pedoman sanitasi rs dkt yk
TRANSCRIPT
1
PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO
YOGYAKARTA
INSTALASI SANITASI
RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO
YOGYAKARTA
2013
2
DAFTAR ISI
Halaman
1 Pendahuluan
1. Latar Belakang..
2. Tujuan Pedoman
3. Ruang lingkup Pelayanan
4. Batasan Operasional
5. Landasan Hukum
II Standar Ketenagaan
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2. Distribusi ketenagaan
3. Pengaturan Jaga
III Standar Fasilitas
1. Denah Ruangan
2. Standar Fasilitas
IV Tata Laksana Pelayanan
V Logistik
VI Keselamatan Pasien ( Kegiatan untuk keselamatan pasien )
VII Keselamatan Kerja ( kegiatan untuk keselamatan kerja dan
pelaporan kecelakaan kerja )
VIII Pengendalian Mutu ( SPM,pencatatan, pelaporan dan
moitoring data insiden keselamatan pasien
IX Penutup
Lampiran-lampiran
3
PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA
I. Pendahuluan
Rumah sakit adalah tempat untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan pada
umumnya yang memerlukan penanganan kesehatan yang
seksama karena rumah sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang inti dari pelayanan medik, baik preventif, kuratif
rehabilitatif dan promotif dengan pelayanan cepat,
akurat ,manusiawi dan nyaman.
Rumah sakit mempunyai fungsi untuk mempercepat
penyembuhan dan pemulihan penderita seperti yang diharapkan.
Rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit
menular maupun tidak menular sehingga dapat menimbulkan
dampak negatif antara lain : terhambatnya proses penyembuhan
dan pemulihan kesehatan penderita; terjadinya penularan penyakit
kepada petugas dan pengunjung; tercemarnya lingkungan oleh
mikroorganisme; baik mikroorganisme yang bersifat parasit :
pembawa vektor penyakit maupun yang bersifat infeksius; menjadi
sumber penularan bagi masyarakat sekitarnya; menurunkan
kualitas badan air penerima buangan limbah cair dari rumah sakit
1. Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit, Bahwa
kondisi lingkungan rumah sakit mestinya harus memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan sehingga tidak terjadi
4
penularan penyakit, gangguan kesehatan dan pencemaran
lingkungan , sehingga perlu upaya sanitasi rumah sakit atau
pengawasan kualitas lingkungan rumah sakit.
Pengawasan kondisi sanitasi dan kualitas lingkungan harus
dilakukan secara teratur. Upaya sanitasi rumah sakit merupakan
suatu kegiatan yang muntlak harus dilaksanakan oleh
pengelola rumah sakit pada umumnya. Untuk menghindari hal-
hal yang tidak menguntungkan maka lingkungan maupun
sarana prasarana rumah sakit perlu dipelihara dengan baik,
sesuai dengan persyaratan kesehatan
2. Tujuan Pedoman
2.1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam mewujudkan lingkungan rumah
Sakit yang bersih, aman, nyaman dan sehat baik bagi
pasien, karyawan, pengunjung maupun lingkungan sekitar
rumah sakit
2.2. Tujuan Khusus
a. Terpeliharanya kebersihan ruang, halaman dan
lingkungan Rumah Sakit
b. Terlaksananya kegiatan pengawasan penyehatan
ruang dan bangunan
c. Terlaksananya kegiatan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu untuk mencegah
perkembangbiakan dan terjadinya penularan penyakit
d. Terlaksananya kegiatan pengelolaan limbah rumah
sakit baik padat, cair dan gas
e. Terlaksananya kegiatan pengawasan makanan dan
minuman serta air
5
f. Terlaksananya kegiatan pengawasan dan
pemantauan kualitas lingkungan rumah sakit
g. Penyuluhan kesehatan agar petugas, pasien dan
pengunjung tercipta kesadaran terhadap aspek
sanitasi
3. Ruang lingkup Pelayanan
A. Penyehatan ruang, bangunan dan halaman rumah sakit
B. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
C. Penyehatan air
D. Pengeloloaan limbah
E. Pengelolaan tempat pencucian linen ( laundry )
F. Pengendalian seranggan dan binatang pengganggu
G. Dekontaminasi dan sterilisasi
H. Persyaratan pengamanan radiasi
I. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan
4. Batasan Operasional
Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan Rumah Sakit
5. Landasan Hukum
a. UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan
b. UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup
c. PP No.85 Tahun 1999 ( revisi PP No.18 Tahun 1999 ) tentang
Pengelolaan Limbah B3
d. Kemeneg Lingkungan Hidup, Nomor Keputusan 58 / kep LH/
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
e. Kepmenkes Nomor 715 tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasa Boja
f. Permenkes Nomor 826 Tahun 1987 tentang Makanan Iradisi
g. Permenkes Nomor 722 Tahun 1988 tentang Bahan Makanan
Tambahan
6
h. Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum
i. Kepmenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat
Pengawasan Kualitas Air Minum
j. Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
k. Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
l. Pedoman Sanitasi Rumah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2000
m. dll
II. Standar Ketenagaan
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1.1. Tenaga Sanitatarian
a. Sarjana Kesehatan Lingkungan / D4 Kesehatan Lingkungan
b. Sarjana Muda ( DIII ) Kesehatan Lingkungan /DIII Politeknik
Lingkungan
c. Sanitarian lulusan SPPH
1.2. Tenaga Laboraturium
a. Sarjana Biologi / D4 Kesehatan Lingkungan
b. DIII Biologi / Kesehatan Lingkungan
c. Analis Kimia
1.3. Tenaga Pendukung
a. Pekarya Kesehatan
b. Operator mekanis
c. Lain-lain yang diperlukan
2. Distribusi Ketenagaan
7
Sumber daya manusia yang ada di Instalasi Sanitasi RS TK. III
04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA terdiri dari 9 orang
sesuai dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut:
NO NAMA PENDIDIKAN STATUS
1 SURONO, SKM S1 Kesehatan Masyarakat PNS
2 SUPONO, SKM S1 Kesehatan Masyarakat PNS
3 NURUL HANIFAH, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS
4 SULISTIYANI. NA, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS
5 WAHYU WULANDARI, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS
6 NINA MUKTIYO. R D-III Teknik Lingkungan KONTRAK
7 NANANG GHOZALI, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan KONTRAK
8 SUGIARTO SMP PNS
9 HARYONO STM HARLEP
3. Pengaturan Jaga
a. Hari biasa (senin s/d kamis)
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB (petugas 7 orang)
P2 : masuk pagi jam 10.00 s/d 17.00 WIB (petugas 2 orang)
b. Hari biasa (jum’at)
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 11.00 WIB (petugas 6 orang,
libur 1 orang)
P2 : masuk siang jam 13.00 s/d 17.00 WIB (petugas 2 orang)
c. Hari sabtu
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 13.00 WIB (petugas 7 orang)
P2 : masuk siang jam 10.00 s/d 16.00 WIB (petugas 2 orang)
d. Hari minggu
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 11.00 WIB (petugas 1 orang)
e. Hari libur nasional
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB kecuali hari jum’at dan
sabtu (petugas 1 orang)
f. Hari libur cuti bersama
P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB kecuali hari jum’at dan
8
sabtu (petugas 2 orang)
P2 : masuk siang jam 10.00 s/d 17.00 WIB kecuali hari jum’at dan
sabtu (petugas 1 orang)
III. Standar Fasilitas
1. Denah Ruangan
2. Standar Fasilitas
Fasilitas dalam kegiatan Instalasi Sanitasi RS TK. III 04.06.03 DR.
SOETARTO YOGYAKARTA
1. Ruangan / kantor
2. Meja, kursi dan almari
3. Unit Pengolahan Limbah ( Cair dan Padat )
4. Peralatan laboratorium kesehatan lingkungan
5.
IV. Tata Laksana Pelayanan
V. Logistik
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan instalasi sanitasi antara
lain :
VI. Keselamatan Pasien
VII. Keselamatan Kerja
VIII. Pengendalian Mutu
9
Kesehatan adalah salah satu unsur yang paling penting untuk
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.
Pada saat ini penggunaan berbagai bahan kimiawi, mekanisme berbagai
metode dan sarana yang canggih di laboratorium klinik rumah sakit meningkat,
sehingga kita perlu mewaspadai adanya ancaman bahaya potensial di
Laboratorium Klinik yaitu ancaman biologi, kimia, fisika, ergonomi bahaya
psikosial serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Pencegahan kerja/keamanan laboratorium adalah bagian dari upaya
keselamatan laboratorium yang bertujuan melindungi pekerja laboratorium dan
orang sekitarnya dan resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari
laboratorium, berupa penanganan pencegahan terhadap bahaya atau kecelakaan
fisik, kimiawi dan biologis.
Hal tersebut di atas sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan khususnya pasal 2 tentang
Keselamatan Kerja, serta Kebijakan Direktur RS TK. III 04.06.03 DR.
SOETARTO YOGYAKARTA No…………. tentang Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA.
II. Tujuan
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan kerja
petugas laboratorium RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO
YOGYAKARTA baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerja.
3. Menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
4. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
III. Ruang Lingkup
10
Kegiatan K3 serta Pencegahan Kecelakaan Kerja/Keamanan
Laboratorium, meliputi: pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan.
1. Pelaksanaan
- Melakukan pemeriksaan awal dan pemeriksaan kesehatan petugas
laboratorium secara berkala
- Cara kerja/praktek laboratorium yang benar.
- Penanganan/pengelolaan spesimen yang benar.
- Tata laksana/pengelolaan limbah laboratorium.
2. Pengawasan/pengendalian
Dilakukan oleh Pokja K3 RSUD Tugurejo, Ka Instalasi serta
coordinator di masing – masing Instalasi meliputi pengambilan spesimen
dan hasil pemeriksaan pengawasan terhadap tenaga kerja, lingkungan kerja
yang baik dan mendukung serta alat-alat laboratorium.
3. Pembinaan
Pembinaan diarahkan agar perilaku dan sikap pekerja di
laboratorium RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA
sesuai dengan prinsip pelaksanaan K3 sehingga diharapkan nihil
kecelakaan kerja.
IV. Sasaran Utama
Dengan diterapkan kegiatan K3 serta pencegahan kecelakaan
kerja/keamanan laboratorium dengan baik dan benar, maka akan menunjang
pengembangan dan meningkatkan mutu pelayanan laboratorium serta
kenyamanan bekerja.
Susunan utama penerapan ini, meliputi
- Sumber daya manusia
- Lingkungan kerja
- Alat-alat / sarana kerja
11
V. Prosedur Tetap/Tata Laksana Penerapan
K3 pada kegiatan laboratoriun RS. Dr. Kariadi Semarang
1. Ruang Lingkup Laboratorium
RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA, terdiri dari
beberapa Instalasi yaitu :
Instalasi Laboratorium Klinik
Instalasi BDRS
Instalasi Laboratorium PA
2. Tata Laksana Kegiatan laboratorium
Penerapan K3 pada kegiatan laboratorium, meliputi
a. Praktek kerja di laboratorium yang benar
b. Pengelolaan sampel atau specimen yang benar
c. Tata laksana pengelolaan limbah laboratorium
d. Menjaga kesehatan petugas laboratorium
e. Pengelolaan lingkungan kerja
f. Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan
Penjelasan mengenai tata laksana masing-masing kegiatan laboratorium
diuraikan sebagai berikut:
A. Praktek Kerja Laboratorium yang Benar
Berbagai alat laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas,
untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setia petugas laboratorium harus
melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.
Bahan Infeksi:
Adalah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti
bakteri, virus, rickettsia, parasit, jamur atau suatu rekombinan, hibrid atau
mutan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin
yang tidak mengandung bahan infeksi tidak termasuk batasan ini.
1. Cara mencegah penyebaran bahan infeksi
12
a. Gunakan kabinet keamanan biologis untuk membakar sengkelit. Hal
ini mencegah timbulnya percikan bahan infeksi jika membakar
sengkelit di atas pembakar Bunsen.
b. Tempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi
dalam wadah yang tahan bocor.
c. Dekontaminasi permukaan meja kerja dan disinfektan yang sesuai
setiap kali akan memulai dan setelah bekerja.
2. Cara untuk mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan
infeksi.
Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 um) akan
terlepas ke udara dan menempel pada permukaan meja serta tangan
petugas laboratorium.
Dianjurkan untuk mengikuti hal di bawah ini:
a. Cuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum melakukan tindakan,
setelah menggunakan sarung tangan, setelah melakukan tindakan,
sebelum kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan pasien..
Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
b. Jangan makan, minum merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman dalam laboratorium.
c. Jangan membubuhkan kosmetik dalam laboratorium.
d. Gunakan alat pelindung mata/mulut terdapat resiko percikan bahan
infeksi saat bekerja.
3. Cara untuk mencegah tertusuk tertusuk bahan infeksi
Jarum suntik, pipet Pasteur dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka
tusuk. Untuk menghindarinya dapat dilakukan:
a. Bekerja dengan hati-hati
b. Mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin
c. Pilih pipet Pasteur yang terbuat dan plastik.
d. Sisa jarum suntik yang telah dipakai dibuang pada tempat khusus
pembuangan jarum suntik.
4. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
13
a. Hindarkan memipet dengan mulut, sebaiknya selalu gunakan alat bantu
pipet.
b. Masukkan meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi
dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet.
c. Jangan keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa.
d. Sediakan kapas yang dibasahi disinfektan pada meja kerja untuk
membersihkan meja jika terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari
pipet. Kapas di buang pada tempat sampah infeksius setelah selesai
digunakan.
e. Gunakan pipet ukur karena cairan perlu dikeluarkan sampai tetes
terakhir.
f. Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan
selama 1 8-24 jam sebelum disterilisasi.
g. Di samping kabinet keamanan biologis harus disediakan wadah untuk
membuang pipet.
h. Jangan gunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet. Gunakan alat khusus untuk membuka botol dengan penutup
karet.
5. Cara menggunakan sentrifus/alat pemusing
a. Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.
b. Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
laboratorium yang pendek dapat melihat ke dalam alat dan
menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.
c. Periksa rotor setrifus dan selongsong (bucket) sebelum dipakai atau
secara berkala untuk memelihara tanda korosi dari keretakan
d. Selongsong berisi tabung sentrifuse harus seimbang
e. Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan
larutan NaCl atau hipoklorit karena bersifat korosif.
f. Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan
penyeimbang dapat mengalir keluar.
14
g. Cara sentriftigasi yang benar, tabung yang tertutup rapat dan
selongsong yang terkunci dapat melindungi petugas laboratorium
terhadap aerosol dari sebaran partikel dan mikroorganisme.
6. Cara menggunakan alat homogenisasi, alat pengguncang dan alat sonikasi
a. Jangan gunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam rumah tangga
karena dapat bocor dan menimbulkan aerosol. Supaya aman gunakan
blender khusus untuk laboratorium.
b. Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan tidak
cacat. Tutup botol harus pas.
c. Aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dan celah antara
tutup dan tabung alat homogenisasi, alat penguncang (shaker dan alat
sonikasi. Gunakan tabung yang terbuat dari politetrafluoretilen (PIPE)
karena tabung gelas dapat pecah.
d. Saat bekerja, tutup alat dengan pembungkus plastik transparan yang
kuat. Disinfeksi kantong plastik setelah digunakan. Jika mungkin alat
dipakai dalam kabinet keamanan biologis.
e. Setelah digunakan, buka alat dalam kabinet keamanan biologis.
f. Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.
7. Cara menggunakan alat penghancur jaringan
a. Gunakan sarung tangan dan pegang alat dalam keadaan terbungkus
kain kasa tebal. Pilih alat yang terbuat dari PTFE karena lebih aman.
b. Gunakan alat dan buka alat dalam kabinet keamanan biologi.
8. Cara menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
a. Lemari pendingin, lemari pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry
ice) harus dibersihkan dan esnya dicairkan (defrost) secara teratur.
b. Buang ampul, tabung, boto1 dan wadah lain yang pecah selama
disimpan. Gunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal
saat bekerja. Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin
dan lemari pembeku hares didisinfeksi dengan disinfektan yang tidak
korosif.
15
c. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama
bahan, tanggal disimpan dan nama orang yang menyimpan. Wadah
yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus diotoklaf.
d. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari
pendingin.
9. Menyimpan ampul yang berisi bahan infeksi
Ampul berisi bahan infeksi jaringan direndam dalam nitrogen cair karena
ampul yang retak atau tidak tertutup rapat dapat pecah atau meledak saat i
dikeluarkan. Jika membutuhkan suhu rendah, simpan ampul dalam fase
gas di atas nitrogen cair. Alternatif lain simpan dalam lemari pendingin
atau dalam es kering.
Gunakan pelindung tangan dan mata saat memindahkan ampul dari lemari
pembeku.
10. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas
laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus
Hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency dan lain-lain.
a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen.
1) Gunakan sarung
2) Perawat bangsal dan analis laboratorium ( yang telah mempunyai
kompetensi / pelatihan ) yang boleh melakukan pengambilan
darah(phlebotomy)
3) Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya
dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah
penyimpanan jarum habis pakai . Pindahkan darah ke dalam
tabung spesimen dengan hati-hati dan tutup rapat mulut tabung
spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknva dibakar dalam alat
insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
sempritnya dibuang di tempat sampah khusus jarum suntik.
4) Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label
BAHAYA INFEKSI
16
5) Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
1) Buka tabung spesimen dalam Kabinet Keamanan biologis Kelas 1
dan kelas II.
2) Gunakan sarung tangan
3) Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus
c. Kaca dan benda tajam
1) Jika mungkin, gunakan alat terbuat dan plastik sebagai pengganti
kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari
borosilikat.
2) Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik selain untuk
mengambil darah.
d. Sediaan darah pada gelas obyek
Pegang gelas obyek dengan forsep.
e. Jaringan
1) Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil
seperti dari biopsi jarum dapat difiksasi dan didekontaminasi
dalam waktu kurang lebih 2 jam tetapi spesimen berukuran besar
membutuhkan waktu beberapa hari.
2) Setelah melakukan potong beku (frosensection). alat (erytome)
harus didekontaminasi
B. Pengelolaan Sampel atau Spesimen yang Benar
Spesimen adalah satuan bahan yang berasal dan manusia seperti
eksreta, sekreta, darah dan komponennya, jaringan dan cairan dan lain-lain
bahan. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium
harus memahami pengelolaan spesimen yang benar.
1. Penerimaan spesimen di laboratorium
17
a. Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika
jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen
dapat dilakukan pada meja khusus dalam area 1aboratorum.
b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk
mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
c. Wadah harus dapat didesinfeksi atau diotoklaf.
d. Wadah terbuat dan bahan tidak mudah pecah/bocor.
e. Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
f. Wadah diletakkan pada baki/nampan khusus yang terbuat dari logam
atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diotoklaf ulang.
g. Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari
h. Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri.
2. Petugas penerima spesimen
a. Semua petugas pemeriksaan spesimen harus mengenakan jas
laboratorium.
b. Semua spesimen harus dianggap infeksius dan ditangani dengan hati-
hati.
c. Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan
setiap hari.
d. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.
e. Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.
f. Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen.
g. Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh apapun pada meja
dimana spesimen tersimpan.
3. Petugas pembawa spesimen dalam laboratorium
a. Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan
saat membawa spesimen
b. Membawa spesimen di atas baki / nampan.
18
c. Mencuci tangan dengan disinfektan sesering mungkin dan sebelum
makan. Gunakan disinfektan jika terkena tumpukan/percikan dari
spesimen.
d. Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa
spesimen diotoklaf. .
e. Lapor pada petugas panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka
pada saat bekerja
C. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Laboratorium
Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di
Laboratorium yang dapat berupa limbah cair padat dan gas.
Laboratorium mikrobiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan
biomedis dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan
limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak
negatif.
Tahapan limbah tersebut, diperlukan pengelolaan pendahuluan
sebelum diangkat ke tempat pembuangan atau dimusnahkan dengan unit
pemusnah setempat.
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai (misalnya medium pembenihan yang tidak terpakai)
c. Produksi proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen).
d. Produk upaya penanganan limbah (misalnya jarum suntik sekali pakai
setelah ditoklaf).
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang
digolongkan menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infektif
c. Limbah umum
19
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi
label sesuai peraturan yang ada. Bentuk limbah yang diberi label sesuai
peraturan yang ada. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
a. Limbah
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian air bekas pencucian alat,
sisa spesimen (darah dan cairan tubuh).
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol
spesimen, kemasan, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan
medium pembiakan
c. Limbah gas
Dihasilkan dan penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida
atau termometer yang pecah (uap air raksa).
2. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah dilakukan berdasarkan sifat limbah
Buangan bahan berbahaya dan beracun
a. Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor
(CaO) atau Ca(OH)2.
Sebaiknya limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam sulfat
atau asam klorida. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai
indikator dapat digunakan fenolftalein. Zat ini akan berubah warna
pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika syarat pH limbah
berkisar antara 6,5 - 8,5.
b. Pengendapan, koagulasi dan flokulasi. Kontaminan logam berat dalam
limbah cair dapat dipisahkan dengan pengendapan, koagulasi dan
flokulasi. Tawas garam besi dan kapur amat efektif untuk
mengendapkan logam berat dan partikel koloidnya. Sebagai contoh. 50
ml, FeC13 yang membentuk Fc(OH)3 dapat mengikat arsen. seng,
nikel, mangan dan air raksa. Pengendapan dapat pula dilakukan dengan
menambahkan garam sulfidanya.
20
c. Oksidasi-reduksi
Terhadap zat organik toksin dalam limbah dapat dilakukan reaksi
oksidasi reduksi sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
Di bawah ini adalah beberapa oksidator dan reduktor untuk mengolah
limbah:
Tabel 2
Oksidator LimbahCl2, OCO CNH2O2 CNOzon (O3) Fenol, Sianida Oksidasi Basah Akrilonitril, CN Elektrolisa CN, Cr16
Reduktor Limbah SO2, Sulfat Cr16
FeSS4 Cr16
FE Cu12
Limbah Infeksi
Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi,
dekontraminasi, sterilisasi dan insinerasi.
Insinerasi adalah metode yang berguna untuk membuang limbah
laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf. Caranya dengan
membakar limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). insinerasi bahan
infeksi dapat digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi
berada di bawah pengawasan laboratorium dan dilengkapi dengan alat pengontrol
suhu dan ruangan bakar sekunder. Banyak alat insinerasi terutama yang dengan
ruang bakar tunggal, tidak memuaskan untuk menangani bahan infeksi dan
plastik.
Bahan tersebut tidak rusak dengan sempurna, sehingga asap yang keluar
dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan mikroorganisme, zat kimia toksik
dan asap. Ada beberapa model ruang bakar yang baik tetapi yang ideal ialah yang
memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800°C dan pada
ruang bakar kedua 1000°C.
21
Waktu retensi gas pada bakar kedua sebaiknya paling sedikit 0,5 detik.
bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus dioktoklaf lebih dahulu, harus dikemas
dalam kantong plastik. Petugas pelaksanaan insinetas harus menerima instruksi
yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.
Limbah Umum
Penanganan limbah umum ditampung dengan menggunakan kantong
plastik warna hitam dalam kotak sampah yang disediakan di masing-masing
bagian pelayanan. Selanjutnya diambil petugas kebersihan dan dibuang ke
pembuangan limbah umum atau tempat pembuangan sementara. Penampungan
sampah/limbah pada kantong plastik. Untuk limbah medis pada kantong plastik
warna kuning, dan limbah domestik pada kantong plastik warna hitam.
D. Menjaga Kesehatan Petugas Laboratorium
1. Persyaratan Kesehatan
a. Pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto toraks dengan sinar X
harus diterapkan pada petugas, pemeriksaan secara khusus atau
berkala.
b. Petugas laboratorium yang bekerja dengan bahan yang diduga
mengandung basil tuberkolosis harus diperiksa foto toraks dengan
sinar X setiap tahun. Bagi petugas lainnya dilakukan setiap 3 tahun.
c. Semua petugas laboratorium dianjurkan untuk vaksinasi Hepatitis B.
d. Wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH
e. Jika petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan jelas
tentang penyakitnya, maka petugas keamanan kerja laboratorium harus
melapor pada kepala laboratorium tentang kemungkinan infeksi dari
laboratorium.
f. Jika dicurigai adanya infeksi laboratorium, maka petugas keamanan
kerja laboratorium harus menyelidiki dan melaporkannya kepada
Kepala Laboratorium.
g. Laboratorium harus memiliki buku laporan atau catatan mengenai
kesehatan dan kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan.
22
2. Program imunisasi Hepatitis B untuk Petugas Laboratorium
a. Petugas Laboratorium yang belum pernah mendapat imunisasi
- Pemeriksaan penapisan (screening) : --HBs Ag
--Anti HBs
Hasil keduanya negatif, dilakukan vaksinasi 3 kali dengan jadwal
- Vaksinasi ke-l
- Vaksinasi ke-2, 1 bulan kurang 7 hari dari vaksinasi ke-1
- Vaksinasi ke-3, 6 bulan kurang 7 hari dari vaksinasi kc-1
- Pemeriksaan kadar anti HBs, 1 bulan setelah vaksinasi ke-3
- Program revaksinasi-lihat tabel 3
b. Petugas laboratorium yang sudah pernah mendapat imunisasi
- Pemeriksaan kadar anti HBs
- Program revaksinasi-1ihat label 3
3. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pemakaian APD perlu untuk menghindari kecelakaan kerja, mencegah
penularan penyakit sehingga, keamanan dan kesehatan petugas
laboratorium terjamin. APD yang diberikan disamping vaksin juga masker.
sarung tangan, jas atau alat proteksi lainnya.
E. Pengelolaan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja di laboratorium meliputi
- Lingkungan fisik, kimia, biologi dan psikis.
- Lingkungan kerja yang aman, nyaman perlu untuk menunjang pelayanan
kerja di laboratorium.
F. Pengelolaan Alat-alat/Sarana Kerja
Alat-alat/sarana kerja di laboratorium patologi klinik, mikrobiologi, patologi
anatomi maupun unit transfusi darah sudah banyak menggunakan alat-alat
yang canggih, seperti auto analyzer, sentrifuse, inkubátor dan lainnya. Hal ini
perlu dipe1ihara dikalibrasi, diberi alat pengaman jika perlu. Untuk kalibrasi
dilakukan tiap hari, tiap minggu sesuai dengan kebutuhan. Kemudian untuk
23
pengamanan bahaya yang dicegah serta cara mengatasinya pada berbagai alat
dan dilihat pada tabel I dan tabel II.
G. Pengembangan dari Peningkatan Mutu Pelayanan
Untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan laboratorium,
memperhatikan tiga hal yang sangat berperan, antara lain
1. Sumber daya manusia
Petugas teknik dan administrasi laboratorium perlu ditingkatkan kualitas
dan kuantitasnya melalui: kursus, pelatihan/training dan lain-lain, di
samping terjamin kesehatan dan kesejahteraannya.
2. Lingkungan dan alat kerja
Lingkungan kerja yang aman, nyaman disertai alat kerja yang canggih
sampai mendukung dan menunjang.
3. Quality control
Quality control terhadap hasil pemeriksaan terkait dengan alat dan reagen
yang dipakai yang dilakukan secara berkala pada pemeriksaan patologi
klinik, mikrobiologi atau patologi anatomi. Seperti pada hasil-hasil quality
control terlampir ini, quality control sesuai dengan yang dilakukan menurut
program pemerintah (Balai Laboratorium Kesehatan) baik pusat atau
daerah.
Dengan memperhatikan 3 hal tersebut maka program pengembangan dan
peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
Tugugrejo Semarang sudah berlangsung dalam memberikan pelayanan
yang terbaik bagi masyarakat.
24
Lampiran I
Tabe1 1. JENIS BAHAYA YANG TIMBUL DALAM PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM DAN CARA MENGATASINYA
PERALATAN LABORATORIUM
BAHAYACARA MENGATASINYA
Jarum semprit Tusukan, aerosol, tumpahan
Gunakan jarum semprit dengan sistem pengunci untuk mencegah terlepasnya jarum dari semprit, jika mungkin gunakan alat suntik sekali pakai. Sedot bahan pemeriksaan dengan hati-hati untuk mengurangi gelembung udara. Lingkari jarum dengan kapas disinfeksi saat menarik jarum dari botol spesimen. Jika mungkin lakukan dalam kabinet keamanan biologis. Semprit harus diotoklaf sebelum dibuang, jarum sebaiknya dibakar dengan alat insinerasi.
Sentrifus/alat pemusing
Aerosol, percikan, tabung pecah
Jika diduga ada tabung pecah saat sentrifugasi, matikan mesin dan jangan dibuka selama 30 menit. Jika tabung pecah setelah mesin berhenti, sentrifus harus ditutup kembali dan dibiarkan selama 30 menit Laporkan kejadian ni kepada petugas keamanan kea. Gunakan sarung tangan karet tebat dan forsep untuk mengambil pecahan kaca. Tabung yang pecah, pecahan colas dan selongsong serta rotor hat us didisinteksi/diotoklaf, Tabung yang tidak pecah disinfeksi dibiarkan satu malam. Bilas dengan air dan kekeringan.
Alat homogenisasi dan alat pengaduk (stirer)
Aerosol, kebocoran
Gunakan alat homogenisasi yang terbuat dari Teflon. Tabung dan tutup alat plastik. Sebaiknya pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis.
Alat pemecah Aerosol, Operator harus memakal sarung tangan dan
25
jaringan (grinder) kebocoran alat dipegang dengan bahan absorben yang lunak.
Alat Pengguncang (shaker)
Aerosol, percikan, tumpatan
Gunakan tabung yang tertutup rapat dilengkapi dengan filter pada mulut tabung
Lampiran II
TABEL 2. PERALATAN KEAMANAN, BAHAYA YANG DICEGAH DAN KEAMANAN YANG DIPEROLEH
ALAT BAHAYA YANG DICEGAH KEAMANANKabinet keamanan biologis Kelas I
Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke daerah kerja sedikit
Kabinet keamanan biologis Kelas II
Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke daerah kerja sedikit. Udara yang keluar dari daerah kerja sudah terfiltrasi baik.
Kabinet keamanan biologis Kelas III
Aerosol, percikan Cara pengamanan yang maksimum
Alat bantu pipet Bahaya pemipetan dengan mulut yaitu: tertelannya mikroorganisme patogen, inhalasi aeroso dan kontaminasi pada ujung tempat menghisap
Dapat didisfensi, mudah digunakan dan mencegah kontaminasi serta kebocoran dari ujung pipet
Pelindung Pernafasan
Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar 1-5 mikron. Melindungi mata jika menggunakan pelindung muka penuh.
Pelindung muka dan pelindung mata
Pecahan, percikan Pelindung muka: melindungi seluruh muka pelindung mata: melindungi mata dan bagian mata
Otoklaf Kontaminasi mikroorganisme pada alat sekali pakai dan alat yang digunakan kembali
Sterilisasi yang efektif
Botol dengan tutup berulir (screw capped)
Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
26
Alat insinerasi mikro
Aerosol Mengurangi percikan dan penyebaran bahan infeksi
Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja dengan operator
Pakaian pelindung diri
Tumpahan bahan kimia kontaminasi spesimen
Melindungi tubuh
Alat keamanan kerja laboratorium yang dirancang khusus, tidak menjamin perlindungan kecuali jika operator telah terlatih benar menggunakan alat sesuai dengan aturan yang berlaku.
Lampiran III
ALUR PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM KLINIK RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO
YOGYAKARTA
I. JENIS LIMBAH
II. PENGUMPULAN PENAMPUNGAN
III. PENGOLAHAN
Limbah Cair - Pelarut organik - Air Cucian - Sisa spesimen (darah, urine,
cairan tubuh dll)- Sisa Reagen yang terpakai
(bahan kimia) - dll
Limbah Padat- Sampah Media - Sampah Domestik
Dok/Kotak Penampungan
Kantong KuningSampah media
infeksi
Kantong HitamSampah Domestik
Cerobong Asap
Netralisasi dg CaO atau Ca
(OH)2
Autoclave 121oC Waktu 15”
LIMBAH LABORATORIUM
Limbah Gas- Almari Asam - Autoclave - Mesin Cuci - Alat lab lain
TPA Sampah Blower Exhause Fan
27
IV. PEMBUANGAN
Koagulasi Al2(SO4)3
Open Dumping/Sanitary
Land Fill
Desinfeksi Ca (Ocl)2
Udara Bebas
Insinerator 800oC-1000oC
Sungai/Saluran Khusus
Ditimbun
28
A. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
1. Cara Penanganan / Pengelolaan Limbah Cair
a. Sistem pengaliran limbah cair
b. Sistem pengolahan limbah cair
2. Sumber Limbah Cair
a. Kelompok Perawatan dan Pelayanan
b. Kelompok Penunjang Perawatan / Pelayanan
3. Jenis Limbah Cair
a. Golongan ekskresi manusia
b. Golongan tindakan pelayanan
c. Golongan penunjang pelayanan
Alat/Fasilitas yang tersedia di Sentral Pengolahan Limbah Rumah Sakit TK. III
04.06.03 DR. Soetarto Yogyakarta.
29
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DAN KESEHATAN
DI LABORATORIUM
ASAM
PENANGGULANGAN PENCEGAHANTerkena Kulit: Guyur air, daerah yang terkena diolesi dengan kapas yang dibasahi dengan Sodium Karbonat 5%
1. Pada saat pengenceran asam: Tambahkan asam ke dalam air tetes demi tetes (jangan sebaliknya)
Terkena Mata: Cuci dengan air sebanyak mungkin atau semprot dari sudut mata dekat hidung, tetesi dengan Sodium Bikarbonat 2%
2. Botol asam / alkali ditempatkan pada lemari bagian bawah
Tertelan Asam: Minum 2 putih telur dicampur 500 ml air/susu Minum air putih sebanyak-banyaknya. Terkena Bibir atau Lidah: Cuci dengan air dan olesi Sodium Bikarbonat 2%
ALKALI
PENANGGULANGANPrinsip sama dengan terkena asam, larutan yang dipakai asam asetat 5%
KEBAKARAN
PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Keluarkan bahan yang mudah terbakar
dari sekitar sumber api Pada laboratorium selalu
tersedia air dan bahan pemadam kebakaran
Memadamkan api dengan air, es, CO2, pasir, serbuk pemadam kebakaran
30
LUKA BAKAR
PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Jauhkan dari sumber api atau
panas Bila memanaskan cairan dalam tabung,
panaskan pada bagian tengah, dengan mulut tabung menghadap ruang kosong
Tempatkan di daerah terbuka Memakai peralatan tahan api (pyrex) Bila luka bakar kecil,
rendam dengan air dingin/es Beri Yodium
TERKENA PECAHAN KACA
PENANGGULANGAN PENCEGAHANPecahan Kaca Bersih: Disinfeksi dengan yodium, tutup dengan plester/balut dengan kasa
Bekerja dengan sarung tangan
Pecahan kaca infeksius: Darah dibiarkan mengalir/kalau tidak berdarah tekan sampai darah keluar. Oleskan dengan yodium, basuh dengan air sabun, beri yodium lagi.
TERSENGAT LISTRIK
PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Sambungan listrik diputus Membenahi kabel-kabel yang
terbuka Penolong berdiri di atas papan,
koran/karet, memakai sarung tangan karet
Bila perlu memakai sarung tangan karet
Memegang korban pada pakaiannya Jika perlu beri nafas buatan Rujuk Rumah Sakit
KERACUNAN (TERHISAP/TERTELAN)
PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Tempatkan di daerah terbuka Memakai masker Jika pingsan jangan diberi minum
atau makan Jangan memipet dengan mulut
Bila perlu diberi napas buatan Bila sudah sadar dari pingsan
berikan minum 2-4 gelas air/susu Diusahakan muntah
31
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK MENCEGAH
KECELAKAAN KERJA
1. Jangan menghisap pipet dengan mulut, jangan meniup pipet yang
mengandung material infeksius.
2. Memakai pelindung diri; sarung tangan, masker, kaca mata, jas laboratorium.
3. Cuci tangan bila hendak memakai atau mengganti sarung tangan
4. Hindari memegang jarum secara langsung, buang jarum dalam wadah yang
kuat (tahan bocor)
5. Selalu/biasakan cuci tangan sesering mungkin, jangan meninggalkan
laboratorium sebelum cuci tangan.
6. Jangan memegang mulut, hidung atau mata sewaktu bekerja / kontak dengan
material infeksius.
7. Dekontaminasi semua alat atau meja yang dipakai dengan disinfektan.
8. Sebelum melakukan sentrifuse, pastikan tabung tidak dalam keadaan rusak
(pecah/retak)
9. Bersihkan lemari es secara teratur dari bunga es dan ampul/tabung yang
pecah. Pakai sarung tangan / masker selama membersihkan.
10. Jangan makan/minum / merokok di laboratorium.
32
MONITORING KESELAMATAN KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN:
NOPETUGAS TERKAIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATANJADWAL
KEGIATANKET
1 Kepala Instalasi Pemeriksaan kesehatan pegawai dan training/ sosialisasi metode kerja atau pemeriksaan laboratorium
1. Pelaksana check up Kes. Pegawai
2. Sosialisasi dan training semua metode dan peraturan kerja keselamatan kerja pemeriksaan lab.
1. Januari………Agustus ……….
2. Januari………
(setiap ada jenis pemeriksaan baru)
2 Tim Keselamatan Kerja
Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja
Pemantauan ke masing-masing kelompok kerja/ unit pemeriksaan laboratorium dan memastikan semua pegawai bekerja sudah sesuai SOP / Peraturan Kerja Laboratorium
Setiap hari kerja
3 Tim Keselamatan Kerja
Pemantauan pelaksanaan secara berkala tentang: pemeriksaan kesehatan pegawai, dekontaminasi peralatan dan sarana lab.
1. Memastikan pelaksanaan checkup kesehatan pegawai
2. Memastikan semua pegawai sudah memakai alat pelindung diri dan melakukan dekontaminasi peralatan dan sarana lab.
1. Enam bulan sekali
2. Setiap hari kerja
4 Tim Keselamatan Kerja
Memastikan bahwa limbah dibuang / dimusnahkan secara atau dengan prosedur yang benar (sesuai SOP)
Melakukan pengawasan pembuangan dan pemusnahan limbah laboratorium yang dilakukan oleh petugas lab.
Setiap hari kerja
5 Tim Keselamatan Kerja
Memastikan tindakan penanganan kecelakaan kerja sudah benar sesuai peraturan keselamatan kerja lab.
Melakukan pengawasan penanganan kecelakaan kerja yang dilakukan petugas lab. Sesuai prosedur. Dan melaporkan kepada kepala instalasi lab.
Setiap hari kerja
6 Tim Keselamatan Kerja
Pengawasan absen pegawai yang disebabkan karena sakit
Memastikan penyebab sakit yang diderita oleh petugas lab. Ada hubungannya dengan pekerjaan
Setiap hari kerja
33
Denah Jalur Evakuasi Laboratorium
34