pedoman sanitasi rs dkt yk

49
1 PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA

Upload: tanti-cahyani-syamsiah

Post on 03-Feb-2016

160 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

1

PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO

YOGYAKARTA

INSTALASI SANITASI

RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

2

DAFTAR ISI

Halaman

1 Pendahuluan

1. Latar Belakang..

2. Tujuan Pedoman

3. Ruang lingkup Pelayanan

4. Batasan Operasional

5. Landasan Hukum

II Standar Ketenagaan

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

2. Distribusi ketenagaan

3. Pengaturan Jaga

III Standar Fasilitas

1. Denah Ruangan

2. Standar Fasilitas

IV Tata Laksana Pelayanan

V Logistik

VI Keselamatan Pasien ( Kegiatan untuk keselamatan pasien )

VII Keselamatan Kerja ( kegiatan untuk keselamatan kerja dan

pelaporan kecelakaan kerja )

VIII Pengendalian Mutu ( SPM,pencatatan, pelaporan dan

moitoring data insiden keselamatan pasien

IX Penutup

Lampiran-lampiran

Page 3: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

3

PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA

I. Pendahuluan

Rumah sakit adalah tempat untuk memberikan pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan pada

umumnya yang memerlukan penanganan kesehatan yang

seksama karena rumah sakit merupakan institusi pelayanan

kesehatan yang inti dari pelayanan medik, baik preventif, kuratif

rehabilitatif dan promotif dengan pelayanan cepat,

akurat ,manusiawi dan nyaman.

Rumah sakit mempunyai fungsi untuk mempercepat

penyembuhan dan pemulihan penderita seperti yang diharapkan.

Rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit

menular maupun tidak menular sehingga dapat menimbulkan

dampak negatif antara lain : terhambatnya proses penyembuhan

dan pemulihan kesehatan penderita; terjadinya penularan penyakit

kepada petugas dan pengunjung; tercemarnya lingkungan oleh

mikroorganisme; baik mikroorganisme yang bersifat parasit :

pembawa vektor penyakit maupun yang bersifat infeksius; menjadi

sumber penularan bagi masyarakat sekitarnya; menurunkan

kualitas badan air penerima buangan limbah cair dari rumah sakit

1. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit, Bahwa

kondisi lingkungan rumah sakit mestinya harus memenuhi

persyaratan kesehatan lingkungan sehingga tidak terjadi

Page 4: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

4

penularan penyakit, gangguan kesehatan dan pencemaran

lingkungan , sehingga perlu upaya sanitasi rumah sakit atau

pengawasan kualitas lingkungan rumah sakit.

Pengawasan kondisi sanitasi dan kualitas lingkungan harus

dilakukan secara teratur. Upaya sanitasi rumah sakit merupakan

suatu kegiatan yang muntlak harus dilaksanakan oleh

pengelola rumah sakit pada umumnya. Untuk menghindari hal-

hal yang tidak menguntungkan maka lingkungan maupun

sarana prasarana rumah sakit perlu dipelihara dengan baik,

sesuai dengan persyaratan kesehatan

2. Tujuan Pedoman

2.1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman dalam mewujudkan lingkungan rumah

Sakit yang bersih, aman, nyaman dan sehat baik bagi

pasien, karyawan, pengunjung maupun lingkungan sekitar

rumah sakit

2.2. Tujuan Khusus

a. Terpeliharanya kebersihan ruang, halaman dan

lingkungan Rumah Sakit

b. Terlaksananya kegiatan pengawasan penyehatan

ruang dan bangunan

c. Terlaksananya kegiatan pengendalian serangga dan

binatang pengganggu untuk mencegah

perkembangbiakan dan terjadinya penularan penyakit

d. Terlaksananya kegiatan pengelolaan limbah rumah

sakit baik padat, cair dan gas

e. Terlaksananya kegiatan pengawasan makanan dan

minuman serta air

Page 5: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

5

f. Terlaksananya kegiatan pengawasan dan

pemantauan kualitas lingkungan rumah sakit

g. Penyuluhan kesehatan agar petugas, pasien dan

pengunjung tercipta kesadaran terhadap aspek

sanitasi

3. Ruang lingkup Pelayanan

A. Penyehatan ruang, bangunan dan halaman rumah sakit

B. Hygiene sanitasi makanan dan minuman

C. Penyehatan air

D. Pengeloloaan limbah

E. Pengelolaan tempat pencucian linen ( laundry )

F. Pengendalian seranggan dan binatang pengganggu

G. Dekontaminasi dan sterilisasi

H. Persyaratan pengamanan radiasi

I. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

4. Batasan Operasional

Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan Rumah Sakit

5. Landasan Hukum

a. UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan

b. UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup

c. PP No.85 Tahun 1999 ( revisi PP No.18 Tahun 1999 ) tentang

Pengelolaan Limbah B3

d. Kemeneg Lingkungan Hidup, Nomor Keputusan 58 / kep LH/

Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

e. Kepmenkes Nomor 715 tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene

Sanitasi Jasa Boja

f. Permenkes Nomor 826 Tahun 1987 tentang Makanan Iradisi

g. Permenkes Nomor 722 Tahun 1988 tentang Bahan Makanan

Tambahan

Page 6: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

6

h. Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum

i. Kepmenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat

Pengawasan Kualitas Air Minum

j. Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

k. Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

l. Pedoman Sanitasi Rumah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2000

m. dll

II. Standar Ketenagaan

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1.1. Tenaga Sanitatarian

a. Sarjana Kesehatan Lingkungan / D4 Kesehatan Lingkungan

b. Sarjana Muda ( DIII ) Kesehatan Lingkungan /DIII Politeknik

Lingkungan

c. Sanitarian lulusan SPPH

1.2. Tenaga Laboraturium

a. Sarjana Biologi / D4 Kesehatan Lingkungan

b. DIII Biologi / Kesehatan Lingkungan

c. Analis Kimia

1.3. Tenaga Pendukung

a. Pekarya Kesehatan

b. Operator mekanis

c. Lain-lain yang diperlukan

2. Distribusi Ketenagaan

Page 7: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

7

Sumber daya manusia yang ada di Instalasi Sanitasi RS TK. III

04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA terdiri dari 9 orang

sesuai dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut:

NO NAMA PENDIDIKAN STATUS

1 SURONO, SKM S1 Kesehatan Masyarakat PNS

2 SUPONO, SKM S1 Kesehatan Masyarakat PNS

3 NURUL HANIFAH, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS

4 SULISTIYANI. NA, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS

5 WAHYU WULANDARI, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan PNS

6 NINA MUKTIYO. R D-III Teknik Lingkungan KONTRAK

7 NANANG GHOZALI, AmKL D-III Kesehatan Lingkungan KONTRAK

8 SUGIARTO SMP PNS

9 HARYONO STM HARLEP

3. Pengaturan Jaga

a. Hari biasa (senin s/d kamis)

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB (petugas 7 orang)

P2 : masuk pagi jam 10.00 s/d 17.00 WIB (petugas 2 orang)

b. Hari biasa (jum’at)

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 11.00 WIB (petugas 6 orang,

libur 1 orang)

P2 : masuk siang jam 13.00 s/d 17.00 WIB (petugas 2 orang)

c. Hari sabtu

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 13.00 WIB (petugas 7 orang)

P2 : masuk siang jam 10.00 s/d 16.00 WIB (petugas 2 orang)

d. Hari minggu

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 11.00 WIB (petugas 1 orang)

e. Hari libur nasional

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB kecuali hari jum’at dan

sabtu (petugas 1 orang)

f. Hari libur cuti bersama

P1 : masuk pagi jam 07.00 s/d 14.00 WIB kecuali hari jum’at dan

Page 8: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

8

sabtu (petugas 2 orang)

P2 : masuk siang jam 10.00 s/d 17.00 WIB kecuali hari jum’at dan

sabtu (petugas 1 orang)

III. Standar Fasilitas

1. Denah Ruangan

2. Standar Fasilitas

Fasilitas dalam kegiatan Instalasi Sanitasi RS TK. III 04.06.03 DR.

SOETARTO YOGYAKARTA

1. Ruangan / kantor

2. Meja, kursi dan almari

3. Unit Pengolahan Limbah ( Cair dan Padat )

4. Peralatan laboratorium kesehatan lingkungan

5.

IV. Tata Laksana Pelayanan

V. Logistik

Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan instalasi sanitasi antara

lain :

VI. Keselamatan Pasien

VII. Keselamatan Kerja

VIII. Pengendalian Mutu

Page 9: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

9

Kesehatan adalah salah satu unsur yang paling penting untuk

menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.

Pada saat ini penggunaan berbagai bahan kimiawi, mekanisme berbagai

metode dan sarana yang canggih di laboratorium klinik rumah sakit meningkat,

sehingga kita perlu mewaspadai adanya ancaman bahaya potensial di

Laboratorium Klinik yaitu ancaman biologi, kimia, fisika, ergonomi bahaya

psikosial serta kesehatan dan keselamatan kerja.

Pencegahan kerja/keamanan laboratorium adalah bagian dari upaya

keselamatan laboratorium yang bertujuan melindungi pekerja laboratorium dan

orang sekitarnya dan resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari

laboratorium, berupa penanganan pencegahan terhadap bahaya atau kecelakaan

fisik, kimiawi dan biologis.

Hal tersebut di atas sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan khususnya pasal 2 tentang

Keselamatan Kerja, serta Kebijakan Direktur RS TK. III 04.06.03 DR.

SOETARTO YOGYAKARTA No…………. tentang Pedoman Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA.

II. Tujuan

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan kerja

petugas laboratorium RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO

YOGYAKARTA baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh

keadaan/kondisi lingkungan kerja.

3. Menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan yang sesuai dengan

kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

4. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.

III. Ruang Lingkup

Page 10: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

10

Kegiatan K3 serta Pencegahan Kecelakaan Kerja/Keamanan

Laboratorium, meliputi: pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan.

1. Pelaksanaan

- Melakukan pemeriksaan awal dan pemeriksaan kesehatan petugas

laboratorium secara berkala

- Cara kerja/praktek laboratorium yang benar.

- Penanganan/pengelolaan spesimen yang benar.

- Tata laksana/pengelolaan limbah laboratorium.

2. Pengawasan/pengendalian

Dilakukan oleh Pokja K3 RSUD Tugurejo, Ka Instalasi serta

coordinator di masing – masing Instalasi meliputi pengambilan spesimen

dan hasil pemeriksaan pengawasan terhadap tenaga kerja, lingkungan kerja

yang baik dan mendukung serta alat-alat laboratorium.

3. Pembinaan

Pembinaan diarahkan agar perilaku dan sikap pekerja di

laboratorium RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA

sesuai dengan prinsip pelaksanaan K3 sehingga diharapkan nihil

kecelakaan kerja.

IV. Sasaran Utama

Dengan diterapkan kegiatan K3 serta pencegahan kecelakaan

kerja/keamanan laboratorium dengan baik dan benar, maka akan menunjang

pengembangan dan meningkatkan mutu pelayanan laboratorium serta

kenyamanan bekerja.

Susunan utama penerapan ini, meliputi

- Sumber daya manusia

- Lingkungan kerja

- Alat-alat / sarana kerja

Page 11: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

11

V. Prosedur Tetap/Tata Laksana Penerapan

K3 pada kegiatan laboratoriun RS. Dr. Kariadi Semarang

1. Ruang Lingkup Laboratorium

RS TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA, terdiri dari

beberapa Instalasi yaitu :

Instalasi Laboratorium Klinik

Instalasi BDRS

Instalasi Laboratorium PA

2. Tata Laksana Kegiatan laboratorium

Penerapan K3 pada kegiatan laboratorium, meliputi

a. Praktek kerja di laboratorium yang benar

b. Pengelolaan sampel atau specimen yang benar

c. Tata laksana pengelolaan limbah laboratorium

d. Menjaga kesehatan petugas laboratorium

e. Pengelolaan lingkungan kerja

f. Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan

Penjelasan mengenai tata laksana masing-masing kegiatan laboratorium

diuraikan sebagai berikut:

A. Praktek Kerja Laboratorium yang Benar

Berbagai alat laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas,

untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setia petugas laboratorium harus

melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.

Bahan Infeksi:

Adalah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti

bakteri, virus, rickettsia, parasit, jamur atau suatu rekombinan, hibrid atau

mutan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Toksin

yang tidak mengandung bahan infeksi tidak termasuk batasan ini.

1. Cara mencegah penyebaran bahan infeksi

Page 12: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

12

a. Gunakan kabinet keamanan biologis untuk membakar sengkelit. Hal

ini mencegah timbulnya percikan bahan infeksi jika membakar

sengkelit di atas pembakar Bunsen.

b. Tempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi

dalam wadah yang tahan bocor.

c. Dekontaminasi permukaan meja kerja dan disinfektan yang sesuai

setiap kali akan memulai dan setelah bekerja.

2. Cara untuk mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan

infeksi.

Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 um) akan

terlepas ke udara dan menempel pada permukaan meja serta tangan

petugas laboratorium.

Dianjurkan untuk mengikuti hal di bawah ini:

a. Cuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum melakukan tindakan,

setelah menggunakan sarung tangan, setelah melakukan tindakan,

sebelum kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan pasien..

Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.

b. Jangan makan, minum merokok, mengunyah permen atau menyimpan

makanan/minuman dalam laboratorium.

c. Jangan membubuhkan kosmetik dalam laboratorium.

d. Gunakan alat pelindung mata/mulut terdapat resiko percikan bahan

infeksi saat bekerja.

3. Cara untuk mencegah tertusuk tertusuk bahan infeksi

Jarum suntik, pipet Pasteur dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka

tusuk. Untuk menghindarinya dapat dilakukan:

a. Bekerja dengan hati-hati

b. Mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin

c. Pilih pipet Pasteur yang terbuat dan plastik.

d. Sisa jarum suntik yang telah dipakai dibuang pada tempat khusus

pembuangan jarum suntik.

4. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet

Page 13: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

13

a. Hindarkan memipet dengan mulut, sebaiknya selalu gunakan alat bantu

pipet.

b. Masukkan meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi

dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet.

c. Jangan keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa.

d. Sediakan kapas yang dibasahi disinfektan pada meja kerja untuk

membersihkan meja jika terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari

pipet. Kapas di buang pada tempat sampah infeksius setelah selesai

digunakan.

e. Gunakan pipet ukur karena cairan perlu dikeluarkan sampai tetes

terakhir.

f. Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan

selama 1 8-24 jam sebelum disterilisasi.

g. Di samping kabinet keamanan biologis harus disediakan wadah untuk

membuang pipet.

h. Jangan gunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk

memipet. Gunakan alat khusus untuk membuka botol dengan penutup

karet.

5. Cara menggunakan sentrifus/alat pemusing

a. Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.

b. Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas

laboratorium yang pendek dapat melihat ke dalam alat dan

menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.

c. Periksa rotor setrifus dan selongsong (bucket) sebelum dipakai atau

secara berkala untuk memelihara tanda korosi dari keretakan

d. Selongsong berisi tabung sentrifuse harus seimbang

e. Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan

larutan NaCl atau hipoklorit karena bersifat korosif.

f. Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan

penyeimbang dapat mengalir keluar.

Page 14: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

14

g. Cara sentriftigasi yang benar, tabung yang tertutup rapat dan

selongsong yang terkunci dapat melindungi petugas laboratorium

terhadap aerosol dari sebaran partikel dan mikroorganisme.

6. Cara menggunakan alat homogenisasi, alat pengguncang dan alat sonikasi

a. Jangan gunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam rumah tangga

karena dapat bocor dan menimbulkan aerosol. Supaya aman gunakan

blender khusus untuk laboratorium.

b. Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan tidak

cacat. Tutup botol harus pas.

c. Aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dan celah antara

tutup dan tabung alat homogenisasi, alat penguncang (shaker dan alat

sonikasi. Gunakan tabung yang terbuat dari politetrafluoretilen (PIPE)

karena tabung gelas dapat pecah.

d. Saat bekerja, tutup alat dengan pembungkus plastik transparan yang

kuat. Disinfeksi kantong plastik setelah digunakan. Jika mungkin alat

dipakai dalam kabinet keamanan biologis.

e. Setelah digunakan, buka alat dalam kabinet keamanan biologis.

f. Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.

7. Cara menggunakan alat penghancur jaringan

a. Gunakan sarung tangan dan pegang alat dalam keadaan terbungkus

kain kasa tebal. Pilih alat yang terbuat dari PTFE karena lebih aman.

b. Gunakan alat dan buka alat dalam kabinet keamanan biologi.

8. Cara menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku

a. Lemari pendingin, lemari pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry

ice) harus dibersihkan dan esnya dicairkan (defrost) secara teratur.

b. Buang ampul, tabung, boto1 dan wadah lain yang pecah selama

disimpan. Gunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal

saat bekerja. Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin

dan lemari pembeku hares didisinfeksi dengan disinfektan yang tidak

korosif.

Page 15: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

15

c. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama

bahan, tanggal disimpan dan nama orang yang menyimpan. Wadah

yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus diotoklaf.

d. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari

pendingin.

9. Menyimpan ampul yang berisi bahan infeksi

Ampul berisi bahan infeksi jaringan direndam dalam nitrogen cair karena

ampul yang retak atau tidak tertutup rapat dapat pecah atau meledak saat i

dikeluarkan. Jika membutuhkan suhu rendah, simpan ampul dalam fase

gas di atas nitrogen cair. Alternatif lain simpan dalam lemari pendingin

atau dalam es kering.

Gunakan pelindung tangan dan mata saat memindahkan ampul dari lemari

pembeku.

10. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas

laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus

Hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency dan lain-lain.

a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen.

1) Gunakan sarung

2) Perawat bangsal dan analis laboratorium ( yang telah mempunyai

kompetensi / pelatihan ) yang boleh melakukan pengambilan

darah(phlebotomy)

3) Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya

dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah

penyimpanan jarum habis pakai . Pindahkan darah ke dalam

tabung spesimen dengan hati-hati dan tutup rapat mulut tabung

spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknva dibakar dalam alat

insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan

sempritnya dibuang di tempat sampah khusus jarum suntik.

4) Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label

BAHAYA INFEKSI

Page 16: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

16

5) Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke

laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah

b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

1) Buka tabung spesimen dalam Kabinet Keamanan biologis Kelas 1

dan kelas II.

2) Gunakan sarung tangan

3) Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus

c. Kaca dan benda tajam

1) Jika mungkin, gunakan alat terbuat dan plastik sebagai pengganti

kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari

borosilikat.

2) Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik selain untuk

mengambil darah.

d. Sediaan darah pada gelas obyek

Pegang gelas obyek dengan forsep.

e. Jaringan

1) Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil

seperti dari biopsi jarum dapat difiksasi dan didekontaminasi

dalam waktu kurang lebih 2 jam tetapi spesimen berukuran besar

membutuhkan waktu beberapa hari.

2) Setelah melakukan potong beku (frosensection). alat (erytome)

harus didekontaminasi

B. Pengelolaan Sampel atau Spesimen yang Benar

Spesimen adalah satuan bahan yang berasal dan manusia seperti

eksreta, sekreta, darah dan komponennya, jaringan dan cairan dan lain-lain

bahan. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium

harus memahami pengelolaan spesimen yang benar.

1. Penerimaan spesimen di laboratorium

Page 17: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

17

a. Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika

jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen

dapat dilakukan pada meja khusus dalam area 1aboratorum.

b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk

mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.

c. Wadah harus dapat didesinfeksi atau diotoklaf.

d. Wadah terbuat dan bahan tidak mudah pecah/bocor.

e. Wadah diberi label tentang identitas spesimen.

f. Wadah diletakkan pada baki/nampan khusus yang terbuat dari logam

atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diotoklaf ulang.

g. Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari

h. Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri.

2. Petugas penerima spesimen

a. Semua petugas pemeriksaan spesimen harus mengenakan jas

laboratorium.

b. Semua spesimen harus dianggap infeksius dan ditangani dengan hati-

hati.

c. Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan

setiap hari.

d. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.

e. Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.

f. Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan

spesimen.

g. Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh apapun pada meja

dimana spesimen tersimpan.

3. Petugas pembawa spesimen dalam laboratorium

a. Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan

saat membawa spesimen

b. Membawa spesimen di atas baki / nampan.

Page 18: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

18

c. Mencuci tangan dengan disinfektan sesering mungkin dan sebelum

makan. Gunakan disinfektan jika terkena tumpukan/percikan dari

spesimen.

d. Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa

spesimen diotoklaf. .

e. Lapor pada petugas panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka

pada saat bekerja

C. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Laboratorium

Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di

Laboratorium yang dapat berupa limbah cair padat dan gas.

Laboratorium mikrobiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan

biomedis dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan

gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan

limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak

negatif.

Tahapan limbah tersebut, diperlukan pengelolaan pendahuluan

sebelum diangkat ke tempat pembuangan atau dimusnahkan dengan unit

pemusnah setempat.

1. Sumber, sifat dan bentuk limbah

Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber

a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa

b. Bahan habis pakai (misalnya medium pembenihan yang tidak terpakai)

c. Produksi proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen).

d. Produk upaya penanganan limbah (misalnya jarum suntik sekali pakai

setelah ditoklaf).

Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang

digolongkan menjadi:

a. Buangan bahan berbahaya dan beracun

b. Limbah infektif

c. Limbah umum

Page 19: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

19

Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi

label sesuai peraturan yang ada. Bentuk limbah yang diberi label sesuai

peraturan yang ada. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:

a. Limbah

Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian air bekas pencucian alat,

sisa spesimen (darah dan cairan tubuh).

b. Limbah padat

Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol

spesimen, kemasan, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan

medium pembiakan

c. Limbah gas

Dihasilkan dan penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida

atau termometer yang pecah (uap air raksa).

2. Pengolahan limbah

Pengolahan limbah dilakukan berdasarkan sifat limbah

Buangan bahan berbahaya dan beracun

a. Netralisasi

Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor

(CaO) atau Ca(OH)2.

Sebaiknya limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam sulfat

atau asam klorida. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai

indikator dapat digunakan fenolftalein. Zat ini akan berubah warna

pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika syarat pH limbah

berkisar antara 6,5 - 8,5.

b. Pengendapan, koagulasi dan flokulasi. Kontaminan logam berat dalam

limbah cair dapat dipisahkan dengan pengendapan, koagulasi dan

flokulasi. Tawas garam besi dan kapur amat efektif untuk

mengendapkan logam berat dan partikel koloidnya. Sebagai contoh. 50

ml, FeC13 yang membentuk Fc(OH)3 dapat mengikat arsen. seng,

nikel, mangan dan air raksa. Pengendapan dapat pula dilakukan dengan

menambahkan garam sulfidanya.

Page 20: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

20

c. Oksidasi-reduksi

Terhadap zat organik toksin dalam limbah dapat dilakukan reaksi

oksidasi reduksi sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

Di bawah ini adalah beberapa oksidator dan reduktor untuk mengolah

limbah:

Tabel 2

Oksidator LimbahCl2, OCO CNH2O2 CNOzon (O3) Fenol, Sianida Oksidasi Basah Akrilonitril, CN Elektrolisa CN, Cr16

Reduktor Limbah SO2, Sulfat Cr16

FeSS4 Cr16

FE Cu12

Limbah Infeksi

Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi,

dekontraminasi, sterilisasi dan insinerasi.

Insinerasi adalah metode yang berguna untuk membuang limbah

laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf. Caranya dengan

membakar limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). insinerasi bahan

infeksi dapat digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi

berada di bawah pengawasan laboratorium dan dilengkapi dengan alat pengontrol

suhu dan ruangan bakar sekunder. Banyak alat insinerasi terutama yang dengan

ruang bakar tunggal, tidak memuaskan untuk menangani bahan infeksi dan

plastik.

Bahan tersebut tidak rusak dengan sempurna, sehingga asap yang keluar

dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan mikroorganisme, zat kimia toksik

dan asap. Ada beberapa model ruang bakar yang baik tetapi yang ideal ialah yang

memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800°C dan pada

ruang bakar kedua 1000°C.

Page 21: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

21

Waktu retensi gas pada bakar kedua sebaiknya paling sedikit 0,5 detik.

bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus dioktoklaf lebih dahulu, harus dikemas

dalam kantong plastik. Petugas pelaksanaan insinetas harus menerima instruksi

yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.

Limbah Umum

Penanganan limbah umum ditampung dengan menggunakan kantong

plastik warna hitam dalam kotak sampah yang disediakan di masing-masing

bagian pelayanan. Selanjutnya diambil petugas kebersihan dan dibuang ke

pembuangan limbah umum atau tempat pembuangan sementara. Penampungan

sampah/limbah pada kantong plastik. Untuk limbah medis pada kantong plastik

warna kuning, dan limbah domestik pada kantong plastik warna hitam.

D. Menjaga Kesehatan Petugas Laboratorium

1. Persyaratan Kesehatan

a. Pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto toraks dengan sinar X

harus diterapkan pada petugas, pemeriksaan secara khusus atau

berkala.

b. Petugas laboratorium yang bekerja dengan bahan yang diduga

mengandung basil tuberkolosis harus diperiksa foto toraks dengan

sinar X setiap tahun. Bagi petugas lainnya dilakukan setiap 3 tahun.

c. Semua petugas laboratorium dianjurkan untuk vaksinasi Hepatitis B.

d. Wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH

e. Jika petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan jelas

tentang penyakitnya, maka petugas keamanan kerja laboratorium harus

melapor pada kepala laboratorium tentang kemungkinan infeksi dari

laboratorium.

f. Jika dicurigai adanya infeksi laboratorium, maka petugas keamanan

kerja laboratorium harus menyelidiki dan melaporkannya kepada

Kepala Laboratorium.

g. Laboratorium harus memiliki buku laporan atau catatan mengenai

kesehatan dan kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan.

Page 22: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

22

2. Program imunisasi Hepatitis B untuk Petugas Laboratorium

a. Petugas Laboratorium yang belum pernah mendapat imunisasi

- Pemeriksaan penapisan (screening) : --HBs Ag

--Anti HBs

Hasil keduanya negatif, dilakukan vaksinasi 3 kali dengan jadwal

- Vaksinasi ke-l

- Vaksinasi ke-2, 1 bulan kurang 7 hari dari vaksinasi ke-1

- Vaksinasi ke-3, 6 bulan kurang 7 hari dari vaksinasi kc-1

- Pemeriksaan kadar anti HBs, 1 bulan setelah vaksinasi ke-3

- Program revaksinasi-lihat tabel 3

b. Petugas laboratorium yang sudah pernah mendapat imunisasi

- Pemeriksaan kadar anti HBs

- Program revaksinasi-1ihat label 3

3. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pemakaian APD perlu untuk menghindari kecelakaan kerja, mencegah

penularan penyakit sehingga, keamanan dan kesehatan petugas

laboratorium terjamin. APD yang diberikan disamping vaksin juga masker.

sarung tangan, jas atau alat proteksi lainnya.

E. Pengelolaan Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja di laboratorium meliputi

- Lingkungan fisik, kimia, biologi dan psikis.

- Lingkungan kerja yang aman, nyaman perlu untuk menunjang pelayanan

kerja di laboratorium.

F. Pengelolaan Alat-alat/Sarana Kerja

Alat-alat/sarana kerja di laboratorium patologi klinik, mikrobiologi, patologi

anatomi maupun unit transfusi darah sudah banyak menggunakan alat-alat

yang canggih, seperti auto analyzer, sentrifuse, inkubátor dan lainnya. Hal ini

perlu dipe1ihara dikalibrasi, diberi alat pengaman jika perlu. Untuk kalibrasi

dilakukan tiap hari, tiap minggu sesuai dengan kebutuhan. Kemudian untuk

Page 23: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

23

pengamanan bahaya yang dicegah serta cara mengatasinya pada berbagai alat

dan dilihat pada tabel I dan tabel II.

G. Pengembangan dari Peningkatan Mutu Pelayanan

Untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan laboratorium,

memperhatikan tiga hal yang sangat berperan, antara lain

1. Sumber daya manusia

Petugas teknik dan administrasi laboratorium perlu ditingkatkan kualitas

dan kuantitasnya melalui: kursus, pelatihan/training dan lain-lain, di

samping terjamin kesehatan dan kesejahteraannya.

2. Lingkungan dan alat kerja

Lingkungan kerja yang aman, nyaman disertai alat kerja yang canggih

sampai mendukung dan menunjang.

3. Quality control

Quality control terhadap hasil pemeriksaan terkait dengan alat dan reagen

yang dipakai yang dilakukan secara berkala pada pemeriksaan patologi

klinik, mikrobiologi atau patologi anatomi. Seperti pada hasil-hasil quality

control terlampir ini, quality control sesuai dengan yang dilakukan menurut

program pemerintah (Balai Laboratorium Kesehatan) baik pusat atau

daerah.

Dengan memperhatikan 3 hal tersebut maka program pengembangan dan

peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD

Tugugrejo Semarang sudah berlangsung dalam memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat.

Page 24: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

24

Lampiran I

Tabe1 1. JENIS BAHAYA YANG TIMBUL DALAM PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM DAN CARA MENGATASINYA

PERALATAN LABORATORIUM

BAHAYACARA MENGATASINYA

Jarum semprit Tusukan, aerosol, tumpahan

Gunakan jarum semprit dengan sistem pengunci untuk mencegah terlepasnya jarum dari semprit, jika mungkin gunakan alat suntik sekali pakai. Sedot bahan pemeriksaan dengan hati-hati untuk mengurangi gelembung udara. Lingkari jarum dengan kapas disinfeksi saat menarik jarum dari botol spesimen. Jika mungkin lakukan dalam kabinet keamanan biologis. Semprit harus diotoklaf sebelum dibuang, jarum sebaiknya dibakar dengan alat insinerasi.

Sentrifus/alat pemusing

Aerosol, percikan, tabung pecah

Jika diduga ada tabung pecah saat sentrifugasi, matikan mesin dan jangan dibuka selama 30 menit. Jika tabung pecah setelah mesin berhenti, sentrifus harus ditutup kembali dan dibiarkan selama 30 menit Laporkan kejadian ni kepada petugas keamanan kea. Gunakan sarung tangan karet tebat dan forsep untuk mengambil pecahan kaca. Tabung yang pecah, pecahan colas dan selongsong serta rotor hat us didisinteksi/diotoklaf, Tabung yang tidak pecah disinfeksi dibiarkan satu malam. Bilas dengan air dan kekeringan.

Alat homogenisasi dan alat pengaduk (stirer)

Aerosol, kebocoran

Gunakan alat homogenisasi yang terbuat dari Teflon. Tabung dan tutup alat plastik. Sebaiknya pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis.

Alat pemecah Aerosol, Operator harus memakal sarung tangan dan

Page 25: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

25

jaringan (grinder) kebocoran alat dipegang dengan bahan absorben yang lunak.

Alat Pengguncang (shaker)

Aerosol, percikan, tumpatan

Gunakan tabung yang tertutup rapat dilengkapi dengan filter pada mulut tabung

Lampiran II

TABEL 2. PERALATAN KEAMANAN, BAHAYA YANG DICEGAH DAN KEAMANAN YANG DIPEROLEH

ALAT BAHAYA YANG DICEGAH KEAMANANKabinet keamanan biologis Kelas I

Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke daerah kerja sedikit

Kabinet keamanan biologis Kelas II

Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke daerah kerja sedikit. Udara yang keluar dari daerah kerja sudah terfiltrasi baik.

Kabinet keamanan biologis Kelas III

Aerosol, percikan Cara pengamanan yang maksimum

Alat bantu pipet Bahaya pemipetan dengan mulut yaitu: tertelannya mikroorganisme patogen, inhalasi aeroso dan kontaminasi pada ujung tempat menghisap

Dapat didisfensi, mudah digunakan dan mencegah kontaminasi serta kebocoran dari ujung pipet

Pelindung Pernafasan

Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar 1-5 mikron. Melindungi mata jika menggunakan pelindung muka penuh.

Pelindung muka dan pelindung mata

Pecahan, percikan Pelindung muka: melindungi seluruh muka pelindung mata: melindungi mata dan bagian mata

Otoklaf Kontaminasi mikroorganisme pada alat sekali pakai dan alat yang digunakan kembali

Sterilisasi yang efektif

Botol dengan tutup berulir (screw capped)

Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif

Page 26: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

26

Alat insinerasi mikro

Aerosol Mengurangi percikan dan penyebaran bahan infeksi

Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja dengan operator

Pakaian pelindung diri

Tumpahan bahan kimia kontaminasi spesimen

Melindungi tubuh

Alat keamanan kerja laboratorium yang dirancang khusus, tidak menjamin perlindungan kecuali jika operator telah terlatih benar menggunakan alat sesuai dengan aturan yang berlaku.

Lampiran III

ALUR PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM KLINIK RUMAH SAKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO

YOGYAKARTA

I. JENIS LIMBAH

II. PENGUMPULAN PENAMPUNGAN

III. PENGOLAHAN

Limbah Cair - Pelarut organik - Air Cucian - Sisa spesimen (darah, urine,

cairan tubuh dll)- Sisa Reagen yang terpakai

(bahan kimia) - dll

Limbah Padat- Sampah Media - Sampah Domestik

Dok/Kotak Penampungan

Kantong KuningSampah media

infeksi

Kantong HitamSampah Domestik

Cerobong Asap

Netralisasi dg CaO atau Ca

(OH)2

Autoclave 121oC Waktu 15”

LIMBAH LABORATORIUM

Limbah Gas- Almari Asam - Autoclave - Mesin Cuci - Alat lab lain

TPA Sampah Blower Exhause Fan

Page 27: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

27

IV. PEMBUANGAN

Koagulasi Al2(SO4)3

Open Dumping/Sanitary

Land Fill

Desinfeksi Ca (Ocl)2

Udara Bebas

Insinerator 800oC-1000oC

Sungai/Saluran Khusus

Ditimbun

Page 28: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

28

A. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

1. Cara Penanganan / Pengelolaan Limbah Cair

a. Sistem pengaliran limbah cair

b. Sistem pengolahan limbah cair

2. Sumber Limbah Cair

a. Kelompok Perawatan dan Pelayanan

b. Kelompok Penunjang Perawatan / Pelayanan

3. Jenis Limbah Cair

a. Golongan ekskresi manusia

b. Golongan tindakan pelayanan

c. Golongan penunjang pelayanan

Alat/Fasilitas yang tersedia di Sentral Pengolahan Limbah Rumah Sakit TK. III

04.06.03 DR. Soetarto Yogyakarta.

Page 29: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

29

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DAN KESEHATAN

DI LABORATORIUM

ASAM

PENANGGULANGAN PENCEGAHANTerkena Kulit: Guyur air, daerah yang terkena diolesi dengan kapas yang dibasahi dengan Sodium Karbonat 5%

1. Pada saat pengenceran asam: Tambahkan asam ke dalam air tetes demi tetes (jangan sebaliknya)

Terkena Mata: Cuci dengan air sebanyak mungkin atau semprot dari sudut mata dekat hidung, tetesi dengan Sodium Bikarbonat 2%

2. Botol asam / alkali ditempatkan pada lemari bagian bawah

Tertelan Asam: Minum 2 putih telur dicampur 500 ml air/susu Minum air putih sebanyak-banyaknya. Terkena Bibir atau Lidah: Cuci dengan air dan olesi Sodium Bikarbonat 2%

ALKALI

PENANGGULANGANPrinsip sama dengan terkena asam, larutan yang dipakai asam asetat 5%

KEBAKARAN

PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Keluarkan bahan yang mudah terbakar

dari sekitar sumber api Pada laboratorium selalu

tersedia air dan bahan pemadam kebakaran

Memadamkan api dengan air, es, CO2, pasir, serbuk pemadam kebakaran

Page 30: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

30

LUKA BAKAR

PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Jauhkan dari sumber api atau

panas Bila memanaskan cairan dalam tabung,

panaskan pada bagian tengah, dengan mulut tabung menghadap ruang kosong

Tempatkan di daerah terbuka Memakai peralatan tahan api (pyrex) Bila luka bakar kecil,

rendam dengan air dingin/es Beri Yodium

TERKENA PECAHAN KACA

PENANGGULANGAN PENCEGAHANPecahan Kaca Bersih: Disinfeksi dengan yodium, tutup dengan plester/balut dengan kasa

Bekerja dengan sarung tangan

Pecahan kaca infeksius: Darah dibiarkan mengalir/kalau tidak berdarah tekan sampai darah keluar. Oleskan dengan yodium, basuh dengan air sabun, beri yodium lagi.

TERSENGAT LISTRIK

PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Sambungan listrik diputus Membenahi kabel-kabel yang

terbuka Penolong berdiri di atas papan,

koran/karet, memakai sarung tangan karet

Bila perlu memakai sarung tangan karet

Memegang korban pada pakaiannya Jika perlu beri nafas buatan Rujuk Rumah Sakit

KERACUNAN (TERHISAP/TERTELAN)

PENANGGULANGAN PENCEGAHAN Tempatkan di daerah terbuka Memakai masker Jika pingsan jangan diberi minum

atau makan Jangan memipet dengan mulut

Bila perlu diberi napas buatan Bila sudah sadar dari pingsan

berikan minum 2-4 gelas air/susu Diusahakan muntah

Page 31: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

31

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK MENCEGAH

KECELAKAAN KERJA

1. Jangan menghisap pipet dengan mulut, jangan meniup pipet yang

mengandung material infeksius.

2. Memakai pelindung diri; sarung tangan, masker, kaca mata, jas laboratorium.

3. Cuci tangan bila hendak memakai atau mengganti sarung tangan

4. Hindari memegang jarum secara langsung, buang jarum dalam wadah yang

kuat (tahan bocor)

5. Selalu/biasakan cuci tangan sesering mungkin, jangan meninggalkan

laboratorium sebelum cuci tangan.

6. Jangan memegang mulut, hidung atau mata sewaktu bekerja / kontak dengan

material infeksius.

7. Dekontaminasi semua alat atau meja yang dipakai dengan disinfektan.

8. Sebelum melakukan sentrifuse, pastikan tabung tidak dalam keadaan rusak

(pecah/retak)

9. Bersihkan lemari es secara teratur dari bunga es dan ampul/tabung yang

pecah. Pakai sarung tangan / masker selama membersihkan.

10. Jangan makan/minum / merokok di laboratorium.

Page 32: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

32

MONITORING KESELAMATAN KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN:

NOPETUGAS TERKAIT

KEGIATAN URAIAN KEGIATANJADWAL

KEGIATANKET

1 Kepala Instalasi Pemeriksaan kesehatan pegawai dan training/ sosialisasi metode kerja atau pemeriksaan laboratorium

1. Pelaksana check up Kes. Pegawai

2. Sosialisasi dan training semua metode dan peraturan kerja keselamatan kerja pemeriksaan lab.

1. Januari………Agustus ……….

2. Januari………

(setiap ada jenis pemeriksaan baru)

2 Tim Keselamatan Kerja

Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja

Pemantauan ke masing-masing kelompok kerja/ unit pemeriksaan laboratorium dan memastikan semua pegawai bekerja sudah sesuai SOP / Peraturan Kerja Laboratorium

Setiap hari kerja

3 Tim Keselamatan Kerja

Pemantauan pelaksanaan secara berkala tentang: pemeriksaan kesehatan pegawai, dekontaminasi peralatan dan sarana lab.

1. Memastikan pelaksanaan checkup kesehatan pegawai

2. Memastikan semua pegawai sudah memakai alat pelindung diri dan melakukan dekontaminasi peralatan dan sarana lab.

1. Enam bulan sekali

2. Setiap hari kerja

4 Tim Keselamatan Kerja

Memastikan bahwa limbah dibuang / dimusnahkan secara atau dengan prosedur yang benar (sesuai SOP)

Melakukan pengawasan pembuangan dan pemusnahan limbah laboratorium yang dilakukan oleh petugas lab.

Setiap hari kerja

5 Tim Keselamatan Kerja

Memastikan tindakan penanganan kecelakaan kerja sudah benar sesuai peraturan keselamatan kerja lab.

Melakukan pengawasan penanganan kecelakaan kerja yang dilakukan petugas lab. Sesuai prosedur. Dan melaporkan kepada kepala instalasi lab.

Setiap hari kerja

6 Tim Keselamatan Kerja

Pengawasan absen pegawai yang disebabkan karena sakit

Memastikan penyebab sakit yang diderita oleh petugas lab. Ada hubungannya dengan pekerjaan

Setiap hari kerja

Page 33: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

33

Denah Jalur Evakuasi Laboratorium

Page 34: Pedoman Sanitasi Rs Dkt Yk

34