pemanfaatan eceng gondok (eichornia …digilib.unila.ac.id/32782/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DENGAN
PEREKAT TAPIOKA SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT
(Skripsi)
Oleh
RIZKY HENDRA WIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DENGAN
PEREKAT TAPIOKA SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT
Oleh
Rizky Hendra Wijaya
Eceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan gulma air yang telah banyak
dikenal orang. Eceng Gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara
vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat melipat
ganda 2 kali dalam waktu 7 – 10 hari. Sedangkan 1 batang eceng gondok dewasa
dalam 52 hari mampu berkembang seluas 1 . Populasi eceng gondok yang
terlalu banyak dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti terganggunya biota
air yang ada dibawahnya, bahkan apabila sudah terlalu banyak dapat
menyababkan sedimentasi. Dari sekian banyak masalah yang disebabkan
pertumbuhan eceng gondok yang begitu pesat, terdapat potensi yang perlu
dimanfaatkan. Eceng gondok memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup
tinggi sehingga dapat dijadikan papan serat. Papan serat adalah berupa papan
tiruan yang terbuat dari tumbuhan yang berlignoselulosa yang kemudian
dilakukan perekatan dan dilakukan pengempaan panas dan pengempaan dingin.
Ada dua macam perekat yang biasa dipergunakan untuk membuat papan serat,
yaitu perekat buatan dan alami. . Sedangkan contoh perekat alami adalah perekat
dari tapioka.Penelitian ini menggunakan perekat alami tapioka, karena selain
harganya lebih murah dibanding perekat buatan, juga mudah untuk didapatkan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar perekat, waktu
pengepresan, interaksi kedua faktor dan mengetahui komposisi penghasil papan
serat eceng gondok dengan sifat fisis terbaik.
Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Maret – April 2018 di Lab. Daya Alat
dan Mesin Pertanian (DAMP), Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RALF) 2 faktor. Faktor 1 merupakan kadar perekat tapioka dengan 4 taraf
perlakuan yaitu tanpa pemberian tapioka, pemberian 10% tapioka, 20% tapioka,
dan 30% tapioka dengan faktor 2 yaitu waktu pressing menggunakan 2 taraf
perlakuan yaitu 60 menit dan 120 menit. Eceng gondok dikeringkan di bawah
sinar matahari dengan kadar air sekitar 12%. Setelah kering dipotong – potong
dengan ukuran 1 – 2 cm lalu direndam selama 1 minggu dan diblender menjadi
pulp atau bubur. Pulp dicetak dengan kempa dingin bertekanan 5 MPa dengan
dimensi cetakan papan 10x10cm. Parameter yang diamati adalah sifat fisis papan
yang meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal serta
mutu papan berdasarkan penampilan papan serat yang dihasilkan dengan mengacu
pada SNI 01-4449-2006. Hasil penelitian diperoleh sifat fisis papan serat daun
nanas memiliki kerapatan 0,40 – 0,76 g/cm3
termasuk kedalam papan serat papan
serat berkerapatan sedang, kadar air 13,5 – 14,41 %, daya serap air papan setelah
perendaman 2 jam yaitu 119,42 - 235,29 %, daya serap air papan setelah 24 jam
berkisar antara 149,48 - 305,75 %, dan pengembangan tebal 11,44 – 76,86 %.
Untuk mutu penampilan mutu khusus papan serat sesuai dengan SNI 01-4449-
2006 terbaik adalah papan dengan perlakuan perekat 20% (T3) karena 16,67%
dari seluruh papan bermutu A dan 50% bermutu B.
Kata Kunci : Eceng Gondok, Cold press, Papan Serat, Refining, Tapioka
ABSTRACT
UTILIZATION OF WATER HYACINTH(Eichornia crassipes)
WITH TAPIOCA ADHESIVE AS FIBERBOARD RAW
MATERIAL
By
Rizky Hendra Wijaya
Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a aquatic weed that widely known by
people. Water hyacinth proliferate very quickly, both vegetatively and generatively.
It can growth 2 time within 7 - 10 days. While 1 stem of water hyacinth is able to
develop an area of 1 in 52 days. Excessive water hyacinth populations can cause a
variety of problems, such as aquatic biota disturbance, even sedimentation. Beside
many problems caused by the rapidly growth of water hyacinth, there is potential
that needs to be utilized. Water hyacinth has a high lignocellulosic content that can
be used as a fiberboard raw materia. Fiber board is a kind of artificial board made by
lignoselulosic plants then glue and press by hot press and cold forging.
There are two kinds of adhesives commonly used to make fiber boards, which are
natural and artificial adhesives. The example of natural adhesive is tapioca. This
research used natural tapioca adhesive, beside it is cheaper price than artificial
adhesives, its also easy to obtain. The aims of this research are to know the influence
level of adhesive addition, pressing time, interaction of both factors and know the
composition of water hyacinth fiber producer with the best physical properties.
The study was conducted in March - April 2018 at the Lab. Agricultural Equipment
and Machinery (DAMP), Department of Agricultural Engineering, Faculty of
Agriculture, University of Lampung using Factorial Random Design Factorial
(RALF) 2 factors. Factor 1 is the addition of tapioca adhesive with 4 levels of
treatment ie without tapioca addition, 10% tapioca, 20% tapioca, and 30% tapioca
with factor 2 ie pressing time using 2 treatment levels of 60 minutes and 120
minutes. Water hyacinth was dried in the sun with a moisture content of about 12%.
After drying cut to pieces 1 - 2 cm then soaked for 1 week and blend into pulp or
porridge. Pulp was molded with 5 MPa pressurized cold presses with 10x10cm board
dimensions. The parameters observed were the physical properties of the board
which include the density, moisture content, water absorption, and the development
of thickness and board quality based on the appearance of the fiberboard produced
by referring to SNI 01-4449-2006.
The results showed that the physical properties of pineapple fiber board board had a
density of 0.40 to 0.69 g/cm3 included into low density fiber boards and medium
density fibers, water content of 13.5 - 14.41%, water absorption of boards after
immersion 2 hours ie 119.42 - 235.29%, water absorption board after 24 hours
ranged between 149.48 - 305.75%, and the development of thickness 11.44 -
76.86%. For the quality performance of special fiber board in accordance with SNI
01-4449-2006 is the best board with 20% adhesive treatment (T3) because 16.67%
of all quality boards A and 50% are of quality B.
Keywords : Cold pressing, Material Fiber, Refining, Tapioca, Water
hyacinth
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DENGAN
PEREKAT TAPIOKA SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT
Oleh
RIZKY HENDRA WIJAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nambahdadi, Kecamatan Terbanggi
Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada 21 Maret 1996,
sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Budi Purnomo dan Ibu Nani Subiyati. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3
Muara Kandis 2001-2005, Sekolah Dasar (SD) Al-Kautsar pada tahun 2005-2007,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Kautsar pada tahun 2007-2010, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar pada tahun 2010-2013.
Tahun 2013, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa SI Program Studi Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis
aktif di Organisasi Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) sebagai
anggota Bidang Keprofesian (Keprof) Periode 2014-2015.
Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik periode
I tahun 2017 di Desa Rekso Binangun Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah. Kemudian melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTP Nusantara VII Distrik
Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara dengan judul “Proses Perawatan
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Plant Cane Secara Mekanis Di Areal PTP
Nusantara VII Distrik Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utarangeringan” dan
Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.T.P.) S1 Teknik
Pertanian dengan menghasilkan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Eceng Gondok
(Eichornia crassipes) Dengan Perekat Tapioka Sebagai Bahan Baku Papan Serat”.
Alhamdulillahirobbil’alamin..
Dengan rasa bangga kupersembahkan karya kecil ini untuk:
Kedua Orang Tuaku
Bapak Budi Purnomo dan Ibu Nani Subiyati
Adik - Adikku
Diyah Ayu Amelia
Farid Nanda Pamungkas
Wahyu Wuri Suganda
Serta
Teman Seperjuangan Angkatan 2013
i
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir kelak.
Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Dengan Perekat Tapioka Sebagai Bahan Baku Papan Serat” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Universitas Lampung. Atas bimbingan, dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, ilmu, pengalaman, saran dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. Ibu Winda Rahmawati, S.TP., M.Si., M.Sc., selaku pembimbing 2 sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,
saran, serta motivasi selama penyusunan skripsi ini;
ii
4. Bapak Ir. Iskandar Zulkarnain, M.Si., selaku pembahas yang telah
memberikan saran dan masukan dalam perbaikan penyusunan skripsi ini;
5. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian yang telah membantu
dan memberikan ilmunya selama ini;
6. Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Budi Purnomo dan Ibu Nani Subiyati
yang telah memberi kasih sayang yang tiada tara, dorongan semangat, nasihat,
doa, dukungan, dan bantuan berupa moril maupun materil;
7. Alyxia Fatma Aryani yang selalu mendampingi dan memberikan bantuan serta
semangat selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi ini;
8. Teman-temanku Erick Desrianto, S.T.P.,Sapta Adi Prasetya, S.T.P., Komang
Suarme, dan teman teman yang lain yang telah meluangkan waktunya dalam
membantu melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini;
9. Partner penelitian Atika Kusuma Dewi, Retno Ayu Kusuma Wardani dan
Gede Agustiawan yang telah memberikan ilmu maupun bantuan dalam
melakukan penelitian ini;;
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
kebaikan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi ada sedikit harapan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung,
Penulis,
Rizky Hendra Wijaya
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Papan Serat ............................................................................................... 5
2.2 Eceng Gondok ......................................................................................... 7
2.3 Selulosa dan Lignin ............................................................................... 10
2.3.1 Selulosa ........................................................................................ 10
2.3.2 Lignin ........................................................................................... 12
2.4 Perekat Tapioka .................................................................................... 14
2.5 Refining .................................................................................................. 16
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 17
3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................... 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 18
3.4.1 Pengambilan Eceng Gondok ......................................................... 19
3.4.2 Pengeringan .................................................................................. 20
3.4.3 Pemotongan .................................................................................. 20
3.4.3 Perendaman .................................................................................. 20
3.4.4 Penghancuran ............................................................................... 20
3.4.6 Perendaman pulp .......................................................................... 21
3.4.7 Pencetakan .................................................................................... 21
3.5 Pengujian dan Anaisis Data .................................................................... 21
3.5.1 Pengujian Sifat Fisis ..................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 25
4.1. Porses Pembuatan Papan Serat ................................................................ 25
4.2. Sifat fisis .................................................................................................. 26
4.2.1. Kerapatan ...................................................................................... 27
4.2.2. Kadar Air ....................................................................................... 29
4.2.3. Daya Serap Air .............................................................................. 31
4.2.4. Pengembangan Tebal .................................................................... 34
4.3. Syarat Khusus Mutu Papan Serat ............................................................ 36
4.3.1. Partikel Kasar Permukaan Papan Serat ......................................... 37
4.3.2. Noda Perekat.............. ................................................................... 41
4.3.3. Rusak Tepi ..................................................................................... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 47
5.2. Saran ....................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN ....................................................................................................... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Syarat Sifat Fisis Mekanis Papan Serat Kerapatan Sedang ...................... 7
Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung Tapioka ........................................................ 15
Tabel 3. Analisis ragam pengaruh kadar perekat dan waktu pengepresan
terhadap kerapatan ................................................................................................ 28
Tabel 4. Hasil uji nilai tengah BNT 5% faktor perekat terhadap kerapatan
papan serat .............................................................................................................. 28
Tabel 5. Analisis ragam nilai tengah kadar air ....................................................... 30
Tabel 6. Data Kadar air .......................................................................................... 31
Tabel 7. Analisis ragam nilai tengah daya serap air selama 2 jam ........................ 32
Tabel 8. Hasil uji lanjut BNT 5% faktor perekat daya serap air selama 2 jam ...... 32
Tabel 9. Analisis ragam nilai tengah daya serap air selama 24 jam ...................... 33
Tabel 10. Hasil uji lanjut BNT 5% faktor perekat daya serap air selama 24 jam .. 33
Tabel 11. Analisis ragam nilai tengah pengembangan tebal .................................. 35
Tabel 12. Data pengembangan tebal .....................................................................35
Tabel 13. Mutu khusus papan serat berdasarkan SNI 01-4449-2006 .................. ..46
Tabel 14. Rata-rata berat papan serat ..................................................................... 52
Tabel 15. Rata-rata tebal papan serat.....................................................................53
Tabel 16. Perhitungan volume papan ..................................................................... 53
Tabel 17. Perhitungan kerapatan papan serat ......................................................... 54
Tabel 18. Perhitungan kadar air ulangan 1............................................................. 54
Tabel 19. Perhitungan kadar air ulangan 2............................................................. 54
Tabel 20. Perhitungan kadar air ulangan 3............................................................. 55
Tabel 21. Rata-rata kadar air papan serat .............................................................. 55
Tabel 22. Perhitungan daya serap air ulangan 1 .................................................... 56
Tabel 23. Perhitungan daya serap air ulangan 2 .................................................... 56
Tabel 24. Perhitungan daya serap air ulangan 3 .................................................... 57
Tabel 25. Rata-rata daya serap air setelah perendaman 2 jam ............................... 57
Tabel 26. Rata-rata daya serap air setelah perendaman 24 jam ............................. 58
Tabel 27. Perhitungan pengembangan tebal ulangan 1 ......................................... 58
Tabel 28. Perhitungan pengembangan tebal ulangan 2 .......................................... 58
Tabel 29. Perhitungan pengembangan tebal ulangan 3 .......................................... 59
Tabel 30. Rata-rata pengembangan tebal papan serat ............................................ 59
Tabel 31. Syarat khusus mutu penampilan papan serat biasa ................................ 59
Tabel 32. Mutu Penampilan Papan Serat. .............................................................. 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Eceng gondok ..................................................................................... 9
Gambar 2. Rantai selulosa................................................................................... 11
Gambar 3. Diagram Alir .................................................................................... 19
Gambar 4. Spesifikasi pemotongan papan sebelum pengujian ........................... 22
Gambar 5. Pengaruh perekat terhadap rata rata kerapatan papan serat............... 29
Gambar 6. Pengaruh perekat terhadap rata rata daya serap air 2 dan 24 jam ..... 34
Gambar 7. Partikel kasar mutu mutu A (T1A4) .................................................. 38
Gambar 8. Partikel kasar permukaan mutu B (T1A3) ........................................ 38
Gambar 9. Partikel kasar permukaan mutu A (T2A4) ........................................ 39
Gambar 10. Partikel kasar permukaan mutu B (T2A1) ...................................... 39
Gambar 11. Partikel kasar permukaan mutu A (T3B1) ...................................... 40
Gambar 12. Partikel kasar mutu A T4A5 ........................................................... 40
Gambar 13. Partikel kasar permukaan mutu B (T4A1) ...................................... 41
Gambar 14. Noda perekat mutu A (T1A4) ......................................................... 42
Gambar 15. Noda perekat mutu B (T2A3).......................................................... 42
Gambar 16. Noda perekat mutu D (T3B3).......................................................... 43
Gambar 17. Noda perekat mutu C (T4B5) .......................................................... 43
Gambar 18. Rusak tepi mutu A (T4B2) .............................................................. 44
Gambar 19. Rusak tepi mutu B (T2A4) .............................................................. 45
Gambar 20. Rusak tepi mutu C (T4A1) .............................................................. 45
Gambar 21. Rusak tepi mutu D (T2A1) .............................................................. 46
Gambar 22. Partikel kasar mutu A ...................................................................... 61
Gambar 23. Partikel kasar mutu B ...................................................................... 67
Gambar 24. Noda perekat mutu A ...................................................................... 68
Gambar 25. Noda perekat mutu B....................................................................... 70
Gambar 26. Noda perekat mutu C....................................................................... 73
Gambar 27. Cacat tepi mutu A ............................................................................ 77
Gambar 28. Cacat tepi mutu B ............................................................................ 79
Gambar 29. Cacat tepi mutu C ............................................................................ 81
Gambar 30. Cacat tepi mutu D ............................................................................ 83
Gambar 31. Pengambilan eceng gondok ............................................................. 85
Gambar 32. Pengeringan .................................................................................... 85
Gambar 33. Pemotongan eceng gondok kering .................................................. 86
Gambar 34. Perendaman bahan........................................................................... 86
Gambar 35. Penghancuran bahan menjadi pulp .................................................. 87
Gambar 36. Mengukur berat ............................................................................... 87
Gambar 37. Perendaman daya serap air .............................................................. 88
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma air yang telah
banyak dikenal orang. Eceng Gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik
secara vegetatif maupun generatif. Dalam waktu 6 bulan pertumbuhan Eceng
Gondok pada areal 1 Ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton (Heyne,
1987). Eceng gondok memiliki 2 macam cara untuk berkembang biak, yaitu
dengan cara tunas dan biji, bahkan potongan vegetatif yang terbawa arus air akan
terus berkambang biak menjadi eceng gondok dewasa. Tunas eceng gondok
merayap melalui ketiak daun dan akan terus tumbuh menjadi tumbuhan baru
berukuran 0,4 - 0,8 m. Menurut Mukti (2008), perkembang biakan secara
vegetatif dapat melipat ganda 2 kali dalam waktu 7 – 10 hari. Sedangkan 1 batang
eceng gondok dewasa dalam 52 hari mampu berkembang seluas 1 . Populasi
eceng gondok yang terlalu banyak dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti
terganggunya biota air yang ada dibawahnya, bahkan apabila sudah terlalu banyak
dapat menyababkan sedimentasi.
Dari sekian banyak masalah yang disebabkan pertumbuhan eceng gondok yang
begitu pesat, terdapat potensi yang perlu dimanfaatkan.Tanaman eceng gondok
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran kadar logam berat dalam air
2
yang tercemar unsur Pb, Cd, Cu, Fe, Zn, dan Hg (Arman dan Nisma, 2008).
Dengan perlakuan yang tepat eceng gondok dapat menghasilkan biogas sebagai
bahan bakar mesin gas pembangkit listrik (Wibisono, Armadi dan Feriyanto,
2014); dan juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk penyubur tanaman
(Mashavira, Chitata, Mhindu, Muzemu dan Kapenzi, 2015).
Manfaat lain dari eceng gondok yang dapat dimanfaatkan adalah serat batangnya.
Eceng gondok memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi sehingga
dapat dijadikan papan serat. Papan serat adalah berupa papan tiruan yang terbuat
dari tumbuhan yang berlignoselulosa yang kemudian dilakukan perekatan dan
dilakukan pengempaan panas dan pengempaan dingin.Ada dua macam perekat
yang biasa dipergunakan untuk membuat papan serat, yaitu perekat buatan dan
alami. Contoh perekat buatan yang dapat digunakan antara lain Urea
Formaldehida (UF), Fenol Formaldehida (PF),Melamin Formaldehida (MF), dan
isosianat (Bowyer, Shmulsky dan Haygreen 2003). Sedangkan contoh perekat
alami adalah perekat dari tapioka.
Penelitian ini menggunakan perekat alami tapioka, karena selain harganya lebih
murah dibanding perekat buatan, juga mudah untuk didapatkan. Faktor yang
mempengaruhi perekatan yaitu bahan yang direkat, perekat dan kondisi perekatan.
Bahan yang direkat, seperti kayu, akan mempengaruhi perekatan dari segi
anatomi, berat jenis, zat ekstraktif, kadar air dan keadaan permukaan. Sedangkan
macam perekat, keadaan perekat, komposisi perekat, dan masa tunggu akan
mempengaruhi perekatan. Pada pengempaan bahan yang akan direkat maka suhu,
lamanya pengempaan dan besarnya tekanan yang diberikan akan mempengaruhi
perekatan (Sutigno, 1988). Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
3
menentukan komposisi yang tepat antara bahan yang akan dijadikan papan serat
dengan perekat.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah pemberian perekat berpengaruh terhadap sifat fisis papan serat
eceng gondok ?
2. Apakah waktu pengepresan berpengaruh terhadap sifat fisis papan serat
eceng gondok ?
3. Apakah terjadi interaksi antara pemberian perekat dan waktu pengepresan
berpengaruh terhadap sifat fisis papan serat eceng gondok ?
4. Apakah komposisi terbaik yang akan menghasilkan papan serat dengan sifat
fisis terbaik ?
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah pemberian perekat berpengaruh terhadap sifat fisis
papan serat eceng gondok.
2. Mengetahui apakah waktu pengepresan berpengaruh terhadap sifat fisis
papan serat eceng gondok.
3. Mengetahui adakah interaksi antara pemberian perekat dan waktu
pengepresan berpengaruh terhadap sifat fisis papan serat eceng gondok.
4. Mengetahui komposisi terbaik yang akan menghasilkan papan serat dengan
sifat fisis terbaik.
4
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan gulma air untuk mengurangi dampak negatif eceng gondok
terhadap lingkungan.
2. Mengurangi (mensubtitusi) penggunaan kayu sebagai bahan baku papan
serat.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Papan Serat
Papan serat adalah papan tiruan dengan ketebalan melebihi 1,5 mm yang terbuat
dari serat berlignoselulosa yang kekuatannya berasal dari ikatan primer antar serat
masing-masing serta daya rekatnya sendiri. Klasifikasi papan serat dibedakan atas
dasar tipe bahan baku, metode pembuatan lembaran, kerapatan, dan fungsi atau
kegunaan. Kandungan selulosa tangkai eceng gondok mencapai 64,51%
memungkinkan untuk dijadikan bahan baku papan serat (Effendi, 2001).
Papan serat (fiber board) merupakan produk panel kayu yang baru dikembangkan
pada tahun 1960-an. Bentuk papan serat mirip dengan papan partikel, tetapi cara
pembuatannya berbeda dengan keduanya. Menurut Tambunan (2010), sifat-sifat
papan serat adalah :
1. Tidak ada keteguhan dalam arah panjang dan lebarnya,
2. Dapat menghasilkan lembaran yang lebar,
3. Permukaannya licin dan cukup keras,
4. Tidak mudah pecah dan retak, dan
5. Mudah dilengkungkan.
6
Menurut SNI 01-4449-2006 papan serat juga diklasifikasikan berdasarkan proses
produksinya. Klasifikasi menurut SNI 01-4449-2006 adalah sebagai berikut :
1. Papan serat proses basah, yaitu pembentukan lembaran papan serat yang
dilakukan dengan bantuan media air.
2. Papan serat proses kering, yaitu pembentukan papan serat yang tidak
dilakukan dengan media air tetapi dengan bantuan udara.
Dalam kedua proses ini, serpih-serpih kayu direduksi menjadi serat dan dibentuk
menjadi lapik yang kaku (rigid sheets) melalui penggabungan dan pengempaan.
Kedua tahapan tersebut membutuhkan aplikasi energi.
Penggunaan papan serat dalam kehidupan sehari-hari adalah digunakan untuk :
1. Bahan isolasi atau penyekat,
2. Bahan penutup dalam suatu sistem konstruksi (dinding interior),
3. Komponen pintu, almari, dan peralatan meubeler lainnya,
4. Komponen rangka radio, komponen pintu mobil, dan lain-lain.
Persyaratan dari Standar Nasiona Indonesia (SNI) untuk sifat fisis dan mekanis
papan serat khususnya papan serat berkerapatan sedang (MDF) dapat dilihat pada
SNI 01-4449-2006, yaitu sebagai berikut :
7
Tabel 1. Syarat Sifat Fisis Mekanis Papan Serat Kerapatan Sedang (SNI 01-4449-
2006)
Papan
serat
Density
(g/cm3)
MC
(%)
TS maksimal
(%)
MOE min.
104kg/cm2
MOR
kg/cm2
IB
kg/cm2
Tipe 30 < 17 ≥ 2,55 ≥ 306 ≥ 5,1
Tipe 25 0,40 - 0,84 ≤ 13 < 12 ≥ 2,04 ≥ 255 ≥ 4,1
Tipe 15 < 10 ≥ 1,33 ≥ 153 ≥ 3,1
Tipe 5 - ≥ 0,82 ≥ 51 ≥ 2,1
Papan serat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena mempunyai
kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan sifat keteguhan dalam arah panjang dan lebar,
2. Dapat dihasilkan dalam ukuran lembaran yang lebar,
3. Permukaan papan halus, kuat dan cukup keras,
4. Tahan aus dan tidak mudah pecah atau retak,
5. Tidak mengandung cacat kayu,
6. Memiliki sifat isolasi yang baik, dan
7. Mudah dibentuk.
Sedangkan kelemahannya adalah kurang tahan terhadap kelembaban, dan
keteguhannya relatif lebih rendah dibanding kayu solid (Suchland, 1986).
2.2. Eceng gondok.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman air yang dapat
tumbuh dengan cepat di daerah tropis dan mampu menyerap berbagai zat, baik
terlarut maupun tersuspensi dalam jumlah banyak karena memiliki selulosa
hingga 72,63 % (Ratnani, 2000). Eceng gondok menjadi komponen utama dalam
ekosistem perairan rawa, waduk, dan danau sebagai habitat pemijahan ikan,
8
tempat berlindung, menempelnya pakan alami dan penyerap logam berat. jumlah
amonia, nitrit, nitrat yang tinggi dalam perairan dapat direduksi dengan
pemanfaatan tanaman eceng gondok penurunan yang dihasilkan yaitu
menurunkan total nitrogen hingga 73,05 %, menurunkan kadaramonia hingga 72,7
%, dan mampu menurunkan nitrat hingga 71,43 % (Rahmaningsih, 2006).
Penyebarannya yang sangat cepat membuat eceng gondok menjadi sebuah
masalah baru perairan yang dapat mengganggu ekosistem. Hal ini disebabkan
eutrofikasi yang terjadi di badan air. Eutrofikasi merupakan peristiwa
meningkatnya bahan organik dan nutrien (terutama unsur nitrogen dan fosfor)
yang terakumulasi di badan air. Peningkatan bahan organik dan nutrien ini berasal
dari limbah domestik, limbah pertanian, dan lain-lain (Merina dkk, 2011).
Tanaman ini juga merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat efektif sebagai
agenfitoremediasi dalam memulihkan lahan atau perairan yang tercemar senyawa
organik maupun anorganik (Purwaningsih 2009).
Eceng gondok (latin : Eichornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah
perairan yang hidup terapung pada air yang dalam yang memiliki aliran tenang.
Tanaman ini berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun
generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali
dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Sumatera Utara di Danau Toba 2003 melaporkan bahwa satu batang eceng
gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 , atau dalam waktu
satu tahun mampu menutup area seluas 7 . Oleh karena itu seringkali eceng
9
gondok diberi jaring untuk menekan pesatnya pertumbuhan eceng gondok, terlihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Danau yang tercemar eceng gondok (tribunnews.com)
Eceng gondok adalah tanaman yang mengandung selulosa tinggi yang berpotensi
untuk mensubtitusi kayu sebagai bahan pembuatan triplek. Dengan populasinya
yang begitu melimpahdan pengendaliannya yang kurang maksimal maka eceng
gondok harus dimanfaatkan, khususnya seratnya. Sifat seratnya yang kuat
menjadikan eceng gondok memiliki potensial tersendiri. Sedangkan kandungan
eceng gondok itu sendiri yakni 60% selulosa, 8% hemiselulosa dan 17% lignin
(Ahmed didalam Rizky, 2012).
Adapun manfaat tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut (Sukman dan
Yakup, 2002) :
1. Dapat menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik
2. Sebagai bahan industri kertas
3. Sebagai medium penanaman jamur merang
4. Sebagai isolator logam-logam berat
5. Sebagai penghasil gas bio dan bahan kerajinan
10
Dengan populasi yang begitu melimpah dan pengendaliannya yang kurang
maksimal maka eceng gondok harus dimanfaatkan khususnya serat pada eceng
gondok. Sifat seratnya yang kuat menjadikan eceng gondok memiliki potensial
tersendiri. Sedangkan kandungan kimia eceng gondok itu sendiri yakni 60%
selulosa, 8% hemiselulosa dan 17% lignin (Ahmed didalam Rizky, 2012).
Tanaman gulma air eceng gondok ini memiliki klasifikasi sebagai berikut (Rizky,
2012) :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichornia
Jenis : Eichornia crassipes
2.3. Selulosa dan Lignin
2.3.1. Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan glukosa yang terikat
dengan ikatan β1,4-glycosidic dengan rumus (C6H10O5)n dengan n adalah derajat
polimerisasinya. Struktur kimia inilah yang membuat selulosa bersifat kristalin
dan tak mudah larut, sehingga tidak mudah didegradasi secara kimia/ mekanis.
Molekul glukosa disambung menjadi molekul besar, panjang, dan berbentuk
rantai dalam susunan menjadi selulosa. Semakin panjang suatu rangkaian
selulosa, maka rangkaian selulosa tersebut memiliki serat yang lebih kuat, lebih
tahan terhadap pengaruh bahan kimia, cahaya, dan mikroorganisme.
11
Selulosa itu sendiri merupakan bahan dasar yang penting bagi industri, seperti
pabrik kertas, pabrik sutera tiruan, dll. Molekul selulosa seluruhnya berbentuk
linear dan memiliki kecenderungan kuat untuk membentuk ikatan hidrogen intra
dan inter molekul. Ketersediaan selulosa dalam jumlah besar akan membentuk
serat yang kuat, tidak larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organik, dan
berwarna putih.Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel
tanaman. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-
50% dari berat kering tanaman. Selulosa merupakan polimer glukosa dengan
ikatan ß-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar selulosa berupa suatu
selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang selulosa terhubung secara
bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya van der Waals (Perez, Munoz, De la
Rubia dan Martines, 2002).
Gambar 2. Rantai selulosa dalam mikrofibril yang membentuk
dinding sel tanaman (modifikasi Djerbi, 2005)
12
Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya bagian amorf
(Aziz, Husin dan Mokhtar, 2002). Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam
keadaan murni di alam, melainkan selalu berikatan dengan bahan lain seperti
lignin dan hemiselulosa. Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan
pembentuk dinding sel dan serat tumbuhan. Molekul selulosa merupakan
mikrofibil dari glukosa yang terikat satu dengan lainnya membentuk rantai
polimer yang sangat panjang. Adanya lignin serta hemiselulosa di sekeliling
selulosa merupakan hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa (Sjostrom,
1995).
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan-satuan dan mempunyai
massa molekul relatif yang sangat tinggi, tersusun dari 2.000-3.000 glukosa.
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman yaitu
senyawa polimer glukosa yang tersusun dari nit-unit ß-1,4-glukosa yang
dihubungkan dengan ikatan ß-1,4-D-glikosida (Han, van Leer, Seidell dan Lean,
1995).
2.3.2. Lignin
Lignin merupakan senyawa yang sangat kompleks dengan berat molekul tinggi.
Lignin terdapat diantara sel-sel dan di dalam dinding sel. Dimana fungsi lignin
yang terletak diantara sel adalah sebagai perekat untuk mengikat/ perekat antar
sel, sehingga tidak dikehendaki. Sementara dalam dinding sel lignin sangat erat
hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberi ketegaran pada
sel.Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan
selulosa dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan
13
karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada
lignin (Suparjo, 2008). Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang
dan berbentuk polimer tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan.
Molekul lignin memiliki derajat polimerisasi tinggi. Oleh karena ukuran dan
strukturnya yang tiga dimensi bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen
atau lem bagi kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur
serat. Bagian tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin,
Lignin di dalam kayu memiliki persentase yang berbeda tergantung dari jenis
kayu. (Surest dan Satriawan, 2010).
Lignin dapat diisolasi dari tanaman sebagai sisa yang tak larut setelah
penghilangan polisakarida dengan hidrolisis. Secara alternatif, lignin dapat
dihidrolisis dan diekstraksi ataupun diubah menjadi turunan yang larut. Adanya
lignin menyebabkan warna menjadi kecoklatan sehingga perlu adanya pemisahan
melalui pemutihan. Banyaknya lignin juga berpengaruh terhadap konsumsi bahan
kimia dalam pemasakan dan pemutihan. Lignin ini merupakan polimer tiga
dimensi yang terdiri dari unit fenil propana melalui ikatan eter (C-O-C) dan ikatan
karbon (C-C). Bila lignin berdifusi dengan larutan alkali maka akan terjadi
pelepasan gugus metoksil yang membuat lignin larut dalam alkali. Reaksi dengan
senyawa tertentu banyak dimanfaatkan dalam proses pembuatan pulp dimana
lignin yang terbentuk dapat dipisahkan, sedangkan reaksi oksidasi terhadap lignin
digunakan dalam proses pemutihan. Lignin dapat mengurangi dayapengembangan
serat serta ikatan antar serat.Struktur kimia lignin mengalami perubahan di bawah
kondisi suhu yang tinggi dan asam. Pada reaksi dengan temperatur tinggi
14
mengakibatkan lignin terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari
selulosa (Taherzadeh dan Karimi, 2007).
Pada suasana asam, lignin cenderung melakukan kondensasi, yakni fraksi lignin
yang sudah terlepas dari selulosa dan larut pada larutan pemasak. Dimana
peristiwa ini cenderung menyebabkan bobot molekul lignin bertambah, dan lignin
yang terkondensasi akan mengendap (Achmadi, 1990). Disamping terjadinya
reaksi kondensasi lignin yang mengendap, proses pemasakan yang berlangsung
pada suasana asam dapat pula menurunkan derajat kerusakan pulp sehingga
mengurangi degradasi selulosa dan hemiselulosa Suhu, tekanan, dan konsentrasi
larutan pemasak selama proses pulping merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan reaksi pelarutan lignin, selulosa, dan hemiselulosa.
Selulosa tak akan rusak saat proses pelarutan lignin jika konsentrasi larutan
pemasak yang digunakan rendah dan suhu yang digunakan sesuai. Pemakaian
suhu di atas 180⁰C menyebabkan degradasi selulosa lebih tinggi, dimana pada
suhu ini lignin telah habis terlarut (Casey, 1980).
2.4. Perekat tapioka
Tapioka adalah pati dengan bahan baku singkong dan merupakan salah satu bahan
untuk keperluan industri makanan, farmasi, tekstil, perekat, dan lain-lain. Tapioka
memiliki sifat-sifat fisik yang serupa dengan pati sagu, sehingga penggunaan
keduanya dapat dipertukarkan. Tapioka sering digunakan untuk membuat
makanan dan bahan perekat (Triono, 2006). Tepung tapioka umumnya digunakan
sebagai bahan perekat karena banyak terdapat dipasaran dan harganya relatif
murah (Saleh, 2013).
15
Menurut Amin (2013) komposisi kimia dari tepung tapioka dijelaskan pada Tabel
1 di bawah :
Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung Tapioka
Komposisi Jumlah
Serat (%) 0,5
Air (%) 15
Karbohidrat (%) 85
Protein (%) 0,5-0,7
Lemak (%) 0,2
Energi (kalori/100g) 307
Komponen pati dari tapioka secara umum terdiri dari 17% amilosa dan 83%
amilopektin. Granula tapioka berbentuk semi bulat dengan salah satu dari bagian
ujungnya mengerucut dengan ukuran 5-35 µm. Suhu gelatinisasi berkisar antara
52-64oC, kristalinisasi 38%, kekuatan pembengkakan sebesar 42 πm dan kelarutan
31%. Kekuatan pembengkakan dan kelarutan tapioka lebih kecil dari pati kentang,
tetapi lebih besar dari pati jagung (Amin, 2013).
Pati memegang peranan penting dalam menentukan tekstur makanan, dimana
campuran granula pati dan air bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang
berubah menjadi gel bersifat Irreversible dimana molekul-molekul pati saling
melekat membentuk suatu gumpalan sehingga viskositasnya semakin meningkat
(Handershot, 1970). Selain amilopektin, singkong juga memiliki kandungan yang
lain yang berpotensi digunakan sebagai perekat seperti protein yang merupakan
kandungan terbesar setelah karbohidrat dan air Pembuatan tepung singkong
dilakukan dengan cara memarut singkong kemudian diperas, dicuci, diendapkan,
diambil sari patinya, lalu dijemur/dikeringkan. Sifat tepung singkong apabila
dicampurkan dengan air panas akan menjadi liat/seperti lem (Hapsoro, 2010).
16
2.5. Refining
Refining Pada Serat merupakan pemberian aksi mekanis terhadap serat untuk
mendapatkan sifat-sifat optimum yang diharapkan pada produkkertasyang
dihasilkan. Istilah refining biasa disinonimkan dengan beating walaupun hasil
refining dan beating sedikit berbeda. Alat untuk refining disebut dengan refiner
dan alat untuk beating disebut beater. Beating adalah mekanisme penggilingan
yang pertama sebelum ditemukannya metode refining. Hasil yang diperoleh dari
proses dari proses beating cenderung menghasilkan serat yang lebih pendek
dibandingkan dari hasil mekanisme refining. hal ini disebabkan karena konstruksi
dari beater cenderung mengakibatkan cutting (pemotongan) serat. Lain hal pada
refiner, konstruksi refiner lebih menyebabkan brushing sehingga serat-serat akan
terfibrilasi.Pemipihan atau penguraian serat secara mekanis disebut penggilingan,
yang diselesaikan pada berbagai type mesin penghalus serat yaitu pada mesin
giling (Bowyer, dkk., 2003). Dalam proses penggilingan terjadi perubahan serat
secara individual yaitu fibrilasi internal memungkinkan serat mengembang,
peningkatan fleksibilitas, serat menjadi lebih baik dan memungkinkan menjadi
pipih. Fibrilasi penting untuk mengikat hidrogen pada kertas. Kekuatan papan
serat tidak tergantung pada ikatan hidrogen, tetapi karena papan serat merupakan
lembaran tebal, maka memerlukan aliran stock yang cepat (Suchsland dan
Woodson, 1986).
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Lab Daya, Alat dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada bulan Maret - April
2018.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah timbangan digital, baskom, toples, blender, gunting,
mistar, alat press, cetakan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tapioka, air,
dan eceng gondok.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini akan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL) dengan
2 faktor. Faktor 1 yaitu pemberian tapioka dengan 4 perlakuan. Faktor kedua yaitu
waktu pressing dengan 2 perlakuan.
Faktor 1 pemberian perekat tapioka :
a. Pemberian 0% tapioka (T1)
b. Pemberian 10% tapioka (T2)
c. Pemberian 20% tapioka (T3)
18
d. Pemberian 30% tapioka (T4)
Faktor 2 waktu pressing:
a. 60 menit (A)
b. 120 menit (B)
Jadi didapatkan 8 kombinasi perlakuan percobaan yang akan dilakukan dengan 3
kali ulangan. Oleh karena itu dihasilkan 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh
dilakukan analisis ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji
signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Nilai
tengah rata -rata data diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
nyata 5% dan 1%
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Adapun langkah langkah pelaksanaan penelitian melalui tahapan tahapan berikut
ini :
19
Gambar 3 Diagram alir penelitian
3.4.1. Pengambilan bahan (eceng gondok)
Pengambilan eceng gondok akan dilakukan di Rajabasa Raya. Karena di daerah
Rajabasa Raya terdapat kolam ikan yang ditumbuhi eceng gondok.
Mulai
Pengambilan bahan
Pencetakan (5Mpa)
Pendiaman pulp
Penghancuran
Perendaman
Pemotongan
Pengeringan
Analisis data
Selesai
Pengujian
20
3.4.2. Pengeringan
Pengeringan eceng gondok dilakukan dengan metode pengeringan dengan
bantuan matahari. Namun sebelum masuk langkah pengeringan dilakukan
pemotongan daun eceng gondok sehingga menyisakan batangnya saja.
Dikarenakan daun dari eceng gondok akan menghambat penguapan dan
memperlambat dari proses pengeringan itu sendiri.
3.4.3. Pemotongan
Setelah proses pengeringan diambil sampel untuk diukur kadar airnya. Apabila
kadar air sudah 10-14 % maka baru bisa dilakukan pemotongan. Batang eceng
gondok kering dipotong mengunakan gunting sepanjang 1 cm.
3.4.4. Perendaman
Batang eceng gondok yang sudah kering kemudian di rendam dengan air bersih di
dalam baskom dan disimpan di suhu ruang selama 7 hari. Perendaman ini
dilakukan dengan tujuan untuk membuat serat di dalam batang eceng gondok
mengembang.
3.4.5. Penghancuran
Setelah proses perendaman yang dilakukan kemudian di hancurkan dengan
menggunakan blender. Proses penghancuran menggunakan blender merupakan
pengganti proses refining. Proses ini dilakukan untuk menyiapkan bahan. Batang
eceng gondok mula mula di tiriskan dari air perendaman kemudian di masukan
21
kedalam blender dan di campur dengan air bersih dengan perbandingan 1:1.
Kemudian di blender dengan kecepatan maksimal selama 10 menit.
3.4.6. Pendiaman Pulp
Setelah proses refining maka akan menghasilkan bubur eceng gondok. Bubur
eceng gondok kemudian dimasukkan kedalam toples kedap udara kemudian
disimpan pada suhu ruang selama 7 hari dengan tujuan mengembangkan sel
seluosa
3.4.7. Pencetakan
Bubur yang disimpan selama 7 hari akan mengendap kemudian dilakukan
penyaringan menggunakan screen mesh 1 ml. Dilakukan penambahan perekat
organik tapioka 0%, 10%, 20%, dan 30%. Kemudian dicetak menggunakan
cetakan (molding) atau alat press sehingga papan serat berukuran 10x10cm selama
perlakuan yaitu 60 menit dan 120 menit.
3.5. Pengujian dan Analisis Data
Setelah pelaksanaan penelitian, maka dilakukan pengujian. Pengujian yang
dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian sifat fisis. Data dari hasil pengujian
sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, daya serap dan pengembangan tebal.
Dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANNOVA), apabila berpengaruh
maka nilai tengah rata rata uji lanjut BNT pada taraf 5%. Data yang telah diuji
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
22
3.5.1. Pengujian sifat fisis:
Sebelum dilakukannya pengujian sifat fisis, papan serat eceng gondok dipotong
menjadi beberapa bagian, yang spesifikasinya dapat dilihat pada Gambar 4. Hal
ini dilakukan agar satu lembar papan serat dapat melewati seluruh pengujian tanpa
mempengaruhi parameter yang lain.
Gambar 4. Spesifikasi pemotongan papan sebelum pengujian
a. Kerapatan
Uji kerapatan menurut Anton (2012) yang dilakukan modifikasi pada ukuran
papan. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm yang sudah dalam keadaan kering
udara ditimbang. Kemudian pengukuran dimensi dilakukan meliputi panjang,
lebar, dan tebal untuk mengetahui volume contoh uji.
Kerapatan papan dihitung menggunakan rumus:
kerapatan (ρ) =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
23
b. Kadar Air
Uji kerapatan menurut Anton (2012) yang dilakukan modifikasi pada ukuran
papan. Contoh uji berukuran 2,5 cm x 7,5 cm ditimbang berat kering udara
(BKU), kemudian oven pada suhu 103±2°C selama 24 jam, setelah dioven
contoh uji dimasukan ke dalam desikator selama 10 menit, kemudian
dikeluarkan untuk ditimbang. Selanjutnya dimasukan kembali ke dalam oven
selama ± 3 jam, dan dimasukan kedalam desikator, dikeluarkan dan ditimbang.
Demikian selanjutnya hingga mencapai berat konstan yaitu berat kering oven
(BKO). Nilai kadar air dihitung menggunakan rumus:
Kadar air (%) =
. . . . . . . . . . . . . (2)
Keterangan:
BA = Berat Awal
BKO = Berat Kering Oven
c. Daya Serap Air
Uji kerapatan menurut Anton (2012) yang dilakukan modifikasi pada ukuran
papan. Contoh uji 2,5 cm x 7,5 cm pada kondisi kering udara ditimbang
beratnya (B0). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam.
Selanjutnya contoh uji diangkat dan ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang
menetes, kemudian timbang kembali beratnya (B1). Nilai daya serap air
dihitung menggunakan rumus:
Daya serap air (%) =
. . . . . . . . . . . . . (3)
Keterangan:
B0 = Berat Awal (g)
B1 = Berat setelah perendaman (g)
24
d. Pengembangan tebal papan serat
Uji kerapatan menurut Anton (2012) yang dilakukan modifikasi pada ukuran
papan. Uji ini berhubungan dengan uji daya serap air, dengan ukuran sampel
2,5 cm x 7,5 cm. Papan partikel yang telah terbentuk kemudian direndam
dalam air selama beberapa waktu. Sehingga dapat dihitung pengembangan
tebal papan serat yang menyerap air.
Pengembangan tebal (%) =
. . . . . . . . . . . . . (4)
Keterangan:
T0 = Tebal Awal (cm)
T1 = Tebal setelah perendaman (cm)
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Penambahan perekat berpengaruh nyata terhadap kerapatan dan daya serap air
2 jam dan 24 jam papan serat eceng gondok. Namun tidak berpengaruh
terhadap kadar air dan pengembangan tebal papan serat eceng gondok.
2. Waktu pengepresan 60 menit dan 120 menit yang diberikan tidak
berpengaruh terhadap kerapatan, kadar air, daya serap dan pengembangan
tebal dari papan serat eceng gondok.
3. Tidak terjadi interaksi antara faktor perekat dan waktu pengepresan terhadap
kerapatan, kadar air, daya serap dan pengembangan tebal papan serat eceng
gondok.
4. Melihat hasil analisis data pada tabel annova dan mengacu pada standar SNI
01-4449-2006 maka papan serat eceng gondok dengan perlakuan terbaik
adalah papan serat dengan komposisi perekat 20 % (T3) karena termasuk
pada papan serat kerapatan sedang (PSKS) dan memiliki kerapatan yang
paling tinggi dan daya serap yang terendah diantara seluruh papan serat yang
diuji.
48
5. Untuk mutu penampilan mutu khusus papan serat sesuai dengan SNI 01-
4449-2006 terbaik adalah papan dengan perlakuan perekat 20% (T3) karena
16,67% dari seluruh papan bermutu A dan 50% bermutu B.
5.2. Saran
1. Sebaiknya menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan bahan yang
bersifat higroskopis yang akan digunakan sebagai papan serat agar tidak
menggunakan waktu yang lama dalam proses pengeringan ini.
2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut dalam penentuan sifat mekanis pada papan.
3. Perlu dilakukan modifikasi alat pencetak dengan dimensi yang besar, presisi
dan menggunakan kempa panas.
49
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1990. Kimia Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Amin, N.A. 2013. Pengaruh Suhu Fosforilasi terhadap Sifat Fisikokimia Pati
Tapioka Termodifikasi. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Anton, S. 2012. Pembuatan dan Uji Karakteristik Papan Partikel dari Serat Buah
Bintaro (Cerbera Manghas). (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Arman, B. dan Nisma, F. 2008. Pengaruh Umur Eceng Gondok (Eichornia
Crassipes) Dan Genjer (Limnocharis Flava) Terhadap Penyerapan Logam
Pb, Cd, Dan Cu dalam Ember-Ember Perlakuan Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom. Laporan Penelitian. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Muhammadiyah Pro. Dr. Uhamka.
Aziz A.A., Husin, M., dan Mokhtar, A. 2002. Preparation of cellulose from oil
palm empty fruit bunches via ethanol digestion: effect of acid and alkali
catalysts. Journal of Oil Palm Research 14(1):9-14
Badan Standarisasi National. 2006. Papan Serat SNI 01-4449-2006. Badan
Standarisasi Nasional : Jakarta.
Bowyer, JL., Shmulsky, dan Haygreen, JG. 2003. Forest Product and Wood
Science An Introduction Fifth Edition. Blackwell Publishing Professional.
Iowa State University Pr..
Casey, J. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology IA. Wiley
Intercience Pubisher. New York
Effendi, R. 2001. Kajian Tekno Ekonomi Industri MDF (Medium Density
Fiberboard). Jurnal Info Sosial Ekonomi 2 (2):103-112.
Febrianti, S. 2015. Pembuatan Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum
Officinarum) Dengan Menggunakan Perekat Tapioka Dan Parafin. (Skripsi).
Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor
50
Hakim, L. Herawati, E. Wistara, N. J. 2011. Papan Serat Berkerapatan Sedang
Berbahan Baku Sludge Terasetilasi Dari Industri Kertas. Makara Teknologi
15(2) : 123-130.
Han, T. S., van Leer, E. M., Seidell, J. C., dan Lean, M. E. 1995. Waist
circumference action levels in the identification of cardiovascular risk
factors: prevalence study in a random sample. BMJ 311, 1401–1405
Handershot, C. H. 1970. A Literature Review and Research Recommendation on
Cassava (Manihot esculenta, Crantz). Food and Agricultural Organization
of The Nation, Rome.
Hapsoro, D. S. 2013. Pengaruh Kandungan Lem Singkong Terhadap Sifat Tarik
dan Densitas Komposit Koran Bekas. (Skripsi). Jurusan Teknik Mesin.
Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.
Mashavira, M., Chitata, T., Mhindu, R. L., Muzemu, S., dan Kapenzi, A. 2015.
The Effect of Water Hyacinth (Eichornia crassipes) Compost on Tomato
(Lycopersicon esculentum) Growth Attributes, Yield Potentian and Heavy
Metal Levels. American Journal of Plan Sciences. 6: 545-553.
Merina, F., dan Trihadiningrum, Y. 2011. Produksi Bioethanol dari eceng gondok
(Eichornia crassipes) dengan Zymomonas mobilis dan Saccharomyces
cerevisiae, Institut Teknologi Surabaya, Prosiding Semnas Manajemen
Teknologi XIII.
Mukti, A. M. 2008. Penggunaan Tanaman Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Sebagai Pre Treatment Pengolahan Air Minum Pada Air Selokan Mataram
(Skripsi). Teknik Lingkungan. Universitas Islam Indonesia.
Perez, J., Munos, D. J., De la Rubia, T., dan Martines, J. 2002. Biodegradation
and biological treatments of cellulose, hemicellulose and lignin: an
overview. Int Microbiology 5 (1): 53-63
Putri, D. R. 2009. Pengaruh Ukuran Contoh Uji Terhadap Beberapa Sifat Papan
Partikel Dan Papan Serat. (Skripsi). Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rahmaningsih, H. D. 2006. Kajian penggunaan eceng gondok Eichornia crassipes
pada penurunan senyawa nitrogen efluen pengolahan limbah cair PT.
Capsugel Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ratnani, R. D. 2000. Pemanfaatan eceng gondok Eichornia crassipes untuk
menurunkan kandungan COD (chemical oxygen demond), pH, bau, dan
warna pada limbah cair tahu (Skripsi). Semarang (ID): Universitas Wahid
51
Hasyim.
Rizky, D. 2012. Ekstraksi Serat Selulosa Dari Tanaman Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes) Dengan Variasi Pelarut. (Skripsi). Fakultas Teknik.
Universitas Indonesia. Depok.
Saleh, A. 2013. Efisiensi Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Nilai
Kalor Pembakaran Pada Biobriket Batang Jagung (Zea Mays L.), Jurnal
Teknosains, 7(1), pp. 78-89.
Setiawan, B. 2008. Kualitas Papan Partikel Sekam Padi (Skripsi). Departemen
Hasil hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu: Dasar – dasar dan Penggunaan. Jilid 2.
Yogyakarta:Universitas Gajah Mada Press.
Suchland, O., dan Woodson. 1986. Fiberboard Manufacturing in USA.USDA
United Stated Development Agency. Amerika.
Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 160 hal.
Suparjo. 2008. Degradasi Komponen Lignoselulosa. Available at.
http://jajo66.wordpress.com/2008/10/15/degradasi-komponenlignoselulosa/
[11 November 2017].
Surest, A.H., Satriawan, D. 2010. Pembuatan Pulp dari Batang Rosella dengan
Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia, III(17).
Sutigno, P. 1998. Perekat dan Perekatan. BPHH Departemen Kehutanan. Bogor.
Taherzadeh, M.J., dan Karimi, K. 2007. Enzyme-Based Hydrolysis Processes for
Ethanol from Lignocellulosic Materials: A Review. Bio Resources 2 (4):
707-738.
Tambunan, D. H. 2010. Evaluasi Papan Serat Akasia Berkerapatan Sedang
dengan Perekat Isosianat (Skripsi). Universitas Sumatera Utara Medan.
Triono, A. 2006. Upaya memanfaatkan umbi talas sebagai sumber bahan pati pada
pengembangan teknologi pembuatan dekstrin. Prosiding Seminar
Nasional Iptek Solusi Kemandirian Bangsa. Yogyakarta.
Wibisono, R., Armadi, B. H., Feriyanto, B. 2014. Eceng Gondok, Masalah
Menjadi Manfaat. Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas
Tri Sakti. Teknik Mesin – FTI Usakti, 20 Februari 2014.