paper bali cultural anthropology

50
KATA PENGANTAR Aneka ragam budaya Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, salah satu dari beragam budaya yang Indonesia miliki adalah, kebudayaan dari provinsi Bali. Hingga detik ini, daya magnet pariwisata Bali begitu kuat , ditengah kerasnya persaingan di bidang pariwisata Internasional yang menawarkan wisata tropis lainnya, Bali masih menjadi salah satu primadona bagi wisatawan domestik dan international. Kentalnya kebudayaan masyarakat Bali yang masih terpelihara di masa modern penuh tekhnologi ini, membuat para turis merasa Bali merupakan tempat yang paling pas untuk beristirahat dari segala kepenatan budaya metropolis yang semakin tak terkendali. Budaya bali yang kental dengan syarat mistis dan seni membuat Bali semakin memiliki roh tersendiri bagi orang yang mengunjunginya. Menyoroti fakta dan realita yang ada bahwa pemeliharaan seni dan upacara tradisional seperti inilah yang menjadi daya tarik bagi dunia internasional untuk semakin memberikan atensinya pada provinsi Bali, kita sebagai masyarakat Indonesia sendiri harus lebih dahulu aktif memberikan perhatian kita kepada pemeliharaan salah satu aset kebudayaan bangsa ini, dengan memperkaya pengetahuan kita tentang budaya Bali itu sendiri. Semoga dengan karya tulis yang telah kami susun ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Bali. Jakarta, 13 Oktober 2008 Tim Penulis

Upload: priyanaginada

Post on 31-Jul-2015

94 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Bali Cultural Anthropology

KATA PENGANTAR

Aneka ragam budaya Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai

harganya, salah satu dari beragam budaya yang Indonesia miliki adalah,

kebudayaan dari provinsi Bali. Hingga detik ini, daya magnet pariwisata Bali begitu

kuat , ditengah kerasnya persaingan di bidang pariwisata Internasional yang

menawarkan wisata tropis lainnya, Bali masih menjadi salah satu primadona bagi

wisatawan domestik dan international.

Kentalnya kebudayaan masyarakat Bali yang masih terpelihara di masa modern

penuh tekhnologi ini, membuat para turis merasa Bali merupakan tempat yang

paling pas untuk beristirahat dari segala kepenatan budaya metropolis yang semakin

tak terkendali. Budaya bali yang kental dengan syarat mistis dan seni membuat Bali

semakin memiliki roh tersendiri bagi orang yang mengunjunginya.

Menyoroti fakta dan realita yang ada bahwa pemeliharaan seni dan upacara

tradisional seperti inilah yang menjadi daya tarik bagi dunia internasional untuk

semakin memberikan atensinya pada provinsi Bali, kita sebagai masyarakat

Indonesia sendiri harus lebih dahulu aktif memberikan perhatian kita kepada

pemeliharaan salah satu aset kebudayaan bangsa ini, dengan memperkaya

pengetahuan kita tentang budaya Bali itu sendiri.

Semoga dengan karya tulis yang telah kami susun ini dapat menjadi salah satu

referensi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Bali.

Jakarta, 13 Oktober 2008

Tim Penulis

Page 2: Paper Bali Cultural Anthropology

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah

Antropologi budaya adalah salah satu mata kuliah yang menarik karena di

dalamnya membahas tentang bagaimana kebudayaan manusia itu terbentuk dan

berkembang ditilik dari 7 aspek Cultural Universal. Dengan mempelajari budaya

ini kita dapat mengetahui pendekatan yang berbeda dalam mengahadapi

manusia dengan latar belakang budaya yang berbeda.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan unsur – unsur budaya sebagai kebudayaan universal

dalam kebudayaan Bali?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui dan menganalisis unsur kesenian di kebudayaan Bali dilihat

dari 7 aspek sebagai berikut :

1.3.1 Bahasa

1.3.2 Sistem Teknologi dan Alat Produksi

1.3.3 Sistem Mata Pencaharian

1.3.4 Organisasi Sosial

1.3.5 Sistem Pengetahuan

1.3.6 Sistem Religi

1.3.7 Kesenian

Page 3: Paper Bali Cultural Anthropology

BAB 2

KERANGKA TEORITIS

2.1 DEFINISI ANTROPOLOGI

2.1.1 Definisi Etimologis

Antropologi terdiri dari kata “Anthropos” yang berarti manusia dan “logos”

yang berarti ilmu. Meskipun demikian, antropologi tidak dapat diartikan secara

langsung menjadi ilmu tentang manusia. Hal ini dikarenakan banyak cabang ilmu

lain yang menelaah tentang berbagai aspek kegiatan manusia misalnya seperti ilmu

sosiologi, psikologi, ekonomi dan berbagai cabang ilmu lain.

2.1.2 Definisi Konseptual

2.1.2.1 Definisi Menurut Haviland

Pada tahun 1985 Haviland mengatakan bahwa antropologi, studi tentang

umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia

dan perilakunya, dan untuk memperoleh keanekaragaman manusia.

2.1.2.2 Definisi Menurut Ariyono Suyono

Di dalam kamus yang Ia susun, Ariyono Suyono mendefinisikan antropologi

sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia

dengan mempelajari aneka bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta

kebudayaannya.

2.1.2.3 Definisi Menurut Koentjaraningrat

Ilmu Antropologi sekarang dalam arti seluas – luasnya, mempelajari makhluk

Anthropos atau manusia. Banyak ilmu lain yang mempelajari manusia itu. Masing –

masing dari sudut pandangnya sendiri – sendiri. Ilmu antropologi memperhatikan

lima masalah mengenai makhluk manusia itu. Kelima masalah itu adalah :

a. Masalah sejarah terjadinya perkembangan manusia sebagai makhluk

biologis.

b. Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri –

ciri tubuhnya

Page 4: Paper Bali Cultural Anthropology

c. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna warna bahasa yang

diucapkan di seluruh dunia

d. Masalah perkembangan, persebaran, dan terjadinya aneka warna daro

kebudayaan manusia di seluruh dunia.

e. Msalah dasar- dasar dan anek warna dari kebudayaan manusia dalam

kehidupan masyarakt dan suku – suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi

sekarang ini

2.1.2.4 Definisi Menurut David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas

tentang umat manusia.

2.1.2.5 Definisi Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen

Pada tahun 1954 Ralfh dan Harry mendefinisikan antropologi sebagai ilmu

yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.

2.1.3 Definisi Operasional

Antropologi adalah ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk

manusia dengan mempelajari aneka bentuk fisik, kepribadian, perilaku, masyarakat

serta

kebudayaannya

untuk memperoleh

keanekaragaman

manusia.

2.1.4 Instrumen Variabel Antropologi

Variabel Dimensi Indikator

Ilmu Alam

Pasti

Sosial

A Hitung

ukur

N Bahasa

Falak

T

Makhluk Manusia

R Hewan

Tumbuhan

Gaib

O

Page 5: Paper Bali Cultural Anthropology

2.2 Definisi Kebudayaan

2.2.1 Definisi Etimologis

Istilah “Kebudayaan” Dan “Culture”. Kata “kebudayaan” berasal dari kata

Sanskerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”

atau “kekal”.

Kata asing culture yang berasal dari kata Latin colere (yaitu “mengolah”,

“mengerjakan”, dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani),

memiliki makna yang sama dengan “kebudayaan”, yang kemudian berkembang

menjadi “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan

mengubah alam”.

Masyarakat Primitif

P Modern

Nomaden

O

Kebudayaan Bali

L Jawa

Tionghoa

O Padang

Norma

G Nilai

Peraturan

I

Hasil Karya

Manusia

Page 6: Paper Bali Cultural Anthropology

2.2.2 Definisi Konseptual

2.2.2.1 Definisi Menurut Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia, adalah

hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman

(kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk

mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya

guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan

damai.

2.2.2.2 Definisi Menurut Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah

manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas.

Sebab, semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan

pada basis dan cara berpikir termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga

merupakan maksud dari pikiran.

2.2.2.3 Definisi Menurut Malinowski

Malinowski menyebutkan, bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan

atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan

corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan

keselamatannya, maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni

seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.

2.2.2.4 Definisi Menurut A. van Peursen

C.A. van Peursen mengatakan bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan

sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang

dapat berlainan dengan hewan. Maka, manusia tidak dapat hidup begitu saja di

tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala

sesuatu yang telah disediakan oleh alam. Misalnya, beras agar dapat dimakan harus

diubah dulu menjadi nasi.

Terwujudnya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu hal-

hal yang menggerakkan manusia untuk menghasilkan kebudayaan sehingga dalam

hal ini kebudayaan merupakan produk kekuatan jiwa manusia sebagai makhluk

Tuhan yang tertinggi. Oleh karena itu, walaupun manusia memiliki tubuh yang lemah

Page 7: Paper Bali Cultural Anthropology

bila dibandingkan dengan binatang seperti gajah, harimau, dan kerbau, tetapi

dengan akalnya manusia mampu untuk menciptakan alat (sebagai homofaber)

sehingga akhirnya dapat menjadi penguasa dunia. Dengan kualitas badannya,

manusia mampu menempatkan dirinya di seluruh dunia. Tidak seperti binatang,

yang hanya dapat menempatkan diri di dalam lingkungannya. Oleh karena itu,

manusia dikatakan sebagai insan budaya.

2.2.2.5 Definisi Menurut Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,

tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

yang dijadikan miliknya dengan belajar

2.2.3 Definisi Operasional

Kebudayaan adalah seluruh sistem, rasa, gagasan dan tindakan yang dimiliki

oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kebudayaan, manusia

berpikir dan bertindak guna mengatasi berbagai rintangan yang ada dalam hidup

bermasyarakat.

Page 8: Paper Bali Cultural Anthropology

2.3 DEFINISI MASYARAKAT

2.3.1 Definisi Etimologis

Masyarakat berasal dari kata dalam bahasa Arab, “musyarak”. Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar

entitas -entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling

tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu

sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

2.3.2 Definisi Konseptual

2.3.2.1 Definisi Menurut Selo Sumardjan

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan

kebudayaan.

2.2.4 Instrumen Variabel Kebudayaan

Variabel Dimensi Indikator

K Sistem struktur

organisasi

E

Hidup bermasyarakat bersosialisasi

B

Kebutuhan Sandang

U Pangan

Papan

D

Hidup Bernafas

A Bergerak

Bertumbuh

Y Berkembang Biak

A Bertindak Tegas

A

N Berpikir Positif

Negatif

Page 9: Paper Bali Cultural Anthropology

2.3.2.2 Definisi Menurut Karl Marx

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan

organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok -

kelompok yang terbagi secara ekonomi.

2.3.2.3 Definisi Menurut Emile Durkheim

Masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi - pribadi yang

merupakan anggotanya.

2.3.2.4 Definisi menurut Paul B. Horton & C. Hunt

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup

bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,

mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam

kelompok / kumpulan manusia tersebut.

2.3.2.5 Definisi Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani

Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila

memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-

kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan

kemaslahatan.

2.3.3 Definisi Operasional

Masyarakat adalah sekelompok orang atau kumpulan komunitas manusia yang

menempati satu wilayah tertentu dengan merasa adanya keterikatan satu sama lain,

juga adanya interaksi yang disesuaikan dengan adat istiadat wilayah tersebut yang

sifatnya berkesinambungan; serta merupakan kesatuan hidup bersama yang

memiliki kebiasaan tertentu, norma, hukum, serta aturan yang mengatur semua pola

tingkah laku warga yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya; tentunya

membutuhkan keamanan dan kesejahteraan secara bersama.

Page 10: Paper Bali Cultural Anthropology

2.3.4 Instrumen Variabel Masyarakat

Variabel Dimensi Indikator

Manusia Akal Budi

Jasmani

Rohani

M Wilayah Udara

Darat

A Laut

S Interaksi Sosial

Budaya

Y

Hidup Dunia

A Akherat

R Norma UUD

Pancasila

A

Hukum Adat

K Negara

A Aturan Tertulis

Tidak tertulis

T

Kesejahteraan Individu

Kelompok

Sosial

Negara

Page 11: Paper Bali Cultural Anthropology

BAB 3

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 BAHASA

A. Penggunaan Bahasa Bali

Bahasa Bali memiliki struktur bahasa yang kompleks dengan kosa kata yang

sangat banyak jumlahnya.Bahasa Bali dapat dibedakan berdasarkan status

sosialnya, yaitu:

Bahasa Bali tingkat rendah (basa ketah)

Bahasa Bali tingkat menengah (basa madia)

Bahasa Balu tingkat tinggi (basa singgih)

Penggunaan tingkatan Bahasa Bali tergantung pada situasi dari percakapan.

Basa Madia dipergunakan ketika seseorang menegur orang lain untuk

bersikap lebih sopan namun tidak ingin menunjukkan adanya perbedaan

kasta. Biasanya, masyarakat Bali berkomunikasi dengan menggunakan Basa

Singgih.

Bali yang masih menggunakan sistem kasta, nampak mulai memudar dalam

penggunaan bahasa. Dahulu, seseorang bisa saja ditanyakan berasal dari

kasta mana lalu penggunaan bahasa pun disesuaikan dengan kasta lawan

bicaranya. Karena pengaruh kuat dari demokrasi di Bali, perbedaan antar

kasta sekarang ini sudah mulai hilang dan melebur. Bahkan dampak dari

demokrasi di Bali ini adalah keinginan untuk menggabungkan Bahasa Bali

menjadi satu jenis saja, yaitu Basa Madia.

Bahasa Bali merupakan salah satu variasi dari kelompok Bahasa

Austronesian. Penggunaan Bahasa Bali sendiri hanya dapat ditemukan di Bali

dan penyebarannya hanya sedikit sekali di luar Bali. Bahasa Bali pun

biasanya hanya digunakan di dalam rumah masyarakat Bali saat seorang

anak masih kecil. Setelah anak tersebut bersekolah, ia akan mendapatkan

pengajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali pun hanya merupakan

bahasa kedua mereka.

Page 12: Paper Bali Cultural Anthropology

Bahasa Bali dapat ditemukan penggunaannya selain di masyarakat Bali yaitu

di buku-buku yang kebanyakan membahas masalah religiusitas. Selain itu,

Bahasa Bali juga menjadi salah satu subjek di sekolah dasar Bali. Penulisan

bahasa ini juga menggunakan alphabet Roma yang dikenal dengan Tulisan

Bali.

Penggunaan Bahasa Bali tingkat tinggi diperlukan untuk situasi-situasi

tertentu seperti saat berbicara dengan orang asing, kasta yang lebih tinggi,

atau pendeta. Beberapa dokumen pun harus dituliskan dalam Bahasa Bali

dengan mengutamakan formalitas.

Contoh penggunaan Bahasa Bali:

1. SUDRA ke KSATRIYA: "Ambilang Ida lanjaran." = tolong ambilkan rokok itu

untuk pendeta. Kasta Sudra menggunakan Bahasa Bali tingkat menengah

untuk berbicara ke kasta Ksatriya.

2. SUDRA ke Pedanda (Pendeta): "Titiang jagi ngaturan lanjaran puniki ring

Ida." = Saya akan mengambilkan rokok itu untuk anda. Sudra menggunakan

Bahasa Bali tingkat tinggi karena ia berbicara dengan pendeta yang oleh

masyarakat Bali dianggap memiliki kasta yang tertinggi.

3. KSATRIYA ke SUDRA: "Aturin Ida lanjaran puniki." = Berikan rokok ini ke

pendeta. Meskipun Ksatriya berbicara ke Sudra, ia tetap menggunakan

Bahasa Bali tingkat menengah karena dalam percakapannya, pendeta

menjadi objek pembicaraan.

4. KSATRIYA ke SUDRA: "Jemakang beli rokone ento." = Belikan saya rokok

itu. Ksatriya menggunakan Bahasa Bali tingkat rendah ke Sudra karena ia

berbicara untuk kepentingan dirinya sendiri.

A. Sejarah Bahasa Bali

Bahasa Bali pada awalnya merupakan bahasa murni yang diciptakan

masyarakat Bali, namun Bahasa Bali sekarang ini lahir dari percampuran

beragam bahasa dari bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia.

Bahasa Bali sekarang ini merupakan campuran dari Bahasa Sanskerta,

Mandarin, Parsi dan Tamil. Beberapa kata seperti sekolah, dokter dan buku

Page 13: Paper Bali Cultural Anthropology

berasal dari Bahasa Belanda. Kemeja, bola dan jendela dari Bahasa Portugis

dan stop, botol dan tiket dari Bahasa Inggris.

B. Kekurangan dalam Bahasa Bali

Meskipun kaya akan kosa kata, terdapat beberapa hal yang tidak memiliki

kosa kata dalam Bahasa Bali. Salah satunya yang cukup krusial dalam

Bahasa Bali adalah kata „seni‟ yang oleh masyarakat Bali tetap disebut „seni‟

(berasal dari Bahasa Indonesia). Padahal, kesenian merupakan salah satu

keunikan dari masyarakat Bali. Kekurangan lain adalah tidak adanya Bahasa

Bali untuk tukang, dimana masyarakat Bali tetap menggunakan kata tukang

yang berasal dari Bahasa Indonesia.

C. Pramada

Dalam penggunaan bahasa, masyarakat Bali mengenal istilah Pramada.

Konsep Pramada adalah seseorang tidak diperbolehkan menggunakan

bahasa yang membuat dirinya memiliki posisi kasta yang lebih tinggi dari

posisinya yang seharusnya. Pramada juga berarti tidak diperbolehkan untuk

bertanya hal-hal yang mempertanyakan religiusitas masyarakat Bali.

Pramada juga mengajarkan agar seseorang tidak memanggil nama orang lain

yang memiliki status yang lebih tinggi.

Konsep Pramada telah ada dalam masyarakat Bali sejak lama dan hingga

sekarang Pramada dalam masyarakat Bali sangat mudah ditemukan. Di

rumah-rumah masyarakat Bali, tuan rumah akan meminta maaf untuk

makanan yang ia sajikan untuk sang tamu, mengatakan bahwa ia adalah

orang miskin dan karenanya sang tamu harus menerima dan memaafkan

keadaan yang seadanya.

Konsep ini juga terlihat dalam kegiatan berdagang masyarakat Bali. Jika

seseorang tidak ingin membeli sebuah barang dari orang Bali lainnya, mereka

tidak boleh mengatakan tidak. Kata tidak digantikan dengan Bahasa Bali

„benjang-benjang‟.

D. Contoh Bahasa Bali

Selamat pagi: Rahajeng Semeng

Page 14: Paper Bali Cultural Anthropology

Selamat malam: Rahajeng Wengi

Terima kasih: Suksma

Permisi: Sugra nggih

Nama saya: Wastan tiang

Jam berapa?: Jam kuda niki?

Berapa?: Aji kuda niki?

Selamat tinggal: Pamit nggih

E. Tulisan Bali

Konsonan

Konsonan dari Bahasa Jawa

Aksara suara

Diaktrik Bali

Page 15: Paper Bali Cultural Anthropology

Penomoran

Contoh tulisan Bali

Tulisan tersebut memiliki arti:

Akeh akśarane, 47, luir ipun: akśara suara, 14, akśara wianjana, 33,

akśara suara punika talĕr dados pangangge suara, tur madrĕwe suara

kakalih, kawāśt,anin: suara hrĕswa miwah dīrgha

3.2 SISTEM TEKNOLOGI DAN ALAT PRODUKSI

Selama ini kebudayaan Bali dijadikan obyek untuk menunjang dunia pariwisata

Bali, tetapi belum pernah ada upaya untuk menjadikan subyek dengan cara

mensinergikan kebudayaan Bali dengan teknologi, sebagaimana telah dilakukan

oleh negara-negara lain seperti; Jepang, India, Korea, Negara Eropa, dan negara

lainya yang sudah mensinergikan kebudayaanya dengan teknologi, sehingga

kebudayaan mereka mengglobal. Terkait dengan hal itu, kita banyak sekali

memiliki nilai-nilai kebudayaan yang perlu mendapat sentuhan teknologi, dan

perlu diingat orang Bali memiliki adegium desa kala patra yang bernapaskan

agama Hindhu yang sampai saat ini menjadi acuan masyarakat Bali dalam

Page 16: Paper Bali Cultural Anthropology

menata kehidupanya. Oleh karena itu mensinergikan kebuadayaan Bali dengan

teknologi perlu kehati-hatian dan selektif agar tidak berbenturan dengan nilai

agama yang dianut dan adat istiadat setempat yang dijadikan pedoman dalam

kehidupan bermasyarakat.

Perkembangan teknologi yang paling berpengaruh di Bali adalah teknologi

informasi dan komunikasi . misalnya telefon genggam dan internet dengan 2

teknologi tersebut masyarakat Bali menjadi masyarakat yang lebih modern dan

inovativ serta dapat berkomunikasi lokal,interlokal maupun internasional.

Dengan demikian kebudayaan Bali bila disenergikan dengan tenologi tidak saja

menjadi obyek, akan tetapi akan menjadi subyek yang mengglobal.

SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN TERDIRI :

1. ALAT-ALAT PRODUKTIF

Pengaruh Hindu-Jawa mulai menyebar ke Bali sekitar abad ke-10 tatkala

Kerajaan Medang Kemulan memperluas pengaruh hingga ke Bali. Selanjutnya

pengaruh Hindu-Jawa menjadi kian berkembang pada zaman Kerajaan

Singosari, dan mengalami perkembangan sangat pesat pada abad ke-14 dan

ke-15, ketika Kerajaan Majapahit memperluas pengaruh ke Pulau Bali. Tradisi

modern diwarnai unsur-unsur kebudayaan Barat yang mulai menyentuh

kehidupan masyarakat Bali sejak kedatangan kaum kolonial dan mengalami

perkembangan semakin pesat sejak zaman kemerdekaan hingga era global

dewasaini.

Proses modernisasi yang terasa membawa pengaruh signifikan terhadap

dinamika sistem sosio-kultural masyarakat Bali itu di antaranya adalah

modernisasi dalam bidang pertanian, yakni penerapan sistem peralatan dan

teknologi baru dalam sistem bercocok tanam, yang menimbulkan perubahan-

perubahan cukup mendasar terhadap berbagai aspek kehidupan orang Bali.

Faktor lain yang juga membawa pengaruh signifikan terhadap dinamika

masyarakat dan kebudayaan Bali adalah perkembangan sektor pariwisata.

Pariwisata Bali memang telah lama menjadi primadona penghasil devisa

andalan, mengungguli sektor-sektor lain. Pada dasarnya pariwisata merupakan

fenomena perjumpaan kebudayaan: perjumpaan antara budaya lokal, budaya

wisatawan, budaya pendatang, dan budaya pariwisata itu sendiri. Konsekwensi

Page 17: Paper Bali Cultural Anthropology

logis bagi suatu daerah yang secara sengaja membuka diri terhadap kunjungan

wisatawan adalah masuknya berbagai pengaruh kebudayaan modern terhadap

sistem sosio-kultural tuan rumah. Pengaruh modernisasi terasa kian meningkat

ketika perkembangan pariwisata mengarah pada pariwisata massa. Pariwisata

massa menuntut adanya fasilitas-fasilitas dan layanan-layanan dengan standar

internasional. Ini berarti masuknya unsur-unsur budaya modern merupakan hal

yang tidak terhindarkan. Berkaitan dengan perkembangan dan pengembangan

pariwisata, fenomena perubahan tidak saja terjadi sebagai konsekwensi logis

respons adaptasi budaya tuan rumah terhadap tuntutan dunia pariwisata itu

sendiri, tetapi juga sebagai akibat kontak lintas budaya antara tuan rumah

dengan wisatawan dan kelompok pendatang pencari kerja.

Dari Energi Bernyawa ke Energi Tak Bernyawa

Proses modernisasi berimplikasi perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan

masyarakat Bali. Perubahan paling nyata berawal dari perubahan infrastruktur

peralatan dan teknologi yang berkaitan erat dengan penggunaan energi.

Teknologi tradisional yang lebih banyak menggunakan energi bernyawa atau bio-

energi secara perlahan tergeser oleh teknologi modern yang digerakkan dengan

energi tidak-bernyawa atau non-bio-energi.

Dalam bidang pertanian, proses modernisasi ditandai dengan mekanisasi sistem

peralatan dan teknologi pertanian yang berdampak luas terhadap bentuk-bentuk

solidaritas sosial masyarakat petani. Di kalangan masyarakat petani tradisional di

mana sistem peralatan dan teknologi digerakkan energi bernyawa (terutama

tenaga manusia), terdapat ikatan solidaritas yang dilandasi prinsip timbal-balik

dan saling ketergantungan yang kuat. Bentuk-bentuk ikatan solidaritas yang

paling menonjol di antaranya: gotong-royong dan tolong-menolong atau matulung

dalam aktivitas-aktivitas bercocok tanam, adat, agama, maupun aktivitas-aktivitas

kemasyarakatan lainnya.

Tingginya rasa saling ketergantungan antarindividu dalam masyarakat agraris

tradisional membawa mereka berada dalam suasana kebersamaan dan

memaksa setiap individu senantiasa menjaga hubungan harmonis. Di antara

mereka terjalin relasi primer yang ditandai dengan saling kenal dan hubungan

informal yang sangat akrab. Berbagai ketegangan yang dapat mengarah menjadi

Page 18: Paper Bali Cultural Anthropology

konflik sedapat mungkin dihindari, karena disadari akan mengganggu relasi

sosial yang dapat menyulitkan mereka memperoleh bantuan tenaga untuk

berbagai aktivitas kehidupan. Sikap menghindari konflik ini dijustifikasi dengan

konsep koh ngomong (enggan bicara) dan pengembangan rasa malu atau lek.

Namun demikian, bukan berarti masyarakat agraris tradisional terbebas konflik,

melainkan mereka cenderung mengelola konflik dalam bentuk konflik pasif atau

puik yang ditandai dengan terputusnya hubungan komunikasi dan tidak saling

mengusik antarkedua belah pihak. Konflik pasif relatif tidak menimbulkan

guncangan terhadap tertib sosial, karena segala rasa benci dan dendam tidak

diekspresikan secara nyata, melainkan tersembunyi atau laten.

Modernisasi dalam bidang pertanian menyebabkan tergantikannya fungsi

peralatan dan teknologi tradisional yang mengandalkan energi manusia oleh

energi fosil. Akibatnya, ikatan sosial dan rasa ketergantungan antarindividu kian

melemah. Solidaritas gotong-royong dan tolong-menolong pun memudar,

tergeser oleh sistem upah atau sewa. Sejalan dengan itu, rasa kebersamaan

merenggang dan kepedulian sosial pun kian memudar. Sebaliknya, sifat-sifat

individualisme atau mementingkan diri sendiri kian meningkat. Berbagai bentuk

ketegangan dengan mudah berubah menjadi konflik aktif karena lemahnya ikatan

saling ketergantungan di antara sesama mereka.

Transisi Agraris ke Industri

Setiap proses modernisasi disertai masa-masa transisi yang dapat membawa

masyarakat dalam suasana anomi. Ini ditandai dengan pengabaian nilai, norma,

dan aturan yang sebelumnya berlaku turun-temurun. Sementara itu, nilai, norma,

dan aturan yang baru belum terinternalisasi secara mantap. Pada tahap ini kerap

terjadi disorganisasi sosial atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan,

akibat tidak adanya konsensus mengenai nilai, norma, dan aturan sebagai

acuan bertindak.

Keadaan anomi yang berlangsung relatif lama menyebabkan masyarakat

tersegmentasi ke dalam dua kelompok: kelompok konservatif dan progresif.

Kelompok konservatif terdiri atas individu-individu yang dalam sistem sosial

tradisional memiliki status sosial mapan. Termasuk dalam kelompok ini adalah

golongan generasi tua yang berpegang pada nilai-nilai lama yang didominasi

Page 19: Paper Bali Cultural Anthropology

nilai-nilai agama. Sedangkan kelompok progresif terdiri atas individu-individu

yang kurang menghargai nilai-nilai lama dan lebih terbuka terhadap perubahan.

Termasuk dalam kelompok ini adalah kaum generasi muda yang banyak

dipengaruhi nilai-nilai budaya modern yang lebih mengarah pada materialisme.

Perbedaan orientasi nilai di antara kedua kelompok tadi berimplikasi terhadap

strategi dalam mengelola konflik oleh masing-masing kelompok. Kaum

konservatif cenderung menghindari konflik yang bersifat aktif, terutama dalam

bentuk konfrontasi fisik. Sikap semacam ini tidak terlepas dari nilai-nilai yang

telah dipegang secara mantap dan selanjutnya dijadikan sebagai pedoman

dalam bertindak. Nilai-nilai yang dimaksud, misalnya, adalah nilai-nilai

perdamaian dan kemanusiaan, seperti tertuang dalam konsep ahimsa,

tatwamasi, dan sebagainya. Sebaliknya, di kalangan kaum progresif, bentuk

konflik cenderung berupa konflik aktif dan konfrontasi-konfrontasi yang bersifat

fisik. Perilaku semacam ini dipedomani oleh nilai-nilai kebebasan yang dimaknai

sekehendak hati.

2. ALAT-ALAT DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI

Perubahan sistem transportasi ,teknologi dan distribusi menjadi lebih maju, mata

pencaharian penduduk Bali juga ikut berubah , misalnya dalam bidang Jasa.

Sebagaian besar penduduk bali memiliki kendaraan sendiri, biasanya minimal

mereka memiliki sepeda motor. Sehingga kendaraan umum kurang tersedia,

kalaupun ada hanya melewati jalan-jalan tertentu dan rutenya terbatas, kecuali

taxi. Jenis transportasi umum yang terdapat di Pulau Bali antara lain :

1. Dokar (Kendaraan dengan menggunakan hewan kuda sebagai alat

penarik)

2. Ojek (Kendaraan Umum dengan menggunakan sepeda motor)

3. Bemo (Kendaraan Umum sejenis mikrolet)

4. Bemo dalam kota

5. Bemo luar kota (dengan jenis lebih besar)

6. Taksi

7. Bus antar kota atau kabupaten

8. Bus luar pulau

Page 20: Paper Bali Cultural Anthropology

Untuk transportasi ke luar pulau Bali, tersedia transportasi Udara dan laut. Seperti

pelabuhan Gilimanuk penyeberangan ke Pulau Jawa yang menggunakan kapal ferry

yang memakan waktu antara 30menit sampai 45 menit. Untuk penyeberangan ke

Pulau Lombok, penyeberangan laut melalui pelabuhan Padang Bay menuju Lembar

memakan waktu sekitar 4 jam. Juga kita bisa menggunakan transportasi udara yang

dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai.

3. MAKANAN DAN MINUMAN

Liburan ke Pulau Bali rasanya kurang lengkap bila tidak disertai dengan wisata

kuliner Pulau Bali adalah pulau yang unik begitu juga makanan yang ada di pulau

ini, dari yang mewah hingga sederhana, dari masakan internasional hingga

makanan khas tradisional Bali. Makanan khas tradisional Bali adalah

1. Sate Languan

Sate ini terbuat dari ikan laut, kelapa muda, bumbu dan gula. Sate ini merupakan

makanan khas kabupaten Klungkung, namun penyebarannya hampir di seluruh

Bali. sate ini digunakan sebagai hidangan dan sajian pada upacara keagamaan.

Sebagai hidangan sate languan sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas

(segera setelah dipanggang). Sate languan dapat tahan sampai satu hari tidak

rusak.

2. Sate Lembat

Sate lembat adalah sate yang dibuat dari daging yang ditumbuk halus, dicampur

kelapa parut dan bumbu. Daging yang digunakan bisa daging babi, daging ayam,

daging itik dan daging penyu. Sate ini digunakan untuk upacara keagamaan dan

upacara adat. Disamping itu, sate lembat juga dijual diwarung-warung nasi

bersama-sama dengan jenis lauk pauk lainnya seperti urutan, babi guling dan

lawar.

3. Serapah

Serapah adalah jenis lauk pauk setengah basah, dibuat dari daging dan jeroan

diberi bumbu dan santan. Jenis daging yang dapat di buat serapah adalah

Page 21: Paper Bali Cultural Anthropology

daging babi, daging sapi dan lain-lain. Serapah digunakan untuk sajian pada

upacara adat atau upacara agama serta digunakan untuk hidangan.

4. Nasi Kuning Bali

Nasi kuning Bali agak berbeda dari nasi kuning pada umumnya, terutama dari

bumbu yang dipergunakan dan cara pengolahannya. Nasi kuning ini biasanya

dibuat pada hari Raya Kuningan, yaitu hari raya umat Hindhu di Bali setiap 210

hari sekali yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Namun saat ini

nasi kuning Bali sudah dimanfaatkan untuk upacara-upacara lain selain upacara

keagamaan seperti ulang tahun, syukuran dan lain-lain. Nasi kuning disajikan

dengan menaburi sambal goreng diatasnya, ditambah kemanggi dan kecai

(kacang ijo yang baru berkecambah). Nasi kuning Bali tidak umum

diperjualbelikan dan biasanya masyarakat membuat sendiri untuk keperluan

upacara maupun dikonsumsi sendiri.

5. Jajan Bendu

Jajan bendu merupakan jenis jajan yang biasa digunakan untuk upacara

perkawinan. Kue jenis ini sudah tersebar di seluruh Bali, dibuat selain digunakan

untuk keperluan upacara keagamaan (sebagai sajian) juga dibuat untuk dijual.

Kue ini tidak tahan lama, paling lama tahan selama satu hari. Sebagai hidangan,

kue ini banyak dikonsumsi sebagai teman minum kopi.

6. Nasi Yasa

Nasi Yasa adalah makanan pokok (nasi kuning) yang dicampur dengan daging

ayam, lalapan, telur dan saur. Biasanya nasi Yasa ini dibuat untuk upacara

keagamaan seperti hari raya Saraswati, Çiwalatri dan juga untuk dihaturkan

kepada leluhur.

7. Jajan Reta

Deskripsi Jajan reta terbuat dari tepung beras dibentuk menjadi berbagai bentuk

atau model dan berbagai ukuran seperti: angka delapan, gelang, bunga dan

sebagainya, serta diberikan warna yang beragam antara lain merah, putih,

Page 22: Paper Bali Cultural Anthropology

kuning ataupun kombinasi dari berbagai warna. Jajan reta ini dibuat untuk

keperluan hari raya, upacara adat dan upacara agama serta dibuat untuk camilan

sehari-hari sebagai teman minum kopi. Jajan reta telah diperjualbelikan di pasar-

pasar tradisional di daerah Bali.

8. Sambal Bali

Sambal merupakan makanan dengan rasa pedas sebagai pelengkap dalam

masakan Bali. Sedikit orang Bali yang makan nasi tanpa dilengkapi dengan

sambal, yang juga digunakan dalam mempersiapkan berbagai hidangan berupa

daging dan sayur.

Minuman Khas Bali

Minuman khas Pulau Bali tidak begitu banyak seperti daerah-daerah di Indonesia

lainnya, ada minuman khas tradisional dan minuman bertaraf internasional.

Minuman khas Bali yang sangat dikenal dan dicari oleh wisatawan lokal dan

asing antara lain:

1. MINUMAN CENDOL BALI

Minuman cendol dikenal sebagai minuman khas tradisional masyarakat Jawa,

tetapi di Bali minuman ini cukup populer di Bali. Cendol adalah sejenis minuman

yang dibuat dari campuran tepung beras dan tepung tapioka serta ditambah

dengan santan dan gula merah. Cendol ini dibuat sebagai hidangan dan kadang-

kadang ditambahkan es pada saat meminumnya. Cendol ini sudah tersedia dijual

di pasar-pasar tradisional di daerah Bali.

2. MINUMAN BREM (MENGANDUNG ALKOHOL)

Brem adalah salah satu jenis minuman khas daerah bali yang dibuat dari beras

ketan atau beras ketan hitam atau campuran kedua jenis beras ketan tersebut

yang difermentasikan dengan ragi tape. Secara tradisional terutama di tingkat

rumah tangga di masyarakat Bali, minuman brem ini merupakan hasil sampingan

Page 23: Paper Bali Cultural Anthropology

dari proses pembuatan tape, karena produk tape inilah yang utama dimanfaatkan

sebagai sajian dan dimakan.

Brem ini di daerah Bali khususnya bagi masyarakat yang beragama Hindhu, tidak

bisa dilepas keberadaannya karena merupakan salah satu sarana yang mesti

ada dalam pelaksanaan upacara agama dan upacara adat sebagai tabuhan

bersama-sama dengan minuman arak. Disamping itu brem banyak disuguhkan

sebagai minuman sehabis makan nasi terutama pada saat ada upacara

keagamaan dan adat. Minuman brem ini sejak lama sudah diperjualbelikan di

daerah Bali, bahkan sudah menjadi salah satu oleh-oleh atau buah tangan bagi

wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara yang datang ke Bali.

4. PAKAIAN DAN PERHIASAN

Pakaian daerah

Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas

kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan

ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya.

Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana

dan ornamen perhiasan yang dipakainya.

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

Udeng (ikat kepala)

Kain kampuh

Umpal (selendang pengikat)

Kain wastra (kemben)

Sabuk

Keris

Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan baju kemeja, jas, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Page 24: Paper Bali Cultural Anthropology

Wanita

Untuk Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada. Busana

tradisional wanita umumnya terdiri dari:

Gelung (sanggul)

Sesenteng (kemben songket)

Kain wastra

Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada

Selendang songket bahu ke bawah

Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam

Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Untuk perhiasan wanita sendiri digunakan gelang, kalung atau tusuk konde

pelengkap sanggul yang berupa ornamen yang terbuat dari tembaga atau kuningan

5. TEMPAT BERLINDUNG DAN RUMAH ADAT

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang

mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya

China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila

terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan

parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek

tersebut atau yang biasa disebut „‟Tri Hita Karana‟‟. Pawongan merupakan para

penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni

rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya,bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi

hiasan, berupa ukiran kayu, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut

mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbolsimbol dan

penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi

sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Page 25: Paper Bali Cultural Anthropology

Tetapi memasuki zaman moderenisasi masyarakat di perkotaan Bali sudah

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mereka jarang menggunakan rumah

adat khas Bali, Rumah mereka lebih bergaya minimalis modern dan natural

minimalis, karena dianggap lebih simpel dlam teknik membangun rumahnya.

7. SENJATA TRADISIONAL

Keris

Tombak

Tiuk

Taji

Kandik

Caluk

Arit

Udud

Gelewang

Trisula

Panah

Penampad

Garot

Tulud

Kis-Kis

Anggapan

Berang

Blakas

Pengiris

3.3 SISTEM MATA PENCAHARIAN

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat Bali terdiri dari pertanian,

industri, dan jasa. Pola perkampungan penduduk Bali pada umumnya dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor tata nilai ritual yang menempatkan zona sakral di

bagian angin (timur) sebagai arah terbitnya matahari sebagai yang diutamakan.

Faktor kondisi dan potensi alam, menempatkan nilia utama ke arah kaja (gunung)

dan sebaliknya menganggap rendah arah kelod (laut). Faktor ekonomi,

Page 26: Paper Bali Cultural Anthropology

menempatkan nilai utama pada tempat bekerja seperti desa nelayan menghadap ke

laut, desa pertanian menghadap ke arah sawah atau perkebunan.

Seperti pada umumnya daerah lain di Indonesia, penduduk Bali sebagian

besar hidup dari pertanian. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah pesisir

biasanya mereka hidup sebagai nelayan. Selain itu juga ada yang sebagai seniman

dan Pulau Bali terkenal sama keseniannya. Pada akhir abad 19 ini karena adanya

kemajuan teknologi sehingga memudahkan orang bepergian kemana-mana, maka

sektor pariwisata mulai menjadi salah satu sektor yang menjadi mata pencaharian

penduduk Bali. Sehingga pada awal tahun 80-an banyaklah bermunculan daerah-

daerah pariwisata seperti Sanur, Nusa Dua, Kuta dan lain sebagainya. Sektor ini

menjadi andalan pendapatan daerah Bali, sehingga banyak penduduk bali yang

beralih profesi menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata.

SISTEM MATA PENCARIAN HIDUP MASYARAKAT BALI TERDIRI DARI :

1. BERBURU DAN MERAMU

Bali sebagai sebuah pulau kecil di hamparan katulistiwa Nusantara sejak masa

prasejarah ikut serta dalam pertumbuhan budaya yang menjadi akar dari

perkembangan kebudayaan nasional. Sebelum memasuki masa bercocok

tanam masyarakat Bali masa prasejarah melakukan berburu hewan-hewan dan

meramu obat-obatan untuk bertahan hidup.

Demikian pula pada masa perundagian. Masa perundagian adalah puncak

segala kemajuan yang berhasil dicapai yakni merupakan perkembangan lebih

lanjut dari masa bercocok tanam. Penduduk yang hidup bergabung dalam

suatu desa, sudah berhasil mencapai suatu taraf yang baik dengan

penguasaan teknologi yang tinggi seperti teknik pembuatan gera¬bah,

kepandaian menuang perunggu. Masa perundagian telah menghasilkan

kebudayaan Indonesia asli yang bernilai tinggi ka¬rena dijiwai oleh konsepsi

alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat pada waktu itu.

2. PERIKANAN

Page 27: Paper Bali Cultural Anthropology

Bali adalah pulau kecil hanya dengan luas hanya 5,682 km persegi dengan

tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi yakni 565 orang per km persegi.

Bali di kelilingi wilayah pesisir dengan panjang 430 km . karena wilayahnya

dikelilingi oleh laut Mayoritas masyarakat Bali bermata pencaharian sebagai

nelayan, mayoritas terdapat di daerah Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali.

Dari segi matapencaharian dalam bidang perikanan , komoditi ikan tuna dari

Bali dikenal di pasar dunia. Tuna hasil tangkapan masyarakat Bali mampu

menembus pasar ekspor sejak dulu. Beberapa negara yang cukup besar

mengimpor tuna dari Bali adalah Jepang, Taiwan, Cina, dan Korea. Negara-

negara Asia yang merupakan konsumen ikan terbesar di dunia ini bisa dibilang

memiliki hubungan bisnis yang erat dengan Bali, khususnya komoditi tuna.

Di samping tuna, ada pula beberapa jenis ikan lainnya yang cukup populer dan

digemari pasar internasional. Misalnya saja udang dan ikan kerapu. Dua jenis

komoditi ini cukup tinggi realisasi ekspornya meskipun hingga kini dominasi

tuna masih belum bisa terkalahkan. Namun ke depan prospek kedua komoditi

itu diprediksi akan semakin bagus, karena banyaknya pengusaha yang secara

profesional membudidayakannya di perairan Bali Utara yang memang sangat

cocok untuk jenis kerapu maupun tuna.

Selain komoditi perikanan yang dapat dikonsumsi sebagaimana dikatakan

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Bali Wisnawa Manuaba juga

mempunyai potensi komoditi lainnya, Misalnya saja ikan hias dan rumput laut.

Jenis-jenis komoditi ini termasuk cukup mengalami peningkatan dalam realisasi

ekspor selama dua tahun belakangan ini.

kegiatan budidaya rumput laut sebagai salah satu bentuk mata pencaharian

yang ramah lingkungan telah diinisiasikan forum masyarakat lokal, FKMPP-

Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir, bersama WWF-Indonesia, sejak

tahun 2003. Melalui kegiatan ini diharapkan para nelayan bersedia beralih dari

kegiatan penangkapan ikan yang merusak terumbu karang dan ekosistem laut,

seperti pengeboman dan penggunaan sianida, ke kegiatan mata pencaharian

yang ramah lingkungan.

Page 28: Paper Bali Cultural Anthropology

Dalam menggiatkan mata pencaharian yang ramah lingkungan bagi

masyarakat setempat, WWF-Indonesia tidak berhenti hanya pada

pengembangan budidaya rumput laut. Agar tercipta suatu rantai

bisnis yang utuh, maka WWF-Indonesia juga membantu

memfasilitasi para petani dalam membangun jaringan pasar guna

memasarkan hasil panen rumput laut mereka dengan harga yang

adil.

3. BERCOCOK TANAM DI LADANG

Pada masa bercocok tanam, dengan memperhatikan tipologi tinggalan beliung

persegi di Bali, maka dapat dikatakan bahwa Bali pada masa itu telah

mempunyai hubungan budaya yang luas dengan daerah lainnya di kepulauan

Indonesia maupun di Asia Tenggara (di antaranya Malaysia, Burma, Kamboja,

Thailand, Laos, dan bahkan dengan China dan Formosa), Hubungan yang

demikian luas terjadi akibat adanya migrasi yang disebabkan oleh pencarian

daerah yang lebih subur untuk kepentingan perladangan.

1. Bertani Padi

Bali sebagai salah satu Propinsi di Nusantara Indonesia, masyarakatnya adalah

agraris atau bermatapencaharian sebagai petani dengan wilayah yang relatif

sempit yaitu 563.666 hektar, terdiri dari 80.765 hektar lahan persawahan dan

sisanya 482.901 hektar lahan bukan sawah .Di wilayah Pulau Bali yang

Khususnya daerah persawahan terkenal dengan organisasi yang disebut

Subak yaitu organisasi yang mengatur pengairan di sawah. Masyarakat petani

dalam melakukan aktivitas pertanian di sawah dengan memanfaatkan alat-alat

tradisional yang paling popular disebut bajak, yang mana dalam pengolahan

tanah dibagi dalam tahapan-tahapan kegiatan yaitu untuk menggemburkan

tanah memakai bajak tenggala , untuk membersihkan tanah dari gulma-gulma

memakai bajak jangkar, untuk melumatkan tanah menjadi lumpur memakai

bajak lampit slau dan terakhir untuk menghaluskan tanah memakai bajak

plasah. Setelah permukaan tanah lumpur tersebut halus baru ditanami padi

bulih (tanaman pohon padi yang masih muda), yang mana dalam proses

aktivitas pertanian di sawah ini masyarakat Bali menerapkan sistim kerja

Page 29: Paper Bali Cultural Anthropology

ngajakan (kerja gotong royong/bekerja saling bantu membantu tanpa imbalan

jasa). Selain menanam padi masyarakat Bali yang khususnya tinggal di daerah

pedesaan, juga bertani Jagung, singkong atau umbi-umbian dan kedelai.

2. Berkebun

Selain bertani masyarakat Bali juga membuka lahan untuk berkebun. Tanaman

perekebunan yang menjadi mata pencaharian masyarakat Bali meliputi

tanaman perkebunan karet, kopi (arabika dan robusta), tembakau (rakyat dan

virginia), kakao, lada, vanili dan kelapa dalam. Secara umum, luas areal

perkebunan pada tahun 2003 mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan tahun 2002. Namun demikian ada beberapa jenis tanaman perkebunan

yang mengalami penurunan, seperti kopi robusta, tembakau rakyat dan lada.

4. BERCOCOK TANAM MENETAP

Adapun jenis mata pencaharian bercocok tanam menetap yang dianggap

berpotensi dikembangkan di kawasan Bali Barat adalah budidaya dan

pengolahan cabai pasca panen. Sekitar 45 % sumber pendapatan keluarga

masyarakat pesisir di kedua desa di Bali Barat, Sumber Klampok dan

Pejarakan, didapatkan dari kegiatan bertani dengan cabai sebagai

unggulannya. Dengan bertambahnya opsi kegiatan mata pencaharian yang

ramah lingkungan, selain budidaya rumput laut, maka kesejahteraan

masyarakat semakin terjamin .

Selain itu Komoditas perkebunan di Provinsi Bali juga menjadi mata pencaharian tetap,

lokasinya tersebar namun, untuk beberapa komoditi terpusat di beberapa wilayah

seperti:

•Kopi Arabika terpusat di Kintamani Bangli

•Kakao terpusat di Selemadeg Tabanan

•Kopi Rabusta terpusat di Pupuan, Tabanan

• Jambu Mete terpusat di Kubu, Karangasem

5.PETERNAKAN

Page 30: Paper Bali Cultural Anthropology

Usaha peternakan di Provinsi Bali sebagian besar masih dilakukan secara

tradisional oleh masyarakat. Usaha ini merupakan usaha sambilan atau

sebagai pelengkap usaha lainnya. Sementara itu, populasi ternak dalam

bahasan ini mencakup sapi potong, sapi perah, kambing, domba, babi, ayam

buras, ayam petelur, ayam pedaging dan itik.Populasi ternak sapi potong setiap

tahun mengalami peningkatan sebesar 3,41 persen jika dibandingkan tahun

sebelumnya. Untuk ternak sapi perah, jumlah populasi tahun 2003 hanya 28

ekor turun 48,15 persen jika dibandingkan jumlah populasi pada tahun 2002

yang berjumlah 54 ekor. Hal ini berdampak pada produksi susu yang dihasilkan

Pada tahun 2003 produksi susu mencapai 35,48 ton, sedangkan produksi susu

tahun 2002 mencapai 68,43 ton.

Sementara itu, jumlah populasi untuk ternak kecil tahun 2003 berturut-turut

adalah sebagai berikut, populasi kambing 61.958 ekor, domba 13 ekor dan babi

978.020 ekor. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2002 jumlah populasi

kambing dan domba mengalami penurunan, dimana pada tahun 2002 jumlah

kambing mencapai 73.555 ekor sedangkan jumlah domba 439 ekor.

Sedangkan untuk jumlah babi mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun

2002. Populasi babi di Bali mencapai 978.020 ekor pada tahun 2003 dan

semakin mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya.

6. PERDAGANGAN

Perdagangan di Bali sekarang sudah menjadi mata pencaharian mayoritas

masyarakat Bali, Karena Bali adalah Kota pariwisata maka masyarakat Bali

memanfaatkan segala sarana dan fasilitas untuk berdagang sehingga

memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Bali. Berikut ini adalah Pasar-Pasar

di Kota Bali yang dijadikan tempat berdagang , Pemda Kota Bali sudah

menyediakan sarana maupun Fasilitas berupa tempat-tempat berdagang untuk

Pasar Sukawati

Page 31: Paper Bali Cultural Anthropology

pasar tradisional ini terletak di Kabupaten Gianyar dan sangat terkenal di Bali

maupun luar Bali, karena anda bisa menawar harga, barang yang anda

inginkan. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar sukawati seperti; baju

kemeja, T-shirt, sarong pantai yang disablon dengan ukiran atau gambaran

seni dari Bali, lukisan dan barang kerajinan tangan seperti ; patung

pahat,patung kayu dan kipas Bali. Bila musim ramai di bulan libur sekolah, bus-

bus wisata luar Bali banyak terparkir disepanjang jalan Pasar Sukawati. Pasar

sukawati termasuk salah satu pasar yang terkenal di Bali selain Barang yang

dijual lengkap harganyapun terjangkau.

Galiran-Klungkung

Pasar Galiran Klungkung merupakan pusat pasar di Bali Timur. Pada rahina

pasah (hari pasaran, red), pedagang dari desa-desa bahkan dari luar

kabupaten seperti Karangasem, Gianyar, Bangli tumpah ruah di Klungkung.

Diprediksi, kegiatan di Pasar Galiran Klungkung melibatkan 5.000 orang lebih

setiap pasaran. Sedangkan jumlah pedagang tercatat 1.200 orang.

Tabanan

Bali terdapat sebuah pasar pakaian bekas yang menarik minat masyarakat

lokal, wisatawan domestik dan juga mulai diminati wisatawan asing untuk

datang dan mengunjungi pasar ini. Pasar ini merupakan pasar pakaian bekas

import yang terbesar di Bali disamping banyak lagi pasar pakaian bekas import

yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Banyak orang yang masih tidak

tahu lokasi pasar ini karena terbatasnya publikasi media akan keberadaan

pasar ini. Keberadaan pasar ini lebih banyak tersebar dengan berita dari mulut

ke mulut. Sungguhlah sangat mengagetkan ketika kita menjejakkan kaki

dipasar ini, terdapat berpuluh-puluh ribu jenis pakaian bekas import yang

datang dari Singapore & Jepang

Pasar Kodok

Kenapa disebut Pasar Kodok? menurut informasi para pedagang yang ada di

sana, hal ini terkait karena lokasi persawahan yang menjadi areal pasar

tersebut, pada awalnya merupakan areal yang banyak sekali ditemukan kodok.

Para pedagang ini mendapatkan pakaian bekas tersebut dari para importer

pakaian bekas yang sebagian besar berasal dari wilayah Padang. Biasanya

para pedagang itu akan membeli dalam bal-bal (karung) pakaian bekas yang

sudah disortir terlebih dulu dan dipisahkan sesuai jenis dan kualitas pakaian

Page 32: Paper Bali Cultural Anthropology

bekas itu sendiri. Harga per bal pakaian bekas itu sangat murah, sebut saja

dengan Rp. 2,3 juta/bal bisa diperoleh 1000 pcs pakaian bekas untuk anak-

anak dan dewasa.

Perkembangan Sistem Mata Pencaharian

Perkembangan era globalisasi sangat mempengaruhi Mata pencaharian

penduduk Kota Bali. Bali sudah sangat dikenal di seluruh dunia sebagai pintu

gerbang pariwisata di Indonesia. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap

aset pariwisata yang harus selalu di jaga Budaya serta kelestarian keindahan

alamnya, membuat masyarakat Bali memegang teguh konvensi yang berasal

dari budaya yang juga berasal dari aturan agama Hindu Bali.

Karena perubahan sistem transportasi dan teknologi menjadi lebih maju, mata

pencaharian penduduk Bali juga ikut berubah , misalnya dalam bidang Jasa.

Sebagaian besar penduduk bali memiliki kendaraan sendiri, biasanya minimal

mereka memiliki sepeda motor. Sehingga kendaraan umum kurang tersedia,

kalaupun ada hanya melewati jalan-jalan tertentu dan rutenya terbatas, kecuali

taxi. Jenis kedaraan umum di Bali antara lain :

1. Dokar (Kendaraan dengan menggunakan hewan kuda sebagai alat penarik)

2. Ojek (Kendaraan Umum dengan menggunakan sepeda motor)

3. Bemo (Kendaraan Umum sejenis mikrolet)

4. Bemo dalam kota

5. Bemo luar kota (dengan jenis lebih besar)

6. Taksi

7. Bus antar kota atau kabupaten

8. Bus luar pulau

Untuk transportasi ke luar pulau Bali, tersedia transportasi Udara dan laut.

Seperti pelabuhan Gilimanuk penyeberangan ke Pulau Jawa yang

menggunakan kapal ferry yang memakan waktu antara 30menit sampai 45

menit. Untuk penyeberangan ke Pulau Lombok, penyeberangan laut melalui

pelabuhan Padang Bay menuju Lembar memakan waktu sekitar 4 jam. Juga

kita bisa menggunakan transportasi udara yang dilayani oleh Bandara

Internasional Ngurah Rai.

Page 33: Paper Bali Cultural Anthropology

Bidang Pariwisata

Dalam bidang pariwisata Seperti Pantai Kute dan Sanur Masyarakat Bali

memanfaatkannya sebagai peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan

bekerja sebagai pegawai Restoran,cafe atau membuka usaha restoran atau

gallery, berdagang baju atau pernak-pernik khas Bali, menyewakan tempat

penginapan bagi wisatawan asing, menyewakan pelampung atau papan surfing

sampai penyewaan kapal bagi para wisatawan yang ingin menikmati pantai

Bali. Karen banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Bali,

Penduduk Bali memanfaatkanya dengan cara menjual keahlianya seperti seni

melukis, memahat patung , membuat tatto (body painting) atau menindik (body

piercing) .

Bidang industri

Dalam bidang industri terdapat sebuah usaha kain tenun yang terdapat di

denpasar Bali. Kain hasil tenun adalah kain khas asal bali dengan corak bunga

dengan berbagai warna. Kain tenun ini sangat diminati oleh wisatawan asing ,

umumnya wanita dan remaja perempuan yang bekerja pada usaha kain tenun

ini. Sekarang ini di Bali sudah terdapat mall,swalayan dan Plaza tempat belanja

yang lebih modern sehingga peluang untuk mencari lapangan kerja atau mata

pencaharian bagi penduduk Bali semakin terbuka lebar.

Selain industri kain tenun , jumlah industri pengalengan ikan, industri hasil laut

non ikan, dan jumlah rumah pembenihan mencapai 7 unit, 2 unit dan 24 unit

setiap tahunya. Industri kapal ikan dan perusahaan pengolahan perikanan

masing-masing bertambah satu unit pada tahun 2004. Pada tahun 2003 jumlah

industri kapal ikan sebanyak 3 unit dan untuk jumlah perusahaan pengolakan

perikanan sebanyak 29 unit. Ekspor hasil perikanan berupa bahan makanan

dan bukan bahan makanan naik sebesar 0,30 persen dengan total nilai

sebesar 121.467.850,98 US $.

3.4 ORGANISASI SOSIAL

BANJAR itulah nama organisasi sosial dan adat yg bersifat tradisional yang ada

di Bali. Banjar adalah kumpulan dari beberapa orang yg tinggal disuatu

Page 34: Paper Bali Cultural Anthropology

lingkungan tertentu. Mungkin bisa dikatakan kalau banjar adalah “dusun”.

Banjar memiliki tempat atau sekretariat yg disebut Bale Banjar. Kalau anda

melihat ada bangunan besar dan agak luas terbuka di Bali, ada bale kulkul,

kemudian ada tulisan BR. (xxxx)…itu adalah bale banjar. BR adalah singkatan

dari Banjar.

Anggota Banjar biasanya berjumlah lebih dari 100 orang. Setiap laki - laki

dewasa yg sudah menikah wajib menjadi anggota banjar. Istrinya akan jadi

anggota PKK Banjar tersebut dan anak - anaknya akan menjadi anggota

Karang Taruna (Sekehe Teruna). Syarat menjadi anggota banjar cukup mudah,

seseorang membayar penanjung batu sebagai iuran wajib anggota sebesar

IDR 5.000.- saja. Keanggotaan biasanya dibagi dua, yaitu anggota tetap dan

anggota suka duka. Anggota tetap adalah mereka yang merupakan penduduk

asli setempat, menetap disana dan meninggalnya pun akan di-aben ditempat

itu. Anggota suka duka adalah warga pendatang yang tinggal diarea tersebut

tapi tidak menetap. Biasanya adalah warga yang melakukan tugas kantor

ataupun pendatang yang berkegiatan ekonomi di situ.

Organisasi Banjar sama seperti organisasi lain yg memiliki pengurus atau

PRAJURU. Prajuru ini ada Ketua Banjar yang disebut dengan KELIHAN ADAT

(Kelih=dituakan). Kelihan Adat Banjar dibantu oleh 2 atau 3 orang Kelihan

Tempekan, seorang Penyarikan (sekretaris) dan Bendahara. Untuk

menyampaikan informasi kepada anggota, banjar dilengkapi dengan

Kesinoman (Humas). Organisasi banjar juga mengikuti perkembangan zaman

untuk mempermudah koordinasi. Anggota biasanya dibagi menjadi 2 atau 3

tempekan (group kecil) berdasarkan kedekatan wilayah dan atau umumnya

dipisah berdasarkan jalan raya yang melintas di depan Bale Banjar, tempekan

utara jalan / selatan jalan atau barat / timur jalan. Tempekan ini akan dipimpin

oleh satu kelihan tempekan dan kesinomannya sendiri.

Kegiatan yg dilakukan oleh Banjar lebih banyak kepada kegiatan adat Bali

disamping kegiatan lain yg bersifat umum spt: kerja bakti, pemilu,dll. Secara

umum bisa dikatakan banjar adalah tempat kita bersosialisasi dengan manusia

lain dan melakukan aktivitas sosial sebagai manusia. Jika ada anggota banjar

yang memiliki kegiatan adat dirumahnya seperti menikah atau ngaben bisa

menyerahkan pekerjaan ini kepada banjar. Lalu anggota banjar lain akan siap

Page 35: Paper Bali Cultural Anthropology

untuk membantunya. Karenanya, untuk anggota suka duka tidak dikenakan

kewajiban mengikuti kegiatan adat.

Bale Banjar sebagai aula berkumpul dan beraktivitas warga juga dipakai bisa

dipakai untuk melakukan kegiatan lain yg berkaitan dengan anggota banjar.

Misalnya untuk resepsi pernikahan, pembuatan sarana ngaben, melakukan

pemungutan suara pemilu, dll. Juga bisa dipakai untuk latihan menari buat anak

- anak, latihan bermain gambelan, juga kursus lain yg bermanfaat untuk

anggota. Intinya, Bale Banjar memiliki multifungsi. Tidak jarang bale banjar

dipakai untuk lapangan badminton.

3.5 SISTEM PENGETAHUAN

Ilmu dalam Strategi Kebudayaan Bali

WEDA Sruti, kitab suci agama Hindu itu, adalah sabda Tuhan. Dalam sabta

Tuhan itu terdapat ajaran tattwa atau kebenaran dan konsepsi dasar tentang

Tuhan dan segala ciptaannya. Dalam ajaran suci Weda itu ada juga diajarkan

konsepsi dasar tentang hubungan manusia dengan Tuhannya (Prajapati),

hubungan manusia dengan sesama manusia (Praja) dan hubungan manusia

dengan alam lingkungannya (Kamadhuk). Sabda Tuhan itu diamalkan dalam

kehidupan beragama oleh umat Hindu sesuai dengan batas-batas

kemampuannya. Wujud pengamalan ajaran suci Weda inilah muncul religi

Hindu sebagai salah satu sistem kebudayaan Hindu. Penerapan ajaran tattwa

Hindu tersebut yang diamalkan di Bali inilah yang memunculkan kebudayaan

Bali. Pengamalan tattwa Hindu itu berdasarkan keberadaan Iksha, Sakti,

Desa dan Kala di Bali.

Sistem ilmu pengetahuan adalah salah satu sistem kebudayaan. Ilmu

pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam memadukan

semua sistem kebudayaan. Kebudayaan Bali sebagai perwujudan dari

pengalaman ajaran Hindu mutlak perlu mendudukkan sistem ilmu

pengetahuan itu secara tepat dalam strategi kebudayaan Bali. Kebudayaan

Bali akan menjadi makin melemah tanpa memerankan sistem ilmu dalan

strategi pengembangannya.

Ilmu sosial menurut Prof. Dr. Sondang Siagian teorinya universal. Aplikasinya

yang kontekstual selalu menyesuaikan dengan keberadaan ruang, waktu dan

Page 36: Paper Bali Cultural Anthropology

keadaan masyarakatnya. Demikian juga dalam kaitannya dengan

kebudayaan Bali sebagai wujud empiris dari ajaran agama Hindu.

Kebudayaan Bali seyogianya dijelaskan dan diaplikasikan sesuai dengan

kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Karena itu, tidaklah bisa kita menjelaskan

kebudayaan Hindu di Bali menurut keinginan kita masing-masing. Seperti ada

yang menjelaskan makna penggunaan pisang dalam upacara agama Hindu di

Bali. Kata pisang dinyatakan berasal dari kata ''sang sepi''. Ada juga yang

mengartikan penggunaan sate dalam upacara agama Hindu berasal dari kata

''sat'' dan ''te''. Sat artinya kebenaran dan te artinya teguh. Kata Bhuta dalam

Bhuta Yadnya diartikan tidak melihat. Kalau caru dikatakan berasal dari kata

''cara'' yang diartikan suka ngambek. Suatu saat kata ''cara'' itu diartikan

berbeda-beda. Melasti dinyatakan sebagai prosesi penyucian pratima, ada

juga yang mengartikan ngiring Ida Batara masiram. Padahal dalam lontar

Sunarigama dan lontar Sang Aji Swamandala penjelasan tentang Melasti,

Tawur Kasanga dan Nyepi sudah sangat jelas.

Galungan itu oton gumi. Dalam hal Galungan ini sudah semakin sesuai

pemahaman masyarakat dengan pengertian Galungan dalam teks lontar

Sunarigama. Ada pemuka agama di suatu Pura menjelaskan tujuan upacara

Mamungkah itu untuk menyucikan Ida Batara. Jadinya Ida Batara yang suci

itulah disucikan oleh manusia melalui upacara yadnya.

Penjelasan yang tidak berdasar itu bukanlah dijelaskan di dalam obrolan di

warung kopi, di arena judian, di emper toko atau di arena dagang tuak.

Penjelasan tersebut diutarakan di media yang sangat serius dan bergengsi

seperti di televisi, radio, koran dan media-media lainnya. Cara menafsirkan

berbagai simbol budaya agama Hindu seperti itu tentunya sulit

dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan umumnya maupun ilmu

pengetahuan agama Hindu khususnya.

Penjelasan-penjelasan seperti itu sudah banyak kita buktikan menimbulkan

tradisi beragama yang salah kaprah. Antara konsep di kitab sastranya sangat

bertentangan pengamalannya dalam kehidupan beragama. Seperti tradisi

manak salah, asu mundung, alangkahi karang hulu, sistem varna yang

berdasarkan Guna Karma bergeser menjadi berdasarkan wangsa. Banyak

lagi tradisi pengamalan agama Hindu yang bertentangan dengan konsep atau

tattwanya dalam sastra sucinya. Sesungguhnya kegiatan nyata kebudayaan

Page 37: Paper Bali Cultural Anthropology

beragama Hindu di Bali pada umumnya sudah ada dijelaskan maknanya

dalam lontar atau kitab petunjuknya maupun dalam naskah susastra Hindu

yang tergolong sastra suci.

Kalau semua sumber ilmiah itu buntu atau tidak diketemukan maknanya,

boleh kita menyatakan pendapat atau penafsiran kita sendiri secara jujur.

Sendainya ada pihak lain menemukan pengertiannya yang benar dalam kitab

suci atau kitab sastranya maka pengertian itulah yang dijadikan acuan untuk

menafsirakannya. Seperti pengertian penggunaan pisang misalnya.

Pisang dalam banten umumnya dijadikan rakan banten. Dalam lontar Yadnya

Prakerti dinyatakan ''raka-raka pinaka widyadhara-widyadhari. Dari rumusan

inilah pisang sebagai rakan banten dapat kita jelaskan. Demikian juga kata

caru dalam kitab Samhita Suara yang artinya cantik atau harmonis. Ini artinya

tujuan macaru untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam.

Kata Bhuta dalam Bhuta Yadnya, dalam bahasa Sansekerta artinya unsur-

unsur alam. Karena itu ada istilah Panca Maha Bhuta yaitu pratiwi, apah, teja,

bayu dan akasa. Dalam lontar Agastia Parwa Bhuta Yadnya itu dirumuskan

sebagai berikut: ''Bhuta Yadnya ngaran taur muang kapujan ring tuwuh.

Artinya, Bhuta Yadnya namanya mengembalikan dan melestarikan tumbuh-

tumbuhan.

Dalam Bhagawad Gita III.14 dinyatakan tumbuh-tumbuhan itu sumber

makanan hewan dan manusia. Jadinya upacara Bhuta Yadnya itu sebagai

simbol sakral dalam wujud ritual untuk membangkitkan spiritualitas

memotivasi manusia bertujuan untuk menyejahterakan alam lingkungan, baik

sekala maupun niskala. Jadinya berbagai simbol Hindu itu hendaknya

dijelaskan secara ilmu pengetahuan (Sastratah), untuk menyukseskan

terwujudnya nilai-nilai simbol Hindu di Bali mengantarkan masyarakat

umatnya menguatkan kehidupan individual, sosial dan naturalnya. Karena

nilai-nilai dalam kemasan simbol kebudayaan Hindu di Bali tidak lain dari inti

sari Weda. Karena sering tidak dijelaskan berdasarkan sistem ilmu

pengetahuan maka banyak yang menyimpang

3.6 SISTEM RELIGI

Hindu mendominasi perkembangan sistem religi di Bali, tatanan dan norma -norma Hinduisme masih

terasa sangat kental dalam aspek kehidupan bermasyarakat di pulau dewata ini. Keyakinan umat

Hindu terhadap keberadaan Tuhan/Hyang Widhi yang Wyapi Wyapaka atau

Page 38: Paper Bali Cultural Anthropology

ada di mana-mana juga di dalam diri sendiri - merupakan tuntunan yang selalu

mengingatkan keterkaitan antara karma atau perbuatan dan pahala atau akibat,

yang menuntun prilaku manusia ke arah Tri Kaya Parisudha sebagai

terpadunya manacika, wacika, dan kayika atau penyatuan pikiran, perkataan,

dan perbuatan yang baik. Maka dari itu suasana penuh damai menjadi ciri khas

Bali yang membuat pulau ini menjadi salah satu surga dunia yang terlihat nyata

di bumi nusantara.

Ajaran Hindu yang penuh dengan syarat cinta kasih tanpa memandamg nilai

perbedaan serta menjunjung unsur kehidupan yang seimbang dengan alam

membuat kehidupan di Bali terbentuk menjadi seperti Bali yang sekarang ini,

tidak hanya bernilai eksotis tapi pulau ini memiliki nilai - nilai keagamaan yang

kental untuk membentuk masyarakatnya mencintai alam ciptaanNya.

Upacara keagamaan sebagai bentuk persembahan dan pemujaan kepada Ida

Sang Hyang Widhi Wasa oleh umat Hindu disebut Yadnya atau

pengorbanan/korban suci dalam berbagai bentuk atas dasar nurani yang tulus.

Pelaksanaan Yadnya ini pada hakekatnya tidak terlepas dari Tri Hita Karana

dengan unsur-unsur Tuhan, alam semesta, dan manusia.

Didukung dengan berbagai filosofi agama sebagai titik tolak ajaran tentang ke-

Mahakuasa-an Tuhan, ajaran Agama Hindu menggariskan pelaksanaan

Yadnya dalam lima bagian yang disebut Panca Yadnya, yang diurai menjadi:

1. Dewa Yadnya

Persembahan dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Upacara

Dewa Yadnya ini umumnya dilaksanakan di berbagai Pura, Sanggah, dan

Pamerajan (tempat suci keluarga) sesuai dengan tingkatannya. Upacara

Dewa Yadnya ini lazim disebut sebagai piodalan, aci, atau pujawali.

2. Pitra Yadnya

Penghormatan kepada leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal,

yang melahirkan, memelihara, dan memberi warna dalam satu lingkungan

kehidupan berkeluarga. Masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa roh leluhur,

orang tua dan keluarga yang telah meninggal, sesuai dengan karma yang

dibangun semasa hidup, akan menuju penyatuan dengan Ida Sang Hyang

Page 39: Paper Bali Cultural Anthropology

Widhi Wasa. Keluarga yang masih hiduplah sepatutnya melaksanakan

berbagai upacara agar proses dan tahap penyatuan tersebut berlangsung

dengan baik.

3. Rsi Yadnya

Persembahan dan penghormatan kepada para bijak, pendeta, dan cerdik

pandai, yang telah menetapkan berbagai dasar ajaran Agama Hindu dan

tatanan budi pekerti dalam bertingkah laku.

4. Manusia Yadnya

Suatu proses untuk memelihara, menghormati, dan menghargai diri sendiri

beserta keluarga inti (suami, istri, anak). Dalam perjalanan seorang manusia

Bali, terhadapnya dilakukan berbagai prosesi sejak berada dalam kandungan,

lahir, tumbuh dewasa, menikah, beranak cucu, hingga kematian menjelang.

Upacara magedong-gedongan, otonan, menek kelih, pawiwahan, hingga

ngaben, adalah wujud upacara Hindu di Bali yang termasuk dalam tingkatan

Manusa Yadnya.

5. Bhuta yadnya

Prosesi persembahan dan pemeliharaan spiritual terhadap kekuatan dan

sumber daya alam semesta. Agama Hindu menggariskan bahwa manusia

dan alam semesta dibentuk dari unsur-unsur yang sama, yaitu disebut Panca

Maha Bhuta, terdiri dari Akasa (ruang hampa), Bayu (udara), Teja (panas),

Apah (zat cair), dan Pertiwi (zat padat). Karena manusia memiliki kemampuan

berpikir (idep) maka manusialah yang wajib memelihara alam semesta

termasuk mahluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan).

3. Sistem Mata Pencaharian

Seperti maysarakat Indonesia pada umumnya dalam masa pra sejarah

masyarakat Hindu mulai mencari mata pencaharian untuk menyambung hidup

dengan cara berburu, dilanjutkan dengan bercocok tanam pada masa

pemerintahan Belanda, Bali juga menymbangkan komoditas hasil alamnya

kepada pemerintahan kolonial. Seiring dengan perkembangan zaman yang

memposisikan Bali sebagai objek wisata internasional maka banyak dari

masyarakat Bali yang menggeluti usaha yang berhunhubungan dengan

kelengkapan fasilitas wisata berupa usaha jasa seperti resort dan hotel,

Page 40: Paper Bali Cultural Anthropology

seniman, usaha niaga untuk memasarkan benda - benda karya tangan lokal,

atau usaha jasa personal sepeti pemandu wisata banyak ditemukan sebagai

profesi masyarakat Bali pada umumnya.

3.7 KESENIAN

A. Seni Tari

Seni tari Bali dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

Wali, yaitu seni tari pertunjukan sakral. Jenis-jenis tarian yang terdapat

dalam Wali adalah Berutuk, Sanghyang Dedari, Rejang dan Baris Gede.

Bebali, yaitu seni tari pertunjukan untuk upacara. Jenis tarian yang

termasuk golongan Bebali adalah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang

Wong.

Balih-Balihan, yaitu seni tari untuk hiburan pengunjung. Jenis tarian yang

termasuk golongan ini adalah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged,

serta berbagai koreografi tari moderen lainnya.

a. Tari Kecak

Tari Kecak merupakan salah satu jenis tarian yang paling terkenal di Bali.

Tarian ini diciptakan pada tahun 1930-an. Dimainkan oleh puluhan laki-laki

yang duduk berbaris melingkar lalu menyerukan irama „cak‟ dan mengangkat

kedua tangan mereka sesuai dengan irama.

Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana yaitu saat barisan kera

membantu Rama melawan Rahwana. Kecak sendiri berakar pada tarian yang

dilakukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Kecak pada awalnya adalah tarian religius yang dilakukan selama beberapa

jam pada malam-malam tertentu. Dipercaya tarian ini mampu mengusir setan.

Tarian religius ini sekarang berkembang menjadi salah satu bentuk

pertunjukan untuk para turis Bali.

Tari Kecak dipopulerkan pada tahun 1930an oleh pelukis dan pemain musik

Jerman Walter Spies dan I Wayan Limbak. Tari Kecak kemudian menjadi

sangat terkenal karena usaha Wayan Limbak yang memperkenalkan tarian ini

dengan berkeliling dunia bersama para penari Bali lainnya. Walter Spies

pertama kali terinspirasi untuk menciptakan tarian ini karena ai sangat tertarik

Page 41: Paper Bali Cultural Anthropology

dengan cerita Ramayana. Ia ingin menciptakan sebuah tarian yang

mengabungkan unsur cerita Ramayana dengan tari-tarian.

b. Tari Sanghyang

Termasuk dalam golongan Wali (tari sakral) di Bali. Sanghyang ditarikan

dengan riuh karena adanya roh yang masuk ke tubuh manusia penarinya.

Roh-roh tersebut sangat beragam seperti bidadari, babu hutan, monyet, dsb.

Tarian ini dipercaya dapat membuka komunikasi spiritual antara manusia

dengan alam gaib. Ditarikan dengan nyanyian paduan suara menyanyikan

lagu-lagu pemujaan.

Terdapat tiga tahapan dalam tari ini yaitu Nusdud, yaitu upacara penyucian

medium (orang) dengan asap/api. Kemudian tahap masolah yaitu masuknya

roh ke tubuh medium yang lalu menari. Tahap terakhir adalah ngalinggihang,

yaitu mengembalikan kesadaran medium.

c. Janger

Tarian ini adalah tarian muda-mudi yang biasanya dilakukan 10 pasang

penari. Penari wanita dan pria akan menari dan bernyanyi bersahut-sahutan

dengan lagu yang yang berirama gembira. Tarian ini diiringin gamelan.

Uniknya, Janger dipercaya lahir karena perkembangan tari sanghyang. Selain

itu, tarian ini juga sangat bervariasi tergantung pada daerah masing-masing.

d. Barong

Barong dalam karakter mitologi Bali adalah raja dari roh-roh. Barong

melambangkan kebaikan dari roh-roh ini. Sedangkan kejahatan yang

merupakan lawan dari Barong adalah Rangda. Mitologi Bali ini kemudian

berkembang menjadi tarian yang mengisahkan pertempuran antara Barong

dengan Rangda.

Pada umumnya Barong digambarkan berwujud singa. Namun Barong sendiri

sebenarnya memiliki lima bentuk, yaitu babi hutan, harimau, ular atau naga

dan singa. Barong yang berbentuk singa sangat terkenal karena Barong inilah

yang dijadikan tari untuk hiburan. Tarian Barong menggunakan gamelan

sebagai pembukaan.

Page 42: Paper Bali Cultural Anthropology

e. Tari Pendet

Tarian ini dimainkan oleh para perempuan secara berkelompok atau

berpasangan. Biasanya ditampilkan secara berbarengan dengan tari Rejang

di halaman Pura. Gerakannya dinamis dengan menggunakan pakaian

upacara.

f. Tari Rejang

Sama seperti tari Pendet, tarian ini adalah tarian kaum perempuan.

Gerekannya lemah gemulai dan dilakukan secara berkelompok di halaman

pura. Tari Rejang dikelompokkan berdasarkan:

Status sosial penari

Cara menarikannya

Perlengkapan tarian

g. Tari Legong

Tarian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks. Legong

sendiri berasal dari kata „leg‟ yang artinya luwes dan kemudian diartikan

sebagai gerakan lemah gemulai. Selain „leg‟, Legong juga memiliki asal kata

yaitu „gong‟ yang artinya gamelan. Hal inilah yang membuat Legong

menggunakan gamelan untuk mengiringi tarian.

Ciri khas dari tari legong adalah pemakaian kipas sebagai aksesoris. Legong

sendiri menggunakan lakon-lakon yang terdapat dalam kisah-kisah mitologi

Bali antara lain kisah Prabu Lasem, Kisah Subali Sugriwa, Kisah Burung, dsb.

Penari Legong harus dapat mengikuti suara gamelan yang disesuaikan

dengan gerak tubuh mereka. Hal yang paling khas dalam tarian Legong

adalah saat sang penari menggerakkan tangan dan jari mereka saat

melakukan tarian dan saat mata penari bergerak dari kiri ke kanan.

h. Tari Topeng

Page 43: Paper Bali Cultural Anthropology

Topeng merupakan salah satu bentuk dramatari di Bali yang menggunakan

cerita-cerita sejarah sebagai bahan tarian. Terdapat 2 jenis topeng dalam

tarian ini yaitu:

Topeng Bungkulan, yaitu topeng yang menutup seluruh muka penari

Topeng Sibakan, yaitu topeng yang menutup sebagian muka dari dahi

hingga rahang)

Adapun jenis-jenis dramatari Topeng yang ada di Bali yaitu:

Topeng Pajegan. Ditarikan hanya oleh satu orang yang membawakan

semua peran. Topeng Pajegan memiliki hubungan yang erat dengan

upacara keagamaan sehingga disebut dengan Topeng Wali.

Topeng Panca. Ditarikan oleh empat atau lima orang penari. Masing-

masing memainkan peran yang berbeda-beda.

Topeng Prembon. Menampilkan tokokh-tokoh yang merupakan

campuran dari beberapa dramatari topeng.

B. Seni Vokal

Seni vokal Bali merupakan warisan secara turun temurun dan banyak yang

merupakan karya-karya baru. Seni vokal yang merupakan warisan secara turun-

temurun adalah seni tembang dan seni karawitan.Terdapat 4 jenis seni tembang

dalam masyarakat Bali, yaitu:

a. Gegendingan

Gegendingan merupakan kumpulan berbagai jenis lagu anak-anak yang

bersifat permainan. Menggunakan bahasa Bali dan dilengkapi dengan

permainan setiap kali lagu dinyanyikan. Beberapa lagu berdiri sendiri tanpa

adanya permainan yang mengiringinya.

b. Sekar Agung

Adalah lagu-lagu berbahasa Kawi yang memiliki kaidah-kaidah dalam

menyanyikannya. Sekar Agung dinyanyikan dalam upacara-upacara adat

maupun agama. Salah satu jenis tembang dalam Sekar Agung adalah

Kakawin yang meupakan puisi Bali Klasik. Puisi ini mengambil dasar dari

puisi Sanskerta yang diterjemahkan.

c. Sekar Madya

Page 44: Paper Bali Cultural Anthropology

Merupakan nyanyian lagu-lagu pemujaan yang dilakukan dalam upacara adat

maupun agama. Tembang-tembang dalam Sekar Madya yang paling terkenal

adalah Kidung yang berasal dari Jawa abad XVI sampai XIX.

d. Sekar Alit

Sekar Alit merupakan seni tembang yang terikat oleh hukum Padalingsa yang

terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. Guru Wilang meruapakan

ketentuan yang mengikat jumlah baris dalam lagu serta banyaknya suku kata

dalam setiap barisnya. Guru dingdong adalah hukum yang mengatur jatuhnya

huruf vokal pada tiap-tiap akhir suku kata.

Dalam Sekar Alit terdapat jenis-jenis tembang yang dikategorikan

berdasarkan suasana yang ingin diciptakan, yaitu:

C. Seni Instrumental

Seni instrumental di Bali dikenal dengan seni karawitan, yaitu seni mengolah

bunyi benda (instrumen) tradisional Bali. Di Bali sendiri, instrumen tersebut

dikenal lewat gamelan atau gambelan.

Tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni Karawitan Bali mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Dimulai dari penyebaran gamelan ke seluruh

Bali lalu munculnya komposisi-komposisi Karawitan Bali yang baru, rumit dan

kompleks.

Karena penyebaran gamelan ke seluruh Bali ini, muncul berbagai variasi dalam

memainkan gamelan. Akhirnya, gamelan Bali pun dapat diterima di dunia

Internasional. Gamelan seperti Gong Kebyar, Semar Pagulingan dan Gender

Suasana Jenis Tembang

aman, tenang, tentram Sinom Lawe, Pucung, Mijil, Ginada

Candrawati

gembira, riang, meriah Sinom Lumrah, Sinom Genjek, Sinom

Lawe, Ginada Basur, Adri, Megatruh

sedih, kecewa,

tertekan

Sinom Lumrah, Sinom Wug Payangan,

Semarandana, Ginada Eman-eman,

Maskumambang, Demung

marah, tegang, Durma dan Sinom Lumrah

Page 45: Paper Bali Cultural Anthropology

Wayang tersebar hingga ke Eropa, Australia, Jepang, India, Canada hingga ke

Amerika Serikat.

Saat ini, semakin banyak instrumen Bali yang bermunculan seperti Geguntangan.

Instrumen Bali pun muncul di pertunjukan-pertunjukan besar di dalam maupun

luar negeri.

Seni Karawitan pun dibedakan berdasarkan dua daerah, yaitu Bali Utara dan Bali

Selatan. Perbedaannya terdapat dalam tempo, dinamika dan ornamentasi dari

masing-masing gaya.

Perbedaan antara seni Karawitan Bali Utara dan Selatan:

Daerah/Perbedaan Tempo Dinamika Ornamentasi

Bali Utara Lebih cepat Semakin lama

semakin kecil

terdengarnya

Lebih rumit

Bali Selatan Lebih lambat Semakin lama

semakin keras

Lebih sederhana

Meskipun terdapat perbedaan tersebut, perkembangan seni Karawitan di Bali

nampaknya akan mengalami peleburan menjadi satu. Hal ini dikarenakan para

pemusik Bali sudah mulai menyatu dan mengkolaborasikan seni Karawitan ini. Di

masa mendatang, akan terus bermunculan berbagai jenis instrumen Bali karena

kuatnya keinginan para seniman Bali untuk terus mencoba, mencari dan menggali

ide-ide baru dari budaya mereka untuk mengembangkan budaya baru yang dapat

memajukan kesenian Bali pada umumnya dan seni Karawatian secara khusus.

Dalam seni karawitan, gamelan merupakan alat musik utama masyarakat Bali.

Gamelan dalam masyarakat Bali terdiri dari gamelan angklung, wayang, gong

kebyar, jegog dan joged.

Gamelan Angklung

Permainan gamelan angklung biasanya dilakukan saat upacara-

upacara di pura Bali. Gamelan Angklung bagi masyarakat Bali memiliki

arti yang sentimental dan tidak dapat tergantikan untuk memberi arti

pada upacara adat Bali. Kata angklung sendiri adalah untuk menyebut

alat berupa bambu yang digunakan sebagai media keluarnya bunyi-

bunyian.

Page 46: Paper Bali Cultural Anthropology

Jumlah angklung yang tersedia di desa-desa Bali berjumlah sekitar 1-2

gamelan per desa.

Gamelan Wayang

Pertunjukan wayang di Bali selalu dilengkapi dengan Gamelan Wayang.

Yang menarik dari gamelan wayang ini adalah sang musisi harus

mengikuti cerita wayang kemudian menyesuaikan dengan nada-nada

yang ia keluarkan lewat gamelan. Ia pun harus siap dengan perubahan

mendadak dalam pertunjukan.

Pada pertunjukan wayang umumnya, terdapat 4 pemain gamelan yang

mengiringi. Namun pada pertunjukan khusus, seperti wayang yang

mengisahkan tentang Ramayana, terdapat 4 pemain gamelan disertai

drum, gong berukuran besar dan gong berukuran kecil.

Gamelan Gong Kebyar

Pertunjukan Gamelan Gong Kebyar lahir pada tahun 1920an yang

terinspirasi dari kebebasan individu. Prinsip ini diciptakan oleh penari

Bali bernama Maria dari desa Tabanan yang menarikan koreografer

tarian yang bebas tanpa mengikuti aturan yang telah ada. Dari sinilah,

muncul tari lepas, sebuah tarian yang memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan gerakan. Tari lepas ini kemudian diiringi dengan

permainan Gamelan Kebyar Duduk. Karena perkembangan yang terus

terjadi lewat tari lepas, instrumen gamelan yang mengiringinya pun

makin kompleks sehingga saat ini Gamelan Gong Kebyar pun

digunakan untuk mengirinya. Permainan gamelan ini biasanya

dilakukan saat festival gong. Dilakukan oleh 2 grup dengan jumlah 8

pemain. Festival ini pun sudah dilakukan bertahun-tahun untuk

melestarikan budaya ini.

Gamelan Jegog

Gamelan Jegog diciptakan oleh para musisi lokal Bali dengan

menggunakan bahan dasar berupa bambu. Gamelan ini menggunakan

mambu dengan panjang 3 meter dan diameter 60-65 cm. Karena

ukurannya yang sangat besar, pemain Gamelan Jegog harus duduk di

atas instrumen ini untuk memainkannya.

Page 47: Paper Bali Cultural Anthropology

Gamelan ini biasanya dimainkan saat Mabarung (kompetisi Gamelan

Jegog). Permainan ini paling populer di Jembrana, desa

Tegalcangkering dan Sangkaragung. Setiap malam di desa ini dapat

ditemukan grup Gamelan Jegog yang sedang latihan di jalan-jalan

pedesaan.

Gamelan Joged

Asal mula dari Gamelan Joged dan melodinya adalah sebuah misteri

yang belum diketahui oleh masyarakat Bali hingga sekarang, bahkan

oleh para musisinya. Beberapa lagu yang dimainkan lewat Gamelan

Joged ada yang berasal dari lagu populer Bali dan ada pula yang

merupakan ciptaan para musisi lokal Bali.

Permainan gamelan ini dapat ditemukan di Gianyar dan Sanur saat

malam hari untuk pertunjukan. Biasanya gamelan ini dimainkan untuk

acara pribadi saat keluarga Bali mengadakan acara dalam komunitas

mereka.

D. Seni Patung

Seni patung Bali terdiri dari par\tung-patung bercorak megalitik yang berasal dari

zaman pra Hindu, arca dewa-dewa, patung bertemakan tokoh dari cerita

Ramayana dan Mahabrata.

Seni patung Bali sudah menjadi tradisi yang dirintis oleh I Nyoman Tjokot sekitar

tahun 1940-an. Beliau memanfaatkan akar-akar kayu yang diambil dari bekas

tembangan di hutan yang tidak terpakai.

Hingga sekarang, karya para pematung Bali masih banyak yang menggunakan

bahan-bahan tradisional seperti kayu waru, sonokeling, suar, jati, mahoni,

dsb.Bahkan beberapa pematung Bali menggunakan sisa-sisa kayu untuk bahan

patung mereka. Adapula yang menggunakan kayu setengah terbakar untuk

menimbulkan efek magis.

Meskipun memiliki keunikan dari coraknya, seni patung Bali dibanding jenis

kesenian lainnya kurang berkembang sekarang ini. Pematung Bali jarang yang

ada dikenal dan meskipun banyak karya patung Bali yang sudah menjadi barang

ekspor-impor, namun keberadaan hasil karya mereka banyak yang akhirnya ditiru

oleh bangsa lain.

Page 48: Paper Bali Cultural Anthropology

Contoh terakhir yang membanggakan dari seni patung Bali ada Garuda Wisnu

Kencana.

E. Seni Relief

Batu merupakan sarana yang paling banyak digunakan, biak untuk batu keras,

batu kali aupun batu padas. Seni relief merupakan seni yang memiliki cerita. Hal

ini menyebabkan seni relief biasanya berseri atau memiliki cerita yang saling

berkaitan. Biasanya cerita pada relief merupakan pesan-pesan kebajikan atau

pantangan/dosa yang harus dihindari manusia. Selain itu, terdapat relief yang

dipahatkan di pintu, tiang rumah dan patung-patung bertemakan alam.

Seperti pada relief umumnya, gambaran manusia berburu, memancing dan

sebagainya merupakan salah satu penggambaran yang dapat ditemukan di relief

Bali. Namun keistimewaan dari relief Bali adalah kisah pewayangan yang diambil

dari kisah Mahabharata maupun Ramayana. Relief Bali juga dipengaruhi oleh

ornamen Cina meskipun kebanyakan ornamen-ornamen relief Bali dating dari

Jawa.

Seni relief modern Bali dapat ditemukan di Kabupaten Gianyar yang dibuat oleh

Drs. Kt. Wiasa yang membuat karya relief dari kayu untuk produk interior. Dengan

usahanya, beliau mendapatkan kesempatan untuk mengekspor produk-roduk

relief Bali ini.

F. Seni Drama

Terdapat 2 jenis seni drama di Bali, yaitu:

a. Drama Gong

Drama Gong adalah seni drama Bali yang merupakan campuran antara unsur-

unsur drama modern dengan unsur-unsur tradisional. Karena itu, usia dari

Drama Gong terhitung relatif muda. Nama Drama Gong didapatkan karena

setiap kali pertunjukan drama ini, selalu diiringi dengan gong. Drama ini

diciptakan oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase,

Kabupaten Gianyar sekitar tahun 1966.

Unsur-unsur modern yang terdapat dalam Drama Gong adalah tata dekorasi,

penggunaan sound effect, pelajaran akting dan tata busana. Cerita yang

dilakonkan dalam Drama Gong umumnya merupakan cerita-cerita romantis.

Page 49: Paper Bali Cultural Anthropology

Dalam drama ini, para pemain menggunakan baju tradisional Bali.

Pementasannya biasa saat upacara adat dan agama yang kemudian

berkembang menjadi drama komersial yang mengharuskan seseorang

membayar tiket untuk dapat menontonnya.

b. Drama Klasik

Drama ini adalah pementasan klasik dari cerita-cerita pewayangan Bali.

Perbedaan antara Drama Klasik dengan Drama Gong adalah penggunaan

gamelan. Jika pada Drama Gong penggunaan gamelan adalah sebagai

pengiring, berbeda dengan Drama Klasik dimana penggunaan gong hanya

sebagai pengisi kekosongan. Selain itu, pemain-pemain gong tidak berada di

panggung, melainkan dibelakang panggung dan tidak terlihat penonton.

Pementasan Drama Klasik sangat singkat, hanya sekitar 2 jam. Berbeda

dengan Drama Gong yang dipentaskan selama seharian. Kostum yang

digunakan pun disesuaikan dengan peran yang dimainkan. Bahasa yang

digunakan adalah bahasa Indonesia dan bias juga dengan Bahasa Bali.

G. Seni Lukis dan Gambar

Seni lukis Bali baru dikenal sekitar abad ke-11, ditemukan oleh Raja Anak

Wungsu. Seni Lukis Bali pada awalnya terlihat pada naskah-naskah kuno yang

menceritakan legenda-legenda.

Fungsi dari seni lukis Bali pada awalnya adalah untuk kepentingan adat,

khususnya di Pura (sebagai hiasan). Selain itu, seni lukis ini juga digunakan untuk

ritual agama, menghias tempat tinggal raja dan untuk balai adat. Lukisan-lukisan

dewa-dewi, cerita Mahabrata dan Ramayana menjadi tema lukisan-lukisan pada

awal abad ke-11 ini. Kemudian tema lain pun digunakan, seperti alam, sejarah,

adat, agama hingga kebudayaan luar Bali dari Jawa, India dan Cina. Pada

perkembangannya, lukisan-lukisan di Bali banyak yang memiliki unsur simbolis

magis dan lukisan-lukisan naturalis.

Dengan masuknya Belanda ke Bali pada awal abad ke-20, seni lukis Bali

mengalami percampuran budaya. Hal ini dibuktikan dengan lukisan-lukisan

pelukis Belanda, Walter Spies yang kemudian unsur-unsurnya banyak yang

menyebar ke pelukis-pelukis Bali. Alhasil, percampuran budaya ini memajukan

Page 50: Paper Bali Cultural Anthropology

seni lukis Bali, membuatnya semakin berkembang dan saling mengisi, terutama

ke gaya lukisan Bali.

Keunikan utama dari seni lukis Bali tidak lain adalah unsur eksotis dan terkadang

diskriminatif yang tentu saja membawa kontroversi. Bali sendiri dipandang

memiliki jalur seni lukis yang sangat berbeda dengan daerah-daerah lain di

Indonesia.

H. Seni Rias

Seni rias di Bali menjadi salah satu daya tarik wisata Bali. Keunikannya terletak

pada kesakralan yang dapat dengan mudah dilihat pada penari-penari Bali. Selain

itu, seni rias Bali juga dapat dilihat pada pegantin-pegantin Bali.

Seni rias Bali mengalami perkembangan yang signifikan namun tetap menunjukkan

keunikannya. Hal ini dilihat dari banyaknya bisnis tata rias Bali yang dikelola oleh

kaum muda Bali. Bahkan ada pula pelajar-pelajar asing yang sengaja datang ke Bali

untuk belajar tata rias Bali. Seni rias ini banyak diminati oleh turis domestik maupun

mancanegara, khususnya mereka yang ingin mengadakan pernikahan.