pemeriksaan biokimia dan biofisik

24
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA & BIOFISIK Oleh : Kelompok 6

Upload: icha-daichi-fuwa

Post on 15-Jan-2016

545 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

Penilaian Status Gizi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA &

BIOFISIK

Oleh :Kelompok 6

Page 2: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Pemeriksaan biokimia merupakan penilaian status gizi secara langsung.

Pemeriksaan biokimia dapat memberikan gambaran tentang kadar zat gizi dalam darah, urine dan organ lain, perubahan

metabolik tubuh akibat kurangnya konsumsi zat gizi tertentu dalam waktu lama serta

cadangan gizi dalam tubuh.

Page 3: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Pemeriksaan biokimia memberikan hasil yang lebih tepat & objektif.

• Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine.

• Pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan.

Page 4: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

PEMERIKSAAN BIOKIMIA ZAT GIZI

• Penilaian Status Zat BesiAda beberapa indikator untuk menentukan status besi yaitu

– Hemoglobin (Hb)

• Nilai normal Hb pria : 14 – 18 gr/100ml

wanita : 12 – 16 gr/100ml

• Metode yang digunakan adalah metode sahli dan metode cyanmethemoglobin.

– Hematokrit

• Nilai normal pria : 40 – 45%

wanita : 37 – 47 %

• Penentuan hematokrit dilakukan secara duplikat dengan menggunakan darah kapiler atau darah vena yang diantikoagulasikan dengan EDTA.

Page 5: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

– Serum besi– Transferrin Saturation (TS)

• TS = kadar besi dalam serum x100%TIBC

• Apabila TS > 16% pembentukan sel-sel darah merah dalam sumsum tulang berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi besi untuk eritropoiesis

– Free Erythrocyte Protophorphyrin (FEP)– Serum Ferritin (SF)

Metode yang digunakan antara lain:• Immunoradiometric assay (IRMA)• Immuno assay (RIA)• Enzyme-linked immuno assays (ELISA) yang tidak

menggunakan isotop, tetapi enzimKeadaan normal rata-rata SF laki-laki dewasa : 90µg/l

wanita dewasa: 30µg/l– Serum Unsaturated Iron Binding Capacity (UIBC)

Page 6: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Penilaian Status Protein– Pemeriksaan biokimia terhadap status protein

dibagi dalam 2 bagian pokok yaitu penilaian somatic protein dan visceral protein.

– Perbandingan somatic dan visceral dalam tubuh antara 75% dan 25%.

– Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein.

– Penentuan serum ptotein dalam tubuh meliputi:

• Albumin• Transferin• Prealbumin• Retinol binding protein (RBP)• Insulin-like growth factor-1 • fibronectin

Page 7: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Penilaian Status Vitamin– Vitamin A

• Metode penentuan serum retinol– Cara HPLC (High Performance Liquid Chromatography)– Penentuan kadar vitamin A cara kalorimetri dengan

pereaksi trifluoroasetat/ TFA– Vitamin D

Pada pemeriksaaan biokimia penderita rakhitis ditemukan hasil

• Kadar kalsium serum normal atau lebih• Kadar fosfor rendah• Kadar fosfatase meninggi• Kadar 25 (OH) vitamin D di bawah 4 mg/ml

– Vitamin EPada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan memiliki nilai normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg.

Page 8: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

– Vitamin CVitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel.

– Tiamin (B1)

– Riboflavin (B2)

urine 24 jam yang mengandung riboflavin kurang dari 50 mg merupakan indikasi adanya kekurangan vitamin B2 dan biasanya sudah disertai gejala klinisnya.– Niasin

– Vitamin B6

– Vitamin B12

Page 9: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Penilaian Status Mineral – Iodine

• Kebutuhan rata-rata per orang dewasa per hari sangat sedkit yaitu 6,15 µg atau 160 µg.

• Selain palpasi, untuk mengetahui total goitre rate dapat dilakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan kadar thyroid stimulating hormone dalam darah.

• Metode penentuan kadar yodium dalam urine dengan menggunakan metode cerium.

– ZinkBatasan dan interpretasi pemeriksaan kadar zink dalam plasma adalah 12 – 17 mmol/liter normal

– KalsiumBatasan dan interpretasi pemeriksaan kadar kalsium dalam darah adalah 2,1 – 2,6 mmol/liter normal

– Fosfor Kebutuhan normal dalam darah adalah 2,5 – 4,5 µg/100 µl.

– MagnesiumBatasan dan interpretasi pemeriksaan kadar magnesium dalam darah adalah 1,8 – 2,4 µg/100 ml normal

Page 10: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

– Krom (Chromium)Kadar krom dalam darah normal berkisar 0,14 – 0,25 µg/ml untuk serum atau 0,26 – 0,28 µg/ml untuk plasma.

– Tembaga batasan dan klasifikasi pemeriksaan tembaga dalam darah dalam keadaan normal = 80 150 µg/100 ml .

– Selenium selenium dapat melindungi sel tubuh dari kehancuran hingga memperlambat proses menua.

Page 11: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

PEMERIKSAAN ZAT GIZI SPESIFIK

• KEPDalam kaitannya dengan KEP, maka analisis biokimia yang banyak diperhatikan adalah menyangkut nilai protein tertentu dalam darah atau hasil metabolit protein yang beredar dalam darah dan dikeluarkan bersama-sama urin.

• KVAPenentuan masalah KVA

Indikator yang digunakan Batas Prevalensi

Plasma vitamin A > = 10 µg/dl >= 5%

Liver vitamin A > = 5 µg/dl >= 5%

Page 12: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Anemia Gizi Besi (AGB)Batasan anemia (menurut Depkes)

Kelompok Batas Normal

Anak balitaAnak usia sekolahWanita dewasaLaki-laki dewasaIbu hamilIbu menyusui > 3 bulan

11 gram %12 gram %12 gram %13 gram %11 gram %12 gram %

Page 13: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• GAKY– Pemeriksaan kadar TSH dalam darah dan

mengukur ekskresi yodium dalam urine. – Tingkat keparahan gondok endemik berdasarkan

klasifikasi menurut ekskresi yodium dalam urine (µg/gr kreatinin) yaituTahap 1 : gondok endemik dengan rata-

rata > 50 µg/gr kreatinin di dalam urine.Tahap 2 : gondok endemik dengan ekskresi

yodium dalam urine rata-rata 25 – 50 µg/gr kreatinin pada kondisi ini sekresi hormon tiroid boleh jadi tidak cukup resiko hipotiroidisme tetapi tidak sampai ke kreatinin.

Tahap 3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi yodium dalam urine < 25 mg/gr kreatinin.

Page 14: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMERIKSAAN

BIOKIMIA • Keunggulan

– Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini.

– Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih obyektif.

– Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi.

Page 15: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Kelemahan – Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan

setelah gangguan metabolisme.– Membutuhkan biaya yang cukup mahal.– Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan

tenaga ahli.– Kurang praktis dilakukan di lapangan.– Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit

untuk diperoleh.– Membutuhkan perlatan dan bahan yang lebih

banyak dibandingkan pemeriksaan lain.– Belum ada keseragaman dalam emmilih

reference (nilai normal).– Dalam beberapa penentuan pemeriksaan

laboratorium memerlukan laboratorium yang hanya terdapat di laboratorium pusat.

Page 16: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

PEMERIKSAAN BIOFISIK

Pemeriksaan secara biofisik yaitu melihat fungsi jaringan dan

perubahan struktur. Pemeriksaan biofisik termasuk

mahal karena memerlukan tenaga yang profesional dan digunakan

dalam keadaan tertentu saja.

Page 17: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

MACAM PEMERIKSAAN BIOFISIK

Pemeriksaan Radiologi

(Radiographic Examination)

Pemeriksaan Radiologi

(Radiographic Examination)

Tes Fungsi Fisik (Test of Physical

Function)

Tes Fungsi Fisik (Test of Physical

Function)

Tes Sitologi (Cytological Test)

Tes Sitologi (Cytological Test)

Melihat tanda-tanda fisik dan keadaan” tertentu seperti riketsia, osteomalasia, fluorosis dan beri-

beri.Sifat : retrospektif

Mengukur perubahan fungsi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Contoh : ketajaman penglihatan, adaptasi mata, koordinasi otot dan lainnnya, dll

Untuk menilai KEP berat Melihat noda pada epitel (stained ephitelial smears) dari mukosa oral presentase perubahan sel yang meningkat

Page 18: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik
Page 19: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

1. Dian Rusdianingsih : Pada pemeriksaan Hb, ada pemeriksaan kadar feritin serum dengan menggunakan metode Enzyme-linked immuno assays (ELISA) yang tidak menggunakan isotop, tetapi enzim. Apa nama enzimnya?

Jawab : ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau

'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Fungsi metode ELISA yaitu menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor. Jadi, tidak ada enzim tertentu yang digunakan pada metode ELISA.

Page 20: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

2. Ignasius Putu S. : Mengapa batasan anemia pada laki-laki lebih tinggi (13 g %) daripada ibu hamil (11 g %)?

Jawab :Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil sangat banyak,

pada saat belum hamil kebutuhannya 26 mg setiap hari, zat besi ini berfungsi sebagai penghantar oksigen dan sebagai pembentukan energi, pada trimester ini kebutuhan zat gizi bertambah 9 mg setiap harinya, jadi zat besi dalam darah ibu hamil tidak boleh kurang dari 11 % , sedangkan batasan anemia pada laki – laki 13 g %, lebih tinggi karena laki – laki dewasa hanya membutuhkan zat besi untuk mengantar oksigen dan pembentukan energi dan tidak ada kebutuhan tambahan lainnya seperti pada ibu hamil.

Page 21: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

• Riatatiska Losa : Apakah metode sahli dan metode cyanmethemoglobin digunakan bersamaan untuk mengukur status Fe dalam tubuh manusia? Metode apa yang paling baik diantara ke duanya? Jelaskan!

Jawab : Metode cyanmethemoglobin dan metode sahli merupakan

metode yang digunakan untuk mengukur status Fe didalam tubuh manusia. Tetapi pada metode cyanmethemoglobin telah menggunakan alat-alat laboratorium yang lebih canggih dibandingkan menggunakan metode sahli, sehingga jika mendapatkan hasil pengukuran status Fe tubuh manusia lebih akurat. Sebaiknya mengukur dengan menggunakan metodde cyanmethemoglobin, karena dengan alat-alat laboratorium yang lebih canggih akan menghasilkan pengukuran status zat gizi yang lebih akurat pula.

Page 22: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

Metode sahli merupakan metode yang paling sering digunakan dilaboratorium dan lebih sederhana dalam penggunaannya. Pada metode sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCL menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada diudara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera beraksi dengan ion Cl membentuk ferrihenechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang trebentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Disamping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.

Page 23: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

Metode cyanmethemoglobin adalah metode yang lebih canggih dibandingkan dengan metode sahli. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya.

Dari kedua metode tersebut, salah satunya bisa dipilih/ digunakan dalam mengukur hemoglobin. Tapi utnuk saat ini metode Sahli masih sering digunakan disamping metode sianmethemoglobin yang lebih canggih.

Page 24: Pemeriksaan Biokimia dan Biofisik

4. Fitrianingsih : Mengapa pada penyakit gondok ada pemeriksaan kreatin? Apa ada hubungannya?

Jawab :Yodium adalah salah satu mineral penting bagi

kehidupan manusia karena yodium sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkemnbangan serta fungsi otak. Kreatin di dalam gondok karena ladar iodium dalam urine dinyatakan dalam mg 1 per g kreatinin, maka diukur pula kadar kreatinin urine dengan cara sebagai berikut :

•Penentuan kada kreatinin urine :•0,1 ml urine yang telah diencerkan 100 kali di

tambahkan 4 ml H2SO4 setengah N dan 0,5 ml natrium tungstat

•Setelah itu dikocok dan didiamkan 15 menit lalu dipusing selama 10 menit

•Supernatan dipisahkan lalu ditambahkan 0,5 ml larutan campuran 1 ml asam pikrat 10% dan 0,2 ml NaOH 10%

•Setelah didamkan selama 15 menit, absorpsi larutan dibaca pada panjang gelombang 520 nm. Standar kreatinin dengan konsentrasi 1 mg/100 ml dikerjakan dengan cara yang sama