pembahasan makalah slb laporan uts revisi

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan SLB didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kemampuan dan kelainan peserta didik; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis untuk hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat. Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Selain itu, pembangunan SLB juga diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kemasyarakatan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, SLB memberi 1 | Page

Upload: lilianggrainisutrisno

Post on 08-Jun-2015

11.128 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan SLB didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia

seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan

potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal

paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak

mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2)

kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan

mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kemampuan

dan kelainan peserta didik; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan

mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis untuk

hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara

holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat

berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana

strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita

membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Selain itu, pembangunan SLB juga

diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kemasyarakatan bagi peserta didik, yang

menjadi landasan penting untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, SLB

memberi pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh warga masyarakat.

Oleh karena itu, upaya peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih

berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan negara Indonesia

yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap masyarakat dan

seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan masyarakat, memajukan

kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya

pendidikan bagi seluruh warga negara sebagaimana diatur dalam Pasal 28C Ayat (1) bahwa

setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni

dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, dan

Pasal 31 Ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sesuai Ketentuan

1 | P a g e

Page 2: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Pendidikan harus mampu menciptakan kemandirian baik pada individu maupun

masyarakat. Pendidikan yang menumbuhkan jiwa kemandirian menjadi sangat penting justru

ketika dunia dihadapkan pada satu sistem tunggal yang digerakkan oleh pasar bebas.

Masyarakat Indonesia sulit bertahan jika tidak memiliki kemandirian karena hidupnya

semakin tergantung pada masyarakat-masyarakat yang lebih kuat. Selain itu, pendidikan harus

menjadi bagian dari proses perubahan masyarakat menuju masyarakat madani, yakni

masyarakat demokratis, taat, hormat, dan tunduk pada hukum dan perundang-undangan,

melestarikan keseimbangan lingkungan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pelayanan yang maksimal yang diberikan oleh sekolah dapat mengembangkan potensi

anak- anak yang bersekolah di sekolah Makna Bhakti sebagai bekal mereka untuk dapat

mempersiapkan anak dalam kehidupan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tunagrahita ?

2. Bagaimana pelayanan pendidikan bagi anak Tunagrahita di SDLBS B/C Makna

Bhakti ?

3. Apa yang dimaksud anak Autisme ?

4. Bagaimana pelayanan pendidikan bagi anak autis di SDLBS B/C Makna Bhakti ?

5. Kurikulum apa yang dipakai SDLBS B/C Makna Bhakti ?

6. Bagaimana kualitas SDM pengajar pada SDLBS B/C Makna Bhakti ?

7. Kegiatan ekrakurikuler apa saja yang tersedia pada SDLBS B/C Makna Bhakti ?

8. Fasilitas apa saja yang ada pada SDLBS B/C Makna Budi Bhakti khususnya pada

SDLBS C ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan definisi dan karakteristik tunagrahita

2. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan anak tunagrahita

3. Untuk menjelaskan definisi dan karakteristik autis

4. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan anak autis

2 | P a g e

Page 3: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

5. Untuk mengetahui kurikulum yang dipakai di SDLB C Makna Bhakti

6. Untuk mengetahui kualitas SDM tenaga pendidik di SDLB C Makna Bhakti

7. Untuk mengetahui ektrakurikuler yang terdapat di SDLB C Makna Bhakti

8. Untuk mengetahui fasilitas- fasilitas yang ada di SDLB C Makna Bhakti

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari …….bagian yang meliputi:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari : Latar belakang masalah, Rumusan

masalah, Tujuan penulisan, Metode penulisan serta Sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan yang terdiri dari : Pengertian tunagrahita, peristilahan dan

batasan-batasan tunagrahita, data jumlah penyandang tunagrahita di Indonesia,

pengertian autis, penanganan masalah autisme, bentuk layanan pendidikan bagi

anak autis, pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita, ruang lingkup

program bina diri, identifikasi kebutuhan program bina diri, Strategi

pengembangan program bina diri, penyusunan program bina diri, pelayanan

pendidikan bagi anak autis di SDLBS B/C Makna Bhakti, program terapi

intervensi dini, program terapi penunjang, kelas transisi, program pendidikan

inklusi, program pendidikan terpadu, sekolah khusus autis, sarana prasarana di

SDLBS B/C Makna Bhakti, identitas sekolah, keadaan siswa, keadaan

SDM/tenaga kependidikan di SDLBS B/C Makna Bhakti, kurikulum di

SDLBS B/C Makna Bhakti, fasilitas ekstrakurikuler di SDLBS B/C Makna

Bhakti.

Bab III Kesimpulan

Daftar Pustaka.

E. Metodologi Observasi

Dalam observasi ini kami menggunakan metode observasi berupa deskripsi dari hasil

wawancara dan mengumpulkan data mengenai fisik bangunan dilakukan dengan mengamati

dan mendeskripsikan secara obyektif . Pengumpulan data mengenai proses kegiatan

3 | P a g e

Page 4: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

pembelajaran menggunakan jenis observasi partisipasi dan non partisipasi yang kami lakukan

di SLB C Makna Bhakti antara lain:

1. Wawancara langsung

2. Pengamatan

3. Partisipasi siswa

F. Metodologi Penyusunan

Dalam penulisan laporan ini kami menggunakan metode penyusunan berdasarkan dari

hasil wawancara langsung, pengamatan, serta untuk penyempurnaannya kami melakukan

pengambilan data dari beberapa literatur yang ada pada media internet.

4 | P a g e

Page 5: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

BAB II

PEMBAHASAN

II.I

TUNAGRAHITA

A. Pengertian Tunagrahita

American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20),

mendefinisikan Tunagrahita sebagai kelainan:

1. yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84

ke bawah berdasarkan tes;

2. yang muncul sebelum usia 16 tahun;

3. yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22)

dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut:

1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.

2. Kekurangan dalam perilaku adaptif.

3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

B. Peristilahan dan batasan-batasan Tunagrahita

Peristilahan Tunagrahita(B3PTKSM, p. 19)

1. Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation)

Tuna berarti merugi.

Grahita berarti pikiran.

2. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.

Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

5 | P a g e

Page 6: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

1. Lemah fikiran ( feeble-minded);

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);

3. Bodoh atau dungu (Idiot);

4. Pandir (Imbecile);

5. Tolol (moron);

6. Oligofrenia (Oligophrenia);

7. Mampu Didik (Educable);

8. Mampu Latih (Trainable);

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;

10. Mental Subnormal;

11. Defisit Mental;

12. Defisit Kognitif;

13. Cacat Mental;

14. Defisiensi Mental;

15. Gangguan Intelektual 

C. Data Jumlah penyandang Tunagrahita di Indonesia

Dilihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah mereka yang

mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu: mereka yang ber IQ 70 ke bawah

menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber IQ antara 71 – 85 termasuk runagrahita

borderline (Brown) et. Al., 1996).

Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 70 ke

bawah. Hallahan, 1988, mengestimasikan jumlah penyandang tunagrahita adalah 2,3 %.

Namun pada tahun 1984, Annual Report to Congress menyebutkan 1,92 % anak usia sekolah

menyandang tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3 : 2.

Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelopok usia sekolah,

jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang, jadi

6 | P a g e

Page 7: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % X

48.100.548 orang = 962.011 orang.

II.2

AUTISME

A. Pengertian Autis

Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseotang sejak lahir ataupun saat masa

balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang

normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masih dalam

dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power

(1989) karakteristik anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang

Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola

bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak norma. Penampakan

gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun).

Gejala dapat beraneka ragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak autistic yang benar-

benar sama dalam semua tingkah lakunya, sedangkan perbandingan laki-laki : perempuan

adalah sekitar 4 :1 dan terdapat pada semua lapisan masyarakat etnik/ras, religi, tingkat sosio-

ekonomi serta geografi (Holmes, 1998).

B. Penanganan masalah Autisme

Bentuk layanan pendidikan bagi anak autistic merupakan bagian dari upaya penanganan

masalah autisme, seperti tampak dalam skema dibawah ini.

7 | P a g e

Page 8: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

C. Bentuk Layanan Pendidikan bagi Anak Autis

Layanan yang paling efektif bagi anak autis dapat berupa pendidikan, penempatan

(residensial) dan program pengangkatan tenaga kerja (employment program) (Holmes, 1998).

Bentuk pelayanan pendidikan untuk anak autis haru desesuaikan dengan karakteristik dan

kemampuan anak. Program pengajaran terstruktur dinyatakan sebagai cara untuk memperoleh

kemajuan yang besar. Hal ini terjadi karena guru secara aktif mengambil inisiatif untuk

berinteraksi dan memberi petunjuk, juga guru menjalankan tugasnya dari bagian terkecil

sehingga anak mudah mengikuti tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Hal ini juga membuat anak autis dapat memperkirakan apa yang akan

didapatkannya. Perubahan mendadak kadang membuat anak-anak panik dan tantrum. Namun

tetap perlu mengajarkan juga hal-hal yang spontan dan fleksibel terutama dalam ketrampilan

sosialnya. (Baron-Cohen, 1993).

8 | P a g e

Page 9: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

II.3

PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

DI SDLBS B/C MAKNA BHAKTI

Kurikulum sebagai bangun dasar dari sebuah proses pendidikan merupakan saripati

masyarakat dalam tatanan masyarakat pendidikan. Kurikulum SLB 1994 sebagai nilai dasar

dan nilai normatif kurikulum  belum memungkinkan bagi guru, kepala sekolah, pengelola

pendidikan serta pengambil kebijakan pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran

serta pengelolaan belajar yang lebih inovatif.

Seiring dengan lahirnya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem

Pendidikan Naisonal RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, telah memberikan

dampak langsung  pada perubahan kurikulum pendidikan yang ditetapkan dengan 

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi satuan Pendidikan dasar dan

menengah, Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar kompetensi Lulusan untuk

Satuan pendidikan dasar dan menengah  dan Permendiknas nomor 24 tentang Pelaksanaan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 23 dan 24 tahun 2006.

Berdasarkan Permendiknas  di atas telah memberikan perubahan yang signifikan bagi

program khusus untuk pendidikan tunagrahita ringan dan sedang, dimana menurut kurkulum

9 | P a g e

Page 10: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

1994 dan KBK ditetapkan sebagai mata pelajaran Kemampuan Merawat Diri (KMD),

sedangkan saat ini diperluas menjadi mata pelajaran Bina Diri. Secara konsep Bina Diri

memberikan makna lebih luas dari Kemampuan merawat diri (KMD), karena secara langsung

KMD menjadi bagian dari pembelajaran Bina Diri.

Kendala yang dihadapi saat ini Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bina Diri

belum ditetapkan/belum disusun oleh Depdiknas. Hal ini bukan menjadi hambatan bagi para

guru, karena program bina diri pada hakekatnya dapat dikembangkan oleh guru sendiri

berdasarkan hasil asesmen, sehingga diperlukan kreativitas para guru untuk mengembangkan

program yang dapat diadaftasikan bagi anak tunagrahita.  

A.   Ruang Lingkup Program Bina Diri

Ruang lingkup program Bina Diri tidak dapat terlepas dari program pembelajaran yang

lainnya pada satu satuan pendidikan, dalam pengertian pembelajran Bina Diri dapat saling

berkontribusi dengan pembelajaran yang lain, misalnya kebutuhan komunikasi sangat erat

kaitannya dengan program pembelajaran Bahasa.

Berikut ini dibahas  materi Bina Diri  yang harus dikuasai dan dimiliki anak tunagrahita

sedang dan ringan, sehingga setiap anak dapat hidup wajar  sesuai dengan fungsi-fungsi

kemandirian :

1.   Kebutuhan merawat diri

Kebutuhan merawat diri identik dengan materi yang telah dilaksanakan pada kurikulum

1994, secara umum program merawat diri bagi anak tunagrahita sangat terkait langsung

dengan aktivitas kehidupan sehari-hari anak tunagrahita. Materi kemampuan merawat diri

meliputi :

Kemampuan pemeliharaan tubuh, seperti, mandi, gosok gigi, merawat rambut,

kebersihan kuku.

Memelihara kesehatan dan keselamatan diri, seperti melindungi dari bahaya sekitar

10 | P a g e

Page 11: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Mengatasi luka yang berkaitan dengan kesehatan

2.   Kebutuhan mengurus diri

Kebutuhan mengurus diri adalah kebutuhan anak tunagrahita untuk mengurus dirinya

sendiri, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, sebagai bentuk penampialan pribadi,

diantaranya :

Memelihara diri secara praktis

Mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi, seperti makan, minum, menyuap dan tata

cara makan sesuai dengan norma dan kondisi, misalnya makan di rumah, rumah

makan atau dalam kegiatan resepsi.

Berpakaian, yang meliputi mengenakan bermacam-macam pakaian sesuai dengan

kebutuhan

Pergi ke WC

Berpatut diri

Merawat kesehatan diri

3.   Kebutuhan Menolong diri

Kebutuhan menolong diri, diperlukan oleh anak tunagrahita untuk mengatasi berbagai

masalah yang sangat mungkin dihadapi oleh anak dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari,

materi kemampuan menolong diri sendiri, melliputi :

Memasak sederhana

Mencuci pakaian

Melakukan aktivitas rumah, seperti menyapu, membersihkan lantai dll.

4.   Kebutuhan Komunikasi

Setiap orang untuk melakukan aktifitas senantiasa ditunjang dengan kemampuan

komunikasi, begitu juga dengan anak tunagrahita komunikasi merupakan sarana penting yang

11 | P a g e

Page 12: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

menunjang langsung pada aktivitas kegiatan sehari-harinya. Kebutuhan komunikasi pada

anak tungrahita meliputi kebutuhan :

komunikasi ekspresif seperti menjawab pertanyaan tentang identitas diri sendiri dan

keluarga, mampu mengungkapkan keinginan

Komunikasi reseftif, seperti mampu memahami apa yang disampaikan oleh teman atau

orang lain, mau mendengarkan percakapan orang lain, memahami simbol-simbol yang

ada di lingkungan sekitar seperti tanda kamar kecil untuk pria dan wanita, tulisan

sederhana di tempat umum.

5.   Kebutuhan Sosialisasi/adaftasi

Kebutuhan sosialisasi atau adaftasi  dibutuhkan untuk menunjang berbagai aktifitas dalam

kehidupan, seperti :

keterampilan bermain

keterampilan berinteraksi

berpartisifasi dalam kelompok

bersikap ramah dalam bergaul

mampu menghargai orang lain (teman, anggota keluarga, orangtua)

memiliki tanggung jawab pada diri sendiri

Mampu berekspresi dan mengendalikan emosi

6.   Kebutuhan Keterampilan hidup

Kebutuhan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak tunagrahita sangat luas, pada

kebutuhan Bina Diri meliputi keterampilan berbelanja, menggunakan uang, berbelanja di toko

atau pasar, cara mengatur pembelanjaan. Disamping keterampilan praktis keterampilan hidup

juga harus ditunjang dengan keterampilan vokasional, seperti kebiasaan bekerja, prilaku

sosial dalam bekerja, menjaga keselamatan kerja, mampu menempatkan diri dalam

12 | P a g e

Page 13: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

lingkungan kerja.

7.   Kebutuhan mengisi waktu luang

Seseorang yang tidak dapat mengisi waktu luang dengan baik akan mengalami kejenuhan,

kemampuan mengisi waktu luang dibutuhkan pada anak tunagrahita untuk terus melakukan

aktivitas sehingga kemampuannya dapat terus berkembang karena diisi dengan kegiatan

positif. Kegiatan mengisi waktu luang bagi anak tunagrahita dapat dilakukan melalui media

atau kegiatan olahraga, kesenian, keterampilan sederhana seperti memelihara ternak atau

tanaman.

 B.   Identifikasi Kebutuhan Program Bina Diri

Program pendidikan Bina Diri secara prinsif dikembangkan, untuk membantu anak

tunagrahita agar dapat hidup lebih wajar dan mandiri. Untuk membantu anak tunagrahita

dapat hidup mandiri diperlukan program yang mampu membantu anak belajar  dan bisa

melakukan dengan wajar dan baik. Dalam Struktur Kurikulum yang ditetapkan Depdiknas

alokasi pembelajaran bina diri 2 jam pelajaran per minggu (60 menit/minggu,atau 1020 menit

atau 17 jam per semester).

Dalam pengembangan program Bina Diri sesuai dengan Konsep KTSP, dikembangkan

dengan mengacu pada Visi, Misi dan Tujuan satuan pendidikan, sehingga program Bina Diri

ini harus mampu memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah, dan

tetap berpusat pada anak.

C. Strategi Pengembangan Progam Bina Diri

1.   Asesmen

Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak, yang

berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai

bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. (Alimin : 2003 ; 45).

Asesmen dilakukan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik pada dua aspek berikut :

a.   Kebutuhan peserta didik, yang meliputi siapa dan bagaimana keadaan serta kebutuhan

13 | P a g e

Page 14: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

peserta didiknya, lebih lengkapnya sebagai berikut :

a)   Berdasarkan tingkat/levelnya dapat diketahui bagaimana kebutuhan peserta didik

sebagai manusia, sebagai  warga  Negara, sebagai warga daerah, sebagai anggota

masyarakat, sebagai warga sekolah, sebagai individu,

b)   Berdasarkan tipe kebutuhan peserta didik dapat diketahui kebutuhan peserta didik

dari segi fisik, sosiopsikologis, pendidikan dan tugas perkembangannya.

b.   Kebutuhan Sosial, berdasarkan tingkat/level dan tipe kebutuhan sosial dari peserta didik

dan lingkungan sosialnya, lengkapnya sebagai berikut :

a)   Berdasarkan tingkat/level  secara sosial dapat diketahui posisi serta harapan

lingkungan sosial  peserta didik sebagai manusia, warga dunia, warga  Negara,

anggota masyarakat dan lingkungan sosial terdekatnya.

b)   Berdasarkan  tipe kebutuhan sosial dapat diketahui, kebutuhan  lingkungan sosial

peserta didik berupa kebutuhan/harapan   dari segi  politik/kebijakan pemerintah,

kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, ketahanan sosial, kesehatan dan

aspek moral spiritualnya. Berdasarkan hasil asesmen program dapat dikembangkan

untuk keseluruhanprogram Bina Diri dalam satu satuan pendidikan, kelas dan untuk

pengembangan program pembelajaran individual (PPI).

2.   Analisis SWOT

SWOT secara prinsip tidak jauh berbeda dengan Asesmen, tetapi dengan analisis SWOT

dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan/ancaman sehingga dapat

ditetapkan skala prioritas program mana yang sangat esensial dan kaitannya dengan kondisi

sekolah dan lingkungan sekitar. SWOT ini dapat digunakan untuk pengembangan program

bina diri secara umum.  SWOT dilakukan juga untuk mengetahui fungsi-fungsi pembelajaran

tertentu apakah sudah memiliki kesiapan dan daya dukung terhadap program yang akan

dikembangkan

D.  Penyusunan Program Bina Diri

Program pendidikan Bina Diri dikembangkan berdasarkan hasil asesmen ataupun analisis

14 | P a g e

Page 15: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

lingkungan, alur penyusunan program Bina diri  dilakukan melalui tahapan berikut :

ASESMEN

HASIL ASESMEN

RUANG LINGKUP MATERI

SKALA PRIORITAS

PROGRAM

PROGRAM:

1.       SK/KD

2.       Silabus

3.       RPP

EVALUASI

  

Model program yang dikembangkan oleh guru tidak terikat pada salah satu model tetapi lebih bersifat fleksibel, misalnya untuk program yang dapat diikuti semua siswa dapat digunakan model tematik, analisis tugas  atau silabus mata pelajaran secara klasikal, tetapi untuk program yang bersifat khusus dapat digunakan Program Pembelajaran Individual (PPI) atau melalui program sistem ganda.

Yang harus diperhatikan dalam pengembangan program  adalah ketersedian sumber daya

yang ada, dukungan lingkungan dan antisipasi berbagai hambatan yang mungkin muncul.

Untuk menganalisis program dapat digunakan format analisis  sebagai berikut :

Nama       :

15 | P a g e

Page 16: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Kelas        :

SK/KD      :

A

spek Analisis

Program

Waktu Materi metoda Sumber Media Evaluasi

Duplikasi/Reguler            

Modifikasi /penyesuaian            

Substitusi/

Penggantian

           

Omisi/ Penghilangan            

II.4

PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS

DI SDLBS B, C MAKNA BHAKTI

Layanan Pendidikan Awal, yang terdiri dari Program Terapi Intervensi Dini dan Program

Terapi Penunjang. Layanan Pendidikan Lanjutan, yang terdiri Kelas Transisi atau Kelas

Persiapan dan program lanjutan lainnya seperti Program Inklusi, Program Terpadu, Sekolah

Khusus Autis.

A. Program Terapi Intervensi Dini

Pada dekade terakhir ini, terjadi banyak kemajuan dalam mengenali karakteristik dan

perilaku anak autis, dimana hasil positif tampak pada anak-anak usia muda yang mendapatkan

16 | P a g e

Page 17: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

intervensi dini. Dengan intervensi dini, potensi dasar (functional) anak autis dapat meningkat

melalui program yang intensif. Ini sejalan dengan hipotesa bahwa anak autistik

memperlihatkan hasil yang lebih baik bila program intervensi dini dilakukan pada anak usia

dibawah 5 tahun dibandingkan diatas 5 tahun. Ada beberapa pendapat mengenai efektitas

pada intervensi dini untuk anak autis dan masalah perilakku yang disampaikan oleh Dunlap

dan Fox di tahun 1996 (Dunlap dan Fox dalam Erba 2000):

a. Perkembangan awal berhubungan langsung dengan meningkatnya kemampuan

berkomunikasi dan pngalaman komunikasi sosial seorang anak menjadi dasar dari

perkembangan bahasa dan interaksi sosial dikemudian hari. Karena adanya kerusakan

dalam kemampuan dalam bekomunikasi dan berhubungan sosial pada anak autis, maka

intervensi harus dilakukan dengan baik, sejalan dengan perkembangan yang pesat disaat

balita. Perkembangan dalam berkomunikasi tampak menurunkan masalah perilakku dan

menigkatkan kemampuan berinteraksi dengan teman sabaya.

b. Karena tingkah laku anak balita lebih mudah dipahami, maka program intervensi lebih

mudah dibuat dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu anak bersangkutan.

c. Keberhasilan tampak lebih baik bila adanya kolaborasi antara keluarga dengan anak-anak

yang memerlukan layanan khusus (anak MLK) dibandingkan pada keluarga dengan anak

MLK remaja dan dewasa. Karena sistem keluarga mempunyai pengaruh pada

perkembangan anak-anak, maka keikutsertaan keluarga dalam seluruh aspek program

intervensi seharusnya dilakukan sedini mungkin.

d. Autisme biasanya diasosiasikan dengan berbagai perilaku dimana anak, keluarga dan

teman sebayanya mulai terganggu. Oleh sebab itu, lebih mudah melakukan intervensi

pada saat anak masih kecil, sehingga perilaku agrasif dan mnyakutkan diri sendiri seperti

memukulkan kepala (head banging) dan menggigit dapat segera diatasi. Pelayanan

program intervensi dini wajib disediakan untuk seluruh anak-anak MLK termasuk anak

autis.

Untuk program terapi intervensi dini Eropa dalan American Journal of Orthopsychiatry (Jan, 2000) membahas empat program intervensi dini bagi anak autistic yaitu:

1. DiscreteTrial Training (DTT), dari Lovaas dkk, 1987.

2. Learning Experience an Alternative Program for preshoolers and parents (LEAP), dari Strain dan Cordisco, 1994.

3. Floor Time, dari Greenspan dan Wider, 1998.

17 | P a g e

Page 18: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

4. Treatment and Education of Autistic dan related Communication handicapped

Childern (TEACCH), dari Mesibov, 1996.

Program DTT adalah program individu yang berdasarkan kekurangan pada anak (child’s

deficits), tatapi program intervensinya mengikuti suatu bentuk kurikulum standar. Walaupun

profil anak menentukan program awal, tetapi semua anak harus menguasai bahan yang sama

untuk semua perintah. Pada program Lovaas, orang tua diminta menyediakan 10 jan dari 40

jam terapi setiap minggunya dan orangtua dilatih dalam melakuakan prosedur terapi. Pada

Floor Time orang tua juga dilatih selaku terapis, dan program didasari kekurangan anak itu

sendiri. Baik DTT dan Floor Time dilakukan terutama dirumah. Sebaliknya intervensi dini

pada TEACCH dan program LEAP dilakukan di lingkungan sekolah dengan dukungan

konsultatif dan bantuan untuk program dirumah. Para orangrua ikut serta secara aktif dalam

program terapi, tetapi tidak diminta untuk melakukan intervensi one-on-one untuk anak-

anaknya. TEACCH didasari kelebihan anak (strength), sedangkan LEAP didasari

kelemahaannya (deficits). Semua program menekankan pentingnya program intensif, namun

besar waktu intervensi berkisar antara 15 sampai 40 jam per minggu.

18 | P a g e

Page 19: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Table : Program terapi intervensi dini untuk anak autistic di SLB Makna Bhakti

Program Tehnik

ABA

Keterlibatan

Keluarga

Lokasi Program

individu

Intensitas

DTT YA YA Dirumah,

dapat

digeneralisasi

di

TK/playgroup

YA 40 jam

perminggu

LEAP YA YA Sekolah,

training

Orangtua utk

konsisten

dipakai di

rumah

YA 3 jam/hari,

5hari/minggu

sepanjang

tahun, inklusi,

TK/playgroup

Floor Time TIDAK YA Dirumah YA 8 sesi 20-30

menit per hari

TEACCH YA YA Lokasi YA 5 jam/hari, 5

hari/perminggu,

sepanjang

tahun,

TK/playgroup

Program-program intervensi dini memperlihatkan efektifitas dan keberhasilannya masing-

masing. Namun, keberhasilan dan efektifitas dari suatu program pada seorang anak dapat

berbeda dan tidak efektif bahkan kontraindikasi bila dilakukan pada anak lain. Kerangka teori

pada setiap program akan berpengaruh dalam strategi dan metode evaluasi. Maka, keluarga,

dokter. Dan penyedia pelayanan perlu mengetahui filosofi pada masing-masing program

untuk membuat keputusan yang tepat dalam strategi intervensi.

19 | P a g e

Page 20: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

B. Program Terapi Penunjang

Beberapa jenis terapi penunjang bagi anak autistic dapat diberikan yang disesuaikan

dengan karakteristik dan kebutuhan anak, antara lain:

a. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulu sehingga membantu anak

berbicara lebih baik.

b. Terapi Okupasi: untuk melatuh motorik halus anak.

c. Terapi Bermain: mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.

d. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug terapi): dengan pemberian obat-obatan oleh

dokter yang berwenang.

e. Terapi melalui makanan (diet therapy): untuk anak-anak yang mengalami gangguan pada

sensorinya.

f. Sensory Integration Terapy: untuk anak-anak yang mengalami gangguan pada

sensorinya.

g. Auditory Integration Therapy: agar pendengaran anak lebih sempurna.

h. Biomedical Treatment/Therapy: penanganan biomedis yang lebih sempurna mutakhir,

melalui perbaikan kondisi tubuh agar terlepas dari factor-faktor yang merusak, misalnya

keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphin, alergen.

C. Kelas Transisi

Kelas ini ditujukan untuk anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak autistic yang

telah diterapi secara terpadu dan terstruktur. Program kelas trasnsisi bertujuan membantu anak

autistic dalam mepersiapkan transisi ke benruk layanan pendidikan lanjutan. Dalam kelas

transisi akan digali dan dikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak, sehingga akan

terlihat gambaran yang jelas mengenai tingkat keparahan serta keunggulan anak (child’s

deficits and strengths), yang merupakan karakteristik spesifik dari tiap-tiap individu.

Berdasarkan karakteristik dan tingkat kemauan anak yang dicapai dalam program

sebelumnya, dapat dibuat rencana pendidikan lanjutan yang paling sesuai. Kelas Transisi

merupakan titika acuan dalam pemelihan bentuk pendidikan selanjutnya. Kelas Transisi dapat

pula merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan menggunakan acuan

20 | P a g e

Page 21: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

kurikulum SD yang berlaku yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal

ini idealnya penyelenggaraan kelas transisi sedapat mungkin dibawah naungan SD regular.

Siswa kelas transisi pada saat tertentu dapat digabungkan dengan siswa SD regular, sehingga

siswa-siswa ini dapat bersosialisasi dengan anak yang lain. Jadi tujuan kelas transisi adalah

membantu anak MLK dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler, dan kebentuk

layanan pendidikan lanjuarn lainnya.

Prasyarat umum:

Anak autistic sudah pernah menjalani pernah menjalani terapi intervensi dini.

Karakteristik anak: tidak mendistraksi teman lain dan tidak terdistraksi oleh adanya teman

lain (bisa belajar secara kasikal).

Diperlukan guru terlatih dan terapis, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku,

terapis bicara, terapis okupasi dsb)

Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai

bidang ilmu (psikolog, pedagogi, speech pathologist, terapis, guru dan orang rua/relawan)

Prasyarat untuk program transisi ke sekolah umum:

Usia anak antara 4 sampai 8 tahun.

Karakteristik anak: verbal, sudah dapat menerima instruksi dan sudah ada kontak mata,

dengan batasan kemampuan adalah program kurukulum awal dari manual yang dibuat oleh

Catherine Maurice, 1996.

Masalah utama adalah dalam sosialisasi dan akademis, termasik maslaha konsentrasi,

kepauhan dan dalam berinteraksi dengan teman sebaya.

Diperlukan guru SD umum terlatih dan terapis sebagai pendamping.

Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah regular untuk memudahkan proses transisi

dilakukan (mis: mulai latihan bergabung dengan kelas regular pada saat olah raga atau

istirahat atau prakarya dsb)

Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat terapi, tetapi di kelas transisi

anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat mengikuti tatacara pengajaran yang

berbeda dengan pada saat terapi. Anak biasa ditangani dengan guru khusus sendirian, dan di

kelas anak harus berbagi dengan teman-temannya dengan bahasa guru yang berbeda dengan

21 | P a g e

Page 22: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

terapisnya dan bersifat klasikal. Ia perlu belajar mengenal dan mengikuti peraturan di

sekolahnya, berinteraksi/bersosialisasi dengan teman sebayanya dan harus mengerti instruksi

guru dengan cepat.

D. Program Pendidikan Inklusi

Program pendidikan Inklusi dilaksanakan pada sekolah regular yang menerima anak MLK

termasuk anak atustuk. Karakteristik anak untuk program ini adalah anak sudah “sembuh”

yang artinya sudah mampu mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal,

berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai

anak seusianya. Program ini dapat berhasil bila ada:

Keterbukaan dari sekolah umum

Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal

Peningkatan SDM/guru terkait

Proses shadowing/guru pendamping dapat dilaksanakan

Dukungan dari semua pihak dilingkungan sekolah

Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah

umum. Sebelum masuk sekolah anak diperkenalkan pada lingkungan sekolah dengan

mengikuti kegiatan kegiatan tertentu bersama-sama dengan anak-anak regular, seperti olah

raga, musik, tari, upacara, dsb.

Idealnya dalam satu kelas sebaiknya hanya ada satu anak autistic. Batasan kemampuan

adalah program kurikulum menengah dan lanjut dari manual yang dibuat oleh Catherine

Maurice, 1996.

Sebaiknya anak autistic didampingi oleh seorang guru pembimbing khusus (GPK) dan

atau guru pendamping/shadow. Guru pembimbing khusus (GPK) adalah ortopedagog (tenaga

ahli PLB) yang bertugas sebagai:

1. Konsultan dalam menangani anak MLK

2. Ikut serta dalam merencanakan program pembelajaran

3. Memonitor pelaksanaan program pembelajaran

4. Mengevaluasi pelaksana program pembelajaran

22 | P a g e

Page 23: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Sedangkan guru pendamping/shadow adalah seorang yang dapat membantu guru kelas

dalam mendampingi anak autistic pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat

berjalan lancer tanpa gangguan. Prasyarat menjadi guru pendamping/shadow adalah:

1. Bukan asisten anak/helper

2. Mempunyai latar belakang sebagai pendidik

3. Bersifat terbuka dan mau bekerjasama

4. Dedikasi tinggi dan tidak mudah menyerah

5. Mengajarkan sopan-santun, respek, tenggang rasa, empati

6. Menjadi figure bagi seluruh siswa

Banyak persepsi yang salah mengenai guru pendamping ini. Guru pendamping bukanlah

asisten anak sekolah yang bertugas membantu anak dalam segala hal. Guru kelas tetap

mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya

peraturan yang berlaku. Tugas seorang guru pendamping/shadow adalah:

1. Menjembatani instruksi antara guru dan anak

2. Mengendalikan perilaku anak dikelas

3. Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi

4. Membantu anak belakar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya

5. Menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam membantu anak mengejar

ketinggalan dari pelajaran dikelasnya

E. Program Pendidikan Terpadu

Pada kenyataannya dari Kelas Transisi terevaluasi bahwa tidak semua anak autistic dapat

transisi ke sekolah regular. Kemampuan dan kebutuhan anak autistic berbeda-beda, dimana

ada yang dapat belajar bersama anak di sekolah regular dalam satu kelas, ada yang hanya

mampu bersama-sama hanya untuk mata pelajaran tertentu saja. Bahkan ada yang sama sekali

tidak dapat belajar dalam satu kelas. Karakteristik anak autistic seperti ini memerlukan

penanganan secara intensif akan pelajaran yang tertinggal dari teman-teman sekelasnya.

Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan terpadu

memerlukan kelas khusus yang hanya akan digunakan oleh anak autistic jika anak tersebut

23 | P a g e

Page 24: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

memerlukan bantuan dari guru pembimbing khusus (GPK) atau guru pendamping (shadow),

untuk pelajaran tertentu yang tidak dimengertinya. Jadi tidak selamanya anak tersebut berada

dikelas khusus. Anak masih dapat ikut serta dalam kegiatan sekolah seperti saat upacara,

kegiatan olah raga dan kesenian, karya wisata dsb. Program ini akan berhasil bila:

Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (mempunyai IEP/Program

Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya) Anak dapat “tamat” (bukan lulus) dari

sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan dikelasnya bersama-sama teman

sekelasnya/peers.

Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah

umum.

F. Sekolah Khusus Autis

Sekolah ini diperuntukkan bagi anak autis yang tidak memungkinkan mengikuti

pendidikan dan pengajaran di sekolah regular (terpadu dan inklusi). Karakteristik anak ini

adalah sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya ditraksi disekeliling mereka.

Dalam hal ini, anak tersebut diberi pendidikan dan pengajaran yang difokuskan dalam

program fungsional, misalnya Program Bina Diri (ADL), bakat dan minat, yang sesuai dengan

potensi yang dimiliki oleh anak autistic. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat

baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, computer, matematika,

keterampilan dsb. Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga

potensi mereka dapat dikembang secara maksimal. Contohnya kelas keterampilan, kelas

pengembangan olahraga, kelas musik, kelas seni lukis, kelas computer, dll.

Contoh program pendidikan di Sekolah Khusus Autistik, terdiri dari program dasar

(kemampuan kognitif, bahasa, sensomotorik, kemandirian, sosialisasi, seni dan bekerja),

program keterampilan (melukis, memasak, menjahit, sablon, kerajinan, kayu, dsb) dan

program-program lainnya yang disesuaikan dengan kemampuan anak.

24 | P a g e

Page 25: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

II.5

SARANA DAN PRASARANA

SDLB B/C MAKNA BHAKTI

A. Identitas Sekolah

1. Nama sekolah : SDLB B/C MAKNA BHAKTI

2. Lokasi sekolah : Jl. Dakota V/22 Kec. Kemayoran Jakarta Pusat DKI Jakarta

Kode Post.10630 Telp.6521271

Sekolah ini berada di pinggir jalan lingkungan perumahan, selain itu berdekatan dengan

SDN 03, 04,05.

3. Keadaan atau kondisi SDLB B/C MAKNA BHAKTI cukup terawat, gedung terdiri

dari dua lantai, mempunyai lapangan olahraga, mempunyai pagar yang cukup tinggi

karena sekolah ini terletak di pinggir jalan, komplek sekolah yang juga ditempati oleh

SMP LB Makna Budi Bhakti dan SMA Makna Budi Bhakti

4. Sekolah ini terdiri dari dua lantai dan memiliki ruangan diantaranya:

1. Ruang kelas

Ruang kelas berjumlah 7 kelas

2. Ruang kepala sekolah

Ruang kepala sekolah berjumlah 1 ruangan yang terletak lantai dasar berada jauh

dari ruangan kelas dan menyatu dengan ruangan administrasi SDLB B/C MAKNA

BHAKTI

Kelengkapan ruang kepsek

Visi dan visi

Lemari-lemari

TV, radio

Dispenser

Bank data siswa

Bagian struktur organisasi sekolah

Sofa

25 | P a g e

Page 26: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Meja & kursi kepsek

Foto presiden dan wakil presiden

3. Ruang guru

Ruang guru terdiri dari 1 ruangan

Kelengkapan ruangan guru

Papan pengumuman

Jam dan frame

1 Lemari tempat hasil portofolio murid serta tempat alat kegiatan belajar

mengajar lainnya.

Meja, kursi

4. Ruangan kelas

Di dalam ruangan kelas terdapat meja dan kursi murid, meja dan kursi guru,

lemari, papan tulis, papan absent, media gambar serta poster yang menempel pada

dinding kelas.

Penerangan

Setiap ruangan memiliki penerangan yang cukup yaitu terdiri dari:

Satu buah lampu dan jendela kaca sehingga cahaya matahari dapat masuk kedalam

ruangan kelas.

Ventilasi

Setiap ruangan memiliki ventilasi yang cukup baik karena terdapat banyak jendela

dan lubang ventilasi serta 1 buah kipas angin

Alat peraga/media

Media yang dipakai cukup memadai, seperti:

Globe, peta. Gambar, foto pahlawan dan lain-lain.

5. Musholla

6. Ruang terapi

B. Keadaan siswa

Jumlah siswa keseluruhan di SDLBS Makna Bhakti ± 88 siswa, siswa yang aktif ± 85

orang, baik tuna rungu, tuna grahita, dan autis

C. Keadaan SDM / Tenaga kependidikan SLBS B, C Makna Bhakti:

a. 97% Sarjana Pendidikan Luar Biasa c. 2% Sekolah Menengah Atas

b. 1% Akademi Tunawicara

Jumlah kepala sekolah : 1 orang

26 | P a g e

Page 27: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Jumlah guru kelas : 15 orang

Jumlah guru tambahan : 2 orang

Jumlah penjaga sekolah : 1 orang

Jumlah personil 19 orang

Rasio jumlah siswa dan guru : 1 walikelas dengan 5- 7 siswa/ i

D. Kurikulum SLBS Makna Bhakti

Administrasi guru : Absensi siswa, RPP, silabus, KTSP, buku evaluasi, dll.

Kurikulum : KBK 2004 dan KTSP

Metode Pembelajaran : Ceramah, Penugasan, Simulasi, Permainan, Demonstrasi,

Praktek lapangan, dsb

Proses KBM : Hampir 70 % KBM dilakukan di dalam kelas, dan 30 %

di luar kelas seperti praktek olahraga, kesenian dan bermain.

Individual : Pelayanan terapi wicara untuk semua jenis

ketunaan yang diadakan 1 kali dalam seminggu oleh guru

terapi dari lulusan Akademi Tunawicara Jakarta.

Mata Pelajaran untuk Tunagrahita dan autis:

1 Bahasa Indonesia

2 Bahasa inggris

3 Matematika

4 IPA

5 IPS

6 PKN

7 Pengembangan Diri

Mata Pelajaran Ekstrakurikuler untuk Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunarungu, Autis

serta domsindrom dengan karakteristik ringan (IQ : 51-70) antara lain: Seni musik,.Seni rupa,

tata boga, tata busana.

Kegiatan olahraga dan kesenian dilakukan secara klasikal dan secara teratur.

27 | P a g e

Page 28: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

Sistem Evaluasi : assesment Autentik, meliputi penilaian tiga ranah yaitu afektif,

psikomotor, dan kognitif. Ujian yang dilaksanakan hampir sama

seperti sekolah reguler dengan tingkat kognitif agak mudah dan

bentuk soal ujian didominasi oleh gambar- gambar sebagai

simbol yang mereka pahami.

Sumber buku yang dipakai : buku yang dipakai siswa berupa buku buatan wali kelas yang

telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan tingkat

kemampuan per individu.

Media : globe, peta, replikasi organ tubuh ( torso) manusia

dan binatang Gambar- gambar yang dipasang di tiap kelas,

E. Fasilitas Ekstrakurikuler di SDLBS Makna Bhakti

Mata Pelajaran Ekstrakurikuler untuk Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunarungu, Autis

serta domsindrom dengan karakteristik ringan (IQ : 51-70) antara lain: Seni musik,.Seni rupa,

tata boga, tata busana.

Kegiatan ekstrakurikuler : Seni musik gamelan, tata rias, tata boga, tata busana, dsb

1. Ruang komputer Laboratorium komputer sarana belajar bagi guru dan siswa dalam keterampilan komputer.

28 | P a g e

Page 29: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

2. Ruang keterampilan tata busana

Sarana belajar yang memberikan keterampilan kepada peserta didik agar memiliki keterampilan / keahlian tata busana ( menjahit, membordir, menyulam ) yang selanjutnya dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi dunia usaha.

3. Ruang keterampilan tata boga

Sarana belajar yang memberikan keterampilan kepada peserta didik agar memiliki keterampilan / keahlian tata boga ( memasak, membuat kue, dan penataan restoran ) yang selanjutnya dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi dunia usaha.

4. Ruang KecantikanSarana belajar dimana didalamnya dikembangkan keterampilan tata kecantikan merias wajah dan menata rambut.

29 | P a g e

Page 30: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

BAB III

KESIMPULAN

OBSERVASI PELAYANAN PENDIDIKAN

DI SLBS B, C MAKNA BHAKTI

Berdasarkan hasil observasi pelayanan pendidikan di SLB C Makna Bhakti kami

mencoba menyimpulkan. Pelayanan pendidikan yang ada untuk anak- anak ABK yang ada di

SLB B/C Makna Bhakti. Sesuai dengan tujuan dari Deklarasi Salamanca yaitu agar semua

siswa memperoleh kesempatan belajar seumur hidup, persamaan hak dan keadilan,

kompetensi akademik, sosial dan untuk belajar serta tinggal dalam suatu komunitas. Indonesia

sendiri saat ini sedang menuju kearah sekolah inklusi dengan maksud memergerkan

pendidikan reguler dan pendidikan khusus ke dalam suatu sistem pendidikan yang beragam.

Oleh karena itu berdasarkan hasil observasi kami disimpulkan anak dengan

tunagrahita karakteristik ringan dapat dimasukkan ke dalam sekolah reguler (inklusi).

Adapun alasan-alasan kami memutuskan hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Anak-anak ABK berhak mendapatkan hak pelayanan pendidikan yang sama dengan anak

normal.

2. Penyatuan ke dalam sekolah reguler dapat memberikan stimulus yang positif bagi anak

ABK dengan syarat guru reguler telah memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada

anak reguler bahwa anak ABK adalah bagian dari mereka yang harus didukung dan

direspon positif.

3. Kompetensi yang dimiliki anak ABK akan lebih optimal jika digabung dengan

pembelajaran di sekolah reguler contohnya praktek olahraga, menyanyi, kerajinan tangan

30 | P a g e

Page 31: PEMBAHASAN Makalah SLB Laporan Uts Revisi

dan sebagainya.

4. Kerja sama antara anak ABK dan anak reguler dapat mengembangkan kemampuan

adaptasi anak ABK terhadap lingkungan sekitar.

5. Anak-anak ABK akan merasa diakui keberadaannya dan bagi anak normal mereka dapat

mengetahui bahwa ada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang memiliki hak

yang sama seperti mereka yaitu memperoleh pelayanan pendidikan yang layak dan tidak

dibeda-bedakan.

DAFTAR PUSTAKA

http//www.dit.plb.com

http//www.slb pembina kalimantan timur.com

http//www.slbn yogyakarta.com

http//www.anakciremai.com

http//www.kompas.com

31 | P a g e