pemodelan sistem akuntansi manajemen ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol...

141
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 155 PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN BERKOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KINERJA UMKM MANUFAKTUR Jesica Handoko [email protected] Yohanes Harimurti Julius Runtu Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ABSTRACT The usefulness of management accounting system (MAS) would be enjoyed if SME owners take the initiative to use MAS. This research suggests that the perived of easy, perceived of usefulness, and user attitudes will affect owners/management’s behavior intention to use a computerized-based MAS. If the behavior intention to use is high, then the intrinsic motivation of users is expected increase also. Increasing intrinsic motivation of SME owners are expected to improve their performance. The sample was manufacturing SMEs in Surabaya and surrounding areas. The result of regression analysis conclude about MAS that: (a) Intrinsic motivation shows significantly positive effect on the SMEs performance, both managerial or financial performance, (b) behavior intention to use MAS do not significantly influence the motivation, (c) the usefulness and ease of use do not significantly influence the behavior intention to use MAS, and (d) users’ attitude significantly influence the behavior intention to use MAS. Further analysis of variance testing found evidence of: (1) there is a difference in perception between the groups using the manual MAS and the group using computerized-based MAS. This finding affirms the benefits of computerized-based MAS through higher means on all of variables; and (2) if the users perceive that the use of computerized-based MAS is much easier, then the performance will be significantly different. Key words: SMEs, Computerized-Based MAS, Intrinsic Motivation, Performance ABSTRAK Kemanfaatan sistem akuntansi manajemen (SAM) akan dapat dinikmati apabila pemilik UMKM mengambil inisiatif untuk menggunakan sistem akuntansi manajemen. Penelitian sekarang menduga bahwa kemudahan, kegunaan, dan sikap pengguna akan mempengaruhi niat pemilik/manajemen untuk menggunakan suatu SAM berkomputer. Apabila niat menggunakan tinggi, maka diduga motivasi intrinsik pengguna juga akan meningkat. Diduga, meningkatnya motivasi intrinsik pemilik UKM akan meningkatkan kinerja mereka. Sampel survei penelitian ini adalah pelaku UMKM yang bergerak di bidang manufaktur di Surabaya dan sekitarnya. Regresi data survei yang berpatokan pada sistem akuntansi manajemen manual atau berkomputer yang mereka gunakan menyimpulkan bahwa: (a) Motivasi intrinsik berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pelaku UMKM baik kinerja manajerial maupun kinerja keuangan, (b) niat menggunakan SAM tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi, (c) kegunaan maupun kemudahan SAM yang mereka gunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat dalam menggunakan SAM, dan (d) sikap pemilik UMKM-lah yang berpengaruh signifikan terhadap niat dalam menggunakan SAM. Lebih jauh saat diuji beda, ditemukan bukti: (1) terdapat perbedaan persepsi antara kelompok yang menggunakan SAM manual dengan kelompok SAM berkomputer. Temuan mengafirmasi kemanfaatan SAM berkomputer dibandingkan SAM manual melalui nilai mean yang lebih tinggi pada semua variabel penelitian; dan (2) bahwa apabila SAM berkomputer dipersepsikan mudah oleh pengguna maka kinerja akan berbeda secara signifikan. Kata kunci: Usaha Mikro Kecil Menengah, Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer, Motivasi Intrinsik, Kinerja

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

155

PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN BERKOMPUTER UNTUKMENINGKATKAN MOTIVASI DAN KINERJA UMKM MANUFAKTUR

Jesica [email protected]

Yohanes HarimurtiJulius Runtu

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

ABSTRACT

The usefulness of management accounting system (MAS) would be enjoyed if SME owners take the initiative touse MAS. This research suggests that the perived of easy, perceived of usefulness, and user attitudes will affectowners/management’s behavior intention to use a computerized-based MAS. If the behavior intention to use ishigh, then the intrinsic motivation of users is expected increase also. Increasing intrinsic motivation of SMEowners are expected to improve their performance. The sample was manufacturing SMEs in Surabaya andsurrounding areas. The result of regression analysis conclude about MAS that: (a) Intrinsic motivation showssignificantly positive effect on the SMEs performance, both managerial or financial performance, (b) behaviorintention to use MAS do not significantly influence the motivation, (c) the usefulness and ease of use do notsignificantly influence the behavior intention to use MAS, and (d) users’ attitude significantly influence thebehavior intention to use MAS. Further analysis of variance testing found evidence of: (1) there is a difference inperception between the groups using the manual MAS and the group using computerized-based MAS. Thisfinding affirms the benefits of computerized-based MAS through higher means on all of variables; and (2) if theusers perceive that the use of computerized-based MAS is much easier, then the performance will be significantlydifferent.

Key words: SMEs, Computerized-Based MAS, Intrinsic Motivation, Performance

ABSTRAK

Kemanfaatan sistem akuntansi manajemen (SAM) akan dapat dinikmati apabila pemilik UMKMmengambil inisiatif untuk menggunakan sistem akuntansi manajemen. Penelitian sekarang mendugabahwa kemudahan, kegunaan, dan sikap pengguna akan mempengaruhi niat pemilik/manajemenuntuk menggunakan suatu SAM berkomputer. Apabila niat menggunakan tinggi, maka didugamotivasi intrinsik pengguna juga akan meningkat. Diduga, meningkatnya motivasi intrinsik pemilikUKM akan meningkatkan kinerja mereka. Sampel survei penelitian ini adalah pelaku UMKM yangbergerak di bidang manufaktur di Surabaya dan sekitarnya. Regresi data survei yang berpatokanpada sistem akuntansi manajemen manual atau berkomputer yang mereka gunakan menyimpulkanbahwa: (a) Motivasi intrinsik berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pelaku UMKM baikkinerja manajerial maupun kinerja keuangan, (b) niat menggunakan SAM tidak berpengaruhsignifikan terhadap motivasi, (c) kegunaan maupun kemudahan SAM yang mereka gunakan tidakberpengaruh signifikan terhadap niat dalam menggunakan SAM, dan (d) sikap pemilik UMKM-lahyang berpengaruh signifikan terhadap niat dalam menggunakan SAM. Lebih jauh saat diuji beda,ditemukan bukti: (1) terdapat perbedaan persepsi antara kelompok yang menggunakan SAM manualdengan kelompok SAM berkomputer. Temuan mengafirmasi kemanfaatan SAM berkomputerdibandingkan SAM manual melalui nilai mean yang lebih tinggi pada semua variabel penelitian; dan(2) bahwa apabila SAM berkomputer dipersepsikan mudah oleh pengguna maka kinerja akanberbeda secara signifikan.

Kata kunci: Usaha Mikro Kecil Menengah, Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer, MotivasiIntrinsik, Kinerja

Page 2: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

156 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

PENDAHULUANDalam Rencana Strategik Koperasi dan

UMKM 2010-2014 dikatakan bahwa UMKMmerupakan pelaku ekonomi terbesar (leader)dalam perekonomian Indonesia (Kementeri-an Koperasi dan UKM, 2012). Badan PusatStatistik tahun 2015 menyebutkan 99,99%dari jumlah 57.900.787 usaha di Indonesiapada tahun 2013 adalah UMKM. Sebagaisuatu bentuk usaha yang mendominasi per-ekonomian Indonesia, perkembangan Usa-ha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnyadisebut UMKM) meningkat dengan pesat.Menurut Ediraras (2010) posisi UKM adalahsebagai (1) pemain utama dalam kegiatanekonomi di berbagai sektor, (2) penyedialapangan kerja terbesar, (3) pemain pentingdalam pengembangan kegiatan ekonomidaerah dan pemberdayaan masyarakat, (4)pencipta pasar baru dan inovasi. UKM yangsudah go internasional memberikan sumbang-an dalam menjaga neraca pembayaranmelalui sumbangannya dalam menghasil-kan ekspor.

Meskipun berkontribusi besar, UMKMmasih banyak memiliki kelemahan. Me-nurut Nandan (2010), UMKM sangat rentanmengalami kegagalan karena menghadapiberbagai permasalahan yang kompleksutamanya dalam manajemen sumber dayadan keputusan alokasi berbagai sumberdaya secara lebih baik. Selain itu, kerentan-an UMKM dikarenakan kepemilikan tung-gal dalam UMKM, dimana pemilik ber-peran sekaligus sebagai pembuat keputus-an. Menurut Banham dan He (2014) keeng-ganan mengadopsi sistem akuntansi di-karenakan UMKM merasa biaya peng-adopsiannya lebih besar dibandingkanmanfaat yang dicapai, selain disebabkankarena kecilnya posisi UMKM di pasarindustri.

Sebagai bahasa bisnis, pelaku bisnisUMKM perlu memiliki sistem akuntansimanajemen yang baik agar mereka dapatmengolah berbagai data transaksi yang ter-jadi. Sistem akuntansi manajemen inikemudian akan mampu membantu pe-milik/manajemen UMKM dalam meng-

optimalkan pemanfaatan sumber daya yangcenderung terbatas jumlahnya. Pemanfaat-an sumber daya secara optimal akan mam-pu membantu pemilik/manajemen UMKMdalam upaya mempertahankan dan me-ngembangkan kinerja bisnisnya.

Penelitian ini bertujuan untuk me-ngetahui apakah pemanfaatan sistem infor-masi akuntansi manajemen berkomputeryang lebih tertata/terkendali (controllable),yang diduga akan mampu meningkatkanmotivasi intrinsik (berupa kepuasan kerja,rasa percaya diri) pelaku bisnis UMKM.Menurut Wing et al. (2010) peningkatanmotivasi intrinsik (yaitu perasaan puas,accomplishment, dan merasa lebih memiliki)berdampak positif terhadap kinerja, dalamhal ini adalah kinerja pelaku UMKM sen-diri. Pemanfaatan sistem informasi akun-tansi manajemen ini bermanfaat untukpengambilan keputusan, alokasi sumberdaya yang langka, dan sebagai pondasi dariinteraksi dengan klien, penetapan hargabarang dan jasa yang penting bagi viabilitasUMKM (Banham dan He, 2014). Sisteminformasi akuntansi manajemen juga ber-manfaat dalam penyediaan berbagai ukurankinerja yang diperlukan UMKM. Salah satupepatah lama di bidang manajemen me-nyebutkan bahwa: if can’t measure it, youcan’t control it. If you can’t control it, meansyou can’t manage it.

Mengapa diperlukan sistem akuntansiberkomputer? Chatzoglou et al. (2010) me-nekankan pentingnya UKM menggabung-kan teknologi ke dalam bisnis UKM. Hal inisejalan dengan Spanos et al. (2001) yangmenyatakan apabila makin sedikit sumberdaya yang dialokasikan pada teknologiinformasi maka UKM akan makin ke-kurangan dalam hal kemampuan menang-kap manfaat dari suatu teknologi modern.Sejalan dengan kondisi di Yunani sepertiyang dikemukakan Chatzoglou et al. (2010),UMKM di Indonesia juga masih meng-hadapi masalah mendasar dalam pemanfaat -an teknologi komputer karena rendahnyadukungan manajemen, kualitas softwareyang buruk, kurangnya pelatihan yang

Page 3: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 157

cukup maupun kegagalan dalam mengait-kan investasi pada teknologi dengan nilaibisnis (Riemenschneider et al., 2003). Untukmengembangkan suatu sistem akuntansimanajemen berkomputer yang menjadioutput penelitian ini oleh karenanya di-perlukan sebuah model untuk mengujipemanfaatan teknologi bagi UMKM.

Dalam konteks pemanfaatan teknologi,terdapat suatu model yang disebut sebagaitechnology acceptance model (TAM) yang di-kenalkan oleh Davis (1989). TAM adalahsuatu teori sistem informasi yang menampil-kan bagaimana pengguna mengerti danmenggunakan sebuah teknologi. TAM me-rupakan sebuah model yang berhargauntuk memprediksi keinginan untuk meng-gunakan sebuah sistem informasi (Davis,1989). Dengan TAM dapat diketahuihubungan kausal antara usefulness (dayaguna), ease of use (kemudahan penggunaan),attitude (sikap) pengguna dan behaviorintention (niat berperilaku) yang kuat saatberinteraksi dengan suatu sistem. Agarwaldan Karahanna (1998) dalam Chatzoglou etal. (2010) menyatakan bahwa TAM telahterbukti menjadi konsep yang robust yetparsimonious. Dengan konsep model TAMini akan dapat dipetakan niat pemilikUMKM dalam memanfaatkan sistem infor-masi akuntansi manajemen pada bisnismereka saat ini (maupun mendatang), yangdiukur dari persepsi mereka akan dayaguna, kemudahan dalam menggunakan dansikap pengguna.

Diharapkan dari hasil pemetaan akandapat disusun model sistem akuntansimanajemen (SAM) berkomputer yang akandapat mengatasi mismatch antara pemilikdan akuntan sebagai penyedia informasimengenai perkembangan usaha (dalam halini UMKM), yaitu adanya pandangan tidak“dibutuhkannya” akuntan (akuntansi). Ob-yek penelitian berupa UMKM manufakturdipilih karena UMKM jenis ini memilikiproses produksi lebih kompleks dibanding-kan jenis UMKM jasa atau dagang, sehinggapenyediaan alat bantu pengolahan datayang terkomputerisasi akan memudahkan

manajemen untuk menyimpan dan meng-olah data bisnis yang dimilikinya dalammengambil berbagai keputusan. Hasil akhirdari penelitian ini adalah adanya modelSAM berkomputer yang bermanfaat dandapat meningkatkan motivasi intrinsik daripemilik UMKM dalam mempertahankandan mengembangkan kinerja bisnisnya.

Dari penjelasan di atas rumusan masa-lah penelitian ini adalah: (1) kebutuhaninformasi akuntansi manajemen apa yangdibutuhkan pemilik UMKM, khususnyaUMKM manufaktur di Surabaya dansekitarnya?, (2) apakah sistem akuntansimanajemen yang ada telah bermanfaat bagipemilik UMKM ditinjau dari konsep TAMyaitu persepsi mereka akan daya guna,kemudahan dalam menggunakan dan sikappengguna, dan (3) penyediaan model sistemakuntansi manajemen berkomputer yangbagaimana yang diduga mampu mengubahpersepsi pemilik UMKM tentang ke-manfaatan informasi yang dihasilkan dalamdalam mengembangkan usaha mereka?

Penelitian ini bertujuan menghasilkansebuah model sistem akuntansi manajemenbagi UMKM yang akan berguna untukperencanaan dan pengambilan keputusanbisnis. Tujuan tersebut dapat dilayani olehakuntan karena fungsi akuntansi tidakhanya terkait dengan jasa compliance yaitupenyediaan laporan keuangan (yang ber-fokus pada data historis suatu bisnis).Produk sistem akuntansi manajemen yangdinikmati manajemen dapat berupa infor-masi biaya produk/jasa, analisis tren pasar,perencanaan keuangan (penganggaran)maupun laporan evaluasi kinerja. TemuanBanman dan He (2014) menyatakan bahwaakan sangat bermanfaat apabila UMKMmemanfaatkan jasa profesi akuntan dalamberbagai proyeknya, memiliki sistem pem-bukuan yang berkualitas dan mampumenyediakan informasi yang dibutuhkanuntuk berbisnis. Temuan Banman dan He(2014) ini sejalan dengan Bennet danRobson (1999) maupun Berry dan Sweeting(2006).

Page 4: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

158 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

Pada tahap awal, penelitian ini meng-eksplorasi informasi akuntansi manajemenapakah yang paling dibutuhkan olehUMKM dalam mempertahankan eksistensi-nya sehingga kepuasan pemilik (motivasiintrinsik) meningkat. Setelah tahapaneksplorasi, penelitian ini menghasilkanmodel sistem akuntansi manajemen ber-komputer yang sesuai dengan kebutuhanpengembangan UMKM manufaktur (yaituUMKM memiliki sumber daya terbatasdengan proses produksi yang kompleks)khususnya di Surabaya dan sekitarnya.Diduga kapasitas manajemen pemilikUMKM sudah cukup baik karena merekamampu “merealisasikan” spirit kewira-usahaan mereka dalam bentuk UMKM,akan tetapi masih membutuhkan doronganagar dapat merealisasikannya dalam peng-ambilan keputusan yang lebih baik, dengansumber daya terbatas. Pada bagian selanjut-nya akan dijabarkan materi dan metode,analisis dan pembahasan, serta simpulan.

TINJAUAN TEORETISSistem Akuntansi Manajemen

Hasil studi Kirby dan King (1997) diNorth East of England (dalam Nandan,2010) menyebutkan bahwa sebenarnya pe-milik UMKM membutuhkan akuntan lebihdari sekedar penyedia jasa routine complianceyang hanya akan menambah biaya per-usahaan. Pemilik UMKM mengekspektasi-kan bahwa akuntan akan mampu mem-bantu mereka menerjemahkan tujuan danstrategi bisnis ke dalam berbagai indikatorkinerja keuangan maupun nonkeuangan,pengukuran kinerja dan pengendalian. Halini menyebabkan mismatch antara pemilikUMKM dan akuntan mengenai tujuan yangdapat dicapai dari pemanfaatan sistemakuntansi. Pendidikan yang tepat akanmembantu pemilik UMKM dalam me-manfaatkan informasi akuntansi untukmembuat berbagai keputusan bisnis. Pe-manfaatan informasi akuntansi untuk ke-pentingan manajemen perusahaan (pemilikUMKM) disebut sistem akuntansi mana-jemen.

Abdel-Kader dan Luther (2006) me-nyatakan bahwa berbagai prosedur akun-tansi manajemen dari buku teks maupunliteratur-literatur terkait dapat dikelompok-kan untuk tujuan: (1) mendukung dalampenyediaan informasi costing, (2) pengang-garan yang merupakan bagian dari aktivitasperencanaan dan pengendalian aktivitasdalam organisasi, (3) evaluasi kinerja dariberbagai unit bisnis baik menggunakanukuran-ukuran kinerja keuangan maupunnon-keuangan, (4) menyediakan informasiuntuk pengambilan keputusan, (5) me-nyediakan informasi untuk analisis strategismaupun, (6) menyediakan informasi yangakurat dan tepat waktu untuk mendukungkomunikasi. Dalam rangka pengambilankeputusan manajemen harus memper-timbangkan tindakan-tindakan alternatif.

Oleh karena itu akuntan manajemenharus menyediakan data-data yang cukuplengkap tentang perhitungan masing-masing altematif, dan yang akan dipilihtentunya altematif yang memberikan ke-untungan lebih besar bagi perusahaan.Dalam hal ini akuntan manajemen akanmencatat dan mengunpulkan data-datayang ada di perusahaan baik data monetermaupun non moneter dan juga data-data diluar perusahaan, sehingga apabila manajermembutuhkan data yang dimaksud dapatdengan segera dipenuhi. Seorang manajerharus dapat menjabarkan teori manajemendan teori-teori lainnya dalam bentuk angka-angka yang nyata, sehingga manajemendapat menganalisa dan menginterpretasi-kan angka-angka tersebut dalam rangkapengambilan keputusan. Dengan demikianpengertian lain dari akuntansi manajemenadalah bagaimana menggunakan data yangtersedia untuk tujuan pengambilan ke-putusan.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas,data dari berbagai kejadian ekonomik padasuatu perusahaan diolah melalui suatuproses (meliputi pengumpulan, pengukur-an, penyimpanan, analisis, pelaporan danpengelolaan data) yang akhirnya meng-hasilkan berbagai keluaran, tidak hanya

Page 5: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 159

berupa laporan keuangan. Berbagai infor-masi yang dihasilkan oleh sistem akuntansimanajemen yang baik akan membantupemilik manajemen dalam pengembanganusahanya melalui dukungan dari berbagaipihak seperti pemerintah ataupun lembagakeuangan. UMKM harus menunjukkaneksistensinya dan membangun kepercayaanpihak lembaga keuangan (bank dan nonbank) melalui praktik akuntansi, sehinggaUMKM dapat feasible, bankable, accountable,dan profitable serta dapat mengakses sumberdaya produktif lainnya. Eksistensi danpertumbuhan UKM dapat didukung de-ngan adanya tenaga advisors seperti akun-tan. Studi Berry dan Sweeting (2006) di kotaManchester (negara Inggris) menunjukkanbahwa UMKM yang berkembang sebagianbesar menggunakan tenaga akuntan/konsultan.

Dalam penelitian sekarang, diajukanpengembangan model sistem akuntansimanajemen berkomputer, yang didesaindengan Microsoft Excel yang merupakanprogram aplikasi yang popular dan fleksi-bel, sehingga diduga pemilik UMKM akanmenemui sedikit kesulitan dalam meng-gunakannya. Penggunaan sistem akuntansimanajemen berkomputer (software) yangdidesain untuk UMKM akan bermanfaatuntuk: (1) Memudahkan pemilik UMKM(manajemen perusahaan) untuk mengetahuidengan cepat, tepat dan pasti data sumberdaya yang dimilikinya; dan (2) Meningkat-kan efisiensi dan produktivitas, sehinggamanajemen perusahaan dapat lebih ber-fokus pada tugas-tugas strategis daripadaoperasional.

Kemanfaatan timbul sebagai konse-kuensi dari pemanfaatan/penggunaan. Ke-manfaatan dari sistem akuntansi manajemen berkomputer ini dapat diukur dariperspektif Technology Acceptance Model(TAM). TAM adalah sebuah teori sisteminformasi yang menampilkan bagaimanapengguna mengerti dan menggunakansebuah teknologi. TAM merupakan mediayang berharga untuk memprediksi keingin-an untuk menggunakan sebuah sistem

informasi (Davis, 1989). Faktor yang mem-pengaruhi keputusan mengenai bagaimanadan kapan pengguna teknologi akan meng-gunakan teknologi tertentu yaitu:1. Perceived usefulness (persepsi atas daya

guna) yaitu suatu tingkatan dimanaseseorang yakin dalam menggunakansebuah sistem khusus yang dapat me-ningkatkan kinerjanya. Daya guna dapatdiukur dengan pertanyaan: kemampuanuntuk mengendalikan pekerjaan, peng-gunaan teknologi mampu meningkat-kan kinerja, memungkinkan penghemat-an waktu, memungkinkan penyelesaiantugas dengan lebih cepat, meningkatkanefektivitas dan kualitas kerja, bergunabagi pekerjaan (Davis, 1989).

2. Perceived easy of use (persepsi tentangkemudahan penggunaan) yaitu suatutingkatan dimana seseorang yakin bah-wa sebuah sistem khusus dapat mem-permudah kinerjanya. Tingkat kemudahan penggunaan dapat diukur dari: tidakdibutuhkannya waktu yang lama untukmemikirkan cara mengoperasikannya,kemudahan dalam mengoperasikan,memenuhi yang diinginkan pengguna,fleksibilitas dan mudah untuk menjaditerampil dalam mengoperasikannya.Kedua faktor di atas beserta faktor ke-

tiga yaitu sikap pengguna sistem (attitude),yaitu perasaaan sangat suka atau sangattidak suka diduga akan mempengaruhi niatberperilaku (behavior intention) dalam meng-gunakan suatu sistem informasi. Apabilaniat berperilaku tinggi maka motivasiintrinsik dalam menjalankan bisnis jugaakan meningkat.

Motivasi IntrinsikMotivasi adalah hal yang menimbulkan

dorongan kepada seseorang untuk ber-tindak dengan cara tertentu. Kekuatan/dorongan seseorang dalam melakukan se-suatu dapat berasal dari dalam ataupundari luar diri orang tersebut. Doronganyang timbul dari dalam diri seseorangdisebut sebagai motivasi intrinsik. MenurutPrahiawan dan Simbolon (2014) motivasi

Page 6: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

160 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

intrinsik adalah motivasi yang paling kuatkarena mampu membuat seseorang sadarakan tanggung jawab dan pekerjaannyasecara lebih baik sehingga ia akan terdoronguntuk bersemangat menyelesaikan denganbaik pekerjaannya. Oleh karenanya, mem-pertahankan atau bahkan meningkatkanmotivasi dapat dikatakan sangat pentingkarena motivasi mendorong seseorang da-lam mencapai hasil/kinerja yang optimal.

Terkait dengan UMKM, seseorang/pemilik UMKM juga perlu mempertahan-kan atau meningkatkan motivasinya dalamberusaha/mengelola bisnisnya. Hal ini per-lu dilakukan karena jika dilihat dari segiyang aktif atau dinamis, motivasi tampaksebagai suatu usaha positif dalam usahamenggerakkan, mengarahkan daya potensidirinya agar secara produktif berhasil men-capai dan mewujudkan tujuan yang di-tetapkan sebelumnya. Motivasi perlu di-tempatkan sebagai bagian yang funda-mental dari kegiatan manajeman, sehinggaupaya pemilik UMKM dapat ditujukanpada pengarahan potensi dan daya kerjasehingga dapat menimbulkan tingkat se-mangat dan kegairahan yang tinggi dalammengelola bisnisnya.

Dalam penelitiannya pada kurang lebih100 manajer bank, Wing et al. (2010) me-nemukan bahwa terdapat pengaruh positifdari motivasi intrinsik (yaitu perasaan puas,accomplishment, dan merasa lebih memiliki)terhadap kinerja. Motivasi dari dalam diriseseorang akan mendorong seseoranguntuk berprestasi.

Dalam konteks penelitian sekarang,apabila pemilik UMKM yang juga sekaligusberperan sebagai pihak manajemen per-usahaan terdorong sesuatu yang menyebab-kan motivasi intrinsiknya meningkat, makakinerja UMKM-nya juga akan meningkat.Motivasi intrinsik penelitian sekarang jugaakan diukur dengan instrumen yang di-gunakan oleh Wing et al. (2010), yaitu de-ngan 3 pertanyaan terkait dengan: perasaanpuas, accomplishment, dan merasa lebihmemiliki.

Kinerja UMKMKinerja adalah hasil/capaian dari suatu

proses yang dilakukan oleh suatu per-usahaan. Istilah kinerja atau perfomance jugadapat diartikan sebagai tolak ukur se-seorang dalam melaksanakan seluruh tugasyang ditargetkan kepadanya, sehingga upa-ya untuk mengadakan penilaian terhadapkinerja di suatu organisasi merupakan halpenting. Terdapat banyak ukuran darikinerja, baik yang terukur (bersifat obyektif)maupun yang sulit diukur (bersifat subyek-tif).

Kinerja berkaitan dengan proses pe-laksanaan tugas seseorang sesuai dengantanggung jawab yang dimillikinya. Kinerjaini meliputi prestasi kerja seseorang dalammenetapkan sasaran kerja, pencapaiansasaran kerja, cara kerja, dan sifat pribadi-nya. Mahoney et al. (1963) dalam Alliyahdan Hidayat (2014) membahas konsepkinerja dalam kaitannya dengan kinerjamanajemen, dan mendefinisikan kinerjamanajemen berdasarkan fungsi-fungsi mana-jemen yang dimasukkan ke dalam konstrukkinerja manajemen tersebut, yaitu pe-rencanaan, investigasi, pengkoordinasian,evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, nego-siasi, perwakilan dan kinerja secara me-nyeluruh. Dalam konteks UMKM, pemilikUMKM seringkali berperan sebagai mana-jemen yang “mengeksekusi” proses mana-jemen mulai perencanaan sampai denganpengendalian. Instrumen ini telah terujidalam penelitian terdahulu, antara lain olehBrownell (1982), Brownell dan McInnes(1986), Frucot dan Shearon (1991), danIndriantoro (1993) dalam Alliyah danHidayat (2014). Setiap responden dimintamengukur kinerjanya sendiri melaluidelapan bidang aktivitas manajemen dansatu pengukuran kinerja secara me-nyeluruh.

Selain kinerja manajerial, diperlukanpula untuk mengetahui kinerja keuangandari bisnis UMKM. Kinerja keuangan dalampenelitian ini menggunakan ukuran-ukuranterkait penjualan dan laba seperti TotalLaba, Tingkat Laba Terhadap Penjualan

Page 7: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 161

(Return on Sales), Tingkat Laba TerhadapAset (Return on Assets), Pertumbuhan Pen-jualan dan Pertumbuhan Laba. Didugaukuran-ukuran inilah yang penting untukmengetahui pertumbuhan bisnis klien. Per-tanyaan mengenai ukuran-ukuran tersebutakan ditanyakan dalam bentuk pernyataanmengenai penting tidaknya dan puastidaknya capaian ukuran tersebut kepadaresponden (dalam skala 5 poin), sepertiyang dilakukan oleh Naman dan Slevin(1993) dalam Beal (2000). Tidak diukurnyavariabel ini secara obyektif akan tetapihanya berdasarkan persepsi pemilik/mana-jemen UMKM disebabkan seringkali tidaktersedianya ukuran yang obyektif tentangUMKM (Beal, 2000).

Pengembangan Hipotesis dan ModelAnalisis

UMKM Manufaktur adalah bentukusaha yang lebih kompleks apabila di-bandingkan dengan jenis usaha jasa mau-pun dagang, meskipun dengan skala usahayang sama. Bentuk usaha ini mengolahberbagai jenis sumber daya dalam meng-hasilkan output produk. Untuk memper-tahankan eksistensi usahanya dari parapesaing, UMKM manufaktur perlu adaptifterhadap perubahan lingkungan bisnisdengan cara mengambil keputusan secaracepat dan tepat waktu. Riset empiristerdahulu yang dilakukan oleh Alhusain(2009), Harimurti dan Hariyudhanti (2012)maupun Sian dan Robert (2009). Alhusain(2009) maupun Harimurti dan Hariyudhanti(2012) mendiagnosis permasalahan UMKMyaitu: tidak adanya pemisahan harta pribadi& usaha; kurangnya rekam jejak data usahatidak ada sehingga data sumber daya danbisnis menjadi tidak terkendali. Penelitiantersebut juga mengemukakan bahwa ke-biasaan mencatat transaksi belum menjadihabitus pelaku usaha mikro, namun ke-inginan untuk mengetahui perkembanganusaha sangatlah besar. Sian dan Robert(2009) mengidentifikasi laporan keuangandan akuntansi yang dibutuhkan UKM diInggris (UK). Pendekatan yang dilakukan

dengan mengirim kuesioner kepada akun-tan yang menyediakan jasa pada UKM sertapemilik UKM itu sendiri. Penelitian inimenemukan: (1) Sebagian besar UKM men-catat transaksinya dengan menggunakanpaket perangkat lunak yang telah dijualbebas; (2) Meskipun telah mencatat meng-gunakan software, UKM masih meminta jasaakuntan untuk menyiapkan laporan ke-uangan oleh sebab usahanya lebih kom-pleks daripada software yang tersedia.

Pengembangan sistem akuntansi mana-jemen berkomputer dalam penelitian inididuga akan mampu memberikan manfaatbagi manajemen (dalam hal ini pemilikUMKM) yang kemudian akan mendorongpeningkatan motivasi manajemen dalammengembangkan bisnisnya. Menurut Chat-zoglou et al. (2010), apabila UMKM tidakmampu menggabungkan perubahan tekno-logi baru pada organisasinya maka merekaakan menghadapi kesulitan dalam adopsitenologi informasi. Akibatnya, UMKM akankesulitan mengambil manfaat dari per-kembangan teknologi informasi yang adadan semakin pesat seperti sekarang ini.

Teknologi komputer berbasis MS Excelyang sangat fleksibel dan bermanfaat bagipemilik UMKM karena akan membantupengolahan data sumber daya yang dalamjumlah besar. Kemanfaatan sistem yangditawarkan akan lebih dirasakan apabilasistem baru dapat mengurangi kesulitanatau bahkan dapat menggantikan sistemlama, sehingga mampu meningkatkanperasaan puas, accomplishment, dan merasalebih memiliki dari pemilik/manajemenUMKM. Kemanfaatan dari sistem akuntansimanajemen berkomputer ini dapat diukurdari perspektif Technology Acceptance Model(TAM).

TAM adalah sebuah teori sistem infor-masi yang menampilkan bagaimana peng-guna mengerti dan menggunakan sebuahteknologi (Davis, 1989). Niat menggunakansistem akuntansi manajemen yang tepatguna (behaviour intention) akan dipengaruhi3 hal (dalam konteks TAM) yaitu: dayaguna (usefulness), kemudahan penggunaan

Page 8: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

162 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

(ease of use), dan sikap pengguna sistem(attitude toward using). Apabila niat perilaku(behavior intention) dalam menggunakanSAM berkomputer meningkat maka moti-vasi berbisnis juga akan meningkat. Apabilamotivasi intrinsik seseorang meningkat,maka kinerja pemilik UMKM (yang ber-peran sebagai pihak manajemen) akan me-ningkat. Hipotesis penelitian yang akandiuji dalam penelitian sekarang:H1: Persepsi atas daya guna (usefulness)

berpengaruh positif terhadap niatperilaku (behavior intention) mengguna-kan sistem akuntansi manajemen.

H2: Persepsi atas kemudahan penggunaan(ease of use) berpengaruh positif ter-

hadap niat perilaku (behavior intention)menggunakan sistem akuntansi mana-jemen.

H3: Sikap pengguna sistem (attitude towardusing) berpengaruh positif terhadapniat perilaku (behavior intention) meng-gunakan sistem akuntansi manajemen.

H4: Niat perilaku (behavior intention) meng-gunakan sistem akuntansi manajemenberpengaruh positif terhadap motivasiintrinsik pelaku UMKM.

H5: Motivasi intrinsik berpengaruh positifterhadap kinerja pelaku UMKM.Model analisis dalam penelitian se-karang adalah sebagai berikut:

Gambar 1Model Analisis

METODE PENELITIANDesain Penelitian

Metode penelitian yang digunakanadalah metode penelitian kuantitatif ber-hipotesis sekaligus penelitian kualitatif de-ngan jenis action research yang dilaksana-kan dalam suatu rangkaian kegiatan.Tujuan penelitian berhipotesis adalah me-ngukur dan menguji kemanfaatan SAMyang saat ini digunakan dari konteks TAMsebagaimana yang dijelaskan pada bagiansebelumnya serta menguji pengaruh niatpemilik dalam memanfaatkan SAM ter-hadap motivasi dan motivasi terhadapkinerja.

Selanjutnya, action research akan di-implementasikan melalui pengembanganmodel SAM yang dapat dimanfaatkanuntuk memecahkan permasalahan praktisyang dihadapi dalam bisnis UMKM. Pada

penelitian ini peneliti secara aktif men-ciptakan perubahan organisasional dan se-cara simultan mempelajari proses perubah-an yang terjadi. Metode penelitian ini cocokdigunakan dalam pengembangan SAM.Proses action research mengadopsi metodeyang dikemukakan Baskerville dan Myers(dalam Myers, 2009) yang digambarkanpada gambar 2.

Objek Penelitian dan Teknik AnalisisData Kuantitatif

Objek penelitian ini adalah UMKMbidang manufaktur (industri mengubahbahan baku menjadi barang jadi) yangdipilih berlokasi di Surabaya dan Sidoarjo.Obyek penelitian adalah pemilik atau pihakmanajemen dari UMKM.

Sebelum data diolah dan dianalisis,maka terlebih dahulu harus dilakukan

Behavior Intentionpada Sistem Ak.

Manj

MotivasiIntrinsik

KinerjaUMKM

UsefulnessEase Of Use

Attitude Toward UsingBehavior Intention pada

Sistem Ak. Manj

Page 9: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 163

Gambar 2Tahapan Action Research Pengembangan Model SAM

Sumber: Myers (2009)

pengujian validitas (test of validity) dan pe-ngujian reliabilitas (test of reliability) me-nurut Ghozali (2006). Selanjutnya akan di-lakukan uji asumsi klasik yang meliputi: (a)uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2006: 30), (b) uji heteros-kedastisitas menggunakan metode grafikplot (Ghozali, 2006: 105).

Analisis regresi linier berganda yangsecara matematis dirumuskan denganmodel sebagai berikut:BI =M =Kinerja =Dimana: Kinerja mencakup KinerjaKeuangan (KK) ataupun Kinerja Manajerial(KM), M untuk Motivasi Intrinsik, BI untukBehavior Intention, U untuk Usefulness, Euntuk Ease of Use dan A untuk Attitude.

ANALISIS DAN PEMBAHASANKarakteristik Objek Penelitian

Sebanyak 60 (enam puluh) kuesionerdisebarkan kepada pemilik atau manajemenUMKM, baik secara langsung selama bulanJuni sampai dengan awal Agustus 2014(terpotong masa libur lebaran). Jangkawaktu yang diberikan untuk pengisiankuesioner adalah maksimal satu minggu.Tiap UKM mendapatkan sebuah kuesioner

untuk diisi baik secara langsung maupunvia email. Setelah batas waktu pengembaliankuesioner berakhir, peneliti akan meng-hubungi UKM tersebut apakah kuesioneryang telah dibagikan telah selesai atautidak. Apabila kuesioner telah selesai diisimaka penulis akan mengambil kuesionertersebut.

Dari jumlah tersebut hanya sejumlahdua puluh delapan kuesioner yang dapatdiolah (46,67%), sisanya tidak bersediamenjadi responden saat dikonfirmasi secaralangsung. Dari kuesioner yang dapat di-gunakan, diperoleh data yang dapat men-jelaskan demografi responden. Deskripsidemografi responden ini terdiri dari lamaperusahaan beroperasi, hasil penjualan per-usahaan, jenis kelamin, umur responden,dan jabatan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahuijumlah responden yang telah mengisikuesioner berdasarkan jenis kelamin adalahlaki-laki maupun perempuan masing-masing sebanyak 14 orang atau 50%.

Selain itu rata-rata usia pemilik/manajemen UMKM adalah 39,36 tahun de-ngan lama usaha 8,18 tahun. Pendidikanresponden 53,6% adalah lulusan sekolahmenengah sedangkan sisanya merupakanlulusan perguruan tinggi.

1. Tahap diagnostikeksplorasi masalah

4. EvaluasiAnalisis dampak aksi

3. Implementasi aksi

2. Perencanaantindakan

Buat rancangan aksi

5. MenentukanpembelajaranIdentifikasi yg dipelajari

Pengembangan ModelSAM untuk

UMKM

Page 10: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

164 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

Tabel 1Demografi Responden

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

USIA 28 20 62 39,36 10,915LAMA 28 2 20 8,1786 5,24972OMZET/TH 28 3.600.000 24.000.000.000 2,63E9 4,627E9Valid N (listwise) 28

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Jenis Kelamin (JK)Laki-laki 14 50,0 50,0 50,0Wanita 14 50,0 50,0 100,0

Pendidikan (PEND)SMP 4 14,3 14,3 14,3SMA 11 39,3 39,3 53,6Universitas 13 46,4 46,4 100,0

Posisi/Jabatan (JAB)Pemilik 25 89,3 89,3 89,3Manajemen 3 10,7 10,7 100,0

Berutang atau Tidak (UTANG)Tidak Berutang 11 39,3 39,3 39,3Ya, Berutang 17 60,7 60,7 100,0

Model Sistem akuntansi Manajemen yang Digunakan (SAM)Manual 14 50,0 50,0 50,0Berkomputer Umum 9 32,1 32,1 82,1Software AkuntansiKhusus

5 17,9 17,9 100,0

Lima puluh persen responden masihmenggunakan sistem manual (termasukmenggunakan sistem akuntansi manaje-men) dalam pelaksanaan pembukuannyauntuk pengambilan berbagai keputusan bis-nis, padahal tujuh belas responden (60,7%)menyatakan mereka berutang dalam men-jalankan usahanya. Banyaknya jumlah yangberutang seharusnya menunjukkan adanyakebutuhan dari pihak kreditur (pihak luar)yang menginginkan transparansi kemajuanusaha sehingga dapat menjamin kepastianpengembalian pokok (maupun bunga) yangmereka pinjamkan pada pelaku bisnis.

Statistik Deskriptif DataDalam bagian ini akan disajikan

statistik deskriptif dari variabel yaitu kinerjakeuangan (KK), kinerja manajerial (KM),

motivasi intrinsik (M), behavior intention (BI),attitude toward using (A), ease of use (E) danusefulness (U).

Rata-rata jawaban dari ease of use (E)adalah 3,4881 dengan penyimpangan yangdapat terjadi sebesar 0,94926. Angka mini-mum dan maximum yang diperoleh adalah 2dan 5. Rata-rata jawaban dari usefulness (U)adalah 3,5179 dengan penyimpangan yangdapat terjadi sebesar 0,89347. Angka mini-mum dan maximum yang diperoleh adalah 2dan 5. Rata-rata jawaban dari attitude towardusing (A) adalah 4,4464 dengan penyimpa-ngan yang dapat terjadi sebesar 0,56665.Angka minimum dan maximum yang di-peroleh adalah 3 dan 5. Rata-rata jawabandari behavior intention (BI) adalah 4,4643dengan penyimpangan yang dapat terjadisebesar 0,68095.

Page 11: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 165

Tabel 2Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Kode Variabel N Minimum Maximum Mean Std. DeviationE 28 2,00 5,00 3,4881 0,94926U 28 2,00 5,00 3,5179 0,89347A 28 3,00 5,00 4,4464 0,56665BI 28 2,67 5,00 4,4643 0,68095M 28 2,00 5,00 3,0238 0,88391KK 28 3,2 20,2 12,250 4,7146KM 28 2,11 8,67 6,2897 1,73544

Valid N (listwise) 28Kode Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

K1.1 28 2 5 4,29 0,713K1.2 28 2 5 4,18 0,905K1.3 28 2 5 3,93 0,716K1.4 28 2 5 4,14 0,756K1.5 28 2 5 4,07 0,766K2.1 28 1 4 2,89 1,100K2.2 28 1 5 2,93 1,184K2.3 28 1 5 2,82 1,124K2.4 28 1 5 3,00 1,217K2.5 28 1 5 3,00 1,155KM1 28 3 9 6,11 1,499KM2 28 2 9 6,11 2,079KM3 28 2 9 6,25 2,188KM4 28 2 9 6,21 2,097KM5 28 2 9 6,50 2,046KM6 28 1 9 6,39 2,250KM7 28 2 9 6,82 2,245KM8 28 1 9 6,14 2,621KM9 28 2 9 6,46 1,815

Valid N (listwise) 28Sumber: Data Diolah

Angka minimum dan maximum yangdiperoleh adalah 2,67 dan 5. Dapat dikata-kan responden cenderung setuju denganpernyataan/pertanyaan kuesioner menge-nai technology acceptance model yang diukurmelalui 4 variabel di atas (E, U, A dan BI).

Rata-rata jawaban dari motivasi intrin-sik (M) adalah 3,0238 dengan penyimpang-an yang dapat terjadi sebesar 0,88391.Angka minimum dan maximum yang di-peroleh adalah 2 dan 5. Rata-rata jawabandari kinerja keuangan (KK) adalah 12,250dengan penyimpangan yang dapat terjadisebesar 4,7146. Angka minimum dan maxi-

mum yang diperoleh adalah 3,2 dan 20,2.Lebih jauh dapat diketahui bahwa respon-den rata-rata menganggap penting kinerjakeuangan (K1.1 s/d K1.5) dalam penelitiansekarang akan tetapi untuk capaian kinerja(K2.1 s/d K2.5) responden menyatakankurang puas (mean dibawah 3,00). Hal inidata dilihat dari mean pertanyaan K1.1 s/dK1.5 mendekati atau diatas angka 4,sedangkan mean pertanyaan K2.1 s/d K2.5hanya mendekati atau sama dengan angka 3(yang berarti netral). Rata-rata jawaban darikinerja manajerial (KM) adalah 6,2897dengan penyimpangan yang dapat terjadi

Page 12: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

166 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

sebesar 1,73544. Angka minimum dan maxi-mum yang diperoleh adalah 2,11 dan 8,67.

Analisis DataUji validitas dilakukan dengan meng-

gunakan program SPSS dengan langkahanalyze-correlate-bivariate antara masing-masing indikator dengan total variabelindependen. Uji validitas ini menggunakanuji Pearson. Suatu variabel dikatakan validapabila nilai signifikansinya kurang dari0,05 dan memiliki korelasi lebih dari 0,3.Hasil uji validitas terhadap variabel-varia-bel penelitian menunjukkan korelasi se-luruhnya di atas 0,6 yang menyimpulkanvalid dan Cronbach Alpha di atas 0,8 me-nyimpulkan keseluruhan variabel reliabel.Hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwadata seluruhnya terdistribusi normal baikuntuk pengujian dengan variabel dependenkinerja keuangan (tingkat sig. 0,732) mau-pun kinerja manajerial (tingkat sig. 0,905).

Dari hasil pengujian gejala heteros-kedastisitas yang dilakukan dengan melihatpenyebaran residual hasil estimasi modelyang dipaparkan dengan grafik Scatterplotdi atas, dimana penyebarannya acak atautidak membentuk pola, serta penyebaran-nya berada di atas dan di bawah angka 0pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkansemua variabel penelitian terbebas dariheteroskedastisitas. Ada dua cara yang da-pat dilakukan untuk melakukan uji goodnessof fit, yaitu dengan analisis koefisiensideterminasi berganda (R2) dan dengan ujistatistik F.

Tabel 3 menyajikan hasil pengolahanuji koefisiensi determinasi berganda. Daritabel 3 terbukti bahwa model 1 dan model 2untuk menguji hipotesis kelima menunjuk-kan goodness of fit dengan tingkat signi-fikansi di bawah 5% meskipun pengaruh-nya masih dibawah 25%. Dari model 3 tidakmenunjukkan model yang baik di manavariabel BI dari sistem akuntansi manaje-men yang selama ini dipakai oleh UMKMtidak dapat memprediksi keterkaitannyadengan peningkatan motivasi intrinsikpengguna.

Model 4 untuk menguji hipotesis per-tama sampai dengan ketiga menunjukkangoodness of fit dengan tingkat signifikansi dibawah 5%, menunjukkan bahwa secarabersama-sama variabel usefulness, easy mau-pun attitude dapat memprediksikan keter-kaitannya dengan pemanfaatan sistemakuntansi manajemen UMKM yang menjadisampel penelitian.

Hasil uji F ini selain menunjukkangoodness of fit, juga menunjukkan peluangbahwa UMKM membutuhkan model sistemakuntansi manajemen yang bermanfaat/useful (akan dijelaskan lebih detail berdasar-kan hasil survei dan focus group discussion dibagian selanjutnya) dan mudah (karena se-bagian besar atau 53,7% pemilik UKM me-miliki tingkat pendidikan tingkat me-nengah) yang akan mendorong atau me-ningkatkan intensi mereka dalam meng-gunakannya. Selanjutnya pada Tabel 4 akanmenunjukkan hasil uji hipotesis.

Tabel 3Uji Goodness Of FitModel Summary (b)

Model DependentVariable

Predictors F Sig. R Square Adjusted RSquare

1 KK M 4,838 0,037 0,157 0,1242 KM M 4,384 0,046 0,144 0,1113 M BI 0,390 0,538 0,015 -0,0234 BI A,U,E 7,500 0,001 0,484 0,419

Sumber: Data Diolah

Page 13: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 167

Tabel 4Hasil Uji Regresi Sederhana maupun Regresi Linier Berganda

Variabel bebas

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients thitung Sig. HipotesisBeta Std.

ErrorBeta

Variabel Terikat Kinerja Keuangan (KK)(Constant) 5.862 3.022 1.940 .063M 2.113 .960 .396 2.200 .037 H5 diterimaVariabel Terikat Kinerja Manajerial (KM)(Constant) 4.035 1.121 3.601 .001M .746 .356 .380 2.094 .046 H5 diterimaVariabel Terikat Motivasi Intrinsik (M)(Constant) 3.728 1.141 3.269 .003BI -.158 .253 -.122 -.625 .538 H4 ditolakVariabel Terikat Behavior Intention (BI)(Constant) .735 .913 .805 .429U -.127 .226 -.166 -.559 .581 H1 ditolakE .108 .214 .151 .505 .618 H2 ditolakA .854 .182 .711 4.689 .000 H3 diterima

Sumber: Data Diolah

Hipotesis penelitian yang akan diujidalam penelitian sekarang bahwa Persepsiatas daya guna (usefulness) berpengaruhpositif terhadap niat perilaku (behaviorintention) menggunakan sistem akuntansimanajemen (H1), Persepsi atas kemudahanpenggunaan (ease of use) berpengaruh positifterhadap niat perilaku (behavior intention)menggunakan sistem akuntansi manajemen(H2); Sikap pengguna sistem (attitude towardusing) berpengaruh positif terhadap niatperilaku (behavior intention) menggunakansistem akuntansi manajemen, (H3), Niatperilaku (behavior intention) menggunakansistem akuntansi manajemen berpengaruhpositif terhadap motivasi intrinsik pelakuUMKM (H4); dan Motivasi intrinsik ber-pengaruh positif terhadap kinerja pelakuUMKM (H5), baik dalam Hal ini kinerjakeuangan (KK) maupun kinerja manajerial(KM).

Pada tabel 4 dapat diketahui bahwahipotesis ke-3 (H3) dan hipotesis ke-5 (H5)diterima dengan tingkat signifikansi kurangdari 5%. Hal ini membuktikan bahwakinerja keuangan (KK) dan kinerja manaje-

rial (KM) pemilik UKM dapat meningkatapabila motivasi intrinsik mereka juga me-ningkat. Akan tetapi pemanfaatan sistemakuntansi manajemen UKM yang selama inidipakai oleh pelaku UKM belum dapat di-buktikan pengaruhnya terhadap peningkat-an motivasi intrinsik mereka. Hal ini mem-buka peluang pengembangan programsistem akuntansi manajemen berkomputeryang tepat guna, akan saat dimanfaatkandapat meningkatkan kinerja pelaku usahaUKM.

PembahasanHasil penelitian dengan sampel UMKM

manufaktur ini menemukan bahwa terdapatpengaruh positif dari motivasi intrinsik kekinerja. Hipotesis ke-5 (H5) diterima dengantingkat signifikansi kurang dari 5% baikuntuk kinerja keuangan (KK) maupunkinerja manajerial (KM) pelaku UKM.Artinya, semakin pelaku UMKM merasapuas dengan SAM yang ada, merasa telahtercapai prestasinya dengan SAM yang ada,dan merasa telah mampu mengendalikanbisnisnya dengan SAM yang ada, maka

Page 14: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

168 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

semakin tinggi pula kinerja keuangan danmanajerialnya. Dengan objek penelitianyang berbeda, temuan sekarang menambahdukungan terhadap temuan Wing et al.(2010) yang juga menemukan bahwa ter-dapat pengaruh positif dari motivasi intrinsik (yaitu perasaan puas, accomplishment,dan merasa lebih memiliki) terhadapkinerja. Akan tetapi, hasil regresi gagalmembuktikan pengaruh niat menggunakan(behavior intention) SAM berkomputer ter-hadap motivasi berusaha para pelakuUMKM. Justru hasil regresi memiliki nilainegatif dan tidak signifikan, serta nilai R2

yang rendah. Beberapa hal dapat menjelas-kan fenomena ini.

Secara keseluruhan niat menggunakanSAM berkomputer adalah tinggi, sementaraitu kepuasan pelaku usaha terhadap SAMyang digunakannya saat cenderung bernilaikecil, terutama pada pelaku usaha yangmenggunakan SAM berbasis manual. Temu-an ini konsisten dengan temuan Ediraras(2010) dalam penelitiannya pada UKM diDepok. Ia menemukan bahwa UKM masihsedikit menerapkan sistem akuntansi de-ngan berbagai alasan seperti: (a) adanyaanggapan bahwa usaha mereka merupakanusaha keluarga yang tidak begitu besar, (b)sedikitnya pengetahuan atau ketrampilanyang terkait dengan akuntansi, (c) tidakadanya tenaga ahli di bidang akuntansi, (d)dana usaha seringkali bercampur dengandana pribadi sehingga digunakan tanpadicatat, (e) anggapan bahwa akuntansi ter-lalu rumit dan menyita waktu, serta (f)pendapatan usaha yang diperoleh masihberfluktuasi.

Dalam pikiran pelaku usaha yangmasih menggunakan SAM berbasis manual,komputer akan mampu memecahkan per-soalan usahanya secara otomatis. Namunmereka tidak menyadari bahwa tetap di-perlukan persyaratan dalam pemakaianSAM berbasis komputer. “Saya belum sregdengan akuntansi Saya. Pelatihan dengan BIkemarin sebenarnya telah bagus dan diberiCD program akuntansi. Tapi saya belum

disiplin membuat catatan jadinya tetapbelum terpakai.” (Agus Suwanto, Wawan-cara Agustus 2014). “Saya belum puasdengan perhitungan akuntansi saya. Dalambuat kerupuk sudah ada takeran bahan,namun harga sudah ditentukan pedagangbesar sehingga saya pingin tetep ngertiberapa sebenarnya laba saya.” (Ervina,wawancara Juli 2014)

Hasil statistik deskriptif menunjukkanbahwa kecenderungan perilaku para pelakuUMKM untuk menggunakan SAM ber-komputer cukup tinggi (rata-rata 4,46).Mereka yakin SAM berkomputer merupa-kan alat bisnis yang efisien dan efektif. SAMberkomputer akan dipilih di masa depansaat usaha mereka menjadi kompleks.“kalau ada komputer yang membantu men-catat usaha krupuk saya, ya saya senang”(Ervina, Wawancara Juni 2014). “saat per-nah membuat catatan sebab diwajibkan olehPKBL Pabrik Gula Candi, tapi tidak telatenlalu mandeg. Kalau ada program pembuku-an komputer yang mudah ya mau saja.Kami sudah punya komputer kok.”(Musholin, wawancara Juni 2014).

Penelitian ini mengkonfirmasi faktoryang mempengaruhi kecenderungan peri-laku untuk menggunakan SAM berkompu-ter. Faktor pertama yang diuji adalah ke-mudahan untuk menggunakan. Pengujianhipotesis memang tidak dapat membukti-kan bahwa kemudahan untuk menggunakanberpengaruh signifikan terhadap kecen-derungan perilaku untuk menggunakanSAM berkomputer. Namun demikian, ter-dapat fenomena menarik yang ditemukanberkaitan dengan pendapat responden ter-kait kemudahan untuk menggunakan sis-tem akuntansi yang digunakannya.1. Pelaku UMKM yang belum membuat

catatan pembukuan merasa SAM yangdigunakan belum fleksibel dan me-menuhi keinginannya. Pada UMKMyang memiliki omset lebih besar danmenggunakan SAM manual cenderungmerasa SAM yang digunakan kurangfleksibel dan menghabiskan waktu.Namun bagi pelaku UMKM yang telah

Page 15: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 169

menggunakan komputer, merasa SAMyang digunakan lebih efisien, mudah,memenuhi informasi yang diperlukan,dan fleksibel.

2. Pelaku usaha yang berpendidikan ren-dah, cenderung lebih fokus pada masa-lah pemasaran dan produksi. Akuntansitidak diprioritaskan oleh sebab merasarepot atau ribet. Namun terdapat ke-sadaran bahwa SAM akan diperlukansaat usahanya kompleks.“saat ini usaha tempe kripik Saya masihsedikit, target saya seminggu mampumenjual 1.000 pack. Saat itu pasti sayabutuh program akuntansi” (Munali,Wawancara Juni 2014).“pendidikan Saya Cuma SD dan kerjabuat telor asin itu kotor, maka repotkalau setiap kali harus mencatat. TetapiSaya sudah siapkan anak saya yangsekolah untuk mulai mencatat usahatelor asin ini.” (Sulaiman, wawancaraJuni 2014).

3. Meski tidak membuat pencatatan, ter-dapat kearifan lokal oleh pelaku UMKM.Pelaku UMKM menyisihkan pendapatanyang diterima untuk membayar utangdan mendanai modal kerja untukproduksi putaran berikutnya. Misalnya,pada usaha pembuatan telor asin, pe-nyisihan hasil penjualan dilakukanuntuk belanja bahan pakan ternak danmembayar utang bank. Dana untukpakan ternak pada usaha telor asin ada-lah yang paling utama dan selalu terjadi.Sebab apabila ternak mengalami keter-lambatan atau kekurangan pakan, makaproduksi telor akan berkurang drastis.Perilaku menyisihkan dana yang di-peroleh dari usaha ini juga berlaku untukkebutuhan rumah tangga sebab bisnisUMKM yang menjadi objek penelitianadalah usaha keluarga (bahkan hampirsemua adalah usaha rumahan).“kalau dapat uang saya sisihkan duluuntuk bayar utang bank dan biaya pakanbebek baru sisanya untuk belanja rumahtangga. Pakan dan bayar utang yangsaya pentingkan sebab dari situlah usaha

telor asin ini dapat bertahan. Utang inisaya pakai untuk beli bibit dan sebagianuntuk pakan” (Sulaiman, wawancaraJuni 2014)

Faktor kedua yang diuji adalah keber-manfaatan menggunakan SAM saat ini. Pe-ngujian hipotesis juga gagal membuktikanpengaruh kebermanfaatan menggunakan SAMsaat ini terhadap kecenderungan perilakumenggunakan SAM berkomputer. Meski-pun rata-rata jawaban responden me-nunjukkan kecenderungan adalah me-nyetujui kemudahan dan kebermanfaatanSAM yang mereka gunakan saat ini, namunhal ini tidak berpengaruh signifikan ter-hadap kecenderuangan perilaku mengguna-kan SAM berkomputer. Wawancara denganinforman mengkonfirmasi dua fenomenaberkaitan dengan kebermanfaatan meng-gunakan SAM saat ini:1. UMKM memiliki akuntabilitas publik

yang tidak signifikan, bahkan tidak memerlukan akuntabilitas publik. PelakuUMKM yang tidak memiliki kewajibandi bank atau lembaga keuangan lainnyacenderung menganggap SAM yang di-gunakan saat ini telah cukup nyaman.Mereka bahkan tidak melakukan pen-catatan transaksi, meskipun demikiantetap memperhitungkan biaya produksi.Informan yang menjalankan usahaproduksi jaket kulit di Tanggulangin (RSCollection), misalnya mengungkapkanbahwa pencatatan dilakukan kalau tidakmalas. Pengusaha ini menjalankan usaha-nya dengan dana sendiri. Hal yang samajuga ditemukan pada informan yangmenjalankan usaha produksi lapis legit,brownis, dan lapis di Surabaya (AromaSejati). Pelaku UMKM yang tidak pernahterlibat dengan lembaga keuangan inimelakukan pencatatan secara manualdan sering lupa mencatat.

2. Ukuran usaha yang relatif kecil meng-akibatkan pelaku UMKM relatif merasaSAM yang digunakan bermanfaat. Na-mun pada pelaku yang merasa usahanyasemakin besar dan kompleks, merasaSAM yang digunakan saat ini belum

Page 16: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

170 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

mampu meningkatkan efektivitas pe-kerjaannya. “Untuk usaha kopi luwakyang saya jalankan dulu ya cukupan,tapi semakin lama usaha saya kan ma-cem-macem, kalau ada program akun-tansi yang gampang ya mau saja.” (Agus,Wawancara Agustus 2014)“Usaha Sayakan dasarnya pesanan kalau ada bazar.Jadi kalau ada yang pesan ya bikin, kalautidak ada pesanan, Saya aktif di PAUDdan Posyandu. Saya sudah hafal itunganper produk bandeng presto.” (Erna,Wawancara Juni 2014)

Faktor ketiga yang berpengaruh ter-hadap kecenderungan perilaku mengguna-kan SAM berkomputer adalah attitude.Penelitian ini bahkan berhasil membuktikanpengaruh positif signifikan variabel attitudeterhadap kecenderungan perilaku meng-gunakan SAM berkomputer. Rata-rata skorjawaban Attitude sangat tinggi (4,45) me-nunjukkan bahwa responden menyukaiSAM berkomputer. Mereka beranggapanmenggunakan SAM berkomputer akan me-nguntungkan dan bermanfaat bagi usaha-nya. Konfirmasi dengan responden me-nunjukkan bahwa komputer menjadi dayatarik pelaku UMKM untuk mengguna-kannya. Mereka beranggapan bahwa kom-puter akan memudahkan sistem akuntansiyang menurut benaknya adalah rumit.

Para pelaku UMKM telah mengenalteknologi informasi dan komunikasi sertakomputer, bahkan menggunakannya dalambisnis. Demikian pula pelaku UMKM yangtidak menggunakan komputer, namun me-reka telah menggunakan teknologi infor-masi seperti telepon seluler dan teleponpintar untuk komunikasi dengan pelangganmaupun kegiatan operasi yang lain. Hal inimerupakan kekuatan yang telah dimilikidan dapat dijadikan untuk memanfaatkanpeluang pengembangan SAM yang ter-integrasi dengan teknologi informasi dankomputer. Sebagai contoh adalah para pe-laku usaha telor asin di kampung telor asinCandi Sidoarjo. Meskipun proses produksitelor asin dan ternak bebek penuh denganprosedur manual yang kotor, namun be-

berapa dari mereka membuat pencatatandan mengolah dalam program MS Excel.Perhitungan ini biasa dilakukan anggotakeluarga yang mengenyam bangku sekolah.Musholin, misalnya telah mengolah datausahanya dalam komputer yang dilakukanoleh istrinya yang berprofesi sebagai gurusekolah. Sedangkan Sulaiman pemilik usahaberlabel Adon Jaya dan pelopor usaha telorasin yang pendidikannya hanya lulusansekolah dasar, telah menyerahkan per-hitungan usahanya kepada anaknya yangsaat ini sedang sekolah tingkat atas.

Kemudian dilakukan pengelompokanpada responden, yaitu mereka yang me-nggunakan sistem akuntansi manajemenmanual (kelompok 1) dan mereka yangmenggunakan sistem akuntansi manajemenbaik menggunakan software umum maupunkhusus (kelompok 2). Uji beda mengguna-kan ANOVA (Analysis of Variance) yangkemudian digunakan menunjukkan statistikdeskriptif dan tingkat signifikansi sepertipada Tabel 5. Hasil pada tabel 5 menunjuk-kan hal yang sama yaitu kemanfaatan darisistem akuntansi manajemen (SAM). Ke-lompok responden yang selama ini meng-gunakan SAM berkomputer, mempersepsi-kan bahwa SAM berkomputer lebih mudah,lebih berguna, menunjukkan attitude peng-guna yang lebih tinggi dalam hal ke-manfaatan daripada Kelompok respondenSAM manual. Behavior intention kelompokSAM berkomputer juga lebih tinggi, demi-kian pula motivasi intrinsik dan kinerjakeuangan maupun kinerja manajerial darikelompok SAM berkomputer. Meskipunperbedaan signifikan secara statistik darikedua kelompok hanya dapat ditemukanuntuk variabel Easy (F-value 8,010, p-value0,009) dan Kinerja Manajerial (F-value 8,696,p-value 0,007), hal ini tetap dapat dipakaisebagai bukti bahwa perlunya dibuka ke-sempatan yang lebih luas untuk pemanfaat-an SAM berkomputer yang mudah (dalamarti dapat dinikmati oleh pelaku UKMdengan berbagai latar belakang pendidikan)sehingga kinerja manajerial mereka dapatmeningkat.

Page 17: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 171

Tabel 5Statistik Deskriptif dan Hasil Uji ANOVA

N Mean Std.Deviation

Std.Error

N Mean Std.Deviation

Std.Error

E Kel. 1 14 3.0357 .70462 .18832 M Kel. 1 14 2.7619 .82097 .21941Kel. 2 14 3.9405 .96655 .25832 Kel. 2 14 3.2857 .89497 .23919Total 28 3.4881 .94926 .17939 Total 28 3.0238 .88391 .16704

U Kel. 1 14 3.2857 .79122 .21146 KK Kel. 1 14 10.843 5.8326 1.5588Kel. 2 14 3.7500 .95701 .25577 Kel. 2 14 13.657 2.8071 .7502Total 28 3.5179 .89347 .16885 Total 28 12.250 4.7146 .8910

BI Kel. 1 14 4.3095 .82134 .21951 KM Kel. 1 14 5.4365 1.92818 .51533Kel. 2 14 4.6190 .48670 .13008 Kel. 2 14 7.1429 .98462 .26315Total 28 4.4643 .68095 .12869 Total 28 6.2897 1.73544 .32797

A Kel. 1 14 4.3929 .62569 .16722Kel. 2 14 4.5000 .51887 .13868Total 28 4.4464 .56665 .10709

Sumber: Data Diolah

Tabulasi data penelitian ini membukti-kan bahwa SAM utamanya dimanfaatkanoleh pelaku UKM untuk menghitung biayausaha. Oleh karena itu diperlukannyadalam model SAM berkomputer yang akan

dibangun mutlak memerlukan fitur menu“menghitung biaya usaha” dalam SAM ber-komputer untuk menampung fungsi iniutamanya untuk UKM Manufaktur. Manfa-at lain disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6Pemanfaatan Sistem Akuntansi Manajemen oleh Responden

No Keterangan N %1 Menghitung biaya usaha 25 89,29%2 Menyusun laporan keuangan (Laba Rugi, Neraca, Arus Kas) 18 64,29%3 Menyajikan analisis Rasio Keuangan 5 17,86%4 Membuat keputusan bisnis 9 32,14%5 Merencanakan penjualan, biaya usaha, dan laba 15 53,57%6 Merencanakan arus kas masuk dan arus kas keluar periode

mendatang9 32,14%

7 Merencanakan utang 9 32,14%8 Merencanakan investasi usaha baru atau perluasan usaha 8 28,57%9 Lainnya 5 17,85%

Sumber: Data Diolah

SIMPULAN DAN SARANPenelitian ini akan menghasilkan se-

buah model sistem akuntansi manajemenbagi UMKM yang akan berguna untukperencanaan bisnis dan pengambilan ke-putusan manajerial untuk mempertahankaneksistensi usahanya. Kegiatan penelitian

telah berjalan sesuai rencana dengankesimpulan temuan survei dan FGD sebagaiberikut:1. Terdapat pengaruh positif dari motivasi

intrinsik ke kinerja. Hipotesis ke-5 (H5)diterima dengan tingkat signifikansikurang dari 5% baik untuk kinerja

Page 18: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

172 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 155 – 173

keuangan (KK) maupun kinerja manaje-rial (KM) pelaku UKM.

2. Pemanfaatan sistem akuntansi manaje-men UKM yang selama ini dipakai olehpelaku UKM belum dapat dibuktikanpengaruhnya terhadap peningkatanmotivasi intrinsik mereka. Hal ini mem-buka peluang pengembangan modelsistem akuntansi manajemen berkompu-ter yang dalam konteks TAM me-ngandung unsur kemudahan dan ber-guna, yang dapat mengubah attitudepelaku UKM bahwa SAM berkomputerakan membantu usaha mereka.

3. Dari tiga faktor penjelas niat mengguna-kan SAM: (a) kegunaan maupun ke-mudahan SAM yang mereka gunakantidak berpengaruh signifikan terhadapniat dalam menggunakan SAM, dan (b)sikap pemilik UMKM-lah yang ber-pengaruh signifikan terhadap niat dalammenggunakan SAM.

4. Temuan menunjukkan bahwa terdapat 3manfaat utama yang perlu ada padasuatu model SAM berkomputer yaitu: (1)Menghitung biaya usaha, (2) Menyusunlaporan keuangan (Laba Rugi, Neraca,Arus Kas), serta (3) Merencanakan pen-jualan, biaya usaha, dan laba.

Hasil penelitian sekarang merupakansuatu rangkaian penelitian yaitu mem-bangun model SAM berkomputer yangdibutuhkan oleh pelaku UMKM sesuai yangdijabarkan dalam pembahasan di atas. Di-harapkan proses trial and error dalam pe-nyusunan model serta uji coba dapat ter-laksana dengan baik pada bulan Novembermendatang. Selanjutnya implementasi padapelaku UMKM manufaktur juga dapatterlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKAAbdel-Kader, M. dan R. Luther. 2006.

Management Accounting Practices inthe British Food and Drinks Industry.British Food Journal 108(5): 336-357.

Alhusain, A. S. 2009. Analisa KebijakanPermodalan Dalam Mendukung Pe-ngembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (Studi Kasus Provinsi Balidan Sulawesi Utara). Kajian 14(4): 575-603.

Alliyah, S. dan R. Hidayat. 2014. Peningkat-an Kinerja UKM dengan Meng-implementasikan Informasi AkuntansiManajemen yang Didukung oleh Infor-masi Antar Unit. Fokus Ekonomi 9(2):100-111.

Banham, H. dan Y. He. 2014. Exploring TheRelationship between AccountingProfessionals and Small and MediumEnterprises (SMEs). Journal of Business &Economics Research 12(3): 209-214.

Beal, R. M. 2000. Competing Effectively:Environmental Scanning, Competitivestrategy, and Organizational Perfor-mance in Small Manufacturing Firms.Journal of Small Business Management38(1): 27-47.

Bennet, R. J. dan P. J. A. Robson. 1999. TheUse of External Business Advice bySMEs in Britain. Entrepreneurship andRegional Development 11: 155-180.

Berry, A. J. dan R. Sweeting. 2006. The Effectof Business Advisers on The Perfor-mance of SMEs. Journal of Small Businessand Enterprise Development 13(1): 33-47.

Chatzoglou, P. D., E. Vraimaki, A. Diaman-tidis dan L. Sarigiannidis. 2010. Compu-ter Acceptance in Greek SMEs. Journalof Small Business and Enteprise Develop-ment 17(1): 78-101.

Davis, F. D. 1989 Perceived Usefulness,Perceived Ease of Use, and UserAcceptance of Information Technology.MIS Quarterly 13(3): 319-340.

Ediraras, D. T. 2010. Akuntansi dan KinerjaUKM. Jurnal Ekonomi Bisnis 15(2): 152-158.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multi-variate dengan Program SPSS. BadanPenerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Harimurti, Y. dan C. B. Hariyudhanti. 2012.Model Pembukuan Usaha Mikro Kecildan Menengah Bidang Budidaya Ter-nak. Laporan Penelitian Hibah BersaingTidak Dipublikasikan. November.

Page 19: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu 173

Kementerian Koperasi dan UKM RepublikIndonesia. 2012. Rencana StrategisKementerian Koperasi Dan Usaha KecilDan Menengah Republik IndonesiaTahun 2010-2014. Diakses dari www.depkop.go.id tanggal 2 April 2012.

Myers, M. D. 2009. Qualitative Research inBusiness and Management. Sage Publi-cation: London.

Nandan, R. 2010. Management AccountingNeeds of SMEs anda The Role ofProfessional Accountants: A RenewedResearch Agenda. Journal of AppliedManagement Accounting Research 8(1):65-77.

Prahiawan, W. dan N. Simbolon. 2014.Pengaruh Motivasi Intrinsik danLingkungan Kerja Terhadap KinerjaKaryawan pada PT. Intinas LestariNusantara. Jurnal Ekonomi 5(1): 35-41.

Riemenschneider, C. K., D. A. Harrison, danP.P. Mykytyn. 2003. Understanding ITAdoption Decisions in Small Business:Integrating Current Theories. Infor-mation & Management. 40(4): 269-285.

Sian, S. dan C. Roberts. 2009. UK SmallOwner-managed Businesses: Accoun-ting and Financal Reporting Needs.Journal of Business and EnterpriseDevelopment 16(2): 289-305.

Spanos, Y., G. Prastacos, G. dan V. Papa-dakis. 2001. Greek Firms and EMU:Contrasting SMEs and Large-sizedEnterprises. European ManagementJournal 19(6): 638-648.

Wing, B. W., L. Guo dan G. Lui. 2010.Intrinsic and Extrinsic Motivation andParticipation in Budgeting: Antacen-dents and Consequences. BehavioralResearch in Accounting 22(2): 133-15.

Page 20: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

174

ANALISIS MOTIVASI DAN EKSPEKTASI MAHASISWA DALAMMENEMPUH PENDIDIKAN TINGGI AKUNTANSI

[email protected] Imanina Burhany

NasirPoliteknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

Accounting higher education in Indonesia, among others, organized by polytechnics and universities. Not yetknown whether there are differences in student’s motivations and expectations in both types of education. Thisstudy aims to compare the most dominant motivation factor encourage students pursue accounting highereducation at polytechnic and university, and to compare the most dominant expectation factor held by students indoing accounting higher education at polytechnic and university. Research sample are purposive, those are thefirst year accounting students in Diploma Four Program at four State Polytechnics and Strata One Program atfour State Universities. Research data is qualitative from primary source that is collected by questionnaire andmeasured using Likert Scale. Analytical method is descriptive quantitative. The study results shows that: (1) Selfdevelopment is the most dominant motivation factor encourage students pursue accounting higher education atpolytechnics, followed by career focus and social norm. Meanwhile, career focus is the dominant motivation factorencourage students pursue accounting higher education at universities, followed by self development and socialnorm, (2) Academic confidence is the most dominant expectation factor held by students in doing accountinghigher education at polytechnic as well as university, followed by intellectual growth and social opportunity.

Key words: motivation, expectation, accounting higher education, polytechnic, university.

ABSTRAK

Pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia antara lain diselenggarakan oleh politeknik dan universitas.Belum diketahui apakah ada perbedaan motivasi dan ekspektasi mahasiswa pada kedua jenispendidikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan faktor motivasi yang palingdominan mendorong mahasiswa menempuh pendidikan tinggi akuntansi di politeknik dan diuniversitas, serta membandingkan faktor ekspektasi yang paling dominan dimiliki oleh mahasiswadalam menempuh pendidikan tinggi akuntansi di politeknik dan di universitas. Sampel penelitiandipilih secara purposive, yaitu mahasiswa tahun pertama pada Program Diploma Empat JurusanAkuntansi di empat Politeknik Negeri dan Program Strata Satu Jurusan Akuntansi di empat UniversitasNegeri. Data penelitian adalah data kualitatif yang dikumpulkan melalui kuesioner dan diukur denganSkala Likert. Metode analisis adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pengembangan diri merupakan faktor motivasi yang paling dominan mendorong mahasiswamenempuh pendidikan tinggi akuntansi di politeknik, diikuti oleh fokus pada karir dan norma sosial.Sementara itu, fokus pada karir merupakan faktor motivasi yang paling dominan mendorongmahasiswa menempuh pendidikan tinggi akuntansi di universitas, diikuti oleh pengembangan diri dannorma sosial, (2) Keyakinan akademik merupakan faktor ekspektasi yang paling dominan dimiliki olehmahasiswa dalam menempuh pendidikan tinggi akuntansi baik di politeknik maupun di universitas,diikuti oleh peningkatan intelektual dan peluang sosial.

Kata kunci: motivasi, ekspektasi, pendidikan tinggi akuntansi, politeknik, universitas.

PENDAHULUANAkuntansi adalah bidang yang sangat

populer, termasuk karir yang paling di-inginkan dalam dunia bisnis dan merupakan

Page 21: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 175

jurusan atau program studi yang palingdiminati di perguruan tinggi (Weygandt etal., 2011:4). Selama kehidupan ekonomi danbisnis masih berjalan, selama itu pulaakuntansi masih dibutuhkan. Sebagai langu-age of business, akuntansi menjadi alat untukberkomunikasi dalam bisnis. Melalui akun-tansilah informasi bisnis khususnya yangbersifat keuangan dikomunikasikan kepadapara stakeholders untuk digunakan sebagaidasar dalam pengambilan keputusannya(Reeve et al., 2011:9).

Agar dapat berkarir sebagai akuntan,seorang lulusan sekolah menengah atasharus menempuh pendidikan tinggi akun-tansi yaitu pendidikan akuntansi yang diselenggarakan di perguruan tinggi. Pen-didikan tinggi akuntansi di Indonesia ter-sedia dalam berbagai jenjang yaitu DiplomaTiga (D3), Diploma Empat (D4) dan StrataSatu (S1). Jenjang D3 dan D4 termasuk dalamjenis pendidikan vokasi, sedangkan jenjangS1 termasuk dalam jenis pendidikan aka-demik, sebagaimana diatur dalam pasal 15dan 16 Undang-undang Nomor 12 Tahun2012 tentang Pendidikan Tinggi. Posisijenjang D4 setara dengan S1.

Secara umum, terdapat perbedaan fokuspendidikan akademik dan pendidikanvokasi menurut Undang-undang Nomor 12Tahun 2012, di mana pendidikan akademikberupa program sarjana dan/atau programpascasarjana diarahkan pada penguasaandan pengembangan cabang Ilmu Pengetahu-an dan Teknologi, sedangkan pendidikanvokasi merupakan program diploma yangmenyiapkan mahasiswa untuk pekerjaandengan keahlian terapan tertentu sampaiprogram sarjana terapan. Dapat dikatakanbahwa pendidikan akademik menghasilkansarjana dengan kemampuan analitis untukpengembangan ilmu, sedangkan pendidikanvokasi menghasilkan tenaga siap pakaidengan keterampilan yang memadai untukmelakukan tugas-tugas di bidangnya.

Keberadaan program D4 Akuntansiyang dilaksanakan oleh lembaga pendidikanpoliteknik relatif masih baru jika di-

bandingkan dengan program S1 Akuntansiyang dilaksanakan oleh universitas. Sebagaicontoh, Program D4 Akuntansi di PoliteknikNegeri Ujung Pandang baru dibuka padatahun 2006 sedangkan program S1 Akun-tansi di Universitas Hasanuddin sudah adasejak tahun 1978. Namun demikian, minatlulusan sekolah menengah atas atau yangsederajat untuk masuk ke kedua jenispendidikan tinggi akuntansi ini sama-samatinggi. Data tahun 2012 lalu jumlah peminatyang mendaftar pada program D4 Akun-tansi Politeknik Negeri Ujung Pandangadalah sebanyak 1286 orang dan yang di-terima adalah sebanyak 60 orang atau per-bandingannya satu banding 21. Adapunjumlah peminat yang mendaftar pada pro-gram S1 Akuntansi Universitas Hasanuddinadalah sebanyak 3017 orang dan yangditerima adalah sebanyak 150 orang atauperbandingannya satu banding 20.

Sejak tahun 1980an, dunia bisnis danprofesi akuntansi mempertanyakan relevan-si antara pendidikan akuntansi yang di-sediakan oleh universitas dan institusi pen-didikan lainnya dengan kebutuhan bisnisserta mengkritisi pendidikan akuntansidalam mengikuti perubahan praktik akun-tansi dan dalam mempersiapkan mahasiswauntuk menghadapi tantangan dunia kerjayang profesional (Albrecht dan Sack, 2000dalam Byrne et al., 2012). Di sisi lain, parapeneliti dan kritikus pendidikan menilaibahwa program akuntansi di perguruantinggi menghabiskan terlalu banyak waktuuntuk mengikuti tuntutan profesi akuntansidan lebih memprioritaskan pelatihan vokasi-onal daripada menyediakan pengalamanpendidikan yang lebih bermakna (Gray danCollison, 2002).

Peneliti lainnya mengkritisi pendidikanakuntansi tradisional yang hanya me-ngembangkan fungsi disiplin ilmu akuntansisecara sempit dan fungsional (Boyce, 2004)dan menyajikan pendekatan teknis dalamstudi akuntansi dengan mendorong maha-siswa mempelajari aturan dan teknik dalampraktik akuntansi, tanpa mempertimbang-

Page 22: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

176 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

kan konteks sosial atau konsekuensi daripraktik tersebut (Sikka et al., 2007).

Penekanan pada teknik akuntansi initelah menghasilkan proses pendidikan yanggagal untuk mendidik mahasiswa akuntansimenjadi pemikir yang kritis dan independen(Gray dan Collison, 2002) serta membatasipeluang untuk menghasilkan akuntan yangmemiliki wawasan, imajinasi, kreativitasdan kepemimpinan yang etis (Parker, 2007).

Jadi dalam hal ini ada dua pandanganyang bertolak belakang. Di satu sisi, duniabisnis menuntut pendidikan akuntansiuntuk menghasilkan tenaga akuntan yangmenguasai teknik dalam praktik akuntansisecara profesional sedangkan kritikus me-nuntut agar pendidikan akuntansi men-jangkau pembentukan aspek kepribadiandan sosial selain penguasaan teknis. Jikadikaitkan dengan jenis atau jalur pendidikantinggi akuntansi di Indonesia pada khusus-nya, tuntutan dunia bisnis terlihat sejalandengan jalur pendidikan vokasi di politekniksedangkan tuntutan para kritikus lebih se-jalan dengan jalur pendidikan akademik diuniversitas. Namun belum diketahui, apa-kah pilihan lulusan sekolah menengah atasatau calon mahasiswa didasari oleh motivasiyang berbeda ketika memasuki salah satudari dua jalur pendidikan tinggi akuntansitersebut. Belum diketahui juga, apakah ter-dapat perbedaan ekspektasi dalam me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi padakedua jalur itu.

Byrne et al. (2012) melakukan penelitianuntuk mengetahui motivasi, ekspektasi dankesiapan mahasiswa dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi di empat negaraEropa yaitu Irlandia, Inggris, Spanyol danYunani. Hasil penelitiannya menunjukkanbahwa walaupun berada pada negara yangberbeda, motivasi vokasional (fokus padakarir) dan ekspektasi untuk peningkatanintelektual merupakan faktor-faktor yangsignifikan bagi mahasiswa dalam memasukipendidikan tinggi. Jadi secara keseluruhan,motivasi mahasiswa dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi adalah agar

mereka dapat memperluas prospek karir,namun mereka juga memiliki ekspektasiatau berharap bahwa intelektualitas merekaakan meningkat. Adapun kesiapan me-nunjukkan nilai yang lebih tinggi padamahasiswa di Inggris dibandingkan tiganegara lainnya.

Sementara itu, penelitian Jackling et al.(2012) menemukan bahwa ada perbedaanmotivasi antara mahasiswa Australia danmahasiswa internasional dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi di Australia.Mahasiswa Australia memiliki motivasiintrinsik (intrinsic motivation) yang lebihtinggi dibandingkan mahasiswa inter-nasional. Motivasi intrinsik adalah motivasiyang berkaitan dengan akademik dan minatyang munculnya dari dalam diri yangbersangkutan.

Berdasarkan penelitian Byrne et al.(2012) dan Jackling et al. (2012), penulis me-lakukan penelitian mengenai motivasi danekspektasi mahasiswa dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi. Jika Byrne et al.(2012) melakukan perbandingan berdasar-kan wilayah geografis dan Jackling et al.(2012) melakukan perbandingan berdasar-kan asal mahasiswa, maka penelitian inimelakukan perbandingan berdasarkan jenisatau jalur pendidikan yaitu pendidikanvokasi yang diselenggarakan oleh politeknikdan pendidikan akademik yang diseleng-garakan oleh universitas.

Dengan demikian maka rumusan masa-lah penelitian ini adalah: (1) Faktor motivasiapakah yang paling dominan mendorongmahasiswa menempuh pendidikan tinggiakuntansi pada Program Diploma EmpatJurusan Akuntansi di politeknik dan Pro-gram Strata Satu Jurusan Akuntansi diuniversitas, dan (2) Faktor ekspektasi apakahyang paling dominan dimiliki oleh maha-siswa dalam menempuh pendidikan tinggiakuntansi pada Program Diploma EmpatJurusan Akuntansi di politeknik dan pro-gram Strata Satu Jurusan Akuntansi diuniversitas.

Maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

Page 23: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 177

(1) Membandingkan faktor motivasi yangpaling dominan mendorong mahasiswamenempuh pendidikan tinggi akuntansipada Program Diploma Empat JurusanAkuntansi di politeknik dan program StrataSatu Jurusan Akuntansi di universitas, dan(2) Membandingkan faktor ekspektasi yangpaling dominan dimiliki oleh mahasiswadalam menempuh pendidikan tinggi akun-tansi pada Program Diploma Empat JurusanAkuntansi di politeknik dan program StrataSatu Jurusan Akuntansi di universitas.

TINJAUAN TEORETISMotivasi Menempuh Pendidikan Tinggi

Menurut Paisey dan Paisey (2010), motivasi adalah pendorong suatu perilaku, yangbergantung pada kemampuan individuuntuk mendapatkan dan mengolah informasi dari berbagai sumber. Dengan kata lain,motivasi dapat menjelaskan mengapa suatuhal atau tindakan dilakukan. Secara umum,ada tiga motivasi seseorang untuk me-nempuh pendidikan tinggi yaitu: orientasibelajar (learning orientation), orientasi tujuan(goal orientation) dan orientasi aktivitas(activity orientation) (Houle, 1961 dalamByrne et al., 2012). Mahasiswa yang memilikimotivasi dengan orientasi belajar me-nempuh pendidikan tinggi karena me-nikmati proses belajar dan memiliki ke-inginan yang tinggi untuk belajar lebih ba-nyak dan mengalami pertumbuhan intelek-tual. Sementara itu, mahasiswa denganorientasi tujuan menempuh pendidikan ting-gi karena melihat pendidikan akan mem-bantunya mencapai hasil vokasional yangspesifik seperti mengakses karir tertentu.Adapun orientasi aktivitas merefleksikanmahasiswa yang memiliki motivasi menem-puh pendidikan tinggi karena adanyakeinginan untuk bertemu dengan orang-orang baru dan menikmati aktivitas ekstrakurikuler dan/atau keinginan untuk meng-hindari situasi yang lain misalnya bekerja.

Teori lain yang dikemukakan oleh Clarkdan Trow (1966) dalam Byrne et al. (2012)menggunakan istilah yang berbeda yaitumotif akademik (academic motives), motif

vokasional (vocational motives) dan motifkolegial (collegiate motives). Demikian jugadengan Bolger dan Somech (2002) yangmenggunakan istilah yang sama untukmotivasi yang kedua dan ketiga, namununtuk motivasi yang pertama dinamakansebagai motivasi skolastik (scholastic).

Studi yang lebih baru oleh Kember et al.(2010) mengidentifikasi enam aspek untukmenginterpretasi motivasi mahasiswa me-nempuh pendidikan tinggi. Keenam aspekyang juga sejalan dengan tiga orientasi yangdikemukakan terlebih dahulu ini adalah:kerelaan (compliance), tujuan individual(individual goal), gaya hidup universitas(university lifestyle), rasa memiliki (sense ofbelonging), karir (career) dan minat (interest).Aspek kerelaan merefleksikan sikap yangtidak perlu dipertanyakan lagi bahwa adalahnormal untuk memasuki perguruan tinggisesudah menyelesaikan tahapan sekolah.Aspek tujuan individual berhubungan de-ngan keinginan personal untuk melanjut-kan pendidikan sepanjang mereka mampu.Selanjutnya aspek gaya hidup universitasmenunjukkan mahasiswa yang menempuhpendidikan tinggi agar mereka dapatmengambil bagian dalam berbagai aktivitassosial dan olah raga. Aspek rasa memilikimerujuk pada pengaruh orang tua, guru danteman-teman dalam keputusan mahasiswamemasuki perguruan tinggi. Aspek karirberkaitan dengan keinginan untuk mencapaicita-cita atas karir tertentu. Akhirnya, aspekminat merefleksikan motivasi untuk me-ngejar minat personal dalam bidang atauprofesi tertentu.

Motivasi mahasiswa atau siswa dalammenempuh pendidikan tinggi adalah pen-ting karena mengindikasikan motivasi yangmereka miliki terhadap pembelajaran diperguruan tinggi (Kember et al., 2010). Secaralebih umum, Pintrich et al. (1993) dalamByrne et al. (2012) membagi motivasi pem-belajaran di perguruan tinggi menjadi duayaitu orientasi intrinsik (intrinsic) dan orien-tasi ekstrinsik (extrinsic). Motivasi intrinsikatau motivasi dasar sejalan dengan motivasi

Page 24: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

178 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

akademik/skolastik/minat, di mana maha-siswa dengan motivasi ini biasanya belajarkarena adanya minat, kesenangan ataukeingintahuan serta fokus pada pencapaianperkembangan intelektual dan tujuan per-sonal. Sedangkan mahasiswa dengan moti-vasi ekstrinsik atau motivasi tambahansecara sederhana hanya ingin mencapaitujuan eksternal seperti mendapatkan imbal-an atau menghindari hukuman. Motivasi inisejalan dengan motivasi vokasional/karirdan kolegial/gaya hidup.

Ekspektasi dalam Menempuh PendidikanTinggi

Ekspektasi dapat didefinisikan sebagaikeyakinan mengenai hasil tertentu (Vroom,1964 dalam Byrne et al. 2012). Dalam ber-bagai konteks, ekspektasi merefleksikanantisipasi seseorang terhadap kejadian dankondisi di masa yang akan datang (Kuh,1999 dalam Byrne et al. 2012). Kadang-kadang motivasi berkaitan dengan ekspek-tasi, dalam arti keputusan untuk melakukansuatu tindakan mungkin saja didorong olehadanya ekspektasi atau harapan mengenaihasil dari tindakan tersebut. Namun adaperbedaan mendasar di antara keduanyayaitu jika motivasi menyangkut hal yangmendasari suatu tindakan maka ekspektasiadalah harapan atas hasil yang akandiperoleh dari tindakan tersebut.

Mahasiswa atau siswa memiliki ekspek-tasi yang berbeda-beda terhadap hasil yangdiharapkan dari proses pendidikan tinggidan ekspektasi tersebut terbentuk olehpengalaman pendidikan sebelumnya, kon-sep diri secara akademik, promosi yangditerima dan penjelasan yang diperoleh darimahasiswa atau alumni perguruan tinggiyang bersangkutan (Bennett et al., 2007).Lebih jauh lagi, Pike (2006) menjelaskanbahwa ekspektasi tersebut akan mempe-ngaruhi pemilihan disiplin atau bidang ilmukarena mereka biasanya berusaha untukmenyesuaikan program yang dipilih dengankemampuan, minat dan kepribadian yangmereka miliki.

Dengan cara yang sama dengan moti-

vasi, di mana motivasi untuk menempuhpendidikan tinggi mengindikasikan kesedia-an untuk belajar, ekspektasi juga dapatberpengaruh terhadap proses belajar sertakeberhasilan dan kepuasan mahasiswa diperguruan tinggi. Penelitian Bennett et al.(2007)) melaporkan bahwa ketika ekspektasimahasiswa tidak terpenuhi maka merekamenjadi tidak puas dan dapat merubahprogram studinya atau mungkin padaakhirnya mengundurkan diri atau keluardari perguruan tinggi tersebut.

Penelitian Sebelumnya mengenai Motivasidan Ekspektasi Mahasiswa dalam Me-nempuh Pendidikan Tinggi Akuntansi

Beberapa penelitian telah dilakukanuntuk mengetahui motivasi dan ekspektasimahasiswa dalam menempuh pendidikantinggi akuntansi. Penelitian Byrne et al.(2012) merupakan penelitian terbaru me-ngenai hal ini. Byrne et al. (2012) mengukurdan membandingkan motivasi, ekspektasidan kesiapan mahasiswa dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi di empat negaraEropa yaitu Irlandia, Inggris, Spanyol danYunani. Penelitian dilakukan terhadapmahasiswa tahun pertama, di mana maha-siswa Irlandia, Inggris dan Spanyol me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi diuniversitas, sedangkan mahasiswa Yunanidi Institut, namun pada jenjang yang samayaitu sarjana (bachelor degree programmes).

Byrne et al. (2012) menggunakan anali-sis faktor (factor analysis) untuk menentukanfaktor-faktor yang mewakili motivasi danekspektasi. Hasil penelitiannya menyimpul-kan bahwa peningkatan intelektual (intellec-tual growth) yang merupakan faktor dariekspektasi (expectation) serta fokus padakarir (career focus) dan pengembangan diri(self development) yang merupakan faktordari motivasi (motivation), merupakan tigafaktor yang paling dominan pada maha-siswa di tiga negara yaitu Inggris, Yunanidan Spanyol. Adapun di Irlandia, faktorpeluang sosial (social opportunity) lebihdominan dibandingkan pengembangan dirisehingga faktor motivasi yang dominan di

Page 25: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 179

negara ini adalah fokus pada karir danpeluang sosial. Sedangkan faktor ekspektasiyang dominan sama dengan ketiga negaralainnya yaitu peningkatan intelektual.

Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa terdapat kesamaan di antara maha-siswa tahun pertama yang menempuh pen-didikan tinggi akuntansi di keempat negaratersebut yaitu motivasi dalam hal fokus padakarir dan ekspektasi dalam hal peningkatanintelektual. Ini merupakan kombinasi yangsesungguhnya diinginkan atau dituntut olehdunia bisnis dan kritikus pendidikan. Sikkaet al. (2007) yang juga melakukan penelitianmengenai motivasi dan ekspektasi maha-siswa akuntansi menjelaskan bahwa moti-vasi mahasiswa untuk fokus pada karirharus diakomodir oleh perguruan tinggidengan kurikulum yang memasukkan mate-ri kuliah mengenai teknik dan praktik akun-tansi secara lebih mendalam, sedangkanekspektasi mahasiswa dalam peningkatanintelektual diakomodir dengan materi kuliahdan aktivitas ekstra kurikuler yang merang-sang peningkatan intelektual seperti semi-nar, diskusi dan aktivitas-aktivitas intelek-tual lainnya.

Penelitian lainnya difokuskan padafaktor-faktor yang mempengaruhi keputus-an mahasiswa untuk belajar akuntansi atauniatnya untuk mengejar karir akuntansi.Penelitian Jackling dan Calero (2006) me-nyimpulkan bahwa baik faktor intrinsik(seperti kepuasan kerja, kesenangan ter-hadap materi kuliah) dan faktor ekstrinsik(seperti imbalan keuangan, prospek karir,peluang lanjutan) sama-sama signifikandalam mempengaruhi keputusan untukbelajar dan berkarir di bidang akuntansi.Penelitian Arquero et al. (2009) serta Paiseydan Paisey (2010) yang bertujuan untukmengeksplorasi faktor-faktor motivasimahasiswa ketika mereka memilih untukmelanjutkan pendidikan tinggi di bidangakuntansi menyimpulkan bahwa ketikamemasuki pendidikan tinggi akuntansi,mahasiswa dimotivasi oleh faktor aspirasikarir, prospek untuk mendapatkan imbalan

keuangan dan keinginan untuk me-ngembangkan intelektual dan kepribadian.Adapun Jackling et al. (2012) menemukanbahwa motivasi intrinsik lebih tinggi padamahasiswa Australia dibandingkan maha-siswa internasional yang belajar akuntansi diperguruan tinggi di Australia.

METODE PENELITIANDesain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif komparatif yaitu penelitian yangmenjelaskan suatu situasi atau fenomenatanpa menjelaskan penyebab dari fenomenatersebut atau tanpa menyelidiki hubungansebab akibatnya, dan membandingkannyapada dua subyek atau kelompok subyekpenelitian. Adapun time horizon penelitianini adalah cross-section sedangkan unitanalisisnya adalah individu.

Variabel PenelitianAda dua variabel dalam penelitian ini

yaitu variabel motivasi dan variabel ekspek-tasi. Kedua variabel ini dioperasionalisasidengan menentukan dimensi atau faktorserta indikatornya, yang merujuk padaByrne et al. (2012). Pengukuran dilakukanterhadap dimensi atau faktor dari setiapvariabel yaitu fokus pada karir, pe-ngembangan diri dan norma sosial untukvariabel motivasi, serta keyakinan aka-demik, peningkatan intelektual dan peluangsosial untuk variabel ekspektasi.

Sampel PenelitianSampel penelitian ini adalah mahasiswa

tahun pertama pada Program DiplomaEmpat Jurusan Akuntansi Politeknik NegeriUjung Pandang, Politeknik Negeri Malang,Politeknik Negeri Jakarta, dan PoliteknikNegeri Bandung serta pada Program StrataSatu Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Hasanuddin, Uni-versitas Brawijaya, Universitas Indonesiadan Universitas Padjadjaran. Sampel pe-nelitian diambil dengan menggunakanmetode purposive sampling dengan per-timbangan bahwa mahasiswa tahun pertama

Page 26: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

180 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

yang paling minimal interaksinya denganaktivitas perkuliahan maupun aktivitaslainnya di perguruan tinggi sehingga palingrelevan dengan tujuan penelitian ini, se-bagaimana juga menjadi pertimbangandalam penelitian Byrne et al. (2012).

Data dan Teknik Pengumpulan DataData penelitian ini adalah data kualitatif

berupa data primer yang diperoleh langsungdari responden penelitian. Data penelitiandikumpulkan dengan menggunakan instru-men kuesioner yang disebarkan kepadamahasiswa tahun pertama pada ProgramDiploma Empat Jurusan Akuntansi padaempat Politeknik Negeri dan Program StrataSatu Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomidan Bisnis pada empat Universitas Negeripada daerah yang sama. Kuesioner berisi 15pertanyaan untuk variabel motivasi dan 13pertanyaan untuk variabel ekspektasi. Setiapitem pertanyaan yang menunjukkan indi-kator dari dimensi atau faktor diberikan limapilihan jawaban yang diukur dengan meng-gunakan skala Likert dengan nilai atau skortertinggi lima dan nilai terendah satu,sehingga data kualitatif menjadi data kuanti-tatif.

Metode Analisis DataAnalisis data menggunakan metode

deskriptif kuantitatif. Data hasil penelitian

berupa nilai dimensi atau faktor dari setiapvariabel motivasi dan ekspektasi dihitungpersentase skornya yaitu skor aktual (totalnilai dari frekuensi jawaban respondendikalikan dengan skor untuk setiap pilihanjawaban) dibagi dengan skor ideal (total nilaijika semua responden memilih jawabanpertama dengan nilai tertinggi yaitu lima).Persentase skor yang tertinggi dari suatuvariabel menunjukkan faktor yang palingdominan pada variabel yang bersangkutan.

ANALISIS DAN PEMBAHASANPengembalian Kuesioner Penelitian

Kuesioner disebarkan secara langsungdengan mendatangi responden penelitian.Jumlah kuesioner yang dikembalikan olehresponden ditunjukkan pada tabel 1.

Deskripsi Motivasi Mahasiswa untukMenempuh Pendidikan Tinggi Akuntansi

Variabel motivasi dideskripsikan ber-dasarkan dimensi atau faktornya. Deskripsivariabel motivasi mahasiswa untuk me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi di-sajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Pada tabel2 dapat dilihat bahwa untuk mahasiswapoliteknik, persentase skor keseluruhanuntuk faktor fokus pada karir adalah sebesar85,94%, faktor pengembangan diri sebesar87,96% dan faktor norma sosial sebesar74,63%.

Tabel 1Jumlah Kuesioner yang Dikembalikan oleh Responden

No. Nama Perguruan Tinggi Kuesioner yang Dikembalikan1. Politeknik Negeri Ujung Pandang 502. Politeknik Negeri Malang 863. Politeknik Negeri Jakarta 504. Politeknik Negeri Bandung 41

Jumlah Politeknik 2275. Universitas Hasanuddin 706. Universitas Brawijaya 597. Universitas Indonesia 468. Universitas Padjadjaran 74

Jumlah Universitas 249Jumlah Seluruhnya 476

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2015)

Page 27: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 181

Tabel 2Total Skor Jawaban atas Variabel Motivasi Mahasiswa Politeknik

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi Jawaban

PNUP POLINEMA PNJ POLBAN Total

FAKTOR FOKUS PADA KARIR1. Gelar (sarjana akuntansi) akan

memudahkan mendapatkan pe-kerjaan

223 393 219 185 1.020

2. Gelar (sarjana akuntansi) akanmeningkatkan penghasilan

198 381 208 172 959

3. Gelar (sarjana akuntansi) akanmembuka peluang pekerjaanbaru

210 375 205 159 949

4. Mempelajari bidang akuntansisecara mendalam

209 370 200 164 943

5. Memenuhi persyaratan pen-didikan untuk berkarir (sebagaiakuntan)

219 382 232 173 1.006

A = Jumlah Skor Aktual 1.059 1.901 1.064 853 4.877B = Jumlah Skor Ideal 1.250 2.150 1.250 1.025 5.675C = Persentase Skor Faktor Fokuspada Karir = (A : B) x 100% 84,72% 88,42% 85,12% 83,22% 85,94%

FAKTOR PENGEMBANGAN DIRI6. Meningkatkan keyakinan dan

rasa percaya diri216 390 194 173 973

7. Mengembangkan pemahamanyang lebih baik tentang dirisendiri

206 377 186 165 934

8. Meningkatkan harga diri 209 369 214 176 9689. Membuktikan kepada diri sen-

diri bahwa saya bisa sukses235 401 235 189 1.060

10. Mengembangkan kemampuanberpikir

230 406 226 178 1.040

11. Kesempatan untuk memper-luas wawasan

224 387 225 179 1.015

A = Jumlah Skor Aktual 1.320 2.330 1.280 1.060 5.990B = Jumlah Skor Ideal 1.500 2.580 1.500 1.230 6.810C = Persentase Skor FaktorPengembangan Diri = (A : B) x 100% 88,00% 90,31% 85,33% 86,18% 87,96%

FAKTOR NORMA SOSIAL12. Banyak orang yang meng-

harapkan saya masuk ke per-guruan tinggi

214 391 220 179 1.004

13. Kuliah di perguruan tinggiadalah hal yang alami/sudahseharusnya untuk dilakukan

193 362 206 175 936

Page 28: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

182 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

Tabel 2 lanjutan

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi Jawaban

PNUP POLINEMA PNJ POLBAN Total

14. Saya tidak tahu lagi hal lainuntuk dilakukan

109 266 135 97 607

15. Semua teman-teman saya ma-suk ke perguruan tinggi

160 366 174 141 841

A = Jumlah Skor Aktual 676 1.385 735 592 3.388B = Jumlah Skor Ideal 1.000 1.720 1.000 820 4.540C = Persentase Skor Faktor NormaSosial = (A : B) x 100% 67,60% 80,52% 73,50% 72,20% 74,63%

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2015)

Dengan hasil ini dapat dikatakan bah-wa faktor yang paling dominan memotivasimahasiswa politeknik untuk menempuhpendidikan tinggi akuntansi adalah faktorpengembangan diri, diikuti oleh faktor fokuspada karir dan faktor norma sosial. Padatabel tersebut juga dapat dilihat bahwasecara individu, urutan faktor yang dominansama dengan urutan secara keseluruhanpoliteknik yaitu faktor pengembangan diri,diikuti oleh faktor fokus pada karir dan

faktor norma sosial. Besaran persentasenyaadalah 88,00%, 84,72% dan 67,60% untukmahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pan-dang (PNUP); 90,31%, 88,42% dan 80,52%untuk mahasiswa Politeknik Negeri Malang(POLINEMA); 85,33%, 85,12% dan 73,50%untuk mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta(PNJ); serta 86,18%, 83,22% dan 72,20%untuk mahasiswa Politeknik Negeri Ban-dung (POL- BAN).

Tabel 3Total Skor Jawaban atas Variabel Motivasi Mahasiswa Universitas

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi Jawaban

UNHAS UB UI UNPAD TotalFAKTOR FOKUS PADA KARIR1. Gelar (sarjana akuntansi) akan

memudahkan mendapatkanpekerjaan

319 256 193 325 1.093

2. Gelar (sarjana akuntansi) akanmeningkatkan penghasilan

300 249 186 312 1.047

3. Gelar (sarjana akuntansi) akanmembuka peluang pekerjaanbaru

308 222 182 300 1.012

4. Mempelajari bidang akuntansisecara mendalam

306 244 177 309 1.036

5. Memenuhi persyaratan pen-didikan untuk berkarir (se-bagai akuntan)

306 253 182 315 1.056

A = Jumlah Skor Aktual 1.539 1.224 920 1.561 5.244B = Jumlah Skor Ideal 1.750 1.475 1.150 1.850 6.225C = Persentase Skor Faktor Fokuspada Karir = (A : B) x 100% 87,94% 82,98% 80,00% 84,38% 84,24%

Page 29: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 183

Tabel 3 lanjutan

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi Jawaban

UNHAS UB UI UNPAD TotalFAKTOR PENGEMBANGAN DIRI6. Meningkatkan keyakinan dan

rasa percaya diri297 228 175 304 1.004

7. Mengembangkan pemahamanyang lebih baik tentang dirisendiri

286 213 170 300 969

8. Meningkatkan harga diri 293 232 179 316 1.0209. Membuktikan kepada diri sen-

diri bahwa saya bisa sukses329 272 200 344 1.145

10. Mengembangkan kemampuanberpikir

306 242 192 329 1.069

11. Kesempatan untukmemperluas wawasan

300 250 189 334 1.073

A = Jumlah Skor Aktual 1.811 1.437 1.105 1.927 6.280B = Jumlah Skor Ideal 2.100 1.770 1.380 2.220 7.470C = Persentase Skor FaktorPengembangan Diri = (A : B) x 100% 86,24% 81,19% 80,07% 86,80% 84,07%

FAKTOR NORMA SOSIAL12. Banyak orang yang meng-

harapkan saya masuk ke per-guruan tinggi

306 242 195 320 1.063

13. Kuliah di perguruan tinggiadalah hal yang alami/sudahseharusnya untuk dilakukan

276 239 184 295 994

14. Saya tidak tahu lagi hal lainuntuk dilakukan

169 111 140 `184 604

15. Semua teman-teman saya ma-suk ke perguruan tinggi

235 183 170 239 827

A = Jumlah Skor Aktual 986 775 689 1.038 3.488B = Jumlah Skor Ideal 1.400 1.180 920 1.480 4.980C = Persentase Skor Faktor NormaSosial = (A : B) x 100% 70,43% 65,68% 74,89% 70,14% 70,04%

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2015)

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa untukmahasiswa universitas, persentase skorkeseluruhan untuk faktor fokus pada kariradalah sebesar 84,24%, faktor pengemba-ngan diri sebesar 84,07% dan faktor normasosial sebesar 70,04%. Jadi dapat dikatakanbahwa faktor yang paling dominan me-motivasi mahasiswa universitas untuk me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi adalahfaktor fokus pada karir, diikuti oleh faktorpengembangan diri dan faktor norma sosial.

Secara indivu, ada perbedaan urutan

dominasi. Pada Universitas Hasanuddin danUniversitas Brawijaya, urutannya samadengan urutan secara keseluruhan yaitufaktor fokus pada karir, diikuti oleh faktorpengembangan diri dan faktor norma sosial.Besaran persentasenya adalah 87,94%,86,24% dan 70,43% untuk mahasiswa Uni-versitas Hasanuddin (UNHAS) serta 82,98%,81,19% dan 65,68% untuk mahasiswaUniversitas Brawijaya (UB). Adapun padaUniversitas Indonesia dan Universitas Pa-djadjaran, urutannya berbeda dengan urutan

Page 30: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

184 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

Tabel 4Total Skor Jawaban atas Variabel Ekspektasi Mahasiswa Politeknik

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi

PNUP POLINEMA PNJ POLBAN Total

FAKTOR KEYAKINAN AKADEMIK1. Kemampuan untuk berhasil di

atas rata-rata238 405 243 192 1.078

2. Kemampuan untuk melewati/lulus semua ujian pada kesempa-tan pertama

235 449 240 191 1.115

3. Kemampuan untuk memahamidan mengerjakan materi kuliah

236 388 233 186 1.043

A = Jumlah Skor Aktual 709 1.242 716 569 3.236B = Jumlah Skor Ideal 750 1.290 750 615 3.405C = Persentase Skor Faktor KeyakinanAkademik = (A : B) x 100% 94,53% 96,28% 95,47% 92,52% 95,04%

FAKTOR PENINGKATAN INTELEKTUAL4. Mendapatkan pengalaman dan

rangsangan untuk peningkatanintelektual

231 388 227 181 1.027

5. Memperluas wawasan 236 390 236 189 1.0516. Belajar mengenai hal-hal baru 216 395 229 181 1.0217. Menjadi orang yang terdidik de-

ngan baik242 388 236 189 1.055

8. Pengembangan keterampilan ba-ru

235 395 227 185 1.042

9. Pengembangan pengetahuan danketerampilan untuk kehidupanmasa depan

238 392 239 188 1.057

A = Jumlah Skor Aktual 1.398 2.348 1.394 1.113 6.253B = Jumlah Skor Ideal 1.500 2.580 1.500 1.230 6.810C = Persentase Skor Faktor Pening-katan Intelektual = (A : B) x 100% 93,20% 91,00% 92,93% 90,49% 91,82%

FAKTOR PELUANG SOSIAL10. Memiliki waktu yang bernilai 225 395 226 178 1.02411. Kesempatan untuk bertemu de-

ngan orang-orang baru201 387 213 175 976

12. Peluang untuk kehidupan sosialyang aktif

222 395 220 176 1.013

13. Peluang untuk aktivitas olahragadan sosial

197 360 190 159 906

A = Jumlah Skor Aktual 845 1.537 849 688 3.919B = Jumlah Skor Ideal 1.000 1.720 1.000 820 4.540C = Persentase Skor Faktor PeluangSosial = (A : B) x 100% 84,50% 89,36% 84,90% 83,90% 86,32%

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2015)

Page 31: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 185

secara keseluruhan yaitu faktor pengemba-ngan diri, diikuti oleh faktor fokus pada karirdan faktor norma sosial, dengan besaranpersentase 80,07%, 80,00% dan 74,89% untukmahasiswa Universitas Indonesia (UI) serta86,80%, 84,38% dan 70,14% untuk maha-siswa Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Deskripsi Ekspektasi Mahasiswa dalamMenempuh Pendidikan Tinggi Akuntansi

Deskripsi variabel ekspektasi maha-siswa dalam menempuh pendidikan tinggiakuntansi disajikan pada tabel 4 dan tabel 5.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa untukmahasiswa politeknik, persentase skor ke-seluruhan untuk faktor keyakinan akademikadalah sebesar 95,04%, faktor peningkatanintelektual sebesar 91,82% dan faktor pe-luang sosial sebesar 86,32%.

Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwafaktor ekspektasi yang paling dominan bagimahasiswa politeknik dalam menempuhpendidikan tinggi akuntansi adalah faktorkeyakinan akademik, diikuti oleh faktorpeningkatan intelektual dan faktor peluangsosial.

Secara individu, urutan dominasi padamasing-masing politeknik juga sama. Besar-an persentasenya adalah 94,53%, 93,20% dan84,50% untuk mahasiswa Politeknik NegeriUjung Pandang (PNUP); 96,28%, 91,00% dan89,36% untuk mahasiswa Politeknik NegeriMalang (POLINEMA); 95,47%, 92,93% dan84,90% untuk mahasiswa Politeknik NegeriJakarta (PNJ); serta 92,52%, 90,49% dan83,90% untuk mahasiswa Politeknik NegeriBandung (POLBAN).

Tabel 5Total Skor Jawaban atas Variabel Ekspektasi Mahasiswa Universitas

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi

UNHAS UB UI UNPAD TotalFAKTOR KEYAKINAN AKADEMIK1. Kemampuan untuk berhasil di

atas rata-rata324 271 204 349 1.148

2. Kemampuan untuk melewati/lulus semua ujian pada ke-sempatan pertama

330 270 213 347 1.160

3. Kemampuan untuk memahamidan mengerjakan materi kuliah

323 266 204 345 1.138

A = Jumlah Skor Aktual 977 807 621 1.041 3.446B = Jumlah Skor Ideal 1.050 885 690 1.110 3.735C = Persentase Skor Faktor Keyakin-an Akademik = (A : B) x 100% 93,05% 91,19% 90,00% 93,78% 92,26%

FAKTOR PENINGKATAN INTELEKTUAL4. Mendapatkan pengalaman dan

rangsangan untuk peningkatanintelektual

315 264 199 339 1.117

5. Memperluas wawasan 333 265 198 346 1.1426. Belajar mengenai hal-hal baru 320 255 199 333 1.1077. Menjadi orang yang terdidik

dengan baik331 265 210 347 1.153

8. Pengembangan keterampilanbaru

323 258 199 343 1.123

Page 32: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

186 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

Tabel 4 lanjutan

No. IndikatorJumlah Skor x Frekuensi

UNHAS UB UI UNPAD Total9. Pengembangan pengetahuan

dan keterampilan untuk ke-hidupan masa depan

332 278 206 353 1.169

A = Jumlah Skor Aktual 1.954 1.585 1.211 2.061 6.811B = Jumlah Skor Ideal 2.100 1.770 1.380 2.220 7.470C = Persentase Skor Faktor Pening-katan Intelektual = (A : B) x 100% 93,05% 89,55% 87,75% 92,84% 91,18%

FAKTOR PELUANG SOSIAL10. Memiliki waktu yang bernilai 310 249 198 330 1.08711. Kesempatan untuk bertemu de-

ngan orang-orang baru302 254 203 322 1.081

12. Peluang untuk kehidupan so-sial yang aktif

304 238 196 327 1.065

13. Peluang untuk aktivitas olahraga dan sosial

271 207 175 292 945

A = Jumlah Skor Aktual 1.187 948 772 1.271 4.187B = Jumlah Skor Ideal 1.400 1.180 920 1.480 4.980C = Persentase Skor Faktor PeluangSosial = (A : B) x 100% 84,79% 80,34% 83,91% 85,88% 83,90%

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2015)

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa untukmahasiswa universitas, persentase skorkeseluruhan untuk faktor keyakinan aka-demik adalah sebesar 92,26%, faktor pe-ningkatan intelektual sebesar 91,18% danfaktor peluang sosial sebesar 83,90%. Jadidapat dikatakan bahwa faktor ekspektasiyang paling dominan bagi mahasiswauniversitas dalam menempuh pendidikantinggi akuntansi adalah faktor keyakinanakademik, diikuti oleh faktor peningkatanintelektual dan faktor peluang sosial.

Secara individu, urutan dominasi padamasing-masing universitas juga sama yaitufaktor keyakinan akademik, diikuti olehfaktor peningkatan intelektual dan faktorpeluang sosial. Namun di UniversitasHasanuddin, persentase skor faktor keyakin-an akademik sama nilainya dengan faktorpeningkatan intelektual. Besaran persen-tasenya adalah 93,05%, 93,05% dan 84,79%untuk mahasiswa Universitas Hasanuddin(UNHAS); 91,19%, 89,55% dan 80,34% untukmahasiswa Universitas Brawijaya (UB);

90,00%, 87,75% dan 83,91% untuk maha-siswa Universitas Indonesia (UI); serta93,78%, 92,84% dan 85,88% untuk maha-siswa Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Faktor Motivasi yang Paling DominanMendorong Mahasiswa untuk Me-nempuh Pendidikan Tinggi Akuntansi

Berdasarkan analisis data yang telahdiuraikan di atas, dapat dijelaskan bahwafaktor yang paling dominan memotivasimahasiswa untuk menempuh pendidikantinggi akuntansi di politeknik adalah faktorpengembangan diri, kemudian diikuti olehfaktor fokus pada karir dan faktor normasosial. Sedangkan faktor yang paling domi-nan memotivasi mahasiswa untuk me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi diuniversitas adalah faktor fokus pada kariryang diikuti oleh faktor pengembangan diridan faktor norma sosial.

Walaupun urutan dimensi atau faktor-nya berbeda di politeknik dan universitas,namun item atau indikator yang dominan

Page 33: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 187

pada masing-masing faktor memiliki ke-samaan yaitu untuk faktor fokus pada kariradalah “Gelar (sarjana akuntansi) akan me-mudahkan mendapatkan pekerjaan”, untukfaktor pengembangan diri adalah ”Mem-buktikan kepada diri sendiri bahwa saya bisasukses”, dan untuk faktor norma sosialadalah ”Banyak orang yang mengharapkansaya masuk ke perguruan tinggi”. Inimenunjukkan bahwa motivasi fokus padakarir didominasi oleh keyakinan bahwagelar sarjana akuntansi akan memudahkanuntuk mendapatkan pekerjaan, motivasipengembangan diri didominasi oleh pem-buktian diri untuk sukses, dan motivasinorma sosial didominasi oleh harapanbanyak pihak untuk masuk ke perguruantinggi. Namun secara individual, ada variasiyaitu di Politeknik Negeri Malang di manaitem/indikator yang dominan untuk faktorpengembangan diri adalah “Mengembang-kan kemampuan berpikir” dan di Poli-teknik Negeri Jakarta di mana item/indi-kator yang dominan untuk faktor fokus padakarir adalah “Memenuhi persyaratan pen-didikan untuk berkarir (sebagai akuntan)”.

Hasil penelitian pada universitas yangmenemukan faktor fokus pada karir se-bagai faktor yang paling dominan me-motivasi mahasiswa menempuh pendidikantinggi akuntansi konsisten dengan hasilpenelitian Byrne et al. (2012); Arquero et al.(2009); Paisey dan Paisey (2010). Byrne et al.(2012) menemukan bahwa faktor fokus padakarir sebagai faktor yang paling dominanmemotivasi mahasiswa, sedangkan faktorpengembangan diri berada pada urutanberikutnya. Demikian juga dengan Arqueroet al. (2009); Paisey dan Paisey (2010) yangmenemukan faktor aspirasi karir sebagaifaktor motivasi yang paling dominan, baruselanjutnya diikuti oleh prospek untukmendapatkan imbalan keuangan dan ke-inginan untuk mengembangkan intelektualdan kepribadian. Houle (1961) dalam Byrneet al. (2012) mengatakannya sebagai orientasitujuan (goal orientation) di mana mahasiswadengan orientasi ini menempuh pendidikan

tinggi karena melihat pendidikan akanmembantunya mencapai hasil vokasionalyang spesifik seperti mengakses karirtertentu. Clark dan Trow (1966) dalam Byrneet al. (2012) menyebutnya sebagai motifvokasional (vocational motives), Kember et al.(2010) menyebutnya sebagai motivasi karir(career), Pintrich et al. (1993) dalam Byrne etal. (2012) menyebutnya sebagai orientasiekstrinsik (extrinsic).

Adapun hasil penelitian pada poli-teknik yang menemukan faktor pe-ngembangan diri sebagai faktor yang palingdominan memotivasi mahasiswa me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi, tidakkonsisten dengan hasil penelitian Byrne et al.(2012); Arquero et al. (2009); Paisey danPaisey (2010), namun konsisten denganJackling dan Calero (2006) yang menemukanbahwa baik faktor intrinsik (kepuasan kerja,kesenangan terhadap materi kuliah) danfaktor ekstrinsik (imbalan keuangan, pros-pek karir, peluang lanjutan) sama-samasignifikan dalam mempengaruhi keputusanuntuk belajar dan berkarir di bidang akun-tansi.

Motivasi pengembangan diri di-kategorikan oleh Houle (1961) dalam Byrneet al. (2012) sebagai orientasi belajar (learningorientation). Mahasiswa yang memiliki moti-vasi dengan orientasi belajar menempuhpendidikan tinggi karena menikmati prosesbelajar dan memiliki keinginan yang tinggiuntuk belajar lebih banyak dan mengalamipertumbuhan intelektual. Istilah lain untukmotivasi pengembangan diri adalah motifakademik/academic motives (Clark dan Trow,1966 dalam Byrne et al. 2012) dan motivasiskolastik/scholastic motivation (Bolger danSomech, 2002). Kember et al. (2010) me-nyebutnya sebagai aspek tujuan individual(individual goal) yaitu keinginan personaluntuk melanjutkan pendidikan sepanjangmereka mampu.

Jika dikaitkan dengan jenis pendidikan,motivasi fokus pada karir lebih sejalandengan jenis pendidikan vokasi di poli-teknik, sedangkan motivasi pengembangan

Page 34: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

188 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

karir lebih sejalan dengan jenis pendidikanakademik di universitas. Namun hasil pe-nelitian ini menunjukkan hal yang sebalik-nya yaitu mahasiswa politeknik lebih ter-motivasi oleh faktor pengembangan dirisedangkan mahasiswa universitas lebihtermotivasi oleh faktor fokus pada karir.

Pendidikan vokasi ditujukan agarlulusannya memiliki keterampilan padabidang tugasnya yang dapat langsung di-terapkan ketika mereka bekerja. Oleh karenaitu, motivasi yang seharusnya dimiliki olehmahasiswa adalah fokus pada karir atauorientasi tujuan/goal orientation (Houle, 1961dalam Byrne et al., 2012) atau motif vokasi-onal/vocational motives (Clark dan Trow,1966 dalam Byrne et al., 2012); Bolger danSomech, 2002), Terlebih lagi untuk pen-didikan vokasi akuntansi yang menjanjikanpekerjaan dan karir yang cerah denganpenghasilan yang cukup tinggi sebagaiakuntan. Sementara itu, pendidikan aka-demik bertujuan untuk menghasilkansarjana dengan kemampuan analitis untukpengembangan ilmu, yang lebih sejalandengan motivasi pengembangan diri. Jadi,dapat dikatakan bahwa terjadi anomalidalam hasil penelitian ini.

Ada dua kemungkinan yang me-nyebabkan hal ini. Pertama, calon maha-siswa tidak mendapatkan informasi yangcukup mengenai perbedaan pendidikanvokasi akuntansi di politeknik dan pen-didikan akademik akuntansi di universitas.Ini mengindikasikan kegagalan pe-nyelenggara pendidikan tinggi akuntansidalam mensosialisasikan perbedaan antarakedua jenis pendidikan yang berbeda inikepada calon mahasiswa, sehingga merekabelum bisa membedakan antara pen-didikan vokasi dan pendidikan akademik.Kedua, mahasiswa/calon mahasiswa sudahmemiliki informasi yang cukup namun tidakmempermasalahkan perbedaan tersebut,mengingat ilmu akuntansi sebenarnya me-rupakan ilmu terapan. Namun dalam hal inijuga terdapat kontradiksi karena sebagaiilmu terapan ternyata motivasi mahasiswa

politeknik menempuh pendidikan tinggiakuntansi bukan difokuskan untuk berkarirtapi lebih dominan untuk pengembangandiri.

Hal menarik yang penulis temui dalammelakukan proses belajar mengajar dipoliteknik adalah adanya sebagian maha-siswa yang mengeluhkan padatnya jadwalperkuliahan yang disebabkan oleh banyak-nya praktikum dan tugas-tugas. Ini mem-buktikan bahwa mahasiswa tersebut belumsepenuhnya memahami bahwa sistem per-kuliahan seperti itu merupakan ciri khaspada pendidikan vokasi yang bertujuanuntuk menghasilkan tenaga yang terampiluntuk melakukan berbagai tugas padabidangnya. Fakta tersebut sejalan denganhasil penelitian ini yang menunjukkanbahwa motivasi mahasiswa/calon maha-siswa politeknik menempuh pendidikantinggi akuntansi didominasi oleh faktorpengembangan diri dan bukan faktor fokuspada karir. Jika motivasi utama merekaadalah fokus pada karir tentunya merekaseharusnya sudah siap dan tidak me-ngeluhkan sistem perkuliahan tersebut.

Faktor Ekspektasi yang Paling DominanDimiliki oleh Mahasiswa dalam Me-nempuh Pendidikan Tinggi Akuntansi

Berdasarkan hasil analisis data, faktorekspektasi yang paling dominan bagi maha-siswa dalam menempuh pendidikan tinggiakuntansi di politeknik maupun di uni-versitas adalah sama yaitu faktor keyakinanakademik, yang selanjutnya juga diikuti olehfaktor yang sama yaitu faktor peningkatanintelektual dan faktor peluang sosial.

Jika ditelusuri sampai ke item atau indi-kator pada masing-masing faktor, terlihatbahwa terdapat persamaan pula antaramahasiswa di politeknik dan mahasiswa diuniversitas. Item yang dominan untuk faktorkeyakinan akademik adalah ”Kemampuanuntuk melewati/lulus semua ujian pada ke-sempatan pertama”, untuk faktor peningkat-an intelektual adalah “Pengembangan pe-ngetahuan dan keterampilan untuk ke-

Page 35: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 189

hidupan masa depan”, dan untuk faktor pe-luang sosial adalah ”Memiliki waktu yangbernilai”. Ini menunjukkan bahwa ekspek-tasi mahasiswa akan keyakinan akademik-nya didominasi oleh kemampuan untuklulus ujian pada kesempatan pertama (tanpamengulang), ekspektasi akan peningkatanintelektual didominasi oleh harapan untukmengembangkan pengetahuan dan ke-terampilannya sebagai bekal kehidupan dimasa depan, dan ekspektasi akan peluangsosial didominasi oleh harapan atas waktuyang bernilai yang dijalani di perguruantinggi.

Namun secara individual, terdapatvariasi baik di politeknik maupun di uni-versitas. Di Politeknik Negeri Ujung Pan-dang, Politeknik Negeri Jakarta, PoliteknikNegeri Bandung, Universitas Brawijaya danUniversitas Padjadjaran, indikator yangdominan untuk faktor keyakinan akademikadalah “Kemampuan untuk berhasil di atasrata-rata”. Selanjutnya untuk faktor pe-ningkatan intelektual, indikator yang domi-nan di Politeknik Negeri Ujung pandang,Politeknik Negeri Bandung dan UniversitasIndonesia adalah “Menjadi orang yang ter-didik dengan baik” dengan tambahan“Memperluas wawasan” pada PoliteknikNegeri Bandung yang juga merupakanindikator yang dominan di UniversitasHasanuddin. Di Politeknik Negeri Malang,indikator yang dominan untuk faktor pe-ningkatan intelektual adalah “Belajar me-ngenai hal-hal baru” dan “Pengembanganketerampilan baru”. Adapun untuk faktorpeluang sosial, indikator yang dominan diPoliteknik Negeri Malang ada tambahanyaitu “Peluang untuk kehidupan sosial yangaktif”, sedangkan di Universitas Brawijayadan Universitas Indonesia adalah “Ke-sempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru”.

Secara keseluruhan, dengan hasil inidapat dinterpretasikan bahwa ekspektasimahasiswa politeknik dan universitas dalammenempuh pendidikan tinggi akuntansiadalah adanya keyakinan akademik, yang

juga berarti bahwa baik mahasiswa yangmemilih pendidikan tinggi akuntansi vokasidi politeknik maupun yang memilih pen-didikan akademik di universitas, sama-samamemiliki ekspektasi yang tinggi akan ke-yakinan akademiknya. Hasil ini tidak sejalandengan Byrne et al. (2012) yang menemukanfaktor peningkatan intelektual sebagai faktorekspektasi yang paling dominan padamahasiswa yang menempuh pendidikantinggi akuntansi pada negara Inggris,Yunanidan Spanyol, dan faktor peluang sosial padanegara Irlandia.

Bennett et al. (2007) menjelaskan bahwamahasiswa memiliki ekspektasi yang ber-beda-beda terhadap hasil yang diharapkandari proses pendidikan tinggi dan ekspektasitersebut terbentuk oleh pengalaman pen-didikan sebelumnya, konsep diri secaraakademik, promosi yang diterima dan pen-jelasan yang diperoleh dari mahasiswa ataualumni perguruan tinggi yang bersangkutan.Pike (2006) menjelaskan bahwa ekspektasitersebut akan mempengaruhi pemilihan bi-dang ilmu karena mereka biasanya berusahauntuk menyesuaikan program yang dipilihdengan kemampuan, minat dan kepribadianyang mereka miliki. Jadi, berdasarkan hasilpenelitian ini, dapat dikatakan bahwa baikmahasiswa politeknik maupun mahasiswauniversitas memiliki konsep diri secaraakademik yang relatif sama sehingga merekamemiliki ekspektasi yang relatif sama pulatentang keyakinan akademiknya dalam me-nempuh pendidikan tinggi di bidang akun-tansi, yang oleh sebagian kalangan, walau-pun favorit namun dianggap sulit.

Calon mahasiswa yang memilih jurus-an/program studi akuntansi di perguruantinggi secara umum memiliki persepsi bah-wa akuntansi merupakan bidang/ilmu yangsulit. Dengan demikian maka yang men-daftar pada jurusan/program studi ini biasa-nya adalah calon mahasiswa yang memangmemiliki kemampuan akademik yang baik.Hal inilah yang menyebabkan fator ke-yakinan akademik sebagai faktor ekspektasiyang dominan dimiliki oleh mahasiswa

Page 36: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 174 – 191

dalam menempuh pendidikan tinggi akun-tansi, baik di politeknik maupun di uni-versitas. Jadi, mereka menyesuaikan pro-gram studi yang dipilih dengan kemampuanakademik yang dimilikinya dan dengansendirinya hal tersebut membentuk ekspek-tasi mereka.

Jika dibandingkan dengan hasil pe-nelitian Byrne et al. (2012) di mana ekspektasimahasiswa yang menempuh pendidikantinggi akuntansi pada negara Inggris,Yunanidan Spanyol didominasi oleh faktor pe-ningkatan intelektual, dapat dikatakan bah-wa mahasiswa pada negara-negara tersebutbetul-betul fokus pada hasil yang merekaharapkan dapat diperoleh dari perguruantinggi yaitu berupa peningkatan intelektual.Adapun mahasiswa politeknik dan maha-siswa universitas yang menjadi sampelpenelitian ini menekankan ekspektasinyapada keyakinan akademik yang dimilikinya.

Mahasiswa pada negara Irlandia yangmenekankan ekspektasinya pada faktorpeluang sosial (Byrne et al., 2012), yangberarti mahasiswa di negara tersebut me-nempuh pendidikan tinggi dengan harapandapat mengembangkan kehidupan sosial-nya. Melanjutkan pendidikan tinggi dijadi-kan sarana untuk memperluas pergaulandan menambah relasi sosial, sedangkan padapenelitian ini, faktor peluang sosial me-nempati urutan terakhir dalam ekspektasimahasiswa setelah faktor keyakinan aka-demik dan faktor peningkatan intelektual.Jadi ekspektasi atau harapan mahasiswabenar-benar difokuskan pada dan didomi-nasi oleh faktor akademik dan peningkatanintelektual. Pengembangan kehidupan sosialmelalui faktor peluang sosial hanya sebagaipelengkap saja.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil dan pembahasan

yang telah diuraikan di atas, dapat di-simpulkan bahwa: (1) Pengembangan dirimerupakan faktor motivasi yang palingdominan mendorong mahasiswa me-nempuh pendidikan tinggi akuntansi padaProgram Diploma Empat di politeknik, di-

ikuti oleh fokus pada karir dan norma sosial.Sementara itu, fokus pada karir merupakanfaktor motivasi yang paling dominan men-dorong mahasiswa menempuh pendidikantinggi akuntansi pada Program Strata Satu diuniversitas, diikuti oleh pengembangan diridan norma sosial, dan (2) Keyakinan aka-demik merupakan faktor ekspektasi yangpaling dominan dimiliki oleh mahasiswadalam menempuh pendidikan tinggi akun-tansi, diikuti oleh peningkatan intelektualdan peluang sosial, baik pada ProgramDiploma Empat di politeknik maupun padaProgram Strata Satu di universitas.

Saran yang diberikan kepada pe-nyelenggara pendidikan tinggi akuntansibaik vokasi maupun akademik, agar lebihmeningkatkan sosialisasi ke Sekolah Me-nengah Atas (SMA) dan Sekolah MenengahKejuruan (SMK) maupun kepada masya-rakat umum mengenai program studi yangdiselenggarakan dan hasil yang akan merekadapatkan setelah menyelesaikan pendidik-an. Sosialisasi dapat berupa website yang le-bih informatif dan mudah diakses, kunjung-an langsung ke sekolah-sekolah maupunbentuk sosialisasi lainnya. Dengan demikiansiswa/calon mahasiswa dapat menentukanke mana arah pendidikan tinggi akuntansiyang akan ditempuhnya. Selain itu, masing-masing jenis pendidikan harus fokus me-nyelenggarakan pendidikan sesuai dengankekhasannya (vokasi atau akademik) agartujuan dari pemisahan jenis pendidikan inidapat tercapai yaitu untuk menghasilkantenaga siap pakai dengan keterampilan yangmemadai untuk melakukan tugas-tugas dibidangnya pada pendidikan vokasi danmenghasilkan sarjana dengan kemampuananalitis untuk pengembangan ilmu untukpendidikan akademik. Perlu diingat pulabahwa walaupun saat ini telah diberlakukanKKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indo-nesia) yang menjadi dasar penyusunankurikulum pendidikan baik pada jenis pen-didikan vokasi maupun pendidikan aka-demik, namun tetap terdapat ruang untukmemasukkan kurikulum khas atau muatan

Page 37: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Analisis Motivasi Dan Ekspektasi Mahasiswa ... – Nurniah, Burhany, Nasir 191

lokal pada masing-masing jenis pendidikanbahkan pada masing-masing perguruantinggi.

DAFTAR PUSTAKAArquero, J., M. Byrne, B. Flood, and J.

Gonzalez. 2009. Motives, expectations,preparedness and academic perfor-mance: A study of students of account-ing at a Spanish university. SpanishAccounting Review 12(2): 95-116.

Bennett, R., R. Kottasz, and J. Nocciolino.2007. Catching the early walker: Anexamination of potential antecedents ofrapid student exit from business-relatedundergraduate degree programmes in apost-1992 university. Journal of Furtherand Higher Education 31(2): 109-132.

Bolger, R. and A. Somech. 2002. Motives tostudy and socialization tactics amonguniversity students. The Journal of SocialPsychology 142(2): 233-248.

Boyce, G. 2004. Critical accounting edu-cation: Teaching and learning outsidethe circle. Critical Perspectives on Accoun-ting 15: 565-586.

Byrne, M. B. Flood, T. Hassall, J. Joyce, J. L.A. Montano, J. M. G. González, and E. T.Germanou. 2012. Motivations, expec-tations and preparedness for highereducation: A study of accountingstudents in Ireland, the UK, Spain andGreece. Accounting Forum 36: 134-144.

Gray, R. and D. Collison. 2002. Can’t see thewood from the trees, can’t see the treesfrom the numbers? Critical Perspectiveson Accounting 13: 797-836.

Jackling, B., and C. Calero. 2006. Influences inundergraduate students’ intentions tobecome qualified accountants: Evidencefrom Australia. Accounting Education: AnInternational Journal 15(4): 419-438.

Jackling, B., P. de Lange, J. Phillips, and J.Sewell. 2012. Attitudes towards account-ing: differences between Australian andinternational students. Accounting Re-search Journal 25 (2): 113 – 130.

Kember, D., A. Ho, and C. Hong. 2010. Initialmotivation orientation of students enrol-ling in undergraduate degrees. Studies inHigher Education 35(3): 263-276.

Paisey, C. and N. Paisey. 2010. Developingskills via work placements in account-ing: Student and employer views.Accounting Forum 34(2): 89-108.

Parker, L. 2007. Professionalisation and UKaccounting education: Academic andprofessional complicity – A commentaryon ‘Professionalizing claims and thestate of UK professional accountingeducation: Some evidence’. AccountingEducation: An International Journal 16(1):43-46.

Pike, G. 2006. Students’ personality types,intended majors, and college expec-tations: Further evidence concerningpsychological and sociological inter-pretations of Holland’s Theory. Researchin Higher Education 47(7): 801-822.

Reeve, J. M., C. S. Warren, J. E. Duchac, E. T.Wahyuni, G. Soepriyanto, A. A. Jusuf,dan C. D. Djakman. 2011. PengantarAkuntansi Adaptasi Indonesia. Buku 1.Salemba Empat. Jakarta.

Sikka, P., C. Haslam, O. Kyriacou, and D.Agrizzi. 2007. Professionalizing claimsand the state of UK professional accoun-ting education: Some evidence. Accoun-ting Education: An International Journal16(1): 3-21.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012tentang Pendidikan Tinggi.

Weygandt J. J., P. D. Kimmel, and D. E. Kieso.2011. Financial Accounting. IFRS Edition.John Wiley and Sons.

Page 38: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

192

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAPSIKAP DAN NIAT PEMBELIAN DARING

Lorentia [email protected]

Sabrina O. SihombingFakultas Ekonomi, Universitas Pelita Harapan

ABSTRACT

Online shopping has grown popularity over the years because of its convenient and can often save money forbuyers. There are two main factors that can affect a person to do shopping online: internal factors and externalfactors. Previous research often focuses on one factor only, that is, internal or external factors in influencingonline shopping. Therefore, this research attempts to integrate both internal (i.e., personal innovation andhedonic motivation) and external factors (i.e., web design and eWOM) in predicting attitude and intention tobuy online. Data was collected by using questionnaires with non-probability sampling method. The number ofrespondents was 228 respondents. Data was then analyzed by Structural Equation Modeling (SEM). Resultsshowed that four out of five hypotheses are supported. Specifically, the results showed that personal innovation isnot a significant predictor of attitude toward online shopping. This study also provides research limitations andsuggestions for further research.

Key words: personal innovation, hedonic motivation, web design, eWOM, attitude, intention

ABSTRAK

Berbelanja lewat internet semakin popular saat ini karena kemudahan yang ditawarkan dan hargayang lebih murah. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku berbelanja daring, yaitufaktor internal dan eksternal. Penelitian terdahulu seringkali memfokuskan hanya pada salah satufaktor untuk memahami perilaku pembelian daring, misalnya pengaruh faktor-faktor internal ataufaktor-faktor eksternal saja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan faktorinternal (yaitu, pribadi inovasi dan motivasi hedonis) dan faktor eksternal (yaitu, desain web daneWOM) untuk memprediksi sikap dan niat pembelian daring. Data dikumpulkan melalui kuesionerdengan menggunakan desian sampling non probabilitas. Jumlah responden adalah sebanyak 228orang. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan model persamaan struktural(SEM). Hasil analisis menunjukkan 4 hipotesis didukung dan 1 hipotesis tidak didukung. Secaraspesifik, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pribadi yang inovatif bukan sebagai prediktoryang signifikan terhadao sikap untuk membeli daring. Studi ini juga menyampaikan keterbatasan danarahan untuk penelitian selanjutnya.

Kata kunci: pribadi inovasi, motivasi hedonik, desain situs, eWOM, sikap, niat

PENDAHULUANInternet membawa banyak perubahan

dalam bisnis, khususnya yang berkaitandengan pembelian konsumen. Internet me-ngubah perspektif distribusi dalam bisnis

(Keegan dan Green, 2013). Distribusi yangdimaksud adalah zaman sekarang banyakpengguna internet yang menggunakaninternet untuk melakukan bisnis. Padahal,dahulu orang melakukan bisnis secara

Page 39: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 193

tradisional, misalnya penjual menawarkanbarangnya di toko yang ada di pusat per-belanjaan. Akan tetapi sekarang penjualmenggunakan internet untuk melakukanjual beli baik dalam berupa jasa maupunbarang. Dengan adanya toko online (se-lanjutnya disebut dengan daring), makaproses jual beli lebih modern, mudah dancepat dibandingkan dengan jual beli di tokokonvensional. Konsumen yang melakukanbelanja daring dapat menghemat waktu dandapat lebih nyaman untuk berbelanja(Adnan, 2014; Javadi, 2012).

Perilaku berbelanja secara daring di-pengaruhi oleh faktor eksternal dan inter-nal. Wang (2015) menunjukkan bahwa yangmerupakan faktor internal misalnya adalahdemografi, kepribadian, motivasi pembeli-an, dan emosi. Lebih lanjut, Watchraves-ringkan et al. (2010) menyatakan bahwaadalah inovasi dan mode juga merupakanfaktor internal yang mempengaruhi peri-laku belanja secara daring, sedangkanuntuk faktor eksternal dapat berupa desainsitus (Wang, 2015), demografi, social ekono-mi, teknologi dan kebijakan publik, budaya,sub budaya, kelompok referensi, dan pe-masaran (Grabowski, 2014). Pemasaranyang dimaksud adalah viral komunikasiatau komunikasi word of mouth (Mata danQuesada, 2014). Tetapi karena manusiasekarang sudah mengenal internet makakomunikasi WOM berganti menjadikomunikasi elektronik WOM atau yanglebih sering dikenal dengan eWOM.

Faktor internal dan eksternal mempe-ngaruhi sikap dari seorang konsumenuntuk belanja daring. Tetapi di penelitianyang sebelumnya hanya meneliti pada faktor internal (Khare, 2011; Baek, 2013; Amo-roso dan Lim, 2014) atau faktor eksternalsaja (Elliott dan Speck, 2005; Fakharyan etal., 2012; Albarq, 2014). Padahal sikapkonsumen dapat berubah karena dipe-ngaruhi oleh faktor-faktor internal daneksternal dalam proses pembelian (Wang etal., 2008). Tetapi sedikit penelitian yangmeneliti gabungan dari kedua faktortersebut (Ling dan Yazdanifard, 2015). Oleh

karena itu, penelitian ini mengintegrasikanfaktor internal dan eksternal untuk mem-prediksi sikap terhadap pembelian daring.Lebih lanjut, sikap terhadap pembeliandaring dapat mempengaruhi niat pembeliandaring.

Peneliti mempunyai tiga motivasi me-ngapa penelitian ini perlu dilakukan. Per-tama, penelitian ini dilakukan karena me-lihat bahwa dengan perkembangan zamanyang terjadi, banyaknya pengguna internetyang ada di Indonesia. Pada Tabel 1 dijelas-kan bahwa adanya perkembangan peng-guna internet dari tahun 2010-2014. Dengansemakin banyak pengguna internet yangada, mereka juga memanfaatkannya untukmelakukan bisnis daring. Lebih lanjut, Tabel2 menjelaskan pertumbuhan jumlah orangyang melakukan belanja daring. Per-tumbuhan ini membuat peneliti tertarikuntuk mengetahui faktor-faktor yang dapatmempengaruhi seseorang untuk melakukanbelanja daring.

Tabel 1Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

Tahun Pengguna internet (juta)2010 422011 552012 632013 822014 107

Sumber: Putra (2015)

Tabel 2Prediksi Jumlah Pengguna yang

Melakukan Belanja Daring

TahunPengguna belanja daring

(juta)2011 2,02012 3,12013 4,62014 5,92015 7,4

Sumber: Sinteniki (2014)

Motivasi yang kedua adalah berkaitandengan faktor internal dan eksternal yang

Page 40: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

dapat mempengaruhi konsumen untukmelakukan belanja daring. Penelitian yangdilakukan sebelumnya hanya melakukandengan faktor internal atau faktor eksternalsaja. Contoh penelitian oleh Amoroso danLim (2014) meneliti pribadi inovatif danpenelitian oleh Fakharyan et al., (2012) fokuspada eWOM dalam memahami pembeliandaring. Peneliti termotivasi untuk meng-integrasi faktor internal dan faktor eksternalyang dapat mempengaruhi sikap konsumenuntuk berbelanja daring.

Ketiga, peneliti termotivasi untuk meng-gunakan variabel pribadi inovatif karenamenurut Szymanski et al. (2007) denganadanya suatu inovasi dapat menentukankeberhasilan suatu pasar. Untuk pemilihanvariabel motivasi hedonik dikarenakandengan perkembangan waktu adanya pe-rubahan nilai yang membuat orang melaku-kan pembelian (Dhaundiyal dan Coughlan,2009). Saat ini, banyak orang menggunakannilai hedonik atau motivasi hedonik untukmelakukan pembelian. Variabel desain situsmenurut Alam et al., (2008) mempunyaipengaruh yang kuat dalam mempengaruhisikap seorang konsumen. Sedangkan untukvariabel eWOM menurut Kim dan Lee(2015) mempunyai pengaruh bagi konsu-men untuk mendapatkan informasi ketikakonsumen akan melakukan pembelian.

TINJAUAN TEORETISBelanja Daring

Belanja daring adalah suatu prosesyang dilakukan oleh seorang konsumenuntuk melakukan pembelian baik berupabarang maupun jasa melalui internet (Jusohdan Ling, 2012). Terdapat lima manfaat dariberbelanja daring (Javadi et al., 2012; Khandan Chavan, 2015). Manfaat pertama adalahbelanja daring membuat konsumen lebihnyaman. Konsumen dapat berbelanja da-ring dimanapun. Konsumen bisa berbelanjadi rumah, kantor, sekolah, bahkan konsu-men dapat berbelanja ketika di jalan.Manfaat kedua adalah dengan belanjadaring dapat menghemat waktu. Konsumenseringkali sibuk dengan pekerjaan yang

ada. Sehingga seringkali tidak sempatuntuk berbelanja. Dengan belanja daring,konsumen dapat menghemat waktu untukberbelanja (Javadi et al., 2012).

Manfaat ketiga dari belanja daring ada-lah konsumen tidak perlu untuk menge-lilingi pusat perbelanjaan dan tidak perluuntuk mengantri untuk mendapatkan ba-rang yang diinginkan. Konsumen seringkaliharus mengelilingi pusat perbelanjaan un-tuk mendapatkan barang yang diinginkan.Tetapi dengan belanja daring konsumentidak perlu lagi untuk mengelilingi pusatperbelanjaan (Javadi et al., 2012). Manfaatkeempat, belanja daring dapat membuatkonsumen lebih mudah dalam mendapat-kan informasi mengenai produk dan jasayang di tawarkan. Hal ini dapat terjadikarena untuk mendapatkan informasi me-ngenai barang dan jasa, konsumen cukupmengetik barang yang diinginkan. Konsu-men juga akan memperoleh lebih banyakinformasi dibandingkan jika konsumen ber-belanja di pusat perbelanjaan. Denganbelanja daring, informasi yang didapat lebihluas dan banyak (Javadi et al., 2012). Man-faat kelima yaitu belanja daring dapatmempermudah konsumen untuk mem-bandingkan barang dan jasa yang diingin-kan. Konsumen yang melakukan belanjadaring akan mendapatkan kemudahanuntuk melihat barang dengan merk A danmerk B. Konsumen juga dapat lebih mudahmembandingkan dari sisi harga dankualitas.

Melihat banyaknya manfaat yang dapatdinikmati oleh konsumen, sehingga penjualharus mengetahui faktor-faktor yang dapatmempengaruhi konsumen untuk dapatmelakukan pembelian daring. Faktor yangmempengaruhi sikap seseorang untukbelanja daring yaitu faktor internal danfaktor eksternal (Wang et al., 2008). Faktorinternal adalah faktor dalam diri konsumenyang mempengaruhi untuk melakukanpembelian daring. Sedangkan faktor ekster-nal adalah faktor luar yang mempengaruhipembelian daring. Pada penelitian ini,peneliti akan fokus meneliti mengenai

Page 41: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 195

inovasi pribadi dan motivasi hedonik se-bagai faktor internal. Sedangkan untukfaktor eksternal peneliti akan fokus menelitidesain situs dan eWOM.

Inovasi PribadiInovasi pribadi didefinisikan sebagai

keinginan seorang individu untuk mencobasistem informasi baru (Bhatti, 2007). Selainitu Bhatti (2007) juga menambahkan bahwaseorang yang inovatif merupakan seorangyang dinamis, mempunyai rasa keingin-tahuan yang tinggi dan berani mencoba hal-hal yang baru. Seorang konsumen denganinovasi yang tinggi dapat dikatakan tidaktakut untuk mencoba hal baru dan maubelajar. Karena itu mereka tergolong me-njadi yang pertama dalam mencoba suatuinformasi atau produk yang baru. Konsu-men yang cepat untuk beradaptasi denganperubahan disebut dengan innovator atauearly adopter (Laukkanen dan Pasanen,2007).

Terdapat empat ciri-ciri seseorang yangmempunyai nilai inovasi yang tinggi (Hodan Wu, 2011). Pertama, konsumen mem-punyai kemauan untuk dapat melakukansuatu perubahan dalam suatu konsep dansuatu hal. Jadi konsumen mau bertindakuntuk lebih maju dengan melakukanperubahan. Kedua, konsumen mempunyaikemampuan untuk mempengaruhi oranglain untuk dapat menggunakan konsepyang inovatif (Ho dan Wu, 2011). Konsu-men dengan nilai inovatif yang tinggi akanbanyak mencari informasi baru sehinggaakan kaya dengan informasi. Ketiga, konsu-men dapat membantu orang lain dalam halmemecahkan masalah. Konsumen dengannilai inovasi yang tinggi akan tergolongdalam orang yang pertama mencoba halyang baru, sehingga dapat dikatakan akanmempunyai pengalaman terhadap suatuproduk yang baru. Keempat, konsumenmempunyai tingkat dan waktu adopsiterhadap inovasi. Jadi konsumen yangmempunyai nilai inovasi yang tinggi makamereka akan lebih cepat dalam mengadopsisuatu perubahan yang baru dibandingkan

dengan konsumen yang memiliki nilaiinovasi yang rendah. Karena mereka mem-punyai ketertarikan untuk belajar hal–halyang baru.

Motivasi HedonikMotivasi hedonik adalah motivasi se-

orang konsumen untuk melakukan pem-belian dikarenakan pengalaman konsumen(Close dan Kukar-Kinney, 2010). Definisilain dari motivasi hedonik adalah prosesyang terkait dengan mencapai kepuasandan kesenangan, misalnya stimulasi suka-cita, hiburan, fantasi dan indera tetapibukan sebuah pembelian produk tertentudan atau layanan (Kazakeviciute danBanyte, 2012). Jadi, motivasi hedonik adalahdorongan yang membuat seseorang me-lakukan pembelian dikarenakan pengala-man yang didapat oleh konsumen.

Ada dua jenis motivasi yang mem-pengaruhi pembelian konsumen yaitu moti-vasi utilitarian dan motivasi hedonik(O’Brien, 2010). Motivasi utilitarian adalahmotivasi yang dimiliki oleh konsumendengan berorientasi pada tujuan (Delafroozet al., 2009). Jadi konsumen yang berbelanjadengan motivasi utilitarian berorientasipada tujuan untuk mendapatkan barangtersebut. Pada penelitian ini, peneliti akanfokus untuk meneliti motivasi hedonik. Halini dikarenakan nilai hedonik lebih personaldibandingkan dengan utilitarian (Kazakevi-ciute dan Banyte, 2012).

Konsumen yang mempunyai motivasiatau nilai hedonik yang kuat maka akanmenikmati dalam melakukan proses pem-belian dibandingkan dengan tujuan akhirdari pembelian barang tersebut (Mikalef etal., 2013). Contohnya konsumen lebih se-nang ketika melakukan pencarian mengenaisuatu produk. Konsumen dapat meng-habiskan waktu tanpa merasa jenuh danbosan. Karena mereka menikmati prosespencarian tersebut Mereka dapat me-ngunjungi berbagai toko daring untuk men-cari barang yang diinginkan atau merekahanya ingin melihat-lihat barang terlebihdahulu. Konsumen dengan motivasi

Page 42: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

hedonik akan merasa senang melihat-lihatproduk yang ditawarkan oleh toko daring.

Desain SitusDesain situs adalah daya tarik yang

dapat meningkatkan keinginan konsumenuntuk mengunjungi suatu situs dan konsu-men merasa senang untuk berada di situstersebut (Ariff et al., 2013). Ketika desaindari suatu situs menarik maka konsumenakan merasa senang untuk tetap berselancardi situs tersebut. Desain situs merupakansalah satu dari faktor yang dapat mem-pengaruhi pembelian daring (Alam et al.,2008). Jika konsumen merasa senang beradadi situs tersebut akan besar kemungkinanbagi konsumen untuk melakukan pem-belian yang terdapat di situs tersebut.Dikarenakan desain dari suatu situs mem-punyai kemampuan untuk meningkatkanhubungan dengan konsumen (Aghdaie etal., 2011).

Desain situs termasuk dengan kate-gorisasi informasi, penggunaan warna,presentasi mengenai informasi, dan peng-gunaan grafis (Ariff et al., 2013). Kate-gorisasi informasi adalah bagaimana situstersebut dapat mengkategorikan produkyang ditawarkan sehingga konsumen tidakmerasa kesulitan dalam mencari produk.Penggunaan warna dan grafis pada situsmenjadi salah satu desain yang harusdiperhatikan. Pemilihan warna dengan war-na yang cerah dapat menarik konsumenuntuk melihat situs yang ada. Sepertipemilihan warna merah atau kuning dapatmemberikan semangat (Allagui danLemoine, 2008). Dengan warna tersebutdiharapkan konsumen bersemangat untukmelihat situs dan dapat melakukan pem-belian di situs tersebut. Kelengkapan infor-masi dapat membuat konsumen lebihmudah dalam melakukan belanja daring.Dengan informasi yang lengkap dan jugadidukung oleh navigasi yang tepat dapatmemungkinkan konsumen untuk melaku-kan pembelian. Navigasi yang menarik danjelas dapat membantu konsumen untukmempunyai sikap yang positif terhadap

toko daring tersebut (Allagui dan Lemoine,2008).

eWOMElectronic word of mouth mempunyai

singkatan yaitu eWOM. eWOM didefinisi-kan sebagai komunikasi modern yang di-lakukan oleh antar konsumen mengguna-kan internet sehingga konsumen tidak perlubertemu dengan konsumen yang lain (Parket al., 2011). Definisi lain dari eWOM adalahpernyataan positif atau negatif yang dibuatoleh pelanggan yang potensial, aktual ataumantan konsumen mengenai suatu produkatau perusahaan, yang dibuat bagi banyakorang dan lembaga melalui internet(Hennig-Thurau et al., 2004).

Pemasaran dalam suatu perusahaanmerupakan hal yang penting (Naz, 2014).Dikarenakan jika pemasaran yang dilaku-kan oleh pemasar berhasil maka akanberefek pada sikap konsumen untuk dapatmelakukan pembelian. Salah satu pemasar-an yang baik adalah dengan menggunakankomunikasi WOM (Naz, 2014). KomunikasiWOM sering dianggap sama denganeWOM. Sebenarnya eWOM ada sedikit per-bedaan dengan WOM. eWOM merupakanperkembangan dari WOM (Park et al., 2011).WOM merupakan komunikasi antar konsu-men yang telah menggunakan produk ataujasa yang telah dipergunakan (Fakharyan etal., 2012). Jadi WOM dilakukan oleh antarkonsumen secara langsung atau tatap mu-ka. Sedangkan eWOM merupakan komuni-kasi yang menggunakan internet sebagaimedia.

Salah satu tipe dari eWOM adalah blog.Blog adalah halaman situs mengenai jurnal,buku harian, daftar informasi dimana se-seorang dapat menulis mengenai yangmereka suka atau pengalaman yang telahmereka peroleh (Wirtz et al., 2012). Sehinggamereka dapat menuliskan pengalaman yangmereka mengenai belanja daring di suatutoko daring. Sehingga dapat membuatkonsumen lain yang membaca dapat ter-tarik untuk membeli di toko daring ter-sebut. Karena eWOM ini berada secara

Page 43: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 197

daring, konsumen dapat mencari dan me-nemukannya dengan lebih mudah meng-gunakan internet (Litvin et al., 2006). Hal inidapat menguntungkan dan merugikan pen-jual. Penjual dapat untung jika eWOM yangada berisi hal-hal yang positif sehinggakonsumen lain yang membacanya dapatmempunyai ketertarikan untuk melakukanpembelian juga.

Sikap Terhadap Belanja DaringSikap didefinisikan sebagai suatu eks-

presi perasaan batin yang dimiliki olehseorang konsumen yang mencerminkanapakah seseorang positif atau negatif ter-hadap beberapa rangsangan atau objek(Ikechukwu et al., 2012). Dalam belanjadaring, sikap dari konsumen penting untukmenentukan perkembangan dan trendbelanja daring untuk ke depannya (Jin et al.,2015). Hal ini diperkuat oleh Shergill danChen (2005) bahwa faktor penting yangmempengaruhi pembelian konsumen ada-lah sikap dari konsumen tersebut.

Sikap mempunyai tiga komponen yaitusikap afektif, sikap kognitif, dan sikap peri-laku (Hawkins dan Mothersbaugh, 2010;Ikechukwu et al., 2012). Pertama, sikap afek-tif berhubungan dengan emosional atauperasaan dari seorang konsumen. Jadikonsumen akan menggunakan perasaannyaketika melakukan pembelian, apakah kon-sumen merasa senang atau tidak. Penelitimelihat adanya sikap afektif sebagai halyang utama dalam hal memberikan evaluasi(Ikechukwu et al., 2012). Kedua, sikap kog-nitif mengarah pada pengetahuan, keyakin-an dan pendapat yang dimiliki oleh konsu-men mengenai obyek (Ikechukwu et al.,2012). Sehingga dapat dikatakan bahwasikap kognitif mempunyai hubungan de-ngan pemikiran dari seorang konsumen.Konsumen bersikap secara rasional dalammenentukan pilihan. Ketiga, sikap perilakuadalah sikap yang mengarah pada tindakanmencoba sesuatu. Komponen dari sikapperilaku ini termasuk pada pembelian yangsesungguhnya, yaitu niat membeli (Ike-chukwu et al., 2012).

Niat Pembelian DaringNiat beli didefinisikan sebagai proba-

bilitas bahwa konsumen akan membeli pro-duk (Sam dan Tahir, 2009). Niat pembeliandaring adalah kemauan dari seorang konsu-men untuk mencari, melihat dan melakukanpembelian melalui internet (Meskaran et al.,2013). Jadi, niat pembelian daring adalahkemauan dari seorang konsumen untukmelakukan pembelian di toko daring.

Konsumen yang mempunyai niat untukmelakukan pembelian bisa karena konsu-men telah percaya pada toko daring ter-sebut. Kepercayaan dan resiko menjadi halyang penting dalam belanja daring (Chen,2012). Apabila konsumen telah percayapada toko daring, maka besar kemungkinankonsumen akan melakukan pembelian kem-bali secara daring. Konsumen yang melaku-kan belanja daring tentu akan melihat resikoyang mungkin akan diperoleh. Konsumententu akan berhati-hati dalam melakukanbelanja daring. Sehingga penting bagi tokodaring untuk dapat menggunakan keper-cayaan dari seorang konsumen agar konsu-men dapat melakukan pembelian.

Niat pembelian dari seorang konsumenjuga dapat dipengaruhi oleh beberapa fak-tor yang ada. Peneliti akan membagi men-jadi dua faktor yaitu faktor internal danfaktor eksternal. Faktor internal dan ekster-nal menjadi hal yang utama dalam mem-pengaruhi pembelian seorang konsumen(Ling dan Yazdanifard, 2015). Faktor inter-nal adalah pribadi inovasi dan motivasihedonik. Sedangkan untuk faktor eksternaladalah desain situs dan eWOM. Keduafaktor tersebut akan di lakukan penelitianapakah faktor tersebut mempunyai pe-ngaruh dalam niat pembelian daring.

Hubungan Antar Variabel dan HipotesisPenelitian

Hubungan Inovasi Pribadi dengan Sikapterhadap Belanja Daring

Inovasi pribadi yang dimiliki seseorangdapat mempengaruhi sikap pembelian.Seseorang yang memiliki inovasi maka

Page 44: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

mereka mau mencoba hal- hal baru (Bhatti,2007). Mereka terbuka dengan adanyaperubahan dan tidak ragu untuk mencobahal baru. Sama hal nya dengan melakukanbelanja daring. Konsumen yang merasaterbuka dengan adanya informasi barumaka tidak akan ragu dalam melakukanbelanja daring. Dengan demikian konsumenyang memiliki nilai inovasi yang tinggimaka akan memiliki sikap pembelian yangtinggi juga. Pada penelitian sebelumnyaterdapat bahwa inovasi mempengaruhisikap konsumen (Quaddus dan Xu, 2006;Talukder et al., 2008; Hsu dan Bayarsaikhan2012; Mansour, 2012; Baek, 2013; Tian danDong, 2013; Amoroso dan Lim, 2014).Sehingga dapat dibentuk hipotesis sebagaiberikut:H1 : Adanya hubungan positif antara

inovasi pribadi dengan sikap ter-hadap belanja daring.

Hubungan Motivasi Hedonik denganSikap terhadap Belanja Daring

Selain itu faktor internal yang lainadalah motivasi hedonik. Motivasi hedonikjuga dapat mempengaruhi sikap pembeliandari seorang konsumen. Konsumen akanmenggunakan perasaan untuk melakukanpembelian (Irani dan Hanzaee, 2011). Kon-sumen akan merasa senang saat melakukanproses pembelian. Mereka akan senanguntuk mencari produk dan tidak merasabosan dalam melakukan pencarian. Konsu-men yang memiliki nilai hedonik yangtinggi maka mereka mempunyai kemungki-nan yang lebih besar untuk mempunyaisikap pembelian terhadap belanja daring.Jadi ketika konsumen merasa senang makamereka mempunyai sikap untuk melakukanpembelian. Pada penelitian sebelumnyamembahas mengenai motivasi hedonikmempengaruhi sikap konsumen (Delafroozet al., 2010; Ling et al., 2010; Pookulangaradan Natesan, 2010; Khare, 2011; Shiau danWu, 2013; Dlodlo, 2014; Tseng dan Chang,2015). Dengan demikian hipotesis yang bisasimpulkan adalah sebagai berikut:

H2 : Adanya hubungan positif antara moti-vasi hedonik dengan sikap terhadapbelanja daring.

Hubungan Desain Situs dengan Sikapterhadap Belanja Daring

Desain situs merupakan faktor ekster-nal yang dapat mempengaruhi seseoranguntuk mempunyai sikap pembelian daring.Situs merupakan pengganti dari pemasaruntuk memasarkan dan berkomunikasi de-ngan konsumen menggunakan internet(Loan et al., 2015). Sehingga jika situs mem-punyai desain yang baik maka konsumenakan tertarik untuk dapat melihat situstersebut. Situs harus memiliki warna yangmenarik agar konsumen tertarik untukdapat melihat situs tersebut. Selain itu jugasitus harus mudah digunakan. Pada pe-nelitian sebelumnya terdapat bahwa situsdapat mempengaruhi sikap konsumen(Elliott dan Speck, 2005; Wen, 2009; Cho danLee, 2011; Majali, 2015). Berdasarkan pen-jelasan diatas, maka dapat dibentuk hipo-tesis yaitu:H3 : Adanya hubungan positif antara

desain situs dengan sikap terhadapbelanja daring.

Hubungan eWOM dengan Sikap terhadapBelanja Daring

WOM merupakan komunikasi antarkonsumen yang dapat mempengaruhi da-lam pembelian. Karena melihat zamansekarang, orang menggunakan teknologiinternet. Maka WOM beralih menjadieWOM yaitu komunikasi yang mengguna-kan internet antar konsumen (Park et al.,2011). Jika eWOM yang diberikan memilikihal yang positif maka konsumen lain akantertarik untuk melakukan pembelian juga ditoko daring. Tetapi jika eWOM yang di-miliki kurang baik maka dapat berdampaknegatif pada sikap konsumen. Pada peneliti-an sebelumnya terdapat bahwa eWOMdapat mempengaruhi sikap konsumen(Pietro et al., 2012; Fakharyan et al., 2012;Jalilvand et al., 2013; Albarq, 2014; Zarraddan Debabi, 2015; Zarco, 2015). Dengan

Page 45: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 199

Faktor Eksternal

demikian maka dapat ditarik hipotesisyaitu:H4 : Adanya hubungan positif antara

eWOM dengan sikap terhadapbelanja daring

Hubungan Sikap terhadap Belanja Daringdengan Niat Pembelian Online

Sikap konsumen akan mempengaruhiniat seseorang dalam melakukan pembeli-an. Sikap dari seorang konsumen terlihatapakah mereka menyukai belanja daringatau tidak (Juniwati, 2014). Sehingga dapatdikatakan sikap merupakan suatu evaluasiafektif dari seorang konsumen terhadapbelanja daring (Wang et al., 2006, 71). Jikaseorang konsumen memiliki sikap yangpositif terhadap belanja daring makakonsumen akan memiliki niat yang positif

juga untuk melakukan pembelian. Tetapijika konsumen memiliki sikap yang negatifmaka konsumen akan tidak memiliki niatterhadap belanja daring., sehingga pentingbagi seorang penjual atau pemasar untukmengetahui faktor-faktor yang dapat mem-buat seseorang memiliki niat pembelianyang positif juga. Pada penelitian sebelum-nya meneliti mengenai adanya hubungansikap pembelian dengan niat konsumen(Delafrooz et al., 2010; Pietro et al., 2012; Limdan Ting, 2012; Baek, 2013; Jalilvand et al.,2013; Hemamalini, 2013; Rafique et al., 2014;Tseng dan Chang, 2015). Dengan demikianpeneliti membuat hipotesis bahwa:H5 : Adanya hubungan positif antara sikap

terhadap belanja daring dengan niatpembelian daring.

H1

H2 H5

H3

H4

Gambar 1Model Penelitian

Sumber: dibangun oleh Peneliti (2015)

METODE PENELITIANDesain Sampel dan Jumlah Sampel

Pada penelitian ini, peneliti mengguna-kan metode sampel non probabilitas. Secaraspesifik, sampel pada penelitian ini adalahmahasiswa/i yang pernah melakukan pem-

belanjaan di Zalora. Peneliti menggunakandengan teknik sampel bertujuan dengantipe sampel penilaian (judgemental). Teknikini menggunakan kriteria yang direpre-sentasikan melalui filter question (selanjut-nya akan disebut dengan pertanyaan

Faktor Internal

Inovasi Pribadi

ikSikap

TerhadapBelanjaDaring

NiatPembelian

DaringMotivasiHedonik

Desain Situs

eWOM

Page 46: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

penyaring). Letak dari pertanyaan pe-nyaring ada di awal kuesioner. Denganadanya kriteria maka, peneliti dapat mem-peroleh informasi yang akurat.

Peneliti menggunakan jumlah sampelsebanyak 250. Tiga alasan peneliti meng-gunakan sampel sebanyak 250. Alasan per-tama adalah peneliti menggunakan rata-ratasampel dari penelitian yang telah dilakukansebelumnya (Malhotra dan Birks, 2006).Pada Tabel 3 menunjukan rata-rata daripenelitian yang telah dilakukan sebelumnyaadalah 249,7 sehingga peneliti membulatkanmenjadi 250 sampel. Alasan kedua yaituuntuk pengolahan data akan dilakukandengan menggunakan structural equationmodeling (selanjutnya akan disebut denganSEM) membutuhkan jumlah sampel minim-al 200 data (Santoso, 2007). Sehingga pe-neliti menggunakan sampel sejumlah 250.Alasan ketiga adalah jumlah sampel yangdapat digunakan dalam suatu penelitianadalah antara 150 sampai 400 (Hair et al.,2006). Dengan sampel sejumlah 250 me-nunjukkan bahwa sampel tersebut di antara150 sampai 400.

Metode Pengumpulan DataPada penelitian ini, peneliti mengguna-

kan data primer untuk mengumpulkan datayang ada. Data primer adalah pengumpul-an data yang dilakukan secara langsungoleh peneliti (Malhotra dan Birks, 2006).

Untuk mendapatkan data primer maka pe-neliti menggunakan responden yang beradadi sekitar lingkungan peneliti agar dapatmempermudah peneliti dalam mendapat-kan data yang dibutuhkan. Sehingga pe-neliti memutuskan untuk menggunakanmahasiswa dan mahasiswi Universitasswasta sebagai data primer untuk penelitianini. Kemudian Sekaran dan Bougie (2013)menjelaskan bahwa dalam melakukan pe-ngumpulan data terdapat tiga macam tipeyaitu wawancara, observasi dan kuesioner.Peneliti menggunakan kuesioner untukmelakukan pengumpulan data denganmenggunakan dua tipe yaitu penyebaransecara personal dan melakukan penyebaransecara elektronik di lingkungan Universitasswasta.

Pengukuran VariabelPada penelitian ini menggunakan enam

variabel yaitu pribadi inovatif, motivasihedonik, desain situs, eWOM, sikap ter-hadap belanja daring, niat pembelian da-ring. Masing-masing variabel mempunyaiempat indikator sehingga total terdapat duapuluh empat indikator. Semua indikatordidasarkan pada penelitian sebelumnyasebagai berikut. Inovasi pribadi berasal dariTaylor dan Todd (1995, dalam Bhatti, 2007),Oliver dan Bearden (1985, dalam Bauer etal., 2005), dan Leavitt dan Walton (1975,dalam Bauer et al., 2005).

Tabel 3Rata-Rata Sampel Penelitian Sebelumnya

Penelitian Jumlah SampelSam dan Tahir (2009) 208Lee (2009) 258Xiaorong et al., (2011) 320Topaloglu (2012) 390Han (2014) 220Jin dan Osman (2014) 220Jung (2014) 189Rizwan et al., (2014) 200Gleim et al., (2015) 342Putro dan Haryanto (2015) 150Rata-Rata 249.7 = 250

Sumber: Dirangkum dari penelitian sebelumnya

Page 47: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 201

Motivasi hedonik berasal dari Cotte et al.(2006, dalam Poyry et al., 2012), Babin et al.(1994; Kim dan Shim, 2002, dalam Delafroozet al., 2009), dan Babin et al. (1994, dalamSarkar, 2011). Indikator variabel desain situsberasal dari Shergill dan Chen (2005, dalamAriff et al., 2013) dan Qinghe et al. (2014).Indikator eWom bersumber dari Goyette etal. (2010, dalam Tseng 2013) dan Thomas etal. (2006, dalam Son et al. 2012). Sedangkanindikator sikap terhadap belanja daringberasal dari Ramayah et al. (2009, dalamLim dan Ting, 2012), Kim dan Forsythe(2010, dalam Lim dan Ting, 2012), Wolin etal. (2002, dalam Mahmoud, 2013), dan Wangdan Sun (2010, dalam Mahmoud, 2013).Indikator niat pembelian daring bersumberpada Moon dan Kim, (2001, dalam Rizwanet al., 2014) dan Zeithaml et al. (1998, dalamKhan et al., 2014), dan Soureli et al. (2008,dalam Khan et al., 2014). Keseluruhanindikator diukur dengan menggunakanskala Likert 5 poin (1 = sangat tidak setujusampai 5= sangat setuju).

Uji Keandalan dan ValiditasPengujian keandalan pada penelitian

ini dilakukan mempunyai tujuan agarmengetahui apakah indikator yang adastabil dan konsisten dengan konsep yangada. Peneliti menggunakan uji keandalandengan melihat nilai Cronbach’s alpha. Di-mana pengujian yang paling umum di-lakukan yaitu dengan melihat nilai Cron-bach’s alpha (Sekaran dan Bougie, 2013).Nilai minimum untuk Cronbach’s alphaadalah 0,7 kecuali untuk penelitian eksplo-rasi menggunakan nilai minimum 0,6 (Hairet al., 2006). Nilai Cronbach’s alpha yangmenunjukkan dibawah 0,6 maka meng-indikasikan bahwa kurang handal suatuindikator yang ada (Maholtra dan Birks,2006). Selain menggunakan Cronbach’salpha, peneliti juga menggunakan nilaiinter-item correlation. Nilai minimal untukcorrected item-total correlation adalah > 0,3(Hair et al., 2010).

Pada penelitian ini menggunakan duamacam validitas yaitu validitas konten dan

validitas konstruk. Validitas konten dilaku-kan sebelum melakukan pengumpulan data(Hair et al., 2013). Untuk mencapai validitaskonten maka peneliti melakukan pencarianmengenai indikator yang akan diukur.Peneliti meminta pendapat dari para ahliuntuk dapat mengetahui apakah indikatoryang digunakan dalam penelitian sudahsesuai dengan teori yang digunakan. Ketikamelihat adanya indikator yang kurangsesuai dengan teori yang digunakan, makadilakukan perbaikan terhadap indikatortersebut. Sehingga indikator yang diguna-kan dapat sesuai dengan teori yang di-gunakan pada penelitian ini.

Validitas konstruk digunakan untukmelihat validitas suatu indikator yang ada.Menurut Sekaran dan Bougie (2013) menilaivaliditas konstruk dapat dicapai denganconvergent validity (selanjutnya disebut de-ngan validitas konverjen) dan discriminantvalidity (selanjutnya disebut dengan validi-tas diskriminan). Validitas konverjen meng-ukur sebuah indikator dapat berkorelasidengan langkah-langkah yang seharusnya(Aaker et al., 2007). Penelitian ini meng-gunakan exploratory factor analysis (EFA) danAverage Variance Extracted (AVE) untuk me-nguji validitas kontruk. Selain itu terdapatcara lain untuk mengukur validitas konver-jen. Menggunakan pengujian construct relia-bility (CR) adalah cara lain untuk mengukurvaliditas konverjen (Ghadi et al., 2012).

Validitas diskriminan dapat tercapaiketika dua variabel yang seharusnya tidakberkorelasi tetapi terdapat nilai korelasi(Sekaran dan Bougie, 2013). Untuk melaku-kan pengukuran dengan uji validitas makapeneliti menggunakan korelasi Pearson.Korelasi Pearson digunakan ketika memilikidata metrik (Hair et al., 2006; Hair et al.,2013). Data metrik yang dimaksudkan ada-lah data kuantitatif, data interval, dan datarasio.

Studi PendahuluanStudi pendahuluan dilakukan untuk

mengetahui tingkat pemahaman respondenterhadap kuesioner penelitian dan untuk

Page 48: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

mengetahui keandalan serta validitas indi-kator pada penelitian ini. Studi ini melibat-kan sebanyak 50 responden. Jumlah respon-den ini sesuai dengan kriteria jumlah sam-pel penelitian pilot yaitu antara 25 sampai100 (Cooper dan Schindler, 2006). Hasilstudi pendahuluan menunjukkan bahwaCronbach’s Alpha berkisar 0,708 sampai0,852. Hasil pengujian EFA menunjukkanbahwa indikator yang digunakan menge-lompok pada komponen masing-masing.

Analisis DataPada penelitian ini metode yang di-

gunakan untuk menganalisis data adalahStructural Equation Modelling (SEM). SEMadalah model statistik yang dapat diguna-kan untuk menunjukkan adanya hubunganantar variabel dalam suatu penelitian (Hairet al., 2006). SEM didefinisikan sebagaigabungan statistik multivariate yang me-rupakan kombinasi antara analisis faktordan analisis regresi (korelasi) yang ber-tujuan untuk menguji hubungan-hubunganantar variabel yang ada pada sebuah model,baik itu antar indikator dengan konstruk-nya, ataupun hubungan antar konstruk(Santoso, 2007). Metode SEM digunakanuntuk menguji suatu model yang terlebihdahulu dibuat dengan berdasar teori ter-tentu dapat diterima atau tidak (Santoso,2007). Pengujian dilakukan dengan modelpengukuran dan model struktural (Santoso,2007).

Komparasi ModelDalam metode SEM dilakukan kompa-

rasi model antara satu model dengan modelyang lain. Dengan melakukan komparasimaka dapat diketahui model mana yanglebih baik antara satu dengan yang lain(Hair et al., 2006). Peneliti dapat membuatmodel komparasi berdasarkan teori yangada. Walaupun tidak dibuat hipotesis padamodel komparasi tetapi dengan melakukanpengujian pada model komparasi makadapat diketahui mana model yang palingbaik (Hair et al., 2006). Peneliti membuatmodel komparasi dan untuk melakukan

pengujian model komparasi maka dilaku-kan pengujian dengan melihat indekskomparasi. Menurut Hair et al. (2006)parsimony fit inidices dibagi menjadi dua tipeyaitu parsimony goodness of fit index (PGFI)dan parsimony normed fit index (PNFI). Selainitu ada pengukuran yang lainnya yaituparsimony comparative fit index (PCFI) yangdikemukakan oleh Santoso (2007).

ANALISIS DAN PEMBAHASANResponse Rate dan Profil Responden

Pada penelitian ini menyebarkan 250kuesioner kepada responden. Terdapat 238kuesioner kembali. Sehingga response ratepada penelitian ini adalah 95,2%. Kemudianpeneliti menemukan kuesioner yang kurangterisi dengan lengkap, sehingga penelitimemisahkan kuesioner yang dapat diguna-kan dalam penelitian ini. Terdapat 228kuesioner yang dapat digunakan dalampenelitian. Sehingga usable response ratekuesioner pada penelitian ini sebesar 91,2%.

Profil responden pada penelitian iniadalah sebagai berikut. Responden mayo-ritas adalah berjenis kelamin wanita denganjumlah sebanyak 185 responden (81,15%).Berdasarkan usia maka mayoritas respon-den berusia 18-21 tahun dengan jumlah 189reseponden (82,89%). Untuk mayoritas lamawaktu yang dihabiskan responden di Zaloraadalah 1-3 jam dengan jumlah 95 responden(41,67%). Untuk mayoritas jumlah penge-luaran responden ketika melakukan pem-belian di Zalora adalah sebesar Rp 150.000 -Rp 300.000 dengan jumlah 141 responden(61,84%).

Uji KeandalanPada penelitian ini dilakukan pengujian

keandalan maka peneliti melihat dari Cron-bach’s alpha dan corrected item-total correla-tion. Indikator dapat dikatakan andal jikamemiliki nilai corrected item-total correlation> 0,3. Sedangkan untuk nilai Cronbach’salpha > 0,7 agar dapat dikatakan sebagaiindikator yang andal. Pada Tabel 4 me-nunjukkan hasil uji keandalan pada pe-nelitian ini.

Page 49: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 203

Tabel 4Hasil Uji Keandalan Penelitian Aktual

Indikator Corrected Item-Total Correlation

Cronbach'sAlpha

AVE ConstructReliability (CR)

PINOV1 0.685 0.810 0.593 0.814PINOV2 0.616PINOV4 0.682

HM1 0.532 0.760 0.475 0.715HM2 0.476HM3 0.563HM4 0.685WD1 0.463 0.754 0.5487 0.717WD3 0.626WD4 0.677EW1 0.686 0.806 0.693 0.818EW2 0.686AO3 0.642 0.782 0.6425 0.783AO4 0.642PI2 0.579 0.733 0.5835 0.736PI3 0.579

Keterangan: PINOV = Inovasi Pribadi; HM = Motivasi Hedonik ; WD = Desain Situs; EW = eWOM;AO = Sikap terhadap Belanja Daring; PI = Niat Pembelian Daring

Sumber: Hasil Pengolahan Data 228 Responden

Uji ValiditasUntuk mencapai validitas maka diada-

kan uji EFA dan CR. Tabel 5 mempelihatkanhasil EFA pada penelitian yang menunjuk-kan nilai factor loading lebih dari 0,35 danmemiliki data yang mengelompok yangmenunjukkan tercapainya validitas konver-jen. Selain itu untuk melihat validitaskonverjen juga dapat melihat nilai constructreliability. Nilai tersebut berada diantara0,717 sampai dengan 0,818. Nilai CR mini-mal 0.6 untuk dapat diterima (Hair et al.,2006). Sehingga dapat dikatakan nilai ter-sebut masuk dalam kriteria yang ada. Selainitu dilakukan pengujian AVE. Nilai AVEdibawah 0.5 mengindikasikan bahwa varia-bel cukup baik. Sedangkan nilai diatas 0,5mengindikasikan bahwa variabel baik (Hairet al., 2006). Untuk mencapai validitas dis-kriminan maka peneliti menggunakankorelasi Pearson.

Pada Tabel 6 menunjukkan nilai kore-lasi antar variabel yang dilakukan padapenelitian ini yang menunjukkan tidak ada

nilai yang mendekati angka 1 yang berartivaliditas diskriminan tercapai.

Hasil Pengujian SEMModel SEM terdiri dari dua pengujian

yaitu pengujian dengan model pengukurandan model structural. Untuk melihat hasildari pengujian model pengukuran makapeneliti menggunakan CFA (Tabel 7).Kemudian setelah menguji CFA maka akandilakukan pengujian model struktural. Ha-sil pengujian dapat dikatakan valid jikamemiliki nilai kritis (CR) lebih dari ± 1,96(Hair et al., 2006). Pengujian model struk-tural digunakan untuk menguji hipotesisyang telah dibuat sebelumnya. Dari limahipotesis yang dibuat menunjukkan adanyaempat hipotesis yang memiliki hubunganyang signifikan (Tabel 8), sehingga dapatdikatakan bahwa terdapat empat hipotesisdidukung dan satu hipotesis yang tidakdidukung. Untuk mengetahui hubungansignifikan dapat dilihat dari nilai kritis (CR)yang diperoleh yaitu harus memiliki nilailebih dari ± 1,96 (Hair et al., 2006).

Page 50: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

Tabel 5Hasil Uji Validitas (EFA)

Komponen1 2 3 4 5 6

PINOV1 0.896PINOV2 0.682PINOV4 0.817 .

HM1 0.612HM2 0.887HM4 0.583WD1 0.516WD3 0.873WD4 0.889EW1 0.898

0.875EW2AO3 0.837AO4 0.815PI2 0.709PI3 0.79

Keterangan: PINOV = Inovasi Pribadi; HM = Motivasi Hedonik ; WD = Desain Situs; EW = eWOM;AO = Sikap terhadap Belanja Daring; PI = Niat Pembelian DaringSumber: Hasil Pengolahan Data 228 Responden

Tabel 6Hasil Korelasi

PINOV HM WD EW AO PIPINOV 1

.463** 1WD .177** .303** 1EW .236** .289** .211** 1AO .289** .371** .518** .245** 1PI .486** .509** .360** .454** .478** 1

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).Keterangan: PINOV = Inovasi Pribadi; HM = Motivasi Hedonik ; WD = Desain Situs; EW = eWOM;

AO = Sikap terhadap Belanja Daring; PI = Niat Pembelian DaringSumber: Hasil Pengolahan Data 228 Responden

Tabel 7Hasil Model Pengukuran

Path StandardizedRegression Weights

Critical Ratio(CR)

PINOV4 <--- Inovasi Pribadi 0.829PINOV2 <--- Inovasi Pribadi 0.722 10.532PINOV1 <--- Inovasi Pribadi 0.756 10.951HM4 <--- Motivasi Hedonik 0.9

Page 51: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 205

Tabel 7 lanjutan.......

Path StandardizedRegression Weights

Critical Ratio(CR)

HM2 <--- Motivasi Hedonik 0.466 6.626HM1 <--- Motivasi Hedonik 0.631 8.96WD4 <--- Desain Situs 0.837WD3 <--- Desain Situs 0.797 10.311WD1 <--- Desain Situs 0.556 7.832EW2 <--- eWOM 0.89EW1 <--- eWOM 0.77 8.091AO4 <--- Sikap terhadap Belanja

Daring0.814

AO3 <--- Sikap terhadap BelanjaDaring

0.79 9.677

PI4 <--- Niat Pembelian Daring 0.715PI1 <--- Niat Pembelian Daring 0.81 10.212

Keterangan: PINOV = Inovasi Pribadi; HM = Motivasi Hedonik ; WD = Desain Situs; EW = eWOM;AO = Sikap terhadap Belanja Daring; PI = Niat Pembelian Daring

Sumber: Hasil Pengolahan Data 228 Responden

Tabel 8Hasil Pengujian Model Struktural

Hipotesis Path StandardizedRegressionWeights

CCR

Analisa

H1 Sikap terhadapBelanja Daring

<--- InovasiPribadi 0.118

1.223 Tidak

DidukungH2 Sikap terhadap

Belanja Daring<--- Motivasi

Hedonik 0.3603

.128 DidukungH3 Sikap terhadap

Belanja Daring<--- Desain Situs

0.4305

.410 DidukungH4 Sikap terhadap

Belanja Daring<--- eWOM

0.1922

.547 DidukungH5 Niat Pembelian

Daring<--- Sikap

terhadapBelanja Daring

0.8158

.515 Didukung

Sumber: Hasil Pengolahan Data 228 Responden

Hasil Model KomparasiUntuk mengetahui perbedaan diantara

kedua model (Gambar 2) yang ada makadilakukan pengujian indeks komparasidiantara keduanya. Indeks yang dipakaiuntuk membandingkan adalah parsimony fitindices yaitu PGFI, PNFI, dan PCFI. Pada

Tabel 9 menunjukkan hasil diantara keduamodel.

PembahasanSetelah melakukan pengujian hipotesis

dapat diketahui bahwa terdapat hipotesisyang didukung dan ada hipotesis yang

Page 52: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

tidak didukung. Terdapat empat hipotesisyang didukung dan satu hipotesis yangtidak didukung. Pada tahap ini akan di-lakukan pembahasan mengenai hipotesisyang didukung dan tidak didukung. Pem-bahasan yang akan dilakukan berdasarkanteori yang ada. Hipotesis 1 menyatakanbahwa adanya hubungan positif antara ino-vasi pribadi dengan sikap terhadap belanjadaring.

Tabel 9Hasil Model Komparasi

Kriteria Model Awal ModelKomparasi

PGFI 0.587 0.578PNFI 0.646 0.638PCFI 0.683 0.676

Sumber: Pengolahan Data 228 Responden

H7

H6

H1

H2 H5

H3

H4

H9

H8

Gambar 2Model komparasi

Akan tetapi hasil pengujian hipotesis tidakmendukung adanya hubungan diantarakeduanya. Terdapat dua alasan yang dapatmembuat hipotesis 1 tidak didukung. Alas-an pertama, menurut data profil responden,wanita merupakan mayoritas respondendalam penelitian ini dengan jumlah dua pertiga (81%). Akan tetapi konsumen wanitadianggap kurang mau untuk mengambilresiko yang ada (Harris et al., 2006, 50; Boyd,2013). Padahal seorang yang inovatif

mempunyai karakteristik berani untuk me-ngambil resiko. Wanita cenderung memilikiketakutan untuk memilih produk yangsalah atau kurang sesuai. Sehingga hal inidapat menyebabkan tidak adanya hubung-an antara inovasi pribadi dengan sikapterhadap pembelian daring.

Data profil responden juga menunjuk-kan bahwa pria merupakan minoritasresponden dengan jumlah satu per tiga(18%). Menurut Kaplan (2011) konsumen

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Inovasi

Pribadi

ikMotivasiHedonik

Desain situs

eWOM

SikapterhadapBelanjaDaring

NiatPembelian

Daring

Page 53: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 207

pria lebih intens dalam melakukan pencari-an dibandingkan dengan wanita. Padahalseorang yang memiliki nilai inovasi yangtinggi adalah seseorang yang mempunyaikarakteristik mau belajar mengenai halbaru. Konsumen pria lebih rinci untukmendapatkan informasi jika dibandingkandengan wanita (Kaplan, 2011). Sehinggakonsumen pria dikatakan lebih baik dalammelakukan pencarian. Tetapi karena respon-den pria pada penelitian ini merupakanminoritas, maka terdapat kemungkinanbahwa pribadi inovasi tidak berhubungandengan sikap seorang konsumen.

Alasan kedua, menurut hasil datastatistik deskriptif pada indikator PINOV2“Biasanya saya termasuk yang pertamauntuk mencoba produk baru” terdapat rata-rata responden menjawab dengan nilai 2“tidak setuju”. Hal ini menunjukkan bahwaresponden tidak setuju jika dikategorikanmenjadi yang pertama mencoba produkbaru. Akan tetapi seorang inovator mem-punyai karakteristik ingin menjadi yangpertama dalam mencoba suatu yang baru(Yocco, 2015). Hal ini menunjukkan adanyaperbedaan antara teori dengan hasil jawab-an responden. Maka dapat berpengaruhpada hipotesis yang telah dibuat pada awalpenelitian. Sehingga jika rata-rata respon-den menjawab bahwa mereka tidak setujudengan indikator tersebut maka terdapatkemungkinan bahwa hipotesis 1 tidak di-dukung dalam penelitian ini.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa adanyahubungan positif antara motivasi hedonikdengan sikap terhadap belanja daring(Delafrooz et al., 2010; Ling et al., 2010;Pookulangara dan Natesan, 2010; Khare,2011; Shiau dan Wu; Dlodlo, 2014; Tsengdan Chang, 2015). Hasil pengujian hipotesismendukung adanya hubungan diantara ke-duanya. Motivasi hedonik adalah motivasiyang dimiliki konsumen untuk melakukanpembelian disebabkan pengalaman (Closedan Kukar-Kinney, 2010). Konsumen de-ngan motivasi hedonik maka akan memilikirasa senang ketika melakukan pembeliandaring. Mereka tidak akan merasa bosan

dalam melakukan pencarian barang yangdiinginkan.Menurut data profil respondenmenunjukkan responden rata-rata meng-habiskan waktu di Zalora selama 1 sampai 3jam. Konsumen merasa bahwa denganmencari informasi mengenai Zalora adalahcara yang tepat untuk menghabiskan wak-tu. Mereka akan merasa senang dalamproses pencarian tersebut. Sehingga merekamerasa memiliki rasa senang dan puasdalam proses pencarian dengan menjelajahitoko daring. Ketika konsumen merasa me-nikmati dan senang dengan proses pencari-an barang di Zalora maka besar kemungkin-an konsumen akan memiliki sikap pem-belian terhadap belanja daring yang baik.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa adanyahubungan positif antara desain situs dengansikap terhadap belanja daring (Elliott danSpeck, 2005; Wen, 2009; Cho dan Lee, 2011;Majali, 2015). Hasil pengujian hipotesismendukung adanya hubungan diantarakeduanya. Ketika desain dari situs memilikikualitas yang baik maka konsumen akanmemiliki sikap yang baik terhadap Zalora.Situs Zalora memiliki kemudahan agarkonsumen melakukan pembelian sehinggakonsumen dapat memiliki sikap yangpositif. Selain kemudahan, informasi yangdetail juga menjadi penolong bagi konsu-men agar dapat mengetahui informasibarang yang akan dibeli. Jika konsumenmerasa mudah dalam mencari produk yangdiinginkan di Zalora maka konsumen akanmemiliki sikap terhadap belanja daringyang positif.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa adanyahubungan positif antara eWOM dengansikap terhadap belanja daring (Pietro et al.,2011; Fakharyan et al., 2012; Jalilvand et al.,2013; Albarq, 2014; Zarrad dan Debabi,2015; Zarco, 2015). Hasil pengujian hipotesismendukung adanya hubungan diantara ke-duanya. eWOM merupakan suatu komuni-kasi antar konsumen dengan menggunakaninternet. Konsumen dapat menemukanulasan positif maupun negatif mengenaiZalora di internet Seorang konsumenmelakukan pengumpulan ulasan mengenai

Page 54: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

208 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

Zalora sebelum melakukan pembelian. Jikapelayanan di Zalora memuaskan, makamereka akan menuliskan hal yang baik.Konsumen lain yang membaca mengenaiulasan baik atau positif akan memper-timbangkan untuk melakukan pembelian diZalora. Sehingga jika eWOM yang dimilikipositif maka sikap seorang konsumen akanbaik atau positif. Maka dapat terciptanyahubungan antara eWOM dan sikap seorangkonsumen terhadap belanja daring.

Hipotesis 5 menyatakan bahwa adanyahubungan positif antara sikap terhadapbelanja daring dengan niat pembeliandaring (Delafrooz et al., 2010; Pietro et al.,2011; Lim dan Ting, 2012; Baek, 2013;Jalilvand et al., 2013; Hemamalini, 2013;Rafique et al., 2014; Tseng dan Chang, 2015).Hasil pengujian hipotesis mendukung ada-nya hubungan diantara keduanya. Sikapmerupakan suatu evaluasi konsumen me-ngenai belanja daring. Sikap yang diguna-kan pada penelitian ini adalah afektif. Sikapafektif adalah dimana seorang konsumendapat mengevaluasi Zalora dengan meng-gunakan perasaan. Ketika konsumen me-nilai bahwa Zalora dapat memberikan rasanyaman dalam berbelanja ataupun menarikbagi dirinya, maka mereka memiliki sikapyang positif. Sehingga hal ini dapat ber-pengaruh pada niat pembelian seseorang.Maka seorang konsumen yang mempunyaiperasaan yang positif dengan Zalora makakonsumen akan memiliki niat untuk me-lakukan pembelian di Zalora.

Implikasi TeoriPada penelitian ini dilakukan pe-

ngembangan model berdasarkan teori yangada. Sebuah teori dapat dijadikan sebagaititik awal untuk melakukan suatu pe-ngembangan model (Hair et al., 2006). Lebihlanjut, pengembangan model dianggap se-bagai metode penelitian yang efektif (Shafi-que dan Mahmood, 2010). Tidak hanya itu,pengembangan model dapat dikatakan se-bagai suatu modifikasi model (Hair et al.,2006). Penelitian ini mengintegrasikan fak-tor internal dan faktor eksternal untuk

dapat memahami perilaku konsumen,khususnya pembelian daring. Secara spesi-fik, faktor internal yang digunakan dalampenelitian ini adalah pribadi inovasi danmotivasi hedonik. Sedangkan untuk faktoreksternal adalah desain situs dan eWOM.

Implikasi ManajerialTerkait dengan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka terdapat implikasimanagerial yang dapat dilakukan olehZalora. Pertama, Zalora dapat memberikandiskon atau potongan harga kepada konsu-men. Hal ini digunakan supaya konsumentertarik untuk melihat produk yang di-tawarkan oleh Zalora. Kedua, Zalora dapatmemberikan fasilitas lebih kepada pelang-gan Zalora dengan memberikan informasiterlebih dulu mengenai produk terbaruataupun potongan harga. Sehingga konsu-men dapat merasa bahwa belanja daring diZalora menyenangkan dan diharapkan da-pat meningkatkan motivasi hedonik dalambelanja daring.

Ketiga, Zalora dapat membuat situsyang menarik bagi konsumen. Desain yangdibuat dapat berjiwa muda sehingga konsu-men merasa berbelanja di Zalora me-nyenangkan. Keempat, Zalora dapat me-nyediakan fitur chat dengan customer servicejika membutuhkan bantuan. Zalora dapatmengatur letak dari fitur chat tersebut dibagian kanan atas sehingga konsumen da-pat lebih mudah mencari fitur tersebut.Kelima, Zalora dapat menggunakan artisuntuk membantu promosi mengenai Zaloradi media sosial. Dengan adanya artis yangmembantu promosi di media sosial di-harapkan bahwa eWOM dapat diterimalebih mudah oleh konsumen. Keenam,eWOM dapat berkembang salah satunyadengan blog. Zalora dapat membuat acarauntuk para blogger. Dengan adanya acaratersebut diharapkan para blogger akanmemposting acara yang telah merekalakukan di blog mereka.

Ketujuh, Zalora dapat meningkatkankualitas dari customer service yang ada diZalora. Membuat pelatihan agar customer

Page 55: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 209

service dapat cepat tanggap untuk men-jawab pertanyaan konsumen. Kedelapan,Zalora dapat bekerja sama dengan pihaklain untuk mempermudah konsumen dalamhal pembayaran. Jika konsumen merasabahwa mereka mudah untuk melakukanpembayaran, diharapkan juga dapat mem-buat sikap konsumen menjadi positifmengenai belanja daring.

Kesembilan, Zalora dapat mengadakansurvei. Survei ini dilakukan agar Zaloramengetahui seberapa besar niat seorang

konsumen untuk melakukan pembelian diZalora. Kesepuluh, Zalora juga dapat mem-buat suatu sistem poin untuk konsumen.Dimana ketika konsumen melakukan pem-belian akan mendapat poin dan pointersebut dapat digunakan kembali untukmelakukan pembelian. Dengan adanya sis-tem poin diharapkan niat konsumen untukmelakukan pembelian di Zalora menjaditinggi. Implikasi manajerial yang telahdiuraikan akan diringkas pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10Implikasi Managerial

Variabel Indikator Tindakan yang dilakukan ZaloraMotivasiHedonik

Belanja daring adalahhal yang menyenangkandibandingkan denganhal lain

Memberikan diskon atau potongan hargaagar konsumen tertarik untuk belanja diZalora daripada tempat lainMemberikan fasilitas lebih denganmemberikan informasi lebih dulu mengenaibarang baru di Zalora kepada pelangganZalora

Desain Situs Tata letak situs Zaloradapat membantukonsumen dalamberbelanja

Membuat desain situs Zalora lebih anakmuda

Menyediakan fitur chat dengan customerservice

eWOM Pentingnya lingkungansekitar berbicaramengenai Zalora

Menggunakan artis untuk membantupromosi mengenai Zalora di social media

Membuat acara para blogger untukmempromosikan Zalora

Sikapterhadapbelanjadaring

Kenyamanan dalamberbelanja di Zalora

Adanya customer service yang cepat tanggapuntuk menjawab pertanyaan konsumen

Bekerja sama dengan pihak lain supayakonsumen lebih nyaman dalam melakukanpembayaran

Niatpembeliandaring

Niat untuk melakukanpembelian di Zalora

Mengadakan survei untuk mengetahui niatpembelian konsumen di ZaloraMembuat sistem poin untuk setiappembelian dan poin tersebut dapat ditukardengan produk di Zalora

Page 56: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

210 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untukmemprediksi pengaruh faktor-faktor inter-nal (yaitu, pribadi inovasi dan motivasihedonis) dan faktor-faktor eksternal (yaitu,desain web dan eWOM) terhadap sikap danniat pembelian daring. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa tidak terdapat hubunganyang signifikan antara inovasi pribadi dansikap terhadap belanja daring. Penelitian inimenunjukkan hubungan yang signifikanantara motivasi hedonik dan sikap terhadapbelanja daring, antara desain situs dan sikapterhadap belanja daring, antara eWOM dansikap terhadap belanja daring, dan antarasikap terhadap belanja daring dan niat pem-belian daring. Penelitian ini tidak terlepasdari beberapa keterbatasan. Secara spesifik,terdapat tiga keterbatasan penelitian ini.Pertama, obyek yang digunakan pada pe-nelitian ini adalah Zalora. Sehingga tidakdapat mewakili toko daring yang lain yangada di Indonesia. Keterbatasan kedua ada-lah sampel penelitian ini merupakan maha-siwa dan mahasiswi di sebuah universitasswasta. Dengan sampel penelitian tersebuttidak dapat mewakili keseluruhan konsu-men yang pernah melakukan pembelian diZalora. Keterbatasan ketiga adalah variabelyang diuji pada penelitian ini hanya padavariabel tertentu, yaitu inovasi pribadi,motivasi hedonik, desain situs, eWOM,sikap terhadap belanja daring, dan niatpembelian konsumen. Variabel-variabelinternal dan eksternal lainnya dapat jugamempengaruhi sikap dan niat terhadappembelian daring.

SaranBerdasarkan keterbatasan yang telah

diuraikan sebelumnya maka terdapat saranyang dapat dilakukan untuk penelitianselanjutnya. Saran pertama adalah obyekyang digunakan pada penelitian selanjutnyadapat menggunakan toko daring lain.Contoh toko daring lain yang dapat di-gunakan adalah Lazada, OLX, dan Berry-benka. Saran kedua adalah pengambilan

sampel selain mahasiswa dan mahasiswi.Untuk penelitian selanjutnya pengambilansampel dapat menggunakan karyawan dankaryawati. Dikarenakan dalam wawancaradengan CEO Zalora dijelaskan bahwa orangdi kantor banyak yang melakukan belanjadaring saat bekerja (Ningrum, 2015), se-hingga karyawan dan karyawati dapatmenjadi sampel untuk penelitian selanjut-nya. Saran ketiga adalah pada penelitianselanjutnya dapat mereplikasi penelitian inibaik dengan tetap menggunakan variabelyang sama atau dengan menambahkanvariabel lainnya pada faktor internal daneksternal.

DAFTAR PUSTAKAAdnan, H. 2014. An Analysis of the Factors

Affecting Online Purchasing Behaviorof Pakistani Consumers. InternationalJournal of Marketing Studies 6(5): 133-148.

Aghdaie, S. F., A. Piraman, dan S. Fathi.2011. An Analysis of Factors Affectingthe Consumer’s Attitude of Trust andtheir Impact on Internet PurchasingBehavior. International Journal of Busi-ness and Social Science 2(23): 147-158.

Alam, S. S., Z. Bakar, H.B. Ismail dan M.N.Ahsan. 2008. Young consumers onlineshopping: an empirical study. Journal ofInternet Business 5(1): 81-98.

Albarq, A. N. 2014. Measuring the Impactsof Online Word-of-Mouth on Tourists’Attitude and Intentions to Visit Jordan:An Empirical Study. International Busi-ness Research 7(1): 14-22.

Allagui, A. dan J. F. Lemoine. 2008. WebInterface and Consumers Buying Inten-tion in E-Tailing: Results From anOnline Experiment. E - European Advan-ces in Consumer Research 8: 24-30.

Amoroso, D. L. dan R. Lim. 2014. Inno-vativeness of Consumers in The Adop-tion of Mobile Technology in ThePhilippines. International Journal ofEconomics, Commerce and Management2(1): 1-12.

Ariff, M. S., N. S. Yan, N. Zakuan, A. Z.Bahari dan A. Jusoh. 2013. Web-based

Page 57: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 211

Factors Affecting Online PurchasingBehaviour. IOP Conf.Series: MaterialsScienceand Engineering 46: 1-10.

Baek, Y. 2013. Analysis of User’s AttitudeToward Apps, Intention To Use AndContinual Consuming Intention-Focus-ed On Mobile Commerce. InternationalJournal of Contents 9(4): 35-44.

Bauer, H. H., S. J. Barnes, T. Reichardt danM. M. Neumann. 2005. Driving Consu-mer Acceptance Of Mobile Marketing:A Theoretical Framework And Empiri-cal Study. Journal of Electronic CommerceResearch 6(3): 181-192.

Bhatti, T. 2007. Exploring Factors Influen-cing the Adoption of Mobile Commer-ce. Journal of Internet Banking andCommerce 12(3): 1-13.

Boyd, D. 2013. The Role of Gender inInnovation. https://www.psychologytoday.com /blog/ inside-the-box/201306/the-role-gender-in-innovation. Diakses tanggal 4Mei 2015.

Chen, H. 2012. The Influence of PerceivedValue and Trust on Online BuyingIntention. Journal of Computers 7(7):1655-1662.

Cho, S. dan W. Lee 2011. Hotel recruitmentwebsite design, aesthetics, attitude to-ward websites, and applicant attraction.International CHRIE Conference-RefereedTrack. Paper 21. http://scholarworks.umass.edu/refereed/ICHRIE_2011/Wednesday/21.

Close, A. G., dan M. Kukar-Kinney. 2010.Beyond buying: Motivations behindconsumers' online shopping cart use.Journal of Business Research 63(10): 986-988.

Cooper, D. R. dan P.S. Schindler. 2006.Marketing Research. McGraw-Hill Com-panies. New York.

Delafrooz, N., L. H. Paim, dan A. Khatibi.2009. Developing an Instrument forMeasurement of Attitude TowardOnline Shopping. European Journal ofSocial Sciences 7(3): 166-177.

Delafrooz, N., L. H. Paim dan A. Khatibi.2010. Students’ Online Shopping

Behavior: An Empirical Study. Journal ofAmerican Science 6(1): 137-147.

Dhaundiyal, M. dan J. Coughlan. 2009. TheEffect of Hedonic Motivations, Socia-libility and Shyness on the ImplusiveBuying Tendencies of the Irish Consu-mer. Irish Academy of Management, 1-29.

Dlodlo, N. 2014. Developing An OnlineShopping Value Framework For Consu-mers Of Non-Store Fashion Brands.International Business & EconomicsResearch Journal 13(6): 1360-1363.

Elliott, M. T., dan P. S. Speck. 2005. FactorsThat Affect Attitude toward a RetailWeb Site. Journal of Marketing Theory andPractice 13 (1): 40-51.

Fakharyan, M., M. R. Jalilvand, M. Elyasidan M. Mohammadi. 2012. TheInfluence Of Online Word Of MouthCommunications On Tourists’ Attitu-des Toward Islamic Destinations AndTravel Intention: Evidence From Iran.African Journal of Business Management6(38): 10381-10388.

Ghadi, I., N. H. Alwi, K. A. Bakar dan O.Talib. 2012. Construct Validity Exami-nation of Critical Thinking Dispositionsfor Undergraduate Students in Uni-versity Putra Malaysia. Higher EducationStudies 2(2): 138-145.

Gleim, M. R., S J. Lawson dan S.G.Robinson. 2015. When Perception Isn’tReality: An Examination Of ConsumerPerceptions Of Innovation. MarketingManagement Journal 25 (1): 16-26.

Grabowski, P. 2014. Key Factors InfluencingOnline Consumer Behaviour – BackedBy Research. http://ecommerceinsiders.com/key-factors-influencing-online-consu-mer-behaviour-backed-research-1981/.Diakses tanggal 19 Oktober 2015.

Hair, J. F., W.C. Black, B.J. Babin dan R.E.Anderson. 2010. Multivariate data Analy-sis. A Global Perspective. Pearson Edu-cation. New Jersey.

Hair, J. F., W .C. Black, B. J. Babin, R.E.Anderson dan R.L. Tatham. 2006.Multivariate Data Analysis. PearsonEducation. New Jersey.

Page 58: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

212 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

Hair, J. F., M. W. Celsi, D. J. Oritinau danR.P. Bush. 2013. Essentials of MarketingResearch. McGraw-Hill Companies.New York.

Han, M .C. 2014. How Social NetworkCharacteristics Affect Users’ Trust andPurchase Intention. International Journalof Business and Management 9(8): 122-132.

Harris, C. R. dan M. Jenkins. 2006. GenderDifferences in Risk Assessment: Whydo Women Take ewer Risks than Men?Judgment and Decision Making 1(1): 48–63.

Hawkins, dan Mothersbaugh. 2010. Consu-mer Behavior: Building Marketing Stra-tegy. McGraw-Hill/Irwin. UnitedStates.

Hemamalini, K. 2013. Influence of ProductTypes on Consumer’s Attitude towardsOnline Shopping: An Empirical Studyin the Indian Context. InternationalJournal of Marketing Studies 5(5): 41-52.

Hennig-Thurau, T., K.P. Gwinner, G. Walshdan D. D. Gremler. 2004. ElectronicWord-Of-Mouth Via Consumer-Opini-on Platforms: What Motivates Consu-mers To Articulate Themselves on TheInternet. Journal of Interactive Marketing18(1): 38-52.

Ho, C. H. dan W. Wu. 2011. Role ofInnovativeness of Consumer in Relati-onship Between Perceived AttributesOf New Products And Intention ToAdopt. International Journal of ElectronicBusiness Management 9(3): 258-266.

Hsu, S. H. dan B. E. Bayarsaikhan. 2012.Factors Influencing on Online ShoppingAttitude and Intention of MongolianConsumers. The Journal of InternationalManagement Studies 7(2): 167-176.

Ikechukwu, A., P. Daubry dan I. Chijindu.2012. Consumer Attitude: Some Reflec-tions on Its Concept, Trilogy, Relation-ship with Consumer Behavior, andMarketing Implications. European Jour-nal of Business and Management 4(13):38-50.

Irani, N., dan K. H. Hanzaee. 2011. TheEffects of Variety-seeking BuyingTendency and Price Sensitivity onUtilitarian and Hedonic Value inApparel Shopping Satisfaction. Inter-national Journal of Marketing Studies 3(3):89-103.

Jalilvand, M. R., A. Ebrahimi dan N. Samiei2013. Electronic Word of Mouth Effectson Tourist' Attitudes Toward IslamicDestinations and Travel Intention: anEmpirical Study in Iran. Procedia - Socialand Behavioral Sciences 81: 484 – 489.

Javadi, M. H., H. R. Dolatabadi, M.Nourbakhsh, A. Poursaeedi dan A.R.Asadollahi. 2012. An Analysis ofFactors Affecting on Online ShoppingBehavior of Consumers. InternationalJournal of Marketing Studies 4(5): 82-85.

Jin, L. Y., dan A. Osman. 2014. Key DriversOf Purchase Intention Among Under-graduate Students A Perspective OfOnline Shopping. International Journal ofEconomics, Commerce and ManagementII(11): 1-11.

Jin, L. Y., A. Osman, A. R. Romle dan Y.Haji-Othman. 2015. Attitude towardsOnline Shopping Activities in MalaysiaPublic University. Mediterranean Journalof Social Sciences 6(5): 456-462.

Jung, L. S. 2014. A Study of Affecting thePurchasing Intention of Social Com-merce. International Journal of SoftwareEngineering and Its Applications 8(5): 73-84.

Juniwati. 2014. Influence of PerceivedUsefulness, Ease of Use, Risk onAttitude and Intention to Shop Online.European Journal of Business and Mana-gement 6(27): 218-228.

Jusoh, Z. M. dan G. H. Ling. 2012. FactorsInfluencing Consumer's Attitude To-wards E-Commerce Purchases ThroughOnline Shopping. International Journal ofHumanities and Social Science 2(4): 223-225.

Kaplan, M. 2011. Behavioral DifferencesBetween Men and Women InfluenceShopping.

Page 59: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 213

http://www.practicalecommerce.com/articles/3222-Behavioral-Differences-Between-Men-and-Women-Influence-Shopping.Diakses tanggal 6 November 2015.

Kazakeviciute, A, dan J. Banyte. 2012. TheRelationship of Consumers PerceivedHedonic Value and Behavior . InzinerineEkonomika-Engineering Economics 23(5):533-536.

Keegan, W. J., dan M. C. Green. 2013. GlobalMarketing, 7th Edition. Pearson Edu-cation. United States.

Khan, A. dan C. R. Chavan. 2015. FactorsAffecting On-Line Shoppers BehaviorFor Electronic Goods Purchasing InMumbai: An Empirical Study. Inter-national Journal in Management and SocialScience 3(3): 467-476.

Khan, N., S. H. Rahmani, H.Y. Hoe dan T. B.Chen. 2015. Causal Relationshipsamong Dimensions of Consumer-BasedBrand Equity and Purchase Intention:Fashion Industry. International Journal ofBusiness and Management 10(10): 172-181.

Khare, A. 2011. Influence Of Hedonic AndUtilitarian Values In DeterminingAttitude Towards Malls: A Case OfIndian Small City Consumers. Journal ofRetail & Leisure Property 9: 429–442.

Kim, E. E. dan C. H. Lee. 2015. How DoConsumers Process Online HotelReviews? Journal of Hospitality andTourism Technology 6(2): 113 - 126.

Laukkanen, T. dan M. Pasanen. 2007.Mobile Banking Innovators And EarlyAdopters: How They Differ From OtherOnline Users. Journal of Financial Ser-vices Marketing 13: 86-94.

Lee, S .H. 2009. How do online reviewsaffect purchasing intention? AfricanJournal of Business Management 3(10):576-581.

Lim, W. M., dan D. H. Ting. 2012. E-shopping: an Analysis of the Techno-logy Acceptance Model. Modern AppliedScience 6(4): 49-62.

Ling, K. C., L. T. Chai dan T. H. Piew. 2010.The Effects of Shopping Orientations,

Online Trust and Prior Online PurchaseExperience toward Customers’ OnlinePurchase Intention. International Busi-ness Research 3(3): 63-76.

Ling, K. C., T. H. Piew dan L. T. Chai. 2010.The Determinants of Consumers’Attitude Towards Advertising. Canadi-an Social Science 6(4): 114-126.

Ling, L. P. dan R. Yazdanifard. 2015. WhatInternal and External Factors InfluenceImpulsive Buying Behavior in onlineShopping? Global Journal of Managementand Business Research: EMarketing 15(5):25-32.

Litvin, S. W., R. E. Goldsmith dan B. Pan.2006. Electronic Word-of-Mouth inHospitality and Tourism Management.Tourism Management, 1-31.

Mahmoud, A. B. 2013. Syrian Consumers:Beliefs, Attitudes, And BehavioralResponses To Internet Advertising.Vilnius Gediminas Technical University(Vgtu) Press Technika 14(4): 297-307.

Maholtra, N. K., dan D. F. Birks. 2006.Marketing Research: an Applied Approach.Pearson Education Limited. England.

Majali, M. A. 2015. Impact of WEBQUALDimensions on Customers Attitudestoward E-Reservation Services Adop-tion (ERSA) in Jordanian Hotels.European Journal of Business and Mana-gement 7(5): 85-95.

Mansour, I. H. 2012. Factors AffectingConsumers' Intentions To AcceptMobile Advertising in Sudan. KhartoumUniversity Journal of Management Studies5(1): 1-16.

Mata, F. J. dan A. Quesada. 2014. Web 2.0,Social Networks and E-commerce asMarketing Tools. Journal of Theoreticaland Applied Electronic Commerce Research9(1): 56-69.

Meskaran, F., Z. Ismail dan B. Shanmugam.2013. Online Purchase Intention: Effectsof Trust and Security Perception.Australian Journal of Basic and AppliedSciences 7(6): 307-315,.

Mikalef, P., M. Giannakos dan A. Pateli2013. Shopping and Word-of-Mouth

Page 60: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

214 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

Intentions on Social Media. Journal ofTheoretical and Applied Electronic Com-merce Research 8(1): 17-34.

Naz, F. 2014. Word of Mouth and Its Impacton Marketing. International Journal ofScientific and Research Publications 4(1):1-4.

Ningrum, D. W. 2015. CEO Zalora: OrangIndonesia Belanja Online Saat Ngantor.http://tekno.liputan6.com/read/2234125/ceo-zalora-orang-indonesia-belanja-onlinesaat-ngantor. Diakses tanggal 21November 2015.

O’Brien, H. 2010. The Influence of HedonicAnd Utilitarian Motivations on UserEngagement: The Case of Online Shop-ping Experiences. Interacting with Com-puters: Special Issue on User Experience22(5): 344-352.

Park, C., Y. Wang, Y. Yao dan Y. R. Kang.2011. Factors Influencing eWOMEffects: Using Experience, Credibility,and Susceptibility. International Journalof Social Science and Humanity 1(1): 74-79.

Pietro, L. D., F. D. Virgilio dan E. Pantano.2012. Social Network For The Choice ofTourist Destination: Attitude AndBehavioural Intention. Journal ofHospitality and Tourism Technology 3(1):60 - 76.

Pookulangara, S. dan P. Natesan. 2010.Examining Consumer' Channel-Migra-tion Intention Utilizing Theory ofPlanned Behavior: A Multigroup Ana-lysis. International Journal of ElectronicCommerce Studies 1(2): 97-116.

Poyry, E., P. Parvinen dan T. Malmivaara.2012. Hedonic and Utilitarian Moti-vations to Use Facebook Brand Com-munities and Their Effect on PurchaseIntentions. http://www.globalsalesscien-ceinstitute.org/wp-content/uploads/2013/01/Hedonic-and-Utilitarian-Motivations-to-Use-Facebook-Brand-Communities-and-Their-Effect-on-Purchase-Intentions-Paper-to-publish.pdf. Diakses tanggal 10November 2015.

Putra, D. D. 2015. Trend Digitalisasi Globaldan Dampaknya Terhadap Indonesia.http://inovasipintar.com/trend-digitalisasi-global-dan-dampaknya-terhadap-indonesia/.Diakses tanggal 24 September 2015.

Putro, H. B. dan B. Haryanto. 2015. FactorsAffecting Purchase Intention of OnlineShopping in Zalora Indonesia. BritishJournal of Economics, Management &Trade 9(1): 1-12.

Qinghe, Y., C. Wenyuan dan L. Kaiming.2014. The online shopping change theretail business model: A survey of thepeople use online shopping in China.IOSR Journal of Business and Management15(5): 77-110.

Quaddus, M. dan J. Xu. 2006. Examining aModel of On-Line Auction Adoption: ACross-Country Study. The Tenth PacificAsia Conference on InformationSystems.http://aisel.aisnet.org/cgi/viewcontent.cgi?article=1046&context=pacis2006. Diaksestanggal 11 November 2015.

Rafique, M., M. Rizwan, A. Batool dan F.Aslam. 2014. Extending TAM, in termsof Trust and Attitude towards theonline shopping intention. Journal ofPublic Administration and Governance4(3): 90-108.

Rizwan, M., S.M. Umair, H. M. Bilal,MueenAkhtar dan M. SajidBhatti. 2014.Determinants Of Customer IntentionsFor Online Shopping: A Study FromPakistan. Journal of Sociological Research5(1): 248-272.

Sam, M. F., dan M.N Tahir. 2009. WebsiteQuality and Consumer Online PurchaseIntention of Air Ticket. InternationalJournal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS 9(10): 4-9.

Santoso, S. 2007. Structural Equation Model-ling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS .PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sarkar, A. 2011. Impact of Utilitarian andHedonic Shopping Values on Indi-vidual’s Perceived Benefits and Risks inOnline Shopping. International Manage-ment Review 7(1): 58-60.

Page 61: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 215

Sekaran, U. dan R. Bougie. 2013. ResearchMethods for Business: A Skill BuildingApproach. John Wiley & Sons Ltd.United Kingdom.

Shafique, F. dan K. Mahmood. 2010. ModelDevelopment as a Research Tool: AnExample of PAK-NISEA. Library Philo-sophy and Practice: http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi? article=1440&context=libphilprac. Diakses tang-gal 11 November 2105.

Shergill, G. S. dan Z. Chen. 2005. Web-BasedShopping: Consumer’ Attitudes To-ward Online Shopping in NewZealand. Journal of Electronic CommerceResearch 6(2): 79-94.

Shiau, W. L., dan H. C. Wu. 2013. UsingCuriosity and Group-buying Naviga-tion to Explore the Influence of Per-ceived Hedonic Value, Attitude, andGroup-buying Behavioral Intention.Academy Publisher: 2169-2176.

Sinteniki, F. 2014. Masih Baguskah PeluangUsaha Bisnis Online di 2014?. http://www.nekatusaha.com/2014/01/masih-baguskah-peluang-usaha-bisnis.html. Diaksestanggal 24 Mei 2015.

Son, J. E., H .W. Kim dan Y. J .Jang. 2012.Investigating Factors Affecting Elec-tronic Word-Of- Mouth In The OpenMarket Context: A Mixed MethodsApproach. Pacific Asia Conference onInformation Systems 2012 Proceedings.http://aisel.aisnet.org/cgi/viewcontent.cgi?article=1109&context=pacis2012. Diaksestanggal 11 November 2015.

Szymanski, D. M., M. W. Kroff dan L. C.Troy. 2007. Innovativeness And NewProduct Success: Insights From TheCumulative Evidence. J. of the Acad.Mark. Sci. 35: 35–52.

Talukder, M., H. Harris dan G. Mapunda.2008. Adoption of Innovations byIndividuals within Organizations: AnAustralian Study. Asia Pacific Manage-ment Review 13(2): 463-480.

Tian, Y., dan Dong, H. 2013. An Analysis ofKey Factors Affecting User Acceptanceof Mobile Payment Service. Prosiding

Informatics and Application (ICIA), 2013Second International Conference. Lodz,IEEE: 240-246.

Topaloglu, C. 2012. Consumer Motivationand Concern Factors For OnlineShopping in Turkey. Asian Academy ofManagement Journal 17(2): 1-19.

Tseng, C. H. 2013. How Electronic WomAffects Behaviors Of Virtual Commu-nity Members? Proceedings for theNorthest Region Decision Institute2013. http://connection.ebscohost.com/c/articles/88837695/how-electronic-wom-affects-behaviors-virtual-community-members. Diakses tanggal 20 Mei 2015.

Tseng, W.C. dan C.H. Chang. 2015. A Studyof Consumers’ Organic Products Bu-ying Behavior in Taiwan- EcologicallyConscious Consumer Behavior as ASegmentation Variable. InternationalProceedings of Management and Economy84: 43-48.

Wang, H. 2015. Study of Influencing Factorson Consumer Online Impulse Buying.Management Science and Research: 19-25.

Wang, N., D. Liu, D dan J. Cheng. 2008.Study on the Influencing Factors ofOnline Shopping. Atlantis Press, 1-4.

Wang, S., S. Wang dan M.T. Wang. 2006.Shopping Online or Not? Cognition andPersonality Matters. Journal of Theore-tical and Applied Electronic CommerceResearch 1(3): 68 - 80.

Watchravesringkan, K., N. Hodges dan Y.Kim. 2010. Exploring consumers’ adop-tion of highly technological fashionproducts: The role of extrinsic andintrinsic motivational factors. Journal ofFashion Marketing and Management 14(2):263-281.

Wen, I. 2009. Factors affecting the onlinetravel buying decision: a review.International Journal of ContemporaryHospitality Management 21(6): 752-766.

Wirtz, J., P. Chew dan C. Lovelock. 2012.Essentials of Services Marketing. 2ndEdition. Pearson Education South AsiaPte Ltd. Singapore.

Page 62: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

216 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 192 – 216

Xiaorong, F., Z. Bin, X. Qinghong, X. Liulidan C. Yu. 2011. Impact of Quantityand Timeliness of EWOM Informationon Consumer’s Online Purchase Inten-tion under C2C Environment. AsianJournal of Business Research 1(2): 37-52.

Yocco, V. 2015. How To Have Users SpreadYour Innovation Like Wildfire. http://www.smashingmagazine.com/2015/01/how-to-have-users-spread-your-innovation-like-wildfire/. Diakses tanggal 10 November2015.

Zarco, T. H. 2015. Effects of Online ReviewValence on Consumer Attitudes andBehavioral Intentions. Philippine Mana-gement Review 22: 75-88.

Zarrad, H. dan M. Debabi. 2015. Analyzingthe Effect of Electronic Word of Mouthon Tourists’ attitude toward Desti-nation and Travel Intention. Inter-national Research Journal of Social Sciences4(4): 53-60.

Page 63: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

217

STUDI FENOMENOLOGI ATASDILEMA ETIS AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH

Eliza [email protected]

Unti LudigdoZaki Baridwan

Universitas Brawijaya

ABSTRACK

This study aims to gain an understanding the reality of ethical dilemmas faced by government auditors inInspektorat Provinsi Kalimantan Barat and how it handled. The majority of previous studies conditioningethical dilemmas in the design scenario. Threrefore, this study was motivated to investigate a more ethicaldilemmas based field with interpretive paradigm. With phenomenological as research method, this researchconcludes that (1) internal auditors in a dilemma when get intervention from “obrik”, (2) auditors feeling bad toreport his friends, (3) auditors faces the public perception, (4) auditors felt disappointed when “Laporan HasilPemeriksaan” is not signed, (5) limited of auditor, audit time and infrastructure are constraints of audit. Ethicaldilemmas faced by auditors in a wide variety of situations is overcome by realizing the unity of consciousness.On the basis of spiritual consciousness, sosial consciousness, law consciousness and consciousness of theprofession that is internalized within himself the ethical behavior of auditors can be realized.

Key words: Ethical Dilemma, Government Internal Auditor, Audit, Consciousness

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah memahami realitas dilema etis yang dihadapi oleh auditor internalpemerintah di Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat serta tindakan yang ditempuh auditor untukmengatasi dilema itu. Mayoritas penelitian-penelitian terdahulu mengkondisikan dilema etika dalamdesain skenario. Oleh karena itu penelitian ini termotivasi untuk meneliti dilema etis yang lebihberbasiskan lapangan dengan paradigma interpretif. Dengan menggunakan pendekatan dan metodepenelitian fenomenologi, dapat disimpulkan bahwa (1) auditor merasakan dilema saat mendapatintervensi dari obrik, (2) auditor mengalami perasaan tidak enak hati saat melaporkan kesalahanteman, (3) auditor harus menghadapi persepsi publik, (4) auditor merasa kecewa ketika Laporan HasilPemeriksaan tidak ditandatangani serta (5) keterbatasan jumlah auditor, waktu audit daninfrastruktur pendukung merupakan faktor penghambat audit. Dilema etis dalam berbagai macamsituasi tersebut diatasi auditor dengan mewujudkan elemen kesatuan kesadaran. Dengan ber-landaskan pada kesadaran spiritual, kesadaran sosial, kesadaran profesi dan kesadaran hukum yangterinternalisasi dalam dirinya maka perilaku etis auditor dapat terwujud.

Kata kunci: Dilema Etis, Auditor Internal Pemerintah, Audit, Kesadaran

PENDAHULUANAudit internal berperan penting dalam

bisnis dan proses pelaporan keuangan per-usahaan dan lembaga sektor publik (Rey-nolds, 2000). Oleh karena itu, audit internalmenjadi alat manajemen yang sangat di-butuhkan untuk mencapai kontrol yangefektif baik di organisasi sektor publik mau-pun organisasi swasta (Eden dan Moriah,

1996). Mardiasmo (2005) menyatakan bah-wa terdapat tiga aspek utama yang men-dukung terwujudnya kepemerintahan yangbaik (good governance) yaitu pengawasan,pengendalian dan pemeriksaan. Pengawas-an merupakan kegiatan yang dilakukanoleh masyarakat dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasikinerja pemerintahan.

Page 64: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

218 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

Pengendalian (control) adalah mekanis-me eksekutif untuk menjamin bahwa sistemdan kebijakan manajemen dilaksanakan de-ngan baik sehingga tujuan organisasi dapattercapai. Sementara itu, pemeriksaan (audit)merupakan kegiatan yang dilakukan olehpihak yang memiliki independensi dankompetensi profesional untuk memeriksaapakah hasil kinerja pemerintah telah sesuaidengan standar yang ditetapkan.

Pelaksanaan audit adalah salah satuunsur yang mendukung terciptanya tatakelola yang baik. Diberlakukannya kebijak-an pemerintah mengenai otonomi daerahperubahan terakhir dalam Undang-UndangNo. 12 Tahun 2008 akan memberikan man-faat kepada daerah untuk mampu me-ningkatkan kualitas demokrasi, reformasipelayanan publik serta peningkatan pem-bangunan demi mewujudkan terciptanyapemerintahan yang baik. Demi mewujud-kan good government itulah, penyelenggara-an pemerintahan melalui auditor internalyang disebut Aparatur Pengawas InternPemerintah (APIP) membutuhkan peng-awasan yang efektif dan efisien agar rodapemerintahan berjalan sesuai dengan renca-na yang ditetapkan sebelumnya. Hal inisebagaimana dinyatakan dalam PeraturanPemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentangPedoman Pembinaan dan PengawasanPemerintah Daerah dan Peraturan MenteriDalam Negeri (Permendagri) Nomor 8Tahun 2009 perubahan Permendagri Nomor23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata CaraPengawasan Atas Penyelenggaraan Pe-merintahan Daerah pada pasal 1 (4) per-aturan tersebut disebutkan bahwa pe-ngawasan atas penyelenggaraan pemerin-tah daerah adalah proses kegiatan yangditujukan untuk menjamin agar pemerintah-an daerah berjalan secara efisien dan efektifsesuai dengan rencana dan ketentuan per-aturan perundang-undangan. Mengingatperannya yang sangat penting ini, auditorinternal pemerintah harus memiliki dasaretika yang kuat agar dalam profesinyaseorang auditor senantiasa bertindak etis.

Inspektorat merupakan Aparat Pe-ngawas Intern Pemerintah (APIP) yangmemiliki tugas untuk melakukan pe-ngawasan terhadap urusan pemerintah didaerah sebagaimana tercantum dalamPeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun2005 pasal 24 ayat (1). Badan ini berfungsiuntuk melakukan pengusutan dan penyidi-kan terhadap dugaan penyimpangan ataupenyalahgunaan wewenang baik berdasar-kan temuan hasil pemeriksaannya sendirimaupun pengaduan atau informasi dariberbagai pihak (Mindharto, 2009). Olehkarena itu, dapat dikatakan bahwa Inspek-torat merupakan badan yang menjadi ujungtombak peningkatan akuntabilitas dantransparansi dalam penyelenggaraan pe-merintahan suatu daerah.

Auditor mengalami kendala-kendaladalam prakteknya yang membuat ia dilemasaat harus membuat keputusan etis (Larkin,2000; Goodwin dan Yeo, 2001; Thompson,2003). Auditor internal sering mengalamidilema etis yang menyangkut split loyalty,kesenjangan ekspektasi dan konflik ke-pentingan antara berbagai pihak (Woodbinedan Liu, 2010). Maraknya kasus korupsi,kolusi dan nepotisme bukan tidak mungkinkarena auditor internal pemerintah diInspektorat menghadapi dilema etika dalampengambilan keputusan etis saat audit. Halini seperti diungkapkan oleh Mindharto(2009) bahwa auditor seringkali meng-hadapi dilema etika saat melakukan pe-meriksaan. Dilema etika ini merupakansebuah keadaan yang dapat membuatauditor “galau” untuk bertindak etis se-hingga auditor dapat mengambil keputusanyang sebaliknya yaitu menutupi penyimpa-ngan-penyimpangan yang terjadi pada tu-buh obyek pemeriksaan (obrik), misalnyayang terjadi pada kesalahan dalam doku-men Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)Inspektorat Bantul yang ditemukan olehKejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogya-karta karena ditengarai audit investigatifterhadap keuangan klub sepakbola Persibatidak sesuai dengan Standar OperasionalProsedur (SOP) (www.yogyakarta.bpk.go.

Page 65: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 219

id). Dugaan kasus keuangan ini melibatkanauditor yang notabene bertugas untukmemeriksa kebenaran dan kewajaran akti-vitas ekonomi sebuah klub sepak bola da-lam proses audit investigatif. Situasi dile-matis yang dirasakan auditor akan ber-dampak pada KKN yang semakin ber-kembang biak dan terkesan dibiarkan.

Tidak terkecuali auditor internal pe-merintah di Inspektorat Provinsi Kali-mantan Barat. Di satu sisi, auditor ber-tanggung jawab untuk menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang sesuaidengan fakta dan realitas namun di sisi lain,auditor internal menghadapi tuntutanpimpinan, karir, relasi ataupun kepentinganekonomi untuk mengambil keputusan yangbertentangan dengan keadaan sebenarnya.Tidak hanya itu, auditor bahkan seringkalimenghadapi dilema dalam hal-hal teknisseperti keterbatasan personil, sarana danprasarana hingga waktu yang akan meng-ganggu optimalisasi pelaksanaan pengawas-an. Hal ini dapat membuat auditor merasaterbebani saat memeriksa rekan sesamaPegawai Negeri Sipil (PNS) karena adaperasaan “tidak enak hati” serta kekhawatir-an dapat merusak hubungan baik. Terlebihlagi, respon dari SKPD sebagai auditee ataupihak yang diawasi dalam hal ini disebutobjek pemeriksaan (obrik) seringkali kurangbaik karena merasa bahwa pengawasanadalah tindakan untuk mencari kesalahan.Ini tentunya merupakan kendala bagi audi-tor dalam menjalankan tugas pengawasandengan maksimal sehingga kasus-kasusKKN seringkali tidak dapat terdeteksi olehauditor atau memang sengaja tidak di-deteksi dan dilaporkan (Funnell, 2011).

Realita di atas semakin menegaskanpemahaman dan pengimplementasian kodeetik profesi oleh auditor internal pemerintahketika menghadapi situasi yang dilematisagar keputusan etis dapat terwujud me-rupakan sebuah keharusan. Hal ini kembalilagi pada kesadaran auditor untuk tetapmenjunjung tinggi integritas dan inde-pendensi serta menerapkan nilai moral danetika apapun konsekuensi dan resiko yang

mungkin dihadapi. selayaknya diungkap-kan oleh Leung (1998) bahwa ketika meng-hadapi situasi yang dilematis dalam prosespengambilan keputusan seorang auditorharus dapat mengidentifikasi situasi apayang mempunyai implikasi terhadap etikadan moral, mampu berperan dan ber-tanggung jawab sebagai auditor, mampumenggunakan pendekatan yang berbedadalam menghadapi dilema yang menyang-kut etika serta mengembangkan dan meng-aplikasikan etika dalam proses pengambil-an keputusannya. Tapi, apakah cukuphanya itu?

Sebagai feedback terhadap isu dan per-soalan yang telah diuraikan di atas, pe-nelitian ini berfokus untuk mengkaji secaramendalam dilema etis yang dialami auditorinternal pemerintah di Inspektorat ProvinsiKalimantan Barat dalam menjalankan pe-meriksaan (audit) serta langkah-langkahapa yang diwujudkan auditor untuk me-mecahkan dilema etis. Hal ini mengingatauditor internal pemerintah seringkali di-hadapkan oleh situasi dilematis yang dapatmenganggu perannya dalam mewujudkankepemerintahan yang baik.

Di samping alasan di atas, mayoritasriset yang mengkaji dilema etis auditorinternal menskenariokan masalah dilemaetis yang dihadapi auditor dengan meng-gunakan suatu kondisi yang telah didesainsebelumnya yaitu menggunakan skala etika(ethical vignettes) (antara lain: Dittenhofferdan Klemm, 1983; Burton et al., 1991; Davisdan Welton, 1991; Dittenhoffer dan Sennetti,1994; Cohen et al., 1996; Larkin, 2000;Richmond, 2001; Stewart dan Connor; 2006;Mckinney dan Emmerson, 2011; Kung danHuang, 2013) maupun DIT model (antaralain: Arnold dan Ponemon, 1991). Menurutpeneliti, kasus-kasus dilema etis tersebutbelum mencerminkan fenomena dilema etisyang sebenarnya dialami oleh auditormisalnya kasus kelaparan1 dalam DIT model

1 Desa kecil di India utara mengalami kelangkaanmakanan sehingga karena kelaparan, beberapakeluarga bahkan sampai membuat sup dari kulit

Page 66: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

220 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

atau situasi early shipment of goods dalamethical vignettes2. Selain itu, pada umumnyariset menggunakan auditor internal per-usahaan sebagai sampel penelitian (antaralain: Thompson, 2003; Rossy, 2013) danmenggunakan kasus-kasus dilema etikayang sama terhadap auditor pemerintahdan auditor publik. Padahal, auditor pe-merintah menghadapi tantangan yangberbeda dengan yang dihadapi oleh auditorpublik. Oleh sebab itu, karakteristik auditorpemerintah dengan auditor publik dalammengatasi tantangan tersebut juga berbeda(Page, 2005). Sementara itu, sepanjangpengetahuan peneliti, masih relatif jarangpenelitian di Indonesia yang secara khususmengangkat masalah dilema etis terhadapauditor pemerintah, sehingga eksplorasilebih mendalam mengenai dilema etis dansituasi dilematis yang dialami oleh auditorinternal pemerintah saat menjalankan pe-meriksaan dapat memberikan gambarannyata. Atas dasar itu, peneliti bermaksudmelakukan riset etika internal pemerintahdalam ranah pendekatan non mainstreamdengan paradigma interpretif.

Tujuan penelitian dimaksudkan untukmendapatkan pemahaman mengenai ben-tuk situasi dilema etis yang dihadapi olehauditor internal pemerintah dalam men-jalankan tugas-tugas pemeriksaan (audit)serta tindakan yang dilakukan auditorinternal pemerintah dalam memecahkandilema etis saat menjalankan tugas tersebut.

pohon. Keluarga Mustaq Singh juga mengalami halyang serupa. Singh mendengar bahwa orang kaya didesanya memiliki pasokan makanan danmenimbunnya agar dapat dijual pada saat hargamelonjak tinggi untuk memperoleh keuntungan.Singh berpikir untuk mencuri makanan dari rumahorang kaya tersebut. (lihat Rest, 1999).2 Seorang manajer menyadari bahwa proyeksi angkapenjualan triwulanan tidak terpenuhi sehingga iatidak akan menerima bonus. Namun, ada pesananpelanggan yang jika dikirimkan sebelum kebutuhanpelanggan tersebut, akan menjamin bonus triwulananbaginya. Manajer mengirimkan pesanan kuartal inidemi mendapatkan bonus penjualan. Apakah Andasetuju dengan keputusan manajer yang mengirimkanpesanan pelanggan untuk memperoleh bonus? (lihatRichmond, 2001).

METODE PENELITIANFenomenologi Sebagai Metode MemahamiAdanya Dilema

Paradigma yang sesuai untuk me-mahami dan mengeksplorasi dilema etisauditor internal pemerintah di InspektoratProvinsi Kalimantan Barat adalah para-digma interpretif. Paradigma ini juga di-sebut dengan interaksional subjektif (Macin-tosh, 1994). Paradigma interpretif lebihmenekankan pada makna atau interpretasiseseorang terhadap sebuah simbol (Cres-well, 2007). Tujuan penelitian dalamparadigma ini adalah memahami ataumemaknai dan kemudian menginterpretasi-kan pemaknaan tersebut bukan menjelaskandan memprediksi suatu hubungan sebagai-mana tujuan paradigma positif/fungsiona-lis. Penelitian ini tergolong penelitian kuali-tatif. Secara umum, penelitian kualitatifadalah penelitian yang bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yangdialami, mengapa ia mengalaminya danbagaimana pengalaman yang dialami olehsubjek penelitian misalnya, perilaku, per-sepsi dan motivasi.

Paradigma interpretif memiliki bebe-rapa pendekatan yang terdiri dari feno-menologi, interaksionisme simbolik, etno-metodologi, dan hermeneutika (Burrell danMorgan, 1979; Moleong, 2005; Saladien,2006; Kuswarno, 2009).

Pendekatan yang digunakan dalampenelitian adalah pendekatan fenomenologitransendental. Fenomenologi Husserl di-sebut fenomenologi transendental karenaterjadi dalam diri individu secara mental(transenden) (Creswell, 2007). Mengguna-kan fenomenologi transendental, penelitiingin mengeksplorasi esensi fenomenaberdasarkan kesadaran individu. Pendekat-an ini meyakinkan peneliti untuk dapatmemahami dilema etis auditor internalpemerintah secara mendalam melalui ke-sadaran murni auditor sebagai aktor yangterlibat dan mengalami fenomena.

Diharapkan, dengan menyelami titikkesadaran aktor tersebut dapat diperolehgambaran nyata atas realitas dilema etis.

Page 67: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 221

Situs, Informan dan Pengumpulan DataSitus penelitian ini adalah Inspektorat

Provinsi Kalimantan Barat. Alasan pemilih-an situs adalah: Pertama, penelitian yangmenggunakan auditor pemerintah khusus-nya auditor Inspektorat sebagai objek risetmasih di dominasi oleh penelitian denganparadigma non positivistik. Hal ini mem-buat peneliti tertantang untuk mengembang-kan penelitian dengan perspektif yangberbeda. Kedua, masih relatif sedikit pe-nelitian yang mengeksplorasi mengenaidilema etis auditor internal pemerintah

khususnya di Inspektorat Provinsi Kali-mantan Barat.

Objek penelitian adalah manusia. Olehsebab itu, sumber data utama berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari hasilpenelitian di situs yaitu melalui pengamat-an (observasi) dan wawancara dengan parainforman yang terdiri dari auditor (memilikijabatan dalam penugasan sebagai AnggotaTim, Ketua Tim dan Pengendali Teknis),Kepala Bidang/Inspektur Pembantu Wila-yah selaku Pengendali Mutu serta Sekretarisyang sebelumnya pernah berprofesi sebagaiseorang auditor di Inspektorat ProvinsiKalimantan Barat (Tabel 1).

Tabel 1Informan Penelitian

Nama Jabatan Kualifikasi Keahlian Wilayah KerjaRiang Fajar, SH Auditor Muda Anggota Tim Irbanwil IVAbdi Negara, SE., M.Si. Auditor Muda Ketua Tim Irbanwil IIGesit Hadi, SH Auditor Madya Pengendali Teknis Irbanwil IH. Tangkas Susilo Inspektur Pembantu Pengendali Mutu Irbanwil IDrs. Astra Super Sekretaris - -Catatan: Nama-nama informan bukan merupakan nama sebenarnyaSumber: diolah peneliti (2015)

Wawancara berlangsung di kantorInspektorat Provinsi Kalimantan Baratdalam kurun waktu satu bulan lebih yaitu 7April 2014 hingga 12 Mei 2014. Wawancaradilakukan pada saat jam kerja dan jamistirahat tergantung kesediaan waktu infor-man dan dilakukan dengan tatap mukalangsung (face to face) yang direkam ataudidokumentasikan. Durasi waktu wawan-cara antara 15 menit hingga 45 menittergantung kondisi saat wawancara denganintensitas pertemuan sebanyak 2 kali hingga4 kali tatap muka.

Penelitian ini menggunakan pseudonymyang berarti di dalam penelitian tidakdicantumkan nama asli informan melainkannama samaran. Hal ini dimaksudkan untukmenjaga kerahasiaan identitas informanagar informan tidak keberatan untuk mem-berikan informasi penting selama penelitian

berlangsung. Sebagaimana pernyataan Berg(2007):

“this requires that researcher syste-matically change each subject’s real nameto a pseudonym or case number whenreporting data.”Sementara itu, dokumen atau arsip

yang digunakan dapat berupa dokumenpublik seperti media cetak dan media elek-tronik maupun dokumen privat (Creswell,2007) yang diperoleh dari InspektoratProvinsi Kalimantan Barat. Dokumen-dokumen tersebut antara lain dokumen me-ngenai struktur organisasi Inspektorat Pro-vinsi Kalimantan Barat, maupun dokumen-dokumen pendukung lainnya seperti per-aturan-peraturan resmi (pemerintah, menteridalam negeri, kepala daerah) kode etik,literatur, jurnal ilmiah maupun arsip dandokumen resmi instansi yang terkaitdengan penelitian.

Page 68: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

222 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

Teknik AnalisisPenelitian ini menggunakan beberapa

tahapan sistematis yang terdiri dari prosesreduksi fenomenologi (horizonalization, clus-ters of meaning dan textural description),variasi imajinatif (structural description) sertasintesis antara makna dan esensi (Creswell,2007) yaitu sebagai berikut: Pertama, pe-neliti mengorganisasikan semua data ataugambaran menyeluruh tentang pengalamanyang telah dikumpulkan. Peneliti me-meriksa kembali semua data yang diperolehterutama dari segi kelengkapan, kejelasanmakna, kesesuaian serta relevansinya de-ngan kelompok data lain. Kedua, membacadata secara keseluruhan dan membuatcatatan pinggir mengenai data yang di-anggap penting untuk selanjutnya melaku-kan pengkodean data. Ketiga, menemukandan mengelompokkan makna pernyataanyang dirasakan oleh informan. Pernyataanyang tidak relevan dengan topik dan per-tanyaan maupun yang bersifat tumpangtindih dihilangkan sehingga tersisa horizons(arti tekstural dan unsur pembentuk ataupenyusun dari fenomena yang tidak me-ngalami penyimpangan).

Keempat, pernyataan-pernyataan yangrelevan dikumpulkan ke dalam unit makna(unit/cluster of meaning) lalu ditulis gambar-an tentang bagaimana pengalaman terjadi.Kelima, mengembangkan textural description(mengenai fenomena apa yang terjadi padainforman) dan structural description (men-jelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).Keenam, memberikan penjelasan secaranaratif mengenai esensi dari fenomena yangditeliti dan mendapatkan makna pengala-man informan mengenai fenomena tersebut.Ketujuh, gabungan dari deskripsi gambaran(composite description) ditulis untuk me-nemukan fenomena penelitian.

DUA SISI DILEMA ETIS AUDITORBentuk Dilema Etis: Individu di LuarInstansi yang Menempatkan AuditorInternal Dalam Dilema

Auditor internal pemerintah dituntutuntuk menjunjung tinggi profesionalitas

dalam menjalankan profesi. Namun, se-bagai manusia biasa, auditor tidak sertamerta dapat mewujudkan sikap profesionalkarena tidak dapat dipungkiri saat me-laksanakan pemeriksaan, ia dikelilingi olehindividu-individu dengan berbagai macampersepsi dan kepentingan yang seringkaliberusaha menggoyahkan profesionalitasnyasebagaimana yang termuat dalam penutur-an Drs. Astra Super sebagai berikut:

“Auditor ni kan memang ade tekananlah, jadi kite pengen jadi lembagayang bise independen gitu, ndakngerase tertekan, jadi bise tenangmelakukan tugas.”Bagaimana individu-individu di luar

instansi dapat menempatkan auditor padasituasi yang dilematis? Berikut adalah per-nyataan-pernyataan mereka: Pertama, audi-tor mendapat intervensi dari obrik untuktidak melaporkan temuan pemeriksaan.Dengan berlandaskan pada kepentingantertentu, oknum obrik mencoba untuk me-nekan auditor untuk berbuat sesuai ke-inginannya sebagaimana penuturan GesitHadi, SH:

“Adelah, kalau tekanan untuk ndakmelaporkan itu pernah, saye pernahdulu. Dulu saye dari kepala SKPDnye.”Tindak penyimpangan yang ditemukan

oleh auditor pada umumnya adalah indi-kasi gratifikasi oleh oknum dalam SKPDyang di audit seperti penuturan seoranginforman sebagai berikut:

“Kayak gratifikasi mbak, gratifikasigitu saye pernah gak. Pernahlah..Pernahlah mbak. Harus sayelimpahkan ke gubernur. Itu Gubernuryang mutuskannye. Saye kan dulu tupernah di bidang khusus. Adepenjatuhan hukuman disiplin ataupenggantian kerugian daerah. Darisitu lah die dapat TGR (tuntutan gantirugi). Ini bukan dari inspektoratnyeye mbak, pelanggaran dari SKPD nye.Kalau SKPD banyak, udah seringsaye.”Gesit Hadi, SH menguraikan bahwa

temuan penyimpangan audit yang sudahsering ia temui adalah dalam bentuk gratifi-

Page 69: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 223

kasi baik yang diterima maupun diberikanoleh oknum-oknum dalam SKPD. Kasus-kasus ini kemudian dilimpahkan kepadakepala daerah yaitu Gubernur sebagaipimpinan tertinggi dalam bentuk LaporanHasil Pemeriksaan. Selanjutnya, Gubernuryang akan mengambil keputusan pemberi-an sanksi dan kewajiban penggantiankerugian daerah3 pada kas negara terhadappelaku penyimpangan.

Tekanan yang dirasakan oleh auditorini tentunya akan mempengaruhi prosespemeriksaan. Auditor dihadapkan padadua pilihan yaitu antara menutupi temuangratifikasi ataukah melaporkan indikasitemuan tersebut. Jika ia memutuskan untukmenutupi temuan, itu artinya ia melanggarkode etik pengawasan. Namun jika dilapor-kan, hal ini dikhawatirkan akan meng-ancam karir dan posisinya sebagai seorangauditor sebagaimana pernyataan singkatAbdi Negara, SE., M.Si ketika peneliti me-nanyakan fenomena ini:

“Ya, posisi auditor ni kan sulit. Salah-salah kita terancam pula kan...”Sementara itu, di sisi lain intervensi

juga dialami auditor ketika mendapatkanservis dan tawaran uang dalam nominalyang cukup besar jika bersedia untuk meng-ikuti aturan main pihak obrik. Dituturkanoleh Riang Fajar, SH, servis yang diterimasaat melakukan pemeriksaan ini dalambentuk jamuan makan yang disajikan olehobrik kepada auditor internal yang ter-gabung dalam sebuah tim audit:

“Kadang-kadang kan kite pernahwaktu pembinaan kite dikasi rokok,minum, makan...”Lebih lanjut, Riang Fajar, SH me-

nambahkan:“Yang ngasi-ngasi hadiah pasti adedan jujur jak, sangat sulit kite untukme- nolaknye. Ape tadi istilahnye?(bertanya ke auditor lain) haa,gratifikasi ye.”

3 Lihat Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Baratnomor 9 tahun 2011 tentang Penyelesaian KerugianDaerah.

Gratifikasi seperti yang disebutkanRiang Fajar, SH di atas segan untuk ditolakkarena khawatir akan membuat obriktersinggung. Fakta ini coba di ungkap olehAbdi Negara, SE., M.Si dalam pernyata-annya “takut dibunuh” berikut:

“Apapun kalau karena lingkungan-nye bukan gratifikasi mbak. Kayaklingkungannye. Kalau kite adat timur,kalau makan minum ni kan susahditolak. Audit kite ni kan tempat kiteni kan macam-macam. Ndak mao kandibunuh pulak kite hahahahaha, kankite takot hahaha.”Pernyataan “takut dibunuh” ini bisa

dibilang suatu candaan karena ia meng-ungkapkannya sambil tertawa. Maksudyang tersirat dari ucapannya ini adalah iatakut ada konsekuensi tertentu yang akanditerima jika menolak servis yang diberikanobrik misalnya pihak obrik menjadi ter-singgung. Hal ini menunjukkan sebuahdilema etis yang dihadapi oleh auditor. Disatu sisi, jika menerima, auditor sebenarnyatahu bahwa jamuan makan dari obrik ituadalah salah satu bentuk gratifikasi yangdikategorikan gratifikasi kedinasan dantentu saja auditor lebih dari paham bahwaia dilarang untuk menerima segala macamgratifikasi dalam penugasan. Tapi di sisilain, timbul perasaan segan dan takutdengan konsekuensi jika menolak servistersebut.

Kontradiktif dengan fakta di atas, dilapangan ada auditor yang merasa bahwajamuan makan adalah hal lumrah sebagaibentuk penghormatan tuan rumah terhadaptamu, seperti diungkapkan Gesit Hadi, SH:

“Jamuan makan itu lumrah mbak,pasti ade kalau merikse di SKPD.”Dari pernyataan auditor dalam kutipan

wawancara di atas, dapat terlihat bahwadengan adanya rasionalisasi4 di dalam diriinforman bahwa jamuan makan ini sebagai

4 Penalaran (rasionalisasi) adalah salah satudimensi dalam fraud triangle yang menjadi faktorpenyebab seseorang melakukan kecurangan(fraud) (Albrecht et al., 2004).

Page 70: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

224 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

adat timur yang berlaku di masyarakat, iakemudian bereaksi dengan menerimanyawalaupun dalam setiap penugasan auditortelah mendapatkan fasilitas biaya operasi-onal untuk perjalanan dinas. Padahal,menurut sosialisasi gratifikasi oleh KPK(www.kpk.go.id), jamuan makan adalahbentuk gratifikasi kategori kedinasan. Me-nariknya, bak gayung bersambut Mindharto(2009) dalam penelitiannya menuliskanalasan budaya timur ini malah digunakanoleh pihak obrik untuk menyediakan kon-sumsi sebagai tata krama kesopansantunandalam menyambut tamu. Jika demikian,dapat dikatakan auditor dan obrik merupa-kan “pasangan serasi” yang sudah sepakatuntuk menerapkan budaya timur itu dalamsetiap pemeriksaan. Padahal dikemukakanAlfan (2011), kebiasaan terkadang memper-hambat manusia dan menjadi sumberkesengsaraannya. Ditegaskan oleh RiangFajar. SH, kadang timbul pikiran “rezeki kokditolak”:

“Saye tolak halus, tapi yang namenyemanusie kan ade jak waktu dietergode, dalam hati ni rezeki kokditolak hahahaha.”Pengakuan Riang Fajar, SH di atas

menggambarkan bahwa keinginan untukmenerima pemberian dari obrik adakalanyatimbul dari dalam lubuk hati. Hal ini wajarkarena auditor juga manusia biasa samaseperti mayoritas manusia yang masihmembutuhkan materi untuk melangsung-kan kehidupan. Sehingga, jika mendapatiming-iming sejumlah materi dari cara yangtidak semestinya maka pertarungan nuranipasti akan terjadi.

Ada sebuah penelitian pada auditorKorea yang menunjukkan bahwa tekananekonomi dapat membuat auditor tidakterlalu memperhatikan konflik peran danseringkali mengorbankan etika profesionalsehingga cenderung berkompromi denganmotif ekonomi saat bekerja (Khoo dan Sim,1997). Dengan kata lain, ada kalanya audi-tor “berpaling” dari peran serta etikaprofesionalnya demi pemenuhan kebutuh-an ekonomi. Senada seperti yang diungkap-

kan oleh Mulyadi dan Puradiredja (2002)bahwa pemberian fasilitas dan bingkisan(gift) oleh klien dapat mempengaruhi inde-pendensi seorang auditor. Auditor yangpada mulanya berpegang teguh pada prin-sip integritas, bersyukur atas rezeki halalyang selama ini diterima dapat tergoda jikadiiming-imingi sejumlah uang tertentu.

Dengan berpikiran demikian, auditorserta merta menerima “sajian” dari obrikdengan tangan terbuka. Namun, ketikaproses pemeriksaan ternyata ditemukandugaan penyimpangan yang dilakukan olehobrik, keterbukaan auditor dalam menerimaservis dari obrik ini menimbulkan dilematersendiri seperti yang dituturkan oleh AbdiNegara, SE., M.Si:

“Kadang-kadang kite dah melakukanpembinaan, salah, disalahkan. Ke-mudian diajak makan. Lalu, oh kamusering diajak makan ngape gini?”Pada kondisi itu, obrik beranggapan

bahwa auditor telah dijamu dengan se-demikian rupa sehingga tidak patut jikakesalahan atau penyimpangan dijadikansebagai temuan audit. Disinilah kemudiandilema etis akan dirasakan oleh auditor. Disatu sisi, jika ditolak auditor terlanjur me-nikmati servis dari obrik karena sebelum-nya menganggap tidak ada udang di balikbatu. Tapi di sisi lain, jika auditor me-mutuskan untuk menuruti kehendak obriktentunya akan bertentangan dengan ke-tentuan pemeriksaan.

Kedua, auditor seringkali merasa tidakenak hati jika harus melaporkan atau meng-ungkap kesalahan yang diperbuat olehtemannya (Pegawai di SKPD yang menjadiobrik) pada saat pemeriksaan seperti pe-ngakuan dari Riang Fajar, SH berikut ini:

“Kalau saye dulu tu pernah punyekawan lah, kena kasus disiplin, adeyang sering ndak masok, kawen duakali. Memang kawan, tapi kan tetapharus dilaporkan. Walaupun yangnamenye kawan kan, kite ndak enakgak. Die tau kite merikse.”Pengakuan Riang Fajar, SH meng-

indikasikan bahwa ia pernah “tersangkut”masalah pertemanan ketika melaksanakan

Page 71: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 225

tugas. Saat melakukan pemeriksaan di se-buah obrik, ia memperoleh temuan bahwaada seorang pegawai yang melanggarketentuan disiplin dan tata tertib PengawaiNegeri Sipil (PNS). Pegawai tersebut seringbolos kerja dan ada yang memiliki pasang-an istri/suami lebih dari satu. Pada akhir-nya Riang Fajar, SH memang memutuskansebuah tindakan tepat dan etis sesuaipernyataannya yaitu “tapi kan tetap harusdilaporkan”. Namun, sebelum menentukantindakan etis ini informan menghadapisituasi dilematis yaitu antara membelateman karena rasa tidak enak hati apabilaperbuatannya dilaporkan, apalagi ia tahubahwa aparatur yang memeriksa adalahseorang auditor yang notabene teman sen-diri ataukah tetap menjunjung independen-si dan obyektifitas dalam arti bebas darikepentingan sehingga tidak peduli siapa-pun orangnya tetap akan dilaporkan.Auditor tentunya juga tidak ingin bilahubungan baik yang selama ini sudahterjalin menjadi terganggu dikarenakan iamelaporkan perbuatan teman akrabnya itu.Dilema ini ia ungkapkan dalam pernyata-annya “walaupun yang namenye kawan kan,kite ndak enak gak. Die tau kite merikse”.

Pada dasarnya, dengan alasan setiakawan seseorang dapat serta merta mem-bela temannya tanpa peduli perbuatantersebut benar atau salah. Senada denganfakta tersebut, Thrap dan Mattingly (1991)menyatakan bahwa terdapat hubunganantara kedekatan kohesivitas dengan ke-cenderungan auditor untuk melaporkantindak penyimpangan. Dengan kata lain,kelompok pertemanan mampu mencipta-kan kekuatan terpadu yang memaksaindividu untuk diam ketika melihatperilaku tidak etis (Greenberger et al., 1987).

Ketiga, buruknya penilaian publik baikobrik maupun masyarakat terhadap kinerjaauditor menyebabkan auditor bekerja dibawah tekanan. Bisa disuap, begitulah per-sepsi obrik terhadap auditor internal pe-merintah seperti diutarakan seorang auditoryaitu Riang Fajar, SH:

“Yang namenye manusie tu kan adekalanye tergode mbak. Banyak lahkan diberitekan kasus auditor yangdapat persenan gitu. Kadang adetanggapan auditor ni bise di suap jaditenang-tenang jak...”Ia seakan mengakui bahwa auditor

dapat tergoda dengan iming-iming materimaupun non materi. Perilaku tiap auditorterkesan di generalisasi sehingga munculanggapan di kalangan obrik bahwa hasilpemeriksaan dapat diakali dengan “mahar”tertentu. Selain itu, auditor inspektorat jugaseringkali menjadi “kambing hitam” ataskesalahan yang dilakukan SKPD sebagaiobrik. Hal ini berdasarkan pernyataan dariAbdi Negara, SE., M.Si sebagai berikut:

“…Tadi tu, jadi kambing hitam.Misalnye yang dibina salah, kateinspektorat boleh begini, padahalbelum tentu kite.”Dalam pernyataan informan di atas

tersirat makna jika dalam sebuah pe-meriksaan terdapat kesalahan, SKPD ber-alasan bahwa hal tersebut diperbolehkanmenurut Inspektorat padahal belum tentudemikian. Memang, dengan bertindak se-bagai konsultan dan katalis bagi obrik,tanggung jawab auditor menjadi semakinbesar. Auditor tidak lagi hanya sekedarmenemukan kesalahan tetapi turut mem-bina SKPD dalam melakukan aktivitasoperasionalnya, misalnya dengan memberi-kan solusi, rekomendasi, membantu meng-identifikasi resiko maupun pengawasanlain. Oleh sebab itu, peran ini menjadikanauditor sebagai mitra obrik untuk bersama-sama mewujudkan good government. Halinilah yang membuat obrik menjadi kurangsegan dengan auditor Inspektorat. Obrikmenganggap bahwa kesalahan yang terjadidisebabkan karena kelalaian mitranyadalam membina.

Melihat fakta di atas, menurut Sawyer(2003), ada beberapa hal yang dapat di-jadikan pertimbangan bagi auditor internaluntuk menjalin hubungan yang baik de-ngan klien (auditee), yaitu mengetahuiumpan balik dari klien, sikap yang konsul-

Page 72: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

226 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

tatif kepada klien, pertimbangan dampakaudit serta melihat dari sudut pandangmanajemen.

Tidak hanya menghadapi persepsiobrik yang cenderung negatif, selama iniinspektorat dinilai belum melaksanakantugas pemeriksaan dengan baik oleh masya-rakat seperti diungkapkan Drs. Astra Super:

“Kite dianggap ndak ade kerja, diang-gap ndak bise mem-blow up masalah-masalah besar, ye. Itu tantangannye.Jadi rawan, rawan terhadap ape tu,terhadap isu-isu aktual.”Berbagai stigma negatif terhadap

inspektorat menimbulkan dilema bagiauditor seperti yang tergambar dalampengakuan Drs. Astra Super pada kutipanwawancara di bawah ini:

“Tadi juga dilemanye selalu dianggaptidak memberikan hasil yang maksi-mal, ini kan bise meruntuhkan se-mangat. Padahal perannye besar ni,malah lebih baik dibanding eksternal.Karene ape? Kalau internal kapanpundie bise masuk, sampe ke sekecil-kecilnye. Kalau eksternal bise mem-buka tapi hanya masalah-masalahyang tidak rinci. Ini kelebihannye.”Melalui penuturan di atas, diperoleh

pemahaman bahwa dilema etis yang di-alami oleh auditor internal pemerintahkarena dianggap tidak dapat memberikanhasil maksimal dalam menjalankan pe-ngawasan. Padahal, informan selaku audi-tor internal pemerintah merasa bahwa“mereka” (baca: auditor) telah berusaha me-laksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Disisi lain, jika dilaksanakan dengan tidaksemestinya akan bertentangan dengan ke-wajiban dan semakin memperburuk stigmanegatif yang terlanjur melekat.

Bentuk Dilema Etis: Masalah StrukturInternal Menjadi Penyebab Dilema EtisAuditor

Sebuah puzzle belum dianggap selesaijika serpihan demi serpihannya masih ber-serakan dan belum terjalin untuk mem-bentuk potret sempurna sebuah objek.Apakah dilema etis yang dialami oleh

auditor hanya terjadi ketika ia diharuskanmengambil keputusan etis di atas ke-pentingan individu? Ternyata tidak.

Sulitnya menerapkan perilaku etisdalam organisasi diakui oleh Trevino danBrown (2004) karena di dalam organisasibanyak tekanan yang menyebabkan indi-vidu takut untuk bertindak etis, dalam halini seseorang takut akan konsekuensi yangtimbul atas perilakunya tersebut. Bahkan,Trevino dan Brown (2004) menyatakanbahwa being ethical is not simple karena tidakhanya menyangkut seseorang atau perilakuseseorang itu tapi juga faktor organisasi.Oleh sebab itu, tekanan yang diterima olehauditor tidak hanya berasal dari klien se-perti yang sering dibahas di dalam literatur,tetapi juga berasal dari organisasi yangdapat berdampak pada kualitas audit(Espinosa-Pike dan Barrainkua, 2015). Ber-bagai masalah yang menyangkut strukturinstansi dalam pengawasan ini membuatauditor berada dalam posisi harus me-nentukan pilihan antara etis atau tidak etissebagaimana mereka ungkapkan dalampernyataan-pernyataan berikut.

Pertama, ketiadaan wewenang dalamstruktur untuk menentukan keputusan atashasil pemeriksaan menandakan keputusanyang diambil oleh pimpinan adalah ke-putusan final walaupun sebenarnya tidaksesuai dengan yang seharusnya ditempuhterhadap temuan. Berikut penuturan GesitHadi, SH:

“Haa itulah die mbak, nanti kan LHPini kan disampaikan ke gubernur adepenegasan misalnye gratifikasi-grati-fikasi gitu. Same gubernur ditanda-tangani. Dulu-dulu pernah lah, ade.Ndak tau tu. Tapi selama ini, yangsekarang ni, selalu menandatangani.”Kondisi seperti ini disebut Milgram

(1974) sebagai tekanan ketaatan (obediencepressure) yang diberikan oleh individu de-ngan otoritas tinggi dalam konteks strukturhirarki, yaitu seorang atasan dapat mem-bentuk tindakan bawahan melalui perintahtertentu. Auditor khususnya akan me-matuhi perintah atau saran atasan mereka

Page 73: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 227

tidak hanya untuk menghindari hukumanatau mencapai imbalan tetapi juga untukmenjaga kelangsungan karir mereka(Nasution, 2013).

Ketika peneliti bertanya “Lalu apa yangdilakukan dengan LHP yang tidak ditanda-tangani itu, apakah akan di ubah?” berikutjawabannya:

“Bukan di ubah mbak. Jadi gini, tugaspemeriksaan ni berakhir saat LHPselesai lalu disampaikan. Kite kasi’ kegubernur, selesai dah tugas kite. Jadisangat disayangkan lah, pemeriksaanyang udah kite lakukan kalau gitu.”Pengakuan informan mengindikasikan

bahwa tekanan yang diterima oleh auditortidak hanya berasal dari pimpinan obriknamun juga dari puncak pimpinan tertinggidalam hal ini kepala daerah (Gubernur).Tekanan yang diperoleh auditor memangtidak bersifat langsung tetapi dalam bentukkeengganan kepala daerah untuk menanda-tangani laporan hasil pemeriksaan. Hal inisecara eksplisit menyiratkan bahwa kepaladaerah tidak menyetujui hasil audit denganalasan tertentu sehingga hasil audit menjaditidak sah.

Jika kondisi ini terus terjadi, dalampemeriksaan selanjutnya auditor bisa meng-hadapi dilema etis antara tetap menjalankantugas audit sesuai dengan prosedur danmekanisme yang ada atau tidak. Karena jikadijalankan sesuai dengan rencana pe-meriksaan, hasil pemeriksaan ini bisa sajatidak disetujui seperti yang pernah dialamisebelumnya. Tapi jika tidak dijalankansesuai dengan rencana, artinya auditor telahmelanggar ketentuan pemeriksaan. Hal inikarena telah muncul kekecewaan daripengalaman-pengalaman terdahulu. Sepertipernyataan yang diungkapkan Gesit Hadi,SH diatas “sangat disayangkan”.

Goodwin dan Goodwin (1999) dalampenelitiannya menyatakan bahwa salah satufaktor yang mempengaruhi perilaku etisadalah power distance. Artinya, jarak ke-kuasaan yang tinggi menyebabkan individucenderung tidak bersedia untuk melapor-kan penyimpangan yang dilakukan oleh

atasan. Terlebih lagi, ada kemungkinan aksibalas dendam dari pelaku kecurangan itukepada yang melaporkan (Miceli et al., 1991;Miceli dan Near, 1994; Cortigna danMagley, 2003). Kebimbangan ini terpancardari pernyataan Sekretaris inspektorat, Drs.Astra Super berikut:

“Kite ni bise di bilang kayak anakyang memeriksa Ibu...”Melalui pernyataannya, informan ber-

usaha untuk menganalogikan pola hubung-an pimpinan dan bawahan selayaknya ibudan anak. Seperti yang kita pahami bersamabahwa seorang anak berkewajiban untukmenghormati dan mematuhi Ibunya. Begitupula seharusnya sikap bawahan terhadappimpinan. Auditor sebagai seorang bawah-an ingin selalu menjaga hubungan baikdengan pimpinan sehingga tidak etis rasa-nya jika bawahan berusaha mencari-carikesalahan pimpinannya. Pola pikir ewuhpakewuh seperti inilah yang menimbulkankeengganan auditor untuk “mengoreksi”atasan bila ada kesalahan yang diperbuat.

Kedua, masalah keterbatasan sumberdaya yang dimiliki instansi. Salah satunyakekurangan tenaga auditor seperti diakuioleh Riang Fajar, SH berikut:

“Kite terbatas, tapi beban kerjenyebesar mbak. Tapi yang namenyetugas kan wajib, kite dituntut untukitu.. ape tu, profesional. Harusnyesesuai lah tiap orang kan.”Fakta gersangnya jumlah auditor ini

peneliti saksikan sendiri di lapangan. Suatuhari, saat peneliti sedang menunggu salahseorang informan untuk melakukanwawancara, ruang kerja yang tidak terlaluluas itu tampak lengang. Terlihat hanyadua orang auditor dan satu orang PejabatPengawas Urusan Pemerintahan Daerah(P2UPD) yang sedang bekerja di mejamasing-masing sambil menekuni laptop.Saat peneliti bertanya dimana keberadaanauditor yang lain, salah seorang pegawaimenjawab bahwa ada auditor yang belumdatang dan auditor lain sedang dinas keluarkota untuk melaksanakan tugas audit.Tidak lama kemudian, datanglah seorang

Page 74: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

228 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

auditor wanita dan langsung menempatimeja kerjanya. Sampai akhir jam kerja,jumlah auditor dan P2UPD yang berada diruangan tersebut hanya berjumlah 4 orang.Selama peneliti melakukan penelitian, pe-neliti tidak pernah menemukan kehadiranauditor secara lengkap karena tiap auditorsudah memiliki jadwal untuk dinas.

Minimnya jumlah aparatur pengawas-an merupakan permasalahan klasik yangselalu didengungkan dan belum ditemukanalternatif pemecahannya (Restuningdiahdan Indriantoro, 2000; Sanusi, et al. 2007).Senada dengan pendapat tersebut, Ahmadet al., (2012) dalam penelitiannya jugamemaparkan bahwa kurangnya tenagapengawas merupakan masalah utama yangturut dihadapi oleh audit internal sektorpublik Malaysia.

Ketidaksesuaian porsi tugas dengankemampuan ini coba diutarakan AbdiNegara, SE., M.Si sebagai seorang auditor:

“Itulah kate saye tadi tu. Jumlahterbatas, beban kerje banyak. Susahlah mbak. Kayak pengendali mutu,kite belum punye jadi Irban yangnanggung. Tapi kite dituntut profesi-onal. Gimane lah kan kite meriksebanyak...”Over capacity, demikian jika per-

masalahan ini bila ingin disebut secarasingkat, padat dan jelas. Dari pernyataaninforman dapat disimpulkan bahwa keada-an ini menjadi salah satu pilihan sulit yangdihadapi oleh auditor dalam melaksanakantugas. Seperti penegasan Abdi Negara, SE.,M.Si dalam pernyataannya:

“Jadi susah kite mbak, mau ndakdiselesaikan ini perintah, wajib kan.Kalau diselesaikan kite keteteran...”Susah...kata ini berulang kali disampai-

kan informan kepada peneliti. Terlebih lagipada akhir kalimat informan di sebuahpernyataannya mengatakan “gimane lahkan”. Secara kasat mata kita dapat melihatadanya keputusasaan, kekecewaan, kelelah-an dan ketidakpuasan melalui penuturaninforman. Hal ini sangat peneliti rasakansaat proses wawancara, mimik muka dan

intonasi suara informan terlihat kesalnamun juga tidak dapat disembunyikanraut wajah lelahnya ketika menceritakanpersoalan ini. Memang, jika hanya me-nafsirkan dari sebuah ucapan dalam bentuktulisan, ekspresi ini tidak begitu terlihatkarena menurut Mehrabian dan Ferris(1967), bahasa tubuh menyumbang 55%ekspresi utama sedangkan 38% berasal darisuara dan hanya sekitar 7% dari kata-katayang diucapkan. Oleh sebab itu, ekspresimanusia harus dilihat secara tatap mukakarena tergolong komunikasi nonverbal5.

Penuturan informan mencerminkandilema yang ia hadapi sebagai seorangauditor di inspektorat. Pemeriksaan me-rupakan tugas pokok dan fungsi seorangauditor, oleh karena itu sudah merupakankewajiban untuk menjalankannya denganprofesional. Tapi, jumlah auditor yangterbatas akan membuat beban kerja semakinbertambah sehingga tidak sesuai dengankapasitas pikiran dan tenaga yang dimiliki.Kondisi demikian akan menyebabkan tugasmenjadi terbengkalai atau seperti ungkapaninforman “keteteran”. Di sisi lain, jika bekerjasecara asal-asalan auditor akan melanggarketentuan pemeriksaan walaupun tindakanini dapat menguntungkannya.

Ketiga, auditor dihadapkan pada ke-adaan yang dilematis ketika jangka waktupemeriksaan (audit) terbatas. Di satu sisi,auditor diharapkan dapat memenuhi targetpemeriksaan yang tertuang dalam ProgramKerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Tentu-nya sebagai seorang auditor yang kompetenia akan melaksanakan tugas dalam PKPTtersebut secara profesional. Tapi di sisi lain,waktu yang dialokasikan untuk melaksana-kan program kerja tersebut masih kurangsehingga tidak semua kegiatan dapatdilaksanakan tepat waktu atau bahkan adapemeriksaan yang tidak terealisasi sesuaidengan waktu yang telah ditetapkan.

5 Komunikasi nonverbal lebih merujuk kepada meansdibandingkan words seperti: postur, gestur, intonasisuara, ekspresi wajah, sentuhan dan personal space(Hect dan Ambady, 1999; Fichten, et al. 2001).

Page 75: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 229

Masalah ini juga dijabarkan oleh RiangFajar, SH kepada peneliti dalam kutipanberikut ini:

“Jangka waktu pemeriksaan bagi kitajuga terbatas mbak, belum lagiobriknye banyak...”Efek buruk dari time pressure terhadap

kinerja auditor menurut Agoglia et al. (2010)adalah ketatnya waktu untuk menyelesai-kan sebuah pekerjaan dapat menyebabkanauditor menyelesaikan pekerjaan di bawahstandar. Ini menunjukkan bahwa tekananwaktu yang dihadapi oleh auditor dapatmenyebabkan ia berperilaku tidak etis. Haltersebut dikarenakan auditor yang melaku-kan pengambilan keputusan dalam waktuterbatas (time pressure) cenderung akanmengalami kepanikan (Gomma, 2005) danstres (Brown dan Mendenhall, 1995; Gavindan Dileepan, 2002). Ironisnya, profesiauditor internal lebih cenderung mengalamistres saat berada dalam tekanan waktu (timepressure) dibandingkan dengan profesi-profesi lain (Larson, 2004).

Keempat, kondisi sarana penunjangpengawasan yang dimiliki oleh inspektoratsaat ini relatif masih terbatas seperti yangdiutarakan oleh Gesit Hadi, SH di bawahini:

“Sarana kite juga terbatas. Kite maupergi pakai mobil sendiri. Haa, tapikite dituntut profesional...”

Gesit Hadi, SH menyebutkan bahwasaat menjalankan pengawasan ia harusmenggunakan mobil pribadi karena ke-terbatasan kendaraan operasional. Padahalmenurutnya, mereka dituntut untuk selaluprofesional dalam melaksanakan setiappengawasan. Keadaan ini sedikit banyakdapat mengganggu kinerja auditor internalpemerintah.

Di satu sisi, auditor mendapatkan man-dat untuk menjalankan tugas dan kewajibanprofesinya dengan menjunjung tinggiprofesionalitas kerja, tapi di sisi yang lain,auditor harus mengorbankan aset pribadiuntuk menjalankan tugas tersebut.

MEWUJUDKAN KESADARAN SEBAGAILANGKAH AUDITOR MENJAWABTANTANGAN DILEMA ETIS

Kompetensi dan keahlian mumpuniauditor memang bermanfaat agar pe-ngawasan dapat dilaksanakan dengan se-bagaimana mestinya sesuai dengan ketentu-an yang berlaku. Dengan kompetensi dankeahliannya pula auditor dipercaya untukdapat memastikan bahwa objek pemeriksa-an telah menjalankan kegiatan kepeme-rintahan secara ekonomis, efektif danefisien. Namun, kinerja auditor dan kualitasaudit tidak hanya dipengaruhi oleh ke-ahlian tetapi juga pada kemampuannyadalam membuat keputusan etis (Jelic, 2012).Seperti penggalan dari perenungan Tolle(2008):

“…Saya melihat diri saya sebagaiseorang yang dibuat dari intelektualdan saya yakin bahwa semua jawabanatas dilema yang dihadapi manusiabisa ditemukan melalui intelektual,dengan kata lain, dengan berpikir.Saya masih belum menyadari bahwaberpikir tanpa kesadaran adalah dile-ma utama dari keberadaan manusia.”Pengembangan dan kesadaran etik/

moral memang memainkan peranan kuncidalam semua area profesi akuntansi(Louwers et al., 1997). Terlebih lagi, padakondisi saat ini, rasa “Aku”, “Milikku” ter-manifestasi dalam setiap memori, interpre-tasi, pendapat, sudut pandang, reaksimaupun emosi manusia. Tolle (2008) me-ngatakan bahwa ini merupakan ego. Egodiidentifikasikan dengan mempunyai, te-tapi kepuasannya dalam mempunyai iturelatif dangkal dan berjangka pendek (Tolle,2008).

Pilihan apakah yang sekiranya di-tempuh auditor ketika menghadapi ber-bagai macam dilema tersebut? Ketika meng-hadapi dilema etis, ego yang mendominasidiri auditor untuk mementingkan posisinya,memperkaya hartanya, meringankan pe-kerjaannya tanpa peduli pada tugas sertatanggung jawab jelas akan menjadi peng-halang untuk bertindak etis. Oleh karena

Page 76: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

230 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

itu, dibutuhkan kesadaran sebagai pe-ngendali ego.

Kesadaran akan menuntun seseoranguntuk bertindak dengan etis dan benar.Kesadaran-kesadaran ini akan mewujudkantindakan etis disaat auditor menghadapisituasi dilematis sehingga yang terciptaadalah tindakan berkesadaran6. Sebagai-mana diungkapkan Goleman (2001) bahwahakikat kesadaran diri adalah mengetahuiapa yang dirasakan pada suatu keadaandan menggunakannya sebagai panduanpengambilan keputusan. Kesadaran ter-sebut terangkum dalam empat elemen ke-sadaran yaitu: Kesadaran Spiritual, Ke-sadaran Sosial, Kesadaran Hukum danKesadaran Profesi.

Kesadaran SpiritualUnsur-unsur spiritual merupakan se-

buah hal yang sangat dibutuhkan untukjiwa. Dengan meningkatkan spiritualitasmaka akan terbangun nilai-nilai spiritualberupa keyakinan, kerinduan, cinta dankasih sayang yang mendorong seseoranguntuk selalu melakukan kebajikan dalamhidupnya, yang berarti dengan kesadaranspiritual, manusia menyadari bahwa adahubungan vertikal dan horizontal baikkepada sesama manusia maupun kepadaTuhan (Wigglesworth, 2002 dalam Gupta,2012). Spiritualitas dalam dunia kerjamenuntun seseorang untuk berperilaku etis(Budisusetyo, 2013) serta membangunnuansa etis itu di dalam organisasinyasebagaimana penuturan Mcghee dan Grant(2008):

Allowing and encouraging spirituality inthe workplace leads to improved ethical

6 Tindakan berkesadaran dikemukakan olehKamayanti (2012) mengenai perilaku akuntanberdasarkan atas nilai-nilai pancasila disebut pancakesadaran yang berasal dari lima nilai yangdiabstraksi dari lima sila Pancasila, yaitu kesadaranketuhanan, kemanusiaan, keIndonesiaan, keber-samaan dan keadilan. Peneliti menggunakan istilahini untuk menggambarkan tindakan etis auditor yangterbentuk dari kesadaran spiritual, kesadaran sosial,kesadaran profesi dan kesadaran hukum yangdimilikinya.

behaviour at a personal level and anenhanced ethical climate/culture at anorganisational level.Triyuwono (2006) mengungkapkan ke-

sadaran akan tuhan ini sebagai “KesadaranKetuhanan” (God Consciousness). Kesadaranketuhanan adalah kesadaran yang me-nyebabkan seseorang menyadari kehadiranTuhan setiap saat. Pada kondisi ini, yangbersangkutan akan selalu tunduk terhadaphukum-hukum Allah untuk sampai pada-Nya dengan jiwa yang tenang (Triyuwono,2006). Kesadaran spiritual adalah puncaktertinggi kesadaran yang harus dimiliki olehauditor. Ketika telah sadar secara spiritual,auditor akan menyadari amanat yang di-berikan kepadanya sebagai makhluk Allahdi muka bumi yaitu sebagai Khalifatullah filArdh7 yang memberi rahmat bagi semestaalam. Auditor yang telah memahami posisi-nya sebagai Khalifatullah fil Ardh akan sertamerta menjalankan segala perintah AllahSWT dalam seluruh aspek kehidupannya.

Aspek spiritual dalam kompentensikesadaran diri atau kompetensi pribadiakan menjadikan manusia selalu sadar diri,memiliki penilaian diri yang positif sehing-ga peningkatan spiritualitas akan sejalandengan peningkatan kompetensi pribadipada aspek emosional (Kariyoto, 2014).Oleh karena itu, sebuah tindakan dapatdikatakan secara etis benar dan baik bilatindakan tersebut dilakukan atas dasartakwa yaitu kesadaran akan kehadiranTuhan, jadi tidak semata-mata melihatkriteria “manfaat” dan “niat” (Triyuwono,2006). Kesadaran spiritual ini tercerminpada tiap pernyataan-pernyataan auditorsebagai berikut.

Pertama, auditor mengingat Sang Pen-cipta ketika mendapatkan godaan. Meng-ingat tuhan, demikian penuturan Gesit Hadi,SH berikut:

7 Triyuwono (2006) dalam bukunya yang berjudul“Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah”mengungkapkan perspektif Khalifatullah fil Ardhsebagai suatu sudut pandang manusia akan“status”nya yaitu sebagai wakil Allah di muka bumi.

Page 77: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 231

“Saye rase, kite ingat Tuhan jak pasade godaan-godaan gitu...”Ungkapan “ingat” mewakili keyakinan-

nya akan Tuhan ketika mendapat godaan-godaan yang membuat ia berada dalamposisi dilematis. Informan menggunakankata “rasa” yang menunjukkan adanya pro-ses memanfaatkan potensi indera untukmerespon (Ali, 2012). Kata “rasa” disini ada-lah perwujudan dari indera perasa yaituhati dan jiwa yang diliputi oleh nuansaketuhanan, harmonisasi hubungan denganSang Pencipta. Lebih lanjut, Gesit Hadi, SHmenyampaikan:

“Saye sih intinye pokoknye tingkat-kan iman jak, kite orang beragamakan.”Perasaan ketuhanan akan membuat

auditor senantiasa hidup dalam suasanaiman karena sejatinya keyakinan adalahmanifestasi kepercayaan akan keberadaanAllah SWT. Iman atau kepercayaan kepadaAllah ini tidak hanya diyakini kemudiansekedar diucapkan dalam perkataan tapijuga tercermin pada setiap tindakan. Ke-imanan dapat menjadi benteng penjagamanusia ketika menghadapi sebuah pilihanyang dapat menggiringnya pada tindakanyang dilarang, seperti yang diungkapkanAbdi Negara, SE., M.Si berikut ini:

“Semuenye ni intinye balek lagi kediri auditornye, mau taat atau ndak.Istilahnye keimananlah yang ber-peran penting. Keimanan kuat diebise tahan godaan, tapi kalau ke-imanan masih lemah udahlah.. abis.”Senada dengan Abdi Negara, SE., M.Si,

informan lain yaitu Riang Fajar, SH danGesit Hadi, SH masing-masing mengutara-kan hal yang sama:

“Balik lagi ke faktor iman masing-masing lah. Tiap orang bede-bede.Tapi memang iman yang palingpenting. Kalau iman kite kuat insyaallah godaan-godaan tu bise lahdihindari, tapi kalau lemah, haa ituyang bahaye tu hahahaha.”“Bile kite mau di macam-macam bise.Balik lagi ke iman. Kite punye Allah,kite punye norma, kite punye kodeetik. Norma perusahaan ade, etika

audit ade. Nekat kite jadi auditor ni,ndak sembarangan ni hahahaha.”Baik Abdi Negara, SE., M.Si, Riang

Fajar, SH maupun Gesit Hadi, SH me-nyebutkan ketaatan untuk berperilaku etistergantung dari pribadi auditor itu sendiri.Pada kondisi inilah, pentingnya keimanandalam menangkal segala macam godaan.Ungkapan “...nekat kite jadi auditor ni, ndaksembarangan ni” dari Gesit Hadi, SH adalahkesadarannya bahwa auditor berada dalampengawasan Allah SWT selain pengawasanmanusia melalui norma dan kode etikdalam berprofesi. Kesadaran ini akanmenanamkan pemahaman dalam dirinyabahwa segala perbuatan yang ia lakukandikontrol penuh oleh Allah SWT sehinggaia akan selalu mengingat hal ini ketikaterbersit pikiran untuk berbuat tidak etis.

Kedua, auditor menghindari perilakutidak etis karena mengingat balasan diakhirat kelak. Sebagaimana diyakini GesitHadi, SH:

“Kalau Auditor ni terus terang jakpekerjaannya berat. Surga di tangankanan, neraka di tangan kiri. Dua-duanya ni bisa kalau saya maudilakukan. Tapi kite mikir, kite punyafeeling gitu. Ndak ade yang mau lahmasuk neraka.”Dia menggambarkan beratnya pekerja-

an auditor dengan mengibaratkan auditormenggenggam surga di tangan kanan danneraka di tangan kiri yang berarti auditormemiliki pilihan untuk berperilaku etis atautidak etis. Hasilnya, apakah dengan sikapyang telah ia pilih itu akan menuntunnyamenuju surga ataukah malah menggiring-nya masuk ke dalam jurang neraka. Iamenekankan pada kata “mikir” dan “fee-ling”, artinya ia mengalami proses me-mahami dan mencoba untuk merasakanbagaimana jika ia sampai merasakan hidupdi neraka sehingga pada akhirnya ia me-nyadari bahwa surga adalah pilihan yangpaling tepat. Mengingat bahwa segalaperbuatan manusia akan mendapatkanbalasan di alam akhirat juga tercermin daripendapat Riang Fajar, SH di bawah ini:

Page 78: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

232 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

“Apepun perbuatan kite ade balasan nantidi akhirat kan.”Makna yang dapat ditangkap dari

pendapat informan di atas adalah segalaperbuatan yang dilakukan akan mendapatbalasan yang sesuai di akhirat. Manusiayang timbangan perbuatan baiknya lebihberat mendapat balasan surga sebaliknyamanusia dengan timbangan perbuatanburuk yang lebih berat akan menjadipenghuni neraka (Shihab, 2004). Keyakinanadanya surga dan neraka ini menjadikanauditor tidak menganggap dunia sebagaisatu-satunya “medan pertempuran”. Adakehidupan lain yang perlu diperjuangkanmati-matian.

Senada dengan yang diungkapkan olehSarraf dan Nikouei (2014) bahwa akuntanyang beretika islami akan menyadari per-buatan yang dilakukannya saat ini di-samping dipertanggungjawabkan dihadap-an pengguna informasi akuntansi jugaharus dipertanggungjawabkan di akhiratkelak dihadapan Allah SWT.

Ketiga, auditor menyadari kewajibanberperilaku sesuai perintah agama. Hal inidisadari oleh Gesit Hadi, SH dalam pen-dapatnya berikut:

“Tingkah laku yang benar harus kiteterapkan. Dalam agama apepun diajarkansupaya tidak curang, bohong, bekerjahalal.”Menurutnya, perilaku yang harus di-

terapkan oleh auditor dalam melaksanakantugas adalah sifat jujur (tidak bohong), adil(tidak curang) dan mengutamakan pekerjaanyang halal (bekerja halal). Pentingnya ber-perilaku sesuai tuntunan agama ini akanmengarahkan auditor pada kebaikan didunia maupun akhirat. Ia sadar bahwaketidakjujuran dan ketidakadilan yang iaperbuat saat melaksanakan tugas tidakhanya melanggar perintah Allah SWT, tapiia juga akan menghianati amanahnya se-bagai seorang auditor.

Kesadaran SosialKepekaan sosial yang dirasakan auditor

menjadikan ia paham bahwa manusia

adalah makhluk sosial yang tidak dapathidup sendiri tanpa interaksi dengan oranglain. Interaksi yang terjadi murni atas dasarsosial bukan dengan embel-embel motifekonomi atau untung rugi. Dalam hal ini,auditor menyadari bahwa tanggung jawabyang ia emban adalah menciptakan pe-ngawasan yang dapat mewujudkan pe-merintahan yang baik.

Kesadaran sosial merupakan bentukprofesionalitas auditor dalam pengawasankarena profesionalitas tidak hanya ditunjuk-kan dengan bagaimana komitmennya da-lam profesi, terhadap klien maupun fokuspada keahlian yang ia miliki tetapi jugabagaimana auditor menjalin hubungandengan masyarakat. Oleh karena itu, tidaksalah jika Reynolds (2000) menyebut relati-onship to society sebagai salah satu karakter-istik yang menunjukkan profesionalitasseorang auditor dimana seorang auditoryang profesional memahami bahwa iabertanggung jawab terhadap publik demikebaikan bersama.

Kesadaran sosial tercermin pada ke-sadaran auditor bahwa profesinya memilikitanggung jawab kepada masyarakat, sepertidikemukakan oleh Gesit Hadi, SH di bawahini:

“Kite harus tau posisi kite dimasyarakat. Auditor ni kan pemerik-sa pemerintah. Jadi sebenarnyatanggung jawab kite ke masyarakatuntuk menjalankan pemerintahan.”Sebuah pemahaman dalam dirinya bah-

wa ia selaku auditor mendapatkan amanahuntuk mengawasi pemerintahan. Sudahsepatutnya auditor senantiasa berperilakuetis guna menyajikan kebenaran kepadamasyarakat. Ia juga menekankan bahwaauditor adalah profesi yang hidup dimasyarakat, oleh karena itu diperlukanhubungan yang selalu terjalin harmonisdengan masyarakat.

Kesadaran HukumSalman (2004) yang ditulis oleh Mirdah

et al. (2007) beragumen bahwa kesadaranhukum sebenarnya merupakan kesadaran

Page 79: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 233

atas nilai-nilai yang terdapat dalam ke-sadaran manusia tentang hukum yang adaatau tentang hukum yang diharapkan ada.Ketaatan terhadap hukum adalah cerminanperilaku etis karena dengan sikap taat ituauditor internal pemerintah tidak akanmelakukan tindakan bertentangan dengannorma, kode etik, peraturan dan ketentuanpengawasan yang notabene dilarang olehhukum. Namun, ketaatan auditor ini tidakakan dapat terwujud jika auditor tidakmemiliki kesadaran akan keberadaan hu-kum yang mengatur tindak tanduk per-buatannya.

Pertama, kesadaran hukum tercerminpada komitmen auditor untuk menerapkanperaturan, norma dan kode etik profesiuntuk mengatasi dilema, seperti yang di-ungkapkan oleh Gesit Hadi, SH:

“Jadi kite punya norma pemeriksaan,etika, punya protap. Ade auditor ni.Ndak sembarangan kite. Protap, nor-ma pemeriksaan ade, aturan permen-dagri 23 tahun 2007 tentang pe-meriksaan ade semue. Tapi kan ter-gantung ape.. kite sendiri yang men-jalankannye, action nya gitu bah.”Untuk menciptakan pengawasan yang

berjalan dengan baik, dibutuhkan aksiauditor untuk menaati peraturan yang ber-laku. Aksi ini dapat terwujud jika auditormenyadari pentingnya menaati peraturantersebut. Namun, segala bentuk peraturanhanya akan menjadi setumpuk kertas yangtidak berarti tanpa ada “action”. Artinya,tergantung pada auditor itu sendiri apakahmelaksanakan peraturan atau tidak. Lebihlanjut, Gesit Hadi, SH mengemukakan pen-dapatnya:

“Bile kite mau di macam-macam bise.Balik lagi ke iman. Kite punye Allah,kite punye norma, kite punye kodeetik. Norma perusahaan ade, etikaaudit ade. Nekat kite jadi auditor ni,ndak sembarangan ni hahahaha.”Ucapan “bile kite mau di macam-macam

bise. Balik lagi.. kite punye..” dari Gesit Hadi,SH di atas mencerminkan kesadarannyaatas peraturan yang berlaku dalam pe-meriksaan. Ia mengakui sebagai seorang

auditor, ia bisa saja melakukan perbuatantidak etis yang ia sebut “macam-macam”.Namun, saat ia berada pada kondisi inginmelakukan perbuatan “macam-macam” itu,ingatannya kembali pada norma dan kodeetik.

Kedua, mengingat keberadaan KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) adalah salahsatu cara Riang Fajar, SH untuk tidakmenerima “duit-duit” yang diungkapkannyadalam petikan wawancara berikut:

“Tapi semenjak ade KPK ni, takot lahnerima duit-duit gitu. Kan harusdilaporkan di laporan kekayaan, takotterdeteksi kan.”Memang sudah semestinya “ingat” dan

“takut” hukum secara permanen dan konti-nu diterapkan dalam pekerjaan profesionalkarena Indonesia adalah negara hukum.Ketaatan hukum merupakan kewajibanyang harus dilaksanakan oleh seluruhwarga negara karena apabila tidak di-laksanakan akan timbul sanksi hukum.

Kesadaran ProfesiKarakteristik auditor profesional adalah

menjalankan tugas dan fungsinya denganmengandalkan keahlian yang dimiliki ber-dasarkan pengetahuan dan keahlian yangdiperoleh dari pelatihan maupun pendidi-kan (Reynolds, 2000). Auditor yang me-miliki kesadaran untuk menjalankan tugasdan kewajiban profesi adalah auditor yangdimensi kecerdasan intelektualnya (intelec-tual quotient) digunakan dengan baik(Fitriaman, 2006). Kecerdasan intelektualadalah salah satu dimensi kecerdasanmanusia dalam bingkai ESQ sebagaimanadiungkapkan oleh Agustian (2003) bahwamanusia pada hakikatnya memiliki tigamacam kecerdasan yaitu kecerdasan intelek-tual, kecerdasan emosional dan kecerdasanspiritual. Kecerdasan intelektual auditorinternal pemerintah terlihat dari bagaimanaia memiliki kemampuan untuk memahamiuraian tugas dan fungsi seorang auditorkemudian melaksanakannya sesuai denganketentuan dan aturan yang berlaku.

Page 80: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

234 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

Kesadaran profesi tercermin ketikaauditor menyadari tugas pokok dan fungsisebagai kewajiban yang harus ditaati. Halini dimengerti oleh Abdi Negara, SE., M.Simaupun Riang Fajar, SH:

“Kite harus ingat dengan tupoksi kitesebagai auditor internal. Jadi pekerja-an kite harus sesuai dengan itu..”“Tugas kita ape kita harus tahu...”Kedua informan di atas sama-sama

mengungkapkan pentingnya “ingat” akantugas dan fungsi sebagai seorang auditor. Iapaham bahwa dengan memilih menjadiseorang auditor itu artinya ia juga harusbersedia untuk menjalankan tugas dankewajiban sebagai auditor.

Empat Elemen Kesadaran Auditor InternalPemerintah

Keempat kesadaran ini dimiliki, di-bangkitkan untuk selanjutnya diimplemen-tasikan oleh auditor internal pemerintahguna memecahkan persoalan dilematisyang ia hadapi. Keputusan etis yang dipilihadalah berdasarkan rasa ketaatan kepadaSang Pencipta, tanggung jawab sosial,ketaatan terhadap hukum serta ketaatanterhadap tugas dan tanggung jawab profesiyang terinternalisasi dalam diri masing-masing auditor dalam gambar 1 berikut:

Gambar 1

Sumber: diolah peneliti (2015)Gambar 1

Fondasi Perilaku Etis Auditor Internal Pemerintah Dalam Dilema

Tiap kesadaran memiliki tujuan ma-sing-masing. Kesatuan kesadaran ini adalahsebuah benteng pertahanan dan sebagaiproteksi yang kuat jika terinternalisasi da-lam diri setiap auditor internal pemerintah.Kesadaran spiritual mengantarkan auditoruntuk selalu meyakini keberadaan AllahSWT sehingga mengingatkan auditor untukselalu berperilaku sesuai dengan perintah-Nya ketika menghadapi godaan. Sedangkankesadaran sosial sebagai perwujudan tang-gung jawab auditor terhadap masyarakatatas tugas yang diemban yaitu denganmenjalankan pengawasan dengan sebagai-mana mestinya demi kesejahteraan masya-

rakat dan kemajuan daerah. Guna me-lengkapi elemen kesadaran, perilaku tidaketis dapat dihindari jika auditor me-nanamkan kesadaran hukum dan profesibahwa segala perbuatan yang bertentangandengan hukum akan mendapatkan sanksitertentu.

Kesadaran auditor ini menunjukkanbahwa ia tidak serta merta tersandera ke-inginan untuk memperoleh keuntunganpribadi semata. Tapi lebih daripada itu,nafsu tersebut terkalahkan dengan ke-yakinannya untuk melaksanakan tanggungjawab kepada Allah SWT serta kepadasesama manusia. Keyakinan ini sebagai

Kesadaran SpiritualKesadaran SosialKesadaran HukumKesadaran Profesi

AUDITORIndividu yangmenempatkan

auditor dalam dilema(Obrik, Teman,

Masyarakat)

Masalah strukturmenjadi dilema etis

auditor:(Keterbatasan

wewenang, personel,waktu, sarana)

Keputusan/Perilaku Etis

Page 81: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 235

bentuk komitmen profesionalnya sebagaiseorang auditor internal pemerintah untukmelakukan pengawasan di daerah. Dari sisipersonal inilah, auditor meneguhkan diriagar tidak tergoda dengan iming-imingapapun dari pihak manapun. Tindakanyang ditempuh oleh auditor apakah itu etisatau tidak etis pada dasarnya tergantungdirinya pribadi. Dengan keimanan yangkuat, apapun resiko yang akan ia terimatidak akan menghalanginya untuk ber-tindak etis.

DILEMA ETIS, BIASA TERJADI NAMUNHARUS SEGERA DIAKHIRI

Memang sudah seharusnya setiap per-masalahan yang menjadikan auditor inter-nal pemerintah berada dalam dilema di-putus mata rantainya. Pemahaman kepadaobrik akan tugas dan fungsi inspektoratmerupakan hal penting yang harus di-lakukan. Berdasarkan hasil temuan, selamaini obrik serta masyarakat menganggapauditor internal inspektorat hanya mencari-cari kesalahan. Inspektorat dapat disuapdan laksana tukang jahit hingga hasilpemeriksaan bisa dipesan sesuai denganyang diinginkan. Paradigma mengenaiinspektorat inilah yang harus diluruskan.Inspektorat bukan lembaga yang mencarikesalahan tetapi membantu mencari solusipenyelesaian segala permasalahan agarpelaksanaan pemerintahan dapat berjalandengan ekonomis, efektif dan efisien demikesejahteraan daerah.

Dilema auditor internal pemerintah initidak boleh hanya dipandang dari satu sisisemata tapi harus dilihat secara kumulatif.Artinya, tidak hanya memfokuskan padapihak-pihak eksternal yang membuat audi-tor mengalami dilema etis tetapi jugamelakukan pembenahan dan evaluasi inter-nal yaitu bagaimana kesadaran etis danimplementasi kode etik seluruh pegawaiinspektorat mulai dari pimpinan hinggabawahan agar tidak terjadi sikap self-interestdengan memanfaatkan kekuasaan sertajabatan. Oleh karena itu, diperlukan pe-mahaman yang intensif dan mendalam

terhadap nilai-nilai etika profesi denganmemberikan pelatihan tentang etika. Pe-ngawasan internal juga harus diperkuat dandilaksanakan dengan tidak “pandang bulu”.Pembenahan kelengkapan fungsi strukturdengan menambah jumlah auditor dansarana prasarana adalah langkah lain yangharus ditempuh untuk mencegah sertamengatasi dilema etis yang terlanjur di-alami auditor. Karena faktanya, per-masalahan tersebut tidak sesederhanaseperti yang dilihat selama ini namun telahmenimbulkan keresahan di kalangan audi-tor. Secepatnya!

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Auditor internal pemerintah meng-alami dilema yang disebabkan oleh inter-vensi individu di sekitar auditor. Intervensitersebut dalam bentuk tekanan untuk tidakmelaporkan, mendapatkan servis dari obrikmaupun ketika auditor diharuskan me-laporkan kesalahan teman sendiri. Dilemayang dirasakan adalah auditor sebenarnyaingin menolak pemberian tersebut karenatermasuk gratifikasi tetapi ada kekhawatir-an obrik akan tersinggung jika tidak di-terima. Pada kondisi lain, auditor merasabahwa jamuan makan saat pemeriksaan me-rupakan hal yang lumrah mengingat bahwamenghormati tamu dengan menyajikanjamuan makan tergolong adat istiadattimur. Namun, seringkali sebagai kompen-sasi atas jamuan makan ini auditor adalahpihak yang kemudian akan disalahkanketika ternyata obrik terindikasi melakukankesalahan. Di sisi lain, auditor tidak enakhati apabila melaporkan kasus pelanggarandisiplin yang dilakukan oleh teman sendiri.Ada kekhawatiran akan berdampak padahubungan baik yang telah terjalin selamaini. Selain kedua hal di atas, selama iniauditor dianggap tidak dapat memberikanhasil maksimal dalam menjalankan pe-ngawasan. Auditor dianggap bisa disuap,lemah, lembek dan tumpul sehingga tidakdapat mendeteksi kasus-kasus korupsi yangterjadi. Persepsi publik yang terlanjur me-

Page 82: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

236 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

lekat ini meruntuhkan semangat auditordan menjadi dilema yang harus dihadapi.

Struktur internal instansi juga dapatmenjadi penyebab dilema etis auditor.Diantaranya adalah kekecewaan auditorsaat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yangdilaporkan kepada Kepala Daerah tidakditandatangani. Dalam hal ini auditor tidakdapat berbuat banyak karena tidak memilikiwewenang. Sementara itu, pada kondisijumlah personil auditor yang terbatas akanmembuat beban kerja auditor semakin ber-tambah sehingga tugas menjadi “keteteran”Auditor mengalami pilihan sulit antaramenjalankan tugas secara profesional de-ngan resiko beban kerja yang berat ataukahcenderung “asal-asalan” dengan mengorban-kan tanggung jawab profesionalnya itu.Dalam kondisi keterbatasan waktu pe-ngawasan, auditor merasa bahwa pe-ngawasan yang dilakukan membutuhkanwaktu yang lebih panjang. Sedangkan ter-batasnya sarana dan prasarana penunjangkegiatan membuat auditor merasa bahwamereka dituntut untuk bertindak profesi-onal tapi kendala teknis yang harus di-hadapi membuat mereka merasa sulit untukmewujudkannya.

Dilema etis yang dialami oleh auditordalam berbagai macam situasi tersebut di-atasi dengan mewujudkan kesatuan ke-sadaran. Dengan berlandaskan pada ke-sadaran spiritual, kesadaran sosial, kesadar-an profesi dan kesadaran hukum yangterinternalisasi dalam dirinya maka peri-laku etis auditor dapat terwujud.Implikasi

Individu dalam lingkup internal mau-pun eksternal instansi untuk paham danpeka bahwa setiap kepentingannya dibatasioleh kepentingan-kepentingan lain yanglebih bermanfaat sehingga diharapkan tidakmemaksakan suatu kepentingan denganmemanfaatkan posisi dan jabatan. Per-masalahan klasik mengenai keterbatasanjumlah auditor, kendaraan operasional danwaktu pemeriksaan tidak lagi bisa dianggapmasalah sederhana karena terbukti menjadipenghambat pelaksanaan tugas auditor.

Oleh sebab itu, segera ditempuh langkahnyata untuk mengatasi masalah tersebut.

Hasil penelitian ini dapat memperkuatteori mengenai pentingnya implementasietika bisnis dan kode etik profesi oleh setiapakuntan ketika menghadapi situasi dilema-tis. Realitas penelitian menunjukkan bahwapenerapan etika dan kode etik profesibukan merupakan satu-satunya langkahyang ditempuh oleh auditor. Tapi, adaimplementasi ketaatan ketuhanan, sosial,profesi serta hukum yang menjadi satukesatuan untuk mewujudkan perilaku etis.Hal ini memberikan sumbangsih konseplain mengenai etika yang lebih berbasispada kesadaran atas nilai-nilai spiritual,sosial, hukum dan profesi. Dalam konteksini, kedepannya akuntan tidak hanya me-mahami dan mengimplementasikan kodeetik tertulis tetapi juga diperlukan pe-nguatan spiritual, kepekaan sosial, profesiserta hukum dalam hati sanubari.

Selama beberapa kali proses wawan-cara, peneliti harus menghadapi keter-batasan waktu informan dalam memberikaninformasi akibat padatnya pekerjaan yangmenjadi tanggung jawab mereka. Untukmelakukan penelitian dengan jenis peneliti-an kualitatif, sebaiknya kesediaan informanuntuk memberikan informasi dapat di-pastikan jauh-jauh hari. Peneliti juga perlumemastikan telah mendapatkan izin pe-nelitian di instansi yang menjadi situspenelitian. Di atas keterbatasan ini, besarharapan peneliti agar para pembaca dapatmemberikan saran, kritik dan rekomendasikonstruktif guna menyempurnakan pe-nelitian ini.

DAFTAR PUSTAKAAgoglia, C, J. F. Brazel, R. C. Hatfield dan S.

B. Jackson. 2010. How Do Audit Work-paper Reviewers Cope With TheConflicting Pressures of DetectingMissstatements and Balancing ClientWorkloads?. Auditing: A Journal ofPractice & Theory 29(2): 27-43.

Agustian, A. G. 2003. Rahasia Sukses Mem-bangun ESQ Power. Arga. Jakarta.

Page 83: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 237

Ahmad, H. N, R. Othman, R. Othman danK. Jusoff. 2012. The Effectiveness ofInternal Audit in Malaysian PublicSector. Journal of Modern Accounting andAuditing 5(9):53-62.

Albrecht, W. S., C. C Albrecht dan C. O.Albrecht. 2004. Fraud and CorporateExecutives: Agency, Stewardship andBroken Trust. Journal of ForensicAccounting 5: 109-130.

Alfan, Muhammad. 2011. Filsafat Etika Islam.Pusaka Setia. Bandung.

Ali, I. dan M. Aris. 2012. Memaknai Dis-closure Laporan Sumber dan Pengguna-an Dana Kebajikan (Qardhul Hasan)Bank Syariah. Jurnal Akuntansi Multi-paradigma 3.

Arnold, D. F dan L. A. Ponemon. 1991.Internal Auditors Perceptions ofWhistle-Blowing and the Influence ofMoral Reasoning: An ExperimentAuditing. A Journal of Practice andTheory Fall: 1-15.

Arnold, D. F., Sr. R. A. Bernadi, P. E.Neidermeyer dan J. Schmee. 2005.Personal versus Professional Ethics inConfidentiality Decision: an Explora-tory Study in Western Europe. BusinessEthics: A European Review 14(3).

Berg, B. 2007. Qualitative Research Methods forthe Social Sciences. 6th ed. PearsonEducation. Boston.

Brown, D dan S. Mendenhall. 1995. Stressand Components of the InternalAuditor’s Job. Internal Audit 10: 31-39.

Buchan. 2004. Public Accountants EthicalIntentions: Extending The Theory ofPlanned Behavior. Dissertation. Uni-versity of Windsor. Canada.

. 2005. Ethical Decision Making inthe Public Accounting Profession: AnExtension of Ajzen’s Theory of PlannedBehavior. Journal of Business Ethics 61165-181.

Budisusetyo, Sasongko, B. Subroto, Rosididan Solimun. 2013. Searching for aMoral Character: The Genesis of theAuditor’s Duty. Journal of Economics,

Business and Accountancy Ventura 16(3)503-514.

Burrell, G & G. Morgan. 1979. SociologicalParadigms and Organisational Analysis:Elements of the Sociology of Corporate Life.Heinemann. London

Burton, S. M., Johnston, W. dan E. J. Wilson.1991. An Experimental Assessment ofAlternative Teaching Approaches forIntroducing Business Ethics to Under-graduate Business Students. Journal ofBusiness Ethics 10: 507-517.

Cohen, J. R, L. W Pant & D. J Sharp. 1996.Measuring the Ethical Awareness andEthical Orientation of Canadian Audi-tors. Research in Accounting 8: 98-119.

Cortigna, L. M dan V. J. Magley. 2003.Raising Voice, Risking Retaliation:Events Following Interpersonal Mis-treatment in the Workplace. Journal ofOccupational Health Psychology 8: 247-265.

Creswell, J. W. 2007. Qualitative Inquiry andResearch Design: Choosing AmongFive Approaches. 2nd ed. Sage Publi-cations, Inc. United State of America.

Davis, J. R. dan R. E. Welton. 1991.Professional Ethics: Business Students’Perception. Journal of Business Ethics 10:451-463.

Dittenhoffer, M. A dan R. J Klemm. 1983.Ethics and The Internal Auditor. IIAMonograph Series (Altamonte Springs,Florida, The Institute of Internal Auditors).

Dittenhoffer, M.A. dan J. T. Sennetti. 1994.Ethics and the internal auditor, ten yearslater, Altamonte Springs, Florida, TheInstitute of Internal Auditors.

Eden, D. dan L. Moriah. 1996. Impact ofInternal Auditing on Branch BankPerformance: A Field Experiment.Organizational Behavior and HumanDecision Performance 68 262–71.

Espinosa-Pike, M dan I. Barrainkua. 2015.An Explanatory Study of the Pressuresand Ethical Dilemmas in the AuditConflict. Spanish Accounting Review.

Fichten, C. S., V. Tagalakis, D. Judd, J.Wright dan R. Amsel. 2001. Verbal and

Page 84: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

238 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

Nonverbal Communication Cues inDaily Conversations and Dating. TheJournal of Social Psychology 132(6): 751-769.

Fitriaman. 2006. Perilaku Etis Auditor BPKPProvinsi Sulawesi Tenggara DalamBingkai Emotional Spiritual Quotient(ESQ). Tesis. Program PascasarjanaUniversitas Brawijaya. Malang.

Funnell, W. 2011. Keeping Secret? Or WhatGovernment Performance AuditorsMight Not Need To Know. CriticalPerspective on Accounting 22: 714-721.

Gavin, T. A dan P. Dileepan. 2002. Stress!!Analyzing the Culprits and Prescribinga Cure. Strategic Finance 84(5): 50-55.

Gibson, A. M. dan A. H. Frakes. 1997. Truthor Consequences: A Study of CriticalIssue and Decision Making inAccounting. Journal of Business Ethics 16161-171.

Goleman, D. 2001. Emotional intelligence:Issues in paradigm building. In C.Cherniss & D. Goleman (Eds.), Theemotionally intelligent workplace 13–26.San Francisco: Jossey-Bass.

Gomma, M. I. 2005. The Effect of TimePressure, Task Complexity and Liti-gation Risk on Auditors’ Reliance onDecision Aids. [email protected].

Goodwin, J dan D. Goodwin. 1999. EthicalJudgments Across Cultures: A Compa-rison Between Business Students FromMalaysia and New Zealand. Journal ofBusiness Ethics 18(3): 267-281.

Goodwin, J. dan T. Y. Yeo. 2001. TwoFactors Affecting Internal Audit Inde-pendence and Objectivity: EvidenceFrom Singapore. International Journal ofAuditing 5(2): 107-125.

Greenberger, D. B, M. P. Miceli dan D. J.Cohen. 1987. Oppositionists and GroupNorms: The Reciprocal Influence ofWhistle-blowers and co-Workers. Jour-nal of Business Ethics 6(7): 527-542.

Gupta, G. 2012. Spiritual intelligence andemotional intelligence in relation toself-efficacy and self-regulation among

college students. International journal ofsocial sciences and interdisciplinaryresearch 1(2).

Hecht, M. A. dan N. Ambady. 1999.Nonverbal Communication and Psycho-logy: Past and Future. Special Issue:Interdiciplinary Connections. New JerseyJournal of Communication 7(2).

Jelic, M. 2012. The Impact of Ethics onQuality Audit Results. InternationalJournal for Quality Research 6(4).

Kamayanti, A. 2012. Cinta: Tindakan Ber-kesadaran Akuntan (Pendekatan Dialo-gis Dalam Pendidikan Akuntansi).Prosiding Simposium Nasional AkuntansiXV Solo.

Kariyoto. 2014. Konsep Auditing dalamPerspektif Praktik Audit. Jurnal JIBEKA8(1): 45-53.

Ketua KPK Minati Kasus Hibah Persibawww.yogyakarta.kpk.go.id diakses tang-gal 19 Mei 2014.

Khoo, C. M dan S. Sim. 1997. On The RoleConflict of Auditors In Korea. Journal ofAccounting, Auditing & Accountability12(2): 206-219.

Kung, F dan C. L. Huang. 2013. Auditors’Moral Philosophies and Ethical Beliefs.Management Decision 51(3).

Kuswarno, E. 2009. Fenomenologi: Konsepsi,Pedoman dan Contoh Penelitian. WidyaPadjajaran. Bandung.

Larkin, J. M. 2000. The Ability of InternalAuditors to Identify Ethical Dilemmas.Journal of Business Ethics 23: 401-409.

Larson, L. L. 2004. Internal Auditors and JobStress. Managerial Auditing Journal19(9): 1119-1130.

Leung, P. 1998. Accountancy ethics in theclassroom: An Australian case study.Asian Review of Accounting 6(1): 84-106.

Louwers, T. J., L. Ponemon dan R. R.Radtke. 1997. Examining Accountants’Ethical Behavior: A Review and Impli-cations For Future Research. BehavioralAccounting Research: Foundation andFrontiers 188-221.

Page 85: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal ... – Shierly, Sihombing 239

Macintosh, N. B. 1994. Management accoun-ting and control systems. Chichester,England: Wiley.

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik.Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mcghee, P. dan P. Grant. 2008. Spiritualityand Ethical Behavior in the Workplace:Wishful Thinking of Authentic Reality.Electronic Journal of Business Ethics andOrganization Studies 3(2).

Mehrabian, A. dan S. R. Ferris. 1967.Inference of Attitudes From NonverbalCommunication in Two Channels.Journal of Consulting Psychology 31(3):248-252.

Miceli, M dan J. Near. 1994. OrganizationalDissidence: The Case of WhistleBlowing: Reaping the Benefits. Academyof Management Executive 8(3): 65-72.

Milgram S. 1974. Obedience to authority: Anexperimental view. Harper & Row. NewYork.

Mindharto, Y. 2009. Analisis Perilaku EtisAuditor Aparat Pengawasan InternalPemerintah (Studi Kasus di InspektoratProvinsi NTB). Laporan Studi Kasus.Universitas Brawijaya Malang.

Mirdah, A., Yuliati dan G. Irianto. 2007.Pandangan dan Sikap Akuntan PublikTerhadap Fenomena Expectation Gapdan Tanggung Jawab Hukum Auditor.TEMA 8(2): 180-200.

Moleong, L. 2005. Metodologi PenelitianKualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Mulyadi & Puradiredja, K. 2002. Auditing.Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta.

Nasution, D. 2013. Essays on Auditor Inde-pendence. Painosalama Oy. Finland.

Oliviera, A. 2007. A Discussin of Rationaland Psychological Decision-MakingTheories and Models: The Search for aCultural-Ethical Decision-makingModel. Electronic Journal of BusinessEthics and Organization Studies 12(2).

Page, G. J. 2005. The Moral Reasoning OfGovernment Accountants. Dissertation.Noca Southeastern University.

Peraturan Daerah Provinsi KalimantanBarat Nomor 9 Tahun 2011 tentangPenyelesaian Kerugian Daerah.

Rest. 1999. DIT2: Devising and Testing aRevised Instrument of Moral Judgment.Journal of Educational Psychology 91(4):644-659.

Reynolds, M. A. 2000. Professionalism,Ethical Codes and the Internal Auditor:Amoral Argument. Journal of BusinessEthics 24: 115–24.

Restuningdiah, N dan N. Indriantoro. 2000.Pengaruh Partisipasi Pemakai terhadapKepuasan Pemakai dalam Pengemba-ngan Sistem Informasi denganKompleksitas Sistem dan PengaruhPemakai Sebagai Moderating Variable.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 1(2):192-207.

Richmond, K. A. 2001. Ethical Reasoning,Machiavellian Behavior and Gender:The Impact on Accounting students’Ethical Decision Making. Thesis.Virginia Polytechnic Institute and StateUniversity.

Saladien. 2006. Rancangan Penelitian Kuali-tatif. Modul Metodologi Penelitian Kuali-tatif, Disampaikan pada PelatihanMetodologi Penelitian Kualitatif Pro-gram Studi Ilmu Ekonomi, FakultasEkonomi, Universitas Brawijaya, 6-7Desember.

Sanusi, Z. M, T. M. Iskandar dan J. M. LPoon. 2007. Effect of Goal Orientationand Task Complexity on AuditJudgment Performance. MalaysianAccounting Review 123-139.

Sarraf, F dan A. Nikouei. 2014. IslamicMorality and Integral Part of ModernAccounting. Indian J.Sci.Res. 4: 458-463.

Sawyer, L. B dan Dittenhofer, M. A (2003).Sawyer’s Internal Auditing: The Practice ofModern Internal Auditing, 5th edition.The Institute of Internal Auditing.

Shihab, M. 2004. Dia Di mana-mana “Tangan”Tuhan di Balik Setiap Fenomena. LenteraHati. Jakarta.

Sosialisasi Gratifikasi oleh KPK www.kpk.go.id diakses tanggal 19 Mei 2014.

Page 86: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

240 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 217 – 240

Stewart, J. dan C. O' Leary. 2006. FactorsAffecting Internal Auditors' EthicalDecision Making: Other CorporateGovernance Mechanisms and Years ofExperience. Proceedings Accountability,Governance and Performance SymposiumBrisbane, Australia.

Thompson, C. 2003. Fraud Findings: WillfulBlindness. Internal Auditor 60(3): 71-73.

Thrap, K dan Mattingly, C. 1991. “Whistle-blowing”. Journal of Business Ethics11(1): 33-34.

Tolle, E. 2008. A New Earth Dunia BaruKesadaran Akan Tujuan Hidup Anda.terjemahan. Yayasan Penerbit Karaniya.Jakarta.

Trevino dan Brown. 2007. Ethical Leader-ship: A Review and Future Direction.The Leadership Quarterly : 595-616.

Triyuwono, I. 2006. Perspektif, Metodologi danTeori Akuntansi Syariah. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pe-merintahan Daerah.

Woodbine, G. F. dan J. Liu. 2010. LeadershipStyles and The Moral Choice of InternalAuditors. Electronic Journal of Businessand Organization Studies 15(1).

Page 87: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

241

PERAN ORIENTASI PASAR, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DANSTRATEGI BERSAING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM

Audita [email protected] Wicaksono

SumiyarsihUniversitas Mercu Buana Yogyakarta

ABSTRACT

The main problem on this research is the poor performance of SMEs. It can be caused by cultural factors ofbusiness (market orientation and entrepreneurial orientation) as well as factors of competitive strategy onSMEs. The research problem is how the influence of market orientation, entrepreneurial orientation andcompetitive strategy on the performance of SMEs. The purpose of this research is to analyze the effect of marketorientation, entrepreneurial orientation and competitive strategy against the performance of SMEs. The sampleswere 100 SMEs Creative Industries in DIY with business fields handycrapts (various silver, natural fibers,pottery, leather, and wood) and fashion (various Batik). Testing the hypothesis in this study uses path analysis.The results showed that there are significant positive and significant correlation between market orientation andentrepreneurial orientation towards competitive strategy (differentiation strategy, low cost, and focus). Marketorientation and entrepreneurial orientation positifdan impact significantly on the performance of SMEs. There isa positive and significant influence between competitive strategy against the performance of SMEs.Entrepreneurial orientation have direct influence higher than market orientation.

Key words: market orientation, entrepreneurial orientation, competitive strategy, performance

ABSTRAK

Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah lemahnya kinerja UKM. Hal ini dapat disebabkanoleh faktor budaya bisnis (orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan) serta faktor strategi bersaingpada UKM. Masalah penelitian yang diangkat adalah bagaimana pengaruh orientasi pasar, orientasikewirausahaan dan strategi bersaing terhadap kinerja UKM. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenganalisis pengaruh orientasi pasar, orientasi kewirausahaan dan strategi bersaing terhadapkinerja UKM. Sampel penelitian adalah 100 UKM Industri Kreatif di Propinsi DIY dengan bidangusaha handycrapts (aneka kerajinan perak, serat alam, gerabah, kulit, dan kayu) dan bidang usahafashion (aneka Batik). Pengujian hipotesis menggunaan analisis jalur/path analysis. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara orientasi pasar danorientasi kewirausahaan terhadap strategi bersaing (strategi diferensiasi, biaya rendah, dan fokus).Orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja UKM. Strategibersaing (strategi diferensiasi, biaya rendah, dan fokus) berpengaruh positif terhadap kinerja UKM.Orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh langsung yang lebih tinggi dibanding orientasi pasar.

Kata Kunci: Orientasi pasar, orientasi kewirausahaan, strategi bersaing, kinerja

PENDAHULUANUKM industri kreatif merupakan UKM

yang berfokus pada kreasi dan eksploitasikarya kepemilikan intelektual seperti senirupa, film dan televisi, piranti lunak, per-mainan, atau desain fesyen dan termasuklayanan kreatif seperti iklan, penerbitan,

dan desain. Pemerintah Indonesia telah me-lakukan pemetaan 14 sektor industri kreatifyakni: (1) Periklanan, (2) Arsitektur, (3) Pa-sar seni dan barang antik, (4) Kerajinan, (5)Desain, (6) Fesyen, (7) vedio, film dan foto-grafi, (8) Permainan interaktif, (9) Musik,(10) seni pertunjukan, (11) Penerbitan dan

Page 88: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

242 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

percetakan, (12) Layanan komputer danpiranti lunak, (13) Televisi dan radio, (14)Riset dan pengembangan.

Prospek perkembangan industri kreatifdi propinsi DIY sangat besar dikarenakankondisi lingkungan yang sangat kondusifbagi pengembangan industri kreatif khusus-nya fashion, kerajinan dan teknologi infor-matika. Hal ini dimungkinkan karena posisiDIY sebagai pusat seni dan budaya yangjuga ditunjang sebagai pusat pendidikanyang mampu menghasilkan tenaga kerjakreatif dalam jumlah yang sangat potensial.Industri kreatif sebagai pilar utama dalammengembangkan sektor ekonomi kreatifakan memberikan dampak positif bagikehidupan masyarakat DIY mengingat DIYsedang mengalami transformasi sosial yangbegitu cepat dari agraris ke semi industriterutama industri kreatif.

Pertumbuhan UKM industri kreatif DIYmenunjukkan trend yang positif yang di-tunjukkan dari meningkatnya pelaku indus-tri keratif dari tahun ke tahun. Tahun 2012industri kreatif di DIY sebanyak 33.882 unitusaha, tahun 2013 bertambah menjadi34.977 unit usaha dan pada tahun 2014 me-ningkat menjadi 36.456 unit usaha (www.disperindagkop.jogjaprov.go.id).

Perkembangan UKM industri kreatifyang pesat dari sisi kuantitas unit usahabelum dibarengi dengan kinerja yangmaksimal dikarenakan adanya sejumlahkendala yang dihadapi oleh UKM. Kendalatersebut antara lain adalah UKM belumsecara maksimal berorientasi pasar sepertidalam menjalankan kegiatan pemasaranmasih bersifat konvensional dan belumsecara maksimal memanfaatkan teknologiinformasi untuk mempercepat pelayanandan memperluas akses pasar (Nuvriasari,2012). Kendala lainnya seperti keterbatasansarana produksi, keterbatasan akses per-modalan, keterampilan SDM dan semangatberwirausaha (Wicaksono dan Nuvriasari,2012).

Adanya keterbatasan tersebut dan me-ngingat peran penting UKM dalam per-ekonomian Indonesia maka perlu dikaji

upaya peningkatan kinerja UKM industrikreatif dengan mempertimbangkan se-jumlah faktor yang mempengaruhinyaseperti: strategi bersaing, orientasi pasardan orientasi kewirausahaan.

Orientasi pasar adalah budaya organi-sasi yang paling efektif dan efisien dalammenciptakan perilaku yang diperlukan un-tuk penciptaan nilai unggul bagi pelanggansehingga dapat menghasilkan kinerja bisnisyang unggul secara berkesinambungan.Orientasi pasar memiliki tiga komponenyaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing,dan koordinasi interfungsional (Idar et al.,2012). Orientasi kewirausahaan mencermin-kan sejauh mana perusahaan mengidentifi-kasi dan mengeksploitasi peluang yang be-lum dimanfaatkan sebagai prinsip peng-organisasian dalam perusahaan (Baker danSinkula, 2009). Orientasi kewirausahaan me-rupakan kontributor yang signifikan bagikeberhasilan perusahaan. Konsep orientasikewirausahaan dikembangkan suatu kon-struk yang multidimensi meliputi dimensiinovasi, pengambilan resiko dan sikapproaktif (Idar dan Mahmood, 2011).

Strategi bersaing ditujukan untuk men-jawab permasalahan bagaimana perusahaanharus bersaing dengan pesaing dalamindustri sejenis. Dengan adanya strategibersaing maka perusahaan akan mampumemiliki keunggulan bersaing dibandingpesaingnya (Rosli, 2012). Kinerja bisnis da-pat ditunjukkan melalui keberhasilan per-usahaan dalam pasar. Kinerja perusahaanadalah studi fenomena vocal dalam kajianbisnis tetapi bersifat komplek dan multi-dimensional. Kinerja dapat dikarakteristik-an sebagai kemampuan perusahaan untukmenghasilkan outcome yang dapat diterima(Chittithhaworm et al., 2011). Kinerja UKMdapat diukur melalui: kinerja keuangan,loyalitas pelanggan, kepuasan pelanggan,kebertahanan pelanggan, dan perceived per-formance (Mahmood dan Hanafi, 2013).Peran penting orientasi pasar dan orientasikewirausahaan dalam mempengaruhi stra-tegi bersaing dan upaya peningkatankinerja UKM dapat ditunjukkan dari se-

Page 89: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 243

jumlah hasil penelitian sebelumnya. Ber-dasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwaorientasi pasar dan orientasi kewiarusahaanberpengaruh terhadap strategi bersaingUKM (Ge dan Dig, 2005; Wingwon, 2012;Afsharghasemi et al., 2013; Mahmmod danHanafi, 2013; Lecher dan Gudmudsson,2014). Orientasi pasar berpengaruh ter-hadap kinerja UKM (Baker dan Sinkula,2009; Spillan dan Parnell, 2006; Olivaresdan Lado, 2008; Amario dan Ruiz, 2008;Hassim et al., 2011; Idar dan Mahmmod,2011; Dublehlela dan Dhurup, 2014). Orien-tasi kewirausahaan berpengaruh terhadapkinerja UKM (Runyan dan Droge, 2008;Baker dan Sinkula, 2009; Poudell et al., 2012;Mahmmod dan Hanafi, 2013; Arshad et al.,2014). Stategi bersaing berpengaruh ter-hadap kinerja UKM (Ge dan Dig, 2005; Yan,2010; Chadamoyo dan Dumbu, 2012; Al-Alak dan Tarbieh, 2012; Husnah et al., 2013).Dari sejumlah penelitian tersebut ditunjuk-kan adanya gap research dimana ditemukanadanya perbedaan pengaruh orientasi pasardan orientasi kewirausahaan terhadapstrategi bersaing dan kinerja UKM.

Penelitian ini diharapkan dapat mem-berikan hasil yang lebih komprehensif di-dasarkan pada gap research dari hasil pe-nelitian sebelumnya dan gap fenomenayang menunjukkan pentingnya peran UKMindustri kreatif dalam kegiatan perekonomi-an di Indonesia yang belum dibarengidengan kinerja yang maksimal. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menganalisispengaruh orientasi pasar dan orientasikewirausahaan terhadap strategi bersaingdan kinerja UKM industri kreatif sertamenguji pengaruh implementasi strategibersaing terhadap kinerja UKM industrikreatif. Disamping itu dari hasil penelitianini dapat memberikan rekomendasi strategiuntuk mendorong peningkatan kinerjaUKM industri kreatif.

TINJAUAN TEORETISOrientasi Pasar

Orientasi pasar mencerminkan sejauh-mana perusahaan menciptakan kepuasan

dengan memenuhi kebutuhan dan ke-inginan pelanggan sebagai prinsip peng-organisasian dalam perusahaan (Baker danSinkula, 2008). Orientasi pasar adalah sa-ngat bernilai, langka, tidak dapat diper-tukarkan, dan tidak dapat ditiru dengansempurna, yang dinilai sebagai salah satudari kemampuan internal dan sumber dayayang berpotensi dapat menciptakan keung-gulan bersaing (Zhou et al., 2008).

Orientasi pasar memuat tiga dimensiyakni orientasi pelanggan (customer orien-tation) yang terdiri dari analisis pelanggandan respon terhadap pelanggan, orientasipesaing (competitor orientation) yang terdiridari analisis pesaing dan reaksi menantangpesaing, dan koordinasi interfungsional(inter-functional coordination) yang terdiridari penyebaran informasi, pengumpulandata dan pemanfaatan informasi (Taleghani,et al., 2013).

Indikator pengukuran orientasi pasarantara lain adalah fokus pada kepuasanpelanggan, fokus pada pemenuhan ke-butuhan pelanggan, tindakan yang siste-matis untuk menciptakan kepuasan, mem-perhatikan layanan purna jual, berorientasipada peningkatan nilai bagi pelanggan danpengurangan biaya, dan menekankan padakualitas produk. Oetintasi pesaing diukurmelalui kemampuan merespon dengan ce-pat terhadap aktivitas pesaing, menyebar-kan informasi pesaing ke elemen perusaha-an, pemberian informasi kekuatan dan stra-tegi pesaing, dan kepemilikan keunggulanbersaing. Koordinasi inter fungsional di-ukur melalui kepemilikan data klien padalayanan operasional, menjawab kebutuhanklien pada inter fungsional, semua fungsilayanan berkontribusi dalam memberikannilai yang unggul bagi pelanggan, seluruhstaf menyadari pentingnya data pasar, danstaf pada bagian pemasaran dan penjualanberperan dalam pengembangan produkbaru (Liu et al., 2011).

Orientasi pasar adalah kemampuan dandasar budaya yang bersifat prinsip dariorganisasi. Tujuan utama dari orientasipasar adalah untuk mengantarkan nilai

Page 90: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

244 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

yang unggul bagi pelanggan yang di-dasarkan pada pengetahuan yang berasaldari analisis pelanggan dan pesaing, di-mana pengetahuan ini diperoleh dan di-sebarkan ke seluruh elemen organisasi.Orientasi pasar mendorong budaya eksperi-men dan fokus pada peningkatan terusmenerus pada proses dan sistem perusaha-an (Kumar et al., 2011).

Orientasi pasar merupakan perspektiforganisasional yang mendorong tiga aspekutama yakni: (1) upaya pengumpulanintelegensi pasar secara sistematik dengansumber utama pelanggan dan pesaing, (2)penyebaran intelegensi pasar kepada semuaunit atau departemen dalam organisasi dan(3) Respon organisasi terkoordinasi, danmenyeluruh terhadap intelegensi pasar.Orientasi pasar adalah strategi yang di-gunakan untuk mencapai keunggulan ber-saing yang berkelanjutan berbasis padapenciptaan dan penggunaan informasi da-lam organisasi dan pemilihan pasar yangakan dipuaskan (Olivares dan Lado, 2008).

Bisnis berorientasi pasar menunjukkansejauh mana komitmen perusahaan dalammemberikan respon, desiminasi intelejenpasar dan pengumpulan intelejen pasaryang dapat diberlakukan untuk memenuhikebutuhan dan keinginan pelanggan saat inidan masa mendatang, strategi pesaing danlangkah-langkah yang ditempuh, danlingkungan bisnis yang luas (Afsharghaseni,2013).

Orientasi KewirausahaanOrientasi kewirausahaan merupakan

sumber daya strategis organisasi denganpotensi untuk menghasilkan keunggulanbersaing. Potensi orientasi kewirausahaandan dampaknya pada kinerja bisnis ter-gantung pada peran orientasi kewira-usahaan sebagai penggerak atau peloporbagi kemampuan organisasi dan inovasi(Poudel et al., 2012). Orientasi kewirausaha-an merupakan kunci keberhasilan organi-sasi dan pencapaian profitabilitas. Per-usahan yang mengadopsi orientasi kewira-usahaan akan memiliki kinerja yang lebih

baik dibandingkan yang tidak mengadopsi(Taylor, 2013)

Orientasi kewirausahaan sangat pen-ting bagi peningkatan kinerja dan keung-gulan bersaing perusahaan. Perusahaan ha-rus berinovasi untuk memenuhi kebutuhanpelanggan potensial, terlibat dalam eksplo-rasi baru, mendukung ide baru, mengujidan mensimulasikan dengan kreatif. Ke-semuanya merupakan upaya dalam meng-hasilkan produk baru, jasa atau prosesteknologi, dan perubahan teknologi danpraktik yang ada (Liu et al., 2011).

Orientasi kewirausahaan mencermin-kan sejauhmana organisasi mampu meng-identifikasi dan mengeksploitasi kesempat-an yang belum dimanfaatkan. Suatu per-usahaan dikatakan memiliki suatu se-mangat orientasi kewirausahaan jika bisamenjadi yang pertama dalam melakukaninovasi produk baru di pasar, memilikikeberanian mengambil risiko, dan selaluproaktif terhadap perubahan tuntutan akanproduk baru. Sejumlah penelitian menunjuk-kan bahwa perusahaan yang berorientasikewirausahaan harus memiliki tiga karakter-istik utama yaitu inovasi, pengambilanresiko dan sikap proaktif (Fairoz et al., 2010;Taylor, 2013).

Inovasi mencerminkan kecenderunganperusahaan untuk terlibat dalam ide-idebaru dan proses kreatif untuk menghasilkanproduk baru. Proaktif mengacu pada sejauhmana perusahaan menjadi pemimpin ataupengikut dalam bersikap agresif terhadappesaing. Pengambil resiko adalah sejauhmana perusahaan bersedia untuk membuatkomitmen yang besar dan beresiko.

Orientasi kewirausahaan pada UKMdapat dikaji berdasarkan 5 (lima) dimensiyakni: inovasi, sikap proaktif, pengambilanresiko, keagresifan bersaing dan otonomi(Arshad et al., 2014). Keagresifan bersaingmenunjukkan intensitas UKM untuk me-ningkatkan posisinya melebihi atau me-ngalahkan pesaing. Otonomi merupakantindakan individual atau team dalam me-yakinkan ide-ide dan konsep yang sedangdilakukan sampai dengan selesai. Otonomi

Page 91: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 245

memberikan kesempatan kepada karyawanuntuk berkinerja efektif dengan inde-penden, mandiri dan kreatif.

Strategi BersaingStrategi bersaing dapat diwujudkan

melalui strategi biaya rendah dan diferen-siasi (Husnah et al., 2013). Strategi biayarendah (low cost) lebih memusatkan per-hatian untuk merebut pasaran denganharga murah melalui pengurangan biayaproduksi. Strategi diferensiasi dilakukandengan memanfaatkan kekhasan modelatau kualitas terbaik yang tidak terdapatpada perusahaan lain sehingga menarikpembeli atau pasaran.

Sebuah perusahaan dapat melakukandiferensiasi dalam berbagai cara, sepertimenawarkan fitur inovatif, meluncurkanpromosi yang efektif, menyediakan layananyang unggul, mengembangkan nama merekyang kuat, dan sebagainya (Li et al., 2008).

Strategi bersaing yang menjadi per-hatian bagi wirausahawan/pebisnis UKMantara lain meliputi: manajemen usaha,sumber daya manusia, pemasaran, inovasidan orientasi global (Rosli, 2013).

Strategi bersaing pada UKM dapatberupa strategi biaya rendah, diferensiasi,inovasi (Afsharghasemi et al., 2013; Chado-moyo dan Dumbu, 2012). Disamping stra-tegi tersebut pada UKM juga dapat di-kembangkan strategi bersaing yang berupastrategi aliansi (Yan, 2010). Strategi bersaingpada UKM ditunjukkan melalui inovasi,peningkatan kualitas produk, dan biayarendah (Ge dan Ding, 2005).

Kinerja UsahaKinerja bisnis merupakan fungsi hasil-

hasil kegiatan yang ada dalam suatuperusahaan yang dipengaruhi oleh faktorintern dan ekteren dalam mencapai tujuanyang ditetapkan selama periode waktutertentu. Kinerja bisnis dapat ditunjukkanmelalui kinerja keuangan yang dapat di-ukur melalui tingkat likuiditas, solvabilitasdan profitabilitas (Sels et al., 2006). Kinerjabisnis direpresentasikan melalui kinerja

ekonomi terdiri dari pangsa pasar, per-tumbuhan premium dan profitabilitas (Oli-vares dan Lado, 2008).

Secara umum sulit untuk menentukanukuran tunggal bagi kinerja perusahaan.Pendekatan subjektif seringkali digunakandalam penelitian empiris yang didasarkanpada persepsi para pimpinan perusahaanmengenai kinerja. Salah satu dimensi yangdinilai tepat untuk mengukur kinerja UKMadalah kinerja operasional (Bayraktar et al.,2009) yakni: pengurangan waktu tunggudalam produksi, keakuratan forecasting, pe-rencaan sumber daya dengan lebih baik,efisiensi operasional yang lebih baik, pe-ngurangan tingkat persediaan, penghemat-an biaya, dan pembiayaan yang lebihakurat.

Kinerja UKM dapat diukur melalui:kinerja keuangan, loyalitas pelanggan, ke-puasan pelanggan, kebertahanan pelang-gan, dan kinerja yang diterima (Mahmmodet al., 2013). Pengukuran kinerja bisnis de-ngan pendekatan objektif yang diukur me-lalui kinerja ekonomi atau kinerja keuanganantara lain meliputi: ROI, laba, penjualan,pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar(Spillan dan Parnell, 2006; Baker dan Sin-kula, 2009; Chadomoyo dan Dumbu, 2012;Poudel et al., 2012; Wingwon, 2012; Tale-ghani et al., 2013; Dubihlela dan Dhurup,2014).

Pengukuran kinerja bisnis dengan pen-dekatan subjektif yang diukur melaluikinerja non ekonomi atau kinerja non ke-uangan antara lain meliputi: kinerja pasar,efektifitas pasar, dominasi dalam pasar,kualitas layanan, kepuasan pelanggan,produktivitas, valuasi pasar, kekuatan pem-beli, kekuatan pemasok, konsentrasi pen-jualan, tingkat kebertahanan pelanggan,reputasi perusahaan, turnover karyawan,komitmen organisasional (Baker dan Sin-kula, 2005, Spilian dan Parnell, 2006; Al-Alak dan Tarabieh, 2012; Wingwon, 2012;Taleghani et al., 2013; Husnah et al., 2013).

Kinerja bisnis dipandang sebagai 2(dua) perspektif dalam kontek orientasipasar dengan pengukuran yang bersifat

Page 92: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

246 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

objektif dan subjektif. Pengukuran kinerjaobjektif dalam bentuk kinerja ekonomi danpengukuran yang bersifat subjektif terkaitdengan kinerja aspek non ekonomi. Kinerjanon ekonomi dapat berupa kepuasanpelanggan, kebertahanan pelanggan, citraperusahaan, dan kepuasan karyawan.

Kinerja usaha pada UKM dapat diukurberdasarkan capaian kinerja pemasaran dankeuangan (Merrilees et al., 2010). Kinerjapemasaran mencakup: tingkat pertumbuh-an penjualan, kemampuan untuk memper-oleh pelanggan baru, penguasaan pangsapasar, dan kemampuan untuk meningkat-kan penjualan. Kinerja keuangan dapatdiukur melalui: tingkat kemampuan mem-peroleh laba, tingkat pengembalian inves-tasi, dan kemampuan mencapai tujuanperusahaan secara keseluruhan.

Hipotesis PenelitianPengaruh Orientasi Pasar Dan OrientasiKewirausahaan Terhadap Strategi Ber-saing

Terdapat pengaruh antara orientasipasar terhadap strategi bersaing (Ge danDing, 2005). Orientasi pasar meliputi:orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dankoordinasi antar fungsi, sedangkan strategibersaing meliputi: inovasi, peningkatankualitas dan strategi biaya rendah. Di-tunjukkan bahwa orientasi pelanggan ber-pengaruh positif dan signifikan terhadapkeseluruhan strategi bersaing. Orientasipesaing berpengaruh positif dan signifikanterhadap strategi inovasi dan strategi biayarendah. Tetapi orientasi pesaing tidakberpengaruh terhadap strategi peningkatankualitas. Koordinasi interfungsional berpe-ngaruh negatif terhadap keseluruhan stra-tegi bersaing.

Orientasi pasar berpengaruh positifsignifikan terhadap strategi bisnis UKM(Afsharghasemi et al., 2013). Orientasi pasarmeliputi: orientasi pesaing, orientasi pe-langgan dan koordinasi interfungsional.Strategi bersaing meliputi: strategi inovasi,strategi diferensiasi dan strategi low costleadership.

Orientasi kewirausahaan yang berupadimensi inovasi berhubungan positif ter-hadap strategi bersaing yang berupastrategi biaya rendah dan diferensiasi. Akantetapi orientasi kewirausahaan yang berupadimensi pengambilan resiko dan keagresif-an bersaing tidak berpengaruh terhadapstrategi keunggulan bersaing (Lecher danGudmundsson, 2014).

Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif terhadap strategi bersaing UKM(Wingwon, 2012). Orientasi kewirausahaanberhubungan positif dan signifikan ter-hadap kinerja UKM dengan strategi keung-gulan bersaing sebagai variabel pemediasi.Keunggulan bersaing ditunjukkan melaluidiferensiasi produk, market sensing, dayatanggap pasar (Mahammod dan Hanafi,2013).

Berdasarkan uraian tersebut makadiajukan hipotesis sebagai berikut:H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif

terhadap strategi bersaing UKMH1a : Orientasi pasar berpengaruh positif

terhadap strategi diferensiasiH1b : Orientasi pasar berpengaruh positif

terhadap strategi biaya rendahH1c : Orientasi pasar berpengaruh positif

terhadap strategi fokusH2 : Orientasi kewirausahaan berpengaruh

positif terhadap strategi bersaingUKM.

H2a : Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif terhadap strategi diferensiasi.

H2b : Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif terhadap strategi biaya rendah.

H2c : Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif terhadap startegi fokus

Pengaruh Orientasi Pasar dan OrientasiKewirausahaan Terhadap Kinerja Bisnis

Orientasi pasar berpengaruh positifterhadap kinerja bisnis UKM (Lie et al., 2008;Olivares dan Lado, 2008; Idar dan Mah-mood, 2011; Dublehlela dan Dhurup, 2014).Orientasi pasar berpengaruh negatif ter-hadap kinerja UKM (Hassim et al., 2011).Orientasi kewirausahaan berpengaruh posi-tip terhadap kinerja UKM (Keh et al., 2007;

Page 93: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 247

Lie et al., 2008; Idar dan Mahmood, 2011;Hassim et al., 2011). Runyan and Droge(2008) menunjukkan bahwa orientasi ke-wirausahaan memiliki pengaruh positifterhadap kinerja UKM hanya pada ke-lompok usaha “muda” yang menjalankanusaha kurang dari 11 tahun. Pada kelompokusaha lebih dari 11 tahun, orientasi ke-wirausahaan tidak memiliki pengaruh ter-hadap kinerja usaha kecil.

Terdapat hubungan positif antaraorientasi kewirausahaan dengan kinerjaUKM yang dimediasi oleh kemampuanteknologi, inovasi dan pertumbuhan (Pou-del et al., 2012). Orientasi kewirausahaanmeliputi: inovasi, pengambilan resiko danproaktif, sedangkan penilaian kinerja ber-basis keuangan yang meliputi: ROA, ROI,laba bersih dan rasio laba terhadap pen-dapatan.

Orientasi kewirausahaan yang terdiridari dimensi inovasi, proaktif, pengambilanresiko, keagresifan bersaing dan otonomiberpengaruh terhadap kinerja bisnis UKM(Arshad et al., 2014). Keempat dimensi padaorientasi kewirausahaan berpengaruh posi-tip terhadap kinerja bisnis akan tetapi untukdimensi otonomi berpengaruh negatif ter-hadap kinerja bisnis.

Secara parsial orientasi pasar danorientasi kewirausahaan berpengaruh padakinerja UKM, akan tetapi secara simultanorientasi kewirausahaan tidak berpengaruhsecara langsung terhadap kinerja UKM(Baker dan Sinkula, 2005). Orientasi pasaryang terdiri dari intelejen pelanggan,desiminasi intelejen dan daya tanggapberpengaruh positif terhadap kinerja UKM(Spilian dan Parnell, 2006). Kinerja UKMdiukur dengan pendekatan objektif dansubjektif. Pendekatan objektif melaluikinerja keuangan. Pendekatan subjektif di-ukur melalui tingkat kebertahanan pelang-gan, reputasi dibanding pesaing, perputar-an karyawan, efektifitas pengembanganproduk.

Berdasarkan pemaparan tersebut, di-rumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Orientasi pasar berpengaruh positifterhadap kinerja UKM

H4 : Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif terhadap kinerja UKM

Pengaruh Strategi Bersaing TerhadapKinerja Bisnis

Terdapat hubungan positif antarastrategi keunggulan bersaing yang terdiriatas strategi biaya, strategi diferensiasi,strategi inovasi dan strategi aliansi terhadapkinerja UKM (Yan, 2010). Temuan serupajuga dikemukakan oleh Chadamoyo danDumbu (2012) dimana strategi bersaiangyang meliputi strategi biaya, diferensiasidan inovasi berpengaruh positif terhadapkinerja UKM. Strategi keunggulan bersaingyang terdiri dari low cost leadership dandiferensiasi memiliki hubungan yang posi-tip dengan kinerja UKM (Al-Alak danTarabieh, 2012; Husnah et al., 2013).

Berdasarkan pemaparan tersebut di-rumuskan hipotesis sebagai berikut:H5 : Strategi bersaing berpengaruh positif

terhadap kinerja UKM.H5a : Strategi diferensiasi berpengaruh posi-

tif terhadap kinerja UKMH5b : Strategi biaya rendah berpengaruh

positif terhadap kinerja UKMH5c : Strategi fokus berpengaruh positif

terhadap kinerja UKMBerdasarkan rumusan hipotesis pe-

nelitian tersebut, dapat digambarkan re-rangka penelitian seperti pada gambar 1.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang ditujukan untuk menjawabpermasalahan melalui teknik pengukuranterhadap variabel-variabel penelitian se-hingga menghasilkan kesimpulan yang da-pat digeneralisasikan. Sampel Penelitianadalah UKM industri kreatif yang bergerakpada bidang usaha fesyen dan kerajinan diPropinsi DIY.

Teknik sampling menggunakan purpo-sive sampling dengan mempertimbangkankriteria tertentu, yakni:

Page 94: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

248 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

H1a

H1b

H1cH2a

H2b

H2c

H5a

H5b

Gambar 1Rerangka Pikir Penelitian

1. Kriteria pengkategorian UKM didasar-kan pada UU No 20 Tahun 2008 tentangUMKM.

2. UKM tergabung dalam satu sentra ataupaguyuban yang bergerak pada bidangusaha aneka kerajinan (handycraft) yangterdiri dari aneka kerajinan perak, seratalam, gerabah, kulit, dan kayu, danbidang usaha fesyen yang terdiri darianeka kerajinan batik.

Penentuan besarnya sampel dalam pe-nelitian multivariate adalah besaran ukuransampel 10 kali lebih besar dari jumlahvariabel yang digunakan dalam penelitian(Sugiono, 2010). Adapun jumlah variabeldependen dan independen dalam penelitianini adalah 6 variabel. Dalam penelitian inibesarnya sampel yang digunakan adalah100 UKM industri kreatif bidang kerajinandan fesyen yang berada di Propinsi DIY.

Metode pengumpulan data diawalidengan observasi pada UKM industri krea-tif untuk diidentifikasi kelayakan untukmejadi sampel penelitian dan perolehandata awal dalam profiling responden pe-nelitian. Berdasarkan hasil observasi dilaku-kan penghimpunan data melalui distribusikuesioner kepada sampel penelitian terkaitdengan penilaian terhadap orientasi pasar,orientasi kewirausahaan, strategi bersaingdan kinerja UKM. Kuesioner menggunakanpertanyaan model terbuka dan tertutup.Skala pengukuran variabel menggunakanskala likert berjenjang 4 (empat) dengankriteria tidak baik (skor 1) sampai denganbaik (skor 4).

Variabel dalam penelitian ini meliputiorientasi pasar, orientasi kewirausahaansebagai variabel independen, strategi ber-saing (strategi diferensiasi, biaya rendah,

OrientasiKewirausahaan

Diferensiasi

Fokus

Low Cost

OrientasiPasar

Kinerja

StrategiBersaing

H4

H2

H3H1

H5

H5c

Page 95: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 249

fokus) sebagai variabel antara, dan kinerjaUKM sebagai variabel dependen.

Orientasi pasar merupakan budayabisnis yang menghasilkan kinerja unggulmelalui komitmennya untuk menciptakannilai yang unggul bagi pelanggan, yangdikembangkan melalui orientasi pelanggan,orientasi pesaing, dan koordinasi inter-fungsional. Dalam penelitian ini indikatoryang dikembangkan untuk setiap dimensiorientasi pasar diadopsi dari sejumlah (Idardan Mahmood, 2011; Idar et al., 2012) Indi-kator dari dimensi orientasi pelangganmeliputi: orientasi kepuasan konsumen, pe-menuhan kebutuhan dan keinginan konsu-men, memonitor lingkungan/kondisi pasar,dan standar layanan. Indikator dimensiorientasi pesaing meliputi: respon terhadapserangan pesaing, strategi khusus meng-atasi persaingan, penawaran harga yangkompetitif, dan penerimaan produk dipasar. Indikator koordinasi interfungsionalmeliputi: desiminasi informasi pasar,dukungan terhadap SDM untuk pemasarandan pengembangan produk, koordinasiantar unit dengan orientasi konsumen, dankomitmen seluruh SDM untuk penciptaankepuasan pelanggan.

Orientasi kewirausahaan merupakansuatu konstruk yang multidimensi meliputidimensi inovasi, pengambilan resiko dansikap proaktif Dalam penelitian ini indi-kator untuk setiap dimensi orientasi kewira-usahaan diadopsi dari sejumlah penelitian(Keh et al., 2007; Fairoz et al., 2010; Idar danMahmood, 2011). Indikator dimensi inovasimeliputi: kreatifitas dan inistiatif, perhatianterhadap riset pasar, teknologi dan inovasi,varian/jenis produk baru yang berbeda da-lam 3 tahun terakhir, pembaruan desaindan kemasan produk, pembaruan prosesproduksi/produk baru/jasa baru. Indikatordimensi pengambilan resiko meliputi: ke-siapan menghadapi situasi ketidakpastianusaha, kemampuan memperhitungkan resi-ko, tanggungjawab terhadap resiko yangtimbul, keberanian bertindak untuk me-maksimalkan peluang potensial yang ada.Indikator dimensi sikap proaktif meliputi:

kepercayaan diri dalam menjalankan usaha,pelopor dalam mengenalkan produk baru,proaktif merespon keinginan pasar, dankeaktifan membina hubungan kemitraandengan pihak lain.

Konsep strategi bersaing dikembang-kan melalui strategi untuk penciptaan dayasaing/keunggulan bersaing yakni: strategicost leadership, differentiation, dan focus. Indi-kator strategi bersaing dikembangkan darisejumlah penelitian (Suci, 2009; Yan, 2010;Afsharghasemie et al., 2013). Indikator stra-tegi diferensiasi meliputi: intensitas me-ngenalkan produk baru, keunikan produk,produk tidak mudah ditiru, mengembang-kan identitas/merk usaha/produk denganciri tertentu, penawaran harga yang berbedadengan UKM lain. Indikator strategi biayarendah meliputi: penekanan biaya produksilebih rendah, penekanan pada efisiensi danproduktivitas usaha, pengoptimalan pe-manfaatan sarana dan prasarana produksi,menghasilkan produk dengan biaya efisien,menggunakan bahan baku berbiaya rendah,pemanfaatan tenaga kerja yang berupahmurah. Indikator strategi fokus meliputi:melayani segmen atau kelompok pasar ter-tentu, fokus menghasilkan produk tertentu,fokus melayani wilayah pasar tertentu, danfokus melayani pelanggan tertentu.

Kinerja UKM adalah proses dan hasilkerja atas kemampuan untuk mengelolasumber daya, dimana kinerja dapat diukurmelalui kinerja objektif dan subjektif. Dalampenelitian ini pengukuran kinerja diukurmelalui kinerja subjektif yang dikelompok-kan dalam kinerja pemasaran, keuangandan operasional. Pengukuran kinerja pe-masaran dan keuangan diadopsi dari se-jumlah penelitian (Spillan dan Parnell, 2006;Merrilees et al., 2010). Pengukuran kinerjaoperasional diadopsi dari penelitian Bay-raktar (2009). Indikator kinerja pemasaranmeliputi: tingkat pertumbuhan penjualan,kemampuan memperoleh pelanggan baru,penguasaan pangsa pasar, peningkatanpenjualan yang lebih baik dari konsumenyang telah ada. Indikator kinerja keuanganmeliputi: kemampuan memperoleh laba,

Page 96: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

250 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

tingkat pengembalian investasi, pencapaiantujuan finansial. Indikator kinerja operasi-onal meliputi: pengurangan waktu tunggudalam proses produksi, kemampuan me-rencanakan dan mengalokasikan sumberdaya, efisiensi operasional dalam menjalan-kan usaha.

Teknik analisis data dalam penelitianini adalah analisis kuantitatif dengganmenggunakan alat statistik deskriptif daninferensial. Statistik deskriptif digunakanuntuk memberikan gambaran sampel mau-pun variabel-variabel penelitian denganmenggunakan model distribusi frekuensidan nilai rata-rata (mean). Alat statistikinferensial dalam penelitian ini mengguna-kan Path Analysis atau analisis jalur yaknianalisis model kausal dari variabel inde-pendent (exogenous), variabel antara (endo-genous), dan variabel dependent (endogenous)dan semua variabel terukur. Aplikasi ana-lisis jalur dalam penelitian ini merupakanpengembangan dari Model Regresi Ber-ganda atau Multyple Regression Analysis(MRA). Analisis jalur ditujukkan untukmenganalisis hubungan sebab akibat yangtejadi pada regresi berganda jika variabelbebasnya mempengaruhi variabel ter-gantung tidak hanya secara langsung tetapijuga secara tidak langsung.

ANALISIS DAN PEMBAHASANProfiling Sampel UKM Industri Kreatif

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari100 UKM indusri kreatif di DIY yang ter-bagi dalam bidang usaha kerajinan (anekakerajinan serat alam, perak, gerabah, kulit,dan kayu) sebanyak 70 UKM dan bidangusaha fesyen (aneka batik) sebanyak 30UKM. Profil sampel penelitian dapat di-tunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1Profiling Sampel UKM Industri Kreatif

No Profil UKM N %tase1. Riwayat Usaha:

WarisanMerintis Sendiri

5149

51%49%

2. Jumlah ∑ SDM (orang):5-19>19

6634

66%34%

3. Legalitas Usaha:PTCVBelum

11287

1%12%87%

4. Wil. Pemasaran:Dalam NegeriLuar Negeri

5743

57%43%

5. Pemanfaatan TI:PenggunaBelum menggunakan

6040

60%40%

6. Asset UKM (Rp):50jt – 500 jt500 jt – 2,5 M

1000

100%0

7. Penjualan/tahun300jt – 2,5M2,5M – 50 M

1000

100%0

Sumber: Data Diolah 2015

Penilaian Terhadap Orientasi Pasar, Orien-tasi Kewirausahaan, Strategi Bersaing danKinerja UKM

Penilaian terhadap orientasi pasar,orientasi kewirausahaan, strategi bersaingdan kinerja UKM didasarkan pada peng-hitungan rentang skala dengan kategorisebagai berikut: skor 3,26–4,00 (Baik), 2,51–3,25 (Cukup Baik), 1,76–2,50 (Kurang Baik)dan 1,00–1,75 (Tidak Baik). Responden da-lam penelitian ini adalah pemilik atau pe-nanggungjawab UKM.

Orientasi pasar terdiri dari orientasipelanggan (4 item), orientasi pesaing (4item), dan koordinasi interfungsional (4item). Orientasi kewirausahaan terdiri daridimensi inovasi (5 item), pengambilan resi-ko (4 item), dan sikap proaktif (4 item).Strategi bersaing terdiri dari strategidiferensiasi (5 item), strategi biaya rendah (6item), dan strategi fokus (4 item). KinerjaUKM terdiri dari kinerja pemasaran (4item), kinerja keuangan (3 item), dan kinerjaoperasional (3 item).

Penilaian terhadap orientasi pasar padaUKM secara rata-rata dinilai cukup baik(90%), penilaian orientasi kewirausahaanpada UKM secara rata-rata dinilai cukup

Page 97: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 251

baik (90%), implementasi strategi diferensi-asi pada UKM secara rata-rata dinilai cukupbaik (53%), implementasi strategi biayarendah pada UKM secara rata-rata dinilaicukup baik (72%), dan implementasi stra-tegi fokus pada UKM secara rata-rata dinilaikurang baik (58%). Kinerja UKM secararata-rata dinilai cukup baik (84%).

Pengujian HipotesisPengaruh Orientasi Pasar dan OrientasiKewirausahaan Terhadap Strategi Diferen-siasi

Hasil analisis regresi berganda untukmenganalisis pengaruh orientasi pasar (X1)dan orientasi kewirausahaan (X2) terhadapstrategi diferensiasi, diperoleh hasil sebagaiberikut:

Koefisisen determinasi berganda (R2)sebesar 0,100 yang artinya secara statistikvariabel orientasi pasar dan orientasi ke-wirausahaan memberikan kontribusi pe-ngaruh terhadap strategi diferensiasi padaUKM industri kreatif bidang fesyen dankerajinan sebesar 10,0%.

Hasil uji hipotesis dengan Uji F di-peroleh hasil = 5,382; dengan p-value = 0,000(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adapengaruh yang signifikan antara orien- tasipasar dan orientasi kewirausahaan terhadapstrategi diferensiasi pada UKM industrikreatif.

Hasil uji hipotesis secara parsial denganmenggunakan Uji t diperoleh hasil thitung 1 =2,145 dengan p-value = 0,034 dan thitung 2 =1,969 dengan p-value = 0,052. Hasil ini me-nunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruhyang positif dan signifikan antara orientasipasar terhadap strategi diferensiasi padaUKM Industri Kreatif, dan (2) Tidak adapengaruh yang signifikan antara orientasikewirausahaan terhadap strategi diferensi-asi pada UKM Iindustri kreatif. Dengandemikian H1a yang diajukan dalam pe-nelitian ini terbukti atau dapat diterima,sedangkan H2a ditolak.

Temuan penelitian yang menjelaskanbahwa orientasi pasar berpengaruh positifterhadap strategi bersaing UKM yang

berupa strategi diferensiasi, mendukunghasil penelitian Afsharghasemi et al. (2013).

Temuan peneliti yang menjelaskanbahwa orientasi kewirausahaan tidak mem-pengaruhi strategi diferensiasi secara parsi-al mendukung hasil penelitian Lecher danGudmundsson (2014) yang mengemukakanbahwa orientasi kewirausahaan yang be-rupa dimensi pengambilan resiko dan ke-agresifan bersaing tidak berpengaruh ter-hadap strategi diferensiasi.

Dalam penelitian ini orientasi kewira-usahaan tidak berpengaruh terhadap stra-tegi diferensiasi, dikarenakan pelaku bisnisUKM industri kreatif, belum secara maksi-mal berorientasi pada inovasi. Hal ini dapatditunjukkan dari hasil analisis deskriptifpada dimensi inovasi yang menunjukkanbahwa pelaku usaha dinilai belum ber-orientasi pada pengembangan/pembaruandesain produk dan kemasan. Pelaku usahabelum menganggap pembaruan teknologidalam proses produksi merupakan hal yangsangat penting dalam menunjang usaha.

Hal ini dikarenakan pelaku usahamasih mengandalkan peralatan/teknologitradisional dan sederhana dalam prosesproduksinya mengingat produk yang di-hasilkan lebih menonjolkan unsur seni dannatural. Pengkajian pada dimensi peng-ambilan resiko dapat ditunjukkan bahwapelaku usaha belum berani secara maksimalmemanfaatkan potensi/peluang usaha yangada seperti: memasuki pasar baru, meng-hasilkan produk yang benar-benar baruuntuk pasar. Pengkajian pada dimensi sikapproaktif dapat ditunjukkan bahwa pelakuusaha belum beorientasi untuk menjadipelopor dalam pengenalan produk baru.

Kondisi yang demikian tidak men-dorong pelaku usaha untuk menerapkanstrategi diferensiasi yang berupa pe-ngenalan produk baru yang berbeda de-ngan pelaku usaha lainnya, menghasilkanproduk yang tidak mudah ditiru oleh pe-laku usaha lainnya, dan diferensiasi harga.Dengan demikian dapat dijelaskan bahwapotensi orientasi kewirausahaan akan

Page 98: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

252 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

mempengaruhi strategi bersaing suatuorganisasi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Poudelet al. (2012) yang menyatakan bahwa orien-tasi kewirausahaan merupakan sumberdaya strategis organisasi dengan potensiuntuk menghasilkan keunggulan bersaing.Potensi orientasi kewirausahaan dandampaknya pada kinerja bisnis tergantungpada peran orientasi kewirausahaan sebagaipenggerak atau pelopor bagi kemampuanorganisasi dan inovasi.

Hasil temuan bahwa orientasi kewira-usahaan tidak berpengaruh terhadap stra-tegi diferensiasi tidak mendukung peneliti-an Wingwon (2012) dan Suci (2009) yangmenyatakan bahwa Orientasi kewirausaha-an berpengaruh positif dan signifikan ter-hadap strategi diferensiasi.

Pengaruh Orientasi Pasar dan OrientasiKewirausahaan Terhadap Strategi LowCost

Hasil analisis regresi berganda me-nunjukkan nilai koefisisen determinasi ber-ganda (R2) sebesar 0,164 yang artinya secarastatistik variabel orientasi pasar dan orien-tasi kewirausahaan memberikan kontribusipengaruh terhadap strategi low cost padaUKM industri kreatif sebesar 16,4%.

Hasil uji hipotesis dengan Uji Fdiperoleh hasil = 9,514; dengan p-value =0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwaada pengaruh yang signifikan antara orien-tasi pasar dan orientasi kewirausahaansecara simultan terhadap strategi low costpada UKM Industri Kreatif.

Hasil uji hipotesis secara parsial denganmenggunakan Uji t diperoleh hasil thitung 1 =3,246 dengan p-value = 0,002 dan thitung 2 =2,156 dengan p-value = 0,034. Hasil ini me-nunjukkan bahwa: terdapat pengaruh yangpositif dan signifikan antara orientasi pasardan orientasi kewirausahaan secara parsialterhadap strategi low cost pada UKMindustri kreatif. Dengan demikian H1b danH2b yang diajukan dalam penelitian initerbukti atau dapat diterima.

Hasil penelitian ini mendukung pe-nelitian secara parsial penelitian Afshar-ghasemi et al. (2013) yang menjelaskan bah-wa orintasi pasar yang terdiri dari dimensiorientasi pelanggan, pesaing dan koordinasiinterfungsional berpengaruh postip ter-hadap strategi low cost pada UKM bidangmanufaktur di Malaysia. Penelitian inimendukung secara parsial hasil penelitianGe dan Ding (2005) yang menjelaskan bah-wa orientasi pasar yang terdiri dari dimensiorientasi pelanggan dan pesaing berpe-ngaruh positif dan signifikan terhadapstrategi low cost leadership pada perusahaandi China, akan tetapi dimensi inter-fungsional tidak berpengaruh.

Orientasi kewirausahaan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap startegi lowcost, medukung secara parsial penelitianLecher dan Gudmundsson (2014). Dimanaorientasi kewirausahaan yang berupa di-mensi inovasi berpengaruh positif ter-hadap strategi low cost akan tetapi dimensipengambilan resiko tidak berpengaruh.

Pengaruh Orientasi Pasar dan OrientasiKewirausahaan Terhadap Strategi Fokus

Hasil analisis regresi berganda me-nujukkan nilai koefisisen determinasi ber-ganda (R2) sebesar 0,263 yang artinya secarastatistik variabel orientasi pasar dan orien-tasi kewirausahaan memberikan kontribusipengaruh terhadap strategi fokus padaUKM industri kreatif sebesar 26,3%.

Hasil uji hipotesis secara parsial denganmenggunakan Uji t diperoleh hasil thitung 1 =3,336 dengan p-value = 0,001 dan thitung 2 =4,015 dengan p-value = 0,000. Hasil ini me-nunjukkan bahwa: terdapat pengaruh yangpositif dan signifikan antara orientasi pasardan orientasi kewirausahaan secara parsialterhadap strategi fokus pada UKM industrikreatif.

Hasil uji hipotesis dengan Uji F di-peroleh hasil = 17,263; dengan p-value =0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwaada pengaruh yang signifikan antara orien-tasi pasar dan orientasi kewirausahaan

Page 99: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 253

secara simultan terhadap strategi fokuspada UKM Industri Kreatif.

Pengaruh Orientasi Pasar, OrientasiKewirausahaan, dan Strategi BersaingTerhadap Kinerja UKM

Hasil analisis regresi berganda me-nujukkan nilai koefisisen determinasi ber-ganda (R2) sebesar 0,487 yang artinya secarastatistik variabel orientasi pasar, orientasikewirausahaan dan strategi bersaing padaUKM (diferensiasi, low cost, dan fokus)memberikan kontribusi pengaruh terhadapkinerja UKM industri kreatif sebesar 48,7%.

Hasil uji hipotesis secara parsial denganmenggunakan Uji t diperoleh hasil thitung 1 =2,063 dengan p-value = 0,042, yang artinyabahwa terdapat pengaruh yang positif dansignifikan antara orientasi pasar terhadapkinerja UKM industri kreatif. Hasil ini men-dukung H3 yang diajukan dalam penelitianini sehingga hipotesis diterima.

Hasil thitung2 = 2,865 dengan p-value =0,005 yang artinya bahwa orientasi kewira-usahaan berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja UKM insutri kreatif. Hasilini mendukung H4 yang diajukan dalampenelitian ini sehingga hipotesis diterima.

Hasil thitung3 = 3,150 dengan p-value =0,002 yang artinya bahwa strategi diferen-siasi berpengaruh positf dan signifikanterhadap kinerja UKM industri kreatif.Hasil ini mendukung H5a yang diajukandalam penelitian ini sehingga hipotesisditerima.

Hasil thitung4 = 2,038 dengan p-value =0,044 yang artinya bahwa strategi low costberpengaruh positf dan signifikan terhadapkinerja UKM industri kreatif. Hasil inimendukung H5b yang diajukan dalam pe-nelitian ini sehingga hipotesis diterima.

Hasil thitung5 = 2,710 dengan p-value =0,008 yang artinya bahwa strategi fokusberpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja UKM industri kreatif. Hasil inimendukung H5c yang diajukan dalam pe-nelitian ini sehingga hipotesis diterima.

Hasil uji hipotesis dengan Uji F di-peroleh hasil = 17,879; dengan p-value =

0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwaada pengaruh yang positif dan signifikanantara orientasi pasar, orientasi kewira-usahaan, dan strategi bersaing (diferensiasi,low cost dan fokus) secara simultan terhadapkinerja UKM Industri Kreatif.

Temuan penelitian dimana orientasipasar berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja UKM, mendukung hasilpenelitian sebelumnya (Lie et al., 2008;Olivares dan Lado, 2008; Idar dan Mah-mood, 2011; Dublehlela dan Dhurup, 2014).Akan tetapi tidak mendukung penelitianlain yang menunjukkan bahwa terdapathubungan yang negatif antara orientasipasar terhadap kinerja UKM (Hassim et al.,2011).

Temuan dalam penelitian ini bahwaorientasi kewirausahaan berpengaruh posi-tif terhadap kinerja UKM mendukung hasilpenelitian sebelumnya (Keh et al., 2007; Lieet al., 2008; Suci, 2009; Fairoz, 2010; Idardan Mahmood, 2011; Hassim et al., 2011).Akan tetapi temuan penelitian ini tidakmendukung penelitian yang menyatakanbahwa orientasi kewirausahaan tidak ber-pengaruh terhadap kinerja UKM (Setyawati,2013; Arief et al., 2013). Hal ini dikarenakanlatar belakang pendidikan pelaku usahayang secara rata-rata masih rendah se-hingga wawasan keirausahaannya juga ma-sih sangat minimal.

Temuan dalam penelitian ini bahwastrategi bersaing berpengaruh positif ter-hadap kinerja UKM mendukung hasil pe-nelitian sebelumnya (Yan, 2010; Al-Alakdan Tarabieh, 2012; Chadamoyo dan Dum-bu, 2012; Husnah et al. (2013),. Dimana stra-tegi bersaing yang terdiri dari low costleadership dan diferensiasi memiliki hubung-an yang positif dengan kinerja UKM. Akantetapi hasil penelitian ini tidak mendukungpenelitian Suci (2009) yang menjelaskanbahwa strategi bisnis berpengaruh negatifdan signifikan terhadap kinerja UKM. Halini dikarenakan UKM tidak mengimplemen-tasikan strategi bisnis secara murni akantetapi mengimplementasikan strategi bisniskombinasi (hybrid strategy).

Page 100: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

254 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

Rangkuman terhadap hasil analisisregresi untuk pengujian pengaruh orientasipasar, orientasi kewirausahaan, dan strategibersaing terhadap kinerja UKM industrikreatif dapat ditunjukkan pada Tabel 2.

Analisis lebih lanjut pada pengujianhipotesis tersebut di atas adalah analisisjalur (path analysis), yang hasilnya dapatditunjukkan pada Gambar 2.

Tabel 2Analisis Regresi Dengan Kinerja Sebagai Variabel Dependen

Variabel BebasUnstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig.(p)B Std. Error

(Constant) 0,656 0,315 -- -- --Orientasi Pasar (X1) 0,187 0,090 0,173 2,063 0,042*)

Orientasi Kewirausahaan (X2) 0,265 0,092 0,240 2,865 0,005*)

Strategi Diferensiasi (Y1.1) 0,117 0,037 0,250 3,150 0,002*)

Strategi Low Cost (Y1.2) 0,096 0,047 0,168 2,038 0,044*)

Strategi Fokus (Y1.3) 0,094 0,035 0,233 2,710 0,008*)

R = 0,698R2 = 0,487

Fhitung = 17,879Sig. (p) = 0,000

Sumber: Data Primer Diolah

Gambar 2Model Analisis Jalur (Path Analysis)

Page 101: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 255

Berdasarkan hasil analisis dengan soft-ware AMOS seperti tercantum pada gambardi atas, secara ringkas dapat disajikanpengaruh langsung dan pengaruh tidak

langsung masing-masing variabel eksogen(independent variable) terhadap variabelendogen (dependent variable) seperti tersajipada Tabel 3.

Tabel 3Pengaruh Langsung (Direct) dan Tak Langsung (Indirect) Variabel Eksogen Terhadap

Variabel Endogen

VariabelEndogen/Dependent

VariabelEksogen/Independent

Effects (%)Direct Indirect Total

Strategi Diferensiasi(Y1.1)

Orientasi Pasar (X1) 49,0 - 49,0Orientasi Kewirausahaan (X2 46,0 - 46,0

Strategi Low Cost (Y1.2) Orientasi Pasar (X1) 58,2 - 58,2Orientasi Kewirausahaan (X2) 20,8 - 20,8

Strategi Fokus (Y1.3) Orientasi Pasar (X1) 30,5 - 30,5Orientasi Kewirausahaan (X2) 36,7 - 36,7

Kinerja Usaha (Y2) Orientasi Pasar (X1) 18,1 18,2 36,3Orientasi Kewirausahaan (X2) 25,0 17,4 42,4Strategi Diferensiasi (Y1.1) 25,9 - 25,9Strategi Low Cost (Y1.2) 17,3 - 17,3Strategi Fokus (Y1.3) 23,8 - 23,8

Sumber: Data Primer Diolah

Tabel 3 tersebut di atas memperlihatkanbahwa pengaruh langsung (direct effects)dari orientasi pasar terhadap kinerja UKMindustri kreatif sebesar 18,1 % dan pe-ngaruh tak langsung (indirect effects) sebesar18,2 %. Adapun pada variabel orientasi ke-wirausahaan pengaruh langsung (directeffects) terhadap kinerja UKM industri krea-tif sebesar 25,0 % dan pengaruh tak lang-sung (indirect effects) sebesar 17,4 %. Hal inimenunjukkan bahwa orientasi kewirausaha-an memiliki pengaruh langsung yang lebihbesar terhadap kinerja UKM industri kreatifdibandingkan orientasi pasar.

SIMPULANOrientasi pasar dan orientasi kewira-

usahaan secara simultan berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap strategi bersaingUKM industri kreatif. Orientasi pasar ber-pengaruh positif dan signifikan terhadapstrategi diferensiasi dan orientasi kewira-usahaan tidak berpengaruh. Orientasi pasardan orientasi kewirausahaan baik secaraparsial maupun simultan berpengaruh

terhadap strategi low cost. Orientasi pasardan orientasi kewirausahaan baik secaraparsial maupun simultan berpengaruh ter-hadap strategi fokus.

Orientasi pasar dan orientasi kewira-usahaan baik secara parsial maupun simul-tan berpengaruh positif dan signifikan ter-hadap kinerja UKM industri kreatif. Strategibersaing yang terdiri dari strategi diferensi-asi, low cost dan fokus baik secara parsialmaupun simultan berpengaruh positif dansignifikan terhadap kinerja UKM industrikreatif.

Orientasi pasar memiliki pengaruhlangsung yang lebih besar terhadap strategidiferensiasi dan strategi low cost, dibanding-kan orientasi kewirausahaan. Orientasi pa-sar memiliki pengaruh langsung yang lebihbesar terhadap strategi low cost, dibanding-kan orientasi kewirausahaan. Orientasi pa-sar memiliki pengaruh langsung yang lebihkecil terhadap strategi fokus, dibanding kanorientasi kewirausahaan. Strategi diferensi-asi memiliki pengaruh langsung yang lebih

Page 102: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

256 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

besar terhadap kinerja UKM industri kreatifdibandingkan strategi low cost dan fokus.

Orientasi pasar memiliki pengaruhlangsung terhadap kinerja UKM sebesar18,1% dan pengaruh tidak langsung sebesar18,2%. Orientasi kewirausahaan memilikipengaruh langsung terhadap kinerja UKMsebesar 25% dan pengaruh tidak langsungsebesar 17,4%. Hal ini menunjukkan bahwaorientasi kewirausahaan memiliki pengaruhyang lebih besar terhadap kinerja UKMdibandingkan dengan orientasi pasar.

Implikasi manajerial dari hasil peneliti-an ini adalah perlu direkomendasikannyastrategi yang mendukung peningkatankinerja UKM industri kreatif dengan ber-basis orientasi pasar dan orientasi kewira-usahaan. Strategi berbasis orientasi pasardapat diwujudkan melalui strategi: pemasar-an intensif (intensive marketing strategy),penciptaan kepuasan pelanggan (customersatisfaction strategy), penciptaan keunggulanbersaing (competitive advantage strategy), danpenguatan budaya organisasi (reinfor-cemment organizational culture strategy)

Strategi pemasaran intensif adalah se-rangkaian tindakan untuk mengenalkanproduk UKM pada wilayah dan ataukonsumen yang baru serta peningkatanaktivitas pemasaran pada pasar yang telahdilayani untuk peningkatan penguasaanpangsa pasar. Hal ini antara lain dapatdilakukan dengan mengagresifkan kegiatanpemasaran UKM yang didukung denganpemanfaatan teknologi informasi (e-commerce) guna memperluas akses pasardan secara proaktif mengikuti kegiatanpameran/expo dagang. Strategi penciptaankepuasan pelanggan merupakan strategipenghantaran produk/jasa layanan UKMyang melebihi harapan dari konsumen. Halini dapat dilakukan dengan memberikanlayanan prima bagi konsumen, menawar-kan produk yang berkualitas, dan mem-bangun hubungan jangka panjang denganpelanggan. Strategi keunggulan bersaingmerupakan strategi penonjolan keunggulanUKM yang lebih dari pesaing sejenis yangdiperoleh melalui penawaran nilai yang

lebih besar kepada konsumen, baik denganpemberian harga yang lebih rendah, pem-beriaan manfaat yang lebih besar danlayanan UKM yang lebih baik dibandingUKM lainnya dengan harga yang lebihbersaing. Hal ini antara lain dapat dilaku-kan melalui penonjolan keunikan produkyang merupakan ciri khas produk UKM,mendesain produk, kemasan dan pelabelanyang berbeda dengan UKM lainnya, danmengimplementasikan strategi hybrid ataukombinasi dengan menawarkan produkyang unik/khas dan harga yang lebihrendah melalui efisiensi biaya operasional.Strategi penguatan budaya organisasi di-wujudkan melalui tindakan untuk me-nguatkan nilai-nilai, norma dan kebijakanUKM yang telah disepakati bersama dalammenjalankan usaha. Hal ini dapat dilakukanmelalui mengubah mindset wirausahawandari berorientasi penjualan ke orientasi pe-masaran, menekankan komitmen bersamadalam UKM untuk berorientasi padakepuasan konsumen, menumbuhkan iklimkerja UKM yang kondusif, dan meningkat-kan perhatian pada manusia (humanityoriented) melalui peringkatan kesejahteraanSDM dalam UKM.

Strategi yang mendukung peningkatankinerja UKM dengan berbasis pada orientasikewirausahaan dapat dilakukan melaluistrategi: peningkatan Kemampuan atauKompetensi (Capacity Building Strategy), pe-ningkatan motivasi diri (self-motivation stra-tegy), pengembangan inovasi organisasi(organizational innovation strategy), dan ke-mitraan (alliances strategy).

Strategi peningkatan kemampuan me-rupakan serangkaian tindakan untuk mem-perbaiki kemampuan wirausaha, UKM ataukelompok UKM atau sistem yang ada untukmencapai tujuan atau kinerja yang lebihbaik. Hal ini dapat dilakukan melalui pe-ningkatan kompetensi teknis, pemasaran,pengelolaan SDM, keuangan usaha, dankompetensi konseptual pada diri wira-usaha. Strategi peningkatan motivasi dirimerupakan dorongan untuk mengembang-kan semangat diri wirausaha melalui

Page 103: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 257

sugesti positif untuk melakukan tindakanguna mencapai tujuan/kesuksesan usaha.Hal ini dapat dilakukan dengan me-ngembangkan softskill wirausaha melaluimenumbuhkan sikap positif wirausaha,menjaga konsistensi dalam usaha sehinggapelaku usaha tidak mudah menyerah,menumbuhkan sikap gigih, bekerja kerasdan berorientasi pada kesuksesan usahasehingga dapat menjadi motivator bagiUKM lainnya. Strategi pengembangan ino-vasi organisasai merupakan mekanismeUKM untuk dapat beradaptasi dalamlingkungan yang dinamis melalui pencipta-an ide-ide baru dengan menawarkanproduk/jasa/sistem baru yang inovatifyang berorientasi pada peningkatan ke-puasan konsumen. Hal ini dapat dilakukanmelalui pengembangan inovasi prosesproduksi, inovasi produk, inovasi pemasar-an, inovasi manajemen usaha, dan inovasiadministrasi usaha. Strategi kemitraan me-rupakan kesepakatan antar dua atau lebihmitra untuk bekerjasama dalam berbagipengetahuan dan sumber daya guna men-capai tujuan yang strategis. Hal ini dapatdilakukan dengan mendorong sikap pro-aktif dari wirausaha untuk memperluasjaringan kemitraan atau kerjasama dengansesama UKM di dalam dan atau diluarsentra/paguyuban, kerjasama dengan usa-ha besar, kerjasama dengan lembaga pen-didikan tinggi dan instansi pemerintah/swasta lainnya yang terkait dengan pe-ngembangan UKM.

DAFTAR PUSTAKAAfsharghasemi, A., M. Zain, M. Sambas-

vian, dan S. N. S. Imm. 2013. MarketOrientation, Government Regulation,Competitive Advantage and Internati-onalization of SMEs: A Study In Malay-sia. Journal of Business AdministrationResearch 2(2): 13-22.

Al-Alak, B. A. dan S. A. Tarabieh. 2012.Gaining Competitive Adavantage AndOrganbizational Performance ThroughCustomer Orientation, Innovation Dif-ferentiation and Market Differentiation.

International Journal of Economic andManagement Science 1(5): 80-91.

Amario, R. 2008. Market Orientation andInternationalization in Small and Medi-um Sized Enterprises. Journal of SmallBusiness Management, Milwaukee 46(4):485.

Arief, M., A. Thoyib, A. Sudiro, dan F.Rohman. 2013. The Effect of Entre-preneurial Orientation on the FirmPerformance through Strategic Flexibi-lity: A Study on the SMEs Cluster inMalang. Journal of Management Research5(3): 44-62.

Arshad, A. S., A. Rasli, A. A. Arshad, dan Z.M. Zain. 2014. The Impact of Entre-prenbeurial Orientation on BusinessPerformance: A Study of TechnologyBassed SMEs in Malaysia. Procedia-Social and Behavioral Sciences 130(2014):46-53.

Baker, W. E. dan J. M. Sinkula. 2009. TheComplementary Effects of MarketOrientation and Entrepreneurial Orien-tation on Profitability in Small Business.Journal of Small Business Management47(4): 443-464.

Bayraktar, E., M. Demirbag, L. S. Koh, E.Totoglo, dan H. Zaim. 2009. A CausalAnalysis of The Impact of InformationSystem and Supply Chain ManagementPractices on Operational Performance:Evidence From Manufacturing SMEs inTurkey. International Journal ProductionEconomics 122:133-149.

Chadamoyo, P. dan E. Dumbu. 2012.Competitive Strategy and BusinessEnvirontment Influencing Performanceof Small and Medium Enterprises inThe Manufacturing Sector, The CaseStudy of Manufacturing Firms InMucheke Light Industry. EuropeanJournal of Business and Management4(10): 28-35.

Chittithaworn, C., M. A. Islam., T. Kaew-chana, dan M. Yusuf. 2011. FactorsAffecting Business Success of Small andMedium Enterprises (SMEs) In Thai-land. Asian Social Science 7(5): 180-190.

Page 104: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

258 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 241 – 259

Dublhlela dan Dhurup. 2014. Modelling TheEffects of Market Orientation Enablerson Business Performace Among SMEsIn A Developing Country. Mediterra-nean Journal of Social Sciences 5(16): 33-41.

Fairoz, F. M., T. Hirobumi, dan Y. Tanaka.2010. Entrepreneurial Orientation andBusiness Performance of Small andMedium Sales Enterprises of Hamban-tota District Sri Lanka. Asian SocialScience 6(3): 34-46.

Ge, L. G. dan D. Z. Ding. 2005. MarketOrientation, Competitive Strategy, andFirm Performance: An Empirical Studyof China Firms. Journal of GlobalMarketing 18(3/4): 115-140.

Hassim, A. A., A. Nizam, A. Talib, dan A. R.A. Bakar. 2011. The Effects of Entre-preneurial Orientation on Firm Organi-sational Innovation and Market Orien-tation Towards Firm Business Performance. International Conference on Socia-lity and Economics Development IAcSITPress, Singapore: 280-284.

Husnah, B. Subroto, S. Aisjah, dan Djuma-dli. 2013. Competitive Strategy Role inDeveloping SMEs With RBV Perspec-tive: A literature Review. InternationalJournal of Business and Behavioral Science3(3):48-59.

Idar R. dan R. Mahmood. 2011. Entre-preuneurial and Marketing OrientationRelationship To Performance: The SMEPerspective. Interdisciplinary Review ofEconomics and Management 2(2011): 1-8.

Idar, R., Y. Yusoff, dan R. Mahmood. 2012.The Effect of Market Orientation AsMediator to Strategic Planning Practicesand Performance Relationship: Evi-dence From Malaysian SMEs. ProcediaEconomic and Finance 4(2012): 68-78.

Keh, H. T., T. T. M. Nguyen, dan H. P. Ng.2007. The Effects of EntrepreuneurialOrientation and Marketing Informationon The Performance of SMEs. Journal ofBusiness Venturing 22(2007): 592-611.

Kumar, V., E. Jones, R. Venkatesan, dan R.P.Leone. 2011. Is Market Orientation A

Source of Sustainable CompetitiveAdvantage or Simply The Cost ofCompeting?. Journal of Marketing 75:16-30.

Lechner, C. dan S. V. Gudmundsson. 2014.Entrepreneurial Orientation, Firm Stra-tegy and Small Firm Performance.International Small Business Journal32(1):36-60.

Li, Y., Y. Zhao, J. Tan, dan Y. Liu. 2008.Moderating Effects of EntrepreneurialOrientation on Market Orientation-Performance Linkage: Evidance FromChinase Small Firms, Journal of SmallBusiness Management 46(1): 113-133.

Liu, Y., Y. Lie, dan J. Xue. 2011. Ownership,Strategic Orientation and Internationali-zation in Emerging Markets. Journal ofWorld Business 46: 381-393.

Mahmmod, R. dan N. Hanafi. 2013. Entre-preneurial Orientation and BusinessPerformance of Women-Owened Smalland Medium Enterprises in Malaysia:Competitive Adavantage as A Media-tor. International Journal of Business andSocial Science 4(1): 82-90.

Merrilees, B., S. R. Thiele, dan A. Lye. 2010.Marketing Capabilities: Antecedentsand Implication for B2B SME Perfor-mance, Industrual Marketing Manage-ment, 06538: 1-8.

Nuvriasari, A. 2012. Peran DukunganOrganisasional, Kompetensi Teknologidan Lingkungan Eksternal DalamRangka Mendorong Pengadopsian E-Commerce Pada Usaha Kecil danMenengah. Jurnal Siasat Bisnis 16(2):205-217.

Nuvriasari, A. dan U. Hadiyati. 2008.Governance di Lingkungan Usaha KecilMenengah Studi Empiris pada UsahaKecil Menengah di Propinsi DIY.SINERGI: Kajian Bisnis dan Manajemen10(2): 121-140.

Olivares, A. M. dan W. Lado. 2008. MarketOrientation and Business EconomicPerformance A Mediated Model. Inter-national Journal of Service IndustryManagement 14(3): 284-309.

Page 105: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Peran Orientasi Pasar, ... – Nuvriasari, Wicaksono, Sumiyarsih 259

Poudel, K. P., R. Carter, dan S. Lonial. 2012.The Process Aspect of EntrepreneurialOrientation-Performance Relationship:Uncovering The Mediating Roles ofTechnological Capabilities, Innovationand Firm Growth. Frontiers of Entre-preneurship Research 32(12): 1-15.

Rosli, M.M. 2012. Competitive Strategy ofMalaysian Small and Medium Enter-prises: An Exploratory Investigation.American International Journal of Contem-porary Research 2(1): 93-105.

Runyan, R., C. Droge, dan J. Swinney. 2008.Entrepreneurial Orientation versusSmall Business Orientation: What AreTheir Relationship to Firm Perfor-mance?. Journal of Small Business Mana-gement 46(4): 567-588.

Sels, L., S. D. Winne, J. Delmote, J. Maes, D.Faems, dan A. Forrier. 2006. LinkingHRM and Small Business Performance:An Examination of The Impact of HRMIntensity on The Productivity andFinancial Performance of Small Busi-ness, Small Business Economics 26: 83-101

Setyawati, H. A. 2013. Pengaruh OrientasiKewirausahaan Dan Orientasi PasarTerhadap Kinerja Perusahaan MelaluiKeunggulan Bersaing Dan PersepsiKetidakpastian Lingkungan SebagaiPrediksi Variabel Moderasi. Journal.stieputrabangsa.ac.id/index.php/fokbis/article/view/3. Diakses tanggal 1 November2015.

Spillan, J. dan J. Parnell. 2006. MarketingResources and Firm PerformanceAmong SME. European ManagementJournal 24(2-3).

Suci, R. P. 2009. Peningkatan Kinerja Me-lalui Orientasi Kewirausahaan, Ke-

mampuan Manajemen, dan StrategiBisnis. Jurnal Manajemen Dan Kewira-usahaan 11(1):46-58.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Taleghani, M., S. Gilaninia, dan S.M. Talab.2013. Relationship between MarketOrientation Culture and Business Per-formance. Interdisciplinary Journal ofContemporary Research in Business 5(1):949-954.

Taylor, P. 2013. The Effect of Entrepreneu-rial Orientation on The Internationali-zation of SMEs in Developing Coun-tries. African Journal of Business Manage-ment 7(19): 1927-1937.

Wicaksono, G. dan A. Nuvriasari. 2012.Meningkatkan Kinerja UMKM IndustriKreatif Melalui Pengembangan Kewira-usahaan dan Orientasi Pasar: KajianPada Peran Serta Wirausaha Wanita diKecamatan Moyudan Kabupaten Sle-man, Propinsi DIY. Jurnal Sosio Humaniora 3(4): 17-35.

Wingwon, B. 2012. Effects of Entrepreneur-ship, Organization Capability, StrategicDecision Making and InnovationToward The Competitive Advantage ofSME Enterprises. Journal of Managementand Sustainability 2(1): 137-150.

Yan, S. 2010. Competitive Strategy andBusiness Environtment: The Case ofSmall Enterprises in China. Asian SocialScience 6(11): 64-71.

Zhou, K. Z., J. R. Brown, dan C. S. Dev.2008. Market Orientation, CompetitiveAdvantage, And Performance: ADemand-Based Perspective. Journal OfBusiness Research 62(2008): 1062-1070.

Page 106: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

260

KEPATUHAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF NEO ASHABIYAH

[email protected]

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The aim of this study is to analyze tax compliance behavior through “neo ashabiyah” perpective. The core ofashabiyah originally were a kind of bond of kinship, tribal ties, ethnic solidarity or social cohesion. Neo ashabiyahis developed since we founded that there were uncompliance behavior in fulfill tax obligation among taxpayers inthe world. By neo ashabiyah, this study would explained how social cohesion mechanism take a look at efforts toavoid tax as collective consciousness that unified and tied exceeding their ethnic, interfaith, cultural, andcountry barriers. The merge of these awareness is twisted in a global consciousness that characterized by nocountry is free from the problem of tax compliance. These avoiding consciousness is connected as well ascommunicate at non-rational traffic domain (known as sub conscious in the modern perspectives) that permeatetheir cultural, ethnic, and country. This means that the voluntary tax compliance can never be achieved by anymeans because the consciousness occupies in the field of irrational consciousness. Tax compliance, if it is reachedis forced compliance and not voluntary compliance.

Key words: Ashabiyah, collective consciousness, tax compliance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku kepatuhan pajak berdasarkan perspektif “neoashabiyah”. Konsep ashabiyah bermula dari pemahaman kekuatan emosional karena ikatan darah,kesukuan, solidaritas etnis atau kohesi sosial. Neo ashabiyah dikembangkan dengan melihat faktabahwa ketidakpatuhan pajak yang mewabah di seluruh dunia. Dengan konsep neo ashabiyah, tulisanini ingin menjelaskan bahwa upaya menolak pajak salah satunya disebabkan oleh adanya kesatuankesadaran lintas etnis, lintas agama, lintas kultural, bahkan lintas negara yang secara naluri menolakpajak. Padunya kesadaran ini terpilin dalam sebuah kesadaran kolektif secara global yang ditandaibahwa tidak ada satu negarapun yang terbebas dari masalah kepatuhan pajak. Kesadaran menolakpajak tersebut terkoneksi dan terkomunikasi di ruang kesadaran non-rasional (perspektif modernmenyebutnya sebagai ruang bawah sadar) yang menembus batas-batas budaya, etnis, dan negara. Iniberarti bahwa kepatuhan pajak secara sukarela tidak akan pernah tercapai dengan cara apapunkarena kesadaran tersebut bermukim di ranah kesadaran irasional. Kepatuhan pajak, kalaupun dapatdicapai adalah kepatuhan yang terpaksa dan bukan kepatuhan sukarela.

Kata kunci: Ashabiyah, kesadaran kolektif, kepatuhan pajak

PENDAHULUANPajak merupakan sumber utama pe-

nerimaan negara (Ashari et al., 2013; Ari-anto, 2012; dan Bagijo, 2011). Fenomena iniagaknya mewarisi falsafah Frederick theGreat (1781: 21) yang menyatakan “Tidakada pemerintahan yang eksis tanpa pajak”(Mirrless, 2011: 1). Sejak itu, negara tidakbisa hidup tanpa pajak. Berbasis kondisi ini,tingkat kepatuhan pajak menjadi dasar ter-

capainya target penerimaan pajak. Fakta-nya, kepatuhan pajak justru menjadi ken-dala utama terealisasinya penerimaan ne-gara pada tingkat yang diinginkan.

Target penerimaan negara bersumberdari pajak tidak pernah tercapai. Pemerin-tah telah mengerahkan serangkaian upayameningkatkan kepatuhan pajak melaluireformasi perpajakan (tax reform) pertamayang dimulai sejak tahun 1984. Upaya ini

Page 107: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 261

dilanjutkan dengan reformasi perpajakanjilid dua fokus pada reformasi administrasidan penyempurnaan kebijakan di bidangpajak, kepabeanan dan cukai pada tahun2007. Upaya ini terus bergulir hingga tahun2015 yang dicanangkan sebagai tahun pem-binaan wajib pajak dan tahun 2016 sebagaipenertiban pajak (law enforcement). Sebagaiupaya tambahan, otoritas pajak (DirektoratJenderal Pajak) mengampanyekan berbagaislogan misalnya “Orang Bijak Taat BayarPajak” dan upaya intensifikasi pajak sepertipenetrasi ke siswa dan mahasiswa sebagaicalon wajib pajak. Pengguna e-filing telahmencapai 2,1 juta wajib pajak dari target 2juta. Sayangnya, sebagaimana tahun-tahunsebelumnya, target penerimaan pajak tahun2015 juga tidak tercapai. Padahal, kepatuh-an merupakan tulang punggung tercapai-nya target pajak. Ketidaktercapaian targetpajak ini yang mendorong Direktur JenderalPajak, Sigit Priadi Pramudito meletakkanjabatannya (www.bisnisliputan6.com).

Tidak tercapainya target penerimaanpajak sebagaimana yang diharapkan bukanhanya terjadi di Indonesia. Ketidakpatuhanpajak merupakan masalah klasik yang ter-jadi lintas geografi, lintas negara, dan lintasbudaya. Agaknya, patron ini mengonfirmasipendapat bahwa tidak seorangpun sukamembayar pajak (Torgler 2003; Tekeli 2000).Oleh karena itu, tidak ada satu pun negarayang bebas dari ketidakpatuhan pajak (lihatTekeli 2011; Chau dan Leung 2009, Fidiana,2014). Ketidakmauan membayar pajak di-wujudkan dalam berbagai cara, baik secaralegal (tax avoidance) maupun secara ilegal(tax evasion).

Tergerak dengan fenomena ketidakpatuhan pajak, telah banyak penelitian yangsecara ilmiah mencoba merespon dan men-jawab faktor-faktor yang dapat meningkat-kan kepatuhan pajak. Sejak awal dikibar-kannya penelitian kepatuhan pajak tidakpernah keluar dari ranah kognisi (rasional).Hal ini mudah dipahami karena pada dasar-nya pengembangan ilmu modern meng-gunakan basis asumsi rasionalitas sehinggadikelompokkan dalam domain pengetahu-

an positifis atau aliran mainstream. Maka,potret kepatuhan pajak beserta dan solusiyang ditawarkan secara keseluruhan sangatbercita rasa rasional. Sebagai contoh,Allingham dan Sandmo (1972) yang dikenaldengan AS model menyodorkan denda,probabilitas audit dan hukuman sebagaimotivasi mematuhi pajak. Skema denda danhukuman memiliki kedekatan dengan prin-sip cost and benefit. Utilitas yang diperolehindividu melalui penghindaran pajak akandihadapkan pada pertimbangan denda atauhukuman. Bagi AS model, kepatuhan pajakhanya dapat dioptimalkan secara paksamelalui sanksi ekonomi atau hukuman.

Model ini tidak selalu memperolehverifikasi. Fakta di lapangan menunjukkantingginya angka penggelapan pajak. Padatahun 2014, kasus penggelapan pajak me-ningkat 280 % dibandingkan tahun sebelum-nya (Sari, 2015) dan potensi perusahaanpengemplang pajak mencapai empat ribubadan usaha (Sari, 2016) serta untuk orangpribadi mencapai jutaan (detik, 2016). Iniberarti pengenaan denda dan hukumantidak selalu berefek jera.

Dominasi asumsi rasional telah meng-abaikan manusia sebagai mahluk sosial danjuga mahluk spiritual. Pada dimensisosialdan spiritual, perilaku manusia tidak selaluberbasis logika ekonomi yang selalu mem-pertimbangkan asas untung rugi. Padaskema altruis misalnya, manusia rela ber-bagi tanpa diiringi oleh harapan return.Jadi, kegagalan skema ekonomi dalam men-jelaskan kepatuhan pajak karena berpusatpada asumsi rasional dan menempatkandimensi sosial dan spiritual pada posisimarginal.

Selain pendekatan ekonomi, para pe-neliti menggunakan pendekatan psikologis(psikologi kognitif lebih tepatnya) dalamformulasi kepatuhan pajak, meminjam theo-ry of reasoned action (TRA) yang dikembang-kan oleh Ajzen dan Fishbein (1980). TRAmenekankan niat berperilaku sebagai para-meter utama. Secara prinsip, niat berperi-laku merupakan kombinasi dari sikap (atri-but internal) norma-norma sosial (atribut

Page 108: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

sosial). Teori ini berasumsi bahwa perilakutimbul atas keyakinan individu dan jikakonsekuensi perilaku tersebut positif sertadapat diterima secara sosial. Selanjutnya,Ajzen (2005) memodifikasi TRA menjaditeori perilaku terencana (theory of perceivedbehavior-TPB) dengan menambahkan faktorkontrol perilaku (PBC) sebagai faktor yangdapat menghambat atau memfasilitasi peri-laku. Parameter PBC selain mewujudkanperilaku melalui niat, juga diperkirakan me-miliki hubungan langsung (Ajzen danManstead, 2007). Secara singkat, sikap, nor-ma subjektif, dan kontrol perilaku, yaitukeyakinan dari individu dalam konsekuensidari tindakan dan harapan orang lain yangdianggap penting serta faktor-faktor lainyang memfasilitasi atau menghambat peri-laku tertentu (Ajzen, 2012).

Sementara itu, Lapiere (1934) menyata-kan bahwa sikap tidak selalu linear ter-hadap perilaku. Faktor budaya dan lingkung-an sosial justru merupakan determinan kuatpembentuk perilaku (Chan & Leung, 2009dan Hofstede, 1991). Isu ini berkembangdengan mengaitkan norma sosial, budaya,dan religiusitas dianggap sebagai elemenpotensi pembentukan moral yang baik(Margolis, 1997; Torgler 2003, dan Paus danMohdali, 2010). Namun, mereka gagaluntuk menjelaskan faktor-faktor penentuketidakpatuhan pajak di Indonesia yangmasyarakatnya religius. Hal ini dibuktikanoleh Manurung (2012) dan Mustikasari(2007) yang melaporkan rendahnya tingkatkepatuhan pajak di Indonesia. Memperkuattemuan ini, Kamil (2005) menemukan kore-lasi negatif tingkat religiusitas dengan peri-laku kepatuhan.

Selanjutnya, beberapa peneliti sepertimencoba terhubung dengan aspek mora-litas. Torgler (2003) mengaitkan persepsidan interaksi wajib pajak terhadap otoritaspajak sebagai penentu utama kemauanmembayar pajak. Frey dan Torgler (2007)menemukan bahwa interaksi sosial merupa-kan aspek penting untuk memahami ke-inginan wajib pajak. Selain itu, studi inimembuktikan bahwa moralitas mendorong

kepatuhan. Isu moralitas pajak ini ditelitisecara spesifik oleh McGee (2006) berkenaandengan etika penggelapan pajak. McGee(2006) memperoleh bukti bahwa meng-hindari pajak tidak selalu diklasifikasi se-bagai tidak etis dari perspektif moral danmempertanyakan kewajiban etis denganmembayar beberapa pajak.

Pada perspektif sosial, studi kepatuhanpajak memandang kepatuhan sebagai ke-putusan pribadi yang tidak terlepas darireferensi sosial (Bergman 2009; Kirchler2007; and Loo 2006). Wacana sosial yangmempengaruhi perilaku individual danatau sebaliknya menjadi menarik untukditeliti berkaitan dengan tidak ada satupunindividu yang mampu hidup soliter (meng-isolasi diri). Sementara itu, sistem ataustruktur sosial tidak terlepas dari nilai-nilaibudaya dan agama. Lenski (1961, 311) me-nyatakan agama sebagai subkultur kom-pleks yang relevan untuk hampir semuafase eksistensi manusia dan terwariskansecara sosial.

Tulisan ini mencoba mendekati peri-laku kepatuhan pajak yang tampak sebagaiperilaku individual namun tersepakatisecara sosial bahkan secara global. Peneliti-an tentang kepatuhan pajak belum men-dapatkan jawaban final dan purna walau-pun telah diteropong dari berbagai aspek.Hal ini mendorong peneliti untuk mencarijawaban mengapa keengganan membayarpajak mewabah secara masal dan globalbahkan di negara-negara pencetus pajak.Tulisan ini mencoba menggunakan skemaneo ashabiyah.

Model ini mencoba mendekatkan kon-sep solidaritas sosial dengan ketidak-patuhan pajak. Ashabiyah mulanya dikenal-kan Ibn Khaldun sebagai solidaritas atauikatan karena hubungan darah (nasab) ataukekerabatan dan suku. Tulisan ini mencobamengembangkan isu solidaritas sosial da-lam frame global menjadi ikatan atausolidaritas global antar bangsa. Skema inidipilih dengan melihat fakta ketidak patuh-an pajak yang mewabah secara global.Berdasarkan ilustrasi ini, tulisan ingin

Page 109: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 263

menjawab bagaimana kepatuhan pajak dariskema neo ashabiyah?

ROAD MAP KEPATUHAN PAJAKKepatuhan pajak secara umum di-

definisi sebagai kesediaan membayar se-luruh kewajiban pajak. Gunadi (2005) mem-perjelas dengan kesediaan wajib pajakuntuk memenuhi kewajiban pajaknya se-suai dengan aturan-aturan yang berlakutanpa diadakan pemeriksaan, investigasi,peringatan, atau ancaman serta sanksi. Di-kaitkan dengan undang-undang perpajak-an, kepatuhan pajak merujuk pada Pasal 3ayat (1) UU KUP tahun 2008 agar wajibpajak memenuhi kewajiban perpajakannyadengan benar, lengkap, dan jelas. Persyarat-an benar menunjukkan harapan agar wajibpajak membayar pajak sesuai dengan ke-adaan yang sebenarnya. Berkaitan denganundang-undang ini, maka sifat kepatuhanpajak dibedakan menjadi dua yaitu ke-patuhan formal dan kepatuhan material(Nurmantu, 2003). Kepatuhan formal dikait-kan kepatuhan atas aturan atau ketentuanpajak, sedangkan kepatuhan material me-nekankan pada kesesuaian secara material.Kedua jenis kepatuhan tersebut belum ter-capai yang dibuktikan dengan tidak ter-capainya target pajak.

Kepatuhan dengan demikian adalahsebuah keadaan yang diharapkan dari wajibpajak bahwa mereka melaporkan seluruhpenghasilannya dalam kewajiban pajak.Tercapainya rasio pajak (tax ratio) dengandemikian tidak selalu menjamin kepatuhanpajak sebagaimana harapan kesediaan wajibpajak melaporkan seluruh pendapatannyadengan sebenarnya. Karena rasio pajak se-cara umum dikaitkan dengan prestasicapaian pajak dibandingkan dengan produkdomestik bruto atau setidaknya dengantarget anggaran penerimaan. Jika denganukuran rasio pajak (tax ratio), kepatuhanpajak dinyatakan belum tercapai, tentudengan ukuran kepatuhan yang sebenarnyalebih tidak tercapai lagi.

Ketidakpatuhan pajak telah ditelaahdari berbagai teori dan perspektif antara

lain model ekonomi, psikologi, sosial, danmoral atau etis. Becker (1968), kemudiandilanjutkan oleh Allingham dan Sandmo(1972), Hite (1987) dan Yitzhaki (1974) telahmempopulerkan pendekatan ekonomi kri-minal (law enforcement) berbasis denda danhukuman. Model psikologi mengaitkan wa-jib pajak dengan otoritas pajak (Ajzen 2012dan Torgler 2003). Sementara itu, modelsosial dikembangkan oleh Bergman (2009),Kirchler (2007) dan Loo (2006), model etikadan moral diteliti oleh Feld dan Frey (2002)dan McGee (2006) serta model religius olehMargolis (1997), Torgler (2003) dan Pausdan Mohdali (2010). Faktor-faktor tersebutditambahkan dengan pertimbangan bahwanon/kepatuhan pajak cukup kompleksyang mana perilaku manusia dipandangbukan determinasi faktor rasional ekonomisaja tapi dimungkinkan karena faktor nonekonomi seperti budaya (Richardson 2008),lingkungan, pengetahuan, sosial demografi,dan sistem pajak (Jackson dan Milliron,1986).

Pendekatan ekonomi (law enforcement)sebagaimana ditawarkan oleh Allinghamand Sandmo (1972) gagal menjelaskan ke-tidakpatuhan pajak. Law enforcement hanyamembentuk kepatuhan secara terpaksa(enforced compliance) dan tidak akan mampumenciptakan kepatuhan sukarela. Berbagaihasil penelitian melaporkan kegagalaneconomic deterrence model dalam meningkat-kan kepatuhan sukarela. Lederman (2003)melaporkan tingginya gap pajak di be-berapa negara seperti di Argentina danChili (Bergman 2009), Ethiopia (Engida danBaisa 2014; Tehulu and Dinberu 2014), UK(Gemmel dan Ratto 2012), and Australia(Marshal et al., 2005). Enforced compliancehanya mampu membentuk kepatuhaneksternal namun tidak pernah berhasil men-jadi kepatuhan internal. Padahal, kepatuhanpajak sebagaimana definisi sebelumnyaadalah kesediaan secara internal (kerelaan)untuk memenuhi ketentuan perpajakan.

Perspektif ekonomi gagal membentukkepatuhan internal. Oleh karena itu, pe-nelitian tentang kepatuhan dikembangkan

Page 110: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

dari perspektif yang berbeda. Dari kaca-mata sosiologi, lingkungan sosial dianggapreferensi yang mempengaruhi keputusanindividu untuk berperilaku tertentu ataudikenal sebagai reference group theory yangdikenalkan oleh Cartwright dan Zander(1968). Menurut teori ini, individu sebuahkomunitas sosial akan merefer perilakukelompok untuk menyelaraskan perilakudengan komunitasnya. Ini berarti bahwa taxnon compliance merupakan referensi kelom-pok yang membenarkan tax avoidance atautax non compliance (Wallschutzky, 1984).

Perspektif psikologi merelasikan inter-aksi kompleks antara wajib pajak denganotoritas pajak. Pada lingkup ini, teori per-tukaran dan teori atribusi sering mewakiliperspektif psikologi. Teori pertukaran me-ngaitkan perilaku kepatuhan atau peng-hindaran wajib pajak dengan sistem imbal-an atau kompensasi yang akan diterimawajib pajak berupa layanan publik sebagaiimbalan atas pengorbanan mereka mem-bayar pajak. Oleh karena itu, pendekatanpsikologi banyak menggunakan variabelkepercayaan (trust) terhadap otoritas pajaksebagai determinan kepatuhan pajak. Pen-dekatan ini menyarankan agar otoritaspajak memiliki citra positif seperti ber-perilaku ramah, efektif, dan efisien sehinggamenumbuhkan kemauan membayar pajak.Namun, studi empiris membuktikan bahwakepercayaan terhadap pemerintah dan si-kap otoritas pajak tidak berelasi dengankepatuhan pajak di Republik Czech (Striel-kowski dan Cabelkova, 2015). Artinya, ke-mauan membayar pajak tidak selalu mem-pertimbangkan otoritas pajak dan apakahuang pajak yang dibayarkan dikelola dandimanfaatkan dengan semestinya atautidak.

Sementara itu, teori atribusi menekan-kan pengetahuan dan pemahaman peratur-an perpajakan untuk meningkatkan ke-patuhan pajak. Wajib pajak memang mem-butuhkan pengetahuan dasar perpajakanuntuk memenuhi kewajiban pajak mereka(setidaknya untuk menentukan tarif dancara melaporkan). Mereka juga perlu me-

ngetahui jenis-jenis obyek pajak, pengurangpajak atau potongan pajak (Choong et al.,2011; Palil et al., 2013). Di sisi kontra,Strielkowski dan Cabelkova (2015) tidakmenemukan hubungan positif pengetahuanpajak dengan moralitas berpajak. Namundemikian, bukanlah rahasia umum bahwapengetahuan tentang perpajakan seringdimanfaatkan dalam upaya tax planning(lihat Hasseldine et al., 2009). Memperkuatkonsep ini, Hite (1987) dan Widayati danNurlis (2010) membuktikan secara empirisperan pengetahuan dan pemahaman pajakmeningkatkan kemauan membayar ataumengelak pajak. Vasin (2008) secara gam-blang menjelaskan pengetahuan pajak yangbaik memampukan mendesain pembayaranpajak secara minimal.

Dari sisi etika, perilaku meminimalkanmembayar pajak dianggap sebagai tidaketis. Asas etika ini mengharuskan warganegara memiliki kewajiban untuk mem-bayar pungutan apapun yang dibutuhkanpemerintah (Cohn, 1998; Fagbemi et al.,2010). Berposisi kontra, sudut pandanganarki memandang tidak ada kewajibanmembayar pajak karena negara tidak legal(McGee et al., 2011). Untuk mengatasi ke-senjangan hubungan warga dan peme-rintah, Feld dan Frey (2007) menyarankanhubungan yang adil antara wajib pajak dannegara untuk meningkatkan kepatuhanpajak. Wajib pajak cenderung akan patuhbila mereka menikmati layanan memuaskansebagai kompensasi pembayaran pajak(Pope dan Mohdali, 2010).

Sebagian besar isu etika pajak dikaitkandengan moralitas. Torgler (2007) mendefi-nisi moralitas pajak sebagai motivasi intrin-sik untuk membayar pajak. Kemauan mem-bayar pajak merupakan bagian dari ke-wajiban moral dan keyakinan bahwa pajakberkontribusi bagi masyarakat. Bagaimana-pun, moralitas terikat pada nilai-nilai agama(McKay dan Whitehouse, 2014). Sebagianbesar peneliti sepakat bahwa mengingkarimembayar pajak sama halnya dengan me-lakukan dosa besar. Oleh karena itu, nilai-nilai agama dipersepsi mempengaruhi peri-

Page 111: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 265

laku yang berperan meningkatkan kepatuh-an pajak. Palil et al. (2013) dan Richardson(2008) membuktikan hubungan positif anta-ra religiusitas dan kepatuhan pajak. Tittledan Welch (1983) menemukan hubungannegatif antara religiusitas Katholik dengantingkat penghindaran pajak. Gupta danMcGee (2010) melakukan studi empiris ten-tang dampak agama terhadap persepsipengelakan pajak pada mahasiswa diAustralia menghasilkan temuan signifikanbahwa pemeluk agama Budha cenderungmenentang penggelapan pajak dibanding-kan pemeluk agama Katholik, Protestan,dan Kristiani Ortodoks. Ross dan McGee(2011) membuktikan bahwa pemeluk agamaProtestan, Katholik, Islam, Hindu danBudha di Malaysia juga tidak menyepakatiisu penghindaran pajak. Strielkowski danČábelková (2015), meneliti efek agama, bu-daya, dan penggelapan pajak di negaraCzech. Hasil survei terhadap 1000 orangmenunjukkan sekalipun mereka ateis, tetapmematuhi membayar pajak, bukan dalamperspektif agama tapi karena rasa banggapada negara. Hasil ini mengonfrontasibahwa individu yang tidak memiliki afiliasikeagamaan cenderung melakukan kecurang-an pajak (Stack dan Kposowa, 2006). Semen-tara itu, persepsi religus lainnya mengang-gap tidak membayar pajak sebagai per-buatan etis dengan alasan bukan bagiandari perintah Tuhan (Yusuf, 1971; McGee,2012) dan pajak meningkatkan nilai jualbarang.

Berbagai hasil penelitian di atas tampak-nya belum juga mampu meningkatkankepatuhan pajak. Hingga hari ini, tingkatkepatuhan pajak belum mencapai hasilsebagaimana diharapkan, bahkan hampir disetiap negara (www.taxcompact.net, 2013).Ketidak tercapaian ini dibuktikan denganadanya selisih antara harapan dan realisasipajak atau dikenal dengan tax gap. Untukkondisi kepatuhan pajak di Indonesia,Kementerian Keuangan-Direktur JenderalPajak mempublikasi bahwa dibandingkanMalaysia dan Singapura, tax ration di Indo-

nesia tergolong rendah (Kementerian Ke-uangan, 2015).

Fenomena ini menandai bahwa studikepatuhan pajak belum berkontribusi me-ningkatkan kepatuhan pajak. Hakikatnya,kepatuhan pajak adalah sebuah kondisiyang diharapkan secara internal atau intrin-sik mau memenuhi seluruh kewajibanpajak. Sedangkan upaya-upaya meningkat-kan kepatuhan pajak dari berbagai per-spektif bergantung dengan atribut-atributeksternal. Tidak mungkin sesuatu yanginternal dicapai dengan upaya eksternal.Wajar jika ada ketidak cocokan antaraharapan dan realisasinya.

Mekanisme ekonomi misalnya, masihmengandalkan skema hukuman. Wajibpajak yang belum patuh diperlakukanseperti penjahat negara. Cara ini tampakterlalu tradisional yang semakin menjauhdari tujuan. Targetnya dihukum, bukanbayar pajak. Eksternalitasnya tampak bah-wa yang disuruh mau itu moral atau jiwatapi yang dipaksa fisiknya. Padahal, me-nurut Roman Seer (2013), penegakan hu-kum akan semakin membuat wajib pajakfrustasi sehingga mereka lebih memilihuntuk menghindari pajak. Oleh karena itu,menurut pengamat ekonomi Enny SriHartati, harapan bahwa tahun 2015 yangdiklaim sebagai tahun pembinaan wajibpajak melalui penekanan dan pengejaranwajib pajak yang selama ini menghindaripajak justru menjadi tahun dengan shortfallpajak terbesar sepanjang sepuluh tahunterakhir (Hartati, 2015). Padahal, menurutPengamat pajak, Darussalam otoritas pajakjustru harus meminimalkan bahkan meng-hindari isu sengketa pajak (Darussalam,2015). Dengan kata lain, otoritas pajak harusmencari alternatif penyelesaian sebelumkonflik dengan wajib pajak menjadi seng-keta pajak.

Demikian pula cara pandang psikologi,pendekatan ini menempatkan hubunganpsikologis wajib pajak dengan otoritas pajakpada skema pertukaran (exchange theory).Menurut skema ini, kepatuhan sukareladapat diciptakan jika wajib pajak mem-

Page 112: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

peroleh utilitas berupa layanan publik yangmemuaskan atas pembayaran pajaknya.Otoritas pajak dituntut menciptakan fasili-tas pajak dan sistem administrasi perpajak-an yang mudah dan sederhana serta ke-sediaan melayani wajib pajak dengan ra-mah, jujur dan efisien sehingga menumbuh-kan kepercayaan terhadap otoritas pajak.Sebaliknya, jika ekspektasi utilitas tidakterwujud, wajib pajak akan menghentikanexchange relationship dengan menghindaripajak. Ekspektasi utilitas adalah atributeksternal. Otoritas pajak dan sistem pajakberada jauh di luar diri wajib pajak. Inidibuktikan pada masyarakat RepublikCzech yang sama sekali tidak memper-timbangkan peran otoritas pajak dalampembayaran pajaknya (Strielkowski danČábelková, 2015). Perkembangan berikut-nya di era teknologi informasi yang manaperan otoritas pajak telah diwakili olehmedia elektronik, maka atribut otoritaspajak tidak relevan dalam menjelaskankepatuhan pajak.

Ini berarti bahwa studi non/kepatuhanpajak masih merupakan puzzle yang belumterjawab. Jika dicermati, kajian kepatuhanselalu bertumpu pada asumsi rasionalekonomi meskipun menggunakan pen-dekatan sosial budaya, etika moral, psiko-logi, dan religius; adalah pendekatan yangrasional. Tulisan ini mencoba melihat isukepatuhan pajak sebagai sesuatu yangintrinsik dengan cara pandang intrinsik.Nilai-nilai intrinsik tidak akan pernah ter-lepas dari faktor agama yang dalam jangkapanjang membentuk budaya. Cara ini di-harapkan lebih dekat dalam melihat realitaskepatuhan pajak. Delener (1994) dan Gur(2005) membenarkan relasi agama dalammembentuk perilaku. Sementara Richard-son (2008) dan Palil et al. (2013) menemukanhubungan positif antara agama dengantingkat kepatuhan pajak. Hasil studi empi-ris tersebut memperkuat pendapat Weber(1949) bahwa agama mempengaruhi masya-rakat. Dengan kata lain, agama membentuknilai-nilai sosial (Habito dan Inaba, 2006).Belum jelas bagaimana agama berperan

mentransfer nilai-nilai tersebut menjadiperilaku. Terutama untuk isu penghindaranpajak yang bersifat dan berskala global.

Tulisan ini mencoba memahami peri-laku ketidakpatuhan pajak dengan me-minjam nilai-nilai budaya yang terwariskanantar generasi dengan skema neo ashabiyah.Skema ini dipilih dengan pertimbanganbahwa budaya dan agama adalah nilaiintrinsik yang melekat dalam diri individuyang terhubung secara masif dan masaldengan masyarakat yang pada akhir- nyamembentuk moralitas bersama dalammenghindari pajak. Hal ini disebabkanbahwa agama merupakan elemen kuncibudaya yang menentukan perilaku (Baba-kus, 2004 dan Cornwell et al., 2005). Be-berapa studi empiris menemukan bahwanilai-nilai agama membentuk perilakualtruism atau loyalitas sosial (Mikulincerdan Shaver, 2010 dan Saroglou, 2013)sehingga harusnya juga mematuhi pajaksebagai kewajiban sosial.

MEMAHAMI “ NEO ASHABIYAH”Memahami ashabiyah tidak dapat di-

lepaskan dari Ibn Khaldun. Beliau lahirpada 27 Mei 1332 atau 732 H di Tunish(Yaman), daerah Arab Selatan dari sebuahklan berpengaruh yaitu Bani Khaldun.Secara etnis, Ibn Khaldun adalah seorangsuku Arab. Latar belakang sosial ini telahmembentuk Ibn Khaldun sebagai ilmuwanrasional sekaligus bercorak spiritual. Diaadalah sejarawan Muslim, negarawan, eko-nom, pendidik serta pemikir sosial pertamayang mengenalkan perspektif sosiologi(Mohammad, 1998). Ibn Khaldun telah me-ngembangkan ilmu sejarah secara eksplisitdengan pendekatan seni dan sosiologi(Ahmed, 1995).

Kredibilitas ilmiah ini merupakan pe-ngakuan terhadap Ibn Khaldun sebagaipeletak ilmu pengetahuan dengan tiga ele-men dasar (Rahman, 2006), yaitu penjelasanmelalui konsep-konsep baru, menghindarigeneralisasi dengan justifikasi natural,dukungan konseptual berasal dari ide danteori yang terdemonstrasi secara jelas dan

Page 113: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 267

transparan yang diadaptasi dari realitas al-umran (peradaban). Ibn Khaldun menawar-kan ilustrasi yang melampaui realitaseksternal dan tampak; menyajikan tinjauanhakikat batiniah dalam memahami sejarahmelalui penjelasan sebab akibat (Fauzi,2013). Elemen pengetahuan tersebut men-jadi nisbat bahwa Ibn Khaldun adalahfilosof yang religius. Metode ini tidak me-misahan fakta dan fiksi sebagaimana yangdilakukan sejarawan kontemporer lainnya.

Ini berarti, Ibn Khaldun telah memulainalar ilmiah dengan sudut pandang agama;memadukan pemikiran tradisional rasional(kausalitas) serta spiritual (metafisik) ber-pikir. Ibnu Khaldun mencoba mengintegrasiilmu dengan agama (Mohammad, 1998).Karyanya antara lain Kitab al-'Ibar (sejarahdunia) dan Muqaddimah (pendahuluan)pada tahun 1377. Karya tersebut menjadireferensi dalam memahami hakikat realitasyang dimulai dengan memahami hakikatmanusia. Ibn Khaldun memusatkan analisispada manusia (Rosenthal, 1967: 19). Pe-mahaman ini agaknya berangkat darisebuah keyakinan peran manusia sebagaikhalifah di muka bumi. Manusialah yangmemberi watak peradaban. Setiap utusanAllah datang ke dunia ini untuk merefor-masi manusia melalui struktur yang dapatmempengaruhi perilaku mereka (Chapra,2008). Dengan demikian dapat dipahamibahwa tidak ada struktur yang bebas nilai.

Diskusi tentang Ibnu Khaldun tidakdapat diceraikan dari konsep ashabiyah.Kenneth Burke (Caton, 1990: 86) menyebut-nya sebagai istilah khas bagi Ibn Khaldun.Ashabiyah adalah inti konsep Ibn Khaldundalam memahami masyarakat. Berbedadengan ahli sejarah dan sosiolog modernlainnya yang mengasumsikan masyarakatsebagai struktur mekanis, Ibn Khaldunoptimis bahwa sifat struktur masyarakatadalah dinamis. Masyarakat telah ber-kembang dari organisasi sederhana menujuorganisasi yang kompleks (Mohammad,1998). Individu adalah penggerak utamaperadaban. Sebagai mahluk sosial, manusiamembutuhkan masyarakat untuk berinter-

aksi secara sosial. Manusia bukan mahluksoliter; ia tak mungkin hidup dengan ter-isolasi. Mereka membutuhkan masyarakatsosial secara mendasar untuk menyempurna-kan kehidupannya. Watak masyarakat de-ngan demikian merupakan representasi ke-sepakatan individu yang ada di dalamnya.

Ibn Khaldun memperkenalkan asha-biyah dalam terminologi solidaritas nasab(keturunan) atau solidaritas etnis (Thoha,2011: 442). Sebagaimana diketahui bahwalatar belakang Ibn Khaldun yang lahir danhidup di mana bangsa-bangsa Arab me-miliki kedekatan satu sama lain atas dasargaris keturunan atau klan (nasab). Padaumumnya, bangsa-bangsa Arab sangatbangga dengan nasab mereka. Untuk mem-pertahankan garis nasab tersebut, seringkaliperkawinan di antara keturunan merekaadalah perkawinan satu nasab.

Beberapa diskusi ilmiah berupaya men-translasikan ashabiyah. Kata ini sering di-terjemahkan melalui kata asalnya asabayang berarti keeratan, kedekatan, ke-kerabatan, atau dalam makna yang luasadalah grup (Hussain dan Kamali, 1977:148). Namun demikian, Ibn Khaldun telahmengikatkan kata ini dengan ikatan ke-kerabatan, kesukuan, atau solidaritas etnissebagaimana budaya yang berkembang diArab di masa pra Islam. Memang, rasa inidikembangkan atas dasar kesamaan nasabnenek moyang, yang dibentuk karenahubungan darah atau etnis dalam budayaArab. Konsep kekerabatan ini pentingdalam budaya Arab pra Islam. Ashabiyahadalah semacam simbol atau identitas bagimasing-masing klan untuk mempertahan-kan klannya dari serangan klan lainnya diera kehidupan nomaden. Dengan strukturgurun, setiap klan harus hidup berpindah-pindah mencari makanan guna memper-tahankan hidupnya. Ashabiyah akan me-nguat pada kondisi kelaparan dan keter-tekanan.

Pada periode selanjutnya setelahdatangnya Islam, konsep ikatan kesukuanini di perbarui dengan ikatan agama yangdikenal dengan istilah ukhuwah. Cara ini

Page 114: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘AlaihiWasallam untuk menghilangkan sekatkesukuan dan menciptakan keeratanhubungan di antara para suku yang bertikaimelalui mekanisme agama. Cara ini sangatampuh sehingga klan kesukuan dalambudaya Arab yang terkenal tidak maudipimpin kecuali oleh suku yang dominandan berkasta tinggi telah bergeser danberubah menjadi mekanisme kepemimpin-an atas dasar kesamaan agama. Dominasidan doktrin agama berhasil menggeser polapikir kesukuan dan menyatukan merekadalam dinasti daulah Islam.

Jika ashabiyah merupakan ikatan emosi-onal atas dasar kekerabatan dan suku atauras, maka “neo ashabiyah” dalam tulisan inidikembangkan dalam bentuk adanya ikatanemosional dan kedekatan dalam bentuksolidaritas kelompok yang lebih luas darisekedar ikatan kesukuan atau kekerabatan.Kohesi sosial dalam neo ashabiyah secaraumum dapat dipahami sebagai kesamaansenasib dalam skema sebangsa setanah air.Konsep ini mengaitkan kesamaan perasaandan kedekatan emosional individu-individudalam satu kebangsaan. Identitas kebangsa-an seringkali menjadi dasar terciptanyaterciptanya perasaan senasib dan sepenang-gungan walaupun awalnya tidak salingkenal. Menciptakan getar haru yang samasaat merah putih dikibarkan, yang tidakharus dijelaskan pada level biologi ataupsikologi tetapi sebagai sesuatu yang secaranaluri ada dalam diri manusia.

Jika kesamaan dan kedekatan emosi-onal dapat dikembangkan melampaui ikat-an hubungan darah atau kekerabatan, makaneo ashabiyah dengan skema ikatan emosi-onal dengan dasar identitas kebangsaandapat diperluas pada identitas lainnyaseperti kesamaan sebagai keturunan Adamyang berarti menjadi lintas suku, lintasnegara atau lintas geografis. Ini berartibahwa ikatan atau kohesi sosial secara terusmenerus dapat berkembang dalam skalayang tidak dapat dibatasi. Ikatan ataukohesi sosial seperti ini pada gilirannyaakan menciptakan kesatuan perasaan dan

kesatuan tatanan moral serta kesatuanperilaku. Solidaritas merujuk pada kesama-an aksi antar individu yang merefer padaperasaan, moral, dan nilai-nilai bersamaberdasarkan pengalaman emosional ber-sama. Dengan demikian, kesamaan perasa-an, pemikiran, dan perilaku dapat me-nembus batas-batas ras, agama, budaya,dan bangsa. Jika diurutkan hingga kepangkalnya adalah hakikatnya manusiaakan mengakui sebagai satu bagian, sebagaianak bani adam. Falsafah ini dapat menjadipijakan kokoh bahwa perilaku seluruhmanusia akan memiliki kesamaan secarahakikat. Dengan kata lain, perilaku bukanaksi yang terisolasi. Selalu terbuka ke-mungkinan untuk diindera secara masal.Kemajemukan perilaku tetaplah merupakanrepresentasi dari yang tunggal dan utuh;mewakili kehendak komunal. Dengan katalain, ketidakpatuhan pajak walaupun tam-pak sebagai perilaku sosial hakikatnya tetapmerepresentasi perilaku individu yang ter-integrasi dalam masyarakat.

KEPATUHAN PAJAK DALAM SKEMANEO ASHABIYAH

Tidak ada yang suka membayar pajak(Frey dan Torgler, 2007) tidak peduli statussosial, gender, agama, dan bangsa. Tanpapeduli apakah ia ateis atau sekuler atauyang religius sekalipun. ini semacam me-nandai bahwa ketidakpatuhan pajak adalahperilaku individual yang mewakili ke-hendak sosial. Jika dikaitkan dengan feno-mena bahwa ketidakpatuhan pajak merupa-kan masalah klasik yang dihadapi otoritaspajak di seluruh dunia (Kristiadji et al.,2013), ini menandai bahwa ada semacamkesadaran bersama atau serentak di seluruhdunia yang menggerakkan masyarakatmenolak pajak secara sukarela (internal)dan otonom walau pun law enforcement telahditegakkan. Pada ranah kesadaran inilah,tulisan ini dikembangkan.

Sejauh ini, kesadaran lebih banyakdikonotasikan dalam pertautannya denganpikiran. Dalam skim pengetahuan modern,hal ini sangat lumrah karena ilmu dalam

Page 115: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 269

ranah tersebut dibangun dari asumsi yangtunggal yaitu asumsi rasional. Mereka tidakmengenal asumsi di luar yang rasional.Oleh karena itu, selain mind consciousnessdikelompokkan dalam area unconsciousness.

Pola pemikiran tentang asumsi bahwamanusia tidak hanya rasional, tapi jugamahluk sosial dan mahluk spiritual, makapeta kesadaran manusia dapat dikembang-kan menjadi kesadaran rasional, kesadaralsosial (kolektif), serta kesadaran spiritual.Dengan kata lain, ilmu pengetahuanmodern dengan basis asumsi rasional sajatidak akan pernah mampu untuk menelaahlebih jauh tentang peta kesadaran selainkesadaran rasional. Namun demikian, ke-sadaran rasional, sosial, dan spiritual tidakmudah ditangkap lokasinya karena tidakmenempati ruang fisik tertentu dan sejati-nya terpilin dalam kesatuan. Ibarat gelom-bang yang berenergi besar menggerakkansesuatu secara serentak dan serempak.

Ketidakpatuhan pajak menjadi gerakanmasal yang setiap orang di seluruh duniamenolaknya baik dengan cara merencana-kan (tax plannig), menghindari (tax avoi-dance) dan menggelapkan (tax evasion).Telaah rasional menggambarkan bahwa ke-engganan membayar pajak mengafirmasisebuah mekanisme cost benefit. Denganasumsi sebagai mahluk rasional, sementaratugas utama rasio identik dengan kalkulasi,pajak menghuni kuadran beban yang ber-potensi mengurangi tingkat kesejahteraansehingga menjadi rasional jika setiap indi-vidu berupaya meminimalkan pajak. Skemaini cukup berterima umum secara rasionaldalam skema self interest. Individu berupayamenghemat pajak untuk memaksimumkanutilitasnya. Wajar, jika semakin kaya se-orang individu, semakin menghindari pa-jak. Strielkowski dan Cabelkova (2015) danTorgler (2003) membuktikan hubungannegatif pendapatan dengan moralitas ber-pajak, yang mana semakin tinggi pen-dapatan semakin berkeinginan menggelap-kan pajak.

Mayoritas orang kaya Amerika lebihrela kekayaannya digunakan untuk men-

danai kegiatan filantropi daripada diserah-kan sebagai pembayaran pajak (Rosenman,2012). Secara umum kita mengenal CEOFacebook Mark Zuck yang menyumbang-kan 99 saham Facebook untuk kegiatanfilantropi yang berfokus pada anak-anak(Kosnitzky, 2016). Justru, kegiatan filantropidan kemanusiaan dimanfaatkan untuk men-dapatkan insentif pajak (Anik et al., 2009).Sebagaimana diketahui bahwa donasi untukkegiatan filantropi merupakan fasilitaspengurang pajak (Bakija dan Heim, 2011;Fack dan Landais, 2012). Memperkuat pen-dapat ini, Xin Li et al. (2010) menggambar-kan bahwa orang kaya Amerika mengeluh-kan pengenaan pajaknya terlalu tinggi tapibersedia membayar lebih untuk mendanaikegiatan kemanusiaan. Lebih lanjut masihmenurut Xin Li et al (2010), kegiatan kari-tatif tersebut menyumbang 2,2 persen Pro-duk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini setaradengan pengeluaran atau belanja pe-merintah (APBN) di tahun berjalan. Faktalainnya, imigran Meksiko bersedia meng-hindari pajak demi mempertahankan loyali-tas kepada keluarga (Morales, 1998).

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwamasyarakat lebih menyukai aktivitas sosialdaripada membayar pajak. Padahal, danapajak sebagian besar juga dialokasikanuntuk membiayai fasilitas-fasilitas publik.Ini semacam anomali yang mengecualikanpajak dalam skema kepedulian sosial,sementara pajak juga bagian dari kegiatansosial atau setara dengan aktivitas sosial.Seperti dijelaskan sebelumnya, kegiatankaritatif menjadi alasan legal untuk me-ngurangi pajak (tax avoidance).

Sepintas lalu, dapat disimpulkan bah-wa kegiatan karitatif yang dimanfaatkansebagai pengurang pembayaran pajak tetapmerupakan manifestasi self interest. Kegiat-an filantropi selain untuk menyenangkandiri sendiri dengan memberi (Anik et al.,2009; Dunn, 2008), juga untuk meningkat-kan utilitas diri dengan menghemat pajak(Kosnitzky, 2016; Bakija dan Heim, 2011).Dengan filantropi, mereka berupaya mem-bahagiakan diri sendiri dengan cara ber-

Page 116: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

bagi. Dikatakan bahwa filantropinya se-bagai self interest adalah karena kegiatantersebut tidak murni sebagai kepeduliansosial tapi untuk menyenangkan diripribadinya (Anik et al., 2009).

Di sisi lain, tidak seluruh prinsip bebandinisbatkan pada utilitas. Jika seluruh indi-vidu semata-mata bertindak dalam prinsipkalkulatif, maka tidak akan pernah adaaktivitas karitatif. Bakar dan Rashid (2010)melakukan studi empiris tentang pem-bayaran zakat dalam mekanisme pajakterhadap 281 akademisi di Malaysia. Studitersebut menghasilkan temuan bahwa pem-bayaran zakat bukan semata-mata untukmendapatkan potongan pajak tapi karenaalasan altruistik. Ini berarti bahwa kerelaansebagian orang untuk membelanjakan harta-nya tidak datang dari alasan utilitas tapitumbuh karena semangat altruitas; keter-ikatan sosial. Terbukti bahwa pembayaranpajak tidak dimaksudkan untuk memper-oleh kredit pajak, tapi lebih pada alasanibadah dan tujuan kemanusiaan. Simpulanini diperkuat dengan penelitian Fidiana(2015) yang menemukan bahwa sangatsedikit yang memanfaatkan pembayaranzakat untuk memperoleh penguranganpajak pada mekanisme pajak. Padahal, jikamelihat fakta lainnya, potensi pembayaranzakat di beberapa lembaga amil zakatdilaporkan sangat berlimpah, namun haltersebut tidak dimanfaatkan pada peng-hitungan pajak.

Terlepas dari apapun motivasi filan-tropi, intinya bahwa kegiatan karitatif lebihdipilih daripada membayar pajak. Bentukkepedulian sosial ini menunjukkan ke-terikatan sosial atau komitmen sosial (neoashabiyah), entah karena ingin berbagikebahagiaan atau ingin meringankan bebansesama. Ashabiyah, yang semula ditautkansecara sempit sebagai keterikatan atashubungan darah (kekerabatan), melebarmenjadi keterikatan antar bangsa danagama (neo ashabiyah).

Telaah ketidakgairahan terhadap pajaksecara sosial (neo ashabiyah) dibuktikandengan bahwa motivasi neo ashabiyah

tampak memudar secara global saat di-hadapkan dengan pajak. Jika aktivitas filan-tropi disepakati sebagai aktivitas yang ber-dampak membahagiakan individu (Dunn, etal., 2008) sementara membayar pajak me-ningkatkan emosi negatif (Coricelli et al.,2010; Yokum dan Rossi, 2009). Kewajibanpajak menjadi beban yang mempengaruhiaktivitas tingkat emosi dan saraf. Bagimereka, walaupun pajak bersifat sosial se-bagai penopang pendanaan barang-barangpublik, tetap saja diletakkan sebagai bebanpikiran sehingga berpengaruh negatif diruang saraf dan emosi.

Emosi negatif terhadap pajak kemudiansemacam membuat ikatan (neo ashabiyah)penolakan yang melintas di ruang kesadar-an antar individu. Ini berarti, neo ashabiyahmembentuk ikatan sadar; menciptakan ke-selarasan sosial dan menyatukan pandang-an. Ketika solidaritas sosial berdaulat di atasmayoritas, ia menjadi kekuatan yang me-nyatukan kesadaran dan perilaku. Artinya,neo ashabiyah dapat menjadi sistem defen-sive pada kondisi penuh tekanan. Sifatkoersif (memaksa) pajak akan berhadapandengan penolakan serentak dan masal.Penolakan pajak seringkali merupakan peri-laku individual sebagai hasil pembelajaransosial dan refleksi kesadaran bersama yangterwariskan hingga hari ini.

Setiap individu sepakat bahwa orang-orang yang bahagia akan memberi lebih,dan memberi membuat orang bahagia(Anik et al., 2009). Namun, belum pernahada orang yang bahagia dengan pajak.Memenuhi pajak adalah karena terpaksaatau dipaksa (oleh undang-undang). Duakeadaan yang sangat bertolak belakang.Keduanya semacam menempati denah batinyang berbeda. Jika aktivitas “memberi”secara neural berdampak membahagiakandan melahirkan empati (Mayr et al, 2009),sedangkan kondisi bahagia letaknya di hati,sementara pajak seolah menghuni ruangyang berbeda dengan aktivitas karitatif. Inimenandai bahwa pajak tidak dikenal se-belumnya di ruang batin, seperti bendaasing, sehingga menimbulkan penolakan.

Page 117: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 271

Komitmen sosial (neo ashabiyah) ataspenolakan pajak dengan demikian mere-fleksi ketiadaan denah ‘batin’ bagi pajak.Ketiadaan denah ini sangat disadari olehpencetus pajak dan diakui oleh otoritaspajak sehingga teks definisi pajak merujukpada konteks pungutan resmi negara yangbersifat memaksa. Ini berarti, otoritas pajaksangat paham dengan sifat pajak yangkoersif. Pajak adalah paksaan yang di-benarkan undang-undang. Tidak akan adaindividu yang dengan sukarela membayarpajak kecuali harus dipaksa. Pada kondisiinilah neo ashabiyah memainkan peran.

Seperti diurai sebelumnya, bahwa asha-biyah menguat pada kondisi paksaan, se-hingga respon penolakan pajak berskalaglobal. Keputusan menghindari atau me-nolak pajak, bukanlah keputusan sederhanamelainkan keputusan yang komplekskarena akan dihadapkan pada serangkaianpertimbangan denda dan hukuman. Padatitik ini, justru pikiran kehilangan kekuatandan intuisi tampil mengambil peran.Dijksterhuis et al. (2006) mengklaim bahwasaat dihadapkan pada situasi kompleks,kerja pikiran terhenti dan keputusan di-serahkan pada unconscious/subcounscious.

Istilah intuitif lebih diterima di Indo-nesia daripada istilah unconscious yangbanyak digunakan di Barat. Intuisi bukan-lah ketidaksadaran, melainkan kesadarannon-pikiran, kesadaran yang melampauikesadaran pikiran; kesadaran batiniah ataunaluriah. Kesadaran intuisi selama initerabaikan karena dominasi pikiran (mind)dalam paradigma positifis (Cartesian).Padahal, intuisi berkapasitas tak terbatasdan mampu menghasilkan keputusan lebihoptimal (Dijksterhuis dan Nordgren 2006),kreatif (Weisberg 2006), lebih berbobot(Usher et al., 2011) dan jika dibandingkandengan kapasitas keputusan level pikiran.

Berbeda dengan keputusan level piker-an yang menimbang cost benefit ataumempertimbangkan sanksi dan hukuman,keputusan menolak pajak yang berlokasi dikesadaran batin, lebih kuat dan seringkalitidak beralasan. Bahkan, keputusan intuitif

seringkali bertolak belakang atau meminjamistilah Newel dan Shanks (2014) ‘kebal’(immune) dari pengetahuan atau informasidi kesadaran pikiran. Oleh karena itu kitamendapati bahwa denda atau sanksi yangdimaksudkan sebagai efek jera bagi wajibpajak yang melanggar atau tidak membayarpajak, tidak pernah mencapai tujuannya.Wajib pajak tidak pernah sembuh daripenyakit mengelak pajak. Ini dibuktikandengan upaya penegakan hukum melaluilembaga penyanderaan (gizeling) padatahun 2015, otoritas pajak pusat telah mem-proses 329 usulan pencegahan dan 29 usul-an penyanderaan terhadap pengemplangpajak. Dari 29 usulan penyanderaan ter-sebut, hanya 13 penanggung pajak yangmau menyelesaikan utang pajaknya. Feno-mena ini seolah menandai bahwa hukumanfisik belum mampu menundukkan pikiran.Ruang kerja pikiran yang berbasis cost andbenefit tampaknya dipengaruhi oleh kekuat-an lainnya sehingga tidak terusik saat secarafisik, dirinya diancam hukuman. Dengankata lain, intuisinya mendominasi untuktetap mengelak pajak.

Selanjutnya, energi penolakan pajak inibertautan dan membentuk domain infor-masi di ruang kesadaran level ‘batin’(subconscious) yang kemudian mengomandopikiran untuk memutuskan secara kolektif.Newel dan Shanks (2014) menyebutnyasebagai validitas ekologi; bahwa keputusanintuitif berperan sebagai stimuli bagilingkungan. Pola ini menggambarkan ke-putusan menolak pajak mengandaikankesadaran kolektif. Bagaimana tidak, keeng-ganan memenuhi mewabah secara global,lintas kultural, lintas geografis, sejak awalkemunculannya hingga hari ini. Ini terjaditidak hanya di Indonesia tapi juga di negaralain pengaplikasi pajak termasuk di negara-negara pencetus pajak.

Hal ini menggambarkan kekuataninteraksi energi kesadaran intuitif telah me-nyamakan pandangan dan perilaku. Tidakhanya wajib pajak, otoritas pajak juga me-ngakui munculnya keterpaksaan saat ber-pajak. Padahal selama ini, ketidakpatuhan

Page 118: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

272 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

dituduhkan dan ditujukan sepihak hanyapada wajib pajak.

Dari perspektif neo ashabiyah, kesamaanperilaku dengan orang lain merepresentasikesadaran kolektif (neo ashabiyah) atausolidaritas komunal. Neo ashabiyah tumbuhlebih kuat dalam kondisi ketidakadilan danketidaknyamanan. Ketika pajak dianggapsebagai paksaan dan tekanan, semangatkebersamaan menolak pajak muncul tanpakompromi atau koordinasi verbal. Penolak-an masyarakat terhadap pajak secara umummerupakan referensi kuat bagi individulainnya untuk menolak pajak. Akumulasipenolakan ini bersinergi membentuk ruangantipati intuitif terhadap pajak. Mekanismeintuitif berpotensi menghubungkan indi-vidu di seluruh dunia (Newel dan Shanks,2014) dalam membentuk perilaku dan ke-putusan serupa. Ruang ini kemudian men-jadi validasi yang mengesahkan penolakanpajak secara turun temurun.

Pola penolakan terhadap pajak diwaris-kan secara genetik. Ini berarti bahwaashabiyah menjadi semakin luas; bukan lagiantar ikatan darah, kekerabatan, suku, danbangsa, tapi telah menjangkau antar gene-rasi. Kecenderungan menolak dan meng-elak pajak telah terakit tanpa melalui ruangedukasi publik. Patron ini sedikit memberigambaran bahwa upaya otoritas pajakuntuk meningkatkan kepatuhan pajak akanselalu berhadapan dengan kesadaran kolek-tif (neo ashabiyah) yang secara naluriah ataubatiniah menolak pajak. Keadaan batin yangtidak mudah ditundukkan oleh ancamandenda atau hukuman.

SIMPULAN DAN SARANKepatuhan pajak merupakan isu pen-

ting berkaitan dengan belum tercapainyatarget kepatuhan sebagaimana diharapkan.Kepatuhan pada tuisan ini merujuk padakepatuhan intrinsik yaitu kepatuhan yangdiharapkan dari kesadaran internal yangotonom. Berbagai penelitian dari multi per-spektif telah dikembangkan dalam rangkameningkatkan kepatuhan. Kepatuhan pajakmerupakan masalah global yang merupa-

kan subset dari budaya. Pemahaman pajakmerupakan refleksi budaya ditandai denganmewabahnya ketidakpatuhan pajak di se-tiap negara, bukan pada level individualsemata. Melalui sistem budaya, maka sim-bol nilai, ide dan pemikiran, pengetahuan,keyakinan, dan spirit di interaksikan, di-wariskan, dan dilestarikan. Sementara itu,budaya seringkali dibentuk oleh sistem nilaiyang bersumber dari agama. Oleh karenaitu, tulisan ini mencoba meneropong ke-patuhan pajak dari skema sosial yangdisebut neo ashabiyah; solidaritas sosial yangberkembang dan terwariskan melalui bu-daya. Skema ini secara umum dapat di-pahami sebagai rasa cinta yang tumbuhkemudian mengeratkan hubungan di antarabeberapa individu atas dasar persamaansuku, bangsa, dan agama.

Pada konteks kepatuhan pajak, skemaini digunakan untuk melihat bahwa ke-tidak-patuhan pajak menjangkiti seluruhindividu bahkan melintasi sekat suku,agama, gender, bangsa, dan negara danberikutnya antar generasi. Penolakan pajaktampak terkomunikasi tanpa melalui ruangedukasi publik. Sebuah kesadaran yangterbangun secara kolektif untuk meng-hindari pajak. Ini berarti, kepatuhan pajakdalam konteks kepatuhan internal sebagai-mana yang diharapkan akan sulit tercapai.Kalaupun kepatuhan pajak mencapai target,tetap dipertanyakan secara hakikatnya yanginternal dan otonom. Artinya, bisa jadi yangtercapai itu adalah kepatuhan yang sifatnyaterpaksa, bukan yang secara moral di-inginkan dan dikehendaki wajib pajak. Halini disadari bahwa secara nurani setiaporang cenderung menolak pajak. Keenggan-an ini membentuk sebuah komunikasi pu-blik pada domain kesadaran intuitif yangsulit diruntuhkan. Jika pada studi kepatuh-an rasional, ancaman atau hukumanberperan meningkatkan kepatuhan denganargumen bahwa secara logika manusia akanjera jika diancam atau dihukum, namunsejatinya nuraninya tetap dalam kondisimenolak.

Page 119: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 273

Penelitian ini merupakan studi konsep-tual yang terbatas pada pemikiran-pemikir-an awal dengan merelasikan konsep-konsepsosial dalam melihat ketidakpatuhan pajakyang belum teruji secara empiris. Ini berarti,dugaan bahwa ada skema neo ashabiyahdalam mekanisme ketidakpatuhan pajakmasih memerlukan telaah lanjutan sehinggaterverifikasi secara praktis.

DAFTAR PUSTAKAAnik, L., L. B. Aknin, M. I. Norton, E. W.

Dunn. 2009. Feeling Good aboutGiving: The Benefits (and Costs) of Self-Interested Charitable Behavior. WorkingPaper Harvard Business School

Ashari, M. I., Sutadji, E. Resmawan. 2013.Implementasi Kebijakan PenerimaanPajak Dan Bea Balik Nama KendaraanBermotor Ii Pada Kantor UPTD SistemAdministrasi Manunggal Satu Atap DiKabupaten Bulungan. eJournal Adminis-trative Reform 1(2): 511-524

Babakus, E., Cornwell, T. B., Mitchell, V.and Schlegelmilch, B. 2004. Reactions toUnethical Consumer Behavior acrossSix Countries, Journal of ConsumerMarketing 21(4): 254–263.

Bagijo, H. 2011. Pajak Dan Retribusi DaerahSebagai Sumber Pendapatan Daerah(Studi Kasus Di Kabupaten/Kota DanPemerintah Propinsi Di Jawa Timur).Perspektif XVI(1): Januari.

Bakija, J. dan B. T. Heim. 2011. How DoesCharitable Giving Respond To Incen-tives And Income? New EstimatesFrom Panel Data. National Tax Journal64(2): 615-650

Becker, G. S. 1968. Crime and Punishment:An Economic Approach. Journal ofPolitical Economy 70(2): 169-217

Bergman, M. 2009. Tax Evasion & Rule ofLaw in Latin America: The PoliticalCulture of Cheating and Compliance inArgentina and Chile. Pernsylvania:Pennsylvania State University Press.

Cartwright, D. dan A. Zander. 1968. Groupdynamics: research and theory. 3th Ed.New York: Harper and Row Publishers.

Coricelli, G., M. Joffly, C. Montmarquette,M. C. Villeval. 2010. Cheating, Emoti-ons, And Rationality: An ExperimentOn Tax Evasion. Economics Science 13:226-247

Cornwell, B., C. C. Charles., M. Vince., S.Bodo, D. Anis dan J. Chan. 2005. ACross-Cultural Study of the Role ofReligion in Consumers’ Ethical Positi-ons, International Marketing Review 22(5):531–546.

Darussalam. 2015. Membangun KerangkaBaru Kepatuhan Pajak. Inside Tax-MediaTren Perpajakan 36: 8-12.

Delener, N. 1994. Religious Contrasts inConsumer Decision Behavior Patterns:Their Dimensions and Marketing Impli-cations, European Journal of Marketing28(5): 36-53.

Dijksterhuis, A. dan L .F. Nordgren. 2006. ATheory of Unconscious Thought. Per-spectives in Psychological Science 1: 95–109.

Dijksterhuis, A., M. W. Bos, L. F. Nordgren,dan R. B. Van Baaren. 2006. On MakingThe Right Choice: The Deliberation-Without-Attention Effect. Science311(5763): 1005–1007.

Dunn, E. W., L. B. Aknin, M. I. Norton. 2008.Spending Money on Others PromotesHappiness. Science 319: 1687

Engida, T. G. and G. A.Baisa. 2014. Factorsinfluencing taxpayers’ compliance withthe tax system: An empirical study inMekelle City, Ethiopia. eJournal of of TaxResearch 12(2): 433-452

Fack, G. dan C. Landais. 2012. CharitableGiving and Tax Policy: A Historical andComparative Perspective. CEPR Confe-rence. Paris School of Economics.

Fagbemi, T. O., O. M. Uadiale, A. O. Noah.2010. The Ethics of Tax Evasion:Perceptual Evidence from Nigeria.European Journal of Social Sciences 17(3):360-371

Fidiana. 2014. Eman dan Iman: DualitasKesadaran dan Kepatuhan. Prosiding.Simposium Nasional Akuntansi XVII,Mataram.

Page 120: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

274 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 260 – 275

----------. 2015. Pemanfaatan Pungutan ZakatPada Mekanisme Pajak. Prosiding.Simposium Nasional Akuntansi Vokasike-4. Manado.

Frederick the Great. 1781. PosthumousWork of Frederick King of Prussia. Vol.V. http://www.irs.gov/newsroom/article/0,,id=110483,00.html

Frey, B. S. dan B. Torgler. 2007. Tax Moraleand Conditional Cooperation. Journal ofComparative Economics 35: 136-159.

Gemmel, N. dan M. Ratto. 2012. BehavioralResponses to Taxpayer Audits: Evi-dence from Random Taxpayer Inqui-ries. National Tax Journal 65(1): 33-58

Gupta, R dan R. McGee. 2010. Study on TaxEvasion Perceptions in Australasia.Australian Tax Forum 25: 507–34. 26.

Gur G. 2005. Religious Material culture:Modernity and Aesthetics, SpecialSession Summary, Advances in ConsumerResearch 32: 79-81.

Hartati, E. S. 2015. Kebijakan Pajak diTengah Situasi Perlambatan Ekonomi.Inside Tax-Media Tren Perpajakan 36: 8-12.

Hasseldine, J., K. H. Pernill dan V. D. Rijt.2009. The Management of Tax Know-ledge. The Association of CharteredCertified Accountants. London. ISBN.978-1-85908-455-7.

Hite, P. A. 1987. An Aplication of Attri-bution Theory in Taxpayer NonCompliance Research. Public Finance,42(1): 105-117

http://bisnis.liputan6.com/read/2379687/target-pajak-tak-tercapai-dirjen-pajak-sigit-priadi -mundur

http://pemeriksaanpajak.com/2016/03/08/jutaan-orang-dan-ribuan-perusahaan-belum bayar-pajak/

Jackson, B . R., dan V. C. Miliron. 1986. TaxCompliance Research: Findings, Pro-blem, and Prospects. Journal of Accoun-ting Literature 5: 125-165.

Kementerian Keuangan. 2015. Dirjen Pajak:Tax Ration Indonesia Masih Rendah.http://www.kemenkeu.go.id/Berita/dirjen-

pajak-tax-ratio-indonesia-masih-rendah(Juni, 2015)

Kirchler, E. 2007. The Economic Psychology ofTax Behavior. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Kosnitzky. 2016. The Chan ZuckerbergInitiative: LLC for Philanthropy. EstatePlanning 43(3).

Loo, E. C. 2006. The Influence of TheIntroduction On Self Assessment OnCompliance Behaviour Of IndividualTaxpayers In Malaysia. Ph.D Thesis.University of Sydney.

Marshall, R., M. Smith, dan R. Armstrong.2005. The Impact of Audit Risk,Materiality and Severity on EthicalDecision Making: An Analysis of TaxAgent in Australia.

Mayr, U., W. T. Harbaugh, dan D. T.Tankerslay. 2009. Neuroeconomics ofCharitable Giving and Philanthropy.Elsevier.

McGee, R. W., S. Benk, H. Yildirim, and M.Kayikci. 2011. The Ethics of Tax Eva-sion: A Study of Turkish Tax Practiti-oner Opinion. European Journal of SocialSciences 18(3): 468-480.

McKay, R. dan H. Whitehouse. 2014. Religi-on and Morality. Psychological Bulletin.

Mikulincer, M. dan P. R. Shaver. 2010. Doesgratitude promote prosocial behavior?The moderating role of attachmentsecurity. In M. Mikulincer and P. R.Shaver (Eds.), Prosocial motives, emotions,and behaviors: The better angels of ournature: 267–283. Washington, DC: Ame-rican Psychological Association.

Mirrless, S. J. 2011. Tax by Design: TheMirless Review. Institute for FiscalStudies. New York: Oxford UniversityPress.

Newel, B. R. dan D. R. Shanks. 2014.Unconscious Influences on DecisionMaking: A Critical Review. Behavioraland Brain Sciences 37: 1-61

Palil, M. R., M. R. Md. Akhir, W. F. B. W.Ahmad. 2013. The Perception of TaxPayers on Tax Knowledge and TaxEducation with Level of Tax

Page 121: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Kepatuhan Pajak Dalam Perspektif Neo Ashabiyah ... – Fidiana 275

Compliance: A Study the Influences ofReligiosity ASEAN Journal of Economics,Management and Accounting 1(1): 118-129.

Richardson, G. 2008. The Relationship bet-ween Culture and Tax Evasion acrossCountries: Additional Evidence andExtensions. Journal of InternationalAccounting, Auditing and Taxation 17(2):67-78

Rosenman, M. 2012. Paying Taxes andGiving to Charity Aren’t the SameThing. The chronicle of Philanthropy.

Ross, A dan R. McGee. 2011. Attitudestoward Tax Evasion: A DemographicStudy of Malaysia. Asian Journal of Lawdan Economics 2: 1–49.

Sari, E. V. 2015. Potensi Perusahaan 'Pe-ngemplang' Pajak Capai 4 Ribu Badan.http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160308164132-78-116178/potensi-perusahaan-pengemplang-pajak-capai-4-ribu-badan/

Sari, E. V. 2015. Tahun Lalu Jumlah KasusPajak Meningkat 280 Persen. BeritaCNN Indonesia. http://www.cnnindo-nesia.com/ekonomi/20150129071636-78-28176/tahun -lalu -jumlah- kasus-pajak-meningkat-280-persen/

Saroglou, V. 2013. Religion, Spirituality, andAltruism. APA Handbook of Psychology,Religion, and Spirituality: Vol. 1. Context,Theory, and Research, K. I. Pargament(Editor-in-Chief).

Seer, R. 2013. Voluntary Compliance.Bulletin for International Taxation, IBFD.November: 584.

Stack, S. dan Kposowa, A. 2006. The Effectof Religiosity on Tax Fraud Accepta-bility: A Cross-National Analysis.Journal for Scientific Study of Religion45(3): 325- 351.

Strielkowski, W. dan I. Cabelkova 2015.Religion, Culture, and Tax Evasion:Evidence from the Czech Republic.Religions 6: 657-669.

Tehulu, T. A. dan Y. D. Dinberu. 2014.Deternubabts of Tax Compliance Beha-vior in Ethiopia: The Case of Bahir DarCity Taxpayer. Journal of Economics andSustainable Development 5(15), 268-273.

Torgler, B. 2003. To evade taxes or not toevade: That is the question. The Journalof Socio-Economics 32: 283–302.

Usher, M., Z. Russo, M. Weyers, R. Brauner,dan D. Zakay. 2011. The impact of themode of thought in complex decisions:Intuitive decisions are better. Frontiersin Psychology 2(March): 37. doi: 10.3389

Wallschutzky, I. G. 1984. Possible causes oftax evasion. Journal of Economics Psycho-logy 5: 371-384.

Weisberg, R. W. 2006. Creativity: Under-standing Innovation In Problem Sol-ving, Science, Invention, And The Arts.Wiley.

Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Kemauan UntukMembayar Pajak Wajib Pajak OrangPribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas(Studi Kasus Pada Kpp Pratama GambirTiga, Makalah Simposium NasionalAkuntansi XIII. Purwokerto

Xin Li, S., C. C. Eckel, P. J. Grossman, dan T.L. Brown. 2010. Giving to Government:Voluntary Taxation in the Lab. Behavi-oral and Experimental Economic Science.21(10): 1-35

Yitzhaki, S. 1974. A Note on Income TaxEvasion: A Theoretical Analysis. Journalof Public Economics 3: 201-202.

Yokum, D. V. dan F. Rossi. 2009. A CriticalPerspective on Moral Neuroscience.Etics and Politics XI(2): 18-42

Page 122: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

276

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEGAWAI NEGERISIPIL (PNS) UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN WHISTLE-BLOWING

(STUDI PADA PNS BPK RI)

Rizki [email protected]

NurkholisFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

ABSTRACT

This research aims to examine the influence of attitude towards whistle-blowing, organizational commitment,personal cost,and seriousness of wrongdoing on the whistle-blowing intentions among civil servants in theSupreme Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK RI). This research used primary data collected fromonline questionnaire survey. Using a sample of 107 BPK RI’s civil servants from 35 different units, this researchshows that three of the four determinants significantly affect whistle blowing intention. The three affectingdeterminants are attitude towards whistle-blowing, organizational commitment, and seriousness of wrongdoing.This research has implications on literatures by confirming the theory of Prosocial Organizational Behavior;Theory of Planned Behavior; and The Concept of Organizational Commitment, and is expected to help thegovernment, particularly BPK-RI, in designing strategies to increase their employees whistle-blowing intentionor in designing or enhancing the institution’s whistle-blowing system. The results have limitations on theaspects of generalization, selection bias in data collection, and the sensitivity of research’s theme which ispotentially biased with real condition. We suggest the next researcher to explore other whistle-blowingintention’s determinants, design spesific research on channels and forms of whistle-blowing, re-examine theconsistency of personal cost’s effect, avoid data collection methods that potentially cause selection bias, andexpand the sample.

Key words: whistle-blowing intention, attitude towards whistle-blowing, organizational commitment, personalcost, seriousness of wrongdoing.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor sikap terhadap whistle-blowing, komitmenorganisasi, personal cost, dan tingkat keseriusan kecurangan terhadap minat whistle-blowing pegawainegeri sipil di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Data yangdigunakan dalam penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan melalui survei kuesionersecara online. Menggunakan sampel 107 orang pegawai BPK RI yang berasal dari 35 induk unit kerjayang berbeda, hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari empat determinan secara signifikanberpengaruh terhadap minat whistle-blowing PNS BPK-RI. Ketiga determinan yang dimaksud adalahsikap terhadap whistle-blowing, komitmen organisasi, dan tingkat keseriusan kecurangan. Penelitianini memberikan implikasi pada literatur dengan mengonfirmasi Teori Prosocial Organizational Behavior,Theory of Planned Behavior, dan konsep Komitmen Organisasi serta diharapkan dapat membantupemerintah, khususnya BPK RI, dalam merancang strategi peningkatan minat whistle blowingpegawainya maupun dalam mendesain atau menyempurnakan whistle-blowing system padainstitusinya. Hasil penelitian memiliki keterbatasan pada aspek generalisasi, selection bias dalampengumpulan data, dan sensitifitas tema penelitian yang berpotensi menimbulkan bias dengankondisi nyata. Melalui penelitian ini kami menyarankan peneliti berikutnya untuk mengeksplorasideterminan minat whistle-blowing lainnya, mendesain penelitian yang spesifik pada saluran danbentuk whistle-blowing, menguji kembali konsistensi pengaruh variabel personal cost, menghindarimetode pengumpulan data yang memunculkan selection bias, dan memperluas sampel.

Page 123: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 277

Kata kunci: minat whistle-blowing, sikap terhadap whistle-blowing, komitmen organisasi, personal cost,tingkat keseriusan kecurangan

PENDAHULUANMaraknya tindak kecurangan yang

terungkap beberapa tahun belakangan inibaik di sektor privat maupun di sektorpemerintahan mendapat perhatian yangserius dari publik. Khususnya yang terjadidi sektor publik di Indonesia, tipologi fraudyang paling sensitif dan menjadi perhatianadalah Korupsi. Berdasarkan Indeks Per-sepsi Korupsi (IPK) tahun 2015 yang di-terbitkan oleh Transparency International,Indonesia memperoleh nilai 36 atau beradapada peringkat 88 dari 168 negara yangdisurvei. Hasil tersebut menunjukkan bah-wa persepsi korupsi di Indonesia masihtinggi. Jika dibandingkan dengan tahun2014 dan 2013 IPK Indonesia juga mendapatnilai yang tidak jauh berbeda yaitu 34 dan32, sehingga dapat ditafsirkan bahwa upayapemberantasan korupsi di Indonesia dinilaibelum signifikan.

Korupsi selalu menimbulkan kerugian,untuk itu korupsi perlu diberantas. Se-berapapun kecilnya dana yang dikorupsi,pemberantasan korupsi kecil sama strategis-nya dengan pemberantasan korupsi besar(Diniastri, 2010). Bibit korupsi kecil jikadibiarkan dapat menjadi sebuah kebiasaanburuk yang berbuah korupsi besar. Untukmemberantas korupsi yang terjadi dalamsuatu organisasi, tentu korupsi tersebutharus dideteksi terlebih dahulu. Salah satualat yang efektif digunakan untuk men-deteksi korupsi adalah dengan member-dayakan Whistle-blower.

Whistle-blower adalah seseorang (pe-gawai dalam organisasi) yang memberi-tahukan kepada publik atau kepada pejabatyang berkuasa tentang dugaan ketidak-jujuran, kegiatan ilegal atau kesalahan yangterjadi di departemen pemerintahan, organi-sasi publik, organisasi swasta, atau padasuatu perusahaan (Susmanschi, 2012). Pe-ngaduan dari whistle-blower terbukti lebihefektif dalam mengungkap fraud dibanding-kan metode lainnya seperti audit internal,

pengendalian internal maupun audit ekster-nal (Sweeney, 2008). Pendapat tersebut se-jalan dengan Report to The Nation yangditerbitkan oleh Association of Certified FraudExaminers (ACFE) setiap dua tahun sekali(terakhir tahun 2014) yang senantiasa me-nempatkan tips dalam peringkat teratassumber pengungkap kecurangan. Pemaha-man terhadap efektifitas whistle-blowingtersebut kemudian memicu beragam organi-sasi untuk mulai proaktif mendeteksi ke-curangan dengan mengimplementasikanhotline whistle-blowing system melalui ber-bagai sarana komunikasi seperti melaluipengaduan telepon atau jaringan website/internet.

Menjadi whistle-blower bukanlah suatuperkara yang mudah. Seseorang yangberasal dari internal organisasi umumnyaakan menghadapi dilema etis dalam me-mutuskan apakah harus “meniup peluit”atau membiarkannya tetap tersembunyi.Sebagian orang memandang whistle-blowersebagai pengkhianat yang melanggar normaloyalitas organisasi, sebagian lainnya me-mandang whistle-blower sebagai pelindungheroik terhadap nilai-nilai yang dianggaplebih penting dari loyalitas kepada organi-sasi (Rothschild dan Miethe, 1999). Pandang-an yang bertentangan tersebut kerap men-jadikan calon whistle-blower berada dalamdilema kebimbangan menentukan sikapyang pada akhirnya dapat mendistorsiminat whistle-blowing.

Memahami faktor-faktor yang dapatmempengaruhi minat pegawai untuk me-lakukan tindakan whistle-blowing pentingdilakukan agar organisasi dapat merancangkebijakan dan sistem whistle-blowing yangpaling efektif. Partisipasi whistle-blowerkrusial terhadap efektifitas sistem whistle-blowing, karena sistem akan percuma jikatidak seorangpun yang menggunakannyauntuk melaporkan adanya tindakan fraud.

Penelitian sebelumnya yang berkaitandengan minat whistle-blowing telah meng-

Page 124: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

278 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

ungkap beberapa determinan dari minatwhistle-blowing. Penelitian yang dilakukanoleh Park dan Blenkinsopp (2008) danWinardi (2013) menggunakan kerangkatheory of planned behavior dari ajzen (1991)untuk menjelaskan faktor-faktor individualyang membentuk minat whistle-blowing.Salah satu faktor individual tersebut adalahsikap terhadap whistle-blowing (attitude to-wards whistle-blowing) yang menurut duapenelitian tersebut memiliki pengaruh posi-tif terhadap minat whistle-blowing. Selainfaktor individual, beberapa penelitian jugamengaitkan faktor situasional seperti ting-kat keseriusan kecurangan (Kaplan danWhitecotton, 2001; Sabang, 2013; Winardi,2013)dan personal cost (Kaplan dan White-cotton, 2001; Winardi, 2013) sebagai faktoryang turut mempengaruhi minat whistle-blowing.

Tindakan whistle-blowing juga dapatdikaitkan dengan prosocial organizationalbehavior theory. Menurut Brief dan Moto-widlo (1986), tindakan whistle-blowing me-rupakan salah satu bentuk tindakan pro-sosial anggota organisasi untuk menyampaikan arahan, prosedur, atau kebijakan yangmenurutnya mungkin tidak etis, ilegal ataumembawa bencana bagi tujuan jangkapanjang organisasi kepada individu ataubadan lainnya yang memiliki posisi untukmelakukan tindakan korektif. Sehingga de-ngan mengacu pada prosocial organizationalbehavior theory, dapat disimpulkan bahwatindakan whistle-blowing seorang pegawaimenunjukkan bentuk komitmen pegawaitersebut untuk melindungi organisasinyadari ancaman hal-hal yang tidak etis atauilegal. Faktor komitmen organisasi tersebuttelah digunakan pula dalam penelitian ter-dahulu (Somers dan Casal, 1994; Mesmer-Magnus dan Viswesvaran, 2005; Ahmad etal., 2012), hanya saja belum ada penelitianyang mengujinya di Indonesia khususnya disektor publik.

Penelitian ini memiliki tujuan untukmenguji empat determinan minat whistle-blowing Pegawai Negeri Sipil (PNS) diIndonesia pada lingkup Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia, yaitu sikapterhadap whistle-blowing, komitmen organi-sasi, personal cost, dan tingkat keseriusankecurangan. Penelitian ini juga dirancangdengan maksud untuk mengonfirmasi hasilpenelitian sebelumnya. Penggunaan respon-den yang berasal dari lingkungan BPK RIdan tambahan pengujian pengaruh faktorkomitmen organisasi dalam model peneliti-an diharapkan dapat memperkaya hasil pe-nelitian sejenis di sektor publik di Indonesiayang merupakan negara berkembang de-ngan karakteristik tingkat korupsinya yangmasih tinggi.

TINJAUAN TEORETISProsocial Organizatinal Behavior Theory

Brief dan Motowidlo (1986) mendefinisi-kan prosocial organizational behavior sebagaiperilaku/tindakan yang dilakukan olehanggota sebuah organisasi terhadap indi-vidu, kelompok, atau organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraanindividu, kelompok, atau organisasi ter-sebut. Perilaku prososial bukanlah perilakualtruistik. Menurut Staub (1978) yang di-kutip oleh Dozier dan Miceli (1985) bahwaperilaku prososial adalah perilaku sosialpositif yang dimaksudkan untuk memberi-kan manfaat pada orang lain. Namun tidakseperti altruisme, pelaku prososial juga da-pat memiliki maksud untuk mendapatkanmanfaat/keuntungan untuk dirinya juga.

Prosocial behavior menjadi teori yangmendukung terjadinya whistle-blowing. Briefdan Motowidlo (1986) menyebutkan whistle-blowing sebagai salah satu dari 13 bentukprosocial organizational behavior. Hal tersebutsejalan dengan pendapat Dozier dan Miceli(1985) yang menyatakan bahwa tindakanwhistle-blowing dapat dipandang sebagaiperilaku prososial karena secara umumperilaku tersebut akan memberikan manfaatbagi orang lain (atau organisasi) disampingjuga bermanfaat bagi whistle-blower itusendiri.

Prosocial behavior theory memiliki be-berapa variabel anteseden yang di-kelompokkan ke dalam dua kelompok

Page 125: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 279

besar. Pertama, Individual anteseden,merupakan aspek yang berasal dari indi-vidu pelaku tindakan prososial sepertikemampuan individu menginternalisasistandar keadilan, tanggung jawab individuterhadap lingkungan sosial, cara penalaranmoral dan perasaan empati terhadap oranglain. Kedua, Kontekstual anteseden, me-rupakan aspek dari konteks organisasi danlingkungan kerja seperti faktor norma,kohesivitas kelompok, panutan, gaya ke-pemimpinan, iklim organisasi, tekanan,komitmen organisasi, dan hal-hal lain yangdapat memengaruhi suasana hati, rasakepuasan atau ketidakpuasan (Brief danMotowidlo, 1986).

Theory of Planned BehaviorTheory of Planned Behaviour (TPB) adalah

teori psikologi yang dikemukakan olehAjzen (1991) yang berusaha menjelaskanhubungan antara sikap dengan perilaku.TPB muncul sebagai jawaban atas ke-gagalan determinan sikap (attitude) dalammemprediksi tindakan/perilaku aktual (ac-tual behavior) secara langsung. TPB mem-buktikan bahwa minat (intention) lebihakurat dalam memprediksi perilaku aktualdan sekaligus dapat sebagai proxy yangmenghubungkan antara sikap dan perilakuaktual.

Menurut Ajzen (1991), minat diasumsi-kan untuk menangkap faktor motivasi yangmempengaruhi sebuah perilaku, yang di-tunjukkan oleh seberapa keras usaha yangdirencanakan seorang individu untuk men-coba melakukan perilaku tersebut. Lebihlanjut TPB mempostulatkan bahwa secarakonsep minat memiliki tiga determinanyang saling independen. Determinan per-tama adalah sikap terhadap perilaku (atti-tude towards behaviour), yaitu tingkatan di-mana seseorang mengevaluasi atau menilaiapakah perilaku tersebut menguntungkan(baik untuk dilakukan) atau tidak. Prediktorkedua adalah faktor sosial yang disebutnorma subjektif (subjective norm), yangmengacu pada persepsi tekanan sosial yangdirasakan untuk melakukan atau tidak

melakukan perilaku. Prediktor yang ketigaadalah persepsi kontrol perilaku (perceivedbehavioral control), yang mengacu padakemudahan atau kesulitan yang dihadapiuntuk melakukan perilaku. Tingkatan relatifdari ketiga determinan tersebut dapatberbeda-beda dalam berbagai perilaku dansituasi sehingga dalam pengaplikasiannyamungkin ditemukan bahwa hanya sikapyang berpengaruh pada minat, pada kondi-si lain sikap dan persepsi kontrol perilakucukup untuk menjelaskan minat, atau bah-kan ketiga-tiganya berpengaruh. Dalam pe-nelitian ini tidak semua determinan tersebutdigunakan dalam pengujian, melainkanhanya sikap terhadap perilaku saja yangdigunakan karena menurut peneliti faktorini paling menonjol perannya apabila di-kaitkan dengan minat whistle-blowing.

Faktor yang Mempengaruhi MinatWhistle-blowing

Bouville (2007) mendefinisikan whistle-blowing sebagai tindakan, dari seorangpegawai (atau mantan pegawai), untukmengungkap apa yang ia percaya sebagaiperilaku ilegal atau tidak etis kepadamanajemen yang lebih tinggi/manajemenpuncak (internal whistle-blowing) atau ke-pada otoritas/pihak berwenang di luarorganisasi maupun kepada publik (externalwhistle-blowing). Banyak penelitian yangtelah dilakukan guna mencari faktor-faktoryang mempengaruhi seseorang untuk me-lakukan whistle-blowing dengan mengguna-kan minat whistle-blowing sebagai proxy-nya.Minat whistle-blowing berbeda dengan tinda-kan whistle-blowing aktual karena minatmuncul sebelum tindakan whistle-blowingaktual, atau dengan kata lain diperlukanadanya minat whistle-blowing untuk mem-buat tindakan whistle-blowing aktual terjadi(Winardi, 2013).

Penelitian terdahulu sebagaimana telahdisinggung dalam pendahuluan telah me-nguji faktor-faktor seperti sikap terhadapwhistle-blowing (Park dan Blenkinsopp, 2009;Winardi, 2013), komitmen organisasi (So-mers dan Casal, 1994; Mesmer-Magnus dan

Page 126: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

280 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

Viswesvaran, 2005; Ahmad et al., 2012),personal cost (Kaplan dan Whitecotton, 2001;Winardi, 2013) dan tingkat keseriusan ke-curangan (Kaplan dan Whitecotton, 2001;Sabang, 2013; Winardi, 2013). Faktor-faktortersebut telah diuji dengan menggunakanberbagai responden penelitian sepertiPetugas Kepolisian di Korea Selatan (Parkdan Blenkinsopp, 2009), Pegawai NegeriTingkat Bawah di Indonesia (Winardi,2013), Anggota dari National Association ofAccountants (NAA) (Somers dan Casal,1994), internal auditor di Malaysia (Ahmadet al., 2012), audit senior dari kantor akuntanpublik internasional (Kaplan dan White-cotton, 2001), dan auditor internal (Inspek-torat) di lingkungan Pemerintah ProvinsiSulawesi Selatan (Sabang, 2013). Pada pe-nelitian ini faktor-faktor tersebut akan cobadigunakan dalam model penelitian di sektorpublik dengan menggunakan respondenPNS yang berasal dari lingkungan BPK RI.

Sikap Terhadap Whistle-BlowingSikap adalah perasaan positif atau

negatif atau keadaan mental yang selaludisiapkan, dipelajari, dan diatur melaluipengalaman, yang memberikan pengaruhkhusus pada respon seseorang terhadaporang, objek-objek atau keadaan (Gibson etal., 2012). Park dan Blenkinsopp (2009)mendefinisikan sikap sebagai penilaianseorang individu atas seberapa setuju atautidak setujunya individu tersebut terhadapsuatu perilaku/tindakan tertentu. Menuruttheory of planned behavior (TPB), sikap adalahsalah satu variabel yang mempengaruhiminat perilaku seseorang.

Secord dan Backman (1964) membagisikap menjadi tiga komponen. Pertamakomponen kognitif yang berhubungan de-ngan pengetahuan dan keyakinan. Keduakomponen afektif, yaitu komponen emosi-onal yang berhubungan dengan perasaansenang atau tidak senang, sehingga bersifatevaluatif. Ketiga komponen konatif, yaitukesiapan dan kecenderungan untuk ber-tingkah laku terhadap objek sikap. KonsepSecord dan Backman (1964) tersebut sejalan

dengan konsep TPB yang menyatakanbahwa sikap individu terhadap suatu peri-laku/tindakan dipengaruhi oleh persepsi/keyakinannya terhadap konsekuensi/dam-pak dari perilaku (salient belief) dan penilai-an subjektif terhadap pentingnya konse-kuensi/dampak tersebut (subjective evalua-tion) oleh individu (Ajzen, 1991; Park danBlenkinsopp, 2009; serta Winardi, 2013).

Sikap seorang PNS terhadap whistle-blowing akan mempengaruhi minat whistle-blowing PNS tersebut. Seorang PNS untukdapat menjadi whistle-blower harus memilikikomponen kognitif atau keyakinan (salientbelief) bahwa whistle-blowing adalah suatutindakan yang memiliki konsekuensi positifmisalnya untuk melindungi organisasi,memberantas korupsi, memunculkan efekjera, menumbuhkan budaya antikorupsi,menghasilkan manfaat pribadi seperti repu-tasi, reward dan sebagainya. Selanjutnyakeyakinan terhadap konsekuensi positiftersebut dievaluasi (subjective evaluation)oleh sistem nilai individu bersangkutan danmenghasilkan reaksi emosional. Hanya re-aksi emosional positiflah yang kemudianakan mampu memicu kecenderungan se-seorang untuk melakukan whistle-blowing.Semakin besar kecenderungan sikap sese-orang untuk melakukan whistle-blowing se-harusnya akan semakin besar pula ke-mungkinan meningkatnya minat whistle-blowing orang tersebut.

Sejalan dengan konsep yang diungkap-kan di atas, penelitian terdahulu menemu-kan bahwa sikap terhadap whistle-blowingmemang berpengaruh terhadap minatwhistle-blowing petugas kepolisian di KoreaSelatan (Park dan Blenkinsopp, 2009) danpegawai negeri tingkat bawah di Indonesia(Winardi, 2013). Berdasarkan penjelasan diatas dan hasil-hasil penelitian sebelumnya,hipotesis pertama yang diajukan dalampenelitian ini ialah:H1 : Sikap terhadap whistle-blowing berpe-

ngaruh positif terhadap minat pegawainegeri sipil untuk melakukan tindakanwhistle-blowing.

Page 127: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 281

Komitmen OrganisasiMowday et al. (1979) mendefinisikan

komitmen organisasi sebagai kekuatanrelatif identifikasi dan keterlibatan individudalam organisasi tertentu yang dapat di-tandai dengan tiga faktor terkait yaitu:pertama, keyakinan yang kuat dan pe-nerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilaiorganisasi; kedua, kesediaan untuk me-ngerahkan usaha yang cukup atas namaorganisasi; dan ketiga, keinginan yang kuatuntuk mempertahankan keanggotaan da-lam organisasi (loyalitas). Karyawan yangberkomitmen terhadap organisasi akan me-nunjukkan sikap dan perilaku positif ter-hadap lembaganya, karyawan akan me-miliki jiwa untuk tetap membela organi-sasinya, berusaha meningkatkan prestasi,dan memiliki keyakinan yang pasti untukmewujudkan tujuan organisasi (Kuryanto,2011). Pegawai yang memiliki komitmenorganisasi yang tinggi di dalam dirinyaakan timbul rasa memiliki organisasi (senseof belonging) yang tinggi sehingga ia tidakakan merasa ragu untuk melakukan whistle-blowing karena ia yakin tindakan tersebutakan melindungi organisasi dari kehancur-an.

Beberapa penelitian terdahulu meng-hasilkan temuan yang berlawanan berkaitandengan pengaruh komitmen organisasiterhadap minat whistle-blowing. Hasil pe-nelitian Somers dan Casal (1994) me-nyimpulkan bahwa komitmen organisasiberpengaruh terhadap minat whistle-blowingpada anggota dari National Association ofAccountant (NAA). Pada penelitian tersebutresponden yang diklasifikasikan dalamtingkatan berkomitmen organisasi moderatmemiliki kecenderungan untuk melaporkanwrongdoing paling tinggi dibandingkanyang memiliki komitmen organisasi rendahataupun tinggi. Hasil berbeda diperolehpada penelitian Mesmer-Magnus dan Vis-wesvaran (2005) yang menemukan bahwakomitmen organisasi tidak memiliki kore-lasi/keterkaitan dengan minat whistle-blowing. Penelitian Ahmad et al. (2012) jugamenunjukkan bahwa komitmen organisasi

tidak mampu untuk menjelaskan minatperilaku whistle-blowing internal auditor diMalaysia.

Berdasarkan penjelasan di atas danhasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesiske dua yang diajukan ialah:H2 : Komitmen organisasi berpengaruh

positif terhadap minat pegawai negerisipil untuk melakukan tindakan whistle-blowing.

Personal CostPersonal cost of reporting adalah pan-

dangan pegawai terhadap risiko pembalas-an/ balas dendam atau sanksi dari anggotaorganisasi, yang dapat mengurangi minatpegawai untuk melaporkan wrongdoing(Schutlz et al., 1993). Anggota organisasiyang dimaksud dapat saja berasal darimanajemen, atasan, atau rekan kerja. Be-berapa pembalasan dapat terjadi dalambentuk tidak berwujud (intangible), misalnyapenilaian kinerja yang tidak seimbang,hambatan kenaikan gaji, pemutusan kon-trak kerja, atau dipindahkan ke posisi yangtidak diinginkan (Curtis, 2006). Tindakanbalasan lainnya mungkin termasuk lang-kah-langkah yang diambil organisasi untukmelemahkan proses pengaduan, isolasiwhistle-blower, pencemaran karakter dannama baik, mempersulit atau memper-malukan whistle-blower, pengecualian dalamrapat, penghapusan penghasilan tambahan,dan bentuk diskriminasi atau gangguanlainnya (Parmerlee et al.,1982). Sabang(2013) juga menambahkan bahwa personalcost bukan hanya dampak tindakan balasdendam dari pelaku kecurangan, melainkanjuga keputusan menjadi pelapor dianggapsebagai tindakan tidak etis, misalnya me-laporkan kecurangan atasan dianggap se-bagai tindakan yang tidak etis karenamenentang atasan.

Semakin besar persepsi personal costseseorang maka akan semakin berkurangminat orang tersebut untuk melakukantindakan whistle-blowing. Personal cost dapatsaja didasarkan pada penilaian subjektif(Curtis, 2006), yang artinya persepsi/

Page 128: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

282 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

ekspektasi personal cost antar pegawai dapatsaja berbeda bergantung penilaian masing-masing. Namun menurut Miceli dan Near(1985) keseragaman peran pembalasan tetapdapat ditelusuri. Anggota organisasi yangkehilangan pekerjaannya atau mendapatkangangguan setelah melaporkan wrongdoingmungkin akan memandang pelaporan se-bagai tindakan yang harus dibayar mahaldan dihukum. Oleh karena itu, tindakanwhistle-blowing akan merupakan fungsi per-sepsi (ekspektasi) individu bahwa ke-mungkinan tindakan whistle-blowing akanmenghasilkan outcome seperti perhatianmanajemen terhadap keluhan, upaya peng-hentian wrongdoing, serta tidak ada pem-balasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mes-mer-Magnus dan Viswesvaran (2005) me-nunjukkan bahwa ancaman pembalasanmemiliki hubungan/korelasi negatif de-ngan minat untuk melakukan whistle-blowing. Penelitian Kaplan dan Whitecotton(2001) juga menunjukkan bahwa personalcost merupakan prediktor signifikan ter-hadap minat auditor untuk melaporkanauditor lainnya yang melakukan pelanggar-an aturan profesional (dalam bentuk clientemployment). Temuan mengejutkan datangdari penelitian Winardi (2013) yang me-nyimpulkan bahwa ternyata variabel per-sonal cost of reporting tidak mampu menjadifaktor yang menjelaskan minat whistle-blowing pada pegawai negeri tingkat bawah.

Berdasarkan penjelasan di atas danhasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesiske tiga yang diajukan ialah:H3 : Personal Cost berpengaruh negatif ter-

hadap minat pegawai negeri sipil untukmelakukan tindakan whistle-blowing.

Tingkat Keseriusan KecuranganAnggota organisasi yang mengamati

adanya dugaan wrongdoing/kecuranganakan lebih mungkin untuk melakukanwhistle-blowing jika wrongdoing/kecurangantersebut serius (Miceli dan Near, 1985).Organisasi akan terkena dampak kerugianyang lebih besar dari wrongdoing yang lebih

serius dibandingkan dari wrongdoing yangkurang serius (Winardi, 2013).

Persepsi tiap anggota organisasi ter-hadap tingkat keseriusan kecurangan dapatsaja berbeda antara satu dengan yanglainnya. Pembentuk persepsi tingkat ke-seriusan kecurangan selain berkaitan de-ngan besaran nilai kecurangan, juga tidakdapat dipisahkan dari jenis kecuranganyang terjadi. Miceli, Near dan Schwenk(1991) mengatakan bahwa anggota organi-sasi mungkin memiliki reaksi yang berbedaterhadap berbagai jenis kecurangan. Walau-pun jenis kecurangan berhubungan denganpembentukan persepsi, namun tingkat ke-seriusan kecurangan tidak dapat diukurdari jenis kecurangan.

Ukuran keseriusan kecurangan dapatbervariasi. Beberapa penelitian terdahulumenggunakan perspektif kuantitatif untukmengukur keseriusan kecurangan sepertiyang dilakukan oleh Schultz et al. (1993) danMenk (2011) yang menerapkan konsepmaterialitas dalam konteks akuntansi se-hingga keseriusan kecurangan diukur ber-dasarkan variasi besarnya nilai wrongdoing/kecurangan/kerugian akibat kecurangan.Perspektif kuantitatif tersebut merupakanpendekatan yang paling mudah dilakukankarena indikatornya yang jelas, terukur danmudah diamati. Penelitian yang dilakukanoleh Curtis (2006) menggunakan pendekat-an kualitatif seperti kemungkinan wrong-doing dapat merugikan pihak lain, tingkatkepastian wrongdoing menimbulkan dam-pak negatif dan tingkat keterjadian wrong-doing.

Hasil penelitian yang dilakukan olehMenk (2011) menghasilkan bukti bahwafaktor materialitas permasalahan berpe-ngaruh positif terhadap posisi etis dan sifatkepribadian, dan melalui keduanya secarakonsisten menciptakan perbedaan signifi-kan pada minat melaporkan permasalahtersebut. Hasil penelitian yang menyimpul-kan bahwa tingkat keseriusan wrongdoingsecara signifikan berpengaruh positif ter-hadap minat whistle-blowing juga ditemukanpada penelitian yang menggunakan

Page 129: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 283

responden auditor internal (Inspektorat)Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan(Sabang, 2013) dan pegawai negeri tingkatbawah (Winardi, 2013). Hasil berbeda di-tunjukkan dari penelitian Kaplan danWhitecotton (2001), bahwa persepsi penilai-an keseriusan tidak berhubungan denganminat auditor untuk melaporkan perilaku

mencurigakan (questionable behaviour) darirekan kerjanya.

Berdasarkan penjelasan di atas danhasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesisterakhir yang diajukan ialah:H4 : Tingkat keseriusan kecurangan ber-

pengaruh positif terhadap minat pe-gawai negeri sipil untuk melakukantindakan whistle-blowing.

Gambar 1Rerangka kerja penelitian

Sumber: Analisis Penulis

Berdasarkan hipotesis yang telahdibuat, maka secara umum rerangka kerjapenelitian ini dapat dilihat pada gambardiagram 1 di atas.

METODE PENELITIANMetode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian inimenggunakan alat statistik regresi linierberganda (Multiple linier regresion). Alatstatistik ini dipilih dengan pertimbanganbahwa hipotesis penelitian dikembangkanmenggunakan empat (>3) variabel inde-penden, sehingga diharapkan melalui ana-lisis regresi linier berganda mampu men-jelaskan hubungan linier antara variabelindependen dengan variabel dependendalam pengujian hipotesis. Analisis statistikdilakukan dengan bantuan perangkat lunakstatistik SPSS versi 17.

Sebelum melakukan analisis regresilinier berganda, peneliti melakukan ujivaliditas terhadap instrumen kuesioner dan

uji reliabilitas terhadap data primer yangdikumpulkan dari responden. Setelah lolosuji validitas dan reliabilitas maka dapatdilanjutkan ke langkah analisis regresiuntuk memperoleh persamaan matematismodel regresi. Terhadap persamaan regresiyang dihasilkan kemudian dilakukan pe-ngujian asumsi klasik terlebih dahulu yangmeliputi uji normalitas, uji non-multi-kolinieritas, dan uji non-heterokedastisitas.Pengujian asumsi klasik dilakukan untukmemperoleh keyakinan bahwa persamaanregresi yang telah dihasilkan memilikiketepatan dalam estimasi, tidak bias dankonsisten. Model persamaan regresi yangtelah lulus uji asumsi klasik kemudian akandigunakan lebih lanjut dalam pengujianhipotesis.

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pegawai negeri sipil yang bekerjapada berbagai unit kerja di Instansi BPK.

Minat Melakukan Whistle-Blowing

Tingkat Keseriusan Kecurangan

H1

H2

H3

H4

Personal Cost

Komitmen Organisasi

Sikap terhadap Whistle-Blowing

Page 130: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

284 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

Teknik sampling yang digunakan adalahpemilihan sampel menggunakan metodepurposive sampling dengan berdasarkan per-timbangan (judgement) yaitu pemilihan sam-pel yang didasarkan pada tujuan dan masa-lah penelitian. Dalam penelitian ini sampeldiambil dari pegawai baik di unit kerjautama (pemeriksa) maupun di unit kerjapenunjang dan pendukung dengan kriteriatingkat pendidikan minimal D3 dan peng-alaman bekerja minimal satu tahun sehing-ga diharapkan memiliki pengetahuan yangmemadai, pemahaman terhadap kondisilingkungan kerja yang cukup, dan memilikipersepsi dan pertimbangan yang kompre-hensif terhadap minat whistle-blowing. Jum-lah pegawai BPK yang memenuhi kriteriasampling tersebut adalah sebanyak 5.389orang dari total 6.205 pegawai aktif BPK(data per 1 Oktober 2014). Dari jumlah ter-sebut, responden yang menjadi sampeladalah sebanyak 107 orang. Jumlah sampeltersebut masih masuk dalam rentang sam-pel untuk penelitian korelasional yaitu >dari 30 atau < dari 500 (Sekaran dan Bougie,2010).

Teknik Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan data primer yang diperolehlangsung dari sumbernya. Data yang di-gunakan berupa opini dari subjek penelitianyang dikumpulkan dengan menggunakanmetode survei yaitu melalui kuesioner.Pengumpulan data dilakukan secara online(internet based) dengan bantuan layananaplikasi survei online bernama kwiksurveys(kwiksurveys.com). Proteksi terhadap link/alamat website untuk pengisian kuesionerdilakukan dengan pengaplikasian kodesandi (password) pada link website kuesioner,sehingga hanya responden BPK saja yangdapat mengakses website kuesioner tersebut.

Desain KuesionerPeneliti tidak mengembangkan sendiri

model pertanyaan dalam kuesioner melain-kan menggunakan model pertanyaan yangtelah ada dan digunakan pada penelitian

terdahulu. Kuesioner yang digunakan akanmengukur satu variabel dependen danempat variabel independen sesuai modelpenelitian yang telah ditetapkan. Skala yangdigunakan untuk pengukuran adalah skalalikert yang dinyatakan dengan rentangangka 1 sampai dengan angka 5.

Minat melakukan tindakan whistle-blowing (variabel dependen) diukur dariseberapa keras usaha yang direncanakanPNS BPK untuk mencoba melakukanwhistle-blowing (Ajzen, 1991). Usaha yangdilakukan oleh calon whistle-blower dapatberupa rencana melakukan whistle-blowingbaik melalui saluran internal maupunsaluran eksternal. Model pengukuran varia-bel minat tersebut mengikuti model kuesi-oner penelitian Ajzen (2002), Park danBlenkinsopp (2009) dan Winardi (2013) yangdimodifikasi. Terdapat total lima item per-nyataan kuesioner untuk menilai apakahresponden memiliki kecenderungan minatyang tinggi untuk melakukan whistle blow-ing. Item pertanyaan tersebut meliputi niat/minat untuk melakukan tindakan whistle-blowing, keinginan untuk mencoba melaku-kan tindakan whistle-blowing, rencana untukmelakukan tindakan whistle-blowing, usahakeras untuk melakukan internal whistle-blowing dan usaha keras untuk melakukanexternal whistle-blowing jika internal whistle-blowing tidak memungkinkan.

Instrumen pengukuran sikap terhadapwhistle-blowing dalam penelitian ini meng-ikuti model kuesioner yang digunakandalam penelitian Park dan Blenkinsopp(2009) dan Winardi (2013). Pertanyaan kuesi-oner dirancang untuk mendapatkan responatas seberapa yakin responden terhadaplima konsekuensi/dampak positif yangmenonjol (salient belief) dari whistle-blowingyang meliputi melindungi organisasi daridampak negatif yang lebih besar akibatperilaku fraud/korupsi, memberantas korup-si, melindungi kepentingan umum, men-jalankan kewajiban sebagai seorang pe-gawai negeri sipil, dan menegakkan ke-wajiban etis dan keyakinan moral. Kemudi-an pertanyaan juga dirancang untuk

Page 131: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 285

mendapatkan respon atas seberapa pentinglima konsekuensi/dampak positif tindakanwhistle-blowing tersebut menurut penilaianresponden (evaluation of importance).

Instrumen pengukuran komitmenorganisasi dalam penelitian ini mengikutimodel kuesioner OCQ (The OrganizationalCommitment Questionnaire) dari Mowday etal. (1979). OCQ digunakan untuk mengukurtiga faktor komitmen organisasi sebagai-mana dijelaskan pada bagian tinjauan teore-tis yang meliputi keyakinan yang kuat danpenerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilaiorganisasi, kesediaan untuk mengerahkanusaha yang cukup atas nama organisasi,dan keinginan yang kuat untuk memper-tahankan keanggotaan dalam organisasi(loyalitas). OCQ menggunakan 15 item per-nyataan, enam diantaranya berbentuk kali-mat negatif dan diukur terbalik (reversescored). Penggunaan pernyataan kalimatnegatif dilakukan sebagai upaya me-ngurangi kemungkinan respon yang biasdan mendeteksi responden yang asal men-jawab atau tidak konsisten.

Pengukuran persepsi personal cost dantingkat keseriusan kecurangan mengguna-kan model kuesioner dan manipulasi dalambentuk kasus cerita yang telah digunakanoleh Winardi (2013) dan Sabang (2013)dalam penelitiannya, namun dimodifikasisesuai dengan kondisi di BPK. Dua kasusdiceritakan dalam skenario yang realistisdan memungkinkan responden untuk me-nempatkan diri dalam posisi karakter yangdigambarkan dalam skenario. Kasus per-tama digambarkan sebagai kasus kecurang-an belanja fiktif yang umum terjadi dilingkup pemerintahan di Indonesia dengannilai materialitas 9%. Tipe personal cost yangdigambarkan pada kasus pertama adalahhambatan karir/promosi dan pengasinganpegawai melalui mutasi. Kasus kedua di-gambarkan sebagai kasus kecurangan mark-up realisasi belanja yang juga umum terjadidi Indonesia dengan nilai materialitas ke-curangan yang sama dengan kasus pertamayaitu 9%. Tipe personal cost yang di-gambarkan pada kasus kedua ini adalah

rusaknya hubungan kerja dengan rekankerja. Pada kedua kasus tersebut, respondenakan ditanyakan penilaiannya terhadaptingkat keseriusan kecurangan dan persepsirisiko personal cost yang digambarkan dalamkasus. Pada bagian akhir, ditanyakan bagai-mana penilaian responden apabila materia-litas kecurangan diturunkan (menjadi 0,2%).Pertanyaan berulang terhadap penilaiantingkat keseriusan kecurangan ditujukanuntuk menilai konsistensi penilaian tingkatkeseriusan kecurangan antara kasus per-tama dengan kasus kedua dan menghindaribias yang disebabkan perbedaan jenis ke-curangan yang digambarkan.

ANALISIS DAN PEMBAHASANDeskripsi Karakteristik Responden

Jumlah kuesioner terjawab yang masukke dalam aplikasi kwiksurveys adalah se-banyak 131 kuesioner, dari jumlah tersebuthanya sebanyak 107 kuesioner yang dapatdiproses dalam penelitian ini, sedangkansebanyak 24 kuesioner tidak dapat diguna-kan dengan rincian sebanyak 17 kuesionertidak terisi secara lengkap dan sebanyak 7kuesioner dikeluarkan dari analisis karenadianggap mengganggu reliabilitas ke-seluruhan data.

Keseluruhan responden yang me-menuhi persyaratan untuk dianalisis lebihlanjut berasal dari 35 induk unit kerja yangberbeda di berbagai kantor BPK RI yangtersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkanletak wilayah kedudukan kantornya,responden yang berasal dari Kantor PusatBPK RI menjadi penyumbang respondenterbanyak yaitu sebesar 38,32%, disusuldengan BPK RI Perwakilan Provinsi Acehsebesar 19,63%, dan sisanya berasal dariberbagai kantor perwakilan BPK RI lainnya.Sebagian besar responden berjenis kelaminlaki-laki (71,96%), berusia antara 25 tahunsampai dengan 35 tahun (85,98%), memilikimasa kerja antara 5 tahun sampai dengan 10tahun (66,36%), dan merupakan pegawaifungsional pemeriksa (59,81%). Berdasarkanjenjang pendidikan terakhir yang telah di-tempuh, sebesar 31,78% responden ber-

Page 132: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

286 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

jenjang pendidikan Diploma III, 54,20%berjenjang pendidikan sarjana (S1) atauDiploma IV, dan 14,02% responden ber-jenjang pendidikan S2.

Validitas Instrumen PenelitianUji validitas dalam penelitian ini di-

lakukan dengan menggunakan proseduranalisis faktor CFA (Confirmatory FactorAnalysis) dikarenakan peneliti mengguna-kan model pertanyaan kuesioner yang telahdigunakan dalam penelitian terdahulu.Hasil pengujian validitas terhadap ke-seluruhan variabel independen menghasil-kan nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure ofSamplingAdequacy (KMO MSA) sebesar0.744 (>0.5). Hasil pengujian Bartlett jugamenunjukkan nilai Chi square adalah sebesar1893,339 dan signifikan pada p<0.01.

Tabel 1Pengujian Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan

Bartlett pada Variabel Independen

Kaiser-Meyer-Olkin MSABartlett’s Test of SphericityChi-Square

0,744

1893,339** p< 0.01Sumber: Data Primer Diolah (Output SPSS)

Terdapat satu item pertanyaan untukpengukuran komitmen organisasi dengankode KO_7 yang memiliki Korelasi Anti-Image dengan nilai MSA (Measures ofSampling Adequacy) sebesar 0,252 ataukurang dari 0,3 (lihat tabel 4). Sehingga itempertanyaan KO_7 harus dikeluarkan ter-lebih dahulu dari analisis.

Hasil pengujian ulang validitas ter-hadap validitas instrumen penelitian varia-bel independen setelah item pertanyaanKO-7 dikeluarkan diperoleh nilai KMOMSA sebesar 0,756 atau naik 0,012 darisebelumnya yaitu 0.744, nilai tersebut sudahberada di atas 0.5 dan signifikan. Selain ituhasil pengujian Bartlett juga menunjukkannilai Chi square adalah sebesar 1867,153 dansignifikan pada p<0.01 (lihat Tabel 2).

Tabel 2Pengujian Ulang KMO

dan Bartlett pada Variabel Independen

Kaiser-Meyer-Olkin MSABartlett’s Test of SphericityChi-Square

0,756

1867,153** p< 0.01Sumber: Output SPSS

Seluruh item pertanyaan juga telahvalid yang ditandai dengan seluruh nilaiMSA yang lebih besar dari 0.3 (lihat Tabel3). Sehingga seluruh item pertanyaan selainitem KO_7 dapat digunakan untuk peng-ujian hipotesis.

Tabel 3Korelasi Anti Image

pada Uji Validitas Ulang

KodeItem MSA Kode

Item MSA

SWB_1 0.841 KO_6 0.800SWB_2 0.778 KO_8 0.850SWB_3 0.798 KO_9 0.742SWB_4 0.738 KO_10 0.850SWB_5 0.840 KO_11 0.815SWB_6 0.872 KO_12 0.537SWB_7 0.777 KO_13 0.850SWB_8 0.811 KO_14 0.716SWB_9 0.704 KO_15 0.856SWB_10 0.753 PC_1 0.474KO_1 0.826 PC_2 0.402KO_2 0.810 TKK_1 0.710KO_3 0.684 TKK_2 0.416KO_4 0.521 TKK_3 0.556KO_5 0.758 TKK_4 0.446

Sumber: Data Primer Diolah (Output SPSS)

Prosedur CFA yang telah dilakukanpada variabel independen selain mengujivaliditas instrumen kuesioner, juga meng-hasilkan empat output komponen faktoryang merupakan ekstraksi dari item-itempertanyaan kuesioner dan mewakili ke-empat variabel independen. Keseluruhannilai komponen faktor telah berada di atasnilai 0,3.

Page 133: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 287

Tabel 4Korelasi Anti-ImageSebelum Item KO_7 Dikeluarkan

Variabel Independen KodeItem Ringkasan Item Pertanyaan MSA

Sikap TerhadapWhistle-Blowing (SWB)

Berikan penilaian dan pendapat terhadap tiapmanfaat whistle-blowing di bawah ini:

SWB_1 Melindungi organisasi dari dampak negatifyang lebih besar akibat perilaku fraud/korupsi

0.842

SWB_2 Memberantas Korupsi 0.772SWB_3 Melindungi kepentingan umum 0.786SWB_4 Menjalankan kewajiban sebagai seorang PNS 0.725SWB_5 Menegakkan kewajiban etis dan keyakinan

moral0.834

Berikan penilaian seberapa penting tiapmanfaat whistle-blowing di bawah ini:

SWB_6 Melindungi organisasi dari dampak negatifyang lebih besar akibat perilaku fraud/korupsi

0.867

SWB_7 Memberantas Korupsi 0.773SWB_8 Melindungi kepentingan umum 0.780SWB_9 Menjalankan kewajiban sebagai seorang PNS 0.698SWB_10 Menegakkan kewajiban etis dan keyakinan

moral0.758

Komitmen Organisasi(KO)

KO_1 Berusaha dan bekerja lebih keras untukmembantu BPK mencapai tujuannya

0.815

KO_2 Menyampaikan kepada teman bahwa BPKadalah organisasi yang baik untuk bekerja

0.811

KO_3 Loyalitas pada BPK tidak tinggi 0.638KO_4 Rela menerima berbagai jenis penugasan agar

tetap dapat bekerja di BPK0.510

KO_5 Nilai-nilai individu yang dianut memilikikesamaan dengan nilai-nilai organisasi di BPK

0.765

KO_6 Bangga memberitahukan kepada orang lainkarena merupakan bagian dari BPK

0.797

KO_7 Merasa ingin dan bisa saja pindah bekerja diorganisasi selain BPK selama jenispekerjaannya serupa dengan di BPK

0.252*

KO_8 BPK menginspirasi untuk meningkatkankinerja

0.855

KO_9 Keluar dari BPK tidak akan banyakmempengaruhi kehidupan

0.735

KO_10 Senang dengan keputusan diri sendiri yaitu:lebih memilih bekerja di BPK dibandingkanmenerima tawaran pekerjaan lainnya yangdulu pernah datang

0.853

KO_11 Tidak banyak manfaat yang akan saya perolehdengan tetap bekerja di BPK

0.817

Page 134: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

288 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

Tabel 4 lanjutanVariabel Independen Kode

Item Ringkasan Item Pertanyaan MSA

KO_12 Seringkali merasa sulit untuk setuju padakebijakan BPK mengenai hal-hal penting yangberkaitan dengan pegawainya

0.551

KO_13 Peduli pada nasib BPK 0.852KO_14 BPK adalah yang terbaik dibandingkan dengan

organisasi lainnya0.702

KO_15 Memutuskan untuk bekerja di BPK adalahsebuah kesalahan

0.857

Personal Cost (PC)

PC_1 Penilaian seberapa besar resiko yang akandihadapi pada kasus 1

0.445

PC_2 Penilaian seberapa besar resiko yang akandihadapi pada kasus 2

0.416

Tingkat KeseriusanKecurangan (TKK)

TKK_1 Penilaian tingkat keseriusan perilaku korupsiyang dilakukan oleh pelaku pada Kasus 1

0.682

TKK_2 Penilaian tingkat keseriusan perilaku korupsiyang dilakukan oleh pelaku pada Kasus 1 jikatingkat materialitas diturunkan

0.392

TKK_3 Penilaian tingkat keseriusan perilaku korupsiyang dilakukan oleh pelaku pada Kasus 2

0.556

TKK_4 Penilaian tingkat keseriusan perilaku korupsiyang dilakukan oleh pelaku pada Kasus 2 jikatingkat materialitas diturunkan

0.419

Menurut Kline (1994) nilai factor loading(korelasi antara variabel dengan faktor) diatas 0,6 menunjukkan korelasi yang tinggi,di atas 0,3 berarti cukup tinggi, dan kurangdari 0,3 dapat di abaikan. Berdasarkan hasildari analisis faktor konfirmatori (lihat tabel5) dapat disimpulkan bahwa komponenfaktor 1 adalah mewakili variabel Sikap

Terhadap Whistle-Blowing (SWB), faktor 2mewakili variabel Komitmen Organisasi(KO), faktor 3 mewakili variabel TingkatKeseriusan Kecurangan (TKK), dan faktor 4mewakili variabel Personal Cost (PC). Ke-empat faktor tersebut masing-masing mem-punyai nilai eigenvalue yang lebih besar dari1.

Tabel 5Hasil Analisis Faktor

pada Variabel Independen

Variabel Independen Kode Item Komponen Faktor1 2 3 4

Sikap TerhadapWhistle-Blowing (SWB)

SWB_1 0.768 0.143 0.036 0.150SWB_2 0.795 0.191 0.128 0.067SWB_3 0.827 0.100 -0.005 0.046SWB_4 0.526 0.323 -0.062 -0.052SWB_5 0.827 0.280 0.020 -0.017SWB_6 0.798 0.199 0.003 -0.037

Page 135: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 289

Tabel 5 lanjutan

Variabel Independen Kode Item Komponen Faktor1 2 3 4

SWB_7 0.839 0.094 0.057 0.128SWB_8 0.843 0.110 -0.056 0.095SWB_9 0.532 0.150 0.032 0.139SWB_10 0.832 0.141 0.042 -0.045

Komitmen Organisasi (KO)

KO_1 0.318 0.534 0.062 0.218KO_2 0.221 0.721 0.002 -0.121KO_3 0.039 0.472 0.170 -0.006KO_4 0.057 0.389 -0.021 -0.155KO_5 0.257 0.516 -0.086 0.251KO_6 0.147 0.715 0.078 -0.029KO_8 0.188 0.563 0.143 0.070KO_9 0.000 0.403 -0.184 0.418KO_10 0.132 0.712 0.042 0.098KO_11 0.143 0.582 -0.020 0.441KO_12 0.045 0.301 -0.230 -0.061KO_13 0.281 0.538 0.042 0.118KO_14 0.090 0.649 0.037 -0.089KO_15 0.148 0.689 -0.031 0.129

Tingkat Keseriusankecurangan (TKK)

TKK_1 0.107 0.101 0.626 0.237TKK_2 -0.055 -0.030 0.851 -0.075TKK_3 0.232 0.139 0.503 0.303TKK_4 -0.057 0.089 0.915 -0.093

Personal Cost (PC) PC_1 0.101 -0.018 0.106 0.812PC_2 0.074 -0.080 0.146 0.709

Eigenvalue 8.526 3.070 2.456 1.724% Varian (52.584) 28.418 10.232 8.187 5.747

Sumber: Data Primer Diolah (Output SPSS)

Pengujian validitas juga dilakukan ter-hadap instrumen penelitian variabel de-penden. Hasil uji KMO atas pengukurankecukupan sampling pada variabel de-penden diperoleh nilai KMO MSA adalah0.811 atau sudah berada di atas 0.5 dansignifikan. Selain itu hasil pengujian Bartlettjuga menunjukkan nilai Chi square adalahsebesar 444,361 dan signifikan pada p< 0.01(lihat Tabel 6). Pada Tabel 7 terlihat bahwaseluruh item pertanyaan variabel dependentelah valid, hal ini ditandai dengan seluruhnilai MSA yang lebih besar dari 0.3.Sehingga seluruh item pertanyaan dapatdigunakan untuk pengujian hipotesis.

Tabel 6Pengujian Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)dan Bartlett pada Variabel Dependen

Kaiser-Meyer-Olkin MSABartlett’s Test of SphericityChi-Square

0,811

444,361** p< 0.01Sumber: Output SPSS

Hasil Pengujian HipotesisHasil analisis regresi linier berganda

menggunakan komponen faktor yang se-belumnya diperoleh dari hasil pengujianvaliditas melalui prosedur CFA diperolehhasil sebagaimana dapat dilihat pada Tabel9.

Page 136: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

290 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

Tabel 7Korelasi Anti-ImageVariabel Dependen

Kode Item MSAMWB_1 0.744MWB_2 0.721MWB_3 0.901MWB_4 0.942MWB_5 0.950

Sumber: Data Primer Diolah (Output SPSS)

Tabel 8Koefisien Reliabilitas Variabel Penelitian

Variabel Jumlah ItemPertanyaan

Item yangDigugurkan

Cronbach’sAlpha

Sikap Terhadap Whistle-Blowing (SWB) 10 - 0,928Komitmen Organisasi (KO) 15 1 0,841Personal Cost (PC) 2 - 0,703Tingkat Keseriusan Kecurangan (TKK) 4 - 0,753Minat Melakukan Tindakan Whistle-Blowing(MWB)

5 - 0,878

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Output SPSS)

Tabel 9Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Unstandardized Coefficient Beta TKonstanta 6.302E-17 0,000Sikap terhadap Whistle-Blowing 0,493 6,639*Komitmen Organisasi 0,311 4,196*Personal Cost - 0.141 -1,900**Tingkat Keseriusan Kecurangan 0,280 3,768*F 19,870*R 0,662R2 0,438R2 Disesuaikan 0,416* p < 0,01 **p < 0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Output SPSS)

Berdasarkan nilai unstandardized regres-sion coefficient (B), dapat dirumuskan per-samaan matematis model regresi sebagaiberikut: MWB = 6.302E-17 + 0,493 SWB +0,311 KO - 0.141 PC + 0,280 TKK

Terhadap model regresi di atas telahdilakukan uji asumsi klasik dan telah lolosuji normalitas, non-multikolinieritas, dan

non-heterokedastisitas sehingga telah di-anggap memiliki ketepatan dalam estimasi,tidak bias, konsisten, dan dapat digunakanlebih lanjut dalam pengujian hipotesis.

Nilai R diketahui adalah sebesar 0.662,hal ini menunjukkan bahwa terdapathubungan/pengaruh yang cukup kuat diantara variabel independen yang diuji

Page 137: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 291

dengan variabel dependen (minat PNSmelakukan tindakan whistle-blowing). Semen-tara nilai R2 yang disesuaikan sebesar 0,416menunjukkan bahwa variabel independensecara bersama-sama menjelaskan variasivariabel dependen sebesar 0,416 atau 41,6%,sedangkan sisanya sebesar 58,4% dijelaskanoleh variable lain yang tidak diteliti dalammodel penelitian ini.

Nilai F hitung sebesar 19,870 signifikanpada p<0,01, sehingga dapat disimpulkanbahwa keseluruhan persamaan model re-gresi secara statistik signifikan dalam men-jelaskan minat whistle-blowingatau dapatdiartikan bahwa variabel independen sikapterhadap whistle-blowing (SWB), komitmenorganisasi (KO), personal cost (PC), dan ting-kat keseriusan kecurangan secara bersama-sama/simultan berpengaruh terhadap varia-bel dependen minat melakukan tindakanwhistle-blowing(MWB).

Hasi uji t menunjukkan bahwa hanyavariabel personal cost yang memiliki p-value>0,05 (p-value personal cost adalah 0,60).Nilai p-value pada variabel personal costtersebut sebenarnya masih di bawah 0,1(p<0,1) atau secara statistik signifikan jikatingkat keyakinan (confidence level) diturun-kan menjadi 90%. Namun, mengingat pe-nelitian ini konsisten menggunakan confi-dence level 95%, sehingga secara statistikpada penelitian ini hanya variabel personalcost yang tidak berpengaruh terhadap minatPNS untuk melakukan tindakan whistle-blowing, sedangkan tiga variabel inde-penden lainnya berpengaruh.

PembahasanHasil pengujian hipotesis secara statis-

tik menunjukkan bahwa sikap terhadapwhistle-blowing berpengaruh positif ter-hadap minat PNS melakukan tindakanwhistle-blowing atau dengan kata lain hipo-tesis pertama (H1) diterima. Jika dilihat darinilai koefisien regresinya, sikap terhadapwhistle-blowing merupakan faktor yang pa-ling tinggi pengaruhnya dibandingkanketiga variabel independen lainnya. Hasilini sesuai dengan Theory of Planned Behavior

(Ajzen, 1991), jika seorang PNS memilikikeyakinan bahwa tindakan whistle-blowingakan memberikan konsekuensi/dampakpositif dan ia memandang bahwa konse-kuensi/dampak positif tersebut penting/diperlukan, maka ia akan memiliki ke-cenderungan sikap yang positif pula untukmendukung/memihak tindakan whistle-blowing. Kecenderungan sikap mendukungtindakan whistle-blowing secara logis akanmeningkatkan minat untuk melakukantindakan whistle-blowing. Temuan penelitianini memperkuat hasil penelitian sebelum-nya (Park dan Blenkinsopp, (2009); Winardi,2013).

Hipotesis kedua (H2) menyatakanbahwa komitmen organisasi berpengaruhpositif terhadap minat PNS melakukantindakan whistle-blowing. Berdasarkan hasilpengujian secara statistik menunjukkanbahwa H2 diterima. Hasil ini sejalan dengankonsep prosocial organizational behavior dankonsep komitmen organisasi yaitu bahwatindakan whistle-blowing merupakan peri-laku sosial positif yang dapat memberikanmanfaat bagi organisasi dalam bentuk me-lindungi organisasi dari bahaya kecurangan(fraud). Temuan ini konsisten dengan hasilpenelitian Somers dan Casal (1994).

Temuan yang mengejutkan diperolehdalam pengujian hipotesis ketiga (H3) yangberkaitan dengan pengaruh personal cost.Hasil pengujian menunjukkan bahwa per-sonal cost tidak berpengaruh terhadap minatPNS melakukan tindakan whistle-blowingatau dengan kata lain PNS BPK RI tidakmempertimbangkan personal cost sebagaifaktor yang akan mempengaruhi minatnyauntuk melakukan atau tidak melakukantindakan whistle-blowing. Hasil penelitian inibertentangan dengan temuan penelitianMesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005)serta Kaplan dan Whitecotton (2001) yangmenyatakan bahwa personal cost memilikihubungan negatif dan merupakan prediktorsignifikan terhadap minat whistle-blowing.

Terdapat tiga justifikasi yang mungkindapat menjelaskan tidak berpengaruhnyapersonal cost dalam hasil penelitian ini.

Page 138: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

292 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

Pertama, Responden dalam penelitian ini(pegawai BPK-RI) memiliki karakteristikyang unik. Karena latar belakang pendidik-an/pelatihan, pengalaman dan pekerjaanyang berkaitan dengan audit, respondenpenelitian ini umumnya telah familiardengan fraud dan alur/cara penanganan-nya. Oleh karena itu tidak sulit bagi respon-den untuk memilih jalur pelaporan yangmenghindari personal cost saat akan melaku-kan whistle-blowing, misalnya melalui se-macam upaya whistle-blowing anonim ataumelalui internal whistle-blowing system. Me-lalui mekanisme tersebut, identitas pelaporbisa saja dirahasiakan dan pelapor ter-lindungi dari risiko personal cost. Kedua,dalam desain penelitian ini minat whistle-blowing tidak spesifik didefinisikan padasaluran dan bentuk whistle-blowing tertentu,seperti minat whistle-blowing internal atauwhistle-blowing eksternal maupun minatwhistle-blowing anonim atau teridentifikasi.Hal ini mungkin menyebabkan respondenyang diukur minat whistle-blowing-nyadapat saja berasumsi bahwa ia memilikiminat yang tinggi untuk melakukan whistle-blowing namun hanya pada saluran danbentuk whistle-blowing yang personal cost-nyapaling minim atau dapat dihindari. Ketiga,penelitian Mesmer-Magnus dan Viswes-varan (2005) serta Kaplan dan Whitecotton(2001) merupakan penelitian yang dilaku-kan di Amerika dengan subjek penelitiannon-PNS, sedangkan penelitian ini dilaku-kan di Indonesia dengan subjek penelitianPNS di BPK RI. Perbedaan kondisi dankarakteristik responden mungkin menjadisalah satu faktor penyebab temuan peneliti-an Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005)serta Kaplan dan Whitecotton (2001) tidakdapat digeneralisasikan pada penelitian ini.Pendapat ini diperkuat oleh penelitianWinardi (2013) yang dilakukan di Indonesiadengan subjek PNS tingkat bawah danmenghasilkan kesimpulan yang sama de-ngan penelitian ini yaitu personal cost tidakberpengaruh terhadap minat whistle-blow-ing. Hasil yang sejalan dengan temuanWinardi (2013) tersebut mungkin disebab-

kan karena memang PNS di Indonesiamemiliki karakteristik unik yang tidakmempertimbangan faktor personal cost da-lam membuat keputusan whistle-blowing.

Mengacu pada hasil penelitian ini danbeberapa justifikasi di atas, masih terbukaruang bagi peneliti berikutnya untuk meng-ujicobakan kembali konsistensi pengaruhvariabel personal cost terhadap minat whistle-blowing khususnya pada PNS di luarlingkup BPK RI. Pendapat ini didasarkanpada argumentasi yang sebelumnya telahdijelaskan pada bagian hasil pengujianhipotesis, bahwa dalam penelitian ini per-sonal cost dapat saja dianggap berpengaruhjika confidence level penelitian diturunkandari 95% menjadi 90%. Namun karena alas-an konsistensi, peneliti tidak menurunkanconfidence level. Selain itu kesamaan hasildengan penelitian Winardi (2013) jugamemungkinkan peneliti berikutnya untukmengkaji ulang definisi personal cost khusus-nya untuk diterapkan di Indonesia, karenaberbagai macam faktor/hal seperti kondisibudaya, lingkungan, dan sebagainya yangmungkin berbeda dengan kondisi di luarnegeri.

Hipotesis keempat (H4) dalam peneliti-an ini yaitu tingkat keseriusan kecuranganberpengaruh positif terhadap minat PNSmelakukan tindakan whistle-blowing. Hasilpengujian menunjukkan bahwa H4 diterimadan hasil ini konsisten dengan penelitianterdahulu (Menk, 2011; Sabang, 2013;Winardi, 2013) yang juga menggunakankonsep materialitas sebagai pembeda ting-kat keseriusan kecurangan. Temuan inimengkonfirmasi teori prosocial organizationalbehavior. Semakin tinggi tingkat materialitaskecurangan akan semakin meningkatkanbesarnya konsekuensi (magnitude of conse-quences) yang merugikan atau membahaya-kan (Jones, 1991), dan hal itu berarti se-makin tidak etis tindak kecurangan ter-sebut. Pelanggaran etika merupakan salahsatu faktor pendorong seseorang yangberperilaku prosocial untuk melakukan pe-laporan atau bertindak menjadi whistleblower (Sabang, 2013).

Page 139: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 293

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil serangkaian penguji-

an dan analisis linier berganda dapat di-simpulkan bahwa model penelitian yangtelah dibuat dapat digunakan untuk mem-prediksi minat PNS BPK RI untuk melaku-kan tindakan whistle-blowing. Tiga variabelindependen yaitu sikap terhadap whistle-blowing, komitmen organisasi, tingkat ke-seriusan kecurangan menjadi faktor yangmempengaruhi minat whistle-blowing PNSBPK RI. Sementara faktor personal cost tidakberpengaruh terhadap minat whistle-blowingPNS BPK RI.

Hasil penelitian ini mengonfirmasiteori-teori yang telah ada seperti prosocialorganizational behavior, theory of planned beha-vior, dan konsep komitmen organisasi. Pe-nelitian ini juga diharapkan dapat mem-bantu pemerintah dan lembaga negara,khususnya BPK RI, dalam merancang stra-tegi untuk meningkatkan minat whistleblowing pegawainya serta mendesain ataumenyempurnakan whistle-blowing systempada institusinya dengan memperhatikanfaktor-faktor yang mempengaruhi minatwhistle blowing. Upaya peningkatan minatwhistle-blowing dapat dilakukan misalnyamelalui pelatihan etika (ethics training) mau-pun sosialisasi yang komprehensif tentangkecurangan, manfaat whistle-blowing, dantata cara melakukan whistle-blowing yangtepat. Melalui upaya tersebut diharapkanakan meningkatkan kesadaran akan dam-pak kecurangan yang serius dan meningkat-kan respon positif sikap PNS terhadapwhistle-blowing. Minat whistle-blowing jugadapat ditingkatkan dengan meningkatkankomitmen organisasi pegawai misalnyadengan pemberian kompensasi, reward danpunishment yang memadai; menciptakanlingkungan kerja yang kondusif dan ter-buka sehingga pegawai dapat merasa ter-libat dalam pelaksanaan tugas dan pencapai-an tujuan organisasi, dan lain sebagainya.

Penelitian ini memiliki beberapa ke-terbatasan. Pertama, penelitian ini tidakspesifik mendefinisikan minat whistle-blowing pada saluran dan bentuk whistle-

blowing tertentu, sehingga generalisasi mo-del regresi penelitian ini terbatas pada defi-nisi whistle-blowing secara umum. Kedua,pelaksanaan pengumpulan data kuesioneryang berbasis internet berpotensi menyebab-kan terjadinya selection bias karena respon-den hanya berasal dari golongan yangmemiliki akses internet saja. Ketiga, respon-den dalam penelitian ini hanyalah PNSyang bekerja di BPK RI sehingga hasil pe-nelitian belum tentu sesuai untuk di-generalisasi/digunakan pada PNS di luarBPK RI. Keterbatasan yang terakhir adalahberkaitan dengan tema penelitian yang sen-sitif (berkaitan dengan whistle-blowing) danpengukuran variabel. Pelaksanaan peng-ukuran yang tidak menghadapkan respon-den dengan kondisi nyata dikhawatirkanmenyebabkan resonden menjawab pertanya-an survei secara normatif, sehingga hasilpenelitian bisa saja menjadi bias dengankondisi yang sebenarnya di lapangan.

Keterbatasan-keterbatasan penelitianini diharapkan dapat memberikan implikasibagi peneliti lain untuk mengembangkandan menyempurnakan penelitian lebihlanjut di masa yang akan datang. Pe-nyempurnaan desain dan metode penelitiandapat dilakukan dengan memfokuskan pe-nelitian minat whistle-blowing pada salurandan bentuk whistle-blowing yang spesifik,menghindari metode pengumpulan datayang memungkinkan munculnya selectionbias, dan memperluas serta memperbesarjumlah sampel penelitian sehingga mampumerepresentasikan PNS di Indonesia. Pe-neliti juga menyarankan kepada penelitiberikutnya untuk dapat menguji kembalikonsistensi pengaruh faktor personal costterhadap minat whistle-blowing dan bilaperlu mengkaji ulang definisi personal costyang sesuai dengan kondisi di Indonesia.Pengembangan penelitian dapat diarahkanpula pada eksplorasi faktor-faktor lain yangmungkin mempengaruhi minat whistle-blowing PNS di Indonesia sehingga dapatmenghasilkan model regresi penelitian yangdapat memprediksi secara lebih akurat.Faktor-faktor lain yang mungkin menarik

Page 140: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

294 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 2, Juni 2015 : 276 – 295

untuk diuji antara lain faktor iklimorganisasi terhadap whistle-blowing, faktorkelengkapan bukti (evidence of wrongdoing),faktor-faktor demografi whistle-blower, fak-tor tanggung jawab personal, faktor per-timbangan etis (ethical judgement), ataupunfaktor dukungan rekan kerja/atasan.

DAFTAR PUSTAKAAhmad, S. A., M. Smith., dan Z. Ismail.

2012. Internal Whistle-Blowing Inten-tions: A Study of Demographic andIndividual Factors. Journal of ModernAccounting and Auditing 8(11): 1632-1645.

Ajzen, I. 1991. The Theory of PlannedBehaviour. Organizational Behaviour andHuman Decision Processes 50:179-211.

Ajzen, I. 2002. Constructing a TpB Question-naire: Conceptual and MethodologicalConsiderations.http://chuang.epage.au.edu.tw/ezfiles/168/1168/attach/20/pta_41176_7688352_57138.pdf. Diakses tanggal 26 Oktober 2014.

Association of Certified Fraud Examiners.2014. Report to The Nation 2014 onOccupational Fraud and Abuse. AustinUSA.

Bouville, M. 2007. Whistle-Blowing andMorality.Journal of Business Ethics 81:579–585.

Brief, A. P. dan S. J. Motowidlo. 1986.Prosocial Organizational Behaviours.Academy of Management Review 11(4):710-725.

Curtis, M. B. 2006. Are Audit-related EthicalDecisions Dependent upon Mood?.Journal of Business Ethics 68: 191-209.

Diniastri, E. 2010. Korupsi, Whistleblowingdan Etika Organisasi. Skripsi. JurusanAkuntansi Fakultas Ekonomi Uni-versitas Brawijaya. Malang.

Dozier, J. B dan M. P. Miceli. 1985. PotentialPredictors of Whistle-Blowing: A Pro-social Behavior Perspective. Academy ofManagement Review 10(4): 823-836.

Gibson, J. l., J. M. Ivancevich, J. H. Donnelly-Jr., dan R. Konopaske. 2012. Organi-zations: Behavior, Structure, Processes.

The McGraw-Hill Companies Inc. NewYork.

Jones, T. M. 1991. Ethical Decision MakingBy Individuals in Organizations: AnIssue-Contingent Model. Academy ofManagement Review 16(2): 366-395.

Kaplan, S. E. dan S. M. Whitecotton. 2001.An Examination of Auditors’ ReportingIntentions When Another Auditor isOffered Client Employment. A Journalof Practice and Theory 20(1): 45-63.

Kline, P. 1994. An Easy Guide to FactorAnalysis. Routledge. New York.

Kuryanto, A. D. 2011. Pengaruh Inde-pendensi Auditor, Komitmen Organi-sasi, Gaya Kepemimpinan, dan Pe-mahaman Good Corporate GovernanceTerhadap Kinerja Auditor Eksternal(Studi pada Kantor Akuntan Publik diIndonesia). Tesis. Program Pasca Sarja-na Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uni-versitas Brawijaya. Malang.

Menk, K. B. 2011. The Impact of Materiality,Personality Traits, and Ethical Positionon Whistle-Blowing Intentions. Diser-tasi. Program Doctor of Philosophy inBusiness Virginia Commonwealth Uni-versity. Virginia.

Mesmer-Magnus, Jessica R. dan C. Viswes-varan. 2005. Whistleblowing in Organi-zations: An Examination of Correlatesof Whistleblowing Intentions, Actions,and Retaliation. Journal of BusinessEthics 52: 277-297.

Miceli, M. P. dan J. P. Near. 1985. Character-istics of Organizational Climate andPerceived Wrongdoing Associated withWhistle-Blowing Decisions. PersonnelPsychology 1985(38): 525-544.

Miceli, M. P., J. P. Near, dan C. R. Schwenk.1991. Who Blows The Whistle andWhy?. Industrial & Labor Relation Review45(1): 113-130.

Mowday, R. T., R. M. Steers dan L. W.Porter. 1979. The Measurement ofOrganizational Commitment. Journal ofVocational Behavior 14: 224-247.

Park, H dan J. Blenkinsopp. 2009. Whistle-blowing as Planned Behaviour – A

Page 141: PEMODELAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ...repository.widyamataram.ac.id/uploads/pdfs/vol _19_no_2...Pemodelan Sistem Akuntansi Manajemen Berkomputer ... – Handoko, Harimurti, Runtu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pegawai Negeri Sipil ... – Bagustianto, Nurkholis 295

Survey of South Korean Police Officer.Journal of Business Ethics 85: 545-556.

Parmerlee, M. A., J. P. Near, dan T. C.Jensen. 1982. Correlates of Whistle-blowers’ Perceptions of OrganizationalRetaliation. Administrative Science Quar-terly 27(1): 17-34.

Rothschild, J dan T. D.Miethe. 1999.Whistle-Blower Disclosures and Mana-gement Retaliation. Work and Occupa-tions 26: 107–128.

Sabang, M. I. 2013. Kecurangan, StatusPelaku Kecurangan, Interaksi Individu-Kelompok, dan Minat Menjadi Whistle-blower (Eksperimen pada AuditorInternal Pemerintah. Tesis. ProgramPasca Sarjana Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Secord, P. F. dan C. W. Backman. 1964.Social Psychology. The McGraw-HillBook Company. New York.

Sekaran, U dan R. Bougie. 2010. ResearchMethods for Business: A Skill BuildingApproach. 5th ed. Wiley. Chichester.

Schultz-Jr., J. J., D. A. Johnson., D. Morrisdan S. Dyrnes. 1993. An Investigation ofThe Reporting of Questionable Acts inan International Setting. Journal ofAccounting Research 31: 75-103.

Somers, M. J. dan J. C. Casal. 1994. Organi-zational Commitment and Whistle-

Blowing: A Test of The Reformer andThe Organization Man Hypotheses.Group & Organization Management 19(3):270-284.

Susmanschi, G. 2012. Internal Audit andWhistle-Blowing. Economics, Manage-ment, and Financial Markets 7(4): 415–421.

Sweeney, P. 2008. Hotlines Helpful forBlowing The Whistle. Financial Execu-tive 24(4): 28-31.

Transparency International. 2013. Corrup-tion Perceptions Index 2013. http://www.transparency.org/cpi2013/results.Diakses tanggal 2 Februari 2016.

Transparency International. 2014. Corrup-tion Perceptions Index 2014. http://www.transparency.org/cpi2014/results.Diakses tanggal 2 Februari 2016.

Transparency International. 2015. Corrup-tion Perceptions Index 2015. http://www.transparency.org/cpi2015#results-table. Diakses tanggal 2 Februari 2016.

Winardi, R. D. 2013. The Influence ofIndividual and Situational Factors onLower-Level Civil Servants’ Whistle-Blowing Intention in Indonesia. Journalof Indonesian Economy and Business 28(3):361-376.