panduan penatalaksanaan pajanan darah dan cairan tubuh akibat kerja pada karyawan
DESCRIPTION
PAJANAN DARAHTRANSCRIPT
Certificate No : JKT 0500123
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTAJalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur
Telp. (021) 8000693 – 95, 8000701 – 702, Fax. (021) 8000702
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAJI JAKARTANomor : 069/RSHJ/DIR/SK/III/2014
TENTANG
PANDUAN PENATALAKSANAAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH AKIBAT KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
DIREKTUR RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Haji Jakarta dalam memberikan pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi baik bagi pasien maupun petugas kesehatan di rumah sakit.
b. Bahwa penyakit infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan di rumah sakit salah satunya disebabkan oleh pajanan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS. Haji Jakarta tentang Panduan Penatalaksanaan Pajanan Darah dan Cairan Tubuh Akibat Kerja Pada Petugas Kesehatan Rumah Sakit Haji Jakarta.
Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
3. Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 382/Menkes/III/2007 tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
7. Keputusan Direktur Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Nomor: Kep. 20/DJPPK/VI/2005 Tanggal: 16 Juni 2005 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/ AIDs Di Tempat Kerja.
8. Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI, Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS, Jakarta, September 2005.
M E M U T U S K A N
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TENTANG PANDUAN PENATALAKSANAAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH AKIBAT KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
KEDUA : Panduan Penatalaksanaan Pajanan Darah dan Cairan Tubuh Akibat Kerja Pada Petugas Kesehatan Rumah Sakit Haji Jakarta sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu terlampir dalam keputusan ini.
KETIGA : Hal-hal yang berkaitan dengan Penatalaksanaan Pajanan Darah dan Cairan Tubuh Akibat Kerja Pada Petugas Kesehatan Rumah Sakit Haji Jakarta secara rinci akan dibuat dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) atau kebijakan lainnya.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : JAKARTAPADA TANGGAL : 26 MARET 2014
DIREKTURRUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp.PD, K-GEH, FINASIM, FACP, M. Kes.
Lampiran : Keputusan Direktur RSHJNomor : 069 /RSHJ/DIR/SK/III/2014Tanggal : 26 Maret 2014
PANDUAN
PENATALAKSANAAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH
AKIBAT KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Haji Jakarta adalah salah satu pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan masyarakat baik
berupa upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit maupun upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Rumah Sakit Haji Jakarta dalam memberikan pelayanan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi baik bagi pasien maupun petugas kesehatan
di rumah sakit.
Petugas kesehatan adalah aset yang penting dalam memberikan perawatan dan
pengobatan pada pasien. Oleh karena itu keselamatan petugas adalah hal yang
sangat penting dan kecelakaan kerja seperti perlukaan harus dicegah, salah satu
bentuk kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit adalah pajanan darah dan
cairan tubuh.
B. Tujuan
1. Untuk mencegah dan menurunkan infeksi akibat pajanan di tempat kerja.
2. Sebagai pedoman untuk penatalaksanaan pajanan akibat kerja pada petugas
kesehatan.
C. Pengertian
1. Pajanan adalah suatu peristiwa yang memungkinkan tenaga kesehatan
tertular / terinfeksi VHB (Virus Hepatitis B), VHC (Virus Hepatitis C) atau HIV
(Human Immunodeficiency Virus) sebagai akibat dari cidera perkutaneus
(seperti luka akibat jarum suntik atau tersayat benda tajam) kontak dengan
selaput lendir atau kulit yang tidak utuh (seperti kontak dengan kulit yang
merekah, luka, lecet atau dermatitis) dengan darah, jaringan atau cairan tubuh
yang berpotensi infeksius.
2. Jenis jenis pajanan adalah :
a. Perlukaan yang menembus kulit : tertusuk jarum, tersayat benda tajam.
b. Pajanan pada selaput mukosa/selaput lendir mata, hidung atau mulut
c. Pajanan melalui kulit yang luka/ kulit yang tidak utuh ( pecah-pecah, lecet
dermatitis atau eksematosa )
3. Bahan Pajanan adalah :
a. Darah
b. Cairan dan jaringan tubuh adalah bahan-bahan yang mungkin
mengandung patogen infeksius dan harus dikelola dengan kewaspadaan
yang sama dengan darah, mencakup: cairan otak, rongga perut, selaput
paru, selaput jantung, cairan sendi dan ketuban; cairan mani dan air susu,
setiap cairan lain yang mengandung darah termasuk air liur yang terkait
dengan kedokteran gigi, dan jaringan atau organ yang terluka.
4. Petugas kesehatan Rumah Sakit Haji Jakarta adalah Seseorang (seperti
perawat, dokter, karyawan teknisi, petugas kamar jenazah, Pos, dan lain lain)
yang dalam menjalankan tugasnya menyebabkan kontak dengan pasien atau
cairan tubuh lain dari pasien.
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Peralatan yang dirancang untuk melindungi
Petugas kesehatan dari kecelakaan atau penyakit yang serius di tempat kerja,
akibat kontak dengan darah dan cairan tubuh di tempat kerja. Terdiri dari topi
(penutup kepala), masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata
(kacamata), gaun pelindung, apron, dan pelindung kaki/sepatu tertutup.
6. Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) adalah Pemberian segera pengobatan
setelah terjadi pajanan terhadap darah atau cairan tubuh lainnya yang
terinfeksi, dalam rangka meminimalkan risiko mendapat infeksi. Terapi
pencegahan atau “profilaksis primer” diberikan kepada individu yang berisiko
untuk mencegah infeksi pertama, “profilaksis sekunder” diberikan untuk
mencegah infeksi ulangan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kebijakan penatalaksanaan pajanan darah dan cairan tubuh
akibat kerja meliputi :
1. Prinsip – prinsip penatalaksanaan kejadian pajanan darah dan cairan tubuh
akibat kerja.
2. Langkah – langkah yang harus dilakukan setelah terjadi pajanan (pasca
pajanan).
3. Alur penatalaksanaan pajanan dari pasien terinfeksi HIV.
4. Formulir Laporan Pajanan
BAB II
PENATALAKSANAAN KEJADIAN PAJANAN
DARAH DAN CAIRAN TUBUH AKIBAT KERJA
A. PRINSIP – PRINSIP PENATALAKSANAAN KEJADIAN PAJANAN
Petugas kesehatan Rumah Sakit Haji Jakarta dalam menjalankan tugasnya
memberikan pelayanan kepada pasien sangat beresiko terpajan patogen melalui
darah dan cairan tubuh. Strategi utama untuk mencegah terjadinya pajanan di
tempat kerja adalah dengan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
berlaku dan menggunakan APD yang sesuai. Bila terjadi kecelakaan kerja pada
petugas kesehatan berupa pajanan darah atau cairan tubuh memerlukan
penatalaksanaan yang sifatnya segera dan mengharuskan adanya koordinasi
antar unit di Rumah Sakit Haji Jakarta. Adapun prinsip - prinsip penatalaksanaan
kejadian pajanan adalah sebagai berikut :
1. Segera lakukan pertolongan pertama pada petugas yang mengalami pajanan
di tempat kejadian atau di UGD/ Poli Karyawan, gunakan APD saat
memberikan pertolongan.
2. Setiap pajanan harus dicatat dan dilaporkan kepada Sub Komite PPI dan
Sub.Komite K3 & Patient Safety (segera setelah pajanan).
3. Propilaksi Pasca Pajanan termasuk obat-obat Anti-retroviral, vaksin hepatitis
B dan immunoglobulin hepatitis B (IGHB) harus tersedia di apotik Rumah
Sakit Haji Jakarta untuk pemberian yang tepat.
4. PPP ( Profilaksis Pasca Pajanan ) harus telah diberikan dalam waktu 4 jam
pasca pajanan.
5. Sub.Komite K3 & Patient Safety melakukan investigasi dan mengidentifikasi
tindakan yang potensial untuk mencegah pajanan yang sama pada masa
yang akan datang.
6. Sub Komite PPI memastikan bahwa laporan lengkap tentang kecelakaan dan
pengobatan segera yang diberikan dilengkapi dalam waktu yang tepat,
termasuk merujuk individu yang terpajan untuk konseling dan testing serta
tindak lanjut lainnya.
B. LANGKAH – LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH TERJADI
PAJANAN (PASCA PAJANAN) :
1. Lakukan penanganan / pertolongan pertama segera di lokasi pajanan dengan
cara sebagai berikut :
a. Luka tusuk jarum atau luka iris segera dicuci dengan sabun antiseptik dan
air mengalir selama 5 menit, tidak diperkenankan menghisap dengan mulut
karena beresiko darah yang terkontaminasi tertelan.
b. Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit segera dibilas dengan
guyuran air selama 3-5 menit.
c. Percikan pada mata segera diirigasi dengan air bersih, larutan garam
fisiologis atau air steril selama 15 menit.
d. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat memberi pertolongan pertama
pasca pajanan.
2. Tentukan risiko yang berhubungan dengan pajanan dengan:
a. Bahan pajanan (misal darah, cairan dengan darah yang terlihat, cairan
atau jaringan berpotensi infeksius yang lain dan virus yang terkonsentrasi).
b. Jenis pajanan (misal cedera percutaneous, pajanan selaput lendir atau
kulit yang tidak utuh dan gigitan yang mengakibatkan pajanan darah).
3. Lakukan evaluasi sumber pajanan :
a. Nilai risiko infeksi menggunakan informasi yang tersedia seperti riwayat
penyakit / rekam medis pasien maupun klinis.
b. Tes sumber yang diketahui untuk HBsAG, Anti HBs, anti-VHC dan antibodi
HIV (pertimbangkan penggunaan tes yang cepat).
c. Untuk sumber yang tidak diketahui, nilai risiko pajanan terhadap infeksi
VHB, VHC atau HIV.
d. Jangan menguji jarum suntik atau spuite yang di buang untuk kontaminasi
virus.
e. Biaya pemeriksaan laboratorium pada sumber pajanan maupun karyawan
yang terpajan ditanggung oleh RS Haji Jakarta.
4. Lakukan evaluasi pada petugas yang terpajan :
Nilai status kekebalan untuk infeksi VHB (yaitu berdasarkan sejarah dari
vaksinasi hepatitis B dan tanggapan vaksin).
5. Berikan Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) untuk pajanan yang mempunyai
risiko penularan infeksi:
a. Pajanan VHB (Virus Hepatitis B) : PPP tergantung pada status vaksinasi:
1) tidak perlu divaksinasi bila petugas telah mengandung Anti HBs lebih
dari 10 mlU/ml.
2) berikan vaksinasi HBIG ( HB Imunoglobulin ) segera /maksimal 4
(empat) jam pasca pajanan dan setelah 1 (satu) minggu pasca pajanan
serta 1 (seri) vaksinasi Hepatitis B dan monitor dengan tes serologik.
b. Pajanan VHC (Virus Hepatitis C) : PPP tidak direkomendasikan
c. Pajanan HIV : berikan PPP secepat mungkin, maksimal 4 jam setelah
pajanan. Lakukan tes kehamilan kepada semua wanita pada umur mampu
melahirkan yang tidak diketahui hamil:
1) Cari konsultasi ahli jika diduga ada resistensi virus;
2) Berikan PPP selama empat minggu jika ditoleransi.
6. Laksanakan tes lanjutan :
a. Pajanan VHB : Laksanakan tes lanjutan anti-HBs bagi orang yang
menerima vaksin hepatitis B :
1) Test untuk anti-HBs satu sampai dua bulan setelah dosis vaksin
terakhir.
2) Respon anti-HBs terhadap vaksin tidak bisa jika HBIG telah diterima
dalam tiga sampai empat bulan sebelumnya.
b. Pajanan VHC :
1) Laksanakan tes awal dan lanjutan untuk anti-VHC dan alanine
aminotransferase (ALT) empat sampai enam bulan setelah pajanan.
2) Laksanakan VHC RNA pada empat sampai enam minggu jika
diagnosis dini tentang infeksi VHC diperlukan
3) Konfirmasikan berulang kali reaktif anti-VHC enzim immunoassays
(EIAs) dengan test tambahan.
c. Pajanan HIV :
1) Laksanakan tes antibodi HIV pada petugas yang terpajan segera
setelah terpajan, 3 bulan, 6 bulan pasca pajanan untuk mengetahui
apakah tertular infeksi HIV.
2) Laksanakan tes antibodi HIV jika penyakit yang timbul sesuai dengan
suatu sindrom retroviral yang akut.
3) Pandu orang yang terpajan untuk menggunakan kewaspadaan untuk
mencegah penularan sekunder selama periode pemantauan.
4) Evaluasi orang yang terpajan yang melakukan PPP dalam waktu 72
jam setelah pajanan dan pantau toksisitas obat untuk sedikitnya dua
minggu.
5) Keputusan untuk memberikan PPP didasarkan atas derajat dari
pajanan terhadap HIV dan Status HIV dari sumber pajanan (Alur
penatalaksanaan pajanan dari pasien terinfeksi HIV).
BAB III
ALUR PENATALAKSANAAN PAJANAN
DARI PASIEN TERINFEKSI HIV
A. Langkah Pertama : Menentukan Kategori Pajanan ( KP ) HIV
Gambar 1. Kategori Pajanan ( KP ) HIV
Keterangan :
1. OPIM (Other Potentially Infectious Material) yaitu cairan semen / mani, sekret
vagina, cairan serebrospinal, synovial, pleural, pericardial, amnion dan
jaringan.
2. Pajanan terhadap OPIM harus ditelaah secara kasus perkasus. Pada
umumnya substansi tubuh tersebut dianggap beresiko rendah untuk
menularkan infeksi disarana kesehatan. Setiap kontak langsung terhadap
bahan mengandung HIV tinggi di laboratorium penelitian atau sarana produksi
dimasukkan dalam kelompok kecelakaan kerja yang memerlukan telaah klinis
tentang keperluan Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
3. Kulit didapati kompromis bila didapati pecah, adanya dermatitis, lecet atau
luka terbuka.
Kontak pada kulit yang utuh pada umumnya tidak dianggap beresiko terhadap
penularan HIV. Namun, apabila pajanan tersebut berasal dari darah yang
banyak (misalnya kulit yang cukup luas atau dalam waktu yang cukup lama
kontak dengan darah), maka harus dianggap beresiko terjadi penularan HIV.
B. Langkah Kedua : Menentukan Kategori Status (KS) HIV Sumber Pajanan
Gambar 2. Kategori Status (KS) HIV Sumber Pajanan
Keterangan :
1. Sumber pajanan dikatakan tidak terinfeksi HIV ( HIV [-] ) apabila telah
dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium yang memberikan hasil negatif
dari antibodi HIV, pemeriksaan PCR untuk HIV atau antigen HIV p24 atas
spesimen yang diambil pada saat atau dalam waktu yang dekat dengan
pajanan dan tidak ada tanda - tanda penyakit seperti infeksi HIV, sumber
disebut HIV [+] ) apabila ada hasil pemeriksaan laboratorium yang
menyatakan positif adanya antibody HIV, PCR HIV atau antigen HIV p24 atau
didiagnosis AIDS oleh dokter.
2. Contoh diatas dipakai untuk memperkirakan titer HIV dari sumber pajanan
untuk tujuan menentukan regimen PPP dan tidak menggambarkan kondisi
klinis yang mungkin teramati. Meskipun titer yang tinggi (KS2) dari seorang
sumber pajanan sering berhubungan dengan meningkatnya resiko penularan
HIV, namun tidak boleh mengabaikan kemungkinan penularn dari sumber
yang memiliki titer HIV rendah.
3. PPP merupakan pilihan tidak mutlak dan harus diputuskan secara individual
tergantung dari orang yang terpajan dan keahlian dokternya. Namun bila
ditemukan factor resiko pada sumber pajanan, atau bila terjadi di daerah
dengan resiko tinggi HIV, pertimbangkan pengobatan dasar dengan 2 obat
PPP, dan bila sumber pajanan kemudian diketahui HIV negative maka PPP
harus dihentikan.
C. Langkah Ketiga : Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan
DITETAPKAN DI : JAKARTAPADA TANGGAL : 26 MARET 2014
DIREKTURRUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp.PD, K-GEH, FINASIM, FACP, M. Kes.
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTAJalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur
Telp. (021) 8000693 – 95, 8000701 – 702, Fax. (021) 8000702
LAPORAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH
Certificate No : JKT 0500123
Petunjuk Pengisian
Formulir dibuat 2 (dua) rangkap
Formulir A : Diisi oleh tenaga kesehatan yang terpajan dan menyerahkan formulir pada Instalasi Gawat Darurat/Poliklinik dengan tembusan ke Sub.Komite Mutu PPI .
Formulir B :Diisi oleh petugas Instalasi Gawat Darurat/Poliklinik, diserahkan pada tenaga kesehatan yang terpajan untuk diserahkan pada atasan langsung dengan tembusan ke Sub.Komite Mutu PPI .
FORMULIR A
Tanggal laporan :
Jam :
Unit Kerja terpajan :
Tanggal Pajanan : Jam : Tempat
Kejadian :
Identitas
Nama petugas terpajan :
Atasan Langsung :
Route pajanan :
□ Tersayat Selaput lendir
(mata/hidung/mulut)
□ Tertusuk Jarum
□ Kulit yang tidak utuh
Sumber pajanan
□ Darah □ Sputum □ Urin □ Feses □ lain lain sebutkan
Bagian tubuh yang terpajan sebut secara jelas :
□ Lain-lain
Jelaskan urutan kejadian :
Imunisasi Hepatitis B
Alat Pelindung Diri
Pertolongan Pertama
Tempat pertolongan :
□ Sudah
□ Dipakai
□ Jenis
□ Ada
□ Belum
□ Tidak dipakai
□ Tidak
Tanggal : Tanda tangan yang terpajan :
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTAJalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur
Telp. (021) 8000693 – 95, 8000701 – 702, Fax. (021) 8000702
LAPORAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH
Certificate No : JKT 0500123
Petunjuk Pengisian
Formulir dibuat 2 (dua) rangkap
Formulir A : Diisi oleh tenaga kesehatan yang terpajan dan menyerahkan formulir pada Instalasi Gawat Darurat/Poliklinik dengan tembusan ke Sub.Komite Mutu PPI
Formulir B : Diisi petugas Instalasi Gawat Darurat/
Poliklinik, diserahkan pada tenaga kesehatan yang terpajan untuk diserahkan pada atasan langsung dengan tembusan ke Sub.Komite Mutu PPI
FORMULIR B
Setiap kotak dapat diisi
□ Diperiksa Dokter Gawat Darurat/Poli Karyawan
□ Menolak diperiksa Dokter Gawat Darurat
□ Dirujuk ke Dokter Spesialis
□ Memilih untuk mencari pertolongan dokter pribadi
Untuk perhatian
□ Sub.Komite Mutu PPI □ SDM
Pasien Sumber Pajanan (Darah / bahan infeksius)
□ Lain-lain
Nama : No. Rekam Medis :
Ruang Rawat :
Pemantauan pajanan (jelaskan) :
Tanggal pemberitahuan atasan langsung tenaga yang terpajan :
Tanggal :
Tanda tangan Petugas :