pbl puu taeniasis 16

37
Daging Bergerak Keluar dari Anus Putri Adheline Alang 10.2009.233 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana PENDAHULUAN Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sering kali dianggap masalah biasa, Sebenarnya hal ini sangat beralasan karena pada umumnya penyakit ini bersifat kronis sehingga secara klinis tidak tampak begitu nyata. Karakteristik fisik wilayah tropik seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya. Sedangkan infeksi oleh cacing pita kebanyakan disebabkan oleh cacing pita babi dan cacing pita sapi yang terjadi pada daerah-daerah tertentu dengan kekhasan tipe budaya masyarakatnya antara lain pulau Samosir, pulau Bali serta daerah migrannya di Lampung, dan Papua (Irian Jaya). Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa keeratan hubungan antara manusia dan ternak/hewan kesayangan baik dalam bentuk rantai makanan maupun hubungan sosial dapat mempertahankan kejadian penyakit yang bersifat zoonosis. Proses penularan penyakit parasit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya, merupakan peristiwa yang lebih rumit 1

Upload: claudia-dadlani

Post on 10-Aug-2015

183 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: pbl puu taeniasis 16

Daging Bergerak Keluar dari Anus

Putri Adheline Alang

10.2009.233

Email : [email protected]

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

PENDAHULUAN

Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sering kali dianggap masalah biasa, Sebenarnya

hal ini sangat beralasan karena pada umumnya penyakit ini bersifat kronis sehingga

secara klinis tidak tampak begitu nyata. Karakteristik fisik wilayah tropik seperti

Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh

pola hidup kesehatan masyarakatnya. Sedangkan infeksi oleh cacing pita kebanyakan

disebabkan oleh cacing pita babi dan cacing pita sapi yang terjadi pada daerah-daerah

tertentu dengan kekhasan tipe budaya masyarakatnya antara lain pulau Samosir, pulau

Bali serta daerah migrannya di Lampung, dan Papua (Irian Jaya). Dalam hal ini tidak

dapat dipungkiri bahwa keeratan hubungan antara manusia dan ternak/hewan kesayangan

baik dalam bentuk rantai makanan maupun hubungan sosial dapat mempertahankan

kejadian penyakit yang bersifat zoonosis.

Proses penularan penyakit parasit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya,

merupakan peristiwa yang lebih rumit dibandingkan dengan proses penularan yang

disebabkan mikroorganisme lainnya. Oleh karena itu, dalam usaha pengendalian

penyakit zoonosis parasit, pengetahuan mengenai habitat untuk masing-masing fase

infeksi dan perkembangannya perlu diketahui dengan baik. Selain itu, untuk

mengoptimalkan pengendalian, tentunya pengetahuan mengenai parasitnya sendiri harus

dikuasai pula. Taeniasis adalah infestasi cacing pita Taenia sp. berasal dari sapi atau babi

pada manusia. Manusia merupakan induk semang definitife atau induk semang akhir

(final host) cacing pita pada sapi. Sedangkan cacing pita pada babi, manusia bertindak

sebagai induk semang antara (intermediate host) dan juga induk semang definitife.

1

Page 2: pbl puu taeniasis 16

Penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau

sebaliknya. Taeniasis satu contoh zoonosis berbahaya pada manusia yang disebabkan

oleh infeksi cacing pita dewasa maupun larvanya.

Khususnya pada Taenia saginata Hal ini diperoleh dari sapi mencerna matang yang

encysted dengan tahap larva cacing pita dalam serat otot sapi.

PEMBAHASAN

Sejarah Taenia saginata

Taenia saginata dari sapi telah dikenal sejak dulu , akan tetapi identifikasi cacing tersebut

baru menjadi jelas setelah tahun 1782 ,karena karya Goeze dan Leuckart .Sejak itu ,diketahui

adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistisercus bovis ,yang

ditemukan pada daging sapi .Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing

Taenia Saginata, maka pada dagingnya akan ditemukan sistiserkus bovis.

Gambaran Umum Taenia saginata

Taenia saginata dalam format binomial nomenklatur berasal dari taedium kata yang

diterjemahkan menjadi jijik dan kelelahan. Taenia saginata adalah parasit sehingga habitat

dan gizinya berasal dari organisme lain.

Taenia saginata adalah cacing parasit yang datar telah berkembang cukup efisien dari waktu

ke waktu untuk beradaptasi cara yang luar biasa menyerap nutrisi dan menyelesaikan siklus

hidup yang kompleks.

Berikut Klasifikasi dari cacing Taenia saginata

Kerajaan: Animalia

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Cestodes

Urutan: Cyclophyllidea

Keluarga: Taeniidae

2

Page 3: pbl puu taeniasis 16

Genus: Taenia

Spesies: Taenia saginata

Taenia saginata memiliki dua host yang menginfeksi yaitu: host definitif dan hospes

perantara.

Host Definitif: Host definitive adalah pada manusia. Cacing dewasa menghabiskan

sebagian besar waktu dalam usus kecil manusia. Para scolex terhubung ke lapisan

epitel usus dan karena luas permukaan kecil itu menghubungkan ke, respon yang

sangat imunologi terjadi dalam tubuh untuk kehadiran cacing pita itu. T aenia

saginata akan menghasilkan banyak telur yang akan mengangkut ed melalui kotoran

manusia dan diteruskan ke host menengah.

Host Perantara: Sapi bertindak sebagai hospes perantara dalam reproduksi siklus

hidup ketika telur melewati kotoran host definitif terinfeksi dicerna oleh sapi. Enzim

pencernaan akan memecah kulit telur tebal dan memungkinkan untuk membentuk

zigot. Mereka zigot kemudian menembus lapisan lendir dan memasuki sirkulasi

bovid tersebut. Di sinilah tahap larva muda dari T. saginata membentuk kista berisi

kacang polong, cairan, juga dikenal sebagai "Cysticercus" dan kista ini tampaknya

membentuk huruf s dalam otot dan kadang-kadang terlihat pada organ tertentu seperti

paru-paru dan hati.  

                                                    

Adaptasi

Cacing pita dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Tubuh datar sangat

ideal untuk menyerap jumlah maksimum nutrisi karena itu luas permukaan terhadap

volume. Sebuah scolex dibentuk sehingga dapat melekat pada inangnya, terutama

ketika ruang hidup utamanya adalah dalam usus.Cacing pita juga mengambil

keuntungan dari untuk membantu melanjutkan siklus hidup dan bereproduksi,

sehingga mengembangkan tersegmentasi proglottids yang akan pecah dan melewati

feses .Feses pada inang definitif akan dilepaskan ke lingkungan eksternal dan sapi

kemudian akan makan rumput yang terkontaminasi dengan telur memungkinkan larva

untuk memiliki hospes perantara untuk tinggal.

Morfologi dan Siklus Hidup Taenia saginata

3

Page 4: pbl puu taeniasis 16

Morfologi Taenia saginata

Taenia saginata biasanya memiliki panjang 4 m sampai 10 m, tapi bisa menjadi sangat besar,

lebih dari 12 m panjang dalam beberapa situasi. Tubuh adalah keputihan dalam warna, dibagi

ke dalam scolex anterior, diikuti dengan leher yang pendek dan tubuh yang sangat tepat

disebut strobila diperpanjang. Tidak seperti cacing pita lainnya scolex tidak memiliki armatur

rostellum atau scolex. Hal ini terdiri dari 4 pengisap kuat. Para strobila terdiri serangkaian

segmen pita seperti disebut proglottids. Segmen yang terdiri dari proglottids matang dan

gravid. Taenia saginata adalah yang terbesar dari genus Taenia terdiri antara 1000-2000

proglottids dan juga dapat memiliki umur 25 tahun di usus sebuah host . Para proglottid

dewasa berisi rahim (tidak bercabang), ovarium, pori genital, testis, dan vitelline kelenjar. Ia

tidak memiliki sistem pencernaan, mulut tidak ada, tidak ada anus, atau saluran pencernaan.

Hal ini juga acoelomate suatu, yang berarti bahwa ia tidak memiliki rongga tubuh. Dalam

proglottid gravid, rahim bercabang dan diisi dengan telur. Segmen gravid melepaskan dan

diwariskan dalam tinja. Masing-masing segmen dapat bertindak seperti cacing. Ketika

mereka kering, pecah proglottid, dan telur dilepaskan. Telur hanya dapat menginfeksi sapi,

hospes perantara. Di dalam duodenum sapi oncosphere menetas dengan bantuan sekresi

lambung dan usus dan bermigrasi melalui darah ke otot. Ada berkembang menjadi infektif

cysticercoid cysticerci.

Taenia saginata tidak memiliki kait pada scolex seperti Taenia solium yang juga kita tahu

sebagai cacing pita daging babi yang menginfeksi umum babi peliharaan . Perbedaannya

dengan Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia

saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah

sapi. Sedangkan Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan

inang perantaranya adalah babi.

Siklus hidup

Taenia saginata adalah cacing pita besar yang menyebabkan infeksi yang disebut taeniasis.

Hal ini umumnya dikenal sebagai cacing pita daging sapi atau ternak cacing pita karena

menggunakan sapi sebagai host intermediate. Manusia adalah satu-satunya host definitif.

Taeniasis terjadi di seluruh dunia dan relatif umum di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin

dan Filipina.

4

Page 5: pbl puu taeniasis 16

Taenia saginata dimulai ketika telur berlalu dalam tinja manusia yang terinfeksi dalam

wadah yang disebut proglottid atau segmen cacing pita. Mereka dapat bertahan beberapa

bulan di lingkungan. Jika sapi (host intermediate) feed pada vegetasi terkontaminasi, ingests

telur matang atau proglottids gravid. Dalam larva usus kecil yang disebut oncospheres

menetas, menembus dinding usus, memasuki aliran darah dan bermigrasi ke jaringan otot

(jarang ke hati atau organ lain), di mana mereka encyst ke cysticerci. Para seukuran kacang

cysticerci dapat bertahan selama bertahun-tahun dan masih infektif ketika manusia makan

daging. Jika sapi tidak dimasak benar, cysticerci excyst di usus kecil dan berkembang

menjadi dewasa dalam waktu dua bulan. Dewasa melekat pada dinding usus dengan scolex

mereka menggunakan empat pengisap. Scolex memiliki penampilan berbentuk buah pir dan

cangkir-seperti mencapai 1-2 mm. Hal ini melekat pada leher yang mulai memproduksi

proglottids yang membentuk, panjang datar, tubuh tersegmentasi juga dikenal sebagai

strobila. Para proglottids matang dan tumbuh lebih besar karena mereka mendapat lebih dari

leher. Mereka sekitar 16-20 mm dan panjang 5-7 mm lebar dan masing-masing memiliki

organ proglottid sendiri reproduksi. Mereka menyerap nutrisi melalui membran mereka dan

memproduksi hingga 100 000 telur per hari. Proglottids putus dari ekor dan bergerak dengan

kotoran keluar dari tubuh manusia. Seorang dewasa Taenia saginata adalah keputihan dalam

warna dan memiliki sekitar 1000-2000 proglottids dan sekitar enam dari mereka terlepas

setiap hari. Telur biasanya tinggal di dalam proglottids sampai mereka keluar di lingkungan.

Ketika mengering proglottid, itu pecah dan melepaskan telur. Telur berembrio, kenari coklat

dan sekitar 35 mikrometer diameter memiliki oncosphere 6-bengkok di dalam shell yang

tebal. Jika kotoran mendarat di tanah penggembalaan untuk ternak, sapi sengaja mungkin

menelan proglottids atau telur. Taenia saginata dapat hidup sampai 25 tahun. Hal ini dapat

tumbuh hingga 5 meter namun dalam beberapa kasus bisa mencapai panjang lebih dari 10

meter (melingkar di saluran usus).

5

Page 6: pbl puu taeniasis 16

Gambar 1.1 Siklus Hidup Taenia Saginata

Patogenesis

Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging sapi yang mentah atau setengah

matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa

dan dapat menyebabkan gejala gasterointestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah

epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi.

Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk se-hingga terjadi anemia, malnutrisi. Pada kasus

yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat

ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun

Jumlah cacing pita dalam usus kurang berpengaruh terhadap perubahan patologis

dibandingkan dengan ukuran tubuh cacing. Walaupun hanya terdapat 1-2 ekor dan ukurannya

besar dampak patologisnya lebih nyata. Penderita taeniasis jarang menunjukkan gejala yang

khas walaupun di dalam ususnya terdapat cacing taenia selama bertahun-tahun, tetapi

biasanya hanya terdapat satu ekor. cysticercosis pada manusia sangat bergantung pada organ

serta jumlah cysticercus yang tinggal. Infeksi berat pada otot menyebabkan peradangan

(myocitis) yang bisanya menimbulkan demam. Jika menyerang organ mata (Ocular-

Cysticercosis) gejala yang paling berat adalah kebutaan . Gejala-gejala syaraf seperti

kelumpuhan, kejang, hingga epilepsi, dapat dipastikan bahwa larva tersebut menempati

organ-organ yang sarat dengan jaringan syaraf seperti otak/selaput otak atau sumsum tulang

belakang.

6

Page 7: pbl puu taeniasis 16

Gejala Penyakit Taeniasis saginata

Penyakit ini sering asimtomatik. Taeniasis Taenia saginata disebabkan oleh lebih terlihat dari

taeniasis disebabkan oleh Taenia solium (Taenia solium adalah meskipun secara keseluruhan

lebih berbahaya karena resiko sistiserkosis). Infeksi Taenia saginata berat dapat

menyebabkan beberapa gejala berikut:

reaksi alergi

kronis pencernaan

sembelit

diare

pusing

sakit kepala

kehilangan nafsu makan

mual

obstruksi usus

sakit perut

penurunan berat badan.

Proglotids Migrasi dapat menyebabkan:

radang usus buntu

radang saluran empedu

terlihat dalam tinja.

Diagnosis Penyakit Taeniasis saginata

Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan dengan 2 ( dua ) cara yaitu :

a) Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis).

Di dalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakah penderita pernah

mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar

maupun secara spontan. bila memungkinkan sambil memperhatikan contoh potongan

cacing yang diawetkan dalam botol transparan.

7

Page 8: pbl puu taeniasis 16

Anamnesis umum

Dari anamnesis umum ini bisa ditanyakan data pribadi penderita seperti :

Nama,umur, tanggal lahir, jenis kelamin , agama, pekerjaan, alamat dan lain-lain.

Anamnesis khusus

Dari anamnesis khusus kita bisa memperoleh keterangan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan keadaan / penyakit penderita. Dalam anamnesis khusus bisa

didapatkan keterangan mengenai:

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita)

Pemakaian obat (termasuk obat yang dibeli bebas) yang sedang atau pernah

digunakan penderita karena hal ini penting.

Pada pasien yang datang dengan menderita taeniasis kita bisa menanyakan

pertanyaan – pertanyaan spesifik seperti berikut:

Keluhan utama

o Sejak kapan keluhan tersebut di alami. Dimana lokasinya?

o Frekuensi keluarnya daging yang bergerak - gerak dari anus ? Bentuk

bagaimana kira-kira ?

o Bentuk feses ? Bagaimana massa dan warna feses ?

Keluhan penyerta

o Adakah perasaan nyeri? Demam , pusing, mual, muntah, anemia, rasa

penuh diperut atau diare ?

Riwayat keluarga

o Selain menanyakan silsilah penyakit, tanya apa di keluarga ada yang

mengalami keluhan yang sama.

Riwayat obat

o Sudah pernah diobati sebelumnya ? Hasilnya bagaimana ? Terapi apa saja ?

Riwayat pribadi

o Dimana tempat kerja? Lingkungan kerja? Apakah diet atau konsumsi

makanan sehari – hari ? Dimasak matang, setengah matang, seperempat

matang atau mentah ? Kebersihan tempat makan bagaimana ? Lokasi tempat

makan ?

8

Page 9: pbl puu taeniasis 16

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry),

cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam

urutan berikut:

1. Kepala

a. Kulit Kepala dan Tengkorak

b. Rambut

c. Telinga dan Hidung

d. Pupil Mata

e. Mulut

2. Leher

3. Dada

a. Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan

b. Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang

c. Lakukan perabaan pada tulang

4. Abdomen

a. Periksa rigiditas (kekerasan)

b. Periksa potensial luka dan infeksi

c. Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan

d. Periksa adanya pembengkakan

5. Punggung

a. Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk

b. Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6. Pelvis

7. Alat gerak atas

8. Alat gerak bawah

9

Page 10: pbl puu taeniasis 16

Pemeriksaan tanda vital

1. Frekuensi nadi : termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak.

2. Frekuensi napas: juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha

bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.

3. Tekanan darah

4. Suhu : diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit:

kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :

Bayi : 120 - 150 x / menit

Anak : 80 - 150 x / menit

Dewasa: 60 - 90 x / menit

Frekuensi Pernapasan Normal:

Bayi : 25 - 50 x / menit

Anak : 15 - 30 x / menit

Dewasa : 12 - 20 x / menit

Setelah melakukan pemeriksaan fisik head to toe, dapat kita lakukan pemeriksaan

fisik pada abdomen untuk lebih meyakinkan suatu diagnosis. Untuk melakukan

pemeriksaan fisik abdomen yang baik, pasien harus rileks dan bagian abdomen dari

bagian atas processus xyphoideus hingga simphisis pubis terlepas dari pakaian yang

menempel. Bagian daerah inguinal harus dapat dilihat, tetapi daerah genital harus

tetap ditutupi. Otot-otot abdomen harus dalam keadaan relaksasi untuk lebih

memudahkan pelaksanaan semua aspek pemeriksaan, kecuali pada palpasi.

Inspeksi

Pemeriksaan fisik yang pertama kali dilakukan adalah inspeksi. Seorang dokter harus

berdiri di sebelah kanan pasien. Buatlah garis-garis imajiner berdasarkan regio-regio

abdomen. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

10

Page 11: pbl puu taeniasis 16

Kulit yang meliputi warna kulit, jaringan parut (sikatriks), striae atau stretch

marks, dan vena yang berdilatasi, serta ruam dan lesi. Beberapa vena kecil

mungkin normalnya akan terlihat.

Umbilicus. Amati apakah ada tanda-tanda inflamasi atau hernia.

Kontur abdomen. Apakah abdomen tersebut rata, bulat, buncit, atau skafoid.

Peristaltis. Amati apakah terdapat suatu peristaltis selama beberapa menit jika

kita mencurigai kemungkinan obstruksi intestinal. Tetapi pada orang yang

sangat kurus, peristaltik ini juga dapat terlihat.

Pulsasi. Pulsasi dari aorta abdominalis yang normal sering terlihat di daerah

epigastrium.

Auskultasi

Auskultasi adalah bagian yang paling penting dalam pemeriksaan fisik abdomen.

Lakukan auskultasi abdomen sebelum melakukan perkusi dan palpasi karena kedua

pemeriksaan tersebut dapat mengubah frekuensi bunyi usus. Yang perlu diperhatikan

dalam pemeriksaan ini adalah bunyi usus. Bunyi usus dapat terdengar normal karena

gerakan peristaltik usus tersebut atau abnormal karena obstruksi atau inflamasi.

Auskultasi juga apakah ada bunyi bruits yaitu bunyi vascular yang menyerupai bising

jantung di daerah aorta atau pembuluh arteri lainnya pada abdomen, terdengarnya

bunyi ini menunjukkan adanya kemungkinan penyumbatan dalam pembuluh darah.

Dengarkan bunyi usus dan frekuensi serta sifatnya. Bunyi normal terdiri atas bunyi

dentingan (click) atau gemericik (gurgles) yang terdengar dengna frekuensi sebanyak

5-34 kali per menit. Terkadang juga dapat terdengar bunyi gemericik yang panjang

(borborigmi) atau gurgles yang panjang, hal ini terjadi karena hiperperistaltik karena

perut yang kosong.

Perkusi

Perkusi dapat membantu untuk mengetahui adanya massa padat atau cairan dalam

abdomen. Penggunaannya dapat juga digunakan untuk mengetahui adanya besar dari

organ-organ di dalam abdomen seperti hepar dan lien. Pada bagian abdomen

terutama usus yang terdapat isi (biasanya makanan) maka akan terdengar bunyi yang

redup. Sebaliknya bila usus atau lambung diperkusi, maka akan terdengar bunyi

timpani.

Palpasi

Palpasi biasanya dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri pada abdomen.

Tanyakan pada pasien dimanakah letak nyeri tersebut, dan lakukan palpasi pada

11

Page 12: pbl puu taeniasis 16

bagian tersebut di terakhir. Lakukan palpasi dalam untuk mengetahui batas-batas

massa abdominal pada kuadran-kuadaran. Lakukan palpasi ringan untuk

mengidentifikasikan nyeri tekan pada abdomen, resistensi otot, dan beberapa organ

serta massa yang letaknya superficial

b) Pemeriksaan tinja

Tinja diperiksa untuk menemukan telur parasit. Telur terlihat seperti telur yang lain

dari Taeniidae keluarga, sehingga hanya mungkin untuk mengidentifikasi telur untuk

keluarga, bukan ke tingkat spesies. Karena sulit untuk mendiagnosa menggunakan

telur saja, melihat scolex atau proglottids gravid dapat membantu mengidentifikasi

Taenia saginata . Menghitung cabang uterus memungkinkan beberapa identifikasi

(Taenia saginata uteri memiliki dua belas atau lebih cabang di setiap sisi, sementara

spesies Taenia solium lain seperti hanya memiliki lima sampai sepuluh).

Sangat sulit untuk membedakan spesies dari spesies lain dari Taenia solium seperti T.

dan T. asiatica karena kemiripan morfologi dekat mereka, dan telur mereka lebih atau

kurang identik. Identifikasi sering memerlukan pengamatan histologis cabang rahim

dan deteksi PCR gen 5.8S ribosom T. saginata rahim yang berasal keluar dari

pusatnya membentuk 12 sampai 20 cabang, tetapi berbeda dengan spesies erat terkait

Taenia, cabang jauh. kurang dalam jumlah dan relatif lebih tebal, di samping ovarium

dan testis bilobed dua kali lebih banyak.

Upaya Pencegahan dan Pengobatan Terkait Penyakit Taeniasis saginata (edukasi)

Pencegahan

Untuk mencegah infeksi maka hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Pemakaian jamban keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan

tidak mencemari tanah atau rumput.

Pemelihara sapi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga

tidak dapat berkeliaran

Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang

mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor

dengan dinas Peternakan)

12

Page 13: pbl puu taeniasis 16

Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan.

Menghilangkan kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang

atau mentah. Memasak daging sampai matang ( diatas 57 º C dalam waktu cukup

lama ) atau membekukan dibawah 10º selama 5 hari .

Cara Pengendalian Taenia saginata.

Pengendalian cacing pita Taenia saginata dapat dilakukan dengan memutuskan siklus

hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat

dilakukan melalui pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang

dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk

mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk

mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan

peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak,

terutama babi di daerah endemis taeniasis/ sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan

kecukupan gizi pada manusia.

Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia

karena lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan telur Taenia

dalam feses ke lingkungan menjadi sumber penyebaran taeniasis. Faktor risiko utama

transmisi telur Taenia ke sapi. Telur cacing ini dapat terbawa oleh air ke tempat-tempat

lembab sehingga telur cacing lebih lama bertahan hidup dan penyebarannya semakin luas.

Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan

sarana sanitasi, pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi, pencegahan kontaminasi

tanah dan tinja pada makanan dan minuman. Pembangunan sarana sanitasi, misalnya kakus

dan septic tank, serta penyediaan sumber air bersih sangat diperlukan. Pencegahan konsumsi

daging yang terkontaminasi dapat dilakukan melalui pemusatan pemotongan ternak di rumah

potong hewan (RPH) yang diawasi oleh dokter hewan.

Pengobatan

Ada dua jenis obat yang digunakan untuk mengobati individu yang terinfeksi dengan cacing

pita sapi.

Niclosamide:

13

Page 14: pbl puu taeniasis 16

Obat ini adalah inhibitor fosforilasi oksidatif nonabsorbable. Ini bertindak untuk

membunuh bagian anterior yang menghubungkan pada lapisan epitel dalam usus, termasuk

scolex tersebut. Ini kemudian akan memungkinkan cacing pita untuk diteruskan keluar

seluruhnya melalui kotoran. Ini adalah pilihan obat dengan infeksi parasit karena tingkat

menyembuhkan berada pada 95% tinggi.

Praziquantel:

Ini adalah obat sintetis yang berasal dari isoquinoline-pyrazine. Ini adalah obat

sebanding dengan Niclosamide, karena hampir sama-sama efektif dan cukup beracun. Ini

bukan sebagai efek meskipun karena scolex tidak selalu hancur. Ini berarti bahwa cacing

baru bisa tumbuh kembali dari scolex terhubung. Pasien yang menggunakan pengobatan ini

harus diawasi selama sebulan dua kemudian untuk memastikan bahwa proglottids cacing pita

tidak mulai muncul lagi di kotoran mereka.

Differential Diagnose

1. Diphylobotrium latum

Difilobatriasis atau Penyakit Cacing Pita adalah salah satu jenis penyakit cacing yang paling

berbahaya. Bentuk cacingnya pipih seperti pita, bisa mencapai panjang 3 – 10 meter dan

hebatnya walau dipotong-potong, cacing ini masih bisa hidup. Bibit cacing terutama banyak

ditemukan didalam daging babi dan daging sapi.

Morfologi

Ditemukan pada usus halus manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan.

Cacing memiliki ukuran 2-12 m warna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah berwarna

gelap (berisi uterusdan telur). Testis dan gld. Vitellaria terletak di lateral, ovarium di tengah

berlobus 2. Uterus berbentuk bunga di tengah dan membuka di ventral. Porus uterus terletak

disebelah porus genitalis. Telur keluar terus menerus di tinja dengan ukuran 67-71 x 40-51 μ.

Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan

panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan

14

Page 15: pbl puu taeniasis 16

dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang

akan termakan oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya

krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang

mentah atau yang dimasak belum sampai matang.

Ciri-ciri

Merupakan jenis cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia, anjing, kucing

dan serigala.

Sebagai inang perantaranya adalah katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.

Menyebabkan Diphyllobothriasis.

Daerah penyebarannya meliputi wilayah eropa, afrika, amerika utara dan jepang.

Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere berkait 6 dilengkapi

embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian dimakan h.i. I cyclopid/diaptomid

(berkembang menjadi procercoid) di haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I

dimakan h.i. II ikan (berkembang menjadi plerocercoid) di viscera dan otot. H.i. II dimakan

h.d dan menjadi dewasa dengan periode prepaten 3-4 minggu.

Gejala

infeksi biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun beberapa penderita mengalami

gangguan usus yang ringan. kadang cacing pita menyebabkan anemia karena pada penderita

awalnya kekurangan vitamin B12.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya telur cacing dalam tinja.

Pengobatan

Diberikan niklosamid atau prazikuantel per-oral (melalui mulut).

2. Enterobius vermicularis

Enterobiasis atau oxyuriasis adalah penyakit akibat infeksi cacing E. vermicularis atau

Oxyuris vermicularis. Disebut pula sebagai pinworm infection, atau di Indonesia dikenal

15

Page 16: pbl puu taeniasis 16

sebagai infeksi cacing kremi. Penyakit ini identik dengan anak-anak, meski tak jarang orang

dewasa juga terinfeksi.

Enterobius vermicularis

A.Taksonomi

Phylum : Nematoda

Class : Cecernentea

Subclass : Rhabditia

Order : Rhabditida

Suborder : Rhabditina

Superfamily : Oxyuroidea

Family : Oxyuridae

Genus : Oxyuris atau Enterobius

Spesies : O. vermicularis atau E. vermicularis

B. Morfologi

a. Cacing Dewasa

Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm, dengan pelebaran kutikulum seperti sayap

pada ujung anterior yang disebut alae. Bulbus oesofagus jelas sekali, dan ekor runcing. Pada

cacing betina gravid, uterus melebar dan penuh telur .

Cacing jantan lebih kecil sekitar 2-5 mm dan juga bersayap, tapi ekornya berbentuk seperti

tanda tanya, spikulum jarang ditemukan.

b. Telur E. vermicularis

Telur E. vermicularis oval, tetapi asimetris (membulat pada satu sisi dan mendatar pada sisi

yang lain), dinding telur terdiri atas hialin, tidak berwarna dan transparan, serta rerata

panjangnya x diameternya 47,83 x 29,64 mm. Telur cacing ini berukuran 50μm - 60μm x

30μm, berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisinya (asimetris). Dinding telur bening

dan agak tebal, didalamnya berisi massa bergranula berbentuk oval yang teratur, kecil, atau

berisi embrio cacing, suatu larva kecil yang melingkar

C. Siklus Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila

16

Page 17: pbl puu taeniasis 16

menelan telur infektif. Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa

dalam caecum, termasuk appendix

Cacing betina memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk menjadi matur dan mulai

memproduksi telur. Cacing betina yang gravid mengandung sekitar 11.000-15.000 butir telur,

berimigrasi ke perianal pada malam hari untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan

vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus sehingga jarang ditemukan di tinja. Telur

menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan pada suhu badan. Dalam

keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Kadang-kadang cacing betina berimigrasi

ke vagina dan menyebabkan vaginitis

Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di caecum. Cacing jantan mati setelah

kopulasi, dan cacing betina mati setelah bertelur. Daur hidup cacing mulai dari tertelannya

telur infektif sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke perianal dan

memerlukan waktu kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.

Gambar: Siklus hidup E. vermicularis

D. Epidemiologi

Prevalensi cacing di Indonesia, menurut Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit

Indonesa (P4I), tahun 1992 untuk cacing gelang 70 – 90%, cacing cambuk 80 – 95% dan

cacing tambang 30 – 59%. Sedangkan dari data departemen kesehatan (1997) menyebutkan,

prevalensi anak usia SD 60 – 80% dan dewasa 40 – 60% .

Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi

cacing tersebut. Meskipun penyakit ini banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah,

pasien rumah sakit jiwa, anak panti asuhan, tak jarang mereka dari golongan ekonomi yang

17

Page 18: pbl puu taeniasis 16

lebih mapan juga terinfeksi.

Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis, terutama di pedesaan,

daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Semua umur dapat terinfeksi cacing ini

dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak. Penyakit ini sangat erat hubungannya

dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Prevalensi menurut jenis

kelamin sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan kebiasaan penderita. Distrik Mae

Suk, Provinsi Chiangmai Thailand ditemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar

48,8% dibandingkan dengan anak perempuan yang hanya 36,9% pada umur 4,58 ± 2,62

tahun.Sedangkan di Yogyakarta infeksi cacing lebih banyak ditemui pada penderita laki-laki

dibandingkan penderita perempuan. Tingkat infeksi kecacingan juga dipengaruhi oleh jenis

aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar aktivitas yang berhubungan atau kontak langsung

dengan lingkungan terbuka maka semakin besar kemungkinan untuk terinfeksi. Selain itu,

prevalensi kecacingan yang berhubungan dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan

diteliti di Cirebon, Jabar. Ternyata prevalensi kecacingan semakin tinggi pada kelompok

sosial ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan kelompok sosial

ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik.

E. Penularan Penyakit

Enterobiasis menular setidaknya melalui 3 cara, yaitu:

penularan dari tangan ke mulut setelah menggaruk perianal (autoinfeksi), atau tangan

menyebarkan telur ke orang lain maupun diri sendiri setelah memegang benda-benda dan

pakaian yang terkontaminasi, debu merupakan sumber infeksi. Infeksi melalui inhalasi yang

mengandung telur,retroinfeksi melalui anus. Larva yang menetas disekitar anus kembali

masuk ke usus. Binatang piaraan seperti anjing dan kucing bukan host bagi E. vermicularis,

tapi bulunya dapat mengandung cacing kremi. Sehingga para pecinta binatang yang tidak

cuci tangan mudah untuk terinfeksi. Telur cacing yang tertelan dapat tumbuh menjadi cacing

dewasa dalam usus manusia dan berkembang biak dengan mengeluarkan banyak telur; seekor

cacing betina bertelur sampai puluhan ribu per hari. Telur ini dapat dikeluarkan bersama –

sama tinja penderita. Tinja yang mengandung sel telur ini menjadi sumber penularan penyakit

cacingan. Infeksi pada anak – anak usia sekolah dapat mengganggu kemampuan belajar, dan

pada orang dewasa mengganggu produktivitasnya.

Intensitas penularan penyakit tinggi pada anak-anak yang belum mengenal higiene pribadi

yang baik. Tempat-tempat kumuh, rumah dihuni banyak orang, rumah sakit, panti asuhan

merupakan tempat yang efektif bagi penularan Enterobiasis. Hygine yang buruk, seperti

18

Page 19: pbl puu taeniasis 16

jarangnya penggantian seprei, tidur secara berkelompok, dan tukar menukar baju, serta

frekuensi penggantian celana dalam dan baju yang jarang juga mempercepat penularan

penyakit ini.

F. Patologi dan Gejala Klinis

Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis yang menonjol

berupa pruritus ani, disebabkan oleh iritasi disekitar anus akibat migrasi cacing betina ke

perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Gatal-gatal di daerah anus terjadi saat malam hari,

karena migrasi cacing betina terjadi di waktu malam.

Cacing betina gravid, sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi.

Sementara sampai di tuba fallopi menyebabkan salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya,

terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya

saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan

apendisitis, meskipun jarang ditemukan.

G. Diagnosis

Diagnosis dilakukan berdasarkan riwayat pasien dengan gejala klinis positif. Diagnosis pasti

dengan ditemukannya telur dan cacing dewasa. Selain itu, diagnosa dapat dilakukan dengan

pemeriksaan tinja dan anal swab dengan metode Scotch adhesive tape swab.

Pada pemeriksaan tinja dapat ditemukan adanya cacing dewasa. Cacing jantan dewasa setelah

kopulasi mati dan keluar bersama tinja. Sementara dengan metode Scotch adhesive tape

swab, dapat menemukan telur yang diletakkan didaerah perianal. Metode yang kedua lebih

mudah dilakukan, dan lebih sering dilakukan. Selain biaya yang relatif murah, juga kerja

yang cepat. Cara kerja metode tersebut hanya menempelkan sisi lekat celophan tape ke

daerah perianal, kemudian dengan menggunakan xylol atau toluol untuk menjernihkan, dapat

ditemukan adanya telur cacing kremi. Metode ini juga sangat efektif. Sekali melakukan

pemeriksaan dengan swab dapat menemukan 50% dari semua infeksi, tiga kali pemeriksaan

90%, dan pemeriksaan 7 hari berturut-turut diperlukan untuk menyatakan seseorang bebas

infeksi.

H. Terapi dan Pencegahan

Pengobatan enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga diobati, infeksi ini dapat

menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. Obat-obatan yang digunakan

antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodide.

19

Page 20: pbl puu taeniasis 16

Pengobatan enterobiasis adalah sebagai berikut :

1. Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 8 hari,

2. Pirvinium pamoat, diberikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan

diulangi 2 minggu kemudian,

3. Piranthel pamoat, diberikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single dose, dan maksimum

1 gram,

4. Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan

menjadimerah karena obat ini.

Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur,

ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong kuku

secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan

dengan menggunakan desinfektan. Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan dan

kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan.

3. Taenia Solium

Hospes definitif T. Solium adalah manusia, sedangkan hospes perantara adalah babi.

Manusia yang dihinggapi cacing dewasa Taenia solium juga menjadi hospes perantara

cacing ini. Nama penyakit yang desebabkan oleh cacing dewasa adalah taeniasis solium dan

yang disebabkan stadium larva adalah sistiserkosis.

Taenia solium berukuran panjang 2-4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter

cacing ini seperti cacing Taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher dan strobila, yang terdiri

atas 800-1000 ruas proglotid skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter mempunyai

4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing

sebanyak 25-30 buah. Strobila terdiri atas rangkaian proglotid (matur) dan mengandung telur

(gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa sama dengan Taenia saginata,

kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit ,yaitu 150-200 buah. Bentuk proglotid gravid

mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Jumlah cabang uterus pada

proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi proglotid gravid berisi 30.000-50.000 buah

telur. Telurnya keluar melalui celah robekan pada proglotid. Telur tersebut bila termakan oleh

hospes perantara yang sesuai, maka dindingnya dicerna dan embrio heksakan keluar dari

telur, menembus diding usus dan masuk kesaluran getah bening atau darah bila daging babi

20

Page 21: pbl puu taeniasis 16

yang mengandung larva sistiserkus dimakan oleh manusia, diding kista dicerna,skoleks

mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada didnding usus halus seperti yeyunum.

Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur.

Taenia solium

Sejarah

Cacing pita dari daing babi, diketahui sejak Hippocrates, atau mungkin sudah sejak Nabi

Musa walaupun pada waktu itu belum dapat dibedakan antara cacing pita sapid an cacing pita

babi, sampai pada karya Goeze 1782.

Aristophane dan Aristoteles melukiskan stadium larva atau sistiserkus selulose pada lidah

babi hutan. Gessner (1558) dan Rumler (1588), melaporkan stadium larva pada manusia.

Kuschenmeister (1855) dan Leuckart (1856), adalah sarjana – sarjana yang pertama kali

mengadakan penelitian daur hidup cacing tersebut dan membuktikan bahwa cacing

gelembung yang didapatkan pada babi adalah larva cacing Taenia solium.

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes definitive T. solium adalah manusia dan hospes perantaranya adalah babi. Manusia

yang menelan sampai terhinggapi cacing dewasa Taenia solium juga menjadi perantara

penyakit cacing ini. Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing ini adalah teniasis solium

dan yang disebabkan stadium larva adalah sistiserkosis.

Morfologi dan Daur Hidup

Taenia solium berukuran panjang 2 – 4 meter dan kadang sampai 8 meter. Cacing ini mirip

seperti taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher dan strobila yang terdiri dari 800 – 1000

ruas proglotid. Skoleks yang bulat berukuran kira – kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil

isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait – kait, masing – masing sebanyak 25 – 30

buah. Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur)

dan mengandung telur (gravid).

21

Page 22: pbl puu taeniasis 16

Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa sama denganTaenia saginata, kecuali jumlah

folikel testisnya lebih sedikit yaitu 150 – 200 buah. Bentuk proglotid gravid mempunyai

ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Jumlah cabang uterus pada proglotid adalah 7-

12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya bergantian selang – seling pada sisi kanan

atau kiri strobila secara tidak beraturan.

Proglotid gravid berisi 30.000-50.000 buah telur. Telurnya keluar melalui celah robekan pada

proglotidnya. Telur tersebut bila termakan oleh hospes perantara yang sesuai maka didingnya

dicerna dari embrio, maka dindingnya dicerna dari embrio heksakan keluar dari telur,

menembus dinding usus dan masuk ke saluran getah bening atau darah.

Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan otot babi, embrio

heksakan cacing gelembung (sistiserkus) babi, dapat dibedakan dari cacing gelembung sabpi,

dengan adanya kait-kait di skoleks yang tunggal. Cacing gelembung biasanya disebut

sistiserkus selulose biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak babi. Hospes

perantara lain kecuali babi, adalah monyet, unta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus dan

manusia.

Larva tersebut berukuran 0,6 – 1,8 cm. bila daging babi yang mengandung larva sisterkus

dimakan setengah matang atau mentah oleh manusia, dinding kista dicerna, skoleks

mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti yeyenum.

Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur.

Patologi dan Gejala Klinis

Cacing dewasa yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang

berarti. Bial ada dapat berupa nyeri uluh hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala.

Darah tepi dapat menunjukkan eosinofilia. Gejala klinis yang berarti dan sering diderita

disebabkan oleh larva yang disebut sistiserkosis. Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan

gejala, kecuali bila alat yang dihinggapi adalah alat tubuh yang penting.

Pada manusia, sistiserkus atau larva Taenia solium sering menghinggapi jaringan subkutis,

mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Walaupun sering

dijumpai, kalsifikasi atau pengapuran pada sisterkus tidak menimbulkan gejala, akan tetapi

22

Page 23: pbl puu taeniasis 16

sewaktu – waktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis, demam tinggi dan

eosinofilia.

Pada jaringan otak atau medulla spinalis, sistiserkus jarang mengalami kalsifikasi. Keadaan

ini sering menimbulkan reaksi jaringan dan dapat menimbulkan serangan ayan,

meningoensefalitis, gejala yang disebabkan oleh tekanan intracranial yang tinggi seperti nyeri

kepala dan kadang – kadang kelainan jiwa. Hidrosefalus internus dapat terjadi, bila timbul

sumbatan lairan cairan serebrospinal. Sebuah sistiserkus tunggal yang dapat ditemukan dalam

ventrikel IV otak bias menyebabkan kematian.

Diagnosis

Diagnosis taeniasis solium dilakukan dengan menemukan telur dan proglotid. Telur sukar

dibedakan dengan telur Taenia saginata. Diagnosis sistiserkosis dapat dilakukan dengan cara:

1. Ekstirpasi benjolan yang kemudian diperiksa secara histopatologi.

2. Radiologis dengan CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).

3. Deteksi antibody dengan teknik ELISA, Western Blot, uji hemaglutinasi, dan counter

Immuno Electrophoresis.

4. Deteksi coproantigen pada tinja.

5. Deteksi DNA dengna teknik PCR.

Pengobatan

Untuk pengobatan penyakit teniasis solium digunakan prazikuantel. Untuk sisterkosis

digunakan prazikuantel, albendazol atau dilakukan pembedahan.

Epidemiologi

Walaupun cacing ini kosmopolite, kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi tradisi

kebudayaan dan agama, memainkan peranan penting. Biasanya penyakit ini ditemukan pada

orang yang bukan beragama islam tapi ada juga kasusnya.

Cara penyantapan daging tersebut yaitu matang, setengah matang atau mentah dan pengertian

akan kebersihan atau hygiene, memainkan peranan penting dalam penularan cacing Taenia

Solium maupun sistiserkus selulose. Pengobatan perorangan maupun pengobatan secara

23

Page 24: pbl puu taeniasis 16

masal harus dilakukan agar penderita tidak menjadi sumber inveksi bagi diri sendiri maupun

babi dan hewan lain sperti anjing.

Pendidikan mengenai kesehatan harus dirintis. Cara – cara ternak babi harus diperbaiki, agar

tidak ada kontak dengan tinja manusia. Sebaiknya untuk ternak babi harus digunakan

kandang yang bersih dan makanan yang sesuai pencahannya lakukan seperti mencegah taenia

saginata.

PENUTUP

Kesimpulan

Taenia saginata adalah cacing parasit yang datar telah berkembang cukup efisien dari waktu

ke waktu untuk beradaptasi cara yang luar biasa menyerap nutrisi dan menyelesaikan siklus

hidup yang kompleks. Taenia saginata memiliki dua host yang menginfeksi yaitu: host

definitif pada manusia dan hospes perantara pada sapi. Cacing dewasa taenia saginata

biasanya menyebabkan gejala-gejala berikut: reaksi alergi ,kronis pencernaan ,sembelit ,diare

,pusing ,sakit kepala ,kehilangan nafsu makan ,mual ,obstruksi usus ,sakit perut, penurunan

berat badan.

Diagnosis dasar dasar dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu Menanyakan riwayat penyakit

(anamnesis) dan dari sampel tinja. Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis). Didalam

anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakak penderita pernah mengeluarkan proglotid

(segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan. bila

memungkinkan sambil memperhatikan contoh potongan cacing yang diawetkan dalam botol

transparan. Sedangkan dengan pemeriksaan tinja yaitu Tinja diperiksa untuk menemukan

telur parasit. Telur terlihat seperti telur yang lain dari Taeniidae keluarga, sehingga hanya

mungkin untuk mengidentifikasi telur untuk keluarga, bukan ke tingkat spesies. Karena sulit

untuk mendiagnosa menggunakan telur saja, melihat scolex atau proglottids gravid dapat

membantu mengidentifikasi Taenia saginata.

24

Page 25: pbl puu taeniasis 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi

kedokteran edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2009

2. Brown H W. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: penerbit Gramedia. 2009.

3. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis danPemeriksaanFisik.

Jakarta: Balaipenerbit FKUI 2003.

4. Djaenudin N, Ridad A. parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang

diserang. EGC; Jakarta. 2009.

5. Juni PA L.A, Tjahaya P.U, Darwanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. Penerbit PT

gramedia pustaka utama; Jakarta. 2001.

6. http://www.depkes.go.id/downloads/Taeniasis.pdf ;diunduh 11 Mei 2012

25