pemeriksaan fisik sistem pernapasan

30
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan Oleh kelompok 1: 1.Anis Hauzan 2.Nola Hastuti 3.Syafrinawati

Upload: nola-hastuti

Post on 16-Apr-2017

762 views

Category:

Health & Medicine


82 download

TRANSCRIPT

Pemeriksaan Fisik Sistem PernapasanOleh kelompok 1:1.Anis Hauzan2.Nola Hastuti3.Syafrinawati

Pengkajian Sistem Pernapasan

• Keluhan utama• Riwayat kesehatan saat ini .• Riwayat kesehatan dahulu• Riwayat keluarga• Riwayat pekerjaan dan

kebiasaan • Pengkajian psikososiospiritual

A. PERSIAPAN ALATBaju periksaSelimutStetoskopSenterPenggarisPenaSarung tangan

(tambahan)Masker

(tambahan)

B. PROSEDUR PELAKSANAAN• Cuci tangan sebelum melakukan

prosedur.• Jelaskan prosedur pada pasien.• Anjurkan pasien mengenakan baju

sampai pinggang/ menggunakan baju periksa.

• Pastikan ruang periksa cukup terang dan hangat bebas dari gangguan lingkungan.

C. HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN1. Jaga privasi pasien2. Pemeriksaan harus

direncanakan agar menghemat waktu pasien

3. Pasien akan batuk atau bersin selama pemeriksaan, maka gunakan universal precautions

D. LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAANa. Pengkajian awal

Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :1. Lakukan pengkajian cepat mengenai pasien

untuk menentukan kemampuan pasien berpartisipasi dalam pemeriksaan.

2. Inspeksi kemampuan umum yang terlihat secara keseluruhan, serta amati posisi tubuh pasien.

3. Beri perhatian khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah, ekspresi, bibir, otot – otot yang digunakan dan penggerakan dada pada bagian toraks (anterior, posterior, lateral).

b. Inspeksi toraks 1.Atur posisi pasien

Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada posisi duduk dengan pakaian dibuka sampai pinggang.

2.Hitung pernapasan satu menit penuh

Pada saat menghitung pernapasan lakukan observasi laju, ritme dan kedalaman siklus pernapasan.

Observasi pergerakan dada pada bagian tiga toraks

Pastikan bahwa perasaan tenang, simetris dan tanpa usaha.

Sebelum melakukan pada langkah selanjutnya, minta pasien untuk menarik napas dalam observasi otot – otot yang digunakan

3. Inspeksi warna kulit.Laporkan apakah warna kulit dada (anterior,

posterior, dan lateral) konsisten dengan warna tubuh bagian tubuh lainnya.

4. Inspeksi konfigursi dada.Lakukan pengukuran diameter anterposterior

dan transversal dada. Pada orang dewasa normal akan didapatkan hasil 1:2 bagian.

5. Tentukan kesimetrisan dada dan inspeksi struktur skeletal.Pemeriksa berdiri dibelakang klien dan

gambarkan garis imajiner sepanjang batas superior skapula dari akromiom kanan sampai akromiom kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebra.

c. Palpasi torak posterior1.Palpasi secara dangkal bagian posterior

torak. Kaji besar otot pada daerah tepat dibawah kulit. Palpasi dada dengan cara teratur menggunakan

telapak tangan.Harus diingat untuk mengkaji juga daerah posterior skapula, sampai dengan tulang iga (kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis mid-aksila pada kedua sisi.

Lanjutan..

2. Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkostal (intercostal space-ICS). Minta klien untuk fleksi leher, maka

prosesus spinalis servikal ke-7 akan terlihat.

Bila pemeriksa memindahkan tangan sedikit ke kiri dan kanan dan prosesus, pemeriksa akan merasakakan tulang kosta pertama.

Hitung tulang kosta serta ICS tetapi tangan pemeriksa tetap dekat pada garis vertebra.

Lanjutan..

3. Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan ke arah bawah.

Observasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus. Bila tidak lurus dapat menunjukkan adanya skolisis.

4. Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi paru. Letak tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10.

Letakkan kedua ibu jari dekat dengan garis vertebra dan tekan kulit secara lembut di antar kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan punggung klien.

Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Pemeriksa seharusnya merasakan tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa bergerak menjauhi garis vertebra.

Lanjutan..

5. Palpasi untuk menilai tactile fremitus.Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan di luar dinding dada saat klien bicara. Vibrasi paling besar dirasakan di daerah saluran nafas yang berdiameter besar (trakea) dan hampir tidak ada pada alveoli paru-paru. • Gunakanlah daerah sendi

metakarpofalangeal atau permukaan luar dari tangan pada saat memeriksa.

• Mintalah klien untuk mengulangi kata “ninety-nine” atau ”tujuh puluh tujuh”.

d.Perkusi torak posterior1.Visualisasikan penunjuk daerah torak.

Sebelum melakukan perkusi, visualisasikan garis horizontal, garis vertikal, tingkat diagfragma, dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus paru.

2.Atur posisi klien. Bantu klien membungkuk sedikit ke

depan dan melebarkan bahu.

3. Perkusi daerah paru. Mulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri

dan bergerak ke apeks paru kanan. Gerakan ke dalam setiap ICS dengan cara

sistematik. Perkusi sampai ke tulang kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai ke garis mid-aksila kiri dan kanan.Perhatian: jangan melakukan perkusi di atas vertebra, skapula atau tulang kosta, karena perkusi di atas tulang akan terdengar suara datar. Pada orang yang sehat, perkusi pada daerah paru akan menghasilkan suara resonan.

4. Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diagfragma. Mulailah dengan melakukan perkusi pada ICS

ke-7 ke arah bawah sepanjang garis skapula sampai batas diagfragma. Terdengar suara resonan yang akan berubah menjadi dullness.

Beri tanda pada kulit. Mintalah klien untuk menarik nafas dalam

dan menahannya. Perkusi kembali ke arah bawah dari kulit yang

bertanda sampai terdengar suara dullness. Beri tanda pada kulit yang kedua kalinya. Anjurkan klien untuk menarik nafas secara

normal beberapa kali.

Lanjutan..

Sekarang mintalah klien untuk bernafas normal dan keluarkanlah nafas sebanyak-banyaknya kemudian minta klien untuk menahan nafas.

Perkusi ke arah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan beri tanda dan anjurkan klien untuk bernafas secara normal. Pemeriksa akan mendapatkan tiga tanda pada kulit sepanjang garis skapula.

Ulangi prosedur pada sisi lain.Jarak antara tanda ke-2 dan ke-3 dapat berkisar antara 3-6 cm pada orang dewasa sehat.

Kembalikanklien pada posisi duduk yang nyaman.

 

e.Auskultasi torak posterior

1.Visualisasi landmark daerah torak. Sebelum auskultasi torak posterior dilakukan,

visualisasikan landmark daerah tersebut seperti sebelum perkusi.

2.Auskultasi trakea. Dengan menggunekan tekanan yang tegas,

letakkan diagfragma stetoskop sejalan dengan bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut terbuka.

Mulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke bawah sampai torakalis. Di sisni pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea dan suara yang terdengar adalah bronkial.

–  

3. Auskultasi bronkus. Pindahkan stetoskop ke kiri dan kanan garis

vertebra T-3 sampai T-5. Bronkus kiri dan kanan tepat berada pada posisi ini, dan suara yang terdengar adalah bronkovesikular.

4. Auskultasi paru-paru. Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama

seperti yang digunakan pada perkusi paru-paru. Mulai auskultasi pda bigian apeks paru kiri dan

lanjutkan seperti pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikular.

Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi dan ekspirasi. Bila terdengar adanya suara nafas tambahan, maka catat lokasi, kualitas, lama, dan waktu terjadinya selama siklus pernafasan.

f. Palpasi torak anterior

1. Atur posisi klien, biasanya pada posisi supine untuk palpasi torak anterior. Akan tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk.

2. Tentukan lokasi landmark daerah torak snterior. Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari

tangan. Palpasi turun ke bawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada Angel of Louis.

Palpasi secara lateral dan temukan tulang kosta ke-2 pada ICS ke-2. Hitung tulang kosta yang dekat dengan batas sternum.

Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat di bawah kulit.

3. Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernafasan. Letakkan tangan pada dinding anterior dada

tepat di bawah batas kosta dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum.

Tekan kulit di antara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding posterior.

Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Observasi pergerakan ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa. Jarak antara ibu jari seharusnya melebar secara merata dan tekanannya juga sama.

4. Palpasi untuk mengetahui tactile fremitus pada dinding anterior dada.

g.Perkusi torak anterior

1.Visualisasikan landmark daerah torak anterior. Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior,

visualisasikan garis vertikal dan horizontal. Identifikasi lokasi diagfragma dan lobus paru.

2.Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur. Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan

sampai setinggi diagfragma, kemudian perkusi ke garis mid-aksila pada masing-masing sisi. Hindari perkusi di atas sternum, klavikula, tulang kosta, dan jantung.

Pastian jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar dengan tulang kosta.

Jika pada klien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah klien untuk memindahkan payudaranya ke samping (mengatur posisi) selama prosedur ini. Perkusi di atas jaringan payudara pada wanita akan menghasilkan suara dull.

h.Auskultasi torak anterior1.Visualisasikan petunjuk torak anterior.2.Auskultasi di atas trakea. Suara akan terdengar di bagian atas dari jugular

(suprasternal) notch. Suara yang terdengar adalah bronkial.

3.Auskultasi di atas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas sternum sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah bronkovesikuler.

4.Auskultasi paru-paru. Dengarkan suara vesikular, biasanya pada daerah

parenkimparu-paru. Sekarang dengarkan bunyi nafas tambahan. Suara ini

mendahului inspirasidan ekspirasi dari siklus pernafasan. Bila pemeriksa mendengar suara nafas tambahan, maka catat

lokasi, kualitas, dan waktu terjadinya selama siklus pernafasan.

–  •