patofisiologi sistem integumen

69
Patofisiologi sistem integumen Kelompok 1 iniblok DMS

Upload: tri-ujiana-sejati

Post on 13-Jul-2016

764 views

Category:

Documents


98 download

DESCRIPTION

patofisiologi kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi Sistem Integumen

Patofisiologi sistem

integumenKelompok 1 iniblok DMS

Page 2: Patofisiologi Sistem Integumen

A. Kelainan pada pigmen kulit (melanin) : Hipopigmentasi : Pengurangan pigmen Hiperpigmentasi : Penambahan pigmen Depigmentasi : Tidak tedapat pigmen

Page 3: Patofisiologi Sistem Integumen

B. Gangguan Pembuluh Darah

Eritema : dilatasi pembuluh darah warna kemerahan /merah ( hyperemi)

Sianosis : kongesti pada pembuluh darah bercak kehitaman

Purpura : perdarahan dibawah kulit Petekie : Bintik – Bintik Ekimosis : ukuran lebih besar dari uang logam Telengiektasi : Pelebaran pembuluh darah kapiler

yang menetap di kulit

Page 4: Patofisiologi Sistem Integumen

TERMINOLOGI

Page 5: Patofisiologi Sistem Integumen

Ruam Kulit

Ruam kulit dapat dijabarkan : Bentuk Ukuran Susunan Penyebaran dan lokalisasi

02

Page 6: Patofisiologi Sistem Integumen

Bentuk Ruam Kulit

Ruam Kulit : Ruam primer :

Ruam kulit yang pertama muncul pada suatu kelainan kulit

Belum terpengaruh oleh perjalanan penyakit, manipulasi ataupun pengobatan

Biasanya masih khas untuk suatu kelainan kulit

Ruam sekunder :Sudah berubah dari ruam awalnya 03

Page 7: Patofisiologi Sistem Integumen

sekunder Makula Eritema Papula Nodula Vesikula Bula Pustula Urtika tumor Kista

Skuama Krusta Erosi Ekskoriasi Ulkus Rhagaden Parut (Sikatrik) Keloid Abses Likenifikasi Guma Hiperpigmentasi hipopigmentasi

primer Khusus Kanalikuli Milia Komedo Eksantema Roseola Purpura

Page 8: Patofisiologi Sistem Integumen

Ruam(PRIMER)

Makula

Lesi datar, batas jelas berbeda dengan sekitarnya karena perubahan warna.

Contoh makula hiperpigmentasi

Page 9: Patofisiologi Sistem Integumen

M A K U L A

A. Lesi datar, batas tegas berbeda dengan kulit sekitar karena warnanya.A. Akibat

hiperpigmentasiB. pigmentasi dermalC. dilatasi kapilerD. purpura

B. Erupsi pada reaksi obat : makula eritem, batas tegas, multipel dengan berbagai ukuran akibat vasodilatasi inflamatori.

Page 10: Patofisiologi Sistem Integumen

Eritema :

disebabkan dilatasi pembuluh darah dermis yang reversibel

Page 11: Patofisiologi Sistem Integumen

Papul

penonjolan superficial pada permukaan kulit dengan massa zat padat, berbatas tegas, berdiameter < 1cm.

Page 12: Patofisiologi Sistem Integumen

P A P U L A

Lesi elevasi padat dengan ukuran kecil (Ø < 1 cm) di bagian terbesar papul tampak di atas kulitA. Permukaan kulit

A. Akibat deposit metabolik dermis

B. Akibat hiperplasia lokalisata elemen seluler dalam dermis atau epidermis.

C. Papula dengan skuama pada lesi papuloskuamosa

B. Nevus melanositik dermal, papul multipel ukuran bervariasi warna kecoklatan.

C. Liken planus, papul multipel ukuran bervariasi warna violaseus permukaan datar, mengkilat.

Page 13: Patofisiologi Sistem Integumen

Nodul

Sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar

Lesi bulat & palpabelA. Lesi meluas hingga jaringan

sub kutanB. Nodul terletak di jaringan

epidermis

Page 14: Patofisiologi Sistem Integumen

N O D U L

A. Lesi bulat / elips, padat dan palpabelA. Nodul meluas ke

jaringan subkutan

B. Nodul terletak dalam epidermis

B. KSB roduler• Nodul batas

tegas• Permukaan

halus mengkilat• Teleangiektasis &

krusta.

C. Metastase Melanoma

Nodul multipel dengan ukuran bervariasi

Page 15: Patofisiologi Sistem Integumen

V E S I K E L

Adalah lesi dengan batas tegas mengandung cairanA. Celah dalam

epidermis akibat proses akantolisis

B. Akibat degenerasi balon pada infeksi virus

Vesikel pada herpes zoster

Page 16: Patofisiologi Sistem Integumen

Vesikel - BulaVesikel : gelembung berisi cairan serosa dengan diameter <1cm .Pada: Varisela, Herpes zooster

Bula : vesikel dg ukuran >1cmPada: pemvigus, luka bakar

Page 17: Patofisiologi Sistem Integumen

VESIKEL SUBEPIDERMAL

VESIKEL – BULA

Lesi dengan batas tegas mengandung cairan

A. Vesikel Subepidermal

B. Pada keadaan lanjut menjadi bula • bula tegang

berisi cairan serous atau hemorhagi

• di atas kulit normal atau eritem

Page 18: Patofisiologi Sistem Integumen

VESIKEL SUBKORNEAL

A. Hasil akumulasi cairan tepat di bawah stratum korneum

B. Akibat udem inter-seluler

Vesikel subkorneal transparan yang rapuh pada impetigo stafilokokus

Page 19: Patofisiologi Sistem Integumen

Pustula

Elevasi kulit berbatas tegas berisi eksudat purulen.

Page 20: Patofisiologi Sistem Integumen

P U S T U L A

A. Papula berisi eksudat purulen

B. Pustula non folikel primer pada psoriasis

Page 21: Patofisiologi Sistem Integumen

Urtika

Penonjolan kulit akibat udem setempat yang muncul tiba-tiba dan menghilang dalam waktu yang relatif singkat.

Page 22: Patofisiologi Sistem Integumen

U R T I K A

A. Papul atau plakat dengan atap mendatar yang tidak menetap dan segera menghilang dalam beberapa jam

B. Urtikaria kolinergik papul kecil (Ø 3 – 4 mm)

C. Urtika besar, bergabung membentuk plakat seperti pada reaksi alergi penisilin, obat lain dan alergen makanan.

Page 23: Patofisiologi Sistem Integumen

Tumor adalah penonjolan

di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel atau jaringan tubuh.

Ukuran > 25 mm

Page 24: Patofisiologi Sistem Integumen

Kista

Penonjolan kulit bbts tegas akibat timbunan cairan serosa/mucin solid/semisolid yg dibatasi oleh epitel skuamosa yg mhslkan bahan keratin (kantung)

Page 25: Patofisiologi Sistem Integumen

K I S T AA. Kista

EpidermalA. Dibatasi epitel

skuamosa yang menghasilkan bahan keratin.

B. Kista kenyal kebiruan,

B. Kista tumor adneksa (kista hidroadenoma) berisi bahan menyerupai mukus.

Page 26: Patofisiologi Sistem Integumen

Skuama

Sisik pd kulit akibat proses deskuamasi startum korneum

Ruam(SEKUNDER)

Page 27: Patofisiologi Sistem Integumen

SKUAMA

Adalah akumulasi stratum korneum abnormalA. Skuamasi

parakeratotik pada hiperplasia epidermal psoriasiform.

B. Skuama melekat erat dan teraba kasar pada keratosis aktinik

C. Skuama melekat erat pada psoriasis.

Page 28: Patofisiologi Sistem Integumen

KrustaTimbunan serum, darah, eksudat purulen dan kulit mati yang mengering di atas permukaan kulit.

Page 29: Patofisiologi Sistem Integumen

Erosi, Ekskoriasi, Fisura

Erosi : kerusakan kulit(hingga st.spinosum)Pada: dermatitis atopik

Ekskoriasi : kerusakan kulit hingga papila dermis (tampak bintik2 perdarahan)

Fisura : retakan kulit yg sempit dan dalam

Page 30: Patofisiologi Sistem Integumen

E R O S I

A. Lesi basah dapat sebagai akibat ter-kelupasnya atap vesikel atau bula juga akibat proses epidermal nekrolisis.

Sembuh tanpa ja-ringan parut.

B. Erosi pada Toksik epidermis nekrolisis, Contoh bekas garukan

tidak berdarah, tapi keluar cairan serosa

Page 31: Patofisiologi Sistem Integumen

Ulkus

Defek kulit yg ditandai kehilangan seluruh lap.epidermis yg dpt meluas hingga dermis bahkan sub kutis

Yang diperhatikan pd ulkus :

•Ukuran (diameter)•Tepi ulkus : teratur/tdk, menggaung• Dasar ulkus• Ada tidaknya debris• Rangsang nyeri• Keterlibatan daerah sekitar ulkus

Page 32: Patofisiologi Sistem Integumen

JARINGAN PARUT/skar

A. Jaringan Parut, Pergantian jaringan fibrosa yang timbul sebagai konsekuensi penyembuhan luka.A. Jaringan parut

hipertropi

B. Jaringan parut atropi

B. Jaringan Parut Hipertropi

Page 33: Patofisiologi Sistem Integumen

Skar jaringan fibrosa yg menggantikan defek jaringan sbg hasil proses penyembuhan luka

Page 34: Patofisiologi Sistem Integumen

Likenifikasi

adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.

Page 35: Patofisiologi Sistem Integumen

Abses Kumpulan nanah dalam jaringan Kutis atau subkutis Batas tidak jelas Terbentuk dari infiltrat radang, dinding abses terbentuk dari

jaringan sakit yang belum menjadi nanah

23

Page 36: Patofisiologi Sistem Integumen

Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik, dengan penyebaran pertiginosa. Misal pada sifilis gumosa.

Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misal pada melasma, dan pasca inflamasi.

Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya, misalnya pada skleroderma dan vitiligo

Page 37: Patofisiologi Sistem Integumen

Kanalikuli adalah ruam kulit berupa saluran-

saluran pd stratum korneum, yang timbul sejajar dgn permukaan kulit, seperti yang terdapat pada skabies.

Terowongan di bawah kulit.Terdapat pada :• Creeping eruption• Skabies

Ruam khusus

Page 38: Patofisiologi Sistem Integumen

PengertianBiang keringat adalah suatu ruam kulit yang menyebabkan gatal-gatal

PenyebabPenyumbatan pada pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat peradangan iritasi gatal vesikel berair, warna merah

Biang Keringat/Milia

Page 39: Patofisiologi Sistem Integumen

Komedo : Ruam akne yang non inflamasi yang timbul akibat tersumbatnya keratin di muara saluran pilosebasea.

Page 40: Patofisiologi Sistem Integumen

Komedo Ruam khas pada akne Infundibulum folikel rambut yang melebar dan

tersumbat oleh keratin dan lipid

28

Page 41: Patofisiologi Sistem Integumen

Purpura / Petekie Ekstavasasi sel darah merah

Purpura: besar ; petekie: kecil/haus

29

Page 42: Patofisiologi Sistem Integumen

Makula < 3 mm petekia

Non palpable (macula), ukuran Kerusakan pemb drh, tanpa Makula > 3 mm ekimosis Inflamasi akb kerapuhan p. drh.

Purpura palpasi

Palpable ( papular) Akibat kerusakan P. Drh oleh inflamasi ( vaskulitis)

Page 43: Patofisiologi Sistem Integumen

Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam, seperti pada demam berdarah.

Roseola ialah eksantema lentikuler berwarna merah tembaga seperti pada sifilis dan frambusia.

Page 44: Patofisiologi Sistem Integumen

Lesi target : Terdiri dari 3 zona yang berbentuk lingkaran, lingkaran pertama mengandung purpura atau vesikel di bagian tengah yang dikelilingi oleh lingkaran pucat (lingkaran kedua), lingkaran ketiga adalah lingkaran eritema. Lesi target biasanya dijumpai di telapak tangan penderita eritema multiforme (gambaran seperti mata sapi).

Page 45: Patofisiologi Sistem Integumen

UKURAN, SUSUNAN LESI, DISTRIBUSI

Page 46: Patofisiologi Sistem Integumen

Ukuran Ruam Kulit

Milier : sebesar kepala jarum pentul

Lentikular : sebesar biji jagung Numular : sebesar uang logam Plakat : lebih besar dari numular

Page 47: Patofisiologi Sistem Integumen

Annular

Lesi berbatas tegas membentuk gambaran

cincin

Numular

Lesi bundar seperti uang logam

(diskoid)

Page 48: Patofisiologi Sistem Integumen

48

MilierLesi berukuran 1-2mm (sebesar kepala jarum

pentul)

LentikulerPapul dg ukuran sebesar biji

jagung

Page 49: Patofisiologi Sistem Integumen

Plakat

Elevasi kulit dengan porsi luas permukaannya lebih besar dibandingkan tingginya. Biasanya merupakan kumpulan papul

Page 50: Patofisiologi Sistem Integumen

Susunan Ruam Kulit

Liniar : seperti garis lurus Sirsinar / anular : seperti

lingkaran Polisiklik : bentuk pinggiran

yang sambung menyambung Korimbiformis : susunan seperti

induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya

Page 51: Patofisiologi Sistem Integumen

SUSUNAN LESI

A. Lesi linier pada fenomena Koebner

B. Lesi anular & arciform, susunan anular & arciform.

C. Lesi iris merupakan lesi anular yang penting, cth. pada eritema multiforme

Page 52: Patofisiologi Sistem Integumen

Susunan Ruam KulitLiniar

Sirsinar/anular

Page 53: Patofisiologi Sistem Integumen

Susunan Ruam Kulit

Polisiklis

Korimbiformis

Page 54: Patofisiologi Sistem Integumen

54

RetikulerLesi membentuk anyaman seperti

jala

VerukosusLesi berdungkul-

dungkul membentuk

seperti bunga kol

Page 55: Patofisiologi Sistem Integumen

55

Confluent - Lesi menyatu

Clustered / HerpetiformLesi bergerombol

Page 56: Patofisiologi Sistem Integumen

Penyebaran dan Lokalisasi Khas Ruam Kulit

Page 57: Patofisiologi Sistem Integumen

Penyebaran

Sirkumskrip : berbatas tegas Difus : tidak berbatas tegas Generalisata : di sebagian besar tubuh Regional : 1 daerah tertentu Universalis : hampir seluruh tubuh (>90%) Soliter : 1 lesi Herpetiformis berkelompok seperti herpes zoster Konfluens : > 2 lesi menjadi satu Diskret : terpisah satu dengan yang lain

34

Page 58: Patofisiologi Sistem Integumen

58

UniversalLesi mengenai seluruh

permukaan tubuh

GeneralisataLesi meluas hampir seluruh permukaan

tubuh terkena

Page 59: Patofisiologi Sistem Integumen

59

SoliterLesi tunggal

Page 60: Patofisiologi Sistem Integumen

60

DiskretLesi tersebar

Zosteriform / Dermatomal

Lesi menyebar sesuai dengan persarafan kulit

tertentu

Page 61: Patofisiologi Sistem Integumen

Konfluen : > 2 lesi menjadi 1

Herpetiformis

36

Page 62: Patofisiologi Sistem Integumen

DISTRIBUSI

D. Lesi berkelompok

E. Herpetiform pada herpes simpleks atau herpes zoster

F. Zosteriform

Page 63: Patofisiologi Sistem Integumen

Penyebaran dan Lokalisasi Khas Ruam Kulit

Serpiginosa : menjalar ke satu jurusan penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan

Irisformis : eritema bulat lonjong dengan vesikel ditengahnya

Simetrik : mengenai 2 belah bagian badan yang sama

Bilateral : mengenai kedua belah badan Unilateral : mengenai sebelah badan

35

Page 64: Patofisiologi Sistem Integumen

64

SerpiginosaLesi meluas (menjalar

ke arah tepi)

Page 65: Patofisiologi Sistem Integumen

Irisformis

37

Page 66: Patofisiologi Sistem Integumen

66

BilateralLesi menyebar di kedua sisi

tubuhUnilateralLesi menyebar di satu sisi

tubuh

Page 67: Patofisiologi Sistem Integumen

67

Fenomena Koebner

Timbulnya lesi yang serupa dengan lesi kulit lain pada tempat bekas

trauma

Page 68: Patofisiologi Sistem Integumen

68

FolikulerPenyebaran lesi

terdapat di sekitar folikel rambut

Page 69: Patofisiologi Sistem Integumen

Terima kasih..