pasien pribadi henny

50
BAB I LAPORAN KASUS 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Tanggal Lahir : 4 Juli 2004 Umur : 1 Tahun 01 Bulan 1 Hari Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : KP. Pisangan RT 08 RW 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur Tanggal Masuk : 5 Agustus 2015 Bangsal : Bougenville Atas 1.2. IDENTITAS ORANG TUA/WALI Nama Ayah/Wali Ibu/Wali Nama Tn. A Ny. S Umur 28 Tahun 25 Tahun Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga Pendidika n SMA SMA Penghasil an Rp. 2.000.000,- - Agama Islam Islam Alamat KP. Pisangan RT 08 RW 03 Penggilingan KP. Pisangan RT 08 RW 03 Penggilingan 1

Upload: eka-henny-suryani

Post on 09-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hkhk

TRANSCRIPT

Page 1: Pasien Pribadi Henny

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Tanggal Lahir : 4 Juli 2004

Umur : 1 Tahun 01 Bulan 1 Hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : KP. Pisangan RT 08 RW 03 Penggilingan Cakung

Jakarta Timur

Tanggal Masuk : 5 Agustus 2015

Bangsal : Bougenville Atas

1.2. IDENTITAS ORANG TUA/WALI

Nama Ayah/Wali Ibu/Wali

Nama Tn. A Ny. S

Umur 28 Tahun 25 Tahun

Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga

Pendidikan SMA SMA

Penghasilan Rp. 2.000.000,- -

Agama Islam Islam

Alamat KP. Pisangan RT 08 RW 03

Penggilingan Cakung Jakarta

Timur

KP. Pisangan RT 08 RW 03

Penggilingan Cakung Jakarta

Timur

1.3. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 5 Juli 2015 Jam

22.00 WIB dengan Orang tua pasien dan berdasarkan data dari rekam medis

Keluhan Utama : Sesak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

1

Page 2: Pasien Pribadi Henny

Keluhan Tambahan : Demam, Batuk, Pilek, Muntah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami batuk – batuk.

Namun semakin parah sejak 1 minggu terakhir ini. Batuk yang dialami pasien adalah

batuk berdahak, akan tetapi dahak sulit untuk dikeluarkan dan pilek dengan ingus

berwarna bening. Batuk tidak dipengaruhi oleh cuaca, waktu malam hari ataupun

aktifitas fisik. Batuk juga tidak disertai dengan adanya darah. Pasien juga mengalami

muntah sebanyak 2x yang berisi lender dan makanan setiap harinya.

2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam. Demam yang

dirasakan pasien naik turun. Suhu mencapai 38,8°C diukur menggunakan alat

pengukur suhu tubuh oleh ibu pasien. Pasien juga sudah mengkonsumsi obat sirup

penurun panas, akan tetapi suhu tubuh menurun karena obat dan 3 jam kemudian

suhu kembali naik.. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran dan kejang. Serta

tidak mengalami berkeringat pada malam hari. BAK normal, frekuensi ganti pampers

3-4 kali sehari. BAB normal tidak mencret, frekuensi ganti pampers 2-3 kali sehari.

1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien tampak lemas dan nafsu makan

berkurang Pasien juga rewel tidak mau makan dan minum. Batuk, pilek dan demam

masih ada. Beberapa jam sebelum masuk Rumah sakit, pasien terlihat bernafas cepat

dan sesak. Sesak muncul perlahan-lahan dan kemudian makin memberat. Sesak tidak

dipicu oleh udara dingin ataupun debu. Kemudian orang tua pasien membawa pasien

ke IGD. Di IGD pasien dipasang selang oksigen dan mendapatkan terapi uap satu kali

karena adanya pergerakan cuping hidung dan retraksi dada namun tidak ada suara

mengi. Setelah keadaan mengalami stabil, pasien dimasukkan ke bangsal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat batuk pilek sejak usia6 bulan hingga sekarang kambuh-kabuhan

- Riwayat penggunaan obat lama disangkal

- Riwayat alergin obat dan susu formula disangkal

- Riwayat penyakit asthma disangkal

- Riwayat kencing tidak lancar dan nyeri disangkal

2

Page 3: Pasien Pribadi Henny

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan

pasien. Riwayat penyakit asma pada anggota keluarga disangkal. Riwayat

penyakit alergi, diabetes militus, dan hipertensi pada keluarga juga disangkal.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orangtuanya.

Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang padat penduduk.

Rumah pasien berdinding tembok, berlantai keramik dengan atap

genteng.Pasien masih tidur dengan kedua orangtuanya. Ventilasi dan

pencahayaan baik. Sumber air bersih dari PAM. Saluran pembuangan di

sekitar rumah tidak tersumbat. Rumah pasien tidak berdekatan dengan

sungai dan tempat pembuangan sampah. Ayah pasien bekerja sebagai

wiraswasta dengan penghasilan Rp.2.000.000,-/bulan. Sedangkan ibu pasien

merupakan ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Kesan : Keadaan lingkungan dan sosial ekonomi pasien cukup baik

Riwayat Antenatal :

Status obstetric ibu G1P1A0

Kontrol kehamilan Ibu kontrol kehamilan di bidan sebanyak 4x selama masa kehamilan, mulai minum susu kehamilan sejak usia kehamilan 1 bulan.

Penyakit yang diderita selama masa kehamilan

Demam, nyeri kepala, hipertensi, keputihan Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak merokok, dan minum-minuman beralkohol.

Kesan : Kontrol kehamilan rutin, kelanian selama kehamilan tidak ada.

3

Page 4: Pasien Pribadi Henny

Riwayat Kelahiran :

Kelahiran Tempat kelahiran Di puskesmas

Cara persalinan

Penolong

persalinan

Spontan

Bidan

Masa gestasi Cukup bulan, 39 minggu

Ketuban Pada saat pasien dibawa ke puskesmas,

cairan ketuban sudah pecah, air ketuban

berwarna jernih

Keadaan bayi Berat lahir 2500 gr

Panjang badan 40 cm

Lingkar kepala (Tidak tahu)

Langsung menangis spontan

Nilai APGAR 8/9

Kelainan bawaan tidak ada

Kesan: Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan

Riwayat imunisasi :

IMUNISASI DASAR ULANGAN

BCG 2 bulan

Hepatitis B 0, 1, 6 bulan

DPT / POLIO 0, 2, 4 dan 6 bulan -

Campak 9 bulan -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

4

Page 5: Pasien Pribadi Henny

Riwayat makanan :

UMUR ASI/

PASI

BUAH / BISKUIT BUBUR NASI TIM

0–1

Minggu

ASI

(sesuai

kemauan)

1 minggu –

6 bulan

ASI dan

PASI

(sesuai

kemauan)

6 – 8 bulan ASI dan

PASI

(sesuai

kemauan)

Buah pisang

dikerik ( 1 kali 1

buah pisang sehari)

biskuit milna (1-2

kali sehari biskuit

milna)

Bubur nestle (2

kali 1 mangkuk

bayi sehari)

8 – 10

bulan

ASI dan

PASI

(sesuai

kemauan)

Buah pisang

dikerik (2 kali 1

buah pisang sehari)

biskuit milna (2

kali sehari biskuit

milna)

Nasi tim saring

(2 kali 1

mangkuk bayi

sehari)

10 -12

bulan

PASI

(sesuai

kemauan)

Buah pisang dan

papaya dikerik (3

kali 1 buah pisang

sehari) biskuit

milna (2 kali sehari

biskuit milna)

Nasi tim

ditambah

dengan sayuran

( kali 1

mangkuk bayi

sehari)

5

Page 6: Pasien Pribadi Henny

Kesan : Kuantitas baik, kualitas makanan baik, makanan pokok diberikan 3 kali

sehari.

UMUR DIATAS 1 TAHUN - SEKARANG

MAKANAN BIASA FREKUENSI

Nasi Nasi tiga kali sehari, sebanyak 1 piring kecil

Sayur dan buah Tiga kali sehari, menyukai sayuran hijau

buah pisang

Daging Dua kali sehari (selang-seling)

Telur Satu kali sehari (selang-seling)

Ikan Satu kali sehari (selang-seling)

Tahu Dua kali sehari(selang-seling)

Tempe Dua kali sehari(selang-seling)

Susu Formula Dua kali shari (selan-seling)

Kesan : Kuantitas baik, kualitas makanan baik, makanan pokok diberikan 3 kali

sehari.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Ranah Perkembangan UsiaMotorik Kasar Duduk

Berdiri Berjalan Lari

7 bulan12 bulan12 bulan-

Motorik Halus Meraih benda Memegang/meraih jari Menggambar orang Menggambar pemandangan

6 bulan9 bulan--

Sosial Tersenyum Makan sendiri Berpakaian tanpa bantuan

2 bulan7 bulan-

Bahasa Tertawa Berteriak Mengoceh Bicara lancar Berhitung

2 bulan5 bulan10 bulan--

6

Page 7: Pasien Pribadi Henny

Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan anak usia 1 tahun.

1.4. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan dilakukan di Bougenvile Atas tanggal 5 Agustus 2015 Pukul

22.30WIB

Kesan Umum : Tampak sakit sedang, tampak sesak, nafas cepat, kesan gizi

kurang

Tanda Vital :

Nadi : 152 x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup, regular

RR : 54x/menit

Suhu : 37oC axilla (diukur dengan termometer air raksa)

Saturasi O2 : 80%

Status Antropometri :

BB : 6,5 kg PB : 71 cm

Status Gizi

- BB / U = -3 < z score < -2 (gizi kurang)

- TB / U = -2 < z score < 0 (normal)

- BB / TB = -2 <z score < 0 (normal)

- Kesan: Gizi kurang

Kepala : Normocephal (Lingkar kepala 40 cm),

Rambut : Pirang, tipis, distribusi rambut tidak merata, tidak mudah

dicabut,

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil

(+/+), isokor Ø

2mm/2mm. Palpebra cekung (-/-)

Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen (-/-)

Hidung : Bentuk normal, Napas cuping hidung (-/-), Sekret (+/+), Deviasi

septum(-/-), Mukosa hiperemis (+/+)

7

Page 8: Pasien Pribadi Henny

Bibir : Simetris, mukosa bibir basah berwarna merah muda, kering (-),

sianosis(-)

Mulut : Oral Higiene baik, trismus (-), mukosa gusi dan pipi merah

muda, ulkus (-),

Lidah : Ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)

Tenggorokan : Mukosa bibir basah, coated tongue (-), faring hiperemis,

Tonsil T1-T1 Tenang

Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB

cervical.

Thorak : bentuk normochest, retraksi (+), pergerakan dinding dada simetris

kanan=kiri

- Pulmo

• Inspeksi : Normochest, Dinding dada simetris, retraksi

suprasternal (+),

• Retraksi epigastrium (-)

• Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri

• Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

• Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+) normal, ronkhi (+/+),

wheezing (-/-)

- Cor

• Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis

• Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba

• Perkusi :

o Batas kanan atas : linea para sternalis dekstra ICS II

o Batas kiri atas : linea para sternalis sinistra ICS II

o Batas kanan bawah : linea parasternalis dekstra ICS IV

o Batas kiri bawah : linea midclavicularis sinistra ICS IV

• Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Kesan : tidak ada kardiomegali, bising (-)

8

Page 9: Pasien Pribadi Henny

Abdomen :

• Inspeksi : Datar

• Auskultasi : Bising usus (+) normal ( 3 kali dalam 1 menit)

• Palpasi : Dinding perut supel, turgor kulit baik

• Perkusi : Timpani

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba pembesaran

Ginjal : Ballotement (-/-)

Kulit : Ruam (-), lebam (-), sianosis (-), turgor kembali cepat

Genitalia : Laki-laki, fimosis (-)

Ekstremitas : Tidak ada deformitas, Akral hangat (+), capilary refill <2detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG 5 Juli 2015 di IGD Pukul 16.07 WIB

PemeriksaanHasil5-Juli-2015

Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 12.2 13.0-18.0 g/dl

LeukositHitung Jenis :NetrofilLimfositMonositEosinofilBasofil

34.68

75.120.04.40.10.4

5-10 ribu/mm3

50-70%25-40%2-8%2-4%0-1%

Eritrosit 4.88 4.5-6.5 juta/uL

Hematokrit 34 34-40 %

Trombosit 545 150-440 ribu/mm3

MCV 69.1 80-100 fL

MCH 25.0 26-34 pg

MCHC 36.2 32-36%

RDW-CV 19.3 11.5-14.5 %

9

Page 10: Pasien Pribadi Henny

PemeriksaanHasil5-Juli-2015

Nilai Rujukan

Kimia Klinik

Analisa Gas Darah

pH 7.341 7.34-7.44 mmHg

PCO2 24.4 35-45 mmHg

PO2 36.9 85-95 mmHg

HCO3 12.8 22-26 mmol/L

TCO2 13.6 23-27 mmol/L

Base Excess -11.8 -2.5-2.6

Std HCO3 15.5 22-26 mmol/L

Saturasi O2 68.9 96-97 %

Elektrolit

Natrium (Na) 150.0 135-145 mmol/L

Kalium (K) 3.40 3.5-5.5 mmol/L

Klorida (Cl) 100.0 98-109 mmol/L

Pemeriksaan foto thorax AP Lateral

Klinis : sesak nafas, batuk

- Jantung kesan tidak membesar

10

Page 11: Pasien Pribadi Henny

- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar

- Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal

- Tampak infiltrate perihiler dan parakardial kanan

- Tak tampak infiltratretrokardia

- Lengkung hemidiafragma dan sinus kostofrenikus baik

- Tulang-tulang intak

Kesan:

- Pneumonia

- Cor dalam batas normal

1.5 RESUME

Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 1 bulan dibawa oleh orang tuanya

dengan keluhan sesak napas. Sejak 2 minggu SMRS, ibu OS mengeluh anaknya

batuk-batuk. Batuk yang dialami pasien adalah batuk berdahak, akan tetapi dahak

sulit untuk dikeluarkan. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 2x yang berisi

lender dan makanan setiap harinya. 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien

mengalami demam. Demam yang dirasakan pasien naik turun. Suhu mencapai 38,8°C

. Pasien juga sudah mengkonsumsi obat penurun panas, akan tetapi tidak ada

perbaikan.

1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien tampak lemas dan nafsu makan

berkurang Pasien juga rewel tidak mau makan dan minum. Batuk pilek dan demam

masih ada. Beberapa jam sebelum masuk Rumah sakit, pasien terlihat bernafas cepat

dan sesak. Sesak muncul perlahan-lahan dan kemudian makin memberat Di IGD

pasien dipasang selang oksigen dan mendapatkan terapi uap satu kali karena adanya

pergerakan cuping hidung dan retraksi dada.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

suhu 37 oC, nadi 152 x/menit, frekuensi napas 54 x/menit, saturasi oksigen 80 % berat

badan 6,5 kg dan tinggi badan 69 cm di mana status gizi anak terkesan kurang, pada

hidung ditemukan sekret, faring hiperemis, terdengar suara napas yang kasar, ronkhi

basah terdengar di kedua lapang paru.

11

Page 12: Pasien Pribadi Henny

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 12,2 g/dL, Ht 34 vol%, leukosit

34.64 ribu/mm3 MCV 69,1 fl, MCH 25 pg, MCHC 36.2%, Eritrosit 4,88 juta/uL.

Hasil dari pemeriksaan analisa gas darah yaitu pH 7.34, PCO2 24.4 mmHg, PO2 36.9

mmHg. hasil dari foto thorax adalah kesan pneumonia.

1.6. DIAGNOSA KERJA

Pneumonia

1.7. DIAGNOSA BANDING

Bronkilotis

1.8. PENATALAKSANAAN

02 : Nasal kanul 2 lpm

IVFD KaEn 1B 8 tpm

Kebutuhan cairan anak dengan BB 6.5 kg

[6.5 x 100] x 20 = 9,02 ~ 9 tpm 8 tpm

24 x 60

- Antibiotik

- Ampicilin 4 x 150 mg iv

Ampicilin ( 50 – 100 mg/KgBB) diberikan sebanyak 4x sehari

6,5 x 50 mg = 325 mg/ 4x = 81.25mg/x

6.5 x 100 mg = 650/4x = 162.5 mg/x

- Kloramfenikol 4 x 100 mg iv

Kloramfenikol (25 - 50mg/KgBB) diberikan 4x sehari

6.5 x 25mg = 162.5mg/4x = 40.625 mg/x

6.5 x 50mg = 325mg/4x = 81.25mg/x

- Sanmol drop 4 x 0.7 ml

Tiap 0,6 ml mengandung : Paracetamol 60 mg

Dosis :

Dibawah 1 tahun : 0.6 ml 3-4 kali sehari

12

Page 13: Pasien Pribadi Henny

Pada pasien 1 tahun lebih 1 bulan 4 x 0.7 ml

- Mucos drop 3 x 0.3 ml

Dosis anak 2-4 tahun : 1.5 ml

Dosis anak 1-2 tahun : 1 ml, 0.5 ml

- Asam folat 1x 5 mg pada hari I

- Asam folat 1x 1 mg pada hari ke II - XIV

- Vitamin A 1x100000 iu pada hari I,II, dan XIV

- Inhalasi Ventolin / 8 jam 3x sehari dalam Ns 2cc

1. 9. EDUKASI

- Bila anak bertambah sesak (RR > 50x/menit) maka semntara anak dipuasakn

telebih dahulu dan dipasang NGT

- Bila anak demam, beri minum ASI yang cukup, kompres hangat, dan beri

obat penurun panas

- Berikan makanan yang bergizi pada anak

1.10. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad funtionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

13

Page 14: Pasien Pribadi Henny

FOLLOW UP

5-8-2015 6-8-2015 7-8-2015S Demam (+), Sesak (+), muntah

(+), Batuk (+), Pilek (+)Demam , Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+)

Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+)

O KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 120 x/mntRR : 54 x/mntS : 37,8oC SpO2: 88%Kepala : NormocephalMata :Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar , nyeri tekan (+), BU (+), hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s,

KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 120 x/mntRR : 36 x/mntS : 37,1oCSpO2: 90%Kepala : NormocephalMata : Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s

KU: Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 118 x/mntRR : 32 x/mntS : 36,9oCSpO2: 96%Kepala: NormocephalMata: Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokor THT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 s

A Pneumonia Pneumonia Pneumonia

14

Page 15: Pasien Pribadi Henny

P 02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg iv Kloramfenikol 4x100 mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 5 mg pada

hari I Vitamin A 1x100000 iu

pada hari I,II, dan XIV Inhalasi Ventolin 3x1 dalam

Ns 2cc

02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg

iv Kloramfenikol 4 x 100

mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Vitamin A 1x100000 iu

pada hari I,II, dan XIV Inhalasi Ventolin 3x1

dalam Ns 2cc

02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg iv Kloramfenikol 4 x 100 mg

iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Inhalasi Ventolin 3x1 dalam

Ns 2cc

8-8-2015 9-8-2015 10-8-2015S Sesak (+), Batuk (+),

Pilek (+)Sesak (-), Batuk (+), Pilek (+)

Batuk (-), Pilek (-)

O KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 122 x/mntRR : 36 x/mntS : 36,6oC SpO2: 98%Kepala : NormocephalMata :Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar , nyeri tekan (+), BU (+), hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s,

KU : Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 122 x/mntRR : 36 x/mntS : 36,4oCSpO2: 98%Kepala : NormocephalMata : Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s

KU: Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 119 x/mntRR : 32 x/mntS : 36oCSpO2: 99%Kepala: NormocephalMata: Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokor THT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (-/-), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 s

A Pneumonia Pneumonia Pneumonia

15

Page 16: Pasien Pribadi Henny

P 02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg

iv Kloramfenikol 4x100

mg Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg

pada hari I Inhalasi Ventolin 3x1

dalam Ns 2cc

02 : Lepas IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg

iv Kloramfenikol 4 x 100

mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Inhalasi Ventolin 3x1

dalam Ns 2cc

Pulang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang

ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas

cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.7

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau

napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke

dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas

dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya

40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun

tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan

tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.5

II. EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di

bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di

16

Page 17: Pasien Pribadi Henny

Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi

pada anak di bawah umur 2 tahun Insiden pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di

negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara

berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari

5 juta kematian pertahun pada anak balita di negara berkembang. 2

III. ETIOLOGI

Tabel 1. Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan

terjadinya infeksi.5

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang

Lahir-20 hari Bakteria Escherichiacolli Group B streptococci Listeriamonocytogenes

Bakteria Group D streptococci Haemophillusinfluenzae Streptococcuspneumoniae Ureaplasmaurealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

3minggu – 3 bulan

Bakteria Clamydiatrachomatis Streptococcuspneumoniae

Virus Respiratory syncytial

virus Influenza virus Para influenza virus

1,2 and 3

Bakteria Bordetellapertusis Haemophillusinfluenza type B

& non typeable Moxarellacatarrhalis Staphylococcusaureus Ureaplasmaurealyticum

Virus Cytomegalovirus

17

Page 18: Pasien Pribadi Henny

Adenovirus4 bulan –5 tahun

Bakteria Streptococcuspneumoniae Clamydiapneumoniae Mycoplasmapneumoniae

Virus Respiratory syncytial

virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles

Bakteria Haemophillusinfluenza type B Moxarellacatarrhalis Neisseriameningitis Staphylococcusaureus

Virus Varicella zoster virus

5 tahun – dewasa Bakteria Clamydiapneumonia Mycoplasmapneumonia Streptococcuspneumoniae

Bakteria Haemophillusinfluenza type B Legionellaspecies Staphylococcusaureus

Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus

Tabel 2. Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi5

Communityy-acquired acute pneumonia

Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.

Community-acquired atypical pneumonia

18

Page 19: Pasien Pribadi Henny

Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp. (C. pneumoniae, C. psittaci, C. trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses: respiratory syncytial virus, parainfluenza virus (children); influenza A and B (adults); adenovirus(military recruits); SARS virusHospital-acquired pneumonia

Gram-negative rods, Enterobacteriaceae (Klebsiella spp., Serratia marcescens, Escherichia coli) andPseudomonas spp.Staphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis

NocardiaActinomycesGranulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria, Histoplasma capsulatum,Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis

IV. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.

Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi

ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat

berkembang biak dan menimbulkan penyakit.9

      Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan

mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.

Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :9

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

3. Inhalasi bahan aerosol

4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

       Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara

Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme

atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -

2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan

19

Page 20: Pasien Pribadi Henny

selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas

atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan

terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari

sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring

terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan

kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).4

      Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml,

sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan

titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.4

       Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau

aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas

sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa

penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.9

V. PATOLOGI ANATOMI

Terdapat empat stadium anatomis dari pneumonia terbagi atas: 3

1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

imun dan cedera jaringan.Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin.Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen

bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos

vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi

pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara

kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.3

20

Page 21: Pasien Pribadi Henny

2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang

terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.

Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.3

3. Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang

terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera

dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai

diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah

menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.3

4. Stadium Akhir (Resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara

enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru

kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan

normal.3

VI. KLASIFIKASI

Pneumonia diklasifikasikan ke beberapa kelompok, diantaranya:1

1. Menurut penyakit bawaan

a) Pneumonia primer : radang paru yang terserang pada orang yang tidak

mempunyai faktor resiko tertentu. Kuman penyebab utama yaitu S.

pneumoniae, Hemophilus influenzae, juga virus penyebab infeksi

pernapasan (Influenza, Parainfluenza, RSV). Selain itu juga bakteri

pneumonia yang tidak khas (atypical) yaitu mikoplasma, chlamydia,

dan legionella.1

21

Page 22: Pasien Pribadi Henny

b) Pneumonia sekunder : terjadi pada orang dengan faktor predisposisi,

selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD, terutama juga

bagi mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes

melitus, HIV, kanker, dll.

2. Menurut tempat asal terjadinya infeksi 1

a) Community acquired pneumonia (CAP; pneumonia yang terjadi di

“lingkungan rumah”), juga termasuk Pneumonia yang terjadi di rumah

sakit dengan masa inap <48 jam. Kuman penyebab sama seperti pada

pneumonia primer.

b) Nosokomial pneumonia atau hospital acquired pneumonia (HAP,

pneumonia yang terjadi di “rumah sakit”), infeksi terjadi setelah 48

jam berada di rumah sakit. Kuman penyebab sangat beragam, yang

sering Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gram negatif

lainnya seperti E.coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas

aeroginosa, Proteus, dll. Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk

bakteri penyebab HAP.

3. Menurut gambaran klinis 1

a) Typical pneumonia, infeksi radang paru dengan gejala yang khas.

Gejala yang khas (typical) dari pneumonia yaitu munculnya secara

tiba-tiba diikuti dengan batuk berdahak, demam dalam waktu singkat

dan menggigil, dan sesak napas. Sekitar 30% hanya merasakan sakit

dada yang hebat (pleura) sebagai gejala utama tanpa di ikuti simptom

khas pneumonia. Selain itu penderita cepat lelah, tidak nafsu makan,

berkeringat dan rasa mual.

b) Atypical pneumonia sebagai kebalikannya

4. Menurut predileksi infeksi

a) Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bacterial, jarang pada bayi

dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen.

Kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus

seperti aspirasi benda asing, atau adanya proses keganasan.

22

Page 23: Pasien Pribadi Henny

b) Bronkopneumonia. Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate

pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.

Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dnegan obstruksi

bronkus.

c) Pneumonia interstitial.

VII. MANIFESTASI KLINIS

Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan

napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala

gangguan respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas

cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis. 6

Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil6

Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan

proses persalinan

Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya

melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.

Serangan apnea

Sianosis

Merintih

Napas cuping hidung

Takipnea

Letargi, muntah

Tidak mau minum

Takikardi atau bradikardi

Retraksi subkosta

Demam

23

Page 24: Pasien Pribadi Henny

Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48

jam pertama

Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%

Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih

tinggi

Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar

Takipnea

Retraksi subkosta (chest indrawing)

Napas cuping hidung

Ronki

Sianosis

Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar

Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna

Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan

bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma

Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai

apendisitis.

VIII. DIAGNOSA

Diagnosis klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan fisis

atau bukti radiologis yang menunjukkan konsuidasi. Klasifikasi diagnosis klinis

pada masa kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan (lingkungan,

pejamu). Diagnosis dan terapi pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan kepada

riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemeriksaan

penunjang. Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia.4

Gejala-gejala meliputi:4

Gejala Mayor: 1.batuk

2.sputum produktif

3.demam (suhu>37,80c)

Gejala Minor: 1. sesak napas

24

Page 25: Pasien Pribadi Henny

2. nyeri dada

3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4. jumlah leukosit >12.000/L

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut

bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil,

suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan

sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang

berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada

auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-

kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi

basah kasar pada stadium resolusi. Pneumonia pada usia lanjut seringkali

memberikan gejala yang tidak khas. Selain batuk dan demam pasien tidak jarang

datang dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh,

dan inkontinensia akut.1

Pedoman Diagnosis: 5

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

Pneumonia berat

o Bila ada sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Pneumonia

o Bila tidak ada sesak napas

o Ada napas cepat

o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.

Bukan pneumonia

o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.

o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan

pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

25

Page 26: Pasien Pribadi Henny

Bayi berusia dibawah 2 bulan

Pneumonia

o Bila ada napas cepat atau sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia

o Tidak ada napas cepat atau sesak napas

o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

Anamnesis

Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan

dengan faktor infeksi :5

a) Evaluasi faktor presdiposisi: PPOK (H. influenzae), penurunan imunitas

(Pneumocystic carinil, CMV, Legionella, jamur, Mycobacterium),

kecanduan obat bius (Staphylococcus)

b) Usia pasien: bayi (virus), muda (M. pneumoniae), dewasa (S.pneumoniae)

c) Awitan; cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S. pneumoniae);

perlahan dengan batuk, dahak sedikit (M. pneumoniae).

Pemeriksaan fisis

Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan klinis. Perhatikan

gejala klinis yang mengarah tipe kuman penyebab/patogenitas kuman dan tingkat

berat penyakit:5

a) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumoniae,

Streptococcus spp. Staphyloccus. Pneumonia virus ditandai dengan

mialgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif. Awitan lebih insidious

dan ringan pada orang tua/imunitas menurun misalnya: Klebsiella,

Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anerob, jamur.

26

Page 27: Pasien Pribadi Henny

b) Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berua

demam, sesak napas, tanda-tanda konsulidasi paru (perkusi paru yang

pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial). Bentuk klasik pada PK

primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau

pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada PK

sekunder ataupun PN. Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru

seperti efusi pleura, pneumotoraks/hidropneumotoraks.

c) Warna, konsistensi, dan jumlah spuum penting untuk diperhatikan.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit

normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi yang berat sehingga tidak terjadi

respons leukosi. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya

neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aereus pada pasien

dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

b. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi,

jarum transtokoral, torakkosentesis, bronkoskopi, atau biopsy. Untuk tujuan

terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test

dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN

yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan

pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi

selanjutnya.8

c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain: 1

27

Page 28: Pasien Pribadi Henny

a) Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anatomis. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya

kurang jelas.

b) Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru

mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada

atelektasis.

c) Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan

jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di

lobus medius kanan.

d) Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.

e) Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang

paling akhir terkena.

f) Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.

g) Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign.

IX. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi

perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres

pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain,

komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil

dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi

pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan

keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat

diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif.

Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin

terjadi harus dipantau dan diatasi.

1. Pneumonia rawat jalan

28

Page 29: Pasien Pribadi Henny

Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral

misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan

adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20

mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid

baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan

inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.

Pneumoniae dan bakteri atipik.

2. Pneumonia rawat inap

Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau

kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas,

dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin.

Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia

tanpa komplikasi .

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus

dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis.

Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti

kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin

generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan

antibiotik oral selama 10 hari.

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan

adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa klavulanat. Pada kasus yang

lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid

baru intravena, sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam

atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan

berobat jalan.7

Kriteria pulang untuk bayi dan anak dengan pneumonia adalah:6

- Gejala dan tanda pneumonia menghilang

- Asupan per oral adekuat

- Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)

- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol

29

Page 30: Pasien Pribadi Henny

- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjut di rumah

-

X. KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis

purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmuner seperti meningitis purulenta.

Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia

bakteri. 5

XI. PENCEGAHAN

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau

keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh

kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk

menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk

mencegah terjadinya penyakit pneumonia :8

1. Perawatan Selama Masa Kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi

ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup

bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta

pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi

selama kehamilan.

2. Perbaikan Gizi Balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena

malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi

neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya,

tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga

dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus

dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif

lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur

30

Page 31: Pasien Pribadi Henny

9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali

yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai

untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk

yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak

membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup.

Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca

dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang

memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran

pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang

penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat

menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini

menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.

Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran

napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita

salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar

mereka menjadi pneumonia karena malnutrisI.

31

Page 32: Pasien Pribadi Henny

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis pneumonia pada pasien ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien adalah seorang anak perempuan berusia 1

tahun 1 bulan datang dengan keluhan sesak, demam, dan batuk. Dalam rentang usia 4

bulan – 5 tahun, bakteri tersering penyebab pneumonia adalah Streptococcus

pnemoniae, Chlamydia pnemoniae, dan Mycoplasma pnemoniae. Sedangkan, virus

tersering penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus, influenza virus,

parainfluenza virus, rhinovirus, adenovirus, dan measles.

Dari hasil anamnesa, didapatkan pasien datang dengan keluhan utama sesak

yang semakin berat sejak 1 hari SMRS.Sesak ini didahului oleh demam 2 hari

sebelumnya dan batuk selama 2 minggu yang lalu. Batuk yang dialami pasien adalah

batuk berdahak dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan pilek dengan ingus yang

berwarna bening. Ibu pasien melihat pasien sulit bernafas, bernafas pendek dan cepat.

Pasien juga menjadi malas makan an minum. Gejala ini merupakan gejala infeksi

yang mengarah kepada kriteria diagnosis pneumonia menurut WHO, dimana

ditemukan batuk atau kesulitan bernafas dan ada nafas cepat.

32

Page 33: Pasien Pribadi Henny

Dari pemeriksaan fisik, ditemukan kelainan berupa frekuensi nafas 54

x/menit, adanya pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi subcostal,

dan terdengar ronkhi basah halus di daerah basal paru. Gejala ini merupakan gejala

gangguan respiratori.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ini, diagnosis ke arah

pneumonia semakin kuat dengan jenis pneumonia berat yang ditandai oleh adanya

nafas cepat, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi subcostal,

demam, batuk dan terdengar ronkhi basah halus di basal paru. Kesan gizi pada pasien

ini dilihat dari BB/U pada kurva Z score adalah gizi kurang.

Dari pemeriksaan penunjang, yaitu rontgen thoraks posisi AP Lateral,

ditemukan gambaran khas pneumonia, yaitu tampak infiltrate perihiler dan

parakardial kanan Dari pemeriksaan penunjang tersebut, maka diagnosis banding

bronkiolitis dapat disingkirkan.

Pada penatalaksanaan pasien ini, pemberian oksigen dilakukan untuk

mengatasi sesak dan menjaga kadar oksigen di dalam darah. Pemilihan antibiotik

ampisilin dan kloramfenikol sesuai dengan panduan penanganan pneumonia

berat.Pemberian inhalasi ß-agonis (ventolin) dan NaCl bertujuan untuk memperbaiki

mucocilliary clearance.Pemberian antipiretik sebagai terapi simptomatik juga

berfungsi untuk menjaga kenyamanan pasien. Pemasangan NGT dilakukan karena

frekuensi nafas pasien mencapai 60 x/menit dan kondisi ini akan membuat pasien

susah untuk makan dan minum. Selain itu, ada kemungkinan pasien bisa tersedak bila

memaksakannya. Pemberian Vitamin A 1 x 100000 dan asam folat 1x 1 mg pada

pasien ini diperlukan pada kasus anak dengan gizi kurang.

33

Page 34: Pasien Pribadi Henny

DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.

2. Hegar, Badriul. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : IDAI.

3. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan

Anak Esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier;2014

4. Price, Sylvia A., Wilso, Loraine M. 2008. Patofisiologi, Konsep klinis Proses-

Proses Penyakit, Buku II, edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

5. Rahajoe N, Supriyanto B, Setyanto DB. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta:

IDAI; 2013.

6. Setyanto DB, Suardi AU, Setiawati L, Triasih R, Yani FF. Pneumonia. Dalam:

Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI; 2009.

7. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK

UNAIR. Surabaya

8. Wibisono, Jusuf M. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Balai penerbit FK

UNAIR, Surabaya

9. Zul, Dahlan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II ed. IV:Pneumonia.

Jakarta:FKUI

34