partisipasi anggota kelompok wanita tani (kwt ...repository.ub.ac.id/5274/1/puput dewi...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
(Kasus pada Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Oleh PUPUT DEWI MULASARI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
-
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Puput Dewi Mulasari
13504010111113
-
RIWAYAT HIDUP
Puput Dewi Mulasari merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Nasokha
dan Ibu Rumini yang lahir pada 6 November 1994 di Pemalang, Jawa Tengah.
Penulis melakukan studi S-1 di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya. Pendidikan sebelumnya penulis tempuh di
daerah asalnya yaitu Kabupaten Pemalang. Pendidikan Taman Kanak-kanak
ditempuh di TK Handayani XIII. Jenjang Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 2
Pendowo. Jenjang Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Comal
dan jenjang Sekolah Menengah Akhir ditempuh di SMA Negeri 1 Comal. Penulis
juga merupakan penerima Beasiswa Bidikmisi dan Data Print.
Penulis merupakan insan akademis yang tidak hanya berfokus pada kegiatan
akademis, akan tetapi juga aktif dalam kegaitan non akademis. Organisasi yang
pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FP UB dengan menjadi
Staf muda Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2013, Staff Eksternal
Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2014 dan Dirjen Kastrat (Kajian dan
Strategi) Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2015. Penulis juga aktif
membagi ilmu akademik selama kuliah dengan menjadi asisten praktikum pada
berbagai matakuliah. Beberapa matakuliah yang pernah diasisteni oleh penulis
adalah Sosiologi Pertanian, Pengantar Ekonomi Pertanian, Penulisan Ilmiah,
Pengantar Usaha Tani, Manajemen Keuangan, Pemasaran Hasil Pertanian,
Ekonomi Pembangunan Pertanian dan Dasar Komunikasi. Penulis juga lolos
pendanaan PKM-K Dikti tahun 2015 dan 2016 serta lolos pendanaan PMW tahun
2016.
-
Bismillahirrohmanirrohim…
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)”
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S. Ar-Rahman: 16)”
Alhamdulillah… Puji syukur kepada Allah SWT karena telah menghadirkan
mereka yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta serta kakak, dan adikku tersayang yang selalu
memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang tiada
henti.
Sahabat-sahabatku tersayang yang telah memberikan kenangan indah
dan membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti.
Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama ini.
Teman-teman BEM FP UB dan IMP UB yang telah memberikan
warna di kampus.
Seseorang yang selalu ada di setiap cerita, yang selalu mendampingi di
kala susah dan senang, yang selalu menjadi alasan untuk selalu
tersenyum, terus berusaha dan pantang menyerah.
Terimakasih tak terhingga karena telah membantu sampai terselesaikannya
skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih dan memberikan
kemudahan dalam segala hal. Amin
-
i
RINGKASAN
PUPUT DEWI MULASARI. 135040101111131. Partisipasi Anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Pada Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) (Kasus pada Kelompok
Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang). Di bawah bimbingan Mas Ayu Ambayoen, SP.,M.Si. selaku dosen
pembimbing utama dan Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc., MS.,Ph.D selaku dosen
pembimbing pendamping.
Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan partisipasi kelompok wanita
tani dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Pelaksanaan program tersebut membutuhkan partisipasi dari
anggota KWT untuk mencapai keberhasilan program. Tujuan dari penelitian ini
yaitu: 1. Mendeskripsikan implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan
Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL 2. Menganalisis partisipasi anggota
KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui
Konsep KRPL 3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang ikut berperan
dalam partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Konsep KRPL. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok
Wanita Tani Dewi Sartika Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur pada bulan Maret-April 2017.
Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Metode penentuan responden dilakukan dengan metode
sensus sebanyak 27 orang anggota KWT dan purposive sampling terdiri atas
penyuluh pertanian dan pengurus KWT Dewi Sartika. Pengumpulan data primer
diperoleh melalui wawancara menggunakan kuisioner dan observasi yang
didukung dengan dokumentasi. Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui
berbagai pustaka, literatur, selain itu dari arsip dokumen maupun dokumentasi
yang dimiliki oleh KWT Dewi Sartika dan Penyuluh Pertanian desa Petungsewu.
Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif model interaktif
yang dikemukakan oleh Miles, Huberman dan Saldana digunakan untuk
menjawab tujuan nomor satu. Teknik analisis data dengan statistik deskriptif
menggunakan analisis skala likert untuk menjawab tujuan nomor dua dan tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa
Petungsewu meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pemanfaatan hasil.
2. Partisipasi anggota KWT pada program KRPL tergolong sedang persentase 76,06%. Partisipasi anggota KWT pada tahap perencanaan tergolong sedang
dengan persentase 66,78%, tahap pelaksanaan tergolong tinggi dengan
persentase 80,56%, tahap evaluasi tergolong sedang dengan persentase
71,60% dan tahap pemanfaatan hasil tergolong tinggi dengan persentase
85,30%.
3. Faktor internal yang paling berperan dalam partisipasi anggota KWT adalah luas lahan pekarangan dan tingkat pendidikan. Faktor eksternal yang paling
-
ii
berperan dalam partisipasi anggota KWT adalah peranan dari ketua KWT
dan penyuluh pertanian.
Saran yang dapat peneliti berikan:
1. Saran bagi penyuluh : Melibatkan anggota KWT pada tahap perencanaan program KRPL.
2. Saran bagi anggota Kelompok Wanita Tani: Agrokompleks diupayakan untuk dilakukan, sehingga tidak hanya fokus
pada sektor pertanian dan anggota KWT perlu meningkatkan partisipasinya
dalam tahap evaluasi khususnya evaluasi anggaran.
3. Saran bagi pemerintah setempat khususnya kepala desa: Kepala desa diharapkan untuk ikut dalam kegiatan penting KWT seperti saat
ada pelatihan dan monev dari BKP3 serta dapat memberikan bantuan
tambahan dana untuk pengembangan produk olahan KWT.
-
iii
SUMMARY
PUPUT DEWI MULASARI. 135040101111131. Participation of Women
Farmer Group (KWT) Members in the Optimization of Land Use Yard Program
through the Concept of the Sustainable Food House (KRPL) (Case of Woman
Farmer Group “Dewi Sartika”, Petungsewu Village, Dau District, Malang
Regency). Under the Supervision of Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si as the Main
Supervisor And Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc., Ms., Ph.D as the Associate
Supervisor
KRPL program aims to increase the participation of women farmers in
providing a source of food and nutrition through the optimization of yard land
usage as a producer of carbohydrates, protein, vitamins and minerals. The
implementation of the program requires the participation of KWT members to
achieve program success. The purposes of this study are: 1. Describing the
program implementation Optimization of Yard Land Usage Through KRPL 2.
Analyzing the concept of KWT members participation in the program of
Optimization of Yard Land Usage Through KRPL Concept 3. Analyzing the
internal and external factors that contribute to the participation of KWT members
on optimization program of Land Usage through the Concept KRPL. The research
was conducted at Dewi Sartika Farmer Group of Petungsewu Village, Dau
District, Malang, East Java from March to April 2017.
The approach of this research was qualitative approach with type of
research was descriptive. The method of determining the respondents used census
method as many as 27 members KWT and purposive sampling consisting of
agricultural extension and administrators KWT Dewi Sartika. Primary data
collection was obtained through interviews using questionnaires and observations
supported by documentation. The collection of secondary data obtained through
various libraries, literature, besides of archive documents and documentation are
owned by KWT Dewi Sartika and Agricultural Counselor at Petungsewu village.
Data analysis technique was done by descriptive analysis of interactive
model proposed by Miles, Huberman and Saldana used to answer first goal. Data
analysis technique with descriptive statistics used likert scale analysis to answer
the second and third goals.
The results showed that:
1. The implementation of optimization program of Yard Land Use through KRPL Concepts in Women Farmer Group of Dewi Sartika, Petungsewu
Village includes four phases: planning, implementation, evaluation and
utilization of results.
2. The participation of KWT members in the KRPL program was in moderate percentage of 76.06%. KWT member participation in the planning stages was
classified as moderate by percentage of 66.78%, the implementation phase
was high with the percentage of 80.56%, and the evaluation stage was
classified as moderate by percentage of 71.60% and a relatively high
utilization phase with the percentage of 85.30%.
3. The internal factors the most involved in the participation of KWT members were the area of yard and level of education. External factors that played a role
-
iv
in the participation of KWT members were the role of the head of KWT and
agricultural counselor.
Suggestions that researchers can provide:
1. Suggestion for agricultural counselor: Involving KWT members at the planning stage of the KRPL program.
2. Suggestion for woman farmer group member: Agro complex is strived to do. So it does not only focus on the agricultural
sector and KWT members need to increase their participation in the evaluation
phase, especially budget evaluation.
3. Suggestion for local government especially village head: The village head is expected to participate in important KWT activities such
as training and monev from BKP3 and can provide additional funding for the
development of superior products of KWT.
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) pada Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di program Strata 1 Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang. Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga
melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penghasil sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pelaksanaan program tersebut
membutuhkan partisipasi dari anggota KWT untuk mencapai keberhasilan
program. Melalui partisipasi dalam program KRPL maka akan dapat mencapai
tujuan dari program KRPL yaitu terwujudnya pola konsumsi pangan yang
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan.
Penelitian ini membahas secara spesifik implementasi dari program KRPL
yang dilaksanakan oleh KWT Dewi Sartika, tingkatan partisipasi anggota KWT
Dewi Sartika dan faktor yang berperan dalam partisipasi anggota KWT pada
program KRPL. Faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal.
Penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan partisipasi kurang membahas
secara detail tingkatan partisipasi mulai dari pengambilan keputusan dalam
perencanaan. Sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan bentuk tindakan pada
tahap pelaksanaan. Umpan balik berupa kendala/masalah yang dihadapi, umpan
balik masukan dan infomasi perkembangan kegiatan demi perbaikan pelaksanaan
program KRPL pada tahap evaluasi. Manfaat yang didapatkan anggota dengan
mengikuti program KPRL pada tahap pemanfaatan hasil. Pada penelitian ini,
tingkatan partisipasi dibahas mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pemanfaatan hasil. Akan tetapi, dengan segala kekurangan yang ada,
skripsi ini diharapkan dapat mengisi kekosongan pembahasan mengenai
partisipasi pada suatu program pembangunan pertanian.
-
vi
Pada proses penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
atas segala dukungan dan bantuan yang terutama kepada:
1. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan semangat dan
do’a.
2. Ibu Mas Ayu Ambayoen, SP.,M.Si dan Bapak Ir. Edi Dwi Cahyono,
M.Agr.Sc.MS.,Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Vi’in Ayu Pertiwi, SP.,MP selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan berarti untuk skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakannya. Sehingga, skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Malang, Juli 2017
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................ i
SUMMARY ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4 1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 6 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 6 1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................... 8 2.2 Tinjuan tentang Partisipasi ..................................................... 10 2.3 Tinjauan tentang Program P2KP ............................................ 27 2.4 Tinjauan tentang Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan melalui Konsep KRPL ........................................ 30
III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 32
3.1 Kerangka Teoritis ................................................................... 32 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................... 36
IV. METODE PENELITIAN ............................................................ 50
4.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 50 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ 50 4.3 Teknik Penentuan Responden ................................................ 50 4.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 51 4.5 Teknik Analisis Data .............................................................. 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 58
5.1 Gambaran Umum ................................................................... 58 5.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................ 66
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 126
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 126 6.2 Saran ....................................................................................... 128
-
viii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 129
LAMPIRAN ........................................................................................... 133
-
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1 Tipologi Partisipasi ..................................................................... 25
2 Pengukuran Variabel Partisipasi Anggota KWT dalam Program KRPL ............................................................................ 39
3 Pengukuran Variabel, Indikator Faktor Eksternal dalam Program KRPL…………………………………………………. 47
4 Penentuan Skoring ....................................................................... 56
5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ....................................................................................... 61
6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…………………… 62
7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………….. 63
8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan….. 63
9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...................................................................................... 64
10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan….. 65
11 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan . 66
12 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Perencanaan Program KRPL ............................................................................ 81
13 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Perencanaan Program KRPL ....................................................... 82
14 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pelaksanaan Program KRPL ............................................................................ 89
15 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pelaksanaan Program KRPL ....................................................... 90
16 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi Program KRPL ........................................................................................... 98
17 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi Program KRPL ............................................................................ 98
18 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan Hasil Program KRPL ............................................................................ 102
19 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan Hasil Program KRPL…………………………………………… 103
20 Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan Program KRPL ........................................................................................... 107
-
x
21 Faktor Internal Berdasarkan Umur .............................................. 110
22 Faktor Internal Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 112
23 Faktor Internal Berdasarkan Jenis Pekerjaan .............................. 113
24 Faktor Internal Berdasarkan Pendapatan Keluarga ..................... 115
25 Faktor Internal Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan ................. 117
26 Faktor Internal yang Berperan dalam Partisipasi ........................ 118
27 Hasil Skor dan Persentase Faktor Eksternal yang Berperan dalam Partisipasi Anggota KWT ................................. 119
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1 Kerangka Pemikiran Partisipasi Anggota KWT pada program KRPL ............................................................................ 35
2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Miles, Huberman dan Saldana (2014) ......................................... 53
3 Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika ......... 59
4 Wawancara dengan Pak Ady (Penyuluh) .................................... 67
5 Pembibitan menggunkaan bedengan ........................................... 74
6 Pembibitan menggunkaan pot try ................................................ 74
7 Penanaman benih kangkung ........................................................ 75
8 Perawatan .................................................................................... 75
9 Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................... 75
10 Panen dan Pasca Panen ............................................................... 76
11 Tingkat Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan Program ....................................................................................... 108
12 Partisipasi anggota KWT pada program KRPL .......................... 109
13 Wawancara dengan Ibu Yuli ....................................................... 114
14 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Winariasih; b. Wawancara
dengan Ibu Sumarlikah ................................................................ 120
15 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rini; b. Wawancara
dengan Ibu Putri Prawati ............................................................. 121
16 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Khoiramah; b. Wawancara
dengan Ibu Umi ........................................................................... 122
17 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Pranti; b. Wawancara
dengan Ibu Sujiati ........................................................................ 124
18 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rumayani; b. Wawancara
dengan Ibu Siti Mariyam………………………………………... 125
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1 Kuisioner Anggota KWT ............................................................ 133
2 Kuisioner Penyuluh Pertanian ..................................................... 149
3 Peta Lokasi Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ...................................................................... 153
4 Identitas Anggota KWT Responden............................................ 154
5 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Perencanaan Program KRPL ........................................................................................... 156
6 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Pelaksanaan Program KRPL ........................................................................................... 159
7 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Evaluasi Program KRPL ........................................................................................... 162
8 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Pemanfaatan Hasil Program KRPL ............................................................................ 164
9 Total Partisipasi Anggota KWT pada Program KRPL ............... 167
10 Faktor Eksternal yang Berperan dalam Partisipasi Anggota ....... 169
11 Dokumentasi ................................................................................ 171
-
1
-
1
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat dunia menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Salah satu tantangannya adalah akses secara fisik dan ekonomi
terhadap pangan yang cukup agar hidup sehat dan aktif. Menurut Serikat Petani
Indonesia (2014) pada laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) pada 17
September 2014, angka kelaparan tahun 2014 mencapai 805 juta jiwa. Laporan
FAO tersebut juga menyampaikan bahwa angka kelaparan negara dunia
berkembang masih pada angka 790,7 juta jiwa. Satu dari sembilan orang di dunia
atau satu dari delapan orang di dunia berkembang tidak mempunyai pangan cukup
untuk aktif dan hidup sehat.
Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan telah mengamanatkan
dalam beberapa pasal antara lain Pasal 60. Pasal tersebut berisi bahwa Pemerintah
dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi
pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan potensi dan
kearifan lokal untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.
Penganekaragaman konsumsi pangan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dan membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman serta sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Melihat
kondisi tersebut pemerintah mencanangkan program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Secara umum tujuan program
P2KP berdasarkan Juknis P2KP (2016) adalah untuk memfasilitasi dan
mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang Beragam,
Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) yang diindikasikan dengan meningkatnya
skor Pola Pangan Harapan (PPH).
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur (2014) bahwa skor
PPH ideal adalah 100 yang diproyeksikan akan tercapai pada Tahun 2025.
Perkembangan skor PPH pada periode 2010–2014 menunjukkan peningkatan skor
PPH sebesar 1,42 per tahun, dengan capaian skor PPH pada tahun 2013 sebesar
81,4. Data tersebut menunjukkan bahwa capaian diversifikasi konsumsi pangan
masyarakat belum mencapai sasaran yang diharapkan karena sasaran PPH tahun
-
2
2
2013 adalah 91,5 (Kementerian Pertanian, 2015). Belum tercapainya sasaran
tersebut diduga akibat tingginya konsumsi padi-padian, minyak, dan lemak. Selain
itu juga disebabkan masih rendahnya konsumsi sayur-buah, umbi-umbian, pangan
hewani, dan kacang-kacangan (Kementerian Pertanian, 2015). Tidak tercapainya
PPH tidak hanya terjadi pada tingkat nasional, namun pada tingkat provinsi juga.
Sebagai contoh di tingkat provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur. Walaupun skor
PPH tiap tahun meningkat, akan tetapi belum mencapai target skor PPH yang
ditetapkan. Pada tahun 2014 target skor PPH Jawa Timur adalah 82,2 akan tetapi
pada realisasinya baru mencapai 81,6 (BKP Jatim, 2014). Berdasarkan data
tersebut, maka ketahanan pangan di Indonesia perlu diperbaiki agar tercipta
kualitas konsumsi pangan yang baik.
Acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International
Convention Center (JICC) pada bulan Oktober 2010, Mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan
nasional dengan upaya diversifikasi pangan harus dimulai dari rumah tangga
(Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015). Mewujudkan hal tersebut yaitu dengan
cara menerapkan salah satu dari tiga program yang diturunkan oleh program
P2KP. Salah satu program yang dimaksud adalah Optimalisasi Pemanfaatan
Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangam Lestari. Tahun 2017,
Badan Ketahanan Pangan fokus pada dua kegiatan prioritas, yakni Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat
(PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI) (BKP, 2017).
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui konsep KRPL
dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap penumbuhan dan tahap pengembangan.
Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam
penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral. Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan salah
satu desa yang telah melaksanakan program KRPL. Program tersebut
dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sartika. KWT Dewi
Sartika telah selesai melaksanakan tahap penumbuhan dan tahap pengembangan.
Pelaksanaan program tersebut membutuhkan partisipasi dari anggota KWT.
-
3
3
Penelitian-penelitian tentang partisipasi selama ini banyak mengupas
berbagai sisi. Dewi, Sudarta dan Putra (2015) melakukan penelitian untuk
mengukur tingkat partisipasi dilihat dari partisipasi finansial, partisipasi material,
partisipasi jasa, partisipasi moral dan kendala yang dihadapi. Sementara itu
Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin (2015) menggunakan indikator partisipasi
yaitu partisipasi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rizal dan Rahayu
(2015) melakukan penelitian tentang partisipasi menggunakan indikator
partisipasi yaitu kesadaran menjadi anggota, keterlibatan dalam kegiatan
kelompok dan manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota kelompok.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, penelitian
ini penting untuk dilakukan karena partisipasi pada program pembangunan
dianalisis menggunakan indikator tingkat partisipasi pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Hal tersebut dikarenakan pada tahap
perencanaan perlu dianalisis mengenai keterlibatan anggota dalam proses
pengambilan keputusan. Pada tahap pelaksanaan perlu dianalisis sumbangan
pemikiran, sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai anggota program
KRPL. Pada tahap evaluasi akan dianalisis umpan balik berupa kendala/masalah
yang dihadapi, umpan balik masukan dan infomasi perkembangan kegiatan demi
perbaikan pelaksanaan program KRPL. Pada tahap pemanfaatan hasil perlu
dinalisis manfaat yang didapatkan anggota dengan mengikuti program KPRL.
Penelitian ini juga akan menganalisis faktor internal dan eksternal yang berperan
dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL. Hal ini perlu dilakukan
karena partisipasi anggota ditentukan melalui adanya peranan faktor internal dan
eksternal.
Melalui partisipasi aktif anggota KWT Dewi Sartika di Desa Petungewu,
maka dapat mewujudkan keberhasilan program KRPL yaitu terwujudnya pola
konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui
optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sehingga dapat meningkatkan skor
Pola Pangan Harapan (PPH). Partisipasi aktif anggota KWT dalam program
KRPL juga ditentukan oleh peran dari faktor internal dan eksternal. Dari uraian
tersebut diperlukan penelitian untuk dapat mengetahui tingkat partisipasi anggota
KWT Dewi Sartika pada program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau,
-
4
4
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Selain itu, melalui penelitian ini juga akan
menjelaskan peranan faktor internal dan faktor eksternal dalam keikutsertaan
anggota KWT pada program KRPL.
1.2 Rumusan Masalah
Terwujudnya pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan
Aman (B2SA) adalah salah satu indikasi tercapainya ketahanan pangan.
Ketahanan pangan yang dicapai dengan upaya diversifikasi pangan harus dimulai
dari tingkat rumah tangga. Melihat pentinganya pencapaian diversifikasi pangan
di tingkat rumah tangga, pemerintah telah mewujudkan suatu program yaitu
program Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Program ini diharapkan dapat mewujudkan amanah dari Undang-undang No 18
Tahun 2012 tentang Pangan. Pelaksanaan program Gerakan P2KP didukung
dengan berbagai program salah satunya adalah program Optimalisasi Pemanfaatan
Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Program KRPL dilakukan dengan memberdayakan anggota KWT melalui
penanaman berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti
aneka umbi, sayuran, buah, serta ternak dan ikan sebagai tambahan untuk
ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi
keluarga.
Anggota pada KWT Dewi Sartika belum sepenuhnya berperan aktif dalam
melaksanakan program KRPL. Hal ini terlihat dari kegiatan masing-masing
anggota yang sehari-hari sebagian mata pencahariannya tidak hanya menjadi ibu
rumah tangga akan tetapi menjadi petani, buruh pabrik dan pembantu rumah
tangga. Adanya pekerjaan di luar ibu rumah tangga menyebabkan asumsi mereka
kurang berpartisipasi terhadap program seperti kehadiran anggota dalam rapat
yang diadakan belum sesuai yang diharapkan, kehadiran dalam kegiatan gotong
royong/kerja bakti yang diadakan di demplot dan kebun bibit desa masih rendah,
serta anggota kurang memberikan masukan berupa saran-saran/ide-ide dalam
pelaksanaan program KRPL
Partisipasi dari anggota sangat penting dan salah satu faktor dari berhasil
atau tidaknya pelaksanaan program KRPL tersebut. Menurut Kurniawan,
-
5
5
Soemarno dan Purnomo (2015) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sangat
penting karena, pertama, merupakan metode untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan, kebutuhan dan sikap masyarakat terhadap sebuah program;
kedua, masyarakat akan merasa memiliki dan menjamin keberlanjutannya apabila
dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan
evaluasinya; ketiga partisipasi merupakan hak setiap warga Negara yang
dilindungi oleh undang-undang. Hal tersebut juga didukung berdasarkan Juknis
P2KP (2016) yang menyatakan bahwa sesuai dengan semangat dan paradigma
baru pembangunan, peran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan P2KP harus
dikedepankan sebagai pelaku utama penentu keberhasilan program. Keterbatasan
dan permasalahan setiap anggota untuk berpartisipasi menjadikan adanya
perbedaan antara harapan dari program dengan kenyataan tentang partisipasi
anggota terhadap program KRPL.
Program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau memerlukan
partisipasi aktif dari anggota KWT. Partisipasi aktif anggota KWT dapat dilihat
pada rangkaian kegiatan program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
hingga pemanfaatan hasil. Program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau
merupakan program baru bagi KWT Dewi Sartika yang memerlukan evaluasi dan
penelitian tentang partisipasi aktif anggota. Sesuai dengan uraian tersebut maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimanakah implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,
Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang?
2. Bagaimanakah partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok
Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang?
3. Bagaimanakah faktor internal dan eksternal ikut berperan dalam partisipasi
anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa
Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang?
-
6
6
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat terfokus. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini mendeskripsikan kegiatan yang terdapat dalam tahapan
program KRPL dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan
hasil.
2. Penelitian ini membahas partisipasi anggota KWT pada program KRPL
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil.
3. Penelitian ini melihat faktor yang ikut berperan dalam partisipasi pada
program KRPL, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut diatas, maka tujuan dari adanya
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,
Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
2. Menganalisis partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok
Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang.
3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang ikut berperan dalam
partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,
Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai partisipasi anggota KWT dalam program optimalisasi
pemanfaatan lahan pekarangan melalui konsep KRPL ini diharapkan dapat
berguna untuk:
a. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman tentang partisipasi anggota KWT dalam program KRPL, di
-
7
7
samping itu untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
b. Bagi anggota kelompok wanita tani dapat menjadi bahan masukan bagi
anggota KWT untuk lebih berpartisipasi aktif dalam Kelompok Wanita Tani
Dewi Sartika.
c. Bagi pemerintah setempat dan instansi terkait, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan masukan, pertimbangan dan informasi dalam menentukan
kebijakan selanjutnya.
d. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan dapat dijadikan pembanding untuk menentukan penelitian sejenis.
-
8
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa permasalahan yang akan dikaji peneliti berkaitan dengan
penelitian partisipasi anggota KWT Dewi Sartika pada program KRPL sebagai
kelompok wanita tani yang ada di Desa Petungsewu diantaranya bagaimana
implementasi program KRPL, bagaimana tingkat partisipasi pada program KRPL,
dan faktor-faktor yang ikut berperan dalam keikutsertaan anggota untuk
berpartisipasi pada program KRPL dalam KWT Dewi Sartika.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan partisipasi, kelompok
wanita tani dan program KRPL dapat menjadi bahan acuan dan pembanding.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah, Yulida dan Sayamar (2015)
yang berjudul “Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam
Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” menggunakan metode analisis
deskriptif dan skala ordinal yang berpedoman pada skala likert. Metode
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Tingkat partisipasi
dilihat dari partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan
evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota KWT
berada pada semua tahapan masuk katagori penilaian partisipasi tinggi. Terdapat
beberapa permasalahan yaitu permasalahan sarana produksi, kurangnya sumber
air dan ketiadaannya keterbukaan, permasalahan partisipasi anggota KWT dalam
perencanaan program dan pelaksanaan program. Persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu menganalisis tingkat partisipasi
perempuan pada program KRPL dan menggunakan analisis data skala likert.
Perbedaannya pada tujuan penelitian, pada penelitian ini menganalisis faktor
internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi. Selain itu terdapat
perbedaan metode penentuan sampel, pada penelitian ini menggunakan metode
sensus.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi, Sudarta dan Putra (2015)
yang berjudul “Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari” dengan metode analisis deskriptif
kualitatif yang menggunakan skala ordinal (Likert) dan penentuan responden
-
9
9
dengan metode sensus. Tingkat partisipasi dilihat dari partisipasi finansial,
partisipasi material, partisipasi jasa dan partisipasi moral. Hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat partisipasi tergolong tinggi. Kendala yang dihadapi yaitu
aspek teknis (ketersediaan lahan tetap), aspek ekonomi (kekurangan modal), aspek
sosial (tidak terdapat masalah). Persamaan penelitian yaitu metode yang
digunakan yaitu sensus. Perbedaannya pada indikator partisipasi, menganalisis
faktor internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin
(2015) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social
Responsibility PT. Arutmin Nort Pulau Laut Coal Terminal Kota Baru” dengan
metode analisis data kualitatif Miles & Huber. Penentuan informan dan responden
dengan teknik purposive. Tingkat partisipasi dilihat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi pada tahap
perencanaan diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat pada rapat-rapat, pada
tahap pelaksanaan diwujudkan dengan memberikan sumbangan pemikiran, modal
awal, dan pengelolaan program. Tahap evaluasi diwujudkan dengan keikutsertaan
sebagian peserta dalam posisi pengawas koperasi. Persamaan penelitian ini adalah
pada metode analisis data kualitatif Miles & Huber. Perbedaannya pada indikator
partisipasi pemanfaatan hasil, menganalisis faktor internal dan eksternal yang
berperan dalam partisipasi serta penentuan responden pada penelitian ini juga
menggunkan metode sensus.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizal dan Rahayu (2015) berjudul
“Tingkat partisipasi petani dalam Kelompok Tani Padi Sawah untuk mendukung
Program M-P3MI di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur dengan metode analisis
kualitatif dan skoring. Metode penentuan sampel dengan simple random
sampling. Tingkat partisipasi yang diukur adalah kesadaran menjadi anggota,
keterlibatan dalam kegiatan kelompok dan manfaat yang diperoleh setelah
menjadi anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi
tinggi pada semua indikator, hal ini disebabkan selain adanya kesadaran sendiri
tanpa ada paksaan dan memiliki banyak waktu juga merasakan banyaknya
manfaat yang diperoleh. Persamaan penelitian adalah metode analisis dengan
skoring. Perbedaannya pada indikator partisipasi yaittu menganalisis faktor
-
10
10
internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi serta metode penentuan
sampel dengan metode sensus.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggita (2016) berjudul
“Partisipasi Petani dan Strategi Komunikasi dalam Kegiatan GP-PTT (Gerakan
Penerapan Pengelolaan Tanaman terpadu) pada Program Upaya Khusus (UPSUS)
Peningkatan Produksi Kedelai”. Pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan probability sampling secara simple random sampling dan
nonprobability sampling secara purposive. Metode analisis data menggunakan
analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian
ini adalah implementasi kegiatan GP-PTT pada program UPSUS terdiri dari 4
tahap yaitu tahap persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan evaluasi.
Tingkat partisipasi petani pada tahap persiapan memiliki presentase sebesar 80%.
Partisipasi petani pada tahap sosialisasi memiliki presentase sebesar 99,5%.
Partisipasi petani pada tahap pelaksanaan memiliki presentase sebesar 79,7%.
Partisipasi pada tahap evaluasi memiliki presentase sebesar 61,6%. Faktor internal
sebagai penentu partisipasi petani paling tinggi yaitu usia dan jenis pekerjaan,
tergolong sedang dengan presentase sebesar 68%. Faktor eksternal yang menjadi
faktor penentu partisipasi yang paling tinggi adalah peran ketua kelompok tani,
tergolong sedang dengan presentase 65,5%. Strategi komunikasi yang dilakukan
melalui metode SMCR (Source, Message, Channel dan Receiver). Persamaan
penelitian ini yaitu metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Perbedaannya adalah pada penelitian ini dilakukan pada Kelompok
Wanita Tani sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan pada Kelompok
Tani yang anggotanya petani laki-laki, indikator tingkat partisipasi. Selain itu,
terdapat perbedaan dalam penentuan sampel. Pada penelitian ini penentuan
sampelnya menggunakan metode sensus.
2.2 Tinjauan tentang Partisipasi
2.2.1 Teori Partisipasi
Partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan secara sadar dan sukarela
untuk berkontribusi secara fisik maupun non fisik dalam suatu kegiatan
pengambilan keputusan dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan
-
11
11
hasil pembangunan (Solekhan, 2014). Partisipasi perempuan adalah kesediaan
perempuan secara sukarela dalam menunjang program-program baik atas inisiatif
masyarakat lokal maupun pemerintahan yang tercermin dari pikiran, sikap dan
tindakan mereka baik sifatnya individual maupun kolektif dalam model kerangka
partisipasi yang dikembangkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun tahap pengambilan manfaat dari program-program yang
terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka tersebut (Remiswal, 2013).
Kata kunci dari pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah adanya kesukarelaan (anggota) masyarakat untuk terlibat dan atau
melibatkan diri dalam kegiatan pembangunan. Berkaitan dengan tingkat
kesukarelaan masyarakat untuk berpartisipasi, Dusseldorp, 1981 (dalam
Mardikanto, 2009) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan:
1. Partisipasi spontan yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik
berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan sendiri.
2. Partisipasi terinduksi yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh
adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar,
meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi.
3. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan yaitu peran serta yang tumbuh karena
adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat
pada umumnya, atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan,
nilai-nilai atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak
berperan serta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.
4. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi yaitu peran serta yang
dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita
kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan
5. Partisipasi tertekan oleh peraturan yaitu peran serta yang dilakukan karena
takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah
diberlakukan.
Participation strengthens people’s capacity to make decisions and their
ability to create an environment for change (He, Ho and Xu, 2015). As farmers
and communities know their needs and local site conditions best (Roshetko et al,
-
12
12
2008; Suarez et al, 2012 in He, Ho and Xu, 2015), a participatory approach
involves farmers in processes that generate economically and environmentally
sound technologies and manage natural resources more sustainably and more
equitably (He, Ho and Xu, 2015).
Partisipasi memperkuat kapasitas masyarakat dalam membuat keputusan
dan kemampuan mereka menciptakan lingkungan untuk perubahan. Sebagai
petani dan masyarakat mengetahui kebutuhan mereka dan kondisi lokasi setempat
dengan baik. Pendekatan partisipatif melibatkan petani dalam proses yang
menghasilkan ekonomi dan lingkungan teknologi dan mengelola sumber daya
alam yang lebih berkelanjutan dan lebih adil (He, Ho and Xu, 2015).
Partisipasi masyarakat sangat penting karena, pertama, merupakan metode
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan, kebutuhan dan sikap masyarakat
terhadap sebuah program; kedua, masyarakat akan merasa memiliki dan
menjamin keberlanjutannya apabila dilibatkan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring dan evaluasinya; ketiga partisipasi merupakan hak
setiap warga Negara yang dilindungi oleh undang-undang (Kurniawan, Soemarno
dan Purnomo, 2015).
Pentingnya partisipasi masyarakat juga dikemukakan oleh Firmanyah, 2007
(dalam Wulansari, 2015) sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat merupakan
suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal. 2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek
atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3. Bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat mereka sendiri
Partisipasi dalam kelompok akan memperkuat kohesi sosial, meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya, dan memungkinkan
untuk merespon pada perubahan (Alexander, 1995 dalam Hastuti, 2009).
Partisipasi yang baik dari anggota jika sebagian besar anggota KRPL sudah
-
13
13
menjalankan kewajiban dan melaksanakan hak keanggotaannya secara
bertanggung jawab (Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015).
Program pembangunan dapat diterapkan secara berkelanjutan bila terjadi
partisipasi dan kesepakatan para stakeholder (Solihin, 2006 dalam Setiani dan
Prasetyo, 2014). Terdapat tujuh pilar yang dipandang penting dan menjadi
pendorong bagi keberlanjutan implementasi KRPL di masyarakat, yaitu
partisipasi aktif masyarakat, peran tokoh masyarakat (local champion),
infrastruktur, ketersediaan bibit/pengelolaan KBD, pilihan komoditas yang tepat
dan rotasi tanaman, kelembagaan pasar, dan dukungan pemerintah (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014).
2.2.2 Tujuan Partisipasi
Taliziduhu, 1990 (dalam Remiwal, 2013) mengemukakan bahwa ada 4
tujuan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:
1. Menumbuhkan kemampuan untuk mengusahakan, memelihara atau untuk
merawat segenap sumber, aset, dan sarana yang ada, baik fisik maupun non
fisik
2. Menumbuhkan kemampuan untuk bangkit kembali dari keterpurukan atau
kemunduran sebagai akibat kekeliruan yang pernah ditempuh
3. Menumbuhkan kemampuan untuk mengembangkan serta meningkatkan
sumber, aset atau peralatan yang ada
4. Menumbuhkan kemampuan untuk memberikan respon yang positif terhadap
setiap perubahan yang tengah berlangsung.
Salah satu tujuan terpenting partisipasi masyarakat yang tidak bisa
terlepaskan dalam setiap kegiatan yaitu dalam proses pengambilan keputusan dan
untuk menjamin adanya keterlibatakan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan tersebut, maka pelaksanaannya harus didasarkan pada konteks sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat setempat (Solekhan, 2014). Hal ini diperkuat
dengan pendapat dari Adiyoso, 2009 (dalam Solekhan, 2014) tujuan utama
partisipasi adalah melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,
memberikan hak suara masyarakat dalam prosess pengambilan keputusan,
mendorong dan melibatkan masyarakat serta menyatukan tujuan.
-
14
14
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan program merupakan salah satu
modal sosial yang dikembangkan secara integratif dalam rangka mengoptimalkan
sumber daya alam yang ada, meningkatkan kehidupan di pedesaan lebih
produktif, mampu mempertahankan nilai-nilai budaya yang baik, mendukung
sistem penguasaan dan tata guna lahan yang jelas, meningkatkan pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Suwardane dkk., 2015).
2.2.3 Tahapan Partisipasi
Partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif
dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang
mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
(pemantauan, evaluasi, pengawasan) serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang
dicapai (Mardikanto, 2009).
Bentuk partisipasi diatas juga didukung oleh pendapat Solekhan (2014)
yang mengemukakan bahwa pada intinya ada 4 bentuk partisipasi masyrakat
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan (participation in decision making)
2. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementation)
3. Partisipasi dalam menerima manfaat (participation in benefit)
4. Partisipasi dalam evaluasi (participation in evaluation)
Participation in decision making, participation in implementation,
participation in benefits, and participation in evaluation (Cohen, 1992 dalam
Remiswal, 2013). Partisipasi adalah proses pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan memiliki pengertian yang luas, yaitu meliputi proses perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil
pembangunan itu sendiri (Levis, 1996 dalam Sriati, Hakim dan Arby, 2015).
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil program pembangunan sangat penting karena
akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk berperan serta
dalam setiap program pembangunan (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).
Yadav, 1973 (dalam Mardikanto, 2009) mengemukakan tentang adanya
empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam
kegiatan pembangunan yaitu
-
15
15
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Pada setiap program pembangunan masyarakat termasuk di dalamnya
pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggarannya selalu ditetapkan sendiri
oleh pemerintah pusat yang dalam banyak hal lebih mencerminkan sifat
kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit berkuasa dan kurang mencerminkan
keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Perlu adanya penumbuhan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui dibukanya forum yang
memungkinkan banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan
keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di
tingkat lokal.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang tunai atau
beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan
diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan. Pada
pelaksanaan pembangunan juga diperlukan partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan proyek-proyek pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil
diselesaikan. Perlu adanya kegiatan khusus untuk dapat mengorganisir warga
masyarakat guna memelihara hasil-hasil pembangunan agar manfaatnya dapat
terus dinikmati (tanpa penurunan kualitas) dalam jangka panjang.
3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan
sangat perlu dilakukan. Agar tujuan dapat tercapai seperti yang diharapkan, selain
itu juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan
kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan.
Partisipasi masyarakat dalam hal ini untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.
4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil pembangunan adalah unsur
yang terpenting sering dilupakan. Tujuan pembangunan adalah memperbaiki mutu
hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan adalah tujuan
-
16
16
utama. Pemanfaatan hasil pembangunan juga akan merangsang kemauan dan
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam program pembangunan
yang akan datang.
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan sering kurang
mendapatkan perhatian dari pemerintah dan administrasi pembangunan.
Seringkali dianggap bahwa dengan selesainya pelaksanaan pembangunan itu
otomatis manfaatnya akan pasti dapat dirasakan oleh masyarakat sasarannya.
Padahal, seringkali masyarakat sasaran justru tidak memahami manfaat dari setiap
program pembangunan secara langsung sehingga hasil pembangunan yang
dilaksanakan menjadi sia-sia.
Menurut Cohen dan Uphoff, 1979 (dalam Irwansyah, Muhdar dan
Jamaludin, 2014) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai
berikut:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan
yang dimaksud di sini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud
nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi
dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan bentuk
tindakan sebagai anggota program.
3. Tahap Evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini merupakan umpan balik yang dapat memberikan masukan demi
perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat program tersebut berhasil, berarti program
tersebut berhasil mengenai sasaran.
-
17
17
2.2.4 Bentuk-bentuk Partisipasi
Menurut Oakley, 1991 (dalam Remiswal, 2013) partisipasi dapat
diinterpretasikan ke dalam bentuk: a. partisipasi sebagai bentuk kontribusi, berupa
keterlibatan dan kontribusi lainnya masyarakat secara sukarela terhadap program
pembangunan, b. partisipasi sebagai organisasi merupakan sarana bagi masyarakat
untuk melibatkan diri dalam pembangunan c. partisipasi sebagai pemberdayaan
adalah upaya mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat guna
memutuskan keterlibatannya dalam pembangunan.
Bentuk-bentuk partisipasi apabila dilihat dari proses pembangunan suatu
program pembangunan mulai dari gagasan sampai bentuknya sebagai bangunan
maka partisipasi itu menurut Rusidi, 2001 (dalam Solekhan, 2014) menyatakan
ada empat dimensi dalam berpartisipasi yang terdiri dari
1. Sumbangan pemikiran (ide gagasan)
2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat)
3. Sumbangan tenaga (bekerja)
4. Memanfaatkan dan melaksanakan pelayanan pembangunan.
Bentuk partisipasi yang ditunjukkan masyarakat, juga berkaitan dengan
kemauan politik (political will) penguasa untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi. Raharjo, 1983 (dalam Mardikanto, 2009)
mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi yaitu
1. Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk kegiatan-
kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan, tetapi untuk
kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas
nasional dan kalangan pembangunan, diatasi.
2. Partisipasi penuh (full cale pasrtcipation) artinya partisipasi seluas-luasnya
dalam segala aspek kegiatan pembangunan.
3. Mobilisasi tanpa partisipasi artinya partisipasi yang dibangkitkan
pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk mempertimbangkan kepentingan pribadi dan tidak diberi
kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi
jalannya kebijaksanaan pemerintah.
-
18
18
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
2.2.5.1 Faktor Internal
Partisipasi seseorang terhadap suatu kegiatan atau program, terdapat faktor
yang mempengaruhinya Menurut Solekhan (2014) faktor internal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah motivasi, pengetahuan, pengalaman
individu, dan sebagainya. The respondents’ individual characteristics; age,
marital status, level of education and income had a statistically significant
relationship with the level of participation in the project (Kiseto, 2014).
Karakteristik responden individu; usia, status perkawinan, tingkat pendidikan dan
pendapatan memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan tingkat
partisipasi dalam program (Kiseto, 2014).
Faktor internal petani dibentuk secara nyata oleh variabel umur, pendidikan,
luas pemilikan hutan rakyat, dan pengalaman petani (Sudrajat, Hardjanto dan
Sundawati, 2016). Keberlangsungan petani dalam mengikuti program PUAP
sedikit banyak dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani, terdapat
perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU
berdasarkan status sosial petani, dan kegiatan pendampingan yang pernah diikuti
petani. Sedangkan tingkat partisipasi petani tidak berbeda berdasarkan pendidikan
petani, pelatihan yang pernah diikuti, dan sosialisasi program (Lastinawati, 2011).
Motivasi masyarakat untuk terlibat sebagian besar karena faktor internal
individu yaitu harapan dan keinginan untuk hidup di lingkungan desa yang indah,
bersih dan nyaman (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015). Sedangkan
alasan untuk tidak terlibat, sebagian karena alasan hambatan internal individu
masing-masing antara lain waktunya tersita untuk mencari nafkah dan persepsi
bahwa lingkungan desa sudah baik (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).
Pada penelitian ini menggunakan faktor internal umur, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, pendapatan keluarga dan luas lahan pekarangan. Menurut
Nasution (2009) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat sebagai berikut :
1. Komunikasi
Masyarakat sering melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan orang
lain dapat menambah informasi baru yang belum mereka ketahui terkait dengan
-
19
19
pelaksanaan program pembangunan. Komunikasi yang intens juga akan
mengakrabkan masyarakat serta membuat mereka merasakan manfaat dari
program pembangunan tersebut. Manfaat program yang mereka peroleh karena
terjalinnya komunikasi yang baik dapat mendorong mereka untuk meningkatkan
partisipasi.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat menjadi salah satu faktor penting
yang mendasari masyarakat untuk berpartisipasi. Semakin tinggi pendidikan
masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam pembangunan.
Para pakar pembangunan menyatakan bahwa tingkat pendidikan berhubungan erat
dengan tingkat partisipasi.
3. Pekerjaan (Mata Pencaharian)
Pekerjaan dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan dan pendapatan yang
diperolehnya. Besarnya pendapatan memberi peluang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi, karena penghasilan mempengaruhi kemampuan finansial
masyarakat. Masyarakat yang memiliki kemampuan finansial baik akan bersedia
untuk berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan.
4. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan
norma masyarakat yang lebih mantap cenderung lebih banyak berpartisipasi dari
pada yang dari kelompok sebaliknya.
5. Lama Tinggal
Lamanya tinggal seseorang dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama seseorang tinggal di lingkungannya, maka rasa memiliki
terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar
dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk ikut
berpartisipasi menurut Pangestu, 1995 (dalam Anggita, 2016), yaitu
-
20
20
1. Faktor Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia
menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat
yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka
yang dari kelompok usia lainnya.
2. Jenis Kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa
pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang utama adalah mengurus rumah
tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser
dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin
baik.
3. Pendidikan
Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan
seluruh masyarakat.
4. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
pengahasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung
oleh suasana yang mapan dari segi perekonomiannya.
5. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki
terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat partisipasinya yang besar dalam
setiap kegiatan lingkungan tersebut.
-
21
21
1. Umur
Menurut Yasin, 2003 (dalam Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015)
menyatakan bahwa penduduk yang memiliki umur berada pada kisaran 15-54
tahun termasuk ke dalam golongan umur produktif, sedangkan umur 0-14 tahun
dan >54 tahun termasuk kedalam golongan umur tidak produktif. Umur petani
yang masih tergolong produktif memungkinkan untuk mengadopsi suatu inovasi
baru sehingga kelompok bisa berkembang dan dinamis (Lestari, Yulida dan
Kausar, 2015). Toha dan Asmoro, 2009 (dalam Yani, 2013) bahwa usia 30–60
tahun termasuk masa pertengahan kedewasaan (middle age), pada rentang usia ini
manusia mencapai puncak interaksi dalam masyarakat.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan formal dan pengetahuan anggota kelompok tani yang rendah
dapat mempengaruhi pola pikir, kemampuan dan wawasan petani serta
memungkinkan kelompok tani yang ada sulit untuk berkembang (Lestari, Yulida
dan Kausar, 2015). Umumnya orang yang berpendidikan tinggi di pedesaan
cenderung berperan dalam kehidupan sosial, sehingga sering terlibat dalam urusan
kemasyarakatan ( Yani, 2013).
3. Penerimaan
Penerimaan petani merupakan gambaran umum mengenai keadaan
perekonomian suatu rumah tangga. Luas lahan dan pekerjaan sampingan
mempengaruhi penerimaan anggota kelompok tani (Lestari, Yulida dan Kausar,
2015). Partisipasi masyarakat terutama golongan kurang mampu cukup tinggi,
baik dalam keikutsertaannya di dalam kelembagaan maupun dalam pengambilan
keputusan, hal ini disebabkan karena didapatkan manfaat baik secara ekonomi
maupun sosial (Hastuti, 2009).
4. Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi
petani. Besar kecilnya lahan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh dari
produk yang dihasilkan (Lestari, Yulida dan Kausar, 2015). Luasan lahan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Mardikanto
(2009), semakin luas lahan biasanya semakin cepat mengadopsi inovasi, karena
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Luas pemilikan lahan erat
-
22
22
hubungannnya dengan kesediaan petani untuk menerapkan teknologi (Faqih,
2011).
2.2.5.2 Faktor Eksternal
Partisipasi seseorang terhadap suatu kegiatan atau program, terdapat faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Solekhan (2014) faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah peran stakeholders, kondisi sosial,
politik dan budaya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kurniantara dan
Pratikno, 2005 (dalam Anggita, 2016) yang menyatakan faktor eksternal dapat
dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti:
1. Kepemimpinan kepala desa, tipe kepemimpinan dan pola kepemimpinan
akan berpengaruh terhadap keikutsertaan petani dalam suatu program
2. Peranan organisasi lokal akan berpengaruh dalam pembangunan desa. Salah
satu lembaga organisasi desa adalah Lembaga Kemasyarakatan Desa
(LKMD) yang memiliki fungsi sebagai lembaga korporatis dan lembaga
untuk penyaluran aspirasi masyarakat.
3. Peranan pemerintah desa. Peranan pemerintah desa mengalami perubahan
pada masa sentralistik dan masa desentralistik. Pada masa otonomi desa,
pemerintah lebih mengembangkan pola hubungan yang fasilitatif dengan
memberikan ruang publik bagi masyarakat untuk berpartisipasi
Para local campion (orang/warga yang mempunyai atensi besar terhadap
program misalnya Kepala Desa, Ketua Kelompok Tani, Ketua Wanita Tani
(KWT), dan ketua PKK) di wilayah KRPL merupakan sinyal positif yang harus
sambut dan diperdayakan dengan baik (BPTP Jatim, 2012). Faktor eksternal
petani (penyuluhan, kelompok tani, dan akses informasi) memberikan pengaruh
nyata terhadap rendahnya partisipasi pengelolaan hutan rakyat. Penyuluhan dan
pertemuan kelompok kendati masih berlangsung relatif jarang, telah menjadi
sarana transfer pengetahuan bagi petani (Sudrajat, Hardjanto dan Sundawati,
2016).
Tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh program pembangunan,
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi fisik geografis lingkungan.
Kondisi sosial ekonomi antara lain meliputi tingkat pendidikan, pendapatan,
kultur dan strata sosial dalam sistem kemasyarakatan. Program pembangunan
-
23
23
ialah kegiatan yang disusun dan direncanakan oleh pemerintah, berupa organisasi
masyarakat dan strategi kebijaksanaan. Kondisi fisik geografis lingkungan
misalnya waktu dan jarah tempuh, akses transportasi dan lain-lain. Tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, pimpinan desa/kelurahan merupakan
komponen yang sangat berpengaruh dalam menggerakkan partisipasi masyarakat
(Saptorini, 2003 dalam Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).
2.2.6 Syarat Tumbuh Partisipasi
Partisipasi dapat terwujud jika struktur kelembagaan memungkinkan warga
untuk berpartisipasi dan memutuskan persoalan mereka sendiri, dan adanya
keterwakilan masyarakat secara proporsional di dalam setiap proses pengambilan
kebijakan atas nama kepentingan bersama. Oleh karena itu partisipasi masyarakat
harus didasarkan pada 1. Pembuatan keputusan 2. Penerapan keputusan 3.
Menikmati hasil dan 4. Evaluasi hasil (Solekhan, 2014).
Slamet, 1985 (dalam Mardikanto, 2009) menyatakan bahwa tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan
oleh 3 unsur pokok yaitu
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi
3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Sedangakan Remiswal (2013) mengemukakan persyaratan bagi model
partisipasi yang menggairahkan masyarakat adalah
1. Pemikiran kreatif di kalangan pelaku pembangunan (pemerintah dan
masyarakat
2. Bertoleransi dan berfikir positif di kalangan para pelaksana atas kritikan
masyarakat bawah
3. Membudayakan sikap dan perilaku mengakui kesalahan dalam
merencanakan pembangunan daerah
4. Bekerja atas rancangan dasar skenario
5. Menciptakan sistem evaluasi pembangunan atas dasar kemampuan rakyat
untuk mandiri terhadap permasalahan dan solusinya.
-
24
24
2.2.7 Masalah-masalah Partisipasi
Soetrisno, 1995 (dalam Mardikanto, 2009) mengidentifikasi beberapa
masalah kaitannya dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yaitu
1. Masalah pertama dan terutama dalam pengembangan partisipasi masyarakat
adalah belum dipahaminya makna sebenarnya tentang partisipasi oleh pihak
perencana dan pelaksana pembangunan.
2. Masalah kedua adalah dengan dikembangkannya pembangunan sebagai
ideologi baru yang harus diamankan dengan dijaga ketat, mendorong aparat
pemerintah bersifat otoriter. Kondisi seperti itu dapat menimbulkan reaksi
balik berupa “budaya diam” yang pada gilirannya menumbuhkan
keengganan masyarakat untuk berpartisipasi karena dianggap “asal beda”
atau “waton suluyo”.
3. Masalah ketiga adalah banyaknya peraturan yang meredam keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi.
Hal ini didukung oleh pendapat dari Remiswal (2013) yang mengemukakan
bahwa pelaksanaan partisipasi sering terkendala oleh hambatan struktural,
hambatan administratif dan hambatan sosial. Hambatan struktural dapat berbentuk
situasi politik negara seperti masalah ideologi yang tertutup, sistem politik yang
terpusat bukan desentralistik, tekanan di antara kebijakan yang diputuskan pusat
dan daerah, tekanan terhadap kebijakan ekonomi dan politik dan hukum yang
banyak aturan. Hambatan administratif terkait dengan sistem pemerintahan yang
sentralistik, maka sistem administrasinya pun terpusat. Akibatnya pengendalian
pengambilan keputusan, alokasi sumber dan informasi dan pengetahuan terpusat,
pencegah terjadinya keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam melakukan asisteni
administrasi. Termasuk pula perencanaan terpusat dapat melemahkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Hambatan sosial berkaitan dengan sikap mental
yang terjajah selama ini, terutama pada masyarakat di negara-negara berkembang.
Yang mana elit politik mendominasi wilayah pedesaan serta kurangnya partisipasi
perempuan dalam pembangunan
Apabila dikelompokkan paling tidak ada lima kendala dalam pelaksanaan
KRPL yakni sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, akses
-
25
25
teknologi, dan stake holders (BPTP Jatim, 2012). Berdasarkan data perkembangan
KRPL di masing-masing Kabupaten/Kota, telah dapat diidentifikasi atau direkam
kendala-kendala yang muncul terkait dengan SDM. Paling tidak ada empat
kendala antara lain: waktunya tidak cukup karena mempunyai lahan yang luas
selain di pekarangan, kekurangan tenaga kerja untuk memelihara tanaman/ternak,
motivasi menurun/jenuh, dan pengetahuan terbatas terhadap teknologi pertanian
tertentu (BPTP Jatim, 2012). Sejumlah kendala terkait masalah sosial, budaya dan
ekonomi masih dijumpai dalam program pemanfaatan lahan pekarangan,
diantaranya belum membudayanya budidaya pekarangan secara intensif, masih
bersifat sambilan dan belum berorientasi pasar, kurang tersedianya teknologi
budidaya spesifik pekarangan, serta proses pendampingan dari petugas yang
belum memadai (Ashari, Saptana dan Purwantini, 2012).
Mengatasi hambatan partisipasi, menurut Soetrisno, 1995 (dalam Remiswal,
2013) maka langkah awalnya adalah
1. Adanya dasar-dasar desentralisasi yang memperbesar peranan budaya lokal
dalam pembangunan
2. Adanya kerelaan-kerelaan berkorban bagi pembangunan.
2.2.8 Tipologi Partisipasi
Mardikanto (2009) mengemukakan ada 7 tipologi partisipasi yaitu
partisipasi pasif, informatif, konsultatif, insentif, fungsional, interaktif dan
mobilization. Berikut akan dijelaskan lebih rinci masing-masing tipologi
partisipasi tersebut.
Tabel 1. Tipologi Partisipasi
No Tipologi Karakteristik
1. Partisipasi
Pasif/Manipulatif
a. Masyarakat diberitahu apa yang sedang atau
telah terjadi
b. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat
c. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional di luar kelompok
sasaran
2. Partisipasi Informatif a. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan
-
26
26
penelitian
b. Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk
terlibat dan mempengaruhi proses penelitian
c. Akurasi hasil penelitian tidak dibahas
bersama masyarakat
3. Partisipasi
Konsultatif
a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultasi
b. Orang luar mendengarkan, menganalisis
masalah dan pemecahannya
c. Tidak ada peluang untuk pembuatan
keputusan bersama
d. Para profesional tidak berkewajiban untuk
mengajukan pandangan
e. Masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti
4. Partisipasi Insentif a. Masyarakat memberikan korbanan/jasanya
untuk memperoleh imbalan berupa
insentif/upah
b. Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses
pembelajaran atau eksperimen-eksperimen
yang dilakukan
c. Masyarakat tidak memiliki andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah
insentif dihentikan
5. Partisipasi
Fungsional
a. Masyarakat membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan proyek
b. Pembentukan kelompok (biasanya) setelah
ada keputusan-keputusan utama yang
disepakati
c. Pada tahap awal, masyarakat tergantung
kepada pihak luar, tetapi secara bertahap
menunjukkan kemandiriannya
-
27
27
6. Partisipasi Interaktif a. Masyarakat berperan dalam analisis untuk
perencanaan kegiatan dan pembentukkan atau
penguatan kelembagaan
b. Cenderung melibatkan metode interdisipliner
yang mencari keragaman perspektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistemik
c. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol
atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan
mereka, sehingga memiliki andil dalam
keseluruhan proses kegiatan
7. Self Mobilization
(Mandiri)
a. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri
secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak
luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai
ynag mereka miliki
b. Masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan
bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang
diperlukan
c. Masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada atau
digunakan
2.3 Tinjauan tentang Program P2KP
Sejak tahun 2010 Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan
sesungguhnya telah melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) yang juga merupakan perwujudan dari Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang
ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal. Peraturan tersebut merupakan acuan untuk mendorong upaya
penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal
-
28
28
serta kerja sama terintegrasi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui
surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat kabupaten/kota
ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan Bupati/Walikota
(Perbup/Perwalikota) (Juknis P2KP, 2016).
Sebagai bentuk keberlanjutan Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal diimplementasikan
melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan
Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Sebelum tahun
2016 kegiatan ini dibiaya dari dana Bantuan Sosial, namun untuk tahun 2016
dibiayai dengan dana bantuan pemerintah. Melalui tiga kegiatan besar ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk
membentuk pola konsumsi pangan yang baik (Juknis P2KP, 2016).
Secara umum tujuan program P2KP berdasarkan Juknis P2KP (2016),
adalah untuk menfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan
masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) yang
diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH). Tujuan
Khusus Kegiatan P2KP antara lain
1. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber
pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan
sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
2. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu
yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
3. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pola konsumsi pangan B2SA serta mengurangi ketergantungan
terhadap bahan pangan pokok beras. Melalui program P2KP dimaksudkan
dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan nasional masyarakat
dikarenakan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum mencapai target
yaitu 95.
-
29
29
Mengacu pada tujuan di atas, menurut Juknis P2KP (2016) sasaran kegiatan
P2KP ialah:
1. Peningkatan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
2. Perkembangnya usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber
karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan
lokal.
3. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola
konsumsi pangan B2SA serta menurunnya tingkat ketergantungan
masyarakat terhadap bahan pangan tertentu dengan pemanfaatan pangan
lokal.
Kegiatan P2KP tahun 2016 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai
berikut:
1. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di
dilaksanakan di 34 provinsi yang terdiri dari:
a. 2.873 desa lanjutan tahun 2015 di 256 kabupaten/kota
b. 2.012 desa baru tahun 2016 di 139 kabupaten/kota
2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 16
provinsi yang terdiri dari :
a. 26 kabupaten lanjutan tahun 2015
b. 3 kabupaten baru tahun 2016
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan di 34 provinsi (Juknis P2KP,
2016).
Keberhasilan kegiatan P2KP akan tercermin dari indikator berikut:
1. Jumlah kelompok wanita yang berpartisipasi dalam pemanfaatan
pekarangan untuk penyediaan pangan keluarga yang B2SA
2. Jumlah usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan dan
penyediaan pangan sumber karbohidrat dari bahan pangan lokal yang
dikembangkan
3. Jumlah provinsi yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan promosi
P2KP.
-
30
30
2.4 Tinjauan tentang Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
melalui Konsep KRPL
2.4.1 Pengertian KRPL
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan
perumahan penduduk yang secara berama-sama mengusahakan pekarangannya
secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan
dengan mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga
set