pemilihan strategi kebijakan transportasi di …digilib.unila.ac.id/30644/2/skripsi tanpa bab...

68
PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Skripsi) Oleh: DEBBIE MAHARANI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

Upload: voduong

Post on 28-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DIBANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(Skripsi)

Oleh:

DEBBIE MAHARANI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

Page 2: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDARLAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL

HIERARCHY PROCESS

Oleh

DEBBIE MAHARANI

Kepadatan lalu lintas yang meningkat dengan cepat akhir-akhir ini di KotaBandar Lampung, telah menimbulkan masalah yang cukup serius di berbagaibidang, seperti waktu tempuh perjalanan yang bertambah lama, dan pencemaranudara yang semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenemukan prioritas kebijakan Pemerintah dalam upaya menurunkan tingkatkepadatan lalu lintas di kota Bandar Lampung

Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagaimetodenya. Metode ini digunakan untuk menganalisis 11 kebijakan alternatifkemacetan lalu lintas yang diusulkan oleh Key Informans yang telah melaluiproses wawancara sebelumnya. Alternatif-alternatif tersebut dibagi ke dalamempat aspek, yakni Aspek Ekonomi, Aspek Sosial Budaya, Aspek Lingkungandan Aspek Kelembagaan. Seluruh alternatif kebijakan akan dianalisis olehresponden ahli.

Hasil dari penelitian ini berdasarkan seluruh alternatif dari tiap aspek olehmasing-masing responden adalah memilih kebijakan untuk mengurangi kemacetanlalu lintas dengan Pembenahan Angkutan umum (bus kota) dengan InkonsistensiRasio sebesar ≤ 0,1 yang berarti bahwa analisis ini konsisten dan dapat diterimauntuk dijadikan sebuah kebijakan. Pembenahan Angkutan Umum merupakanprioritas tertinggi diantara alternatif- alternatif lainnya. Pembenahan AngkutanUmum memiliki tujuan utama mengurangi jumlah kendaraan di jalanan agarkapasitas tampak lebih lebar. Pembenahan angkutan umum dapat secara efektifdalam mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota Bandar lampung pada khususnyajika diimplementasikan secara benar dan disiplin oleh pemerintah dan masyarakat

Kata kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), Kepadatan lalu lintas,Pembenahan Angkutan umum

Page 3: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRACT

THE SELECTION OF POLICY STRATEGY TRANSPORTATION INBANDAR LAMPUNG WITH USING THE ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS METHOD

By

DEBBIE MAHARANI

Traffic density is increasing rapidly in Bandar Lampung recently,has risen aserious problem in many fields such as prolonged travel time, and increased airpollution. The purpose of this research is to find the priority of governmentpolicy in an attempt to lower the level of traffic density in the city of BandarLampung

This research uses Analytical Hierarchy Process (AHP) as its method. Thismethod is used to analyze 11 alternative traffic congestion policies proposed byKey Informans that have been through the previous interview process. Thesealternatives are divided into four aspects, namely Economic Aspects, Socio-Cultural Aspects, Environmental Aspects and Institutional Aspects. All policyalternatives will be analyzed by respondents or Key experts.

The results of this study based on all alternatives from each aspect by eachrespondent is choosing a policy to reduce traffic congestion by improving publictransport (city bus) with inconsistency ratio about ≤ 0,1, it means that this analysisis consistent and could be accepted to be made a policy. Public TransportImprovement is the highest priority among other alternatives. Public TransportImprovement has the main objective of reducing the number of vehicles on thestreets so that the capacity appears wider. Public transportation improvements canbe effective in reducing traffic congestion in Bandar Lampung City in particular ifimplemented properly and disciplined by government and community

Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), improvement of publictransport, Traffic congestion,

.

Page 4: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR

LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL

HIERARCHY PROCESS

Oleh

DEBBIE MAHARANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG
Page 6: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG
Page 7: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG
Page 8: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar lampung pada tanggal 26

September 1995, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari

Bapak Ir.H.Praptono dan Ibu Hj.Mayu Iriani.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Hikmah Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD)

diselesaikan di SD Al-Azhar 1 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2010 di SMP N 1 Bandar

lampung, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA N 12 Bandar

Lampung pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis telah melakukan Kerja Praktik (KP) pada

Proyek Pembangunan Graving Dock dan Pengembangan Dermaga Noahtu Bandar

Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tanjung Jaya, Kabupaten Lampung

Tengah selama 40 hari pada periode Januari-Februari 2017. Penulis mengambil

tugas akhir dengan judul pemilihan strategi kebijakan transportasi di Kota Bandar

lampung dengan metode Analytical Hierarchy Process. Selama menjadi

mahasiswi penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS)

sebagai anggota Bidang Advokasi dan Profesi pada periode tahun 2014-2015.

Page 9: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

MOTTO HIDUP

“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah [2] : 153)

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan

daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu

sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan

hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S. Al-Insyirah: 1-8)

Fa-biayyi alaa’I Rabbi kuma tukadziban;

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S Ar-Rahman: 55)

Do good and good will come to you

(Debbie Maharani)

Page 10: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

Persembahan

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT atas karuniaNya sehinggaskripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ku persembahkan skripsi ini

untuk:

Kedua orangtuaku, Orang Tua serta Kakak-Kakakku yang selalu memberidukungan moril maupun materi.serta senantiasa mendoakanku untuk meraih

kesuksesan. Semoga keluarga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untukmenyelesaikan skripsi ini.

Semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan banyak hal. Terimakasih untuk ilmu, pengetahuan dan pelajaran hidup yang sudah diberikan.

Teman spesialku, Sahabat-sahabatku, Rekan seperjuangan serta Teknik sipilangkatan 2013 yang selalu menemani dalam suka maupun duka serta selalu

memberikan dukungan agar skripsi ini berjalan dengan baik.

Page 11: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

SANWACANA

Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pemilihan Strategi Kebijakan Transportasi Di Bandar

lampung Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”

merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Sipil di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung;

2. Gatot Eko S, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

3. Dr. Eng. Aleksander Purba, M.T., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ide-

ide dan saran serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Dr. Rahayu Sulistiyorini S.T, M.T., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Muhammad Karami,S.T.,M.Sc.,Ph.D., selaku Penguji Utama yang telah

memberikan kritik dan saran pemikiran dalam penyempurnaan skripsi;

Page 12: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

iii

6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

7. Orang tua tercinta, Ir.H.Praptono dan Hj.Mayu Iriani yang sangat sabar

dalam doanya dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan

motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

8. Kakak Perempuanku Vicka Tamaya, Vicky Tamara dan saudara-saudaraku

tercinta yang turut memberikan semangat dalam menyelesaikan

perkuliahan;

9. Sahabat-sahabatku Dian Erlisa L, Atika Ulima Zhafira, Adlina Mutiara

Putri, Oktary Putri Amanda, Rinanda Putri Widyasti, yang telah berbagi

cerita suka dan duka selama menjalani perkuliahan;

10. Teman Spesial Achmad Ghumbira Rudini yang telah memberikan dukungan

moril dalam menyelesaikan perkuliahan;

11. Saudara-saudara Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2013 yang

berjuang bersama serta berbagi kenangan, pengalaman dan membuat kesan

yang tak terlupakan, terimakasih atas kebersamaan kalian;

12. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat

disebutkan secara keseluruhan satu per satu, semoga kita semua berhasil

menggapai impian.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Page 13: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

iv

Bandar Lampung, 19 Februari 2018

Penulis

Debbie Maharani

Page 14: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................3

C. Batasan Masalah .........................................................................................3

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................4

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................5

A. Sistem Jaringan Transportasi Perkotaan .....................................................5

B. Kemacetan Lalu Lintas ...............................................................................6

C. Dampak Negatif Kemacetan .......................................................................7

D. Faktor Pemicu Kepadatan Lalu Lintas........................................................8

E. Perencanaan Transportasi Perkotaan ..........................................................9

F. Manajemen Lalu Lintas ............................................................................12

G. Manajemen Kebutuhan Transportasi ........................................................14

H. Proses Hirarki Analitik .............................................................................18

Page 15: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

1. Manfaat Analytical Hierarchy Process...............................................19

2. Kelebihan metode AHP ......................................................................20

3. Kelemahan Metode AHP ....................................................................20

4. Aksioma- aksioma Analytical Hierarchy Process ..............................20

5. Prinsip-Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process .............................22

6. Langkah-Langkah penggunaan Analytical Hierarchy Process ..........24

I. Penelitian Terdahulu .................................................................................30

J. Positioning Study ......................................................................................33

III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................34

A. Metode Penelitian .....................................................................................34

B. Variabel Penelitian....................................................................................35

C. Lokasi Penelitian.......................................................................................38

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................38

E. Analisa Data..............................................................................................42

F. Kesimpulan dan Saran ..............................................................................43

IV. PEMBAHASAN ............................................................................................45

A. Pengolahan data menggunakan AHP........................................................45

B. Menghitung Matriks Perbandingan Berpasangan untuk semua kriteria ...47

C. Index Consistency (CI) untuk semua kriteria............................................52

D. Consistecy Ration (CR) Untuk Semua Kriteria ........................................52

E. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif dari Kriteria Aspek

Kelembagaan.............................................................................................53

F. Index Consistency (CI) untuk alternative aspek kelembagaan..................59

Page 16: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

G. Consistecy Ration (CR) Untuk alternative aspek kelembagaan ...............60

H. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif dari Kriteria Aspek

ekonomi.....................................................................................................64

I. Index Consistency (CI) untuk alternative aspek ekonomi.........................65

J. Consistecy Ration (CR) Untuk alternative aspek ekonomi.......................65

K. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif dari Kriteria Aspek sosial

budaya .......................................................................................................66

L. Index Consistency (CI) untuk alternative aspek sosial budaya ................70

M. Consistecy Ration (CR) Untuk alternative aspek sosial budaya ..............71

N. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif dari Kriteria Aspek

Lingkungan ...............................................................................................71

O. Index Consistency (CI) untuk alternative aspek Lingkungan ...................76

P. Consistecy Ration (CR) Untuk alternative aspek Lingkungan .................76

Q. Urutan Prioritas Hasil AHP ......................................................................77

V. PENUTUP......................................................................................................82

A. Kesimpulan ...............................................................................................82

B. Saran .........................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................85

LAMPIRAN A (TABEL PERHITUNGAN KUISIONER )......................... 86

LAMPIRAN B (FORMULIR KUISIONER) ................................................ 141

LAMPIRAN C (DOKUMENTASI PENELITIAN)...................................... 154

LAMPIRAN D ( SURAT MENYURAT) ....................................................... 160

Page 17: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan.........................................................26

Tabel 2. Skala Saaty ...............................................................................................27

Tabel 3. Normalisasi ..............................................................................................28

Tabel 4. Nilai Random Indeks (RI) ........................................................................29

Tabel 5. Kuisioner perbandingan berpasangan kriteria..........................................47

Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan kriteria ............................................48

Tabel 7. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Semua kriteria.....................49

Tabel 8. Matriks Faktor pembobotan hirarki kriteria yang dinormalkan...............50

Tabel 9. Nilai Priority Vector ................................................................................51

Tabel 10. Urutan Bobot Kriteria ........................................................................... 53

Tabel 11. Kuisioner perbandingan berpasangan aspek kelembagaan................... 54

Tabel 12. Matriks Faktor Pembobotan Aspek Kelembagaan 17 responden ........ 55

Tabel 13. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Aspek Kelembagaan ........ 56

Tabel 14. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Aspek Kelembagaan yang

di Normalkan........................................................................................................57

Tabel 15. Nilai Priority Vector Aspek kelembagaan ............................................58

Tabel 16. Urutan Bobot Alternatif Aspek Kelembagaan ......................................60

Tabel 17. Kuisioner perbandingan berpasangan aspek ekonomi ..........................61

Tabel 18. Matriks Perbandingan Berpasangan aspek ekonomi ............................62

Page 18: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

Tabel 19. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk aspek ekonomi .................63

Tabel 20. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki alternative aspek ekonomi yang

di Normalkan.........................................................................................................63

Tabel 21 Nilai Priority Vector Aspek ekonomi ....................................................64

Tabel 22. Urutan Bobot Alternatif Aspek Ekonomi .............................................65

Tabel 23. Kuisioner perbandingan berpasangan alternative aspek sosial budaya 66

Tabel 24. Matriks Perbandingan Berpasangan aspek sosial budaya.....................67

Tabel 25. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Aspek sosial budaya ........68

Tabel 26. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk aspek social budaya yang

di Normalkan.........................................................................................................69

Tabel 27. Nilai Priority Vector Aspek Sosial Budaya ..........................................69

Tabel 28. Urutan Bobot Kriteria ..........................................................................71

Tabel 29. Kuisioner perbandingan berpasangan alternative aspek lingkungan ....72

Tabel 30. Matriks Perbandingan Berpasangan aspek lingkungan ........................73

Tabel 31 .Matriks Faktor Pembobotan Untuk Alternatif Aspek Lingkungan.......73

Tabel 32. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang

di Normalkan.........................................................................................................74

Tabel 33. Nilai Priority Vector Aspek Lingkungan..............................................75

Tabel 34. Urutan Bobot Kriteria ..........................................................................76

Tabel 35. Kuisioner perbandingan berpasangan kriteria 17 responden ................87

Tabel 36. Matriks Perbandingan Berpasangan 17 responden ...............................99

Tabel 37. Kuisioner perbandingan aspek kelembagaan 17 responden .................103

Tabel 38. Matriks Perbandingan 17 responden Aspek kelembagaan ...................120

Page 19: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

Tabel 39. Kuisioner perbandingan Aspek ekonomi 17 responden .......................126

Tabel 40. Matriks Perbandingan 17 responden Aspek Ekonomi..........................129

Tabel 41. Kuisioner perbandingan berpasangan Aspek sosial budaya ................131

Tabel 42. Matriks Perbandingan 17 responden Aspek sosial budaya...................135

Tabel 43. Kuisioner perbandingan Aspek lingkungan 17 responden ...................137

Tabel 44. Matriks Perbandingan 17 responden Aspek lingkungan.......................140

Page 20: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Transportasi ................................................................................6

Gambar 2. Struktur Hirarki ....................................................................................23

Gambar 3. Struktur Hirarki untuk pemlihan strategi alternative............................37

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian .......................................................................44

Gambar 5. Responden Pusat Studi Otonomi Daerah Unila .................................144

Gambar 6. Responden BALITBANGDA Provinsi Lampung..............................144

Gambar 7. Responden Dinas Perhubungan Provinsi Lampung...........................145

Gambar 8. Responden Dinas Perhubungan Provinsi Lampung...........................145

Gambar 9. Responden Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung...........................146

Gambar 10. Responden Dinas PU Provinsi Lampung.........................................146

Gambar 11. Responden BAPPEDA Kota Bandar Lampung ...............................147

Gambar 12. Responden Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ..................147

Gambar 13. Responden Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ..................148

Page 21: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan dalam kota Bandar

Lampung, akhir-akhir ini telah semakin bertambah, sehingga sering

menimbulkan kemacetan lalu lintas, terutama di jalan-jalan protokol dan

jalan-jalan utama lainnya. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor bisa

disebabkan oleh dua hal, yaitu semakin banyaknya produksi kendaraan

bermotor, dan semakin tidak mencukupi, tidak nyaman dan tidak amannya

angkutan perkotaan yang ada. Kondisi ini mendorong masyarakat lebih

memilih untuk memiliki kendaraan pribadi.

Beberapa faktor penyebab beralihnya pengguna angkutan umum kepada

angkutan angkutan pribadi, antara lain:

Aktifitas ekonomi belum mampu dilayani oleh angkutan umum yang

memadai

Meningkatnya harga tanah di pusat kota akan menyebabkan lokasi

permukiman jauh dari pusat kota, atau bahkan sampai ke luar kota yang

tidak atau belum tercakup oleh sistem jaringan layanan angkutan umum

Page 22: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

2

Dibukanya jalan baru akan merangsang pengguna angkutan pribadi,

karena biasanya di jalan baru tersebut pada saat itu belum terdapat

jaringan layanan angkutan umum

Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang

dapat menjembatani perjalanan dari dan kejalur utama layanan

angkutan umum

Kurang terjaminnya kondisi rasa aman dan ketepatan waktu yang

diinginkan penumpang dalam pelayanan angkutan umum.

Kemacetan lalu lintas merupakan permasalahan transportasi yang paling

utama dan sering terjadi di kota-kota besar, termasuk Kota Bandar

Lampung. Kemacetan lalu lintas adalah kondisi saat volume lalu lintas

lebih besar dari pada kapasitas jalan. Kemacetan yang terjadi diakibatkan

oleh kepadatan volume lalu lintas yang disebabkan adanya peningkatan

jumlah kendaraan yang terjadi di ruas jalan. Berdasarkan Satlantas Polresta

Bandar Lampung pada tahun 2014 bahwa kontribusi terbesar penyebab

kemacetan adalah tingkat kepemilikan kendaraan roda dua dan roda empat

dengan total sebesar 559.598 unit. Kendaraan yang mendominasi pada

Tahun 2014 yaitu kendaraan roda 2 (sepeda motor) sebesar 405.380 unit,

mobil penumpang sebesar 154,218 unit, dengan panjang jalan di kota

Bandar Lampung adalah 1.000.320 km yang terdiri dari jalan aspal

sepanjang 948.010 km, jalan kerikil sepanjang 24.890 km dan jalan tanah

sepanjang 27.420 km. Selain itu di kota Bandar Lampung juga mempunyai

jalan negara dan jalan provinsi dengan panjang jalan Negara sepanjang

65.040 km dan panjang jalan provinsi sepanjang 43.980 km.

Page 23: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

3

Selanjutnya kemacetan lalu lintas masih dipengaruhi lagi oleh rendahnya

kinerja lembaga-lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan

transportasi perkotaan, yang merupakan permasalahan struktural, di

samping tidak adanya keterpaduan antara perencanaan tata guna lahan dan

perencanaan transportasi, rendahnya kinerja pelayanan angkutan umum,

serta rendahnya tingkat disiplin pemakai jalan

Dengan demikian jelas diperlakukan adanya suatu kebijakan yang terpadu

yang dirumuskan secara komperhensif melalui pentahapan yang terstruktur,

untuk dapat membenahi masalah transportasi di kota Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah mengetahui kebijakan yang tepat dalam usaha

menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas di kota Bandar Lampung

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wilayah studi yang dianalisis adalah transportasi perkotaan jalan raya

di kota Bandar Lampung

2. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan

metode Analytical Hierarcy Process (AHP).

Page 24: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menemukan prioritas kebijakan Pemerintah dalam upaya menurunkan

tingkat kepadatan lalu lintas di kota Bandar Lampung dengan

menggunakan Analytical Hierarcy Process (AHP).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan dalam menemukan

alternatif kebijakan yang tepat dalam upaya menurunkan tingkat kepadatan

lalu lintas kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

Page 25: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Jaringan Transportasi Perkotaan

Jaringan transportasi di perkotaan terjadi sebagai interaksi antara transport,

tata guna lahan (Land use), populasi (jumlah penduduk) dan kegiatanekonomi

di suatu wilayah perkotaan (Sukarto, 2006).

Transportasi sangatberhubungan denganadanya pembangkitan ekonomi

disuatu daerah perkotaan, guna memacu perekonomian setempat, untuk

menciptakan lapangan kerja, dan untuk menggerakkan kembali suatu daerah.

Namun dalam kenyataan, hubungan tersebut masih sangat tidak jelas.

Konsep transportasi adalah adanya pergerakan berupa perjalanan (trip)

dariasal (origin) sampai ketujuan (destination). Asal (origin) dapat berupa

rumah (home), sehingga perjalanan yang dilakukan disebut home base trip,

menuju kepada tujuan berupa kegiatan yang akan dilakukan, seperti kegiatan

sosial (sekolah, olahraga, keluarga, dan sebagainya) dan kegiatan usaha

(Morlok, 1978).

Sistem Transportasi terdiri atas Sub Sistem Prasarana, Sub Sistem Sarana,

Sub Sistem Kegiatan, dan Sub Sistem Pergerakan (travel, movement, trip)

yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem transportasi (Tamin,2000),

dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 26: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

6

Gambar 1. Sistem Transportasi

B. Kemacetan Lalu Lintas

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (2001), kendaraan yang masuk ke jalan

biasa maupun kejalan rayaakan selalu menambah kepadatan lalu lintas.

Seiring bertambahnya kendaraan yang masuk ke jalan raya ada kemungkinan

kemacetan lalu lintas bertambah sehingga menimbulkan kerugian waktu bagi

semua orang.

Kemacetan merupakan akibat dari berkembangnya kebutuhantransportasi

sedangkan perkembangan penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah.

Sehingga prasarana yang ada tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya dan dapat mengganggu kebutuhan prasarana transportasi penduduk

kota (Ofyar Z. Tamin, 2008).

Selain adanya keterbatasan penyediaan prasarana transportasi, ada hal-hal

lain yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan juga disebabkan

oleh karakteristik pola tata guna lahan dengan beragam pola yang

menimbulkan bangkitan lalu lintas, ketidaksiplinan pengendara kendaraan,

Page 27: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

7

kendaraan besar melaju dengan kecepatan rendah, kecelakaan, dan adanya

parkirliar (Febi Anisia P.S,2011).

C. Dampak Negatif Kemacetan

Menurut Santoso (1997), kerugian yang di derita akibat dari masalah

kemacetan ini apabila dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah

besar, yaitu kerugian karena waktu perjalanan menjadi panjang dan makin

lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang

dihasilkan makin bertambah. Pada kondisi macet kendaraan merangkak

dengan kecepatan yang sangat rendah, pemakaian bbm menjadi sangat boros,

mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus dan buangan kendaraan yang

dihasilkan lebih tinggi kandungan konsentrasinya. Pada kondisi kemacetan

pengendara cenderung menjadi tidak sabar yang menjurus ke tindakan tidak

disiplin yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemacetan lebih lanjut

lagi.

Menurut Etty Soesilowati (2008), secara ekonomis, masalah kemacetan lalu

lintas akan menciptakan biaya sosial, biaya operasional yang tinggi,

hilangnya waktu, polusiudara, tingginya angka kecelakaan, bising, dan juga

menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan kaki.

Menurut Tamin (2008), masalah lalu lintas/kemacetan menimbulkan kerugian

yang sangat besarbagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan

waktu (tundaan), pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan

rendahnya kenyamanan berlalulintas serta meningkatnya polusi baik suara

Page 28: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

8

maupun polusi udara. Dengan demikian kemacetan menimbulkan kerugian

bagi para pengguna jalan dalam berbagai aspek yang berbeda.

D. Faktor Pemicu Kepadatan Lalu Lintas

Kepadatan Lalu Lintas pada suatu ruas jalan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain:

1. Kondisi jalan dan lingkungan, berkaitan dengan waktu, biaya, dan jarak.

Jalan yang buruk kondisinya (banyak berlubang, bergelombang, dsb)

menyebabkan kecepatan kendaraan lambat sehingga waktu perjalanan

bertambah.

2. Jenis kendaraan bermotor juga mempengaruhi pemilihan lintasan atau ruas

jalan yang akan dilalui kendaraan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan

penumpukan lalu lintas pada suatu ruas jalan tertentu, yang berakibat

timbulnya kemacetan lalu lintas.

3. Pengemudi atau penumpang kendaraan juga menentukan dalam pemilihan

lintasan yang akan dilalui. Pada umumnya orang akan memilih jarak

minimum, biaya perjalanan minimum dan waktu perjalanan yang minimum,

atau ketiganya sekaligus. Ada pula kecenderungan memilih suatu ruas jalan

tertentu karena kebiasaan. Apabila semua pengguna jalan berpendapat

demikian, maka dapat terjadi penumpukan lalu lintas pada suatu ruas jalan,

sedangkan pada ruas jalan yang lain lalu lintas kurang padat.

Page 29: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

9

E. Perencanaan Transportasi Perkotaan

Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

perencanaan wilayah dan kota. Perencanaan kota tanpa mempertimbangkan

keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari

perencanaan itu sendiri, akan menimbulkan keruwetan lalu lintas di kemudian

hari, yang dapat berakibat dengan meningkatnya kemacetan lalu lintas, dan

akhirnya meningkatnya pencemaran udara (Sukarto, 2006).

Beberapa upaya dalam rangka penerapan rekayasa dan pengelolaan lalu

lintas, antara lain perbaikan sistem lampu lalu lintas dan jaringan jalan,

kebijaksanaan perparkiran, serta pelayanan angkutan umum. Rencana tata

guna lahan dalam perencanaan wilayah dan kota dipengaruhi oleh rencana

pola jaringan jalan, yang akan merupakan pengatur lalu lintas. Jadi ada

kaitanantara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. (Blunden

dan Black, 1984; ASCE, 1986 dalam Khisty dan Lall, 2003: 74). Perencanaan

kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah

timbulnya berbagai persoalan, agar kota menjadi suatu tempat kehidupan

yang layak.Perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan

sistem transportasi yang memungkinkan orang maupunbarangbergerak

dengan aman, murah, cepat, dan nyaman. Jelas, bahwa perencanaan sistem

transportasi akan berdampak terhadap penataan ruang perkotaan, terutama

terhadap prasarana perkotaan. Untuk menghindari dampak yang bersifat

negatif, perlu diterapkan sistem perencanaan yang memadai serta sistem

koordinasi interaktif dengan melibatkan berbagai instansi yang terkait.

Page 30: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

10

Kebutuhan transportasi merupakan pola kegiatan di dalam system tata guna

lahan yang mencakup kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya, yang

membutuhkan pergerakan sebagai penunjang untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga

biasanya dianggap membentuk suatu land use transport system. Agar tata

guna lahan dapat terwujud baik, maka kebutuhan transportasinya harus

terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya akan

menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya transportasi yang tidak

melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.

Pergerakan (manusia/barang) ini memerlukan sarana (moda angkutan)

maupun prasarana (media tempat moda angkutan dapat bergerak) meliputi

jalan raya, jalan rel, terminal bis, stasiun kereta api, pelabuhan udara, dan

pelabuhan laut. Interaksi antara kebutuhan transportasi dan prasarana

transportasi akan menghasilkan pergerakan (manusia dan/atau barang) dalam

bentuk lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki, yang untuk pengaturannya

diperlukan penerapan system rekayasa dan pengelolaan lalu lintas.

Selanjutnya pilihan rute perjalanan masih dipengaruhi oleh kondisi lalu lintas,

yang menyangkut waktu tempuh dan kenyamanan (macet/lancar, kondisi

jalan, dan sebagainya).

Sebagai contoh dapat di berikan gambaran tentang permasalahan transportasi

di perkotaan, khususnya di Kota Bandar Lampung, yang di pengaruhi oleh

beberapa kondisi berikut:

Page 31: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

11

a. Sarana dan prasarana lalu lintas yang terbatas.

b. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal.

c. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai.

d. Disiplin pemakai jalan (road users) masih rendah.

Untuk itu diperlukan perencanaan sistem transportasi yang lebih baik,

seperti:

a. Pengadaan rute jalan alternative untuk mengurangi kepadatan lalu lintas

atau pengaturan jalan satu arah,

b. Pengelolaan lalu lintas yang lebih baik (antara lain perbaikan sistem

pengaturan traffic light secara otomatik),

c. Pengendalian kecepatan kendaraan bermotor di jalan dalam kota

(penetapan batas kecepatan).

Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) tahun 2013

untuk transportasi di Bandar Lampung yang menegaskan upaya

pengurangan kemacetan lalu lintas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memperluas jaringan transportasi yang telah ada,

disertai pengaturan lalu lintas yang layak untuk mengurangi kemacetan

dan meningkatkan kecepatan perjalanan

b. Mendorong pemakaian angkutan umum dan menganjurkan di kuranginya

pemakaian angkutan pribadi

c. Memperkecil penambahan jaringan jalan baru yang memberikan dampak

pertumbuhan kota ke arah yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan

pengembangan.

Page 32: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

12

F. Manajemen Lalu Lintas

Manajemen Lalu lintas adalah pengaturan lalu lintas yang menangani

pengoperasian lalu lintas dari jaringan jalan yang sudah ada. Manajemen lalu

lintas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan

mengefiensikan pergerakan orang dan kendaraan serta mengidentifikasi

perbaikan-perbaikan yang diperlukan dari system transportasi yang ada

(A.Munawar, 2004).

Tujuan dilaksanakannya Manajemen Lalu Lintas adalah:

1. Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara

menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas (ukuran kenyamanan) yang tinggi

dengan menyeimbangkan permintaan pergerakan dengan sarana

penunjang yang ada.

2. Meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima

oleh semua pihak dan memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik

mungkin.

3. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus

lalu lintas tersebut berada.

4. Mempromosikan penggunaan energy secara efisien.

Sasaran manajemen lalu lintas sesuai dengan tujuan di atas adalah:

a. Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas dengan melakukan

manajemen terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda

untuk meminimumkan gangguan untuk melancarkan arus lalu lintas.

b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menambah kapasitas

atau mengurangi volume lalu lintas pada suatu jalan.

Page 33: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

13

c. Melakukan optimasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan dan

terkontrolnya aktifitas-aktifitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan

tersebut.

Terdapat tiga strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat

dikombinasikan sebagai bagian dari rencana manajemen lalu lintas.

Teknik-teknik tersebut adalah:

1. Manajemen Kapasitas, terutama dalam pengorganisasian ruang jalan.

Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas adalah membuat

penggunaan kapasitas dan ruas jalan seefektif mungkin, sehingga

pergerakan lalu lintas yang lancer merupakan syarat utama. Arus

dipersimpangan harus di survai untuk meyakinkan penggunaan control dan

geometric yang optimum. Rightof Way harus diorganisasikan sedemikian

rupa sehingga setiap bagian mempunyai fungsi sendiri, misal parkir, jalur

pejalan kaki, kapasitas jalan. Penggunaan ruang jalan sepanjang ruas jalan

harus dikoordinasikan secara baik. Perlunya fasilitas pejalan kaki dapat

dengan mudah disurvei. Oleh sebab itu, manajemen kapasitas adalah hal

yang termudah dan teknik manajemen lalu lintas yang paling efektif untuk

diterapkan.

2. Manajemen Prioritas

Terdapat beberapa ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan prioritas

pemilihan moda transportasi, terutama kendaraan penumpang (bus dan

taksi):

− Jalur khusus bus

− Prioritas persimpangan

Page 34: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

14

Karena bus bergerak dengan jumlah penumpang yang banyak setiap

ukuran, untuk memperbaiki kecepatannya walaupun dengan jumlah sedikit

akan menguntungkan orang banyak, juga sering ditemui taksi yang

mendapat prioritas.

Kendaraan barang tidak perlu prioritas kecuali pada waktu mengantar

barang. Metode utama adalah dengan mengizinkan parker (shortterm)

untuk pengantaran pada lokasi dimana kendaraan lainnya tidak

diperbolehkan berhenti.

3. Manajemen Demand

Manajemen demand terdiri dari:

a. Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan tujuan untuk

memindahkan kendaraan dari daerah macet kedaerah tidak macet.

b. Merubah moda perjalanan, terutama dari kendaraan pribadi ke angkutan

umum pada jam sibuk.

c. Kontrol pengembangan tata guna lahan.

G. Manajemen Kebutuhan Transportasi

Transportation Demand Management (TDM) atau manajemen kebutuhan

transportasi merupakan suatu strategi untuk memaksimalkan efisiensi sistem

transportasi perkotaan melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan

mempromosikan moda transportasi yang lebih efektif, sehat dan ramah

lingkungan, seperti angkutan umum dan transportasi tidak bermotor (Ofyar

Tamin, 1999).

Page 35: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

15

Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang ada maka sangatlah layak

untuk di terapkan Manajemen Kebutuhan Transportasi (TDM). Banyak faktor

yang akan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam melakukan perjalanan

diantaranya termasuk kenyamanan dan keamanan berbagai jenis moda

perjalanan (seperti kenyamanan fasilitas pejalankaki, keamanan di angkutan

umum), biaya (ongkos angkutan umum, biaya parkir), faktor guna lahan

(ketersediaan sarana pendidikan, pusat perbelanjaan di lingkungan

permukiman).

Strategi-strategi manajemen kebutuhan transportasi akan mempengaruhi

faktor-faktor tersebutuntuk mendorong pola perjalanan yang lebih efisien,

seperti perubahan atau pergantian dari periode sibuk ke periode tidak sibuk

(offpeak), perubahan dari kendaraan pribadi ke berbagai alternatif moda, dari

tujuan yang tersebar ke tujuan perjalanan yang lebih dekat. Terdapat sejumlah

strategi dari manajemen kebutuhan transportasi yang menggunakan

berbagai pendekatan untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku dalam

melakukan perjalanan.

Beberapa strategi mempunyai tujuan untuk meningkatkan pilihan transportasi

yang ada, beberapa strategi menyediakan insentif untuk merubah moda yang

dipakai, waktu atau tujuan, sementara strategi lain meningkatkan aksesibilitas

guna lahan, strategi lainnya menitikberatkan pada reformasi kebijakan

transportasi dan program-program baru sebagai dasar dalam penerapan TDM.

Beberapa lingkup MKT diantaranya termasuk:

Page 36: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

16

1. Pergeseran Jam kerja dan sekolah

Strategi jam masuk/keluar kantor atau sekolah yang berbeda-beda.

Strategi ini mengarahkan agar kegiatan yang terjadi waktunya tidak

bersamaan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kemacetan

akibat menumpuknya pergerakan pada waktu yang sama. Hal ini dapat

dilakukan dengan menyebarkan waktu kerja dan sekolah (rnisalnya: jam

belajar satu sekolah berlainan dengan jam belajar sekolah lainnya atau

pekerja unit tertentu masuk lebih dahulu disusul dengan pekerja unit

lainnya, tentunya tanpa mengganggu kinerja kerja secara keseluruhan).

Strategi ini akan dapat menghindarkan terbentuknya puncak pergerakan

pada waktu tertentu dan menyebarkan puncak tersebut ke waktu­ waktu

lainnya. Usaha untuk menghindari terjadinya jam puncak dapat juga

dilakukan dengan melakukan pergerakan lebih awal sebelum jam sibuk

atau sebaliknya menunda pergerakan setelah jam sibuk.

2. Penyebaran Pusat Kota

Penyebaran secara lebih merata lokasi pusat kegiatan utama dan rayonisasi

sekolah didaerah perkotaan akan sangat mendukung kebijakan pergeseran

lokasi. Seseorang tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan kebutuhannya

atau sekolah, karena sernakin jauh seseorang bergerak, semakin besar

kontribusinya terhadap terjadinya kemacetan.

3. Pembatasan mobil pribadi yang umumnya dikenakan berdasarkan usia

kendaraan.

4. Pembatasan plat nomor kendaraan ganjil atau genap.

Page 37: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

17

5. Parkir Progresif, pemberlakuan tarif parkir yang mahal pada kendaraan

yang parkir.

6. Pajak Progresif bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi lebih dari 1 di

kota Bandar lampung.

7. Penyediaan bus trans Bandar Lampung (TBL) dan trans Lampung (TL)

untuk angkutan bis kota. Bus TBL dan TL sudah melayani beberapa rute

(seperti Rajabasa-Panjang, Rajabasa-Sukaraja, Korpri-Sukaraja (TBL),

Bandara-Graha Wangsa, Unila-Itera (TL). Di sini diperlukan adanya jalur-

jalur pengumpan atau feeder lines, dari sentra-sentra permukiman

penduduk menuju ke jalur-jalur utama yang dilalui bus TBL dan TL.

8. Usaha yang lebih berjangka panjang dengan menambah jaringan jalan dan

pembuatan jalan-jalan layang (flyovers) atau jalan lintas bawah

(underpass) untuk menghindari persimpangan-persimpangan sebidang,

yang berarti mengurangi kemacetan lalu lintas.

9. Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan kereta rel (listrik atau

diesel) dapat mengurangi penggunaan angkutan umum bis, angkutan kota

dan sebagainya. Namun cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar.

Sama halnya dengan SAUM adalah sistem MRT (Mass Rapid Transit)

yang berupa subway. Membangun subway secara finansial tidak layak,

karena biaya pembangunan yang sangat tinggi, tetapi dari segi ekonomi

dapat disebut layak, karena sistem ini akanmengurangi jumlah penggunaan

kendaraan pribadi, menghemat waktu. Sebesar 75% dari biaya

pembangunan infrastruktur subwayakan hilang (sunk cost), karena itu

bagian ini harus disubsidi oleh pemerintah, sedangkan pengoperasiannya

Page 38: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

18

dapat dilakukan oleh pihak swasta.

10. Pembenahan angkutan umum (bis kota), meliputi penggantian kendaraan

bis dengan kendaraan bis baru yang lebih baik dan lebih laik jalan, disertai

dengan pendidikan disiplin bagi para pengemudi dan awak bis, pengaturan

jadwal dan rute bis yang lebih menyeluruh dan menjangkau semua wilayah

dalam kota serta memberi fasilitas bagi pejalan kaki supaya mendapatkan

kenyamanan, keamanan dalam menggunakan angkutan umum.

11. Transportasi Online, taksi dan ojek berbasis online.

H. Proses Hirarki Analitik ( Analitycal Hierarchy Process )

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode Analytic Hierarchy Process(AHP) untuk menetapkan kebijakan yang

tepat dalam usaha menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan

bermotor di perkotaan. Analitycal Hierarchy Process dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty pada tahun 1970 adalah salah satu metode yang digunakan

dalam menyelesaikan masalah yang mengandung banyak kriteria (Multi-

Criteria Decision Making). AHP bekerja dengan cara memberi prioritas

kepada alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Lebih

tepatnya, AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan

tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan pilihan atau alternative (decompotition)

(Saaty, 1993).

AHP juga memperkirakan perasaan dan emosi sebagai pertimbangan dalam

membuat keputusan. Suatu set perbandingan secara berpasangan (pair wise

comparison) kemudian digunakan untuk menyusun peringkat elemen yang

Page 39: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

19

diperbandingkan. Penyusunan elemen-elemen menurut kepentingan relatif

melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. AHP menyediakan suatu

mekanisme untuk meningkatkan konsistensi logika (logica lconsistency) jika

perbandingan yang dibuat tidak cukup konsisten. AHP memberikan suatu

skala untuk menunjukkan hal-hal, mewujudkan metode penetapan prioritas

dan melacak konsistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang

digunakan dalam menetapkan prioritas tersebut.

AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-

elemen suatu sistem kedalam berbagai tingkat berlainan, mengelompokkan

unsur serupa dalam setiap tingkat dan member model tunggal yang mudah

dimengerti, luwes untuk berbagai permasalahan yang tak terstruktur. AHP

menuntun ke suatu perkiraan menyeluruh tentang kebaikan dan keburukan

setiap alternatif, mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dan berbagai

faktor, dan memilih alternative terbaik berdasarkan tujuan dalam pengambilan

keputusan. Hal-hal tersebut menjadikan metode AHP sebagai cara yang efektif

dalam pengambilan keputusan dan dapat digunakan secara luas (Saaty, 1993).

1. Manfaat Analytical Hierarchy Process

Adapun manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process antara

lain, yaitu:

a. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam

menganalisis pengambilan keputusan

b. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan

dalam membandingkan faktor-faktor yang ada,

Page 40: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

20

c. Memudahkan pengukuran dalam elemen,

d. Memungkinkan perencanaan ke depan.

2. Kelebihan metode AHP menurut Saaty adalah:

a. Struktur yang berhierarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang

dipilih sampai pada sub kriteria paling dalam,

b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh

pengambil keputusan,

c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis

sensitivitas pengambil keputusan.

3. Kelemahan Metode AHP :

a. Orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan

ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan

dipilih dengan menggunakan metode AHP,

b. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap

awal,

c. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara

statistic sehingga tidak ada batasan kepercayaan dari kebenaran model

yang terbentuk.

4. Aksioma-aksioma Analytical Hierarchy Process

Terdapat aksioma-aksioma yang terkandung dalam Analytic Hierarchy

Process (Saaty ,2001):

a. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks

Page 41: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

21

perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.

Misalnya, jika adalah kali lebih penting daripada B maka B

adalah1/kali lebih penting dari A,

b. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam meakukan

perbandingan. Misalnya tidak dimungkinkan membandingkan jeruk

dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika

membandingkan dalam hal berat.

c. Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan

bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada

melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola

ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan

antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi oleh elemen-

elemen pada tingkat di atasnya

d. Expectation, artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur

hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka

pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif

yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil

dianggap tidak lengkap.

Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)

menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan

efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses

pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam

merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu

komponen-komponennya.

Page 42: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

22

5. Prinsip-Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy

Process ada beberapa prinsip dasar menurut Saaty 1994 yang harus

dipahami antara lain:

a. Decomposition (Penyusunan Hirarki Masalah)

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema

yang utuh menjadi unsur–unsurnya ke bentuk hirarki proses

pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling

berhubungan. Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks

dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari

yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana

struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap

himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan

yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level

paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.

Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana

elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang

hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika

perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru. Tingkat

pertama:

Tujuan keputusan (Goal)

Tingkat kedua : Kriteria–kriteria

Tingkat ketiga : Alternatif–alternatif

Page 43: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

23

Gambar 2. Struktur Hirarki

(Sumber : Saaty,1994)

b. Comparative Judgement (Penilaian Perbandingan Berpasangan)

Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang

kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam

kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti

dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari

elemen–elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan

dalam bentuk matrix pair wise comparisons yaitu matriks

perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa

alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu

skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equalim

portance) sampai dengan skala9 yang menunjukkan tingkatan yang

paling tinggi (extreme importance).

c. Synthesisof Priority (Penentuan Priotitas)

Synthesisof Priority dilakukan dengan mengalikan prioritas local

dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan

Page 44: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

24

menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi

kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas.

d. Logical Consistency (Konsistensi Logis)

Konsistensi berarti dua makna atau obyek yang serupa. Konsistensi

data didapat dari rasio kon-sistensi (CR) yang merupakan hasil bagi

antara indeks konsistensi (Ci) dan Indeks Random (Ri).

6. Langkah-Langkah penggunaan Analytical Hierarchy Process

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita

pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang

ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah

tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi

tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama.

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun

level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang

cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita

berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai

intensitas yang berbeda-beda.

Page 45: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

25

3. Menyatukan pendapat dari beberapa kuisioner dengan Geomean.

Jika kuisioner diisi oleh pakar, maka kita akan menyatukan pendapat

para pakar dengan menggunakan persamaan rata-rata geometri atau

geomean dimana perhitungan ini untuk memberikan pendekatan rata-

rata yang lebih baik untuk data-data yang didapat dari penilaian

responden dalam kuisioner. Rata-rata geometric adalah rata-rata yang

diperoleh dengan mengalikan semua data dalam suatu kelompok

sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan jumlah data sampel

tersebut. Rata-rata Geometrik dapat dirumuskan sebagai berikut

GM = ( 1)( 2)… ( )Dimana :

GM = Geometric Mean

X1 = Pakar ke 1

X2 = Pakar ke 2

Xn = Pakar ke n

4. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yangmenggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elementerhadap masing–masing tujuan atau criteria yang setingkat diatasnya.

Matriks perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan judgment

dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu

elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses

perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas

hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil

elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.

Page 46: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

26

5. Menentukan susunan prioritas elemen dengan menyusun

perbandingan berpasangan.

Membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk

setiap subhirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam

bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan

(GM1, GM2, …, GMn) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai

tingkat kepentingannya dan dipresentasikan dalam matriks Pair-wise

Comparison.

Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Kriteria/Alternatif 1 2 3 N1 1 GM12 GM13 GM1n

2 GM21 1 GM23 GM2n

3 GM31 GM32 1 GM3n

4 GMn1 GMn2 GMn3 1(Sumber: Saaty, 1994)

Nilai 1 adalah nilai perbandingan elemen1 (baris) terhadap 1 (kolom)yang menyatakan hubungan:

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan nilai 1 (baris ) terhadap

kriteria dibandingkan dengan nilai 1 (kolom) atau,

b. Seberapa jauh dominasi nilai 1 (baris) terhadap nilai 1 (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria terdapat pada elemen 1 (baris)

dibandingkan dengan elemen 1 ( kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh

dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty,

seperti pada tabel berikut ini:

Page 47: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

27

Tabel 2. Skala Saaty

Tingkat Kepentingan Defenisi Keterangan1 Sama pentingnya Kedua aktifitas

menyumbangkansama pada tujuan.

3 Agak lebih pentingyang satu ataslainnya

Pengalaman dan keputusanmenunjukkankesukaanatas satu aktifitaslebih dari yang lain.

5 Cukup penting Pengalaman dankeputusanmenunjukkankesukan atas satuaktifitas lebih dariyang lain.

7 Sangat penting Pengalaman dankeputusanmenunjukkankesukaan yang kuatatas satu aktifitaslebih dari yanglain.

9 Kepentingan yangekstrim

Bukti menyukai satuaktifitas atas yang lainsangat kuat.

Nilai tengah diantaradua nilai keputusanyang berdekatan

Bila kompromidibutuhkan.

(Sumber:Saaty,1994)

Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana

elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari

decision maker. Seorang decision maker akan memberikan penilaian,

mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu

hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level

of hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu

persoalan.

6. Menormalkan data

Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di

dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

Page 48: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

28

Tabel 3. Normalisasi

Kriteria 1 2 3 N1 1/GM11+n1 GM12/GM12-n2 GM13/GM13-n3 GM1n/GM13-n3

2 GM21/GM11-n1 1/GM12+n2 GM23/GM13-n3 GM2n/GM13-n3

3 GM31/GM11-n1 GM32/GM12-n2 1/GM13+n3 GM3n/GM13-n3

N GMn1/GM11-n1 GMn2/GM12-n2 GMn3/GM13-n3 1/GM13+n3

7. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

8. Menghitung priority vector dari setiap matriks perbandingan

berpasangan.

Priority vector adalah bobot setiap elemen yang digunakan untuk

penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah

hingga mencapai tujuan, Penghitungan dilakukan dengan cara

menjumlahkan semua nilai setiap kolom dalam matriks, membagi

setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari

setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk

mendapatkan rata-rata.

9. Uji Konsistensi Indeks dan Rasio

Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model

pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat

konsistensi mutlak. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan

yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada

ketidakkonsistenan jawaban yang diberikan responden. Namun, terlalu

banyak ketidakkonsistenan juga tidak diinginkan. Pengulangan

wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan

apabila derajat tidak konsistensinya besar.

Page 49: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

29

(Saaty, 1994) telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari

matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus:

CI =( )( )

Keterangan:

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

Λmax = Nilaieigen terbesar dari matriks berordo n

n = Orde matriks

Apabila CI bernilai nol, maka pairwise comparison matrix tersebut

konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah

ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan

Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan

nilai random indeks (RI) yang diperlihatkan seperti tabel 3. Nilai ini

bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi

dapat dirumuskan sebagai berikut:

CR =

Keterangan:

CR =Rasio konsistensiRI = indeks random

Tabel 4. Nilai RandomIndeks (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9RI 0,000 0,000 0,80 0,900 1,120 1,240 1,320 1,140 1,450

N 10 11 12 13 14 15

RI 1,490 1,510 1,480 1,560 1,570 1,590

Sumber: Saaty, 1994)

Page 50: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

30

Bila matrik spair–wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari

0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih

dapat diterima jika tidak akan penilaian perlu diulang.

I. Penelitian Terdahulu

1. Haryono Sukarto (2006) melakukan penelitian untuk memberikan alternarif

pilihan model transportasi di DKI Jakarta, dengan judul penelitian

“Pemilihan Model”

Transportasi di DKI Jakarta Dengan Analisis Kebijakan Proses Hirarki

Analitik”. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang

diperoleh dari pihak terkait. Teknik analisis menggunakan analisis hirarki

proses yaitu melakukan analisis terhadap tujuh alternatif model transportasi

terdiri dari:

a. Penyediaan busway.

b. Konsep pembatasan penumpang.

c. Pembatasan mobil pribadi.

d. Pembatasan kendaraan umum.

e. Menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan layang.

f. Penyediaan sarana angkutan umum masal (SAUM).

g. Pembenahan angkutan umum.

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa pembenahan angkutan

umum dalam hal ini bus kota menjadi prioritas utama dalam upaya

menurunkan kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor.

Page 51: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

31

2. Kardi Tekomo (1999) melakukan penelitian dengan judul Penggunaan

Metode Analytic Hierarchy Process. Dalam Menganalisa Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Pemilihan Moda Ke Kampus. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, dan

besar pengaruhnya. Pada penelitian ini kriteria yang digunakan adalah aman,

nyaman, biaya, dan waktu. Dari hasil penelitian menunjuk bahwa faktor

utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat kuliah adalah

faktor keamanan (49,3%) dan faktor waktu (27,3%). Di tinjau dari berbagai

faktor, alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif yang terbaik

(33,2%), sedangkan carpool (16%), sedikit lebih rendah dari pada

penggunaan mobil pribadi (18%). Angkutan kampus (antar jemput) justru

lebih rendah daripada carpool (12,4).

3. Lena (2005) melakukan penelitian tentang “Tingkat Kepentingan Berbagai

Jenis Kriteria Moda Dalam Menentukan Moda Angkutan Umum di Kota

Bandar Lampung”. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bobot tingkat

kepentingan dari masing-masing komponen dan kriteria dalam penentuan

alternatif jenis moda angkutan kota dengan menggunakan metoda Analytical

Hierarchy Process (AHP). Komponen angkutan yang dipilih yaitu

penumpang (user), pengusaha (operator), pemerintah (regulator) dan ahli

transport, dengan kriteria yang digunakan adalah waktu perjalanan, waktu

tunggu penumpang, frekuensi, faktor muat, tarif, keandalan, keselamatan,

kenyamanan, dan keamanan. Analisis sensitivitas untuk mendapatkan

alternatif optinum dilakukan dengan skenario perubahan bobot tingkat

Page 52: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

32

kepentingan komponen.

4. Febi Anisia Purnama Sari (2011) melakukan penelitian tentang kemacetan di

Jalan Teuku Umar di Kota Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan

metorde AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan variabel aspek

ekonomi, aspek lingkungan dan aspek kelembagaan. Kemacetan disebabkan

jumlah bermotor pribadi yang meningkat, karakteristik Jalan Teuku Umar

yang dikelilingi beragama pola tataguna lahan. Hasil Analisis AHP

menunjukkan prioritas kebijakan penanganan kemacetan pada jalan ini

dengan penyediaan sarana angkutan umum berupa BRT.

5. Arsono Sugiharto (2013) melakukan penelitian mengenai kemacetan di Jalan

Siliwangi di Kota Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan metode AHP

(Analytical Hierarchy Process) dengan variabel aspek ekonomi, aspek

lingkunga, dan aspek kelembagaan. Kemacetan lalu lintas disebabkan jumlah

pengguna kendaraan pribadi yang tidak dapat dikontrol tiap tahunmya di Kota

Semarang Jalan Siliwangi. Hasil dari penelitian ini berdasarkan seluruh

alternatif dari tiap aspek oleh masing-masing responden untuk memilih

kebijakan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dengan mengoptimalkan

Pajak Progresif Kendaraan Bermotor.

Page 53: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

33

J. Positioning Study

Pada penelitian- penelitian terdahulu terdapat perbedaan pada penelitian ini

yaitu:

Haryono Sukarto (2006) melaukan penelitian di DKI Jakarta dengan banyak

alternatif moda, termasuk MRT dan LRT, sedangkan pada penelitian ini akan

dibahas lebih sedikit alternatif stategi kebijakan transportasi.

Kardi Tekomo (1999) membahas pemilihan moda ke kampus, sedangkan

penelitian ini untuk memberikan alternatif strategi kebijakan transportasi

dengan cakupan kota.

Lena (2005) melakukan penelitian tentang “Tingkat Kepentingan Berbagai

Jenis Kriteria Moda Dalam Menentukan Moda Angkutan Umum di Kota

Bandar Lampung dan penelitian ini membandingkan tingkat kepantingan

setelah 10 tahun kemudian.

Febi Anisia Purnama Sari (2011) melakukan tentang kemacatan di Jalan

Teuku Umar di Kota Semarang”. Dalam penelitian ini hanya menggunakan

variabel aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek kelembagaan dan

dibahas lebih sedikit alternatif strategi kebijakan transportasi.

Arsono Sugiharto (2013) melakukan penelitian mengenai “Kemacetan di

Jalan Siliwangi di Kota Semarang”. Dalam penelitian ini hanya

menggunakan variabel aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek

kelembagaan dibahas lebih sedikit alternatif strategi kebijakan transportasi.

Page 54: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah dengan

mengumpulkan dan melakukan kajian dari beberapa literatur berupa buku-

buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan pemilihan strategi kebijakan

transportasi dan pengambilan keputusan dengan metode AHP. Pengumpulan

ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kebijakan transportasi

yang tepat dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Langkah

selanjutnya adalah pengumpulan data-data yang diperlukan, yaitu data

primer.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai. Variabel Penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel AHP yaitu berupa alternatif-

alternatif kebijakan kebijakan dalam upaya mengurangi kepadatan lalu lintas

di Bandar Lampung. Variabel Penelitian dan definisi operasional variable

dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Aspek Ekonomi yaitu aspek yang berhubungan dengan mengukur suatu

permasalahan dari sisi kebijakan ekonomi dalam upaya mengurangi

kemacetan lalu lintas di Bandar Lampung. Beberapa alternatif kebijakan

yang ditinjau dalam Aspek Ekonomi yaitu :

Page 55: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

35

a. Parkir Progresif, Pemberlakuan tarif parkir yang mahal pada

kendaraan yang parkir di bahu jalan sepanjang jalan di kota Bandar

Lampung

b. Pajak Progresif bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi lebih dari 1 di

kota Bandar lampung

2. Aspek Sosial dan Budaya yaitu aspek yang berhubungan dengan perilaku

manusia dalam kehidupan sosialnya yang dapat dilakukan dalam upaya

mengurangi kemacetan lalu lintas. Beberapa alternatif kebijakan yang

ditinjau dalam Aspek Sosial dan Budaya yaitu :

a. Pergeseran Jam kerja dan sekolah

Hal ini dapat dilakukan dengan menyebarkan waktu kerja dan sekolah

(rnisalnya: jam belajar satu sekolah berlainan dengan jam belajar

sekolah lainnya atau pekerja unit tertentu masuk lebih dahulu disusul

dengan pekerja unit lainnya, tentunya tanpa mengganggu kinerja kerja

secara keseluruhan). Usaha untuk menghindari terjadinya jam puncak

dapat juga dilakukan dengan melakukan pergerakan lebih awal

sebelum jam sibuk atau sebaliknya menunda pergerakan setelah jam

sibuk.

b. Penyebaran Pusat Kota

Penyebaran secara lebih merata lokasi pusat kegiatan utama (sentra-

sentra primer) dan rayonisasi sekolah di daerah perkotaan akan sangat

mendukung kebijakan pergeseran lokasi.

3. Aspek Lingkungan, merupakan aspek yang terkait dengan masalah

lingkungan. Beberapa alternatif kebijakan yang ditinjau dalam Aspek

Page 56: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

36

Lingkungan yaitu :

a. Pembatasan Umur Kendaraan

b. Pembatasan plat nomor kendaraan ganjil atau genap.

4. Aspek Kelembagaan/Pengelolaan yakni aspek yang berhubungan dengan

pengambilan kebijakan oleh suatu lembaga/instansi sebagai upaya

mengurangi kemacetan lalu lintas. Beberapa alternatif kebijakan yang

ditinjau dalam Aspek Kelembagaan yakni :

a. Penyediaan bus trans Bandar Lampung (TBL) dan trans Lampung

(TL) untuk angkutan bis kota.

b. menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan-jalan layang (flyovers)

atau jalan lintas bawah (underpass).

c. Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan kereta rel (listrik

atau diesel)

d. Pembenahan angkutan umum (bis kota), meliputi penggantian

kendaraan bis dengan kendaraan bis baru yang lebih baik dan lebih

laik jalan, disertai dengan pendidikan disiplin bagi para pengemudi

dan awak bis, pengaturan jadwal dan rute bis yang lebih menyeluruh

dan menjangkau semua wilayah dalam kota serta memberi fasilitas

bagi pejalan kaki supaya mendapatkan kenyamanan, keamanan dalam

menggunakan angkutan umum.

e. Transportasi Online , taksi dan ojek berbasis online.

Pola pikir untuk analisis dengan metode AHP, dapat digambarkan dengan

skema berikut:

Page 57: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

37

Gambar 3. Struktur Hirarki untuk pemilihan strategi alternatif

AspekEkonomi

Aspek SosialBudaya

AspekLingkungan

AspekKelembagaan

A. ParkirProgresif

B. PajakProgresif

D. PenyebaranPusat Kota

C. PergeseranJam Kerja

G. Trans Bandarlampung/TL

H. Flyover/Underpass

I. SAUM

UpayaMengurangiKemacetanLalu Lintas

di KotaBandar

lampung F. PembatasanUmurKendaraan

E. Ganjil/Genap

J. PembenahanAngkutanUmum

K. TransportasiOnline

L.

Page 58: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

38

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya penelitian. Dalam hal ini,

penelitian dilakukan di daerah Bandar Lampung. Penelitian ini mengambil

responden atau Key Informans yang berjumlah 17 orang dari Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Provinsi Bandar

Lampung, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar

Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan

Umum Provinsi Lampung, Pusat Kebijakan Publik dan Pengembangan

Wilayah Universitas Lampung, ITERA dan Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Provinsi Lampung (BALITBANGDA), Direktorat

Lalu Lintas Polda Lampung untuk mengisi kuisioner sebagai keperluan

pengolahan data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan dalam pengumpulan data harus direncanakan agar mendapatkan

hasil yang optimal agar sesuai dengan maksud dan tujuan. Bentuk dari

tahapan ini adalah studi literatur yang sangat dibutuhkan dalam mendukung

penelitian ini, seperti teori sistem transportasi, strategi kebijakan transportasi,

dan kajian mengenai analisis pengambilan keputusan menggunakan metode

AHP, serta sumber ilmiah lainnya yang dapat berasal dari jurnal, makalah,

dll.

1. Pengumpulan Data

Data adalah suatu bahan mentah dalam penelitian yang akan dikumpulkan

melalui prosedur yang sistematik dan standar, untuk diolah agar dapat

Page 59: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

39

memberikan informasi yang diinginkan dan membantu dalam

pengambilan keputusan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

data primer. Data Primer adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini berasal dari data primer (data yang langsung didapat dari responden ).

Data primer terdiri dari kuisoner. Kuisoner dibagikan kepada pakar/ahli

dalam bidang transportasi. Kuesioner yang diajukan kepada responden

berupa kuesioner AHP dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

sifatnya tertutup (close question) yaitu jawaban kuesioner telah tersedia

dan responden tinggal memilih beberapa alternatif dari pilihan

jawaban yang telah disediakan. Kuesioner ini berupa daftar pertanyaan

yang didistribusikan kepada responden untuk diisi dan dikembalikan atau

juga dapat dijawab langsung di bawah pengawasan peneliti. Petunjuk

pengisiannya adalah dengan cara memberikan tanda silang pada satu

pilihan yang dianggap sesuai. Sedangkan Informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian ini berupa pilihan alternatif kebijakan dan prioritasnya

dalam upaya mengurangi kemacetan lalulintas.

2. Teknik Pengambilan Sampel Responden

Berdasarkan pendekatan AHP, yang menjadi narasumber untuk

melakukan pembobotan adalah seorang ahli (expert). Yang dimaksud

dengan expert disini tidak harus seseorang yang pakar pada satu bidang

keilmuan tertentu, melainkan orang yang tahu betul akan permasalahan

yang hendak diteliti. Dalam konteks strategi pemilihan strategi kebijakan

transportasi, expert yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang paham benar mengenai transportasi di Bandar Lampung.

Page 60: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

40

Untuk itu, pihak pengelola, pemerintah, praktisi, dan akademisi

merupakan orang yang tepat untuk dijadikan responden dalam

menentukan bobot pengaruh faktor, variabel, dan indikator yang

digunakan untuk pemilihan strategi kebijakan transportasi di kota Bandar

Lampung. Pada metode AHP tidak perlu mengambil responden dengan

jumlah minimum penelitian karena ini AHP maka cukup pakarnya saja

dan bila populasinya homogen bisa diwakilkan oleh seorang responden,

bila mau lebih dari satu pun haruslah yang mutually exclusive. Jumlah

responden menjadi tidak penting dalam menentukan bobot. Yang lebih

penting adalah kualitas atau pengetahuan responden akan permasalahan

yang dimaksud. Untuk itu, pengambilan sampel responden dilakukan

secara purposive, dengan melibatkan pihak pengelola, pemerintah,

praktisi, dan akademisi.

3. Pengolahan data

Pada tahap ini data yang telah diambil yaitu data primer. Kumpulan

kuisioner yang diisi oleh responden tersebut kemudian dianalisa dengan

mengunakan metode AHP. Secara umum pengambilan keputusan dengan

metode AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut:

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

Tahapan ini ditentukan permasalahan secara detail dan solusi yang

cocok bagi masalah tersebut. Solusi mungkin lebih dari satu, nantinya

akan dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. Dalam

penelitian ini masalah yang dihadapi adalah kemacetan lalu lintas di

Page 61: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

41

Kota Bandar Lampung dan pemilihan strategi kebjakan yang tepat

dalam mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota Bandar Lampung.

b. Menetukan Kriteria dan Alternatif serta Membuat struktur hirarki yang

diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan

alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking berdasarkan variable

penelitian.

c. Menyebarkan kuisioner kepada responden atau Key Persons

Dalam penelitian ini responden yang mengisi kuisioner berjumlah 17

orang , masing-masing instansi diwakilkan oleh 1 sampai dengan 3

orang untuk mengisi kuisioner tersebut, Instansi tersebut yaitu :

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ( 2 orang )

2. Dinas Perhubungan Provinsi Lampung ( 2 orang )

3. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar

Lampung ( 2 orang )

4. Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung ( 2 orang )

5. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung ( 3 orang )

6. Pusat Kebijakan Publik dan Pengembangan Wilayah, Universitas

Lampung( 1 orang )

7. Institut Teknologi Sumatera (ITERA) ( 1 orang )

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Lampung

(BALITBANGDA) ( 2 orang )

9. Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung ( 2 orang )

d. Menyatukan Pendapat dari beberapa kuisioner dengan menggunakan

persamaan rata-rata geometri (geomean)

Page 62: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

42

e. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing

tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.

f. Menentukan susunan prioritas elemen dengan menyusun perbandingan

berpasangan

g. Menormalisasi data

h. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

i. Menghitung Priority vector dari setiap matriks perbandingan

berpasangan.

j. Uji Konsistensi Indeks dan ratio Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,

100; maka penilaian harus diulang kembali.

E. Analisa Data

Tahap analisa data merupakan bagian evaluasi yang akan membahas

mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Analisa terhadap hasil pengolahan

data yang diperoleh sebelumnya meliputi hal-hal berikut:

A. Perhitungan Rasio Konsistensi

B. Perhitungan Konsistensi Vektor

C. Rata-rata Entri (Zmaks)

D. Consistency Index (CI)

E. Consistency Ratio (CR)

Page 63: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

43

F. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap kesimpulan akan diketahui kondisi yang ada dalam pemilihan

strategi kebijakan transportasi di Kota Bandar lampung. Pada tahapan ini

juga akan diketahui kebijakan apa yang perlu dilakukan pemerintah untuk

membenahi sistem transportasi Bagian ini juga dicantumkan saran-saran

praktis pada kaum akademis untuk mengetahui kebijakan yang paling

sesuai dalam menindaklanjuti masalah yang terjadi saat ini.

Page 64: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

Gambar 4. Diagram penelitian

Kajian Literatur

Mulai

Pengumpulan Data yangDiperlukan

Pengolahan Data

Pengolahan Data dari hasil penyebaran Kuisoner berdasarkan Nilai Skala Saaty

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Data Primer:

Penyebaran kuisoner

Analisa Data : 1. Metoda AHP

• Perhitungan Rasio Konsistensi Untuk mendapatkan nilai matriks normalisasi

• Perhitungan Konsistensi Vektor Untuk mendapatkan nilai bobot parsial

• Rata-rata Entri (Zmaks) Untuk mendapatkan nilai Consistency Index

• Consistency Index (CI) Untuk mendapatkan nilai Consistency Ratio

• Consistency Ratio (CR) Untuk mendapatkan nilai CR = < 10 %

Page 65: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

82

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemilihan strategi kebijakan transportasi di Kota

Bandar Lampung dengan menggunakan metode AHP Analytical Hierarchy

Process, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dari beberapa responden ahli

dapat diterima dan konsisten dengan nilai inconsistency ratio sebesar 0,01.

Kriteria yang memiliki prioritas tertinggi berasal dari aspek kelembagaan

sebesar 0.342, yang kedua adalah aspek ekonomi sebesar 0,246, yang ketiga

adalah aspek sosial budaya sebesar 0,216 dan terakhir aspek lingkungan

sebesar 0,197. Dari kriteria aspek tersebut memunculkan lima alternatif

tertinggi yang berasal dari aspek kelembagaan yang dapat diterapkan sebagai

strategi kebijakan transportasi, yaitu :

1. Pembenahan angkutan umum (bis kota), meliputi penggantian kendaraan

bis dengan kendaraan bis baru yang lebih baik dan lebih laik jalan,

disertai dengan pendidikan disiplin bagi para pengemudi dan awak bis,

pengaturan jadwal dan rute bis yang lebih menyeluruh dan menjangkau

semua wilayah dalam kota serta memberi fasilitas bagi pejalan kaki

supaya mendapatkan kenyamanan, keamanan dalam menggunakan

angkutan umum sebesar 0,291

2. Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan kereta rel (listrik atau

diesel) sebesar 0,231

Page 66: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

83

3. menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan-jalan layang (flyovers)

atau jalan lintas bawah (underpass) sebesar 0,207

4. Penyediaan bus trans Bandar Lampung (TBL) dan trans Lampung (TL)

untuk angkutan umum perkotaan sebesar 0,169

5. transportasi berbasis aplikasi sebesar 0,101

Kedua, dari aspek ekonomi, yaitu :

1. Parkir Progresif, Pemberlakuan tarif parkir yang mahal pada kendaraan

yang parkir di bahu jalan sepanjang jalan di kota Bandar Lampung

sebesar 0,65

2. Pajak Progresif bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi lebih dari 1 di

kota Bandar lampung sebesar 0,35

Ketiga, dari aspek sosial budaya, yaitu :

1. Pergeseran Jam kerja dan sekolah sebagai usaha untuk menghindari

terjadinya jam puncak dapat juga dilakukan dengan melakukan

pergerakan lebih awal sebelum jam sibuk atau sebaliknya menunda

pergerakan setelah jam sibuk sebesar 0,72

2. Penyebaran Pusat Kota atau Penyebaran secara lebih merata lokasi pusat

kegiatan utama (sentra-sentra primer) dan rayonisasi sekolah di daerah

perkotaan akan sangat mendukung kebijakan pergeseran lokasi sebesar

0,28

Terakhir dari aspek lingkungan, yaitu :

1. Pembatasan Umur Kendaraan sebesar 0,63

2. Pembatasan plat nomor kendaraan ganjil atau genap sebesar 0,37

Page 67: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

84

B. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil analisis, guna mendukung kesimpulan terdapat

saran yang dapat diberikan yaitu terdapat banyak cara untuk membenahi

kemacetan di Kota Bandar lampung, tidak harus dengan pembangunan fisik

untuk mengatasi kemacetan lalu lintas melainkan dengan cara Pembenahan

angkutan umum agar layak digunakan dengan fasilitas yang aman dan nyaman,

selain itu dengan mengoptimalkan SAUM, memperbanyak penyediaan TBL

dan TL, Transportasi online di Kota Bandar Lampung, diberlakukannya pajak

progresif, parkir progresif, pembatasan kendaraan umum dan ganjil genap,

kemudian dapat diberlakukannya pergeseran jam kerja dan penyebaran pusat

kota.

Page 68: PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI …digilib.unila.ac.id/30644/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN TRANSPORTASI DI BANDAR LAMPUNG

DAFTAR PUSTAKA

Civil, Wahyudi. ‘Sistem Transportasi.’http://www.academia.edu/8105249/SISTEM_TRANSPORTASI_1_I._PENDAH

ULUAN (diakses tanggal 30 Agustus 2017)

Hendarto, Sri, et.al. 2001. Dasar-Dasar Transportasi. Penerbit ITB Bandung.

Martha, Lena. 2005. Tingkat Kepentingan Berbagai Jenis Kriteria Moda DalamMenentukan Moda Angkutan Umum di Kota Bandar Lampung. Tesis,MSTT-UGM , Yogyakarta.

Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta:Penerbit BetaOffset.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. PustakaBinaman Pressindo, Jakarta.

Sari, Feby Anisia Purnama. 2011. Analisis Kebijakan Penanganan KemacetanLalu Lintas di Jalan Teuku Umar Kawasan Jatingaleh Semarang denganMetode Analytical Hierarchy Process (AHP). Skripsi. Ilmu EkonomiStudi Pembangunan.Universitas Diponegoro.

Sukarto, Haryono. 2006. Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta denganAnalisis Kebijakan “Proses Hirarki Analitik “. Jurnal ilmiah teknik sipilUniversitas Pelita Harapan.

Teknomo, Kardy. 1999. Penggunaan Metode AHP Dalam Menganalisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Ke Kampus. Jurnal TeknikSipil, Volume 1 Nomor 1, hal 31-39, Universitas Kristen Petra, Jakarta.

Z. Tamin. Ofyar. 1997. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung:Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.

Z. Tamin. Ofyar. 1999. Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT)Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Di DKIJakarta. Jurnal PWK Institut Teknologi Bandung.

_____. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandarlampung 2010-2015. Bandar lampung

_____. 2016. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. UniversitasLampung. Bandar Lampung.