[paru] preskas pneumonia

31
Oleh Ardin Sahputra Tiara Putri Methas Ulfa Rosliana Putri Zulfahmi Siregar Pembimbing dr. Alvin Kosasih, SpP Presentasi Kasus : Hemoptisis pada Pneumonia

Upload: ulfa-r-putri

Post on 10-Apr-2016

228 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pneumonia, Paru

TRANSCRIPT

Oleh Ardin Sahputra

Tiara Putri MethasUlfa Rosliana Putri

Zulfahmi Siregar

Pembimbing dr. Alvin Kosasih, SpP

Presentasi Kasus : Hemoptisis pada Pneumonia

Identitas • No. Rekam Medis : 2015 24 – 59 – 28 • Nama : Tn. K• Jenis Kelamin : Laki-laki • Usia : 58 tahun• Agama : Islam• Alamat : Kp.Citeko 001/007 desa Citeko

kecamatan Cisarua Bogor • Pendidikan : Tamat SD• Pekerjaan : Pedagang• Tanggal masuk : 25 November 2015

• Keluhan UtamaSesak Napas sejak 2 hari SMRS

Pasien masuk ruang rawat inap pada tanggal 25 November 2015, dilakukan autoanamnesis pada 29 November 2015

• Keluhan Tambahan Batuk berdahak, batuk berdarah, demam

Anamnesis

Anamnesis • Riwayat Penyakit Sekarang– Keluhan sesak napas ini disertai dengan keluhan batuk berdahak sejak

2 hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus-menerus, tidak hilang dengan istirahat,

tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh, tidak disertai bunyi “ngik-ngik”. Batuk berdahak warna putih pernah juga berwarna kuning kental.

Pasien mengaku batuknya pernah disertai darah satu kali. – Pasien juga mengatakan selama muncul keluhan sesak dan batuk

berdahak ini pasien juga merasakan meriang.– Pasien belum pernah berobat kemana pun untuk keluhannya ini. – Keluhan penurunan berat badan akhir-akhir dan keringat di malam

hari ini disangkal.

– Pasien masih mau makan walaupun sedikit demi sedikit.

Anamnesis • Riwayat Penyakit Dahulu– Pasien tidak memiliki riwayat TB paru dan

tidak pernah mengonsumsi OAT. – Pasien memiliki riwayat penyakit asma

sejak kecil. – Riwayat hipertensi dan kencing manis

disangkal oleh pasien.

Anamnesis • Riwayat Penyakit Keluarga• Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan

seperti pasien. • Pasien tidak tahu riwayat penyakit anggota

keluarga lainnya. • Keluarga yang tinggal bersama dengannya

tidak ada yang menunjukan gejala sakit berupa batuk, sesak dan penurunan berat badan.

Anamnesis • Riwayat Sosial dan Kebiasaan– Riwayat merokok ada namun pasien mengaku

sudah berhenti sejak beberapa bulan lalu. Pasien sering tidur larut malam.

– Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. – Tetangga pasien tidak ada yang mengalami

batuk- batuk lama, sesak napas dan penurunan berat badan.

– Rumah pasien mendapat sinar matahari cukup, jumlah jendela banyak.

PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis– Keadaan Umum : Tampak sakit sedang– Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda Vital • Tekanan darah : 120/90 mmHg• Nadi : 104 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup• Napas : 22 x/menit, reguler• Suhu : 37,5 oC

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29/11/2015

PEMERIKSAAN FISIK• Kepala : Normocephali, rambut tersebar merata• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)• THT : Normotia/Normotia, liang telinga lapang, sekret -/- • Leher : KGB tidak teraba, perbesaran kelenjar tiroid (-)

• JantungI : Pulsasi ictus cordis tidak terihat

P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, heaving (-), lifting (-).

P : Batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dextra, batas jantung kiri ICS V midklavikula sinistra, pinggang jantung ICS II linea parasternalis sinistra

A : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-).

PEMERIKSAAN FISIK• Paru depan :

I : Bentuk dada simetris saat statis dan dinamis, penggunaan otot bantuan nafas (-/-), bentuk dada normal, tidak ada scar, benjolan dan emfisema subkutis

P : Massa (-/-), pelebaran sela iga (-/-). ekspansi dada simetris, vocal fremitus sama di kedua lapang paru.

P : Sonor di kedua lapang paruA : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)

• Paru belakang : I : Bentuk dada simetris saat statis dan dinamis, bentuk dada normal, tidak

ada scar, benjolan dan emfisema subkutis P : Massa (-/-), pelebaran sela iga (-/-). ekspansi dada simetris, vocal fremitus

sama di kedua lapang paru.P : Sonor di kedua lapang paruA : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)

PEMERIKSAAN FISIK• Abdomen– Inspeksi : Datar, dilatasi vena tidak ada, scar

tidak ada – Palpasi : Hepar & lien tidak teraba, nyeri tekan

abdomen (-) – Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tidak ada

nyeri ketok CVA– Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit (-)

• Ekstremitas : Akral hangat (+), crt <3 detik, pitting edema (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

12,7

36,2

13,2

347

4,31

13,2-17,3

32-45

5.0-10,0

150-440

4,40-5,90

VER/HER/KHER/RDW

VER

HER

KHER

84

29

35

3,0-100,0

26,0-34,0

32,0-36,0

DIABETES

Gula Darah Sewaktu 114 70-140

Pemeriksaan Hasil

BTA Langsung I (sewaktu)

BTA Langsung II (pagi)

BTA Langsung III (sewaktu)

Negatif (Dahak)

-

-

25/11/2015

• Foto toraks AP (25/11/2015)

• Kualitas Foto : baik• Posisi : simetris• Tulang dan jaringan lunak :

tidak terdapat kelainan• Sudut kontofrenikus : kanan

lancip, kiri lancip• Diafragma : diafragma kanan

kiri normal• Paru :

• Corakan bronkovaskular meningkat

• Terdapat gambaran infiltrate di lapang atas paru dekstra

• Jantung : CTR <50%, aorta normal, hilus normal

• Trakea : di tengah

Elektrokardiogram (25/11/2015)

RESUME• Tn.K, laki-laki 58 tahun dengan keluhan sesak napas sejak 2

hari SMRS. Sesak disertai batuk berdahak putih dan terkadang kuning kental. Pasien dengan riwayat hemoptisis satu kali. Demam (+). Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil.

• Pemeriksaan fisik didapati tanda vital TD 120/90 mmHg, nadi 104 x/menit, laju pernapasan 22 x/menit , suhu 37,5oC. Kelainan yang didapat yakni pada auskultasi paru rhonki +/+.

• Pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan laboratorium awal masuk igd didapati peningkatan kadar leukosit yakni 13600/ul Pemeriksaan sputum BTA SPS -/-/-, foto thoraks gambaran infiltrate pada lapang atas paru kanan. Pada pemeriksaan EKG awal masuk IGD didapati ST elevasi pada lead V3- V4.

DIAGNOSISDiagnosis Kerja :• Pneumonia• Hemoptisis ec pneumonia

Diagnosis Banding :• Tb Paru

TATALAKSANAMedikamentosa • Antibiotik :

– Ceftazidim iv 1g amp 2x1 selama 5 hari• Racikan berisi Theophyllin + salbutamol + ambroxol 3x1• Dexamethason iv 5 mg amp 3x1• Cairan maintenance : Ringer Lactat iv 500 ml/12 jam

Non Medikamentosa – O2 Nasal Canule 3 L/menit– Terapi tinggi kalori dan tinggi protein

ANJURAN

• Uji sputum mikroorganisme, kultur sputum dan uji resistensi

• Cek profil jantung

PROGNOSIS

• Ad vitam : dubia ad bonam• Ad fungsionam : dubia ad bonam• Ad sanationam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMONIA

Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).

Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.

PNEUMONIA

Etiologi :

PNEUMONIA

Patogenesis• Zona luar: alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan

edema.• Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa

eksudasi sel darah merah.• Zona konsolidasi yang luas: daerah tempat terjadi fagositosis

yang aktif dengan jumlah PMN yaang banyak.• Zona resolusi: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak

bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.Red hepatization adalah daerah perifer yang terdapat edema

dan perdarahan Gray hepatization adalah konsolidasi yang luas.

PNEUMONIA

Klasifikasi Berdasarkan klinis dan epidemiologis : • Pneumonia komuniti (community-acquired

pneumonia)• Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured

pneumonia / nosocomial pneumonia) • Pneumonia aspirasi• Pneumonia pada penderita Immunocompromised. Pembagian ini penting untuk memudahkan

penatalaksanaan.

PNEUMONIA

Klasifikasi Berdasarkan bakteri penyebab:• Pneumonia bakterial / tipikal : Dapat terjadi pada semua usia.

Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

• Pneumonia atipikal, : Disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

• Pneumonia virus • Pneumonia jamur : Sering merupakan infeksi sekunder,

Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

PNEUMONIA

Klasifikasi Berdasarkan predileksi infeksi :• Pneumonia lobaris : Sering pada pneumania bakterial, jarang

pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan

• Bronkopneumonia : Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus

• Pneumonia interstisial

PENEGAKKAN DIAGNOSIS Anamnesis• Ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang disertai darah, sesak napas, dan nyeri dada.

Pemeriksaan Fisik• Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal

waktu bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian jadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

PENEGAKKAN DIAGNOSIS Gambaran radiologis• Foto toraks (PA/lateral) ditemukan gambaran radiologis

berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan “air broncogram”, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.

Pemeriksaan laboratorium• Pada pemeriksaan lab ditemukan peningkatan leukosit lebih

dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, terdapat peningkatan LED.

• Untuk diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi. Pada pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

TATALAKSANA

TATALAKSANA

• Terapi suportif : – Oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa

(SaO2 < 90%) – Resusitasi cairan intravena untuk memastikan

stabilitas hemodinamik. – Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya

tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas.

– Fisioterapi dan bronkoskopi membantu bersihan sputum