pemodelan matematika 1

Upload: erlin-boolindt-kencanawati

Post on 14-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

PEMODELAN MATEMATIKA 1

TRANSCRIPT

  • i

    PEMODELAN

    MATEMATIKA

    (BAGIAN 1)

    Oleh :

    Dr. Ir. Andang Widi Harto, M. T.

    Jurusan Teknik Fisika

    Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadlirat Allah SWT atas

    terselesaikannya buku ini. Shalawat beserta salam semoga terlimpah kepada Rasulullah

    Muhammad saw.

    Buku ini disusun untuk dapat digunakan sebagai bahan bagi kuliah Matematika

    Teknik 2 yang merupakan mata kuliah wajib yang diselenggarakan oleh Program Studi

    Teknik Nuklir yang terdapat pada Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik Universitas

    Gadjah Mada.

    Buku ini menjelaskan pengertian pemodelan matematika dan metode-metode untuk

    mendapatkan persamaan umum bagi berbagai proses fisis. Penyusunan persamaan proses

    dengan pendekatan lumped parameter dijelaskan pada bagian awal buku ini. Vektor dan tensor merupakan hal yang penting untuk dipahami dalam penyusunan

    model matematika. Oleh karena itu, pembahasan tentang vektor dan tensor diberi porsi

    cukup detail. Pembahasan vektor dan tensor meliputi penulisan komponen vektor dan

    tensor pada berbagai sistem koordinat yang banyak digunakan, yaitu sistem koordinat

    Cartesian, Silinder dan Bola. Di samping itu, dibahas juga aljabar yang melibatkan vektor

    dan tensor (perkalian dan penjumlahan) serta kalkulus yang melibatkan vektor dan tensor

    (diferensiasi dan integrasi).

    Selanjutnya buku ini membahas penurunan berbagai persamaan proses umum

    seperti persamaan kontinuitas, persamaan tranport (energi, massa dan berbagai proses) dan

    persamaan transport momentum.

    Walaupun demikian tetap masih banyak aspek potensial yang belum tersentuh

    untuk dibahas dalam buku ini. Oleh karena itu, pembaca yang kreatif diharapkan mampu

    untuk menemukan aspek-aspek tersebut. Jika diinginkan, maka pembaca dapat mendalami

    lebih lanjut untuk melakukan penelaahan secara lebih detail, yaitu melakukan perhitungan-

    perhitungan secara lebih rinci dalam rangka untuk mendapatkan gambaran desain dari

    sistem kogenersai nuklir.

    Yogyakarta, 10 Oktober 2011

    Penulis,

    Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T.

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul i

    Kata Pengantar ii

    Daftar Isi iii

    PENDAHULUAN 1

    A Pemodelan matematika 1

    B Proses-proses Fisis Dasar 1

    1 Proses Reaksi 1

    2 Proses Transport 2

    3 Rangkumam Proses-proses Fisis Dasar 3

    C Berbagai Jenis Proses Transport 4

    1 Proses Transport Difusif 4

    2 Proses Transport Advektif 5

    3 Proses Transport Antar Muka 5

    4 Proses Transport Non Kontinum 6

    D Berbagai Jenis Medium 6

    E Berbagai Jenis Pemodelan Matematis 7

    1 Sistem Ruang Waktu Empirik 7

    2 Dimensi 7

    3 Pemodelan Lumped Parameter dan Distributed Parameter 8

    4 Pemodelan Tunak (Steady State) dan Transient 8

    5 Bentuk Persamaan Matematika Hasil Pemodelan 8

    BAB I PEMODELAN LUMPED PARAMETER 10

    A Penjelasan Umum Pemodelan Lumped Parameter 10

    B Penurunan Persamaan Proses Umum dengan Pemodelan Lumped

    Parameter

    11

    1 Penyusunan Persamaan Kontinuitas Medium 12

    2 Penyusunan Persamaan Proses Secara Umum 14

    3 Penyusunan Persamaan Proses Transfer Massa atau Reaksi Kimia 16

    4 Penyusunan Persamaan Energi Total 17

    5 Penyusunan Persamaan Energi Mekanik 19

    6 Penyusunan Persamaan Energi Termal 20

    C Sistem dengan Gaya Pengembali (Restoring Force) 24

    1 Penyusunan Persamaan Gerak Sistem Elastis dengan Gaya Pengembali 25

  • iv

    2 Perilaku Sistem Kekanik Elastis 26

    BAB II KALKULUS VEKTOR DAN TENSOR 30

    A Pengertian 30

    1 Pengertian skalar 30

    2 Pengertian vektor 30

    3 Pengertian tensor 30

    B Sistem Koordinat dan Elemen Volume 30

    1 Sistem Koordinat Cartesian 30

    2 Sistem Koordinat Silinder 31

    3 Sistem Koordinat Bola 32

    C Notasi atau Penulisan Vektor dan Transformasi Koordinat 33

    1 Notasi atau Penulisan Vektor 33

    2 Transformasi komponen vektor dari sistem koordinat Cartesian ke

    sistem koordinat Silinder atau sebaliknya

    36

    3 Transformasi vektor satuan dari sistem koordinat Cartesian ke sistem

    koordinat Silinder atau sebaliknya

    39

    4 Transformasi komponen vektor dari sistem koordinat Cartesian ke

    sistem koordinat Bola atau sebaliknya

    39

    5 Transformasi vektor satuan dari sistem koordinat Bola ke sistem

    koordinat Cartesian atau sebaliknya

    43

    D Metrik dan Transformasi Sistem Koordinat Secara Umum 43

    1 Transformasi Sistem Koordinat Secara Umum untuk Ruang Empirik 3D 43

    2 Metrik 45

    E Notasi atau Penulisan Tensor dan Transformasi Koordinat

    Komponen Tensor

    60

    1 Notasi atau Penulisan Tensor 60

    2 Operasi Transpose 61

    3 Tensor Simetris 62

    4 Transformasi komponen tensor antara sistem koordinat Cartesian dan

    sistem koordinat Silinder

    62

    5 Transformasi komponen tensor simetris antara sistem koordinat

    Cartesian dan sistem koordinat Silinder

    65

    6 Transformasi komponen tensor antara sistem koordinat Cartesian dan

    sistem koordinat Bola

    66

    7 Transformasi komponen tensor simetris antara sistem koordinat

    Cartesian dan sistem koordinat Bola

    71

    F Aljabar Vektor dan Tensor 72

    1 Operasi Penjumlahan dan Pengurangan 72

    2 Order besaran 74

    3 Operasi perkalian dua besaran 74

  • v

    4 Operasi dyad antara skalar dengan skalar dengan hasil skalar 74

    5 Operasi perkalian dyad antara skalar dengan vektor dengan hasil vektor 75

    6 Operasi perkalian dyad antara scalar dengan tensor dengan hasil tensor 75

    7 Operasi perkalian dyad antara vektor dengan vektor dengan hasil tensor 75

    8 Operasi perkalian dot () antara vektor dengan vektor dengan hasil skalar 76

    9 Operasi perkalian dot () antara vektor dengan tensor dengan hasil

    vektor

    77

    10 Operasi perkalian dot () antara tensor dengan tensor dengan hasil tensor 77

    11 Operasi perkalian cross () antara vektor dengan vektor dengan hasil

    vektor

    78

    12 Operasi perkalian dobel dot (:) antara tensor dengan tensor dengan hasil

    skalar

    79

    G Transformasi Koordinat Komponen Hasil Perkalian Dyad Vektor 79

    1 Transformasi komponen hasil perkalian dyad dua vektor antara sistem

    koordinat Silinder dengan sistem koordinat Cartesian

    79

    2 Transformasi komponen hasil perkalian dyad vektor yang sama antara

    sistem koordinat Cartesian dan sistem koordinat Silinder

    80

    3 Transformasi komponen hasil perkalian dyad dua vektor antara sistem

    koordinat Bola dengan sistem koordinat Cartesian

    81

    4 Transformasi komponen hasil perkalian dyad vektor yang sama antara

    sistem koordinat Cartesian dan sistem koordinat Bola

    83

    H Kalkulus Diferensiasi 84

    1 Diferensiasi Skalar, Vektor Dan Tensor Terhadap Variabel Skalar (t) 84

    2 Operator Diferensial vektor (Operator Del = Operator Grad = ) 84

    3 Transformasi Koordinat komponen operator Grad 88

    4 Operator Atau Operator Div 95

    5 Operator atau Operator Curl 102

    6 Operator 2 atau Laplacian 103

    7 Operator diferensial order 2 lainnya 105

    I Integrasi 105

    1 Integrasi terhadap variabel skalar 105

    2 Integrasi terhadap variable vektor 108

    J Fluks Transport Diffusif dengan Parameter Transport Skalar 115

    1 Perhitungan fluks transport difusif pada system koordinat Cartesian 116

    2 Perhitungan fluks transport difusif pada system koordinat Silinder 118

    3 Perhitungan fluks transport difusif pada system koordinat Bola 119

    4 Rangkuman fluks transport difusif 120

    K Fluks Transport Advektif dengan Parameter Transport Skalar 121

    BAB III PENURUNAN PERSAMAAN KONTINUITAS 122

    A Persamaan Kontinuitas Medium Secara Umum (Medium Fluida 122

  • vi

    Kompresibel)

    1 Penyusunan persamaan kontinuitas medium pada sistem Koordinat

    Cartesian

    122

    2 Penyusunan persamaan kontinuitas medium pada sistem Koordinat

    Silinder

    124

    3 Penyusunan persamaan kontinuitas medium pada sistem Koordinat Bola 127

    4 Rangkuman Bentuk persamaan kontinuitas medium secara umum 129

    B Persamaan Kontinuitas Medium Fluida Non Kompresibel 130

    C Persamaan Kontinuitas Medium Solid 131

    BAB IV PENURUNAN PERSAMAAN TRANSPORT VARIABEL

    SKALAR

    132

    A Persamaan Transport Secara Umum (Medium Fluida Kompresibel) 132

    1 Penyusunan persamaan transport umum pada sistem Koordinat

    Cartesian

    132

    2 Penyusunan persamaan transport umum pada sistem Koordinat Silinder 135

    3 Penyusunan persamaan transport umum pada sistem Koordinat Bola 139

    4 Rangkuman Bentuk persamaan persamaan transport umum 143

    B Persamaan Transport pada Medium Fluida Non Kompresibel 144

    C Persamaan Transport pada Medium Solid (Padatan) 146

    D Aplikasi untuk Proses Transfer Kalor pada Medium Satu Fasa 147

    1 Persamaan transfer kalor untuk medium fluida kompresibel 147

    2 Persamaan transfer kalor untuk medium fluida non kompresibel 149

    3 Persamaan transfer kalor untuk medium solid (padatan) isotropis 150

    E Aplikasi untuk Proses Transfer Massa Komponen Terlarut pada

    Larutan atau Campuran Encer (Dilute Solution) pada Medium Satu

    Fasa

    150

    1 Persamaan transfer massa komponen terlarut ke-i pada larutan encer

    untuk medium fluida kompresibel

    151

    2 Persamaan transfer massa komponen terlarut ke-i pada larutan encer

    untuk medium fluida non kompresibel

    152

    3 Persamaan transfer massa komponen terlarut ke-i pada larutan encer

    untuk medium solid isotropis

    153

    F Aplikasi untuk Aliran Fluida dalam Medium Berpori Isotropis 154

    1 Persamaan aliran fluida kompresibel dalam medium solid berpori yang

    bersifat isotropis

    154

    2 Persamaan aliran fluida non kompresibel dalam medium solid berpori

    yang bersifat isotropis

    155

  • vii

    G Aplikasi dalam Fisika Reaktor Nuklir 156

    H Syarat Batas 127

    BAB V PENURUNAN PERSAMAAN GERAK MEDIUM (PERSAMAAN

    TRANSPORT MOMENTUM)

    159

    A Persamaan Gerak Medium untuk Aliran Laminar 159

    1 Penyusunan persamaan gerak medium pada sistem Koordinat Cartesian 159

    2 Penyusunan persamaan gerak medium pada sistem koordinat Silinder 164

    3 Penyusunan persamaan gerak medium pada sistem koordinat Bola 176

    4 Rangkuman persamaan gerak medium secara umum 177

    B Persamaan Gerak pada Medium Fluida Non Kompresibel Aliran

    Laminar

    179

    1 Penjelasan umum untuk semua sistem koordinat 179

    2 Persamaan gerak pada medium fluida non kompresibel pada sistem

    koordinat Cartesian

    179

    3 Persamaan gerak pada medium fluida non kompresibel pada sistem

    koordinat Silinder

    180

    4 Penyusunan persamaan gerak medium pada sistem koordinat Bola 192

    5 Rangkuman persamaan gerak medium fluida non kompresibel 193

    C Transfer Momentum Difusif Dalam Fluida Newtonian Aliran

    Laminar

    194

    1 Fluks Transfer momentum difusif pada sistem koordinat Cartesian 195

    2 Fluks Transfer momentum difusif pada sistem koordinat Silinder 197

    3 Fluks Transfer momentum difusif pada sistem koordinat Bola 198

    4 Rangkuman persamaan gerak untuk medium fluida Newtonian non

    kompresibel dengan viskositas kontan

    200

    D Rangkuman Persamaan Gerak Medium Fluida Aliran Laminar

    dalam Notasi Umum

    201

    E Fluida Newtonian Aliran Turbulen 202

    G Syarat Batas Persamaan Gerak Medium 203

    1 Batas permukaan bebas 203

    2 Batas antar muka dengan medium padatan 203

    3 Batas antar muka antar medium fluida 204

    BAB VI FENOMENA TRANSPORT LANJUT 205

    A Proses Transport Difusif pada Medium Padatan Anisotropis 205

    1 Proses transport difusif pada mdium anisotrop 205

    2 Proses transport difusif pada mdium ortotrop 207

  • viii

    B Proses Transport Massa Sistem Multikomponen Non Encer 208

    1 Medium fluida campuran non encer 208

    2 Medium padatan campuran non encer isotrop 209

    3 Medium padatan campuran non encer anisotrop dan ortotrop 209

    C Aplikasi Fisika Reaktor Nuklir dengan Memperhitungkan Energi

    Neutron

    210

    D Proses Transport pada Medium Multifasa Koeksis 211

    1 Pendekatan non setimbang 211

    2 Pendekatan setimbang 213

    E Penjalaran Gelombang pada Medium 214

    1 Penjalaran gelombang pada medium padatan elastis 214

    2 Penjalaran gelombang pada medium fluida 215

  • 1

    PENDAHULUAN

    A. PEMODELAN MATEMATIKA

    Pemodelan matematika adalah perumusan proses-proses fisis (empiris) yang

    disebet sebagai problem fisik dalam bentuk persamaan matematika. Persamaan yang

    diperoleh pada dasarnya masih merupakan persamaan diferensial sehingga diperlukan

    penyelesaian persamaan diferensial tersebut. Penyelesaian persamaan ini selanjutnya

    diinterpretasikan dan digunakan untuk memahami proses fisik yang bersangkutan sebagai

    penyelesaian dari problem fisik yang bersangkutan.

    Secara skematik alur berfikir dalam membuat model matematikan serta

    menyelesaikannya dalam rangka menyelesaikan problem fisik dapat dilihat pada Gambar

    1.1

    EMPIRICAL DOMAIN MIND DOMAIN

    REAL

    (PHYSICAL)

    PROBLEM

    GOVERNING

    MATHEMATICAL

    EQUATION

    MATHEMATICAL

    SOLUTION

    INTERPRETATION SOLVING THE

    REAL PROBLEM

    Gambar 0.1. Diagram skematik pemodelan matematika

    B. PROSES-PROSES FISIS DASAR

    Proses-proses fisis dasar secara umum dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

    proses reaksi dan proses transport.

    1. Proses Reaksi

    Proses reaksi adalah semua proses yang membentuk atau menghilangkan suatu

    variabel proses. Sebagai contoh, reaksi endotermik (fisika, kimia maupun nuklir) adalah

    reaksi yang menghilangkan variabel proses berupa kalor sedangkan reaksi eksotermik

    (fisika, kimia maupun nuklir) adalah reaksi yang membentuk variabel proses berupa kalor.

    Reaksi kimia adalah reaksi yang menghilangkan variabel proses berupa massa

    ataumol reaktan dan membentuk variabel proses berupa massa atau mol produk reaksi.

    Secara umum proses reaksi mengikuti persamaan dasar sebagai berikut :

  • 2

    N

    RkR ''' (0.1)

    Dalam hal ini :

    Rk : Koefisien kecepatan reaksi

    N : Order reaksi

    '''R : Laju reaksi (jumlah reaksi per satuan volume per satuan waktu) : Variabel Proses

    Tanda minus pada persamaan (0.1) berlaku pada reaksi yang menghilangkan suatu variabel

    proses sedabgkan tanda plus pada persamaan (0.1) berlaku untuk reaksi yang membentuk

    variabel proses.

    2. Proses Transport

    Proses transport adalah perpindahan suatu variabel proses. Misalnya proses trasfer

    kalor adalah proses perpindahan variabel proses berupa kalor. Proses transfer massa adalah

    proses perpindahan variabel proses berupa massa atau mol dari suatu spesies kimia. Proses

    transfer momentum adalah proses perpindahan variabel proses berupa momentum atau

    gerakan suatu medium (fluida) dan masih banyak lagi.

    Secara garis besar, proses transport dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

    - proses transport yang secara empirik tampak berlangsung melalui medium, yang selanjutnya disebut sebagai proses transport kontinuum

    - proses transport yang secara empirik tampak berlangsung tanpa melalui medium, yang selanjutnya disebut sebagai proses transport non kontinuum

    Proses transport kontinuum dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yaitu :

    - proses transport difusif - proses transport advektif - proses transport antar muka

    a. Proses transport difusif

    Proses transport difusif adalah proses transport yang secara empirik berlangsung

    melalui medium tanpa ada gerakan makro dari medium yang dilaluinya. Dalam hal ini,

    proses transport secara empirik tampak terjadi dengan adanya gradien suatu parameter

    transport (misalnya suhu pada proses transfer kalor, konsentrasi pada proses transfer

    massa, kecepatan pada proses transfer momentum). Proses akan terjadi mengarah ke posisi

    di mana nilai parameter transport lebih rendah. Proses transport difusif dapat terjadi pada

    medium yang dapat mengalir (fluida) maupun medium yang tidak dapat mengalir (solid /

    padatan). Persamaan dasar untuk proses transfer difusif adalah :

    Dj (0.2)

    Dalam hal ini :

    Dj : Fluks transfer diffusif (besaran per satuan luas per satuan waktu)

    : Koefisien transport diffusif : Parameter transport

  • 3

    : Operator diferensiasi terhadap vektor posisi (operator grad)

    b. Proses transport advektif

    Proses transport advektif adalah proses transport yang terjadi akibat gerakan

    (aliran) dari medium. Dengan demikian, proses transport advektif hanya dapat terjadi pada

    medium yang dapat mengalir (fluida). Pada proses transport advektif, arah proses transport

    adalah sama dengan aran aliran medium fluida tersebut. Dengan demikian, persamaan

    dasar untuk proses transport advektif adalah :

    vjA (0.3)

    Dalam hal ini :

    Aj : Fluks transfer advektif (besaran per satuan luas per satuan waktu)

    v : Kecepatan linier aliran medium (jarak per satuan waktu)

    : Variabel Proses

    c. Proses transport antar muka

    Proses transport antar muka terjadi pada batas antara dua medium yang memiliki

    sifat-sifat fisik (koefisiem transport) yang berbeda. Kedua medium tersebut bisa keduanya

    solid atau salah satu solid dan yang lainnya fluida.

    Arah proses ini adalah menuju ke medium yang memiliki nilai parameter transport

    lebih rendah dan selalu mengikuti arah vektor permukaan pada batas kedua medium yang

    bersangkutan.

    Persamaan dasar untuk proses transport antar muka adalah :

    22,1121,, Kj nnI (0.4)

    Dalam hal ini :

    Ij : Fluks transfer antar muka dari medium 1 ke medium 2 (besaran per satuan luas

    per satuan waktu)

    n : Vektor normal permukaan

    n : Koefisien transfer antar muka dari medium 1 ke medium 2

    2,1K : Koefisien kesetimbangan antara medium 1 dan medium 2

    1 : Nilai parameter transport pada medium 1

    2 : Nilai parameter transport pada medium 2

    d. Proses transport non kontinuum

    Proses transport non kontinuum adalah proses transport yang secara empirik terjadi

    tanpa melalui medium. Tidak ada persamaan umum yang berlaku untuk proses ini. Salah

    satu contoh proses transport non kontinum adalah proses transfer kalor radiasi.

    3. Rangkuman Proses-Proses Fisik Dasar

    Berdasarkan uraian di atas, berbagai proses fisik dasar dapat dirangkum dalam

    Gambar 0.2.

  • 4

    REAL

    (PHYSICAL)

    PROBLEM

    PROSES REAKSI

    N

    RkR '''

    PROSES

    TRANSPORT

    NON

    CONTINUUM

    CONTINUUM

    DIFUSSIF

    Dj

    ADVEKTIF

    vjA

    INTERFACE

    22,1121,, Kj nnI

    Gambar 0.2. Klasifikasi umum proses-proses fisik

    C. BERBAGAI JENIS PROSES TRANSPORT

    Berbagai jenis proses transport dasar (difusif, advektif, antar muka dan non

    kontinuum) dapat terjadi pada berbagai macam proses transport (transfer kalor, transfer

    massa, transfer momentum dan sebagainya). Parameter transport, fluks variable transport,

    koefisien transport harus diformulasikan sesuai dengan proses yang bersangkutan.

    1. Proses transport difusif

    Berbagai jenis proses transport difusif dapat dilihat rangkumannya pada Tabel 0.1.

    Tabel 0.1. Berbagai macam proses transport transport difusif

    Proses Bentuk

    persamaan

    Parameter

    transport

    Koefisien

    transport

    Fluks

    transport

    Nama

    khusus

    Bentuk

    umum

    Dj

    Dj

    Konduksi

    kalor Tkq D

    ''

    T (suhu)

    k

    (konduktifitas)

    Dq '' Hukum

    Fourier

    Difusi massa CDjD

    C

    (konsentrasi)

    D (koefisien

    difusi massa)

    Dj Hukum

    Fick

    Transfer

    momentum

    difusif

    vD

    v

    (kecepatan)

    (viskositas)

    D Hukum

    Newton

    Difusi

    neutron

    Dj

    (fluks

    neutron)

    D (koefisien

    difusi neutron)

    j Hukum

    Fick

    Aliran dalam

    medium

    berpori pm

    ''

    p

    (tekanan

    total)

    (permeabilitas

    medium)

    ''m

    (fluks aliran

    massa)

    Hukum

    D Arcy

  • 5

    2. Proses transport advektif

    Berbagai jenis proses transport advektif dapat dilihat rangkumannya pada Tabel

    0.2.

    Tabel 0.2. Berbagai macam proses transport transport advektif

    Proses Bentuk persamaan Parameter transport Fluks transport

    Bentuk umum

    vjA

    Aj

    Transfer kalor

    advektif Tcvq pA

    ''

    Tc p

    ( = denitas massa medium,

    pc = kalor jenis medium,

    T = suhu)

    Aq ''

    (fluks transfer

    kalor advektif)

    Transfer massa

    advektif CvjA

    C

    (konsentrasi)

    Aj

    (fluks transfer

    massa advektif)

    Transfer

    momentum

    advektif

    vvA

    v

    ( = denitas massa medium,

    v = kecepatan)

    A

    (fluks transfer

    momentum

    advektif)

    3. Proses transport antar muka

    Berbagai jenis proses transport antar muka dapat dirangkum pada Tabel 0.3.

    Tabel 0.3. Berbagai macam proses transport transport antar muka

    Proses Bentuk persamaan

    Para-

    meter

    transport

    Koefisien

    Transport

    Koe-

    fisien

    kesetim-

    bangan

    Fluks

    transport

    Nama

    khusus

    Bentuk

    Umum 22,1121,, Kj nnI 2,1K 21,, nIj

    Transfer

    kalor

    antar

    muka

    2121,,'' TThq nI T

    (suhu)

    h

    (koefisien

    transfer

    kalor

    antar

    muka)

    1

    21,,'' nIq

    (fluks

    transfer

    kalor

    antar

    muka)

    Hukum

    Newton

    Transfer

    massa

    antar

    muka

    22,1121,, CKCkj ynI C

    (konsen-

    trasi)

    yk

    (koefisien

    transfer

    massa

    antar

    muka)

    2,1K

    (koe-

    fisien

    distribusi

    massa)

    21,, nIj

    (fluks

    transfer

    massa

    antar

    muka)

  • 6

    4. Proses transport non kontinuum (transfer kalor radiasi)

    Tidak ada persamaan dasar yang berlaku umum untuk proses transport non

    kontinuum. Salah satu contoh proses ini adalah proses transfer kalor radiasi. Persamaan

    dasar untuk proses transfer kalor radiasi dari benda 1 ke benda 2 adalah :

    4241'' TTq R

    (0.5)

    Dalam hal ini :

    Rq '' : Fluks transfer kalor radiasi dari benda 1 ke benda 2 (besaran per satuan luas per

    satuan waktu)

    : Konstanta Stefan Boltzmann : Emisivitas permukaan benda 1

    1T : Suhu permukaan benda 1

    2T : Suhu permukaan benda 2

    D. BERBAGAI JENIS MEDIUM

    Medium untuk proses transport dibedakan dari kemampuan untuk mengalir serta

    perubahan densitas akibat perubahan tekanan. Medium yang tidak dapat mengalir disedut

    sebagai medium padatan (solid) sedangkan medium yang mampu mengalir disebut sebagai

    medium fluida.

    Medium fluida yang mengalami perubahan densitas ketika menerima perubahan

    tekanan disebut sebagai medium fluida kompresibel sedangkan medium fluida yang tidak

    mengalami perubahan densitas ketika menerima perubahan tekanan disebut sebagai

    medium fluida non kompresibel.

    Medium padatan yang mengalami perubahan densitas ketika menerima perubahan

    tekanan disebut sebagai medium padatan elastis sedangkan medium padatan yang tidak

    mengalami perubahan densitas ketika menerima perubahan tekanan disebut sebagai

    medium padatan rigid.

    MEDIUM

    PROSES

    TRANSPORT

    DAPAT

    MENGALIR

    (FLUIDA)

    TIDAK DAPAT

    MENGALIR

    (SOLID)

    ELASTIS

    (densitas berubah akibat

    perubahan tekanan)

    KOMPRESIBEL

    (densitas berubah akibat

    perubahan tekanan)

    Contoh : GAS

    RIGID

    (densitas tidak berubah

    akibat perubahan tekanan)

    NON KOMPRESIBEL

    (densitas tidak berubah

    akibat perubahan tekanan)

    Contoh : CAIRAN

    Gambar 0.3. Klasifikasi medium untuk proses-proses transport

  • 7

    E. BERBAGAI JENIS PEMODELAN MATEMATIS

    1. Sistem ruang-waktu empirik

    Proses-proses fisik, yaitu proses transport dan proses reaksi secara matematika pada

    dasarnya adalah proses perubahan suatu besaran fisik terhadap variable ruang dan variable

    waktu. Ruang empiric secara matematika dibentuk oleh tiga sumbu koordinat yang garis-

    garis sejajar ketiga sumbu tersebut saling bertemu secara tegak lurus pada suatu titik posisi

    tertentu. Oleh sebab itu, terdapat tiga variable ruang yang menyatakan posisi suatu titik

    relative terhadap suatu titik referensi pada ketiga arah sumbu ruang. Jika ditambahkan

    variable waktu, maka sistem ruang waktu empiric memiliki 4 variabel bebas, yaitu 1 (satu)

    variable waktu dan tiga variable ruang.

    2. Dimensi

    Dalam pembahasan terkait dengan ilmu-ilmu Fisika dan Teknik (engineering),

    istilah dimensi digunakan dalam 2 pengertian, yaitu :

    - dimensi dalam arti keterlibatan besaran fisik dasar terhadap suatu besaran fisik - dimensi dalam arti jumlah sumbu ruang yang diperlukan untuk mendeskripsikan

    suatu posisi tertentu

    a. dimensi dalam arti keterlibatan besaran fisik dasar terhadap suatu besaran fisik

    Besaran-besaran fisik dianggap terbagi menjadi dua, yaitu besaran dasar dan

    besaran turunan. Besaran dasar adalah besaran-besaran yang dipandang tidak melibatkan

    besaran lainnya. Besaran turunan adalah besaran yang bisa diuraikan terdiri dari beberapa

    besaran dasar yang dikombinasikan dengan kombinasi multiplikasi (perkalian atau

    pembagian). Hal ini pada akhirnya menyangkut pada penggunaan satuan.

    Penentuan besaran mana yang dianggap sebagai besaran dasar adalah bersifat

    arbitrari. Hanya saja, besaran dasar ditentukan didasarkan pada kemudahan dalam

    penggunaannya.

    Dalam sistem satuan SI (Standart Internasional) besaran dasar yang digunakan

    dalam sistem mekanik adalah waktu, panjang dan massa. Dalam sistem termal, ditambah

    lagi dengan suhu. Dalam sistem ruang, ditambah lagu dengan sudut. Dalam sistem listrik

    ditambah lagi dengan arus listrik. Dalam sistem kimia, ditambah lagi dengan jumlah mol.

    Besaran yang dipandang sebagai besaran turunan dalam sistem SI misalnya adalah

    kecepatan, percepatan, gaya, luas area, volume, energi, tekanan, viskositas, difusifitas,

    konduktivitas, kalor jenis, densitas, entalpi, entropi, dan sebagainya.

    Dalam operasi penambahan dan pengurangan, suatu besaran hanya dapat

    ditambahkan atau dikurangkan dengan besaran lain yang memiliki dimensi yang sama.

    Besaran yang menjadi argumen suatu fungsi matematika (sinus, cosinus, logaritma,

    eksponensial dan sebagainya) harus tidak berdimensi, yaitu kombinasi multiplikasi dari

    berbagai besaran fisik sedemikian rupa sehingga dimensinya saling meniadakan.

    b. dimensi dalam arti jumlah sumbu ruang yang diperlukan untuk mendeskripsikan suatu posisi tertentu

    Sistem ruang empirik dideskripsikan dengan tiga sumbu ruang yang saling tekan

    lurus pada suatu titik. Posisi suatu titik dinyatakan dengan nilai suatu variabel posisi yang

    dapat ditentukan secara bebas pada ketiga sumbu ruang tersebut. Ruang semacam ini

    disebut sebagai ruang 3 (tiga) dimensi, atau sering ditulis sebagai ruang 3-D. Proses-proses

    fisik secara empirik pada dasarnya melibatkan perubahan atau pergerakan dalam ruang

    empirik 3-D ini.

  • 8

    Dalam pemodelan matematika, seringkali dilakukan penyederhanaan dengan

    mengabaikan proses yang dianggap tidak signifikan. Demikian juga terhadap penggunaan

    variabel ruang. Jika suatu proses fisik dipandang tidak menghasilkan perubahan signifikan

    pada 1 (satu) sumbu ruang tertentu, maka penggunaan sumbu ruang yang bersangkutan

    diabaikan. Sistem ruang signifikan dalam hal ini menjadi terdiri dari dua sumbu ruang.

    Ruang semacam ini disebut sebagai ruang 2 (dua) dimensi, atau sering ditulis sebagai

    ruang 2-D. Demikian juga jika tidak terjadi perubahan signifikan pada 2 (dua) sumbu

    ruang, maka sistem ruang signifikan hanya terdiri dari 1 (satu) sumbu ruang. Ruang

    semacam ini disebut sebagai ruang 1 (satu) dimensi, atau sering ditulis sebagai ruang 1-D.

    3. Pemodelan lumped parameter (parameter tergumpal) dan distributed parameter

    (parameter terdistribusi)

    Pemodelan lumped parameter atau sering disebut sebagai pemodelan titik adalah

    suatu pemodelan matematika atas suatu proses fisis di mana distribusi suatu variabel proses

    atau parameter proses menurut posisi pada suatu sistem fisik yang ditinjau dianggap bukan

    suatu yang penting untuk diperhatikan. Pada umumnya, dalam pemodelan semacam ini,

    nilai variabel proses atau parameter proses (suhu, tekanan, kecepatan yang bersangkutan

    diperhitungkan sebagai nilai rerata volumetris pada sisuem yang bersangkutan.

    Pemodelan distributed parameter, sebaliknya, digunakan jika distribusi nilai suatu

    parameter proses atau variable proses merupakan hal yang sangat penting untuk

    diperhatikan. Pemodelan distributed parameter terbagi menjadi pemodelan 1-D (satu

    dimensi), 2-D (2 dimensi) atau 3-D (tiga dimensi), tergantung dari jumlah sumbu arah di

    mana distribusi nilai paramater atau variabel proses pada arah yang bersangkutan

    dipandang signifikan.

    4. Pemodelan tunak (steady state) dan transient

    Pemodelan tunak (steady state) adalah pemodelan matematika atas suatu proses

    fisis di mana perubahan nilai variable proses atau parameter proses terhadap waktu

    dianggap tidak signifikan. Pemodelan ini digunakan pada proses-proses yang mengalami

    kondisi kesetimbangan. Kesetimbangan yang dimaksud dalam hal ini adalah jika terjadi

    kesamaan antara pembentukan dan penghilangan suatu variable proses atau jika terjadi

    kesamaan antara perpindahan masuk dan perpindahan keluar suatu variable proses pada

    suatu sistem yang ditinjau.

    Pemodelan transient adalah pemodelan matematika atas suatu proses fisis di mana

    perubahan nilai variable atau parameter proses terhadap waktu merupakan hal yang

    penting untuk diperhatikan. Pemodelan ini perlu dilakukan untuk suatu proses yang belum

    atau tidak mencapai kondisi setimbang.

    5. Bentuk persamaan matematika hasil pemodelan

    Persamaan matematika yang dihasilkan dari pemodelam matematika dapat berupa

    persamaan aljabar, persamaan diferensial ordiner atau persamaan diferensial parsial. Pada

    dasarnya persamaan diferensial muncul jika proses fisis yang dimodelkan merupakan

    proses yang mengalami perubahan terhadap waktu atau perubahan (distribusi) terhadap

    ruang. Persamaan aljabar hanya muncul pada pemodelan matematis atas suatu proses fisis

    dimana perubahan baik terhapad ruang dan terhadap waktu dianggap tidak signifikan.

    Tabel 0.4 menunjukkan bentuk-bentuk persamaan matematika yang diperoleh dari

    suatu pemodelan matematika terhadap suatu proses fisis.

  • 9

    Tabel 0.4. Bentuk persamaan matematika hasil pemodelam matematika atas suatu proses

    fisis

    Jenis pemodelan matematika Steady state (tunak) Transient

    Lumped parameter Persamaan aljabar

    Persamaan diferensial

    ordiner

    (terhadap waktu)

    Distributed

    parameter

    1-D

    Persamaan diferensial

    ordiner

    (terhadap 1 variabel ruang)

    Persamaan diferensial

    parsial

    (terhadap waktu dan 1

    variabel ruang)

    2-D

    Persamaan diferensial

    parsial

    (terhadap 2 variabel ruang)

    Persamaan diferensial

    parsial

    (terhadap waktu dan 2

    variabel ruang)

    3-D

    Persamaan diferensial

    parsial

    (terhadap 3 variabel ruang)

    Persamaan diferensial

    parsial

    (terhadap waktu dan 3

    variabel ruang)

  • 10

    BAB I. PEMODELAN LUMPED PARAMETER

    A. PENJELASAN UMUM PEMODELAN LUMPED PARAMETER

    Pemodelan lumped parameter atau sering disebut sebagai pemodelan titik adalah

    suatu pemodelan matematika atas suatu proses fisis di mana distribusi suatu variabel proses

    atau parameter proses menurut posisi pada suatu sistem fisik yang ditinjau dianggap bukan

    suatu yang penting untuk diperhatikan. Pada umumnya, dalam pemodelan semacam ini,

    nilai variabel proses atau parameter proses (suhu, tekanan, kecepatan yang bersangkutan

    diperhitungkan sebagai nilai rerata volumetris pada sistem yang bersangkutan.

    Pada pemodelan lumped parameter, suatu proses fisis dianggap berlangsung pada

    statu tempat atau wadah. Tempat atau wadah di mana suatu proses fisis berlangsung

    disebut sebagai sistem. Segala sesuatu di luar sistem disebut sebagai lingkungan. Batas

    fisik yang membatasi sistem terhadap lingkungan disebut sebagai batas sistem. Batas

    sistem dapat merupakan batas yang tetap atau batas yang berubah (meluas / ekspansi

    maupun menyempit / kompresi). Jika batas sistem berubah, maka volume sistem juga

    berubah. Suatu sistem disebut mengalami ekspansi volumetrik jika volumenya bertambah

    (batas sistemnya meluas). Suatu sistem disebut mengalami kompresi volumetrik jika

    volumenya berkurang (batas sistemnya menyempit).

    Zat (material) utama yang mengisi sistem disebut sebagai medium. Medium

    tersebut dapat berupa medium padatan atau medium fluida. Suatu sistem disebut sebagai

    sestem terbuka jika terdapat aliran medium keluar atau masuk sistem (aliran medium

    antara sistem dan lingkungan atau aliran medium melintasi batas sistem). Sebaliknya jika

    terdapat aliran medium antara sistem dan lingkungan (aliran medium melintasi batas

    sistem), maka sistem disebut sebagai sistem tertutup. Sistem dengan medium padatan

    selalu merupakan sistem tertutup. Sementara itu, sistem dengan medium fluida dapat

    merupakan sistem terbuka ataupun tertutup.

    Medium padatan dapat berupa padatan rigid atau elastis. Suatu sistem dengan

    medium padatan hanya dapat mengalami ekspansi atau kompresi volumetris hanya jika

    padatan tersebut bersifat elastis. Medium fluida dapat berupa fluida non kompresibel

    maupun fluida kompresibel. Sistem terbuka dengan medium fluida dapat mengalami

    ekspansi atau kompresi volumetris baik medium fluida tersebut merupakan fluida non

    kompresibel maupun fluida kompresibel. Sementara itu, sistem tertutup dengan medium

    fluida hanya dapat mengalami ekspansi atau kompresi volumetris hanya jika medium

    fluidanya merupakan fluida kompresibel.

    Dalam pendekatan lumped parameter, besaran proses (misalnya energi, momentum,

    maupun massa dari konstituen yang terbawa oleh medium) dapat mengalami perpindahan

    (yaitu keluar atau masuk) antara sistem dan lingkungan dengan dua cara, yaitu :

    - perpindahan secara aliran - perpindahan antar muka

    Pada perpindahan secara aliran, besaran proses melintasi batas sistem (keluar atau

    masuk) bersamaan dengan aliran perpindahan medium antara sistem dan lingkungan

    (keluar atau masuk) melintasi batas sistem. Perpindahan secara aliran hanya dapat terjadi

    pada sistem terbuka (tentunya dengan medium fluida)

    Pada perpindahan antar muka, besaran proses melintasi sistem bukan sebagai akibat

    perpindahan medium melintasi batas sistem. Perpindahan antar muka dapat terjadi baik

    pada sistem terbuka maupun pada sistem tertutup serta baik dengan medium padatan

    maupun medium fluida.

    Perpindahan antar muka terjadi akibat perbedaan gaya pendorong atau driving force yang terdapat pada batas sistem bagi perpindahan yang bersangkutan. Bentuk unum

  • 11

    dari perpindahan (proses transfer) anrat muka adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada

    Tabel 0.3. baris pertama.

    Pada proses perpindahan kalor, gaya pendorong tersebut berupa perbedaan suhu.

    Bentuk proses transfer kalor antar muka ditunjukkan pada Tabel 0.3 baris kedua. Pada

    kondisi tertentu, proses transfer kalor antar muka dari permukaan sistem ke lingkungan

    atau sebaliknya terjadi secara radiasi. Dalam hal ini persamaan perpindahan kalor secara

    radiasi ditunjukkan oleh persamaan 0.5.

    Pada proses perpindahan momentum, gaya dorong berupa perbedaan tekanan.

    Dalam pendekatan lumped parameter, proses perpindahan momentum antar muka ditandai

    dengan adanya ekspansi atau kompresi volumetris. Proses perpindahan momentum antar

    muka (dengan akibat adanya kompresi atau ekspansi volumetrik) hanya dapat terjadi jika :

    - medium berupa padatan elastis atau fluida - batas sistem bersifat elastis atau dapat bergerak (movable)

    Dengan demikian, jika batas sistem bersifat rigid, maka tidak akan terjadi perpindahan

    momentum antar muka yang berakibat kompresi atau ekspansi volumetrik).

    Dalam pendekatan lumped parameter, perpindahan momentum antar muka

    diperhitungkan setara dengan perpindahan energi dalam bentuk energi mekanik, yaitu

    usaha. Suatu sistem disebut menerima usaha dari lingkungan jika sistem tersebut

    mengalami kompresi volumetrik. Sebaliknya suatu sistem dikatakan melakukan usaha

    terhadap lingkungan jika sistem tersebut mengalami ekspansi volumetrik.

    Sementara itu perpindahan (proses transfer) massa antar muka ditunjukkan pada

    Tabel 0.3 baris ketiga. Gaya dorong untuk proses transfer massa antar muka adalah

    perbedaan aktivitas zat antara permukaan sistem dengan lingkungan. Perbedaan aktivitas

    ini seringkali diwakili oleh perbedaan konsentrasi antara permukaan sistem dengan

    lingkungan yang dikoreksi dengan mengunakan koefisien kesetimbangan massa.

    B. PENURUNAN PERSAMAAN PROSES UMUM DENGAN PENDEKATAN

    LUMPED PARAMETER Gambar 1.1 menunjukkan diagram skematik sebuah proses umum pada sebuah

    sistem dengan menggunakan pendekatan lumped parameter.

    1,1, iim

    2,2, iim

    NiiNiim ,,

    1,1, oom

    2,2, oom

    NooNoom ,,

    1,oJ 2,oJ LooJ ,

    1,iJ

    2,iJ LiiJ ,

    '''R

    R+

    '''R

    R+

    Gambar 1.1. Diagram skematik proses secara umum dengan pendekatan lumped

    parameter

  • 12

    Dalam gambar 1.4 ini, kotak besar menyatakan batas sistem. Sistem adalah segala

    sesuatu yang berada di balam kotak besar sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu

    yang berada di luar kotak besar. Gambar saluran dengan panah di dalamnya menunjukkan

    proses transfer (perpindahan) secara aliran sedangkan gambar panah besar menyatakan

    proses transfer (perpindahan) antar muka. Arah panah menunjukkan arah perpindahan.

    Selanjutnya m menyatakan laju aliran medium dalam proses transfer secara aliran,

    J menyatakan laju transfer suatu besaran fisis yang dimaksud dengan proses transfer antar muka, menyatakan densitas suatu besaran fisis (besaran per satuan volume) yang

    dimaksud, '''R menyatakan laju pembentukan besaran fisis yang dimaksud per satuan

    volume dan '''R menyatakan laju penghilangan besaran fisis yang dimaksud per satuan

    volume. Indeks i menyatakan masukan (input), indeks o menyatakan keluaran (output).

    Indeks nomor menyatakan urutan masing-masing proses perpindahan. Ni menyatakan

    jumlah masukan dengan perpindahan secara aliran, No menyatakan jumlah keluaran

    dengan perpindahan secara aliran, Li menyatakan jumlah masukan dengan perpindahan

    antar muka dan Lo menyatakan jumlah keluaran dengan perpindahan antar muka.

    1. Penyusunan persamaan kontinuitas medium

    Persamaan kontinuitas medium tidak lain adalah neraca massa medium keluar dan

    masuk sistem. Dalam hal ini, dapat dibuat diagram neraca medium sebagaimana

    ditunjukkan pada Gambar 1.2.

    Laju akumulasi

    massa medium

    dalam sistem

    =

    Total laju aliran

    massa medium

    masuk sistem -

    Total laju aliran

    massa medium

    keluar sistem

    Gambar 1.2. Diagram neraca medium pada sistem dengan pendekanan lumped parameter

    Secara matematik, neraca tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    dM

    1

    ,

    1

    , (1.1)

    Dalam hal ini, M adalah massa medium. Indeks j menyatakan urutan. Selanjutnya M dapat

    dituliskan sebagai :

    VM (1.2)

    Di mana V adalah volume sistem sedangkan adalah densitas medium dalam sistem. Dengan mensubstitusikan persamaan (1.1) ke persamaan (1.2) maka diperoleh :

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    Vd

    1

    ,

    1

    ,

    (1.3)

    Persamaan (1.3) merupakan bentuk umum dari persamaan kontinuitas sistem dengan

    pendekatan lumped parameter, yaitu medium berupa fluida kompresibel dan sistem dapat

    mengalami perubahan volume. Jika medium merupakan fluida kompresibel tetapi volume

    sistem tetap, maka persamaan (1.3) dapat disederhanakan menjadi :

  • 13

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    dV

    1

    ,

    1

    ,

    (1.4)

    Sebaliknya jika medium merupakan fluida non kompresibel tetapi sistem dapat mengalami

    perubahan volume, maka persamaan (1.3) dapat disederhanakan menjadi :

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    dV

    1

    ,

    1

    , (1.5)

    Sedangkan jika medium merupakan fluida non kompresibel sekaligus volume sistem tetap,

    maka persamaan (1.3) dapat disederhanakan menjadi :

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mm1

    ,

    1

    ,0 (1.6)

    Atau :

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mm1

    ,

    1

    , (1.7)

    Hal ini berarti jumlah total laju aliran fluida medium masuk sistem harus sama dengan

    jumlah total fluida medium keluar sistem. Persamaan (1.7) juga berlaku untuk kondisi

    tunak (steady state) baik medium berupa fluida kompresibel maupun non kompresibel.

    Pada medium padatan, maka tidak terdapat aliran medium keluar dan masuk

    sistem. Persamaan (1.3) menjadi :

    0dt

    Vd (1.8)

    Dengan demikian, massa medium dalam sistem selalu konstan. Pada medium padatan

    elastis, persamaan (1.8) dapat ditulis menjadi :

    0dt

    dV

    dt

    dV

    (1.9)

    Atau :

    dt

    dV

    dt

    dV

    (1.10)

    Persamaan (1.10) memberikan arti bahwa perubahan volume pada sistem dengan medium

    padatan elastis berkebalikan dengan perubahan densitasnya. Kenaikan volume akan diikuti

    dengan penurunan densitas sebaiknya penurunan volume akan diikuti dengan kenaikan

    densitas. Sementara itu untuk sistem dengan medium padatan rigid, densitas medium dan

    volume sistem selalu konstan. Dengan demikian, persamaan kontinuitas untuk medium

    padatan rigid adalah :

    0dt

    d dan 0

    dt

    dV (1.11)

    Tabel 1.2 menunjukkan rangkuman persamaan kontinuitas medium pada

    pendekatan lumped parameter

  • 14

    Tabel 1.2 Persamaan kontinuitas medium pada pendekatan lumped parameter

    Medium Volume sistem Persamaan kontinuitas medium

    Fluida kompresibel

    berubah

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    Vd

    1

    ,

    1

    ,

    tetap

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    dV

    1

    ,

    1

    ,

    Fluida non

    kompresibel

    berubah

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mmdt

    dV

    1

    ,

    1

    ,

    tetap

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    ji mm1

    ,

    1

    ,

    Padatan elastis berubah dt

    dV

    dt

    dV

    Padatan rigid tetap 0dt

    d dan 0

    dt

    dV

    2. Penyusunan persamaan proses secara umum

    Dalam penyusunan persamaan proses secara umum, terlebih dahulu disusun neraca

    variabel proses yang ditunjukkan oleh Gambar 1.3 sebagai berikut :

    Laju akumulasi

    variabel proses

    dalam sistem

    =

    Total laju

    transfer variabel

    proses masuk

    sistem secara

    aliran

    -

    Total laju

    transfer variabel

    proses keluar

    sistem secara

    aliran

    +

    Total laju

    transfer antar

    muka variabel

    proses masuk

    sistem

    -

    Total laju

    transfer antar

    muka variabel

    proses keluar

    sistem

    + Laju reaksi

    pembentukan

    variable proses

    -

    Laju reaksi

    penghilangan

    variable proses

    Gambar 1.3. Diagram neraca variabel proses pada sistem dengan pendekanan lumped

    parameter

    Secara matematik, neraca tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

    ''''''1

    ,

    1

    ,

    1 ,

    ,,

    1 ,

    ,,VRVRJJ

    mm

    dt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j jo

    jojoNi

    j ji

    jiji

    (1.12)

    Atau :

    ''''''1

    ,

    1

    ,

    1 ,

    ,,

    1 ,

    ,,RRVJJ

    mm

    dt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j jo

    jojoNi

    j ji

    jiji

    (1.13)

    Persamaan (1.13) berlaku untuk secara lebih umum yaitu untuk medium fluida

    kompresibel dan volume sistem dapat berubah. Jika volume medium merupakan fluida

    kompresibel dengan volume sistem tetap, maka persamaan (1.13) dapat disederhanakan

    menjadi :

    ''''''1

    ,

    1

    ,

    1 ,

    ,,

    1 ,

    ,,RRVJJ

    mm

    dt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j jo

    jojoNi

    j ji

    jiji

    (1.14)

  • 15

    Sebaliknya jika volume medium merupakan fluida non kompresibel dengan volume sistem

    dapat berubah, maka persamaan (1.13) dapat disederhanakan menjadi :

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,,

    1

    ,, RRVJJmmdt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j

    jojo

    Ni

    j

    jiji

    (1.15)

    Sedangkan jika medium merupakan fluida non kompresibel dan volume sistem tetap, maka

    persamaan (1.13) dapat disederhanakan menjadi :

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,,

    1

    ,, RRVJJmmdt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j

    jojo

    Ni

    j

    jiji

    (1.16)

    Untuk medium padatan, proses transfer secara aliran tidak mungkin terjadi. Pada medium

    padatan elastis, volume sistem dan densitas medium medium dapat berubah. Dengan

    demikian persamaan neraca variabel proses menjadi :

    ''''''1

    ,

    1

    , RRVJJdt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    (1.17)

    Sedangkan untuk medium padatan rigid, di mana volume sistem dan densitas medium

    dapat berubah, maka persamaan (1.17) dapat disederhanakan menjadi :

    ''''''1

    ,

    1

    , RRVJJdt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji (1.18)

    Tabel 1.3 menunjukkan persamaan proses umum pada pendekatan lumped parameter

    Tabel 1.3 Rangkuman persamaan proses umum pada pendekatan lumped parameter

    Medium Volume

    sistem Persamaan proses umum

    Fluida

    kompre-

    sibel

    berubah

    ''''''1

    ,

    1

    ,

    1 ,

    ,,

    1 ,

    ,,RRVJJ

    mm

    dt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j jo

    jojoNi

    j ji

    jiji

    tetap

    ''''''1

    ,

    1

    ,

    1 ,

    ,,

    1 ,

    ,,RRVJJ

    mm

    dt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j jo

    jojoNi

    j ji

    jiji

    Fluida

    non

    kompre-

    sibel

    berubah

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,,

    1

    ,, RRVJJmmdt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j

    jojo

    Ni

    j

    jiji

    tetap

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,,

    1

    ,, RRVJJmmdt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    No

    j

    jojo

    Ni

    j

    jiji

    Padatan

    elastis berubah

    ''''''1

    ,

    1

    , RRVJJdt

    dV Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    Padatan

    rigid tetap

    ''''''1

    ,

    1

    , RRVJJdt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

  • 16

    3. Penyusunan persamaan proses transfer massa atau reaksi kimia

    Pada proses transfer massa atau reaksi kimia, maka variabel proses yang

    dimaksudkan adalah konsentrasi (yang dalam hal ini dinyatakan dengan simbol C) dari

    suatu spesies yang menjadi interest untuk diperhitungkan.

    Dalam hal ini, yang dimaksud dengan proses transfer adalah proses transfer (baik

    secara aliran maupun antar muka) dari spesies yang dimaksud. Proses transfer antar muka

    dalam hal ini dinyatakan dengan simbol J . Demikian juga yang dimaksud dengan reaksi adalah reaksi kimia yang berkaitan dengan spesies tersebut. Dalam hal ini, juga masih

    digunakan simbol '''R untuk menyatakan densitas reaksi.

    Proses transfer antar muka J dapat dinyatakan sebagai berikut :

    Ljjyjj CKCkAJ ,

    (1.19)

    Dalam hal ini, jA menyatakan luas dari segmen permukaan ke-j, jyk , menyatakan

    koefisien transfer massa pada segmen permukaan ke-j, jK adalah koefisien kesetimbangan

    massa antara segmen permukaan ke-j dengan lingkungan LC adalah konsentrasi spesies

    yang dimaksudkan pada lingkungan Arah transfer pada persamaan (1.19) tergantung pada

    nilai C dan KCL. Jika C > KCL maka arah transfer adalah keluar dari sistem sedangkan jika

    C < KCL maka arah transfer adalah masuk ke dalam sistem.

    Tabel 1.4 menunjukkan rangkuman persamaan proses transfer massa atau reaksi

    kimia pada pendekatan lumped parameter. Pada Tabel 14 tersebut, L menyatakan jumlah segmen permukaan transfer antar muka. Konsentrasi massa spesies keluar dari sistem

    tentunya adalah sama dengan konsentrasi massa spesies pada medium di dalam sistem. Hal

    ini karena pada saluran keluaran tidak terdapat reaksi yang mengubah konsentrasi spesies

    yang menjadi interest untuk perhitungan.

    Tabel 1.4 Rangkuman persamaan proses transfer massa atau reaksi kimia pada pendekatan

    lumped parameter

    Medi-

    um

    Volu-

    me

    sistem Persamaan proses transfer massa atau reaksi kimia

    Fluida

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    ''''''1

    ,

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,RRVCKCkA

    CmCm

    dt

    CdV L

    j

    Ljjyj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    tetap

    ''''''1

    ,

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,RRVCKCkA

    CmCm

    dt

    CdV

    L

    j

    Ljjyj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    Fluida

    non

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,, RRVCKCkACmCmdt

    dVC L

    j

    Ljjyj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

    tetap

    ''''''

    1

    1

    ,

    1

    ,

    1

    ,, RRVCKCkACmCmdt

    dCV

    L

    j

    Ljjyj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

    Padat-

    an

    elastis

    ber-

    ubah

    ''''''1

    , RRVCKCkAdt

    CdV L

    j

    Ljjyj

    Padat-

    an rigid tetap

    ''''''1

    , RRVCKCkAdt

    dCV

    L

    j

    Ljjyj

  • 17

    4. Penyusunan persamaan energi total

    Untuk menyusun persamaan energi total, terlebih dahulu disusun neraca energi

    pada sistem. Dalam hal ini :

    ss wwgzv

    pue 2

    2

    1

    (1.19)

    WQJ (1.20)

    ''''''''' fqR (1.21)

    Dan :

    ''''''''' fqR (1.22)

    Dengan : e : Energi yang dikandung medium per satuan massa medium u : Energi dalam medium per satuan massa medium p : Tekanan medium : Densitas medium v : Kecepatan gerak medium g : Percepatan gravitasi

    z : Posisi ketinggian

    sw : Penambahan kerja pada aliran fluida (dengan adanya pompa atau kompresor)

    sw : Pengurangan kerja pada aliran fluida (dengan adanya turbin atau ekspander)

    Q : Laju transfer kalor antar muka

    W : Laju transfer kerja antar muka

    '''q : Laju pembangkitan kalor dalam medium per satuan volume medium

    '''q : Laju penyerapan kalor dalam medium per satuan massa medium

    '''f : Laju pembangkitan energi mekanik dalam medium (dengan adanya pengaduk,

    percepatan gerak fluida akibat gaya gravitasi, elektomagnet) per satuan massa

    medium

    '''f : Laju pengurangan energi mekanik dalam medium (dengan adanya penghalang

    aliran, perlambatan gerak fluida akibat gaya gravitasi, elektomagnet) per

    satuan massa medium

    Dengan mensubstitusikan persamaan (1.19) hingga persamaan (1.22) ke persamaan (1.13),

    diperoleh :

    ''''''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    1

    ,

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffqqV

    WQWQ

    wwgzvp

    um

    wwgzvp

    um

    gzvp

    udt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    jo

    ss

    No

    j jo

    jo

    Ni

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.23)

  • 18

    Persamaan (1.23) menyatakan bentuk umum dari persamaan neraca energi total pada suatu

    sistem dengan menggunakan pendekatan lumped parameter. Seringkali digunakan besaran entalpi (h) per satuan massa medium sebagai berikut :

    puh (1.24)

    Dengan menggunakan entalpi, persamaan umum neraca energi total dapat ditulis menjadi :

    ''''''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    1

    ,

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffqqV

    WQWQ

    wwgzvhm

    wwgzvhm

    gzvhdt

    dV

    Lo

    j

    jo

    Li

    j

    ji

    jo

    ss

    No

    j jo

    jo

    Ni

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.25)

    Proses transfer kalor antar muka dapat terjadi secara konveksi antar muka atau secara

    radiasi, sehingga :

    RI QQQ (1.26)

    Pada persamaan (1.26) ini, IQ menyatakan laju transfer kalor konveksi antar muka

    sedangkan RQ menyatakan laju transfer kalor radiasi. Berdasarkan formulasi dasar transfer

    kalor konveksi antar muka dan transfer kalor radiasi, maka :

    LjjjI TTAQ , (1.27)

    44, LjjjR TTAQ (1.28)

    Dalam hal ini, jA menyatakan luas dari segmen permukaan ke-j, j menyatakan koefisien

    transfer kalor konveksi antara muka dari segmen permukaan ke-j ke lingkungan, T

    menyatakan suhu sistem, LT menytatakan suhu lingkungan, adalah koefisien Stefan

    Botzmann, j adalah factor pandangan dari segmen permukaan ke-j terhadap lingkungan.

    Dengan demikian persamaan neraca energi total sistem dengan term energi dalam

    adalah :

    ''''''''''''

    ''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    44

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffqqV

    WTTTTA

    wwgzvp

    um

    wwgzvp

    um

    gzvp

    udt

    dV

    L

    j

    LjLjj

    jo

    ss

    No

    j jo

    jo

    Ni

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.29)

  • 19

    Sedangkan persamaan neraca energi total sistem dengan term entalpi adalah :

    ''''''''''''

    ''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    44

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffqqV

    WTTTTA

    wwgzvhm

    wwgzvhm

    gzvhdt

    dV

    L

    j

    jLjLjj

    jo

    ss

    No

    j jo

    jo

    Ni

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.30)

    Pada persamaan (1.29) dan persamaan (1.30), ''W menyatakan laju transfer kerja (baik masuk system maupun ke luar sistem) per satuan luasan permukaan sistem. Arah transfer kalor antar muka

    adalah keluar sistem jika LTT dan masuk sistem jika LTT .

    5. Penyusunan persamaan energi mekanik

    Pada pendekatan lumped parameter, persamaan energi mekanik sering digunakan untuk mewakili neraca momentum. Persamaan energi mekanik digunakan untuk

    menghitung dinamika mekanik sistem. Pada sistem dengan medium fluida, dinamika ini

    meliputi aliran fluida keluar dan masuk sistem serta perilaku volumetrik sistem, yaitu

    apakah sistem mengalami ekspansi atau kompresi volumetrik. Sedangkan pada sistem

    dengan medium padatas elastis, dinamika mekanik hanya berkaitan dengan apakah sistem

    mengalami ekspansi atau kompresi volumetrik.

    Persamaan energi mekanik disusun dengan menghilangkan suku-suku yang

    berkaitan dengan energi termal pada persamaan (1.29) atau persamaan (1.30). Satu hal

    yang perlu diperhatikan adalah adanya rugi-rugi gerakan atau aliran fluida yang biasanya

    terjadi akibat friksi. Rugi-rugi ini mengkonversi energi mekanik menjadi energi termal.

    Pada persamaan neraca energi total, tidak terdapat suhu yang menyatakan rugi-rugi

    aliran. Hal ini karena pengurangan energi mekanik akibat rugi-rugi aliran adalah tepat

    sama dengan peningkatan energi termal yang ditimbulkan.

    Pada persamaan neraca energi mekanik, maka friksi diperhitungkan sebagai salah

    satu proses yang mengurangi energi mekanik. Dengan demikian, berdasarkan persamaan

    (1.29) dan persamaan (1.30), dapat disusun persamaan neraca energi mekanik sistem

    sebagai berikut :

    ''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffVWA

    wwgzvm

    wwgzvm

    gzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.31)

    Dalam hal ini menyatakan pengurangan energi mekanik akibat rugi-rugi aliran fluida per satuan volume sistem. Persamaan (1.31) berlaku secara lebih umum, yaitu berlaku

    untuk medium fluida kompresibel dan volume sistem dapat berubah.

    Jika medium adalah fluida kompresibel tetapi volume sistem tetap, maka

    persamaan (1.31) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.32). Sebaliknya, jika

    medium adalah fluida non kompresibel tetapi volume sistem dapat berubah, maka

  • 20

    persamaan (1.31) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.33). Sedangkan jika

    medium adalah fluida non kompresibel dan volume sistem tetap, maka persamaan (1.31)

    dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.34).

    ''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffVWA

    wwgzvm

    wwgzvm

    gzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    ss

    ji

    ji

    (1.32)

    ''''''''

    2

    1

    2

    11

    2

    1

    1

    ,

    2

    1

    ,

    1 ,

    2

    ,

    2

    ffVWA

    wwgzvmwwgzvmgzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j

    jo

    Ni

    j ji

    ssji

    (1.33)

    ''''''''

    2

    1

    2

    110

    1

    ,

    2

    1

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ffVWA

    wwgzvmwwgzvm

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j

    jo

    Ni

    j ji

    ssji

    (1.34)

    Pada sistem dengan medium padatan elastis, tidak terjadi aliran atau gerakan fluida

    secara makro. Dinamika mekanis hanya berkaitan dengan apakah sistem mengalami

    ekspansi atau kompresi volumetrik. Dengan demikian, persamaan neraca energi mekanik

    menjadi :

    ''''''''1

    ffVWAdt

    dVgz

    L

    j

    jj (1.35)

    Tabel 1.5 menunjukkan rangkuman persamaan neraca energi mekanik sistem pada

    pendekatan lumped parameter.

    5. Penyusunan persamaan energi termal

    Persamaan energi termal pada sistem dengan pendekatan lumped parameter dapat disusun dengan menghilangkan suku-suku yang berkaitan dengan energi mekanik pada

    persamaan neraca energi total. Rugi-rugi aliran akibat friksi harus diperhitungkan sebagai

    suku sumber yang menambah energi termal.

    Dengan demikian, persamaan neraca energi termal sistem pada pendekatan

    lumped parameter dengan term energi dalam adalah :

    ''''''1

    44

    ,1 ,

    ,

    1 ,,

    ,

    qqVTTTTA

    pu

    mpu

    mpu

    dt

    dV

    L

    j

    LjLjj

    jo

    No

    j jo

    joNi

    j jiji

    ji

    (1.38)

    Dengan demikian, persamaan neraca energi termal sistem pada pendekatan

    lumped parameter dengan term entalpi adalah :

  • 21

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhm

    dt

    hdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    (1.37)

    Tabel 1.5 Rangkuman persamaan neraca energi mekanik sistem pada pendekatan lumped parameter

    Medi-

    um

    Volu-

    me

    sistem Persamaan neraca energi mekanik

    Fluida

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    ''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffVWA

    wwgzvm

    wwgzvm

    gzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    ss

    ji

    ji

    tetap

    ''''''''

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    1

    ,

    2

    1 ,

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ,2

    ffVWA

    wwgzvm

    wwgzvm

    gzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    ss

    ji

    ji

    Fluida

    non

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    ''''''''

    2

    1

    2

    11

    2

    1

    1

    ,

    2

    1

    ,

    1 ,

    2

    ,

    2

    ffVWA

    wwgzvmwwgzvmgzvdt

    dV

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j

    jo

    Ni

    j ji

    ssji

    tetap

    ''''''''

    2

    1

    2

    110

    1

    ,

    2

    1

    ,

    1 ,

    2

    ,

    ffVWA

    wwgzvmwwgzvm

    L

    j

    jj

    jo

    ss

    No

    j

    jo

    Ni

    j ji

    ssji

    Padat-

    an

    elastis

    her-

    ubah

    ''''''''1

    ffVWAdt

    dVgz

    L

    j

    jj

    Pada persamaan (1.37), entalpi keluaran adalah sama dengan entalpi sistem karena

    pada saluran keluaran tidak terjadi pembangkitan atau pengurangan kalor yang mengubah

    entalpi. Persamaan (1.37) berlaku secara lebih umum, yaitu berlaku untuk medium fluida

    kompresibel dan volume sistem dapat berubah.

    Jika medium adalah fluida kompresibel tetapi volume sistem tetap, maka

    persamaan (1.37) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.38). Sebaliknya, jika

    medium adalah fluida non kompresibel tetapi volume sistem dapat berubah, maka

    persamaan (1.37) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.39). Sedangkan jika

    medium adalah fluida non kompresibel dan volume sistem tetap, maka persamaan (1.37)

    dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.40). Pada sistem dengan medium padatan,

    tidak terjadi aliran atau gerakan fluida secara makro. Untuk medium padatan elastis,

  • 22

    persamaan (1.37) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.41). Sedangkan untuk

    medium padatan rigid, persamaan (1.37) dapat disederhanakan menjadi persamaan (1.42).

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhm

    dt

    hdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    (1.38)

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhmdt

    dVh

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

    (1.39)

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhmdt

    dhV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

    (1.40)

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    hdV L

    j

    LjLjj

    (1.41)

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    dhV

    L

    j

    LjLjj (1.42)

    Tabel 1.6 menunjukkan rangkuman persamaan neraca energi termal sistem pada

    pendekatan lumped parameter. Pada Tabel 1.6, persamaan neraca energi termal dfinyatakan dalam term energi dalam, entalpi atau suhu. Term energi dalam lebih tepat

    digunakan untuk medium yang mengalami perubahan densitas cukup signifikan, yaitu

    fluida kompresibel dan padatan elastis. Sementara itu, term entalpi dapat digunakan secara

    lebih umum untuk semua medium. Pada medium satu fasa, pesamaan neraca energi termal

    dapat dinyatakan dalam term suhu berdasarkan hubungan antara entalpi dengan suhu

    sebagai berikut :

    Tch p (1.43)

    Pada persamaan (1.43), pc menyatakan kalor spesifik medium pada tekanan tetap.

    Tabel 1.6 Rangkuman persamaan neraca energi termal sistem pada pendekatan lumped parameter

    Medi-

    um

    Volu-

    me

    sistem

    dalam

    term Persamaan neraca energi termal

    Fluida

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    energi

    dalam

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,,

    ,

    qqVTTTTA

    pu

    mpu

    mpu

    dt

    dV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j jiji

    ji

  • 23

    Medi-

    um

    Volu-

    me

    sistem

    dalam

    term Persamaan neraca energi termal

    entalpi

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhm

    dt

    hdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    suhu

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,,,

    qqVTTTTA

    TcmTcm

    dt

    TcdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    pjoNi

    j ji

    jijipjip

    tetap

    energi

    dalam

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,,

    ,

    qqVTTTTA

    pu

    mpu

    mpu

    dt

    dV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j jiji

    ji

    entalpi

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhm

    dt

    hdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    joNi

    j ji

    jiji

    suhu

    ''''''1

    44

    1 ,

    ,

    1 ,

    ,,,,

    qqVTTTTA

    TcmTcm

    dt

    TcdV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j jo

    pjoNi

    j ji

    jijipjip

    Fluida

    non

    kom-

    pre-

    sibel

    ber-

    ubah

    entalpi

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhmdt

    dVh

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

    suhu

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,,,

    qqVTTTTA

    TcmTcmdt

    TdVc

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    pjo

    Ni

    j

    jijipji

    p

    tetap entalpi

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,

    qqVTTTTA

    hmhmdt

    dhV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    jo

    Ni

    j

    jiji

  • 24

    Medi-

    um

    Volu-

    me

    sistem

    dalam

    term Persamaan neraca energi termal

    suhu

    ''''''

    1

    1

    44

    1

    ,

    1

    ,,,,

    qqVTTTTA

    TcmTcmdt

    TdcV

    L

    j

    LjLjj

    No

    j

    pjo

    Ni

    j

    jijipji

    p

    Padat-

    an

    elastis

    her-

    ubah

    energi

    dalam

    ''''''

    1

    44

    qqV

    TTTTAp

    udt

    dV L

    j

    LjLjj

    entalpi

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    hdV L

    j

    LjLjj

    suhu

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    TcdV L

    j

    LjLjj

    p

    Padat-

    an rigid tetap

    entalpi

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    dhV

    L

    j

    LjLjj

    suhu

    ''''''1

    44 qqVTTTTAdt

    TdcV

    L

    j

    LjLjj

    p

    C. SISTEM DENGAN GAYA PENGEMBALI (RESTORING FORCE)

    Penurunan persamaan proses dengan metoda lumped parameter yang diuraikan pada Sub Bab I.B. berlaku untuk proses-proses yang tidak memiliki restoring force (gaya pengembali). Proses-proses berkaitan dengan transfer dan pembangkitan kalor serta

    transfer massa dan reaksi kimia serta aliran fluida termasuk dalam kelompok proses yang

    tidak memiliki restoring force. Gaya pengembali (restoring force) adalah suatu sifat alamiah yang akan mengembalikan sistem ke keadaan (state) semula jika dikenai gangguan yang

    menyimpangkan keadaan dari sistem tersebut. Gaya pengembali dijumpai dalam proses

    mekanik pada sistem yang punya sifat elastis dan proses aliran listrik dengan adanya efek

    induksi elektromagnetik.

    Dalam sistem mekanik pada suatu benda elastis, dikenal hukum elastisitas Hooke

    sebagai berikut :

    kxFH (1.44)

    Dalam hal ini F adalah gaya yang dikenakan pada sistem elastis yang bersangkutan yang

    menghasilkan simpangan sebesar x dari posisi kedudukan semula (posisi kedudukan

    kesetimbangan). Parameter k adalah koefisien Hooke. Gaya HF ini selanjutnya disebut

    sebagai gaya Hooke. Tanda minus menunjukkan bahwa arah gaya Hooke selalu

    berlawanan dengan arah simpangan. Dengan kata lain gaya Hooke selalu berusaha untuk

    mengembalikan ke posisi kesetimbangan.

    Selanjutnya akan dijelaskan salah satu contoh sistem dengan gaya pengembali.

    Dalam hal ini sistem mekakin elastis diambil sebagai contoh tersebut.

  • 25

    1. Penurunan persamaan gerak sistem elastis dengan gaya pengembali

    Gambar 1.2 menunjukkan diagram gaya yang bekerja pada suatu sistem mekanik

    elastis. Pada Gambar 1.2, gaya HF menyatakan gaya Hooke, yaitu gaya yang berkaitan

    dengan sifat elastis sistem. Gaya W menyatakan gaya gravitasi atau gaya berat, gaya FF

    adalah gaya hambatan gerakan (terutama akibat gesekan antara system dengan medium

    lingkungan). Sedangkan gaya EF adalah gaya yang berasal dari sebab-sebab eksternal

    yang dikenakan ke sistem. Parameter menyatakan koefisien gesekan sedangkan g adalah percepatan gravitasi..

    M

    W

    k

    FS

    FE

    KETERANGAN

    M : Massa total sistem

    k : Konstanta Hooke

    W : Gaya berat sistem

    FS : Gaya gesekan

    FI : Gaya eksternal

    : Koefisien gesekan g : Percepatan gravitasi

    x : Jarak simpangan

    v : Kecepatan gerak

    a : Percepatan

    FH

    MgW kxFH

    dt

    dxvFS

    Gambar 1.2. Diagram gaya pada suatu sistem mekanik elastis

    Gaya berat atau gaya gravitasi secara lebih umum dinyatakan sebagai :

    . MgSinW (1.45)

    Di mana adalah sudut kemiringan terhadap bidang horizontal. Pada Gambar 1.2, sistem

    berposisi vertikal sehingga 1Sin . Gaya gesekan diasumsikan sebanding dan berlawanan arah dengan kecepatan gerak

    sehingga :

    vFS (1.46)

    Di mana v adalah kecepatan gerak. Dalam hubungannya dengan simpangan ( x ) dan waktu (t), kecepatan gerak dapat dinyatakan sebagai :

    dt

    dxv (1.47)

    Dengan demikian, persamaan (1.46) menjadi :

    dt

    dxFS (1.48)

    Gaya total yang bekerja pada benda ( TF ) adalah :

  • 26

    EHST FWFFF (1.49)

    Gaya ini akan memberikan percepatan gerak pada system sesuai dengan hukum gerak

    Newton, yaitu :

    MaFT (1.50)

    Dalam hal ini a adalah percepatan sistem. Hubungan antara percepatan dengan kecepatan

    dan simpangan serta waktu dapat dinyatakan sebagai :

    2

    2

    dt

    xd

    dt

    dva (1.51)

    Sehingga persamaan (1.50) menjadi :

    2

    2

    dt

    xdMFT (1.52)

    Dengan mensubstitusikan persamaan (1.52), persamaan (1.48), persamaan (1.45)

    dan persamaan (1.44) ke persamaan (1.49), maka diperoleh :

    EFMgSinkxdt

    dx

    dt

    xdM

    2

    2

    (1.53)

    Atau :

    EFMgSinkxdt

    dx

    dt

    xdM

    2

    2

    (1.54)

    Atau :

    M

    FgSinx

    M

    k

    dt

    dx

    Mdt

    xd E

    2

    2

    (1.55)

    Persamaan (1.55) merupakan persamaan gerak system mekanik elastis.

    2. Perilaku sistem mekanik elastis

    Perilaku sistem mekanik elastis ditentukan pada saat sistem tersebut melakukan

    gerakan bebas, yaitu setelah tidak berada pada suatu medan gaya dan sekaligus setelah

    pengaruh gaya eksternal dihilangkan.

    Persamaan gerak sistem mekanik elastik dalam keadaan bebas menjadi :

    02

    2

    xM

    k

    dt

    dx

    Mdt

    xd (1.56)

    Selanjutnya, diasumsikan bahwa nilai parameter dan k adalah konstant.

    Didefinisikan operator diferensial D sebagai berikut :

    dt

    dD (1.57)

    Sehingga persamaan (1.57) menjadi :

    02 xM

    kDx

    MxD

    (1.58)

  • 27

    Atau :

    02

    x

    M

    kD

    MD

    (1.59)

    Persamaan karakteristik dari persamaan (1.59) adalah :

    02 M

    k

    M

    (1.60)

    Persamaan karakteristik ini dapat difaktorkan menjadi :

    021 (1.61)

    Dalam hal ini 1 dan 2 masing-masing adalah akar pertama dan akar kedua dari

    persamaan karakteristik. Kedua akar tersebut dapat dihitung sebagai :

    M

    k

    M

    k

    MM 2

    44

    2

    122

    1

    (1.62)

    M

    k

    M

    k

    MM 2

    44

    2

    122

    2

    (1.63)

    Penyelesaian umum dari persamaan (1.59) adalah :

    tCtCx 2211 expexp (1.64)

    Bilangan C1 dan C2 adalah konstanta integrasi.

    Dalam hal ini, terdapat 3 kondisi yaitu :

    - 21 dan keduanya bilangan riil

    - 21 dan merupakan bilangan riil

    - 1 dan 2 merupakan sepasang bilangan komplek yang berkawanan (konjugate)

    a. Kondisi 1, 21 dan keduanya bilangan riil

    Kondisi ini terjadi ketika k42 . Dalam hal ini 1 dan 2 yang terdapat pada

    persamaan (1.61) dan persamaan (1.62) keduanya merupakan bilangan riil yang berbeda,

    yaitu :

    M

    k

    2

    42

    1

    (1.65)

    M

    k

    2

    42

    2

    (1.66)

    Sehingga pada kondisi ini, penyelesaian dari persamaan gerak bebas, yaitu persamaan

    (1.59) adalah :

  • 28

    t

    M

    kCt

    M

    kCx

    2

    4exp

    2

    4exp

    2

    2

    2

    1

    (1.67)

    Karena k42 , maka hal ini berarti k42 . Dengan demikian kedua

    suku eksponensial pada persamaan (1.67) merupakan suku eksponensial dengan pangkat

    negatif. Dengan demikian nilai simpangan (x) akan selalu menurun terhadap waktu (t).

    Dengan kata lain nilai simpangan selalu teredam sempurna terhadap waktu.

    Oleh karena ini, kondisi di mana k42 atau kondisi di mana 21 dan

    keduanya bilangan riil dapat dikatakan sebagai kondisi teredam sempurna.

    b. Kondisi 2, 21 dan merupakan bilangan riil

    Kondisi ini terjadi ketika k42 . Dalam hal ini 1 dan 2 yang terdapat pada

    persamaan (1.61) dan persamaan (1.62) keduanya menjadi bilangan riil yang sama, yaitu :

    M221

    (1.68)

    Sehingga pada kondisi ini, penyelesaian dari persamaan gerak bebas, yaitu persamaan

    (1.59) adalah :

    M

    ttC

    M

    tCx

    2exp

    2exp 21

    (1.69)

    Eksponensial pada kedua suku merupakan eksponensial yang bernilai negatif.

    Dengan jelas dapat diketahui bahwa nilai suku pertama selalu menurun terhadap waktu.

    Suku kedua dibentuk dengan mengalikan nilai eksponensial yang sama dengan suku

    pertama dengan t. Penurunan akibat nilai eksponensial ini masih lebih besar daripada

    kenaikan akibat perkalian dengan t. Dengan demikian dalam kondisi ini masih terjadi

    redaman. Hanya saja redaman yang terjadi disebut sebagai redaman kritis.

    Oleh karena ini, kondisi di mana k42 atau kondisi di mana 21 dan

    keduanya bilangan riil dapat dikatakan sebagai kondisi teredam kritis.

    c. Kondisi 3, 1 dan 2 merupakan sepasang bilangan komplek yang berkawanan

    (konjugate)

    Kondisi ini terjadi ketika k42 . Dalam hal ini 1 dan 2 yang terdapat pada

    persamaan (1.61) dan persamaan (1.62) keduanya merupakan bilangan bilangan komples

    yang berkawanan (konjugate), yaitu :

    2

    2

    1 4222

    4

    k

    M

    i

    MM

    ki (1.70)

    2

    2

    2 4222

    4

    k

    M

    i

    MM

    ki (1.71)

    Dalam hal ini i adalah bilangan imajiner satuan, yaitu :

  • 29

    1i (1.72)

    Sehingga pada kondisi ini, penyelesaian dari persamaan gerak bebas, yaitu persamaan

    (1.59) adalah :

    t

    M

    kiCt

    M

    kiCx

    2

    4exp

    2

    4exp

    2

    2

    2

    1

    (1.73)

    Atau :

    t

    M

    ki

    M

    tCt

    M

    ki

    M

    tCx

    2

    4exp

    2exp

    2

    4exp

    2exp

    2

    2

    2

    1

    (1.74)

    Atau :

    t

    M

    kiCt

    M

    kiC

    M

    tx

    2

    4exp

    2

    4exp

    2exp

    2

    2

    2

    1

    (1.75)

    Atau :

    M

    ktSinC

    M

    ktCosC

    M

    tx

    2

    4

    2

    4

    2exp

    2

    *

    2

    2

    *

    1

    (1.76)

    Suku eksponensial di depan tanda kurung pada persamaan (1.76) merupakan

    eksponensial dengan pangkat negatif. Akan tetapi terdapat fungsi Sinus dan Cosinus yang

    merupakan fungsi yang bersifat osilasi. Dengan demikian, dalam hal ini simpangan akan

    teredam tetapi sempat mengalami osilasi.

    Oleh karena ini, kondisi di mana k42 atau kondisi di mana 1 dan

    2 merupakan sepasang bilangan komplek yang berkawanan (konjugate) dapat dikatakan

    sebagai kondisi teredam osilasi.

    d. Kesimpulan untuk perilaku sistem mekanik dengan gaya pengembali (restoring force) Dapat disimpulkan bahwa pada sistem mekanik dengan gaya pengembali

    (restoring force) terdapat tiga kemungkinan perilaku, yaitu :

    - perilaku teredam sempurna, jika k42

    - perilaku teredam kritis, jika k42

    - perilaku teredam osilasi, jika k42

  • 30

    BAB II. KALKULUS VEKTOR DAN TENSOR

    A. PENGERTIAN

    Besaran fisik dapat dikelompokkan berdasarkan nilai (magnitude) dan arahnya.

    Dalam pengelompokan ini, besaran fisik dibedakan menjadi :

    - scalar - vector - tensor

    1. Pengertian skalar

    Skalar adalah besaran fisis yang hanya memiliki nilai (magnitude) dan tanpa

    memiliki arah. Contoh scalar adalah : panjang, massa, waktu, luas area, volume, energi,

    tekanan hidrostatik, kelajuan (speed), densitas dan sebagainya.

    2. Pengertian vector

    Vektor adalah besaran fisik yang memiliki nilai (magnitude) dan satu arah (1 arah).

    Contoh vector adalah : kecepatan (velocity), percepatan, gaya, momentum, fluks transfer

    dari besaran scalar. Pada fluks transfer besaran scalar, arah yang timbul adalah arah dari

    proses transfer.

    3. Pengertian tensor

    Tensor adalah besaran fisik yang memiliki nilai (magnitude) dan dua arah (2 arah)

    Contoh tensor adalah fluks transfer dari besaran vector, misalnya fluks transfer

    momentum. Dalam hal ini arah pertama adalah arah yang dimiliki oleh besaran yang

    mengalami transfer (misalnya arah momentum atau kecepatan) sedangkan arah kedua

    adalah arah dari proses transfernya

    B. SISTEM KOORDINAT DAN ELEMEN VOLUME

    Proses transport merupakan proses perpindahan variabel proses dalam suatu ruang.

    Oleh sebab itu dalam perhitungan berbagai proses transport diperlukan spesifikasi sistem

    koordinat ruang yang digunakan. Selanjutnya persamaan proses akan diusun pada suatu

    unit volume kecil yang disebut elemen volume.

    Ruang empiris melibatkan tiga sumbu ruang untuk dapat menspesifikasikan lokasi

    suatu titik secara tertentu. Ruang dengan tiga sumbu semacam ini disebut sebagai ruang

    tiga dimensi (ruang 3D).

    Sistem koordinat yang sering dipakai untuk menspesifikasikan posisi dalam ruang

    3D pada umumnya ada 3 macam, yaitu :

    - sistem koordinat Cartesian - sistem koordinat Silinder - sistem koordinat Bola

    1. Sistem koordinat Cartesian.

    Sistem koordinat Cartesian dalam ruang 3 dimensi disusun menggunakan tiga (3)

    sumbu arah berupa garis lurus yang berpotongan tegak lurus pada pangkal koordinat.

  • 31

    Ketiga sumbu tersebut berupa dua sumbu horizontal yang sering disebut sebagai sumbu

    arah x dan sumbu arah y serta satu sumbu vertikal yang sering disebut sebagai sumbu arah

    z. Elemen volume pada sistem koordinat Cartesian disusun dengan mengambil suatu

    panjang inkremental pada masing-masing sumbu.

    Ilustrasi sistem koordinat Cartesian serta diagram skematik elemen volume dan

    besaran besaran yang terkait (panjang lintasan inkremental, luas diferensial dan volume

    diferensial) dapat dilihat pada Gambar 2.1

    x

    y

    z

    P(x,y,z)

    x

    y

    z

    Volume diferensial :

    zyxV

    Luas Area Diferensial

    yxA

    zxA

    zyA

    z

    y

    x

    Panjang lintasan incremental

    zl

    yl

    xl

    z

    y

    x

    Gambar 2.1. Elemen volume, panjang lintasan incremental, luas diferensial dan volume

    diferensial pada koordinat Cartesian

    2. Sistem koordinat Silinder

    Sistem koordinat Silinder dalam ruang 3 dimensi disusun menggunakan tiga (3)

    sumbu arah yaitu sumbu arah radial pada bidang horizontal yang sering disebut sumbu r,

    sumbu arah melingkar yang selalu tegak lurus dengan sumbu r yang sering disebut sebagai

    sumbu arah serta satu sumbu vertikal yang sering disebut sebagai sumbu arah z. Elemen volume pada sistem koordinat Cartesian disusun dengan mengambil suatu panjang

    inkremental pada masing-masing sumbu.

    Ilustrasi sistem koordinat Cartesian serta diagram skematik elemen volume dan

    besaran besaran yang terkait (panjang lintasan inkremental, luas diferensial dan volume

    diferensial) dapat dilihat pada Gambar 2.2

  • 32

    z

    x

    y

    z

    P(r,,z)

    r

    Transformasi variabel posisi ruang

    Cartesian ke Silinder Silinder ke Cartesian

    22 yxr rCosx

    xyarcTan rSiny z = z z = z

    r

    r

    Volume diferensial :

    zrrV

    zrrV

    Luas Area Diferensial

    rrA

    zrA

    zrA

    z

    r

    Panjang lintasan incremental

    zl

    rl

    rl

    z

    r

    Gambar 2.2. Elemen volume, panjang lintasan inkremental luas diferensial dan volume

    diferensial pada koordinat Silinder

    3. Sistem koordinat Bola

    Sistem koordinat