a-ra

ta S

kal

a A

trib

ut M

utu

Hed

oni

k d

an H

edo

nik

dan

Pen

erim

aan

Tab

el 5

H

asil

uji r

atin

g m

utu

hed

oni

k d

an h

edo

nik

fo

rmul

asi k

om

po

sit

Kes

elur

uhan

Hed

Pen

(%)

Tek

stur

M H

edH

edM

Hed

Hed

Jeni

s K

om

po

sit

War

naA

rom

a

Page 31: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

15

memiliki suhu puncak gelatinisasi sebesar 85.85oC, viskositas panas 1086 Cp,

viskositas dingin 1602 Cp, dan viskositas setback sebesar 202. Pada viskositas

setback, nilai yang tinggi menandakan kecenderungan terjadinya retrogradasi.

Menurut Vamadevan et al. (2013) juga menyebutkan bahwa pati garut memiliki profil

gelatinisasi pati tipe 3. Karakter ini sangat dipengaruhi oleh tingginya kandungan

amilosa pati (Damayanti 2002). Pati garut memiliki kandungan amilosa yang relatif

tinggi yaitu sebesar 29.67-31.34% (Mariati 2001) jika dibandingkan dengan kadar

amilosa pati pada umumnya sebesar 23-31% basis kering (Aprianita 2010).

Pembuatan mi dalam penelitian ini menggunakan ekstruder pencetak

(forming extruder) yang dapat menggantikan peran pembentukan lembaran

(slitting) dan pemotongan (cutting) adonan (Waniska et al. 2000). Ketika adonan

memasuki zona kompresi pada ekstruder, dilakukan penekanan dengan

menggunakan balok kayu untuk mengurangi KPAP dan meningkatkan elongasi

(Muhandri dan Subarna 2009). Mi basah mentah yang keluar dari ekstruder, mi

basah matang setelah dikukus, dan mi kering dapat dilihat berturut-turut pada

Gambar 5, 6, dan 7.

Karakteristik Organoleptik dan Penentuan Produk Terplih

Formulasi Jenis Komposit

Rata-rata skala penilaian panelis untuk seluruh atribut mutu hedonik dan

hedonik ditunjukkan pada Tabel 5. Panelis memberikan rata-rata penilaian warna

pada rentang antara kuning tua hingga putih kekuningan dengan rentang kecerahan

antara pucat agak cerah hingga cerah agak pucat. Pada atribut aroma langu, panelis

memberikan penilaian pada rentang antara kuat agak lemah hingga lemah agak

kuat. Pada atribut rasa, panelis memberikan penilaian pada rentang manis agak

asin hingga asin agak manis adapun penilaian pada atribut aftertaste berada pada

rentang yang seragam pada setiap jenis komposit yaitu sedang hingga lemah agak

kuat. Pada atribut tekstur kekenyalan, panelis memberikan penilaian pada rentang

tidak kenyal agak kenyal hingga kenyal agak tidak kenyal dimana nilainya

bermakna untuk kekenyalan gigit. Penilaian panelis pada atribut tekstur kekerasan

berada pada rentang sedang hingga lunak agak keras untuk tekstur menggunakan

tangan dan keras agak lunak hingga lunak agak keras untuk tekstur kekerasan

gigit.

Penerimaan atribut hedonik komposit dilakukan jika nilai yang diberikan

panelis minimal berada pada skala 4 (sedang). Selain atribut warna pada komposit

9, keseluruhan atribut setiap komposit dapat diterima oleh panelis. Penentuan

produk terpilih dilakukan dengan mempertimbangkan penerimaan produk yang

tertinggi serta proporsi tepung terigu dan pati garut. Hal ini dilakukan karena tidak

diperoleh skala penilaian yang berbeda nyata pada setiap atribut. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, terpilih komposit 3 yang juga merupakan produk terbaik

harapan peneliti.

Formulasi Komposit dengan Penambahan Glukomanan

Rata-rata skala penilaian panelis untuk seluruh atribut mutu hedonik dan

hedonik ditunjukkan pada Tabel 6. Adapun kecenderungan kesukaannya pada

Tabel 7. Panelis memberikan penilaian yang seragam terhadap atribut warna yaitu

kuning muda hingga putih kekuningan dengan kecerahan pada rentang antara

Page 32: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

16

War

Kec

Lan

R M

anR

Asi

Aft

Ker

TK

en T

Ker

GK

en G

1 (

0.5

0%

)4.2

23.5

25.0

35.0

34.2

7

4.1

53.1

23.3

24.7

34.7

23.9

04.8

24.0

54.6

54.6

483.3

3

2 (

0.7

5%

)4.1

53.5

34.9

55.2

04.6

3

4.0

32.8

72.5

35.0

54.7

54.1

34.7

83.9

54.7

04.8

386.6

7

3 (

1.0

0%

)4.3

73.4

34.9

54.8

84.8

73.7

72.4

22.5

25.0

05.4

74.1

25.3

84.1

84.8

34.5

780.0

0

4 (

1.2

5%

)4.3

03.9

05.0

85.2

04.8

03.8

72.3

32.4

25.1

75.2

54.0

35.0

54.1

04.9

24.7

793.3

3

5 (

1.5

0%

)4.0

04.2

84.6

35.1

04.5

54.0

22.5

02.7

04.8

55.0

74.0

55.0

04.2

74.5

54.9

588.3

3

p*

0.4

48

0.0

90

0.3

39

0.4

13

0.4

63

0.6

91

0.1

20

0.2

85

0.2

80

0.1

61

0.3

14

0.2

48

0.5

38

0.6

63

0.7

81

0.4

53

Kete

ran

gan

: :T

: T

eri

gu

G: P

ati

Garu

tK

: T

ep

un

g K

ed

ela

i

:

Warn

a (

War)

:1 =

Ku

nin

g k

eco

kla

tan

4 =

Ku

nin

g m

ud

a7 =

San

gat

pu

tih

Kecera

han

(K

ec)

:1 =

San

gat

pu

cat

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

cera

h

Aro

ma lan

gu

(L

an

):

1 =

San

gat

ku

at

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lem

ah

Rasa m

an

is (

R M

an

) d

an

rasa a

sin

(R

Asi)

:1 =

San

gat

lem

ah

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

ku

at

Aft

ert

ast

e (

Aft

):

1 =

San

gat

ku

at

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lem

ah

Kekera

san

men

gg

un

akan

tan

gan

(K

er

T)

dan

kekera

san

gig

it (

Ker

G)

:1 =

San

gat

kera

s4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

lun

ak

Keken

yala

n m

en

gg

un

akan

tan

gan

(K

Tan

) d

an

keken

yala

n g

igit

(K

en

G)

:1 =

San

gat

tid

ak k

en

yal

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

ken

yal

Nilai skala

hed

on

ik (

Hed

):

1 =

San

gat

tid

ak s

uka

4 =

Sed

an

g7 =

San

gat

su

ka

Pen

:P

en

eri

maan

Rat

a-ra

ta S

kal

a A

trib

ut M

utu

Hed

oni

k d

an H

edo

nik

dan

Pen

erim

aan

Ras

aK

esel

uruh

an

Hed

Pen

(%)

Tek

stur

Tab

el 6

H

asil

uji r

atin

g m

utu

hed

oni

k d

an h

edo

nik

dan

pen

erim

aan

form

ulas

i ko

mp

osi

t d

enga

n p

enam

bah

an g

luk

om

anan

Fo

rmul

aM

Hed

Hed

M H

edH

edM

Hed

Hed

M H

edH

ed

Nilai skala

mu

tu m

utu

hed

on

ik (M

hed

)

Jen

is K

om

po

sit

Aro

ma

War

na

*S

ig.

pad

a <

0.0

5 (

') d

an s

anga

t si

g. p

ada

<0

.01 (

")

Page 33: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

17

pucat agak cerah hingga cerah agak pucat. Seluruh formula kecuali formula 5

memiliki rata-rata penilaian pada rentang pucat agak cerah hingga sedang adapun

formula 5 memiliki penilaian pada rentang sedang hingga cerah agak pucat.

Tabel 7 Hasil uji tabulasi silang mutu hedonik dan hedonik mi

Mutu Hedonik Hedonik

r1 p

2

Warna Warna

Warna -0.826 0.003'

Kecerahan 0.576 0.081

Aroma Aroma

Aroma langu 0.462 0.179

Rasa Rasa

Rasa manis -0.030 0.934

Rasa asin 0.439 0.204

Aftertaste -2.200 0.542

Tekstur Tekstur

Tekstur kekerasan menggunakan tangan -0.219 0.544

Tekstur kekenyalan menggunakan tangan -1.950 0.590

Tekstur kekerasan gigit 0.762 0.010'

Tekstur gigit kekenyalan 0.616 0.058 1Kecenderungan arah korelasi: jika (+), maka kecenderungan hedonik mengarah ke kanan skala

mutu hedonik 2Sig. pada <0.05 (') dan sangat sig. pada <0.01 (")

Panelis cenderung lebih menyukai warna yang mengarah pada coklat

kekuningan yang bermakna secara statistik dan kecerahan yang mengarah pada

sangat cerah meskipun hubungan yang bermakna secara statistik tidak diperoleh.

Hal ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Hou (2010), yang menyebutkan

bahwa konsumen lebih menyukai mi yang memiliki penampakan cerah dan jernih

di permukaannya dengan derajat kuning yang bervariasi pada antar daerah.

Pada atribut aroma langu, panelis memberikan penilaian sedang hingga

lemah. Panelis cenderung lebih menyukai aroma langu yang mengarah pada sangat

kuat meskipun hubungan yang bermakna secara statistik tidak diperoleh.

Pada atribut rasa, panelis memberikan penilaian lemah hingga sedang baik

pada rasa manis maupun asin. Penilaian pada atribut aftertaste berada pada rentang

sedang hingga lemah agak kuat. Panelis cenderung lebih menyukai rasa manis

yang mengarah pada lemah, rasa asin yang mengarah pada sangat kuat, dan

aftertaste yang mengarah pada sangat lemah meskipun hubungan yang bermakna

secara statistik juga tidak tercapai. Rasa asin lebih disukai karena dalam

penyajiannya mi merupakan pangan yang diolah dengan bumbu. Atribut rasa

manis dan asin dipecah pada penilaian organoleptik ini agar diperoleh

kecederungan untuk masing-masing atribut tersebut secara spesifik.

Panelis memberikan penilaian sedang hingga lunak agak keras pada atribut

kekerasan, baik menggunakan tangan maupun digigit. Pada atribut kekenyalan,

skala penilaian berada pada rentang tidak kenyal agak kenyal hingga kenyal agak

tidak kenyal, baik menggunakan tangan maupun digigit. Panelis cenderung

Page 34: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

18

menyukai tekstur kekerasan yang mengarah pada sangat keras dan kekenyalan

yang mengarah pada sangat kenyal, dimana untuk tekstur kekerasan gigit nilainya

bermakna. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hou (2010) bahwa konsumen lebih

menyukai tekstur mi yang elastis dan keras.

Keseluruhan atribut hedonik pada setiap formula diterima oleh panelis

dengan rentang sedang hingga suka. Penentuan produk terpilih dilakukan dengan

mempertimbangkan penerimaan produk dan konsentrasi penambahan glukomanan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih formula 5 untuk mengoptimalkan

konsentrasi penambahan glukomanan. Meskipun tidak memiliki penerimaan yang

tertinggi, namun formula 5 berada pada nomor urut penerimaan kedua dan tidak

berbeda nyata dengan formula dengan penerimaan tertinggi.

Sifat Fisik dan Komposisi Mi

Tabel 8 Sifat fisik dan komposisi mi

Sifat Fisik dan Komposisi Mi Mi A Mi B p*

Waktu rehidrasi optimum (menit) 5.50 6.00 0.155

KPAP (%) 12.47 10.94 0.104

Elongasi (%) 33.00 22.00 0.016'

Air (%bb) 10.74 10.94 0.154

Abu (%bk) 5.19 5.28 0.012'

Protein (%bk) 13.24 12.96 0.707

Lemak (%bk) 3.32 3.80 0.149

Karbohidrat by difference (%bk) 78.25 77.97 0.725

Serat makanan tidak larut (%bk) 3.08 3.55 0.128

Serat makanan larut (%bk) 3.51 3.97 0.050

Total serat makanan (%bk) 6.59 7.52 0.030'

Karbohidrat tersedia (%bk) 71.41 70.45 0.492

Energi (Kal/100 g) 396 398 0.311 *Sig. pada <0.05 (') dan sangat sig. pada <0.01 (")

Sifat fisik serta komposisi dan energi produk mi terpilih pada formulasi

tepung komposit (mi A) dan produk mi terpilih pada formulasi tepung komposit

dengan penambahan glukomanan (mi B) disajikan pada Tabel 8. Waktu rehidrasi

optimum mi masih lebih rendah dari rata-rata waktu rehidrasi optimum mi terigu

pada umumnya menurut Hardi et al. (2007) yaitu 7.31 menit. Nilai ini juga lebih

rendah dari mi berbasis pati berbahan tepung komposit 40% terigu, 10% pati

ganyong termodifikasi, dan 40% tepung kacang tunggak dengan metode

pencampuran yang sama yaitu 8 menit (Budiyati 2010). Namun, menurut Hou

(2010), waktu rehidrasi 5-10 menit merupakan waktu rehidrasi yang buruk.

Mi yang berasal dari tepung dengan kadar protein tinggi (12.2% untuk

standar terigu) lebih memerlukan waktu rehidrasi yang lama. Jaringan protein pada

mi akan menghalangi penyerapan air oleh pati sebesar 40%. Pada basis tepung

komposit, hal ini terkait dengan proporsi tepung kedelai. Faktor lain yang

menentukan waktu rehidrasi menurut Hou (2010) adalah kadar amilosa pati yaitu

pada formulasi adalah pati garut yang relatif tinggi. Hal ini terkait dengan waktu

gelatinisasi amilosa yang lebih tinggi. Menurut Sunarti et al. (2007), pati yang

Page 35: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

19

memiliki amilosa yang tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen yang lebih besar

karena jumlah rantai lurus yang besar dalam granula, sehingga membutuhkan energi

yang besar untuk gelatinisasi. Waktu rehidrasi mi B yang lebih tinggi diduga

berkaitan dengan kemampuan glukomanan yang besar dalam penyerapan air

sehingga menghambat penyerapan air oleh pati di dalam mi (Husniati dan Devi

2013).

Nilai KPAP kedua mi sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan

KPAP mi jagung dengan alat serupa yaitu ekstruder pencetak pada penelitian

Waniska et al. (1999) sebesar 47%. Nilai ini relatif tidak jauh berbeda dengan

penelitian Widaningrum et al. (2005) yaitu masing-masing 12.64% dan 12.36%

pada mi basah dengan penambahan 10% dan 15% tepung kedelai terhadap 20%

tepung garut dan 80% terigu. Namun, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan

penelitian Yustiareni (2000) pada formulasi mi kering dengan penambahan 15%

tepung kedelai terhadap 80% terigu dan 20% tepung garut sebesar 5.55% dan

dibandingkan dengan Ministry of Agriculture of People Republic of China (2002b)

sebesar maksimal 10%. Tingginya KPAP dapat menyebabkan tekstur mi menjadi

lemah dan kurang licin. Nilai KPAP mi B lebih baik dibandingkan dengan mi A

diduga berkaitan dengan peningkatan viskositas akibat penambahan glukomanan

dimana viskositas merupakan salah satu karakter penting pada kekompakan mi.

KPAP yang tinggi disebabkan oleh kurang optimumnya matriks pati

tergelatinisasi dalam mengikat pati yang tidak tergelatinisasi (Kurniawati 2006).

Beberapa penyebabnya diduga adalah penggunaan ekstruder pencetak yang tidak

memberikan dorongan, kompresi, dan tekanan shear yang cukup pada adonan;

keheterogenan bahan; serta konsentrasi larutan abu yang terlalu tinggi.

Dorongan, kompresi, dan tekanan shear akan memberikan kemampuan

mempersatukan adonan. KPAP yang rendah menunjukkan bahwa mi memiliki

tekstur yang cenderung homogen (Muhandri 2011). Sementara itu, diduga proporsi

larutan abu (natrium karbonat dan natrium tripolifosfat) sebesar 1.5% merupakan

konsentrasi yang terlalu tinggi karena Shiau dan Yeh (2001) melaporkan bahwa

KPAP mi akan semakin meningkat yaitu 5.58-19.20% seiring dengan penambahan

larutan abu sebesar 0-1%. Larutan abu dapat meningkatkan perubahan ikatan S-H

menjadi S-S dimana S-H berperan dalam pembentukan ikatan yang erat antara pati

dengan matriks protein. Dengan demikian, berkurangnya S-H membuat pati tidak

lagi terikat erat pada matriks protein dan akan terlepas ketika mi dimasak.

Ketiga sifat fisik mi yang diamati hanya menunjukkan perbedaan yang

nyata antara kedua mi pada elongasi. Nilai elongasi kedua mi jauh lebih rendah

dibandingkan dengan mi terigu yang dapat mencapai 135.8% (Husniati dan Devi

2013) namun lebih baik dibandingkan dengan penelitian Widaningrum et al.

(2005) sebesar 11.30% dan 9.17%. Nilai elongasi yang rendah ini diduga berkaitan

dengan tidak cukupnya tekanan pada ekstruder pencetak dan proporsi tepung

kedelai yang digunakan. Charutigon et al. (2007) menyatakan bahwa tekanan yang

diterima adonan selama proses ekstrusi sangat berpengaruh terhadap kekuatan

struktur gel. Sementara itu, adanya tepung kedelai menyebabkan tekstur mi

semakin kurang elastis serta agak kasar (Widaningrum et al. 2005).

Nilai elongasi mi B yang lebih rendah berlawanan dengan penelitian

Husniati dan Devi (2013) pada penambahan glukomanan terhadap mi berbasis

terigu dan tepung singkong. Diduga hal ini terkait dengan perbedaan konsentrasi

optimum glukomanan pada basis yang berbeda. Hasil penelitian Husniati dan Devi

Page 36: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

20

(2013) melaporkan bahwa konsentrasi glukomanan untuk menghasilkan elongasi

optimum adalah 2.5% dimana peningkatan konsentrasi lebih dari itu akan

menurunkan elongasi. Diduga konsentrasi glukomanan sebesar 1.5% pada

penelitian ini melebihi konsentrasi optimum untuk peningkatan elongasi mi.

Kadar air kedua mi masih terlalu tinggi untuk memenuhi persyaratan mi

kering menurut SNI 01-2974-1996 sebesar maksimum 10% untuk mutu II. Hal ini

menandakan proses pengeringan mi masih belum optimal. Pengeringan mi dengan

menggunakan kipas angin mengandalkan kemampuan kipas dalam menyapu air

dari bahan secara tidak terkontrol. Akan tetapi, jika dilihat dari kadar proteinnya,

kedua mi masuk dalam mutu I dengan kandungan minimal 11% (bb). Hal ini

menandakan proporsi tepung kedelai telah sesuai bahkan melebihi sehingga

jumlahnya dapat dikurangi untuk meningkatkan elongasi mi.

Kadar protein kedua mi lebih rendah jika dibandingkan penelitian Yustiareni

(2000) sebesar 16.29% (bk). Begitu pula dengan kadar lemak sebesar 5.05% (bk).

Namun kadar abu dan karbohidrat mi lebih tinggi yaitu masing-masing sebesar

1.96% (bk) dan 76.70% (bk). Hal ini terkait dengan perbedaan proporsi dan bahan

yang digunakan dimana pada penelitian Yustiareni (2000) menggunakan tepung

garut. Kadar abu mi B yang lebih tinggi secara nyata dengan mi A terkait dengan

kadar abu glukomanan yang tertinggi dari bahan baku lainnya yaitu sebesar 5.96%

(bk). Kandungan mineral glukomanan menurut Department of Food and Nutrition,

Sugiyama Joakuen University (2000) antara lain natrium, kalium, kalsium,

magnesium, fosfor, besi, seng, dan tembaga.

Total serat makanan mi berbeda nyata namun tidak pada kadar serat

makanan larut dan tidak larut. Kadar serat makanan total mi B ini diharapkan

dapat menurunkan respon glikemik sesuai dengan pernyataan Schulze et al. (2004).

Kadar total serat makanan mi B sebesar 6.69 gram dalam satu takaran saji 100

gram dapat memenuhi klaim pangan tinggi serat menurut BPOM (2011) yaitu

sebesar minimal 6 gram pada takaran saji 100 gram dalam bentuk padatan. Kedua

kadar serat makanan total mi mendekati dengan estimasi menurut kadar serat

bahan bakunya.

Kandungan energi kedua mi relatif tidak berbeda jauh dengan kandungan

energi rata-rata mi instan komersial dalam satu takaran saji menurut Retnaningsih

et al. (2004) sebesar 354 Kal. Kontribusi energi kedua mi dalam satu takaran saji

terhadap Acuan Label Gizi BPOM (2007) sebesar 2000 Kal menyumbang sebesar

19.80% pada mi A dan 19.90% pada mi B. Berdasarkan Triguna Makanan,

kontribusi serealia dan umbi-umbian adalah sebesar 56% dari total energi

sementara dalam satu kali makan besar kontribusi energinya adalah 25-30%. Jika

kebutuhan energi populasi umum adalah 2000 Kal (BPOM 2007), diperoleh

kebutuhan energi dalam satu kali makan besar adalah sebesar 280-336 Kal.

Kontribusi energi mi terhadap rentang kebutuhan tersebut adalah sebesar 117.86-

141.43% pada mi A dan 118.45-142.14% pada mi B. Dengan demikian,

kandungan energi kedua mi dalam takaran saji 100 gram telah memenuhi bahkan

melebihi kontribusi kebutuhan energi pangan pokok populasi umum dalam satu

kali makan besar.

Page 37: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

21

Indeks dan Beban Glikemik Mi

Tabel 9 Indeks dan beban glikemik mi

Pangan

Indeks Glikemik Karbohidrat

tersedia dalam

satu takaran saji

(gram)

Beban Glikemik (g)

Rata-

rata±SD Klasifikasi

Rata-

rata±SD Klasifikasi

Mi A 79.55±18.09 Tinggi 55.99 44.54±10.13 Tinggi

Mi B 53.90±19.81 Rendah 55.88 30.12±11.07 Tinggi Klasifikasi indeks glikemik: rendah (<55), sedang (55-70), dan tinggi (>70) (Foster et al. 2003)

Klasifikasi beban glikemik : rendah (<10), sedang (10-20), dan tinggi (>20) (Lin et al. 2010)

Keseluruhan subyek yang berpartisipasi dalam pengujian indeks glikemik

telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

Karakteristik ini sangat penting dalam pembatasan secara kasar faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pengukuran glukosa darah subyek. Karakteristik fisik dan

klinis subyek dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai indeks dan beban glikemik

kedua mi ditunjukkan pada Tabel 9, sebaran nilai indeks dan beban glikemik

subyek ditunjukkan pada Lampiran 10, serta grafik rataan tren nilai glukosa darah

subyek disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Rata-rata respon glikemik pangan subyek

Mi A memiliki indeks glikemik yang tinggi meskipun tepung kedelai

sebagai bahan bakunya memiliki komponen yang dapat membantu menurunkan

respon glikemik. Hal ini diduga karena pati garut adalah bahan dengan kelarutan

tinggi yang mudah dicerna dan diserap tubuh. Daya cerna pati garut in vitro adalah

40.12% sementara kelarutannya adalah 34% dengan daya mengembang 37%

(Shavanas 2013). Kandungan lemak mi yang rendah juga diduga berperan dalam

tingginya nilai indeks glikemik. Bahan pangan yang ditambahkan 40 gram lemak

memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan pangan rendah lemak

0 15 30 45 60 90 120

Glukosa standar 84.6 115.5 136.7 137.6 129.4 122.3 102.7

Mi A 80 94.7 120.6 121.7 120.8 107.3 97.7

Mi B 82.1 90.8 110.2 115.2 104.7 101.7 92.8

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Glu

kosa

dara

h (

mg/d

L)

Waktu (menit)

Page 38: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

22

(0-10 gram) dan berkaitan dengan fungsi lemak dalam menunda pengosongan

lambung (Wolever et al. 2006).

Indeks glikemik mi B berada pada kategori rendah dan sebaliknya pada mi

A. Hal ini sejalan dengan berbagai studi mengenai glukomanan dan serat.

Glukomanan secara nyata menurunkan total kolesterol, kolesterol LDL, trigliserida,

berat badan, dan glukosa puasa pada subyek sehat (Sood et al. 2008). Pada subyek

diabetes, konsumsi glukomanan menekan kenaikan glukosa darah posprandial

selama 1-2 jam dibandingkan plasebo (Chearskul et al. 2007). Demikian juga

dengan konsumsi serat yang menurunkan glukosa darah posprandial secara nyata

(Thompson et al. 2012). Dengan demikian, diduga indeks glikemik mi B yang

rendah berkaitan dengan kadar serat total kedua mi yang berbeda nyata dan sifat

bioaktif glukomanan dalam menurunkan level glukosa darah.

Gambar 9 Struktur molekul glukomanan (Ling et al. 2013)

Glukomanan merupakan polisakarida netral yang terdiri atas D-glukosa (G)

dan D-mannosa (M) dengan perbandingan konsentrasi molar 1.6:1-1:1.4 yang

dihubungkan dengan rantai linier β-1,4 glikosida. Manosa tersebut juga memiliki

percabangan melalui ikatan β-1,6 glikosida pada posisi atom C-3 dari unit manosa.

Secara umum, berat molekul glukomanan berkisar antara 2.619x105 hingga

1.12x106 Da yang diidentifikasi melalui laser light scatter (LLS). Struktur molekul

glukomanan dapat dilihat pada Gambar 9.

Glukomanan dapat menyerap hingga 50 kali berat air dari berat

molekulnya yang membuatnya menjadi salah satu dari banyak serat makanan

terkental (viscous) yang dikenal. Glukomanan merupakan polisakarida yang

membentuk gel pada suhu tinggi. Gugus asetil berjumlah 5-10% pada posisi atom

C-6 pada tulang belakang unit gula 1 per 9 hingga 1 per 20 secara berulang

memainkan peran penting dalam gel dan struktur sekunder glukomanan. Molekul

glukomanan yang kehilangan gugus asetilnya karena penambahan alkali akan

berkumpul satu sama lain melalui ikatan hidrogen membentuk struktur jaringan

dan menghasilkan gel (Huang et al. 2002; Xu et al. 2012; Ling et al. 2013). Pada

pembuatan mi, adanya larutan abu dan pengukusan diduga dapat memainkan peran

dalam pembentukan struktur gel glukomanan.

Page 39: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

23

Mekanisme penurunan level glukosa posprandial oleh glukomanan secara

pasti belum ditelaah pada studi-studi terbaru. Hal yang diyakini adalah bahwa

seperti serat larut air lainnya, glukomanan meningkatkan viskositas pada isi

saluran pencernaan, melambatkan pengosongan lambung, dan berperan sebagai

barrier difusi mukosa. Transpor glukosa di dinding usus dihambat sebagian

dengan peningkatan resistansi barrier difusi mukosa menghasilkan viskositas

bolus intestinal yang lebih tinggi yang mengandung polisakararida serat larut air.

Mobilitas lapisan cair yang mengelilingi dan menutupi vili intestinal akan sangat

berkurang. Terdapat juga interaksi antara serat larut dengan mukopolisakarida

permukaan mukosa (Chearskul et al. 2007).

Laju difusi glukosa dari bentuk glukosa dan serat secara in vivo sejalan

dengan viskositas larutan serat. Serat dengan viskositas yang tinggi akan memiliki

efek yang lebih dalam menurunkan glukosa darah. Glukomanan dengan kemurnian

tinggi memiliki viskositas kira-kira 3 kali lipat dari guar gum dan 7 kali lipat dari

psyllium atau pektin (Jenkins et al. 2008). Akesowan (2008) melaporkan bahwa

larutan glukomanan dengan konsentrasi 1.5% memiliki viskositas lebih dari 15

kali larutan glukomanan dengan konsentrasi 0.5%. Perbandingan viskositas larutan

glukomanan pada konsentrasi yang berbeda selama 80 menit ditunjukkan pada

Gambar 10.

Terdapat beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara

serat makanan dengan homeostasis glukosa. Asupan serat menunda pengosongan

lambung dan melambatkan penyerapan glukosa yang berdampak pada lebih

sedikitnya penyerapan glukosa, peningkatan level insulin, dan menurunkan pula

adiposit. Manfaat ini secara primer disebabkan oleh serat larut air yang merupakan

substansi seperti gel dalam perut (Liese et al. 2005). Namun serat tidak larut juga

memiliki beberapa peran dalam pengaturan glukosa darah. Serat makanan tidak

larut mempromosikan aktivitas fermentasi yang lebih tinggi yang menghasilkan

Gambar 10 Viskositas larutan glukomanan dengan

konsentrasi yang berbeda selama 80 menit

(Akesowan 2008)

Page 40: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

24

asam lemak rantai pendek yang menekan asam lemak non esterifikasi sehingga

meningkatkan toleransi glukosa 10 jam ke depan (Bjorck dan Elmstahl 2003).

Berbeda dengan indeks glikemiknya, beban glikemik kedua mi berada pada

kategori tinggi. Nilai beban glikemik yang rendah sangat sulit dicapai pada pangan

pokok karena kandungan karbohidrat dan porsinya yang tinggi. Meskipun

demikian, diketahui bahwa pangan pokok berindeks glikemik rendah mampu

memberikan efek posisitf pada pengaturan metabolisme glukosa dalam jangka

panjang. Nilsson et al. (2008) melaporkan bahwa konsumsi pangan pokok

berindeks glikemik rendah seperti produk serealia berbiji utuh dapat meningkatkan

toleransi glukosa sepanjang hari.

Studi meta-pengujian yang dilakukan oleh Livesey et al. (2008) melaporkan

bahwa sensitivitas insulin lebih terkait dengan indeks glikemik sementara

triasilgliserol (TAG) puasa dan penurunan berat badan lebih terkait dengan beban

glikemik. Murakami et al. (2006) juga melaporkan hal yang serupa dalam

penelitiannya mengenai hubungan antara indeks dan beban glikemik dari

kebiasaan makan tradisional para wanita petani Jepang dengan beberapa faktor

risiko metabolik. Indeks glikemik berhubungan positif dengan IMT, TAG puasa,

glukosa plasma puasa, dan Hb A1c sementara beban glikemik dengan HDL. Jumlah

pangan yang diteliti dalam penelitian tersebut adalah 70 buah yang terdiri atas

serealia, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan hasil olahannya serta minuman

dengan rata-rata beban glikemik pada setiap kuintil bervariasi 69-107 gram.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini telah berhasil mengembangkan mi berindeks glikemik rendah

berbasis tepung komposit (terigu, pati garut, dan kedelai) dengan penambahan

tepung glukomanan pada taraf 1.5%. Ukuran partikel dan komposisi bahan baku

mi telah memenuhi stándar mutu. Pembuatan mi dilakukan melalui modifikasi

processing berupa pembentukan binder dan pengeringan dengan kipás selama 2

hari. Selain atribut warna komposit 9 pada formulasi tepung komposit,

keseluruhan atribut pada setiap produk diterima, baik pada formulasi jenis

komposit maupun formulasi komposit dengan penambahan glukomanan. Produk

terpilih pada formulasi jenis komposit adalah komposit 3 dengan proporsi terigu

50%, pati garut 30%, dan tepung kedelai 20% (mi A) sementara pada formulasi

dengan penambahan glukomanan dilakukan adalah formula 5 dengan konsentrasi

glukomanan 1.5% (mi B).

Sifat fisik kedua mi hanya berbeda nyata pada elongasi dimana pada mi B

nilainya lebih rendah. Komposisi kedua mi berbeda nyata pada abu dan total serat

makanan. Kadar air kedua mi masih terlalu tinggi untuk memenuhi standar namun

kadar protein kedua mi masuk dalam mutu I. Kadar total serat makanan mi B basis

basah dapat memenuhi klaim pangan tinggi serat untuk makanan padat dengan

takaran saji 100 gram. Kandungan energi kedua mi telah memenuhi bahkan

melebihi kontribusi energi pangan pokok pada populasi umum dalam satu kali

Page 41: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

25

makan besar. Nilai indeks glikemik yang rendah diperoleh pada mi B dan tinggi

pada mi A namun beban glikemik kedua mi berada pada kategori tinggi.

Saran

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai taraf beberapa konsentrasi

glukomanan terhadap indeks glikemik mi agar dapat diperoleh pengaruhnya;

proporsi tepung kedelai yang tepat dalam komposit agar dapat menghasilkan nilai

kadar protein yang tinggi namun masih memiliki elongasi yang baik; serta waktu,

kelembaban, dan suhu optimum pada saat pengeringan mi dengan rancangan acak

lengkap faktorial agar dapat mengetahui pengaruh bahan-bahan pada komposit

terhadap parameter mutu mi dan indeks glikemik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Program Indofood

Riset Nugraha 2013/2014 yang telah mensponsori penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad L. 2009. Modifikasi fisik pati jagung dan aplikasinya untuk perbaikan

kualitas mi jagung [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Akesowan A. 2008. Viscosity and gel formation of a konjac flour from

Amorphophallus onchophyllus. Bangkok (TN): University of Thai

Chamber of Commerce Bangkok.

Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Utama.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2007. Official Method of

Analysis. Aarlington (VG): AOAC Inc.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2009. Official Method of

Analysis. Aarlington (VG): AOAC Inc.

Aprianita A. 2010. Assesment of underutilized starchy roots ant tubers for their

application in the food industry. [tesis]. Victoria (AU): School of

Biomedical and Health Science, Victoria University.

[Balitbangkes] Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1995. Daftar

Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Jakarta (ID): Kepmenkes.

[Balitbangkes] Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Daftar

Komposisi Bahan Makanan. Jakarta (ID): Kepmenkes. BeMiller J, Whistler R. 2009. Starch: Chemistry and Technology 3rd ed. New York

(US): Elsevier App. Sci. Publisher. 646p. Bjorck I, Elmstahl L. 2003. The glycaemic index: importance of dietary fibre and

other food properties. Proceedings of the Nutrition Society. 62:201-

206.doi:10.1079/PNS2002239.

Page 42: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

26

Blasi DA, Drouillard J, Titgemeyer EC, Paisley SI, Brouk MJ. 2000. Soybean

Hulls, Composition and Feeding Value for Beef and Dairy Cattle. Kansas

(US): Kansas State University.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia HK.00.05.52.6291.

Acuan Label Gizi Produk Pangan. Jakarta (ID): BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia HK. 03.1.23.11.11.

09909. Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Jakarta

(ID): BPOM.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI 07-2974-1996. Mi Kering.

Jakarta (ID): BSN.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-3751-2006. Tepung Terigu

sebagai Bahan Makanan. Jakarta (ID): BSN.

Brouns F, Bjorck I, Frayn KN, Gibbs AL, Lang V, Slama G, Wolever TMS. 2005.

Glycemic index methodology. Nutrition Research Review. 18:145-

171.doi:10.1079/nrr2005100.

Brunso K, Fjord TA, Grunert KG. 2002. Consumer’s Food Choice and Quality

Perception. Aarhus (DK): The Aarhus School of Business.

Budiyati R. 2010. Formulasi tepung komposit berbasis pati ganyong (Canna edulis

Kerr.) termodifikasi heat moisture treatment dan tepung kacang tunggak

(Vigna unguiculata) pada pembuatan mi kering [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Chansri R, Chureerat P, Vilai R, Dudsadee U. 2005. Characteristics of clear

noodles prepared from edible canna strach. J Food Sci. 70(5):S337-S342.

Charutigon C, Jintana J, Pimjai N, Vilai R. 2007. Effects of processing conditions

and the use of modified starch and monoglyseride on some properties of

extruded rice vermicelli. Swiss Society of F Sci Tech. 41: 642-651.

Chearskul S, Sangurai S, Nitiyanant W, Kriengsinyos W, Kooptiwut S,

Harindhanavudhi. 2007. Glycemic and lipid responses to glucomannan in

Thais with type 2 diabetes mellitus. J Med Assoc Thai: 90(10):2150-7.

Chen Z, Schols HA, Viragen AGJ. 2003. Starch granule size strongly determines

starch noodle processing and noodle quality. J Food Sci. 68(5):1584-1589.

Damayanti N. 2002. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung dan pati ganyong

(Canna edulis Kerr.) varietas lokal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Department of Food and Nutitrion. 2000. Food Composition Database. Nagoya

(JN): School of Life Studies, Sugiyama Joakuen University.

Djaja S, Suwandono A, Soemantri S. 2003. Pola penyakit penyebab kematian di

perkotaan dan pedesaan di Indonesia, studi mortalitas survey kesehatan

rumah tangga (SKRT) 2001. J Kedokter Trisakti. 22(2):37-46.

Dubost NJ, Shewfelt RL, Eitenmiller RR. 2002. Consumer acceptability, sensory

and instrumental analysis of peanuts soy spread. Journal of Food Quality.

26:27-42.

[EFSA] European Food Safety Authority. 2010. Scientific opinion on the

substantiation of health claims related to konjac mannan (glucomannan)

and reduction of body weight (ID 854, 1556, 3725), reduction of

posprandial glycaemic responses (ID 1559), maintenance of normal blood

Page 43: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

27

glucose concentrations (ID 835, 3724), maintenance of normal (fasting)

blood concentrations of triglycerides (ID 3217), maintenance of normal

blood cholesterol concentrations (ID 3100, 3217), maintenance of normal

bowel function (ID 834, 1557, 3901) and decreasing potentially pathogenic

gastro-intestinal microorganisms (ID 1558) pursuant to Article 13 (1) of

Regulation (EC) No 1924/20061. EFSA Journal. 8(10):1798.

Frati AC, Iniestra F, Ariza CR. 1996. Acute effect of cigarette smoking on glucose

tolerance and other cardiovascular risk factor. Diabetes Care. 19(2):112-

118.

Foster GD, Wyatt HR, Hill JO, McGuckin BG, Brill C, Mohammed BS, Szapary

PO, Rader DJ, Edman JS, Klein S. 2003. A randomized trial of a low-

carbohydrate diet for obesity. N Engl J Med. 348:2082-2090.

Foster-Powel K, Holt SHA, Miller JB. 2002. International table of glycemic index

and glycemic load. AJCN. 76:5-56.

Hardi ZU, Jukic M, Komlenic DK, Sabo M, Hardi J. 2007. Quality parameters of

noodles made with various supplements. Czech J Food Sci. 25:151-157.

Hou GG. 2010. Asian Noodles Science, Technology and Processing. Portland

(US): A John Wiley and Sons, Inc.

Huang L, Takahashi R, Kobayashi S, Kawase T, Nishinari K. 2002. Geltion

behaviour of native and acetylated konjac glucomannan.

Biomacromolecules. 3:1296-1303.

Husniati, Devi AF. 2013. Effect of the addition of glucomannan to the quality of

composite noodle prepared from wheat and fermented cassava flour.

Journal of Basic and Applied Scientific Research. 3(1):1-4.

Jenkins AL, Jenkins DJA, Wolever TMS, Rogovik AL, Jovanovski E, Bozikov V,

Rahelic D, Vuksan V. 2008. Comparable posprandial glucose reductions

with viscous fiber blend enriched biscuits in healthy subjects and patients

with diabetes mellitus: acute randomized controlled clinical trial. Croat

Med J. 49:772-82.doi:10.325/cmj.2008.49.722.

Jenkins DJA, Wolever TMS, Taylor RH, Barker H, Fielden H, Baldwin JM,

Bowling AC, Newman HC, Jenkins AL, Goff DV. 1981. Glycemic index

of foods: a physiological basis for carbohydrate exchange. AJCN. 34: 362–

366.

[Kepmenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil

Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta (ID): Kepmenkes.

Kurniawati RD. 2006. Penentuan desain proses dan fornulasi oprtimal pembuatan

mi jagung basah berbahan dasar pati jagung dan corn gluten meal [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lee H, Chapa D, Kao C, Jones D, Kapsutin J, Smith J, Friedman E. 2009.

Depression, quality of life, and glycemic control in individual with type 2

diabetes. JANP. 21:214-224.doi:10.1111/j.1745-7599.2009.00396.x.

Liese AD, Schulz M, Fang F, Wolever TMS, Agostino RB, Sparks KC, Davis

EJM. 2005. Dietary glycemic index and glycemic load, carbohydrate and

fiber intake, and measures of insulin sensitivity, secretion, and adiposity in

the insulin resistance arterosclerosis study. Diabetes Care. 28:2832-2838.

Page 44: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

28

Ling YL, Hua DR, Ni C, Juan P, Jie P. 2013. Review of konjac glucomannan:

stucture, chain conformation and bioactives. Journal of Single Molecule

Research. 1(1):7-14.doi:10.12966/jmsr.07.03.2013.

Lin MHA, Wu MC, Lu S, Lin J. 2010. Glycemic index, glycemic load and

insulinemic index of Chinese starchy foods. World J Gastroenterol.

16(39):4973-4979.doi:10.3748/wjg,v16.i39.4973.

Livesey G, Taylor R, Hulshof T, Howlett J. 2008. Glycemic response and health-a

systematic review and meta-analysis: relations between dietary glycemic

properties and health outcome. AJCN: 87:258S-68S.

Lunn J, Buttriss JL. 2007. Carbohydrates and dietary fibre. Nutrition Bulletin.

32:21–64.

Mariati. 2001. Karakterisasi sifat fisikokimia pati dan tepung garut (Marantha

arundinacea L.) dari beberapa varietas lokal [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Maulani RR, Budiasih R, Immaningsih N. 2012. Karakterisasi fisik dan kimia

rimpang dan pati garut (Marantha arundinacea L.) pada berbagai umur

panen. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi; 201206;

Madura, Indonesia . Madura (ID): Universitas Trunojoyo Madura.

Ministry of Agriculture of the People’s Republic of China. 2002a. Professional

Standard of the People’s Republic of China for Konjac Flour NY/T 494.

Chengdu (CN).

_________________________________________________. 2002b. The Chinese

Agriculture Trade Standards for Starch Noodles NY 5188. Chengdu (CN).

Muhandri T, Subarna. 2009. Optimasi formulasi dan proses mi instant jagung.

Laporan Hibah Bersaing. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Muhandri T. 2011. Karakteristik reologi mi jagung dengan proses ekstrusi

pemasak-pencetak [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Murakami K, Sasaki S, Takahashi Y, Okubo H, Hosoi Y, Horiguchi H, Oguya E,

Kayama F. 2006. Dietary glycemic index and load in relation to metabolic

risk factors in Japanese female farmers with traditional dietary habits.

AJCN. 83:1161-9.

Nasution EZ. 2005. Pembuatan mie kering dari tepung terigu dengan tepung

rumput laut yang difortifikasi dengan kacang kedelai. Jurnal Sains Kimia.

9(2):87-91.

Nilsson AC, Ostman EM, Granfeldt Y, Bjorck ME. 2008. Effect of cereal test

breakfast differing in glycemic index and content of indigestable

carbohydrates on daylong glucose tolerance in healthy subjects. AJCN.

87:645-54.

Opperman AM, Venter CS, Oosthuizem W, Thompson RL & Vorster HH. 2004.

Meta-analysis of the health effect of using glycemic index in meal

planning. Br J Nutr. 92:367-381.

Pudjiono E. 1998. Konsep pengembangan mesin untuk menunjang pengadaan pati

garut. Seminar Lokakarya Nasional “Pengembangan Tanaman Garut

sebagai Sumber Bahan Alternatif Industri Pangan”; 19880827; Malang,

Indonesia. Malang (ID): Universitas Brawidjaya.

Retnaningsih C, Tamtomo PWP, Widarto R. 2004. Kontribusi mie instan terhadap

angka kecukupan gizi (energi dan protein) pada mahasiswa kost di

kawasan Tembalang, Semarang. Proceeding National Colloqium. B6.

Page 45: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

29

Raji AO, Famuwera JAV. 2008. Effect of hull on the physico-chemical properties

of soyflour. Agricultural Enginering International: the CIGR Journal.

10:1-14.

Richana N, Sumarti TC. 2004. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan

tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubikelapa, dan gembili. J

Pascapanen. 1(1):29-37.

Sa’id GE, Rahayu DL. 2009. Overview Budidaya dan Produksi Umbi Tanaman

Konjac di Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schulze MB, Liu S, Rimn EB, Manson JE, Willet WC, Hu FB. 2004. Glycemic

index, glycemic load, and dietary fiber intake and incidence of type 2

diabetes in younger and middle-aged women. AJCN. 80:348-56.

Shavanas S. 2013. Studies on modified tuber starches useful for tablets and

capsules [tesis]. Kerala (IN): Central Tuber Crops Research Institute.

Shiau SY, Yeh AI. 2001. Effects of alkali and acid on dough rheological properties

and characteristics of extruded noodles. J Cereal Sci 33(1):27-37.

Simanjuntak FLMT. 2001. Pemanfaatan ubi jalar (Ipomea batatas L.) sebagai

bahan dasar pembuatan mi kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut Petanian

Bogor.

Soh NL, MillerJB. 1999. The glycemic index of potatoes: the effect of variety

cooking method and maturity. EJCN. 53:249-254.

Sood N, Balker WL, Coleman CI. 2008. Effect of glucomannan on plasma lipid

glucose concentration body weight, and blood pressure: systematic review

and meta-analysis. AJCN. 1167-75.

Sunarti T, CN Richana, F Kasim, Purwoko A, Budiyanto. 2007. Karakterisasi sifat

fisiko kimia tepung dan pati jagung varietas unggul nasional dan sifat

penerimaannya terhadap enzim dan asam. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Suriani AI. 2008. Mempelajari pengaruh pemanasan dan pendinginan berulang

terhadap karakteristik sifat fisik dan fungsional pati garut (Marantha

arundinacea L.) termodifikasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Tam LM, Wilson TT, Jiansheng L, Lilia SC, Corke H. 2004. Production of byhon-

type noodles from maize starch differing in amylose content. Cereal Chem.

81(4):475-480

Tan HZ, Li ZG, Tan B. 2009. Starch noodles: history, classification, materials,

processing, structure, nutrition, quality evaluating and improving. Food

Research International. 42:551-576.doi:10.1016/j.foodres.2009.02.015.

Thompson SV, Winham DM, Hutchins AM. 2012. Bean and rice meals reduce

postprandial glycemic response in adults with type 2 diabetes: a crossover

study. Nutition Journal. 11(23):1-7.doi:10.1186/1475-2891-11-23.

Ubwa ST, Abah J, Asemave K, Shamble T. 2012. Studies on the gelatinization

temperature of some cereal starches. International Journal of Chemistry:

4(6):22-28.doi:10.5539/ijc.v4n6p22.

[USDA] United State Department of Agriculture. 2002. National Nutrient

Database for Standard Reference. Beltsville (US): USDA.

Vamadevan V, Bertoft E, Soldatov DV, Seetharaman K. 2013. Impact on

molecular organization of amylopectin in starch granules upon annealing.

Carbohydrate Polymers. 98:1045-1065.doi:10.1016/j.carbpol.2013.07.006.

Page 46: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

30

Vosloo MC. 2005. Some factors affecting the digestión of glycaemic carbohydates

and the blood glucose response. Journal of the Family Ecology and

Consumer Science. 33:1-9.

Waniska RD, Yi T, Wei L. 2000. Effects of preheating temperature, moisture, and

sodium metabisulfite content on property of maize flour dough. Chemical

Research in Chinese Universities. 16(3):250-258.

Widaningrum, Santosa BA, Purwani EY. 2005. Penelitian pengaruh suhu

pemeraman terhadap kualitas mi sagu dan kadar resistant starch (RS).

Jakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): MBrio Pr.

Wolever TMS, Yang M, Zeng XY, Atkinson F, Brand-Miller JC. 2006. Food

glycemic index, as given in Glycemic Index tables, is a significant

determinant of glycemic responses elicited by composite breakfast meals.

AJCN. 83:1306-12.

Xu Z, Yang Y, Jiang Y, Sun Y, Shen Y, Pang J. 2008. Synthesis and

characterization of konjac glucomannan-graft-polyacrylamide via γ-

irradiation. Molecules. 13:490-550.

Yustiareni E. 2000. Kajian substitusi tepung terigu oleh tepung garut dan

penambahan tepung kedelai dalam pembuatan mi kering [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Zaidul ISM, Norulaini NAN, Omar AKM, Yamauchi H, Noda T. 2007. RVA

analysis of mixtures of wheat flour and potato, sweet potato, yam and

cassava starches. Carbohydrate Polymers. 69:784-791.

Page 47: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

31

Lampiran 1 Prosedur pengujian fisik dan komposisi makanan

Waktu Rehidrasi Optimum (modifikasi Tan et al. 2009)

Air sebanyak 150 mL dididihkan pada gelas piala bertutup selama 3 menit.

Contoh mi dimasukan kedalam gelas piala dan ditutup kembali. Stop watch

dinyalakan tepat pada saat contoh dimasukkan dalam air yang telah didihkan.

Setiap satu menit dilakukan pengambilan satu untaian mi dan dilakukan penekanan

dengan dua buah kaca. Pemasakan dikatakan optimum bila sudah tidak terbentuk

garis putih ketika mi ditekan dengan dua potong kaca.

Kehilangan Padatan selama Pemasakan (modifikasi Tan et al. 2009)

Sebanyak 5 gram contoh direndam dalam 150 mL air yang telah dididihkan

hingga mencapai waktu rehidrasi, kemudian contoh disiram dengan air dingin

sebanyak 50 mL (2 kali) untuk menghentikan pemanasan dan melarutkan padatan

yang berada pada permukaan mi. Contoh ditiriskan selama 5 menit, lalu ditimbang

dan dikeringkan pada suhu 105oC hingga mencapai berat konstan. Kehilangan

padatan selama pemasakan ditentukan menurut perhitungan berikut.

KPAP (%) = 1 -

x 100%

Elongasi dengan Tensile Strength Tester (modifikasi Tan et al. 2009)

Contoh mi yang telah direhidrasi ditempatkan di antara dua penjepit

kemudian dilakukan penarikan. Jarak antara tanda diikuti dengan menggunakan

penggaris khusus. Perhitungan elongasi dilakukan sampai contoh putus menurut

perhitungan berikut.

E =

x100%

Keterangan :

E : Perpanjangan putus/elongasi (%)

Lo : Panjang antara dua tanda garis mula-mula (mm)

L : Panjang garis saat contoh putus (mm)

Proksimat (AOAC 2007)

1 Kadar air

Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu dalam

oven hingga berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30

menit dan ditimbang. Contoh ditimbang sebanyak 2 gram dan diletakkan

dalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven hingga mencapai berat konstan

pada suhu 105-110oC. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator dan

ditimbang kembali. Kadar air ditentukan menurut perhitungan berikut.

Kadar air (%) =

x 100%

2 Kadar abu

Contoh basah sebanyak 4 gram ditempatkan dalam cawan porselin

kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 60-105oC hingga mencapai

berat tetap. Contoh yang sudah kering dibakar menggunakan hot plate sampai

tidak berasap, diabukan dalam tanur bersuhu 600oC hingga putih, lalu

ditimbang. Kadar abu ditentukan menurut perhitungan berikut.

Page 48: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

32

Kadar abu (%) =

x 100%

3 Kadar protein

Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl

yang terdiri atas tahap destruksi, destilasi, dan titrasi. Contoh ditimbang

sebanyak 0.1 gram, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu

ditambahkan 0.5 gram selenium dan 7 mL H2SO4 pekat. Contoh didestruksi

selama kurang lebih 1 jam hingga larutan jernih lalu didinginkan. Setelah

dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 200 mL akuades, 3 tetes indikator

metil-merah metil biru, dan 50 mL NaOH 30%, kemudian dilakukan proses

destilasi dengan suhu destilator 100oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu

erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 20 mL asam borat (H3BO3) 3% dan

3 tetes indikator metil merah-metil biru. Setelah volume destilat mencapai tiga

kali lipat dan berwarna hijau, proses destilasi dihentikan. Destilat dititrasi

dengan HCl 0.1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu. Volume

titran dibaca dan dicatat. Kadar protein ditentukan menurut perhitungan berikut.

Nitrogen (%) =

x 100%

Kadar protein (%) = %N x faktor konversi (6.25)

4 Kadar lemak

Contoh sebanyak 4 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring

dan diletakkan pada alat ekstraksi Soxhlet yang dipasang di atas kondensor

serta labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu

lemak secukupnya sesuai dengan ukuran Soxhlet yang digunakan dan

dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut turun kembali ke

dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung.

Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam

oven pada suhu 105oC selama 5 jam. Setelah itu, labu lemak didinginkan

dalam desikator selama 20-30 menit dan ditimbang. Kadar lemak ditentukan

menurut perhitungan berikut.

Kadar lemak (%) =

x 100%

5 Kadar karbohidrat

Kadar karbohidrat ditetapkan secara by difference, yaitu

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (% Air + % Abu + % Lemak + % Protein)

Kadar Total Serat Makanan Metode Multi Enzim (AOAC 2009)

Sebanyak 1-1.5 gram contoh bebas lemak dimasukkan ke gelas piala 200

ml, ditambahkan 25 mL 0.1 M buffer natrium fosfat pH 6.0, dan dicampur merata.

Campuran ditambahkan 0.1 mL α-amilase (thermamyl 120 L) kemudian ditutup

dengan aluminium foil. Selanjutnya campuran diinkubasikan dalam penangas air

bergoyang bersuhu 100oC selama 15 menit. Campuran dibiarkan dingin dan pH-

nya diatur menjadi 1.5 dengan HCl.

Setelah itu, campuran ditambahkan 100 mg suspensi pepsin, ditutup

dengan alumunium foil, dan diinkubasikan dalam penangas air bergoyang pada

suhu 40oC selama 60 menit. Setelah dingin, pH diatur menjadi 6.8 dengan NaCl.

Selanjutnya ditambahkan 100 mg suspensi pankeatin dan ditutup dengan

alumunium foil. Campuran kembali diinkubasi dalam penangas bergoyang pada

Page 49: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

33

suhu 40oC selama 60 menit. Kemudian campuran disaring dengan crucible dan

menghasilkan residu berupa insoluble fiber dan filtrat berupa soluble fiber.

Residu: Residu dalam crucible dicuci dengan 2 x 25 mL etanol 90% dan 2 x 15

mL aseton. Selanjutnya, crucible dikeringkan pada suhu 105oC sampai

beratnya tetap (semalam) dan ditimbang beratnya (D1). Contoh didiamkan

pada suhu 550oC selama kurang lebih 5 jam serta ditimbang kembali beratnya

(I1).

Filtrat: Volume filtrat dicuci dengan air sampai 100 mL, kemudian

ditambahkan 400 mL etanol 90% hangat (60oC) dan dibiarkan presipitasi

selama satu jam. Contoh disaring dengan kembali dengan crucible dan dicuci

berturut-turut dengan 2 x 25 mL etanol 90% dan 2 x 15 mL aseton. Setelah itu,

crucible dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC sampai beratnya tetap dan

ditimbang beratnya (D2). Selanjutnya, crucible diarangkan, diabukan, dan

ditimbang kembali beratnya setelah pendinginan (I2).

Perhitungan nilai serat blanko dilakukan mengikuti prosedur di atas namun

tidak menggunakan contoh. Kadar serat makanan diperoleh melalui perhitungan

berikut.

Kadar serat makanan tidak larut =

x 100% (1)

Kadar serat makanan larut =

x 100% (2)

Kadar serat makanan total = (1) + (2)

Keterangan :

W : Berat contoh (g)

D : Berat setelah pengeringan (g)

I : Berat setelah perebusan (g)

B : Blanko bebas abu (g)

Page 50: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

34

Lampiran 2 Perhitungan takaran saji mi

Jumlah Bahan

Jumlah bahan yang digunakan pada basis formulasi (100 gram tepung

komposit) mentah pada saat pencampuran adalah sebagai berikut

Mi A

Bahan Proporsi (%) Kadar Air (%) Air (g)

Terigu 50 13.36 6.68

Pati garut 30 14.07 4.22

Tepung kedelai 20 5.89 1.18

BTP 7.5 15.00 1.13

Air binder 22.5*

22.50

Air adonan 7

7.00

Total 137

42.70

Kadar air (%) 31.17

Kadar padatan (%) 68.83

Jumlah padatan (g) 94.30

Mi B

Bahan Proporsi (%) Kadar Air (%) Air (g)

Terigu 50 13.36 6.68

Pati garut 30 14.07 4.22

Tepung kedelai 20 5.89 1.18

BTP 7.5 15.00 1.13

Glukomanan 1.5 9.77 0.15

Air binder 22.5*

22.50

Air adonan 7

7.00

Total 138.5

42.85

Kadar air (%) 30.94

Kadar padatan (%) 69.06

Jumlah padatan (g) 95.65 *Faktor kehilangan air akibat pembentukan binder sebesar 50%

Berat Mi Kering

Pada saat pengeringan, diharapkan tidak ada padatan yang hilang (agar

tetap memenuhi jumlah basis formulasi 100 gram tepung komposit). Dengan

demikian, berat mi kering adalah sebagai berikut.

Mi A

Kadar air = 10.74%

Berat mi kering =

x 94.30 gram = 105.64 gram

Mi B

Kadar air = 10.94%

Berat mi kering =

x 95.65 gram = 107.40 gram

Berat kedua mi kering tersebut dibulatkan menjadi 100 gram untuk satu

takaran saji.

Page 51: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

35

Lampiran 3 Formulir pengujian organoleptik rating mutu hedonik dan hedonik

Panelis yang terhormat,

Saya Sonia Rosselini (I14090023), mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat IPB. Saat ini

saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Penambahan Glukomanan pada Formulasi Mi

Berindeks Glikemik Rendah Berbasis Tepung Komposit (Terigu, Pati Garut, dan Kedelai)”. Demi

tercapainya hasil penelitian yang diharapkan, mohon kesediaan dari Saudara/i untuk berpartisipasi

memberikan penilaian terhadap produk utama saya yang terdiri atas mutu hedonik (deskripsi

karakteristik) dan hedonik (deskripsi kesukaan). Anda dianjurkan untuk membaca dan memahami

terlebih dahulu kuisioner ini hingga selesai.

Nama Panelis : Departemen :

Jenis Kelamin : L/P Tanggal :

Di hadapan Anda disajikan 6 contoh mi. Anda diminta untuk menilai mutu hedonik dan

hedonik setiap contoh tersebut dengan aturan sebagai berikut.

1 Tulis skala yang tepat menggambarkan persepsi Anda pada tabel yang disediakan.

2 Silahkan untuk berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum Anda menilai contoh

berikutnya.

3 Mohon tidak membandingkan antar contoh saat anda melakukan penilaian dengan tidak

mengingat contoh sebelumnya ketika melakukan penilaian terhadap contoh selanjutnya.

4 Jika telah selesai menilai satu contoh, Anda menaruh contoh tersebut di luar bilik

pencicipan dan mengganti dengan contoh selanjutnya (contoh diambil satu per satu).

5 Tolong perhatikan keterangan footnote yang terdapat pada atribut-atribut tertentu.

Mutu Hedonik

Atribut Kode Contoh

Warna

Kecerahan

Rasa manis

Rasa asin

Aftertastea)

Aroma langub)

Kekerasan menggunakan

tanganc)

Kekenyalan menggunakan

tanganc)

Kekerasan gigitd)

Kekenyalan gigite)

a)

Aftertaste adalah apapun rasa yang tertinggal setelah mi tertelan. Jika ada, tolong sebutkan

disamping skala yang Anda tulis pada tabel. b)

Aroma dideskripsikan dengan memakan mi (tidak membaui). c)

Ambil 1 untai mi, kemudian tekan dengan jari tangan sampai gepeng. Berikan penilaian terhadap

kekerasan dan kekenyalan contoh mi. d)

Ambil 1 untai mi, kemudian gigit sampai putus. Berikan penilaian terhadap kekerasan contoh mi. e)

Ambil 1 untai mi kemudian dikunyah. Berikan penilaian terhadap kekenyalan/kemembalan

contoh mi.

Page 52: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

36

Keterangan Skala

Atribut Skala

1 2 3 4 5 6 7

Warna Kuning

kecoklatan

Kuning

tua Kuning

Kuning

muda

Putih

kekuningan Putih

Sangat

putih

Kecerahan Sangat pucat Pucat Pucat agak

cerah Sedang

Cerah agak

pucat Cerah

Sangat

cerah

Rasa manis Sangat lemah Lemah Lemah agak

kuat Sedang

Kuat agak

lemah Kuat

Sangat

kuat

Rasa asin Sangat lemah Lemah Lemah agak

kuat Sedang

Kuat agak

lemah Kuat

Sangat

kuat

Aftertastea) Sangat kuat Kuat Kuat agak

lemah Sedang

Lemah agak

kuat Lemah

Sangat

lemah

Aroma langub) Sangat kuat Kuat Kuat agak

lemah Sedang

Lemah agak

kuat Lemah

Sangat

lemah

Kekerasan

menggunakan

tanganc)

Sangat keras Keras Keras agak

lunak Sedang

Lunak agak

keras Lunak

Sangat

lunak

Kekenyalan

menggunakan

tanganc)

Sangat tidak

kenyal

Tidak

kenyal

Tidak kenyal

agak kenyal Sedang

Kenyal agak

tidak kenyal Kenyal

Sangat

kenyal

Kekerasan gigitd) Sangat keras Keras Keras agak

lunak Sedang

Lunak agak

keras Lunak

Sangat

lunak

Kekenyalan gigite) Sangat tidak

kenyal

Tidak

kenyal

Tidak kenyal

agak kenyal Sedang

Kenyal agak

tidak kenyal Kenyal

Sangat

kenyal

Komentar: …………………………………………………………………………………………

Hedonik

Kode

Contoh

Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur

Keterangan Skala

Skala Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur

1 Sangat tidak suka

2 Tidak suka

3 Tidak suka agak suka

4 Sedang

5 Suka agak tidak suka

6 Suka

7 Sangat suka

Komentar:…………………………………………………………………………………………….

Terima kasih Anda telah berpartisipasi dalam penilaian organoleptik produk penelitian

saya. Jika Anda berminat untuk menjadi panelis indeks glikemik produk ini, Anda dapat

menghubungi saya.

Page 53: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

37

Lampiran 4 Penjelasan sebelum persetujuan subyek indeks glikemik

PEJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

(Penambahan Glukomanan pada Formulasi Mi Berindeks Glikemik Rendah

Berbasis Tepung Komposit (Terigu, Pati Garut, dan Kedelai))

Saya Sonia Rosselini (I14090023), mahasiswa Departemen Gizi

Masyarakat IPB. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tugas akhir yang

bertujuan mengembangkan mi berindeks glikemik rendah berbasis tepung

komposit (terigu, pati garut, dan kedelai) dengan penambahan glukomanan. Salah

satu tujuan khusus guna memenuhi tujuan umum tersebut adalah mengetahui

indeks glikemik produk terpilih. Demi tercapainya hasil yang diharapkan, saya

meminta bantuan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan

berperan menjadi subyek pengujian indeks glikemik produk terpilih. Saudara/i

diharapkan dapat memenuhi kriteria inklusi berikut:

1 Berusia 18-30 tahun

2 Memiliki Indeks Massa Tubuh normal (18.5-22.9 kg/m2)

3 Tidak menggunakan obat-obatan

4 Tidak merokok

5 Tidak minum minum-minuman beralkohol

6 Tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan memiliki kadar glukosa

darah normal (60-100 mg/dL).

7 Tidak mengalami gangguan pencernaan

Adapun kriteria eksklusi yang menyebabkan Saudara/i tidak dapat

mengikuti pengujian ini meskipun telah masuk dalam kriteria inklusi adalah

Saudara/i dalam keadaan tidak sehat baik oleh diagnosis dokter maupun secara

subyektif oleh peneliti atau Saudara/i; mengonsumsi pangan yang berefek diuretik

(kopi dan teh); memiliki alergi terhadap terigu; dan stres. Penjelasan lebih lanjut

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian maupun pengujian dapat

dipahami pada penjelasan berikut.

Perlakuan/Hal-hal yang akan Dialami Perserta:

Jika Saudara/i memenuhi kriteria-kriteria di atas, maka Saudara/i akan

menjalani serangkaian pengujian indeks glikemik yang terdiri atas pengukuran

antropometri (berat dan tinggi badan); wawancara mengenai kriteria inklusi

lainnya yaitu tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, tidak

menggunakan obat-obatan secara rutin, dan tidak memiliki riwayat diabetes

mellitus; pemberian pangan setara dengan 50 gram karbohidrat yaitu terdiri atas

pangan acuan berupa glukosa standar pada minggu pertama, pangan pengujian

kontrol berupa mi berbasis tepung komposit (terigu, pati garut, dan kedelai) tanpa

penambahan glukomanan (serat larut air dari umbi porang/iles-iles) (mi A) pada

minggu kedua, dan mi serupa dengan penambahan glukomanan (mi B) pada

minggu ketiga. Adapun prosedur pengujian yaitu sebagai berikut.

a Subyek menjalani puasa penuh semalam (kecuali air) selama minimal 10 jam.

b Contoh darah subyek pada akhir puasa (disebut menit ke-0) diambil sebanyak

50 μL dengan menggunakan lanset.

Page 54: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

38

c Pangan setara 50 gram karbohidrat diberikan kepada subyek (larutan glukosa

standar pada minggu pertama, mi A pada minggu kedua, dan mi B pada

minggu ketiga). Jeda antara pangan adalah 4-7 hari. Perhitungan dimulai ketika

tegukan pertama pada larutan glukosa standar dan gigitan pertama pada mi.

d Contoh darah subyek diambil kembali pada setiap 15 menit pada jam pertama

(menit ke-15, menit ke 30, menit ke-45 dan menit ke-60) kemudian setiap 30

menit pada jam kedua (menit ke-90 dan menit ke-120) dan diukur kadar

glukosanya.

Manfaat Penelitian: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pemangku kepentingan (stakeholder) diantaranya adalah akademisi, masyarakat,

pemerintah, dan industri.

Bahaya Potensial:

Risiko yang mungkin terjadi pada pengambilan darah untuk pengukuran

glukosa darah berupa rasa nyeri pada bekas tusukan dan infeksi. Risiko ini dapat

diperkecil dengan penanganan profesional serta penggunaan peralatan sekali pakai

(disposable) dan suci hama.

Insentif:

Panelis yang berpartisipasi dalam penelitian ini akan mendapat insentif

berupa makan berat di setiap waktu pengambilan contoh darah yaitu selama 3 kali

dan uang sebesar Rp 70 000, 00 di akhir rangkaian pengujian.

Hak Undur Diri :

Saudara/i dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu dengan alasan, tanpa

ada sanksi dari tim peneliti.

Kerahasiaan Data :

Data Saudara/i akan dijamin kerahasiaannya.

Pengambilan contoh darah subyek dilakukan oleh tenaga medis.

Page 55: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

39

Lampiran 5 Persetujuan setelah penjelasan subyek indeks glikemik

Formulir Persetujuan

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua

pertanyaan saya telah dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih

memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari dr Karina Rahmadia

Ekawidyani, MSi.

Dengan menandatangi formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam penelitian

ini.

Tanda tangan subyek : Tanggal :

(Nama jelas :………………………)

Tanda tangan saksi :

(Nama jelas :……………………….)

Page 56: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

40

Lampiran 6 Surat lolos kaji etik (ethical approval)

Page 57: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

41

Lampiran 7 Perhitungan porsi pangan pada pengujian indeks glikemik

Mi A

Kadar karbohidrat (KH) by difference = 69.85% (bb)

Kadar total serat pangan = 5.88% (bb)

Kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) = 12.47%

Kadar air = 10.74%

KH tersedia (%) = KH by difference (%) – serat makanan (%)

= 69.85% - 5.88% = 63.97%

KH tersedia dikoreksi dengan KPAP = KH tersedia x (1 + (1 – Kadar air (%))

x KPAP (%))

= 63.85% x (1 + (1 – 10.74%) x 12.47%)

= 63.85% x 1.11 = 70.96%

Porsi mi kering (gram) =

=

= 70.46 gram

Mi B

Kadar karbohidrat (KH) by difference = 69.44% (bb)

Kadar total serat pangan = 6.69% (bb)

Kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) = 10.94%

Kadar air = 10.94%

KH yang tersedia (%) = KH by difference (%) – serat makanan (%)

= 69.44% - 6.69% = 62.75%

KH tersedia dikoreksi dengan KPAP = KH tersedia x (1 + (1 – Kadar air (%))

x KPAP (%))

= 62.75% x (1 + (1 – 10.94%) x 10.94%)

= 62.75% x 1.08 = 67.77%

Porsi mi kering (gram) =

=

= 73.79 gram

Page 58: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

42

Lampiran 8 Contoh perhitungan luas area di bawah kurva dan indeks glikemik

1 Rumus I-AUC

Keterangan :

I-AUC : incrimental area under curve (menit.mg/dL)

x : waktu (menit)

A : glukosa darah (mg/dL)

n : jumlah bagian (buah)

2 Glukosa Standar Subyek 3

I-AUC 1 =

= 270 menit.mg/dL

I-AUC 2 =

– 94 x (30 - 15) = 2175 – 1410

= 765 menit.mg/dL

I-AUC 3 =

– 94 x (45-30) = 2527.5 – 1410

= 1117.5 menit.mg/dL

I-AUC 4 =

– 94 x (60 - 45) = 2565 – 1410

= 1155 menit.mg/dL

I-AUC 5 =

– 94 x (90 - 60) = 4380 - 2820

= 1560 menit.mg/dL

I-AUC 6 =

– 94 x (120-90) = 3345 - 2820

= 525 menit.mg/dL

I-AUC = I-AUC (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6)

= 270 + 765 + 1117.5 + 1155 + 1560 + 525

= 5392.5 menit.mg/dL

94

130

160 177

165

127

96

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0 15 30 45 60 90 120

Glu

kosa

dara

h (

mg/d

L)

Waktu (menit)

1 2 3 4 5 6

Page 59: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

43

3 Indeks Glikemik Mi A Subyek 3

Indeks glikemik pangan subyek =

x 100

I-AUC mi A subyek = 4057.5 menit.mg/dL

I-AUC glukosa standar subyek = 5392.5 menit.mg/dL

Indeks glikemik mi A subyek =

x 100%

= 92.49

Page 60: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

44

Lam piran 9 Karakteristik fisik dan L

ampiran

9 K

arak

terist

ik fis

ik d

an k

linis

sub

yek in

dek

s gl

ikem

ik

Lak

i-la

ki

Per

empua

nK

esel

uruh

anL

aki-

laki d

an P

erem

pua

nL

aki-

laki d

an K

esel

uruh

anP

erem

pua

n dan

Kes

elur

uhan

Usi

a (t

ahun

)20.8

0 ±

1.1

721.6

0 ±

0.8

921.2

0 ±

1.0

40.2

38

0.5

50

.464

IMT

(K

g/m

2)

20.1

9 ±

1.3

120.8

2 ±

1.6

520.5

1 ±

1.3

70.5

57

0.7

17

0.7

28

GD

P (

mg/

dL

)81.0

7 ±

4.6

8

83.4

0 ±

7.2

782.2

3 ±

5.8

90.3

77

0.5

37

0.8

25

*S

ig. p

ad

a <

0.0

5 (

') d

an

san

gat

sig

. p

ad

a <

0.0

1 (

")

Kete

ran

gan

:

Kar

akte

rist

ik

Rat

a-ra

ta N

ilai K

arak

terist

ik ±

SD

p*

Nilai n

orm

al g

luko

sa d

ara

h p

uasa (

GD

P):

60-1

00 m

g/d

L (

Kep

men

kes 2

010)

Tab

el 1

1 K

arak

terist

ik s

ubye

k

Nilai n

orm

al IM

T p

op

ula

si In

do

nesia

: 18.5

-24.9

Kg

/m2 (

Kep

men

kes 2

010)

Page 61: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

45

Lampiran 10 Sebaran nilai indeks dan beban glikemik subyek

Subyek Indeks Glikemik Beban Glikemik (g)

Mi A Mi B Mi A Mi B

1 85.82 44.68 48.05 24.97

2 97.13 30.34 54.38 16.95

3 87.21 74.20 48.83 41.46

4 99.18 56.16 55.53 31.38

5 54.14 29.95 30.32 16.73

6 57.88 47.69 32.41 26.65

7 96.27 59.22 53.90 33.09

8 92.49 45.38 51.78 25.36

9 59.23 55.54 33.16 31.04

10 66.18 95.85 37.06 53.56

Rata-rata±SD 79.55±18.09 53.90±19.81 44.54±10.13 30.12±11.07

Page 62: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

46

Lampiran 11 L

amp

iran

11

K

adar

glu

ko

sa s

ubye

k u

ntuk

glu

ko

sa s

tand

ar

Glu

ko

sa S

tanda

r

187

122

131

131

141

121

97

4230.0

277

105

117

136

135

139

113

5610.0

394

130

160

177

165

127

96

5392.5

480

112

140

139

136

131

111

5520.0

586

126

142

138

101

98

78

2773.5

84

.8±

6.6

11

19±

10

.30

13

15

.76

14

4.2

±1

8.5

91

35.6

±2

2.8

61

23.2

±1

5.5

39

9.0

±1

4.0

94

705

.2±

12

15

.75

694

117

141

132

139

145

121

4567.5

792

130

157

132

117

132

110

4177.5

872

119

142

122

127

104

97

5077.5

981

108

130

125

109

113

96

3615.0

10

83

86

107

144

124

113

108

3517.5

84

.4±

8.9

01

12.0

±1

6.5

11

35.4

±1

8.5

61

31.0

±8

.49

12

3.2

±1

1.2

31

21.4

±1

6.6

81

06.4

±1

0.3

14

191

.0±

65

4.4

4

84

.6±

7.4

01

15.5

±1

3.4

81

36.7

±1

6.2

91

37.6

±1

5.3

01

29.4

±1

8.9

81

22.3

±1

5.2

21

02.7

±1

2.2

84

448

.1±

95

9.5

4

Lua

s K

urva

(m

enit.

mg/

dL

)

Sub

rat

a-ra

ta±

SD

Kes

elur

uhan

rat

a-ra

ta±

SD

Sub

yek

115

Laki-laki PerempuanSub

rat

a-ra

ta±

SD

Kad

ar G

luk

osa

Dar

ah (

mg/

dL

) M

enit

ke-

30

45

60

90

120

Page 63: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

47

Lampiran 12 Kadar glukosa darah subyek untuk mi A

L

amp

iran

12

K

adar

glu

ko

sa d

arah

sub

yek

unt

uk m

i A

Mi A

175

88

127

131

111

96

100

3630.0

273

95

105

101

98

100

102

3037.5

384

103

134

158

151

125

91

4987.5

470

89

115

103

96

102

83

3195.0

579

103

117

113

101

101

84

2670.0

76

.2±

5.4

59

5.6

±7

.27

11

9.6

±1

1.2

21

21.2

±2

3.7

51

11.4

±2

2.8

81

04.8

±1

1.5

29

2.0

±8

.80

35

04

.0±

89

7.9

6

697

97

121

157

163

140

130

4530.0

779

107

147

125

128

102

88

4057.5

884

89

121

111

131

106

101

3007.5

977

87

104

107

110

92

90

2392.5

10

82

89

115

111

119

109

108

3067.5

83

.8±

7.8

59

3.8

±8

.32

12

1.6

±1

5.8

11

22.2

±2

0.6

21

30.2

±2

0.0

91

09.8

±1

8.0

61

03.4

±1

6.9

63

411

.0±

86

4.3

3

80

.0±

7.5

39

4.7

±7

.42

12

0.6

±1

2.9

61

21.7

±2

0.9

81

20.8

±2

2.5

91

07.3

±1

4.5

29

7.7

±1

4.0

93

457

.5±

83

2.3

5

Laki-laki PerempuanSub

rat

a-ra

ta±

SD

Sub

rat

a-ra

ta±

SD

Kes

elur

uhan

rat

a-ra

ta±

SD

Lua

s K

urva

(m

enit.

mg/

dL

)120

Kad

ar G

luk

osa

Dar

ah (

mg/

dL

) M

enit

ke-

115

Sub

yek

30

45

60

90

Page 64: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

48

Lampiran 13

Kadar glukosa

darah subyek

untuk mi B

Lam

piran

13

K

adar

glu

ko

sa d

arah

sub

yek

unt

uk m

i B

Mi B

189

94

127

118

99

108

90

1890.0

279

94

110

104

89

90

83

1680.0

383

91

120

125

120

97

78

2447.0

479

90

101

97

108

109

100

2632.5

581

90

115

114

94

86

85

1642.5

82

.2±

4.1

59

1.8

±2

.05

11

4.6

±9

.86

11

1.6

±1

1.1

51

02.0

±1

2.2

79

8.0

±1

0.3

78

7.2

±8

.35

20

58

.4±

45

4.1

7

693

95

113

143

125

109

112

2565.0

787

100

108

101

92

97

96

1267.5

874

76

112

117

98

101

89

2820.0

976

96

104

125

114

106

93

3465.0

10

80

82

92

108

108

114

102

2610.0

80

.5±

4.1

59

1.3

±2

.05

11

1.5

±9

.86

11

0.0

±1

1.1

51

02.8

±1

2.2

79

5.5

±1

0.3

78

6.5

±8

.35

21

00

.5±

45

4.1

7

82

.1±

5.9

59

0.8

±7

.05

11

0.2

±9

.84

11

5.2

±1

3.6

91

04.7

±1

2.2

71

01.7

±9

.09

92

.8±

10

.08

23

01

.9±

66

4.7

4

Lua

s K

urva

(m

enit.

mg/

dL

)120

Kes

elur

uhan

rat

a-ra

ta±

SD

Kad

ar G

luk

osa

Dar

ah (

mg/

dL

) M

enit

ke-

115

30

45

60

90

Sub

yek

Laki-laki PerempuanSub

rat

a-ra

ta±

SD

Sub

rat

a-ra

ta±

SD

Page 65: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

49

Lampiran 14 Hasil pengujian sifat fisik serta komposisi bahan baku dan mi

1 Sifat Fisik

Sifat Fisik Contoh Ulangan

Formulasi

Ulangan

Uji

Nilai

(%)

Rata-rata±SD

Ulangan

Uji

Rata-rata±SD

Ulangan

Formulasi

Waktu

Rehidrasi

Mi A

1 1 5.30

5.40±3.70

5.50±3.64 2 5.50

2 1 5.50

5.60±3.57 2 5.70

Mi B

1 1 5.70

5.80±3.45

6.00±6.67 2 5.90

2 1 6.00

6.20±6.45 2 6.40

KPAP

Mi A

1 1 9.66

12.08±40.13

12.47±6.14 2 14.51

2 1 13.49

12.85±9.96 2 12.21

Mi B

1 1 13.05

10.56±47.16

10.94±6.95 2 8.07

2 1 5.38

11.32±104.95 2 17.26

Elongasi

Mi A

1 1 31.00

32.00±6.25

33.00±6.05 2 33.00

2 1 33.00

34.00±5.89 2 35.00

Mi B

1 1 20.00

21.00±9.52

22.00±9.09 2 22.00

2 1 22.00

23.00±8.70 2 24.00

2 Komposisi

Komposi

si Contoh

Ulangan

Formulasi

Ulangan

Uji

Nilai

(%bb)

Rata-rata±SD

Ulangan Uji

Rata-rata±SD

Ulangan

Formulasi

Air

Pati Garut - 1 13.94

- 14.06±1.78

- 2 14.19

Tepung

Kedelai

- 1 5.85

- 5.88±1.19

- 2 5.92

Tepung

Glukoma

nan

- 1 9.83

- 9.77±1.23

- 2 9.71

Mi A 1 1 10.58 10.65±1.31 10.74±1.68

Page 66: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

50

Komposi

si Contoh

Ulangan

Formulasi

Ulangan

Uji

Nilai

(%bb)

Rata-rata±SD

Ulangan Uji

Rata-rata±SD

Ulangan

Formulasi

2 10.72

2 1 10.90

10.83±1.29 2 10.76

Mi B

1 1 11.02

10.92±1.74

10.94±0.27 2 10.83

2 1 11.00

10.96±0.82 2 10.91

Abu

Pati Garut - 1 0.35

- 0.36±2.82 - 2 0.36

Tepung

Kedelai

- 1 4.04 - 4.02±1.00

- 2 4.00

Mi A

1 1 4.26

4.45±0.09

4.54±4.18 2 4.64

2 1 4.66

4.64±0.86 2 4.62

Mi B

1 1 4.70

4.71±0.21

4.70±0.11 2 4.71

2 1 4.68

4.7±0.85 2 4.72

Protein

Pati Garut - 1 0.99

- 0.99±1.02 - 2 0.98

Tepung

Kedelai

- 1 38.12 - 38.06±0.32

- 2 38.00

Mi A

1 1 12.17

12.40±3.63

11.92±7.88 2 12.62

2 1 11.22

11.46±4.10 2 11.69

Mi B

1 1 11.33

11.92±9.98

11.87±0.93 2 12.52

2 1 12.09

11.82±4.66 2 11.54

Lemak

Pati Garut - 1 0.38

- 0.35±17.14 - 2 0.32

Tepung

Kedelai

- 1 25.29 - 25.36±0.59

- 2 25.44

Tepung

Glukoma

nan

- 1 0.61 - 0.62±3.23

- 2 0.63

Mi A 1 1 2.91

2.90±0.69 3.01±7.15 2 2.89

Page 67: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

51

Komposi

si Contoh

Ulangan

Formulasi

Ulangan

Uji

Nilai

(%bb)

Rata-rata±SD

Ulangan Uji

Rata-rata±SD

Ulangan

Formulasi

2 1 3.11

3.12±0.32 2 3.12

Mi B

1 1 3.15

3.21±3.74

3.38±9.92 2 3.27

2 1 3.61

3.54±3.67 2 3.48

KH

Pati Garut - 1 84.43

- 84.26±0.39 - 2 84.10

Tepung

Kedelai

- 1 26.70 - 26.67±0.22

- 2 26.64

Mi A

1 1 70.08

69.61±1.36

69.78±0.51 2 69.13

2 1 70.11

69.96±0.43 2 69.81

Mi B

1 1 69.80

69.23±1.63

69.11±0.36 2 68.67

2 1 68.62

68.98±1.06 2 69.35

SML

Pati Garut - 1 0.58

- 0.59±2.09 - 2 0.59

Tepung

Kedelai

- 1 4.31 - 4.56±10.91

- 2 4.81

Tepung

Glukoma

nan

- 1 63.70 - 67.63±11.61

- 2 71.56

Mi A

1 1 3.13

3.16±2.25

3.14±1.81 2 3.20

2 1 3.10

3.11±0.13 2 3.11

Mi B

1 1 3.56

3.55±0.79

3.54±0.72 2 3.53

2 1 3.51

3.52±0.93 2 3.54

STML

Pati Garut - 1 0.08

- 0.08±25.68 - 2 0.07

Tepung

Kedelai

- 1 15.08 - 7.17±8.26

- 2 14.75

Tepung

Glukoma

nan

- 1 8.03 - 8.00±0.53

- 2 7.98

Mi A 1 1 2.64 2.58±4.60 2.75±11.78

Page 68: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

52

Komposi

si Contoh

Ulangan

Formulasi

Ulangan

Uji

Nilai

(%bb)

Rata-rata±SD

Ulangan Uji

Rata-rata±SD

Ulangan

Formulasi

2 2.53

2 1 2.92

2.91±0.89 2 2.90

Mi B

1 1 3.21

3.20±0.07

3.16±2.82 2 3.20

2 1 3.18

3.12±4.25 2 3.05

SMT

Pati Garut - 1 0.67

- 0.66±1.06 - 2 0.66

Tepung

Kedelai

- 1 16.90 - 11.73±9.29

- 2 16.58

Tepung

Glukoma

nan

- 1 71.73 - 75.64±10.33

- 2 79.54

Mi A

1 1 5.77

5.75±0.83

5.88±4.54 2 5.73

2 1 6.03

6.02±0.36 2 6.01

Mi B

1 1 6.77

6.75±0.44

6.69±1.71 2 6.74

2 1 6.69

6.64±1.50 2 6.59

Keterangan :

KH : Karbohidrat by difference

SML : Serat makanan larut

STML : Serat makanan tidak larut

SMT : Serat makanan total

Page 69: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

53

Lampiran 15 Hasil analisis statistik sifat organoleptik mi

1 Perbedaan antar Perlakuan pada Atribut Mutu Hedonik dan Hedonik

a Formulasi Tepung Komposit

Mutu hedonik Test Statistics

a,b

Mutu Hedonik

Warna Kece

rahan Rasa

After

taste

Aroma

Langu

Kekerasan

Meng.

Tangan

Keken

yalan

Meng.

Tangan

Kekera

san

Gigit

Kekenya

lan Gigit

Chi-Square 5.272 7.688 5.612 9.89 7.244 9.708 9.556 6.541 15.57

Df 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Asymp. Sig. 0.728 0.465 0.691 0.273 0.511 0.286 0.298 0.587 0.049

a Uji Kruskal Wallis

b Pengelompokkan variabel: Komposit

Hedonik Test Statistics

a,b

Hedonik

Warna Aroma Rasa Tekstur

Chi-Square 15.447 2.263 5.790 13.695

Df 8 8 8 8

Asymp. Sig. 0.051 0.972 0.671 0.090

a. Uji Kruskal Wallis

b. Pengelompokkan variabel: Komposit

b Formulasi Tepung Komposit dengan Penambahan Glukomanan

Mutu Hedonik Test Statistics

a,b

Mutu Hedonik

Warna Kece

rahan

Rasa

Manis

Rasa

Asin

After

taste

Aroma

Langu

Kekerasan

Mengg.

Tangan

Kekenyalan

Mengg.

Tangan

Kekera

san

Gigit

Keken

yalan

Gigit

Chi-Square 3.699 8.040 7.309 5.021 5.076 3.951 6.558 4.748 5.405 3.120

Df 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 0.448 0.090 0.120 0.285 0.413 0.200 0.161 0.314 0.248 0.538

a. Uji Kruskal Wallis

b. Pengelompokkan variabel: Formula

Hedonik Test Statistics

a,b

Hedonik

Warna Aroma Rasa Tekstur

Chi-Square 4.527 3.600 3.155 2.400

Df 4 4 4 4

Asymp. Sig. 0.339 0.463 0.532 0.663

a. Uji Kruskal Wallis

b. Pengelompokkan variabel: Komposit

Page 70: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

54

2 Tabulasi Silang pada Formulasi Tepung Komposit dengan Penambahan

Glukomanan

Mutu Hedonik Warna * Hedonik Warna

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman -0.826 0.129 -4.14 .003

c

Mutu Hedonik Kecerahan * Hedonik Warna

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman 0.576 0.291 1.994 .081

c

Mutu Hedonik Aroma Langu * Hedonik Aroma

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman 0.462 0.304 1.473 .179

c

Mutu Hedonik Rasa Manis * Hedonik Rasa

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman -0.03 0.286 -0.086 .934

c

Mutu Hedonik Rasa Asin * Hedonik Rasa

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman 0.439 0.298 1.382 .204

c

Mutu Hedonik Aftertaste * Hedonik Rasa

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman -0.22 0.369 -0.636 .542

c

Mutu Hedonik Tekstur Kekerasan Menggunakan Tangan * Hedonik Tekstur

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman -0.219 0.392 -0.634 .544

c

Page 71: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

55

Mutu Hedonik Tekstur Kekerasan gigit * Hedonik Tekstur

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman 0.762 0.082 3.33 .010

c

Mutu Hedonik Tektur Kekenyalan Menggunakan

Tangan * Hedonik Tekstur

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman -0.195 0.371 -0.561 .590

c

Mutu Hedonik Tektur Gigit Kekenyalan * Hedonik Tekstur

Ukuran-ukuran simetris

Nilai

Asymp.

Std.

Gagala

Tb kira-

kira

Sig.kira

-kira

Ordinal by Ordinal

Korelasi

spearman 0.616 0.199 2.211 .058

c

N Kasus yang Valid 10

a. Tidak mengasumsikan hipotesis nol.

b. Menggunakan standar gagal

asymptotic yang mengasumsikan

hipotesis nol

c. Berdasarkan kira-kira nilai normal

Page 72: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

56

Lampiran 16 Hasil analisis statistik perbedaan antar perlakuan pada sifat fisik dan

komposisi mi

Uji Contoh Bebas

Uji Leven untuk

Kesetaraan

Ragam

Uji-t untuk kesetaraan berarti

F Sig. t Df

Sig.

(2-

tailed)

Perbeda

an

Rataan

Std.

Perbeda

an

Gagal

Selang Kepercayaan

95%

Batas

Bawah

Batas

Atas

Air

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

0.0922 -0.59668 0.19668

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-2.169 1.099 0.257 -0.2 0.0922 -1.15014 0.75014

Abu

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . -17 2 0.003 -

0.085 0.005 -0.10651

-

0.06349

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-17 1 0.037 -

0.085 0.005 -0.14853

-

0.02147

Lemak

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . -2.335 2 0.145 -0.48 0.20555 -1.3644 0.4044

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-2.335 1.22 0.22 -0.48 0.20555 -2.20537 1.24537

Protein

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

3.11E+15 0 0.427 2 0.711 0.28 0.65563 -2.54095 3.10095

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

0.427 1.551 0.721 0.28 0.65563 -3.48927 4.04927

KH by

differen

ce

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . 0.427 2 0.711 0.

285 0.66703 -2.58499 3.15499

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

0.427 1.871 0.713 0.285 0.66703 -2.78337 3.35337

SMTL

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . -2.516 2 0.128 -0.47 0.18682 -1.2738 0.3338

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-2.516 1.153 0.213 -0.47 0.18682 -2.21351 1.27351

SML

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

6.34E+16 0 -14.55 2 0.005 -0.46 0.03162 -0.59606 -

0.32394

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-14.55 1.22 0.026 -0.46 0.03162 -0.72544 -

0.19456

Page 73: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

57

Uji Contoh Bebas

Uji Leven untuk

Kesetaraan

Ragam

Uji-t untuk kesetaraan berarti

F Sig. t Df

Sig.

(2-

tailed)

Perbeda

an

Rataan

Std.

Perbeda

an

Gagal

Selang Kepercayaan

95%

Batas

Bawah

Batas

Atas

SMT

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

4.73E+15 0 -5.658 2 0.03 -

0.925 0.16348 -1.62839

-

0.22161

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-5.658 1.363 0.066 -

0.925 0.16348 -2.06003 0.21003

KH

tersedia

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . 2.282 2 0.15 1.21 0.53033 -1.07183 3.49183

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

2.282 1.552 0.185 1.21 0.53033 -1.83643 4.25643

Waktu

rehidrasi

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

7.2E+16 0 -2.236 2 0.155 -0.5 0.22361 -1.4621 0.4621

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-2.236 1.471 0.199 -0.5 0.22361 -1.8837 0.8837

KPAP

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . 2.847 2 0.104 1.53 0.5374 -0.78225 3.84225

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

2.847 2 0.104 1.53 0.5374 -0.78225 3.84225

Elongasi

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . 7.778 2 0.016 11 1.41421 4.91513 17.0848

7

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

7.778 2 0.016 11 1.41421 4.91513 17.0848

7

Energi

Ragam yang

sama yang

diasumsikan

. . -1.343 2 0.311 -1.04 0.77414 -4.37088 2.29088

Ragam yang

sama yang tidak

diasumsikan

-1.343 1.022 0.404 -1.04 0.77414 -10.39862 8.31862

Keterangan :

KH : Karbohidrat

SML : Serat makanan larut

SMTL : Serat makanan tidak larut

SMT : Serat makanan total

KPAP : Kehilangan padatan akibat pemasakan

Page 74: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

58

Lampiran 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

1 Normalitas

Uji Normalitas

Shapiro-Wilk

Statistik df Sig.

Usia Laki-laki 0.902 5 0.421

Usia Perempuan 0.552 5 0.000

Usia Keseluruhan 0.902 5 0.421

IMT Laki-laki 0.900 5 0.412

IMT Perempuan 0.981 5 0.941

IMT Keseluruhan 0.900 5 0.412

GDP Laki-laki 0.896 5 0.386

GDP Perempuan 0.810 5 0.098

GDP Keseluruhan 0.896 5 0.386

2 Perbedaan antar Karakteristik pada Subyek Perempuan

a Perempuan dengan laki-laki

Uji Statistikb

Usia

Mann-Whitney U 7.5

Wilcoxon W 22.5

Z -1.181

Nilai Sig. Kira-kira (2-tailed) 0.238

Nilai Sig. Tepat [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Tidak dikoreksi untuk hubungan.

b. Pengelompokkan variabel: Jenis kelamin

b Perempuan dengan keseluruhan

Test Statisticsb

Usia

Mann-Whitney U 20

Wilcoxon W 75

Z -0.733

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.464

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .594a

a. Tidak dikoreksi untuk hubungan.

b. Pengelompokkan variabel: Jenis kelamin

Page 75: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

59

3 Perbedaan antar Karakteristik pada Subyek Lain

Uji Contoh Bebas

Uji Leven

untuk

Kesetaraan

Ragam

Uji-t untuk kesetaraan berarti

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Perbeda

an

Rataan

Perbeda

an Std.

Gagal

Selang Kepercayaan

95%

Batas

Bawah

Batas

Atas

Usia

kk

dan

ks

Ragam yang sama

yang diasumsikan 0.65163 -1.80775 1.00775

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

-0.58 7.151 0.577 -0.4 0.68475 -2.01229 1.21229

IMT

lk dan

pr

Ragam yang sama

yang diasumsikan 0.98859 -2.88169 1.67769

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

-0.61 7.892 0.56 -0.602 0.98859 -2.88713 1.68313

IMT

lk dan

ks

Ragam yang sama

yang diasumsikan 0.81921 -2.07079 1.46879

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

-0.37 8.3 0.72 -0.301 0.8116 -2.16085 1.55885

IMT

pr

dan

ks

Ragam yang sama

yang diasumsikan 0.85082 -1.53709 2.13909

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

0.342 7.45 0.742 0.301 0.87926 -1.75293 2.35493

GDP

lk dan

pr

Ragam yang sama

yang diasumsikan 3.81736 -10.27284 7.33284

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

-0.39 6.906 0.712 -1.47 3.81736 -10.52156 7.58156

GDP

lk dan

ks

Ragam yang sama

yang diasumsikan 2.97905 -7.17084 5.70084

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

-0.27 9.812 0.796 -0.735 2.7721 -6.92773 5.45773

GDP

pr

dan

ks

Ragam yang sama

yang diasumsikan 3.39875 -6.60756 8.07756

Ragam yang sama

yang tidak

diasumsikan

0.2 6.698 0.847 0.735 3.67209 -8.02818 9.49818

Keterangan :

Lk : Laki-laki

Pr : Perempuan

Ks : Keseluruhan

Page 76: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

60

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada 14 Oktober 1991. Penulis merupakan

putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Slamet Hariono dan Ibu Yulini.

Penulis menamatkan sekolah menengah di SMPN 13 Kota Sukabumi dan SMAN

1 Kota Sukabumi. Semasa SMA, penulis berkesempatan meraih Juara 2 Olimpiade

Biologi Tingkat Kota Sukabumi pada tahun 2008 dan menjadi Peserta Seleksi

Pusat Lomba Cepat Tepat Biologi BFUB XI Se-Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten,

dan Yogyakarta yang diadakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun

2009. Penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat IPB pada tahun 2009

melalui jalur USMI. Selama kuliah, penulis mengikuti berbagai, lomba, kegiatan

pelatihan, seminar, organisasi, kepanitiaan, dan berbagai pengalaman lainnya.

Prestasi pada berbagai lomba yang penulis raih yaitu Juara 2 IPB Business

Plan Competition the 3rd

Extravaganza yang diadakan oleh BEM FEM IPB pada

tahun 2012, Juara 1 Indonesian Expo Paper Competition yang diadakan oleh BEM

FEMA IPB pada tahun 2012, Juara 2 Lomba Karya Tulis Mahasiswa Gizi

Nasional yang diadakan oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indoneisa

(ILMAGI) pada tahun 2013, dan paper accepted at Annual International Seminar

and Congress yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Taiwan pada

tahun 2013. Penulis juga sempat mendapatkan dana hibah Dikti untuk Program

Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan pada tahun 2011, menjadi finalis

pada beberapa lomba, dan mendapatkan dana hibah penelitian tugas akhir dari

Program Indofood Riset Nugraha 2013/2014.

Kegiatan pelatihan yang pernah diikuti yaitu keamanan pangan HACCP,

GMP, dan ISO 22 000: 2005 yang diadakan oleh Bina Profesi Institut Surabaya

serta Good Laboratory Practices yang diadakan oleh Departemen Ilmu dan

Teknologi Pangan IPB. Kegiatan seminar yang penulis ikuti sebagian besar

bertemakan pangan dan gizi pada skala nasional dan internasional. Kegiatan

kepanitiaan yang penulis ikuti yaitu Musyawarah Nasional ILMAGI pada tahun

2011 serta beberapa kepanitiaan tingkat departemen, fakultas, dan kampus. Sejak

tahun 2011, penulis tergabung dalam organisasi tingkat departemen Badan

Konsultasi Gizi.

Penulis juga sempat menjadi asisten praktikum Fisika Dasar pada tahun

2011, pengajar freelance Bimbingan Tes Alumni Bogor pada tahun 2013, dan

enumerator pada berbagai penelitian sosial gizi masyarakat. Penulis mengikuti IPB

Goes to Field di desa lingkar kampus Petir dan Cihideung Udik pada tahun 2011,

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Kabupaten Cilacap pada tahun 2012, dan

Internship Dietetic di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2013.

Page 77: PENAMBAHAN GLUKOMANAN PADA FORMULASI MI … · 1 Diagram alir pembuatan tepung kedelai (modifikasi Raji dan ... 17 Hasil analisis statistik karakteristik subyek indeks glikemik mi

61