panduan skill practise introduksi 1.1 2015 2016

Upload: anggajulyanandapradana

Post on 06-Mar-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asfdvsfvdsfadw

TRANSCRIPT

PANDUAN SKILLS PRACTICE

Buku Panduan Skills Practice Blok Introduksi (1.1)Buku Panduan Skills Practice Blok Introduksi (1.1)

PANDUAN SKILLS PRACTICEBLOK INTRODUKSI (1.1)Semester ITahun Akademik 2014-2015oleh :

TIM BLOK INTRODUKSI (1.1)YOGYAKARTA

2015VISI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen

pada kesempurnaan (keunggulan), risalah Islamiyah di bidang pendidikan,

penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran

yang berkualitas di negara-negara maju

MISI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FK UII sebagai Fakultas Kedokteran yang bermutu menghasilkan lulusan

yang bermanfaat bagi masyarakat, menguasai ilmu ke-Islaman

dan mampu menerapkan nilai-nilai Islami serta berdaya saing tinggi,

memiliki keunggulan dalam keislaman, keilmuan, kepemimpinan,

keahlian, kemandirian dan profesionalisme

VISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Terwujudnya Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen

pada kesempurnaan (keunggulan), risalah Islamiyah di bidang pendidikan,

penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah, setingkat dengan Program Studi

Pendidikan Dokter yang berkualitas di negara-negara maju pada tahun 2021

MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

sebagai program studi yang menghasilkan dokter yang bermanfaat bagi masyarakat,

mampu menerapkan nilai-nilai Islami serta berdaya saing tinggi,

memiliki keunggulan dalam keislaman, keilmuan, kepemimpinan, keahlian,

kemandirian dan profesionalisme

DAFTAR ISIHalaman Sampul i

Daftar Isiiii

Tim Blok iv

Keterampilan Belajar I. Note Taking3II. Critical Thinking 7III. Reading13IV. Teknik Penulisan Karya lmiah -------------------------------------------------------17V. Teknik Presentasi 30Keterampilan Medik Dasar-dasar Pemeriksaan Fisik 37TIM BLOK INTRODUKSI (1.1)TA 2014-2015Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Ketua

: dr. Ika Fidianingsih,MSc

Anggota

: 1. Prof. Dr. Wiryatun Lestariana, Apt

3. dr. Yenny Dyah C, M.Med.Ed 4. dr. Ranita Parjaman

5. dr. Fajar Alfa Saputra 6. dr. Miranti Dewi P, M.ScKeterampilanBelajar

I. NOTE TAKING (MEMBUAT CATATAN)*Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengaplikasikan teknik mencatat yang baikSalah satu ketrampilan yang mendukung proses independent learning adalah membuat catatan. Ketrampilan dalam membuat catatan secara efisien akan sangat membantu mahasiswa dalam belajar dan mengingat informasi. Saat mencatat, diperlukan ketrampilan untuk memilih mana materi yang penting. Rahasia dari ketrampilan ini adalah berlatih. Mencatat dapat menambah daya ingat kita terhadap suatu materi.

Prinsip dasar adalah bahwa catatan yang efektif akan membantu mahasiswa untuk aktif terlibat dalam suatu materi, mengorganisasinya, memberi kode dan mengintegrasikannya dengan prior knowledge.

Fakta: Beberapa mahasiswa suka menggaris bawah atau menstabilo textbook yang dibacanya, begitu banyak yang distabilo sehingga tidak jelas lagi mana yang poin dan mana subpoin.

Beberapa petunjuk saat kita mencatat:

1. Jangan menulis setiap kata yang kita baca atau yang kita dengar.Pilihlah point utama. Konsentrasi untuk menemukan daging informasi.

2. Catatan sebaiknya terdiri dari kata kunci atau kalimat (yang sangat) pendek.

3. Buatlah catatan yang akurat. Kita sering harus menggunakan kata-kata sendiri, namun jangan sampai merubah pengertian sebenarnya. Jika kita ingin mengutip langsung, maka kutiplah dengan benar.

4. Dont take notes just to be taking notes! Ingat bahwa catatan yang benar akan sangat berguna saat kita membacanya di waktu lain. (jangan sampai bingung sendiri, ini catatan tentang apa sih?

5. Perlu konsistensi jika mempunyai singkatan atau tanda tertentu

6. Hindari catatan yang berisi deskripsi dan penjelasan panjang lebar. Buatlah catatan yang singkat dan to the point.

7. Jangan khawatir jika kita ketinggalan beberapa point (misal saat kuliah)

8. Organisasi catatan di buku atau kertas dengan baik. Jangan campur aduk atau tak jelas dimana kita mencatat sehingga kemungkinan tercecer atau terselip besar.

9. Secara singkat, setelah kita mencatat... baca kembali dan tambahkan jika ada point tambahan atau hal yang kurang jelas. Ingat bahwa kita dengan cepat akan lupa, sehingga tahap ini (yang mungkin hanya butuh waktu 2-5 menit) merupakan hal yang penting!

10. Review catatan kita . Hal ini adalah cara jitu untuk memasukkan poin-poin penting dan hubungan berbagai konsep yang kita pelajari akan masuk dalam memori jangka panjang.

1. Membuat catatan dari membaca textbook

Langkah:

Pertama, baca bagian/bab yang akan dipelajari, baca untuk memahami materi tersebut.

Biasanya kita akan tergoda untuk langsung mencatat saat kita baru membaca suatu materi untuk yang pertama kali, namun ternyata hal tersebut justru kurang efisien. Hal itu karena, kita akan cenderung untuk meng-copi /memindah materi dari buku ke catatan tanpa memahami dengan baik. Teknik ini juga membuat terlalu banyak hal dituliskan.

Kedua, Review materi tersebut

Caranya adalah dengan mencari dan menemukan ide utama serta sub-sub point, kemudian uraikan dengan kata-kata sendiri. Merubah informasi dari textbook menjadi kata-kata sendiri akan memaksa kita untuk lebih aktif terlibat dan memahami materi tersebut.

Ketiga, Tuliskan ide parafrase dalam langkah kedua sebagai catatan kita

Jangan sekedar meng-copi informasi, tambahkan detail seperlunya. Akan lebih baik jika langkah ke-3 ini menerapkan concept mapping.

2. Membuat catatan dari jurnal penelitian

Membuat catatan secara efisien adalah hal yang sangat esensial karena informasi yang tersedia baik cetak maupun elektronik sangat sangat banyak dan beragam. Strategi membuat catatan yang baik akan sangat membantu dalam pemahaman apa yang kita baca dan juga menghemat waktu, serta mengurangi frustasi karena belajar.

Tiga prinsip dalam membuat catatan adalah sebagai berikut:

Pertama, Ketahui ide-ide yang ingin kita catat

Fokuskan perhatian kita pada topik utama sebelum lebih ke hal yang rinci. Dengan demikian, untuk selanjutnya saat membaca kita dapat menyortir hal yang perlu kita ketahui dan yang tidak.

Kedua, jangan menuliskan terlalu banyak

Ekspresikan dalam kalimat sendiri, jangan sekedar menuliskan kembali. Catatlah, hanya hal-hal yang relevan dengan fokus kita pada topik tersebut, dan simpulkanlah, bukan sekedar meng-copinya. Pilih ide terpenting dan tuliskan sebagai judul, kemudian lengkapi dengan beberapa sub-point.

Jangan terlalu tergantung pada menggarisbawahi atau men-stabilo.

Ketiga organisasikan catatan dengan cerdas

Jika perlu buat direktori melalui program computer. Kelompokkan secara efisien. Pada buku/ kertas catatan kita, beri ruang yang cukup untuk menuliskan komentar (dengan own words) dan pertanyaan, atau link.3. Membuat Catatan Kuliah

Kadang, mahasiswa mengira bahwa dengan memahami apa yang dikatakan oleh dosen saat kuliah akan berarti bahwa dia akan mengingat semuanya. Beberapa alasan mengapa kita perlu mencatat saat kuliah adalah:

memberi motivasi untuk mendengarkan kuliah dan mengetes pemahaman kita terhadap suatu materi

saat kita mereview catatan kita lebih dapat menangkap hal-hal penting dari informasi

Catatan pribadi lebih mudah diingat dibandingkan teks

Menuliskan point-point penting akan membantu kita dalam mengingat

Dosen seringkali memberikan tanda jika ada hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat oleh mahasiswa. Tanda itu dapat berupa:

menuliskannya di papan tulis (sedangkan presentasinya menggunakan LCD)

pengulangan (repetisi)

Penekanan, dapat melalui tekanan suara atau bahasa tubuh. Juga dapat dilihat dari lamanya waktu dosen untuk menjelaskan hal tersebut.

Sinyal berupa kata misalnya terdapat dua poin penting......, Kesimpulannya.....

DsbBeberapa tips mencatat kuliah:

1. Buatlah catatan yang singkat

2. Buatlah catatan dengan kata-kata sendiri, kecuali untuk menuliskan: formula, definisi, atau fakta yang spesifik

3. Gunakan bentuk outline atau sistem penomoran.

4. Indentasi (perbedaan ketukan masuk) sangat membatu membedakan poin dan subpoin.

5. Jika kita lupa terhadap suatu statemen, tulis kata kuncinya, beri sela tempat dan cari informasinya di lain waktu.

6. Tidak perlu menggunakan semua ruang halaman kertas atau buku. Berikan sela tempat untuk mengoordinasi catatan dengan teks setelah kuliah usai (bisa juga beri tempat di samping kertas untuk menuliskan key wors atau beri tempat untuk menuliskan kesimpulan)

7. Beri tanggal pada catatan kita.

HEMAT WAKTU DALAM MENCATAT KULIAH

Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa dia berencana untuk menuliskan kembali atau mencatat setelah kuliah berakhir. Hal ini jelas akan sangat menyita waktu sehingga akan lebih baik jika : DO IT RIGHT THE FIRST TIME!

Beberapa mahasiswa juga mencoba untuk membuat catatan dengan system steno (menulis cepat). Untuk seorang notulen/sekretaris, steno sangat berguna namun tidak untuk mahasiswa. Hal ini karena, tulisan dalam bentuk steno tidak dapat langsung berguna sebagai catatan, namun harus dituliskan kembali (transcribe). Transcribing sangat menyita waktu dan lebih bersifat deskriptif. Akan lebih efisien jika kita buat catatan asli yang dapat digunakan untuk belajar kembali (reciting)

SISTEM CORNELL

Cornell notes adalah suatu system untuk membuat dan menggunakan catatan yang ditujukan untuk meningkatkan active learning.

METODE MIND MAP

Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mudah dan berdaya guna.

Prinsip-prinsip pembuatan mind map

.

Check-list penilaian mind map

NoItemKriteria

1Kerapian dan PenyajianMind map disajikan dengan baik dan semua informasi mudah dipahami

2Penggunaan Gambar atau simbolHampir seluruh kategori diperjelas dengan simbol sederhana atau diagram

3Penggunaan warnaTelah menggunakan warna untuk menunjukan seluruh koneksi dan atau untuk mengkategorikan topik dikeseluruhan mind map

4PemahamanMind map menunjukkan pemahaman menyeluruh pada mind map dengan memasukkan setidaknya 3 (3) elemen untuk tiap kategori

DAFTAR PUSTAKA :

Buzan, T. 2006. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia.*oleh dr. Riana Rahmawati M.Kes

II. CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)*Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep berpikir kritis ( critical thinking)Pengertian Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Critical thinking di kesehatanCritical thinking sangat erat kaitannya dalam bidang kesehatan terutama profesi dokter. Critical thinking diperlukan ketika seorang dokter memecahkan masalah pasien (problem solving). Critical thinking sangat penting untuk diaplikasikan ketika seorang dokter memecahkan masalah, dengan cara membuat serangkaian pertanyaan terkait dengan masalah yang ada sehingga ditemukan central issue, menguji kembali alasan yang digunakan dalam memecahkan masalah, dan mencari kejelasan data dalam masalah tersebut. Critical thinking juga menuntun seorang dokter untuk senantiasa melakukan evaluasi ulang terhadap pemecahan masalah yang pernah dilakukannya (Duchscher 1999).

Selain diperlukan ketika memecahkan masalah, critical thinking juga diperlukan ketika seorang dokter melakukan pengambilan keputusan klinik (clinical judgement) (Duchscher 1999). Critical thinking dalam teknik pegambilan keputusan klinik, lebih dikenal sebagai clinical resoning. Dokter melakukan pengambilan keputusan dengan cara berpikir (seperti menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi sekumpulan data pasien) dan dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Proses metakognitif berfungsi mengatur proses berpikir dalam pengambilan kesimpulan, menilai kesesuaian antara data pasien dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga kesimpulan yang diambil akurat, valid dan reliable. Jadi critical thinking merupakan bagian utama dari elemen clinical reasoning yaitu ketrampilan kognitif dan metakognitif (Higgs & Jones 1995).

Critical thinking diperlukan oleh seorang dokter untuk melakukan problem solving dan pengambilan keputusan klinik. Dalam problem solving, critical thinking digunakan sejak menganalisa data sampai mereevaluasi pemecahan masalah yang sudah ada. Sedangkan dalam pengambilan keputusan klinik, critical thinking berperan dalam proses reasoning pengambilan keputusan tersebut yang bisa berupa forward reasoning atau backward reasoning.Tahap berpikir yang banyak diaplikasikan di Indonesia adalah tahap berpikir yang dikemukakan oleh Bloom atau yang lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom (Suciati 2005). Menurut Bloom ada 6 tingkatan dalam proses berpikir sesorang, keenam kategori tersebut adalah:1. Pengetahuan/pengenalan (C1)

Tujuan pada level ini menuntut mahasiswa untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya: fakta, terminologi, rumus, status, strategi pemecahan masalah dsb.

Beberapa contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini misalnya:

Mengidentifikasi

Memilih

Menyebutkan nama

Membuat daftar2. Pemahaman (C2)

Tujuan pada kategori ini berhubungan dengan kemampuan menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui denga kata-kata sendiri.Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

Kata kerja dalam kelompok ini misalnya:

Membedakan

Menjelaskan

Menyimpulkan

Merangkumkan

Memperkirakan3. Penerapan (C3)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Sebagai contoh menyusun kuisioner penelitian untuk penulisan skripsi merupakan penerapan prinsip-prinsip untuk penyusunan instrumen penelitian yang sebelumnya telah dipelajari mahasiswa dalam matode penelitian.

Kata kerja yang dapat digunakan untuk tingkat penerapan, isalnya:

Menghitung

Mengembangkan

Menggunakan

Memodifikasi

Mentransfer4. Analisis (C4)

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidetifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi,hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,prinsip atu prosedur yang telah dipelajari.Sebagai contoh, pembuatan kritik sutu karya literatur atu seni merupakan analisis. Tugas seperti ini memerlukan kemampuan analisis sebab menuntut mahasiswa untuk membuat tanggapan terhadap berbagai aspek seperti tema, plot, derajat realisme dsb serta melihat hubungan diantara aspek-aspek tersebut.

Contoh kata kerja tingkat analisis:

Membuat diagram

Membedakan

Menghubungkan

Menjabarkan ke dalam bagian-bagian5. Evaluasi(C5)

Tujuan ini merupakan tujuan yang paling tinggi tingkatnya, yang mengharapkan mahasiswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan mengevaluasi suatu program video apakah memnuhi syarat sebagia program instruktional yang baik atau tidak merupakan tujuan tingkat evaluasi. Dalam hal ini mahasiswa harus mempertimbangkan dari segi isi, strategi presentasi budaya, karakteristik pengguna, dsb. Disamping itu kriteria program yang baik harus terlebih dahulu jelas bagi mahasiswa.

Kata kerja operasional:

Membuat kritik

Membuat penilaian

Membandingkan

Membuat evaluasi6. Sintesis (C6)

Tujuan ini menuntut mahasiswa untuk mampu mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis essay tentang Perwujudan Bhineka Tunggal Ika dalm Masyarakat Indonesia merupakan contoh sintesis. Dalam hal ini mahasiswa harus melihat berbagai aspek sosial, budaya dan ekonomi dalam kelompok etnik. Misalnya: sitem kekerabatan, sistem keagamaan dsb, dan kemudian membandingkan perwujudan berbagai aspek tersebut dalam membuat kesimpulan.

Contohkata kerja operasional:

Menciptakan

Mendesain

Memformulasikan

Membuat prediksiKemampuan untuk berpikir kritis bisa di induksi dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan terhadap sebuah fakta atau opini, dan kemudian dibarengi dengan upaya untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut.Semakin sering seseorang menchallenge dirinya dengan pertanyaan, maka orang tersebut akan semakin terlatih kemampuan berpikir kritisnya asalkan dibarengi dengan upaya mencari jawaban atas pertnyaanya itu.

Berikut lampiran contoh pertanyaan yang bisa untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Pada lampiran ada contoh-contoh pertanyaan, dan kemungkinan ketrampilan berpikir yang bisa diinduksi. (Contoh ini bukanlah contoh baku, bisa dikembangkan sesuai fakta atau opini atau fenomena yang ada)

Pemandu Pemikiran Kritis

Pertanyaan-pertanyaan generikKetrampilan berfikir khusus

yang diinduksi

Apa saja kekuatan-kekuatan dan Analisis/Pengambilan

kelemahan-kelemahan kesimpulan

dari ?

Apa perbedaan antara Pembandingan -

dengan ?pembedaan

Jelaskan mengapa .? Analisis

(Jelaskan bagaimana )

Apa yang akan terjadi jika ?Prediksi/membuat hipotesis

Apa hakekat dari . ?Analisis

Mengapa..terjadi? Analisis/pengambilan kesimpulan

Apa satu contoh baru Aplikasi

mengenai ..?

Bagaimana dapat Aplikasi

digunakan untuk ?

Apa saja implikasi-implikasi Analisis/Pengam-

dari .? bilan kesimpulan

Apa saja yang dapat

Identifikasi dan

dianalogikan dengan .?

penciptaan analogi serta metapora

Apa yang telah kita ketahui Pengaktifan

tentang ?Pengetahuan

lampau

Bagaimana . Analisis hubungan

mempengaruhi .. ?sebab-akibat

Bagaimana . berhubungan Pengaktifan

dengan apa yang telahpengetahuan

kita pelajari sebelumnya ?lampau

Apa artinya ?Analisis

Mengapa . bersifat penting ?Analisis signifikansi

Bagaimana kesamaan Pembandingan-

dan ..?pembedaan

Bagaimana .. diterapkan Aplikasi pada dunia

dalam kehidupan sehari-hari ?nyata

Apa argumen yang Bantahan terhadap

bertentangan dengan ..?pendapat

Apa yang terbaik Evaluasi dan

mengenai .. ? Mengapa ?penyediaan bukti

Apa satu pemecahan terhadap Sintesis ide-ide

problem ?

Bandingkan dengan Pembandingan-

dalam hal ?pembedaan

Apa pendapat anda penyebab-Analisis hubungan

penyebab ?Mengapa?sebab-akibat

Apakah anda setuju/tidak setuju Evaluasi dan

dengan pendapat.?penyediaan bukti

Bukti apakah yang mendukung

pendapat anda ?

Cara lain apa untuk Pengambilan

meninjau .?perspektif lain

(King 1995)DAFTAR PUSTAKA:

Fisher, A. 2006. Critical thinking an introduction. Cambridge: Cambridge University Press.King, A. 1995. Inquiry minds really do want to know: Using questioning to teach critical thinking. Teaching of Psychology 22(1):13-17.

Suciati. 2005. Taksonomi tujuan instruksional. Jakarta: PAU-PPAI, Dirjen DIKTI.*oleh dr.Umatul Khoiriyah,M.Med.EdIII. READING*Tujuan belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan dan dapat mengaplikasikan cara membaca yang efektifDalam sistem belajar dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL), mahasiswa dituntut untuk selalu aktif dalam belajar dan mencari sumber informasi belajar. Sumber informasi belajar dapat berasal dari buku teks maupun dari jurnal-jurnal hasil penelitian ilmiah. Dalam proses belajar mandiri itulah, mahasiswa ditutut untuk memiliki kemampuan membaca yang memadai agar dapat dengan mudah memahami informasi yang didapatkan selama proses belajar mandiri tersebut.

Seperti telah diketahui, membaca adalah aktivitas yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar aktivitas yang berbeda-beda. Dalam membaca, seorang idividu minimal harus menggunakan mata dan otak untuk melihat, mengamati, berpikir, berkhayal dan mengingat-ingat, sehingga akan muncul pemahaman yang baik dari apa yang telah dibaca. Bahkan pada beberapa individu yang lain, selain mata dan otak, juga digunakan gerak bibir dan tangan untuk membantu proses membaca tersebut.

Dulu, pada waktu seorang anak belajar membaca, ia akan mulai belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, melafalkannya dan kemudian membedakannya dari kata-kata yang lain. Setelah itu, ia akan mulai membaca secara struktural dari kiri ke kanan dan mengamati satu demi satu susunan kata-kata yang ada dalam suatu kalimat. Pada waktu itu, anak belum mampu untuk mengubah arti kata dan susunan kata-kata yang ada pada suatu kalimat. Akibatnya kecepatan mambaca seorang anak sangatlah lambat.

Tanpa disadari, kebiasaan membaca sejak masa kanak-kanak tersebut dibawa hingga seseorang dewasa. Selain itu, ada beberapa hambatan lain yang belum diatasi sehingga kecepatan membaca menjadi berkurang. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

1. Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara (menggumam) akan sangat memperlambat proses membaca, karena dengan bersuara berarti kita mengucapkan satu demi satu kata dengan lengkap. Selain itu kita akan terperangkap untuk selalu membaca satu demi satu struktur kata dalam suatu kalimat dengan lengkap.

Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, cobalah membaca dengan diam atau meniupkan udara (seperti bersiul) sementara membaca dan meletakkan tangan di leher sampai tidak timbul getaran.

2. Gerakan Bibir

Membaca dengan menggerakkan bibir atau komat-kamit sama lambatnya dengan membaca bersuara walaupun tidak mengeluarkan suara. Dengan membaca sistem ini, seseorang akan lebih sering melakukan regresi (kembali ke belakang), sebab ketika mata dapat dengan cepat bergerak maju, tetapi suara dan gerakan bibir kita masih tertinggla di belakang. Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut kita dapat membaca sambil mengunyah permen karet, atau bersiul, atau mengatupkan bibir kuat-kuat dan menekan lidah ke langit-langit mulut.

3. Gerakan Kepala

Semasa kanak-kanak lapang pandang kita sangatlah terbatas. Akibatnya ketika membaca, kita harus menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Ketika dewasa, medan penglihatan manusia telah berkembang secara optimal, sehingga seharusanya untuk membaca satu baris secara penuh, cukup mata saja yang bergerak tanpa diikuti gerakan kepala.4. Menunjuk dengan Jari

Kebiasaan menunjuk dengan jari sewaktu membaca dilakukan dengan tujuan ketika membaca tidak ada kata-kata yeng terlewatkan. Ini bisanya dilakukan sewaktu masih belajar membaca dan terbawa hingga seseorang dewasa. Hal ini akan sangat menghambat kecepatan membaca karena gerakan tangan biasanya lebih lambat dari gerakan mata. Untuk itu ketika membaca usahakan kedua tangan memegang bahan bacaan sehingga tidak lagi menunjuk bahan bacaan dengan jari.

5. Regresi

Regresi dalam membaca adalah bentuk kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata atau beberapa kata yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini tidak boleh karena dengan regresi kita sering mengacaukan susunan kata-kata sehingga dengan sendirinya akan mengacaukan arti dalam suatu kalimat.

Kebiasaan regresi ini sering terjadi karena kurang percaya diri, merasa kurang tepat menangkap arti, merasa kehilangan sesuatu atau salah baca atau salah ejaan sebuah kata. Padahal selama arti ataupun maksud yang terkandung dalam suatu kalimat itu masih dapat kita tangkap dan kita pahami, kesalahan ejaan yang ada pada bahan bacaan ataupun kesalahan baca tidak akan memberikan perbedaan yang bermakna.

Selain itu, kebiasaan regresi sering muncul karena kita kurang konsentrasi dalam membaca. Sehingga secara mental kita mengerjakan hal lain di tempat yang lain sementara itu kita sedang membaca.

6. Subvokalisasi

Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin kata-kata yang telah dibaca juga bisa menghambat kecepatan membaca kita. Hal ini disebabkan konsentrasi kita menjadi terpecah. Kita akan lebih memperhatikan bagaimana melafalkan dengan benar kata-kata yang telah kita baca daripada mengambil ide dan memahami setiap ide yang ada pada bahan bacaan yang telah kita baca.

Dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yng terjadi selama proses membaca itu, maka kita akan mampu dengan mudah menangkap arti, ide dan konsep yang terkandung dalam setiap bahan bacaan yang telah kita baca.

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite and Review)

Salah satu metode yang banyak digunakan dalam membaca sebuah literatur adalah metode SQ3R. Metode ini berisi langkah-langkah yang dapat digunakan dalam proses membaca yang meliputi Survey, Question, Read, Recite, Review.

a. Survey

Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat memperoleh gambaran umum dari literatur yang akan kita baca. Hal ini dilakukan dengan cara sebelum membaca, kita lihat dulu judul, sub judul, gambar-gambar maupun ringkasan dari literatur yang akan kita baca. Setelah hal tersebut dilakukan, kita akan dapat memperoleh gambaran kasar mengenai literatur yang akan kita baca tersebut. Sehingga nantinya kita dapat menentukan apakah literatur itu yang kita cari ataukah bukan sebelum kita memutuskan untuk meneruskan membacanya.

b. Question

Pada langkah ini kita dituntut untuk membuat daftar pertanyaan yang nantinya akan kita cari jawabannya dalam literatur yang akan kit abaca. Hal ini dilakukan agar kita bisa lebih fokus dalam membaca dan lebih mempermudah kita dalam memahami setiap konsep yang disampaikan penulis melalui literatur yang kita baca. Selain tu, adanya daftar pertanyaan bisa memberikan motivasi tambahan kepada kita karena daftar pertanyaan itu bisa menjadi tujuan yang harus kita capai selama proses membaca.

c. Read

Pada langkah ini ada dua komponen penting yang harus diperhatikan, yaitu membaca secara selektif dan membaca secara kritis. Membaca secara selektif adalah ketika kita dalam proses membaca, kita juga menyeleksi dan mengklasifikasi konsep-konsep yang ada pada literatur. Penyeleksian dan klasifikasi konsep tersebut kita wujudkan dalam bentuk keyword (kata kunci) yang dapat kita gunakan untuk lebih mempermudah kita dalam memahami isi dari literatur dan mempermudah kita ketika kita ingin membaca lagi literatur tersebut di kemudian hari.

Adapun membaca secara kritis adalah selama proses membaca kita harus selalu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi dan konsep dari literatur. Pertanyaan yang timbul itu kemudian kita cari jawabannya di dalam literatur tersebut ataupun dalam literatur lain yang menjadi sumber rujukan (daftar pustaka) dari literatur tersebut.

d. Recite

Setelah proses membaca ( read ) selesai, kita lalu mencoba untuk mengulang lagi konsep yang telah kita dapat dan kita baca dengan menggunakan bahasa kita sendiri. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah kita pahami. Selain itu kita juga diperbolehkan untuk membuat catatan mengenai apa yang telah kita baca. Catatan itu boleh dalam bentuk skema, mind mapping, maupun daftar poin-poin penting dari literatur yang telah kita baca. Tujuannya untuk lebih mempermudah kita memahami konsep yang ada pada literatur dan mempermudah kita dalam mengingat kembali literatur yang telah kita baca.

e. Review

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana dalam tahap ini kita mencoba untuk menyimpan konsep yang telah kita baca pada literatur dalam long term memory kita. Hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan cara membaca kembali catatan yang telah kita buat yang merupakan rangkuman konsep yang ada pada literatur yang telah kita baca.

DAFTAR PUSTAKA

Maxwell, M. 2001. Reading Your Textbooks Effectively and Efficiently. [Online] http://www.dartmouth.edu/acskills/success/reading.htmlSoedarso. 2000. Speed reading : Sistem membaca cepat dan efektif. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Tama.*oleh dr. Riana Rahmawati, M.Kes

IV. TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAHTujuan belajar : mahasiswa dapat mengaplikasikan pembuatan tulisan karya ilmiah yang benar1. PENDAHULUAN

Teknik penulisan karya ilmiah perlu mengikuti suatu aturan yang berlaku. Terdapat dua cara yang dapat diikuti, yaitu model Turabian (1973) dan model American Psychological Association [APA] (1988). Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah ibid, op cit, dan loc cit. Apabila pengetikan masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena harus selalu menghitung catatan kaki.

Cara yang lebih praktis, adalah menggunakan model yang ditetapkan oleh APA. Model APA tidak menggunakan catatan kaki tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun penerbitan. Dengan model APA ini kunci referensinya adalah pada daftar pustaka. Oleh karena itu, penunjukkan referensi dalam uraian dan daftar pustaka harus bersesuaian. Setiap nama yang merupakan referensi dalam uraian harus muncul pada daftar pustaka.

2. TATA TULIS

Penulisan ilmiah disamping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulisan harus sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) edisi kedua berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 1620 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 46 Maret 1991.

Disamping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah, antara lain yaitu cara mengutip, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan.

Kutipan

Mentaati etika ilmiah dengan menyebutkan sumber kutipan akan menghindarkan diri dari perbuatan melakukan plagiasi.

Kutipan Langsung

Kutipan langsung (direct quotation) adalah kutipan hasil penelitian, hasil karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya sama persis dengan teks aslinya (yang dikutip). Dalam merujuk sumber kutipan di teks utama, sebutkan referensinya dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halamannya.a. Kutipan langsung pendek

Kutipan langsung pendek jika jumlah kata kutipan tidak lebih dari tiga baris. Kutipan tersebut diketik langsung ke dalam teks dengan meletakkannya diantara tanda petik. Contoh :

b. Kutipan langsung panjang

Kutipan langsung panjang jika jumlah kutipan lebih dari tiga baris ketikan. Kutipan diketik pada garis baru, sejajar dengan awal alenia baru, berjarak satu spasi, dan tanpa tanda petik. Contoh :

c. Jika kutipan memakai bahasa asing, kutipannya ditulis dalam huruf miring. Contoh :

d. Jika mengutip bukan dari buku atau sumber aslinya, melainkan dari pengarang lain (mengutip sebuah kutipan), maka tambahkan kata dalam ketika menyebut referensinya. Contoh : Darmawan menulis sebuah makalah dan di dalam makalahnya mengutip pendapat Shah Ira; penulis kemudian mengutip pendapat Shah Ira yang terdapat dalam makalah Darmawan. Maka penulisan referensinya

sebagai berikut :

Kutipan yang menggunakan kutipan langsung terlalu panjang akan menimbulkan kesan kalimat buku atau sumber yang dikutip menjadi dominan dan posisi penulis yang mengutip menjadi tidak jelas. Kutipan yang panjang jarang bisa dibenarkan, dan sering menyebabkan pembaca tidak bisa mengingat gagasan siapa yang sedang dibicarakan. Hal ini berarti bahwa, kutipan langsung yang panjang tidak sering digunakan kecuali tanpa alasan yang spesifik. Umumnya kutipan langsung digunakan bila :

Sumber bacaan memaparkan pendapat yang kontroversial atau mengejutkan (suprising).

Kata-kata dari sumber bacaan diungkapkan secara ringkas dan sangat meyakinkan, sehingga tidak mungkin lagi untuk memperbaiki kata-kata itu.

Kata-kata dalam kutipan untuk mempertegas dan memperkuat kepentingan ide utama penulis, yang dibuat dengan kata-kata penulis sendiri.

Perubahan yang dilakukan melalui parafrase dapat menimbulkan kesalah-pahaman atau kesalah-penafsiran. Misalnya dalam mengutip kata-kata dalam hukum atau perundang-undangan, menyatakan asumsi-asumsi yang ada di balik prosedur statistik, atau dari publikasi pemerintah.

Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung (indirect quotation)merupakan kutipan hasil penelitian, hasil karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya tidak sama dengan teks aslinya, melainkan menggunakan bahasa atau kalimat penulis atau peneliti sendiri. Dalam pengutipan ini, sumber rujukan harus disebutkan, baik dengan nomor halaman atau tanpa nomor halaman.

Terdapat dua jenis kutipan tidak langsung, yaitu :

1. Kutipan dengan meringkas, menyimpulkan, atau merujuk pokok-pokok pikiran orang lain.

2. Melakukan parafrase, yakni pengubahan struktur atau susunan kalimat aslinya menjadi kalimat lain tanpa mengubah isi atau substansi kalimat atau alinea.Secara umum ada sejumlah tahap yang dapat diikuti untuk melakukan parafrase secara efektif :

Baca dan baca kembali bagian kalimat dari sumber asli yang hendak dikutip agar sungguh-sungguh memahami artinya Kesampingkan bagian kalimat dari sumber asli di atas, dan tulislah kalimat atau kata-kata sendiri dalam sebuah kartu catatan Periksa kembali susunan kalimat yang anda buat dengan susunan kalimat aslinya untuk memastikan bahwa susunan kalimat yang anda buat secara akurat mengungkapkan semua informasi penting dalam sebuah bentuk yang baru. Catat sumber bacaan (termasuk halaman) dalam kartu catatan sehingga anda dapat menyebutkan secara mudah jika anda memutuskan untuk memasukkannya ke dalam tulisan anda.Di bawah ini terdapat sebuah teks dan tabel yang menampilkan cara mengutip informasi.

Contoh berikut ini merupakan percobaan yang baik dalam membuat parafrase karena gagasan utama dari materi asli dan memberikan bukti tentang pemahaman:Osteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang berdasarkan penyebabnya dibedakan atas tipe I dan tipe II. Tipe I (postmenopause) disebabkan defisiensi estrogen, sedangkan tipe II (senile) karena penuaan. Pada keadaan ini tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur

Contoh lain :

Kalimat asli :

Hakikat ketidakpuasan kerja industri atau klerikal tidak lagi diperselisihkan. Karyawan dewasa ini lebih menyukai tingkat keterlibatan yang lebih besar dalam pekerjaan mereka daripada yang diduga sebelumnya. Banyak dari mereka yang semakin menginginkan pengaturan diri sendiri dan kesempatan untuk memberikan kontribusi yang besar terhadap organisasi (Schule, Dowling,& Smart, 1988:17)

Parafrase yang diperkenan, yaitu :

Menurut Schuler, Dowling dan Smart, (1988), dewasa ini pada umumnya diterima bahwa hakikat sebagian pekerjaan yang rutin, terutama kerja industrial dan klerikal, adalah tidak memuaskan. Sesungguhnya disarankan bahwa pekerja menginginkan lebih banyak partisipasi dan pengaturan diri sendiri dalam rangka memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap organisasi.

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN

Pemilihan atau penggunaan bahasa merupakan hal yang sangat krusial dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini agar karya tulis dapat dipahami oleh pembaca. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa Indonesia baku sebagaiman termuat dalam Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD).Di bawah ini akan kita bahas beberapa hal yang harus diperhatikan, karena sering terjadi kesalahan penulisan.1. Pemakaian Huruf Kapital

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

Dia pergi ke pasar

Kita harus rajin belajarb. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung

Misalnya :

Dosen menasihatkan, Rajinlah belajar!

Kemarin engkau terlambat, katanya.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan

Misalnya :

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, sebagaimana hamba-Mu yang saleh

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang

Misalnya :

Dia baru saja diangkat menjadi sultan

Tahun ini ia pergi haji

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat

Misalnya :

Perdana Menteri Adam Malik

Profesor Ismadi

Gubernur DIY

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan nama pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya :

Sebuah propinsi dipimpin oleh gubernur

Siapakah profesor yang akan dikukuhkan besok?

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang

Misalnya :

Sayuti Melik

Cut Nyak Dien

g. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa

Misalnya :

Ani sedang belajar bahasa Indonesia

Pelajaran bahasa Inggris mulai dikenalkan sejak Sekolah Dasar

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya :

Wajahnya keinggris-inggrisanh. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah

Misalnya :

Pada tahun 2008 hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Senin

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi

Misalnya :

Asia Selatan

Kali Code

Pantai Parangtritis

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri

Misalnya :

Pergi ke arah selatan

Mandi di kali

Berenang di pantai

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya :

Dewan Perwakilan Rakyat

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi

Misalnya :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Saya telah membaca buku La Tahzan

Bacalah buku Jalan Lain ke Roma

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Bila kata penunjuk tersebut tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan, maka tidak perlu ditulis dengan huruf kapital

Misalnya :

Surat Bapak sudah saya terima

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita2. Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikuti dalam tulisan

Misalnya :

Buku Fisiologi Kedokteran karangan Guyton

Menurut surat kabar Ibnu Sinab. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya :

Nama ilmiah mengkudu adalah Morinda citrifolia3. Penggunaan awalan di dan ke harus dibedakan dengan fungsi di dan ke sebagai kata depan.

Penggunaan di dan ke disebut sebagai kata depan jika digunakan untuk menunjukkan tempat, penulisannya dipisah dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan di dan ke sebagai awalan bila tidak menunjukkan tempat, penulisannya digabung dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat dari perspektif politik, Kepala Desa yang dipilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih besar dibanding Kepala Desa yang ditunjuk. Hal ini karena arus aspirasi otonom dari bawah ke atas mengalir deras.4. Penulisan Lambang Bilangan

a. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :

Bilangan utuh

Misalnya : 22dua puluh dua

222dua ratus dua puluh dua

2222dua ribu dua ratus dua puluh dua

Bilangan pecahan

Misalnya : 1/2setengah

3/4tiga perempat

1/16seperenam belas

b. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan

Misalnya :

Ani membaca buku itu sampai empat kali

Ibu membuat empat ratus nasi kotak

Di halaman parkir ditempati 50 mobil, 100 sepeda motor, dan 3 bus.

c. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya :

Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu bukan 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.5. Penulisan Huruf Serapan

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adalah sebagai berikut :

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerobe

aerob

aerodinamics

aerodinamika

ae jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin

hemoglobin

haematite

hematitau tetap au

audiogram

audiogram

hydraulic

hidraulik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k

construction

konstruksi

classification

klasifikasi

crystal

kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s

central

sentral

cylinder

silinder

circulation

sirkulasi

kh (Arab) tetap kh

khusus

khusus

akhir

akhir

6. Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda Titik (.)

1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

Misalnya : Ayahku tinggal di Jawa Timur

2) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu

Misalnya :

Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

Misalnya : Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.565 orang

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah

Misalnya : Dia lahir pada tahun 1945 di Padangb. Tanda Koma (,)

1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan

Misalnya :

Saya membeli kertas, pena, dan penghapus

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkanMisalnya :

Didi bukan anak Pak Toni, melainkan anak Pak Kasim

3) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.Misalnya :

.....Jadi, kita akan berangkat bersama-sama dari kampus

.....Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri sebelum ujian berlangsung.

c. Tanda Titik Koma (;)

1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara

Misalnya :

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga

2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk

Misalnya :

Ayah mengurus ayamnya di kandang belakang rumah; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik belajar bahasa Indonesia di kamar; saya sendiri menyapu dan membereskan rumah.d. Tanda Titik Dua (:)

1) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya :

Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari

2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya :

Ketua : Slamet Widodo

Sekretaris : Ani Wahyuni

Bendahara : Beruang Hartawan

3) Tanda titik dua dipakai

Di antara jilid atau nomor dan halaman

Contoh : Kedaulatan Bangsa, I (2008), 34:9

Di antara bab dan ayat dalam kitab suci

Contoh : Surat Al Baqarah:122e. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Aturan : sebelum tanda seru tidak perlu spasi, setelah tanda seru tidak perlu titik

Misalnya :Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Merdeka!f. Tanda Kurung ((...))

Aturan : kata dalam kurung tanpa spasi

1) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan

Misalnya :

Mahasiswa semester akhir akan melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kulon Progo

2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya :

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negerig. Tanda kurung siku [...]

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya :

Persamaan kedua proses metabolisme aerob dan anaerob (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab IV [lihat halaman 64-69]

PENULISAN REFERENSITujuan belajar : mahasiswa dapat mengaplikasikan penulisan referensi dalam tesk dan dalam daftar pustaka dengan benar

Referensi harus ditulis apabila menggunakan ide atau informasi dari orang lain pada tulisan kita, baik parafrase maupun kutipan langsung. Referensi ditampilkan di dua tempat yaitu pada teks dan di daftar pustaka pada akhir tulisan. Penulisan referensi dalam penugasan dan karya tulis ilmiah di Fakultas Kedokteran UII mengacu metode Harvard.PENULISAN REFERENSI DALAM DAFTAR PUSTAKAPenulisan referensi metode Harvard dalam daftar pustaka berdasar urutan huruf abjad.A. ArtikelElemen elemen pada jurnal ditulis dengan urutan : nama akhir pengarang, singkatan nama depan pengarang. tahun publikasi. judul artikel. nama jurnal dengan format italic volume (nomer/isu):nomor halaman.1. Artikel jurnal

Deffenbacker, J.L. 1998. Cognitive-relaxation and social skills treatments of anger: A year Later. Journal of Counseling Psychology 35(3):234-236.

2. Artikel jurnal dengan 2 atau lebih penulis

Studer R., Reinecke H., Muller B., Holtz J., Just H., Dexler H. 1994. Increased angiotensin-I converting enzyme gene expression in the failing human heart:quantification by competitive RNA polymerase chain reaction. Journal of Clinical Investigation 94(2):301-310.

3. Artikel jurnal suplemen

Deffenbacker, J.L. 1988. Cognitive-relaxation and social skills treatments of anger : A year later. Jurnal of Counseling Psychology 35(Suppl.2): 234-236.

B. Buku Elemen elemen pada buku ditulis dengan urutan : nama akhir pengarang, singkatan nama depan pengarang. tahun publikasi. judul buku dengan format italic. kota penerbitan:nama penerbit.1. Buku, edisi kedua

Bruce-Chwatt, L.J. 1985. Essential Malariology (2nd ed). New York:John Wiley.2. Buku atau penerbit pemerintah

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.3. Buku, terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

Ewles, L., Simnett, I. 1992. Health Promotion (2nd ed.). Emilia, 0. 1994 (Alih Bahasa). Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.C. Daftar pustaka dari situs internet

Brown, D.G. 2002. A Method To Determine Soil Moisture Level From SAR Image. http//:www.u- colorado.com/paper.htm.D. Daftar pustaka dari seminar/symposium

Jacobsen, A., Nielsen, A.A., Groom, G.B. 1999. Spectral identification of grass land in Mongolia. Proceedings of 4th Int. Airborne Remote Sensing Conf. And Exhibition. Vol. 1. Ottawa, Ontario, Canada. pp 74-81.E. Skripsi, Thesis dan Disertasi

Setyorini, T. 2003. Uji Aktivitas Antimikroba Daun Srikaya (Annona squamosa, L) terhadap Escherichia coli. Skripsi. Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia.PENULISAN REFERENSI DALAM TEKS

1. Tulisan oleh satu pengarang

Agyepong (1992) mengeksplorasi. ..

Dalam penelitian mengenai persepsi masyarakat di masyarakat Asangbe, Agyepong (1992) menemukan...

Menurut Agyepong (1992), ...

Pada tahun 1992, Agyepong mengeksplorasi...

2. Tulisan oleh beberapa pengarang

a) Apabila terdapat dua pengarang, kedua nama pengarang harus selalu dicantumkan.

Espino and Manderson (2000) dalam studi di Filipina ...

Studi di Filipina (Espino & Manderson 2000) ...

b) Apabila 3 atau lebih pengarang, cantumkan nama pengarang utama selanjutnya gunakan et al.

Aikins et al. (1994) menyatakan ...(berikutnya)

c) Apabila terdapat 6 pengarang lebih, gunakan nama pengarang, diikuti dengan et al. dan tahun.

3. Institusi sebagai pengarang

Dalam daftar pustaka :

Departemen Kesehatan (1993)

Pertama kali dirujuk dalam teks :

Departemen Kesehatan (Depkes) (1993) ...

(Departemen Kesehatan [Depkes] 1991 )

Selanjutnya :

Depkes (1993) ...

(Depkes 1991) ...

4. Pengarang dengan nama belakang yang sama

Apabila nama belakang pengarangnya sama, maka cantumkan inisialnya dengan lengkap pada seluruh sitasi di teks.

Luce, R. D. (1959) and Luce, P. A. (1986) meneliti

Goldberg, J. M. and Neff (1961) dan Goldberg, M. E. and Wurtz (1972) meneliti ...

5. Dua tulisan oleh pengarang yang sama

a) Apabila terdapat 2 tulisan oleh pegarang yang sama. maka dicantumkan tahun publikasinya secara berurutan.

Penelitian sebelumnya (Edeline & Weinberger 1991,1993)

b) Apabila terdapat 2 atau lebih referensi oleh dua pengarang, maka dalam teks penulisannya dipisahkan oleh tanda titik dua.

(Espino & Manderson 2000; Lipowsky et al. 1992; Miguel et al. 1999; Mwenesi et.al. 1995; Snow et al.1992).

Ceklist penilaian penulisan ilmiah

NoItem penilaian0-1-2

1. Menggunakan kalimat sendiri (bukan copy paste )20

2. Tulisan benar dan tidak disingkat5

3. Tulisan sesuai EYD5

4. Kalimat benar (ada subjek dan predikat, kata sambung tidak di depan, ) 5

5. Kalimat bisa dipahami dan tidak bertele-tele10

6. Paragaraf terdapat tema yang jelas10

7. Ada keterkaitan antar paragraf10

8. Paragaraf terdiri atas beberapa kalimat5

9. Menulis sumber referensi dalam teks benar10

10. Menulis sumber referensi dalam daftar pustaka benar20

Total = 200/2=100

Keterangan : 1 = kadang-kadang; 2 = selalu

DAFTAR PUSTAKA

Rais, J. Tata Cara Penulisan Baku Daftar Acuan (References) dan Daftar Pustaka (Bibliography) dalam Makalah Ilmiah, Tesis, Disertasi. https://enyerawati.files.wordpress.com/2011/06/tata-cara-penulisan-pustaka.pdf. Diakses 20 Januari 2013.

V. TEKNIK PRESENTASI*Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat melakukan presentasi dengan baikLatar Belakang

Calon dokter perlu mempelajari teknik presentasi karena teknik presentasi yang baik akan membuat pendengar tertarik, ingin medengar lebih lanjut, mengingatnya dan akhirnya dapat merubah perilaku. Kepandaian seorang dokter merubah perilaku utamanya gaya hidup yang menyebabkan penyakit, sangat diperlukan. Presentasi yang baik juga menjadi alat komunikasi untuk menjual kelebihan kita. Supaya dapat melakukan presentasi yang baik, kita harus sering berlatih dan menerapkan teknik presentasi.

1. Persiapan presentasi

a) Mengenali siapa audience/Sasaran

Kepada siapakah presentasi ini kita tujukan?

Kepada dosen/ tutor/instruktur, atau Penjelasan yang kita berikan kepada teman

Dari sasaran penerima informasi jelas akan membedakan ciri materi yang akan kita sampaikan, susunan informasi, dan pilihan cara gaya bahasa dalam menyampaikan informasi. Ingat pepatah yang mengatakan: Jangan Bicara tentang warna kepada orang buta. Gunakan bahasa resmi dan baku serta jangan gunakan bahasa yang sullit dimengerti oleh audience.b) Persiapan materi

Bedakan antara materi yang diserahkan sebagai proposal atau laporan dengan materi presentasi. Karena sebaiknya presentasi hanya berisi tentang poin-poin saja dan tidak perlu secara keseluruhan untuk dibahas. Kemampuan menulis poin-poin yang penting menunjukkan kefahaman Anda.

Buatlah sketsa atau mapping terhadap apa yang akan disampaikan, sehingga Anda dan audience mengetahui topik utama yang akan dibicarakan. Sketsa membantu Anda menghubungkan antara su topik satu dengan subtopik lain, sehingga Anda dapat menyampaikan secara berurutan dan sitematis.

Persiapkan hal-hal yang sulit dimengerti dengan membuat analog-analog, ilustrasi, gambar, video atau jika memungkinkan dapat didemostrasikan.c) Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan

Jika memerlukan peralatan tertentu misalnya laptop, computer, LCD, flask disk yang berisi bahan dan materi presentasi sebaiknya dipersiapkan sebelum berangkat.Buatlah slide dengan kata-kata yang sedikit atau sederhana, jangan banyak kata, jika menungkinkan gambar atau visual, maka itu jauh lebih baik. d) Persiapan diriPresentasi yang baik adalah memperhatikan audience, sehingga latihan sebelum pelaksanaan akan lebih baik. Anda dapat berlatih di depan cermin, atau Anda dapat merekam diri Anda dan perhatikan kekurangan Anda. Anda dapat meminta feed back teman anda.2. Saat presentasi

Yang harus diperhatikan saat melakukan presentasi adalah:

Datang lebih awal dari waktu yang ditentukan akan membuat kita lebih dapat mempersiapkan diri sebelum melakukan presentasi.

Menggunakan pakaian yang sopan dan rapi sesuai degan aturan yang telah ditetapkan. Berbicara dengan lugas, sopan, semangat dan percaya diri. Mengatur intonasi, keras lemahnya suara yang digunakan agar tidak terlihat terburu-buru saat menyampaikan, intonasi yang jelas dan melakukan jeda dengan tepat. Perhatikan waktu dalam menyampaikan, bedasarkan penelitian perhatian seseorang secara pasif terhadap satu hal hanya dapat bertahan selama 10 menit. Perhatikan dan libatkan audience, misalnya dengan mengawali presentasi dengan pertanyaan, sehingga audience tertarik untuk memperhatikan. Jangan membaca slide. Catatlah pertanyaan dan jawablah dengan lugas, dan konfirmasi kembali apakah penanya telah mendapatkan jawaban yang jelas.

Pada saat tampil di muka audience, buatlah kesan bahwa melalui presentasi ini kita sedang mengomunikasikan ide kita. Jangan biarkan orang mengambil kesan bahwa kita sekadar orang suruhan untuk menyampaikan kabar ini, dan kita tidak bertanggung jawab pada ide yang disampaikan. Kesan yang meyakinkan pada tampilan kita akan sangat didukung oleh:

Body Language

Salah satu macam bahasa komunikasi adalah menggunakan bahasa tubuh. Gerakan tangan, badan, mimik muka, dan sebagainya merupakan sarana kita berkomunikasi. Kuasai panggung, bergeraklah mengisi ruang. Jangan menjadi patung bicara di depan publik.

Jika pembicara pada posisi duduk berjejer di depan/ di panggung lakukan gerakan body language yang tidak mengesankan kita kaku dan tidak bebas. Jika pembicara pada posisi duduk dan mikrofon terletak pada stand mikrofon di depan kita, posisi ini akan membuat kita menjadi kaku. Keluarlah dari situasi seperti ini. Cabutlah mikrofon dan peganglah jika perlu sehingga kita lebih bebas bergerak dan berekspresi. Persiapan Cara Bicara

Ada tiga bentuk persiapan narasi:

1. Verbatim

2. Memorized

3. Extemporaneouse (berbicara spontan tanpa persiapan)

Verbatim

Pada narasi Verbatim, pembicara berbicara berdasarkan teks catatan maupun slide di layar. Keuntungannya informasi yang disampaikan bisa detil. Jika ini memang perlu dilakukan, lakukanlah untuk hal-hal yang bersifat definitif, lakukanlah dengan memberikan penekanan saat membacanya. Akan tetapi, jika ini merupakan bagian paling banyak dalam presentasi kita, maka kita terkesan tidak menguasai materi. Kita menempatkan diri sama dengan audience (audience juga bisa membaca seperti yang kita lakukan, lalu posisi kita tidak penting di mata mereka). Oleh karena sibuk membaca teks, kita akan kehilangan kontak mata dengan audience di mana ini merupakan sarana untuk membangun komunikasi positif dengan mereka. Dengan melakukan kontak mata dengan audience sesekali, seolah Kita berbicara kepada mereka orang perorang secara pribadi. Sayangnya, model verbatim ini biasa dilakukan oleh pembicara yang tidak berpengalaman atau kurang menguasai permasalahan. Jika tidak dapat dihindari, batasilah.

Memorized

Metode lain adalah dengan memorized (mengingat/ menghafal). Beberapa pembicara mempersiapkan apa-apa yang akan dibicarakan di depan publik, kemudian dibaca beberapa kali sehingga hafal (atau hampir hafal). Biasanya kalau berasal dari ide sendiri cukup dibaca sekali dua kali akan mudah hafal. Menghafal teks dengan cara ini masih memiliki risiko. Pertama metode ini akan memperlihatkan kurangnya emosi (kurang greget) di dalam presentasi karena kita dibebani mengingat teks yang disampaikan. Risiko lain jika kita lupa pada suatu ungkapan kunci, maka bisa jadi urutan bicara kita akan menjadi kacau atau bahkan macet.

Extemporaneuos

Yang paling ideal di antara metode ini adalah yang disebut extemporaneuos alias berbicara secara spontan. Pembicara terbaik senantiasa menggunakan cara ini. Ia cukup berpengalamann serta cukup berlatih untuk menguasai materi yang dipresentasikan. Oleh karenanya, slide yang kita buat hendaknya berupa kerangka pembicaraan yang akan membantu kita menyampaikan informasi. Bukan keseluruhan teks naskah yang ditayangkan di layar, lalu kita dan audience membacanya. Kelemahan metode bicara spontan ini adalah sulitnya dalam mengontrol waktu.

DAFTAR PUSTAKA: Gallo, C. 2010. The presentation secrets of Steve Jobs, How to be insanely great in front of any audience, Mc Graw Hill. Kusrianto, A. 2007. Presentasi sukses dengan power point. Jakarta: Elex Media Komputindo.*oleh dr. Bayu Utaminingtyas dan dr.Ika Fidianingsih, M.Sc.

dasar-dasar

Pemeriksaan Fisik

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN FISIK*Tujuan Belajar : mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengarkan (auskultasi).

Pemeriksaan Fisik dasar

Pemeriksaan fisik secara umum/keadaan umum

Berat Badan dan Tinggi Badan

Prinsip-prinsip pemeriksaan fisik

Meminta izin

Pasien nyaman

Pemeriksa tenang

Lingkungan tenang dan cukup penerangan

Meminimalkan perubahan poisisi

Cuci tangan terlebih dahulu Mulai dengan basmalah

Comprehensive focussatau sistematis Mengetahui Anatomi fisiologi

Urutan secara umum : Inseksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi

Komunikasi yang baik pada saat pemeriksaan fisik

Pada saat inspeksi meminta pasien untuk membuka kain yang menutupi

Setiap saat, komunikasikan ke pasien jika akan membuka kain atau setiap kali menyentuh Jika mulai palpasi, hangatkan tangan terlebih dahulu

Mengakhiri dengan cuci tangan dan hamdallah

1. INSPEKSI

Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Dengan melihat maka kita mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal antara lain:

Kesan umum pasien : apakah tampak kesakitan atau tidak, bagaimana cara jalannya, dll.

Wama : wama dari permukaan tubuh yang dapat dilihat seperti wama kulit, wama sklera, dll.

Bentuk : bentuk badan atau bagian badan tertentu.

Ukuran : perbandingan antar bagian tubuh, atau ukuran tubuh seluruhnya.

Gerakan : adanya gerakan normal atau abnormal dari dinding dada pada waktu bemafas.

Dalam melakukan pemeriksaan jasmani harus selalu diusahakan posisi dokter/ pemeriksa berada di sebelah kanan pasien/yang diperiksa (kecuali bagi dokter yang kidal)

Buatlah penerangan yang baik. Penerangan alam akan lebih baik dari pada lampu. Usahakan temperatur ruangan nyaman.

Pada saat melakukan inspeksi, perhatikanlah dan catatlah :

Bentuk tubuh pasien

Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota badan

Cara berjalan dan gerakan.

Adanya deformitas.

Keadaan kulit, rambut, mukosa dan kuku secara umum.

Ekspresi wajah, apakah cemas, tertekan, malu, kesakitan, dll.

Ciri-ciri lain yang didapatkan.

Kadang-kadang kita memerlukan alat bantu dalam melakukan inspeksi ini. Misalnya dengan lup (kaca pembesar), otoskop untuk pemeriksaan telinga, rinoskop untuk pemeriksaan hidung, laringoskop untuk pemeriksaan laring dan faring, dan oftalmoskop untuk pemeriksaan mata.

2. PALPASI

Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan, mempergunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran dari berbagai aspek:

Permukaan : misalnya halus atau kasar, menonjol atau datar, keras atau lunak, dll.

Getaran-getaran atau denyutan : denyut nadi, pukulan jantung pada dinding dada, dll.

Keadaan alat di bawah permukaan : misalnya batas-batas hepar (hati), adanya massa abnormal di tempat yang tidak seharusnya, dll.

Cara melakukan Palpasi :

Daerah yang akan diperiksa harus bebas dari gangguan-gangguan yang menutupi

Yakinkan bahwa tangan anda tidak dingin

Cara meraba dapat memakai :

Jari telunjuk dan ibu jari : untuk menentukan besarnya benda

Jari ke 2, 3, ke 4 bersama dapat digunakan untuk menentukan konsistensi atau garis besar kualitas benda

Seluruh telapak tangan dapat merasakan adanya getaran. Sedikit tekanan dengan ujung atau telapak jari dapat menemukan adanya rasa sakit yang dapat dilihat dari perubahan mimik muka atau mendengarkan keluhan yang tertekan.

3. PERKUSI

Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantaraan jari tangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang dibedakan menjadi lima kualitas dasar, yaitu : pekak, redup, sonor, hipersonor dan timpani.

Bunyi perkusi dan karakteristiknya (Bickley and Szilagyi, 2007)

NoJenisIntensitas relatifDurasi relatifContoh lokasi

1.Pekak (flatness)PelanSingkatMassa padat, misalnya paha

2.Redup (dullness)SedangSedangHepar

3.Sonor (resonance)KerasLamaParu yang normal

4.Hipersonor (hyperresonance)Sangat kerasLebih lamaTidak ditemukan pada keadaan normal, dapat ditemukan pada paru yang emfisematous

5.TimpaniKerasLamaLambung (saat kosong) atau pipi yang digelembungkan

Cara melakukan Perkusi

Teknik perkusi yang baik (Bickley and Szilagyi, 2007), bagi pemeriksa yang dominan tangan kanan, adalah sebagai berikut :

1. Lakukan hiperekstensi jari tengah tangan kiri anda (dikenal sebagai jari tangan pleksimeter).

2. Buat sendi DIP jari tengah menekan kuat permukaan yang akan diperkusi.

3. Hindari kontak antara permukaan tersebut dengan bagian tangan yang lain karena hal ini akan meredam getaran.

4. Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat tetapi rileks (tidak kaku), ketuklah jari pleksimeter dengan jari tengah kanan atau jari pleksor, arahkan ketukan pada sendi DIP.

5. Lakukan ketukan dengan ujung jari pleksor dengan jari tangan hampir tegak lurus dengan pleksimeter

6. Angkat jari tangan yang mengetuk dengan cepat untuk menghindari peredaman.

7. Kuku jari yang pendek dianjurkan untuk menghindari cedera pada diri sendiri.

Gambar 1.

Teknik melakukan perkusi (Bickley and Szilagyi, 2007)

4. AUSKULTASI

Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat di dalam tubuh dengan bantuan alat yang disebut Stetoskop. Alat ini berfungsi sebagai saluran pendengaran di luar tubuh untuk dapat meredam suara di sekitamya. Dari pemeriksaan auskultasi, dokter dapat mendengarkan suara-suara secara kualitatif dan kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, pembuluh darah, paru, dan usus.

Auskultasi biasanya dilakukan setelah pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan perkusi. Kecuali untuk pemeriksaan abdomen, auskultasi harus dilakukan sebelum pemeriksaan palpasi dan perkusi.

Stetoskop terdiri dari :

Bagian yang menempel pada permukaan tubuh pasien (chestpiece), yang terdiri dari dua sisi permukaan, yaitu :

sisi membran, yang terdiri dari suatu membran berdiameter 3,5-4 cm. Bagian membran ini menyaring suara berfrekuensi rendah, sehingga meneruskan terutama suara yang berfrekuensi tinggi.

sisi bel atau cup yang berbentuk corong dan berdiameter 3,8 cm. Bagian ini meneruskan sebagian besar dari suara berfrekuensi rendah.

Tube

Binaurals Bagian untuk mendengarkan (earpieces)

PELAKSANAAN LATIHAN

1. Perhatikan posisi pemeriksa dan pasien.

2. Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

3. Bekerjalah dengan sistematis

4. Inspeksi :

Perhatikan kesan umum dari pasangan anda, bagaimana bentuk tubuhnya, perbandingan antara kepala dan badan, dan lain-lain.

Perhatikan sikap, gerakan, dan cara berjalannya.

Perhatikan warna kulit, rambut, keadaan kuku, dan ciri-ciri lainnya.

Catat dengan cermat segala sesuatu yang ditemukan

5. Palpasi :

Cobalah untuk dapat meraba denyut nadi pasangan anda.

Letakkan tangan anda pada dada pasangan anda. Rasakan permukaan dinding dada, dan dengan tekanan sedikit akan terasa adanya tulang-tulang iga. Rasakanlah gerakan tulang iga tersebut saat bernafas, baik inspirasi maupun ekspirasi.

Bandingkan gerakan dada kanan dan kiri saat pernafasan ini.

6. Perkusi :

Mula-mula berlatihlah melakukan gerakan perkusi pada permukaan benda di sekitar anda. Selanjutnya berlatihlah pada permukaan badan pasangan anda (dada atau perut) untuk melatih telinga mendengarkan dan mengartikan suara yang ditimbulkan.

Lakukanlah perkusi dada dan abdomen pada pasangan anda, dan perhatikan suara yang timbul karena perkusi pada berbagai tempat yang berbeda. Selanjutnya perhatikan suara yang dihasilkan, apakah termasuk pekak, redup, sonor, hipersonor, atau timpani.

7. Auskultasi :

Lakukanlah auskultasi pada pasangan anda, baik pada dada maupun pada perut.

Dengarkan suara yang dihasilkan. Cobalah untuk mengenali suara pernafasan, baik saat inspirasi maupun ekspirasi, suara jantung, dan suara peristaltik usus.

REFERENSI :

Bickley, L.S, and Szilagyi, P.G. 2007. Bates guide to physical examination and history taking, 9th ed. Lippincott William and Wilkins. Philadelphia.

*dr. Chaina Hanum dan dr. Erlina Marfianti, M.Sc, Sp.PD

UNIVERSITAS

ISLAM

INDONESIA

Versi/Revisi: 1/4

Tanggal Berlaku: 7 September 2015

Kode Dokumen: BPSP-BH-FK-3.5.1

Khan (2005 :2) melaporkan bahwa Trauma thorak menyebabkan 25% kematian pada semua kasus kematian.

Menurut Wirya IW (1996:124), perkembangan pengobatan Sindroma Nefrotik menurunkan morbiditas dan mortalitas :

Pada pertengahan abad ke-20 morbiditas SN pada anak cukup tinggi, yaitu mencapai 50%. Dengan ditemukannya obat-obat sulfonamid dan penisilin pada tahun 1940 dan dipakainya hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan kortikosteroid pada tahun 1950, mortalitas penyakit ini diperkirakan mencapai 67% yang sering disebabkan oleh komplikasi peritonitis dan sepsis. Angka kematian menurun lagi mencapai 35% setelah obat penisilin mulai digunakan pada tahun 1946-1950.

Berkenaan dengan plagiarisme, Brick (2006:122) mengatakan sebagai berikut :

We have probably heard the word plagiarism many times. It is often talked about in universities because it involves behaviour that is considered to be unacceptable. In fact, plagiarism refers to different types of behaviour.

Menurut Ira Shah (dalam Darmawan 2007:22-30), pemberian diazepam untuk profilaksi kejang, karena kejang bisa terjadi saat demam belum kelihatan nyata. Oleh karenanya, pemberian diazepam suppositoria atau oral pada saat mulai demam dilaporkan sangat menurunkan insidensi kejang demam

Berkenaan dengan osteoporosis, Dana Jacob mengatakan :

Osteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang ditandai dengan penurunan masa tulang dan kerusakan mikroarsitektur. Hal ini menyebabkan tulang menjadi rapuh dan meningkatkan risiko fraktur. Osteoporosis dibedakan atas oseoporosis tipe I (postmenopause) dan tipe II (senile). Osteoporosis postmenopause disebabkan karena defisiensi estrogen, sedangkan osteoporosis senile disebabkan karena proses penuaan tulang dan defisiensi kalsium.

40Fakultas Kedokteran UIIFakultas Kedokteran UII 41